BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Makna Hidup Pada Orang Ateis. mempunyai arti: a.) sesuatu yang dimaksudkan atau diharapkan, b.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Makna Hidup Pada Orang Ateis. mempunyai arti: a.) sesuatu yang dimaksudkan atau diharapkan, b."

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Makna Hidup Pada Orang Ateis 1. Pengertian Makna Hidup Chaplin dalam Kamus Psikologi (2006) mengatakan bahwa makna mempunyai arti: a.) sesuatu yang dimaksudkan atau diharapkan, b.) sesuatu yang menunjukkan satu istilah atau simbol tertentu. Dari pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa makna hidup adalah sesuatu yang dimaksudkan atau diharapkan dalam hidup sehingga menunjukkan satu istilah atau simbol tertentu. Dalam kamus filsafat (Bagus, 2002), arti makna (meaning) tidak satu, diantaranya adalah definisi, makna sebuah kalimat atau pernyataan, dan signifikansi, sesuatu yang ditunjukkan atau dimaksud untuk diekspresikan. Istilah makna hidup tertuang ke dalam teori tentang logoterapi yang dikemukakan oleh Viktor Frankl. Logoterapi berasal dari bahasa Yunani, yaitu logos yang berarti makna dan rohani serta terapi yang berarti penyembuhan. Logoterapi menganggap bahwa makna hidup dan hasrat untuk hidup bermakna (the will to meaning) merupakan motivasi utama manusia untuk meraih kehidupan bermakna (the meaningful life) yang diinginkan (Bastaman, 2007). Menurut Yalom (dalam Bastaman, 2007) pengertian makna hidup sama artinya dengan tujuan hidup yaitu segala sesuatu yang ingin dicapai 9

2 dan dipenuhi. Sejalan dengan definisi tersebut Bastaman (2007) mengartikan makna hidup sebagai sesuatu yang dianggap penting, benar, berharga, dan didambakan serta memberikan nilai khusus bagi seseorang dan layak dijadikan tujuan hidup. Individu harus memiliki komitmen untuk menjawab tantangan hidup agar dapat mencapai makna hidupnya. Apabila makna berhasil ditemukan baik dari pengalaman hidup yang menyenangkan maupun tidak menyenangkan, maka, individu akan merasa berguna, berharga serta berarti (meaningful). Namun, bila tidak berhasil ditemukan, hidup akan terasa tidak bermakna (meaningless) (Bastaman, 2007). Makna hidup adalah manner, suatu cara atau gaya yang digunakan untuk menghadapi kehidupan, untuk menunjukkan eksistensi, dan cara pendekatan individu terhadap kehidupannya sendiri berbeda-beda dan unik. Apabila individu telah mencapai tingkat kesadaran yang lebih dalam dimana kesadarannya lebih tertuju untuk pencarian makna-makna, maka dapat dipastikan bahwa pemaknaan seorang individu terhadap kehidupan dengan individu lain akan berbeda satu sama lain (Kruger, 1979). Makna hidup menurut Frankl (dalam Bastaman, 2007) harus dilihat sebagai sesuatu yang sangat subjektif karena berkaitan dengan hubungan individu dengan pengalaman hidupnya. Keberhasilaan dicapai dengan jalan berusaha mempertahankan dan mengembangkan kehendak untuk hidup secara bermakna (the will to meaning) meskipun mengalami penderitaan yang luar biasa. 10

3 Menurut Frankl (Schultz, 2005) meskipun manusia tunduk pada kondisi-kondisi dari luar yang mempengaruhi kehidupannya, tetapi manusia memiliki kebebasan untuk memilih reaksi terhadap kondisi-kondisi tersebut. Bastaman (1996) menambahkan bahwa manusia memiliki kebebasan yang sifatnya tidak mutlak dan bukan tidak terbatas, Karena manusia memang makhluk yang terbatas. Kebebasan yag dimaksud bukan merupakan kebebasan kondisi biologis manusia, psikologis dan sosiokultural, tetapi yang dimaksud adalah kebebasan dalam menentukan sikap. Frankl (dalam Bastaman, 2007) membagi dua peringkat makna hidup yaitu makna hidup paripurna dan makna hidup pribadi. Makna hidup paripurna bersifat universal dan mutlak serta dapat dijadikan makna pribadi. Namun bagi ateis dan apresiasi terhadap Tuhan dan agama kurang mungkin beranggapan bahwa alam semesta, ekosistem, pandangan falsafah dan ideologi tertentu dianggap memiliki nilai tujuan-tujuan yang jelas. Kemudian bagi orang beragama Tuhan merupakan perwujudan tuntunannya berbeda dengan makna hidup paripurna yang universal mutlak, maka makna hidup bersifat unik, personal dan spesifik yang berbeda-beda untuk setiap orang dan berbeda dari waktu ke waktu. Berdasarkan beberapa penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa makna hidup adalah tujuan hidup individu secara pribadi yang dapat menunjukkan eksistensinya. 11

4 2. Sumber-Sumber Makna Hidup Frankl (dalam Bastaman, 2007) mengemukakan bahwa makna hidup bisa ditemukan melalui tiga cara yang disebut juga sebagai tri nilai makna hidup, yaitu: a. Nilai-nilai Kreatif (Creative Values) Nilai kreatif dapat diperoleh melalui berbagai kegiatan berkarya. Melalui karya dan kerja kita dapat menemukan arti hidup dan menghayati kehidupan secara bermakna. Pada dasarnya seorang bisa mengalami stress jika terlalu banyak beban pekerjaan, namun ternyata seseorang akan merasa hampa dan stress pula jika tidak ada kegiatan yang dilakukannya. Kegiatan yang dimaksud bukan semata-mata kegiatan yang mencari uang, namun pekerjaan yang membuat seorang dapat merealisasikan potensi-potensinya sebagai sesuatu yang dinilainya berharga bagi dirinya sendiri atau orang lain maupun kepada Tuhan. Pekerjaan menurut Frankl (dalam Bastaman, 2007) merepresentasikan keunikan keberadaan individu dalam hubungannya dengan masyarakat dan karenanya memperoleh nilai dan makna. Nilai dan makna ini berhubungan dengan pekerjaan seseorang sebagai kontribusinya terhadap masyarakat dan bukan sesungguhnya pekerjaannya yang akan dinilai. b. Nilai-nilai Penghayatan (Experiential Values) Berlainan dengan pendalaman nilai-nilai kreatif yang memberikan sesuatu yang berharga kepada lingkungan, pendalaman 12

5 nilai-nilai penghayatan berarti mengambil sesuatu yang bermakna dari lingkungan luar dan mendalaminya. Realisasi nilai-nilai penghayatan dapat dicapai dengan berbagai macam bentuk penghayatan terhadap keindahan, kebajikan, menyakini kebenaran ayat-ayat dalam kitab suci, merasakan keakraban dalam keluarga, cinta kasih, serta bentuk penghayatan lainnya. Menghayati dan menyakini suatu nilai dapat menjadikan seseorang berarti hidupnya. Seperti halnya cinta kasih yang dapat menjadikan seseorang menghayati perasaan berarti dalam hidupnya. Dengan mencintai dan merasa dicintai, seseorang akan merasakan pengalaman hidup yang membahagiakan. Menurut Fromm (dalam Bastaman, 2007), menyebutkan ada empat unsur dari cinta kasih yang murni, yakni perhatian (care), tanggungjawab (responsibility), rasa hormat (respect), dan pengertian (understanding). c. Nilai-nilai Bersikap (Attitudinal Values) Nilai ini sering dianggap paling tinggi di dalam sumber makna hidup. Nilai-nilai bersikap teraktualisasi ketika individu dihadapkan pada sesuatu yang sudah menjadi takdirnya. Dalam menghadapi masalah, seseorang bisa menerima dengan penuh ketabahan, kesabaran, keberanian segala bentuk penderitaan yang tidak mungkin dielakkan lagi setelah segala upaya dan ikhtiar dilakukan secara maksimal. 13

6 Penderitaan dapat membuat manusia merasakan hidup yang sesungguhnya. Dalam penderitaan dikatakan bahwa manusia dapat menjadi matang, karena melalui penderitaan itulah manusia belajar dan semakin memperkaya hidupnya dan juga dapat memberikan makna bagi dirinya. 3. Sifat-Sifat Makna Hidup Menurut Frankl (dalam Bastaman, 1996) ada beberapa karakteristik dari makna hidup, yaitu: a. Sifatnya unik dan personal artinya apa yang dianggap bermakna dan penting bagi individu belum tentu menjadi sesuatu yang bermakna dan penting bagi individu lain. b. Makna hidup sifatnya konkrit dan spesifik maksudnya, dapat ditemukan dalam pengalaman dan kehidupan nyata sehari-hari. Tidak selalu dalam renungan-renungan filosofis. c. Makna hidup bersifat memberi pedoman dan arah terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan sehingga makna hidup seakanakan menantang (chalenging) dan mengundang (inviting) individu untuk memenuhinya. 4. Aspek-Aspek Makna Hidup Crumbaugh dan Maholick (Koeswara, 1992) menemukan alat ukur kebermaknaan hidup yaitu The Purpose in Life Test (PIL Test). PIL Test merupakan petunjuk seberapa tinggi makna hidup seseorang. Adapun komponen yang diukur berkaitan dengan maksud atau makna hidup tersebut antara lain : 14

7 a. Tujuan hidup Merupakan segala sesuatu yang dipandang penting dan beharga oleh seseorang serta memberi nilai khusus. b. Kepuasan hidup Penilaian seseorang terhadap hidupnya. Sejauh mana ia bisa merasakan dan menikmati kepuasan dalam hidup dan aktivitasaktivitas yang dijalaninya. c. Kebebasan berkehendak Perasaan bahwa ia mampu mengendalikan kebebasan hidupnya secara bertanggung jawab yang didasarkan pada nilai-nilai kebenaran. d. Sikap terhadap kematian Bagaimana seseorang berpandangan dan kesiapan menghadapi kematian. Orang yang mempunyai kebermaknaan hidup akan membekali dirinya dengan berbuat kebaikan, sehingga dalam memandang kematian akan merasa siap untuk menghadapinya. e. Pikiran untuk bunuh diri Bagi seseorang yang mempunyai makna hidup akan berusaha menghindari keinginan untuk melakukan bunuh diri atau bahkan tidak memikirkannya. Sebaliknya orang yang tidak memiliki makna hidup akan selalu berpikiran untuk mengakhiri hidupnya sebagai upaya penyelesaian masalah hidupnya. 15

8 f. Kepantasan hidup Pandangan seseorang terhadap kepantaasan hidupnya. Apakah ia merasa bahwa sesuatu yang dialaminya pantas atau tidak. 5. Dimensi Makna Hidup Bastaman (1996) mengatakan bahwa terdapat komponen-komponen yang potensial yang dapat dimanfaatkan untuk mengatasi masalah yang dihadapi dan mengembangkan kehidupan bermakna sejauh hal tersebut diaktualisasikan. Komponen ini ternyata cukup banyak ragamnya, tetapi semuanya dapat dikategorikan dalam menjadi tiga dimensi yaitu : a. Dimensi personal Unsur-unsur yang merupakan Dimensi personal adalah : 1) Pemahaman diri (self insight), yakni meninggkatnya kesadaran atas buruknya kondisi diri pada saat ini dan keinginan kuat untuk melakukan perubahan ke arah kondisi yang lebih baik. 2) Pengubahan sikap (changing attitude), dari semula tidak tepat menjadi lebih tepat dalam menghadapi masalah, kondisi hidup dan musibah yang terelakkan. b. Dimensi sosial Unsur yang merupakan dimensi sosial adalah dukungan sosial (social support), yakni hdirnya seseorang atau sejumlah orang yang akrab, dapat dipercaya dan selalu bersedia memberikan bantuan pada saat-saat diperlukan. c. Dimensi Nilai-nilai Adapun unsur-unsur dari Dimensi nilai-nilai meliputi : 16

9 1) Makna hidup (the meaning of live), yakni nilai-nilai penting dan sangat berarti bagi kehidupan pribadi seseorang yang berfungsi sebagai tujuan hidup yang harus dipenuhi dan mengarah kegiatan-kegiatanya. 2) Keikatan diri (self commitment), terhadap makna hidup yang ditemukan dan tujuan hidup yang ditetapkan. 3) Kegiatan terarah (directed activities), yakni upaya-upaya yang dilakukan secara sadar dan sengaja berupa pengembangan potensi-poteni pribadi (bakat, kemampuan, keterampilan) yang positif serta pemanfaatan relasi antar pribadi untuk menunjang tercapainya makna dan tujuan hidup. 6. Pengertian Ateis Secara etimologis, kata ateis berasal dari bahasa inggris yaitu atheism. Istilah ini sendiri diambil dari bahasa Yunani yaitu atheos yang berarti tanpa Tuhan. Kata tersebut berasal dari a yang berarti tidak dan theos yang berarti Tuhan (Bagus, 2002). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ateis adalah orang yang tidak percaya akan adanya Tuhan. Le Poidevin (dalam Cliteur, 2009) mengatakan bahwa Ateis adalah orang yang menolak keberadaan pencipta semesta, bukan semata-mata hanya hidup tanpa mengacu pada pencipta tetapi juga memilik kesadaran dan posisi yang tegas. Mereka mengangap bahwa kepercayaan pada Tuhan adalah irasional sehingga harus ditolak. Sesorang yang memiliki ketiadaan belief teistik yang disebabkan oleh adanya kesadaran untuk menolak hal 17

10 tersebut yang dilakukan dengan sengaja diistilahkan sebagai Ateis eksplisit oleh Smith (2003). Berdasarkan pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa ateis adalah bentuk penolakan atau tidak percaya akan adanya Tuhan. 7. Tipologi (Jenis-Jenis) Ateis Menurut Silver (2013), ada 6 tipologi atau jenis ateis yaitu intellectual atheist/agnostic (IAA), activist atheist/agnostic (AAA), seekeragnostic (SA), anti-theist, non-theist, dan ritual atheist/agnostic (RAA). a. Intellectual atheist/agnostic (IAA) adalah tipe atheist yang individu yang proaktif berusaha mendidik diri sendiri lewat asosiasi intelektual, dan proaktif untuk memperoleh pengetahuan tentang berbagai topik yang berkaitan dengan ontologi dan non-keyakinan. Activist atheist (AAA) adalah individu yang tidak puas dengan menjadi non-kepercayaan; mereka berusaha untuk menjadi baik, menjadi vokal dan proaktif mengenai isu-isu di ateis / agnostik lingkup sosial-politik. b. Seeker-agnostic (SA) adalah individu-individu yang menyesuaikan diri dengan kemungkinan metafisik menghalangi keberadaan metafisik, atau setidaknya mengakui kesulitan filosofis dan kompleksitas dalam membuat afirmasi pribadi tentang keyakinan ideologis. sebagai SA tidak bisa memastikan keberadaan Tuhan atau yang ilahi. Mereka tetap berpikiran terbuka dalam kaitannya dengan perdebatan antara unsurunsur agama, spiritual, dan antiteisme dalam masyarakat. Seeker- Agnostik mengakui keterbatasan pengetahuan dan pengalaman manusia. 18

11 c. Anti-theist adalah bertentangan dengan ideologi agama. Dengan demikian, tegas anti-theist baik secara proaktif dan agresif menegaskan pandangan mereka terhadap orang lain jika sesuai, berusaha untuk mendidik teis dalam sifat ketinggalan jaman kepercayaan dan teologi. Dengan kata lain, antitheists melihat agama sebagai kebodohan dan melihat setiap individu atau lembaga yang terkait dengan itu sebagai terbelakang dan sosial merugikan. d. Non-Theist adalah mereka memiliki pengalaman dengan orang lain yang ditunjukkan diri sebagai non-teis. Untuk Non-teis, penyelarasan diri dengan agama, atau sebaliknya posisi epistemologis terhadap agama dapat tampil cukup konvensional dari sudut pandang mereka. Namun, beberapa hal mungkin terbaik menangkap sentimen dari non-theist. Salah satunya adalah apatis, sementara yang lain mungkin tertarik. Nontheist adalah non-aktif dalam hal melibatkan diri dalam kegiatan sosial atau intelektual yang berkaitan dengan agama atau anti-agama. A nonteis hanya tidak menyangkut dirinya sendiri dengan agama. Agama tidak memainkan peran atau masalah dalam kesadaran atau pandangan dunia seseorang; juga tidak nontheist suatu memiliki kepedulian terhadap ateis atau gerakan agnostic e. Ritual Atheist/Agnostic (RAA) adalah mereka yang dapat menemukan utilitas dalam ajaran beberapa tradisi keagamaan. Mereka melihat ini sebagai ajaran kurang lebih filosofis bagaimana menjalani hidup dan mencapai kebahagiaan dari sebuah jalan ke pembebasan transendental. Ritual Atheist/Agnostic menemukan utilitas dalam tradisi dan ritual. 19

12 Misalnya, orang-orang dapat berpartisipasi dalam ritual tertentu, upacara, peluang musik, meditasi, kelas yoga, atau tradisi liburan. partisipasi tersebut mungkin terkait dengan identitas etnis (misalnya Yahudi) atau utilitas yang dirasakan dari praktek-praktek tersebut dalam membuat individu orang yang lebih baik. 8. Tahapan Menjadi Ateis Krueger (dalam Sulistiadi) mengungkapkan terdapat 5 tahapan seseorang menjadi seorang ateis, yaitu: a. Detachment Pada fase ini, individu mengalami dua gejala, pertama dan yang paling penting, secara emosional, individu tidak menanamkan ide agama manapun. Yang kedua dia tidak bisa memberikan alasan mengenai keraguannya atau mengidentifikasi keraguan terhadap suatu kepercayaan. b. Doubt Pada tahap kedua, individu menentukan apa yang membuat mereka tidak nyaman atau tidak puas terhadap agama. Ketika keraguan mereka sebelumnya yang tidak pasti, sekarang mereka dapat dengan jelas mengidentifikasikan dan mampu mengeluarkan pikirannya mengapa mereka skeptis (ragu-ragu). Individu juga dapat menunjukkan kejadian yang spesifik dalam hidup mereka atau informasi yang akurat untuk menjelaskan keraguan mereka. Pada tahap ini kebanyakan berfokus pada logika dan alasan tanpa mengutamakan emosi. Akhir pada fase ini, individu dapat memposisikan diri mereka dan memperkuat semua 20

13 keraguannya. Ketidakpuasan pada fase detachment digantikan dengan kepercayaan bahwa dia tidak termasuk dalam agama yang dianutnya sebelumnya. c. Dissociation Pada tahap ini individu memisahkan diri dari agama yang dianut sebelumnya. Mereka menolak kepercayaan dan kebiasaan yang dilakukan agama itu. d. Transition Pada tahap ini individu mencoba untuk mencari identitas alternative yang menjembatani jarak antara identitas agama dan yang tidak. Fase transisi dapat membantu individu untuk mendapatkan identitas barunya. Pada akhir tahap ini, individu akan menyadari identitas mana yang sesuai dengan dirinya. e. Declaration Pada akhirnya individu tidak lagi mempercayai bentuk atau kebiasaan agama manapun. Mereka meninggalkan kepercayaannya untuk mejalankan hidup dengan cara pandang duniawi. Akhirnya mereka mengenali bahwa mereka tidak lagi percaya pada yang kuasa. Mereka menemukan identitas yang sesuai yang dapat menggambarkan kepercayaan mereka. Sproul (1974) menjelaskan dengan perspektif yang sekuler dan ilmiah tentang tahap awal respons manusia terhadap pengetahuan tentang Tuhan. Kita dapat melihat disini bahwa pernyataan ini sangat berbau ateisme sebab Tuhan dipandang dalam sebuah hubungan eksistensi yang 21

14 murni dengan manusia layaknya sebuah subjek, tanpa adanya asumsi dasar atas keilahian dan kesempurnaan sifat-sifat Tuhan. Hal ini menurut Sproul telah dikoreksi berdasarkan pengalaman bawah sadar manusia. Adapun hal tersebut dapat diformulasikan dengan pengkategorian atas : a. Trauma Tuhan menyatakan suatu ancaman terhadap standar moral manusia. Suatu ancaman terhadap pertanyaan manusia akan otonomi manusia dan suatu ancaman terhadap hasratnya atau keingintahuan manusia atas kerahasiannya. Pada akhirnya ateisme menjadi suatu pilihan dimana manusia memiliki sesuatu hal untuk dapat merasa bebas menentukan sikap dan nilai-nilainya sendiri dari suatu bentuk kekuatan yang mengerikan dan mengekang kebebasan tersebut. Serta suatu bentuk pemutusan hubungan dari sesuatu hal yang memiliki kekuatan mutlak dimana seseorang merasa terancam oleh keberadaan hal tersebut. b. Represi (tekanan) Dalam kasus penyingkapan Tuhan, manusia menemukan suatu tanda-tanda ancaman yang menimbulkan trauma. Ingatan atas kesadaran pengetahuan akan trauma tidak dipertahankan dalam suatu pernyataan jelas yang mengancam ini, melainkan ditekan agar tidak muncul. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah menyangkal keberadaan Tuhan sebagai suatu simbol atas kekuasan serta kekuatan mutlak yang akhirnya diasumsikan sebagai suatu bentuk yang dapat mengancam eksistensi manusia. 22

15 c. Subsitusi Dalam khazanah psikologi apa yang dihasilkan dari penekanan atau pembungkaman mengenai konsep Tuhan adalah pernyataan ateisme baik dalam bentuk yang militan atupun yang kurang militan (seperti agnotisme), atau bentuk lainnya yang membuat Tuhan terlihat tidak terlalu menakutkan dibandingkan dengan gambaran umum yang sebenarnya berlaku. Baik pilihan, ateisme ataupun menganut agama tertentu, memerlukan satu pertukaran kebenaran dengan kebohongan. Hal ini terjadi karena kebohongan jauh lebih mudah untuk dilalui dalam hidup. 9. Makna Hidup Pada Orang Ateis Seluruh sejarah umat manusia adalah wujud dari rentetan usahanya menemukan hakikat diri dan makna hidup. Sebab dalam adanya rasa dan kesadaran akan makna hidup, kebahagiaan dapat terwujud. Kesadaran hidup bermakna dan bertujuan diperoleh orang hampir semata-mata karena dia mempunyai tujuan yang diyakini cukup berharga untuk diperjuangkan, kalau perlu dengan pengorbanan (Madjid, 1996). Bagi orang beragama makna hidup dapat dipelajari dan dihayati lewat pelajaran moral dalam agama yang dianutnya. Pelajaran-pelajaran dan nilai moral dalam agama seperti kitab suci, buku spiritualitas, maupun nasehat dari orang bijak dan pemimpin atau pemuka agama menjadi dasar pedoman hidup bagi umat beragama. Eksistensi manusia hidup didunia pada dasarnya sudah ditentukan oleh agama, namun bagi orang ateis hal tersebut tidak berlaku. Hal ini dikarenakan ateis memiliki pandangan hidup sendiri 23

16 yang setiap individu berbeda-beda tentang keberadaannya tanpa adanya campur tangan dari orang lain yang mengikat kebebasan mereka. (Harris, 2006). Bagi ateis mereka tidak menerapkan prinsip-prinsip makna hidup yang di ajarkan oleh agama (Bastaman 1996). Makna hidup tidak harus selalu berasal dari agama (Frankl dalam Bastaman, 1996). Hal ini sesuai dengan salah satu aspek-aspek makna hidup yang dikemukakan oleh Crumbaugh dan Maholick yaitu tentnag kebebesan berkehendak. Ateis mampu untuk mengendalikan kebebasan hidupnya namun tetap bertanggung jawab dan didasari pada nilai-nilai kebenaran. Setidaknya ada 6 aspek dalam makna hidup, yaitu : 1). Tujuan hidup, 2). Kepuasan hidup, 3). Kebebasan berkehendak, 4). Sikap terhadap kematian, 5). Pikiran untuk bunuh diri dan, 6). Kepantasan hidup (Crumbaugh dan Maholick dalam Koeswara, 1992) Istmi dalam blognya mengatakan bahwa, untuk orang yang beragama semua pertanyaan jelas sudah terjawab sedangkan untuk ateis pertanyaan-pertanyaan seperti di atas itu dipikirkan oleh diri sendiri juga mempercayai pada penilaian moral sendiri. Ateis selalu ingin berpikir dengan cara mandiri, meneliti, menilai dan membandingkan dari pada menerima apa yang dikatakan oleh Imam, Pastor atau orangtua bagaimana kita harus memikirkannya. Seorang atheis ingin/mau diyakinkan secara rasional, dengan berpikir sacara logis seperti membandingkan mythologi dari kitab suci dengan hasil penelitian dari sains, mengenai keindahan dunia ini ( diakses tanggal 20 November 2016). Frankl 24

17 (dalam Koeswara, 1987) menyatakan bahwa makna hidup tidak harus merupakan soal agama, tapi juga dapat dan sering merupakan persoalan filsafat hidup yang sifatnya sekuler. Frankl (dalam Bastaman, 2007) menyatakan bahwa ada 3 sumber untuk menemukan makna hidup yaitu 1). Nilai-nilai kreatif, 2). Nilai-nilai penghayatan dan, 3). Nilai-nilai bersikap. Memilih menjalani hidup sebagai ateis bukanlah suatu halangan untuk memiliki makna hidup. Dengan kebebasan yang tetap memegang teguh pada nilai-nilai kebenaran dan moralitas, orang ateis pun masih tetap bisa untuk memiliki dan mencapai makna hidupnya walaupun tidak ada pedoman hidup seperti yang dimiliki oleh umat beragama. B. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan uraian diatas pertanyaan penelitian yang diajukan adalah bagaimana gambaran makna hidup pada orang ateis? 25

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Kebermaknaan Hidup

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Kebermaknaan Hidup BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konseptualisasi topik yang diteliti 1. Kebermaknaan Hidup a. Pengertian Kebermaknaan Hidup Makna hidup menurut Frankl adalah kesadaran akan adanya suatu kesempatan atau kemungkinan

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PSIKOLOGI TENTANG MEMAKNAI HIDUP. spontan diresponi dengan berbagai cara, dengan tujuan agar diri tetap terjaga.

BAB II PENDEKATAN PSIKOLOGI TENTANG MEMAKNAI HIDUP. spontan diresponi dengan berbagai cara, dengan tujuan agar diri tetap terjaga. BAB II PENDEKATAN PSIKOLOGI TENTANG MEMAKNAI HIDUP II. 1. Pendekatan Psikologi Setiap kejadian, apalagi yang menggoncangkan kehidupan akan secara spontan diresponi dengan berbagai cara, dengan tujuan agar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Karen Amstrong dalam bukunya yang berjudul Sejarah Tuhan (2001), menjelaskan bahwa pada mulanya manusia memunculkan satu Tuhan yang merupakan penyebab pertama bagi segala sesuatu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Makna Hidup 1. Definisi Makna Hidup Teori tentang makna hidup dikembangkan oleh Victor Frankl, dimana teori ini dituangkan ke dalam suatu terapi yang dikenal dengan nama logoterapi.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi Tingkat Kebersyukuran Orang Tua yang Memiliki

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi Tingkat Kebersyukuran Orang Tua yang Memiliki BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian Terlampir B. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Tingkat Kebersyukuran Orang Tua yang Memiliki Anak Autis Tingkat kebersyukuran orang tua

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Makna hidup adalah hal-hal yang dianggap sangat penting dan berharga

BAB II LANDASAN TEORI. Makna hidup adalah hal-hal yang dianggap sangat penting dan berharga BAB II LANDASAN TEORI II.A. MAKNA HIDUP II.A.1. Definisi Makna Hidup Makna hidup adalah hal-hal yang dianggap sangat penting dan berharga serta memberikan nilai khusus bagi seseorang, sehingga layak dijadikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam hidupnya mengalami suatu proses perkembangan. Ia

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam hidupnya mengalami suatu proses perkembangan. Ia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia dalam hidupnya mengalami suatu proses perkembangan. Ia berkembang sejak dilahirkan hingga meninggal dunia. Dalam proses perkembangan itu, berbagai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. logoterapi. Kata logoterapi berasal dari kata logos yang artinya makna

BAB II LANDASAN TEORI. logoterapi. Kata logoterapi berasal dari kata logos yang artinya makna BAB II LANDASAN TEORI A. MAKNA HIDUP A.I. Definisi Makna Hidup Istilah makna hidup dikemukakan oleh Victor Frankl, seorang dokter ahli penyaki saraf dan jiwa yang landasan teorinya disebut logoterapi.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kebermaknaan Hidup

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kebermaknaan Hidup BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebermaknaan Hidup 1. Pengertian Kebermaknaan Hidup Kebermaknaan adalah berarti, mengandung arti yang penting (Poewardarminta, 1976). Menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewi Novianti, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewi Novianti, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makna hidup adalah hal-hal yang dianggap sangat penting dan berharga serta memberikan nilai khusus bagi seseorang, sehingga layak dijadikan tujuan dalam kehidupan (the

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. makna hidup adalah Victor Frankl. Frankl menganggap bahwa motivasi utama pada

BAB II LANDASAN TEORI. makna hidup adalah Victor Frankl. Frankl menganggap bahwa motivasi utama pada BAB II LANDASAN TEORI A. Kebermaknaan Hidup 1. Pengertian Kebermaknaan Hidup Tokoh yang terkenal dan merupakan tokoh pelopor dari perkembangan teori makna hidup adalah Victor Frankl. Frankl menganggap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebermaknaan Hidup 1. Pengertian Kebermaknaan Hidup. Dalam kamus besar psikologi, menjelaskan bahwa meaning di artikan sebagai makna atau pemaknaan. Frankl (dalam Koeswara,1992),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang memiliki jalan dan cara masing-masing dalam menjalani,

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang memiliki jalan dan cara masing-masing dalam menjalani, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang selalu berbeda antara satu sama lain, karena pada dasarnya setiap orang memiliki jalan dan cara masing-masing dalam menjalani, menyesuaikan diri, dan mengatasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dihindari. Penderitaan yang terjadi pada individu akan mengakibatkan stres dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dihindari. Penderitaan yang terjadi pada individu akan mengakibatkan stres dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan tidak selalu berjalan sesuai dengan keinginan manusia. Peristiwa tragis yang mengakibatkan penderitaan kadangkala terjadi dan tidak dapat dihindari. Penderitaan

Lebih terperinci

Rekonstruksi 1 data 1. Analisa Tematik

Rekonstruksi 1 data 1. Analisa Tematik Rekonstruksi data No Analisa Tematik Makna ateis Deteachment Jumlah Analisa/Koding kemunculan Ateis bentuk ketidakpercayaan terhadap Tuhan, bukan bentuk kepercayaan baru W.A.P.0306.J Pengertian ateis bukanlah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dijadikan tujuan dalam kehidupan (the purpose in life). Bila hal itu berhasil

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dijadikan tujuan dalam kehidupan (the purpose in life). Bila hal itu berhasil 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kebermaknaan Hidup 2.1.1. Pengertian Makna Hidup Makna hidup adalah hal-hal yang dianggap sangat penting dan berharga serta memberikan nilai khusus bagi seseorang, sehingga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebermaknaan Hidup 1. Pengertian Kebermaknaan Hidup Kebermaknaan hidup merupakan tujuan yang harus dicapai oleh setiap individu. Ketidakmampuan manusia dalam mencapai makna

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Narapidana. KBBI, narapidana adalah orang hukuaman atau terhukum, atau seseoranmg yang

BAB II LANDASAN TEORI. A. Narapidana. KBBI, narapidana adalah orang hukuaman atau terhukum, atau seseoranmg yang BAB II LANDASAN TEORI A. Narapidana 1. Pengertian Narapidana Menurut KUHP pasal 10 (dalam KUHAP dan KUHP, 2001) narapidana adalah predikat lazim diberikan kepada orang yang terhadapnya dikenakan pidana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebanyakan orang-orang hanya melihat dari kulit luar semata. Lebih

BAB I PENDAHULUAN. Kebanyakan orang-orang hanya melihat dari kulit luar semata. Lebih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena kaum waria merupakan suatu paparan nyata yang tidak dapat ditolak eksistensinya di masyarakat. Sayangnya, belum banyak orang yang mengetahui seluk-beluk kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bernama kematian. Semua manusia pada akhirnya akan mati, dan seringkali tidak

BAB I PENDAHULUAN. bernama kematian. Semua manusia pada akhirnya akan mati, dan seringkali tidak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Dalam menjalani kehidupan, manusia juga senantiasa di ikuti oleh takdir bernama kematian. Semua manusia pada akhirnya akan mati, dan seringkali tidak dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepekaan dan kepedulian mereka terhadap masalah sosial. Rendahnya

BAB I PENDAHULUAN. kepekaan dan kepedulian mereka terhadap masalah sosial. Rendahnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan remaja di perkotaan saat ini menunjukkan rendahnya kepekaan dan kepedulian mereka terhadap masalah sosial. Rendahnya kepedulian remaja tergambar pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam diri manusia, dibuktikan dengan kata mutiara kesehatan bukanlah

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam diri manusia, dibuktikan dengan kata mutiara kesehatan bukanlah BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Sehat merupakan dambaan dari semua orang. Dengan sehat orang dapat melakukan segala aktivitas untuk mencapai apa yang diinginkan. Bahkan secara makro negara

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Simpulan

BAB V PENUTUP. A. Simpulan BAB V PENUTUP A. Simpulan Dari keseluruhan kajian mengenai pemikiran Kiai Ṣāliḥ tentang etika belajar pada bab-bab sebelumnya, diperoleh beberapa kesimpulan penting, terutama mengenai konstruksi pemikiran

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 112 BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Variabel Motivasi Spiritual Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, motivasi spiritual pada remaja di panti asuhan yatim dan fakir miskin Hikmatul Hayat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Makna Hidup Makna hidup adalah hal-hal yang dianggap sangat penting dan berharga serta memberikan nilai khusus bagi seseorang, sehingga layak dijadikan tujuan dalam

Lebih terperinci

Perkembangan Sepanjang Hayat

Perkembangan Sepanjang Hayat Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Remaja dalam Aspek Psikososial Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Memahami Masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hadapi oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Hal ini mendorong seseorang

BAB I PENDAHULUAN. hadapi oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Hal ini mendorong seseorang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Seiring dengan kemajuan teknologi di Indonesia dan lapangan pekerjaan yang sedikit maka biaya hidup seseorang adalah masalah terbesar yang sedang di hadapi oleh sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipersepsikan oleh sebagian masyarakat, dimana penyandang tunanetra dianggap,

BAB I PENDAHULUAN. dipersepsikan oleh sebagian masyarakat, dimana penyandang tunanetra dianggap, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diawali dengan keprihatinan peneliti akan penyandang tunanetra, dan dipersepsikan oleh sebagian masyarakat, dimana penyandang tunanetra dianggap, tidak berguna dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya, dengan kelebihan akal manusia dapat memiliki potensi yang

BAB I PENDAHULUAN. lainnya, dengan kelebihan akal manusia dapat memiliki potensi yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk yang paling sempurna diantara makhlukmakhluk lainnya, dengan kelebihan akal manusia dapat memiliki potensi yang sangat luar biasa, selalu ingin

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Skizofrenia a. Pengertian skizofrenia Skizofrenia adalah gangguan psikotik yang ditandai dengan gangguan utama dalam pikiran, emosi, dan perilaku, pikiran yang terganggu, dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. the purpose in life. Bila hal ini berhasil dipenuhi akan menyebabkan seseorang merasakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. the purpose in life. Bila hal ini berhasil dipenuhi akan menyebabkan seseorang merasakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makna hidup adalah hal hal yang dianggap sangat penting dan berharga serta memberikan nilai khusus bagi seseorang, sehingga layak dijadikan tujuan dalam kehidupan atau

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. pemikiran si peneliti karena menentukan penetapan variabel. Berdasarkan Kamus Besar

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. pemikiran si peneliti karena menentukan penetapan variabel. Berdasarkan Kamus Besar BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah unsur penelitian yang amat mendasar dan menentukan arah pemikiran si peneliti karena menentukan penetapan variabel. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ketika era globalisasi menyebabkan informasi semakin mudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ketika era globalisasi menyebabkan informasi semakin mudah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketika era globalisasi menyebabkan informasi semakin mudah diperoleh, negara berkembang dapat segera meniru kebiasaan negara barat yang dianggap sebagai cermin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. muncul melalui proses evaluasi masing-masing individu terhadap kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN. muncul melalui proses evaluasi masing-masing individu terhadap kehidupannya 1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas mengenai latar belakang masalah, rumusan permasalahan penelitian, tujuan penelitian, signifikansi penelitian, isu etis, cakupan penelitian, dan sistematika penelitian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ). Sedangkan Semua agama ( yang diakui ) di Indonesia tidak ada yang. menganjurkan untuk menceraikan istri atau suami kita.

BAB I PENDAHULUAN. ). Sedangkan Semua agama ( yang diakui ) di Indonesia tidak ada yang. menganjurkan untuk menceraikan istri atau suami kita. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena perceraian tentunya secara tidak langsung memiliki andil dalam menciptakan permasalahan sosial di masyarakat. Perceraian dalam rumah tangga, dapat dipengaruhi

Lebih terperinci

MAKNA HIDUP GURU ROUDATUL ATHFAL (RA) NURUL HUDA CENGKOK NGANJUK ASMA UL BADI AH ( )

MAKNA HIDUP GURU ROUDATUL ATHFAL (RA) NURUL HUDA CENGKOK NGANJUK ASMA UL BADI AH ( ) MAKNA HIDUP GURU ROUDATUL ATHFAL (RA) NURUL HUDA CENGKOK NGANJUK ASMA UL BADI AH ( 10410180 ) I. Pendahuluan Kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok dalam menentukan keberhasilan proses pembelajaran.

Lebih terperinci

MAKNA HIDUP. Nama : Chitra Perdana S. NPM :

MAKNA HIDUP. Nama : Chitra Perdana S. NPM : MAKNA HIDUP WARIA Nama : Chitra Perdana S NPM : 10506046 ABSTRAK Manusia secara hakiki merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendirian, mereka membutuhkan orang lain dalam kehidupannya Dalam

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 95 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil dari wawancara, observasi dan analisis antar subjek, dapat disimpulkan bahwa kebermaknaan hidup ibu rumah tangga penderita HIV/AIDS merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari waktu ke waktu. Humas Badan Narkotika Nasional RI (2016) telah

BAB I PENDAHULUAN. dari waktu ke waktu. Humas Badan Narkotika Nasional RI (2016) telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jumlah pecandu narkoba di Indonesia terus mengalami peningkatan dari waktu ke waktu. Humas Badan Narkotika Nasional RI (2016) telah mengungkap 807 kasus narkoba

Lebih terperinci

GAMBARAN MAKNA HIDUP PADA PENGANUT ATEIS RICKY SULISTIADI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GUNADARMA ABSTRAKSI

GAMBARAN MAKNA HIDUP PADA PENGANUT ATEIS RICKY SULISTIADI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GUNADARMA ABSTRAKSI GAMBARAN MAKNA HIDUP PADA PENGANUT ATEIS RICKY SULISTIADI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GUNADARMA ABSTRAKSI Pada sebagian besar kehidupan masyarakat Indonesia yang notabene agamis, makna hidup dapat ditilik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti marsombuh sihol dan rondang bittang serta bahasa (Jonris Purba,

BAB I PENDAHULUAN. seperti marsombuh sihol dan rondang bittang serta bahasa (Jonris Purba, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Simalungun merupakan salah satu suku dengan ragam keunikan yang dimiliki, tanah yang subur, masyarakat yang ramah dan lemah lembut. Memiliki kekayaan warisan budaya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisa Faktor-faktor Peningkatan kebermaknaan Hidup Bagi Abdhi. Dhalem Pondok Pesantren Miftakhul Ulla.

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisa Faktor-faktor Peningkatan kebermaknaan Hidup Bagi Abdhi. Dhalem Pondok Pesantren Miftakhul Ulla. BAB IV ANALISIS DATA A. Analisa Faktor-faktor Peningkatan kebermaknaan Hidup Bagi Abdhi Dhalem Pondok Pesantren Miftakhul Ulla. Berdasarkan deskripsi data pada bab tiga, Untuk mengetahui gambaran yang

Lebih terperinci

MENYANGKAL TUHAN KARENA KEJAHATAN DAN PENDERITAAN? Ikhtiar-Filsafati Menjawab Masalah Teodise M. Subhi-Ibrahim

MENYANGKAL TUHAN KARENA KEJAHATAN DAN PENDERITAAN? Ikhtiar-Filsafati Menjawab Masalah Teodise M. Subhi-Ibrahim MENYANGKAL TUHAN KARENA KEJAHATAN DAN PENDERITAAN? Ikhtiar-Filsafati Menjawab Masalah Teodise M. Subhi-Ibrahim Jika Tuhan itu ada, Mahabaik, dan Mahakuasa, maka mengapa membiarkan datangnya kejahatan?

Lebih terperinci

Judul : Makna Hidup Penyandang Cacat Tunanetra yang Berprofesi Sebagai Tukang Pijat. ABSTRAK

Judul : Makna Hidup Penyandang Cacat Tunanetra yang Berprofesi Sebagai Tukang Pijat. ABSTRAK Judul : Makna Hidup Penyandang Cacat Tunanetra yang Berprofesi Sebagai Tukang Pijat. Nama/NPM : Endah Sri Wahyuni / 10503064 Pembimbing : Dona Eka Putri, Psi., M.Psi. ABSTRAK Setiap manusia pasti menginginkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan. Orang yang lahir dalam keadaan cacat dihadapkan pada

BAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan. Orang yang lahir dalam keadaan cacat dihadapkan pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap orang ingin lahir dalam keadaan normal, namun pada kenyataannya ada orang yang dilahirkan dengan keadaan cacat. Bagi orang yang lahir dalam keadaan cacat

Lebih terperinci

LAMPIRAN LAMPIRAN A PEDOMAN WAWANCARA. Data Kontrol: 1. Usia 2. Jenis Kelamin 3. Pendidikan 4. Tinggal bersama siapa saja

LAMPIRAN LAMPIRAN A PEDOMAN WAWANCARA. Data Kontrol: 1. Usia 2. Jenis Kelamin 3. Pendidikan 4. Tinggal bersama siapa saja LAMPIRAN LAMPIRAN A PEDOMAN WAWANCARA Data Kontrol: 1. Usia 2. Jenis Kelamin 3. Pendidikan 4. Tinggal bersama siapa saja Gambaran Kehidupan Subjek Kehidupan/ kegiatan partisipan Identitas dan pekerjaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. tersebut ketika bekerja sendiri atau dengan karyawan lain (Jones, 2010).

BAB II LANDASAN TEORITIS. tersebut ketika bekerja sendiri atau dengan karyawan lain (Jones, 2010). BAB II LANDASAN TEORITIS A. Happiness at Work 1. Definisi Happiness at Work Happiness at work dapat diidentifikasikan sebagai suatu pola pikir yang memungkinkan karyawan untuk memaksimalkan performa dan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Penelitian ini mengacu pada bagaimana analisis pengaruh budaya organisasi, kompetensi karyawan dan komitmen organisasi terhadap kinerja karyawan. 2.1.1 Budaya Organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu yang hidup di dunia ini pasti selalu berharap akan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu yang hidup di dunia ini pasti selalu berharap akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap individu yang hidup di dunia ini pasti selalu berharap akan kehidupannya dapat dijalani dengan baik sesuai harapan-harapan di masa yang akan datang. Namun sering

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan penelitian dan analisis data yang telah dilakukan tentang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan penelitian dan analisis data yang telah dilakukan tentang 152 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian dan analisis data yang telah dilakukan tentang makna hidup pada pekerja seks komersial (PSK), diperoleh bahwa : a. The Freedom

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perspektif Teoritis 1. Meaning of Life (Kebermaknaan Hidup) Makna hidup ( meaning of life) adalah hal hal yang dianggap sangat penting dan berharga serta memberikan nilai khusus

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERILAKU MORAL

PERKEMBANGAN PERILAKU MORAL TEORI ETIKA PERKEMBANGAN PERILAKU MORAL Beberapa konsep yang memerlukan penjelasan, antara lain: perilaku moral (moral behavior), perilaku tidak bermoral (immoral behavior), perilaku di luar kesadaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kesejahteraan Psikologis. Ryff (1989) mendefinisikan kesejahteraan psikologis adalah sebuah kondisi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kesejahteraan Psikologis. Ryff (1989) mendefinisikan kesejahteraan psikologis adalah sebuah kondisi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesejahteraan Psikologis 1. Pengertian Ryff (1989) mendefinisikan kesejahteraan psikologis adalah sebuah kondisi dimana individu memiliki sikap yang positif terhadap diri sendiri

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Istilah makna hidup dikemukakan oleh Victor Frankl, seorang dokter ahli

BAB II LANDASAN TEORI. Istilah makna hidup dikemukakan oleh Victor Frankl, seorang dokter ahli BAB II LANDASAN TEORI A. Makna Hidup A. 1. Definisi Makna Hidup Istilah makna hidup dikemukakan oleh Victor Frankl, seorang dokter ahli penyaki saraf dan jiwa yang landasan teorinya disebut logoterapi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja berhubungan dengan perubahan intelektual. Dimana cara

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja berhubungan dengan perubahan intelektual. Dimana cara BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa remaja berhubungan dengan perubahan intelektual. Dimana cara berpikir remaja mengarah pada tercapainya integrasi dalam hubungan sosial (Piaget dalam Hurlock, 1980).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat saja terganggu, sebagai akibat dari gangguan dalam pendengaran dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat saja terganggu, sebagai akibat dari gangguan dalam pendengaran dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang paling menarik untuk dipelajari, karena banyak sekali masalah yang dihadapi. Seiring dengan perkembangan jaman dan peradaban,

Lebih terperinci

KEBERMAKNAAN HIDUP PADA REMAJA YANG HIDUP DI JALANAN DAN MENGALAMI KEKERASAN

KEBERMAKNAAN HIDUP PADA REMAJA YANG HIDUP DI JALANAN DAN MENGALAMI KEKERASAN KEBERMAKNAAN HIDUP PADA REMAJA YANG HIDUP DI JALANAN DAN MENGALAMI KEKERASAN FIRDAUS RAMBE Program Sarjana, Universitas Gunadarma Abstrak Remaja yang hidup di jalanan dan sulitnya memenuhi kebutuhan hidup

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian anak, baik di luar dan di dalam sekolah yang berlangsung seumur hidup. Proses

Lebih terperinci

PENERIMAAN DIRI DAN KEBERMAKNAAN HIDUP PENYANDANG CACAT FISIK

PENERIMAAN DIRI DAN KEBERMAKNAAN HIDUP PENYANDANG CACAT FISIK PENERIMAAN DIRI DAN KEBERMAKNAAN HIDUP PENYANDANG CACAT FISIK Rahayu Satyaningtyas Sri Muliati Abdullah Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana Yogyakarta ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menguji

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. Masa anak-anak adalah masa yang sangat penting bagi perkembangan

BAB I. Pendahuluan. Masa anak-anak adalah masa yang sangat penting bagi perkembangan BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masa anak-anak adalah masa yang sangat penting bagi perkembangan seseorang selanjutnya. Pada usia anak-anak pula seseorang dituntut untuk dapat merasakan bagaimana

Lebih terperinci

KEHARUSAN DAN KEMUNGKINAN, SERTA BATASAN PENDIDIKAN. Ismail Hasan

KEHARUSAN DAN KEMUNGKINAN, SERTA BATASAN PENDIDIKAN. Ismail Hasan KEHARUSAN DAN KEMUNGKINAN, SERTA BATASAN PENDIDIKAN Ismail Hasan A. Keharusan Pendidikan Anak di lahirkan dalam keadaan tidak berdaya (berbeda dengan binatang seperti; kura-kura, buaya, kambing, kera,

Lebih terperinci

TEORISASI DAN STRATEGI PENDIDIKAN ISLAM Oleh : Fahrudin

TEORISASI DAN STRATEGI PENDIDIKAN ISLAM Oleh : Fahrudin A. Pendahuluan TEORISASI DAN STRATEGI PENDIDIKAN ISLAM --------------------------------------------------------------------- Oleh : Fahrudin Tujuan agama Islam diturunkan Allah kepada manusia melalui utusan-nya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Oktaviani (2013:1) Menyatakan kenakalan remaja adalah salah satu yang sering terjadi di sekolah dan lingkungan sekitarnya. Masalah-masalah inilah yang cenderung

Lebih terperinci

Pendidikan Pancasila. Implementasi Sila Ke 2 dan 3 Pancasila. Dr. Saepudin S.Ag. M.Si. Modul ke: Fakultas EKONOMI. Program Studi Manajemen

Pendidikan Pancasila. Implementasi Sila Ke 2 dan 3 Pancasila. Dr. Saepudin S.Ag. M.Si. Modul ke: Fakultas EKONOMI. Program Studi Manajemen Modul ke: Pendidikan Pancasila Implementasi Sila Ke 2 dan 3 Pancasila Fakultas EKONOMI Dr. Saepudin S.Ag. M.Si. Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Makna Sila Kemanusian Yang Adil dan Beradab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan oleh setiap orang. Dirumuskan dalam

BAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan oleh setiap orang. Dirumuskan dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan manusia seutuhnya bertujuan agar individu dapat mengekspresikan dan mengaktualisasi diri dengan mengembangkan secara optimal dimensi-dimensi kepribadian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan permasalahan pokok pada negara-negara berkembang. Ketiga masalah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan permasalahan pokok pada negara-negara berkembang. Ketiga masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Secara umum, keterbelakangan, ketidaktahuan, dan kemiskinan merupakan permasalahan pokok pada negara-negara berkembang. Ketiga masalah ini saling berkaitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Orang yang mengkonsumsi dan kecanduan minuman keras atau alkohol

BAB I PENDAHULUAN. Orang yang mengkonsumsi dan kecanduan minuman keras atau alkohol BAB I PENDAHULUAN I.A. Latar Belakang Masalah Orang yang mengkonsumsi dan kecanduan minuman keras atau alkohol disebut dengan istilah alcoholism (ketagihan alkohol), istilah ini pertama kali diperkenalkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan dalam masa transisi itu remaja menjajaki alternatif dan mencoba berbagai pilihan sebagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pemaknaan Hidup 1. Pengertian Makna Hidup Baidun (2002), mengartikan makna hidup adalah kalimat yang mengandung keberartian hidup. Seseorang akan merasa senang, bila ia dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu bangsa dan negara hendaknya sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu bangsa dan negara hendaknya sejalan dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan suatu bangsa dan negara hendaknya sejalan dengan pembangunan dan peningkatan sumber daya manusia. Peningkatan sumber daya manusia dapat dilakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupannya. Seseorang yang mengalami peristiwa membahagiakan seperti dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupannya. Seseorang yang mengalami peristiwa membahagiakan seperti dapat BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai pengalaman baik positif maupun negatif tidak dapat lepas dari kehidupan seseorang. Pengalaman-pengalaman tersebut akan memberi pengaruh yang pada akhirnya

Lebih terperinci

PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA

PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA Modul ke: PANCASILA PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA Fakultas 10FEB Melisa Arisanty. S.I.Kom, M.Si Program Studi MANAJEMEN PANCASILA SEBAGAI ETIKA BERNEGARA Standar Kompetensi : Pancasila sebagai Sistem

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Moleong (2007) mengemukakan penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Dorongan beragama bagi manusia merupakan tuntutan yang tidak dapat dihindari.

Bab I Pendahuluan. Dorongan beragama bagi manusia merupakan tuntutan yang tidak dapat dihindari. 1 Bab I Pendahuluan Latar Belakang Masalah Dorongan beragama bagi manusia merupakan tuntutan yang tidak dapat dihindari. Dorongan beragama merupakan dorongan psikis yang merupakan landasan ilmiah dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Penyesuaian Diri Penyesuaian berarti adaptasi yang dapat mempertahankan eksistensinya atau bisa bertahan serta memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupuan psikologis, yang tentunya bertujuan

Lebih terperinci

para1). BAB I PENDAHULUAN

para1). BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menjadi tua merupakan suatu proses perubahan alami yang terjadi pada setiap individu. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan 60 tahun sampai 74 tahun sebagai

Lebih terperinci

EPISTEMOLOGI & LOGIKA PENDIDIKAN. Oleh Dr. Dwi Siswoyo, M. Hum

EPISTEMOLOGI & LOGIKA PENDIDIKAN. Oleh Dr. Dwi Siswoyo, M. Hum EPISTEMOLOGI & LOGIKA PENDIDIKAN Oleh Dr. Dwi Siswoyo, M. Hum MAKNA FILOSOFI Kata filosofi berasal dari perkataan yunani philos (cinta) dan sophia (kebijaksanaan) dan berarti cinta kebijaksanaan. Filosofi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. setiap anak. Akan tetapi, pada kenyataannya tidak semua anak dapat merasakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. setiap anak. Akan tetapi, pada kenyataannya tidak semua anak dapat merasakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebuah keluarga dengan orang tua yang lengkap merupakan dambaan bagi setiap anak. Akan tetapi, pada kenyataannya tidak semua anak dapat merasakan keberuntungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditolak eksistensinya di masyarakat. Sayangnya, belum banyak orang yang

BAB I PENDAHULUAN. ditolak eksistensinya di masyarakat. Sayangnya, belum banyak orang yang BAB I PENDAHULUAN I. A. Latar Belakang Masalah Fenomena kaum waria merupakan suatu paparan nyata yang tidak dapat ditolak eksistensinya di masyarakat. Sayangnya, belum banyak orang yang mengetahui seluk-beluk

Lebih terperinci

Perkembangan Sepanjang Hayat

Perkembangan Sepanjang Hayat Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Dewasa Madya dalam Aspek Psikososial Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Setiap fase

Lebih terperinci

Hubungan Berfikir Positif dengan Makna Hidup pada Pasien Penyakit Kanker di RSUD dr. Pirngadi Medan

Hubungan Berfikir Positif dengan Makna Hidup pada Pasien Penyakit Kanker di RSUD dr. Pirngadi Medan 1 Hubungan Berfikir Positif dengan Makna Hidup pada Pasien Penyakit Kanker di RSUD dr. Pirngadi Medan Laili Alfita Fakultas Psikologi Universitas Medan Area Pradina Willi Fakultas Psikologi Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi, manusia dimanjakan dengan kemajuan teknologi yang semakin maju, sehingga manusia cenderung berfikir konsumtif yang mencerminkan perilaku

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Pada bab ini terdapat empat kesimpulan berdasarkan hasil temuan penelitian dan pembahasan. Kesimpulan pertama berkaitan dengan kenyataan yang dialami keluarga,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yakni tingginya angka korupsi, semakin bertambahnya jumlah pemakai narkoba,

BAB I PENDAHULUAN. yakni tingginya angka korupsi, semakin bertambahnya jumlah pemakai narkoba, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini bukan hanya mengenai ekonomi, keamanan dan kesehatan, tetapi juga menurunnya kualitas sumber daya

Lebih terperinci

PREVIEW MEANING OF LIFE ON THE ADHERENTS OF ATHEISM

PREVIEW MEANING OF LIFE ON THE ADHERENTS OF ATHEISM PREVIEW MEANING OF LIFE ON THE ADHERENTS OF ATHEISM Ricky Sulistiadi, Anita Zulkaida, SPsi., MPsi. Undergraduate Program, Faculty of Psychology, 2009 Gunadarma University http://www.gunadarma.ac.id Key

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku X di Kabupaten Papua yang menganut tradisi potong jari ketika salah seorang anggota

Lebih terperinci

FILSAFAT PENGANTAR TERMINOLOGI

FILSAFAT PENGANTAR TERMINOLOGI FILSAFAT PENGANTAR Kata-kata filsafat, filosofi, filosofis, filsuf, falsafi bertebaran di sekeliling kita. Apakah pemakaiannya dalam kalimat-kalimat sudah tepat atau sesuai dengan arti yang dimilikinya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja tidak dapat dikatakan sebagai anak-anak dan belum termasuk pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja tidak dapat dikatakan sebagai anak-anak dan belum termasuk pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja tidak dapat dikatakan sebagai anak-anak dan belum termasuk pada kategori orang dewasa. Masa remaja merupakan tahap perkembangan kehidupan yang dilalui setelah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Permasalah penelitian yang ingin dijabarkan disini adalah mengenai

BAB III METODE PENELITIAN. Permasalah penelitian yang ingin dijabarkan disini adalah mengenai BAB III METODE PENELITIAN Permasalah penelitian yang ingin dijabarkan disini adalah mengenai pengalaman subjek yang menderita HIV positif. Teori Viktor E. Frankl dalam penelitian ini dinyatakan bukan sebagai

Lebih terperinci

SUMBER-SUMBER DAN NILAI DALAM PERILAKU ETIKA. Week 6

SUMBER-SUMBER DAN NILAI DALAM PERILAKU ETIKA. Week 6 SUMBER-SUMBER DAN NILAI DALAM PERILAKU ETIKA Week 6 Agama Islam menganggap etika sebagai cabang dari Iman, dan ini muncul dari pandangan dunia islam sebagai cara hidup manusia. Istilah etika yang paling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia pasti akan mengalami perkembangan dan perubahan. Perkembangan sendiri pada dasarnya melibatkan pertumbuhan yang berarti bertambahnya usia menjadi

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA. Secara Etimologis, istilah Kebijakan (policy) berasal bahasa Yunani,

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA. Secara Etimologis, istilah Kebijakan (policy) berasal bahasa Yunani, BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kebijakan Secara Etimologis, istilah Kebijakan (policy) berasal bahasa Yunani, Sangsekerta, dan Latin. Dimana istilah kebijakan ini memiliki arti menangani masalah-masalah publik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dasarnya adalah aktif, punya tujuan serta harga diri (Sarwono, 2002). Pada manusia

BAB I PENDAHULUAN. dasarnya adalah aktif, punya tujuan serta harga diri (Sarwono, 2002). Pada manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Manusia adalah suatu ketunggalan yang mengalami, menghayati, dan pada dasarnya adalah aktif, punya tujuan serta harga diri (Sarwono, 2002). Pada manusia

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS. Komunitas belajar dalam Tugas Akhir ini dapat didefinisikan melalui beberapa referensi yang telah dibahas pada Bab II.

BAB III ANALISIS. Komunitas belajar dalam Tugas Akhir ini dapat didefinisikan melalui beberapa referensi yang telah dibahas pada Bab II. BAB III ANALISIS Sesuai dengan permasalahan yang diangkat pada Tugas Akhir ini, maka dilakukan analisis pada beberapa hal sebagai berikut: 1. Analisis komunitas belajar. 2. Analisis penerapan prinsip psikologis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi tantangan hidup, terkadang orang akan merasakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi tantangan hidup, terkadang orang akan merasakan bahwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi tantangan hidup, terkadang orang akan merasakan bahwa hidup yang dijalaninya tidak berarti. Semua hal ini dapat terjadi karena orang tersebut

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. masyarakat itu sendiri. Akan tetapi, masyarakat itu sangatlah kompleks. Untuk menjadikan

BAB II LANDASAN TEORI. masyarakat itu sendiri. Akan tetapi, masyarakat itu sangatlah kompleks. Untuk menjadikan BAB II LANDASAN TEORI Eksistensi dari karya sastra di tengah masyarakat tidak lepas dari pengakuan masyarakat itu sendiri. Akan tetapi, masyarakat itu sangatlah kompleks. Untuk menjadikan karya sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial, yaitu makhluk yang saling membutuhkan dan saling berinteraksi. Dalam interaksi antar manusia

Lebih terperinci

GAMBARAN PROSES, FAKTOR PENYEBAB, SERTA TANTANGAN PENGANUT PAHAM ATEISME SKRIPSI. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

GAMBARAN PROSES, FAKTOR PENYEBAB, SERTA TANTANGAN PENGANUT PAHAM ATEISME SKRIPSI. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh GAMBARAN PROSES, FAKTOR PENYEBAB, SERTA TANTANGAN PENGANUT PAHAM ATEISME SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Oleh MUHAMMAD RAJIEF 111301117 FAKULTAS PSIKOLOGI

Lebih terperinci

EDITORIAL. RESPONS volume 14 no. 2 (2009): (c) 2009 PPE-UNIKA ATMA JAYA, Jakarta. ISSN:

EDITORIAL. RESPONS volume 14 no. 2 (2009): (c) 2009 PPE-UNIKA ATMA JAYA, Jakarta. ISSN: EDITORIAL Mengamati drama sengketa antar para anggota Dewan Perwakilan Rakyat panitia khusus (pansus) Bank Century yang cukup seru, muncul pertanyaan Siapakah sebenarnya yang layak menyandang predikat

Lebih terperinci