Gambar 9 Peta Penutupan Lahan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Gambar 9 Peta Penutupan Lahan"

Transkripsi

1 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Penutupan Lahan Penutupan lahan didapatkan dari interpretasi citra Landsat wilayah Kabupaten Indramayu tahun Citra Landsat yang digunakan adalah citra saat musim hujan dengan kondisi awan yang paling minimum. Interpretasi dilakukan secara visual setelah citra SLC-off tersebut dikoreksi terlebih dahulu. Interpretasi citra landsat menghasilkan peta penutupan lahan (Gambar 9). Gambar 9 Peta Penutupan Lahan Sawah merupakan penutupan lahan yang paling dominan di Kabupaten Indramayu yakni seluas ha (53,93%). Bagian utara dan sedikit bagian timur dari Kabupaten Indramayu terdapat penutupan lahan berupa tambak. Bagian selatan wilayah Kabupaten ini secara umum adalah pertanian lahan kering dan perkebunan (Gambar 7). Luas penutupan lahan berupa tambak adalah seluas ha (11,09%), pertanian lahan kering ha (14,63%) dan perkebunan seluas ha (3,23%) (Tabel 10) Penutupan lahan berupa permukiman dengan total luas ha (12,24%), berada menyebar di wilayah Kabupaten Indramayu (Gambar 7). Umumnya

2 31 permukiman berada mengelompok di dekat jalan dan bercampur dengan kebun campuran ataupun tegalan. Tabel 10 Penutupan Lahan No. Penutupan Lahan Luas ha % 1 Hutan ,70 2 Kebun Campuran ,32 3 Lahan Terbangun 722 0,34 4 Perkebunan ,23 5 Permukiman ,24 6 Rumput 289 0,14 7 Sawah ,93 8 Semak ,68 9 Tambak ,09 10 Tanah Terbuka 22 0,01 11 Tegalan ,59 12 Tubuh Air ,10 13 Pertanian Lahan Kering ,63 Total , Curah Hujan Peta kelas curah hujan yang dibuat adalah peta curah hujan rata-rata tahunan dan peta curah hujan rata-rata bulanan (dalam tiga bulan puncak selama musim hujan). Peta kelas curah hujan rata-rata tahunan Kabupaten Indramayu didapatkan dari hasil rata-rata data curah hujan tahunan periode 15 tahun dari setiap stasiun hujan. Peta kelas curah hujan rata-rata bulanan didapatkan dari rata-rata curah hujan pada tiga bulan dengan curah hujan yang paling tinggi, yaitu pada bulan Desember-Februari selama musim hujan (Oktober-Maret). Kabupaten Indramayu hanya memiliki kelas curah hujan rata-rata tahunan sangat kering hingga sedang. Peta kelas curah hujan rata-rata tahunan memperlihatkan bahwa secara umum wilayah Kabupaten Indramayu memiliki curah hujan rata-rata tahunan < mm/thn. Sebagian besar Kabupaten Indramayu memiliki kelas curah hujan sangat kering (< mm/thn) seluas 51,44% dan kelas curah hujan kering ( mm/thn) seluas 45,83% dari luas total wilayah (Tabel 11). Bagian utara dan timur wilayah ini, lebih kering

3 32 dibandingkan wilayah bagian tengah dan selatannya (Gambar 10). Adapun curah hujan rata-rata tahunan berdasarkan data adalah mm/thn (Lampiran 3). Gambar 10 Peta Kelas Curah Hujan Tahunan Tabel 11 Kelas Curah Hujan Rata-rata Tahunan No. Kelas Curah Hujan (mm/thn) Luas ha % 1 Sedang ( ) ,73 2 Kering ( ) ,83 3 Sangat kering (< 1.500) ,44 Total ,00 Peta kelas curah hujan rata-rata bulanan memperlihatkan bahwa secara umum wilayah Kabupaten ini memiliki kelas curah hujan mm/bln (Gambar 11) yang mencakup 42,72% dari luas wilayah Kabupaten Indramayu (Tabel 12).

4 33 Gambar 11 Peta Kelas Curah Hujan Bulanan Tabel 12 Kelas Curah Hujan Rata-rata Bulanan No. Kelas Curah Hujan (mm/bln) Luas ha % 1 < , , ,74 4 > ,17 Total , Peta Rawan Banjir dan Karakteristik Wilayah Rawan Banjir Peta rawan banjir menampilkan informasi tentang sebaran kelas daerah rawan banjir di wilayah pengamatan. Daerah rawan banjir adalah daerah yang dari segi fisik dan klimatologis memiliki kemungkinan terjadi banjir. Peta rawan banjir diperoleh dari tumpang susun peta-peta dari parameter rawan banjir yang digunakan. Parameter banjir yang digunakan adalah curah hujan, lereng, bentuk lahan, penggunaan lahan, drainase, dan buffer sungai. Parameter berupa curah hujan dibagi menjadi kelompok dengan kelas curah hujan rata-rata tahunan dan kelompok dengan curah hujan rata-rata bulanan, sedangkan kelompok pembobotan pada penelitian ini dibedakan menjadi dua

5 34 pembobotan, yaitu bobot berbeda (bobot 1) dan bobot sama (bobot 2), sehingga peta rawan banjir yang didapatkan antara lain: 1. Peta Rawan Banjir CH Tahunan (Bobot 1), 2. Peta Rawan Banjir CH Tahunan (Bobot 2), 3. Peta Rawan Banjir CH Bulanan (Bobot 1), 4. Peta Rawan Banjir CH Bulanan (Bobot 2) Peta Rawan Banjir dengan CH Tahunan dan Bobot 1 Kelompok pembobot pertama dengan kelas curah hujan tahunan membagi wilayah Kabupaten Indramayu menjadi dua kelas rawan banjir, yaitu cukup rawan dan rawan (Gambar 12). Kelas rawan adalah kelas rawan banjir terluas yaitu sebesar ha atau 86,56% (Tabel 13). Gambar 12 Peta Kelas Rawan Banjir CH Tahunan (Bobot 1)

6 35 Tabel 13 Luas Kelas Kerawanan Banjir CH Tahunan (Bobot 1) No. Kelas Kerawanan Banjir Luas ha % 1 Cukup Rawan ,44 2 Rawan ,56 Total ,00 Secara umum kelas cukup rawan dan rawan menyebar di wilayah Kabupaten Indramayu, sehingga karakteristik wilayah dari tiap kelas tidak berbeda jauh atau dengan lain perkataan kelas cukup rawan dan kelas rawan memiliki karakteristik wilayah yang hampir sama. Karakteristik wilayah yang sama dari kedua kelas adalah curah hujan dari kelas sangat kering hingga sedang, kelas lereng dari datar hingga berbukit kecil, kelas drainase baik hingga sangat buruk, dan kelas buffer dari jarak < 100 m hingga > 500 m. Karakteristik yang berbeda adalah bentuk lahan dan penutupan lahan. Kelas cukup rawan tidak terdapat pada wilayah dengan penutupan lahan tambak dan bentuk lahan rawa pasang surut. Sementara itu, karakteristik dominan pada kelas cukup rawan adalah kelas curah hujan kering, bentuk lahan dataran, kelas lereng datar-berombak, drainase baik, dan penutupan lahan berupa pertanian lahan kering. Karakteristik dominan pada kelas rawan adalah kelas curah hujan kering, bentuk lahan dataran aluvial, kelas lereng datar, drainase buruk-sangat buruk, dan penutupan lahan berupa sawah Peta Rawan Banjir dengan CH Tahunan dan Bobot 2 Kelompok pembobot kedua membagi wilayah Kabupaten Indramayu menjadi tiga kelas rawan banjir, yaitu cukup rawan, rawan, dan sangat rawan. Secara umum, Kabupaten Indramayu didominasi kelas rawan, yaitu sebesar 79,57% (Tabel 14). Wilayah bagian utara Kabupaten Indramayu lebih rawan dibandingkan dengan bagian selatan, dengan kelas sangat rawan berada di daerah dekat dengan pesisir pantai (Gambar 13).

7 36 Gambar 13 Peta Kelas Rawan Banjir CH Tahunan (Bobot 2) Tabel 14 Luas Kelas Kerawanan Banjir CH Tahunan (Bobot 2) No. Kelas Kerawanan Banjir Luas ha % 1 Cukup Rawan ,00 2 Rawan ,57 3 Sangat Rawan 892 0,43 Total ,00 Karakteristik wilayah dari kelas cukup rawan adalah memiliki kelas curah hujan dari sangat kering hingga sedang dengan kelas drainase baik hingga sedang. Kelas lereng antara datar hingga berbukit kecil dengan jarak dari sungai antara < 100 m hingga > 500 m. Adapun bentuk lahan yang ada pada kelas cukup rawan ini adalah dataran aluvial, lembah aluvial, bukit, dan dataran. Karakteristik dominan dari kelas cukup rawan di kelompok ini adalah bentuk lahan dataran, kelas lereng datar-berombak, drainase baik, kelas curah hujan kering, dan penutupan lahan berupa pertanian lahan kering. Kelas rawan memiliki karakteristik wilayah yang tidak berbeda jauh dengan kelas cukup rawan. Pada kelas ini terdapat bentuk lahan yang tidak termasuk ke dalam kelas cukup rawan yaitu pesisir pantai dan rawa pasang surut. Kelas rawan

8 37 didominasi oleh bentuk lahan dataran aluvial, kelas lereng datar, drainase buruksangat buruk, kelas curah hujan kering, dan penutupan lahan berupa sawah. Karakteristik wilayah yang termasuk kelas sangat rawan adalah wilayah dengan kelas curah hujan kering dan sangat kering dengan kelas drainase buruk dan sangat buruk. Wilayah dengan kelas ini berada pada jarak < 100 m hingga m dari sungai dengan bentuk lahan dataran aluvial, pantai, dan rawa pasang surut. Kemiringan lereng di wilayah ini adalah datar. Bila dilihat dari luasan yang paling besar, maka kelas ini didominasi oleh adalah bentuk lahan dataran aluvial, kelas lereng datar, drainase sangat buruk, kelas curah hujan kering, dan penutupan lahan berupa sawah Peta Rawan Banjir dengan CH Bulanan dan Bobot 1 Kelompok ini membagi wilayah penelitian kedalam tiga kelas rawan banjir, yaitu cukup rawan, rawan, dan sangat rawan. Kelas cukup rawan hanya memiliki luasan yang kecil, sedangkan kelas rawan berada di seluruh wilayah Kabupaten Indramayu. Sementara, kelas sangat rawan hanya berada di sisi utara Kabupaten Indramayu (Gambar 14). Gambar 14 Peta Kelas Rawan Banjir CH Bulanan (Bobot 1)

9 38 Hasil kelompok ini menunjukkan bahwa daerah Kabupaten Indramayu secara umum termasuk dalam kelas rawan banjir sebesar 89,70% (Tabel 15). Adapun wilayah cukup rawan hanya memiliki luas sebesar 0,61%. Tabel 15 Luas Kelas Kerawanan Banjir CH Bulanan (Bobot 1) No. Kelas Kerawanan Banjir Luas ha % 1 Cukup Rawan ,61 2 Rawan ,70 3 Sangat Rawan ,69 Total ,00 Karakteristik dominan dari kelas cukup rawan adalah kelas curah hujan <200 mm/bln dengan kelas drainase baik, kelas lereng datar dengan bentuk lahan dataran aluvial dan wilayah ini berjarak > 500 m dari sungai dengan penutupan lahan permukiman. Kelas rawan pada kelompok ini memiliki karakteristik wilayah yang mewakili semua kelas dari parameter banjir yang digunakan. Wilayah ini berada pada kelas curah hujan < 200 mm/bln hingga > 250 mm/blm dengan kelas drainase baik hingga sangat buruk dengan kelas lereng datar hingga berbukit kecil, berada antara < 100 m hingga > 500 m dari sungai dan mencakup seluruh kelas penutupan lahan dan bentuk lahan. Adapun karakteristik dominan pada kelas rawan adalah bentuk lahan dataran aluvial, kelas lereng datar, drainase buruk-sangat buruk, kelas curah hujan mm/bln dan penutupan lahan berupa sawah. Karakteristik wilayah pada kelas sangat rawan tidak berbeda jauh dengan kelas rawan. Namun wilayah dengan kelas ini hanya berada di wilayah dengan kelas lereng datar hingga datar berombak. Karakteristik dominan dari kelas sangat rawan ini adalah bentuk lahan dataran aluvial, kelas lereng datar, drainase sangat buruk, kelas curah hujan > 250 mm/ bln, dan penutupan lahan berupa tambak Peta Rawan Banjir dengan CH Bulanan dan Bobot 2 Kelompok ini membagi wilayah Kabupaten Indramayu kedalam tiga kelas rawan banjir, yaitu cukup rawan, rawan, dan sangat rawan. Kelas cukup rawan

10 39 terlihat menyebar di sisi bagian selatan Kabupaten Indramayu, kelas sangat rawan berada di bagian utara indramayu, dan kelas rawan mencakup seluruh wilayah Kabupaten Indramayu (Gambar 15). Kelas kerawanan terluas adalah kelas rawan sebesar 89,11 % (Tabel 16). Gambar 15 Peta Kelas Rawan Banjir CH Bulanan (Bobot 2) Tabel 16 Luas Kelas Kerawanan Banjir CH Bulanan (Bobot 2) No. Kelas Kerawanan Banjir Luas ha % 1 Cukup Rawan ,66 2 Rawan ,11 3 Sangat Rawan ,24 Total ,00 Kelas cukup rawan memiliki karakteristik wilayah yaitu kelas curah hujan < 200 mm/bln hingga > 250 mm/blm, dengan kelas drainase baik hingga buruk. Kelas lereng datar hingga berbukit kecil. Wilayah ini berjarak dari sungai <100 m hingga > 500 m. Adapun bentuk lahan yang ada pada kelas cukup rawan ini adalah dataran alluvial, lembah aluvial, bukit dan dataran. Karakteristik dominan

11 40 di kelas ini adalah bentuk lahan dataran, kelas lereng datar-berombak, drainase baik, kelas curah hujan mm/ bln, dan penutupan lahan berupa pertanian lahan kering. Kelas rawan pada kelompok ini memiliki karakteristik wilayah yang mewakili semua kelas dari parameter banjir yang digunakan. Wilayah ini berada pada kelas curah hujan < 200 mm/bln hingga > 250 mm/blm dengan kelas drainase baik hingga sangat buruk dengan kelas lereng datar hingga berbukit kecil, berada pada jarak < 100 m hingga > 500 m dari sungai dan mencakup seluruh kelas penutupan lahan dan bentuk lahan. Adapun karakteristik dominan di kelas ini adalah bentuk lahan dataran aluvial, kelas lereng datar, drainase buruk, kelas curah hujan mm/blm, dan penutupan lahan berupa sawah. Karakteristik wilayah pada kelas sangat rawan tidak berbeda jauh dengan kelas rawan. Namun wilayah dengan kelas ini hanya berada di wilayah dengan kelas lereng datar hingga datar berombak dan bentuk lahan dataran aluvial, lembah aluvial, rawa pasang surut, drainase sangat buruk dengan kelas curah hujan dominan > 250 mm/ bln. 5.4 Kejadian Banjir dan Hubungannya dengan Peta Rawan Banjir Kejadian banjir di Kabupaten Indramayu bukan merupakan hal baru. Kejadian banjir di kabupaten ini terjadi setiap tahun dan telah dipaparkan di beberapa media informasi. Kejadian banjir yang terekam adalah kejadian nyata di lapangan. Kejadian banjir yang terekam pada umumnya adalah kejadian yang memiliki dampak terhadap areal pertanian dan permukiman. Ivansyah (2009) menyebutkan bahwa 16 kecamatan di Kabupaten Indramayu diidentifikasi sebagai daerah rawan bencana, yaitu Kecamatan Anjatan, Arahan, Bongas, Cantigi, Cikedung, Gabuswetan, Indramayu, Kandanghaur, Kroya, Lohbener, Lelea, Losarang, Patrol, Terisi, Sukra, dan Widasari. Data kejadian banjir di Kabupaten Indramayu dari beberapa media informasi dapat dilihat pada Tabel 17.

12 41 Tabel 17 Daftar Lokasi Rekaman Kejadian Banjir di Kabupaten Indramayu Lokasi Kejadian Banjir Kecamatan Gabuswetan, Bongas, dan Kandanghaur (Detik, 2006) Kecamatan Kandanghaur, Anjatan, Sukra, Patrol, dan Indramayu (Bappeda Provinsi Jawa Barat, 2008) Kecamatan Indramayu dan Lohbener (Mushasi, 2010) Kecamatan Sukra, Kandanghaur, Patrol, dan Bongas (Romlah, 2011) Kecamatan Patrol, Sukra, Anjatan, Kandanghaur, Losarang, Kroya, dan Gabus Wetan (Wardianto, 2011) Patrol, Bongas, Sukra, Losarang, dan Kandanghaur. (Seputar Indramayu, 2011) Kecamatan Patrol dan Anjatan (Depkes, 2011) Kecamatan Sukra, Losarang, Patrol, dan Kandanghaur (Pikiran Rakyat, 2011) Kecamatan Sindang, Lohbener, Losarang, dan Lelea (Harian Pelita, 2011) Keterangan Membanjiri ratusan rumah penduduk dan ratusan hektar sawah akibat curah hujan tinggi dan meluapnya air sungai. Akibat meluapnya Sungai Beji, Cilet, Ciperawan, dan Cimanuk. Banjir diakibatkan tanggul di Sungai Cimanuk, jebol akibat hujan deras selama dua hari berturut-turut. Banjir setinggi 1-1,5 m menyebabkan ribuan rumah, ratusan hektar dan puluhan rumah rusak terendam banjir. Sekitar 5000 rumah terendam banjir dan sekitar 1000 warga diungsikan. Tinggi air sepinggang orang dewasa. Curah hujan tinggi, sehingga air tidak tertampung di sejumlah sungai. Banjir merusak ratusan rumah, ratusan hektar sawah dan menganggu lalu lintas. Jumlah penduduk yang terancam sebanyak jiwa. Banjir diakibatkan curah hujan tinggi dan rusaknya tanggul sungai. Banjir akibat hujan deras dengan ketinggian genangan air di areal sawah melampaui ambang batas di atas 30 cm. Merujuk pada sumber-sumber berita diatas, maka kecamatan-kecamatan di Kabupaten Indramayu yang rawan terkena bencana banjir adalah Anjatan, Bongas, Gabuswetan, Indramayu, Kandanghaur, Kroya, Lohbener, Losarang, Patrol, dan Sukra. Hasil dari setiap pemodelan curah hujan dan pembobotan yang berbeda membagi wilayah Kabupaten Indramayu kedalam kelas tingkat kerawanan yang hampir sama, yaitu cukup rawan, rawan, dan sangat rawan. Hasil dari keempat peta menunjukkan bahwa Kabupaten Indramayu tergolong rawan banjir. Kelas

13 42 cukup rawan dan kelas rawan adalah kelas yang dimiliki dari setiap hasil, dimana kelas rawan adalah kelas yang mendominasi wilayah Kabupaten Indramayu. Keempat hasil peta mempelihatkan bahwa wilayah utara Kabupaten Indramayu lebih rawan banjir dibandingkan wilayah selatan. Hasil peta dari penggunaan bobot 1 dan bobot 2 pada peta dengan CH tahunan tidak tampak berbeda. Pembagian kelas pada wilayah Kabupaten Indramayu secara visual di peta tampak tidak jauh berbeda. Umumnya kelas cukup rawan ditemukan di sisi selatan dan sangat rawan di sisi utara (Gambar 12 dan Gambar 13). Berbeda dengan CH tahunan, pada CH bulanan hasil peta dari penggunaan kedua bobot tampak berbeda. Peta dengan bobot 1 memiliki kelas sangat rawan yang lebih luas dibandingan hasil peta bobot 2. Wilayah kelas sangat rawan juga terlihat lebih jelas pada peta hasil bobot 1, sedangkan kelas cukup rawan lebih terlihat jelas pada hasil peta bobot 2 (Gambar 14 dan Gambar 15). Hasil peta dari pengunaan CH tahunan dan CH bulanan pada peta bobot 1 secara visual tampak berbeda. Kelas CH tahunan pada bobot 1 membagi Kabupaten Indramayu menjadi kelas cukup rawan dan rawan, sedangkan bobot 2 membagi menjadi kelas rawan dan sangat rawan (Gambar 12 dan Gambar 14). Sama halnya dengan bobot 2, penggunaan curah hujan yang berbeda menghasilkan peta rawan banjir yang secara visual tampak berbeda (Gambar 13 dan Gambar 15). Perbedaan-perbedaan ini juga tampak dalam sebaran wilayah kelas kerawanan tiap kecamatan. Dengan melihat tingkat kerawanan yang paling tinggi, maka kelas rawan banjir yang diperhatikan adalah kelas yang sangat rawan. Kelas sangat rawan tidak terdapat dalam peta kerawanan CH tahunan bobot 1. Kelas sangat rawan pada peta kerawanan CH tahunan bobot 2 tersebar di 12 Kecamatan. Tiga kecamatan dengan luasan terluas adalah Balongan, Pasekan, Indramayu (Tabel 18). Kelas sangat rawan pada peta kerawanan CH bulanan bobot 1 tersebar di 17 kecamatan. Tiga kecamatan dengan luas cukup rawan terluas adalah Kecamatan Pasekan, Indramayu, dan Sindang. Kelas sangat rawan pada peta kerawanan CH bulanan bobot 2 tersebar di 23 kecamatan. Tiga kecamatan dengan

14 43 luas cukup rawan terluas adalah Kecamatan Pasekan, Balongan, dan Cantigi (Tabel 19).

15 44 Tabel 18 Luas Kelas Banjir di Tiap Kecamatan (Kelas Curah Hujan Tahunan) Luas Kelas Kerawanan Banjir (ha) Nama Bobot 1 Bobot 2 Total Kecamatan Cukup Sangat Cukup Sangat Rawan Rawan Rawan Rawan Rawan Rawan Anjatan Arahan Balongan Bangodua Bongas Cantigi , Cikedung Gabuswatan Gantar Haurgeulis Indramayu Jatibarang Jutinyuat Kadanghaur Karangampel Kedokan Bunder Kertasemaya Krangkeng Kroya Lelea Lohbener Losarang Pasekan Patrol Sindang Sliyeg Sukagumiwang Sukra Terisi Tukdana Widasari Total (Ha) Total (%) ,00 20,00 79,57 0,43 100,00

16 45 Tabel 19 Luas Kelas Banjir di Tiap Kecamatan (Kelas Curah Hujan Bulanan) Luas Kelas Kerawanan Banjir (ha) Nama Bobot 1 Bobot 2 Total Kecamatan Cukup Sangat Cukup Sangat Rawan Rawan Rawan Rawan Rawan Rawan Anjatan Arahan Balongan Bangodua Bongas Cantigi Cikedung Gabuswatan Gantar Haurgeulis Indramayu Jatibarang Jutinyuat Kadanghaur Karangampel Kedokan Bunder Kertasemaya Krangkeng Kroya Lelea Lohbener Losarang Pasekan Patrol Sindang Sliyeg Sukagumiwang Sukra Terisi Tukdana Widasari Total (Ha) Total (%) 0,61 89,70 9,69 6,66 89,11 4,24 100,00

17 46 Mengacu kepada data kejadian banjir dan tabel sebaran kelas potensi banjir di tiap kecamatan, maka kelompok peta dengan curah hujan bulanan dapat dikatakan mendekati kenyataan di lapangan. Hal ini juga dijelaskan pada penelitian sebelumnya yang menyebutkan bahwa penggunaan peta isohyet pada puncak hujan dalam periode pendek (tiga bulan) akan lebih memungkinkan terjadi banjir dibandingkan dengan isohyet tahunan atau isohyet pada musim hujan (Richard, 1955 dalam Suherlan, 2001). Kecamatan-kecamatan yang termasuk dalam kelas sangat rawan pada kelompok bobot 1 dan bobot 2 CH bulanan tampak tidak berbeda jauh (Tabel 18). Dengan mempertimbangkan bahwa secara umum Kabupaten Indramayu termasuk kedalam kelas rawan, maka kecamatan yang mengalami kejadian banjir harus memiliki luasan sangat rawan yang besar atau memiliki kelas cukup rawan yang kecil. Atas pertimbangan tersebut, maka hasil peta yang dianggap mewakili kenyataan di lapangan adalah peta kelas rawan banjir CH bulanan dengan bobot 1.

VIII. SIMPULAN, SARAN DAN REKOMENDASI Simpulan Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan sebagai berikut :

VIII. SIMPULAN, SARAN DAN REKOMENDASI Simpulan Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan sebagai berikut : VIII. SIMPULAN, SARAN DAN REKOMENDASI 8.1. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Kejadian kekeringan di Kabupaten Indramayu merupakan penyebab utama (79.8%)

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 55 V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1. Keadaan Geografis dan Cuaca Kabupaten Indramayu sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia.Ibukotanya adalah Indramayu, Indramayu sebagai pusat pemerintahan,

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH PERENCANAAN

BAB III TINJAUAN WILAYAH PERENCANAAN BAB III III.1 Gambaran Umum Kabupaten Indramayu III.1.1 Kondisi Geografis dan Topografi Kabupaten Indramayu berada di wilayah pesisir utara Pulau Jawa. Secara geografis Kabupaten Indramayu berada pada

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Kabupaten Indramayu Kabupaten Indramayu adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Barat dengan Ibu kotanya Indramayu. Kabupaten Indramayu berada pada 6º15 sampai

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian

BAHAN DAN METODE. Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Kabupaten Indramayu, Jawa Barat (Gambar 1). Penelitian dimulai dari bulan Juli 2010 sampai Januari

Lebih terperinci

IV. PENETAPAN WILAYAH CAKUPAN INDEKS UNTUK PENERAPAN ASURANSI IKLIM

IV. PENETAPAN WILAYAH CAKUPAN INDEKS UNTUK PENERAPAN ASURANSI IKLIM IV. PENETAPAN WILAYAH CAKUPAN INDEKS UNTUK PENERAPAN ASURANSI IKLIM 4.1. Pendahuluan Ketersediaan data curah hujan dalam jangka panjang secara runut waktu (time series) sangat diperlukan dalam analisis,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

III. METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan sejak Juli 2010 sampai dengan Mei 2011. Lokasi penelitian terletak di wilayah Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat. Pengolahan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : TAHUN : SERI : PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II INDRAMAYU NOMOR : 1 TAHUN 1996 T E N T A N G

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : TAHUN : SERI : PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II INDRAMAYU NOMOR : 1 TAHUN 1996 T E N T A N G LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : TAHUN : SERI : PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II INDRAMAYU NOMOR : 1 TAHUN 1996 T E N T A N G RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT

Lebih terperinci

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Indramayu Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Indramayu Tahun 2013 sebanyak rumah tangga Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Indramayu Tahun 2013 sebanyak 166.527 rumah tangga Jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum di Kabupaten Indramayu Tahun 2013 sebanyak 56 Perusahaan Jumlah

Lebih terperinci

III. ANALISIS DAN DELINEASI WILAYAH ENDEMIK KEKERINGAN UNTUK PENGELOLAAN RISIKO IKLIM

III. ANALISIS DAN DELINEASI WILAYAH ENDEMIK KEKERINGAN UNTUK PENGELOLAAN RISIKO IKLIM III. ANALISIS DAN DELINEASI WILAYAH ENDEMIK KEKERINGAN UNTUK PENGELOLAAN RISIKO IKLIM 3.1. Pendahuluan Salah satu indikator terjadinya perubahan iklim adalah semakin meningkatnya kejadian iklim ekstrim

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 34 III. METODE PENELITIAN Metoda penelitian ini meliputi unsur-unsur: (1) populasi, sampel, dan responden, (2) desain penelitian, (3) data dan instrumentasi, (4) pengumpulan data, dan (5) analisis data.

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 29 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis, Topografi, dan Iklim Secara geografis wilayah Kabupaten Indramayu terletak pada koordinat 107 52-108 36 bujur timur dan 6 15-6 40 lintang selatan.

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI 73 BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI 3.1 Kebijaksanaan Pembangunan Pada Sub-Sektor Perikanan Di Kabupaten Indramayu Sesuai dengan arahan kebijaksanaan pusat dan Provinsi Jawa Barat (Laporan tahunan Dinas

Lebih terperinci

Nomor : 102/SM.120/J.3.7/03/ Maret 2015 Lampiran : Satu Berkas Perihal : Panggilan Peserta Diklat

Nomor : 102/SM.120/J.3.7/03/ Maret 2015 Lampiran : Satu Berkas Perihal : Panggilan Peserta Diklat Nomor : 102/SM.120/J.3.7/03/2015 3 Maret 2015 Lampiran : Satu Berkas Perihal : Panggilan Peserta Diklat Yang terhormat, (Terlampir) Dalam mendukung program Kementerian Pertanian terutama dalam pencapaian

Lebih terperinci

Nomor : 225/SM.120/J.3.7/04/ April 2015 Lampiran : Satu Berkas Perihal : Panggilan Peserta Diklat

Nomor : 225/SM.120/J.3.7/04/ April 2015 Lampiran : Satu Berkas Perihal : Panggilan Peserta Diklat Nomor : 225/SM.120/J.3.7/04/2015 2 April 2015 Lampiran : Satu Berkas Perihal : Panggilan Peserta Diklat Yang terhormat, (Terlampir) Dalam mendukung program Kementerian Pertanian terutama dalam pencapaian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB IV HASIL DAN ANALISIS BAB IV HASIL DAN ANALISIS IV.1 Uji Sensitifitas Model Uji sensitifitas dilakukan dengan menggunakan 3 parameter masukan, yaitu angin (wind), kekasaran dasar laut (bottom roughness), serta langkah waktu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Banjir 2.2 Tipologi Kawasan Rawan Banjir

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Banjir 2.2 Tipologi Kawasan Rawan Banjir II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Banjir Banjir merupakan salah satu fenomena alam yang sering terjadi di berbagai wilayah. Richard (1995 dalam Suherlan 2001) mengartikan banjir dalam dua pengertian, yaitu : 1)

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Data Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari data Potensi Desa (PODES) 2006, pengambilan datanya dilakukan tahun 2005. Data PODES berisi data tentang keterangan

Lebih terperinci

KAJIAN KAWASAN RAWAN BANJIR DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DI DAS TAMALATE

KAJIAN KAWASAN RAWAN BANJIR DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DI DAS TAMALATE KAJIAN KAWASAN RAWAN BANJIR DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DI DAS TAMALATE 1 Cindy Tsasil Lasulika, Nawir Sune, Nurfaika Jurusan Pendidikan Fisika F.MIPA Universitas Negeri Gorontalo e-mail:

Lebih terperinci

Lampiran K Tabel Jumlah Penduduk, Luas Sawah dan Produksi Padi Tahun 1998

Lampiran K Tabel Jumlah Penduduk, Luas Sawah dan Produksi Padi Tahun 1998 105 Lampiran K Tabel Jumlah Penduduk, Luas Sawah dan Produksi Padi Tahun 1998 No. Kecamatan Jumlah Penduduk (Jiwa) Luas Sawah (Ha) 1998 Jumlah Produksi Padi (Ton) KAB. BEKASI 1 Babelan 98.136 4.751,57

Lebih terperinci

BAB V PENJELASAN POS-POS LAPORAN KEUANGAN

BAB V PENJELASAN POS-POS LAPORAN KEUANGAN 5.. Penjelasan Pos-Pos Laporan Realisasi Anggaran BAB V PENJELASAN POS-POS LAPORAN KEUANGAN REF S/D 3 DESEMBER 04 5. - A PENDAPATAN,530,737,967,000.00,578,54,65,554.00 0.88,,308,065,74.00 Realisasi pendapatan

Lebih terperinci

Gambar 9. Peta Batas Administrasi

Gambar 9. Peta Batas Administrasi IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Letak Geografis Wilayah Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 6 56'49'' - 7 45'00'' Lintang Selatan dan 107 25'8'' - 108 7'30'' Bujur

Lebih terperinci

Lampiran 1. Status dan jumlah nelayan di Kabupaten Indramayu

Lampiran 1. Status dan jumlah nelayan di Kabupaten Indramayu Lampiran 1. Status dan jumlah nelayan di Kabupaten Indramayu No. Kecamatan Status Nelayan Jumlah Pemilik (RTP) Buruh (RTP) 1. Haurgeulis 0 0 0 2. Gantar 0 0 0 3. Kroya 0 0 0 4. Gabuswetan 0 0 0 5. Cikedung

Lebih terperinci

PENDEKATAN HIERARCHICAL BAYES SMALL AREA ESTIMATION (HB SAE) DALAM MENGESTIMASI ANGKA MELEK HURUF KECAMATAN DI KABUPATEN INDRAMAYU

PENDEKATAN HIERARCHICAL BAYES SMALL AREA ESTIMATION (HB SAE) DALAM MENGESTIMASI ANGKA MELEK HURUF KECAMATAN DI KABUPATEN INDRAMAYU PENDEKATAN HIERARCHICAL BAYES SMALL AREA ESTIMATION (HB SAE) DALAM MENGESTIMASI ANGKA MELEK HURUF KECAMATAN DI KABUPATEN INDRAMAYU Ari Shobri B 1), Septiadi Padmadisastra 2), Sri Winarni 3) 1) Mahasiswa

Lebih terperinci

ANALISIS SPASIAL PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN PERTANIAN UNTUK MENDUKUNG KEMANDIRIAN PANGAN DI KABUPATEN INDRAMAYU

ANALISIS SPASIAL PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN PERTANIAN UNTUK MENDUKUNG KEMANDIRIAN PANGAN DI KABUPATEN INDRAMAYU Analisis Spasial Perubahan Penggunaan Lahan Pertanian... (Murdaningsih, et al.) ANALISIS SPASIAL PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN PERTANIAN UNTUK MENDUKUNG KEMANDIRIAN PANGAN DI KABUPATEN INDRAMAYU (Spatial

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ,

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah , I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bencana banjir dikatagorikan sebagai proses alamiah atau fenomena alam, yang dapat dipicu oleh beberapa faktor penyebab: (a) Fenomena alam, seperti curah hujan,

Lebih terperinci

Analisis Potensi Banjir di Sawah Menggunakan... (Nur Febrianti et al.)

Analisis Potensi Banjir di Sawah Menggunakan... (Nur Febrianti et al.) ANALISIS POTENSI BANJIR DI SAWAH MENGGUNAKAN DATA MODIS DAN TRMM (STUDI KASUS KABUPATEN INDRAMAYU) (ANALYSIS OF POTENTIAL FLOOD IN PADDY FIELD USING MODIS AND TRMM DATA (CASE STUDY: INDRAMAYU DISTRICTS))

Lebih terperinci

1* Woro Estiningtyas, Rizaldi Boer, Irsal Las, Agus Buono 1

1* Woro Estiningtyas, Rizaldi Boer, Irsal Las, Agus Buono 1 IDENTIFIKASI DAN DELINEASI WILAYAH ENDEMIK KEKERINGAN UNTUK PENGELOLAAN RISIKO IKLIM DI KABUPATEN INDRAMAYU IDENTIFICATION AND DELINEATION OF DROUGHT AREA FOR CLIMATE RISK MANAGEMENT IN INDRAMAYU DISTRIC

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE FUZZY SIMILARITY DALAM PENENTUAN CAKUPAN WILAYAH INDEKS CURAH HUJAN

PENGGUNAAN METODE FUZZY SIMILARITY DALAM PENENTUAN CAKUPAN WILAYAH INDEKS CURAH HUJAN PENGGUNAAN METODE FUZZY SIMILARITY DALAM PENENTUAN CAKUPAN WILAYAH INDEKS CURAH HUJAN USING FUZZY SIMILARITY METHOD FOR DETERMINING COVERAGE RAINFALL INDEX AREAS 1 2 3 1 Woro Estiningtyas, Agus Buono,

Lebih terperinci

Faktor penyebab banjir oleh Sutopo (1999) dalam Ramdan (2004) dibedakan menjadi persoalan banjir yang ditimbulkan oleh kondisi dan peristiwa alam

Faktor penyebab banjir oleh Sutopo (1999) dalam Ramdan (2004) dibedakan menjadi persoalan banjir yang ditimbulkan oleh kondisi dan peristiwa alam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bencana alam tampak semakin meningkat dari tahun ke tahun yang disebabkan oleh proses alam maupun manusia itu sendiri. Kerugian langsung berupa korban jiwa, harta

Lebih terperinci

BAB II KONDISI UMUM LOKASI

BAB II KONDISI UMUM LOKASI 6 BAB II KONDISI UMUM LOKASI 2.1 GAMBARAN UMUM Lokasi wilayah studi terletak di wilayah Semarang Barat antara 06 57 18-07 00 54 Lintang Selatan dan 110 20 42-110 23 06 Bujur Timur. Wilayah kajian merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banjir merupakan aliran air di permukaan tanah ( surface run-off) yang

BAB I PENDAHULUAN. Banjir merupakan aliran air di permukaan tanah ( surface run-off) yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banjir merupakan aliran air di permukaan tanah ( surface run-off) yang relatif tinggi dan tidak dapat ditampung oleh saluran drainase atau sungai, sehingga melimpah

Lebih terperinci

Lampiran 1. Peta Penutupan Lahan tahun 1990

Lampiran 1. Peta Penutupan Lahan tahun 1990 LAMPIRAN 49 Lampiran 1. Peta Penutupan Lahan tahun 1990 50 Lampiran 2. Peta Penutupan Lahan tahun 2001 51 Lampiran 3. Peta Penggunaan Lahan tahun 2010 52 53 Lampiran 4. Penampakan citra landsat untuk masing-masing

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 10 TAHUN 2008 TENTANG KECAMATAN DAN KELURAHAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN INDRAMAYU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 10 TAHUN 2008 TENTANG KECAMATAN DAN KELURAHAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN INDRAMAYU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 10 TAHUN 2008 TENTANG KECAMATAN DAN KELURAHAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN INDRAMAYU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI INDRAMAYU Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Wilayah Letak dan Batas Letak suatu wilayah adalah lokasi atau posisi suatu tempat yang terdapat di permukaan bumi. Letak suatu wilayah merupakan faktor yang sangat

Lebih terperinci

Resiko Banjir Kabupaten Gresik Berdasarkan Citra Satelit (Wiweka)

Resiko Banjir Kabupaten Gresik Berdasarkan Citra Satelit (Wiweka) RESIKO BANJIR KABUPATEN GRESIK BERDASARKAN CITRA SATELIT Wiweka Peneliti Bidang Pengembangan Pemanfaatan dan Teknologi Inderaja, LAPAN RINGKASAN Kabupaten Gresik secara lingkungan fisik merupakan wilayah

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik 4.1.1 Wilayah Administrasi Kota Bandung merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak pada 6 o 49 58 hingga 6 o 58 38 Lintang Selatan dan 107 o 32 32 hingga

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ANALISIS KERUSAKAN DAN AGIHAN BANJIR LUAPAN SUNGAI WAWAR BAGIAN HILIR SUB DAS WAWAR DI KABUPATEN PURWOREJO

PEMODELAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ANALISIS KERUSAKAN DAN AGIHAN BANJIR LUAPAN SUNGAI WAWAR BAGIAN HILIR SUB DAS WAWAR DI KABUPATEN PURWOREJO i PEMODELAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ANALISIS KERUSAKAN DAN AGIHAN BANJIR LUAPAN SUNGAI WAWAR BAGIAN HILIR SUB DAS WAWAR DI KABUPATEN PURWOREJO Penelitian Untuk Skripsi S-1 Progam Studi Geografi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan air memungkinkan terjadinya bencana kekeringan.

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan air memungkinkan terjadinya bencana kekeringan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air adalah salah satu sumberdaya alam yang sangat berharga bagimanusia dan semua makhluk hidup. Air merupakan material yang membuat kehidupan terjadi di bumi.

Lebih terperinci

3 PEWILAYAHAN CURAH HUJAN

3 PEWILAYAHAN CURAH HUJAN 3 PEWILAYAHAN CURAH HUJAN Pendahuluan Daerah prakiraan musim (DPM) merupakan daerah dengan tipe hujan yang memiliki perbedaan yang jelas antara periode musim kemarau dan musim hujan berdasarkan pola hujan

Lebih terperinci

KERENTANAN BANJIR DI DAS CISADANE

KERENTANAN BANJIR DI DAS CISADANE ISBN: 978-60-6-0-0 Prosiding Seminar Nasional Geografi UMS 06 KERENTANAN BANJIR DI DAS CISADANE Endang Savitri dan Irfan B. Pramono Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pengelolaan DAS E-mail: savitriendang@gmail.com

Lebih terperinci

OPINI MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM PENGELOLAAN SUNGAI DI DAERAH HILIR SUNGAI BERINGIN KOTA SEMARANG

OPINI MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM PENGELOLAAN SUNGAI DI DAERAH HILIR SUNGAI BERINGIN KOTA SEMARANG OPINI MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM PENGELOLAAN SUNGAI DI DAERAH HILIR SUNGAI BERINGIN KOTA SEMARANG (Studi Kasus: Kelurahan Mangunharjo dan Kelurahan Mangkang Wetan) T U G A S A K H I R Oleh : LYSA DEWI

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI 63 BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI Bab ini akan membahas gambaran umum Kabupaten Indramayu sebagai wilayah kajian. Kabupaten Indramayu memiliki tiga jenis area yaitu kelautan, pertanian dan kehutanan.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR PETA... xi DAFTAR LAMPIRAN...

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Indramayu Kabupaten Indramayu secara geografis berada pada 107 52'-108 36' BT dan 6 15'-6 40' LS. Berdasarkan topografinya sebagian besar merupakan

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA BARAT DINAS PENDIDIKAN Jalan Dr. Radjiman No.6 Telp.(022) Fax.(022) , Bandung 40171

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA BARAT DINAS PENDIDIKAN Jalan Dr. Radjiman No.6 Telp.(022) Fax.(022) , Bandung 40171 PEMERINTAH DAERAH PROVINSAWA BARAT DINAS PENDIDIKAN Jalan Dr. Radjiman No.6 Telp.(022)4264813 Fax.(022)4264881, Bandung 40171 Instrumen Pengajuan Pembuatan Komunitas Guru Form berikut digunakan u/ pengajuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada akhir tahun 2013 hingga awal tahun 2014 Indonesia dilanda berbagai bencana alam meliputi banjir, tanah longsor, amblesan tanah, erupsi gunung api, dan gempa bumi

Lebih terperinci

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Sub DAS pada DAS Bekasi Hulu Berdasarkan pola aliran sungai, DAS Bekasi Hulu terdiri dari dua Sub-DAS yaitu DAS Cikeas dan DAS Cileungsi. Penentuan batas hilir dari DAS Bekasi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 163 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan oleh penulis, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Terdapat enam terrain

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Propinsi Sulawesi Tenggara

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Propinsi Sulawesi Tenggara IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Propinsi Sulawesi Tenggara 4.1.1 Kondisi Geografis Propinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) terletak di Jazirah Tenggara Pulau Sulawesi, terletak di bagian selatan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Global warming merupakan isu lingkungan terbesar dalam kurun waktu terakhir. Jumlah polutan di bumi yang terus bertambah merupakan salah satu penyebab utama terjadinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banjir sudah menjadi masalah umum yang dihadapi oleh negaranegara di dunia, seperti di negara tetangga Myanmar, Thailand, Filipina, Malaysia, Singapore, Pakistan serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasokan ikan nasional saat ini sebagian besar berasal dari hasil penangkapan ikan di laut, namun pemanfaatan sumberdaya perikanan tangkap disejumlah negara dan perairan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN INDRAMAYU DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN

PEMERINTAH KABUPATEN INDRAMAYU DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN PEMERINTAH KABUPATEN INDRAMAYU DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN Jl. Pahlawan No. 31 Telp./Fax. (0234) 271606 I N D R A M A Y U KEPUTUSAN KEPALA DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KABUPATEN INDRAMAYU SELAKU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana sebagai peristiwa/kejadian potensial yang merupakan ancaman terhadap kesehatan, keamanan, atau kesejahteraan masyarakat atau fungsi ekonomi masyarakat atau

Lebih terperinci

3.3 Luas dan Potensi Lahan Basah Non Rawa

3.3 Luas dan Potensi Lahan Basah Non Rawa 3.3 Luas dan Potensi Lahan Basah Non Rawa Lahan basah non rawa adalah suatu lahan yang kondisinya dipengaruhi oleh air namun tidak menggenang. Lahan basah biasanya terdapat di ujung suatu daerah ketinggian

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 23 IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis dan Batas Wilayah Kabupaten Tabalong merupakan salah satu kabupaten yang terdapat di Provinsi Kalimantan Selatan dengan ibukota Tanjung yang mempunyai

Lebih terperinci

4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN

4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN 4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN 4.1. Latar Belakang Sebagaimana diuraikan terdahulu (Bab 1), DAS merupakan suatu ekosistem yang salah satu komponen penyusunannya adalah vegetasi terutama berupa hutan dan perkebunan

Lebih terperinci

MITIGASI BENCANA ALAM II. Tujuan Pembelajaran

MITIGASI BENCANA ALAM II. Tujuan Pembelajaran K-13 Kelas X Geografi MITIGASI BENCANA ALAM II Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami banjir. 2. Memahami gelombang pasang.

Lebih terperinci

TUGAS UTS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PEMETAAN DAERAH RAWAN BANJIR DI SAMARINDA

TUGAS UTS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PEMETAAN DAERAH RAWAN BANJIR DI SAMARINDA TUGAS UTS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PEMETAAN DAERAH RAWAN BANJIR DI SAMARINDA Oleh 1207055018 Nur Aini 1207055040 Nur Kholifah ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS MULAWARMAN

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 7 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis Kabupaten Karawang Wilayah Kabupaten Karawang secara geografis terletak antara 107 02-107 40 BT dan 5 56-6 34 LS, termasuk daerah yang relatif rendah

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisis Citra Digital Interpretasi dilakukan dengan pembuatan area contoh (training set) berdasarkan pengamatan visual terhadap karakteristik objek dari citra Landsat. Untuk

Lebih terperinci

PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PENANGANAN KAWASAN BENCANA ALAM DI PANTAI SELATAN JAWA TENGAH

PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PENANGANAN KAWASAN BENCANA ALAM DI PANTAI SELATAN JAWA TENGAH PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PENANGANAN KAWASAN BENCANA ALAM DI PANTAI SELATAN JAWA TENGAH Totok Gunawan dkk Balitbang Prov. Jateng bekerjasama dengan Fakultas Gegrafi UGM Jl. Imam Bonjol 190 Semarang RINGKASAN

Lebih terperinci

Analisis Spasial Untuk Menentukan Zona Risiko Bencana Banjir Bandang (Studi Kasus Kabupaten Pangkep)

Analisis Spasial Untuk Menentukan Zona Risiko Bencana Banjir Bandang (Studi Kasus Kabupaten Pangkep) Analisis Spasial Untuk Menentukan Zona Risiko Bencana Banjir Bandang (Studi Kasus Kabupaten ) Arfina 1. Paharuddin 2. Sakka 3 Program Studi Geofisika Jurusan Fisika Unhas Sari Pada penelitian ini telah

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG Jurnal Reka Buana Volume 1 No 2, Maret-Agustus 2015 9 ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG Galih Damar Pandulu PS. Teknik Sipil, Fak. Teknik, Universitas

Lebih terperinci

PEMETAAN KAWASAN BERPOTENSI BANJIR MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEORAFIS (Studi Kasus Kabupaten Indramayu, Jawa Barat) ARTINY MARTHA A

PEMETAAN KAWASAN BERPOTENSI BANJIR MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEORAFIS (Studi Kasus Kabupaten Indramayu, Jawa Barat) ARTINY MARTHA A PEMETAAN KAWASAN BERPOTENSI BANJIR MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEORAFIS (Studi Kasus Kabupaten Indramayu, Jawa Barat) ARTINY MARTHA A14060828 MAYOR MANAJEMEN SUMBERDAYA LAHAN DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanahdengan permeabilitas rendah, muka air tanah dangkal berkisar antara 1

BAB I PENDAHULUAN. tanahdengan permeabilitas rendah, muka air tanah dangkal berkisar antara 1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Gorontalo merupakan salah satu kota di Indonesia yang rawan terjadi banjir. Hal ini disebabkan oleh curah hujan yang tinggi berkisar antara 106 138mm/tahun,

Lebih terperinci

Pemetaan Potensi Rawan Banjir Berdasarkan Kondisi Fisik Lahan Secara Umum Pulau Jawa

Pemetaan Potensi Rawan Banjir Berdasarkan Kondisi Fisik Lahan Secara Umum Pulau Jawa Pemetaan Potensi Rawan Banjir Berdasarkan Kondisi Fisik Lahan Secara Umum Pulau Jawa puguh.draharjo@yahoo.co.id Floods is one of the natural phenomenon which happened in jawa island. Physical characteristic

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAS KONAWEHA. Luas dan Wilayah Administrasi DAS Konaweha. Iklim

KEADAAN UMUM DAS KONAWEHA. Luas dan Wilayah Administrasi DAS Konaweha. Iklim KEADAAN UMUM DAS KONAWEHA Luas dan Wilayah Administrasi DAS Konaweha Luas DAS Konaweha adalah 697.841 hektar, yang mencakup 4 (empat) wilayah administrasi yaitu Kabupaten Konawe, Kolaka, Konawe Selatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Indonesia dikenal sebagai sebuah negara kepulauan. Secara geografis letak Indonesia terletak pada 06 04' 30"LU - 11 00' 36"LS, yang dikelilingi oleh lautan, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan yang rentan terhadap dampak perubahan iklim. Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang termasuk rawan

Lebih terperinci

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Kecamatan Mangarabombang merupakan salah satu Kecamatan yang berada di wilayah pesisir Kabupaten Takalar. Secara geografis, kecamatan Mangara Bombang berada pada posisi

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Wilayah dan Potensi Kabupaten Indramayu 1. Geografi SecarageografisKabupatenIndramayuterletakpada 107 o 52 108 o 36 BujurTimurdan6 o 15 6 o 40 Lintang Selatan dengan batas

Lebih terperinci

ANALISA KEJADIAN BANJIR BERDASARKAN DATA SATELIT PENGINDERAAN JAUH DI KABUPATEN SAMPANG - PROVINSI JAWA TIMUR TANGGAL 25 SEPTEMBER 2016

ANALISA KEJADIAN BANJIR BERDASARKAN DATA SATELIT PENGINDERAAN JAUH DI KABUPATEN SAMPANG - PROVINSI JAWA TIMUR TANGGAL 25 SEPTEMBER 2016 PUSAT PEMANFAATAN PENGINDERAAN JAUH DEPUTI BIDANG PENGNDERAAN JAUH Jl. Kalisari LAPAN No. 8 Pekayon, Pasar Rebo, Jakarta 13710 Telp. 021-8710065, 021-8722733 Faks. 021-8722733 Email: timtanggapbencana@lapan.go.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dialami masyarakat yang terkena banjir namun juga dialami oleh. pemerintah. Mengatasi serta mengurangi kerugian-kerugian banjir

BAB I PENDAHULUAN. dialami masyarakat yang terkena banjir namun juga dialami oleh. pemerintah. Mengatasi serta mengurangi kerugian-kerugian banjir BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bencana telah mengakibatkan suatu penderitaan yang mendalam bagi korban serta orang yang berada di sekitarnya. Kerugian tidak hanya dialami masyarakat yang terkena

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 1 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN INDRAMAYU TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 1 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN INDRAMAYU TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 1 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN INDRAMAYU TAHUN 2011-2031 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI INDRAMAYU, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. IV. GAMBARAN UMUM A. Kondisi Umum Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. Luas wilayah Kabupaten Lampung Tengah sebesar 13,57 % dari Total Luas

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LAHAN BERBASIS MITIGASI BENCANA LONGSOR DI KOTA MANADO

PEMANFAATAN LAHAN BERBASIS MITIGASI BENCANA LONGSOR DI KOTA MANADO PEMANFAATAN LAHAN BERBASIS MITIGASI BENCANA LONGSOR DI KOTA MANADO Iqbal L. Sungkar 1, Rieneke L.E Sela ST.MT 2 & Dr.Ir. Linda Tondobala, DEA 3 1 Mahasiswa S1 Program Studi Perencanaan Wilayah & Kota Universitas

Lebih terperinci

DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN I. Luas Wilayah ** Km2 773, ,7864

DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN I. Luas Wilayah ** Km2 773, ,7864 DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN 2016 KELOMPOK DATA JENIS DATA : DATA UMUM : Geografi DATA SATUAN TAHUN 2015 SEMESTER I TAHUN 2016 I. Luas Wilayah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis mengenai dampak perubahan penggunaan lahan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis mengenai dampak perubahan penggunaan lahan BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis mengenai dampak perubahan penggunaan lahan terhadap kondisi hidrologis di Sub Daerah Aliran Ci Karo, maka penulis dapat menarik

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 45 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Lokasi Administrasi Secara geografis, Kabupaten Garut meliputi luasan 306.519 ha yang terletak diantara 6 57 34-7 44 57 Lintang Selatan dan 107 24 3-108 24 34 Bujur Timur.

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 24 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Penggunaan Lahan Sawah dan Tegalan di Kabupaten Bogor Penggunaan lahan di Kabupaten Bogor pada tahun 1990, 2001, 2004, dan 2008 masih didominasi oleh lahan pertanian yaitu

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU Salinan NO : 1/LD/2012 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 1 TAHUN 2012 SERI : D.1 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 1 TAHUN 2012 SERI : D.1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Geografi merupakan ilmu yang berusaha menemukan dan memahami persamaan-persamaan dan perbedaan yang ada dalam ruang muka bumi (Sandy, 1988: 6). Persamaan dan

Lebih terperinci

BAB I KONDISI FISIK. Gambar 1.1 Peta Administrasi Kabupaten Lombok Tengah PETA ADMINISTRASI

BAB I KONDISI FISIK. Gambar 1.1 Peta Administrasi Kabupaten Lombok Tengah PETA ADMINISTRASI BAB I KONDISI FISIK A. GEOGRAFI Kabupaten Lombok Tengah dengan Kota Praya sebagai pusat pemerintahannya merupakan salah satu dari 10 (sepuluh) Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Intepretasi Variabel BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Langkah paling awal dalam penelitian ini adalah penentuan lokasi penelitian. Lokasi penelitian ini ditentukan dengan membuat peta daerah aliran

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR: 1 TAHUN 2005 PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 1 TAHUN 2005

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR: 1 TAHUN 2005 PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 1 TAHUN 2005 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR: 1 TAHUN 2005 PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 1 TAHUN 2005 TENTANG PEMBENTUKAN KECAMATAN PASEKAN, TUKDANA,PATROL DAN PENATAAN KECAMATAN-KECAMATAN

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print) C78

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print) C78 Identifikasi Daerah Rawan Tanah Longsor Menggunakan SIG (Sistem Informasi Geografis) Dr. Ir. M. Taufik, Akbar Kurniawan, Alfi Rohmah Putri Jurusan Teknik Geomatika, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA ).

DAFTAR PUSTAKA ). 81 DAFTAR PUSTAKA Akbar, Arif R.M. (2002), Model Simulasi Penyediaan Kebutuhan Beras Nasional, http://www.tumotou.net (down load tanggal l7-01-2008). Barlowe, Raleigh (1986), Land Resource Economics, 4

Lebih terperinci

4 BAB IV HASIL DAN ANALISA

4 BAB IV HASIL DAN ANALISA 4 BAB IV HASIL DAN ANALISA 4.1 Evaluasi Persamaan Rain Rate 4.1.1 Hasil Estimasi curah hujan untuk satu titik (Bandung) perjam diakumulasi selama 24 jam untuk memperoleh curah hujan harian, selama rentang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Hasil dan Analisis Peta Ancaman Bencana Tanah Longsor Pembuatan peta ancaman bencana tanah longsor Kota Semarang dilakukan pada tahun 2014. Dengan menggunakan data-data

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Setelah dilakukan penelitian dengan mengumpulkan data skunder dari instansi terkait, dan data primer hasil observasi dan wawancara maka dapat diperoleh

Lebih terperinci

ANALISA BANJIR BANDANG BERDASARKAN DATA SATELIT PENGINDERAAN JAUH DI KABUPATEN GARUT - PROVINSI JAWA BARAT TANGGAL 20 SEPTEMBER 2016

ANALISA BANJIR BANDANG BERDASARKAN DATA SATELIT PENGINDERAAN JAUH DI KABUPATEN GARUT - PROVINSI JAWA BARAT TANGGAL 20 SEPTEMBER 2016 PUSAT PEMANFAATAN PENGINDERAAN JAUH DEPUTI BIDANG PENGNDERAAN JAUH Jl. Kalisari LAPAN No. 8 Pekayon, Pasar Rebo, Jakarta 13710 Telp. 021-8710065, 021-8722733 Faks. 021-8722733 Email: timtanggapbencana@lapan.go.id

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 13 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli-September 2011, dengan lokasi penelitian untuk pengamatan dan pengambilan data di Kabupaten Bogor, Jawa

Lebih terperinci

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN Luas dan Letak Wilayah Kota Sintang memiliki luas 4.587 Ha yang terdiri dari 3 Bagian Wilayah Kota (BWK) sesuai dengan pembagian aliran Sungai Kapuas dan Sungai Melawi. Pertama,

Lebih terperinci

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN PERTEMUAN 10 SUMBERDAYA LAHAN Sumberdaya Lahan Lahan dapat didefinisikan sebagai suatu ruang di permukaan bumi yang secara alamiah dibatasi oleh sifat-sifat fisik serta bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Daerah aliran sungai (DAS) merupakan kesatuan hidrologi yang kompleks dan terdiri dari berbagai komponen. Komponen-komponen tersebut terdiri atas manusia, iklim, tanah,

Lebih terperinci

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 21 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Umum Fisik Wilayah Geomorfologi Wilayah pesisir Kabupaten Karawang sebagian besar daratannya terdiri dari dataran aluvial yang terbentuk karena banyaknya sungai

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Interpretasi Citra Landsat Tahun 1990, 2001 dan 2010 Interpretasi citra landsat dilakukan dengan melihat karakteristik

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Interpretasi Citra Landsat Tahun 1990, 2001 dan 2010 Interpretasi citra landsat dilakukan dengan melihat karakteristik 24 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Interpretasi Citra Landsat Tahun 1990, 2001 dan 2010 Interpretasi citra landsat dilakukan dengan melihat karakteristik dasar kenampakan masing-masing penutupan/penggunaan

Lebih terperinci

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI II-1 BAB II 2.1 Kondisi Alam 2.1.1 Topografi Morfologi Daerah Aliran Sungai (DAS) Pemali secara umum di bagian hulu adalah daerah pegunungan dengan topografi bergelombang dan membentuk cekungan dibeberapa

Lebih terperinci