RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 6/PUU-VI/2008

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 6/PUU-VI/2008"

Transkripsi

1 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 6/PUU-VI/2008 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BUOL, KABUPATEN MOROWALI, DAN KABUPATEN BANGGAI KEPULAUAN PROVINSI SULAWESI TENGAH (PASAL 11) TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR 1945 ACARA PEMERIKSAAN PENDAHULUAN (I) J A K A R T A SENIN, 18 FEBRUARI 2008

2 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 6/PUU-VI/2008 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Buol Kabupaten Morowali Dan Kabupaten Banggai Kepulauan Provinsi Sulawesi Tengah (Pasal 11) terhadap Undang-Undang Dasar 1945 PEMOHON Moch Chair Amir, dkk. ACARA Pemeriksaan Pendahuluan (I) Senin, 18 Februari 2008, Pukul WIB Ruang Sidang panel Gedung Mahkamah Konstitusi RI, Jl. Medan Merdeka Barat No. 6, Jakarta Pusat SUSUNAN PERSIDANGAN 1) Prof. H. Abdul Mukthie Fadjar, S.H., M.S. (Ketua) 2) Prof. H.A.S Natabaya, S.H., LL.M (Anggota) 3) I Dewa Gede Palguna, S.H., M.H. (Anggota) Eddy Purwanto, S.H. Panitera Pengganti 1

3 Pihak yang Hadir: Pemohon : - Arpat Liato (Anggota DPRD Kab. Banggai Kepulauan) - Drs. Syahfudin - Irwan Saman, S.E. Kuasa Hukum Pemohon : - Arifin Musa, S.H. - Dachlan H. Dani, S.H. - Muhammad Taufik Makarao, S.H., M.H. 2

4 SIDANG DIBUKA PUKUL WIB 1. KETUA : Prof. H. ABDUL MUKTHIE FADJAR, S.H., M.S. Sidang Panel untuk perkara Nomor 6/PUU-VI/2008 dengan ini saya nyatakan dibuka dan terbuka untuk umum. KETUK PALU IX Saudara Pemohon untuk mengawali persidangan hari ini, saya persilakan untuk memperkenalkan diri siapa-siapa yang hadir pada persidangan ini, silakan. 2. KUASA HUKUM PEMOHON : ARIFIN MUSA, S.H. Terima kasih Majelis Panel Hakim Konstitusi, Assalamu'alaikum wr.wb, Selamat siang dan salam sejahtera, Saya perkenalkan dari tim Kuasa Hukum Pemohon dalam Perkara Nomor 6 Mahkamah Konstitusi terdiri dari: 1. Arifin Musa S.H 2. Dachlan H. Dani S.H 3. Taufik Makarau SH, M.H Majelis Hakim yang terhormat hadir pula Prinsipal kami para Pemohon dalam perkara ini, pertama dari Lembaga Musyarawah Adat Banggai berdasarkan kuasa dari Ketua Lembaga Adat Musyawarah Banggai. Persidangan hari ini dihadiri oleh Saudara Drs. H. Syahfudin Agama Prinsipal kami, dan Saudara Irwan Saman S.E. Kemudian dari Prinsipal kami dari korban peristiwa berdarah di Banggai Saudara Tanjung, kami persilakan dan salah satu prinsipal kami juga dari sebagai Pemohon Bapak Arpat Liato sebagai Anggota DPRD Kabupaten Banggai Kepulauan, terima kasih Majelis Hakim yang kami muliakan. 3. KETUA : Prof. H. ABDUL MUKTHIE FADJAR, S.H., M.S. Baik, jadi sidang pada hari ini merupakan sidang pemeriksaan pendahuluan yang diperiksa oleh Panel Hakim yang terdiri dari tiga orang Hakim Konstitusi. Nah, pemeriksaan pendahuluan ini dimaksudkan untuk mendapatkan kejelasan dari permohonan dan juga kelengkapan dari permohonan dan apabila dipandang perlu tentu Panel atau Hakim dapat memberikan masukan atau nasihat-nasihatnya. Nah, untuk itu 3

5 selanjutnya saya persilakan Saudara Kuasa Pemohon yang nanti apabila perlu ditambahkan oleh Pemohon Prinsipal mengenai isi dari permohonan Saudara. Secara jelas mengenai apa yang Anda persoalkan dalam permohonan pengujian undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar 1945 ini, saya persilakan. 4. KUASA HUKUM PEMOHON : ARIFIN MUSA, S.H. Hal: Palu, 25 Januari 2008 Permohonan Pengujian (Judicial Review) terhadap Pasal 11 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor: 51 Tahun 1999 Tentang Pembentukan Kabupaten Buol, Kabupaten Morowali dan Kabupaten Banggai Kepulauan(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 179, Tambahan Lembaran Negara (TLN)Republik Indonesia Nomor:3900. Kepada Yth, Ketua Mahkamah/Majelis Hakim Konstitusi RI Jl. Merdeka Barat No. 7 Di Jakarta Pusat. Kami yang bertanda tangan dibawah ini: Moch. Chair Amir, pekerjaan Tomundo/Ketua Umum Lembaga Musyawarah Adat Banggai (LMAB) Kabupaten Banggai dan Kabupaten Banggai Kepulauan, beralamat di Keraton Kerajaan Banggai, Jl. Brawijaya No 1 Banggai, Kabupaten Banggai Kepulauan Sulawesi Tengah; selanjutnya disebut Pemohon I; 2. Alwi M. Dg. Liwang, S.H., pekerjaan Anggota DPRD Kabupaten Banggai Kepulauan, beralamat di Jl. Benteng No.9, Kelurahan Lompio, Kecamatan Banggai, Kabupaten Banggai Kepulauan Sulawesi Tengah; selanjutnya disebut Pemohon II; 3. Arpat Liato, pekerjaan Anggota DPRD Kabupaten Banggai Kepulauan, beralamat di Jl. R. Tadja Kelurahan Dodung, Kecamatan Banggai, Kabupaten Banggai Kepulauan Sulawesi Tengah; selanjutnya disebut Pemohon III; 4. Frans L. Bukamo, BBA, pekerjaan Anggota DPRD Kabupaten Banggai Kepulauan, beralamat di Jl. Abdul Aziz, Kelurahan Tanobonunungan, 4

6 Kecamatan Banggai, Kabupaten Banggai Kepulauan Sulawesi Tengah; selanjutnya disebut Pemohon IV; 5. M. Tanjung, pekerjaan wiraswasta, terpidana 8 bulan kurungan dan percobaan 1,2 tahun karena diputuskan melanggar Pasal 214 jo Pasal 55 KUHP dalam kekerasan sosial yang terjadi pada tanggal 27 Februari 2007, beralamat di Jl. Mandapar, Kelurahan Lompio, Kecamatan Banggai, Kabupaten Banggai Kepulauan Sulawesi Tengah; selanjutnya disebut Pemohon V; 6. Rizal Arwi, pekerjaan wiraswasta, terpidana 6 bulan kurungan dan 1,5 bulan percobaan karena diputuskan melanggar Pasal 214 jo Pasal 55 KUHP dalam kekerasan sosial yang terjadi pada tanggal 28 Februari 2007, beralamat di Jl. AR Asgar No 1, Kelurahan Lompio, Kecamatan Banggai, Kabupaten Banggai Kepulauan Sulawesi Tengah; selanjutnya disebut Pemohon VI; 7. Yatno Lagona, pekerjaan wiraswasta, terpidana 6 bulan kurungan dan 1,5 bulan percobaan karena diputuskan melanggar Pasal 214 jo Pasal 55 KUHP dalam kekerasan sosial yang terjadi pada tanggal 28 Februari 2007, beralamat di Perumda ATM, Blok D, Nomor 5, Desa Adean, Kecamatan Banggai Tengah, Kabupaten Banggai Kepulauan Sulawesi Tengah; selanjutnya disebut Pemohon VII; 8. Hasdin Mondika, pekerjaan wiraswasta, terpidana 1 tahun kurungan 2 (bulan) 2 tahun percobaan karena diputuskan melanggar Pasal 212 jo Pasal 24 ayat (1), jo Pasal 335 ayat (1) ke-1 jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP dalam kekerasan sosial yang terjadi pada tanggal 28 Februari 2007, beralamat di Jl. Pattimura No 166, Kelurahan Lompio, Kecamatan Banggai, Kabupaten Banggai Kepulauan Sulawesi Tengah; selanjutnya disebut Pemohon VIII; 9. Sri Siti Hardianti, ahli waris almarhum Junais korban meninggal kekerasan aparat tanggal 28 Februari 2007, pekerjaan ibu rumahtangga, beralamat di Kelurahan Lompio, Kecamatan Banggai, Kabupaten Banggai Kepulauan Sulawesi Tengah; selanjutnya disebut Pemohon IX; 10. Maryam Yusuf, ahli waris almarhum Ardan Bambang korban meninggal kekerasan aparat tanggal 28 Februari 2007, pekerjaan wiraswasta, beralamat di Kelurahan Lompio, Kecamatan Banggai, Kabupaten Banggai Kepulauan Sulawesi Tengah; selanjutnya disebut Pemohon X; 11. Harsono Saidia, ahli waris almarhum Ridwan H. Saidia korban meninggal kekerasan aparat tanggal 28 Februari 2007, pekerjaan wiraswasta, beralamat di Kelurahan Lompio, Kecamatan Banggai, Kabupaten Banggai Kepulauan Sulawesi Tengah; selanjutnya disebut Pemohon XI; dan 12. Arsid Musa, ahli waris almarhum Ilham Musa korban meninggal kekerasan aparat tanggal 28 Februari 2007, pekerjaan wiraswasta, beralamat di Kelurahan Lompio, Kecamatan Banggai, Kabupaten Banggai Kepulauan Sulawesi Tengah; selanjutnya disebut Pemohon XII; 5

7 Dalam hal ini Memberi Kuasa kepada: 1. Arfin Musa, S.H, Advokat/Pengacara Reg. No. B ; Dachlan H. Dani, S.H, Advokat/Pengacara, Reg. No ; Mohammad Taufik Makarao, S.H, MH, Dosen Fakultas Hukum Universitas Islam As-syafi iyah Jakarta; Advokat/Penasihat Hukum pada Kantor Law Office, Lawyer, Legal and Insurance Consultant ARIFIN MUSA, SH & ASSOCIATES, berkantor di Jl. Ir. H. Juanda No.60 Palu/Jl. Monginsidi No. 113 Palu, berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 10 Desember 2007 (Surat Kuasa terlampir) Selanjutnya dalam hal ini disebut sebagai: PEMOHON; Dengan ini mengajukan permohonan Judicial Review terhadap Pasal 11 Undang-Undang Republik Indonesia Tentang Pembentukan Kabupaten Buol, Kabupaten Morowali dan Kabupaten Banggai Kepulauan (UU-RI Nomor 51 Tahun 1999) karena dipandang bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945), yang selengkapnya adalah sebagai berikut: I. TENTANG KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI Pasal 24C Ayat (1) Perubahan Ketiga Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (selanjutnya disebut UUD 1945) jo Pasal 10 Undang-undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi menyatakan bahwa Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji Undang-Undang terhadap Undang-Undang Dasar, memutuskan sengketa kewenangan Lembaga Negara yang kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar, memutus pembubaran partai politik, dan memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum. II. KEDUDUKAN HUKUM (LEGAL STANDING) PEMOHON Pasal 51 ayat (1) UURI Nomor 24 Tahun 2003 Tentang Mahkamah Konstitusi, memberikan kepada antara lain perorangan Warga Negara Indonesia, Kesatuan masyarakat hukum adat sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diatur dalam Undang-Undang, Badan Hukum Publik mengajukan permohonan Judicial Review karena hak dan/atau kewenangan konstitusionalnya dirugikan oleh berlakunya suatu Undang- Undang; Selanjutnya Pasal 51 ayat (1) tersebut berbunyi sebagai berikut: Pemohon adalah pihak yang menganggap hak dan/atau kewenangan konstitusional dirugikan oleh berlakunya Undang-undang yaitu:

8 a. Perorangan warga negara Indonesia; b. Kesatuan masyarakat hukum adat sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diatur dalam undang-undang;--- c. Badan hukum publik atau privat; atau d. Lembaga Negara Bahwa penjelasan Pasal 51 Ayat (1) Undang-undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi mengatakan yang dimaksud dengan hak konstitusional adalah hak-hak yang diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945 ; 3. Bahwa Pemohon I mewakili Kesatuan Masyarakat Hukum Adat Banggai yang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana yang dijamin Undang-undang memandang ketentuan dan pemberlakuan Pasal 11 Undang-undang Nomor 51 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Buol, Kabupaten Morowali dan Kabupaten Banggai Kepulauan telah merugikan hak konstitusional Pemohon sebagaimana dijamin oleh Pasal 18 ayat (2) UUD 1945 dimana disebutkan Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hakhak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diatur dalam undang-undang, dan juga oleh Pasal 28I ayat (3) yang menjamin identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras dengan perkembangan zaman dan peradaban. Ketentuan Pasal 11 tersebut tidak mengakui dan tidak menghormati hak tradisional Kesatuan Masyarakat Hukum Adat Banggai yang secara turun-temurun menempatkan Kota Banggai di Kecamatan Banggai sebagai pusat pemerintahan dan pusat kebudayaan; 4. Bahwa Pemohon II, III dan IV, dalam kedudukannya sebagai Anggota DPRD Kabupaten Banggai Kepulauan periode memandang ketentuan dan pemberlakuan Pasal 11 Undang-undang Nomor 51 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Buol, Kabupaten Morowali dan Kabupaten Banggai Kepulauan telah merugikan hak konstitusional pemohon sebagaimana dijamin oleh Pasal 28D ayat (2) UUD 1945 yang menyatakan bahwa Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum. Ketentuan dan Pemberlakuan Pasal 11 Undangundang No 51 tahun 1999 telah menimbulkan ketidakpastian hukum mengingat ketentuan Ibukota Kabupaten Banggai Kepulauan dalam undang-undang yang sama juga telah diatur dalam Pasal 10 ayat (2), dan pemaksaan penerapan ketentuan Pasal 11 telah mengakibatkan ketidakpastian hukum dan merugikan hak konstitusional Pemohon sebagaimana dijamin Pasal 28D ayat (2), Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak 7

9 dalam hubungan kerja, dimana terhitung sejak Januari 2007 sampai permohonan ini diajukan (selama tiga belas bulan) hak para Pemohon berupa gaji dan tunjangan sebagai anggota DPRD Kabupaten Banggai Kepulauan tidak dibayarkan; 5. Bahwa Pemohon V, VI, VII dan VIII, masing masing-masing terpidana kurungan 8 bulan, 6 bulan, 6 bulan dan 1 tahun dengan masa percobaan masing-masing 1,2 tahun, dan 2 tahun karena didakwa melanggar Pasal 212, 214 jo Pasal 335 dan Pasal 55 KUHP dalam kekerasan sosial yang terjadi tanggal 27 Februari 2007, memandang ketentuan dan pemberlakuan Pasal 11 Undang-Undang Nomor 51 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Buol, Kabupaten Morowali dan Kabupaten Banggai Kepulauan telah merugikan hak konstitusional Pemohon. Ketentuan dan Pemberlakuan Pasal 11 Undang-Undang No 51 tahun 1999 telah menimbulkan gejolak sosial bagi masyarakat khususnya di Banggai selama bulan Februari 2007 yang berujung pada kekerasan berdarah tanggal 28 Februari 2007, dan para Pemohon, ditangkap, disidik, didakwa dan kemudian dipidana bersalah sehingga Pemohon kehilangan hak-hak Konstitusional yang dijamin oleh Pasal 28 UUD 1945 yang menjamin Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang, jo Pasal 28E UUD 1945 yang menjamin Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat ; 6. Bahwa Pemohon IX, X, XI dan XII, masing masing-masing adalah ahli waris dari korban meninggal pada kekerasan sosial 28 Februari 2007 memandang ketentuan dan pemberlakuan Pasal 11 Undang-undang Nomor 51 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Buol, Kabupaten Morowali dan Kabupaten Banggai Kepulauan telah merugikan hak konstitusional pemohon. Ketentuan dan Pemberlakuan Pasal 11 Undang-undang No 51 tahun 1999 telah menimbulkan gejolak sosial bagi masyarakat khususnya di Banggai selama bulan Februari 2007 yang berujung pada kekerasan berdarah tanggal 28 Februari 2007, dimana suami Pemohon IX dan X, serta anak kandung Pemohon XI dan XII menjadi korban meninggal penembakan aparat penegak hukum (polisi) yang menangani aksi massa secara berlebihan sehingga para Pemohon kehilangan anggota keluarga yang sangat dicintai yang hak konstitusional mereka yang paling asasi yakni hak hidup sebagaimana dijamin Pasal 28I UUD 1945 ( Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa,...adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun ) telah dirampas secara paksa dan tidak berperikemanusiaan. Mohon majelis diteruskan oleh rekan kami. 5. KETUA : Prof. H. ABDUL MUKTHIE FADJAR, S.H., M.S. Yang pokok-pokoknya saja ya? Jadi terutama kaitan dengan 8

10 kedudukan hukum, kewenangan, kedudukan hukum dan persoalan konstitusionalitas dari Pasal 11 undang-undang yang dimohonkan pengujian ya? 6. KUASA HUKUM PEMOHON : ARIFIN MUSA, S.H. Kami akan lanjutkan lagi oleh rekan kami, Bapak Ketua Majelis. 7. KUASA HUKUM PEMOHON : DACHLAN H. DANI, S.H. III. TENTANG DUDUK PERKARA 1. Bahwa pada tanggal 4 Oktober 1999 telah disahkan dan diundangkan Undang-undang Nomor 51 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Buol, Kabupaten Morowali, dan Kabupaten Banggai Kepulauan dimana kedudukan ibukota daerah Kabupaten Banggai Kepulauan dalam Pasal 10 ayat (3) Undang-undang tersebut ditetapkan bahwa Ibukota Kabupaten Banggai Kepulauan berkedudukan di Banggai. Akan tetapi dalam Pasal 11 Undang-undang Nomor 51 Tahun 1999 aquo; dinyatakan bahwa: Selambat-lambatnya dalam jangka waktu lima tahun terhitung sejak peresmian Kabupaten Banggai Kepulauan kedudukan ibukota dipindahkan ke Salakan. Pemberlakuan Pasal 11 Undang-Undang Nomor 51 Tahun 1999 inilah yang merugikan hakhak konstitusional Pemohon Bahwa untuk dimaklumi, salah satu landasan yuridis ditetapkannya Undang-undang Nomor 51 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Buol, Kabupaten Morowali dan Kabupaten Banggai Kepulauan adalah Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 sebagai pengganti Undangundang Nomor 22 Tahun 1999;Dalam konsideran Mengingat Undang- Undang Nomor 51 Tahun 1999 (UURI No. 51 Tahun 1999) dinyatakan: Mengingat: 1. Pasal 5 ayat (1),...dst Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839); 3....dst... Selanjutnya, dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah tersebut dinyatakan: Pasal (1). Daerah dibentuk berdasarkan pertimbangan dst. (2). Pembentukan, nama, batas, dan ibukota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Undang-undang

11 (3). Perubahan batas yang tidak mengakibatkan penghapusan suatu Daerah, perubahan nama Daerah, serta perubahan nama dan pemindahan ibukota Daerah ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah (4). Syarat-syarat pembentukan daerah..dst Dalam Penjelasan pasal-pasal Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 dinyatakan: Pasal Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Untuk menentukan batas dimaksud, setiap undang-undang mengenai pembentukan daerah dilengkapi dengan peta yang dapat menunjukkan dengan tepat letak geografis daerah yang bersangkutan...demikian pula mengenai perubahan batas daerah; Ayat (3) Yang dimaksud ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah didasarkan pada usul Pemerintah Daerah dengan persetujuan DPRD Ayat (4) Cukup jelas Bahwa dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah sebagai pengganti Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999, dalam BAB II Pembentukan Daerah dan Kawasan Khusus dinyatakan sebagai berikut: Pasal (1) Penghapusan dan Penggabungan daerah...dst... (2) Perubahan batas suatu daerah, perubahan nama daerah, pemberian nama bagian rupa bumi serta perubahan nama atau pemindahan ibukota yang tidak mengakibatkan penghapusan suatu daerah ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah (3) Perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan atas usul dan persetujuan daerah yang bersangkutan; Pertanyaan sekarang! Apakah materi muatan Pasal 11 yang mengatur pemindahan ibukota dari Banggai ke Salakan yang termuat dalam Undang-Undang Nomor 51 Tahun 1999 tentang Pembentukan 10

12 Kabupaten Buol, Morowali dan Kabupatan Banggai Kepulauan tidak bertentangan dengan azas legalitas dan/atau azas kepastian hukum yang dianut dalam Sistem Hukum Nasional (hukum positif) kita? Atau dengan perkataan lain, apakah materi muatan Pasal 11 Undang-Undang Nomor 51 Tahun 1999 aquo Pemindahan Ibukota dari Banggai ke Salakan atas usul Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) pada saat itu? Bahwa yang dimaksud dengan aturan-aturan yang akan ditetapkan dengan undang-undang memberikan pengertian bahwa muatan yuridis materi perundang-undangan Negara Republik Indonesia yang mengatur tentang ibukota daerah harus dimaknai bahwa: ibukota daerah ditetapkan dengan undang-undang, sedangkan pemindahan ibukota daerah ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah (azas legalitas); Bahwa materi muatan Pasal 5 ayat (3) Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 (yang telah dicabut/diganti) dengan materi muatan Pasal 7 ayat (2) dan ayat (3) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah (Undang-Undang Pengganti) baik pasalnya maupun dalam penjelasannya; tersirat dan terkandung maksud yang sama sama para pembuat Undangundang (dalam hal ini Pemerintah Republik Indonesia dan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia) adalah untuk mengantisipasi perubahan kawasan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) jika terjadi perubahan baik perubahan secara alamiah atau tuntutan perkembangan masyarakat. Hal ini berarti, bahwa jika terjadi perubahan kawasan atau wilayah, perubahan rupa bumi, dan atau apabila ada pemindahan Ibukota Daerah, maka menurut hukum, harus ditetapkan melalui ruang hukum produk hukum, Peraturan Pemerintah (PP) yang didasarkan pada usul Pemerintah Daerah dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD); Dari fakta hukum tersebut, terbukti bahwa materi muatan Pasal 11 dalam Undang-Undang Nomor 51 Tahun 1999, mengandung cacat yuridis, dan pasal tersebut dengan asas legalitas, melanggar undang-undang, dan norma hukum dan bersifat premateur; KUASA HUKUM PEMOHON : MUHAMMAD TAUFIK MAKARAO, S.H., M.H. 5. Bahwa pemindahan ibukota dari Banggai ke Salakan (yang telah ditetapkan dalam Pasal 11 Undang-Undang Nomor 51 Tahun 1999) ternyata bukan dan tidak atas usul Pemerintah Daerah dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Banggai (kabupaten induk) yang berarti pula bahwa materi muatan Pasal 11 Undang-Undang Nomor 51 Tahun 1999 bertentangan dengan Sistem Penyelenggaraan Negara yang ditegaskan dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945 (UUD 1945) bahwa Negara Indonesia berdasar 11

13 atas hukum (rechstaat) tidak berdasarkan kekuasaan belaka (machstaat). (Penjelasan UUD Tahun 1945 Sistem Pemerintahan Negara, butir 1 (1), telah dilanggar oleh pembuat undang-undang di masa itu. Fakta hukum membuktikan bahwa Pasal 11 Undang-Undang Nomor 51 Tahun 1999 yang berbunyi: Selambat-lambatnya dalam jangka waktu lima tahun terhitung sejak peresmian Kabupaten Banggai Kepulauan kedudukan ibukota dipindahkan ke Salakan, adalah pasal siluman, atau pasal seludupan yang bertentangan dengan kaidah-kaidah dan norma-norma hukum dalam pembuatan/pembentukan suatu undang-undang (legal drafting). (Bandingkan dengan Pasal 22 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 51 tahun 1999) aquo); Quo vadis peraturan perundangundangan/hukum positif kita. Oleh karena itu menurut hukum, materi muatan Pasal 11 dalam Undang-Undang Nomor 51 Tahun 1999 aquo; secara substansial, historis, normatif bertentangan dan tidak sejalan dengan Undang-Undang Dasar 1945 (Pasal 18A dan Pasal 18B), bertindih pula dengan materi muatan Pasal 10 ayat (3) yang menyatakan Ibukota Banggai Kepulauan berkedudukan di Banggai; (Periksa Penjelasan Pasal 10 ayat (3) Undang-Undang Nomor 51 Tahun 1999) dan (Lampiran 3 Undang-Undang aquo, Peta Wilayah Kabupaten Banggai Kepulauan); Bahwa berdasarkan alasan-alasan dan pertimbangan tersebut di atas, maka beralasan menurut hukum, materi muatan Pasal 11 dalam Undang-undang Nomor 51 Tahun 1999 Tentang Pembentukan Kabupaten Buol, Kabupaten Morowali, dan Kabupaten Banggai Kepulauan, dinyatakan tidak mempunyai kekuatan hukum, dan dinyatakan dicabut dan/atau dinyatakan tidak mengikat, karena bertentangan dan tidak sejalan dengan Undang-Undang Dasar Tahun 1945; dan menyatakan menurut hukum materi muatan Pasal 10 ayat (3) dalam Undang-Undang Nomor 51 Tahun 1999 adalah pasal yang definitif, tidak bisa dirubah. Dalam teori dan praktik pembuatan suatu undang-undang, maka Pasal 10 ayat (3) telah memenuhi syarat normatif; Bahwa justru sebaliknya, sejak peresmian Kabupaten Banggai Kepulauan pada tahun 2001 Ibukota Kabupaten Banggai Kepulauan berkedudukan di Banggai sesuai Pasal 10 ayat (3) Undang-Undang Nomor 51 Tahun 1999; didukung oleh syarat-syarat formal berupa syarat administratif, sosial ekonomi, syarat kewilayahan dan syarat-syarat pendukung lain seperti dinyatakan dalam: (1) Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Daerah Tingkat II Banggai (kabupaten induk), Nomor 03/KPTS/DPRD/

14 (2) Keputusan Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Sulawesi Tengah Nomor: 12/Pimp-DPRD/1999, tanggal 17 Juni (3) Surat Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sulawesi Tengah Perihal: Usul Pemekaran/Pembentukan Kabupaten Dati II di Propinsi Sulawesi, Nomor:.../Rotapem tanggal 13 April (4) Surat Dukungan Pemekaran Wilayah Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sulawesi Tengah Nomor: 125/021 B/Rotapem, Tanggal, Palu 26 Agustus Berdasarkan atas fakta hukum tersebut di atas, dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kabupaten Banggai Kepulauan oleh Bupati pertama H. Ali Hamid, SH (Tahun 2001 Agustus 2006), Ibukota Kabupaten Banggai Kepulauan tetap berkedudukan di Banggai, sesuai Pasal 10 ayat (3) Undang-undang Nomor 51 Tahun 1999 aquo; sehingga semua sarana dan prasarana fisik penyelenggaraan Pemerintahan Daerah sudah dibangun di Banggai; Bahwa saat ini, oleh Bupati Drs Irianto Malingong (Tahun 2006 Sekarang) Ibukota Kabupaten Banggai Kepulauan dengan mendalilkan Pasal 11 Undang-Undang Nomor 51 Tahun 1999 dipindahkan ke Salakan. Pemindahan ibukota daerah tersebut ternyata tidak sejalan dan melanggar ketentuan Pasal 7 ayat (2) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana tersebut diatas Bahwa Pemohon berpendapat bahwa pemberlakuan Pasal 11 Undangundang Nomor 51 Tahun 1999 tentang PEMBENTUKAN KABUPATEN BUOL, KABUPATEN MOROWALI DAN KABUPATEN BANGGAI KEPULAUAN bertentangan dan atau tidak sesuai dengan amanat konstitusi sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2) UUD 1945 yang menyebutkan bahwa Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat berserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diatur dalam undangundang. Dengan demikian Lembaga Muyawarah Adat Banggai mempunyai hak dan/atau kedudukan konstitusional. Dalam ajaran beslissingenler Ter Haar hukum adat itu dengan mengabaikan bagian-bagian yang tertulis yang terdiri dari peraturan-peraturan desa, surat-surat perintah raja, adalah keseluruhan peraturan-peraturan yang menjelma dalam keputusan-keputusan para fungsionaris hukum (dalam arti luas/yang mempunyai wibawa (macht) serta pengaruh (invleud) dan yang dalam pelaksanaannya berlaku dengan serta merta (spontan) dan dipatuhi dengan sepenuh hati berdasarkan nilai-nilai yang hidup sesuai dengan alam rokhani dan hidup kemasyarakatan anggota-anggota persekutuan itu. Hukum adat dan hak-hak tradisional di daerah Banggai 13

15 dan Banggai Kepulauan masih tetap akan meminta perhatian para pembangun negara kita Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Pemda) baik untuk memberi bahan-bahan di dalam pembentukan kodifikasi, maupun untuk langsung dipakai dalam lapangan yang belum mungkin dikodifikasi. Hak-hak tradisional sebagai hukum kebiasaan yang tak tertulis akan tetap menjadi sumber dan hukum baru dalam hal-hal yang tidak atau belum ditetapkan Undang-Undang; Walaupun Undang-Undang Dasar Tahun 1945 tidak mengatur/tidak memuat secara jelas dasar berlakunya Hukum Adat dalam Undang- Undang (organik), akan tetapi, hak-hak tradisional seperti yang masih dilestarikan/diperlukan dalam Lembaga Musyawarah Adat/ Persekutuan Masyarakat Adat Banggai, dan masih tetap hidup, terpelihara, ditaati dari dahulu kini dan akan datang sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) Pasal 6 ayat (1) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Azasi Manusia yang menyatakan, Dalam rangka penegakan hak azasi manusia perbedaan dan kebutuhan dalam masyarakat hukum adat harus diperhatikan dan dilindungi oleh hukum, masyarakat dan pemerintah Secara historis daerah Banggai atau Kota Banggai yang terletak di Pulau Banggai adalah salah satu Landsshaap yang termasuk Keresidenan Manado, terletak di bagian timur jazirah Sulawesi Tengah dan di sebelah tenggara terdapat pulau-pulau antara lain Pulau Peling, Pulau Labobo, Pulau Bangkurung dan pulau-pulau kecil (lihat peta Kabupaten Banggai Kepulauan, Lampiran 3 Undang-Undang Nomor 51 Tahun 1999). Sampai pada 1 April 1908, merupakan bagian dari Kesultanan Ternate dan setelah itu, menjadi pemerintahan otonomi dibawah KORTE VERKLARING langsung dari Pemerintah Hindia Belanda, dengan pusat pemerintahan/ibukota di Banggai. Daerah ini sekarang menjadi suatu wilayah atau daerah yakni Kabupaten Banggai Kepulauan yang termasuk dalam wilayah Provinsi Sulawesi Tengah Bahwa asal-usul daerah Kabupaten Banggai Kepulauan (Kota Banggai) ini, telah dikenal dan dicatat di dalam dokumen-dokumen pemerintahan beberapa kerajaan besar di Indonesia, seperti Kerajaan Kediri (Tahun ), Kerajaan Singosari (Tahun ), dan Kerajaan Majapahit (tahun ) bahkan nama daerah Banggai ini, tercantum pula di dalam salah satu kronik Kekaisaran Cina tempo dulu. Nama Daerah Banggai (Kota Banggai) ini terdapat dan tersimpan pula di dalam arsip-arsip di Pusat Pemerintahan Portugis di Lisabon dan Pusat Pemerintahan Spanyol di Madrid, karena adanya berbagai laporan dari para penulis dan aparat pemerintah kolonial mengenai daerah Banggai ini;

16 13. Bahwa selain memiliki nilai historis juga di Kota Banggai sejak semula telah melekat pelbagai aspek kehidupan masyarakat seperti pusat adat istiadat dan kebudayaan yang merupakan hak-hak tradisional Masyarakat Banggai seperti apa yang disebut Tumpe dan Membangun Tunggul yang sampai saat ini tradisi itu masih hidup dalam masyarakat. Kedua upacara ini harus dilakukan/dilaksanakan di Kota Banggai sebagai pusat kebudayaan dan pemerintahan. Jadi, sebelum adanya pemerintahan yang berbentuk daerah otonom Kabupaten Banggai Kepulauan (Undang-Undang Nomor 51 Tahun 1999) aquo, wilayah yang sekarang mencakup wilayah Kabupaten Banggai Kepulauan dan Kabupaten Banggai sudah merupakan suatu kesatuan wilayah yang telah memiliki bentuk dan sistem pemerintahan yang teratur berupa kerajaan dengan Banggai (Kota Banggai) menjadi pusat pemerintahan. Di Kota Banggai inilah pada tahun 1600 menjadi tempat dilantiknya Raja Banggai yang pertama, Raja Mandapar, oleh Sultan Ternate. Bahwa dari alasan historis ini, beserta asal-usulnya, tepatlah kiranya Kota Banggai dilestarikan kedudukannya sebagai pusat kebudayaan sekaligus pusat pemerintahan Kabupaten Banggai Kepulauan sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Pasal 10 ayat (3) Undang-Undang Nomor 51 tahun 1999 aquo. Dengan demikian jika terjadi pemindahan Ibukota Kabupaten Banggai Kepulauan sebagaimana dimaksud Pasal 11 aquo, selain bertentangan dengan azas legalitas, juga mengingkari amanat Undang-Undang Dasar Tahun 1945;- 14. Bahwa karena materi muatan Pasal 10 ayat (3) dan Pasal 11 Undangundang Nomor 51 Tahun 1999 aquo telah menimbulkan penafsiran ganda dan ketidakpastian hukum atas kedudukan Ibukota Kabupaten Banggai Kepulauan yang sah dan definitif telah mulai menimbulkan perpecahan antar sesama warga negara, telah menyebabkan kerugian konstitusional warga negara, maka perlu dicarikan jaminan kepastian hukum berdasarkan peraturan perundang-undangan. Keberadaan dua ketentuan tentang ibukota Kabupaten seperti yang ada sekarang jelas bertentangan dengan hierarki/tata urutan peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksudkan Pasal 22A UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Bahwa oleh karena tempat kedudukan ibukota daerah otonom menurut hukum diatur dan ditetapkan dalam undang-undang, sedangkan pemindahan suatu Ibukota daerah diatur dan ditetapkan dalam peraturan pemerintah sebagaimana telah diuraikan diatas, maka terhadap ketentuan Pasal 11 Undang-Undang Nomor 51 Tahun 1999 aquo yang secara materi dan teknis legal drafting salah kandang maka perlu dilakukan uji materi apakah meletakkan/ memasukkan materi Pasal 11 ke dalam Undang-Undang Nomor 51 Tahun 1999 aquo tidak bertentangan dengan ketentuan Pasal 1 ayat (3) UUD 1945, jo Pasal 18 ayat (7), yang menyatakan susunan dan tata cara penyelenggaraan pemerintahan daerah diatur dalam Undang-Undang;--- 15

17 16. Bahwa Kota Banggai dalam asal-usulnya merupakan pusat kebudayaan dan pemerintahan tradisonal Kerajaan Banggai dan dalam perkembangan selanjutnya menjadi tempat kedudukan Ibukota Landschap, tempat kedudukan Ibukota Kewedanaan, tempat kedudukan Pembantu Bupati Kabupaten Banggai (kabupaten induk; sesuai ketentuan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974), dan terakhir sebagai Ibukota Kecamatan Banggai (sebelum terjadi pemekaran dari kabupaten induk); adalah beralasan bila Kota Banggai ditetapkan menjadi Ibukota Kabupaten Banggai Kepulauan sebagaimana yang ditetapkan dalam Pasal 10 ayat (3) Undang-Undang Nomor 51 Tahun 1999 aquo; Bahwa secara kultural pada hakekatnya penyelenggaraan upacaraupacara adat yang melekat secara tradisional pada masyarakat adat Banggai seperti tumpe dan membangun tunggul harus dilaksanakan di tempat kedudukan pusat pemerintahan atau ibukota pemerintahan sebagai bentuk legitimasi pada penguasaan/ pemerintahan atas situs dan ritus sejarah yang menjadi simptom dari dimensi-dimensi dan sendi-sendi adat istiadat yang dibungkus dalam bentuk kearifan tradisonal (Dr. Albert Kruyt: Kepala Orderafdeling dalam buku De Voraten Van Banggai, atau Tentang Tradisi Masyarakat Banggai); Bahwa dalam memupuk kesadaran hukum dalam masyarakat dan membina sikap para penguasa daerah terhadap penegakan hukum, keadilan serta perlindungan terhadap harkat dan martabat manusia sesuai dengan semangat UUD 1945, maka para Pemohon mengajukan permohonan yudicial review kepada Mahkamah Konstitusi RI; Bahwa para Pemohon berpendapat bahwa pemberlakuan Pasal 10 dan Pasal 11 Undang-Undang Nomor 51 Tahun 1999 tentang PEMBENTUKAN KABUPATEN BUOL, KABUPATEN MOROWALI dan KABUPATEN BANGGAI KEPULAUAN bertentangan dan/atau tidak sesuai dengan amanat konstitusi sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2), jo Pasal 28D ayat (1) UUD 1945; Bahwa.selain bertentangan dengan asas kepastian hukum pemberlakuan ketentuan Pasal 11 UU Nomor 51 Tahun 1999 telah terbukti merugikan hak-hak konstitusional para Pemohon yang tidak ternilai: (a) dirampasnya hak tradisonal yang melekat pada kesatuan masyarakat hukum adat Banggai yang dalam hal ini wakili oleh Pemohon I; (b) dicabutnya secara paksa dan tidak berprikemanusiaan hak hidup anggota keluarga para Pemohon IX, X, XI dan XII yang jatuh sebagai korban penembakan aparat kepolisian dalam menangani secara brutal kerusuhan atau kekerasan sosial yang terjadi pada tanggal 28 Februari 2007 yang berpangkal pada pertentangan atas 16

18 legalitas Pasal 10 ayat (3) dan Pasal 11 Undang-undang Nomor 51 tahun 1999; (c) dicabutnya kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat para Pemohon V. VI, VII dan VII sebagai akibat dari meletusnya kekerasan sosial pada tanggal 28 Februari 2007; (d) dilanggarnya hak untuk bekerja serta mendapat imbalan para Pemohon II, III dan IV sebagai akibat pemaksaan penerapan Pasal 11 Undang-undang Nomor 51 tahun 1999 oleh Bupati dan sebagian anggota DPRD Kabupaten Banggai Kepulauan; IV. PERMOHONAN Dari uraian mengenai landasan/dasar serta lasan-alasan permohonan yudicial review tersebut diatas, dapat disimpulan beberapa hal: Ketentuan muatan Pasal 11 Undang-Undang Nomor 51 Tahun 1999, bertentangan dengan azas legalitas, bertentangan dengan prinsip-prinsip penyelenggaraan pemerintahan daerah (Pasal 18 ayat (1), bertentangan dengan prinsip keadilan dan keselarasan (Pasal 18B ayat (1) dan (2) Undang-undang Dasar 1945, bertentangan dengan asas kepastian hukum; Pertentangan antara Pasal 10 ayat (3) dan Pasal 11 Undang-Undang Nomor 51 Tahun 1999 aquo telah membawa akibat yang merugikan hak konstitusional kesatuan masyarakat adat Banggai sebagaimana diakui secara tradisional, mengakibatkan dicabutnya hak atas kebebasan berkumpul dan mengeluarkan pendapat, kehilangan hak atas pekerjaan dan imbalan, kehilangan nyawa atau hak hidup anggota keluarga yang masing-masing dijamin oleh Pasal 28I ayat (3), Pasal 28D ayat (2), Pasal 28E, dan Pasal 28I ayat (1) UUD 1945;- 3. Bahwa ketentuan materi muatan Pasal 10 ayat (3) dan pasal 11 Undang-Undang Nomor 51 tahun 1999 aquo, telah menafsirkan ganda dalam penerapan hukum, tidak memberikan kepastian hukum, sehingga jelas bertentangan dengan maksud dan ketentuan Pasal 1 ayat (3) Undang-undang Dasar 1945; Pemindahan Ibukota Kabupaten Banggai Kepulauan dari Banggai ke Salakan merupakan bentuk perlakuan diskriminatif yang tidak dibenarkan oleh Undang-undang Dasar 1945 atau mengingkari amanat Undang- Undang Dasar 1945; Berdasarkan uraian dan kesimpulan diatas, maka Pasal 11 Undang- Undang Nomor 51 tahun 1999 secara tekstual dan kontekstual bertentangan dengan Pasal 1, Pasal 18 ayat (2) UUD 1945, bertentangan dengan ketentuan organik Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 jo Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, 17

19 dan telah terbukti mengakibatkan kerugian konstitusional yang disebutkan diatas; Oleh karena itu para Pemohon meminta kepada Ketua/Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi Yang Terhormat kiranya berkenan memeriksa dan memutus permohonan pengajuan ini (judicial review) dengan menyatakan Pasal 11 Undang-Undang Nomor 51 Tahun 1999 aquo bertentangan dengan UUD 1945, dan dengan demikian harus dinyatakan tidak mempunyai kekuatan hukum yang mengikat; KUASA HUKUM PEMOHON : ARIFIN MUSA, S.H. V. PETITUM Berdasarkan hal-hal yang diuraikan di atas dengan ini Pemohon meminta kepada Ketua/Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi Yang Terhormat kiranya berkenan memeriksa dan memutus permohonan pengujian ini (judicial review) dengan menyatakan: Menerima dan mengabulkan permohonan untuk seluruhnya; Menyatakan Pasal 11 agar Undang-Undang Nomor 51 Tahun 1999 tidak mempunyai kekuatan hukum yang mengikat; Memerintahkan agar Pasal 11 Undang-Undang Nomor 51 Tahun 1999 yang tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat dimuat dalam berita negara. Atau, apabila Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi berpendapat lain, mohon putusan seadil-adilnya. Terima Kasih KUASA HUKUM PEMOHON 1. ARIFIN MUSA, S.H. 2. DACHLAN H. DANI, SH. 3. MOH. TAUFIK MAKARAO, SH, MH. 10. KETUA : Prof. H. ABDUL MUKTHIE FADJAR, S.H., M.S. Baik, jadi dengan uraian yang panjang lebar tadi para Pemohon ini intinya mempersoalkan Pasal 11 Undang-Undang Nomor 51 Tahun Artinya keberatan terhadap pemindahan ibukota Kabupaten Banggai Kepulauan yang dikaitkan dengan Pasal 10 Undang-Undang 18

20 aquo ayat (3) yang sebelumnya telah menyatakan bahwa ibukota Banggai Kepulauan berkedudukan di Banggai. Kemudian Pasal 11 ternyata 5 (lima) tahun terhitung sejak peresmian Kabupaten Banggai Kepulauan kemudian ibukota dipindahkan ke Salakat, betul begitu ya. Pemindahan Ibukota ini sudah berlangsung? Artinya sudah berjalan belum? 11. KUASA HUKUM PEMOHON : ARIFIN MUSA, S.H. Majelis yang terhormat. Bahwa berdasarkan fakta pemindahan ini terjadi sejak saat pelantikan Bapak Bupati yang kedua Bapak Drs. Irianto tahun 2006 secara perlahan-lahan, apakah untuk memperoleh legitimasi masyarakat, maka semua itu mulai secara perlahan-lahan itu dipindahkan ibukota Kabupaten Banggai Kepulauan dari Banggai ke Salaka. 12. KETUA : Prof. H. ABDUL MUKTHIE FADJAR, S.H., M.S. Baik, jadi itukan tentu bupati kan beralasan untuk melaksanakan Pasal 11 ini kan? Jadi perkaranya adalah perkara pengujian undangundang terhadap Undang-Undang Dasar sehingga seluruh argumentasi tentu berkaitan dengan konstitusionalitas dari pasal yang dimohonkan. Mengapa Pasal 11 ini dianggap bertentangan dengan Undang-Undang Dasar? Dan para Pemohon menyatakan mengalami kerugian konstitusionalnya. Apa sih kerugiannya itu akibat pindah ibukota itu sebetulnya? 13. KUASA HUKUM PEMOHON : ARIFIN MUSA, S.H. Kabupaten Banggai Kepulauan dengan kedudukan ibukota di Banggai, waktu itu kan dia masih masuk dalam kabupaten induk Kabupaten Banggai dengan kedudukan Ibukota dulu. Dengan Undang- Undang Nomor 29 Tahun 1999, Kabupaten Banggai Kepulauan itu yang masih masuk dengan kabupaten induk Banggai terbentuk dengan ibukota Luwuk, maka adat dan tradisi masyarakat Banggai itu 27 tahun tenggelam. Pada tahun 1987 kemudian itu dihidupkan kembali tradisi dan adat budaya masyarakat Banggai dengan dimulainya musyawarah, lembaga musyawarah adat pada waktu itu Banggai dan mulai tahun 1987 selama seperempat abad adat dan tradisi masyarakat Banggai hilang. Barangkali itu salah satu yang termasuk yang dijadikan alasan kerugian konstitusional yang cukup terasa bagi Lembaga Musyawarah Adat Banggai. Terima kasih. 19

21 14. KETUA : Prof. H. ABDUL MUKTHIE FADJAR, S.H., M.S. Apakah kalau pindah ibukota berarti seluruh hak-hak masyarakat adat, kebudayaan masyarakat adat itu lalu hilang, kira-kira begitu? 15. KUASA HUKUM PEMOHON : ARIFIN MUSA, S.H. Dalam pelaksanaan upacara adat dan tradisi masyarakat adat Banggai secara naluri atau dalam pemberlakuan tradisi dan adat masyarakat budaya itu, keterikatan antara adat dan tradisi dengan penguasa kerajaan waktu itu tentunya dalam masa sekarang itu adalah pemerintah yang tetap berkedudukan di Banggai itu terjalin dan ada hubungan sejarah, antara pelaksanaan upacara adat itu sendiri dengan kedudukan ibukota yang banyak hal-hal yang bersifat dimensional sakral dan lain sebagainya itu di Banggai. Oleh karena itu antara masyarakat adat dengan penguasa Pemerintah sekarang ini atau pemerintah tempo dulu itu sudah semacam contract government kerajaan tempo dulu. Terima kasih Pak. 16. KETUA : Prof. H. ABDUL MUKTHIE FADJAR, S.H., M.S. Baik, jadi intinya Pemohon berpendirian pemindahan ibukota itu menolak ya? 17. KUASA HUKUM PEMOHON : ARIFIN MUSA, S.H. Menolak. 18. KETUA : Prof. H. ABDUL MUKTHIE FADJAR, S.H., M.S. Ya, diantara para Pemohon ini tadi ada yang Anggota DPRD ya? Tadi bulak-balik dikemukakan tidak lagi menikmati hak-haknya. Sekarang masih Anggota DPRD resminya? Mungkin Prinsipal atau masih anggota, ikut sidang-sidang, sudah tidak ikut, sudah ada pemberhentian, belum ada. Masak tidak ada pemberhentian, tidak bisa ikut sidang-sidang, bagaimana ini persoalannya, bagaimana? Ini kan tidak ada kaitannya Pasal 10 dengan kedudukan anda sebagai Anggota DPRD itu. Tentu ada sebab-sebab yang menyebabkan anda misalnya tidak digaji atau (...) Menolak pemindahan itu Ya, jadi ini baru pemeriksaan pendahuluan ya. Jadi permohonan tadi sudah jelas sebetulnya, hanya banyak terulang-ulang, sudah ada permohonan nanti ada petitum lagi. Jadi banyak yang terulang-ulang jadi perlu ditata. Tapi sebelum itu mungkin ada pertanyaan dari Bapak-Bapak Hakim, silakan Pak. 20

22 19. HAKIM KONSTITUSI : I DEWA GEDE PALGUNA, S.H. Terima kasih Pak Ketua. Saudara Pemohon sesuai dengan ketentuan Pasal 39 ayat (2) Undang-Undang Mahkamah Konstitusi dalam pemeriksaan pendahuluan ini Panel Hakim diwajibkan untuk memberikan nasihat kepada Pemohon. Jadi diwajibkan untuk memberikan nasihat. Saudara tidak diwajibkan untuk menerima atau untuk ini ya? Tetapi kami wajib memberi nasihat. Tetapi sebelum nasihat itu mungkin bisa merupakan pertanyaan konfirmasi bisa juga nasihat betulan, misalnya perbaikan permohonan. Ini dari hal yang sangat teknis dulu ya mengenai kuasa ini, kuasa nomor tiga Bapak Muhammad Taufik Makarau S.H. M.H. Saudara Advokat? 20. KUASA HUKUM PEMOHON : MUHAMMAD MAKARAO, S.H., M.H. Saya bukan Advokat, Saya dosen fakultas hukum. 21. HAKIM KONSTITUSI : I DEWA GEDE PALGUNA, S.H. Nah, ini pernyataannya soalnya begini. Itu memang untuk nomor tiga disebutkan Dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Asshafiyah Jakarta, tetapi keterangan berikutnya Advokat Penasihat Hukum pada Kantor Law Office, Lawyer, Legal and Insurance Consultant ARIFIN MUSA, SH & ASSOCIATES. Tetapi kemungkinan itu Saudara merangkap begitu? 22. KUASA HUKUM PEMOHON : MUHAMMAD MAKARAO, S.H., M.H. Saya tidak. 23. HAKIM KONSTITUSI : I DEWA GEDE PALGUNA, S.H. Artinya Saudara kuasa tersendiri. Jadi keterangan ini menerangkan siapa ini, advokat, penasihat hukum pada Kantor Law and Office itu? 24. KUASA HUKUM PEMOHON : MUHAMMAD MAKARAO, S.H., M.H. Terima kasih Majelis. Kami memang dalam surat kuasa itu tertulis karena kami memiliki domisili hukum di kantor di Palu, di Jalan Juanda Nomor 60. Terima kasih Majelis. 21

23 25. HAKIM KONSTITUSI : I DEWA GEDE PALGUNA, S.H. Bukan, inikan satu, dua, tiga kemudian di bawahnya tertulis begitu. Kalau memang dimaksudkan tersendiri itu lain keterangan dari Bapak Muhammad Taufik Makarau S.H. M.H. ini kan? Di sini memang tidak ada larangan bahwa kuasa itu harus advokat dan sebagainya, tidak. Tetapi kalau keterangannya begini seolah-olah nanti Saudara jadi advokat, jadi nanti itu bisa ramai urusannya dengan Peradi nanti kan? 26. KUASA HUKUM PEMOHON : MUHAMMAD MAKARAO, S.H., M.H. Ya. 27. HAKIM KONSTITUSI : I DEWA GEDE PALGUNA, S.H. Kalau begini keterangannya ya tidak? Bapak-Bapak yang dua ini kan Anggota Peradi pasti, kalau begini keterangannya Bapak ini bisa menjerumuskan Anda melanggar ketentuan itu, ya tidak? Itu perbaikan teknis ini sebagain dari nasihat. Tolong dibedakan kalau memang beliau sebagai kuasa juga bunyinya bukan begitu seperti ininya. Jadi itu nanti itu kan yang Anda maksudkan satu dua ini kan yang alamat advokat atau penasihat hukum Kantor Law and Office itu kan kuasa yang nomor satu dan dua kan? 28. KUASA HUKUM PEMOHON : ARIFIN MUSA, S.H. Ya. 29. HAKIM KONSTITUSI : I DEWA GEDE PALGUNA, S.H. Yang nomor tiga tidak termasuk, berarti dia tersendiri dong? Boleh saja Pemohon memberi kuasa kepada Bapak ini, tetapi bukan sebagai advokat dalam keterangan ini. Supaya Bapak nanti jangan melanggar hukum nanti. Kemudian ada pertanyaan saya yang dari tadi menggelitik sebenarnya. kalaulah undang undang ini menjadi persoalan kenapa bukan sejak awalnya ini iya kan? Ini di dalilkan tidak ada persetujuan DPRD. Tentu menjadi pertanyaan, kalau tidak ada persetujuan DPRD bagaimana mungkin pasal itu menjadi terumuskan seperti itu dan menunggu gejolak sembilan tahun lamanya kemudian ada gejolak bukan? Tentu itu adalah pertanyaan logis yang muncul dari siapapun ya kalau dalilnya bunyinya seperti itu. Bahwa kalau itu tidak ada persetujuan DPRD bagaimana mungkin itu muncul Pasal 11 itu kalau tidak ini. Ini pertanyaan logisnya kan demikian, kenapa menunggu 9 tahun baru kemudian muncul? Nah, ini, bagaimana itu Pak klarifikasi dulu, ini mungkin tidak ( ) 22

24 30. KUASA HUKUM PEMOHON : ARIFIN MUSA, S.H. Kami klarifikasi kembali, sebenarnya perjuangan sejak awal pemekaran Banggai Kepulauan itu sendiri yang tergabung dalam Undang Undang Nomor 51, perjuangan masyarakat Banggai Kepulauan untuk tetap mendudukkan ibukota Kabupaten Banggai Kepulauan itu di Banggai telah diperjuangkan sejak RUU ini dibangun, dibuat DPR bersama-sama dengan Pemerintah. Dan itu barangkali kami mohon kepada Majelis kemungkinan juga ada hal-hal yang akan disampaikan nanti oleh para Pemohon dalam kaitannya dengan ini, mungkin pada persidangan Pleno Majelis barangkali kami berkenan kepada majelis Hakim. 31. HAKIM KONSTITUSI : I DEWA GEDE PALGUNA, S.H. Ya, itu pasti soal itu, kalau soal itu pasti ya? 32. KUASA HUKUM PEMOHON : ARIFIN MUSA, S.H. Yang kedua, perjuangan untuk tetap Pasal 10 ayat (3) itu harus definitif itu semenjak diperjuangkan, sudah diperjuangkan bukan, bukan di dalam ruang gedung DPR, tetapi itu sudah diperjuangkan oleh masyarakat Banggai, baik di Banggai dan itu sudah berjalan selama 9 tahun diperjuangkan melalui suatu forum ataupun namanya perjuangan itu tetap dilakukan. Tetapi selama ini perjuangan yang dilakukan adalah mengarah kepada legislative review. Selama ini perjuangan-perjuangan yang dilakukan oleh masyarakat dan semua komponen masyarakat yang ada di sana sampai hari ini belum membawa hasil apa-apa tetapi akibat daripada pertentangan yang terjadi akibat penafsiran ganda itu sendiri. Korban berdarah sudah jatuh di Banggai pada tanggal 28 Februari HAKIM KONSTITUSI : I DEWA GEDE PALGUNA, S.H. Oke, itu berarti saya bisa mengerti. Akhirnya masalahnya sebenarnya kalau memang anu ya? Sesungguhnya kan tidak perlu menunggu sembilan tahun, kalau itu tidak mendapatkan persetujuan begitu? Begitu dia rumuskan kalau memang di uji di sini kalau dianggap bertentangan dengan Undang Undang Dasar kan begitu? Tetapi mungkin kalau memang usahanya legislative review ya barangkali iya itu bisa. Tetapi itu nantilah soal materi, hanya ini hanya saya menurut logikanya saja itu dulu kan? Kenapa baru menunggu sembilan tahun baru kemudian ada konflik sosial begitu kan? Dan konflik sosialnya-pun katanya didasarkan karena alasan pasal ini, itu kan? Bagi saya secara logika itu tampaknya agak menyimpang begitu ya? 23

PUTUSAN NOMOR 6/PUU-VI/2008 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

PUTUSAN NOMOR 6/PUU-VI/2008 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA PUTUSAN NOMOR 6/PUU-VI/2008 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang memeriksa, mengadili, dan memutus perkara konstitusi pada tingkat pertama

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 28/PUU-V/2007

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 28/PUU-V/2007 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 28/PUU-V/2007 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG KEJAKSAAN TERHADAP

Lebih terperinci

Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxp;;;;;;;;;;;;;;;;;;; ;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;

Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxp;;;;;;;;;;;;;;;;;;; ;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;; Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxp;;;;;;;;;;;;;;;;;;; ;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;; MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 43/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 43/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 43/PUU-XIII/2015 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 49 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NO. 015/PUU-IV/2006 PERIHAL PENGUJIAN UU NO. 18 TAHUN 2003 TENTANG ADVOKAT TERHADAP UUD 1945

RISALAH SIDANG PERKARA NO. 015/PUU-IV/2006 PERIHAL PENGUJIAN UU NO. 18 TAHUN 2003 TENTANG ADVOKAT TERHADAP UUD 1945 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NO. 015/PUU-IV/2006 PERIHAL PENGUJIAN UU NO. 18 TAHUN 2003 TENTANG ADVOKAT TERHADAP UUD 1945 ACARA PEMERIKSAAN PERBAIKAN

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 8/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 8/PUU-XV/2017 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 8/PUU-XV/2017 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 1999 TENTANG TELEKOMUNIKASI TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NO. 024/PUU-IV/2006

RISALAH SIDANG PERKARA NO. 024/PUU-IV/2006 irvanag MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NO. 024/PUU-IV/2006 PERIHAL PENGUJIAN UU NO. 12 TAHUN 2003 TENTANG PEMILU ANGGOTA DPR, DPD DAN DPRD, UU NO. 23

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NO. 024/PUU-IV/2006

RISALAH SIDANG PERKARA NO. 024/PUU-IV/2006 irvanag MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NO. 024/PUU-IV/2006 PERIHAL PENGUJIAN UU NO. 12 TAHUN 2003 TENTANG PEMILU ANGGOTA DPR, DPD DAN DPRD, UU NO. 23

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 26/PUU-VI/2008

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 26/PUU-VI/2008 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 26/PUU-VI/2008 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NO. 009/PUU-IV/2006 PERIHAL PENGUJIAN UU NO. 18 TAHUN 2003 TENTANG ADVOKAT TERHADAP UUD 1945 ACARA PEMBACAAN PUTUSAN (III)

RISALAH SIDANG PERKARA NO. 009/PUU-IV/2006 PERIHAL PENGUJIAN UU NO. 18 TAHUN 2003 TENTANG ADVOKAT TERHADAP UUD 1945 ACARA PEMBACAAN PUTUSAN (III) MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NO. 009/PUU-IV/2006 PERIHAL PENGUJIAN UU NO. 18 TAHUN 2003 TENTANG ADVOKAT TERHADAP UUD 1945 ACARA PEMBACAAN PUTUSAN

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 80/PUU-XIV/2016

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 80/PUU-XIV/2016 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 80/PUU-XIV/2016 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 112/PUU-XII/2014

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 112/PUU-XII/2014 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 112/PUU-XII/2014 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat [Pasal 4 ayat (1) dan ayat (3)] terhadap

Lebih terperinci

PUTUSAN. Nomor 024/PUU-IV/2006 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

PUTUSAN. Nomor 024/PUU-IV/2006 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA PUTUSAN Nomor 024/PUU-IV/2006 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA Yang memeriksa, mengadili, dan memutus perkara konstitusi pada tingkat pertama dan

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 99/PUU-XIV/2016

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 99/PUU-XIV/2016 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 99/PUU-XIV/2016 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN TERHADAP UNDANG- UNDANG

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NO. 5/PUU-V/2007 PERIHAL PENGUJIAN UU NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR 1945

RISALAH SIDANG PERKARA NO. 5/PUU-V/2007 PERIHAL PENGUJIAN UU NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR 1945 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NO. 5/PUU-V/2007 PERIHAL PENGUJIAN UU NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR 1945

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 17/PUU-V/2007

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 17/PUU-V/2007 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 17/PUU-V/2007 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN,

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 85/PUU-XIV/2016

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 85/PUU-XIV/2016 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 85/PUU-XIV/2016 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTIK MONOPOLI DAN PERSAINGAN

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 33/PUU-XIV/2016

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 33/PUU-XIV/2016 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 33/PUU-XIV/2016 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1981 TENTANG HUKUM ACARA PIDANA TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 68/PUU-XIV/2016

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 68/PUU-XIV/2016 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 68/PUU-XIV/2016 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PERRUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG- UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 123/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 123/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 123/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1981 TENTANG HUKUM ACARA PIDANA TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 100/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 100/PUU-XV/2017 rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 100/PUU-XV/2017 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 20/PUU-XIV/2016

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 20/PUU-XIV/2016 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 20/PUU-XIV/2016 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 46/PUU-VI/2008

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 46/PUU-VI/2008 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 46/PUU-VI/2008 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2004 TENTANG PERBENDAHARAAN NEGARA

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 7/PUU-V/2007

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 7/PUU-V/2007 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 7/PUU-V/2007 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1981 TENTANG HUKUM ACARA PIDANA (KUHAP) TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA Nomor : 018/PUU-III/2005 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PLENO PEMBACAAN PUTUSAN PERKARA NO. 018/PUU-III/2005 MENGENAI PENGUJIAN UU NO. 23 TAHUN 2002 TENTANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 57/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 57/PUU-XV/2017 rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 57/PUU-XV/2017 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 72/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 72/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 72/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN TERHADAP UNDANG- UNDANG

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 6/PUU-V/2007 PERIHAL PENGUJIAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA (KUHP) TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR 1945

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 6/PUU-V/2007 PERIHAL PENGUJIAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA (KUHP) TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR 1945 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 6/PUU-V/2007 PERIHAL PENGUJIAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA (KUHP) TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR 1945 ACARA

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 105/PUU-XIV/2016

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 105/PUU-XIV/2016 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 105/PUU-XIV/2016 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAKAMAH KONSTITUSI SEBAGAIMANA DIUBAH

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 67/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 67/PUU-XV/2017 rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 66/PUU-XV/2017 PERKARA NOMOR 67/PUU-XV/2017 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PEMILIHAN

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 7/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 7/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 7/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 96/PUU-XIV/2016

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 96/PUU-XIV/2016 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 96/PUU-XIV/2016 PERIHAL PENGUJIAN PERPU NOMOR 51 TAHUN 1960 TENTANG LARANGAN PEMAKAIAN TANAH TANPA IZIN YANG BERHAK

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 139/PUU-XII/2014

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 139/PUU-XII/2014 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 139/PUU-XII/2014 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MAHAKAM ULU DI

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 121/PUU-XII/2014

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 121/PUU-XII/2014 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 121/PUU-XII/2014 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua Sebagaimana

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NO. 027/SKLN-IV/2006

RISALAH SIDANG PERKARA NO. 027/SKLN-IV/2006 irvanag MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NO. 027/SKLN-IV/2006 PERIHAL SENGKETA KEWENANGAN ANTAR LEMBAGA NEGARA ANTARA KETUA DAN WAKIL KETUA DPRD PROVINSI

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 50/PUU-IX/2011

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 50/PUU-IX/2011 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 50/PUU-IX/2011 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA Nomor : 070 / PUU-II/2004 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------------------- RISALAH PANEL HAKIM PEMERIKSAAN BUKTI TERTULIS PERKARA NOMOR 070/PUU-II/2004 PENGUJIAN UU NO. 26 TAHUN 2004 PASAL

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 102/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 102/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 102/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1981 TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DAN UNDANG- UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 76/PUU-XIV/2016

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 76/PUU-XIV/2016 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 76/PUU-XIV/2016 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 139/PUU-XII/2014

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 139/PUU-XII/2014 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 139/PUU-XII/2014 PERIHAL PENGUJIAN LAMPIRAN UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MAHAKAM

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 94/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 94/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 94/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL, UNDANG-UNDANG NOMOR

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 21/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 21/PUU-XV/2017 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 21/PUU-XV/2017 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 1997 TENTANG KETRANSMIGRASIAN JUNCTO UNDANG- UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 50/PUU-IX/2011

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 50/PUU-IX/2011 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 50/PUU-IX/2011 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 42/PUU-VI/2008

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 42/PUU-VI/2008 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 42/PUU-VI/2008 PERIHAL PENGUJIAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA (KUHP) TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR 1945 ACARA

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 24/PUU-XV/2017 PERKARA NOMOR 69/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 24/PUU-XV/2017 PERKARA NOMOR 69/PUU-XV/2017 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 24/PUU-XV/2017 PERKARA NOMOR 69/PUU-XV/2017 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA Nomor : 004/PUU-III/2005 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------------- RISALAH PANEL HAKIM PEMERIKSAAN PENDAHULUAN PERKARA NOMOR 004/PUU-III/2005 PENGUJIAN UU NO. 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA Nomor : 024/PUU-III/2005 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PANEL PEMERIKSAAN PENDAHULUAN (PASCA PERBAIKAN PERMOHONAN) PERKARA NO. 024/PUU-III/2005 MENGENAI PENGUJIAN

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 24/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 24/PUU-XV/2017 rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 24/PUU-XV/2017 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 52/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 52/PUU-XV/2017 rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 52/PUU-XV/2017 PERIHAL PENGUJIAN FORMIL DAN MATERIIL PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 2

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 62/PUU-XII/2014

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 62/PUU-XII/2014 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 62/PUU-XII/2014 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 86/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 86/PUU-XV/2017 rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 86/PUU-XV/2017 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PEMILIHAN UMUM TERHADAP UNDANG-

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 117/PUU-X/2012

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 117/PUU-X/2012 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 117/PUU-X/2012 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan [Pasal 163 (1)] terhadap Undang-Undang

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 29/PUU-VIII/2010

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 29/PUU-VIII/2010 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 29/PUU-VIII/2010 PERIHAL PERMOHONAN PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH TERHADAP

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 19/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 19/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 19/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 1999 TENTANG ARBITRASE DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA Nomor : 010/PUU-III/2005 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PANEL PEMERIKSAAN PENDAHULUAN PERKARA NOMOR 010/PUU-III/2005 PENGUJIAN UU NO. 32 TAHUN 2004 TENTANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 23/PUU-XIV/2016

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 23/PUU-XIV/2016 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 23/PUU-XIV/2016 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN DAN UNDANG-UNDANG NOMOR

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 12/PUU-VI/2008

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 12/PUU-VI/2008 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 12/PUU-VI/2008 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 34/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 34/PUU-XV/2017 rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 34/PUU-XV/2017 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 77/PUU-X/2012

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 77/PUU-X/2012 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 77/PUU-X/2012 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 4/PUU-VII/2009

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 4/PUU-VII/2009 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 4/PUU-VII/2009 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 45/PUU-IX/2011

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 45/PUU-IX/2011 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 45/PUU-IX/2011 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 1999 TENTANG KEHUTANAN TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 91/PUU-XII/2014

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 91/PUU-XII/2014 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 91/PUU-XII/2014 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang- Undang Nomor 14 Tahun

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 90/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 90/PUU-XV/2017 rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 90/PUU-XV/2017 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

PERKARA NOMOR 68/PUU-VIII/2010

PERKARA NOMOR 68/PUU-VIII/2010 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA MAHKAMAH --------------------- KONSTITUSI RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 68/PUU-VIII/2010 REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH PERIHAL SIDANG PERKARA NOMOR

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 5/PUU-VII/2009

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 5/PUU-VII/2009 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 5/PUU-VII/2009 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 122/PUU-VII/2009

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 122/PUU-VII/2009 Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxp;;;;;;;;;;;;;;;;;;; ;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;; MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 10/PUU-XVI/2018

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 10/PUU-XVI/2018 rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 10/PUU-XVI/2018 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

PUTUSAN Perkara Nomor 007/PUU-II/2004 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

PUTUSAN Perkara Nomor 007/PUU-II/2004 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA PUTUSAN Perkara Nomor 007/PUU-II/2004 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA Yang memeriksa, mengadili, dan memutus perkara konstitusi pada tingkat pertama

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 130/PUU-VII/2009

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 130/PUU-VII/2009 Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxp;;;;;;;;;;;;;;;;;;; ;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;; MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 3/PUU-XIV/2016

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 3/PUU-XIV/2016 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 3/PUU-XIV/2016 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK TERHADAP

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA Nomor : 005/PUU-IV/2006 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PANEL PEMERIKSAAN PENDAHULUAN PERKARA NO. 005/PUU-IV/2006 MENGENAI PENGUJIAN UU NO. 22 TAHUN 2004 TENTANG

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 73/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 73/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 73/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 31/PUU-XII/2014

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 31/PUU-XII/2014 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 31/PUU-XII/2014 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 110/PUU-XIV/2016

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 110/PUU-XIV/2016 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 110/PUU-XIV/2016 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 71/PUU-X/2012

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 71/PUU-X/2012 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 71/PUU-X/2012 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1981 TENTANG HUKUM ACARA PIDANA TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 64/PUU-X/2012

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 64/PUU-X/2012 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 64/PUU-X/2012 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 1 of 24 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 96/PUU-XIV/2016

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 96/PUU-XIV/2016 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 96/PUU-XIV/2016 PERIHAL PENGUJIAN PERPU NOMOR 51 TAHUN 1960 TENTANG LARANGAN PEMAKAIAN TANAH TANPA IZIN YANG BERHAK

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 40/PUU-IX/2011

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 40/PUU-IX/2011 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 40/PUU-IX/2011 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor 19/PUU-XV/2017 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA. : Habiburokhman S.H., M.H.

PUTUSAN Nomor 19/PUU-XV/2017 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA. : Habiburokhman S.H., M.H. SALINAN PUTUSAN Nomor 19/PUU-XV/2017 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang mengadili perkara konstitusi pada tingkat pertama dan terakhir,

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NO. 011/PUU-IV/2006

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NO. 011/PUU-IV/2006 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NO. 011/PUU-IV/2006 PERIHAL PENGUJIAN UU NO. 14 TAHUN 2002 TENTANG PENGADILAN PAJAK TERHADAP UUD 1945 ACARA PEMERIKSAAN

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 25/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 25/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 25/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2002 TENTANG KOMISI PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 48/PUU-VI/2008

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 48/PUU-VI/2008 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 48/PUU-VI/2008 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 24/PUU-XVI/2018 Pengujian Lampiran dan Penjelasan UU Pembentukan Kabupaten Buton Selatan di Provinsi Sulawesi Tenggara I. PEMOHON Muh. Basli Ali, selanjutnya disebut

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 47/PUU-VIII/2010

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 47/PUU-VIII/2010 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 47/PUU-VIII/2010 PERIHAL PERMOHONAN PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1969 TENTANG PENSIUN PEGAWAI DAN PENSIUN

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 95/PUU-XV/2017 Penetapan Tersangka oleh KPK Tidak Mengurangi Hak-hak Tersangka

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 95/PUU-XV/2017 Penetapan Tersangka oleh KPK Tidak Mengurangi Hak-hak Tersangka RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 95/PUU-XV/2017 Penetapan Tersangka oleh KPK Tidak Mengurangi Hak-hak Tersangka I. PEMOHON Setya Novanto Kuasa Hukum: DR. Fredrich Yunadi, S.H., LL.M, Yudha Pandu, S.H.,

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 110/PUU-XII/2014

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 110/PUU-XII/2014 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 110/PUU-XII/2014 PERIHAL Pengujian Kitab Undang-Undang Hukum Pidana [Pasal 231 ayat (3)] Undang-Undang Dasar Negara Republik

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 82/PUU-X/2012

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 82/PUU-X/2012 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 82/PUU-X/2012 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan sosial terhadap

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 46/PUU-XVI/2018

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 46/PUU-XVI/2018 rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 46/PUU-XVI/2018 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 115/PUU-VII/2009

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 115/PUU-VII/2009 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 115/PUU-VII/2009 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NO. 012/PUU-IV/2006

RISALAH SIDANG PERKARA NO. 012/PUU-IV/2006 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NO. 012/PUU-IV/2006 PERIHAL PENGUJIAN UU NO. 30 TAHUN 2002 TENTANG KOMISI PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI (KPTPK)

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 21/PUU-XVI/2018

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 21/PUU-XVI/2018 RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 21/PUU-XVI/2018 Wewenang DPR Memanggil Paksa Setiap Orang Menggunakan Kepolisian Negara Dalam Rapat DPR Dalam Hal Pihak Tersebut Tidak Hadir Meskipun Telah Dipanggil

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 7/PUU-XVI/2018 PERKARA NOMOR 8/PUU-XVI/2018

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 7/PUU-XVI/2018 PERKARA NOMOR 8/PUU-XVI/2018 rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 7/PUU-XVI/2018 PERKARA NOMOR 8/PUU-XVI/2018 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 7/PUU-VII/2009

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 7/PUU-VII/2009 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 7/PUU-VII/2009 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1946 TENTANG KITAB UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

SELASA, 21 MARET 2006

SELASA, 21 MARET 2006 Nomor : 003/PUU-IV/2006 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PANEL PEMERIKSAAN PENDAHULUAN PERKARA NO. 003/PUU-IV/2006 MENGENAI PENGUJIAN UU NO. 31 TAHUN 1999 Jo.

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 25/PUU-XVI/2018

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 25/PUU-XVI/2018 rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 25/PUU-XVI/2018 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 75/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 75/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 75/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA TERHADAP

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 73/PUU-XIV/2016

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 73/PUU-XIV/2016 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 73/PUU-XIV/2016 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI SEBAGAIMANA TELAH

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 84/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 84/PUU-XV/2017 rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 84/PUU-XV/2017 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR

Lebih terperinci