HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 29 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kondisi Geografis dan Kependudukan Kelurahan Batang Arau termasuk dalam wilayah administratif Kecamatan Padang Selatan, Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat. Kecamatan Padang Selatan terbentang seluas 10,03 Km 2 antara LS dan BT (BPS 2010). Luas Kelurahan Batang Arau adalah 0,34 Km 2. Batas wilayah Kelurahan Batang Arau sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Padang Barat dan Kecamatan Padang Timur, sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia, sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Lubuk Begalung, dan sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Indonesia (Lampiran 1). Dilihat dari aspek kependudukan, data dari Kelurahan Batang Arau menunjukkan jumlah penduduk pada tahun 2011 adalah jiwa yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Pekerjaan masyarakat Kelurahan Batang Arau mayoritas sebagai nelayan, yaitu sejumlah 852 jiwa dengan perincian 425 orang buruh nelayan dan 427 orang nelayan pemilik. Selain itu, pekerjaan lain warga Kelurahan Batang Arau adalah berdagang (325 jiwa), PNS (52 jiwa), TNI/Polri (12 jiwa), swasta (115 orang), dan pengangguran (429 jiwa). Agama yang dianut oleh penduduk Kelurahan Batang Arau cukup beragam, mulai dari Islam, Kristen, Katolik, Hindu dan Budha. Terdapat satu masjid sebagai rumah ibadah umat Islam dan satu pengajian perempuan yang diselenggarakan di masing-masing RW setiap minggu. Kegiatan warga lainnya adalah Siskamling, Posyandu, Klub Voli, Klub Sepakbola, Arisan, dan Wirid di masjid setempat. Karakteristik Keluarga Status Usaha Nelayan Contoh yang dipilih dalam penelitian ini adalah keluarga nelayan dengan kategori status usaha yang berbeda. Separuh dari keluarga (50,0%) adalah nelayan pemilik dan separuh lainnya (50,0%) adalah buruh nelayan. Seluruh contoh berasal dari Suku Minangkabau.

2 30 Umur Suami dan Istri Berdasarkan kategori umur, secara umum lebih dari separuh keluarga nelayan (60,0%) berada pada pada kategori dewasa madya. Rata-rata umur nelayan pemilik (49,7) lebih besar daripada rata-rata umur nelayan buruh (39,3). Hasil uji beda menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara umur nelayan buruh dan nelayan pemilik. Hal ini dikarenakan nelayan yang berprofesi sebagai buruh cenderung lebih muda daripada yang menjadi nelayan pemilik (Tabel 2). Tabel 2 Sebaran keluarga berdasarkan umur suami Umur suami Pemilik Buruh Total Dewasa muda 3 10, , ,0 Dewasa madya 24 80, , ,0 Dewasa tua 3 10,0 0 0,0 3 5,0 Total , , ,0 Min-maks (tahun) Rataan ± SD (tahun) 49,7 ± 8,3 39,3 ± 6,0 44,5 ± 8,9 p-value 0,000** Keterangan : **=signifikan pada selang kepercayaan 99% Berdasarkan pengategorian yang sama dengan variabel umur suami, secara keseluruhan, separuh (50,0%) dari istri nelayan berada pada kategori umur dewasa muda. Hampir tiga perempat (70,0%) istri buruh nelayan berada pada kategori dewasa muda. Sementara itu, lebih dari separuh istri nelayan pemilik berada pada kategori dewasa madya (63,3%). Terdapat perbedaan yang signifikan antara umur istri nelayan buruh dengan istri nelayan pemilik. Hal ini bermakna bahwa istri nelayan buruh cenderung lebih muda daripada istri nelayan pemilik (Tabel 3). Tabel 3 Sebaran keluarga berdasarkan umur istri Umur istri Pemilik Buruh Total Dewasa muda 9 30, , ,0 Dewasa madya 19 63,3 9 30, ,7 Dewasa tua 2 6,7 0 0,0 2 3,3 Total , , ,0 Min-maks (tahun) Rataan ± SD (tahun) 44,7 ± 8,0 35,9 ± 6,5 40,3 ± 8,5 p-value 0,000** Keterangan : **=signifikan pada selang kepercayaan 99%

3 31 Pendidikan Suami dan Istri Pendidikan akan mempengaruhi pengetahuan dan kemampuan seseorang dalam menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan. Tabel 4 menunjukkan bahwa secara keseluruhan, kurang dari separuh suami (38,3%) berada pada kategori lama pendidikan 7-9 tahun. Hal ini berarti kurang dari separuh suami menamatkan pendidikan hingga sekolah menengah pertama (SMP). Suami yang bekerja sebagai buruh nelayan memiliki rata-rata lama pendidikan sebesar 9,13 tahun. Lebih dari separuh (56,7%) buruh nelayan berada pada kategori lama pendidikan 7-9 tahun (SMP). Sementara itu, separuh (50%) dari suami yang bekerja sebagai nelayan pemilik menyebar pada kategori lama pendidikan 6 tahun. Hal ini berarti separuh dari nelayan pemilik hanya menamatkan pendidikan hingga sekolah dasar (SD). Tidak terdapat suami yang bersekolah hingga jenjang perguruan tinggi. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pendidikan nelayan pemilik dan nelayan buruh karena pendidikan nelayan buruh hampir sama tinggi dengan nelayan pemilik (Tabel 4). Tabel 4 Sebaran keluarga berdasarkan pendidikan suami Pendidikan suami Pemilik Buruh Total SD/sederajat ( 6 tahun) , ,3 SMP/sederajat (7-9 tahun) , ,4 SMA/sederajat (10-12 tahun) , ,3 Perguruan tinggi (>12 tahun) 0 0,0 0 0,0 0 0,0 Total , ,0 Min-maks (tahun) Rataan ± SD (tahun) 8.0 ± 3.0 9,1 ± 2.0 8,6 ± 2,6 p-value 0,118 Berdasarkan pengategorian yang sama dengan variabel pendidikan suami, pendidikan istri nelayan berada pada rentang 0 sampai 12 tahun. Hampir separuh (48,3%) dari istri nelayan memiliki kategori pendidikan pada rentang 6 tahun atau setara dengan SD. Sebanyak 56,7 persen istri buruh nelayan berada pada kategori pendidikan 7-9 tahun. Hal ini berarti bahwa lebih dari separuh istri buruh nelayan telah menamatkan pendidikan hingga SMP. Lama pendidikan istri nelayan pemilik berada pada rentang 0-12 tahun dan lebih dari separuhnya (53,3%) menyebar terbanyak pada kategori 6 tahun. Hal

4 32 ini berarti bahwa lebih dari separuh istri nelayan pemilik hanya menamatkan pendidikan hingga SD. Tidak terdapat istri nelayan yang bersekolah hingga jenjang perguruan tinggi. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pendidikan istri nelayan buruh dan nelayan pemilik karena tingkat pendidikan istri nelayan pemilik hampir setara dengan istri nelayan buruh (Tabel 5). Tabel 5 Sebaran keluarga berdasarkan pendidikan istri Pendidikan istri Pemilik Buruh Total SD/sederajat ( 6 tahun) 16 53, , ,3 SMP/sederajat (7-9 tahun) 9 30, , ,3 SMA/sederajat (10-12 tahun) 5 16,7 0 0,0 5 8,4 Perguruan tinggi (>12 tahun) 0 0,0 0 0,0 0 0,0 Total , , ,0 Min-maks (tahun) Rataan ± SD (tahun) 7,3 ± 3.0 7,6 ± 1,5 7,5 ± 2,4 p-value 0,635 Pekerjaan Istri Istri yang bekerja akan mampu membantu perekonomian keluarga. Secara keseluruhan, sebanyak hampir tiga perempat istri nelayan (30,0%) tidak bekerja, sisanya memiliki pekerjaan dan penghasilan sendiri, yaitu pembantu rumah tangga (40,0%) dan pedagang (30,0%). Hasil uji beda menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara istri nelayan pemilik dan nelayan buruh dalam hal pekerjaan. Sebagian besar (86,7%) persen istri buruh nelayan bekerja dan lebih dari separuh (53,30%) istri nelayan pemilik tidak bekerja. Istri nelayan pemilik yang bekerja hanya sebesar 53,3 persen dan sisanya tidak bekerja (Tabel 6). Tabel 6 Sebaran keluarga berdasarkan pekerjaan istri Jenis Pekerjaan Pemilik Buruh Total Tidak Bekerja 16 53,3 2 6, ,0 Pembantu Rumah Tangga 8 26, , ,0 Pedagang 6 20, , ,0 Total , , ,0 Besar Keluarga Besar keluarga adalah jumlah seluruh anggota keluarga yang masih menjadi tanggungan orang tua. Besar keluarga dikategorikan menjadi keluarga kecil (jumlah anggota keluarga lebih kecil atau sama dengan empat orang), keluarga

5 33 sedang (jumlah anggota keluarga antara lima sampai enam orang), dan keluarga besar (jumlah anggota keluarga lebih besar atau sama dengan tujuh orang). Berdasarkan pengamatan di lapangan, diketahui bahwa besar keluarga nelayan berada pada kategori keluarga sedang. Tabel 7 menunjukkan bahwa secara keseluruhan, lebih dari separuh keluarga nelayan (60,0%) berada pada kategori keluarga sedang (5-6 orang). Besar keluarga terkecil adalah tiga orang dan besar keluarga terbesar adalah sembilan orang. Sebagian besar keluarga buruh nelayan (70,0%) berada pada kategori keluarga sedang dengan rentang antara empat orang hingga delapan orang. Sementara itu, separuh contoh (50,0%) dari kalangan nelayan pemilik berada pada kategori besar keluarga sedang dengan jumlah anggota paling sedikit tiga orang dan paling banyak sembilan orang. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara besar keluarga nelayan pemilik dengan nelayan buruh. Tabel 7 Sebaran keluarga berdasarkan besar keluarga Besar Keluarga Pemilik Buruh Total Keluarga kecil ( 4 orang) 9 30,0 3 10, ,0 Keluarga sedang (5-6 orang) 15 50, , ,0 Keluarga besar ( 7 orang) 6 20,0 6 20, ,0 Total , , ,0 Min-maks (orang) Rataan± SD (orang) 5,4 ± 1,6 5,6 ± 1,0 5,5 ± 1,1 p-value 0,495 Pendapatan Keluarga Pendapatan keluarga diperoleh dari jumlah pendapatan yang diperoleh suami dan istri per bulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir separuh nelayan pemilik dan lebih dari separuh nelayan buruh berada pada kategori pendapatan antara satu hingga dua juta rupiah per bulan. Rataan pendapatan keluarga nelayan pemilik lebih tinggi daripada nelayan buruh. Meskipun demikian, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pendapatan keluarga nelayan pemilik dan nelayan buruh (Tabel 8).

6 34 Tabel 8 Sebaran keluarga berdasarkan pendapatan keluarga per bulan Pendapatan keluarga Pemilik Buruh Total (Rp/bulan) ,0 1 3,3 4 6, , , , , , , ,7 0 0,0 2 3, ,3 0 0,0 1 1, ,3 0 0,0 1 1, ,0 0 0,0 0 0, ,0 0 0,0 6 10,0 Total , , ,0 Min-maks (Rp) Rataan (Rp) ± SD ± ± , ± p-value 0,195 Tabel 9 menunjukkan bahwa dalam keluarga nelayan, dominasi suami dalam hal pendapatan masih tinggi. Suami berkontribusi sebesar 85,9 persen sementara istri hanya berkontribusi sebesar 14,1 persen. Hal ini dikarenakan hanya terdapat sedikit istri yang bekerja di luar rumah untuk menghasilkan pendapatan tambahan. Pendapatan istri nelayan pemilik relatif lebih tinggi daripada istri nelayan buruh. Hal ini menunjukkan bahwa istri nelayan buruh yang bekerja di luar rumah dituntut oleh tekanan ekonomi yang membuatnya harus mencari pendapatan tambahan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Hasil pengamatan di lapangan juga mendukung hal ini. Istri buruh nelayan bekerja tidak semata-mata untuk mengaktualisasikan diri, tapi cenderung karena dituntut tekanan ekonomi. Tabel 9 Sebaran rataan pendapatan keluarga berdasarkan sumber Pemilik Buruh Total Sumber Rp/bulan % Rp/bulan % Rp/bulan % Suami ,0 89, ,0 78, ,0 85,9 Istri ,67 10, ,7 21, ,7 14,1 Total ,7 100, ,7 100, ,7 100,0 Pendapatan Perkapita Pendapatan perkapita per bulan diperoleh dari hasil pembagian antara pendapatan total keluarga per bulan dengan jumlah anggota keluarga. Pendapatan keluarga perkapita per bulan dikategorikan berdasarkan garis kemiskinan Provinsi Sumatera Barat pada tahun Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan, lebih dari separuh keluarga nelayan (56,7%) berada pada kategori

7 35 hampir miskin, dengan perincian lebih dari tiga perempat keluarga buruh nelayan (76,7%), dan hampir separuh keluarga nelayan pemilik (36,7%) terkategori hampir miskin dengan rentang antara Rp ,00/kapita/bulan sampai Rp ,66/kapita/bulan dan rata-rata sebesar Rp ,62/kapita/bulan. Lebih dari seperempat keluarga contoh (26,7%) berada pada kategori miskin yaitu kurang dari Rp ,00/kapita/bulan (Tabel 10). Tabel 10 Sebaran keluarga berdasarkan pendapatan perkapita Pendapatan perkapita Pemilik Buruh Total (Rp/bulan) Miskin (< ) 9 30,0 7 23, Hampir Miskin ( ) 11 36, , Menengah ke atas (> ) 10 33,3 0 0, Total , , ,0 Min-maks (Rp) , , , ,0 Rataan (Rp) ± SD ,7± ,4 p-value 0,018* Keterangan : * =signifikan pada selang kepercayaan 95% Aset dan Status Kepemilikan Aset Keluarga , ,5± , , ,6± ,3 Aset dalam penelitian ini adalah sumberdaya materi milik keluarga yang mempunyai nilai ekonomi. Aset yang dimiliki keluarga nelayan terdiri dari alat transportasi, alat tangkap, barang berharga, barang elektronik, dan tabungan (Tabel 11). Status kepemilikan aset keluarga dikategorikan menjadi milik istri, milik suami, dan milik bersama (Tabel 12). Hanya nelayan pemilik yang memiliki alat transportasi sendiri untuk melaut. Sebanyak 6,7 persen nelayan mempunyai kapal motor ukuran sedang atau disebut sebagai kapal tonda untuk melaut. Nelayan dengan kapal jenis ini melaut sebanyak dua trip dalam satu bulan. Satu trip melaut memerlukan waktu dua minggu untuk musim banyak ikan. Beberapa hari istirahat di darat, lalu minggu berikutnya melayar lagi selama dua minggu. Apabila dalam kondisi musim biasa, nelayan dengan kapal tonda hanya melaut satu trip dalam sebulan. Apabila musim paceklik atau hujan badai yang parah, nelayan memilih untuk tidak melaut dengan kapal tonda. Kapal tonda yang berukuran sedang ini memerlukan anak buah kapal (ABK) sekitar 13 orang sampai 15 orang, ditambah satu orang kapten dan satu orang

8 36 navigator. Oleh sebab itu, nelayan pemilik membutuhkan nelayan buruh sebagai pekerja ABK di kapal tonda. Pembagian hasil dalam pelayaran ini adalah satu bagian untuk buruh, dua bagian untuk kapten (pemilik kapal) dan dua bagian untuk navigator. Jenis ikan yang ditangkap dengan menggunakan armada ini biasanya ikan-ikan besar seperti tuna, cakalang, tongkol, kakap, tenggiri, layur, dan sisik yang diburu hingga Kepulauan Mentawai. Tabel 11 Sebaran keluarga berdasarkan kepemilikan aset Jenis Aset Memiliki Tidak Memiliki n % n % Alat transportasi - Kapal motor (tonda) 4 6, ,3 - Perahu motor robin 26 43, ,7 - Mobil 1 1, ,3 - Motor 43 71, ,3 - Sepeda 21 35, ,0 Alat tangkap 29 48, ,7 Barang berharga - Rumah 43 71, ,3 - Emas 11 18, ,7 Barang elektronik - Televisi 58 96,7 2 3,3 - Radio 34 56, ,3 - Kulkas 37 61, ,3 - Pemutar VCD/DVD 40 66, ,3 - Telepon genggam 42 70, ,0 - Kipas angina 44 73, ,7 - Mesin Cuci 16 26, ,3 - Dispenser 41 68, ,7 - Perangkat suara 36 60, ,0 - Komputer 4 6, ,3 - Laptop 13 21, ,3 - Tape recorder 19 31, ,3 - Rice Cooker/Magic Jar 48 80, ,0 - Play Station 16 26, ,3 - Blender 28 46, ,3 Tabungan 8 13, ,7

9 37 Sementara itu, hampir separuh (43,3%) nelayan melaut dengan menggunakan perahu motor robin dengan mesin tempel milik sendiri. Perahu motor jenis ini berukuran kecil, hanya seukuran sampan tradisional yang hanya mampu membawa dua sampai tiga orang. Perahu ditempeli mesin robin di bagian buritan dengan sebuah tali untuk menghidupkan mesin dan sebuah pedal untuk mengarahkan jalannya perahu. Nelayan dengan perahu motor robin ini melaut dengan frekuensi trip harian. Nelayan berangkat pukul empat pagi dan kembali lagi pukul delapan pagi untuk menjual hasil tangkapan. Nelayan dengan armada jenis ini tidak membutuhkan bantuan ABK, sehingga nelayan hanya melaut sendiri, berdua dengan anak lakilaki, atau berdua dengan saudara laki-lakinya. Nelayan dengan armada perahu motor robin ini didominasi oleh laki-laki yang berumur dewasa madya hingga dewasa tua. Hal ini diduga karena nelayan yang berumur lebih muda cenderung untuk memilih pekerjaan lain yang lebih menjanjikan. Separuh dari nelayan (50,0%) tidak memiliki armada alat transportasi apapun untuk melaut. Nelayan jenis ini lebih memilih untuk menjadi ABK di kapal-kapal yang berukuran sedang dan besar atau disebut juga sebagai nelayan buruh. Adapun kepemilikan alat transportasi melaut ini hampir sepenuhnya dipegang oleh suami sebagai kepala keluarga dan pengguna utama armada tersebut. Hampir tiga perempat nelayan (71,7%) memiliki motor sebagai alat transportasi darat. Sebanyak 41,9 persen dari kepemilikan motor nelayan tersebut dimiliki oleh istri. Sedangkan kepemilikan motor yang dimiliki oleh suami dan bersama berturut-turut sebesar 25,6 persen dan 32,6 persen. Tidak ada keluarga nelayan yang memiliki hak kepemilikan atas tanah, karena tanah di Kecamatan Batang Arau dan sekitarnya hanya memperoleh hak pakai dari pemilik tanah adat. Penduduk di kecamatan ini berhak untuk mendirikan bangunan namun tidak diizinkan untuk melakukan praktik jual beli tanah. Hampir tiga perempat (71,7%) nelayan memiliki rumah sendiri. Seluruh bangunan rumah yang dimiliki nelayan (100,0%), hak kepemilikannya dipegang oleh istri. Hal ini berimplikasi pada peran absolut yang dimiliki istri terhadap sumberdaya materi keluarga berupa rumah.

10 38 Seluruh barang elektronik dan tabungan yang dimiliki oleh keluarga nelayan dipandang sebagai harta bersama yang dimiliki bersama pula oleh suami dan istri. Adapun barang elektronik yang paling banyak dimiliki oleh sebagian besar nelayan (96,7%) adalah televisi. Sebagian besar nelayan (80,0%) memiliki magic jar untuk alat bantu memasak nasi. Sementara itu, hampir tiga perempat nelayan memiliki kulkas (61,7%), telepon genggam (70,0%), pemutar VCD/DVD (66,7%), kipas angin (73,3%), dispenser (68,3%), dan perangkat suara (60,0%). Kurang dari separuh nelayan (46,7%) memiliki blender. Status kepemilikan aset selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12 Sebaran keluarga berdasarkan status kepemilikan aset keluarga Persentase Kepemilikan Jenis Aset Istri Suami Bersama Alat Transportasi - Kapal motor (tonda) 0 0,0 3 75,0 1 25,0 - Perahu motor robin 0 0, ,0 0 0,0 - Mobil 1 100,0 0 0,0 0 0,0 - Motor 18 41, , ,6 - Sepeda 6 28,6 5 23, ,6 Alat tangkap 0 0, ,0 0 0,0 Barang Berharga - Rumah ,0 0 0,0 0 0,0 - Emas ,0 0 0,0 0 0,0 Barang Elektronik - Televisi 0 0,0 0 0, ,0 - Radio 9 26,5 3 8, ,7 - Kulkas 5 13,5 6 16, ,3 - Pemutar VCD/DVD 5 12,5 3 7, ,0 - Telepon genggam 10 23,8 6 14, ,9 - Kipas angina 14 31,8 0 0, ,2 - Mesin Cuci 0 0,0 0 0, ,0 - Dispenser 0 0,0 0 0, ,0 - Perangkat suara 3 8,3 3 8, ,4 - Komputer 0 0,0 0 0, ,0 - Laptop 0 0,0 0 0, ,0 - Tape recorder 0 0,0 0 0, ,0 - Rice Cooker/Magic Jar 0 0,0 7 14, ,4 - Play Station 0 0,0 0 0, ,0 - Blender 0 0,0 0 0, ,0 Tabungan 0 0,0 0 0, ,0

11 39 Penerapan Sistem Matrilineal dalam Keluarga Persepsi Istri dalam Pengelolaan Sumberdaya Keluarga Sistem matrilineal merupakan sistem kehidupan tradisional masyarakat Minangkabau dari zaman dahulu. Adanya sistem matrilineal ini telah menjadi landasan bagi hampir seluruh tata kehidupan bermasyarakat di Minangkabau, mulai dari hal yang sederhana dalam lingkup keluarga hingga hal yang kompleks dalam lingkup nagari atau daerah. Seiring dengan perkembangan zaman, penerapan sistem ini dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Minangkabau telah mengalami pergeseran makna dan realita. Untuk mengukur pergeseran makna budaya Matrilineal tersebut, dilakukan uji beda antara persepsi istri dalam pengelolaan sumberdaya keluarga dengan praktik pengelolaan sumberdaya keluarga yang dilaksanakan sehari-hari. Tabel 13 Sebaran per item persepsi istri dalam pengelolaan sumberdaya keluarga Tidak Setuju Setuju No. Pernyataan (skor=1) (skor=0) n % n % 1. Istri memiliki hak atas kepemilikan aset tetap (seperti 59 98,3 1 1,7 rumah, tanah, kendaraan, dll). 2. Istri secara sadar meminta atau diberikan wewenang 45 75, ,0 agar aset tertentu didaftarkan atas namanya agar dapat diwariskan kepada anak perempuan dalam keluarga. 3. Istri berhak untuk berunding bersama suami ataupun 55 91,7 5 8,3 keluarga besar untuk pengeluaran yang sifatnya besar atau pembayarannya jangka panjang. 4. Istri berhak atas seluruh pendapatan suami 55 91,7 5 8,3 5. Istri memiliki hak penuh atas pendapatannya sendiri 58 96,7 2 3,3 6. Istri bertindak sebagai pengelola utama keuangan keluarga ,0 0 0,0 Min-maks 3,0-6,0 Rataan persepsi±sd (skor) 5,5±0,6 Tabel 13 menunjukkan bahwa hampir seluruh istri memiliki persepsi yang sesuai dengan budaya Matrilineal dalam menanggapi pernyataan bahwa dirinya memiliki hak atas kepemilikan aset, hak untuk berunding bersama suami atau keluarga besar terkait pengeluaran yang besar atau pembayaran yang sifatnya jangka panjang, hak untuk memperoleh nafkah dari pendapatan suami, dan hak untuk mengelola pendapatan sendiri. Seluruh istri menyatakan setuju bahwa

12 40 dirinya adalah pengelola utama keuangan keluarga. Hal ini sesuai dengan falsafah Minangkabau yang menyatakan bahwa perempuan adalah ambun puruak kuncian rangkiang (pemegang utama hak atas pengelolaan sumberdaya kaumnya). Lebih dari separuh istri menyatakan bahwa dirinya secara sadar meminta atau diberikan wewenang agar aset tertentu didaftarkan atas nama dirinya agar dapat diwariskan kepada anak perempuan dalam keluarga. Adapun pernyataanpernyataan tersebut merupakan sebagian dari nilai-nilai dasar sistem matrilineal yang dianut masyarakat Minangkabau. Apabila dibagi berdasarkan karakteristik pekerjaan suami, maka diketahui bahwa istri nelayan pemilik dan buruh berada pada kategori tinggi dalam hal persepsinya mengenai pengelolaan sumberdaya keluarga berdasarkan sistem matrilineal (Tabel 14). Hal ini bermakna bahwa baik istri nelayan pemilik maupun istri nelayan buruh sama-sama memiliki pandangan dan pengetahuan yang baik mengenai hak-hak mereka sebagai perempuan dalam sistem matrilineal. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara persepsi istri nelayan pemilik dan istri nelayan buruh dalam hal pengelolaan sumberdaya keluarga berdasarkan sistem matrilineal. Tabel 14 Persepsi istri dalam pengelolaan sumberdaya keluarga Kategori Pemilik Buruh Total Rendah (<60%) ,3 1 1,7 Sedang (60%-80%) ,3 1 1,7 Tinggi (>80%) , , ,6 Total , , ,0 Min-maks 83,3-100,0 50,0-100,0 50,0-100,0 Rataan±SD (persen) 92,7±10,4 91,6±12,2 92,2±10,4 p-value 0,000** Keterangan : **=signifikan pada selang kepercayaan 99% Praktik Sistem Matrilineal dalam Keluarga Pernyataan yang sama digunakan untuk mengetahui penerapan nilai-nilai tersebut dalam praktik keseharian keluarga. Tabel 15 menunjukkan hanya pada pernyataan bahwa istri berhak atas seluruh pendapatan suami dan istri bertindak sebagai pengelola utama keuangan keluarga yang dipraktikkan oleh sebagian besar keluarga nelayan.

13 41 Tabel 15 Sebaran per item praktik peran istri dalam sistem matrilineal No. Pernyataan Terjadi (skor=1) Tidak terjadi (skor=0) n % n % 1. Aset tetap seperti rumah, tanah, dan kendaraan yang dimiliki keluarga berada dalam hak milik istri (didaftarkan atas nama istri) , ,3 2. Sumberdaya materi yang dimiliki saat ini akan 30 50, ,0 diwariskan kepada anak perempuan dalam bentuk harato pusako. 3. Selalu berunding dengan suami ataupun keluarga besar 32 53, ,7 terkait pengeluaran yang besar atau jangka panjang. 4. Memperoleh pendapatan dari suami setiap bulannya 49 81, ,3 secara rutin. 5. Mempergunakan pendapatan pribadi (dari usaha selain 45 75, ,0 nafkah suami) sesuai keinginan sendiri. 6. Istri yang selama ini memegang wewenang untuk membelanjakan, mengelola, dan mengatur pola pembelanjaan uang dari pendapatan dalam keluarga ,0 0 0,0 Min-maks 2,0-6,0 Rataan praktik±sd (skor) 4,32±1,2 Nelayan pemilik melakukan praktik sistem matrilineal dalam keluarga lebih tinggi daripada nelayan buruh. Lebih dari tiga perempat keluarga nelayan pemilik memiliki praktik yang tinggi dalam penerapan sistem matrilineal, sedangkan pada nelayan buruh hanya kurang dari separuh yang berada pada kategori tinggi. Terdapat perbedaan yang signifikan antara praktik peran istri dalam sistem matrilineal pada keluarga nelayan pemilik dan nelayan buruh. Data selengkapnya dapat dilihat di Tabel 16. Tabel 16 Praktik sistem matrilineal dalam keluarga Kategori Pemilik Buruh Total Rendah (<60%) 0 0, , ,7 Sedang (60%-80%) 5 16, , ,0 Tinggi (>80%) 25 83,3 4 13, ,3 Total , , ,0 Min-maks 0,0-83,3 13,4-43,3 21,7-48,3 Rataan±SD (persen) 85,5±11,3 58,3-16,2 71,9±66,7 p-value 0,000** Keterangan : **=signifikan pada selang kepercayaan 99% Penerapan Sistem Matrilineal pada Keluarga Nelayan Hasil uji beda paired sample t-test antara persepsi dan praktik matrilineal menunjukkan bahwa persepsi istri mengenai pengelolaan sumberdaya keluarga

14 42 berdasarkan sistem matrilineal menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan dibandingkan dengan praktik yang terjadi di dalam keluarga. Hal ini bermakna bahwa telah terjadi pergeseran makna dan nilai budaya dalam penerapan sistem matrilineal pada keluarga nelayan di Minangkabau. Secara perseptual, istri tahu akan nilai-nilai dan hak yang diberikan oleh sistem ini terhadap kedudukan dirinya di keluarga, namun dalam pelaksanaannya ternyata tidak demikian. Hasil uji beda dapat dilihat pada tabel 17. Tabel 17 Uji beda paired sample t-test antara persepsi dan praktik matrilineal Rata-rata Persepsi Rata-rata Praktik Penerapan sistem matrilineal dalam keluarga (skor) 5,53 4,32 p-value 0,000** Keterangan : **=signifikan pada selang kepercayaan 99% Kontribusi Istri terhadap Pendapatan Kontribusi istri terhadap pendapatan adalah persentase pendapatan yang diperoleh istri terhadap pendapatan total keluarga. Istri yang bekerja akan memiliki kontribusi yang lebih besar terhadap pendapatan total keluarga dan membantu suami dalam pemenuhan kebutuhan rumah tangga. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa secara keseluruhan, sebagian besar istri nelayan memiliki kontribusi yang rendah terhadap pendapatan keluarga. Hal ini karena hanya sebagian kecil dari istri nelayan yang bekerja. Sebagian besar istri nelayan hanya tinggal di rumah dan menjadi ibu rumah tangga. Hampir separuh istri nelayan pemilik tidak berkontribusi terhadap pendapatan keluarga, sementara hanya kurang dari sepersepuluh istri nelayan buruh yang tidak berkontribusi. Hal ini menunjukkan bahwa lebih banyak istri nelayan pemilik yang bekerja untuk membantu keuangan keluarga dibandingkan istri nelayan buruh. Lebih dari separuh istri nelayan buruh berada pada kategori kontribusi antara 20,1%-30,0% terhadap pendapatan keluarga. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara nelayan buruh terhadap pendapatan keluarga (Tabel 18). kontribusi istri nelayan pemilik dan istri

15 43 Tabel 18 Sebaran keluarga berdasarkan kontribusi istri terhadap pendapatan Kontribusi (%) Pemilik Buruh Total 0, ,6 2 6, ,7 0,1-10,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 10,1-20,0 2 6,7 9 30, ,3 20,1-30,0 4 13, , ,7 30,1-40,0 4 13,3 0 0,0 4 6,6 40,1-50,0 2 6,7 1 3,3 3 5,0 50,1-60,0 1 3,3 0 0,0 1 1,7 Total , , ,0 Min-maks (persen) 0,0-54,5 0,0-50,00 0,0-54,5 Rataan (persen) ± SD 17,2±14,473 20,9±18,917 19,6±9,347 p-value 0,376 Peran Istri dalam Pengelolaan Sumberdaya Rumah Tangga Peran adalah keikutsertaan seseorang untuk mengambil keputusan atas sesuatu dalam suatu kegiatan. Peran mengindikasikan suatu tugas, tanggung jawab, kualifikasi, atau wewenang seseorang. Peran istri dalam pengelolaan sumberdaya keluarga adalah posisi tawar yang dimiliki oleh istri karena keikutsertaannya dalam merencanakan, mengelola, dan mengambil keputusan atas faktor-faktor ekonomi keluarga, baik materi maupun non materi, dinyatakan dalam indeks dan diukur dengan skala likert. Peran istri dalam pengelolaan sumberdaya keluarga dibagi menjadi tiga indikator, yaitu peran dalam mengelola keuangan, peran domestik, dan peran publik atau sosial, kemudian dikategorikan menjadi rendah, sedang, dan tinggi berdasarkan indeks. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa hampir seluruh istri nelayan (90,0%) memiliki peran yang tinggi dalam mengelola sumberdaya keluarganya. Indikator pengukuran peran istri dalam pengelolaan sumberdaya keluarga diantaranya diukur berdasarkan pembagian peran gender dalam tanggung jawab dan wewenang antara suami dan istri dalam hal peran pengelolaan keuangan, peran domestik, dan peran publik atau sosial. Hampir tiga perempat (73,3%) keluarga nelayan hanya didominasi oleh istri saja dalam melaksanakan peran pengelolaan keuangan keluarga, mengatur, mencatat, dan menganggarkan keuangan keluarga. Sementara itu, dalam perencanaan keuangan keluarga dan pemegang hak milik atas aset tetap seperti rumah dan kendaraan, hampir separuh dari istri nelayan cenderung berperan lebih dominan. Kepemilikan aset tetap yang lebih dominan dipegang oleh istri ini

16 44 diduga karena masih adanya pengaruh nilai budaya matrilineal Minangkabau dalam keluarga nelayan. Selanjutnya, dalam melaksanakan peran perawatan anak sehari-hari baik saat sakit maupun sehat, serta peran pemeliharaan domestik, hampir seluruh kegiatan tersebut (90,0%) dikelola oleh istri saja. Sedangkan peran dalam aktivitas sosial di luar rumah dalam hal pelaporan keluhan atas pelayanan PAM, Telkom, atau PLN, serta turut aktif dalam aktivitas sosial di lingkungan rumah, menjadi tokoh masyarakat, mengikuti pengajian di masjid, dan kegiatan sosial di luar rumah, lebih dari separuh (76,7%) istri dan suami dalam keluarga nelayan bekerja sama dalam melaksanakannya, sehingga peran istri berada pada kategori sedang. Suami berperan dominan dalam pemenuhan keperluan properti rumah yang rusak dan suku cadang kendaraan. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tingginya peran istri dalam pengelolaan sumberdaya keluarga disebabkan oleh tingginya keikutsertaan istri dalam pelaksanaan manajemen sumberdaya keluarga dan kepemilikan aset tetap (Tabel 19). Sebaran per item pertanyaan untuk peran istri dalam pengelolaan sumberdaya keluarga dapat dilihat pada Lampiran 3. Tabel 19 Sebaran keluarga berdasarkan peran istri dalam pengelolaan sumberdaya Kategori Keuangan Domestik Publik Total n % Rendah (<33,3%) 2 3,3 0 0,0 0,0 0,0 0 0,0 Sedang (33,3 %-66,7%) 14 23,3 6 10, ,7 6 10,0 Tinggi (>66,7%) 44 73, , , ,0 Total , , , ,0 Min-maks 28,0-100,0 50,0-100,0 34,0-100,0 37,0-100,0 Rataan±SD 73,8±17,322 86,8±13,678 57,5±14,535 72,7±12,480 Tabel 19 menunjukkan bahwa dalam peran keuangan, lebih dari separuh istri berada pada kategori tinggi. Peran istri dalam urusan domestik juga berada pada kategori tinggi, sedangkan peran publik istri nelayan berada pada kategori sedang. Namun, secara keseluruhan, peran istri berada pada kategori tinggi. Hal ini berarti istri nelayan memiliki keikutsertaan dan tanggung jawab yang tinggi dalam mengelola sumberdaya keluarganya.

17 45 Hubungan Antara Karakteristik dengan Penerapan Matrilineal, Kontribusi Istri terhadap Pendapatan Keluarga, dan Peran Istri Tabel 20 menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif signifikan antara pendidikan istri dengan perannya dalam mengelola sumberdaya keluarga. Hal ini berarti peran istri akan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya pendidikan istri.. Pendapatan istri dan suami juga berhubungan dengan kontribusi istri terhadap pendapatan. Adapun hubungan pendapatan suami dengan kontribusi istri terhadap pendapatan adalah negatif. Hal ini bermakna semakin tinggi pendapatan suami, istri pun semakin sedikit berkontribusi dalam ekonomi keluarga. Dapat diketahui bahwa istri nelayan yang diteliti akan ikut bekerja apabila pendapatan dari suami dianggap kurang. Adapun jika ditinjau dari masing-masing dimensi peran istri, diketahui bahwa umur istri dan suami berhubungan positif signifikan dengan peran sosialnya. Pendidikan istri berpengaruh positif signifikan dengan peran domestiknya, dan penerapan matrilineal dalam keluarga berpengaruh sangat signifikan terhadap peran sosialnya. Selain itu, semakin tua usia suami dan istri, maka peran sosialnya akan semakin meningkat. (Tabel 20). Variabel Tabel 18 Hubungan antara karakteristik dengan penerapan matrilineal, kontribusi istri terhadap pendapatan keluarga, dan peran istri Penerapan Kontribusi Matrilineal Pendapatan Peran Istri dalam MSDK Istri Umur istri (tahun) Umur suami (tahun) Pendidikan istri (tahun) * Pendidikan suami (tahun) Besar keluarga (orang) Pendapatan istri (Rp/bln) **.125 Pendapatan suami (Rp/bln) * Keterangan : * =signifikan pada selang kepercayaan 95% **=signifikan pada selang kepercayaan 99% Dalam masyarakat pesisir Kota Padang yang diteliti, nilai-nilai budaya matrilineal masih dianut dalam kehidupan bermasyarakat. Terbukti dengan hubungan yang signifikan antara umur suami dan penerapan matrilineal dengan dimensi sosial peran istri dalam pengelolaan sumberdaya keluarga (Tabel 21).

18 46 Tabel 19 Hubungan karakteristik contoh dengan dimensi peran istri dalam pengelolaan sumberdaya keluarga Variabel Keuangan Domestik Sosial Umur istri (tahun) Umur suami (tahun) ** Pendidikan istri (tahun).268*.381*.111 Pendidikan suami (tahun) Besar Keluarga (orang) Pendapatan istri (Rp/bulan) Pendapatan suami (Rp/bulan) Pendapatan keluarga (Rp/bulan) Penerapan matrilineal (skor) ** Kontribusi ekonomi istri (persen) Kesejahteraan subyektif (skor) Keterangan : * =signifikan pada selang kepercayaan 95% **=signifikan pada selang kepercayaan 99% Kesejahteraan Subyektif Istri Kesejahteraan adalah hasil dari pengelolaan sumberdaya keluarga untuk mencapai suatu keadaan yang mencukupi baik secara fisik, ekonomi, maupun psikologis. Kesejahteraan yang dinilai berdasarkan tingkat kepuasan psikologis disebut juga sebagai kesejahteraan subyektif. Kesejahteraan subyektif istri adalah tingkat kepuasan istri terhadap kehidupannya secara fisik dan non fisik serta pada gaya manajemen sumberdaya keluarganya, dinyatakan dalam persen dan diukur dengan skala likert. Adapun pengategorian untuk kesejahteraan subyektif istri antara lain rendah (kurang dari 60 persen), sedang (antara 60 persen hingga 80 persen), dan tinggi (di atas 80 persen). Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa sebagian besar istri nelayan (83,3%) memiliki kesejahteraan subyektif yang tinggi. Sebanyak 41,7 persen nelayan pemilik dan nelayan buruh keduanya memiliki kesejahteraan subyektif yang tergolong tinggi. Hasil uji beda menunjukan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara kesejahteraan subyektif nelayan pemilik dan nelayan buruh (Tabel 20). Hal ini didukung fakta bahwa mayoritas istri nelayan menyatakan puas dan sangat puas pada seluruh item pertanyaan yang mengukur kesejahteraan subyektif istri (Lampiran 4). Responden menyatakan sangat puas pada kondisi fisik dan psikologis anak, dan puas terhadap kondisi psikologis, perekonomian, tempat tinggal, aset, dan hubungan komunikasi baik dalam internal keluarga inti maupun keluarga luas. Responden juga merasa puas dengan hubungannya dengan suami dan anak-anak

19 47 serta lingkungan pertetanggaan. Kesejahteraan subyektif bersifat sangat personal, berkaitan dengan kepuasan psikologis dan emosional terhadap kondisi diri dan keluarga. Maka, dapat dikatakan bahwa contoh cenderung mensyukuri apapun yang diperoleh sehingga perasaan puas terhadap kondisi keluarganya dapat tercapai dengan baik. Tabel 20 Sebaran keluarga berdasarkan kesejahteraan subyektif Kategori Pemilik Buruh Total Rendah (<60,0%) 2 6,6 0 0,0 2 3,3 Sedang (60,00%-80,0%) 3 10,0 5 16,6 8 13,3 Tinggi (>80,0%) 25 83, , ,4 Total , , ,0 Min-maks (persen) 56,8-99,3 74,2-87,7 56,8-94,2 Rataan (persen) ± SD 82,2±10,1 81,8±2,9 81,8±6,0 p-value 0,595 Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan bahwa kesejahteraan subyektif istri berhubungan negatif signifikan dengan pendapatan istri dan kontribusi ekonomi istri dalam keluarga (Tabel 23). Artinya, semakin tinggi pendapatan istri, maka semakin besar kontribusinya, semakin istri merasa tidak puas terhadap kondisi diri dan keluarganya. Hal ini unik, diduga terjadi karena istri bekerja bukan untuk mengaktualisasikan diri, melainkan untuk memenuhi kebutuhan keluarga yang dirasa kurang bisa dipenuhi suami. Alasan lainnya adalah ketidakpuasan yang menjadi sifat dasar manusia. Secara psikologis, manusia tidak pernah merasa puas terhadap hal-hal yang dimilikinya hari ini. Tabel 21 Hubungan karakteristik, kontribusi ekonomi, dan peran istri dengan kesejahteraan subyektif istri Variabel Kesejahteraan Subyektif Istri Umur istri (tahun) Umur suami (tahun) Pendidikan istri (tahun) Pendidikan suami (tahun).066 Besar Keluarga (orang).213 Pendapatan istri (Rp/bulan) ** Pendapatan suami (Rp/bulan).023 Pendapatan keluarga (Rp/bulan) Penerapan matrilineal (skor).069 Kontribusi ekonomi istri (persen) ** Peran istri dalam MSDK (skor) Keterangan : **=signifikan pada selang kepercayaan 99%

20 48 Manusia selalu mengharapkan yang lebih baik di masa yang akan datang. Oleh sebab itu, kesejahteraan subyektif yang diukur berdasarkan tingkat kepuasan psikologis menunjukkan hasil yang bertolak belakang dengan pendapat bahwa perempuan bekerja akan meningkatkan kesejahteraannya, yang diukur berdasarkan kepuasan materi atau finansial. Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Kesejahteraan Subyektif Istri Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesejahteraan subyektif istri diuji menggunakan uji regresi linier berganda. Adapun model regresi linier berganda terdiri ini terdiri dari enam variabel independen yaitu umur istri, pendidikan istri, besar keluarga, pendapatan keluarga, peran istri, dan kontribusi istri dalam pendapatan, sedangkan kesejahteraan subyektif istri sebagai variabel dependen. Model ini memiliki nilai Adjusted R square sebesar 0,167. Hal ini berarti, variabel-variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap kesejahteraan subyektif sebesar 16,7 persen sedangkan sisanya (83,3%) dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti (Tabel 24). Tabel 22 Nilai koefisien regresi linier faktor-faktor yang mempengaruhi kesejahteraan subyektif istri Koefisien β Variabel Tidak terstandarisasi Terstandarisasi.Sig Konstanta 130,385-0,000** Umur istri (tahun) -0,208-0,189 0,134 Pendidikan istri (tahun) 0,285 0,074 0,579 Besar keluarga (orang) 2,369 0,332 0,012* Pendapatan keluarga (rupiah) -2,401E-7-0,095 0,459 Peran istri (skor) -0,038-0,062 0,636 Kontribusi istri (persen) -0,283-0,441 0,001** F 2,968* Adjusted R Square Sig. 0,167 0,014 Keterangan : *=signifikan pada selang kepercayaan 95% **=signifikan pada selang kepercayaan 99% Hasil uji regresi linier berganda (Tabel 24) menunjukkan bahwa besar keluarga berpengaruh positif signifikan dengan koefisien regresi sebesar 2,369 dan kontribusi istri berpengaruh negatif signifikan dengan koefisien regresi sebesar 0,283 terhadap kesejahteraan subyektif istri. Artinya, dengan bertambahnya satu orang anggota keluarga, maka akan meningkatkan skor

21 49 kesejahteraan subyektif yang dirasakan oleh istri sebesar 2,369. Bertambahnya satu persen kontribusi istri terhadap pendapatan keluarga akan menurunkan skor kesejahteraan subyektif yang dirasakannya sebesar 0,283. Pembahasan Kedudukan perempuan di Sumatera Barat dipengaruhi oleh budaya matrilineal yang menjadi nilai dasar kehidupan orang suku Minangkabau. Pandangan tentang gender di masyarakat Minangkabau penting untuk dipelajari karena keunikan praktik pelaksanaannya dibandingkan dengan daerah lain di Indonesia. Konsep gender tidak dapat dipisahkan dengan konsep ekologi manusia yang menyangkut saling ketergantungan antara manusia dan lingkungan sekitar yang sesuai dengan aturan norma kultural yang dianut. Sumatera Barat, dalam hal ini, menganut kultur sistem matrilineal yang mengatur akses, kontrol, peran, dan fungsi laki-laki dan perempuan baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat sesuai dengan garis keturunan ibu. Masyarakat Minangkabau secara ideal mengatur bahwa kedudukan perempuan setara dengan laki-laki. Bahkan, pada beberapa hal, perempuan memiliki akses dan kontrol lebih tinggi daripada lakilaki, seperti pengaturan hak waris dan kepemilikan aset tetap. Di Minangkabau, hak atas kepemilikan aset tetap seperti rumah, tanah, dan kendaraan cenderung berada dalam penguasaan istri. Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga nelayan pemilik dan nelayan buruh di Kecamatan Batang Arau, Kelurahan Padang Selatan, Kota Padang, Sumatera Barat. Contoh yang diambil dalam penelitian ini adalah istri nelayan, baik yang bekerja maupun tidak bekerja. Masyarakat nelayan Minangkabau yang diteliti memiliki keunikan dari karakteristik kehidupan sosialnya yang rentan terhadap pengaruh budaya luar. Begitupun dengan konsep sistem matrilineal yang dianut oleh suku Minangkabau, dalam hal ini nelayan, tampaknya telah mengalami pergeseran makna. Teori ekologi yang dijelaskan oleh Brofenbrenner (1981) yang telah dimodifikasi oleh Puspitawati (2012) menyatakan bahwa konsep kesetaraan dan keadilan gender berada pada sistem makro, dimana terdapat keterkaitan antara keluarga dan lingkungan dalam melihat perubahan budaya. Selain itu, model yang

22 50 dikembangkan dalam teori ini juga relevan untuk melihat pengaruh budaya secara makro terhadap lingkungan ekso, meso, dan mikro tempat keluarga berkembang sesuai dengan kultur sosial budaya yang berlaku setempat. Istri lebih banyak berperan pada ranah domestik daripada mengurusi keuangan atau berkiprah di ranah sosial. Adapun peran yang didominasi oleh istri adalah perawatan anak sehari-hari, urusan rumah tangga, dan urusan keluarga. Hal ini sesuai dengan budaya Minangkabau yang memberikan wewenang kepada perempuan dalam mengurusi rumah tangga dan menjadi pewaris atas harta pusaka keluarga matrilinealnya. Proses tersebut berlangsung terus menerus dari generasi ke generasi (Abidin 2009). Namun, perempuan tidak dapat memangku fungsi pemimpin kelompok ke ranah sosial di luar keluarga. Jika suami berhalangan, fungsi keluar ini diwakili oleh pemimpin keluarga yang paling dekat kekerabatannya, yaitu saudara laki-laki ibu (Beckmann 2000). Dalam penelitian ini, kesejahteraan subyektif istri ditinjau berdasarkan pengaruh kontribusi istri terhadap pendapatan keluarga dan peran istri dalam pengelolaan sumberdaya rumah tangga. Selain itu, kesejahteraan subyektif istri juga dipengaruhi oleh karakteristik individu dan keluarganya seperti umur, pendidikan istri, dan besar keluarga. Hal lain yang memberikan pengaruh adalah penguasaan istri atas aset dan sumberdaya keluarga. Semakin istri memiliki hak kepemilikan atas aset dan sumberdaya keluarga, maka semakin tinggi pula rasa kepuasan yang dirasakan istri, meski mayoritas istri nelayan tidak bekerja. Nelayan pemilik dan nelayan buruh yang diteliti berada pada status hampir miskin dengan sebagian besar istri tidak bekerja. Adapun istri yang bekerja mayoritas adalah istri nelayan buruh yang memiliki pendapatan lebih rendah daripada nelayan pemilik. Guhardja et al. (1992) menyatakan bahwa individu dan keluarga berpendapatan rendah biasanya mempunyai orientasi untuk masa sekarang saja daripada orientasi untuk masa depannya dalam perspetif waktu. Oleh karenanya, kontribusi pendapatan istri tergolong rendah. Hal yang menarik dari kontribusi pendapatan istri nelayan ini adalah semakin tinggi kontribusinya maka semakin rendah kesejahteraan subyektif yang dirasakannya. Sejalan dengan hal ini, Andriyadi (2000) menyatakan bahwa tinggi rendahnya kontribusi ekonomi wanita ditentukan oleh jumlah anggota keluarga atau rumah tangga yang bekerja

23 51 mencari nafkah dan memperoleh pendapatan berupa uang. Apabila kontribusi ekonomi istri tinggi, maka kebutuhan dapat terpenuhi dan meningkatkan kesejahteraan obyektif keluarga. Kontribusi istri terhadap pendapatan berpengaruh negatif terhadap kesejahteraan subyektif. Hal ini dapat dijelaskan dengan fakta di lapangan yang menunjukkan bahwa istri yang bekerja dan berkontribusi dalam pendapatan keluarga kebanyakan adalah istri nelayan buruh yang berpendapatan rendah. Sehingga, motif istri dalam bekerja di luar rumah adalah untuk membantu keuangan keluarga yang kekurangan, bukan sebagai ajang aktualisasi diri. Adapun hasil penelitian Hayati (2011) menunjukkan bahwa kontribusi ekonomi istri terhadap pendapatan keluarga berpengaruh positif terhadap kesejahteraan obyektif. Kesejahteraan subyektif istri ditinjau berdasarkan pengaruh kontribusi istri terhadap pendapatan keluarga dan peran istri dalam pengelolaan sumberdaya rumah tangga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesejahteraan subyektif istri dipengaruhi besar keluarga dan kontribusi pendapatan istri. Hal lain yang memberikan pengaruh adalah penguasaan istri atas aset dan sumberdaya keluarga. Semakin istri memiliki hak kepemilikan atas aset dan sumberdaya keluarga, maka semakin tinggi pula rasa kepuasan yang dirasakan istri. Sejalan dengan hasil penelitian Rachmawati (2010), yang menyatakan bahwa kesejahteraan subyektif dipengaruhi secara negatif oleh kontribusi ekonomi istri. Besar keluarga berpengaruh positif terhadap kesejahteraan subyektif istri. Hal ini berarti meskipun masyarakat Minangkabau secara adat mengutamakan perempuan dalam segala hal, tapi peran dan fungsi nature perempuan dalam pengasuhan dan pemeliharaan keluarga tidak mengalami pergeseran nilai karena sudah diatur sedemikian rupa oleh norma budaya setempat. Semakin banyak anggota keluarga yang diurus di dalam keluarga, maka semakin tinggi pula kepuasan yang dirasakan oleh istri. Hal ini sejalan dengan pendapat Nurulfirdausi (2010), yang menyatakan bahwa besar keluarga berpengaruh positif signifikan terhadap kesejahteraan subyektif istri. Peran gender dalam keluarga nelayan yang diteliti lebih dititikberatkan kepada peran istri dalam pengelolaan sumberdaya rumah tangga. Berkaitan

24 52 dengan peran gender tersebut, digunakan istilah-istilah dalam analisis gender Moser dan Harvard (Puspitawati 2012) yang mencakup peran domestik, peran publik, dan peran kemasyarakatan. Dalam masyarakat Minangkabau yang mengutamakan perempuan, ternyata peran gender yang terjadi dalam keluarga masih dominan dipegang oleh istri. Peran gender istri nelayan pemilik dan nelayan buruh dalam penelitian ini sama-sama berada pada kategori tinggi. Hal ini diduga karena besarnya alokasi waktu melaut yang dihabiskan suami di luar rumah, sehingga istri berperan lebih besar dalam mengelola rumah tangga. Namun, tingginya peran istri dalam mengelola sumberdaya keluarga ini justru memberikan pengaruh positif terhadap kesejahteraan subyektif yang dirasakannya. Hal ini diduga karena istri nelayan memiliki penguasaan yang absolut terhadap hak atas kepemilikan rumah dan benda berharga, sehingga istri nelayan memperoleh rasa aman dalam hal finansial. Penelitian ini memberikan pandangan yang sedikit berbeda dari konsep gender secara umum karena tatanan masyarakat yang diteliti juga memiliki kekhasan yang tidak dimiliki oleh masyarakat lain di Indonesia. Kesejahteraan subyektif perempuan dari perspektif gender ternyata tidak hanya dipengaruhi oleh kiprah perempuan di luar rumah, namun bisa jadi dengan pengabdian perempuan di dalam keluarganya, perempuan merasakan kesejahteraan dan kepuasan secara psikologis. Demikian pula dengan kesejahteraan, penelitian ini menunjukkan bahwa kesejahteraan tidak hanya bisa diraih dengan kecukupan materi, namun bisa dirasakan dengan kepuasan batin dalam menjalankan peran dan fungsi dalam keluarga yang dianut oleh masyarakat setempat. Keterbatasan Penelitian Keterbatasan dalam penelitian ini adalah tidak diketahuinya jumlah sampel antara nelayan pemilik dengan nelayan buruh, sehingga tidak bisa dilakukan pengambilan sampel secara acak proporsional. Untuk mengatasi hal ini, peneliti melakukan pengambilan sampel dengan metode purposive secara snowball. Hal ini menyebabkan hasil penelitian hanya dapat menerangkan kondisi masyarakat nelayan yang diteliti, akan tetapi tidak bisa di generalisasi pada masyarakat Matrilineal yang lebih luas.

METODE PENELITIAN. Populasi dan Teknik Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN. Populasi dan Teknik Pengambilan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan desain cross sectional study, yaitu data dikumpulkan pada satu waktu untuk memperoleh gambaran

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Sumatera merupakan pulau yang memiliki sejumlah suku besar berciri khas tradisional. Suku yang terkenal adalah Minangkabau, Aceh, Batak, Melayu, dan ada juga sejumlah suku-suku

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Provinsi Sumatera Barat yang identik dengan Minangkabau merupakan satu-satunya daerah di Indonesia yang menganut sistem matrilineal. Masyarakat Minangkabau ini pun merupakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 21 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kelurahan Kertamaya adalah salah satu kelurahan di Kecamatan Bogor Selatan, Provinsi Jawa Barat. Luas Kelurahan Kertamaya ialah 360 ha/m 2. Secara

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Definisi Keluarga dan Pendekatan Teori. Definisi Keluarga

TINJAUAN PUSTAKA. Definisi Keluarga dan Pendekatan Teori. Definisi Keluarga 7 Definisi Keluarga TINJAUAN PUSTAKA Definisi Keluarga dan Pendekatan Teori Menurut Undang-Undang nomor 10 Tahun 1992 Pasal 1 Ayat 10, keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami,

Lebih terperinci

HASIL. Tabel 20 Sebaran nilai minimum, maksimum, rata-rata dan standar deviasi karakteristik keluarga Rata-rata ± Standar Deviasi

HASIL. Tabel 20 Sebaran nilai minimum, maksimum, rata-rata dan standar deviasi karakteristik keluarga Rata-rata ± Standar Deviasi 43 HASIL Karakteristik Keluarga Tabel 20 menunjukkan data deskriptif karakteristik keluarga. Secara umum, usia suami dan usia istri saat ini berada pada kategori dewasa muda (usia diatas 25 tahun) dengan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian

Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian LAMPIRAN 59 60 Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian 61 Lampiran 2 Korelasi antar variabel (Pearson Product Moment Correlations) Variabel X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 62 X1 1 X2.924 ** 1

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Sumber: Data primer Profil Kelurahan Lenteng Agung 2009.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Sumber: Data primer Profil Kelurahan Lenteng Agung 2009. 41 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Daerah Penelitian Letak Geografis dan Keadaan Wilayah Kelurahan Lenteng Agung merupakan salah satu kelurahan dari enam kelurahan di Kecamatan Jagakarsa termasuk dalam

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu dan Lokasi Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu dan Lokasi Penelitian 39 METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Lokasi Penelitian Desain dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan desain cross sectional study, yaitu penelitian yang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study dengan metode survey di Kelurahan Kertamaya, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor. Pemilihan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh 2 METODE PENELITIAN Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan disain cross sectional study, yaitu suatu penelitian dengan teknik pengambilan data melalui survei lapang dalam satu titik

Lebih terperinci

V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU

V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU Wilayah Kabupaten Indramayu terletak pada posisi geografis 107 o 52 sampai 108 o 36 Bujur Timur (BT) dan 6 o 15 sampai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan wanita untuk bekerja adalah

Lebih terperinci

Gambar 2 Metode Penarikan Contoh

Gambar 2 Metode Penarikan Contoh 17 METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan disain Cross Sectional Study, yaitu data dikumpulkan pada satu waktu untuk memperoleh gambaran karakteristik contoh

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. SMP Negeri 1 Dramaga. Siswa kelas 8 (9 kelas) Siswa kelas 8.4 dan 8.6 n= siswa laki-laki 30 siswa perempuan

METODE PENELITIAN. SMP Negeri 1 Dramaga. Siswa kelas 8 (9 kelas) Siswa kelas 8.4 dan 8.6 n= siswa laki-laki 30 siswa perempuan 18 METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian interaksi keluarga yang memfokuskan pada interaksi antara ibu dengan anak. Desain yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Keadaan Geografis Desa Karacak Desa Karacak merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan kualitas sumberdaya manusia di Indonesia masih perlu mendapat prioritas dalam pembangunan nasional. Berdasarkan laporan United Nation for Development Programme

Lebih terperinci

diketahui masalah fungsional utama yang merupakan proses yang terjadi dalam keluarga nelayan. Pada gilirannya, maka dapat diukur output keluarga

diketahui masalah fungsional utama yang merupakan proses yang terjadi dalam keluarga nelayan. Pada gilirannya, maka dapat diukur output keluarga KERANGKA PEMIKIRAN Kesejahteraan merupakan suatu hal yang bersifat subjektif, sehingga setiap keluarga atau individu di dalamnya yang memiliki pedoman, tujuan, dan cara hidup yang berbeda akan memberikan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG DESA OLAK KECAMATAN SUNGAI MANDAU KABUPATEN SIAK

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG DESA OLAK KECAMATAN SUNGAI MANDAU KABUPATEN SIAK 12 BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG DESA OLAK KECAMATAN SUNGAI MANDAU KABUPATEN SIAK A. Kondisi Geografis Desa Olak merupakan salah satu daerah integral yang terletak di Kecamatan Sungai Mandau Kabupaten Siak

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian 17 METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai pengaruh pola penggunaan jejaring sosial terhadap motivasi dan alokasi waktu belajar siswa SMPN 1 Dramaga, menggunakan desain

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian 19 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain retrospektif dan cross sectional karena data yang diambil berkenaan dengan pengalaman masa lalu yaitu saat keluarga

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Kerangka Penarikan Contoh Penelitian. Purposive. Kecamatan Bogor Barat. Purposive. Kelurahan Bubulak

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Kerangka Penarikan Contoh Penelitian. Purposive. Kecamatan Bogor Barat. Purposive. Kelurahan Bubulak 25 METODE PENELITIAN Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Disain yang digunakan dalam penelitian ini adalah kombinasi antara cross sectional study, yaitu penelitian yang hanya dilakukan pada satu waktu

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. satu daerah yang memiliki jumlah kelompok nelayan terbanyak. Dari data

METODE PENELITIAN. satu daerah yang memiliki jumlah kelompok nelayan terbanyak. Dari data METODE PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian Daerah penelitian secara purposive di kecamatan Medan Labuhan dengan pertimbangan bahwa berdasarkan data sekunder daerah tersebut merupakan salah satu

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2 Sebaran jumlah penduduk menurut lokasi penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2 Sebaran jumlah penduduk menurut lokasi penelitian 25 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Secara administratif, Desa Kuning Gading dan Desa Rantau Ikil termasuk dalam wilayah Kecamatan Pelepat Ilir dan Kecamatan Jujuhan, Kabupaten Bungo,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan pengurangan kemiskinan. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu

I. PENDAHULUAN. dan pengurangan kemiskinan. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan ekonomi adalah peningkatan pendapatan nasional dan pengurangan kemiskinan. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dikembangkan dan dikelola sumberdaya

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. dinyatakan bahwa pembahasan yang akan diuraikan meliputi: pembahasan hasil. penelitian, temuan teoritis dan keterbatasan penelitian.

BAB V PEMBAHASAN. dinyatakan bahwa pembahasan yang akan diuraikan meliputi: pembahasan hasil. penelitian, temuan teoritis dan keterbatasan penelitian. BAB V PEMBAHASAN Pada bab ini penulis akan mendeskripsikan pembahasan tentang pengaruh biaya sewa tempat terhadap minat nasabah dalam memilih produk gadai emas syariah di BRI Syariah Kantor Cabang Gubeng

Lebih terperinci

KONDISI SOSIAL EKONOMI RUMAH TANGGA PERIKANAN DI DESA TANJUNG PASIR

KONDISI SOSIAL EKONOMI RUMAH TANGGA PERIKANAN DI DESA TANJUNG PASIR 31 KONDISI SOSIAL EKONOMI RUMAH TANGGA PERIKANAN DI DESA TANJUNG PASIR Pengertian kondisi sosial ekonomi adalah suatu keadaan atau kedudukan yang diatur secara sosial dan menetapkan seseorang dalam posisi

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. luas keseluruhan wilayah kabupaten pasaman barat. Kecamatan sungai beremas dengan

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. luas keseluruhan wilayah kabupaten pasaman barat. Kecamatan sungai beremas dengan BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Geografis Kecamatan sungai beremas merupakan salah satu daerah di sebelah utara kabupaten pasaman barat dengan luas wilayah sekitar 440,48 km 2 atau 11,33 persen

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Lokasi Teknik Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Lokasi Teknik Pengambilan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Lokasi Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian yang berjudul Analisis Konsumsi Beras Merah (Oryza nivara) dengan Pendekatan Theory of Planned Behavior (TPB).

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh 25 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Data dikumpulkan untuk meneliti suatu fenomena dalam satu kurun waktu tertentu (Umar 2006).

Lebih terperinci

Lampiran 1 Peta Lokasi Penelitian

Lampiran 1 Peta Lokasi Penelitian LAMPIRAN 143 144 Lampiran 1 Peta Lokasi Penelitian 145 146 Lampiran 3 Pengukuran Variabel Penelitian untuk Jawaban Pengetahuan No. Pernyataan Betul Salah Pengetahuan tentang keluarga sistem matrilineal

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu isu yang muncul menjelang berakhirnya abad ke-20 adalah persoalan gender. Isu tentang gender ini telah menjadi bahasan yang memasuki setiap analisis sosial. Gender

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu dan Lokasi Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu dan Lokasi Penelitian 46 METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini merupakan studi cross-sectional karena data dikumpulkan pada satu waktu tidak berkelanjutan (Singarimbun dan Effendi 1991). Penelitian

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 20 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah 4.1.1 Geografi, topografi dan iklim Secara geografis Kabupaten Ciamis terletak pada 108 o 20 sampai dengan 108 o 40 Bujur Timur (BT) dan 7 o

Lebih terperinci

Strategi Koping Fungsi Ekonomi: Strategi penghematan Strategi penambahan pendapatan. Dukungan Sosial: Keluarga Besar Tetangga. Input Throughput Output

Strategi Koping Fungsi Ekonomi: Strategi penghematan Strategi penambahan pendapatan. Dukungan Sosial: Keluarga Besar Tetangga. Input Throughput Output 34 KERANGKA PEMIKIRAN Kemiskinan yang melanda bangsa Indonesia selama bertahun-tahun menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat Indonesia. Salah satunya adalah meningkatnya harga kebutuhan pokok yang mengakibatkan

Lebih terperinci

2015 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMSI MASYARAKAT

2015 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMSI MASYARAKAT BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, setiap individu maupun masyarakat luas selalu berusaha dalam memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya. Baik individu maupun masyarakat

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 25 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Kondisi Fisik Desa Desa Pusakajaya merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Pusakajaya, Kabupaten Subang, Propinsi Jawa Barat, dengan

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN TRADISI MIYANG DI DESA WERU KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN. Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan. Adapun jarak Desa Weru

BAB III PELAKSANAAN TRADISI MIYANG DI DESA WERU KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN. Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan. Adapun jarak Desa Weru BAB III PELAKSANAAN TRADISI MIYANG DI DESA WERU KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN A. Gambaran umum Desa Weru 1. Letak Geografis Desa Weru merupakan salah satu Desa yang berada di Kecamatan Paciran Kabupaten

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Lampung. Secara geografis Kota Bandar Lampung terletak pada sampai

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Lampung. Secara geografis Kota Bandar Lampung terletak pada sampai 31 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Kota Bandar Lampung Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Propinsi Lampung. Oleh karena itu, selain merupakan pusat kegiatan pemerintahan, sosial,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kabupaten Gorontalo Utara merupakan wilayah administrasi yang merupakan kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh 17 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Desain penelitian ini adalah cross sectional study, yaitu penelitian yang dilakukan pada satu waktu. Pemillihan tempat dilakukan dengan cara pupossive, yaitu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KECAMATAN RUMBAI PESISIR. orang jawa yang masuk dalam Wilayah Wali Tebing Tinggi. Setelah itu

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KECAMATAN RUMBAI PESISIR. orang jawa yang masuk dalam Wilayah Wali Tebing Tinggi. Setelah itu BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KECAMATAN RUMBAI PESISIR A. Letak Dan Sejarah Geografis Pada tahun 1923 Jepang masuk yang diberi kekuasaan oleh Raja Siak untuk membuka lahan perkebunan karet dan sawit yang

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI ADAT SAMBATAN BAHAN BANGUNAN DI DESA KEPUDIBENER KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN

BAB III DESKRIPSI ADAT SAMBATAN BAHAN BANGUNAN DI DESA KEPUDIBENER KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN BAB III DESKRIPSI ADAT SAMBATAN BAHAN BANGUNAN DI DESA KEPUDIBENER KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN A. Deskripsi Umum tentang Desa Kepudibener 1. Letak Geografis Desa Kepudibener merupakan satu desa yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 UMUM 3.2 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI 3.1 UMUM 3.2 METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI 3.1 UMUM Metodologi penelitian ini menguraikan tahapan penelitian yang dilakukan dalam studi ini. Penggunaan metode yang tepat, terutama dalam tahapan pengumpulan dan pengolahan data,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian 25 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Cikahuripan merupakan salah satu desa yang berada di wilayah Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi dengan luas wilayah 702 Ha, ketinggian diatas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di negara sedang berkembang kemiskinan adalah masalah utama. Menurut Chambers (1983), kemiskinan yang dialami oleh sebagian besar rakyat di negara sedang berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu masalah pokok yang dihadapi Pemerintah Indonesia sebagai negara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu masalah pokok yang dihadapi Pemerintah Indonesia sebagai negara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu masalah pokok yang dihadapi Pemerintah Indonesia sebagai negara sedang berkembang adalah jumlah penduduk yang besar dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan 18 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Letak dan Keadaan Geografis Kelurahan Lubuk Gaung adalah salah satu kelurahan yang terletak di Kecamatan Sungai Sembilan Kota Dumai Provinsi Riau. Kelurahan Lubuk

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Indramayu Kabupaten Indramayu secara geografis berada pada 107 52'-108 36' BT dan 6 15'-6 40' LS. Berdasarkan topografinya sebagian besar merupakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh 19 METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study, yaitu penelitian yang dilakukan pada satu waktu tertentu. Lokasi penelitian adalah Desa

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK MASYARAKAT NELAYAN DENGAN STRATEGI SOSIAL DAN STRATEGI EKONOMI NELAYAN

BAB VII ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK MASYARAKAT NELAYAN DENGAN STRATEGI SOSIAL DAN STRATEGI EKONOMI NELAYAN BAB VII ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK MASYARAKAT NELAYAN DENGAN STRATEGI SOSIAL DAN STRATEGI EKONOMI NELAYAN 7.1. Hubungan Karakteristik Nelayan dengan Strategi Sosial 7.1.1. Hubungan Usia dengan Strategi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Kemiskinan masih menjadi masalah yang mengancam Bangsa Indonesia. Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada bulan Maret 2007 sebesar 37,17 juta jiwa yang berarti sebanyak 16,58

Lebih terperinci

BAB 4 PENGARUH PEMBANGUNAN PASUPATI TERHADAP KARAKTERISTIK PERGERAKAN CIMAHI-BANDUNG

BAB 4 PENGARUH PEMBANGUNAN PASUPATI TERHADAP KARAKTERISTIK PERGERAKAN CIMAHI-BANDUNG BAB 4 PENGARUH PEMBANGUNAN PASUPATI TERHADAP KARAKTERISTIK PERGERAKAN CIMAHI-BANDUNG Pada bab ini akan dipaparkan mengenai responden pelaku pergerakan Cimahi-Bandung yang berpotensial untuk menggunakan

Lebih terperinci

Abstrak. Kata kunci: perempuan, bekerja, sektor publik, adat

Abstrak. Kata kunci: perempuan, bekerja, sektor publik, adat Judul : Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Perempuan Bali untuk Bekerja di Sektor Publik (Studi Kasus di Desa Adat Kerobokan Kuta Utara Kabupaten Badung). Nama : Ni Putu Devi Ekayanti Ningsih

Lebih terperinci

Kecamatan Selat Nasik

Kecamatan Selat Nasik Katalog BPS: 1101001.1902063 Statistik Daerah Kecamatan Selat Nasik 2015 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BELITUNG STATISTIK DAERAH KECAMATAN SELAT NASIK 2015 ISSN : 2407-2869 No. Publikasi : 19020.1507

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Patriarki adalah sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Patriarki adalah sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Patriarki adalah sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki sebagai sosok otoritas utama yang sentral dalam organisasi sosial. Kebanyakan sistem patriarki juga

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Karakteristik Nelayan Tangkap Kelurahan Untung Jawa. Pulau Untung Jawa yang berbasis sumberdaya perikanan menyebabkan

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Karakteristik Nelayan Tangkap Kelurahan Untung Jawa. Pulau Untung Jawa yang berbasis sumberdaya perikanan menyebabkan VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Karakteristik Nelayan Tangkap Kelurahan Untung Jawa Pulau Untung Jawa yang berbasis sumberdaya perikanan menyebabkan mayoritas penduduknya berprofesi sebagai nelayan. Sekitar

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 35 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Bab ini mendeskripsikan keadaan umum wilayah penelitian dan deskripsi dan analisis tayangan iklan layanan masyarakat. Dalam penelitian ini kondisi potensi sosial

Lebih terperinci

BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP)

BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP) 58 BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP) Bab ini mendeskripsikan karakteristik demografi individu petani

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - Oktober 2013, pengambilan sampel sudah dilaksanakan di Pantai Patra Sambolo, Kecamatan Anyer Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 18 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Desa Gorowong Desa Gorowong merupakan salah satu desa yang termasuk dalam Kecamatan Parung Panjang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut pernyataan Menteri Kelautan dan Perikanan RI (nomor kep.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut pernyataan Menteri Kelautan dan Perikanan RI (nomor kep. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kelautan dengan kekayaan laut maritim yang sangat melimpah, negara kepulauan terbesar di dunia dengan garis pantai yang terpanjang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Contoh dan Metode Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Contoh dan Metode Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain Cross Sectional Study yaitu penelitian yang dilakukan pada satu waktu dan menggunakan metode survei. Lokasi penelitian

Lebih terperinci

Lampiran 1 Uji korelasi Pearson hubungan antar variabel penelitian Hubungan antar variabel penelitian

Lampiran 1 Uji korelasi Pearson hubungan antar variabel penelitian Hubungan antar variabel penelitian LAMPIRAN 83 84 85 Lampiran 1 Uji korelasi Pearson hubungan antar variabel penelitian Hubungan antar variabel penelitian V. X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 X1 1 X2-1.406 ** X3 -.133 -.171

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Jenis dan Teknik Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Jenis dan Teknik Pengambilan Contoh 20 METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study, karena data dikumpulkan pada satu waktu dan tidak berkelanjutan dengan sampel yang dipilih khusus

Lebih terperinci

BAB 5 ANALISIS HASIL PENELITIAN. Dari hasil penelitian ini diperoleh gambaran umum penelitian yang

BAB 5 ANALISIS HASIL PENELITIAN. Dari hasil penelitian ini diperoleh gambaran umum penelitian yang 4 BAB 5 ANALISIS HASIL PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Dari hasil penelitian ini diperoleh gambaran umum penelitian yang meliputi lokasi penelitian dan aktivitas orang lanjut usia di kelurahan

Lebih terperinci

PERAN WANITA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA NELAYAN DI DESA TASIKAGUNG KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG JAWA TENGAH

PERAN WANITA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA NELAYAN DI DESA TASIKAGUNG KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG JAWA TENGAH PERAN WANITA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA NELAYAN DI DESA TASIKAGUNG KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG JAWA TENGAH TUGAS AKHIR TKP 481 Oleh : ASTRID EKANINGDYAH L2D000400 JURUSAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELUANG KERJA SUAMI DAN ISTRI DI LUAR SEKTOR PERIKANAN

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELUANG KERJA SUAMI DAN ISTRI DI LUAR SEKTOR PERIKANAN VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELUANG KERJA SUAMI DAN ISTRI DI LUAR SEKTOR PERIKANAN Rumahtangga adalah basis unit kegiatan produksi dan konsumsi dimana anggota rumahtangga merupakan sumberdaya manusia

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL PENELITIAN

ANALISIS HASIL PENELITIAN 69 VI. ANALISIS HASIL PENELITIAN Bab ini membahas hubungan antara realisasi target pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pemerintah terhadap ketimpangan gender di pasar tenaga kerja Indonesia. Pertama, dilakukan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian

METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian METODE PENELITIAN Penelitian ini akan memberikan gambaran secara menyeluruh dan mendalam terhadap fenomena strategi nafkah rumah tangga miskin dan pilihan strategi nafkah yang akan dijalankannya. Penelitian

Lebih terperinci

PERILAKU KOMUNIKASI, PERSEPSI DAN ADOPSI PROGRAM PENGGUNAAN KOMPOR DAN TABUNG GAS TIGA KILOGRAM IBU RUMAH TANGGA DI JAGAKARSA, JAKARTA SELATAN

PERILAKU KOMUNIKASI, PERSEPSI DAN ADOPSI PROGRAM PENGGUNAAN KOMPOR DAN TABUNG GAS TIGA KILOGRAM IBU RUMAH TANGGA DI JAGAKARSA, JAKARTA SELATAN 62 L A M P I R A N 63 Lampiran 1. Kuesioner penelitian PERILAKU KOMUNIKASI, PERSEPSI DAN ADOPSI PROGRAM PENGGUNAAN KOMPOR DAN TABUNG GAS TIGA KILOGRAM IBU RUMAH TANGGA DI JAGAKARSA, JAKARTA SELATAN KUESIONER

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN

HUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN 45 HUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN Pengambilan keputusan yang dilakukan dalam rumah tangga perikanan berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan hasil dan pembahasan penelitian tentang Hubungan Antara Faktor Kondisi Kesehatan dan Kondisi Sosial dengan Kemandirian Lanjut Usia di

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK RESPONDEN

KARAKTERISTIK RESPONDEN 18 KARAKTERISTIK RESPONDEN Bab ini menjelaskan mengenai karakteristik lansia yang menjadi responden. Adapun data karakteristik yang dimaksud meliputi jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, status perkawinan,

Lebih terperinci

BAB IV PROFIL DESA BANJARWARU

BAB IV PROFIL DESA BANJARWARU BAB IV PROFIL DESA BANJARWARU 4.1. Lokasi dan Kondisi Geografis Desa Banjarwaru merupakan salah satu desa yang secara administratif termasuk dalam wilayah Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.. Keadaan Umum Tempat Penelitian Palabuhanratu merupakan salah satu kecamatan di daerah pesisir Teluk Palabuhanratu yang juga merupakan ibu kota Kabupaten Sukabumi, Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih memandang mereka sebagai subordinat laki-laki. Salah satu bentuk

BAB I PENDAHULUAN. masih memandang mereka sebagai subordinat laki-laki. Salah satu bentuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konstruksi budaya patriarki yang masih mengakar kuat di Indonesia hingga saat ini, mengakibatkan posisi perempuan semakin terpuruk, terutama pada kelompok miskin. Perempuan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data satu periode, yaitu data Program

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data satu periode, yaitu data Program III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian 1. Data dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data satu periode, yaitu data Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP)

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh 31 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan metode survei dengan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpul data utama.

Lebih terperinci

TINGKAT KEBERDAYAAN EKONOMI PEREMPUAN

TINGKAT KEBERDAYAAN EKONOMI PEREMPUAN 65 VII. TINGKAT KEBERDAYAAN EKONOMI PEREMPUAN 7.1 Akses dan Kontrol Peserta Perempuan Program Terhadap Sumberdaya Tingkat keberdayaan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan program PNPM Mandiri

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KARAKTERISTIK RESPONDEN Sebelum membahas pola pembagian peran dalam keluarga responden, terlebih dahulu akan di jelaskan mengenai karakteristik responden yang akan dirinci

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat dan Waktu Penelitian 18 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah kombinasi antara cross sectional study, yaitu penelitian yang dilakukan hanya pada satu waktu

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH LOKASI. Sesuai dengan kondisi letak geografis kelurahan Way Dadi yang berada tepat

BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH LOKASI. Sesuai dengan kondisi letak geografis kelurahan Way Dadi yang berada tepat 28 BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH LOKASI A. Sejarah Singkat Kelurahan Way Dadi Sesuai dengan kondisi letak geografis kelurahan Way Dadi yang berada tepat berbatasan dengan wilayah Bandar Lampung maka pada

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN 5.1. Usia Usia responden dikategorikan menjadi tiga kategori yang ditentukan berdasarkan teori perkembangan Hurlock (1980) yaitu dewasa awal (18-40), dewasa madya (41-60)

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 41 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung 1. Keadaan Umum Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi di Republik Indonesia dengan areal daratan seluas 35.288 km2. Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Data kemiskinan yang baik dapat

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Data kemiskinan yang baik dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kemiskinan merupakan salah satu persoalan mendasar yang menjadi pusat perhatian pemerintah di negara manapun. Salah satu aspek penting untuk mendukung strategi

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Seram Bagian Timur memiliki luas wilayah 20.656.894 Km 2 terdiri dari luas lautan 14,877.771 Km 2 dan daratan 5,779.123 Km 2. Dengan luas

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kecamatan Benai terletak antara LS dan BT

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kecamatan Benai terletak antara LS dan BT BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Kecamatan Benai terletak antara 0000-10 00 LS dan 1010 02-1010 55 BT dengan luas wilayah 249,36 km2 atau sekitar 3,26% dari keseluruhan luas Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Sejarah Singkat Berdirinya Madrasah Ibtidaiyah Thalabul Khair

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Sejarah Singkat Berdirinya Madrasah Ibtidaiyah Thalabul Khair 53 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Singkat Berdirinya Madrasah Ibtidaiyah Thalabul Khair Pendidikan merupakan upaya pembentukan karakter yang dilakukan

Lebih terperinci

Karakteristik Keluarga : Besar Keluarga Pendidikan Suami Pekerjaan Suami Pendapatan Keluarga Pengeluaran Keluarga. Persepsi Contoh terhadap LPG

Karakteristik Keluarga : Besar Keluarga Pendidikan Suami Pekerjaan Suami Pendapatan Keluarga Pengeluaran Keluarga. Persepsi Contoh terhadap LPG KERANGKA PEMIKIRAN Program konversi minyak tanah ke LPG dilakukan melalui pembagian paket LPG kg beserta tabung, kompor, regulator dan selang secara gratis kepada keluarga miskin yang jumlahnya mencapai.

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN PENELITIAN

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN PENELITIAN BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN PENELITIAN 5.1 Faktor Internal Responden Penelitian Faktor internal dalam penelitian ini terdiri dari jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan, status

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM 35 BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis Desa Tegal merupakan salah satu desa dari 8 desa lainnya yang terletak di Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor. Secara wilayah, Desa Tegal memiliki luas sekitar

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI DENGAN PERAN GENDER DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN

HUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI DENGAN PERAN GENDER DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN 39 HUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI DENGAN PERAN GENDER DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN Pembagian peran/aktivitas yang dilakukan dalam rumah tangga perikanan berkaitan dengan

Lebih terperinci

Kertasari. Dengan mewajibkan peserta program untuk menggunakan. persalinan) dan pendidikan (menyekolahkan anak minimal setara SMP),

Kertasari. Dengan mewajibkan peserta program untuk menggunakan. persalinan) dan pendidikan (menyekolahkan anak minimal setara SMP), PENGARUH IMPLEMENTASI PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) TERHADAP PESERTA PROGRAM DI KELURAHAN KERTASARI KECAMATAN CIAMIS KABUPATEN CIAMIS TAHUN 2012 Oleh : Teguh Setiadi Abstrak : Penelitian ini ingin mengkaji

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Isu tentang peran perempuan Indonesia dalam pembangunan nasional dewasa ini menjadi semakin penting dan menarik. Peran perempuan Indonesia dalam pembangunan nasional

Lebih terperinci

BAB VI PERAN (PEMBAGIAN KERJA) DALAM RUMAHTANGGA PESERTA PRODUK PEMBIAYAAN BMT SWADAYA PRIBUMI

BAB VI PERAN (PEMBAGIAN KERJA) DALAM RUMAHTANGGA PESERTA PRODUK PEMBIAYAAN BMT SWADAYA PRIBUMI BAB VI PERAN (PEMBAGIAN KERJA) DALAM RUMAHTANGGA PESERTA PRODUK PEMBIAYAAN BMT SWADAYA PRIBUMI 6.1 Peran (Pembagian Kerja) dalam Rumahtangga Peserta Peran atau pembagian kerja tidak hanya terdapat dalam

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Magelang secara Geografis terletak pada posisi Lintang

IV. GAMBARAN UMUM. Magelang secara Geografis terletak pada posisi Lintang IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Lokasi dan Geografi Kota Magelang Kota Magelang merupakan salah satu kota di Provinsi Jawa Tengah. Kota Magelang secara Geografis terletak pada posisi 7 0 26 18 7 0 30 9 Lintang

Lebih terperinci

BAB V BEBAN GANDA WANITA BEKERJA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB V BEBAN GANDA WANITA BEKERJA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA BAB V BEBAN GANDA WANITA BEKERJA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 5.1 Beban Ganda Beban ganda wanita adalah tugas rangkap yang dijalani oleh seorang wanita (lebih dari satu peran) yakni sebagai ibu

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

BAB VI PROFIL RUMAHTANGGA PESERTA PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN (PNPM MP) DI DESA KEMANG

BAB VI PROFIL RUMAHTANGGA PESERTA PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN (PNPM MP) DI DESA KEMANG BAB VI PROFIL RUMAHTANGGA PESERTA PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN (PNPM MP) DI DESA KEMANG Bab ini mendeskripsikan profil rumahtangga peserta PNPM MP di Desa Kemang yang di survei

Lebih terperinci