PeluangdanTantanganKerjaSama PerdaganganProdukPertaniandalamKerangka KerjaSamaSub Regional, MEA danrcep
|
|
- Susanti Hartanto
- 5 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Makassar, 24 April 208 PeluangdanTantanganKerjaSama PerdaganganProdukPertaniandalamKerangka KerjaSamaSub Regional, MEA danrcep Saktyanu K. Dermoredjo Kementerian Pertanian
2 RCEP: ASEAN + 6 INPRES 6/204 INVESTASI DAN AKSES PASAR Deklarasi ASEAN PIAGAM ASEAN Dimulainya MEA 205 ( Jan 206) UU 38/2008 Komunitas Politik ASEAN, Komunitas Ekonomi ASEAN, dan Komunitas Sosial Budaya ASEAN 2
3 INPRES 6/204 : Peningkatan Daya Saing Nasional Dalam Rangka Menghadapi MEA () Mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai dengan tugas, fungsi, dan kewenangan masing-masing secara terkoordinasi dan terintegrasi untuk melakukan peningkatan daya saing nasional dan melakukan persiapan pelaksanaan MEA ; dan (2) Pelaksanaan peningkatan daya saing nasional dan persiapan pelaksanaan MEA, berpedoman pada 4 strategi Dari 4 strategi, terdapat pedoman khusus untuk pengembangan pertanian yaitu: () Peningkatan Investasi Langsung di Sektor Pertanian; dan (2) Peningkatan Akses Pasar. Investasi stok kapital, kapasitas produksi masyarakat mempercepat laju pertumbuhan ekonomi nasional Akses pasar (pertanian) rantai nilai yang efisien menciptakan lapangan kerja di sepanjang mata rantai tersebut 3
4 Kerjasama Sub Regional Dalam Mendukung Daya Saing Berdisinya ASEAN 993 : IMS-GT 994 : BIMP-EAGA 994 : IMT-GT 994 : Ratifikasi WTO (UU 7/94) MEA / Pedoman Kemitraan Usaha Pertanian ) GCI : peringkat ke 4 dari 38 negara, 2) EDB : peringkat ke 9 dari 90 negara, 3) GHI : peringkat ke 72 dari 8 negara, 4) FSI : peringkat 2 dari 25 negara, dan 5) GFSI : peringkat 75 dari 3 negara. MEA 2025
5 Output Ouput 2 Output n Input Proses Output Nilai Tambah Nilai Tambah Nilai Tambah Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 940/Kpts/Ot.20/0/ 97 Tentang Pedoman Kemitraan Usaha Pertanian Kerjasama dan Konektivitas UU 23/204 Tantangan Kesejahteraan penduduk ASEAN Pemerintah Daerah Hutang, Kemiskinan, ketimpangan (antara daerah/bangsa/negara) Perusahaan Multinasional TK Pertanian dll 39,68 juta jiwa (Total = 24,54 juta jiwa) Modernisasi pertanian
6 2025 Arah 205 kebijakan Kemtan ? 6
7 MENUJU VISI 2025 Transformasi ekonomi nasional Membutuhkan perubahan pola pikir Diperlukan ciri-ciri masyarakat yang bekerja keras dan tidak cepat puas, berinisiatif, berdaya-saing tinggi, menyadari pentingnya teknologi, kreatif dan inovatif 7 7
8 Kerjasama Regional Dalam Mendukung Daya Saing Persaingan Daya saing Kesejahteraan Petani Globalisasi dan Liberalisasi Kemampuan
9 Kerjasama Sub Regional Dalam Mendukung Daya Saing Kualitas dan Standar Mutu Paradigma Pemerataan Pertumbuhan Keberlanjutan Percepatan Pembangunan Infrastruktur Mengurangi ketidakmerataan (SD, Infrastruktur, ekonomi) Pengembangan daerah berbatasan Integrasi internasional (pertukaran SD, bantuan teknis, teknologi, fasilitas pendanaan, dan pengembangan jejaring kerjasama untuk akselerasi pembangunan)
10 Kerjasama Regional Dalam Mendukung Daya Saing
11 Persentase penduduk miskin di kota dan pedesaan Perkembangan gini ratio tahun 20 sampai dengan tahun 207
12
13 (Kementerian Pertanian, 206) 3
14 Rasio FDI terhadap PDB (Bank Indonesia, 205) 4
15 Posisi Daya Saing Ekspor Indonesia di Beberapa Negara Tujuan Ekspor (Kementerian Perdagangan, 207) 5
16 Pangsa Pasar Negara Tujuan Ekspor terhadap total ekspor Non Migas Indonesia (Kementerian Perdagangan, 207) 6
17 WORLD WORLD RCEP RCEP ASEAN ASEAN Indonesia 7
18 Pola skematik pendorong utama GVC 8
19 Pilar Masyarakat Ekonomi ASEAN
20 Investasi dan Perdagangan (?) 20
21 Posisi Perdagangan MEA dan RCEP Perkembangan Nilai Perdagangan lingkup negara ASEAN Tahun 206 2
22 000 US$ Ekspor Kakao Indonesia ke Malaysia dan sebaliknya Ekspor Malaysia ke Indonesia Ekspor Indonesia ke Malaysia Biji kakao, utuh atau pecah, mentah atau digongseng 8060 Bubuk kakao, mengandung tambahan gula atau bahan pemanis lainnya Kulit, sekam, selaput dan sisa kakao lainnya Olahan lainnya dalam bentuk balok, lempeng atau batang dengan berat lebih dari 2 kg atau dalam bentuk cair,pasta, bubuk, butiran atau bentuk curah lainnya dalam kemasan atau bungkusan langsung,dengan isi melebihi 2 kg 8030 Pasta kakao, tidak dihilangkan lemaknya 8063 Lain-lain, dalam bentuk balok, lempeng atau batang : yang Diisi Pasta kakao, dihilangkan lemaknya sebagian atau seluruhnya Lain-lain, dalam bentuk balok, lempeng atau batang : yang tidak Diisi Mentega, lemak dan minyak kakao Lain-lain : kembang gula Coklat bentuk tablet atau pastiles Bubuk kakao, tidak mengandung tambahan gula atau bahan pemanis lainnya Kode HS
23 000 US$ Ekspor Kakao Indonesia dan Malaysia ke Singapura Ekspor Malaysia ke Singapura Ekspor Indonesia ke Singapura Kode HS 8000 Biji kakao, utuh atau pecah, mentah atau digongseng 8060 Bubuk kakao, mengandung tambahan gula atau bahan pemanis lainnya Kulit, sekam, selaput dan sisa kakao lainnya Olahan lainnya dalam bentuk balok, lempeng atau batang dengan berat lebih dari 2 kg atau dalam bentuk cair,pasta, bubuk, butiran atau bentuk curah lainnya dalam kemasan atau bungkusan langsung,dengan isi melebihi 2 kg 8030 Pasta kakao, tidak dihilangkan lemaknya 8063 Lain-lain, dalam bentuk balok, lempeng atau batang : yang Diisi Pasta kakao, dihilangkan lemaknya sebagian atau seluruhnya Lain-lain, dalam bentuk balok, lempeng atau batang : yang tidak Diisi Mentega, lemak dan minyak kakao Lain-lain : kembang gula Coklat bentuk tablet atau pastiles Bubuk kakao, tidak mengandung tambahan gula atau bahan pemanis lainnya
24 Ekspor Kakao dari negara-negara ASEAN ke 6 negara Mitra Australia China India Jepang Korea Selandia Baru
25 Ekspor Kopi dari negara-negara ASEAN ke 6 negara Mitra Australia China India Jepang Korea Selandia Baru
26 RCA = X cg Xc X wg Xw X cg X c X wg X w = Ekspor barang c oleh negara c = Total ekspor negara c = Ekspor dunia dari barang g = Total ekspor dunia RO = X cgr Xcr X cg r Xc r X cgr X cr X cg-r X c-r = Ekspor barang g oleh negara c ke region r = Total ekspor negara c ke reion r = Ekspor barang g oleh negara c ke luar region r = Total ekspor barang g ke luar region r
27 RCA Kuadran yang didasarakan dari Indeks RCA dan RO I = High potential welfare improvement II = Trade Creation IV = Possible potential welfare improvement III = Trade Diversion RO
28 INDONESIA to ASEAN INDONESIA to RCEP
29 MALAYSIA to ASEAN MALAYSIA to RCEP
30 THAILAND to ASEAN THAILAND to RCEP
31 SINGAPURA to ASEAN SINGAPURA to RCEP
32 VIETNAM to ASEAN VIETNAM to RCEP
33 China to ASEAN China to RCEP
34 JAPAN to ASEAN JAPAN to RCEP
35 AUSTRALIA to ASEAN AUSTRALIA to RCEP
36 INDIA to ASEAN INDIA to RCEP
37 Perkembangan Indeks Gabungan dari Value of Production, Ekspor dan Impor (TANAMAN PANGAN) VOP Ekspor Impor No Komoditas Indeks Gabungan Rice, paddy 00,00 2 Maize 23,27 3 Cassava 9,55 4 Nutmeg, mace and cardamoms 9,67 5 Beans, green 8,22 6 Potatoes 6,2 7 Groundnuts, with shell 8 Sweet potatoes 5,58 5,35 9 Soybeans 5,24 0 Maize, green 4,47 Beans, dry 0,00 No Komoditas Gandum/ meslin 2 Kacang Hijau Indeks Gabungan 95,36 77,9 Jagung 69,84 Ubi Kayu 65,20 Kedelai 53, Kacang Brazil 0,23 No Komoditas Indeks Gabungan Kedelai 96,58 2 Gandum/ 8,5 meslin Jagung 26, Beras. 9,63 5 Kacang 3,72 Tanah Talas 0,00
38 Perkembangan Indeks Gabungan dari Value of Production, Ekspor dan Impor (HORTIKULTURA) VOP Ekspor Impor No Komoditas Chillies and peppers, green Indeks Gabungan 94,60 2 Bananas 92,73 3 Onions, dry 37,82 Mangoes, 32,64 4 mangostee ns, guavas 5 Oranges 25,32 9 Leeks, other alliaceous vegetables 5,48 No Komoditas Indeks Gabungan Nenas 96,4 2 Sayuran 63,22 Lainnya 3 Cabe 20,80 4 Jahe 5,76 Tanaman 4,55 5 Hias Lainnya 33 Bawang 6,55 Merah 6 Lengkeng 0,0 No Komoditas Indeks Gabungan Bawang Putih 95,56 2 Jeruk 48,2 3 Apel 46,92 4 Anggur 44,29 5 Sayuran Lainnya 3,60 6 Pir 30,52 7 Kentang 27,02 8 Lengkeng 26,8 9 Bawang Bombay 6,36 0 Wortel 5,90 Lobak Cina 4,77 2 Pepaya 4,73 3 Cabe 3,7 8 Bawang Merah 9,22 63 Terung 0,00
39 Perkembangan Indeks Gabungan dari Value of Production, Ekspor dan Impor (PERKEBUNAN) VOP Ekspor Impor No 2 Komoditas Indeks Gabungan Oil, palm 95,77 fruit Oil, palm 85,45 3 Rubber, 9,45 natural 4 Cocoa, 3,92 beans 5 Coconuts,84 6 Coffee, green 0,90 4 Areca nuts,20 No Komoditas Indeks Gabungan Kelapa 95,7 Sawit Karet 30, Kakao 2, Kelapa,67 Kopi, Rami 0,00 No Komoditas Indeks Gabungan Gula Tebu 94,39 Kapas 68,6 Tembakau 39,8 Kakao 25,59 Panili 22,85 9 Kopi 4,7 32 Serat 0,6
40 Perkembangan Indeks Gabungan dari Value of Production, Ekspor dan Impor (PETERNAKAN) VOP Ekspor Impor No Komoditas Meat, chicken 2 Eggs, hen, in shell Indeks Gabungan 94,56 82,88 3 Meat, cattle 76,89 4 Meat, pig 5,2 5 Eggs, other bird, in shell 20,69 6 Meat, goat 6,35 7 Milk, whole fresh cow 3,73 8 Meat, duck 8,59 No 2 Komoditas Produk Yang Dapat Dimakan Berasal Dari Hewan, Tidak Dirinci Atau Termasuk Dalam Pos Lainnya Kulit Dan Indeks Gabungan 96,09 67,36 Jangat 3 Babi Hidup 66,37 4 Obat Hewan 64,23 5 Madu Alam 60,47 27 Daging 5,86 Lembu 35 Sapi Hidup 0,00 No 2 3 Komoditas Susu Dan Kepala Susu Indeks Gabungan 94,70 Pakan Hewan 74,77 Sapi Hidup 64,5 Kulit Dan 58,94 4 Jangat 5 Daging 42,08 Lembu Ayam Guinea Hidup <=85 G 0,00
41
42 Tantangan dan Penyelesaian hambatan Non Tariff NoNegara SPS TBT ADP CV SG SSG QR TRQ XS Total Australia Brunei Darussalam Cambodia 3 3 4China India Indonesia Japan Korea, Republic of Lao People's Democratic Republic Malaysia Myanmar 2 2 2New Zealand Philippines Singapore Thailand Viet Nam Sumber : WTO (3/2/207) SPS = Sanitary and Phytosanitary; TBT = Technical Barriers to Trade; ADP = Anti dumping; CV = Countervailing; SG = Safeguards; SSG = Special Safeguard; QR = Quantitative Restrictions; TRQ = Tariffrate quotas ; XS = Export Subsidies
43 Sub sektor Tanaman Pangan Hortikultura Perkebunan Perternakan Perikanan Lain nya Total SPS TBT ADP CV SG SSG QR Non Tariff Measures Indonesia TRQ XS Total Sumber : WTO (3/2/207) ; Diolah
44 Enam Dimensi Analisis GVC 44
45
46
47 Segmen GVC POSISI DERAJAT ASIMETRIK DI SETIAP SEGMEN DISTRIBUSI DAN PEMASARAN PROCESSING PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN PRODUKSI INPUT
48 Aliran kopi dan produk olahannya di Indonesia KOPI KOMERSIAL KONSUMEN SPECIALTY KOPI RETAILER EKSPOR INDUSTRI KOPI COFFEE SHOP (BARISTA) PASAR DALAM NEGERI (Pasar lokal) ROASTER PEDAGANG PENGUMPUL (Tkt Desa/Kecamatan/Kabupaten/ Provinsi GREEN BUYER PETANI 48
49 Rantai Pemasaran Biji Kakao Rantai Pemasaran Biji Kakao 2 49
50 Kesimpulan dan Implikasi Kebijakan Indonesia perlu memiliki landasan dan kebijakan yang kuat dalam menyongsong MEA 2025 terutama terkait dengan kebijakan pengamanan pasar domestik dari serbuan impor Tingkat persaingan perdagangan dengan sesama negara ASEAN cukup ketat sehingga kita perlu melakukan terobosan dalam hal pengembangan nilai tambah baik dari sisi input maupun output produksi sesuai dengan standar yang berlaku baik di Dalam Negeri maupun di Luar Negeri.
51 Kesimpulan dan Implikasi Kebijakan Dalam menyongsong MEA 2025, pengembangan model kelembagaan yang sesuai dengan tujuan pilar MEA 2025 (ekonomi yang terintegrasi penuh dan terpadu sampai dengan ASEAN yang menglobal) sangat diperlukan mulai dari hulu sampai hilir. Tahapan-tahapan kebijakan yang realistis mutlak diperlukan terutama dalam peningkatan nilai tambah produksi yang sesuai dengan standar yang berlaku dan mengembangkan model kelembagaan yang sesuai dengan kerjasama MEA dan RCEP atau FTA lainnya.
52
ArahdanPrioritasKebijakanKerjasama Regional (MEA/RCEP) di SektorPertanian: Penyelesaian Hambatan Non Tarif
Bogor, 3 April 2018 ArahdanPrioritasKebijakanKerjasama Regional (MEA/RCEP) di SektorPertanian: Penyelesaian Hambatan Non Tarif Saktyanu K. Dermoredjo Sahat M. Pasaribu Delima H. Azahari Reni Kustiari Eddy
Lebih terperinciEKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN
Volume VII Nomor 1 Tahun 2015 BULETIN TRIWULANAN EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN SEKRETARIAT JENDERAL - KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 Buletin Triwulanan EKSPOR IMPOR
Lebih terperinciEKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN
Volume VI Nomor 2 Tahun 2014 BULETIN TRIWULANAN EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN SEKRETARIAT JENDERAL - KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 Buletin Triwulanan EKSPOR IMPOR
Lebih terperinciEKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN
Volume V Nomor 2 Tahun 2013 BULETIN TRIWULANAN EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 Buletin Triwulanan EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN
Lebih terperinciEKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN
Volume VI Nomor 4 Tahun 2014 BULETIN TRIWULANAN EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN SEKRETARIAT JENDERAL - KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 Buletin Triwulanan EKSPOR IMPOR
Lebih terperinciEKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN
Volume VI Nomor 3 Tahun 2014 BULETIN TRIWULANAN EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN SEKRETARIAT JENDERAL - KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 Buletin Triwulanan EKSPOR IMPOR
Lebih terperinciEKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN
Volume V Nomor 4 Tahun 2013 BULETIN TRIWULANAN EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 Buletin Triwulanan EKSPOR IMPOR
Lebih terperinciEKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN
Volume VI Nomor 1 Tahun 2014 BULETIN TRIWULANAN EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN SEKRETARIAT JENDERAL - KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 Buletin Triwulanan EKSPOR IMPOR
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Jakarta, Juni 2013 Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Ir. M. Tassim Billah, MSc.
JUNI 2013 KATA PENGANTAR Dalam rangka menyediakan data indikator makro sektor pertanian serta hasil analisisnya, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian pada tahun 2013 kembali menerbitkan. Indikator
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Jakarta, September 2013 Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Ir. M. Tassim Billah, MSc.
SEPTEMBER 2013 KATA PENGANTAR Dalam rangka menyediakan data indikator makro sektor pertanian serta hasil analisisnya, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian pada tahun 2013 kembali menerbitkan Buletin
Lebih terperinciEKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN
Volume V Nomor 3 Tahun 2013 BULETIN TRIWULANAN EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN SEKRETARIAT JENDERAL, KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 Buletin Triwulanan EKSPOR IMPOR
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Jakarta, Juli 2013 Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Ir. M. Tassim Billah, MSc.
JULI 2013 KATA PENGANTAR Dalam rangka menyediakan data indikator makro sektor pertanian serta hasil analisisnya, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian pada tahun 2013 kembali menerbitkan Buletin Bulanan.
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Jakarta, Oktober 2013 Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Ir. M. Tassim Billah, MSc.
OKTOBER 2013 KATA PENGANTAR Dalam rangka menyediakan data indikator makro sektor pertanian serta hasil analisisnya, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian pada tahun 2013 kembali menerbitkan Buletin
Lebih terperinciDAYA SAING KARET INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL. Nuhfil Hanani dan Fahriyah. Abstrak
1 DAYA SAING KARET INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL Nuhfil Hanani dan Fahriyah Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk melihat dan menganalisis kinerja ekonomi karet Indonesia dan menganalisis daya karet
Lebih terperinciBuletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume IX, Nomor 3/Maret 2015
MARET 2015 Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume IX, Nomor 3/Maret 2015 Ukuran Buku : 20,5 cm x 29,0 cm Desain grafis: Sehusman, SP Penanggung Jawab: Ir. M. Tassim Billah, MSc Redaktur
Lebih terperinciBuletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 3/Maret 2014
MARET 2014 Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 3/Maret 2014 Ukuran Buku : 20,5 cm x 29,0 cm Desain grafis: Sehusman, SP Penanggung Jawab: Ir. M. Tassim Billah, MSc Redaktur
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Ir. M. Tassim Billah, M.Sc.
KATA PENGANTAR Dalam rangka meningkatkan pelayanan data dan informasi, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian (Pusdatin) menerbitkan Buku Saku Statistik Makro Triwulanan. Buku Saku Volume V No. 4 Tahun
Lebih terperinciBuletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 10/Oktober 2014
OKTOBER 2014 Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 10/Oktober 2014 Ukuran Buku : 20,5 cm x 29,0 cm Desain grafis: Sehusman, SP Penanggung Jawab: Ir. M. Tassim Billah, MSc
Lebih terperinciBuletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 8/Agustus 2014
AGUSTSU 2014 Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 8/Agustus 2014 Ukuran Buku : 20,5 cm x 29,0 cm Desain grafis: Sehusman, SP Penanggung Jawab: Ir. M. Tassim Billah, MSc Redaktur
Lebih terperinciBuletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 9/September 2014
SEPTEMBER 2014 Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 9/September 2014 Ukuran Buku : 20,5 cm x 29,0 cm Desain grafis: Sehusman, SP Penanggung Jawab: Ir. M. Tassim Billah, MSc
Lebih terperinciBuletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 6/Juni 2014
JUNI 2014 Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 6/Juni 2014 Ukuran Buku : 20,5 cm x 29,0 cm Desain grafis: Sehusman, SP Penanggung Jawab: Ir. M. Tassim Billah, MSc Redaktur
Lebih terperinciBuletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 5/Mei 2014
MEI 2014 Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 5/Mei 2014 Ukuran Buku : 20,5 cm x 29,0 cm Desain grafis: Sehusman, SP Penanggung Jawab: Ir. M. Tassim Billah, MSc Redaktur
Lebih terperinciBuletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 12/Desember 2014
DESEMBER 2014 Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 12/Desember 2014 Ukuran Buku : 20,5 cm x 29,0 cm Desain grafis: Sehusman, SP Penanggung Jawab: Ir. M. Tassim Billah, MSc
Lebih terperinciBuletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VII, Nomor 12/Desember 2013
DESEMBER 2013 Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VII, Nomor 12/Desember 2013 Ukuran Buku : 20,5 cm x 29,0 cm Desain grafis: Sehusman, SP Penanggung Jawab: Ir. M. Tassim Billah, MSc
Lebih terperinciBuletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 4/April 2014
APRIL 2014 Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 4/April 2014 Ukuran Buku : 20,5 cm x 29,0 cm Desain grafis: Sehusman, SP Penanggung Jawab: Ir. M. Tassim Billah, MSc Redaktur
Lebih terperinciPerkembangan Ekspor Impor Provinsi Jawa Timur
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR Perkembangan Ekspor Impor Provinsi Jawa Timur A. Perkembangan Ekspor Ekspor Jawa Timur Sebesar USD 1,73 Miliar, Turun 11,39 persen Nilai Ekspor Jawa Timur mencapai
Lebih terperinciAnalisis Kesepakatan Perdagangan Bebas Indonesia-China dan Kerjasama AFTA serta Dampaknya Terhadap Perdagangan Komoditas Pertanian Indonesia
LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2007 Analisis Kesepakatan Perdagangan Bebas Indonesia-China dan Kerjasama AFTA serta Dampaknya Terhadap Perdagangan Komoditas Pertanian Indonesia Oleh : Budiman Hutabarat M.
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
» Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Volume 1 No. 1, 2009 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia, hal
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2009 PROSPEK KERJASAMA PERDAGANGAN PERTANIAN INDONESIA DENGAN AUSTRALIA DAN SELANDIA BARU
LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2009 PROSPEK KERJASAMA PERDAGANGAN PERTANIAN INDONESIA DENGAN AUSTRALIA DAN SELANDIA BARU Oleh : Budiman Hutabarat Delima Hasri Azahari Mohamad Husein Sawit Saktyanu Kristyantoadi
Lebih terperinciIndustrialisasi Sektor Agro dan Peran Koperasi dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional. Kementerian Perindustrian 2015
Industrialisasi Sektor Agro dan Peran Koperasi dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional Kementerian Perindustrian 2015 I. LATAR BELAKANG 2 INDUSTRI AGRO Industri Agro dikelompokkan dalam 4 kelompok, yaitu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) / ASEAN Economic Community (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini merupakan agenda utama negara
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang tangguh dalam perekonomian dan memiliki peran sebagai penyangga pembangunan nasional. Hal ini terbukti pada saat Indonesia
Lebih terperinciRINGKASAN LAPORAN PERKEMBANGAN PERDAGANGAN BULAN JULI 2011
RINGKASAN LAPORAN PERKEMBANGAN PERDAGANGAN BULAN JULI 20 DIREKTORAT PERDAGANGAN, INVESTASI DAN KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL 20 Perkembangan Ekspor Nilai ekspor
Lebih terperinciPeranan Sektor Pertanian dalam Pembangunan
Peranan Sektor Pertanian dalam Pembangunan MAHASISWA DIHARAPKAN MAMPU MENJELASKAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM KEHIDUPAN DAN PEREKONOMIAN PERTANIAN INDONESIA MENURUT SUBSEKTOR Hortikultura Tanaman Pangan
Lebih terperinciPerdagangan Indonesia
Tinjauan Terkini Tinjauan Terkini Perdagangan Indonesia Volume 6, Agustus 2010 Perdagangan Indonesia Volume 6, Agustus 2010 Daftar Isi Tinjauan Umum Hingga Juni 2010 Beberapa Produk Yang Mengalami Peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim global, krisis pangan dan energi dunia, harga pangan dan energi meningkat, sehingga negara-negara
Lebih terperinciACFTA sebagai Tantangan Menuju Perekonomian yang Kompetitif Rabu, 07 April 2010
ACFTA sebagai Tantangan Menuju Perekonomian yang Kompetitif Rabu, 07 April 2010 Awal tahun 2010 dimulai dengan hentakan pemberlakuan ACFTA atau ASEAN-China Free Trade Area. Pro-kontra mengenai pemberlakuan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian Indonesia. Hal ini dilihat dari kontribusi sektor
Lebih terperinciNeraca Perdagangan Januari-Oktober 2015 Surplus USD 8,2 M, Lebih Baik dari Tahun Lalu yang Defisit USD 1,7 M. Kementerian Perdagangan
Neraca Perdagangan Januari-Oktober 2015 Surplus USD 8,2 M, Lebih Baik dari Tahun Lalu yang Defisit USD 1,7 M Kementerian Perdagangan 17 Oktober 2015 1 Neraca perdagangan Oktober 2015 kembali surplus Neraca
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR JAWA TIMUR JUNI 2015
BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 48/07/35/Th. XIII, 15 Juli PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR JAWA TIMUR JUNI EKSPOR JAWA TIMUR BULAN JUNI NAIK 0,37 PERSEN Nilai Ekspor Jawa Timur bulan Juni mencapai USD 1.514,88
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR JAWA TIMUR JANUARI 2016
BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 14/02/35/Th. XIV, 15 Februari PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR JAWA TIMUR JANUARI EKSPOR JAWA TIMUR BULAN JANUARI NAIK 5,35 PERSEN Nilai Ekspor Jawa Timur bulan mencapai USD 1.313,67
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari aktivitas perdagangan international yaitu ekspor dan impor. Di Indonesia sendiri saat
Lebih terperinciLEMBAR KERJA INDIKATOR PERTANIAN 2013/2014. Produksi Tanaman Pangan Menurut Jenis Tanaman. Luas Panen Tanaman Pangan Menurut Jenis Tanaman
LEMBAR KERJA INDIKATOR PERTANIAN 2013/2014 Produksi Tanaman Pangan Menurut Jenis Tanaman No. Jenis Tanaman 2010 2011 2012 2013 2013 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1 Padi 2 Jagung 3 Kedelai 4 Kacang Tanah
Lebih terperinciLEMBAR KERJA INDIKATOR PERTANIAN 2012/2013. Produksi Tanaman Pangan Menurut Jenis Tanaman. Luas Panen Tanaman Pangan Menurut Jenis Tanaman
LEMBAR KERJA INDIKATOR PERTANIAN 2012/2013 Produksi Tanaman Pangan Menurut Jenis Tanaman No. Jenis Tanaman (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1 Padi 2 Jagung 3 Kedelai 4 Kacang Tanah 5 Ubi Kayu 6 Ubi Jalar Tanaman
Lebih terperinciAnalisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 3 No BAB I. PENDAHULUAN
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 3 No. 1 2011 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. L ATAR BELAKANG Peranan sektor pertanian dalam kegiatan perekonomian di Indonesia dapat dilihat dari kontribusinya
Lebih terperinciOleh: Dabukke Muhammad. Frans Betsi M. Iqbal Eddy S. Yusuf
LAPORAN AKHIR TA. 2013 PENGARUH KEBIJAKAN PERDAGANGAN NEGARA- NEGARAA MITRA TERHADAP KINERJA DAN DAYA SAING EKSPOR KOMODITAS PERTANIAN INDONESIA Oleh: Budiman Hutabarat Saktyanu K. Dermoredjo Frans Betsi
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR JAWA TIMUR DESEMBER 2015
BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 06/01/35/Th. XIV, 15 Januari 2016 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR JAWA TIMUR DESEMBER EKSPOR JAWA TIMUR BULAN DESEMBER TURUN 3,16 PERSEN Nilai Ekspor Jawa Timur bulan Desember
Lebih terperinciEkonomi Pertanian di Indonesia
Ekonomi Pertanian di Indonesia 1. Ciri-Ciri Pertanian di Indonesia 2.Klasifikasi Pertanian Tujuan Instruksional Khusus : Mahasiswa dapat menjelaskan ciri-ciri pertanian di Indonesia serta klasifikasi atau
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI
No. 04/04/Th. XV, 2 April 2012 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI NILAI TUKAR PETANI BULAN MARET 2012 SEBESAR 97,86 PERSEN NTP Provinsi Sulawesi Tengah (NTP-Gabungan) bulan Maret 2012 sebesar 97,86 persen,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sumberdaya alam yang melimpah, terutama pada sektor pertanian. Sektor pertanian sangat berpengaruh bagi perkembangan
Lebih terperinciPERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016
PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertandatangan di bawah ini : Nama : Ir. Bambang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. nasional. Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat rata-rata penyerapan tenaga
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya berusaha di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang besar, diharapkan
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR ANALISIS PERUBAHAN DAN DAMPAK KESEPAKATAN PERDAGANGAN BEBAS REGIONAL DAN PENETAPAN MODALITAS PERJANJIAN MULTILATERAL DI SEKTOR PERTANIAN
LAPORAN AKHIR ANALISIS PERUBAHAN DAN DAMPAK KESEPAKATAN PERDAGANGAN BEBAS REGIONAL DAN PENETAPAN MODALITAS PERJANJIAN MULTILATERAL DI SEKTOR PERTANIAN Oleh : Budiman Hutabarat M. Husein Sawit Helena Juliani
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. penting dalam perekonomian nasional. Ditinjau dari kontribusinya terhadap
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian sampai saat ini masih mempunyai peranan yang cukup penting dalam perekonomian nasional. Ditinjau dari kontribusinya terhadap pendapatan nasional, sektor
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya berusaha di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang besar, diharapkan
Lebih terperinciDATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014
DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014 BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 1 Perkembangan Produksi Komoditas Pangan Penting Tahun 2010 2014 Komoditas Produksi Pertahun Pertumbuhan Pertahun
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR JAWA TIMUR DESEMBER 2016
BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 06/01/35/Th. XV, 16 Januari 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR JAWA TIMUR DESEMBER EKSPOR JAWA TIMUR BULAN DESEMBER TURUN 6,96 PERSEN Nilai Ekspor Jawa Timur bulan mencapai
Lebih terperinciRingkasan Eksekutif Ekspor Impor Hasil Industri Bulan Oktober 2012
Untuk Keperluan Intern Kemenperin Ringkasan Eksekutif Ekspor Impor Hasil Industri Bulan A. Ekspor Impor Bulan Total ekspor bulan adalah sebesar US$ 15,67 miliar (dengan perincian ekspor non migas US$ 12,68
Lebih terperinciNILAI TUKAR PETANI JAWA TIMUR BULAN FEBRUARI 2012
BPS PROVINSI JAWA TIMUR NILAI TUKAR PETANI JAWA TIMUR BULAN FEBRUARI 2012 No. 18/03/35/Th.X, 1 Maret 2012 Nilai Tukar Petani (NTP) Jawa Timur Bulan Februari 2012 Turun 1,39 persen. Nilai Tukar Petani (NTP)
Lebih terperinci4. Membentuk komite negara-negara penghasil minyak bumi ASEAN. Badan Kerjasama Regional yang Diikuti Negara Indonesia
Badan Kerjasama Regional yang Diikuti Negara Indonesia 1. ASEAN ( Association of South East Asian Nation Nation) ASEAN adalah organisasi yang bertujuan mengukuhkan kerjasama regional negara-negara di Asia
Lebih terperinci- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas.
- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG TATA KELOLA PRODUK-PRODUK UNGGULAN PERTANIAN DAN PERIKANAN DI JAWA TIMUR I. UMUM Wilayah Provinsi Jawa Timur yang luasnya
Lebih terperinciNILAI TUKAR PETANI JAWA TIMUR BULAN SEPTEMBER 2012
BPS PROVINSI JAWA TIMUR NILAI TUKAR PETANI JAWA TIMUR BULAN SEPTEMBER 2012 No. 63/10/35/Th.X, 1 Oktober 2012 Nilai Tukar Petani (NTP) Jawa Timur Bulan September 2012 Naik 0,38 persen. Nilai Tukar Petani
Lebih terperinciRingkasan Eksekutif. Ekspor Impor Hasil Industri Bulan Mei 2013
Untuk Keperluan Intern Kemenperin Ringkasan Eksekutif Ekspor Impor Hasil Industri Bulan A. Ekspor Impor Bulan Total ekspor bulan adalah sebesar US$ 16,07 miliar (dengan perincian ekspor non migas US$ 13,21
Lebih terperinciRingkasan Eksekutif Ekspor Impor Hasil Industri Bulan Januari 2013
Untuk Keperluan Intern Kemenperin Ringkasan Eksekutif Ekspor Impor Hasil Industri Bulan A. Ekspor Impor Bulan Total ekspor bulan adalah sebesar US$ 15,37 miliar (dengan perincian ekspor non migas US$ 12,76
Lebih terperinciKEBIJAKAN PEMERINTAH dalam EKONOMI PERTANIAN
KEBIJAKAN PEMERINTAH dalam EKONOMI PERTANIAN Jumlah Penduduk di Indonesia 3 Juta/Th PERTANIAN DI INDONESIA Penghasil biji-bijian nomor 6 di dunia Penghasil beras nomor 3 setelahchina dan India Penghasil
Lebih terperinciRingkasan Eksekutif Ekspor Impor Hasil Industri Bulan April 2013
Untuk Keperluan Intern Kemenperin Ringkasan Eksekutif Ekspor Impor Hasil Industri Bulan A. Ekspor Impor Bulan Total ekspor bulan adalah sebesar US$ 14,70 miliar (dengan perincian ekspor non migas US$ 12,31
Lebih terperinciEkspor Bulan Juni 2014 Menguat. Kementerian Perdagangan
Ekspor Bulan Juni 2014 Menguat Kementerian Perdagangan 5 Agustus 2014 1 Neraca perdagangan non migas bulan Juni 2014 masih surplus Neraca perdagangan Juni 2014 mengalami defisit USD 305,1 juta, dipicu
Lebih terperinciRingkasan Eksekutif Ekspor Impor Hasil Industri Bulan Juli 2012
Untuk Keperluan Intern Kemenperin Ringkasan Eksekutif Ekspor Impor Hasil Industri Bulan A. Ekspor Impor Bulan Total ekspor bulan adalah sebesar US$ 16,15 miliar (dengan perincian ekspor non migas US$ 13,17
Lebih terperinciNILAI TUKAR PETANI JAWA TIMUR BULAN MARET 2012
BPS PROVINSI JAWA TIMUR NILAI TUKAR PETANI JAWA TIMUR BULAN MARET 2012 No. 23/04/35/Th.X, 2 April 2012 Nilai Tukar Petani (NTP) Jawa Timur Bulan Maret 2012 Turun 0,79 persen. Nilai Tukar Petani (NTP) Jawa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ASEAN. CAFTA dibuat untuk mengurangi bahkan menghapuskan hambatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang CAFTA merupakan perjanjian area perdagangan bebas antara China dan ASEAN. CAFTA dibuat untuk mengurangi bahkan menghapuskan hambatan perdagangan barang tarif maupun
Lebih terperinciVI. SIMPULAN DAN SARAN
VI. SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan Berdasarkan pembahasan sebelumnya maka dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain: 1. Selama tahun 1999-2008, rata-rata tahunan harga minyak telah mengalami peningkatan
Lebih terperinciNILAI TUKAR PETANI JAWA TIMUR BULAN OKTOBER 2012
BPS PROVINSI JAWA TIMUR NILAI TUKAR PETANI JAWA TIMUR BULAN OKTOBER 2012 No. 68/11/35/Th.X, 1 November 2012 Nilai Tukar Petani (NTP) Jawa Timur Bulan Oktober 2012 Naik 0,33 persen. Nilai Tukar Petani (NTP)
Lebih terperinciinside front cover FA_PENAS book.indd 2 5/1/17 11:09 PM
inside front cover FA_PENAS book.indd 2 5/1/17 11:09 PM KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-nya, sehingga buku Kinerja dan Fokus Program
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2009 MODEL PROYEKSI JANGKA PENDEK PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS PERTANIAN UTAMA
LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2009 MODEL PROYEKSI JANGKA PENDEK PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS PERTANIAN UTAMA Oleh : Reni Kustiari Pantjar Simatupang Dewa Ketut Sadra S. Wahida Adreng Purwoto Helena
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR JAWA TIMUR JULI 2017
BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 55/08/35/Th.XV, 15 Agustus PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR JAWA TIMUR JULI EKSPOR JAWA TIMUR BULAN JULI NAIK 14,92 PERSEN Nilai Ekspor Jawa Timur bulan mencapai USD 1.578,19 juta
Lebih terperinciKUTUKAN FISKAL DARI NEGERI KANGGURU Oleh: Rendra Wasita, S.P. Abstrak
KUTUKAN FISKAL DARI NEGERI KANGGURU Oleh: Rendra Wasita, S.P. Abstrak Perdagangan produk pertanian antara Indonesia dan Australia selama 4 tahun terakhir mengalami defisit rata-rata sebesar 2.7 milyar
Lebih terperinciKULIAH KE 10: AGROBISNIS DAN
KULIAH KE 10: AGROBISNIS DAN AGROINDUSTRI TIK: Setelah mempelajari kuliah ini mahasiswa dapat menjelaskan agrobisnis dan agroindustri Catatan: Di akhir kuliah mohon dilengkapi 15 menit pemutan video Padamu
Lebih terperinciTOPIK 12 AGRIBISNIS DAN AGROINDUSTRI
TOPIK 12 AGRIBISNIS DAN AGROINDUSTRI AGRIBISNIS SEBAGAI SUATU SISTEM Sistem agribisnis : Rangkaian kegiatan dari beberapa subsistem yg saling terkait dan mempengaruhi satu sama lain Sub-sistem agribisnis
Lebih terperinciRingkasan Eksekutif Ekspor Impor Hasil Industri Bulan April 2012
Untuk Keperluan Intern Kemenperin Ringkasan Eksekutif Ekspor Impor Hasil Industri Bulan A. Ekspor Impor Bulan Total ekspor bulan sebesar US$ 15,98 miliar (non migas US$ 12,62 miliar dan migas US$ 3,36
Lebih terperinciRingkasan Eksekutif. Ekspor Impor Hasil Industri Bulan Oktober 2014
Untuk Keperluan Intern Kemenperin Ringkasan Eksekutif Ekspor Impor Hasil Industri Bulan A. Ekspor Impor Bulan Total ekspor bulan adalah sebesar US$ 15,35 miliar (dengan perincian ekspor non migas US$ 12,88
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan sudut pandang ilmu ekonomi, motivasi hubungan antar negara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan sudut pandang ilmu ekonomi, motivasi hubungan antar negara dianggap sebagai proses alokasi sumber daya ekonomi antar negara dalam rangka meningkatkan derajat
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR JAWA TIMUR APRIL 2016
BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 34/05/35/Th. XIV, 16 Mei PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR JAWA TIMUR APRIL EKSPOR JAWA TIMUR BULAN APRIL TURUN 8,10 PERSEN Nilai Ekspor Jawa Timur bulan April mencapai USD 1.663,85
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR JAWA TIMUR FEBRUARI 2017
BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 18/03/35/Th.XV, 15 Maret PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR JAWA TIMUR FEBRUARI EKSPOR JAWA TIMUR BULAN FEBRUARI NAIK 11,18 PERSEN Nilai Ekspor Jawa Timur bulan mencapai USD 1.522,99
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN SELATAN BULAN FEBRUARI 2013
No.19/04/63/Th.XVII, 1 April 2013 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN SELATAN BULAN FEBRUARI 2013 EKSPOR KALIMANTAN SELATAN BULAN FEBRUARI 2013 NAIK 12,23 PERSEN DAN IMPOR TURUN 41,59 PERSEN Nilai
Lebih terperinciBAB V GAMBARAN UMUM PRODUK PERTANIAN
BAB V GAMBARAN UMUM PRODUK PERTANIAN 5.1 Komoditas Perkebunan Komoditi perkebunan merupakan salah satu dari tanaman pertanian yang menyumbang besar pada pendapatan nasional karena nilai ekspor yang tinggi
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Jumlah petani di Indonesia menurut data BPS mencapai 45% dari total angkatan kerja di Indonesia, atau sekitar 42,47 juta jiwa. Sebagai negara dengan sebagian besar penduduk
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Ekspor, Impor, dan Neraca Perdagangan Komoditas Pertanian Menurut Sub Sektor, 2014 Ekspor Impor Neraca
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia memiliki kekayaan alam yang melimpah ruah dan beraneka ragam. Hal ini tampak pada sektor pertanian yang meliputi komoditas tanaman pangan, hortikultura, perkebunan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomensa globalisasi dalam bidang ekonomi mendorong perkembangan ekonomi yang semakin dinamis antar negara. Dengan adanya globalisasi, terjadi perubahan sistem ekonomi
Lebih terperinciKAJIAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL DALAM PERSPEKTIF PERDAGANGAN BEBAS REGIONAL DAN GLOBAL
LAPORAN AKHIR KAJIAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL DALAM PERSPEKTIF PERDAGANGAN BEBAS REGIONAL DAN GLOBAL Tim Peneliti: Reni Kustiari Achmad Suryana Erwidodo Henny Mayrowani Edi Supriadi Yusuf Soeprapto Djojopoespito
Lebih terperinciAGRIBISNIS KAMBING - DOMBA
PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KAMBING - DOMBA Edisi Kedua Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2007 MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2006
LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2006 FLEKSIBILITAS PENERAPAN SPECIAL SAFEGUARD MECHANISM DAN KAJI ULANG KEBIJAKAN DOMESTIC SUPPORT UNTUK SPECIAL PRODUCT INDONESIA Oleh : M. Husein Sawit Sjaiful Bahri Sri Nuryanti
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. ASEAN sebagai organisasi regional, kerjasama ekonomi dijadikan sebagai salah
17 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ASEAN terbentuk pada tahun 1967 melalui Deklarasi ASEAN atau Deklarasi Bangkok tepatnya pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok oleh Wakil Perdana Menteri merangkap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. internasional untuk memasarkan produk suatu negara. Ekspor dapat diartikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ekspor merupakan salah satu bagian penting dalam perdagangan internasional untuk memasarkan produk suatu negara. Ekspor dapat diartikan sebagai total penjualan barang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003)
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara dapat diukur dan digambarkan secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003) menyatakan bahwa pertumbuhan
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perdagangan internasional merupakan salah satu pendorong peningkatan perekonomian suatu negara. Perdagangan internasional, melalui kegiatan ekspor impor memberikan keuntungan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR JAWA TIMUR JULI 2016
BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 56/08/35/Th. XIV, 15 Agustus PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR JAWA TIMUR JULI EKSPOR JAWA TIMUR BULAN JUNI NAIK 4,10 PERSEN Nilai Ekspor Jawa Timur bulan Juli mencapai USD 1.082,12
Lebih terperinciLAPORAN MINGGUAN KONDISI EKONOMI MAKRO & SEKTOR KEUANGAN 2-6 April 2012
HIGHLIGHT PEREKONOMIAN GLOBAL Berbagai indikator mengindikasikan bahwa perekonomian AS terus membaik. Indikator-indikator tersebut, antara lain tumbuhnya konsumsi rumah tangga secara berkelanjutan, meningkatnya
Lebih terperinciAnalisis PDB Sektor Pertanian Tahun 2015
Analisis PDB Sektor Pertanian Tahun 2015 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian Analisis PDB Sektor Pertanian Tahun 2015 Ukuran Buku : 10,12 inci x 7,17
Lebih terperinciKEYNOTE SPEECH MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PERESMIAN PABRIK PT. INDO KORDSA, TBK JAKARTA, 06 JANUARI 2015
KEYNOTE SPEECH MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PERESMIAN PABRIK PT. INDO KORDSA, TBK JAKARTA, 06 JANUARI 2015 Yang Mulia Duta Besar Turki; Yth. Menteri Perdagangan atau yang mewakili;
Lebih terperinciDr Erwidodo Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Litbang Pertanian. Workshop Pra-Konferensi PERHEPI Bogor, 27 Agustus 2014
Dr Erwidodo Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Litbang Pertanian Workshop Pra-Konferensi PERHEPI Bogor, 27 Agustus 2014 1 Multilateral (WTO) Plurilateral/Regional : APEC, ASEAN-FTA (AFTA),
Lebih terperinci