HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 27 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dari penelitian ini menunjukkan kualitas estetika pohon-pohon dengan tekstur tertentu pada lanskap jalan dan rekreasi yang bervariasi. Perhitungan berbagai nilai perlakuan menunjukkan bahwa kualitas estetik pohon bertekstur halus, sedang, dan kasar pada lanskap jalan dan rekreasi menghasilkan nilai SBE yang berkisar antara 22 hingga 89 (Lampiran 2). Nilai SBE ini menunjukkan penilaian estetika dari pemandangan terendah hingga tertinggi. Nilai SBE yang didapat menunjukkan bahwa seluruh perlakuan tidak ada yang berada di bawah nilai z rata-rata sama dengan nol. Hal ini berarti seluruh perlakuan dinilai lebih baik dari rata-rata. Pohon bertekstur halus pada lanskap jalan (Gambar 8) memiliki nilai SBE terendah, yaitu 22. Lanskap yang memiliki nilai pendugaan estetika terendah merupakan lanskap yang tidak disukai (Daniel dan Boster 1976). Hal ini terjadi karena pohon bertekstur halus pada lanskap jalan memiliki kesan monoton yang paling tinggi jika dibandingkan dengan pohon bertekstur sedang dan kasar pada lanskap jalan. Kualitas estetika tertinggi dimiliki oleh pohon bertekstur sedang pada lanskap rekreasi (Gambar 12) dengan nilai SBE 89. Lanskap kualitas estetika tertinggi menggambarkan lanskap yang paling disukai. Gambar 12 lebih disukai karena memiliki kesan teduh dan tidak terlalu banyak menarik perhatian sehingga nyaman untuk dilihat. Menurut penelitian Lestari (2005), profil penilaian karakter visual pada estetika tinggi menunjukkan kriteria nyaman dan teduh sebagai kriteria yang cenderung menonjol. Berdasarkan kategori kualitas estetik Daniel dan Boster (1976), lanskap kualitas estetika rendah terdapat pada lanskap jalan dengan pohon bertekstur halus (Gambar 8) dan lanskap rekreasi dengan pohon bertekstur kasar (Gambar 13). Lanskap kualitas estetika sedang terdapat pada lanskap jalan dengan pohon bertekstur sedang dan kasar (Gambar 9 dan 10). Untuk lanskap kualitas estetika tinggi terdapat pada lanskap rekreasi dengan pohon bertekstur halus dan sedang (Gambar 11 dan 12). Secara umum tekstur pohon yang memiliki kualitas estetika terendah adalah pohon bertekstur kasar, dengan nilai SBE sebesar 37. Pengaruh pohon

2 28 bertekstur kasar pada lanskap memberikan kesan sempit, nyata, terarah, informal, rumit, dan tidak beraturan. Pohon bertektur halus memiliki kategori kualitas estetika sedang dengan nilai SBE sebesar 51. Pengaruh pohon bertekstur halus pada lanskap memberikan kesan luas, semu, tidak terarah, formal, sederhana, dan beraturan. Untuk pohon bertekstur sedang memiliki kategori kualitas estetika tinggi dengan nilai 76. Pengaruh yang diberikan pohon bertekstur sedang terhadap lanskap adalah kesan diantara pohon bertekstur kasar dan halus. Lanskap jalan dan lanskap rekreasi memiliki perbedaan nilai SBE yang tidak terlalu signifikan. Lanskap jalan memiliki nilai keindahan yang lebih rendah dari pada lanskap rekreasi. Lanskap jalan memiliki nilai SBE sebesar 52, sedangkan lanskap rekreasi memiliki nilai SBE sebesar 59. Perbedaan hanya terlihat jelas pada kesan formal dan membosankan pada lanskap jalan dan kesan informal serta tidak mebosankan pada lanskap rekreasi. Kualitas Estetika Perlakuan Pada Gambar 14 terlihat bahwa pohon bertekstur halus pada lanskap jalan (Gambar 8) memiliki kualitas estetika yang rendah. Profil penilaian karakter visual pada lanskap estetika rendah menunjukkan kesan monoton sebagai kesan yang menonjol. Kesan monoton dapat timbul karena pohon bertekstur halus pada lanskap jalan memiliki kesan membosankan, statis, dan kaku. Karakteristik tanaman tekstur halus yang memiliki ukuran daun, ranting, dan cabang yang kecil serta jarak antar daun berdekatan membuat detail pohon terlihat kurang jelas dan tidak mencolok sehingga memberikan kesan monoton. Kemonotonan dapat membuat kualitas estetika suatu lanskap menjadi rendah (Priharyaningsih 2005). Pada lanskap jalan dengan pohon bertekstur halus, ruang terlihat lebih lega dan kosong. Kesan kosong tersebut membuat lanskap terlihat lebih gersang atau tidak teduh pada lanskap. Kondisi ini merupakan ciri lingkungan yang menimbulkan pemandangan yang tidak indah (Awaludin 2001). Kualitas estetika yang rendah juga menunjukkan bahwa pemandangan tersebut tidak menarik perhatian. Hal ini menurut Booth (1983) tanaman dengan tekstur halus biasanya merupakan tanaman terakhir yang diperhatikan dalam suatu komposisi

3 29 penanaman (hanya berdasarkan tekstur) dan yang pertama terabaikan secara visual dalam suatu desain seiring dengan jarak pengamat dan komposisi desain. Penggunaan pohon bertekstur halus pada jalur hijau jalan secara urutan dan teratur memberikan kesan ruang yang terlihat menjauh. Kesan ini dapat ditimbulkan oleh tekstur halus yang secara visual kurang terlihat, sehingga memiliki kecenderungan menjauh dari pengamat. Tekstur halus dapat memberi ilusi pada ruang bahwa ruang tersebut lebih besar dari pada yang sebenarnya. Hal ini menjadikan lanskap jalan terlihat lebih lebar, panjang dan lega. Profil penilaian karakter visual lain pada lanskap jalan dengan menggunakan pohon bertekstur halus ditekankan oleh kesan ruang yang luas, formal dan aman. Kesan formal timbul akibat dari bentuk sempurna dan garis luar yang tepat dari pohon bertekstur halus. Ukuran bagian pohon yang kecil memberikan kesan ringan dan lembut membuat ruang terkesan aman dan membentuk kesan formal sehingga pohon bertekstur halus tetap dapat dipergunakan dalam suatu ruang walaupun nilai estetikanya rendah pada lanskap jalan. Pohon bertekstur halus lebih cocok digunakan pada lanskap-lanskap bergaya formal yang membutuhkan kesan statis, kaku dan teratur. Pohon bertekstur sedang pada lanskap jalan (Gambar 9) memiliki nilai SBE sebesar 46 dengan kategori kualitas estetika sedang (Gambar 14). Karakter lanskap kualitas estetika sedang merupakan karakter perpaduan antara lanskap kualitas tinggi dan rendah (Lestari 2005). Pohon bertekstur sedang memiliki ukuran daun, ranting, dan cabang lebih besar dari pada pohon bertekstur halus dan lebih kecil dari pada pohon bertekstur kasar. Pada lanskap jalan dengan pohon bertekstur sedang, kesan penuh dan tidak beraturan muncul pada lanskap ini. Hal ini membuat kualitas keindahan lanskap jalan berkurang. Ukuran daun yang lebih besar membuat bentuk daun lebih terlihat dari pohon bertekstur halus. Hal ini membuat detil pohon bertekstur sedang mulai terlihat. Outline tajuk pohon yang tidak sempurna menghilangkan kesan statis dan kaku sehingga menghilangkan formal pada ruang. Tidak seperti pohon bertekstur halus yang monoton karena kurang terlihat, pohon bertekstur sedang mulai memecah kemonotonan karena bentuk daunnya yang mulai terlihat. Daun pohon bertekstur sedang yang sedikit lebih besar memberikan gradasi warna dari

4 30 bayangan yang terbentuk sehingga memecah kemonotonan warna hijau pada tajuk pohon. Menurut Ilhami (2007), warna hijau yang terkesan netral dan monoton menyebabkan kualitas keindahan rendah. Dengan demikian, pohon bertekstur sedang dapat mengurangi kemonotonan pada lanskap jalan jika dibandingkan dengan pohon bertekstur halus Nilai SBE Halus Sedang Kasar Tekstur Gambar 14 Nilai scenic beauty estimation tekstur pohon pada lanskap jalan Pohon bertekstur sedang pada lanskap jalan memiliki kesan yang cenderung rumit dan tidak kaku. Ketidakkakuan ini menciptakan kesan informal pada lanskap jalan. Kesan informal tersebut memberikan suasana tidak membosankan pada lanskap. Pohon dengan tekstur sedang yang ditempatkan pada lanskap jalan membuat ruang jalan terkesan sesak karena ukuran daun, ranting, dan cabangnya dan juga dapat memberikan kesan intim namun tidak menekan atau terkesan aman. Seperti pohon bertekstur sedang, pohon bertekstur kasar pada lanskap jalan (Gambar 10) juga memiliki tingkat kualitas keindahan sedang. Dari hasil nilai SBE, pada lanskap jalan pohon bertekstur kasar memiliki nilai paling tinggi jika dibandingkan dengan pohon bertekstur sedang dan halus, yaitu sebesar 62. Hal ini disebabkan pohon bertekstur kasar memiliki daun yang lebar sehingga secara visual terlihat dominan dan menghasilkan kesan rindang pada lanskap. Kesan rindang tersebut dapat meningkatkan kualitas estetika pada lanskap jalan.

5 31 Menurut penelitian Priharyaningsih (2005), tipe lanskap dengan koridor yang rindang cenderung dinilai indah. Secara visual pohon bertekstur kasar pada lanskap jalan tidak mebosankan. Hal ini karena pohon terbebas dari kesan kaku dan formal. Daunnya yang besar menarik perhatian dan memecah kemonotonan. Akan tetapi, bentuk yang rumit dan tidak beraturan tidak disukai pengamat. Pohon yang terlihat tidak teratur dan kompak dapat mengurangi kualitas estetika suatu lanskap (Yulianto 2006). Gambar 15 Profil penilaian karakter visual tekstur pohon pada lanskap jalan

6 32 Pohon bertekstur kasar mempengaruhi persepsi pengamat terhadap lanskap jalan. Berdasarkan hasil penilaian semantic differential, pohon bertekstur kasar memberikan kesan dinamis yang kuat pada lanskap jalan jika dibandingkan dengan pohon bertekstur halus atau pohon bertekstur sedang. Profil penilaian kriteria visual lainnya pada lanskap jalan ialah terkesan penuh, bahaya, dan tidak nyaman. Kesan bahaya dan tidak nyaman yang dirasakan dapat diakibatkan oleh ukuran bagian-bagian pohon bertekstur kasar yang lebih besar jika dibandingkan dengan ukuran bagian-bagian pohon bertekstur sedang dan halus. Ukuran tersebut juga menimbulkan kesan penuh pada ruang. Booth (1983) menyatakan bahwa tanaman bertekstur kasar dengan kuantitas tertentu dapat membuat ruangan terbuka menjadi lebih kecil daripada yang sebenarnya atau terlihat menempati ruang. Penilaian menunjukkan bahwa pohon bertekstur halus pada lanskap rekreasi (Gambar 11) memiliki kualitas estetika tinggi. Penilaian ini berbeda dengan penggunaan pohon bertekstur halus pada lanskap jalan yang memiliki nilai kualitas estetika pemandangan yang rendah. Pada lanskap rekreasi, pohon bertekstur halus memiliki nilai SBE sebesar 80 (Gambar 16). Perbedaan penilaian keindahan antara Gambar 8 dengan Gambar 11 terdapat pada kriteria kenyamanan. Pada lanskap rekreasi tekstur halus dinilai memberikan kesan nyaman. Hal ini dapat disebabkan oleh tekstur halus yang memiliki kesan luas dan lega sehingga memberikan kesan nyaman untuk pengunjung yang sedang berekreasi. Perbedaan lain yang tertangkap pada hasil penilaian nilai tengah semantic differential adalah, lanskap rekreasi yang memiliki kesan informal dan tidak kaku walaupun diisi dengan pohon bertekstur halus. Hal ini membuat lanskap rekreasi memiliki kesan tidak membosankan dibandingkan dengan lanskap jalan. Kriteria visual secara psikologis lainnya yang menonjol pada ruang lanskap rekreasi dengan pohon bertekstur halus adalah sederhana. Ukuran daundaun, cabang dan ranting yang kecil pada pohon bertekstur halus membuat lanskap rekreasi terkesan sederhana dan tidak rumit. Pohon-pohon bertekstur halus tersebut terlihat menjadi lebih halus dan jauh dari pohon jarak yang sebenarnya. Didukung oleh pernyataan Booth (1983), bahwa tanaman bertekstur

7 33 halus mempunyai sifat lembut dan halus dalam penampilannya sehingga kurang jelas dalam suatu lanskap. Pohon bertekstur sedang pada lanskap rekreasi (Gambar 12) memiliki kesan tidak membosankan. Hal ini membuat lanskap rekreasi dengan pohon bertekstur sedang memiliki nilai SBE tertinggi, yaitu sebesar 89, sehingga termasuk dalam kategori kualitas keindahan tinggi. Kesan tidak membosankan dapat disebabkan desain penanaman pada lanskap rekreasi yang tidak berurutan cocok dengan pohon bertekstur sedang dan halus jika dibandingkan dengan pohon bertekstur kasar yang banyak menarik perhatian. Pada lanskap rekreasi pohon bertekstur sedang memberikan kesan teduh dan nyaman jika dibandingkan dengan pohon bertekstur kasar. Hal ini, menurut Booth (1983), bahwa tanaman tekstur sedang kurang tembus cahaya dan lebih kuat dalam membentuk bayang-bayang daripada pohon bertekstur kasar. Kesan ini membuat lanskap rekreasi dengan pohon bertekstur sedang mempunyai nilai keindahan yang paling tinggi di antara lanskap yang lain Nilai SBE Halus Sedang Kasar Tekstur Gambar 16 Nilai scenic beauty estimation tekstur pohon pada lanskap rekreasi Penggunaan pohon bertekstur sedang pada lanskap rekreasi (Gambar 12), membuat ruang memiliki kesan cenderung luas. Melalui penilaian visual, lanskap terkesan bebas dan aman untuk tempat melakukan berbagai aktivitas sehingga ruang rekreasi juga terkesan dinamis. Tekstur sedang yang tidak terlalu menekan dalam area yang luas dapat menciptakan kesan dinamis secara visual dan memberikan persepsi pergerakan yang bebas.

8 34 Kualitas estetika lanskap rekreasi yang dihadirkan dengan menggunakan pohon bertekstur kasar (Gambar 13) cenderung rendah. Kesan kuat yang ditimbulkan pohon bertekstur kasar yang ditanam secara massal membuat responden merasa ruang tidak nyaman dan membosankan secara visual. Kesan membosankan juga timbul akibat pohon bertekstur kasar yang banyak menarik perhatian ditata dengan desain penanaman yang tidak berurutan sehingga menimbulkan kekacauan. Hal ini didukung oleh pernyataan Sulistyantara (1992), bahwa tekstur kasar sebagai kontras pemakaiannya harus dikendalikan agar tidak berlebihan hingga malah memudarkan perhatian dan menimbulkan kebosanan. Gambar 17 Profil penilaian karakter visual pohon pada lanskap rekreasi

9 35 Kesan lain yang menonjol pada lanskap rekreasi ini ialah kesan ruangan yang sempit, dekat dan intim. Kesan penuh dan sesak juga dirasakan pada lanskap rekreasi. Didukung oleh pernyataan Booth (1983), bahwa tekstur kasar sangat terlihat, mencolok dan agresif. Dengan kesan kuatnya tersebut, tekstur kasar membuat sensasi bergerak maju, membuat jarak kesadaran antara pengamat dan material tanaman terlihat lebih pendek dari kenyataannya. Pengaruh Tekstur terhadap Kualitas Estetika Pohon bertekstur kasar pada lanskap jalan dan rekreasi secara umum memiliki kualitas estetika yang rendah dibandingkan dengan pohon bertekstur sedang dan pohon bertekstur halus (Gambar 18). Hal ini disebabkan pohon bertekstur kasar yang ditanam secara masal terkesan tidak teratur dan harmonis. Sesuai dengan penelitian Setyanti (2004), bahwa pohon dengan model Aubreville yang diwakilkan oleh pohon Terminalia catappa yang ditanam secara berkelompok tidak disukai. Nilai SBE halus sedang kasar Tekstur Pohon Gambar 18 Pengaruh tekstur pohon terhadap kualitas estetika Kualitas tertinggi dimiliki oleh gabungan Gambar 9 dan Gambar 12 yaitu lanskap dengan pohon bertekstur sedang. Menurut Yulianto (2006), secara umum lanskap yang mempunyai keindahan tinggi memiliki karakteristik berupa mosaik vegetasi yang teratur dan tidak terlalu rapat. Pohon bertekstur sedang memiliki

10 36 tingkat keteraturan diantara tekstur halus dan tekstur kasar, tetapi didukung dengan densitas pohon yang tidak terlalu tinggi membuat pohon bertekstur sedang terlihat ideal pada lanskap jalan maupun lanskap rekreasi. Lanskap yang ideal adalah lanskap yang disukai sehingga memiliki nilai keindahan yang tinggi. Pohon bertekstur halus secara umum memiliki kualitas estetika sedang. Walaupun tekstur halus dinilai tidak mencolok tetapi secara keseluruhan pohon bertekstur halus terlihat beraturan. Irama pertumbuhan yang kontinyu membentuk tajuk yang rapat memberikan pengaruh terhadap kesan tersebut (Setyanti 2004). Dari hasil perhitungan nilai tengah gambar pohon bertekstur kasar, sedang dan halus pada kedua lanskap dapat diketahui pengaruh dari masing-masing tekstur secara umum. Dalam kedua lanskap pohon bertekstur kasar memiliki kesan mempersempit ruang, membuat ruang jadi lebih intim, menekan dan lebih membuat sesak dibanding kedua tekstur lain. Tekstur kasar mempunyai kesan yang kuat sehingga membuat lanskap terlihat lebih nyata. Ukurannya yang besar dapat berfungsi sebagai pengarah, walau menimbulkan kesan rumit. Lanskap jalan maupun rekreasi jadi terkesan informal dan tidak beraturan dengan hadirnya pohon bertekstur kasar dibandingkan dengan kehadiran pohon bertekstur sedang maupun halus. Seperti ukurannya, secara umum pohon bertekstur sedang juga memiliki kesan diantara pohon bertekstur kasar dan halus. Pohon bertekstur sedang kadang kala juga memiliki karakteristik seperti pohon bertekstur kasar ataupun seperti pohon bertekstur halus. Pada penelitian ini, pohon bertekstur sedang membuat kedua lanskap memiliki kesan tidak membosankan, membuat lanskap menjadi dinamis dan tidak kaku, serta mendekatkan lanskap dari jarak yang sebenarnya seperti halnya kesan yang diciptakan pohon bertekstur kasar. Kesan lain yang timbul adalah kesan aman, kesan ini juga ditunjukkan pohon bertekstur halus. Pohon bertekstur halus memiliki ciri yang berlawanan dengan pohon bertekstur kasar. Hal ini membuat pengaruh yang ditimbulkan terhadap lanskap juga berbeda. Didukung oleh pernyataan Booth (1983), bahwa tanaman dengan tekstur halus mempunyai karakteristik dan kemampuan desain yang berlawanan dengan tekstur kasar. Pada penelitian ini tekstur halus memberikan kesan memperluas dan membuat formal lanskap jalan maupun lanskap rekreasi. Secara

11 37 visual tekstur halus lebih lemah dibanding dengan kedua tekstur yang lain membuat lanskap terkesan menjauh dari pengamat. Kesan membosankan juga lebih menonjol karena kesan kaku, statis serta sederhana tercipta akibat kehadiran pohon bertekstur halus pada lanskap. Gambar 19 Profil karakter visual tekstur pohon Pengaruh Lokasi terhadap Kualitas Estetika Pada penelitian ini lanskap jalan secara umum memiliki nilai keindahan yang lebih rendah dibandingkan dengan lanskap rekreasi. Hal ini dapat disebabkan karena lanskap jalan merupakan lanskap buatan atau lanskap yang

12 38 tidak alami. Yulianto (2006), menyatakan bahwa kualitas keindahan yang rendah pada lanskap secara umum disebabkan oleh nilai kealamiahan pemandangan ditapak berkurang, baik oleh bangunan atau penggunaan lahan yang tidak alami. Akan tetapi, penanaman penanaman pada jalur hijau secara linear dan teratur dapat memberikan kesan harmonis sehingga beda nilai keindahan lanskap jalan dan rekreasi tidak terlalu besar. Lanskap rekreasi lebih disukai dibandingkan dengan lanskap jalan. Pada lanskap rekreasi kesan alami, sejuk, dan segar dapat dirasakan akibat adanya pemandangan pegunungan dan air. Didukung oleh pernyataan Meliawati (2003) bahwa lanskap kualitas estetika tinggi cenderung didominasi elemen vegetasi, air, dan langit Nilai SBE Jalan Lokasi Rekreasi Gambar 20 Nilai scenic beauty estimation lokasi penelitian Secara umum lanskap jalan dan rekreasi tidak mempunyai kesan yang berbeda pada penelitian ini. Lanskap jalan yang ditanami pohon bertekstur halus, sedang dan kasar memiliki kesan lebih formal, kaku, dan terlihat lebih membosankan dibandingkan lanskap rekreasi. Hal ini dapat berkaitan dengan fungsi kedua lanskap. Lanskap jalan sebagai jalur sirkulasi memiliki bentuk linear. Pohon dengan berbagai tekstur pada lanskap jalan selain berfungsi sebagai peneduh juga berfungsi pengarah sirkulasi. Penanaman vegetasi secara linear dan

13 39 tertata dengan baik menyebabkan kesan formal dan kaku muncul pada lanskap jalan. Lanskap rekreasi yang berfungsi sebagai tempat untuk mengisi kegiatan penyegaran kembali jasmani dan rohani memiliki kesan santai dan dinamis. Penanaman pohon bertekstur halus, sedang, ataupun kasar tidak memberikan kesan formal dan kaku. Ruang terbuka dengan pemandangan pegunungan dan air menimbulkan persepsi ruang yang alami dan menghilangkan kesan membosankan pada lanskap rekreasi. Gambar 21 Profil Karakter Visual Lokasi Penelitian

14 40 Aplikasi Penelitian dalam Desain Lanskap Pada penataan tanaman dalam lanskap, unsur garis, bentuk, tekstur dan warna, serta prinsip desain repetisi, variasi, keseimbangan, dan penekanan merupakan dasar pembentuk keindahan desain lanskap tersebut (Carpenter et al. 1975). Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa secara visual tekstur pada pohon mempengaruhi kualitas estetika suatu lanskap. Penggunaan kelompok pohon bertekstur halus pada lanskap jalan memberikan kesan membosankan sehingga kualitas keindahan ruang menjadi rendah. Penggunaan kelompok pohon bertekstur kasar yang penataannya tidak teratur pada lanskap rekreasi memberikan kesan tidak nyaman secara visual. Hal ini membuat lanskap rekreasi juga memiliki kualitas estetika yang rendah. Dalam penelitian ini dapat diketahui juga bahwa secara visual tekstur pada pohon dapat mempengaruhi kesan psikologi pada lanskap jalan dan rekreasi. Pohon bertekstur halus memiliki kesan lembut dan statis. Ini dikarenakan daunnya yang kecil dalam kuantitas tertentu dan kepadatan cabangnya. Dengan kualitasnya tersebut pohon bertekstur halus dapat digunakan sebagai screen pada lanskap rekreasi. Selain itu, tanaman bertekstur halus sangat tepat digunakan sebagai latar belakang untuk menunjang kerapian dan karakter formal pada suatu lanskap (Booth 1983). Pada lanskap jalan, pohon bertekstur halus dapat ditanam pada area tepi jalan yang berbatasan dengan bangunan. Struktur kabur dan tekstur halus pada pohon dapat difungsikan untuk melembutkan kesan keras pada bangunan. Pohon bertekstur sedang dan kasar dapat digunakan sebagai peneduh pada lanskap jalan. Bentuk tajuk yang dihasilkan dari karakteristik pohon bertekstur sedang dan kasar dapat memberikan kerindangan pada area yang luas. Tekstur sekunder pohon menciptakan kesan ruang yang lebih sempit dan tertutup sehingga penanaman pohon akan sesuai pada jalan yang lebar dan jarak perjalanan jauh (Lestari 2005). Pohon bertekstur kasar juga memiliki kesan atraktif dan dinamis. Ukuran daun dan batangnya yang besar membuat pohon ini menarik perhatian dan mempunyai outline yang organik. Pohon dengan tekstur ini lebih mudah digunakan pada penataan informal. Pohon bertekstur kasar juga dapat dijadikan focal point apabila diletakkan secara individual. Tanaman bertekstur kasar sering

15 41 dipergunakan untuk memperkuat (kontras) beberapa bagian yang teksturnya halus atau untuk mengimbangi beberapa benda penting yang menempati posisi sebagai pusat perhatian (point of interest). Kontras yang tegas akan menciptakan aksen yang kuat, menarik perhatian. Namun demikian pemakaian kontras ini pun harus dikendalikan agar tidak berlebihan hingga malah memudarkan perhatian dan menimbulkan kebosanan (Sulistyantara 1992; Booth 1983; Hannebaum 2008). Pemilihan tekstur pohon sebagai penambah estetika sangat berbeda-beda pada setiap situasi, oleh karena itu perlu dilakukan persyaratan yang berbeda pula untuk menghasilkan pandangan visual yang optimum. Pada lanskap jalan, apabila pengendara memacu kendara sampai dengan kecepatan tinggi, maka kesempatan untuk memperhatikan detail tekstur sangat sedikit. Tekstur menjadi sangat tidak jelas atau kabur. Sangat efektif bila tekstur pohon yang dipilih agak kasar, sehingga dapat terlihat oleh pengendara walaupun konsentrasi pengendara tetap ke arah depan jalan. Tekstur yang halus akan memerlukan banyak perhatian untuk memandangnya dan pengandara tidak punya waktu. Keseimbangan adalah salah satu prinsip desain yang diperlukan untuk memanfaatkan tekstur pohon sebagai peningkat kualitas ruang. Menurut Sulistyantara (1992), warna dan tekstur mempengaruhi bobot visual. Tekstur yang kasar memiliki bobot visual yang lebih tinggi, sehingga penggunaan tekstur kasar dari benda yang kecil dapat diimbangi oleh penggunaan tekstur lembut dari benda yang lebih besar. Kombinasi tekstur diperlukan untuk menghasilkan kualitas visual yang tinggi. Pohon bertekstur kasar dapat digunakan pada sisi jalan dalam bentuk massa, menyatu dengan tanaman semak yang bertekstur halus dan rumput untuk menghasilkan dampak yang maksimum. Struktur vegetasi yang tertata dengan baik, dapat membuat lanskap memiliki kualitas estetik yang tinggi. Selain itu, Pola gradasi juga membuat lanskap menjadi menarik bagi pengamat (Gunawan dan Stepanus 2009). Pada sebuah ruang yang sempit, sedikit variasi tekstur dianggap monoton, sedangkan terlalu banyak variasi akan membuat kekacauan. Pada ruang berskala kecil tersebut, keseimbangan tekstur sangat dibutuhkan. Akan tetapi semakin bertambah besarnya ruang hal tersebut semakin menjadi tidak begitu penting (Booth 1983). Carpenter et al. (1975) menyatakan bahwa pola penataan vegetasi

16 42 yang baik akan mampu meningkatkan keindahan penampilan vegetasi tersebut sekaligus meningkatkan kualitas visual lingkungan tersebut.

HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Umum Evaluasi Kualitas Estetik

HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Umum Evaluasi Kualitas Estetik 19 HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Umum Desa Ancaran memiliki iklim yang dipengaruhi oleh iklim tropis dan angin muson, dengan temperatur bulanan berkisar antara 18 C dan 32 C serta curah hujan berkisar

Lebih terperinci

BAB VI R E K O M E N D A S I

BAB VI R E K O M E N D A S I BAB VI R E K O M E N D A S I 6.1. Rekomendasi Umum Kerangka pemikiran rekomendasi dalam perencanaan untuk mengoptimalkan fungsi jalur hijau jalan Tol Jagorawi sebagai pereduksi polusi, peredam kebisingan

Lebih terperinci

Gambar 12. Lokasi Penelitian

Gambar 12. Lokasi Penelitian III. METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di jalur wisata Puncak, terletak di Kabupaten Bogor. Jalur yang diamati adalah jalur pemasangan reklame yang berdasarkan data

Lebih terperinci

METODOLOGI. Jawa Barat Kab. Kuningan Desa Ancaran. Gambar 2. Lokasi Penelitian

METODOLOGI. Jawa Barat Kab. Kuningan Desa Ancaran. Gambar 2. Lokasi Penelitian 12 METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada akhir bulan Maret 2011 hingga bulan Juni 2011. Penelitian ini dilakukan di Desa Ancaran, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, yang memiliki

Lebih terperinci

Prosiding SN SMAP 09 ABSTRAK PENDAHULUAN. FMIPA UNILA, November

Prosiding SN SMAP 09 ABSTRAK PENDAHULUAN. FMIPA UNILA, November Prosiding SN SMAP 09 UJI SCENIC BEAUTY ESTIMATION TERHADAP KONFIGURASI TEGAKAN-TEGAKAN VEGETASI DI KEBUN RAYA BOGOR Imawan Wahyu Hidayat 1 1 Kebun Raya Cibodas, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Pacet

Lebih terperinci

PENGARUH BENTUK KANOPI POHON TERHADAP KUALITAS ESTETIKA LANSKAP JALAN

PENGARUH BENTUK KANOPI POHON TERHADAP KUALITAS ESTETIKA LANSKAP JALAN PENGARUH BENTUK KANOPI POHON TERHADAP KUALITAS ESTETIKA LANSKAP JALAN The Effect of Tree Canopy Shape on Streetscape Aesthetic Quality Garsinia Lestari Mahasiswa Program Studi Arsitektur Lanskap, Fakultas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Bentuk dasar tajuk pohon (Sumber: Booth 1983)

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Bentuk dasar tajuk pohon (Sumber: Booth 1983) 3 TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Pohon Suatu lanskap terdiri atas elemen lunak dan elemen keras. Pohon adalah salah satu elemen lunak pada suatu lanskap. Bentuk pohon dibangun oleh garis luar tajuk, struktur

Lebih terperinci

METODE. Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian Kebun Raya Cibodas

METODE. Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian Kebun Raya Cibodas 10 METODE Waktu dan Tempat penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Maret hingga Juli 2010. Penelitian dilakukan di Kebun Raya Cibodas, Desa Cimacan, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat (Gambar

Lebih terperinci

REKOMENDASI KONSEP TATA HIJAU

REKOMENDASI KONSEP TATA HIJAU 85 REKOMENDASI KONSEP TATA HIJAU Penanaman lanskap harus dapat memberikan fungsi yang dapat mendukung keberlanjutan aktivitas yang ada dalam lanskap tersebut. Fungsi arsitektural penting dalam penataan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian BAB III METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di jalan bebas hambatan Tol Jagorawi dengan mengambil beberapa segmen jalan yang mewakili karakteristik lanskap jalan

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1. Agrowisata Agrowisata pada hakekatnya merupakan suatu kegiatan yang mengintegrasikan sistem pertanian dan sistem pariwisata sehingga membentuk objek wisata yang menarik. Menurut

Lebih terperinci

PENGARUH TEKSTUR POHON TERHADAP PERSEPSI RUANG DAN KEINDAHAN LIPUR LISTYARINI

PENGARUH TEKSTUR POHON TERHADAP PERSEPSI RUANG DAN KEINDAHAN LIPUR LISTYARINI PENGARUH TEKSTUR POHON TERHADAP PERSEPSI RUANG DAN KEINDAHAN LIPUR LISTYARINI DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011 RINGKASAN LIPUR LISTYARINI (A44061692). Pengaruh

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Estetika

TINJAUAN PUSTAKA Estetika 4 TINJAUAN PUSTAKA Estetika Istilah estetika dikemukakan pertama kali oleh Alexander Blaumgarten pada tahun 1750 untuk menunjukkan studi tentang taste dalam bidang seni rupa. Ilmu estetika berkaitan dengan

Lebih terperinci

PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR WISATA ALAM TAMAN NASIONAL GEDE PANGRANGO. Oleh DIDIK YULIANTO A

PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR WISATA ALAM TAMAN NASIONAL GEDE PANGRANGO. Oleh DIDIK YULIANTO A PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR WISATA ALAM TAMAN NASIONAL GEDE PANGRANGO Oleh DIDIK YULIANTO A34202008 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTIT UT PERTANIAN BOGOR 2006

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Pe rancangan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Pe rancangan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perencanaan Perencanaan adalah suatu alat sistematik yang digunakan untuk menentukan saat awal, keadaan yang diharapkan, dan cara terbaik untuk mencapai keadaan yang diharapkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Kebun Raya Objek Wisata

TINJAUAN PUSTAKA Kebun Raya Objek Wisata 3 TINJAUAN PUSTAKA Kebun Raya Menurut LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) Kebun Raya merupakan suatu kawasan yang mengkoleksi berbagai jenis tumbuhan. Tumbuhan yang dikoleksi kebun raya memiliki

Lebih terperinci

Persepsi dan Preferensi Kualitas Estetika Lanskap Kampus Fakultas Pertanian Universitas Udayana - Jimbaran Bali

Persepsi dan Preferensi Kualitas Estetika Lanskap Kampus Fakultas Pertanian Universitas Udayana - Jimbaran Bali Persepsi dan Preferensi Kualitas Estetika Lanskap Kampus Fakultas Pertanian Universitas Udayana - Jimbaran Bali RIZKY ADITYA RIFAI I NENGAH ARTHA*) IDA AYU MAYUN Prodi Arsitektur Pertamanan, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Taman Rumah

TINJAUAN PUSTAKA Taman Rumah 4 TINJAUAN PUSTAKA Taman Rumah Tuntutan zaman menyebabkan pembangunan seringkali meningkat pesat guna mewadahi berbagai dinamika bangsa, seperti perkembangan penduduk, ekonomi, komunikasi, teknologi dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian bertempat di Kota Pekanbaru Provinsi Riau. Kegiatan penelitian ini mengambil lokasi di Jalan Jendral Sudirman yaitu jalur hijau

Lebih terperinci

ESTETIKA BENTUK Pengertian. Estetika adalah suatu kondisi yang berkaitan dengan sensasi keindahan yang dirasakan seseorang

ESTETIKA BENTUK Pengertian. Estetika adalah suatu kondisi yang berkaitan dengan sensasi keindahan yang dirasakan seseorang ESTETIKA BENTUK Pengertian Estetika adalah suatu kondisi yang berkaitan dengan sensasi keindahan yang dirasakan seseorang Rasa keindahan itu akan muncul apabila terjalin perpaduan yang serasi dari elemen

Lebih terperinci

sekitarnya serta ketersediaannya yang belum optimal (pada perbatasan tertentu tidak terdapat elemen gate). d. Elemen nodes dan landmark yang

sekitarnya serta ketersediaannya yang belum optimal (pada perbatasan tertentu tidak terdapat elemen gate). d. Elemen nodes dan landmark yang BAB 5 KESIMPULAN 1. Berdasarkan hasil pengamatan dan penilaian secara subyektif (oleh peneliti) dan obyektif (pendapat responden) maka elemen identitas fisik yang membentuk dan memperkuat karakter (ciri

Lebih terperinci

NIRMANA DUA DIMENSI. Oleh: Dr. Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta 2013

NIRMANA DUA DIMENSI. Oleh: Dr. Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta 2013 NIRMANA DUA DIMENSI Oleh: Dr. Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta 2013 PENGERTIAN NIRMANA Berasal dari dua akar kata, yakni nir yang artinya

Lebih terperinci

V. KONSEP Konsep Dasar Perencanaan Tapak

V. KONSEP Konsep Dasar Perencanaan Tapak V. KONSEP 5.1. Konsep Dasar Perencanaan Tapak Konsep perencanaan pada tapak merupakan Konsep Wisata Sejarah Perkampungan Portugis di Kampung Tugu. Konsep ini dimaksudkan untuk membantu aktivitas interpretasi

Lebih terperinci

III. RUANG DAN FUNGSI TANAMAN LANSKAP KOTA

III. RUANG DAN FUNGSI TANAMAN LANSKAP KOTA Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) III. RUANG DAN FUNGSI TANAMAN LANSKAP KOTA Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Siti Nurul Rofiqo Irwan, S.P., MAgr, PhD. Tujuan Memahami bentuk-bentuk ruang dengan tanaman

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian tentang Lingkungan Hidup dan Lingkungan Perkotaan Soemarwoto (1985) mengemukakan bahwa lingkungan hidup adalah ruang yang ditempati suatu makhluk hidup bersama dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Evaluasi

TINJAUAN PUSTAKA. Evaluasi 19 TINJAUAN PUSTAKA Evaluasi Menurut Echols dan Shadily (1996), evaluasi berarti penilaian, penaksiran. Tujuan evaluasi adalah untuk menyeleksi dan menampilkan informasi yang diperlukan dalam mendukung

Lebih terperinci

VII. PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

VII. PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 46 VII. PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 7.1. Perencanaan Alokasi Ruang Konsep ruang diterjemahkan ke tapak dalam ruang-ruang yang lebih sempit (Tabel 3). Kemudian, ruang-ruang tersebut dialokasikan ke dalam

Lebih terperinci

METODOLOGI. Peta Kabupaten Bogor (http://students.ukdw.ac.id, 2010) Peta Bukit Golf Hijau (Sentul City, 2009)

METODOLOGI. Peta Kabupaten Bogor (http://students.ukdw.ac.id, 2010) Peta Bukit Golf Hijau (Sentul City, 2009) 19 METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di cluster Bukit Golf Hijau yang berada di dalam Sentul. Sentul terletak di Kecamatan Babakan Madang dan Kecamatan Sukaraja Kabupaten

Lebih terperinci

dan perancangan konsep perencanaan 45 I BAB 4 Sehingga akan menimbulkan kemudahan akses terhadap perencanaan fasilitas panggung terbuka

dan perancangan konsep perencanaan 45 I BAB 4 Sehingga akan menimbulkan kemudahan akses terhadap perencanaan fasilitas panggung terbuka BAB 4 konsep perencanaan dan perancangan 4.1. KONSEP PERENCANAAN 4.1.1. Konsep Lokasi dan Site Lokasi yang diperuntukan bagi perencanaan panggung terbuka adalah di Taman Budaya Mataram dengan luas lahan

Lebih terperinci

ESTETIKA BENTUK SEBAGAI PENDEKATAN SEMIOTIKA PADA PENELITIAN ARSITEKTUR

ESTETIKA BENTUK SEBAGAI PENDEKATAN SEMIOTIKA PADA PENELITIAN ARSITEKTUR ESTETIKA BENTUK SEBAGAI PENDEKATAN SEMIOTIKA PADA PENELITIAN ARSITEKTUR Jolanda Srisusana Atmadjaja Jurusan Arsitektur FTSP Universitas Gunadarma ABSTRAK Penelitian karya arsitektur dapat dilakukan melalui

Lebih terperinci

Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA. Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD.

Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA. Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD. Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD. Tujuan Memahami makna dan manfaat hutan kota pada penerapannya untuk Lanskap Kota. Memiliki

Lebih terperinci

LESTARI SURYANDARI. A Studi Kualitas Visual Lanskap Sejarah Kawasan Jakarta Kota. (Di bawah bimbingan MARZETJE WUNGKAR dan AND1 GUNAWAN)

LESTARI SURYANDARI. A Studi Kualitas Visual Lanskap Sejarah Kawasan Jakarta Kota. (Di bawah bimbingan MARZETJE WUNGKAR dan AND1 GUNAWAN) LESTARI SURYANDARI. A 3 1.0740. Studi Kualitas Visual Lanskap Sejarah Kawasan Jakarta Kota. (Di bawah bimbingan MARZETJE WUNGKAR dan AND1 GUNAWAN) Penelitian ini berlokasi di kawasan Jakarta Kota, yaitu

Lebih terperinci

ARL 200 ADISTI RIZKYARTI A

ARL 200 ADISTI RIZKYARTI A ARL 200 ADISTI RIZKYARTI A24080164 3. LANSKAP Dari Gambar lanskap di atas dapat di jelaskan keadaan lereng gunung yang di kelilingi dapat disimpulkan faktor-faktor yang mempengaruhi pembentuknya dari segi

Lebih terperinci

PERANCANGAN KOTA BAB IV ANALISA ALUN ALUN KABUPATEN WONOGIRI MENURUT 8 ELEMEN KOTA HAMID SHIRVANI. 4.1 Analisa Tata Guna Lahan Alun alun Wonogiri

PERANCANGAN KOTA BAB IV ANALISA ALUN ALUN KABUPATEN WONOGIRI MENURUT 8 ELEMEN KOTA HAMID SHIRVANI. 4.1 Analisa Tata Guna Lahan Alun alun Wonogiri BAB IV ANALISA ALUN ALUN KABUPATEN WONOGIRI MENURUT 8 ELEMEN KOTA HAMID SHIRVANI Unsur-unsur bangunan seperti Ketinggian bangunan, Koefisien Lantai Bangunan (KLB), Koefisien Dasar Bangunan (KDB) / Building

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. 1. Kondisi kenyamanan thermal hasil simulasi eksisting: Kondisi eksisting penggal 1,2,3 titik terendah dan tertinggi pagi

BAB VI PENUTUP. 1. Kondisi kenyamanan thermal hasil simulasi eksisting: Kondisi eksisting penggal 1,2,3 titik terendah dan tertinggi pagi BAB VI PENUTUP VI.1. Kesimpulan 1. Kondisi kenyamanan thermal hasil simulasi eksisting: Kondisi eksisting penggal 1,2,3 titik terendah dan tertinggi pagi (07.00) secara keseluruhan dalam kondisi nyaman.

Lebih terperinci

Udang di Balik Batu. Parahita Galuh Kusumaningtyas

Udang di Balik Batu. Parahita Galuh Kusumaningtyas Udang di Balik Batu Parahita Galuh Kusumaningtyas Jadul Village, namanya. Kala berdiri di depan gerbang, rasanya seperti ada perang. Dua unsur yang kelihatannya sama sekali berbeda mencoba mendominasi

Lebih terperinci

Unsur dasar senirupa. Pertemuan ke 1

Unsur dasar senirupa. Pertemuan ke 1 Unsur dasar senirupa Pertemuan ke 1 Titik Titik adalah unsur seni rupa dua dimensi yang paling dasar. Titik dapat dikembangkan menjadi garis dan bidang. Titik merupakan unsur penting dalam seni rupa. Sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kota Jakarta sebagai pusat pemerintahan, pusat perdagangan, pusat perbankan dan pusat perindustrian menuntut adanya kemajuan teknologi melalui pembangunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap dan Lanskap Kota Lanskap adalah suatu bagian dari muka bumi dengan berbagai karakter lahan/tapak dan dengan segala sesuatu yang ada di atasnya baik bersifat alami maupun

Lebih terperinci

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET 42 VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET Pengembangan konsep dalam studi perencanaan kawasan ini akan terbagi ke dalam empat sub konsep, yaitu perencanaan lanskap pedestrian shopping street,

Lebih terperinci

Evaluasi Lanskap Jalan Jenderal Ahmad Yani Pontianak

Evaluasi Lanskap Jalan Jenderal Ahmad Yani Pontianak Evaluasi Lanskap Jalan Jenderal Ahmad Yani Pontianak AGUS RULIYANSYAH 1* 1. Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Tanjungpura Pontianak 1049, Indonesia *E-mail: agus.ruliyansyah@faperta.untan.ac.id

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN 23 BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1 Konsep Desain Lanskap kampus Fakultas Seni Rupa dan Desain menitikberatkan pada sebuah plaza dengan amphitheatre di bagian tengah kampus yang menghubungkan semua gedung

Lebih terperinci

[PENGANTAR DESAIN GRAFIS T.I D3-UDINUS

[PENGANTAR DESAIN GRAFIS T.I D3-UDINUS KOMBINASI UNSUR-UNSUR DESAIN 1.Jenis Kombinasi Unsur Desain Dalam memilih dan memadukan sejumlah unsur desain, seorang desainer hanya memiliki 4 (empat) kemungkinan atau paduan yang dapat dilakukannya.

Lebih terperinci

PENGANTAR VEGETASI LANDSCAPE PENGELOMPOKAN VEGETASI BERDASAR PEMBENTU DAN ORNAMENTAL SPACE

PENGANTAR VEGETASI LANDSCAPE PENGELOMPOKAN VEGETASI BERDASAR PEMBENTU DAN ORNAMENTAL SPACE 2011 PENGANTAR VEGETASI LANDSCAPE PENGELOMPOKAN VEGETASI BERDASAR PEMBENTU DAN ORNAMENTAL SPACE JURUSAN ARSITEKTUR ITATS Ririn Dina Mutfianti, ST.,MT 10/30/2011 Materi 1 Pengelompokan Berdasarkan Pembentuk

Lebih terperinci

BAGIAN 5 DASAR PERANCANGAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL

BAGIAN 5 DASAR PERANCANGAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL BAGIAN 5 DASAR PERANCANGAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL Pada bagian ini akan dibahas secara lebih mendalam hal-hal yang berkaitan dengan dasar perancangan media iklan dan komunikasi visual, yang meliputi;

Lebih terperinci

EVALUASI ESTETIKA AIR PANCURAN PADA TAMAN SUROPATI; SEMANTIC DIFFERENTIAL DAN SCENIC BEAUTY ESTIMATION

EVALUASI ESTETIKA AIR PANCURAN PADA TAMAN SUROPATI; SEMANTIC DIFFERENTIAL DAN SCENIC BEAUTY ESTIMATION EVALUASI ESTETIKA AIR PANCURAN PADA TAMAN SUROPATI; SEMANTIC DIFFERENTIAL DAN SCENIC BEAUTY ESTIMATION NURJANNAH HAMDANI nurjannah.hamdani@gmail.com Program Studi Arsitektur Fakultas Tenik, Matematika

Lebih terperinci

masyarakat dan dipandang sebagai kesatuan antara fisik geografis dan lingkungannya dalam arti karakteristrik. Lansekap ditinjau dari segi

masyarakat dan dipandang sebagai kesatuan antara fisik geografis dan lingkungannya dalam arti karakteristrik. Lansekap ditinjau dari segi II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perencanaan Lansekap (Landscape Planning) Lansekap merupakan refleksi dari dinamika sistem alamiah dan sistem sosial masyarakat dan dipandang sebagai kesatuan antara fisik geografis

Lebih terperinci

Gambar 26. Material Bangunan dan Pelengkap Jalan.

Gambar 26. Material Bangunan dan Pelengkap Jalan. KONSEP Konsep Dasar Street furniture berfungsi sebagai pemberi informasi tentang fasilitas kampus, rambu-rambu jalan, dan pelayanan kepada pengguna kampus. Bentuk street furniture ditampilkan memberikan

Lebih terperinci

Kecamatan Beji. PDF created with pdffactory Pro trial version METODE PENELITIAN

Kecamatan Beji. PDF created with pdffactory Pro trial version  METODE PENELITIAN METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian evaluasi kualitas ecological aesthetics lanskap kota ini dilaksanakan di Kecamatan Beji Kota Depok. Periode penelitian berlangsung dari Maret 2004 sampai Nopember

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 konsep Dasar 5.1.1 Tata Letak Bangunan Gate entrance menuju Fasilitas Wisata Agro terletak di jalan akses masuk wisata Kawah Putih, dengan pertimbangan aksesibilitas jalan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Jalan

TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Jalan TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Simonds (1983) menyatakan bahwa lanskap merupakan suatu bentang alam dengan karakteristik tertentu yang dapat dinikmati oleh seluruh indera manusia, dengan karakter yang menyatu

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI KARYA

BAB IV DESKRIPSI KARYA BAB IV DESKRIPSI KARYA Secara umum apresiasi terhadap karya cermin dapat dikelompokkan menjadi dua jenis. Pertama, kelompok karya dengan objek positif yaitu karya-karya yang menggambarkan gestur yang dapat

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1. Letak Geografis Site Site yang akan dibangun berlokasi di sebelah timur Jalan Taman Siswa dengan koordinat 07 o 48 41.8 LS 110 o 22 36.8 LB. Bentuk site adalah persegi panjang

Lebih terperinci

V. KONSEP Konsep Dasar Pengembangan Konsep

V. KONSEP Konsep Dasar Pengembangan Konsep 37 V. KONSEP Konsep Dasar Konsep dasar dalam perencanaan ini adalah merencanakan suatu lanskap pedestrian shopping streets yang dapat mengakomodasi segala aktivitas yang terjadi di dalamnya, khususnya

Lebih terperinci

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar 6.2. Konsep Pengembangan Fungsi Pendidikan

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar 6.2. Konsep Pengembangan Fungsi Pendidikan 116 VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar perencanaan adalah mengembangkan laboratorium lapang PPDF sebagai tempat praktikum santri sesuai dengan mata pelajaran yang diberikan dan juga dikembangkan

Lebih terperinci

PERSEPSI DAN PREFERENSI WARNA DALAM LANSKAP

PERSEPSI DAN PREFERENSI WARNA DALAM LANSKAP PERSEPSI DAN PREFERENSI WARNA DALAM LANSKAP The Color Perception and Preference in Landscape Wasissa Titi Ilhami Mahasiswa Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, IPB, saat ini bekerja sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Zaman sekarang ini kemajuan di bidang olahraga semakin maju dan pemikiran

I. PENDAHULUAN. Zaman sekarang ini kemajuan di bidang olahraga semakin maju dan pemikiran 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Zaman sekarang ini kemajuan di bidang olahraga semakin maju dan pemikiran manusia makin meningkat dalam mencapai suatu prestasi yang tinggi, maka negara-negara yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Karakter Lanskap Kota

TINJAUAN PUSTAKA Karakter Lanskap Kota TINJAUAN PUSTAKA Karakter Lanskap Kota Karakter merupakan sifat dan ciri khas yang dimiliki oleh suatu kelompok, baik orang maupun benda. Karakter lanskap merupakan suatu area yang mempunyai keharmonisan

Lebih terperinci

BAB V PERENCANAAN LANSKAP ANCOL ECOPARK

BAB V PERENCANAAN LANSKAP ANCOL ECOPARK 26 BAB V PERENCANAAN LANSKAP ANCOL ECOPARK 5.1 Konsep Pengembangan Ancol Ecopark Hingga saat ini Ancol Ecopark masih terus mengalami pengembangan dalam proses pembangunannya. Dalam pembentukan konsep awal,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. EVALUASI BANGUNAN Yaitu, penelitian yang lebih formal berdasarkan lapangan penyelidikan analitis. Evaluasi bangunan bertujuan untuk mengatasi ketepatgunaan, kemanfaatan, perubahan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP 5.1 Konsep Makro Gambar 5.1 : Sumber :

BAB V KONSEP 5.1 Konsep Makro Gambar 5.1 : Sumber : BAB V KONSEP 5.1 Konsep Makro Konsep makro merupakan konsep perancangan sebuah tapak secara luas, hal ini ditujukan untuk mendefinisikan wujud Padepokan Pencak Silat yang akan dibangun. Konsep makro yang

Lebih terperinci

PENGARUH REKLAME TERHADAP KUALITAS ESTETIK LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR RAKHMAT AFANDI

PENGARUH REKLAME TERHADAP KUALITAS ESTETIK LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR RAKHMAT AFANDI PENGARUH REKLAME TERHADAP KUALITAS ESTETIK LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR RAKHMAT AFANDI DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 Judul Nama NRP : Pengaruh

Lebih terperinci

Architecture. Modern Aesthetic. Neoclassic Style Teks: Widya Prawira Foto: Bambang Purwanto. Home Diary #009 / 2015

Architecture. Modern Aesthetic. Neoclassic Style Teks: Widya Prawira Foto: Bambang Purwanto. Home Diary #009 / 2015 Architecture Modern Aesthetic in Neoclassic Style Teks: Widya Prawira Foto: Bambang Purwanto 86 Kolaborasi gaya neoklasik dengan elemen yang mengusung aspek kekinian, menjadi kekuatan desain rumah ini.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. keberadaan elemen-elemen fisik atau yang disebut juga setting fisik seiring

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. keberadaan elemen-elemen fisik atau yang disebut juga setting fisik seiring BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Seperti yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, diketahui bahwa keberadaan elemen-elemen fisik atau yang disebut juga setting fisik seiring dengan pergantian

Lebih terperinci

Seminar Nasional BOSARIS III Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya

Seminar Nasional BOSARIS III Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya PENERAPAN DESAIN DALAM RANGKAIAN BUNGA SEBAGAI PELENGKAP DEKORASI RUANG Arita Puspitorini PKK Abstrak, Bunga sejak dulu hingga kini memiliki peran penting dalam kehidupan manusia, karena bunga dirangkai

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH ELEMEN LANSKAP TERHADAP KUALITAS ESTETIKA LANSKAP KOTA DEPOK. Oleh: Medyuni Ruswan A

ANALISIS PENGARUH ELEMEN LANSKAP TERHADAP KUALITAS ESTETIKA LANSKAP KOTA DEPOK. Oleh: Medyuni Ruswan A ANALISIS PENGARUH ELEMEN LANSKAP TERHADAP KUALITAS ESTETIKA LANSKAP KOTA DEPOK Oleh: Medyuni Ruswan A34201045 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH ELEMEN LANSKAP TERHADAP KUALITAS ESTETIKA LANSKAP KOTA DEPOK. Oleh: Medyuni Ruswan A

ANALISIS PENGARUH ELEMEN LANSKAP TERHADAP KUALITAS ESTETIKA LANSKAP KOTA DEPOK. Oleh: Medyuni Ruswan A ANALISIS PENGARUH ELEMEN LANSKAP TERHADAP KUALITAS ESTETIKA LANSKAP KOTA DEPOK Oleh: Medyuni Ruswan A34201045 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN

Lebih terperinci

Oleh: Dr. Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta 2013

Oleh: Dr. Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta 2013 NIRMANA WARNA Oleh: Dr. Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta 2013 WARNA Merupakan kesan yang timbul oleh pantulan cahaya yang ditangkap oleh

Lebih terperinci

METODOLOGI. Gambar 3. Lokasi Penelitian

METODOLOGI. Gambar 3. Lokasi Penelitian METODOLOGI Waktu dan Lokasi Penelitian mengenai pengaruh reklame ini dilakukan pada lanskap Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor, Jawa Barat (Gambar 3). Jalan Lingkar (Ringroad Way) pada penelitian ini meliputi

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Definisi Web Website atau situs juga dapat diartikan sebagai kumpulan halaman yang menampilkan informasi data teks, data gambar diam atau gerak, data animasi, suara, video

Lebih terperinci

EVALUASI ESTETIKA LINGKUNGAN BERDASARKAN PERSEPSI DI WELCOME AREA KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR

EVALUASI ESTETIKA LINGKUNGAN BERDASARKAN PERSEPSI DI WELCOME AREA KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR 19 Buana Sains Vol 15 No 1: 19-28, 2015 EVALUASI ESTETIKA LINGKUNGAN BERDASARKAN PERSEPSI DI WELCOME AREA KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR Debora Budiyono PS. Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ruang Lingkup Arsitektur Lansekap Lansekap sebagai gabungan antara seni dan ilmu yang berhubungan dengan desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi dan pertambahan penduduk menyebabkan kebutuhan manusia semakin meningkat. Dalam lingkup lingkungan perkotaan keadaan tersebut membuat pembangunan

Lebih terperinci

PENGANTAR ARSITEKTUR PERTAMANAN

PENGANTAR ARSITEKTUR PERTAMANAN Materi 4 PENGANTAR ARSITEKTUR PERTAMANAN Bambang B. Santoso Semester Genap Tahun Ajaran 2009/2010 3 April 2010 PENGANTAR DAN APLIKASI SENI DALAM GAMBAR TUJUAN BELAJAR BAB INI : Mampu menyebutkan beberapa

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN. terdapat pada konsep perancangan Bab V yaitu, sesuai dengan tema Behaviour

BAB VI HASIL PERANCANGAN. terdapat pada konsep perancangan Bab V yaitu, sesuai dengan tema Behaviour BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1 Dasar Perancangan Hasil perancangan Sekolah Dasar Islam Khusus Anak Cacat Fisik di Malang memiliki dasar konsep dari beberapa penggambaran atau abstraksi yang terdapat pada

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Karakteristik Jalan Jalan Lingkar KRB terdiri dari empat jalan, meliputi Jalan Juanda, Ottista, Pajajaran, dan Jalak Harupat. Berdasarkan sifat dan pergerakan lalu lintas

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS SINTESIS

BAB V ANALISIS SINTESIS BAB V ANALISIS SINTESIS 5.1 Aspek Fisik dan Biofisik 5.1.1 Letak, Luas, dan Batas Tapak Tapak terletak di bagian Timur kompleks sekolah dan berdekatan dengan pintu keluar sekolah, bangunan kolam renang,

Lebih terperinci

BAB V. KONSEP PERANCANGAN

BAB V. KONSEP PERANCANGAN BAB V. KONSEP PERANCANGAN A. KONSEP MAKRO 1. Youth Community Center as a Place for Socialization and Self-Improvement Yogyakarta sebagai kota pelajar dan kota pendidikan tentunya tercermin dari banyaknya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Ruang terbuka Publik berasal dari bahasa latin platea yang berarti jalur

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Ruang terbuka Publik berasal dari bahasa latin platea yang berarti jalur BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Ruang Terbuka Publik 2.1.1. Definisi Ruang Terbuka Publik Ruang terbuka Publik berasal dari bahasa latin platea yang berarti jalur yang diperluas seperti square. Square merupakan

Lebih terperinci

Dari pertimbangan diatas dibuat konsep tata ruang

Dari pertimbangan diatas dibuat konsep tata ruang 81 memanfaatkan unsur-unsur alam yang ada sebagai faktor perancangan. Dari pertimbangan tersebut diatas maka dibuat konsep : - Dengan bentuk site daerah pegunungan yang masih alamiah maka bentuk pengolahan

Lebih terperinci

KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A

KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A34203039 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 RINGKASAN INDRA SAPUTRA. A34203039.

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERENCANAAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN BAB VI KONSEP PERENCANAAN VI.1 KONSEP BANGUNAN VI.1.1 Konsep Massa Bangunan Pada konsep terminal dan stasiun kereta api senen ditetapkan memakai masa gubahan tunggal memanjang atau linier. Hal ini dengan

Lebih terperinci

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar pada perencanaan kebun agrowisata Sindang Barang adalah kebun produksi tanaman budidaya IPB untuk

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar pada perencanaan kebun agrowisata Sindang Barang adalah kebun produksi tanaman budidaya IPB untuk VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar pada perencanaan kebun agrowisata Sindang Barang adalah kebun produksi tanaman budidaya IPB untuk ditunjukkan pada pengunjung sekaligus sebagai pusat produksi

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bagian ini akan dijabarkan kesimpulan dan rekomendasi. Kesimpulan berisi rangkuman dari hasil penelitian dan pembahasan sekaligus menjawab tujuan penelitian di bab

Lebih terperinci

OLAHAN DINDING. Eko Sri Haryanto, S.Sn, M.Sn

OLAHAN DINDING. Eko Sri Haryanto, S.Sn, M.Sn OLAHAN DINDING Eko Sri Haryanto, S.Sn, M.Sn PENGERTIAN DINDING Dinding adalah suatu struktur padat yang membatasi dan melindungi suatu RUANG. Umumnya, dinding membatasi suatu bangunan dan menyokong struktur

Lebih terperinci

Sabtu, 1 Desember 2012

Sabtu, 1 Desember 2012 BlanKonf #4 Desain Grafis Sabtu, 1 Desember 2012 princeofgiri@di.blankon.in @princeofgiri Komponen Desain Grafis Garis Bentuk (Shape) Warna Ilustrasi / Gambar Huruf (Teks) / Tipografi Ruang (Space) Garis

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERENCANAAN dan PERANCANGAN RUMAH RETRET di KALIURANG, SLEMAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN dan PERANCANGAN RUMAH RETRET di KALIURANG, SLEMAN BAB VI KONSEP PERENCANAAN dan PERANCANGAN RUMAH RETRET di KALIURANG, SLEMAN 6.1. Konsep Pelaku dan Peruangan Berdasarkan analisis kegiatan dan peruangan yang telah dilakukan, pelaku dan zona ruangan dalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Arsitektur Lanskap 2.2. Desain Lanskap

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Arsitektur Lanskap 2.2. Desain Lanskap 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Arsitektur Lanskap Menurut Eckbo dalam Laurie (1985), arsitektur lanskap merupakan bagian dari kawasan lahan yang dibangun atau dibentuk oleh manusia, di luar bangunan, jalan,

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 43 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Pengaruh RTH Terhadap Iklim Mikro 5.1.1 Analisis Pengaruh Struktur RTH Pohon Terhadap Iklim Mikro Pohon merupakan struktur RTH yang memiliki pengaruh cukup besar

Lebih terperinci

Komposisi dalam Fotografi

Komposisi dalam Fotografi Tujuan: mengorganisasikan berbagai komponen foto yang saling berlainan, menjadi sedemikian rupa sehingga gambar tersebut menjadi suatu kesatuan yang saling mengisi, serta mendukung satu sama lainnya; dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karateristik Visual Kondisi visual suatu kota sangat erat berkaitan dengan fenomena psikologinya yang berkaitan dengan tampilan fisik yang dapat menimbulkan suatu rasa tertentu

Lebih terperinci

Garden Design MENDISAIN TAMAN SEBAGAI BAGIAN DARI LANSEKAP BERKELANJUTAN

Garden Design MENDISAIN TAMAN SEBAGAI BAGIAN DARI LANSEKAP BERKELANJUTAN Garden Design MENDISAIN TAMAN SEBAGAI BAGIAN DARI LANSEKAP BERKELANJUTAN Bambang B. Santoso Fakultas Pertanian UNRAM Sustainable Landscape Design (desain taman yg berkelanjutan) diperlukan : Taman dpt

Lebih terperinci

VII. RENCANA TAPAK. Tabel 15. Matriks Rencana Pembagian Ruang, Jenis Aktivitas dan Fasilitas (Chiara dan Koppelman, 1990 dan Akmal, 2004)

VII. RENCANA TAPAK. Tabel 15. Matriks Rencana Pembagian Ruang, Jenis Aktivitas dan Fasilitas (Chiara dan Koppelman, 1990 dan Akmal, 2004) VII. RENCANA TAPAK Tahap perencanaan ini adalah pengembangan dari konsep menjadi rencana yang dapat mengakomodasi aktivitas, fungsi, dan fasilitas bagi pengguna dan juga makhluk hidup yang lain (vegetasi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perencanaan Lanskap Simonds (1983) menyatakan bahwa perencanaan adalah suatu proses penyusunan kebijaksanaan atau merumuskan apa yang harus dilakukan, untuk memperbaiki keadaan

Lebih terperinci

Siapa Saja Bisa Motret! FB:

Siapa Saja Bisa Motret! FB: 081522640424 Siapa Saja Bisa Motret! 085298002228 budiekoharto@gmail.com ppekalimantan@gmail.com FB: budihartoeko76@yahoo.com Materi sudah lengkap (aspek legal, teknis website dan penulisan, fotografi)

Lebih terperinci

Elemen Elemen Desain Grafis

Elemen Elemen Desain Grafis Elemen Elemen Desain Grafis Desain grafis sebagai seni dekat dengan apa yang kita sebut sebagai keindahan (estetika). Keindahan sebagai kebutuhan setiap orang, mengandung nilai nilai subyektivisme. Oleh

Lebih terperinci

TEORI UMUM DAN KONSEP RUANG DALAM. A. Teori Perancangan Ruang Dalam.

TEORI UMUM DAN KONSEP RUANG DALAM. A. Teori Perancangan Ruang Dalam. A. Teori Perancangan Ruang Dalam. TEORI UMUM DAN KONSEP RUANG DALAM Perancangan ruang dalam atau yang lebih populer disebut dengan desain interior adalah suatu proses menata sebuah ruang dalam baik dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padang Golf Sukarame (PGS) merupakan Lapangan Golf pertama dan satu-satunya di

I. PENDAHULUAN. Padang Golf Sukarame (PGS) merupakan Lapangan Golf pertama dan satu-satunya di 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Padang Golf Sukarame (PGS) merupakan Lapangan Golf pertama dan satu-satunya di Provinsi Lampung. Padang Golf Sukarame didirikan oleh Perkumpulan Golf Lampung (PGL).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK

BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK 2.1 Gambaran Umum Proyek Judul Proyek Tema Lokasi Sifat Luas Tapak : Pusat Kebugaran dan Spa : Arsitektur Tropis : Jl. Gandul Raya, Krukut, Depok : Fiktif : ± 15.000 m² (1,5

Lebih terperinci

BAB 4 KONSEP DESAIN. 4.1 Landasan Teori Teori Publikasi

BAB 4 KONSEP DESAIN. 4.1 Landasan Teori Teori Publikasi 16 BAB 4 KONSEP DESAIN 4.1 Landasan Teori 4.1.1 Teori Publikasi Timothy Samara (2005:10) menyatakan publikasi merupakan sebuah perluasan aplikasi dari dua unsur yaitu teks dan gambar. Perluasan aplikasi

Lebih terperinci