Anwar Hadi , Umi Hanik Fetriyah 1, Yunina Elasari 1. Korespondensi penulis: No. Hp : ABSTRAK

Transkripsi

1 HUBUNGAN PERILAKU IBU DALAM MENCUCI TANGAN PAKAI SABUN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK USIA BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN Anwar Hadi *, Umi Hanik Fetriyah 1, Yunina Elasari 1 1 STIKES Sari Mulia Banjarmasin *Korespondensi penulis: anwar_hadi@gmail.com, No. Hp : ABSTRAK Latar Belakang: Diare merupakan penyakit yang sering dialami anak dan menjadi penyebab kematian terbesar kedua. Diare dapat dicegah melalui cuci tangan. Tujuan utama dari cuci tangan secara hygienis adalah untuk menghalangi transmisi patogen kuman dengan cepat dan secara efektif. Salah satu cara untuk menurunkan kejadian diare dengan mencuci tangan pakai sabun. Tujuan: Menganalisa hubungan perilaku ibu dalam mencuci tangan pakai sabun dengan kejadian diare pada anak usia bulan di wilayah kerja Puskesmas Pekauman Banjarmasin Metode: Jenis penelitian survei analitik dengan desain cross sectional. Populasi adalah seluruh ibu dari anak usia bulan di wilayah kerja Puskesmas Pekauman Banjarmasin sebanyak 598 orang. Sampel berjumlah 86 orang dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling. Data dianalisis menggunakan uji Chi-Square dengan tingkat kepercayaan 95%. Hasil: Ibu sebagian besar memiliki perilaku mencuci tangan pakai sabun yang cukup yaitu 51 orang (59,3%) dan anak usia bulan sebagian mengalami diare yaitu 40 orang (46,5%). Ada hubungan perilaku ibu dalam mencuci tangan pakai sabun dengan kejadian diare pada anak usia bulan di wilayah kerja Puskesmas Pekauman Banjarmasin (p = 0,000 < α 0,05). Simpulan: Perilaku ibu dalam mencuci tangan pakai sabun berhubungan dengan kejadian diare pada anak usia bulan. Puskesmas hendaknya bekerjasama dengan tokoh masyarakat untuk meningkatkan penyebaran informasi kepada masyarakat luas tentang perilaku cuci tangan pakai sabun Kata kunci : Perilaku Ibu Mencuci Tangan Pakai Sabun, Diare Anak 1

2 PENDAHULUAN Peningkatan derajat kesehatan dapat dicapai melalui perilaku hidup bersih dan sehat. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Mencuci tangan pakai sabun merupakan salah satu tindakan sanitasi dengan menggunakan air dan sabun oleh manusia untuk menjadi bersih dan memutuskan mata (PHBS) yaitu sekumpulan perilaku yang rantai kuman karena tangan seringkali menjadi dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakatnya. Kondisi sehat dapat dicapai dengan mengubah perilaku dari yang tidak sehat menjadi perilaku sehat dan menciptakan lingkungan sehat di rumah tangga (Kemenkes RI, 2011). Rumah tangga yang sehat adalah rumah agen pembawa kuman dan menyebabkan patogen berpindah dari satu orang ke orang lain, baik dengan kontak langsung ataupun kontak tidak langsung. Tangan yang bersentuhan langsung dengan kotoran manusia dan binatang ataupun cairan tubuh lainnya seperti ingus dan makanan/minuman yang terkontaminasi saat tidak cuci tangan dengan sabun dapat memindahkan bakteri, virus dan parasit pada orang lain yang tidak sadar bahwa tangga yang melakukan 10 PHBS di rumah tangga yaitu persalinan ditolong oleh tenaga dirinya sedang ditularkan 2014). (Kemenkes RI, kesehatan, memberi bayi ASI eksklusif, menimbang bayi dan balita, menggunakan air Partisipasi cuci tangan pakai sabun sebelum beraktivitas amat rendah. Lingkungan bersih, tidak merokok di ruang tertutup, kesehatan mengajarkan mencuci tangan menggunakan jamban sehat, memberantas jentik rumah, makan buah dan sayur setiap hari, melakukan aktifitas fisik setiap hari dan mencuci tangan pakai sabun (Kemenkes RI, 2013). sebelum makan, karena cuci tangan akan mengurangi penyakit yang salah satunya adalah diare (Indriyani, 2014). Data dari Departemen Kesehatan RI menyebutkan kebiasaan cuci tangan memakai sabun digabung dengan kegiatan lain seperti tidak 2

3 buang air sembarangan, buang sampah pada tempatnya, pengelolaan air minum yang benar maka dapat mencegah diare sampai 80-90% (Nakita, 2012). Penyakit diare adalah suatu keadaan seseorang ketika buang air besar yang tidak normal yaitu lebih dari 3 kali sehari dengan tinja yang encer dapat disertai atau tanpa besar ibu dari balita di Baleendah Bandung tidak mencuci tangan dengan baik sebesar 79% dan balita yang mengalami diare sebanyak 43,8%. Hasil penelitian Utumo (2012) dari 37 orang anak yang memiliki perilaku cuci tangan pakai sabun dengan kategori kurang sebanyak 30 orang mengalami diare (81,1%). Uji statistik penelitian tersebut disertai darah atau lendir (Musliha, 2010). menunjukkan bahwa ada hubungan antara Kejadian diare pada balita dapat dicegah melalui cuci tangan yang dilakukan oleh ibu balita. Tujuan utama dari cuci tangan secara hygienis adalah untuk menghalangi transmisi patogen-patogen kuman dengan cepat dan secara efektif (Alhidayah, 2015). perilaku cuci tangan pakai sabun (CTPS) dengan kejadian diare anak (p=0,008). Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 insiden diare pada balita di Indonesia menurut diagnosa dokter sebesar 6,7% dan provinsi Kalimantan Selatan World Health Organization (WHO) berada pada urutan ke 17 terbesar dari 33 (2013) menyebutkan setiap tahun 1,5 juta anak balita meninggal dunia akibat diare. Penyakit diare menjadi penyebab kematian terbesar kedua pada anak (Indriyani, 2014). Diare akan menyebabkan dehidrasi, gangguan keseimbangan asam basa, hipoglikemia, gangguan gizi dan gangguan sirkulasi (Musliha, 2010). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Firdaus (2015) menunjukkan bahwa sebagian provinsi sebesar 5,6% (Kemenkes RI, 2013). Menurut Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin tahun 2014 jumlah penderita diare yang berusia 1-4 tahun sebanyak orang, dari data tersebut yang terbanyak berasal dari Puskesmas Pekauman dan Kuin Raya yaitu masing-masing berjumlah 318 orang dan yang terendah adalah Puskesmas Beruntung Raya yaitu sebanyak 71 orang sedangkan pada bulan Januari hingga Agustus 3

4 2015 penderita diare berjumlah orang. Data dari Puskesmas Pekauman Banjarmasin dari bulan Januari-November 2015 jumlah penyakit diare yang berusia 1-4 tahun sebanyak 239 orang. Hasil studi pendahuluan pada tanggal Desember 2015 kepada 10 ibu dari anak usia bulan yang didiagnosa dokter mengalami diare sebanyak 5 orang (50%) mengatakan selalu mencuci tangan ketika ingin mengolah makanan tetapi tidak pakai sabun, 3 orang (30%) mengatakan kadang lupa mencuci tangan dan hanya 2 orang (20%) mengatakan setiap kali mengolah makanan selalu mencuci tangan pakai pakai sabun Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Hubungan Perilaku Ibu dalam Mencuci Tangan Pakai Sabun dengan Kejadian Diare pada Anak Usia Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Pekauman Banjarmasin Tujuan penelitian menganalisa hubungan perilaku ibu dalam mencuci tangan pakai sabun dengan kejadian diare pada anak usia bulan di wilayah kerja Puskesmas Pekauman Banjarmasin BAHAN DAN METODE Jenis penelitian survei analitik dengan desain cross sectional. Populasi adalah seluruh ibu dari anak usia bulan di wilayah kerja Puskesmas Pekauman Banjarmasin tahun 2015 sebanyak 598 orang dan sampel yang diambil berjumlah 86 orang dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling. Variabel independen adalah perilaku ibu dalam mencuci tangan pakai sabun sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah kejadian diare. Metode analisis data dalam penelitian ini meliputi: a. Analisis univariat Analisis univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian untuk mengetahui distribusi, frekuensi dan persentase dari tiap variabel yang diteliti. b. Analisis bivariat Analisa bivariat adalah analisa yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkolerasi 4

5 dengan menggunakan uji Chi-Square dengan tingkat kemaknaan α = 0,05 atau kerja Puskesmas Pekauman dilihat pada tabel 2. dapat tingkat kepercayaan 95%. HASIL 1. Analisis univariat a. Perilaku ibu dalam mencuci tangan pakai sabun di wilayah kerja Puskesmas Pekauman Banjarmasin Distribusi frekuensi perilaku ibu dalam mencuci tangan pakai sabun di wilayah kerja Puskesmas Pekauman Banjarmasin dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1 Distribusi Frekuensi Perilaku Responden dalam Mencuci Tangan Pakai Sabun di Wilayah Kerja Puskesmas Pekauman Banjarmasin Tahun 2016 No. Perilaku Mencuci Tangan Pakai Sabun Frekuensi (n) Persentase (%) 1 Baik 18 20,9 2 Cukup 51 59,3 3 Kurang 17 19,8 Jumlah Berdasarkan tabel 1 didapatkan bahwa responden sebagian besar memiliki perilaku mencuci tangan pakai sabun kategori cukup sebanyak 51 orang (59,3%). b. Kejadian diare pada anak usia tahun di wilayah kerja Puskesmas Pekauman Banjarmasin Distribusi frekuensi kejadian diare pada anak usia tahun di wilayah Tabel 2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kejadian Diare pada Anak Usia Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Pekauman Banjarmasin Tahun 2016 No. Kejadian Diare Frekuensi Persentase (n) (%) 1 Tidak diare 46 53,5 2 Diare 40 46,5 Jumlah Berdasarkan tabel 2 didapatkan bahwa responden sebagian memiliki anak yang mengalami diare yaitu 40 orang (46,5%). 2. Analisis bivariat Analisis hubungan perilaku ibu dalam mencuci tangan pakai sabun dengan kejadian diare pada anak usia bulan di wilayah kerja Puskesmas Pekauman Banjarmasin dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 3 Hubungan Perilaku Ibu dalam Mencuci Tangan Pakai Sabun dengan Kejadian Diare pada Anak Usia Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Pekauman Banjarmasin Tahun 2016 No. Perilaku Mencuci Tangan Pakai Sabun Tidak diare Kejadian Diare Diare Jumlah n % n % n % 1 Baik 16 88,9 2 11, Cukup 27 52, , Kurang 3 17, , Jumlah 46 53, , p value = 0,000 Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa ibu yang mencuci tangan pakai sabun kategori baik sebagian besar 5

6 memiliki anak yang tidak mengalami diare yaitu sebanyak 16 orang (88,9%), ibu yang mencuci tangan pakai sabun kategori cukup sebagian besar memiliki anak yang tidak mengalami diare yaitu sebanyak 27 orang (52,9%) sedangkan ibu yang mencuci tangan pakai sabun dengan kategori kurang sebagian besar mengalami diare yaitu sebanyak 14 orang (82,4%). Hasil uji statistik Chi-Square didapatkan p = 0,000 maka p < α maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima artinya ada hubungan perilaku ibu dalam mencuci tangan pakai sabun dengan kejadian diare pada anak usia bulan di wilayah kerja Puskesmas Pekauman Banjarmasin. PEMBAHASAN 1. Perilaku ibu dalam mencuci tangan pakai sabun di wilayah kerja Puskesmas Pekauman Banjarmasin Hasil penelitian didapatkan bahwa ibu di wilayah kerja Puskesmas Pekauman Banjarmasin sebagian besar memiliki perilaku mencuci tangan pakai sabun kategori cukup sebanyak 51 orang (59,3%). Hasil penelitian tersebut dapat menggambarkan bahwa sebagian besar ibu masih tidak melakukan cuci tangan pakai sabun dalam kegiatannya sehari-hari. Cuci tangan harus dilakukan karena tangan adalah anggota tubuh yang paling sering berhubungan langsung dengan mulut sehingga harus senantiasa dijaga kebersihannya, khususnya di waktu-waktu penting, seperti sebelum menyiapkan makan dan setelah responden dari toilet. Tangan adalah bagian tubuh kita yang paling banyak tercemar kotoran. Ketika memegang sesuatu, tentu ada bibit penyakit yang melekat pada kulit tangan kita. Setelah memegang pintu kamar kecil, saat mengeringkan tangan dengan lap di dapur, memegang uang, memegang sapu dan lainnya, tangan hampir pasti tercemar bibit penyakit jenis apa saja. Kebiasaan mencuci tangan dengan sabun adalah bagian dari perilaku hidup sehat. Kedua tangan sangat penting untuk membantu menyelesaikan berbagai pekerjaan. Makan dan minum sangat membutuhkan kerja dari tangan. Jika 6

7 tangan bersifat kotor, maka tubuh sangat beresiko masuknya mikroorganisme. Cuci tangan dapat berfungsi untuk menghilangkan atau mengurangi mikroorganaisme yang menempel di tangan. Cuci tangan harus dilakukan dengan menggunakan air bersih dan sabun. Air yang tidak bersih banyak mengandung kuman dan bakteri penyebab penyakit, bila digunakan kuman berpindah ke tangan. Saat seseorang makan, kuman dengan cepat masuk ke dalam tubuh, yang bisa menimbulkan penyakit. Sabun dapat membersihkan kotoran dan kuman masih tertinggal di tangan (Proverawati dan Rahmawati, 2012). Kebersihan perseorangan terutama kebersihan tangan seharusnya mendapatkan prioritas yang tinggi namun sering disepelekan. Tangan yang kotor atau terkontaminasi dapat memindahkan bakteri dan virus patogen dari tubuh, feses atau sumber lain ke makanan. Pencucian tangan dengan sabun sebagai pembersih, penggosokan, dan pembilasan dengan air yang mengalir akan menghanyutkan partikel kotoran yang banyak mengandung mikroorganisme (Ferliando, 2014). Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Aprizar (2013) yang menyatakan bahwa sebagian besar ibu di Desa Rumbio Wilayah Kerja Puskesmas Kampar Riau memiliki perilaku cuci tangan pakai sabun dengan kategori cukup sebanyak 106 orang (57%). 2. Kejadian diare pada anak usia bulan di wilayah kerja Puskesmas Pekauman Banjarmasin Hasil penelitian didapatkan bahwa responden sebagian memiliki anak yang mengalami diare yaitu 40 orang (46,5%). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa masih terdapat responden yang memiliki anak yang buang air besarnya lebih dari 3 kali dalam sehari dan bentuk dari tinjanya lebih cair dari biasanya. Penyakit diare sering dialami anak usia bulan dan terjadi kapan saja tanpa diduga. Anak terkena diare memiliki tanda yaitu frekuensi buang air besar lebih dari 3 kali dalam 24 jam dengan memperhatikan bentuk feses anak tersebut. 7

8 Anak yang tinjanya berair maka sudah dipastikan anak terkena diare. Diare dapat membahayakan anak bahkan dapat menyebabkan kematian oleh sebab itu ibu harus cepat mengatasi apabila anak mengalami penyakit diare. Para ibu perlu tahu bagaimana ciri, penyebab serta mengatasi diare pada anak usia bulan. Penyakit diare suatu keadaan bertumpuknya cairan di usus akibat terganggunya penyerapan air yang lebih utama disebabkan karena virus (lebih dari 70%), biasanya disertai infeksi saluran mengalami diare yaitu sebanyak 20 orang (46,5%). 3. Hubungan perilaku ibu dalam mencuci tangan pakai sabun dengan kejadian diare pada anak usia bulan di wilayah kerja Puskesmas Pekauman Banjarmasin Hasil penelitian didapatkan bahwa ibu yang mencuci tangan pakai sabun kategori baik sebagian besar memiliki anak yang tidak mengalami diare yaitu sebanyak 16 orang (88,9%), ibu yang mencuci tangan pakai sabun kategori cukup sebagian besar memiliki anak yang tidak mengalami diare yaitu sebanyak 27 orang pernapasan (ISPA) sehingga anak-anak (52,9%) sedangkan ibu yang mencuci yang sedang dijangkiti diare diikuti oleh bakteri dan tenggorokan merah serta infeksi telinga. Pemaparan racun mikroba dapat berlanjut ke saluran cerna seperti juga penyakit kolera dan thypus karena disebabkan oleh kegiatan kuman atau bakteri (Abata, 2014). Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Wilyandari (201) yang menunjukkan bahwa balita di Desa Pringapus Kecamatan Pringapus sebagian tangan pakai sabun dengan kategori kurang sebagian besar mengalami diare yaitu sebanyak 14 orang (82,4%). Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Apriza (2015) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara perilaku cuci tangan ibu pakai sabun dengan kejadian diare pada balita usia bulan di Desa Rumbio Wilayah Kerja Puskesmas Kampar Riau dengan nilai p < 0,000. 8

9 Responden (ibu) yang melakukan cuci tangan pakai sabun dengan sabun maka dapat bermanfaat untuk mencegah penyakit diare pada anaknya. Ibu sebelum memberi makan anak atau memegang makanan responden harus selalu mencuci tangan terlebih dahulu, hal tersebut dilakukan karena makanan akan dikonsumsi dan masuk dalam tubuh anak sehingga jika responden tidak mencuci tangan terlebih dahulu kuman akan masuk ke dalam tubuh anak dan mereka akan mudah terserang penyakit diare. Perilaku ibu yang kurang dala mencuci tangan pakai sabun maka menyebabkan anak akan cenderung mengalai diare. Responden yang kurang mencuci tangan tentunya kuman penyebab diare akan tetap menempel di tangan dan ketika ibu menyiapkan makanan anak maka makanan tersebut akan terkontaminasi kuman sehingga anak mengalami diare. adalah kebersihan utama yang harus dijaga, karena tangan adalah bagian dari tubuh yang sering digunakan untuk melakukan kontak, sehingga tangan adalah salah satu perantara kuman atau penyakit untuk masuk ke tubuh anak. Menurut Proverawati dan Rahmawati (2012) cuci tangan dapat berfungsi untuk menghilangkan atau mengurangi kuman, bakteri dan virus yang menempel di tangan, dapat bermanfaat untuk mengajarkan anak-anak dan seluruh keluarga hidup sehat sejak dini. Kebiasaan cuci tangan sebelum makan memakai air dan sabun dapat mencegah penyakit infeksi. Cuci tangan sangat berguna untuk membunuh kuman penyakit seperti diare. Setiap anggota keluarga harus mencuci tangan dengan menggunakan air bersih dan sabun karena apabila menggunakan air yang tidak bersih maka kuman dan bakteri yang terdapat di air tersebut akan Banyak responden (ibu) berpindah ke tangan sehingga dapat menyatakan melakukan cuci tangan ketika melihat tangan mereka kotor. Tangan berisiko menimbulkan penyakit, selain itu mencuci tangan harus pakai sabun agar 9

10 kotoran dan kuman tidak tertinggal di tangan (Maryunani, 2013) Seseorang yang mencuci tangan pakai sabun dapat mencegah diare, mencuci tangan pakai sabun sangat efektif untuk mencegah diare dibandingkan dengan perilaku hidup sehat lainnya. Tingkat kefektifan mencuci tangan dengan sabun dalam penurunan angka penderita diare dalam persen menurut tipe inovasi pencegahan adalah: mencuci tangan dengan sabun (44%), pengguna an air olahan (39%), sanitasi (32%), pendidikan kesehatan (28%), penyediaan air (25%), sumber air yang diolah (11%) (Indriyani, 2014). Petugas kesehatan hendaknya meningkatkan pendidikan kesehatan karena mengingat banyaknya ibu dari anak usia bulan yang masih memiliki pendidikan rendah maka diharapkan penyuluhan dilakukan dengan cara yang mudah dipahami oleh masyarakat setempat yaitu melalui demonstrasi maupun pemasangan poster dan leaflet. Menurut berusaha membantu orang-orang mengontrol kesehatan mereka sendiri dengan mempengaruhi, memungkinkan dan menguatkan keputusan atau tindakan sesuai dengan nilai dan tujuan mereka sendiri. Umumnya dalam proses promosi atau pendidikan kesehatan tidak secara langsung disampaikan melainkan menggunakan bantuan media. Salah satu media promosi kesehatan adalah leaflet. Kegunaan leaflet antara lain mengingat kembali tentang hal-hal yang telah diajarkan atau dikomunikasikan, diberikan sewaktu kampanye untuk memperkuat ide yang telah disampaikan dan ntuk memperkenalkan ide-ide baru kepada orang banyak (Mubarak, 2011). UCAPAN TERIMA KASIH Saya sangat berterima kasih kepada STIKES Sari Mulia Banjarmasin yang telah memberikan saya surat izin untuk melakukan penelitian, dan ucapan terima kasih kepada Puskesmas Pekauman Banjarmasin yang telah memberikan izin serta tempat untuk melakukan penelitian. Maulana (2014) pendidikan kesehatan 10

11 DAFTAR PUSTAKA Abata, Q. A Ilmu Penyakit Dalam. Madiun: Yayasan PP Al-Furqon. Alhidayah, N. S Hubungan kebiasaan mencuci tangan dengan perilaku ibu dalam pencegahan diare pada balita di Puskesmas Gamping 1 Yogayakarta. Vol. I (1) Apriza Hubungan perilaku cuci tangan pakai sabun dengan kejadian diare pada balita usia bulan di Desa Rumbio Wilayah Kerja Puskesmas Kampar Riau. Vol. VI (1) Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin Jumlah Kasus Diare Tahun Banjarmasin: Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin. Firdaus Mothers hand washing practice and diarrhea cases in children under five in Baleendah, Bandung. Vol. II (2) Ferliando, H. T Hubungan antara sanitasi lingkungan dan personal hygiene ibu dengan K=kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Mangkang. Vol. I (1) Indriyani, Y. C Hubungan sosialisasi kebiasaan cuci tangan dalam keluarga dengan praktik cuci pada anak pra sekolah di Taman Kanak-Kanak Desa Tegalsari Kecematan Kandeman Kabupaten Batang. Vol. I (1) Kementerian Kesehatan RI Buku saku petugas kesehatan lima langkah tuntaskan diare [Internet]. Tersedia dalam: [diakses tanggal 10 November 2015] Kementerian Kesehatan RI Peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor: 2269/MENKES/PER/XII/2011 [Internet]. Tersedia dalam [diakses tanggal 14 November 2015]. Kementerian Kesehatan RI Riset kesehatan dasar tahun 2013 [Internet]. Tersedia dalam: [diakses tanggal 14 November 2015]. Kementerian Kesehatan RI. (2011). Buku Saku Petugas Kesehatan Lima Langkah Tuntaskan Diare [Internet], tersedia dalam: [diakses tanggal 10 November 2015] Kementerian Kesehatan RI Info data perilaku mencuci tangan pakai sabun di Indonesia [Internet]. Tersedia dalam: [diakses tanggal 10 November 2015]. Maryunani, A Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Jakarta: TIM. Maulana Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC. Mubarak, W. I Promosi Kesehatan untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika. Musliha Keperawatan Gawat Darurat. Yogyakarta: Nuha Medika. Nakita Pentingnya cuci tangan pakai sabun [Internet]. Tersedia dalam: [diakses tanggal 13 Februari 2016]. Proverawati., Rahmawati Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Yogayakarta: Nuha Medika. Utomo, A. M. (2012). Hubungan perilaku cuci tangan pakai sabun (CTPS) dengan kejadian diare anak usia sekolah di SDN 02 Pelemsengir Kecamatan Todanan Kabupaten Blora. Vol. VI (1) Wilyandari, B. L Hubungan sanitasi lingkungan keluarga dengan kejadian diare pada balita di Desa Pringaous Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang. Vol. I (2)

12 World Health Organization (WHO) Hand hygiene: why, how & when? [Internet]. Tersedia dalam: ygiene_why_how_and_when_brochur e.pdf [diakses tanggal 04 Desember 2015]. 12

Anwar Hadi *, Umi Hanik Fetriyah 1, Yunina Elasari 1. *Korespondensi penulis: No. Hp : ABSTRAK

Anwar Hadi , Umi Hanik Fetriyah 1, Yunina Elasari 1. Korespondensi penulis: No. Hp : ABSTRAK