PERAKITAN VEKTOR EKSPRESI PROTEIN G SUBUNIT α DARI KEDELAI (Glycine max) KULTIVAR SLAMET RIAN PRATIWI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERAKITAN VEKTOR EKSPRESI PROTEIN G SUBUNIT α DARI KEDELAI (Glycine max) KULTIVAR SLAMET RIAN PRATIWI"

Transkripsi

1 PERAKITAN VEKTOR EKSPRESI PROTEIN G SUBUNIT α DARI KEDELAI (Glycine max) KULTIVAR SLAMET RIAN PRATIWI DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

2 PERAKITAN VEKTOR EKSPRESI PROTEIN G SUBUNIT α DARI KEDELAI (Glycine max) KULTIVAR SLAMET RIAN PRATIWI DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

3 ABSTRAK RIAN PRATIWI. Perakitan Vektor Ekspresi Protein G subunit α dari Kedelai (Glycine max) Kultivar Slamet. Dibimbing oleh UTUT WIDYASTUTI dan SUHARSONO. Protein heterotrimerik G terdiri atas tiga subunit yaitu α, β, dan γ. Protein Gα teraktivasi oleh adanya cekaman biotik atau abiotik di luar sel. Protein Gα di duga berperan penting dalam ketahanan tanaman kedelai kultivar Slamet terhadap cekaman aluminium (Al). Untuk mempelajari peran Gα dalam ketahanan tanaman terhadap cekaman Al, gen Gα harus diekspresikan di dalam tanaman transgenik. Untuk itu vektor ekspresi gen Gα harus dikonstruksi. Tujuan penelitian ini adalah untuk merakit vektor ekspresi untuk protein G subunit α dari kedelai kultivar Slamet. Vektor eskpresi pmsh1-gα telah berhasil dirakit dengan menyisipkan gen Gα yang berukuran 1380 pb ke dalam plasmid pmsh1 yang berukuran pb dibawah kendali promotor 35S CaMV sehingga, plasmid rekombinan pmsh1-gα berukuran pb. Plasmid rekombinan telah berhasil diintroduksikan ke dalam bakteri Escherichia coli galur DH5α. Kata kunci: Gen Gα, pmsh1, konstruksi, plasmid rekombinan, transformasi ABSTRACT RIAN PRATIWI. Construction of expression vector of G protein subunit α of soybean (Glycine maxi) cultivar Slamet. Supervised by UTUT WIDYASTUTI and SUHARSONO. Heterotrimeric G protein consists of three subunits α, β, and γ. Activation of Gα protein is induced by biotic or abiotic stress. It is supposed that Gα protein has an important role in the Al tolerance in soybean cv. Slamet. To study the role of Gα in the tolerance to Al stress in the plant, the gene encoding for Gα had to be expressed in the transgenic plant. For this reason, the expression vector of this Gα gene has to constructed. So, this research had an objective to construct the expression vector of Gα gene of soybean cv Slamet. The expression vector pmsh1- Gα was succesfully constructed by inserting 1380 bp Gα gene into pmsh1 plasmid under 35S CaMV promoter, so this size of recombinant plasmid is bp. This recombinant plasmid was succesfully introduce into Escherichia coli DH5α strains. Keyword: Gα gene, pmsh1, construction, recombinant plasmid, transformation

4 PERAKITAN VEKTOR EKSPRESI PROTEIN SUBUNIT α DARI KEDELAI (Glycine max) KULTIVAR SLAMET RIAN PRATIWI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Biologi DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

5 Judul : Perakitan Vektor Ekspresi Protein G Subunit α dari Kedelai (Glycine max) Kultivar Slamet Nama : Rian Pratiwi NIM : G Disetujui Dr. Ir. Utut Widyastuti, M.Si Pembimbing I Prof. Dr. Ir. Suharsono, DEA Pembimbing II Diketahui Dr. Ir. Ence Darmo Jaya Supena, M.Si Ketua Departemen Biologi Tanggal Lulus:

6 PRAKATA Puji dan rasa syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia- Nya yang telah diberikan sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2011 ini ialah Perakitan Vektor Ekspresi Protein G Subunit α dari Kedelai (Glycine max) Kultivar Slamet. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Ir. Utut Widyastuti, M.Si dan Bapak Prof. Dr. Ir. Suharsono, DEA selaku pembimbing yang telah banyak memberi saran selama penelitian dan penulisan laporan karya ilmiah ini. Disamping itu, ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Dr. Ir. R. R. Dyah Perwitasari, M.Sc sebagai dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan dalam penulisan karya ilmiah. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Kepala Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi IPB Darmaga berserta seluruh staf dan karyawan atas sarana dan prasarananya selama penulis melakukan penelitian di Laboratorium BIORIN (Biotechnology Research Indonesia-The Netherland). Penulis mengucapkan terima kasih kepada hibah bersaing XII dengan nomor 317/SP3/PP/DP2M/II/2006 dan proyek KKP3T dengan nomor 635/LB. 620/1.1/2/2009/ atas nama Dr. Ir. Utut Widyastuti, M.Si dan Prof. Dr. Ir Suharsono, DEA. Penulis juga sampaikan terima kasih kepada Ratna, Pepi, Fajri, Ulung, Muchdar, Mulya, keluarga besar Lab Biorin, dan teman-teman biologi angkatan 44 yang telah membantu selama berlangsungnya kegiatan karya ilmiah. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada orang tua, serta keluarga atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Februari 2012 Rian Pratiwi

7 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Baru Rambang, Muara Enim pada tanggal 15 Maret 1989 dari ayah Fahrudin dan ibu Nurlina. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Tahun 2007 penulis lulus dari SMA Negeri 3 Prabumulih dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru IPB. Penulis terpilih masuk Program Studi Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Biologi Dasar pada semester ganjil 2010/2011, semester genap 2010/2011, mata kuliah Genetika Molekuler pada tahun ajaran 2010/2011 dan mata kuliah Genetika Dasar pada tahun ajaran 2011/2012. Penulis aktif sebagai staf Infokom Himpunan Mahasiswa Biologi pada tahun Penulis pada saat mengikuti perkuliahan melakukan praktik lapang di Balai Pengujian Mutu Pakan Ternak Bekasi Jawa Barat. Kegiatan dilaksanakan pada bulan Juli-Agustus 2011 dengan judul makalah Analisis Mutu Pakan Ternak Di Balai Pengujian Mutu Pakan Ternak Bekasi Jawa Barat.

8 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... ix ix PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian... 1 Tujuan Penelitian... 1 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat... 1 Bahan... 1 Metode Penelitian... 2 Isolasi DNA Plasmid psl Isolasi Gen Gα dari Plasmid psl Persiapan Vektor Ekspresi... 2 Ligasi Sisipan dan Vektor Ekspresi... 3 Introduksi Hasil Ligasi ke dalam Bakteri E.coli... 3 HASIL Isolasi Plasmid psl16 dan Isolasi Gen Gα dari Plasmid psl Persiapan Vektor Ekspresi... 4 Ligasi Sisipan dan Vektor Ekspresi... 4 Introduksi Hasil Ligasi ke dalam bakteri E.coli... 4 PEMBAHASAN... 5 SIMPULAN... 6 SARAN... 6 DAFTAR PUSTAKA... 6

9 DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Hasil isolasi plasmid psl16 dan gen Gα pmsh1 hasil isolasi dan pemotongan dengan enzim restriksi SpeI & XbaI PCR dari hasil ligasi pmsh1 dan Gα Bakteri yang dibiakan di media LB Peta fisik daerah T-DNA dari plasmid rekombinan pmsh1-gα... 5 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Komposisi media LB cair ditambah antibiotik Komposisi larutan solution Komposisi larutan solution Komposisi larutan solution Komposisi larutan buffer TAE 1x Komposisi larutan TFB Komposisi larutan media 2YT Komposisi media LB padat ditambah antibiotik... 15

10 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Protein G subunit α merupakan komponen dari protein heterotrimerik G yang mengandung 3 subunit (α, β, γ) yang diaktivasi oleh sinyal ekstrakseluler (Albert et al. 2002). Pada keadaan tidak aktif protein protein heterotrimerik berada dalam bentuk ikatan GDP (guanosin difosfat) dan akan aktif dengan mengubah GDP ke bentuk GTP (guanosin trifosfat) yang berikatan pada subunit α. GTP subunit α akan terpisah dari subunit βγ dan keduanya akan berinteraksi dengan efektor yang berada di down stream. Penurunan aktivitas GTP-subunit α menjadi GDP-subunit α melalui aktivitas GTPase menyebabkan pembentukan kembali bentuk heterotrimerik tidak aktif (Kolle 1997). Kedelai kultivar Slamet diketahui merupakan kedelai toleran terhadap cekaman aluminium (Al) (Anwar 1999). Protein G subunit α pada tanaman kedelai kultivar Slamet telah berhasil diisolasi dan diklon ke dalam plasmid pgemt dengan nama psl16 (Suharsono & Suharsono 2004). Kedelai varietas Slamet memiliki satu kopi gen Gα pada genomnya (Suharsono & Suharsono 2004), sehingga untuk mempelajari fungsi gen ini salah satunya dapat dilakukan dengan men-knockout gen tersebut. Ion Al 3+ merupakan bentuk paling toksik pada tanaman. Cekaman Al pada tanaman dapat menurunkan integritas membran, menginduksi pembentukan peroksidasi lipid dan kalosa sehingga menghambat pertumbuhan perpanjangan akar primer tumbuhan (Yamamoto et al. 2001). Cekaman Al juga dapat menginduksi ekspresi sejumlah gen yang berperan dalam sistem pertahanan tumbuhan. Salah satu gen yang diduga terlibat adalah gen penyandi protein G subunit α. Keterlibatan protein Gα terhadap toleransi Al telah diketahui dari hasil analisis ekspresi gen pada kultivar Lumut dan Slamet melalui pemberian cekman Al 1,6 mm. Kedelai kultivar Slamet mengalami peningkatan ekspresi gen Gα setelah diberikan perlakuan tersebut dibandingkan dengan kultivar Lumut yang merupakan tanaman peka terhadap Al yang tidak mengalami peningkatan ekspresi gen Gα (Suharsono & Suharsono 2006). Penambahan mastoparan yang merupakan aktivator protein Gα dapat meningkatkan sistem pertahanan tanaman kedelai terhadap cekaman Al melalui pertambahan perpanjangan akar, penurunan kandungan Al, peroksidasi lipid, dan kalosa serta peningkatan integritas membran (Srimulyati 2007). Hartini (2008) melakukan pendekatan reverse genetic dengan menonaktifkan gen Gα melalui irradiasi sinar gamma dan berhasil mendapatkan 10 kandidat mutan. Ciri morfologi mutan gen Gα yaitu tanaman pendek (Fujisawa et al. 1999) dan dengan stomata menutup. Analisis keterlibatan protein Gα pada mekanisme toleransi cekaman Al dilakukan pada mutan kedelai kultivar Slamet yaitu Slm 103 dan Slm 338. Hasil analisis menunjukkan adanya keterlibatan protein Gα pada tanaman yang diberi cekaman Al 1,6 mm, dengan gejala akar pendek dan kerusakan sel di bagian epidermis sampai korteks mutan gen Gα (Giok 2010). Oleh karena itu untuk mempelajari fungsi gen ini lebih lanjut penelitian tanaman transgenik yang mengekspresikan gen ini harus dilakukan. Vektor ekspresi yang membawa gen Gα sangat diperlukan untuk perakitan tanaman transgenik sehingga penelitian untuk mengkonstruksi vektor ekspresi perlu dilakukan. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan melakukan perakitan vektor ekspresi untuk protein G subunit α dari kedelai kultivar Slamet. BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari - Desember 2011 di Laboratorium BIORIN Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, LPPM IPB. Bahan Bahan yang digunakan adalah bakteri Escherichia coli yang membawa gen Gα pada plasmid psl16 (Suharsono & Suharsono 2004). Primer SL-F sebagai primer forward dengan sekuen nukleotidanya sebagai berikut (5 TCTAGAGCTTCACACTTCACACTTA A3 ) dan SL-R bertindak sebagai primer reverse dengan sekuen nukleotidanya sebagai berikut (5 ACTAGTATATTGTTG TATA CCTGACCTC3 ) yang digunakan untuk mengamplifikasi gen Gα. Plasmid pmsh1 (koleksi Prof. Yokota, NAIST, Japan), digunakan untuk perakitan vektor ekspresi. Primer 35S dengan sekuen nukleotidanya sebagai berikut (5 AAACCTCCTCGGATTC CATT3 ) bertindak sebagai primer forward dan L4 bertindak sebagai primer reverse dengan sekuen nukleotidanya sebagai berikut

11 2 (5 CTTAGGACCCACTCAAAAACGTTCC3 ) digunakan untuk melakukan verifikasi hasil ligasi dan transformasi genetik DH5α. Enzim XbaI (TCTAGA) dan SpeI (ACTAGT) yang digunakan untuk memotong plasmid pmsh1. E. coli DH5α digunakan sebagai sel inang bagi vektor ekspresi. Metode Penelitian Isolasi DNA Plasmid psl16 Metode isolasi DNA plasmid mengikuti metode Suharsono et al. (2002). Sebanyak 100 μl biakan bakteri E. coli yang mengandung gen Gα pada plasmidnya dengan kode SL16 disubkultur di dalam 5 ml media Luria Bertani (LB) cair yang mengandung 50 mg/l ampisilin (Lampiran 1). Bakteri ditumbuhkan selama satu malam pada suhu 37ºC pada kecepatan 250 rpm didalam inkubator bergoyang. Biakan bakteri dipindahkan ke dalam tabung mikro dan disentrifugasi dengan kecepatan 4000 rpm selama 5 menit pada suhu 4ºC. Endapan hasil sentrifugasi ditambahkan 150 μl larutan solution 1 (Lampiran 2) dan dilarutkan kembali. Campuran kemudian ditambahkan 250 μl larutan solution 2 (Lampiran 3) untuk melisis sel dan diinkubasi pada suhu ruang selama 5 menit. Campuran tersebut ditambahkan 200 μl larutan solution 3 (Lampiran 4) dan diinkubasi di dalam es selama 10 menit. Campuran kemudian disentrifugasi dengan kecepatan rpm selama 10 menit pada suhu 4ºC sehingga diperoleh supernatan. Supernatan yang diperoleh dipindahkan ke tabung mikro, kemudian ditambahkan larutan 1x volume fenol-klorofrom-isoamilalkohol(pci) (25:24:1). Campuran disentrifugasi dengan kecepatan rpm selama 10 menit pada suhu 4ºC. Supernatan yang diperoleh ditambahi dengan 1 ml alkohol absolut, kemudian diinkubasi di dalam es selama 5 menit. Campuran disentrifugasi dengan kecepatan rpm selama 10 menit pada suhu 4ºC. Endapan yang merupakan DNA ditambahkan dengan 1 ml alkohol 70 %. Campuran disentrifugasi dengan kecepatan rpm selama 5 menit pada suhu 4ºC. Endapan DNA yang dihasilkan kemudian dikeringkan dengan pengering kedap udara. DNA plasmid yang berupa endapan dilarutkan kembali dengan menambahkan µl ddh 2 O. DNA plasmid yang sudah larut ditambahkan 0,2 x volume RNAse (1 mg/ml) untuk mendegradasi RNA kemudian diinkubasi pada suhu 37 ºC selama 10 menit dilanjutkan inaktif RNAse selama 10 menit. Hasil isolasi diketahui dengan elektroforesis agarosa 1% (b/v) menggunakan buffer TAE 1x (Lampiran 5). Langkahlangkah elektroforesis yaitu sebanyak 5 µl dicampur dengan 1 µl 6x loading dye, dimasukan ke dalam gel agarosa 1 % (b/v) dan dimigrasikan menggunakan buffer TAE 1x selama 30 menit dengan tegangan 100 volt. Selanjutnya gel direndam dalam larutan ethidium bromida 0,5 μg/ml selama 10 menit, dibilas dengan akuades, kemudian pita DNA dilihat menggunakan UV transluminator dan dikuantifikasi dengan spektrofotometer UV- VIS pada panjang gelombang 260 nm dan 280 nm. Isolasi Gen Gα dari Plasmid psl16 Isolasi gen Gα dari plasmid psl16 dilakukan dengan PCR. PCR dilakukan dengan mencampur 100 ng plasmid sebanyak 1 μl sebagai cetakan, 1 μl buffer Taq 10x, 0,2 μl dntp 10 mm, 10 pmol primer SL-F, 10 pmol primer SL-R, 1 unit enzim Taq Polymerase dan ddh 2 O sampai volume akhir 10 μl. Kondisi PCR yang digunakan adalah pra-pcr 95ºC selama 5 menit, denaturasi 94ºC selama 30 detik, penempelan primer 54 ºC selama 45 detik, pemanjangan 72ºC selama 1 menit dengan 34 siklus, pasca PCR 72 ºC selama 5 menit, dan pendinginan pada suhu 20 ºC selama 15 menit. Hasil PCR diperiksa dengan elektroforesis untuk itu sebanyak 5 µl hasil PCR dicampur dengan 1 µl 6x loading dye, dimasukkan ke dalam gel agarosa 1 % (b/v) dan dimigrasikan menggunakan buffer TAE 1x selama 30 menit dengan tegangan 100 volt. Selanjutnya gel direndam dalam larutan ethidium bromida 0,5 μg/ml selama 10 menit, dibilas dengan akuades, kemudian pita dilihat menggunakan UV transluminator dan dielusi menggunakan Gel/PCR DNA fragment Extraction kit (Geneaid). Persiapan Vektor Ekspresi Tahapan isolasi DNA vektor ekspresi pmsh1 sama seperti isolasi plasmid psl16. Plasmid yang sudah berhasil diisolasi kemudian diverifikasi dengan elektroforesis dan dikuantifikasi dengan spektrofotometer UV-VIS pada panjang gelombang 260 nm dan 280 nm seperti pada plasmid psl16. DNA plasmid pmsh1 hasil isolasi kemudian dipotong menggunakan enzim restriksi XbaI dan SpeI. Sebanyak 5 μl (33,5 ng) plasmid pmsh1 ditambahkan 12 μl ddh 2 O, 2 μl buffer restriksi, enzim restriksi XbaI 0,5 μl (7,5 U) sebanyak, dan SpeI 0,5 μl (7,5 U) dan

12 3 diinkubasi pada suhu 37 ºC selama satu malam (Sambrook 1989). Ligasi Sisipan dan Vektor Ekpresi DNA gen Gα hasil PCR diligasikan pada vektor ekspresi pmsh1. Proses ligasi menggunakan enzim ligase yaitu T4 DNA ligase. Proses ligasi dilakukan selama satu malam pada suhu 4 ºC mengikuti metode Promega 1999 (Frackman & Kephart 1999) untuk itu sebanyak 2 μl (11, 866 ng) gen Gα dicampur dengan 5 μl (33, 565 ng) vektor pmsh1, 1,5 μl ddh 2 O, 5 μl buffer ligasi (5x) dan 0,5 μl (1,5 U) enzim ligasi T4 DNA ligase. Hasil ligasi diverifikasi keberhasilannya dengan PCR mengunakan primer spesifik 35S dan L4. PCR dilakukan dengan mencampur 1μl plasmid rekombinan sebagai cetakan, 1 μl buffer Taq 10x, 0,2 μl dntp 10 mm, 0,25 μl primer 35S 10 pmol, 0,25 μl primer L4 10 pmol, 1 unit enzim Taq Polymerase dan 7,2 μl ddh 2 O dengan volume akhir mencapai 10 μl. Kondisi PCR yang digunakan adalah pra-pcr 95ºC selama 5 menit, denaturasi 94ºC selama 30 detik, penempelan primer 54 ºC selama 45 detik, pemanjangan 72ºC selama 1 menit dengan 34 siklus, pasca PCR 72 ºC selama 5 menit, dan pendinginan pada suhu 20 ºC selama 15 menit. Hasil PCR sebanyak 5 µl dicampur dengan1 µl 6x loading dye, dimasukan ke dalam gel agarosa 1 % (b/v) dan dimigrasikan menggunakan buffer TAE selama 30 menit dengan tegangan 100 volt. Selanjutnya gel direndam dalam larutan ethidium bromida 0,5 μg/ml selama 10 menit, dibilas dengan akuades, kemudian pita DNA dilihat menggunakan UV transluminator Introduksi Hasil Ligasi ke dalam Bakteri E.coli Hasil ligasi antara plasmid pmsh1 dan gen Gα diintroduksikan ke dalam bakteri E.coli galur DH5α. Bakteri tersebut terlebih dahulu dibuat kompeten mengikuti metode Suharsono et al. (2002). Bakteri DH5α diambil dari koloni tunggal, dibiakkan di dalam media LB cair sebanyak 2 ml selama satu malam pada suhu 37 ºC dengan kecepatan 250 rpm dalam inkubator bergoyang. Sebanyak100 μl bakteri disubkultur di dalam media LB cair 10 ml selama 2,5 jam sampai OD 0,4-0,6 yang diukur pada panjang gelombang 660 nm. Selanjutnya bakteri diinkubasi dalam es selama 5 menit, kemudian dipindahkan ke tabung mikro dan disentrifugasi pada kecepatan 5000 rpm selama 10 menit pada suhu 4 ºC. Endapan ditambah dengan 495 μl larutan TFB (Lampiran 6) dan dilarutkan kembali. Suspensi bakteri diinkubasi di dalam es selama 10 menit kemudian disentrifugasi pada kecepatan 5000 rpm selama 10 menit pada suhu 4 ºC. Endapan ditambah dengan 125 μl larutan buffer transformasi (TFB) dan 8,8 μl DMSO (dimetil sulfoksida) kemudian diinkubasi di dalam es dan sel kompeten siap digunakan. Bakteri kompeten sebanyak 50 μl ditambah dengan 10 μl hasil ligasi kemudian diinkubasi selama 30 menit di dalam es. Campuran diberi perlakuan kejut panas selama 45 detik pada suhu 42 ºC kemudian diinkubasi di dalam es selama 5 menit. Sebanyak 100 μl media 2YT (Lampiran 7) ditambahkan pada campuran lalu diinkubasi selama 30 menit pada suhu 37 ºC pada kecepatan 250 rpm dalam inkubator bergoyang. Selanjutnya bakteri tersebut disebar pada media LB padat yang mengandung antibiotik 50 mg/l higromisin dan 50 mg/l kanamisin (Lampiran 8) sebagai verifikasi hasil transformasi E.coli DH5α. HASIL Isolasi Plasmid psl 16 dan Isolasi gen Gα dari Plasmid psl16 Proses isolasi mengikuti metode Suharsono et al. (2002) dengan cara lisis alkalin. Plasmid psl16 berhasil diisolasi dari bakteri E.coli. Elektroforesis DNA plasmid psl16 menghasilkan 3 pita yang bervariasi berdasarkan topologi plasmid (Gambar 1A2). Berdasarkan hasil kuantifikasi menggunakan spektrofotometer UV-VIS, konsentrasi DNA plasmid yang diperoleh adalah 5,933 ng/μl. Berdasarkan spektrofotometri kualitas DNA yang diisolasi adalah baik yang ditunjukkan dengan perbandingan nilai absorbansi pada panjang gelombang 260 nm dan 280 nm adalah 1,8. Hasil isolasi berupa plasmid yang mengandung gen Gα dijadikan cetakan untuk mengisolasi gen Gα menggunakan PCR yang sudah ditambahkan situs pemotongan enzim XbaI dan SpeI. Primer yang didesain dengan penambahan situs pemotongan enzim XbaI bertindak sebagai primer forward. Primer yang bertindak sebagai primer reverse adalah primer yang sudah ditambahkan situs pemotongan enzim SpeI. Hasil PCR menghasilkan 1 fragmen yang berukuran 1380 pb yang kemudian dielusi menggunakan Gel/PCR DNA fragment Extraction kit (Geneaid) (Gambar 1B)

13 4 amplifikasi menghasilkan satu fragmen berukuran 1295pb (Gambar 3) pb 1000 pb 1380 pb 1295 pb 1 2 A B Gambar 1 Hasil isolasi plasmid psl16 dan Gen Gα. (A) Plasmid SL16 hasil isolasi, (1) penanda λ 50 ng, (2) plasmid psl16, (B) Fragmen Gα hasil PCR menggunakan primer SL-F dann SL-R Persiapan Vektor Ekspresi Vektor berupa plasmid pmsh1 telah berhasil diisolasi dari bakteri E.coli. Hasil elekroforesis menunjukkan adanya dua pita yang merupakan plasmid pmsh1. Berdasarkan hasil spektrofotometer UV-VIS DNA yang diisolasi berkualitas dengan konsentrasi 6,713 ng/μl. Vektor pmsh1 hasil isolasi kemudian dipotong menggunakan enzim restriksi XbaI dan SpeI (Gambar 2) pb Gambar 3 PCR dari hasil ligasi pmsh1 dan Gα. (1) DNA marker (2) Fragmen Gαα dengan primer 35S-F dan L4 Introduksi Hasil Ligasi ke dalam Bakteri E.coli Hasil ligasi telah diintroduksikan ke dalam bakteri E.coli galur DH5α dan E. Coli tersebut telah dibiakkan di media LB padat yang mengandung antibiotik 50 mg/l higromisin dan 50 mg/l kanamisin untuk menyeleksi E. Coli yang mengandung plasmid. Beberapa koloni bakteri E. coli tumbuh di media seleksi ini. Bakteri kompeten yang ditransformasi juga tumbuh pada media tanpa antibiotik sedangkan bakteri kompeten yang tidak ditransformasi tidak tumbuh pada media yang mengandung antibiotik (Gambar 4). Gambar 2 pmsh1 hasil isolasi dan pemotongann dengan enzim restriksi SpeI & XbaI. (1) pmsh1 utuh, (2) pmsh1dipotong dengan SpeI dan XbaI, (3) DNA marker 1kb Plus DNA ladder a c b Ligasi Sisipan dan Vektor Ekspresi Proses ligasi antara sisipan gen Gα dengan vektor ekspresi pmsh1 menggunakann enzim T4 DNA ligase dan diinkubasi selama satu malam. Hasil ligasi kemudian di PCR dengan menggunakan primer spesifik 35S-F yang merupakan bagian dari promotor pmsh dan L4 merupakan bagian tengah gen Gα. Hasil Gambar 4 Bakteri E. Coli yang dibiakkan di media LB. (a) bakteri yang ditransformasi di media seleksi ( b) bakteri yang ditransformasi ke media yang tidak mengandung antibiotik (c) sel kompeten yang mengandung antibiotik

14 5 PEMBAHASAN Fragmen gen Gα telah berhasil diisolasi dengan penambahan situs pemotongann enzim restriksi XbaI dan SpeI pada kedua ujungnya melalui PCR. Penambahan situs pemotongan enzim ini dilakukan agar fragmen gen Gα dapat disisipkan ke dalam vektor ekspresi pmsh1 pada posisi dan orientasi yang benar untuk ekspresi. DNA vektor adalah molekul DNA yang dipergunakan untuk membawa dan memperbanyak fragmen DNA yang dibawanya (Lehninger 1994). Vektor yang sering digunakan adalah plasmid bakteri yang merupakan materi genetik ekstra kromosom yang diwariskan secara tetap (Sambrook 1989). Karakteristik utama plasmid adalah memiliki origin of replication, adanya situs pengklonan dan penanda seleksi (Dale 1995). Vektor pmsh1 membawa gen hpt yang menyandikan enzim ketahanan terhadap antibiotik higromisin dan gen npt menyandikan enzim ketahanan terhadap antibiotik kanamisin. Kedua gen tersebut digunakan sebagai marker seleksi (Brown 1996). dari amplifikasi ujung promoter 35S CaMV (Cauliflower mosaic virus) yang berukuran 363 pb yang terdapat pada pmsh1 dan daerah L4 yang terletak pada ekson ke 10 bagian tengah gen Gα yang berukuran 932 pb, sehingga secara keseluruhan fragmen ini berukuran 1295 pb. Adanya fragmen tersebut menunjukkan bahwa vektor ekspresi pmsh1 sudah mengandung gen Gα pada situs XbaI dan SpeI. Ligasi pmsh1 dan gen Gα menghasilkann plasmid rekombinan pmsh1- Gα yang berukuran pb yang merupakan penjumlahan ukuran dari vektor pmsh pb dan fragmen gen Gα 1380 pb (Gambar 5). Plasmid rekombinan hasil ligasi kemudian diintroduksikan ke dalam bakteri E.coli galur DH5α. Bakteri tersebut tumbuh pada media seleksi berupa media LB padat yang mengandung antibiotik 50 mg/l higromisin dan 50 mg/ /L kanamisin. Adanya koloni- koloni bakteri yang tumbuh pada media seleksi menunjukkan bahwa proses transformasi telah berhasil dan bakteri tersebut mengandung plasmid pmsh1 yang mengandung gen hpt dan npt II baik yang Gambar 5 Peta fisik daerah T-DNA dari plasmid rekombinan pmsh1-gα Vektor pmsh1 yang telah diisolasi dan dipotong dengan enzim XbaI dan SpeI menghasilkan satu pita saja yang berukuran kurang lebih pb lebih kecil dari pmsh1 utuh yang tidak dipotong. Plasmid menjadi linier karena pemotongann pada daerah MCS (multiple cloning site) terjadi pengurangan beberapa pasang basa saja. Vektor pmsh1 yang telah terpotong disisipi oleh gen Gα melalui prores ligasi. Proses ligasi menggunakan suatu ligase yaitu T4 DNA ligase. Pembuktian bahwaa vektor sudah tersisipi adalah dengan mengisolasi gen dan daerah vektor yang berdekatan dengan gen tersebut. Amplifikasi DNA dengan PCR menggunakan primer spesifik 35S-F dan L4 yang didesain dari sekuen vektor ekspresi pmsh1 dan Gα menghasilkan fragmen berukuran 1295 pb. Fragmen tersebut berasal mengandung gen Gα maupun yang tidak mengandung gen Gα. Gen nptii menyandikan neomisin phosphotransferase yang dapat mendegradasi antibiotik kanamisin sehingga menjadi tidak beracun. Ekspresi gen ini akan mendetoksifikasi senyawa aminoglukosida melalui fosforilasi (Christou et al. 1991). Bakteri yang tidak mengandung pmsh1 tidak dapat tumbuh pada media tersebut karena tidak memiliki gen nptii. Gen hpt merupakan gen yang menyandikan hygromisin phosfotransferase yang dapat mendetoksifikasi antibiotik higromisin. Bakteri ditransformasi dengan pmsh1-gα tumbuh dengan baik di media tanpaa agen seleksi (Gambar 4). Hal ini menunjukkan bahwa selama proses transformasi bakteri E. Coli tidak mengalami kerusakan atau

15 kematian, selain itu bakteri ini digunakan untuk melihat kondisi sel kompeten. Adanya koloni yang tumbuh menunjukkan bakteri kompeten tersebut tidak mengalami kematian. Sedangkan bakteri kompeten tidak dapat hidup di media yang mengandung agen seleksi (Gambar 4c), menunjukkan bahwa agen seleksi berfungsi dengan baik. Gen hpt dan npt II selain untuk seleksi E. coli yang mengandung plasmid pmsh1 juga digunakan untuk seleksi di dalam sel tanaman. Gen penanda seleksi ini digunakan untuk memudahkan seleksi sel atau jaringan yang tertransformasi (Stisklen 1991). SIMPULAN Vektor ekspresi rekombinan telah berhasil dikonstruksi dan dintroduksikan ke dalam bakteri E.coli galur DH5α. Bakteri yang diduga mengandung plasmid rekombinan pmsh1-gα berhasil ditumbuhkan pada media seleksi yang mengandung antibiotik kanamisin dan higromisin. SARAN Koloni yang tumbuh di media seleksi perlu dianalisis dengan PCR, dengan menggunakan primer 35S dan L4 untuk mendapatkan bakteri yang mengandung plasmid rekombinan pmsh1-gα. DAFTAR PUSTAKA Alberst et al Molecular Biology of The Cell. New York: Garlan Science. Anwar S Pengklonan gen-gen yang diinduksi oleh aluminium pada kedelai (Glycine max (L). Merril) [disertasi]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Brown TA Genetic a Molecular Approach. India: Routledge Chapman & Hall. Christou P, Ford TL, Kofron M Production of transgenic rice (Oryza sativa L) plants from agronomically important indica and japonica into immature zygotic embryos. Biotechnol 9: Dale JW Application of in Vitro Genetics. Di dalam: Willey, Sons, editor. Molecular Genetic of Bactreia. 2 nd edition. Jhon Willey & Sons. New York, hlm Frackman S, Kephart Rapid Ligation for the pgem -T and pgem -T Easy Vector Systems. Promega notes 71: 1-8. Fujisawa Y et al Suppression of the heterotrimeric G protein causes abnormal morphology, including dwarfism, in rice. Proc Natl Acad Sci 96: Giok G Studi anatomi dan histokimia pada akar kedelai (Glycine max (L). Merril) kandidat mutan protein Gα terhadap cekaman alumunium [skripsi]. Bogor: Fakultas Ilmu Pengetahuan Alam dan Matematika, Institut Pertanian Bogor. Hartini S Induksi mutasi dengan irradiasi sinar gamma pada kedelai (Glycine max (L). Merril) kultivar Slamet dan Lumut [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Kolle RM A new family of G-protein regulator-the RGS proteins. Cell Biol 9: Lehninger Dasar-Dasar Biokimia. Maggy Thenawijaya, penerjemah. Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari: Fundamental of Biochemstry. Sambrook J, Fritsch EK, Maniatis T Molecular Cloning: A laboratory Manual. New York: Cold Spring Harbor Laboratory Pr. Sticklen MB Direct somatic embryogenesis and fertile plants from rice root cultures. Plant Physiol 138: Srimulyati T Keterlibatan protein heterotrimerik Gα terhadap cekaman aluminium pada kedelai (Glycine max (L). Merril) melalui studi histokimia [skripsi]. Bogor: Fakultas Ilmu Pengetahuan Alam dan Matematika, Institut Pertanian Bogor. Suharsono et al The heterotrimeric G protein α subunit act upstream of the small GTPase Rac in disease resistance of rice. Proc Natl Acad Sci 99 20: Suharsono UW, Suharsono S Analisis gen penyandi protein heterotrimetrik G subunit α yang terlibat dalam sistem toleransi tanaman kedelai terhadap cekaman alumunium. Laporan Penelitian Hibah Bersaing tahun ke-i. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Suharsono UW, Suharsono S Analisis gen penyandi protein heterotrimerik G subunit α yang terlibat dalam sistem toleransi tanaman kedelai terhadap cekaman aluminium. Laporan Akhir Penelitian Hibah Bersaing XII. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Yamamoto Y, Kobayashi Y, Matsumoto H Lipid peroxidation is an early symptom triggered by alumunium, but not the primary cause of elongations inhibition in pea roots. Plant Physiol 125:

16 LAMPIRAN

17 8 Lampiran 1 Komposisi media LB cair ditambah antibiotik Media LB: Bacto Trypton : 10 g/l Bacto Yeast : 5 g/l NaCl : 10 g/l Antibiotik: Antibiotik higromisin : 50 mg/l Antibiotik kanamisin : 50 mg/l atau Ampisilin : 100 mg/l

18 Lampiran 2 Komposisi larutan solution 1 Tris/HCL ph 7,4 25 mm EDTA 10 mm Sukrosa 15 % 9

19 Lampiran 3 Komposisi larutan solution 2 NaOH 200mM SDS 1% 10

20 Lampiran 4 Komposisi larutan solution 3 Natrium asetat ph 4,7 3 M 11

21 12 Lampiran 5 Komposisi larutan buffer TAE 1x Larutan TAE 50x : 980 ml Akuades steril : 20 ml

22 13 Lampiran 6 Komposisi larutan TFB MES ph 6,3 : 10 mm CaCl 2. 2H 2 O : 10 mm [Co(NH3)6]Cl3 : 3 mm KCL : 100 mm Gliserol : 10 % Pada ph 7,4

23 14 Lampiran 7 Komposisi media 2YT Bacto Trypton : 16 g/l Yeast ekstrak : 5 g/l NaCl : 5 g/l Akuades steril : 1 L

24 15 Lampiran 8 Komposisi media LB padat ditambah antibiotik Media LB: Bacto Trypton : 10 g/l Bacto Yeast : 5 g/l NaCl : 10 g/l Bacto Agar : 25 g/l Akuades steril : 1L Antibiotik: Antibiotik higromisin : 50 mg/l Antibiotik kanamisin : 50 mg/l

Gambar 1. Struktur organisasi promoter pada organisme prokariot [Sumber: University of Miami 2008: 1.]

Gambar 1. Struktur organisasi promoter pada organisme prokariot [Sumber: University of Miami 2008: 1.] Gambar 1. Struktur organisasi promoter pada organisme prokariot [Sumber: University of Miami 2008: 1.] Gambar 2. Struktur organisasi promoter pada organisme eukariot [Sumber: Gilbert 1997: 1.] Gambar 3.

Lebih terperinci

Pembuatan Media Kultur Bakteri Pemanenan sel bakteri. Isolasi DNA kromosom bakteri. Kloning DNA

Pembuatan Media Kultur Bakteri Pemanenan sel bakteri. Isolasi DNA kromosom bakteri. Kloning DNA LAMPIRAN 15 15 Lampiran 1 Tahapan penelitian Pembuatan Media Kultur Bakteri Pemanenan sel bakteri Isolasi DNA kromosom bakteri Pemotongan DNA dengan enzim restriksi Kloning DNA Isolasi DNA plasmid hasil

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di Laboratorium BIORIN (Biotechnology Research Indonesian - The Netherlands) Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi IPB. Penelitian

Lebih terperinci

Gambar 2 Vektor pengklonan pgem T Easy

Gambar 2 Vektor pengklonan pgem T Easy BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan dari bulan September 2007 sampai dengan bulan April 2008. Penelitian dilakukan di Laboratorium Biologi Molekuler Seluler Tanaman, dan Laboratorium

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Kerjasama Bioteknologi Indonesia- Belanda (BIORIN) dan Laboratorium Biologi Molekuler dan Seluler Tanaman (BMST), Pusat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian deskriptif. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode B. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah sampel DNA koleksi hasil

Lebih terperinci

BAB 3 PERCOBAAN. Alat elektroforesis agarosa (Biorad), autoklaf, cawan Petri, GeneAid High Speed Plasmid

BAB 3 PERCOBAAN. Alat elektroforesis agarosa (Biorad), autoklaf, cawan Petri, GeneAid High Speed Plasmid BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Alat Alat elektroforesis agarosa (Biorad), autoklaf, cawan Petri, GeneAid High Speed Plasmid Mini kit, inkubator goyang (GSL), jarum Ose bundar, kit GFX (GE Healthcare), kompor listrik

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Sebelum melakukan PCR, terlebih dahulu dilakukan perancangan primer menggunakan program DNA Star. Pemilihan primer dilakukan dengan mempertimbangkan parameter spesifisitas,

Lebih terperinci

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI ISOLASI TOTAL DNA TUMBUHAN DENGAN KIT EKSTRAKSI DNA PHYTOPURE Halaman : 1 dari 5 1. RUANG LINGKUP Metode ini digunakan untuk mengisolasi DNA dari sampel jaringan tumbuhan, dapat dari daun, akar, batang,

Lebih terperinci

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI Halaman : 1 dari 5 ISOLASI TOTAL DNA HEWAN DENGAN KIT EKSTRAKSI DNA 1. RUANG LINGKUP Metode ini digunakan untuk mengisolasi DNA dari sampel jaringan hewan, dapat dari insang, otot, darah atau jaringan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. 1. Waktu dan Tempat penelitian

BAHAN DAN METODE. 1. Waktu dan Tempat penelitian BAHAN DAN METODE 1. Waktu dan Tempat penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Biologi Molekuler dan Rumah Kaca Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Bagan Alir Penelitian ini secara umum dapat digambarkan pada skema berikut:

BAB III METODE PENELITIAN Bagan Alir Penelitian ini secara umum dapat digambarkan pada skema berikut: BAB III METODE PENELITIAN Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: pengumpulan sampel, lisis terhadap sampel mtdna yang telah diperoleh, amplifikasi daerah HVI mtdna sampel dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini dilakukan lima tahap utama yang meliputi tahap

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini dilakukan lima tahap utama yang meliputi tahap BAB III METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini dilakukan lima tahap utama yang meliputi tahap penyiapan templat mtdna, amplifikasi fragmen mtdna pada daerah D-loop mtdna manusia dengan teknik PCR, deteksi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat 12 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan dari bulan April 2006 sampai dengan bulan April 2007. Penelitian dilakukan di rumah kaca, laboratorium Biologi Molekuler Seluler Tanaman, dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan termasuk dalam penelitian dasar yang. dilakukan dengan metode deskriptif (Nazir, 1998).

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan termasuk dalam penelitian dasar yang. dilakukan dengan metode deskriptif (Nazir, 1998). BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan termasuk dalam penelitian dasar yang dilakukan dengan metode deskriptif (Nazir, 1998). B. Populasi dan Sampel 1. Populasi yang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Bahan Metode penelitian Isolasi RNA total

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Bahan Metode penelitian Isolasi RNA total METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan mulai bulan Februari 2005 hingga bulan Maret 2008 di Laboratorium Biologi Molekuler dan Seluler Tanaman dan Laboratorium BIORIN (Biotechnology

Lebih terperinci

ANALISA HASIL TRANSFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN PCR KOLONI DAN RESTRIKSI

ANALISA HASIL TRANSFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN PCR KOLONI DAN RESTRIKSI 1 ANALISA HASIL TRANSFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN PCR KOLONI DAN RESTRIKSI PENDAHULUAN Polimerase Chain Reaction (PCR) PCR adalah suatu reaksi invitro untuk menggandakan jumlah molekul DNA pada target tertentu

Lebih terperinci

Kloning Domain KS dan Domain A ke dalam Sel E. coli DH5α. Analisis Bioinformatika. HASIL Penapisan Bakteri Penghasil Senyawa Antibakteri

Kloning Domain KS dan Domain A ke dalam Sel E. coli DH5α. Analisis Bioinformatika. HASIL Penapisan Bakteri Penghasil Senyawa Antibakteri 3 selama 1 menit, dan elongasi pada suhu 72 0 C selama 1 menit. Tahap terakhir dilakukan pada suhu 72 0 C selama 10 menit. Produk PCR dielektroforesis pada gel agarosa 1 % (b/v) menggunakan tegangan 70

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Pemotongan Parsial dan Penyisipan Nukleotida pada Ujung Fragmen DNA Konstruksi pustaka genom membutuhkan potongan DNA yang besar. Untuk mendapatkan fragmen-fragmen dengan ukuran relatif

Lebih terperinci

BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan 3.2 Alat

BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan 3.2 Alat BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan Bahan yang digunakan memiliki kualitas pro analisis atau pro biologi molekular, yaitu : primer M. tuberculosis forward: 5 GGATCCGATGAGCAAGCTGATCGAA3 (Proligo) dan primer M. tuberculosis

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini terdapat lima tahapan penelitian yang dilakukan yaitu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini terdapat lima tahapan penelitian yang dilakukan yaitu BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada penelitian ini terdapat lima tahapan penelitian yang dilakukan yaitu pengumpulan sampel berupa akar rambut, ekstraksi mtdna melalui proses lisis akar rambut, amplifikasi

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 17 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Konstruksi plasmid biner pmsh1-lisozim Konstruksi plasmid biner dilakukan dengan meligasi gen lisozim ayam dan pmsh1. Plasmid hasil ligasi berukuran 13.449 pb (Gambar 5A kolom

Lebih terperinci

PETUNJUK PRAKTIKUM BIOLOGI SEL DAN MOLEKULER Oleh: Ixora Sartika M ISOLASI DNA PLASMID

PETUNJUK PRAKTIKUM BIOLOGI SEL DAN MOLEKULER Oleh: Ixora Sartika M ISOLASI DNA PLASMID PETUNJUK PRAKTIKUM BIOLOGI SEL DAN MOLEKULER Oleh: Ixora Sartika M ixomerc@uny.ac.id ISOLASI DNA PLASMID Plasmid adalah DNA ekstrakromosom yang berbentuk sirkuler dan berukuran kecil (1 200 kb). Sebagian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi DNA Genomik Sengon

HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi DNA Genomik Sengon HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi DNA Genomik Sengon DNA genomik sengon diisolasi dari daun muda pohon sengon. Hasil uji integritas DNA metode 1, metode 2 dan metode 3 pada gel agarose dapat dilihat pada Gambar

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Isolasi Fragmen DNA Penyandi CcGH Mature Plasmid pgem-t Easy yang mengandung cdna GH ikan mas telah berhasil diisolasi. Hal ini ditunjukkan dengan adanya pita DNA pada ukuran

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA

LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA LAPORAN II (ISOLASI DNA GENOM) KHAIRUL ANAM P051090031/BTK BIOTEKNOLOGI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 0 ISOLASI DAN IDENTIFIKASI DNA SEL MUKOSA

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. ISOLASI DNA GENOM PADI (Oryza sativa L.) KULTIVAR ROJOLELE,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. ISOLASI DNA GENOM PADI (Oryza sativa L.) KULTIVAR ROJOLELE, BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. ISOLASI DNA GENOM PADI (Oryza sativa L.) KULTIVAR ROJOLELE, NIPPONBARE, DAN BATUTEGI Isolasi DNA genom padi dari organ daun padi (Oryza sativa L.) kultivar Rojolele, Nipponbare,

Lebih terperinci

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan sampel. Penyiapan templat mtdna dengan metode lisis sel

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan sampel. Penyiapan templat mtdna dengan metode lisis sel 16 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN Bab ini menggambarkan tahapan penelitian yang terdiri dari pengambilan sampel, penyiapan templat mtdna dengan metode lisis sel, amplifikasi D-loop mtdna dengan teknik

Lebih terperinci

LAPORAN II (ISOLASI DNA GENOM)

LAPORAN II (ISOLASI DNA GENOM) LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA LAPORAN II (ISOLASI DNA GENOM) KHAIRUL ANAM P051090031/BTK BIOTEKNOLOGI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 0 ISOLASI DNA GENOM TUJUAN 16s rrna. Praktikum

Lebih terperinci

1 0,53 0,59 2 0,3 0,2 3 0,02 0,02 4 0,04 0,04 5 0,3 0,3 Ilustrasi rangkaian isolasi DNA tersebut dapat dilihat pada Gambar 1 berikut.

1 0,53 0,59 2 0,3 0,2 3 0,02 0,02 4 0,04 0,04 5 0,3 0,3 Ilustrasi rangkaian isolasi DNA tersebut dapat dilihat pada Gambar 1 berikut. PERBANDINGAN BEBERAPA METODE ISOLASI DNA UNTUK PENENTUAN KUALITAS LARUTAN DNA TANAMAN SINGKONG (Manihot esculentum L.) Molekul DNA dalam suatu sel dapat diekstraksi atau diisolasi untuk berbagai macam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan 7 sampel dari 7

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan 7 sampel dari 7 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan 7 sampel dari 7 individu udang Jari yang diambil dari Segara Anakan Kabupaten Cilacap Jawa Tengah.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. SINTESIS DAN AMPLIFIKASI FRAGMEN GEN tat HIV-1 MELALUI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. SINTESIS DAN AMPLIFIKASI FRAGMEN GEN tat HIV-1 MELALUI BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. SINTESIS DAN AMPLIFIKASI FRAGMEN GEN tat HIV-1 MELALUI TEKNIK PCR OVERLAPPING 1. Sintesis dan amplifikasi fragmen ekson 1 dan 2 gen tat HIV-1 Visualisasi gel elektroforesis

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN. Oligonukleotida sintetis daerah pengkode IFNα2b sintetis dirancang menggunakan

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN. Oligonukleotida sintetis daerah pengkode IFNα2b sintetis dirancang menggunakan BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Oligonukleotida sintetis daerah pengkode IFNα2b sintetis dirancang menggunakan program komputer berdasarkan metode sintesis dua arah TBIO, dimana proses sintesis daerah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Konstruksi vektor over-ekspresi gen OsWRKY 1.1 Amplifikasi dan purifikasi fragmen gen OsWRKY76

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Konstruksi vektor over-ekspresi gen OsWRKY 1.1 Amplifikasi dan purifikasi fragmen gen OsWRKY76 HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan rekayasa genetik tanaman keberhasilannya tergantung pada beberapa hal, diantaranya adalah gen yang akan diintroduksikan, metode transformasi, sistem regenerasi tanaman dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode deskriptif (Nazir, 1983). B. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang mengangkat fenomena alam sebagai salah satu masalah dalam penelitian, sehingga dapat menerangkan arti

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi. Tabel 1. Jumah Sampel Darah Ternak Sapi Indonesia Ternak n Asal Sapi Bali 2 4

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi. Tabel 1. Jumah Sampel Darah Ternak Sapi Indonesia Ternak n Asal Sapi Bali 2 4 MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Genetika Molekuler Ternak, Bagian Pemuliaan dan Genetika Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. penelitian ini

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI SECARA MOLEKULAR KANDIDAT MUTAN Gα DARI KEDELAI KULTIVAR SLAMET BERDASARKAN mrna HAYATUL FAJRI

IDENTIFIKASI SECARA MOLEKULAR KANDIDAT MUTAN Gα DARI KEDELAI KULTIVAR SLAMET BERDASARKAN mrna HAYATUL FAJRI IDENTIFIKASI SECARA MOLEKULAR KANDIDAT MUTAN Gα DARI KEDELAI KULTIVAR SLAMET BERDASARKAN mrna HAYATUL FAJRI DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN 14 BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Konfirmasi bakteri C. violaceum dan B. cereus dilakukan dengan pewarnaan Gram, identifikasi morfologi sel bakteri, sekuensing PCR 16s rdna dan uji kualitatif aktivitas

Lebih terperinci

SINTESIS DAN PENGKLONAAN FRAGMEN GEN tat (TRANSAKTIVATOR) HIV-1 KE DALAM VEKTOR EKSPRESI PROKARIOT pqe-80l EKAWATI BETTY PRATIWI

SINTESIS DAN PENGKLONAAN FRAGMEN GEN tat (TRANSAKTIVATOR) HIV-1 KE DALAM VEKTOR EKSPRESI PROKARIOT pqe-80l EKAWATI BETTY PRATIWI SINTESIS DAN PENGKLONAAN FRAGMEN GEN tat (TRANSAKTIVATOR) HIV-1 KE DALAM VEKTOR EKSPRESI PROKARIOT pqe-80l EKAWATI BETTY PRATIWI 0304040257 UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian akan diawali dengan preparasi alat dan bahan untuk sampling

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian akan diawali dengan preparasi alat dan bahan untuk sampling 16 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian akan diawali dengan preparasi alat dan bahan untuk sampling sel folikel akar rambut. Sampel kemudian dilisis, diamplifikasi dan disekuensing dengan metode dideoksi

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Genetika Molekuler, Bagian Pemuliaan dan Genetika Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. amplifikasi daerah HVI mtdna sampel dengan menggunakan teknik PCR;

BAB III METODE PENELITIAN. amplifikasi daerah HVI mtdna sampel dengan menggunakan teknik PCR; BAB III METODE PENELITIAN Secara garis besar, langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: pengumpulan sampel; lisis terhadap sampel mtdna yang telah diperoleh; amplifikasi daerah HVI mtdna

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN bp bp bp

HASIL DAN PEMBAHASAN bp bp bp HASIL DAN PEBAHASAN Purifikasi dan Pengujian Produk PCR (Stilbena Sintase) Purifikasi ini menggunakan high pure plasmid isolation kit dari Invitrogen. Percobaan dilakukan sesuai dengan prosedur yang terdapat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian murni yang dilakukan dengan metode deskriptif, yaitu suatu metode penelitian untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode 24 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode penelitian deskriptif. B. Objek Penelitian Empat spesies burung anggota Famili

Lebih terperinci

4.1. Alat dan Bahan Penelitian a. Alat Penelitian. No. URAIAN ALAT. A. Pengambilan sampel

4.1. Alat dan Bahan Penelitian a. Alat Penelitian. No. URAIAN ALAT. A. Pengambilan sampel 7 IV. METODE PENELITIAN Ikan Lais diperoleh dari hasil penangkapan ikan oleh nelayan dari sungaisungai di Propinsi Riau yaitu S. Kampar dan S. Indragiri. Identifikasi jenis sampel dilakukan dengan menggunakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil 11 secara perlahan beberapa kali kemudian segera ditambah dengan 400 μl larutan buffer netralisasi (1.32 M natrium asetat ph 4.8), divorteks dan disentrifugasi pada suhu 4 0 C dengan kecepatan 10 000 rpm

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA

LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA LAPORAN IV (ISOLASI RNA DARI TANAMAN) KHAIRUL ANAM P051090031/BTK BIOTEKNOLOGI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 0 ISOLASI RNA DARI TANAMAN TUJUAN Tujuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang mengangkat fenomena alam sebagai salah satu masalah dalam penelitian. Penelitian ini dapat menerangkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 39 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif. Penelitian membuat deskripsi secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian dasar dengan metode deskriptif (Nazir, 1988). B. Populasi dan sampel Populasi pada penelitian ini adalah

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Produksi Protein Rekombinan Hormon Pertumbuhan (rgh)

BAHAN DAN METODE. Produksi Protein Rekombinan Hormon Pertumbuhan (rgh) 11 BAHAN DAN METODE Penelitian ini terdiri atas 2 tahapan utama, yaitu produksi protein rekombinan hormon pertumbuhan (rgh) dari ikan kerapu kertang, ikan gurame, dan ikan mas, dan uji bioaktivitas protein

Lebih terperinci

3 BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

3 BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat 13 3 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 hingga Januari 2013, bertempat di Laboratorium Kultur Jaringan serta Laboratorium BIORIN (Biotechnology Research Indonesia-the

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. Secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini BAB III METODE PENELITIAN Secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: pengumpulan sampel; lisis terhadap sampel mtdna yang telah diperoleh; amplifikasi daerah D-loop

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. ditranskipsi dan produk translasi yang dikode oleh gen (Nasution 1999).

BAHAN DAN METODE. ditranskipsi dan produk translasi yang dikode oleh gen (Nasution 1999). 4 ditranskipsi dan produk translasi yang dikode oleh gen (Nasution 1999). Polymerase Chain Reaction (PCR) PCR merupakan suatu reaksi in vitro untuk menggandakan jumlah molekul DNA pada target tertentu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian tentang Pengaruh Suhu Annealing pada Program PCR terhadap Keberhasilan Amplifikasi DNA Udang Jari (Metapenaeus elegans) Laguna Segara Anakan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat Penelitian 14 METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Unit Pelayanan Mikrobiologi Terpadu, Bagian Mikrobiologi Kesehatan, Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA MOLEKULAR HIBRIDISASI SOUTHERN KHAIRUL ANAM P /BTK

LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA MOLEKULAR HIBRIDISASI SOUTHERN KHAIRUL ANAM P /BTK LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA MOLEKULAR HIBRIDISASI SOUTHERN KHAIRUL ANAM P051090031/BTK BIOTEKNOLOGI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 0 HIBRIDISASI SOUTHERN PENDAHULUAN Hibridisasi Southern

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian deskriptif adalah metode penelitian yang bertujuan untuk membuat gambaran

Lebih terperinci

BAB III METODE A. Jenis Penelitian B. Populasi dan Sampel C. Waktu dan Lokasi Penelitian D. Alat dan Bahan Rizki Indah Permata Sari,2014

BAB III METODE A. Jenis Penelitian B. Populasi dan Sampel C. Waktu dan Lokasi Penelitian D. Alat dan Bahan Rizki Indah Permata Sari,2014 34 BAB III METODE A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian murni atau pure research yang dilakukan dengan metode deskriptif, yaitu suatu metode penelitian untuk membuat deskripsi, gambaran

Lebih terperinci

KONSTRUKSI DNA REKOMBINAN pcambia STILBENA SINTASE PENCEGAH BUSUK AKAR KELAPA SAWIT EMBI LILIS

KONSTRUKSI DNA REKOMBINAN pcambia STILBENA SINTASE PENCEGAH BUSUK AKAR KELAPA SAWIT EMBI LILIS KONSTRUKSI DNA REKOMBINAN pcambia 1303- STILBENA SINTASE PENCEGAH BUSUK AKAR KELAPA SAWIT EMBI LILIS DEPARTEMEN BIOKIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat 12 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Survei penyakit klorosis dan koleksi sampel tanaman tomat sakit dilakukan di sentra produksi tomat di daerah Cianjur, Cipanas, Lembang, dan Garut. Deteksi

Lebih terperinci

II. MATERI DAN METODE. Tempat pengambilan sampel daun jati (Tectona grandis Linn. f.) dilakukan di

II. MATERI DAN METODE. Tempat pengambilan sampel daun jati (Tectona grandis Linn. f.) dilakukan di II. MATERI DAN METODE 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian Tempat pengambilan sampel daun jati (Tectona grandis Linn. f.) dilakukan di enam desa yaitu tiga desa di Kecamatan Grokgak dan tiga desa di Kecamatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan dengan metode

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan dengan metode 16 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan dengan metode deskriptif. Penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian untuk membuat deskripsi,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli 2007 sampai bulan Juni 2008 di

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli 2007 sampai bulan Juni 2008 di BAHAN DAN METODE : Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli 2007 sampai bulan Juni 2008 di 1. Laboratorium Bioteknologi Hewan dan Biomedis PPSHB IPB 2. Laboratorium Mikrobiologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian telah berlangsung sejak bulan Januari 2012 - Juli 2012 di Laboratorium Mikrobiologi, Lab. Optik, Lab. Genetika dan Lab. Biologi Molekuler Jurusan

Lebih terperinci

o C 1 menit, penempelan 50 o C 1 menit, polimerisasi 72 o C 1 menit (tiga tahap ini

o C 1 menit, penempelan 50 o C 1 menit, polimerisasi 72 o C 1 menit (tiga tahap ini 13 BAB IV PERCOBAAN IV.1 Bahan Air miliq, deoksinukleotida trifosfat (dntp), MgCl 2, (Promega), enzim Pfu DNA polymerase, dapar Pfu (Stratagene), oligonukleotida SR1, SR2, SR3, SR4, SR5, AR6, AR7, AR8,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA

LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA LAPORAN V (HIBRIDISASI) KHAIRUL ANAM P051090031/BTK BIOTEKNOLOGI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 0 HIBRIDISASI DOT BLOT TUJUAN blot) Praktikum ini

Lebih terperinci

DASAR REKAYASA GENETIKA

DASAR REKAYASA GENETIKA DASAR REKAYASA GENETIKA Rekayasa = manipulasi = modifikasi = perubahan bahan genetik (perubahan & pemindahan gen) Cara: 1. Persilangan seksual (perkawinan) 2. Hibridisasi somatik 3. Mutasi 4. Teknologi

Lebih terperinci

BAB 4. METODE PENELITIAN

BAB 4. METODE PENELITIAN BAB 4. METODE PENELITIAN Penelitian penanda genetik spesifik dilakukan terhadap jenis-jenis ikan endemik sungai paparan banjir Riau yaitu dari Genus Kryptopterus dan Ompok. Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

Asam Asetat Glacial = 5,7 ml EDTA 0,5 M ph 8.0 = 10 ml Aquades ditambahkan hingga volume larutan 100 ml

Asam Asetat Glacial = 5,7 ml EDTA 0,5 M ph 8.0 = 10 ml Aquades ditambahkan hingga volume larutan 100 ml 36 Lampiran 1. Pembuatan Larutan Stok dan Buffer A. Pembuatan Larutan Stok Tris HCL 1 M ph 8.0 (100 ml) : Timbang Tris sebanyak 12,114 g. Masukkan Tris ke dalam Erlenmeyer dan ditambahkan 80 ml aquades.

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi PCR Pada penelitian konstruksi gen harus mempertimbangkan dua hal yaitu urutan nukleotida gen yang akan dikonstruksi dan vektor ekspresi yang akan digunakan. Pada

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode 22 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode penelitian deskriptif. B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS Test Seleksi Calon Peserta International Biology Olympiad (IBO) 2014 2 8 September

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian 3.1 Alat Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Biokimia, Program Studi Kimia, Institut Teknologi Bandung. Peralatan yang digunakan pada penelitian ini diantaranya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian deskriptif bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara

Lebih terperinci

BAB in. METODE PENELITIAN

BAB in. METODE PENELITIAN BAB in. METODE PENELITIAN Waktu Dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan dari April sampai November 2009 di laboratorium Biologi Molekular dan Rekayasa Genetika, Balai Penelitian Bioteknologi

Lebih terperinci

TUGAS TERSTRUKTUR BIOTEKNOLOGI PERTANIAN VEKTOR DNA

TUGAS TERSTRUKTUR BIOTEKNOLOGI PERTANIAN VEKTOR DNA TUGAS TERSTRUKTUR BIOTEKNOLOGI PERTANIAN VEKTOR DNA Oleh: Gregorius Widodo Adhi Prasetyo A2A015009 KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS PERTANIAN PROGRAM

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. protein dalam jumlah besar (Reece dkk., 2011). kompeten biasanya dibuat dari inokulum awal dengan konsentrasi 2% ( v / v )

I. PENDAHULUAN. protein dalam jumlah besar (Reece dkk., 2011). kompeten biasanya dibuat dari inokulum awal dengan konsentrasi 2% ( v / v ) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Plasmid merupakan molekul DNA berukuran relatif kecil, melingkar, dan beruntai ganda. Plasmid membawa gen-gen yang terpisah dari kromosom bakteri. Plasmid digunakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan November 2007 hingga Juli 2009, bertempat di Laboratorium Reproduksi dan Genetika Organisme Akuatik Departemen

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilakukan di Laboratorium Institute of Human Virology and

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilakukan di Laboratorium Institute of Human Virology and 23 BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Institute of Human Virology and Cancer Biology of the University of Indonesia (IHVCB-UI), Jl. Salemba

Lebih terperinci

Identifikasi Gen Abnormal Oleh : Nella ( )

Identifikasi Gen Abnormal Oleh : Nella ( ) Identifikasi Gen Abnormal Oleh : Nella (10.2011.185) Identifikasi gen abnormal Pemeriksaan kromosom DNA rekombinan PCR Kromosom waldeyer Kromonema : pita spiral yang tampak pada kromatid Kromomer : penebalan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Tabel 1 Sampel yang digunakan dalam penelitian

METODE PENELITIAN. Tabel 1 Sampel yang digunakan dalam penelitian 12 METODE PEELITIA Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan April 2010, bertempat di Bagian Fungsi Hayati dan Perilaku Hewan, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian tentang Karakterisasi genetik Udang Jari (Metapenaeus elegans De Man, 1907) hasil tangkapan dari Laguna Segara Anakan berdasarkan haplotipe

Lebih terperinci

Pembuatan Perpustakaan Genom Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) Kultivar Lumut di dalam Fag Lambda

Pembuatan Perpustakaan Genom Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) Kultivar Lumut di dalam Fag Lambda Pembuatan Perpustakaan Genom Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) Kultivar Lumut di dalam Fag Lambda Suharsono Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, IPB, Jl. Kamper, Gd PAU, Kampus IPB Darmaga,

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Kota Padang Sumatera Barat pada bulan Oktober Amplifikasi gen Growth

MATERI DAN METODE. Kota Padang Sumatera Barat pada bulan Oktober Amplifikasi gen Growth III. MATERI DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Pengambilan sampel darah domba dilakukan di Kecamatan Koto Tengah Kota Padang Sumatera Barat pada bulan Oktober 2012. Amplifikasi gen Growth Hormone menggunakan

Lebih terperinci

INDUKSI MUTASI DENGAN IRRADIASI SINAR GAMMA PADA KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill) KULTIVAR SLAMET DAN LUMUT SIH HARTINI

INDUKSI MUTASI DENGAN IRRADIASI SINAR GAMMA PADA KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill) KULTIVAR SLAMET DAN LUMUT SIH HARTINI INDUKSI MUTASI DENGAN IRRADIASI SINAR GAMMA PADA KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill) KULTIVAR SLAMET DAN LUMUT SIH HARTINI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi DNA Total Tumbuhan Isolasi DNA total merupakan tahap awal dari pembuatan pustaka genom. DNA dipisahkan dari bahan-bahan lain yang ada dalam sel. DNA total yang diperlukan untuk

Lebih terperinci

INDUKSI MUTASI DENGAN IRRADIASI SINAR GAMMA PADA KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill) KULTIVAR SLAMET DAN LUMUT SIH HARTINI

INDUKSI MUTASI DENGAN IRRADIASI SINAR GAMMA PADA KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill) KULTIVAR SLAMET DAN LUMUT SIH HARTINI INDUKSI MUTASI DENGAN IRRADIASI SINAR GAMMA PADA KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill) KULTIVAR SLAMET DAN LUMUT SIH HARTINI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 19 3. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2010 di Laboratorium Mikrobiologi, Biokimia dan Bioteknologi Hasil Perairan Departemen Teknologi Hasil

Lebih terperinci

VII. UJI EKSPRESI GEN TcAP1 (APETALA1 KAKAO) PADA TANAMAN MODEL. Abstrak

VII. UJI EKSPRESI GEN TcAP1 (APETALA1 KAKAO) PADA TANAMAN MODEL. Abstrak VII. UJI EKSPRESI GEN TcAP1 (APETALA1 KAKAO) PADA TANAMAN MODEL Abstrak Pada berbagai spesies termasuk kakao, gen AP1 (APETALA1) diketahui sebagai gen penanda pembungaan yang mengendalikan terbentuknya

Lebih terperinci

BAB 3 PERCOBAAN Mikroba C. violaceum, Bacillus cereus dan E. coli JM 109

BAB 3 PERCOBAAN Mikroba C. violaceum, Bacillus cereus dan E. coli JM 109 9 BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Alat, Bahan dan Miroba 3.1.1 Alat Bunsen, inkubator 37 o C, sentrifuga (Mikro 200R Hettich), Eppendorf 100 ul, 500 ul, 1,5 ml, tabung mikrosentrifuga (Eppendorf), neraca timbang (Mettler

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Transformasi, Kokultivasi, dan Regenerasi

HASIL DAN PEMBAHASAN Transformasi, Kokultivasi, dan Regenerasi 26 HASIL DAN PEMBAHASAN Transformasi, Kokultivasi, dan Regenerasi Konstruksi vektor ekspresi yang digunakan pada penelitian ini adalah p35scamv::tclfy. Promoter p35s CaMV digunakan dalam penelitian ini

Lebih terperinci

Pengertian TEKNOLOGI DNA REKOMBINAN. Cloning DNA. Proses rekayasa genetik pada prokariot. Pemuliaan tanaman konvensional: TeknologiDNA rekombinan:

Pengertian TEKNOLOGI DNA REKOMBINAN. Cloning DNA. Proses rekayasa genetik pada prokariot. Pemuliaan tanaman konvensional: TeknologiDNA rekombinan: Materi Kuliah Bioteknologi Pertanian Prodi Agroteknologi Pertemuan Ke 9-10 TEKNOLOGI DNA REKOMBINAN Ir. Sri Sumarsih, MP. Email: Sumarsih_03@yahoo.com Weblog: Sumarsih07.wordpress.com Website: agriculture.upnyk.ac.id

Lebih terperinci

BAB IX. DASAR-DASAR TEKNOLOGI DNA REKOMBINAN

BAB IX. DASAR-DASAR TEKNOLOGI DNA REKOMBINAN BAB IX. DASAR-DASAR TEKNOLOGI DNA REKOMBINAN Di dalam bab ini akan dibicarakan pengertian teknologi DNA rekombinan beserta tahapan-tahapan kloning gen, yang secara garis besar meliputi isolasi DNA kromosom

Lebih terperinci

Kolokium Departemen Biologi FMIPA IPB: Ria Maria

Kolokium Departemen Biologi FMIPA IPB: Ria Maria Kolokium Departemen Biologi FMIPA IPB: Ria Maria Ria Maria (G34090088), Achmad Farajallah, Maria Ulfah. 2012. Karakterisasi Single Nucleotide Polymorphism Gen CAST pada Ras Ayam Lokal. Makalah Kolokium

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN TOLERANSI MELASTOMA TERHADAP ANTIBIOTIK KANAMISIN DAN HIGROMISIN SECARA IN VITRO NANI SUMARNI

PERTUMBUHAN DAN TOLERANSI MELASTOMA TERHADAP ANTIBIOTIK KANAMISIN DAN HIGROMISIN SECARA IN VITRO NANI SUMARNI PERTUMBUHAN DAN TOLERANSI MELASTOMA TERHADAP ANTIBIOTIK KANAMISIN DAN HIGROMISIN SECARA IN VITRO NANI SUMARNI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 2 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

TOPIK HIDAYAT dan ANA RATNA WULAN ABSTRAK ABSTRACT

TOPIK HIDAYAT dan ANA RATNA WULAN ABSTRAK ABSTRACT BEBERAPA MODIFIKASI PERLAKUAN UNTUK MENGEKSTRAKSI DNA DARI BAHAN HERBARIUM (Several modifications of treatment in extracting DNA from herbarium material) TOPIK HIDAYAT dan ANA RATNA WULAN Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Autentikasi Bahan Baku Ikan Tuna (Thunnus sp.) dalam Rangka Peningkatan Keamanan Pangan dengan Metode Berbasis DNA dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan

Lebih terperinci