VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET"

Transkripsi

1 42 VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET Pengembangan konsep dalam studi perencanaan kawasan ini akan terbagi ke dalam empat sub konsep, yaitu perencanaan lanskap pedestrian shopping street, perencanaan tata ruang pada tapak, perencanaan ruang terbuka, dan perencanaan fasilitas penunjang. Dengan adanya pengembangan konsep ke dalam empat sub konsep tersebut diharapkan nantinya akan tercipta suatu lanskap baru yang lebih baik dari segi kualitas fisik maupun sosialnya. Rencana Lanskap Pedestrian Shopping Street Pengembangan konsep ini bertujuan untuk menciptakan lanskap pedestrian yang dapat menjadi lanskap penunjang bagi kegiatan ekonomi dalam peningkatan pendapatan asli daerah Kota Bogor dan sebagai ruang terbuka alternatif bagi aktivitas-aktivitas pengguna tapak seperti aktivitas rekreasi, berjalan kaki, window shopping dan lain sebagainya. Dalam pengembangannya, perencanaan kawasan ini akan memakai luasan tapak paling besar dari lokasi studi. Lokasi berada pada area permukiman antara Jalan Roda I dan Jalan Roda II. Bangunan yang disediakan ditata berderet mengikuti pola koridor yang telah ada sebelumnya. Bangunan-bangunan ini merupakan bangunan rumah yang sudah ada sebelumnya dan telah dilakukan perbaikan bentuk muka bangunan guna memperbaiki tampilan kawasan tersebut. Pembagian kawasan dalam perencanaan kawasan ini ditentukan berdasarkan jenis aktivitas niaga yang ditawarkan. Kawasan yang akan direncanakan antara lain kawasan industri rumah tangga yang terbagi kedalam kategori kuliner (restoran, kafe, toko makanan ringan), kerajinan tangan khas, dan produk non-kerajinan. Selain terbagi ke dalam dua kategori tersebut, kawasan pedestrian ini juga terbagi ke dalam peruntukan area yaitu area display/niaga dan area produksi dari produk-produk tersebut. Hal ini bertujuan untuk memudahkan pengunjung dalam mendapatkan barang-barang kebutuhan dan jasa yang diperlukan karena adanya pengelompokan jenis-jenis perniagaan dan jasa.

2 43 Penataan kaki lima dilakukan dengan pemberlakuan waktu operasional untuk mereka menggelar dagangannya. Konsep untuk kaki lima ini adalah konsep bazar, dimana dilakukan pada hari- hari dan waktu tertentu. Pemberlakuan waktu operasional ini bertujuan untuk mengatur ketertiban dari pedagang kaki lima itu sendiri. Pengaturan waktu operasional pedagang kaki lima berdasarkan pertimbangan-pertimbangan seperti beberapa hari kerja, atau hari-hari perayaan khusus lain. Pedagang kaki lima menempati lokasi pada Jalan Roda, Jalan Roda I dan II, sehingga pada waktu-waktu tersebut kendaraan dilarang masuk ke kawasan ini. Pemilihan hari kerja bertujuan untuk memperpanjang waktu kunjungan wisatawan yang berkunjung ke Kota Bogor. Pasar kaki lima pada kawasan ini diharapkan dapat menjadi atraksi menarik bagi para wisatawan. Pemilihan waktu operasional dimulai dari sore hari hingga dini hari menjelang pagi. Pada waktuwaktu ini, aktivitas perniagaan yang menggunakan sarana bangunan diatur waktu buka tutupnya agar tidak bentrok dengan pasar kaki lima. Perencanaan desain arsitektur bangunan dan perkerasan lahan disesuaikan dengan kondisi eksisting tapak dimana pembangunan bangunan baru diminimalisasikan. Dalam perencanaan kawasan ini, bangunan eksisting akan tetap dipertahankan keberadaan dan kepemilikannya. Bangunan eksisting yang sudah ada hanya akan mengalami perbaikan bentuk muka bangunan saja sehingga dapat lebih menarik pengunjung yang datang. Bangunan eksisting yang mengalami perubahan fungsi menjadi tempat niaga akan mengalami penambahan lantai ke atas untuk mengganti ruang yang terpakai. Ruang terbuka pedestrian ini didesain agar orang yang ada di dalamnya tidak mengalami kejenuhan ataupun terjadi kemonotonan. Desain material perkerasan pada setiap jarak tertentu dilakukan agar menimbulkan suatu kejutan sehingga pengguna tapak tidak merasa jenuh melalui permainan pola perkerasan maupun fasilitas di atasnya. Perencanaan ruang terbuka pedestrian ini selain memperhatikan aspek fisik dan sosial kondisi awal tapak dan skenario konsep yang telah ditetapkan, terdapat beberapa aspek lagi yang dijadikan pertimbangan dalam studi ini. Aspekaspek tersebut antara lain adalah imageability, legibility, enclosure, linkage,

3 44 transparency, dan complexity. Keenam aspek tersebut menjadi pertimbangan dasar dalam studi perencanaan ini. Tabel 7. Aspek yang Dibandingkan Pada Tapak Sebelum dan Sesudah Perencanaan. Aspek yang Sebelum Perencanaan Setelah Perencanaan Keterangan Dibandingkan Imageability Legibility Enclosure Linkage Trasparency Complexity Tidak ada ciri khas pada tapak. Jaringan jalan yang ruwet tanpa penunjuk arah. Diciptakan oleh bangunan tempat tinggal. Ruang permukiman dihubungkan oleh jaringan jalan di dalamnya. Kondisi tapak sempit, pandangan terbatas. Tapak didominasi oleh bangunan tempat tinggal. Konsep pedestrian shopping street di dalam tapak. Ada penunjuk arah, navigasi warna, perencanaan jalur pedestrian yang mudah diakses. Diciptakan oleh vegetasi dan bangunan pada tapak. Jalur pedestrian yang dapat saling menghubungkan tiap area yang direncanakan di dalam tapak. Jalur pedestrian yang sederhana tidak berkelok-kelok sehingga tidak menghalangi pandangan. Penambahan elemen lanskap seperti vegetasi, perencanaan taman lingkungan, Ciri khas tapak sehingga mudah diingat. Kemudahan navigasi dalam tapak. Definisi visual tapak melalui elemen vertikal. Koneksi antar ruang. Kualitas mengakses pemandangan dari dan ke tapak. Keragaman lingkungan fisik. Imageability berkaitan dengan kemampuan tapak dalam menciptakan suatu pemandangan yang berbeda dan khas serta mudah dingat oleh pengunjung yang datang. Suatu tapak dapat memiliki kemampuan ini apabila terdapat elemen fisik yang spesifik dan memiliki susunan yang mampu menarik perhatian, menimbulkan perasaan dan menciptakan suatu kenangan. Dalam studi perencanaan ini, aspek imageability lebih diarahkan pada bentuk akhir dari perencanaan yaitu suatu pedestrian shopping street yang merupakan suatu konsep baru bagi aktivitas perniagaan, jasa, dan rekreasi yang dapat dilakukan dalam waktu yang besamaan. Telah disebutkan sebelumnya bahwa ruang pedestrian shopping street ini nantinya akan terbagi ke dalam dua area yaitu: area niaga dan produksi kuliner, dan area niaga dan produksi barang-barang kerajinan dan kebutuhan lainnya.

4 45 Aspek legibility merupakan aspek yang mengarah pada kemudahan navigasi ke dalam maupun di dalam tapak. Jaringan pedestrian yang akan dibuat dalam studi perencanaan ini akan dibuat secara simpel dan sederhana, yaitu berupa jalur jalan yang sudah ada sebelumnya atau eksisting. Untuk kemudahan navigasi di dalam tapak digunakan konsep warna pada perkerasan tapak dan pengarah jalan yang mudah dimengerti. Untuk akses ke dalam tapak, tapak terletak pada suatu kawasan yang aksesibilitasnya sangat mudah yaitu berada di sisi jalan kolektor di tengah kota. Enclosure merupakan definisi visual dari tapak yang dijelaskan melalui elemen vertikal pada tapak tersebut seperti dinding, bangunan atau pohon. Ruang dengan elemen vertikal yang proporsional dengan elemen horisontalnya dapat menciptakan efek ruang dari tapak tersebut dengan kualitasnya masing- masing. Untuk menghindari kesan terkurung di dalam tapak, bangunan infrastruktur yang ada dibuat tidak melebihi dua lantai. Keberadaan bangunan ini diimbangi dengan lebar jalur pedestrian sehingga tercipta suatu ruang yang proporsional. Gambar 10. Aspek enclosure pada tapak diciptakan oleh vegetasi. Konsep pedestrian shopping street ini bertujuan untuk menciptakan suatu konsep rekreasi dan belanja pada ruang terbuka secara bersamaan. Maka dari itu, setiap toko yang ada pada kawasan pedestrian ini diwajibkan memiliki bentuk muka bangunan yang dapat memudahkan pengunjung mengakses pemandangan dari dan ke luar tapak. Kemudahan dalam mengakses pemandangan dari maupun

5 46 ke tapak merupakan definisi dari aspek tranparency yang berkaitan dengan kualitas desain tapak tersebut. Antar ruang dalam kawasan pedestrian shopping street ini akan dihubungkan oleh suatu jaringan pedestrian yang terpadu dimana tiap bangunan, ruang terbuka, dan jalur pedestrian itu sendiri terkoneksi dengan baik tanpa menciptakan lanskap yang membingungkan. Jalur pedestrian ini mengikuti kondisi eksisting yang sudah ada sehingga tidak diperlukan penambahan jalur baru. Koneksi antar ruang ini berkaitan dengan kualitas lanskap dari aspek linkage yang memberikan kemudahan akses antar ruang tersebut. Kompleksitas yang terdapat di dalam tapak bergantung pada keragaman dari lingkungan fisik, jumlah dan jenis gedung, keragaman ornamen dan gaya arsitektur, elemen lanskap serta aktivitas yang terjadi di dalamnya. Kondisi fisik pada tapak telah dijelaskan dalam bab sebelumnya. Dalam tapak yang baru kondisi ini akan diperbaiki dengan pembagian tata guna lahan di dalam tapak. Pembagian tata guna lahan tersebut dikelompokan berdasarkan jenis aktivitas yang ada di dalamnya. Sungai yang berada pada sisi tapak merupakan contoh lain dari keragaman yang dimiliki oleh tapak. Keragaman aktivitas jelas dapat terlihat di dalam tapak. Aktivitas yang diharapkan adalah aktivitas niaga, sosialisasi dan rekreasi. Aktivitas ini dapat ditemui pada area permukiman maupun area pedestrian. Aktivitas yang terdapat pada area pedestrian merupakan dari pengembangan konsep rekreasi dan belanja pada ruang terbuka secara bersamaan. Area pedestrian shopping street terbagi ke dalam enam segmen dimana tiap segmennya memiliki fungsi untuk mendukung aktifitas yang berbeda satu sama lain (Gambar.11). Pembagian area tersebut bertujuan untuk memudahkan navigasi pengunjung dalam tapak. Tiap segmen mendukung jenis aktifitas yang berbeda, aktifitas tersebut terbagi ke dalam dua kategori yaitu aktifitas niaga dan produksi dari produk-produk kuliner dan produk-produk kerajinan dan nonkerajinan. Area niaga merupakan area display dan jual-beli dari produk-produk tersebut, sedangkan area produksi merupakan area dimana barang-barang yang akan ditawarkan dan dijual diproduksi.

6 47 Gambar 11. Rencana peruntukan ruang pada area pedestrian shopping street. Aktifitas pengunjung pada area niaga (Segmen 1, 5, dan 6) diarahkan pada aktifitas perdagangan. Produk yang ditawarkan merupakan produk hasil produksi dari area produksi (Segmen 2, 3, dan 4) ataupun produk yang berasal dari luar kawasan ini. Pada area produksi pengunjung dapat melihat dan ikut serta dalam proses produksi komoditas yang tersedia sehingga fungsi kawasan ini selain sebagai kawasan rekreasi dan niaga dapat pula menjadi kawasan edukasi. Gambar 12. Area display produk kerajinan.

7 48 Dalam Tabel 8. dijelaskan jenis aktifitas pada tiap segmen sebelum dan sesudah perencanaan di dalam kawasan pedesrian shopping street. Sebelum perencanaan tiap segmen memiliki jenis aktifitas yang sama yaitu sosialisasi. Aktifitas perdagangan hanya ditemukan pada segmen 1 dan 5, dan hanya berupa pedagang keliling atau warung kecil. Area ini memiliki lebar jalur jalan yang relatif lebih lebar yaitu selebar 2,5 3m sehingga memungkinkan pedagang keliling masuk ke dalam jalan tersebut. Jalur ini nantinya akan direncanakan sebagai area perdagangan produk kuliner (Segmen 1) dan produk non-kerajinan (Segmen 5). Tabel 8. Perbandingan aktifitas dan akomodasi pada tapak sebelum dan sesudah perencanaan. Segmen Kondisi awal Kondisi yang diharapkan Aktifitas Akomodasi Aktifitas Akomodasi Penerangan jalan Area perniagaan Bangunan dan produk kuliner (toko, infrastruktur kafe, dan restoran) penunjang, perkerasan dan penerangan 1. Pedagang keliling, pedagang kaki lima dan warung kecil, sosialisasi. 2. Sosialisasi Tidak ada Area produksi produk kuliner 3. Sosialisasi Tidak ada Area produksi kerajinan khas daerah 4. Sosialisasi Tidak ada Area produksi produk non-kerajinan 5. Pedagang keliling, sosialisasi, warung Penerangan jalan Area perniagaan produk non-kerajinan 6. Sosialisasi Tidak ada Area perniagaan produk kerajinan khas daerah Node 1 (N1) Node 2 (N2) Node 3 (N3) Node 4 (N4) Bangunan dan infrastruktur penunjang, perkerasan dan penerangan Bangunan dan infrastruktur penunjang, perkerasan dan penerangan Bangunan dan infrastruktur penunjang, perkerasan dan penerangan Bangunan dan infrastruktur penunjang, perkerasan dan penerangan Bangunan dan infrastruktur penunjang, perkerasan dan penerangan Tidak ada Tidak ada Ruang terbuka umum 1 Fasilitas olahraga, fasilitas rekreasi pasif, taman lingkungan Tidak ada Tidak ada Ruang terbuka umum 2 Fasilitas olahraga, fasilitas rekreasi pasif, taman lingkungan Sosialisasi Tidak ada Ruang terbuka pelengkap 1 Sosialisasi Tidak ada Ruang terbuka pelengkap 2 Fasilitas rekreasi pasif Fasilitas rekreasi pasif

8 49 Untuk menambah kenyamanan pengunjung, jalur ini akan dinaungi oleh kanopi jalan sebagai peneduh, hal ini dikarenakan pada jalur ini tidak ada vegetasi yang berfungsi sebagai peneduh. Node 1 dan 2 merupakan ruang terbuka utama yang juga berfungsi sebagai ruang terbuka hijau pada tapak. Aktivitas yang diharapkan pada area ini adalah aktivitas aktif dan sosialisasi. Radius pelayanan ruang terbuka utama ini mencakup seluruh kawasan perencanaan, berbeda dengan Node 3 dan 4 yang merupakan ruang terbuka pelengkap yang radius pelayanannya lebih sempit. Pada ruang terbuka pelengkap aktivitas yang diharapkan terjadi hanya aktivitas sosialisasi. Rencana Tata Ruang Total Perencanaan tata ruang total pada lokasi studi terbagi kedalam tiga jenis ruang berdasarkan jenis penggunaan ruang. Ketiga jenis ruang tersebut adalah 1) ruang permukiman, 2) ruang bangunan umum, dan 3) ruang terbuka. Penjelasan untuk tata ruang terbuka dijelaskan dalam sub bab berikutnya. 1. Ruang permukiman adalah area yang bangunan di dalamnya tidak dijadikan penunjang aktivitas dalam pengembangan konsep perencanaan ini. Area ini tetap pada fungsi awalnya sebagai area permukiman. 2. Ruang bangunan umum diperuntukan sebagai ruang untuk bangunan tempat usaha perniagaan/ jasa, dan tempat ibadah. bangunan umum dapat digunakan baik oleh para pemukim maupun pengguna tapak non pemukim. Bangunan- bangunan umum ditempatkan pada lokasi- lokasi strategis agar dapat dengan mudah diakses oleh para pengguna. Bangunan umum berada sepanjang jalur yang direncanakan pada penelitian ini. Pengembangan ruang bangunan umum ini diharapkan dapat mengoptimalisasi nilai tapak. Pengelolaan bangunan umum ini menjadi tanggung jawab pihak kontraktor/pengembang tapak. Bangunan umum yang sifat kepemilikannya pribadi menjadi tanggung jawab pemiliknya. Dalam kasus ini kontraktor/pengembang tapak hanya bertanggung jawab terhadap pengelolaan lanskap sekitar bangunan tersebut. Peran serta aktif masyarakat maupun

9 50 pengunjung sangat diharapkan dalam proses pengelolaan dan pemeliharaan bangunan umum ini. Tabel 9. Tata Ruang Total pada Tapak No. Peruntukan Ruang Luas (m2) Keterangan 1. Ruang Permukiman Area yang bangunan di dalamnya tidak dijadikan penunjang aktivitas dalam 2. Ruang bangunan umum (Pedestrian Shopping Streets) Jalur sepanjang 865,2 m pengembangan konsep perencanaan ini. Terbagi ke dalam enam segmen yang berfungsi sebagai area niaga dan produksi. 3. Ruang Terbuka 3557 m 2 Terdiri dari dua buah ruang terbuka utama seluas 2211,27 m 2 dan 1120,73 m 2. Berbagi fungsi antara taman lingkungan dengan ruang terbuka hijau. Ruang terbuka pelengkap terdapat di dalam tapak, akomodasi bagi aktifitas sosial masyarakat pemukim. Rencana Ruang Terbuka Konsep ruang terbuka dibuat untuk menciptakan hubungan yang harmonis antar pengguna tapak dan masyarakat yang tinggal di sekitar tapak seperti yang telah direncanakan. Ruang terbuka yang berfungsi dengan baik akan menciptakan suatu hubungan langsung antara ruang dan orang-orang yang berada di dalamnya (Rogers, 1999). Disebutkan pula oleh Hester (1984) bahwa penyediaan terbuka umum dalam lingkungan permukiman sangat penting dilakukan karena merupakan kebutuhan bagi setiap orang. Berdasarkan konsep hierarki ruang terbuka, ruang terbuka dalam studi perencanaan ini akan terbagi ke dalam dua jenis, yaitu ruang terbuka utama dan ruang terbuka pelengkap. Ruang terbuka utama adalah ruang terbuka yang dapat mengakomodasi aktivitas-aktivitas penggunanya terutama masyarakat sekitar tapak dan pengunjung. Aktivitas pada ruang terbuka ini adalah aktivitas pasif dan aktif. Yang kedua adalah ruang terbuka pelengkap. Ruang terbuka ini memiliki luas yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan luas ruang terbuka utama. Letak ruang terbuka pelengkap ini terdapat di dalam tapak dan hanya berfungsi sebagai ruang aktivitas pasif.

10 51 1. Ruang terbuka utama terletak pada sisi dan ujung Jalan RodaI yang berfungsi untuk mendukung aktivitas sosial pengguna tapak untuk bersosialisasi dan berekreasi. Ruang terbuka umum ini direncanakan berbentuk taman lingkungan sehingga selain dapat menampung aktivitas rekreasi dan sosial pengunjung juga dapat berfungsi sebagai perbaikan kualitas lingkungan. Ruang terbuka utama yang ada pada lokasi pedestrian shopping street dapat diakses oleh siapa saja yang berada dalam tapak tersebut. Berbeda halnya dengan ruang terbuka pelengkap yang berada di dalam kawasan permukiman yang peruntukannya hanya bagi penghuni yang menetap di dalamnya saja. Hal ini bertujuan untuk menciptakan privasi para penduduk dalam area tersebut.untuk dapat mendukung segala aktivitas yang terjadi di dalamnya maka ruang terbuka umum ini membutuhkan fasilitas- fasilitas pendukung. Ruang terbuka ini memilik luas 1120,73m2 (terletak di sisi Jalan Roda I) dan 2211,37 m2 (terletak di ujung Jalan Roda I). Sesuai dengan yang dikatakan Rutledge (1995) bahwa aktivitas rekreasi luar ruang (outdoor recreation) banyak dilakukan oleh manusia dibandingkan dengan aktivitas rekreasi dalam ruangan (indoor recreation) dikarenakan sifat manusia itu sendiri yang pada dasarnya lebih senang menghabiskan waktu luangnya untuk dapat melihat dan dilihat orang lain. Rekreasi ini biasa dilakukan pada ruang terbuka seperti taman. Fasilitas yang disediakan pada ruang terbuka ini adalah fasilitas yang dapat mengakomodasi kegiatan rekreasi aktif maupun pasif seperti lapangan olahraga, jogging track, bangku taman, gazebo dan fasilitas penerangan dan kebersihan. Karena bentuknya berupa taman lingkungan maka ruang terbuka utama ini berbagi fungsi antara ruang rekreasi dengan ruang terbuka hijau., sehingga ruang terbuka ini juga memiliki fungsi memperbaiki kualitas lingkungan disamping fungsi utamanya sebagai area rekreasi. Bentuk ruang terbuka hijau ini lebih sebagai buffer bagi area aktivitas di dalamnya dengan penanaman vegetasi yang mengelilingi area ruang terbuka utama ini. Perkerasan tapak pada ruang terbuka ini juga diminamlisasikan sehingga mayoritas penutupan lahan menggunakan vegetasi rumput. Penggunaan bata conblock dilakukan karena sifatnya yang masih dapat meloloskan air sehingga dapat diserap tanah dan pemasangannya yang

11 52 mudah serta awet (Harris and Dines, 1988). Penggunaan perkerasan berupa beton cor hanya digunakan bagi lapangan olahraga dan alas gazebo. Selain penanaman vegetasi pada ruang terbuka utama, dilakukan juga pada sisi jalan sepanjang Jalan Roda antara Jalan Roda I dan II. Jalur tanaman ini berfungsi sebagai peneduh dan memperbaiki kualitas lingkungan jalur tersebut. Vegetasi yang digunakan adalah tanaman Bauhinia purpurea dan ditanam berderet lima meter sepanjang jalan tersebut. 2. Ruang terbuka pelengkap adalah ruang terbuka yang terletak di dalam area permukiman. Ruang terbuka ini memiliki luas yang relatif lebih sempit dibanding ruang terbuka utama karena ruang terbuka ini hanya sebagai fasilitator bagi aktivitas sosial warga. Selain itu radius pelayanan ruang terbuka ini hanya melingkupi wilayah-wilayah yang letaknya dekat dengan ruang terbuka pelengkap ini dan tidak seluas ruang terbuka utama yang radius pelayanannya melingkupi seluruh area yang direncanakan. Fasilitas yang disediakan pada ruang terbuka ini hanya fasilitas yang mengakomodasi aktifitas sosialisasi seperti bangku dan fasilitas penerangan. Rencana Fasilitas Fasilitas yang direncanakan pada tapak dibuat sesuai dengan konsep yang telah ditetapkan, yaitu untuk mengakomodasikan aktivitas-aktivitas yang berlangsung pada tiap jenis ruang sesuai dengan fungsinya. desain fasilitas pada tapak direncanakan menggunakan bentuk yang sederhana, kuat, dan tahan lama untuk mempermudah pemeliharaan. Penyediaan fasilitas disesuaikan dengan jenis penggunaan ruang dan aktivitas yang terjadi di dalamnya pada tapak. fasilitas yang perlu disediakan antara lain adalah fasilitas penerangan, tempat sampah, tempat duduk, fasilitas olahraga, pot-pot dan bak tanaman. Peningkatan kualitas lingkungan pada kawasan ini juga dapat disertai dengan peremajaan lingkungan seperti perbaikan fisik jalan dan saluran pembuangan. saluran pembuangan dibuat dengan sistem yang terpadu. Fasilitas-fasilitas pendukung ditempatkan pada lokasi-lokasi yang strategis pada tiap-tiap pedestrian dengan jumlah yang sesuai. Penggunaan tanaman dan

12 53 vegetasi juga dibutuhkan dalam perencanaan pedestrian ini untuk meningkatkan kualitas lingkungan dan menurunkan iklim mikro dari pedestrian ini. Tabel 10. Perbandingan Kondisi Awal Tapak dengan Kondisi Tapak yang Akan Datang. Aspek yang Dibandingkan Kondisi Awal Kondisi Tapak yang Akan Datang Keterangan. Ruang Terbuka Hijau Lingkungan Sosial Kualitas Lingkungan Aktivitas Ekonomi Kualitas Visual Intensitas Infrastruktur Tidak ada 3332 m 2 RTH pada taman lingkungan (ruang terbuka utama) dan jalur hijau sepanjang 305,6 m. Aktivitas sosial biasa dilakukan di jalan dan gang. Kurang baik akibat kurangnya vegetasi dan lingkungan yang padat. Kondisi saluran drainase yang kotor ikut memperparah kondisi tersebut. Pedagang kaki lima banyak terdapat di sepanjang jalan roda, warung- warung kecil milik penduduk ada di dalam area permukiman Buruk akibat lingkungan yang padat dan tidak teratur. Kondisi eksisting, bangunan permukiman dan jaringan listrik dan telepon. Taman lingkungan seluas 3332 m 2 yang dapat menampung kegiatan rekreasi dan sosial pemukim dan pengunjung tapak Penambahan vegetasi pada beberapa titik area dalam tapak dan pembersihan berkala saluran drainase. Perencanaan kawasan industri rumah tangga dan display produkproduknya di dalam area permukiman. Dilakukan perbaikan kondisi muka bangunan, perencanaan taman lingkungan Perubahan fungsi beberapa bangunan permukiman menjadi bangunan untuk aktivitas ekonomi, perbaikan kondisi jalan dan perencanaan kawasan parkir Terdiri dari dua buah ruang terbuka utama seluas 2211,27 m 2 dan 1120,73 m 2 dan dua buah ruang terbuka pelengkap di dalam tapak. Penambahan vegetasi pada Ruang terbuka hijau, jalur tanaman pinggir jalan dan tanaman penutup saluran drainase. Menambah intensitas kegiatan ekonomi dalam tapak. Memperbaiki kualitas estetika pada tapak. Perencanaan jalur pedestrian shopping street di dalam area permukiman sepanjang 865,2 m

V. KONSEP Konsep Dasar Pengembangan Konsep

V. KONSEP Konsep Dasar Pengembangan Konsep 37 V. KONSEP Konsep Dasar Konsep dasar dalam perencanaan ini adalah merencanakan suatu lanskap pedestrian shopping streets yang dapat mengakomodasi segala aktivitas yang terjadi di dalamnya, khususnya

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menjawab sasaran yang ada pada bab pendahuluan. Makam merupakan salah satu elemen penting pembentuk sebuah

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menjawab sasaran yang ada pada bab pendahuluan. Makam merupakan salah satu elemen penting pembentuk sebuah BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menjawab sasaran yang ada pada bab pendahuluan. Makam merupakan salah satu elemen penting pembentuk sebuah kota, sebagai untuk mengebumikan jenazah makam juga

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Rumusan konsep ini merupakan dasar yang digunakan sebagai acuan pada desain studio akhir. Konsep ini disusun dari hasil analisis penulis dari tinjauan pustaka

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN Berdasarkan analisis data dan pembahasan pada Bab IV didapatkan temuan-temuan mengenai interaksi antara bentuk spasial dan aktivitas yang membentuk karakter urban

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan studi berupa temuantemuan yang dihasilkan selama proses analisis berlangsung yang sesuai dengan tujuan dan sasaran studi,

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS SINTESIS

BAB V ANALISIS SINTESIS BAB V ANALISIS SINTESIS 5.1 Aspek Fisik dan Biofisik 5.1.1 Letak, Luas, dan Batas Tapak Tapak terletak di bagian Timur kompleks sekolah dan berdekatan dengan pintu keluar sekolah, bangunan kolam renang,

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini merupakan hasil temuan dan hasil analisa terhadap kawasan Kampung Sindurejan yang berada di bantaran sungai

Lebih terperinci

PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT

PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT DESKRIPSI OBJEK RUANG PUBLIK TERPADU RAMAH ANAK (RPTRA) Definisi : Konsep ruang publik berupa ruang terbuka hijau atau taman yang dilengkapi dengan berbagai

Lebih terperinci

BAB VI DATA DAN ANALISIS

BAB VI DATA DAN ANALISIS BAB VI DATA DAN ANALISIS 4.1 Analisa Kawasan Pemilihan tapak dikawasan Cicadas tidak lepas dari fakta bahwa Kawasan Cicadas termasuk kedalam salah satu kawasan terpadat didunia dimana jumlah penduduk mencapai

Lebih terperinci

BAB II RUANG BAGI KEHIDUPAN

BAB II RUANG BAGI KEHIDUPAN BAB II RUANG BAGI KEHIDUPAN Untuk memperoleh hasil pemrograman yang maksimal, proses analisa yang dilakukan sebaiknya bersumber pada data yang tersusun dengan sempurna. Data yang sudah terkumpul kemudian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 5 II. TINJAUAN PUSTAKA Permukiman Padat Kumuh Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1992, permukiman merupakan bagian dari lingkungan hidup, di luar kawasan lindung, baik berupa kawasan

Lebih terperinci

BAB IV PENGAMATAN PERILAKU

BAB IV PENGAMATAN PERILAKU BAB IV PENGAMATAN PERILAKU 3.1 Studi Banding Pola Perilaku Pengguna Ruang Publik Berupa Ruang Terbuka Pengamatan terhadap pola perilaku di ruang publik berupa ruang terbuka yang dianggap berhasil dan mewakili

Lebih terperinci

V. KONSEP Konsep Dasar Perencanaan Tapak

V. KONSEP Konsep Dasar Perencanaan Tapak V. KONSEP 5.1. Konsep Dasar Perencanaan Tapak Konsep perencanaan pada tapak merupakan Konsep Wisata Sejarah Perkampungan Portugis di Kampung Tugu. Konsep ini dimaksudkan untuk membantu aktivitas interpretasi

Lebih terperinci

Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2)

Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2) Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2) Gambar simulasi rancangan 5.30 : Area makan lantai satu bangunan komersial di boulevard stasiun kereta api Bandung bagian Selatan 5.6.3 Jalur Pedestrian Jalur

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. berdasarkan kebutuhan pengguna? 6.1 Penilaian Pengguna Mengenai Komponen Setting Fisik Ruang Terbuka Publik Kawasan Eks MTQ

BAB VI KESIMPULAN. berdasarkan kebutuhan pengguna? 6.1 Penilaian Pengguna Mengenai Komponen Setting Fisik Ruang Terbuka Publik Kawasan Eks MTQ BAB VI KESIMPULAN Kesimpulan dari penelitian ini merupakan hasil dari analisis dan pembahasan terhadap penilaian komponen setting fisik ruang terbuka publik dan non fisik (aktivitas) yang terjadi yang

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. 1. Kondisi kenyamanan thermal hasil simulasi eksisting: Kondisi eksisting penggal 1,2,3 titik terendah dan tertinggi pagi

BAB VI PENUTUP. 1. Kondisi kenyamanan thermal hasil simulasi eksisting: Kondisi eksisting penggal 1,2,3 titik terendah dan tertinggi pagi BAB VI PENUTUP VI.1. Kesimpulan 1. Kondisi kenyamanan thermal hasil simulasi eksisting: Kondisi eksisting penggal 1,2,3 titik terendah dan tertinggi pagi (07.00) secara keseluruhan dalam kondisi nyaman.

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. KONSEP DASAR PERANCANGAN Dalam konsep dasar pada perancangan Fashion Design & Modeling Center di Jakarta ini, yang digunakan sebagai konsep dasar adalah EKSPRESI BENTUK dengan

Lebih terperinci

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar pada perencanaan kebun agrowisata Sindang Barang adalah kebun produksi tanaman budidaya IPB untuk

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar pada perencanaan kebun agrowisata Sindang Barang adalah kebun produksi tanaman budidaya IPB untuk VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar pada perencanaan kebun agrowisata Sindang Barang adalah kebun produksi tanaman budidaya IPB untuk ditunjukkan pada pengunjung sekaligus sebagai pusat produksi

Lebih terperinci

VI. KONSEP PERANCANGAN TAMAN TEPIAN SUNGAI MARTAPURA KOTA BANJARMASIN

VI. KONSEP PERANCANGAN TAMAN TEPIAN SUNGAI MARTAPURA KOTA BANJARMASIN VI. KONSEP PERANCANGAN TAMAN TEPIAN SUNGAI MARTAPURA KOTA BANJARMASIN VI.1. Konsep Desain Lanskap Tepian Sungai Martapura Kota Banjarmasin menitikberatkan kepada sungai sebagai pusat perhatian dan pemandangan

Lebih terperinci

PERANCANGAN KOTA BAB IV ANALISA ALUN ALUN KABUPATEN WONOGIRI MENURUT 8 ELEMEN KOTA HAMID SHIRVANI. 4.1 Analisa Tata Guna Lahan Alun alun Wonogiri

PERANCANGAN KOTA BAB IV ANALISA ALUN ALUN KABUPATEN WONOGIRI MENURUT 8 ELEMEN KOTA HAMID SHIRVANI. 4.1 Analisa Tata Guna Lahan Alun alun Wonogiri BAB IV ANALISA ALUN ALUN KABUPATEN WONOGIRI MENURUT 8 ELEMEN KOTA HAMID SHIRVANI Unsur-unsur bangunan seperti Ketinggian bangunan, Koefisien Lantai Bangunan (KLB), Koefisien Dasar Bangunan (KDB) / Building

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bagian ini akan dijabarkan kesimpulan dan rekomendasi. Kesimpulan berisi rangkuman dari hasil penelitian dan pembahasan sekaligus menjawab tujuan penelitian di bab

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN Pengembangan kawasan pesisir Barat Kabupaten Bengkulu Selatan sebagai kawasan wisata yang diharapkan dapat menjadi salah satu sektor andalan dan mampu untuk memberikan konstribusi

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Konsep tersebut berawal dari tema utama yaitu Analogy pergerakan air laut, dimana tema

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Konsep tersebut berawal dari tema utama yaitu Analogy pergerakan air laut, dimana tema BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1 Hasil Rancangan Kawasan Perancangan Pengembangan Kawasan Wisata Pantai Boom Di Kabupaten Tuban ini memakai konsep Sequence (pergerakan dari satu tempat ketempat lain sepanjang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Identifikasi dan Analisis Kondisi Bantaran

HASIL DAN PEMBAHASAN. Identifikasi dan Analisis Kondisi Bantaran 29 HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi dan Analisis Kondisi Bantaran 1. Tata Guna Lahan Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan perekonomian dan pembangunan di Indonesia yang didukung kegiatan di sektor industri sebagian besar terkonsentrasi di daerah perkotaan yang struktur dan infrastrukturnya

Lebih terperinci

Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang

Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang TEMU ILMIAH IPLBI 2017 Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang Desti Rahmiati destirahmiati@gmail.com Arsitektur, Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar 6.2. Konsep Pengembangan Fungsi Pendidikan

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar 6.2. Konsep Pengembangan Fungsi Pendidikan 116 VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar perencanaan adalah mengembangkan laboratorium lapang PPDF sebagai tempat praktikum santri sesuai dengan mata pelajaran yang diberikan dan juga dikembangkan

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN 23 BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1 Konsep Desain Lanskap kampus Fakultas Seni Rupa dan Desain menitikberatkan pada sebuah plaza dengan amphitheatre di bagian tengah kampus yang menghubungkan semua gedung

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. keberadaan elemen-elemen fisik atau yang disebut juga setting fisik seiring

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. keberadaan elemen-elemen fisik atau yang disebut juga setting fisik seiring BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Seperti yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, diketahui bahwa keberadaan elemen-elemen fisik atau yang disebut juga setting fisik seiring dengan pergantian

Lebih terperinci

BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA)

BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA) BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA) 5.1 Sirkulasi Kendaraan Pribadi Pembuatan akses baru menuju jalan yang selama ini belum berfungsi secara optimal, bertujuan untuk mengurangi kepadatan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Tujuan Perencanaan dan Perancangan Perencanaan dan perancangan Penataan PKL Sebagai Pasar Loak di Sempadan Sungai Kali Gelis Kabupaten Kudus

Lebih terperinci

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa BAB VII RENCANA 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa 7.1.1 Tahapan Pembangunan Rusunawa Agar perencanaan rumah susun berjalan dengan baik, maka harus disusun tahapan pembangunan yang baik pula, dimulai dari

Lebih terperinci

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN Daerah pemukiman perkotaan yang dikategorikan kumuh di Indonesia terus meningkat dengan pesat setiap tahunnya. Jumlah daerah kumuh ini bertambah dengan kecepatan sekitar

Lebih terperinci

BAB 2 ANALISA KAWASAN. Dalam menghasilkan sebuah pemrograman dan inventarisasi data yang maksimal,

BAB 2 ANALISA KAWASAN. Dalam menghasilkan sebuah pemrograman dan inventarisasi data yang maksimal, BAB 2 ANALISA KAWASAN Dalam menghasilkan sebuah pemrograman dan inventarisasi data yang maksimal, proses analisa yang dilakukan sebaiknya bersumber pada data yang tersusun dari kawasan tersebut. Data kawasan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Studi Elemen Preservasi Kawasan Kota dengan studi kasus Koridor Jalan Nusantara Kecamatan Karimun Kabupaten Karimun diantaranya menghasilkan beberapa kesimpulan:

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN PERUMAHAN GRAHA RAYA KECAMATAN SERPONG DAN PONDOK AREN FEBBY LESTARI A

PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN PERUMAHAN GRAHA RAYA KECAMATAN SERPONG DAN PONDOK AREN FEBBY LESTARI A PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN PERUMAHAN GRAHA RAYA KECAMATAN SERPONG DAN PONDOK AREN FEBBY LESTARI A 34202006 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. Dalam proses perancangan Kepanjen Education Park ini dibutuhkan

BAB III METODE PERANCANGAN. Dalam proses perancangan Kepanjen Education Park ini dibutuhkan BAB III METODE PERANCANGAN Dalam proses perancangan Kepanjen Education Park ini dibutuhkan sebuah metode perancangan yang memudahkan perancang untuk mengembangkan sebuah ide perancangannya secara deskriptif.

Lebih terperinci

BAB II STEP BY STEP, UNDERSTANDING THE WHOLE PICTURE

BAB II STEP BY STEP, UNDERSTANDING THE WHOLE PICTURE BAB II STEP BY STEP, UNDERSTANDING THE WHOLE PICTURE Pemograman merupakan bagian awal dari perencanaan yang terdiri dari kegiatan analisis dalam kaitan upaya pemecahan masalah desain. Pemograman dimulai

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG RUANG TERBUKA DI KELURAHAN TAMANSARI

BAB IV ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG RUANG TERBUKA DI KELURAHAN TAMANSARI 62 b a BAB IV ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG RUANG TERBUKA DI KELURAHAN TAMANSARI Bahasan analisis mengenai persepsi masyarakat tentang identifikasi kondisi eksisting ruang terbuka di Kelurahan Tamansari,

Lebih terperinci

BAB 4 KONSEP PERANCANGAN

BAB 4 KONSEP PERANCANGAN BAB 4 KONSEP PERANCANGAN 4.1. Konsep Makro Perancangan pasar tradisional bantul menerapkan pendekatan analogi shopping mall. Yang dimaksud dengan pendekatan analogi shopping mall disini adalah dengan mengambil

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN TELAH DISAHKAN ATURAN BERSAMA LKM PRIMA KEADILAN KELURAHAN BANTAN KECAMATAN SIANTAR BARAT KOTA PEMATANGSIANTAR

LEMBAR PENGESAHAN TELAH DISAHKAN ATURAN BERSAMA LKM PRIMA KEADILAN KELURAHAN BANTAN KECAMATAN SIANTAR BARAT KOTA PEMATANGSIANTAR LEMBAR PENGESAHAN TELAH DISAHKAN ATURAN BERSAMA KECAMATAN SIANTAR BARAT KOTA PEMATANGSIANTAR Aturan Bersama Kelurahan Bantan telah disusun secara partisipatif oleh masyarakat Kelurahan Bantan melalui rangkaian

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB IV ANALISA PERENCANAAN BAB IV ANALISA PERENCANAAN 4.1. Analisa Non Fisik Adalah kegiatan yang mewadahi pelaku pengguna dengan tujuan dan kegiatannya sehingga menghasilkan besaran ruang yang dibutuhkan untuk mewadahi kegiatannya.

Lebih terperinci

BAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler

BAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler BAB I Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler Kampung Hamdan merupakan salah satu daerah di Kota Medan yang termasuk sebagai daerah kumuh. Hal ini dilihat dari ketidak beraturannya permukiman warga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. :Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, dan konseptual. -pengembangan.

BAB I PENDAHULUAN. :Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, dan konseptual. -pengembangan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Pengembangan Kawasan Shopping Street Pertokoan Jl. Yos Sudarso :Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, dan konseptual. (http://developmentcountry.blogspot.com/2009/12/definisi

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH

ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH 56 ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH Berdasarkan hasil inventarisasi maka dari faktor-faktor yang mewakili kondisi tapak dianalisis sehingga diketahui permasalahan yang ada kemudian dicari solusinya sebagai

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Perancangan Dalam perancangan desain Transportasi Antarmoda ini saya menggunakan konsep dimana bangunan ini memfokuskan pada kemudahan bagi penderita cacat. Bangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu Pemerintah Kota Bandung dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan sosial

BAB I PENDAHULUAN. yaitu Pemerintah Kota Bandung dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan sosial 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Taman merupakan fasilitas publik yang disediakan oleh Pemerintah Kota, yaitu Pemerintah Kota Bandung dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan sosial dan memperindah

Lebih terperinci

Bab VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kawasan stasiun Pasar Nguter, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

Bab VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kawasan stasiun Pasar Nguter, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: Bab VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan temuan penelitian mengenai elemen ROD pada kawasan stasiun Pasar Nguter, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: -

Lebih terperinci

VII. RENCANA TAPAK. Tabel 15. Matriks Rencana Pembagian Ruang, Jenis Aktivitas dan Fasilitas (Chiara dan Koppelman, 1990 dan Akmal, 2004)

VII. RENCANA TAPAK. Tabel 15. Matriks Rencana Pembagian Ruang, Jenis Aktivitas dan Fasilitas (Chiara dan Koppelman, 1990 dan Akmal, 2004) VII. RENCANA TAPAK Tahap perencanaan ini adalah pengembangan dari konsep menjadi rencana yang dapat mengakomodasi aktivitas, fungsi, dan fasilitas bagi pengguna dan juga makhluk hidup yang lain (vegetasi

Lebih terperinci

6.1 Peruntukkan Kawasan

6.1 Peruntukkan Kawasan 6.1 Peruntukkan Kawasan BAB VI RBAN DESIGN GIDELINES Peruntukan kawasan di Sempadan Sungai Jajar ditentukan dengan dasar : 1. Hasil analisis zoning 2. Karakteristik penggunaan lahan Peruntukkan kawasan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2010). Aksesibilitas adalah konsep yang luas dan fleksibel. Kevin Lynch

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2010). Aksesibilitas adalah konsep yang luas dan fleksibel. Kevin Lynch BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Aksesibilitas 2.1.1. Pengertian Aksesibilitas Jhon Black mengatakan bahwa aksesibilitas merupakan suatu ukuran kenyamanan atau kemudahan pencapaian lokasi dan hubungannya satu

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG JALUR HIJAU JALAN BARAT-TIMUR KOTA BARU BANDAR KEMAYORAN. Oleh: Syahroji A

PERANCANGAN ULANG JALUR HIJAU JALAN BARAT-TIMUR KOTA BARU BANDAR KEMAYORAN. Oleh: Syahroji A PERANCANGAN ULANG JALUR HIJAU JALAN BARAT-TIMUR KOTA BARU BANDAR KEMAYORAN Oleh: Syahroji A34204015 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN SYAHROJI. Perancangan

Lebih terperinci

VI. PERENCANAAN HUTAN KOTA

VI. PERENCANAAN HUTAN KOTA VI. PERENCANAAN HUTAN KOTA 6.1. Konsep Hutan Kota Perencanaan hutan kota ini didasarkan pada konsep hutan kota yang mengakomodasi kebutuhan masyarakat kota Banjarmasin terhadap ruang publik. Hal ini sejalan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Ruang terbuka Publik berasal dari bahasa latin platea yang berarti jalur

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Ruang terbuka Publik berasal dari bahasa latin platea yang berarti jalur BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Ruang Terbuka Publik 2.1.1. Definisi Ruang Terbuka Publik Ruang terbuka Publik berasal dari bahasa latin platea yang berarti jalur yang diperluas seperti square. Square merupakan

Lebih terperinci

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB III: DATA DAN ANALISA BAB III: DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik dan Non Fisik 2.1.1. Data Fisik Lokasi Luas Lahan Kategori Proyek Pemilik RTH Sifat Proyek KLB KDB RTH Ketinggian Maks Fasilitas : Jl. Stasiun Lama No. 1 Kelurahan

Lebih terperinci

PENATAAN JALUR PEJALAN KAKI PADA KORIDOR JALAN MALIOBORO BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG LAPORAN TUGAS AKHIR

PENATAAN JALUR PEJALAN KAKI PADA KORIDOR JALAN MALIOBORO BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG LAPORAN TUGAS AKHIR PENATAAN JALUR PEJALAN KAKI PADA KORIDOR JALAN MALIOBORO BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG LAPORAN TUGAS AKHIR Disusun Oleh M.ARIEF ARIBOWO L2D 306 016 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisa, didapatkan faktor-faktor pembentuk karakter fisik ruang jalan dan kualitas karakter fisik pada Perempatan Ring Road Condong Catur

Lebih terperinci

PERANCANGAN KOTA. Lokasi Alun - Alun BAB III

PERANCANGAN KOTA. Lokasi Alun - Alun BAB III BAB III DATA ALUN-ALUN KABUPATEN WONOGIRI Kabupaten Wonogiri, dengan luas wilayah 182.236,02 Ha secara geografis terletak pada garis lintang 7 0 32' sampai 8 0 15' dan garis bujur 110 0 41' sampai 111

Lebih terperinci

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 5 HASIL PERANCANGAN

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 5 HASIL PERANCANGAN BAB 5 HASIL PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Bangunan yang baru menjadi satu dengan pemukiman sekitarnya yang masih berupa kampung. Rumah susun baru dirancang agar menyatu dengan pola pemukiman sekitarnya

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KAWASAN KERAJINAN GERABAH KASONGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KAWASAN KERAJINAN GERABAH KASONGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KAWASAN KERAJINAN GERABAH KASONGAN V.1 Strategi Karena batasan luas yang besar maka pengembangan kawasan kerajinan gerabah membutuhkan pembagian pengembangan menjadi

Lebih terperinci

BAB 4. TINJAUAN UMUM KAWASAN KAMBANG IWAK PALEMBANG

BAB 4. TINJAUAN UMUM KAWASAN KAMBANG IWAK PALEMBANG BAB 4. TINJAUAN UMUM KAWASAN KAMBANG IWAK PALEMBANG 4.1 Sejarah Kawasan Kambang Iwak Palembang Menurut Ir. Ari Siswanto, MCRP, pengamat perkotaan dari Program Studi Teknik Arsitektur Universitas Sriwijaya,

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TEMA

BAB III TINJAUAN TEMA BAB III TINJAUAN TEMA III.1. Latar Belakang Pemilihan Tema Pembangunan mall khususnya di JABODETABEK saat ini sangat pesat dan jarak antrar mall yang satu dengan mall yang lain begitu dekat. Hal ini menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fristiawati, 2015 PENGEMBANGAN TAMAN RA. KARTINI SEBAGAI RUANG REKREASI PUBLIK DI KOTA CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN. Fristiawati, 2015 PENGEMBANGAN TAMAN RA. KARTINI SEBAGAI RUANG REKREASI PUBLIK DI KOTA CIMAHI BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Keberadan ruang terbuka publik di dalam suatu kota semakin terbatas. Pembangunan gedung-gedung tinggi dan kawasan industri yang merupakan trademark dari kemajuan suatu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. heterogen serta coraknya yang materialistis (Bintarto,1983:27). Kota akan selalu

I. PENDAHULUAN. heterogen serta coraknya yang materialistis (Bintarto,1983:27). Kota akan selalu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota adalah sebuah sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan strata sosial ekonomis yang heterogen

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1 Konsep Dasar Perancangan Konsep dasar perancangan Pusat Studi dan Budidaya Tanaman Hidroponik ini adalah Arsitektur Ekologis. Adapun beberapa nilai-nilai Arsitektur Ekologis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kota Jakarta sebagai pusat pemerintahan, pusat perdagangan, pusat perbankan dan pusat perindustrian menuntut adanya kemajuan teknologi melalui pembangunan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA TAPAK

BAB IV ANALISA TAPAK BAB IV ANALISA TAPAK 4.1 Deskripsi Proyek 1. Nama proyek : Garuda Bandung Arena 2. Lokasi proyek : Jln Cikutra - Bandung 3. Luas lahan : 2,5 Ha 4. Peraturan daerah : KDB (50%), KLB (2) 5. Batas wilayah

Lebih terperinci

Kebutuhan Masyarakat akan Ruang Terbuka Hijau pada Kawasan Pusat Kota Ponorogo

Kebutuhan Masyarakat akan Ruang Terbuka Hijau pada Kawasan Pusat Kota Ponorogo Kebutuhan Masyarakat akan Ruang Terbuka Hijau pada Kawasan Pusat Kota Ponorogo Fungsi Ekologis Terciptanya Iklim Mikro 81% responden menyatakan telah mendapat manfaat RTH sebagai pengatur iklim mikro.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERSEPSI DAN PREFERENSI MASYARAKAT TENTANG ASPEK PERANCANGAN KOTA

BAB IV ANALISIS PERSEPSI DAN PREFERENSI MASYARAKAT TENTANG ASPEK PERANCANGAN KOTA BAB IV ANALISIS PERSEPSI DAN PREFERENSI MASYARAKAT TENTANG ASPEK PERANCANGAN KOTA Dalam pembahasan bab ini akan menjelaskan persepsi dan preferensi masyarakat, analisis gap dan analisis kuadran. Dari hasil

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Agar dapat memberikan kejelasan mengenai maksud dari judul yang diangkat, maka tiap-tiap kata dari judul tersebut perlu dijabarkan pengertiannya, yaitu sebagai berikut

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Perancangan Gedung pusat kebugaran ini direncanakan untuk menjadi suatu sarana yang mewadahi kegiatan olahraga, kebugaran, dan relaksasi. Dimana kebutuhan masyarakat

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN Berangkat dari permasalahan utama pada bab sebelumnya disimpulkan tiga kata kunci yang mendasari konsep desain yang akan diambil. Ketiga sifat tersebut yakni recycle, community

Lebih terperinci

BAB V HASIL RANCANGAN

BAB V HASIL RANCANGAN BB V HSL CG 5.1 KOSEP PK 5.1.1 Pengelompokan Fungsi Penerapan konsep tapak dalam rancangan yaitu terlihat jelas dari pemisahan tiap blok massa bangunan maupun ruang luar berdasarkan hirarki fungsi ruang

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perancangan V.1.1 Konsep Manusia Pelaku Kegiatan No. Pelaku 1. Penghuni/Pemilik Rumah Susun 2. Pengunjung Rumah Susun 3. Pengunjung Pasar Tradisional

Lebih terperinci

BAB V ARAHAN DAN REKOMENDASI

BAB V ARAHAN DAN REKOMENDASI BAB V ARAHAN DAN REKOMENDASI Bab ini memberikan arahan dan rekomendasi berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan pada kawasan studi, dengan membawa visi peningkatan citra Kawasan Tugu Khatulistiwa

Lebih terperinci

sekitarnya serta ketersediaannya yang belum optimal (pada perbatasan tertentu tidak terdapat elemen gate). d. Elemen nodes dan landmark yang

sekitarnya serta ketersediaannya yang belum optimal (pada perbatasan tertentu tidak terdapat elemen gate). d. Elemen nodes dan landmark yang BAB 5 KESIMPULAN 1. Berdasarkan hasil pengamatan dan penilaian secara subyektif (oleh peneliti) dan obyektif (pendapat responden) maka elemen identitas fisik yang membentuk dan memperkuat karakter (ciri

Lebih terperinci

Terdapat 3 (tiga) metode dalam memarkir kendaraan, diantaranya adalah:

Terdapat 3 (tiga) metode dalam memarkir kendaraan, diantaranya adalah: Parkir adalah suatu kondisi kendaraan yang berhenti atau tidak bergerak pada tempat tertentu yang telah ditentukan dan bersifat sementara, serta tidak digunakan untuk kepentingan menurunkan penumpang/orang

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERENCANAAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN BAB VI KONSEP PERENCANAAN VI.1 KONSEP BANGUNAN VI.1.1 Konsep Massa Bangunan Pada konsep terminal dan stasiun kereta api senen ditetapkan memakai masa gubahan tunggal memanjang atau linier. Hal ini dengan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perancangan Konsep dasar perancangan meliputi pembahasan mengenai pemanfaatan penghawaan dan pencahayaan alami pada City Hotel yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut: BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Building form Bentuk dasar yang akan digunakan dalam Kostel ini adalah bentuk persegi yang akan dikembangkan lebih lanjut.

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK. Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A

PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK. Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A34201023 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN YULIANANTO

Lebih terperinci

ANALISIS DAN SINTESIS

ANALISIS DAN SINTESIS 55 ANALISIS DAN SINTESIS Lokasi Lokasi PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills yang terlalu dekat dengan pemukiman penduduk dikhawatirkan dapat berakibat buruk bagi masyarakat di sekitar kawasan industri PT

Lebih terperinci

BAB V. KONSEP PERANCANGAN

BAB V. KONSEP PERANCANGAN BAB V. KONSEP PERANCANGAN A. KONSEP MAKRO 1. Youth Community Center as a Place for Socialization and Self-Improvement Yogyakarta sebagai kota pelajar dan kota pendidikan tentunya tercermin dari banyaknya

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN. apartemen sewa untuk keluarga baru yang merupakan output dari proses analisis

BAB VI HASIL PERANCANGAN. apartemen sewa untuk keluarga baru yang merupakan output dari proses analisis 185 BAB VI HASIL PERANCANGAN Bab enam ini akan menjelaskan tentang desain akhir perancangan apartemen sewa untuk keluarga baru yang merupakan output dari proses analisis tapak dan objek. 6.1 Tata Massa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ruang Terbuka Hijau atau RTH merupakan salah satu komponen penting perkotaan. Secara umum ruang terbuka publik (open spaces) di perkotaan terdiri dari ruang terbuka

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Yang menjadi dasar dari perencanaan dan perancangan Mesjid di Kebon Jeruk adalah : Jumlah kapasitas seluruh mesjid pada wilayah

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. kemudian didapatkan temuan penelitian. Temuan-temuan penelitian ini

BAB VI KESIMPULAN. kemudian didapatkan temuan penelitian. Temuan-temuan penelitian ini BAB VI KESIMPULAN Setelah dilakukannya analisa data statistik dan juga pemaknaan, kemudian didapatkan temuan penelitian. Temuan-temuan penelitian ini didapat dari hasil pemaknaan dan diharapkan pemaknaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Perngertian Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Perngertian Judul BAB I PENDAHULUAN 1.1 Perngertian Judul 1. Sport : sport atau olahraga merupakan tarjemahan dari kata sport yang berasal dari bahasa latin, disportare, yang berarti menghibur diri. Selain itu pengertian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. alami maupun buatan manusia, yang merupakan total dari bagian hidup manusia

II. TINJAUAN PUSTAKA. alami maupun buatan manusia, yang merupakan total dari bagian hidup manusia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap dan Lanskap Kota Lanskap merupakan suatu bagian dari muka bumi dengan berbagai karakter lahan/tapak dan dengan segala sesuatu yang ada di atasnya baik bersifat alami maupun

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. Redesain terminal Arjosari Malang ini memiliki batasan-batasan

BAB VI HASIL RANCANGAN. Redesain terminal Arjosari Malang ini memiliki batasan-batasan BAB VI HASIL RANCANGAN Redesain terminal Arjosari Malang ini memiliki batasan-batasan perancangan. Batasan-batasan perancangan tersebut seperti: sirkulasi kedaraan dan manusia, Ruang Terbuka Hijau (RTH),

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.I Ruang Pejalan Kaki Jalur Ruang pejalan kaki Pengertian Pada masa lalu, perancangan ruang pejalan kaki di kota jarang dilakukan. Ketika suatu mall dirancang dengan memperhatikan

Lebih terperinci

BAB I SHARPEN YOUR POINT OF VIEW. Pelaksanaan PA6 ini dimulai dari tema besar arsitektur muka air, Riverfront

BAB I SHARPEN YOUR POINT OF VIEW. Pelaksanaan PA6 ini dimulai dari tema besar arsitektur muka air, Riverfront BAB I SHARPEN YOUR POINT OF VIEW Proses Perancangan Arsitektur 6 (PA6) merupakan obyek riset skripsi untuk pendidikan sarjana strata satu (S1) bagi mahasiswa peserta skripsi alur profesi. Pelaksanaan PA6

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI PENYEDIAAN TEMPAT PEMAKAMAN UMUM (TPU) DI KOTA BANDUNG

BAB IV EVALUASI PENYEDIAAN TEMPAT PEMAKAMAN UMUM (TPU) DI KOTA BANDUNG 63 BAB IV EVALUASI PENYEDIAAN TEMPAT PEMAKAMAN UMUM (TPU) DI KOTA BANDUNG Pada bab ini akan dijelaskan mengenai hasil evaluasi dari penyediaan tempat pemakaman umum di Kota Bandung. Evaluasi meliputi evaluasi

Lebih terperinci

KAWASAN WISATA TELAGA SARANGAN SEBAGAI WISATA PERMAINAN AIR DAN WISATA KULINER

KAWASAN WISATA TELAGA SARANGAN SEBAGAI WISATA PERMAINAN AIR DAN WISATA KULINER BAB I PENDAHULUAN A. Pengertian Judul REDESAIN KAWASAN WISATA TELAGA SARANGAN SEBAGAI WISATA PERMAINAN AIR DAN WISATA KULINER Untuk menjabarkan mengenai pengertian judul di atas maka kalimat judul dapat

Lebih terperinci

BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU

BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU Berdasarkan analisis serta pembahasan sebelumnya, pada dasarnya kawasan studi ini sangat potensial untuk di kembangkan dan masih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. : Merupakan kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Pusat pemerintahan. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta di selatan dan barat¹.

BAB I PENDAHULUAN. : Merupakan kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Pusat pemerintahan. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta di selatan dan barat¹. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Untuk mengetahui maksud dari judul diatas, maka perlu diuraikan arti masing masing kata : Klaten : Merupakan kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Pusat pemerintahan

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. 5.1 Kesimpulan Dari Menggunakan Teori Kevin Lynch. Berdasarkan hasil analisa dari data dan hasil survey wawancara yang

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. 5.1 Kesimpulan Dari Menggunakan Teori Kevin Lynch. Berdasarkan hasil analisa dari data dan hasil survey wawancara yang BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari Menggunakan Teori Kevin Lynch Berdasarkan hasil analisa dari data dan hasil survey wawancara yang dilakukan di kawasan Petak Sembilan, masih banyak yang perlu

Lebih terperinci

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN 2.1 Lokasi Proyek Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi Campuran Perumahan Flat Sederhana. Tema besar yang mengikuti judul proyek

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN IV.1 KONSEP TAPAK DAN RUANG LUAR IV.1.1 Pengolahan Tapak dan Ruang Luar Mempertahankan daerah tapak sebagai daerah resapan air. Mempertahankan pohon-pohon besar yang ada disekitar

Lebih terperinci