KARYA ILMIAH PENERAPAN PENJALARAN GELOMBANG SEISMIK GEMPA PADA PENELAAHAN STRUKTUR BAGIAN DALAM BUMI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KARYA ILMIAH PENERAPAN PENJALARAN GELOMBANG SEISMIK GEMPA PADA PENELAAHAN STRUKTUR BAGIAN DALAM BUMI"

Transkripsi

1 KARYA ILMIAH PENERAPAN PENJALARAN GELOMBANG SEISMIK GEMPA PADA PENELAAHAN STRUKTUR BAGIAN DALAM BUMI SUSILAWATI NIP. : JURUSAN FISIKA FAK. MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 008 Susilawati : Penerapan Penjalaran Gelombang Seismik Gempa Pada Penelaahan Struktur Bagian Dalam Bumi, 008 USU e-repository 008

2 BAB I PENDAHULUAN A. GEMPA BUMI MEMBERI PETUNJUK Setiap tahun terjadi gempa bumi di bagian-bagian dunia yang berbeda. Setiap gempa bumi itu mengeluarkan energi dalam jumlah yang sangat besar. Energi ini mengalir dari sumber gempa dalam bentuk gelombang yang melalui semua bagian bumi, termasuk bagian yang paling dalam. Apabila gelombang muncul di permukaan, gerakannya dicatat oleh suatu alat yang disebut seismograf. Alat ini diletakkan pada ribuan observatorium (stasiun pencatat) yang tersebar di seluruh dunia. Catatan yang direkam oleh seismograf disebut seismogram. Seismogram merupakan visualisasi gerakan-gerakan tanah akibat gempa bumi yang dicatat oleh jarum seismograf. Seismogram dapat dibandingkan dengan foto sinar-x dari tubuh manusia. Struktur bagian dalam tubuh manusia mempengaruhi intensitas sinar-x, ketika sinar-sinar itu lewat diantara sumbernya dan film fotografik. Untuk struktur bagian-dalam bumi akan mempengaruhi gelombang gempa bumi yang mengalir diantara sumber gempa dan seismograf. Dalam hal ini jauh lebih sukar untuk menafsirkan seismogram daripada foto sinar-x. Foto sinar-x memperlihatkan suatu persamaan dengan tubuh manusia, sedangkan seismogram hanya memperlihatkan pola rumit dari garis-garis yang bergelombang. Untuk menafsirkan garis-garis ini, seorang ahli seismologi memerlukan bantuan ilmu matematika dan fisika (Bullen, K.E. Ilmu Pengetahuan Populer). Apabila semua gempa, mulai dari yang lemah sampai dengan yang kuat dimasukkan dalam hitungan, maka terjadilah kira-kira sejuta gempa setiap tahun. Hal ini sangat menarik untuk diungkap dan dikaji lebih jauh sehingga dapat dikembangkan maupun dimanfaatkan untuk tujuan-tujuan yang konstruktif. Penelahaan tentang gempa bumi sekarang dikenal dengan nama Seismologi. B PERKEMBANGAN SEISMOLOGI Seismologi adalah ilmu yang mempelajari gempa bumi dan struktur dalam bumi dengan menggunakan gelombang seismik yang dapat ditimbulkan dari gempa bumi atau sumber lain (Gunawan, 1985).

3 Pada hakekatnya seismologi lahir sejak manusia tertarik untuk mengkaji fenomena alam yang berupa gempa bumi. Dari rasa ketertarikan ini mereka berusaha untuk mengungkap tentang mengapa, bagaimana, maupun untuk apa gempa bumi itu terjadi. Seiring dengan bertambahnya tingkat peradaban ilmu, muncul kajian-kajian khusus tentang gempa bumi, seperti mekanisme terjadinya gempa bumi, dampak yang timbul akibat gempa bumi, perancangan alat perekam gempa bumi, deskripsi gempa bumi secara teoritis melalui permodelan maupun pemanfaatan informasi yang diindikasikan oleh gempa bumi. Seismologi telah berkembang tidak hanya mempelajari gempa bumi semata, tetapi meliputi kajian tentang gelombang-gelombang yang dibangkitkan oleh gempa bumi maupun gempa buatan dan juga kajian tentang parameter-parameter yang dapat disimpulkan dari penjalaran gelombang-gelombang tersebut (Garland, 1979). Berdasarkan posisi sumber gempa terhadap lokasi seismograf, secara umum gempa bumi diklasifikasikan menjadi dua ketgori, yaitu : 1. gempa bumi dekat atau lokal. Gempa lokal adalah gempa dengan jarak episenternya terhadap stasiun pencatat tidak melebihi dari beberapa ratus kilometer, sehingga kelengkungan bumi dapat diabaikan (Gunawan, 1985). Gempa lokal dimanfaatkan untuk menyelidiki struktur permukaan bumi, termasuk didalamnya adalah gempa buatan yang dilakukan pada seismik eksplorasi.. Gempa bumi jauh atau teleseimik. Teleseismik adalah gempa dengan jarak episenternya terhadap stasiun pencatat lebih dari 1000 kilometer (Sumner, 1970). Kategori gempa inilah yang memegang peranan penting dalam penentuan struktur bagian dalam bumi, seperti yang akan dibahas dalam penulisan ini. C BEBERAPA ISTILAH DALAM SEISMOLOGI Beberapa istilah yang secara umum sering digunakan dalam pembahasan seismologi, diantaranya adalah : 1. Hiposenter. Hiposenter adalah pusat gempa di dalam bumi, disebut juga fokus atau sumber gempa.. Episenter. Episenter adalah proyeksi hiposenter ke bidang permukaan bumi. 3

4 3. Origin time atau waktu asal. Origin time adalah waktu saat terjadinya gempa di hiposenter 4. Travel time atau waktu tempuh. Travel time adalah waktu yang dibutuhkan oleh gelombang gempa untuk menjalar dari hiposenter ke stasiun pencatat. Travel time ditentukan dari waktu tiba (arrival time) gelombang di seismograf yang dikurangi dengan origin time. 5. Seismometer, seismograf dan seismogram. Seismometer adalah alat yang digunakan untuk merespon gerakan tanah akibat gempa bumi. Seismograf adalah gabungan antara seismometer dengan peralatan perekan. Seismogram adalah hasil rekaman seismograf. 4

5 BAB II DESKRIPSI GELOMBANG SEISMIK A. PEMBANGKITAN GELOMBANG SEISMIK Gelombang seismik pada dasarnya merupakan gelombang elastik yang dijalarkan melalui media bumi. Pembangkitan gelombang seismik dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu : 1. Metode aktif. Metode aktif biasanya digunakan pada seismik eksplorasi, yaitu dengan peledakan dinamit, pemukulan dengan palu dan sebagainya.. Metode pasif. Metode pasif memanfaatkan gejala-gejala alam yang sudah ada, seperti gempa bumi, baik yang diakibatkan oleh letusan gunung berapi maupun gempa tektonik. Pada saat terjadi gempa bumi, sejumlah besar energi dilepaskan dari sumber gempa atau fokus. Energi ini akan dipancarkan ke segala arah melalui usikan (disturbance) yang menjalar keseluruh bagian bumi karena adanya sifat elastisitas material bumi. Usikan yang menjalar dalam medium elastik disebut gelombang elastik. Informasi struktur bagian dalam bumi diperoleh dari pengamatan penjalaran gelombang elastik yang dibangkitkan oleh gempa bumi (metode pasif). Gelombang ini disebut gelombang seismik gempa atau secara umum lebih dikenal sebagai gelombang seismik. B. TEORI DASAR GELOMBANG SEISMIK B.1. Pengertian umum. Penjalaran gelombang seismik menembus struktur perlapisan bumi sangat bergantung pada sifat elastisitas batu-batuan yang dilaluinya. Dasar teori untuk menjelaskan kronologis mekanisme maupun sifat fisis gelombang didasarkan pada teori deformasi dan elastisitas media yang dilalui gelombang seismik. Pembahasan teori deformasi dan elastisitas media yang dilalui gelombang lebih ditujukan untuk mencari hubungan antara parameter elastisitas (dalam hal ini adalah konstanta-konstanta elastisitas) dengan parameter gelombang (dalam hal ini adalah 5

6 kecepatan gelombang). Pendekatan teori deformasi didasarkan pada model stress dan strain. Stress didefinisikan sebagai gaya per satuan luas, sedangkan strain didefinisikan sebagai deformasi per satua volume. Berdasarkan hukum Hooke s, untuk benda-benda elastik sempurna, strain akan proporsional (sebanding) dengan stress. Dikarenakan pendekatan deformasi media elastik adalah dilatasi kubik, maka untuk menjelaskan model stress (tegangan) dan strain (regangan) didasarkan pada konsep tensor. Pada dasarnya, teori dasar gelombang seismik adalah mencari bentuk solusi dari persamman gerak yang didasarkan pada hubungan persamaan stress dan strain pada medium elastik. Untuk meninjau penjalaran gelombang seismik pada menia bumi, terdapat dua asumsi dasar yang digunakan sebagai acuan dalam memandang bumi, yaitu : 1. Bumi dianggap sebagai media elastik sempurna yang terdiri dari berbagai lapisan.. Semua anggota lapisan bumi merupakan media homogen isotropis (Wahyu Triyoso, 1991). B.. Dasar Analisis Tensor Stress dan Tensor Strain 1. Tensor Stress. Pada Gambar.1 ditunjukkan satu gaya F yang mengenai suatu komponen luas bidang Δ S. Dalam realisasi matematis, stress didefinisikan sebagai : lim F/ Δ S. Δ S 0 Gambar.1 Analisa Strain (McQuillin, 1984) 6

7 Stress dalam arah normal terhadap Δ S diberikan oleh tiga komponen stress. Komponen yang berarah normal terhadap Δ S disebut komponen principle stress atau tegangan normal, sedangkan komponen yang terletak pada bidang Δ S disebut komponen shearing stress atau tegangan geser (McQuillin, 1984). Dengan mengubah orientasi Δ S, akan didapatkan komponen-komponen stress tersebut, seperti ditunjukkan pada Gambar.. Gambar ini menunjukkan elemen volume kecil didalam suatu benda yang dikenai stress. Gambar. Komponen-komponen tensor stress. Normal stress diindikasikan jika i = j, shearing stress diindikasikan jika i j. Untuk menguraikan stress secara lengkap, dibutuhkan tiga komponen stress untuk setiap permukaan. Oleh karena itu, hal ini akan menjadi mudah apabila digunakan konsep tensor stress pij (i,j = 1,,3), dan definisi matematis untuk stress selanjutnya dinotasikan sebagai P ij (indeks i menyatakan arah normal terhadap permukaan dan indeks j menyatakan arah komponen stress). Stress normal atau (tekanan) didindikasikan apabila i = j, sedangkan stress geser (shear stress) diindikasikan apabila i j. Berdasarkan Gambar., didapatkan komponen tensor stress yang bekerja pada elemen kubus sebanyak 18 komponen. Karena elemen kubus yang dikenai tensor stress 7

8 dalam keadaan seimbang, maka stress yang bekerja haruslah setimbang dan tidak menimbulkan adanya kopel, sehingga berlaku P ij = P ji. Dari 18 komponen selanjutnya disubstraksi menjadi 9 komponen, yaitu : P11 P1 P13 P ij = P1 P P P 31 P3 P33 Jadi tensor stress adalah simetris dan hanya terdapat 6 komponen stress yang saling bebas (Wahyu Triyoso, 1991). B.. Tensor Strain. Apabila sebuah benda elastik mengalami stress maka bentuk dan ukuran benda tersebut akan berubah (terjadi deformasi). Perubahan dihasilkan oleh stress ini disebut strain atau regangan. Untuk mengalami analisa strain, dalam Gambar.3 ditunjukkan pengaruh pergerakan kecil (displacement) dari konfigurasi awal suatu titik dalam medium. Gambar.3 Analisa Strain (McQuillin, 1984). 8

9 Jika u adalah dosplacement titik P yang berkoordinat asal (x 1, x, x 3 ) dan (u + Δ u) adalah displacement titik Q yang berkoordinat awal (x 1 + Δ x 1,x + Δ x,x 3 + Δ x 3 ), maka dapat diambil : l i m Δ x i 0 Δu Δx i j u = x i j ; i,j = 1,,3 Hal ini da pat dituliskan sebagai : u j 1 u j u i 1 ui = x + i xi x i xi u x i j = e ij ζ ij Dengan e ij berhubungan erat dengan deformasi murni yang dikenal sebagai tensor strain, sedangkan ζ i j berhubungan erat dengan masalah rotasi sederhana dari benda tegar dan dalam hal in i tidak menarik untuk dibahas karena tidak ada strain yang ditimbulkan. Arti fisis e ij ditunjukkan pada Gambar.4. Dari uraian diatas diketahui e 11 = u1 x 1 Komponen strain ini berkaitan dengan perpanjangan dalam arah sumbu x. Dengan cara yang sama akan diperoleh e dan e, 1 33 masing-masing dalam arah sumbu x dan x 3. Dalam notasi tensor, hal ini dapat dituliskan e11 e1 e13 e ij = e1 e e e 31 e3 e33 Normal strain (regangan normal) diindikasikan apabila i = j, sedangkan shearing strain (regangan geser) diindikasikan apabila indeks i j. 9

10 Gambar.4 Komponen-komponen tensor strain, (a) komponen strain normal e 11, (b) komponen strain geser e 1 (McQuillin, 1984) B.3 Konsep Dasar Dilatasi Kubik Apabila terdapat strain simultan e 11, e, e 33 yang terjadi pada elemen kubus dengan sisi mula-mula adalah Δ x 1, Δ x, Δ x 3, maka elemen volum dapat dituliskan sebagai : V = Δ x 1. Δ x. Δ x 3 Perubahan elemen volume kubus akibat deformasi volume dapat dituliskan : V + Δ V = ( Δ x 1 + Δ u 1 ). ( Δ x + Δ u ). ( Δ x 3 + Δ u 3 ). Perubahan volumenya adalah Δ V = Δ u 1. Δ x. Δ x 3 + Δ u. Δ x 1. Δ x 3 + Δ u 3. Δ x 1. Δ x 10

11 Perbandingan antara ΔV Δu = = Δu + Δ V dan V disebut dilatasi kubik, dan dinotasikan dengan θ. Δu 1 3 θ + atau = e 11 + e + e33 V Δx1 Δx Δx3 θ....4 Dari Gambar.4b ditunjukkan bahwa e 1 berhubungan dengan hasil deformasi R yang bergerak ke R dan Q bergerak ke Q. Selanjutnya dapat dituliskan : 1 u u ( α + α ) 1 e 1 = 1 + =. x1 x 1 Persamaan ini merupakan deformasi angular total. Jadi e ij dengan i j, berhubungan dengan shear murni atau perubahan bentuk dengan volume konstan. B.4 Hukum Hooke s dan Konstanta-Konstanta Elastisitas Hukum Hooke s merupakan hubungan antara stress (tegangan) yang dikerjakan dengan strain yang dihasilkan, apabila strain yang dihasilkan cukup kecil. Hukum ini menyatakan bahwa strain akan berbanding lurus dengan stress yang menghasilkannya. Untuk medium homogen isotropis, hukum Hooke s dapat dinyatakan dalam bentuk yang sederhana, yaitu : P ij = λθ + μuij....5a P ij = μ e ij....5b Besaran λ dan μ disebut konstanta Lame s, yang merupakan konvensi matematis dalam teori elastisitas (Telford, W.M, et all, 1976). Dari persamaan.5b, jika dituliskan e ij = P ij/ μ, membuktikan bahwa untuk μ semakin besar, e ij semakin kecil. Jadi μ merupakan ukuran untuk menahan regangan geser (shearing strain) dan sering disebut sebagai modulus rigiditas atau modulus geser. Di samping konstanta Lame s, beberapa konstanta lain yang banyak digunakan adalah : 1. Modulus Young (E), pada dasarnya mengukur perbandingan stress dan strain untuk model tension atau kompressi sederhana (1 dimensi). Modulus Bulk (k), pada dasarnya adalah mengukur perbandingan stress dan strain apabila elemen media dikenakan tekanan hidrostatik sederhana. 3. Rasio Poisson s (σ ), pada dasarnya mengukur geometri perubahan bentuk. 11

12 Hubungan antara konstanta-konstanta tersebut dengan konstanta Lame s dinyatakan sebagai berikut : ( 3λ + μ) ( λ + μ) μ E =....6a ( 3λ + μ) k =....6b 3 λ σ =....6c 3 ( λ + μ) (Telford,W.M., et all, 1976). B.5 Konsep Dasar Displacement Potensial Jika suatu benda elastik ditekan, maka energi tekanan akan diteruskan sejajar dengan arah gaya tekan. Transfer energi ke arah gaya tekan (arah maju) disebabkan oleh dua hal : 1. Transfer energi ke arah gaya tekan yang murni akibat tekanan (normal stress), atau lebih di kenal sebagai medan skalar.. Transfer energi ke arah gaya tekan yang diakibatkan efek shear dari gerakan partikel media (shearing stress), atau lebih dikenal sebagai medan vektor. Dari uraian di atas, maka medan gerakan transfer energi pada medium homogen isotropis merupakan gabungan dari medan skalar yang berhubungan dengan gerakan dilatasi (kompressi), dan medan vektor yang berkaitan dengan gerakan rotasi (shear). Apabila medan gerak dinotasikan dalam vektor displacement U i, maka dengan metode Helmholtz, vektor displacement U i dapat dituliskan dalam batasan sembarang skalar φ dan sembarang vektor ψ, sebagai berikut : U i =. φ xψ Dalam hal ini, besaran φ disebut potensial displacement dilatasi, dan ψ di sebut potensial displcement rotasi. Realisasi dari gerakan dilatasi adalah dilatasi kubik yang dinyatakan dengan θ, sedangkan gerakan rotasi direalisasikan oleh deformasi shear yang dinaotasikan dengan ξ. Hubungan matematis antara μ, ξ dengan vektor displacement U i dinyatakan sebagai berikut : θ =.u i....7a 1

13 (Grant and West, 1965). ξ = xui....7b B.6 Persamaan Gelombang Untuk menurunkan persamaan gelombang, ditinjau elemen kubus dengan stressstress yang bekerja tidak dalam kesetimbangan, seperti ditunjukkan pada Gambar.5. Gambar.5 Elemen kubus dalam pengaruh stress-stress yang tidak setimbang. Ditinjau stress-stress pada permukaan kubus yang tegak lurus terhadap sumbu x (Bullen, 1963). Misalkan di ambil stress yang bekerja pada permukaan yang tegak lurus terhadap sumbu x. Karena stress-stress ini saling berlawanan, maka stress netto yang bekerja pada elemen volum kubus adalah : P x 11 dx P P 3 ; dx; dx x x Stress ini bekerja pada permukaan yang luasnya (dx 1.dx 3 ). Oleh karena itu didapatkan gaya netto per satuan volume dalam sumbu x, sebagai berikut : 13

14 P x 11 ; P x ; P x 3 Untuk ke-empat permukaan yang lain, persamaannya dapat diperoleh dengan cara yang sama, sehingga gaya total per satuan volume dalam sumbu x, adalah : P x 1 1 P + x P + x 3 3 Hukum ke- Newton tentang gerak, menyatakan bahwa resultan gaya akan sama dengan massa dikalikan percepatannya, jadi diperoleh persamaan gerak sepanjang sumbu x sebagai berikut : u ρ t P = x 1 1 P + x P + x 3 3 Dengan ρ adalah densitas elemen kubus dan u adalah displacement dalam arah sumbu x. Persamaan ini merupakan persamaan yang menghubungkan displacement dan stress. Dengan mensubstitusikan persamaan (.5a) dan persamaan (.5b) ke dalam persamaan gerak ini, yaitu mengganti stress dengan strain menggunakan hukum Hooke s, sehingga didapatkan : u ρ t = θ x ( λ + μ) + μ u Dengan cara yang sama untuk pergerakan ke arah sumbu x 1 dengan displacement u 1 dan pergerakan ke arah sumbu x 3 dengan displacement u 3, akan diperoleh bentuk persamaan yang sebangun, sehingga secara umum dapat dituliskan sebagai ρ ( λ + μ) + μ ui ; (i = 1,,3)... (.8) ui θ = t xi Persamaan (.8) merupakan bentuk umum persamaan gerak untuk media elastikndan homogen isotropis. Berdasarkan persamaan (.7a), maka dengan mengoperasikan divergensi persamaan (.8), didapatkan bentuk persamaan gerak dilatasi (kompressi) untuk medan skalar sebagai berikut : θ ρ = t ( λ + μ) θ... (.9) 14

15 Bentuk persamaan gerakan rotasi untuk medan vektor, diperoleh berdasarkan persamaan (.7b), yaitu dengan mengoperasikan curl pada persamaan sehingga didapatkan bentuk persamaan sebagai berikut : ξ ρ = μ ξ t... (.10) B.7 Penyelesaian Gelombang Datar dan Kecepatan Gelombang Secara umum, persamaan gelombang dalam media elastik homogen isotropis telah diuraikan diatas dapat dituliskan dalam bentuk : 1 ψ = ψ... (.11) v t Dengan v suatu konstanta dan ψ adalah suatu fungsi gelombang yang direalisasikan sebagai usikan yang menjalar. Dalam hal ini, usikan ψ berupa perubahan volume (dilatasi kubik) jika ψ = θ, dan akan berupa rotasi (deformasi angular) apabila ψ = ξ. Untuk kasus yang sederhana, yaitu dengan ψ hanya merupakan fungsi dari x, persamaan (.11) dapat direduksi menjadi : 1 v ψ ψ = t x... (.1) Bila dipilih solusi persamaan gelombang tersebut sebagai fungsi ψ = f ( x vt), yang diketahui sebagai solusi D Alemberts. Maka usikan yang dimaksud menjalar sepanjang sumbu x positif, seperti ditunjukkan pada Gambar.6. Dari Gambar tersebut ditunjukkan pada waktu t 0, bagian gelombang di x 0 ψ = f x vt. Kemudian pada waktu ( t o + Δt) bagian mencapai titik p o, sehingga ( ) o o yang sama dari gelombang ini di ψ = f [( x + Δx) v( t + Δt. Karena keduanya merupakan bagian yang sama dari o 1 )] o o ( x o + Δx) mencapai titik P 1, sehingga ψ adalah gelombang tersebut, maka haruslah ψ o =ψ 1, sehingga : ( x vt ) = [( x + Δx) v( t + Δt)], maka besaran v dapat dinyatakan sebagai : o o o v = Δx Δt o 15

16 Jadi besaran v di sini merupakan kecepatan perambatan usikan atau dikatakan sebagai kecepatan gelombang. Gambar.6 Tinjauan sat dimensi penjalaran gelombang dalam arah sumbu x positif (Telford, W.M., 1976). Suatu fungsi = f ( x vt) ψ juga merupakan penyelesaian dari persamaan (.1), yang mengindikasikan perambatan gelombang dalam arah sumbu x negatif. Oleh karena itu, penyelesaian umum dari persamaan (.1) dapat dituliskan : ψ = f ( x vt) + g( x + vt) Persamaan ini menggambarkan perambatan gelombang sepanjang sumbu x dalam arah yang berlawanan dengan kecepatan v. Karena besaran ψ ini tidak bergantung pada sumbu y ataupun z, maka usikan yang terjadi haruslah sama di semua tempat di dalam bidang yang tegak lurus terhadap sumbu x. Jenis gelombang ini disebut gelombang datar. C. BERBAGAI TIPE GELOMBANG SEISMIK Berdasarkan teori elstisitas dan deformasi elemen medium serta konsep displcement potensial, maka pada media homogen isotropis, transfer energi dapat ditransmisikan dalam dua tipe dengan kecepatan penjalaran yang berbeda pula, tergantung pada konstanta-konstanta elastik media yang dilewatinya. Di samping itu, transfer energi dapat terjadi baik melalui media perlapisan di dalam bumi maupun melalui media perlapisan di permukaan bumi. Transfer ini yang terjadi melalui media perlapisan di dalam bumi disebut gelombang badan (body wave), sedangkan yang terjadi di permukaan bumi di sebut gelombang permukaan (surface wave). 16

17 C.1 Gelombang Badan Gelombang badan adalah gelombang yang menjalar dalam media elastik dan arah perambatannya ke seluruh bagian di dalam bumi. Berdasarkan gerak partikel pada media dan arah penjalarannya, gelombang dapat dibedakan atas gelombang P dan gelombang S. 1. Gelombang P (gelombang Primer). Gelombang P disebut juga gelombang kompressi, gelombang longitudinal, gelombang dilatasi, atau gelombang irotasional. Gelombang ini menginduksi gerakan partikel media dalam arah paralel terhadap arah penjalaran gelombang (Gambar.7a). Bentuk persamaan gelombang P didasarkan pada bentuk persamaan dilatasi (persamaan.9), yaitu : θ ρ = t ( λ + μ) θ Dengan menganalogikan persamaan ini dengan bentuk persamaan umum gelombang (persamaan.11), maka didapatkan persamaan kecepatan gelombang P sebagai berikut : 0.5 λ + μ V p = α =... (.13) ρ. Gelombang S (gelombang Sekunder). Gelombang S disebut juga gelombang shear, gelombang transversal atau gelombang rotasi. Gelombang ini menyebabkan gerakan partikel media dalam arah tangensial terhadap arah perjalaran gelombang (gambar.7b). Bentuk persamaan gelombang S didasarkan pada bentuk persamaan gerak rotasi (persamaan.10), yaitu : ξ ρ = μ ξ t Dengan menganalogikan persamaan ini dengan persamaan (.1), maka diperoleh persamaan kecepatan gelombang S sebagai berikut : 0.5 μ Vs = β =... (.14) ρ Menurut Birkhauser, gelombang S dipisahkan menjadi, yaitu gelombang S horisontal atau gelombang SH dan gelombang S vertikal atau gelombang SV, seperti ditunjukkan pada Gambar.8. 17

18 Gambar.7 Dua tipe gelombang badan, (a) gelombang P, (b) gelombang S Gambar.8 Dua tipe gelombang S, (a) gelombang-sh, (b) gelombang-sv 18

19 C. Gelombang Permukaan Gelombang permukaan merupakan gelombang yang kompleks dengan frekuensi yang rendah dan ampltudo besar, yang menjalar akibat adanya efek free surface dimana terdapat perbedaan sifat elastik. Gelombang ini dapat menjelaskan struktur mantel atas dan permukaan kerak bumi (crust). Sifat dan gerak partikel media pada permukaan ada yang mirip gelombang P atau gelombang S. Didasarkan pada sifat gerakan partikel media elastik, terdapat dua tipe gelombang permukaan, yaitu gelombang Rayleigh dan gelombang love. 1. Gelombang Rayleigh. Gelombang Rayleigh merupakan gelombang permukaan yang gerakan partikel medianya merupakan kombinasi gerakan partikel yang disebabkan oleh gelombang P dan gelombang S. Orbit gerakan partikelnya merupakan gerakan elliptik dengan sumbu mayor ellips tegak lurus dengan permukaan dan arah penjalarannya (gambar.9a). Kecepatan gelombang Rayleigh dirumuskan sebagai : V R = 0.9 (V S ) (.15) (Telford,W.M., 1976).. Gelombang Love. Gelombang love biasanya dinotasikan dengan gelombang-l atau gelombang-q. Gelombang ini merupakan gelombang permukaan yang menjalar dalam bentuk gelombang transversal, yakni merupakan gelombang-sh yang penjalarannya paralel dengan permukaan (gambar.9b). Kecepatan penjalaran gelombng Love bergantung panjang gelombangnya dan bervariasi sepanjang permukaan. Secara umum, kecepatan gelombang love dinyatakan sebagai V R < V Q <V S ( Gunawan, 1985). Pada umumnya, energi lebih banyak ditransfer dalam bentuk gelombang P, sehingga pada rekaman gempa atau survey seismik, yang pertama kali dijumpai adalah gelombang P. Di samping itu berdasarkan persamaan (.13), (.14) dan (.15), dalam medium yang sama, gelombang P akan dijalarkan dengan kecepatan yang paling besar daripada tipe gelombang lainnya. Sedangkan dari persamaan (.14) ditunjukkan bahwa gelombang S tidak dapat menjalar pada media fluida, karena harga modulus rigiditas pada fluida mendekati nol ( μ = 0). 19

20 D. MEKANISME PENJALARAN GELOMBANG D.1 Prinsip fermat dan Konsep Berkas Seismik Salah satu perinsip dasar yang menjelaskan mekanisme penjalaran gelombang adalah prinsip Fermat. Prinsip ini menyatakan bahwa waktu jalar gelombang elastik antara dua titik, misalkan titik A dan B, sama dengan waktu tempuh yang terukur sepanjang lintasan minimum yang menghubungkan titik A dan B. Oleh karena itu, prinsip Fermat di sebut juga prinsip waktu minimum. Gambar.9 Dua tipe gelombang permukaan, (a) gelombang love, (b) gelombang Rayleigh 0

21 Suatu bentuk pemodelan yang digunakan untuk menjelaskan peristiwa penjalaran gelombang elastik yang memenuhi perinsip Fermat adalah model lintasan sinar atau model raipat (raypath). Untuk penjalaran gelombang seismik, konsep raipat dikenal dengan istilah konsep berkas seismik (seismic ray). Suatu berkas seismik digambarkan sebagai sebuah garis yang menunjukkan arah perambatan energi gelombang seismik. Garis ini tegak lurus terhadap muka gelombang (wave front), seperti ditunjukkan pada gambar (.10). Model berkas seismik pada dasarnya merupakan pendekatan pertama untuk memudahkan dalam meninjau penjalaran gelombang seismik. Dikarenakan pendekatan berkas seismik lebih banyak didasarkan pada optika geometri, maka dalam meninjau mekanisme penjalaran gelombang, seakan-akan kita diajak meninjau satu titik anggota muka gelombang. D. Hukum Snellius. Hukum Snellius pada dasarnya menjelaskan perubahan arah berkas seismik apabila gelombang seismik menjalar melalui lapisan-lapisan bumi dengan kuantitas kecepatan yang berbeda-beda (terdapat bidang batas antar lapisa). Perubahan arah ini akan direalisasikan dalam bentuk gelombang yang terpantul (gelombang refleksi) dan gelombang yang terbias (gelombang refraksi). Untuk lebih memperjelas pemahaman tentang hukum Snellius, dalam gambar (.10) ditunjukkan kasus pemantulan dan pembiasan gelombang-sv ketika melintasi bidang batas antara media 1 dan media. Dari Gambar tersebut ditunjukkan bahwa, ketika melintasi bidang batas, gelombang-sv akan terpantulkan sebagai gelombang refleksi SV dan akan terbiaskan sebagai gelombang refraksi SV. Di samping itu juga dibangkitkan gelombang refleksi P dan gelombang refraksi P. Hal ini merupakan karakteristik dari gelombang SV apabila melewati bidang batas dengan kontras elastisitas. 1

22 Gambar.10 Peristiwa pemantulan, pembiasan dan mode conversion yang terjadi pada saat gelombang SV melewati bidang batas antara dua media (Stacey, 1977). Berdasarkan gambar (.10), hukum Snellius dapat dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut : Sini Sinr Sinr S inf S inf s p s p = = = =... (.16) Vs Vs Vp Vs Vp 1 1 Dengan Vs 1, Vs masing-masing adalah kecepatan gelombang S pada media-1 dan media-, sedangkan Vp 1, Vp masing-masing adalah kecepatan gelombang P pada media- 1 dan media-. Hal yang sama juga dapat diperoleh untuk jenis gelombang datang yang lain, seperti gelombang P atau gelombang-sh. Untuk gelombang-sh yang terjadi hanya gelombang refraksi SH dan gelombang refleksi SH (Stacey, 1977). D.3 Perinsip Huygens dan Konsep Muka Gelombang Prinsip ini sangat penting dalam memahami penjalaran gelombang, dan sering digunkan untuk menggambarkan posisi muka gelombang. Dalam geometri seismik, muka gelombang didefinisikan sebagai permukaan yang mempunyai travel time sama, atau didefinisikan juga sebagai permukaan dimana gelombang mempunyai fase yang sama.

23 Perinsip Huygens menyatakan bahwa setiap titik pada muka gelombang dapat dipandang sebagai sumber gelombang yang baru. Melalui titik-titik sumber gelombang yang baru, posisi muka gelombang berikutnya dapat digambarkan atau ditentukan. Untuk gelombang-gelombang yang dipantulkan atau dibiaskan pada bidang batas, harus dibedakan antara muka gelombang refleksi dan muka gelombang refraksi. Gambar (.11) menunjukkan konstruksi Huygens utnuk gelombang seismik yang direfraksikan pada bidang batas. Setiap titik pada bidang batas dapat dipandang sebagai sumber gelombang baru yang mempunyai muka gelombang refraksi, dalam gambar ditunjukkan muka gelombang refraksi pada saat t o (garis putus-putus) dan pada saat t o + Δt (garis solid). Pada gambar tersebut ditunjukkan juga bahwa arah berkas seismik selalu tegak lurus terhadap muka gelombang. D.4 Mode Conversion Mode Conversion atau konversi tipe gelombang seismik merupakan prose dimana sebagian energi gelombang P dikonversikan menjadi energi gelombang S, atau sebaliknya. Salah satu contoh mode conversion, ditunjukkan pada gambar (.10) di atas. Peristiwa mode conversion secara jelas dapat dilihat pada penjalaran gelombang P ketika melewati bidang batas. Berdasarkan teori mekanika gelombang dan konsep deformasi, gelombang S dapat dibedakan sifat polarisasi dan orbit gerakan partikel medianya menjadi gelombang- SV dan gelombang-sh. Mode Conversion hanya terjadi untuk pasangan gelombang P dan gelombang-sv. Sedangkan pada gelombang-sh tidak terjadi mode conversion (Wahyu Triyoso, 1991). Pembagian energi gelombang pada bidang batas merupakan fungsi dari sudut datang gelombang pada bidang batas, bentuk persamaannya diberikan oleh Bullen, 1963 (Stacey, 1977). 3

24 Gambar.11 Konstruksi Huygens untuk gelombang seismik yang dibiaskan pada saat melewati bidang batas antara dua media dengan kecepatan yang berbeda (Stacey, 1977). 4

25 BAB III PENJALARAN GELOMBANG BADAN DALAM BUMI A. TINJAUAN UMUM Pada bab terdahulu telah dibahas bahwa energi mekanik yang dibangkitkan oleh gempa bumi, atau suatu ledakan yang besar, akan ditransmisikan ke seluruh bagian bumi melalui penjalaran gelombang seismik, baik gelombang-gelombang badan maupun gelombang-gelombang permukaan. Gelombang badan akan menjalar menembus bagian dalam bumi, sedangkan gelombang permukaan akan menjalar dipermukaan bumi. Karena karakteristik gelombang badan yang dapat menjalar menembus bagian dalam bumi, maka tipe gelombang ini memegang peranan yang dominan pada proses pendugaan dan penentuan struktur bagian dalam bumi. Kita menamakan gelombang-gelombang badan sebagai gelombang P dan gelombang S untuk membedakannya dengan gelombang permukaan. Pada saat terjadi gempa bumi, gelombang-gelombang badan yang terbangkitkan akan menjalar dari sumber gempa menembus bagian dalam bumi dan kemudian diterima oleh stasiun perekam di permukaan bumi. Ilustrasi penjalaran gelombang badan di dalam bumi ditunjukkan pada gambar 3.1. Gambar ini merupakan penampang lintang bumi yang diasumsikan berbentuk lingkaran. Gelombang yang dibangkitkan oleh sumber gempa di titik O akan diterima secara berurutan oleh seismograf pada stasiun perekam di permukaan bumi yang berkedudukan di titik A,B,C.D, dan E. Dari waktu tiba energi gelombang P pada titik-titik tersebut, dapat digambarkan muka gelombang yang ditunjukkan oleh garis terputus dalam gambar 3.1a. Muka gelombang yang dihasilkan berbentuk lingkaran-lingkaran konsentris, sehingga lintasan berkas seismiknya merupakan garis lurus. Hal ini menunjukkan media penjalarannya bersifat homogen isotropis, yang berarti kecepatan seismiknya adalah serba sama (uniform). Dalam kenyataannya tidaklah demikian, dan biasanya akan dijumpai keadaan seperti ditunjukkan pada Gambar 3.1b. Berdasarkan indikasi lintasan berkas sinar yang berbentuk kurva naik pada titik A,B, dan C, dapat ditafsirkan bahwa kecepatan seismik akan semakin besar dengan bertambahnya kedalaman. Pada titik D dan E Terjadi pembelokan arah berkas seismik dan penurunan kecepatan seismik. Berdasarkan fakta ini 5

26 dapat diintepretasikan bahwa material bumi sebagai media penjalaran gelombanggelombang badan tidak homogen isotropis secara keseluruhan, akan tetapi merupakan struktur perlapisan yang tersusun atas material dengan kecepatan seismik yang tidak sama. Gambar 3.1 Suatu diagram yang menunjukkan bagaimana struktur kecepatan bagian dalam bumi dinyatakan oleh berkas seismik ( Sumner, 1970). B. PENGGUNAAN NOTASE FASE PADA SEISMOGRAM Berbagai tipe gelombang seismik yang dibangkitkan oleh gempa bumi akan direkam oleh seismograf. Hasil rekamannnya berupa seismogram yang berupa pola garisgaris bergelombang sebagai visualisasi gerakan gerakan tanah yang tercatat oleh jarum seismograf. Dalam tampilan seismogram, setiap energi gelombang yang terekam oleh seismograf, didindikasikan terjadinya lonjakan pada pola garis tersebut, hal ini disebut fase. Pada pembacaan seismogram, fase-fase yang terekam diberi notasi tertentu untuk mempermudah dalam melakukan identifikasi. Notasi fase ini bersesuaian dengan tipe gelombang seismik yang terekam dan karakteristik perlakuan yang dialami gelombang tersebut selama penjalarannya di dalam bagian-bagian bumi. Beberapaketentuan pemberian notasi fase yang digunakan, dapat diklasifikasikan menjadi dua kategori, yaitu : 1. Gelombang-gelombang yang menjalar di luar bagian inti. Beberapa notasi yang digunakan adalah : 6

27 a. Notasi P dan S, mengindikasikan bagian dari gelombang P dan S yang menjalar dari fokus menuju ke bawah dan kemudian dipantulkan ke atas. b. Notasi p dan s, mengindikasikan bagian dari gelombang P dan S yang menjalar dari fokus dan langsung ke permukaan. c. Notasi group yang dinyatakan dengan huruf yang sama, seperti PP, pp, SS, ss, mengindikasikan bagian dari gelombang P atau S yang telah mengalami pemantulan pada bidang batas permukaan. Sedangkan notasi group yang dinyatakan dengan huruf yang berbeda, seperti PS, SP, ps, sp, mengindikasikan bagian gelombang P atau S yang telah mengalami mode conversion ketika melewati bidang batas. Beberapa contoh penggunaan notasi fase pada kategori ini, ditunjukkan pada gambar 3.. Gambar 3. Penggunaan notasi fase untuk gelombang-gelombang yang menjalar di luar bagian inti bumi (Bullen, 1963).. Gelombang-gelombang yang menembus bagian inti bumi. Pada kategori ini ketentuan pada kategori (1) tetap berlaku. Sedangkan notasi-notasi baru yang digunakan adalah a. Notasi c, mengindikasikan bagian gelombang yang dipantulkan oleh bidang batas antara mantel dan inti bumi. b. Notasi K, mengindikasikan bagian gelombang yang menembus inti luar bumi (tipe gelombang P). 7

28 c. Notasi i, mengindikasikan bagian gelombang yang dipantulkan oleh bidang batas antara inti luar dan inti dalam. d. Notasi I, mengindikasikan bagian gelombang yang menembus inti dalam (tipe gelombang P), sedangkan untuk gelombang S yang muncul di inti dalam diindikasikan dengan notasi J. Beberapa contoh penggunaan Fase untuk kategori ini ditunjukkan pada gambar 3.3. Gambar 3.3 Penggunaan notasi fase untuk gelombang-gelombang yang melewati bagian inti bumi (Bullen, 1963). Pada umumnya, bagian awal seismogram dari suatu gempa menampilkan eventevent gelombang P dengan indikasi amplitudo lebih kecil dan periode lebih pendek daripada event-event yang akan muncul kemudian. Fase berikutnya adalah PP dan kemudian PPP. Setelah event gelombang P, fase berikutnya yang teramati adalah fase S, yaitu gelombang S yang mempunyai kurva lintasan waktu terpendek. Karena kecepatan gelombang ini kira-kira setengahnya kecepatan gelombang P, maka untuk mencapai stasiun yang sama dibutuhkan waktu sekitar dua kali waktu tempuh gelombang P. Urutan berikutnya adalah fase PS dan kemudian SS. Event terakhir yang teramati adalah gelombang permukaan yang dijalarkan dengan kecepatan relatif lambat sepanjang keliling lingkaran bumi. Gelombanggelombang ini mempunyai periode yang panjang dan amplitudo yang besar, sehingga 8

29 bersifat destruktif, karena dapat merobohkan bangunan-bangunan di permukaan. Bagian ini berhubungan dengan bagian penting dari suatu seismogram (Dobrin, 1960). Fase gelombang permukaan dinotasikan sebagai fase LQ untuk gelombang Love dan fase LR untuk gelombang Rayleigh. Salah satu contoh tampilan seismogram dari suatu gempa bumi, ditunjukkan pada gambar 3.4. Gambar 3.4 Seismogram dari gempa bumi berskala 5.9 yang terjadi di pantai barat Sumatera pada tanggal 1 Agustus Direkam di Charters Towers, Queensland (stasiun CTA) pada jarak 6100 km, Δ = (Stacey, 1977). C. KURVA WAKTU TEMPUH DAN PENENTUAN EPISENTER Ketika terjadi gempa bumi, gelombang-gelombang akan direkam oleh seismogram pada kedudukan (koordinat) dan waktu (arrival time) yang sudah diketahui sehingga waktu tempuh untuk setiap gelombang dapat ditentukan. Kurva yang menyatakan hubungan antara waktu tempuh gelombang terhadap jarak (dari sumber ke posisi seismograf) disebut kurva waktu tempuh. Kurva waktu tempuh di sebut juga kurva T - Δ, dengan T menyatakan waktu tempuh dan Δ menyatakan jarak. Dalam pengertian seismologi Δ disebut jarak arkual atau jarak angular. Jarak ini merupakan jarak yang dinyatakan dalam sudut Δ, yaitu sudut yang dibentuk oleh jari-jari bumi di kedua titik tersebut. Realisasi jarak angular antara dua titik dipermukaan tanah sesuai dengan garis terpendek yang menghubungkan titik-titik tersebut dengan lekukan bumi yang mengikutinya. 9

30 Kurva waktu tempuh yang pertama, dirancang oleh Wiechert dan Zoopritz pada tahun Kurva ini dapat digunakan untuk menentukan episenter dengan keakuratan yang dapat diterima. Perbaikan kurva waktu tempuh dilakukan oleh Jeffreys (1931) dengan menggunakan metode least square. Dengan metode ini perbedaan waktu tiba gelombang P dan gelombang S dari hasil pengamatan dan perhitungan dapat diminimalkan. Kemudian pada tahun 1939, Jeffreys dan Gutenberg mencari distribusi kecepatan dengan memakai inversi Herglotz-Wiechert dari data waktu tempuh gelombang. Tahun 1940 Jeffreys dan Bullen mengumpulkan data-data gempa dan kemudian menghasilkan tabel waktu tempuh untuk skala global, yang kemudian terkenal dengan nama tabel waktu tempuh Jeffreys-Bullen. Dari tabel ini kemudian dapat dibuat kurva waktu tempuh Jeffreys-Bullen (gambar 3.5). Perbaikan terhadap model kurva waktu tempuh Jeffreys-Bullen terus dilakukan. Dimulai oleh penelitian yang dilakukan oleh Herin (1968), Anderson dan Hart (1976) dan yang terakhir adalah Dziewonski dan Anderson (1981) dengan nama Prelimenary Refference Earth Model (PREM). Hal ini bertujuan agar diperoleh mutu data dan ketelitian baca yang semakin baik. Informasi tentang bagian-dalam bumi didasarkan pada struktur kecepatan penjalaran gelombang P dan gelombang S. Untuk menentukan kecepatan-kecepatan ini, Kedudukan episenter (juga hiposenter) dan origin time serta waktu tempuh gelombanggelombang tersebut harus diketahui secara akurat. 30

31 Gambar 3.5 Kurva Waktu tempuh Jeffreys-Bullen (Stacey, 1977) 31

32 Gambar 3.6 Berkas seismik dengan waktu tempuh yang dipresentasikan pada gambar 3.5 (Stacey, 1977). Banyak metode yang telah dilakukan oleh ahli seismologi untuk menentukan episenter maupun hiposenter dan origin time suatu gempa bumi, antara lain adalah : 1. Metode Lingkaran. Metode ini merupakan metode yang paling sederhana dan metode yang mula-mula dilakukan para ahli untuk menafsirkan episenter gempa. Dimana kita mencari titik perpotongan lingkaran-lingkaran yang dibuat dengan pusatnya ditiap-tiap stasiun dengan menggunakan data interval waktu tiba gelombang P dan gelombang S. Dalam metode ini bumi dianggap sebagai media homogen.. Metode Hiperbola. Metode ini menggunakan data waktu tiba gelombang P dan menganggap bumi sebagai media homogen horisontal. Dengan data interval waktu tiba gelombang P pada tiap dua stasiun dapat dibuat kurva hiperbola. Sehingga titik potong dari hiperbola-hiperbola tersebut yang diperkirakan merupakan episenter gempa. 3. Metode Bola. Metode ini menggunakan data interval waktu tiba gelombang P dan S, yang dikonversikan ke jarak sebagai jari-jari bola dengan pusatnya di tiap-tiap stasiun. Titik potong dari bola-bola tersebut yang ditafsirkan sebagai hiposenter. Metode ini masih menganggap bahwa bumi masih homogen, sehingga menganggap semua gelombang yang datang adalah gelombang langsung. 3

33 4. Metode Tripartit. Metode ini menggunakan tiga stasiun pencata, dengan data interval waktu tiba gelombang P dan S. Metode ini akan mengalami kesulitan jika ternyata yang datang adalah gelombang refraksi dan disinipun medium bumi dianggap homogen. 5. Metode Geiger. Metode ini menggunakan data waktu tiba P ataupun gelombang S yang pertama, dan di sini media bumi tidak lagi harus diandaikan homogen, tetapi diandaikan terdiri dari perlapisan horisontal, sehingga metode ini memperhitungkan akan adanya gelombang langsung maupun gelombang refraksi. D. GEOMETRI BERKAS SEISMIK PADA PERMODELAN BUMI D.1 Model Bumi Homogen Isotropis Untuk kasus yang sederhana, yaitu apabila bumi diasumsikan sebagai media homogen isotropis, sedemikian hingga sifat-sifat mekanisnya serba sama dalam semua arah yang mengakibatkan lintasan berkas seismiknya berbentuk garis lurus (gambar 3.7). Apabila diketahui kecepatan seismiknya adalah v dan jari-jari bumi adalah R, maka waktu tempuh yang diperlukan untuk menjalar dari episenter ke stasiun perekam dengan jarak angular Δ, adalah : ( v ) sin( ) T = Δ R Gambar 3.7 Lintasan berkas seismik dari episenter ke stasiun perekam, jika diasumsikan bumi homogen isotropis (Stacey, 1977). Dari persamaan 3.1 diketahui bahwa waktu tempuh berkas seismik merupakan fungsi jarak angular Δ (karena v dan R adalah konstan). Dalam kenyataannya pertambahan waktu tempuh terhadap jarak angular Δ lebih kecil daripada yang diindikasikan oleh 33

34 persamaan tersebut (seperti ditunjukkan pada gambar 3.5). Hal ini mengindikasikan adanya kebergantungan waktu tempuh terhadap faktor lain yang belum terakomodasikan oleh permodelan bumi homogen isotropis. D. Model Bumi Berlapis Konsentris Fakta-fakta empiris membuktikan bahwa waktu tempuh gelombang-gelombang badan tidak hanya dipengaruhi oleh jarak angular Δ saja. Didasarkan persamaan 3.1, kemungkinan faktor lain yang berpengaruh adalah kecepatan gelombang v ( karena R adalah konstan). Jadi, dapat dipastikan gelombang-gelombang badan akan dijalarkan dengan kecepatan yang berbeda-beda dari satu tempat ke tempat lainnya di dalam bumi. Pengamatan terhadap lapisan kerak bumi dan mantel atas menunjukkan bahwa bagian-bagian tertentu pada lapisan-lapisan tersebut tersusun atas material yang bersifat anisotropis dan kemungkinan menyebar di seluruh permukaan bumi. Walaupun demikian untuk tinjauan struktur bumi secara keseluruhan sifat anisotropis dan ketidakhomogenan lateral ini dapat diabaikan terhadap variasi perubahan sifat-sifat ke arah radial. Terdapat tiga tipe variasi sifat-sifat penyusun material bumi yang telah dikenali, yaitu : 1. Perubahan densitas dan konstanta elastisitas secara gradual terhadap kedalaman yang diakibatkan oleh efek tekanan dan temperatur pada material yang homogen secara kimia.. Bidang batas yang tajam antara media yang berbeda secara fisik atau kimia. 3. Transisi kimi (fase) yang walaupun tidak tajam seperti sifat (), tetapi menyebabkan perubahan sifat-sifat yang lebih progressif daripada sifat (1). Ketiga tipe sifat di atas menyebabkan terjadinya pembiasan gelombang seismik. Sedangkan bidang batas yang tajam akan menyebabkan terjadinya pemantulan dan mode conversion. Kondisi ini memunculkan ide permodelan bumi berlapis konsentris. Bumi diasumsikan tersusun atas lapisan selubung-selubung konsentris yang jumlahnya tak berhingga dengan kecepatan seismik yang semakin besar secara perlahan terhadap pertambahan kedalaman (pengurangan jari-jari). Setiap selubung merupakan lapisan yang homogen isotropis. 34

35 D.3 Parameter Berkas Seismik, p Dalam pembahasan ini digunakan konsep rumpun berkas (families of rays) dimana setiap anggota dari rumpun berkas ini mempunyai titik-titik ujung pada permukaan luar model bumi dan akan dibiaskan melalui permukaan diskontinuitas yang ditemuinya. Pada gambar 3.8 ditunjukkan model bumi berlapis konsentris yang tersusun atas tiga lapisan selubung adalah v 1, v, dan v 3. P 1 P P 3 merupakan bagian dari berkas seismik yang melintasi struktur perlapisan dengan P 1, P, dan P 3 masing-masing adalah titik-titik pada bidang batas lapisan. Gambar 3.8 Berkas teleseismik melintasi model bumi yang tersusun atas tiga lapisan selubung konsentris (Stacey, 1977). Dengan menerapkan hukum Snellius pada bidang batas A dan B, dari gambar tersebut diperoleh : sin i v 1 1 sin f1 sin i sin = v dan v = v 3 f Dan dua bangun segitiga pada gambar tersebut (garis terputus) dapat ditentukan bahwa q = r 1 sin f 1 = r sin i, maka diperoleh persamaan 35

36 1 sin i1 r1 sin f1 r sin i r sin r v 1 = v = v = v 3 f Secara umum, untuk sejumlah bidang batas lapisan dengan kecepatan semakin besar ke arah radial berlaku : r sin i = kons tan = p v Dengan r adalah jari-jari suatu titik pada berkas seismik, i adalah sudut antara berkas seismik dan jari-jari pada titik tersebut dan p disebut sebagai parameter berkas. Parameter ini merupakan parameter berkas seismik yang berharga konstan sepanjang geometri lintasannya. Setiap anggota berkas seismik mempunyai harga parameter p yang berbeda dengan anggota berkas yang lain. Dengan menentukan parameter ini akan diperoleh harga r pada titik penetrasi berkas seismik yang terdalam, yakni jika sin i = 1. v D.4 Hubungan p, Δ, dan T Ditinjau satu rumpun berkas dengan parameter p dan geometri lintasannya membentuk sudut Δ di titik O. T adalah waktu tempuh sepanjang lintasan berkas ini (gambar 3.9). Gambar 3.9 Konstruksi geometri dua buah rumpun berkas telesismik yang berdekatan. Konstruksi ini digunakan untuk menurunkan persamaan yang menghubungkan p, Δ dan T (Stacey, 1977). 36

37 Misalkan rumpun berkas yang berdekatan mempunyai waktu tempuh T + dt, jarak angular Δ + d Δ dan parameter berkasnya p + dp, berdasarkan gambar 3.9, dapat ditentukan : sin i 0 = NQ PQ v = r 0 0 ( dt ) ( dδ ) Dengan v 0 adalah kecepatan seismik di permukaan dan r 0 adalah jari-jari pada berkas sinar di permukaan. Berdasarkan persamaan 3., dapat diperoleh : dt P = d Δ Dengan kata lain, persamaan ini menyatakan bahwa parameter p merupakan gradien pada kurva waktu tempuh (kurva T- Δ ), pada jarak angular Δ dari sumber. Jadi p merupakan fungsi jarak angular Δ yang ditempuh oleh berkas seismik tersebut. D.5 Permasalahan Invers Suatu permasalahan untuk menentukan kecepatan v sebagai fungsi r yang didasarkan pada pengamatan p sebagai fungsi Δ, dalam hal ini dikatakan sebagai permasalahan invers. Untuk menyelesaikan permasalahan ini, harus dicari bentuk lain dari hubungan p, Δ dan T. Bentuk hubungan yang digunakan untuk memecahkan masalah ini adalah persamaan jarak angular Δ dalam bentuk integral. Persamaan ini diperoleh berdasarkan gambar 3.10 yaitu dituliskan sebagai berikut : Δ = p r0 r mid r ( p ) dr η Persamaan 3.4 dirumuskan oleh Herglotz dan Wiechert sehingga dikenal dengan persamaan Herglotz-Wiechert. Persamaan ini merupakan persamaan integral yang akan memberikan η sebagai fungsi dari r, karena p diketahui merupakan fungsi dari Δ. Dalam hal ini η merupakan konvensi matematis untuk menyederhanakan persoalan, yaitu didefinisikan sebagai η = ( r ) v. Oleh karena itu dari persamaan 3.4 dapat ditentukan juga 37

38 kecepatan v sebagai fungsi dari r, seperti yang diharapkan. Proses ini dikenal sebagai inversi Herglotz-Wiechert (Garland, 1979). Solusi persamaan 3.4 diberikan oleh Jeffreys bekerjasama dengan G. Rasch, dengan menggunakan penyederhanaan yang dibuat oleh E. Wiechert, L. Geiger. Bentuk solusi ini dapat dituliskan sebagai berikut : Δ1 0 cosh 1 p Δ = r d π ln 0 η1 r Gambar 3.10 Konstruksi geometri berkas seismik yang digunakan untuk menurunkan persamaan Herglotz-Wiechert (Stacey, 1977). Persamaan 3.5 dapat dievaluasi secara numeris berdasarkan kurva p terhadap Δ yang diberikan. Dalam persamaan η 1 merupakan kemiringan kurva waktu tempuh pada Δ 1. Dengan menentukan harga-harga p pada titik-titik tengah dan mengevaluasi cosh harga 1 = p maka suku sebelah kiri dapat diintegralkan secara numeris untuk setiap η1 Δ 1 yang diketahui. Selanjutnya harga r 1, yaitu jari-jari pada titik tengah berkas sinar yang muncul pada jarak Δ 1, dapat ditentukan sehingga kecepatan pada titik tengah ini, yang diberikan oleh r v 1 1 = η 1 dapat ditentukan juga. Dengan mengevaluasi persamaan ini untuk Δ 1 yang semakin banyak, akan diperoleh harga v 1 yang bervariasi pula, sehingga dapat dibuat distribusi kecepatan sebagai variasi terhadap kedalaman, baik untuk gelombang P maupun gelombang S. 38

39 D.6 Distribusi Kecepatan (Kasus Khusus) Berdasarkan pembahasan persamaan 3.5, akan diperoleh variasi kecepatan yang kontinu dan semakin besar secara monoton terhadap kedalaman. Dalam hal ini p semakin berkurang terhadap Δ dan p lebih besar dari η 1, sedemikian hingga karakteristik kurva waktu tempuhnya (T- Δ ) adalah kontiniu dan berharga tunggal. Namun demikian, dalam permodelan ini dimungkinkan terdapat kasus-kasus tertentu yang mengakibatkan distribusi kecepatannya tidak sesuai seperti yang diuraikan di atas. Kasus yang menarik diantaranya adalah efek triplikasi (triflication) dan efek daerah bayangan (shadow zone). D.6.1 Efek Triplikasi. Efek ini terjadi apabila terdapat anomali perlapisan dengan kecepatan tinggi (gradien kecepatannya besar), seperti ditunjukkan pada gambar Berkas sinar yang penetrasi terdalamnya berada pada lapisan ini akan mempunyai kurva lintasan yang lebih lengkung sehingga dapat muncul pada jarak Δ yang lebih kecil daripada berkas sinar yang penetrasi terdalamnya tidak pada lapisan ini (gambar 3.11a). Parameter p berkurang secara monoton, namun pada selang Δ tertentu parameter ini tidak lagi berharga tunggal, tetapi ada tiga nilai p untuk harga Δ yang sama. Dengan menafsirkan p sebagai kemiringan kurva waktu tempuh, diperoleh gambar 3.11b, yang mengindikasikan terjadinya triplikasi kurva waktu tempuh pada harga selang Δ tertentu. Gambar 3.11 Efek triplikasi akibat anomali kecepatan yang tinggi (a) lintasan berkas seismik (b) karakteristik kurva waktu tempuh yang dihasilkan (Stacey, 1977). 39

40 D.6. Efek Daerah Bayangan (Shadow Zone). Efek ini terjadi apabila terdapat anomali perlapisan dengan kecepatan rendah (low velocity zone). Kasus ini ditunjukkan pada gambar 3.1. Geometri berkas seismik kasus ini memungkinkan terjadinya daerah bayangan (shadow zone), yaitu suatu daerah dalam selang jarak Δ tertentu dimana tidak terdapat berkas seismik yang muncul dipermukaan (3.1a). Untuk harga Δ yang kecil, karakteristik parameter p masih normal, tetapi pada harga Δ yang besar karakteristik parameter berkas seismiknya memungkinkan untuk terjadinya pemisahan lintasan yang tidak normal, sehingga terdapat daerah tertentu yang tidak dapat mendeteksi berkas seismik ini. Efek shadow zone diindikasikan oleh karakteristik kurva waktu tempuh yang terputus (gambar 3.1b). Gambar 3.1 Efek daerah bayangan akibat anomali perlapisan dengan kecepatan rendah (a) lintasan berkas seismik (b) karakteristik kurva waktu tempuh yang dihasilkan (Stacey, 1977). 40

Bab 2. Teori Gelombang Elastik. sumber getar ke segala arah dengan sumber getar sebagai pusat, sehingga

Bab 2. Teori Gelombang Elastik. sumber getar ke segala arah dengan sumber getar sebagai pusat, sehingga Bab Teori Gelombang Elastik Metode seismik secara refleksi didasarkan pada perambatan gelombang seismik dari sumber getar ke dalam lapisan-lapisan bumi kemudian menerima kembali pantulan atau refleksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permukaan bumi mempunyai beberapa lapisan pada bagian bawahnya, masing masing lapisan memiliki perbedaan densitas antara lapisan yang satu dengan yang lainnya, sehingga

Lebih terperinci

BAB II PERAMBATAN GELOMBANG SEISMIK

BAB II PERAMBATAN GELOMBANG SEISMIK BAB II PERAMBATAN GELOMBANG SEISMIK.1 Teori Perambatan Gelombang Seismik Metode seismik adalah sebuah metode yang memanfaatkan perambatan gelombang elastik dengan bumi sebagai medium rambatnya. Perambatan

Lebih terperinci

matematis dari tegangan ( σ σ = F A

matematis dari tegangan ( σ σ = F A TEORI PERAMBATAN GELOMBANG SEISMIk Gelombang seismik merupakan gelombang yang merambat melalui bumi. Perambatan gelombang ini bergantung pada sifat elastisitas batuan. Gelombang seismik dapat ditimbulkan

Lebih terperinci

GELOMBANG SEISMIK Oleh : Retno Juanita/M

GELOMBANG SEISMIK Oleh : Retno Juanita/M GELOMBANG SEISMIK Oleh : Retno Juanita/M0208050 Gelombang seismik merupakan gelombang yang merambat melalui bumi. Perambatan gelombang ini bergantung pada sifat elastisitas batuan. Gelombang seismik dapat

Lebih terperinci

PENDEKATAN TEORITIK. Elastisitas Medium

PENDEKATAN TEORITIK. Elastisitas Medium PENDEKATAN TEORITIK Elastisitas Medium Untuk mengetahui secara sempurna kelakuan atau sifat dari suatu medium adalah dengan mengetahui hubungan antara tegangan yang bekerja () dan regangan yang diakibatkan

Lebih terperinci

BAB 10 GELOMBANG BUNYI DALAM ZAT PADAT ISOTROPIK

BAB 10 GELOMBANG BUNYI DALAM ZAT PADAT ISOTROPIK BAB 10 GELOMBANG BUNYI DALAM ZAT PADAT ISOTROPIK Sepertinya bunyi dalam padatan hanya berperan kecil dibandingkan bunyi dalam zat alir, terutama, di udara. Kesan ini mungkin timbul karena kita tidak dapat

Lebih terperinci

BAB I TEGANGAN DAN REGANGAN

BAB I TEGANGAN DAN REGANGAN BAB I TEGANGAN DAN REGANGAN.. Tegangan Mekanika bahan merupakan salah satu ilmu yang mempelajari/membahas tentang tahanan dalam dari sebuah benda, yang berupa gaya-gaya yang ada di dalam suatu benda yang

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 52 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Distribusi Hiposenter Gempa dan Mekanisme Vulkanik Pada persebaran hiposenter Gunung Sinabung (gambar 31), persebaran hiposenter untuk gempa vulkanik sangat terlihat adanya

Lebih terperinci

III. TEORI DASAR. dan mampu dicatat oleh seismograf (Hendrajaya dan Bijaksana, 1990).

III. TEORI DASAR. dan mampu dicatat oleh seismograf (Hendrajaya dan Bijaksana, 1990). 17 III. TEORI DASAR 3.1. Gelombang Seismik Gelombang adalah perambatan suatu energi, yang mampu memindahkan partikel ke tempat lain sesuai dengan arah perambatannya (Tjia, 1993). Gerak gelombang adalah

Lebih terperinci

BAB III TEORI DASAR. Metode seismik refleksi merupakan suatu metode yang banyak digunakan dalam

BAB III TEORI DASAR. Metode seismik refleksi merupakan suatu metode yang banyak digunakan dalam BAB III TEORI DASAR 3.1 Seismik Refleksi Metode seismik refleksi merupakan suatu metode yang banyak digunakan dalam eksplorasi hidrokarbon. Telah diketahui bahwa dalam eksplorasi geofisika, metode seismik

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB TINJAUAN PUSTAKA. Definisi Gelombang dan klasifikasinya. Gelombang adalah suatu gangguan menjalar dalam suatu medium ataupun tanpa medium. Dalam klasifikasinya gelombang terbagi menjadi yaitu :. Gelombang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gelombang Gelombang adalah gangguan yang terjadi secara terus menerus pada suatu medium dan merambat dengan kecepatan konstan (Griffiths D.J, 1999). Pada gambar 2.1. adalah

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN. Gambar 2.1 Lenturan Gelombang yang Melalui Celah Sempit

BAB II PEMBAHASAN. Gambar 2.1 Lenturan Gelombang yang Melalui Celah Sempit BAB II PEMBAHASAN A. Difraksi Sesuai dengan teori Huygens, difraksi dapat dipandang sebagai interferensi gelombang cahaya yang berasal dari bagian-bagian suatu medan gelombang. Medan gelombang boleh jadi

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Aliran hele shaw..., Azwar Effendy, FT UI, 2008

BAB II DASAR TEORI. Aliran hele shaw..., Azwar Effendy, FT UI, 2008 BAB II DASAR TEORI 2.1 KLASIFIKASI ALIRAN FLUIDA Secara umum fluida dikenal memiliki kecenderungan untuk bergerak atau mengalir. Sangat sulit untuk mengekang fluida agar tidak bergerak, tegangan geser

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.2. Maksud dan Tujuan

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.2. Maksud dan Tujuan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Metode seismik merupakan salah satu bagian dari metode geofisika aktif, yang memanfaatkan pergerakan gelombang dalam suatu medium dimana dalam penyelidikannnya di

Lebih terperinci

III. TEORI DASAR. A. Tinjauan Teori Perambatan Gelombang Seismik. akumulasi stress (tekanan) dan pelepasan strain (regangan). Ketika gempa terjadi,

III. TEORI DASAR. A. Tinjauan Teori Perambatan Gelombang Seismik. akumulasi stress (tekanan) dan pelepasan strain (regangan). Ketika gempa terjadi, 1 III. TEORI DASAR A. Tinjauan Teori Perambatan Gelombang Seismik Gempa bumi umumnya menggambarkan proses dinamis yang melibatkan akumulasi stress (tekanan) dan pelepasan strain (regangan). Ketika gempa

Lebih terperinci

III. TEORI DASAR. melalui bagian dalam bumi dan biasa disebut free wave karena dapat menjalar

III. TEORI DASAR. melalui bagian dalam bumi dan biasa disebut free wave karena dapat menjalar III. TEORI DASAR 3.1. Jenis-jenis Gelombang Seismik 3.1.1. Gelombang Badan (Body Waves) Gelombang badan (body wave) yang merupakan gelombang yang menjalar melalui bagian dalam bumi dan biasa disebut free

Lebih terperinci

BAB II : PEMBIASAN CAHAYA

BAB II : PEMBIASAN CAHAYA BAB II : PEMBIASAN CAHAYA I.. Pembiasan Ketika sebuah cahaya mengenai sebuah permukaan bidang batas yang memisahkan dua medium berbeda, maka energi cahaya tsb dipantulkan dan memasuki medium kedua. Perubahan

Lebih terperinci

Gelombang FIS 3 A. PENDAHULUAN C. GELOMBANG BERJALAN B. ISTILAH GELOMBANG. θ = 2π ( t T + x λ ) Δφ = x GELOMBANG. materi78.co.nr

Gelombang FIS 3 A. PENDAHULUAN C. GELOMBANG BERJALAN B. ISTILAH GELOMBANG. θ = 2π ( t T + x λ ) Δφ = x GELOMBANG. materi78.co.nr Gelombang A. PENDAHULUAN Gelombang adalah getaran yang merambat. Gelombang merambat getaran tanpa memindahkan partikel. Partikel hanya bergerak di sekitar titik kesetimbangan. Gelombang berdasarkan medium

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kupang, September Tim Penyusun

KATA PENGANTAR. Kupang, September Tim Penyusun KATA PENGANTAR Puji syukur tim panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-nya tim bisa menyelesaikan makalah yang berjudul Optika Fisis ini. Makalah ini diajukan guna memenuhi

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL.... i HALAMAN PENGESAHAN.... ii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH.... iii KATA PENGANTAR.... iv ABSTRAK.... v ABSTRACT.... vi DAFTAR ISI.... vii DAFTAR GAMBAR.... ix DAFTAR TABEL....

Lebih terperinci

III. TEORI DASAR. Gelombang seismik merupakan gelombang yang menjalar di dalam bumi

III. TEORI DASAR. Gelombang seismik merupakan gelombang yang menjalar di dalam bumi III. TEORI DASAR 3.1. Gelombang Seismik Gelombang seismik merupakan gelombang yang menjalar di dalam bumi disebabkan adanya deformasi struktur di bawah bumi akibat adanya tekanan ataupun tarikan karena

Lebih terperinci

MODUL III EPISENTER DAN HIPOSENTER GEMPA BUMI BAB I PENDAHULUAN

MODUL III EPISENTER DAN HIPOSENTER GEMPA BUMI BAB I PENDAHULUAN MODUL III EPISENTER DAN HIPOSENTER GEMPA BUMI BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Untuk menentukan lokasi sumber gempa bumi diperlukan data waktu tiba gelombang Primer (P) dan sekurang-kurangnya tiga komponen

Lebih terperinci

Disusun oleh : MIRA RESTUTI PENDIDIKAN FISIKA (RM)

Disusun oleh : MIRA RESTUTI PENDIDIKAN FISIKA (RM) Disusun oleh : MIRA RESTUTI 1106306 PENDIDIKAN FISIKA (RM) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2013 Kompetensi Dasar :

Lebih terperinci

Bab III Model Proses Deformasi Benang Viscoelastis Linear di Lingkungan Fluida Newton

Bab III Model Proses Deformasi Benang Viscoelastis Linear di Lingkungan Fluida Newton Bab III Model Proses Deformasi Benang Viscoelastis Linear di Lingkungan Fluida Newton III.1 Stress dan Strain Salah satu hal yang penting dalam pengkonstruksian model proses deformasi suatu fluida adalah

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI AKUSTIK BAWAH AIR

BAB 2 DASAR TEORI AKUSTIK BAWAH AIR BAB 2 DASAR TEORI AKUSTIK BAWAH AIR 2.1 Persamaan Akustik Bawah Air Persamaan akustik bawah air diturunkan dari persamaan state, persamaan kekekalan massa (persamaan kontinuitas) dan persamaan kekekalan

Lebih terperinci

BAB III STUDI KASUS 1 : Model Geologi dengan Struktur Lipatan

BAB III STUDI KASUS 1 : Model Geologi dengan Struktur Lipatan BAB III STUDI KASUS 1 : Model Geologi dengan Struktur Lipatan Dalam suatu eksplorasi sumber daya alam khususnya gas alam dan minyak bumi, para eksplorasionis umumnya mencari suatu cekungan yang berisi

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR (2.1) sin. Gambar 2.1 Prinsip Huygen. Gambar 2.2 Prinsip Snellius yang menggambarkan suatu yang merambat dari medium 1 ke medium 2

BAB II TEORI DASAR (2.1) sin. Gambar 2.1 Prinsip Huygen. Gambar 2.2 Prinsip Snellius yang menggambarkan suatu yang merambat dari medium 1 ke medium 2 BAB II TEORI DASAR.1 Identifikasi Bentuk Gelombang Perambatan gelombang pada media bawah permukaan mengikuti beberapa prinsip fisika sebagai berikut : a. Prinsip Huygen menyatakan bahwa setiap titik yang

Lebih terperinci

BAB I TEGANGAN DAN REGANGAN

BAB I TEGANGAN DAN REGANGAN BAB I TEGANGAN DAN REGANGAN.. Tegangan Dalam mekanika bahan, pengertian tegangan tidak sama dengan vektor tegangan. Tegangan merupakan tensor derajat dua, sedangkan vektor, vektor apapun, merupakan tensor

Lebih terperinci

BAB III TEORI FISIKA BATUAN. Proses perambatan gelombang yang terjadi didalam lapisan batuan dikontrol oleh

BAB III TEORI FISIKA BATUAN. Proses perambatan gelombang yang terjadi didalam lapisan batuan dikontrol oleh BAB III TEORI FISIA BATUAN III.1. Teori Elastisitas Proses perambatan gelombang yang terjadi didalam lapisan batuan dikontrol oleh sifat elastisitas batuan, yang berarti bahwa bagaimana suatu batuan terdeformasi

Lebih terperinci

Bab III. Gelombang Bunyi Pengantar Akustik by: Iwan Yahya Grup Riset Akustik & Fisika Terapan (iarg) Jurusan Fisika FMIPA UNS

Bab III. Gelombang Bunyi Pengantar Akustik by: Iwan Yahya Grup Riset Akustik & Fisika Terapan (iarg) Jurusan Fisika FMIPA UNS 49 Bab III. Gelombang Bunyi Pengantar Akustik by: Iwan Yahya Grup Riset Akustik & Fisika Terapan (iarg) Jurusan Fisika FMIPA UNS iwanyy@yahoo.com Pada bab sebelum ini kita telah mempelajari bagaimana persamaan

Lebih terperinci

BAB II. Landasan Teori

BAB II. Landasan Teori BAB II Landasan Teori 2.1 Prinsip Kerja Perangkat Fourier Sumber cahaya laser menghasilkan berkas cahaya berdiameter kecil dengan distribusi intensitas mendekati Gaussian. Untuk mendapatkan diameter berkas

Lebih terperinci

Sifat gelombang elektromagnetik. Pantulan (Refleksi) Pembiasan (Refraksi) Pembelokan (Difraksi) Hamburan (Scattering) P o l a r i s a s i

Sifat gelombang elektromagnetik. Pantulan (Refleksi) Pembiasan (Refraksi) Pembelokan (Difraksi) Hamburan (Scattering) P o l a r i s a s i Sifat gelombang elektromagnetik Pantulan (Refleksi) Pembiasan (Refraksi) Pembelokan (Difraksi) Hamburan (Scattering) P o l a r i s a s i Pantulan (Refleksi) Pemantulan gelombang terjadi ketika gelombang

Lebih terperinci

Fisika Umum (MA-301) Topik hari ini: Getaran dan Gelombang Bunyi

Fisika Umum (MA-301) Topik hari ini: Getaran dan Gelombang Bunyi Fisika Umum (MA-301) Topik hari ini: Getaran dan Gelombang Bunyi Getaran dan Gelombang Hukum Hooke F s = - k x F s adalah gaya pegas k adalah konstanta pegas Konstanta pegas adalah ukuran kekakuan dari

Lebih terperinci

BAB V PERAMBATAN GELOMBANG OPTIK PADA MEDIUM NONLINIER KERR

BAB V PERAMBATAN GELOMBANG OPTIK PADA MEDIUM NONLINIER KERR A V PERAMATAN GELOMANG OPTIK PADA MEDIUM NONLINIER KERR 5.. Pendahuluan erkas (beam) optik yang merambat pada medium linier mempunyai kecenderungan untuk menyebar karena adanya efek difraksi; lihat Gambar

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Penelitian dunia yang berkenaan dengan gelombang ultrasonik bukan hal yang baru melainkan sudah berlangsung cukup lama sehingga pemahaman ilmuwan mengenai sifat dan interaksinya

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. Gambar 2.1 Tipikal struktur mekanika (a) struktur batang (b) struktur bertingkat [2]

BAB II TEORI DASAR. Gambar 2.1 Tipikal struktur mekanika (a) struktur batang (b) struktur bertingkat [2] BAB II TEORI DASAR 2.1. Metode Elemen Hingga Analisa kekuatan sebuah struktur telah menjadi bagian penting dalam alur kerja pengembangan desain dan produk. Pada awalnya analisa kekuatan dilakukan dengan

Lebih terperinci

3. ORBIT KEPLERIAN. AS 2201 Mekanika Benda Langit. Monday, February 17,

3. ORBIT KEPLERIAN. AS 2201 Mekanika Benda Langit. Monday, February 17, 3. ORBIT KEPLERIAN AS 2201 Mekanika Benda Langit 1 3.1 PENDAHULUAN Mekanika Newton pada mulanya dimanfaatkan untuk menentukan gerak orbit benda dalam Tatasurya. Misalkan Matahari bermassa M pada titik

Lebih terperinci

BAB 2 SIFAT GELOMBANG

BAB 2 SIFAT GELOMBANG BAB SIFAT GELOMBANG.1 Prinsip Superposisi Suatu medium dapat dilalui oleh dua atau lebih gelombang secara bebas. Simpangan yang terjadi pada medium tersebut merupakan jumlah dari simpangan yang dihasilkan

Lebih terperinci

Pembebanan Batang Secara Aksial. Bahan Ajar Mekanika Bahan Mulyati, MT

Pembebanan Batang Secara Aksial. Bahan Ajar Mekanika Bahan Mulyati, MT Pembebanan Batang Secara Aksial Suatu batang dengan luas penampang konstan, dibebani melalui kedua ujungnya dengan sepasang gaya linier i dengan arah saling berlawanan yang berimpit i pada sumbu longitudinal

Lebih terperinci

Getaran Dalam Zat Padat BAB I PENDAHULUAN

Getaran Dalam Zat Padat BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan Getaran atom dalam zat padat dapat disebabkan oleh gelombang yang merambat pada Kristal. Ditinjau dari panjang gelombang yang digelombang yang digunakan dan dibandingkan

Lebih terperinci

PUNTIRAN. A. pengertian

PUNTIRAN. A. pengertian PUNTIRAN A. pengertian Puntiran adalah suatu pembebanan yang penting. Sebagai contoh, kekuatan puntir menjadi permasalahan pada poros-poros, karena elemen deformasi plastik secara teori adalah slip (geseran)

Lebih terperinci

KELAS XII FISIKA SMA KOLESE LOYOLA SEMARANG SMA KOLESE LOYOLA M1-1

KELAS XII FISIKA SMA KOLESE LOYOLA SEMARANG SMA KOLESE LOYOLA M1-1 KELAS XII LC FISIKA SMA KOLESE LOYOLA M1-1 MODUL 1 STANDAR KOMPETENSI : 1. Menerapkan konsep dan prinsip gejala gelombang dalam menyelesaikan masalah KOMPETENSI DASAR 1.1. Mendeskripsikan gejala dan ciri-ciri

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. karbon, baja paduan rendah mutu tinggi, dan baja paduan. Sifat-sifat mekanik dari

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. karbon, baja paduan rendah mutu tinggi, dan baja paduan. Sifat-sifat mekanik dari BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA II.1. Material baja Baja yang akan digunakan dalam struktur dapat diklasifikasikan menjadi baja karbon, baja paduan rendah mutu tinggi, dan baja paduan. Sifat-sifat mekanik dari

Lebih terperinci

EKSPERIMEN RIPPLE TANK. Kusnanto Mukti W M Jurusan Fisika, Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta ABSTRAK

EKSPERIMEN RIPPLE TANK. Kusnanto Mukti W M Jurusan Fisika, Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta ABSTRAK EKSPERIMEN RIPPLE TANK Kusnanto Mukti W M0209031 Jurusan Fisika, Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta ABSTRAK Eksperimen ripple tank ini dilakukan dengan mengamati bentuk-bentuk gelombang

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321)

Fisika Dasar I (FI-321) Fisika Dasar I (FI-31) Topik hari ini Getaran dan Gelombang Getaran 1. Getaran dan Besaran-besarannya. Gerak harmonik sederhana 3. Tipe-tipe getaran (1) Getaran dan besaran-besarannya besarannya Getaran

Lebih terperinci

Arahnya diwakili oleh sudut yang dibentuk oleh A dengan ketigas umbu koordinat,

Arahnya diwakili oleh sudut yang dibentuk oleh A dengan ketigas umbu koordinat, VEKTOR Dalam mempelajari fisika kita selalu berhubungan dengan besaran, yaitu sesuatu yang dapat diukur dan dioperasikan. da besaran yang cukup dinyatakan dengan nilai (harga magnitude) dan satuannya saja,

Lebih terperinci

Strain, Stress, dan Diagram Mohr

Strain, Stress, dan Diagram Mohr TUGAS GL-2212 GEOLOGI STRUKTUR Strain, Stress, dan Diagram Mohr Oleh: Hafidha Dwi Putri Aristien NIM 12111003 Program Studi Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan Institut Teknologi

Lebih terperinci

2.2 kinematika Translasi

2.2 kinematika Translasi II KINEMATIKA PARTIKEL Kompetensi yang akan diperoleh setelah mempelajari bab ini adalah pemahaman dan kemampuan menganalisis serta mengaplikasikan konsep kinematika partikel pada kehidupan sehari-hari

Lebih terperinci

FISIKA XI SMA 3

FISIKA XI SMA 3 FISIKA XI SMA 3 Magelang @iammovic Standar Kompetensi: Menerapkan konsep dan prinsip mekanika klasik sistem kontinu dalam menyelesaikan masalah Kompetensi Dasar: Merumuskan hubungan antara konsep torsi,

Lebih terperinci

Kegiatan Belajar 3 MATERI POKOK : JARAK, KECEPATAN DAN PERCEPATAN

Kegiatan Belajar 3 MATERI POKOK : JARAK, KECEPATAN DAN PERCEPATAN Kegiatan Belajar 3 MATERI POKOK : JARAK, KECEPATAN DAN PERCEPATAN A. URAIAN MATERI: Suatu benda dikatakan bergerak jika benda tersebut kedudukannya berubah setiap saat terhadap titik acuannya (titik asalnya).

Lebih terperinci

Pertemuan I,II,III I. Tegangan dan Regangan

Pertemuan I,II,III I. Tegangan dan Regangan Pertemuan I,II,III I. Tegangan dan Regangan I.1 Tegangan dan Regangan Normal 1. Tegangan Normal Konsep paling dasar dalam mekanika bahan adalah tegangan dan regangan. Konsep ini dapat diilustrasikan dalam

Lebih terperinci

Fisika Umum (MA-301) Getaran dan Gelombang Bunyi

Fisika Umum (MA-301) Getaran dan Gelombang Bunyi Fisika Umum (MA-301) Topik hari ini: Getaran dan Gelombang Bunyi Getaran dan Gelombang Hukum Hooke F s = - k x F s adalah gaya pegas k adalah konstanta pegas Konstanta pegas adalah ukuran kekakuan dari

Lebih terperinci

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS 2.1 Konsep Dasar Perpindahan Panas Perpindahan panas dapat terjadi karena adanya beda temperatur antara dua bagian benda. Panas akan mengalir dari

Lebih terperinci

Trench. Indo- Australia. 5 cm/thn. 2 cm/thn

Trench. Indo- Australia. 5 cm/thn. 2 cm/thn Setelah mengekstrak efek pergerakan Sunda block, dengan cara mereduksi velocity rate dengan velocity rate Sunda block-nya, maka dihasilkan vektor pergeseran titik-titik GPS kontinyu SuGAr seperti pada

Lebih terperinci

Gejala Gelombang. gejala gelombang. Sumber:

Gejala Gelombang. gejala gelombang. Sumber: Gejala Gelombang B a b B a b 1 gejala gelombang Sumber: www.alam-leoniko.or.id Jika kalian pergi ke pantai maka akan melihat ombak air laut. Ombak itu berupa puncak dan lembah dari getaran air laut yang

Lebih terperinci

APLIKASI METODE GEOFISIKA UNTUK GEOTEKNIK. Oleh: Icksan Lingga Pradana Irfan Fernando Afdhal Joni Sulnardi

APLIKASI METODE GEOFISIKA UNTUK GEOTEKNIK. Oleh: Icksan Lingga Pradana Irfan Fernando Afdhal Joni Sulnardi APLIKASI METODE GEOFISIKA UNTUK GEOTEKNIK Oleh: Icksan Lingga Pradana Irfan Fernando Afdhal Joni Sulnardi Pengertian Geofisika Geofisika: bagian dari ilmu bumi yang mempelajari bumi melalui kaidah atau

Lebih terperinci

Kinematika Gerak KINEMATIKA GERAK. Sumber:

Kinematika Gerak KINEMATIKA GERAK. Sumber: Kinematika Gerak B a b B a b 1 KINEMATIKA GERAK Sumber: www.jatim.go.id Jika kalian belajar fisika maka kalian akan sering mempelajari tentang gerak. Fenomena tentang gerak memang sangat menarik. Coba

Lebih terperinci

TEST KEMAMPUAN DASAR FISIKA

TEST KEMAMPUAN DASAR FISIKA TEST KEMAMPUAN DASAR FISIKA Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan pernyataan BENAR atau SALAH. Jika jawaban anda BENAR, pilihlah alasannya yang cocok dengan jawaban anda. Begitu pula jika

Lebih terperinci

FISIKA FMIPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 Alfan Muttaqin/M

FISIKA FMIPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 Alfan Muttaqin/M FISIKA FMIPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 Alfan Muttaqin/M0207025 Di terjemahkan dalam bahasa Indonesia dari An introduction by Heinrich Kuttruff Bagian 6.6 6.6.4 6.6 Penyerapan Bunyi Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gampa bumi di Indonesia dapat terjadi sewaktu-waktu, karena letak geografis Indonesia berada pada pertemuan empat lempeng tektonik. Apabila terjadi pergeseran

Lebih terperinci

Kumpulan soal-soal level Olimpiade Sains Nasional: solusi:

Kumpulan soal-soal level Olimpiade Sains Nasional: solusi: Kumpulan soal-soal level Olimpiade Sains Nasional: 1. Sebuah batang uniform bermassa dan panjang l, digantung pada sebuah titik A. Sebuah peluru bermassa bermassa m menumbuk ujung batang bawah, sehingga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode geofisika yang digunakan adalah metode seimik. Metode ini

BAB III METODE PENELITIAN. Metode geofisika yang digunakan adalah metode seimik. Metode ini BAB III METODE PENELITIAN 3.1 METODE SEISMIK Metode geofisika yang digunakan adalah metode seimik. Metode ini memanfaatkan perambatan gelombang yang melewati bumi. Gelombang yang dirambatkannya berasal

Lebih terperinci

APLIKASI METODE SEISMIK REFRAKSI UNTUK ANALISA LITOLOGI BAWAH PERMUKAAN PADA DAERAH BABARSARI, KABUPATEN SLEMAN, YOGYAKARTA

APLIKASI METODE SEISMIK REFRAKSI UNTUK ANALISA LITOLOGI BAWAH PERMUKAAN PADA DAERAH BABARSARI, KABUPATEN SLEMAN, YOGYAKARTA APLIKASI METODE SEISMIK REFRAKSI UNTUK ANALISA LITOLOGI BAWAH PERMUKAAN PADA DAERAH BABARSARI, KABUPATEN SLEMAN, YOGYAKARTA Kevin Gardo Bangkit Ekaristi 115.130.094 Program Studi Teknik Geofisika, Universitas

Lebih terperinci

ENERGI POTENSIAL. dapat dimunculkan dan diubah sepenuhnya menjadi tenaga kinetik. Tenaga

ENERGI POTENSIAL. dapat dimunculkan dan diubah sepenuhnya menjadi tenaga kinetik. Tenaga ENERGI POTENSIAL 1. Pendahuluan Energi potensial merupakan suatu bentuk energi yang tersimpan, yang dapat dimunculkan dan diubah sepenuhnya menjadi tenaga kinetik. Tenaga potensial tidak dapat dikaitkan

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 12 Fisika

Antiremed Kelas 12 Fisika Antiremed Kelas 12 Fisika Persiapan UAS Doc. Name: K13AR12FIS01UAS Version: 2015-11 halaman 1 01. Seorang pendengar A berada di antara suatu sumber bunyi S yang menghasilkan bunyi berfrekuensi f dan tembok

Lebih terperinci

Jawaban Soal OSK FISIKA 2014

Jawaban Soal OSK FISIKA 2014 Jawaban Soal OSK FISIKA 4. Sebuah benda bergerak sepanjang sumbu x dimana posisinya sebagai fungsi dari waktu dapat dinyatakan dengan kurva seperti terlihat pada gambar samping (x dalam meter dan t dalam

Lebih terperinci

3.11 Menganalisis besaran-besaran fisis gelombang stasioner dan gelombang berjalan pada berbagai kasus nyata. Persamaan Gelombang.

3.11 Menganalisis besaran-besaran fisis gelombang stasioner dan gelombang berjalan pada berbagai kasus nyata. Persamaan Gelombang. KOMPETENSI DASAR 3.11 Menganalisis besaran-besaran fisis gelombang stasioner dan gelombang berjalan pada berbagai kasus nyata INDIKATOR 3.11.1. Mendeskripsikan gejala gelombang mekanik 3.11.2. Mengidentidikasi

Lebih terperinci

BAB 5. PROPERTIS FISIK BUNYI

BAB 5. PROPERTIS FISIK BUNYI BAB 5. PROPERTIS FISIK BUNYI Definisi: Suara - gangguan yang menyebar melalui bahan elastis pada kecepatan yang merupakan karakteristik dari bahan tersebut. Suara biasanya disebabkan oleh radiasi dari

Lebih terperinci

BAB III GERAK LURUS. Gambar 3.1 Sistem koordinat kartesius

BAB III GERAK LURUS. Gambar 3.1 Sistem koordinat kartesius BAB III GERAK LURUS Pada bab ini kita akan mempelajari tentang kinematika. Kinematika merupakan ilmu yang mempelajari tentang gerak tanpa memperhatikan penyebab timbulnya gerak. Sedangkan ilmu yang mempelajari

Lebih terperinci

Gambar 1. Bentuk sebuah tali yang direnggangkan (a) pada t = 0 (b) pada x=vt.

Gambar 1. Bentuk sebuah tali yang direnggangkan (a) pada t = 0 (b) pada x=vt. 1. Pengertian Gelombang Berjalan Gelombang berjalan adalah gelombang yang amplitudonya tetap. Pada sebuah tali yang panjang diregangkan di dalam arah x di mana sebuah gelombang transversal sedang berjalan.

Lebih terperinci

Bab 3 (3.1) Universitas Gadjah Mada

Bab 3 (3.1) Universitas Gadjah Mada Bab 3 Sifat Penampang Datar 3.1. Umum Didalam mekanika bahan, diperlukan operasi-operasi yang melihatkan sifatsifat geometrik penampang batang yang berupa permukaan datar. Sebagai contoh, untuk mengetahui

Lebih terperinci

DEFINISI Gelombang adalah suatu usikan (gangguan) pada sebuah benda, sehingga benda bergetar dan merambatkan energi.

DEFINISI Gelombang adalah suatu usikan (gangguan) pada sebuah benda, sehingga benda bergetar dan merambatkan energi. DEFINISI Gelombang adalah suatu usikan (gangguan) pada sebuah benda, sehingga benda bergetar dan merambatkan energi. MACAM GELOMBANG Gelombang dibedakan menjadi : Gelombang Mekanis : Gelombang yang memerlukan

Lebih terperinci

Bab 5 Puntiran. Gambar 5.1. Contoh batang yang mengalami puntiran

Bab 5 Puntiran. Gambar 5.1. Contoh batang yang mengalami puntiran Bab 5 Puntiran 5.1 Pendahuluan Pada bab ini akan dibahas mengenai kekuatan dan kekakuan batang lurus yang dibebani puntiran (torsi). Puntiran dapat terjadi secara murni atau bersamaan dengan beban aksial,

Lebih terperinci

BAB III TEORI DASAR. 3.1 Tinjauan Teori Perambatan Gelombang Seismik. Seismologi adalah ilmu yang mempelajari gempa bumi dan struktur dalam bumi

BAB III TEORI DASAR. 3.1 Tinjauan Teori Perambatan Gelombang Seismik. Seismologi adalah ilmu yang mempelajari gempa bumi dan struktur dalam bumi 20 BAB III TEORI DASAR 3.1 Tinjauan Teori Perambatan Gelombang Seismik Seismologi adalah ilmu yang mempelajari gempa bumi dan struktur dalam bumi dengan menggunakan gelombang seismik yang dapat ditimbulkan

Lebih terperinci

D. 30 newton E. 70 newton. D. momentum E. percepatan

D. 30 newton E. 70 newton. D. momentum E. percepatan 1. Sebuah benda dengan massa 5 kg yang diikat dengan tali, berputar dalam suatu bidang vertikal. Lintasan dalam bidang itu adalah suatu lingkaran dengan jari-jari 1,5 m Jika kecepatan sudut tetap 2 rad/s,

Lebih terperinci

Uji Kompetensi Semester 1

Uji Kompetensi Semester 1 A. Pilihlah jawaban yang paling tepat! Uji Kompetensi Semester 1 1. Sebuah benda bergerak lurus sepanjang sumbu x dengan persamaan posisi r = (2t 2 + 6t + 8)i m. Kecepatan benda tersebut adalah. a. (-4t

Lebih terperinci

Gelombang Transversal Dan Longitudinal

Gelombang Transversal Dan Longitudinal Gelombang Transversal Dan Longitudinal Pada gelombang yang merambat di atas permukaan air, air bergerak naik dan turun pada saat gelombang merambat, tetapi partikel air pada umumnya tidak bergerak maju

Lebih terperinci

BAB II PENGANTAR SOLUSI PERSOALAN FISIKA MENURUT PENDEKATAN ANALITIK DAN NUMERIK

BAB II PENGANTAR SOLUSI PERSOALAN FISIKA MENURUT PENDEKATAN ANALITIK DAN NUMERIK BAB II PENGANTAR SOLUSI PERSOALAN FISIKA MENURUT PENDEKATAN ANALITIK DAN NUMERIK Tujuan Instruksional Setelah mempelajari bab ini pembaca diharapkan dapat: 1. Menjelaskan cara penyelesaian soal dengan

Lebih terperinci

4/6/2011. Stress, DEFORMASI BAHAN. Stress. Tegangan Normal. Tegangan: Gaya per satuan luas TEGANGAN NORMAL TEGANGAN GESER. Stress.

4/6/2011. Stress, DEFORMASI BAHAN. Stress. Tegangan Normal. Tegangan: Gaya per satuan luas TEGANGAN NORMAL TEGANGAN GESER. Stress. Stress DEFORMASI BAHAN RINI YULIANINGSIH Stress Tegangan: Gaya per satuan luas TEGANGAN GESER TEGANGAN NORMAL Tegangan Normal Gaya bekerja pada luas penampang yang tegak lurus Simbol ( ) Deformasi: Perubahan

Lebih terperinci

Jika sebuah sistem berosilasi dengan simpangan maksimum (amplitudo) A, memiliki total energi sistem yang tetap yaitu

Jika sebuah sistem berosilasi dengan simpangan maksimum (amplitudo) A, memiliki total energi sistem yang tetap yaitu A. TEORI SINGKAT A.1. TEORI SINGKAT OSILASI Osilasi adalah gerakan bolak balik di sekitar suatu titik kesetimbangan. Ada osilasi yang memenuhi hubungan sederhana dan dinamakan gerak harmonik sederhana.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dan medan hidrodinamik. Pertama, dengan menentukan potensial listrik V dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dan medan hidrodinamik. Pertama, dengan menentukan potensial listrik V dan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1 Analisis Elektrohidrodinamik Analisis elektrohidrodinamik dimulai dengan mengevaluasi medan listrik dan medan hidrodinamik. Pertama, dengan menentukan potensial listrik

Lebih terperinci

C iklm = sebagai tensor elastisitas

C iklm = sebagai tensor elastisitas Teori elastisitas menjadi dasar pokok untuk mendiskripsikan perambatan gelombang elastik. Tensor stress σ ik dan tensor strain ε ik dihubungkan oleh persamaan keadaan untuk suatu medium. Pada material

Lebih terperinci

ANALISIS VEKTOR. Aljabar Vektor. Operasi vektor

ANALISIS VEKTOR. Aljabar Vektor. Operasi vektor ANALISIS VEKTOR Aljabar Vektor Operasi vektor Besaran yang memiliki nilai dan arah disebut dengan vektor. Contohnya adalah perpindahan, kecepatan, percepatan, gaya, dan momentum. Sementara itu, besaran

Lebih terperinci

Bab IV Kegempaan dan Cakupan Sinar Gelombang di Kompleks Gunung Guntur

Bab IV Kegempaan dan Cakupan Sinar Gelombang di Kompleks Gunung Guntur Bab IV Kegempaan dan Cakupan Sinar Gelombang di Kompleks Gunung Guntur IV.1 Seismisitas Gunung Guntur Seismisitas atau kegempaan Gunung Guntur diamati secara menerus dari Pos Pengamatan Gunungapi Guntur

Lebih terperinci

Pre Stack Depth Migration Vertical Transverse Isotropy (PSDM VTI) pada Data Seismik Laut 2D

Pre Stack Depth Migration Vertical Transverse Isotropy (PSDM VTI) pada Data Seismik Laut 2D Pre Stack Depth Migration Vertical Transverse Isotropy (PSDM VTI) pada Data Seismik Laut 2D Oleh: Thariq Guntoro 1110100004 Pembimbing: Prof. Dr. rer. nat Bagus Jaya Santosa, S. U Jurusan Fisika Institut

Lebih terperinci

SOAL DAN PEMBAHASAN FINAL SESI I LIGA FISIKA PIF XIX TINGKAT SMA/MA SEDERAJAT PAKET 1

SOAL DAN PEMBAHASAN FINAL SESI I LIGA FISIKA PIF XIX TINGKAT SMA/MA SEDERAJAT PAKET 1 SOAL DAN PEMBAHASAN FINAL SESI I LIGA FISIKA PIF XIX TINGKAT SMA/MA SEDERAJAT PAKET 1 1. Terhadap koordinat x horizontal dan y vertikal, sebuah benda yang bergerak mengikuti gerak peluru mempunyai komponen-komponen

Lebih terperinci

Teori Dasar Gelombang Gravitasi

Teori Dasar Gelombang Gravitasi Bab 2 Teori Dasar Gelombang Gravitasi 2.1 Gravitasi terlinearisasi Gravitasi terlinearisasi merupakan pendekatan yang memadai ketika metrik ruang waktu, g ab, terdeviasi sedikit dari metrik datar, η ab

Lebih terperinci

BAB III DEFORMASI BERDASARKAN MODEL DISLOKASI DAN VEKTOR PERGESERAN GPS

BAB III DEFORMASI BERDASARKAN MODEL DISLOKASI DAN VEKTOR PERGESERAN GPS BAB III DEFORMASI BERDASARKAN MODEL DISLOKASI DAN VEKTOR PERGESERAN GPS III.1. Pengamatan Deformasi Akibat Gempabumi dengan GPS Deformasi akibat gempabumi nampak jelas mengubah bentuk suatu daerah yang

Lebih terperinci

Gambar 3. 1 Ilustrasi pemantulan spekuler (kiri) dan pemantulan difuse (kanan)

Gambar 3. 1 Ilustrasi pemantulan spekuler (kiri) dan pemantulan difuse (kanan) 3.1. Cahaya Cahaya merupakan gelombang elektromagnetik yang memiliki sifat-sifat yaitu dapat dipantulkan (refleksi), dibiaskan (refraksi), diserap (absorpsi), interferensi, difraksi, dan polarisasi. Cahaya

Lebih terperinci

ANALISIS BALOK BERSUSUN DARI KAYU LAPIS DENGAN MENGGUNAKAN PAKU SEBAGAI SHEAR CONNECTOR (EKSPERIMENTAL) TUGAS AKHIR

ANALISIS BALOK BERSUSUN DARI KAYU LAPIS DENGAN MENGGUNAKAN PAKU SEBAGAI SHEAR CONNECTOR (EKSPERIMENTAL) TUGAS AKHIR ANALISIS BALOK BERSUSUN DARI KAYU LAPIS DENGAN MENGGUNAKAN PAKU SEBAGAI SHEAR CONNECTOR (EKSPERIMENTAL) TUGAS AKHIR Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat untuk Menempuh Ujian Sarjana

Lebih terperinci

BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK

BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK I. SOAL PILIHAN GANDA Diketahui c = 0 8 m/s; µ 0 = 0-7 Wb A - m - ; ε 0 = 8,85 0 - C N - m -. 0. Perhatikan pernyataan-pernyataan berikut : () Di udara kecepatannya cenderung

Lebih terperinci

Polarisasi. Dede Djuhana Departemen Fisika FMIPA-UI 0-0

Polarisasi. Dede Djuhana Departemen Fisika FMIPA-UI 0-0 Polarisasi Dede Djuhana E-mail:dede@fisika.ui.ac.id Departemen Fisika FMIPA-UI 0-0 Teori Korpuskuler (Newton) Cahaya Cahaya adalah korpuskel korpuskel yang dipancarkan oleh sumber dan merambat lurus dengan

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA BAB II STUDI PUSTAKA II.1 Umum dan Latar Belakang Kolom merupakan batang tekan tegak yang bekerja untuk menahan balok-balok loteng, rangka atap, lintasan crane dalam bangunan pabrik dan sebagainya yang

Lebih terperinci

Bab 6 Defleksi Elastik Balok

Bab 6 Defleksi Elastik Balok Bab 6 Defleksi Elastik Balok 6.1. Pendahuluan Dalam perancangan atau analisis balok, tegangan yang terjadi dapat diteritukan dan sifat penampang dan beban-beban luar. Untuk mendapatkan sifat-sifat penampang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Latar Belakang Historis Fondasi dari integral pertama kali dideklarasikan oleh Cavalieri, seorang ahli matematika berkebangsaan Italia pada tahun 1635. Cavalieri menemukan bahwa

Lebih terperinci

K 1. h = 0,75 H. y x. O d K 2

K 1. h = 0,75 H. y x. O d K 2 1. (25 poin) Dari atas sebuah tembok dengan ketinggian H ditembakkan sebuah bola kecil bermassa m (Jari-jari R dapat dianggap jauh lebih kecil daripada H) dengan kecepatan awal horizontal v 0. Dua buah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Magnitudo Gempabumi Magnitudo gempabumi adalah skala logaritmik kekuatan gempabumi atau ledakan berdasarkan pengukuran instrumental (Bormann, 2002). Pertama kali, konsep magnitudo

Lebih terperinci

III. TEORI DASAR. pada permukaan kemudian berpropagasi ke bawah permukaan dan sebagian

III. TEORI DASAR. pada permukaan kemudian berpropagasi ke bawah permukaan dan sebagian III. TEORI DASAR III.1. Konsep Seismik Refleksi Metode seismik refleksi merupakan salah satu metode geofisika yang menggunakan perambatan gelombang elastik yang dihasilkan oleh suatu sumber pada permukaan

Lebih terperinci