KATA PENGANTAR. Jakarta, Oktober 2007 Pusat Data dan Informasi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KATA PENGANTAR. Jakarta, Oktober 2007 Pusat Data dan Informasi"

Transkripsi

1

2 KATA PENGANTAR Pengembangan sektor industri saat ini diarahkan untuk lebih mampu menunjang pertumbuhan ekonomi yang tinggi seperti yang diamanatkan oleh Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RJPM) serta Rencana Strategis (RENSTRA) Departemen Perindustrian , oleh karenanya perkembangan industri perlu dipantau dari waktu ke waktu. Dalam rangka mengetahui perkembangan kinerja sektor industri secara lebih cepat tanpa harus menunggu data BPS yang biasanya terlambat sekitar 1 tahun untuk data produksi dan 3 bulan untuk ekspor impor, beberapa komoditi industri tertentu dipilih sebagai sampel yang diharapkan mampu mewakili gambaran industri secara keseluruhan. Untuk itu data bulanan komoditi terpilih tersebut dikumpulkan baik dari Asosiasi industri yang membidangi atau perusahaan. Buku Laporan Perkembangan Komoditi Industri Terpilih ini dapat digunakan sebagai indikator Departemen Perindustrian untuk melihat kinerja industri secara indikatif, yaitu dengan melihat perkembangan dari realisasi produksi, ekspor, dan impor produk-produk tersebut. Hal-hal yang tergambarkan dalam laporan ini adalah buah kerja Departemen Perindustrian dengan berbagai pihak yang terkait. Untuk itu, kami menyampaikan penghargaan setinggi-tingginya kepada Asosiasi, perusahaan dan lembaga pemerintah terkait, baik pusat dan daerah, dunia usaha, serta masyarakat yang menyampaikan berbagai datanya kepada Departemen Perindustrian sehingga tersusunnya laporan ini. Jakarta, Oktober 2007 Pusat Data dan Informasi i

3 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR GAMBAR... iv DAFTAR TABEL... vi BAB I GAMBARAN PEREKONOMIAN SECARA UMUM 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Dunia dan Beberapa Negara Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Pertumbuhan PDB Pertumbuhan Sektor Industri Kinerja Ekspor Nilai Impor Investasi Tenaga Kerja Tingkat Suku Bunga dan Posisi Kredit BAB II LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH 2.1 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Sektor Industri Tahun Pemilihan Beberapa Komoditi Terpilih Perkembangan Beberapa Komoditi Industri Terpilih Pupuk Pupuk Urea Pupuk Non Urea Pupuk ZA Pupuk SP Pupuk Phonska Semen Minyak Goreng Sawit Baja Hot Rolled Coil Hot Rolled Plate Kendaraan Bermotor Kendaraan Bermotor Roda Dua Kendaraan Bermotor Roda Empat Peralatan Listrik Rumah Tangga Televisi Lemari Es Tekstil dan Produk Tekstil Serat ii

4 Benang Kain Pulp dan Kertas Pulp Kertas Mesin Listrik Mini Circuit Breakers (MCB) Motor Listrik KWh Meter Panel dan Gear Ban Ban Sepeda Motor Ban Mobil Tepung Terigu Barang Jadi Rotan Keramik Keramik TILE Keramik TABLEWARE Keramik SANITARY BAB III KINERJA INDUSTRI TERPILIH 3.1 Kinerja Industri Pupuk Kinerja Industri Semen Kinerja Industri Minyak Goreng Kinerja Industri Baja Kinerja Industri Kendaraan Bermotor Kinerja Industri Peralatan Listrik Rumah Tangga Kinerja Industri Tekstil dan Produk Tekstil Kinerja Industri Pulp dan Kertas Kinerja Industri Mesin Listrik Kinerja Industri Ban Kinerja Industri Tepung Terigu Kinerja Industri Barang Jadi Rotan Kinerja Industri Keramik BAB IV PENUTUP LAMPIRAN iii

5 DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman Gambar 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Dunia... 1 Gambar 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia... 2 Gambar 1.3 Kontribusi Sektor Terhadap Total PDB... 3 Gambar 1.4 Kontribusi PDB Menurut Pengeluaran... 3 Gambar 1.5 Pertumbuhan Industri Non Migas... 4 Gambar 1.6 Kontribusi Sub Sektor Terhadap Total Industri Non Migas.. 5 Gambar 1.7 Kapasitas Produksi Industri Non Migas... 5 Gambar 1.8 Perkembangan Ekspor... 6 Gambar 1.9 Perkembangan Impor... 7 Gambar 1.10 Struktur Impor Menurut Penggunaan... 7 Gambar 1.11 Perkembangan Investasi PMDN... 8 Gambar 1.12 Perkembangan Investasi PMA... 8 Gambar 1.13 Perkembangan Penggunaan Tenaga Kerja Gambar 1.14 Posisi Kredit Perbankan Gambar 2.1 Perkembangan Industri Pupuk UREA Periode Oktober 2006 s.d. September Gambar 2.2 Perkembangan Industri Pupuk ZA Periode Oktober 2006 s.d. September Gambar 2.3 Perkembangan Industri Pupuk SP36 Periode Oktober 2006 s.d. September Gambar 2.4 Perkembangan Industri Pupuk Phonska Periode Oktober 2006 s.d. September Gambar 2.5 Perkembangan Industri Semen Periode Oktober 2006 s.d. September Gambar 2.6 Perkembangan Industri Minyak Goreng Sawit Periode Oktober 2006 s.d. September Gambar 2.7 Perkembangan Industri Logam Hot Rolled Coil Periode Oktober 2006 s.d. September Gambar 2.8 Perkembangan Industri Logam Hot Rolled Plate Periode Oktober 2006 s.d. September Gambar 2.9 Perkembangan Industri Kendaraan Bermotor Roda Dua Periode Oktober 2006 s.d. September Gambar 2.10 Perkembangan Industri Kendaraan Bermotor Roda Empat Periode Oktober 2006 s.d. September Gambar 2.11 Perkembangan Industri Televisi Periode Oktober 2006 s.d. September Gambar 2.12 Perkembangan Industri Lemari Es Periode Oktober 2006 s.d. September Gambar 2.13 Perkembangan Industri Serat Periode Oktober 2006 s.d. September Gambar 2.14 Perkembangan Industri Benang Periode Oktober 2006 s.d. September iv

6 Gambar 2.15 Perkembangan Industri Kain Periode Oktober 2006 s.d. September Gambar 2.16 Perkembangan Industri Pulp Periode Oktober 2006 s.d. September Gambar 2.17 Perkembangan Industri Kertas Periode Oktober 2006 s.d. September Gambar 2.18 Perkembangan Industri MCB Periode Oktober 2006 s.d. September Gambar 2.19 Perkembangan Industri motor Listrik Periode Oktober 2006 s.d. September Gambar 2.20 Perkembangan Industri KWh Meter Periode Oktober 2006 s.d. September Gambar 2.21 Perkembangan Industri Panel & Gear Periode Oktober 2006 s.d. September Gambar 2.22 Perkembangan Industri Ban Sepeda Motor Periode Oktober 2006 s.d. September Gambar 2.23 Perkembangan Industri Ban Mobil Periode Oktober 2006 s.d. September Gambar 2.24 Perkembangan Industri Terigu Periode Oktober 2006 s.d. September Gambar 2.25 Perkembangan Industri Barang Jadi Rotan Periode Oktober 2006 s.d. September Gambar 2.26 Perkembangan Industri Keramik (TILE) Periode Oktober 2006 s.d. September Gambar 2.27 Perkembangan Industri Keramik (TABLEWARE) Periode Gambar 2.28 Oktober 2006 s.d. September Perkembangan Industri Keramik (SANITARY) Periode Oktober 2006 s.d. September Gambar 3.1 Kinerja Komoditi Industri Terpilih Gambar 3.2 Kinerja Industri Pupuk Gambar 3.3 Kinerja Industri Semen Gambar 3.4 Kinerja Industri Minyak Goreng Gambar 3.5 Kinerja Industri Baja Gambar 3.6 Kinerja Industri Kendaraan Bermotor Gambar 3.7 Kinerja Industri Peralatan Listrik Rumah Tangga Gambar 3.8 Kinerja Industri Tekstil dan Produk Tekstil Gambar 3.9 Kinerja Industri Pulp dan Kertas Gambar 3.10 Kinerja Industri Mesin Listrik Gambar 3.11 Kinerja Industri Ban Gambar 3.12 Kinerja Industri Tepung Terigu Gambar 3.13 Kinerja Industri Barang Jadi Rotan Gambar 3.14 Kinerja Industri Keramik v

7 DAFTAR TABEL Tabel Halaman Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Beberapa Negara Tabel 1.2 Laju Pertumbuhan PDB Kumulatif Tabel 1.3 Kontribusi Terhadap PDB Menurut Pengeluaran Kumulatif Tabel 1.4 Laju Pertumbuhan Industri Pengolahan Kumulatif Tabel 1.5 Kontribusi Terhadap PDB Kumulatif Tabel 1.6 Kontribusi Terhadap PDB Industri Non Migas Kumulatif Tabel 1.7 Kapasitas Produksi Terpakai Tabel 1.8 Nilai Ekspor Tabel 1.9 Nilai Impor Tabel 1.10 Impor Menurut Golongan Penggunaan Barang Tabel 1.11 Tabel Perkembangan Realisasi Investasi (Izin Usaha Tetap) 47 PMDN Menurut Sektor, *... Tabel 1.12 Tabel Perkembangan Realisasi Investasi (Izin Usaha Tetap) 47 PMA Menurut Sektor, *... Tabel 1.13 Penggunaan tenaga kerja pada triwulan III tahun Tabel 1.14 Tingkat Suku Bunga Kredit Tabel 2.1 Tabel Komoditi komoditi Industri Terpilih Tabel 2.2 Perkembangan Industri Pupuk Urea Tabel 2.3 Perkembangan Industri Pupuk ZA Tabel 2.4 Perkembangan Industri Pupuk SP Tabel 2.5 Perkembangan Industri Phonska Tabel 2.6 Perkembangan Industri Semen Tabel 2.7 Perkembangan Industri Minyak Goreng Tabel 2.8 Perkembangan Industri Logam Hot Rolled Coil Tabel 2.9 Perkembangan Industri Logam Hot Rolled Plate Tabel 2.10 Perkembangan Industri Kendaraan Bermotor Roda Dua Tabel 2.11 Perkembangan Industri Kendaraan Bermotor Roda Empat Tabel 2.12 Perkembangan Industri Televisi Tabel 2.13 Perkembangan Industri Lemari Es Tabel 2.14 Perkembangan Industri Serat Tabel 2.15 Perkembangan Industri Benang Tabel 2.16 Perkembangan Industri Kain Tabel 2.17 Perkembangan Industri Pulp Tabel 2.18 Perkembangan Industri Kertas Tabel 2.19 Perkembangan Industri MCB Tabel Perkembangan Industri Motor Listrik Tabel 2.21 Perkembangan Industri KWH Meter Tabel 2.22 Perkembangan Industri Panel dan Gear Tabel 2.23 Perkembangan Industri Ban Sepeda Motor Tabel 2.24 Perkembangan Industri Ban Mobil Tabel 2.25 Perkembangan Industri Terigu vi

8 Tabel 2.26 Perkembangan Industri Barang Jadi Rotan Tabel 2.27 Perkembangan Industri Keramik (TILE) Tabel 2.28 Perkembangan Industri Keramik (TABLEWARE) Tabel 2.29 Perkembangan Industri Keramik (SANITARY) Tabel 3.1 Indeks Kinerja Industri Terpilih vii

9 BAB I GAMBARAN PEREKONOMIAN SECARA UMUM Pertumbuhan Ekonomi Dunia dan Beberapa Negara Pertumbuhan ekonomi dunia tahun ini diperkirakan lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi tahun sebelumnya yang mampu mencapai 5,4 persen. Pertumbuhan yang hanya mencapai 5,2 persen merupakan representasi dari kondisi perekonomian beberapa wilayah atau kelompok negara di dunia seperti yang terlihat dalam Gambar 1.1. Menurut data International Monetery Fund (IMF), pertumbuhan ekonomi negara-negara maju pada tahun 2007 diperkirakan hanya mencapai 2,5 persen, turun sebesar 0,4 persen dibanding pertumbuhan tahun sebelumnya. Perekonomian di wilayah Eropa Tengah dan Timur juga mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,1 persen dibanding tahun sebelumnya Sementara itu, pertumbuhan Ekonomi Asia diperkirakan sama dengan tahun sebelumnya pada angka 9,8 persen. Dua wilayah yang mengalami kenaikan pertumbuhan ekonomi pada tahun ini yaitu Afrika dan Timur Tengah dengan kenaikan pertumbuhan ekonomi masing-masing mencapai 0,1 persen dan 0,3 persen tahun Dunia Negara Maju Afrika Eropa Tengah & Timur Asia Timur Tengah Sedangkan pertumbuhan perekonomian di negara Asia pada tahun 2007 cukup beragam. Beberapa negara mengalami kenaikan pertumbuhan ekonomi yang cukup besar seperti China yang mengalami kenaikan pertumbuhan sebesar 0,4 persen dibanding sebelumnya yang hanya 11,1 persen (Data pertumbuhan ekonomi beberapa negara Gambar 1.1 dapat dilihat pada Lampiran). Pertumbuhan Ekonomi Dunia Selain China, beberapa negara di Asia juga mengalami kenaikan pertumbuhan ekonomi antara lain Indonesia yang naik sebesar 0,7 persen, Filipinan (0,8 persen), Timor Leste (30,3 persen) dan Vietnam (0,1 persen). Negara Asia yang mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi yaitu Brunei Darussalam yang turun sebesar 3,2 persen, Kamboja (1,3 persen), India (0,8 persen), Laos (0,5 persen), Malaysia (0,1 persen), Myanmar (7,2 persen), dan Thailand (1 persen).

10 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Pertumbuhan PDB Secara kumulatif pertumbuhan PDB Indonesia pada triwulan III tahun 2007 adalah 6,29 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, Pertumbuhan tertinggi dicapai sektor Pengangkutan dan Komunikasi 12,16 persen. Sedangkan sektor yang mencapai pertumbuhan diatas pertumbuhan PDB yaitu Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih yang tumbuh sebesar 10,28 persen, Bangunan (8,31 persen), Perdagangan, Hotel dan Restoran (7,36 persen), Keuangan, Persewaaan dan Jasa Perusahaan (7,93 persen) dan Jasa-jasa (6,50 persen) seperti yang terlihat pada Gambar % 6.80% 6.50% Jasa-jasa 6.70% 7.93% Keuangan, Persewaan dan Jasa Persh 6.60% 12.16% Pengangkutan dan Komunikasi 6.50% 7.36% Perdagangan, Hotel dan Restauran 6.40% 6.30% 6.20% 6.10% 6.00% PDB PDB Non Migas 8.31% Bangunan 10.28% Listrik, Gas dan Air Bersih 3.70% Pertambangan dan Penggalian 4.29% Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan 5.00% Industri Pengolahan Gambar 1.2. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Dengan pencapaian pertumbuhan ekonomi sampai semester triwulan III, memungkinkan pemerintah mencapai target tahun DPR memperkirakan target pertumbuhan ekonomi tahun 2008 bakal lebih tinggi dibandingkan dengan target pertumbuhan dalam APBN Perubahan (APBN-P) 2007 sebesar 6,3 persen. Tingginya target pertumbuhan itu didorong optimisme pemerintah terhadap kecenderungan membaiknya kondisi iklim investasi di dalam negeri. Diperkirakan pada tahun 2008 terdapat kecenderungan meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Hal itu sudah terlihat dari tingginya pertumbuhan ekonomi pada triwulan III tahun 2007 yang lebih besar dari 6 persen.

11 3 Pertanian,Peternakan,Kehutanan & Perikanan Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Industri Pengolahan M I G A S Industri Pengolahan Bukan Migas Listrik, Gas, Dan Air Bersih B A N G U N A N Perdagangan, Hotel Dan Restoran Pengangkutan Dan Komunikasi Keuangan, Persew aan & Jasa Persh. Jasa - Jasa Sementara itu, nilai PDB pada periode Januari-September tahun 2007 yang mencapai Rp.2.901,27 triliun tersebut masih didominasi oleh sektor Industri Pengolahan sebesar Rp.797,99 triliun atau 27,50 persen dari total PDB. Sektor lainnya yang memberikan kontribusi cukup besar yaitu sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran yang mencapai sebesar 14,69 persen dan Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan sebesar 14,37 persen. Tujuh sektor lainnya hanya memberikan sumbangan dibawah 14 persen terhadap PDB. Sementara itu sub sektor industri pengolahan non migas memberikan kontribusi sebesar 22,92 persen seperti terlihat pada Gambar 1.3. Gambar 1.3. Kontibusi Sektor Terhadap Total PDB Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Pembentukan Modal tetap Bruto (PMTB) Perubahan Inventori Diskrepansi Statistik Ekspor Barang dan Jasa Impor Barang dan Jasa Gambar 1.4. Kontibusi PDB Menurut Pengeluaran Laju pertumbuhan ekonomi ini menunjukkan perkembangan produk domestik bruto (PDB). PDB merekam semua kegiatan ekonomi. Secara umum, pertumbuhan ekonomi yang tinggi dibutuhkan untuk menciptakan lapangan kerja guna mengatasi pengangguran dan mengurangi kemiskinan. Berdasarkan data Bappenas, setiap 1 persen pertumbuhan ekonomi pada tahun 2006 menciptakan lapangan kerja baru. Sementara itu PDB menurut pengeluaran pada triwulan III 2007 didominasi oleh pengeluaran konsumsi rumah tangga yang mencapai sebesar persen dari total PDB, pengeluaran konsumsi

12 4 pemerintah sebesar 7.98 persen, pembentukan modal tetap bruto sebesar 23,99 persen, ekspor barang-jasa sebesar 29,18 persen. Seperti terlihat pada Gambar 1.4. BPS mencatat pertumbuhan konsumsi ini antara lain ditunjukkan oleh peningkatan penjualan otomotif dan peningkatan penggunaan telepon seluler, termasuk pulsanya. Untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang tinggi, pemerintah akan mengefisienkan penggunaan anggaran dengan menggeser sebagian anggaran belanja barang ke belanja modal. Langkah itu dilakukan karena belanja modal jauh lebih produktif. Anggaran belanja modal tahun 2008 diperkirakan akan mencapai Rp 101,5 triliun jauh di atas target anggaran belanja modal tahun 2007, yakni Rp 68,3 triliun. Adapun anggaran belanja barang justru turun dari Rp 62,5 triliun di APBN-P 2007 menjadi Rp 52,4 triliun di RAPBN Daya serap kementerian dan lembaga pengguna anggaran belanja modal hingga saat ini baru mencapai Rp 16,6 triliun atau 22,74 persen dari target APBN-P 2007 senilai Rp 73,1 triliun Pertumbuhan Sektor Industri Sektor industri pengolahan mengalami pertumbuhan sebesar 5,00 persen pada triwulan III tahun 2007 dibandingkan periode yang sama tahun Angka tersebut disumbangkan industri pengolahan migas yang mengalami pertumbuhan sebesar 1,94 persen dan industri pengolahan bukan migas yang tumbuh sebesar 5,31 persen. Makanan, Minuman dan Tembakau Tekstil, Brg. kulit & Alas kaki Brg. kayu & Hasil hutan lainnya. Kertas dan Barang cetakan Pupuk, Kimia & Barang dari karet Semen & Brg. Galian bukan logam Logam Dasar Besi & Baja Alat Angk., Mesin & Peralatannya Barang lainnya Gambar 1.5. Pertumbuhan Industri Non Migas Pertumbuhan terbesar pada sektor industri non migas dicapai oleh industri alat angkut, mesin dan peralatannya sebesar 8,06 persen, disusul industri kertas dan barang cetakan lainnya 8,03 persen, industri makanan, minuman dan tembakau sebesar 6,44 persen, industri semen dan barang galian bukan logam 5,45 persen, industri pupuk, kimia dan barang dari karet 5,20 persen. Sedangkan industri yang tumbuh di bawah 5 persen yaitu industri logam dasar besi dan baja yang mencapai sebesar 1,47 persen, Sementara itu, industri yang mengalami pertumbuhan negatif adalah industri barang lainnya minus 1,33 persen, dan industri tekstil, barang kulit dan alas kaki minus 2,16 persen, industri barang kayu dan hasil hutan lainnya minus 1,72 persen (Gambar 1.5).

13 5 Makanan, Minuman dan Tembakau Tekstil, Brg. kulit & Alas kaki Brg. kayu & Hasil hutan lainnya. Kertas dan Barang cetakan Pupuk, Kimia & Barang dari karet Semen & Brg. Galian bukan logam Logam Dasar Besi & Baja Alat Angk., Mesin & Peralatannya Barang lainnya Bila dilihat dari kontribusinya industri Makanan, Minuman dan Tembakau masih menempati urutan pertama yang mencapai 29,43 persen dari total PDB sektor industri pengolahan non migas. Di posisi kedua ditempati industri Alat angkut, Mesin dan Peralatannya yang memberikan kontribusi sebesar 29,15 persen, disusul industri Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet 12,49 persen dan industri Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki 10,74 persen. Sedangkan sektor industri lainnya memberikan kontribusi kurang dari 10 persen terhadap industri Gambar 1.6 Kontribusi Sub Sektor Terhadap Total Industri Non Migas Makanan, Minuman dan Tembakau Tekstil, Brg. kulit & Alas kaki Brg. kayu & Hasil hutan lainnya. Kertas dan Barang cetakan Pupuk, Kimia & Barang dari karet Semen & Brg. Galian bukan logam pengolahan non migas seperti terlihat pada Gambar 1.6. Sementara itu, bila dilihat dari kapasitas produksi terpakainya, masing-masing sektor industri masih berpeluang untuk meningkatkan outputnya. Seperti terlihat pada Gambar 1.7. industri pengolahan baru menggunakan 72,94 persen dari kapasitas yang dimilikinya, hanya industri kertas dan barang cetakan yang mencapai kapasitas produksi terpasang lebih dari 80 persen. Logam Dasar Besi & Baja Alat Angk., Mesin & Peralatannya Barang lainnya Industri Pengolahan Gambar 1.7. Kapasitas Produksi Industri Non Migas

14 Kinerja Ekspor Total Ekspor Indonesia pada Januari-September 2007 meningkat sebesar 12,88 persen menjadi US$ ,10 Juta dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya US$ ,09 Juta. Peningkatan ekspor ini merupakan kontribusi ekspor non migas yang juga mengalami peningkatan sebesar 17,47 persen. Sebagian besar ekspor Non Migas merupakan ekspor hasil industri yang nilainya mencapai US$ ,50 Juta atau 81,71 persen dari total ekspor non migas eperti terlihat pada Gambar 1.8. Kelompok komoditi yang mencapai nilai ekspor tertinggi pada triwulan III tahun 2007 adalah Elektronika, Telematika dan Mesin Listrik Lainnya yang mencapai nilai US$ 9.270,98 Juta. Sedangkan Kelompok komoditi yang mengalami pertumbuhan terbesar adalah Lemak dan Minyak $83.03 Hewan/Nabati yang tumbuh $73.55 sebesar 44,75 persen dengan $67.65 nilai ekspor sebesar US$ 6.024,06 Juta. $57.59 $55.28 $47.67 Sementara itu, nilai total ekspor pada September 2007 TOTAL EKSPOR $15.97 $15.38 EKSPOR MIGAS EKSPOR NON MIGAS Gambar 1.8. Perkembangan Ekspor EKSPOR HASIL INDUSTRI mengalami penurunan sebesar 0,91 persen dibanding Agustus 2007 menjadi US$ 9.519,05 Juta. Ekspor non migas masih mendominasi ekspor pada bulan September dengan mencapai US$ 7.543,79 Juta atau 79,25 persen dari nilai total ekspor Indonesia. Sedangkan Ekspor hasil industrinya mencapai US$ 6.337,71 Juta atau 84,01 persen dari ekspor non migas. Kelompok komoditi yang mencapai nilai ekspor terbesar adalah produk Elektronika, Telematika dan Mesin Listrik Lainnya dengan nilai US$ 1.155,54 Juta, sedangkan yang mengalami peningkatan terbesar adalah Biji Coklat/Kakao yang meningkat sebesar 44,40 persen dibanding bulan sebelumnya sebelumnya yang hanya US$ 81,24 ribu. Data secara lebih lengkap dapat dilihat pada Tabel 7 di bagian lampiran. Ekspor, khususnya nonmigas, tumbuh karena harga komoditas ekspor Indonesia masih tinggi di pasar internasional. Perekonomian negara-negara mitra dagang Indonesia, seperti Amerika Serikat dan China, juga membaik. Ini menyebabkan permintaan meningkat.

15 Nilai Impor Selama periode triwulan III 2007, nilai impor Indonesia mencapai US$ ,88 Juta atau meningkat 17,43 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya US$ ,04 Juta. Seperti halnya ekspor, nilai impor non migas yang mencapai US$ ,05 Juta, jauh lebih tinggi dibanding impor migas yang hanya US$ ,84 Juta seperti terlihat pada Gambar TOTAL IMPOR IMPOR MIGAS IMPOR NON MIGAS 9.28 Barang Konsumsi Kelompok komoditi yang mencapai nilai impor tertinggi pada periode tersebut adalah Elektronika, Telematika dan Mesin Listrik Lainnya mencapai nilai US$ ,79 Juta. Sedangkan Kelompok komoditi yang mengalami pertumbuhan terbesar adalah Kopi, Teh dan Rempah-rempah yang tumbuh sebesar 279,47 persen dengan nilai impor sebesar US$ 94,59 Juta. Gambar 1.9. Sementara itu, nilai total impor pada Bulan Perkembangan Impor September 2007 menurun sebesar 1,37 persen dibanding Agustus 2007 menjadi US$ 6.755,36 Juta. Impor non migas masih mendominasi impor pada bulan terakhir triwulan ketiga tahun 2007 dengan mencapai US$ ,95 Juta atau 66,85 persen dari nilai total impor Indonesia, seperti tercantum pada Tabel 8 bagian lampiran. Kelompok komoditi yang mencapai nilai impor terbesar adalah Elektronika, Telematika dan Mesin Listrik Lainnya mencapai nilai US$ 1.198,33 Juta, sedangkan yang mengalami peningkatan terbesar adalah Batu Bara yang meningkat sebesar 37,24 persen dibanding tahun sebelumnya yang hanya US$ 7,76 juta. Perkembangan impor menurut golongan penggunaan barang selama Januari- September tahun 2007 menunjukkan bahwa ketiga golongan penggunaan barang impor mengalami peningkatan dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Bahan Baku/Penolong Barang Modal Gambar Struktur Impor Menurut Penggunaan Impor barang konsumsi pada Januari-September 2007 mencapai US$ juta atau naik 39,39 persen dibanding periode yang sama tahun Sementara impor bahan baku/penolong dan barang modal masing-masing mencapai US$ ,6 juta dan US$

16 ,3 juta atau meningkat 15,57 persen dan 15,56 persen seperti terlihat di Tabel 9 bagian Lampiran. Peranan impor barang konsumsi dan bahan baku/penolong dalam struktur impor Indonesia selama Januari-September tahun 2007 masing-masing mencapai 9,28 persen dan dari 76,24 persen. Sedangkan peranan impor barang modal mencapai 14,48 persen seperti terlihat pada Gambar Investasi Sektor Primer Sektor Sekunder Sektor Tersier , , , , ,847.0 Tr III 2005 Tr III 2006 Tr III 2007 Gambar Perkembangan Investasi PMDN 4,095.0 Perkembangan realisasi investasi (izin usaha tetap) PMDN pada triwulan ketiga 2007 menunjukkan kenaikan dibanding periode yang sama tahun Total investasi PMDN yang terealisasi pada pada periode Januari sampai dengan September tahun 2007 mencapai Rp ,7 miliar, meningkat sebesar 164,58 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Dari jumlah proyek juga terjadi kenaikan sebesar 5,98 persen menjadi 124 proyek sepanjang Januari- September Peningkatan realisasi terbesar terjadi pada sektor sekunder (industri) yang meningkat sebesar 250,65 persen menjadi Rp.24,85 triliun pada periode Januari September 2007, sedangkan sektor primer naik sebesar 111,59 persen menjadi Rp.3,93 triliun dan sektor tersier meningkat sebesar 10,14 persen menjadi Rp.4,1 triliun seperti terlihat pada Gambar Sektor Primer Sektor Sekunder Sektor Tersier 4, , , ,009.7 Hal yang sama terjadi juga pada PMA (Gambar 1.12), total investasi PMA yang terealisasi pada periode tersebut mencapai US$ 8,54 miliar, meningkat Tr III 2005 Tr III 2006 Tr III 2007 sebesar 99,10 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Untuk jumlah proyek periode Januari- Gambar Perkembangan Investasi PMA

17 9 September 2007 meningkat sebesar sebesar 10,40 persen dibanding tahun sebelumnya menjadi 775 proyek. Peningkatan realisasi terbesar terjadi pada sektor tersier yang meningkat sebesar 337,66 persen menjadi US$ 4,42 miliar pada periode Januari September 2007, sedangkan sektor primer naik sebesar 35,93 persen menjadi Rp.502,4 juta dan sektor sekunder meningkat sebesar 24,40 persen menjadi US$ 3,62 miliar. a. PMDN Sektor Industri/Sekunder Pada periode Januari-September tahun 2007 Industri Kertas dan Percetakan, Makanan, serta Logam, Mesin dan Elektronika merupakan sektor sektor yang diminati oleh investor dalam negeri. Ketiga sektor tersebut mempunyai nilai investasi diatas Rp. 3 triliun, bahkan Industri Kertas dan Percetakan mencapai Rp. 14 triliun. Bila dilihat dari jumlah proyek yang terealisasi Industri Makanan menjadi yang terbanyak dengan 19 proyek, disusul Industri Logam, Mesin dan Elektronik 15 Proyek dan Industri Kimia dan Farmasi 10 proyek seperti yang terlihat pada Tabel 10 di bagian lampiran. b. PMA Sektor Industri/Sekunder PMA sektor Industri Kimia dan Farmasi merupakan sektor primadona investor asing dengan total investasi sepanjang Januari sampai dengan September tahun 2007 sebesar US$ 1,56 miliar, diikuti oleh industri Makanan sebesar US$ 572,1 juta industri Kertas dan Percetakan sebesar US$ 428,5 juta, dan industri Industri Logam, Mesin dan Elektronika sebesar US$ 265,3 juta seperti yang terlihat pada Tabel 11 bagian lampiran. Bila dilihat dari jumlah proyek yang terealisasi, Industri Logam, Mesin dan Elektronik mencapai 80 Proyek dan menjadi yang terbanyak, disusul Industri Tekstil 53 Proyek dan Industri makanan sebanyak 45 proyek. Pertumbuhan investasi diperlukan karena investasi yang cenderung turun menunjukkan hambatan kegiatan produksi belum teratasi. Hambatan tersebut antara lain pasokan energi, infrastruktur, hingga kekakuan pasar tenaga kerja membuat investasi belum tumbuh. Kegiatan produksi semata hanya memanfaatkan kapasitas terpasang yang ada Tenaga Kerja Penggunaan tenaga kerja pada triwulan III tahun 2007 mengindikasikan peningkatan sebesar 7,25 persen. Peningkatan ini merupakan titik balik setelah selama 7 (tujuh) periode survei sebelumnya mengalami penurunan penggunaan tenaga kerja seperti terlihat pada Gambar 1.13.

18 10 Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Hampir seluruh sektor ekonomi mengalami peningkatan penggunaan tenaga kerja. Penyumbang peningkatan penggunaan tenaga kerja terbesar adalah sektor industri pengolahan yang meningkat sebesar 2,05 persen, diikuti oleh sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan yang mencapai 1,21persen. Pengangkutan dan Komunikasi 0.11 Keuangan, Persew aan dan Jasa Perusahaan 0.62 Jasa-jasa 0.85 Gambar Perkembangan Penggunaan Tenaga Kerja Tingkat Suku Bunga dan Posisi Kredit Kendati terdapat tekanan pada pasar keuangan nasional dan nilai tukar rupiah, stabilitas sistem keuangan masih tetap terjaga. Berbagai indikator perbankan menunjukkan masih terkendalinya faktor risiko dari stabilitas perbankan. Penurunan suku bunga pinjaman masih berlanjut. Pada Periode September 2007, suku bunga Kredit Modal Kerja (KMK) Bank Persero turun menjadi 13,90 persen, padahal Rp triliun Rp triliun Rp triliun Rp triliun Rp triliun Rp triliun Rp triliun Rp triliun Rp triliun Total Kredit Rp triliun Kredit M odal Kerja, Rp triliun Kredit Investasi, Rp triliun * Gambar Posisi Kredit Perbankan selama tahun 2006 masih pada level 15,36 persen, penurunan ini juga dialami oleh Bank-bank lainnya. Selain itu, suku bunga kredit investasi dan suku bunga kredit konsumsi juga tercatat lebih rendah menjadi masingmasing sebesar 13,43 persen dan persen. Menurut laporan Bank Indonesia trend penurunan suku bunga kredit sejauh ini telah mendorong peningkatan pembiayaan ke sektor riil.

19 11 Dalam laporan tersebut juga disebutkan bahwa fungsi intermediasi perbankan terus mengalami perbaikan, hal ini ditunjukkan oleh tren penyaluran kredit yang terus meningkat dengan pertumbuhan tahunan sampai saat ini sebesar 20,73%. Sampai dengan September 2007 posisi kredit Investasi untuk sektor Industri mencapai Rp.42, 28 triliun, lebi tinggi dari posisi tahun 2006 yang hanya Rp.40,76 triliun. Sementara itu, posisi kredit Modal Kerja pada periode yang sama mecapai Rp.147,64 triliun meningkat sebesar 4,21 persen seperti terlihat pada Gambar 1.14.

20 BAB II LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH Rencana Pembangunan Jangka Menengah Sektor Industri Tahun Berdasarkan Perpres No.7 Tahun 2004 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Tahun disebutkan bahwa Pembangunan Sektor Industri dilakukan dengan pendekatan Klaster yang diprioritaskan pada 10 klaster inti yaitu : 1) Industri Makanan dan Minuman 2) Industri Pengolahan Hasil Laut 3) Industri Tekstil dan Produk Tekstil 4) Industri Alas Kaki 5) Industri Turunan Minyak Kelapa Sawit 6) Industri Pengolahan Kayu (termasuk Rotan dan Bambu) 7) Industri Pengolahan Karet dan Barang Karet 8) Industri Pulp dan Kertas 9) Industri Mesin Listrik dan Peralatan Listrik 10) Industri Petrokimia Secara keseluruhan industri nasional ditargetkan mencapai pertumbuhan rata-rata 8,6 persen per tahun menyerap tenaga kerja 500 ribu orang per tahun dan penambahan investasi sebesar rata-rata 50 triliun rupiah per tahun selama kurun waktu Berdasarkan penetapan target tersebut diperlukan pemantauan kinerja pertumbuhan masing-masing sub sektor industri ISIC 2 digit yang dilakukan secara periodik. Laporan Perkembangan Produksi Komoditi Terpilih ini diupayakan menyajikan perkembangan beberapa komoditi industri terpilih sesuai yang diamanatkan dalam RPJM sektor industri tahun Pemilihan Beberapa Komoditi Industri Terpilih Dalam memantau perkembangan kinerja sektor industri secara lebih cepat tanpa harus menunggu data BPS yang biasanya terlambat sekitar 1 tahun untuk value added dan 3 bulan untuk ekspor impor, beberapa komoditi industri tertentu dapat digunakan sebagai indikator untuk melihat trend perkembangan industri secara keseluruhan. Oleh karenanya sebagai alternatif untuk melihat indikatif kinerja industri diupayakan untuk menyajikan perkembangan beberapa komoditas terpilih, menyangkut data kapasitas produksi, realisasi produksi, ekspor, dan impor yang keseluruhannya merupakan perkembangan bulanan dengan data yang dihimpun merupakan data primer, bersifat indikatif dan diperoleh langsung dari perusahaan atau melalui asosiasi.

21 13 Departemen Perindustrian memilih 12 komoditi industri yang sifatnya strategis karena pertama-tama tercantum pada RPJM , dampaknya cukup besar mempengaruhi inflasi, serta dapat menggambarkan dinamika gerak perekonomian dan industri secara keseluruhan. Komoditi-komoditi tersebut yaitu : Tabel 2.1. Komoditi-komoditi Industri Terpilih NO (1) (2) (3) 1. Pupuk a. Urea b. Non Urea ZA SP 36 Phonska 2. Semen 3. Minyak Goreng Sawit 4. Baja Hot Rolled Coil (HRC) Hot Rolled Plate 5. Kendaraan Bermotor KBM Roda Empat KBM Roda Dua 6. Peralatan Listrik Rumah Tangga Televisi Lemari Es 7. TPT Serat Benang Kain 8. Pulp dan Kertas Pulp Kertas 9. Mesin Listrik Mini Circuit Breaker (MCB) Motor Listrik KWh Meter Panel and Gear 10. Ban Ban Sepeda Motor Ban Mobil 11. Tepung Terigu 12. Barang Jadi Rotan 13. Keramik Tile Tableware Sanitary 2.3 Perkembangan Beberapa Komoditi Industri Terpilih Dari berbagai data komoditi terpilih yang disajikan dalam bentuk grafik-grafik yang tersaji pada halaman-halaman berikut dapat dilihat bahwa secara umum perkembangan triwulan III tahun 2007 beberapa komoditi industri masih dipengaruhi oleh investasi yang cenderung turun yang menunjukkan masih adanya hambatan kegiatan produksi belum teratasi.

22 14 Selain itu, keterbatasan pasokan energi, infrastruktur, hingga kekakuan pasar tenaga kerja membuat investasi belum tumbuh. Kegiatan produksi semata hanya memanfaatkan kapasitas terpasang yang ada. Sisi permintaan, seperti ditunjukkan konsumsi domestik ataupun permintaan di pasar ekspor terus menguat. Jika ini tidak segera diimbangi dengan peningkatan produksi melalui investasi, bisa terjadi pemanasan ekonomi, inflasi bakal naik. Perkembangan selengkapnya 12 komoditi industri terpilih meliputi perkembangan realisasi produksi, ekspor, impor dan konsumsi dalam negeri tersaji pada halamanhalaman berikut ini Pupuk Pupuk Urea 1,000, ,000 10, ,000 Okt Nop. Des. Jan Feb Mar Apr.* Mei * Jun * Jul** Ags** Sep** Produksi (Ton) Distribusi DN (Ton) Pertumbuhan PDB (%) Gambar 2.1 Perkembangan Industri Pupuk Urea Periode Oktober 2006 s.d September Pupuk Non Urea Pupuk ZA 10,000 1, Okt Nop. Des. Jan Feb Mar Apr.* Mei * Jun * Jul** Ags** Sep** Produksi (Ton) Distribusi DN (Ton) Pertumbuhan PDB (%) Gambar 2.2 Perkembangan Industri Pupuk ZA Periode Oktober 2006 s.d. September Pupuk Urea merupakan 70 persen dari keseluruhan pupuk yang di produksi di Indonesia dimana untuk periode triwulan III atau Juli- September 2007 produksinya diperkirakan mencapai 1,52 juta ton turun 1,3 persen dibanding periode triwulan II atau April-Juni yang mencapai 1,54 juta ton. Produksi tertinggi mencapai ton yaitu pada bulan Juli. Keseluruhan produksi pupuk urea ditujukan untuk penggunaan di dalam negeri. Pupuk non urea merupakan 30 persen dari total produksi pupuk di dalam negeri antara lain meliputi pupuk ZA, SP36 dan pupuk Phonska. Produksi pupuk ZA periode Juli-September 2007 berkisar antara ton s.d ton (Gambar 2.2). Produksi tertinggi tercapai pada bulan Juli 2007 mencapai ton. Produksinya dari bulan ke bulan cenderung menurun dimana di bulan Juli mencapai ton, dan di bulan September turun menjadi ton, namun pada periode Juli-September 2007 dibanding periode April-Juni produksi Pupuk ZA meningkat 27,16 persen menjadi 178,4 ribu ton, data lengkapnya ada pada halaman lampiran.

23 Pupuk SP36 100,000 10,000 1, Okt Nop. Des. Jan Feb Mar Apr.* Mei * Jun * Jul** Ags** Sep** Produksi (Ton) Distribusi DN (Ton) Pertumbuhan PDB (%) Gambar 2.3 Perkembangan Industri Pupuk SP36 Periode Oktober 2006 s.d. September Sedangkan pupuk SP36 produksi bulanannya berfluktuasi dengan produksi selama Juli-September 2007 mencapai 178,5 ribu ton meningkat sebesar 19,4 persen dibanding periode April-Juni. Produksi tertinggi pada triwulan III tahun 2007 dicapai pada bulan Juli 2007 sebesar 63,4 ribu ton seperti terlihat pada Gambar 2.3 berikut Pupuk PHONSKA 100,000 10,000 1, Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr. * Mei * Jun * Jul** Ags** Sep** Produksi (Ton) Distribusi DN (Ton) Pertumbuhan PDB (%) Gambar 2.4 Perkembangan Industri Pupuk Phonska Periode Oktober 2006 s.d. September Serupa dengan pupuk SP36, pupuk Phonska produksinya sangat berfluktuasi pada volume yang relatif rendah dengan jumlah produksi bulanan yang tertinggi dicapai pada bulan September 2007 sebesar ton dan produksi terendah dialami pada bulan Juli 2007 dengan jumlah produksi ton (Gambar 2.4). Keseluruhan pupuk non urea tersebut diperuntukan penggunaannya di dalam negeri dan tidak untuk di ekspor. Permasalahan pokok yang dihadapi industri pupuk saat ini adalah masih menurunnya kemampuan produksi dibandingkan tahun sebelumnya akibat kurangnya pemenuhan kebutuhan gas sebagai bahan baku pupuk. Sebagai contoh, PT Pupuk Kaltim produksinya selama tahun 2006 turun menjadi 2,2 juta ton (memanfaatkan hanya 75 persen kapasitas produksi) dibandingkan tahun sebelumnya 2,6 juta ton, sebagai akibat kebijakan swap gas sebanyak 10 juta MBTU kepada PT Pupuk Iskandar Muda. Industri pupuk pada tahun ini diperkirakan masih mengalami masalah serius terkait kelangkaan pasokan gas, namun demikian pasokan pupuk urea bersubsidi untuk musim tanam yang sedang berlangsung masih dalam kondisi aman.

24 Semen 16 10,000,000 1,000,000 RIBU TON 100,000 10,000 1, Okt. Nop. Des. Jan Feb Mar Apr.* Mei * Jun * Jul** Ags** Sep** Produksi (Ton) Ekspor (Ton) Konsumsi DN (Ton) Gambar 2.5 Perkembangan Industri Semen Periode Oktober 2006 s.d. September 2007 Produksi semen nasional periode Juli-September 2007 menunjukkan tren peningkatan, jumlah produksi bulanannya berkisar antara ribu ton s/d ribu ton seperti terlihat dalam Gambar 2.5. Bila dibandingkan dengan periode April-Juni produksi semen meningkat 17,77 persen menjadi ribu ton. Produksi semen nasional sebagian besar dipasarkan di dalam negeri (90 persen) sedangkan sisanya diekspor berkisar antara ton s/d ton setiap bulannya. Tren produksi semen nasional mengikuti tren konsumsi semen di dalam negeri. Kenaikkan konsumsi di dalam negeri di bulan Agustus 2007 (10,73 persen) ada hubungannya kenaikkan produksi di bulan yang sama (2,70 persen) Minyak Goreng Sawit 10,000,000 1,000,000 RIBU TON 100,000 10,000 1, Okt. Nop. Des. Jan Feb Mar Apr.* Mei * Jun * Jul** Ags** Sep** Produksi (Ton) Ekspor (Ton) Konsumsi DN (Ton) Gambar 2.6 Perkembangan Industri Minyak Goreng Periode Oktober 2006 s.d. September 2007 Produksi minyak goreng sawit selama Juli-September 2007 mengalami fluktuasi dengan kecenderungan meningkat. Pada triwulan III 2007 (Juli- September 2007) produksinya meningkat sebesar 20,31 persen menjadi 2,63 juta ton (Gambar 2.6). Dari jumlah produksi bulanan kurang lebih 33 persen diperuntukan bagi pasar ekspor, 22 persen dialokasikan untuk pasar domestik dan sisanya sekitar 45 persen untuk stok nasional.

25 Baja Hot Rolled Coil 17 RIBU TON 1,000, ,000 10,000 1, Produksi (Ton) Impor (Ton) Ekspor (Ton) Konsumsi DN (Ton) Gambar 2.7 Perkembangan Industri Logam Hot Rolled Coil Periode Oktober 2006 s.d. September 2007 Realisasi produksi HRC periode Juli-September 2007 menunjukkan tren yang menurun, realisasi produksi bulanan berkisar antara ton s.d ton seperti terlihat pada Gambar 2.7 berikut. Selama triwulan III 2007 produksinya meningkat sebesar 27,9 persen menjadi ton bila dibandingkan dengan triwulan II tahun Kebutuhan dalam negeri HRC masih lebih besar dari pada realisasi produksi sehingga kekurangannya masih dipenuhi dari impor Hot Rolled Plate RIBU TON 100,000 10,000 1, Produksi (Ton) Impor (Ton) Ekspor (Ton) Konsumsi DN (Ribu Ton) Gambar 2.8 Perkembangan Industri Logam Hot Rolled Plate Periode Oktober 2006 s.d. September 2007 Realisasi produksi Hot Rolled Plate (HRP) berada pada tingkat yang lebih rendah dibandingkan dengan realisasi produksi HRC. Pada periode Juli-September 2007 realisasi produksi HRP berfluktuasi dari bulan ke bulan dengan realisasi produksi berkisar antara ton s.d ton per bulan seperti terlihat pada Gambar 2.8 berikut. Posisi tertinggi dicapai pada bulan September 2007 yang mencapai ton. Konsumsi dalam negeri HRP masih lebih rendah dari pada realisasi produksi sehingga sisanya dapat diekspor. Industri Baja nasional dewasa ini menghadapi kendala karena adanya persaingan produk baja murah dari China (Pemerintah China mengeluarkan kebijakan pengembalian pajak/tax Rebate sebesar 11 persen), hal lain yang masih menjadi kendala adalah biaya pelabuhan yang relatif tinggi, kurang efektifnya tarif harmonisasi untuk melindungi produk dalam negeri, serta adanya illegal import (under invoicing, under quantity & pencantuman no.hs yang tidak sesuai dengan fisik barang).

26 18 Dalam perkembangan ke depan industri baja nasional akan secara bertahap mengurangi impor raw material dan sebagai gantinya akan lebih mengoptimalkan pemanfaatan hasil tambang bijih besi di dalam negeri. PT Krakatau Steel akan berupaya keras mengurangi impor iron ore hingga 1 juta ton per tahun mulai awal 2008, dan akan mengimplementasikan penggunaan teknologi baru guna meningkatkan kualitas bijih besi muda (bijih besi laterit) hasil dalam negeri menjadi bijih besi primer (iron ore). Selama ini, Industri Baja terpaksa mengimpor iron ore karena bijih besi yang ada di Indonesia pada umumnya termasuk kategori muda sehingga tidak dapat diolah lebih lanjut menjadi pellet. Bijih besi muda ini harus ditingkatkan gradenya terlebih dahulu menjadi bijih besi primer Kendaraan Bermotor Kendaraan Bermotor Roda Dua 1,000 RIBU TON Produksi (Ribu Unit) Konsumsi DN (Ribu Unit) Ekspor (Ribu Unit) Gambar 2.9 Perkembangan Industri Kendaraan Bermotor Roda Dua Periode Oktober 2006 s.d September 2007 hanya sebagian kecil berkisar antara 293 unit s.d unit per bulan. Realisasi produksi kendaraan bermotor roda dua (sepeda motor) periode Juli- September 2007 mengalami tren peningkatan dengan jumlah produksi berkisar antara unit s.d unit per bulan. Produksi tertinggi dicapai pada bulan September sebesar unit seperti terlihat pada Gambar 2.9 berikut. Produksi sepeda motor hampir seluruhnya ditujukan untuk pasar dalam negeri, sedangkan ekspornya Kinerja industri sepeda motor di tahun 2007 diperkirakan masih memiliki kecenderungan naik dikarenakan meningkatnya kebutuhan pasar di dalam negeri. Hal ini menjadi daya tarik tersendiri bagi calon-calon investor (asing) untuk mendirikan basis produksi di Indonesia. Sebagai contoh, perusahaan otomotif India, TVS Motor Company merencanakan awal 2007 pabrik sepeda motornya akan mulai beroperasi dan diharapkan November 2007 produknya sudah bisa dipasarkan. TVS Motor Co., memang akan menjadikan Indonesia sebagai basis produksi di kawasan Asean dengan membangun pabrik motor berkapasitas unit per tahun Kendaraan Bermotor Roda Empat Realisasi produksi kendaraan bermotor roda empat periode Juli-September 2007 menunjukkan tren yang meningkat. Produksi tertinggi dicapai pada Bulan September unit. Pada periode Triwulan III tahun 2007 produksinya meningkat sebesar 9,02 persen dibandingkan Triwulan II menjadi unit seperti terlihat pada Gambar 2.10.

27 19 100,000 Industri Kendaraan Bermotor roda empat masih 10,000 mengalami permasalahan antara lain berupa lemahnya 1,000 keterkaitan industri perakit 100 dengan industri komponen dan pendukung, belum 10 optimalnya peran lembagalembaga pendukung industri 1 kendaraan bermotor, seperti Produksi (Unit) Konsumsi DN (Unit) Ekspor CBU (Unit) Pusat Diklat, Lembaga Ekspor CKD (Set) Impor CBU (Unit) Impor CKD (Set) Sertifikasi, Pusat Enginering dan Perguruan Tinggi, serta Gambar 2.10 masih adanya Perkembangan Industri Kendaraan Bermotor Roda Empat Periode Oktober 2006 s.d. September 2007 ketergantungan industri terhadap bahan baku impor yang ditengarai pula menjadi faktor yang ikut memperlemah daya saing industri kendaraan bermotor beserta industri pendukungnya. Unit / Set Peralatan Listrik Rumah Tangga Televisi 1, Juta US$ 10 1 Produksi (Juta US$) Ekspor (Juta US$) Impor (Juta US$) Konsumsi DN (Juta US$) Gambar 2.11 Perkembangan Industri Televisi Periode Oktober 2006 s.d. September 2007 Produksi televisi periode Juli- September 2007 menunjukkan tren peningkatan yang cukup signifikan yang ditandai dengan naiknya permintaan dalam negeri serta meningkatnya ekspor produk televisi. Pada triwulan III 2007 realisasi produksi TV berkisar antara US$ 81,27 juta s.d US$ 107,5 juta per bulan seperti terlihat pada Gambar 2.11 berikut.

28 Lemari Es 20 Juta US$ Produksi (Juta Unit) Ekspor (Juta Unit) Impor (Juta Unit) Konsumsi DN Gambar Perkembangan Industri Lemari Es Periode Oktober 2006 s.d. September 2007 Realisasi nilai produksi lemari es periode Juli-September 2007 menunjukkan tren yang meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan dalam negeri dan permintaan ekspor. Pada Triwulan III 2007 realisasi nilai produksinya meningkat dari US$ 7,67 juta di bulan Juli menjadi US$ 10,14 juta di bulan September atau naik 109,09 persen (Gambar 2.12). Industri peralatan listrik rumah tangga masih menghadapi permasalahan pokok berupa persaingan tidak sehat di pasar dalam negeri dari impor produk sejenis yang dilakukan secara ilegal, daya beli masyarakat semakin melemah sebagai dampak tidak langsung dari kenaikan harga BBM bersubsidi, serta masih relative lemahnya struktur industri disebabkan industri pendukung/komponen belum berkembang sesuai harapan, sehingga ketergantungan terhadap bahan baku impor cukup besar. Guna meningkatkan kinerja industri peralatan listrik rumah tangga, dunia usaha mengusulkan agar produk-produk industri dimaksud tidak lagi dikenakan Pajak Penjualan Barang Mewah (PPn BM), dengan harapan masyarakat lebih dapat lebih tertarik membeli produk dengan harga relatif murah, sekaligus mengupayakan agar industri dapat bersaing dengan produk jadi impor, yang pada akhirnya akan semakin mendongkrak kinerja industri dalam negeri Tekstil dan Produk Tekstil Serat 1,000 RIBU TON Produksi (Ribu Ton) Ekspor (Ribu Ton) Impor (Ribu Ton) Konsumsi DN (Ribu Ton) Gambar 2.13 Perkembangan Industri Serat Periode Oktober 2006 s.d. September 2007 Realisasi produksi serat periode Juli-September 2007 menunjukkan tren meningkat berkisar antara ton s.d ton per bulan, sedangkan kebutuhan di dalam negeri pada periode yang sama berada pada tingkat yang lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi produksi yaitu pada kisaran ton s.d ton. Kekurangan pasokan dalam negeri dipenuhi dari impor antara

29 ton s.d ton per bulan. Namun demikian serat produksi dalam negeri juga telah di ekspor berkisar antara ton s.d ton per bulan seperti terlihat pada Gambar Benang 1,000 RIBU TON Produksi (Ribu Ton) Ekspor (Ribu Ton) Impor (Ribu Ton) Konsumsi DN (Ribu Ton) Gambar 2.14 Perkembangan Industri Benang Periode Oktober 2006 s.d. September 2007 Realisasi produksi benang periode Juli-September 2007 menunjukkan tren yang relatif stabil berkisar antara 140,96 ribu ton s.d ton per bulan, tren tersebut seiring dengan tren ekspor produk benang pada periode yang sama berkisar antara ton s.d ton per bulan, dibandingkan dengan kebutuhan dalam negeri yang berkisar antara s.d per bulan, maka realisasi produksi benang berada pada posisi yang lebih tinggi sehingga mengalami over supply seperti terlihat pada Gambar 2.14 berikut Kain 1,000 RIBU TON Produksi (Ribu Ton) Ekspor (Ribu Ton) Impor (Ribu Ton) Konsumsi DN (Ribu Ton) Gambar 2.15 Perkembangan Industri Kain Periode Oktober 2006 s.d. September 2007 Realisasi produksi kain periode Juli-September 2007 menunjukkan tren yang stabil berkisar antara ton s.d ton per bulan. Tren produksi tersebut menyamai tren ekspor yang berkisar antara ton s.d ton (Gambar 2.15). Permasalahan pokok industri TPT sampai saat ini adalah kondisi permesinan yang sudah tua sehingga sangat berpengaruh pada daya saing industri tersebut. Berdasarkan data API, kondisi permesinan industri kain / tekstil lembaran sudah relatif tua, sekitar 35 persen mesin pemintalan telah berusia di atas 20 tahun, 60 persen berumur tahun, dan 5 persen kurang dari 10 tahun, sedangkan pada unit pertenunan terdapat 66 persen mesin berusia di atas 20 tahun. Dalam program restrukturisasi dan modernisasi, industri TPT nasional hingga 2010 diperkirakan akan membutuhkan dana sekitar US$ 5.19 miliar atau Rp. 47,5 triliun.

30 22 Dengan nilai investasi tersebut diperkirakan industri tersebut dapat mampu menyerap tambahan tenaga kerja di tahun 2010 sebanyak orang. Jumlah dana yang telah diupayakan sebagian melalui dana APBN 2007 akan digunakan untuk membiayai peremajaan mesin-mesin tua, penambahan beberapa unit mesin serat, pemintalan, tenun, mesin jahit, finishing unit, hingga rajutan dan ditargetkan akan memacu pengusaha TPT mengganti mesin produksi dengan kapitalisasi sekitar Rp 2,5 triliun Pulp dan Kertas Pulp 1, RIBU TON 10 1 Produksi (Ribu Ton) Ekspor (Ribu Ton) Impor (Ribu Ton) Pasokan DN (Ribu Ton) Gambar 2.16 Perkembangan Industri Pulp Periode Oktober 2006 s.d. September 2007 Realisasi produksi pulp periode Juli-September 2007 menunjukkan tren penurunan. Realisasi produksi bulanan berkisar dari yang terendah di bulan September sebesar ton s.d. yang tertinggi ton di bulan Juli Dari realisasi produksi tersebut jumlah yang di ekspor berkisar antara ton s.d ton seperti terlihat pada Gambar 2.16 berikut. Jumlah Industri Pulp di dalam negeri saat ini adalah 20 pabrik dengan total kapasitas produksi 6,3 juta ton per tahun. Pada tahun 2000 produksi pulp mencapai 4,09 juta ton (64,9 persen kapasitas produksi), kemudian meningkat 15 persen menjadi 4,67 juta ton untuk tahun 2001 (74,1 persen kapasitas produksi). Sampai dengan tahun 2005, produksi pulp kembali meningkat menjadi 5,47 juta ton per tahun (86.8 persen kapasitas produksi). Hutan Tanaman Industri (HTI) merupakan salah satu sumber bahan baku industri pulp yang terus dikembangkan oleh pengusaha dibidang kehutanan. Departemen Kehutanan telah mentargetkan perluasan HTI hingga 5 juta hektar sampai dengan Posisi luas HTI sampai dengan tahun 2005, sudah mencapai 4,07 juta hektar. Dari luasan tersebut diperkirakan tersedia bahan baku kayu untuk industri pulp sebanyak juta meter kubik per tahun. Pola pemenuhan kebutuhan bahan baku lewat HTI tersebut menjadi pilihan terbaik sehingga patut ditiru polanya oleh industriindustri lain khususnya yang berbasis agro, bersifat renewable maupun bersifat recycled.

KATA PENGANTAR. Jakarta, April 2008 Pusat Data dan Informasi. iii

KATA PENGANTAR. Jakarta, April 2008 Pusat Data dan Informasi. iii KATA PENGANTAR Pengembangan sektor industri saat ini diarahkan untuk lebih mampu menunjang pertumbuhan ekonomi yang tinggi seperti yang diamanatkan oleh Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RJPM) 2004-2009

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2010 Pusat Data dan Informasi

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2010 Pusat Data dan Informasi LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH Triwulan IV Tahun industrialisasi menuju kehidupan yang lebih baik KATA PENGANTAR Pengembangan sektor industri saat ini diarahkan untuk lebih mampu menunjang

Lebih terperinci

LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH

LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH Triwulan I Tahun 2010 Industrialisasi menuju kehidupan yang lebih baik KATA PENGANTAR Pengembangan sektor industri saat ini diarahkan untuk lebih mampu

Lebih terperinci

LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH TRIWULAN IV, TAHUN

LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH TRIWULAN IV, TAHUN LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH TRIWULAN IV, TAHUN 28 1 2 LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH TRIWULAN IV, TAHUN 28 KATA PENGANTAR Pengembangan sektor industri saat ini diarahkan

Lebih terperinci

LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH

LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH Triwulan III Tahun Industrialisasi menuju kehidupan yang lebih baik KATA PENGANTAR Pengembangan sektor industri saat ini diarahkan untuk lebih mampu menunjang

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember 2008 Pusat Data dan Informasi

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember 2008 Pusat Data dan Informasi KATA PENGANTAR Pengembangan sektor industri saat ini diarahkan untuk lebih mampu menunjang pertumbuhan ekonomi yang tinggi seperti yang diamanatkan oleh Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 24-29

Lebih terperinci

LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH

LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH Triwulan IV Tahun Industrialisasi menuju kehidupan yang lebih baik KATA PENGANTAR Pengembangan sektor industri saat ini diarahkan untuk lebih mampu menunjang

Lebih terperinci

LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH

LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH Triwulan II Tahun Industrialisasi menuju kehidupan yang lebih baik KATA PENGANTAR Pengembangan sektor industri saat ini diarahkan untuk lebih mampu menunjang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR Pertumbuhan Ekonomi Dunia dan Beberapa Negara... 1

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR Pertumbuhan Ekonomi Dunia dan Beberapa Negara... 1 KATA PENGANTAR Pengembangan sektor industri saat ini diarahkan untuk lebih mampu menunjang pertumbuhan ekonomi yang tinggi seperti yang diamanatkan oleh Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RJPM) 2004-2009

Lebih terperinci

BAB 18 DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

BAB 18 DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR BAB 18 DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR Industri manufaktur merupakan sektor strategis di dalam perekonomian nasional. Hal itu ditegaskan dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)

Lebih terperinci

BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014

BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014 BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014 1.1 LATAR BELAKANG Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2014 sebesar 5,12 persen melambat dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR Pertumbuhan Ekonomi Dunia dan Beberapa Negara... 1

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR Pertumbuhan Ekonomi Dunia dan Beberapa Negara... 1 KATA PENGANTAR Pengembangan sektor industri saat ini diarahkan untuk lebih mampu menunjang pertumbuhan ekonomi yang tinggi seperti yang diamanatkan oleh Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RJPM) 2004-2009

Lebih terperinci

Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Tahun 2016

Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Tahun 2016 Ringkasan Eksekutif Perkembangan Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Bulan Oktober 2016 A. Pertumbuhan Ekspor Impor Industri Pengolahan 12.000 10.000 8.000 6.000 4.000 2.000 0 Perkembangan Nilai Ekspor

Lebih terperinci

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA TRIWULAN IV-2004 Kegiatan usaha pada triwulan IV-2004 ekspansif, didorong oleh daya serap pasar domestik Indikasi ekspansi, diperkirakan berlanjut pada triwulan I-2005 Kegiatan

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri FEBRUARI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Februari 2017 Pendahuluan Pada tahun 2016 pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat sebesar 5,02%, lebih tinggi dari pertumbuhan tahun

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri JUNI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Juni 2017 Pendahuluan Membaiknya perekonomian dunia secara keseluruhan merupakan penyebab utama membaiknya kinerja ekspor Indonesia pada

Lebih terperinci

Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Tahun 2016

Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Tahun 2016 Ringkasan Eksekutif Perkembangan Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Bulan Desember 2016 A. Pertumbuhan Ekspor Impor Industri Pengolahan 12.000 10.000 8.000 6.000 4.000 2.000 0 Perkembangan Nilai Ekspor

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2014 No. 32/05/35/Th. XIV, 5 Mei 2014 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2014 (y-on-y) mencapai 6,40

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 32/05/35/Th. XI, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2013 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2013 (y-on-y) mencapai 6,62

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Industri merupakan salah satu sektor yang berperan penting dalam pembangunan nasional. Kontribusi sektor Industri terhadap pembangunan nasional setiap tahunnya

Lebih terperinci

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011 Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011 Nomor. 30/AN/B.AN/2010 0 Bagian Analisa Pendapatan Negara dan Belanja Negara Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI Analisis Asumsi Makro Ekonomi

Lebih terperinci

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen) BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor nonmigas lain dan migas, yaitu sebesar 63,53 % dari total ekspor. Indonesia, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.1.

BAB I PENDAHULUAN. sektor nonmigas lain dan migas, yaitu sebesar 63,53 % dari total ekspor. Indonesia, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perdagangan barang dan jasa antar negara di dunia membuat setiap negara mampu memenuhi kebutuhan penduduknya dan memperoleh keuntungan dengan mengekspor barang

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT JULI 2016 No. 51/09/32/Th.XVIII, 01 September 2016 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JULI 2016 MENCAPAI USD 1,56

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Pertumbuhan ekonomi Aceh dengan migas tercatat sebesar 5,11% (yoy), atau meningkat dibanding triwulan lalu yang sebesar 4,4% (yoy). Seluruh sektor ekonomi pada triwulan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT MEI 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT MEI 2016 BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT MEI 2016 No.37/07/32/Th.XVIII, 01 Juli 2016 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MEI 2016 MENCAPAI US$ 2,08 MILYAR

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT NOVEMBER 2016 No. 04/01/32/Th.XIX, 03 Januari 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR NOVEMBER 2016 MENCAPAI USD

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT MEI 2017 No. 38/07/32/Th.XIX, 3 Juli 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MEI 2017 MENCAPAI USD 2,45 MILYAR

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN JANUARI 2002

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN JANUARI 2002 REPUBLIK INDONESIA PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN JANUARI 2002 Posisi uang primer pada akhir Januari 2002 menurun menjadi Rp 116,5 triliun atau 8,8% lebih rendah dibandingkan akhir bulan

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT DESEMBER 2016 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR DESEMBER 2016 MENCAPAI USD 2,29 MILYAR No. 08/02/32/Th.XIX, 01

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA BARAT JUNI 2017

PROVINSI JAWA BARAT JUNI 2017 BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR No. 43/08/32/Th.XIX, 01 Agustus 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT JUNI 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JUNI 2017 MENCAPAI USD 1,95 MILYAR

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT JUNI 2016 No. 42/08/32/Th.XVIII, 01 Agustus 2016 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JUNI 2016 MENCAPAI USD 2,48

Lebih terperinci

PDB per kapita atas dasar harga berlaku selama tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 13,8% (yoy) menjadi Rp30,8 juta atau US$ per tahun.

PDB per kapita atas dasar harga berlaku selama tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 13,8% (yoy) menjadi Rp30,8 juta atau US$ per tahun. Indonesia pada tahun 2011 tumbuh sebesar 6,5% (yoy), sedangkan pertumbuhan triwulan IV-2011 secara tahunan sebesar 6,5% (yoy) atau secara triwulanan turun 1,3% (qtq). PDB per kapita atas dasar harga berlaku

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT APRIL 2017 No. 34/06/32/Th.XIX, 2 Juni 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR APRIL 2017 MENCAPAI USD 2,24 MILYAR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Setiap negara di dunia ini pasti akan melakukan interaksi dengan negaranegara

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Setiap negara di dunia ini pasti akan melakukan interaksi dengan negaranegara 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap negara di dunia ini pasti akan melakukan interaksi dengan negaranegara lain di sekitarnya. Biasanya bentuk kerjasama atau interaksi itu berbentuk perdagangan antar

Lebih terperinci

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI Oktober 2008 INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI Pada Oktober 2008, pertumbuhan tertinggi secara tahunan terjadi pada produksi kendaraan niaga, sementara secara bulanan terjadi pada produksi kendaraan non niaga

Lebih terperinci

MEDIA BRIEFING Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Tel: /Fax:

MEDIA BRIEFING Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Tel: /Fax: KEMENTERIAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA MEDIA BRIEFING Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110 Tel: 021-23528446/Fax: 021-23528456 www.depdag.go.id Prospek Ekspor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1. A 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator kemajuan ekonomi suatu negara. Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi maka semakin baik pula perekonomian negara

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri APRIL 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi April 2017 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I 2017 Pada triwulan 1 2017 perekonomian Indonesia, tumbuh sebesar 5,01% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT FEBRUARI 2017 No. 20/04/32/Th XIX, 3 April 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR FEBRUARI 2017 MENCAPAI USD 2,21

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA BARAT MARET 2017

PROVINSI JAWA BARAT MARET 2017 BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR No. 25/05/32/Th.XIX, 02 Mei 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT MARET 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MARET 2017 MENCAPAI USD 2,49 MILYAR

Lebih terperinci

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA TRIWULAN IV-2008 Sebagai dampak dari krisis keuangan global, kegiatan dunia usaha pada triwulan IV-2008 mengalami penurunan yang tercermin dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT)

Lebih terperinci

Industrialisasi Sektor Agro dan Peran Koperasi dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional. Kementerian Perindustrian 2015

Industrialisasi Sektor Agro dan Peran Koperasi dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional. Kementerian Perindustrian 2015 Industrialisasi Sektor Agro dan Peran Koperasi dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional Kementerian Perindustrian 2015 I. LATAR BELAKANG 2 INDUSTRI AGRO Industri Agro dikelompokkan dalam 4 kelompok, yaitu

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN II-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN II-2014 No. 40/08/36/Th.VIII, 5 Agustus 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN II-2014 PDRB Banten triwulan II tahun 2014, secara quarter to quarter (q to q) mengalami pertumbuhan sebesar 2,17 persen,

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT SEPTEMBER 2016 No. 60/11/32/Th.XVIII, 1 November 2016 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SEPTEMBER 2016 MENCAPAI

Lebih terperinci

INDIKATOR he AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH & ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI

INDIKATOR he AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH & ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI Produksi Minyak Mentah Produksi Kondensat Penjualan Minyak Diesel Konsumsi Semen Produksi Kendaraan Non Niaga Penjualan Kendaraan Non Niaga Produksi Kendaraan Niaga Penjualan Kendaraan Niaga Produksi Sepeda

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 72/11/35/Th. X, 5 November 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2012 Ekonomi Jawa Timur Triwulan III Tahun 2012 (y-on-y) mencapai 7,24 persen

Lebih terperinci

LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001

LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001 REPUBLIK INDONESIA LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001 Dalam tahun 2000 pemulihan ekonomi terus berlangsung. Namun memasuki tahun

Lebih terperinci

SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Telp: /Fax:

SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Telp: /Fax: KEMENTERIAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110 Telp: 021-23528446/Fax: 021-23528456 www.depdag.go.id Kinerja Ekspor

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA BARAT MARET 2016

PROVINSI JAWA BARAT MARET 2016 BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR No.25/05/32/Th.XVIII, 02 Mei PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT MARET A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MARET MENCAPAI US$ 2,12 MILYAR Nilai ekspor

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT APRIL 2016 No.32/06/32/Th.XVIII, 01 Juni 2016 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR APRIL 2016 MENCAPAI US$ 2,10 MILYAR

Lebih terperinci

Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Tahun 2016

Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Tahun 2016 Ringkasan Eksekutif Perkembangan Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Bulan Desember 2016 A. Pertumbuhan Ekspor Impor Industri Pengolahan 12.000 10.000 8.000 6.000 4.000 2.000 0 Perkembangan Nilai Ekspor

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR BADAN PUSAT STATISTIK No. 05/01/Th. XIV, 3 Januari 2011 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR DESEMBER HARGA GROSIR NAIK 0,68 PERSEN Pada bulan Indeks harga grosir/agen atau Indeks Harga Perdagangan

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA DAN DAYA SAING INDUSTRI ELEKTRONIKA DI INDONESIA JOHANNA SARI LUMBAN TOBING H

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA DAN DAYA SAING INDUSTRI ELEKTRONIKA DI INDONESIA JOHANNA SARI LUMBAN TOBING H ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA DAN DAYA SAING INDUSTRI ELEKTRONIKA DI INDONESIA JOHANNA SARI LUMBAN TOBING H14104016 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA i BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 02/01/12/Th.XIX, 04 Januari 2016 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA 1. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SUMATERA UTARA BULAN NOVEMBER 2015 SEBESAR US$607,63 JUTA.

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MARET 2014

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MARET 2014 No. 19/05/36/Th.VIII, 2 Mei 2014 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MARET 2014 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MARET 2014 NAIK 0,99 PERSEN MENJADI US$802,39 JUTA Nilai ekspor Banten pada Maret 2014 naik

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri MARET 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Maret 2017 Pertumbuhan Ekonomi Nasional Pertumbuhan ekonomi nasional, yang diukur berdasarkan PDB harga konstan 2010, pada triwulan IV

Lebih terperinci

w tp :// w ht.b p w s. go.id PERKEMBANGAN INDEKS PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG 2011 2013 ISSN : 1978-9602 No. Publikasi : 05310.1306 Katalog BPS : 6102002 Ukuran Buku : 16 x 21 cm Jumlah

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT FEBRUARI No.20/32/Th.XVIII, 01 April A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR FEBRUARI MENCAPAI US$ 1,97 MILYAR Nilai

Lebih terperinci

Kondisi Perekonomian Indonesia

Kondisi Perekonomian Indonesia KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA Kondisi Perekonomian Indonesia Tim Ekonomi Kadin Indonesia 1. Kondisi perekonomian dunia dikhawatirkan akan benar-benar menuju jurang resesi jika tidak segera dilakukan

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR

BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 31/05/35/Th. X, 7 Mei 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2012 Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2012 (c-to-c) mencapai 7,19 persen Ekonomi

Lebih terperinci

SIARAN PERS Pusat Hubungan Masyarakat Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Telp: /Fax:

SIARAN PERS Pusat Hubungan Masyarakat Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Telp: /Fax: SIARAN PERS Pusat Hubungan Masyarakat Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 1 Telp: 021-3860371/Fax: 021-3508711 www.kemendag.go.id Ekspor Bulan Februari 2012 Naik 8,5% Jakarta, 2 April 2012

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA SEPTEMBER 2011

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA SEPTEMBER 2011 BADAN PUSAT STATISTIK No. 66/11/Th.XIV, 1 November PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA SEPTEMBER A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SEPTEMBER MENCAPAI US$17,82 MILIAR Nilai ekspor Indonesia mencapai US$17,82

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA OKTOBER 2009

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA OKTOBER 2009 BADAN PUSAT STATISTIK No. 72/12/Th. XII, 1 Desember PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA OKTOBER A. PERKEMBANGAN EKSPOR Nilai ekspor Indonesia mencapai US$11,88 miliar atau mengalami peningkatan sebesar

Lebih terperinci

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI Maret 2008 INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI Pada Maret 2008, pertumbuhan tahunan dan bulanan tertinggi terjadi pada produksi kendaraan niaga Sementara itu, kontraksi tertinggi secara tahunan terjadi pada penjualan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014 BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 26/05/73/Th. VIII, 5 Mei 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014 PEREKONOMIAN SULAWESI SELATAN TRIWULAN I 2014 BERTUMBUH SEBESAR 8,03 PERSEN Perekonomian

Lebih terperinci

PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN DESEMBER 2015

PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN DESEMBER 2015 PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR - IMPOR SUMATERA SELATAN DESEMBER 2006 BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. 44/02/16/Th.XVII, 1 Februari 2016 PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN DESEMBER

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN IV TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN IV TAHUN 2013 No. 09/02/36/Th. VIII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN IV TAHUN 2013 Secara total, perekonomian Banten pada triwulan IV-2013 yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan 2000

Lebih terperinci

Perkembangan Terakhir Sektor Industri Dan Inflasi KADIN INDONESIA

Perkembangan Terakhir Sektor Industri Dan Inflasi KADIN INDONESIA Perkembangan Terakhir Sektor Industri Dan Inflasi KADIN INDONESIA Mudrajad Kuncoro Juli 2008 Peranan Masing- Masing Cabang Industri Terhadap PDB Sektor Industri Tahun 1995-2008* No. Cabang Industri Persen

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA BARAT NOVEMBER 2013

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA BARAT NOVEMBER 2013 02/01/13/Th. XVII, 2 Januari 2014 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA BARAT NOVEMBER 2013 I. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR NOVEMBER 2013 MENCAPAI US$252,0 JUTA Nilai ekspor Sumatera Barat bulan November

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT JANUARI 2017

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT JANUARI 2017 BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT JANUARI 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JANUARI 2017 MENCAPAI USD 2,30 MILYAR No. 16/03/32/Th.XIX, 01 Maret

Lebih terperinci

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh Triwulan I - 2015 LAPORAN LIAISON Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh terbatas, tercermin dari penjualan domestik pada triwulan I-2015 yang menurun dibandingkan periode

Lebih terperinci

Ekspor Bulan Juni 2014 Menguat. Kementerian Perdagangan

Ekspor Bulan Juni 2014 Menguat. Kementerian Perdagangan Ekspor Bulan Juni 2014 Menguat Kementerian Perdagangan 5 Agustus 2014 1 Neraca perdagangan non migas bulan Juni 2014 masih surplus Neraca perdagangan Juni 2014 mengalami defisit USD 305,1 juta, dipicu

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA BARAT JULI 2017

PROVINSI JAWA BARAT JULI 2017 BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR No. 050/09/32/Th.XIX, 4 September 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT JULI 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JULI 2017 MENCAPAI USD 2,59

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH No. 06/02/72/Th. XIV. 7 Februari 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH Ekonomi Sulawesi Tengah tahun 2010 yang diukur dari kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000

Lebih terperinci

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH Produksi Minyak Mentah Produksi Kondensat Produksi Kendaraan Non Niaga Produksi Kendaraan Niaga Produksi Sepeda Motor Ekspor Besi Baja Ekspor Kayu Lapis Ekspor Kayu Gergajian Penjualan Minyak Diesel Penjualan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN APRIL 2014

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN APRIL 2014 No. 26/06/36/Th. VIII, 2 Juni 2014 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN APRIL 2014 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR APRIL 2014 NAIK 8,46 PERSEN MENJADI US$870,12JUTA Nilai ekspor Banten pada 2014 naik 8,46

Lebih terperinci

TABEL - IV.1 PERKEMBANGAN NILAI PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN

TABEL - IV.1 PERKEMBANGAN NILAI PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN TABEL - IV.1 PERKEMBANGAN NILAI PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 SKALA USAHA 1 Usaha Kecil (UK) 184.845.034 194.426.046 9.581.012 5,18 2 Usaha Menengah (UM)

Lebih terperinci

Surplus Neraca Perdagangan Berlanjut di Bulan April 2015

Surplus Neraca Perdagangan Berlanjut di Bulan April 2015 Impor Seluruh Jenis Golongan Barang Menurun di bulan April 2015, kecuali Bahan Baku/Penolong Perdagangan dengan India di bulan April 2015 menyumbang surplus USD 1,0 miliar Grafik 2. Negara Penyumbang Surplus

Lebih terperinci

TABEL - VII.1 PERKEMBANGAN NILAI INVESTASI MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN

TABEL - VII.1 PERKEMBANGAN NILAI INVESTASI MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN TABEL - VII.1 PERKEMBANGAN NILAI INVESTASI MENURUT SKALA USAHA SKALA USAHA 1 Usaha Kecil (UK) 17.968.449 19.510.919 1.542.470 8,58 2 Usaha Menengah (UM) 23.077.246 25.199.311 2.122.065 9,20 Usaha Kecil

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th.XI, 5 Februari 2013 Ekonomi Jawa Timur Tahun 2012 Mencapai 7,27 persen Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Lebih terperinci

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT) DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT) OLEH SRI MULYANI H14103087 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT NOVEMBER No.72/12/32/Th.XVII, 15 Desember A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR NOVEMBER MENCAPAI US$2,03 MILYAR Nilai

Lebih terperinci

SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Telp: /Fax:

SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Telp: /Fax: KEMENTERIAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110 Telp: 021-23528446/Fax: 021-23528456 www.depdag.go.id Ekspor Nonmigas

Lebih terperinci

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH Maret 2010 Pada Maret 2010, sebagian besar indikator aktivitas ekonomi migas dan non migas terpilih mengalami pertumbuhan tahunan yang positif, dengan pertumbuhan tertinggi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA MARET 2008

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA MARET 2008 BADAN PUSAT STATISTIK No. 22/05/Th. XI, 2 Mei PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA MARET A. Perkembangan Ekspor Nilai ekspor Indonesia mencapai US$ 11,90 miliar atau mengalami peningkatan sebesar 12,96

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan jangka panjang, sektor industri merupakan tulang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan jangka panjang, sektor industri merupakan tulang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam pembangunan jangka panjang, sektor industri merupakan tulang punggung perekonomian. Tumpuan harapan yang diletakkan pada sektor industri dimaksudkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH No. 11/02/72/Th. XVII. 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH Ekonomi Sulawesi Tengah pada tahun 2013 yang diukur dari persentase kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA No. 27 / VIII / 16 Mei 2005 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA PDB INDONESIA TRIWULAN I TAHUN 2005 TUMBUH 2,84 PERSEN PDB Indonesia pada triwulan I tahun 2005 meningkat sebesar 2,84 persen dibandingkan triwulan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA i BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No.15/03/12/Thn. XX, 01 Maret PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA I. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SUMATERA UTARA BULAN JANUARI SEBESAR US$707,83 JUTA Nilai ekspor melalui

Lebih terperinci

DISAMPAIKAN OLEH : DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI AGRO PADA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2013 JAKARTA, FEBRUARI 2013 DAFTAR ISI

DISAMPAIKAN OLEH : DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI AGRO PADA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2013 JAKARTA, FEBRUARI 2013 DAFTAR ISI DISAMPAIKAN OLEH : DIREKTUR JENDERAL AGRO PADA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERAN TAHUN 2013 JAKARTA, FEBRUARI 2013 DAFTAR ISI I. KINERJA AGRO TAHUN 2012 II. KEBIJAKAN PENGEMBANGAN AGRO III. ISU-ISU STRATEGIS

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE KATA PENGANTAR Buku Indikator Ekonomi Kota Lubuklinggau ini dirancang khusus bagi para pelajar, mahasiswa, akademisi, birokrat, dan masyarakat luas yang memerlukan data dan informasi dibidang perekonomian

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JUNI 2014

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JUNI 2014 No. 36/08/36/Th. VIII, 4 Agustus 2014 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JUNI 2014 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JUNI 2014 NAIK 2,68 PERSEN MENJADI US$904,57 JUTA Nilai ekspor Banten pada 2014 naik 2,68

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MARET 2015 MENCAPAI US$ 2,23 MILYAR

BPS PROVINSI JAWA BARAT A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MARET 2015 MENCAPAI US$ 2,23 MILYAR BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR No. 24/04/32/Th.XVII, 15 April PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT MARET A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MARET MENCAPAI US$ 2,23 MILYAR Nilai ekspor

Lebih terperinci

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH Produksi Minyak Mentah Produksi Kondensat Produksi Kendaraan Non Niaga Produksi Kendaraan Niaga Produksi Sepeda Motor Ekspor Besi Baja Ekspor Kayu Lapis Ekspor Kayu Gergajian Penjualan Minyak Diesel Penjualan

Lebih terperinci

Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Tahun 2017 (dalam US$ juta)

Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Tahun 2017 (dalam US$ juta) Ringkasan Eksekutif Perkembangan Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Bulan Februari 2017 A. Pertumbuhan Ekspor Impor Industri Pengolahan 12.000 10.000 8.000 6.000 4.000 2.000 0 Perkembangan Nilai Ekspor

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 25/04/12/Thn.XVIII, 01 April 2015 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA 1. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SUMATERA UTARA BULAN FEBRUARI 2015 SEBESAR US$555,47 JUTA. Nilai

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007 BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 40/11/31/Th. IX, 15 November 2007 PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007 Perekonomian DKI Jakarta pada triwulan III tahun 2007 yang diukur berdasarkan PDRB

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan II tahun 2013 tumbuh sebesar 3,89% (yoy), mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,79% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci