V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "V. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 41 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Aspek fisik Lokasi dan aksesibilitas tapak Terdapat dua akses utama yang dapat digunakan sebagai akses menuju kawasan DMHB. Hal tersebut sering menimbulkan kesulitan terutama dalam mengatur lalu lintas pengunjung. Hal ini dapat diatasi dengan membuat jalur akses yang lebih lebar atau dengan mengubah arah lalu lintas keluar masuk kawasan menjadi satu arah dengan menjadikan satu pintu masuk dan satu keluar. Hal ini akan memudahkan pengaturan lalu-lintas menuju kawasan. Keberadaan signage (penanda) di sekitar pintu masuk perlu ditambah. Hal ini dilakukan untuk menambah daya tarik kawasan dan serta memberi identitas bagi kawasan. Selain itu keberadaan signage juga memberi peringatan kepada pengguna jalan agar lebih berhati-hati karena mendekati pintu masuk kawasan DMHB. Keberadaan pintu masuk kawasan yang berada tepat di area cekungan dan jalan disekitar kawasan ialah jalan menikung cukup membahayakan pengunjung yang ingin masuk menuju kawasan DMHB. Selain itu gerbang yang sekaligus berfungsi sebagai tempat pembelian karcis posisinya terlalu dekat dengan jalan raya sehingga antrian yang terbentuk dapat menimbulkan kemacetan. Untuk itu perlu diadakan pengubahan letak pintu masuk kawasan Tanah Tanah andosol yang memiliki tekstur gembur sangat mudah diolah dan dimanfaatkan untuk bercocok tanam BAPEDDA (2007). Namun teksturnya ini juga menyebabkan tanah andosol rentan terhadap erosi. Untuk itu perlu diadakan perlindungan terhadap erosi terutama pada area dengan kemiringan >15% terutama pada bagian tepi danau. Hal ini dilakukan untuk mencegah erosi yang dapat mengurangi kesuburan tanah sekaligus mencegah sedimentasi yang dapat mengakibatkan pendangkalan danau.

2 20 42

3 Topografi Kawasan DMHB dengan topografi perbukitannya memiliki kemiringan yang bervariasi mulai dari datar (0-5%), landai (5-15%), miring (15-40%), dan curam (>40%). Kondisi topografi yang bervariasi ini menjadi daya tarik tersendiri karena bentukan lereng dengan ketinggian bervariasi dapat menjadi potensi estetika secara visual dan menghilangkan kesan monoton pada tapak. Karena itu pemanfaatan tapak harus mempertimbangkan kemiringan agar tidak merusak estetika yang telah terbentuk secara alami. 1. Daerah yang relatif datar (kemiringan 0-8%) terdapat pada bagian hulu danau (barat laut). Daerah ini dapat dimanfaatkan secara optimal untuk berbagai macam aktifitas. Daerah ini dapat dimanfaatkan sebagai area rekreasi utama dan dapat dimanfaatkan sebagai area dengan aktifitas padat seperti area parkir dan bangunan-bangunan yang cukup berat. Namun pemanfaatan juga harus mempertimbangkan daya dukung tapak agar tidak memberikan efek negatif bagi lingkungan. Saat ini daerah ini dimanfaatkan sebagai lahan pertanian oleh penduduk setempat. 2. Daerah yang landai (kemiringan 8-15%) menempati daerah hulu dan sebagian di daerah hilir tapak terutama di bagian tepi danau. Daerah ini cukup sesuai untuk kegiatan rekreasi dengan intensitas sedang. Pemanfaatan seperti pembangunan fasilitas penunjang rekreasi dapat dilakukan namun perlu mempertimbangkan keberadaan daerah yang dekat dengan tepi danau 3. Daerah yang miring (kemiringan >15%) tersebar di seluruh bagian tapak. Area ini hanya dapat dimanfaatkan sebagai area rekreasi dengan intensitas rendah karena mempertimbangkan potensi terjadinya erosi dan longsor. Pemanfaatan yang dilakukan haruslah bersifat konservatif seperti area terbuka hijau alami atau kegiatan rekreasi tertentu yang memiliki intensitas rendah seperti penjelajahan (cross country) dan pendakian (hiking). Fasilitas penunjang rekreasi yang dapat dibangun hanya yang bersifat ringan dan terbatas seperti jalur tracking dan lain-lain.

4 21 44

5 Tata guna lahan Sebagian besar kawasan di sekitar DMHB merupakan kawasan perkebunan palawija. Hal ini meningkatkan kemungkinan terjadinya erosi dan tanah longsor. Selain itu penggunaan pupuk dan pestisida juga dapat berdampak pada pencemaran air danau dan mengganggu keseimbangan ekosistem alami di kawasan wisata DMHB. Karena itu perlu diadakan penataan ulang untuk menjaga kelestarian kawasan DMHB sendiri. Penataan ulang yang dilakukan harus mempertimbangkan pada aspek fisik dan ekologis tapak. Pada bagian kritis seperti area dengan kemiringan curam dialih fungsikan menjadi area konservasi. Lalu pada bagian sempadan danau penggunaan lahan dibatasi sebagai area rekreasi dan konservasi sehingga kegiatan rekreasi yang dikembangkan di area sempadan berupa kegiatan rekreasi alam atau kegiatan rekreasi lain yang bersifat ringan seperti tracking Hidrologi Ketinggian air DMHB sangat dipengaruhi oleh iklim, sehingga di saat musim kering permukaan air danau menjadi surut. Pembentukan ruang terbuka hijau yang berfungsi sebagai area resapan sekaligus penyimpanan air tanah sangat membantu mempertahankan ketinggian permukaan air danau. Selain itu perlu diadakan penanaman di sempadan danau untuk mencegah terjadinya pendangkalan serta bila perlu diadakan pengerukan untuk memperdalam danau. Kualitas air danau yang tidak jernih dikarenakan banyaknya bahan organik yang terkandung dalam air danau. Hal ini membutuhkan tindakan jangka panjang untuk memperbaiki kualitas air danau. Tindakan yang dilakukan dapat bersifat preventif seperti melaksanakan peraturan tentang larangan membuang sampah di sekitar kawasan, penanaman semapadan danau dengan tanaman yang memiliki rhizopus pada akarnya sehingga mampu menyerap zat N yang terkadung di dalam air sekaligus menjadi pelindung dari erosi, dan menanam tumbuhan air yang dapat menyerap zat pencemar di dalam air seperti Eceng Gondok (Ecchhornia crasippes). Namun populasinya harus tetap dikontrol agar tidak mengganggu kegiatan wisata air seperti berperahu.

6 46 Danau memiliki arus yang cukup tenang meski ada beberapa bagian danau yang memiliki arus yang berpusar sehingga berbahaya untuk diarungi. Oleh karena itu perlu adanya peringatan seperti rambu-rambu dan perencanaan ruang wisata perairan agar kenyamanan dan keselematan pengunjung dapat terjaga Iklim Kawasan DMHB memiliki iklim pegunungan dengan suhu rata-rata kawasan cukup dingin. Untuk itu perlu adanya ruang-ruang yang terbuka dan mendapat sinar matahari untuk meningkatkan suhu di kawasan. Selain itu penggunaan wana-warna panas seperti merah dapat meningkatkan suhu karena memantulkan hawa panas. Namun penggunaaannya harus dijaga agar tidak berlebihan karena warna panas memantulkan cahaya lebih banyak dari warna sejuk dan dapat menyilaukan pandangan. Perkerasan juga mampu meningkatkan suhu udara kawasan namun untuk penggunaanya harus tetap terkontrol sehingga tidak menyebabkan resapan air tanah menjadi sedikit. Oleh karena itu perkerasan yang digunakan ialah perkerasan yang memiliki pori-pori sehingga dapat memberi jalan masuk bagi air menuju ke lapisan dibawahnya. Penggunaan perkerasan seperti Paving blok dan Turflbok juga dapat digunakan karena perkerasan ini memiliki celah yang dapat dilalui air untuk menyerap ke tanah. Angin yang bertiup di kawasan DMHB cukup kencang. Hal ini diakibatkan oleh keadaan topografi yang berupa cekungan, badan air yang cukup luas, dan kondisi kawasan yang terbuka tanpa adanya tanaman yang mampu menjadi penahan angin. Penanaman tanaman dapat mengurangi kecepatan angin hingga 50% dan dapat memperbaiki kualitas udara karena dapat berfungsi sebagai penyaring udara. Selain itu gerakan tanaman yang tertiup angin mampu memberikan kesan dinamis dan suara desiran angin Vegetasi dan Satwa Vegetasi Vegetasi pada tapak sebagian besar berupa tanaman pertanian. Tanaman pertanian yang terdapat di kawasan sebagian besar berupa tanaman palawija seperti tanaman sayur-mayur dan tanaman bumbu. Hal tersebut

7 47 dapat menimbulkan bahaya erosi terutama pada area pertanian yang memiliki kemiringan >15%. Kendala lain selain bahaya erosi dan longsor pengolahan tanah berlebihan dapat menyebabkan pencemaran air danau dan merusak lingkungan. Namun, lahan pertanian ini juga dapat menjadi salah satu potensi wisata sebagai kawasan wisata pertanian. Satwa Ada terdapat banyak jenis satwa yang berada di kawasan ini. Satwa yang ada antara lain berupa beberapa jenis burung dan ikan. Sebagian besar satwa berada pada bagian tepi danau yang dangkal dan jauh dari area yang dikunjungi manusia. Keberadaan satwa ini dapat menjadi atraksi wisata bagi kawasan DMHB dengan aktifitas wisata seperti bird watching dan memancing namun sayangnya saat ini belum dikelola dengan baik sehingga tidak terkontrol. Untuk itu perlu diadakan perlindungan pada habitat satwa dan pengawasan terhadap populasi satwa yang ada di kawasan DMHB Aspek Wisata Objek wisata Objek wisata utama pada kawasan DMHB adalah danau beserta lingkungan alami. Keberadaan danau ini menjadi daya tarik utama karena danau sangat jarang dijumpai di Kabupaten Rejang Lebong dan sekitarnya. Karena itu perlu diadakan perlindungan terhadap keberadaan danau ini agar terjaga kelestariannya dan tetap terjaga kealamiannya. Objek wisata eksisting yang dimiliki kawasan DMHB dapat dibagi menjadi dua jenis atraksi wisata yaitu wisata air dan wisata darat. Pembagian ini dimaksudkan untuk mempermudah proses perencanaan pengembangan wisata kawasan DMHB. Wisata darat yang ada di kawasan kurang dikembangkan dengan optimal. Jenis objek wisata darat yang ditawarkan kawasan DMHB saat ini ialah playground dan Flying Fox. Kedua objek wisata darat yang ada di kawasan saat ini dinilai kurang menarik dan belum dikelola dengan baik. Untuk itu perlu

8 48 diadakan pengembangan wisata di kawasan DMHB yang sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Objek wisata air yang ditawarkan di Kawasan DMHB berupa Banana Boat, Sepeda Air, dan Perahu Motor. Ketiga jenis objek yang ditawarkan ini dinilai kurang maksimal karena jumlah perahu yang sedikit dan kondisinya yang kurang nyaman untuk digunakan. Untuk itu perlu diadakan penambahan jumlah perahu dan perlu dicari bentuk alternatif objek wisata air yang lain untuk mampu menambah daya tarik terhadap kawasan. Tabel 8. Analisis objek wisata berserta kondisi dan solusinya No Jenis Objek Wisata Kondisi Solusi 1 Wisata Darat. Playground 1. Struktur bangunan sudah rapuh dan bisa membahayakan pengguna. 2. Keberadaan arena bermain yang tersebar di kawasan memberi kesan sedikit dan membuat pengunjung kawsan tidak terlalu tertarik untuk menggunakannya. Flying Fox 1. Hanya difungsikan pada hari libur saja. 2. Jumlah unit terlalu sedikit 3. Kondisi masih baik 2. Wisata Air Banana Boat 1. Kondisi masih baik 2. Aktif hanya pada hari libur besar. Sepeda Air 1. Kondisi kurang baik karena perawatan yang kurang memadai 2. Jumlah yang sedikit sehingga pengunjung harus mengantri untuk menaikinya. Perahu Motor 1. Jumlah hanya sedikt. 2. Kondisi perahu yang kurang nyaman sehingga mengurangi nilai kepuasan saat mengelilingi danau. 1. Perbaikan pada struktur yang sudah rapuh. 2. Perlu adanya pembagian ruang sehingga arena bermain menjadi lebih terpusat. 1. Menambah hari operasional. 2. Menambah jumlah unit Flying Fox Menambah hari operasional Perbaikan dan penambahan unit sepeda air. Perbaikan dan penambahan jumlah unit perahu motor. Selain objek wisata yang telah ada, salah satu potensi wisata tapak adalah pemandangan alamnya yang masih alami. Pada tapak terdapat view yang indah pada beberapa sudut pandang oleh karena itu diperlukan pembentukan vista yang

9 49 baik dan pengaturan koridor sirkulasi agar agar keindahan view menjadi semakin menonjol. Objek view yang menarik antara lain: 1. Pemandangan danau dengan pulaunya terutama apabila dilihat dari dataran yang lebih tinggi yaitu bagian timur danau sehingga keseluruhan bentuk danau dapat terlihat dengan jelas. 2. Pemandangan tebing dengan pepohonannya. Pemandangan ini terdapat pada sebelah timur tapak dengan pandangan terbaik apabila dilihat dari sebelah barat tapak. Pemandangan ini berupa barisan pepohonan yang seolah-olah membentuk dinding yang mengarahkan pandangan ke arah langit sekaligus menjadi transisi antara danau dengan langit. Apabila keadaan danau cukup tenang maka pantulan pepohonan pada permukaan danau juga dapat menambah keindahan view. 3. Pemandangan area pertanian. Kawasan pertanian dengan barisan tanamannya pada bagian utara danau juga memiliki nilai view yang bagus pada tapak. View ini memiliki kualitas pemandangan yang indah dan dapat menambah kualitas view pada tapak. (a) (b) (c) (d) Gambar 22. View menarik yang ada di tapak (a. danau dari sebelah timur kawasan; b. pepohonan di pinggir danau; c pepohonan dan d. kawasan pertanian)

10 Fasilitas wisata Fasilitas yang terdapat di kawasan masih dinilai kurang memberikan kenyamanan kepada pengunjung kawasan. Untuk itu fasilitas wisata yang ada di kawasan perlu ditambahkan dan diperbaiki kondisinya. Selain itu ada juga fasilitas yang belum ada di tapak namun dirasa perlu untuk diadakan seperti pusat informasi, kantin, dan fasilitas tambahan lain yang mampu menunjuang akifitas wisata dan menambah kenyamanan bagi pengguna. Desain fasilitas wisata pada kawasan masih terkesan fungsional tanpa memiliki kesan estetis untuk itu perlu penambahan elemen-elemen dekoratif untuk memberikan nilai tambah pada keindahan tapak. Desain fasilitas seharusnya sesuai dengan identitas tapak dan lingkungan sekitarnya agar tidak menimbulkan kontras yang memberikan kesan negatif pada tapak Aspek budaya Kebudayaan penduduk setempat merupakan salah satu potensi wisata yang bisa dikembangkan pada kawasan DMHB. Selain menambah daya tarik nilai budaya ini juga dapat memberikan indentitas pada kawasan. Bentuk nilai budaya yang bisa dikembangkan dapat berupa pengadakan event-event budaya pada harihari libur, membuat kantin yang menjual makanan khas daerah Rejang Lebong, menjual hasil kerajinan tangan khas Rejang Lebong, dan memasukkan unsurunsur kebudayaan pada bentuk dan desain fasilitas yang ada Aspek pengunjung Jumlah pengunjung yang mencapai angka pengunjung pada tahun 2011 menunjukkan bahwa pengunjung rata-rata perbulan pada tahun 2011 adalah sebanyak 5178 orang dan rata-rata jumlah kunjungan perminggu ialah sebanyak 1294 orang. Berdasarkan hasi survey dan wawancara terhadap pengelola diketahui bahwa kunjungan terbanyak tiap minggunya terjadi pada hari minggu yaitu sekitar 75% dari jumlah kunjungan perminggu (971 orang). Hal ini disebabkan karena di Kabupaten Rejang Lebong hari sabtu termasuk hari kerja. Apabila dihitung beban yang dialami kawasan terutama bagian darat (2,11 Ha) pada saat jumlah pengunjung sebesar 971 orang maka didapatkan hasil 21,73 m²/orang. Hal ini

11 51 menunjukkan bahwa jumlah pengunjung yang datang ke kawasan DMHB saat ini cukup banyak namun belum melebihi batas daya dukung kawasan sehingga belum terjadi kerusakan pada kawasan. Namun berdasarkan hasil wawancara terhadap pengelola pada libur hari raya jumlah pengunjung bisa mencapai 2500 orang perhari jika menggunakan perhitungan yang sama maka beban yang di terima kawasan sebesar 8,44 m²/orang. Nilai tersebut berarti kawasan sudah terlalu padat pengunjung sehingga pengunjung yang ada di kawasan sudah tidak merasa nyaman lagi melakukan akitifitas wisata. Namun untungnya ledakan pengunjung hanya terjadi pada hari-hari tertentu saja sehingga kawasan DMHB masih bisa memulihkan keadaannya (baik secara alami maupun dengan perlakuan dari pengelola) di saat pengunjung sedikit. Berdasarkan data dari pengelola dapat disimpulkan bahwa jumlah pengunjung yang datang ke kawasan DMHB bertambah setiap tahunnya. Hal ini menunjukkan terjadi peningkatan kebutuhan masyarakat akan rekreasi. Namun sayangnya peningkatan ini tidak dibarengi dengan pengembangan fasilitas dan sarana serta objek wisata yang terkesan monoton. Untuk mencegah hal ini maka diperlukan pengembangan fasilitas penunjang kegiatan wisata dan atraksi-atraksi wisata yang menarik sehingga dapat menyalurkan kebutuhan masyarakat akan rekreasi. Selain itu peningkatan jumlah pengunjung juga menunjukkan bahwa perlu diadakan perluasan kawasan DMHB agar kawasan mampu menerima lebih banyak kunjungan dan mampu mengoptimalkan pemanfaatan potensi wisata yang ada di kawasan DMHB. Peningkatan pengunjung ini juga harus dijaga agar tidak melebihi daya dukung kawasan karena dapat mengakibatkan rusaknya kondisi kawasan. Hal ini dapat dilakukan dengan peraturan atau kebijakan pihak pengelola seperti pembatasan jumlah pengunjung atau penutupan kawasan pada hari-hari tertentu untuk perbaikan kawasan baik secara alami maupun secara buatan terutama setelah hari libur besar atau ketika jumlah pengunjung yang datang sangat padat. Dengan demikian keberlajutan kawasan dapat dipertahankan.

12 Aspek Pengelola Pengelolaan kawasan saat ini masih dinilai kurang untuk itu perlu diadakan peningkatan pada apek pengelolaan. Pengelolaan yang diadakan seharusnya tidak hanya sebagai kegiatan pelayanan pada pengguna tetapi juga penjagaan terhadap kondisi tapak agar tetap terjaga. Penjagaan itu dapat berupa perlakuan langsung atau dengan perlakuan tidak langsung seperti membuat peraturan-peraturan yang mampu mendukung keberlanjutan tapak. Peraturanperaturan yang diberlakukan seperti larangan membuang sampah beserta sangsi yang dikenakan apabila membuang sampah atau kebijakan-kebijakan yang lain. 5.2 Sintesis Lokasi dan aksesibilitas Berdasarkan dari hasil analisis maka di dalam perencanaan ini dilakukan pemindahan lokasi pintu masuk tapak. Alasan pemindahan ini adalah untuk memberi akses masuk yang lebih aman kepada pengunjung dan memberikan ruang transisi sehingga pengunjung sebelum masuk ke kawasan wisata mendapat sedikit informasi dan pengenalan mengenai kawasan DMHB. Pemilihan lokasi akses masuk menuju kawasan ialah pada bagian utara tapak tepatnya membelah pemukiman Desa Mojorejo. Lokasi ini dipilih karena topografinya lebih datar dan dengan mendekatkan pitu masuk kawasan dengan pemukiman maka semakin mempererat hubungan kawasan dengan masyarakat di lingkungan sekitar sekaligus membuka peluang lebih besar kepada masyarakat di lingkungan sekitar untuk membuka usaha. Pemindahan ini juga membuat akses masuk menjadi aman dan membuat kawasan menjadi hanya memiliki satu pintu gerbang sehingga keamanan dan kenyamanan pengguna menjadi lebih terjamin. Pemindahan akses ini juga bertujuan untuk memberikan ruang transisi yang cukup sehingga perubahan suasana yang dirasakan oleh pengguna lebih terasa karena sebelumnya pintu masuk sangat berdekatan dengan jalan dan dari dalam kawasan jalan raya masih dapat dilihat oleh pengunjung sehingga perubahan suasana yang ada tidak begitu terasa. Untuk akses masuk sebelumnya disarankan untuk ditutup karena terlalu terbuka dan jika perlu diberikan screen (penghalang) untuk menghalangi pandangan baik dari dalam kawasan menuju ke luar kawasan atau

13 53 sebaliknya agar perbedaan ruang lebih terasa dan mengurangi noise (suara) dari jalan raya. Selanjutnya berdasarkan kebutuhan dari hasil analisis pengunjung diketahui bahwa kawasan DMHB perlu diperluas. Hal ini disebabkan jumlah pengunjung yang sudah terlalu banyak sehingga terlalu memenuhi kawasan. Hal ini ditambah dengan peningkatan jumlah pengunjung setiap tahunnya, jika fenomena ini terus berlanjut maka keberlanjutan kawasan akan terancam. Perluasan kawasan DMHB sesungguhnya telah menjadi salah satu program pemerintah sejak tahun 2002 terutama semenjak kawasan ditetapkan sebagai daerah Kawasan Otorita Khusus Wisata. Namun semenjak terjadi permasalahan dalam pelaksanaannya program tersebut menjadi terhenti. Menurut data dari pengelola Balai Diklat PEMDA Kabupaten Rejang Lebong. Lahan disekitar danau sebagian telah dibebaskan oleh pemerintah namun masih diolah penduduk setempat. Perluasan kawasan juga mempertimbangkan nilai ekologis lingkungan di sekitar danau. Hal ini dimaksudkan agar pengubahan fungsi areal yang sebelumnya menjadi lahan pertanian menjadi kawasan wisata tidak merusak lingkungan ekologis kawasan. Menurut hasil analisa pengubahan fungsi ini akan meningkatkan nilai ekologis kawasan karena kawasan pertanian pada umumnya merupakan tanaman musiman dan bersifat homogen. Dengan dialih fungsikan menjadi kawasan wisata maka kawasan akan menjadi ruang terbuka hijau dengan tanaman yang lebih heterogen dan intensitas penglohan tanah menjadi lebih berkurang dan berkurangnya penggunaan pestisida. Setelah melalui beberapa pertimbangan maka dilakukan perluasan kawasan wisata DMHB yang sebelumnya sebesar 33,9 Ha (2,1 Ha berupa kawasan wisata darat; 24,1 Ha danau; dan 7,7 Ha rawa) menjadi sebesar 60,3 Ha. Perluasan ini dilakuakan dengan memperbesar kawasan wisata darat yang sebelumnya hanya sebagian kecil area tepi tenggara danau menjadi seluruh area yangemngelilingi danau. Perluasan ini dilakukan dengan mempertimbangkan kebutuhan pengunjung dan untuk melindungi kondisi ekologis tapak.

14 23 54

15 Kelas keseuaian lahan Pembagian ruang dilakukan berdasarkan kesesuaian lahan untuk kegiatan wisata. Faktor yang menjadi pertimbangan ialah kelas kemiringan lahan dan nilai ekologis lahan. Sedangkan faktor lain seperti faktor fisik dan sosial yang lain cenderung homogen sehingga tidak dijadilkan landasan pembagian ruang pengembangan wisata ini. Pemilihan kriteria bisa dilihat dengan melakukan perhitungan terhadap nilai kelas kemiringan lahan dan Tabel 9. Kelas Kesesuaian lahan kriteria bangunan kategori datar landai miring sempadan perairan dangkal perairan dalam rawa Keterangan: kegiatan wisata : Sesuai : Kurang sesuai : Tidak sesuai : Tidak berhubungan Dalam pembagian ruang ini kawasan dibagi menjadi empat ruang antara lain: Sesuai untuk pengembangan wisata air Ruang ini adalah bagian badan air yang mampu mendukung kegiatan wisata air utama seperti berperahu dan lain-lain. Pemanfaatan dapat dioptimalkan dengan maksimal karena daya dukung yang dimilikinya cukup besar. Kriterianya adalah badan air yang memiliki kedalaman lebih dari 1,5 m. Untuk menjaga keamanan maka pengunjung dilarang berenang di danau dan untuk setiap penumpang perahu, sepeda air, dan banana boat wajib mengenakan pelampung.

16 56 Kurang sesuai untuk pengembangan wisata air Ruang ini adalah ruang yang memiliki kerentanan pada tingkat sedang sehingga hanya dimanfaatkan untuk kegiatan wisata yang bersifat ringan. Kriteria ruang ini adalah badan air yang memilki kedalaman kurang dari 1,5 m. Badan air yang dangkal ini menjadi rentan karena memiliki nilai ekologis yang tinggi yaitu menjadi habitat satwa seperti burung dan tempat tumbuhnya tanaman air. Sehingga kegiatan wisata yang dilakukan di kawasan ini hanya bersifat sedang sampai ringan seperti birdwatching dan memancing dengan mengunakan rakit atau perahu kecil. Sesuai untuk pengembangan wisata darat Ruang ini adalah area pada kawasan yang memiliki keadaan topografi yang datar (0-8%) dan area landai yang telah mendapatkan rekayasa tapak seperti diberi retaining wall yaitu pada bagian tenggara tapak. Area ini dapat dimanfaatkan untuk aktifitas rekreasi yang bersifat padat dan merupakan tempat dibangunnya fasilitas-fasllitas yang bersifat padat seperti lapangan parkir, pusat informasi, pusat pembelanjaan, arena bermain, dan lainnya. Kurang sesuai untuk pengembangan wisata darat Ruang ini adalah area yang memiliki kemiringan lahan dari tingkat landai sampai miring ditambah dengan area sempadan danau (50 m dari tepi danau). Kegiatan wisata yang dilakukan hanya bersifat sedang sampai ringan karena kawasan ini memiliki daya dukung yang rendah. Contoh aktifitas yang bisa dilalakukan antara lain,: tracking, foto hunting, dan lain-lain. Tidak sesuai untuk pengembangan wisata Kawasan ini merupakan kawasan yang memiliki daya dukung sangat rendah untuk mendukung kegiatan wisata. Sehingga tidak ada kegiatan wisata yang dikembangkan di kawasan ini. Kawasan ini adalah area rawa yang berada di tengah danau dan area engan kemiringan lebih dari 15%. Adapun untuk kawasan dengan kemiringan lebih dari 15% penggunaan hanya sebatas jalur sirkulasi.

17 57 KESESUAIAN LAHAN 24

18 58 Dengan pembagian ruang tersebut diharapkan pengembangan wisata kawasan dapat terkontrol dan tidak melebihi daya dukung. Selain itu pembagian ini juga diperuntukkan untuk menjaga bagian kawasan yang rentan agar menjadi terlindungi dan berkelanjutan. Pembagian ruang ini juga berfungsi untuk mendukung kegiatan wisata yang ada di kawasan agar lebih terkoordinasi dan terkontrol Atraksi wisata Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan mengenai atraksi wisata maka dapat disimpulkan bahwa kawasan DMHB masih membutuhkan lebih banyak atraksi wisata. Pengembangan atraksi wisata pada kawasan dilakukan dengan memanfaatkan potensi wisata yang telah ada di kawasan seperti potensi budaya, satwa, dan bentuk atraksi wisata lainnya yang cocok dikembangkan di kawasan. Aktifitas wisata pada atraksi wisata utama saat ini hanya sedikit yaitu berupa menaiki perahu motor, sepeda air, memancing dan banana boat. Atraksi seperti perahu motor, sepeda air, dan banana boat masih kurang diminati oleh pengunjung. Hal ini dikarenakan untuk menikmati atraksi ini pengunjung harus mengeluarkan uang sewa dan jumlah unit atraksi masih sangat sedikit. Untuk mengatasi hal ini, perlu dilakukan perubahan yaitu dengan menambah jumlah unit perahu dan sepeda air dan menaikkan uang masuk sehingga untuk atraksi perahu motor dan sepeda air pengunjung bisa menikmatinya tanpa membayar uang tambahan. Untuk atraksi wisata memancing yang belum dimanfaatkan dapat di kelola dengan mengadakan tempat peminjaman alat pancing dan membuat beberapa lokasi sebagai area memancing. Untuk pengembangan atraksi wisata darat dapat dikembangkan dengan memanfaatkan potensi budaya, dan potensi alam kawasan. Pemanfaatan potensi budaya dilakukan dengan membuat galeri kebudayaan, kios penjualan cindramata khas Rejang Lebong, dan mengadakan event kebudayaan seperti festival budaya dan pementasan kesenian daerah. Untuk pemanfaatan potensi alami kawasan dapat dengan mengadakan atraksi wisata alam seperti bird watching dan tracking.

19 59 Tabel 10. Pengembangan wisata, objek, dan atraksinya. No Jenis Wisata Objek wisata Atraksi Wisata 1. Wisata air Perahu motor Berperahu Sepeda air mengelilingi danau Banana boat Bersepeda air Area Memancing pemancingan 2. Wisata darat Arena bermain Bermain Galeri budaya Menikmati produk Flying Fox kebudayaan Rejang Pusat penjualan Lebong cindramata Wisata alam Restoran Wisata belanja makanan khas Wisata kuliner Rejang Lebong Piknik Bird watching Dalam pengembangan atraksi wisata harus diadakan pembaruan dan inovasi atraksi wisata secara berkala. Hal ini dimaksudkan agar pengunjung akan tetap datang mengunjungi kawasan DMHB karena kawasan selalu memiliki penawaran atraksi wisata yang baru. Dengan adanya atraksi wisata yang terus berkembang maka kawasan DMHB akan menjadi kawasan yang tidak monoton dan pengunjung akan tetap mengunjungi kawasan sehingga kawasan dapat menjadi kawasan yang berkelanjutan. Selain itu bentuk pengembangan atraksi wisata juga dapat memanfaatkan event-event yang sedang terjadi pada saat saat tertentu seperti acara tahun baru, hari besar agama, ulang tahun kemerdekaan, dan lain-lain. Nmaun pengmbangan atraksi wisata harus tetap memperhatikan faktor lingkungan seperti daya dukung dan nilai budaya agar kawasan DMHB tidakl mengalami dampak buruk dari pengembangan atraksi wisata yang baru.

20 Konsep Konsep pengembangan wisata Konsep perencanaan kawasan wisata DMHB ini ialah menjadikan kawasan DMHB sebagai kawasan wisata alam yang berkelanjutan dan mampu memanfaatkan potensi wisata yang ada di kawasan tersebut secara optimal. Potensi yang dimanfaatkan ialah potensi alami kawasan yaitu sebagai danau yang terletak di dataran tinggi dengan kondisi masih alami dan sebagai kawasan pertanian serta mampu menunjukaan nilai-nilai budaya yang terkandung di kawasan tersebut. Dengan demikian diharapkan kawasan wisata DMHB menjadi kawasan yang mampu menunjukkan identitas Kabupaten Rejang Lebong Konsep pembagian ruang Dalam perencanaan kawasan wisata DMHB dilakukan pembagian ruang berdasarkan kondisi yang dimilikinya demi menunjang kegiatan wisata di kawasan tersebut. Pembagian ruang ini juga di maksudkan untuk membagi ruang berdasarkan fungsi sehingga dapat memaksimalkan potensi tapak dan membuat tapak menjadi kawasan wisata yang berkelanjutan. Adapun pembagian wisata berdasarkan nilai wisata yang dimilikinya berupa: (1) Ruang inti Ruang ini merupakan ruang yang memiliki objek atau atraksi wisata utama yang ingin dikembangkan di kawasan. (2) Ruang pengembangan Pada ruang pengembangan terdapat objek wisata pendukung. Ruang ini ditujukan untuk menjadi ruang wisata yang menunjang wisata utama di ruang inti. (3) Ruang Penyangga Ruang penyangga adalah ruang yang berfungsi untuk memberikan proteksi terhadap kawasan wisata.

21 61 Keterangan: Ruang inti Ruang pengembangan Ruang penyangga Gambar 25. Konsep pembagian ruang wisata Adapun pembagian menurut fungsi secara wisata kawasan dibagi menjadi beberapa ruang yaitu sebagai berikut: (1) Ruang penerimaan Ruang ini merupakan ruang yang berfungsi sebagai pintu masuk menuju kawasan. Pada ruang ini dilakukan penyambutan terhadap pengunjung kawasan. (2) Ruang transisi Ruang ini berfungsi sebagai ruang pengenalan sebelum pengunjung merasakan perubahan suasana antara areal di luar kawasan dengan di dalam kawasan. Pada ruang ini pengunjung juga mendapat informasi mengenai kawasan dan kehidupan masyarakat di sekitarnya. Informasi tersebut dapat disampaikan dengan papan informasi atau dengan menyediakan pusat informasi pada ruang tersebut. (3) Ruang Wisata Ruang ini merupakan ruang di mana semua aktifitas wisata dilakukan. Ruang ini dibagi menjadi dua jenis yaitu ruang wisata darat dan air.

22 62 Ruang penerimaan Ruang Transisi Ruang Wisata Darat Ruang Wisata Air Gambar 26. Konsep pembagian Ruang berdasarkan Fungsi Konsep Sirkulasi Konsep sirkulasi ini merupakan konsep pengaturan jalur wisata agar dapat mengatur pola penyebaran dan pergerakan pengunjung dan dapat memberikan kenyamanan dan kepuasan bagi pengunjung. Jalur sirkulasi yang dikembangkan dibagi menjadi beberapa jalur sirkulasi antara lain: 1. Jalur Utama yaitu jalur yang menjadi jalur penghubung antar ruang wisata yang ada. 2. Jalur Wisata Air yaitu jalur yang menjadi jalur untuk kegiatan wisata air. 3. Jalur Wisata Darat yaitu jalur yang menjadi jalur untuk kegiatan wisata darat. Ruang penerimaan Ruang Transisi Ruang Wisata Darat Ruang Wisata Air Keterangan: Jalur Utama Jalur Wisata Air Jalur Wisata Darat Gambar 27. Konsep sirkulasi

23 28 63

24 Konsep Fasilitas Fasilitas yang direncanakan adalah fasilitas yang mampu menunjang kegiatan wisata dan memberikan kenyamanan pada pengunjung. Untuk itu fasilitas yang dibangun harus sesuai dengan kebutuhan pengunjung serta sesuai dengan bentuk kegiatan wisata yang dikembangkan di kawasan DMHB. Fasilitas tersebut dapat berupa fasilitas fisik sepeti toilet umum, papan informasi, dan lainlain atau berupa fasilitas non fisik seperti peraturan, program wisata, dan lain lain. Konsep fasilitas wisata yang ada harus memiliki nilai kebudayaan setempat. Hal ini bertujuan untuk memberi nilai identitas bagi kawasan dan mampu menjadikan kawasan DMHB sebagai salah satu ikon Kabupaten Rejang Lebong. Hal ini dapat diterapkan dengan memasukkan kesan lokal pada desain fasilitas seperti menggunakan bahan hasil produksi setempat atau dengan menggunakan bentuk-bentuk tradisional setempat pada desain fasilitas. Penempatan fasilitas disesuaikan dengan fungsi ruangnya masing-masing. Hal ini dilakukan agar keberadaan fasilitas menunjang fungsi ruang tempat fasilitas tersebut berada. Sedangkan pada fasilitas yang menyangkut dengan kebutuhan pengunjung seperti toilet umum, musholla, tempat sampah, dan lainlain penempatannya disesuaikan dengan lokasi dan tidak terpusat di satu ruang. Hal ini dilakukan agar fasilitas ini lebih mudah dicapai oleh pengunjung. Karena itu tidak terbentuk suatu ruang pelayanan khusus kaena setiap ruang memiliki area pelayanannya masing-masing Konsep aktivitas wisata Jenis aktivitas wisata yang dikembangkan dalam perencanaan kawasan wisata DMHB ini ialah aktifitas wisata alam (ekowisata). Pengembangan wisata didasarkan pada daya dukung tapak dan potensi serta kendala yang ada ditapak agar aktifitas wisata yang dikembangkan selaras dengan lingkungan kawasan. Konsep pengembangan kegiatan wisata adalah menjadikan kawasan wisata DMHB sebagai kawasan wisata keluarga. Titik utama pengembangan kegiatan wisata adalah kearah kegiatan yang bersifat kelompok seperti berperahu, piknik, dan bermain. Sedangkan aktifitas wisata tambahan berupa kegiatan wisata yang bersifat individu seperti memancing dan kegiatan wisata minat khusus

25 65 seperti bird watching. Dalam kegiatan wisatajuga dimasukkan kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk menambah wawasan pengunjung mengenai kawasan wisata DMHB dan lingkungan disekitarnya terutama mengenai keadaan ekologis dan budaya masyarakat setempat. Bentuk kegiatan tersebut dapat melalui media pamflet, papan interpretasi, pemandu wisata, pusat layanan informasi, dan mediamedia yang lain. 5.4 Perencanaan Rencana ruang Sesuai dengan konsep perencanaan maka ruang dibagi menjadi menjadi tiga ruang utama yaitu ruang inti, ruang pengembangan dan ruang penyangga untuk seterusnya dalam setiap ruangnya dibagi menjadi beberapa sub-sub ruang sesuai dengan pengembangan aktifitas wisata Zona Inti Zona inti merupakan area tempat semua kegiatan wisata air berlangsung. Zona ini dibagi menjadi dua sub ruang yaitu: Ruang wisata air Ruang ini adalah badan air tempat semua kegiatan wisata air berlangsung. Ruang ini merupakan DMHB itu sendiri dengan luas 24,1 Ha (40% dari luas keseluruhan). Ruang ini dibagi menjadi dua yaitu ruang wisata utama dan ruang wisata pendukung. Ruang wisata utama adalah badan air yang memiliki kedalaman lebih dari 1,5 m yang merupakan tempat kegiatan wisata utama seperti berperahu, sepeda air, Pemilihan lokasi ini dikarenakan kegiatan berperahu, dan bersepeda air membutuhkan kedalaman yang cukup dalam, penyebab yang alain adalah karean area dengan kedalaman kurang dari 1,5 m merupakan area tempat habitat tanaman air dan satwa yang ada di kawasan DMHB sehingga jika digunakan sebagai area wisata utama akan mengganggu lingkungan ekologis serta kawasan ini lebih susah untuk dilalui kapal atau sepeda air karena tanaman air yang ada akan menjadi penghambat dan bisa tersangkut di baling-baling kapal. Jadi kawasan dengan

26 66 kedalaman kurang dari 1,5 m dimanfaatkan menjadi kawasan wisata pendukung dengan kegiatan wisata seperti bird watching dan memancing. Ruang wisata darat Ruang ini adalah area tempat diadakannya kegiatan wisata darat. Zona ini memiliki luas 6,9 Ha (11% dari luas keseluruhan) yang merupakan bagian daratan yang mengelilingi danau. Ruang ini dibagi menjadi ruang wisata darat utama yaitu bagian daratan dengan kelas kesesuaian sesuai untuk kegiatan wisata dan ruang wisata tambahan yaitu area dengan kelas kesesuaian kurang sesuai untuk kegiatan wisata Zona Pengembangan Zona ini merupakan ruang yang berfungsi untuk menjadi ruang pendukung kegiatan wisata. Ruang ini memiliki luas 2,2 Ha yang dibagi menjadi beberapa sub ruang yaitu: Ruang penerimaan Ruang seluas 1,4 Ha (2% dari luas keseluruhan) ini memiliki fungsi sebagai pintu masuk dan menjadi ruang penyambutan bagi pengunjung yang datang ke kawasan DMHB. Pada ruang ini terdapat pintu masuk dan papan identitas kawasan serta bebrapa fasilitas pendukung seperti lapangan parkir dan tempat pembelian tiket. Ruang transisi Ruang seluasa 0,8 Ha (1% dari luas keseluruhan) ini merupakan ruang yang digunakan sebagai transisi antara ruang penerimaan dengan ruang wisata yang ada. Di dalam ruang ini pengunjung mendapatkan informasi awal mengenai kawasan DMHB sebagai perkenalan pertama terhadap kawasan ini sebelum merasakannya langsung. Fasilitas yang terdapat diruang transisi adalah pusat layanan informasi, papan informasi, dan fasilitas pelayanan yang lain seperti toilet umum, musholla, dan kantin. Dengan demikian sebelum memasuki kawasan wisata pengunjung telah siap untuk melakukan kegiatan wisata

27 Zona penyangga Zona ini memiliki luas 19,4 Ha (34% dari luas keseluruhan) dan berfungsi untuk melindungi kawasan wisata dan menjaga keberlajuntaanya. Zona ini akan dimanfaatkan sebagai area vegetasi dengan tujuan melindungi struktur tanah dan menambah keindahan dan kenyamanan kawasan. Area yang dimanfaatkan sebagai zona penyangga adalah kawasan dengan kelas kesesuaian tidak sesuai untuk kegiatan wisata karena memiliki daya dukung rendah untuk kegiatan wisata area di perbatasan kawasan dengan lingkungan disekitarnya. Fungsi lainnya adalah untuk menjadi pembatas antara kawasan dengan daerah di luar kawasan sekaligus menjadi screen (penghalang) terhadap polusi suara, polusi udara dan pada bagianbagian tertentu menjadi penghalang terhadab view yang dapat mengganggu kenyamanan pengunjung dalam berkegiatan wisata Rencana sirkulasi Rencana sirkulasi tapak ini bertujuan untuk merencanakan jalur yang menghubungkan antara ruang satu dengan ruang lainnya dan menjadi penhubung antara objek satu dengan yang lainnya. Jalur sirkulasi tapak terbagi menjadi tiga bagian yaitu: Jalur sirkulasi utama Jalur ini berfungsi sebagai jalur yang menghubungkan antara ruang satu dengan ruang lainnya. Jalur ini direncanakan dapat dilalui dengan berjalan kaki dan bersepeda karena jaraknya yang tidak cukup jauh. Jalur Wisata Air Jalur ini merupakan jalur yang berfungsi untuk kegiatan wisata air. Jalur ini merupakan jalur yang digunakan untuk kegiatan wisata air. Jalur ini dapat diakses oleh pengunjung dengan menggunakan perahu motor dan sepeda air.

28 68 Jalur Wisata Darat Jalur ini merupakan jalur yang berfungsi untuk kegiatan wisata darat. Jalur ini dapat di akses oleh pengunjung dengan berjalan kaki dan bersepeda Rencana aktifitas Pengembangan aktifitas yang direncanakan pada kawasan DMHB disesuaikan dengan fungsi ruang tempat aktifitas itu berlangsung. Dengan demikian, aktifitas yang berlangsung menjadi lebih sesuai dan harmonis dengan fungsi ruangnya. Agar aktifitas dapat dikelompokkan dalam ruang tertentu, maka dapat menggunakan pengelompokkan objek dan fasilitas pada ruangnya masingmasing. Dengan demikian aktifitas pengunjung lebih dapat diatur. Aktifitas yang dikembangkan di ruang penerimaan dan transisi pada umumnya bertujuan untuk mempersiapkan pengunjung sebelum melakukan kegiatan wisata. Aktifitas tersebut berupa parkir, membeli tiket, menerima informasi yang ada di pusat layanan informasi. Dengan adanya aktifitas ini maka pengunjung dapat merasa lebih nyaman dalam melakukan aktifitas wisata yang akan dilakukannnya. Aktifitas yang dikembangkan di ruang wisata terdiri atas dua jenis aktifitas yaitu aktifitas wisata air dan aktifitas wisata darat. Bentuk aktifitas tersebut dapat berupa aktifitas aktif maupun pasif. Bentuk kegiatan wisata air dapat berupa berperahu sambil menikmati suasana alam DMHB yang masih alami, memancing, dan bersepeda air. Sedangkan kegiatan wisata darat dapat berupa menikmati pemandangan danau, berbelanja, bermain, melakukan piknik bersama keluarga, menikmati pergelaran seni dan budaya khas Rejang Lebong, serta wisata kuliner asli daerah Rejang Lebong dengan nuansa yang alami dan udara yang sejuk. Selain itu dalam kegiatan wisata ini juga dikembangkan wisata minat khusus seperti bird watching dan memancing. Kemudian, di beberapa lokasi diberikan papan informasi dan papan interpretasi tentang wawasan mengenai lingkungan di kawasan DMHB. Tujuan umum dari aktifitas wisata ini adalah:

29 69 1. Menjadi sarana rekreasi bagi pengunjung sehingga pengunjung merasa puas setelah mengunjungi tempat ini. 2. Memberikan wawasan bagi pengunjung mengenai lingkungan alami kawasan DMHB. 3. Memberikan wawasan kepada pengunjung mengenai kebudayaan asli daerah rejang lebong dan produk-produk kebudayaanya Rencana fasilitas Fasilitas yang dikembangkan pada kawasan DMHB disesuaikan dengan konsep yang telah dibuat. Penempatan fasilitas disesuaikan dengan fungsi ruang sehingga fasilitas dapat menunjang fungsi ruang tersebut. Selain berhubungan dengan fungsi ruang, fasilitas harus disesuaikan juga dengan aktifitas wisata pengunjung sehingga fasilitas yang tersedia mampu mendukung kegiatan wisata pengunjung. Dengan demikian, terbentuk kesesuaian antara fungsi ruang, aktifitas wisata, dan fasilitasnya. Pada pengembangan fasilitas juga terdapat fasilitas-fasilitas yang tidak berhubungan langsung dengan wisata namun keberadaanya diperlukan. Fasilitas ini berfungsi untuk memenuhi kebutuhan pengunjung kawasan seperti toilet umum dan musholla. Jumlah dan penempatan fasilitas ini dilakukan dengan menghitung jarak dan perkiraan jumlah pengunjung. Dengan demikian fasilitas tersebut dapat memnuhi kebutuhan pengunjung sekaligus memberi kenyamanan pada pengunjung. Desain fasilitas yang dikembangkan selain bersifat fungsional juga memiliki elemen estetika dan elemen budaya. Penambahan elemen ini bertujuan untuk menambah kenyamanan pada pengguna sekaligus memperkuat identitas kawasan itu sendiri. Dengan demikian, pengunjung juga mendapatkan wawasan terutama wawasan tentang budaya Kabupaten Rejang Lebong.

30 70 Tabel 11. Pembagian ruang,aktifitas wisata dan fasilitas wisata Ruang Luas Persentase Aktifitas Fasilitas Penerimaan 1,4 Ha 2% parkir, istirahat Pintu gerbang, lapangan parkir, loket karcis, pos Transisi 0,8 Ha 1% rekreasi, mengumpulkan informasi, ibadah, Wisata Air 31,8 Ha 52% berperahu, memancing, bersepeda air, bird watching, fotografi Wisata Darat 6,9 Ha 11% bermain, piknik, wisata belanja, makan, jalan-jalan, bersepeda, bird watching, fotografi, ibadah, jaga, signage, gazebo pusat layanan informasi, papan informasi, musholla, toilet dermaga, dek, lokasi memancing, perahu motor, sepeda air, tempat penyewaan alat pancing arena bermain, tempat penyewaan tikar, kios cindramata, peminjaman sepeda, musholla, toilet, menara pandang Penyangga 19,4 Ha 34% jalan-jalan jalur wisata, papan penunjuk arah (signage) Rencana lanskap Rencana lanskap merupakan pengembangan dari Block Plan. Pada pengembangannya, rencana lanskap didasarkan atas rencana ruang, rencana sirkulasi, dan rencana aktifitas yang kemudian dirangkum dalam bentuk gambar rencana lanskap.

31 29 71

32 Daya dukung kawasan wisata Untuk menjaga kawasan agar tetap berkelanjutan perlu diadakan perhitungan daya dukung kawasan untuk kegiatan wisata. Perhitungan ini dilakukan untuk mengetahui batas kemampuan kawasan untuk mendukung kegiatan wisata yang terjadi di dalamnya dengan tanpa mengalami kerusakan. Dengan demikian dalam pelaksanaannya daya dukung ini menjadi pembatas jumlah pengunjung yang datang ke kawasan DMHB sehingga pada jumlah tertentu kawasan tidak boleh menerima pengunjung lagi. Apabila batasan daya dukung ini dilewati maka yang terjadi adalah pengunjung yang ada di kawasan akan mengalami ketidak nyamanan saat melakukan kegiatan wisata karean kondisi kawasan sudah terlalu ramai, dan kawasan dapat mengalami kerusakan sebagai akibat dari beban kegiatan wisata yang berlebihan. Dalam perhitungan daya dukung dilakukan perbandingan antara luas ruang yang ada dengan standar kebutuhan ruang yang diperlukan dalam melakukan kegiatan wisata. Standar yang digunakan adalah standar yang dikemukakan oleh Harris and Dines(1988), Chiara dan Koppleman (1997), Gold (1980), dan WTO dalam Inskeep(1991). Tabel 12. Kebutuhan Ruang, Aktivitas, serta Daya Dukung kegiatan wisata No. Aktivitas Fasilitas Standar Kebutuhan Rekreasi Aktif 1. Berperahu motor darmaga, 2 unit/ha loket, perahu (1 unit = motor 20 orang) 2. Bersepeda air darmaga, loket, sepeda air 3. Menaiki banana boat Darmaga, loket, banana boat 15 unit/ha (1 unit = 2 orang) 1 unit/ha (1 unit = 5 orang) 10 m²/ orang Luas Daya Dukung 8,58 Ha 340 orang (17 unit perahu motor) 3,23 Ha 96 orang (48 unit) 5,26 Ha 25 orang (5 unit) 4. Memancing dek pemancingan 2163 m² 216 orang 5. Piknik area piknik 100 orang/ 1,4 Ha 140 orang Ha 6. Bird watching - 15 orang/ 1,3 Ha 20 orang Ha 7. Wisata kuliner restoran 4 m²/orang 400 m² 100 orang

33 73 Lanjutan Tabel 11. No. Aktivitas Fasilitas Standar Kebutuhan 8. Wisata belanja kios 1,5 cinderamata m²/orang 9. Bersepeda loket 16 penyewaan m²/orang sepeda, jalur sepeda, papan penanda Luas Daya Dukung 600 m² 400 orang 1 Ha 625 orang 10. bermain playground 6 m² 3300 m² 550 orang 11. Jalan-jalan jalur pejalan kaki, papan penanda 6 m²/orang 1,2 Ha menyaksikan pertunjukan seni dan budaya 13. melihat pameran produk seni dan budaya 14. mengunjungi rumah kaca dan kebun stroberi (agrowisata) Rekreasi pasif 11. Menikmati pemandangan 12. Duduk 13. Istirahat Pelayananan 14. Mengantri di loket penyewaan alat pancing, dan sepeda Teater, balai pergelaran seni dan budaya Balai pergelaran seni dan budaya rumah kaca, kebun stroberi Shelter, gazebo, bangku taman loket penyewaan alat pancing dan seperda 2 m²/orang 500 m² m²/orang 1500 m² 300 orang 9 m²/orang 2 Ha 2222 orang 4 m²/orang 1,5 m²/orang 840 m² 210 orang 600 m² 400 orang 15. Toilet toliet orang m²/orang 16. Beribadah musholla 2 m²/orang rang Total 8836 orang

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar pada perencanaan kebun agrowisata Sindang Barang adalah kebun produksi tanaman budidaya IPB untuk

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar pada perencanaan kebun agrowisata Sindang Barang adalah kebun produksi tanaman budidaya IPB untuk VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar pada perencanaan kebun agrowisata Sindang Barang adalah kebun produksi tanaman budidaya IPB untuk ditunjukkan pada pengunjung sekaligus sebagai pusat produksi

Lebih terperinci

V. KONSEP Konsep Dasar Perencanaan Tapak

V. KONSEP Konsep Dasar Perencanaan Tapak V. KONSEP 5.1. Konsep Dasar Perencanaan Tapak Konsep perencanaan pada tapak merupakan Konsep Wisata Sejarah Perkampungan Portugis di Kampung Tugu. Konsep ini dimaksudkan untuk membantu aktivitas interpretasi

Lebih terperinci

VI. KONSEP PERANCANGAN TAMAN TEPIAN SUNGAI MARTAPURA KOTA BANJARMASIN

VI. KONSEP PERANCANGAN TAMAN TEPIAN SUNGAI MARTAPURA KOTA BANJARMASIN VI. KONSEP PERANCANGAN TAMAN TEPIAN SUNGAI MARTAPURA KOTA BANJARMASIN VI.1. Konsep Desain Lanskap Tepian Sungai Martapura Kota Banjarmasin menitikberatkan kepada sungai sebagai pusat perhatian dan pemandangan

Lebih terperinci

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware

Lebih terperinci

Lampiran 7: Pertanyaan Kuesioner dan Wawancara

Lampiran 7: Pertanyaan Kuesioner dan Wawancara Lampiran 7: Pertanyaan Kuesioner dan Wawancara Kuisioner Responden yang terhormat, Agrowisata Salatiga merupakan salah satu agrowisata yang banyak diminati oleh pengunjung. Welcome area yang ada di agrowisata

Lebih terperinci

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar 6.2. Konsep Pengembangan Fungsi Pendidikan

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar 6.2. Konsep Pengembangan Fungsi Pendidikan 116 VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar perencanaan adalah mengembangkan laboratorium lapang PPDF sebagai tempat praktikum santri sesuai dengan mata pelajaran yang diberikan dan juga dikembangkan

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP. Tata Ruang Wisata Budaya

PERENCANAAN LANSKAP. Tata Ruang Wisata Budaya 87 PERENCANAAN LANSKAP Konsep Dasar Pengembangan Kawasan Konsep dasar pengembangan Candi Muara Takus sebagai situs arkeologis adalah menjaga kelestariannya melalui pengembangannya sebagai kawasan wisata

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP. Sub Ruang Fungsi Aktivitas Fasiltas Luas (m 2 ) Membeli tiket Memperoleh informasi

PERENCANAAN LANSKAP. Sub Ruang Fungsi Aktivitas Fasiltas Luas (m 2 ) Membeli tiket Memperoleh informasi 72 PERENCANAAN LANSKAP Perencananaan lanskap merupakan pengembangan dari konsep menjadi rencana di dalam tapak. Pada tahap ini, konsep yang telah ditetapkan kemudian dikembangkan dalam bentuk perencanaan

Lebih terperinci

RENCANA PENATAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL

RENCANA PENATAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL RENCANA PENATAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL Rencana Lanskap Berdasarkan hasil analisis data spasial mengenai karakteristik lanskap pemukiman Kampung Kuin, yang meliputi pola permukiman, arsitektur bangunan

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN

PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN Oleh : Mutiara Ayuputri A34201043 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

V. ANALISIS DAN SINTESIS

V. ANALISIS DAN SINTESIS 41 V. ANALISIS DAN SINTESIS V.1. Analisis V.1.1. Kondisi Fisik V.1.1.1. Lokasi, Luas dan Batas Tapak Tapak berada di pusat kota dan merupakan bagian dari kawasan tepian Sungai Martapura dengan penggunaan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kampung BatuMalakasari merupakan objek wisata alam dan pendidikan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kampung BatuMalakasari merupakan objek wisata alam dan pendidikan BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Kampung BatuMalakasari merupakan objek wisata alam dan pendidikan di Kabupaten Bandung tepatnyadi Desa Malakasari, Kecamatan Baleendah. Objek wisata ini berdiri

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK. Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A

PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK. Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A34201023 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN YULIANANTO

Lebih terperinci

V. KONSEP PENGEMBANGAN

V. KONSEP PENGEMBANGAN 84 V. KONSEP PENGEMBANGAN 5.1. Pengembangan Wisata Sebagaimana telah tercantum dalam Perda Provinsi DI Yogyakarta No 11 tahun 2005 tentang pengelolaan Kawasan Cagar Budaya (KCB) dan Benda Cagar Budaya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Pemerintah Provinsi Jawa Barat sebagai pemilik kewenangan terhadap lahan kawasan Situ Bagendit di bawah pengelolaan Dinas PSDA cukup kesulitan menjalankan fungsi

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS SINTESIS

BAB V ANALISIS SINTESIS BAB V ANALISIS SINTESIS 5.1 Aspek Fisik dan Biofisik 5.1.1 Letak, Luas, dan Batas Tapak Tapak terletak di bagian Timur kompleks sekolah dan berdekatan dengan pintu keluar sekolah, bangunan kolam renang,

Lebih terperinci

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET 42 VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET Pengembangan konsep dalam studi perencanaan kawasan ini akan terbagi ke dalam empat sub konsep, yaitu perencanaan lanskap pedestrian shopping street,

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP BUMI PERKEMAHAN RANCA UPAS BERDASARKAN PENDEKATAN DAYA DUKUNG EKOLOGI MUHAMMAD ICHWAN A

PERENCANAAN LANSKAP BUMI PERKEMAHAN RANCA UPAS BERDASARKAN PENDEKATAN DAYA DUKUNG EKOLOGI MUHAMMAD ICHWAN A PERENCANAAN LANSKAP BUMI PERKEMAHAN RANCA UPAS BERDASARKAN PENDEKATAN DAYA DUKUNG EKOLOGI MUHAMMAD ICHWAN A34204040 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN

Lebih terperinci

VII. RENCANA TAPAK. Tabel 15. Matriks Rencana Pembagian Ruang, Jenis Aktivitas dan Fasilitas (Chiara dan Koppelman, 1990 dan Akmal, 2004)

VII. RENCANA TAPAK. Tabel 15. Matriks Rencana Pembagian Ruang, Jenis Aktivitas dan Fasilitas (Chiara dan Koppelman, 1990 dan Akmal, 2004) VII. RENCANA TAPAK Tahap perencanaan ini adalah pengembangan dari konsep menjadi rencana yang dapat mengakomodasi aktivitas, fungsi, dan fasilitas bagi pengguna dan juga makhluk hidup yang lain (vegetasi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan 118 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Objek wisata Curug Orok yang terletak di Desa Cikandang Kecamatan

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH

ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH 56 ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH Berdasarkan hasil inventarisasi maka dari faktor-faktor yang mewakili kondisi tapak dianalisis sehingga diketahui permasalahan yang ada kemudian dicari solusinya sebagai

Lebih terperinci

ANALISIS DAN SINTESIS

ANALISIS DAN SINTESIS 55 ANALISIS DAN SINTESIS Lokasi Lokasi PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills yang terlalu dekat dengan pemukiman penduduk dikhawatirkan dapat berakibat buruk bagi masyarakat di sekitar kawasan industri PT

Lebih terperinci

Gambar 2 Peta lokasi studi

Gambar 2 Peta lokasi studi 15 III. METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Studi Studi dilakukan di Kebun Anggrek yang terletak dalam areal Taman Kyai Langgeng (TKL) di Jalan Cempaka No 6, Kelurahan Kemirirejo, Kecamatan Magelang Tengah,

Lebih terperinci

VI. PERENCANAAN HUTAN KOTA

VI. PERENCANAAN HUTAN KOTA VI. PERENCANAAN HUTAN KOTA 6.1. Konsep Hutan Kota Perencanaan hutan kota ini didasarkan pada konsep hutan kota yang mengakomodasi kebutuhan masyarakat kota Banjarmasin terhadap ruang publik. Hal ini sejalan

Lebih terperinci

alami maupun buatan. Perancangan wisata alam memerlukan ketelitian dalam memilih objek wisata yang akan dikembangkan.

alami maupun buatan. Perancangan wisata alam memerlukan ketelitian dalam memilih objek wisata yang akan dikembangkan. 23 1. Potensi Wisata Gunung Sulah Potensi wisata merupakan segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata baik alami maupun buatan. Perancangan wisata alam memerlukan ketelitian dalam memilih objek wisata

Lebih terperinci

TINJAUAN PULO CANGKIR

TINJAUAN PULO CANGKIR BAB II TINJAUAN PULO CANGKIR II.1 GAMBARAN UMUM PROYEK Judul Proyek : Kawasan Rekreasi Kampung Pulo Cangkir dan Sekitarnya. Tema : Arsitektur Tradisional Sunda. Kecamatan : Kronjo. Kelurahan : Pulo Cangkir

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. konsep dasar yang digunakan dalam Pengembangan Kawasan Wisata Pantai Boom Di

BAB V KONSEP PERANCANGAN. konsep dasar yang digunakan dalam Pengembangan Kawasan Wisata Pantai Boom Di BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. Konsep Dasar konsep dasar yang digunakan dalam Pengembangan Kawasan Wisata Pantai Boom Di Kabupaten Tuban ini adalah Sequence (pergerakan dari satu tempat ketempat lain sepanjang

Lebih terperinci

REDESAIN RUMAH SAKIT SLAMET RIYADI DI SURAKARTA

REDESAIN RUMAH SAKIT SLAMET RIYADI DI SURAKARTA REDESAIN RUMAH SAKIT SLAMET RIYADI DI SURAKARTA ZONIFIKASI Dasar pertimbngan Potensi site Kemungkinan pengelohan Tuntutan kegiatan UTILITAS Konsep utilitas pada kawasan perencanaan meliputi : 1. Terjadinya

Lebih terperinci

LAPORAN IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI OBYEK WISATA ALAM DI KARANGTEKOK BLOK JEDING ATAS. Oleh : Pengendali EkosistemHutan

LAPORAN IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI OBYEK WISATA ALAM DI KARANGTEKOK BLOK JEDING ATAS. Oleh : Pengendali EkosistemHutan LAPORAN IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI OBYEK WISATA ALAM DI KARANGTEKOK BLOK JEDING ATAS Oleh : Pengendali EkosistemHutan TAMAN NASIONAL BALURAN 2004 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Taman Nasional Baluran

Lebih terperinci

RINGKASAN. mendukung keberadaan Taman Laut Banda dengan mempertimbangkan aspek

RINGKASAN. mendukung keberadaan Taman Laut Banda dengan mempertimbangkan aspek RINGKASAN MAISNUN ALBAAR. A 3 1.0655. PERENCANAAN LANSKAP PULAU KECIL. BANDA NAIRA - MALUKU SEBAGAI KAWASAN WISATA. (Di bawah bimbiugan Bapak Bambang Sulistyantara). Studi hi bertujuan membuat rencana

Lebih terperinci

V. KONSEP Konsep Dasar Pengembangan Konsep

V. KONSEP Konsep Dasar Pengembangan Konsep 37 V. KONSEP Konsep Dasar Konsep dasar dalam perencanaan ini adalah merencanakan suatu lanskap pedestrian shopping streets yang dapat mengakomodasi segala aktivitas yang terjadi di dalamnya, khususnya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ruang Lingkup Arsitektur Lansekap Lansekap sebagai gabungan antara seni dan ilmu yang berhubungan dengan desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya merupakan

Lebih terperinci

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR 6.1 Karakteristik Responden Penentuan karakteristik pengunjung TWA Gunung Pancar diperoleh berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner dari 100

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN SINTESIS

BAB V ANALISIS DAN SINTESIS BAB V ANALISIS DAN SINTESIS 5.1 Aspek Fisik 5.1.1 Luas, Letak, dan Aksessibilitas Tapak Penelitian Kawasan Gedongjetis berada di kawasan pedesaan yang sejuk dan sedikit tercemar polusi dari kendaraan bermotor.

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1. Letak Geografis Site Site yang akan dibangun berlokasi di sebelah timur Jalan Taman Siswa dengan koordinat 07 o 48 41.8 LS 110 o 22 36.8 LB. Bentuk site adalah persegi panjang

Lebih terperinci

RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN EKOWISATA DI KORIDOR SUNGAI CILIWUNG, JAKARTA

RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN EKOWISATA DI KORIDOR SUNGAI CILIWUNG, JAKARTA RENANA PENGEMBANGAN KAWASAN EKOWISATA DI KORIDOR SUNGAI ILIWUNG, JAKARTA Konsep Rencana Pengembangan Lanskap Ekowisata Dalam mengembangkan suatu kawasan menjadi kawasan ekowisata diperlukan konsep sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak potensi wisata yang unik, beragam dan tersebar di berbagai daerah. Potensi wisata tersebut banyak yang belum dimanfaatkan

Lebih terperinci

BAB V PERENCANAAN LANSKAP ANCOL ECOPARK

BAB V PERENCANAAN LANSKAP ANCOL ECOPARK 26 BAB V PERENCANAAN LANSKAP ANCOL ECOPARK 5.1 Konsep Pengembangan Ancol Ecopark Hingga saat ini Ancol Ecopark masih terus mengalami pengembangan dalam proses pembangunannya. Dalam pembentukan konsep awal,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. beragam adat istiadat, bahasa, agama serta memiliki kekayaan alam, baik yang ada di

I. PENDAHULUAN. beragam adat istiadat, bahasa, agama serta memiliki kekayaan alam, baik yang ada di 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang cukup luas dengan penduduk yang beragam adat istiadat, bahasa, agama serta memiliki kekayaan alam, baik yang ada di

Lebih terperinci

PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT

PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT DESKRIPSI OBJEK RUANG PUBLIK TERPADU RAMAH ANAK (RPTRA) Definisi : Konsep ruang publik berupa ruang terbuka hijau atau taman yang dilengkapi dengan berbagai

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang BAB 5 KONSEP PERANCANGAN Konsep perancangan pada redesain kawasan wisata Gua Lowo di Kabupaten Trenggalek menggunakan tema Organik yang merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

Lebih terperinci

Gambar 3. Peta Orientasi Lokasi Studi

Gambar 3. Peta Orientasi Lokasi Studi BAB III METODOLOGI. Lokasi dan Waktu Kegiatan studi dilakukan di Dukuh Karangkulon yang terletak di Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan luas

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Konsep tersebut berawal dari tema utama yaitu Analogy pergerakan air laut, dimana tema

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Konsep tersebut berawal dari tema utama yaitu Analogy pergerakan air laut, dimana tema BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1 Hasil Rancangan Kawasan Perancangan Pengembangan Kawasan Wisata Pantai Boom Di Kabupaten Tuban ini memakai konsep Sequence (pergerakan dari satu tempat ketempat lain sepanjang

Lebih terperinci

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa BAB VII RENCANA 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa 7.1.1 Tahapan Pembangunan Rusunawa Agar perencanaan rumah susun berjalan dengan baik, maka harus disusun tahapan pembangunan yang baik pula, dimulai dari

Lebih terperinci

TAMAN REKREASI SERULINGMAS DI BANJARNEGARA Dengan Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular

TAMAN REKREASI SERULINGMAS DI BANJARNEGARA Dengan Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR TAMAN REKREASI SERULINGMAS DI BANJARNEGARA Dengan Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1. Agrowisata Agrowisata pada hakekatnya merupakan suatu kegiatan yang mengintegrasikan sistem pertanian dan sistem pariwisata sehingga membentuk objek wisata yang menarik. Menurut

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1 Dasar Pendekatan Metode pendekatan ditujukan sebagai acuan dalam penyusunan landasan perencanaan dan perancangan arsitektur. Dengan metode pendekatan diharapkan

Lebih terperinci

Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA. Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD.

Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA. Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD. Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD. Tujuan Memahami makna dan manfaat hutan kota pada penerapannya untuk Lanskap Kota. Memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan sumberdaya alam baik hayati maupun non hayati. Negara ini dikenal sebagai negara megabiodiversitas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan olahan data penulis, dengan menggunakan check list maka

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan olahan data penulis, dengan menggunakan check list maka BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1.Deskripsi Lokasi Penelitian Berdasarkan olahan data penulis, dengan menggunakan check list maka beberapa informasi yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut

Lebih terperinci

Pokok Bahasan Analisis Program, Tapak dan Lingkungan. Subject Matter Expert Ir. Irina Mildawani, MT. Agus Suparman, ST., MT.

Pokok Bahasan Analisis Program, Tapak dan Lingkungan. Subject Matter Expert Ir. Irina Mildawani, MT. Agus Suparman, ST., MT. Pokok Bahasan Analisis Program, Tapak dan Lingkungan Subject Matter Expert Ir. Irina Mildawani, MT. Agus Suparman, ST., MT. Instructional Designer Rehulina Apriyanti, ST., MT. Lia Rosmala S., ST.,MT. Multimedia

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1 Dasar Perancangan Perancangan Wisata Bahari Di Pantai Boom Tuban ini merupakan sebuah rancangan arsitektur yang didasarkan oleh tema Extending Tradition khususnya yaitu dari

Lebih terperinci

BAB 4 KONSEP PERANCANGAN

BAB 4 KONSEP PERANCANGAN BAB 4 KONSEP PERANCANGAN 4.1. Konsep Makro Perancangan pasar tradisional bantul menerapkan pendekatan analogi shopping mall. Yang dimaksud dengan pendekatan analogi shopping mall disini adalah dengan mengambil

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. KEL. KEGIATAN FASILITAS KONSEP PERANCANGAN Wisata Bahari Dermaga

BAB V KONSEP PERANCANGAN. KEL. KEGIATAN FASILITAS KONSEP PERANCANGAN Wisata Bahari Dermaga BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. ZONING. KEL. KEGIATAN FASILITAS KONSEP PERANCANGAN Wisata Bahari Dermaga Letaknya harus dekat dengan perairan. Restaurant terapung ini akan Restaurant Terapung Club bahari

Lebih terperinci

TAHAPAN KEGIATAN ARL PERSIAPAN PENGUMPULAN DATA & INFORMASI ANALISIS TAPAK/LANSKAP SINTESIS PERENCANAAN TAPAK/LANSKAP

TAHAPAN KEGIATAN ARL PERSIAPAN PENGUMPULAN DATA & INFORMASI ANALISIS TAPAK/LANSKAP SINTESIS PERENCANAAN TAPAK/LANSKAP TAHAPAN KEGIATAN ARL ARL 200 Departemen Arsitektur Lanskap PERSIAPAN PENGUMPULAN DATA & INFORMASI /LANSKAP SINTESIS PERENCANAAN TAPAK/LANSKAP PERANCANGAN/DESAIN TAPAK/LANSKAP Proses memahami kualitas &

Lebih terperinci

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB III: DATA DAN ANALISA BAB III: DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik dan Non Fisik Sumber : KAK Sayembara Arsitektur Museum Batik Indonesia Gambar 40 Lokasi Museum Batik Indonesia 1. Data Tapak - Lokasi : Kawasan Taman Mini Indonesia

Lebih terperinci

BAB V ARAHAN DAN REKOMENDASI

BAB V ARAHAN DAN REKOMENDASI BAB V ARAHAN DAN REKOMENDASI Bab ini memberikan arahan dan rekomendasi berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan pada kawasan studi, dengan membawa visi peningkatan citra Kawasan Tugu Khatulistiwa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan bentuk industri pariwisata yang belakangan ini menjadi tujuan dari sebagian kecil masyarakat. Pengembangan industri pariwisata mempunyai peranan penting

Lebih terperinci

BAB II MENEMUKENALI SPESIFIKASI TIRTA UJUNG DI KARANGASEM

BAB II MENEMUKENALI SPESIFIKASI TIRTA UJUNG DI KARANGASEM BAB II MENEMUKENALI SPESIFIKASI TIRTA UJUNG DI KARANGASEM Tirta Ujung merupakan mata air alami di Desa Ujung yang dibendung menjadi kolam, yang kemudian digunakan warga setempat untuk melakukan ritual

Lebih terperinci

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Penataan Ruang Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Kawasan peruntukan hutan produksi kawasan yang diperuntukan untuk kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil

Lebih terperinci

Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2)

Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2) Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2) Gambar simulasi rancangan 5.30 : Area makan lantai satu bangunan komersial di boulevard stasiun kereta api Bandung bagian Selatan 5.6.3 Jalur Pedestrian Jalur

Lebih terperinci

ARSITEKTUR LANSKAP ANALISIS TAPAK TAHAPAN KEGIATAN ARL 9/7/2014 ARL 200. Departemen Arsitektur Lanskap CONTOH ANALISIS TAPAK

ARSITEKTUR LANSKAP ANALISIS TAPAK TAHAPAN KEGIATAN ARL 9/7/2014 ARL 200. Departemen Arsitektur Lanskap CONTOH ANALISIS TAPAK TAHAPAN KEGIATAN ARL ARSITEKTUR LANSKAP ARL 200 PERSIAPAN PENGUMPULAN DATA & INFORMASI ANALISIS TAPAK/LANSKAP SINTESIS PERENCANAAN TAPAK/LANSKAP Departemen Arsitektur Lanskap PERANCANGAN/DESAIN TAPAK/LANSKAP

Lebih terperinci

BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU

BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU Berdasarkan analisis serta pembahasan sebelumnya, pada dasarnya kawasan studi ini sangat potensial untuk di kembangkan dan masih

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB IV ANALISA PERENCANAAN BAB IV ANALISA PERENCANAAN 4.1. Analisa Non Fisik Adalah kegiatan yang mewadahi pelaku pengguna dengan tujuan dan kegiatannya sehingga menghasilkan besaran ruang yang dibutuhkan untuk mewadahi kegiatannya.

Lebih terperinci

DESA WISATA DI KAWASAN RAWA PENING DENGAN PENEKANAN DESAIN EKOWISATA

DESA WISATA DI KAWASAN RAWA PENING DENGAN PENEKANAN DESAIN EKOWISATA DESA WISATA DI KAWASAN RAWA PENING DENGAN PENEKANAN DESAIN EKOWISATA Oleh : Ayu Agung Hastuti, Titien Woro Murtini, R. Siti Rukayah Rawapening yang menjadi salah satu sektor pariwisata terbesar di Jawa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. alami maupun buatan manusia, yang merupakan total dari bagian hidup manusia

II. TINJAUAN PUSTAKA. alami maupun buatan manusia, yang merupakan total dari bagian hidup manusia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap dan Lanskap Kota Lanskap merupakan suatu bagian dari muka bumi dengan berbagai karakter lahan/tapak dan dengan segala sesuatu yang ada di atasnya baik bersifat alami maupun

Lebih terperinci

DAFTAR ISI ABSTRAK ABSTRACT DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR

DAFTAR ISI ABSTRAK ABSTRACT DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR ISI ABSTRAK ABSTRACT DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR i ii iii vi BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 B. Perumusan Permasalahan 5 C. Tujuan dan Sasaran Penelitian 5 D. Manfaat Penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Pengadaan Proyek BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek Pariwisata merupakan kegiatan melakukan perjalanan dengan mendapatkan kenikmatan, mencari kepuasan, mengetahui sesuatu, memperbaiki

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1 Konsep Dasar Perancangan Konsep dasar perancangan Pusat Studi dan Budidaya Tanaman Hidroponik ini adalah Arsitektur Ekologis. Adapun beberapa nilai-nilai Arsitektur Ekologis

Lebih terperinci

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Desa Mulo, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta (Sumber: Triple A: Special Province of Yogyakarta)

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Desa Mulo, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta (Sumber: Triple A: Special Province of Yogyakarta) BAB III METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai lanskap kawasan ekowisata karst ini dilakukan di Lembah Mulo, Desa Mulo, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunungkidul, Propinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

III. RUANG DAN FUNGSI TANAMAN LANSKAP KOTA

III. RUANG DAN FUNGSI TANAMAN LANSKAP KOTA Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) III. RUANG DAN FUNGSI TANAMAN LANSKAP KOTA Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Siti Nurul Rofiqo Irwan, S.P., MAgr, PhD. Tujuan Memahami bentuk-bentuk ruang dengan tanaman

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1 PROGRAM DASAR PERENCANAAN 6.1.1 Program Ruang Rekapitulasi Ruang Dalam No Jenis Ruang Luas 1 Kelompok Ruang Fasilitas Utama 2996 m2 2 Kelompok Ruang Fasilitas

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE 33 BAB III BAHAN DAN METODE 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Studi ini dilakukan di Kota Padang Panjang, Sumatera Barat. Secara administrasi pemerintahan Kota Padang Panjang terletak di Provinsi Sumatera

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA TAPAK

BAB IV ANALISA TAPAK BAB IV ANALISA TAPAK 4.1 Deskripsi Proyek 1. Nama proyek : Garuda Bandung Arena 2. Lokasi proyek : Jln Cikutra - Bandung 3. Luas lahan : 2,5 Ha 4. Peraturan daerah : KDB (50%), KLB (2) 5. Batas wilayah

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Rumusan konsep ini merupakan dasar yang digunakan sebagai acuan pada desain studio akhir. Konsep ini disusun dari hasil analisis penulis dari tinjauan pustaka

Lebih terperinci

STUD1 FtENCANA PENGELOLAAN LANSEIUP DI TAMAN WISATA ALAM BANTIMURUNG IUBUPATEN MAROS SULAWESI SELATAN

STUD1 FtENCANA PENGELOLAAN LANSEIUP DI TAMAN WISATA ALAM BANTIMURUNG IUBUPATEN MAROS SULAWESI SELATAN STUD1 FtENCANA PENGELOLAAN LANSEIUP DI TAMAN WISATA ALAM BANTIMURUNG IUBUPATEN MAROS SULAWESI SELATAN Oleh : NURFAIDA A 29.0714 JURUSAN BUD1 DAYA PERTANIAN FAIWLTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 4-

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL PERANCANGAN. konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi jawa

BAB 6 HASIL PERANCANGAN. konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi jawa BAB 6 HASIL PERANCANGAN 6.1. Hasil Perancangan Hasil perancangan Pusat Seni dan Kerajinan Arek di Kota Batu adalah penerapan konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Identifikasi dan Analisis Kondisi Bantaran

HASIL DAN PEMBAHASAN. Identifikasi dan Analisis Kondisi Bantaran 29 HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi dan Analisis Kondisi Bantaran 1. Tata Guna Lahan Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN 23 BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1 Konsep Desain Lanskap kampus Fakultas Seni Rupa dan Desain menitikberatkan pada sebuah plaza dengan amphitheatre di bagian tengah kampus yang menghubungkan semua gedung

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Perancangan Dalam perancangan desain Transportasi Antarmoda ini saya menggunakan konsep dimana bangunan ini memfokuskan pada kemudahan bagi penderita cacat. Bangunan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM Keadaan Fisik Fungsi

KONDISI UMUM Keadaan Fisik Fungsi 19 KONDISI UMUM Keadaan Fisik Kebun Raya Cibodas (KRC) merupakan salah satu kebun raya yang terdapat di Indonesia. KRC terletak di Desa Cimacan, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Pintu gerbang

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang selain merupakan sumber alam yang penting artinya bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.LATAR BELAKANG. I.1.1.Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN I.1.LATAR BELAKANG. I.1.1.Latar Belakang Pengadaan Proyek BAB I PENDAHULUAN I.1.LATAR BELAKANG I.1.1.Latar Belakang Pengadaan Proyek Kabupaten Sleman merupakan bagian dari wilayah provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ( DIY ) dengan luas wilayah 547,82 km² atau

Lebih terperinci

persepsi pengunjung yang telah dibahas pada bab sebelumnya. VIII. PROSPEK PENGEMBANGAN WISATA TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR

persepsi pengunjung yang telah dibahas pada bab sebelumnya. VIII. PROSPEK PENGEMBANGAN WISATA TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR 17.270 kunjungan, sehingga dari hasil tersebut didapat nilai ekonomi TWA Gunung Pancar sebesar Rp 5.142.622.222,00. Nilai surplus konsumen yang besar dikatakan sebagai indikator kemampuan pengunjung yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Lahan basah merupakan sumber daya alam hayati penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem global. Salah satu tipe lahan basah adalah lahan gambut. Lahan gambut merupakan ekosistem

Lebih terperinci

6.1 Peruntukkan Kawasan

6.1 Peruntukkan Kawasan 6.1 Peruntukkan Kawasan BAB VI RBAN DESIGN GIDELINES Peruntukan kawasan di Sempadan Sungai Jajar ditentukan dengan dasar : 1. Hasil analisis zoning 2. Karakteristik penggunaan lahan Peruntukkan kawasan

Lebih terperinci

V. ANALISIS DAN SINTESIS

V. ANALISIS DAN SINTESIS V. ANALISIS DAN SINTESIS 5.1 Analisis 5.1.1 Analisis Fisik 5.1.1.1 Analisis Topografi Wilayah Banjarmasin bagian utara memiliki ketinggian permukaan tanah rata-rata 0,16 m di bawah permukaan air laut,

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN Kerangka kajian yang digunakan dalam proses perancangan Hotel Resort Batu ini secara umum, diuraikan dalam beberapa tahap antara lain: 3.1 Pencarian Ide/Gagasan Tahapan kajian

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari hasil penelitian maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari hasil penelitian maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 114 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Dari hasil penelitian maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Aspek pengembangan suatu objek wisata diantaranya meliputi pengembangan tata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia memiliki keanekaragaman budaya dan adat istiadat yang sangat unik dan berbeda-beda, selain itu banyak sekali objek wisata yang menarik untuk dikunjungi

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bagian ini akan dijabarkan kesimpulan dan rekomendasi. Kesimpulan berisi rangkuman dari hasil penelitian dan pembahasan sekaligus menjawab tujuan penelitian di bab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perbukitan rendah dan dataran tinggi, tersebar pada ketinggian M di

BAB I PENDAHULUAN. perbukitan rendah dan dataran tinggi, tersebar pada ketinggian M di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Gorontalo sebagian besar wilayahnya berbentuk dataran, perbukitan rendah dan dataran tinggi, tersebar pada ketinggian 0 2000 M di atas permukaan laut. Luas

Lebih terperinci

Perancangan Green Map Kebun Binatang Surabaya guna. memudahkan Informasi Wisatawan BAB I PENDAHULUAN

Perancangan Green Map Kebun Binatang Surabaya guna. memudahkan Informasi Wisatawan BAB I PENDAHULUAN Perancangan Green Map Kebun Binatang Surabaya guna memudahkan Informasi Wisatawan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebun Binatang Surabaya merupakan salah satu destinasi wisata kota yang paling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara/wilayah baik alam maupun budaya ini, kini semakin berkembang pesat

BAB I PENDAHULUAN. negara/wilayah baik alam maupun budaya ini, kini semakin berkembang pesat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan suatu industri yang diandalkan oleh banyak negara di dunia. Mereka menggunakan pariwisata sebagai penyokong perekonomian dan sumber devisa negara.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang memiliki kekayaan alam dan hayati yang sangat beragam. Potensi tersebut menciptakan peluang pengembangan dan pengelolaan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Tujuan Perencanaan dan Perancangan Perencanaan dan perancangan Penataan PKL Sebagai Pasar Loak di Sempadan Sungai Kali Gelis Kabupaten Kudus

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman kondisi fisik yang tersebar di seluruh Kabupaten, Hal ini menjadikan

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman kondisi fisik yang tersebar di seluruh Kabupaten, Hal ini menjadikan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Propinsi Lampung merupakan wilayah yang memiliki kekayaan alam yang melimpah dan keanekaragaman kondisi fisik yang tersebar di seluruh Kabupaten, Hal ini menjadikan Propinsi

Lebih terperinci

BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI

BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI Wilayah studi dalam penelitian ini adalah Area Taman Ayodia, Jalan Barito, Jakarta Selatan. Gambaran umum terhadap wilayah studi pada awalnya akan dipaparkan gambaran

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep dasar perancangan beranjak dari hasil analisis bab sebelumnya yang

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep dasar perancangan beranjak dari hasil analisis bab sebelumnya yang BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Konsep dasar perancangan beranjak dari hasil analisis bab sebelumnya yang kemudian disintesis. Sintesis diperoleh berdasarkan kesesuaian tema rancangan yaitu metafora

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya 165 BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1. Dasar Rancangan Hasil perancangan diambil dari dasar penggambaran konsep dan analisa yang terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya sebagai

Lebih terperinci