KATA PENGANTAR. Jakarta, April 2008 Pusat Data dan Informasi. iii

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KATA PENGANTAR. Jakarta, April 2008 Pusat Data dan Informasi. iii"

Transkripsi

1

2

3 KATA PENGANTAR Pengembangan sektor industri saat ini diarahkan untuk lebih mampu menunjang pertumbuhan ekonomi yang tinggi seperti yang diamanatkan oleh Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RJPM) serta Rencana Strategis (RENSTRA) Departemen Perindustrian , oleh karenanya perkembangan industri perlu dipantau dari waktu ke waktu. Dalam rangka mengetahui perkembangan kinerja sektor industri secara lebih cepat tanpa harus menunggu data BPS yang biasanya terlambat sekitar 1 tahun untuk data produksi dan 3 bulan untuk ekspor impor, beberapa komoditi industri tertentu dipilih sebagai sampel yang diharapkan mampu mewakili gambaran industri secara keseluruhan. Untuk itu data bulanan komoditi terpilih tersebut dikumpulkan baik dari Asosiasi industri yang membidangi atau perusahaan. Buku Laporan Perkembangan Komoditi Industri Terpilih ini dapat digunakan sebagai indikator Departemen Perindustrian untuk melihat kinerja industri secara indikatif, yaitu dengan melihat perkembangan dari realisasi produksi, ekspor, dan impor produk-produk tersebut. Hal-hal yang tergambarkan dalam laporan ini adalah buah kerja Departemen Perindustrian dengan berbagai pihak yang terkait. Untuk itu, kami menyampaikan penghargaan setinggi-tingginya kepada Asosiasi, perusahaan dan lembaga pemerintah terkait, baik pusat dan daerah, dunia usaha, serta masyarakat yang menyampaikan berbagai datanya kepada Departemen Perindustrian sehingga tersusunnya laporan ini. Jakarta, April 2008 Pusat Data dan Informasi iii

4 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR TABEL... ix BAB I GAMBARAN PEREKONOMIAN SECARA UMUM 1.1 Kondisi Ekonomi Dunia Kondisi Ekonomi Indonesia Perkembangan Produk Domestik Bruto (PDB) Perkembangan Sektor Industri Kinerja Ekspor Nilai Impor Investasi Tenaga Kerja Tingkat Suku Bunga dan Posisi Kredit... 7 BAB II LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH 2.1 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Sektor Industri Tahun Pemilihan Komoditi Terpilih Perkembangan Komoditi Industri Terpilih Pupuk Pupuk Urea Pupuk Non Urea Pupuk ZA Pupuk SP Pupuk Phonska Semen Minyak Goreng Sawit Baja Hot Rolled Coil Hot Rolled Plate Kendaraan Bermotor Kendaraan Bermotor Roda Dua Kendaraan Bermotor Roda Empat Peralatan Listrik Rumah Tangga Televisi Lemari Es Tekstil dan Produk Tekstil Serat Benang Kain Pulp dan Kertas Pulp v

5 Kertas Mesin Listrik Mini Circuit Breakers (MCB) Motor Listrik KWh Meter Panel dan Gear Ban Ban Sepeda Motor Ban Mobil Tepung Terigu Barang Jadi Rotan Keramik Keramik TILE Keramik TABLEWARE Keramik SANITARY BAB III KINERJA INDUSTRI TERPILIH 3.1 Kinerja Industri Pupuk Kinerja Industri Semen Kinerja Industri Minyak Goreng Kinerja Industri Baja Kinerja Industri Kendaraan Bermotor Kinerja Industri Peralatan Listrik Rumah Tangga Kinerja Industri Tekstil dan Produk Tekstil Kinerja Industri Pulp dan Kertas Kinerja Industri Mesin Listrik Kinerja Industri Ban Kinerja Industri Tepung Terigu Kinerja Industri Barang Jadi Rotan Kinerja Industri Keramik BAB IV PENUTUP LAMPIRAN vi

6 DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman Gambar 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Dunia... 1 Gambar 1.2 Kondisi PDB Indonesia... 2 Gambar 1.3 Kondisi Sektor Industri Non Migas... 3 Gambar 1.4 Kapasitas Produksi Industri Non Migas... 4 Gambar 1.5 Perkembangan Ekspor... 4 Gambar 1.6 Struktur Impor Menurut Penggunaan... 5 Gambar 1.7 Perkembangan Investasi PMA... 6 Gambar 1.8 Perkembangan Penggunaan Tenaga Kerja... 7 Gambar 1.9 Posisi Kredit Rupiah dan Valuta Asing Bank Umum Menurut Sektor Ekonomi... 8 Gambar 2.1 Perkembangan Industri Pupuk UREA Periode Oktober 2006 s.d. September Gambar 2.2 Perkembangan Industri Pupuk ZA Periode Oktober 2006 s.d. September Gambar 2.3 Perkembangan Industri Pupuk SP36 Periode Oktober 2006 s.d. September Gambar 2.4 Perkembangan Industri Pupuk Phonska Periode Oktober 2006 s.d. September Gambar 2.5 Perkembangan Industri Semen Periode Oktober 2006 s.d. September Gambar 2.6 Perkembangan Industri Minyak Goreng Sawit Periode Oktober 2006 s.d. September Gambar 2.7 Perkembangan Industri Logam Hot Rolled Coil Periode Oktober 2006 s.d. September Gambar 2.8 Perkembangan Industri Logam Hot Rolled Plate Periode Oktober 2006 s.d. September Gambar 2.9 Perkembangan Industri Kendaraan Bermotor Roda Dua Periode Oktober 2006 s.d. September Gambar 2.10 Perkembangan Industri Kendaraan Bermotor Roda Empat Periode Oktober 2006 s.d. September Gambar 2.11 Perkembangan Industri Televisi Periode Oktober 2006 s.d. September Gambar 2.12 Perkembangan Industri Lemari Es Periode Oktober 2006 s.d. September Gambar 2.13 Perkembangan Industri Serat Periode Oktober 2006 s.d. September Gambar 2.14 Perkembangan Industri Benang Periode Oktober 2006 s.d. September Gambar 2.15 Perkembangan Industri Kain Periode Oktober 2006 s.d. September Gambar 2.16 Perkembangan Industri Pulp Periode Oktober 2006 s.d. September vii

7 Gambar 2.17 Perkembangan Industri Kertas Periode Oktober 2006 s.d. September Gambar 2.18 Perkembangan Industri MCB Periode Oktober 2006 s.d. September Gambar 2.19 Perkembangan Industri motor Listrik Periode Oktober 2006 s.d. September Gambar 2.20 Perkembangan Industri KWh Meter Periode Oktober 2006 s.d. September Gambar 2.21 Perkembangan Industri Panel & Gear Periode Oktober 2006 s.d. September Gambar 2.22 Perkembangan Industri Ban Sepeda Motor Periode Oktober 2006 s.d. September Gambar 2.23 Perkembangan Industri Ban Mobil Periode Oktober 2006 s.d. September Gambar 2.24 Perkembangan Industri Terigu Periode Oktober 2006 s.d. September Gambar 2.25 Perkembangan Industri Barang Jadi Rotan Periode Oktober 2006 s.d. September Gambar 2.26 Perkembangan Industri Keramik (TILE) Periode Oktober 2006 s.d. September Gambar 2.27 Perkembangan Industri Keramik (TABLEWARE) Periode Gambar 2.28 Oktober 2006 s.d. September Perkembangan Industri Keramik (SANITARY) Periode Oktober 2006 s.d. September Gambar 3.1 Kinerja Komoditi Industri Terpilih Gambar 3.2 Kinerja Industri Pupuk Gambar 3.3 Kinerja Industri Semen Gambar 3.4 Kinerja Industri Minyak Goreng Gambar 3.5 Kinerja Industri Baja Gambar 3.6 Kinerja Industri Kendaraan Bermotor Gambar 3.7 Kinerja Industri Peralatan Listrik Rumah Tangga Gambar 3.8 Kinerja Industri Tekstil dan Produk Tekstil Gambar 3.9 Kinerja Industri Pulp dan Kertas Gambar 3.10 Kinerja Industri Mesin Listrik Gambar 3.11 Kinerja Industri Ban Gambar 3.12 Kinerja Industri Tepung Terigu Gambar 3.13 Kinerja Industri Barang Jadi Rotan Gambar 3.14 Kinerja Industri Keramik viii

8 DAFTAR TABEL Tabel Halaman Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Negara Maju Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Negara Transisi Tabel 1.3 Pertumbuhan Ekonomi Negara Berkembang Tabel 1.4 PDB Kumulatif Atas Dasar Harga Berlaku Tabel 1.5 PDB Kumulatif Atas Dasar Harga Konstan Tabel 1.6 Kontribusi Terhadap PDB Kumulatif Tabel 1.7 Laju Pertumbuhan PDB Kumulatif Tabel 1.8 PDB Menurut Pengeluaran Atas Dasar Harga Berlaku Kumulatif Tabel 1.9 Kontribusi PDB Menurut Pengeluaran Atas Dasar Harga Berlaku Kumulatif Tabel 1.10 Kontribusi Sub Sektor Industri Terhadap PDB (persen) Tabel 1.11 Kontribusi Sub Sektor Industri Terhadap PDB Sektor Industri Pengolahan Non Migas Tabel 1.12 Kapasitas Produksi Terpakai Tabel 1.13 Nilai Ekspor Tabel 1.14 Nilai Impor Tabel 1.15 Nilai Impor Menurut Penggunaan Tabel 1.16 Perkembangan Realisasi Investasi (Izin Usaha Tetap) PMDN Menurut Sektor Tabel 1.17 Perkembangan Realisasi Investasi (Izin Usaha Tetap) PMA Menurut Sektor Tabel 1.18 Perkembangan Penggunaan Tenaga Kerja Tabel 1.19 Tingkat Suku Bunga Kredit Tabel 1.20 Posisi Kredit Menurut Sektor Tabel 2.1 Perkembangan Industri Pupuk Urea Tabel 2.2 Perkembangan Industri Pupuk ZA Tabel 2.3 Perkembangan Industri Pupuk SP Tabel 2.4 Perkembangan Industri Phonska Tabel 2.5 Perkembangan Industri Semen Tabel 2.6 Perkembangan Industri Minyak Goreng Tabel 2.7 Perkembangan Industri Logam Hot Rolled Coil Tabel 2.8 Perkembangan Industri Logam Hot Rolled Plate Tabel 2.9 Perkembangan Industri Kendaraan Bermotor Roda Dua Tabel 2.10 Perkembangan Industri Kendaraan Bermotor Roda Empat Tabel 2.11 Perkembangan Industri Televisi Tabel 2.12 Perkembangan Industri Lemari Es Tabel 2.13 Perkembangan Industri Serat Tabel 2.14 Perkembangan Industri Benang Tabel 2.15 Perkembangan Industri Kain Tabel 2.16 Perkembangan Industri Pulp Tabel 2.17 Perkembangan Industri Kertas Tabel 2.18 Perkembangan Industri MCB Tabel 2.19 Perkembangan Industri Motor Listrik ix

9 Tabel 2.20 Perkembangan Industri KWH Meter Tabel 2.21 Perkembangan Industri Panel dan Gear Tabel 2.22 Perkembangan Industri Ban Sepeda Motor Tabel 2.23 Perkembangan Industri Ban Mobil Tabel 2.24 Perkembangan Industri Terigu Tabel 2.25 Perkembangan Industri Barang Jadi Rotan Tabel 2.26 Perkembangan Industri Keramik (TILE) Tabel 2.27 Perkembangan Industri Keramik (TABLEWARE) Tabel 2.28 Perkembangan Industri Keramik (SANITARY) Tabel 3.1 Indeks Kinerja Industri Terpilih x

10 BAB I GAMBARAN PEREKONOMIAN SECARA UMUM Kondisi Ekonomi Dunia Pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2008 diperkirakan akan melambat menjadi sekitar 3,4 persen. Angka tersebut lebih kecil dibanding tahun lalu yang mencapai 3,7 persen dan tahun 2006 yang mencapai 3,9 persen seperti terlihat pada Gambar 1.1. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi negara-negara maju (developed economies) juga diperkirakan akan melemah menjadi sebesar 2,2 persen, lebih kecil dibandingkan pertumbuhan tahun ,5 persen dan tahun 2006 sebesar 2,8 persen. Mayoritas negara maju mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi sejak tahun lalu, Amerika Serikat diperkirakan hanya akan tumbuh 2,0 persen, lebih rendah dari tahun lalu yang mencapai 2,2 persen dan tahun 2006 yang mencapai 2,9 persen. Begitu pula dengan negara-negara uni eropa seperti terlihat pada bagian lampiran Tabel 1.1. Gambar 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Dunia Walaupun harga minyak dunia terus meningkat, namun pertumbuhan ekonomi negara penghasil minyak di kawasan Balkan tetap mengalami perlambatan, seperti Rusia pada tahun ini diperkirakan tumbuh 6,5 persen, lebih kecil dari tahun sebelumnya yang mencapai 7,5 persen. Sedangkan secara keseluruhan kelompok negara transisi diperkirakan mengalami pertumbuhan ekonomi sebesar 7,1 persen, lebih kecil dibanding tahun lalu yang mencapai 8,0 persen. Pada tahun 2008 perekonomian negara-negara berkembang (developing countries) diperkirakan akan mencapai 6,5 persen, turun 0,5 persen dari tahun lalu. Meskipun perekonomian dunia mengalami perlambatan, namun pertumbuhan ekonomi Afrika diperkirakan mengalami kenaikan menjadi 6,2 persen dari tahun lalu yang mencapai 5,8 persen. Sedangkan pertumbuhan ekonomi Amerika Latin diperkirakan tetap melambat menjadi 4,7 persen pada tahun 2008, setelah pada tahun lalu mencapai 5,3 persen.

11 2 Pertumbuhan perekonomian Asia Timur pada tahun 2008 diperkirakan mencapai 7,7 persen lebih rendah dibanding tahun lalu yang mencapai 8,4 persen. Kawasan Asia lainnya yaitu Asia Selatan dan Asia Barat diperkirakan mengalami perlambatan pada tahun ini masing-masing sebesar 6,7 persen dan 5,2 persen. Dua negara Asean, Malaysia dan Thailand diperkirakan mengalami pertumbuhan yang lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya masing-masing mencapai 5,8 persen dan 4,8 persen. Sedangkan Indonesia, Singapura dan Filipina diperkirakan mengalami perlambatan pada tahun ini Kondisi Ekonomi Indonesia Perkembangan Produk Domestik Bruto (PDB) Pada tahun 2007 nilai PDB Indonesi Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) mencapai Rp ,40 Triliun, sedangkan jika tanpa Migas nilai PDB sebesar Rp.3.540,95 Triliun. Sumbangan PDB terbesar berasal dari sektor industri pengolahan yang mencapai Rp.1.068,81 Triliun atau 27,01 persen dari total PDB Indonesia. Namun demikian peran sektor industri pengolahan mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai 27,54 persen. Sektor lainnya yang memberikan kontribusi cukup besar yaitu sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran yang mencapai sebesar 14,93 persen dan Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan sebesar 13,83 persen. Tujuh sektor lainnya hanya memberikan sumbangan dibawah 13 persen terhadap PDB. Sementara itu sub sektor industri pengolahan non migas memberikan kontribusi sebesar 22,40 persen seperti terlihat pada Gambar 1.2. Pertumbuhan (%) Pengangkutan Dan Komunikasi, Listrik, Gas, Dan Air Bersih, 34.7 Bangunan, Keuangan, Persewaan & Jasa Persh., Jasa - Jasa, Pertambangan Dan Penggalian, Perdagangan, Hotel Dan Restoran, Pertanian, Peternakan, Kehutanan Dan Perikanan, Industri Tanpa Migas, Industri Pengolahan, 1, Industri M I G A S, Kontribusi Terhadap PDB (%) Gambar 1.2. Kondisi PDB Indonesia Secara kumulatif pertumbuhan PDB Indonesia sampai triwulan IV tahun 2007 adalah 6,32 persen, pertumbuhan tertinggi dicapai sektor Pengangkutan dan Komunikasi 14,38 persen. Sedangkan sektor yang mencapai pertumbuhan diatas pertumbuhan PDB yaitu Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih yang tumbuh sebesar 10,40 persen, Bangunan (8,61 persen), Perdagangan, Hotel dan Restoran (8,46 persen), Keuangan, Persewaaan dan Jasa Perusahaan (7,99 persen) dan Jasa-jasa (6,60 persen).

12 3 Sementara itu PDB menurut pengeluaran sampai dengan triwulan terakhir tahun 2007 masih didominasi oleh pengeluaran konsumsi rumah tangga yang mencapai sebesar persen dari total PDB, pengeluaran konsumsi pemerintah sebesar 8,33 persen, pembentukan modal tetap bruto sebesar 24,86 persen, ekspor barang-jasa sebesar 29,36 persen Perkembangan Sektor Industri Sektor industri pengolahan mengalami pertumbuhan sebesar 4,66 persen sampai dengan triwulan IV tahun 2007 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Angka tersebut disumbangkan industri pengolahan bukan migas yang tumbuh sebesar 5,15 persen, walaupun industri pengolahan migas mengalami pertumbuhan negatif sebesar minus 0,07 persen. Pertumbuhan (%) Kertas dan Barang cetakan, 45.4 Semen & Brg. Galian bukan logam, 32.8 Logam Dasar Besi & Baja, 22.9 Barang lainnya, 7.6 Pupuk, Kimia & Barang dari karet, Brg. kayu & Hasil hutan lainnya., 54.9 Kontribusi Terhadap Total Sektor Industri (%) Tekstil, Brg. kulit & Alas kaki, 93.6 Alat Angk., Mesin & Peralatannya, Makanan, Minuman dan Tembakau, Gambar 1.3. Kondisi Sektor Industri Industri Non Migas Pertumbuhan terbesar pada sektor industri non migas dicapai oleh industri alat angkut, mesin dan peralatannya sebesar 9,73 persen, disusul industri kertas dan barang cetakan lainnya 5,79 persen, industri pupuk, kimia dan barang dari karet sebesar 5,69 persen, industri makanan, minuman dan tembakau sebesar 5,05 persen. Sedangkan industri yang tumbuh di bawah 5 persen yaitu industri semen dan barang galian bukan logam 3,40 persen. industri logam dasar besi dan baja yang mencapai sebesar 1,69 persen, Sementara itu, industri yang mengalami pertumbuhan negatif adalah industri barang kayu dan hasil hutan lainnya minus 1,74 persen, industri barang lainnya minus 2,82 persen, dan industri tekstil, barang kulit dan alas kaki minus 3,68 persen. Bila dilihat dari kontribusinya industri Makanan, Minuman dan Tembakau masih menempati urutan pertama yang mencapai 29,79 persen dari total PDB sektor industri pengolahan non migas. Di posisi kedua ditempati industri Alat angkut, Mesin dan Peralatannya yang memberikan kontribusi sebesar 28,70 persen, disusul industri Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet 12,49 persen dan industri Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki 10,56 persen. Sedangkan sektor industri lainnya memberikan kontribusi kurang dari 10 persen terhadap industri pengolahan non migas seperti terlihat pada Gambar 1.3.

13 100.00% 90.00% 80.00% 70.00% 60.00% 50.00% 40.00% 30.00% 20.00% 10.00% 0.00% 71.04% 69.81% 74.18% Makanan, Minuman dan Tembakau Tekstil, Brg. kulit & Alas kaki 79.38% 77.49% 75.55% 70.25% 73.17% 75.52% 75.22% 71.50% 71.31% 72.25% 74.92%70.38% 71.47% 68.78% 66.07% Brg. kayu & Hasil hutan lainnya. Kertas dan Barang cetakan Gambar 1.4. Kapasitas Produksi Industri Non Migas Pupuk, Kimia & Barang dari karet Semen & Brg. Logam Dasar Galian bukan Besi & Baja logam Alat Angk., Mesin & Peralatannya Barang lainnya TW III TW IV Sementara itu, bila dilihat dari utilisasi, ratarata untuk kapasitas produksi industri pengolahan mencapai 72,92 persen, masingmasing sektor industri masih berpeluang untuk meningkatkan outputnya. Seperti terlihat pada Gambar 1.4. Sektor dengan utilisasi kapasitas produksi tertinggi adalah industri kertas dan barang cetakan yang mencapai 80 persen dari kapasitas terpasang Kinerja Ekspor 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% TW III Barang Modal, 2.98 Bahan Baku/Penolong, Barang Konsumsi, 1.82 TW IV Gambar 1.5. Perkembangan Ekspor Barang Modal, 3.19 Bahan Baku/Penolong, Barang Konsumsi, 1.78 Total Ekspor Indonesia sampai dengan triwulan terakhir tahun 2007 meningkat sebesar 13,09 persen menjadi US$ ,06 Juta dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya US$ ,62 Juta. Peningkatan ekspor ini merupakan kontribusi ekspor non migas yang juga mengalami peningkatan sebesar 15,51 persen. Sebagian besar ekspor Non Migas merupakan ekspor hasil industri yang nilainya mencapai US$ ,50 Juta atau 60,13 persen dari total ekspor non migas seperti terlihat pada Gambar 1.5. Kelompok komoditi yang mencapai nilai ekspor tertinggi pada triwulan IV tahun 2007 adalah Lemak dan Minyak Hewan Nabati yang mencapai US$ 4.335,95 Juta, disusul

14 5 Elektronika, Telematika dan Mesin Listrik Lainnya yang mencapai nilai US$ 3.264,97 Juta. Sedangkan Kelompok komoditi yang mengalami pertumbuhan terbesar adalah Lemak dan Minyak Hewan/Nabati yang tumbuh sebesar 115,41 persen Nilai Impor Selama triwulan IV 2007, nilai impor Indonesia mencapai US$ ,87 Juta atau meningkat 3,86 persen dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya US$ ,11 Juta. Seperti halnya ekspor, nilai impor non migas yang mencapai US$ ,19 Juta, jauh lebih tinggi dibanding impor migas yang hanya US$ 6.585,68 Juta. 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% TW III Barang Modal, 2.98 Bahan Baku/Penolong, Barang Konsumsi, 1.82 Gambar 1.6. Struktur Impor Menurut Penggunaan Kelompok Barang Modal, 3.19 komoditi yang mencapai nilai impor tertinggi pada periode tersebut adalah Bahan Baku/Penolong, Elektronika, Telematika dan Mesin Listrik Lainnya mencapai nilai US$ 3.817,16 Juta. Barang Konsumsi, 1.78 Sedangkan Kelompok komoditi yang mengalami TW IV pertumbuhan terbesar adalah Kopi, Teh dan Rempah-rempah yang tumbuh sebesar 40,56 persen dengan nilai impor sebesar US$ 11,73 Juta. Perkembangan impor menurut golongan penggunaan barang selama Triwulan IV tahun 2007 menunjukkan bahwa hampir semua golongan penggunaan barang impor mengalami peningkatan dibanding triwulan sebelumnya. Impor bahan baku/penolong dan barang modal pada Triwulan IV 2007 masing-masing mencapai US$ ,1 juta dan US$ 3.190,2 juta atau meningkat 3,74 persen dan 7,06 persen dibanding triwulan sebelumnya. Sementara impor barang konsumsi mencapai US$ 1.779,6 juta atau naik 2,32 persen. seperti terlihat di Gambar Investasi Perkembangan realisasi investasi (izin usaha tetap) PMDN sampai triwulan keempat 2007 menunjukkan kenaikan dibanding periode yang sama tahun Total investasi PMDN yang terealisasi pada pada periode Januari sampai dengan Desember tahun 2007 mencapai Rp ,7 miliar, meningkat sebesar 67,78 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Namun demikian dari jumlah proyek terjadi penurunan sebesar 3,05 persen menjadi 159 proyek sepanjang Januari- Desember 2007.

15 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 11. Industri Lainnya 10. Ind. Kendaraan Bermotor 9. Ind. Logam, Mesin & Elektronik 8. Ind. Mineral Non Logam 7. Ind. Karet dan Plastik 6. Ind. Kimia dan Farmasi 5. Ind. Kertas dan Percetakan 4. Industri Kayu 3. Ind. Barang Dari Kulit & Alas Kaki 2. Industri Tekstil 1. Industri Makanan Gambar 1.7. Perkembangan Investasi PMA 9. Ind. Logam, Mesin & Elektronik 8. Ind. Mineral Non Logam 7. Ind. Karet dan Plastik 6. Ind. Kimia dan Farmasi 5. Ind. Kertas dan Percetakan 4. Industri Kayu 3. Ind. Barang Dari Kulit & Alas Kaki 2. Industri Tekstil 1. Industri Makanan 11. Industri Lainnya 10. Ind. Kendaraan Bermotor 6 Peningkatan realisasi terbesar terjadi pada sektor sekunder (industri) yang meningkat sebesar 99,89 persen menjadi Rp.26,289,8 miliar pada periode Januari Desember 2007, sedangkan sektor primer naik sebesar 21,60 persen menjadi Rp.4.377,4 miliar dan sektor tersier meningkat sebesar 4,34 persen menjadi Rp.4.211,5 miliar. Hal yang sama terjadi juga pada PMA (Gambar 1.7), total investasi PMA yang terealisasi pada periode tersebut mencapai US$ 10,35 miliar, meningkat sebesar 73,16 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Untuk jumlah proyek periode Januari-Desember 2007 meningkat sebesar sebesar 13,38 persen dibanding tahun sebelumnya menjadi 983 proyek. Peningkatan realisasi terbesar terjadi pada sektor tersier yang meningkat sebesar 174,72 persen menjadi US$ 5,05 miliar pada periode Januari Desember 2007, sedangkan sektor primer naik sebesar 30,31 persen menjadi Rp.4,70 miliar dan sektor sekunder meningkat sebesar 12,42 persen menjadi US$ 599,1 juta. a. PMDN Sektor Industri/Sekunder Pada periode Januari-Desember tahun 2007 Industri Kertas dan Percetakan, Makanan, serta Logam, Mesin dan Elektronika merupakan sektor sektor yang diminati oleh investor dalam negeri. Ketiga sektor tersebut mempunyai nilai investasi diatas Rp. 3 triliun, bahkan Industri Kertas dan Percetakan mencapai Rp. 14 triliun. Bila dilihat dari jumlah proyek yang terealisasi Industri Makanan menjadi yang terbanyak dengan 27 proyek, disusul Industri Logam, Mesin dan Elektronik 17 Proyek dan Industri Kimia dan Farmasi 14 proyek. b. PMA Sektor Industri/Sekunder PMA sektor Industri Kimia dan Farmasi merupakan sektor primadona investor asing dengan total investasi sepanjang Januari sampai dengan Desember tahun 2007 sebesar US$ 1,61 miliar, diikuti oleh industri Industri Logam, Mesin dan Elektronika sebesar US$ 714,1 juta, industri Makanan sebesar US$ 704,1 juta, industri Kertas dan Percetakan sebesar US$ 672,5 juta. Bila dilihat dari jumlah proyek yang terealisasi, Industri Logam, Mesin dan Elektronik mencapai 99 Proyek dan menjadi yang terbanyak, disusul Industri Tekstil 63 Proyek dan Industri makanan sebanyak 53 proyek.

16 Tenaga Kerja 7 Penggunaan tenaga kerja pada triwulan IV tahun 2007 mengindikasikan peningkatan sebesar 5,64 persen. Angka tersebut lebih rendah dari penggunaan tenaga kerja hasil survey periode sebelumnya. Hampir seluruh sektor 2.49 TW III TW IV ekonomi mengalami peningkatan penggunaan tenaga kerja. Penyumbang peningkatan penggunaan tenaga 1.21 kerja terbesar adalah Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih 0.85 Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Gambar 1.8. Perkembangan Penggunaan Tenaga Kerja 0.85 Jasa-jasa sektor pertambangan dan penggalian yang meningkat sebesar 1,48 persen, diikuti oleh sektor jasa-jasa yang mencapai 1,41 persen dan Sektor Keuangan, Persewaaan dan Jasa-jasa Perusahaan yang mencapai 1,13 persen seperti terlihat pada Gambar Tingkat Suku Bunga dan Posisi Kredit Kendati terdapat tekanan pada pasar keuangan nasional dan nilai tukar rupiah, stabilitas sistem keuangan masih tetap terjaga. Berbagai indikator perbankan menunjukkan masih terkendalinya faktor risiko dari stabilitas perbankan. Penurunan suku bunga pinjaman masih berlanjut. Sampai dengan akhir tahun 2007, suku bunga Kredit Modal Kerja (KMK) Bank Persero turun menjadi 13,47 persen, padahal pada tahun 2006 masih pada level 15,36 persen, penurunan ini juga dialami oleh Bankbank lainnya. Selain itu, suku bunga kredit investasi dan suku bunga kredit konsumsi juga tercatat lebih rendah menjadi masing-masing sebesar 12,93 persen dan persen. Menurut laporan Bank Indonesia trend penurunan suku bunga kredit sejauh ini telah mendorong peningkatan pembiayaan ke sektor riil. Dalam laporan tersebut juga disebutkan bahwa fungsi intermediasi perbankan terus mengalami perbaikan, hal ini ditunjukkan oleh tren penyaluran kredit yang terus meningkat dengan pertumbuhan tahunan sampai saat ini sebesar 20,73%.

17 8 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Lain-lain, 0 Jasa-jasa, 74,400 Perdagangan, 30,045 Perindustrian, 44,690 Pertambangan, 10,647 Pertanian, 23,982 Lain-lain, 0 Jasa-jasa, 138,042 Perdagangan, 185,623 Perindustrian, 159,118 Pertambangan, 14,693 Pertanian, 31,924 Kredit Investasi Kredit Modal Kerja Kredit Konsumsi Gambar 1.9. Posisi Kredit Rupiah Dan Valuta Asing Bank Umum Menurut Sektor Ekonomi Lain-lain, 281,947 Sampai dengan Desember 2007 posisi kredit Investasi untuk sektor Industri mencapai Rp.44,69 triliun, lebi tinggi dari posisi tahun 2006 yang hanya Rp.40,76 triliun. Sementara itu, posisi kredit Modal Kerja pada periode yang sama mecapai Rp.159,12 triliun seperti terlihat pada Gambar 1.9.

18 BAB II LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH Rencana Pembangunan Jangka Menengah Sektor Industri Tahun Berdasarkan Perpres No.7 Tahun 2004 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Tahun disebutkan bahwa Pembangunan Sektor Industri dilakukan dengan pendekatan Klaster yang diprioritaskan pada 10 klaster inti yaitu : 1) Industri Makanan dan Minuman 2) Industri Pengolahan Hasil Laut 3) Industri Tekstil dan Produk Tekstil 4) Industri Alas Kaki 5) Industri Turunan Minyak Kelapa Sawit 6) Industri Pengolahan Kayu (termasuk Rotan dan Bambu) 7) Industri Pengolahan Karet dan Barang Karet 8) Industri Pulp dan Kertas 9) Industri Mesin Listrik dan Peralatan Listrik 10) Industri Petrokimia Secara keseluruhan industri nasional ditargetkan mencapai pertumbuhan rata-rata 8,6 persen per tahun menyerap tenaga kerja 500 ribu orang per tahun dan penambahan investasi sebesar rata-rata 50 triliun rupiah per tahun selama kurun waktu Berdasarkan penetapan target tersebut diperlukan pemantauan kinerja pertumbuhan masing-masing sub sektor industri ISIC 2 digit yang dilakukan secara periodik. Laporan Perkembangan Produksi Komoditi Terpilih ini diupayakan menyajikan perkembangan beberapa komoditi industri terpilih sesuai yang diamanatkan dalam RPJM sektor industri tahun Pemilihan Komoditi Industri Terpilih Dalam memantau perkembangan kinerja sektor industri secara lebih cepat tanpa harus menunggu data BPS yang biasanya terlambat sekitar 1 tahun untuk value added dan 3 bulan untuk ekspor impor, beberapa komoditi industri tertentu dapat digunakan sebagai indikator untuk melihat trend perkembangan industri secara keseluruhan. Oleh karenanya sebagai alternatif untuk melihat indikatif kinerja industri diupayakan untuk menyajikan perkembangan beberapa komoditas terpilih, menyangkut data kapasitas produksi, realisasi produksi, ekspor, dan impor yang keseluruhannya merupakan perkembangan bulanan dengan data yang dihimpun merupakan data primer, bersifat indikatif dan diperoleh langsung dari perusahaan atau melalui asosiasi.

19 10 Departemen Perindustrian memilih 12 komoditi industri yang sifatnya strategis karena pertama-tama tercantum pada RPJM , dampaknya cukup besar mempengaruhi inflasi, serta dapat menggambarkan dinamika gerak perekonomian dan industri secara keseluruhan. Komoditi-komoditi tersebut yaitu : NO Pupuk a. Urea b. Non Urea ZA SP 36 Phonska 2 Semen 3 Minyak Goreng Sawit 4 Baja Hot Rolled Coil (HRC) Hot Rolled Plate 5 Kendaraan Bermotor KBM Roda Empat KBM Roda Dua 6 Peralatan Listrik Rumah Tangga Televisi Lemari Es 7 TPT Serat Benang Kain 8 Pulp dan Kertas Pulp Kertas 9 Mesin Listrik Mini Circuit Breaker (MCB) Motor Listrik KWh Meter Panel and Gear 10 Ban Ban Sepeda Motor Ban Mobil 11 Tepung Terigu 12 Barang Jadi Rotan 13 Keramik Tile Tableware Sanitary 2.3 Perkembangan Komoditi Industri Terpilih Dari berbagai data komoditi terpilih yang disajikan dalam bentuk grafik-grafik yang tersaji pada halaman-halaman berikut dapat dilihat bahwa secara umum perkembangan triwulan IV tahun 2007 beberapa komoditi industri masih dipengaruhi oleh investasi yang cenderung turun yang menunjukkan masih adanya hambatan kegiatan produksi belum teratasi. Selain itu, keterbatasan pasokan energi, infrastruktur, hingga kekakuan pasar tenaga kerja membuat investasi belum tumbuh. Kegiatan produksi semata hanya memanfaatkan kapasitas terpasang yang ada. Sisi permintaan, seperti ditunjukkan

20 11 konsumsi domestik ataupun permintaan di pasar ekspor terus menguat. Jika ini tidak segera diimbangi dengan peningkatan produksi melalui investasi, bisa terjadi pemanasan ekonomi, inflasi bakal naik. Perkembangan selengkapnya 12 komoditi industri terpilih meliputi perkembangan realisasi produksi, ekspor, impor dan konsumsi dalam negeri tersaji pada halamanhalaman berikut ini Pupuk Pupuk Urea 10,000,000 1,000, ,000 10,000 1, Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul* Ags* Sep* Okt** Nop** Des** Produksi (Ton) Distribusi DN (Ton) Kapasitas (Ton) Gambar 2.1 Perkembangan Industri Pupuk Urea PeriodeJanuari s.d Desember 2007 Pupuk Urea merupakan 70 persen dari keseluruhan pupuk yang di produksi di Indonesia dimana untuk periode triwulan IV atau Oktober-Desember 2007 produksinya mencapai 1,35 juta ton turun 11,89 persen dibanding periode triwulan III atau Juli-September yang mencapai 1,54 juta ton. Produksi tertinggi mencapai ton yang diproduksi pada Bulan Nopember. Keseluruhan produksi pupuk urea ditujukan untuk penggunaan di dalam negeri Pupuk Non Urea Pupuk ZA 1,000, ,000 10,000 1, Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul* Ags* Sep* Okt** Nop** Des** Produksi (Ton) Distribusi DN (Ton) Kapasitas (Ton) Gambar 2.2 Perkembangan Industri Pupuk ZA Periode Januari s.d. Desember 2007 Pupuk non urea merupakan 30 persen dari total produksi pupuk di dalam negeri antara lain meliputi pupuk ZA, SP36 dan pupuk Phonska. Produksi pupuk ZA periode Oktober- Desember 2007 berkisar antara ton s.d ton (Gambar 2.2). Produksi tertinggi tercapai pada bulan Oktober 2007 mencapai ton. Produksinya dari bulan ke bulan cenderung berfluktuasi dimana di bulan Oktober produksi mencapai , dan di bulan Nopember turun menjadi ton, dan naik lagi di bulan Desember ton. Periode Oktober-Desember 2007 dibanding periode Juli-September produksi Pupuk ZA turun 7,73 persen menjadi 164,7 ribu ton.

21 Pupuk SP ,000, ,000 10,000 1, Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul* Ags* Sep* Okt** Nop** Des** Produksi (Ton) Distribusi DN (Ton) Kapasitas (Ton) Gambar 2.3 Perkembangan Industri Pupuk SP36 Periode Januari s.d. Desember 2007 Sedangkan pupuk SP36 produksi bulanannya berfluktuasi dengan produksi selama Oktober-Desember 2007 mencapai 196,9 ribu ton turun sebesar 10,3 persen dibanding periode Juli- September. Produksi tertinggi pada triwulan IV tahun 2007 dicapai pada bulan Desember 2007 sebesar 70 ribu ton seperti terlihat pada Gambar 2.3 berikut Pupuk PHONSKA 1,000, ,000 10,000 1, Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul* Ags* Sep* Okt** Nop** Des** Produksi (Ton) Distribusi DN (Ton) Kapasitas (Ton) Gambar 2.4 Perkembangan Industri Pupuk Phonska Periode Januari s.d. Desember 2007 negeri dan tidak untuk di ekspor. Berbeda dengan pupuk SP36, pupuk Phonska produksinya mengalami kecenderungan naik dengan jumlah produksi bulanan yang tertinggi dicapai pada bulan Desember 2007 sebesar ton dan produksi terendah dialami pada bulan Oktober 2007 dengan jumlah produksi ton (Gambar 2.4). Keseluruhan pupuk non urea tersebut diperuntukan penggunaannya di dalam Permasalahan pokok yang dihadapi industri pupuk saat ini adalah masih menurunnya kemampuan produksi dibandingkan tahun sebelumnya akibat kurangnya pemenuhan kebutuhan gas sebagai bahan baku pupuk. Sebagai contoh, PT Pupuk Kaltim produksinya selama tahun 2006 turun menjadi 2,2 juta ton (memanfaatkan hanya 75 persen kapasitas produksi) dibandingkan tahun sebelumnya 2,6 juta ton, sebagai akibat kebijakan swap gas sebanyak 10 juta MBTU kepada PT Pupuk Iskandar Muda. Industri pupuk pada tahun ini diperkirakan masih mengalami masalah serius terkait kelangkaan pasokan gas, namun demikian pasokan pupuk urea bersubsidi untuk musim tanam yang sedang berlangsung masih dalam kondisi aman.

22 Semen 13 4,500,000 Produksi semen nasional 4,000,000 periode Oktober-Desember 3,500,000 3,000, menunjukkan tren 2,500,000 peningkatan, jumlah 2,000,000 produksi bulanannya berkisar 1,500,000 antara 2,816 juta ton s/d 1,000,000 3,267 juta ton seperti terlihat 500,000 dalam Gambar 2.5. Bila 0 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul* Ags* Sep* Okt** Nop** Des** dibandingkan dengan periode Juli-September Produksi (Ton) Ekspor (Ton) Konsumsi DN (Ton) Kapasitas (Ton) produksi semen menurun 8,17 persen menjadi ribu ton. Produksi semen Gambar 2.5 Perkembangan Industri Semen nasional sebagian besar Periode Januari s.d. Desember 2007 dipasarkan di dalam negeri (90 persen) sedangkan sisanya diekspor berkisar antara ton s/d ton setiap bulannya. Tren produksi semen nasional mengikuti tren konsumsi semen di dalam negeri. Kenaikkan konsumsi di dalam negeri di bulan Agustus 2007 (10,73 persen) ada hubungannya kenaikkan produksi di bulan yang sama (2,70 persen) Minyak Goreng Sawit 100,000,000 10,000,000 1,000, ,000 10,000 1, Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul* Ags* Sep* Okt** Nop** Des** Produksi (Ton) Ekspor (Ton) Konsumsi DN (Ton) Kapasitas (Ton) Produksi minyak goreng sawit selama Oktober-Desember 2007 mengalami fluktuasi dengan kecenderungan menurun. Pada triwulan IV (Oktober-Desember 2007) produksinya meningkat sebesar 29,50 persen menjadi 1,8 juta ton (Gambar 2.6). Dari jumlah produksi bulanan kurang lebih 33 persen untuk stok nasional. Gambar 2.6 Perkembangan Industri Minyak Goreng Periode Januari s.d. Desember 2007 diperuntukan bagi pasar ekspor, 22 persen dialokasikan untuk pasar domestik dan sisanya sekitar 45 persen

23 Baja Hot Rolled Coil 300, , , , ,000 50,000 0 Produksi (Ton) Impor (Ton) Ekspor (Ton) Konsumsi DN (Ton) Kapasitas (Ton) Gambar 2.7 Perkembangan Industri Logam Hot Rolled Coil Periode Januari s.d. Desember 2007 sehingga kekurangannya masih dipenuhi dari impor. 14 Realisasi produksi HRC periode Oktober-Desember 2007 menunjukkan tren yang naik, realisasi produksi bulanan berkisar antara ton s.d ton seperti terlihat pada Gambar 2.7 berikut. Selama triwulan IV 2007 produksinya meningkat sebesar 4,16 persen menjadi ton bila dibandingkan dengan triwulan III tahun Kebutuhan dalam negeri HRC masih lebih besar dari pada realisasi produksi Hot Rolled Plate TON 100,000 10,000 1, Produksi (Ton) Impor (Ton) Ekspor (Ton) Konsumsi DN (Ton) Kapasitas (Ton) Gambar 2.8 Perkembangan Industri Logam Hot Rolled Plate Periode Januari s.d. Desember 2007 Realisasi produksi Hot Rolled Plate (HRP) berada pada tingkat yang lebih rendah dibandingkan dengan realisasi produksi HRC. Pada periode Oktober-Desember 2007 realisasi produksi HRP mengalami kenaikan signifikan dari bulan ke bulan Oktober sekitar ton mencapai posisi tertinggi ton pada bulan Nopember seperti terlihat pada Gambar 2.8 berikut. Konsumsi dalam negeri HRP masih lebih rendah dari pada realisasi produksi sehingga sisanya dapat diekspor. Industri Baja nasional dewasa ini menghadapi kendala karena adanya persaingan produk baja murah dari China (Pemerintah China mengeluarkan kebijakan pengembalian pajak/tax Rebate sebesar 11 persen), hal lain yang masih menjadi kendala adalah biaya pelabuhan yang relatif tinggi, kurang efektifnya tarif harmonisasi untuk melindungi produk dalam negeri, serta adanya illegal import (under invoicing, under quantity & pencantuman no.hs yang tidak sesuai dengan fisik barang). Dalam perkembangan ke depan industri baja nasional akan secara bertahap mengurangi impor raw material dan sebagai gantinya akan lebih mengoptimalkan pemanfaatan hasil tambang bijih besi di dalam negeri. PT Krakatau Steel akan

24 15 berupaya keras mengurangi impor iron ore hingga 1 juta ton per tahun mulai awal 2008, dan akan mengimplementasikan penggunaan teknologi baru guna meningkatkan kualitas bijih besi muda (bijih besi laterit) hasil dalam negeri menjadi bijih besi primer (iron ore). Selama ini, Industri Baja terpaksa mengimpor iron ore karena bijih besi yang ada di Indonesia pada umumnya termasuk kategori muda sehingga tidak dapat diolah lebih lanjut menjadi pellet. Bijih besi muda ini harus ditingkatkan gradenya terlebih dahulu menjadi bijih besi primer Kendaraan Bermotor Kendaraan Bermotor Roda Dua 1,000,000 UNIT 100,000 10,000 1, Produksi (Unit) Konsumsi DN (Unit) Ekspor (Unit) Gambar 2.9 Perkembangan Industri Kendaraan Bermotor Roda Dua Periode Januari s.d Desember 2007 sebagian kecil berkisar antara unit s.d unit per bulan. Realisasi produksi kendaraan bermotor roda dua (sepeda motor) periode Oktober- Desember 2007 mengalami fluktuasi dengan jumlah produksi berkisar antara unit s.d unit per bulan. Produksi tertinggi dicapai pada bulan Nopember sebesar unit seperti terlihat pada Gambar 2.9 berikut. Produksi sepeda motor hampir seluruhnya ditujukan untuk pasar dalam negeri, sedangkan ekspornya hanya Kendaraan Bermotor Roda Empat 100,000 10,000 Unit / Set 1, Produksi (Unit) Konsumsi DN (Unit) Ekspor CBU (Unit) Ekspor CKD (Set) Impor CBU (Unit) Realisasi produksi kendaraan bermotor roda empat periode Oktober-Desember 2007 menunjukkan tren fluktuatif. Produksi tertinggi dicapai pada Bulan Nopember unit. Pada periode Triwulan IV tahun 2007 produksinya menurun sebesar 3,80 persen dibandingkan Triwulan III menjadi Gambar 2.10 Perkembangan Industri Kendaraan Bermotor Roda Empat Periode Januari s.d. Desember 2007 unit seperti terlihat pada Gambar Industri Kendaraan Bermotor roda empat masih mengalami permasalahan antara lain berupa lemahnya keterkaitan industri perakit dengan industri komponen dan pendukung, belum optimalnya peran lembaga-lembaga pendukung industri kendaraan bermotor, seperti Pusat Diklat, Lembaga Sertifikasi, Pusat Enginering dan Perguruan Tinggi, serta masih adanya ketergantungan industri terhadap bahan baku impor yang

25 16 ditengarai pula menjadi faktor yang ikut memperlemah daya saing industri kendaraan bermotor beserta industri pendukungnya Peralatan Listrik Rumah Tangga Televisi 1, Juta US$ 10 1 Produksi (Juta US$) Impor (Juta US$) Gambar 2.11 Perkembangan Industri Televisi Periode Januari s.d. Desember 2007 Ekspor (Juta US$) Konsumsi DN (Juta US$) Produksi televisi periode Oktober-Desember 2007 menunjukkan tren penurunan yang cukup signifikan ditandai dengan turunnya permintaan dalam negeri serta turunnya ekspor produk televisi. Pada triwulan IV 2007 nilai realisasi produksi TV berkisar antara US$ 40 juta per bulan seperti terlihat pada Gambar 2.11 berikut Lemari Es Juta US$ Produksi (Juta US$) Impor (Juta US$) Ekspor (Juta US$) Konsumsi DN (Juta US$) Gambar Perkembangan Industri Lemari Es Periode Januari s.d. Desember 2007 Realisasi nilai produksi lemari es periode Oktober-Desember 2007 menunjukkan tren yang menurun seiring dengan turunnya permintaan dalam negeri dan permintaan ekspor. Pada Triwulan IV 2007 realisasi nilai produksinya menurun menjadi US$ 20,21 juta, setelah mencapai US$ 26,63 juta di triwulan III. (Gambar 2.12). Industri peralatan listrik rumah tangga masih menghadapi permasalahan pokok berupa persaingan tidak sehat di pasar dalam negeri dari impor produk sejenis yang dilakukan secara ilegal, daya beli masyarakat semakin melemah sebagai dampak tidak langsung dari kenaikan harga BBM bersubsidi, serta masih relative lemahnya struktur industri disebabkan industri pendukung/komponen belum berkembang sesuai harapan, sehingga ketergantungan terhadap bahan baku impor cukup besar. Guna meningkatkan kinerja industri peralatan listrik rumah tangga, dunia usaha mengusulkan agar produk-produk industri dimaksud tidak lagi dikenakan Pajak Penjualan Barang Mewah (PPn BM), dengan harapan masyarakat lebih dapat lebih

26 17 tertarik membeli produk dengan harga relatif murah, sekaligus mengupayakan agar industri dapat bersaing dengan produk jadi impor, yang pada akhirnya akan semakin mendongkrak kinerja industri dalam negeri Tekstil dan Produk Tekstil Serat 100 RIBU TON 10 1 Produksi (Ribu Ton) Ekspor (Ribu Ton) Impor (Ribu Ton) Konsumsi DN (Ribu Ton) Gambar 2.13 Perkembangan Industri Serat Periode Januari s.d. Desember 2007 Realisasi produksi serat periode Oktober-Desember 2007 menunjukkan tren meningkat berkisar antara ton s.d ton per bulan, sedangkan kebutuhan di dalam negeri pada periode yang sama berada pada tingkat yang lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi produksi yaitu pada kisaran ton s.d ton. Kekurangan pasokan dalam negeri dipenuhi dari impor sekitar per bulan. Namun demikian serat produksi dalam negeri juga telah di ekspor berkisar antara ton s.d ton per bulan seperti terlihat pada Gambar Benang RIBU TON 1, Produksi (Ribu Ton) Ekspor (Ribu Ton) Impor (Ribu Ton) Konsumsi DN (Ribu Ton) Gambar 2.14 Perkembangan Industri Benang Periode Januari s.d. Desember 2007 Realisasi produksi benang periode Oktober-Desember 2007 menunjukkan tren produksi yang meningkat berkisar antara ton s.d ton per bulan, tren tersebut seiring dengan tren ekspor produk benang pada periode yang sama berkisar antara ton s.d ton per bulan, dibandingkan dengan kebutuhan dalam negeri yang berkisar antara s.d per bulan, maka realisasi produksi benang berada pada posisi yang lebih tinggi sehingga mengalami over supply seperti terlihat pada Gambar 2.14 berikut.

27 Kain 18 RIBU TON Produksi (Ribu Ton) Impor (Ribu Ton) Gambar 2.15 Perkembangan Industri Kain Periode Januari s.d. Desember 2007 Ekspor (Ribu Ton) Konsumsi DN (Ribu Ton) Realisasi produksi kain periode Oktober-Desember 2007 menunjukkan tren yang naik berkisar antara ton s.d ton per bulan. Tren produksi tersebut menyamai tren ekspor yang berkisar antara ton s.d ton (Gambar 2.15). Permasalahan pokok industri TPT sampai saat ini adalah kondisi permesinan yang sudah tua sehingga sangat berpengaruh pada daya saing industri tersebut. Berdasarkan data API, kondisi permesinan industri kain / tekstil lembaran sudah relatif tua, sekitar 35 persen mesin pemintalan telah berusia di atas 20 tahun, 60 persen berumur tahun, dan 5 persen kurang dari 10 tahun, sedangkan pada unit pertenunan terdapat 66 persen mesin berusia di atas 20 tahun. Dalam program restrukturisasi dan modernisasi, industri TPT nasional hingga 2010 diperkirakan akan membutuhkan dana sekitar US$ 5.19 miliar atau Rp. 47,5 triliun. Dengan nilai investasi tersebut diperkirakan industri tersebut dapat mampu menyerap tambahan tenaga kerja di tahun 2010 sebanyak orang Pulp dan Kertas Pulp RIBU TON 1, Produksi (Ribu Ton) Ekspor (Ribu Ton) Impor (Ribu Ton) Pasokan DN (Ribu Ton) Gambar 2.16 Perkembangan Industri Pulp Periode Januari s.d. Desember 2007 Realisasi produksi pulp periode Oktober-Desember 2007 menunjukkan adanya tren penurunan. Realisasi produksi bulanan berkisar dari yang terendah di bulan Desember sebesar ton s.d. yang tertinggi ton di bulan Oktober Dari realisasi produksi tersebut jumlah yang di ekspor berkisar antara ton s.d ton seperti terlihat pada Gambar 2.16 berikut.

28 Kertas 19 1,000 RIBU TON Produksi (Ribu Ton) Ekspor (Ribu Ton) Impor (Ribu Ton) Pasokan DN (Ribu Ton) Gambar 2.17 Perkembangan Industri Kertas Periode Januari s.d. Desember 2007 Realisasi produksi kertas berada pada tingkat yang lebih tinggi dibandingkan realisasi produksi pulp, periode Oktober-Desember 2007 produksi kertas menunjukkan tren yang meningkat mulai dari ton di bulan Oktober menjadi ton di bulan Desember Produk kertas untuk pasokan dalam negeri berada dibawah realisasi produksi berkisar antara ton s.d ton per bulan, sedangkan kelebihan pasokan untuk pasar dalam negeri dialokasikan untuk ekspor yang berkisar antara ton s.d ton per bulan seperti terlihat pada Gambar 2.17 berikut Mesin Listrik Mini Circuit Breaker (MCB) 1,000 RIBU UNIT Produksi (Ribu Unit) Konsumsi DN (Ribu Unit) Ekspor (Ribu Unit) Kapasitas (Ribu Unit) Gambar 2.18 Perkembangan Industri MCB Periode Januari s.d. Desember 2007 Realisasi produksi MCB periode Oktober-Desember 2007 menunjukkan tren yang meningkat dengan jumlah produksi antara unit s.d unit per bulan (Gambar 2.18). Kebutuhan akan MCB produksi dalam negeri mencapai 92 persen berkisar antara s.d unit. Produksi MCB juga diperuntukkan bagi pemenuhan kebutuhan ekspor yang berkisar antara unit s.d unit per bulan yang rata-rata merupakan 7 persen realisasi produksi.

29 Motor Listrik 20 1,000, ,000 10,000 1, c Produksi (Unit) Konsumsi DN (Unit) Kapasitas (Unit) Realisasi produksi motor listrik periode Oktober- Desember 2007 masih jauh dari yang diharapkan dibandingkan dengan tingkat kebutuhan di dalam negeri. Produksi motor listrik ratarata pada periode yang sama hanya memenuhi kurang lebih 3 persen kebutuhan dalam negeri. Produksi bulanan hanya mencapai kisaran s.d unit, sedangkan kebutuhan dalam negeri mencapai kisaran s.d unit per bulan, tren realisasi produksi relatif konstan sepanjang tahun namun tren kebutuhan dalam negeri menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan seperti terlihat pada Gambar 2.19 berikut KWh Meter Gambar 2.19 Perkembangan Industri motor Listrik Periode Januari s.d. Desember ,000, ,000 UNIT 10,000 1, Produksi (Unit) Ekspor (Unit) Konsumsi DN (Unit) Kapasitas (Unit) Realisasi Kwh Meter periode Oktober-Desember 2007 menunjukan tren peningkatan yang ditandai juga dengan kebutuhan konsumsi dalam negeri yang semakin meningkat meskipun pada tingkat yang lebih rendah. Realisasi produksi bulanan pada periode yang sama berkisar antara s.d unit per bulan dengan produksi tertinggi dicapai pada bulan Desember 2007 yang mencapai produksi unit (Gambar 2.20), sedangkan konsumsi dalam negeri rata-rata 35 persen dari realisasi produksi sehingga produksi yang tersisa dialokasikan untuk pasar ekspor Panel dan Gear Gambar 2.20 Perkembangan Industri KWh Meter Periode Januari s.d. Desember 2007 Realisasi produksi Panel dan Gear periode Oktober-Desember 2007 menunjukkan tren yang meningkat berkisar antara s.d unit per bulan, konsumsi dalam negeri untuk produk tersebut berada sedikit dibawah tingkat produksi sehingga dapat dikatakan relatif tidak ada excess supply di dalam negeri seperti terlihat pada Gambar 2.21 berikut.

30 21 Masalah pokok yang masih dihadapi oleh industri mesin listrik secara keseluruhan adalan ketergantungan terhadap bahan baku yang sebagian besar masih harus di impor serta tingkat 10,000 harganya yang berfluktuasi karena sangat tergantung 1,000 pada perkembangan tingkat harga internasional. UNIT Produksi (Unit) Ekspor (Unit) Konsumsi DN (Unit) Kapasitas (Unit) Gambar 2.21 Perkembangan Industri Panel & Gear Periode Januari 2007 s.d. Desember 2007 Beberapa bahan baku dimaksud meliputi antara lain polycarbonate, silicon, steel, minyak jenis isolasi, kertas isolasi, dan kawat tembaga ukuran tertentu. Walapun kita ketahui bahwa di Indonesia telah berdiri industri hulu seperti Krakatau Steel, Pertamina, dan Petrokimia, namun spesifikasi teknis yang dibutuhkan oleh industri mesin listrik sering tidak dapat dipenuhi bahkan tidak tersedia Ban Ban Sepeda Motor UNIT 10,000,000 1,000, ,000 10,000 1, Produksi (Unit) Ekspor (Unit) Konsumsi DN (Unit) Impor (Unit) Kapasitas (Unit) Realisasi produksi ban sepeda motor relatif berfluktuatif pada periode Oktober - Desember 2007 berkisar antara ribu sampai ribu. Realisasi konsumsi dalam negeri pada periode tersebut berkisar antara ribu Unit sampai ribu Unit. Gambar 2.22 Perkembangan Industri Ban Sepeda Motor Periode Januari 2007 s.d. Desember 2007

KATA PENGANTAR. Jakarta, Oktober 2007 Pusat Data dan Informasi

KATA PENGANTAR. Jakarta, Oktober 2007 Pusat Data dan Informasi KATA PENGANTAR Pengembangan sektor industri saat ini diarahkan untuk lebih mampu menunjang pertumbuhan ekonomi yang tinggi seperti yang diamanatkan oleh Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RJPM) 2004-2009

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2010 Pusat Data dan Informasi

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2010 Pusat Data dan Informasi LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH Triwulan IV Tahun industrialisasi menuju kehidupan yang lebih baik KATA PENGANTAR Pengembangan sektor industri saat ini diarahkan untuk lebih mampu menunjang

Lebih terperinci

LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH

LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH Triwulan I Tahun 2010 Industrialisasi menuju kehidupan yang lebih baik KATA PENGANTAR Pengembangan sektor industri saat ini diarahkan untuk lebih mampu

Lebih terperinci

LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH TRIWULAN IV, TAHUN

LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH TRIWULAN IV, TAHUN LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH TRIWULAN IV, TAHUN 28 1 2 LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH TRIWULAN IV, TAHUN 28 KATA PENGANTAR Pengembangan sektor industri saat ini diarahkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember 2008 Pusat Data dan Informasi

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember 2008 Pusat Data dan Informasi KATA PENGANTAR Pengembangan sektor industri saat ini diarahkan untuk lebih mampu menunjang pertumbuhan ekonomi yang tinggi seperti yang diamanatkan oleh Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 24-29

Lebih terperinci

LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH

LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH Triwulan III Tahun Industrialisasi menuju kehidupan yang lebih baik KATA PENGANTAR Pengembangan sektor industri saat ini diarahkan untuk lebih mampu menunjang

Lebih terperinci

LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH

LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH Triwulan IV Tahun Industrialisasi menuju kehidupan yang lebih baik KATA PENGANTAR Pengembangan sektor industri saat ini diarahkan untuk lebih mampu menunjang

Lebih terperinci

LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH

LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH Triwulan II Tahun Industrialisasi menuju kehidupan yang lebih baik KATA PENGANTAR Pengembangan sektor industri saat ini diarahkan untuk lebih mampu menunjang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR Pertumbuhan Ekonomi Dunia dan Beberapa Negara... 1

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR Pertumbuhan Ekonomi Dunia dan Beberapa Negara... 1 KATA PENGANTAR Pengembangan sektor industri saat ini diarahkan untuk lebih mampu menunjang pertumbuhan ekonomi yang tinggi seperti yang diamanatkan oleh Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RJPM) 2004-2009

Lebih terperinci

BAB 18 DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

BAB 18 DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR BAB 18 DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR Industri manufaktur merupakan sektor strategis di dalam perekonomian nasional. Hal itu ditegaskan dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR Pertumbuhan Ekonomi Dunia dan Beberapa Negara... 1

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR Pertumbuhan Ekonomi Dunia dan Beberapa Negara... 1 KATA PENGANTAR Pengembangan sektor industri saat ini diarahkan untuk lebih mampu menunjang pertumbuhan ekonomi yang tinggi seperti yang diamanatkan oleh Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RJPM) 2004-2009

Lebih terperinci

BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014

BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014 BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014 1.1 LATAR BELAKANG Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2014 sebesar 5,12 persen melambat dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun

Lebih terperinci

Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Tahun 2016

Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Tahun 2016 Ringkasan Eksekutif Perkembangan Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Bulan Oktober 2016 A. Pertumbuhan Ekspor Impor Industri Pengolahan 12.000 10.000 8.000 6.000 4.000 2.000 0 Perkembangan Nilai Ekspor

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri FEBRUARI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Februari 2017 Pendahuluan Pada tahun 2016 pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat sebesar 5,02%, lebih tinggi dari pertumbuhan tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Industri merupakan salah satu sektor yang berperan penting dalam pembangunan nasional. Kontribusi sektor Industri terhadap pembangunan nasional setiap tahunnya

Lebih terperinci

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI Oktober 2008 INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI Pada Oktober 2008, pertumbuhan tertinggi secara tahunan terjadi pada produksi kendaraan niaga, sementara secara bulanan terjadi pada produksi kendaraan non niaga

Lebih terperinci

Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Tahun 2016

Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Tahun 2016 Ringkasan Eksekutif Perkembangan Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Bulan Desember 2016 A. Pertumbuhan Ekspor Impor Industri Pengolahan 12.000 10.000 8.000 6.000 4.000 2.000 0 Perkembangan Nilai Ekspor

Lebih terperinci

INDIKATOR he AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH & ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI

INDIKATOR he AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH & ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI Produksi Minyak Mentah Produksi Kondensat Penjualan Minyak Diesel Konsumsi Semen Produksi Kendaraan Non Niaga Penjualan Kendaraan Non Niaga Produksi Kendaraan Niaga Penjualan Kendaraan Niaga Produksi Sepeda

Lebih terperinci

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA TRIWULAN IV-2004 Kegiatan usaha pada triwulan IV-2004 ekspansif, didorong oleh daya serap pasar domestik Indikasi ekspansi, diperkirakan berlanjut pada triwulan I-2005 Kegiatan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA OKTOBER 2009

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA OKTOBER 2009 BADAN PUSAT STATISTIK No. 72/12/Th. XII, 1 Desember PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA OKTOBER A. PERKEMBANGAN EKSPOR Nilai ekspor Indonesia mencapai US$11,88 miliar atau mengalami peningkatan sebesar

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT NOVEMBER 2016 No. 04/01/32/Th.XIX, 03 Januari 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR NOVEMBER 2016 MENCAPAI USD

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 32/05/35/Th. XI, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2013 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2013 (y-on-y) mencapai 6,62

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT MEI 2017 No. 38/07/32/Th.XIX, 3 Juli 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MEI 2017 MENCAPAI USD 2,45 MILYAR

Lebih terperinci

Perkembangan Terakhir Sektor Industri Dan Inflasi KADIN INDONESIA

Perkembangan Terakhir Sektor Industri Dan Inflasi KADIN INDONESIA Perkembangan Terakhir Sektor Industri Dan Inflasi KADIN INDONESIA Mudrajad Kuncoro Juli 2008 Peranan Masing- Masing Cabang Industri Terhadap PDB Sektor Industri Tahun 1995-2008* No. Cabang Industri Persen

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2014 No. 32/05/35/Th. XIV, 5 Mei 2014 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2014 (y-on-y) mencapai 6,40

Lebih terperinci

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen) BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA BARAT JUNI 2017

PROVINSI JAWA BARAT JUNI 2017 BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR No. 43/08/32/Th.XIX, 01 Agustus 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT JUNI 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JUNI 2017 MENCAPAI USD 1,95 MILYAR

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT DESEMBER 2016 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR DESEMBER 2016 MENCAPAI USD 2,29 MILYAR No. 08/02/32/Th.XIX, 01

Lebih terperinci

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA TRIWULAN IV-2008 Sebagai dampak dari krisis keuangan global, kegiatan dunia usaha pada triwulan IV-2008 mengalami penurunan yang tercermin dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT)

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT JULI 2016 No. 51/09/32/Th.XVIII, 01 September 2016 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JULI 2016 MENCAPAI USD 1,56

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT MEI 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT MEI 2016 BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT MEI 2016 No.37/07/32/Th.XVIII, 01 Juli 2016 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MEI 2016 MENCAPAI US$ 2,08 MILYAR

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA MARET 2008

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA MARET 2008 BADAN PUSAT STATISTIK No. 22/05/Th. XI, 2 Mei PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA MARET A. Perkembangan Ekspor Nilai ekspor Indonesia mencapai US$ 11,90 miliar atau mengalami peningkatan sebesar 12,96

Lebih terperinci

Industrialisasi Sektor Agro dan Peran Koperasi dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional. Kementerian Perindustrian 2015

Industrialisasi Sektor Agro dan Peran Koperasi dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional. Kementerian Perindustrian 2015 Industrialisasi Sektor Agro dan Peran Koperasi dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional Kementerian Perindustrian 2015 I. LATAR BELAKANG 2 INDUSTRI AGRO Industri Agro dikelompokkan dalam 4 kelompok, yaitu

Lebih terperinci

MEDIA BRIEFING Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Tel: /Fax:

MEDIA BRIEFING Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Tel: /Fax: KEMENTERIAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA MEDIA BRIEFING Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110 Tel: 021-23528446/Fax: 021-23528456 www.depdag.go.id Prospek Ekspor

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT APRIL 2017 No. 34/06/32/Th.XIX, 2 Juni 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR APRIL 2017 MENCAPAI USD 2,24 MILYAR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Setiap negara di dunia ini pasti akan melakukan interaksi dengan negaranegara

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Setiap negara di dunia ini pasti akan melakukan interaksi dengan negaranegara 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap negara di dunia ini pasti akan melakukan interaksi dengan negaranegara lain di sekitarnya. Biasanya bentuk kerjasama atau interaksi itu berbentuk perdagangan antar

Lebih terperinci

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT) DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT) OLEH SRI MULYANI H14103087 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor nonmigas lain dan migas, yaitu sebesar 63,53 % dari total ekspor. Indonesia, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.1.

BAB I PENDAHULUAN. sektor nonmigas lain dan migas, yaitu sebesar 63,53 % dari total ekspor. Indonesia, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perdagangan barang dan jasa antar negara di dunia membuat setiap negara mampu memenuhi kebutuhan penduduknya dan memperoleh keuntungan dengan mengekspor barang

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT JUNI 2016 No. 42/08/32/Th.XVIII, 01 Agustus 2016 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JUNI 2016 MENCAPAI USD 2,48

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN II-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN II-2014 No. 40/08/36/Th.VIII, 5 Agustus 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN II-2014 PDRB Banten triwulan II tahun 2014, secara quarter to quarter (q to q) mengalami pertumbuhan sebesar 2,17 persen,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA SEPTEMBER 2011

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA SEPTEMBER 2011 BADAN PUSAT STATISTIK No. 66/11/Th.XIV, 1 November PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA SEPTEMBER A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SEPTEMBER MENCAPAI US$17,82 MILIAR Nilai ekspor Indonesia mencapai US$17,82

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri JUNI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Juni 2017 Pendahuluan Membaiknya perekonomian dunia secara keseluruhan merupakan penyebab utama membaiknya kinerja ekspor Indonesia pada

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT FEBRUARI 2017 No. 20/04/32/Th XIX, 3 April 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR FEBRUARI 2017 MENCAPAI USD 2,21

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Pertumbuhan ekonomi Aceh dengan migas tercatat sebesar 5,11% (yoy), atau meningkat dibanding triwulan lalu yang sebesar 4,4% (yoy). Seluruh sektor ekonomi pada triwulan

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA BARAT MARET 2017

PROVINSI JAWA BARAT MARET 2017 BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR No. 25/05/32/Th.XIX, 02 Mei 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT MARET 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MARET 2017 MENCAPAI USD 2,49 MILYAR

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri APRIL 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi April 2017 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I 2017 Pada triwulan 1 2017 perekonomian Indonesia, tumbuh sebesar 5,01% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Tahun 2016

Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Tahun 2016 Ringkasan Eksekutif Perkembangan Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Bulan Desember 2016 A. Pertumbuhan Ekspor Impor Industri Pengolahan 12.000 10.000 8.000 6.000 4.000 2.000 0 Perkembangan Nilai Ekspor

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN JANUARI 2002

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN JANUARI 2002 REPUBLIK INDONESIA PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN JANUARI 2002 Posisi uang primer pada akhir Januari 2002 menurun menjadi Rp 116,5 triliun atau 8,8% lebih rendah dibandingkan akhir bulan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA i BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 02/01/12/Th.XIX, 04 Januari 2016 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA 1. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SUMATERA UTARA BULAN NOVEMBER 2015 SEBESAR US$607,63 JUTA.

Lebih terperinci

TABEL - IV.1 PERKEMBANGAN NILAI PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN

TABEL - IV.1 PERKEMBANGAN NILAI PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN TABEL - IV.1 PERKEMBANGAN NILAI PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 SKALA USAHA 1 Usaha Kecil (UK) 184.845.034 194.426.046 9.581.012 5,18 2 Usaha Menengah (UM)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan jangka panjang, sektor industri merupakan tulang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan jangka panjang, sektor industri merupakan tulang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam pembangunan jangka panjang, sektor industri merupakan tulang punggung perekonomian. Tumpuan harapan yang diletakkan pada sektor industri dimaksudkan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR BADAN PUSAT STATISTIK No. 05/01/Th. XIV, 3 Januari 2011 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR DESEMBER HARGA GROSIR NAIK 0,68 PERSEN Pada bulan Indeks harga grosir/agen atau Indeks Harga Perdagangan

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT SEPTEMBER 2016 No. 60/11/32/Th.XVIII, 1 November 2016 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SEPTEMBER 2016 MENCAPAI

Lebih terperinci

PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN DESEMBER 2015

PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN DESEMBER 2015 PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR - IMPOR SUMATERA SELATAN DESEMBER 2006 BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. 44/02/16/Th.XVII, 1 Februari 2016 PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN DESEMBER

Lebih terperinci

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh Triwulan I - 2015 LAPORAN LIAISON Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh terbatas, tercermin dari penjualan domestik pada triwulan I-2015 yang menurun dibandingkan periode

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 72/11/35/Th. X, 5 November 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2012 Ekonomi Jawa Timur Triwulan III Tahun 2012 (y-on-y) mencapai 7,24 persen

Lebih terperinci

Kondisi Perekonomian Indonesia

Kondisi Perekonomian Indonesia KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA Kondisi Perekonomian Indonesia Tim Ekonomi Kadin Indonesia 1. Kondisi perekonomian dunia dikhawatirkan akan benar-benar menuju jurang resesi jika tidak segera dilakukan

Lebih terperinci

SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Telp: /Fax:

SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Telp: /Fax: KEMENTERIAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110 Telp: 021-23528446/Fax: 021-23528456 www.depdag.go.id Kinerja Ekspor

Lebih terperinci

w tp :// w ht.b p w s. go.id PERKEMBANGAN INDEKS PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG 2011 2013 ISSN : 1978-9602 No. Publikasi : 05310.1306 Katalog BPS : 6102002 Ukuran Buku : 16 x 21 cm Jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1. A 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator kemajuan ekonomi suatu negara. Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi maka semakin baik pula perekonomian negara

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MARET 2014

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MARET 2014 No. 19/05/36/Th.VIII, 2 Mei 2014 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MARET 2014 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MARET 2014 NAIK 0,99 PERSEN MENJADI US$802,39 JUTA Nilai ekspor Banten pada Maret 2014 naik

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN IV TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN IV TAHUN 2013 No. 09/02/36/Th. VIII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN IV TAHUN 2013 Secara total, perekonomian Banten pada triwulan IV-2013 yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan 2000

Lebih terperinci

TABEL - VII.1 PERKEMBANGAN NILAI INVESTASI MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN

TABEL - VII.1 PERKEMBANGAN NILAI INVESTASI MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN TABEL - VII.1 PERKEMBANGAN NILAI INVESTASI MENURUT SKALA USAHA SKALA USAHA 1 Usaha Kecil (UK) 17.968.449 19.510.919 1.542.470 8,58 2 Usaha Menengah (UM) 23.077.246 25.199.311 2.122.065 9,20 Usaha Kecil

Lebih terperinci

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH Maret 2010 Pada Maret 2010, sebagian besar indikator aktivitas ekonomi migas dan non migas terpilih mengalami pertumbuhan tahunan yang positif, dengan pertumbuhan tertinggi

Lebih terperinci

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011 Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011 Nomor. 30/AN/B.AN/2010 0 Bagian Analisa Pendapatan Negara dan Belanja Negara Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI Analisis Asumsi Makro Ekonomi

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT APRIL 2016 No.32/06/32/Th.XVIII, 01 Juni 2016 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR APRIL 2016 MENCAPAI US$ 2,10 MILYAR

Lebih terperinci

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH Produksi Minyak Mentah Produksi Kondensat Produksi Kendaraan Non Niaga Produksi Kendaraan Niaga Produksi Sepeda Motor Ekspor Besi Baja Ekspor Kayu Lapis Ekspor Kayu Gergajian Penjualan Minyak Diesel Penjualan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Jakarta, Mei 2010

KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Jakarta, Mei 2010 KEMENTERIAN PERDAGANGAN KINERJA Periode: MARET 21 Jakarta, Mei 21 1 Neraca Perdagangan Indonesia Kondisi perdagangan Indonesia semakin menguat setelah mengalami kontraksi di tahun 29. Selama Triwulan I

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN APRIL 2014

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN APRIL 2014 No. 26/06/36/Th. VIII, 2 Juni 2014 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN APRIL 2014 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR APRIL 2014 NAIK 8,46 PERSEN MENJADI US$870,12JUTA Nilai ekspor Banten pada 2014 naik 8,46

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA i BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No.15/03/12/Thn. XX, 01 Maret PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA I. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SUMATERA UTARA BULAN JANUARI SEBESAR US$707,83 JUTA Nilai ekspor melalui

Lebih terperinci

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI Maret 2008 INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI Pada Maret 2008, pertumbuhan tahunan dan bulanan tertinggi terjadi pada produksi kendaraan niaga Sementara itu, kontraksi tertinggi secara tahunan terjadi pada penjualan

Lebih terperinci

PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN JUNI 2017

PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN JUNI 2017 PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR - IMPOR SUMATERA SELATAN JUNI 2006 BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. / /Th., Mei 2007 No. 31/06/16/Th.XVIII, 1 Juni No. 41/08/17/Th.IX, 1 Agustus PERDAGANGAN LUAR NEGERI

Lebih terperinci

PDB per kapita atas dasar harga berlaku selama tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 13,8% (yoy) menjadi Rp30,8 juta atau US$ per tahun.

PDB per kapita atas dasar harga berlaku selama tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 13,8% (yoy) menjadi Rp30,8 juta atau US$ per tahun. Indonesia pada tahun 2011 tumbuh sebesar 6,5% (yoy), sedangkan pertumbuhan triwulan IV-2011 secara tahunan sebesar 6,5% (yoy) atau secara triwulanan turun 1,3% (qtq). PDB per kapita atas dasar harga berlaku

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JUNI 2014

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JUNI 2014 No. 36/08/36/Th. VIII, 4 Agustus 2014 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JUNI 2014 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JUNI 2014 NAIK 2,68 PERSEN MENJADI US$904,57 JUTA Nilai ekspor Banten pada 2014 naik 2,68

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 25/04/12/Thn.XVIII, 01 April 2015 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA 1. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SUMATERA UTARA BULAN FEBRUARI 2015 SEBESAR US$555,47 JUTA. Nilai

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA BARAT JULI 2017

PROVINSI JAWA BARAT JULI 2017 BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR No. 050/09/32/Th.XIX, 4 September 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT JULI 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JULI 2017 MENCAPAI USD 2,59

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA MEI 2012

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA MEI 2012 BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 41/07/12/Th. XV, 01 Juli 2012 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA MEI 2012 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SUMATERA UTARA BULAN MEI 2012 SEBESAR US$771,76 JUTA. Nilai

Lebih terperinci

Ekspor Non Migas Indonesia ke Jepang Selama Januari-Februari 2018 Tumbuh 26,1%

Ekspor Non Migas Indonesia ke Jepang Selama Januari-Februari 2018 Tumbuh 26,1% Ekspor Non Migas Indonesia ke Jepang Selama Januari-Februari 2018 Tumbuh 26,1% Osaka, 24 April 2018 - Ekspor Indonesia ke Jepang selama Bulan Februari 2018 mencapai USD 1,6 miliar, mengalami peningkatan

Lebih terperinci

DISAMPAIKAN OLEH : DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI AGRO PADA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2013 JAKARTA, FEBRUARI 2013 DAFTAR ISI

DISAMPAIKAN OLEH : DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI AGRO PADA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2013 JAKARTA, FEBRUARI 2013 DAFTAR ISI DISAMPAIKAN OLEH : DIREKTUR JENDERAL AGRO PADA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERAN TAHUN 2013 JAKARTA, FEBRUARI 2013 DAFTAR ISI I. KINERJA AGRO TAHUN 2012 II. KEBIJAKAN PENGEMBANGAN AGRO III. ISU-ISU STRATEGIS

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MARET 2017

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MARET 2017 No. 24/05/36/Th.XI, 2 Mei PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MARET A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MARET NAIK 9,30 PERSEN MENJADI US$995,96 JUTA Nilai ekspor Banten pada Maret naik 9,30 persen dibanding

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT FEBRUARI No.20/32/Th.XVIII, 01 April A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR FEBRUARI MENCAPAI US$ 1,97 MILYAR Nilai

Lebih terperinci

SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Telp: /Fax:

SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Telp: /Fax: KEMENTERIAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110 Telp: 021-23528446/Fax: 021-23528456 www.depdag.go.id Ekspor Nonmigas

Lebih terperinci

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH Produksi Minyak Mentah Produksi Kondensat Produksi Kendaraan Non Niaga Produksi Kendaraan Niaga Produksi Sepeda Motor Ekspor Besi Baja Ekspor Kayu Lapis Ekspor Kayu Gergajian Penjualan Minyak Diesel Penjualan

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA BARAT MARET 2016

PROVINSI JAWA BARAT MARET 2016 BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR No.25/05/32/Th.XVIII, 02 Mei PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT MARET A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MARET MENCAPAI US$ 2,12 MILYAR Nilai ekspor

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan II tahun 2013 tumbuh sebesar 3,89% (yoy), mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,79% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA BULAN FEBRUARI 2002

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA BULAN FEBRUARI 2002 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA BULAN FEBRUARI No. 15/V/1 APRIL EKSPOR Nilai ekspor Indonesia bulan Februari mencapai US$ 4,18 milyar atau naik 4,36 persen dibanding ekspor bulan Januari sebesar

Lebih terperinci

PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN MARET 2017

PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN MARET 2017 PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR - IMPOR SUMATERA SELATAN MARET 2006 BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. / /Th., Maret 2007 No.22/05/16/Th.XIX, 2 Mei PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN MARET

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT JANUARI 2017

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT JANUARI 2017 BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT JANUARI 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JANUARI 2017 MENCAPAI USD 2,30 MILYAR No. 16/03/32/Th.XIX, 01 Maret

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA MEI 2011

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA MEI 2011 BADAN PUSAT STATISTIK No.40/07/Th.XIV, 1 Juli PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA MEI A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MEI MENCAPAI US$18,33 MILIAR Nilai ekspor Indonesia mencapai US$18,33 miliar atau

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MEI 2017

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MEI 2017 No. 38/07/36/Th.XI, 3 Juli PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MEI A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MEI NAIK 9,95 PERSEN MENJADI US$1.001,75 JUTA Nilai ekspor Banten naik 9,95 persen dibanding ekspor April,

Lebih terperinci

Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Tahun 2017 (dalam US$ juta)

Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Tahun 2017 (dalam US$ juta) Ringkasan Eksekutif Perkembangan Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Bulan Februari 2017 A. Pertumbuhan Ekspor Impor Industri Pengolahan 12.000 10.000 8.000 6.000 4.000 2.000 0 Perkembangan Nilai Ekspor

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN I-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN I-2014 No.22/05/36/Th.VIII, 5 Mei 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN I-2014 PDRB Banten triwulan I tahun 2014, secara quarter to quarter (q to q) tumbuh positif 0.87 persen, setelah triwulan sebelumnya

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri MARET 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Maret 2017 Pertumbuhan Ekonomi Nasional Pertumbuhan ekonomi nasional, yang diukur berdasarkan PDB harga konstan 2010, pada triwulan IV

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JUNI 2017

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JUNI 2017 No. 44/08/36/Th.XI, 1 Agustus PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JUNI A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JUNI TURUN 23,51 PERSEN MENJADI US$766,22 JUTA Nilai ekspor Banten turun 23,51 persen dibanding ekspor

Lebih terperinci

PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN AGUSTUS 2016

PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN AGUSTUS 2016 PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR - IMPOR SUMATERA SELATAN AGUSTUS 2006 BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. / /Th., Juli 2007 No. 56/10/16/Th.XVIII, 3 Oktober PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH No. 06/02/72/Th. XIV. 7 Februari 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH Ekonomi Sulawesi Tengah tahun 2010 yang diukur dari kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000

Lebih terperinci

Perkembangan Ekspor dan Impor Kalimantan Barat Agustus 2017

Perkembangan Ekspor dan Impor Kalimantan Barat Agustus 2017 Perkembangan Ekspor dan Impor Kalimantan Barat tus No. 53/10/61/Th. XX, 2 Oktober BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KALIMANTAN BARAT Perkembangan Ekspor dan Impor Kalimantan Barat tus A. PERKEMBANGAN EKSPOR

Lebih terperinci

PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN NOVEMBER 2015

PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN NOVEMBER 2015 PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR - IMPOR SUMATERA SELATAN NOVEMBER 2006 BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. 02/01/16/Th.XVIII, 4 Januari 2016 PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN NOVEMBER

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA i BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 43/08/12/Thn. XX, 01 Agustus PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA I. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SUMATERA UTARA BULAN JUNI SEBESAR US$632,13 JUTA Nilai ekspor melalui

Lebih terperinci