BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Marshmallow merupakan salah satu produk aerated confectionary yang dalam pembuatannya ada pemerangkapan udara sehingga menghasilkan tekstur yang lembut dan ringan. Marshmallow terbuat dari gula (sukrosa dan sirup glukosa), pewarna, flavoring agent dan gelatin. Pewarna yang digunakan dalam pembuatan marshmallow adalah ekstrak kelopak bunga rosela. Ekstrak kelopak bunga rosela dapat menyumbangkan warna merah cerah dan cita rasa yang khas pada permen marshmallow. Warna merah dihasilkan dari ekstrak kelopak bunga rosela berasal dari adanya pigmen antosianin. Pigmen antosianin merupakan pigmen yang larut dalam air dan tergolong senyawa flavonoid. Antosianin merupakan pigmen yang tidak stabil. Kestabilan antosianin dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah cahaya. Pada penelitian ini dilihat pengaruh cahaya terhadap kestabilan warna permen marshmallow yang mengandung antosianin yang berasal dari ekstrak kelopak bunga rosela dengan menggunakan dua jenis pengemas, yaitu: kemasan transparan (plastik polipropylene) dan kemasan tidak transparan (laminated aluminium foil). Untuk mengetahui perubahan warna maka marshmallow disimpan selama 1 bulan. Parameter yang dianalisa dalam penelitian ini adalah kadar antosianin, warna (lightness, redness, yellowness) serta ph (data pendukung). 5.1 Kadar Antosianin Antosianin merupakan pigmen larut air dan tergolong komponen flavonoid (Mazza, 2007). Komponen antosianin pada rosela adalah delphinidin-3-sambubioside, cyanidin-3-sambubioside, delphinidin-3-32

2 glucoside, dan cyanidin-3-glucoside (Chumsri, et al., 2008). Penentuan kadar antosianin dilakukan pada pigmen cyanidin 3-glucoside. Cyanidin 3- glucoside merupakan salah satu pigmen yang terdapat dalam ekstrak kelopak bunga rosela. Kadar antosianin pada ekstrak kelopak bunga rosela sebesar 0,4398 mg/g dengan ph sebesar 2,65. Penentuan kadar antosianin menggunakan ph differential method. Kadar antosianin dihitung dari selisih pengukuran absorbansi sampel pada panjang gelombang maksimum yang dilarutkan dengan 2 macam larutan buffer yaitu buffer ph 1,0 dan buffer ph 4,5. Dipilih panjang gelombang 510 nm karena merupakan panjang gelombang maksimum dari cyanidin 3- glucoside dan panjang gelombang 700 nm sebagai koreksi bila ada penyimpangan pada kenampakan sampel (AOAC, 2005). Berdasarkan hasil ANAVA faktor jenis kemasan dan waktu penyimpanan memberikan pengaruh nyata (α=5%) terhadap kadar antosianin marshmallow (Lampiran 11), tetapi interaksi waktu penyimpanan dan jenis kemasan tidak memberikan pengaruh nyata (α=5%) terhadap kadar antosianin marshmallow. Faktor jenis kemasan memberikan pegaruh nyata terhadap kadar antosianin marshmallow ditunjukkan pada Gambar 5.1 Kadar Anto sianin (mg/g) K Jenis Kemasan Gambar 5.1. Rata-rata Kadar Antosianin Marshmallow akibat Perbedaan Jenis Kemasan Kadar antosianin perlakuan K 1 (0,0262), yaitu kemasan transparan lebih rendah daripada K 2 (0,0284), yaitu kemasan tidak transparan. K2 33

3 Perbedaan kadar antosianin ini disebabkan sifat pengemas yang tembus terhadap cahaya. Kemasan transparan dalam penelitian ini digunakan plastik polipropylene yang bisa ditembus oleh cahaya. Cahaya merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kestabilan antosianin. Kehadiran cahaya dapat mendegradasi antosianin menjadi α-diketon. Hal ini dikarenakan antosianin memiliki kecenderungan untuk mengabsorbsi sinar tampak dan energi radiasi sinar sehingga dapat menyebabkan reaksi fotokimia (fotooksidasi) seperti yang dikemukakan oleh Wijaya dkk yang disitasi oleh Samsudin dan Khoiruddin (2009). Reaksi fotooksidasi dapat menyebabkan pembukaan cincin aglikon pada antosianin yang diawali oleh pembukaan cincin karbon no dua (Satyatama, 2008). Pembukaan cincin aglikon ini dapat menyebabkan terbentuknya chalcone (Laleh et al., 2006). Menurut Hanum (2000), penurunan kestabilan antosianin karena penyinaran disebabkan karena terjadinya dekomposisi antosianin dari bentuk aglikon menjadi chalcone yang dapat terdegradasi lebih lanjut menjadi α-diketon. Penurunan kadar antosianin karena jenis kemasan seiring juga karena peningkatan ph. Peningkatan ph dapat menyebabkan ketidakstabilan antosianin. Pada awal penyimpanan hari ke-1 ph marshmallow dalam kemasan transparan (K 1 ) sebesar 3,58 dan ph marshmallow dalam kemasan tidak transparan (K 2 ) sebesar 3,50. Pada penyimpanan hari ke-21 ph marshmallow mengalami kenaikkan yaitu sebesar 4,14 (kemasan transparan dan kemasan tidak transparan). Menurut penelitian Selim, et al (2004), ph berhubungan dengan stabilitas antosianin. Antosianin bersifat stabil dalam keadaan asam, ekstrak rosela yang mengandung antosianin berwarna merah pada ph asam ( 3). Peningkatan ph hingga ph 4-5, warna merah semakin berkurang. Peningkatan ph menyebabkan kation flavylium menjadi tidak stabil dan mudah mengalami transformasi struktural menjadi senyawa yang tidak berwarna (chalcone) 34

4 (Satyatama, 2008). Pada Gambar 5.2 ditunjukkan degradasi antosianin karena pengaruh ph. Gambar 5.2. Perubahan Struktur Antosianin pada ph yang Berbeda Sumber: Wrolstad dan Giusti, 2001 Menurut penelitian Laleh, et al (2006), kehadiran cahaya dapat mendegradasi antosianin. Penelitian Laleh, et al (2006), pada ekstrak Berberis vulgaris yang diletakkan di ruang bercahaya dan di ruang tidak bercahaya selama 84 hari menghasilkan data percobaan : ekstrak Berberis vulgaris yang berada dalam ruangan bercahaya mengalami degradasi antosianin sebesar 85,22%, sedangkan ekstrak Berberis vulgaris dalam ruangan tidak bercahaya mengalami degradasi antosianin sebesar 59,22%. Menurut Palamidis and Markakis yang disitasi oleh Laleh et al (2006), jus yang mengandung antosianin diletakkan pada ruangan tidak bercahaya selama 135 hari suhu 20 0 C, hampir 30% antosianin mengalami penurunan, tetapi jus yang diletakkan pada ruang bercahaya selama 135 hari suhu 20 0 C maka antosianin mengalami penurunan sebesar 50%. 35

5 Kadar Antosianin (mg/g) Hasil uji DMRT (Duncan s Multiple Range Test) dengan α=5%, semakin lama waktu penyimpanan nyata menurunkan kadar antosianin marshmallow (Gambar 5.3) (e) (d) (c) (b) (a) H1 H7 H14 H21 H28 Waktu Penyimpanan (hari) Gambar 5.3. Rata-rata Kadar Antosianin Marshmallow akibat Perbedaan Waktu Penyimpanan Penyimpanan marshmallow dilakukan selama 1 bulan pada suhu kamar (30±1 0 C). Kadar antosianin marshmallow terendah (0,0207 mg/g) pada hari ke-28 (H 28 ) dan nilai kadar antosianin tertinggi (0,0379 mg/g) pada hari ke-1 (H 1 ). Grafik pada Gambar 5.2 menunjukkan bahwa semakin lama waktu penyimpanan maka kadar antosianin akan semakin turun. Penurunan kadar antosianin selama penyimpanan disebabkan karena ketidakstabilan antosianin yang disebabkan karena kehadiran cahaya dan selama penyimpanan terjadi hidrolisa ikatan 3-glikosida yang menyebabkan terbentuknya senyawa chalcone (Laleh et al., 2006). Berdasarkan hasil uji korelasi antara kadar antosianin dan ph didapat nilai koefisien korelasi sebesar 0,79. Hal ini menunjukkan bahwa ph mempunyai hubungan yang cukup erat terhadap kadar antosianin, apabila nilai ph meningkat berarti terjadi perubahan struktur antosianin yang menunjukkan terjadinya degradasi antosianin. 5.2 Warna Warna merupakan suatu sifat bahan yang dianggap berasal dari penyebaran spektrum sinar (Kartika dkk, 1998). Pengujian warna 36

6 marshmallow menggunakan alat colour reader merk Minolta. Prinsip pengujiannya adalah pengukuran perbedaan warna melalui pantulan cahaya oleh permukaaan sampel. Pengukuran dilakukan dengan meletakkan sampel di dalam wadah sampel berukuran seragam dan selanjutnya dilakukan pengukuran pada skala lightness (L), redness (a), yellowness (b) (Francis, 1975) Lightness (L) Lightness menunjukkan parameter kecerahan (lightness) yang mempunyai nilai dari 0 (hitam) sampai 100 (putih). Semakin kecil (mendekati 0) berarti warna marshmallow semakin gelap, sedangkan semakin besar (mendekati 100) berarti warna marshmallow semakin cerah (Francis, 1975). Berdasarkan hasil ANAVA faktor waktu penyimpanan, jenis kemasan dan interaksi waktu penyimpanan dan jenis kemasan memberikan pengaruh nyata (α=5%) terhadap lightness marshmallow (Lampiran 12). Hasil uji DMRT (Duncan s Multiple Range Test) untuk interaksi waktu penyimpanan dan jenis kemasan nyata mempengaruhi lightness marshmallow (Gambar 5.4). 54.5(f) 53.9(ef) (cd) 51.83(de) 50.5(cd) 50.93(cde) 50.33(cd) (bc) 46.83(b) 44.13(a) 45 Lightness 40 H1K1 H1K2 H7K1 H7K2 H14K1 H14K2 H21K1 H21K2 H28K1 Kombinasi Waktu Penyimpanan dan Jenis Kemasan H28K2 Gambar 5.4 Rata-rata Lightness Marshmallow akibat Interaksi Waktu Penyimpanan dan Jenis Kemasan 37

7 Pada Gambar 5.4 interaksi terlihat bahwa pada jenis kemasan yang berbeda maka perubahan lightness selama penyimpanan tidak sama. Pada awal penyimpanan perbedaan jenis kemasan tidak berpengaruh terhadap lightness marshmallow tetapi pada waktu penyimpanan yang lebih panjang, perbedaan jenis pengemas mempengaruhi lightness marshmallow. Pada penyimpanan hari ke-1 dan ke-7 lightness marshmallow dengan 2 jenis kemasan tidak berbeda nyata namun pada hari penyimpanan ke-14, hari ke- 21 dan hari ke-28 perbedaan jenis kemasan berpengaruh pada lightness marshmallow, yaitu marshmallow yang dikemas transparan ligthness cenderung turun. Sedangkan marshmallow yang dikemas laminated aluminium foil (K 2 ) tidak terlalu mengalami perubahan selama penyimpanan. Pada penyimpanan hari ke-14 penurunan ligthness pada kemasan transparan (K 1 ) semakin nyata seiring dengan lama waktu penyimpanan sehingga semakin berbeda nyata dengan marshmallow yang dikemas laminated aluminium foil. Penurunan nilai lightness terkait dengan ketidakstabilan antosianin terhadap cahaya yang dapat menyebabkan perubahan struktur antosianin. Perubahan struktur antosianin adalah flavylium (merah) berubah menjadi pseudobase (colorless) kemudian menjadi chalcone (colorless) dan selanjutnya terbentuk α-diketon (coklat) (Hanum, 2000). Perubahan struktur flavylium menjadi α-diketon dapat menurunkan lightness marshmallow karena perubahan struktur tersebut menyebabkan kenampakan marshmallow menjadi gelap. Pada penyimpanan hari ke-1 dan hari ke-7 marshmallow masih dalam kondisi asam dan perubahan struktur antosianin belum terlalu besar dan perubahan senyawa antosianin pada awal menjadi pseudobase yang memberikan kenampakan colorless. Pada penyimpanan hari ke-14 perubahan struktur antosianin semakin besar seiring dengan meningkatnya waktu penyimpanan. Perubahan struktur antosianin selama 38

8 Redness penyimpanan terutama pada kemasan transparan karena adanya pemacu cahaya yang menyebabkan fotooksidasi. Berdasarkan hasil uji korelasi antara lightness dan kadar antosianin menunjukkan bahwa lightness mempunyai hubungan yang cukup erat terhadap kadar antosianin. Hal ini terbukti dari koefisien korelasinya sebesar 0,83, yang berarti waktu penyimpanan dan jenis kemasan dapat menyebabkan degradasi antosianin dan menyebabkan nilai lightness turun Redness (a) Redness menunjukkan cahaya pantul yang menghasilkan warna kromatik campuran merah-hijau dengan nilai +a (positif) dari untuk warna merah dan a (negatif) dari 0-(-80) untuk warna hijau (Francis, 1975). Berdasarkan hasil ANAVA faktor waktu penyimpanan, jenis kemasan serta interaksi waktu penyimpanan dan jenis kemasan memberikan pengaruh nyata (α=5%) terhadap redness marshmallow (Lampiran 13). Hasil uji DMRT (Duncan s Multiple Range Test) untuk interaksi faktor waktu penyimpanan dan jenis kemasan nyata mempengaruhi redness marshmallow (Gambar 5.5) (f) 27.77(e) 23.13(ab) 23.34(ab) 26.03(de) 25.33(cd) 26.57(de) 23.97(bc) 21.9(a) 22.47(ab) H1K1 H1K2 H7K1 H7K2 H14K1 H14K2 H21K1 H21K2 H28K1 Kombinasi Waktu Penyimpanan dan Jenis Kemasan H28K2 Gambar 5.5 Rata-rata Redness Marshmallow akibat Interaksi Waktu Penyimpanan dan Jenis Kemasan 39

9 Pada Gambar 5.5 interaksi terlihat bahwa pada jenis kemasan yang berbeda maka perubahan redness selama penyimpanan tidak sama. Pada kemasan transparan (K 1 ) mengalami penurunan redness pada hari ke-7. Penyimpanan hari ke-7 sampai sebelum hari ke-28 nilai redness marshmallow tidak terlalu berbeda namun pada penyimpanan hari ke-28 redness marshmallow mengalami peningkatan kembali. Hal ini dikarenakan pada awal penyimpanan hari ke-1 menuju penyimpanan hari ke-7 terjadi perubahan struktur antosianin dari flavylium (merah) menjadi chalcone (colorless), kondisi chalcone menunjukkan penurunan redness. Pada penyimpanan hari-28 terjadi kenaikan nilai redness karena terjadi perubahan antosianin dari chalcone menjadi α-diketon (coklat). Warna coklat dihasilkan dari pencampuran/perpaduan warna merah dan kuning. Pada kemasan laminated aluminium foil (K 2 ) mengalami penurunan redness pada penyimpanan hari ke-7. Penyimpanan hari ke-7 sampai sebelum hari ke-21 nilai redness marshmallow tidak terlalu berbeda namun pada penyimpanan hari ke-28 redness marshmallow mengalami peningkatan kembali. Hal ini dikarenakan pada awal penyimpanan hari ke-1 menuju penyimpanan hari ke-7 terjadi perubahan struktur antosianin dari flavylium (merah) menjadi chalcone yang menurunkan redness. Pada penyimpanan hari-28 terjadi kenaikan nilai redness karena terjadi perubahan antosianin dari chalcone menjadi α-diketon (coklat) yang memiliki pencampuran warna merah dan kuning. Perubahan redness selama penyimpanan dari kondisi normal (flavylium) menjadi chalcone yang akhirnya menjadi α-diketon pada kemasan laminated aluminium foil (K 2 ) lebih cepat daripada kemasan transparan (K 1 ). Hal ini tidak sesuai dengan kondisi antosianin yang dipengaruhi oleh cahaya yang dapat menyebabkan fotooksidasi, seharusnya pada kemasan transparan (K 1 ) perubahan redness lebih cepat daripada kemasan tidak transparan (K 2 ). 40

10 Berdasarkan hasil uji korelasi antara redness dan kadar antosianin menunjukkan bahwa redness mempunyai hubungan yang kurang erat terhadap kadar antosianin. Hal ini terbukti dari koefisien korelasinya sebesar 0, Yellowness (b) Yellowness menunjukkan cahaya pantul yang menghasilkan warna kromatik campuran kuning-biru dengan nilai +b (positif) dari 0-70 untuk warna kuning dan b (negatif) dari 0-(-70) untuk warna biru (Francis, 1975). Berdasarkan hasil ANAVA faktor waktu penyimpanan, jenis kemasan serta interaksi waktu penyimpanan dan jenis kemasan, memberikan pengaruh nyata (α=5%) terhadap yellowness marshmallow (Lampiran 14). Hasil uji DMRT Duncan s Multiple Range Test) untuk interaksi faktor waktu penyimpanan dan jenis kemasan nyata mempengaruhi yellowness marshmallow (Gambar 5.6) (e) (d) 13.4(d) 12.6(c) 12.41(bc) 13 12(bc) 11.8(b) 12.27(bc) (a) 8.8(a) 9 7 Yellowness H1K1 H1K2 H7K1 H7K2 H14K1 H14K2 H21K1 H21K2 H28K1 H28K2 Kombinasi Waktu Perlakuan dan Jenis Kemasan Gambar 5.6. Rata-rata Yellowness Marshmallow akibat Interaksi Jenis Kemasan dan Waktu Penyimpanan Pada Gambar 5.6 interaksi terlihat bahwa pada jenis kemasan yang berbeda maka perubahan yellowness selama penyimpanan tidak sama. Pada kemasan transparan (K 1 ) terjadi peningkatan yellowness dengan semakin lama penyimpanan. Sedangkan, pada kemasan tidak transparan (K 2 ) terjadi 41

11 peningkatan yellowness pada penyimpanan hari ke-7 dibandingkan hari ke-1 namun setelah penyimpanan hari ke-7 sampai penyimpanan hari ke-28 tidak terjadi perubahan yellowness secara nyata pada permen marshmallow. Kenaikan nilai yellowness disebabkan karena ketidakstabilan antosianin, salah satunya terhadap cahaya. Cahaya dapat mendegradasi antosianin dari bentuk flavylium menjadi α-diketon. α-diketon merupakan senyawa berwarna coklat yang mempunyai perpaduan nilai merah dan kuning sehingga dengan semakin lama penyimpanan pada kemasan transparan menaikkan α-diketon yang menyebabkan unsur kuning meningkat. Berdasarkan hasil uji korelasi antara yellowness dan kadar antosianin menunjukkan bahwa yellowness mempunyai hubungan berbanding terbalik yang cukup erat terhadap kadar antosianin. Hal ini terbukti dari koefisien korelasinya sebesar -0.80, yang berarti waktu penyimpanan dan jenis kemasan menyebabkan nilai kadar antosianin turun tetapi nilai yellowness mengalami peningkatan. 42

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permen adalah produk makanan selingan yang terbuat dari gula/ pemanis, air, dan bahan tambahan makanan (pewarna dan flavoring agent). Permen banyak digunakan sebagai

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2)

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Labu kuning (Cucurbita moschata) merupakan salah satu jenis tanaman menjalar dari famili Cucurbitaceae yang telah lama dikenal dan dibudidayakan di Indonesia. Menurut

Lebih terperinci

PENGARUH WAKTU PENYIMPANAN DAN JENIS KEMASAN (TRANSPARAN DAN TIDAK TRANSPARAN) TERHADAP KADAR ANTOSIANIN DAN WARNA PERMEN MARSHMALLOW

PENGARUH WAKTU PENYIMPANAN DAN JENIS KEMASAN (TRANSPARAN DAN TIDAK TRANSPARAN) TERHADAP KADAR ANTOSIANIN DAN WARNA PERMEN MARSHMALLOW PENGARUH WAKTU PENYIMPANAN DAN JENIS KEMASAN (TRANSPARAN DAN TIDAK TRANSPARAN) TERHADAP KADAR ANTOSIANIN DAN WARNA PERMEN MARSHMALLOW ROSELA (Hibiscus sabdariffa L.) SKRIPSI OLEH : WIWIN OKTAVIA 6103006004

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Permen Permen adalah produk makanan berbentuk padat yang dibuat dari gula/pemanis lainnya dengan atau tanpa penambahan bahan makanan lain yang lazim dan bahan

Lebih terperinci

PENGARUH WAKTU PENYIMPANAN DAN JENIS KEMASAN (KEMASAN TRANSPARAN DAN KEMASAN TIDAK TRANSPARAN) TERHADAP KADAR ANTOSIANIN DAN WARNA PERMEN MARSHMALLOW

PENGARUH WAKTU PENYIMPANAN DAN JENIS KEMASAN (KEMASAN TRANSPARAN DAN KEMASAN TIDAK TRANSPARAN) TERHADAP KADAR ANTOSIANIN DAN WARNA PERMEN MARSHMALLOW PENGARUH WAKTU PENYIMPANAN DAN JENIS KEMASAN (KEMASAN TRANSPARAN DAN KEMASAN TIDAK TRANSPARAN) TERHADAP KADAR ANTOSIANIN DAN WARNA PERMEN MARSHMALLOW ROSELA (Hibiscus sabdariffa L.) PROPOSAL SKRIPSI OLEH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permen (candy) adalah produk makanan berbentuk padat yang dibuat dari gula atau pemanis lainnya dengan atau tanpa penambahan bahan makanan lain yang lazim dan bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Labu kuning merupakan salah satu tumbuhan tropis yang dibudidayakan di Indonesia. Awalnya labu kuning hanya ditemukan di daerah Ambon, Maluku namun saat ini telah

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah,

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, 1 I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan dan Maksud Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan

Lebih terperinci

METODELOGI PENELITIAN

METODELOGI PENELITIAN III. METODELOGI PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan Bahan baku yang digunakan adalah kelopak kering bunga rosela (Hibiscus sabdariffa L.) yang berasal dari petani di Dramaga dan kayu secang (Caesalpinia

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENGARUH SUHU DAN WAKTU PENGGORENGAN VAKUM TERHADAP MUTU KERIPIK DURIAN Pada tahap ini, digunakan 4 (empat) tingkat suhu dan 4 (empat) tingkat waktu dalam proses penggorengan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Ekstraksi dan Karakterisasi Antosianin

HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Ekstraksi dan Karakterisasi Antosianin IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. EKSTRAKSI DAN KARAKTERISASI PIGMEN Ekstraksi adalah proses penarikan komponen dari suatu sampel dengan menggunakan pelarut tertentu. Pada umumnya ekstraksi zat warna dari bagian

Lebih terperinci

No Item Quality Indexes Result Comply with the test 99,6% min 8,8% max < 10 ppm < 350 ppm - - 0,035%

No Item Quality Indexes Result Comply with the test 99,6% min 8,8% max < 10 ppm < 350 ppm - - 0,035% 49 LAMPIRAN 1. Spesifikasi Asam Sitrat Subject : Asam sitrat monohidrat No Item Quality Indexes Result 1 2 3 4 5 6 7 8 Identification Content Moisture content Heavy metals (Pb) Oxalate Iron Chloride Sulfate

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI ASAM SITRAT DAN WAKTU PENYIMPANAN TERHADAP KADAR ANTOSIANIN DAN WARNA PERMEN JELLY MURBEI HITAM (Morus nigra L.

PENGARUH KONSENTRASI ASAM SITRAT DAN WAKTU PENYIMPANAN TERHADAP KADAR ANTOSIANIN DAN WARNA PERMEN JELLY MURBEI HITAM (Morus nigra L. PENGARUH KONSENTRASI ASAM SITRAT DAN WAKTU PENYIMPANAN TERHADAP KADAR ANTOSIANIN DAN WARNA PERMEN JELLY MURBEI HITAM (Morus nigra L.) SKRIPSI OLEH : VANESSA PRISCILLA SOEJANTO 6103007024 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Formulasi Minuman Sari Buah Duwet Tahap pertama dari penelitian ini adalah pembuatan minuman sari buah dengan bahan dasar buah duwet. Pembuatan minuman sari buah dilakukan berdasarkan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Jelly drink rosela-sirsak dibuat dari beberapa bahan, yaitu ekstrak rosela, ekstrak sirsak, gula pasir, karagenan, dan air. Tekstur yang diinginkan pada jelly drink adalah mantap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permen adalah produk makanan berbentuk padat yang dibuat dari gula atau pemanis lainnya dengan atau tanpa penambahan bahan makanan lain yang lazim dan bahan tambahan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 5-6 bulan di Laboratorium Ilmu dan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 5-6 bulan di Laboratorium Ilmu dan III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 5-6 bulan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan dan Laboratorium Kimia Universitas Muhammadiyah Malang. Kegiatan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Fisik Daya Larut

PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Fisik Daya Larut 4. PEMBAHASAN Pembuatan minuman serbuk daun katuk dan jambu biji merah merupakan sebuah penelitian pengembangan produk yang bertujuan untuk memanfaatkan nilai fungsional pada bahan alami dengan lebih mudah

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan 13 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016 di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro,

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 17 METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian (TPPHP) Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fateta-IPB.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Pelaksanaan Penelitian

BAHAN DAN METODE. Pelaksanaan Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Agustus 2008 sampai dengan Maret 2009. Tempat penelitian di Kebun IPB Tajur I dan analisis laboratorium dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

PENGARUH PROPORSI EKSTRAK ROSELA DAN STRAWBERRY TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK SIRUP ROSELA-STRAWBERRY SKRIPSI OLEH: ELVANA_

PENGARUH PROPORSI EKSTRAK ROSELA DAN STRAWBERRY TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK SIRUP ROSELA-STRAWBERRY SKRIPSI OLEH: ELVANA_ PENGARUH PROPORSI EKSTRAK ROSELA DAN STRAWBERRY TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK SIRUP ROSELA-STRAWBERRY SKRIPSI OLEH: ELVANA_ 6103007037 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sejak ditemukannya zat pewarna sintetik serta terbatasnya jumlah dan mutu zat

I. PENDAHULUAN. Sejak ditemukannya zat pewarna sintetik serta terbatasnya jumlah dan mutu zat 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Sejak ditemukannya zat pewarna sintetik serta terbatasnya jumlah dan mutu zat pewarna alami, penggunaan pigmen sebagai zat warna alami semakin menurun (Samun,

Lebih terperinci

Metode Penentuan Warna Biji dalam Seleksi Klon Unggul Kakao Mulia. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118

Metode Penentuan Warna Biji dalam Seleksi Klon Unggul Kakao Mulia. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118 Metode Penentuan Warna Biji dalam Seleksi Klon Unggul Kakao Mulia Indah Anita-Sari 1), Agung Wahyu Susilo 1), dan Yusianto 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118

Lebih terperinci

Pewarna Alami untuk Pangan MERAH BIT

Pewarna Alami untuk Pangan MERAH BIT MERAH BIT Bit atau Beta vulgaris merupakan tumbuhan yang banyak dijumpai di Eropa dan sebagian Asia serta Amerika Serikat. Daun tanaman bit banyak dimanfaatkan sebagai sayur. Namun tanaman ini dibudidayakan

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI EKSTRAK LABU KUNING DAN KONSENTRASI GELATIN TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK MARSHMALLOW SKRIPSI

PENGARUH KONSENTRASI EKSTRAK LABU KUNING DAN KONSENTRASI GELATIN TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK MARSHMALLOW SKRIPSI PENGARUH KONSENTRASI EKSTRAK LABU KUNING DAN KONSENTRASI GELATIN TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK MARSHMALLOW SKRIPSI OLEH: MELINDA SIGIT 6103007067 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah paparannya berlebihan. Kerusakan kulit akibat paparan sinar matahari

BAB I PENDAHULUAN. jumlah paparannya berlebihan. Kerusakan kulit akibat paparan sinar matahari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Matahari sebagai sumber cahaya alami memiliki peranan yang sangat penting bagi keberlangsungan kehidupan, tetapi selain mempunyai manfaat sinar matahari juga dapat

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN PENDAHULUAN Dari penelitian pendahuluan diperoleh bahwa konsentrasi kitosan yang terbaik untuk mempertahankan mutu buah markisa adalah 1.5%. Pada pengamatan

Lebih terperinci

Tabel Lampiran 1. Pengaruh Suhu dan Kelembaban terhadap Resistensi Kulit Buah Manggis

Tabel Lampiran 1. Pengaruh Suhu dan Kelembaban terhadap Resistensi Kulit Buah Manggis LAMPIRAN Tabel Lampiran 1. Pengaruh Suhu dan Kelembaban terhadap Resistensi Kulit Buah Manggis 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24... (Bar) Suhu 15 0 C 1.64 0.29 0.16 0.32 0.24b 0.32b 0.27b 0.29b 0.39b 0.76b

Lebih terperinci

Gambar 6. Kerangka penelitian

Gambar 6. Kerangka penelitian III. BAHAN DAN METODOLOGI A. Bahan dan Alat Bahan baku yang digunakan adalah kayu secang (Caesalpinia sappan L) yang dibeli dari toko obat tradisional pasar Bogor sebagai sumber pigmen brazilein dan sinapic

Lebih terperinci

TUGAS ANALISIS FARMASI ANALISIS OBAT DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

TUGAS ANALISIS FARMASI ANALISIS OBAT DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS TUGAS ANALISIS FARMASI ANALISIS OBAT DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS OLEH NAMA : RAHMAD SUTRISNA STAMBUK : F1F1 11 048 KELAS : FARMASI A JURUSAN FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Lebih terperinci

Lampiran 1. Tabel Penentuan Glukosa, Fruktosa, dan Gula Invert dalam Suatu Bahan dengan Metode Luff Schoorl ml 0,1 N Natiosulfat.

Lampiran 1. Tabel Penentuan Glukosa, Fruktosa, dan Gula Invert dalam Suatu Bahan dengan Metode Luff Schoorl ml 0,1 N Natiosulfat. Lampiran 1. Tabel Penentuan Glukosa, Fruktosa, dan Gula Invert dalam Suatu Bahan dengan Metode Luff Schoorl ml 0,1 N Natiosulfat 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. Glukosa, fruktosa, gula invert mg

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industri pangan karena mempunyai banyak kelebihan, diantaranya adalah proses

BAB I PENDAHULUAN. industri pangan karena mempunyai banyak kelebihan, diantaranya adalah proses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini, zat pewarna sintetik lebih banyak beredar dan dipakai oleh industri pangan karena mempunyai banyak kelebihan, diantaranya adalah proses produksinya lebih

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN 5.1. Sifat Fisikokimia Kadar Air

BAB V PEMBAHASAN 5.1. Sifat Fisikokimia Kadar Air BAB V PEMBAHASAN Cake beras mengandung lemak dalam jumlah yang cukup tinggi. Lemak yang digunakan dalam pembuatan cake beras adalah margarin. Kandungan lemak pada cake beras cukup tinggi, yaitu secara

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2)

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pembelajaran IPA disekolah menengah, khususnya materi asam basa, indikator ph atau indikator asam basa diperlukan pada praktikum untuk mengetahui ph suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indikator ph sangat penting keberadaannya karena digunakan untuk menguji dan mengetahui hasil yang berupa derajat keasaman ataupun kebasaan suatu zat. Hingga

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI GELATIN DAN RASIO SUKROSA SIRUP GLUKOSA TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK MARSHMALLOW ROSELA PROPOSAL SKRIPSI

PENGARUH KONSENTRASI GELATIN DAN RASIO SUKROSA SIRUP GLUKOSA TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK MARSHMALLOW ROSELA PROPOSAL SKRIPSI PENGARUH KONSENTRASI GELATIN DAN RASIO SUKROSA SIRUP GLUKOSA TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK MARSHMALLOW ROSELA PROPOSAL SKRIPSI OLEH: ERIKA RAMLI 6103005047 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing sebesar ton dan hektar. Selama lima

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing sebesar ton dan hektar. Selama lima BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ubi jalar merupakan salah satu komoditas tanaman pangan sumber karbohidrat di Indonesia. Berdasarkan data statistik, produktivitas ubi jalar pada tahun 2015 mencapai

Lebih terperinci

PENGARUH SUHU DAN WAKTU PENYIMPANAN TERHADAP KADAR ANTOSIANIN DAN WARNA PADA PERMEN JELLY ROSELA (Hibiscus sabdariffa L.) SKRIPSI

PENGARUH SUHU DAN WAKTU PENYIMPANAN TERHADAP KADAR ANTOSIANIN DAN WARNA PADA PERMEN JELLY ROSELA (Hibiscus sabdariffa L.) SKRIPSI PENGARUH SUHU DAN WAKTU PENYIMPANAN TERHADAP KADAR ANTOSIANIN DAN WARNA PADA PERMEN JELLY ROSELA (Hibiscus sabdariffa L.) SKRIPSI OLEH : IRENE OCTAVIANI 6103006096 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Glikosida Glikosida merupakan salah satu senyawa jenis alkaloid. Alkaloid adalah senyawa metabolit sekunder pada jaringan tumbuhan dan hewan yang memiliki atom nitrogen (Hartati,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisa Sampel

Lampiran 1. Prosedur Analisa Sampel Lampiran 1. Prosedur Analisa Sampel 1. Pengukuran Kadar Air (AOAC, 1984) Cawan aluminium dikeringkan di dalam oven pada suhu 105 C selama 15 menit, kemudian didinginkan di dalam desikator lalu ditimbang

Lebih terperinci

50 ml 97 ml. Diencerkan sampai 200 ml. ph diukur dengan ph meter. Ditambahkan HCl 0,3 M tetes demi tetes hingga diperoleh ph 1

50 ml 97 ml. Diencerkan sampai 200 ml. ph diukur dengan ph meter. Ditambahkan HCl 0,3 M tetes demi tetes hingga diperoleh ph 1 Lampiran 1. Skema Pembuatan Buffer ph 1 1,119 gram KCl (s) dilarutkan dengan akuades dalam labu ukur 50 ml 2,5 ml HCl (p) dilarutkan dengan akuades dalam labu ukur 100 ml 50 ml 97 ml Diencerkan sampai

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil analisis P-larut batuan fosfat yang telah diasidulasi dapat dilihat pada Tabel

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil analisis P-larut batuan fosfat yang telah diasidulasi dapat dilihat pada Tabel 26 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 P-larut Hasil analisis P-larut batuan fosfat yang telah diasidulasi dapat dilihat pada Tabel 9 (Lampiran), dan berdasarkan hasil analisis ragam pada

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. Spesifikasi Murbei Hitam. Panjang : 1,8 cm- 3 cm Diameter : 1,2 cm- 1,5 cm Warna : Ungu kehitaman Total Asam : 21,45 mg/ml ph : 3,45-3,55

LAMPIRAN 1. Spesifikasi Murbei Hitam. Panjang : 1,8 cm- 3 cm Diameter : 1,2 cm- 1,5 cm Warna : Ungu kehitaman Total Asam : 21,45 mg/ml ph : 3,45-3,55 LAMPIRAN 1. Spesifikasi Murbei Hitam Panjang : 1,8 cm- 3 cm Diameter : 1,2 cm- 1,5 cm Warna : Ungu kehitaman Total Asam : 21,45 mg/ml ph : 3,45-3,55 62 63 LAMPIRAN 2. Spesifikasi Asam Sitrat Subject :

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tananam manggis (Garcinia Mangostana L) merupakan salah satu buah asli

I. PENDAHULUAN. Tananam manggis (Garcinia Mangostana L) merupakan salah satu buah asli 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Tananam manggis (Garcinia Mangostana L) merupakan salah satu buah asli negara tropika yang mempunyai prospek cerah untuk dikembangkan di berbagai daerah dengan

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI ASAM SITRAT TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK PERMEN JELLY MURBEI HITAM (Morus nigra L.) SKRIPSI

PENGARUH KONSENTRASI ASAM SITRAT TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK PERMEN JELLY MURBEI HITAM (Morus nigra L.) SKRIPSI PENGARUH KONSENTRASI ASAM SITRAT TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK PERMEN JELLY MURBEI HITAM (Morus nigra L.) SKRIPSI OLEH : FENNY KUMALASARI 6103007003 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Teh hijau adalah salah satu jenis teh yang dalam proses pembuatannya tidak mengalami proses fermentasi dan memiliki kandungan senyawa antioksidan tertinggi (Kamalakkannan and

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Penggunaan pewarna makanan yang bersumber dari bahan alami sudah sejak lama

I. PENDAHULUAN. Penggunaan pewarna makanan yang bersumber dari bahan alami sudah sejak lama 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan pewarna makanan yang bersumber dari bahan alami sudah sejak lama digunakan, namun dengan ditemukannya pewarna sintetik yang relatif mudah diproduksi dan memiliki

Lebih terperinci

Fotografi Cahaya Terhadap Pigmen Warna Tanaman

Fotografi Cahaya Terhadap Pigmen Warna Tanaman Fotografi Cahaya Terhadap Pigmen Warna Tanaman Kasma Rusdi (G11113006) Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar, 2014 Abstrak Warna hijau pada daun merupakan salah

Lebih terperinci

3. PEMBAHASAN 3.1.Karakteristik Fisik Mi Jagung Bayam

3. PEMBAHASAN 3.1.Karakteristik Fisik Mi Jagung Bayam 3. PEMBAHASAN 3.1.Karakteristik Fisik Mi Jagung Bayam Pada pengujian fisik mi bayam yang dilakukan meliputi tensile strength dan warna. Salah satu kriteria yang utama pada mi adalah tekstur. Tekstur mi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pepaya (Carica papaya L.) merupakan tanaman yang berasal dari Meksiko

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pepaya (Carica papaya L.) merupakan tanaman yang berasal dari Meksiko 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pepaya Pepaya (Carica papaya L.) merupakan tanaman yang berasal dari Meksiko dan Amerika Selatan, kemudian menyebar ke berbagai negara tropis, termasuk Indonesia sekitar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mencegah rabun senja dan sariawan (Sunarjono, 2003). Jeruk bali bisa dikonsumsi

I. PENDAHULUAN. mencegah rabun senja dan sariawan (Sunarjono, 2003). Jeruk bali bisa dikonsumsi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jeruk bali (Citrus grandis L. Osbeck) memiliki kandungan vitamin C yang cukup tinggi dalam 100 g bagian, yaitu terdapat vitamin C sebanyak 43 mg dan vitamin A sebanyak

Lebih terperinci

4. PEMBAHASAN 4.1. Penelitian Pendahuluan Penentuan Konsentrasi Mikroenkapsulan

4. PEMBAHASAN 4.1. Penelitian Pendahuluan Penentuan Konsentrasi Mikroenkapsulan 4. PEMBAHASAN Pada penelitian ini, dilakukan pembuatan minuman serbuk instan campuran sari buah jambu biji merah dan wortel dengan menggunakan alat pengering semprot/ spary dryer. Komponen-komponen nutrisi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengemasan Buah Nanas Pada penelitian ini dilakukan simulasi transportasi yang setara dengan jarak tempuh dari pengumpul besar ke pasar. Sebelum dilakukan simulasi transportasi,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. I. Latar Belakang Masalah. kenikmatan besar dalam hidup (Bridle dan Timberlake, 1997). Konsumen

BAB 1 PENDAHULUAN. I. Latar Belakang Masalah. kenikmatan besar dalam hidup (Bridle dan Timberlake, 1997). Konsumen BAB 1 PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah A. Latar belakang Makanan dan minuman yang awalnya merupakan kebutuhan primer, saat ini telah berkembang menjadi gaya hidup. Apresiasi terhadap makanan dan minuman

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Biokimia Hasil Pertanian,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Biokimia Hasil Pertanian, 22 III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Biokimia Hasil Pertanian, Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, Laboratorium Pengolahan Limbah Hasil Pertanian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Perubahan Ion Leakage Ion merupakan muatan larutan baik berupa atom maupun molekul dan dengan reaksi transfer elektron sesuai dengan bilangan oksidasinya menghasilkan ion.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. proses pengolahannya permen terbagi menjadi dua kelompok besar yaitu

PENDAHULUAN. proses pengolahannya permen terbagi menjadi dua kelompok besar yaitu PENDAHULUAN Latar Belakang Permen (candy) atau kembang gula adalah salah satu makanan ringan yang terbuat dari gula ataupun pemanis dengan atau tanpa penambahan bahan makanan lainnya dan sangat digemari

Lebih terperinci

EKSTRAK BUNGA KECOMBRANG (Etlingera elatior) SEBAGAI INDIKATOR ALTERNATIF PADA MEDIA GULA-GULA

EKSTRAK BUNGA KECOMBRANG (Etlingera elatior) SEBAGAI INDIKATOR ALTERNATIF PADA MEDIA GULA-GULA EKSTRAK BUNGA KECOMBRANG (Etlingera elatior) SEBAGAI INDIKATOR ALTERNATIF PADA MEDIA GULA-GULA Korry Novitriani, Hesti Nita Hasanah, Azminatuz Zulfa, Program Studi DIII Analis Kesehatan Sekolah Tinggi

Lebih terperinci

III METODOLOGI PENELITIAN

III METODOLOGI PENELITIAN III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 BAHAN DAN ALAT Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah duwet yang diperoleh dari Jember Jawa Timur. Bahan-bahan lain yang digunakan adalah etanol, aquadest,

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Kadar Air Permen Jelly Kadar air merupakan parameter mutu suatu produk. Menurut Winarno (2002), kandungan air dalam bahan makanan mempengaruhi daya tahan bahan makanan terhadap

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 9. Pola penyusunan acak

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 9. Pola penyusunan acak IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Penyusunan Buah Dalam Kemasan Terhadap Perubahan Suhu Penelitian ini menggunakan dua pola penyusunan buah tomat, yaitu pola susunan acak dan pola susunan teratur. Pola

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODOLOGI

III. BAHAN DAN METODOLOGI III. BAHAN DAN METODOLOGI A. Bahan dan Alat 1. Bunga teleng Bunga teleng diperoleh dari tanaman bunga teleng di pekarangan di Kantor Rumah Sains Ilma, Jalan TPU Parakan No. 148 Pamulang Tangerang Selatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cake beras ketan hitam merupakan salah satu produk bakery dan tergolong sponge cake jika ditinjau dari proses pengolahannya. Cake beras ketan hitam memiliki karakteristik

Lebih terperinci

METODOLOGI. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

METODOLOGI. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian 18 METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di Laboratorium PT. Hale International dan Laboratorium Analisis Pangan Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, IPB.Penelitian dilakukan mulai bulan Januari

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kalibrasi Termokopel

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kalibrasi Termokopel V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENELITIAN PENDAHULUAN. Kalibrasi Termokopel Pada tahap awal penelitian dilakukan kalibrasi terhadap termokopel yang akan digunakan. Kalibrasi termokopel bertujuan untuk menguji

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. EKSTRAKSI SERBUK KELOPAK BUNGA ROSELA ( Hibiscus sabdarifa Linn. ) untuk UJI KANDUNGAN WARNA dengan SPEKTROFOTOMETER

TUGAS AKHIR. EKSTRAKSI SERBUK KELOPAK BUNGA ROSELA ( Hibiscus sabdarifa Linn. ) untuk UJI KANDUNGAN WARNA dengan SPEKTROFOTOMETER TUGAS AKHIR EKSTRAKSI SERBUK KELOPAK BUNGA ROSELA ( Hibiscus sabdarifa Linn. ) untuk UJI KANDUNGAN WARNA dengan SPEKTROFOTOMETER (Extraction of Rosela Petals Powder for Colour Content Test using Spectrophotometer)

Lebih terperinci

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG V. HASIL DAN PEMBAHASAN.1 Analisis Kimia.1.1 Kadar Air Hasil analisis regresi dan korelasi (Lampiran 3) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang sangat erat antara jumlah dekstrin yang ditambahkan pada

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Cabai Merah (Capsicum annuum L.) Karakteristik awal cabai merah (Capsicum annuum L.) diketahui dengan melakukan analisis proksimat, yaitu kadar air, kadar vitamin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi, diantaranya mengandung vitamin C, vitamin A, sejumlah serat dan

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi, diantaranya mengandung vitamin C, vitamin A, sejumlah serat dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Buah pisang merupakan buah yang sering dikonsumsi oleh masyarakat dibandingkan dengan buah yang lain. Buah pisang memiliki kandungan gizi yang tinggi, diantaranya mengandung

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian (Ruang

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian (Ruang 20 III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian (Ruang Analisis Pati dan Karbohidrat), Laboratorium Pengolahan Limbah Hasil

Lebih terperinci

Ifon Ammalia, Dr Prasetyorini dan Erni Rustiani, M.Farm., Apt Program Studi Farmasi FMIPA-UNPAK ABSTRAK

Ifon Ammalia, Dr Prasetyorini dan Erni Rustiani, M.Farm., Apt Program Studi Farmasi FMIPA-UNPAK ABSTRAK FORMULASI SEDIAAN SIRUP KOMBINASI KELOPAK BUNGA ROSELLA (Hibiscus sabdariffa L.) DAN HERBA SELEDRI (Apium graveolens L.) DENGAN PERBEDAAN JENIS PEMANIS Ifon Ammalia, Dr Prasetyorini dan Erni Rustiani,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indikator asam basa adalah suatu bahan yang dapat mengidentifikasi sifat asam dan basa suatu larutan. Apabila suatu bahan indikator diujikan terhadap larutan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Akan tetapi, perubahan gaya hidup dan pola makan yang tak sehat akan

BAB 1 PENDAHULUAN. Akan tetapi, perubahan gaya hidup dan pola makan yang tak sehat akan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan dan sosial mulai timbul ketika usia harapan hidup bertambah. Hal ini menyebabkan adanya perubahan pola hidup pada diri manusia. Akan tetapi, perubahan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENGAMATAN

BAB IV HASIL PENGAMATAN BAB IV HASIL PENGAMATAN 4.1 Absorbansi Panjang Gelombang Maksimal No λ (nm) Absorbansi 1 500 0.634 2 510 0.555 3 520 0.482 4 530 0.457 5 540 0.419 6 550 0.338 7 560 0.293 8 570 0.282 9 580 0.181 10 590

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Pola Spektra Buah Belimbing

HASIL DAN PEMBAHASAN Pola Spektra Buah Belimbing IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pola Spektra Buah Belimbing Buah belimbing yang dikenai radiasi NIR dengan panjang gelombang 1000-2500 nm menghasilkan spektra pantulan (reflektan). Secara umum, spektra pantulan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2)

I. PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) I. PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas

METODE PENELITIAN. pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dibagi menjadi dua tahap: Tahap pertama adalah pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas Teknobiologi, Universitas

Lebih terperinci

4. PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Fisik Ketebalan dan Rendemen pada Nata

4. PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Fisik Ketebalan dan Rendemen pada Nata 4. PEMBAHASAN Nata merupakan senyawa selulosa yang dihasilkan dari fermentasi substrat dengan bantuan mikroba yaitu Acetobacter xylinum. Selama proses fermentasi untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dari A.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Abu Terbang dan Bahan Humat pada Pertumbuhan Tanaman Sengon Hasil analisis ragam menunjukkan adanya interaksi pengaruh antara abu terbang dan bahan humat pada peningkatan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Penelitian dilakukan di Desa Sido Makmur, Kec. Sipora Utara, Kab. Kep.Mentawai untuk proses penggorengan keripik ikan lemuru. Dan dilanjutkan dengan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Gambar 1 Ilustrasi hukum Lambert Beer (Sabrina 2012) Absorbsi sinar oleh larutan mengikuti hukum lambert Beer, yaitu:

PENDAHULUAN. Gambar 1 Ilustrasi hukum Lambert Beer (Sabrina 2012) Absorbsi sinar oleh larutan mengikuti hukum lambert Beer, yaitu: PENDAHULUAN Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorbans suatu sampel yang dinyatakan sebagai fungsi panjang gelombang. Absorbsi radiasi oleh suatu sampel diukur pada berbagai

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Analisa 4.1 Ekstraksi likopen dari wortel dan pengukurannya dengan spektrometer NIR

Bab IV Hasil dan Analisa 4.1 Ekstraksi likopen dari wortel dan pengukurannya dengan spektrometer NIR Bab IV Hasil dan Analisa 4.1 Ekstraksi likopen dari wortel dan pengukurannya dengan spektrometer NIR Ekstraksi likopen dari tomat dilakukan dengan menggunakan pelarut aseton : metanol dengan perbandingan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2011 sampai dengan bulan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2011 sampai dengan bulan III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2011 sampai dengan bulan Februari 2012, bertempat di Laboratorium Pengawasan Mutu Hasil Pertanian Jurusan

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. substitusi tepung biji alpukat dilaksanakan pada bulan November 2016 di

BAB III MATERI DAN METODE. substitusi tepung biji alpukat dilaksanakan pada bulan November 2016 di 15 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian analisis sifat fisik cookies berbahan baku tepung terigu dengan substitusi tepung biji alpukat dilaksanakan pada bulan November 2016 di Laboratorium Kimia dan Gizi

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. KARAKTERISASI AWAL BAHAN Karakterisistik bahan baku daun gambir kering yang dilakukan meliputi pengujian terhadap proksimat bahan dan kadar katekin dalam daun gambir kering.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 20 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Uji Kualitas Kimia pada Yoghurt dengan Penambahan Ekstrak Buah Jambu Biji Bangkok (Psidium guajava L.) Rerata hasil analisis statistik untuk uji kualitas kimia yang meliputi

Lebih terperinci

PENGARUH SUBSTITUSI GULA DENGAN ISOMALT DAN KONSENTRASI EKSTRAK KELOPAK BUNGA ROSELA TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK MARSHMALLOW SKRIPSI

PENGARUH SUBSTITUSI GULA DENGAN ISOMALT DAN KONSENTRASI EKSTRAK KELOPAK BUNGA ROSELA TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK MARSHMALLOW SKRIPSI PENGARUH SUBSTITUSI GULA DENGAN ISOMALT DAN KONSENTRASI EKSTRAK KELOPAK BUNGA ROSELA TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK MARSHMALLOW SKRIPSI OLEH : ELIZABETH SURYANI SANTOSO 6103006088 PROGRAM

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Komposisi Proksimat Fillet Gurami Komponen penting dari komposisi kimia ikan adalah protein dan lemak. Ikan gurami mengandung 75-80% protein dan 6-9% lemak (basis kering) (Tabel 3).

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pengkukusan kacang hijau dalam pembuatan noga kacang hijau.

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pengkukusan kacang hijau dalam pembuatan noga kacang hijau. IV HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini akan menjelaskan mengenai : (4.1) Penelitian Pendahuluan, dan (4.2) Penelitian Utama. 4.1. Penelitian Pendahuluan Penelitian pendahuluan bertujuan untuk menentukan lama

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2016-Januari 2017.

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2016-Januari 2017. 22 BAB III MATERI DAN METODE 3.1. Materi Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2016-Januari 2017. Penelitian kadar air, aktivitas air (a w ), dan pengujian mutu hedonik dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Lingkungan selama Proses Pengeringan Kondisi lingkungan merupakan aspek penting saat terjadinya proses pengeringan. Proses pengeringan dapat memberikan pengaruh terhadap sifat

Lebih terperinci

KAJIAN SIFAT FISIKOKIMIA DAN SENSORI TEPUNG UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas blackie) DENGAN VARIASI PROSES PENGERINGAN

KAJIAN SIFAT FISIKOKIMIA DAN SENSORI TEPUNG UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas blackie) DENGAN VARIASI PROSES PENGERINGAN KAJIAN SIFAT FISIKOKIMIA DAN SENSORI TEPUNG UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas blackie) DENGAN VARIASI PROSES PENGERINGAN Bambang Sigit A 1), Windi Atmaka 1), Tina Apriliyanti 2) 1) Program Studi Ilmu dan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. PENELITIAN PENDAHULUAN Penelitian pendahuluan diawali dengan melakukan uji terhadap buah salak segar Padangsidimpuan. Buah disortir untuk memperoleh buah dengan kualitas paling

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Bahan dan Alat Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah teh hitam yang diperoleh dari PT Perkebunan Nusantara VIII Gunung Mas Bogor grade BP1 (Broken Pekoe 1).

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian (Ruang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian (Ruang III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian (Ruang Analisis Pati dan Karbohidrat), Laboratorium Pengolahan Limbah Hasil

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh : PUJI ASTUTI A

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh : PUJI ASTUTI A PEMANFAATAN LIMBAH AIR LERI BERAS IR 64 SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN SIRUP HASIL FERMENTASI RAGI TEMPE DENGAN PENAMBAHAN KELOPAK BUNGA ROSELLA SEBAGAI PEWARNA ALAMI NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : PUJI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sehingga memberikan kesegaran bagi konsumen. Warna yang beraneka macam

I. PENDAHULUAN. sehingga memberikan kesegaran bagi konsumen. Warna yang beraneka macam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Es lilin merupakan suatu produk minuman yang banyak disukai anak-anak hingga dewasa. Hal ini dikarenakan es lilin memiliki rasa yang manis dan dingin sehingga memberikan

Lebih terperinci