BAB III PEMBAHASAN. diperoleh menggunakan algoritma genetika dengan variasi seleksi. A. Model Matematika CVRPTW pada Pendistribusian Raskin di Kota

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III PEMBAHASAN. diperoleh menggunakan algoritma genetika dengan variasi seleksi. A. Model Matematika CVRPTW pada Pendistribusian Raskin di Kota"

Transkripsi

1 BAB III PEMBAHASAN Pada bab ini akan dibahas mengenai model matematika pada pendistribusian raskin di Kota Yogyakarta, penyelesaian model matematika tersebut menggunakan algoritma genetika serta perbandingan rute yang diperoleh menggunakan algoritma genetika dengan variasi seleksi. A. Model Matematika CVRPTW pada Pendistribusian Raskin di Kota Yogyakarta Proses pendistribusian raskin di Indonesia dikelola oleh Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog). Pendistribusian raskin yang akan ditentukan optimasi rutenya yaitu pendistribusian raskin di wilayah Kota Yogyakarta. Pada proses pendistribusian, terdapat titik-titik distribusi yang berfungsi sebagai agen atau tempat pendistribusian raskin. Titik-titik distribusi yaitu kelurahan-kelurahan yang berada dalam lingkup Kota Yogyakarta. Menurut wawancara langsung dengan karyawan gudang Bulog, alur pendistribusian raskin berawal dari Kantor Bulog Divisi Regional Yogyakarta yang memberikan perintah kepada gudang Bulog yang beralamatkan di Cupuwatu I, Purwomartani, Kalasan, Sleman untuk mendistribusikan raskin di wilayah Kota Yogyakarta. Selanjutnya, manajemen gudang Bulog akan mengirim raskin sesuai dengan perintah ke titik-titik distribusi. Proses pendistribusian raskin ke kelurahan-kelurahan yang berada di seluruh wilayah Kota Yogyakarta membutuhkan waktu maksimal 5 hari dengan time windows 42

2 yaitu pukul sampai dengan pukul (240 menit untuk masingmasing truk) dengan menggunakan truk pengangkut yang berjumlah 5 kendaraan yang masing-masing dapat memuat raskin hingga kg. Oleh karena itu diperlukan pendataan dan pembuatan jalur proses pendistribusian raskin sehingga dapat diperoleh rute perjalanan yang optimum dan waktu pendistribusian tidak melebihi batas time windows yang ditentukan. Permasalahan CVRPTW pada pendistribusian beras raskin di Kota Yogyakarta dapat didefinisikan sebagai suatu graf G = (V, E) dimana V = {0,1,2,,15} adalah himpunan simpul/titik yang mempresentasikan titiktitik distribusi/kelurahan tempat pendistribusian raskin dan depot/gudang Bulog berada di simpul 0. Jaringan jalan yang digunakan oleh truk pengangkut raskin dinyatakan sebagai himpunan rusuk berarah E dengan E = i, j i, j V, i j yaitu penghubung gudang Bulog dengan titik-titik distribusi dan juga penghubung antar titik-titik distribusi. Semua rute pendistribusian raskin dimulai dan berakhir di gudang Bulog. Himpunan kendaraan dinotasikan K dengan kapasitas Q yang homogen yaitu kg. Setiap titik distribusi i untuk setiap i V memiliki permintaan raskin sebanyak q i sehingga panjang rute dibatasi oleh kapasitas kendaraan. Setiap rusuk (i, j) E memiliki jarak tempuh c ij, waktu tempuh t ij, serta time windows e i t i l i. Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Jumlah permintaan raskin di setiap titik distribusi diketahui. 43

3 b. Setiap titik distribusi hanya dikunjungi satu kali. c. Jumlah kendaraan pengangkut yang tersedia (K) adalah 5 truk. d. Seluruh kendaraan pengangkut memiliki kapasitas (Q) yang homogen yaitu kg. e. Setiap titik distribusi yang terhubung memiliki jarak yang simetris atau tidak ada jalan yang searah c ij = c ji. f. Jarak antar 2 titik diperoleh dari jarak terdekat yang disarankan dari google maps. g. Time windows setiap titik distribusi yaitu pada pukul sampai dengan pukul (240 menit untuk masing-masing truk). h. Diasumsikan tidak terjadi kemacetan, kondisi jalan tidak rusak serta kendaraan dalam kondisi bagus. i. Waktu tempuh antara titik distribusi i dan j, yaitu t ij sudah termasuk lama pelayanan di titik distribusi i dimana lama pelayanannya adalah 15 menit. Berdasarkan asumsi-asumsi di atas maka model matematika dalam pendistribusian raskin di wilayah Kota Yogyakarta memiliki fungsi tujuan yaitu meminimumkan total waktu pendistribusian min z = t ij x ijk i=1 j =1 k=1. Dengan variabel keputusan sebagai berikut : 1. Variabel x ijk, i, j N, k K, i j. Variabel x ijk mempresentasikan ada atau tidaknya perjalanan dari titik 44

4 distribusi i ke titik distribusi j oleh kendaraan ke-k. 2. Variabel T ik, T 0k, dan s ik, i N, k K. Variabel T ik menyatakan waktu dimulainya pelayanan pada titik distribusi i oleh kendaraan k, T 0k menyatakan waktu saat kendaraan ke- k meninggalkan gudang dan kembali ke gudang, dan s ik menyatakan lamanya pelayanan di titik distribusi i oleh kendaraan ke-k. 3. Variabel Y ik dan q j, i, j N, k K. Variabel Y ik menyatakan kapasitas total kendaraan ke-k setelah melayani titik distribusi i, sedangkan q j menyatakan banyaknya permintaan titik distribusi j. Dan kendala dari permasalahan CVRPTW adalah sebagai berikut : 1. Setiap titik distribusi hanya dikunjungi tepat satu kali oleh kendaraan yang sama k=1 j =1 k x i,j = Total jumlah permintaan titik distribusi dalam satu rute tidak melebihi kapasitas kendaraan yang melayani rute tersebut. Misalkan terdapat lintasan dari i ke j dengan kendaraan k, maka Y ik + q j = Y jk, i, j N, k K. Y jk , j N, k K. 3. Jika ada perjalanan dari titik distribusi i ke titik distribusi j, maka waktu memulai pelayanan di titik distribusi j lebih dari atau sama dengan waktu kendaraan ke-k memulai pelayanan di titik distribusi i 45

5 ditambah waktu tempuh perjalanan dari titik distribusi i ke titik distribusi j. T ik + s ik + t ij T jk, i, j N, k K. 4. Waktu kendaraan untuk memulai pelayanan di titik distribusi i harus berada pada selang waktu e i, l i T ik 12.00, i N, k K. 5. Kekontinuan rute, artinya kendaraan yang mengunjungi setiap titik distribusi, setelah selesai melayani akan meninggalkan titik distribusi tersebut. 15 i=1 x ijk 15 x ijk i=1 = 0, i, j N, k K. 6. Variabel keputusan x ijk merupakan integer biner. x ijk 0,1, i, j N, k K. B. Penyelesaian Masalah CVRPTW pada Pendistribusian Raskin di Kota Yogyakarta Fokus pembahasan pada subbab sebelumnya yaitu penentuan rute pendistribusian raskin di Kota Yogyakarta dengan memperhatikan time windows menggunakan 5 truk pengangkut yang masing-masing memiliki kapasitas kg. Data kelurahan-kelurahan yang menjadi tujuan pendistribusian raskin beserta jumlah raskin yang harus didistribusikan terlampir pada Lampiran 1. Berdasarkan data kelurahan penerima pendistribusian raskin pada Lampiran 1 dan dengan bantuan google maps, 46

6 maka dapat diketahui letak titik-titik distribusi dan gudang Bulog seperti terlampir pada Gambar 3.1. Gambar 3.1. Peta Gudang Bulog Cupuwatu dan Kelurahan-kelurahan di Kota Yogyakarta Pada Gambar 3.1 diasumsikan bahwa setiap jalan memiliki kondisi yang sama kemudian dilakukan pengambilan setiap lokasi (gudang Bulog dan titik-titik distribusi) sebagai simpul dan dapat dibuat graf kosong seperti pada Gambar

7 Gambar 3.2. Graf Pendistribusian Raskin di Kota Yogyakarta Jarak antar simpul yang sama selalu nol dan jarak antar titik bersifat simetris yaitu jarak antara titik A ke titik B sama dengan jarak titik B ke titik A seperti yang terlampir pada Lampiran 2. Penentuan rute pendistribusian model CVRPTW adalah dengan mengunjungi setiap titik tanpa adanya pengulangan atau setiap titik hanya dikunjungi satu kali serta proses pendistribusian berlangsung pada waktu time windows yang telah ditentukan. Selanjutnya proses pencarian rute yang optimum dengan menggunakan algoritma genetika dapat diselesaikan dengan bantuan software Matlab. Pada penyelesaian algoritma genetika dengan metode CVRPTW, diperlukan data waktu untuk mengetahui berapa lama waktu yang dibutuhkan dalam proses pendistribusian. Lampiran 3 menyatakan waktu perjalanan antar titik distribusi dijumlahkan dengan pelayanan yang dilakukan pada tiap-tiap titik distribusi. Urutan langkah-langkah dalam penyelesaian masalah CVRPTW dengan menggunakan algoritma genetika adalah sebagai berikut : 48

8 1. Penyandian Gen (Pengkodean) Gen dalam hal ini merupakan representasi dari gudang Bulog yang merupakan tempat awal pendistribusian dan titik-titik distribusi atau kelurahan-kelurahan yang berada di wilayah Kota Yogyakarta, dengan kata lain gen merupakan titik suatu graf. Teknik representasi gen menggunakan teknik permutasi seperti pada Tabel 3.1 berikut : Tabel 3.1 Representasi Gen Gen Gudang Bulog / Titik Distribusi 0 Gudang Bulog Cupuwatu 1 Kantor Kelurahan Bener 2 Kantor Kelurahan Kricak 3 Kantor Kelurahan Karangwaru 4 Kantor Kelurahan Tegalrejo 5 Kantor Kelurahan Bumijo 6 Kantor Kelurahan Gowongan 7 Kantor Kelurahan Cokrodiningratan 8 Kantor Kelurahan Demangan 9 Kantor Kelurahan Terban 10 Kantor Kelurahan Kotabaru 11 Kantor Kelurahan Baciro 12 Kantor Kelurahan Klitren 13 Kantor Kelurahan Suryatmajan 14 Kantor Kelurahan Tegalpanggung 15 Kantor Kelurahan Bausasran 49

9 2. Mambangkitkan Populasi Awal (Spanning) Membangkitkan populasi awal adalah membangkitkan sejumlah gen secara acak untuk membentuk suatu kesatuan individu. Satu individu yang terbentuk terdiri dari 15 gen yang berisi dari gen ke-1 sampai dengan gen ke- 15. Gen tersebut membentuk rute pendistribusian raskin di Kota Yogyakarta. Pembangkitan individu disertai dengan membangkitkan kapasitas individu. Pembangkitan kapasitas individu memiliki tujuan untuk pembagian rute berdasarkan kapasitas truk pengangkut yang digunakan yaitu kg. Pengambilan beberapa rute secara acak dibantu dengan software Matlab. Hasil pengambilan secara acak rute perjalanan pendistribusian raskin yang membentuk populasi pada generasi awal adalah sebagai berikut. Data selengkapnya terdapat pada Lampiran 5. Dari hasil metode roulette wheel selection : Individu 1 = Permintaan 1 = Dari hasil metode seleksi turnamen : Individu 1 = Permintaan 1 = Selanjutnya individu dibagi menjadi beberapa rute dengan syarat setiap rute tidak boleh mendistribusikan raskin lebih dari muatan truk 50

10 pengangkut yaitu kg dengan jumlah truk pengangkut yang digunakan adalah 5 truk pengangkut. Rute pendistribusian setiap truk berawal dan berakhir di Gudang Bulog Cupuwatu. Gudang dipresentasikan dengan gen bernomor 0 dan titik-titik distribusi dipresentasikan dengan gen bernomor 1 sampai dengan 15. Tabel 3.2 menunjukkan pembagian rute pada individu 1. Tabel 3.2 (a) Pembagian Rute Roulette Wheel Selection Kendaraan ke- Rute Permintaan (kg) Waktu (menit) Total Waktu 807 Tabel 3.2 (b) Pembagian Rute Seleksi Turnamen Kendaraan ke- Rute Permintaan (kg) Waktu (menit) Total Waktu

11 3. Evaluasi Nilai Fitness (Fitness Value) Setelah dilakukan pembangkitan populasi awal, langkah selanjutnya yaitu menentukan nilai fitness dari setiap individu. Penggunaan nilai fitness bertujuan untuk menentukan rute terpendek dan waktu yang minimum. Diketahui nilai fitness dari setiap individu seperti pada Tabel 3.3 dengan bantuan software Matlab. Tabel 3.3 (a) Nilai Fitness Generasi Awal Roulette Wheel Selection Fitness Nilai Fitness Fitness Nilai Fitness Fitness 1 0,0022 Fitness 16 0,0021 Fitness 2 0,0021 Fitness 17 0,0021 Fitness 3 0,0022 Fitness 18 0,0022 Fitness 4 0,0023 Fitness 19 0,0022 Fitness 5 0,0022 Fitness 20 0,0023 Fitness 6 0,0021 Fitness 21 0,0022 Fitness 7 0,0023 Fitness 22 0,0022 Fitness 8 0,0022 Fitness 23 0,0021 Fitness 9 0,0022 Fitness 24 0,0022 Fitness 10 0,0023 Fitness 25 0,0021 Fitness 11 0,0021 Fitness 12 0,0023 Fitness 13 0,0022 Fitness 14 0,0022 Fitness 15 0,

12 Tabel 3.3 (b) Nilai Fitness Generasi Awal Seleksi Turnamen Fitness Nilai Fitness Fitness Nilai Fitness Fitness 1 0,0021 Fitness 16 0,0021 Fitness 2 0,0022 Fitness 17 0,0021 Fitness 3 0,0022 Fitness 18 0,0021 Fitness 4 0,0021 Fitness 19 0,0021 Fitness 5 0,0022 Fitness 20 0,0022 Fitness 6 0,0021 Fitness 21 0,0021 Fitness 7 0,0022 Fitness 22 0,0021 Fitness 8 0,0022 Fitness 23 0,0021 Fitness 9 0,0021 Fitness 24 0,0021 Fitness 10 0,0023 Fitness 25 0,0023 Fitness 11 0,0022 Fitness 12 0,0021 Fitness 13 0,0021 Fitness 14 0,0022 Fitness 15 0,0022 Permasalahan CVRPTW memperhatikan perhitungan nilai fitness dilakukan dengan menambahkan waktu serta pinalti. Jika waktu pelayanan melebihi jam buka pelanggan maka nilai fitness dihitung dari waktu yang dibutuhkan dalam proses distribusi dijumlahkan dengan pinalti. Perhitungan nilai fitness menggunakan rumus 2.8. Setelah dihitung nilai fitness dari masing-masing individu, maka diperoleh nilai fitness terbaik dari populasi awal. Individu dengan nilai fitness terbaik dari populasi generasi pertama akan dipertahankan dan dibawa ke generasi selanjutnya. Langkah selanjutnya yaitu melakukan seleksi untuk menentukan individu sebagai induk. 53

13 4. Seleksi (Selection) Tahap selanjutnya yaitu seleksi untuk memilih secara acak individu dari populasi sebelumnya untuk dijadikan induk. Induk tersebut akan dilakukan proses pindah silang (crossover) dengan individu lain yang telah terpilih. Metode seleksi yang dipilih dalam penelitian ini yaitu : roulette wheel selection, dan seleksi turnamen. a. Roulette Wheel Selection Metode roulette wheel selection dianalogikan seperti permainan roda putar. Pada permainan roda putar, lingkaran roda dibagi menjadi beberapa wilayah. Lebar suatu wilayah kromosom ditentukan menurut nilai fitnessnya. Semakin besar nilai fitness maka luas wilayahnya juga akan semakin besar dan peluang kromosom untuk terpilih juga besar. Induk-induk yang terpilih dari roulette wheel selection pada Lampiran 6 dan prosedur roulette wheel selection terdapat pada Lampiran 4 merupakan hasil output dari software Matlab. Berikut hasil individu yang terpilih sebagai induk dari metode roulette wheel selection. Induk 1 = Individu 5 = Induk 2 = Individu 23 = b. Seleksi Turnamen Pada metode sekelsi turnamen, n individu dipilih secara acak. Banyaknya perbandingan dalam turnamen terhadap individu biasanya disebut 54

14 dengan tournament size. Satu individu akan bersaing dengan individu lain untuk menentukan nilai fitness tertinggi yang nantinya akan menjadi pemenang dan individu sebagai pemenang akan terpilih dalam populasi generasi berikutnya. Induk-induk yang terpilih pada Lampiran 6 dan prosedur seleksi turnamen terdapat pada Lampiran 4 Berikut hasil individu yang terpilih sebagai induk dari metode seleksi turnamen dihasilkan dari output software Matlab. Induk 1 = Individu 20 = Induk 2 = Individu 20 = Pindah Silang (Crossover) Setelah terpilih induk-induk dari proses seleksi, selanjutnya indukinduk tersebut secara bergantian dilakukan proses pindah silang. Pindah silang menghasilkan individu baru hasil dari 2 induk yang disebut anak (offspring). Pindah silang ini diimplementasikan dengan skema order crossover. Setiap pasang induk menghasilkan sepasang anak agar proses seleksi pada generasi selanjutnya mendapatkan jumlah populasi yang sama. Proses pindah silang ditentukan oleh Pc (Probabilitas Crossover) dan nilai probabilitas pasangan induk. Setiap pasangan induk akan diberikan suatu nilai [0,1] secara acak, jika probabilitas pasangan induk kurang dari Pc maka dilakukan pindah silang dan berlaku sebaliknya. Apabila tidak terjadi pindah silang maka anak untuk generasi selanjutnya adalah induk. Berikut proses 55

15 pindah silang yang terjadi pada percobaan yang telah dilakukan dengan bantuan software Matlab. Hasil pindah silang terlampir pada Lampiran 7. Proses pindah silang dari hasil metode roulette wheel selection. 1) Induk Induk 1 = Induk 2 = ) Anak Anak 1 = Anak 2 = Proses pindah silang dari hasil metode seleksi turnamen. 1) Induk Induk 1 = Induk 2 = ) Anak Anak 1 = Anak 2 = Mutasi (Mutation) Tahap selanjutnya setelah dilakukan proses pindah silang (crossover), anak yang telah dihasilkan pada proses tersebut selanjutnya akan diproses ke tahap mutasi. Proses mutasi dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh individu baru sebagai kandidat solusi pada generasi selanjutnya dengan nilai fitness yang lebih baik dan lama-kalamaan akan menuju solusi optimum yang 56

16 diinginkan. Skema mutasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu swapping mutation. Untuk semua gen yang ada, jika bilangan random yang dibangkitkan [0,1] kurang dari probabilitas mutasi yang telah ditentukan sebelumnya, maka nilai gen tersebut akan ditukarkan dengan nilai gen lain yang dipilih secara acak. Berikut proses mutasi yang terjadi pada percobaan dengan bantuan software Matlab. Hasil mutasi terlampir pada Lampiran 8. Proses mutasi dari hasil metode roulette wheel selection 1) Sebelum dimutasi Anak 1 = Anak 2 = ) Setelah dimutasi Anak 1 = Anak 2 = Proses mutasi dari hasil metode seleksi turnamen 1) Sebelum dimutasi Anak 1 = Anak 2 = ) Setelah dimutasi Anak 1 = Anak 2 =

17 7. Pembentukan Populasi Baru Setelah langkah-langkah di atas dilakukan, maka tahap selanjutnya yaitu pembentukan populasi baru di generasi kedua. Individu terbaik dengan nilai fitness tertinggi pada populasi awal dibawa ke populasi selanjutnya, proses ini dinamakan elitism. Prosedur pembentukan populasi selanjutnya terdapat dalam Lampiran 4 dengan bantuan software Matlab. Berikut merupakan hasil populasi baru generasi selanjutnya untuk Individu 1. Populasi baru generasi ke-200 menurut metode roulette wheel selection Individu 1 = Permintaan 1 = Populasi baru generasi ke-800 menurut metode seleksi turnamen Individu 1 = Permintaan 1 = Setelah diperoleh generasi baru maka proses selanjutnya yaitu mencari total waktu generasi baru. Iterasi dilakukan hingga mendapatkan total waktu yang optimum dan konvergen pada generasi tertentu. Sifat dari algoritma genetika yaitu random generator, sehingga setiap melakukan tahap seleksi akan menghasilkan solusi yang berbeda. Penelitian ini akan dilakukan beberapa kali percobaan dalam pengaplikasian algoritma genetika dengan software Matlab agar diperoleh solusi yang optimum, yaitu dengan mengubah- 58

18 ubah ukuran populasi dan jumlah generasi. Pada Lampiran 9 menyatakan populasi baru untuk metode roulette wheel selection dan populasi baru metode seleksi turnamen. Berikut merupakan tabel hasil percobaan dengan menggunakan beberapa nilai ukuran populasi dan jumlah generasi yang berbeda-beda. Pada Tabel 3.4 (a) menyatakan hasil percobaan untuk metode roulette wheel selection sedangkan Tabel 3.4 (b) menyatakan hasil percobaan untuk metode seleksi turnamen. Tabel 3.4 (a) Hasil Percobaan Menggunakan Roulette Wheel Selection Percobaan ke- Ukuran Populasi Jumlah Generasi Total Waktu Rata-rata

19 Tabel 3.4 (b) Hasil Percobaan Menggunakan Seleksi Turnamen Percobaan ke- Ukuran Populasi Jumlah Generasi Total Waktu Rata-rata 832 Berdasarkan Tabel 3.4 telah dilakukan uji coba dengan beberapa ukuran populasi random yaitu 20, 25, dan 30. Jumlah iterasi yang digunakan yaitu 200, 400, 600, 800, dan Pemilihan ukuran populasi dan jumlah iterasi yang bervariasi hanya untuk menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah ukuran populasi dan jumlah iterasi yang digunakan tidak menjamin solusi yang dihasilkan lebih optimum. Penelitian ini menggunakan parameter dengan nilai yang sama untuk kedua metode seleksi yaitu crossover rate 0,8 dan mutation rate 0,03 sedangkan untuk metode seleksi turnamen dipilih 60

20 tournament size 4 dan probabilitas turnamennya 0,8. Berdasarkan hasil percobaan untuk metode roulette wheel selection diperoleh rata-rata waktu yaitu 841 menit, dengan waktu minimum yaitu 783 menit untuk ukuran populasi 30 pada iterasi ke-200. Sedangkan untuk metode seleksi turnamen diperoleh rata-rata waktu yaitu 835 menit, dengan waktu minimum 772 menit untuk ukuran populasi 25 pada iterasi ke-800. C. Teknik Penarikan Kesimpulan Tabel 3.4 (a) dan Tabel 3.4 (b) merupakan tabel hasil percobaan yang telah dilakukan untuk kedua metode seleksi. Selanjutnya akan dilakukan uji beda rata-rata data tidak berpasangan untuk mengetahui perbedaan rata-rata untuk kedua metode seleksi. Sebelum dilakukan uji beda rata-rata menggunakan Uji T-Test, dilakukan terlebih dahulu uji normalitas dan uji homogenitas. Uji ini bertujuan untuk membuktikan bahwa data hasil percobaan untuk kedua metode seleksi berdistribusi normal dan memiliki variansi yang sama. Uji yang dilakukan dilakukan dengan bantuan software SPSS. 1. Uji Normalitas menggunakan Uji Shapiro-Wilk untuk data tidak berpasangan i. Hipotesis H 0 : Total waktu metode roulette wheel selection dan seleksi turnamen berdistribusi normal. H 1 : Total waktu metode roulette wheel selection dan seleksi turnamen tidak berdistribusi normal. 61

21 ii. Taraf signifikansi yang digunakan yaitu 0,05 iii. Kriteria penolakan H 0 ditolak jika nilai signifikansi < 0,05 iv. Perhitungan Dengan menggunakan program SPSS, diperoleh hasil seperti pada Tabel 3.5. Tabel 3.5 Test of Normality Kelompok Seleksi 1 2 Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk Statistic Df Sig Statistic Df Sig 0, ,200 0, ,056 0, ,200 0, ,082 v. Keputusan Berdasarkan output Test of Normality, diperoleh nilai signifikansi untuk uji Shapiro-Wilk untuk metode seleksi 1 (Roulette Wheel Selection) sebesar 0,056 dan nilai signifikansi untuk metode seleksi 2 (Seleksi Turnamen) sebesar 0,082. Karena kedua nilai signifikansi >0,05 maka H 0 diterima dan dapat disimpulkan bahwa total waktu metode roulette wheel selection dan seleksi turnamen berdistribusi normal. 1. Uji Homogenitas menggunakan ANOVA i. Hipotesis H 0 : Total waktu metode roulette wheel selection dan seleksi turnamen memiliki variansi yang homogen. 62

22 H 1 : Total waktu metode roulette wheel selection dan seleksi turnamen memiliki variansi yang tidak homogen. ii. Taraf signifikansi yang digunakan yaitu 0,05 iii. Kriteria penolakan H 0 ditolak jika nilai signifikansi < 0,05 iv. Perhitungan Dengan menggunakan program SPSS, diperoleh hasil seperti pada Tabel 3.6. Tabel 3.6 ANOVA Sum Of df Mean F Sig. Squares Squares Between Groups 440, ,833 0,234 0,632 Within Groups 52767, ,548 Total 53208, v. Keputusan Berdasarkan output Tabel ANOVA, diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,632. Karena nilai signifikansi >0,05 maka H 0 diterima dan dapat disimpulkan bahwa total waktu metode roulette wheel selection dan seleksi turnamen memiliki variansi yang homogen. 2. Uji T-Test untuk dua sampel yang tidak berpasangan i. Hipotesis H 0 : Tidak terdapat perbedaan rata-rata waktu distribusi antara metod roulette wheel selection dan seleksi turnamen 63

23 H 1 : Terdapat perbedaan rata-rata waktu distribusi antara metode roulette wheel selection dan seleksi turnamen ii. Taraf signifikansi = 0,05 iii. Kriteria penolakan H 0 diterima jika nilai signifikansi atau sign (2-tailed) >0,05 iv. Perhitungan Dengan menggunakan program SPSS, diperoleh hasil seperti pada Tabel 3.7 berikut. Tabel 3.7 Independent Sample Test Seleksi Equal variance assumed Equal variances not assumed Levene s Test for t-test Equality of Variance F Sig t df Sig (2-tailed) 2,295 0,141 0, ,646 0,465 23,674 0,646 v. Keputusan Berdasarkan output Independent Sample Test, diperoleh nilai sign (2- tailed) sebesar 0,646. Karena nilai sign (2-tailed) >0,05 maka H 0 diterima dan dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan rata-rata waktu distribusi antara metode roulette wheel selection dan seleksi turnamen. Hasil pengujian kedua metode seleksi memberikan solusi yang relatif sama, sehingga pada penelitian ini metode seleksi tidak terlalu berpengaruh pada solusi yang dihasilkan. Pada hasil percobaan penelitian ini, ukuran 64

24 populasi dan jumlah iterasi yang besar tidak menjamin nilai fitness yang diperoleh akan semakin baik. Semakin besar jumlah generasi yang diuji, semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk proses running tetapi jika jumlah generasi yang diuji hanya sedikit mengakibatkan solusi yang diperoleh akan terjebak dalam lokal optimal. Faktor yang sangat mempengaruhi terhadap solusi dari algoritma genetika yaitu populasi awal yang dibangkitkan, metode seleksi yang dipilih, serta probabilitas crossover dan probabilitas mutasi yang digunakan. Berdasarkan Tabel 3.4 (a) untuk metode roulette wheel selection diperoleh total waktu terbaik pada percobaan ke-6 yaitu 783 menit dan dengan fitness terbaik 0, Gambar 3.3 merupakan grafik percobaan ke-6 dari hasil ouput software Matlab. Gambar 3.3 Grafik Metode Roulette Wheel Selection Dari gambar grafik yang diperoleh dari output Matlab, terdapat 2 kurva. Kurva yang berada di atas merupakan kurva nilai fitness pada generasi 65

25 ke-200, sedangkan kurva yang berada di bawah merupakan kurva nilai fitness rata-rata dari 200 generasi. Berikut merupakan jalur yang terbaik yang diperoleh pada percobaan ke-6 seperti pada Tabel 3.8. Tabel 3.8 Pembagian Rute Metode Roulette Wheel Selection Kendaraan Total Waktu Rute Permintaan ke- (menit) Total Waktu 783 Keterangan : 1) Rute kendaraan 1 = Gudang Kel. Demangan Kel. Klitren Kel. Kotabaru Kel. Terban Kel. Tegalrejo Gudang dengan kapasitas muatan kg dan total waktu yang dibutuhkan yaitu 181 menit. 2) Rute kendaraan 2 = Gudang Kel. Tegalpanggung Kel. Gowongan Gudang dengan kapasitas muatan kg dan total waktu yang dibutuhkan yaitu 118 menit. 3) Rute kendaraan 3 = Gudang Kel. Cokrodiningratan Kel. Karangwaru Gudang dengan kapasitas muatan kg dan total waktu yang dibutuhkan yaitu 124 menit. 66

26 4) Rute kendaraan 4 = Gudang Kel. Kricak Gudang dengan kapasitas muatan kg dan total waktu yang dibutuhkan yaitu 108 menit. 5) Rute kendaraan 5 = Gudang Kel. Bener Kel. Bumijo Kel. Suryatmajan Gudang dengan kapasitas muatan dan total waktu yang dibutuhkan yaitu 145 menit. 6) Rute kendaraan 6 = Gudang Kel. Bausasran Kel. Baciro Gudang dengan kapasitas muatan kg dan total waktu yang dibutuhkan yaitu 107 menit. Dari hasil pembagian rute metode roulette wheel selection diketahui bahwa kendaraan pengangkut yang dibutuhkan yaitu 6 kendaraan, sedangkan kendaraan pengangkut yang dimiliki hanya berjumlah 5 kendaraan sehingga ada 1 kendaraan yang akan melakukan dua kali proses distribusi. Masalah ini dapat diselesaikan dengan menggunakan truk yang sama untuk pendistribusian rute ke-4 dan ke-6. Penyebaran rute pendistribusian raskin di wilayah Kota Yogyakarta untuk metode roulette wheel selection dengan tampilan graf akan ditampilkan pada Gambar

27 Gambar 3.4 Rute Kendaraan Metode Roulette Wheel Selection Keterangan : = Rute kendaraan ke-1 = Rute kendaraan ke-2 = Rute kendaraan ke-3 = Rute kendaraan ke-4 = Rute kendaraan ke-5 = Rute kendaraan ke-6 Berdasarkan Tabel 3.4 (b) untuk metode seleksi turnamen diperoleh nilai fitness terbaik pada percobaan ke-4 yaitu sebesar 0, dengan total waktu tempuhnya 772 menit. Gambar 3.5 merupakan grafik percobaan ke-4 dari hasil ouput software Matlab. 68

28 Gambar 3.5 Grafik Metode Seleksi Turnamen Dari gambar grafik yang diperoleh dari output Matlab, terdapat 2 kurva. Kurva yang berada di atas merupakan kurva nilai fitness pada generasi ke-800, sedangkan kurva yang berada di bawah merupakan kurva nilai fitness rata-rata dari 800 generasi. Berikut merupakan jalur yang terbaik yang diperoleh pada percobaan ke-4 seperti pada Tabel 3.9. Tabel 3.9 Pembagian Rute Metode Seleksi Turnamen Kendaraan Total Waktu Rute Permintaan ke- (menit) Total Waktu

29 Keterangan : 1) Rute kendaraan 1 = Gudang Kel. Klitren Kel. Kotabaru Kel. Terban Kel. Bumijo Gudang dengan kapasitas muatan kg dan total waktu yang dibutuhkan yaitu 158 menit. 2) Rute kendaraan 2 = Gudang Kel. Tegalrejo Kel. Bener Gudang dengan kapasitas muatan kg dan total waktu yang dibutuhkan 134 menit. 3) Rute kendaraan 3 = Gudang Kel. Kricak Gudang dengan kapasitas muatan kg dan total waktu yang dibutuhkan 108 menit. 4) Rute kendaraan 4 = Gudang Kel. Bener Gudang dengan kapasitas muatan kg dan total waktu yang dibutuhkan 112 menit. 5) Rute kendaraan 5 = Gudang Kel. Tegalpanggung Kel. Suryatmajan Kel. Bausasran Gudang dengan kapasitas muatan kg dan total waktu yang dibutuhkan 129 menit. 6) Rute kendaraan 6 = Gudang Kel. Baciro Kel. Demangan Gudang dengan kapasitas muatan kg dan total waktu yang dibutuhkan 100 menit. Dari hasil pembagian rute metode seleksi turnamen diketahui bahwa kendaraan pengangkut yang dibutuhkan yaitu 6 kendaraan, sedangkan kendaraan pengangkut yang dimiliki hanya berjumlah 5 kendaraan sehingga ada 1 kendaraan yang akan melakukan dua kali proses distribusi. Masalah ini dapat diselesaikan dengan menggunakan truk yang sama untuk pendistribusian rute ke-3 dan ke-6. Penyebaran rute pendistribusian raskin di wilayah Kota 70

30 Yogyakarta untuk metode seleksi turnamen dengan tampilan graf akan ditampilkan pada Gambar 3.6. Gambar 3.6 Rute Kendaraan Metode Seleksi Turnamen Keterangan : = Rute kendaraan ke-1 = Rute kendaraan ke-2 = Rute kendaraan ke-3 = Rute kendaraan ke-4 = Rute kendaraan ke-5 = Rute kendaraan ke-6 71

31 D. Perbandingan Rute Menggunakan Algoritma Genetika dengan Variasi Seleksi Percobaan ke-6 merupakan hasil untuk metode roulette wheel selection sedangka metode seleksi turnamen memberikan solusi pada percobaan ke-4. Perbandingan rute yang diperoleh menggunakan algoritma genetika dengan variasi seleksi ditunjukkan pada Tabel 3.10 berikut : Tabel 3.10 Perbandingan Rute yang Diperoleh dengan Variasi Seleksi Metode Roulette Wheel Selection Rute Total Waktu Rute Permintaan ke- (menit) Total Seluruh Waktu 783 Metode Seleksi Turnamen Rute Total Waktu Rute Permintaan ke- (menit) Total Seluruh Waktu

32 Pada Tabel 3.10, dapat diketahui bahwa perbedaan solusi yang dihasilkan dari kedua metode seleksi tidak terlalu signifikan, sehingga solusi yang diperoleh relatif sama. Dari metode roulette wheel selection diperoleh waktu 783 menit untuk serangkaian proses distribusi, sedangkan untuk metode seleksi turnamen diperoleh waktu 772 menit untuk seluruh proses distribusi. Seluruh proses pendistribusian bisa dilakukan dalam 1 hari saja. Hal ini memiliki perbedaan dengan data asli dari Gudang Bulog yang membutuhkan waktu hingga 5 hari untuk seluruh proses pendistribusian. Dalam proses pendistribusian, gudang Bulog memiliki 5 akomodasi angkutan yang dapat digunakan setiap harinya dari selang waktu pukul sampai dengan (240 menit). Tabel 3.11 akan ditunjukkan pembagian rute perjalanan oleh masing-masing truk agar proses pendistribusian tidak melebihi batas waktu yang tersedia. Tabel 3.11 Total Waktu yang Dibutuhkan Setiap Truk Metode Roulette Wheel Selection Metode Seleksi Turnamen Truk ke- Rute ke- Total Waktu (menit) Truk ke- Rute ke- Total Waktu (menit) dan dan

BAB III PEMBAHASAN. A. Model Matematika CVRPTW pada Pendistribusian Galon. Air Mineral di PT Artha Envirotama (Evita) Sleman

BAB III PEMBAHASAN. A. Model Matematika CVRPTW pada Pendistribusian Galon. Air Mineral di PT Artha Envirotama (Evita) Sleman BAB III PEMBAHASAN Pada bab ini, dibahas mengenai model matematika dari pendistribusian galon air mineral dan penyelesaiannya dengan algoritma genetika menggunakan order crossover dan cycle crossover.

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Berikut akan diberikan pembahasan mengenai penyelesaikan CVRP dengan

BAB III PEMBAHASAN. Berikut akan diberikan pembahasan mengenai penyelesaikan CVRP dengan BAB III PEMBAHASAN Berikut akan diberikan pembahasan mengenai penyelesaikan CVRP dengan Algoritma Genetika dan Metode Nearest Neighbour pada pendistribusian roti di CV. Jogja Transport. 3.1 Model Matetematika

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI ALGORITMA GENETIKA DENGAN VARIASI SELEKSI DALAM PENYELESAIAN CAPACITATED VEHICLE ROUTING PROBLEM WITH TIME WINDOWS

IMPLEMENTASI ALGORITMA GENETIKA DENGAN VARIASI SELEKSI DALAM PENYELESAIAN CAPACITATED VEHICLE ROUTING PROBLEM WITH TIME WINDOWS IMPLEMENTASI ALGORITMA GENETIKA DENGAN VARIASI SELEKSI DALAM PENYELESAIAN CAPACITATED VEHICLE ROUTING PROBLEM WITH TIME WINDOWS (CVRPTW) UNTUK OPTIMASI RUTE PENDISTRIBUSIAN RASKIN DI KOTA YOGYAKARTA TUGAS

Lebih terperinci

Tabel Data Pendistribusian Raskin di Wilayah Kota Yogyakarta. No Kecamatan Kelurahan Banyak Keluarga

Tabel Data Pendistribusian Raskin di Wilayah Kota Yogyakarta. No Kecamatan Kelurahan Banyak Keluarga Lampiran 1 Tabel Data Pistribusian Raskin di Wilayah Kota Yogyakarta Raskin No Kecamatan Kelurahan Banyak Keluarga Jumlah Beras (kg) 1 Tegalrejo Bener 266 3.990 2 Kricak 750 11.250 3 Karangwaru 377 5.655

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. memindahkan barang dari pihak supplier kepada pihak pelanggan dalam suatu supply

BAB II KAJIAN TEORI. memindahkan barang dari pihak supplier kepada pihak pelanggan dalam suatu supply BAB II KAJIAN TEORI Berikut diberikan beberapa teori pendukung untuk pembahasan selanjutnya. 2.1. Distribusi Menurut Chopra dan Meindl (2010:86), distribusi adalah suatu kegiatan untuk memindahkan barang

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI ALGORITMA GENETIKA DENGAN VARIASI CROSSOVER

IMPLEMENTASI ALGORITMA GENETIKA DENGAN VARIASI CROSSOVER SKRIPSI IMPLEMENTASI ALGORITMA GENETIKA DENGAN VARIASI CROSSOVER DALAM PENYELESAIAN CAPACITATED VEHICLE ROUTING PROBLEM WITH TIME WINDOWS (CVRPTW) PADA PENDISTRIBUSIAN AIR MINERAL DI PT ARTHA ENVIROTAMA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Pusat hingga Pemerintah Daerah, salah satu program dari

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Pusat hingga Pemerintah Daerah, salah satu program dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan kesejahteraan dalam memenuhi kebutuhan pangan masyarakat berpendapatan rendah merupakan program nasional dari Pemerintah Pusat hingga Pemerintah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. digunakan dalam penelitian ini yaitu graf, vehicle routing problem (VRP),

BAB II KAJIAN PUSTAKA. digunakan dalam penelitian ini yaitu graf, vehicle routing problem (VRP), BAB II KAJIAN PUSTAKA Secara umum, pada bab ini akan dibahas mengenai kajian teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu graf, vehicle routing problem (VRP), capacitated vehicle routing problem with

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA DAN ALGORITMA SWEEP PADA PENYELESAIAN CAPACITATED VEHICLE ROUTING PROBLEM (CVRP) UNTUK OPTIMASI PENDISTRIBUSIAN GULA

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA DAN ALGORITMA SWEEP PADA PENYELESAIAN CAPACITATED VEHICLE ROUTING PROBLEM (CVRP) UNTUK OPTIMASI PENDISTRIBUSIAN GULA PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA DAN ALGORITMA SWEEP PADA PENYELESAIAN CAPACITATED VEHICLE ROUTING PROBLEM (CVRP) UNTUK OPTIMASI PENDISTRIBUSIAN GULA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PENYELESAIAN CAPACITATED VEHICLE ROUTING PROBLEM

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PENYELESAIAN CAPACITATED VEHICLE ROUTING PROBLEM PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PENYELESAIAN CAPACITATED VEHICLE ROUTING PROBLEM (CVRP) UNTUK DISTRIBUSI SURAT KABAR KEDAULATAN RAKYAT DI KABUPATEN SLEMAN SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Matematika

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. A. Model Capacitated Vehicle Routing Problem (CVRP) untuk Optimasi Rute

BAB III PEMBAHASAN. A. Model Capacitated Vehicle Routing Problem (CVRP) untuk Optimasi Rute BAB III PEMBAHASAN A. Model Capacitated Vehicle Routing Problem (CVRP) untuk Optimasi Rute Distribusi Gula di Pabrik Gula Yogyakarta Alur pendistribusian gula dimulai dari pemesanan gula yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab kajian pustaka berikut ini akan dibahas beberapa materi yang meliputi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab kajian pustaka berikut ini akan dibahas beberapa materi yang meliputi BAB II KAJIAN PUSTAKA Pada bab kajian pustaka berikut ini akan dibahas beberapa materi yang meliputi graf, permasalahan optimasi, model matematika dari objek wisata di Yogyakarta, dan algoritma genetika

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. 2.1 Teka-Teki Silang

BAB 2 DASAR TEORI. 2.1 Teka-Teki Silang BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Teka-Teki Silang Teka-teki silang atau disingkat TTS adalah suatu permainan yang mengharuskan penggunanya untuk mengisi ruang-ruang kosong dengan huruf-huruf yang membentuk sebuah

Lebih terperinci

BAB III. Metode Penelitian

BAB III. Metode Penelitian BAB III Metode Penelitian 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara umum diagram alir algoritma genetika dalam penelitian ini terlihat pada Gambar 3.1. pada Algoritma genetik memberikan suatu pilihan bagi penentuan

Lebih terperinci

GENETIKA UNTUK MENENTUKAN RUTE LOPER KORAN DI AGEN SURAT KABAR

GENETIKA UNTUK MENENTUKAN RUTE LOPER KORAN DI AGEN SURAT KABAR MULTI TRAVELING SALESMAN PROBLEM (MTSP) DENGAN ALGORITMA Abstrak GENETIKA UNTUK MENENTUKAN RUTE LOPER KORAN DI AGEN SURAT KABAR Oleh : Fitriana Yuli Saptaningtyas,M.Si. Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka (Samuel, Toni & Willi 2005) dalam penelitian yang berjudul Penerapan Algoritma Genetika untuk Traveling Salesman Problem Dengan Menggunakan Metode Order Crossover

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. digunakan dalam penelitian yaitu teori graf, vehicle routing problem (VRP),

BAB II KAJIAN TEORI. digunakan dalam penelitian yaitu teori graf, vehicle routing problem (VRP), BAB II KAJIAN TEORI Secara umum, pada bab ini membahas mengenai kajian teori yang digunakan dalam penelitian yaitu teori graf, vehicle routing problem (VRP), capacitated vehicle routing problem with time

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. algoritma genetika pada penyelesaian capacitated vehicle routing problem (CVRP)

BAB IV PENUTUP. algoritma genetika pada penyelesaian capacitated vehicle routing problem (CVRP) BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan mengenai penerapan algoritma sweep dan algoritma genetika pada penyelesaian capacitated vehicle routing problem (CVRP) untuk distribusi gula di Yogyakarta,

Lebih terperinci

BAB III MODEL DAN TEKNIK PEMECAHAN

BAB III MODEL DAN TEKNIK PEMECAHAN BAB III MODEL DAN TEKNIK PEMECAHAN III.1. Diskripsi Sistem Sistem pendistribusian produk dalam penelitian ini adalah berkaitan dengan permasalahan vehicle routing problem (VRP). Berikut ini adalah gambar

Lebih terperinci

OPTIMASI JALUR TRANSPORTASI PRODUK HOUSING CLUTCH DENGAN MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIKA PADA PT. SUZUKI INDOMOBIL MOTOR PLANT CAKUNG

OPTIMASI JALUR TRANSPORTASI PRODUK HOUSING CLUTCH DENGAN MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIKA PADA PT. SUZUKI INDOMOBIL MOTOR PLANT CAKUNG OPTIMASI JALUR TRANSPORTASI PRODUK HOUSING CLUTCH DENGAN MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIKA PADA PT. SUZUKI INDOMOBIL MOTOR PLANT CAKUNG Disusun Oleh : Nama : Mochammad Brananta Arya Lasmono NPM : 34412653

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI 27 BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI 3.1 Analisis Pada subbab ini akan diuraikan tentang analisis kebutuhan untuk menyelesaikan masalah jalur terpendek yang dirancang dengan menggunakan algoritma

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Travelling Salesman Problem (TSP) Travelling Salesmen Problem (TSP) termasuk ke dalam kelas NP hard yang pada umumnya menggunakan pendekatan heuristik untuk mencari solusinya.

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. harga minyak mentah di Indonesia dari bulan Januari 2007 sampai Juni 2017.

BAB III PEMBAHASAN. harga minyak mentah di Indonesia dari bulan Januari 2007 sampai Juni 2017. BAB III PEMBAHASAN Data yang digunakan dalam bab ini diasumsikan sebagai data perkiraan harga minyak mentah di Indonesia dari bulan Januari 2007 sampai Juni 2017. Dengan demikian dapat disusun model Fuzzy

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. menggunakan model Fuzzy Mean Absolute Deviation (FMAD) dan penyelesaian

BAB III PEMBAHASAN. menggunakan model Fuzzy Mean Absolute Deviation (FMAD) dan penyelesaian BAB III PEMBAHASAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai pembentukan portofolio optimum menggunakan model Fuzzy Mean Absolute Deviation (FMAD) dan penyelesaian model Fuzzy Mean Absolute Deviation (FMAD)

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN. Gambar 3.1 di bawah ini mengilustrasikan jalur pada TSP kurva terbuka jika jumlah node ada 10:

BAB III PERANCANGAN. Gambar 3.1 di bawah ini mengilustrasikan jalur pada TSP kurva terbuka jika jumlah node ada 10: BAB III PERANCANGAN Pada bagian perancangan ini akan dipaparkan mengenai bagaimana mencari solusi pada persoalan pencarian rute terpendek dari n buah node dengan menggunakan algoritma genetika (AG). Dari

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. berbeda di, melambangkan rusuk di G dan jika adalah. a. dan berikatan (adjacent) di. b. rusuk hadir (joining) simpul dan di

BAB II KAJIAN TEORI. berbeda di, melambangkan rusuk di G dan jika adalah. a. dan berikatan (adjacent) di. b. rusuk hadir (joining) simpul dan di 1. Teori graf BAB II KAJIAN TEORI 1. Definisi Graf G membentuk suatu graf jika terdapat pasangan himpunan ) )), dimana ) (simpul pada graf G) tidak kosong dan ) (rusuk pada graf G). Jika dan adalah sepasang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kemampuan pemahaman matematik siswa dan data hasil skala sikap.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kemampuan pemahaman matematik siswa dan data hasil skala sikap. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil dan Temuan Penelitian Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data nilai tes kemampuan pemahaman matematik siswa dan data hasil skala sikap. Selanjutnya,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Penyajian Statistik Deskripsi Hasil Penelitian 1. Kemampuan Awal Siswa Dalam penelitian ini seperti telah dijelaskan pada bab III, analisis tentang data kemampuan awal digunakan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Menyajikan data permintaan daging ayam di PT Ciomas Adisatwa pada hari Senin

BAB IV PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Menyajikan data permintaan daging ayam di PT Ciomas Adisatwa pada hari Senin BAB IV PEMBAHASAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai penggunaan metode Clarke and Wright Saving dan Algoritma Genetika pada pendistribusian daging ayam di PT Ciomas Adisatwa 4.1. Pendistribusian Ayam

Lebih terperinci

T I N J A U A N P U S T A K A Algoritma Genetika [5]

T I N J A U A N P U S T A K A Algoritma Genetika [5] Algoritma Genetika [5] Fitness adalah nilai yang menyatakan baik-tidaknya suatu jalur penyelesaian dalam permasalahan TSP,sehingga dijadikan nilai acuan dalam mencari jalur penyelesaian optimal dalam algoritma

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PENYELESAIAN CAPACITATED VEHICLE ROUTING PROBLEM

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PENYELESAIAN CAPACITATED VEHICLE ROUTING PROBLEM PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PENYELESAIAN CAPACITATED VEHICLE ROUTING PROBLEM (CVRP) UNTUK DISTRIBUSI SURAT KABAR KEDAULATAN RAKYAT DI KABUPATEN SLEMAN Jurnal Diajukan Kepada Fakultas Matematika dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dilingkungan Jurusan Ilmu Komputer Fakultas Matematika

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dilingkungan Jurusan Ilmu Komputer Fakultas Matematika BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dilingkungan Jurusan Ilmu Komputer Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung. Waktu penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data nilai tes kemampuan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data nilai tes kemampuan 6162 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data nilai tes kemampuan komunikasi matematis siswa dan data hasil skala sikap. Selanjutnya,

Lebih terperinci

Lingkup Metode Optimasi

Lingkup Metode Optimasi Algoritma Genetika Lingkup Metode Optimasi Analitik Linier Non Linier Single Variabel Multi Variabel Dgn Kendala Tanpa Kendala Numerik Fibonacci Evolusi Complex Combinasi Intelijen/ Evolusi Fuzzy Logic

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Penjadwalan Perkuliahan Penjadwalan memiliki pengertian durasi dari waktu kerja yang dibutuhkan untuk melakukan serangkaian untuk melakukan aktivitas kerja[10]. Penjadwalan juga

Lebih terperinci

Pencarian Rute Terpendek untuk Pengoptimalan Ditribusi Sales Rokok Gudang Garam di kecamatan Wuluhan Kabupaten Jember Menggunakan Algoritma Genetika

Pencarian Rute Terpendek untuk Pengoptimalan Ditribusi Sales Rokok Gudang Garam di kecamatan Wuluhan Kabupaten Jember Menggunakan Algoritma Genetika Pencarian Rute Terpendek untuk Pengoptimalan Ditribusi Sales Rokok Gudang Garam di kecamatan Wuluhan Kabupaten Jember Menggunakan Algoritma Genetika Priza Pandunata, Rachmad Agung Bagaskoro, Agung Ilham

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Algoritma Genetika

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Algoritma Genetika 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Algoritma Genetika Algoritma genetika merupakan metode pencarian yang disesuaikan dengan proses genetika dari organisme-organisme biologi yang berdasarkan pada teori evolusi

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI ALGORITMA GENETIKA DALAM OPTIMASI JALUR PENDISTRIBUSIAN KERAMIK PADA PT. CHANG JUI FANG

IMPLEMENTASI ALGORITMA GENETIKA DALAM OPTIMASI JALUR PENDISTRIBUSIAN KERAMIK PADA PT. CHANG JUI FANG IMPLEMENTASI ALGORITMA GENETIKA DALAM OPTIMASI JALUR PENDISTRIBUSIAN KERAMIK PADA PT. CHANG JUI FANG Adnan Buyung Nasution 1 1,2 Sistem Infomasi, Tehnik dan Ilmu Komputer, Universitas Potensi Utama 3 Universitas

Lebih terperinci

PENYELESAIAN CAPACITATED VEHICLE ROUTING PROBLEM MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA DAN NEAREST NEIGHBOUR PADA PENDISTRIBUSIAN ROTI DI CV.

PENYELESAIAN CAPACITATED VEHICLE ROUTING PROBLEM MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA DAN NEAREST NEIGHBOUR PADA PENDISTRIBUSIAN ROTI DI CV. PENYELESAIAN CAPACITATED VEHICLE ROUTING PROBLEM MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA DAN NEAREST NEIGHBOUR PADA PENDISTRIBUSIAN ROTI DI CV. JOGJA TRANSPORT SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA Pengertian-pengertian dasar yang digunakan sebagai landasan pembahasan pada Bab II yaitu masalah ditribusi, graf, Travelling Salesman Problem (TSP), Vehicle Routing Problem (VRP),

Lebih terperinci

Lampiran 1 Matriks jarak tempuh awal dan tujuan distribusi surat kabar Kedaulatan Rakyat di wilayah Kabupaten Sleman (satuan km)

Lampiran 1 Matriks jarak tempuh awal dan tujuan distribusi surat kabar Kedaulatan Rakyat di wilayah Kabupaten Sleman (satuan km) LAMPIRAN 83 Lampiran 1 Matriks jarak tempuh awal dan tujuan distribusi surat kabar Kedaulatan Rakyat di wilayah Kabupaten Sleman (satuan km) 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 0 0 11.9

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dalam penelitian yaitu optimasi, graf, traveling salesman problem (TSP), vehicle

BAB II KAJIAN TEORI. dalam penelitian yaitu optimasi, graf, traveling salesman problem (TSP), vehicle BAB II KAJIAN TEORI Secara umum, pada bab ini membahas mengenai kajian teori yang digunakan dalam penelitian yaitu optimasi, graf, traveling salesman problem (TSP), vehicle routing problem (VRP), capacitated

Lebih terperinci

ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST.,M.KOM

ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST.,M.KOM ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST.,M.KOM DEFINISI ALGEN adalah algoritma yang memanfaatkan proses seleksi alamiah yang dikenal dengan evolusi Dalam evolusi, individu terus menerus mengalami perubahan gen untuk

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Algoritma Genetika Algoritma genetika merupakan algoritma pencarian heuristik ysng didasarkan atas mekanisme seleksi alami dan genetika alami (Suyanto, 2014). Adapun konsep dasar

Lebih terperinci

ALGORITMA GENETIKA PADA PEMROGRAMAN LINEAR DAN NONLINEAR

ALGORITMA GENETIKA PADA PEMROGRAMAN LINEAR DAN NONLINEAR Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 5, No. 03(2016), hal 265 274. ALGORITMA GENETIKA PADA PEMROGRAMAN LINEAR DAN NONLINEAR Abdul Azis, Bayu Prihandono, Ilhamsyah INTISARI Optimasi

Lebih terperinci

OPTIMASI RUTE SEORANG LOPER KORAN DI FIDI AGENCY MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA METODE SELEKSI RANKING SKRIPSI

OPTIMASI RUTE SEORANG LOPER KORAN DI FIDI AGENCY MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA METODE SELEKSI RANKING SKRIPSI OPTIMASI RUTE SEORANG LOPER KORAN DI FIDI AGENCY MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA METODE SELEKSI RANKING SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

Kelompok Tes Ketegori Rata-rata Simpangan Baku Pretes 5,38 1,44 Kelompok Postes 7,69 1,25 Eksperimen Hasil Latihan 2,31 0,19 Kelompok Kontrol

Kelompok Tes Ketegori Rata-rata Simpangan Baku Pretes 5,38 1,44 Kelompok Postes 7,69 1,25 Eksperimen Hasil Latihan 2,31 0,19 Kelompok Kontrol BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian dan Pengolahan Data Statistika (Manual) Setelah dilakukan penelitian di lapangan maka langkah yang dilakukan peneliti selanjutnya yaitu melakukan

Lebih terperinci

Optimasi Multi Travelling Salesman Problem (M-TSP) Menggunakan Algoritma Genetika

Optimasi Multi Travelling Salesman Problem (M-TSP) Menggunakan Algoritma Genetika Optimasi Multi Travelling Salesman Problem (M-TSP) Menggunakan Algoritma Genetika Wayan Firdaus Mahmudy (wayanfm@ub.ac.id) Program Studi Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia Abstrak.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Obyek dan Subyek Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Obyek dan Subyek Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian 4.1.1. Deskripsi Data 4.1.1.1. Deskripsi Obyek dan Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas 8A dan 8C SMP Stella Matutina

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka. Penelitian serupa mengenai penjadwalan matakuliah pernah dilakukan oleh penelliti yang sebelumnya dengan metode yang berbeda-neda. Berikut

Lebih terperinci

PENGGUNAAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK MENENTUKAN LINTASAN TERPENDEK STUDI KASUS : LINTASAN BRT (BUS RAPID TRANSIT) MAKASSAR

PENGGUNAAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK MENENTUKAN LINTASAN TERPENDEK STUDI KASUS : LINTASAN BRT (BUS RAPID TRANSIT) MAKASSAR PENGGUNAAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK MENENTUKAN LINTASAN TERPENDEK STUDI KASUS : LINTASAN BRT (BUS RAPID TRANSIT) MAKASSAR Karels, Rheeza Effrains 1), Jusmawati 2), Nurdin 3) karelsrheezaeffrains@gmail.com

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA DALAM PENYELESAIAN TRAVELLING SALESMAN PROBLEM WITH PRECEDENCE CONSTRAINTS (TSPPC)

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA DALAM PENYELESAIAN TRAVELLING SALESMAN PROBLEM WITH PRECEDENCE CONSTRAINTS (TSPPC) PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA DALAM PENYELESAIAN TRAVELLING SALESMAN PROBLEM WITH PRECEDENCE CONSTRAINTS (TSPPC) Yayun Hardianti 1, Purwanto 2 Universitas Negeri Malang E-mail: yayunimoet@gmail.com ABSTRAK:

Lebih terperinci

PENENTUAN JARAK TERPENDEK PADA JALUR DISTRIBUSI BARANG DI PULAU JAWA DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA. Abstraksi

PENENTUAN JARAK TERPENDEK PADA JALUR DISTRIBUSI BARANG DI PULAU JAWA DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA. Abstraksi PENENTUAN JARAK TERPENDEK PADA JALUR DISTRIBUSI BARANG DI PULAU JAWA DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA I Dewa Made Adi Baskara Joni 1, Vivine Nurcahyawati 2 1 STMIK STIKOM Indonesia, 2 STMIK STIKOM

Lebih terperinci

Pendekatan Algoritma Genetika pada Peminimalan Fungsi Ackley menggunakan Representasi Biner

Pendekatan Algoritma Genetika pada Peminimalan Fungsi Ackley menggunakan Representasi Biner Vol. 7, 2, 108-117, Januari 2011 Pendekatan Algoritma Genetika pada Peminimalan Fungsi Ackley menggunakan Representasi Biner Jusmawati Massalesse Abstrak Tulisan ini dimaksudkan untuk memperlihatkan proses

Lebih terperinci

Pengantar Kecerdasan Buatan (AK045218) Algoritma Genetika

Pengantar Kecerdasan Buatan (AK045218) Algoritma Genetika Algoritma Genetika Pendahuluan Struktur Umum Komponen Utama Seleksi Rekombinasi Mutasi Algoritma Genetika Sederhana Referensi Sri Kusumadewi bab 9 Luger & Subblefield bab 12.8 Algoritma Genetika 1/35 Pendahuluan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 27 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Penelitian Terkait Penelitian terkait yang menggunakan algoritma genetika untuk menemukan solusi dalam menyelesaikan permasalahan penjadwalan kuliah telah banyak dilakukan.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 67 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Tuntang, Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang yang beralamat

Lebih terperinci

8. Evaluasi Solusi dan Kriteria Berhenti Perumusan Masalah METODE PENELITIAN Studi Pustaka Pembentukan Data

8. Evaluasi Solusi dan Kriteria Berhenti Perumusan Masalah METODE PENELITIAN  Studi Pustaka Pembentukan Data Gambar 4 Proses Swap Mutation. 8. Evaluasi Solusi dan Kriteria Berhenti Proses evaluasi solusi ini akan mengevaluasi setiap populasi dengan menghitung nilai fitness setiap kromosom sampai terpenuhi kriteria

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil dan Temuan Penelitian Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data nilai tes kemampuan pemahaman matematis siswa dan data hasil skala sikap.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas V SDN Sidorejo Lor 02 yang menjadi kelas eksperimen dengan jumlah siswa 22 orang. Jumlah

Lebih terperinci

OPTIMASI PENJADWALAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DENGAN ALGORITMA GENETIK

OPTIMASI PENJADWALAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DENGAN ALGORITMA GENETIK OPTIMASI PENJADWALAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DENGAN ALGORITMA GENETIK Usulan Skripsi S-1 Jurusan Matematika Diajukan oleh 1. Novandry Widyastuti M0105013 2. Astika Ratnawati M0105025 3. Rahma Nur Cahyani

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Deskripsi Statistik Nilai Pretest

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Deskripsi Statistik Nilai Pretest BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Kemampuan Awal Hasil Belajar a. Deskripsi Data Kemampuan Awal Data nilai pretest digunakan untuk melihat hasil belajar matematika siswa sebelum

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Sampel Penelitian Sampel yang diambil adalah 2 kelas yaitu kelas VIIA dan VIIB yang masing-masing kelas terdiri dari 23 siswa. Kelas VIIB ditetapkan

Lebih terperinci

Algoritma Evolusi Dasar-Dasar Algoritma Genetika

Algoritma Evolusi Dasar-Dasar Algoritma Genetika Algoritma Evolusi Dasar-Dasar Algoritma Genetika Imam Cholissodin imam.cholissodin@gmail.com Pokok Bahasan 1. Pengantar 2. Struktur Algoritma Genetika 3. Studi Kasus: Maksimasi Fungsi Sederhana 4. Studi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SDN Kumpulrejo 01 Salatiga

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SDN Kumpulrejo 01 Salatiga BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Kumpulrejo 01 Salatiga yang beralamatkan di di jalan Amarta nomor 03 Randuares Kecamatan Argomulyo Kota

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Minimu Maximum Mean

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Minimu Maximum Mean BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di MI Klumpit yang beralamat di desa Klumpit, Kecamatan Karanggede, Kabupaten Boyolali dan MI Reksosari

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK TRAVELING SALESMAN PROBLEM DENGAN MENGGUNAKAN METODE ORDER CROSSOVER DAN INSERTION MUTATION

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK TRAVELING SALESMAN PROBLEM DENGAN MENGGUNAKAN METODE ORDER CROSSOVER DAN INSERTION MUTATION PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK TRAVELING SALESMAN PROBLEM DENGAN MENGGUNAKAN METODE ORDER CROSSOVER DAN INSERTION MUTATION Samuel Lukas 1, Toni Anwar 1, Willi Yuliani 2 1) Dosen Teknik Informatika,

Lebih terperinci

Aplikasi Algoritma Genetika Untuk Menyelesaikan Travelling Salesman Problem (TSP)

Aplikasi Algoritma Genetika Untuk Menyelesaikan Travelling Salesman Problem (TSP) JTRISTE, Vol.1, No.2, Oktober 2014, pp. 50~57 ISSN: 2355-3677 Aplikasi Algoritma Genetika Untuk Menyelesaikan Travelling Salesman Problem (TSP) STMIK Handayani Makassar najirah_stmikh@yahoo.com Abstrak

Lebih terperinci

OPTIMASI MULTI-OBJECTIVE UNTUK DISTRIBUSI BEBAN KERJA PEGAWAI MENGGUNAKAN NSGA-II AHMAD KHAIDIR TELEMATIKA CIO - TEKNIK ELEKTRO - ITS

OPTIMASI MULTI-OBJECTIVE UNTUK DISTRIBUSI BEBAN KERJA PEGAWAI MENGGUNAKAN NSGA-II AHMAD KHAIDIR TELEMATIKA CIO - TEKNIK ELEKTRO - ITS OPTIMASI MULTI-OBJECTIVE UNTUK DISTRIBUSI BEBAN KERJA PEGAWAI MENGGUNAKAN NSGA-II AHMAD KHAIDIR 2210206725 TELEMATIKA CIO - TEKNIK ELEKTRO - ITS LATAR BELAKANG Perbaikan kinerja aparatur pemerintah Optimasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Penyajian Data Hasil Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di MTs Negeri Bandung dengan mengambil populasi seluruh kelas VII. Dengan sampel yang digunakan ada dua kelas yaitu,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN 36 BAB IV HASIL PENELITIAN 4. 3. Gambaran Umum Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas IV semester I di SDN Kawengen 02 sebagai kelas eksperimen dan SD Mujil 02 sebagai kelas kontrol.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Kondisi Awal a. Deskripsi hasil belajar Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis data dari nilai tes kemampuan awal. Nilai tes kemampuan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang Latar Belakang PENDAHULUAN Pada saat sekarang ini, setiap perusahaan yang ingin tetap bertahan dalam persaingan dengan perusahaan lainnya, harus bisa membuat semua lini proses bisnis perusahaan tersebut

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PENYELESAIAN TRAVELLING SALESMAN PROBLEM (TSP)

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PENYELESAIAN TRAVELLING SALESMAN PROBLEM (TSP) PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PENYELESAIAN TRAVELLING SALESMAN PROBLEM (TSP) Mohamad Subchan STMIK Muhammadiyah Banten e-mail: moh.subhan@gmail.com ABSTRAK: Permasalahan pencarian rute terpendek dapat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS MASALAH

BAB IV ANALISIS MASALAH BAB IV ANALISIS MASALAH 4.1 Tampilan Program Persoalan TSP yang dibahas pada tugas akhir ini memiliki kompleksitas atau ruang solusi yang jauh lebih besar dari TSP biasa yakni TSP asimetris dan simetris.

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PERENCANAAN LINTASAN KENDARAAN Achmad Hidayatno Darjat Hendry H L T

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PERENCANAAN LINTASAN KENDARAAN Achmad Hidayatno Darjat Hendry H L T PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PERENCANAAN LINTASAN KENDARAAN Achmad Hidayatno Darjat Hendry H L T Abstrak : Algoritma genetika adalah algoritma pencarian heuristik yang didasarkan atas mekanisme evolusi

Lebih terperinci

Optimalisasi Rute Distribusi Bbm di Terminal BBM Boyolali MOR IV menggunakan Algoritma Genetika

Optimalisasi Rute Distribusi Bbm di Terminal BBM Boyolali MOR IV menggunakan Algoritma Genetika Optimalisasi Rute Distribusi Bbm di Terminal BBM Boyolali MOR IV menggunakan Algoritma Genetika Muhammad Ghani Fadhlurrahman 1, Nikenasih Binatari 2 Program Studi Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika,

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PERSOALAN PEDAGANG KELILING (TSP)

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PERSOALAN PEDAGANG KELILING (TSP) Abstrak PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PERSOALAN PEDAGANG KELILING (TSP) Aulia Fitrah 1, Achmad Zaky 2, Fitrasani 3 Program Studi Informatika, Sekolah Teknik Elektro dan Informatika, Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 27 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 02 Tengaran sebagai SMP Regular dan SMP Terbuka Tengaran yang

Lebih terperinci

BAB III ALGORITMA MEMETIKA DALAM MEMPREDIKSI KURS VALUTA ASING. Untuk memberikan penjelasan mengenai prediksi valuta asing

BAB III ALGORITMA MEMETIKA DALAM MEMPREDIKSI KURS VALUTA ASING. Untuk memberikan penjelasan mengenai prediksi valuta asing BAB III ALGORITMA MEMETIKA DALAM MEMPREDIKSI KURS VALUTA ASING Untuk memberikan penjelasan mengenai prediksi valuta asing menggunakan algoritma memetika, akan diberikan contoh sebagai berikut. Contoh Misalkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Data Hasil Belajar Pretest Kelas Van Hiele dan Bruner

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Data Hasil Belajar Pretest Kelas Van Hiele dan Bruner BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 41. Deskripsi Data Deskripsi data dalam hasil penelitian dan pembahasan akan dibahas mengenai data hasil belajar pretes kelas yang akan menggunakan teori Van Hiele

Lebih terperinci

Algoritma Evolusi Real-Coded GA (RCGA)

Algoritma Evolusi Real-Coded GA (RCGA) Algoritma Evolusi Real-Coded GA (RCGA) Imam Cholissodin imam.cholissodin@gmail.com Pokok Bahasan 1. Siklus RCGA 2. Alternatif Operator Reproduksi pada Pengkodean Real 3. Alternatif Operator Seleksi 4.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN 56 BAB IV HASIL PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Pair Checks Berbasis Masalah Kontekstual Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa

Lebih terperinci

Genetic Algorithme. Perbedaan GA

Genetic Algorithme. Perbedaan GA Genetic Algorithme Algoritma ini bekerja dengan sebuah populasi yang terdiri atas individu-individu (kromosom). Individu dilambangkan dengan sebuah nilai kebugaran (fitness) yang akan digunakan untuk mencari

Lebih terperinci

Optimalisasi Pengantaran Barang dalam Perdagangan Online Menggunakan Algoritma Genetika

Optimalisasi Pengantaran Barang dalam Perdagangan Online Menggunakan Algoritma Genetika Optimalisasi Pengantaran Barang dalam Perdagangan Online Menggunakan Algoritma Genetika Rozak Arief Pratama 1, Esmeralda C. Djamal, Agus Komarudin Jurusan Informatika, Fakultas MIPA Universitas Jenderal

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian yang telah dilakukan di SMP

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian yang telah dilakukan di SMP BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian yang telah dilakukan di SMP N 28 Padang, yang terdiri dari deskripsi data dan analisis data, penguraian hipotesis dan pembahasan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas IV SD Negeri Mangunsari 04 dan SD Negeri Mangunsari 07 tahun ajaran 2015/2016. Pemilihan

Lebih terperinci

PENENTUAN RUTE DISTRIBUSI DAGING AYAM MENGGUNAKAN METODE CLARKE AND WRIGHT SAVINGS

PENENTUAN RUTE DISTRIBUSI DAGING AYAM MENGGUNAKAN METODE CLARKE AND WRIGHT SAVINGS Penentuan Rute Distribusi... (Andira Pratiwi Kusumawardani)1 PENENTUAN RUTE DISTRIBUSI DAGING AYAM MENGGUNAKAN METODE CLARKE AND WRIGHT SAVINGS DAN ALGORITMA GENETIKA DETERMINATION OF CHICKEN DISTRIBUTION

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Sidorejo Lor 2 dan SD Negeri Sidorejo Lor 6. Kelas yang digunakan untuk penelitian yaitu

Lebih terperinci

ALGORITMA GENETIKA Suatu Alternatif Penyelesaian Permasalahan Searching, Optimasi dan Machine Learning

ALGORITMA GENETIKA Suatu Alternatif Penyelesaian Permasalahan Searching, Optimasi dan Machine Learning ALGORITMA GENETIKA Suatu Alternatif Penyelesaian Permasalahan Searching, Optimasi dan Machine Learning Achmad Basuki Politeknik Elektronika Negeri Surabaya PENS-ITS Surabaya 2003 Algoritma Genetika Algoritma

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan membahas landasan atas teori-teori yang bersifat ilmiah untuk mendukung penulisan tugas akhir ini. Teori-teori yang dibahas mengenai pengertian penjadwalan, algoritma

Lebih terperinci

OPTIMISASI PENEMPATAN TURBIN ANGIN DI AREA LAHAN ANGIN

OPTIMISASI PENEMPATAN TURBIN ANGIN DI AREA LAHAN ANGIN OPTIMISASI PENEMPATAN TURBIN ANGIN DI AREA LAHAN ANGIN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA Azimatul Khulaifah 2209 105 040 Bidang Studi Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro FTI ITS Dosen Pembimbing : Dosen

Lebih terperinci

BAB III IMPLEMENTASIALGORITMA GENETIK DAN ACS PADA PERMASALAHAN TRAVELLING SALESMAN PROBLEM

BAB III IMPLEMENTASIALGORITMA GENETIK DAN ACS PADA PERMASALAHAN TRAVELLING SALESMAN PROBLEM BAB III IMPLEMENTASIALGORITMA GENETIK DAN ACS PADA PERMASALAHAN TRAVELLING SALESMAN PROBLEM 3.1 TRAVELLING SALESMAN PROBLEM Sebelum membahas pencarian solusi Travelling Salesman Problem menggunakan algoritma

Lebih terperinci

ALGORITMA GENETIKA. Suatu Alternatif Penyelesaian Permasalahan Searching, Optimasi dan Machine Learning

ALGORITMA GENETIKA. Suatu Alternatif Penyelesaian Permasalahan Searching, Optimasi dan Machine Learning ALGORITMA GENETIKA Suatu Alternatif Penyelesaian Permasalahan Searching, Optimasi dan Machine Learning Disusun oleh: Achmad Basuki Politeknik Elektronika Negeri Surabaya, PENS ITS Surabaya 2003 Algoritma

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA Kristen 1 Salatiga. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Kristen 1 Salatiga Tahun Ajaran

Lebih terperinci

Pemaksimalan Papan Sirkuit Di Pandang Sebagai Masalah Planarisasi Graf 2-Layer Menggunakan Algoritma Genetika

Pemaksimalan Papan Sirkuit Di Pandang Sebagai Masalah Planarisasi Graf 2-Layer Menggunakan Algoritma Genetika Vol. 14, No. 1, 19-27, Juli 2017 Pemaksimalan Papan Sirkuit Di Pandang Sebagai Masalah Planarisasi Graf 2-Layer Menggunakan Algoritma Genetika Jusmawati Massalesse dan Muh. Ali Imran Abstrak Tulisan ini

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. berkaitan dengan optimasi, pemrograman linear, pemrograman nonlinear, quadratic

BAB II KAJIAN TEORI. berkaitan dengan optimasi, pemrograman linear, pemrograman nonlinear, quadratic BAB II KAJIAN TEORI Kajian teori pada bab ini membahas tentang pengertian dan penjelasan yang berkaitan dengan optimasi, pemrograman linear, pemrograman nonlinear, quadratic programming dan algoritma genetika.

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Dalam beberapa tahun terakhir ini, peranan algoritma genetika terutama untuk masalah optimisasi, berkembang dengan pesat. Masalah optimisasi ini beraneka ragam tergantung dari bidangnya. Dalam

Lebih terperinci

Algoritma Genetika dan Penerapannya dalam Mencari Akar Persamaan Polinomial

Algoritma Genetika dan Penerapannya dalam Mencari Akar Persamaan Polinomial Algoritma Genetika dan Penerapannya dalam Mencari Akar Persamaan Polinomial Muhammad Abdy* 1, Maya Sari Wahyuni* 2, Nur Ilmi* 3 1,2,3 Jurusan Matematika, Universitas Negeri Makassar e-mail: * 1 m.abdy@unm.ac.id,

Lebih terperinci

!"#$%#& Interval Kelas =!"#$"%#$"!"#$%&'(

!#$%#& Interval Kelas =!#$%#$!#$%&'( BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Awal Deskripsi data awal dari kedua kelas sebelum diberi perlakuan dapat dilihat pada Tabel 6 dibawah ini : Tabel 6 Deskripsi Nilai Pretest N Minimum

Lebih terperinci