MENYANGKAL TUHAN KARENA KEJAHATAN DAN PENDERITAAN? Ikhtiar-Filsafati Menjawab Masalah Teodise M. Subhi-Ibrahim
|
|
- Ade Yuwono
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 MENYANGKAL TUHAN KARENA KEJAHATAN DAN PENDERITAAN? Ikhtiar-Filsafati Menjawab Masalah Teodise M. Subhi-Ibrahim Jika Tuhan itu ada, Mahabaik, dan Mahakuasa, maka mengapa membiarkan datangnya kejahatan? Kejahatan, penderitaan atas orang-orang tak berdosa bisa menjadi dasar pemberontakan pada Tuhan, atau bahkan pondasi bagi ateisme. Ada sejumlah jawaban yang diajukan, tapi sayang kurang memadai. Jawaban yang kurang memadai itu antara lain: Pertama, kejahatan adalah kebalikan yang diperlukan dari kebaikan. Tesis utamanya: kejahatan diintegrasikan dalam suatu rencana, realisasi yang lebih luas dimana kejahatan berperan antagonis di situ namun untuk kebaikan yang lebih besar. Sebagai ilustrasi: dalam suatu lukisan, warna-warga gelap diperlukan agar memberi harmoni secara keseluruhan, sehingga warna-warna cerah tampak jelas. Kejahatan dan penderitaan diperlukan agar harmoni, keindahan dunia, kebaikan tampak dengan jelas. Dengan kata lain, sesuatu tampak tak sempurna bila berdiri sendiri, tapi sempurna bila dlihat sebagai bagian dari alam semesta. Kejahatan bukan kejahatan, moment yang diperlukan untuk kemajuan. Kejahatan kehilangan sifat jahatnya bila diletakkan dalam perspektif perkembagan total, penderitaan adalah krisis pertumbuhan; peperangan adalah benih lahirnya sejarah; dst. Argumen ini tak memadai karena: argumen ini tampak imoral. Manusia adalah persona. Realitas paling penting di dunia kita, bahkan di mata Tuhan, adalah persona itu sendiri. Karena itu, persona harus jadi tujuan, tidak pernah boleh jadi sarana, bahkan atas nama kebaikan umum sekali pun. Kebaikan komunitas sekali pun mesti ditujukan untuk kebaikan persona secara optimum. Manusia adalah objek kasih Tuhan yang tak terbatas. Penderitaan itu Peringatan Tuhan? Lalu, bukankah rasa sakit adalah peringatan yang memiliki guna spiritual, penyujian jiwa. Betul bahwa, rasa sakit dapat melahirkan keberanian, dan kesalahan bisa jadi pelajaran. Namun bila rasa sakit adalah suatu tanda peringatan, mengapa peringatan itu harus berbetuk rasa sakit? Sebab, bisa jadi, bagi orang tertentu rasa sakit itu mendorong maju dan berani, tapi bagi yang lain, mengakibatkan pemberontakan, bunuh diri, dan hinaan Tuhan? Penderitaan diijinkan Tuhan? Tuhan tidak menghendaki kejahatan. Dia hanya mengijinkan kejahatan. Namun, bukankah pandangan ini berasumsi tentang adanya suatu kondisi yang memaksa Tuhan untuk mengijinkan sesuatu yang tidak dikehendaki-nya. Dalam konteks ini, Tuhan tampak lebih tidak bermoral dari sang ateis?
2 Kedua, Penderitaan, kutukan Tuhan. Inti argumen: Tuhan itu Mahaadil. Karenanya, bila orang berbuat dosa, maka dia akan dihukum. Namun, bukankah dalam kisah Ayub, penderitaan Ayub tak berhubungan dengan dosa? Apakah orang-orang yang terkena tsunami di Aceh adalah pribadi-pribadi yang memang layak jadi korban karena dosanya? Bagi saya, argumen ini tak menyenangkan karena mengidentikan kemalangan individual atau kolektif dengan pengadilan Tuhan, dan beranggapan bahwa, kemalangan tersebut sebagai sesuatu yang pantas diterimanya karena dosa. Jelas, argumen ini tidak manusiawi. Ketiga, kejahatan bergantung pada kebebasan manusia. Argumen ini berupaya membersihkan Tuhan dari dakwaan tidak baik. Tuhan tidak campur tangan, menghalangi kebebasan manusia, ketika seseorang menginginkan kejahatan. Tuhan menghormati kebebasan manusia. karenanya, kejahatan bukanlah tanggungjawab Tuhan, tapi tanggungjawab manusia. betul bahwa, kejahatan paling memuakkan hasil penyalahgunaan kebebasan manusia. Namun, apakah betul penyalahgunaan kebebasan itu mengakibatkan angin topan, banjir, gempa bumi, wabah penyakit dan seterusnya? Kemudian, bila jawaban-jawaban di atas tidak memadai, bagaimana jawaban alternatif untuk memecahkan problem filosofis yang pelik ini? Sebelum masuk pada argumen inti, ada baiknya memerhatikan beberapa hal ini, sebagai pendahuluan. Pertama, dimensi moral bersifat dinamis-historis. Hati nurani kita bersifat historis, evolutif. Dalam menganalisa kejahatan perlu mengenali kejahatan, dimana kejahatan itu berada, menolak pemecahan yang salah. Kita tak boleh menutupi kejahatan demi menonjolkan kebaikan Tuhan. Kita harus mengenali kejahatan! Dalam perkembangan moralitas, banyak kejahatan atau ketidakadilan baru disadari sebagai kejahatan atau ketidakadilan saat ini, misalnya perbudakan. Karena itu, pada dasarnya, manusia mengenal dirinya sedikit demi sedikit. Begitu pula dengan tuntutan moral kita. Artinya, manusia terikat pada hukum pendewasaan, pengalaman. Kemajuan rasa moral menuntut reformasi institusi sosial, memprotes ketidakadilan dari adat. Karena itu, kita harus mencela. Kejahatan harus ditempatkan sebagai masalah, dan harus dilenyapkan! Kedua, secara logis, pengingkaran Tuhan berdasarkan adanya kejahatan adalah kerancuan rasional, kontradiktif. Mengapa? 1) Hanya ada satu pilihan dari dua kemungkinan. Kemungkinan pertama: alam semesta ini adalah alam semesta terbaik, karenanya Tuhan bertanggungjawab. Kemungkinan kedua, alam semesta bukan alam semesta terbaik, dan itu menunjukkan alam semesta itu tercipta sebab seandainya tak tercipta, berarti alam semesta itu ada dengan sendirinya. Lalu, bagaimana menjelaskan alam semesta yang terjadi dengan sendirinya tersebut itu mungkin? Jika alam semesta itu terjadi dengan sendirinya: mengapa alam semesta yang lebih sempurna tak terjadi, dan mencegah yang tidak sempurna, dan mengapa alam semesta yang sempurna itu
3 tak terjadi? 2) jika alam semesta terjadi dengan sendirinya, bukan karya Tuhan karena ada kejahatan di dalamnya, maka berarti, alam semesta ini bersifat mutlak. Bila demikian, bukankah alam semesta yang dipersalahkan? Ketiga, masalah teodise menjadi rumit karena melibatkan emosi korban. Karena itu, upaya menjawab persoalan teodise bukan untuk menyangkal fakta emosional itu, tapi hendak menunjukkan dan membongkar sesat berfikir, penalaran yang taksehat. Catatan terpenting dari argumen-argumen yang menyanggah teodise adalah, argumenargumen itu mengalami paradoks: rasa berontak terhadap kejahatan yang menyebabkan sebagian orang menyangkal Tuhan, justru karena percaya pada kemutlakan kebaikan moral! Ini titik pijak yang akan dijadikan kerangka kerja argumen di bawah ini, yakni: perlawanan pada Tuhan atas nama kebaikan moral itu absurd, tak masuk akal bila Tuhan sendiri diandaikan tidak ada. Dengan kata lain, rasa berontak itu sendiri menunjukkan pengakuan implisit adanya Tuhan. Bagaimana argumen ini dijelaskan? Jawaban atas Masalah Teodise Pertama, Suatu zat mutlak yang transenden bagaimanapun cara memandangnya. Kejahatan itu nyata dialami. Sang ateis mengandaikan adanya sesuatu yang mutlak, sebagaimana kaum beriman meyakini adanya zat mutlak, Allah. Inilah persamaan ateis dan teis dalam konteks teodise, yakni semacam absolutisme moral. Bagi sang ateis, Kebaikan itu hanya ide sebab andai kebaikan itu sungguh ada, seperti diyakini orang beriman, kebaikan itu justru bersalah, bukan karena menghendaki kejahatan, tapi karena mengijinkan kejahatan sebab bila Zat Mutlak itu ada, ia pastilah berkuasa secara mutlak, berkuasa menghindarkan kejahatan. Bagi sang ateis, tak menghendaki, tapi mengijinkan kejahatan adalah skandal! Agar kebaikan mutlak itu tidak terjebak pada skandal, kebaikan mutlak itu sendiri disangkal! Dengan demikian, seseorang tak akan bersalah jika ia sendiri tidak ada. Yang disangkal sang ateis adalah Kebaikan Mutlak yang Transenden. Karena itu, bagi sang ateis, kebaikan mutlak itu adalah manusia itu sendiri. Tapi, mungkinkah ada suatu moral otentik tanpa transendensi? Bicara moral, bukanlah bicara tentang sesuatu yang deskriptif (paparan), tetapi imperatif (kewajiban). Bagaimana mungkin saya merasa di bawah suatu norma objektif, jika diri saya sebagai satu-satunya ukuran baik dan jahat yang bagi orang lain pun berlaku juga? Sebagai contoh: Anda memilih keadilan? Silahkan. Saya tidak! Anda memilih jalan kekerasan, dan bahkan penyiksaan? Saya tidak! Pertanyaanya: atas nama apakah seseorang mengutamakan salahsatu dari dua sikap itu, seraya membuang sikap yang lain? Jika kewajiban yang saya patuhi hasil dari kebebasan saya, bagaimanakah kewajiban itu dapat disebut sebagai benar-benar wajib dan objektif? Jika tak ada suatu norma wajib, objektif, atas dasar apakah anda menetapkan bahwa yang ini baik, sedangkan yang itu jahat? Jika perbedaan semacam ini pun tak berlaku, atas dasar apa
4 lagi Anda berontak terhadap kejahatan, dengan berkata: itu jahat karena tidak seperti seharusnya? Kedua, Rasa Berontak yang Nyata, dan Allah yang Nyata. Atas nama apakah timbul rasa berontak itu? Atas nama suatu cita-cita, tuntutan mutlak kebaikan. Kebaikan yang bagaimana? Kebaikan (dengan K besar): kebaikan moral yang menimbulkan rasa wajib patuh secara moral dalam diri seseorang. Sesuatu yang mengatasi diri kita. Suatu kebaikan yang mengikat, yang melahirkan: kewajiban moral. Kewajiban ini begitu kuat, sehingga perlu menyangkal Tuhan atas nama kewajiban ini. Ringkasnya, menyangkal Tuhan untuk setia pada kemutlakan nilai moral. Apakah kebaikan itu? Apakah sekedar angan-angan, atau cita-cita? Ya, kebaikan adalah angan-angan ideal, yang perlu dihormati, dipatuhi. Tuntutan praktisnya: mengenyahkan kebalikannya, kejahatan. Sang ataeis berkata : sebagai manusia biasa, merasakan tuntutan tersebut. Apalagi bagi Allah. Dia mahakuasa, seharusnya mampu mencegah kejahatan. Tapi, ia tak melakukannya. Penolakan untuk mengintervensi itu tidak bermoral! Kendati saya manusia yang terbatas, namun saya lebih bermoral daripada Dia karena saya berontak pada sutuasi semacam itu. Karena itu, sama saja: Dia tidak ada sebab Allah yang tak bermoral itu sama dengan ketiadaan Allah. Pertanyaannya, apakah kebaikan ideal itu? Jika kebaikan ideal itu angan-angan ideal saja, apakah berontak Anda itu punya dasar yang nyata? Jika suatu angan-angan ideal saja, tanpa pijakan, berarti ia hanya hayalan, wishful thinking. Bila Allah disangkal, berarti kenyataan dunia adalah satu-satunya realitas yang ada. Sang ateis mungkin berkata, ya, tetapi justru dunia ini bukanlah seperti yang seharusnya ada. Lalu, apakah dasarnya? Apakah suatu kenyataan atau angan-angan ideal juga? Ya, tetapi ada sebuah zat mutlak yang nyata: manusia itu sendiri. Situasinya semakin rumit. Zat mutlak Ilahi diganti zat mutlak manusiawi, tapi zat mutlak ini tak berdaya terhadap kejahatan. Andaikan ia mampu melenyapkan kejahatan, maka dialah, bukan Allah, yang harus dituduh tak bermoral, karena tidak mencegah terjadi kejahatan. Dengan demikain: benar bahwa, pribadi manusia punya nilai mutlak tertentu. Tapi pribadi manusia tak bisa jadi norma terakhir bagi dirinya sendiri sebab manusia justru berada di bawah hukum moral. Jika nilai moral itu ditetapkan oleh diri sendiri, kewajiban itu terkena pada manusia sendiri. Padahal manusia memiliki kebebasan. Kewajiban yang diwajibkan oleh diri sendiri bukanlah kewajiban. Ikrar, janji, sumpah sudah mensyaratkan adanya suatu lingkup nilai, dan ke dalam lingkup itulah subjek yang bebas ditempatkan. Manusia disebut zat mutlak berkat pelimpahan kuasa, atau penyelenggara nilai-nilai, dalma arti, tanpa peran dinamisnya, perwujukan konkret nilai-nilai tak akan terjadi. Situasi yang aneh sang ateis: kejahatan menyebabkan orang menyangkal Allah, tapi perlawanan terhadap kejahatan hanya dapat berpijak pada suatu zat mutlak, bukan
5 Allah. Agar zat mutlak itu tak kosong dasar pendasaran ontologis (supaya tidak subjektif), manusialah zat mutlak itu. Zat mutlak ini tak memadai karena manusia bukan hanya sebagai korban kejahatan, tetapi juga pelaku kejahatan. Rujukan: Louis Leahy, Esai Filsafat untuk Masa Depan, Telaah Masalah Roh-Materi Berdasarkan Data Empiris Baru, Jakarta: Pustaka Grafiti, 1994
otaknya pasti berbeda bila dibandingkan dengan otak orang dewasa. Tetapi esensi otak manusia tetap ada pada otak bayi itu, sehingga tidak pernah ada
KESIMPULAN UMUM 303 Setelah pembahasan dengan menggunakan metode tiga telaah, deskriptif-konseptual-normatif, pada bagian akhir ini, akan disampaikan kesimpulan akhir. Tujuannya adalah untuk menyajikan
Lebih terperinciEffects of Sin Rudi Zalukhu, M.Th
Effects of Sin Rudi Zalukhu, M.Th BGA : Ibrani 10:26-31 Ke: 1 2 3 APA YANG KUBACA? (Observasi: Tokoh, Peristiwa) APA YANG KUDAPAT? (Penafsiran: Pelajaran, Janji, Teladan, Perintah, Nasehat, Larangan) APA
Lebih terperinciDies Communitatis FF UNPAR 48 Akar Akar Intoleransi
1 Dies Communitatis FF UNPAR 48 Akar Akar Intoleransi Dr. Haidar Bagir (MIZAN) 1. Melihat Intoleransi dari Perspektif Mistisisme Intoleransi erat kaitannya dengan problem kemiskinan. Maka wajar jika orang
Lebih terperinciBAGIAN 3 TELAAH NORMATIF
BAGIAN 3 TELAAH NORMATIF 229 Pada bagian normatif ini, pertama-tama akan dijelaskan tentang jenjang pemahaman moral dari para responden. Penjelasan ini adalah hasil analisis atas data penelitian dengan
Lebih terperinciREFORMASI KESEHATAN PERLU DILAKSANAKAN
BEKERJA UNTUK YANG KECANDUAN REFORMASI KESEHATAN PERLU DILAKSANAKAN Setiap reformasi yang benar mendapat tempat dalam pekerjaan keselamatan dan cenderung mengangkat jiwa kepada satu kehidupan yang baru
Lebih terperinciNegara Jangan Cuci Tangan
Negara Jangan Cuci Tangan Ariel Heryanto, CNN Indonesia http://www.cnnindonesia.com/nasional/20160426085258-21-126499/negara-jangan-cuci-tangan/ Selasa, 26/04/2016 08:53 WIB Ilustrasi. (CNN Indonesia)
Lebih terperinciBAGIAN III--TEOLOGI YAKOBUS. l. Dia menamakan dirinya " hamba Allah dan Tuhan Yesus Kristus"-- l:l
1 BAGIAN III--TEOLOGI YAKOBUS PENDAHULUAN A. Penulis. l. Dia menamakan dirinya " hamba Allah dan Tuhan Yesus Kristus"-- l:l 2. Empat orang yang bernama "Yakobus " disebutkan dalam Perjanjian Baru: a. Yakobus
Lebih terperinciSTMIK AMIKOM YOGYAKARTA
TUGAS AKHIR SILA KEDUA DARI PANCASILA KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB Nama : NARISWARI NIM : 11.02.7968 Kelompok : A Program Studi : Diploma 3 Jurusan : Manajemen Informatika Dosen : KALIS PURWANTA,
Lebih terperinciMENJADI MANUSIA OTENTIK
MENJADI MANUSIA OTENTIK Penulis : Reza A.A. Wattimena G. Edwi Nugrohadi A. Untung Subagya Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2013 Hak Cipta 2013 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak
Lebih terperinciMoral Akhir Hidup Manusia
Modul ke: 07Fakultas Psikologi Pendidikan Agama Katolik Moral Akhir Hidup Manusia Oleh : Drs. Sugeng Baskoro, M.M Program Studi Psikologi Bagian Isi TINJAUAN MORAL KRISTIANI AKHIR HIDUP MANUSIA (HUKUMAN
Lebih terperinciGenerasi Santun. Buku 1B. Timothy Athanasios
Generasi Santun Buku 1B Timothy Athanasios Teori Nilai PENDAHULUAN Seorang pendidik terpanggil untuk turut mengambil bagian dalam menumbuhkembangkan manusia Indonesia yang utuh, berakhlak suci, dan berbudi
Lebih terperinciBAB IV MAKNA SIMBOLIS TRADISI LEMPAR AYAM DALAM PERSPEKTIF HERMENEUTIKA PAUL RICOEUR
69 BAB IV MAKNA SIMBOLIS TRADISI LEMPAR AYAM DALAM PERSPEKTIF HERMENEUTIKA PAUL RICOEUR A. Implementasi Simbol dalam Perespektif Hermeneutika Paul Ricoeur Lempar ayam merupakan prosesi atau cara yang dilakukan
Lebih terperinciWAWASAN DUNIA KRISTEN. Dosen Pengampu: Amirrudin Zalukhu, M.Th
WAWASAN DUNIA KRISTEN Dosen Pengampu: Amirrudin Zalukhu, M.Th Baca Buku EFESUS 6:10-11 Akhirnya, hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan, di dalam kekuatan kuasa-nya. Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata
Lebih terperinciPlato lahir pada tahun 427SM, dari keluarga bansawan Athena, ditengahtengah kekacauan perang Pelopenes. Plato meninggal di Athena pada tahun 348SM.
Rangkuman 13 tokoh etika. 1. Plato: Cinta kepada sang Baik - Etika Yunani Berabad-abad lamanya orang-orang Yunani hidup menurut tradisi dan kepercayaan keagamaan mereka. Dari masyarakat yang agraris, mereka
Lebih terperinciPertentangan Akhir antara Kristus dan Setan adalah latar belakang di seluruh Alkitab. Hal ini terutama muncul dalam kitab Ayub. Pertentangan Akhir.
Lesson 2 for October 8, 2016 Pertentangan Akhir antara Kristus dan Setan adalah latar belakang di seluruh Alkitab. Hal ini terutama muncul dalam kitab Ayub. Pertentangan Akhir. Pertentangan dimulai. Pertentangan
Lebih terperinciDalam Ayub pasal 10, Ayub mengeluh tentang penderitaannya yang dia angggap tidaklah adil. Allah menciptakan dan mendukung segala sesuatu dengan
Lesson 8 for November 19 2016 Dalam Ayub pasal 10, Ayub mengeluh tentang penderitaannya yang dia angggap tidaklah adil. Allah menciptakan dan mendukung segala sesuatu dengan kasih, jadi bagaimana Allah
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS UPAYA GURU PAI DALAM MEMBINA MORAL SISWA SMP NEGERI 1 KANDEMAN BATANG
BAB IV ANALISIS UPAYA GURU PAI DALAM MEMBINA MORAL SISWA SMP NEGERI 1 KANDEMAN BATANG A. Analisis tentang Upaya Guru PAI dalam Membina Moral Siswa SMP Negeri 1 Kandeman Batang Sekolah adalah lingkungan
Lebih terperinciRevelation 11, Study No. 9 in Indonesian Language. Seri Kitab Wahyu Pasal 11, Pembahasan No. 9, oleh Chris McCann.
Revelation 11, Study No. 9 in Indonesian Language Seri Kitab Wahyu Pasal 11, Pembahasan No. 9, oleh Chris McCann. Selamat malam dan selamat datang Pemahaman Alkitab EBible Fellowship dalam Kitab Wahyu.
Lebih terperinci1. Seseorang yang menerima ukuran moral yang tinggi, estetika, dan agama serta menghayatinya;
IDEALISME Arti kata IDEALIS secara umum: 1. Seseorang yang menerima ukuran moral yang tinggi, estetika, dan agama serta menghayatinya; 2. Seseorang yang dapat melukiskan dan menganjurkan suatu rencana
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sosiologi dan Sastra Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman adalah gejala alam. Masyarakat adalah
Lebih terperinciGenerasi Santun. Buku 1A. Timothy Athanasios
Generasi Santun Buku 1A Timothy Athanasios Teori Nilai PENDAHULUAN Seorang pendidik terpanggil untuk turut mengambil bagian dalam menumbuhkembangkan manusia Indonesia yang utuh, berakhlak suci, dan berbudi
Lebih terperinciSiapakah Yesus Kristus? (3/6)
Siapakah Yesus Kristus? (3/6) Nama Kursus : SIAPAKAH YESUS KRISTUS? Nama Pelajaran : Yesus adalah Allah Sejati dan Manusia Sejati Tanpa Dosa Kode Pelajaran : SYK-P03 Pelajaran 03 - YESUS ADALAH ALLAH SEJATI
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan pembahasan, dapat ditarik simpulan sebagai berikut: 1. Setting Sosial Tahun 1998, di Indonesia banyak terjadi demonstrasi hingga berujung pada
Lebih terperinci5. Kisah-kisah dan Sejarah 5.8 Nabi Syu aib AS.
5.8.1 Nabi Syu aib AS. dan Kaum Madyan Kaum Madyan, kaumnya Nabi Syu aib, adalah segolongan bangsa Arab yang tinggal di sebuah daerah bernama Aikah di pinggir negeri Syam. Mereka terdiri dari orang-orang
Lebih terperinciSAMSURI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
Handout 4 Pendidikan PANCASILA SAMSURI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA PANCASILA sebagai Sistem Filsafat Kita simak Pengakuan Bung Karno tentang Pancasila Pancasila memuat nilai-nilai universal Nilai-nilai
Lebih terperinciKesalehan Ayub (Ayub 1-2) Ev. Bakti Anugrah, M.A.
Kesalehan Ayub (Ayub 1-2) Ev. Bakti Anugrah, M.A. Kesalehan menjadi sesuatu yang langka di zaman kita. Barang langka cenderung menjadi mahal atau dianggap aneh. Seorang yang saleh itu dapat menjadi aneh
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Transseksual merupakan permasalahan yang kompleks. Di satu sisi, di
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Transseksual merupakan permasalahan yang kompleks. Di satu sisi, di wilayah publik transseksual dipandang sebagai perbuatan yang melanggar hukum, tabu, dan dosa. Hal ini disebabkan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan
BAB V PENUTUP Manusia dalam kehidupannya adalah manusia yang hidup dalam sebuah institusi. Institusi yang merupakan wujud implementasi kehidupan sosial manusia. Di mana pun keberadaannya manusia tidak
Lebih terperinciBAB IV. 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat. Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat,
BAB IV ANALISIS 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat, yang secara sadar maupun tidak telah membentuk dan melegalkan aturan-aturan yang
Lebih terperinciMakna Pancasila sebagai Sistem Etika
Modul ke: Fakultas MKCU PENDIDIKAN PANCASILA Makna Pancasila sebagai Sistem Etika Amiruddin, Drs,S.Pd,MM. Program Studi www.mercubuana.ac.id Indikator Mampu melakukan kajian dengan proses kajian pemanfaatan
Lebih terperinciAreté Volume 02 Nomor 02 September 2013 RESENSI BUKU 2. Simon Untara 1
199 RESENSI BUKU 2 Simon Untara 1 Judul Buku : Tema-tema Eksistensialisme, Pengantar Menuju Eksistensialisme Dewasa Ini Pengarang : Emanuel Prasetyono Penerbit : Fakultas Filsafat Unika Widya Mandala Surabaya,
Lebih terperinciBAGIAN 2 TELAAH KONSEPTUAL
BAGIAN 2 TELAAH KONSEPTUAL 121 Telaah deskriptif sudah menjelaskan bagaimana persepsi etis konkret dari para responden tentang aborsi. Dalam proses pembentukan persepsi tersebut terlibat beberapa faktor
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan manusia tak dapat dilepaskan dari spiritualitas. Spiritualitas melekat dalam diri setiap manusia dan merupakan ekspresi iman kepada Sang Ilahi. Sisi spiritualitas
Lebih terperinciBAB I. Negara Indonesia yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus telah menyatakan diri sebagai negara berdasarkan atas hukum.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 telah menyatakan diri sebagai negara berdasarkan atas hukum. Pernyataan ini dengan jelas terlihat
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar belakang masalah
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang masalah Tidak ada yang memungkiri bahwa negara Indonesia adalah salah satu negara yang kaya akan sumber daya alam. Gas, minyak bumi, batu bara, intan, emas, berlian,
Lebih terperinciMengampuni Orang Tua Anda 1
Modul 8: Mengampuni Orang Tua Anda Mengampuni Orang Tua Anda 1 Diterjemahkan dari Out of Darkness into Light Wholeness Prayer Basic Modules 2014, 2007, 2005, 2004 Freedom for the Captives Ministries Boleh
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. nampaklah bahwa pembuktian itu hanyalah diperlukan dalam berperkara dimuka
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Pembuktian Pengertian dari membuktikan ialah meyakinkan Hakim tentang kebenaran dalil atau dalil-dalil yang dikemukakan dalam suatu persengketaan. Dengan demikian
Lebih terperinciKOMUNIKASI DAN ETIKA PROFESI
KOMUNIKASI DAN ETIKA PROFESI Modul ke: 01Fakultas Ilmu Komputer Program Studi Sistem Informasi www.mercubuana.ac.id Pokok Bahasan : Pengertian etika dasar Metode etika Kebebasan dan tanggung jawab Anggun
Lebih terperinciOleh. Salamun Rohman Nudin, S.Kom., M.Kom Etika Profesi/ Teknik Informatika Untag Surabaya
ETIKA, MORAL dan AKHLAK Oleh Salamun Rohman Nudin, S.Kom., M.Kom / Teknik Informatika Untag Surabaya Materi 1. ETIKA 2. MORAL 3.AKHLAK Pengertian Etika Dari segi etimologi (ilmu asal usul kata), etika
Lebih terperinciGagasan tentang Tuhan yang dibentuk oleh sekelompok manusia pada satu generasi bisa saja menjadi tidak bermakna bagi generasi lain.
TUHAN? Gagasan manusia tentang Tuhan memiliki sejarah, karena gagasan itu selalu mempunyai arti yang sedikit berbeda bagi setiap kelompok manusia yang menggunakannya di berbagai periode waktu. Gagasan
Lebih terperinciSurat Pertama Dari Rasul Yohannes. Educational Courses P.O. Box 0623 Cagayan de Oro 9000 Mindanao, Philippines
Surat Pertama Dari Rasul Yohannes Educational Courses P.O. Box 0623 Cagayan de Oro 9000 Mindanao, Philippines Surat Pertama dari Rasul Yohannes ini adalah buku ke62 dalam Kitab Suci. Terjemahan ini berdasarkan
Lebih terperinciFILSAFAT ILMU OLEH SYIHABUDDIN SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
FILSAFAT ILMU OLEH SYIHABUDDIN SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA FILSAFAT ILMU Filsafat: upaya sungguh-sungguh dlm menyingkapkan segala sesuatu, sehingga pelakunya menemukan inti dari
Lebih terperinciHubungan Pendidikan Dengan Penebusan. Terang dari pengetahuan tentang kemuliaan Allah yang nampak pada wajah Kristus.
Hubungan Pendidikan Dengan Penebusan Terang dari pengetahuan tentang kemuliaan Allah yang nampak pada wajah Kristus. Karena dosa, manusia putus hubungan dengan Allah. Kecuali karena rencana penebusan,
Lebih terperinciMusa menulis kitab Ayub dan kitab Kejadian ketika ia tinggal di Midian. Dengan demikian kitab Ayub adalah salah satu buku paling awal dalam Alkitab. B
Lesson 4 for October 22, 2016 Musa menulis kitab Ayub dan kitab Kejadian ketika ia tinggal di Midian. Dengan demikian kitab Ayub adalah salah satu buku paling awal dalam Alkitab. Berbeda dengan buku-buku
Lebih terperinci1 Yohannes 1. 1 Yohannes 2
1 Yohannes 1 Kesaksian rasul tentang Firman hidup 1 Apa yang telah ada sejak semula, yang telah kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan yang telah kami raba dengan
Lebih terperinciPANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA
PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA ABSTRAK Prinsip-prinsip pembangunan politik yang kurang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila telah membawa dampak yang luas dan mendasar bagi kehidupan manusia Indonesia.
Lebih terperinciBAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN
BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN Pada umumnya manusia dilahirkan seorang diri. Namun demikian, mengapa manusia harus hidup bermasyarakat. Manusia tanpa manusia lainnya pasti akan mati. Bayi misalnya,
Lebih terperinciBAB IV IMPLEMENTASI KONSEP MANUSIA MENURUT PANDANGAN PLATO DENGAN AJARAN ISLAM
BAB IV IMPLEMENTASI KONSEP MANUSIA MENURUT PANDANGAN PLATO DENGAN AJARAN ISLAM Landasan berfikir, zaman, dan tempat yang berbeda secara tidak langsung akan menimbulkan perbedaan, walaupun dalam pembahasan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI Karen Amstrong dalam bukunya yang berjudul Sejarah Tuhan (2001), menjelaskan bahwa pada mulanya manusia memunculkan satu Tuhan yang merupakan penyebab pertama bagi segala sesuatu
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. tesis ini yang berjudul: Konsep Berpikir Multidimensional Musa Asy arie. dan Implikasinya Dalam Pendidikan Islam, sebagai berikut:
254 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Penulis menganggap bahwa, makna tidak selalu merujuk pada kesimpulan-kesimpulan yang dibuat. Namun demikian, kesimpulan menjadi sebuah prasyarat penting dari sebuah penulisan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. esensialisme, pusat perhatiannya adalah situasi manusia. 1. Beberapa ciri dalam eksistensialisme, diantaranya: 2
BAB II KAJIAN TEORI A. Teori Eksistensi Soren Kierkegaard Eksistensialisme secara etimologi yakni berasal dari kata eksistensi, dari bahasa latin existere yang berarti muncul, ada, timbul, memilih keberadaan
Lebih terperinciDengan membaca buku ini kita akan banyak dibantu mengambil keputusan-keputusan etis yang sesuai dengan prinsip-prinsip Alkitab.
Di dalam kehidupan kita banyak menjumpai persoalan-persoalan etika. Kalau persoalan itu jelas benar atau salah, kita dengan mudah dapat membuat keputusan. Tetapi kalau keputusan menyangkut banyak hal yang
Lebih terperinciMK Etika Profesi. Pertemuan 5 Ethics, Morality & Law
MK Etika Profesi Pertemuan 5 Ethics, Morality & Law Moralitas Definisi Descriptive: seperangkat aturan yang mengarahkan perilaku manusia dalam memilah hal yang baik dan buruk, contoh: nilai-nilai moralitas
Lebih terperinciALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN DI AS
ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN DI AS 1. PROGRESSIVISME a. Pandangan Ontologi Kenyataan alam semesta adalah kenyataan dalam kehidupan manusia. Pengalaman adalah kunci pengertian manusia atas segala sesuatu,
Lebih terperinciLevel 2 Pelajaran 11
Level 2 Pelajaran 11 PERNIKAHAN (Bagian 2) Oleh Don Krow Hari ini kita akan kembali membahas mengenai pernikahan, dan satu pertanyaan yang muncul adalah, Apakah itu pernikahan? Apakah anda pernah memikirkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Pengertian Filsafat dan Filsafat Ketuhanan
BAB I PENDAHULUAN A. Pengertian Filsafat dan Filsafat Ketuhanan Filsafat merupakan disiplin ilmu yang terkait dengan masalah kebijaksanaan. Hal yang ideal bagi hidup manusia adalah ketika manusia berpikir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. a. Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN a. Latar Belakang Permasalahan Jean Paul Sartre seorang filsuf eksistensialis dari Perancis mengatakan bahwa manusia dilahirkan begitu saja ke dalam dunia ini, dan ia harus segera menanggung
Lebih terperinciHUKUM. (peran agama Kristen dalam rangka penegakan hukum yang adil dan benar).
HUKUM (peran agama Kristen dalam rangka penegakan hukum yang adil dan benar). 1.KOMPETENSI SUBTANSI KAJIAN 2.INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI 1.Menganalisis situasi penegakan hukum di Indonesia saat ini
Lebih terperinci17 Meditasi tentang Kehidupan by Jadi S. Lima Copyright Maret 2014, Fiat Lux!, Jakarta all rights reserved. 146 hlm; 19 cm
17 Meditasi tentang Kehidupan by Jadi S. Lima Copyright Maret 2014, Fiat Lux!, Jakarta all rights reserved 146 hlm; 19 cm for Ita, Emily and Yael... DAFTAR ISI Prakata...5 Doa...6 Merayakan apa di 1 Januari?...25
Lebih terperinciPERKEMBANGAN ETIKA PROFESI
PERKEMBANGAN ETIKA PROFESI Apa yang dimaksud dengan Etika? Etika berasal dari kata ethos (bahasa Yunani) berarti karakter, watak kesusilaan atau dapat juga berarti norma-norma, nilai-nilai, kaidahkaidah
Lebih terperinciFILSAFAT SEJARAH BENEDETTO CROCE ( )
FILSAFAT SEJARAH BENEDETTO CROCE (1866-1952) Filsafat Sejarah Croce (1) Benedetto Croce (1866-1952), merupakan pemikir terkemuka dalam mazhab idealisme historis. Syafii Maarif mengidentifikasi empat doktrin
Lebih terperinciBAB 6: ETIKA KRISTIAN
BAB 6: ETIKA KRISTIAN Konsep tritunggal yang menjadi asas kepada kepercayaan agama Kristian terdiri daripada perhubungan tiga hala antara Tuhan dan manusia. Agama Kristian Agama Kristian adalah agama monotheis
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep dibutuhkan dalam penelitian sebab di dalamnya akan ditemui aspekaspek
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep dibutuhkan dalam penelitian sebab di dalamnya akan ditemui aspekaspek yang menyangkut masalah yang akan diteliti sehingga ruang lingkup
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Mengingat : a. bahwa Negara Kesatuan
Lebih terperinciBAHAN TAYANG MODUL 9
Modul ke: Fakultas TEKNIK MAKNA DAN AKTUALISASI SILA KETUHANAN YANG MAHA ESA DALAM KEHIDUPAN BERNEGARA ( DALAM BIDANG POLITIK, EKONOMI, SOSIAL BUDAYA, HANKAM SERTA HUKUM DAN HAM ) SEMESTER GASAL TAHUN
Lebih terperinciPendidikan Agama Islam
Modul ke: Pendidikan Agama Islam Kesalehan Sosial Fakultas EKONOMI Dr. Saepudin S.Ag. M.Si. Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id PENGERTIAN KESALEHAN SOSIAL Kesalehan sosial adalah suatu perilaku
Lebih terperinciAyub adalah seorang hamba Allah yang luar biasa. Hal itu tercermin pada riwayat hidupnya di pasal 1 dan perkataannya di pasal
Lesson 13 for December 24, 2016 Ayub adalah seorang hamba Allah yang luar biasa. Hal itu tercermin pada riwayat hidupnya di pasal 1 dan perkataannya di pasal 29-31. Tabiat Ayub. Bagaimana Ayub berbaur
Lebih terperinciPengetahuan dan Kebenaran
MODUL PERKULIAHAN Pengetahuan Kebenaran Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 08 M-603 Shely Cathrin, M.Phil Abstract Kompetensi Kebenaran pengetahuan Memahami pengetahuan
Lebih terperinciSTMIK AMIKOM YOGYAKARTA
PANCASILA SEBAGAI DASAR HUKUM TERTINGGI DISUSUN OLEH NAMA : ALFAN RASYIDI NIM : 11.12.5949 KELOMPOK : I DOSEN : Drs.Mohammad Idris.P,MM STMIK AMIKOM YOGYAKARTA ABSTRAK Pancasila ditinjau dari pendekatan
Lebih terperinci2 Petrus. 1 1 Dari Simon Petrus, hamba dan
354 2 Petrus 1 1 Dari Simon Petrus, hamba dan rasul Yesus Kristus kepadamu semua yang telah menerima iman yang sama harganya dengan yang kami telah terima. Kamu menerima iman itu karena Allah dan Juruselamat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sebenarnya bukan hal yang baru
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sebenarnya bukan hal yang baru di Indonesia, namun selama ini selalu dirahasiakan atau ditutup-tutupi oleh keluarga maupun
Lebih terperinciIDEALISME (1) Idealis/Idealisme:
Idealis/Idealisme: IDEALISME (1) Orang yang menerima ukuran moral yang tinggi, estetika dan agama serta menghayatinya; Orang yang dapat melukiskan dan menganjurkan suatu rencana atau program yang belum
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran yang bertujuan untuk
173 BAB VI PENUTUP Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran yang bertujuan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada di dalam rumusan masalah. Adapun kesimpulan dari hasil penelitian ini antara
Lebih terperinciPANCASILA Sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu
Modul ke: 13Fakultas Ekonomi dan Bisnis PANCASILA Sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu Panti Rahayu, SH, MH Program Studi Manajemen Ilmu Pengetahuan berlandaskan Pancasila Pengembangan ilmu pengetahuan
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace mencabut: UU 5-1991 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 67, 2004 POLITIK. KEAMANAN. HUKUM. Kekuasaaan Negara. Kejaksaan. Pengadilan. Kepegawaian.
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. A. Simpulan
BAB V PENUTUP A. Simpulan Dari keseluruhan kajian mengenai pemikiran Kiai Ṣāliḥ tentang etika belajar pada bab-bab sebelumnya, diperoleh beberapa kesimpulan penting, terutama mengenai konstruksi pemikiran
Lebih terperinciSeri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #33 oleh Chris McCann
Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #33 oleh Chris McCann Selamat malam dan selamat datang di pembahasan Alkitab EBible Fellowship dalam Kitab Wahyu. Malam ini adalah pembahasan #33 tentang Wahyu, pasal
Lebih terperinciSeri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #20 oleh Chris McCann
Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #20 oleh Chris McCann Selamat malam dan selamat datang di pembahasan Alkitab EBible Fellowship dalam Kitab Wahyu. Malam ini adalah pembahasan #20 tentang Wahyu, pasal
Lebih terperinciWAHYU 11. Dua Saksi Allah Dan Sangkakala Ketujuh. Pdt Gerry CJ Takaria
WAHYU 11 Dua Saksi Allah Dan Sangkakala Ketujuh PENDAHULUAN Wahyu 11:1-2 Sebatang buluh berfungsi sebagai alat pengukur. Yohanes disuruh mengukur Bait Suci. Ini bukan kaabah di Yerusalem karena sudah
Lebih terperinciInjil Dari Dosa menuju Keselamatan
Injil Dari Dosa menuju Keselamatan Seluruh pesan Alkitab dirangkum dengan indah di dalam dua ayat saja: Karena begitu besar kasih Yahuwah akan dunia ini, sehingga Ia mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal,
Lebih terperinciThe Power of Walking with God. Ditulis oleh Manati I. Zega Kamis, 26 November :28
Nuh adalah seorang yang bergaul dengan Allah di tengah zaman yang kacau. Sementara Ayub tak goyang ketika "tsunami" kehidupan menggoncangnya demikian hebat. Apa rahasianya sehingga mereka tak tergilas
Lebih terperinciRekonstruksi 1 data 1. Analisa Tematik
Rekonstruksi data No Analisa Tematik Makna ateis Deteachment Jumlah Analisa/Koding kemunculan Ateis bentuk ketidakpercayaan terhadap Tuhan, bukan bentuk kepercayaan baru W.A.P.0306.J Pengertian ateis bukanlah
Lebih terperinciInisiasi 2 LANDASAN MORAL, SOSIO-KULTURAL, RELIGI HAK AZASI MANUSIA
Inisiasi 2 LANDASAN MORAL, SOSIO-KULTURAL, RELIGI HAK AZASI MANUSIA Saudara mahasiswa yang saya hormati. Salam sejahtera dan selamat bertemu lagi dalam kegiatan tutorial online yang kedua mata kuliah Pendidikan
Lebih terperinciFILSAFAT PENGANTAR TERMINOLOGI
FILSAFAT PENGANTAR Kata-kata filsafat, filosofi, filosofis, filsuf, falsafi bertebaran di sekeliling kita. Apakah pemakaiannya dalam kalimat-kalimat sudah tepat atau sesuai dengan arti yang dimilikinya,
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. terhadap api dan segala bentuk benda tajam. Seni dan budaya debus kini menjadi
BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Debus, berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, merupakan suatu bentuk seni dan budaya yang menampilkan peragaan kekebalan tubuh seseorang terhadap api dan segala bentuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang bermartabat. Sebagai makhluk yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang bermartabat. Sebagai makhluk yang bermartabat, manusia memiliki di dalam dirinya akal budi, rasa, hati dan kehendak. Manusia
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN KEHILANGAN DAN BERDUKA
ASUHAN KEPERAWATAN KEHILANGAN DAN BERDUKA Sepanjang daur kehidupan tidak terlepas dari situasi yang dapat mempengaruhi respon emosi individu. Salah satu situasi yang mempengaruhi emosi individu adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Restu Nur Karimah, 2015
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam mempelajari suatu agama, aspek yang pertama dipertimbangkan sekaligus harus dikaji ialah konsep ketuhanannya. Dari konsep ketuhanan, akan diketahui
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA
Bahan Panja Hasil Timus RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. 1. Filsafat Perennial menurut Smith mengandung kajian yang bersifat, pertama, metafisika yang mengupas tentang wujud (Being/On) yang
220 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dari bab-bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa krisis spiritual manusia modern dalam perspektif filsafat Perennial Huston Smith dapat dilihat dalam tiga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Nasionalisme melahirkan sebuah kesadaran melalui anak-anak bangsa. penindasan, eksploitasi dan dominasi.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nasionalisme adalah satu paham yang menciptakan dan mempertahankan kedaulatan sebuah negara dengan mewujudkan satu konsep identitas bersama untuk sekelompok
Lebih terperinciANTROPOLOGI ALKITAB (Pelajaran 12) By Dr. Erastus Sabdono. Pemulihan Gambar Diri (Bagian 4)
ANTROPOLOGI ALKITAB (Pelajaran 12) By Dr. Erastus Sabdono Pemulihan Gambar Diri (Bagian 4) Proses keselamatan dalam Yesus Kristus pada dasarnya adalah proses menjadikan manusia unggul bagi Tuhan. Manusia
Lebih terperinciBAB I Tinjauan Umum Etika
BAB I Tinjauan Umum Etika Pendahuluan Manusia adalah Makhluk Individu Memiliki akal pikiran, perasaan, dan kehendak. Makhluk Sosial Memiliki perilaku etis Pembahasan mengenai: Pengertian etika Hubungan
Lebih terperinciNama Mata Kuliah. Modul ke: Filsafat Manusia. Fakultas Fakultas Psikologi. Masyhar MA. Program Studi Program Studi.
Nama Mata Kuliah Modul ke: Filsafat Manusia Fakultas Fakultas Psikologi Masyhar MA Program Studi Program Studi www.mercubuana.ac.id Keharusan dan kebebasan manusia Template Modul Kebebasan manusia Pengantar
Lebih terperinciWritten by Pere Liagre Published Date Barangsiapa dibimbing oleh Roh Allah adalah putera Allah (bdk. Rm 8:14)
Barangsiapa dibimbing oleh Roh Allah adalah putera Allah (bdk. Rm 8:14) Ciri Teresia yang amat menonjol ialah: devosi dan keterangan dan ajaran tentang sifat seorang anak dalam 1 / 21 arti rohani. Jalan
Lebih terperinciPerayaan Dwiabad Agama Baha i: Pentingnya Persatuan Manusia. Musdah Mulia
1 Perayaan Dwiabad Agama Baha i: Pentingnya Persatuan Manusia Musdah Mulia Hari ini umat Baha i di seluruh dunia berada dalam suka cita merayakan dwiabad atau genap 200 tahun kelahiran Baha ullah. Untuk
Lebih terperinciA. LOGIKA DALAM FILSAFAT ILMU
KELOMPOK 8 A. LOGIKA DALAM FILSAFAT ILMU Logika berasal dari kata yunani logos yang berarti ucapan, kata, akal budi, dan ilmu. Logika sebagai ilmu merupakan elemen dasar setiap ilmu pengetahuan. Logika
Lebih terperinciETIKA DAN FILSAFAT KOMUNIKASI
MODUL PERKULIAHAN ETIKA DAN FILSAFAT KOMUNIKASI FILSAFAT, ETIKA, DAN KOMUNIKASI Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh FIKOM Broadcasting Sofia Aunul Abstract Dalam istilah filsafat, etika
Lebih terperinciDidik Anak Menerima Realita. Oleh Dr. Drs. Muhammad Idrus, S.Psi., M.Pd. Dalam Proses Belajar Mengajar (PBM), anak menjadi unsur yang teramat penting.
Didik Anak Menerima Realita Oleh Dr. Drs. Muhammad Idrus, S.Psi., M.Pd Dalam Proses Belajar Mengajar (PBM), anak menjadi unsur yang teramat penting. Hal ini karena, fokus utama dalam proses pendidikan
Lebih terperinciUJIAN SEMESTER I SEKOLAH BINA NUSANTARA Tahun Ajaran
UJIAN SEMESTER I SEKOLAH BINA NUSANTARA Tahun Ajaran 2008 2009 L E M B A R S O A L Mata pelajaran : Pendidikan Agama Katolik Kelas : 7 Hari / tanggal : Waktu : 60 menit PETUNJUK UMUM : 1. Tulislah nama
Lebih terperinci