TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Bentuk dasar tajuk pohon (Sumber: Booth 1983)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Bentuk dasar tajuk pohon (Sumber: Booth 1983)"

Transkripsi

1 3 TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Pohon Suatu lanskap terdiri atas elemen lunak dan elemen keras. Pohon adalah salah satu elemen lunak pada suatu lanskap. Bentuk pohon dibangun oleh garis luar tajuk, struktur cabang dan ranting, serta pola pertumbuhannya (Carpenter, Lanpher, dan Walker 1975). Simonds (1983) menyatakan bahwa bagian pohon yang paling menarik adalah kanopi atau tajuk pohon karena dapat memberikan identitas dan karakter pada lingkungan. Booth (1983) membagi bentuk tajuk pohon menjadi 7 kelompok, yaitu globular (bentuk membulat), columnar (bentuk yang tinggi meramping), spread (bentuk yang menyebar), picturesque (bentuk eksotis/menarik), weeping (bentuk ranting-ranting menjurai), pyramidal (bentuk kerucut), dan fastigiate (bentuk tinggi ramping, ujungnya meruncing). Gambar 1 Bentuk dasar tajuk pohon (Sumber: Booth 1983) Ukuran pohon secara langsung mempengaruhi skala ruang dan menciptakan komposisi yang menarik dalam desain (Booth 1983). Ukuran pohon terbagi atas tinggi pohon dan diameter tajuk. Berdasarkan tinggi, pohon dibagi atas: 1. pohon besar/pohon dewasa, tinggi pohon mencapai 40 ft (12 m) 2. pohon sedang, tinggi pohon maksimum ft (9-12 m) 3. pohon kecil, tinggi pohon maksimum ft (4,5-6 m)

2 4 Penempatan penanaman dan ketinggian pohon yang bervariasi dapat menciptakan kesan ruang dan keindahan yang artistik (Carpenter et al. 1975). Selain bentuk tajuk dan ukuran pohon, warna pada pohon juga mempengaruhi karakteristik pohon. Menurut Booth (1983), warna yang dihadirkan berasal dari beberapa bagian pohon, termasuk daun, bunga, buah, ranting, cabang, dan batang pohon. Tekstur Pohon Tekstur adalah kualitas yang dapat diraba dan dapat dilihat yang diberikan ke permukaan oleh ukuran, bentuk, pengaturan, dan proporsi bagian benda. Tekstur juga menentukan sampai di mana permukaan suatu bentuk memantulkan atau menyerap cahaya (Ching 1996). Hannebaum (2002) menyatakan batang, daun, kulit kayu, dan tunas adalah penampilan fisik yang menentukan tekstur dari suatu tanaman. Tekstur tanaman yang berkisar dari halus hingga kasar dapat dilihat karena ukuran dan bentuk tanaman dan karena cahaya dan bayangan yang mengenainya. Gambar 2 Faktor penentu tekstur tanaman (Sumber: Hannabeum 2002)

3 5 Daun, batang, dan tunas yang besar biasanya membuat efek kasar. Jumlah cabang dan daun dan jarak antardaun pun mempengaruhi tekstur. Tebal dan rapat daun menghasilkan tekstur yang sangat lembut, sedangkan daun yang menyebar memberi tekstur kasar. Bentuk dan corak daun juga mempengaruhi tekstur. Daun yang seragam akan terlihat lebih kasar jika dibandingkan daun yang bercampur walaupun ukurannya lebih besar. Tekstur tanaman dapat terasa sebagaimana yang terlihat. Salah satu cara untuk mempelajari tekstur tanaman adalah mendekatkan mata dan merasakan tanamannya. Daun, cabang, kulit kayu, dan tunas berbagai macam tanaman terasa jelas berbeda. Ada beberapa tanaman yang halus dan ada beberapa yang berduri, setiap rasa tersebut adalah karakter dari tekstur tanaman (Hannebaum 2002). Tekstur tanaman menurut Booth (1983) dipengaruhi oleh ukuran daun, ranting, ukuran cabang, konfigurasi batang, seluruh habitat pertumbuhannya, dan jarak material tanaman tersebut dilihat. Pada jarak yang dekat, ukuran satu daun, bentuk, permukaan, dan susunannya pada ranting dapat menunjukkan faktor yang mempengaruhi secara visual, sedangkan jumlah dari cabang dan habitat pertumbuhan secara umum adalah variabel-variabel yang mempengaruhi tekstur saat tanaman terlihat secara lengkap dari suatu jarak. Tekstur mempengaruhi sejumlah faktor dalam sebuah komposisi penanaman, termasuk komposisi yang unity atau beragam, persepsi dari jarak, sifat warna, ketertarikan visual, dan suasana dari suatu desain. Tekstur tanaman biasanya diklasifikasikan menjadi kasar, sedang, dan halus dengan karakteristik dan kegunaannya yang potensial dalam lanskap. Tanaman bertekstur kasar biasanya dibentuk oleh daun yang besar dan tebal, batang yang besar (tidak kecil, ranting halus), dan habitat pertumbuhan yang terbuka. Tanaman bertekstur sedang dihasilkan dari daun dan cabang dengan ukuran yang sedang. Jika dibandingkan dengan tekstur kasar, tanaman bertekstur sedang lebih sedikit transparan dan kuat pada siluet. Tanaman dengan jumlah daun yang banyak dengan ukuran kecil memiliki tekstur yang halus. Pohon bertekstur halus mempunyai batang dan ranting yang ramping dan tumbuh dengan rapat (Booth, 1983).

4 6 Gambar 3 Tekstur tanaman (Sumber: Booth 1983) Tekstur pohon menurut Motloch (1991) mengacu pada bulir atau serat secara visual, yaitu kekasaran atau kelembutan pada permukaan pohon. Pohon bertekstur kasar mempunyai karakteristik daun yang besar, jumlah ranting yang tidak banyak, dan tempat tumbuh yang bebas. Pohon bertekstur kasar terlihat mendominasi apabila dikomposisikan dengan tanaman bertekstur halus ataupun sedang. Kuatnya kesan dominasi tersebut dapat membuat pohon bertekstur kasar berguna sebagai focal point. Pohon bertekstur kasar cenderung terlihat maju mendekati pengamat dan membuat ruang yang ditempatinya a terkesan mengecil. Sebagian besar tanaman mempunyai tekstur sedang. Peran pohon bertekstur sedang adalah sebagai penetral suatu komposisi penanaman dan sebagai latar belakang dimana pohon bertekstur halus dan sedang diperlihatkan sebagai aksen. Tekstur pohon bertekstur halus dapat terlihat dari jarak yang dekat. Pohon bertekstur halus tidak memberi kesan yang menonjol pada suatu ruang. Pohon bertekstur halus terkesan sangat halus dan lembut. Pohon bertekstur halus dapat menguatkann pengaruh pohon bertekstur kasar jika digunakan sebagai latar belakang (Motloch 1991).

5 7 Ashihara (1986) membagi tekstur menjadi tekstur sekunder dan tekstur primer. Tekstur sekunder terlihat pada jarak pandang jauh dimana pohon menjadi lebih dominan terlihat pada kerapatan cabang dan sifat pertumbuhan tanaman. Tekstur primer terlihat pada jarak dekat secara visual ditunjukkan oleh bentuk, ukuran, permukaan daun, dan batang serta letak daun pada batang. Daun pada pohon dengan berbagai tekstur dan bayangan yang ditimbulkan dapat menciptakan suasana lembut dan segar pada area beraspal. Persepsi Manusia Porteus (1977) mendefinisikan persepsi sebagai suatu respons berbentuk tindakan yang dihasilkan dari kombinasi faktor internal manusia dengan faktor eksternalnya, yaitu keadaan fisik dan sosial. Menurut Laurie (1990) terdapat banyak faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang terhadap suatu objek, persepsi ini dikondisikan oleh hubungan antara jarak dan ukuran objek yang dirasakan atau kecemerlangan objek tersebut. Penilaian seseorang terhadap suatu ruang pun dipengaruhi oleh kualitas fisik ruang tersebut dan kualitas psikologis dari pengalaman-pengalaman khusus yang pernah dialami. Porteus (1977) menyatakan manusia lebih bergantung pada indera penglihatan jika dibandingkan dengan indera lainnya karena penglihatan lebih siap untuk merespon objek tanpa menyebabkan terjadinya respon yang emosional. Persepsi yang berulang-ulang membentuk preferensi, yaitu suatu bentuk keputusan mental untuk lebih menyenangi, tertarik, dan memilih sesuatu dengan membandingkannya dengan objek lain. Persepsi ini digunakan sebagai dasar untuk menilai ruang dan keindahan suatu lanskap kota dari tekstur pohon sebagai elemen penyusunnya. Ruang Ruang merupakan pengembangan dari sebuah bidang. Ruang mempunyai tiga-dimensi (panjang, lebar, dan tinggi), bentuk, permukaan orientasi, dan posisi (Ching 1996). Ching (1996) juga menyatakan bahwa ruang selalu melingkupi keberadaan manusia. Melalui volume ruang manusia bergerak, melihat bentuk, merasakan suara, merasakan angin bertiup, dan mencium bau semerbak bunga

6 8 ditaman. Bentuk visual ruang, dimensi dan skalanya, dan kualitas cahayanya bergantung pada persepsi kita akan batas-batas ruang yang ditentukan oleh unsurunsur pembentuknya. Setiap ruang dengan karakteristiknya dapat menyebabkan pengaruh pada pada penghuninya. Simonds (2006) menyatakan bahwa setiap ruang dengan desainnya dapat menyebabkan berbagai respon, antara lain sebagai berikut: 1. Ketegangan (Tension) Ketegangan pada suatu ruang dapat tercipta dengan adanya bentuk yang tidak stabil pada ruang, warna-warna yang bertabrakan, garis yang membuat ketidakseimbangan secara visual, tidak ada kesempatan mata untuk beristirahat, permukaan yang keras, terpoles atau bergerigi, elemen-elemen yang tidak dikenal, cahaya yang menyilaukan atau gelap, temperatur yang tidak nyaman, dan bunyi yang melengking, berdentang atau mengejutkan. 2. Relaksasi (Relaxation) Relaksasi dapat diciptakan oleh ruang yang memiliki karakteristik kesederhanaan, garis yang mengalir, objek dan material yang dikenal, struktur yang jelas dan stabil, horizontal, tekstur yang menyenangkan, bentuk yang menyenangkan dan nyaman, cahaya yang lembut, bunyi yang menenangkan dengan ukuran ruang yang bervariasi dari intim hingga tak terbatas. 3. Ketakutan (Fright) Ruang yang memberikan respon ketakuan memiliki kesan menyekap, jebakan yang terlihat jelas, tidak ada orientasi, area dan ruang tersembunyi, terdapat kemungkinan memberikan kejutan, memiliki tingkatan yang miring dan retak, bentuk yang tidak stabil, lantai yang licin, berbahaya, elemen yang tajam dan menonjol, ruangan tidak dikenal, mengejutkan dan aneh, terdapat simbol mengerikan, menyakitkan dan penyiksaan. 4. Kegembiraan (Gaiety) Ruang yang memberikan respon kegembiraan memiliki karakteristik ruangan yang bebas, pola dan bentuk yang mengalir, mengakomodasi pergerakan menikung, akrobatik atau berputar, sedikit pembatasan, terdapat bentuk, warna dan simbol yang menarik, temporal, santai, warna yang hangat dan terang,

7 9 pencahayaan yang berkedip atau cemerlang dan suara yang bersemangat atau berirama. 5. Perenungan (Contemplation) Ruang yang memberikan respon perenungan memiliki karakteristik lembut dan sederhana. Tidak ada elemen yang menyindir, tidak ada gangguan dari kekontrasan yang tajam, menggunakan simbol yang berhubungan dengan perenungan, terdapat kesan ruang yang terisolasi, pribadi, pemisahan, keamanan dan kedamaian. Mempunyai pencahayaan yang lembut dan tersebar, dan warna yang tenang. 6. Aksi dinamis (Dinamic action) Ruang yang memberikan respon aksi dinamis memiliki karakteristik bentuk yang mencolok, struktur yang berirama, material yang padat seperti batu, beton, kayu atau baja, tekstur kasar dan natural, ruangan diagonal, konsentrasi perhatian ruang pada focal point, warna yang kuat, dan bunyi yang cepat. 7. Perasaan cinta (Sensuous love) Ruang yang memberikan respon perasaan cinta memiliki karakteristik sangat privasi, orientasi ruang ke dalam, subjek sebagai focal point, skala intim, atap yang rendah, fluid lines, bentuk yang halus atau melingkar, bahan yang lembut, permukaan yang lentur, elemen yang eksotis dan pencahayaan yang lembut. 8. Kekaguman spiritual (Sublime spiritual awe) Ruang yang memberikan respon kekaguman spiritual memiliki karakteristik skala yang besar, bentuk yang tinggi, vertikal, orientasi ke atas, menggunakan material mahal dan permanen, konotasi dari keabadian, menggunakan warna putih yang melambangkan kesucian, pencahayaan yang bersinar menyebar. 9. Kekesalan (Displeasure) Ruang yang memberikan respon kekesalan memiliki karakteristik ruangan tidak sesuai untuk digunakan, tidak nyaman, tekstur yang mengganggu, penggunaan material yang tidak semestinya, tidak kuat. Rungan terkesan membosankan, muram, tidak rapi, warna yang tidak menyenangkan, temperatur yang tidak nyaman, pencahayaan yang mengganggu dan ruanggan yang tidak indah.

8 Kesenangan (Pleasure) Ruang yang memberikan respon kesenangan bagi penghuninya memiliki karakteristik ruang, bentuk, tekstur, warna, simbol, pencahayaan, suara dan aroma yang sesuai dalam penggunaannya. Memiliki kesatuan dengan keberagaman, hubungan yang harmonis dan memiliki keindahan. Visual dan Estetika Karakter dan identitas suatu ruang dapat dibentuk oleh kualitas estetikanya. Estetika pemandangan merupakan salah satu sumber daya visual penting karena dapat meningkatkan kualitas lingkungan dan memberikan efek visual yang menyenangkan. Perilaku manusia dapat dipengaruhi oleh kualitas estetika suatu lanskap secara langsung dan tidak langsung (Nassar 1988). Menurut Nassar (1988), kualitas estetik suatu lanskap dapat ditentukan oleh dua macam penilaian estetik, penilaian formal dan simbolik. Estetik formal menilai suatu obyek berdasarkan bentuk, warna, kompleksitas, dan keseimbangan suatu obyek. Sedangkan estetika simbolik menilai suatu obyek berdasarkan makna konotatif dari obyek tersebut setelah dialami oleh pengamat. Carpenter et al. (1975) mengemukakan bahwa selain memperhatikan fungsi, juga perlu diperhatikan segi fisiknya yaitu bagian tanaman yang mempunyai keunikan dan keindahan sendiri baik ditinjau dari segi warna, aroma, tekstur dan bentuk. Menurut Setyanti (2004), jika pohon dinilai sebagai objek lanskap maka dengan pendekatan penilaian kualitas visual dapat ditentukan karakter visual pohon secara terpisah sebagai salah satu penentu kualitas estetika lanskap. Higuchi (1988) menjelaskan struktur visual suatu lanskap ditentukan oleh terlihat atau tidaknya pemandangan dari satu titik pandang, jarak antara pengamat dan objek, sudut tampak, sudut elevasi dan cahaya. Menurut Hoobs (1995), ruang lingkup pandang pengamat terhadap objek dipengaruhi oleh pergerakan yang dilakukannya. Pengaruh kecepatan kendaraan terhadap ruang lingkup pandang pengemudi ditunjukkan Gambar 4.

9 11 Gambar 4 Ruang lingkup pandangan pengendara (Sumber: Hoobs, 1995). Pendugaan Estetika Pemandangan Kualitas lanskap, termasuk kualitas visualnya, dapat diukur berdasarkan reaksi pengamat. Reaksi tersebut timbul karena persepsi yang dihubungkan dengan memori dan emosi (Eckbo 1964). Menurut Simonds (1983) sesuatu yang dinilai indah sebagai reaksi pengamat adalah yang mempunyai keharmonisan diantara bagian-bagiannya. Keindahan visual lanskap beserta elemennya merupakan salah satu sumberdaya alam yang sangat penting walaupun secara obyektif sulit diukur. Simonds (1983) juga menyatakan bahwa keindahan merupakan hubungan yang harmonis dari semua komponen yang dirasakan. Ukuran, bentuk, warna dan tekstur tanaman merupakan unsur yang mempengaruh kualitas.

10 12 Metode penilaian kualitas visual lanskap tersebut dapat dilakukan melalui tiga pendekatan. Ketiga pendekatan evaluasi visual adalah inventarisasi deskriptif, survey dan kuisioner dan pendugaan preferensi berdasarkan persepsi. Persepsi seseorang dalam menilai estetika lanskap dapat dinilai secara kuantitatif menggunakan metode Scenis Beauty Estimation (SBE) dan Semantic Differential (SD) (Daniel dan Boster 1976). Scenic Beauty diartikan sebagai keindahan alami (natural beauty), estetik lanskap (landscape esthetics), atau sumber pemandangan (scenic resource) untuk memecahkan kemonotonan. Scenic Beauty Estimation merupakan metode pengukuran kuantitatif terhadap suatu objek yang memiliki nilai estetika walaupun secara obyektif sulit diukur. Pengukuran scenic beauty bertujuan untuk menggambarkan perkembangan estetika alam melalui pertimbangan persepsi. Metode ini terdiri dari tiga langkah utama, yaitu pengambilan foto lanskap, presentasi slide foto, dan analisis data. Penilaian tersebut berdasarkan preferensi dengan menggunakan kuisioner untuk mengetahui preferensi responden terhadap suatu lanskap tertentu (Daniel dan Boster 1976). Pengukuran kualitas estetika visual pohon dapat dilakukan dengan menggunakan metode Scenic Beauty Estimation. Lestari (2005) dalam penelitiannya mengenai evaluasi kualitas estetika visual pohon pada lanskap jalan mendapatkan hasil bahwa pohon dengan bentuk tajuk menyebar memiliki nilai estetika tinggi. Pohon dengan bentuk tajuk bulat, kolumnar, kerucut dan menjurai memiliki nilai estetika sedang. Pohon dengan bentuk tajuk fastigiate dan eksotis memiliki nilai estetik yang rendah. Menurut Osgood, Suci, dan Tannenbaum (1975), teknik beda semantik (Semantic differential technique) dapat dimanfaatkan sebagai salah satu sarana pengukuran psikologis dalam berbagai aspek, seperti dalam bidang kepribadian, sikap, komunikasi, dan sebagainya. Heise (2004) menyatakan metode Semantic Differential dapat digunakan untuk mengukur penilaian seseorang dengan menggunakan kata-kata dan konsep perantingan dalam skala bipolar tertentu dengan menggunakan sifat yang berbeda terhadap suatu obyek. Teknik beda semantik ini memiliki dua karakteristik unik yang membedakannya dengan teknik-teknik lainnya. Pertama, adalah pada cara

11 13 responden memberikan respon terhadap item pada skala beda semantik, dimana responden tidak diminta untuk memberikan respon setuju atau tidak setuju, akan tetapi justru diminta langsung memberikan bobot penilaian mereka terhadap suatu stimulus (Osgood, Suci, dan Tannenbaum 1975). Kedua teknik beda semantik ini tidak menggunakan pendekatan stimulus maupun pendekatan respon. Akan tetapi teknik ini menggunakan kata sifat sebagai karakteristik stimulus yang disajikan kepada responden. Kata sifat tersebut memiliki tiga dimensi utama yaitu evalutif, potensi dan aktivitas. Evaluasi memuat pasangan kata sifat seperti baik-buruk, potensi untuk pasangan kata sifat seperti kuat-lemah dan aktivitas memuat pasangan kata sifat seperti aktif-pasif. Metode semantic differential (SD) digunakan Setyanti (2004) dalam penelitiannya untuk mendapatkan hasil penilaian karakter visual arsitektur botanis pohon. Pohon dengan model Leeuwenberg yang diwakilkan oleh species Plumeria rubra dalam menghasilkan kesan indah, dinamis, rendah, horisontal, dekat, kecil, opening, struktur jelas, informal, terang dan gersang. Pohon dengan model Troll yang diwakilkan oleh Delonix regia menghasilkan kesan tinggi, horisolntal, besar, opening, siluet tidak terlalu signifikan, informal, rumit, panas, terang, gersang dan kuat. Kesan bertekstur halus, tinggi, vertikal, densitas sangat tinggi, besar, enclosure, dingin, formal dan sangat rindang dihasilkan oleh pohon dengan model Attim yang diwakilkan oleh Cassuarina equisetifolia. Simulasi Menurut McHaney (1991) simulasi merupakan suatu model untuk menghasilkan kesimpulan yang dapat menyediakan pengetahuan dalam berbagai elemen dunia nyata, dengan konsep pemodelan yang diciptakan melalui program dengan menggunakan komputer. Pekerjaan simulasi meliputi pembuatan ramalan (prediksi), dan karena tidak ada cara untuk memperkirakan keadaan di masa mendatang, maka ramalan didasarkan pada proyeksi ekstrapolasi dari keadaan sekarang dan masa lalu (Hoobs 1995). Penggunaan komputer disini yaitu dengan cara melakukan simulasi melalui aplikasi computer-aided photo manipulation. Wiraksana (2004)

12 14 menyatakan aplikasi yang relatif digunakan dalam simulasi ialah computer-aided photo manipulation. Manipulasi foto ini mampu mengkomunikasikan hubungan dan bentuk visual karena foto merupakan representasi kenyataan yang paling mendekati sehingga sedikit interpresi diperlukan untuk meyampaikan pesan rancangan ke masyarakat. Selain itu juga digunakan aplikasi Adobe Photoshop CS2. Adobe Photoshop CS2 merupakan salah satu perangkat lunak yang dapat digunakan untuk pembuatan, penyuntingan, dan manipulasi tampilan termasuk koreksi warna, pemberian efek tampilan, dan sebagainya pada image. Dengan simulasi, keindahahan suatu lanskap dapat diprediksi. Dalam penelitian Laila (2003) diketahui, adanya perbedaan tinggi vegetasi dalam lanskap jalan melalui simulasi komputer dapat mempengaruhi keindahan lanskap tersebut. Lanskap jalan dengan barisan vegetasi tinggi memiliki nilai keindahan tinggi. Simulasi dengan menggunakan vegetasi ukuran sedang memerikan nilai keindahan yang sedang. Keindahan lanskap yang rendah didapatkan dengan simulasi lanskap jalan dengan vegetasi berukuran rendah. Kerangka Pemikiran Secara umum kerangka pemikiran dalam penelitian ini diawali dengan mengetahui elemen-elemen lanskap. Lanskap tersusun atas elemen keras dan lunak. Salah satu elemen lunak yang sering dijumpai pada suatu lanskap adalah pohon. Secara visual tekstur merupakan salah satu unsur desain yang mempengaruhi keindahan suatu pohon selain ukuran, bentuk, warna dan lainnya. Pengamatan tekstur pohon secara visual dapat menimbulkan persepsi pada ruang yang ditempatinya. Pengukuran persepsi yang ditimbulkan tekstur pohon terhadap ruang dan keindahan dilakukan secara kuantitatif dengan metode Semantic Differential dan Scenic Beauty Estimation. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bagaimana suatu jenis tekstur berpengaruh terhadap persepsi seseorang mengenai sifat keruangan dan keindahan lanskap yang ditempati pohon dengan tekstur tertentu. Alur bagan kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 5.

13 15 Elemen Lanskap Elemen Keras Lanskap Elemen Lunak Lanskap Pohon Ukuran Bentuk Tajuk Warna Tekstur Lainnya Persepsi Sifat Keruangan Tapak Persepsi Keindahan Visual Tapak Gambar 5 Kerangka pemikiran

PENGARUH TEKSTUR POHON TERHADAP PERSEPSI RUANG DAN KEINDAHAN LIPUR LISTYARINI

PENGARUH TEKSTUR POHON TERHADAP PERSEPSI RUANG DAN KEINDAHAN LIPUR LISTYARINI PENGARUH TEKSTUR POHON TERHADAP PERSEPSI RUANG DAN KEINDAHAN LIPUR LISTYARINI DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011 RINGKASAN LIPUR LISTYARINI (A44061692). Pengaruh

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 27 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dari penelitian ini menunjukkan kualitas estetika pohon-pohon dengan tekstur tertentu pada lanskap jalan dan rekreasi yang bervariasi. Perhitungan berbagai nilai perlakuan

Lebih terperinci

PENGARUH BENTUK KANOPI POHON TERHADAP KUALITAS ESTETIKA LANSKAP JALAN

PENGARUH BENTUK KANOPI POHON TERHADAP KUALITAS ESTETIKA LANSKAP JALAN PENGARUH BENTUK KANOPI POHON TERHADAP KUALITAS ESTETIKA LANSKAP JALAN The Effect of Tree Canopy Shape on Streetscape Aesthetic Quality Garsinia Lestari Mahasiswa Program Studi Arsitektur Lanskap, Fakultas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Kebun Raya Objek Wisata

TINJAUAN PUSTAKA Kebun Raya Objek Wisata 3 TINJAUAN PUSTAKA Kebun Raya Menurut LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) Kebun Raya merupakan suatu kawasan yang mengkoleksi berbagai jenis tumbuhan. Tumbuhan yang dikoleksi kebun raya memiliki

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Estetika

TINJAUAN PUSTAKA Estetika 4 TINJAUAN PUSTAKA Estetika Istilah estetika dikemukakan pertama kali oleh Alexander Blaumgarten pada tahun 1750 untuk menunjukkan studi tentang taste dalam bidang seni rupa. Ilmu estetika berkaitan dengan

Lebih terperinci

Gambar 12. Lokasi Penelitian

Gambar 12. Lokasi Penelitian III. METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di jalur wisata Puncak, terletak di Kabupaten Bogor. Jalur yang diamati adalah jalur pemasangan reklame yang berdasarkan data

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Kota

TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Kota 5 TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Kota Kota merupakan suatu organisme yang kompleks yang didalamnya terdapat unsur-unsur yang terjalin menjadi satu oleh suatu jaringan jalan dan jalur transportasi, saluran air,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Umum Evaluasi Kualitas Estetik

HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Umum Evaluasi Kualitas Estetik 19 HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Umum Desa Ancaran memiliki iklim yang dipengaruhi oleh iklim tropis dan angin muson, dengan temperatur bulanan berkisar antara 18 C dan 32 C serta curah hujan berkisar

Lebih terperinci

METODE. Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian Kebun Raya Cibodas

METODE. Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian Kebun Raya Cibodas 10 METODE Waktu dan Tempat penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Maret hingga Juli 2010. Penelitian dilakukan di Kebun Raya Cibodas, Desa Cimacan, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat (Gambar

Lebih terperinci

Prosiding SN SMAP 09 ABSTRAK PENDAHULUAN. FMIPA UNILA, November

Prosiding SN SMAP 09 ABSTRAK PENDAHULUAN. FMIPA UNILA, November Prosiding SN SMAP 09 UJI SCENIC BEAUTY ESTIMATION TERHADAP KONFIGURASI TEGAKAN-TEGAKAN VEGETASI DI KEBUN RAYA BOGOR Imawan Wahyu Hidayat 1 1 Kebun Raya Cibodas, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Pacet

Lebih terperinci

ESTETIKA BENTUK SEBAGAI PENDEKATAN SEMIOTIKA PADA PENELITIAN ARSITEKTUR

ESTETIKA BENTUK SEBAGAI PENDEKATAN SEMIOTIKA PADA PENELITIAN ARSITEKTUR ESTETIKA BENTUK SEBAGAI PENDEKATAN SEMIOTIKA PADA PENELITIAN ARSITEKTUR Jolanda Srisusana Atmadjaja Jurusan Arsitektur FTSP Universitas Gunadarma ABSTRAK Penelitian karya arsitektur dapat dilakukan melalui

Lebih terperinci

BAB VI R E K O M E N D A S I

BAB VI R E K O M E N D A S I BAB VI R E K O M E N D A S I 6.1. Rekomendasi Umum Kerangka pemikiran rekomendasi dalam perencanaan untuk mengoptimalkan fungsi jalur hijau jalan Tol Jagorawi sebagai pereduksi polusi, peredam kebisingan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Pe rancangan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Pe rancangan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perencanaan Perencanaan adalah suatu alat sistematik yang digunakan untuk menentukan saat awal, keadaan yang diharapkan, dan cara terbaik untuk mencapai keadaan yang diharapkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian BAB III METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di jalan bebas hambatan Tol Jagorawi dengan mengambil beberapa segmen jalan yang mewakili karakteristik lanskap jalan

Lebih terperinci

EVALUASI ESTETIKA LINGKUNGAN BERDASARKAN PERSEPSI DI WELCOME AREA KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR

EVALUASI ESTETIKA LINGKUNGAN BERDASARKAN PERSEPSI DI WELCOME AREA KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR 19 Buana Sains Vol 15 No 1: 19-28, 2015 EVALUASI ESTETIKA LINGKUNGAN BERDASARKAN PERSEPSI DI WELCOME AREA KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR Debora Budiyono PS. Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

Persepsi dan Preferensi Kualitas Estetika Lanskap Kampus Fakultas Pertanian Universitas Udayana - Jimbaran Bali

Persepsi dan Preferensi Kualitas Estetika Lanskap Kampus Fakultas Pertanian Universitas Udayana - Jimbaran Bali Persepsi dan Preferensi Kualitas Estetika Lanskap Kampus Fakultas Pertanian Universitas Udayana - Jimbaran Bali RIZKY ADITYA RIFAI I NENGAH ARTHA*) IDA AYU MAYUN Prodi Arsitektur Pertamanan, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

III. RUANG DAN FUNGSI TANAMAN LANSKAP KOTA

III. RUANG DAN FUNGSI TANAMAN LANSKAP KOTA Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) III. RUANG DAN FUNGSI TANAMAN LANSKAP KOTA Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Siti Nurul Rofiqo Irwan, S.P., MAgr, PhD. Tujuan Memahami bentuk-bentuk ruang dengan tanaman

Lebih terperinci

PERSEPSI DAN PREFERENSI WARNA DALAM LANSKAP

PERSEPSI DAN PREFERENSI WARNA DALAM LANSKAP PERSEPSI DAN PREFERENSI WARNA DALAM LANSKAP The Color Perception and Preference in Landscape Wasissa Titi Ilhami Mahasiswa Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, IPB, saat ini bekerja sebagai

Lebih terperinci

V. KONSEP Konsep Dasar Perencanaan Tapak

V. KONSEP Konsep Dasar Perencanaan Tapak V. KONSEP 5.1. Konsep Dasar Perencanaan Tapak Konsep perencanaan pada tapak merupakan Konsep Wisata Sejarah Perkampungan Portugis di Kampung Tugu. Konsep ini dimaksudkan untuk membantu aktivitas interpretasi

Lebih terperinci

PENGANTAR ARSITEKTUR PERTAMANAN

PENGANTAR ARSITEKTUR PERTAMANAN Materi 4 PENGANTAR ARSITEKTUR PERTAMANAN Bambang B. Santoso Semester Genap Tahun Ajaran 2009/2010 3 April 2010 PENGANTAR DAN APLIKASI SENI DALAM GAMBAR TUJUAN BELAJAR BAB INI : Mampu menyebutkan beberapa

Lebih terperinci

Seminar Nasional BOSARIS III Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya

Seminar Nasional BOSARIS III Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya PENERAPAN DESAIN DALAM RANGKAIAN BUNGA SEBAGAI PELENGKAP DEKORASI RUANG Arita Puspitorini PKK Abstrak, Bunga sejak dulu hingga kini memiliki peran penting dalam kehidupan manusia, karena bunga dirangkai

Lebih terperinci

Elemen Elemen Desain Grafis

Elemen Elemen Desain Grafis Elemen Elemen Desain Grafis Desain grafis sebagai seni dekat dengan apa yang kita sebut sebagai keindahan (estetika). Keindahan sebagai kebutuhan setiap orang, mengandung nilai nilai subyektivisme. Oleh

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KHUSUS

BAB III TINJAUAN KHUSUS BAB III TINJAUAN KHUSUS III.1 Tema Ruang dan Sirkulasi III.1.a Latar Belakang Pemilihan Sebagian besar museum yang ada sekarang ini, tidak terlalu memperhatikan ruang dan sirkulasi. Ini bisa dilihat dari

Lebih terperinci

BAB III ELABORASI TEMA

BAB III ELABORASI TEMA BAB III ELABORASI TEMA 3.1. Ruang aktif. 3.1.1. Pengertian ruang aktif. Ruang aktif adalah ruang yang memilki berbagai macam kegiatan, didalam ruangan tersebut adanya perubahan interior atau eksterior

Lebih terperinci

ESTETIKA BENTUK Pengertian. Estetika adalah suatu kondisi yang berkaitan dengan sensasi keindahan yang dirasakan seseorang

ESTETIKA BENTUK Pengertian. Estetika adalah suatu kondisi yang berkaitan dengan sensasi keindahan yang dirasakan seseorang ESTETIKA BENTUK Pengertian Estetika adalah suatu kondisi yang berkaitan dengan sensasi keindahan yang dirasakan seseorang Rasa keindahan itu akan muncul apabila terjalin perpaduan yang serasi dari elemen

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Reklame

TINJAUAN PUSTAKA Reklame TINJAUAN PUSTAKA Reklame Komunikasi adalah penyampaian pesan seseorang atau lembaga kepada seseorang atau banyak orang, baik secara langsung atau tidak langsung dengan menggunakan media. Iklan adalah bentuk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Taman Rumah

TINJAUAN PUSTAKA Taman Rumah 4 TINJAUAN PUSTAKA Taman Rumah Tuntutan zaman menyebabkan pembangunan seringkali meningkat pesat guna mewadahi berbagai dinamika bangsa, seperti perkembangan penduduk, ekonomi, komunikasi, teknologi dan

Lebih terperinci

sekitarnya serta ketersediaannya yang belum optimal (pada perbatasan tertentu tidak terdapat elemen gate). d. Elemen nodes dan landmark yang

sekitarnya serta ketersediaannya yang belum optimal (pada perbatasan tertentu tidak terdapat elemen gate). d. Elemen nodes dan landmark yang BAB 5 KESIMPULAN 1. Berdasarkan hasil pengamatan dan penilaian secara subyektif (oleh peneliti) dan obyektif (pendapat responden) maka elemen identitas fisik yang membentuk dan memperkuat karakter (ciri

Lebih terperinci

METODOLOGI. Jawa Barat Kab. Kuningan Desa Ancaran. Gambar 2. Lokasi Penelitian

METODOLOGI. Jawa Barat Kab. Kuningan Desa Ancaran. Gambar 2. Lokasi Penelitian 12 METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada akhir bulan Maret 2011 hingga bulan Juni 2011. Penelitian ini dilakukan di Desa Ancaran, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, yang memiliki

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1. Agrowisata Agrowisata pada hakekatnya merupakan suatu kegiatan yang mengintegrasikan sistem pertanian dan sistem pariwisata sehingga membentuk objek wisata yang menarik. Menurut

Lebih terperinci

REKOMENDASI KONSEP TATA HIJAU

REKOMENDASI KONSEP TATA HIJAU 85 REKOMENDASI KONSEP TATA HIJAU Penanaman lanskap harus dapat memberikan fungsi yang dapat mendukung keberlanjutan aktivitas yang ada dalam lanskap tersebut. Fungsi arsitektural penting dalam penataan

Lebih terperinci

HOME OF MOVIE. Ekspresi Bentuk BAB III TINJAUAN KHUSUS. Ekspresi Bentuk. III.1 Pengertian Tema. Pengertian Ekspresi, adalah :

HOME OF MOVIE. Ekspresi Bentuk BAB III TINJAUAN KHUSUS. Ekspresi Bentuk. III.1 Pengertian Tema. Pengertian Ekspresi, adalah : BAB III TINJAUAN KHUSUS III.1 Pengertian Tema Pengertian Ekspresi, adalah : Ungkapan tentang rasa, pikiran, gagasan, cita-cita, fantasi, dan lain-lain. Ekspresi merupakan tanggapan atau rangsangan atas

Lebih terperinci

PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR WISATA ALAM TAMAN NASIONAL GEDE PANGRANGO. Oleh DIDIK YULIANTO A

PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR WISATA ALAM TAMAN NASIONAL GEDE PANGRANGO. Oleh DIDIK YULIANTO A PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR WISATA ALAM TAMAN NASIONAL GEDE PANGRANGO Oleh DIDIK YULIANTO A34202008 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTIT UT PERTANIAN BOGOR 2006

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian bertempat di Kota Pekanbaru Provinsi Riau. Kegiatan penelitian ini mengambil lokasi di Jalan Jendral Sudirman yaitu jalur hijau

Lebih terperinci

Aspek Konsep Utama Theravada : Bagan 5.2. Kerangka Pikir Konsep dari Aspek Theravada Konsep ini muncul dari tiga elemen penting dalam interior yaitu e

Aspek Konsep Utama Theravada : Bagan 5.2. Kerangka Pikir Konsep dari Aspek Theravada Konsep ini muncul dari tiga elemen penting dalam interior yaitu e BAB V KONSEP PERENCANAAN INTERIOR V.1. Konsep Perencanaan Interior Aspek Manusia : Bagan 5.1. Kerangka Pikir Konsep dari Aspek Manusia 54 Aspek Konsep Utama Theravada : Bagan 5.2. Kerangka Pikir Konsep

Lebih terperinci

MENGKOMUNIKASIKAN GAMBAR RANCANGAN TAPAK BANGUNAN

MENGKOMUNIKASIKAN GAMBAR RANCANGAN TAPAK BANGUNAN MENGKOMUNIKASIKAN GAMBAR RANCANGAN TAPAK BANGUNAN RANCANGAN TAPAK Gambar ini menunjukkan hubungan antara letak obyek bangunan dengan letak site pada lingkungan di sekitarnya. Acapkali dijumpai istilah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Karakter Lanskap Kota

TINJAUAN PUSTAKA Karakter Lanskap Kota TINJAUAN PUSTAKA Karakter Lanskap Kota Karakter merupakan sifat dan ciri khas yang dimiliki oleh suatu kelompok, baik orang maupun benda. Karakter lanskap merupakan suatu area yang mempunyai keharmonisan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jalan Pengertian jalan di dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 38 Tahun 2004 adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan

Lebih terperinci

REDESAIN RUMAH SAKIT SLAMET RIYADI DI SURAKARTA

REDESAIN RUMAH SAKIT SLAMET RIYADI DI SURAKARTA REDESAIN RUMAH SAKIT SLAMET RIYADI DI SURAKARTA ZONIFIKASI Dasar pertimbngan Potensi site Kemungkinan pengelohan Tuntutan kegiatan UTILITAS Konsep utilitas pada kawasan perencanaan meliputi : 1. Terjadinya

Lebih terperinci

Komposisi dalam Fotografi

Komposisi dalam Fotografi Tujuan: mengorganisasikan berbagai komponen foto yang saling berlainan, menjadi sedemikian rupa sehingga gambar tersebut menjadi suatu kesatuan yang saling mengisi, serta mendukung satu sama lainnya; dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Central Business District (CBD) Berdasarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 1992 mengenai penataan ruang, pada Pasal 1 disebutkan bahwa kawasan perkotaan adalah kawasan yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Gambar 2 Peta Lokasi Penelitian (Sumber: dan Googlemaps, 2009) Peta Kota Bandung Tanpa Skala.

BAB III METODOLOGI. Gambar 2 Peta Lokasi Penelitian (Sumber:  dan Googlemaps, 2009) Peta Kota Bandung Tanpa Skala. 13 BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Studi Penelitian ini dilakukan di Taman Cilaki Atas (TCA), Kecamatan Bandung Wetan, Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat (Gambar 2). Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Evaluasi

TINJAUAN PUSTAKA. Evaluasi 19 TINJAUAN PUSTAKA Evaluasi Menurut Echols dan Shadily (1996), evaluasi berarti penilaian, penaksiran. Tujuan evaluasi adalah untuk menyeleksi dan menampilkan informasi yang diperlukan dalam mendukung

Lebih terperinci

METODOLOGI. Gambar 3. Lokasi Penelitian

METODOLOGI. Gambar 3. Lokasi Penelitian METODOLOGI Waktu dan Lokasi Penelitian mengenai pengaruh reklame ini dilakukan pada lanskap Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor, Jawa Barat (Gambar 3). Jalan Lingkar (Ringroad Way) pada penelitian ini meliputi

Lebih terperinci

EVALUASI ESTETIKA AIR PANCURAN PADA TAMAN SUROPATI; SEMANTIC DIFFERENTIAL DAN SCENIC BEAUTY ESTIMATION

EVALUASI ESTETIKA AIR PANCURAN PADA TAMAN SUROPATI; SEMANTIC DIFFERENTIAL DAN SCENIC BEAUTY ESTIMATION EVALUASI ESTETIKA AIR PANCURAN PADA TAMAN SUROPATI; SEMANTIC DIFFERENTIAL DAN SCENIC BEAUTY ESTIMATION NURJANNAH HAMDANI nurjannah.hamdani@gmail.com Program Studi Arsitektur Fakultas Tenik, Matematika

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Desain Grafis Desain grafis terdiri dari dua buah kata yaitu desain dan grafis, desain merupakan proses atau perbuatan dengan mengatur segala sesuatu sebelum bertindak

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. KONSEP DASAR PERANCANGAN Dalam konsep dasar pada perancangan Fashion Design & Modeling Center di Jakarta ini, yang digunakan sebagai konsep dasar adalah EKSPRESI BENTUK dengan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH ELEMEN LANSKAP TERHADAP KUALITAS ESTETIKA LANSKAP KOTA DEPOK. Oleh: Medyuni Ruswan A

ANALISIS PENGARUH ELEMEN LANSKAP TERHADAP KUALITAS ESTETIKA LANSKAP KOTA DEPOK. Oleh: Medyuni Ruswan A ANALISIS PENGARUH ELEMEN LANSKAP TERHADAP KUALITAS ESTETIKA LANSKAP KOTA DEPOK Oleh: Medyuni Ruswan A34201045 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN

Lebih terperinci

Skripsi Museum Keroncong

Skripsi Museum Keroncong III.1 Pengertian Metafora BAB III TINJAUAN KHUSUS Dalam bidang arsitektur, metafora berarti mengumpamakan bangunan sebagai sesuatu yang lain. Cara menampilkan perumpamaan tersebut adalah dengan memindahkan

Lebih terperinci

BAB III Elemen-Elemen Desain Grafis

BAB III Elemen-Elemen Desain Grafis BAB III Elemen-Elemen Desain Grafis A. Garis / Line Garis atau line adalah suatu goresan, batas limit dari suatu benda, massa, ruang, warna, dan sebagainya. Dari pengertian diatas, garis dapat digolongkan

Lebih terperinci

Evaluasi Lanskap Jalan Jenderal Ahmad Yani Pontianak

Evaluasi Lanskap Jalan Jenderal Ahmad Yani Pontianak Evaluasi Lanskap Jalan Jenderal Ahmad Yani Pontianak AGUS RULIYANSYAH 1* 1. Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Tanjungpura Pontianak 1049, Indonesia *E-mail: agus.ruliyansyah@faperta.untan.ac.id

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kota Jakarta sebagai pusat pemerintahan, pusat perdagangan, pusat perbankan dan pusat perindustrian menuntut adanya kemajuan teknologi melalui pembangunan

Lebih terperinci

NIRMANA DUA DIMENSI. Oleh: Dr. Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta 2013

NIRMANA DUA DIMENSI. Oleh: Dr. Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta 2013 NIRMANA DUA DIMENSI Oleh: Dr. Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta 2013 PENGERTIAN NIRMANA Berasal dari dua akar kata, yakni nir yang artinya

Lebih terperinci

Dasar Dasar Desain 1 08FTPD. Modul ke: Prinsip Rupa : Ukuran. Fakultas. Denta Mandra Pradipta Budiastomo, S.Ds, M.Si. Program Studi Desain Produk

Dasar Dasar Desain 1 08FTPD. Modul ke: Prinsip Rupa : Ukuran. Fakultas. Denta Mandra Pradipta Budiastomo, S.Ds, M.Si. Program Studi Desain Produk Modul ke: Dasar Dasar Desain 1 Prinsip Rupa : Ukuran Fakultas 08FTPD Denta Mandra Pradipta Budiastomo, S.Ds, M.Si. Program Studi Desain Produk Prinsip Rupa : Ukuran Modul Dasar-dasar Desain 1 Arti Ukuran

Lebih terperinci

masyarakat dan dipandang sebagai kesatuan antara fisik geografis dan lingkungannya dalam arti karakteristrik. Lansekap ditinjau dari segi

masyarakat dan dipandang sebagai kesatuan antara fisik geografis dan lingkungannya dalam arti karakteristrik. Lansekap ditinjau dari segi II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perencanaan Lansekap (Landscape Planning) Lansekap merupakan refleksi dari dinamika sistem alamiah dan sistem sosial masyarakat dan dipandang sebagai kesatuan antara fisik geografis

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. untuk melakukan pekerjaan antara lain, yaitu: terutama gambar logo dua dimensi.

BAB II LANDASAN TEORI. untuk melakukan pekerjaan antara lain, yaitu: terutama gambar logo dua dimensi. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Corel draw Corel draw adalah editor grafik vector yang dibuat oleh corel, Corel sendiri adalah sebuah perusahaan perangkat lunak yang bermarkas di Ottawa, Kanada. Versi

Lebih terperinci

Kecamatan Beji. PDF created with pdffactory Pro trial version METODE PENELITIAN

Kecamatan Beji. PDF created with pdffactory Pro trial version  METODE PENELITIAN METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian evaluasi kualitas ecological aesthetics lanskap kota ini dilaksanakan di Kecamatan Beji Kota Depok. Periode penelitian berlangsung dari Maret 2004 sampai Nopember

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Hospital. Tapak berupa

BAB III METODOLOGI. Hospital. Tapak berupa BAB III METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di kawasan pusat kota atau Central Business District (CBD) Bandung, Jawaa Barat, tepatnya di Santosa Bandung International Hospital.

Lebih terperinci

5. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat ditarik adalah ruang hidup dan mati bergantung pada karakter enclosure dan spatial stratanya. Karakter dari enclosure dan spatial strata

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. EVALUASI BANGUNAN Yaitu, penelitian yang lebih formal berdasarkan lapangan penyelidikan analitis. Evaluasi bangunan bertujuan untuk mengatasi ketepatgunaan, kemanfaatan, perubahan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam buku Aplikasi Desain Grafis untuk Periklanan (Suyanto, 2004:5-8), tersebut. Ada empat macam tujuan dari iklan, yaitu:

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam buku Aplikasi Desain Grafis untuk Periklanan (Suyanto, 2004:5-8), tersebut. Ada empat macam tujuan dari iklan, yaitu: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Periklanan Periklanan merupakan salah satu tahap dalam pemasaran. Produk barang atau jasa, baik penamaannya, pengemasannya, penetapan harga, dan distribusinya tercermin dalam

Lebih terperinci

ARL 200 ADISTI RIZKYARTI A

ARL 200 ADISTI RIZKYARTI A ARL 200 ADISTI RIZKYARTI A24080164 3. LANSKAP Dari Gambar lanskap di atas dapat di jelaskan keadaan lereng gunung yang di kelilingi dapat disimpulkan faktor-faktor yang mempengaruhi pembentuknya dari segi

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 43 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Pengaruh RTH Terhadap Iklim Mikro 5.1.1 Analisis Pengaruh Struktur RTH Pohon Terhadap Iklim Mikro Pohon merupakan struktur RTH yang memiliki pengaruh cukup besar

Lebih terperinci

Gambar 26. Material Bangunan dan Pelengkap Jalan.

Gambar 26. Material Bangunan dan Pelengkap Jalan. KONSEP Konsep Dasar Street furniture berfungsi sebagai pemberi informasi tentang fasilitas kampus, rambu-rambu jalan, dan pelayanan kepada pengguna kampus. Bentuk street furniture ditampilkan memberikan

Lebih terperinci

PENGARUH REKLAME TERHADAP KUALITAS ESTETIK LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR RAKHMAT AFANDI

PENGARUH REKLAME TERHADAP KUALITAS ESTETIK LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR RAKHMAT AFANDI PENGARUH REKLAME TERHADAP KUALITAS ESTETIK LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR RAKHMAT AFANDI DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 Judul Nama NRP : Pengaruh

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORERIKAL PENDEKATAN ARSITEKTUR ORGANIK PADA TATA RUANG LUAR DAN DALAM HOMESTAY DAN EKOWISATA SAWAH

BAB III TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORERIKAL PENDEKATAN ARSITEKTUR ORGANIK PADA TATA RUANG LUAR DAN DALAM HOMESTAY DAN EKOWISATA SAWAH BAB III TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORERIKAL PENDEKATAN ARSITEKTUR ORGANIK PADA TATA RUANG LUAR DAN DALAM HOMESTAY DAN EKOWISATA SAWAH 3.1. Tinjauan Pendekatan Arsitektur Organik 3.1.1. Definisi Arsitektur

Lebih terperinci

II. LANSKAP DAN KARAKTERISTIK

II. LANSKAP DAN KARAKTERISTIK Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) II. LANSKAP DAN KARAKTERISTIK Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Siti Nurul Rofiqo Irwan, SP., MAgr, PhD. LANSKAP DAN KARAKTERISTIK Tujuan: Memahami dasar pemikiran merencana

Lebih terperinci

Warna Perancangan Ruang Dalam 2015/2016

Warna Perancangan Ruang Dalam 2015/2016 Warna Perancangan Ruang Dalam 2015/2016 Pengertian Warna Warna adalah suatu aspek yang dapat menghidupkan ruang dan membentuk/menciptakan kesan pada ruang. Merupakan sifat dasar visual yang dimiliki oleh

Lebih terperinci

BAB 1 : PERSIAPAN MENGGAMBAR

BAB 1 : PERSIAPAN MENGGAMBAR BAB 1 : PERSIAPAN MENGGAMBAR 1.1 ALAT DASAR MENGGAMBAR Alat dasar dalam menggambar adalah pensil gambar, selanjutnya ada beberapa alat gambar lainnya seperti pensil warna, tinta, kuas, spidol, crayon,

Lebih terperinci

PENGANTAR VEGETASI LANDSCAPE PENGELOMPOKAN VEGETASI BERDASAR PEMBENTU DAN ORNAMENTAL SPACE

PENGANTAR VEGETASI LANDSCAPE PENGELOMPOKAN VEGETASI BERDASAR PEMBENTU DAN ORNAMENTAL SPACE 2011 PENGANTAR VEGETASI LANDSCAPE PENGELOMPOKAN VEGETASI BERDASAR PEMBENTU DAN ORNAMENTAL SPACE JURUSAN ARSITEKTUR ITATS Ririn Dina Mutfianti, ST.,MT 10/30/2011 Materi 1 Pengelompokan Berdasarkan Pembentuk

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERENCANAAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN BAB VI KONSEP PERENCANAAN VI.1 KONSEP BANGUNAN VI.1.1 Konsep Massa Bangunan Pada konsep terminal dan stasiun kereta api senen ditetapkan memakai masa gubahan tunggal memanjang atau linier. Hal ini dengan

Lebih terperinci

BAB III. Penelitian inii dilakukan. dan Danau. bagi. Peta TANPA SKALA

BAB III. Penelitian inii dilakukan. dan Danau. bagi. Peta TANPA SKALA 14 BAB III METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian inii dilakukan di Sentul City yang terletak di Kecamatan Babakan Madang dan Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat (Gambar

Lebih terperinci

5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Konsep perancangan mengacu pada karakteristik arsitektur organik, yaitu 1. Bukan meniru bentuk dari alam tapi mengembangkan prinsip yang ada di alam Mengembangkan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS SINTESIS

BAB V ANALISIS SINTESIS BAB V ANALISIS SINTESIS 5.1 Aspek Fisik dan Biofisik 5.1.1 Letak, Luas, dan Batas Tapak Tapak terletak di bagian Timur kompleks sekolah dan berdekatan dengan pintu keluar sekolah, bangunan kolam renang,

Lebih terperinci

Unsur dasar senirupa. Pertemuan ke 1

Unsur dasar senirupa. Pertemuan ke 1 Unsur dasar senirupa Pertemuan ke 1 Titik Titik adalah unsur seni rupa dua dimensi yang paling dasar. Titik dapat dikembangkan menjadi garis dan bidang. Titik merupakan unsur penting dalam seni rupa. Sebagai

Lebih terperinci

penerima terhadap pengirim mempengaruhi pemikiran penerima. Proses komunikasi dimulai ketika pengirim memilih kata kata, gambar, simbol yang tepat unt

penerima terhadap pengirim mempengaruhi pemikiran penerima. Proses komunikasi dimulai ketika pengirim memilih kata kata, gambar, simbol yang tepat unt BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Teori Komunikasi Komunikasi adalah proses menyalurkan informasi, pertukaran ide atau proses untuk menghadirkan sebuah paham atau pemikiran antara pengirim dan penerima. Hal ini

Lebih terperinci

PENGARUH KONSEP GREEN FACADE TERHADAP KUALITAS ESTETIK VISUAL RUMAH TINGGAL DYAH AYU MUSTIKASARI

PENGARUH KONSEP GREEN FACADE TERHADAP KUALITAS ESTETIK VISUAL RUMAH TINGGAL DYAH AYU MUSTIKASARI PENGARUH KONSEP GREEN FACADE TERHADAP KUALITAS ESTETIK VISUAL RUMAH TINGGAL DYAH AYU MUSTIKASARI DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. 1. Kondisi kenyamanan thermal hasil simulasi eksisting: Kondisi eksisting penggal 1,2,3 titik terendah dan tertinggi pagi

BAB VI PENUTUP. 1. Kondisi kenyamanan thermal hasil simulasi eksisting: Kondisi eksisting penggal 1,2,3 titik terendah dan tertinggi pagi BAB VI PENUTUP VI.1. Kesimpulan 1. Kondisi kenyamanan thermal hasil simulasi eksisting: Kondisi eksisting penggal 1,2,3 titik terendah dan tertinggi pagi (07.00) secara keseluruhan dalam kondisi nyaman.

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Teori Promosi dan Multimedia Interaktif Dalam pembuatan interaktif promosi DIV Komputer Multimedia STMIK STIKOM Surabaya, penulis memerlukan sebuah definisi promosi dan multimedia

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Jalan

TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Jalan TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Simonds (1983) menyatakan bahwa lanskap merupakan suatu bentang alam dengan karakteristik tertentu yang dapat dinikmati oleh seluruh indera manusia, dengan karakter yang menyatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lingkungan kerja merupakan bagian yang penting dalam perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lingkungan kerja merupakan bagian yang penting dalam perusahaan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lingkungan kerja merupakan bagian yang penting dalam perusahaan. Meskipun lingkungan kerja tidak melaksanakan proses produksi dalam suatu perusahaan, namun lingkungan

Lebih terperinci

3.1. MATERI 1 - GAMBAR DAUN

3.1. MATERI 1 - GAMBAR DAUN BAB 3: TANAMAN POHON Dalam proses belajar menggambar, umumnya dapat dimulai dengan belajar menggambar alam benda yang ada di sekitar kita dan yang paling dekat dan sering di temui adalah tanaman pohon,

Lebih terperinci

Linda Lidiawati. Studi Konsep Taman Islam pada Lanskap Mesjid A1 Hurriyah, Kampus IPB Darmaga, Bogor. (Dibawah bimbingan Andi Gunawan).

Linda Lidiawati. Studi Konsep Taman Islam pada Lanskap Mesjid A1 Hurriyah, Kampus IPB Darmaga, Bogor. (Dibawah bimbingan Andi Gunawan). Linda Lidiawati. Studi Konsep Taman Islam pada Lanskap Mesjid A1 Hurriyah, Kampus IPB Darmaga, Bogor. (Dibawah bimbingan Andi Gunawan). Pada saat ini adanya keanekaragaman taman yang sudah ada memang telah

Lebih terperinci

BAB IV TAHAPAN PRODUKSI MEDIA

BAB IV TAHAPAN PRODUKSI MEDIA BAB IV TAHAPAN PRODUKSI MEDIA A. Tahap Produksi Media Pada tahap produksi media promosi ini penulis melakukan beberapa tahapan mulai dari sebelum produksi hingga proses produksi media. Adapun ltahapan

Lebih terperinci

METODOLOGI. Peta Kabupaten Bogor (http://students.ukdw.ac.id, 2010) Peta Bukit Golf Hijau (Sentul City, 2009)

METODOLOGI. Peta Kabupaten Bogor (http://students.ukdw.ac.id, 2010) Peta Bukit Golf Hijau (Sentul City, 2009) 19 METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di cluster Bukit Golf Hijau yang berada di dalam Sentul. Sentul terletak di Kecamatan Babakan Madang dan Kecamatan Sukaraja Kabupaten

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam dunia publikasi, fotografi, video dan juga bidang berorientasi visual

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam dunia publikasi, fotografi, video dan juga bidang berorientasi visual BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Photoshop Photoshop merupakan salah satu software yang paling banyak dipakai dalam dunia publikasi, fotografi, video dan juga bidang berorientasi visual lainnya,

Lebih terperinci

4.1 MENGGAMBAR ALAM BENDA BUATAN MANUSIA

4.1 MENGGAMBAR ALAM BENDA BUATAN MANUSIA BAB 4 ALAM BENDA Bila pada pertemuan sebelumnya, diperkenalkan bagaimana mengamati dan menggambarkan tanaman pohon yang terbentuk oleh alam, maka pada pertemuan berikutnya, akan diperkenalkan benda-benda

Lebih terperinci

Pengamatan Medium Pengafdrukan METODE PENCIPTAAN. terhadap tumbuhan paku sejati (Pteropsida) ini sehingga menghasilkan pemikiran.

Pengamatan Medium Pengafdrukan METODE PENCIPTAAN. terhadap tumbuhan paku sejati (Pteropsida) ini sehingga menghasilkan pemikiran. Proses Sumber Persiapan gagasan Sketsa Pengalaman Ide atau Gagasan Karya Pewarnaan Konsultasi BAB I I I Pengamatan Medium Pengafdrukan METODE PENCIPTAAN Media Teknik massa Pencetakan A. Implementasi Teoritik

Lebih terperinci

BAB IV KAJIAN ILUSTRASI MANUAL BERWARNA KARYA RUKMUNAL HAKIM

BAB IV KAJIAN ILUSTRASI MANUAL BERWARNA KARYA RUKMUNAL HAKIM BAB IV KAJIAN ILUSTRASI MANUAL BERWARNA KARYA RUKMUNAL HAKIM Penyandang buta warna tentu memiliki sesuatu hal yang mempengaruhinya dalam proses pembuatan karya visualnya. Adler (seperti dikutip Damajanti,

Lebih terperinci

[2] PENCAHAYAAN (LIGHTING)

[2] PENCAHAYAAN (LIGHTING) [2] PENCAHAYAAN (LIGHTING) Pencahayaan merupakan salah satu faktor untuk mendapatkan keadaan lingkungan yang aman dan nyaman dan berkaitan erat dengan produktivitas manusia. Pencahayaan yang baik memungkinkan

Lebih terperinci

Garden Design MENDISAIN TAMAN SEBAGAI BAGIAN DARI LANSEKAP BERKELANJUTAN

Garden Design MENDISAIN TAMAN SEBAGAI BAGIAN DARI LANSEKAP BERKELANJUTAN Garden Design MENDISAIN TAMAN SEBAGAI BAGIAN DARI LANSEKAP BERKELANJUTAN Bambang B. Santoso Fakultas Pertanian UNRAM Sustainable Landscape Design (desain taman yg berkelanjutan) diperlukan : Taman dpt

Lebih terperinci

REKOMENDASI Peredam Kebisingan

REKOMENDASI Peredam Kebisingan 83 REKOMENDASI Dari hasil analisis dan evaluasi berdasarkan penilaian, maka telah disimpulkan bahwa keragaman vegetasi di cluster BGH memiliki fungsi ekologis yang berbeda-beda berdasarkan keragaman kriteria

Lebih terperinci

Mata Kuliah Persepsi Bentuk

Mata Kuliah Persepsi Bentuk Modul ke: Mata Kuliah Persepsi Bentuk Pertemuan 4 Fakultas FDSK Ali Ramadhan S.Sn.,M.Ds Program Studi Desain Produk Grafis Dan Multimedia www.mercubuana.ac.id Fungsi Bentuk fungsi dapat dikategorikan sebagai

Lebih terperinci

INTERAKSI MANUSIA DAN KOMPUTER

INTERAKSI MANUSIA DAN KOMPUTER INTERAKSI MANUSIA DAN KOMPUTER PEWARNAAN Astrid Lestari Tungadi, S.Kom., M.TI. KOMPONEN WARNA Warna terbentuk dari: 1. Hue (Corak) 2. Intensity (Intensitas) 3. Saturation (Kejenuhan atau Jumlah Putih pada

Lebih terperinci

Pola Fraktal sebagai Pemberi Bentuk Arsitektur Apartemen yang Menenangkan

Pola Fraktal sebagai Pemberi Bentuk Arsitektur Apartemen yang Menenangkan JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 6, No.2, (2017) 2337-3520 (2301-928X Print) G 319 Pola Fraktal sebagai Pemberi Bentuk Arsitektur Apartemen yang Menenangkan Sadida Aghnia dan I Gusti Ngurah Antaryama

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap 5 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap Lanskap berdasarkan Simonds (1983) merupakan suatu bentang alam dengan karakteristik tertentu yang dapat dinikmati oleh seluruh indera manusia, dimana suatu lanskap dikatakan

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1. Letak Geografis Site Site yang akan dibangun berlokasi di sebelah timur Jalan Taman Siswa dengan koordinat 07 o 48 41.8 LS 110 o 22 36.8 LB. Bentuk site adalah persegi panjang

Lebih terperinci

II. METODOLOGI A. KERANGKA BERFIKIR

II. METODOLOGI A. KERANGKA BERFIKIR II. METODOLOGI A. KERANGKA BERFIKIR Dalam desain, terdapat beberapa sistem tanda yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari, salah satunya adalah desain komunikasi visual lingkungan, berupa Sign

Lebih terperinci

Udang di Balik Batu. Parahita Galuh Kusumaningtyas

Udang di Balik Batu. Parahita Galuh Kusumaningtyas Udang di Balik Batu Parahita Galuh Kusumaningtyas Jadul Village, namanya. Kala berdiri di depan gerbang, rasanya seperti ada perang. Dua unsur yang kelihatannya sama sekali berbeda mencoba mendominasi

Lebih terperinci

pada bangunan yang berkembang pada masa Mesir kuno, Yunani dan awal abad

pada bangunan yang berkembang pada masa Mesir kuno, Yunani dan awal abad Prinsip keseimbangan yang dicapai dari penataan secara simetris, umumnya justru berkembang pada bangunan yang berkembang pada masa Mesir kuno, Yunani dan awal abad renesans. Maka fakta tersebut dapat dikaji

Lebih terperinci