Penerapan algoritma evolution strategies untuk optimasi distribusi barang dua tahap

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Penerapan algoritma evolution strategies untuk optimasi distribusi barang dua tahap"

Transkripsi

1 Penerapan algoritma evolution strategies untuk optimasi distribusi barang dua tahap Candra Bella Vista 1, Wayan Firdaus Mahmudy 2 Program Studi Informatika / Ilmu Komputer Fakultas Ilmu Komputer Universitas Brawijaya, Malang 65145, Indonesia candrabellavista@gmail.com 1, wayanfm@ub.ac.id 2 ABSTRAK Distribusi adalah proses memindahkan barang hasil produksi dari produsen menuju konsumen. Pada perusahaan dengan wilayah pemasaran yang luas, penentuan jalur distribusi dan alokasi banyaknya barang hasil produksi yang dipindahkan dari produsen ke konsumen menjadi hal terpenting yang harus diperhatikan. Karena besarnya biaya distribusi akan semakin meningkat apabila jangkauan distribusi barang hasil produksi mencakup wilayah yang luas. Meningkatnya biaya distribusi ini tentu akan berdampak pada meningkatnya harga jual barang produksi, sehingga dapat mengurangi daya beli konsumen dan berdampak pada kerugian perusahaan. Untuk itu diperlukan distribusi dengan dua tahap untuk mengoptimalkan distribusi barang dari produsen ke konsumen. Pada penelitian ini distribusi dua tahap yang dimaksudkan adalah distribusi barang dari produsen ke agen dan dari agen ke sub agen. Permasalahan optimasi distribusi barang dua tahap diselesaikan dengan algoritma evolution strategies menggunakan representasi kromosom permutasi dua segmen, dimana segmen pertama merepresentasikan jalur distribusi tahap 1 dan segmen kedua merepresentasikan jalur distribusi tahap 2. Pada pengujian yang dilakukan pada kasus distribusi barang dua tahap dari 2 produsen ke 5 agen dan 10 sub agen diperoleh fitness solusi yang mendekati optimal sebesar 0, Fitness tersebut dihasilkan dari pengujian menggunakan parameter algoritma evolution strategies, yaitu ukuran populasi 100, ukuran offspring (λ) 5µ, perbandingan mutasi segmen 1: segmen 2: segmen 1 dan 2 adalah 20:30:50, dan jumlah generasi 50. Hasil akhir dari penelitian ini adalah jalur distribusi barang dua tahap dengan biaya distribusi yang optimal. Kata kunci : Evolution Strategies, Distribusi Dua Tahap. 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Distribusi merupakan proses untuk memindahkan barang hasil produksi dari tingkat produsen ke konsumen[11]. Distribusi menjadi aspek penting bagi perusahaan karena berkaitan dengan pemasaran barang hasil produksi. Pada perusahaan dengan wilayah pemasaran yang luas, penentuan jalur distribusi dan alokasi banyaknya barang hasil produksi yang dipindahkan dari produsen ke konsumen menjadi hal terpenting yang harus diperhatikan. Karena biaya distribusi akan semakin meningkat apabila jangkauan distribusi barang hasil produksi mencakup wilayah yang luas. Meningkatnya biaya distribusi ini tentu akan berdampak pada meningkatnya harga jual dari suatu barang hasil produksi itu sendiri. Dengan mahalnya harga jual barang hasil produksi dapat mengurangi daya beli konsumen dan berdampak pada kerugian perusahaan. Untuk itu distribusi dengan dua tahap dibutuhkan, agar biaya distribusi barang ke konsumen menjadi optimal. Pada distribusi dua tahap akan dibentuk sebuah distributor sebagai perantara antara produsen dan konsumen. Distrubutor dibangun sesuai dengan wilayah pemasaran yang dekat dengan lokasi agen atau konsumen. Barang hasil produksi dari produsen akan dikirimkan ke beberapa distributor dan selanjutnya distributor akan menyalurkan barang hasil produksi kepada beberapa agen atau konsumen yang berdekatan[9]. Sehingga memudahkan produsen untuk memenuhi permintaan konsumen dan dapat menekan biaya distribusi. Pada penelitian sebelumnya algoritma evolution strategies dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan optimasi. Dimana ciri utama dari algoritma evolution

2 strategies adalah representasi solusi yang digunakan berupa vektor bilangan pecahan[8]. Dalam penerapanya algoritma evolution strategies terbukti dapat menyelesaikan Vehicle Routing Problem With Time Windows pada distribusi minuman soda XYZ dengan teknik mutasi exchange mutation[6], pencarian rute optimum dengan studi kasus layanan pesan antar Pizza Hut Delivery (PHD) yang memperoleh nilai fitness terbesar pada generasi 50 dan 100[4]. Oleh karena itu, pada penelitian ini menggunakan algoritma evolution strategies untuk menyelesaikan permasalahan optimasi distribusi barang dua tahap melalui penelitian yang berjudul Penerapan Algoritma Evolution Strategies untuk Optimasi Distribusi Barang Dua Tahap. Penelitian ini bertujuan memperoleh solusi mendekati optimal untuk permasalahan distribusi barang dua tahap, yaitu distribusi dari produsen ke beberapa agen, dan dari agen ke beberapa sub agen. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan permasalahan yang diuraikan pada bagian latar belakang, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana menerapkan algoritma evolution strategies untuk optimasi distribusi barang dua tahap. 2. Bagaimana menentukan parameter algoritma evolution strategies yang tepat untuk permasalahan distribusi barang dua tahap. 3. Bagaimana pengaruh parameter algoritma evolution strategies terhadap fitness dari solusi yang dihasilkan algoritma evolution strategies untuk optimasi distribusi barang dua tahap. 1.3 Batasan Masalah Agar penelitian ini dapat terfokus, perlu dilakukan pembatasan masalah, antara lain: 1. Penelitian ini menerapkan algoritma evolution strategies untuk optimasi distribusi barang dua tahap. 2. Distribusi barang dua tahap yang diselesaikan adalah menentukan jalur distribusi optimal dengan meminimalkan biaya distribusi dari produsen ke beberapa agen dan dari agen ke beberapa sub agen. 3. Parameter penentuan optimasi adalah kapasitas produsen, kebutuhan agen dan sub agen, serta biaya distribusi tanpa memperhitungkan jadwal produksi, jumlah kendaraan, dan pengaruh lainnya. 4. Jumlah permintaan konsumen diasumsikan tidak lebih besar atau sama dengan persediaan produsen. 5. Data yang digunakan merupakan data dummy yang dibuat oleh peneliti sendiri. 6. Input data ke sistem terdiri dari parameter ES dan parameter kasus. Parameter ES adalah ukuran populasi (µ), offspring (λ), parameter a, range nilai sigma, jumlah generasi, dan perbandingan mutasi segmen. Sedangkan parameter kasus adalah banyaknya produsen, agen, dan sub agen, kapasitas produsen, kebutuhan agen dan sub agen, serta biaya distribusi dari produsen ke agen, maupun agen ke sub agen. 7. Output yang dihasilkan oleh sistem adalah jalur distribusi optimal, total biaya distribusi, dan nilai fitness dari solusi optimal. 1.4 Tujuan Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah: 1. Menerapkan algoritma evolution strategies untuk optimasi distribusi barang dua tahap. 2. Mengetahui parameter algoritma evolution strategies yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan distribusi barang dua tahap. 3. Mengetahui pengaruh parameter algoritma evolution strategies terhadap fitness dari solusi yang dihasilkan algoritma evolution strategies untuk optimasi distribusi barang dua tahap. 1.5 Manfaat Manfaat dari hasil penelitian ini adalah dihasilkan suatu sistem yang menerapkan algoritma evolution strategies yang dapat membantu perusahan untuk menentukan jalur distribusi barang dua tahap yang optimal. 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Distribusi Dua Tahap Pada distribusi dua tahap perusahaan akan membangun sebuah distributor yang nantinya menjadi fasilitas perantara antara

3 pabrik dan konsumen. Distributor dibangun sesuai dengan wilayah pemasaran yang dekat dengan lokasi agen atau konsumen[10]. Mekanisme distribusi dua tahap ini adalah dengan memindahkan barang hasil produksi dari pabrik dikirimkan ke beberapa distributor, selanjutnya distributor akan menyalurkan barang sesuai permintaan kepada beberapa agen atau konsumen yang lokasinya berdekatan dengan gudang distributor[2]. Tujuan dari distribusi dua tahap adalah mengoptimalkan biaya transportasi pada proses distribusi. Model distribusi dua tahap ditunjukkan pada Gambar 2.1. Fungsi tersebut memiliki beberapa batasan (constraint) dimana distribusi barang tidak melebihi maksimal kapasitas produksi seperti yang ditunjukkan pada Persamaan 2.2 dan Jumlah distributor yang dimiliki perusahaan tidak melebihi jumlah maksimal distributor yang ditentukan, dinyatakan pada Persamaan Barang yang dikirimkan dari distributor menuju konsumen tidak boleh kurang dari permintaan konsumen, dinyatakan pada Persamaan Gambar Model Distribusi Dua Tahap Sumber : (Chun & Yi, 2009) Berdasarkan Gambar 2.1 biaya optimal distribusi dua tahap dapat dimodelkan secara matematis dengan fungsi yang dinyatakan oleh Gen dalam Prabowo (2011). Fungsi pencarian biaya optimal distribusi dua tahap dinyatakan pada Persamaan 2.1. dimana, 2.1 i : Jumlah pabrik (i= 1,2,...i). k : Jumlah konsumen (k= 1,2,...k). j : Jumlah distributor (j= 1,2,...j). a i : Jumlah kapasitas produksi. b j : Jumlah kapasitas jual ditributor. x ij : Jumlah barang yang dikirimkan dari pabrik menuju distributor. y jk : Jumlah barang yang dikirimkan dari distributor menuju konsumen. d k : Jumlah permintaan dari konsumen k. t ij : Biaya perjalanan dari pabrik menuju distributor. c jk : Biaya perjalanan dari distributor menuju konsumen. W: Jumlah maksimal distributor yang ditentutan. Penawaran total dari pabrik diasumsikan tidak nol atau sama dengan permintaan total dari konsumen, dinyatakan pada Persamaan 2.6 dan Algoritma Evolution Strategies 2.7 Algoritma Evolution Strategies (ES) pertama kali dikembangkan oleh Schwefel and Rechenberg dari University of Berlin sekitar tahun 1960-an[7]. Algoritma evolution strategies sangat tepat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan optimasi karena menghasilkan solusi yang mendekati optimal dari suatu permasalahan yang kompleks[1]. Struktur umum algoritma evolution strategies menggunakan notasi µ (miu) menyatakan ukuran populasi, λ (lamda) menyatakan banyaknya offspring, dan r yang menyatakan operator rekombinasi [8] pada literatur lain ditulis sebagai ρ (rho)[5]. Terdapat empat tipe dalam algoritma evolution strategies, yaitu[8]:

4 1. (µ, λ) Proses reproduksi tidak menggunakan rekombinasi. Seleksi hanya melibatkan individu dalam offspring (λ). 2. (µ+λ) Proses reproduksi tidak menggunakan rekombinasi. Seleksi melibatkan individu induk dalam populasi (µ) dan individu dalam offspring (λ). 3. (µ/r, λ) Reproduksi melibatkan proses rekombinasi. Seleksi melibatkan individu dalam offspring (λ) dalam proses seleksi. 4. (µ/r+ λ) Reproduksi menggunakan rekombinasi. Seleksi melibatkan individu induk dalam populasi (µ) dan individu dalam offspring (λ). Siklus penyelesaian masalah dengan menggunakan algoritma evolution strategies adalah sebagai berikut: 1. Representasi Kromosom Kromosom tersusun dari sejumlah gen yang merepresentasikan variabel-variabel solusi[7]. Pada algoritma evolution strategies, representasi kromosom disertai dengan fungsi fitness yang menyatakan kebaikan dari solusi, dan strategy parameters yang menyatakan level mutasi. Ada beberapa bentuk representasi kromosom, seperti representasi biner, integer, real, dan permutasi[8]. Pada penelitian ini menggunakan representasi permutasi untuk menyatakan solusi pada permasalahan distribusi barang dua tahap menggunakan algoritma evolution strategies. Setiap gen pada kromosom berupa angka integer yang menyatakan nomer dari setiap node. Gambar 2.2 merupakan contoh representasi permutasi. Node Kromosom Gambar 2.2 Representasi Permutasi 2. Reproduksi Proses reproduksi merupakan suatu proses dalam algoritma evolution strategies untuk membentuk suatu individu baru. Reproduksi pada ES (µ+λ) hanya menggunakan proses mutasi. Proses mutasi yang digunakan pada penelitian ini adalah exchange mutation. Metode mutasi exchange mutation bekerja dengan memilih dua posisi (exchange point/ XP) secara random, kemudian menukarkan nilai pada posisi tersebut[8]. Proses mutasi dengan metode exchange mutation dijelaskan pada Gambar 2.5. Parent Offspring Gambar 2.5 Proses Exchange Mutation Pada algoritma evolution strategies individu yang dibangkitkan disertai dengan nilai strategy parameters yang menyatakan level mutasi. Mekanisme self adaptation yang digunakan untuk mengontrol nilai strategy parameters menggunakan aturan 1/5, dimana nilai σ (strategy parameter) dinaikkan jika terdapat paling sedikit 1/5 atau 20% hasil mutasi yang menghasilkan individu yang lebih baik dari induknya, jika tidak maka nilai σ diturunkan. Aturan 1/5 ditunjukkan pada Persamaan 2.8[1]. { 2.8 Jika jumlah generasi lebih besar dari 30, maka nilai a yang direkomendasikan antara 0.85 a 1[1]. Offspring (λ) yang dihasilkan pada proses algoritma evolution strategies diperoleh dari perkalian populasi awal (µ) dengan suatu constanta dalam rentang nilai [0, 10], seperti yang ditunjukkan pada Persamaan 2.9[8] Seleksi Seleksi yang digunakan pada ES adalah elitism selection, yaitu seleksi dengan mengurutkan individu-individu yang memiliki nilai fitness tinggi ke rendah. Seleksi menghasilkan individu terbaik dengan nilai fitness tertinggi sesuai dengan jumlah populasi sebelumnya. 4. Menghitung nilai fitness Fungsi fitness digunakan untuk mengukur kebaikan solusi yang dibawa oleh suatu individu. Fungsi fitness yang digunakan untuk masalah optimasi

5 distribusi barang dua tahap, yaitu fungsi fitness untuk minimasi, dimana nilai fitness terbesar dari F(x) yang paling kecil. Fungsi fitness untuk minimasi ditunjukkan pada Persamaan 2.10 dan 2.11[8] C merupakan constanta yang ditentukan sebelumnya. 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Formulasi Masalah Dalam penelitian ini data parameter kasus yang digunakan adalah data dummy, yang dibuat oleh peneliti sendiri. Data tersebut berupa data kapasitas produsen, kebutuhan agen dan sub agen, serta biaya distribusi. Tabel 3.1 merupakan tabel data kapasitas produsen dan kebutuhan agen dan sub agen. Tabel 3.2 menjelaskan tabel biaya distribusi tahap 1, yaitu dari produsen ke agen. Tabel 3.3 adalah tabel biaya distribusi tahap 2, yaitu dari agen ke sub agen. Tabel 3.1 Tabel Kapasitas Produsen dan Kebutuhan Agen dan Sub Agen Node Produsen Agen Sub Agen Total Tabel 3.2 Tabel Biaya Distribusi Tahap 1 Agen1 Agen2 Agen3 Produsen Produsen Tabel 3.3 Tabel Biaya Distribusi Tahap 2 Sub1 Sub2 Sub3 Sub4 Agen Agen Agen Sedangkan untuk data parameter es yang digunakan untuk contoh perhitungan manual ditetapkan sebagai berikut: 1. 2 produsen, 3 agen, dan 4 sub agen 2. Ukuran populasi = 5 3. Ukuran offspring = 2µ 4. Parameter a = 0,85 5. Sigma (σ) = [1-3] 6. Jumlah generasi = 1 7. Rasio mutasi segmen = 50 : 30 : Representasi Kromosom Representasi kromosom yang digunakan untuk merepresentasikan solusi optimasi distribusi barang dua tahap adalah representasi permutasi dua segmen. Segmen pertama sepanjang 6 gen merepresentasikan distribusi dari produsen ke agen. Segmen kedua terdiri 12 gen yang merepresentasikan distribusi dari agen ke sub agen. Posisi gen pada kromosom segmen 1 dan segmen 2 ditunjukkan pada Gambar 3.2 dan Gambar 3.3. Agen1 Agen2 Agen3 Produsen Produsen Gambar 3.2 Posisi Gen pada Kromosom Segmen 1 Sub1 Sub2 Sub3 Sub4 Agen Agen Agen Gambar 3.3 Posisi Gen pada Kromosom Segmen 2 Inisalisasi kromosom dibentuk dengan menyusun posisi gen secara random. Setiap gen pada kromosom menyatakan prioritas distribusi. Gambar 3.4 adalah contoh kromosom yang dihasilkan. Tahap 1 Tahap 2 Posisi Kromo som Gambar 3.4 Representasi Kromosom 3.3 Perhitungan Fitness Fitness solusi yang dihasilkan sesuai dengan persamaan 2.11, dimana constanta bernilai 1 dan f(x) adalah total biaya distribusi dua tahap. Tabel 3.4 dan 3.5 menjelaskan pencarian jalur dan perhitungan biaya

6 distribusi untuk menghitung nilai fitness kromosom pada Gambar Tabel 3.4 Pencarian Jalur dan Biaya Distribusi Tahap 1 P1 segmen1 Produsen Agen Jalur Biaya (1,2) (2,1) (1,3) (2,3) Total Tabel 3.5 Pencarian Jalur dan Biaya Distribusi Tahap 2 P1 segmen2 Agen Sub Agen Jalur Biaya (1,3) (1,1) (3,2) (3,4) (2,1) Total Dari total biaya yang diperoleh pada Tabel 3.4 dan 3.5, selanjutnya dapat dihitung nilai fitness dari kromosom sebagai berikut: 3.4 Reproduksi Dalam penelitian ini proses ES yang digunakan adalah (µ+λ), sehingga pembentukan offspring menggunakan proses mutasi tanpa rekombinasi. Metode mutasi yang digunakan adalah exchange mutation. Strategy parameter menyatakan banyaknya proses mutasi yang dilakukan untuk menghasilkan 1 offspring. Gambar 3.5, 3.6, dan 3.7 menunjukkan proses mutasi P1, P3, dan P5 untuk menghasilkan offspring C1, C6, dan C9. P Proses Proses C Gambar 3.5 Proses Mutasi P1 Menghasilkan C1 Pada Gambar 3.5 terlihat bahwa mutasi P1 dilakukan pada segmen 1. Nilai strategy parameter P1 adalah atau dibulatkan menjadi 2. Hal ini berarti untuk menghasilkan C1, P1 harus melewati proses mutasi sebanyak 2 kali. P Proses Proses C Gambar 3.2 Proses Mutasi P3 Menghasilkan C6 Pada Gambar 3.6 terlihat bahwa mutasi P3 dilakukan pada segmen 2. Nilai strategy parameter P1 adalah atau dibulatkan menjadi 2. Hal ini berarti untuk menghasilkan C6, P3 harus melewati proses mutasi sebanyak 2 kali. P Proses C Gambar 3.7 Proses Mutasi P5 Menghasilkan C9 Pada Gambar 3.7 terlihat bahwa mutasi P5 dilakukan pada segmen 1 dan 2. Nilai strategy parameter P5 adalah atau dibulatkan menjadi 1. Hal ini berarti untuk menghasilkan C9, P5 harus melewati proses mutasi sebanyak 1 kali. 3.5 Seleksi Proses seleksi merupakan proses terakhir dalam satu generasi, dimana pada proses ini sistem menghasilkan populasi baru yang akan bereproduksi pada generasi berikutnya. Proses ES yang digunakan dalam penelitian ini adalah (µ+λ), sehingga proses seleksi melibatkan baik individu parent maupun individu dalam offspring. Metode yang digunakan adalah elitism selection, dimana memilih individu dengan nilai fitness terbaik sebanyak populasi yang ditentukan sebelumnya. Pada perhitungan manual ini populasi awal yang dibangkitkan sebanyak 5 individu, sehingga 5 individu yang terpilih untuk melalui proses ES pada generasi selanjutnya ditunjukkan pada Tabel 3.9. Tabel 3.6 Tabel Hasil Seleksi

7 P(t+1) Kromosom Tahap 1 Tahap 2 σ Fitness C ,1604 0,4139 P ,5417 0,4139 C ,4534 0,3436 C ,4534 0,3436 P ,3814 0, IMPLEMENTASI Proses perhitungan menggunakan algoritma evolution strategies dibagi menjadi beberapa tahapan, yaitu inisialisasi populasi awal, reproduksi, seleksi, dan pembangkitan populasi baru. Pada tab parent pada halaman proses perhitungan menampilkan inisialisasi populasi awal, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.1. Hasil seleksi pada generasi ke-n ditunjukkan pada Gambar 4.4. Gambar 4.4 Implementasi Hasil Seleksi Populasi Generasi Ke-n Jalur optimal distribusi dua tahap ditampilkan pada tab optimal seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.5. Gambar 4.1 Implementasi Inisialisasi Populasi Awal Halaman proses perhitungan juga menampilkan hasil reproduksi pada tab offspring, seperti pada Gambar 4.2. Gambar 4.2 Implementasi Proses Reproduksi Pada tab seleksi menampilkan hasil seleksi, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.3. Gambar 4.5 Implementasi Output Jalur Distribusi Optimal 5. PENGUJIAN DAN ANALISIS 5.1 Hasil Pengujian Ukuran Populasi Pengujian ukuran populasi (µ) bertujuan untuk mengetahui pengaruh ukuran populasi (µ) terhadap rata-rata nilai fitness dari solusi yang dihasilkan. Pengujian dilakukan pada ukuran populasi antara 20 hingga 100 dengan ukuran offspring 5µ dan jumlah generasi 50 serta perbandingan mutasi segmen 1: segmen 2: segmen 1 dan 2 adalah 50:30:20. Pengujian dilakukan sebanyak 10 kali percobaan. Pada setiap percobaan dicatat nilai fitness terbaik yang dihasilkan, kemudian dihitung rata-rata fitness untuk mengetahui ukuran populasi yang menghasilkan rata-rata nilai fitness terbaik. Tabel 6.1 merupakan hasil pengujian ukuran populasi. Gambar 4.3 Implementasi Proses Seleksi

8 Tabel 5.1 Hasil Pengujian Ukuran Populasi Ukuran Populasi percobaan ke rata-rata fitness 20 0, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , Hasil Pengujian Ukuran Populasi rata-rata fitness Ukuran Populasi Gambar 5.1 Grafik hasil Pengujian Ukuran Populasi Dari hasil pengujian menjelaskan bahwa ukuran populasi mempengaruhi fitness solusi yang dihasilkan. Berdasarkan Tabel 5.1 dan Gambar 5.1 terlihat bahwa ukuran populasi 100 menghasilkan rata-rata nilai fitness terbesar, yaitu 0, Sedangkan rata-rata nilai fitness terkecil dihasilkan dari ukuran populasi 20 dengan rata-rata nilai fitness 0, Berdasarkan hasil pengujian dapat dikatakan bahwa penambahan ukuran populasi tidak menjamin kenaikan rata-rata nilai fitness. Karena adanya konsep random dalam algoritma evolution strategies, dimana pembangkitan kromosom awal dan nilai strategy parameter serta penentuan titik mutasi dilakukan secara acak. Pada umumnya semakin kecil ukuran populasi menyebabkan ruang pelacakan solusi yang semakin sempit. Sebaliknya semakin besar ukuran populasi memberikan peluang pelacakan solusi lebih luas sehingga membuka peluang menghasilkan lebih banyak variasi individu. Namun, baik pada ukuran populasi besar maupun ukuran populasi kecil belum tentu menghasilkan solusi dengan fitness yang lebih baik karena adanya kemungkinan terjadi konvergensi. Pada saat konvergensi, proses pelacakan solusi tidak berjalan dengan baik dan menimbulkan kemungkinan offspring yang dihasilkan mirip dengan parentnya[8]. 5.2 Hasil Pengujian Ukuran Offspring Pengujian ukuran offspring (λ) bertujuan untuk mengetahui pengaruh ukuran offspring (λ) terhadap nilai fitness yang dihasilkan. Pengujian dilakukan pada ukuran offspring antara 1µ hingga 10µ dengan ukuran populasi yang merupakan hasil terbaik dari pengujian ukuran populasi, yaitu 80 dan jumlah generasi 50 serta perbandingan mutasi segmen 1: segmen 2: segmen 1 dan 2 adalah 50:30:20. Pengujian pada masing-masing ukuran offspring dilakukan sebanyak 10 kali percobaan. Pada akhir percobaan akan dihitung rata-rata nilai fitness terbaik dari

9 solusi dihasilkan untuk mengetahui ukuran offspring yang menghasilkan rata-rata nilai fitness terbaik. Tabel 5.2 merupakan hasil pengujian ukuran offspring. Ukuran O ffspring Tabel 5.2 Hasil Pengujian Ukuran Offspring Percobaan ke- umumnya penambahan ukuran offspring memungkinkan menghasilkan lebih banyak Rata-rata Fitness µ 0,2231 0,2233 0,2239 0,2216 0,2229 0,2242 0,2231 0,2219 0,2234 0,2244 0, µ 0,2169 0,2244 0,2231 0,2244 0,2244 0,2244 0,2244 0,2242 0,2237 0,2233 0, µ 0,2244 0,2244 0,2242 0,2244 0,2244 0,2244 0,2231 0,2193 0,2244 0,2242 0, µ 0,2244 0,2231 0,2244 0,2244 0,2244 0,2244 0,2244 0,2244 0,2242 0,2242 0, µ 0,2233 0,2244 0,2244 0,2244 0,2244 0,2244 0,2244 0,2242 0,2244 0,2244 0, µ 0,2244 0,2244 0,2244 0,2237 0,2244 0,2244 0,2231 0,2244 0,2244 0,2231 0, µ 0,2244 0,2244 0,2244 0,2237 0,2233 0,2244 0,2244 0,2244 0,2244 0,2244 0, µ 0,2242 0,2231 0,2242 0,2242 0,2242 0,2242 0,2242 0,2242 0,2242 0,2244 0, µ 0,2244 0,2244 0,2244 0,2244 0,2244 0,2242 0,2242 0,2237 0,2237 0,2244 0, µ 0,2244 0,2244 0,2244 0,2231 0,2242 0,2242 0,2244 0,2244 0,2244 0,2244 0, Hasil Pengujian Ukuran Offspring 1µ 2µ 3µ 4µ 5µ 6µ 7µ 8µ 9µ 10µ Ukuran Offspring rata-rata fitness Gambar 5.2 Grafik hasil Pengujian Ukuran Offspring Dari hasil pengujian menjelaskan bahwa ukuran populasi mempengaruhi fitness solusi yang dihasilkan. Berdasarkan hasil pengujian ukuran offspring yang tersaji baik dalam Tabel 5.2 maupun Gambar 5.2 terlihat bahwa ukuran offspring 5µ menghasilkan ratarata nilai fitness terbesar, yaitu 0, Sedangkan ukuran offspring 1µ menghasilkan rata-rata nilai fitness terkecil, yaitu 0, Berdasarkan Gambar 5.2 grafik hubungan ukuran offspring dengan rata-rata nilai fitness cenderung naik kecuali pada ukuran offspring 6µ dan 8µ. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar ukuran offspring tidak menjamin menghasilkan ratarata nilai fitness yang semakin besar. Pada variasi individu baru. Namun belum pasti menghasilkan solusi yang lebih baik karena pemilihan titik mutasi pada algoritma evolution strategies dilakukan secara acak. Selain itu juga dipengaruhi oleh nilai sigma (strategy parameter) parent yang dibangkitkan secara acak pada rentang yang sempit, yaitu antara 1 sampai 3. Sehingga menimbukan kemungkinan tidak menghasilkan solusi dengan nilai fitness yang lebih baik atau offspring yang dihasilkan identik dengan parentnya.

10 5.3 Hasil Pengujian Mutasi Segmen Pada penelitian ini mutasi dilakukan baik pada segmen 1, segmen 2, maupun pada segmen 1 dan 2. Pengujian mutasi segmen bertujuan untuk mengetahui perbandingan mutasi segmen yang dapat menghasilkan ratarata nilai fitness terbaik. Pengujian dilakukan pada ukuran populasi terbaik hasil pengujian ukuran populasi, yaitu 80 dengan ukuran offspring terpilih dari hasil pengujian ukuran offspring, yaitu 5µ dan jumlah generasi 50. Tabel 5.3 Hasil Pengujian Mutasi Segmen Pengujian dilakukan sebanyak 10 kali percobaan. Pada setiap percobaan dicatat nilai fitness terbaik yang dihasilkan, kemudian dihitung rata-rata fitness untuk mengetahui ukuran populasi yang menghasilkan rata-rata nilai fitness terbaik. Tabel 5.3 merupakan hasil pengujian mutasi segmen. Mutasi Percobaan ke- rata-rata Segmen fitness 100:0:0 0,1953 0,1979 0,196 0,2055 0,1925 0,1994 0,1995 0,2071 0,2116 0,201 0, :100:0 0, , ,2227 0, , ,22 0, ,2217 0, , , :0:100 0, , , , , , , , ,2242 0,2242 0, :30:20 0, , , , , , , , , , , :20:30 0, , , ,2231 0,2233 0, , , ,2242 0, , :50:20 0, , , ,2242 0,2231 0, , ,2242 0, , , :20:50 0, , , , , ,2242 0,2231 0, , , , :50:30 0, ,2231 0,2242 0, , ,2234 0, , , , , :30:50 0, , ,2242 0, ,2234 0, , , , , , Hasil Pengujian Mutasi Segmen :0:0 0:100:0 0:0:100 50:30:20 50:20:30 30:50:20 30:20:50 20:50:30 20:30:50 Perbandingan Mutasi Segmen Gambar 5.3 Grafik hasil Pengujian Mutasi Segmen Dari hasil pengujian menjelaskan bahwa penentuan titik mutasi pada segmen tertentu mempengaruhi nilai fitness yang dihasilkan. Berdasarkan hasil pengujian yang tersaji baik dalam Tabel 5.3 dan Gambar 5.3, perbandingan mutasi segmen 1: segmen 2: segmen 1 dan 2 yang menghasilkan rata-rata nilai fitness tertinggi adalah 20:30:50 dengan rata-rata nilai fitness sebesar 0, Sedangkan rata-rata nilai fitness terkecil adalah 0, dengan perbandingan mutasi segmen 1: segmen 2: segmen 1 dan 2 adalah 100:0:0 atau dengan kata lain mutasi dilakukan hanya pada segmen 1. Pada Gambar 5.3 terlihat bahwa ratarata nilai fitness kecuali pada perbandingan mutasi segmen 1: segmen 2: segmen 1 dan 2 100:0:0 memiliki selisih yang tidak terlalu besar dan rentang nilai fitness yang dihasilkan tergolong sempit, yaitu antara 0,223 dan 0,224. Hal ini menjelaskan bahwa pemilihan kombinasi titik mutasi selain mutasi hanya pada segmen 1, sudah menghasilkan solusi yang mendekati optimal. 5.4 Hasil Pengujian Jumlah Generasi Pengujian jumlah generasi bertujuan untuk mengetahui pengaruh ukuran jumlah generasi terhadap nilai fitness yang dihasilkan.

11 Pengujian dilakukan pada jumlah generasi antara 10 hingga 100 dengan ukuran populasi yang merupakan hasil terbaik dari pengujian ukuran populasi, yaitu 80 dan ukuran offspring terpilih dari pengujian ukuran offspring, yaitu 5µ serta perbandingan mutasi segmen 1: segmen 2: segmen 1 dan 2 adalah 20:30:50 yang merupakan kombinasi terbaik berdasarkan pengujian mutasi segmen. Pengujian pada masing-masing jumlah generasi dilakukan sebanyak 10 kali percobaan. Setiap percoban akan dicatat nilai fitness yang dihasilkan kemudian dihitung rata-rata nilai fitnes untuk mengetahui jumlah generasi yang menghasilkan rata-rata nilai fitness terbaik. Tabel 5.4 merupakan hasil pengujian jumlah generasi. Generasi Tabel 5.4 Hasil Pengujian Jumlah Generasi Percobaan Ke Rata-rata fitness 10 0,2159 0,2189 0,2244 0,2221 0,2202 0,2232 0,2217 0,2168 0,2203 0,2208 0, ,2203 0,2244 0,2231 0,2242 0,2244 0,2242 0,2244 0,2201 0,2244 0,2244 0, ,2244 0,2244 0,2233 0,2244 0,2235 0,2235 0,2244 0,2244 0,2242 0,2244 0, ,2242 0,2235 0,2244 0,2244 0,2242 0,2242 0,2244 0,2244 0,2242 0,2244 0, ,2244 0,2244 0,2244 0,2244 0,2242 0,2244 0,2244 0,2244 0,2242 0,2244 0, ,2244 0,2242 0,2244 0,2235 0,2235 0,2242 0,2244 0,2244 0,2244 0,2244 0, ,2244 0,2244 0,2242 0,2242 0,2244 0,2244 0,2242 0,2242 0,2242 0,2242 0, Hasil Pengujian Jumlah Generasi Axis Title rata-rata fitness Gambar 5.4 Grafik hasil Pengujian Jumlah Generasi Dari hasil pengujian menjelaskan bahwa jumlah generasi mempengaruhi nilai fitness yang dihasilkan. Berdasarkan hasil pengujian jumlah generasi yang tersaji baik dalam Tabel 6.4 maupun Gambar 6.4 terlihat bahwa jumlah generasi 50 menghasilkan ratarata nilai fitness terbesar, yaitu 0, Sedangkan rata-rata nilai fitness terkecil adalah 0, dihasilkan oleh generasi 10. Sebaliknya semakin sedikit jumlah generasi kemungkinan menghasilkan variasi individu baru lebih kecil. Namun untuk menghasilkan rata-rata nilai fitness yang lebih baik menjadi tidak pasti karena konsep random dalam algoritma evolution strategies, dimana pembangkitan kromosom awal dan nilai strategy parameter serta penentuan titik mutasi dilakukan secara acak. Penambahan jumlah generasi berpengaruh pada semakin lama waktu komputasi yang diperlukan. Sehingga pengujian jumlah generasi dilakukan sampai generasi PENUTUP 6.1. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan pada Bab sebelumnya, kesimpulan yang dapat diambil dari penelitia penerapan algoritma evolution

12 strategies untuk optimasi distribusi barang dua tahap adalah sebagai berikut: 1. Algoritma evolution strategies dapat diterapkan dalam menyelesaikan permasalahan optimasi distribusi barang dua tahap dengan meminimalkan total biaya distribusi dua tahap. Dalam penelitian ini representasi kromosom yang digunakan untuk merepresentasikan solusi adalah representasi permutasi dua segmen, dimana segmen pertama merepresentasikan distribusi pada tahap 1, yaitu distribusi dari produsen ke agen dan segmen 2 merupakan representasi distribusi tahap 2, yaitu distribusi dari agen ke sub agen. 2. Dari hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa ukuran populasi, ukuran offspring, penentuan titik mutasi pada segmen tertentu, dan jumlah generasi mempengaruhi fitness solusi yang dihasilkan. Penambahan ukuran populasi, ukuran offspring, dan jumlah generasi memungkinkan area pelacakan solusi yang luas serta membutuhkan waktu komputasi yang lama. Namun penambahan ukuran populasi, ukuran offspring, dan jumlah generasi tidak menjamin kenaikan nilai rata-rata fitness yang signifikan. Karena konsep random dalam algoritma evolution strategies, dimana pembangkitan kromosom awal dan nilai strategy parameter serta penentuan titik mutasi dilakukan secara acak. 3. Dari hasil pengujian diperoleh parameter algoritma evolution strategies yang menghasilkan fitness mendekati optimal, yaitu ukuran populasi 100, ukuran offspring (λ) 5µ, perbandingan mutasi segmen 1: segmen 2: segmen 3 adalah 20:30:50, dan jumlah generasi 50. Dengan menggunakan parameter tersebut diperoleh nilai fitness sebesar 0, Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terdapat beberapa saran yang dapat bermanfaat bagi pengembangan penelitian ini: 1. Persoalan distribusi yang diselesaikan merupakan persoalan distribusi seimbang (jumlah permintaan tidak melebihi persediaan produsen). Padahal dalam kenyataan tidak dapat dipastikan bahwa jumlah permintaan akan selalu sama dan tidak melebihi persediaan produsen. Sehingga pada penelitian selanjutnya dapat dilakukan pada persoalan distribusi yang tidak seimbang. 2. Penelitian ini menggunakan siklus ES (µ+λ), penelitian selanjutnya dapat dilakukan menggunakan siklus lain dari algoritma evolution strategies. 7. Daftar Pustaka [1] Beyer, H.G. and Schwefel, H.P Evolution Strategies: A Comprehensive Introduction. Natural Computing 1: 3-52 [2] Chun, Feng and Yi, Zhang A Genetic Algorithm of Two-stage Supply Chain Distribution Problem Associated with Fixed Charge and Multiple Transportation Modes. Fifth International Conference on Natural Computation. [3] Eiben, A.E. & Smith, J.E Introduction to Evolutionary Computing. gusz/eebook/eebook.html. diakses pada 31 September [4] Endarwati, DA, Mahmudy, WF & Ratnawati, DE Pencarian Rute Optimum dengan Evolution Strategies. DORO: Repository Jurnal Mahasiswa PTIIK Universitas Brawijaya, vol 4, n [5] Hansen, N., Arnold, D. V., Auger A Evolution Strategies. diakses tanggal 1 November [6] Harun, IA, Mahmudy, WF & Yudistira, N Implementasi Evolution Strategies untuk Penyelesaian Vehicle Routing Problem With Time Windows pada Distribusi Minuman Soda XYZ. DORO: Repository Jurnal Mahasiswa PTIIK Universitas Brawijaya, vol 4, no. 1.

13 [7] Lange, Sacha Evolutionary Algorithms. Machine Learning Laboratory. University of Freiburg. _evolution.pdf. diakses pada tanggal 30 Oktober [8] Mahmudy, WF Algoritma Evolusi. Program Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya, Malang. [9] Ningrum, Lidya Agung Pencarian Biaya Minimum Pendistribusian Suatu Komoditi dengan Transportasi Dua Tahap Menggunakan Algoritma Genetik. Skripsi FMIPA Universitas Brawijaya, Malang [10] Prabowo, Ari K Penerapan Algoritma Genetik Dua Populasi pada Kasus Transportasi Dua Tahap. Skripsi FMIPA Universitas Brawijaya, Malang. [11] Pujawan, I Nyoman dan Mahendrawati Supply Chain Management. Surabaya: Penerbit Guna Widya.

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK PERMASALAHAN OPTIMASI DISTRIBUSI BARANG DUA TAHAP

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK PERMASALAHAN OPTIMASI DISTRIBUSI BARANG DUA TAHAP PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK PERMASALAHAN OPTIMASI DISTRIBUSI BARANG DUA TAHAP Riska Sulistiyorini ), Wayan Firdaus Mahmudy ), Program Studi Teknik Informatika Program Teknologi Informasi dan Ilmu

Lebih terperinci

OPTIMASI DISTRIBUSI PUPUK MENGGUNAKAN EVOLUTION STRATEGIES

OPTIMASI DISTRIBUSI PUPUK MENGGUNAKAN EVOLUTION STRATEGIES Journal of Environmental Engineering & Sustainable Technology Vol. 02 No. 02, November 2015, Pages 89-96 JEEST http://jeest.ub.ac.id OPTIMASI DISTRIBUSI PUPUK MENGGUNAKAN EVOLUTION STRATEGIES Fauziatul

Lebih terperinci

PENCARIAN RUTE OPTIMUM DENGAN EVOLUTION STRATEGIES

PENCARIAN RUTE OPTIMUM DENGAN EVOLUTION STRATEGIES PENCARIAN RUTE OPTIMUM DENGAN EVOLUTION STRATEGIES Diah Arum Endarwati 1,Wayan Firdaus Mahmudy, Dian Eka Ratnawati Program Studi Informatika/ Ilmu Komputer, Program Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK MENENTUKAN BIAYA MINIMAL DISTRIBUSI BARANG TIGA TAHAP PT. SEMEN TONASA

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK MENENTUKAN BIAYA MINIMAL DISTRIBUSI BARANG TIGA TAHAP PT. SEMEN TONASA PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK MENENTUKAN BIAYA MINIMAL DISTRIBUSI BARANG TIGA TAHAP PT. SEMEN TONASA Andi Baharuddin 1, Aidawayati Rangkuti 2, Armin Lawi 3 Program Studi Matematika, Jurusan Matematika,

Lebih terperinci

Algoritma Evolusi Evolution Strategies (ES)

Algoritma Evolusi Evolution Strategies (ES) Algoritma Evolusi Evolution Strategies (ES) Imam Cholissodin imam.cholissodin@gmail.com Pokok Bahasan 1. Struktur Dasar Evolution Strategies (ES) 2. Siklus ES (µ, λ) 3. Siklus ES (µ/r + λ) 4. Studi Kasus

Lebih terperinci

OPTIMASI TEBAR BENIH DAN PAKAN PADA SUATU KOLAM MENGGUNAKAN ALGORITMA EVOLUTION STRATEGIES

OPTIMASI TEBAR BENIH DAN PAKAN PADA SUATU KOLAM MENGGUNAKAN ALGORITMA EVOLUTION STRATEGIES OPTIMASI TEBAR BENIH DAN PAKAN PADA SUATU KOLAM MENGGUNAKAN ALGORITMA EVOLUTION STRATEGIES Robby Kurniawan Mahasiswa Program Studi Teknik Informatika, FT UMRAH Nerfita Nikentari, ST., M.Cs Dosen Program

Lebih terperinci

Optimasi Penataan Barang pada Proses Distribusi Menggunakan Algoritme Evolution Strategies

Optimasi Penataan Barang pada Proses Distribusi Menggunakan Algoritme Evolution Strategies Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer e-issn: 2548-964X Vol. 2, No. 5, Mei 2018, hlm. 1874-1882 http://j-ptiik.ub.ac.id Optimasi Penataan Barang pada Proses Distribusi Menggunakan Algoritme

Lebih terperinci

Penjadwalan Dinas Pegawai Menggunakan Algoritma Evolution Strategies pada PT. Kereta Api Indonesia (KAI) DAOP 7 Stasiun Besar Kediri

Penjadwalan Dinas Pegawai Menggunakan Algoritma Evolution Strategies pada PT. Kereta Api Indonesia (KAI) DAOP 7 Stasiun Besar Kediri Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer e-issn: 2548-964X Vol. 2, No. 8, Agustus 2018, hlm. 2473-2479 http://j-ptiik.ub.ac.id Penjadwalan Dinas Pegawai Menggunakan Algoritma Evolution

Lebih terperinci

OPTIMASI MODEL FUZZY AHP DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA EVOLUTION STRATEGIES

OPTIMASI MODEL FUZZY AHP DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA EVOLUTION STRATEGIES OPTIMASI MODEL FUZZY AHP DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA EVOLUTION STRATEGIES (STUDI KASUS: PEMILIHAN CALON PENERIMA BEASISWA PTIIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA) Anis Maulida Dyah Ayu Putri 1, Wayan Firdaus Mahmudy

Lebih terperinci

Optimasi Multi Travelling Salesman Problem (M-TSP) Menggunakan Algoritma Genetika

Optimasi Multi Travelling Salesman Problem (M-TSP) Menggunakan Algoritma Genetika Optimasi Multi Travelling Salesman Problem (M-TSP) Menggunakan Algoritma Genetika Wayan Firdaus Mahmudy (wayanfm@ub.ac.id) Program Studi Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia Abstrak.

Lebih terperinci

Pencarian Rute Terpendek pada Jalur Perlombaan Robot Pemadam Api dengan Algoritma Evolution Strategies

Pencarian Rute Terpendek pada Jalur Perlombaan Robot Pemadam Api dengan Algoritma Evolution Strategies Pencarian Rute Terpendek pada Jalur Perlombaan Robot Pemadam Api dengan Algoritma Evolution Strategies Benny Ermawan Mahasiswa Program Studi Teknik Informatika, FT UMRAH Hendra Kurniawan, S.Kom., M.Sc.Eng

Lebih terperinci

Optimalisasi Pengantaran Barang dalam Perdagangan Online Menggunakan Algoritma Genetika

Optimalisasi Pengantaran Barang dalam Perdagangan Online Menggunakan Algoritma Genetika Optimalisasi Pengantaran Barang dalam Perdagangan Online Menggunakan Algoritma Genetika Rozak Arief Pratama 1, Esmeralda C. Djamal, Agus Komarudin Jurusan Informatika, Fakultas MIPA Universitas Jenderal

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK MEMAKSIMALKAN LABA PRODUKSI JILBAB

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK MEMAKSIMALKAN LABA PRODUKSI JILBAB Journal of Environmental Engineering & Sustainable Technology Vol. 02 No. 01, July 2015, Pages 06-11 JEEST http://jeest.ub.ac.id PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK MEMAKSIMALKAN LABA PRODUKSI JILBAB Samaher

Lebih terperinci

Penerapan Evolution Strategies untuk Optimasi Travelling Salesman Problem With Time Windows pada Sistem Rekomendasi Wisata Malang Raya

Penerapan Evolution Strategies untuk Optimasi Travelling Salesman Problem With Time Windows pada Sistem Rekomendasi Wisata Malang Raya Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer e-issn: 2548-964X Vol. 2, No. 7, Juli 2018, hlm. 2487-2493 http://j-ptiik.ub.ac.id Penerapan Evolution Strategies untuk Optimasi Travelling Salesman

Lebih terperinci

Optimasi distribusi barang dengan algoritma genetika

Optimasi distribusi barang dengan algoritma genetika Optimasi distribusi barang dengan algoritma genetika Yasmin Ghassani Panharesi 1, Wayan Firdaus Mahmudy 2 Informatika, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya Email : yasminghassani@gmail.com 1,

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI ALGORITMA EVOLUTION STRATEGIES UNTUK OPTIMASI KOMPOSISI PAKAN TERNAK SAPI POTONG

IMPLEMENTASI ALGORITMA EVOLUTION STRATEGIES UNTUK OPTIMASI KOMPOSISI PAKAN TERNAK SAPI POTONG IMPLEMENTASI ALGORITMA EVOLUTION STRATEGIES UNTUK OPTIMASI KOMPOSISI PAKAN TERNAK SAPI POTONG Himyatul Milah 1), Wayan Firdaus Mahmudy 2), Mahasiswa Program Studi Informatika / Ilmu Komputer Universitas

Lebih terperinci

Algoritma Evolusi Real-Coded GA (RCGA)

Algoritma Evolusi Real-Coded GA (RCGA) Algoritma Evolusi Real-Coded GA (RCGA) Imam Cholissodin imam.cholissodin@gmail.com Pokok Bahasan 1. Siklus RCGA 2. Alternatif Operator Reproduksi pada Pengkodean Real 3. Alternatif Operator Seleksi 4.

Lebih terperinci

OPTIMASI JADWAL MENGAJAR ASISTEN LABORATORIUM MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA

OPTIMASI JADWAL MENGAJAR ASISTEN LABORATORIUM MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA OPTIMASI JADWAL MENGAJAR ASISTEN LABORATORIUM MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA Indana Zulfa 1, Wayan Firdaus Mahmudy 2, Budi Darma Setiawan 3 Teknik Informatika, Program Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer,

Lebih terperinci

Genetic Algorithme. Perbedaan GA

Genetic Algorithme. Perbedaan GA Genetic Algorithme Algoritma ini bekerja dengan sebuah populasi yang terdiri atas individu-individu (kromosom). Individu dilambangkan dengan sebuah nilai kebugaran (fitness) yang akan digunakan untuk mencari

Lebih terperinci

Optimasi Multiple Travelling Salesman Problem Pada Pendistribusian Air Minum Menggunakan Algoritme Genetika (Studi Kasus: UD.

Optimasi Multiple Travelling Salesman Problem Pada Pendistribusian Air Minum Menggunakan Algoritme Genetika (Studi Kasus: UD. Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer e-issn: 2548-964X Vol. 1, No. 9, Juni 2017, hlm. 849-858 http://j-ptiik.ub.ac.id Optimasi Multiple Travelling Salesman Problem Pada Pendistribusian

Lebih terperinci

OPTIMASI PERSEDIAAN BAJU MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA

OPTIMASI PERSEDIAAN BAJU MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA OPTIMASI PERSEDIAAN BAJU MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA andra Aditya 1), Wayan Firdaus Mahmudy 2) 1) Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer Malang Jl. Veteran, Malang 65145, Indonesia

Lebih terperinci

PREDIKSI TIME SERIES TINGKAT INFLASI INDONESIA MENGGUNAKAN EVOLUTION STRATEGIES

PREDIKSI TIME SERIES TINGKAT INFLASI INDONESIA MENGGUNAKAN EVOLUTION STRATEGIES PREDIKSI TIME SERIES TINGKAT INFLASI INDONESIA MENGGUNAKAN EVOLUTION STRATEGIES Universitas Telkom Jl.Telekomunikasi No. 1, Terusan Buah Batu, Bandung ritaris@telkomuniversity.ac.id Abstrak Prediksi tingkat

Lebih terperinci

Optimasi Penjadwalan Ujian Menggunakan Algoritma Genetika

Optimasi Penjadwalan Ujian Menggunakan Algoritma Genetika Optimasi Penjadwalan Ujian Menggunakan Algoritma Genetika Nia Kurnia Mawaddah Wayan Firdaus Mahmudy, (wayanfm@ub.ac.id) Jurusan Matematika, FMIPA Universitas Brawijaya, Malang 65145 Abstrak Penjadwalan

Lebih terperinci

Optimasi Komposisi Pakan Kambing Boer Menggunakan Algoritme Evolution Strategies

Optimasi Komposisi Pakan Kambing Boer Menggunakan Algoritme Evolution Strategies Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer e-issn: 2548-964X Vol. 2, No. 10, Oktober 2018, hlm. 3796-3801 http://j-ptiik.ub.ac.id Optimasi Komposisi Pakan Kambing Boer Menggunakan Algoritme

Lebih terperinci

USULAN RANCANGAN RUTE TRANSPORTASI MULTI TRIP

USULAN RANCANGAN RUTE TRANSPORTASI MULTI TRIP USULAN RANCANGAN RUTE TRANSPORTASI MULTI TRIP UNTUK MEMINIMASI BIAYA TRANSPORTASI DENGAN HETEROGENEOUS FLEET DAN TIME WINDOW MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIKA DI PT.XYZ Muhammad Zuhdi Aiman Anka 1,

Lebih terperinci

Aplikasi Algoritma Genetika Untuk Menyelesaikan Travelling Salesman Problem (TSP)

Aplikasi Algoritma Genetika Untuk Menyelesaikan Travelling Salesman Problem (TSP) JTRISTE, Vol.1, No.2, Oktober 2014, pp. 50~57 ISSN: 2355-3677 Aplikasi Algoritma Genetika Untuk Menyelesaikan Travelling Salesman Problem (TSP) STMIK Handayani Makassar najirah_stmikh@yahoo.com Abstrak

Lebih terperinci

PENJADWALAN KAPAL PENYEBERANGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA

PENJADWALAN KAPAL PENYEBERANGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA Jurnal Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer (JTIIK) Vol. 3, No. 1, Maret 2016, hlm. 48-55 PENJADWALAN KAPAL PENYEBERANGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA Ria Febriyana 1, Wayan Firdaus Mahmudy 2 Program

Lebih terperinci

OPTIMASI PENJADWALAN CERDAS MENGGUNAKAN ALGORITMA MEMETIKA

OPTIMASI PENJADWALAN CERDAS MENGGUNAKAN ALGORITMA MEMETIKA OPTIMASI PENJADWALAN CERDAS MENGGUNAKAN ALGORITMA MEMETIKA Muhammad Arief Nugroho 1, Galih Hermawan, S.Kom., M.T. 2 1, 2 Universitas Komputer Indonesia Jl. Dipatiukur No. 112-116, Bandung 40132 E-mail

Lebih terperinci

Penerapan Adaptive Genetic Algorithm dengan Fuzzy Logic Controller pada Capacitated Vehicle Routing Problem

Penerapan Adaptive Genetic Algorithm dengan Fuzzy Logic Controller pada Capacitated Vehicle Routing Problem Penerapan Adaptive Genetic Algorithm dengan Fuzzy Logic Controller pada Capacitated Vehicle Routing Problem Tri Kusnandi Fazarudin 1, Rasyid Kurniawan 2, Mahmud Dwi Sulistiyo 3 1,2 Prodi S1 Teknik Informatika,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Travelling Salesman Problem (TSP) Travelling Salesmen Problem (TSP) termasuk ke dalam kelas NP hard yang pada umumnya menggunakan pendekatan heuristik untuk mencari solusinya.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 27 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Penelitian Terkait Penelitian terkait yang menggunakan algoritma genetika untuk menemukan solusi dalam menyelesaikan permasalahan penjadwalan kuliah telah banyak dilakukan.

Lebih terperinci

Lingkup Metode Optimasi

Lingkup Metode Optimasi Algoritma Genetika Lingkup Metode Optimasi Analitik Linier Non Linier Single Variabel Multi Variabel Dgn Kendala Tanpa Kendala Numerik Fibonacci Evolusi Complex Combinasi Intelijen/ Evolusi Fuzzy Logic

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang Latar Belakang PENDAHULUAN Pada saat sekarang ini, setiap perusahaan yang ingin tetap bertahan dalam persaingan dengan perusahaan lainnya, harus bisa membuat semua lini proses bisnis perusahaan tersebut

Lebih terperinci

Penerapan Algoritma Genetika untuk Penjadwalan Asisten Praktikum

Penerapan Algoritma Genetika untuk Penjadwalan Asisten Praktikum Penerapan Algoritma Genetika untuk Penjadwalan Asisten Praktikum Okky Cintia Devi 1, Wayan Fidaus Mahmudy 2, Budi Darma Setiawan 3 Teknik Informatika, Program Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer, Universitas

Lebih terperinci

BAB III. Metode Penelitian

BAB III. Metode Penelitian BAB III Metode Penelitian 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara umum diagram alir algoritma genetika dalam penelitian ini terlihat pada Gambar 3.1. pada Algoritma genetik memberikan suatu pilihan bagi penentuan

Lebih terperinci

Optimasi Penjadwalan Mata Pelajaran Menggunakan Algoritma Genetika (Studi Kasus : SMPN 1 Gondang Mojokerto)

Optimasi Penjadwalan Mata Pelajaran Menggunakan Algoritma Genetika (Studi Kasus : SMPN 1 Gondang Mojokerto) Optimasi Penjadwalan Mata Pelajaran Menggunakan Algoritma Genetika (Studi Kasus : SMPN 1 Gondang Mojokerto) Dianita Dwi Permata Sari 1, Wayan Firdaus Mahmudy 2, Dian Eka Ratnawati 3 Teknik Informatika,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Algoritma Genetika Algoritma genetika merupakan algoritma pencarian heuristik ysng didasarkan atas mekanisme seleksi alami dan genetika alami (Suyanto, 2014). Adapun konsep dasar

Lebih terperinci

Keywords Algoritma, Genetika, Penjadwalan I. PENDAHULUAN

Keywords Algoritma, Genetika, Penjadwalan I. PENDAHULUAN Optimasi Penjadwalan Mata Kuliah Dengan Algoritma Genetika Andysah Putera Utama Siahaan Universitas Pembangunan Pancabudi Jl. Gatot Subroto Km. 4,5, Medan, Sumatra Utara, Indonesia andiesiahaan@gmail.com

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka (Samuel, Toni & Willi 2005) dalam penelitian yang berjudul Penerapan Algoritma Genetika untuk Traveling Salesman Problem Dengan Menggunakan Metode Order Crossover

Lebih terperinci

Algoritma Evolusi Dasar-Dasar Algoritma Genetika

Algoritma Evolusi Dasar-Dasar Algoritma Genetika Algoritma Evolusi Dasar-Dasar Algoritma Genetika Imam Cholissodin imam.cholissodin@gmail.com Pokok Bahasan 1. Pengantar 2. Struktur Algoritma Genetika 3. Studi Kasus: Maksimasi Fungsi Sederhana 4. Studi

Lebih terperinci

Penjadwalan Dinas Pegawai Menggunakan Algoritma Genetika Pada PT Kereta Api Indonesia (KAI) Daerah Operasi 7 Stasiun Besar Kediri

Penjadwalan Dinas Pegawai Menggunakan Algoritma Genetika Pada PT Kereta Api Indonesia (KAI) Daerah Operasi 7 Stasiun Besar Kediri Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer e-issn: 2548-964X Vol. 2, No. 11, November 2018, hlm. 4371-4376 http://j-ptiik.ub.ac.id Penjadwalan Dinas Pegawai Menggunakan Algoritma Genetika

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN A. KERANGKA PEMIKIRAN III. METODOLOGI PENELITIAN Produksi bunga krisan yang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun memberikan kontribusi yang positif kepada petani dalam peningkatan kesejahteraan mereka.

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI ALGORITMA GENETIKA DALAM OPTIMASI JALUR PENDISTRIBUSIAN KERAMIK PADA PT. CHANG JUI FANG

IMPLEMENTASI ALGORITMA GENETIKA DALAM OPTIMASI JALUR PENDISTRIBUSIAN KERAMIK PADA PT. CHANG JUI FANG IMPLEMENTASI ALGORITMA GENETIKA DALAM OPTIMASI JALUR PENDISTRIBUSIAN KERAMIK PADA PT. CHANG JUI FANG Adnan Buyung Nasution 1 1,2 Sistem Infomasi, Tehnik dan Ilmu Komputer, Universitas Potensi Utama 3 Universitas

Lebih terperinci

ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST.,M.KOM

ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST.,M.KOM ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST.,M.KOM DEFINISI ALGEN adalah algoritma yang memanfaatkan proses seleksi alamiah yang dikenal dengan evolusi Dalam evolusi, individu terus menerus mengalami perubahan gen untuk

Lebih terperinci

Peramalan Kebutuhan Beban Sistem Tenaga Listrik Menggunakan Algoritma Genetika

Peramalan Kebutuhan Beban Sistem Tenaga Listrik Menggunakan Algoritma Genetika Peramalan Kebutuhan Beban Sistem Tenaga Listrik Menggunakan Algoritma Genetika M. Syafrizal, Luh Kesuma Wardhani, M. Irsyad Jurusan Teknik Informatika - Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

Lebih terperinci

GENETIKA UNTUK MENENTUKAN RUTE LOPER KORAN DI AGEN SURAT KABAR

GENETIKA UNTUK MENENTUKAN RUTE LOPER KORAN DI AGEN SURAT KABAR MULTI TRAVELING SALESMAN PROBLEM (MTSP) DENGAN ALGORITMA Abstrak GENETIKA UNTUK MENENTUKAN RUTE LOPER KORAN DI AGEN SURAT KABAR Oleh : Fitriana Yuli Saptaningtyas,M.Si. Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PERENCANAAN LINTASAN KENDARAAN Achmad Hidayatno Darjat Hendry H L T

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PERENCANAAN LINTASAN KENDARAAN Achmad Hidayatno Darjat Hendry H L T PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PERENCANAAN LINTASAN KENDARAAN Achmad Hidayatno Darjat Hendry H L T Abstrak : Algoritma genetika adalah algoritma pencarian heuristik yang didasarkan atas mekanisme evolusi

Lebih terperinci

Bab II Konsep Algoritma Genetik

Bab II Konsep Algoritma Genetik Bab II Konsep Algoritma Genetik II. Algoritma Genetik Metoda algoritma genetik adalah salah satu teknik optimasi global yang diinspirasikan oleh proses seleksi alam untuk menghasilkan individu atau solusi

Lebih terperinci

PENGGUNAAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK MENENTUKAN LINTASAN TERPENDEK STUDI KASUS : LINTASAN BRT (BUS RAPID TRANSIT) MAKASSAR

PENGGUNAAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK MENENTUKAN LINTASAN TERPENDEK STUDI KASUS : LINTASAN BRT (BUS RAPID TRANSIT) MAKASSAR PENGGUNAAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK MENENTUKAN LINTASAN TERPENDEK STUDI KASUS : LINTASAN BRT (BUS RAPID TRANSIT) MAKASSAR Karels, Rheeza Effrains 1), Jusmawati 2), Nurdin 3) karelsrheezaeffrains@gmail.com

Lebih terperinci

Perancangan Dan Pembuatan Aplikasi Rekomendasi Jadwal Perkuliahan Pada Institut Informatika Indonesia Memanfaatkan Algoritma Genetika

Perancangan Dan Pembuatan Aplikasi Rekomendasi Jadwal Perkuliahan Pada Institut Informatika Indonesia Memanfaatkan Algoritma Genetika Perancangan Dan Pembuatan Aplikasi Rekomendasi Jadwal Perkuliahan Pada Institut Informatika Indonesia Memanfaatkan Algoritma Genetika Hermawan Andika, S.Kom., M.Kom. Jurusan Teknik Informatika Institut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. memindahkan barang dari pihak supplier kepada pihak pelanggan dalam suatu supply

BAB II KAJIAN TEORI. memindahkan barang dari pihak supplier kepada pihak pelanggan dalam suatu supply BAB II KAJIAN TEORI Berikut diberikan beberapa teori pendukung untuk pembahasan selanjutnya. 2.1. Distribusi Menurut Chopra dan Meindl (2010:86), distribusi adalah suatu kegiatan untuk memindahkan barang

Lebih terperinci

OPTIMASI PENJADWALAN PERAWAT MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA

OPTIMASI PENJADWALAN PERAWAT MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA OPTIMASI PENJADWALAN PERAWAT MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA Rifqy Rosyidah Ilmi 1, Wayan Firdaus Mahmudy 2, Dian Eka Ratnawati 2 1 Mahasiswa, 2 Dosen Pembimbing Informatika, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu graph merupakan suatu pasangan { E(G), V(G) } dimana :

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu graph merupakan suatu pasangan { E(G), V(G) } dimana : BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Graph Suatu graph merupakan suatu pasangan { E(G), V(G) } dimana : V(G) adalah sebuah himpunan terhingga yang tidak kosong ( non empty finite set) yang elemennya disebut

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Algoritma Genetika

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Algoritma Genetika 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Algoritma Genetika Algoritma genetika merupakan metode pencarian yang disesuaikan dengan proses genetika dari organisme-organisme biologi yang berdasarkan pada teori evolusi

Lebih terperinci

Algoritma Evolusi Optimasi Masalah Kombinatorial

Algoritma Evolusi Optimasi Masalah Kombinatorial Algoritma Evolusi Optimasi Masalah Kombinatorial Imam Cholissodin imam.cholissodin@gmail.com Pokok Bahasan 1. Travelling Salesman Problem (TSP) 2. Flow-Shop Scheduling Problem (FSP) 3. Two-Stage Assembly

Lebih terperinci

TEKNIK PENJADWALAN KULIAH MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIKA. Oleh Dian Sari Reski 1, Asrul Sani 2, Norma Muhtar 3 ABSTRACT

TEKNIK PENJADWALAN KULIAH MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIKA. Oleh Dian Sari Reski 1, Asrul Sani 2, Norma Muhtar 3 ABSTRACT TEKNIK PENJADWALAN KULIAH MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIKA Oleh Dian Sari Reski, Asrul Sani 2, Norma Muhtar 3 ABSTRACT Scheduling problem is one type of allocating resources problem that exist to

Lebih terperinci

OPTIMASI PENJADWALAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DENGAN ALGORITMA GENETIK

OPTIMASI PENJADWALAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DENGAN ALGORITMA GENETIK OPTIMASI PENJADWALAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DENGAN ALGORITMA GENETIK Usulan Skripsi S-1 Jurusan Matematika Diajukan oleh 1. Novandry Widyastuti M0105013 2. Astika Ratnawati M0105025 3. Rahma Nur Cahyani

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab kajian pustaka berikut ini akan dibahas beberapa materi yang meliputi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab kajian pustaka berikut ini akan dibahas beberapa materi yang meliputi BAB II KAJIAN PUSTAKA Pada bab kajian pustaka berikut ini akan dibahas beberapa materi yang meliputi graf, permasalahan optimasi, model matematika dari objek wisata di Yogyakarta, dan algoritma genetika

Lebih terperinci

Penentuan Portofolio Saham Optimal Menggunakan Algoritma Genetika

Penentuan Portofolio Saham Optimal Menggunakan Algoritma Genetika Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer e-issn: 2548-964X Vol. 1, No. 1, Januari 2017, hlm. 63-68 http://j-ptiik.ub.ac.id Penentuan Portofolio Saham Optimal Menggunakan Algoritma Genetika

Lebih terperinci

Optimasi Penjadwalan Mata Pelajaran Menggunakan Algoritme Genetika (Studi Kasus: SMK Negeri 2 Kediri)

Optimasi Penjadwalan Mata Pelajaran Menggunakan Algoritme Genetika (Studi Kasus: SMK Negeri 2 Kediri) Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer e-issn: 2548-964X Vol. 1, No. 10, Oktober 2017, hlm. 1066-1072 http://j-ptiik.ub.ac.id Optimasi Penjadwalan Mata Pelajaran Menggunakan Algoritme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hampir di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Alat transportasi ini memiliki

BAB I PENDAHULUAN. hampir di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Alat transportasi ini memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kereta api merupakan alat transportasi darat utama yang digunakan hampir di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Alat transportasi ini memiliki multi keunggulan komparatif,

Lebih terperinci

Pengantar Kecerdasan Buatan (AK045218) Algoritma Genetika

Pengantar Kecerdasan Buatan (AK045218) Algoritma Genetika Algoritma Genetika Pendahuluan Struktur Umum Komponen Utama Seleksi Rekombinasi Mutasi Algoritma Genetika Sederhana Referensi Sri Kusumadewi bab 9 Luger & Subblefield bab 12.8 Algoritma Genetika 1/35 Pendahuluan

Lebih terperinci

Optimasi Fungsi Tanpa Kendala Menggunakan Algoritma Genetika Dengan Kromosom Biner dan Perbaikan Kromosom Hill-Climbing

Optimasi Fungsi Tanpa Kendala Menggunakan Algoritma Genetika Dengan Kromosom Biner dan Perbaikan Kromosom Hill-Climbing Optimasi Fungsi Tanpa Kendala Menggunakan Algoritma Genetika Dengan Kromosom Biner dan Perbaikan Kromosom Hill-Climbing Wayan Firdaus Mahmudy, (wayanfm@ub.ac.id) Program Studi Ilmu Komputer, Universitas

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Berikut akan diberikan pembahasan mengenai penyelesaikan CVRP dengan

BAB III PEMBAHASAN. Berikut akan diberikan pembahasan mengenai penyelesaikan CVRP dengan BAB III PEMBAHASAN Berikut akan diberikan pembahasan mengenai penyelesaikan CVRP dengan Algoritma Genetika dan Metode Nearest Neighbour pada pendistribusian roti di CV. Jogja Transport. 3.1 Model Matetematika

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. 2.1 Teka-Teki Silang

BAB 2 DASAR TEORI. 2.1 Teka-Teki Silang BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Teka-Teki Silang Teka-teki silang atau disingkat TTS adalah suatu permainan yang mengharuskan penggunanya untuk mengisi ruang-ruang kosong dengan huruf-huruf yang membentuk sebuah

Lebih terperinci

APLIKASI ALGORITMA GENETIKA DALAM MENENTUKAN SPESIFIKASI PC BERDASARKAN KEMAMPUAN FINANSIAL KONSUMEN

APLIKASI ALGORITMA GENETIKA DALAM MENENTUKAN SPESIFIKASI PC BERDASARKAN KEMAMPUAN FINANSIAL KONSUMEN APLIKASI ALGORITMA GENETIKA DALAM MENENTUKAN SPESIFIKASI PC BERDASARKAN KEMAMPUAN FINANSIAL KONSUMEN Eva Haryanty, S.Kom. ABSTRAK Komputer adalah salah satu peralatan yang pada saat ini banyak pula digunakan

Lebih terperinci

PERFORMANCE ALGORITMA GENETIKA (GA) PADA PENJADWALAN MATA PELAJARAN

PERFORMANCE ALGORITMA GENETIKA (GA) PADA PENJADWALAN MATA PELAJARAN PERFORMANCE ALGORITMA GENETIKA (GA) PADA PENJADWALAN MATA PELAJARAN Eva Desiana, M.Kom Pascasarjana Teknik Informatika Universitas Sumatera Utara, SMP Negeri 5 Pematangsianta Jl. Universitas Medan, Jl.

Lebih terperinci

PEMANFAATAN ALGORITMA FUZZY EVOLUSI UNTUK PENYELESAIAN KASUS TRAVELLING SALESMAN PROBLEM

PEMANFAATAN ALGORITMA FUZZY EVOLUSI UNTUK PENYELESAIAN KASUS TRAVELLING SALESMAN PROBLEM PEMANFAATAN ALGORITMA FUZZY EVOLUSI UNTUK PENYELESAIAN KASUS TRAVELLING SALESMAN PROBLEM Syafiul Muzid Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta E-mail:

Lebih terperinci

Optimasi Penjadwalan Mata Pelajaran Pada Kurikulum 2013 Dengan Algoritme Genetika (Studi Kasus: SMA Negeri 3 Surakarta)

Optimasi Penjadwalan Mata Pelajaran Pada Kurikulum 2013 Dengan Algoritme Genetika (Studi Kasus: SMA Negeri 3 Surakarta) Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer e-issn: 2548-964X Vol. 1, No. 12, Desember 2017, hlm. 1535-1542 http://j-ptiik.ub.ac.id Optimasi Penjadwalan Mata Pelajaran Pada Kurikulum 2013

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Peringkasan Teks

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Peringkasan Teks 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peringkasan Teks Peringkasan teks adalah proses pemampatan teks sumber ke dalam versi lebih pendek namun tetap mempertahankan informasi yang terkandung didalamnya (Barzilay & Elhadad

Lebih terperinci

PERBANDINGAN ALGORITMA EXHAUSTIVE, ALGORITMA GENETIKA DAN ALGORITMA JARINGAN SYARAF TIRUAN HOPFIELD UNTUK PENCARIAN RUTE TERPENDEK

PERBANDINGAN ALGORITMA EXHAUSTIVE, ALGORITMA GENETIKA DAN ALGORITMA JARINGAN SYARAF TIRUAN HOPFIELD UNTUK PENCARIAN RUTE TERPENDEK PERBANDINGAN ALGORITMA EXHAUSTIVE, ALGORITMA GENETIKA DAN ALGORITMA JARINGAN SYARAF TIRUAN HOPFIELD UNTUK PENCARIAN RUTE TERPENDEK Rudy Adipranata 1) Felicia Soedjianto 2) Wahyudi Tjondro Teknik Informatika,

Lebih terperinci

Optimasi Persediaan Barang Dalam Produksi Jilbab Menggunakan Algoritma Genetika

Optimasi Persediaan Barang Dalam Produksi Jilbab Menggunakan Algoritma Genetika Optimasi Persediaan Barang Dalam Produksi Jilbab Menggunakan Algoritma Genetika Maretta Dwi Tika Ramuna 1), Wayan Firdaus Mahmudy 2) Program Studi Informatika / Ilmu Komputer Program Teknologi Informasi

Lebih terperinci

BAB III MODEL DAN TEKNIK PEMECAHAN

BAB III MODEL DAN TEKNIK PEMECAHAN BAB III MODEL DAN TEKNIK PEMECAHAN III.1. Diskripsi Sistem Sistem pendistribusian produk dalam penelitian ini adalah berkaitan dengan permasalahan vehicle routing problem (VRP). Berikut ini adalah gambar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada awal diciptakan, komputer hanya difungsikan sebagai alat hitung saja. Namun seiring dengan perkembangan zaman, maka peran komputer semakin mendominasi kehidupan.

Lebih terperinci

ALGORITMA GENETIKA. Suatu Alternatif Penyelesaian Permasalahan Searching, Optimasi dan Machine Learning

ALGORITMA GENETIKA. Suatu Alternatif Penyelesaian Permasalahan Searching, Optimasi dan Machine Learning ALGORITMA GENETIKA Suatu Alternatif Penyelesaian Permasalahan Searching, Optimasi dan Machine Learning Disusun oleh: Achmad Basuki Politeknik Elektronika Negeri Surabaya, PENS ITS Surabaya 2003 Algoritma

Lebih terperinci

ALGORITMA GENETIKA Suatu Alternatif Penyelesaian Permasalahan Searching, Optimasi dan Machine Learning

ALGORITMA GENETIKA Suatu Alternatif Penyelesaian Permasalahan Searching, Optimasi dan Machine Learning ALGORITMA GENETIKA Suatu Alternatif Penyelesaian Permasalahan Searching, Optimasi dan Machine Learning Achmad Basuki Politeknik Elektronika Negeri Surabaya PENS-ITS Surabaya 2003 Algoritma Genetika Algoritma

Lebih terperinci

PEMAMPATAN MATRIKS JARANG DENGAN METODE ALGORITMA GENETIKA MENGGUNAKAN PROGRAM PASCAL

PEMAMPATAN MATRIKS JARANG DENGAN METODE ALGORITMA GENETIKA MENGGUNAKAN PROGRAM PASCAL Jurnal Matematika UNAND Vol. 3 No. 1 Hal. 98 106 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PEMAMPATAN MATRIKS JARANG DENGAN METODE ALGORITMA GENETIKA MENGGUNAKAN PROGRAM PASCAL YOSI PUTRI, NARWEN

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Penjadwalan Perkuliahan Penjadwalan memiliki pengertian durasi dari waktu kerja yang dibutuhkan untuk melakukan serangkaian untuk melakukan aktivitas kerja[10]. Penjadwalan juga

Lebih terperinci

OPTIMASI QUERY DATABASE MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIK

OPTIMASI QUERY DATABASE MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIK Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2008 (SNATI 2008) ISSN 1907-5022 OPTIMASI QUERY DATABASE MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIK Manahan Siallagan, Mira Kania Sabariah, Malanita Sontya Jurusan Teknik

Lebih terperinci

PENENTUAN JARAK TERPENDEK PADA JALUR DISTRIBUSI BARANG DI PULAU JAWA DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA. Abstraksi

PENENTUAN JARAK TERPENDEK PADA JALUR DISTRIBUSI BARANG DI PULAU JAWA DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA. Abstraksi PENENTUAN JARAK TERPENDEK PADA JALUR DISTRIBUSI BARANG DI PULAU JAWA DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA I Dewa Made Adi Baskara Joni 1, Vivine Nurcahyawati 2 1 STMIK STIKOM Indonesia, 2 STMIK STIKOM

Lebih terperinci

Pendekatan Algoritma Genetika pada Peminimalan Fungsi Ackley menggunakan Representasi Biner

Pendekatan Algoritma Genetika pada Peminimalan Fungsi Ackley menggunakan Representasi Biner Vol. 7, 2, 108-117, Januari 2011 Pendekatan Algoritma Genetika pada Peminimalan Fungsi Ackley menggunakan Representasi Biner Jusmawati Massalesse Abstrak Tulisan ini dimaksudkan untuk memperlihatkan proses

Lebih terperinci

Perbandingan Algoritma Exhaustive, Algoritma Genetika Dan Algoritma Jaringan Syaraf Tiruan Hopfield Untuk Pencarian Rute Terpendek

Perbandingan Algoritma Exhaustive, Algoritma Genetika Dan Algoritma Jaringan Syaraf Tiruan Hopfield Untuk Pencarian Rute Terpendek Perbandingan Algoritma Exhaustive, Algoritma Genetika Dan Algoritma Jaringan Syaraf Tiruan Hopfield Untuk Pencarian Rute Terpendek Rudy Adipranata 1, Felicia Soedjianto 2, Wahyudi Tjondro Teknik Informatika,

Lebih terperinci

KNAPSACK PROBLEM DENGAN ALGORITMA GENETIKA

KNAPSACK PROBLEM DENGAN ALGORITMA GENETIKA LAPORAN TUGAS BESAR ARTIFICIAL INTELLEGENCE KNAPSACK PROBLEM DENGAN ALGORITMA GENETIKA Disusun Oleh : Bayu Kusumo Hapsoro (113050220) Barkah Nur Anita (113050228) Radityo Basith (113050252) Ilmi Hayyu

Lebih terperinci

Optimasi Pemilihan Pekerja Bangunan Proyek Pada PT. Citra Anggun Pratama Menggunakan Algoritma Genetika

Optimasi Pemilihan Pekerja Bangunan Proyek Pada PT. Citra Anggun Pratama Menggunakan Algoritma Genetika Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer e-issn: 2548-964X Vol. 1, No. 2, Februari 2017, hlm. 80-84 http://j-ptiik.ub.ac.id Optimasi Pemilihan Pekerja Bangunan Proyek Pada PT. Citra Anggun

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENENTUAN BATASAN FUNGSI KENGGOTAAN FUZZY TSUKAMOTO PADA KASUS PERAMALAN PERMINTAAN BARANG

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENENTUAN BATASAN FUNGSI KENGGOTAAN FUZZY TSUKAMOTO PADA KASUS PERAMALAN PERMINTAAN BARANG Jurnal Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer (JTIIK) Vol. 3, No. 3, September 2016, hlm. 169-173 PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENENTUAN BATASAN FUNGSI KENGGOTAAN FUZZY TSUKAMOTO PADA KASUS PERAMALAN

Lebih terperinci

Denny Hermawanto

Denny Hermawanto Algoritma Genetika dan Contoh Aplikasinya Denny Hermawanto d_3_nny@yahoo.com http://dennyhermawanto.webhop.org Lisensi Dokumen: Seluruh dokumen di IlmuKomputer.Com dapat digunakan, dimodifikasi dan disebarkan

Lebih terperinci

Penjadwalan Job Shop pada Empat Mesin Identik dengan Menggunakan Metode Shortest Processing Time dan Genetic Algorithm

Penjadwalan Job Shop pada Empat Mesin Identik dengan Menggunakan Metode Shortest Processing Time dan Genetic Algorithm Jurnal Telematika, vol.9 no.1, Institut Teknologi Harapan Bangsa, Bandung ISSN: 1858-251 Penjadwalan Job Shop pada Empat Mesin Identik dengan Menggunakan Metode Shortest Processing Time dan Genetic Algorithm

Lebih terperinci

Implementasi Algoritma Genetika dalam Pembuatan Jadwal Kuliah

Implementasi Algoritma Genetika dalam Pembuatan Jadwal Kuliah Implementasi Algoritma Genetika dalam Pembuatan Jadwal Kuliah Leonard Tambunan AMIK Mitra Gama Jl. Kayangan No. 99, Duri-Riau e-mail : leo.itcom@gmail.com Abstrak Pada saat ini proses penjadwalan kuliah

Lebih terperinci

Pencarian Rute Terpendek untuk Pengoptimalan Ditribusi Sales Rokok Gudang Garam di kecamatan Wuluhan Kabupaten Jember Menggunakan Algoritma Genetika

Pencarian Rute Terpendek untuk Pengoptimalan Ditribusi Sales Rokok Gudang Garam di kecamatan Wuluhan Kabupaten Jember Menggunakan Algoritma Genetika Pencarian Rute Terpendek untuk Pengoptimalan Ditribusi Sales Rokok Gudang Garam di kecamatan Wuluhan Kabupaten Jember Menggunakan Algoritma Genetika Priza Pandunata, Rachmad Agung Bagaskoro, Agung Ilham

Lebih terperinci

Implementasi Sistem Penjadwalan Akademik Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Menggunakan Metode Algoritma Genetika

Implementasi Sistem Penjadwalan Akademik Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Menggunakan Metode Algoritma Genetika Jurnal Sistem dan Teknologi Informasi (JUSTIN) Vol. 1, No. 2, (2017) 28 Implementasi Sistem Penjadwalan Akademik Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Menggunakan Metode Algoritma Genetika Andreas Christian

Lebih terperinci

Modul Matakuliah Algoritma Evolusi oleh

Modul Matakuliah Algoritma Evolusi oleh Modul Matakuliah Algoritma Evolusi oleh Wayan Firdaus Mahmudy Program Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer (PTIIK) Universitas Brawijaya September 2013 Kata Pengantar Buku ini disusun untuk mengisi kelangkaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN an berkembang algoritma genetika (genetic algorithm) ketika I. Rochenberg dalam bukunya yang berjudul Evolution Strategies

BAB I PENDAHULUAN an berkembang algoritma genetika (genetic algorithm) ketika I. Rochenberg dalam bukunya yang berjudul Evolution Strategies BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teori graf sangat pesat dari tahun ke tahun, pada tahun 1960-an berkembang algoritma genetika (genetic algorithm) ketika I. Rochenberg dalam bukunya yang

Lebih terperinci

PENYELESAIAN KNAPSACK PROBLEM MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA

PENYELESAIAN KNAPSACK PROBLEM MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA PENYELESAIAN KNAPSACK PROBLEM MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA Kartina Diah KW1), Mardhiah Fadhli2), Charly Sutanto3) 1,2) Jurusan Teknik Komputer Politeknik Caltex Riau Pekanbaru Jl. Umban Sari No.1 Rumbai-Pekanbaru-Riau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka. Penelitian serupa mengenai penjadwalan matakuliah pernah dilakukan oleh penelliti yang sebelumnya dengan metode yang berbeda-neda. Berikut

Lebih terperinci

Penerapan Algoritma Genetika Untuk Vehicle Routing Problem with Time Window (VRPTW) Pada Kasus Optimasi Distribusi Beras Bersubsidi

Penerapan Algoritma Genetika Untuk Vehicle Routing Problem with Time Window (VRPTW) Pada Kasus Optimasi Distribusi Beras Bersubsidi Penerapan Algoritma Genetika Untuk Vehicle Routing Problem with Time Window (VRPTW) Pada Kasus Optimasi Distribusi Beras Bersubsidi Farah Bahtera Putri 1, Wayan Fidaus Mahmudy, Dian Eka Ratnawati Teknik

Lebih terperinci

T I N J A U A N P U S T A K A Algoritma Genetika [5]

T I N J A U A N P U S T A K A Algoritma Genetika [5] Algoritma Genetika [5] Fitness adalah nilai yang menyatakan baik-tidaknya suatu jalur penyelesaian dalam permasalahan TSP,sehingga dijadikan nilai acuan dalam mencari jalur penyelesaian optimal dalam algoritma

Lebih terperinci

Tugas Mata Kuliah E-Bisnis REVIEW TESIS

Tugas Mata Kuliah E-Bisnis REVIEW TESIS Tugas Mata Kuliah E-Bisnis REVIEW TESIS Desain Algoritma Genetika Untuk Optimasi Penjadwalan Produksi Meuble Kayu Studi Kasus Pada PT. Sinar Bakti Utama (oleh Fransiska Sidharta dibawah bimbingan Prof.Kudang

Lebih terperinci

Penerapan Genetic Algorithm Untuk Optimasi Peningkatan Laba Persediaan Produksi Pakaian

Penerapan Genetic Algorithm Untuk Optimasi Peningkatan Laba Persediaan Produksi Pakaian Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer e-issn: 2548-964X Vol. 2, No. 6, Juni 218, hlm. 2168-2172 http://j-ptiik.ub.ac.id Penerapan Genetic Algorithm Untuk Optimasi Peningkatan Laba Persediaan

Lebih terperinci

Penerapan Algoritme Genetika Untuk Penjadwalan Latihan Reguler Pemain Brass Marching Band (Studi Kasus: Ekalavya Suara Brawijaya)

Penerapan Algoritme Genetika Untuk Penjadwalan Latihan Reguler Pemain Brass Marching Band (Studi Kasus: Ekalavya Suara Brawijaya) Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer e-issn: 2548-964X Vol. 2, No. 9, September 2018, hlm. 2950-2956 http://j-ptiik.ub.ac.id Penerapan Algoritme Genetika Untuk Penjadwalan Latihan

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. diperoleh menggunakan algoritma genetika dengan variasi seleksi. A. Model Matematika CVRPTW pada Pendistribusian Raskin di Kota

BAB III PEMBAHASAN. diperoleh menggunakan algoritma genetika dengan variasi seleksi. A. Model Matematika CVRPTW pada Pendistribusian Raskin di Kota BAB III PEMBAHASAN Pada bab ini akan dibahas mengenai model matematika pada pendistribusian raskin di Kota Yogyakarta, penyelesaian model matematika tersebut menggunakan algoritma genetika serta perbandingan

Lebih terperinci