PENGARUH TEKSTUR POHON TERHADAP PERSEPSI RUANG DAN KEINDAHAN LIPUR LISTYARINI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH TEKSTUR POHON TERHADAP PERSEPSI RUANG DAN KEINDAHAN LIPUR LISTYARINI"

Transkripsi

1 PENGARUH TEKSTUR POHON TERHADAP PERSEPSI RUANG DAN KEINDAHAN LIPUR LISTYARINI DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

2 RINGKASAN LIPUR LISTYARINI (A ). Pengaruh Tekstur Pohon terhadap Persepsi Ruang dan Keindahan. Dibimbing oleh ANDI GUNAWAN. Elemen desain yang paling menonjol secara estetika ialah bentuk, ukuran, tekstur, dan warna. Tekstur sebagai elemen desain secara psikologis mempunyai peran penting jika dikaitkan dengan keruangan. Tekstur pada pohon merupakan kekasaran atau kehalusan secara visual pada satu atau kelompok pohon. Pengetahuan tentang tektsur visual pohon berguna untuk menciptakan kesan tertentu dalam lanskap atau memodifikasi kesan ruang yang sudah ada. Dengan mengetahui tekstur pohon, memungkinkan aplikasi dalam proses desain lanskap secara tepat agar diperoleh lanskap yang indah, menarik, dan serasi untuk menciptakan kenyamanan bagi pengguna. Saat ini aspek karakter pohon, khususnya tekstur pohon belum banyak diterapkan dalam perencanaan dan desain lanskap. Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari pengaruh suatu tekstur pohon yang umum digunakan dalam desain lanskap terhadap ruang dan keindahan melalui persepsi pengamat lanskap. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi pengetahuan yang dapat digunakan dalam proses desain lanskap sehingga diperoleh suasana dan keindahan yang diinginkan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan simulasi. Adapun tahap yang akan dilaksanakan dalam penelitian ini adalah: (1) persiapan, yang terdiri dari penentuan lanskap yaitu dengan cara mengumpulkan foto dari berbagai sumber, mengetahui tekstur berbagai jenis pohon, seleksi foto, (2) pelaksanaan, yang terdiri dari simulasi penyusunan pohon melalui komputer dan penilaian, dan (3) pengolahan data, yaitu penentuan persepsi keruangan dalam lanskap dengan menggunakan metode semantic differential (SD) dan pendugaan nilai keindahan dengan metode scenic beauty estimation (SBE). Hasil analisis SBE menunjukkan bahwa pohon bertekstur sedang dan halus pada lanskap rekreasi memiliki kualitas estetika tinggi dengan nilai SBE 89 dan 80. Pada lanskap rekreasi pohon bertekstur sedang memiliki karakteristik

3 cenderung sama dengan pohon bertekstur halus. Pohon bertekstur sedang pada lanskap rekreasi memiliki kesan tidak membosankan, teduh, dan nyaman. Pohon bertekstur sedang dan kasar pada lanskap jalan memiliki kualitas estetika sedang dengan nilai SBE 46 dan 62. Pohon bertekstur sedang memiliki kriteria kesan cenderung sama dengan tekstur pohon kasar pada lanskap jalan. Pohon bertekstur kasar memiliki kesan menarik perhatian. Pohon bertekstur halus pada lanskap jalan dan pohon bertekstur kasar pada lanskap rekreasi memiliki kualitas pemandangan yang rendah dengan nilai SBE 22 dan 33. Profil penilaian karakter visual pada lanskap berestetika rendah menunjukkan kesan membosankan sebagai kesan yang menonjol. Pada pohon bertekstur halus di lanskap jalan responden menilai bahwa selain kesan membosankan, terdapat kesan statis dan kaku. Penggunaan pohon bertekstur halus pada ruang memberikan kesan psikologis pada pengamat, antara lain yaitu adanya kesan jauh, kosong, lega, luas, formal, nyaman, sederhana, dan kaku pada ruang. Pohon bertekstur sedang pada lanskap jalan cenderung memiliki kualitas dan kesan ruang yang mendekati dengan pohon bertekstur kasar pada umumnya. Pohon bertekstur sedang pada lanskap rekreasi cenderung memiliki kualitas dan memberikan kesan ruang seperti pohon bertekstur halus pada lanskap rekreasi. Pohon bertekstur kasar memberikan kesan dinamis, informal, penuh, tidak nyaman, intim, penuh, dan sesak pada ruang yang ditempatinya. Pemilihan tekstur pohon sebagai penambah estetika sangat berbeda-beda pada setiap situasi. Oleh karena itu perlu dilakukan persyaratan yang berbeda pula untuk menghasilkan pandangan visual yang optimum. Kombinasi tekstur diperlukan untuk menghasilkan kualitas visual yang tinggi. Dengan mempertimbangan pemilihan tekstur pohon yang sesuai dengan kebutuhan ruang diharapkan akan menghasilkan ruang yang dapat memberikan kesan nyaman kepada penggunanya.

4 Hak cipta milik IPB, tahun 2011 Hak cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebut sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.

5 PENGARUH TEKSTUR POHON TERHADAP PERSEPSI RUANG DAN KEINDAHAN LIPUR LISTYARINI Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Arsitektur Lanskap DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

6 Judul : Pengaruh Tekstur Pohon terhadap Persepsi Ruang dan Keindahan Nama NRP : Lipur Listyarini : A Disetujui, Dosen Pembimbing Dr. Ir. Andi Gunawan, MAgr.Sc. NIP Diketahui, Ketua Departemen Arsitektur Lanskap Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA NIP Tanggal Disetujui:

7 KATA PENGANTAR Puji Syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT karena berkat rahmatnya Penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Pengaruh Tesktur Pohon terhadap Persepsi Ruang dan Keindahan. Tujuan dari pembuatan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Bapak Dr. Ir. Andi Gunawan M.Agr.Sc. sebagai pembimbing skripsi yang telah memberikan dorongan, arahan dan masukan, serta nasehat kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. 2. Kedua orang tua, kakak, dan adik (bapak Sukirman, ibu Supinah, mas Bowo, teteh Alin, dan adik Lia) atas segala doa, perhatian, dan dukungan kepada penulis. 3. Teman-teman sebimbingan (Vina, Yudha, dan Ochie) terima kasih atas segala bantuan, perhatian, dan kebersamaan selama ini. 4. Teman-teman seperjuangan di ARL 43, khususnya Trista, Dedi, Rani, dan Wemby yang telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini. 5. Teman-teman ARL 45 yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini. 6. Semua pihak yang telah mendukung dan membantu dalam penyusunan skripsi ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun diharapkan untuk peningkatan kualitas di masa yang akan datang. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Bogor, Februari 2011 Penulis

8 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 11 September Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dari Bapak Sukirman dan Ibu Supinah, S.Pd. Pendidikan penulis diawali pada tahun 1992, yaitu TK Wahyu Bhakti selama dua tahun. Pada tahun 1994 penulis menjalankan studi di SDN Sukamaju VII Depok, Jawa Barat, dan lulus pada tahun Penulis melanjutkan studi di SMP Islam PB Sudirman, Jakarta Timur, dan menyelesaikannya pada tahun Selanjutnya, penulis menjalankan studi di SMAN 39 Jakarta dan lulus pada tahun Pada tahun 2006, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur SMPB sebagai mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama dan diterima sebagai mahasiswa Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, pada tahun Selama menjalankan studi di IPB, penulis mengikuti kegiatan akademik, yaitu menjadi asisten MK Pengantar Seni dan Arsitektur. Selain itu, kegiatan yang dilakukan di luar akademik adalah menjadi anggota Himpunan Mahasiswa Arsitektur Lanskap (HIMASKAP). Penulis juga mengikuti berbagai pelatihan, studium general, dan seminar yang mendukung kegiatan akademis.

9 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... ii DAFTAR GAMBAR... iii DAFTAR LAMPIRAN...iv PENDAHULUAN Latar Belakang... 1 Tujuan Penelitian... 2 Manfaat Penelitian... 2 TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Pohon... 3 Tekstur Pohon... 4 Persepsi Manusia... 7 Ruang... 7 Visual dan Estetika Pendugaan Estetika Pemandangan Simulasi Kerangka Pemikiran METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Penelitian Tahap Persiapan Tahap Pelaksanaan Tahap Pengolahan Data HASIL DAN PEMBAHASAN Kualitas Estetika Perlakuan Pengaruh Tekstur terhadap Kualitas Estetika Pengaruh Lokasi terhadap Kualitas Estetika Aplikasi Penelitian dalam Desain Lanskap SIMPULAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 47

10 DAFTAR TABEL Halaman 1. Batasan tekstur pohon Simulasi perlakuan... 20

11 DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Bentuk dasar tajuk pohon Faktor penentu tekstur tanaman Tekstur tanaman Ruang lingkup pandangan pengendara Kerangka pemikiran Bagan alur kerja Pohon yang digunakan dalam penelitian Pohon bertekstur halus pada lanskap jalan Pohon bertekstur sedang pada lanskap jalan Pohon bertekstur kasar pada lanskap jalan Pohon bertekstur halus pada lanskap rekreasi Pohon bertekstur sedang pada lanskap rekreasi Pohon bertekstur kasar pada lanskap rekreasi Nilai scenic beauty estimation tekstur pohon pada lanskap jalan Profil penilaian karakter visual tekstur pohon pada lanskap jalan Nilai scenic beauty estimation tekstur pohon pada lanskap rekreasi Profil penilaian karakter visual tekstur pohon pada lanskap rekreasi Pengaruh tekstur pohon terhadap kualitas estetika Profil karakter visual tekstur pohon Nilai scenic beauty estimation lokasi penelitian Profil karakter visual lokasi penelitian... 39

12 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Format kuisioner Hasil perhitungan nilai SBE perlakuan Hasil perhitungan nilai SBE masing-masing tekstur pohon Hasil perhitungan nilai SBE lokasi Perbandingan perlakuan berdasarkan masing-masing kriteria Data hasil faktor analisis Data hasil faktor analisis Sumber foto lanskap penelitian... 59

13 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Lanskap tersusun dari dua elemen utama, yaitu elemen keras dan elemen lunak. Tanaman merupakan elemen lunak yang keberadaannya sangat penting pada lanskap. Tanaman berperan sebagai salah satu elemen struktural dalam desain dan menyajikan sentuhan kehidupan dan keindahan dalam suatu lingkungan melalui keberagaman bentuknya (Booth 1983). Setiap lanskap dengan masing-masing desainnya menimbulkan persepsi keruangan bagi pengunjungnya. Kelompok tanaman adalah salah satu elemen yang paling kuat mempengaruhi persepsi seseorang mengenai lanskap tersebut. Pada banyak kasus, tanaman adalah variabel lingkungan yang paling kuat menimbulkan gambaran dalam benak pengunjung, bahkan pada lanskap yang paling mengganggu sekalipun, tanaman dapat mempengaruhi persepsi seseorang (Motloch 1991). Persepsi yang ditimbulkan oleh tanaman diterima pengamat secara visual. Elemen desain visual yang diperlihatkan oleh tanaman, antara lain adalah garis, bentuk, warna dan tekstur yang juga merupakan bagian dalam pembentukkan kesan ruang dari suatu lanskap. Dengan demikian, diperlukan pengertian tanaman sebagai elemen desain visual dan hubungan antara tanaman dengan desain lanskap oleh setiap desainer lanskap. Tekstur pohon merupakan salah satu elemen desain visual yang keberadaannya belum banyak dipertimbangkan dalam desain lanskap. Padahal, tekstur pohon dalam suatu ruang dapat menghadirkan kesan psikologis bagi pengguna ruang tersebut. Untuk itu diperlukan penelitian yang mendalam mengenai pengaruh tekstur suatu pohon terhadap persepsi seseorang. Penelitian tersebut berguna untuk mendapatkan pengetahuan yang dapat digunakan dalam proses desain lanskap sehingga diperoleh suasana dan keindahan yang diinginkan. Pengetahuan tentang tekstur visual pohon juga berguna untuk menciptakan kesan tertentu dalam lanskap atau memodifikasi kesan ruang yang sudah ada. Dengan mengetahui tekstur pohon, memungkinkan aplikasi dalam

14 2 proses desain lanskap secara tepat agar diperoleh lanskap yang indah, menarik, dan serasi untuk menciptakan kenyamanan bagi pengguna. Tujuan Penelitian ini bertujuan mempelajari pengaruh suatu tekstur pohon yang umum digunakan dalam desain lanskap terhadap persepsi ruang dan keindahan suatu lanskap melalui pengamat lanskap. Manfaat Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan arsitek lanskap, pihak perancana lanskap kota, atau ahli lingkungan dalam pertimbangan pemilihan jenis pohon yang sesuai dengan tujuan pembuatan desain lanskap.

15 3 TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Pohon Suatu lanskap terdiri atas elemen lunak dan elemen keras. Pohon adalah salah satu elemen lunak pada suatu lanskap. Bentuk pohon dibangun oleh garis luar tajuk, struktur cabang dan ranting, serta pola pertumbuhannya (Carpenter, Lanpher, dan Walker 1975). Simonds (1983) menyatakan bahwa bagian pohon yang paling menarik adalah kanopi atau tajuk pohon karena dapat memberikan identitas dan karakter pada lingkungan. Booth (1983) membagi bentuk tajuk pohon menjadi 7 kelompok, yaitu globular (bentuk membulat), columnar (bentuk yang tinggi meramping), spread (bentuk yang menyebar), picturesque (bentuk eksotis/menarik), weeping (bentuk ranting-ranting menjurai), pyramidal (bentuk kerucut), dan fastigiate (bentuk tinggi ramping, ujungnya meruncing). Gambar 1 Bentuk dasar tajuk pohon (Sumber: Booth 1983) Ukuran pohon secara langsung mempengaruhi skala ruang dan menciptakan komposisi yang menarik dalam desain (Booth 1983). Ukuran pohon terbagi atas tinggi pohon dan diameter tajuk. Berdasarkan tinggi, pohon dibagi atas: 1. pohon besar/pohon dewasa, tinggi pohon mencapai 40 ft (12 m) 2. pohon sedang, tinggi pohon maksimum ft (9-12 m) 3. pohon kecil, tinggi pohon maksimum ft (4,5-6 m)

16 4 Penempatan penanaman dan ketinggian pohon yang bervariasi dapat menciptakan kesan ruang dan keindahan yang artistik (Carpenter et al. 1975). Selain bentuk tajuk dan ukuran pohon, warna pada pohon juga mempengaruhi karakteristik pohon. Menurut Booth (1983), warna yang dihadirkan berasal dari beberapa bagian pohon, termasuk daun, bunga, buah, ranting, cabang, dan batang pohon. Tekstur Pohon Tekstur adalah kualitas yang dapat diraba dan dapat dilihat yang diberikan ke permukaan oleh ukuran, bentuk, pengaturan, dan proporsi bagian benda. Tekstur juga menentukan sampai di mana permukaan suatu bentuk memantulkan atau menyerap cahaya (Ching 1996). Hannebaum (2002) menyatakan batang, daun, kulit kayu, dan tunas adalah penampilan fisik yang menentukan tekstur dari suatu tanaman. Tekstur tanaman yang berkisar dari halus hingga kasar dapat dilihat karena ukuran dan bentuk tanaman dan karena cahaya dan bayangan yang mengenainya. Gambar 2 Faktor penentu tekstur tanaman (Sumber: Hannabeum 2002)

17 5 Daun, batang, dan tunas yang besar biasanya membuat efek kasar. Jumlah cabang dan daun dan jarak antardaun pun mempengaruhi tekstur. Tebal dan rapat daun menghasilkan tekstur yang sangat lembut, sedangkan daun yang menyebar memberi tekstur kasar. Bentuk dan corak daun juga mempengaruhi tekstur. Daun yang seragam akan terlihat lebih kasar jika dibandingkan daun yang bercampur walaupun ukurannya lebih besar. Tekstur tanaman dapat terasa sebagaimana yang terlihat. Salah satu cara untuk mempelajari tekstur tanaman adalah mendekatkan mata dan merasakan tanamannya. Daun, cabang, kulit kayu, dan tunas berbagai macam tanaman terasa jelas berbeda. Ada beberapa tanaman yang halus dan ada beberapa yang berduri, setiap rasa tersebut adalah karakter dari tekstur tanaman (Hannebaum 2002). Tekstur tanaman menurut Booth (1983) dipengaruhi oleh ukuran daun, ranting, ukuran cabang, konfigurasi batang, seluruh habitat pertumbuhannya, dan jarak material tanaman tersebut dilihat. Pada jarak yang dekat, ukuran satu daun, bentuk, permukaan, dan susunannya pada ranting dapat menunjukkan faktor yang mempengaruhi secara visual, sedangkan jumlah dari cabang dan habitat pertumbuhan secara umum adalah variabel-variabel yang mempengaruhi tekstur saat tanaman terlihat secara lengkap dari suatu jarak. Tekstur mempengaruhi sejumlah faktor dalam sebuah komposisi penanaman, termasuk komposisi yang unity atau beragam, persepsi dari jarak, sifat warna, ketertarikan visual, dan suasana dari suatu desain. Tekstur tanaman biasanya diklasifikasikan menjadi kasar, sedang, dan halus dengan karakteristik dan kegunaannya yang potensial dalam lanskap. Tanaman bertekstur kasar biasanya dibentuk oleh daun yang besar dan tebal, batang yang besar (tidak kecil, ranting halus), dan habitat pertumbuhan yang terbuka. Tanaman bertekstur sedang dihasilkan dari daun dan cabang dengan ukuran yang sedang. Jika dibandingkan dengan tekstur kasar, tanaman bertekstur sedang lebih sedikit transparan dan kuat pada siluet. Tanaman dengan jumlah daun yang banyak dengan ukuran kecil memiliki tekstur yang halus. Pohon bertekstur halus mempunyai batang dan ranting yang ramping dan tumbuh dengan rapat (Booth, 1983).

18 6 Gambar 3 Tekstur tanaman (Sumber: Booth 1983) Tekstur pohon menurut Motloch (1991) mengacu pada bulir atau serat secara visual, yaitu kekasaran atau kelembutan pada permukaan pohon. Pohon bertekstur kasar mempunyai karakteristik daun yang besar, jumlah ranting yang tidak banyak, dan tempat tumbuh yang bebas. Pohon bertekstur kasar terlihat mendominasi apabila dikomposisikan dengan tanaman bertekstur halus ataupun sedang. Kuatnya kesan dominasi tersebut dapat membuat pohon bertekstur kasar berguna sebagai focal point. Pohon bertekstur kasar cenderung terlihat maju mendekati pengamat dan membuat ruang yang ditempatinya a terkesan mengecil. Sebagian besar tanaman mempunyai tekstur sedang. Peran pohon bertekstur sedang adalah sebagai penetral suatu komposisi penanaman dan sebagai latar belakang dimana pohon bertekstur halus dan sedang diperlihatkan sebagai aksen. Tekstur pohon bertekstur halus dapat terlihat dari jarak yang dekat. Pohon bertekstur halus tidak memberi kesan yang menonjol pada suatu ruang. Pohon bertekstur halus terkesan sangat halus dan lembut. Pohon bertekstur halus dapat menguatkann pengaruh pohon bertekstur kasar jika digunakan sebagai latar belakang (Motloch 1991).

19 7 Ashihara (1986) membagi tekstur menjadi tekstur sekunder dan tekstur primer. Tekstur sekunder terlihat pada jarak pandang jauh dimana pohon menjadi lebih dominan terlihat pada kerapatan cabang dan sifat pertumbuhan tanaman. Tekstur primer terlihat pada jarak dekat secara visual ditunjukkan oleh bentuk, ukuran, permukaan daun, dan batang serta letak daun pada batang. Daun pada pohon dengan berbagai tekstur dan bayangan yang ditimbulkan dapat menciptakan suasana lembut dan segar pada area beraspal. Persepsi Manusia Porteus (1977) mendefinisikan persepsi sebagai suatu respons berbentuk tindakan yang dihasilkan dari kombinasi faktor internal manusia dengan faktor eksternalnya, yaitu keadaan fisik dan sosial. Menurut Laurie (1990) terdapat banyak faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang terhadap suatu objek, persepsi ini dikondisikan oleh hubungan antara jarak dan ukuran objek yang dirasakan atau kecemerlangan objek tersebut. Penilaian seseorang terhadap suatu ruang pun dipengaruhi oleh kualitas fisik ruang tersebut dan kualitas psikologis dari pengalaman-pengalaman khusus yang pernah dialami. Porteus (1977) menyatakan manusia lebih bergantung pada indera penglihatan jika dibandingkan dengan indera lainnya karena penglihatan lebih siap untuk merespon objek tanpa menyebabkan terjadinya respon yang emosional. Persepsi yang berulang-ulang membentuk preferensi, yaitu suatu bentuk keputusan mental untuk lebih menyenangi, tertarik, dan memilih sesuatu dengan membandingkannya dengan objek lain. Persepsi ini digunakan sebagai dasar untuk menilai ruang dan keindahan suatu lanskap kota dari tekstur pohon sebagai elemen penyusunnya. Ruang Ruang merupakan pengembangan dari sebuah bidang. Ruang mempunyai tiga-dimensi (panjang, lebar, dan tinggi), bentuk, permukaan orientasi, dan posisi (Ching 1996). Ching (1996) juga menyatakan bahwa ruang selalu melingkupi keberadaan manusia. Melalui volume ruang manusia bergerak, melihat bentuk, merasakan suara, merasakan angin bertiup, dan mencium bau semerbak bunga

20 8 ditaman. Bentuk visual ruang, dimensi dan skalanya, dan kualitas cahayanya bergantung pada persepsi kita akan batas-batas ruang yang ditentukan oleh unsurunsur pembentuknya. Setiap ruang dengan karakteristiknya dapat menyebabkan pengaruh pada pada penghuninya. Simonds (2006) menyatakan bahwa setiap ruang dengan desainnya dapat menyebabkan berbagai respon, antara lain sebagai berikut: 1. Ketegangan (Tension) Ketegangan pada suatu ruang dapat tercipta dengan adanya bentuk yang tidak stabil pada ruang, warna-warna yang bertabrakan, garis yang membuat ketidakseimbangan secara visual, tidak ada kesempatan mata untuk beristirahat, permukaan yang keras, terpoles atau bergerigi, elemen-elemen yang tidak dikenal, cahaya yang menyilaukan atau gelap, temperatur yang tidak nyaman, dan bunyi yang melengking, berdentang atau mengejutkan. 2. Relaksasi (Relaxation) Relaksasi dapat diciptakan oleh ruang yang memiliki karakteristik kesederhanaan, garis yang mengalir, objek dan material yang dikenal, struktur yang jelas dan stabil, horizontal, tekstur yang menyenangkan, bentuk yang menyenangkan dan nyaman, cahaya yang lembut, bunyi yang menenangkan dengan ukuran ruang yang bervariasi dari intim hingga tak terbatas. 3. Ketakutan (Fright) Ruang yang memberikan respon ketakuan memiliki kesan menyekap, jebakan yang terlihat jelas, tidak ada orientasi, area dan ruang tersembunyi, terdapat kemungkinan memberikan kejutan, memiliki tingkatan yang miring dan retak, bentuk yang tidak stabil, lantai yang licin, berbahaya, elemen yang tajam dan menonjol, ruangan tidak dikenal, mengejutkan dan aneh, terdapat simbol mengerikan, menyakitkan dan penyiksaan. 4. Kegembiraan (Gaiety) Ruang yang memberikan respon kegembiraan memiliki karakteristik ruangan yang bebas, pola dan bentuk yang mengalir, mengakomodasi pergerakan menikung, akrobatik atau berputar, sedikit pembatasan, terdapat bentuk, warna dan simbol yang menarik, temporal, santai, warna yang hangat dan terang,

21 9 pencahayaan yang berkedip atau cemerlang dan suara yang bersemangat atau berirama. 5. Perenungan (Contemplation) Ruang yang memberikan respon perenungan memiliki karakteristik lembut dan sederhana. Tidak ada elemen yang menyindir, tidak ada gangguan dari kekontrasan yang tajam, menggunakan simbol yang berhubungan dengan perenungan, terdapat kesan ruang yang terisolasi, pribadi, pemisahan, keamanan dan kedamaian. Mempunyai pencahayaan yang lembut dan tersebar, dan warna yang tenang. 6. Aksi dinamis (Dinamic action) Ruang yang memberikan respon aksi dinamis memiliki karakteristik bentuk yang mencolok, struktur yang berirama, material yang padat seperti batu, beton, kayu atau baja, tekstur kasar dan natural, ruangan diagonal, konsentrasi perhatian ruang pada focal point, warna yang kuat, dan bunyi yang cepat. 7. Perasaan cinta (Sensuous love) Ruang yang memberikan respon perasaan cinta memiliki karakteristik sangat privasi, orientasi ruang ke dalam, subjek sebagai focal point, skala intim, atap yang rendah, fluid lines, bentuk yang halus atau melingkar, bahan yang lembut, permukaan yang lentur, elemen yang eksotis dan pencahayaan yang lembut. 8. Kekaguman spiritual (Sublime spiritual awe) Ruang yang memberikan respon kekaguman spiritual memiliki karakteristik skala yang besar, bentuk yang tinggi, vertikal, orientasi ke atas, menggunakan material mahal dan permanen, konotasi dari keabadian, menggunakan warna putih yang melambangkan kesucian, pencahayaan yang bersinar menyebar. 9. Kekesalan (Displeasure) Ruang yang memberikan respon kekesalan memiliki karakteristik ruangan tidak sesuai untuk digunakan, tidak nyaman, tekstur yang mengganggu, penggunaan material yang tidak semestinya, tidak kuat. Rungan terkesan membosankan, muram, tidak rapi, warna yang tidak menyenangkan, temperatur yang tidak nyaman, pencahayaan yang mengganggu dan ruanggan yang tidak indah.

22 Kesenangan (Pleasure) Ruang yang memberikan respon kesenangan bagi penghuninya memiliki karakteristik ruang, bentuk, tekstur, warna, simbol, pencahayaan, suara dan aroma yang sesuai dalam penggunaannya. Memiliki kesatuan dengan keberagaman, hubungan yang harmonis dan memiliki keindahan. Visual dan Estetika Karakter dan identitas suatu ruang dapat dibentuk oleh kualitas estetikanya. Estetika pemandangan merupakan salah satu sumber daya visual penting karena dapat meningkatkan kualitas lingkungan dan memberikan efek visual yang menyenangkan. Perilaku manusia dapat dipengaruhi oleh kualitas estetika suatu lanskap secara langsung dan tidak langsung (Nassar 1988). Menurut Nassar (1988), kualitas estetik suatu lanskap dapat ditentukan oleh dua macam penilaian estetik, penilaian formal dan simbolik. Estetik formal menilai suatu obyek berdasarkan bentuk, warna, kompleksitas, dan keseimbangan suatu obyek. Sedangkan estetika simbolik menilai suatu obyek berdasarkan makna konotatif dari obyek tersebut setelah dialami oleh pengamat. Carpenter et al. (1975) mengemukakan bahwa selain memperhatikan fungsi, juga perlu diperhatikan segi fisiknya yaitu bagian tanaman yang mempunyai keunikan dan keindahan sendiri baik ditinjau dari segi warna, aroma, tekstur dan bentuk. Menurut Setyanti (2004), jika pohon dinilai sebagai objek lanskap maka dengan pendekatan penilaian kualitas visual dapat ditentukan karakter visual pohon secara terpisah sebagai salah satu penentu kualitas estetika lanskap. Higuchi (1988) menjelaskan struktur visual suatu lanskap ditentukan oleh terlihat atau tidaknya pemandangan dari satu titik pandang, jarak antara pengamat dan objek, sudut tampak, sudut elevasi dan cahaya. Menurut Hoobs (1995), ruang lingkup pandang pengamat terhadap objek dipengaruhi oleh pergerakan yang dilakukannya. Pengaruh kecepatan kendaraan terhadap ruang lingkup pandang pengemudi ditunjukkan Gambar 4.

23 11 Gambar 4 Ruang lingkup pandangan pengendara (Sumber: Hoobs, 1995). Pendugaan Estetika Pemandangan Kualitas lanskap, termasuk kualitas visualnya, dapat diukur berdasarkan reaksi pengamat. Reaksi tersebut timbul karena persepsi yang dihubungkan dengan memori dan emosi (Eckbo 1964). Menurut Simonds (1983) sesuatu yang dinilai indah sebagai reaksi pengamat adalah yang mempunyai keharmonisan diantara bagian-bagiannya. Keindahan visual lanskap beserta elemennya merupakan salah satu sumberdaya alam yang sangat penting walaupun secara obyektif sulit diukur. Simonds (1983) juga menyatakan bahwa keindahan merupakan hubungan yang harmonis dari semua komponen yang dirasakan. Ukuran, bentuk, warna dan tekstur tanaman merupakan unsur yang mempengaruh kualitas.

24 12 Metode penilaian kualitas visual lanskap tersebut dapat dilakukan melalui tiga pendekatan. Ketiga pendekatan evaluasi visual adalah inventarisasi deskriptif, survey dan kuisioner dan pendugaan preferensi berdasarkan persepsi. Persepsi seseorang dalam menilai estetika lanskap dapat dinilai secara kuantitatif menggunakan metode Scenis Beauty Estimation (SBE) dan Semantic Differential (SD) (Daniel dan Boster 1976). Scenic Beauty diartikan sebagai keindahan alami (natural beauty), estetik lanskap (landscape esthetics), atau sumber pemandangan (scenic resource) untuk memecahkan kemonotonan. Scenic Beauty Estimation merupakan metode pengukuran kuantitatif terhadap suatu objek yang memiliki nilai estetika walaupun secara obyektif sulit diukur. Pengukuran scenic beauty bertujuan untuk menggambarkan perkembangan estetika alam melalui pertimbangan persepsi. Metode ini terdiri dari tiga langkah utama, yaitu pengambilan foto lanskap, presentasi slide foto, dan analisis data. Penilaian tersebut berdasarkan preferensi dengan menggunakan kuisioner untuk mengetahui preferensi responden terhadap suatu lanskap tertentu (Daniel dan Boster 1976). Pengukuran kualitas estetika visual pohon dapat dilakukan dengan menggunakan metode Scenic Beauty Estimation. Lestari (2005) dalam penelitiannya mengenai evaluasi kualitas estetika visual pohon pada lanskap jalan mendapatkan hasil bahwa pohon dengan bentuk tajuk menyebar memiliki nilai estetika tinggi. Pohon dengan bentuk tajuk bulat, kolumnar, kerucut dan menjurai memiliki nilai estetika sedang. Pohon dengan bentuk tajuk fastigiate dan eksotis memiliki nilai estetik yang rendah. Menurut Osgood, Suci, dan Tannenbaum (1975), teknik beda semantik (Semantic differential technique) dapat dimanfaatkan sebagai salah satu sarana pengukuran psikologis dalam berbagai aspek, seperti dalam bidang kepribadian, sikap, komunikasi, dan sebagainya. Heise (2004) menyatakan metode Semantic Differential dapat digunakan untuk mengukur penilaian seseorang dengan menggunakan kata-kata dan konsep perantingan dalam skala bipolar tertentu dengan menggunakan sifat yang berbeda terhadap suatu obyek. Teknik beda semantik ini memiliki dua karakteristik unik yang membedakannya dengan teknik-teknik lainnya. Pertama, adalah pada cara

25 13 responden memberikan respon terhadap item pada skala beda semantik, dimana responden tidak diminta untuk memberikan respon setuju atau tidak setuju, akan tetapi justru diminta langsung memberikan bobot penilaian mereka terhadap suatu stimulus (Osgood, Suci, dan Tannenbaum 1975). Kedua teknik beda semantik ini tidak menggunakan pendekatan stimulus maupun pendekatan respon. Akan tetapi teknik ini menggunakan kata sifat sebagai karakteristik stimulus yang disajikan kepada responden. Kata sifat tersebut memiliki tiga dimensi utama yaitu evalutif, potensi dan aktivitas. Evaluasi memuat pasangan kata sifat seperti baik-buruk, potensi untuk pasangan kata sifat seperti kuat-lemah dan aktivitas memuat pasangan kata sifat seperti aktif-pasif. Metode semantic differential (SD) digunakan Setyanti (2004) dalam penelitiannya untuk mendapatkan hasil penilaian karakter visual arsitektur botanis pohon. Pohon dengan model Leeuwenberg yang diwakilkan oleh species Plumeria rubra dalam menghasilkan kesan indah, dinamis, rendah, horisontal, dekat, kecil, opening, struktur jelas, informal, terang dan gersang. Pohon dengan model Troll yang diwakilkan oleh Delonix regia menghasilkan kesan tinggi, horisolntal, besar, opening, siluet tidak terlalu signifikan, informal, rumit, panas, terang, gersang dan kuat. Kesan bertekstur halus, tinggi, vertikal, densitas sangat tinggi, besar, enclosure, dingin, formal dan sangat rindang dihasilkan oleh pohon dengan model Attim yang diwakilkan oleh Cassuarina equisetifolia. Simulasi Menurut McHaney (1991) simulasi merupakan suatu model untuk menghasilkan kesimpulan yang dapat menyediakan pengetahuan dalam berbagai elemen dunia nyata, dengan konsep pemodelan yang diciptakan melalui program dengan menggunakan komputer. Pekerjaan simulasi meliputi pembuatan ramalan (prediksi), dan karena tidak ada cara untuk memperkirakan keadaan di masa mendatang, maka ramalan didasarkan pada proyeksi ekstrapolasi dari keadaan sekarang dan masa lalu (Hoobs 1995). Penggunaan komputer disini yaitu dengan cara melakukan simulasi melalui aplikasi computer-aided photo manipulation. Wiraksana (2004)

26 14 menyatakan aplikasi yang relatif digunakan dalam simulasi ialah computer-aided photo manipulation. Manipulasi foto ini mampu mengkomunikasikan hubungan dan bentuk visual karena foto merupakan representasi kenyataan yang paling mendekati sehingga sedikit interpresi diperlukan untuk meyampaikan pesan rancangan ke masyarakat. Selain itu juga digunakan aplikasi Adobe Photoshop CS2. Adobe Photoshop CS2 merupakan salah satu perangkat lunak yang dapat digunakan untuk pembuatan, penyuntingan, dan manipulasi tampilan termasuk koreksi warna, pemberian efek tampilan, dan sebagainya pada image. Dengan simulasi, keindahahan suatu lanskap dapat diprediksi. Dalam penelitian Laila (2003) diketahui, adanya perbedaan tinggi vegetasi dalam lanskap jalan melalui simulasi komputer dapat mempengaruhi keindahan lanskap tersebut. Lanskap jalan dengan barisan vegetasi tinggi memiliki nilai keindahan tinggi. Simulasi dengan menggunakan vegetasi ukuran sedang memerikan nilai keindahan yang sedang. Keindahan lanskap yang rendah didapatkan dengan simulasi lanskap jalan dengan vegetasi berukuran rendah. Kerangka Pemikiran Secara umum kerangka pemikiran dalam penelitian ini diawali dengan mengetahui elemen-elemen lanskap. Lanskap tersusun atas elemen keras dan lunak. Salah satu elemen lunak yang sering dijumpai pada suatu lanskap adalah pohon. Secara visual tekstur merupakan salah satu unsur desain yang mempengaruhi keindahan suatu pohon selain ukuran, bentuk, warna dan lainnya. Pengamatan tekstur pohon secara visual dapat menimbulkan persepsi pada ruang yang ditempatinya. Pengukuran persepsi yang ditimbulkan tekstur pohon terhadap ruang dan keindahan dilakukan secara kuantitatif dengan metode Semantic Differential dan Scenic Beauty Estimation. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bagaimana suatu jenis tekstur berpengaruh terhadap persepsi seseorang mengenai sifat keruangan dan keindahan lanskap yang ditempati pohon dengan tekstur tertentu. Alur bagan kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 5.

27 15 Elemen Lanskap Elemen Keras Lanskap Elemen Lunak Lanskap Pohon Ukuran Bentuk Tajuk Warna Tekstur Lainnya Persepsi Sifat Keruangan Tapak Persepsi Keindahan Visual Tapak Gambar 5 Kerangka pemikiran

28 16 METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan melalui foto yang merupakan suatu bentukkan lanskap jalan dan lanskap rekreasi yang memiliki pohon dengan tekstur tertentu. Foto lanskap jalan yang digunakan dalam simulasi berlokasi di Kennedy Ridge Road, Ohio, Amerika Serikat, dan foto lanskap rekreasi berlokasi di Green Park, London, Inggris. Pengambilan beberapa foto pohon yang akan disimulasikan dilakukan di Bogor. Pengambilan dan pengolahan data penelitian berlokasi di Bogor. Penelitian dilaksanakan selama delapan bulan, yaitu dari bulan Februari 2010 sampai dengan September Metode Penelitian Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan simulasi. Tahap yang dilaksanakan dalam penelitian ini meliputi (1) tahap persiapan, (2) tahap pelaksanaan, dan (3) tahap pengolahan data. Tahapan penelitian tersebut dilakukan secara berurutan sesuai dengan skema kegiatan yang dapat dilihat pada Gambar 6. Gambar 6 Bagan alur kerja

29 17 Tahap Persiapan Tahap awal dari penelitian ini adalah persiapan pelaksanaan penelitian yang rinciannya sebagai berikut. Penentuan lanskap Tahap awal persiapan dimulai dengan melakukan penentukan lanskap dengan cara mengumpulkan foto dari berbagai sumber dengan memilih foto yang dinilai mendukung untuk dijadikan objek lanskap dalam penelitian ini. Sumbersumber tersebut adalah: 1. media internet, dengan key word : street, streetscape, jalan, taman, park, dan recreation area, serta; 2. foto yang diambil secara langsung di lapang. Penentuan foto yang akan dijadikan sebagai objek lanskap dalam penelitian ini dilatarbelakangi oleh representatif atau tidaknya foto tersebut untuk dapat dilakukan proses simulasi. Selain itu, yang menjadi pertimbangan dalam penenetuan lanskap adalah apakah lanskap tersebut masih memungkinkan atau tidak untuk dilakukan simulasi berupa pergantian pohon. Lanskap yang digunakan pada penelitian ini adalah lanskap jalan dan rekreasi. Lanskap jalan dan rekreasi dipilih karena kedua lanskap tersebut merupakan ruang terbuka umum yang aktivitasnya tinggi. Selain intensitas aktivitasnya yang tinggi, lanskap jalan dan rekreasi juga mewakili ruang terbuka hijau dari segi bentuk. Ruang terbuka hijau dari segi bentuk dapat dibagi menjadi dua (Krier 1988), yaitu: 1. ruang terbuka bentuk memanjang (koridor): pada umumnya hanya mempunyai batas pada sisi-sisinya. Misalnya, bentuk ruang terbuka jalan dan bentuk ruang terbuka sungai. 2. ruang terbuka bentuk membulat: pada umumnya mempunyai batas disekelilingnya. Misalnya, bentuk ruang lapangan upacara, bentuk ruang rekreasi, dan bentuk ruang area lapangan olahraga. Pengambilan foto pohon secara langsung atau pemotretan lebih difokuskan pada karakteristik utama pohon secara visual, yaitu meliputi bentuk tajuk. Pemilihan pohon juga mempertimbangakan fungsi pohon tersebut pada suatu

30 18 lanskap. Pengambilan gambar untuk data pohon ialah pohon berada pada jarak dekat dengan kriteria berikut: 1. pohon terlihat sebagai unit individual; 2. terlihat jelas tajuk, daun cabang, dan batangnya; 3. relatif terbuka dan tidak ternaungi secara sempurna. Batasan kondisi pohon yang digunakan untuk penelitian ini adalah memiliki penampilan baik, berwarna hijau, sehat, cabang dan ranting tidak mengalami pemangkasan, pohon telah dewasa, dan tidak berbunga. Seleksi Foto yang telah dipilih kemudian diseleksi untuk mendapatkan foto yang digunakan sebagai lanskap dalam penelitian ini. Seleksi foto lanskap dan pohon dilakukan secara sengaja untuk mendapatkan contoh yang jelas sehingga hasil yang disimulasikan akan mendapat penilaian dan identifikasi optimal dari responden. Dalam penyeleksian foto terdapat batasan tekstur suatu pohon yang dijadikan acuan. Batasan tersebut dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Batasan tekstur pohon Komponen Ukuran Cabang Ukuran Daun Jarak Antardaun dan Ranting Tekstur Halus Kecil Rapat Kecil Sedang Sedang Sedang Sedang Kasar Besar Berjauhan Besar Foto pohon yang dipilih memiliki bentuk tajuk dan warna yang hampir mirip. Tajuk pohon yang dipilih adalah tajuk pohon yang memiliki bentuk hampir bulat. Hal ini mengacu pernyataan Booth (1983) bahwa pohon bertajuk bulat memiliki bentuk paling netral jika dibandingkan dengan bentuk lainnya. Selain itu penyamaan bentuk dan ukuran pohon dimaksudkan agar memperkecil pengaruh selain tekstur pada responden.

31 19 Gambar 7 Pohon yang digunakan dalam penelitian Tahap Pelaksanaan Tahap kedua dari penelitian ini adalah pelaksanaan penelitan. Tahap pelaksanaan terdiri dari simulasi penyusunan pohon melalui komputer dengan menggunakan teknik foto montase dan penilaian kualitas estetika serta persepsi hasil simulasi tersebut di depan responden. Adapun rinciannya sebagai berikut: Simulasi Langkah awal pada tahap pelaksanaan adalah pembuatan simulasi. Simulasi bertujuan untuk mengetahui pengaruh tekstur pohon pada tapak yang sama terhadap persepsi pengguna sehingga pengaruh latar belakang lanskap yang ditampilkan dapat diasumsikan sama. Terdapat enam perlakuan pada proses simulasi. Proses simulasi ini dilakukan dengan teknik foto montase yaitu teknik pembuatan foto dari beberapa foto (Rambey 2010). Pada simulasi dilakukan pergantian pohon yang berbeda teksturnya terhadap latar belakang lanskap. Foto pohon dengan tekstur tertentu dihilangkan latar belakangnya. Setelah itu, gambar pohon tersebut diletakkan pada gambar latar belakang yang telah disediakan.

32 20 Tabel 2. Simulasi perlakuan Perlakuan Lanskap Spesies contoh Tekstur Pohon Halus Sedang Kasar 1 Jalan Casuarinaa sumatranaa 2 Jalan Pterocarpus indicus 3 Jalan Terminalia cattapa 4 Rekreasi Casuarinaa sumatranaa 5 Rekreasi Mimusoph elengi 6 Rekreasi Ficus lyrata Adapun hasil enam perlakuan padaa proses simulasi dapat dilihat pada Gambar 8 sampai dengan Gambar 13. Gambar 8 Pohon bertekstur halus pada lanskap jalan (Perlakuan 1)

33 21 Gambar 9 Pohon bertekstur sedang pada lanskap jalan (Perlakuan 2) Gambar 10 Pohon bertekstur kasar pada lanskap jalan (Perlakuan 3)

34 22 Gambar 11 Pohon Bertekstur Halus pada Lanskap Rekreasi (Perlakuan 4) Gambar 12 Pohon bertekstur sedang pada lanskap rekreasi (Perlakuan 5)

35 23 Gambar 13 Pohon bertekstur kasar pada lanskap rekreasi (Perlakuan 6) Penilaian Tahap setelah dilakukan simulasi terhadap foto yang ada, maka selanjutnya dilakukan proses penilaian untuk mengetahui pengaruh tekstur pohon terhadap persepsi ruang dan keindahan dalam suatu lanskap. Penilaian tersebut, dilakukan dengan mempresentasikan foto hasil simulasi kedalam bentuk tampilan slide untuk memperoleh penilaian responden. Presentasi slide foto ini dilakukan dengan menggunakan program Microsoft Office Power Point Responden dalam penelitian ini berasal dari kalangan mahasiswa sebanyak 30 orang. Mahasiswa yang diambil merupakan mahasiswa Arsitektur Lanskap berusia tahun sebagai responden yang mewakili pengguna, perancang, dan pengamat lanskap serta memiliki latar belakang pengetahuan mengenai tanaman lanskap dan prinsip-prinsip desain. Pemilihan responden ini juga dilatarbelakangi oleh responden yang dinilai memiliki pengetahuan tentang elemen-elemen lanskap khususnya karakteristik pohon, serta meminimalkan unsur subjektivitas dalam penilaian karena latar belakang pengetahuan responden yang berbeda.

36 24 Sebelum presentasi slide foto, dibagikan lembar kuisioner penilaian pada responden (Lampiran 1). Kuisioner yang dibagikan terdiri dari dua bagian kuisioner penilaian, yaitu kuisioner penilaian dengan metode semantic differential (SD) dan kuisioner penduga keindahan dengan metode scenic beauty estimation (SBE). Gifford (1997) menerapkan metode pengisian kuisioner dengan meminta responden mengisi sendiri kuisioner yang diberikan berdasarkan apa yang mereka lihat dan rasakan sendiri dari slide foto yang dipresentasikan. Persentasi pertama adalah presentasi slide yang berupa penilaian dengan menggunakan metode scenic beauty estimation (SBE). Sebelum slide diputar, diberikan penjelesan kepada responden mengenai tujuan penelitian, cara mengisi kuisioner, dan cara menilai slide dengan menggunakan skala nilai 1 sampai 10. Setiap slide yang ditampilkan dengan durasi 8 detik sehingga dapat diperoleh penilaian secara spontan oleh responden. Rendah Skala penilaian responden Untuk Scenic Beauty Estimation (SBE) Tinggi Persentasi berikutnya adalah presentasi slide yang berupa penilaian responden untuk semantic differential (SD), yang merupakan penilaian arti obyek psikologi dengan menggunakan kata sifat yang berlawanan. Terdapat beberapa kriteria terpilih yang dinilai dapat memberikan gambaran karakter tekstur berdasarkan foto yang dipresentasikan. Skala yang digunakan ialah 9 sehingga responden lebih bebas dalam menilai karakter lanskap yang diujikan. Kriteria terpilih yang digunakan dalam penilaian ialah sempit-luas, tertutup-terbuka, nyaman-tidak nyaman, statis-dinamis, menarik-tidak menarik, sepi-ramai, dan lain-lain (Lampiran 1) yang telah disesuaikan dan dapat mewakili karakter lanskap yang dipresentasikan. Foto lanskap ditampilkan satu per satu tiap tekstur pohon dengan durasi 2 menit. Pada kuisioner semantic differential, responden dapat memberi tanda silang seperti contoh pada bagian kolom yang dianggap sesuai dengan kesan yang ditangkap pada saat mengamati gambar yang disajikan.

37 25 Kata sifat Skala penilaian responden Untuk Semantic Differential (SD) Antonim Kata sifat Tahap Pengolahan Data Pada tahap ini dilakukan pengolahan dan analisis data kuisioner dengan menggunakan metode scenic beauty estimation (SBE) dan metode semantic differential (SD). Scenic Beauty Estimation. Data yang telah diperoleh dari presentasi slide pertama diolah secara statistik untuk memperoleh nilai indeks kuantitas SBE pada setiap lanskap. Pada setiap skala penilaian dihitung jumlah frequency (f), cumulative frequency (cf), cumulative probability (cp), dan nilai rata-rata z. Rumus nilai z ialah: Z ij = (R ij R j ) / S j Dengan: Z ij : standar nilai z untuk penilaian ke-i dari pengamat ke-j; R ij : nilai ke-i dari pengamat ke-j; R j : rata-rata dari seluruh penilaian pengamat ke-j; S j : standar deviasi dari seluruh nilai pengamat ke-j. Nilai z dapat diperoleh juga dengan program Microsoft Excel menggunakan rumus Normsinv dikali peluang kumulatif (Normsinv x cp). Untuk nilai cp = 1,00 digunakan rumus cp = 1-1/(2n) dan untuk nilai cp = 0 (z = tak terhingga) digunakan rumus cp = 1/(2n). Setelah mendapat nilai z kemudian dihitung nilai rata-rata z untuk setiap lanskap. Nilai rata-rata z yang diperoleh merupakan standar penilaian untuk menduga keindahan pemandangan. Nilai SBE diperoleh dengan rumus sebagai berikut: SBEx = (Zlx Zls) x 100 Dengan: SBEx : nilai SBE pemandangan ke-x; Zlx : nilai rata-rata pemandangan ke-x; Zls : nilai rata-rata z pemandangan standar.

38 26 Data hasil penilaian scenic beauty estimation (SBE) dan semantic differential (SD) dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui evaluasi dan mengidentifikasi setiap pemandangan lanskap yang ditampilkan. Analisis dilakukan terhadap pengaruh tekstur pohon terhadap persepsi ruang dan kualitas keindahan. Terdapat tiga kategori pada pengelompokkan kualitas estetika lanskap berdasarkan nilai SBE yaitu estetika tinggi, sedang dan rendah. Pada penelitian ini, pengelompokkan dilakukan dengan menggunakan metode interval. Semantic Differential. Langkah awal pengolahan data berdasarkan uji semantic differential (SD) adalah memberikan bobot nilai pada selang nilai tiap variabel dari slide gambar yang ditampilkan. Selanjutnya dihitung nilai rataan yang diberikan responden untuk tiap kriteria dengan rumus : Dengan: X ij = n Xij i=1 n X ij = rataan bobot nilai yang diberikan responden terhadap gambar untuk kriteria j; X ij = bobot nilai yang diberikan tiap responden untuk gambar ke i kriteria j; n = jumlah total responden; i = gambar (1, 2, 3,., n); j = kriteria (1, 2, 3,..., n). Rataan bobot nilai diplotkan pada grafik profil penilaian sehingga persepsi berupa kata sifat yang menggambarkan karakter visual lanskap dapat diketahui. Pengolahan data ini dilakukan dengan menggunakan software Microsoft Excel 2007, Xlstat 2010, dan Statistica 8. Software Microsoft Excel 2007 digunakan untuk mempermudah melakukan perhitungan rataan bobot nilai yang diberikan responden terhadap gambar untuk suatu kriteria. Selanjutnya dilakukan pembuatan grafik semantic differential menggunakan software Xlstat Software Statistica 8 digunakan dalam melakukan analisis faktor kriteria yang dominan mempengaruhi persepsi pada ruang.

39 27 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dari penelitian ini menunjukkan kualitas estetika pohon-pohon dengan tekstur tertentu pada lanskap jalan dan rekreasi yang bervariasi. Perhitungan berbagai nilai perlakuan menunjukkan bahwa kualitas estetik pohon bertekstur halus, sedang, dan kasar pada lanskap jalan dan rekreasi menghasilkan nilai SBE yang berkisar antara 22 hingga 89 (Lampiran 2). Nilai SBE ini menunjukkan penilaian estetika dari pemandangan terendah hingga tertinggi. Nilai SBE yang didapat menunjukkan bahwa seluruh perlakuan tidak ada yang berada di bawah nilai z rata-rata sama dengan nol. Hal ini berarti seluruh perlakuan dinilai lebih baik dari rata-rata. Pohon bertekstur halus pada lanskap jalan (Gambar 8) memiliki nilai SBE terendah, yaitu 22. Lanskap yang memiliki nilai pendugaan estetika terendah merupakan lanskap yang tidak disukai (Daniel dan Boster 1976). Hal ini terjadi karena pohon bertekstur halus pada lanskap jalan memiliki kesan monoton yang paling tinggi jika dibandingkan dengan pohon bertekstur sedang dan kasar pada lanskap jalan. Kualitas estetika tertinggi dimiliki oleh pohon bertekstur sedang pada lanskap rekreasi (Gambar 12) dengan nilai SBE 89. Lanskap kualitas estetika tertinggi menggambarkan lanskap yang paling disukai. Gambar 12 lebih disukai karena memiliki kesan teduh dan tidak terlalu banyak menarik perhatian sehingga nyaman untuk dilihat. Menurut penelitian Lestari (2005), profil penilaian karakter visual pada estetika tinggi menunjukkan kriteria nyaman dan teduh sebagai kriteria yang cenderung menonjol. Berdasarkan kategori kualitas estetik Daniel dan Boster (1976), lanskap kualitas estetika rendah terdapat pada lanskap jalan dengan pohon bertekstur halus (Gambar 8) dan lanskap rekreasi dengan pohon bertekstur kasar (Gambar 13). Lanskap kualitas estetika sedang terdapat pada lanskap jalan dengan pohon bertekstur sedang dan kasar (Gambar 9 dan 10). Untuk lanskap kualitas estetika tinggi terdapat pada lanskap rekreasi dengan pohon bertekstur halus dan sedang (Gambar 11 dan 12). Secara umum tekstur pohon yang memiliki kualitas estetika terendah adalah pohon bertekstur kasar, dengan nilai SBE sebesar 37. Pengaruh pohon

40 28 bertekstur kasar pada lanskap memberikan kesan sempit, nyata, terarah, informal, rumit, dan tidak beraturan. Pohon bertektur halus memiliki kategori kualitas estetika sedang dengan nilai SBE sebesar 51. Pengaruh pohon bertekstur halus pada lanskap memberikan kesan luas, semu, tidak terarah, formal, sederhana, dan beraturan. Untuk pohon bertekstur sedang memiliki kategori kualitas estetika tinggi dengan nilai 76. Pengaruh yang diberikan pohon bertekstur sedang terhadap lanskap adalah kesan diantara pohon bertekstur kasar dan halus. Lanskap jalan dan lanskap rekreasi memiliki perbedaan nilai SBE yang tidak terlalu signifikan. Lanskap jalan memiliki nilai keindahan yang lebih rendah dari pada lanskap rekreasi. Lanskap jalan memiliki nilai SBE sebesar 52, sedangkan lanskap rekreasi memiliki nilai SBE sebesar 59. Perbedaan hanya terlihat jelas pada kesan formal dan membosankan pada lanskap jalan dan kesan informal serta tidak mebosankan pada lanskap rekreasi. Kualitas Estetika Perlakuan Pada Gambar 14 terlihat bahwa pohon bertekstur halus pada lanskap jalan (Gambar 8) memiliki kualitas estetika yang rendah. Profil penilaian karakter visual pada lanskap estetika rendah menunjukkan kesan monoton sebagai kesan yang menonjol. Kesan monoton dapat timbul karena pohon bertekstur halus pada lanskap jalan memiliki kesan membosankan, statis, dan kaku. Karakteristik tanaman tekstur halus yang memiliki ukuran daun, ranting, dan cabang yang kecil serta jarak antar daun berdekatan membuat detail pohon terlihat kurang jelas dan tidak mencolok sehingga memberikan kesan monoton. Kemonotonan dapat membuat kualitas estetika suatu lanskap menjadi rendah (Priharyaningsih 2005). Pada lanskap jalan dengan pohon bertekstur halus, ruang terlihat lebih lega dan kosong. Kesan kosong tersebut membuat lanskap terlihat lebih gersang atau tidak teduh pada lanskap. Kondisi ini merupakan ciri lingkungan yang menimbulkan pemandangan yang tidak indah (Awaludin 2001). Kualitas estetika yang rendah juga menunjukkan bahwa pemandangan tersebut tidak menarik perhatian. Hal ini menurut Booth (1983) tanaman dengan tekstur halus biasanya merupakan tanaman terakhir yang diperhatikan dalam suatu komposisi

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Bentuk dasar tajuk pohon (Sumber: Booth 1983)

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Bentuk dasar tajuk pohon (Sumber: Booth 1983) 3 TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Pohon Suatu lanskap terdiri atas elemen lunak dan elemen keras. Pohon adalah salah satu elemen lunak pada suatu lanskap. Bentuk pohon dibangun oleh garis luar tajuk, struktur

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 27 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dari penelitian ini menunjukkan kualitas estetika pohon-pohon dengan tekstur tertentu pada lanskap jalan dan rekreasi yang bervariasi. Perhitungan berbagai nilai perlakuan

Lebih terperinci

METODE. Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian Kebun Raya Cibodas

METODE. Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian Kebun Raya Cibodas 10 METODE Waktu dan Tempat penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Maret hingga Juli 2010. Penelitian dilakukan di Kebun Raya Cibodas, Desa Cimacan, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat (Gambar

Lebih terperinci

PENGARUH BENTUK KANOPI POHON TERHADAP KUALITAS ESTETIKA LANSKAP JALAN

PENGARUH BENTUK KANOPI POHON TERHADAP KUALITAS ESTETIKA LANSKAP JALAN PENGARUH BENTUK KANOPI POHON TERHADAP KUALITAS ESTETIKA LANSKAP JALAN The Effect of Tree Canopy Shape on Streetscape Aesthetic Quality Garsinia Lestari Mahasiswa Program Studi Arsitektur Lanskap, Fakultas

Lebih terperinci

Gambar 12. Lokasi Penelitian

Gambar 12. Lokasi Penelitian III. METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di jalur wisata Puncak, terletak di Kabupaten Bogor. Jalur yang diamati adalah jalur pemasangan reklame yang berdasarkan data

Lebih terperinci

PENGARUH REKLAME TERHADAP KUALITAS ESTETIK LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR RAKHMAT AFANDI

PENGARUH REKLAME TERHADAP KUALITAS ESTETIK LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR RAKHMAT AFANDI PENGARUH REKLAME TERHADAP KUALITAS ESTETIK LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR RAKHMAT AFANDI DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 Judul Nama NRP : Pengaruh

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Kebun Raya Objek Wisata

TINJAUAN PUSTAKA Kebun Raya Objek Wisata 3 TINJAUAN PUSTAKA Kebun Raya Menurut LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) Kebun Raya merupakan suatu kawasan yang mengkoleksi berbagai jenis tumbuhan. Tumbuhan yang dikoleksi kebun raya memiliki

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH ELEMEN LANSKAP TERHADAP KUALITAS ESTETIKA LANSKAP KOTA DEPOK. Oleh: Medyuni Ruswan A

ANALISIS PENGARUH ELEMEN LANSKAP TERHADAP KUALITAS ESTETIKA LANSKAP KOTA DEPOK. Oleh: Medyuni Ruswan A ANALISIS PENGARUH ELEMEN LANSKAP TERHADAP KUALITAS ESTETIKA LANSKAP KOTA DEPOK Oleh: Medyuni Ruswan A34201045 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN

Lebih terperinci

PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR WISATA ALAM TAMAN NASIONAL GEDE PANGRANGO. Oleh DIDIK YULIANTO A

PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR WISATA ALAM TAMAN NASIONAL GEDE PANGRANGO. Oleh DIDIK YULIANTO A PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR WISATA ALAM TAMAN NASIONAL GEDE PANGRANGO Oleh DIDIK YULIANTO A34202008 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTIT UT PERTANIAN BOGOR 2006

Lebih terperinci

Prosiding SN SMAP 09 ABSTRAK PENDAHULUAN. FMIPA UNILA, November

Prosiding SN SMAP 09 ABSTRAK PENDAHULUAN. FMIPA UNILA, November Prosiding SN SMAP 09 UJI SCENIC BEAUTY ESTIMATION TERHADAP KONFIGURASI TEGAKAN-TEGAKAN VEGETASI DI KEBUN RAYA BOGOR Imawan Wahyu Hidayat 1 1 Kebun Raya Cibodas, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Pacet

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Estetika

TINJAUAN PUSTAKA Estetika 4 TINJAUAN PUSTAKA Estetika Istilah estetika dikemukakan pertama kali oleh Alexander Blaumgarten pada tahun 1750 untuk menunjukkan studi tentang taste dalam bidang seni rupa. Ilmu estetika berkaitan dengan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Umum Evaluasi Kualitas Estetik

HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Umum Evaluasi Kualitas Estetik 19 HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Umum Desa Ancaran memiliki iklim yang dipengaruhi oleh iklim tropis dan angin muson, dengan temperatur bulanan berkisar antara 18 C dan 32 C serta curah hujan berkisar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian BAB III METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di jalan bebas hambatan Tol Jagorawi dengan mengambil beberapa segmen jalan yang mewakili karakteristik lanskap jalan

Lebih terperinci

ESTETIKA BENTUK SEBAGAI PENDEKATAN SEMIOTIKA PADA PENELITIAN ARSITEKTUR

ESTETIKA BENTUK SEBAGAI PENDEKATAN SEMIOTIKA PADA PENELITIAN ARSITEKTUR ESTETIKA BENTUK SEBAGAI PENDEKATAN SEMIOTIKA PADA PENELITIAN ARSITEKTUR Jolanda Srisusana Atmadjaja Jurusan Arsitektur FTSP Universitas Gunadarma ABSTRAK Penelitian karya arsitektur dapat dilakukan melalui

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Kota

TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Kota 5 TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Kota Kota merupakan suatu organisme yang kompleks yang didalamnya terdapat unsur-unsur yang terjalin menjadi satu oleh suatu jaringan jalan dan jalur transportasi, saluran air,

Lebih terperinci

Kecamatan Beji. PDF created with pdffactory Pro trial version METODE PENELITIAN

Kecamatan Beji. PDF created with pdffactory Pro trial version  METODE PENELITIAN METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian evaluasi kualitas ecological aesthetics lanskap kota ini dilaksanakan di Kecamatan Beji Kota Depok. Periode penelitian berlangsung dari Maret 2004 sampai Nopember

Lebih terperinci

EVALUASI ASPEK FUNGSI DAN KUALITAS ESTETIKA TANAMAN LANSKAP KEBUN RAYA BOGOR (Kasus : Pohon dan Perdu) IPAH NAPISAH A

EVALUASI ASPEK FUNGSI DAN KUALITAS ESTETIKA TANAMAN LANSKAP KEBUN RAYA BOGOR (Kasus : Pohon dan Perdu) IPAH NAPISAH A EVALUASI ASPEK FUNGSI DAN KUALITAS ESTETIKA TANAMAN LANSKAP KEBUN RAYA BOGOR (Kasus : Pohon dan Perdu) IPAH NAPISAH A34204014 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Lebih terperinci

Persepsi dan Preferensi Kualitas Estetika Lanskap Kampus Fakultas Pertanian Universitas Udayana - Jimbaran Bali

Persepsi dan Preferensi Kualitas Estetika Lanskap Kampus Fakultas Pertanian Universitas Udayana - Jimbaran Bali Persepsi dan Preferensi Kualitas Estetika Lanskap Kampus Fakultas Pertanian Universitas Udayana - Jimbaran Bali RIZKY ADITYA RIFAI I NENGAH ARTHA*) IDA AYU MAYUN Prodi Arsitektur Pertamanan, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

METODOLOGI. Gambar 3. Lokasi Penelitian

METODOLOGI. Gambar 3. Lokasi Penelitian METODOLOGI Waktu dan Lokasi Penelitian mengenai pengaruh reklame ini dilakukan pada lanskap Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor, Jawa Barat (Gambar 3). Jalan Lingkar (Ringroad Way) pada penelitian ini meliputi

Lebih terperinci

METODOLOGI. Jawa Barat Kab. Kuningan Desa Ancaran. Gambar 2. Lokasi Penelitian

METODOLOGI. Jawa Barat Kab. Kuningan Desa Ancaran. Gambar 2. Lokasi Penelitian 12 METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada akhir bulan Maret 2011 hingga bulan Juni 2011. Penelitian ini dilakukan di Desa Ancaran, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, yang memiliki

Lebih terperinci

EVALUASI ESTETIKA LINGKUNGAN BERDASARKAN PERSEPSI DI WELCOME AREA KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR

EVALUASI ESTETIKA LINGKUNGAN BERDASARKAN PERSEPSI DI WELCOME AREA KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR 19 Buana Sains Vol 15 No 1: 19-28, 2015 EVALUASI ESTETIKA LINGKUNGAN BERDASARKAN PERSEPSI DI WELCOME AREA KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR Debora Budiyono PS. Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Gambar 2 Peta Lokasi Penelitian (Sumber: dan Googlemaps, 2009) Peta Kota Bandung Tanpa Skala.

BAB III METODOLOGI. Gambar 2 Peta Lokasi Penelitian (Sumber:  dan Googlemaps, 2009) Peta Kota Bandung Tanpa Skala. 13 BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Studi Penelitian ini dilakukan di Taman Cilaki Atas (TCA), Kecamatan Bandung Wetan, Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat (Gambar 2). Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB VI R E K O M E N D A S I

BAB VI R E K O M E N D A S I BAB VI R E K O M E N D A S I 6.1. Rekomendasi Umum Kerangka pemikiran rekomendasi dalam perencanaan untuk mengoptimalkan fungsi jalur hijau jalan Tol Jagorawi sebagai pereduksi polusi, peredam kebisingan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Pe rancangan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Pe rancangan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perencanaan Perencanaan adalah suatu alat sistematik yang digunakan untuk menentukan saat awal, keadaan yang diharapkan, dan cara terbaik untuk mencapai keadaan yang diharapkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Taman Rumah

TINJAUAN PUSTAKA Taman Rumah 4 TINJAUAN PUSTAKA Taman Rumah Tuntutan zaman menyebabkan pembangunan seringkali meningkat pesat guna mewadahi berbagai dinamika bangsa, seperti perkembangan penduduk, ekonomi, komunikasi, teknologi dan

Lebih terperinci

BAB III ELABORASI TEMA

BAB III ELABORASI TEMA BAB III ELABORASI TEMA 3.1. Ruang aktif. 3.1.1. Pengertian ruang aktif. Ruang aktif adalah ruang yang memilki berbagai macam kegiatan, didalam ruangan tersebut adanya perubahan interior atau eksterior

Lebih terperinci

EVALUASI ESTETIKA AIR PANCURAN PADA TAMAN SUROPATI; SEMANTIC DIFFERENTIAL DAN SCENIC BEAUTY ESTIMATION

EVALUASI ESTETIKA AIR PANCURAN PADA TAMAN SUROPATI; SEMANTIC DIFFERENTIAL DAN SCENIC BEAUTY ESTIMATION EVALUASI ESTETIKA AIR PANCURAN PADA TAMAN SUROPATI; SEMANTIC DIFFERENTIAL DAN SCENIC BEAUTY ESTIMATION NURJANNAH HAMDANI nurjannah.hamdani@gmail.com Program Studi Arsitektur Fakultas Tenik, Matematika

Lebih terperinci

PERSEPSI DAN PREFERENSI WARNA DALAM LANSKAP

PERSEPSI DAN PREFERENSI WARNA DALAM LANSKAP PERSEPSI DAN PREFERENSI WARNA DALAM LANSKAP The Color Perception and Preference in Landscape Wasissa Titi Ilhami Mahasiswa Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, IPB, saat ini bekerja sebagai

Lebih terperinci

V. KONSEP Konsep Dasar Perencanaan Tapak

V. KONSEP Konsep Dasar Perencanaan Tapak V. KONSEP 5.1. Konsep Dasar Perencanaan Tapak Konsep perencanaan pada tapak merupakan Konsep Wisata Sejarah Perkampungan Portugis di Kampung Tugu. Konsep ini dimaksudkan untuk membantu aktivitas interpretasi

Lebih terperinci

Elemen Elemen Desain Grafis

Elemen Elemen Desain Grafis Elemen Elemen Desain Grafis Desain grafis sebagai seni dekat dengan apa yang kita sebut sebagai keindahan (estetika). Keindahan sebagai kebutuhan setiap orang, mengandung nilai nilai subyektivisme. Oleh

Lebih terperinci

PENGANTAR ARSITEKTUR PERTAMANAN

PENGANTAR ARSITEKTUR PERTAMANAN Materi 4 PENGANTAR ARSITEKTUR PERTAMANAN Bambang B. Santoso Semester Genap Tahun Ajaran 2009/2010 3 April 2010 PENGANTAR DAN APLIKASI SENI DALAM GAMBAR TUJUAN BELAJAR BAB INI : Mampu menyebutkan beberapa

Lebih terperinci

III. RUANG DAN FUNGSI TANAMAN LANSKAP KOTA

III. RUANG DAN FUNGSI TANAMAN LANSKAP KOTA Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) III. RUANG DAN FUNGSI TANAMAN LANSKAP KOTA Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Siti Nurul Rofiqo Irwan, S.P., MAgr, PhD. Tujuan Memahami bentuk-bentuk ruang dengan tanaman

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Hospital. Tapak berupa

BAB III METODOLOGI. Hospital. Tapak berupa BAB III METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di kawasan pusat kota atau Central Business District (CBD) Bandung, Jawaa Barat, tepatnya di Santosa Bandung International Hospital.

Lebih terperinci

KAJIAN PENCAHAYAAN LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR ARSYAD KHRISNA

KAJIAN PENCAHAYAAN LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR ARSYAD KHRISNA KAJIAN PENCAHAYAAN LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR ARSYAD KHRISNA DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 RINGKASAN ARSYAD KHRISNA A44052252. Kajian Pencahayaan

Lebih terperinci

KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A

KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A34203039 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 RINGKASAN INDRA SAPUTRA. A34203039.

Lebih terperinci

STUDI ELEMEN MENTAL MAP LANSKAP KAMPUS UNIVERSITAS INDONESIA, DEPOK HADRIAN PRANA PUTRA

STUDI ELEMEN MENTAL MAP LANSKAP KAMPUS UNIVERSITAS INDONESIA, DEPOK HADRIAN PRANA PUTRA STUDI ELEMEN MENTAL MAP LANSKAP KAMPUS UNIVERSITAS INDONESIA, DEPOK HADRIAN PRANA PUTRA DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 RINGKASAN HADRIAN PRANA PUTRA.

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1. Agrowisata Agrowisata pada hakekatnya merupakan suatu kegiatan yang mengintegrasikan sistem pertanian dan sistem pariwisata sehingga membentuk objek wisata yang menarik. Menurut

Lebih terperinci

KAJIAN LANSKAP PERTIGAAN JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR INDAH CAHYA IRIANTI

KAJIAN LANSKAP PERTIGAAN JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR INDAH CAHYA IRIANTI KAJIAN LANSKAP PERTIGAAN JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR INDAH CAHYA IRIANTI DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 RINGKASAN INDAH CAHYA IRIANTI. A44050251.

Lebih terperinci

BAB III. Penelitian inii dilakukan. dan Danau. bagi. Peta TANPA SKALA

BAB III. Penelitian inii dilakukan. dan Danau. bagi. Peta TANPA SKALA 14 BAB III METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian inii dilakukan di Sentul City yang terletak di Kecamatan Babakan Madang dan Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat (Gambar

Lebih terperinci

Evaluasi Lanskap Jalan Jenderal Ahmad Yani Pontianak

Evaluasi Lanskap Jalan Jenderal Ahmad Yani Pontianak Evaluasi Lanskap Jalan Jenderal Ahmad Yani Pontianak AGUS RULIYANSYAH 1* 1. Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Tanjungpura Pontianak 1049, Indonesia *E-mail: agus.ruliyansyah@faperta.untan.ac.id

Lebih terperinci

ESTETIKA BENTUK Pengertian. Estetika adalah suatu kondisi yang berkaitan dengan sensasi keindahan yang dirasakan seseorang

ESTETIKA BENTUK Pengertian. Estetika adalah suatu kondisi yang berkaitan dengan sensasi keindahan yang dirasakan seseorang ESTETIKA BENTUK Pengertian Estetika adalah suatu kondisi yang berkaitan dengan sensasi keindahan yang dirasakan seseorang Rasa keindahan itu akan muncul apabila terjalin perpaduan yang serasi dari elemen

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK. Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A

PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK. Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A34201023 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN YULIANANTO

Lebih terperinci

Seminar Nasional BOSARIS III Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya

Seminar Nasional BOSARIS III Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya PENERAPAN DESAIN DALAM RANGKAIAN BUNGA SEBAGAI PELENGKAP DEKORASI RUANG Arita Puspitorini PKK Abstrak, Bunga sejak dulu hingga kini memiliki peran penting dalam kehidupan manusia, karena bunga dirangkai

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP SEKOLAH ISLAM TERPADU UMMUL QURO BERDASARKAN KONSEP TAMAN ISLAMI FISQA TASYARA A

PERANCANGAN LANSKAP SEKOLAH ISLAM TERPADU UMMUL QURO BERDASARKAN KONSEP TAMAN ISLAMI FISQA TASYARA A PERANCANGAN LANSKAP SEKOLAH ISLAM TERPADU UMMUL QURO BERDASARKAN KONSEP TAMAN ISLAMI FISQA TASYARA A34203058 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 Dengan ini

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH ELEMEN LANSKAP TERHADAP KUALITAS ESTETIKA LANSKAP KOTA DEPOK. Oleh: Medyuni Ruswan A

ANALISIS PENGARUH ELEMEN LANSKAP TERHADAP KUALITAS ESTETIKA LANSKAP KOTA DEPOK. Oleh: Medyuni Ruswan A ANALISIS PENGARUH ELEMEN LANSKAP TERHADAP KUALITAS ESTETIKA LANSKAP KOTA DEPOK Oleh: Medyuni Ruswan A34201045 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN

Lebih terperinci

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET 42 VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET Pengembangan konsep dalam studi perencanaan kawasan ini akan terbagi ke dalam empat sub konsep, yaitu perencanaan lanskap pedestrian shopping street,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian bertempat di Kota Pekanbaru Provinsi Riau. Kegiatan penelitian ini mengambil lokasi di Jalan Jendral Sudirman yaitu jalur hijau

Lebih terperinci

METODOLOGI. Peta Kabupaten Bogor (http://students.ukdw.ac.id, 2010) Peta Bukit Golf Hijau (Sentul City, 2009)

METODOLOGI. Peta Kabupaten Bogor (http://students.ukdw.ac.id, 2010) Peta Bukit Golf Hijau (Sentul City, 2009) 19 METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di cluster Bukit Golf Hijau yang berada di dalam Sentul. Sentul terletak di Kecamatan Babakan Madang dan Kecamatan Sukaraja Kabupaten

Lebih terperinci

Aspek Konsep Utama Theravada : Bagan 5.2. Kerangka Pikir Konsep dari Aspek Theravada Konsep ini muncul dari tiga elemen penting dalam interior yaitu e

Aspek Konsep Utama Theravada : Bagan 5.2. Kerangka Pikir Konsep dari Aspek Theravada Konsep ini muncul dari tiga elemen penting dalam interior yaitu e BAB V KONSEP PERENCANAAN INTERIOR V.1. Konsep Perencanaan Interior Aspek Manusia : Bagan 5.1. Kerangka Pikir Konsep dari Aspek Manusia 54 Aspek Konsep Utama Theravada : Bagan 5.2. Kerangka Pikir Konsep

Lebih terperinci

NIRMANA DUA DIMENSI. Oleh: Dr. Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta 2013

NIRMANA DUA DIMENSI. Oleh: Dr. Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta 2013 NIRMANA DUA DIMENSI Oleh: Dr. Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta 2013 PENGERTIAN NIRMANA Berasal dari dua akar kata, yakni nir yang artinya

Lebih terperinci

HOME OF MOVIE. Ekspresi Bentuk BAB III TINJAUAN KHUSUS. Ekspresi Bentuk. III.1 Pengertian Tema. Pengertian Ekspresi, adalah :

HOME OF MOVIE. Ekspresi Bentuk BAB III TINJAUAN KHUSUS. Ekspresi Bentuk. III.1 Pengertian Tema. Pengertian Ekspresi, adalah : BAB III TINJAUAN KHUSUS III.1 Pengertian Tema Pengertian Ekspresi, adalah : Ungkapan tentang rasa, pikiran, gagasan, cita-cita, fantasi, dan lain-lain. Ekspresi merupakan tanggapan atau rangsangan atas

Lebih terperinci

sekitarnya serta ketersediaannya yang belum optimal (pada perbatasan tertentu tidak terdapat elemen gate). d. Elemen nodes dan landmark yang

sekitarnya serta ketersediaannya yang belum optimal (pada perbatasan tertentu tidak terdapat elemen gate). d. Elemen nodes dan landmark yang BAB 5 KESIMPULAN 1. Berdasarkan hasil pengamatan dan penilaian secara subyektif (oleh peneliti) dan obyektif (pendapat responden) maka elemen identitas fisik yang membentuk dan memperkuat karakter (ciri

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. untuk melakukan pekerjaan antara lain, yaitu: terutama gambar logo dua dimensi.

BAB II LANDASAN TEORI. untuk melakukan pekerjaan antara lain, yaitu: terutama gambar logo dua dimensi. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Corel draw Corel draw adalah editor grafik vector yang dibuat oleh corel, Corel sendiri adalah sebuah perusahaan perangkat lunak yang bermarkas di Ottawa, Kanada. Versi

Lebih terperinci

REKOMENDASI KONSEP TATA HIJAU

REKOMENDASI KONSEP TATA HIJAU 85 REKOMENDASI KONSEP TATA HIJAU Penanaman lanskap harus dapat memberikan fungsi yang dapat mendukung keberlanjutan aktivitas yang ada dalam lanskap tersebut. Fungsi arsitektural penting dalam penataan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Central Business District (CBD) Berdasarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 1992 mengenai penataan ruang, pada Pasal 1 disebutkan bahwa kawasan perkotaan adalah kawasan yang mempunyai

Lebih terperinci

PENGARUH KONSEP GREEN FACADE TERHADAP KUALITAS ESTETIK VISUAL RUMAH TINGGAL DYAH AYU MUSTIKASARI

PENGARUH KONSEP GREEN FACADE TERHADAP KUALITAS ESTETIK VISUAL RUMAH TINGGAL DYAH AYU MUSTIKASARI PENGARUH KONSEP GREEN FACADE TERHADAP KUALITAS ESTETIK VISUAL RUMAH TINGGAL DYAH AYU MUSTIKASARI DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KHUSUS

BAB III TINJAUAN KHUSUS BAB III TINJAUAN KHUSUS III.1 Tema Ruang dan Sirkulasi III.1.a Latar Belakang Pemilihan Sebagian besar museum yang ada sekarang ini, tidak terlalu memperhatikan ruang dan sirkulasi. Ini bisa dilihat dari

Lebih terperinci

PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG TERHADAP FUNGSI DAN LOKASI OBYEK-OBYEK REKREASI DI KEBUN RAYA BOGOR

PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG TERHADAP FUNGSI DAN LOKASI OBYEK-OBYEK REKREASI DI KEBUN RAYA BOGOR PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG TERHADAP FUNGSI DAN LOKASI OBYEK-OBYEK REKREASI DI KEBUN RAYA BOGOR Oleh SEPTA ARI MAMIRI A34203047 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kota Jakarta sebagai pusat pemerintahan, pusat perdagangan, pusat perbankan dan pusat perindustrian menuntut adanya kemajuan teknologi melalui pembangunan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Karakter Lanskap Kota

TINJAUAN PUSTAKA Karakter Lanskap Kota TINJAUAN PUSTAKA Karakter Lanskap Kota Karakter merupakan sifat dan ciri khas yang dimiliki oleh suatu kelompok, baik orang maupun benda. Karakter lanskap merupakan suatu area yang mempunyai keharmonisan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Desain Grafis Desain grafis terdiri dari dua buah kata yaitu desain dan grafis, desain merupakan proses atau perbuatan dengan mengatur segala sesuatu sebelum bertindak

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS SINTESIS

BAB V ANALISIS SINTESIS BAB V ANALISIS SINTESIS 5.1 Aspek Fisik dan Biofisik 5.1.1 Letak, Luas, dan Batas Tapak Tapak terletak di bagian Timur kompleks sekolah dan berdekatan dengan pintu keluar sekolah, bangunan kolam renang,

Lebih terperinci

ARL 200 ADISTI RIZKYARTI A

ARL 200 ADISTI RIZKYARTI A ARL 200 ADISTI RIZKYARTI A24080164 3. LANSKAP Dari Gambar lanskap di atas dapat di jelaskan keadaan lereng gunung yang di kelilingi dapat disimpulkan faktor-faktor yang mempengaruhi pembentuknya dari segi

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Tesis desain ini bertujuan sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas ruang publik di kota Jakarta, juga sekaligus dapat mendekatkan ruang publik dengan masyarakat

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bagian ini akan dijabarkan kesimpulan dan rekomendasi. Kesimpulan berisi rangkuman dari hasil penelitian dan pembahasan sekaligus menjawab tujuan penelitian di bab

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Reklame

TINJAUAN PUSTAKA Reklame TINJAUAN PUSTAKA Reklame Komunikasi adalah penyampaian pesan seseorang atau lembaga kepada seseorang atau banyak orang, baik secara langsung atau tidak langsung dengan menggunakan media. Iklan adalah bentuk

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 43 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Pengaruh RTH Terhadap Iklim Mikro 5.1.1 Analisis Pengaruh Struktur RTH Pohon Terhadap Iklim Mikro Pohon merupakan struktur RTH yang memiliki pengaruh cukup besar

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG JALUR HIJAU JALAN BARAT-TIMUR KOTA BARU BANDAR KEMAYORAN. Oleh: Syahroji A

PERANCANGAN ULANG JALUR HIJAU JALAN BARAT-TIMUR KOTA BARU BANDAR KEMAYORAN. Oleh: Syahroji A PERANCANGAN ULANG JALUR HIJAU JALAN BARAT-TIMUR KOTA BARU BANDAR KEMAYORAN Oleh: Syahroji A34204015 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN SYAHROJI. Perancangan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. KONSEP DASAR PERANCANGAN Dalam konsep dasar pada perancangan Fashion Design & Modeling Center di Jakarta ini, yang digunakan sebagai konsep dasar adalah EKSPRESI BENTUK dengan

Lebih terperinci

LESTARI SURYANDARI. A Studi Kualitas Visual Lanskap Sejarah Kawasan Jakarta Kota. (Di bawah bimbingan MARZETJE WUNGKAR dan AND1 GUNAWAN)

LESTARI SURYANDARI. A Studi Kualitas Visual Lanskap Sejarah Kawasan Jakarta Kota. (Di bawah bimbingan MARZETJE WUNGKAR dan AND1 GUNAWAN) LESTARI SURYANDARI. A 3 1.0740. Studi Kualitas Visual Lanskap Sejarah Kawasan Jakarta Kota. (Di bawah bimbingan MARZETJE WUNGKAR dan AND1 GUNAWAN) Penelitian ini berlokasi di kawasan Jakarta Kota, yaitu

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERENCANAAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN BAB VI KONSEP PERENCANAAN VI.1 KONSEP BANGUNAN VI.1.1 Konsep Massa Bangunan Pada konsep terminal dan stasiun kereta api senen ditetapkan memakai masa gubahan tunggal memanjang atau linier. Hal ini dengan

Lebih terperinci

Gambar 26. Material Bangunan dan Pelengkap Jalan.

Gambar 26. Material Bangunan dan Pelengkap Jalan. KONSEP Konsep Dasar Street furniture berfungsi sebagai pemberi informasi tentang fasilitas kampus, rambu-rambu jalan, dan pelayanan kepada pengguna kampus. Bentuk street furniture ditampilkan memberikan

Lebih terperinci

BAB III Elemen-Elemen Desain Grafis

BAB III Elemen-Elemen Desain Grafis BAB III Elemen-Elemen Desain Grafis A. Garis / Line Garis atau line adalah suatu goresan, batas limit dari suatu benda, massa, ruang, warna, dan sebagainya. Dari pengertian diatas, garis dapat digolongkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam buku Aplikasi Desain Grafis untuk Periklanan (Suyanto, 2004:5-8), tersebut. Ada empat macam tujuan dari iklan, yaitu:

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam buku Aplikasi Desain Grafis untuk Periklanan (Suyanto, 2004:5-8), tersebut. Ada empat macam tujuan dari iklan, yaitu: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Periklanan Periklanan merupakan salah satu tahap dalam pemasaran. Produk barang atau jasa, baik penamaannya, pengemasannya, penetapan harga, dan distribusinya tercermin dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Ruang terbuka Publik berasal dari bahasa latin platea yang berarti jalur

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Ruang terbuka Publik berasal dari bahasa latin platea yang berarti jalur BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Ruang Terbuka Publik 2.1.1. Definisi Ruang Terbuka Publik Ruang terbuka Publik berasal dari bahasa latin platea yang berarti jalur yang diperluas seperti square. Square merupakan

Lebih terperinci

Komposisi dalam Fotografi

Komposisi dalam Fotografi Tujuan: mengorganisasikan berbagai komponen foto yang saling berlainan, menjadi sedemikian rupa sehingga gambar tersebut menjadi suatu kesatuan yang saling mengisi, serta mendukung satu sama lainnya; dengan

Lebih terperinci

Unsur dasar senirupa. Pertemuan ke 1

Unsur dasar senirupa. Pertemuan ke 1 Unsur dasar senirupa Pertemuan ke 1 Titik Titik adalah unsur seni rupa dua dimensi yang paling dasar. Titik dapat dikembangkan menjadi garis dan bidang. Titik merupakan unsur penting dalam seni rupa. Sebagai

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. 1. Kondisi kenyamanan thermal hasil simulasi eksisting: Kondisi eksisting penggal 1,2,3 titik terendah dan tertinggi pagi

BAB VI PENUTUP. 1. Kondisi kenyamanan thermal hasil simulasi eksisting: Kondisi eksisting penggal 1,2,3 titik terendah dan tertinggi pagi BAB VI PENUTUP VI.1. Kesimpulan 1. Kondisi kenyamanan thermal hasil simulasi eksisting: Kondisi eksisting penggal 1,2,3 titik terendah dan tertinggi pagi (07.00) secara keseluruhan dalam kondisi nyaman.

Lebih terperinci

Warna Perancangan Ruang Dalam 2015/2016

Warna Perancangan Ruang Dalam 2015/2016 Warna Perancangan Ruang Dalam 2015/2016 Pengertian Warna Warna adalah suatu aspek yang dapat menghidupkan ruang dan membentuk/menciptakan kesan pada ruang. Merupakan sifat dasar visual yang dimiliki oleh

Lebih terperinci

Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2)

Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2) Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2) Gambar simulasi rancangan 5.30 : Area makan lantai satu bangunan komersial di boulevard stasiun kereta api Bandung bagian Selatan 5.6.3 Jalur Pedestrian Jalur

Lebih terperinci

V. KONSEP Konsep Dasar Pengembangan Konsep

V. KONSEP Konsep Dasar Pengembangan Konsep 37 V. KONSEP Konsep Dasar Konsep dasar dalam perencanaan ini adalah merencanakan suatu lanskap pedestrian shopping streets yang dapat mengakomodasi segala aktivitas yang terjadi di dalamnya, khususnya

Lebih terperinci

5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Konsep perancangan mengacu pada karakteristik arsitektur organik, yaitu 1. Bukan meniru bentuk dari alam tapi mengembangkan prinsip yang ada di alam Mengembangkan

Lebih terperinci

Linda Lidiawati. Studi Konsep Taman Islam pada Lanskap Mesjid A1 Hurriyah, Kampus IPB Darmaga, Bogor. (Dibawah bimbingan Andi Gunawan).

Linda Lidiawati. Studi Konsep Taman Islam pada Lanskap Mesjid A1 Hurriyah, Kampus IPB Darmaga, Bogor. (Dibawah bimbingan Andi Gunawan). Linda Lidiawati. Studi Konsep Taman Islam pada Lanskap Mesjid A1 Hurriyah, Kampus IPB Darmaga, Bogor. (Dibawah bimbingan Andi Gunawan). Pada saat ini adanya keanekaragaman taman yang sudah ada memang telah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Gambar 8 Peta Lokasi Penelitian (Sumber:

BAB III METODOLOGI. Gambar 8 Peta Lokasi Penelitian (Sumber: 13 BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Studi Lokasi penelitian ini berada pada CBD Sentul City, yang terletak di Desa Babakan Maday, Kecamatan Citeuruep, Kabupaten DT II Bogor, Provinsi Jawa Barat.

Lebih terperinci

II. LANSKAP DAN KARAKTERISTIK

II. LANSKAP DAN KARAKTERISTIK Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) II. LANSKAP DAN KARAKTERISTIK Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Siti Nurul Rofiqo Irwan, SP., MAgr, PhD. LANSKAP DAN KARAKTERISTIK Tujuan: Memahami dasar pemikiran merencana

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ruang Lingkup Arsitektur Lansekap Lansekap sebagai gabungan antara seni dan ilmu yang berhubungan dengan desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya merupakan

Lebih terperinci

REKOMENDASI Peredam Kebisingan

REKOMENDASI Peredam Kebisingan 83 REKOMENDASI Dari hasil analisis dan evaluasi berdasarkan penilaian, maka telah disimpulkan bahwa keragaman vegetasi di cluster BGH memiliki fungsi ekologis yang berbeda-beda berdasarkan keragaman kriteria

Lebih terperinci

sentuhan TROPIS pada DINDING HIJAU

sentuhan TROPIS pada DINDING HIJAU sentuhan TROPIS pada DINDING HIJAU Pe n u lis Viva Rahwidhiyasa Foto g r a f e r Tri Rizeki Darusman Halaman sebuah rumah tinggal menjadi alternatif area beraktivitas keluarga di ruang luar. Khusus untuk

Lebih terperinci

Kompetensi Dasar : Mengidentifikasi kaidah estetika dan etika seni grafis (nirmana) Presented By : Anita Iskhayati, S.Kom NIP

Kompetensi Dasar : Mengidentifikasi kaidah estetika dan etika seni grafis (nirmana) Presented By : Anita Iskhayati, S.Kom NIP Kompetensi Dasar : Mengidentifikasi kaidah estetika dan etika seni grafis (nirmana) Presented By : Anita Iskhayati, S.Kom NIP. 198311292010012034 Presented By : Anita Iskhayati, S.Kom NIP. 198311292010012034

Lebih terperinci

Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA. Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD.

Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA. Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD. Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD. Tujuan Memahami makna dan manfaat hutan kota pada penerapannya untuk Lanskap Kota. Memiliki

Lebih terperinci

REDESAIN RUMAH SAKIT SLAMET RIYADI DI SURAKARTA

REDESAIN RUMAH SAKIT SLAMET RIYADI DI SURAKARTA REDESAIN RUMAH SAKIT SLAMET RIYADI DI SURAKARTA ZONIFIKASI Dasar pertimbngan Potensi site Kemungkinan pengelohan Tuntutan kegiatan UTILITAS Konsep utilitas pada kawasan perencanaan meliputi : 1. Terjadinya

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI ECO-AESTHETIC LANSKAP DESA ANCARAN, KABUPATEN KUNINGAN FYNA NOVIANA HENDRIAWATI A

IDENTIFIKASI ECO-AESTHETIC LANSKAP DESA ANCARAN, KABUPATEN KUNINGAN FYNA NOVIANA HENDRIAWATI A IDENTIFIKASI ECO-AESTHETIC LANSKAP DESA ANCARAN, KABUPATEN KUNINGAN FYNA NOVIANA HENDRIAWATI A44070020 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011 LEMBAR PERNYATAAN Dengan

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap 5 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap Lanskap berdasarkan Simonds (1983) merupakan suatu bentang alam dengan karakteristik tertentu yang dapat dinikmati oleh seluruh indera manusia, dimana suatu lanskap dikatakan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORERIKAL PENDEKATAN ARSITEKTUR ORGANIK PADA TATA RUANG LUAR DAN DALAM HOMESTAY DAN EKOWISATA SAWAH

BAB III TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORERIKAL PENDEKATAN ARSITEKTUR ORGANIK PADA TATA RUANG LUAR DAN DALAM HOMESTAY DAN EKOWISATA SAWAH BAB III TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORERIKAL PENDEKATAN ARSITEKTUR ORGANIK PADA TATA RUANG LUAR DAN DALAM HOMESTAY DAN EKOWISATA SAWAH 3.1. Tinjauan Pendekatan Arsitektur Organik 3.1.1. Definisi Arsitektur

Lebih terperinci

masyarakat dan dipandang sebagai kesatuan antara fisik geografis dan lingkungannya dalam arti karakteristrik. Lansekap ditinjau dari segi

masyarakat dan dipandang sebagai kesatuan antara fisik geografis dan lingkungannya dalam arti karakteristrik. Lansekap ditinjau dari segi II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perencanaan Lansekap (Landscape Planning) Lansekap merupakan refleksi dari dinamika sistem alamiah dan sistem sosial masyarakat dan dipandang sebagai kesatuan antara fisik geografis

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. EVALUASI BANGUNAN Yaitu, penelitian yang lebih formal berdasarkan lapangan penyelidikan analitis. Evaluasi bangunan bertujuan untuk mengatasi ketepatgunaan, kemanfaatan, perubahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Corel Draw Mernurut Rahmat Widiyanto dalam bukunya Teknik Profesional CorelDraw, definisi dari Corel draw adalah editor grafik vector yang dibuat oleh corel, Corel

Lebih terperinci

RINGKASAN. Denpasar, bawah bimbingan Nurhajati A. Mattjik).

RINGKASAN. Denpasar, bawah bimbingan Nurhajati A. Mattjik). RINGKASAN INE NILASARI. Perencanaan Lanskap Jalan Westertz By Pass di Kotamadya Denpasar, Bali @i bawah bimbingan Nurhajati A. Mattjik). Jalan Western By Pass dengan panjang keseluruhan.t 13 km merupakan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN. terdapat pada konsep perancangan Bab V yaitu, sesuai dengan tema Behaviour

BAB VI HASIL PERANCANGAN. terdapat pada konsep perancangan Bab V yaitu, sesuai dengan tema Behaviour BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1 Dasar Perancangan Hasil perancangan Sekolah Dasar Islam Khusus Anak Cacat Fisik di Malang memiliki dasar konsep dari beberapa penggambaran atau abstraksi yang terdapat pada

Lebih terperinci

III. METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian

III. METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian III. METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di jalur pedestrian kawasan Jalan M.H. Thamrin Jend. Sudirman, Jakarta (Gambar 4). Jalur pedestrian pada Jalan M.H. Thamrin

Lebih terperinci