BAB I PENDAHULUAN. Orang yang mengkonsumsi dan kecanduan minuman keras atau alkohol
|
|
- Sucianty Tedja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN I.A. Latar Belakang Masalah Orang yang mengkonsumsi dan kecanduan minuman keras atau alkohol disebut dengan istilah alcoholism (ketagihan alkohol), istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh Magnus Huss, seorang pejabat bidang kesehatan masyarakat di Swedia (Bachtiar, 2000). Kecanduan alkohol merupakan gangguan yang kompleks dan sering dipandang dari perspektif biopsychosocial (Wallace, 2003). Setiap kontribusi terhadap faktor yang potensial dapat menyebabkan seseorang menjadi peminum berat atau bahkan kecanduan. Hal ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan dan karakteristik seseorang (Vaillant, 1998). Dalam 20 hingga 30 tahun terkahir ini, isu mengenai konsumsi alkohol yang dilakoni oleh wanita menjadi fokus utama pembicaraan bagi para peneliti dan praktisi dalam bidang alkohol. Ketertarikan ini merefleksikan perubahan peran sosial dan ekonomi pada wanita dan berhubungan dengan pengkonsumsian. Fenomena pecandu alkohol pada kaum wanita ini menjadi pembicaraan yang menarik khususnya pada area gaya hidup wanita modern (Thom, 2000). Kehidupan wanita di jaman modern atau lebih dikenal dengan life style atau gaya hidup identik dengan kehidupan gemerlap malam. Wanita dekat dengan kehidupan gemerlap malam biasanya cenderung mengkonsumsi alkohol. Fenomena ini sangat jelas terlihat di tempat-tempat hiburan malam yang sempat ditelusuri oleh peneliti. Pemandangan dipenuhi oleh para wanita yang asyik dengan minuman alkohol di tangan mereka sambil tertawa-tawa dan tidak jarang 9
2 didapati sudah dalam keadaan tidak sadar. Setiap meja terdapat beberapa botol minuman keras dan gelas-gelas yang terletak berantakan. Suasana ini yang selalu terlihat ketika berada di tempat hiburan malam. Pada awal mengkonsumsi minuman beralkohol pada wanita biasanya dimulai dari ajakan teman di saat yang tepat, di saat sedang mengalami hal yang tidak menyenangkan atau tragis. Seorang wanita sedang berada dalam keterpurukan sangat membutuhkan keberadaan orang lain yang dapat memberikan dukungan walaupun dukungan yang didapatkan justru akan memperburuk keadaan. Menerima ajakan orang lain untuk mengkonsumsi alkohol ketika sedang dalam keadaan emosi yang tidak stabil dapat memperburuk keadaan. Pada saat mengkonsumsi alkohol akan mengalami perasaan semu seperti kenyamanan, damai, badan terasa ringan melayang dan hal ini yang menyebabkan para wanita sangat tergoda untuk selalu mengkonsumsi minuman beralkohol. Bastaman (2007) yang mengatakan penghayatan dari masalah, dapat menjelma menjadi berbagai upaya kompensasi dan kehendak yang berlebihan untuk berkuasa dan bersenang-senang mencari kenikmatan yaitu dengan mengkonsumsi minuman keras atau alkohol. Dapat dikatakan, perilaku dan kehendak berlebihan ini merupakan bentuk lain dari kegagalan menghayati hidup yang bermakna, dan justru selanjutnya dapat menghalangi individu untuk berusaha menghayati makna hidup. Alasan wanita mengkonsumsi alkohol adalah untuk menaikkan kepercayaan diri, membebaskan diri dari stres, atau untuk melupakan masalah mereka. Selain itu, penggunaan alkohol juga merupakan suatu pelarian dari faktor psikososial yang dialami individu, misalnya perasaan bersalah, depresi, masalah 10
3 perkawinan dan seksual (Pangkahila, 2007). Sebenarnya hampir setiap individu dapat menjadi orang yang hidupnya bergantung kepada alkohol. Ketergantungan biasanya terjadi jika orang yang bersangkutan terus menerus membiasakan minum minuman keras dalam takaran yang tinggi (Palau, 1999). Pada awalnya alkohol memang membantu peminum melupakan persoalanpersoalan hidupnya, memberikan perasaan tenang dan nyaman. Kebiasaan tersebut dilakukan terus menerus, setiap kali merasa tertekan, khawatir, susah dan sebagainya, hingga akhirnya menjadi kecanduan (Palau, 1999). Leary (2003) menambahkan bahwa beberapa individu tidak mampu menghalangi pikiran negatif dan akan berusaha untuk menghilangkan perasaan tidak menyenangkan dengan mengkonsumsi alkohol. Wanita bekerja memiliki kesempatan yang lebih besar untuk menjadi pecandu alkohol karena adanya kesulitan-kesulitan pekerjaan yang dihadapi dan beratnya tanggung jawab yang harus dipikul dalam menjalani pekerjaannya, atau juga berhubungan dengan cara bersosialisasi di lingkungan kerja (Hammer and Vaglum, 1999). Selain itu wanita yang memiliki self esteem rendah yang biasanya dialami oleh wanita muda dapat menjadi pemicu kecanduan (Alcohol Concern, 2003). Pada umumnya yang menjadi pecandu alkohol adalah wanita pekerja. Mereka melepaskan rasa penat yang dialami ketika bekerja dengan cara mengkonsumsi alkohol bersama teman-teman. Tidak menutup kemungkinan yang menjadi pecandu alkohol merupakan wanita yang masih berstatus sebagai pelajar ataupun mahasiswa. Mengkonsumsi alkohol diyakini memberikan hasil yang positif seperti perasaan nyaman dan membuat seseorang lebih mudah memulai 11
4 suatu hubungan pertemanan. Hal ini yang banyak menyebabkan para remaja wanita mengalami peningkatan dalam hal mengkonsumsi alkohol (Thom, 2000). Tekanan atau ajakan dapat mengembangkan rasa ingin untuk mengkonsumsi alkohol dan lama kelamaan dapat berkembang menjadi pecandu alkohol (Britton, 2000). Fenomena pecandu alkohol wanita ini dapat dilihat dari sudut pandang lingkungan yang menyertai. Kehidupan seorang ibu rumah tangga yang tidak mampu mengatasi konflik perannya sebagai ibu dan wanita karir, mengalami kecemasan, isolasi dan perasaan tertekan dapat memicu kecanduan alkohol. Pada wanita pekerja juga demikian adanya (Parker dan Harford, 2001). Menjadi pecandu alkohol wanita sebenarnya bukan solusi yang tepat untuk mengatasi berbagai macam perasaan negatif yang dirasakan. Mencandu alkohol justru membuat seorang wanita dapat menambah keterpurukan atau penderitaan dalam jalan hidupnya. Fenomena ini juga didapati pada beberapa pecandu alkohol wanita yang ditemui peneliti. Mereka mengalami hal-hal yang tidak menyenangkan dalam hidupnya setelah menjadi pecandu alkohol. Hal yang tidak menyenangkan itu misalnya usaha yang sedang dirintis hancur berantakan karena kelalaian seorang subjek yang tidak bertanggung jawab, ditinggal oleh orang yang dicintai, kehidupan sosialnya berantakan dan sebagainya. Hal tersebut terjadi karena kebiasaan mecandu minuman beralkohol. Proporsi seorang pecandu alkohol wanita meningkat dari 10% pada tahun 1988 menjadi 17% pada tahun Diketahui bahwa wanita berusia lebih dari 16 tahun mengkonsumsi minuman beralkohol dalam setahun terkahir sekitar 86% (Lader dan Meltzer, 2002). Di Indonesia sendiri pecandu alkohol juga cukup 12
5 banyak ditemukan tetapi belum ada angka yang tepat mengenai hal tersebut. Masyarakat di beberapa daerah di Indonesia mengkonsumsi minuman keras atau alkohol untuk acara-acara tertentu, baik itu acara keluarga ataupun upacara adat (Bachtiar, 2000). Pada umumnya kebiasaan pecandu alkohol wanita menghabiskan waktu mereka untuk mengkonsumsi minuman beralkohol adalah tempat hiburan malam. Misalnya seperti klub malam, lounge ataupun tempat-tempat yang sifatnya lebih private seperti tempat karaoke. Wanita biasanya lebih memilih lokasi yang lebih private dengan alasan tidak ingin dilihat orang lain yang tidak dikenal dalam keadaan mabuk-mabukan. Berikut kutipan yang di dapat dari pembicaraan peneliti dengan seorang subjek. Kalau tempat hiburan malam di sini sebernya gak terlalu banyak ya, terus biasanya tu klo tempatnya udah lumayan terkenal, pasti isinya orang-orang yang kita kenal juga. Kadang tengsin aja gitu kalo orang liat kita mabuk gak jelas gitu. Jadi biasanya kita lebih milih tempat yang agak private ya, kayak tempat karoke gitu, atau pun kalau di klub kita pesen.... Jadi kan gak keliatan ma orang-orang kita mau jadi apa di dalam. Kehidupan atau peristiwa yang dialami oleh para pecandu alkohol wanita menjadi menarik untuk diteliti dibandingkan pecandu alkohol yang biasanya dilakoni oleh para pria karena adanya stigma atau pandangan masyarakat terhadap kehadiran seorang pecandu alkohol. Masyarakat umum lebih dapat menerima kehadiran pecandu alkohol pria daripada wanita. Hal ini terjadi karena pandangan yang berkembang selama ini adalah pria wajar saja mengkonsumi dan menjadi pecandu alkohol, sedangkan wanita tidak begitu adanya. Pandangan ini secara tidak langsung menjadi suatu hal negatif yang akan terus melekat pada seorang pecandu alkohol wanita. 13
6 Ketertarikan peneliti untuk mengangkat tema makna hidup dalam kehidupan pecandu alkohol wanita adalah ingin mengetahui apakah seorang wanita yang merasakan rasa nyaman, damai, dan keluar dari persoalan hidupnya setiap kali mengkonsumsi minuman beralkohol, sudah mendapatkan kebahagiaan yang utuh (meaningfull) atau justru dalam keadaan tidak bermakna (meaningless). Apakah perasaan menyenangkan yang mereka rasakan ketika mengkonsumsi minuman beralkohol hanya bersifat semu? Apakah dengan cara mengkonsumsi alkohol dapat membantu keluar dari persoalan hidup atau justru semakin memperburuk keadaan? Makna hidup adalah hal-hal yang dianggap sangat penting dan berharga serta memberikan nilai khusus bagi seseorang, sehingga layak dijadikan tujuan dalam kehidupan. Pengertian mengenai makna hidup menunjukkan bahwa dalam makna hidup terkandung juga tujuan hidup, yakni hal-hal yang perlu dicapai dan dipenuhi dalam suatu kehidupan manusia (Bastaman, 2007). Makna hidup merupakan sesuatu yang unik dan khusus. Artinya makna hidup hanya bisa dipenuhi oleh individu yang bersangkutan. Seorang pecandu alkohol wanita akan memiliki arti khusus dengan cara tersebut dan dapat memuaskan keinginan pecandu alkohol wanita dalam mencari makna hidupnya (Frankl, 2004). Seorang pecandu alkohol yang ditemui oleh peneliti mengatakan sebenarnya hidupnya tidak seperti yang kebanyakan orang lihat. Selintas terlihat ia seperti orang yang bahagia dengan keadaan dirinya sebagai pecandu alkohol. Peneliti menanyakan apakah ia bahagia saat ini, dan ia menjawab sesungguhnya 14
7 tidak demikian. Hidupnya justru semakin lama semakin hancur dengan kebiasaannya mengkonsumsi alkohol. Pengalaman yang tidak bermakna dapat memberikan kontribusi kepada etiologi kecanduan alkohol. Perasaan hampa dan tidak bermakna dapat berkembang menjadi perilaku ketergantungan. Bukan pengalaman yang tidak bermakna yang menjadi patologi tetapi cara seseorang dalam mengatasi pengalamannya tersebut yang dapat menjadi masalah. Kekurangan akan tujuan hidup dan makna hidup dapat menciptakan suatu ketidaknyamanan yang pada akhirnya menyebabkan individu mencari pertolongan dengan mengkonsumsi alkohol (Vaillant, 2003). Jika makna hidup berhasil ditemukan dan dipenuhi oleh pecandu alkohol wanita, akan menyebabkan kehidupan ini berarti dan mereka yang berhasil menemukan dan mengembangkannya akan merasakan kebahagiaan sebagai ganjarannya sekaligus terhindar dari keputusasaan. Setiap individu memiliki kebebasan yang hampir tak terbatas untuk menemukan sendiri makna hidupnya (Bastaman, 2007). Manusia memiliki kebebasan berkehendak. Kebebasan ini sifatnya bukan tidak terbatas karena manusia merupakan makhluk yang serba terbatas. Kebebasan berkehendak yang dimaksud di sini adalah kebebasan untuk menentukan sikap terhadap kondisi-kondisi yang ada, baik kondisi lingkungan maupun kondisi diri sendiri. Manusia juga memiliki hasrat untuk hidup bermakna. Keinginan untuk hidup bermakna memang benar-benar merupakan motivasi utama pada manusia. Hasrat inilah yang mendorong setiap individu untuk 15
8 melakukan berbagai kegiatan atau cara agar hidupnya dirasakan berarti dan berharga bagi dirinya (Bastaman, 2007). Kebanyakan pecandu alkohol wanita tidak melihat adanya makna yang layak dalam hidupnya. Mereka merasa kekosongan batin, sebuah kekosongan di dalam diri mereka sendiri. Situasi ini disebut dengan kehampaan eksistensial (Frankl, 2000). Kehampaan eksistensial biasanya tercermin dalam bentuk rasa bosan. Lebih jauh lagi, kehampaan eksistensial tersebut seringkali muncul dalam bentuk-bentuk yang terselubung. Pada beberapa kasus seperti pecandu alkohol wanita, terhambatnya keinginan untuk mencari makna hidup berubah menjadi keinginan untuk mencari kesenangan (Frankl, 2004). Pecandu alkohol wanita dapat memicu keinginan untuk mencari makna hidup yang masih tersembunyi. Dibutuhkan upaya dan perjuangan untuk meraih sasaran yang bermakna. Selain upaya dan perjuangan yang berasal dari diri sendiri juga dibutuhkan dukungan sosial dari orang lain (Frankl, 2004). Terdapat beberapa tahapan untuk menuju hidup yang bermakna, yaitu tahap derita, tahap penerimaan diri, tahap penemuan makna hidup, tahap realisasi makna dan yang terakhir tahap kehidupan bermakna. Dalam tahap yang dilewati juga terkandung beberapa komponen yang menentukan keberhasilan seseorang untuk mengubah orientasi makna hidupnya, yaitu pemahaman diri, makna hidup, pengubahan sikap, keikatan diri, kegiatan terarah dan dukungan sosial (Bastaman, 1996). Makna hidup merupakan suatu proses yang dicari oleh manusia terus menerus setiap harinya. Makna hidup dapat berbeda setiap hari, bahkan setiap jam dan dapat berbeda antara individu yang satu dengan individu yang lain. Manusia 16
9 selalu mencari sumber pemaknaan-pemaknaan baru, apapun artinya, bagi pemaknaan hidupnya. Hal tersebut agar individu merasa hidupnya berarti di dunia ini (Bastaman, 1996). I.B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian di atas, identifikasi masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah bagaimana proses pencarian makna hidup pada seorang pecandu alkohol wanita dilihat berdasarkan tahap-tahap penemuan dan pemenuhan makna hidup. I.C. Tujuan Masalah Penelitian ini bertujuan untuk menguraikan, mendeskripsikan atau menggambarkan mengenai proses seorang pecandu alkohol wanita yang mencari makna hidup dalam kehidupannya. Sampai dimana tahap pencarian makna hidup seorang pecandu alkohol wanita yang menjadi subjek dalam penelitian ini. I.D. Manfaat Penelitian I.D.1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis, antara lain: 1. Dapat memberikan masukan dan sumber informasi bagi disiplin ilmu psikologi terutama pada bidang klinis, mengenai proses pencarian makna hidup dalam kehidupan pecandu alkohol wanita. 17
10 2. Dapat menjadi masukan bagi para peneliti lain yang tertarik untuk meneliti lebih jauh mengenai makna hidup pada pecandu alkohol wanita. I.D.2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis, antara lain: 1. Menjadi sumbangan informasi bagi keluarga atau lingkungan sekitar pecandu alkohol wanita agar dapat memberikan dukungan yang positif hingga para pecandu alkohol wanita dapat lebih memaknai hidup dan akhirnya menemukan kebahagiaan. 2. Dapat menjadi bahan masukan bagi pihak-pihak yang terlibat langsung dalam penelitian ini. 3. Untuk pecandu alkohol wanita sendiri, diharapkan dapat membantu dalam proses pencarian makna hidup dari wacana yang diberikan dalam penelitian ini. I.E. Sistematika Penulisan Penelitian ini disusun berdasarkan suatu sistematika penulisan yang teratur sehingga memudahkan pembaca untuk memahaminya. Bab I merupakan pendahuluan yang berisikan latar belakang permasalahan, identifikasi masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. Bab II berisikan landasan teori yang terdiri dari teori-teori yang menjelaskan dan mendukung data penelitian. Diantaranya adalah teori tentang 18
11 makna hidup yang di dalamnya akan membahas mengenai definisi makna hidup, karakteristik makna hidup, komponen makna hidup, tahapan pencapaian makna hidup, sumber makna hidup, metode menemukan makna hidup. Selain itu juga akan dibahas mengenai teori yang berkaitan dengan alkohol yang meliputi definisi alkohol, jenis-jenis minuman beralkohol, definisi pecandu alkohol, pecandu alkohol wanita, faktor yang menyebabkan seorang wanita menjadi pecandu alkohol dan gambaran proses pencarian makna hidup pada pecandu alkohol wanita. Bab III membahas mengenai metode penelitian kualitatif yang digunakan, termasuk di dalamnya membahas mengenai metode pengumpulan data, lokasi penelitian, responden penelitian, alat bantu pengumpulan data, prosedur penelitian dan metode analisis data yang digunakan dalam penelitian. Bab IV membahas mengenai analisa dan interpretasi dari data yang didapatkan oleh peneliti. Termasuk di dalamnya biodata responden, gambaran diri responden, tahapan penemuan makna hidup yang dilalui oleh responden dan analisis banding antar responden berdasarkan proses penemuan makna hidup. Bab V membahas mengenai kesimpulan dan diskusi yang berisi temuantemuan yang didapat selama proses penelitian, serta saran dari peneliti untuk penelitian selanjutnya. 19
12 I.F. Paradigma Latar belakang: Faktor psikologis dan sosial (mis.: pengalaman hidup yang tragis, hyperfemininity, pasif submisif, ambang rasa frustrasi yang rendah, wanita yang bekerja, wanita yang hidup tanpa keluarga, wanita yang sosial ekonomi menengah ke atas). Penghayatan Tak Bermakna (Pecandu Alkohol Wanita) Faktor fisiologis (mis.: masalah gynecological obstretical, sindrom fetal alkohol, komplikasi medis). Tahap Penderitaan Komponen Dukungan Sosial Meaningless Tahap Penerimaan Diri Komponen pemahaman diri dan pengubahan sikap Tahap Penemuan Makna Hidup Sumber makna hidup : nilai kreatif, nilai penghayatan dan nilai bersikap Tahap Realisasi Makna Komponen keikatan diri, kegiatan terarah dan makna hidup Tahap Kehidupan Bermakna (meaningfull) 20
13 I.G. Uraian Paradigma Faktor psikologis dari seorang wanita seperti pengalaman tragis atau pengalaman yang tidak menyenangkan, hyperfemininty, pasif submisif dan ambang rasa frustrasi yang rendah dapat menyebabkan seorang wanita menjadi seorang pecandu alkohol. Faktor lain yang dapat menyebabkan hal ini tersebut terjadi adalah faktor sosial dari seorang wanita seperti merupakan seorang wanita yang bekerja, wanita yang hidup tanpa keluarga ataupun wanita yang sosial ekonominya menengah ke atas. Pengalaman tidak menyenangkan yang dialami oleh seorang wanita dapat berubah menjadi penghayatan tidak bermakna, dimana saat seorang wanita mengalami penghayatan tidak bermakna berubah menjadi berbagai upaya kompensasi dan kehendak yang berlebihan untuk berkuasa dan bersenang-senang mencari kenikmatan. Mencari kenikmatan yang dilakukan seorang wanita dalam hal ini adalah dengan cara mengkonsumsi minuman beralkohol dan lama kelamaan dapat menjadi seorang pecandu alkohol. Ketika seorang wanita yang mengalami faktor-faktor tersebut dan menjadi seorang pecandu alkohol wanita, di sinilah letak penghayatan tidak bermakna. Salah satu efek yang dapat ditimbulkan dari kebiasaan mencandu alkohol pada seorang wanita adalah faktor fisiologis, dimana seorang wanita yang mencandu alkohol dapat mengalami masalah gynecological-obstretical, sindrom fetal alkohol dan komplikasi medis. Dukungan sosial yang merupakan salah satu komponen dalam penemuan makna hidup dibutuhkan ketika seorang pecandu alkohol wanita mengalami penderitaan dan penghayatan tidak bermakna agar dapat memasuki tahap 21
14 penerimaan diri. Dukungan sosial dapat berasal dari berbagai macam lingkungan dan dapat dalam bentuk yang berbeda-beda. Dukungan yang diberikan adalah dukungan yang sifatnya membantu subjek untuk menemukan makna hidupnya. Jika seorang pecandu alkohol wanita mendapatkan dukungan sosial yang cukup dari lingkungannya dalam upaya membantu dirinya menemukan makna hidup, maka ia dapat memasuki tahap-tahap selanjutnya untuk menuju kehidupan yang bermakna (meaningful). Jika tidak mendapatkan dukungan sosial yang membantu seorang pecandu alkohol wanita menemukan kehidupan bermakna, maka ia masih dalam kehidupan tidak bermakna (meaningless). Seorang pecandu alkohol wanita mulai dapat memasuki tahap penerimaan diri yang didalamnya terkandung komponen pemahaman diri dan pengubahan sikap. Jika sudah melewati tahap ini, lanjut ke tahap selanjutnya yaitu tahap penemuan makna hidup. Di dalam tahap ini subjek menemukan apa makna hidupnya dan menentukan tujuan hidupnya. Di dalam tahap ini juga subjek telah memiliki sumber-sumber makna hidup yang terdiri dari nilai kreatif, penghayatan dan bersikap. Lalu subjek masuk ke tahap realisasi makna, dimana dalam tahap ini terdapat komponen keikatan diri, kegiatan terarah dan makna hidup. Setelah dapat merealisasi makna, maka subjek masuk ke tahap kehidupan bermakna. Di tahap ini subjek sudah dapat menghayati makna dan menemukan kebahagiaan (meaningful). 22
BAB II LANDASAN TEORI. Makna hidup adalah hal-hal yang dianggap sangat penting dan berharga
BAB II LANDASAN TEORI II.A. MAKNA HIDUP II.A.1. Definisi Makna Hidup Makna hidup adalah hal-hal yang dianggap sangat penting dan berharga serta memberikan nilai khusus bagi seseorang, sehingga layak dijadikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disebut dengan istilah alcoholism (ketagihan alkohol), istilah ini pertama kali
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Orang yang mengkonsumsi dan kecanduan minuman keras atau alkohol disebut dengan istilah alcoholism (ketagihan alkohol), istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebermaknaan Hidup 1. Pengertian Kebermaknaan Hidup Kebermaknaan hidup merupakan tujuan yang harus dicapai oleh setiap individu. Ketidakmampuan manusia dalam mencapai makna
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ketika era globalisasi menyebabkan informasi semakin mudah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketika era globalisasi menyebabkan informasi semakin mudah diperoleh, negara berkembang dapat segera meniru kebiasaan negara barat yang dianggap sebagai cermin
Lebih terperinciBAB II PENDEKATAN PSIKOLOGI TENTANG MEMAKNAI HIDUP. spontan diresponi dengan berbagai cara, dengan tujuan agar diri tetap terjaga.
BAB II PENDEKATAN PSIKOLOGI TENTANG MEMAKNAI HIDUP II. 1. Pendekatan Psikologi Setiap kejadian, apalagi yang menggoncangkan kehidupan akan secara spontan diresponi dengan berbagai cara, dengan tujuan agar
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA SIKAP PENYELESAIAN MASALAH DAN KEBERMAKNAAN HIDUP DENGAN SOMATISASI PADA WANITA KARIR
HUBUNGAN ANTARA SIKAP PENYELESAIAN MASALAH DAN KEBERMAKNAAN HIDUP DENGAN SOMATISASI PADA WANITA KARIR SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : TRI
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan penelitian dan analisis data yang telah dilakukan tentang
152 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian dan analisis data yang telah dilakukan tentang makna hidup pada pekerja seks komersial (PSK), diperoleh bahwa : a. The Freedom
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ). Sedangkan Semua agama ( yang diakui ) di Indonesia tidak ada yang. menganjurkan untuk menceraikan istri atau suami kita.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena perceraian tentunya secara tidak langsung memiliki andil dalam menciptakan permasalahan sosial di masyarakat. Perceraian dalam rumah tangga, dapat dipengaruhi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. diwarnai dengan berbagai macam emosi, baik itu emosi positif maupun
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia pada umumnya pasti tidak akan terlepas dari permasalahan sepanjang masa hidupnya. Hal ini dikarenakan manusia merupakan makhluk sosial yang setiap harinya pasti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kebanyakan orang-orang hanya melihat dari kulit luar semata. Lebih
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena kaum waria merupakan suatu paparan nyata yang tidak dapat ditolak eksistensinya di masyarakat. Sayangnya, belum banyak orang yang mengetahui seluk-beluk kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dihindari. Penderitaan yang terjadi pada individu akan mengakibatkan stres dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan tidak selalu berjalan sesuai dengan keinginan manusia. Peristiwa tragis yang mengakibatkan penderitaan kadangkala terjadi dan tidak dapat dihindari. Penderitaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pernikahan merupakan ikatan lahir batin dan persatuan antara dua pribadi yang berasal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pernikahan merupakan ikatan lahir batin dan persatuan antara dua pribadi yang berasal dari keluarga, sifat, kebiasaan dan budaya yang berbeda. Pernikahan juga memerlukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hampir semua penduduk di dunia ini hidup dalam unit-unit keluarga. Setiap
BAB I PENDAHULUAN I.A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan kelompok primer yang terpenting dalam masyarakat. Hampir semua penduduk di dunia ini hidup dalam unit-unit keluarga. Setiap individu yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari waktu ke waktu. Humas Badan Narkotika Nasional RI (2016) telah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jumlah pecandu narkoba di Indonesia terus mengalami peningkatan dari waktu ke waktu. Humas Badan Narkotika Nasional RI (2016) telah mengungkap 807 kasus narkoba
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sempurna, ada sebagian orang yang secara fisik mengalami kecacatan. Diperkirakan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan ini, tidak semua orang berada pada kondisi fisik yang sempurna, ada sebagian orang yang secara fisik mengalami kecacatan. Diperkirakan ada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Tri Fina Cahyani,2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah peristiwa penting dalam kehidupan seorang individu, di mana pernikahan ini memiliki beberapa tujuan yaitu mendapatkan kebahagiaan, kepuasan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. secara fisik maupun psikologis. Menurut BKKBN (2011 ), keluarga adalah unit
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga adalah tempat di mana anak berkembang dan bertumbuh, baik secara fisik maupun psikologis. Menurut BKKBN (2011 ), keluarga adalah unit terkecil dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tindak kekerasan dapat menimpa siapa saja, baik laki- laki maupun perempuan,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindak kekerasan dalam masyarakat sebenarnya bukan satu hal yang baru. Tindak kekerasan dapat menimpa siapa saja, baik laki- laki maupun perempuan, dari anak anak sampai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk berstruktur lanjut usia (aging structured population) karena dari tahun ke tahun, jumlah penduduk Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Individu sejak dilahirkan akan berhadapan dengan lingkungan yang menuntutnya untuk menyesuaikan diri. Penyesuaian diri yang dilakukan oleh individu diawali dengan penyesuaian
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. hidupnya. Subjek A dan B menemukan makna hidup dari pengalaman tragis,
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari ketiga subjek, kedua subjek sudah menyadari dan menemukan makna hidupnya sedangkan subjek C belum menyadari dan menemukan makna hidupnya. Subjek A dan B menemukan makna
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini seringkali ditemukan seorang ibu yang menjadi orang tua
2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini seringkali ditemukan seorang ibu yang menjadi orang tua tunggal dengan berbagai macam penyebab yang berbeda. Tidak ada ibu rumah tangga yang menginginkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kebahagiaan. Kebahagian di dalam hidup seseorang akan berpengaruh pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam menjalani kehidupannya senantiasa selalu mendambakan kebahagiaan. Kebahagian di dalam hidup seseorang akan berpengaruh pada kesejahteraan psikologis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan, individu akan mengalami fase-fase perkembangan selama masa hidupnya. Fase tersebut dimulai dari awal kelahiran hingga fase dewasa akhir yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan orang lain. Manusia dianggap sebagai makhluk sosial yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia di dunia ini tidak hidup sendiri, selalu ada bersama-sama dan berinteraksi dengan orang lain. Manusia dianggap sebagai makhluk sosial yang dalam kesehariannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. alkohol disebut dengan istilah alcoholism (ketagihan alkohol), istilah ini
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Orang yang mengkonsumsi dan kecanduan minuman keras atau alkohol disebut dengan istilah alcoholism (ketagihan alkohol), istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh Magnus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebuah perkawinan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan bagi manusia merupakan hal yang penting, karena dengan sebuah perkawinan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara sosial, biologis maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari hubungannya dengan orang lain. Keberadaan orang lain dibutuhkan manusia untuk melakukan suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat hidup sendiri tanpa berhubungan dengan lingkungannya atau dengan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Individu adalah makhluk sosial yang memiliki kebutuhan untuk menjalin hubungan dengan individu lain sepanjang kehidupannya. Individu tidak pernah dapat hidup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada setiap tahap perkembangan terdapat tugas-tugas perkembangan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia melewati tahap demi tahap perkembangan dalam kehidupannya. Pada setiap tahap perkembangan terdapat tugas-tugas perkembangan yang menurut Havighurst
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perceraian merupakan kata yang umum dan tidak asing lagi di telinga masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi trend, karena untuk menemukan informasi
Lebih terperinciMAKNA HIDUP. Nama : Chitra Perdana S. NPM :
MAKNA HIDUP WARIA Nama : Chitra Perdana S NPM : 10506046 ABSTRAK Manusia secara hakiki merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendirian, mereka membutuhkan orang lain dalam kehidupannya Dalam
Lebih terperinciLEMBAR PERMOHONAN MENJADI PARTISIPAN. Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Adalah mahasiswi Fakultas Ilmu Kesehatan Program Studi
75 Lampiran 1 LEMBAR PERMOHONAN MENJADI PARTISIPAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Nama : Veny C Pelamonia NIM : 462012021 Adalah mahasiswi Fakultas Ilmu Kesehatan Program Studi Keperawatan Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menciptakan manusia sebagai makhluk hidup-nya, akan tetapi makhluk hidup
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhlik hidup ciptaan Allah SWT. Allah SWT tidak menciptakan manusia sebagai makhluk hidup-nya, akan tetapi makhluk hidup ciptaan Allah yang lain adalah
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. Negara Jepang telah lama mengenal gaya serta ritual penghancuran diri yang lebih
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Negara Jepang telah lama mengenal gaya serta ritual penghancuran diri yang lebih kita kenal sebagai bunuh diri atau disebut juga jisatsu. Jisatsu merupakan suatu bentuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. normal dan sehat, bekerja me nyajikan kehidupan sosial yang mengasyikkan dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bekerja mencerminkan kondisi manusia yang sehat lahir dan batin, sedangkan tidak bekerja sama sekali, mengindikasikan kondisi macet atau sakit atau adanya suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia pasti akan mengalami perkembangan dan perubahan. Perkembangan sendiri pada dasarnya melibatkan pertumbuhan yang berarti bertambahnya usia menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Kontek Penelitian (Latar Belakang masalah) kalanya sedih, dan ada kalanya marah. Sehingga seringkali timbul
BAB I PENDAHULUAN A. Kontek Penelitian (Latar Belakang masalah) Kehidupan manusia begitu unik dan rumit, ada kalanya senang, ada kalanya sedih, dan ada kalanya marah. Sehingga seringkali timbul permasalahan-permasalahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia pada hakikatnya adalah mahkluk sosial dan mahkluk pribadi. Manusia sebagai mahluk sosial akan berinteraksi dengan lingkungannya dan tidak dapat hidup sendiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Obesitas didefinisikan sebagai suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Obesitas didefinisikan sebagai suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau berlebihan yang dapat mengganggu kesehatan (WHO, 2014). Obesitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terlepas dari paksaan fisik, orang yang tidak dirampas hak-haknya, orang yang
BAB I PENDAHULUAN I. A. Latar Belakang Manusia selain makhluk sosial juga merupakan makhluk yang bebas yang terlepas dari paksaan fisik, orang yang tidak dirampas hak-haknya, orang yang terlepas dari tekanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejak pertama kali kita dilahirkan, kita langsung digolongkan berdasarkan
BAB I PENDAHULUAN I.A. LATAR BELAKANG Sejak pertama kali kita dilahirkan, kita langsung digolongkan berdasarkan jenis kelamin yaitu laki-laki atau perempuan. Secara biologis manusia dengan mudah dibedakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan pengurus pondok pesantren tersebut. Pesantren memiliki tradisi kuat. pendahulunya dari generasi ke generasi.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja adalah masa yang penuh dengan kekalutan emosi, instropeksi yang berlebihan, kisah yang besar, dan sensitivitas yang tinggi. Masa remaja adalah masa pemberontakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa awal adalah masa dimana seseorang memperoleh pasangan hidup, terutama bagi seorang perempuan. Hal ini sesuai dengan teori Hurlock (2002) bahwa tugas masa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hadapi oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Hal ini mendorong seseorang
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Seiring dengan kemajuan teknologi di Indonesia dan lapangan pekerjaan yang sedikit maka biaya hidup seseorang adalah masalah terbesar yang sedang di hadapi oleh sebagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dicintai, dapat lebih memaknai kehidupannya dan memiliki perasaan. yang mengalami penderitaan dalam hidupnya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hidup adalah suatu misteri. Berbagai pengalaman baik positif ataupun negatif tidak lepas dari kehidupan seseorang. Pengalamanpengalaman tersebut dapat memberikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. bahkan kalau bisa untuk selama-lamanya dan bertahan dalam menjalin suatu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Setiap orang tentu ingin hidup dengan pasangannya selama mungkin, bahkan kalau bisa untuk selama-lamanya dan bertahan dalam menjalin suatu hubungan. Ketika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berguna bagi dirinya, keluarga, lingkungan kerja, masyarakat sekitar, dan
BAB I PENDAHULUAN I.A. Latar Belakang Masalah Setiap orang menginginkan dirinya menjadi orang yang bermartabat dan berguna bagi dirinya, keluarga, lingkungan kerja, masyarakat sekitar, dan berharga di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan manusia di dunia yang berlainan jenis kelaminnya (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik antara satu dengan yang lainnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya kehidupan dewasa ini disemaraki oleh banyaknya kegagalan dalam membina rumah tangga yang utuh. Seringkali banyak keluarga memilih untuk berpisah dari hubungan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Kebermaknaan Hidup
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konseptualisasi topik yang diteliti 1. Kebermaknaan Hidup a. Pengertian Kebermaknaan Hidup Makna hidup menurut Frankl adalah kesadaran akan adanya suatu kesempatan atau kemungkinan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Perkawinan merupakan salah satu tahap penting dalam siklus kehidupan
PENDAHULUAN I.A. Latar belakang Perkawinan merupakan salah satu tahap penting dalam siklus kehidupan seseorang, disamping siklus lainnya seperti kelahiran, perceraian, atau kematian (Pangkahila, 2004).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. makhluk Tuhan, khususnya manusia. Dalam prosesnya manusia membutuhkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku pada semua makhluk Tuhan, khususnya manusia. Dalam prosesnya manusia membutuhkan pasangan hidup untuk
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN OPTIMISME MASA DEPAN PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN. Skripsi
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN OPTIMISME MASA DEPAN PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Psikologi
Lebih terperincipara1). BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menjadi tua merupakan suatu proses perubahan alami yang terjadi pada setiap individu. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan 60 tahun sampai 74 tahun sebagai
Lebih terperinciMAKNA HIDUP GURU ROUDATUL ATHFAL (RA) NURUL HUDA CENGKOK NGANJUK ASMA UL BADI AH ( )
MAKNA HIDUP GURU ROUDATUL ATHFAL (RA) NURUL HUDA CENGKOK NGANJUK ASMA UL BADI AH ( 10410180 ) I. Pendahuluan Kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok dalam menentukan keberhasilan proses pembelajaran.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup mempunyai kebutuhan demi
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Manusia sebagai makhluk hidup mempunyai kebutuhan demi melangsungkan eksistensinya sebagai makhluk. Kebutuhan tersebut meliputi kebutuhan psikologis dimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa tua merupakan masa paling akhir dari siklus kehidupan manusia, dalam masa ini akan terjadi proses penuaan atau aging yang merupakan suatu proses yang dinamis sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari makhluk hidup lainnya. Mereka memiliki akal budi untuk berpikir dengan baik dan memiliki kata hati.
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
95 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil dari wawancara, observasi dan analisis antar subjek, dapat disimpulkan bahwa kebermaknaan hidup ibu rumah tangga penderita HIV/AIDS merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia sebagai makhluk pribadi mengalami beberapa proses
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia sebagai makhluk pribadi mengalami beberapa proses perkembangan dalam hidupnya, baik secara fisik maupun psikologis. Mulai dari masa kanak-kanak,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kelompok remaja merujuk pada kelompok individu yang berada dalam kisaran usia 12-21 tahun. Kata remaja berasal dari bahasa Latin yang berarti kematangan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wellbeing merupakan kondisi saat individu bisa mengetahui dan mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya, menjalin hubungan yang baik dengan orang lain, dan secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari kemacetan hingga persaingan bisnis serta tuntutan ekonomi kian
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kota metropolitan seperti Surabaya dengan segala rutinitasnya, mulai dari kemacetan hingga persaingan bisnis serta tuntutan ekonomi kian menghimpit dan membuat perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan menjadi prioritas dalam hidup jika seseorang sudah berada di usia yang cukup matang dan mempunyai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. fisiologis ini. Jika satu kebutuhan dasar sudah terpenuhi, maka kebutuhankebutuhan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menjalani kehidupan sehari-hari, seseorang perlu melakukan usaha untuk mempertahankan hidup. Usaha untuk mempertahankan hidup untuk semua makhluk hidup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. belajar sesungguhnya tidak ada pendidikan. Demikian pentingnya arti belajar,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belajar merupakan kegiatan utama dalam setiap usaha pendidikan. Tanpa belajar sesungguhnya tidak ada pendidikan. Demikian pentingnya arti belajar, sehingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. istri adalah salah satu tugas perkembangan pada tahap dewasa madya, yaitu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membangun sebuah hubungan senantiasa menjadi kebutuhan bagi individu untuk mencapai kebahagiaan. Meskipun terkadang hubungan menjadi semakin kompleks saat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perempuan di Indonesia. Diperkirakan persen perempuan di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Menikah di usia muda masih menjadi fenomena yang banyak dilakukan perempuan di Indonesia. Diperkirakan 20-30 persen perempuan di Indonesia menikah di bawah usia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sosial yang disebut keluarga. Dalam keluarga yang baru terbentuk inilah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rumah tangga sudah tentu terdapat suami dan istri. Melalui proses perkawinan, maka seseorang individu membentuk sebuah miniatur dari organisasi sosial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengikuti mereka. Biasanya, pasangan yang bertahan lama dalam masa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seorang wanita yang suaminya meninggal dunia, tentu tidak mudah menjalanikehidupan seorang diri tanpa pendamping. Wanita yang kehilangan pasangan merasa sulit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. the purpose in life. Bila hal ini berhasil dipenuhi akan menyebabkan seseorang merasakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makna hidup adalah hal hal yang dianggap sangat penting dan berharga serta memberikan nilai khusus bagi seseorang, sehingga layak dijadikan tujuan dalam kehidupan atau
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Ketiga subjek sudah bisa menemukan makna hidupnya masing-masing. dengan cara dan urutan proses yang berbeda-beda. A, B dan C sama-sama
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Ketiga subjek sudah bisa menemukan makna hidupnya masing-masing dengan cara dan urutan proses yang berbeda-beda. A, B dan C sama-sama menemukan makna hidup dengan melakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan yang bermutu adalah yang mengintegrasikan tiga bidang kegiatan utamanya secara sinergi, yaitu bidang administratif dan kepemimpinan, bidang instruksional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang harus ditemukan dalam kehidupannya. Motivasi dasar manusia bukanlah
BAB I PENDAHULUAN I.A Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk spiritual yang memiliki makna intrinsik yang harus ditemukan dalam kehidupannya. Motivasi dasar manusia bukanlah untuk mencari kesenangan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persoalan kenakalan remaja di negara kita beberapa tahun belakangan ini telah memasuki titik kritis. Selain frekuensi dan intensitasnya terus meningkat, kenakalan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lingkungan sering menilai seseorang berdasarkan pakaian, cara bicara, cara berjalan, dan bentuk tubuh. Lingkungan mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang OMK (Orang Muda Katolik) merupakan sebuah wadah yang dapat menghimpun para pemuda Katolik untuk terus melayani Tuhan dan sesama, sebagai sebuah komunitas keagamaan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kecemasan merupakan suatu emosi yang paling sering di alami oleh manusia. Kadang-kadang kecemasan sering disebut sebagai bentuk ketakutan dan perasaan gugup yang dialami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Dalam kehidupannya, setiap orang pasti membutuhkan orang lain, entah dalam saat-saat susah, sedih, maupun bahagia. Pada dasarnya manusia merupakan makhluk sosial
Lebih terperinciBABI PENDAHULUAN. menjelang saat-saat kematian, rasa cemas kerap kali singgah dalam diri manusia.
BABI PENDAHULUAN 1 BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sepanjang peljalanan hidup manusia, mulai dari lahir sampai dengan menjelang saat-saat kematian, rasa cemas kerap kali singgah dalam diri
Lebih terperinciMENGATASI KONFLIK RUMAH TANGGA (STUDI BK KELUARGA)
GUIDENA, Vol.1, No.1, September 2011 MENGATASI KONFLIK RUMAH TANGGA (STUDI BK KELUARGA) Nurul Atieka Universitas Muhammadiyah Metro PENDAHULUAN Semua orang dalam membina keluarga, menginginkan keluarga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara berkembang, termasuk Indonesia. Menurut Balisacan, Pernia, dan Asra
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberadaan fenomena kemiskinan tidak lepas dari suatu negara terutama negara berkembang, termasuk Indonesia. Menurut Balisacan, Pernia, dan Asra (2002) kemiskinan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dewasa dikatakan waktu yang paling tepat untuk melangsungkan pernikahan. Hal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menikah merupakan salah satu tujuan hidup bagi setiap orang. Usia dewasa dikatakan waktu yang paling tepat untuk melangsungkan pernikahan. Hal tersebut merupakan salah
Lebih terperinciADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, remaja, dan generasi muda pada umumnya (Waluyo, 2011).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyalahgunaan NAPZA merupakan salah satu ancaman yang cepat atau lambat dapat menghancurkan generasi muda. Negara Indonesia merupakan negara yang tidak lepas dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembuahan hingga akhir kehidupan selalu terjadi perubahan, baik dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk yang tidak pernah berhenti berubah. Semenjak pembuahan hingga akhir kehidupan selalu terjadi perubahan, baik dalam kemampuan fisik maupun
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN. FEAR of SUCCESS PADA WANITA BEKERJA
HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN FEAR of SUCCESS PADA WANITA BEKERJA Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai gelar Sarjana-S1 Psikologi Disusun oleh: YULIANA FATMA SARI F 100 040
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ditandai dengan adanya perkembangan yang pesat pada individu dari segi fisik, psikis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja berasal dari kata adolescence yang memiliki arti tumbuh untuk mencapai kematangan, baik mental, emosional, sosial, dan fisik. Masa remaja ditandai dengan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kehidupannya. Seseorang yang mengalami peristiwa membahagiakan seperti dapat
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai pengalaman baik positif maupun negatif tidak dapat lepas dari kehidupan seseorang. Pengalaman-pengalaman tersebut akan memberi pengaruh yang pada akhirnya
Lebih terperinciBAB I 1.1 Latar Belakang
BAB I 1.1 Latar Belakang Gangguan jiwa yaitu suatu sindrom atau pola perilaku yang secara klinis bermakna yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan menimbulkan gangguan pada satu atau lebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan tidak hanya menawarkan kebahagiaan tetapi juga penderitaan kepada manusia. Human life can be fullified not only in creating and enjoying, but also
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya zaman, dan pengaruh budaya barat merubah pola pikir
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masyarakat modern perilaku seks bebas sudah menjadi suatu hal yang wajar. Semakin berkembangnya zaman, dan pengaruh budaya barat merubah pola pikir masyarakat
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP OVER PROTECTIVE ORANGTUA DENGAN KECENDERUNGAN TERHADAP PERGAULAN BEBAS. S k r i p s i
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP OVER PROTECTIVE ORANGTUA DENGAN KECENDERUNGAN TERHADAP PERGAULAN BEBAS S k r i p s i Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai gelar derajat sarjana S-1 Psikologi
Lebih terperinciSTRATEGI COPING UNTUK MEMPERTAHANKAN PERKAWINAN PADA WANITA YANG SUAMINYA MENGALAMI DISFUNGSI SEKSUAL
STRATEGI COPING UNTUK MEMPERTAHANKAN PERKAWINAN PADA WANITA YANG SUAMINYA MENGALAMI DISFUNGSI SEKSUAL TESIS Diajukan Kepada Program Studi Magister Sains Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diberikan dibutuhkan sikap menerima apapun baik kelebihan maupun kekurangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penerimaan diri dibutuhkan oleh setiap individu untuk mencapai keharmonisan hidup, karena pada dasarnya tidak ada manusia yang diciptakan oleh Allah SWT tanpa kekurangan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. individual yang bisa hidup sendiri tanpa menjalin hubungan apapun dengan individu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang paling mulia di dunia ini dimana manusia memiliki akal, pikiran, dan perasaan. Manusia bukanlah makhluk individual yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bidang pelayanan kesehatan tempat yang mendukung rujukan dari pelayanan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah sakit merupakan salah satu bentuk organisasi yang bergerak di bidang pelayanan kesehatan tempat yang mendukung rujukan dari pelayanan tingkat dasar. Sebagai
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alasan Pemilihan Teori Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being menurut Diener (2005). Teori yang dipilih akan digunakan untuk meneliti gambaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. selalu bergerak di luar sadar manusia. Artinya, manusia tidak sadar akan menderita
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Penyakit kanker merupakan kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Remaja adalah individu yang unik. Remaja bukan lagi anak-anak, namun
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah individu yang unik. Remaja bukan lagi anak-anak, namun belum dapat dikategorikan dewasa. Masa remaja merupaka masa transisi dari masa kanak-kanak
Lebih terperinci