Kata Pengantar Ketua Bagian/SMF Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/ RSUP Sanglah Denpasar
|
|
- Hendri Gunawan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1
2 Kata Pengantar Ketua Bagian/SMF Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/ RSUP Sanglah Denpasar Om Swastyastu, Salam sejahtera untuk kita semua Puji syukur kami panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas anugerah-nya kami dapat merampungkan penyusunan buku prosiding dalam rangka Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan (PKB) Obstetri dan Ginekologi ke-8. Ilmu kedokteran merupakan ilmu yang dinamis dan senantiasa berkembang pesat. Untuk itu, adalah kewajiban bagi para klinisi untuk terus mengikuti perkembangan tersebut dan meningkatkan pengetahuan. Kami berharap, acara PKB ini dapat menjadi sarana bagi para ahli untuk berbagi pengetahuan terkini, serta menjadi ajang berbagi pengalaman antar praktisi kesehatan di bidang obstetri dan ginekologi. Demi mendukung hal tersebut, kami dengan bangga mempersembahkan buku prosiding Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan Obstetri dan Ginekologi ke-8 ini. Buku ini disusun oleh para ahli di bidangnya, dan memuat materi terkini pada topik masingmasing. Kami berharap buku ini dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi para peserta khususnya, dan tentunya bagi masyarakat luas. Akhir kata kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya atas dukungan berbagai pihak yang telah berperan dalam terlaksananya acara dan terbitnya buku prosiding ini. Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya bila terdapat kesalahan yang tentunya tidak kami sengaja. Om Shanti Shanti Shanti Om Denpasar, 4 Desember 2017 Tjokorda Gde Agung Suwardewa i
3 Daftar Isi Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii Kuliah Utama Fetomaternal... 1 Simposium I Tata Laksana Endometrioma... 8 Tatalaksana Nyeri pada Endometriosis Usia Remaja Simposium II Kualitas Hidup Pasien Kanker Serviks yang Dirawat di Ruang Cempaka Ginekologi RSUP Sanglah Denpasar Profil Ponek Rumah Sakit Umum Daerah di Provinsi Bali Simposium III Disfungsi Seksual Wanita pada Kehamilan dan Pasca Persalinan Vaginoplasti dari Perspektif Uroginekologi Rekonstruksi Simposium IV Pelayanan Kelainan Bawaan Terintegrasi Sanglah Birth Defect Integrated Centre (SIDIC) Deteksi Kelainan Bawaan Trimester 1 dan 2 Pada Faskes Primer dan Sekunder Simposium V Kanker Serviks : Misdiagnosis dan Pitfall dalam Praktik Sehari-Hari Vaksinasi Human Papiloma Virus: Perkembangan Terbaru Kuliah Utama Onkologi Simposium VI Tips dan Trik Mengatasi Kesulitan Operasi Ginekologi Operasi Ginekologi: Masalah dan Komplikasi Simposium VII Kolpokleisis Total ii
4 Penanganan Operatif Inkontinensia Urine Tipe Stres Simposium VIII Penggunaan Klomifen Sitrat dalam Induksi Ovulasi Ketika Memilih Inseminasi Intra Uterine sebagai Upaya Membantu Kehamilan Tatalaksana Infertilitas pada Sindrom Ovarium Polikistik Simposium IX Perdarahan Pasca Persalinan sebagai Penyebab Utama Kematian Maternal (Kasus Obstetri Langsung) di Provinsi Bali Tahun Breaking Medical Bad News: Application to the Patient with Gynecologic Malignancies Simposium X Pertumbuhan Janin Terhambat (Dari A-Z Pengaruh Maternal Metabolic Disorders terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Fetus Skrining Diabetes Mellitus Gestasional iii
5 SIMPOSIUM VII PENANGANAN OPERATIF INKONTINENSIA URINE TIPE STRES I Gede Mega Putra Divisi Uroginekologi Rekonstruksi Bagian/SMF Obgin FK UNUD/RSUP Sanglah Denpasar Pendahuluan Berdasarkan kesepakatan ICS (International Continence Society) pada tahun 1996, inkontinensia urine adalah ketidakmampuan mengendalikan keluarnya urine, yang terlihat secara langsung dan menimbulkan dampak sosial dan hygiene bagi penderitanya (1). Berdasarkan definisi tersebut, maka diagnosis inkontinensia urine harus ditegakan di klinik setelah dilakukan pemeriksaan oleh dokter atau tenaga kesehatan yang lain. Angka kejadian inkontinensia urine dilaporkan sangat rendah, karena sebagian besar kasus inkontinensia urine ini tersembunyi pada populasi umum. Di Negara yang pelayanan kesehatan sudah baik saja, hanya 20 persen perempuan dengan keluhan berkemih yang tidak terkendali yang datang mencari pertolongan medis, sementara sebagian besar dari mereka menganggap keluhan ini sudah wajar akibat usia yang makin tua, karena melahirkan anak beberapa kali, atau karena pekerjaan berat. Bahkan ada yang tidak mencari pertolongan ke tenaga kesehatan, karena menganggap keluhan inkontinensia urine ini tidak mungkin diobati atau tidak mungkin disembuhkan (2). Pada tahun 2002, ICS menyampaikan definisi yang lain, Inkontinensia urine adalah keluarnya urine yang tidak dapat dikendalikan (Haylen et al, 2002). Setiap orang yang tidak mampu menahan atau mengendalikan keluarnya urine digolongkan sebagai inkontinensia urine. Dengan definisi ini 251
6 prevalensi penderita perempuan penderita inkontinensia urine bisa diketahui dengan penelitian menggunakan kuisioner. Penelitian yang berbasis populasi diharapkan dapat menggambarkan prevalensi kasus inkontinensia urine dengan lebih baik (1,2). Inkontinensia urine digolongkan menjadi beberapa jenis berdasarkan mekanisme pathogenesis, keluhan, dan penanganannya. Pembagian yang sering ditulis oleh para ahli adalah inkontinensia urine tipe stress, inkontinensia urine tipe urge dan inkontinensia urine campuran atau mixed. Inkontinensia urine tipe stress adalah keluarnya urine yang tidak terkendali karena peningkatan tekanan intra abdomen seperti batuk, bersin, atau tertawa, tanpa adanya kontraksi dari otot detrusor. Inkontinensia urine tipe urge adalah keluarnya urine yang tak dapat dikendalikan oleh karena timbulnya keinginan berkemih yang mendadak, biasanya karena kapasitas kandung kemih yang kecil dan hiperaktif dari otot detrusornya. Inkontinensia tipe mixed atau campuran adalah keluhan keluarnya urine yang tak terkendali akibat hiperaktif detrusor dan juga provokasi oleh tekanan intraabdomen. Selain ketiga jenis ini, ada juga beberapa jenis inkontinensia yang lain, seperti inkontinensia kontinyu, transient, fungsional, dan inkontinensia overflow (1,3,4). Inkontinensia urine memang tidak berdampak langsung pada ancaman keselamatan nyawa penderitanya, tapi sangat mengganggu aktivitas keseharian, kontak sosial, ketidak nyamanan yang menetap, sehingga sangat mengganggu kualitias hidup penderitanya. Inkontinensia tipe stress adalah jenis yang paling sering terjadi pada perempuan, yaitu sekitar 40-50% dari seluruh kejadian inkontinensia urine. Penanganan secara konservatif dengan latihan otot dasar panggul sudah dibuktikan memberikan hasil yang memuaskan, jika penderita didiagnosis pada derajat yang masih ringan. Sebagian besar 252
7 penderita inkontinensia urine datang menemui tenaga medis pada keadaan atau derajat yang sudah berat, sehingga penanganan konservatif akan lebih sulit. Pada kondisi inilah dibutuhkan kemampuan tenaga medis yang kompeten untuk melakukan penanganan operatif pada perempuan dengan inkontinensia urine tipe stress (2,4). Inkontinensia urine tipe stress Inkontinensia urine tipe stress adalah keluarnya urine yang tidak dapat dikendalikan, yang diprovokasi oleh peningkatan tekanan intra abdomen seperti batuk, bersin, tertawa, atau mengangkat beban berat. Pada inkontinensia urine tipe stress ini kapasitas kandung kemihnya dalam batas normal dan volume residual urine juga normal. Berdasarkan pathogenesis dan penyebabnya, Inkontinensia urine tipe stress terbagi menjadi 2, yaitu (5) : 1. Stress Urinary Incontinence (SUI) jenis hipermobilitas. Inkontinensia urine ini disebabkan oleh terjadinya kelemahan pada jaringan penyangga uretra dan blader neck, sehingga saat terjadi peningkatan tekanan intra abdomen terjadi pelebaran sudut uretrovesika, yang mengakibatkan rendahnya tekanan penutupan uretra, dan urine mudah keluar melalui uretra. Jaringan penyangga urtera terdiri dari otot levator ani, fascia puboservikalis, arkus tendineus fascia pelvik (ATFP), dan ligamentum pubouretralis. Kelemahan jaringan ini umumnya terjadi karena kehamilan dan persalinan, pekerjaan dan aktivitas yang menyebabkan peningkatan tekanan intra abdomen secara terus menerus, obesitas, umur tua dan menopause. Faktor risiko SUI tipe hipermobilitas ini sama dengan disfungsi dasar panggul yang lain, seperti prolaps organ panggul. Pada pemeriksaan fisik SUI tipe hipermobilitas, ditemukan terjadinya penurunan blader neck, yang diketahui dengan pemeriksaan Q-tip tes, Boney tes, 253
8 atau dengan pemeriksaan ultrasonografi blader neck secara translabial. 2. Stress Urinary Incontinence (SUI) jenis intrinsic sphincteric deficiency (ISD). Pada SUI jenis ISD ini, keluarnya urine yang tidak terkendali disebabkan oleh terjadinya kelemahan spingter uretra interna. Spingter uretra interna dibentuk oleh mukosa dan submukosa uretra, yang tersusun secara berlipat-lipat sehingga kedua lapisan ini membuat muara uretra menjadi waterseal. Lapisan mukosa dan submukosa yang menjadi spingter interna uretra inilah yang membuat tekanan penutupan uretra lebih tinggi dibandingkan tekanan intra vesika, sehingga urine tidak keluar tanpa kendali. Kerusakan atau kelemahan pada spingter uretra interna akan menyebabkan terjadinya inkontinensia urine yang dipicu oleh batuk, bersin, tertawa, atau aktivitas lain yang meningkatkan tekanan intra abdomen. Kerusakan atau kelemahan ini bisa terjadi akibat penggunaan kateter menetap dalam waktu yang lama, penggunaan instrumen urologi yang invasif, kemoterapi, radioterapi, invasi keganasan, atau kondisi menopause. Patogenesis inkontinensia urine tipe stress Proses berkemih yang normal terjadi karena interaksi kompleks antara otot detrusor dan sistem persarafan. Urine keluar dari vesika urinaria melewati uretra karena tekanan intra vesika yang lebih tinggi daripada tekanan penutupan uretra. Tekanan intra vesika ditentukan oleh tekanan otot detrusor dan tekanan intra abdomen. Tekanan penutupan uretra ditentukan oleh faktor intrinsik, yaitu mukosa dan submukosa uretra dan faktor ekstrinsik, yang terdiri dari otot levator ani, dinding vagina anterior, arkus tendineus fascia pelvik dan ligamentum pubo uretralis. Dalam keadaan kandung kemih yang kontinen, tekanan intra vesika selalu lebih rendah daripada tekanan 254
9 penutupan uretrea, sehingga tidak terjadi keluarnya urine yang tak terkendali (6). Pada inkontinensia urine tipe stress, tekanan intra vesika melebihi tekanan penutupan uretra yang diakibatkan oleh peningkatan mendadak tekanan intra abdomen tanpa adanya kontraksi otot detrusor. Dalam kondisi normal, tekanan penutupan uretra pada perempuan sekitar cm H2O. tekanan ini akan makin rendah dengan semakin tuanya umur perempuan tersebut. Kerusakan penyangga uretra secara intrinsic dan ekstrinsik merupakan penyebab dari terjadinya inkontinensia urine tipe stress (6,7). Penanganan inkontinensia urine tipe stress Memahami pathogenesis terjadinya inkontinensia urine tipe stress tersebut, tentu memberi gambaran bagaimana penanganannya. Penanganan inkontinensia urine tipe stress adalah dengan mengurangi atau menghilangkan faktor-faktor pemicu tekanan intra abdomen, dan memperbaiki kerusakan jaringan penyangga uretra. Pendekatan penanganan inontinensia urine tipe stress ini bisa secara konservatif dan juga secara operatif (1,4). Penaganan secara konservatif memberikan perbaikan keluhan dan kepuasan yang cukup tinggi, maka penanganan konservatif selalu menjadi pilihan pertama penanganan SUI ini. Kasus-kasus SUI yang mengalami perbaikan bermakna pada penanganan konservatif ternyata hanya kasus SUI derajat ringan sampai sedang, sementara kasus SUI derajat berat tingkat keberhasilannya rendah. Beberapa jenis penanganan SUI secara konservatif, adalah sebagai berikut (4,7) : Pelvic floor muscle exercise Biofeedback Electrical stimulation Vaginal cones 255
10 Pesarry Behavioral and lifestyle interventions Pharmacologic management Penanganan Operatif Inkontinensia urine tipe stress Dilaporkan lebih 150 jenis prosedur operatif untuk penanganan SUI pernah dilakukan oleh para klinisi, tetapi hanya beberapa prosedur yang masih dikerjakan dan dipublikasi sampai sekarang. Eksistensi dari prosedur operatif perbaikan SUI yang masih dikerjakan sampai sekarang dipengaruhi oleh inovasi tehnik operasi, kepuasan jangka panjang dari penderita yang pernah menjalani operasi, rendahnya angka komplikasi dan kurang invasifnya tindakan operasi tersebut. Pendekatan operatif dalam penanganan SUI bisa secara pervaginam atau bisa juga secara retropubik. Indikasi dari penanganan operatif SUI adalah kegagalan penanganan konservatif dan SUI derajat berat (5). Bedasarkan Integral theory penyangga dasar panggul dari Papa petros, keberhasilan operasi perbaikan SUI ditentukan oleh perbaikan jaringan penyangga uretra (support hammock underneath the urethra). Kembali kuatnya jaringan penyangga uretra membuat blader neck dan uretra akan relatif stabil pada posisinya walaupun mengalami tekanan saat terjadi peningkatan tekanan intra abdomen. Beberapa tindakan operatif ini bertujuan memperkuat jaringan penyangga uretra yang lemah atau mengalami hipermobilitas, dan beberapa tidakan operatif terbaru melakukan penggantian jaringan penyangga yang rusak tersebut dengan jaringan fascia dari bagian tubuh yang lain atau dengan jaringan sintetik (mesh) (5,6). Sampai saat ini lebih dari tindakan operasi perbaikan SUI sudah dikerjakan di Amerika Serikat. Sekitar tindakan adalah prosedur retropubik, dan
11 tindakan berupa pemasangan sling. Pada prosedur pemasangan sling, terdiri dari sling uretra proksimal dan miduretral sling. Operasi perbaikan SUI dengan menggunakan miduretral sling, sampai sekarang merupakan gold standar penanganan SUI, karena (4,5,7) : Minimal invasive, karena insisi yang kecil dan rata-rata kehikangan darah sekitar 75 ml. Tindakan relative cepat, yaitu kurang dari 30 menit dan bisa dilapukan secara poliklinis. Bisa dipelajari oleh para uroginekologist dengan lebih cepat. Sudah dibuktikan efektivitasnya dengan data keberhasilan dalam waktu yang cukup lama (TVT sekitar 15 tahun). Tingkat kesembuhan yang tinggi. Pemulihan cepat, bisa beraktivitas normal setelah 1-2 minggu. Komplikasi operasi relative rendah. Berikut ini akan dibahas beberapa prosedur operasi perbaikan SUI yang masih dikerjakan oleh para ahli uroginekologi. Kolporafi anterior dengan Kelly plication Operasi Plikasi Kelly dengan kolporafi anterior ini pertama kali dikerjakan oleh Howard Kelly pada tahun Tindakan ini bertujuan menopang vesika urinaria dan blader neck sehingga mencegah atau mengurangi keluarnya urine saat batuk atau bersin. Prosedur ini umumnya dilakukan pada SUI yang disertai dengan prolapse dinding vagina anterior, sehingga dapat dilakukan aproksimasi dari fascia puboservikalis yang akan memperbaiki posisi vesika urinaria dan memfiksasi blader neck. Keberhasilan operasi kolporafi anterior dengan plikasi Kelly ini tergantung pengalaman dan 257
12 ketrampilan operator, tetapi dilaporkan sekitar 59-69% pada tahun pertama. Dalam 5 tahun berikutnya mulai terjadi rekurensi. Karena itu tindakan operasi kolporafi anterior ini sudah bukan merupakan pilihan lagi untuk perbaikan SUI (6). Prosedur operatif kolporafi anterior secara Kelly plication (modified): o Dinding vagina anterior diinjeksi submukosa dengan NaCl 0,9% atau dengan epineprin yang diencerkan untuk hirodiseksi dan mengurangi perdarahan. o Dilakukan insisi sedalam submukosa vagina mulai daerah blader neck (sekitar 3 cm proksimal muara uretra eksterna) sampai daerah perservikal ring. o Diseksi ke arah lateral sampai tampak fascia o puboservikalis. Urethrovesical junction berlokasi sekitar 4 cm dari meatus uretra eksterna, dapat juga diperkirakan dengan meraba balon kateter. Dilakukan penjahitan horizontal secara matras dibawah Urethrovesical junction dengan mendekatkan atau plikasi fascia puboservikalis sebanyak 2 atau 3 jahitan, sehingga blader neck terangkat dan terfiksasi. Penjahitan ini menggunakan benang delayed absorbable ukuran 2-0. o Dilanjutkan dengan kolporafi anterior untuk memperbaiki sistokel, agar dinding vagina anterior kembali menyangga uretra dengan baik. o Rapikan sisa mukosa dan submukosa vagina, dan tutup dengan jahitan kontinyu menggunakan benang PGA
13 Gambar 1. Kelly plication (8) Prosedur open retropubic urethropexy Tujuan utama dari operasi perbaikan SUI secara retropubik adalah untuk memperkuat, repair, dan melakukan penggantungan fascia endopelvik yang menyangga uretra dan blader neck. Prosedur ini menempatkan blader neck dan uretra proksimal pada posisi retropubik. Dengan mengembalikan posisi blader neck dan uretra proksimal diharapkan tidak terjadi mobilitas yang berlebihan saat peningkatan tekanan intra abdomen yang mendadak (7). Dikenal 2 jenis prosedur uretropeksi yang bisa dilakukan untuk perbaikan SUI, yaitu : 1. Operasi MMK (Marshall-Marchetii-Krantz). 2. Kolposuspensi Burch Kedua operasi ini melakukan pendekatan dengan membuka kavum Retzii melalui insisi secara pfaninsteel, sampai tampak 259
14 vesika urinaria, blader neck dan uretra proksimal. Pada prosedur MMK, penyangga blader neck dan uretra proksimal digantungkan ke periosteum simpisis pubis dengan menggunakan benang non absorbable. Sedangkan pada kolposuspensi Burch, dinding vagina anterior termasuk penyangga blader neck dan uretra proksima dijahitkan ke ligamentum Cooper kanan dan kiri. Perbedaannya dapat dilihat pada gambar berikut (8). Gambar 2. Prosedur Retropubik MMK dan Burch (8) Sebelum diperkenalkan operasi perbaikan SUI dengan sling pervaginam, operasi kolposuspensi Burch ini sempat menjadi pilihan utama pada prosedur operatif perbaikan SUI. Kolposuspensi Burch lebih banyak dipilih oleh para ahli uroginekologi karena komplikasi pasca operasi yang lebih ringan dibandingkan operasi MMK. Penggantungan penyangga blader neck dan uretra proksimal ke periosteum menyebabkan 260
15 nyeri pasca operasi yang lebih berat dan jumlah perdarahan yang lebih banyak. Dilaporkan tingkat keberhasilannya hamper sama antara kedua prosedur retropubik ini (7,8). Prosedur needle suspension Prosedur needle suspension atau needle urethropexy pertamakali dikerjakan oleh Pereyra pada tahun Beberapa modifikasi dari tindakan ini juga pernah dilakukan oleh beberapa ahli. Needle suspension secara Stamey, Raz dan bone fixation adalah beberapa jenis operasi ini. Tujuan dari operasi ini adalah menyokong uretra proksimal dan mencegah turunnya saat terjadi peningkatan tekanan intra abdominal. Prinsip utama operasi adalah mengikatkan fascia perivesika dan blader neck ke fascia rektus abdomen atau ke periosteum simpisis pubis (5,6). Prosedur needle suspension ini kurang popular dan berkembang, karena dinilai rumit dan tingkat keberhasilan yang kurang baik, serta komplikasi yang cukup banyak, terutama jika dibandingkan prosedur operasi retropubik. Tingkat kesembuhan dilaporkan sekitar 67-70% pada tahun pertama, dan lebih rendak pada pengamatan sampai 5 tahun setelah operasi. Prosedur operasi ini sampai sekarang kurang direkomendasikan untuk operatif perbaikan SUI (6). Proximal Suburethral sling Proximal Suburethral sling juga dikenal dengan traditional suburethral sling atau urethrovesical junction sling. Prosedur Suburethral sling ini hanya dikerjakan pada kasus SUI karena ISD atau pada SUI yang berulang, karena tingginya komplikasi pasca operasi, seperti retensio urine dan erosi sling. Prinsip operasi ini adalah membuat hammock dibawah uretra dan blader neck untuk mencegah turun atau berubahnya saluran ini saat terjadi peningkatan tekanan intra abdominal (6,9). 261
16 Prosedur operasi sling ini pertamaklai dikerjakan oleh Giordano pada tahun 1907 dengan menggunakan flap muskulus gracilis. Pada tahun 1942, Aldridge mulai melakukan sling fascia suburetra, yang modifikasinya dikerjakan sampai sekarang. Beberapa material biologis pernah digunakan sebagai sling pada prosedur ini, seperti fascia lata, fascia rektus abdominis, flap muskulus gracilis, ligamentum rotundum, dan lain-lain. Sedangkan material sintetik seperti, mersilene, nylon, marlex, polyproypylene, dan lain-lain. Para ahli uroginekologi akan menghindari menggunakan operasi sling sintetik ini pada kasus paenderita dengan riwayat mendapat paparan radiasi, riwayat erosi sling dan riwayat operasi pada uretra sebelumnya (4,6,9). Secara keseluruhan, keberhasilan operasi ini sekitar 82-90% pada 5 tahun pertama, dan makin berkurang dengan makin lamanya pengamatan. Pada kasus SUI karena ISD, angka keberhasilan prosedur sling proksimal ini sekitar 80-90%, lebih tinggi dibandingkan prosedur Burch dan sling miduretral. Tetapi tindakan sling proksimal ini tidak menjadi pilihan utama karena komplikasinya masih tinggi (6). Mid-urethral Tension-Free Slings Mid-urethral Tension-Free Slings juga dikenal sebagai minimally invasive mid-urethral sling (MIMUS), TVT, dan transobturator sling (TOT). Prosedur operatif ini mulai banyak dilakukan di Eropa dan bahkan sampai Amerika, dan sekarang menjadi pilihan pertama pada peananganan operasi SUI. Operasi ini diindikasikan pada SUI karena hipermobilitas, SUI karena ISD, inkontinensia urine campuran dengan dominan tipe stress. Kontra indikasi pada kasus overaktivitas detrusor yang berat, retensio urine, dan prolaps organ panggul derajat berat (6). 262
17 Berbagai prosedur sling mid-uretra yang telah dikerjakan pada SUI menunjukkan tingkat keberhasilan yang cukup tinggi dalam pengamatan 7 tahun pertama. Tingkat keberhasilan dilaporkan lebih tinggi pada SUI karena hipermobilitas dibandingkan SUI karena ISD. Rerata keberhasilan tindakan pada SUI karena hipermobilitas, lebih dari 90% pada tahun pertama dan 85% pada pengamatan 5-7 tahun. Kegagalan umumnya terjadi pada penderita SUI dengan penyakit paru obstruktif, asma, obesitas, dan penyakit penyerta lainnya (6). Operasi sling mid-uretral yang sekarang sering dikerjakan adalah TVT dan TOT. Kedua operasi ini menjadi pilihan pertama, walaupun tingkat keberhasilan yang hamper sama dengan kolposuspensi Burch, karena tindakan ini lebih cost effective, waktu operasi yang lebih singkat dan komplikasi yang lebih ringan. Mekanisme kerja dari sling mid-uretral ini kemungkinan adalah sebagai berikut (6) : o o o Membentuk formasi atau hammock di bawah uretra yang memberika kompresi sehingga terjadi oklusi uretra saat peningkatan tekanan intra abdomen Reformasi dari ligamentum pubouretralis pada miduretra yang diikuti terjadinya sokongan pada uretra saat terjadi tekanan tinggi pada uretra. Operasi ini mengakibatkan terjadinya inflamasi dan perubahan metabolic yang menyebabkan peningkatan kolagen dan penguatan pada ligamentum fascia puboservikalis dalam menyangga uretra. Perbedaan prosedur TVT dan TOT terletak pada area memfiksasi dari sling yang digunakan. Pada tindakan TVT sling menggantung mid-uretra kea rah pubis, sedangkan TOT mengarahkan sling melewati foramen obturatorius. 263
18 Tension Free Vaginal Tape (TVT) dan TOT TVT pertamakali dikerjakan di Swedia oleh Ulmsten, dan akhirnya berkembang luas di seluruh Eropa bahkan sampai ke Amerika menjadi tindakan perbaikan SUI yang paling aman dan tingkat keberhasilan yang cukup tinggi. Tindakan TVT ini bisa melalui 2 route tergantung tempat mulai memasukan trokard. Pertama adalah route suprapubik atau top-down approach, yaitu memasukkan trokard dar suprapubik dan diarahkan ke vagina di daerah mid-uretra. Sedangkan bottomup approach atau route vaginal, trokard dimasukkan mulai dari vagina. Sebelum mulai tindakan TVT, dibutuhkan pengosongan kandung kemih agar tidak terjadi cedera, karena sling akan menggantung uretra kea rah suprapubik. Disarankan juga untuk melakukan sistoskopi sebelum dan sesudah tindakan untuk menghindari komplikasi cedera kandung kemih yang mungkin terjadi (6,9). Pada prosedur TOT, sling digantung melewati foramen obturatorius, sehingga kemungkinan terjadinya cedera kandung kemih hamper tidak ada. Pendekatan pada TOT juga ada secara inside-out dan outside-in, yaitu arah mulai pemasangan sling dari vagina (area mid-uretra) ke inguinal melewati foramen obturatorius dan dari inguinal melalui foramen obturatorius kea rah vagina. Komplikasi yang mungkin terjadi pada tindakan ini adalah cedera arteri, vena atay nervus obturator yang lewat di foramen tersebut. Efek samping pasca operasi yang sering terjadi adalah adanya buttock pain pada minggu pertama setelanh tindakan. 264
19 Gambar 3. Prosedur TVT dan TOT (6) Tingkat keberhasilan yang dilaporkan pada kedua prosedur sling mid-uretra ini hamper sama. Tetapi dengan komplikasi yang lebih rendah dan biaya yang relative lebih ringan karena tidak perlunya tindakan sistoskopi, maka beberapa tahun terakhir para uroginekologist lebih memilih prosedur TOT sebagai tindakan operatif penanganan SUI. 265
20 Gambar 4. Polypropylene mesh untuk TOT (6) Masalah yang masih tersisa dari penanganan operatif SUI di Indonesia adalah masalah harga sling sintetik (mesh) yang relatif mahal dan belum tertanggung oleh asuransi kesehatan. Kemungkinan karena inkontinensia urine dan masalah dasar panggul yang lainnya belum menjadi prioritas pelayanan kesehatan di Indonesia. Seperti kita ketahui, inkontinensia urine dan disfungsi dasr panggul adalah masalah gangguan kualitas hidup perempuan. Bagaimanapun juga seorang dokter terutama dokter spesialis Obstetri dan Ginekologi diwajibkan mengerti bahwa wanita tidak hanya membutuhkan hidup yang panjang, tapi juga berkualitas. Karena wanita ingin dimengerti. DAFTAR PUSTAKA 1. Reynolds, W.S., Kaufman, M.R., Dmochoswki, R.D. Etiology and Epidemiology of Urinary Incontinence. In: Surgery for Urinary Incontinence. Elsevier Saunders, Halaman: Siddighi, S., Snowden, S.L. Epidemiology: Urinary Incontinence, Fecal Incontinence, and Pelvic Organ Prolapse. In: Urogynecology & Female Pelvic Reconstructive Surgery. Siddighi editor. McGraw-Hill Medical Publishing Division, P Chai, T.C., Gupta, G.N. Physiology of Lower Urinary Tract-Badder and Urethra. In: Ostegard s Urogynecology and Pelvic Floor Dysfunction. Sivth edition. Lippincott Williams&Wilkins, P: Scheufelle, L., Abraham, K. Conservative Therapy for Stress Incontinence. In: Ostegard s Urogynecology and 266
21 Pelvic Floor Dysfunction. Sivth edition. Lippincott Williams&Wilkins, P: Barber, M.D. Surgical Treatmen of Stress Incontinence. In: Ostegard s Urogynecology and Pelvic Floor Dysfunction. Sivth edition. Lippincott Williams&Wilkins, P: Siddighi, S. Surgical Management of Stress Urinary Incontinence: Vaginal Procedures. In: Urogynecology & Female Pelvic Reconstructive Surgery. Siddighi editor. McGraw-Hill Medical Publishing Division, P Siddighi, S. Surgical Management of Stress Urinary Incontinence: Open Retropubic Operation. In: Urogynecology & Female Pelvic Reconstructive Surgery. Siddighi editor. McGraw-Hill Medical Publishing Division, P Wheeless, C.R., Roenneburg, M.L. Retropubic Urethropexy: Mharsall-Marcetti-Krantz and Burch Operations. In: Atlas of Pelvic Surgery (online edition). Copyright - all rights reserved / Clifford R. Wheeless, Jr., M.D. and Marcella L. Roenneburg, M.D. 9. Arshiya, S., Noor, L., Rangaswamy, P.A., and Sundari, T. Etiology, Risk Factor, and Pathophysiology Stress Urinary Incontinence: A Review. International Research Journal of Biological Sciences. Vol. 4(6), 75-82, June (2015). 267
22 Hotel Sanur Paradise, Desember 2017 PKB8 -,Akreditasi 101 Nomen: 21/XI/2017/SKP/IDI-BALI(Peserta : 8 SKP,Pembicara: 8 SKP,Moderator: 2 SKP,Panitia: 1 SKP) -'_.t Ketua Bagian / SMF Obstetri dan Ginekologi FK U RSUPS UO dr. I Nyoman H riyasianjaya, Sp.OG(K), MARS
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prolaps organ panggul (POP) adalah turun atau menonjolnya dinding vagina ke dalam liang vagina atau sampai dengan keluar introitus vagina, yang diikuti oleh organ-organ
Lebih terperinciINKONTINENSIA URIN. Dr. Budi Iman Santoso, SpOG (K) Divisi Uroginekologi Rekonstruksi Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI/ RSCM Jakarta
INKONTINENSIA URIN Dr. Budi Iman Santoso, SpOG (K) Divisi Uroginekologi Rekonstruksi Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI/ RSCM Jakarta Inkontinensia urin dapat terjadi pada segala usia Asia Pasific
Lebih terperinciDEFINISI, KLASSIFIKASI DAN PANDUAN TATALAKSANA INKONTINENSIA URINE
DEFINISI, KLASSIFIKASI DAN PANDUAN TATALAKSANA INKONTINENSIA URINE Dr. Budi Iman Santoso, SpOG(K) Divisi Uroginekologi Rekonstruksi Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI/ RSCM Definisi Inkontiensia Urine
Lebih terperinciCurriculum Vitae. : Dr. BUDI IMAN SANTOSO, SpOG-K
Curriculum Vitae Nama Tempat & Tgl. Lahir Alamat Kantor : Dr. BUDI IMAN SANTOSO, SpOG-K : Jakarta, 5 September 1954 : Departemen Obstetri & Ginekologi FKUI/RSCM Gedung Administrasi Lt.3, Jl. Kimia II Jakarta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan seksual yang sehat dan memuaskan merupakan aspek terintegrasi dari kualitas hidup yang baik. Banyak faktor yang terlibat pada fungsi seksual termasuk fisiologis,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Disfungsi dasar panggul merupakan salah satu penyebab morbiditas yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Disfungsi dasar panggul merupakan salah satu penyebab morbiditas yang dapat menurunkan kualitas hidup wanita. Disfungsi dasar panggul memiliki prevalensi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Inkontinensia Urin 2.1.1 Definisi Inkontinensia urin (IU) oleh International Continence Society (ICS) didefinisikan sebagai keluarnya urin yang tidak dapat dikendalikan atau
Lebih terperinciOveractive Bladder. Dr. Budi Iman Santoso, SpOG(K)
Overactive Bladder Dr. Budi Iman Santoso, SpOG(K) Divisi Uroginekologi Rekonstruksi Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta Overactive Bladder Definisi Overactive
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jaringan lunak yang menyebabkan jaringan kolagen pada fasia, ligamen sekitar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selama kehamilan produksi hormon progesteron dan hormon relaksin meningkat sehingga menimbulkan efek negatif terhadap integritas struktur jaringan lunak yang menyebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. apabila terjadi kerusakan. Salah satu keluhan yang sering dialami lansia akibat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penuaan adalah proses penurunan secara bertahap kemampuan untuk mempertahankan struktur dan fungsi normal tubuh dan memulihkannya kembali apabila terjadi kerusakan.
Lebih terperinci: ENDAH SRI WAHYUNI J
PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN PELVIC FLOOR MUSCLE TREATMENT (PFMT) SECARA INDIVIDU DAN BERKELOMPOK TERHADAP INKONTINENSIA URIN PADA WANITA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DHARMA BAKTI SKRIPSI DISUSUN UNTUK MEMENUHI
Lebih terperinciPengkajian : Manifestasi klinis yang dapat ditemukan pada individu yang mengalami masalah eliminasi urine : 1. inkontinensia urine 2.
BLADDER TRAINING BLADDER TRAINING Bladder training biasanya dilakukan pada pasien yang mengalami perubahan pola eliminasi urin (inkontinensia) yang berhubungan dengan dysfungsi urologik. Pengkajian : Manifestasi
Lebih terperinciPREVALENSI DAN DAMPAK SOSIAL OVERACTIVE BLADDER
Curriculum Vitae Name: Dr. Budi Iman Santoso, SpOG(K) Education: FKUI tahun 1980 Pasca Sarjana Spesialis Obstetri Ginekologi FKUI tahun 1987 Konsultan Uroginekologi tahun 2003 Working Experience: 1989
Lebih terperinciAnatomi Dasar Panggul : Dibuat Mudah dan Sederhana. Dr. Budi Iman Santoso, SpOG(K)
Anatomi Dasar Panggul : Dibuat Mudah dan Sederhana Dr. Budi Iman Santoso, SpOG(K) OUTLINE: Tujuan Pendahuluan Tulang dan ligamen Otot-otot dasar panggul Jaringan Penyambung Viseral DeLancey Level Derajat
Lebih terperinciKanker Serviks. Cervical Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved
Kanker Serviks Kanker serviks merupakan penyakit yang umum ditemui di Hong Kong. Kanker ini menempati peringkat kesepuluh di antara kanker yang diderita oleh wanita dengan lebih dari 400 kasus baru setiap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tuntutan masyarakat akan peningkatan derajat kesehatan mereka juga meningkat.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan di Indonesia, maka tuntutan masyarakat akan peningkatan derajat kesehatan mereka juga meningkat. Pembangunan nasional
Lebih terperincicaesar (seksio sesarea) dengan segala pertimbangan dan risikonya (Manuaba, 2007).
A. Latar Belakang Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal. Persalinan normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia
Lebih terperinciReferat Fisiologi Nifas
Referat Fisiologi Nifas A P R I A D I Definisi Masa Nifas ialah masa 2 jam setelah plasenta lahir (akhir kala IV) sampai 42 hari/ 6 bulan setelah itu. Masa Nifas adalah masa dari kelahiran plasenta dan
Lebih terperinciPENGARUH LATIHAN OTOT DASAR PANGGUL TERHADAP PENCEGAHAN INCONTINENSIA URINE PADA IBU POST PARTUM DI RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH PALEMBANG
PENGARUH LATIHAN OTOT DASAR PANGGUL TERHADAP PENCEGAHAN INCONTINENSIA URINE PADA IBU POST PARTUM DI RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH PALEMBANG Murbiah PSIK STIKes Muhammadiyah Palembang Email : murbiah.husin@gmail.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Prolapsus uteri merupakan salah satu bentuk prolapsus organ panggul dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Prolapsus uteri merupakan salah satu bentuk prolapsus organ panggul dan merupakan suatu kondisi jatuh atau tergelincirnya uterus (rahim) ke dalam atau keluar melalui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kanker serviks (leher rahim) adalah salah satu kanker ganas yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kanker serviks (leher rahim) adalah salah satu kanker ganas yang menyerang wanita. Kanker ini adalah kanker ketiga yang umum diderita oleh wanita secara global
Lebih terperinciLITIGASI PENGGUNAAN TANDUR SINTETIK JARING VAGINA (VAGINAL MESH) BUDI IMAN SANTOSO, SpOG(K) Departemen Kebidanan dan Kandungan FKUI-RSCM
LITIGASI PENGGUNAAN TANDUR SINTETIK JARING VAGINA (VAGINAL MESH) BUDI IMAN SANTOSO, SpOG(K) Departemen Kebidanan dan Kandungan FKUI-RSCM POKOK BAHASAN PENDAHULUAN MESH PERLU / TIDAK? LITIGASI MENGAPA TERJADI?
Lebih terperinciTumor jinak pelvik. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi
Tumor jinak pelvik Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Definisi Massa pelvik merupakan kelainan tumor pada organ pelvic yang dapat bersifat jinak maupun ganas Tumor jinak pelvik
Lebih terperinciKanker Prostat. Prostate Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved
Kanker Prostat Kanker prostat merupakan tumor ganas yang paling umum ditemukan pada populasi pria di Amerika Serikat, dan juga merupakan kanker pembunuh ke-5 populasi pria di Hong Kong. Jumlah pasien telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan menyatakan bahwa pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat
Lebih terperinciBAB II PELAYANAN BEDAH OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan bedah atau tindakan di bidang obstetri dan ginekologi merupakan suatu tindakan kedokteran yang dibutuhkan untuk memungkinkan suatu tindakan operasi oleh dokter
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi adalah kesejahteraan fisik, mental, sosial yang utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi. 1 Pada saat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang dapat dilihat dari usia harapan hidup (UHH) (Mubarak,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan dan perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi merupakan hal yang saling berkaitan. Selama ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah memberikan
Lebih terperinciINKONTINENSIA URIN PADA WANITA
INKONTINENSIA URIN PADA WANITA 20 Maret 2008 dr. Budi Iman Santoso, SpOG(K) Divisi Uroginekologi Rekonstruksi Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia RS. Dr. Cipto
Lebih terperinciAnterior Colporrhaphy versus Transvaginal Mesh for Pelvic-Organ Prolapse
Anterior Colporrhaphy versus Transvaginal Mesh for Pelvic-Organ Prolapse LATAR BELAKANG Penggunaan jaring kit standar untuk perbaikan organ panggul prolaps telah menyebar pesat dalam beberapa tahun terakhir,
Lebih terperinciMeet The Expert Fertilitas & Praktik Obgyn Sehari-hari
Editor: Hanom Husni Syam Anita Rachmawati Cover dan layout: Edwin Kurniawan Diterbitkan oleh: Departemen/SMF Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran RSUP dr. Hasan Sadikin Jl.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dasar panggul adalah diafragma muskular yang memisahkan cavum pelvis di sebelah atas dengan ruang perineum di sebelah bawah. Sekat ini dibentuk oleh m. Levator ani,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. uteri. Hal ini masih merupakan masalah yang cukup besar dikalangan masyarakat Di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker serviks merupakan suatu pertumbuhan abnormal dari sel sel serviks uteri. Hal ini masih merupakan masalah yang cukup besar dikalangan masyarakat Di RSDK tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Papyrus Ebers (1550 SM), dengan terapi menggunakan buah beri untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebocoran urin merupakan keluhan terbanyak yang tercatat pada Papyrus Ebers (1550 SM), dengan terapi menggunakan buah beri untuk mengatasinya. Pada tahun 2001 Asia Pacific
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sering dijumpai di masyarakat dan praktek sehari-hari. Pada
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gangguan pemenuhan kebutuhan eliminasi urin pada usia lanjut merupakan salah satu keluhan utama dari demikian banyak masalah geriatrik yang sering dijumpai
Lebih terperinciTUGAS MANDIRI 1 Bladder Training. Oleh : Adelita Dwi Aprilia Reguler 1 Kelompok 1
TUGAS MANDIRI 1 Bladder Training Oleh : Adelita Dwi Aprilia 135070201111005 Reguler 1 Kelompok 1 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2015 1. Definisi Bladder
Lebih terperinciInkontinensia urin pada perempuan menopause
Maj Obstet 48 Suparman dan Rompas Ginekol Indones Inkontinensia urin pada perempuan menopause E. SUPARMAN J. ROMPAS Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi/ RSU Prof.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seorang ibu hamil. Persalinan normal adalah proses pengeluaran bayi dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persalinan merupakan salah satu pengalaman yang tidak terlupakan bagi seorang ibu hamil. Persalinan normal adalah proses pengeluaran bayi dengan usia kehamilan cukup
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. adalah persalinan sectio caesarea. Persalinan sectio caesarea adalah melahirkan janin
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hampir setiap wanita akan mengalami proses persalinan. Kodratnya wanita dapat melahirkan secara normal yaitu persalinan melalui vagina atau jalan lahir biasa (Siswosuharjo
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kista ovarium merupakan salah satu bentuk penyakit repoduksi yang banyak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kista ovarium merupakan salah satu bentuk penyakit repoduksi yang banyak menyerang wanita. Kista atau tumor merupakan bentuk gangguan yang bisa dikatakan adanya pertumbuhan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sistem Perkemihan 1. Definisi Sistem Perkemihan Sistem perkemihan merupakan suatu sistem organ tempat terjadinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit kanker merupakan suatu penyakit yang diakibatkan oleh pertumbuhan sel jaringan tubuh yang tidak terkontrol sehingga berubah menjadi sel kanker (1). Data Riset
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. metode deteksi dini yang akurat. Sehingga hanya 20-30% penderita kanker
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker ovarium (kanker indung telur) merupakan penyebab nomor satu dari seluruh kematian yang disebabkan kanker pada saluran reproduksi. Penderita kanker ini umumnya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 2006). Kateterisasi urin ini dilakukan dengan cara memasukkan selang plastik
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kateterisasi urin merupakan salah satu tindakan memasukkan selang kateter ke dalam kandung kemih melalui uretra dengan tujuan mengeluarkan urin (Brockop, 2006). Kateterisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan Seksual menurut World Health Organization (WHO), adalah suatu keadaan fisik, emosional,mental dan kesejahteraan sosial yang stabil yang berkaitan dengan seksualitas,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kanker serviks adalah kanker tersering nomor tujuh secara. keseluruhan, namun merupakan kanker terbanyak ke-dua di dunia pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kanker serviks adalah kanker tersering nomor tujuh secara keseluruhan, namun merupakan kanker terbanyak ke-dua di dunia pada wanita setelah kanker payudara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker merupakan penyakit tidak menular. Penyakit ini timbul akibat kondisi fisik yang tidak normal dan pola hidup yang tidak sehat. Kanker dapat menyerang berbagai
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. kehamilan ektopik yang berakhir dengan keadaan ruptur atau abortus. 12 Kehamilan
24 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Definisi Kehamilan Ektopik Terganggu Kehamilan ektopik merupakan kehamilan yang terjadi diluar rongga uteri. Lokasi tersering
Lebih terperinciAulia Rahman, S. Ked Endang Sri Wahyuni, S. Ked Nova Faradilla, S. Ked
Authors : Aulia Rahman, S. Ked Endang Sri Wahyuni, S. Ked Nova Faradilla, S. Ked Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau 2009 Files of DrsMed FK UR (http://www.files-of-drsmed.tk 0 PENDAHULUAN
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Proses Berkemih Reflek berkemih adalah reflek medula spinalis yang seluruhnya bersifat otomatis. Selama kandung kemih terisi penuh dan menyertai kontraksi berkemih, keadaan ini
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk meningkatkan kesehatan, aliran darah, elastisitas, dan relaksasi otot-otot. dasar panggul (Mongan, 2007, hlm 178).
14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pemijatan Perenium 1. Pengertian Pijat perineum adalah salah satu cara yang paling kuno dan paling pasti untuk meningkatkan kesehatan, aliran darah, elastisitas, dan relaksasi
Lebih terperincidisebabkan internal atau eksternal trauma, penyakit atau cedera. 1 tergantung bagian neurogenik yang terkena. Spincter urinarius mungkin terpengaruhi,
Fungsi normal kandung kemih adalah mengisi dan mengeluarkan urin secara terkoordinasi dan terkontrol. Aktifitas koordinasi ini diatur oleh sistem saraf pusat dan perifer. Neurogenic bladdre adalah keadaan
Lebih terperinci6.1 Kesimpulan Saran... DAFTAR PUSTAKA... LAMPIRAN... DAFTAR GAMBAR
DAFTAR ISI SAMPUL DALAM... i LEMBAR PENGESAHAN.... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii KATA PENGANTAR... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS... v ABSTRAK... vi ABSTRACT... vii RINGKASAN... viii SUMMARY...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sampai 6 gram. Ovarium terletak dalam kavum peritonei. Kedua ovarium melekat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ovarium merupakan kelenjar kelamin (gonad) atau kelenjar seks wanita. Ovarium berbentuk seperti buah almond, berukuran panjang 2,5 sampai 5 cm, lebar 1,5 sampai 3 cm
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persalinan merupakan kejadian fisiologi yang normal dialami oleh
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persalinan merupakan kejadian fisiologi yang normal dialami oleh seorang ibu berupa pengeluaran hasil konsepsi yang hidup didalam uterus melalui vagina ke dunia luar.
Lebih terperinciTujuan Asuhan Keperawatan pada ibu hamil adalah sebagai berikut:
ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL Tujuan Asuhan Keperawatan pada ibu hamil adalah sebagai berikut: a. Menentukan diagnosa kehamilan dan kunjungan ulang. b. Memonitori secara akurat dan cermat tentang kemajuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dispepsia menurut kriteria Rome III didefinisikan sebagai sekumpulan gejala yang berlokasi di epigastrium, terdiri dari nyeri ulu hati atau ketidaknyamanan, bisa disertai
Lebih terperinciKanker Serviks. 2. Seberapa berbahaya penyakit kanker serviks ini?
Kanker Serviks Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, penyakit kanker serviks merupakan penyebab utama kematian akibat kanker. Di dunia, setiap dua menit seorang wanita meninggal dunia akibat kanker
Lebih terperinciKanker Payudara. Breast Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved
Kanker Payudara Kanker payudara merupakan kanker yang paling umum diderita oleh para wanita di Hong Kong dan negara-negara lain di dunia. Setiap tahunnya, ada lebih dari 3.500 kasus kanker payudara baru
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Melemahnya kekuatan otot dasar panggul (ODP) dapat menyebabkan berbagai gejala yang mengganggu kualitas hidup dan merupakan masalah umum pada wanita dalam fungsi reproduksi,
Lebih terperinciSAKROKOLPOPEKSI DENGAN LAPAROSKOPI UNTUK PENANGANAN PROLAPS ORGAN PANGGUL
SAKROKOLPOPEKSI DENGAN LAPAROSKOPI UNTUK PENANGANAN PROLAPS ORGAN PANGGUL dr. Putu Doster Mahayasa, SpOG (K) BAGIAN/SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI FK UNUD / RSUP SANGLAH 2012 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI.....i
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tindakan operasi seksio sesaria menurut Sarwono (2008) dalam buku Ilmu
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tindakan operasi seksio sesaria menurut Sarwono (2008) dalam buku Ilmu Kebidanan merupakan proses persalinan dimana janin dilahirkan melalui insisi pada dinding perut
Lebih terperinci1. ATONIA UTERI. A. Pengertian
1. ATONIA UTERI A. Pengertian Atonia uteri adalah suatu kondisi dimana miometrium tidak dapat berkontraksi dan bila ini terjadi maka darah Kehamilan aterm aliran darah ke uterus sebanyak 500-800 cc/menit.
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN
33 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian a. Gambaran Karakteristik Responden Penelitian yang dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juni 2016 di RSUD dr. Iskak Tulungagung. Data hasil penelitian didapatkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. di negara berkembang. Di negara miskin, sekitar 25-50% kematian wanita subur
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah besar di negara berkembang. Di negara miskin, sekitar 25-50% kematian wanita subur disebabkan
Lebih terperinciFertilitas & Praktik Obgyn Sehari-hari
2nd Meet The Expert Fertilitas & Praktik Obgyn Sehari-hari Editor Wiryawan Permadi Hartanto Bayuaji Hanom Husni Syam Dian Tjahyadi Edwin Kurniawan Cover dan layout Edwin Kurniawan ii Diterbitkan oleh Departemen/SMF
Lebih terperinciSem 9 G M Q 79.3 K6 K6 K6 K6 P5.A3 P5.A3 P5.A3 P5.A5 P5.A5 P5.A Sem 3. Sem 5. Sem 4
MODUL GASTROSCHISIS KODE MODUL : MBA 010 A. Definisi Gastroschisis adalah kegagalan penutupan dinding perut dengan defek berada di sebelah kanan umbilikal cord (95% kasus) disertai dengan herniasi organ
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sehat adalah suatu keadaan yang tidak hanya bebas. dari penyakit dan kecacatan tetapi juga meliputi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sehat adalah suatu keadaan yang tidak hanya bebas dari penyakit dan kecacatan tetapi juga meliputi sejahtera secara fisik, mental, dan sosial (World Health Organization,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lain, dengan bantuan
Lebih terperinciMUHAMMAD PRABU ARYANDA J
HUBUNGAN USIA DENGAN LAMA RAWAT INAP PADA PASIEN HERNIA INGUINALIS LATERALIS REPONIBILIS YANG DILAKUKAN OPERASI HERNIOREPAIR DENGAN MENGGUNAKAN MESH DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2008-2009 SKRIPSI
Lebih terperinciABSTRAK (STUDI PUSTAKA) Inkontinensia Urin
ABSTRAK (STUDI PUSTAKA) Inkontinensia Urin Alita Agustina, 2003. Pembimbing: Aming Tohardi dr., MS., PAK Inkontinensia urin merupakan masalah kesehatan yang dapat dialami oleh semua golongan usia. Masalah
Lebih terperinciFistula Urethra Batasan Gambaran Klinis Diagnosa Penatalaksanaan
Fistula Urethra Batasan Fistula urethra adalah saluran yang menghubungka antara urehtra dengan organ-organ sekitar ynag pada proses normal tidak terbentuk. Fistula urethra dapat merupakan suatu kelainan
Lebih terperinciGANGGUAN MIKSI DAN DEFEKASI PADA USIA LANJUT. Dr. Hj. Durrotul Djannah, Sp.S
GANGGUAN MIKSI DAN DEFEKASI PADA USIA LANJUT Dr. Hj. Durrotul Djannah, Sp.S Secara biologis pada masa usia lanjut, segala kegiatan proses hidup sel akan mengalami penurunan Hal-hal keadaan yang dapat ikut
Lebih terperinciKanker Rahim - Gejala, Tahap, Pengobatan, dan Resiko
Kanker Rahim - Gejala, Tahap, Pengobatan, dan Resiko Apakah kanker rahim itu? Kanker ini dimulai di rahim, organ-organ kembar yang memproduksi telur wanita dan sumber utama dari hormon estrogen dan progesteron
Lebih terperinciJade Egg: Rahasia Kegel Sehat Sensual BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN Tentunya kita masih ingat, sekian tahun silam, dunia olahraga di Indonesia pernah diramaikan dengan kehadiran senam body language yang diminati oleh banyak kaum wanita Indonesia. Ditampilkannya
Lebih terperinciFertilitas & Praktik Obgyn Sehari-hari
2nd Meet The Expert Fertilitas & Praktik Obgyn Sehari-hari Editor Wiryawan Permadi Hartanto Bayuaji Hanom Husni Syam Dian Tjahyadi Edwin Kurniawan Cover dan layout Edwin Kurniawan ii Diterbitkan oleh Departemen/SMF
Lebih terperinciLAPORAN NURSING CARE INKONTINENSIA. Blok Urinary System
LAPORAN NURSING CARE INKONTINENSIA Blok Urinary System Oleh: Kelompok 3 TRIGGER JURUSAN ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2013 Ny Sophia, usia 34 tahun, datang ke klinik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Feminine hygiene merupakan cara menjaga dan merawat kebersihan organ kewanitaan bagian luar. Salah satu cara membersihkannya adalah dengan membilas secara benar. Penggunaan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker adalah penyakit tidak menular yang timbul akibat pertumbuhan tidak normal sel jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker. Pertumbuhan sel tersebut dapat
Lebih terperinciFAKTOR RISIKO INKONTINENSIA URIN TIPE STRES PADA PERSALINAN SPONTAN PERVAGINAM
FAKTOR RISIKO INKONTINENSIA URIN TIPE STRES PADA PERSALINAN SPONTAN PERVAGINAM RISK FACTOR OF STRESS URINARY INCONTINENCE IN SPONTANEOUS VAGINAL DELIVERY Kadek Sri Jayanti P.S, Eighty Mardiyan Kurniawati
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dilakukan juga dengan ketidak adanya kegawat daruratan (Kasdu, 2005, hal.2).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini persalinan dengan seksio sesarea bukan hal yang baru. Tindakan seksio sesarea merupakan pilihan yang harus dijalani karena keadaan gawat darurat untuk menyelamatkan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Persalinan Seksio Sesaria 2.1.1.1. Definisi Seksio Sesaria seksio sesaria adalah persalinan janin, plasenta, dan selaput melalui
Lebih terperinciABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PENDERITA MIOMA UTERI DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN
ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PENDERITA MIOMA UTERI DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2013-2014 Deryant Imagodei Noron, 2016. Pembimbing I : Rimonta F. Gunanegara,dr.,Sp.OG Pembimbing II : Dani, dr.,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap tahun lebih dari 36 juta orang meninggal karena penyakit tidak menular (PTM) (63% dari seluruh kematian) di dunia. Lebih dari 9 juta kematian yang disebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tuba falopi kemudian berimplantasi di endometrium. (Prawiroharjho, ketidakpuasan bagi ibu dan bayinya (Saifuddin. 2000).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Kehamilan adalah bertemunya sel sperma dan ovum matang di tuba falopi kemudian berimplantasi di endometrium. (Prawiroharjho, 2002). Kehamilan dan persalinan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker adalah pertumbuhan sel yang tidak normal atau terus menerus dan tak terkendali, dapat merusak jaringan sekitarnya serta dapat menjalar ke tempat yang jauh dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. biologis atau fisiologis yang disengaja. Menopause dialami oleh wanita-wanita
1 BAB I PENDAHULUAN 1.2 Latar Belakang Menopause merupakan salah satu proses dalam siklus reproduksi alamiah yang akan dialami setiap perempuan selain pubertas, kehamilan, dan menstruasi. Seorang perempuan
Lebih terperinciPENGARUH KEGEL EXERCISE DAN ELECTRICAL STIMULATION TERHADAP INCONTINENCIA URINE PADA LANJUT USIA
PENGARUH KEGEL EXERCISE DAN ELECTRICAL STIMULATION TERHADAP INCONTINENCIA URINE PADA LANJUT USIA NASKAH PUBLIKASI Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Meraih Gelar Sarjana Sains Terapan Fisioterapi
Lebih terperinciMETODE PELVIC FLOOR MUSCLE TRAINING DALAM MENURUNKAN INKONTINENSIA URIN PADA LANSIA DI DESA DARUNGAN KECAMATAN PARE KABUPATEN KEDIRI
METODE PELVIC FLOOR MUSCLE TRAINING DALAM MENURUNKAN INKONTINENSIA URIN PADA LANSIA DI DESA DARUNGAN KECAMATAN PARE KABUPATEN KEDIRI 1 Didit Damayanti, 2 Linda Ishariani STIKES PARE KEDIRI Email: didit.damayanti@ymail.com
Lebih terperinciCHECKLIST UJIAN SKILLS LAB GENITALIA PEREMPUAN. Nama mahasiswa : Penguji : Tanggal : Nilai :
CHECKLIST UJIAN SKILLS LAB GENITALIA PEREMPUAN Nama mahasiswa : Penguji : Tanggal : Nilai : No Aspek yang dinilai Nilai 0 1 2 Anamnesis 1 Memberi salam dan memperkenalkan diri keduanya 0 : melakukan< 2
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memperlihatkan bahwa kelahiran caesar darurat menyebabkan risiko kematian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Amerika serikat (AS), kematian ibu pada kelahiran caesar jarang terjadi. Bahkan, banyak data menunjukkan bukti pada resiko mortalitas. Dalam tinjauan pada hampir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebutuhan. Terpenuhinya fungsi-fungsi keluarga dapat membantu keluarga untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga membutuhkan terciptanya keharmonisan agar tujuan-tujuan dalam pembentukan keluarga dapat tercipta. Keharmonisan keluarga terbentuk ketika nilai-nilai dalam
Lebih terperinciMeet The Expert Fertilitas & Praktik Obgyn Sehari-hari
Editor: Hanom Husni Syam Anita Rachmawati Cover dan layout: Edwin Kurniawan Diterbitkan oleh: Departemen/SMF Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran RSUP dr. Hasan Sadikin Jl.
Lebih terperinci*Fakultas Kesehatan Masyarakat
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN KEMIH PADA PASIEN POLIKLINIK PENYAKIT DALAM DI RSU GMIM PANCARAN KASIH MANADO Saraginta P. Mosesa*, Angela F.C. Kalesaran*, Paul A. T. Kawatu*
Lebih terperinciPENUNTUN KETRAMPILAN KLINIK 5 BAGIAN 1 BLOK 3.1 SEMESTER 5
PENUNTUN KETRAMPILAN KLINIK 5 BAGIAN 1 BLOK 3.1 SEMESTER 5 Edisi satu, 2016 PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG KEGIATAN KETRAMPILAN KLINIK BLOK 3.1* No. KELOMPOK TOPIK RUANGAN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Menstruasi adalah pendarahan periodik dan siklik dari uterus, disertai
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menstruasi adalah pendarahan periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium. Panjang siklus menstruasi yang normal atau dianggap sebagai
Lebih terperinciEFEKTIFITAS KEGEL EXERCISE UNTUK PENCEGAHAN POSTPARTUM FEMALE SEXUAL DYSFUNCTION DALAM UPAYA PENINGKATAN KUALITAS KELUARGA
EFEKTIFITAS KEGEL EXERCISE UNTUK PENCEGAHAN POSTPARTUM FEMALE SEXUAL DYSFUNCTION DALAM UPAYA PENINGKATAN KUALITAS KELUARGA Catharina Galuh Suryondari 1, Eka Yuni Indah Nurmala 2 Prodi D III Kebidanan STIKes
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kateter Urin Pemasangan kateter urin merupakan tindakan keperawatan dengan cara memasukkan kateter ke dalam kandung kemih melalui uretra yang bertujuan membantu memenuhi kebutuhan
Lebih terperinci1 BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Periode pascasalinatau disebut juga masa nifas. (puerperium) merupakan masa sesudah persalinan hingga
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Periode pascasalinatau disebut juga masa nifas (puerperium) merupakan masa sesudah persalinan hingga sekitar 6 bulan.pada periode ini, organ reproduksi dan siklus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Batu empedu merupakan batu yang terdapat pada kandung empedu atau pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batu empedu merupakan batu yang terdapat pada kandung empedu atau pada saluran empedu atau bisa pada keduanya. Beberapa penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa
Lebih terperinci