TINJAUAN PUSTAKA Karakter Lanskap Kota

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TINJAUAN PUSTAKA Karakter Lanskap Kota"

Transkripsi

1 TINJAUAN PUSTAKA Karakter Lanskap Kota Karakter merupakan sifat dan ciri khas yang dimiliki oleh suatu kelompok, baik orang maupun benda. Karakter lanskap merupakan suatu area yang mempunyai keharmonisan atau kesatuan nyata di antara semua elemen lanskap, dijelaskan lebih lanjut bahwa semakin lengkap dan jelas kesatuan elemen lanskap tersebut, maka karakter lanskap yang ditimbulkan akan lebih kuat (Simonds dan Starke, 2006). Menurut Eckbo (1964), bangunan dalam sebuah kota mempunyai peran penting dalam membentuk karakter lanskap kota. Bangunan pada wilayah perkotaan dapat terlihat sesuai secara visual maupun fungsional jika diletakkan secara seimbang dengan mengkombinasikannya dengan elemen tanaman. Bangunan merupakan tempat yang dapat memberikan perlindungan bagi manusia untuk dapat bertahan hidup. Oleh karenanya, bangunan merupakan unsur pertama yang dibangun di kota setelah air dan makanan tersedia. Bangunan sesungguhnya merupakan unsur perkotaan yang paling jelas terlihat, dipandang pada saat kapanpun dan dari tempat manapun dalam sebuah kota (Branch, 1995). Kepadatan perkotaan tergantung pada tiga kondisi, yakni persentase luas tanah yang tertutup oleh bangunan tanpa adanya ruang terbuka, ketinggian bangunan, dan banyaknya ruang terbuka yang permanen di seluruh wilayah kota. Karakteristik daerah pusat kota yang ditunjukkan dengan kepadatan bangunan yang relatif tinggi merupakan konsekuensi dari lokasinya yang mudah dijangkau dari semua bagian kota, adanya tuntunan kegiatan bisnis dan pemerintahan untuk saling berdekatan satu sama lain, dan sering pula pemerintah kota setempat yang menetapkan kebijakan tentang konsentrasi kepadatan di pusat kota untuk menjaga investasi yang telah ditanamkan selama ini. Kepadatan perkotaan menunjukkan sebaran konsentrasi bangunan dan kegiatan yang produktif hingga melebihi kemampuan jaringan transportasi yang ada dan menimbulkan kemacetan lalu lintas (Branch, 1995). Hakim (2006) menyatakan bahwa karakteristik lingkungan jalan di dalam kota merupakan kawasan yang telah terbangun dengan rapi dan teratur dengan

2 4 ruang-ruang terbuka yang terbatas, penuh aktivitas, adanya trotoar, dan fasilitas utilitas jalan. Material lanskap yang terdapat pada kawasan kota terdiri dari perkerasan beton, aspal, batu bata, dan pohon-pohon di beberapa tempat. Kota Kota adalah suatu kawasan yang memiliki keanekaragaman dan kompleksitas yang tinggi dibandingkan dengan kawasan lainnya. Dengan demikian pembangunan kawasan perkotaan cenderung terfokus pada pemenuhan kepentingan hidup manusia. Kota memiliki unsur dan komponen yang membentuknya, mulai dari unsur fisik seperti adanya bangunan, perumahan dan prasarana umum, sampai dengan komponen sosial, ekonomi dan politik yang mengarahkan aktivitas suatu kota (Branch, 1995). Kawasan perkotaan merupakan bentuk lanskap buatan manusia akibat aktifitas manusia dalam mengelola lingkungan untuk kepentingan hidupnya (Simonds and Starke, 2006). Hal ini dapat dilihat dari adanya pembangunan kawasan perdagangan (Central Business Distric, CBD), perkantoran, pemukiman serta fasilitas rekreasi. Pembangunan yang diimbangi dengan penataan lingkungan yang estetis akan dapat memperindah kawasan perkantoran sekaligus membentuk kota yang bersih dan sehat. Konsep keindahan kota merupakan image terhadap kota itu sendiri. Image tersebut bergantung pada bentuk fisik kota yang diklasifikasikan berdasarkan lima elemen, yaitu jalur kota (jalan, jalur pejalan kaki, trotoar, kanal), pembatas (dinding-dinding atau pagar, gunung, pantai), pembagi kota (batas wilayah, garis pantai), penunjuk atau orientasi, dan landmarks (bangunan-bangunan, gedung, pertokoan, tugu). Menurut Branch (1995), unsur fisik kota yang mendukung kualitas estetika kota (daya tarik perkotaan) adalah kebersihan kota (kota yang bersih dan dirawat dengan baik akan lebih menarik dinikmati); tidak terlihatnya papan-papan reklame yang melebihi ukuran (sebagian besar papan reklame merupakan unsur yang tidak menarik karena mengganggu unsur-unsur visual yang lain dan menyembunyikan bahkan mengalihkan perhatian terhadap bangunan-bangunan yang membentuk lingkungan sebagai tempat tinggal); bangunan (bangunan yang dirancang dengan baik secara individual dan secara kolektif sesuai dengan lingkungannya, maka

3 5 bangunan tersebut jelas akan mendukung keindahan perkotaan); ruang terbuka (dalam hal ini berkaitan dengan vegetasi) yang menciptakan lahan yang seolaholah dibatasi oleh dinding dan hadir di tengah-tengah kelompok bangunan besar yang menghalangi sebagian besar pandangan ke angkasa; dan perancangan perkotaan yang mengupayakan peningkatan kualitas kota dengan penerapan prinsip-prinsip perancangan terhadap unsur fisik yang ada. Perancangan kota berkaitan dengan tanggapan inderawi manusia terhadap lingkungan fisik kota, yaitu penampilan visual, kualitas estetika, dan karakter spasial. Pada skala kawasan, perancangan kota meliputi situasi dan perkembangan lingkungan suatu bangunan atau sekumpulan gedung, suatu taman atau plaza, boulevard atau jalur pejalan kaki, tiang lampu atau pemberhentian bus, dan elemen fisik lingkungan lain yang sering berhubungan dengan penghuninya. Pada skala kota, perancangan kota berkaitan dengan elemen visual utama yang meliputi: tanda (landmarks), pemusatan (nodes), kawasan (districts), jalur (paths), dan tepian (edges) (Branch, 1995). Lanskap Jalan Lanskap kehidupan manusia mencakup dua hal yaitu tempat dan jalan. Jalan sebagai jalur pergerakan orang dan kendaraan, sedangkan tempat sebagai pusat aktivitas. Lebih jauh lagi dikemukakan bahwa jalan didesain sebagai jalur pergerakan dan penghubung yang merupakan suatu kesatuan, seharusnya bersifat lengkap, aman, efisien, berfungsi baik sebagai jalur sirkulasi dan memberikan pengalaman yang menyenangkan dari satu titik ke titik lain melalui lanskap jalan (Simonds dan Starke, 2006). Berdasarkan Undang-Undang No. 38 Tahun 2004 Pasal 1 Ayat 4 tentang Jalan dan Peraturan Pemerintah No.34 Tahun 2006 Pasal 1 Ayat 3 tentang Jalan, keduanya menyatakan bahwa jalan merupakan prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel (Dinas Bina Marga, 2004 dan Dinas Bina Marga, 2006).

4 6 Lanskap jalan mempunyai fungsi untuk mendukung penggunaan secara terus menerus, membimbing, mengatur irama pergerakan, mengatur waktu istirahat, mendefinisikan penggunaan lahan, memberikan pengaruh, mempersatukan, membentuk karakter lingkungan, membangun karakter spasial, dan membangun visual. Desain suatu jalan yang ditujukan untuk memberikan kenyamanan, keindahan, dan keamanan bagi pengguna jalan tidak terlepas dari penggunaan elemen-elemen lanskap, perlengkapan jalan dan bangunan pelengkap jalan (street furniture) yang tata letak, susunan, dan penggunaannya disesuaikan dengan kondisi atau lingkungan sekitar jalan (Booth, 1988). Peraturan Daerah Kota Bogor No.6 Tahun 2005 Pasal 1 Ayat 10 tentang Penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, menyatakan bahwa perlengkapan jalan adalah segala sesuatu yang berada di jalan yang berfungsi mengatur, mengendalikan dan mengamankan lalu lintas, terdiri dari rambu-rambu, marka jalan, alat pemberi isyarat lalu lintas, alat pengendali dan pengaman pemakai jalan, alat pengawas dan pengaman jalan, serta fasilitas pendukung kegiatan lalu lintas (Dinas Perhubungan, 2005). Sebuah lanskap jalan harus bermanfaat dan secara kualitas menyenangkan bagi pengguna jalan jika mempunyai keharmonisan dan kesatuan dengan topografi serta mampu memenuhi seluruh kebutuhan fungsi secara fisik dan visual. Konsep dasar sebuah lanskap jalan adalah memberikan keamanan, kenyamanan, identitas, dan keselamatan bagi pengguna jalan serta dapat mengeliminasi pengaruh negatif yang ditimbulkan (Simonds dan Starke, 2006). Berdasarkan jenis peruntukkannya, jalan dibagi menjadi sirkulasi pejalan kaki, sirkulasi sepeda, dan sirkulasi kendaraan. Harris dan Dines (1988) menyatakan bahwa sirkulasi kendaraan di jalan raya (Gambar 1) mengakomodasikan tiga tujuan utama, yakni: (a) memberikan akses atau jalan masuk ke suatu lahan atau bangunan, (b) menciptakan hubungan antar tata guna lahan yang ada, dan (c) memberikan suatu pergerakan bagi orang atau barang. Menurut Laurie (1986), sirkulasi merupakan penghubung antartempat dan fasilitas yang berbeda-beda, sebenarnya dapat membatasi dan memisahkan daerah-daerah serta memberi bentuk pada daerah-daerah tersebut. Pada perancangan pertamanan, pergerakan pejalan kaki adalah penting, dimana

5 7 seseorang beralih dari suatu tempat ke tempat lainnya serta dibawah kondisi bagaimana yang diinginkan (jalur yang lurus atau berkelok-kelok). Peralihan atau perbelokan jalur langsung untuk melindungi sebuah daerah tertentu. Terlepas dari sirkulasi yang diarahkan di sekitar daerah-daerah yang terpakai, jalur-jalur sirkulasi dapat diubah semata-mata untuk alasan estetika ataupun memberikan suatu pengalaman lain. Jika fungsi sirkulasi untuk tujuan pergerakan yang perlahan-lahan, berjalan-jalan santai ataupun suatu perhentian seperti yang terdapat pada taman-taman, maka jalur sirkulasi tersebut dapat dibuat secara tidak langsung dengan lebar jalan yang bervariasi. (a) (b) (c) Gambar 1. Sirkulasi Kendaraan di Jalan Raya, (a) memberikan akses/jalan masuk ke suatu lahan atau bangunan, (b) menciptakan hubungan antar tata guna lahan yang ada, dan (c) memberikan suatu pergerakan bagi orang atau barang Sirkulasi, baik untuk kendaraan bermotor ataupun pejalan kaki, karena mencakup pergerakan manusia, jelas erat kaitannya dengan perubahan dan rangkaian pengalaman inderawi serta lingkungan yang dirasakan di sepanjang jalur tersebut. Oleh karena itu, penting mengenali berbagai kemungkinan rancangan dalam sirkulasi untuk memperoleh pengalaman berurutan yang dapat dikembangkan sedemikian rupa meskipun jalur yang direncanakan lurus. Hal ini dapat belajar lebih banyak dari rancangan pertamanan abad 18 dimana rancangan sebuah jalur pejalan kaki dapat melibatkan konsep-konsep seperti tempat dan identitas, pembatasan, keanekaragaman, dan misteri (Laurie, 1986).

6 8 Jalan Persimpangan Jalan dan persimpangan (intersection) merupakan jalur dan bagian jalan yang sering menyebabkan kecelakaan. Antara dua kendaraan yang saling melintas (crossing) berpotensi terjadi konflik yang menyebabkan munculnya titik kecelakaan (Simonds dan Starke, 2006). Lebih lanjut dijelaskan, dalam mengatasi permasalahan jalan terutama di daerah persimpangan ada dua pendekatan yang dapat dilakukan, yakni: pendekatan melalui pengemudi dan melalui badan jalan. Pendekatan melalui pengemudi yang dikemukakan Harris dan Dines (1988) menjelaskan bahwa pengemudi merupakan unsur utama dalam sistem transportasi sehingga harus diperhatikan dan diperhitungkan batas kemampuan dan kebiasaan perilaku manusia dalam desain sistem sirkulasi kendaraan. Keragaman kemampuan dan kebiasaan tersebut dipengarui oleh umur, jarak pandang, keahlian dan respon pengemudi, tingkat kecemasan, konsentrasi, dan jenis kelamin akan mempengarui sikap pengemudi. Berbeda dengan pendapat Simonds dan Starke (2006) menyatakan pendekatan melalui pengemudi dapat dilakukan dengan cara: 1. mengenal jalan melalui simbol-simbol (rambu-rambu lalu lintas), 2. menyediakan akses yang aman, 3. mengembangkan peralihan yang menyenangkan, 4. mengetahui kondisi tempat dengan mengetahui visualisasi tempat topografinya, perlindungan, pemandangan, dan pandangan yang lebih baik, 5. memperhatikan kontur, 6. aman, dan 7. konsisten. Daerah persimpangan (intersection) yang tidak menggunakan pengontrol atau tanda lalu lintas, pengemudi yang mendekati daerah ini harus mengenali bahaya yang mungkin ada dalam waktu yang cukup lama, sehingga hal ini mengharuskan mengurangi kecepatan kendaraan (Harris dan Dines, 1988). Menurut Simonds dan Starke (2006), Pendekatan melalui badan jalan dapat dilakukan dengan beberapa cara, yakni: 1. menciptakan struktur fisik jalan yang baik dari segi tekstur jalan, warna yang tidak silau, dan ada batas yang jelas dengan pinggir jalan,

7 9 2. menghadirkan bentukan-bentukan tertentu (road point) yang memberikan identitas jalan pada tempat tersebut, 3. memberikan suatu transisi yang nyaman, 4. memaksimalkan nilai lanskap yang dimiliki daerah tersebut, sehingga jalan dibangun untuk menunjang dan memberikan display terbaik dan pemandangan yang harmonis, 5. jalan yang baik adalah jalan yang memberikan kenyamanan, kepuasan, dan menyenangkan pengemudi atau pengguna jalan. Jalur Hijau Jalan Peraturan Daerah Kota Bogor No. 8 Tahun 2006 Pasal 1 Ayat 1 tentang Ketertiban Umum menyatakan bahwa jalur hijau adalah setiap jalur tanah yang terbuka tanpa bangunan yang diperuntukan untuk pelestarian lingkungan sebagai salah satu sarana dan pengadaan taman kota (Dinas Pertamanan, 2006). Jalur hijau jalan merupakan bagian jalan yang disediakan untuk penanaman pohon dan tanaman lain. Tanaman tepi jalan berfungsi untuk membedakan area melalui kualitas lanskap yang unik, melapis jalur lalu lintas dan memperkuat jajaran path, memberikan penekanan pada node, sebagai peneduh dan daya tarik, screen atau menutupi pemandangan yang tidak diinginkan, menghilangkan silau, serta mengurangi polusi udara dan kebisingan. Tanaman tepi jalan memisahkan berbagai aktivitas yang berlangsung di jalan umum dengan jalan pemukiman. Pemilihan jenis tanaman ditentukan oleh kondisi iklim habitat dan areal dimana tanaman tersebut akan diletakkan dengan mempertimbangkan ketentuan geometri jalan dan fungsi tanaman (Simonds dan Starke, 2006). De Chiara dan Koppelman (1982) menyatakan bahwa tanaman merupakan salah satu elemen soft material lanskap yang digunakan untuk membangun suatu karya desain lanskap bersamaan dengan elemen lanskap lainnya. Oleh karena itu, perlu diperhatikan faktor utama yang diperhatikan dalam penanaman di kawasan perkotaan, antara lain sesuai dengan rencana dan rancangan yang telah dibuat, dapat tumbuh dan berkembang baik di lingkungan tumbuhnya yang baru, dapat diterima oleh pemakai (users) di kawasan ini, serta pengelolaan dan pemeliharaannya relatif mudah (managable) dan murah.

8 10 Dinas Pertamanan (2005) menetapkan persyaratan spesifik dalam pemilihan tanaman yang akan digunakan di kawasan perkotaan, yaitu sebagai berikut: 1. secara umum, tanaman disenangi dan tidak membahayakan warga kota; 2. mampu tumbuh, hidup dan berkembang pada lingkungan kota yang marginal (defisit air, suhu tinggi, lahan terbuka luas, udara tercemar, lahan tidak subur, strukturnya sudah rusak, dan lainnya); 3. tahan terhadap gangguan fisik dari hama dan penyakit tanaman serta gangguan manusia (vandalisme) serta pemangkasan; 4. prioritas vegetasi endemik yang dikaitkan dengan fungsi biofisik dan sosial; 5. mampu tumbuh pada berbagai kondisi tanah dan juga berpengaruh positif terhadap tubuh tanah; 6. mempunyai sistem perakaran yang dalam, serta tidak mudah tumbang oleh angin tetapi perakaran jangan merusak saluran utilitas (gas, air, telepon), dan bangunan lain; 7. mempunyai tajuk lebar, selalu hijau dan berbunga, tidak menggugurkan daun dan cabang, tumbuh relatif cepat, batang dan cabang harus kuat dan elastis sehingga tidak mudah roboh, serta tidak memiliki buah besar dan keras; 8. menghasilkan oksigen dalam jumlah yang relatif besar dan mampu meminimalkan kadar polutan atau pencemar lingkungan; 9. keanekaragaman hayati dan dapat menjadi tempat hidup (habitat), sarang, pakan atau tempat istirahat satwa liar terutama burung-burung; 10. merupakan jenis yang dapat berasosiasi dengan komponen lainnya; 11. mudah untuk mendapatkan stok tanaman atau benihnya; 12. mudah dalam pemeliharaan dan pengelolaannya. Dalam sebuah desain lanskap, tanaman mempunyai berbagai macam fungsi. Selain memberikan fungsi ekologis, tanaman juga berfungsi sebagai pereduksi kebisingan, pengontrol radiasi matahari, fungsi arsitektural, fungsi teknik, dan sebagai ruang terbuka hijau (De Chiara dan Koppelman, 1982). Tanaman yang ada di sekitar jalan raya mampu mengurangi tingkat kebisingan di udara. Carpenter et al. (1975) menjelaskan tanaman yang efektif mereduksi kebisingan adalah tanaman yang mempunyai daun lebat sepanjang

9 11 tahun dengan pola daun menyebar hingga ke permukaan tanah (Gambar 2). Gelombang bunyi yang menyebar di udara akan berkurang setelah diserap oleh udara dan objek lainnya, termasuk oleh tanaman. Tanaman yang digunakan mempunyai beberapa kriteria yang ditanam secara rapat, sejajar, dan berurutan; berukuran tinggi; mempunyai ketebalan dan kelenturan daun; tajuk masif dan rindang; dan tanaman terkonsentrasi di sekitar sumber kebisingan sehingga fungsinya dalam menyerap kebisingan menjadi lebih efektif. Gambar 2. Fungsi Tanaman sebagai Pereduksi Kebisingan di Jalan Raya (Sumber: Carpenter et al., 1975) Fungsi tanaman sebagai pengontrol radiasi matahari atau lebih umum disebut sebagai tanaman peneduh mempunyai kriteria tanaman dengan tajuk masif, tajuk berbentuk memayung, rindang, tanaman yang hijau sepanjang tahun (evergreen), cabang dan batang kuat sehingga tidak mudah tumbang (Carpenter et al., 1975).

10 12 Gambar 3. Fungsi Tanaman sebagai Pengontrol Radiasi Matahari (Sumber: Carpenter et al., 1975) Berdasarkan De Chiara dan Koppelman (1982), fungsi arsitektural penggunaan tanaman di sepanjang jalan bertujuan untuk membingkai jalan, pengarah dan pembatas pandangan, menciptakan batas-batas jalan, memisahkan antara struktur jalan dan bangunan yang ada, sebagai aksen untuk melembutkan kesan kaku yang ditimbulkan oleh bangunan atau elemen hard material lainnya, dan memperkuat kualitas arsitektural jalan (Gambar 4). Menurut Haris dan Dines (1988), tanaman berperan dalam mengisi ruang yang membatasi antara jalan dengan bagian lain yang ditempatkan mengikuti alur jalan yang ada sehingga tanaman sebagai pengaman (pagar) alami pada jalan. Menurut Carpenter et al. (1975), fungsi teknik tanaman dalam desain jalan mempunyai beberapa fungsi apabila tanaman tertata dengan baik sesuai dengan desain jalan yang ada, diantaranya berpengaruh pada pengatur tata air dan konservasi tanah sehingga tidak menyebabkan longsor atau erosi tanah,

11 13 pengontrol suhu di kawasan sekitar jalan (pengontrol polusi), dan pembatas (screen) view yang kurang estetis. Gambar 4. Fungsi Arsitektural Tanaman pada Jalan (Sumber: Carpenter et al., 1975) Fungsi tanaman sebagai ruang terbuka hijau dalam kota berperan dalam menyangga lingkungan kota (fungsi ekologis) sehingga memberikan kualitas lingkungan dan visual yang baik dan estetis (Simonds, 2006). Menurut Dinas Pertamanan (2005), pada kawasan perkotaan, RTH dan taman-taman kota sebagian besar diisi oleh tanaman, maka penataan jenis dan pola penanaman harus sesuai dengan lokasi taman berada dan fungsi taman yang merupakan bagian dari kota dan RTH kota. Hal ini harus dipahami, diperhatikan, dan diperhitungkan karena akan menentukan efisiensi penggunaan lahan, fungsi-fungsi arsitektural, estetika, dan ekologis atau fungsi lingkungan suatu kota.

12 14 Desain Lanskap Jalan Desain lanskap jalan penting dalam mempertimbangkan semua fungsi dan keterkaitannya, dimana pergerakan kendaraan diakomodasikan secara aman dengan akses yang menyenangkan, jalur pejalan kaki dan ruang terbuka hijau di depan bangunan tertata rapi dan dilengkapi dengan semua kenyamanan yang dapat memberikan banyak kesenangan pada kehidupan kota. Desain lanskap jalan yang berhasil terlihat dari adanya variasi bentuk, ukuran, tekstur, dan warna serta mempertimbangkan view sekitarnya dengan membuka pemandangan yang indah dan menutupi pemandangan yang tidak diinginkan (Simonds dan Starke, 2006). Menurut Booth (1988), desain lanskap jalan ditujukan untuk membentuk suatu jalan agar memiliki fungsi, membangun karakter spasial dan membangun visual. Desain lanskap jalan memecahkan masalah-masalah kemonotonan pada jalan, pemandangan yang memberikan efek mengganggu, memberikan kenyamanan bagi pengguna jalan yang tidak terlepas dari penggunaan elemen lanskap. Ada beberapa aspek detail yang menarik dalam desain lanskap jalan dan jalan raya. Salah satunya adalah detail turap (dinding penahan), selokan, jalur pedestrian, penampang jalan yang diaspal, hydrant, lampu, bak sampah, bangku, kotak pos, dan kotak kebakaran. Desain visual jalan dari sisi-sisi (kanan dan kiri) jalan harus disesuaikan dengan tingkat kelajuan jalan tersebut dirancang. Secara visual kebutuhan desain sekitar jalan adalah: 1. Visual teminal pada interval tidak beraturan yang layak dengan dua arah, yang dicapai dengan menyesuaikan jarak vertikal atau horisontal 2. Membangun pembatas pada samping kanan kiri jalan, pohon-pohon, atau ruang terbuka yang sesuai dengan skala lebar jalan 3. Mengurangi dan mengatur jarak bangunan yang berhadapan dengan jalan (Eckbo, 1964). Simulasi Komputer Kegiatan simulasi merupakan suatu kegiatan kuantitatif yang menggambarkan sebuah sistem dengan mengembangkan sebuah model dari sistem tersebut dan melakukan sederetan uji coba untuk memperkirakan perilaku

13 15 sistem pada kurun waktu tertentu (Susanto, 2009). Dijelaskan lebih lanjut oleh Susanto (2009) bahwa simulasi menghasilkan cara untuk mengevaluasi solusi, bukan menghasilkan cara untuk memecahkan masalah. Jadi sebelumnya perlu diketahui dulu solusi atau pendekatan solusi yang akan diuji. Simulasi tersebut merupakan satu-satunya cara yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah jika sistem nyata sulit diamati secara langsung. Menurut Kusuma (2009), program Google Sketchup merupakan program permodelan 3D yang dirancang untuk kegiatan pada bidang arsitektur, sipil, pembuatan film, pengembang games, dan profesi-profesi terkait lainnya. Program Google Sketchup ini mempunyai kemampuan dalam memuat fitur untuk penempatan model pada Google Earth dan didesain lebih intuitif, fleksibel, dan mudah digunakan dibanding dengan program 3D CAD lainya. Penelitian yang dilaksanakan pada Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor ini menggunakan metode simulasi dengan program Google Sketchup. Desain kondisi hasil rekomendasi desain yang diusulkan akan disimulasikan dengan program tersebut sehingga memperoleh desain alternatif yang sesuai dengan kondisi setiap pertigaan yang ada.

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Pe rancangan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Pe rancangan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perencanaan Perencanaan adalah suatu alat sistematik yang digunakan untuk menentukan saat awal, keadaan yang diharapkan, dan cara terbaik untuk mencapai keadaan yang diharapkan

Lebih terperinci

BAB VI R E K O M E N D A S I

BAB VI R E K O M E N D A S I BAB VI R E K O M E N D A S I 6.1. Rekomendasi Umum Kerangka pemikiran rekomendasi dalam perencanaan untuk mengoptimalkan fungsi jalur hijau jalan Tol Jagorawi sebagai pereduksi polusi, peredam kebisingan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Jalan

TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Jalan TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Simonds (1983) menyatakan bahwa lanskap merupakan suatu bentang alam dengan karakteristik tertentu yang dapat dinikmati oleh seluruh indera manusia, dengan karakter yang menyatu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Perencanaan Hutan Kota Arti kata perencanaan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Fak. Ilmu Komputer UI 2008) adalah proses, perbuatan, cara merencanakan (merancangkan).

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perencanaan Lanskap Simonds (1983) menyatakan bahwa perencanaan adalah suatu proses penyusunan kebijaksanaan atau merumuskan apa yang harus dilakukan, untuk memperbaiki keadaan

Lebih terperinci

KAJIAN LANSKAP PERTIGAAN JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR INDAH CAHYA IRIANTI

KAJIAN LANSKAP PERTIGAAN JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR INDAH CAHYA IRIANTI KAJIAN LANSKAP PERTIGAAN JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR INDAH CAHYA IRIANTI DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 RINGKASAN INDAH CAHYA IRIANTI. A44050251.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ruang Lingkup Arsitektur Lansekap Lansekap sebagai gabungan antara seni dan ilmu yang berhubungan dengan desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya merupakan

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERENCANAAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN BAB VI KONSEP PERENCANAAN VI.1 KONSEP BANGUNAN VI.1.1 Konsep Massa Bangunan Pada konsep terminal dan stasiun kereta api senen ditetapkan memakai masa gubahan tunggal memanjang atau linier. Hal ini dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian BAB III METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di jalan bebas hambatan Tol Jagorawi dengan mengambil beberapa segmen jalan yang mewakili karakteristik lanskap jalan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap dan Lanskap Kota Lanskap adalah suatu bagian dari muka bumi dengan berbagai karakter lahan/tapak dan dengan segala sesuatu yang ada di atasnya baik bersifat alami maupun

Lebih terperinci

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET 42 VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET Pengembangan konsep dalam studi perencanaan kawasan ini akan terbagi ke dalam empat sub konsep, yaitu perencanaan lanskap pedestrian shopping street,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian tentang Lingkungan Hidup dan Lingkungan Perkotaan Soemarwoto (1985) mengemukakan bahwa lingkungan hidup adalah ruang yang ditempati suatu makhluk hidup bersama dengan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI TABEL V.1 KESESUAIAN JALUR HIJAU

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI TABEL V.1 KESESUAIAN JALUR HIJAU BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini akan menjelaskan mengenai hasil kesimpulan studi dari hasil penelitian. Selain itu akan dijelaskan terlebih dahulu mengenai hasil temuan studi yang menjelaskan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Kota

TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Kota 5 TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Kota Kota merupakan suatu organisme yang kompleks yang didalamnya terdapat unsur-unsur yang terjalin menjadi satu oleh suatu jaringan jalan dan jalur transportasi, saluran air,

Lebih terperinci

sekitarnya serta ketersediaannya yang belum optimal (pada perbatasan tertentu tidak terdapat elemen gate). d. Elemen nodes dan landmark yang

sekitarnya serta ketersediaannya yang belum optimal (pada perbatasan tertentu tidak terdapat elemen gate). d. Elemen nodes dan landmark yang BAB 5 KESIMPULAN 1. Berdasarkan hasil pengamatan dan penilaian secara subyektif (oleh peneliti) dan obyektif (pendapat responden) maka elemen identitas fisik yang membentuk dan memperkuat karakter (ciri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Central Business District (CBD) Berdasarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 1992 mengenai penataan ruang, pada Pasal 1 disebutkan bahwa kawasan perkotaan adalah kawasan yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perencanaan dan Perancangan Lanskap Planning atau perencanaan merupakan suatu gambaran prakiraan dalam pendekatan suatu keadaan di masa mendatang. Dalam hal ini dimaksudkan

Lebih terperinci

VII. RENCANA TAPAK. Tabel 15. Matriks Rencana Pembagian Ruang, Jenis Aktivitas dan Fasilitas (Chiara dan Koppelman, 1990 dan Akmal, 2004)

VII. RENCANA TAPAK. Tabel 15. Matriks Rencana Pembagian Ruang, Jenis Aktivitas dan Fasilitas (Chiara dan Koppelman, 1990 dan Akmal, 2004) VII. RENCANA TAPAK Tahap perencanaan ini adalah pengembangan dari konsep menjadi rencana yang dapat mengakomodasi aktivitas, fungsi, dan fasilitas bagi pengguna dan juga makhluk hidup yang lain (vegetasi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ruang Terbuka Hijau Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban space) dengan unsur vegetasi yang dominan. Perancangan ruang hijau kota harus memperhatikan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan studi berupa temuantemuan yang dihasilkan selama proses analisis berlangsung yang sesuai dengan tujuan dan sasaran studi,

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH

ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH 56 ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH Berdasarkan hasil inventarisasi maka dari faktor-faktor yang mewakili kondisi tapak dianalisis sehingga diketahui permasalahan yang ada kemudian dicari solusinya sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. 18% dari luas wilayah DIY, terbentang di antara 110 o dan 110 o 33 00

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. 18% dari luas wilayah DIY, terbentang di antara 110 o dan 110 o 33 00 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Sleman merupakan salah satu kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Indonesia. Luas wilayah Kabupaten Sleman 7574,82 Km 2 atau 18% dari luas wilayah DIY,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. alami maupun buatan manusia, yang merupakan total dari bagian hidup manusia

II. TINJAUAN PUSTAKA. alami maupun buatan manusia, yang merupakan total dari bagian hidup manusia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap dan Lanskap Kota Lanskap merupakan suatu bagian dari muka bumi dengan berbagai karakter lahan/tapak dan dengan segala sesuatu yang ada di atasnya baik bersifat alami maupun

Lebih terperinci

Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA. Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD.

Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA. Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD. Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD. Tujuan Memahami makna dan manfaat hutan kota pada penerapannya untuk Lanskap Kota. Memiliki

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Estetika

TINJAUAN PUSTAKA Estetika 4 TINJAUAN PUSTAKA Estetika Istilah estetika dikemukakan pertama kali oleh Alexander Blaumgarten pada tahun 1750 untuk menunjukkan studi tentang taste dalam bidang seni rupa. Ilmu estetika berkaitan dengan

Lebih terperinci

ANALISIS DAN SINTESIS

ANALISIS DAN SINTESIS 55 ANALISIS DAN SINTESIS Lokasi Lokasi PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills yang terlalu dekat dengan pemukiman penduduk dikhawatirkan dapat berakibat buruk bagi masyarakat di sekitar kawasan industri PT

Lebih terperinci

V. KONSEP Konsep Dasar Perencanaan Tapak

V. KONSEP Konsep Dasar Perencanaan Tapak V. KONSEP 5.1. Konsep Dasar Perencanaan Tapak Konsep perencanaan pada tapak merupakan Konsep Wisata Sejarah Perkampungan Portugis di Kampung Tugu. Konsep ini dimaksudkan untuk membantu aktivitas interpretasi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 27 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dari penelitian ini menunjukkan kualitas estetika pohon-pohon dengan tekstur tertentu pada lanskap jalan dan rekreasi yang bervariasi. Perhitungan berbagai nilai perlakuan

Lebih terperinci

V. KONSEP Konsep Dasar Pengembangan Konsep

V. KONSEP Konsep Dasar Pengembangan Konsep 37 V. KONSEP Konsep Dasar Konsep dasar dalam perencanaan ini adalah merencanakan suatu lanskap pedestrian shopping streets yang dapat mengakomodasi segala aktivitas yang terjadi di dalamnya, khususnya

Lebih terperinci

III. RUANG DAN FUNGSI TANAMAN LANSKAP KOTA

III. RUANG DAN FUNGSI TANAMAN LANSKAP KOTA Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) III. RUANG DAN FUNGSI TANAMAN LANSKAP KOTA Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Siti Nurul Rofiqo Irwan, S.P., MAgr, PhD. Tujuan Memahami bentuk-bentuk ruang dengan tanaman

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jalan Jalan adalah suatu prasarana perhubungan darat dalam bentuk apapun, yang meliputi semua bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. didirikan sebagai tempat kedudukan resmi pusat pemerintahan setempat. Pada

PENDAHULUAN. didirikan sebagai tempat kedudukan resmi pusat pemerintahan setempat. Pada PENDAHULUAN Latar Belakang Kota adalah suatu pusat pemukiman penduduk yang besar dan luas.dalam kota terdapat berbagai ragam kegiatan ekonomi dan budaya. Adakalanya kota didirikan sebagai tempat kedudukan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Umum Evaluasi Kualitas Estetik

HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Umum Evaluasi Kualitas Estetik 19 HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Umum Desa Ancaran memiliki iklim yang dipengaruhi oleh iklim tropis dan angin muson, dengan temperatur bulanan berkisar antara 18 C dan 32 C serta curah hujan berkisar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. permukaan tanah dan atau air (Peraturan Pemeritah Nomor 34 Tahun 2006).

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. permukaan tanah dan atau air (Peraturan Pemeritah Nomor 34 Tahun 2006). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukan bagi lalu lintas, yang berada

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang TINJAUAN PUSTAKA Penghijauan Kota Kegiatan penghijauan dilaksanakan untuk mewujudkan lingkungan kota menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang asri, serasi dan sejuk dapat

Lebih terperinci

REKOMENDASI Peredam Kebisingan

REKOMENDASI Peredam Kebisingan 83 REKOMENDASI Dari hasil analisis dan evaluasi berdasarkan penilaian, maka telah disimpulkan bahwa keragaman vegetasi di cluster BGH memiliki fungsi ekologis yang berbeda-beda berdasarkan keragaman kriteria

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Menurut Munawar, A. (2004), angkutan dapat didefinikan sebagai pemindahan orang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan

Lebih terperinci

PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT

PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT DESKRIPSI OBJEK RUANG PUBLIK TERPADU RAMAH ANAK (RPTRA) Definisi : Konsep ruang publik berupa ruang terbuka hijau atau taman yang dilengkapi dengan berbagai

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Eksisting dan Evaluasi Ruang Terbuka Hijau Kecamatan Jepara Jenis ruang terbuka hijau yang dikembangkan di pusat kota diarahkan untuk mengakomodasi tidak hanya fungsi

Lebih terperinci

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Tujuan Perencanaan dan Perancangan Perencanaan dan perancangan Penataan PKL Sebagai Pasar Loak di Sempadan Sungai Kali Gelis Kabupaten Kudus

Lebih terperinci

VI. KONSEP PERANCANGAN TAMAN TEPIAN SUNGAI MARTAPURA KOTA BANJARMASIN

VI. KONSEP PERANCANGAN TAMAN TEPIAN SUNGAI MARTAPURA KOTA BANJARMASIN VI. KONSEP PERANCANGAN TAMAN TEPIAN SUNGAI MARTAPURA KOTA BANJARMASIN VI.1. Konsep Desain Lanskap Tepian Sungai Martapura Kota Banjarmasin menitikberatkan kepada sungai sebagai pusat perhatian dan pemandangan

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. 1. Kondisi kenyamanan thermal hasil simulasi eksisting: Kondisi eksisting penggal 1,2,3 titik terendah dan tertinggi pagi

BAB VI PENUTUP. 1. Kondisi kenyamanan thermal hasil simulasi eksisting: Kondisi eksisting penggal 1,2,3 titik terendah dan tertinggi pagi BAB VI PENUTUP VI.1. Kesimpulan 1. Kondisi kenyamanan thermal hasil simulasi eksisting: Kondisi eksisting penggal 1,2,3 titik terendah dan tertinggi pagi (07.00) secara keseluruhan dalam kondisi nyaman.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kota Jakarta sebagai pusat pemerintahan, pusat perdagangan, pusat perbankan dan pusat perindustrian menuntut adanya kemajuan teknologi melalui pembangunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengelolaan dan Pemeliharaan Lanskap Pengelolaan atau pengorganisasian suatu kegiatan pemeliharaan bergantung pada berbagai faktor yang terdapat pada lokasi seperti pengunjung

Lebih terperinci

KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A

KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A34203039 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 RINGKASAN INDRA SAPUTRA. A34203039.

Lebih terperinci

RENCANA PENATAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL

RENCANA PENATAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL RENCANA PENATAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL Rencana Lanskap Berdasarkan hasil analisis data spasial mengenai karakteristik lanskap pemukiman Kampung Kuin, yang meliputi pola permukiman, arsitektur bangunan

Lebih terperinci

RINGKASAN. Denpasar, bawah bimbingan Nurhajati A. Mattjik).

RINGKASAN. Denpasar, bawah bimbingan Nurhajati A. Mattjik). RINGKASAN INE NILASARI. Perencanaan Lanskap Jalan Westertz By Pass di Kotamadya Denpasar, Bali @i bawah bimbingan Nurhajati A. Mattjik). Jalan Western By Pass dengan panjang keseluruhan.t 13 km merupakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. secara alami. Pengertian alami disini bukan berarti hutan tumbuh menjadi hutan. besar atau rimba melainkan tidak terlalu diatur.

TINJAUAN PUSTAKA. secara alami. Pengertian alami disini bukan berarti hutan tumbuh menjadi hutan. besar atau rimba melainkan tidak terlalu diatur. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Hutan Kota Hutan dalam Undang-Undang No. 41 tahun 1999 tentang kehutanan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Gambar 8 Peta Lokasi Penelitian (Sumber:

BAB III METODOLOGI. Gambar 8 Peta Lokasi Penelitian (Sumber: 13 BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Studi Lokasi penelitian ini berada pada CBD Sentul City, yang terletak di Desa Babakan Maday, Kecamatan Citeuruep, Kabupaten DT II Bogor, Provinsi Jawa Barat.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 5 II. TINJAUAN PUSTAKA Permukiman Padat Kumuh Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1992, permukiman merupakan bagian dari lingkungan hidup, di luar kawasan lindung, baik berupa kawasan

Lebih terperinci

PEDOMAN PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (Permen PU 06/2007)

PEDOMAN PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (Permen PU 06/2007) PEDOMAN PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (Permen PU 06/2007) pengertian Penataan bangunan dan lingkungan : adalah kegiatan pembangunan untuk merencanakan, melaksanakan, memperbaiki,mengembangkan atau melestarikan

Lebih terperinci

KAJIAN PENATAAN POHON SEBAGAI BAGIAN PENGHIJAUAN KOTA PADA KAWASAN SIMPANG EMPAT PASAR MARTAPURA TUGAS AKHIR. Oleh: SRI ARMELLA SURYANI L2D

KAJIAN PENATAAN POHON SEBAGAI BAGIAN PENGHIJAUAN KOTA PADA KAWASAN SIMPANG EMPAT PASAR MARTAPURA TUGAS AKHIR. Oleh: SRI ARMELLA SURYANI L2D KAJIAN PENATAAN POHON SEBAGAI BAGIAN PENGHIJAUAN KOTA PADA KAWASAN SIMPANG EMPAT PASAR MARTAPURA TUGAS AKHIR Oleh: SRI ARMELLA SURYANI L2D 300 377 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG

PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN RUANG TERBUKA HIJAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JOMBANG, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS SINTESIS

BAB V ANALISIS SINTESIS BAB V ANALISIS SINTESIS 5.1 Aspek Fisik dan Biofisik 5.1.1 Letak, Luas, dan Batas Tapak Tapak terletak di bagian Timur kompleks sekolah dan berdekatan dengan pintu keluar sekolah, bangunan kolam renang,

Lebih terperinci

METODOLOGI. Peta Kabupaten Bogor (http://students.ukdw.ac.id, 2010) Peta Bukit Golf Hijau (Sentul City, 2009)

METODOLOGI. Peta Kabupaten Bogor (http://students.ukdw.ac.id, 2010) Peta Bukit Golf Hijau (Sentul City, 2009) 19 METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di cluster Bukit Golf Hijau yang berada di dalam Sentul. Sentul terletak di Kecamatan Babakan Madang dan Kecamatan Sukaraja Kabupaten

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan tingginya kepadatan penduduk dan diwarnai dengan strata sosial ekonomi yang heterogen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taman Lalu Lintas Taman Lalu Lintas merupakan wadah atau tempat bermain dan belajar berlalu lintas, baik untuk anak-anak maupun siapa saja yang peduli dan ingin mempelajari

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep dasar perancangan beranjak dari hasil analisis bab sebelumnya yang

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep dasar perancangan beranjak dari hasil analisis bab sebelumnya yang BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Konsep dasar perancangan beranjak dari hasil analisis bab sebelumnya yang kemudian disintesis. Sintesis diperoleh berdasarkan kesesuaian tema rancangan yaitu metafora

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Sekolah

TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Sekolah TINJAUAN PUSTAKA 1. Lanskap Sekolah Menurut Eckbo (1964) lanskap adalah ruang di sekeliling manusia mencakup segala hal yang dapat dilihat dan dirasakan. Menurut Hubbard dan Kimball (1917) dalam Laurie

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. KONSEP DASAR PERANCANGAN Dalam konsep dasar pada perancangan Fashion Design & Modeling Center di Jakarta ini, yang digunakan sebagai konsep dasar adalah EKSPRESI BENTUK dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. :Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, dan konseptual. -pengembangan.

BAB I PENDAHULUAN. :Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, dan konseptual. -pengembangan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Pengembangan Kawasan Shopping Street Pertokoan Jl. Yos Sudarso :Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, dan konseptual. (http://developmentcountry.blogspot.com/2009/12/definisi

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini merupakan hasil temuan dan hasil analisa terhadap kawasan Kampung Sindurejan yang berada di bantaran sungai

Lebih terperinci

Kebutuhan Masyarakat akan Ruang Terbuka Hijau pada Kawasan Pusat Kota Ponorogo

Kebutuhan Masyarakat akan Ruang Terbuka Hijau pada Kawasan Pusat Kota Ponorogo Kebutuhan Masyarakat akan Ruang Terbuka Hijau pada Kawasan Pusat Kota Ponorogo Fungsi Ekologis Terciptanya Iklim Mikro 81% responden menyatakan telah mendapat manfaat RTH sebagai pengatur iklim mikro.

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG JALUR HIJAU JALAN BARAT-TIMUR KOTA BARU BANDAR KEMAYORAN. Oleh: Syahroji A

PERANCANGAN ULANG JALUR HIJAU JALAN BARAT-TIMUR KOTA BARU BANDAR KEMAYORAN. Oleh: Syahroji A PERANCANGAN ULANG JALUR HIJAU JALAN BARAT-TIMUR KOTA BARU BANDAR KEMAYORAN Oleh: Syahroji A34204015 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN SYAHROJI. Perancangan

Lebih terperinci

Terdapat 3 (tiga) metode dalam memarkir kendaraan, diantaranya adalah:

Terdapat 3 (tiga) metode dalam memarkir kendaraan, diantaranya adalah: Parkir adalah suatu kondisi kendaraan yang berhenti atau tidak bergerak pada tempat tertentu yang telah ditentukan dan bersifat sementara, serta tidak digunakan untuk kepentingan menurunkan penumpang/orang

Lebih terperinci

BAB 4 PRINSIP-PRINSIP PERANCANGAN TAMAN LINGKUNGAN

BAB 4 PRINSIP-PRINSIP PERANCANGAN TAMAN LINGKUNGAN BAB 4 PRINSIP-PRINSIP PERANCANGAN TAMAN LINGKUNGAN 4.1 Temuan Studi Berdasarkan hasil analisis, terdapat beberapa temuan studi, yaitu: Secara normatif, terdapat kriteria-kriteria atau aspek-aspek yang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Studi Elemen Preservasi Kawasan Kota dengan studi kasus Koridor Jalan Nusantara Kecamatan Karimun Kabupaten Karimun diantaranya menghasilkan beberapa kesimpulan:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karateristik Visual Kondisi visual suatu kota sangat erat berkaitan dengan fenomena psikologinya yang berkaitan dengan tampilan fisik yang dapat menimbulkan suatu rasa tertentu

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bagian ini akan dijabarkan kesimpulan dan rekomendasi. Kesimpulan berisi rangkuman dari hasil penelitian dan pembahasan sekaligus menjawab tujuan penelitian di bab

Lebih terperinci

BAB V ARAHAN DAN REKOMENDASI

BAB V ARAHAN DAN REKOMENDASI BAB V ARAHAN DAN REKOMENDASI Bab ini memberikan arahan dan rekomendasi berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan pada kawasan studi, dengan membawa visi peningkatan citra Kawasan Tugu Khatulistiwa

Lebih terperinci

BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PEMANFAATAN BAGIAN JALAN DAERAH

BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PEMANFAATAN BAGIAN JALAN DAERAH BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PEMANFAATAN BAGIAN JALAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMANFAATAN BAGIAN JALAN

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMANFAATAN BAGIAN JALAN PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMANFAATAN BAGIAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TULUNGAGUNG, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sebagai bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami

I. PENDAHULUAN. sebagai bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan tingginya kepadatan penduduk dan diwarnai dengan strata sosial ekonomi yang heterogen

Lebih terperinci

Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2)

Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2) Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2) Gambar simulasi rancangan 5.30 : Area makan lantai satu bangunan komersial di boulevard stasiun kereta api Bandung bagian Selatan 5.6.3 Jalur Pedestrian Jalur

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN 23 BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1 Konsep Desain Lanskap kampus Fakultas Seni Rupa dan Desain menitikberatkan pada sebuah plaza dengan amphitheatre di bagian tengah kampus yang menghubungkan semua gedung

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 konsep Dasar 5.1.1 Tata Letak Bangunan Gate entrance menuju Fasilitas Wisata Agro terletak di jalan akses masuk wisata Kawah Putih, dengan pertimbangan aksesibilitas jalan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Contoh penyeberangan sebidang :Zebra cross dan Pelican crossing. b. Penyeberangan tidak sebidang (segregated crossing)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Contoh penyeberangan sebidang :Zebra cross dan Pelican crossing. b. Penyeberangan tidak sebidang (segregated crossing) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Umum 2.1.1. Fasilitas penyeberangan pejalan kaki Dalam Setiawan. R. (2006), fasilitas penyeberangan jalan dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu: a. Penyeberangan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Peta Infrastruktur yang Sudah Dimiliki UI dan akan Dikembangkan

Lampiran 1. Peta Infrastruktur yang Sudah Dimiliki UI dan akan Dikembangkan LAMPIRAN 63 Lampiran 1. Peta Infrastruktur yang Sudah Dimiliki UI dan akan Dikembangkan Sumber: www.ui.ac.id 2009 Lampiran 2. Paths yang Tidak Terpilih Mewakili Setiap Elemen Mental Map di Kampus UI 64

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI

PEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEDIRI, Menimbang : a. bahwa jalan sebagai bagian sistem

Lebih terperinci

ANALISIS KESELAMATAN DAN KENYAMANAN PEMANFAATAN TROTOAR BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PEJALAN KAKI DI PENGGAL JALAN M.T. HARYONO KOTA SEMARANG

ANALISIS KESELAMATAN DAN KENYAMANAN PEMANFAATAN TROTOAR BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PEJALAN KAKI DI PENGGAL JALAN M.T. HARYONO KOTA SEMARANG ANALISIS KESELAMATAN DAN KENYAMANAN PEMANFAATAN TROTOAR BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PEJALAN KAKI DI PENGGAL JALAN M.T. HARYONO KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh : Arif Rahman Hakim L2D 303 283 JURUSAN

Lebih terperinci

VI. PERENCANAAN HUTAN KOTA

VI. PERENCANAAN HUTAN KOTA VI. PERENCANAAN HUTAN KOTA 6.1. Konsep Hutan Kota Perencanaan hutan kota ini didasarkan pada konsep hutan kota yang mengakomodasi kebutuhan masyarakat kota Banjarmasin terhadap ruang publik. Hal ini sejalan

Lebih terperinci

masyarakat dan dipandang sebagai kesatuan antara fisik geografis dan lingkungannya dalam arti karakteristrik. Lansekap ditinjau dari segi

masyarakat dan dipandang sebagai kesatuan antara fisik geografis dan lingkungannya dalam arti karakteristrik. Lansekap ditinjau dari segi II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perencanaan Lansekap (Landscape Planning) Lansekap merupakan refleksi dari dinamika sistem alamiah dan sistem sosial masyarakat dan dipandang sebagai kesatuan antara fisik geografis

Lebih terperinci

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar 6.2. Konsep Pengembangan Fungsi Pendidikan

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar 6.2. Konsep Pengembangan Fungsi Pendidikan 116 VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar perencanaan adalah mengembangkan laboratorium lapang PPDF sebagai tempat praktikum santri sesuai dengan mata pelajaran yang diberikan dan juga dikembangkan

Lebih terperinci

MATA KULIAH PERENCANAAN TAPAK

MATA KULIAH PERENCANAAN TAPAK HANDOUT PERKULIAHAN MATA KULIAH DOSEN PENGAMPU PROF. Dr. H. MAMAN HILMAN, MPd, MT. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ARSITEKTUR JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2002 TENTANG HUTAN KOTA

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2002 TENTANG HUTAN KOTA PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2002 TENTANG HUTAN KOTA UMUM Pembangunan kota sering dicerminkan oleh adanya perkembangan fisik kota yang lebih banyak ditentukan

Lebih terperinci

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN 2.1 Lokasi Proyek Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi Campuran Perumahan Flat Sederhana. Tema besar yang mengikuti judul proyek

Lebih terperinci

ANALISIS SINTESIS Aspek Fisik Letak, Luas dan Batas-batas Tapak Aksesibilitas dan Sistem Transportasi

ANALISIS SINTESIS Aspek Fisik Letak, Luas dan Batas-batas Tapak Aksesibilitas dan Sistem Transportasi ANALISIS SINTESIS Aspek Fisik Letak, Luas dan Batas-batas Tapak Tapak merupakan jalan lingkar kampus di mana area tersebut adalah sebuah area pendidikan yang dilengkapi berbagai fasilitas pendukungnya.

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA Nomor 19 Tahun 2013 SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PENGHIJAUAN KOTA SAMARINDA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : a. WALIKOTA

Lebih terperinci

KAJIAN LANSKAP PERTIGAAN JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR INDAH CAHYA IRIANTI

KAJIAN LANSKAP PERTIGAAN JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR INDAH CAHYA IRIANTI KAJIAN LANSKAP PERTIGAAN JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR INDAH CAHYA IRIANTI DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 RINGKASAN INDAH CAHYA IRIANTI. A44050251.

Lebih terperinci

BAB IV : KONSEP. 4.1 Konsep Dasar. Permasalahan & Kebutuhan. Laporan Perancangan Arsitektur Akhir

BAB IV : KONSEP. 4.1 Konsep Dasar.  Permasalahan & Kebutuhan. Laporan Perancangan Arsitektur Akhir BAB IV : KONSEP 4.1 Konsep Dasar Table 5. Konsep Dasar Perancangan Permasalahan & Kebutuhan Konsep Selama ini banyak bangunan atau gedung kantor pemerintah dibangun dengan hanya mempertimbangkan fungsi

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1 Konsep Dasar Perancangan Konsep dasar perancangan Pusat Studi dan Budidaya Tanaman Hidroponik ini adalah Arsitektur Ekologis. Adapun beberapa nilai-nilai Arsitektur Ekologis

Lebih terperinci

Gambar 26. Material Bangunan dan Pelengkap Jalan.

Gambar 26. Material Bangunan dan Pelengkap Jalan. KONSEP Konsep Dasar Street furniture berfungsi sebagai pemberi informasi tentang fasilitas kampus, rambu-rambu jalan, dan pelayanan kepada pengguna kampus. Bentuk street furniture ditampilkan memberikan

Lebih terperinci

Perkiraan dan Referensi Harga Satuan Perencanaan

Perkiraan dan Referensi Harga Satuan Perencanaan Perkiraan dan Referensi Harga Satuan Perencanaan No Bidang kategori 1 Pemerintahan Peningkatan kesiagaan dan pencegahan bahaya kebakaran Pemeliharaan Hydrant Pembangunan Hydrant Kering Pemeliharaan pertitik

Lebih terperinci

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar pada perencanaan kebun agrowisata Sindang Barang adalah kebun produksi tanaman budidaya IPB untuk

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar pada perencanaan kebun agrowisata Sindang Barang adalah kebun produksi tanaman budidaya IPB untuk VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar pada perencanaan kebun agrowisata Sindang Barang adalah kebun produksi tanaman budidaya IPB untuk ditunjukkan pada pengunjung sekaligus sebagai pusat produksi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Gambar 1 Peta lokasi penelitian

III. METODOLOGI. Gambar 1 Peta lokasi penelitian 16 III. METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Studi mengenai Perencanaan Jalur Hijau Jalan sebagai Identitas Kota Banjarnegara dilakukan di jalan utama Kota Banjarnegara yang terdiri dari empat segmen,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Zaman sekarang ini kemajuan di bidang olahraga semakin maju dan pemikiran

I. PENDAHULUAN. Zaman sekarang ini kemajuan di bidang olahraga semakin maju dan pemikiran 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Zaman sekarang ini kemajuan di bidang olahraga semakin maju dan pemikiran manusia makin meningkat dalam mencapai suatu prestasi yang tinggi, maka negara-negara yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan

BAB I PENDAHULUAN. utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aktivitas transportasi khususnya kendaraan bermotor merupakan sumber utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan kendaraan yang digerakan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB IV ANALISA PERENCANAAN BAB IV ANALISA PERENCANAAN 4.1. Analisa Non Fisik Adalah kegiatan yang mewadahi pelaku pengguna dengan tujuan dan kegiatannya sehingga menghasilkan besaran ruang yang dibutuhkan untuk mewadahi kegiatannya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ruas Jalan Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas,

Lebih terperinci