REKAYASA GENETIK Nicotiana tabacum SR1 DENGAN GEN glutathione S-transferase 12 (GST12) PURWANTI PRATIWI PURBOSARI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "REKAYASA GENETIK Nicotiana tabacum SR1 DENGAN GEN glutathione S-transferase 12 (GST12) PURWANTI PRATIWI PURBOSARI"

Transkripsi

1 REKAYASA GENETIK Nicotiana tabacum SR1 DENGAN GEN glutathione S-transferase 12 (GST12) PURWANTI PRATIWI PURBOSARI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

2

3 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Rekayasa Genetik Nicotiana tabacum SR1 dengan Gen glutathione S-transferase 12 (GST12) adalah benar karya saya bersama dengan komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, November 2015 Purwanti Pratiwi Purbosari NIM G

4 RINGKASAN PURWANTI PRATIWI PURBOSARI. Rekayasa Genetik Nicotiana tabacum SR1 dengan Gen glutathione S-transferase 12 (GST12). Dibimbing oleh UTUT WIDYASTUTI dan SUHARSONO. Glutathione S-transferase (GST) merupakan enzim antioksidan yang berperan dalam pertahanan tanaman terhadap cekaman biotik dan abiotik. Gen GST12 adalah salah satu anggota dari gen GST. Gen GST12 terlibat dalam pertahanan tanaman terhadap cekaman aluminium dan ph rendah. cdna gen GST12 dari kedelai kultivar Slamet telah berhasil diisolasi dengan ukuran 722 pb. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan vektor ekspresi gen glutathione S-transferase 12 (GST12) dan tanaman Nicotiana tabacum SR1 transgenik. Vektor ekspresi gen GST12 telah berhasil dikonstruksi menggunakan metode gateway cloning. cdna GST12 telah berhasil diisolasi dari plasmid pgem-gst12. Hasil isolasi cdna GST12 telah berhasil disisipkan ke dalam vektor pentr TM /D-TOPO menggunakan teknik directional TOPO cloning. Vektor rekombinan pentr-gst12 telah berhasil direkombinasikan dengan vektor ekspresi pgwb502 sehingga gen GST12 tersisip ke dalam vektor ekspresi pgwb502 menjadi vektor ekspresi rekombinan pgwb502-gst12. Verifikasi vektor ekspresi rekombinan pgwb502-gst12 dengan PCR menggunakan primer GST12-F dan NosT-R, serta pemotongan dengan enzim restriksi HindIII dan EcoR1 mengkonfirmasi bahwa plasmid pgwb502-gst12 yang dihasilkan telah mengandung gen GST12. Vektor ekspresi rekombinan pgwb502-gst12 di dalam bakteri E. coli DH5α telah berhasil diintroduksikan ke dalam bakteri A. tumefaciens LBA4404 menggunakan metode triparental mating. A. tumefaciens LBA4404 yang mengandung pgwb502-gst12 telah dikonfirmasi dengan PCR koloni menggunakan primer GST12-F dan NosT-R. Transformasi genetik tanaman Nicotiana tabacum SR1 melalui perantara A. tumefaciens LBA4404 rekombinan yang dilakukan dengan metode ko-kultivasi menggunakan potongan daun sebagai eksplan telah menghasilkan beberapa tanaman Nicotiana tabacum SR1 transgenik. Analisis molekuler dengan PCR menggunakan primer hpt-f and hpt-r telah mengkonfirmasi bahwa tanaman Nicotiana tabacum SR1 transgenik mengandung gen hpt. Gen hpt terpaut dekat dengan gen GST12. Oleh karena itu, tanaman Nicotiana tabacum SR1 transgenik yang mengandung gen hpt juga mengandung gen GST12. Analisis PCR menunjukkan bahwa gen GST12 yang terintegrasi di dalam genom tanaman Nicotiana tabacum SR1 transgenik mengalami delesi. Kata kunci: Agrobacterium tumefaciens, gen glutathione S-transferase 12 (GST12), Nicotiana tabacum (tembakau) SR1, pgwb502, transformasi genetik

5 SUMMARY PURWANTI PRATIWI PURBOSARI. Genetic Engineering of Nicotiana tabacum SR1 with glutathione S-transferase 12 (GST12) Gene. Supervised by UTUT WIDYASTUTI and SUHARSONO. Glutathione-S-transferase (GST) is an enzyme that involves in plant tolerance to oxidative stress caused by biotic and abiotic factors. GST12 gene is a member of GST gene. GST12 gene involves in plant tolerance to aluminum and low ph stresses. The cdna of GST12 containing 722 bp nucleotides from soybean cv Slamet has been isolated. The objectives of this research were to construct the expression vector of GST12 gene and the Nicotiana tabacum (tobacco) SR1 transgenic. Expression vector of GST12 gene was constructed using gateway cloning system. The cdna of GST12 was successfully isolated from pgem-gst12 plasmid by PCR. The GST12 was successfully inserted into the pentr TM /D- TOPO vector using directional TOPO cloning technique producing recombinant plasmid pentr-gst12. By recombination between pentr-gst12 and pgwb502, GST12 was successfully inserted into pgwb502 producing recombinant pgwb502-gst12 expression vector. Verification by PCR using GST12-F and NosT-R primers and digestion using restriction enzymes HindIII and EcoRI confirmed that pgwb502-gst12 contains GST12 gene. The recombinant pgwb502-gst12 in E. coli DH5α was successfully introduced into the A. tumefaciens LBA4404 using triparental mating method. A. tumefaciens LBA4404 containing recombinant pgwb502-gst12 was confirmed by colony PCR using GST12-F and NosT-R primer. The genetic transformation of Nicotiana tabacum SR1 intermediated by this recombinant A. tumefaciens by co-cultivation method using leaf disc as explants resulted transgenic Nicotiana tabacum SR1 plants. Molecular analysis by PCR using hpt-f and hpt-r primers confirmed that transgenic Nicotiana tabacum SR1 plants contain hpt gene. Since hpt gene is close linked to GST12 gene, so the transgenic Nicotiana tabacum SR1 plants contain also GST12 gene. PCR analysis showed that there is a deletion of GST12 gene integrated into the genome of transgenic Nicotiana tabacum SR1 plants. Keywords: Agrobacterium tumefaciens, genetic transformation, glutathione S- transferase 12 (GST12) gene, Nicotiana tabacum (tobacco) SR1, pgwb502

6 Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

7 REKAYASA GENETIK Nicotiana tabacum SR1 DENGAN GEN glutathione S-transferase 12 (GST12) PURWANTI PRATIWI PURBOSARI Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Biologi Tumbuhan SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

8 Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr Ir Aris Tjahjoleksono, DEA

9

10 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta ala atas segala karunia-nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2014 sampai Juli 2015 ini ialah transformasi genetik dengan judul Rekayasa Genetik Nicotiana tabacum SR1 dengan Gen glutathione S-transferase 12 (GST12). Penelitian ini merupakan bagian dari kegiatan Hibah Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi DIKTI 2014 atas nama Dr Ir Utut Widyastuti, MSi dengan judul Perbaikan Genetik Tumbuhan Kedelai terhadap Cekaman Asam melalui Teknik DNA Rekombinan Gen Antioksidan glutathione S-transferase 12 (GST12) dan peroksidase (per) dengan nomor kontrak: 79/IT /L1/SPK/2014 tanggal 24 Mei Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Utut Widyastuti, MSi dan Prof Dr Ir Suharsono, DEA selaku pembimbing atas arahan dan bimbingannya selama ini. Terima kasih kepada Dr Ir Aris Tjahjoleksono, DEA selaku penguji atas saran yang diberikan sehingga tulisan ini menjadi lebih baik. Terima kasih kepada Dr Ir Miftahudin, MSi selaku ketua program studi Biologi Tumbuhan atas masukan dan arahannya. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Ibu Pepi Elvavina, Ibu Nia Dahniar dan Bapak Abdul Mulya selaku laboran dan teknisi di Laboratorium Pusat Pengembangan Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi (PPSHB) IPB yang telah membantu penyediaan bahan dalam penelitian ini. Ungkapan terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak, Ibu, Iko, Risang dan segenap keluarga atas doa, semangat dan kasih sayangnya. Terima kasih penulis ucapkan kepada sahabat seperjuangan Plant Biology 2012: Mba Destik, Mba Fajri, Mba Efa, Bang Rudi dan Baso, serta segenap keluarga Laboratorium Biotechnology Research Indonesia-The Nedherlands (BIORIN) dan Laboratorium Biologi Molekuler dan Seluler Tanaman (BMST) atas kebersamaan dan semangatnya. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada sahabat dan keluarga besar Rumah Qur an IPB (RQ IPB), keluarga besar Himpunan Mahasiswa Muslim Pascasarjana (HIMMPAS) dan Forum Mahasiswa Pascasarjana (FORUM WACANA) atas doa dan dukungannya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, November 2015 Purwanti Pratiwi Purbosari

11 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR 1 PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 2 Manfaat Penelitian 2 2 TINJAUAN PUSTAKA 2 3 METODE 10 Waktu dan Tempat Penelitian 10 Bahan 10 Metode 10 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 14 Konstruksi Vektor Ekspresi Gen GST12 14 Introduksi Vektor Ekspresi Rekombinan pgwb502-gst12 ke dalam Agrobacterium tumefaciens LBA Transformasi Genetik tanaman Nicotiana tabacum SR SIMPULAN DAN SARAN 20 Simpulan 20 Saran 20 DAFTAR PUSTAKA 20 RIWAYAT HIDUP 23 vi vi

12 DAFTAR TABEL 1 Tipe gen GST pada tanaman kedelai 3 DAFTAR GAMBAR 1 Fungsi seluler Glutathione S-Transferase (GST) 5 2 Integrasi dan disintegrasi fage λ ke dalam kromosom E. coli 6 3 Skema umum kloning gateway 8 4 Proses masuknya T-DNA dari A. tumefaciens ke dalam sel tanaman 9 5 Peta fisik dan situs pengklonan vektor pentr TM /D-TOPO 11 6 Peta fisik plasmid pgwb Hasil PCR cdna gen GST12 dari plasmid pgem-gst12 menggunakan primer GST12pENTER-F dan GST12-R 14 8 Hasil PCR koloni menggunakan primer M13-F dan GST12-R terhadap koloni bakteri E. coli Top10 transforman 15 9 Hasil PCR koloni menggunakan primer GST12-F dan NosT-R terhadap koloni bakteri E. coli DH5α transforman yang mengandung vektor ekspresi rekombinan pgwb502-gst Hasil pemotongan vektor ekspresi rekombinan pgwb502-gst12 dengan enzim restriksi Hind111 dan EcoR Peta konstruksi vektor ekspresi pgwb502-gst Hasil PCR koloni menggunakan primer GST12-F dan NosT-R terhadap koloni bakteri A. tumefaciens LBA4404 transforman Kultur jaringan dari eksplan potongan daun N. tabacum SR1 selama transformasi genetik dengan gen GST Analisis PCR DNA genom tanaman N. tabacum SR1 menggunakan primer hpt-f dan hpt-r Analisis PCR DNA genom tanaman N. tabacum SR1 menggunakan primer aktin-f dan aktin-r, serta primer spesifik 35S-F dan NosT-R 20

13 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Glutathione S-transferase (GST) merupakan salah satu enzim antioksidan yang berperan dalam pertahanan tanaman terhadap cekaman biotik dan abiotik. GST mampu mengkatalis konjugasi antara Glutathione (GSH) dengan berbagai substrat elektrofilik. Hal ini berhubungan dengan sisi katalitik yang dimiliki GST. Pada tumbuhan, GST dapat berupa homodimer maupun heterodimer dengan masing-masing sub unit memiliki dua sisi aktif yang berdekatan, yaitu sisi pengikatan glutathione (G-site) dan sisi pengikatan substrat (H-site) (Dixon et al. 2002). Cekaman biotik dan abiotik dapat menginduksi peningkatan konsentrasi reactive oxygen species (ROS) seperti radikal superoksida (O 2 - ) dan hidrogen peroksida (H 2 O 2 ) (Apel dan Hirt 2002). Meskipun produksi ROS merupakan salah satu bentuk mekanisme pertahanan tanaman terhadap cekaman, akan tetapi tingginya konsentrasi ROS dapat menyebabkan kerusakan oksidatif pada lipid bilayer, DNA dan protein pada tanaman (Gill dan Tuteja 2010). Peningkatan ekspresi gen GST pada tanaman berhubungan dengan peningkatan ROS yang disebabkan oleh adanya cekaman (McGonigle et al. 2000). GST memiliki dua jalur dalam menangani cekaman oksidatif. Pertama, GST mampu mengkatalis reaksi antara GSH dengan senyawa-senyawa toksik yang terbentuk akibat tingginya konsentrasi ROS, seperti 4-hidroksialkenal dan basa propenal. Molekul-molekul yang telah berkonjugasi dengan GSH kemudian ditransfer ke dalam vakuola oleh protein pembawa untuk diproses lebih lanjut. Hal ini bertujuan untuk membatasi efek dari penghambatan produk akhir GST dan melindungi sel dari bahaya lebih lanjut akibat senyawa-senyawa yang berkonjugasi dengan GSH (Dixon et al. 1998). GST juga mampu melakukan fungsi Glutathione Peroksidase (GPX) untuk bereaksi dengan senyawa-senyawa hasil dari peroksidasi lipid secara langsung, serta mampu melindungi membran sel dari kerusakan dengan cara mereduksi H 2 O 2 (Marss 1996). Peranan GST dalam menangani cekaman H 2 O 2 dapat terlihat dari beberapa penelitian. Desikan et al. (1998) melaporkan bahwa pada kultur suspensi Arabidopsis, H 2 O 2 mampu menginduksi ekspresi gen GST. Selain itu, Polidoros et al. (1999) juga menemukan bahwa pemberian H 2 O 2 eksogenus mampu menginduksi ekspresi gen GST1 pada tanaman jagung. Pada Arabidopsis thaliana, ekspresi dari gen GST terinduksi karena adanya peningkatan konsentrasi ROS yang disebabkan oleh cekaman aluminium (Richards et al. 1998). GST juga dilaporkan terlibat dalam mekanisme detoksifikasi xenobiotik, serta perlindungan tanaman terhadap patogen dan herbisida. Pada kondisi tanpa cekaman, GST berperan dalam detoksifikasi toksin dari proses metabolisme sekunder dan transfer flavonoid dari sitosol ke vakuola dengan membentuk kompleks GST-flavonoid (Dixon et al. 2002). Analisis ekspresi gen GST12 pada tanaman kedelai kultivar Slamet yang toleran terhadap cekaman aluminium dan ph rendah menunjukkan bahwa ekspresi gen GST12 terinduksi pada 8 jam setelah perlakuan cekaman (1,6 mm Al dan ph 4,0) dengan peningkatan ekspresi sebesar 44.4%. Pada perlakuan yang sama, gen

14 2 GST8 menunjukkan hasil yang berbeda, yaitu terinduksi pada 8 jam setelah perlakuan dengan peningkatan ekspresi sebesar 4.4% dan pada 24 jam setelah perlakuan dengan peningkatan ekspresi sebesar 14.4%. Akan tetapi, pada kurun waktu 48 jam setelah perlakuan tersebut, gen GST8 tidak lagi terekspresi (Mashuda 2007). Berlainan dengan kultivar Slamet, pada tanaman kedelai kultivar Lumut yang peka terhadap cekaman aluminium dan ph rendah, gen GST12 tidak terinduksi oleh perlakuan cekaman 1,6 mm Al dan ph 4,0 (Sawitri 2007). Hasil analisis ini mengindikasikan adanya keterlibatan gen GST12 dalam pertahanan tanaman terhadap cekaman aluminium dan ph rendah. cdna GST12 dari akar tanaman kedelai kultivar Slamet telah berhasil diisolasi dan diklon ke dalam plasmid pgem-t Easy. Dari hasil pengurutan nukleotida cdna GST12 diketahui bahwa ukuran cdna GST12 adalah sebesar 722 pb dan menyandikan 237 asam amino. Hasil penelusuran daerah asam amino terkonservasi menunjukkan bahwa cdna GST12 memiliki daerah domain asam amino terkonservasi GST_N_Tau dan GST_C_Tau. cdna GST12 dari kedelai kultivar Slamet ini juga memiliki kekerabatan yang dekat dengan GST12 Glycine max (AF243367) (Jaya 2010). Ekspresi berlebih dari gen GST12 dibutuhkan sebagai langkah awal dalam analisis terhadap fungsi gen GST12. Oleh karena itu, perlu adanya suatu vektor ekspresi yang menggabungkan gen GST12 dengan promotor kuat. Daerah T-DNA dari vektor ekspresi rekombinan yang telah membawa gen GST12 selanjutnya dapat diintroduksikan ke dalam tanaman model untuk melihat ekspresi dari gen GST12 tersebut. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan vektor ekspresi gen glutathione S-transferase (GST12) dan tanaman Nicotiana tabacum (tembakau) SR1 transgenik. Manfaat Penelitian Vektor ekspresi gen glutathione S-transferase (GST12) dan tanaman Nicotiana tabacum (tembakau) SR1 transgenik yang dihasilkan dapat dimanfaatkan dalam analisis fungsi gen GST12 serta perbaikan genetik tanaman pertanian terhadap cekaman aluminium dan ph rendah. 2 TINJAUAN PUSTAKA Gen glutathione S-transferase (GST) Gen glutathione S-transferase (GST) merupakan kelompok besar gen yang menyandikan protein Glutathione S-Transferase (GST) yang aktivitas katalitiknya bergantung pada Glutathione (GSH). Dixon et al. (2002) mengelompokkan gen GST berdasarkan identitas sekuen penyusunnya menjadi lima kelompok, yaitu

15 kelas phi, tau, theta, zeta dan lamda. Kelas theta dan zeta selain terdapat pada tanaman juga terdapat pada hewan, akan tetapi kelas lainnya adalah spesifik pada tanaman. Berdasarkan analisis expressed sequenced tag (EST), terdapat keanekaragaman gen GST pada beberapa tanaman pertanian. Pada jagung dilaporkan terdapat 12 sekuen gen GST dari kelas phi, 28 sekuen dari kelas tau dan 2 sekuen dari kelas zeta. Pada kedelai teridentifikasi 4 sekuen dari kelas phi, 1 sekuen dari kelas zeta dan 20 sekuen dari kelas tau. Droog et al. (1995); Board et al. (1997); McGonigle et al. (2000) membagi gen GST pada tanaman ke dalam tiga kelompok, yaitu tipe 1, II dan III. Pengelompokan ini didasarkan pada identitas urutan asam amino dan konservasi penempatan intron-ekson, namun tidak didasarkan pada penerimaan substrat dan reaksi silang antibodi. GST tipe I mengandung 3 ekson dan 2 intron, GST tipe II mengandung 10 ekson dan 9 intron, sedangkan GST tipe III mengandung 2 ekson dan 1 intron. GST tipe I dan III memiliki kemiripan dengan kelas zeta pada mamalia, sedangkan GST tipe II mirip dengan kelas theta pada mamalia (Marrs 1996). Tabel 1 Tipe gen GST pada tanaman kedelai a 3 Tipe GST tipe I GST tipe II GST tipe III a Sumber: McGonigle et al. (2000). Nama GmGST 21 GmGST 22 GmGST 23 GmGST 24 GmGST 25 GH2/4 (Gmhsp26-A or GmGST 1) GmGST 2 GmGST 3 GST a (GmGST 4) GmGST 5 GmGST 6 GmGST 7 GmGST 8 GmGST 9 GmGST 10 GmGST 11 GmGST 12 GmGST 13 GmGST 14 GmGST 15 GmGST 16 GmGST 17 GmGST 18 GmGST 19 GmGST 20 No. Aksesi NCBI AF AF AF AF AF J03197, M20363 Y10820 X68819 AF AF AF AF AF AF AF AF AF AF AF AF AF AF AF AF AF243375

16 4 McGonigle et al. (2000) telah melakukan pensejajaran dan klasifikasi sekuen lengkap GST pada jagung dan kedelai. Pada jagung ditemukan 42 jenis GST, yaitu 12 GST tipe I, 2 GST tipe II dan 28 GST tipe III. Pada kedelai ditemukan 25 jenis GST yang terdiri dari 4 GST tipe I, 1 GST tipe II dan 20 GST tipe III. Tabel 1 menyajikan jenis GST yang ditemukan pada tanaman kedelai. Namun fungsi gen GST tidak berhubungan dengan klasifikasi yang didasarkan pada kemiripan sekuen dan tidak bisa diprediksi dari struktur dasarnya, melainkan ditetapkan berdasarkan eksperimen (McGonigle et al. 2000). Karakteristik dan Fungsi Seluler Protein Glutathione S-Transferase (GST) Glutathione S-Transferase (GST) merupakan protein dimer dengan masa molekul dari masing-masing sub-unit berkisar antara kda. Titik isoelektrik dari protein ini yaitu pada ph 4-5. Subunit dari kelas GST yang sama dapat mengalami dimerisasi meskipun sekuen asam amino yang dimiliki sangat berbeda. Akan tetapi, sub-unit dari kelas GST yang berbeda tidak dapat mengalami dimerisasi karena faktor inkompatibilitas residu interfasial. Dari penelitian yang dilakukan pada jagung diketahui bahwa isoenzim GST diekspresikan pada jaringan yang berbeda (Goria et al. 1993). Namun, GST terdapat pada setiap tahapan perkembangan tanaman (mulai dari embriogenesis sampai senesens) dan pada setiap jaringan tanaman yang diuji (McGonigle et al. 2000). Pada sebagian besar tanaman pertanian sereal, GST dapat diekspresikan sangat tinggi, yaitu mencapai 2% dari total protein pada dedaunan (Dixon et al. 2002). GST mampu mengkatalis konjugasi antara Glutathione (GSH) dengan berbagai substrat elektrofilik (Marrs 1996) dengan reaksi umum sebagai berikut: GSH + R-X GS-R + HX (Glutathione) (Molekul (Molekul (Produk samping) elektrofilik) terkonjugasi) (Dixon et al. 1998) Beberapa fungsi seluler yang sudah diketahui dari GST di antaranya pada metabolisme sekunder GST mampu mendetoksifikasi toksin dengan mengkatalis konjugasi antara toksin dengan GSH. Beberapa GST dari kelas phi dan tau berperan dalam transport pigmen flavonoid dari sitosol ke vakuola. GST juga mampu mereduksi DNA sitotoksik dan hidroperoksida lipid seperti yang dilakukan oleh Glutathione peroksidase. Selain itu, GST juga berperan dalam perlindungan lebih lanjut tanaman dari kematian sel yang diinduksi oleh bax. Pada sinyal tanaman terhadap cekaman, GST berfungsi dalam menginduksi kalkon sintase setelah tanaman terpapar sinar ultraviolet. Sedangkan pada metabolisme primer, GST bertindak dalam isomerasi maleilasetoasetat (Gambar 1) (Dixon et al. 2002).

17 5 Gambar 1 Fungsi seluler Glutathione S-Transferase (GST) (Dixon et al. 2002) Reactive Oxygen Species (ROS) dan Penanganannya oleh Glutathione S- Transferase (GST) Organisme aerobik akan selalu memproduksi molekul-molekul reactive oxygen species (ROS) seperti radikal superoksida, radikal hidroksil dan hidrogen peroksida (H 2 O 2 ) selama proses konsumsi oksigen. Pada keadaan normal, pertahanan dari antioksidan seperti dismutase superoksida (SOD), katalase, peroksidase dan asam askorbat mampu mengimbangi produksi senyawa-senyawa ROS. Namun selama terjadi cekaman oksidatif, keseimbangan antara produksi ROS dengan peredaman dari antioksidan tidak lagi seimbang. Salah satu efek berbahaya dari tingginya produksi ROS adalah terjadinya peroksidasi lipid membran yang merubah asam lemak menjadi fragmen hidrokarbon seperti 4- hidroksialkenal yang sangat toksik. Senyawa ini dapat menjadi inhibitor yang kuat bagi enzim seperti adenilat siklase dalam sintesis DNA dan protein. Akibat lain dari adanya produksi senyawa ROS adalah terbentuknya basa propenal, produk dari kerusakan oksidatif DNA yang sangat toksik (Marrs 1996). GST mampu mengkatalis reaksi antara GSH dengan senyawa-senyawa toksik yang terbentuk akibat tingginya konsentrasi ROS, seperti 4-hidroksialkenal dan basa propenal. Selain itu, GST juga dilaporkan mampu melakukan fungsi

18 6 Glutathione Peroksidase (GPX) untuk bereaksi dengan senyawa-senyawa hasil dari peroksidasi lipid secara langsung dan untuk mereduksi H 2 O 2 (Marss 1996). Pada kultur suspensi Arabidopsis, H 2 O 2 diketahui menginduksi ekspresi gen GST (Desikan et al. 1998). H 2 O 2 eksogenus juga mampu menginduksi ekspresi gen GST1 pada tanaman jagung hasil persemaian (Polidoros et al. 2005). Metode Kloning Gateway Pada era 1990-an, sangat berkembang teknik konstruksi vektor biner menggunakan bantuan enzim restriksi dan ligase. Pada teknik ini, vektor dan DNA yang akan diklon harus dipotong pada tempat-tempat tertentu menggunakan enzim restriksi, selanjutnya vektor dan insert linier digabungkan dengan bantuan enzim ligase. Namun kenyataannya teknik tersebut membutuhkan waktu yang lama dan pekerjaan laboratorium yang panjang. Untuk mengkonstruksi gen yang dimodifikasi di dalam vektor biner harus dicari situs restriksi yang sesuai antara vektor dengan DNA. Situs restriksi yang sesuai tersebut sering kali terdapat dalam jumlah yang terbatas. Kekurangan tersebut membuat teknik ini sulit menghasilkan keluaran yang tinggi. Namun saat ini telah berkembang suatu teknik yang dapat digunakan untuk mengkonstruksi dan memodifikasi vektor biner dengan lebih efisien, yaitu metode kloning gateway yang dikeluarkan oleh Invitrogen (USA) (Nakagawa et al. 2009). Teknologi kloning gateway merupakan bentuk aplikasi dari reaksi rekombinasi situs spesifik yang terjadi selama intergrasi fage λ ke dalam maupun keluar dari DNA E. coli (Gambar 2). Saat proses integrasi, situs attp (242 pb) dari Gambar 2 Integrasi dan disintegrasi fage λ ke dalam kromosom E. coli (Nakagawa et al. 2009)

19 fage λ dan situs attb (25 pb) dari E. coli berekombinasi menyebabkan genom fage λ terintegrasi ke dalam genom E. coli. Sebagai hasil, genom fage λ terapit oleh situs attl (100 pb) dan attr (168 pb) (BP reaction). Pada reaksi kebalikannya, DNA fage λ keluar dari genom E. coli dengan jalan rekombinasi antara situs attl dan attr (LR reaction). Proses BP reaction membutuhkan dua protein, yaitu protein integrase fage (Int) dan protein E. coli integration host factor (IHF). Pada sistem gateway, campuran dari kedua protein ini disebut BP clonase. Sedangkan pada LR reaction, dibutuhkan protein Int, IHF dan satu jenis protein lainnya, yaitu protein excisionase (Xis). Campuran dari ketiga jenis protein ini disebut LR clonase. Metode gateway cloning memanfaatkan situs att dan clonase ini untuk dapat mengkonstruksi plasmid rekombinan secara in vitro (Hartley et al. 2000; Walhout et al. 2000). Terdapat empat pasang situs att yang dapat dimodifikasi untuk tujuan kloning secara langsung dari sistem gateway. Keempat situs att tersebut adalah attb1 dan attb2, attp1 dan attp2, attl1 dan attl2, serta attr1 dan attr2. Reaksi rekombinasi hanya dapat terjadi antara situs attb1 dengan attp1, attb2 dengan attp2, attl1 dengan attr1 dan antara situs attl2 dengan attr2 (Hartley et al. 2000; Walhout et al. 2000). Pada situs att ini juga terdapat gen ccdb sebagai penanda seleksi dan pemelihara vektor gateway karena protein ccdb mampu menghambat DNA girase. Situs att1 biasanya berlokasi pada ujung 5 dari daerah opening reading frame (ORF), sedangkan situs att2 pada ujung 3. Orientasi ini tetap dipertahankan pada semua tahapan reaksi gateway. Pada kloning gateway secara umum, sekuen attb1 dan attb2 ditambahkan pada ujung 5 dan 3 dari daerah ORF menggunakan adapter PCR sebagai langkah pertama. Produk dari langkah tersebut (attb1-orf-attb2) digunakan dalam BP reaction bersama dengan vektor donor yang memiliki kaset attp1-ccdb-attp2. Karena keberadaan marker seleksi negatif ccdb yang semula terletak diantara attp1 dan attp2 maka hanya bakteri transforman yang mengandung vektor rekombinan dengan kaset attl1-orf-attl2 (entry clone) yang dapat tumbuh pada media seleksi. Bakteri yang mengandung gen ccdb akan segera mati karena protein CcdB bersifat letal untuk kebanyakan strain bakteri E. coli. Selanjutnya ORF dalam entry clone dapat segera ditransfer ke dalam destination vector melalui reaksi LR. Destination vector ini membawa kaset attr1-ccdb-attr2. Setelah rekombinasi, hanya bakteri yang membawa destination vector rekombinan dengan kaset attb1-orf-attb2 (expression clone) yang mampu bertahan dari seleksi. Sedangkan bakteri yang membawa gen ccdb akan mati. Di dalam gateway cloning, situs attb (25 pb) yang merupakan situs att terpendek didesain agar terdapat pada produk akhir yang berupa expression clone. Hal ini bertujuan untuk meminimalisasi panjangnya sambungan kloning setelah reaksi klonase (Gambar 3). Banyak pengembangan yang telah dilakukan pada destination vector untuk memenuhi beberapa tujuan yang berbeda, misalnya vektor untuk ekspresi pada tumbuhan, hewan, bakteria dan mamalia, maupun vektor untuk RNAi (Nakagawa et al. 2009). 7

20 8 Gambar 3 Skema umum kloning gateway (Nakagawa et al. 2009) Transformasi Genetik Diperantarai Agrobacterium tumefaciens Transformasi yang diperantarai A. tumefaciens merupakan teknik yang umum digunakan untuk menyisipkan gen yang diinginkan ke dalam genom tanaman. Di alam, A. tumefaciens merupakan agen penyebab penyakit tumor (crown gall) pada banyak spesies tanaman. Penyakit tumor ini menggambarkan sebuah manifestasi dari transfer dan ekspresi DNA bakteri di dalam sel tanaman (Dandekar dan Fisk 2004). Pemindahan DNA (T-DNA) pada A. tumefaciens di alam membawa gen oncogene dan opine-catabolism yang ketika diekspresikan di dalam sel tanaman akan menyebabkan pertumbuhan neoplastik dari jaringan tanaman transforman, serta menyebabkan produksi opin yang merupakan turunan asam amino yang digunakan oleh bakteri sebagai sumber nitrogen. Strain Agrobacterium rekombinan di mana T-DNA yang dimiliki telah diganti dengan gen yang diinginkan merupakan sarana yang paling efisien saat ini untuk mengintroduksikan gen asing ke dalam genom tanaman dan untuk memproduksi spesies tanaman transgenik (Tzfira dan Citovsky 2006). Perlengkapan molekuler yang dibutuhkan dalam penyisipan T-DNA ke dalam sel tanaman terdiri dari beberapa protein yang disandi oleh seperangkat kromosomal bakteri (chv) dan gen Ti-plasmid virulence (vir). Selain itu, berbagai protein yang dimiliki oleh sel host juga dilaporkan ikut berperan dalam proses

21 transformasi genetik tersebut. Daerah vir yang terdapat pada plasmid Ti menyandi sebagian besar protein Vir yang digunakan oleh bakteri untuk menyiapkan T- DNA dan memindahkannya ke dalam sel tanaman. Pada Agrobacterium yang sudah tidak berbahaya, di mana daerah T-DNA asli yang dimiliki telah dihilangkan dari plasmid Ti, daerah T-DNA rekombinannya biasanya berada pada plasmid biner yang terpisah dari Ti plasmid (Tzfira dan Citovsky 2006). Gambar 4 menunjukkan tahapan yang terjadi ketika proses transformasi. Proses transformasi tersebut dimulai dengan penempelan bakteri pada tanaman (Gambar 4, tahap 1), diikuti induksi dari ekspresi daerah gen vir oleh sinyal spesifik dari sel tanaman (Gambar 4, tahap 2 dan 3). Molekul T-DNA utas tunggal (T-strand) (Gambar 4, tahap 4) kemudian dihasilkan dari aksi kombinasi protein VirD1 dan VirD2. Di dalam sel bakteri, satu molekul VirD2 berikatan kovalen dengan utas tunggal T-DNA pada bagian ujung 5 membentuk kompleks proteinssdna. Kompleks ini bersama protein Vir yang lain ditransfer ke dalam sel tanaman (Gambar 4, tahap 5) oleh sistem sekresi VirB/D4 tipe IV. Tahapan ini membutuhkan interaksi T-pilus bakteri dengan sedikitnya satu protein spesifik dari sel tanaman. Di dalam sitoplasma sel tanaman, T-DNA diproses lebih lanjut menjadi komplek T matang (T-complex) di mana seluruh bagian molekul T-strand diliputi oleh banyak molekul VirE2. Molekul VirE2 ini memberikan struktur dan proteksi yang dibutuhkan T-DNA saat ditransfer ke dalam nukleus sel tanaman. Tahapan selanjutnya adalah pengangkutan di dalam sitoplasma (Gambar 4, tahap 6), pengangkutan melewati membran nukleus (Gambar 4, tahap 7), pengangkutan di dalam nukleus (Gambar 4, tahap 8), pelepasan mantel berupa molekul VirE2 dari T-DNA (Gambar 4, tahap 9) dan integrasi (Gambar 4, tahap 10) (Tzfira dan Citovsky 2006). 9 Sinyal tanaman sitoplasma nukleus Daerah vir Reseptor bakteri dan tanaman Kompleks-T Immature belum T-complex matang Saluran VirB/D4T4SS Kompleks-T matang T-DNA terintegrasi Agrobacterium k Sel tanaman Gambar 4 Proses masuknya T-DNA dari A. tumefaciens ke dalam sel tanaman (Tzfira dan Citovsky 2006)

22 10 3 METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret 2014 hingga Juli 2015 di Laboratorium Biotechnology Research Indonesia-the Netherland (BIORIN) dan Laboratorium Kultur Jaringan Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi (PPSHB), Institut Pertanian Bogor. Bahan cdna GST12 diperoleh dari plasmid pgem-gst12 dalam bakteri E. coli DH5α (Jaya 2010). Plasmid pentrtm/d-topo dan pgwb502 (Invitrogen, USA) masing-masing berfungsi sebagai entry vector dan destination vector dalam metode gateway. Bakteri E. coli Top10 dan E. coli DH5α digunakan untuk memperbanyak vektor rekombinan. Plasmid helper prk2013 dalam bakteri E. coli DH1 berperan dalam introduksi vektor rekombinan pgwb502-gst12 dari bakteri E. coli DH5α ke dalam bakteri A. tumefaciens LBA4404. Bakteri A. tumefaciens LBA4404 digunakan dalam proses introduksi gen GST12 ke dalam genom tanaman N. tabacum (tembakau) SR1. Potongan daun N. tabacum SR1 yang diambil dari kultur jaringan digunakan sebagai sumber eksplan. Metode Amplifikasi cdna gen GST12 cdna gen GST12 diperoleh dengan cara mengamplifikasi plasmid pgemgst12 (Jaya 2010) dengan PCR menggunakan pasangan primer GST12pENTERdan GST12-R (5 F (5 -CACCATGGTGAAGGCTGTGGT-3 ) ACTAGTATATATCATTCTGTGGCAGAAG-3 ). Primer forward GST12pENTER-F didesain dengan menambahkan sekuen CACC pada ujung 5. Komposisi reaksi PCR yang digunakan adalah 40 ng template plasmid pgemgst12, 10 pmol primer forward pentr-gst12f, 10 pmol primer reverse GST12R, 2 mm dntp mix, 5X High Fidelity PCR Buffer (Invitrogen, USA), 1 U Taq DNA High Fidelity Polymerase (Invitrogen, USA) dan ddh2o hingga volume reaksi mencapai 50 µl. PCR dilakukan sebanyak 35 siklus dengan kondisi prapcr 94⁰C, 5 menit; denaturasi 94⁰C, 1 menit; penempelan primer 55⁰C, 30 detik; pemanjangan 72⁰C, 1 menit; pasca PCR 72⁰C, 7 menit dan pendinginan 25⁰C, 10 menit. Produk hasil PCR dielektroforesis untuk mengetahui konsentrasinya. Purifikasi terhadap produk hasil PCR dilakukan dengan cara elusi dari gel agarosa mengikuti prosedur kit elusi dari Geneaid. Penyisipan cdna gen GST12 ke dalam vektor pentrtm/d-topo Hasil purifikasi cdna gen GST12 diligasikan dengan vektor pentrtm/dtopo (Invitrogen, USA) pada daerah situs pengklonan vektor tersebut (Gambar 5). Proses ligasi dilakukan dengan teknik Directional TOPO Cloning sesuai protokol manual dari Invitrogen. Komposisi dari reaksi tersebut adalah 1 μl (15

23 ng) cdna GST12, 1 μl (1.2 M NaCl dan 0.06 M MgCl 2 ) salt solution, 1 μl (15-20 ng) TOPO vector dan 3 μl ddh 2 O. Setelah inkubasi selama 5 menit pada suhu ruang, hasil ligasi diintroduksikan ke dalam bakteri E. coli Top10 kompeten menggunakan metode heat shock (Sambrook et al. 1989). Bakteri E. coli transforman ditumbuhkan pada media seleksi Luria Bertani (LB) padat yang mengandung antibiotik kanamisin 50 mg/l. Verifikasi terhadap koloni yang tumbuh dilakukan dengan PCR koloni menggunakan primer M13-F (5 - GTAAAACGACGGCCAG-3 ) dan GST12-R (5 -ACTAGTATATATCATTC TGTGGCAGAAG-3 ). Kondisi PCR yang digunakan sama dengan kondisi PCR saat amplifikasi cdna gen GST12. Koloni yang positif membawa plasmid pentr-gst12 disubkultur selama jam dalam media LB cair yang mengandung antibiotik kanamisin 50 mg/l. Plasmid dari bakteri tersebut diisolasi menggunakan Geneaid Plasmid Minipreps Kit. 11 Gambar 5 Peta fisik dan situs pengklonan vektor pentr TM /D-TOPO (Invitrogen, USA) Penyisipan cdna gen GST12 ke dalam vektor ekspresi pgwb502 Penyisipan cdna gen GST12 ke dalam vektor ekspresi pgwb502 (Gambar 6) dilakukan dengan bantuan enzim LR clonase. Vektor rekombinan pentr- GST12 direaksikan dengan vektor ekspresi pgwb502 sesuai protokol gateway cloning (Invitrogen, USA). Komposisi dari reaksi tersebut adalah 2 μl (300 ng) vektor pgwb502, 2 μl (300 ng) vektor rekombinan pentr-gst12, 1 μl 5X LR Clonase reaction buffer dan 1 µl TE Buffer. Hasil reaksi diintroduksikan ke

24 12 dalam E. coli DH5α kompeten kemudian bakteri tersebut ditumbuhkan pada media LB padat yang mengandung spektinomisin 50 mg/l. Koloni yang tumbuh diverifikasi menggunakan PCR koloni dengan primer GST12-F (TCTAGACCATAGCAATGGCAGAGCAAG-3 ) dan NosT-R (5 CTCATAAATAACGTCATGCATTAC-3 ). Komposisi reaksi PCR tersebut adalah 3 μl DNA template, 5 μl Dream Taq Green Master Mix PCR (Thermo scientific), 10 pmol primer forward GST12-F, 10 pmol primer reverse NosT-R dan ddh2o sampai volume reaksi mencapai 10 μl. Sebagai langkah verifikasi berikutnya, plasmid pgwb502-gst12 dari koloni E. coli DH5α transforman diisolasi menggunakan Geneid Plasmid Minipreps Kit. Plasmid tersebut kemudian dipotong menggunakan enzim restriksi HindIII dan EcoRI. Gambar 6 Peta fisik plasmid pgwb502 Introduksi vektor ekspresi rekombinan pgwb502-gst12 ke dalam bakteri Agrobacterium tumefaciens LBA4404 Introduksi vektor ekspresi rekombinan pgwb502-gst12 dari bakteri E. coli DH5α ke dalam bakteri A. tumefaciens LBA4404 dilakukan menggunakan metode triparental mating (Anggraito 2012) dengan bantuan plasmid helper prk2013. Koloni bakteri E. coli DH5α yang positif membawa pgwb502-gst12 ditumbuhkan pada 5 ml media LB cair yang mengandung 50 mg/l spektinomisin selama jam pada suhu 37⁰C dengan penggoyangan 220 rpm. Bakteri E. coli DH1 yang membawa plasmid prk2013 ditumbuhkan pada 5 ml media LB cair yang mengandung 50 mg/l kanamisin selama jam pada suhu 37⁰C dengan penggoyangan 220 rpm. Bakteri A. tumefaciens LBA4404 ditumbuhkan pada 5 ml media LB cair yang mengandung 50 mg/l spektinomisin selama dua hari dalam ruangan gelap pada suhu 28⁰C dengan penggoyangan pada kecepatan 220 rpm. Dari ketiga kultur bakteri di atas, masing-masing diambil 20 μl dan dicampurkan di atas media LB padat tanpa antibiotik untuk selanjutnya diinkubasi selama dua hari dalam kondisi gelap, suhu 28⁰C. Koloni bakteri yang tumbuh diambil menggunakan tusuk gigi steril dan dilarutkan ke dalam 500 μl LB cair. Dari larutan bakteri tersebut, diambil sebanyak 5 μl dan ditambahkan ke dalam 495 μl LB cair. 80 μl hasil pengenceran bakteri disebar di atas media LB padat yang mengandung 50 mg/l spektinomisin dan 50 mg/l streptomisin. PCR koloni menggunakan primer GST12-F dan NosT-R dilakukan untuk verifikasi bakteri A. tumefaciens LBA4404 yang membawa pgwb502-gst12. Persiapan eksplan tanaman Nicotiana tabacum SR1 Sterilisasi permukaan biji N. tabacum SR1 dilakukan dengan mencelupkan biji di dalam larutan alkohol 70%, disertai penggoyangan menggunakan tangan selama 5 menit. Biji dicuci menggunakan air steril kemudian direndam di dalam

25 13 larutan pemutih-disinfektan bayclin (NaClO 5, 25%) 20% dengan penggoyangan selama 10 menit. Pembilasan dilakukan menggunakan air steril sebanyak enam kali. Biji kemudian ditanam pada media Murashige dan Skoog (MS0) yang mengandung garam MS, vitamin MS, 30 g/l sukrosa dan 3 g/l agar di dalam ruangan bersuhu 26-27⁰C. Tanaman yang tumbuh yang telah berumur 1 bulan disubkultur ke media yang baru. Transformasi genetik tanaman Nicotiana tabacum SR1 Daun N. tabacum SR1 hasil perbanyakan in vitro yang berumur 8 minggu dipotong dengan ukuran 1 x 1 cm. Potongan daun tersebut direndam dalam suspensi A. tumefaciens yang membawa vektor rekombinan pgwb502-gst12 (OD ) selama 15 menit untuk proses ko-kultivasi dengan penggoyangan 100 rpm pada suhu ruang. Eksplan dikeringkan menggunakan kertas tissue steril dan ditanam pada media kokultivasi padat (MS 4.33 g/l + vitamin MS + sukrosa 30 g/l + BA 0.5 mg/l + IAA 0.1 mg/l + agar gelrite 2.8 g/l + 40 mg/l asetosiringon) selama 3 hari di ruang gelap. Setelah proses kokultivasi, eksplan dicuci menggunakan air steril sebanyak tiga kali kemudian dilanjutkan dengan air steril yang sudah ditambah antibiotik cefotaxime 200 mg/l selama 10 menit. Eksplan kembali dikeringkan menggunakan kertas tissue steril kemudian ditanam dalam media induksi tunas (MS 4.33 g/l + vitamin MS + BA 2 mg/l + IAA 0.5 mg/l + cefotaksim 100 mg/l + sukrosa 30 g/l+ agar gelrite 2.8 g/l) selama 1012 hari. Kalus transgenik selanjutnya diseleksi dengan cara dipindahkan ke media regenerasi tunas yang sekaligus berfungsi sebagai media seleksi yang mengandung 30 mg/l antibiotik higromisin. Setelah hari, tunas yang kuat dipindahkan ke media MS0 (MS 4.33 g/l + vitamin MS + sukrosa 30 g/l + agar gelrite 2.8 g/l) hingga terbentuk akar. Identifikasi tanaman Nicotiana tabacum SR1 transgenik Identifikasi tanaman N. tabacum SR1 transgenik dilakukan dengan PCR terhadap DNA genom yang diisolasi dari daun N. tabacum SR1. Isolasi DNA genom dilakukan dengan metode CTAB (Sambrook et al. 1989). 0.1 g sampel daun N. tabacum SR1 digerus menggunakan 300 μl buffer CTAB 2% (20 g/l CTAB, 100 ml 1 M Tris ph 7.5, 20 ml 0.5 M EDTA ph 8, 140 ml 5 M NaCl). Sebanyak 1,2 μl β-mercapto etanol 0.2% ditambahkan ke dalam hasil gerusan dan diinkubasi pada suhu 65⁰C selama 30 menit. Hasil inkubasi ditambahkan dengan 300 μl larutan CI (chloroform:isopropanol; 24:1) dan disentrifugasi selama 10 menit pada suhu ruang dengan kecepatan rpm. Supernatan yang dihasilkan ditambahkan dengan 600 μl larutan PCI (phenol:chloroform:isopropanol; 25:24:1) dan disentrifugasi dengan kecepatan rpm selama 10 menit pada suhu 25⁰C. Supernatan diambil dan ditambah dengan etanol absolut sebanyak 2 kali volume dan sodium asetat ph 5.4 sebanyak 0.1 kali volume. Larutan tersebut diinkubasi selama 12 jam pada suhu -20⁰C. Hasil pengendapan disentrifugasi selama 15 menit dengan kecepatan rpm pada suhu 4⁰C. Pelet ditambahkan dengan etanol 70% sebanyak 500 μl dan disentrifugasi dengan kecepatan rpm selama 5 menit pada suhu 4⁰C. Pelet yang terbentuk dikeringkan dengan vacuum dryer selama menit kemudian dilarutkan dalam 20 μl ddh2o steril dan ditambah dengan 4 μl RNAse 1 mg/l. Inkubasi untuk aktivasi RNAse dilakukan pada suhu 37⁰C selama 10 menit,

26 14 dilanjutkan inaktivasi RNAse dengan cara inkubasi pada suhu 70⁰C selama 10 menit. PCR dilakukan terhadap hasil isolasi genom tersebut. Primer yang digunakan adalah aktin-f (5 -CCTCTTAACCCGAAGGCTAA) dan aktin-r (5 GAAGGTTGGAAAAGGACTTC)-3, hpt-f (5 -GATGGTTGGCGACCTCGTA TT-3 ) dan hpt-r (5 -ACTATCGGCGACTACTTCTACA-3 ), serta 35SF (5 AAACCTCCTCGGATTCCATT-3 ) dan NostR. 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Konstruksi Vektor Ekspresi Gen GST12 Tahapan dalam mengkonstruksi vektor ekspresi gen GST12 meliputi tiga langkah utama yang saling berurutan, yaitu isolasi cdna GST12, penyisipan cdna GST12 ke dalam entry vector pentrtm/d-topo, dilanjutkan dengan penyisipan cdna GST12 ke dalam destination vector pgwb502. Proses penyisipan cdna gen GST12 ke dalam entry vector dan destination vector dilakukan menggunakan metode gateway. cdna gen GST12 diisolasi dari plasmid pgem-gst12 (Jaya 2010) melalui PCR menggunakan pasangan primer spesifik GST12pENTER-F dan GST12-R. Ujung 5 dari primer forward GST12pENTER-F didesain dengan menambahkan sekuen CACC dengan tujuan agar cdna gen GST12 dapat tersisip pada situs pengklonan vektor pentrtm/d-topo dengan orientasi yang benar. Fragmen hasil PCR ini berujung tumpul (blunt end). Ukuran fragmen yang dihasilkan dari proses PCR tersebut adalah sekitar 722 pb (Gambar 7). Ukuran ini sesuai dengan ukuran cdna gen GST12. Purifikasi dilakukan terhadap fragmen hasil PCR dengan cara elusi dari gel agarosa. M 750pb pb 750 Gambar 7 1 GST12 GST12 (722 pb) Hasil PCR cdna gen GST12 dari plasmid pgem-gst12 menggunakan primer GST12pENTER-F dan GST12-R. M: marka 1 kb, 1: GST12 Hasil purifikasi cdna gen GST12 telah disisipkan ke dalam vektor pentrtm/d-topo menggunakan prosedur directional TOPO cloning (Invitrogen, USA). Bagian overhang berupa sekuen GTGG dari vektor pentrtm/d-topo menginvasi dan berpasangan dengan sekuen CACC pada ujung 5 dari cdna gen GST12. Proses ini melibatkan enzim topoisomerase I yang memutus ikatan fosfodiester pada salah satu utas DNA (bagian GTGG) dari cdna gen GST12. Akibatnya, sekuen GTGG dari cdna gen GST12 dapat

27 15 dihilangkan dan posisinya digantikan oleh sekuen GTGG dari vektor pentrtm/d-topo. Adanya penempelan yang spesifik ini meminimalisasi kemungkinan terjadinya kesalahan orientasi dalam penyisipan fragmen cdna gen GST12 ke dalam vektor pentrtm/d-topo. Efisiensi penyisipan insert ke dalam vektor dengan orientasi yang benar melalui metode ini dapat mencapai 90% atau lebih (Invitrogen, USA). Vektor rekombinan yang dihasilkan (pentr-gst12) juga telah diintroduksikan ke dalam bakteri E. coli Top10 kompeten. Vektor pentrtm/dtopo memiliki gen ketahanan terhadap antibiotik kanamisin. Bakteri yang tumbuh pada media seleksi yang mengandung antibiotik kanamisin 50 mg/l diduga merupakan bakteri E. coli Top10 yang membawa vektor rekombinan pentr-gst12. Verifikasi lebih lanjut dilakukan terhadap koloni yang tumbuh menggunakan PCR koloni dengan pasangan primer M13-F dan GST12-R. Produk PCR berukuran sekitar 856 pb (Gambar 8). Hasil tersebut menunjukkan bahwa cdna gen GST12 telah tersisip secara tepat ke dalam vektor pentrtm/dtopo. Fragmen cdna gen GST12 tersebut diapit oleh situs attl1 dan attl2 di dalam vektor pentrtm/d-topo. M 750 pb GST12 (856 pb) Gambar 8 Hasil PCR koloni menggunakan primer M13-F dan GST12-R terhadap koloni bakteri E. coli Top10 transforman. M: marka 1 kb, 1-13: koloni E. coli Top10 yang tumbuh pada media seleksi cdna GST12 yang dibawa oleh vektor pentrtm/d-topo selanjutnya disisipkan ke dalam vektor ekspresi pgwb502. Proses ini melibatkan enzim LR clonase mix (Invitrogen, USA) yang membantu terjadinya rekombinasi situs spesifik antara kedua vektor tersebut. Situs attl1 dari vektor rekombinan pentrgst12 berekombinasi dengan situs attr1 dari vektor ekspresi pgwb502, sedangkan situs attl2 dari vektor rekombinan pentr-gst12 berekombinasi dengan situs attr2 dari vektor ekspresi pgwb502. Reaksi rekombinasi tersebut menyebabkan cdna gen GST12 dapat berpindah dari vektor pentrtm/dtopo ke dalam vektor ekspresi pgwb502. Sementara itu, gen ccdb yang dibawa oleh pgwb502 akan berpindah menggantikan posisi cdna gen GST12 pada pentrtm/d-topo. Gen ccdb berfungsi sebagai penanda seleksi negatif yang memproduksi protein toksin yang akan bersifat letal pada kebanyakan strain E. coli seperti TOP10 dan DH5α (Traore dan Zhao 2011). Protein CcdB akan menghambat kerja DNA girase pada E. coli (Bernard dan Couturier 1992) sehingga DNA girase tidak akan mampu menghilangkan ketegangan pada struktur superheliks positif akibat kerja helikase (Yusuf 2001). Sistem ini memudahkan proses seleksi bakteri bukan target karena sel bakteri yang terintroduksi dengan unreacted vector pgwb502 (pgwb502 yang tidak mengalami rekombinasi) tidak akan mampu melakukan replikasi DNA, begitu pula dengan sel bakteri yang

28 16 membawa molekul produk samping berupa vektor pentr TM /D-TOPO yang telah mengandung gen ccdb. Sedangkan sel E. coli yang membawa vektor ekspresi rekombinan akan mampu melakukan replikasi DNA dan memperbanyak diri. Vektor ekspresi rekombinan yang dihasilkan disebut vektor ekspresi rekombinan pgwb502-gst12. Vektor ekspresi rekombinan pgwb502-gst12 juga telah diintroduksikan ke dalam bakteri E. coli DH5α kompeten. Koloni bakteri yang tumbuh pada media seleksi LB padat yang mengandung antibiotik spektinomisin 50 mg/l diverifikasi menggunakan PCR koloni dengan primer GST12-F dan NosT-R. Pita DNA yang dihasilkan dari PCR koloni tersebut berukuran sekitar 972 pb (Gambar 9). Hal ini menunjukkan bahwa cdna gen GST12 telah tersisip secara tepat ke dalam vektor ekspresi pgwb502. Verifikasi lebih lanjut juga telah berhasil dilakukan, yaitu dengan cara memotong vektor ekspresi pgwb502-gst12 hasil isolasi dari E. coli DH5α transforman menggunakan enzim restriksi HindIII dan EcoRI sehingga menghasilkan dua fragmen dengan ukuran pb dan pb (Gambar 10). M pb GST12 (972 pb) Gambar 9 Hasil PCR koloni menggunakan primer GST12-F dan NosT-R terhadap koloni bakteri E. coli DH5α transforman yang mengandung vektor ekspresi rekombinan pgwb502-gst12. M: marka 1 kb, 1-2: koloni E. coli transforman M pb pgwb pb GST12 (1.065 pb) Gambar 10 Hasil pemotongan vektor ekspresi rekombinan pgwb502-gst12 dengan enzim restriksi Hind111 dan EcoR1. M: marka 1 kb, 1: kontrol pgwb502-gst12 tidak dipotong, 2: pgwb502-gst12 dipotong dengan enzim HindIII dan EcoRI Gambar 11 menampilkan peta konstruksi vektor ekspresi gen GST12 pada daerah T-DNA. Gen GST12 berada di bawah kendali promoter kuat 35S CaMV, sedangkan gen hygromycin phosphotransferase (hpt) yang bertanggungjawab atas ketahanan terhadap antibiotik higromisin berperan sebagai penanda seleksi.

29 pb Gambar 11 Peta konstruksi vektor ekspresi pgwb502-gst12. RB: right border, P35S CaMV: promotor 35S CaMV, GST12: gen GST12, TNos: terminator nopaline synthase, hpt: gen hygromycin phosphotransferase, PNos: promotor nopaline synthase, LB: left border Metode gateway cloning ini telah banyak digunakan dalam pembuatan vektor ekspresi. Tidak hanya untuk tanaman, beberapa penelitian telah berhasil mengaplikasikannya untuk jenis organisme lain. Toews et al. (2004) mendesain vektor ekspresi untuk fungi dan mengintroduksikannya pada Aspergillus nidulans. Deplancke et al. (2004) mendesain vektor ekspresi untuk yeast, sedangkan Nyabi et al. (2009) berhasil membuat vektor ekpsresi dan mengintroduksikannya pada kultur sel stem embrionik tikus. Introduksi Vektor Ekspresi Rekombinan pgwb502-gst12 ke dalam Agrobacterium tumefaciens LBA4404 Vektor ekspresi rekombinan pgwb502-gst12 dalam bakteri E. coli DH5α telah berhasil diintroduksikan ke dalam bakteri A. tumefaciens LBA4404 melalui metode triparental mating (TPM). Metode ini memungkinkan terjadinya proses konjugasi antara kedua strain bakteri tersebut dengan bantuan plasmid helper prk2013 yang dibawa oleh bakteri E. coli DH1. Koloni bakteri yang tumbuh pada media seleksi LB padat yang mengandung 50 mg/l antibiotik spektinomisin dan 50 mg/l streptomisin diduga merupakan bakteri A. tumefaciens LBA4404 yang membawa vektor ekspresi rekombinan pgwb502-gst12. Verifikasi terhadap koloni yang tumbuh dilakukan menggunakan PCR koloni dengan primer GST12-F dan NosT-R. Pita DNA hasil PCR koloni dengan ukuran sekitar 972 pb (Gambar 12) menunjukkan bahwa vektor ekspresi rekombinan pgwb502-gst12 telah berhasil diintroduksikan ke dalam bakteri A. tumefaciens LBA4404. M K pb GST12 (972 pb) Gambar 12 Hasil PCR koloni menggunakan primer GST12-F dan NosT-R terhadap koloni bakteri A. tumefaciens LBA4404 transforman. M: marka 1 kb, K+: kontrol positif (plasmid pgwb-gst12), 1-3: koloni A. tumefaciens transforman

30 18 Transformasi Genetik Tanaman Nicotiana tabacum SR1 Transformasi genetik tanaman N. tabacum SR1 dengan gen GST12 dilakukan dengan bantuan bakteri A. tumefaciens LBA4404 yang membawa vektor ekspresi rekombinan pgwb502-gst12. Potongan daun N. tabacum SR1 direndam dalam suspensi A. tumefaciens LBA4404 rekombinan sebagai langkah kokultivasi. Seleksi tanaman transgenik dilakukan dengan menumbuhkan eksplan pada media regenerasi tunas yang mengandung 30 mg/l higromisin. Pada selang waktu tiga sampai empat minggu setelah transformasi, eksplan yang dikokultivasi mulai menghasilkan tunas yang tumbuh di sekitar daerah bekas pelukaan. Daerah bekas pelukaan tersebut sebelumnya terlihat menebal. Eksplan kontrol berupa potongan daun N. tabacum SR1 yang tidak dikokultivasi dalam suspensi A. tumefaciens LBA4404 rekombinan terlihat mulai berwarna kecoklatan kemudian memucat setelah tiga sampai empat minggu ditanam di media seleksi. Tunas dari eksplan transforman yang sudah beregenerasi dan terlihat kuat disubkultur ke media baru untuk pengakaran (Gambar 13). Pada vektor ekspresi pgwb502-gst12 yang digunakan dalam transformasi genetik N. tabacum SR1 ini, posisi gen hpt berada dekat dengan gen GST12 sehingga kedua gen tersebut akan dintegrasikan ke dalam genom tanaman secara bersama. Oleh karena itu, tanaman transgenik yang resisten terhadap antibiotik higromisin juga mengandung gen GST12 yang terintegrasi di dalam genomnya. 1 cm 1 cm 1 cm (a) (b) (c) 1 cm 1 cm (d) (e) Gambar 13 Kultur jaringan dari eksplan potongan daun N. tabacum SR1 selama transformasi genetik dengan gen GST12. (a) Eksplan yang tidak ditransformasi terlihat berwarna kecoklatan kemudian memucat pada media seleksi yang mengandung 30 mg/l higromisin, (b) Eksplan yang ditransformasi bertahan pada media seleksi yang mengandung 30 mg/l higromisin, (c) tunas mulai terbentuk dan muncul pada daerah sekitar bekas pelukaan, (d) Tunas yang semakin membesar dan beregenerasi, (e) Tunas yang telah berakar berkembang menjadi tanaman yang lengkap dan disebut sebagai tanaman transgenik putatif

31 Verifikasi lebih lanjut terhadap tanaman N. tabacum SR1 transgenik yang tahan terhadap higromisin dilakukan dengan PCR menggunakan pasangan primer hpt-f dan hpt-r serta 35S-F dan NosT-R. Pita produk PCR terhadap gen hpt (Gambar 14) dengan ukuran sekitar 600 pb menunjukkan bahwa gen hpt telah tersisip ke dalam genom tanaman N. tabacum SR1 transgenik. M NT bp hpt (600 pb) Gambar 14 Analisis PCR DNA genom tanaman N. tabacum SR1 menggunakan primer hpt-f dan hpt-r. M: marka 1 kb+, NT: N. tabacum SR1 non transgenik, 1-3: tanaman transforman Pita produk PCR menggunakan primer 35S-F dan NosT-R yang terlihat setelah elektroforesis (Gambar 15) juga mengindikasikan bahwa gen GST12 telah terintroduksi ke dalam genom tanaman N. tabacum SR1 transgenik, tetapi ukuran pita hasil PCR dari genom tanaman N. tabacum SR1 (1000 pb) transgenik lebih pendek dari pada ukuran pita hasil PCR terhadap kontrol plasmid pgwb502- GST12 (1300 pb). Hal ini kemungkinan terjadi karena adanya delesi pada bagian gen GST12 tersebut. Penyebab delesi yang dialami oleh gen GST12 belum diketahui mekanismenya. Salah satu kemungkinan yang dapat menjadi faktor penyebabnya adalah akibat adanya enzim DNA nuklease yang memotong bagian gen yang tidak terlindungi oleh molekul protein VirE2 saat proses transfer T-DNA dari sel bakteri menuju ke sel tanaman. NT M K+ NT bp PCR primer aktin-f dan aktin-r 1300 pb 1000 pb PCR primer 35S-F dan NosT-R Gambar 15 Analisis PCR DNA genom tanaman N. tabacum SR1 menggunakan primer aktin-f dan aktin-r, serta primer spesifik 35S-F dan NosT- R. NT: N. tabacum SR1 non transgenik, 1-4: N. tabacum SR1 transgenik, M: marka 1 kb+, K+: kontrol plasmid pgwb502- GST12, 5-6: N. tabacum SR1 transgenik, 7: N. tabacum SR1 nontransgenik, 8: N. tabacum SR1 transgenik Menurut Zambryski (1992), T-DNA yang ditransfer dari sel bakteri ke dalam sel tanaman harus melintasi beberapa bagian, yaitu membran sel bakteri,dinding sel bakteri, dinding sel tanaman, serta membran sel dan inti sel

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 17 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Konstruksi plasmid biner pmsh1-lisozim Konstruksi plasmid biner dilakukan dengan meligasi gen lisozim ayam dan pmsh1. Plasmid hasil ligasi berukuran 13.449 pb (Gambar 5A kolom

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. 1. Waktu dan Tempat penelitian

BAHAN DAN METODE. 1. Waktu dan Tempat penelitian BAHAN DAN METODE 1. Waktu dan Tempat penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Biologi Molekuler dan Rumah Kaca Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di Laboratorium BIORIN (Biotechnology Research Indonesian - The Netherlands) Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi IPB. Penelitian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN bp bp bp

HASIL DAN PEMBAHASAN bp bp bp HASIL DAN PEBAHASAN Purifikasi dan Pengujian Produk PCR (Stilbena Sintase) Purifikasi ini menggunakan high pure plasmid isolation kit dari Invitrogen. Percobaan dilakukan sesuai dengan prosedur yang terdapat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Konstruksi vektor over-ekspresi gen OsWRKY 1.1 Amplifikasi dan purifikasi fragmen gen OsWRKY76

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Konstruksi vektor over-ekspresi gen OsWRKY 1.1 Amplifikasi dan purifikasi fragmen gen OsWRKY76 HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan rekayasa genetik tanaman keberhasilannya tergantung pada beberapa hal, diantaranya adalah gen yang akan diintroduksikan, metode transformasi, sistem regenerasi tanaman dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil 11 secara perlahan beberapa kali kemudian segera ditambah dengan 400 μl larutan buffer netralisasi (1.32 M natrium asetat ph 4.8), divorteks dan disentrifugasi pada suhu 4 0 C dengan kecepatan 10 000 rpm

Lebih terperinci

ANALISA HASIL TRANSFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN PCR KOLONI DAN RESTRIKSI

ANALISA HASIL TRANSFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN PCR KOLONI DAN RESTRIKSI 1 ANALISA HASIL TRANSFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN PCR KOLONI DAN RESTRIKSI PENDAHULUAN Polimerase Chain Reaction (PCR) PCR adalah suatu reaksi invitro untuk menggandakan jumlah molekul DNA pada target tertentu

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat 12 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan dari bulan April 2006 sampai dengan bulan April 2007. Penelitian dilakukan di rumah kaca, laboratorium Biologi Molekuler Seluler Tanaman, dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil konfirmasi dicek dengan elektroforesis gel agarosa 1%.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil konfirmasi dicek dengan elektroforesis gel agarosa 1%. reaction mix pada tabung mikro, kemudian program PCR dilanjutkan kembali dengan program PCR biasa: 94 o C selama 30 detik, 55 o C selama 1 menit, dan 72 o C selama 2 menit. Hasil konfirmasi dicek dengan

Lebih terperinci

GENETIKA DASAR Rekayasa Genetika Tanaman. Definisi. Definisi. Definisi. Rekayasa Genetika atau Teknik DNA Rekombinan atau Manipulasi genetik

GENETIKA DASAR Rekayasa Genetika Tanaman. Definisi. Definisi. Definisi. Rekayasa Genetika atau Teknik DNA Rekombinan atau Manipulasi genetik Definisi GENETIKA DASAR Rekayasa Genetika Tanaman Oleh: Dr. Ir. Dirvamena Boer, M.Sc.Agr. HP: 081 385 065 359 e-mail: dirvamenaboer@yahoo.com Fakultas Pertanian, Universitas Haluoleo, Kendari Dipublikasi

Lebih terperinci

BAB VII PEMBAHASAN UMUM

BAB VII PEMBAHASAN UMUM BAB VII PEMBAHASAN UMUM Tumbuhan yang hidup di tanah asam umumnya adalah tumbuhtumbuhan yang dapat beradaptasi dengan lingkungan tersebut. Salah satu jenis tumbuhan yang banyak dijumpai pada Tanah Podsolik

Lebih terperinci

Pembuatan Media Kultur Bakteri Pemanenan sel bakteri. Isolasi DNA kromosom bakteri. Kloning DNA

Pembuatan Media Kultur Bakteri Pemanenan sel bakteri. Isolasi DNA kromosom bakteri. Kloning DNA LAMPIRAN 15 15 Lampiran 1 Tahapan penelitian Pembuatan Media Kultur Bakteri Pemanenan sel bakteri Isolasi DNA kromosom bakteri Pemotongan DNA dengan enzim restriksi Kloning DNA Isolasi DNA plasmid hasil

Lebih terperinci

VII. UJI EKSPRESI GEN TcAP1 (APETALA1 KAKAO) PADA TANAMAN MODEL. Abstrak

VII. UJI EKSPRESI GEN TcAP1 (APETALA1 KAKAO) PADA TANAMAN MODEL. Abstrak VII. UJI EKSPRESI GEN TcAP1 (APETALA1 KAKAO) PADA TANAMAN MODEL Abstrak Pada berbagai spesies termasuk kakao, gen AP1 (APETALA1) diketahui sebagai gen penanda pembungaan yang mengendalikan terbentuknya

Lebih terperinci

Gambar 2 Vektor pengklonan pgem T Easy

Gambar 2 Vektor pengklonan pgem T Easy BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan dari bulan September 2007 sampai dengan bulan April 2008. Penelitian dilakukan di Laboratorium Biologi Molekuler Seluler Tanaman, dan Laboratorium

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN. Oligonukleotida sintetis daerah pengkode IFNα2b sintetis dirancang menggunakan

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN. Oligonukleotida sintetis daerah pengkode IFNα2b sintetis dirancang menggunakan BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Oligonukleotida sintetis daerah pengkode IFNα2b sintetis dirancang menggunakan program komputer berdasarkan metode sintesis dua arah TBIO, dimana proses sintesis daerah

Lebih terperinci

3 BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

3 BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat 13 3 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 hingga Januari 2013, bertempat di Laboratorium Kultur Jaringan serta Laboratorium BIORIN (Biotechnology Research Indonesia-the

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Sebelum melakukan PCR, terlebih dahulu dilakukan perancangan primer menggunakan program DNA Star. Pemilihan primer dilakukan dengan mempertimbangkan parameter spesifisitas,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Isolasi Fragmen DNA Penyandi CcGH Mature Plasmid pgem-t Easy yang mengandung cdna GH ikan mas telah berhasil diisolasi. Hal ini ditunjukkan dengan adanya pita DNA pada ukuran

Lebih terperinci

REKAYASA GENETIKA ( VEKTOR PLASMID )

REKAYASA GENETIKA ( VEKTOR PLASMID ) MAKALAH REKAYASA GENETIKA ( VEKTOR PLASMID ) Disusun oleh: NAMA : LASINRANG ADITIA NIM : 60300112034 KELAS : BIOLOGI A TUGAS : REKAYASA GENETIKA JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

REKAYASA GENETIK Nicotiana tabacum KULTIVAR SR1 DENGAN GEN Peroksidase (PerL) DARI KEDELAI KULTIVAR LUMUT DESTIK WULANDARI

REKAYASA GENETIK Nicotiana tabacum KULTIVAR SR1 DENGAN GEN Peroksidase (PerL) DARI KEDELAI KULTIVAR LUMUT DESTIK WULANDARI REKAYASA GENETIK Nicotiana tabacum KULTIVAR SR1 DENGAN GEN Peroksidase (PerL) DARI KEDELAI KULTIVAR LUMUT DESTIK WULANDARI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Transformasi, Kokultivasi, dan Regenerasi

HASIL DAN PEMBAHASAN Transformasi, Kokultivasi, dan Regenerasi 26 HASIL DAN PEMBAHASAN Transformasi, Kokultivasi, dan Regenerasi Konstruksi vektor ekspresi yang digunakan pada penelitian ini adalah p35scamv::tclfy. Promoter p35s CaMV digunakan dalam penelitian ini

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Pemotongan Parsial dan Penyisipan Nukleotida pada Ujung Fragmen DNA Konstruksi pustaka genom membutuhkan potongan DNA yang besar. Untuk mendapatkan fragmen-fragmen dengan ukuran relatif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode deskriptif (Nazir, 1983). B. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Transformasi genetik Oryza sativa L. dengan gen MaMt2

4 HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Transformasi genetik Oryza sativa L. dengan gen MaMt2 27 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Transformasi genetik Oryza sativa L. dengan gen MaMt2 Transformasi genetik Oryza sativa L. kultivar Kasalath dan Nipponbare dilakukan menggunakan eksplan yang berupa kalus

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan termasuk dalam penelitian dasar yang. dilakukan dengan metode deskriptif (Nazir, 1998).

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan termasuk dalam penelitian dasar yang. dilakukan dengan metode deskriptif (Nazir, 1998). BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan termasuk dalam penelitian dasar yang dilakukan dengan metode deskriptif (Nazir, 1998). B. Populasi dan Sampel 1. Populasi yang

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN TOLERANSI MELASTOMA TERHADAP ANTIBIOTIK KANAMISIN DAN HIGROMISIN SECARA IN VITRO NANI SUMARNI

PERTUMBUHAN DAN TOLERANSI MELASTOMA TERHADAP ANTIBIOTIK KANAMISIN DAN HIGROMISIN SECARA IN VITRO NANI SUMARNI PERTUMBUHAN DAN TOLERANSI MELASTOMA TERHADAP ANTIBIOTIK KANAMISIN DAN HIGROMISIN SECARA IN VITRO NANI SUMARNI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 2 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

diregenerasikan menjadi tanaman utuh. Regenerasi tanaman dapat dilakukan baik secara orgnogenesis ataupun embriogenesis (Sticklen 1991; Zhong et al.

diregenerasikan menjadi tanaman utuh. Regenerasi tanaman dapat dilakukan baik secara orgnogenesis ataupun embriogenesis (Sticklen 1991; Zhong et al. PENDAHULUAN Perbaikan suatu sifat tanaman dapat dilakukan melalui modifikasi genetik baik dengan pemuliaan secara konvensional maupun dengan bioteknologi khususnya teknologi rekayasa genetik (Herman 2002).

Lebih terperinci

DASAR REKAYASA GENETIKA

DASAR REKAYASA GENETIKA DASAR REKAYASA GENETIKA Rekayasa = manipulasi = modifikasi = perubahan bahan genetik (perubahan & pemindahan gen) Cara: 1. Persilangan seksual (perkawinan) 2. Hibridisasi somatik 3. Mutasi 4. Teknologi

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA

LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA LAPORAN IV (ISOLASI RNA DARI TANAMAN) KHAIRUL ANAM P051090031/BTK BIOTEKNOLOGI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 0 ISOLASI RNA DARI TANAMAN TUJUAN Tujuan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Kerjasama Bioteknologi Indonesia- Belanda (BIORIN) dan Laboratorium Biologi Molekuler dan Seluler Tanaman (BMST), Pusat

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS Test Seleksi Calon Peserta International Biology Olympiad (IBO) 2014 2 8 September

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN 14 BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Konfirmasi bakteri C. violaceum dan B. cereus dilakukan dengan pewarnaan Gram, identifikasi morfologi sel bakteri, sekuensing PCR 16s rdna dan uji kualitatif aktivitas

Lebih terperinci

Pengertian TEKNOLOGI DNA REKOMBINAN. Cloning DNA. Proses rekayasa genetik pada prokariot. Pemuliaan tanaman konvensional: TeknologiDNA rekombinan:

Pengertian TEKNOLOGI DNA REKOMBINAN. Cloning DNA. Proses rekayasa genetik pada prokariot. Pemuliaan tanaman konvensional: TeknologiDNA rekombinan: Materi Kuliah Bioteknologi Pertanian Prodi Agroteknologi Pertemuan Ke 9-10 TEKNOLOGI DNA REKOMBINAN Ir. Sri Sumarsih, MP. Email: Sumarsih_03@yahoo.com Weblog: Sumarsih07.wordpress.com Website: agriculture.upnyk.ac.id

Lebih terperinci

Gambar 1. Struktur organisasi promoter pada organisme prokariot [Sumber: University of Miami 2008: 1.]

Gambar 1. Struktur organisasi promoter pada organisme prokariot [Sumber: University of Miami 2008: 1.] Gambar 1. Struktur organisasi promoter pada organisme prokariot [Sumber: University of Miami 2008: 1.] Gambar 2. Struktur organisasi promoter pada organisme eukariot [Sumber: Gilbert 1997: 1.] Gambar 3.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Bahan Metode penelitian Isolasi RNA total

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Bahan Metode penelitian Isolasi RNA total METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan mulai bulan Februari 2005 hingga bulan Maret 2008 di Laboratorium Biologi Molekuler dan Seluler Tanaman dan Laboratorium BIORIN (Biotechnology

Lebih terperinci

BIO306. Prinsip Bioteknologi

BIO306. Prinsip Bioteknologi BIO306 Prinsip Bioteknologi KULIAH 6. TEKNIK DASAR KLONING Percobaan pertama penggabungan fragmen DNA secara in vitro dilakukan sekitar 30 tahun yang lalu oleh Jackson et al. (1972). Melakukan penyisipan

Lebih terperinci

ISOLASI DAN KARAKTERISASI FRAGMEN cdna DARI GEN PENYANDI METALLOTHIONEIN DARI KEDELAI KULTIVAR SLAMET YASSIER ANWAR

ISOLASI DAN KARAKTERISASI FRAGMEN cdna DARI GEN PENYANDI METALLOTHIONEIN DARI KEDELAI KULTIVAR SLAMET YASSIER ANWAR ISOLASI DAN KARAKTERISASI FRAGMEN cdna DARI GEN PENYANDI METALLOTHIONEIN DARI KEDELAI KULTIVAR SLAMET YASSIER ANWAR SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 SURAT PERNYATAAN Dengan ini

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi DNA Genomik Sengon

HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi DNA Genomik Sengon HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi DNA Genomik Sengon DNA genomik sengon diisolasi dari daun muda pohon sengon. Hasil uji integritas DNA metode 1, metode 2 dan metode 3 pada gel agarose dapat dilihat pada Gambar

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. tumefaciens LBA4404 yang membawa gen xyloglucanase, gen nptii, dan

BAHAN DAN METODE. tumefaciens LBA4404 yang membawa gen xyloglucanase, gen nptii, dan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di laboratorium Biologi Molekuler Tanaman, Pusat Penelitian Bioteknologi - LIPI, Cibinong, mulai bulan Agustus 2006 sarnpai dengan Agustus 2007.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. genom sel tanaman adalah kloning gen. Proses ini dilakukan dengan

I. PENDAHULUAN. genom sel tanaman adalah kloning gen. Proses ini dilakukan dengan I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Salah satu proses umum dalam manipulasi gen yang akan ditransfer ke genom sel tanaman adalah kloning gen. Proses ini dilakukan dengan menyisipkan gen target ke dalam vektor

Lebih terperinci

BAB 3 PERCOBAAN. Alat elektroforesis agarosa (Biorad), autoklaf, cawan Petri, GeneAid High Speed Plasmid

BAB 3 PERCOBAAN. Alat elektroforesis agarosa (Biorad), autoklaf, cawan Petri, GeneAid High Speed Plasmid BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Alat Alat elektroforesis agarosa (Biorad), autoklaf, cawan Petri, GeneAid High Speed Plasmid Mini kit, inkubator goyang (GSL), jarum Ose bundar, kit GFX (GE Healthcare), kompor listrik

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. ditranskipsi dan produk translasi yang dikode oleh gen (Nasution 1999).

BAHAN DAN METODE. ditranskipsi dan produk translasi yang dikode oleh gen (Nasution 1999). 4 ditranskipsi dan produk translasi yang dikode oleh gen (Nasution 1999). Polymerase Chain Reaction (PCR) PCR merupakan suatu reaksi in vitro untuk menggandakan jumlah molekul DNA pada target tertentu

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Gambar 7 Peta linier pbd80. B11. BamHI. SalI. pflap amp r GOI. pbd80 ColE oriv NPTIII LB NPTII Pro GOI Term RB pbd80

BAHAN DAN METODE. Gambar 7 Peta linier pbd80. B11. BamHI. SalI. pflap amp r GOI. pbd80 ColE oriv NPTIII LB NPTII Pro GOI Term RB pbd80 15 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian berlangsung dari bulan Februari 2009 sampai Mei 2012 di Laboratorium Penelitian Fisiologi dan Biologi Molekular Tumbuhan serta Rumah Kaca Departemen

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 19 HASIL DAN PEMBAHASAN Vektor Kloning Protein rgh Isolasi Plasmid cdna GH. Plasmid pgem-t Easy yang mengandung cdna; El-mGH, Og-mGH dan Cc-mGH berhasil diisolasi dari bakteri konstruksi E. coli DH5α dengan

Lebih terperinci

Identifikasi Gen Abnormal Oleh : Nella ( )

Identifikasi Gen Abnormal Oleh : Nella ( ) Identifikasi Gen Abnormal Oleh : Nella (10.2011.185) Identifikasi gen abnormal Pemeriksaan kromosom DNA rekombinan PCR Kromosom waldeyer Kromonema : pita spiral yang tampak pada kromatid Kromomer : penebalan

Lebih terperinci

TUGAS TERSTRUKTUR BIOTEKNOLOGI PERTANIAN VEKTOR DNA

TUGAS TERSTRUKTUR BIOTEKNOLOGI PERTANIAN VEKTOR DNA TUGAS TERSTRUKTUR BIOTEKNOLOGI PERTANIAN VEKTOR DNA Oleh: Gregorius Widodo Adhi Prasetyo A2A015009 KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS PERTANIAN PROGRAM

Lebih terperinci

Kloning Domain KS dan Domain A ke dalam Sel E. coli DH5α. Analisis Bioinformatika. HASIL Penapisan Bakteri Penghasil Senyawa Antibakteri

Kloning Domain KS dan Domain A ke dalam Sel E. coli DH5α. Analisis Bioinformatika. HASIL Penapisan Bakteri Penghasil Senyawa Antibakteri 3 selama 1 menit, dan elongasi pada suhu 72 0 C selama 1 menit. Tahap terakhir dilakukan pada suhu 72 0 C selama 10 menit. Produk PCR dielektroforesis pada gel agarosa 1 % (b/v) menggunakan tegangan 70

Lebih terperinci

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI ISOLASI TOTAL DNA TUMBUHAN DENGAN KIT EKSTRAKSI DNA PHYTOPURE Halaman : 1 dari 5 1. RUANG LINGKUP Metode ini digunakan untuk mengisolasi DNA dari sampel jaringan tumbuhan, dapat dari daun, akar, batang,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. protein dalam jumlah besar (Reece dkk., 2011). kompeten biasanya dibuat dari inokulum awal dengan konsentrasi 2% ( v / v )

I. PENDAHULUAN. protein dalam jumlah besar (Reece dkk., 2011). kompeten biasanya dibuat dari inokulum awal dengan konsentrasi 2% ( v / v ) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Plasmid merupakan molekul DNA berukuran relatif kecil, melingkar, dan beruntai ganda. Plasmid membawa gen-gen yang terpisah dari kromosom bakteri. Plasmid digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan 7 sampel dari 7

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan 7 sampel dari 7 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan 7 sampel dari 7 individu udang Jari yang diambil dari Segara Anakan Kabupaten Cilacap Jawa Tengah.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi DNA Total Tumbuhan Isolasi DNA total merupakan tahap awal dari pembuatan pustaka genom. DNA dipisahkan dari bahan-bahan lain yang ada dalam sel. DNA total yang diperlukan untuk

Lebih terperinci

PERAKITAN VEKTOR EKSPRESI PROTEIN G SUBUNIT α DARI KEDELAI (Glycine max) KULTIVAR SLAMET RIAN PRATIWI

PERAKITAN VEKTOR EKSPRESI PROTEIN G SUBUNIT α DARI KEDELAI (Glycine max) KULTIVAR SLAMET RIAN PRATIWI PERAKITAN VEKTOR EKSPRESI PROTEIN G SUBUNIT α DARI KEDELAI (Glycine max) KULTIVAR SLAMET RIAN PRATIWI DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan November 2007 hingga Juli 2009, bertempat di Laboratorium Reproduksi dan Genetika Organisme Akuatik Departemen

Lebih terperinci

BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan 3.2 Alat

BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan 3.2 Alat BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan Bahan yang digunakan memiliki kualitas pro analisis atau pro biologi molekular, yaitu : primer M. tuberculosis forward: 5 GGATCCGATGAGCAAGCTGATCGAA3 (Proligo) dan primer M. tuberculosis

Lebih terperinci

KONSTRUKSI PROMOTOR GEN LEAFY KAKAO PADA VEKTOR EKSPRESI DENGAN SISTEM GATEWAY DAN TRANSFORMASI KE Agrobacterium sp.

KONSTRUKSI PROMOTOR GEN LEAFY KAKAO PADA VEKTOR EKSPRESI DENGAN SISTEM GATEWAY DAN TRANSFORMASI KE Agrobacterium sp. vi KONSTRUKSI PROMOTOR GEN LEAFY KAKAO PADA VEKTOR EKSPRESI DENGAN SISTEM GATEWAY DAN TRANSFORMASI KE Agrobacterium sp. ENDAH RATNA PURI DEPARTEMEN BIOKIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Lebih terperinci

SINTESIS DAN PENGKLONAAN FRAGMEN GEN tat (TRANSAKTIVATOR) HIV-1 KE DALAM VEKTOR EKSPRESI PROKARIOT pqe-80l EKAWATI BETTY PRATIWI

SINTESIS DAN PENGKLONAAN FRAGMEN GEN tat (TRANSAKTIVATOR) HIV-1 KE DALAM VEKTOR EKSPRESI PROKARIOT pqe-80l EKAWATI BETTY PRATIWI SINTESIS DAN PENGKLONAAN FRAGMEN GEN tat (TRANSAKTIVATOR) HIV-1 KE DALAM VEKTOR EKSPRESI PROKARIOT pqe-80l EKAWATI BETTY PRATIWI 0304040257 UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA PENDAHULUAN Bioteknologi merupakan suatu bidang ilmu dalam biologi terapan yang melibatkan penggunaan organisme hidup dan bioproses untuk menciptakan suatu produk demi kepentingan manusia. Bioteknologi

Lebih terperinci

BAB VI KONSTRUKSI VEKTOR RNAi DARI FRAGMEN 3 UTR GEN PENYANDI COPPER/ZINC SUPEROXIDE DISMUTASE DARI Melastoma malabathricum, L.

BAB VI KONSTRUKSI VEKTOR RNAi DARI FRAGMEN 3 UTR GEN PENYANDI COPPER/ZINC SUPEROXIDE DISMUTASE DARI Melastoma malabathricum, L. BAB VI KONSTRUKSI VEKTOR RNAi DARI FRAGMEN 3 UTR GEN PENYANDI COPPER/ZINC SUPEROXIDE DISMUTASE DARI Melastoma malabathricum, L. Abstrak Tehnik RNA silencing adalah sebuah cara yang efektif untuk menguji

Lebih terperinci

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI Halaman : 1 dari 5 ISOLASI TOTAL DNA HEWAN DENGAN KIT EKSTRAKSI DNA 1. RUANG LINGKUP Metode ini digunakan untuk mengisolasi DNA dari sampel jaringan hewan, dapat dari insang, otot, darah atau jaringan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang mengangkat fenomena alam sebagai salah satu masalah dalam penelitian. Penelitian ini dapat menerangkan

Lebih terperinci

REKAYASA GENETIKA. By: Ace Baehaki, S.Pi, M.Si

REKAYASA GENETIKA. By: Ace Baehaki, S.Pi, M.Si REKAYASA GENETIKA By: Ace Baehaki, S.Pi, M.Si Dalam rekayasa genetika DNA dan RNA DNA (deoxyribonucleic Acid) : penyimpan informasi genetika Informasi melambangkan suatu keteraturan kebalikan dari entropi

Lebih terperinci

VI. PEMBAHASAN UMUM Rhizobium Sebagai Agen Tranformasi Genetika Alternatif

VI. PEMBAHASAN UMUM Rhizobium Sebagai Agen Tranformasi Genetika Alternatif VI. PEMBAHASAN UMUM Rhizobium Sebagai Agen Tranformasi Genetika Alternatif Transformasi genetika merupakan teknik yang rutin digunakan saat ini untuk mentransfer berbagai sifat penting pada tanaman dan

Lebih terperinci

KONSTRUKSI DNA REKOMBINAN pcambia STILBENA SINTASE PENCEGAH BUSUK AKAR KELAPA SAWIT EMBI LILIS

KONSTRUKSI DNA REKOMBINAN pcambia STILBENA SINTASE PENCEGAH BUSUK AKAR KELAPA SAWIT EMBI LILIS KONSTRUKSI DNA REKOMBINAN pcambia 1303- STILBENA SINTASE PENCEGAH BUSUK AKAR KELAPA SAWIT EMBI LILIS DEPARTEMEN BIOKIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA

LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA LAPORAN V (HIBRIDISASI) KHAIRUL ANAM P051090031/BTK BIOTEKNOLOGI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 0 HIBRIDISASI DOT BLOT TUJUAN blot) Praktikum ini

Lebih terperinci

KONSTRUKSI GEN STILBENA SINTASE PADA VEKTOR EKSPRESI DENGAN METODE GATEWAY DAN TRANSFORMASI PADA Agrobacterium sp.

KONSTRUKSI GEN STILBENA SINTASE PADA VEKTOR EKSPRESI DENGAN METODE GATEWAY DAN TRANSFORMASI PADA Agrobacterium sp. KONSTRUKSI GEN STILBENA SINTASE PADA VEKTOR EKSPRESI DENGAN METODE GATEWAY DAN TRANSFORMASI PADA Agrobacterium sp. IBRAHIM FEBRIZKY DEPARTEMEN BIOKIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT

Lebih terperinci

TRANSFORMASI GENETIK Nicotiana benthamiana DENGAN GEN PEMBUNGAAN Hd3a DARI PADI LAILA NUR SYAFITRI

TRANSFORMASI GENETIK Nicotiana benthamiana DENGAN GEN PEMBUNGAAN Hd3a DARI PADI LAILA NUR SYAFITRI TRANSFORMASI GENETIK Nicotiana benthamiana DENGAN GEN PEMBUNGAAN Hd3a DARI PADI LAILA NUR SYAFITRI DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012 ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan sampel. Penyiapan templat mtdna dengan metode lisis sel

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan sampel. Penyiapan templat mtdna dengan metode lisis sel 16 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN Bab ini menggambarkan tahapan penelitian yang terdiri dari pengambilan sampel, penyiapan templat mtdna dengan metode lisis sel, amplifikasi D-loop mtdna dengan teknik

Lebih terperinci

URAIAN MATERI 1. Pengertian dan prinsip kloning DNA Dalam genom sel eukariotik, gen hanya menempati sebagian kecil DNA kromosom, selain itu merupakan

URAIAN MATERI 1. Pengertian dan prinsip kloning DNA Dalam genom sel eukariotik, gen hanya menempati sebagian kecil DNA kromosom, selain itu merupakan URAIAN MATERI 1. Pengertian dan prinsip kloning DNA Dalam genom sel eukariotik, gen hanya menempati sebagian kecil DNA kromosom, selain itu merupakan sekuen non kode (sekuen yang tidak mengalami sintesis

Lebih terperinci

REKAYASA GENETIKA. Genetika. Rekayasa. Sukarti Moeljopawiro. Laboratorium Biokimia Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada

REKAYASA GENETIKA. Genetika. Rekayasa. Sukarti Moeljopawiro. Laboratorium Biokimia Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada REKAYASA GENETIKA Sukarti Moeljopawiro Laboratorium Biokimia Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada Rekayasa Genetika REKAYASA GENETIKA Teknik untuk menghasilkan molekul DNA yang berisi gen baru yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. ISOLASI DNA GENOM PADI (Oryza sativa L.) KULTIVAR ROJOLELE,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. ISOLASI DNA GENOM PADI (Oryza sativa L.) KULTIVAR ROJOLELE, BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. ISOLASI DNA GENOM PADI (Oryza sativa L.) KULTIVAR ROJOLELE, NIPPONBARE, DAN BATUTEGI Isolasi DNA genom padi dari organ daun padi (Oryza sativa L.) kultivar Rojolele, Nipponbare,

Lebih terperinci

LAPORAN II (ISOLASI DNA GENOM)

LAPORAN II (ISOLASI DNA GENOM) LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA LAPORAN II (ISOLASI DNA GENOM) KHAIRUL ANAM P051090031/BTK BIOTEKNOLOGI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 0 ISOLASI DNA GENOM TUJUAN 16s rrna. Praktikum

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Isolasi DNA genom tanaman padi T0 telah dilakukan pada 118

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Isolasi DNA genom tanaman padi T0 telah dilakukan pada 118 45 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL Isolasi DNA genom tanaman padi T0 telah dilakukan pada 118 sampel. Berdasarkan hasil digesti DNA dengan enzim EcoRI, diperoleh sebanyak 74 sampel tanaman dari 118

Lebih terperinci

Pengertian TEKNOLOGI DNA REKOMBINAN. Cloning DNA. Proses rekayasa genetik pada prokariot. Pemuliaan tanaman konvensional: TeknologiDNA rekombinan:

Pengertian TEKNOLOGI DNA REKOMBINAN. Cloning DNA. Proses rekayasa genetik pada prokariot. Pemuliaan tanaman konvensional: TeknologiDNA rekombinan: Materi Kuliah Bioteknologi Pertanian Prodi Agribisnis Pertemuan Ke 5 TEKNOLOGI DNA REKOMBINAN Ir. Sri Sumarsih, MP. Email: Sumarsih_03@yahoo.com Weblog: Sumarsih07.wordpress.com Website: agriculture.upnyk.ac.id

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi PCR Pada penelitian konstruksi gen harus mempertimbangkan dua hal yaitu urutan nukleotida gen yang akan dikonstruksi dan vektor ekspresi yang akan digunakan. Pada

Lebih terperinci

KONSTRUKSI PUSTAKA GENOM Tibouchina langsdorffiana Baill YASINTA RATNA ESTI WULANDARI

KONSTRUKSI PUSTAKA GENOM Tibouchina langsdorffiana Baill YASINTA RATNA ESTI WULANDARI KONSTRUKSI PUSTAKA GENOM Tibouchina langsdorffiana Baill YASINTA RATNA ESTI WULANDARI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini

Lebih terperinci

BAB IX. DASAR-DASAR TEKNOLOGI DNA REKOMBINAN

BAB IX. DASAR-DASAR TEKNOLOGI DNA REKOMBINAN BAB IX. DASAR-DASAR TEKNOLOGI DNA REKOMBINAN Di dalam bab ini akan dibicarakan pengertian teknologi DNA rekombinan beserta tahapan-tahapan kloning gen, yang secara garis besar meliputi isolasi DNA kromosom

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Produksi Protein Rekombinan Hormon Pertumbuhan (rgh)

BAHAN DAN METODE. Produksi Protein Rekombinan Hormon Pertumbuhan (rgh) 11 BAHAN DAN METODE Penelitian ini terdiri atas 2 tahapan utama, yaitu produksi protein rekombinan hormon pertumbuhan (rgh) dari ikan kerapu kertang, ikan gurame, dan ikan mas, dan uji bioaktivitas protein

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pengaruh Cekaman Aluminium Terhadap Tanaman

TINJAUAN PUSTAKA Pengaruh Cekaman Aluminium Terhadap Tanaman 6 TINJAUAN PUSTAKA Pengaruh Cekaman Aluminium Terhadap Tanaman Pada kondisi asam atau ph 4 aluminium di dalam tanah dalam keadaan terlarut dalam bentuk Al 3+ yaitu Al(H 2 O 2 ) 3+ 6. Ketika ph meningkat,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian deskriptif. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode B. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah sampel DNA koleksi hasil

Lebih terperinci

ABSTRAK. ISOLASI, OPTIMASI AMPLIFIKASI DAN KLONING GEN phoq PADA Salmonella typhi

ABSTRAK. ISOLASI, OPTIMASI AMPLIFIKASI DAN KLONING GEN phoq PADA Salmonella typhi ABSTRAK ISOLASI, OPTIMASI AMPLIFIKASI DAN KLONING GEN phoq PADA Salmonella typhi Patrisia Puspapriyanti, 2008. Pembimbing I : Ernawati A.Girirachman, Ph.D. Pembimbing II : Johan Lucianus, dr., M.Si. Salmonella

Lebih terperinci

Asam Asetat Glacial = 5,7 ml EDTA 0,5 M ph 8.0 = 10 ml Aquades ditambahkan hingga volume larutan 100 ml

Asam Asetat Glacial = 5,7 ml EDTA 0,5 M ph 8.0 = 10 ml Aquades ditambahkan hingga volume larutan 100 ml 36 Lampiran 1. Pembuatan Larutan Stok dan Buffer A. Pembuatan Larutan Stok Tris HCL 1 M ph 8.0 (100 ml) : Timbang Tris sebanyak 12,114 g. Masukkan Tris ke dalam Erlenmeyer dan ditambahkan 80 ml aquades.

Lebih terperinci

MEINILA SARI KONFIRMASI CHROMOBACTERIUM VIOLACEUM SEBAGAI MIKROBA PENGHASIL KITINASE DAN KLONING FRAGMEN GENNYA

MEINILA SARI KONFIRMASI CHROMOBACTERIUM VIOLACEUM SEBAGAI MIKROBA PENGHASIL KITINASE DAN KLONING FRAGMEN GENNYA MEINILA SARI 10703007 KONFIRMASI CHROMOBACTERIUM VIOLACEUM SEBAGAI MIKROBA PENGHASIL KITINASE DAN KLONING FRAGMEN GENNYA PROGRAM STUDI SAINS DAN TEKNOLOGI FARMASI SEKOLAH FARMASI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang mengangkat fenomena alam sebagai salah satu masalah dalam penelitian, sehingga dapat menerangkan arti

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Bagan Alir Penelitian ini secara umum dapat digambarkan pada skema berikut:

BAB III METODE PENELITIAN Bagan Alir Penelitian ini secara umum dapat digambarkan pada skema berikut: BAB III METODE PENELITIAN Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: pengumpulan sampel, lisis terhadap sampel mtdna yang telah diperoleh, amplifikasi daerah HVI mtdna sampel dengan menggunakan

Lebih terperinci

Metode-metode dalam biologi molekuler : isolasi DNA, PCR, kloning, dan ELISA

Metode-metode dalam biologi molekuler : isolasi DNA, PCR, kloning, dan ELISA Metode-metode dalam biologi molekuler : isolasi DNA, PCR, kloning, dan ELISA Dr. Syazili Mustofa, M.Biomed Lektor mata kuliah ilmu biomedik Departemen Biokimia, Biologi Molekuler, dan Fisiologi Fakultas

Lebih terperinci

Transformasi Genetik Gen Pembungaan Hd3a (Heading date 3a) Pada Empat Kultivar Padi Hitam (Oryza sativa L.)

Transformasi Genetik Gen Pembungaan Hd3a (Heading date 3a) Pada Empat Kultivar Padi Hitam (Oryza sativa L.) Transformasi Genetik Gen Pembungaan Hd3a (Heading date 3a) Pada Empat Kultivar Padi Hitam (Oryza sativa L.) Tesis Untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai derajat Master of Biotechnology Program Studi

Lebih terperinci

Di dalam bab ini akan dibicarakan pengertian teknologi DNA rekombinan. beserta tahapan-tahapan kloning gen, yang secara garis besar meliputi

Di dalam bab ini akan dibicarakan pengertian teknologi DNA rekombinan. beserta tahapan-tahapan kloning gen, yang secara garis besar meliputi Di dalam bab ini akan dibicarakan pengertian teknologi DNA rekombinan beserta tahapan-tahapan kloning gen, yang secara garis besar meliputi isolasi DNA kromosom dan DNA vektor, pemotongan DNA menggunakan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA MOLEKULAR HIBRIDISASI SOUTHERN KHAIRUL ANAM P /BTK

LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA MOLEKULAR HIBRIDISASI SOUTHERN KHAIRUL ANAM P /BTK LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA MOLEKULAR HIBRIDISASI SOUTHERN KHAIRUL ANAM P051090031/BTK BIOTEKNOLOGI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 0 HIBRIDISASI SOUTHERN PENDAHULUAN Hibridisasi Southern

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. SINTESIS DAN AMPLIFIKASI FRAGMEN GEN tat HIV-1 MELALUI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. SINTESIS DAN AMPLIFIKASI FRAGMEN GEN tat HIV-1 MELALUI BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. SINTESIS DAN AMPLIFIKASI FRAGMEN GEN tat HIV-1 MELALUI TEKNIK PCR OVERLAPPING 1. Sintesis dan amplifikasi fragmen ekson 1 dan 2 gen tat HIV-1 Visualisasi gel elektroforesis

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA

LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA LAPORAN II (ISOLASI DNA GENOM) KHAIRUL ANAM P051090031/BTK BIOTEKNOLOGI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 0 ISOLASI DAN IDENTIFIKASI DNA SEL MUKOSA

Lebih terperinci

A. tumefaciens LBA4404 dengan metode TPM, berdasarkan hasil PCR terhadap plasmid pada A. tumefaciens LBA4404 yang membawa gen MaMt2.

A. tumefaciens LBA4404 dengan metode TPM, berdasarkan hasil PCR terhadap plasmid pada A. tumefaciens LBA4404 yang membawa gen MaMt2. 50 PEMBAHASAN UMUM Indonesia memiliki tanah marjinal yang potensial untuk ditanami kedelai. Namun rendahnya ph dan kelarutan logam tinggi menjadi kendala utama pemanfaatan tanah marjinal untuk pertanian

Lebih terperinci

YOHANES NOVI KURNIAWAN KONSTRUKSI DAERAH PENGKODE INTERFERON ALFA-2B (IFNα2B) DAN KLONINGNYA PADA Escherichia coli JM109

YOHANES NOVI KURNIAWAN KONSTRUKSI DAERAH PENGKODE INTERFERON ALFA-2B (IFNα2B) DAN KLONINGNYA PADA Escherichia coli JM109 YOHANES NOVI KURNIAWAN 10702026 KONSTRUKSI DAERAH PENGKODE INTERFERON ALFA-2B (IFNα2B) DAN KLONINGNYA PADA Escherichia coli JM109 Program Studi Sains dan Teknologi Farmasi INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2007

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Tabel 1 Sampel yang digunakan dalam penelitian

METODE PENELITIAN. Tabel 1 Sampel yang digunakan dalam penelitian 12 METODE PEELITIA Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan April 2010, bertempat di Bagian Fungsi Hayati dan Perilaku Hewan, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

Pertemuan VII: BIOTEKNOLOGI

Pertemuan VII: BIOTEKNOLOGI Pertemuan VII: BIOTEKNOLOGI Click to edit Master subtitle style Program Tingkat Persiapan Bersama IPB 2011 Pertemuan VII: BIOTEKNOLOGI Pokok Bahasan: 1. Definisi teknologi DNA rekombinan 2. Tahapan di

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian deskriptif adalah metode penelitian yang bertujuan untuk membuat gambaran

Lebih terperinci

BIO306. Prinsip Bioteknologi

BIO306. Prinsip Bioteknologi BIO306 Prinsip Bioteknologi KULIAH 7. PUSTAKA GENOM DAN ANALISIS JENIS DNA Konstruksi Pustaka DNA Pustaka gen merupakan sumber utama isolasi gen spesifik atau fragmen gen. Koleksi klon rekombinan dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian dasar dengan metode deskriptif (Nazir, 1988). B. Populasi dan sampel Populasi pada penelitian ini adalah

Lebih terperinci

RATNA ANNISA UTAMI

RATNA ANNISA UTAMI RATNA ANNISA UTAMI 10703022 AMPLIFIKASI DAN KLONING DNA PENGKODE PROTEIN CHAPERONIN 60.1 MYCOBACTERIUM TUBERCULOSIS KE DALAM VEKTOR pgem-t PADA ESCHERICHIA COLI PROGRAM STUDI SAINS DAN TEKNOLOGI FARMASI

Lebih terperinci

PENYISIPAN GEN LEAFY LENGKAP TANAMAN KAKAO PADA VEKTOR EKSPRESI DAN TRANSFORMASI KE DALAM Agrobacterium sp. SAPTO GUNTORO

PENYISIPAN GEN LEAFY LENGKAP TANAMAN KAKAO PADA VEKTOR EKSPRESI DAN TRANSFORMASI KE DALAM Agrobacterium sp. SAPTO GUNTORO PENYISIPAN GEN LEAFY LENGKAP TANAMAN KAKAO PADA VEKTOR EKSPRESI DAN TRANSFORMASI KE DALAM Agrobacterium sp. SAPTO GUNTORO DEPARTEMEN BIOKIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

TRANSFORMASI GENETIK JATROPHA CURCAS DENGAN GEN PEMBUNGAAN Hd3a PADI

TRANSFORMASI GENETIK JATROPHA CURCAS DENGAN GEN PEMBUNGAAN Hd3a PADI Seminar Hasil Penelitian IPB 2009 Bogor, 22-23 Desember 2009 TRANSFORMASI GENETIK JATROPHA CURCAS DENGAN GEN PEMBUNGAAN Hd3a PADI Suharsono Yohana Sulistyaningsih Utut Widyastuti P t P liti S b d H ti

Lebih terperinci