BAB II SIFAT-SIFAT ZAT MURNI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II SIFAT-SIFAT ZAT MURNI"

Transkripsi

1 Yose Aun Cahyanta : Terodinaika I 9 BAB II SIFAT-SIFAT ZAT MURNI ZAT MURNI (PURE SUBSTANCE) Merupakan zat yan epunyai koposisi kiia yan tetap (stabil), isalnya : air (water), nitroen, heliu, dan CO. Zat urni bisa terdiri dari satu eleen kiia (N ) aupun capuran (udara).capuran dari beberapa ase zat urni adalah zat urni, contohnya capuran air dan uap air. Tetapi capuran dari udara cair dan as bukan zat urn karena susunan kiianya berubah atau berbeda. N Udara Vapor H O Liquid Vapor Udara Liquid Zat urni Bukan zat urni FASE dari ZAT MURNI Diidentiikasi berdasarkan susunan olekulnya. Solid (padat) : jarak antar olekul sanat dekat sehina aya tarik antar olekul sanat kuat, aka bentuknya tetap. Gaya tarik antara olekulolekul cenderun untuk epertahankannya pada jarak yan relati konstan.pada teperatur tini olekul elawan aya antar olekul dan terpencar. Liquid (cair) : Susunan olekul irip denan zat padat, tetapi terhadap yan lain sudah tidak tetap lai. Sekupulan olekul akan enaban satu saa lain. Gas : Jarak antar olekul berjauhan dan susunannya acak. Molekul bererak secara acak.

2 Yose Aun Cahyanta : Terodinaika I 10 PERUBAHAN FASA dari ZAT MURNI Seua zat urni epunyai epunyai kelakuan uu yan saa. Sebaai contoh air (water). State 1 : Pada state ini disebut copressed liquid atau subcooled liquid. Pada state ini penabahan panas hanya akan enaikkan teperatur tetapi belu enyebabkan terjadi penuapan (not about to aporize) State : Disebut saturated liquid (cairan jenuh). Pada state ini luida tepat akan berubah asenya. Penabahan panas sedikit saja akan enyebabkan terjadi penuapan (about to aporize). Akan enalai sedikit penabahan olue. State 3 : Disebut Saturated liquid - apor ixture (capuran uap - cairan jenuh). Pada keadaan ini uap dan cairan jenuh berada dala kesetibanan. Penabahan panas tidak akan enaikkan teperatur tetapi hanya enabah julah penuapan. State 4 : Capuran tepat berubah jadi uap seluruhnya, disebut saturated apor (uap jenuh). Pada keadaan ini penuranan panas akan enyebabkan terjadi penebunan ( about to condense ). State 5 : Disebut superheated apor (uap panas lanjut). Penabahan panas akan enyebabkan kenaikkan suhu dan olue.. Gabar.1 Peanasan Air pada tekanan konstan

3 Yose Aun Cahyanta : Terodinaika I 11 Proses-proses tersebut di atas dapat diabarkan dala diara T -. Diara ini enabarkan perubahan-perubahan teperatur dan olue jenis.. Gabar. Diara T- proses perubahan ase air pada tekanan konstan Proses adalah peanasan pada tekanan konstan Proses adalah pendininan pada tekanan konstan PROPERTY DIAGRAM ( DIAGRAM SIFAT) Diara T - Gabar.3 Diara T- perubahan ase zat urni (air) pada berbaai ariasi tekanan

4 Yose Aun Cahyanta : Terodinaika I 1 Dari abar.3 dapat dilihat bahwa seakin tini tekanan air aka seakin tini pula titik didihnya. T sat erupakan unsi dari P sat,(t sat = P sat ) T sat = Saturation teperature, teperatur saat zat urni berubah phase pada tekanan tertentu. P sat = Saturation pressure, tekanan saat zat urni berubah phase pada teperatur tertentu. Garis yan enhubunkan keadaan cair jenuh dan uap jenuh akan seakin pendek jika tekanannya akin besar. Pada tekanan tertentu (,09 MPa) keadaan cair jenuh dan uap jenuh berada pada satu titik. Titik ini disebut titik kritis (critical point). Untuk air (water) : T cr = 374,14 o C ; P cr =,09 MPa. ; cr = 0, /k. Jika titik-titik pada keadaan cair jenuh dihubunkan aka diperoleh aris cair jenuh. Jika titik-titik pada keadaan uap jenuh dihubunkan aka diperoleh aris uap jenuh. Kedua aris ini berteu di titik kritis. Gabar.4 Diara T- zat urni Di atas titik tekanan kritis proses perubahan dari cair enjadi uap tidak lai terlihat jelas/nyata. Terjadi perubahan secara spontan dari cair enjadi uap.

5 Yose Aun Cahyanta : Terodinaika I 13 Diara P - Gabar.5 Diara P- zat urni Bentuk dari diara P- irip denan diara T-. Pada diara P- aris teperatur konstan epunyai trend enurun sedankan pada diara T- aris tekanan konstan epunyai trend enaik. Diara P - dan P-T ase padat, cair dan as Menecil sewaktu ebeku Kebanyakan zat urni akan enyusut saat ebeku. Gabar.6 Diara P- zat urni yan enyusut saat ebeku

6 Yose Aun Cahyanta : Terodinaika I 14 Meneban sewaktu ebeku Gabar.7 Diara P- zat urni yan eneban saat ebeku (contohnya adalah air) Pada kondisi tertentu ase padat, cair dan as berada dala kesetibanan. Pada diara P- dan T- keadaan ini akan ebentuk suatu aris yan disebut Triple line. Dala diara P-T keadaan ini napak sebaai suatu titik dan disebut Triple point. Triple point air adalah T TR = 0,01 o C dan PTR = 0,06113 kpa. Gabar.8 Diara P- T zat urni (diara ase)

7 Yose Aun Cahyanta : Terodinaika I 15 Diara P-T serin disebut sebaai diara ase karena dala diara P- T, antar tia ase dipisahkan secara jelas, asin-asin denan sebuah aris. Ketia aris berteu di triple point. Garis penuapan (aporisation) berakhir di titik kritis karena tidak ada batas yan jelas antara ase cair dan ase uap. Tidak ada zat yan berada pada ase cair jika tekanannya berada di bawah tekanan Triple point. Ada dua cara zat padat berubah enjadi uap Pertaa elalui proses encair keudian enuap dan kedua ase padat berubah lansun enjadi ase as (disebut enyubli). Menyubli hanya dapat terjadi pada tekanan di bawah tekanan Triple point. Diara P - - T a. Menyusut saat ebeku b. Meneban saat ebeku Gabar.8 Diara P- T zat urni (diara ase) PROPERTY TABEL (TABEL SIFAT-SIFAT THERMODINAMIKA) Sebaai contoh akan dibahas tabel air (water), untuk zat yan lain analo. Tabel jenuh air (saturated water table) : Pada proses perubahan ase teperatur dan tekanan erupakan ariabel yan salin terantun (dependent ariable). Oleh karena itu disusun dua tabel yaitu tabel denan teperatur sebaai ariable bebas dan tabel denan tekanan sebaai ariabel bebas.

8 Yose Aun Cahyanta : Terodinaika I 16 Tabel Teperatur Tabel Tekanan

9 Yose Aun Cahyanta : Terodinaika I 17 Volue jenis untuk ase cair jenuh indeks = luid : cairan jenuh (, u, h, s ) h = as : uap jenuh (, u, h, s ) Volue jenis untuk ase uap jenuh = luid - as : selisih antara hara uap jenuh dan cairan jenuh ( = - ; u = u - u ; h = h - h ; s = s - s ) = entalpi penuapan(latent heat o aporisation) yaitu julah eneri yan diperlukan untuk enuapkan satu satuan assa cairan pada suatu teperatur dan tekanan tertentu. Jika tekanan dan teperatur bertabah aka h akan berkuran, dan pada titik kritik haranya nol ( h = 0 ). Enthalpy erupakan abunan antara eneri dala, tekanan dan olue. H = U + P V atau h = u + P Capuran uap dan cairan jenuh (saturated liquid apor ixture) Pada proses penuapan zat cair dan uap berada pada kesetibanan atau zat berada pada ase cair dan ase uap secara bersaa-saa. Untuk elakukan analisa pada ase ini diunculkan suatu besaran yan disebut kualitas uap (raksi uap). X = apor total X = kualitas uap (quality)

10 Yose Aun Cahyanta : Terodinaika I 18 Gabar.9 Capuran cair jenuh dan uap total = liq + apor = + V = V V = a a a = assa ; liq = cair ; apor = uap + V a = ; V.. = = - = = 1 = 1 X = = = (1 X) + X + X ;V + X ( ) =. Siat-siat terodinaika suatu capuran cair jenuh dan uap denan kualitas X : u = u = u + X u a h = h = h + X h a s = s = s + X s a secara uu y = y + X y

11 Yose Aun Cahyanta : Terodinaika I 19 Fraksi uap dapat dinyatakan Gabar.10 Kualitas (raksi) uap X = y - y y Superheated apor (uap panas lanjut) Daerah di sebelah kanan aris uap jenuh.

12 Yose Aun Cahyanta : Terodinaika I 0 Copressed liquid Daerah di sebelah kiri aris cair jenuh. Apabila tabel Copressed liquid tidak dijupai aka nilai properti didekati sebaai properti pada keadaan cair jenuh berdasarkan teperatur y T Atau untuk entalpi didekati denan Tabel Karakteristik tiap ase Gien Copressed liquid Saturated liquid Liquid - apor ixture Saturated apor superheated apor T P > P P = P P = P P = P P < P sat sat sat sat sat P T < T T = T T = T T = T T > T sat sat sat sat sat P, T < = < < = > P, T u < u u = u u < u <u u = u u > u P, T h < h h = h h < h <h h = h h > h P, T s < s s = s s < s <s s = s s > s Cara Menunakan Tabel Untuk ebaca nilai properti unakan tabel sesuai asenya. Fase suatu zat ditentukan denan cara ebandinkan properti yan diketahui denan properti pada keadaan jenuh (lihat karakteristik tiap ase).

13 Yose Aun Cahyanta : Terodinaika I 1 PERSAMAAN GAS IDEAL Persaaan keadaan (equation o state) : persaaan yan enhubunkan tekanan, teperatur dan olue jenis suatu zat. ase uap suatu zat disebut as jika berada di atas teperatur kritis. apor (uap) : as yan tidak jauh dari keadaan kondensasi Robert Boyle (Inris, 166) : P ~ J. Charles dan J. Gay Lussac (Perancis 1810) : P = R P = R T Persaaan as ideal P = Tekanan absolut : Tekanan terukur + tekanan atosir T = Teperatur absolut ( K atau R) = Volue jenis R = konstante as : udara R = 87 J/(k K) 1 T heliu R = 077 J/(k K) aron R = 08 J/(k K) nitroen R = 96 J/(k K) RU R = M R U = konstanta as uu = 8,314 kj/(k ol K) M = olar ass (berat olekul) assa siste : = M N = 1,986 Btu/(lb ol R) ; N = julah olekul V = P V = R T R = M N R = N R U P V = N R U T V = N P = R U T = olue jenis olekul ( olue tiap satuan ole ) Untuk ixed ass syste : PV T PV 1 = = R T

14 Yose Aun Cahyanta : Terodinaika I Gabar.11 Penyipanan nilai olue jenis denan asusi stea sebaai as ideal dibandin tabel tabel ideal Percent error = x 100% tabel Pada tekanan rendah dan teperatur tini as dapat dianap sebaai as ideal. Awas : Uap air bukan as ideal. Untuk uap air janan unakan persaaan as ideal. Di sekitar aris uap jenuh kesalahan besar. FAKTOR KOMPRESIBILITAS (Z) Merupakan tolok ukur penyipanan terhadap siat as ideal.

15 Yose Aun Cahyanta : Terodinaika I 3 P Z = R T P = Z R T actual Z = ideal Variable kunci : ; ideal RT = P * Reduced Pressure (tekanan tereduksi) * Reduced Teperature (suhu tereduksi) P PR = PCR T TR = T Z untuk seua as saa pada P R dan TR yan saa ( Principle o correspondin states) Catatan : 1. P << 1 (reardless teperatur) : endekati as ideal R. Teperatur tini ( T R > ) : epunyai ketelitian yan baik tanpa eperhatikan tekanannya, kecuali untuk P >> 1. R 3. Deiasi dari as ideal akan seakin besar bila dekat denan titik kritis. CR Gabar.1 Perbandinan nilai-nilai Z dari berbaai as

16 Yose Aun Cahyanta : Terodinaika I 4 PERSAMAAN KEADAAN YANG LAIN 1. Persaaan Van Der Waals (1873) a P + ( b) = R T 7 R TCR a = 64 PCR R TCR b = 8 PCR a = penaruh aya - aya antar olekul. b = penaruh olue ruan yan ditepati olekul as.. Persaaan Beeattie - Bridean (198) Disusun dari raik yan diperoleh dari data eksperien R U T (1- ε ) P = ( + B) - a A = A o (1- ) b B = Bo (1- ) c ε = 3 T A Persaaan Beattie - Bridean diunakan untuk assa jenis kuran dari assa jenis pada titik kritis. Untuk assa jenis yan lebih besar dapat diunakan persaaan Benedict - Webb - Rubin. 3. Persaaan Benedict - Webb - Rubin (1940) R UT P = + BoR 3 c T U γ 1 + T A e γ o C T o 1 bru T α aα

17 Yose Aun Cahyanta : Terodinaika I 5 Gabar.14 Penyipanan nilai olue jenis Nitroen denan enunakan persaaan dibandin tabel tabel persaaan Percent error = x 100% tabel.

BAB II Model Aliran Multifasa Dalam Pipa

BAB II Model Aliran Multifasa Dalam Pipa BAB II Model Aliran Multifasa Dala Pipa Sebelu elakukan proses optiasi diaeter pipa transisi inyak dibutuhkan beberapa odel ateatika untuk enyelesaikan hal-hal yan epenaruhi biaya total. Pihak produsen

Lebih terperinci

Bidang Fisika yg mempelajari tentang gerak tanpa mengindahkan penyebab munculnya gerak dinamakan Kinematika.

Bidang Fisika yg mempelajari tentang gerak tanpa mengindahkan penyebab munculnya gerak dinamakan Kinematika. idan isika y epelajari tentan erak tanpa enindahkan penyebab unculnya erak dinaakan Kineatika. idan isika y epelajari tentan erak beserta penyebab unculnya erak dinaakan Dinaika. Huku Newton tentan Gerak

Lebih terperinci

III ZAT MURNI (PURE SUBSTANCE)

III ZAT MURNI (PURE SUBSTANCE) III ZAT MURNI (PURE SUBSTANCE) Tujuan Instruksional Khusus: Mahasiswa mampu 1. menjelaskan karakteristik zat murni dan proses perubahan fasa 2. menggunakan dan menginterpretasikan data dari diagram-diagram

Lebih terperinci

Xpedia Fisika. Mekanika 02

Xpedia Fisika. Mekanika 02 Xpedia Fisika Mekanika 02 Doc. Nae: XPFIS0102 Version: 2012-07 halaan 1 01. Gaya yan dibutuhkan untuk enerakan bola hoki berassa 0,1 k konstan pada kecepatan 5 /s di atas perukaan licin adalah... (A) Nol

Lebih terperinci

TERMODINAMIKA TEKNIK II

TERMODINAMIKA TEKNIK II DIKTAT KULIAH TERMODINAMIKA TEKNIK II TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DARMA PERSADA 2005 i DIKTAT KULIAH TERMODINAMIKA TEKNIK II Disusun : ASYARI DARAMI YUNUS Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Energi atahari sebagai suber energi pengganti tidak bersifat polutif, tak dapat habis, serta gratis dan epunyai prospek yang cukup baik untuk dikebangkan. Apalagi letak geografis

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembekuan

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembekuan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pebekuan Pebekuan berarti peindahan panas dari bahan yang disertai dengan perubahan fase dari cair ke padat dan erupakan salah satu proses pengawetan yang uu dilakukan untuk penanganan

Lebih terperinci

B C D E... 2h g. =v 2h g T AB. B, y. = 2 v' =2e v 2h T BC

B C D E... 2h g. =v 2h g T AB. B, y. = 2 v' =2e v 2h T BC 1. Gerak benda di antara tubukan erupakan erak parabola. Sebut posisi ula-ula benda adalah titik A, posisi terjadinya tubukan pertaa kali adalah titik B, posisi terjadi tubukan kedua kalinya adalah titik

Lebih terperinci

METHODIST-2 EDUCATION EXPO 2016

METHODIST-2 EDUCATION EXPO 2016 TK/SD/SMP/SMA Methodist- Medan Jalan M Tharin No. 96 Medan Kota - 01 T: (+661)46 81 METODIST- EDUCATION EXPO 016 Loba Sains Plus Antar Pelajar Tinkat SMA se-suatera Utara NASKA SOAL FISIKA - Petunjuk Soal

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Pipa Kapiler yang Dililitkan pada Line Suction Terhadap Performansi Mesin Pendingin 1)

Analisis Pengaruh Pipa Kapiler yang Dililitkan pada Line Suction Terhadap Performansi Mesin Pendingin 1) JURNAL TEKNIK MESIN Vol 4, No 2, Oktober 2002: 94 98 Analisis Pengaruh Pipa Kapiler yang Dililitkan pada Line Suction Terhadap Perforansi Mesin Pendingin ) Ekadewi Anggraini Handoyo Dosen Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

MAKALAH TERMODINAMIKA TEKNIK KIMIA

MAKALAH TERMODINAMIKA TEKNIK KIMIA MAKALAH TERMODINAMIKA TEKNIK KIMIA PEMICU I : SIFAT PVT Kelompok 3 Nahida Rani (1106013555) Nuri Liswanti Pertiwi (1106015421) Rizqi Pandu Sudarmawan (0906557045) Sulaeman A S (0906557051) Sony Ikhwanuddin

Lebih terperinci

dimana p = massa jenis zat (kg/m 3 ) m= massa zat (kg) V= Volume zat (m 3 ) Satuan massa jenis berdasarkan Sistem Internasional(SI) adalah kg/m 3

dimana p = massa jenis zat (kg/m 3 ) m= massa zat (kg) V= Volume zat (m 3 ) Satuan massa jenis berdasarkan Sistem Internasional(SI) adalah kg/m 3 Zat dan Wujudnya Massa Jenis Jika kau elihat kapas yang berassa 1 kg dan batu berassa 1 kg, apa ada di benaku? Massa Jenis adalah perbandingan antara assa benda dengan volue benda Massa jenis zat tidak

Lebih terperinci

Kebergantungan Faktor Pengisian (Fill Factor) Sel Surya Terhadap Besar Celah Pita Energi Material Semikonduktor Pembuatnya : Suatu Tinjauan Matematika

Kebergantungan Faktor Pengisian (Fill Factor) Sel Surya Terhadap Besar Celah Pita Energi Material Semikonduktor Pembuatnya : Suatu Tinjauan Matematika Keberantunan Faktor Penisian (Fill Factor) Sel Surya Terhadap Besar Celah Pita Eneri Material Seikonduktor Pebuatnya : Suatu Tinjauan Mateatika Dadi Rusdiana Jurusan Fisika FPMPA UP, Jl Dr Setiabudhi 9

Lebih terperinci

LTM TERMODINAMIKA TEKNIK KIMIA Pemicu

LTM TERMODINAMIKA TEKNIK KIMIA Pemicu EFEK P&T, TITIK KRITIS, DAN ANALISI TRANSIEN Oleh Rizqi Pandu Sudarmawan [0906557045], Kelompok 3 I. Efek P dan T terhadap Nilai Besaran Termodinamika Dalam topik ini, saya akan meninjau bagaimana efek

Lebih terperinci

WUJUD ZAT. 1. Fasa, Komponen dan Derajat Bebas

WUJUD ZAT. 1. Fasa, Komponen dan Derajat Bebas WUJUD ZAT 1. Fasa, Komponen dan Derajat Bebas 1.1 Jumlah Fasa (P) Fasa adalah bagian dari sistem yang bersifat homogen, dan dipisahkan dari bagian sistem yang lain dengan batas yang jelas. Jumlah Fasa

Lebih terperinci

BAB III PEMODELAN SISTEM DINAMIK PLANT. terbuat dari acrylic tembus pandang. Saluran masukan udara panas ditandai dengan

BAB III PEMODELAN SISTEM DINAMIK PLANT. terbuat dari acrylic tembus pandang. Saluran masukan udara panas ditandai dengan BAB III PEMODELAN SISTEM DINAMIK PLANT 31 Kriteria rancangan plant Diensi plant yang dirancang berukuran 40cx60cx50c, dinding terbuat dari acrylic tebus pandang Saluran asukan udara panas ditandai dengan

Lebih terperinci

Diktat TERMODINAMIKA DASAR

Diktat TERMODINAMIKA DASAR Bab I KONSEP DASAR THERMODINAMIKA 1.1 DEFINISI DAN APLIKASI THERMODINAMIKA Thermodinamika adalah ilmu tentang energi, yang secara spesific membahas tentang hubungan antara energi panas dengan kerja. Seperti

Lebih terperinci

PERCOBAAN 3 RANGKAIAN PENGUAT COMMON DRAIN (SOURCE FOLLOWER)

PERCOBAAN 3 RANGKAIAN PENGUAT COMMON DRAIN (SOURCE FOLLOWER) PERCOBAAN 3 RANGKAIAN PENGUAT COMMON DRAIN (OURCE FOLLOWER) 3.1Tujuan : 1) Mendeonstrasikan prinsip kerja dan karakteristik dari rankaian penuat coon drain sinyal kecil. 2) Investiasi penaruh dari penuatan

Lebih terperinci

4 MESIN PENDINGIN ADSORPSI

4 MESIN PENDINGIN ADSORPSI 4 MESIN PENDINGIN ADSORPSI Pendahuluan Pendininan erupakan suatu prses peneluaran panas dari suatu benda dibawah suhu linkunannya. Dala penananan pasca panen, prses pendininan diunakan untuk enekan laju

Lebih terperinci

KIMIA FISIKA I TC Dr. Ifa Puspasari

KIMIA FISIKA I TC Dr. Ifa Puspasari KIMIA FISIKA I TC20062 Dr. Ifa Puspasari TEORI KINETIK GAS (1) Dr. Ifa Puspasari Apa itu Teori Kinetik? Teori kinetik menjelaskan tentang perilaku gas yang didasarkan pada pendapat bahwa gas terdiri dari

Lebih terperinci

Gambar II.1. Skema Sistem Produksi

Gambar II.1. Skema Sistem Produksi Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Sistem Produksi Sistem produksi minyak merupakan jarinan pipa yan berunsi untuk menalirkan luida (minyak) dari reservoir ke separator. Reservoir terletak di bawah permukaan

Lebih terperinci

Bahan Ajar Fisika Teori Kinetik Gas Iqro Nuriman, S.Si, M.Pd TEORI KINETIK GAS

Bahan Ajar Fisika Teori Kinetik Gas Iqro Nuriman, S.Si, M.Pd TEORI KINETIK GAS Bahan ja Fisika eoi Kinetik Gas Iqo uian, S.Si,.Pd EORI KIEIK GS Pendahuluan Gas eupakan zat dengan sifat sifatnya yang khas diana olekul atau patikelnya begeak bebas. Banyak gajala ala yang bekaitan dengan

Lebih terperinci

SOLUSI. m θ T 1. atau T =1,25 mg. c) Gunakan persaman pertama didapat. 1,25 mg 0,75mg =0,6 m 2 l. atau. 10 g 3l. atau

SOLUSI. m θ T 1. atau T =1,25 mg. c) Gunakan persaman pertama didapat. 1,25 mg 0,75mg =0,6 m 2 l. atau. 10 g 3l. atau SOLUSI. a) Gambar diaram aya diberikan pada ambar di sampin. b) Anap teanan tali yan membentuk sudut θ adalah terhadap horizontal adalah T. Anap teanan tali yan mendatar adalah T. Gaya yan bekerja pada

Lebih terperinci

BAB VI SUHU DAN KALOR

BAB VI SUHU DAN KALOR BAB VI SUHU DAN KALOR STANDAR KOMPETENSI : 5. Meneapkan konsep dan prinsip kalor, konservasi energi dan suber energi dengan berbagai perubahannya dala esin kalor. Kopeensi Dasar : 5.1 Melakukan percobaan

Lebih terperinci

LAMPIRAN B PERHITUNGAN

LAMPIRAN B PERHITUNGAN LAMPIRAN B PERHITUNGAN 1. Perhitungan Design Mol biogas = Target biogass / B capuran = 75 kg / 24,448 ol = 3,067 kol = 3.067 a. Menghitung biogas yang dihasilkan secara teoritis. Target biogas = 75 kg

Lebih terperinci

KAJI NUMERIK PORTABLE PORTABLE COLD STORAGE TERMOELEKTRIK TEC

KAJI NUMERIK PORTABLE PORTABLE COLD STORAGE TERMOELEKTRIK TEC KAJI NUMERIK PORTABLE PORTABLE COLD STORAGE TERMOELEKTRIK TEC1-12706 Denny M. E Soedjono (1), Joko Sarsetiyanto (2), Dedy Zulhidayat Noor (3), Davit Priabodo 4) 1),2),3),4) Progra Studi D3 Teknik Mesin

Lebih terperinci

Makalah Termodinamika Pemicu 4: Kesetimbangan Fasa Uap-Cair

Makalah Termodinamika Pemicu 4: Kesetimbangan Fasa Uap-Cair Makalah Termodinamika Pemicu 4: Kesetimbangan Fasa Uap-Cair Kelompok 3 Nahida Rani (1106013555) Nuri Liswanti Pertiwi (1106015421) Rizqi Pandu Sudarmawan (0906557045) Sony Ikhwanuddin (1106052902) Sulaeman

Lebih terperinci

Studi Eksperimen Pengaruh Variasi Kecepatan Putaran Kompresor Pada Sistem Pengkondisian Udara Dengan Pre-Cooling

Studi Eksperimen Pengaruh Variasi Kecepatan Putaran Kompresor Pada Sistem Pengkondisian Udara Dengan Pre-Cooling JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No., (016) ISSN: 337-3539 (301-971 Print) F-84 Studi Eksperien Pengaruh Variasi Kecepatan Putaran Kopresor Pada Siste Pengkondisian Udara Dengan Pre-Cooling Fariz Ibrohi dan Ary

Lebih terperinci

Studi Eksperimen Pengaruh Dimensi Pipa Kapiler Pada Sistem Air Conditioning Dengan Pre-Cooling

Studi Eksperimen Pengaruh Dimensi Pipa Kapiler Pada Sistem Air Conditioning Dengan Pre-Cooling JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No., (016) ISSN: 337-3539 (301-971 Print) A-918 Studi Eksperien Pengaruh Diensi Pipa Kapiler Pada Siste Air Conditioning Dengan Pre-Cooling Awan Satya Darawan dan Ary Bachtiar

Lebih terperinci

Fluida. Pada temperatur normal, zat dapat berwujud: Fluida

Fluida. Pada temperatur normal, zat dapat berwujud: Fluida LUID luia aa teperatur noral, zat apat erwuju: luia? aatan/soli Cair/Liqui Gas luia Zat an apat enalir an eiliki entuk seperti waah an enapunna to-ato an olekul-olekul eas ererak luia okok ahasan luia

Lebih terperinci

OVERVIEW Persamaan keadaan adalah persamaan yang menyatakan hubungan antara state variable

OVERVIEW Persamaan keadaan adalah persamaan yang menyatakan hubungan antara state variable OERIEW ersamaan keadaan adalah persamaan yang menyatakan huungan antara state variale yang menggamarkan keadaan dari suatu sistem pada kondisi fisik tertentu State variale adalah property dari sistem yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. PENDAHULUAN Tujuan utaa dari penelitian tentang koposit lainat hibrid ini adalah eneukan etode baru pebuatan koposit lainat hibrid dala asa padat. Partikel SiC dan Al

Lebih terperinci

Konsep Gaya Hukum Newton I Massa Gaya grafitasi dan Berat Hukum Newton III Analisa Model dengan HK Newton II Gaya gesek

Konsep Gaya Hukum Newton I Massa Gaya grafitasi dan Berat Hukum Newton III Analisa Model dengan HK Newton II Gaya gesek 8//0 Konsep Gaa Huku Newton I Massa Gaa rafitasi dan Berat Huku Newton III Analisa Model denan HK Newton II Gaa esek Konsep Gaa Pada kuliah sebeluna, kita telah ebahas erak suatu objek dala hal posisi,

Lebih terperinci

Chapter 6. Gas. Copyright The McGraw-Hill Companies, Inc. Permission required for reproduction or display.

Chapter 6. Gas. Copyright The McGraw-Hill Companies, Inc. Permission required for reproduction or display. Chapter 6 Gas Copyright The McGraw-Hill Companies, Inc. Permission required for reproduction or display. Beberapa zat yang berwujud gas pada suhu 25 0 C dan tekanan 1 Atm 5.1 1 5.1 Sifat-sifat fisis yang

Lebih terperinci

Gerak Harmonik Sederhana Pada Ayunan

Gerak Harmonik Sederhana Pada Ayunan Gerak Haronik Sederhana Pada Ayunan Setiap gerak yang terjadi secara berulang dala selang waktu yang saa disebut gerak periodik. Karena gerak ini terjadi secara teratur aka disebut juga sebagai gerak haronik/haronis.

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WATER CHILLER

KARAKTERISTIK WATER CHILLER Karakteristik Water Chiller (PK Purwadi dan Wibowo Kusbandono KARAKTERISTIK WATER CHILLER PK Purwadi dan Wibowo Kusbandono ABSTRACT The quantities of cooling load and the condition of air in air conditioning

Lebih terperinci

STUDI ABSORPSI CO 2 MENGGUNAKAN KOLOM GELEMBUNG BERPANCARAN JET (JET BUBBLE COLUMN)

STUDI ABSORPSI CO 2 MENGGUNAKAN KOLOM GELEMBUNG BERPANCARAN JET (JET BUBBLE COLUMN) MAKARA, TEKNOLOGI, VOLUME 1, NO. 1, ARIL 8: 317 STUDI ABSORSI O MENGGUNAKAN KOLOM GELEMBUNG BERANARAN JET (JET BUBBLE OLUMN) Setiadi, Nita Tania H., Hantizen, dan Dijan Supraono Departeen Teknik Kiia,

Lebih terperinci

FISIKA 2. Pertemuan ke-4

FISIKA 2. Pertemuan ke-4 FISIKA 2 Pertemuan ke-4 Teori Termodinamika Bila suatu campuran memenuhi sifat ideal, baik fasa gas dan fasa cairannya, maka hubungan keseimbangannya dapat dinyatakan dengan Hukum Raoult dan Dalton: dengan

Lebih terperinci

SUHU DAN KALOR OLEH SAEFUL KARIM JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA FPMIPA UPI

SUHU DAN KALOR OLEH SAEFUL KARIM JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA FPMIPA UPI SUHU DAN KALOR OLEH SAEFUL KARIM JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA FPMIPA UPI SUHU DAN PENGUKURAN SUHU Untuk mempelajari KONSEP SUHU dan hukum ke-nol termodinamika, Kita perlu mendefinisikan pengertian sistem,

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN SIMULASI MODEL HODGKIN-HUXLEY

BAB 3 ANALISIS DAN SIMULASI MODEL HODGKIN-HUXLEY BAB 3 ANALISIS DAN SIMULASI MODEL HODGKIN-HUXLEY 3.1 Analisis Dinaika Model Hodgkin Huxley Persaaan Hodgkin-Huxley berisi epat persaaan ODE terkopel dengan derajat nonlinear yang tinggi dan sangat sulit

Lebih terperinci

SOAL-JAWAB UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2015 TINGKAT KABUPATEN / KOTA FISIKA. Waktu : 3 jam

SOAL-JAWAB UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2015 TINGKAT KABUPATEN / KOTA FISIKA. Waktu : 3 jam SOAL-JAWAB UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 05 TINGKAT KABUPATEN / KOTA FISIKA Waku : 3 ja KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN

Lebih terperinci

pengukuran karakteristik I-V transistor. Kemudian dilanjutkan dengan penyesuaian (fitting) hasil tersebut menggunakan model TOM.

pengukuran karakteristik I-V transistor. Kemudian dilanjutkan dengan penyesuaian (fitting) hasil tersebut menggunakan model TOM. BAB III HASIL DAN DISKUSI Bab ini berisi hasil dan diskusi. Pekerjaan penelitian dimulai denan melakukan penukuran karakteristik I-V transistor. Kemudian dilanjutkan denan penyesuaian (fittin hasil tersebut

Lebih terperinci

RANCANGAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR (SATUAN ACUAN PERKULIAHAN) Kode MK/SKS : TM 322/2 SKS

RANCANGAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR (SATUAN ACUAN PERKULIAHAN) Kode MK/SKS : TM 322/2 SKS RANCANGAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR (SATUAN ACUAN PERKULIAHAN) Mata Kuliah : Thermodinamika Teknik Kode MK/SKS : TM 322/2 SKS Pokok Bahasan dan Sub Tujuan Instruktusional Umum (TIU) Bantuk Alat Bantu Bahan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE HOMOTOPI PADA MASALAH PERAMBATAN GELOMBANG INTERFACIAL

PENGGUNAAN METODE HOMOTOPI PADA MASALAH PERAMBATAN GELOMBANG INTERFACIAL PENGGUNAAN METODE HOMOTOPI PADA MASALAH PERAMBATAN GELOMBANG INTERFACIAL JAHARUDDIN Departeen Mateatika Fakultas Mateatika Ilu Pengetahuan Ala Institut Pertanian Bogor Jl Meranti, Kapus IPB Daraga, Bogor

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH GANGGUAN HEAT TRANSFER KONDENSOR TERHADAP PERFORMANSI AIR CONDITIONING. Puji Saksono 1) ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH GANGGUAN HEAT TRANSFER KONDENSOR TERHADAP PERFORMANSI AIR CONDITIONING. Puji Saksono 1) ABSTRAK ANALISIS PENGARUH GANGGUAN HEAT TRANSFER KONDENSOR TERHADAP PERFORMANSI AIR CONDITIONING Puji Saksono 1) ABSTRAK Kondensor erupakan alat penukar kalor pada sisti refrigerasi yang berfungsi untuk elepaskan

Lebih terperinci

PENGARUH WATER STORAGE VOLUME TERHADAP UNJUK KERJA SOLAR ASSISTED HEAT PUMP WATER HEATER (SAHPWH) MENGGUNAKAN HFC-134a

PENGARUH WATER STORAGE VOLUME TERHADAP UNJUK KERJA SOLAR ASSISTED HEAT PUMP WATER HEATER (SAHPWH) MENGGUNAKAN HFC-134a PENGARUH WATER STORAGE VOLUME TERHADAP UNJUK KERJA SOLAR ASSISTED HEAT PUMP WATER HEATER (SAHPWH) MENGGUNAKAN HFC-34a Wibawa Endra J, Tri Istanto Staf Pengajar - Jurusan Teknik Mesin - Fakultas Teknik

Lebih terperinci

Semua zat dibagi menjadi 3 kelompok yaitu padat, cair, dan gas. Berikut adalah sifat-sifat dari ketiga kelompok zat tersebut.

Semua zat dibagi menjadi 3 kelompok yaitu padat, cair, dan gas. Berikut adalah sifat-sifat dari ketiga kelompok zat tersebut. Oleh : Rully Afis Hardiani Kelas : 1 D GAS IDEAL dan GAS NYATA Semua zat dibagi menjadi 3 kelompok yaitu padat, cair, dan gas. Berikut adalah sifat-sifat dari ketiga kelompok zat tersebut. Berikut adalah

Lebih terperinci

Jadi F = k ρ v 2 A. Jika rapat udara turun menjadi 0.5ρ maka untuk mempertahankan gaya yang sama dibutuhkan

Jadi F = k ρ v 2 A. Jika rapat udara turun menjadi 0.5ρ maka untuk mempertahankan gaya yang sama dibutuhkan Kumpulan soal-soal level seleksi Kabupaten: 1. Sebuah pesawat denan massa M terban pada ketinian tertentu denan laju v. Kerapatan udara di ketinian itu adalah ρ. Diketahui bahwa aya ankat udara pada pesawat

Lebih terperinci

OPTIMISASI SISTEM TRANSPORTASI MINYAK TITIK TUANG TINGGI: STUDI KASUS LAPANGAN X

OPTIMISASI SISTEM TRANSPORTASI MINYAK TITIK TUANG TINGGI: STUDI KASUS LAPANGAN X IATMI 2006-TS-30 PROSIDING, Siposiu Nasional & Kongres IX Ikatan Ahli Teknik Perinyakan Indonesia (IATMI) 2006 Hotel The Ritz Carlton Jakarta, 5-7 Noveber 2006 OPTIMISASI SISTEM TRANSPORTASI MINYAK TITIK

Lebih terperinci

Teori Kinetik Gas. C = o C K K = K 273 o C. Keterangan : P2 = tekanan gas akhir (N/m 2 atau Pa) V1 = volume gas awal (m3)

Teori Kinetik Gas. C = o C K K = K 273 o C. Keterangan : P2 = tekanan gas akhir (N/m 2 atau Pa) V1 = volume gas awal (m3) eori Kinetik Gas Pengertian Gas Ideal Istilah gas ideal digunakan menyederhanakan permasalahan tentang gas. Karena partikel-partikel gas dapat bergerak sangat bebas dan dapat mengisi seluruh ruangan yang

Lebih terperinci

HIDROMETEOROLOGI Tatap Muka Ke-8 (TEKANAN UDARA)

HIDROMETEOROLOGI Tatap Muka Ke-8 (TEKANAN UDARA) HIDROMETEOROLOGI Tatap Muka Ke-8 (TEKANAN UDARA) DOSEN : DR. ERY SUHARTANTO, ST. MT. JADFAN SIDQI FIDARI, ST. MT. 1. Persamaan Hidrostatika Tekanan udara adalah gaya berat kolom udara dari permukaan tanah

Lebih terperinci

WUJUD ZAT (GAS) Gaya tarik menarik antar partikel sangat kecil

WUJUD ZAT (GAS) Gaya tarik menarik antar partikel sangat kecil WUJUD ZAT (GAS) SP-Pertemuan 2 Gas : Jarak antar partikel jauh > ukuran partikel Sifat Gas Gaya tarik menarik antar partikel sangat kecil Laju-nya selalu berubah-ubah karena adanya tumbukan dengan wadah

Lebih terperinci

SOAL SELEKSI TAHUN 2003 ( TINGKAT NASIONAL )

SOAL SELEKSI TAHUN 2003 ( TINGKAT NASIONAL ) SOAL SELEKSI TAHUN 2003 ( TINGKAT NASIONAL ) Bagian 1 ( Nilai : 20 point ) 1. Sifat-sifat di bawah ini,anakah yang erupakan sifat intensif suatu zat : a. Warna b. Sifat Magnit c. Kerapatan/densitas d.

Lebih terperinci

1 Posisi, kecepatan, dan percepatan

1 Posisi, kecepatan, dan percepatan 1 Posisi, kecepatan, dan percepatan Posisi suatu benda pada suatu waktu t tertentu kita tulis sebaai r(t). Jika saat t = t 1 benda berada pada posisi r 1 r(t 1 ) dan saat t = t 2 > t 1 benda berada pada

Lebih terperinci

GETARAN PEGAS SERI-PARALEL

GETARAN PEGAS SERI-PARALEL 1 GETARAN PEGAS SERI-PARALEL I. Tujuan Percobaan 1. Menentukan konstanta pegas seri, paralel dan seri-paralel (gabungan). 2. Mebuktikan Huku Hooke. 3. Mengetahui hubungan antara periode pegas dan assa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Umum Mesin pendingin atau kondensor adalah suatu alat yang digunakan untuk memindahkan panas dari dalam ruangan ke luar ruangan. Adapun sistem mesin pendingin yang

Lebih terperinci

Teori Kinetik & Interpretasi molekular dari Suhu. FI-1101: Teori Kinetik Gas, Hal 1

Teori Kinetik & Interpretasi molekular dari Suhu. FI-1101: Teori Kinetik Gas, Hal 1 FI-1101: Kuliah 13 TEORI KINETIK GAS Teori Kinetik Gas Suhu Mutlak Hukum Boyle-Gay y Lussac Gas Ideal Teori Kinetik & Interpretasi molekular dari Suhu FI-1101: Teori Kinetik Gas, Hal 1 FISIKA TERMAL Cabang

Lebih terperinci

Pertemuan ke 7 BAB V: GAS

Pertemuan ke 7 BAB V: GAS Pertemuan ke 7 BAB V: GAS Zat-Zat yang Berwujud Gas Di dalam atmosfir normal terdapat sebanyak 11 unsur dalam bentuk gas dan beberapa senyawa di atmosfir juga ditemukan dalam wujud gas. Sifat fisik gas

Lebih terperinci

II. Persamaan Keadaan

II. Persamaan Keadaan II. ersamaan Keadaan Bahasan entang:.1. ersamaan keadaan gas ideal dan diagram -v-.. endekatan persamaan keadaan gas real.3. Ekspansi dan Kompresibilitas.4. Konstanta kritis gas van der Waals.5. Hubungan

Lebih terperinci

Teori Kinetik Gas Teori Kinetik Gas Sifat makroskopis Sifat mikroskopis Pengertian Gas Ideal Persamaan Umum Gas Ideal

Teori Kinetik Gas Teori Kinetik Gas Sifat makroskopis Sifat mikroskopis Pengertian Gas Ideal Persamaan Umum Gas Ideal eori Kinetik Gas eori Kinetik Gas adalah konsep yang mempelajari sifat-sifat gas berdasarkan kelakuan partikel/molekul penyusun gas yang bergerak acak. Setiap benda, baik cairan, padatan, maupun gas tersusun

Lebih terperinci

PERCOBAAN 6 VOLTAGE RATION IN COAXIAL LINES

PERCOBAAN 6 VOLTAGE RATION IN COAXIAL LINES PERCOBAAN 6 VOLTAGE RATION IN COAXIAL LINES I. TUJUAN PERCOBAAN a. Mengukur distribusi tegangan pada kondisi diterinasi 60 oh, ujung saluran terbuka dan Short circuit b. Mengukur distribusi λ/4, λ/2 pada

Lebih terperinci

TEMPERATUR. dihubungkan oleh

TEMPERATUR. dihubungkan oleh 49 50 o F. Temperatur pada skala Fahrenheit dan Celcius TEMPERATUR 1. Teori atom zat mendalilkan bahwa semua zat terdiri dari kesatuan kecil yang disebut atom, yang biasanya berdiameter 10-10 m.. Massa

Lebih terperinci

GAS. Sifat-sifat gas

GAS. Sifat-sifat gas GAS Sifat-sifat gas Volume dan bentuk sesuai dengan wadahnya. Mudah dimampatkan. Bercampur dengan segera dan merata. Kerapatannya lebih rendah dibandingkan dengan cairan dan padatan. Sebagian tidak berwarna.

Lebih terperinci

Jawaban OSK v ~ F (m/l) v = F a m b l c (nilai 2) [L][T] -1 = [M] a [L] a [T] -2a [M] b [L] c. Dari dimensi M: 0 = a + b a = -b

Jawaban OSK v ~ F (m/l) v = F a m b l c (nilai 2) [L][T] -1 = [M] a [L] a [T] -2a [M] b [L] c. Dari dimensi M: 0 = a + b a = -b Jawaban OSK 01 Fisika B 1- (nilai 6) Jawaban menunakan konsep dimensi v ~ F (m/l) v = F a m b l c (nilai ) [L][T] -1 = [M] a [L] a [T] -a [M] b [L] c Dari dimensi M: 0 = a + b a = -b Dari dimensi L: 1

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. P = Pc = P 3 = P 2 = Pg P 5 P 4. x 5. x 1 =x 2 x 3 x 2 1

LANDASAN TEORI. P = Pc = P 3 = P 2 = Pg P 5 P 4. x 5. x 1 =x 2 x 3 x 2 1 III. LANDASAN TEORI 3.1 Diagram suhu dan konsentrasi Hubungan antara suhu dan konsentrasi pada sistem pendinginan absorpsi dengan fluida kerja ammonia air ditunjukkan oleh Gambar 6 : t P = Pc = P 3 = P

Lebih terperinci

ENTROPI. Untuk gas ideal, dt dan V=RT/P. Dengan subtitusi dan pembagian dengan T, akan diperoleh persamaan:

ENTROPI. Untuk gas ideal, dt dan V=RT/P. Dengan subtitusi dan pembagian dengan T, akan diperoleh persamaan: ENTROPI PERUBAHAN ENTROPI GAS IDEAL Untuk satu mol atau unit massa suatu fluida yang mengalami proses reversibel dalam sistem tertutup, persamaan untuk hukum pertama termodinamika menjadi: [35] Diferensiasi

Lebih terperinci

Kecepatan atom gas dengan distribusi Maxwell-Boltzmann (1) Oleh: Purwadi Raharjo

Kecepatan atom gas dengan distribusi Maxwell-Boltzmann (1) Oleh: Purwadi Raharjo Kecepatan ato gas dengan distribusi Mawell-Boltzann () Oleh: Purwadi Raharjo Dala proses odifikasi perukaan bahan, kita ungkin sering endengar teknologi pelapisan tipis (thin fil). Selain pelapisan tipis,

Lebih terperinci

1 1. POLA RADIASI. P r Dengan : = ½ (1) E = (resultan dari magnitude medan listrik) : komponen medan listrik. : komponen medan listrik

1 1. POLA RADIASI. P r Dengan : = ½ (1) E = (resultan dari magnitude medan listrik) : komponen medan listrik. : komponen medan listrik 1 1. POLA RADIASI Pola radiasi (radiation pattern) suatu antena : pernyataan grafis yang enggabarkan sifat radiasi suatu antena pada edan jauh sebagai fungsi arah. pola edan (field pattern) apabila yang

Lebih terperinci

PERSAMAAN BERNOULLI. Ir. Suroso Dipl.HE, M.Eng

PERSAMAAN BERNOULLI. Ir. Suroso Dipl.HE, M.Eng PERSMN BERNOULLI Ir. Suroso Dil.HE, M.En Pendahuluan Pada at cair diam, aya hidrostatis mudah dihitun karena hanya bekerja aya tekanan. Pada at cair menalir, dierhitunkan keceatan, arah artikel, kekentalan

Lebih terperinci

MATA KULIAH : FISIKA DASAR (4 sks) GERAK BENDA DALAM BIDANG DATAR DENGAN PERCEPATAN TETAP

MATA KULIAH : FISIKA DASAR (4 sks) GERAK BENDA DALAM BIDANG DATAR DENGAN PERCEPATAN TETAP MODUL PERTEMUAN KE 4 MATA KULIAH : (4 sks) MATERI KULIAH: Gerak Peluru (Proyektil); Gerak Melinkar Beraturan, Gerak Melinkar Berubah Beraturan, Besaran Anular dan Besaran Tanensial. POKOK BAHASAN: GERAK

Lebih terperinci

BAB II SISTEM VAKUM. Vakum berasal dari kata latin, Vacuus, berarti Kosong. Kata dasar dari

BAB II SISTEM VAKUM. Vakum berasal dari kata latin, Vacuus, berarti Kosong. Kata dasar dari BAB II SISTEM VAKUM II.1 Pengertian Sistem Vakum Vakum berasal dari kata latin, Vacuus, berarti Kosong. Kata dasar dari kata vacuum tersebut merupakan Vakum yang ideal atau Vakum yang sempurna (Vacuum

Lebih terperinci

TURBIN AIR A. TURBIN IMPULS. Roda Pelton

TURBIN AIR A. TURBIN IMPULS. Roda Pelton 6 TURBIN AIR A. TURBIN IMPULS Turbin impuls adalah turbin dimana bererak karena adanya impuls dari air. Pada turbin impuls, air dari sebuah bendunan dialirkan melalui pipa, dan kemudian melewati mekanisme

Lebih terperinci

PENGARUH POSISI BEBAN DAN MOMEN INERSIA TERHADAP PUTARAN KRITIS PADA MODEL POROS MESIN KAPAL

PENGARUH POSISI BEBAN DAN MOMEN INERSIA TERHADAP PUTARAN KRITIS PADA MODEL POROS MESIN KAPAL PENGARUH POSISI BEBAN DAN MOMEN INERSIA TERHADAP PUTARAN KRITIS PADA MODEL POROS MESIN KAPAL Waris Wibowo Staf Pengajar Akadei Mariti Yogyakarta (AMY) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk endapatkan

Lebih terperinci

MODUL PERTEMUAN KE 6 MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN

MODUL PERTEMUAN KE 6 MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN 43 MODUL PERTEMUAN KE 6 MATA KULIAH : MATERI KULIAH: Mekanika klasik, Huku Newton I, Gaya, Siste Satuan Mekanika, Berat dan assa, Cara statik engukur gaya.. POKOK BAHASAN: DINAMIKA PARTIKEL 6.1 MEKANIKA

Lebih terperinci

PENJUMLAHAN MOMENTUM SUDUT

PENJUMLAHAN MOMENTUM SUDUT PENJUMAHAN MOMENTUM SUDUT A. Penjulahan Moentu Sudut = + Gabar.9. Penjulahan oentu angular secara klasik. Dua vektor oentu angular dan dijulahkan enghasilkan Jika oentu angular elektron pertaa adalah dan

Lebih terperinci

Teori Kinetik Gas. Modul 1 Pembelajaran Kinetika Kimia. Disusun oleh: Drs. Jaslin Ikhsan, M.App.Sc., Ph.D.

Teori Kinetik Gas. Modul 1 Pembelajaran Kinetika Kimia. Disusun oleh: Drs. Jaslin Ikhsan, M.App.Sc., Ph.D. eori Kinetik Gas Modul Pebelajaran Kinetika Kiia Disusun oleh: Drs. Jaslin Ikhsan, M.pp.Sc., Ph.D. KEMEERI PEDIDIK D KEUDY REPULIK IDOESI FMIP UIERSIS EGERI YOGYKR JURUS PEDIDIK KIMI 0 . Dasar Konsep Kinetika

Lebih terperinci

BAB I GAS DAN SIFAT-SIFATNYA

BAB I GAS DAN SIFAT-SIFATNYA BAB I GAS DAN SIFA-SIFANYA ujuan Pembelajaran Setelah proses perkulian berlangsung, diharapkan para mahasiswa dapat : 1. Menjelaskan tentang Gas Sempurna. Menerapkan hukum-hukum gas dalam kehidupan sehari-hari

Lebih terperinci

DESAIN BENTUK SUDUT SUDUT ARAH RADIAL PADA POMPA SENTRIFUGAL

DESAIN BENTUK SUDUT SUDUT ARAH RADIAL PADA POMPA SENTRIFUGAL DESAIN BENTUK SUDUT SUDUT ARA RADIAL PADA POMPA SENTRIFUGAL Kennie A. Lempoy Abstrak Permasalahan pada ketidakpuasan konsumen pada penunaan pompa air khususnya yan diunakan di rumah tana, pada saat ini

Lebih terperinci

SOAL OLIMPIADE SAINS NASIONAL (OSN) 2007 Bidang studi : FISIKA Tingkat : SMA Waktu : 4 jam

SOAL OLIMPIADE SAINS NASIONAL (OSN) 2007 Bidang studi : FISIKA Tingkat : SMA Waktu : 4 jam Dapatkan soal-soal lainnya di http://foru.pelatihan-osn.co SOAL OLIPIADE SAINS NASIONAL (OSN) 007 Bidang studi : FISIKA Tingkat : SA Waktu : 4 ja 1. (nilai 0) A. Sebuah obil bergerak enuruni suatu jalan

Lebih terperinci

SMA JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN XI (SEBELAS) FISIKA GERAK HARMONIK

SMA JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN XI (SEBELAS) FISIKA GERAK HARMONIK JENJANG KELAS MAA PELAJARAN OPIK BAHASAN SMA XI (SEBELAS) FISIKA GERAK HARMONIK Benda yan melakukan erak lurus berubah beraturan, mempunyai percepatan yan tetap, Ini berarti pada benda senantiasa bekerja

Lebih terperinci

Gas. Copyright The McGraw-Hill Companies, Inc. Permission required for reproduction or display.

Gas. Copyright The McGraw-Hill Companies, Inc. Permission required for reproduction or display. Bab 5 Gas Copyright The McGraw-Hill Companies, Inc. Permission required for reproduction or display. Beberapa zat yang berwujud gas pada suhu 25 0 C dan tekanan 1At Atm 5.1 5.1 Sifat-sifat fisis yang khas

Lebih terperinci

BAB II. KESEIMBANGAN

BAB II. KESEIMBANGAN BAB II. KESEIMBANGAN Pada perhitungan stage wise contact konsep keseimbangan memegang peran penting selain neraca massa dan neraca panas. Konsep rate processes tidak diperhatikan pada alat kontak jenis

Lebih terperinci

BAHAN KUIS PRA-UTS MEKANIKA, Oktober 2011

BAHAN KUIS PRA-UTS MEKANIKA, Oktober 2011 tosi-ipb.blogspot.co ekanika I BAHAN KUIS PRA-UTS EKANIKA, 3-4 Oktober 0 Untuk kalangan sendiri Tidak diperjualbelikan Silakan kerjakan soal-soal berikut, pahai dengan baik. Soal Kuis akan diabil dari

Lebih terperinci

ESTIMASI BIAYA KONSTRUKSI PEKERJAAN BATU DAN PLESTERAN YATNA SUPRIYATNA. Jurusan Teknik Sipil Universitas Komputer Indonesia

ESTIMASI BIAYA KONSTRUKSI PEKERJAAN BATU DAN PLESTERAN YATNA SUPRIYATNA. Jurusan Teknik Sipil Universitas Komputer Indonesia Majalah Iliah UNIKOM Vol.6, No. bidan REKAYASA ESTIMASI BIAYA KONSTRUKSI PEKERJAAN BATU DAN PLESTERAN YATNA SUPRIYATNA Jurusan Teknik Sipil Universitas Koputer Indonesia Konstruksi pekerjaan batu dan plesteran

Lebih terperinci

PEMODELAN MATEMATIS UNTUK MENGHITUNG KEMAMPUAN PRODUKSI SUMUR GAS

PEMODELAN MATEMATIS UNTUK MENGHITUNG KEMAMPUAN PRODUKSI SUMUR GAS Fakultas MIPA, Universitas Neeri Yoyakarta, 16 Mei 009 PEMODELAN MATEMATIS UNTUK MENGHITUNG KEMAMPUAN PODUKSI SUMU GAS Mohammad Taufik Jurusan Fisika FMIPA Universitas Padjadjaran Jl. aya Bandun - Sumedan

Lebih terperinci

BAB VI TURBIN AIR A. TURBIN IMPULS

BAB VI TURBIN AIR A. TURBIN IMPULS BAB I TURBIN AIR A. TURBIN IMPULS Turbin impuls adalah turbin dimana bererak karena adanya impuls dari air. Pada turbin impuls, air dari sebuah bendunan dialirkan melalui pipa, dan kemudian melewati mekanisme

Lebih terperinci

KESETIMBANGAN FASA. Komponen sistem

KESETIMBANGAN FASA. Komponen sistem KESETIMBANGAN FASA Kata fase berasal dari bahasa Yunani yang berarti pemunculan. Fasa adalah bagian sistem dengan komposisi kimia dan sifat sifat fisik seragam, yang terpisah dari bagian sistem lain oleh

Lebih terperinci

Koligatif Larutan Sifat Koligatif Larutan dan Satuan Konsentrasi Sifat Koligatif Larutan Nonelektrolit dan Elektrolit

Koligatif Larutan Sifat Koligatif Larutan dan Satuan Konsentrasi Sifat Koligatif Larutan Nonelektrolit dan Elektrolit Setelah epelajari bab ini, peserta didik apu: 1. enjelaskan penyebab adanya fenoena sifat koligatif larutan pada penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih, penurunan titik beku, dan tekanan osotik; 2.

Lebih terperinci

Definisi 3.3: RUANG SAMPEL KONTINU Ruang sampel kontinu adalah ruang sampel yang anggotanya merupakan interval pada garis bilangan real.

Definisi 3.3: RUANG SAMPEL KONTINU Ruang sampel kontinu adalah ruang sampel yang anggotanya merupakan interval pada garis bilangan real. 0 RUANG SAMPEL Kita akan eperoleh ruang sapel, jika kita elakukan suatu eksperien atau percobaan. Eksperien disini erupakan eksperien acak. Misalnya kita elakukan suatu eksperien yang diulang beberapa

Lebih terperinci

- Fasa (phase) dalam terminology/istilah dalam mikrostrukturnya

- Fasa (phase) dalam terminology/istilah dalam mikrostrukturnya 1. Diagram Fasa dalam Sistem Logam - Fasa (phase) dalam terminology/istilah dalam mikrostrukturnya adalah suatu daerah (region) yang berbeda struktur atau komposisinya dari daerah lain. - Diagram fasa

Lebih terperinci

BAB WATAK ZAT MURNI. Gambar 22. Nitrogen dan udara merupakan zat murni. Vapor. Vapor udara Liquid. Liquid

BAB WATAK ZAT MURNI. Gambar 22. Nitrogen dan udara merupakan zat murni. Vapor. Vapor udara Liquid. Liquid BAB II WATAK ZAT MURNI Pada bab ini akan menjelaskan mengenai konsep bahan murni dan bermacam-macam fase termasuk fisika proses perubahan yang disebabkannya. Semisal diagram sifat dan P,v,t surfaces merupakan

Lebih terperinci

PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap Final Diponegoro Physics Competititon Tingkat SMA

PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap Final Diponegoro Physics Competititon Tingkat SMA PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap Final Diponegoro Physics Copetititon Tingkat SMA 1. Ujian Eksperien berupa Naskah soal beserta lebar jawaban dan kertas grafik. 2. Waktu keseluruhan dala eksperien dan

Lebih terperinci

UM UGM 2016 Fisika. Soal. Petunjuk berikut dipergunakan untuk mengerjakan soal nomor 01 sampai dengan nomor 20.

UM UGM 2016 Fisika. Soal. Petunjuk berikut dipergunakan untuk mengerjakan soal nomor 01 sampai dengan nomor 20. UM UGM 016 Fisika Soal Doc. Name: UMUGM016FIS999 Version: 017-0 Halaman 1 Petunjuk berikut diperunakan untuk menerjakan soal nomor 01 sampai denan nomor 0. = 9,8 m/s (kecuali diberitahukan lain) µ o =

Lebih terperinci

BAB III ANALISA TEORETIK

BAB III ANALISA TEORETIK BAB III ANALISA TEORETIK Pada bab ini, akan dibahas apakah ide awal layak untuk direalisasikan dengan enggunakan perhitungan dan analisa teoretik. Analisa ini diperlukan agar percobaan yang dilakukan keudian

Lebih terperinci

p da p da Gambar 2.1 Gaya tekan pada permukaan elemen benda yang ter benam aliran fluida (Mike Cross, 1987)

p da p da Gambar 2.1 Gaya tekan pada permukaan elemen benda yang ter benam aliran fluida (Mike Cross, 1987) 6.3 Gaya Hambat Udara Ketika udara melewati suatu titik tankap baik itu udara denan kecepatan konstan ( steady ) maupun denan kecepatan yan berubah berdasarkan waktu (unsteady ), kecenderunan alat tersebut

Lebih terperinci

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN ABSTRAK ABSTRACT

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN ABSTRAK ABSTRACT DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN ABSTRAK i ABSTRACT ii DAFTAR ISI iii DAFTAR GAMBAR iv DAFTAR TABEL v BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Perumusan Masalah 3 1.3 Tujuan Penelitian 4 1.4 Manfaat Penelitian

Lebih terperinci

BENTUK GELOMBANG AC SINUSOIDAL

BENTUK GELOMBANG AC SINUSOIDAL BENTUK GELOMBANG AC SINUSOIDAL. PENDAHULUAN Pada bab sebelunya telah dibahas rangkaian resistif dengan tegangan dan arus dc. Bab ini akan eperkenalkan analisis rangkaian ac diana isyarat listriknya berubah

Lebih terperinci

Kalor dan Hukum Termodinamika

Kalor dan Hukum Termodinamika Kalor dan Hukum Termodinamika 1 Sensor suhu dengan menggunakan tangan tidak akurat 2 A. SUHU / TEMPERATUR Suhu benda menunjukkan derajat panas suatu Benda. Suhu suatu benda juga merupakan berapa besarnya

Lebih terperinci

REVIEW GERAK HARMONIS SEDERHANA

REVIEW GERAK HARMONIS SEDERHANA REVIEW GERAK HARMONIS SEDERHANA Di sekitar kita banyak benda yang bergetar atau berosilasi, isalnya assa yang terikat di ujung pegas, garpu tala, gerigi pada ja ekanis, penggaris elastis yang salah satu

Lebih terperinci

:: MATERI MUDAH :: Persamaan Gas Ideal Pertemuan ke 1

:: MATERI MUDAH :: Persamaan Gas Ideal Pertemuan ke 1 A. ARGE PEMBELAJARAN : No :: MAERI MUDAH :: Persamaan Gas Ideal Pertemuan ke arget yang diharapkan Menyebutkan ciri dan sifat konsep gas ideal. Menuliskan persamaan umum gas ideal. 3 Menentukan besaran

Lebih terperinci