SAKROKOLPOPEKSI DENGAN LAPAROSKOPI UNTUK PENANGANAN PROLAPS ORGAN PANGGUL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SAKROKOLPOPEKSI DENGAN LAPAROSKOPI UNTUK PENANGANAN PROLAPS ORGAN PANGGUL"

Transkripsi

1 SAKROKOLPOPEKSI DENGAN LAPAROSKOPI UNTUK PENANGANAN PROLAPS ORGAN PANGGUL dr. Putu Doster Mahayasa, SpOG (K) BAGIAN/SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI FK UNUD / RSUP SANGLAH 2012

2 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI.....i DAFTAR GAMBAR...ii BAB I PENDAHULUAN...1 BAB II PROLAPS ORGAN PANGGUL Anatomi Dasar Panggul Definisi Etiologi Gejala Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Konservatif (Non Bedah) Terapi Bedah BAB III Sakrokolpopeksi Sejarah Perkembangan Sakrokolpopeksi Teknik Sakrokolpopeksi Perkembangan Laparoskopi Dalam Bidang Uroginekologi Sakrokolpopeksi Dengan Laparoskopi Teknik Operasi...18 BAB IV RINGKASAN...22 DAFTAR PUSTAKA 24 1

3 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Penyokong level I...4 Gambar 2. Penyokong level II..4 Gambar 3. Penyokong level III.5 Gambar 4. Struktur dasar panggul.5 Gambar 5. Standar terminologi pada POP-Q 8 Gambar 6. Bagan POP-Q 10 Gambar 7. Macam-macam pesarium...11 Gambar 8. Pemasangan mesh pada abdominal sakrokolpopeksi...12 Gambar 9. Abdominal sakrokolpopeksi menggunakan mesh sebagai Penggantung puncak vagina pada sakral promontorium...13 Gambar 10. Polypropylene mesh..14 Gambar 11. Ilustrasi Teknik Sakrokolpopeksi..15 Gambar 12. Perkembangan laparoskopi...16 Gambar 13. Membuka peritoneum...19 Gambar 14. Buli-buli dan rektum dipisahkan dari dinding vagina..19 Gambar 15. Mesh dijahitkan pada dinding anterior vagina Gambar 16. Mesh dijahitkan pada dinding posterior vagina...19 Gambar 17. Mesh dijahitkan pada sakrum...20 Gambar 18. Peritoneum ditutup...20 Gambar 19. Gambaran cul de sac beberapa bulan setelah prosedur 20 Gambar 20. Sakrokolpopeksi dengan laparoskopi

4 BAB I PENDAHULUAN Prolaps organ panggul merupakan salah satu kelainan yang insidennya cukup tinggi pada wanita, dan kejadiannya semakin meningkat seiring dengan bertambahnya paritas dan usia. Umumnya Prolaps organ panggul tidak menyebabkan kematian tetapi dapat memperburuk kualitas hidup termasuk menimbulkan kelainan pada kandung kemih, sistem saluran cerna serta gangguan fungsi seksual. Menurut penelitian, hampir 20% kasus ginekologi yang menjalani operasi adalah kasus prolaps genitalia. Kasus ini akan meningkat jumlahnya karena usia harapan hidup wanita juga meningkat. 1 Di Swedia, 31% wanita berumur didapatkan prolaps organ panggul dalam pemeriksaan rutin. Di Perancis dan Amerika insiden pembedahan karena prolaps organ panggul adalah sebesar 9-11%. 2 Hal ini merupakan fenomena gunung es karena angka tersebut hanya menunjukan wanita yang menjalani operasi prolaps uteri saja. Angka tersebut tidak termasuk wanita dengan prolaps organ panggul yang tidak menjalani pembedahan, ataupun wanita yang tidak pernah berobat. Kejadian prolaps organ panggul di Indonesia masih belum banyak ditemukan datanya, oleh karena sistem pencatatan di Indonesia yang belum begitu baik. Berbagai macam tipe dari prolaps organ panggul adalah : prolaps vagina bagian atas (uterus atau prolaps puncak vagina), prolaps dinding vagina bagian anterior (sistokel), dan prolaps dinding vagina bagian posterior (rektokel atau enterokel). Wanita dapat mengalami prolaps pada satu atau beberapa tempat dari yang telah disebutkan tersebut. 3 Beberapa faktor penting dalam kejadian prolaps adalah : faktor usia, hormon estrogen, kerapatan kolagen, cedera melahirkan, obesitas, batuk kronis ataupun konstipasi kronis. Faktor-faktor tersebut mempengaruhi otot dasar panggul, ligamentum, organ-organ panggul, dan fasia. 1 Pengobatan untuk prolaps organ panggul dibagi menjadi terapi konservatif (non bedah) dan terapi pembedahan. Pemilihan terapi tergantung kepada jenis, 3

5 beratnya gejala, umur, keadaan umum penderita, kebutuhan fungsi seksual, fertilitas, maupun faktor resiko kekambuhan. Saat ini ada berbagai macam prosedur pembedahan untuk mengatasi prolaps organ panggul, baik pervaginam maupun perabdominal, yang mana tujuan dari operasi rekonstruksi dasar panggul adalah untuk mengembalikan posisi anatomi, mencegah terjadinya prolaps ulangan, mengembalikan fungsi seksual dan meningkatkan kualitas hidup setelah pembedahan. Salah satu teknik pembedahan per abdominal adalah dengan teknik sakrokolpopeksi yang mana saat ini teknik tersebut merupakan gold standard untuk mengatasi prolaps uteri maupun prolaps puncak vagina. Seiring dengan kemajuan teknologi dalam bidang kedokteran, khususnya pada bidang uroginekologi, para ahli mengembangkan suatu teknik operasi perabdominal tetapi dengan penggunaan laparoskopi, sehingga didapatkan hasil operasi yang maksimal, angka kekambuhan yang rendah, serta waktu pemulihan yang cepat dan rasa ketidak nyamanan pasca operasi yang lebih ringan. Melalui referat ini, kami akan membahas lebih dalam salah satu teknik pembedahan untuk mengatasi prolaps uteri maupun prolaps puncak vagina, teknik tersebut adalah sakrokolpopeksi dengan pendekatan laparoskopi. 4

6 BAB II PROLAPS ORGAN PANGGUL 2.1. Anatomi Dasar Panggul Untuk dapat mengerti tentang kelainan yang ditimbulkan oleh kelemahan atau kerusakan dasar panggul, kita harus memahami anatomi dan fungsi dari dasar panggul dengan baik dan benar. Anatomi panggul terdiri dari tulang, otot, ligamentum dan organ-organ, yang mana berperan pada fungsi normal panggul. Ligamentum, otot dan fascia membentuk sistem muskulo-elastis yang memberikan bentuk dan berfungsi untuk meyokong organ-organ visera agar tetap dalam posisi dan fungsi normal. 4 Pada wanita normal dengan posisi berdiri, maka vesika urinaria, dua pertiga atas vagina dan rektum berada dalam aksis horisontal, terutama pada saat adanya peningkatan tekanan panggul. Lempeng levator yg dibentuk oleh m. pubokoksigeus dan m. iliokoksigeus, terletak paralel dengan organ-organ tersebut dan berfungsi menarik rektum, vagina dan ureter ke anterior (ke arah tulang pubis) dan sebagai penyokong utama organ panggul (mencegah terjadinya prolaps organ panggul). Pada keadaan seperti ini, jaringan-jaringan ikat penyokong organ panggul mendapat tekanan minimal. Hilangnya fungsi m.levator ani adalah awal dari mekanisme terjadinya prolaps organ panggul. 1,4 Pada tahun 1992 DeLancey membagi dasar panggul menjadi tiga level, yakni : 1,4,5,6,7 Level I : Penyangga level I, atau penyangga vertikal, dibentuk dari kompleks kardinale-sakrouterina dan fasia puboservikal, kompleks kardinale-sakrouterina menyangga sepertiga atas vagina ke sakrum. Kerusakan pada penyokong ini menyebabkan penurunan apeks vagina, uterus, prolaps vagina dan enterokel. 5

7 Gambar 1 : Penyokong level I Level II : Level II berlokasi pada mid-vagina, merupakan aksis horisontal dan tersusun dari ligamentum pubouretra, hubungan jaringan ikat fasia endopelvis dengan arkus tendinea fasia panggul serta superior fasia dengan levator ani (fasia rektovaginal). Jaringan penyokong panggul tengah berjalan dari spina iskhiadika ke aspek posterior tulang pubis, yang menyokong vesika urinaria, dua pertiga atas vagina dan rektum. Ligamentum pubouretra berasal dari ujung bawah permukaan posterior simfisis pubis dan meluas seperti kipas ke media yaitu ke mid-uretra dan ke lateral kedalam otot pubokoksigeus dan dinding vagina. Arkus tendinea fasia panggul merupakan ligamentum horisontal yang berasal dari superior ligamentum pubo-uretra pada simfisis pubis dan meluas ke spina ischiadika. Vagina dipertahankan pada fasia pelvis arkus tendinea oleh fasianya. Kerusakan pada penyokong mid-pelvis ini menyebabkan sistokel. Gambar 2 : Penyokong level II 6

8 Level III : Level III ini merupakan aksis vertikal bawah, yaitu vagina dan uretra dipertahankan pada posisinya oleh fasia endopelvis yang menghubungkan arkus tendinea fasia panggul dengan fasia medial levator ani (ligamentum uretra eksternal). Muskulus levator ani (pubokoksigeus dan ileokoksigeus), membran perineum dan badan perineum menyusun diafragma penyokong yang menaikan organ-organ ini. Jaringan penyokong panggul distal berjalan tegak lurus dengan hiatus levator, segitiga urogenital dan anal serta menyokong orientasi vertikal sepertiga bawah vagina, uretra dan anal kanal. Ligamentum uretra eksterna mempertahankan meatus uretra eksterna pada permukaan anterior ramus pubis desendens. Ligamentum ini meluas ke atas ke klitoris dan kebawah ke ligamentum pubouretra. Gambar 3 : Penyokong level III Gambar 4 : Struktur dasar panggul 7

9 2.2. Definisi Menurut American Congress of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) definisi dari Prolaps organ panggul adalah turunnya organ panggul kedalam liang vagina atau sampai keluar dari introitus vagina yang disebabkan oleh kelemahan jaringan penyangganya Etiologi Terjadinya prolaps organ panggul bisa terjadi oleh karena berbagai macam sebab, dan untuk sampai terjadinya prolaps biasanya dibutuhkan waktu yang cukup lama. 8 Dibawah ini diuraikan beberapa penyebab terjadinya kelemahan struktur otot dan ligamentum penyokong uterus, yaitu : 1. Multiparitas. Merupakan fakto penyebab yang paling sering untuk terjadinya prolaps organ panggul. Semakin bertambahnya paritas, akan semakin meningkatkan resiko untuk terjadinya prolaps Cedera saat melahirkan. Menurut penelitian, cedera pada saat melahirkan pervaginam akan meningkatkan resiko terjadinya prolaps organ panggul. Makrosomia, partus kala dua lama, episiotomi, penggunaan forsep dikatakan akan meningkatkan resiko untuk terjadinya prolaps, tetap hal itu masih harus diteliti lebih lanjut, dikarenakan masih kurangnya data mengenai hal tersebut Usia. Dengan bertambahnya usia, akan meningkatkan insiden prolaps. Hal itu disebabkan oleh melemahnya jaringan serta otot dasar panggul. 6,9 4. Ras. Insiden terjadinya prolaps uteri pada wanita asia dan kulit hitam didapatkan lebih rendah dibandingkan dengan wanita kulit putih. Hal tersebut dikarenakan oleh pada wanita kulit hitam didapatkan otot levator ani yang lebih tebal dibandingkan oleh wanita kulit putih, selain itu perbedaan pada kandungan kolagen dan perbedaan pada tulang pelvis juga memegang peranan. 6 8

10 5. Kelainan jaringan ikat. Wanita dengan kelainan jaringan ikat mempunyai resiko lebih tinggi untuk mengalami prolaps organ panggul. Pada suatu penelitian didapatkan, sepertiga wanita dengan Marfan syndrome dan tiga perempat wanita dengan Ehlers-Danlos syndrome mengalami prolaps organ panggul. 1,6 6. Peningkatan tekanan abdomen. Peningkatan tekanan intra abdomen yang terus menerus dipercaya memegang peranan untuk terjadinya prolaps organ panggul. Kondisi tersebut biasanya didapatkan pada wanita obesitas, konstipasi kronis, batuk kronis, pekerjaan mengangkat benda berat. 6, Gejala Gejala yang sering muncul pada pasien dengan prolaps organ panggul adalah perasaan penuh di liang vagina, atau terasa seperti ada yang keluar melalui liang vagina, rasa tidak nyaman, nyeri pinggang, gangguan berkemih, seperti inkontinensia urine, frekuensi, disuria, bahkan bisa didapatkan retensio urin, konstipasi, serta dispareunia. 6, Evaluasi Ada beberapa standar terminologi atau sistem klasifikasi yang telah dikembangkan untuk menentukan derajat prolaps organ panggul, diantaranya Baden and walker, maupun beecham. Tetapi sejak tahun 1996 ICS (International Continence Society) telah menstandarisasi suatu sistem pengukuran yang dinamakan POP-Q (Pelvic Organ Prolapsed Quantification), dan sistem ini telah diterima dan digunakan secara internasional sampai saat ini. 5,6,8,9 Untuk melakukan pemeriksaan ini, pasien harus berada dalam posisi litotomi. Derajat dari beratnya prolaps diukur dalam sentimeter menggunakan 9

11 suatu titik pada vagina dengan himen sebagai suatu batas, sehingga titik setinggi himen merupakan 0 cm, sedangkan titik diatas himen diperhitungkan negatif, dan dibawah himen diperhitungkan positif. 5,6,8,9 Gambar 5 : Standar terminologi pada POP-Q Titik pada dinding vagina anterior Titik Aa Merupakan titik pada pertengahan dinding vagina anterior atau 3cm proksimal dari meatus uretra eksterna. Hubungannya dengan himen jarak titik ini adalah -3 (normal) sampai +3 (prolaps maksimum dari titik Aa) Titik Ba Titik ini menunjukan posisi paling distal dari dinding vagina anterior, atau dari forniks vagina anterior sampai titik Aa. -3 jika tidak ada prolaps. Pada wanita prolaps puncak vagina pasca histerektomi, Ba akan mendapat nilai positif diukur dari himen ke puncak vagina. Titik vagina atas Titik C Titik C merupakan titik paling distal dari ujung cervix atau ujung dari stump vagina setelah histerektomi total. 10

12 Titik D Merupakan titik yang menunjukan lokasi dari forniks posterior pada wanita yang masih mempunyai serviks. Jika tidak terdapat serviks maka titik ini tidak digunakan. Titik tersebut menunjukan level dari perlekatan ligamentum sakrouterina kepada serviks posterior dan merupakan titik untuk mengukur kegagalan suspensorium kompleks ligamentum sakrouterina-kardinale dari elongasi serviks. Total Vaginal Length (TVL) Adalah kedalaman dari vagina yang diukur dalam sentimeter. Titik dinding vagina posterior Titik Ap Merupakan titik pada pertengahan dinding vagina posterior atau 3cm proximal dari himen. Hubungannya dengan himen jarak titik ini adalah -3 (normal) sampai +3 (prolaps maksimum dari titik Aa). Titik Bp Titik ini menunjukan posisi paling atas dari dinding vagina posterior, atau dari forniks vagina posterior sampai titik Bp. -3 jika tidak ada prolaps. Pada wanita prolaps puncak vagina pasca histerektomi, Ba akan mendapat nilai positif diukur dari himen ke puncak vagina. Genital Hiatus dan Perineal body Genital hiatus diukur dari bagian tengah dari meatus uretra eksterna ke bagian posterior dari cincin himen. Perineal body diukur dari ujung posterior dari genital hiatus ke pertengahan pembukaan anus. 11

13 Gambar 6 : Bagan POP-Q 2.6. Penatalaksanaan Tujuan penatalaksanaan dari prolaps organ panggul adalah untuk menghilangkan gejala, mengembalikan fungsi, memperbaiki anatomi, atau bahkan untuk kosmetik. Untuk prolaps organ panggul yang tidak ada gejala atau dengan gejala ringan, kadang tidak diperlukan terapi. Tetapi untuk wanita dengan prolaps organ panggul berat atau dengan gejala berat, terapi baik konservatif (non bedah) atau terapi pembedahan dapat dipilih. Pemilihan terapi bergantung kepada jenis, beratnya gejala, umur, keadaan umum penderita, kebutuhan fungsi seksual, fertilitas, maupun faktor resiko kekambuhan. 6,8, Terapi konservatif (non-bedah) Termasuk didalamnya perubahan gaya hidup, penurunan berat badan, latihan otot dasar panggul. Tujuan dari terapi konservatif adalah untuk mencegah prolaps bertambah parah, mengurangi gejala, meningkatkan kekuatan otot dasar panggul. Pelatihan otot dasar panggul pertama kali diperkenalkan oleh Arnold Kegel, caranya adalah dengan mengencangkan otot panggul selama beberapa detik kemudian merelaksasikannya, dikerjakan secara berulang ulang, keuntungan 12

14 dari cara ini adalah mudah untuk dikerjakan, tidak beresiko, tidak mengeluarkan biaya, dapat dikerjakan dimana saja, dan terbukti efektif jika dikerjakan secara rutin, selain itu cara tersebut juga berguna untuk mencegah dan menangani inkontinensia urin dan meningkatkan sensasi seksual. Selain cara diatas, terapi non bedah lainnya adalah dengan penggunaan pesarium. Pesarium adalah suatu alat yang terbuat dari silikon, Dipasang dibawah atau disekeliling serviks. Alat ini membantu menahan uterus untuk turun dari tempatnya. Bagi sebagian urogynecologist, pesarium digunakan sebagai terapi lini pertama sebelum mereka menawarkan untuk terapi pembedahan. 6 Gambar 7: Macam-macam pesarium Terapi bedah Tujuan utama dari terapi pembedahan adalah untuk menghilangkan gejala. Secara umum pembedahan ditawarkan kepada pasien yang telah menjalani terapi konservatif tetapi gagal maupun tidak merasa puas dengan hasilnya, atau pada pasien yang tidak ingin menjalankan terapi konservatif. Pada saat ini teknik pembedahan untuk menangani prolaps organ panggul telah banyak dikembangkan oleh para ahli, baik pervaginam, perabdominal maupun melalui pendekatan laparoskopi. Beberapa teknik diantaranya adalah sakrokolpopeksi, kuldoplasti, fiksasi ligamentum sakrospinosum, suspensi uterosakral, kolpoklesis, dan berbagai cara lainnya. Pada referat ini, kami akan memfokuskan kepada penanganan prolaps organ panggul dengan teknik sakrokolpopeksi. 13

15 BAB III SAKROKOLPOPEKSI 3.1. Sejarah Perkembangan Sakrokolpopeksi Seorang ahli bedah harus mengetahui dengan benar teknik operasi mana yang efektif, maupun teknik yang telah ditinggalkan karena tidak efektif atau tingkat komplikasi yang tinggi. Pada awal abad ke-20, prosedur pembedahan untuk prolaps organ panggul dilakukan pervaginam maupun perabdominal, salah satu caranya yaitu dengan menempelkan vagina kepada dinding abdomen. Karena angka kekambuhan enterokel yang tinggi setelah teknik tersebut diatas, maka pada tahun 1957 ahli bedah mulai mengikat puncak vagina ke bagian posterior, menempelkan fundus uterus bagian posterior ke ligament longitudinal anterior. Lane yang pertama kali memperkenalkan penggunaan mesh antara vagina dan promontorium untuk membuat tegangan, tetapi Birnbaum merasa bahwa pemasangan mesh pada promontorium terlalu tinggi, karena posisi normal dari vagina bagian atas adalah mengarah ke sakrum, dan dia memasang mesh setinggi S3-S4. Kemudian Suton memperkenalkan cara pemasangan mesh lebih tinggi dari teknik Birnbaum, yaitu sebatas S1-S2, dimana disana arteri lebih mudah divisualisasi dan dihindarkan, dan sudut dari vagina tidak terlalu berpengaruh. Untuk menurunkan resiko terlepasnya mesh, maka Synder dan Krantz menempelkan mesh sampai sepanjang septum rektovagina. 11 Gambar 8 : Pemasangan mesh pada abdominal sakrokolpopeksi 14

16 3.2. Teknik Sakrokolpopeksi Sakrokolpopeksi adalah suatu prosedur operasi untuk mengembalikan posisi dari uterus dan puncak vagina ke posisi natural, dengan memasang mesh sintetis yang berfungsi sebagai penyangga pada puncak vagina dan sakrum. 12 Teknik dari sakrokolpopeksi sudah banyak di deskripsikan dan di laporkan pada literatur, dengan angka kesuksesan berkisar %. Jika teknik ini dibandingkan dengan teknik fiksasi ligamentum sakrospinosum, maka pada sakrokolpopeksi didapatkan angka kekambuhan prolaps yang lebih rendah, dispareunia paska operasi yang lebih rendah, dan resiko operasi berulang yang lebih rendah juga. Tetapi membutuhkan waktu pengerjaan dan waktu pulih yang lebih lama, serta biaya yang lebih mahal. Oleh karena angka keberhasilan yang tinggi, maka prosedur ini merupakan gold standard untuk prolaps uteri maupun prolaps puncak vagina. 13,14,15 Indikasi dari sakrokolpopeksi sangat bervariasi, tergantung dari daerah mana prosedur ini dikerjakan. Di Perancis maupun Negara eropa lainnya, sakrokolpopeksi dikerjakan untuk prolaps organ panggul secara umum., sedangkan di Amerika maupun di Inggris sakrokolpopeksi lebih ditujukan untuk prolaps puncak vagina. 2 Gambar 9 : Abdominal sakrokolpopeksi menggunakan mesh sebagai penggantung puncak vagina pada sakral promontorium

17 Prosedur dari sakrokolpopeksi dimulai dengan membuat irisan pada dinding abdomen, dan membuka peritoneum diantara ureter kanan dan kolon sigmoid, sehingga menampilkan sakral promontorium. Kemudian periosteum dibersihkan dari jaringan ikat. Setelah itu dua atau tiga jahitan (2-0 Prolene) ditempatkan pada periosteum. Karena resiko perdarahan yang tinggi banyak dilaporkan pada daerah tersebut, maka pilihan lainnya adalah dengan menempatkan jahitan untuk menempelkan mesh pada sakral promontorium atau pada S1-S2. Teknik tersebut akan meminimalisir perdarahan. 11 Setelah jahitan ditempatkan pada periosteum, kemudian puncak vagina diidentifikasi. Langkah selanjutnya adalah dengan memisahkan dinding vagina anterior dengan buli-buli. Mesh yang digunakan untuk menahan puncak vagina adalah mesh polypropylene sintetik. Mesh tersebut dibuat panjang pada bagian dinding vagina posterior dan lebih pendek pada bagian anterior. Biasanya dibuat tiga baris jahitan dari polypropylene 2-0 pada dinding vagina bagian posterior, dan dua baris jahitan pada dinding vagina anterior. Setelah vagina diikat dengan mesh, maka mesh di gantungkan pada sakral promontorium dengan tegangan minimal. Setelah puncak vagina digantung, maka prosedur tambahan lainnya dapat dikerjakan, seperti misalnya kolporafi posterior. Angka keberhasilan dari laparoskopi sakrokolpopeksi dapat mencapai 98%. Selain ileus dan komplikasi perdarahan, erosi yang disebabkan oleh mesh dapat terjadi pada beberapa pasien. 15 Gambar 10 : Polypropylene mesh. 16

18 Gambar 11 : Ilustrasi Teknik Sakrokolpopeksi 17

19 3.3. Perkembangan Laparoskopi Dalam Bidang Uroginekologi Salah satu perkembangan terbesar dalam sejarah pembedahan adalah dengan perubahan dari pembedahan terbuka menuju kearah pembedahan invasif minimal dengan penggunaan laparoskopi. Penggunaan endoskopi dalam dunia kedokteran pertama kali diperkenalkan oleh Phillip Bozzini pada tahun 1805, dia mengunakan tabung dan lilin untuk melihat mukosa uretra. Dalam bidang kedokteran kandungan, Pataleoni menggunakan sistoskopi untuk mengidentifikasi polip uteri pada tahun Pada akhir tahun 1930an laparoskopi mulai digunakan untuk mendiagnosa kehamilan ektopik dan untuk melakukan sterilisasi tuba. 9,16 Gambar 12 : Perkembangan laparoskopi Dalam bidang uroginekologi terdapat nama Marshall et al pada tahun 1946 dan Burch pada tahun 1961, mereka menunjukan bahwa pembedahan perabdominal menghasilkan angka keberhasilan yang lebih besar dan kekambuhan yang lebih sedikit untuk mengatasi permasalahan pada leher kandung kemih. Selain itu untuk mengatasi prolaps puncak vagina dapat dikerjakan melalui pendekatan pervaginam maupun perabdominal. 17 Dalam suatu penelitian yang membandingkan antara sakrokolpopeksi perabdominal dengan fiksasi ligamentum sakrospinosus pervaginam, didapatkan bahwa angka kekambuhan lebih sedikit oleh sakrokolpopeksi, tetapi keuntungan 18

20 yang didapat pada fiksasi sakrospinosus adalah dengan tidak dibutuhkan laparotomi, yang mana dapat mengurangi rasa sakit atau ketidak nyamanan pasca operasi, dan waktu pemulihan yang lebih sedikit. 17 Oleh karena itulah kemudian para ahli mengembangkan suatu teknik operasi perabdominal tetapi dengan penggunaan laparoskopi sehingga didapatkan hasil operasi yang maksimal, angka kekambuhan yang rendah, serta waktu pemulihan yang lebih cepat, dan rasa tidak nyaman pasca operasi yang lebih ringan Sakrokolpopeksi Dengan Laparoskopi Sakrokolpopeksi dengan bantuan laparoskopi adalah suatu pengembangan dari teknik abdominal sakrokolpopeksi yang klasik. Sakrokolpopeksi dengan laparoskopi mengkombinasikan keuntungan yang didapat dari keduanya, dengan menggunakan teknik yang mirip dengan abdominal sakrokolpopeksi tetap hanya dibutuhkan pemotongan dinding abdomen yang minimal, manipulasi usus yang minimal, dimana semua itu akan mengurangi nyeri pasca operasi, penyembuhan yang lebih cepat dan mengurangi insiden terjadinya ileus dari usus. Visualisasi yang baik dan kemampuan bekerja yang relatif lebih dalam pada pelvis adalah keuntungan lain yang didapatkan dari laparoskopi, sehingga memberikan kesempatan pada ahli bedah untuk memodifikasi prosedur pembedahan, salah satunya adalah dengan menempatkan mesh yang lebih rendah pada posterior dinding vagina yang mana akan meningkatkan efektifitas. Dalam suatu penelitian yang dipubikasikan oleh EJOGRB (European journal of Obstetrics & Gynecology and reproductive Biology), penelitian ini dikerjakan di Perancis, mereka mengevaluasi hasil keluaran dari anatomi dan fungsi setelah satu tahun atau lebih paska operasi sakrokolpopeksi dengan laparoskopi. Dari 119 pasien yang mereka teliti dalam kurun waktu lima tahun, mereka dapatkan angka kesuksesan dari laparoskopi sakrokolpopeksi dilaporkan mencapai 90-96%, kemudian kualitas hidup dan seksual pasien juga meningkat. 2,3,13,14 19

21 Persiapan usus (bowel prep) selama 48 jam biasa dikerjakan pada pasien yang akan menjalani prosedur laparoskopi. Hal tersebut berguna untuk dekompresi dari usus agar visualisasi lebih baik dan selain itu juga untuk meminimalisir resiko infeksi jika terjadi perlukaan usus. Dua hari sebelum pembedahan pasien mendapatkan diet cair, kemudian sehari sebelum pembedahan pasien hanya diperbolehkan mengkonsumsi air putih, dan beberapa jam sebelum prosedur, dilakukan enema untuk membersihkan usus Teknik Operasi Ketika pasien sudah dianestesi, pasien kemudian diposisikan pada posisi litotomi. Kemudian dilakukan pemasangan kateter. Pneumoperitoneum dibuat dengan memasukan jarum veress. Trokar 10 mm dimasukan dibawah pusat, sebagai tempat laparoskop, dan dua trokar pada pinggir kiri dan kanan. Dua lubang pada kiri dan kanan adalah sebagai tempat instrument. Kemudian peritoneum yang menutupi vagina dibuka dengan menggunakan gunting diatermi, buli-buli dipisahkan dengan dinding vagina anterior, dan rektum dipisahkan dengan dinding vagina posterior. Pemisahan akan lebih mudah jika asisten mengangkat puncak vagina dengan bantuan dilator vagina. Perdarahan dapat diatasi dengan elektrokauterisasi bipolar. Mesh polypropylene dibuat/ digunting menjadi bentuk Y, dengan ukuran ± 12x4 cm, pada bagian daun posterior dibuat lebih panjang dari pada anterior, sehinggan mesh dapat dilekatkan lebih dalam pada celah rektovagina. Mesh prolene kemudian dimasukkan melalui salah satu lubang pada dinding abdomen. Setelah itu mesh dijahitkan pada puncak vagina anterior dan posterior dengan menggunakan PDS 0. 17,18,19 Sakral promontorium diidentifikasi dan peritoneum yang menyelubunginya dipotong vertikal menggunakan gunting diatermi. Jaringan retroperitoneal dipisahkan dari periosteum pada promontorium. Pada daerah tersebut kita harus mengidentifikasi dengan hati-hati dan menghindari rektum, arteri iliaka interna, ureter, serta pembuluh darah yang melalui sakral promontorium. Kemudian ujung proksimal dari mesh tersebut dijahitkan pada 20

22 sakrum tepatnya S1-S2. Kadang untuk mempersingkat waktu pembedahan, beberapa ahli bedah menggunakan stapler untuk melekatkan mesh pada sakrum promontorium. 17,18,19 Setelah selesai, peritoneum kemudian ditutup dengan jahitan kontinyu. Hal yang paling penting dalam retroperitonealisasi adalah bukan untuk menutup semua bagian dari mesh, tetapi untuk menutup celah antara mesh dan dinding pelvis, karena pada daerah itu jika tidak ditutup usus dapat terjebak/ terjepit, sehingga dapat menimbulkan obstruksi dan iskemi. Setelah prosedur laparoskopi selesai, akan lebih baik jika dikerjakan sistoskopi, untuk meyakinkan patensi dari ureter dan untuk meyakinkan tidak adanya jahitan yang menembus buli-buli maupun cidera buli-buli. 17,18,19 Gambar 13 : Membuka peritoneum Gambar 14 : Buli-buli dan rektum dipisahkan dari dinding vagina Gambar 15 :Mesh dijahitkan pada dinding anterior vagina 21 Gambar 16 :Mesh dijahitkan pada dinding posterior vagina

23 Gambar 17 : Mesh dijahitkan pada sakrum Gambar 18 : Peritoneum ditutup Gambar 19 : Gambaran cul de sac beberapa bulan setelah prosedur Sakrokolpopeksi dengan laparoskopi. 20 Dengan teknik tersebut diatas yang telah diadaptasi secara luas, didapatkan bahwa teknik tersebut aman dan efektif. Rata-rata waktu operasi yang dibutuhkan adalah 123 menit (termasuk pemberian anestesi), yang mana dibutuhkan waktu yang lebih panjang dari pada pembedahan terbuka. Pemulihan pasca operasi yang lebih cepat, dimana pasien dapat pulang kerumah setelah 72 jam (rentang waku 1-3 hari). Dari beberapa penelitian, pada saat pasien kontrol kembali ke klinik, dimana pasien ditanyakan mengenai dispareunia, didapatkan hasil yang memuaskan dimana setelah 6 bulan keatas pasien dapat kembali aktif secara seksual dan tidak didapatkan dispareunia. 17,21 Seperti pada komplikasi laparoskopi pada umumnya, komplikasi yang sering terjadi pada sakrokolpopeksi dengan laparoskopi adalah infeksi, hematoma, 22

24 perdarahan, perlukaan pembuluh darah, ureter, buli-buli, maupun usus. Komplikasi lainnya adalah erosi yang disebabkan oleh mesh, insidennya berkisar antara 0-9%. Tidak ada cukup informasi untuk mengkalkulasikan waktu rata-rata sampai terjadinya erosi, tetapi dari insiden yang terjadi biasanya berkisar antara 3 sampai 36 bulan. 2,22 Penggunaan mesh yang ideal untuk sakrokolpopeksi adalah harus kuat sepanjang waktu, murah, mudah untuk digunakan, tidak menimbulkan erosi, infeksi, karsinogen, atau inflamasi. Karena bahan yang dengan semua keuntungan yang disebutkan diatas tidak tersedia, maka ahli bedah harus menyeimbangkan antara kekuatan, efek samping yang ditimbulkan, serta kemudahan untuk menggunakan bahan yang tersedia. Selama ini pada berbagai penelitian mengenai prosedur sakroklopopeksi sebagian besar menggunakan mesh sintetik. Sintetik mesh yang diproduksi oleh para produsen masing-masing berbeda dalam ukuran pori-pori, struktur filament, antiseptic, kekakuan. 22 Pengetahuan anatomi yang baik dari dasar panggul maupun keterampilan dalam tindakan laparoskopi dan penjahitan sangat diperlukan untuk mengurangi angka kejadian komplikasi. Gambar 20 : Sakrokolpopeksi dengan laparoskopi. 3 23

25 BAB IV RINGKASAN Prolaps organ panggul merupakan salah satu permasalahan yang cukup sering dijumpai dalam praktek sehari-hari. Dimana pasien biasanya datang dengan keluhan penuh pada liang vagina, rasa tidak nyaman, gangguan berkemih, gangguan defekasi, ataupun dispareunia. Untuk mendiagnosa dan menentukan derajat prolaps, ICS (international Continence Society) telah menstandarisasi pengukuran yang dinamakan POP-Q (pelvic Organ Prolapsed Quantification). Tujuan penatalaksanaan dari prolaps organ panggul adalah untuk menghilangkan gejala, mengembalikan fungsi, memperbaiki anatomi, atau bahkan untuk kepentingan kosmetik. Terapi untuk prolaps organ panggul dapat dengan terapi konservatif (non bedah) maupun dengan terapi pembedahan. Pemilihan terapi bergantung kepada jenis, beratnya gejala, umur, keadaan umum penderita, kebutuhan fungsi seksual, fertilitas, maupun faktor resiko kekambuhan. Pada pasien dengan kontraindikasi untuk menjalani pembedahan, pemasangan pesarium dapat mengurangi gejala tanpa resiko pembedahan. Untuk teknik pembedahan, saat ini prolaps organ panggul dapat diterapi dengan berbagai teknik, dengan atau tanpa material sintetis, dengan laparotomi, laparoskopi, maupun pembedahan pervaginam. Pada pembedahan pervaginam, histerektomi adalah tindakan yang paling sering dilakukan, selain itu juga dapat dilakukan fiksasi dari puncak vagina ke ligamentum sakrospinosum. Pada laparotomi dapat dilakukan histerektomi total, histerektomi subtotal, atau dengan mempertahankan uterus, dimana dapat digunakan material sintetik untuk menggantung cervix, uterus, ataupun vagina ke sakrum, yang dikenal dengan teknik abdominal sakrokolpopeksi, dimana teknik tersebut pada saat ini telah menjadi gold standard untuk penanganan prolaps uteri maupun prolaps puncak vagina, karena tingkat keberhasilan yang tinggi dan angka kekambuhan yang rendah. 24

26 Seiring dengan berkembangnya teknologi dalam bidang kedokteran khususnya pada bidang uroginekologi, para ahli mengembangkan suatu teknik operasi perabdominal tetapi dengan penggunaan laparoskopi, sehingga didapatkan hasil operasi yang maksimal, angka kekambuhan yang rendah, serta waktu pemulihan yang cepat dan rasa ketidak nyamanan pasca operasi yang lebih ringan. Seperti pada komplikasi laparoskopi pada umumnya, komplikasi yang sering terjadi pada sakrokolpopeksi dengan laparoskopi adalah infeksi, hematoma, perdarahan, perlukaan pembuluh darah, ureter, buli-buli, maupun usus. Komplikasi pasca operasi yang cukup sering dijumpai adalah erosi yang disebabkan oleh mesh, insidennya berkisar antara 0-9%. Pengetahuan anatomi yang baik dari dasar panggul maupun keterampilan dalam tindakan laparoskopi dan penjahitan sangat diperlukan untuk mengurangi angka kejadian komplikasi. 25

27 DAFTAR PUSTAKA 1. Junizaf, Prof dr. SpOG-K. Buku Ajar Uroginekologi Indonesia. Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI/RSUPN Cipto Mangunkusumo, 2002: Ganatra AM, Rozet F, Salas RS, et.al, The Current Status of Laparoscopy Sacrocolpopexy: A Review. European Urology 2009: Sergenet F, Resch B, Loisel C, et.al, Mid-term outcome of laparoscopic sacrocolpopexy with anterior and posterior polyester mesh for treatment of genitor-urinary prolapsed. European Journal of Obstetrics & Gynecology and Reproductive Biology 2011: Perros P. The Female Pelvic Floor. Function dysfunction & management according to the integral theory 2 nd edition. Germany: Springer Medizin Verlag Heidelberg, Tegerstedt G. Clinical and epidemiological aspects of pelvic floor dysfunction. Department of Obstetrics and Gynaecology, Stockholm Soder Hospital Department of Medical Epidemiology and Biostatistics, Karolinska Institutet, Schorge JO, Schaffer JI, Halvorson LM, et.al, Pelvic Organ Prolapse. Williams Gynecology; McGraw Hill Medical 2008 Chapter Gomel V, Herendael B, Vaginal Vault Prolapse : Sacrofixation. Female Genital Prolapse and Urinary Incontinence; Informa Healthcare 2008 Chapter Berek JS, Pelvic Organ Prolapse. Berek & Novak s Gynecology 14 th Edition; Lippincott Williams & Wilkins 2007 Chapter Rock JA, Howard WJ, Surgery for correction of defects in pelvic support and pelvic fistulas. Telinde s Operative Gynecology 10 th Edition; Lippincott Williams & Wilkins 2008 Section VII. 26

28 10. Katz VL, Lentz GM, Lobo RA, Gerhenson DM, Disorder of Pelvic Support. Comprehensive Gynecology 5 th Edition; Mosby Elsevier 2007 Chapter Nygaard IE, McCreery R, Brubaker L, et.al, Abdominal Sacrocolpopexy: A Comprehensive Review. American College of Obstetrics and Gynecologists 2004: Laparoscopic and Abdominal Sacrocolpopexy, Your questions answered: Brimingham Women s Health Care Price N, Jackson SR, Advance in laparoscopic techinques in pelvic reconstructive surgery for prolapse and incontinence. Maturitas 2009: Claerhout F, De Ridder D, Roovers JP, et.al, Medium-Term Anatomic and Functional Results of Laparoscopic Sacrocolpopexy Beyond the Learning Curve. European Association of Urology 2008: Ghoniem G, Davila W, Management Of genital Prolapse. Practical Guide to Female Pelvic Medicine; Taylor & Francis 2006 Chapter Page BJ, Ocampo J, Nutis M, Luciano AA, History of modern operative laparoscopy. Nezhat s Operative Gyneccologic Laparoscopy and Hysteroscopy 3 rd Edition; Cambridge University Press p Donovan PJ, Downes EG, Laparoscopy in Urogynaecology. Advances in Gynaecological Surgery; Greenwich Medical Media Ltd Chapter Margossian H, Walters MD, Falcone T, Laparoscopic management of pelvic organ prolapsed. European Journal of Obstetrics & Gynecology and Reproductive Biology 1999: Pasic RP, Levine RL, Laparoscopic sacralcolpopexy and entericele repair with mesh. Practical Manual of Laparoscopy and Minimal Invasive Gynecology; Informa healthcare 2007 chapter Dwyer PL, Laparoscopy in Urogynecology. Atlas of Urogynecological Endoscopy; Informa healthcare 2007 chapter

29 21. Akladios CY, Dautun D, Saussine C, et.al, Laparoscopic sacrocolpopexy for female genital organ prolapse: establishment of a learning curve. European Journal of Obstetrics & Gynecology and Reproductive Biology 2009: Begley JS, Kupferman SP, Kuznetsov DD, et.al, Incidence and management of abdominal sacrocolpopexy mesh erosions. American Journal of Obstetrics and Gynecology 2005:

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prolaps organ panggul (POP) adalah turun atau menonjolnya dinding vagina ke dalam liang vagina atau sampai dengan keluar introitus vagina, yang diikuti oleh organ-organ

Lebih terperinci

Curriculum Vitae. : Dr. BUDI IMAN SANTOSO, SpOG-K

Curriculum Vitae. : Dr. BUDI IMAN SANTOSO, SpOG-K Curriculum Vitae Nama Tempat & Tgl. Lahir Alamat Kantor : Dr. BUDI IMAN SANTOSO, SpOG-K : Jakarta, 5 September 1954 : Departemen Obstetri & Ginekologi FKUI/RSCM Gedung Administrasi Lt.3, Jl. Kimia II Jakarta

Lebih terperinci

Anatomi Dasar Panggul : Dibuat Mudah dan Sederhana. Dr. Budi Iman Santoso, SpOG(K)

Anatomi Dasar Panggul : Dibuat Mudah dan Sederhana. Dr. Budi Iman Santoso, SpOG(K) Anatomi Dasar Panggul : Dibuat Mudah dan Sederhana Dr. Budi Iman Santoso, SpOG(K) OUTLINE: Tujuan Pendahuluan Tulang dan ligamen Otot-otot dasar panggul Jaringan Penyambung Viseral DeLancey Level Derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Disfungsi dasar panggul merupakan salah satu penyebab morbiditas yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Disfungsi dasar panggul merupakan salah satu penyebab morbiditas yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Disfungsi dasar panggul merupakan salah satu penyebab morbiditas yang dapat menurunkan kualitas hidup wanita. Disfungsi dasar panggul memiliki prevalensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan seksual yang sehat dan memuaskan merupakan aspek terintegrasi dari kualitas hidup yang baik. Banyak faktor yang terlibat pada fungsi seksual termasuk fisiologis,

Lebih terperinci

Referat Fisiologi Nifas

Referat Fisiologi Nifas Referat Fisiologi Nifas A P R I A D I Definisi Masa Nifas ialah masa 2 jam setelah plasenta lahir (akhir kala IV) sampai 42 hari/ 6 bulan setelah itu. Masa Nifas adalah masa dari kelahiran plasenta dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk meningkatkan kesehatan, aliran darah, elastisitas, dan relaksasi otot-otot. dasar panggul (Mongan, 2007, hlm 178).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk meningkatkan kesehatan, aliran darah, elastisitas, dan relaksasi otot-otot. dasar panggul (Mongan, 2007, hlm 178). 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pemijatan Perenium 1. Pengertian Pijat perineum adalah salah satu cara yang paling kuno dan paling pasti untuk meningkatkan kesehatan, aliran darah, elastisitas, dan relaksasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengalami kerusakan dan kadang-kadang organ pelvis yang lain juga ikut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengalami kerusakan dan kadang-kadang organ pelvis yang lain juga ikut BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Prolapsus Uteri 2.1.1 Definisi Prolapsus uteri adalah suatu kondisi jatuh atau tergelincirnya uterus ke dalam atau keluar melalui vagina. 1 Hal tersebut dikarenakan dukungan

Lebih terperinci

KASUS PROLAPSUS UTERI DI RUMAH SAKIT DR. MOHMMAD HOESIN PALEMBANG SELAMA LIMA TAHUN ( ) Kemas Anhar, Amir Fauzi

KASUS PROLAPSUS UTERI DI RUMAH SAKIT DR. MOHMMAD HOESIN PALEMBANG SELAMA LIMA TAHUN ( ) Kemas Anhar, Amir Fauzi KASUS PROLAPSUS UTERI DI RUMAH SAKIT DR. MOHMMAD HOESIN PALEMBANG SELAMA LIMA TAHUN (999-003) Kemas Anhar, Amir Fauzi Bagian/Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya/RSMH

Lebih terperinci

Ermawati, Syafrianto, Hafni Bachtiar Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang. Laporan Penelitian

Ermawati, Syafrianto, Hafni Bachtiar Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang. Laporan Penelitian Laporan Penelitian HUBUNGAN ANTARA USIA, PARITAS, PEKERJAAN DAN INDEK MASSA TUBUH DENGAN KEJADIAN PROLAP ORGAN PANGGUL BERDASARKAN SKOR PELVIC ORGAN PROLAPSE QUANTIFICATION Relationship between age, parity,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jaringan lunak yang menyebabkan jaringan kolagen pada fasia, ligamen sekitar

BAB I PENDAHULUAN. jaringan lunak yang menyebabkan jaringan kolagen pada fasia, ligamen sekitar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selama kehamilan produksi hormon progesteron dan hormon relaksin meningkat sehingga menimbulkan efek negatif terhadap integritas struktur jaringan lunak yang menyebabkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. terletak antara vulva dan anus. Perineum terdiri dari otot dan fascia urogenitalis

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. terletak antara vulva dan anus. Perineum terdiri dari otot dan fascia urogenitalis BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rupture Perineum 2.1.1 Pengertian Perineum merupakan bagian permukaan dari pintu bawah panggul yang terletak antara vulva dan anus. Perineum terdiri dari otot dan fascia urogenitalis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan masyarakat akan peningkatan derajat kesehatan mereka juga meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan masyarakat akan peningkatan derajat kesehatan mereka juga meningkat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan di Indonesia, maka tuntutan masyarakat akan peningkatan derajat kesehatan mereka juga meningkat. Pembangunan nasional

Lebih terperinci

Penyakit Radang Panggul. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

Penyakit Radang Panggul. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Penyakit Radang Panggul Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Definisi Penyakit radang panggul adalah gangguan inflamasi traktus genitalia atas perempuan, dapat meliputi endometritis,

Lebih terperinci

PIMPINAN PERSALINAN BY: ADE. R. SST

PIMPINAN PERSALINAN BY: ADE. R. SST PIMPINAN PERSALINAN BY: ADE. R. SST PIMPINAN PERSALINAN KALA I Pada kala I dilakukan pengawasan pada wanita inpartu, dan persiapan untuk persalinan. Memberikan obat atau tindakan bila ada indikasi. Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. apabila terjadi kerusakan. Salah satu keluhan yang sering dialami lansia akibat

BAB I PENDAHULUAN. apabila terjadi kerusakan. Salah satu keluhan yang sering dialami lansia akibat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penuaan adalah proses penurunan secara bertahap kemampuan untuk mempertahankan struktur dan fungsi normal tubuh dan memulihkannya kembali apabila terjadi kerusakan.

Lebih terperinci

Kompresi Bimanual. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

Kompresi Bimanual. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Kompresi Bimanual Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Persiapan pasien 1. Persiapan tindakan medik (informed consent) Beritahu pada ibu apa yang akan dikerjakan dan berikan kesempatan

Lebih terperinci

DEFINISI, KLASSIFIKASI DAN PANDUAN TATALAKSANA INKONTINENSIA URINE

DEFINISI, KLASSIFIKASI DAN PANDUAN TATALAKSANA INKONTINENSIA URINE DEFINISI, KLASSIFIKASI DAN PANDUAN TATALAKSANA INKONTINENSIA URINE Dr. Budi Iman Santoso, SpOG(K) Divisi Uroginekologi Rekonstruksi Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI/ RSCM Definisi Inkontiensia Urine

Lebih terperinci

PROLAPS ORGAN PANGGUL

PROLAPS ORGAN PANGGUL PROLAPS ORGAN PANGGUL Ketut Yoga Mira Pratiwi. I Gede Mega Putra Bagian/SMF Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar ABSTRAK Prolaps organ

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Periode pascasalinatau disebut juga masa nifas. (puerperium) merupakan masa sesudah persalinan hingga

1 BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Periode pascasalinatau disebut juga masa nifas. (puerperium) merupakan masa sesudah persalinan hingga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Periode pascasalinatau disebut juga masa nifas (puerperium) merupakan masa sesudah persalinan hingga sekitar 6 bulan.pada periode ini, organ reproduksi dan siklus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Anatomi Perineum Wanita

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Anatomi Perineum Wanita BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Ruptur Perineum a. Anatomi Perineum Wanita Perineum adalah regio yang terletak antara vulva dan anus, panjangnya rata-rata 4 cm. Saat persalinan, tidak hanya

Lebih terperinci

Penelitian Deskriptif Retrospektif

Penelitian Deskriptif Retrospektif PROLAPSUS UTERI PADA RUMAH SAKIT UMUM DR.ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH, INDONESIA SELAMA 2007 SAMPAI 2010 Said Alfin Khalilullah, Masnawati, Ramadhan willy Saputra, Marissa hayati 1 Kepanitraan Klinik Senior

Lebih terperinci

AMNIOTOMI. Diadjeng Setya W

AMNIOTOMI. Diadjeng Setya W AMNIOTOMI Diadjeng Setya W Definisi Membuat robekan pada selaput amnion Hal Penting! Dilakukan selang antara kontraksi untuk mencegah air ketuban menyemprot. EPISIOTOMI DEFINISI Episiotomi adalah insisi

Lebih terperinci

1. ATONIA UTERI. A. Pengertian

1. ATONIA UTERI. A. Pengertian 1. ATONIA UTERI A. Pengertian Atonia uteri adalah suatu kondisi dimana miometrium tidak dapat berkontraksi dan bila ini terjadi maka darah Kehamilan aterm aliran darah ke uterus sebanyak 500-800 cc/menit.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan Seksual menurut World Health Organization (WHO), adalah suatu keadaan fisik, emosional,mental dan kesejahteraan sosial yang stabil yang berkaitan dengan seksualitas,

Lebih terperinci

Sectio Caesarea PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)

Sectio Caesarea PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) Sectio Caesarea 1. Pengertian ( Definisi) Persalinan buatan, di mana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan

Lebih terperinci

UPAYA PENCEGAHAN PROLAPS ORGAN PANGGUL. Dr. dr. I Wayan Megadhana, SpOG (K)

UPAYA PENCEGAHAN PROLAPS ORGAN PANGGUL. Dr. dr. I Wayan Megadhana, SpOG (K) UPAYA PENCEGAHAN PROLAPS ORGAN PANGGUL Dr. dr. I Wayan Megadhana, SpOG (K) BAGIAN / SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA / RSUP SANGLAH DENPASAR 2013 BAB I PENDAHULUAN Prolaps

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Mioma uteri sering disebut juga leiomioma atau fibroid uterus, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Mioma uteri sering disebut juga leiomioma atau fibroid uterus, yang merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mioma adalah suatu pertumbuhan jinak dari sel-sel otot polos. Mioma yang berasal dari sel-sel otot polos miometrium disebut mioma uteri (Achadiat, 2004). Mioma uteri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prolapsus uteri merupakan salah satu bentuk prolapsus organ panggul dan

BAB I PENDAHULUAN. Prolapsus uteri merupakan salah satu bentuk prolapsus organ panggul dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Prolapsus uteri merupakan salah satu bentuk prolapsus organ panggul dan merupakan suatu kondisi jatuh atau tergelincirnya uterus (rahim) ke dalam atau keluar melalui

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. menyandang selendang jarit lurik (kain yang bermotif lurik) dan ada pula. banyak, Haryanto dalam (Hidayah, 2007).

BAB II LANDASAN TEORI. menyandang selendang jarit lurik (kain yang bermotif lurik) dan ada pula. banyak, Haryanto dalam (Hidayah, 2007). BAB II LANDASAN TEORI A. Beban Kerja Buruh Gendong 1. Definisi Buruh Gendong Buruh gendong dilihat secara harfiah adalah profesi gendongmenggendong barang yang dilakukan oleh seorang perempuan. Dengan

Lebih terperinci

MAKALAH ASUHAN NEONATUS, BAYI DAN BALITA ATRESIA ANI DAN ATRESIA REKTAL

MAKALAH ASUHAN NEONATUS, BAYI DAN BALITA ATRESIA ANI DAN ATRESIA REKTAL MAKALAH ASUHAN NEONATUS, BAYI DAN BALITA ATRESIA ANI DAN ATRESIA REKTAL Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kulia Asuhan Neonatus Bayi Dan Balita Dosen : Yuliasti Eka Purwaningrum SST, MPH Disusun oleh :

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang Masalah

1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Prolaps organ panggul (POP) merupakan salah satu jenis disfungsi dasar panggul yang sudah umum diketahui. POP sebenarnya dapat disamakan dengan suatu hernia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perut kuadran kanan bawah (Smeltzer, 2002). Di Indonesia apendisitis merupakan

BAB I PENDAHULUAN. perut kuadran kanan bawah (Smeltzer, 2002). Di Indonesia apendisitis merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Apendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiformis yang terletak di perut kuadran kanan bawah (Smeltzer, 2002). Di Indonesia apendisitis merupakan penyakit urutan

Lebih terperinci

DISTRIBUSI STAGING DAN FAKTOR RESIKO PROLAPSUS ORGAN PELVIS DI POLIKLINIK GINEKOLOGI RSUP H.ADAM MALIK- RSU DR. PIRNGADI BERDASAR SISTEM POPQ

DISTRIBUSI STAGING DAN FAKTOR RESIKO PROLAPSUS ORGAN PELVIS DI POLIKLINIK GINEKOLOGI RSUP H.ADAM MALIK- RSU DR. PIRNGADI BERDASAR SISTEM POPQ DISTRIBUSI STAGING DAN FAKTOR RESIKO PROLAPSUS ORGAN PELVIS DI POLIKLINIK GINEKOLOGI RSUP H.ADAM MALIK- RSU DR. PIRNGADI BERDASAR SISTEM POPQ (PELVIC ORGAN PROLAPSE QUANTIFICATION SISTEM) T E S I S Oleh

Lebih terperinci

Insidens Dislokasi sendi panggul umumnya ditemukan pada umur di bawah usia 5 tahun. Lebih banyak pada anak laki-laki daripada anak perempuan.

Insidens Dislokasi sendi panggul umumnya ditemukan pada umur di bawah usia 5 tahun. Lebih banyak pada anak laki-laki daripada anak perempuan. Dislokasi Sendi Panggul Dislokasi sendi panggul banyak ditemukan di Indonesia akibat trauma dan sering dialami oleh anak-anak. Di Negara Eropa, Amerika dan Jepang, jenis dislokasi sendi panggul yang sering

Lebih terperinci

Asuhan Persalinan Normal. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

Asuhan Persalinan Normal. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Asuhan Persalinan Normal Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Definisi Persalinan dan kelahiran dikatakan normal jika: Usia cukup bulan (37-42 minggu) Persalinan terjadi spontan

Lebih terperinci

GANGGUAN MIKSI DAN DEFEKASI PADA USIA LANJUT. Dr. Hj. Durrotul Djannah, Sp.S

GANGGUAN MIKSI DAN DEFEKASI PADA USIA LANJUT. Dr. Hj. Durrotul Djannah, Sp.S GANGGUAN MIKSI DAN DEFEKASI PADA USIA LANJUT Dr. Hj. Durrotul Djannah, Sp.S Secara biologis pada masa usia lanjut, segala kegiatan proses hidup sel akan mengalami penurunan Hal-hal keadaan yang dapat ikut

Lebih terperinci

PERSALINAN NORMAL ( KALA IV )

PERSALINAN NORMAL ( KALA IV ) PERSALINAN NORMAL ( KALA IV ) Pengertian Bagian kebidanan dan kandungan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo masih mengenal kala IV, yaitu satu jam setelah placenta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. kehamilan ektopik yang berakhir dengan keadaan ruptur atau abortus. 12 Kehamilan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. kehamilan ektopik yang berakhir dengan keadaan ruptur atau abortus. 12 Kehamilan 24 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Definisi Kehamilan Ektopik Terganggu Kehamilan ektopik merupakan kehamilan yang terjadi diluar rongga uteri. Lokasi tersering

Lebih terperinci

Anterior Colporrhaphy versus Transvaginal Mesh for Pelvic-Organ Prolapse

Anterior Colporrhaphy versus Transvaginal Mesh for Pelvic-Organ Prolapse Anterior Colporrhaphy versus Transvaginal Mesh for Pelvic-Organ Prolapse LATAR BELAKANG Penggunaan jaring kit standar untuk perbaikan organ panggul prolaps telah menyebar pesat dalam beberapa tahun terakhir,

Lebih terperinci

Kata Pengantar Ketua Bagian/SMF Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/ RSUP Sanglah Denpasar

Kata Pengantar Ketua Bagian/SMF Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/ RSUP Sanglah Denpasar Kata Pengantar Ketua Bagian/SMF Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/ RSUP Sanglah Denpasar Om Swastyastu, Salam sejahtera untuk kita semua Puji syukur kami panjatkan ke hadapan

Lebih terperinci

PENANGANNYA : Antibiotika cervicitis tidak spesifik dapat diobati dengan rendaman dalam AgNO3 10 % dan irigasi

PENANGANNYA : Antibiotika cervicitis tidak spesifik dapat diobati dengan rendaman dalam AgNO3 10 % dan irigasi RADANG GENITALIA SERVISITIS Servisitis adalah peradangan dari selaput lendir dari kanalis servikalis. karena epitel selaput lendir kanalis servikalis hanya terdiri dari satu lapisan sel selindris sehingga

Lebih terperinci

: ENDAH SRI WAHYUNI J

: ENDAH SRI WAHYUNI J PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN PELVIC FLOOR MUSCLE TREATMENT (PFMT) SECARA INDIVIDU DAN BERKELOMPOK TERHADAP INKONTINENSIA URIN PADA WANITA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DHARMA BAKTI SKRIPSI DISUSUN UNTUK MEMENUHI

Lebih terperinci

INKONTINENSIA URIN. Dr. Budi Iman Santoso, SpOG (K) Divisi Uroginekologi Rekonstruksi Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI/ RSCM Jakarta

INKONTINENSIA URIN. Dr. Budi Iman Santoso, SpOG (K) Divisi Uroginekologi Rekonstruksi Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI/ RSCM Jakarta INKONTINENSIA URIN Dr. Budi Iman Santoso, SpOG (K) Divisi Uroginekologi Rekonstruksi Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI/ RSCM Jakarta Inkontinensia urin dapat terjadi pada segala usia Asia Pasific

Lebih terperinci

6.1 Kesimpulan Saran... DAFTAR PUSTAKA... LAMPIRAN... DAFTAR GAMBAR

6.1 Kesimpulan Saran... DAFTAR PUSTAKA... LAMPIRAN... DAFTAR GAMBAR DAFTAR ISI SAMPUL DALAM... i LEMBAR PENGESAHAN.... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii KATA PENGANTAR... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS... v ABSTRAK... vi ABSTRACT... vii RINGKASAN... viii SUMMARY...

Lebih terperinci

Aulia Rahman, S. Ked Endang Sri Wahyuni, S. Ked Nova Faradilla, S. Ked

Aulia Rahman, S. Ked Endang Sri Wahyuni, S. Ked Nova Faradilla, S. Ked Authors : Aulia Rahman, S. Ked Endang Sri Wahyuni, S. Ked Nova Faradilla, S. Ked Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau 2009 Files of DrsMed FK UR (http://www.files-of-drsmed.tk 0 PENDAHULUAN

Lebih terperinci

PERANAN LAPAROSKOPI PADA PENDERITA INFERTILITAS WANITA

PERANAN LAPAROSKOPI PADA PENDERITA INFERTILITAS WANITA PERANAN LAPAROSKOPI PADA PENDERITA INFERTILITAS WANITA Ronny Ajartha, Ronny Siddik, Delfi Lutan, T.M Ichsan Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara PENDAHULUAN

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PRE, INTRA, POST OPERASI HAEMOROIDEKTOMI DI RUANG DIVISI BEDAH SENTRAL RS. Dr.

LAPORAN PENDAHULUAN. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PRE, INTRA, POST OPERASI HAEMOROIDEKTOMI DI RUANG DIVISI BEDAH SENTRAL RS. Dr. LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PRE, INTRA, POST OPERASI HAEMOROIDEKTOMI DI RUANG DIVISI BEDAH SENTRAL RS. Dr. KARIADI SEMARANG Disusun oleh : Hadi Winarso 1.1.20360 POLITEKNIK KESEHATAN

Lebih terperinci

Kanker Serviks. Cervical Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Serviks. Cervical Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Serviks Kanker serviks merupakan penyakit yang umum ditemui di Hong Kong. Kanker ini menempati peringkat kesepuluh di antara kanker yang diderita oleh wanita dengan lebih dari 400 kasus baru setiap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kulit sebelah depan perineum (Sarwono, 2007, hal. 171).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kulit sebelah depan perineum (Sarwono, 2007, hal. 171). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Episiotomi 1. Definisi Episiotomi Menurut Sarwono (2007), episiotomi merupakan suatu tindakan insisi pada perineum yang menyebabkan terpotongnya selaput lendir vagina, cincin

Lebih terperinci

Pengkajian : Manifestasi klinis yang dapat ditemukan pada individu yang mengalami masalah eliminasi urine : 1. inkontinensia urine 2.

Pengkajian : Manifestasi klinis yang dapat ditemukan pada individu yang mengalami masalah eliminasi urine : 1. inkontinensia urine 2. BLADDER TRAINING BLADDER TRAINING Bladder training biasanya dilakukan pada pasien yang mengalami perubahan pola eliminasi urin (inkontinensia) yang berhubungan dengan dysfungsi urologik. Pengkajian : Manifestasi

Lebih terperinci

Atonia Uteri. Perdarahan post partum dpt dikendalikan melalui kontraksi & retraksi serat-serat miometrium

Atonia Uteri. Perdarahan post partum dpt dikendalikan melalui kontraksi & retraksi serat-serat miometrium ATONIA UTERI Atonia Uteri Perdarahan post partum dpt dikendalikan melalui kontraksi & retraksi serat-serat miometrium Kontraksi & retraksi menyebabkan terjadinya pembuluh darah shg aliran darah ketempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tuba falopi kemudian berimplantasi di endometrium. (Prawiroharjho, ketidakpuasan bagi ibu dan bayinya (Saifuddin. 2000).

BAB I PENDAHULUAN. tuba falopi kemudian berimplantasi di endometrium. (Prawiroharjho, ketidakpuasan bagi ibu dan bayinya (Saifuddin. 2000). BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Kehamilan adalah bertemunya sel sperma dan ovum matang di tuba falopi kemudian berimplantasi di endometrium. (Prawiroharjho, 2002). Kehamilan dan persalinan

Lebih terperinci

SIRKUMSISI TUJUAN PEMBELAJARAN

SIRKUMSISI TUJUAN PEMBELAJARAN TUJUAN PEMBELAJARAN SIRKUMSISI Setelah menyelesaikan modul sirkumsisi, mahasiswa diharapkan mampu : 1. Menjelaskan kepentingan sirkumsisi secara medis 2. Menjelaskan teknik-teknik sirkumsisi 3. Melakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Inkontinensia Urin 2.1.1 Definisi Inkontinensia urin (IU) oleh International Continence Society (ICS) didefinisikan sebagai keluarnya urin yang tidak dapat dikendalikan atau

Lebih terperinci

Oleh Ni Ketut Alit Armini

Oleh Ni Ketut Alit Armini dengan KOMPLIKASI POST PARTUM Oleh Ni Ketut Alit Armini PSIK FK UNAIR SURABAYA Hemoragik Post Partum (HPP) Perdarahan yang melebihi 500 cc segera setelah lahir Perubahan kondisi ibu, tanda- tanda vital,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan penelitian Woman Research Institute, angka kematian ibu melahirkan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan penelitian Woman Research Institute, angka kematian ibu melahirkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka Kematian ibu melahirkan di Indonesia masih tergolong tinggi. Berdasarkan penelitian Woman Research Institute, angka kematian ibu melahirkan pada tahun 2011 mencapai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah persalinan sectio caesarea. Persalinan sectio caesarea adalah melahirkan janin

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah persalinan sectio caesarea. Persalinan sectio caesarea adalah melahirkan janin 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hampir setiap wanita akan mengalami proses persalinan. Kodratnya wanita dapat melahirkan secara normal yaitu persalinan melalui vagina atau jalan lahir biasa (Siswosuharjo

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. H DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN: POST APPENDIKTOMY DI RUANG MELATI I RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. H DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN: POST APPENDIKTOMY DI RUANG MELATI I RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. H DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN: POST APPENDIKTOMY DI RUANG MELATI I RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA Diajukan Dalam Rangka Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Keperawatan Disusun

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. hasil bekerja. Jumlah dari pendapatan akan mempengaruhi banyak sektor

BAB II LANDASAN TEORI. hasil bekerja. Jumlah dari pendapatan akan mempengaruhi banyak sektor BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Faktor Sosial Ekonomi a. Penghasilan Pendapatan adalah merupakan hasil atau upah yang diterima dari hasil bekerja. Jumlah dari pendapatan akan mempengaruhi

Lebih terperinci

disebabkan internal atau eksternal trauma, penyakit atau cedera. 1 tergantung bagian neurogenik yang terkena. Spincter urinarius mungkin terpengaruhi,

disebabkan internal atau eksternal trauma, penyakit atau cedera. 1 tergantung bagian neurogenik yang terkena. Spincter urinarius mungkin terpengaruhi, Fungsi normal kandung kemih adalah mengisi dan mengeluarkan urin secara terkoordinasi dan terkontrol. Aktifitas koordinasi ini diatur oleh sistem saraf pusat dan perifer. Neurogenic bladdre adalah keadaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan suatu teori kontrol. Tetapi yang jika dihubungkan dengan perantara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan suatu teori kontrol. Tetapi yang jika dihubungkan dengan perantara 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Tindakan Teori tindakan adalah teori perilaku manusia dan disengaja bagi perantara merupakan suatu teori kontrol. Tetapi yang jika dihubungkan dengan perantara tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Perawatan merupakan suatu proses pemenuhan kebutuhan dasar manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Perawatan merupakan suatu proses pemenuhan kebutuhan dasar manusia yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Perawatan merupakan suatu proses pemenuhan kebutuhan dasar manusia yang meliputi biologis, psikologis, sosial dan spiritual dalam rentang sakit sampai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebutuhan. Terpenuhinya fungsi-fungsi keluarga dapat membantu keluarga untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebutuhan. Terpenuhinya fungsi-fungsi keluarga dapat membantu keluarga untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga membutuhkan terciptanya keharmonisan agar tujuan-tujuan dalam pembentukan keluarga dapat tercipta. Keharmonisan keluarga terbentuk ketika nilai-nilai dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sering dijumpai di masyarakat dan praktek sehari-hari. Pada

BAB I PENDAHULUAN. yang sering dijumpai di masyarakat dan praktek sehari-hari. Pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gangguan pemenuhan kebutuhan eliminasi urin pada usia lanjut merupakan salah satu keluhan utama dari demikian banyak masalah geriatrik yang sering dijumpai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sehat adalah suatu keadaan yang tidak hanya bebas. dari penyakit dan kecacatan tetapi juga meliputi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sehat adalah suatu keadaan yang tidak hanya bebas. dari penyakit dan kecacatan tetapi juga meliputi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sehat adalah suatu keadaan yang tidak hanya bebas dari penyakit dan kecacatan tetapi juga meliputi sejahtera secara fisik, mental, dan sosial (World Health Organization,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Rumusan Masalah. 1.3 Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Rumusan Masalah. 1.3 Tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami definisi, penyebab, mekanisme dan patofisiologi dari inkontinensia feses pada kehamilan. INKONTINENSIA

Lebih terperinci

PERAWATAN KOLOSTOMI Pengertian Jenis jenis kolostomi Pendidikan pada pasien

PERAWATAN KOLOSTOMI Pengertian Jenis jenis kolostomi Pendidikan pada pasien PERAWATAN KOLOSTOMI Pengertian * Sebuah lubang buatan yang dibuat oleh dokter ahli bedah pada dinding abdomen untuk mengeluarkan feses (M. Bouwhuizen, 1991) * Pembuatan lubang sementara atau permanen dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Senam Nifas 1. Defenisi Senam Nifas Senam nifas adalah senam yang dilakukan ibu setelah melahirkan yang berrtujuan untuk mempertahankan dan meningkatkan sirkulasi ibu pada masa

Lebih terperinci

GANGGUAN MENSTRUASI DAN SIKLUSNYA

GANGGUAN MENSTRUASI DAN SIKLUSNYA 1 GANGGUAN MENSTRUASI DAN SIKLUSNYA Yasmini F Blok Reproduksi, FK UII, oktober 2015 2 Kompetensi dasar Mampu menjelaskan gangguan menstruasi Indikator pencapaian Dapat menjelaskan diagnosis klinik dan

Lebih terperinci

VENTRICULO PERITONEAL SHUNTING (VPS) : PERBANDINGAN ANTARA VPS TERPANDU LAPAROSKOPI & VPS DENGAN TEKNIK BEDAH TERBUKA KONVENSIONAL

VENTRICULO PERITONEAL SHUNTING (VPS) : PERBANDINGAN ANTARA VPS TERPANDU LAPAROSKOPI & VPS DENGAN TEKNIK BEDAH TERBUKA KONVENSIONAL VENTRICULO PERITONEAL SHUNTING (VPS) : PERBANDINGAN ANTARA VPS TERPANDU LAPAROSKOPI & VPS DENGAN TEKNIK BEDAH TERBUKA KONVENSIONAL Dipresentasikan Oleh : Aji Febriakhano Pembimbing : dr. Hanis S,Sp.BS

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Karakteristik Subjek Penelitian. Tabel 5.1

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Karakteristik Subjek Penelitian. Tabel 5.1 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian 5.1.1 Deskripsi Karakteristik Subjek Penelitian Berikut ini disajikan deskripsi sampel berdasarkan umur dan indeks massa tubuh pada Tabel 5.1:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat sensitif terhadap sentuhan dan cenderung mengalami robekan. BAK dan aktivitas seksual ibu pasca melahirkan.

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat sensitif terhadap sentuhan dan cenderung mengalami robekan. BAK dan aktivitas seksual ibu pasca melahirkan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perineum merupakan bagian penting pada saat proses persalinan yang sangat sensitif terhadap sentuhan dan cenderung mengalami robekan pada saat proses persalinan secara

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS KEGEL EXERCISE UNTUK PENCEGAHAN POSTPARTUM FEMALE SEXUAL DYSFUNCTION DALAM UPAYA PENINGKATAN KUALITAS KELUARGA

EFEKTIFITAS KEGEL EXERCISE UNTUK PENCEGAHAN POSTPARTUM FEMALE SEXUAL DYSFUNCTION DALAM UPAYA PENINGKATAN KUALITAS KELUARGA EFEKTIFITAS KEGEL EXERCISE UNTUK PENCEGAHAN POSTPARTUM FEMALE SEXUAL DYSFUNCTION DALAM UPAYA PENINGKATAN KUALITAS KELUARGA Catharina Galuh Suryondari 1, Eka Yuni Indah Nurmala 2 Prodi D III Kebidanan STIKes

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dasar panggul adalah diafragma muskular yang memisahkan cavum pelvis di sebelah atas dengan ruang perineum di sebelah bawah. Sekat ini dibentuk oleh m. Levator ani,

Lebih terperinci

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI SKRIPSI PERBEDAAN FUNGSI SEKSUAL PASIEN PROLAPSUS UTERI ANTARA TERAPI OPERATIF DAN NON OPERATIF DI RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA Oleh INDRI SAGITA FALUVIANTI 011211233002 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIDAN FAKULTAS

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN PERAWATAN KOLOSTOMI Purwanti,

LAPORAN PENDAHULUAN PERAWATAN KOLOSTOMI Purwanti, LAPORAN PENDAHULUAN PERAWATAN KOLOSTOMI Purwanti, 0906511076 A. Pengertian tindakan Penyakit tertentu menyebabkan kondisi-kondisi yang mencegah pengeluaran feses secara normal dari rektum. Hal ini menimbulkan

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PENDERITA MIOMA UTERI DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN

ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PENDERITA MIOMA UTERI DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PENDERITA MIOMA UTERI DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2013-2014 Deryant Imagodei Noron, 2016. Pembimbing I : Rimonta F. Gunanegara,dr.,Sp.OG Pembimbing II : Dani, dr.,

Lebih terperinci

BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS MODUL : RUPTUR PERINEUM GRADE III-IV Oleh : Dr.H. Ariadi,SpOG Diterbitkan Oleh: BagianObstetridanGinekologi FakultasKedokteranUniversitasAndalas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. macam aspek, diantaranya pertolongan persalinan yang salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. macam aspek, diantaranya pertolongan persalinan yang salah satunya adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan keperawatan bidang kesehatan modern mencakup berbagai macam aspek, diantaranya pertolongan persalinan yang salah satunya adalah sectio caesaria. Di negara

Lebih terperinci

Tumor jinak pelvik. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

Tumor jinak pelvik. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Tumor jinak pelvik Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Definisi Massa pelvik merupakan kelainan tumor pada organ pelvic yang dapat bersifat jinak maupun ganas Tumor jinak pelvik

Lebih terperinci

Modul 9. (No. ICOPIM: 5-461)

Modul 9. (No. ICOPIM: 5-461) Modul 9 Bedah Digestif SIGMOIDOSTOMI (No. ICOPIM: 5-461) 1. TUJUAN 1.1. Tujuan Pembelajaran umum Setelah mengikuti sesi ini, peserta didik memahami dan mengerti tentang anatomi dari kolon dan rektum, mengerti

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mioma uteri dikenal juga dengan sebutan fibromioma, fibroid ataupun leiomioma, merupakan neoplasma jinak yang berasal dari otot rahim dan jaringan ikat di rahim. Tumor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Melemahnya kekuatan otot dasar panggul (ODP) dapat menyebabkan berbagai gejala yang mengganggu kualitas hidup dan merupakan masalah umum pada wanita dalam fungsi reproduksi,

Lebih terperinci

PENUNTUN KETRAMPILAN KLINIK 5 BAGIAN 1 BLOK 3.1 SEMESTER 5

PENUNTUN KETRAMPILAN KLINIK 5 BAGIAN 1 BLOK 3.1 SEMESTER 5 PENUNTUN KETRAMPILAN KLINIK 5 BAGIAN 1 BLOK 3.1 SEMESTER 5 Edisi satu, 2016 PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG KEGIATAN KETRAMPILAN KLINIK BLOK 3.1* No. KELOMPOK TOPIK RUANGAN

Lebih terperinci

Kanker Prostat. Prostate Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Prostat. Prostate Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Prostat Kanker prostat merupakan tumor ganas yang paling umum ditemukan pada populasi pria di Amerika Serikat, dan juga merupakan kanker pembunuh ke-5 populasi pria di Hong Kong. Jumlah pasien telah

Lebih terperinci

TUGAS MADIRI BLADDER TRAINING

TUGAS MADIRI BLADDER TRAINING TUGAS MADIRI BLADDER TRAINING Disusun untuk memenuhi tugas Blok Urinary Oleh: Puput Lifvaria Panta A 135070201111004 Kelompok 3 Reguler 2 PROGAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Lebih terperinci

HUBUNGAN PARITAS DENGAN KEJADIAN PROLAPSUS UTERI DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA. Dwika Suryaningdyah. Abstrak

HUBUNGAN PARITAS DENGAN KEJADIAN PROLAPSUS UTERI DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA. Dwika Suryaningdyah. Abstrak HUBUNGAN PARITAS DENGAN KEJADIAN PROLAPSUS UTERI DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA Dwika Suryaningdyah Abstrak Partus yang berulang kali dan terjadi terlampau sering merupakan faktor utama terjadinya prolapsus

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bundar dengan ukuran 15 x 20 cm dengan tebal 2,5 sampai 3 cm dan beratnya 500

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bundar dengan ukuran 15 x 20 cm dengan tebal 2,5 sampai 3 cm dan beratnya 500 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Plasenta Previa Plasenta merupakan bagian dari kehamilan yang penting, mempunyai bentuk bundar dengan ukuran 15 x 20 cm dengan tebal 2,5 sampai 3 cm dan beratnya 500 gram. Plasenta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persalinan merupakan kejadian fisiologi yang normal dialami oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persalinan merupakan kejadian fisiologi yang normal dialami oleh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persalinan merupakan kejadian fisiologi yang normal dialami oleh seorang ibu berupa pengeluaran hasil konsepsi yang hidup didalam uterus melalui vagina ke dunia luar.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Bladder Retention Training 1.1. Defenisi Bladder Training Bladder training adalah salah satu upaya untuk mengembalikan fungsi kandung kemih yang mengalami gangguan ke keadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hamil saat proses melahirkan adalah episiotomi. Episiotomi yaitu tindakan bedah

BAB I PENDAHULUAN. hamil saat proses melahirkan adalah episiotomi. Episiotomi yaitu tindakan bedah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Melahirkan merupakan perjalanan hidup yang akan dilakukan oleh seorang perempuan, akan tetapi persalinan sering membuat takut para ibu yang akan mengalami proses persalinan.

Lebih terperinci

Penyebab kanker ovarium belum diketahui secara pasti. Akan tetapi banyak teori yang menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium, diantaranya:

Penyebab kanker ovarium belum diketahui secara pasti. Akan tetapi banyak teori yang menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium, diantaranya: ASKEP CA OVARIUM A. Pengertian Kanker Indung telur atau Kanker ovarium adalah tumor ganas pada ovarium (indung telur) yang paling sering ditemukan pada wanita berusia 50 70 tahun. Kanker ovarium bisa menyebar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan dalam masyarakat, terutama pada wanita dan usia lanjut. Walaupun penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan dalam masyarakat, terutama pada wanita dan usia lanjut. Walaupun penyakit ini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit batu kandung empedu atau kolelitiasis merupakan penyakit yang lazim ditemukan dalam masyarakat, terutama pada wanita dan usia lanjut. Walaupun penyakit ini

Lebih terperinci

PENGARUH LATIHAN OTOT DASAR PANGGUL TERHADAP PENCEGAHAN INCONTINENSIA URINE PADA IBU POST PARTUM DI RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH PALEMBANG

PENGARUH LATIHAN OTOT DASAR PANGGUL TERHADAP PENCEGAHAN INCONTINENSIA URINE PADA IBU POST PARTUM DI RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH PALEMBANG PENGARUH LATIHAN OTOT DASAR PANGGUL TERHADAP PENCEGAHAN INCONTINENSIA URINE PADA IBU POST PARTUM DI RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH PALEMBANG Murbiah PSIK STIKes Muhammadiyah Palembang Email : murbiah.husin@gmail.com

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KUALITAS HIDUP PASIEN PROLAPS UTERI YANG DILAKUKAN OPERASI DENGAN YANG DILAKUKAN KONSERVATIF DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

PERBANDINGAN KUALITAS HIDUP PASIEN PROLAPS UTERI YANG DILAKUKAN OPERASI DENGAN YANG DILAKUKAN KONSERVATIF DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI PERBANDINGAN KUALITAS HIDUP PASIEN PROLAPS UTERI YANG DILAKUKAN OPERASI DENGAN YANG DILAKUKAN KONSERVATIF DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang melakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang melakukan 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 1. Defenisi Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan

Lebih terperinci

TUGAS MANDIRI 1 Bladder Training. Oleh : Adelita Dwi Aprilia Reguler 1 Kelompok 1

TUGAS MANDIRI 1 Bladder Training. Oleh : Adelita Dwi Aprilia Reguler 1 Kelompok 1 TUGAS MANDIRI 1 Bladder Training Oleh : Adelita Dwi Aprilia 135070201111005 Reguler 1 Kelompok 1 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2015 1. Definisi Bladder

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terhadap objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terhadap objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan. Pengetahuan merupakan hasil tahu, yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan

Lebih terperinci

Mekanisme Persalinan Normal. Dr. Iskandar Syahrizal SpOG

Mekanisme Persalinan Normal. Dr. Iskandar Syahrizal SpOG Mekanisme Persalinan Normal Dr. Iskandar Syahrizal SpOG Mekanisme Persalinan dan Kemajuan Persalinan Persalinan / Partus Adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup, dari dalam uterus

Lebih terperinci