BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAHAN DAN METODE PENELITIAN"

Transkripsi

1 18 BAHAN DAN METODE PENELITIAN Model pertumbuhan dan produksi kelapa sawit dengan berbagai taraf penunasan dibangun melalui dua kegiatan yaitu (1) percobaan lapangan, dan (2) penyusunan model. Percobaan lapangan diperlukan untuk menjelaskan pengaruh penunasan terhadap pertumbuhan dan produksi kelapa sawit. Penyusunan model ditujukan untuk memperoleh model simulasi untuk produksi kelapa sawit. Data dari hasil percobaan lapangan, selanjutnya digunakan untuk (1) membuktikan dan menjelaskan pertumbuhan dan produksi kelapa sawit dengan berbagai metode penunasan, (2) menurunkan nilai peubah dan parameter input model, dan (3) validasi model. Pengaruh Penunasan terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kelapa Sawit Percobaan ini dilaksanakan untuk mengetahui pengaruh kombinasi jumlah dan periode waktu mempertahankan pelepah terhadap pertumbuhan dan produksi kelapa sawit pada berbagai taraf umur. Kelapa sawit yang menjadi peneltian yaitu tanaman dengan umur < 8 tahun, 8 13 tahun dan > 13 tahun. Parameter yang diukur yaitu produksi, jumlah tandan dan bobot tandan rata-rata kelapa sawit. Tempat dan Waktu Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian yang telah berjalan, dengan periode penelitian sekurang-kurangnya selama 3 tahun dan telah berjalan selama 1 tahun. Penelitian yang dilakukan penulis dilaksanakan mulai dari bulan Agustus 2011 hingga Februari Penelitian ini dilaksanakan di Perkebunan Astra Agro Lestari, Kotawaringin Barat. Bahan dan Alat Bahan tanaman yang digunakan adalah kelapa sawit menghasilkan di Perkebunan PT AMR (AALi grup) dengan umur < 8 tahun (Blok A35), 8 13 tahun (Blok B19) dan tahun (Blok B28). Peralatan penelitian yang digunakan adalah alat budidaya tanaman; cangkul, parang, dodos, egrek, timbangan dan lain-lain. Selain itu digunakan alat untuk pengamatan pengukuran peubah-peubah tanaman dan lingkungan tumbuhnya seperti meteran, tangga, luxmeter, dan termohigrometer.

2 19 Rancangan Percobaan Rancangan perlakuan adalah faktorial dua faktor, yakni jumlah pelepah yang ditinggalkan dan waktu periode bagi setiap taraf jumlah pelepah. Perlakuan jumlah pelepah terdiri atas 2 taraf penunasan pada tanaman tua (> 13 tahun) dan tanaman muda (< 8 dan 8 13 tahun), sedangkan periode waktu terdiri atas 3 periode dalam setahun. Tidak semua kombinasi taraf perlakuan dicobakan, tetapi dipilih 6 kombinasi yang secara praktek mudah dilakukan.rancangan lingkungan yang akan digunakan adalah rancangan acak kelompok (RAK). Taraf-taraf perlakuan untuk faktor jumlah pelepah yang ditinggalkan adalah : 1. P1 : pelepah yang dipertahakan. 2. P2 : pelepah yang dipertahankan. 3. P2 : pelepah yang dipertahankan. Periode waktu penunasan pelepah adalah : 1. Periode awal pada musim hujan sampai puncak hujan (periode 1, September Desember) 2. Periode sejak puncak hingga awal musim kemarau (periode 2, Januari April) 3. Periode selama musim kemarau (periode 3, Mei - Agustus). Tabel 8. Perlakuan penunasan tanaman kelapa sawit menghasilkan tua adalah No. Perlakuan jumlah pelepah Musim hujan Caturwulan 1 Sept - Des Jumlah pelepah per periode Musim hujan Caturwulan 2 Jan - Apr Musim kemarau Caturwulan 3 Mei - Agust A* P B P C P D P E P F P Note : *) perlakuan kontrol Pada tanaman tua (8-13 dan tahun) taraf penunasan yang digunakan pelepah dan pelepah, dengan 3 periode setiap tahunnya. Kombinasi antara taraf penunasan dengan periode penunasan pada tanaman

3 20 menghasilkan tua dapat dilihat pada Tabel 8. Sehingga selama satu tahun akan terdapat tiga kombinasi jumlah pelepah pada lokasi perlakuan. Pada tanaman muda ( <8 tahun) taraf penunasan yang digunakan adalah pelepah dan pelepah, dengan 3 periode setiap tahunnya. Kombinasi antara taraf penunasan dengan periode penunasan pada tanaman menghasilkan muda dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Perlakuan penunasan tanaman kelapa sawit menghasilkan muda No. Perlakuan jumlah pelepah Musim hujan Caturwulan 1 Sept - Des Jumlah pelepah per periode Musim hujan Caturwulan 2 Jan - Apr Musim kemarau Caturwulan 3 Mei - Agust A* P B P C P D P E P F P Note : *) perlakuan kontrol Perlakuan A pada setiap kelompok umur dijadikan sebagai tanaman kontrol, karena dianggap mewakili kondisi kebun. Umunya pada perkebunan jumlah pelepah yang dipertahankan sama sepanjang tahun, sehingga perlakuan A dijadikan sebagai tanaman kontrol. Dengan demikian terdapat 6 x 3 = 18 perlakuan pada setiap kelompok umur tanaman, sehingga diperoleh total 18 x 3 ulangan = 54 unit percobaan pada setiap lokasi penelitian. Satu unit percobaan terdiri atas 4 baris pokok atau seluas satu hektar, dan pengamatan tanaman dilakukan terhadap pokok contoh (sampel) ditetapkan secara acak dari dua baris di bagian tengah plot, kecuali tanaman pinggir baris atau yang tumbuhnya kurang mewakili atau tanaman sulam, atau di dekat hiat. Denah penelitian dapat dilihat pada Lampiran 1.

4 21 Pengamatan dan Pengukuran Peubah Peubah dan parameter yang diukur untuk menjelaskan pengaruh penunasan pelepah terhadap pertumbuhan dan komponen produksi terdiri atas kondisi lingkungan tumbuh, pertumbuhan dan hasil. Keadaan lingkungan tumbuh. Pengamatan lingkungan tumbuh, dilakukan dengan mengukur iklim mikro di bawah tajuk, berupa intensitas cahaya, suhu dan kelembaban udara. Selain itu dilakukan pula pengamatan intensitas cahaya yang jatuh pada permukaan daun terbawah dan daun ke 17. Pengamatan suhu dan kelembaban dilakukan pada dua titik pada pokok sampel, yaitu pada piringan dan di luar piringan dengan tinggi 1 meter dari permukaan tanah. Sementara untuk cahaya dilakukan pada empat titik pada pokok sampel, yaitu di bawah daun ke-17, di bawah pelepah terbawah, pada piringan dan di luar piringan. Data lain adalah data iklim, terutama curah hujan dan lama penyinaran di daerah percobaan. Peubah pertumbuhan dan hasil. Pengamatan peubah pertumbuhan tanaman meliputi jumlah, panjang dan lebar pelepah, daun terbawah dan ke 17, pengamatan peubah pertumbuhan ini hanya dilakukan pada tanaman sampel. Selain itu untuk tanaman menghasilkan sebulan sekali diamati pula jumlah bunga jantan dan betina. Jumlah tandan dan bobot tandan rata-rata dan letak tandan buah matang diamati pada setiap panen. Penghitungan jumlah tandan, BTR dan berat berondolan dilakukan pada semua tanaman setiap kali panen dilakukan. Sementara jumlah bunga jantan dan betina hanya dilakukan pada tanaman sampel. Peubah-peubah pertumbuhan lainnya dan hasil ini diperoleh dari semua pokok dari dua baris di tengah plot. Peubah-peubah yang diamati dapat dilihat pada Tabel 10. Analisis Data dan Pelaporan. Data yang diperoleh dianalisis ragamnya untuk mengetahui pengaruh perlakuan pada pertumbuhan dan produktivitas kelapa sawit. Pada perlakuan yang menunjukkan pengaruh berbeda nyata dilanjutkan dengan uji nilai tengah untuk mengetahui perlakuan terbaik. Pelaporan dilakukan dua kali per tahun. Laporan kemajuan penelitian akan disampaikan pada semester pertama. Laporan

5 22 akhir disampaikan pada akhir semester kedua untuk tiap-tiap tahun pelaksanaan penelitian. Tabel 10. Peubah-peubah yang diamati, peralatan, periode pengamatan serta jumlah sampel per tahun Nomor Peubah Alat pengamatan 1 Morfologi Meteran dan pelepah hand-counter 2 Bunga dan buah 3 Iklim mikro di dalam dan di bawah tajuk Hand-counter, timbangan Termometer, psychrometer, luxmeter Periode pengamatan Awal dan 4 bulan sekali Awal dan 4 bulan sekali (bunga), setiap panen (buah) Awal dan 4 bulan sekali Jumlah sampel per tahun percobaan Daun terbawah dan ke 17, masingmasing dari 5 pokok sampel per perlakuan (total 90 pokok sampel) 5 pokok sampel per perlakuan (total 90 pokok sampel), dan 2 baris tanaman tengah per perlakuan. Pada 5 pokok sampel per perlakuan (90 pokok sampel) Penyusunan Model Pertumbuhan dan Produksi Kelapa Sawit Model dibuat melalui beberapa langkah, yaitu penentuan tujuan pembuatan model, penyusunan model, simulasi model, verifikasi dan aplikasi. Tahapantahapan yang dilakukan pada penelitian ini adalah : Penentuan tujuan model. Model dibuat berdasarkan keinginan pembuat serta kebutuhan. Pada penelitian ini tujuan pembuatan model yaitu untuk mensimulasi pertumbuhan tanaman kelapa sawit dan memprediksi hasil tanaman. Dengan demikian data-data yang ada digunakan untuk mencapai tujuan tersebut. Penyusunan model. Penyusunan model diawali pemahaman terhadap proses-proses yang terlibat dalam sistem pertumbuhan dan produksi tanaman yang akan dimodelkan. Setelah itu dilakukan pembuatan diagram alir dari model yang menunjukkan hubungan fungsional antar peubah pertumbuhan dan produksi tanaman dalam suatu bentuk diagram Forester. Kemudian dilanjutkan dengan penentuan hubungan matematik yang logik antar peubah, sehingga proses-proses

6 23 dan peubah-peubah sistem dapat terangkai secara komprehensif dalam suatu model. Proses-proses pertumbuhan yang terjadi pada tanaman kelapa sawit dapat dilihat pada Gambar 6. Model disusun berdasarkan proses-proses yang terjadi tersebut, sehingga setiap proses memiliki alur yang jelas. Angin Suhu RH Curah Hujan Radiasi JUMLAH PELEPAH Evaporasi Transpirasi Daun AIR TANAH FOTOSINTESIS RESPIRASI Fotosintat Partisi Fotositat Batang, Daun dan Akar TBS Keterangan : = aliran massa = aliran informasi = batas kelompok model Gambar 6. Proses-proses utama pertumbuhan tanaman kelapa sawit Dengan unsur iklim sebagai input luar yang mempengaruhi ketersediaan air dan pertumbuhan tanaman kelapa sawit, selanjutnya disusun keterkaitan sub model neraca air dan pertumbuhan seperti pada Gambar 7.

7 24 [Agroklimat] (Penunasan) [Hujan] [T, Angin, RH] (LAI) [Cahaya] (LAI) Sub Model Neraca Air Air Sub Sub Model Model Pertumbuhan = aliran massa = aliran informasi Gambar 7. Keterkaitan neraca air dan pertumbuhan tanaman kelapa sawit (Qadir 2012) Berdasarkan proses-proses utama dan keterkaitan antara neraca air dan pertumbuhan kelapa sawit, selanjutnya disusun diagram Forester seperti pada Gambar 8. (Ketersediaan air) Dengan diagram alir (flow chart) dapat diketahui berbagai jenis peubah baik peubah luar (exegenous variable), peubah keadaan (state variable), dan peubah pembantu (auxiliary variable) dan parameter-paremeter yang diperlukan, serta hubungan fungsional di antaranya sehingga model dapat berjalan dan menggambarkan sistem yang dimodelkan. Berdasarkan diagram Forester pada Gambar 8, diperlukan data unsur iklim sebagai peubah luar berupa radiasi matahari, suhu, kelembaban, curah hujan. Data iklim diperoleh dari stasiun iklim terdekat, yaitu temperatur/suhu bulanan, curah hujan, penyinaran matahari, tekanan udara, kelembaban dan angin.

8 25 Fotosintesis [Qs] (k) (LUE ) LAI Jumlah Pelepah Leaf area TBS Respirasi [T] Vegetatif Respirasi Gambar 8. Diagram Forester sub model pertumbuhan kelapa sawit pada berbagai taraf penunasan Peubah-pebuah dalam model yang diperoleh dari pengukuran percobaan di lapangan dan perhitungan adalah sebagai berikut: 1. Indeks Luas Daun (LAI =Leaf Area Index) LAI dihitung dengan terlebih dahulu menghitung LA (leaf area), yaitu dengan menggunakan rumus : LA = p x l x 0.55; p = panjang dan l = lebar dengan satuan m (meter), diperoleh dari pengukuran 6 anak daun pada tengah-tengah pelepah ke-17, yaitu 3 kiri dan 3 di kanan. Sementara angka 0.55 merupakan nilai koreksi untuk pengukuran LA (leaf area) (Hardon dalam Noor 2004). Selanjutnya dari LA ini dapat dihitung LAI pada kelapa sawit. Dengan menggunakan rumus : LAI = LA x N x D; N (pelepah pokok -1 ) merupakan

9 26 jumlah pelepah pada pohon kelapa sawit (jumlah pelepah pokok -1 ) dan D merupakan populasi tanaman pada satu hektar (pokok m -2 ). 2. Q intersepsi Q intersepsi (MJ m -2 hari -1 ) merupakan cahaya yang diserap oleh tanaman, untuk melakukan proses fotosintesis. Rumus yang digunakan untuk menghitung intersepsi yaitu : Qint = Qo (1-e-k.LAI). Dengan Qo (MJ m -2 hari -1 ) merupakan cahaya datang di atas permukaan daun, k merupakan tingkat pemadaman cahaya, dan LAI merupakan indeks luas daun tanaman kelapa sawit. Nilai k yang digunakan adalah sebesar 0.36 untuk umur 6 sampai 8 tahun, 0.45 untuk umur 8 sampai 11 tahun, dan 0.37 untuk umur 13 sampai 14 tahun berdasarkan Gerritsma dalam Noor dan Harun (2004). 3. Fotosintesis Fotosintesis atau Fs (bobot kering kg m -2 ) merupakan hasil konversi penggunaan cahaya menjadi fotosintat, yang digunakan untuk pertumbuhan tanaman. rumus yang digunakan untuk menghitung fotosintesis adalah : Fs = LUE * Qint; LUE (kg MJ -1 ) merupakan efisiensi penggunaan cahaya pada tanaman kelapa sawit, dan Qint merupakan cahaya yang diintersepsi oleh tanaman kelapa sawit. LUE yang digunakan sama pada setiap kelompok umur tanaman yaitu sebesar kg MJ -1 menurut Square dalam Noor (2004). RmV dan RmT yang digunakan adalah sebesar 0.01 (Henson 2004). 4. Partisi Partisi (bobot kering kg m -2 ) adalah pembagian hasil fotosintesis kepada setiap bagian tanaman, dan porsi/jumlahnya akan berebeda pada tiap tanaman tergantung pada fase dari pertumbuhan tanaman itu sendiri. Rumus yang digunakan untuk partisi yaitu berdasarkan Breure (2010), adalah : Partisi bobot kering buah = ( *exp(-0.515*LAI))/(( *exp(-0.515*LAI))+(11.96*LAI+8.327)). Partisi bobot kering vegetatif = (11.96*LAI+8.327) / (( *exp (-0.515*LAI)) + (11.96*LAI+8.327)) 5. Model Jumlah Tandan

10 27 Modeling untuk produksi tandan (tandan pokok -1 ) didapat persamaan regresi antara curah hujan serta produksi tandan, sehinga akan didapat persamaan pengaruh curah hujan terhadap produksi tandan. 6. Konversi bobot basah menjadi bobot kering atau bobot kering menjadi bobot basah Dasar konversi yang digunakan yaitu dari Corley (1976), dimana untuk mendapatkan bobot kering tandan dikalikan 53%. Dengan demikian untuk mendapat bobot kering digunakan rumus, bobot kering tandan = bobot basah*(53/100). Sementara untuk mendapatkan bobot kering menjadi basah, digunakan rumus bobot basah = bobot kering*(100/53). Penyusunan model untuk produksi tandan didapat dengan mengkorelasikan antara curah hujan serta produksi tandan, sehinga akan didapat persamaan pengaruh curah hujan terhadap produksi tandan. Proses perangkaian model dilakukan dengan menggunakan perangkat Stella membentuk Model Construction Layer-Stella (MCL-S). Hubungan persamaan metamatik dalam MCL-S disusun dalam Equation Layer-Stella (EL-S). Simulasi dan kalibrasi. Simulasi dilakukan dengan menggunakan MCL-S model pertumbuhan tanaman kelapa sawit, dengan mensimulasikan taraf penunasan dan memasukan input model berupa : data iklim, suhu di bawah pelepah, tingkat cahaya di bawah dan di atas pelepah ke-17, hasil TBS, dan nilai konstanta yang diperlukan. Sementara kalibrasi dilakukan dengan menggunakan data tahun pertama. Model yang telah dirancang selanjutnya dimasukan ke dalam program Stella untuk dibuat modelnya. Model dibuat mengikuti alur flow chart yang dibuat dengan menambahkan persamaan matematik pada setiap parameternya, sehingga model dapat dijalankan. Selanjutnya kita dapat masukan nilai tiap parameter yang telah kita tentukan. Model yang akan digunakan pada model stella dapat dilihat pada Gambar 9. Model yang disusun merupakan model pertumbuhan dan produksi tanaman kelapa sawit, dengan yang menjadi input yaitu luas daun serta kondisi agroklimat terutama cahaya. Berikutnya ditambahkan dengan koefisien-koefisien

11 Partisi Veg BK Veg ~ LAI TbVeg RS Veg RmV LUE FS BK TBS ~ Qs TbTBS RS TBS RmT Partisi Gen k

12 ~ BTR SPH Produksi ~ CH Pers tandan tandan

13 30 Nilai input dan persamaan-persamaan model produksi kelapa sawit adalah sebagai berikut : BTR = data hasil model pertumbuhan dan produksi yang telah dikonversi SPH = 129 CH = data stasiun klimatologi Pers tandan = 0.108*CH Tandan = (Pers_tandan*2)/100 Produksi = SPH*tandan*BTR Kalibrasi model. Kalibrasi model dilakukan dengan menggunakan data tanaman perlakuan A, kalibrasi dilakukan agar model yang disusun lebih tepat dalam menjelaskan sistem yang dimodelkan. Dengan demikian model yang disusun, relevan dalam menjelaskan sistem yang dibuat. Hal ini terutama dalam melihat perubahan yang terjadi akibat perbedaan taraf penunasan yang dilakukan pada tiap periode. Validasi model. Validasi model dilakukan dengan menggunakan data yang tanaman perlakuan B, C, D, E dan F. Validasi merupakan langkah yang penting, karena hal ini akan menguji tingkat ketepatan model dalam menjelaskan sistem pertumbuhan dan produksi tanaman kelapa sawit. Validasi dapat dilakukan dengan menggunakan grafik pertumbuhan ataupun uji korelasi. Uji validitas ini dilakukan dengan membandingkan antara data hasil simulasi dengan data lapangan. Data hasil simulasi akan dibandingkan dengan data setelah terjadi perubahan jumlah pelepah yang dilakukan di lapangan, yaitu mulai bulan Januari 2011 April Hal ini dilakukan untuk mengetahui kapan terjadinya perubahan produksi dan pertumbuhan akibat perubahan jumlah pelepah. Data hasil simulasi dilihat tingkat akurasi datanya, yaitu dengan membandingkan antara data simulasi yang masuk pada rentang kesalahan 5% dan yang diluar rentang 5% dari data aktual. Dengan demikian akan didapat persentase ketepatan model yang dibuat.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 11. Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap produksi dan BTR kelapa sawit

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 11. Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap produksi dan BTR kelapa sawit 31 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Penunasan terhadap Produksi, Jumlah Tandan dan BTR Pengaruh penunasan dilihat dari pengaruhnya terhadap produksi, jumlah tandan dan bobot tandan rata-rata pada setiap kelompok

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan penelusuran studi pustaka dan percobaan. Penelusuran studi pustaka dimulai bulan April 2010 sampai dengan Juni 2011. Percobaan

Lebih terperinci

CH BULANAN. Gambar 3. Curah hujan bulanan selama percobaan lapang

CH BULANAN. Gambar 3. Curah hujan bulanan selama percobaan lapang BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Agroklimat Wilayah Penelitian Dari hasil analisis tanah yang dilakukan pada awal penelitian menunjukan bahwa tanah pada lokasi penelitian kekurangan unsur hara

Lebih terperinci

DAMPAK KEKERINGAN DAN GANGGUAN ASAP AKIBAT EL NINO 2015 TERHADAP PERFORMA TANAMAN KELAPA SAWIT DI BAGIAN SELATAN SUMATERA

DAMPAK KEKERINGAN DAN GANGGUAN ASAP AKIBAT EL NINO 2015 TERHADAP PERFORMA TANAMAN KELAPA SAWIT DI BAGIAN SELATAN SUMATERA DAMPAK KEKERINGAN DAN GANGGUAN ASAP AKIBAT EL NINO 2015 TERHADAP PERFORMA TANAMAN KELAPA SAWIT DI BAGIAN SELATAN SUMATERA Nuzul Hijri Darlan, Iput Pradiko, Muhdan Syarovy, Winarna dan Hasril H. Siregar

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 18 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Produksi Tandan Buah Segar 4.1.1. Kebun Rimbo Satu Afdeling IV Hasil dari sensus pokok produktif pada tiap blok sampel di masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Gambar

Lebih terperinci

Permodelan Pertumbuhan dan Produksi Kelapa Sawit pada Berbagai Taraf Penunasan Pelepah

Permodelan Pertumbuhan dan Produksi Kelapa Sawit pada Berbagai Taraf Penunasan Pelepah Permodelan Pertumbuhan dan Produksi Kelapa Sawit pada Berbagai Taraf Penunasan Pelepah Growth and Production Modeling of Oil Palm at Different Levels of Frond Pruning Nope Gromikora 1, Sudirman Yahya 2*,

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan 47 PEMBAHASAN Pemangkasan merupakan salah satu teknik budidaya yang penting dilakukan dalam pemeliharaan tanaman kakao dengan cara membuang tunastunas liar seperti cabang-cabang yang tidak produktif, cabang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Taksonomi kelapa sawit yang dikutip dari Pahan (2008) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermeae Ordo : Monocotyledonae

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 7 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis Kabupaten Karawang Wilayah Kabupaten Karawang secara geografis terletak antara 107 02-107 40 BT dan 5 56-6 34 LS, termasuk daerah yang relatif rendah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Kelapa Sawit 5 TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit termasuk tanaman monokotil, batangnya lurus, tidak bercabang dan tidak mempunyai kambium dan tingginya dapat mencapai 15-20 meter. Batang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Metode Pewarnaan Blok

HASIL DAN PEMBAHASAN Metode Pewarnaan Blok 26 HASIL DAN PEMBAHASAN Metode Pewarnaan Blok Sistem manajemen perkebunan kelapa sawit pada umumnya terdiri atas Kebun (Estate) yang dikepalai oleh seorang Estate Manager. Seorang Estate Manager membawahi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Perbandingan Evapotranspirasi Tanaman Acuan Persyaratan air tanaman bervariasi selama masa pertumbuhan tanaman, terutama variasi tanaman dan iklim yang terkait dalam metode

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika dan termasuk famili Aracaceae (dahulu: Palmaceae). Tanaman kelapa sawit adalah tanaman monokotil

Lebih terperinci

Tabel 6. Hasil Pendugaaan Faktor Penentu Produktivitas Kelapa Sawit

Tabel 6. Hasil Pendugaaan Faktor Penentu Produktivitas Kelapa Sawit 41 PEMBAHASAN Penurunan produktivitas tanaman kelapa sawit dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor lingkungan, faktor tanaman, dan teknik budidaya tanaman. Faktor-faktor tersebut saling berhubungan

Lebih terperinci

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda Latar Belakang Untuk memperoleh hasil tanaman yang tinggi dapat dilakukan manipulasi genetik maupun lingkungan.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 12 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan mulai bulan April sampai November 2009 di PTP Nusantara VI pada unit usaha Rimbo Satu Afdeling IV (Gambar Lampiran 5), Rimbo Dua Afdeling

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 9 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. Karakteristik Lokasi Penelitian Luas areal tanam padi adalah seluas 6 m 2 yang terletak di Desa Langgeng. Secara administrasi pemerintahan Desa Langgeng Sari termasuk dalam

Lebih terperinci

PEMBAHASAN (A) (B) (C) (D) Gambar 13. TBS Yang Tidak Sehat (A) Buah Mentah dan Abnormal, (B) Buah Sakit, (C) Buah Batu dan (D) Buah Matang Normal

PEMBAHASAN (A) (B) (C) (D) Gambar 13. TBS Yang Tidak Sehat (A) Buah Mentah dan Abnormal, (B) Buah Sakit, (C) Buah Batu dan (D) Buah Matang Normal PEMBAHASAN Kriteria Mutu Buah Sebagai Dasar Sortasi TBS Tandan buah segar yang diterima oleh pabrik hendaknya memenuhi persyaratan bahan baku, yaitu tidak menimbulkan kesulitan dalam proses ekstraksi minyak

Lebih terperinci

Jurusan Geofisika dan Meteorologi, FMlPA IPB

Jurusan Geofisika dan Meteorologi, FMlPA IPB IKLlM INDONESIA HANDOKO Jurusan Geofisika dan Meteorologi, FMlPA IPB Secara umum, daerah tropika terletak di antara lintang 23,5O LU (tropika Cancer) sampai 23,5O LS (tropika Capricorn). Batasan ini berdasarkan

Lebih terperinci

= pemanen. Sistem Penunasan

= pemanen. Sistem Penunasan PEMBAHASAN Kebijakan penunasan di PT Inti Indosawit Subur adalah mempergunakan sistem penunasan progresif. Penunasan progresif adalah penunasan yang dilakukan oleh pemanen dengan bersamaan dengan panen.

Lebih terperinci

Gambar 17. Tampilan Web Field Server

Gambar 17. Tampilan Web Field Server IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KALIBRASI SENSOR Dengan mengakses Field server (FS) menggunakan internet explorer dari komputer, maka nilai-nilai dari parameter lingkungan mikro yang diukur dapat terlihat.

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 40 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Lokasi penelitian berada di Kelurahan Pasir Putih, Kecamatan Sawangan, Kota Depok seluas 462 ha. Secara geografis daerah penelitian terletak

Lebih terperinci

θ t = θ t-1 + P t - (ETa t + Ro t ) (6) sehingga diperoleh (persamaan 7). ETa t + Ro t = θ t-1 - θ t + P t. (7)

θ t = θ t-1 + P t - (ETa t + Ro t ) (6) sehingga diperoleh (persamaan 7). ETa t + Ro t = θ t-1 - θ t + P t. (7) 7 Persamaan-persamaan tersebut kemudian dikonversi menjadi persamaan volumetrik (Persamaan 5) yang digunakan untuk mendapatkan nilai kadar air tanah dalam % volume. 3.3.5 Pengukuran Curah Hujan dan Tinggi

Lebih terperinci

Frequently Ask Questions (FAQ) tentang kaitan lingkungan dan kelapa sawit

Frequently Ask Questions (FAQ) tentang kaitan lingkungan dan kelapa sawit Frequently Ask Questions (FAQ) tentang kaitan lingkungan dan kelapa sawit Tim KITA PPKS Dalam uraian ini akan ditampilkan Frequently Ask Questions (FAQ) atau pertanyaan yang sering disampaikan terkait

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyusunan fungsi produksi menurut umur

HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyusunan fungsi produksi menurut umur HASIL DAN PEMBAHASAN Penyusunan fungsi produksi menurut umur Tanaman kelapa sawit akan menghasilkan tandan buah segar (TBS) yang dapat dipanen pada saat tanaman berumur 3 atau 4 tahun. Produksi TBS yang

Lebih terperinci

Menimbang Indeks Luas Daun Sebagai Variabel Penting Pertumbuhan Tanaman Kakao. Fakhrusy Zakariyya 1)

Menimbang Indeks Luas Daun Sebagai Variabel Penting Pertumbuhan Tanaman Kakao. Fakhrusy Zakariyya 1) Menimbang Indeks Luas Daun Sebagai Variabel Penting Pertumbuhan Tanaman Kakao Fakhrusy Zakariyya 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB Sudirman 90 Jember 68118 Daun merupakan salah satu

Lebih terperinci

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang ini dilaksanakan selama empat bulan yang terhitung mulai dari 14 Februari hingga 14 Juni 2011. Kegiatan ini bertempat di Sungai Bahaur Estate (SBHE), PT Bumitama

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Perubahan Rasio Hutan Sebelum membahas hasil simulasi model REMO, dilakukan analisis perubahan rasio hutan pada masing-masing simulasi yang dibuat. Dalam model

Lebih terperinci

STAF LAB. ILMU TANAMAN

STAF LAB. ILMU TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN Suhu Suhu merupakan faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman Suhu berkorelasi positif dengan radiasi mata hari Suhu: tanah maupun udara disekitar

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 16 5.1 Hasil 5.1.1 Pola curah hujan di Riau BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Data curah hujan bulanan dari tahun 2000 sampai dengan 2009 menunjukkan bahwa curah hujan di Riau menunjukkan pola yang sama dengan

Lebih terperinci

Perancangan dan Integrasi Sistem. Penurunan Produksi Kelapa Sawit pada Kuartal-I Tahun 2016 Oleh : Hanif Ryanas ( )

Perancangan dan Integrasi Sistem. Penurunan Produksi Kelapa Sawit pada Kuartal-I Tahun 2016 Oleh : Hanif Ryanas ( ) Perancangan dan Integrasi Sistem Penurunan Produksi Kelapa Sawit pada Kuartal-I Tahun 2016 Oleh : Hanif Ryanas (2215 105 077) BIDANG STUDI SISTEM PENGATURAN JURUSAN TEKNIK ELEKTRO INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit semula merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan-hutan maupun daerah semak belukar tetapi kemudian dibudidayakan. Sebagai tanaman

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ciparay, pada ketinggian sekitar 625 m, di atas permukaan laut dengan jenis tanah

BAB III METODE PENELITIAN. Ciparay, pada ketinggian sekitar 625 m, di atas permukaan laut dengan jenis tanah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di lahan sawah Sanggar Penelitian, Latihan dan Pengembangan Pertanian (SPLPP) Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Lebih terperinci

Bulan Basah (BB) : Bulan dengan curah hujan lebih dari 100 mm (jumlah curah hujan bulanan melebihi angka evaporasi).

Bulan Basah (BB) : Bulan dengan curah hujan lebih dari 100 mm (jumlah curah hujan bulanan melebihi angka evaporasi). 1. Klasifikasi Iklim MOHR (1933) Klasifikasi iklim di Indonesia yang didasrakan curah hujan agaknya di ajukan oleh Mohr pada tahun 1933. Klasifikasi iklim ini didasarkan oleh jumlah Bulan Kering (BK) dan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Tipe Pangkasan

PEMBAHASAN. Tipe Pangkasan 8 PEMBAHASAN Tanaman teh dibudidayakan untuk mendapatkan hasil produksi dalam bentuk daun (vegetatif). Fase vegetatif harus dipertahankan selama mungkin untuk mendapatkan hasil produksi yang tinggi dan

Lebih terperinci

IV. PEMBAHASAN. 4.1 Neraca Air Lahan

IV. PEMBAHASAN. 4.1 Neraca Air Lahan 3.3.2 Pengolahan Data Pengolahan data terdiri dari dua tahap, yaitu pendugaan data suhu Cikajang dengan menggunakan persamaan Braak (Djaenuddin, 1997) dan penentuan evapotranspirasi dengan persamaan Thornthwaite

Lebih terperinci

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

VI. KESIMPULAN DAN SARAN VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Dalam penelitian ini telah dilakukan suatu rangkaian penelitian yang mencakup analisis pewilayahan hujan, penyusunan model prediksi curah hujan, serta pemanfaatan

Lebih terperinci

PERENCANAAN KEBUTUHAN AIR PADA AREAL IRIGASI BENDUNG WALAHAR. Universitas Gunadarma, Jakarta

PERENCANAAN KEBUTUHAN AIR PADA AREAL IRIGASI BENDUNG WALAHAR. Universitas Gunadarma, Jakarta PERENCANAAN KEBUTUHAN AIR PADA AREAL IRIGASI BENDUNG WALAHAR 1 Rika Sri Amalia (rika.amalia92@gmail.com) 2 Budi Santosa (bsantosa@staff.gunadarma.ac.id) 1,2 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi 12 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Desa Negara Ratu Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Setyamidjaja (2006) menjelasakan taksonomi tanaman kelapa sawit (palm oil) sebagai berikut. Divisi : Spermatophyta Kelas : Angiospermae Ordo : Monocotyledonae Famili

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelapa sawit menjadi pemimpin dalam penghasil minyak nabati dunia (2006), dengan produksi 37,1 juta ton dari buah kelapa sawit dan lebih dari 4,3 juta ton dari kernel

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1.Neraca Air Lahan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Nilai evapotranspirasi dihitung berdasarkan persamaan (Penman 1948). Tabel 1. Hubungan antara rata-rata curah hujan efektif dengan evapotranspirasi Bulan

Lebih terperinci

STAF LAB. ILMU TANAMAN

STAF LAB. ILMU TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN CAHAYA Faktor esensial pertumbuhan dan perkembangan tanaman Cahaya memegang peranan penting dalam proses fisiologis tanaman, terutama fotosintesis, respirasi, dan transpirasi Fotosintesis

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Objek yang digunakan pada penelitian adalah tanaman bangun-bangun (Coleus amboinicus, Lour), tanaman ini biasa tumbuh di bawah pepohonan dengan intensitas cahaya yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. yang penting di Indonesia dan memiliki prospek pengembangan yang cukup

PENDAHULUAN. yang penting di Indonesia dan memiliki prospek pengembangan yang cukup 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jack.) merupakan salah satu komoditas yang penting di Indonesia dan memiliki prospek pengembangan yang cukup cerah. Indonesia merupakan produsen

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.. Parameter Curah Hujan model REMO Data curah hujan dalam keluaran model REMO terdiri dari 2 jenis, yaitu curah hujan stratiform dengan kode C42 dan curah hujan konvektif dengan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Data Iklim Lahan Penelitian, Kelembaban Udara (%)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Data Iklim Lahan Penelitian, Kelembaban Udara (%) HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Hasil analisis kondisi iklim lahan penelitian menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika setempat menunjukkan bahwa kondisi curah hujan, tingkat kelembaban,

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Waktu Pangkas

PEMBAHASAN. Waktu Pangkas PEMBAHASAN Pemangkasan merupakan salah satu kegiatan pemeliharaan yang dilakukan di kebun teh yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dengan menurunkan tinggi tanaman sampai ketinggian tertentu.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. yang semula berkembang dari buku di ujung mesokotil, kemudian set akar

TINJAUAN PUSTAKA. yang semula berkembang dari buku di ujung mesokotil, kemudian set akar TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Tanaman Jagung - Akar Jagung mempunyai akar serabut dengan tiga macam akar, yaitu akar seminal, akar adventif, dan akar kait atau penyangga. Akar seminal adalah akar yang

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit Kebun Percobaan Natar, Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar, Kabupaten

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit berasal dari benua Afrika. Delta Nigeria merupakan tempat dimana fosil tepung sari dari kala miosen yang bentuknya sangat mirip dengan

Lebih terperinci

ANALISA KETERSEDIAAN AIR

ANALISA KETERSEDIAAN AIR ANALISA KETERSEDIAAN AIR 3.1 UMUM Maksud dari kuliah ini adalah untuk mengkaji kondisi hidrologi suatu Wilayah Sungai yang yang berada dalam sauatu wilayah studi khususnya menyangkut ketersediaan airnya.

Lebih terperinci

KAT (mm) KL (mm) ETA (mm) Jan APWL. Jan Jan

KAT (mm) KL (mm) ETA (mm) Jan APWL. Jan Jan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kerentanan Produktifitas Tanaman Padi Analisis potensi kerentanan produksi tanaman padi dilakukan dengan pendekatan model neraca air tanaman dan analisis indeks kecukupan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE. Untuk menguji hipotesis penelitian, digunakan data berbagai variabel yang

BAB III BAHAN DAN METODE. Untuk menguji hipotesis penelitian, digunakan data berbagai variabel yang BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Untuk menguji hipotesis penelitian, digunakan data berbagai variabel yang dikumpulkan melalui dua percobaan yang telah dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama

Lebih terperinci

Hasil dari tabel sidik ragam parameter tinggi tanaman menunjukkan beda. nyata berdasarkan DMRT pada taraf 5 % (lampiran 8) Hasil rerata tinggi tanaman

Hasil dari tabel sidik ragam parameter tinggi tanaman menunjukkan beda. nyata berdasarkan DMRT pada taraf 5 % (lampiran 8) Hasil rerata tinggi tanaman IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Variabel Vegetatif Parameter pertumbuhan tanaman terdiri atas tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, berat segar tanaman, berat kering tanaman. 1. Tinggi tanaman (cm) Hasil

Lebih terperinci

BAB. V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB. V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB. V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Hasil análisis data penelitian dari masing-masing parameter adalah sebagai berikut: a. Hasil Analisis Kandungan Tabel 1. Tandan Kosong Kelapa Sawit *) Parameter

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Syarat Tumbuh 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit diklasifikasikan sebagai berikut : Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermae Ordo : Monocotyledonae Famili : Arecaceae Sub Famili

Lebih terperinci

Air dalam atmosfer hanya merupakan sebagian kecil air yang ada di bumi (0.001%) dari seluruh air.

Air dalam atmosfer hanya merupakan sebagian kecil air yang ada di bumi (0.001%) dari seluruh air. KELEMBABAN UDARA 1 Menyatakan Kandungan uap air di udara. Kelembapan adalah konsentrasi uap air di udara. Angka konsentasi ini dapat diekspresikan dalam kelembapan absolut, kelembapan spesifik atau kelembapan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa kombinasi pupuk Urea dengan kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per tanaman, jumlah buah per tanaman dan diameter

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk 12 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan mulai Februari-Agustus 2009 dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, Dramaga, Bogor. Areal penelitian bertopografi datar dengan jenis tanah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai dengan Januari 2014 di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai dengan Januari 2014 di 15 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai dengan Januari 2014 di Laboratorium Teknik Sumber Daya Air Universitas Lampung B. Alat dan

Lebih terperinci

Persamaan Regresi Prediksi Curah Hujan Bulanan Menggunakan Data Suhu dan Kelembapan Udara di Ternate

Persamaan Regresi Prediksi Curah Hujan Bulanan Menggunakan Data Suhu dan Kelembapan Udara di Ternate Statistika, Vol. 13 No. 1, 7 16 Mei 2013 Persamaan Regresi Prediksi Curah Hujan Bulanan Menggunakan Data Suhu dan Kelembapan Udara di Ternate Stasiun Meteorologi Depati Amir, Pangkalpinang Email: akhmad.fadholi@bmkg.go.id

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis 16 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar lumbung atau umbi. Menurut Sonhaji (2007) akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman. antara pengaruh pemangkasan dan pemberian ZPT paklobutrazol. Pada perlakuan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman. antara pengaruh pemangkasan dan pemberian ZPT paklobutrazol. Pada perlakuan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman Dari (tabel 1) rerata tinggi tanaman menunjukkan tidak ada interaksi antara pengaruh pemangkasan dan pemberian ZPT paklobutrazol. Pada perlakuan pemangkasan menunjukan

Lebih terperinci

ix

ix DAFTAR ISI viii ix x DAFTAR TABEL Tabel 1.1. Emisivitas dari permukaan benda yang berbeda pada panjang gelombang 8 14 μm. 12 Tabel 1.2. Kesalahan suhu yang disebabkan oleh emisivitas objek pada suhu 288

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi 24 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian BPTP Unit Percobaan Natar, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang Latar Belakang PENDAHULUAN Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu komoditas perkebunan unggulan, yang menghasilkan minyak nabati paling efisien yang produknya dapat digunakan dalam

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Tuan dengan ketinggian 25 mdpl, topografi datar dan jenis tanah alluvial.

III. BAHAN DAN METODE. Tuan dengan ketinggian 25 mdpl, topografi datar dan jenis tanah alluvial. III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di kebun Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan Percut Sei

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Produksi Serbuk Sari. Tabel 5. Jumlah dan Persentase Produksi Serbuk Sari. Progeni Nigeria Ghana Ekona Avros Dami Yangambi

PEMBAHASAN. Produksi Serbuk Sari. Tabel 5. Jumlah dan Persentase Produksi Serbuk Sari. Progeni Nigeria Ghana Ekona Avros Dami Yangambi 34 PEMBAHASAN Produksi Serbuk Sari Ketersediaan serbuk sari yang berkualitas merupakan salah satu faktor penting dalam proses produksi benih. Ketersediaan serbuk sari menentukan keberlangsungan produksi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2. Bahan dan Alat

III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2. Bahan dan Alat 11 III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November hingga Desember 2009. Pelaksanaan meliputi kegiatan lapang dan pengolahan data. Lokasi penelitian terletak

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium 14 TINJAUAN PUSTAKA Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Dalam dunia tumbuhan, tanaman bawang merah diklasifikasikan dalam Divisi : Spermatophyta ; Sub Divisi : Angiospermae ; Class : Monocotylodenae ;

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN A. Alat dan Bahan

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN A. Alat dan Bahan III. METODE PENELITIAN A. Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan adalah timbangan analitik, tabung reaksi, higrometer, altimeter, pipet berskala, labu ukur, oven, spektrofotometer, gunting, plastik, alat

Lebih terperinci

Materi 04 Pertimbangan dalam Pemilihan Komoditas. Benyamin Lakitan

Materi 04 Pertimbangan dalam Pemilihan Komoditas. Benyamin Lakitan Materi 04 Pertimbangan dalam Pemilihan Komoditas Benyamin Lakitan Dasar Pertimbangan Pertumbuhan dan perkembangan tanaman dipengaruhi oleh kondisi iklim (faktor iklim) Sebagian besar unsur hara yang dibutuhkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit Syarat Tumbuh Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit Syarat Tumbuh Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit Agribisnis kelapa sawit membutuhkan organisasi dan manajemen yang baik mulai dari proses perencanaan bisnis hingga penjualan crude palm oil (CPO) ke

Lebih terperinci

BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN. 4.2 ALAT DAN BAHAN 1) Rumah petani tradisional (Baduy) dan Modern

BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN. 4.2 ALAT DAN BAHAN 1) Rumah petani tradisional (Baduy) dan Modern BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 WAKTU DAN TEMPAT Penelitian dilaksanakan selama 3 hari terhitung mulai dari tanggal 4 Juni 2009 sampai dengan 7 Juni 2009. Bertempat disalah satu rumah petani modern dan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit Percobaan Natar, Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar,

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Data Yang Digunakan Dalam melakukan penelitian ini, penulis membutuhkan data input dalam proses jaringan saraf tiruan backpropagation. Data tersebut akan digunakan sebagai

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. dilaksanakan di lahan percobaan dan Laboratorium. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih pakcoy (deskripsi

MATERI DAN METODE. dilaksanakan di lahan percobaan dan Laboratorium. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih pakcoy (deskripsi III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan dan Laboratorium Agronomi Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berkurangnya jumlah curah hujan di bawah normal pada suatu periode atau biasa disebut dengan kekeringan meteorologis merupakan indikasi pertama yang selanjutnya mulai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Data rata-rata volume aliran permukaan pada berbagai perlakuan mulsa vertikal

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Data rata-rata volume aliran permukaan pada berbagai perlakuan mulsa vertikal 21 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.1 Aliran permukaan Data hasil pengamatan aliran permukaan pada setiap perlakuan disajikan pada Lampiran 4. Analisis ragam disajikan masing-masing pada Lampiran 11. Analisis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Kelapa sawit termasuk tanaman keras (tahunan) yang mulai menghasilkan pada umur 3 tahun dengan

Lebih terperinci

Pengelolaan Air Tanaman Jagung

Pengelolaan Air Tanaman Jagung Pengelolaan Air Tanaman Jagung M. Aqil, I.U. Firmansyah, dan M. Akil Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros PENDAHULUAN Salah satu upaya peningkatan produktivitas guna mendukung program pengembangan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAHAN DAN METODE

PENDAHULUAN BAHAN DAN METODE PENDAHULUAN Tebu ialah tanaman yang memerlukan hara dalam jumlah yang tinggi untuk dapat tumbuh secara optimum. Di dalam ton hasil panen tebu terdapat,95 kg N; 0,30 0,82 kg P 2 O 5 dan,7 6,0 kg K 2 O yang

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. menunjukkan bahwa penggunaan jenis mulsa dan jarak

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. menunjukkan bahwa penggunaan jenis mulsa dan jarak IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Tinggi Tanaman (cm ) Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa penggunaan jenis mulsa dan jarak tanam yang berbeda serta interaksi antara kedua perlakuan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. laut, dengan topografi datar. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2015 sampai

III. BAHAN DAN METODE. laut, dengan topografi datar. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2015 sampai 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian III. BAHAN DAN METODE Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan Percut

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata intensitas cahaya dan persentase penutupan tajuk pada petak ukur contoh mahoni muda dan tua

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata intensitas cahaya dan persentase penutupan tajuk pada petak ukur contoh mahoni muda dan tua IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Intensitas cahaya dan penutupan tajuk Cahaya digunakan oleh tanaman untuk proses fotosintesis. Semakin baik proses fotosintesis, semakin baik pula pertumbuhan tanaman (Omon

Lebih terperinci

Studi Optimasi Pola Tanam pada Daerah Irigasi Warujayeng Kertosono dengan Program Linier

Studi Optimasi Pola Tanam pada Daerah Irigasi Warujayeng Kertosono dengan Program Linier JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-30 Studi Optimasi Pola Tanam pada Daerah Irigasi Warujayeng Kertosono dengan Program Linier Ahmad Wahyudi, Nadjadji Anwar

Lebih terperinci

RESPON VARIETAS TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) TERHADAP CEKAMAN KEKERINGAN PADA FASE PERTUMBUHAN VEGETATIF

RESPON VARIETAS TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) TERHADAP CEKAMAN KEKERINGAN PADA FASE PERTUMBUHAN VEGETATIF RESPON VARIETAS TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) TERHADAP CEKAMAN KEKERINGAN PADA FASE PERTUMBUHAN VEGETATIF SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagai Prasyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Program

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada musim kemarau yaitu bulan Mei sampai Juli 2007 berlokasi di Laboratorium Lapangan Bagian Ternak Perah, Departemen Ilmu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan di Desa Luhu Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo. Waktu penelitian dari bulan Maret sampai bulan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Data penelitian yang diperoleh pada penelitian ini berasal dari beberapa parameter pertumbuhan anakan meranti merah yang diukur selama 3 bulan. Parameter yang diukur

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Daerah Irigasi Banjaran merupakan Daerah Irigasi terluas ketiga di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Daerah Irigasi Banjaran merupakan Daerah Irigasi terluas ketiga di BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Diskripsi Lokasi Studi Daerah Irigasi Banjaran merupakan Daerah Irigasi terluas ketiga di wilayah Kabupaten Banyumas dengan luas areal potensial 1432 ha. Dengan sistem

Lebih terperinci

Disampaikan oleh : Edison P. Sihombing dan Dimas H. Pamungkas

Disampaikan oleh : Edison P. Sihombing dan Dimas H. Pamungkas Pengaruh Anomali Iklim dan Pengaruhnya pada Produktivitas Kelapa Sawit Studi Kasus di Bangun Bandar Estate PT Socfin Indonesia Wisma Avros, PPKS. Medan, 21 Juli 2016 Workshop GAPKI Sumatera Utara Disampaikan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar Hasil Uji t antara Kontrol dengan Tingkat Kematangan Buah Uji t digunakan untuk membandingkan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Wilayah Pengembangan Tegallega pada Tahun

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Wilayah Pengembangan Tegallega pada Tahun V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Penghitungan Aspek Kependudukan Kependudukan merupakan salah satu bagian dari aspek sosial pada Wilayah Pengembangan Tegallega. Permasalahan yang dapat mewakili kondisi kependudukan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 52 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Data Land Surface Temperature (LST) MODIS pada Wilayah Penelitian 5.1.1 Gambaran Umum Data Land Surface Temperature (LST) MODIS LST MODIS merupakan suatu

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Pemberian Bahan Humat dengan Carrier Zeolit terhadap Jumlah Tandan Pemberian bahan humat dengan carrier zeolit tidak berpengaruh nyata meningkatkan jumlah tandan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sejauh ini, budidaya gandum di Indonesia terbatasi oleh musim hujan karena tanaman tersebut tidak tahan terhadap genangan air (Simanjuntak, 2002). Untuk mengetahui genotip gandum

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Penelitian dilakukan pada bulan April sampai dengan Juli 2013. Pada awal penanaman sudah memasuki musim penghujan sehingga mendukung pertumbuhan tanaman. Penyiraman

Lebih terperinci