Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download ""

Transkripsi

1

2

3

4

5

6

7

8 REVIU RENCANA STRATEGIS DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN Sehubungan dengan adanya perubahan lingkungan strategis yang dinamis dan cepat pada kondisi ekonomi, sosial, politik dalam negeri dan luar negeri, telah menghadapkan pemerintah pada tuntutan perbaikan dan perubahan dalam pengelolaan pemerintahan. Beberapa pertimbangan yang mendorong perlunya Reviu Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Tahun adalah adanya Reviu Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Tahun yang telah ditetapkan dengan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : KP 873 Tahun 2017 tentang Reviu Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Tahun ; Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 70 Tahun 2017 tentang Penetapan Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Kementerian Perhubungan; adanya pelaksanaan reformasi birokrasi di lingkungan Kementerian Perhubungan, penataan kelembagaan di lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, adanya kebijakan nasional tentang Proyek Strategis Nasional (PSN), Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN), pemanfaatan ruang udara di Selatan Pulau Jawa, dll. Reviu Renstra Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Tahun merupakan bagian dari penjabaran Renstra Kementerian Perhubungan. Renstra ini memuat visi, misi, tujuan, sasaran, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan yang disusun dengan berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional Tahun yang telah ditetapkan melalui Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 dan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : KP 873 Tahun 2017 tentang Reviu Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Tahun Dengan diselesaikannya Reviu Renstra Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Tahun , maka pencapaian Visi dan Misi Direktorat Jenderal Perhubungan Udara diharapkan dapat realistis dan mengakomodasi tuntutan penyediaan infrastruktur melalui pembangunan dan pemeliharaan/rehabilitasi sarana dan prasarana transportasi udara yang berkelanjutan dalam rangka peningkatan keselamatan, keamanan dan pelayanan penerbangan. Sasaran dan target pembangunan yang ditetapkan dalam dokumen Renstra ini telah berbasis kinerja yang tidak berorientasi output, tetapi berorientasi pada manfaat atau outcome yang diperoleh. Sebagai dokumen perencanaan, Reviu Renstra Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Tahun harus menjadi acuan bagi seluruh unit kerja di lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara dalam penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA-KL) yang akan dibiayai oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Saya selaku pimpinan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara mengharapkan agar jajaran Direktorat Jenderal i Kata Pengantar

9

10 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i iii vii x BAB I PENDAHULUAN... I LATAR BELAKANG... I PRIORITAS DAN ARAH PEMBANGUNAN SUB SEKTOR TRANSPORTASI UDARA... I PERUBAHAN LINGKUNGAN STRATEGIS... I Regulasi Terkait Sub Sektor Transportasi Udara... I Arah Kebijakan Sub Sektor Transportasi Udara... I Kebijakan Pengembangan Bandara Dalam Proyek Strategis Nasional... I Kebijakan Dukungan Sub Sektor Transportasi Udara Pada Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN)... I Kebijakan Angkutan Perintis Kargo... I Kebijakan Pola Operasi Bandar udara Enclave Sipil Dan Pemanfaatan Ruang Udara di Selatan Pulau Jawa... I Kebijakan Peningkatan Keselamatan Dan Keamanan Penerbangan Di Wilayah Papua... I Kelembagaan Ditjen Perhubungan Udara... I-7 BAB II VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN DITJEN PERHUBUNGAN UDARA... II VISI DAN MISI PRESIDEN... II AGENDA PRIORITAS PEMBANGUNAN NASIONAL (NAWA CITA)... II SASARAN PEMBANGUNAN NASIONAL TAHUN II VISI, MISI DAN TUJUAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN... II Visi... II Misi... II Tujuan... II Sasaran Strategis Kementerian Perhubungan Tahun II VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN DITJEN PERHUBUNGAN UDARA... II Visi... II Misi... II Tujuan... II Sasaran Strategis... II-9 BAB III CAPAIAN PEMBANGUNAN TRANSPORTASI UDARA III CAPAIAN PEMBANGUNAN TRANSPORTASI UDARA III Capaian Pembangunan Sarana dan Prasarana... III Capaian Penyusunan Dan Deregulasi Peraturan Perundang-Undangan Di Bidang Perhubungan Udara... III-2 iii DAFTAR ISI

11 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN Capaian Kinerja Kelembagaan dan Ketatalaksanaan Ditjen Perhubungan Udara... III Capaian Kinerja Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM)... III REALISASI KEUANGAN DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN III TENAGA KERJA SUB SEKTOR TRANSPORTASI UDARA... III PROGRESS ICAO USOAP, EU BAN DAN FAA TAHUN III-9 BAB IV ARAH KEBIJAKAN STRATEGIS DITJEN PERHUBUNGAN UDARA... IV ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL... IV Isu Strategis 1 : Membangun Konektivitas Nasional Untuk Mencapai Keseimbangan Pembangunan... IV Mempercepat Pembangunan Sistem Transportasi Multimoda... IV Mempercepat Pembangunan Transportasi Yang Mendorong Penguatan Industri Nasional Untuk Mendukung Sisitem Logistik Nasional Dan Penguatan Koneltivitas Nasional Dalam Kerangka Mendukung Kerjasama Regional dan Global... IV Menjaga Keseimbangan Antara Transportasi Yang Berorientasi Nasional Dengan Transportasi Yang Berorientasi Lokal Dan Kewilayahan... IV Membangun Sistem Dan Jaringan Transportasi Yang Terintegrasi Untuk Mendukung Investasi Pada Koridor Ekonomi, Kawasan Industri Khusus, Kompleks Industri, Dan Pusat-Pusat Pertumbuhan Lainnya Di Wilayah Non Koridor Ekonomi... IV Mengembangkan Sarana Dan Prasarana Transportasi Yang Ramah Lingkungan Dan Mempertimbangkan daya Dukung Lingkungan Melalui Mitigasi Dan Adaptasi Perubahan Iklim Maupun Peningkatan Keselamatan Dan Kualitas Kondisi Lingkungan... IV Meningkatkan Keselamatan Dan Keamanan dalam Penyelenggaraan Pelayanan Transportasi Serta Pertolongan Dan Penyelamatan Korban Kecelakaan Transportasi... IV Meningkatkan Kapasitas Dan Kualitas Lembaga Pengembangan Sumber Daya Manusia... IV Isu Strategis 2 : Membangun Transportasi Umum Massal Perkotaan... IV Mengembangkan Sistem Angkutan Umum Massal Yang Modern Dan Maju Dengan Orientasi Kepada Bus Maupun Rel Serta Dilengkapi Dengan Fasilitas Alih Moda Terpadu... IV Mengembangkan Manajemen Transportasi Perkotaan Yang Berimbang Dengan Memperhatikan Interaksi Antara Transportasi Dan Tata Guna Lahan... IV Meningkatkan Integrasi Kelembagaan Tranportasi Perkotaan... IV Arah Kebijakan dan Strategi RPJMN... IV ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI KEMENTERIAN PERHUBUNGAN... IV ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI DITJEN PERHUBUNGAN UDARA... IV Angkutan Udara... IV Perkembangan Angkutan Udara Tahun IV Perkembangan Kerjasama Angkutan Udara Regional Post IV Kebijakan Angkutan Udara Dalam Negeri... IV-21 iv DAFTAR ISI

12 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN Kebijakan Angkutan Udara Luar Negeri... IV Kebijakan Keperintisan... IV Kebijakan Angkutan Perintis Kargo (Program Jembatan Udara untuk Logistik Kargo) IV Kebijakan Angkutan Haji... IV Kebijakan Pentarifan... IV Kebijakan Penyelenggaraan Alokasi Ketersediaan Waktu Terbang (Slot Time) Bandar Udara... IV Bandar Udara... IV Kebijakan Pembangunan Bandar Udara... IV Kegiatan Strategis Pembangunan / Pengembangan Bandar Udara... IV Arah Kebijakan Pembangunan Transportasi Udara Tahun IV Navigasi Penerbangan... IV Kebijakan Pelayan Lalu Lintas Penerbangan... IV Kebijakan Pelayan Telekomunikasi Penerbangan... IV Kebijakan Operasi Navigasi Penerbangan... IV Kebijakan di Bidang Standarisasi Dan Prosedur Navigasi Penerbangan... IV Penambahan Kebijakan Pola Operasi Bandara Enclave Sipil Dan Pemanfaatan Ruang Udara Di Selatan Pulau Jawa... IV Kelaikudaraan Dan Pengoperasian Pesawat Udara... IV Keamanan Penerbangan... IV Kebijakan Pengembangan Manusia... IV Peningkatan Keselamatan dan Keamanan Di Wilayah Papua... IV Pembangunan Perhubungan Udara Di Kawasan Perbatasan Dan Rawan Bencana Tahun IV Kondisi Umum... IV Sasaran... IV Strategi... IV Program Pembangunan... IV Training GARD ( Get Airport Ready for Disaster)... IV Perencanaan Dan Program Adaptasi Serta Mitigasi Dampak Perubahan Iklim Dan Penurunan Emisi Gasrumah Kaca Pada Sub Sektor Transportasi Udara... IV Rencana Aksi Nasional-Adaptasi Perubahan Iklim (RAN-API)... IV Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Bidang Transportasi Udara Tahun IV Kebijakan dan Strategi RAN-GRK Bidang Transportasi Udara Tahun IV Pengarusutamaan Gender Sub Sektor Transportasi Udara... IV Teknologi Informasi Dan Komunikasi (TIK) Sub Sektor Transportasi Udara... IV Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Ditjen Perhubungan Udara... IV Roadmap Teknologi Informasi dan Komunikasi Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Tahun IV Kegiatan Teknologi Informasi dan Komunikasi Yang Telah Dilaksanakan Di Lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara... IV Kegiatan Peningkatan Kapasitas (Capacity Building) Teknologi Informasi dan Komunikasi... IV Kebijakan Keamanan Informasi (Cyber Security) Pada Direktorat Jenderal Perhubungan Udara... IV Perwakilan Tetap Indonesia Untuk ICAO... IV-98 v DAFTAR ISI

13 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN Ketahanan Penerbangan Sipil... IV KERANGKA REGULASI... IV KERANGKA KELEMBAGAAN... IV Penataan Kantor Unit Penyelenggara Bandar Udara (UPBU)... IV Penataan Organisasi Balai - Balai... IV Penataan Organisasi Kantor Otoritas Bandar Udara... IV Penataan Kantor Kepentingan Indonesia di ICAO-Montreal... IV-102 BAB V TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN... V TARGET KINERJA... V Stakeholder Perspective... V Customer Perspective... V Internal Process Perspective... V Learn And Growth... V KERANGKA PENDANAAN... V Kebutuhan Pendanaan Ditjen Perhubungan Udara Tahun V Skema Pembiayaan Alternatif... V-9 BAB VI PENUTUP... VI-1 LAMPIRAN Lampiran A. Matrik Capaian Pembangunan Transportasi Udara Dan Realisasi Alokasi Tahun Lampiran B. Matrik Sasaran Strategis Dan Indikator Kinerja Utama Ditjen Perhubungan Udara Lampiran C1. Tabel Indikasi Pendanaan Dan Lokasi Kegiatan Dalam Renstra Ditjen Perhubungan Udara Tahun Lampiran C2. Tabel Rekapitulasi Alokasi Pendanaan Ditjen Perhubungan Udara Tahun Lampiran D. Daftar Proyek Kerjasama Pemerintah Badan Usaha (Kpbu) Sub Sektor Transportasi Udara Lampiran E Matriks Kerangka Pendanaan Apbn Dalam Rpjmn Tahun Sub Sektor Transportasi Udara Lampiran F Peta Sebaran Pembangunan Bandar Udara & Peta Pelayanan Angkutan Udara Perintis Dan Program Jembatan Udara Lampiran G. Peta Pelayanan Angkutan Udara Perintis Dan Program Jembatan Udara Tahun Lampiran H. Daftar Lokasi Prioritas Penanganan Bnpp Tahun Lampiran I Cakupan Pengelolaan Kawasan Perbatasan Lampiran J Matriks Rencana Penandatangan Dan Ratifikasi Perjanjian Kerjasama Angkutan Udara Bilateral Dan Multilateral Tahun Lampiran K.1 Rekapitulasi Jumlah Usulan Formasi Tahun Anggaran Dilingkungan Ditjen Perhubungan Udara Lampiran K.2 Usulan Formasi Inspektur Penerbangan Tahun Dilingkungan Ditjen Perhubungan Udara Lampiran L.1 Matriks Kerangka Regulasi Sub Sektor Transportasi Udara Tahun Lampiran L.2 Rekapitulasi Peraturan Perundang-Undangan Di Bidang Perhubungan Udara Daftar Peraturan Yang Diterbitkan Pada Tahun 2017 Lampiran L.3 Simplikasi Peraturan Ditjen Perhubungan Udara vi DAFTAR ISI

14 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN vii DAFTAR ISI

15 TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN Tabel 1.1 Sasaran RPJMN Bidang Infrastruktur Transportasi Udara... I-2 Tabel 2.1 Tujuan Dan Sasaran Ditjen Perhubungan Udara Tahun II-10 Tabel 3.1 Capaian Pembangunan Transportasi Udara Tahun III-1 Tabel 3.2 Capaian Penyusunan Peraturan Perundang-Undangan Tahun III-2 Tabel 3.3 Komposisi SDM Ditjen Perhubungan Udara Tahun III-5 Tabel 3.4 Komposisi Jabatan Inspektur Penerbangan dan Fungsional Tertentu Tahun III-6 Tabel 3.5 Perkembangan Alokasi Anggaran Ditjen Perhubungan Udara Tahun III-6 Tabel 3.6 Perkembangan Realisasi Anggaran Ditjen Perhubungan Udara Tahun III-7 Tabel 3.7 Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha (Miliar Rupiah)... III-8 Tabel 3.8 Update Protocol Questions (PQs) Status by Area... III-10 Tabel 3.9 Jumlah Findings Berdasarkan Area... III-12 Tabel 3.10 Jumlah Findings Berdasarkan Critical Elements (CE)... III-13 Tabel 4.1 Arah Kebijakan dan Strategi RPJMN IV-8 Tabel 4.2 Arah Kebijakan dan Strategi Ditjen Perhubungan Udara... IV-12 Tabel 4.3 Proyeksi Produksi Angkutan Udara sampai tahun IV-15 Tabel 4.4 Proyeksi Kapasitas (seat capacity) Angkutan Udara sampai tahun IV-16 Tabel 4.5 Proyeksi Kargo Angkutan Udara (ton) sampai tahun IV-17 Tabel 4.6 Specifik Goals, Actions dan Milestone ASEAN... IV-18 Tabel 4.7 Struktur Rute Penerbangan... IV-26 Tabel 4.8 Pemanfaatan Rute Penerbangan Tahun IV-26 Table 4.9 Dukungan Bandar Udara Pada 10 Lokasi KSPN... IV-34 Tabel 4.10 Rencana Operasional 15 Bandar Udara Baru Target RPJMN IV-36 Tabel 4.11 Program Establishment ATFM... IV-38 Tabel 4.12 Road Map Pengambil Alihan Ruang Udara yang Didelegasikan... IV-39 ix DAFTAR TABEL

16 RENCANA STRATEGIS DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN Tabel 4.13 Roadmap Performance Based Navigation... Tabel 4.14 Prediksi Pertumbuhan Armada Angkutan Udara Tahun Tabel 4.15 Prediksi Sumber Daya Manusia Perusahaan Penerbangan Tahun Tabel 4.16 Prediksi Pertumbuhan Perusahaan Penerbangan Tahun Tabel 4.17 Rencana Dan Data Serap Maskapai Penerbangan Terhadap Pilot Ab Initio... Tabel 4.18 Kebutuhan Fasilitas Keamanan Penerbangan Tabel 4.19 Kebutuhan PKP-PK Tabel 4.20 Korelasi Komposisi Pesawat Dengan Kategori PKP-PK... Tabel 4.21 Tabel Kebutuhan Personel PKP-PK... Tabel 4.22 Tabel Kekurangan Personel PKP-PK... Tabel 4.23 Daftar Kejadian Serius Dan Kecelakaan Di Papua... Tabel 4.24 Program Lanjutan Untuk Peningkatan Keselamatan Penerbangan Di Papua... Tabel 4.25 Roadmap PBN di Papua... Tabel 4.26 List Of PBN Procedures Papua... Tabel 4.27 Pembangunan/Pengembangan Bandar Udara Di Daerah Perbatasan Dan Rawan Bencana (Target RPJMN Tahun )... Tabel 4.28 Potensi Penurunan Emisi Karbon dengan Program RAN-GRK Bidang Transportasi Udara Tahun Tabel 4.29 Rencana Aksi Nasional Disabilitas Tahun Tabel 4.30 Rencana Aksi Nasional Kelanjutusiaan Tahun Tabel 4.31 Kegiatan teknologi informasi dan komunikasi di lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara... Tabel 4.32 Roadmap Teknologi Informasi dan Komunikasi Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Tabel 4.33 Jadwal Sosialisasi di Lingkungan Bagian Perencanaan dan Kantor Pusat Direktorat Jenderal Perhubungan Udara... Tabel 4.34 Kegiatan Dalam Upaya Peningkatan Kapasitas SDM Yang Akan Diikuti Oleh Anggota Kelompok Kerja Pengelolaan Teknologi Informasi Dan Komunikasi... Tabel 4.35 Aspek Keamanan Informasi (Kondisi Saat Ini dan Kondisi Mendatang)... Tabel 4.36 Program Kerja Terkait Keamanan TIK... Tabel 4.37 Kegiatan Keamanan TIK... Tabel 4.38 Program Keamanan Penerbangan Nasional dan Draft Revisi Terkait Keamanan Informasi... IV-39 IV-43 IV-44 IV-44 IV-51 IV-53 IV-54 IV-55 IV-56 IV-56 IV-60 IV-65 IV-69 IV-70 IV-74 IV-82 IV-84 IV-85 IV-86 IV-87 IV-90 IV-90 IV-93 IV-94 IV-96 IV-97 viii DAFTAR TABEL

17 TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN Tabel 5.1 Sasaran Pokok Pembangunan Nasional Sub Sektor Transportasi Udara... IV-1 Tabel 5.2 Sasaran Rpjmn Bidang Infrastruktur (Sub Sektor Transportasi Udara)... IV-2 Tabel 5.3 Alokasi Pendanaan Ditjen Perhubungan Udara Tahun IV-7 Tabel 5.4 Alokasi Kebutuhan Pendanaan Ditjen Perhubungan Udara Tahun V-7 Tabel 5.5 Rekapitulasi Alokasi Pendanaan Ditjen Perhubungan Udara Tahun V-8 ix DAFTAR TABEL

18 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN Gambar 1.1 Kecelakaan Dan Kejadian Serius di Papua... I - 7 Gambar 3.1 Kerangka Kerja Program Keselamatan Penerbangan Nasional... III 4 Gambar 3.2 Grafik Perbandingan Alokasi Anggaran dan Realisasi Tahun III - 7 Gambar 3.3 CAP Progress Implementation... III - 9 Gambar 3.4 CAP Progress Implementation... III 10 Gambar 3.5 Gambar 3.6 Gambar 4.1 Gambar 4.2 Gambar 4.3 Gambar 4.4 Gambar 4.5 Gambar 4.6 Gambar 4.7 Gambar 4.8 Gambar 4.9 Gambar 4.10 Gambar 4.11 Gambar 4.12 Gambar 4.13 Gambar 4.14 Bagan Effective Implementation ICAO USOAP... III-11 USAP CMA Protocol Questions Indicator... III-12 Proyeksi Produksi Angkutan Udara Sampai Tahun IV-16 Proyeksi Kapasitas (Seat Capacity) Angkutan Udara Sampai Tahun IV-17 Proyeksi Kargo Angkutan Udara (ton) Sampai Tahun IV-17 Implementasi System Wide Information Manajemen (SWIM)... IV-40 Implementasi Operasi Navigasi Penerbangan... IV-41 Kecelakaan Dan Kejadian Serius Di Papua (dalam 5 tahun)... IV-59 Grafik Penyebab Kecelakaan dan Kejadian Serius di Papua... IV-60 Peta Sebaran Bandar Udara Di Propinsi Papua Dan Papua Barat... IV-61 Grafik Perbandingan Jumlah Pesawat Udara Perintis Yang Beroperasi Di Wilayah Propinsi Papua Dan Papua Barat... IV-61 Kontur Bandar Udara di Papua... IV-68 Bandar Udara di Pulau papua dan Navaid... IV-68 Kontur Wamena dan Alternatif VOR Wamena... IV-68 Potensi Emisi Karbon B A U vs Potensi Penurunan Emisi Karbon Program RAN-GRK Bidang Transportasi Udara Tahun IV-82 Roadmap Pengembangan Keamanan TIK... IV-94 x DAFTAR GAMBAR

19 REVIU RENSTRA DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Mendasari Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun , Kementerian Perhubungan telah menyusun Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Tahun sebagaimana telah ditetapkan melalui Keputusan Menteri Perhubungan nomor KP. 430 Tahun 2015 yang telah berlaku efektif pada tahun anggaran 2015, 2016 dan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara sebagai unit kerja eselon I dari Kementerian Perhubungan juga telah menyusun Renstra Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Tahun yang telah ditetapkan melalui Keputusan Dirjen Perhubungan Udara Nomor : KP 681 Tahun Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Tahun merupakan dokumen perencanaan yang berisi program-program pembangunan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun, baik program pembangunan yang ditangani langsung oleh Kementerian maupun program pembangunan yang dilakukan melalui pelibatan masyarakat, maupun Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota. Untuk itulah, Direktorat Jenderal Perhubungan Udara sebagai unit kerja eselon I dari Kementerian Perhubungan perlu memiliki konsistensi untuk meningkatkan efektifitas pelaksanaan Renstra Kementerian Perhubungan yang disusun dalam rangka menjaga kesinambungan pembangunan nasional subsektor perhubungan udara serta sebagai arahan dan pedoman pelaksanaan penyelenggaraan transportasi udara bagi seluruh unit kerja dan stakeholder penerbangan Indonesia. Sejalan dengan perkembangan kebijakan di tingkat nasional maupun internal, dan dalam rangka mengantisipasi perubahan lingkungan strategis yang terjadi sebagaimana dituangkan dalam Reviu Renstra Kementerian Perhubungan Tahun yang telah ditetapkan dengan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP 873 Tahun 2017, maka Direktorat Jenderal Perhubungan Udara juga mempunyai kewajiban mengakomodasi dinamika perubahan lingkungan strategis berdasarkan urgensi yang dapat muncul setiap saat dan memprioritaskan kebijakan yang terkait dengan sektor terkait lainnya seperti ekonomi, sosial, politik, keselamatan, keamanan dan kebijakan lainnya. Dinamika perubahan juga terbentuk sebagai hasil umpan balik (feed back) hasil evaluasi setiap tahunnya. Dengan melihat kondisi terakhir Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Tahun sebagaimana telah ditetapkan melalui Keputusan Dirjen Perhubungan Udara Nomor : KP 681 Tahun 2015 dipandang perlu untuk dilakukan penajaman penyempurnaan dan penyesuaian. Penyempurnaan dimaksud berkenaan antara lain dengan adanya kebijakan di tingkat nasional berupa ditetapkannya Peraturan Presiden Nomor 58 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016 Tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional meliputi kebijakan pengembangan bandar udara dalam Proyek Strategis Nasional (PSN) dan kebijakan dukungan sub sektor transportasi udara pada Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN), serta kebijakan nasional lainnya antara lain kebijakan angkutan perintis kargo I - 1 BAB I - PENDAHULUAN

20 REVIU RENSTRA DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA TAHUN (Program Jembatan Udara untuk Logistik Kargo), kebijakan pola operasi bandar udara enclave sipil dan pemanfaatan ruang udara di Selatan Pulau Jawa, dan kebijakan peningkatan keselamatan dan keamanan penerbangan di wilayah Papua. Selain di tingkat nasional, di tingkat Kementerian Perhubungan atau Direktorat Jenderal Perhubungan Udara juga terjadi perubahan di lingkup kelembagaan internal antara lain perubahan struktur organisasi Direktorat Jenderal Perhubungan Udara dan perubahan tata kelola keuangan beberapa unit kerja di lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara menjadi Badan Layanan Umum (BLU). Selain mengakomodir perubahan kebijakan di tingkat nasional, penyesuaian juga dilakukan terhadap Indikator Kinerja Utama Direktorat Jenderal Perhubungan Udara tahun yang telah direviu menjadi sasaran kinerja outcome sesuai dengan sasaran strategis Kementerian Perhubungan. Memperhatikan pertimbangan tersebut di atas, kebutuhan untuk dilakukannya Reviu Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Tahun menjadi sangat penting guna mengevaluasi terhadap hasil pencapaian target Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Tahun untuk selanjutnya dilakukan penajaman kembali atas target sekaligus menyempurnakan materi dan muatan Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Tahun sebagai upaya untuk mewujudkan visi dan misi Direktorat Jenderal Perhubungan Udara sebagaimana telah ditetapkan dalam Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Tahun PRIORITAS DAN ARAH PEMBANGUNAN SUB SEKTOR TRANSPORTASI UDARA Sesuai RPJMN Tahun , penyediaan infrastruktur transportasi diprioritaskan untuk menjamin kelancaran aksesibilitas bagi masyarakat dengan tingkat pelayanan optimal serta harga yang terjangkau, khususnya bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah. Dalam rangka meningkatkan daya saing produk nasional, penyediaan sarana dan prasarana transportasi diprioritaskan pada terjaminnya kelancaran distribusi barang dan jasa, salah satunya yaitu melakukan penataan sistem logistik nasional. Selain itu, upaya lain yang dilakukan melalui pembenahan penanganan arus barang di pelabuhan termasuk proses intermoda antara angkutan laut dengan moda lainnya dengan tetap memperhatikan/ pemenuhan aspek keselamatan dan keamanan pelayaran. Memperhatikan kondisi sarana dan prasarana transportasi yang ada saat ini, sesuai RPJMN prioritas pembangunan sarana dan prasarana transportasi udara untuk 5 (lima) tahun ke depan, yaitu: Tabel 1.1 Sasaran RPJMN Bidang Infrastruktur Transportasi Udara NO SASARAN INDIKATOR Penguatan Konektivitas Nasional untuk Mencapai Keseimbangan Pembangunan 1 Meningkatnya kapasitas sarana dan a. Meningkatnya jumlah penumpang yang prasarana transportasi dan keterpaduan diangkut maskapai penerbangan nasional system transportasi multimoda dan menjadi 162 juta/penumpang/tahun antarmoda untuk mengurangi dengan membangun 15 bandara baru di backlogmaupun bottleneck kapasitas Kertajati, Letung, Tambelan, Tebelian, prasarana transportasi dan sarana Muara Teweh, Samarinda Baru, Maratua, transportasi antarmoda dan antarpulau Buntu Kunik, Morowali, Miangas, Siau, sesuai dengan system transportasi Namniwel, Kabir Pantar, Werur, Koroway I - 2 BAB I - PENDAHULUAN

21 REVIU RENSTRA DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA TAHUN NO SASARAN INDIKATOR nasional dan cetak biru transportasi multimoda. 2 Meningkatnyakinerja pelayanan dan industri transportasi nasional untuk mendukung Konektivitas Nasional,Sistem Logistik Nasional (Sislognas) dan Konektivitas Global Batu, dan pengembangan dan rehabilitasi yang lama tersebar di Pulau Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua. b. Pengembangan 9 bandara untuk pelayanan kargo udara di Kualanamu, Soekarno - Hatta, Juanda, Syamsuddin Noor, Sepinggan, Hassanuddin, Samratulanggi, Frans kaisepo, Sentani. c. Peningkatan On-time Performance Penerbangan menjadi 95%. d. Moderenisasi sistem pelayanan navigasi penerbangan dan pelayaran. a. Meningkatnya peran serta sektor swasta dalam pembangunan dan penyediaan transportasi melalui Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS) atau investasi langsung sektor swasta. b. Terpisahkannya fungsi operator dan regulator serta pemberdayaan dan peningkatan daya saing BUMN transportasi untuk memperbesar pasar dan industry transportasi nasional. c. Meningkatnya SDM transportasi yang bersertifikat menjadi 2 kali lipat dibandingkan kondisi baseline dengan meningkatkan penyelenggaraan pendidikan paling tidak untuk lulusan pendidikan perhubungan laut sebanyak 1 juta orang, lulusan pendidikan udara sebanyak 30 ribu orang, lulusan pendidikan darat dan perkeretaapian sebanyak 35 ribu orang. d. Terhubungkannya konektivitas nasional dengan konektivitas global melalui penyelenggaraan pelayanan transportasi lintas batas negara dalam kerangka kerja sama sub-regional maupun regional. e. Termanfaatkannya hasil industri transportasi nasional dalam rangka pemberdayaan hasil industri transportasi dalam negeri yang meliputi pengembangan pesawat udara (N-219), armada serta galangan kapal nasional, bus, fasilitas dan sarana perkeretaapian nasional, serta industri aspal buton dan I - 3 BAB I - PENDAHULUAN

22 REVIU RENSTRA DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA TAHUN NO SASARAN INDIKATOR 3 Meningkatnya tingkat keselamatan dan keamanan penyelenggaraan pelayanan transportasi. 4 Menurunnya emisi gas rumah kaca (RAN- GRK) di sektor transportasi. 5 Tersedianya layanan transportasi serta komunikasi dan informatika diperdesaan, perbatasan negara, pulau terluar, dan wilayah non komersial lainnya. meningkatnya kapasitas jasa kontruksi nasional. Menurunnya rasio kecelakaan transportasi udara pada AOC 121 dan AOC 135 menjadi kurang dari 3 kejadian/1 juta flight cycle. Menurunnya emisi gas rumah kaca (RANGRK) sebesar2,982 juta ton CO2e untuk subsektor transportasi darat, 15,945 juta ton CO2e untuk subsektor transportasi udara, dan 1,127 juta ton CO2e untuk subsektor transportasi perkeretaapian hingga tahun 2020 melalui penyediaan sarana dan prasarana transportasi yang ramah lingkungan dan responsif terhadap perubahan iklim/cuaca ekstrem. Terselenggaranya pelayanan transportasi perintis secara terpadu meliputi bus, penyeberangan, sungai dan danau, laut, dan udara di wilayah perdalaman, perbatasan, dan pulau terluar. Peningkatan Efektivitas dan Efisiensi dalam Pembiayaan Infrastruktur 6 Menjadikan skema KPS sebagai Prioritisasi penggunaan skema KPS pada development approach dalam tingkat sektor dan daerah untuk proyekproyek pembangunan infrastruktur sektoral infrastruktur yang bersifat cost- maupun lintas sektor. recovery. Sumber : Buku II RPJMN Tahun (hal 9-30) 1.3 PERUBAHAN LINGKUNGAN STRATEGIS Dalam 2 (dua) tahun terakhir perjalanan Kementerian Perhubungan dalam Kabinet Kerja Presiden Jokowi telah terjadi berbagai perkembangan kebijakan dan perubahan lingkungan strategis yang terjadi, dimana hal ini telah mendorong adanya kebutuhan untuk melakukan penajaman dan penyempurnaan maupun evaluasi terhadap kebijakan yang telah ditetapkan sebelumnya, baik untuk jangka pendek, menengah maupun jangka panjang guna meningkatkan kualitas pelayanan, keselamatan dan keamanan jasa transportasi kepada masyarakat selaku pengguna jasa transportasi. Perubahan lingkungan strategis yang mendasari dilakukannya Reviu Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Tahun dapat digambarkan sebagai berikut: Regulasi terkait sub sektor transportasi udara : Munculnya beberapa regulasi baru dan review terhadap regulasi yang lama menyebabkan perlunya Reviu dan penyesuaian terhadap arah kebijakan dan regulasi di bidang perhubungan udara antara lain : 1. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional; I - 4 BAB I - PENDAHULUAN

23 REVIU RENSTRA DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA TAHUN Peraturan Presiden Nomor 58 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016 Tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional; 3. Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Kewajiban Pelayanan Publik Untuk Angkutan Barang Dari Dan Ke Daerah Tertinggal, Terpencil, Terluar, Dan Perbatasan; 4. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 55 Tahun 2016 tentang Tatanan Navigasi Penerbangan Nasional; 5. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 79 Tahun 2017 tentang Kriteria dan Penyelenggaraan Angkutan Udara Perintis Dan Subsidi Angkutan Udara Kargo; 6. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 70 Tahun 2017 tentang Penetapan Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Kementerian Perhubungan; 7. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP 873 Tahun 2017 tentang Reviu Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Tahun ; 8. Rancangan Perpres tentang Penggunaan Bersama Bandar Udara, Pangkalan Udara dan Ruang Udara; 9. Review PM 69 Tahun 2013 tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional; 10. Dll Arah kebijakan sub sektor transpotasi udara Kebijakan pengembangan bandar udara dalam Proyek Strategis Nasional (PSN); Mengacu pada Perpres 58 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016 Tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional, bahwa dalam rangka percepatan pelaksanaan proyek strategis untuk memenuhi kebutuhan dasar dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat ditetapkan proyek strategis nasional untuk sub sektor transportasi udara mencakup proyek revitalisasi bandar udara, proyek pembangunan bandar udara baru, dan proyek bandar udara strategis lainnya. Adapun bandar udara yang menjadi proyek revitalisasi bandar udara yaitu Bandar Udara Sultan Babullah-Ternate, Bandar Udara Radin Inten II-Lampung, Bandar Udara Tjilik Riwut- Palangkaraya, dan Bandar Udara Syamsuddin Noor-Banjarmasin. Proyek Pembangunan Bandar Udara Baru yaitu Bandar Udara Kertajati, Bandar Udara Internasional di Propinsi D.I. Yogyakarta, dan Bandar Udara Sebatik. Proyek Bandar Udara Strategis Lainnya yaitu Pengembangan Pengembangan Bandar Udara Achmad Yani-Semarang Kebijakan dukungan sub sektor transportasi udara (Bandar Udara) pada Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN); Mengacu pada Perpres 58 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016 Tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional menetapkan proyek strategis nasional untuk sektor Pariwisata yaitu percepatan infrastruktur transportasi, listrik, dan air bersih untuk 10 kawasan strategis pariwisata nasional (KSPN) Prioritas Danau Toba, Pulau Seribu, Tanjung Lesung dan 7 kawasan lainnya, dengan lokasi Provinsi Sumatera Utara, Provinsi DKI Jakarta, Provinsi Banten, Provinsi Jawa Timur, Provinsi NTB, Provinsi NTT, Provinsi Maluku Utara, Provinsi DI Yogyakarta, Provinsi Jawa Tengah, Provinsi Sulawesi Tenggara, dan Provinsi Bangka Belitung. Sesuai PM 69 Tahun 2013, bandar udara internasional di daerah destinasi pariwisata dibangun dan dikembangkan sebagai hub dan pintu gerbang pariwisata nasional, serta I - 5 BAB I - PENDAHULUAN

24 REVIU RENSTRA DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA TAHUN bandar udara domestik di sekitarnya berperan sebagai pendorong dan penunjang kegiatan pariwisata, yaitu keberadaan bandar udara dapat memudahkan transportasi ke dan dari wilayah di sekitarnya dalam rangka pendorong dan penunjang kegiatan pariwisata dalam menggerakan dinamika pembangunan nasional, serta keterpaduan dengan sektor pembangunan lainnya Kebijakan angkutan perintis kargo (Program Jembatan Udara untuk Logistik Kargo); Mengacu pada Perpres 70 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Kewajiban Pelayanan Publik Untuk Angkutan Barang Dari Dan Ke Daerah Tertinggal, Terpencil, Terluar, Dan Perbatasan bahwa untuk mencapai target penurunan disparitas harga sebagaimana tercantum dalam RPJMN Tahun yang bertujuan menjamin ketersediaan barang dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta untuk menjamin kelangsungan pelayanan penyelenggaraan angkutan barang dari dan ke daerah tertinggal, terpencil, terluar, dan perbatasan dalam mendukung pelaksanaan Tol Laut, perlu dilakukan upaya untuk mendorong target dimaksud. Oleh karena itu, untuk mempercepat penyelenggaraan kewajiban pelayanan publik untuk angkutan barang di laut, darat, dan udara diperlukan program pendukung lainnya. Dalam kaitan dengan angkutan udara perintis kargo, dukungan integrasi angkutan logistik antar moda pada program Tol Laut sangat dibutuhkan guna dapat menjangkau wilayah-wilayah pedalaman atau pegunungan. Sebagai bentuk integrasi dengan angkutan logistik melalui udara, dukungan Program Jembatan Udara diharapkan dapat menjamin kelangsungan pelayanan penyelenggaraan angkutan barang dari dan ke daerah tertinggal, terpencil, terluar, dan perbatasan Kebijakan pola operasi bandar udara enclave sipil dan pemanfaatan ruang udara di Selatan Pulau Jawa; Berdasarkan arahan Presiden pada Rapat Terbatas tanggal 13 Juli 2016 mengenai Pembahasan Lanjutan Pola Operasi Bandar Udara Enclave Civil dan Pemanfaatan Ruang Udara di Selatan Pulau Jawa (ref. Surat Sekretaris Kabinet Nomor B.416/Seskab/Maritim/7/2016 tanggal 29 Juli 2016), dimana Menteri Koordinator bersama Menteri dan Kepala Staf melakukan langkah-langkah yang diperlukan dalam rangka percepatan pemanfaatan ruang udara dan pembangunan bandar udara di Selatan Pulau Jawa. Sebagai tindak lanjut, perlu adanya Peraturan Presiden yang mengatur tentang Prosedur Penyelenggaraan Pengoperasian Bandara Enclave Sipil dan Enclave Militer serta pemanfaatan ruang udara di Selatan Pulau Jawa. Saat ini sedang disiapkan rancangan Peraturan Presiden yang mengatur tentang Prosedur Pelayanan dan Pengoperasian mengenai jam operasi penggunaan jalur Selatan Pulau Jawa untuk penebangan sipil dan militer, batas ketinggian jalur yang digunakan, serta alur koordinasi dan komunikasi Sipil Militer, yaitu taktikal dan kontijensi Kebijakan peningkatan keselamatan dan keamanan penerbangan di wilayah Papua; Wilayah Propinsi Papua dan Papua Barat perlu mendapat perhatian khusus dikarenakan memiliki karakteristik geografis yang pegunungan serta iklim yang cukup ekstrem perubahannya. Hal tersebut juga mengakibatkan transportasi udara memegang peranan penting karena menjadi penghubung utama dan penjamin aksesibilitas. Bandar udara I - 6 BAB I - PENDAHULUAN

25 REVIU RENSTRA DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA TAHUN yang pada tahun 2016 beroperasi di wilayah Propinsi Papua dan Papua Barat terdapat 108 Bandar Udara. Angka kecelakaan di wilayah propinsi Papua dan Papua Barat dari tahun 2012 s/d 2016 cukup tinggi dan mengalami peningkatan yang cukup linear. Oleh karena itu Direktorat Jenderal perhubungan Udara memberikan perhatian khusus kepada keselamatan dan keamanan terhadap penerbangan di wilayah Papua dan Papua Barat Serious Incident Accident Linear (Accident) Gambar 1.1 Kecelakaan Dan Kejadian Serius Di Papua (dalam 5 tahun) Kecelakaan atau kejadian pada penerbangan terdiri dari berbagai faktor yaitu yaitu manusia (man), pesawat udara (machine), lingkungan (environment) penggunaan pesawat udara (mission), dan pengelolaan (management). Hal yang terpenting dari tindak lanjut kejadian/kecelakaan adalah mengetahui faktor kecelakaan atau kejadian, melakukan tindakan pencegahannya serta tetap memegang prinsip-prinsip no blame dan non punitive maka perlu disusun langkah perbaikan untuk meminimalisir kemungkinan kecelakaan yang berulang karena akibat yang sama. Mengetahui faktor penyebab tersebut maka bisa dilakukan langkah-langkah pengendalian melalui manajemen resiko yang jelas dan tepat untuk setiap pihak yang terkait dengan pengoperasian pesawat udara, bandar udara dan navigasi penerbangan. Direktorat Jenderal Perhubungan sebagai otoritas penerbangan berupaya melakukan langkah perbaikan yang berkelanjutan untuk mengurangi angka kecelakaan. Bandar Udara pada wilayah Papua dan Papua Barat yang mencapai 108 bandar udara merupakan 36% dari seluruh bandar udara umum yaitu 299 Bandar Udara. Memperhatikan hal tersebut sehingga Direktorat Jenderal Perhubungan Udara melakukan beberapa kebijakan terkait keselamatan penerbangan dengan memperhatikan karakteristik suatu wilayah agar kebijakan tersebut tepat sasaran dan efektif Kelembagaan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara : a) Struktur organisasi serta tugas pokok dan fungsi Direktorat Jenderal Perhubungan Udara yang baru telah ditetapkan melalui PM 189 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan dan PM 86 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 189 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan. Dasar pelaksanaan restrukturisasi adalah terbitnya Perpres 40 tahun 2015 tentang Kementerian I - 7 BAB I - PENDAHULUAN

26 REVIU RENSTRA DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA TAHUN Perhubungan, temuan ICAO-USOAP terkait organisasi, pemberdayaan Kantor Otoritas Bandar Udara, serta penambahan fungsi strategis lainnya. Perubahan ini mempengaruhi tugas dan fungsi unit kerja di lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara antara lain dengan perubahan struktur organisasi Direktorat Navigasi Penerbangan (penyesuaian seiring dengan dengan beroperasinya Lembaga Penyelenggara Navigasi Penerbangan Indonesia (LPPNPI) dan penambahan satu Bagian baru di lingkungan SetDirektorat Jenderal Perhubungan Udara yaitu Bagian Kerjasama dan Humas. b) Perubahan pengelolaan keuangan beberapa Kantor UPBU Direktorat Jenderal Perhubungan Udara melalui penetapan menjadi PK-BLU oleh Kementerian Keuangan menyebabkan perlunya penataan organisasi dan pengelolaan keuangan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku antara lain mengacu pada peraturan tentang Badan Layanan Umum (BLU). Adapun 6 (enam) Kantor UPBU yang telah mendapatkan penetapan menjadi PK-BLU oleh Kementerian Keuangan yaitu Kantor UPBU Sentani Jayapura, Kantor UPBU Juwata Tarakan, Kantor UPBU Radin Inten II Lampung, Kantor UPBU Fatmawati Soekarno Bengkulu, Kantor UPBU Djalaluddin Gorontalo dan Kantor UPBU Mutiara Sis Al Jufri Palu. c) Restrukturisasi organisasi Balai Kesehatan Penerbangan dengan penambahan 1 (satu) seksi yang menangani pemeriksaan kesehatan personil penerbangan. d) Peningkatan kelas beberapa UPBU (Unit Penyelenggara Bandar Udara) dan penambahan beberapa Satpel baru. Dengan adanya perubahan lingkungan strategis tersebut di atas, sudah seharusnya dibutuhkan adanya penyempurnaan atau Reviu terhadap Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Tahun , dimana hal ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban kinerja Direktorat Jenderal Perhubungan Udara. I - 8 BAB I - PENDAHULUAN

27 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN BAB II VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS 2.1 VISI DAN MISI PRESIDEN Presiden Joko Widodo menetapkan Visi dan Misi pembangunan Tahun yang secara politik menjadi bagian dari tujuan tercapainya masyarakat Indonesia yang adil dan makmur. Adapun visi pembangunan Tahun adalah : Terwujudnya Indonesia Yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong Sedangkan upaya untuk mewujudkan visi tersebut adalah melalui 7 Misi Pembangunan, yaitu: 1. Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim, dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan; 2. Mewujudkan masyarakat maju, berkeseimbangan dan demokratis berlandaskan negara hukum; 3. Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan memperkuat jati diri sebagai negara maritim; 4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju, dan sejahtera; 5. Mewujudkan bangsa yang berdaya-saing; 6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional; 7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan. 2.2 AGENDA PRIORITAS PEMBANGUNAN (NAWA CITA) Agenda prioritas pembangunan ini dimaksudkan untuk menunjukkan prioritas program pembangunan perubahan menuju Indonesia yang berdaulat secara politik, serta mandiri dalam bidang ekonomi dan berkepribadian dalam kebudayaan. Adapun kesembilan agenda prioritas pembangunan yaitu: 1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga negara; 2. Membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis dan terpercaya; 3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan; 4. Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya; 5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia; 6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional; 7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakan sektor-sektor strategis ekonomi domestik; 8. Melakukan revolusi karakter bangsa; 9. Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia. II - 1 BAB II VISI, MISI DAN SASARAN STRATEGIS

28 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN Sebagai bagian dari usaha mewujudkan pembangunan infrastruktur sektor transportasi sesuai dengan Agenda Prioritas Pembangunan (Nawa Cita), maka interkoneksi didalam perencanaan pembangunan bidang transportasi dekat dengan : Sebagai bagian dari usaha mewujudkan pembangunan infrastruktur sektor transportasi sesuai dengan Agenda Prioritas Pembangunan (Nawa Cita), maka interkoneksi di dalam perencanaan pembangunan bidang transportasi dekat dengan agenda prioritas ke-6, yaitu Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya. Agenda ke-6 prioritas pembangunan tersebut mengarah pada upaya membangun dan meningkatkan jalan kereta api di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua, pembangunan BRT dan angkutan massal perkotaan, pembangunan pelabuhan penyeberangan termasuk pengadaan kapal penyeberangan dan angkutan perintis; membangun pelabuhan laut baru dan mengembangkan yang lama termasuk pembangunan kapal; membangun bandara baru dan mengembangkan yang lama termasuk pengadaan pesawat perintis dan pengembangan kargo, serta pengadaan sarana transportasi yang mengutamakan produksi industri nasional. Dalam rangka meningkatkan produktifitas rakyat dan daya saing di pasar internasional disusun 11 (sebelas) sub agenda prioritas dimana peran sektor transportasi terdapat pada sub agenda : 1. Membangun Konektivitas Nasional untuk Mencapai Keseimbangan Pembangunan; 2. Membangun Transportasi Umum Masal Perkotaan. (Sumber : Buku I RPJMN hal 6-84 s/d 6-94) 2.3 SASARAN PEMBANGUNAN NASIONAL TAHUN Beberapa sasaran yang ingin dicapai pada sub agenda prioritas Membangun Konektivitas Nasional untuk Mencapai Keseimbangan Pembangunan adalah sebagai berikut : 1. Meningkatnya kapasitas sarana dan prasarana transportasi dan keterpaduan sistem transportasi multimoda dan antarmoda, melalui: a. Meningkatnya jumlah penumpang yang diangkut maskapai penerbangan nasional menjadi 162 juta penumpang/ tahun dengan membangun 15 bandara baru danpengembangan dan rehabilitasi yang lama tersebar di Pulau Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua; b. Pengembangan 9 bandara untuk pelayanan kargo udara, serta pemutakhiran sistem pelayanan navigasi penerbangan; 2. Meningkatnya kinerja pelayanan dan industri transportasi nasional untuk mendukung konektivitas nasional, Sistem Logistik Nasional (Sislognas) dan konektivitas global melalui: a. Meningkatnya peran serta sektor swasta dalam pembangunan dan penyediaan transportasi melalui Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS) atau investasi langsung sektor swasta; b. Terpisahkannya fungsi operator dan regulator serta pemberdayaan dan peningkatan daya saing BUMN transportasi untuk memperbesar pasar dan industri transportasi nasional; c. Meningkatnya SDM Transportasi yang bersertifikat menjadi 2 (dua) kali lipat dibandingkan kondisi baseline dengan meningkatkan penyelenggaraan pendidikan paling tidak untuk lulusan pendidikan perhubungan udara sebanyak 30 ribu orang; II - 2 BAB II VISI, MISI DAN SASARAN STRATEGIS

29 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN d. Terhubungkannya konektivitas nasional dengan konektivitas global melalui penyelenggaraan pelayanan transportasi lintas batas negara dalam kerangka kerja sama sub-regional maupun regional; e. Termanfaatkannya hasil industri transportasi nasional dalam rangka pemberdayaan hasil industri transportasi dalam negeri yang meliputi pengembangan pesawat udara (N-219), armada serta galangan kapal nasional, bus, fasilitas dan sarana perkeretaapian nasional, serta industri aspal buton dan meningkatnya kapasitas jasa kontruksi nasional. 3. Meningkatnya tingkat keselamatan dan keamanan penyeleng-garaan pelayanan transportasi serta pertolongan dan penyelamatan korban kecelakaan transportasi melalui menurunnya rasio kecelakaan transportasi udara pada Air Operator Certificate (AOC) 121 dan AOC 135 menjadi kurang dari 3 kejadian/1 juta flight cycle. 4. Menurunnya emisi gas rumah kaca (RAN-GRK) sebesar 2,982 juta ton CO2e untuk subsektor transportasi darat, 15,945 juta ton CO2e untuk subsektor transportasi udara, dan 1,127 juta ton CO2e untuk subsektor transportasi perkeretaapian hingga tahun 2020 melalui penyediaan sarana dan prasarana transportasi yang ramah lingkungan dan responsif terhadap perubahan iklim/cuaca ekstrem. 5. Tersedianya layanan transportasi serta komunikasi dan informatika di perdesaan, perbatasan negara, pulau terluar, dan wilayah non komersial lainnya melalui terselenggaranya pelayanan transportasi perintis secara terpadu meliputi bus, penyeberangan, sungai dan danau, laut, dan udara di wilayah perdalaman, perbatasan, dan pulau terluar. 2.4 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN Visi Perwujudan Visi Presiden (Terwujudnya Indonesia Yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong) dalam sektor transportasi yaitu dengan Terwujudnya Konektivitas Nasional yang Handal, Berdaya Saing dan Memberikan Nilai Tambah. Hal tersebut merupakan cita-cita Kementerian Perhubungan dimana konektivitas merupakan kunci utama pertumbuhan ekonomi dan pembangunan wilayah. Konektivitas Nasional adalah terhubungnya antar wilayah di seluruh nusantara termasuk angkutan perkotaan baik dengan transportasi darat, kereta api, laut, sungai dan penyeberangan serta udara; Handal diindikasikan oleh tersedianya layanan transportasi yang aman, selamat, nyaman, tepat waktu, terpelihara, mencukupi kebutuhan, dan secara terpadu mampu mengkoneksikan seluruh wilayah tanah air; Berdaya Saing diindikasikan oleh tersedianya layanan transportasi yang efisien, terjangkau, dan kompetitif, yang dilayani oleh penyedia jasa dan SDM yang berdaya saing internasional, profesional, mandiri, dan produktif; Nilai tambah diindikasikan oleh penyelenggaraan perhubungan yang mampu mendorong perwujudan kedaulatan, keamanan dan ketahanan nasional (national security dan sovereignty) di segala bidang (ideologi, politik, ekonomi, lingkungan, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan) secara berkesinambungan dan berkelanjutan (sustainable development) serta dapat berperan dalam pengembangan wilayah. II - 3 BAB II VISI, MISI DAN SASARAN STRATEGIS

30 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN Misi Mengacu pada tugas, fungsi dan wewenang yang telah dimandatkan oleh peraturan perundang undangan dan penjabaran dari misi pembangunan nasional, maka ditetapkan misi sebagai berikut : 1. Meningkatkan keselamatan dan keamanan transportasi dalam upaya peningkatan pelayanan jasa transportasi; 2. Meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan jasa transportasi untuk mendukung pengembangan konektivitas antar wilayah; 3. Meningkatkan kinerja pelayanan jasa transportasi; 4. Meningkatkan Kapasitas sarana dan prasarana pelayanan transportasi 5. Meningkatan peran daerah, BUMN dan swasta dalam penyediaan infrastruktur sektor transportasi; 6. Restrukturisasi dan reformasi di bidang peraturan, kelembagaan, Sumber Daya Manusia (SDM) dan pelaksanaan penegakan hukum secara konsisten; 7. Mewujudkan pengembangan transportasi dan teknologi transportasi yang ramah lingkungan untuk mengantisipasi perubahan iklim. Memperhatikan lingkungan strategis yang terjadi, penjabaran dari masing-masing misi adalah sebagai berikut: 1. Meningkatkan keselamatan dan keamanan transportasi dalam upaya peningkatan pelayanan jasa transportasi Dalam upaya mengurangi/menurunkan tingkat kecelakaan dari sektor transportasi pemerintah terus berupaya secara bertahap membenahi sistem keselamatan dan keamanan transportasi menuju kondisi zero to accident. Upaya yang dilakukan pemerintah tidak saja bertumpu kepada penyediaan fasilitas keselamatan dan keamanan namun peningkatan kualitas SDM transportasi, pembenahan regulasi di bidang keselamatan/keamanan maupun sosialisasi kepada para pemangku kepentingan 2. Meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan jasa transportasi untuk mendukung pengembangan konektivitas antar wilayah Kebutuhan aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan jasa transportasi yang perlu mendapatkan perhatian adalah aksesibilitas di kawasan pedesaan, kawasan pedalaman, kawasan tertinggal termasuk kawasan perbatasan dan pulau-pulau kecil terluar yang masih menjadi tanggungjawab pemerintah 3. Meningkatkan kinerja pelayanan jasa transportasi Dalam kondisi keuangan negara yang terimbas ketidakpastian situasi keuangan dunia tentunya sangat berpengaruh terhadap kinerja pelayanan jasa transportasi karena masih terdapat beberapa operator yang memiliki keterbatasan kemampuan melakukan perawatan dan peremajaan armada, demikian pula pemerintah secara bertahap dengan dana yang terbatas melakukan rehabilitasi dan pembangunan infrastruktur, sedangkan belum seluruh masyarakat pengguna jasa memiliki daya beli yang memadai. Untuk mendukung keberhasilan pembangunan nasional, perlu diupayakan peningkatan kinerja pelayanan jasa transportasi menuju kepada kondisi yang dapat memberikan pelayanan optimal bagi masyarakat, sejalan dengan pemulihan pasca krisis keuangan global, melalui rehabilitasi dan perawatan sarana dan prasarana transportasi 4. Meningkatkan Kapasitas sarana dan prasarana pelayanan transportasi Misi meningkatkan kapasitas sarana dan prasarana pelayanan transportasi terus diarahkan untuk pemenuhan akan peningkatan permintaan pelayanan transportasi, sehingga ketersediaan sarana dan prasarana pelayanan transportasi tetap mencukupi. II - 4 BAB II VISI, MISI DAN SASARAN STRATEGIS

31 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN Meningkatan peran daerah, BUMN dan swasta dalam penyediaan infrastruktur sektor transportasi Ditengah keterbatasan anggaran belanja pemerintah didalam penyediaan infrastruktur perlunya mendorong peningkatan peran daerah, BUMN dan swasta dalam pemnyediaan infrastruktur sektor transportasi sehingga nanatinya anggaran belanja pemerintah diarahkan untuk membangun infrastruktur yang bersifat pelayanan public dan dinilai tidak layak secara finansial. 6. Melanjutkan proses restrukturisasi dan reformasi di bidang peraturan dan kelembagaan sebagai upaya peningkatan peran daerah, BUMN dan swasta dalam penyediaan infrastruktur sektor transportasi Sesuai dengan prinsip good governance melalui penerbitan Undang-Undang di sektor transportasi telah dilaksanakan restrukturisasi dan reformasi dalam penyelenggaraan transportasi antara peran pemerintah, swasta dan masyarakat. Restrukturisasi di bidang kelembagaan, menempatkan posisi Kementerian Perhubungan sebagai regulator dan melimpahkan sebagian kewenangan di bidang perhubungan kepada daerah dalam bentuk dekonsentrasi, desentralisasi dan tugas pembantuan. Reformasi di bidang regulasi (regulatory reform) diarahkan kepada penghilangan restriksi yang memungkinkan swasta berperan secara penuh dalam penyelenggaraan jasa transportasi 7. Melanjutkan proses restrukturisasi dan reformasi di bidang Sumber Daya Manusia (SDM) dan pelaksanaan penegakan hukum secara konsisten Pelaksanaan restrukturisasi dan reformasi di bidang SDM diarahkan kepada pembentukan kompetensi dan profesionalisme insan perhubungan dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang memiliki wawasan global dengan tetap mempertahankan jatidirinya sebagai manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Penegakan hukum dilakukan secara konsisten dengan melibatkan peranserta masyarakat dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan penyelenggaraan jasa transportasi 8. Mewujudkan pengembangan transportasi dan teknologi transportasi yang ramah lingkungan untuk mengantisipasi perubahan iklim Sebagai upaya untuk pengembangan jasa transportasi kedepan, Kementerian Perhubungan secara terus menerus meningkatkan kualitas penelitian dan pengembangan di bidang transportasi serta Peningkatan kapasitas dan kualitas pelayanan dalam penyelenggaraan jasa transportasi dititikberatkan kepada penambahan kapasitas sarana dan prasarana transportasi, perbaikan pelayanan melalui pengembangan dan penerapan teknologi transportasi yang ramah lingkungan sesuai dengan isu perubahan iklim (global warming) sejalan dengan perkembangan permintaan dan preferensi masyarakat. Dalam peningkatan kapasitas dan pelayanan jasa transportasi senantiasa berpedoman kepada prinsip pembangunan berkelanjutan yang dituangkan dalam rencana induk, pedoman teknis dan skema pendanaan yang ditetapkan Tujuan Menjabarkan visi Kementerian Perhubungan, maka tujuan pembangunan adalah : 1. Meningkatkan konektivitas antar wilayah; 2. Meningkatkan keamanan dan keselamatan; 3. Meningkatkan pelayanan kinerja pelayanan sarana dan prasarana transportasi; 4. Meningkatkan kapasitas sarana dan prasarana transportasi; 5. Meningkatkan layanan transportasi di daerah rawan bencana, perbatasan, terluar dan terpencil. II - 5 BAB II VISI, MISI DAN SASARAN STRATEGIS

32 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN Sasaran Strategis Kementerian Perhubungan Tahun Sasaran strategis pembangunan Kementerian Perhubungan merupakan kondisi yang diinginkan dapat dicapai sebagai suatu outcome/ impact dari beberapa program yang dilaksanakan. Dalam penyusunannya, dirumuskan dari sasaran nasional pembangunan sektor transportasi dalam RPJMN Tahun dan memperhatikan permasalahan dan capaian pembangunan tahun serta menjabarkan misi Kementerian Perhubungan. Penjabaran menggunakan pendekatan Metode Balance Scored Card (BSC) yang dibagi dalam empat perspektif yaitu Stakeholder Perspective, Costumer Perspective, Internal Process Perspective, dan Learning and Growth Perspective. Adapun sasaran pembangunan infrastruktur transportasi Tahun , dapat diuraikan sebagai berikut : 1) Stakeholder Perspective Menjabarkan Visi Presiden pada sektor transportasi, maka sasaran strategis pertama (SS-1) yang akan dicapai adalah terwujudnya pelayanan transportasi yang handal, berdaya saing dan memberikan nilai tambah dalam rangka mewujudkan konektivitas nasional dan peningkatan angkutan perkotaan, dengan indikator kinerja rasio konektivitas antar wilayah. 2) Costumer Perspective Menjabarkan Visi Presiden pada sektor transportasi, maka disusun sasaran strategis Costumer Perspective sebagai berikut : a) Sasaran strategis kedua (SS-2) yang akan dicapai adalah meningkatnya keselamatan dan keamanan transportasi, dengan indikator kinerja : 1) Rasio kejadian kecelakaan transportasi nasional 2) Rasio gangguan keamanan pada pelayanan jasa transportasi b) Sasaran strategis ketiga (SS-3) yang akan dicapai adalah meningkatnya kinerja pelayanan sarana dan prasarana transportasi, dengan indikator kinerja : 1) Persentase peningkatan pelayanan angkutan umum massal perkotaan 2) Persentase penurunan gas rumah kaca dari sektor transportasi nasional 3) Persentase capaian On Time Performance (OTP) Sektor Transportasi 4) Kecepatan rata-rata kendaraan umum pada jam puncak di Wilayah Jabodetabek 5) Tingkat penerapan pedoman standar pelayanan sarana dan prasarana transportasi yang dilaksanakan c) Sasaran strategis keempat (SS-4) yang akan dicapai adalah meningkatnya kapasitas sarana dan prasarana transportasi, dengan indikator kinerja : 1) Persentase peningkatan kapasitas sarana transportasi 2) Persentase peningkatan kapasitas prasarana transportasi 3) Modal share (pangsa pasar) angkutan umum perkotaan di Wilayah Jabodetabek d) Sasaran strategis kelima (SS-5) yang akan dicapai adalah meningkatnya layanan transportasi di daerah rawan bencana, perbatasan, terluar dan terpencil, dengan indikator kinerja rasio layanan transportasi daerah rawan bencana, perbatasan, terluar dan terpencil. 3) Internal Process Perspective Menjabarkan Visi Presiden pada sektor transportasi, maka disusun sasaran strategis Internal Process Perspective sebagai berikut : II - 6 BAB II VISI, MISI DAN SASARAN STRATEGIS

33 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN a) Sasaran strategis keenam (SS-6) yang akan dicapai adalah terlaksananya perumusan kebijakan dalam penyelenggaraan transportasi, dengan indikator kinerja persentase pelaksanaan deregulasi peraturan di Lingkungan Kementerian Perhubungan. b) Sasaran strategis ketujuh (SS-7) yang akan dicapai adalah terlaksananya pengembangan sumber daya manusia transportasi, dengan indikator kinerja persentase penyerapan lulusan diklat transportasi. c) Sasaran strategis kedelapan (SS-8) yang akan dicapai adalah meningkatnya kualitas penelitian sesuai dengan kebutuhan, dengan indikator kinerja persentase pemanfaatan penelitian yang dijadikan bahan rekomendasi kebijakan. d) Sasaran strategis kesembilan (SS-9) yang akan dicapai adalah meningkatnya kualitas pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Perhubungan, dengan indikator kinerja tingkat keberhasilan pengawasan perhubungan. 4) Learn and Growth Perspective Menjabarkan Visi Presiden pada sektor transportasi, maka disusun sasaran strategis Learn and Growth Perspective sebagai berikut : a) Sasaran strategis kesepuluh (SS-10) yang akan dicapai adalah tersedianya SDM Kementerian Perhubungan yang kompeten dan professional, dengan indikator kinerja persentase pemenuhan kebutuhan jabatan fungsional penguji kendaraan bermotor, pengawas keselamatan pelayaran, dan teknisi penerbangan yang bersertifikat. b) Sasaran strategis kesebelas (SS-11) yang akan dicapai adalah terwujudnya good govemance and clean govemment di Kementerian Perhubungan, dengan indikator kinerja : 1) Persentase indeks reformasi birokrasi 2) Opini BPK atas laporan keuangan Kementerian Perhubungan 3) Nilai AKIP Kementerian Perhubungan 4) Keterbukaan informasi publik 5) Persentase kehandalan sistem informasi 6) Tingkat maturasi SPIP 7) Prosentase penyerapan Anggaran Kementerian Perhubungan. Sasaran pembangunan transportasi Kementerian Perhubungan pada prinsipnya sejalan dengan sasaran pembangunan nasional yang tertuang di dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun Hal ini tentunya memiliki keselarasan dan interkoneksi yang memberikan pemahaman bahwa sasaran pembangunan nasional dapat dijabarkan kembali menjadi sasaran pada Kementerian Perhubungan yang secara khusus difokuskan pada perencanaan dan pembangunan transportasi. 2.5 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN DITJEN PERHUBUNGAN UDARA Visi Sebagai bentuk dukungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara guna pencapaian visi misi Presiden yang telah ditetapkan serta visi dan misi Kementerian Perhubungan, maka Direktorat Jenderal Perhubungan Udara memiliki visi dan misi sebagai berikut: Terwujudnya Konektivitas Nasional Dalam Penyelenggaraan Transportasi Udara yang Handal, Berdaya Saing dan Memberikan Nilai Tambah II - 7 BAB II VISI, MISI DAN SASARAN STRATEGIS

34 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN Konektivitas Nasional adalah terhubungnya antar wilayah di seluruh nusantara termasuk angkutan perkotaan baik dengan transportasi darat, kereta api, laut, sungai dan penyeberangan serta udara; - Handal diindikasikan oleh tersedianya layanan transportasi udara yang aman, selamat, nyaman, tepat waktu, terpelihara, mencukupi kebutuhan, dan secara terpadu mampu mengkoneksikan seluruh wilayah tanah air; - Berdaya Saing diindikasikan oleh tersedianya layanan transportasi udara yang efisien, terjangkau, dan kompetitif, yang dilayani oleh penyedia jasa dan SDM yang berdaya saing internasional, profesional, mandiri, dan produktif; - Nilai tambah diindikasikan oleh penyelenggaraan perhubungan udara yang mampu mendorong perwujudan kedaulatan, keamanan dan ketahanan nasional (national security dan sovereignty) di segala bidang (ideologi, politik, ekonomi, lingkungan, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan) secara berkesinambungan dan berkelanjutan (sustainable development) serta dapat berperan dalam pengembangan wilayah Misi Mengacu pada tugas, fungsi dan wewenang yang telah dimandatkan oleh peraturan perundang undangan dan penjabaran dari misi pembangunan nasional, maka ditetapkan misi sebagai berikut : 1. Meningkatkan keselamatan dan keamanan transportasi udara dalam upaya peningkatan pelayanan jasa transportasi; 2. Meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan jasa transportasi udara untuk mendukung pengembangan konektivitas antar wilayah; 3. Meningkatkan kinerja pelayanan jasa transportasi udara; 4. Meningkatkan Kapasitas sarana dan prasarana pelayanan transportasi udara; 5. Meningkatan peran daerah, BUMN dan swasta dalam penyediaan infrastruktur sub sektor transportasi udara; 6. Restrukturisasi dan reformasi sub sektor transportasi udara di bidang peraturan, kelembagaan, Sumber Daya Manusia (SDM) dan pelaksanaan penegakan hukum secara konsisten; 7. Mewujudkan pengembangan transportasi udara dan teknologi transportasi udara yang ramah lingkungan untuk mengantisipasi perubahan iklim Tujuan Menjabarkan visi dan misi Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, maka tujuan pembangunan transportasi udara adalah : 1. Meningkatkan konektivitas antar wilayah; 2. Meningkatkan keselamatan dan keamanan transportasi udara; 3. Meningkatkan kinerja pelayanan sarana dan prasarana transportasi udara; 4. Meningkatkan kapasitas sarana dan prasarana transportasi udara; 5. Meningkatkan layanan transportasi udara di daerah rawan bencana, perbatasan, terluar dan terpencil; 6. Meningkatkan profesionalisme SDM transportasi udara; 7. Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik. II - 8 BAB II VISI, MISI DAN SASARAN STRATEGIS

35 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN Sasaran Strategis Adapun sasaran strategis pembangunan transportasi udara tahun , dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Stakeholders Perspective Menjabarkan visi dari Ditjen Perhubungan Udara maka sasaran strategis pertama (SS-1) yang akan dicapai adalah terwujudnya pelayanan transportasi yang handal, berdaya saing dan memberikan nilai tambah dalam rangka mewujudkan konektivitas nasional, dengan indikator kinerja : Rasio Konektivitas Antar Wilayah. 2. Customer Perspective Menjabarkan visi dari Ditjen Perhubungan Udara maka disusun sasaran strategis Customer Perspective sebagai berikut : a. Sasaran strategis kedua (SS-2) yang akan dicapai adalah meningkatnya keselamatan dan keamanan transportasi udara, dengan indikator kinerja : 1) Rasio kejadian kecelakaan transportasi udara 2) Rasio Air Traffic Incident (kejadian dari pergerakan); 3) Rasio gangguan keamanan pada pelayanan jasa transportasi udara; 4) Rasio pemenuhan sertifikasi di bidang pelayanan navigasi penerbangan; 5) Rasio pemenuhan sertifikasi Bandar Udara; b. Sasaran strategis ketiga (SS-3) yang akan dicapai adalah meningkatnya kinerja pelayanan sarana dan prasarana transportasi udara, dengan indikator kinerja : 1) Persentase penurunan gas rumah kaca dari sektor transportasi udara; 2) Persentase capaian On Time Performance (OTP) sub sektor transportasi udara; 3) Persentase kepuasan pengguna jasa terhadap layanan jasa berbasis online untuk sertifikasi personil operasi pesawat udara; 4) Persentase kota/daerah yang terhubungi; c. Sasaran strategis keempat (SS-4) yang akan dicapai adalah meningkatnya kapasitas sarana dan prasarana transportasi udara, dengan indikator kinerja : 1) Persentase peningkatan kapasitas sarana transportasi udara; 2) Persentase peningkatan kapasitas prasarana transportasi udara; d. Sasaran strategis kelima (SS-5) yang akan dicapai adalah meningkatnya layanan transportasi udara di daerah rawan bencana, perbatasan, terluar dan terpencil, dengan dengan indikator kinerja : rasio layanan transportasi udara daerah rawan bencana, perbatasan, terluar dan terpencil. 3. Internal Process Perspective Menjabarkan visi dari Ditjen Perhubungan Udara maka disusun sasaran strategis Internal Process Perspective sebagai berikut : Sasaran strategis keenam (SS-6) yang akan dicapai adalah terlaksananya perumusan kebijakan dalam penyelenggaraan transportasi udara, dengan indikator kinerja : Persentase pelaksanaan deregulasi peraturan di lingkungan Ditjen Perhubungan Udara. 4. Learn and Growth Perspective Menjabarkan visi dari Ditjen Perhubungan Udara maka disusun sasaran strategis Learn and Growth Perspective sebagai berikut : II - 9 BAB II VISI, MISI DAN SASARAN STRATEGIS

36 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN a. Sasaran strategis ketujuh (SS-7) yang akan dicapai adalah tersedianya SDM Ditjen Perhubungan Udara yang kompeten dan professional, dengan indikator kinerja : 1) Persentase pemenuhan kebutuhan jabatan fungsional teknisi penerbangan yang bersertifikat; 2) Rasio pemenuhan inspektur penerbangan; b. Sasaran strategis kedelapan (SS-8) yang akan dicapai adalah terwujudnya good governance and clean government di Ditjen Perhubungan Udara, dengan indikator kinerja : 1) Nilai AKIP Ditjen Perhubungan Udara; 2) Persentase penyerapan Anggaran Ditjen Perhubungan Udara; 3) Persentase nilai asset Ditjen Perhubungan Udara yang diinventarisasi. Sasaran pembangunan transportasi udara pada prinsipnya sejalan dengan sasaran pembangunan nasional yang tertuang dalam RPJMN Tahun dan Renstra Kementerian Perhubungan Tahun Keterkaitan antara tujuan dan sasaran Ditjen Perhubungan Udara diuraikan pada tabel berikut. Tabel 2.1 Tujuan Dan Sasaran Ditjen Perhubungan Udara Tahun TUJUAN SASARAN IKU 1 Meningkatkan konektivitas antar wilayah 2 Meningkatkan keselamatan dan keamanan transportasi udara; 3 Meningkatkan kinerja pelayanan sarana dan prasarana transportasi udara 1 Terwujudnya pelayanan transportasi udara yang handal, berdaya saing dan memberikan nilai tambah dalam rangka mewujudkan konektivitas nasional 2 Meningkatnya keselamatan dan keamanan transportasi udara 3 Meningkatnya kinerja pelayanan sarana dan prasarana transportasi udara Rasio Konektivitas Antar Wilayah. 1) Rasio kejadian kecelakaan transportasi udara 2) Rasio Air Traffic Incident (<4 kejadian dari pergerakan); 3) Rasio gangguan keamanan pada pelayanan jasa transportasi udara; 4) Rasio pemenuhan sertifikasi di bidang pelayanan navigasi penerbangan; 5) Rasio pemenuhan sertifikasi Bandar Udara; 1) Persentase penurunan gas rumah kaca dari sektor transportasi udara; 2) Persentase capaian On Time Performance (OTP) sub sektor transportasi udara; 3) Persentase kepuasan pengguna jasa terhadap layanan jasa berbasis online II - 10 BAB II VISI, MISI DAN SASARAN STRATEGIS

37 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN TUJUAN SASARAN IKU untuk sertifikasi personil operasi pesawat udara; 4) Persentase kota/daerah yang terhubungi; 4 Meningkatkan kapasitas sarana dan prasarana transportasi udara 5 Meningkatkan layanan transportasi udara di daerah rawan bencana, perbatasan, terluar dan terpencil 6 Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik. 7 Meningkatkan profesionalisme SDM transportasi udara; 4 Meningkatnya kapasitas sarana dan prasarana transportasi udara 5 Meningkatnya layanan transportasi udara di daerah rawan bencana, perbatasan, terluar dan terpencil 6 Terlaksananya perumusan kebijakan dalam penyelenggaraan transportasi udara 7 Terwujudnya good governance and clean government di Ditjen Perhubungan Udara 8 Tersedianya SDM Ditjen Perhubungan Udara yang kompeten dan professional 1) Persentase peningkatan kapasitas sarana transportasi udara; 2) Persentase peningkatan kapasitas prasarana transportasi udara; Rasio layanan transportasi udara daerah rawan bencana, perbatasan, terluar dan terpencil. Persentase pelaksanaan deregulasi peraturan di lingkungan Ditjen Perhubungan Udara. 1) Nilai AKIP Ditjen Perhubungan Udara; 2) Persentase penyerapan Anggaran Ditjen Perhubungan Udara; 3) Prosentasi nilai asset Ditjen Perhubungan Udara yang diinventarisasi. 1) Persentase pemenuhan kebutuhan jabatan fungsional teknisi penerbangan yang bersertifikat; 2) Rasio pemenuhan inspektur penerbangan; II - 11 BAB II VISI, MISI DAN SASARAN STRATEGIS

38 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN BAB III CAPAIAN PEMBANGUNAN TRANSPORTASI UDARA CAPAIAN PEMBANGUNAN TRANSPORTASI UDARA Capaian pembangunan sub sektor transportasi udara selama tahun yang merupakan penjabaran Rencana Strategis Ditjen Perhubungan Udara Tahun , antara lain meliputi pembangunan sarana dan prasarana transportasi udara, penyusunan peraturan perundang-undangan, kelembagaan dan ketatalaksanaan Capaian Pembangunan Sarana dan Prasarana Capaian pembangunan transportasi udara selama tahun antara lain meliputi : 1. Pengembangan/rehabilitasi prasarana bandar udara antara lain perpanjangan landas pacu, perluasan apron, pelebaran taxiway, pelapisan/peningkatan daya dukung landas pacu, apron, taxiway, pengadaan dan pemasangan peralatan bantu pendaratan, pemenuhan catu daya bandar udara, pemagaran area bandar udara pada tahun 2015 sebanyak 147 bandar udara, tahun 2016 sebanyak 140 bandar udara, dan tahun 2017 sebanyak 143 bandar udara; 2. Untuk meningkatkan aksesibilitas wilayah dan meningkatan perekonomian daerah selama tahun telah dibangun 14 bandar udara baru; 3. Untuk meningkatkan keamanan penerbangan, selama tahun telah dilakukan pengadaan dan pemasangan peralatan keamanan penerbangan antara lain peralatan X-Ray Cabin, X-Ray Bagasi dan X-Ray Cargo serta peralatan CCTV sebanyak 194 paket pada tahun 2015, pada tahun 2016 sebanyak 115 paket, dan pada tahun 2017 sebanyak 104 paket; 4. Dalam rangka memenuhi tingkat kecukupan dan kehandalan peralatan penanggulangan dan pertolongan pada kecelakaan penerbangan, dilakukan melalui pengadaan dan rehabilitasi kendaraan PKP-PK sebanyak 27 paket pada tahun 2015, pada tahun 2016 sebanyak 53 paket dan pada tahun 2017 sebanyak 59 paket; 5. Pelayanan angkutan udara perintis tahun 2015 sebanyak 216 rute, pada tahun 2016 sebanyak 209 rute dan tahun 2017 sebanyak 201 rute. Rincian capaian kegiatan pembangunan transportasi udara sebagaimana tabel berikut : Tabel 3.1 Capaian Pembangunan Transportasi Udara Tahun No Kegiatan Satuan Pencapaian Per Tahun * Jumlah 1 Bandara dikembangkan/ direhabilitasi Bandara Bandara baru yang dibangun Bandara III - 1 BAB III CAPAIAN PEMBANGUNAN TRANSPORTASI UDARA

39 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN No Kegiatan Satuan Pencapaian Per Tahun * Jumlah 3 Fasilitas Keamanan yang dibangun dan direhabilitasi 4 Fasilitas Pelayanan darurat (PK- PPK) Paket Paket Pelayanan angkutan udara perintis Rute Sumber : Ditjen Perhubungan Udara, 2017 Keterangan: * Tahun Berjalan Capaian bandara dikembangkan/direhabilitasi dan pelayanan angkutan udara perintis merupakan data setiap tahun bukan merupakan akumulasi. Bandara baru yang dibangun merupakan target pembangunan 15 bandara baru. Dari target 15 bandara baru, sampai tahun 2016 telah selesai dibangun 4 bandara baru (Letung, Miangas, Morowali, dan Namniwel) sehingga ditargetkan penyelesaian 11 bandara baru di tahun Dalam kerangka pendanaan, tahun 2017 terdapat 13 bandara baru yang mendapat anggaran Pembangunan, Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana Bandar Udara (di luar Kertajati dan Samarinda Baru) Capaian Penyusunan dan Deregulasi Peraturan Perundang-Undangan di Bidang Perhubungan Udara Dalam kurun waktu Ditjen Perhubungan Udara, telah menyelesaikan dan melakukan deregulasi berbagai peraturan perundang-undangan dengan penjabaran sebagai berikut. Tabel 3.2 Capaian Penyusunan Peraturan Perundang-Undangan Tahun Capaian Pencapaian Per Tahun * Jumlah Jumlah peraturan perundang-undangan di sektor transportasi yang ditetapkan, dalam bentuk: 1. Peraturan Menteri Perhubungan 2. Keputusan Menteri Perhubungan 3. Instruksi Menteri Perhubungan 4. Surat Edaran Menteri Perhubungan 5. Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara 6. Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara 7. Instruksi Direktur Jenderal Perhubungan Udara 8. Surat Edaran Direktur Jenderal Perhubungan Udara Keterangan : *Posisi Oktober 2017 Sumber : Bagian Hukum, 2017 III - 2 BAB III CAPAIAN PEMBANGUNAN TRANSPORTASI UDARA

40 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN Capaian Kinerja Kelembagaan dan Ketatalaksanaan Ditjen Perhubungan Udara 1. Struktur Organisasi Ditjen Perhubungan Udara Struktur organisasi Direktorat Jenderal Perhubungan Udara telah mengalami perubahan sesuai dengan PM 189 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan. Perubahan ini antara lain meliputi perubahan pada struktur organisasi Direktorat Navigasi Penerbangan, seiring dengan beroperasinya Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan (LPPNPI), serta penambahan satu bagian baru di lingkungan Sekretariat Ditjen Perhubungan Udara yaitu Bagian Kerjasama dan Humas. Hal tersebut juga berpengaruh terhadap perubahan tugas pokok dan fungsi masing-masing unit kerja terkait. Sesuai Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 189 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan, Ditjen Perhubungan Udara mempunyai tugas untuk menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang Penerbangan. Dalam melaksanakan tugas, Direktorat Jenderal Perhubungan Udara menyelenggarakan fungsi : 1. perumusan kebijakan di bidang pemanfaatan wilayah udara, pesawat udara dan bandar udara, penyelenggaraan angkutan udara dan navigasi penerbangan, peningkatan keselamatan, keamanan, dan kualitas lingkungan hidup penerbangan, serta pemanfaatan fasilitas penunjang dan fasilitas umum penerbangan; 2. pelaksanaan kebijakan pemanfaatan wilayah udara, pesawat udara dan bandar udara, penyelenggaraan angkutan udara dan navigasi penerbangan, peningkatan keselamatan, keamanan, dan kualitas lingkungan hidup penerbangan, serta pemanfaatan fasilitas penunjang dan fasilitas umum penerbangan; 3. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pengoperasian pesawat udara dan bandar udara, penyelenggaraan angkutan udara dan navigasi penerbangan, peningkatan keselamatan, keamanan, dan kualitas lingkungan hidup penerbangan, serta pemanfaatan fasilitas penunjang dan fasilitas umum penerbangan; 4. pelaksanaan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pengoperasian pesawat udara dan bandar udara, penyelenggaraan angkutan udara dan navigasi penerbangan, peningkatan keselamatan, keamanan, dan kualitas lingkungan hidup penerbangan, serta pemanfaatan fasilitas penunjang dan fasilitas umum penerbangan; 5. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang pemanfaatan wilayah udara, pesawat udara dan bandar udara, penyelenggaraan angkutan udara dan navigasi penerbangan, peningkatan keselamatan, keamanan, dan kualitas lingkungan hidup penerbangan, serta pemanfaatan fasilitas penunjang dan fasilitas umum penerbangan; 6. pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Perhubungan Udara; 7. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Menteri. Struktur organisasi Direktorat Jenderal Perhubungan Udara telah disempurnakan kembali dengan keluarnya PM 86 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 189 Tahun 2015 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan dimana perubahan tersebut meliputi perubahan pada struktur organisasi serta tugas pokok dan fungsi Direktorat Bandar Udara. 2. Unit Penyelenggara Bandar Udara (UPBU) Seiring dengan penataan organisasi UPBU di lingkungan Ditjen Perhubungan Udara telah dikeluarkan peraturan perubahan dari PM 40 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Unit Penyelenggara Bandar Udara sebagai berikut : III - 3 BAB III CAPAIAN PEMBANGUNAN TRANSPORTASI UDARA

41 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN a) PM 83 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 40 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Unit Penyelenggara Bandar Udara, dimana dalam peraturan ini menetapkan Bandar Udara Blangkejeren Gayo Lues menjadi Satpel Bandar Udara Ditjen Perhubungan Udara; b) PM 118 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 40 Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Unit Penyelenggara Bandar Udara, dimana dalam peraturan ini menetapkan Bandar Udara Mozes Kilangin Mimika menjadi UPBU Ditjen Perhubungan Udara. 3. Struktur Organisasi Pengawasan Keselamatan Penerbangan Nasional Dalam rangka pemisahan fungsi regulator dan operator, telah ditetapkan struktur organisasi pengawasan keselamatan penerbangan nasional sebagaimana tertuang dalam Kerangka Kerja Program Keselamatan Penerbangan Nasional yang melibatkan stakeholder internal dan eksternal. Struktur ini merupakan struktur yang baru, dimana Kantor Otoritas Bandar Udara bertanggung jawab langsung kepada Dirjen Perhubungan Udara. Kerangka Kerja Program Keselamatan Penerbangan Nasional diatur dalam PM 93 Tahun 2016 tentang Program Keselamatan Penerbangan Nasional. Gambar 3.1 Kerangka Kerja Program Keselamatan Penerbangan Nasional (Structure Of Civil Aviation Safety Oversight) 4. Pengelolaan UPBU dan Balai Menjadi Badan Layanan Umum (BLU) Proses persiapan dokumen UPBU Ditjen Perhubungan Udara untuk menjadi BLU telah dilaksanakan sejak tahun Terdapat 15 UPBU yang telah diusulkan untuk menjadi Badan Layanan Umum (PK-BLU). Dari 15 usulan tersebut, pada tahun 2017 telah ditetapkan 8 UPBU menjadi Badan Layanan Umum (BLU) yaitu : 1) UPBU Juwata Tarakan (KMK Nomor : 60/KMK.05/2017 tanggal 3 Februari 2017); 2) UPBU Sentani Jayapura (KMK Nomor : 61/KMK.05/2017 tanggal 3 Februari 2017); III - 4 BAB III CAPAIAN PEMBANGUNAN TRANSPORTASI UDARA

42 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN ) UPBU Fatmawati Soekarno Bengkulu (KMK Nomor : 62/KMK.05/2017 tanggal 3 Februari 2017); 4) UPBU Radin Inten II Lampung (KMK Nomor : 63/KMK.05/2017 tanggal 3 Februari 2017); 5) UPBU Mutiara Sis Al Jufri Palu (KMK Nomor : 273/KMK.05/2017 tanggal 13 Maret 2017); 6) UPBU Djalaluddin Gorontalo (KMK Nomor : 274/KMK.05/2017 tanggal 13 Maret 2017); 7) UPBU HAS. Hanandjoeddin Tanjungpandan (KMK Nomor : 586/KMK.05/2017 tanggal 31 Juli 2017). 8) UPBU Kalimarau Berau (KMK Nomor : 587/KMK.05/2017 tanggal 31 Juli 2017). Selain UPBU, 3 Balai di lingkungan Ditjen Perhubungan Udara yang telah diusulkan untuk menjadi Badan Layanan Umum yaitu Balai Besar Kalibrasi Fasilitas Penerbangan, Balai Teknik Penerbangan, dan Balai Kesehatan Penerbangan. Pada tahun 2016 telah ditetapkan 2 Balai menjadi Badan Layanan Umum yaitu : 1) Balai Besar Kalibrasi Fasilitas Penerbangan (Keputusan Menteri Keuangan Nomor 13/KMK.05/2016 tanggal 26 Januari 2016); 2) Balai Kesehatan Penerbangan (Keputusan Menteri Keuangan Nomor 148/KMK.05/2016 tanggal 3 Maret 2016) Capaian Kinerja Pengembangan SDM Ditjen Perhubungan Udara Sampai tahun 2017, jumlah pegawai Direktorat Jenderal Perhubungan Udara sebanyak orang pegawai dengan rincian sebagai berikut : Tabel 3.3 Komposisi SDM Ditjen Perhubungan Udara Tahun No Unit Kerja Jumlah SDM (orang) * 1 Sekretariat Direktorat Jenderal Direktorat Bandar Udara Direktorat Angkutan Udara Direktorat Navigasi Penerbangan Direktorat Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara Direktorat Keamanan Penerbangan Kantor Otoritas Bandar Udara UPBU Balai-Balai Jumlah Keterangan : *Posisi Oktober 2017 Sumber : Bagian Kepegawaian dan Organisasi, 2017 III - 5 BAB III CAPAIAN PEMBANGUNAN TRANSPORTASI UDARA

43 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN Tabel 3.4 Komposisi Jabatan Inspektur Penerbangan dan Fungsional Tertentu Tahun No Unit Kerja Jumlah SDM (orang) * 1 Inspektur Bandar Udara Inspektur Angkutan Udara Inspektur Navigasi Penerbangan Inspektur Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara Inspektur Keamanan Penerbangan Fungsional Tertentu (teknisi penerbangan, analis kepegawaian, perencana, pranata komputer, arsiparis, dll) Jumlah Keterangan : *Posisi Juni 2017 Sumber : Bagian Kepegawaian dan Organisasi, REALISASI KEUANGAN DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN Alokasi anggaran Ditjen Perhubungan Udara selama tahun terus mengalami peningkatan. Namun dari alokasi anggaran yang ada, realisasi penyerapan anggaran masih relatif kecil. Berdasarkan evaluasi terhadap realisasi keuangan Ditjen Perhubungan Udara pada tahun anggaran dapat diidentifikasi target dan capaian keuangan yang menunjukkan angka fluktuatif, dimana terjadi beberapa perubahan fluktuatif dari masing-masing direktorat. Secara lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 3.5 Perkembangan Alokasi Anggaran Ditjen Perhubungan Udara Tahun PROGRAM/KEGIATAN PROGRAM PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN TRANSPORTASI UDARA PAGU ALOKASI ANGGARAN (Rp. Milyar) , , , Pelayanan Angkutan Udara Perintis Pembangunan, Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana Bandar Udara Pembangunan, Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana Keamanan Penerbangan Pengawasan dan Pembinaan Kelaikan Udara dan Pengoperasian Pesawat Udara 7, , , Program Pembinaan Navigasi Penerbangan Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen Perhubungan Udara 2, , , III - 6 BAB III CAPAIAN PEMBANGUNAN TRANSPORTASI UDARA

44 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN Dalam melaksanakan pembangunan sektor transportasi, tidak seluruh anggaran yang dialokasikan dapat terserap, yang berakibat hilangnya manfaat belanja. Rata rata penyerapan anggaran rendah di awal tahun, karena unit kerja berhati-hati ketika melakukan pengeluaran anggarannya, sehingga terkesan lambat dan tidak optimal dalam memanfaatkan waktu. Selain itu, adanya pemblokiran yang dilakukan oleh Kementerian Keuangan juga mengakibatkan penundaan penyerapan anggaran, dimana hal ini menjadi bahan evaluasi oleh Ditjen Perhubungan Udara. Besarnya prosentase penyerapan anggaran Ditjen Perhubungan Udara Tahun seperti gambar berikut: Tabel 3.6 Perkembangan Realisasi Anggaran Ditjen Perhubungan Udara Tahun PROGRAM/KEGIATAN PROGRAM PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN TRANSPORTASI UDARA REALISASI ANGGARAN (Rp. Milyar) , , , Pelayanan Angkutan Udara Perintis Pembangunan, Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana Bandar Udara Pembangunan, Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana Keamanan Penerbangan Pengawasan dan Pembinaan Kelaikan Udara dan Pengoperasian Pesawat Udara 6, , , Program Pembinaan Navigasi Penerbangan Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen Perhubungan Udara * Pagu anggaran Ditjen Hubud TA , , , Pagu 11, , , Realisasi 9, , Gambar 3.2 Grafik Perbandingan Alokasi Anggaran dan Realisasi Tahun III - 7 BAB III CAPAIAN PEMBANGUNAN TRANSPORTASI UDARA

45 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN TENAGA KERJA SUB SEKTOR TRANSPORTASI UDARA Perkembangan sub sektor transportasi udara berpengaruh besar terhadap kondisi perekonomian nasional, mengingat peranannya dalam kegiatan distribusi barang dan jasa serta pergerakan manusia. Salah satu peran transportasi udara dalam upaya mencapai target perekonomian nasional dengan melalui penyerapan tenaga kerja baik langsung (direct) maupun tidak langsung (indirect). Selain itu transportasi udara juga menimbulkan multiplier effect lainnya yaitu adanya angkatan kerja yang disebabkan oleh pengeluaran yang disebabkan oleh industri dan angkatan kerja yang disebabkan meningkatnya kegiatan sektor pariwisata akibat masuknya wisatawan melalui jalur angkutan udara. Berdasarkan data BPS, tercatat kontribusi angkutan udara terhadap PDB tahun 2015 sebesar 0,0064 begitu juga untuk tahun 2016 tercatat kontribusi angkutan udara terhadap PDB tahun 2016 sebesar 0,0069. Pencapaian sektor transportasi udara dalam PDB berkontribusi dalam penyerapan tenaga kerja di Indonesia baik secara langsung maupun tidak langsung yaitu dalam rangka mengupayakan ketersediaan infrastruktur dan kualitas yang memadai melalui pembangunan dan pemeliharaan prasarana dan sarana transportasi udara yang berkelanjutan, dalam hal pelayanan angkutan udara maupun sektor-sektor lain yang menunjang terselenggaranya angkutan udara tersebut. BESARAN PENYERAPAN TENAGA KERJA SUB SEKTOR TRANSPORTASI UDARA Besarnya jumlah penyerapan tenaga kerja pada lapangan usaha transportasi diperoleh dari Buku Indikator Pasar Tenaga Kerja Indonesia (edisi Agustus 2015 dan Agustus 2016) yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik. Sebagai pembanding terhadap perhitungan tenaga kerja sektor transprtasi udara yaitu jumlah kontribusi angkutan udara terhadap Produk Domestik Bruto atas dasar konstan menurut lapangan usaha. Besaran PDB atas dasar harga konstan menurut lapangan usaha berdasarkan data dari Buku Statistik Indonesia 2017 yang diterbitkan oleh BPS. Tabel 3.7 Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha (Miliar Rupiah) PDB (MILYAR RUPIAH) 8,976, ,433, ANGKUTAN UDARA (MILYAR RP) 57, , KONTRIBUSI ANGKUTAN UDARA (%) Sumber : Buku Statistik Indonesia 2017, diolah Bagian Perencanaan 1). Tenaga Kerja pada Sub Sektor Transportasi Udara Tahun 2015 Total penduduk umur 15 tahun keatas yang bekerja tahun 2015 adalah orang. Sejumlah 4.45% bekerja di sektor transportasi yaitu orang. Dengan menggunakan pembanding jumlah kontribusi angkutan udara terhadap PDB atas dasar konstan menurut lapangan usaha yaitu sebesar maka didapat hasil peramalan jumlah tenaga kerja sektor transportasi udara sebesar orang. Berdasarkan perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa pada tahun 2015 sebesar 14,38% dari total tenaga kerja transportasi bergerak di sektor transportasi udara. III - 8 BAB III CAPAIAN PEMBANGUNAN TRANSPORTASI UDARA

46 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN ). Tenaga Kerja pada Sub Sektor Transportasi Udara Tahun 2016 Total penduduk umur 15 tahun keatas yang bekerja tahun 2016 adalah orang. Sejumlah 4.74% bekerja di sektor transportasi yaitu orang. Dengan menggunakan pembanding jumlah kontribusi angkutan udara terhadap PDB atas dasar harga konstan menurut lapangan usaha yaitu sebesar maka akan didapatkan hasil peramalan tenaga kerja transportasi udara sebesar orang. Berdasarkan perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa pada tahun 2016 sebesar 14,56% dari total tenaga kerja transportasi bergerak di sektor transportasi udara. 3.4 PROGRESS ICAO USOAP, ICAO USAP, EU BAN DAN FAA TAHUN ) Audit ICAO pada 8 area : a) Primary aviation legislation (LEG); b) Civil aviation organization (ORG); c) Personnel licensing and training (PEL); d) Aircraft operations (OPS); e) Airworthiness of aircraft (AIR); f) Aircraft accident and incident Investigation (AIG); g) Air Navigation Services (ANS); h) Aerodromes and ground aids (AGA). yang telah ditindaklanjuti dengan memberikan tanggapan melalui rencana tindak perbaikan (Corrective Action Plan) yang mencakup rincian lengkap agar dapat menyelesaikan temuan ICAO secara efektif. ICAO USOAP Off-site validation Off-site validation sudah dilakukan per tanggal 11 April sd 6 Mei CAP Progress oleh Ditjen Perhubungan Udara dengan hasil meningkatnya effective implementation dari 45,33% menjadi 51,41% sebagai berikut : Gambar 3.3 CAP Progress Implementation III - 9 BAB III CAPAIAN PEMBANGUNAN TRANSPORTASI UDARA

47 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN Effective Implementation: 45,33% 51,41% Proposed PQ to be validated (CE 1-5): 248 PQs PQs validated : 117 PQs 56 PQs status Satisfactory 61 PQs status Not Satisfactory 131 PQs was not validated Gambar 3.4 CAP Progress Implementation TOTAL PQs saat Audit: 1006 PQs (excluding undetermined PQs) Sat PQs : NS PQs : NA PQs : Undetermined PQs: 93 PQs (new or revised PQs) Tabel 3.8 UPDATE PROTOCOL QUESTIONS (PQs) STATUS BY AREA Area TOTAL PQs Status SAT NS NA Primary aviation legislation (LEG) Civil aviation organization (ORG) Personnel licensing and training (PEL) Aircraft operations (OPS) Airworthiness of aircraft (AIR) Aircraft accident and incident Investigation (AIG) Air navigation services (ANS) Aerodromes and ground aids (AGA) Posisi : Juli 2016 Total III - 10 BAB III CAPAIAN PEMBANGUNAN TRANSPORTASI UDARA

48 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN ICVM (ICAO Coordinated Validation Mission) ICVM telah dilaksanakan pada tanggal Oktober Hasilnya adalah sebagai berikut : Effective Implementation (EI): % Lack Of Effective Implementation Gambar 3.5 Bagan Effective Implementation ICAO USOAP Dari audit tersebut diketahui bahwa nilai Effective Implementation (EI) Indonesia mengalami kenaikan dari sebelumnya 51,41% menjadi 81,15%, diatas nilai rata-rata global yang sebesar 64,75%. 2) ICAO Universal Security Audit Programme (USAP) Continuous Monitoring Approach (CMA) ICAO USAP-CMA Limited Scope On-Site Audit bertujuan untuk menilai performa keamanan penerbangan di Indonesia dengan menitikberatkan pada pemenuhan dan pengawasan serta review terhadap regulasi, kebijakan, program, dokumen dan record pengawasan keamanan penerbangan di tingkat nasional. ICAO USAP-CMA Limited Scope On-Site Audit dilaksanakan pada tanggal 25 September 3 Oktober 2017 guna menindaklanjuti hasil Universal Security Audit Programme Continuous Monitoring Approach (USAP CMA) di Indonesia tanggal 29 Oktober 5 November Pada pelaksanaan ICAO USAP 2017 memiliki 48 SARPs Findings yang terdiri dari 138 Protocol Questions (PQs) Findings dari total keseluruhan 480 Protocol Questions (PQs). Hasil Audit ICAO USAP CMA di Indonesia akan diumumkan secara resmi oleh ICAO sekitar 3 bulan setelah pelaksanaan audit. Jumlah findings berdasarkan area adalah sebagai berikut : III - 11 BAB III CAPAIAN PEMBANGUNAN TRANSPORTASI UDARA

49 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN Tabel 3.9 Jumlah findings berdasarkan area AREA FINDINGS LEG Regulatory Framework and the National Avsec System 13 TRG Training of Aviation Security Personnel 13 QCF Quality Control Functions 48 OPS Airport Operations 24 IFS Aircraft and In-flight Security 13 PAX Passenger and Baggage Security 17 CGO Cargo, Catering and Mail Security 9 AUI Response to Acts of Unlawful Interference 1 TOTAL USAP CMA Protocol Questions Indicator LEG TRG QCF OPS IFS PAX CGO AUI Satisfactory Not Satisfactory Gambar 3.6 USAP CMA Protocol Questions Indicator III - 12 BAB III CAPAIAN PEMBANGUNAN TRANSPORTASI UDARA

50 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN Jumlah findings berdasarkan critical elements (CE) adalah sebagai berikut : Tabel 3.10 Jumlah findings berdasarkan critical elements (CE) CRITICAL ELEMENTS CRITERIA FINDINGS CE 1 Legislation 0 CE 2 Programmes & Regulations 11 CE 3 State Appropriate Authority 8 CE 4 Personnel Qualifications & Training 5 CE 5 Technical Guidance 22 CE 6 Certification & Approval Obligations (Operator Security Programme) 18 CE 7 Quality Control Obligations 44 CE 8 Resolution of Security Concerns (implementation) 30 Untuk menindaklanjuti hasil dari ICAO USAP Audit, Indonesia perlu untuk : a. Menyusun corrective action plans (CAPs) untuk tiap temuan; b. Menindaklanjuti CAPs; c. Menyampaikan bukti pelaksanaan CAPs dan evidence kepada ICAO. 3) Larangan Terbang oleh Uni Eropa : Sejak dilakukan pelarangan terbang ke Eropa Tahun 2007 Direktorat Jenderal Perhubungan Udara telah melakukan peningkatan keselamatan penerbangan, perbaikan dengan mengikuti ASC (Air Safety Committee Meeting) tanggal November 2015 di Brussels Belgia dan mengajukan Maskapai Penerbangan Nasional untuk dilepaskan dari daftar larangan terbang yaitu Citilink, Lion Air dan Batik Air dan pada tanggal 16 Juni 2016 agar Uni Eropa mencabut larangan terbang terhadap 3 maskapai penerbangan dimaksud. Saat ini sudah 7 (tujuh) maskapai yang mendapat ijin terbang ke Uni Eropa yaitu Garuda Indonesia, Airfast Indonesia, Indonesia Air Asia, Ekspres Transportasi Antar Benua (ETA), Citilink, Lion Air dan Batik Air. 4) FAA (FEDERAL AVIATION ADMINISTRATION): Pada tanggal 15 Agustus 2016 Indonesia telah memenuhi persyaratan untuk menjadi Kategori I dari kategori II yang ditetapkan pada Februari Adapun upaya-upaya untuk menjadi kategori I adalah sebagai berikut: Hasil Review pada bulan Mei 2015 terdapat 21 temuan dan telah ditindaklanjuti pada bulan September 2015 sebanyak 20 temuan dan 1 temuan terkait Law Enforcement Procedure. Status penyelesaian Corrective Action Plan hasil FAA Technical Review 2015 terkait Law Enforcement Procedure ditindaklanjuti dengan diterbitkannya SKEP Dirjen Perhubungan Udara Nomor KP. 623 Tahun 2015 tentang Prosedur dan Mekanisme Pengenaan Sanksi Administratif III - 13 BAB III CAPAIAN PEMBANGUNAN TRANSPORTASI UDARA

51 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN Terhadap Pelanggaran Peraturan Perundang-Undangan di bidang Penerbangan tanggal 29 Oktober Pelaksanaan FAA International Aviation Safety Assessement (IASA) pada 29 Februari sd 4 Maret 2016 telah selesai dilaksanakan di Direktorat Jenderal Perhubungan Udara. FAA IASA Audit mengacu pada ICAO Annex 1, 6, dan 8 meliputi 8 (delapan) Critical Elements (CE) yang terdiri dari 283 pertanyaan (Protocol Questions/PQs). Team Leader FAA-IASA Audit (Mr. L.P. Vanstory III) menyampaikan bahwa Direktorat Jenderal Perhubungan Udara telah mengalami kemajuan yang cukup signifikan dalam hal pemenuhan standar keselamatan sesuai dengan ICAO Standard, Hal ini terlihat dari penurunan jumlah temuan dari beberapa audit yang telah dilakukan oleh FAA, yaitu: September 2012 terdapat 83 temuan, Mei 2015 terdapat 21 temuan, dan Maret 2016 terdapat 7 temuan, FAA telah memverifikasi tindak lanjut temuan yang telah dilakukan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Udara pada tanggal Mei Tanggal 18 sd 22 Juli 2016, Ditjen Perhubungan Udara menghadiri pertemuan FAA Asia Pacific Flight Standar Meeting di Washington DC, USA. Dalam kesempatan bilateral meeting dengan FAA dilakukan update status FAA Category terhadap Indonesia. III - 14 BAB III CAPAIAN PEMBANGUNAN TRANSPORTASI UDARA

52 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN BAB IV ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN 4.1. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL Sejalan dengan visi pembangunan Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong, maka pembangunan nasional diarahkan untuk mencapai sasaran utama, yang salah satu sasaran pembangunan sektor unggulan adalah aspek maritim dan kelautan yang memuat upaya membangun konektivitas nasional. Salah satu program Agenda Prioritas Pembangunan (Nawa Cita) yaitu meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional dijabarkan kembali kedalam agenda pembangunan nasional, khususnya agenda pembangunan transportasi nasional, diantaranya adalah membangun konektivitas nasional untuk mencapai keseimbangan pembangunan dan membangun transportasi massal perkotaan ISU STRATEGIS 1 : MEMBANGUN KONEKTIVITAS NASIONAL UNTUK MENCAPAI KESEIMBANGAN PEMBANGUNAN Infrastruktur penunjang konektivitas nasional baik berupa jaringan transportasi dan jaringan telekomunikasi, perlu diintegrasikan dengan pelayanan sarana intermoda transportasi yang terhubung secara efisien dan efektif, termasuk mendorong pembangunan konektivitas antarwilayah, sehingga dapat mempercepat dan memperluas pembangunan ekonomi Indonesia. Penyediaan infrastruktur transportasi dan telekomunikasi yang mendorong konektivitas akan menurunkan biaya transportasi dan biaya logistik, sehingga dapat meningkatkan daya saing produk, dan mempercepat gerak ekonomi. Kebijakan strategis untuk mewujudkan konektivitas nasional adalah: 1. Mempercepat pembangunan sistem transportasi multimoda; 2. Mempercepat pembangunan transportasi yang mendorong penguatan industri nasional untuk mendukung Sistem Logistik Nasional dan penguatan konektivitas nasional dalam kerangka mendukung kerjasama regional dan global; 3. Menjaga keseimbangan antara transportasi yang berorientasi nasional dengan transportasi yang berorientasi lokal dan kewilayahan; 4. Membangun sistem dan jaringan transportasi yang terintegrasi untuk mendukung investasi pada Koridor Ekonomi, Kawasan Industri Khusus, Kompleks Industri, dan pusat-pusat pertumbuhan lainnya di wilayah non-koridor ekonomi; 5. Mengembangkan sarana dan prasarana transportasi yang ramah lingkungan dan mempertimbangkan daya dukung lingkungan melalui mitigasi dan adaptasi perubahan iklim maupun peningkatan keselamatan dan kualitas kondisi lingkungan; 6. Meningkatkan keselamatan dan keamanan dalam penyelengaraan pelayanan transportasi serta pertolongan dan penyelamatan korban kecelakaan transportasi; 7. Meningkatkan kapasitas dan kualitas lembaga pengembangan sumber daya manusia; 8. Mengembangkan system angkutan umum massal yang modern dan maju dengan orientasi kepada bus maupun rel serta dilengkapi dengan fasilitas alih moda terpadu; IV - 1 BAB IV ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

53 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN Mengembangkan manajemen transportasi perkotaan yang berimbang dengan memperhatikan interaksi antara transportasi dan tata guna lahan; 10. Meningkatkan integrasi kelembagaan transportasi perkotaan MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN SISTEM TRANSPORTASI MULTIMODA Ketergantungan terhadap transportasi jalan yang terlalu tinggi mengakibatkan inefisiensi karena alternatif moda kurang tersedia, baik pada kondisi normal maupun ketika terjadi kerusakan infrastruktur jalan dan jembatan. Selain itu, beban anggaran negara sangat tinggi untuk pemeliharaan jalan. Ketergantungan terhadap moda transportasi jalan harus dikurangi dengan mengembangkan sistem transportasi multimoda. Dalam rangka mendukung percepatan pembangunan sistem transportasi multimoda dilakukan melalui strategi sebagai berikut: 1. Pembentukan badan atau regulator yang independen dan netral untuk regulasi, investigasi, keselamatan, dan keamanan angkutan multimoda serta pembinaan terhadap bertumbuh kembangnya Badan Usaha Angkutan Multimoda; 2. Membangun jaringan pelayanan dalam penyusunan rute-rute pelayanan dari berbagai moda transportasi yang membentuk satu kesatuan hubungan dan tidak hanya didominasi oleh salahsatu moda saja, melainkan harus disusun secara terintegrasi dengan prasarana jalan, Darat (Angkutan Jalan, Sungai, Danau dan Penyeberangan), Laut, Udara, Kereta Api, dan koridor ekonomi maupun konsep pengembangan wilayahnya; 3. Membangun jaringan prasarana yang terdiri dari dari simpul dan ruang lalu lintas. Simpul berfungsi sebagai ruang yang dipergunakan untuk keperluan menaikkan dan menurunkan penumpang, membongkar dan memuat barang, serta perpindahan intra dan antar moda. Ruang lalu lintas berfungsi sebagai ruang gerak untuk sarana transportasi, namun khusus untuk ruang lalu lintas transportasi jalan, disamping untuk lalu-lintas sarana transportasi juga memiliki fungsi lain yaitu untuk lalu lintas orang dan hewan; 4. Pembangunan terminal terpadu (terintegrasi) serta pelayanan fasilitas alih moda untuk pelayanan perpindahan penumpang dan barang secara cepat dan nyaman; 5. Pembangunan akses kereta api menuju ke pelabuhan dan bandara internasional, diantaranya pada Bandara Soekarno-Hatta, Minangkabau, Kualanamu, Hang Nadim, Juanda, Kertajati, Kulon Progo, Syamsudin Noor, dan Pelabuhan Kuala Tanjung, Belawan, Panjang, Tanjung Priok, Tanjung Perak, Tanjung Emas, Teluk Lamong dan Penyeberangan Merak - Bakauheni MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN TRANSPORTASI YANG MENDORONG PENGUATAN INDUSTRI NASIONAL UNTUK MENDUKUNG SISTEM LOGISTIK NASIONAL DAN PENGUATAN KONEKTIVITAS NASIONAL DALAM KERANGKA MENDUKUNG KERJASAMA REGIONAL DAN GLOBAL Pengembangan pasar dan industri transportasi nasional mempunyai dua aspek, yakni aspek industri jasa konstruksi nasional (termasuk pengembang, konsultan, kontraktor, jasa keuangan, jasa penasehat ahli) dan industri sarana dan alat-alat transportasi serta dengan pengembangan industri perangkat keras yakni alat-alat angkut atau sarana transportasi. Konektivitas nasional terdiri atas 4 (empat) komponen, yaitu Sislognas, Sistranas, pengembangan wilayah (RPJMN dan RTRWN) dan Information Communication Technology (ICT). Keempat komponen tersebut harus diintegrasikan untuk mendukung perpindahan komoditas baik barang, jasa maupun informasi secara efektif dan efisien, melalui integrasi simpul dan jaringan transportasi inter-moda, komunikasi dan informasi serta logistik, serta penguatan konektivitas antara pusat pertumbuhan ekonomi dan industri, dan juga keterhubungan secara internasional terutama untuk memperlancar arus perdagangan internasional maupun sebagai pintu masuk bagi para wisatawan mancanegara, yang dapat dilakukan melalui strategi : IV - 2 BAB IV ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

54 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN Penempatan transportasi laut sebagai tulang punggung sistem logistik nasional melalui pengembangan 24 pelabuhan strategis untuk mendukung tol laut yang ditunjang dengan fasilitas pelabuhan yang memadai serta membangun short sea shipping/coastal shipping pada jalur logistik nasional yang diintegrasikan dengan moda kereta api dan jalan raya, terutama untuk mengurangi beban (share) angkutan jalan Sumatera-Jawa (Pelabuhan Paciran/Tanjung Perak, Pelabuhan Kendal/Tanjung Emas dan Pelabuhan Marunda/Tanjung Priok di Pulau Jawa serta Pelabuhan Panjang/Sumur di Pulau Sumatera). 2. Pengembangan dan pengendalian jaringan lalu lintas angkutan jalan yang terintegrasi inter, intra dan antar moda dan pengembangan wilayah yang meliputi simpul transportasi jalan, jaringan pelayanan angkutan jalan yang efisien dan mampu mendukung pergerakan penumpang dan barang; 3. Pembangunan sarana dan prasarana serta industri transportasi diantaranya : a. Peningkatan kapasitas Bandara Soekarno-Hatta untuk melayani 87 juta penumpang pertahun. b. Pengembangan pelabuhan hub internasional Kuala Tanjung dan Bitung. c. Penyelesaian jalur kereta api Trans Sumatera, pembangunan kereta api Trans Kalimantan, Sulawesi dan Papua, serta peningkatan kapasitas jalur eksisting menjadi jalur ganda di Sumatera dan Jawa terutama di lintas selatan Jawa. d. Pembangunan fasilitas dry port di Kawasan Pertumbungan Ekonomi yang tinggi (Kendal dan Paciran). 4. Percepatan penyelenggaraan kegiatan-kegiatan prioritas konektivitas ASEAN dalam kerangka penguatan konektivitas nasional dengan tetap mempertahankan ketahanan dan daya saing perekonomian nasional; 5. Penyediaan armada transportasi nasional melalui pemberdayaan industri transportasi dalam negeri yang meliputi pengembangan pesawat udara (N-219), armada serta industri galangan kapal nasional, lokomotif, kereta penumpang, KRL, serta bus; 6. Pembangunan Jalur Ro-Ro Dumai-Malaka, Ro-Ro Belawan-Penang, dan Ro-Ro Bitung-Sangihe- General Santos, Pembangunan Pelabuhan Kuala Tanjung dan pelabuhan Bitung; 7. Menghubungkan seluruh lintas penyeberangan, termasuk jalur lintas Sabuk Utara, Tengah, dan Selatan serta poros penghubung, terutama lintas utama penyeberangan Merak Bakauheni; 8. Membangun terminal barang angkutan jalan dalam rangka mendukung Sislognas; 9. Membangun/Merevitalisasi terminal penumpang angkutan jalan dalam rangka meningkatkan kapasitas dan pelayanan penumpang angkutan jalan; 10. Penyediaan alat penimbangan kendaraan bermotor (Jembatan Timbang) dalam rangka meningkatkan pengawasan muatan lebih; 11. Meningkatnya jumlah penumpang yang diangkut maskapai penerbangan nasional menjadi 162 juta/penumpang/tahun dengan membangun 15 bandara baru di Kertajati, Letung, Tambelan, Tebelian, Muara Teweh, Samarinda Baru, Maratua, Buntu Kunik, Morowali, Miangas, Siau, Namniwel, Kabir Patar, Werur, Koroy Batu, dan pengembangan dan rehabilitasi Bandara lama tersebar di Pulau Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua; 12. Pengembangan 9 bandara untuk pelayanan kargo udara di Kualanamu, Soekarno-Hatta, Juanda, Syamsuddin Noor, Sepinggan, Hasanuddin, Samratulanggi, Frans Kaisepo, Sentani MENJAGA KESEIMBANGAN ANTARA TRANSPORTASI YANG BERORIENTASI NASIONAL DENGAN TRANSPORTASI YANG BERORIENTASI LOKAL DAN KEWILAYAHAN Wilayah Indonesia yang cukup luas, letak Indonesia yang cukup strategis, serta kondisi geografis yang cukup unik dibandingkan dengan negara-negara lainnya, menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara besar jika dilihat dari sisi luas wilayah dan jumlah penduduk. Sebagai negara kepulauan yang dibatasi lautan, menjadikan pembangunan transportasi di Indonesia adalah suatu tantangan. IV - 3 BAB IV ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

55 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN Tantangan yang harus dihadapi adalah bagaimana menyediakan layanan transportasi yang murah, tepat waktu, dan mampu diakses oleh semua kalangan. Tantangan inilah yang harus dijawab dalam rangka melakukan upaya keseimbangan antara transportasi yang berorientasi nasional dengan transportasi yang berorientasi lokal dan kewilayahan. Kebijakan Utama Konektivitas Nasional dirumuskan untuk menjawab keseimbangan transportasi yang berorientasi nasional, regional, dan lokal, dimana konektivitas ini menghubungkan transportasi nasional, regional, lokal, serta wilayahwilayah yang memiliki komoditas unggulan di masing-masing pulau. Oleh karena itu, strategi yang dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan transportasi nasional dengan transportasi yang berorientasi lokal dan kewilayahan adalah sebagai berikut: 1. Penyediaan infrastruktur transportasi yang lebih terintegrasi melalui pendanaan DAK Bidang Transportasi, seperti infrastruktur yang menjadi kewenangan Provinsi, Kab/Kota meliputi fasilitas perlengkapan jalan yang disesuaikan dengan kinerja jaringan jalan;alat PKB, RASS, media sosialisasi keselamatan dan transportasi perkotaan; 2. Menciptakan pembagian peran moda transportasi yang lebih berimbang dengan mendorong pembangunan perkeretaapian dan transportasi laut yang lebih progresif sehingga secara bertahap terjadi perpindahan moda dari jalan ke moda kereta api serta moda angkutan laut; 3. Membangun dan memperluas jaringan infrastruktur dan sistem pelayanan transportasi nasional untuk memperkecil defisit dan mempersempit kesenjangan transportasi antar wilayah yang meliputi jalan, bandara, kereta api, pelabuhan laut dan penyeberangan, dermaga sungai dan danau, kapal perintis, bus, bus air dan kereta ekonomi di wilayah perdalaman, perbatasan, dan pulau terluar; 4. Membuka rute baru, meningkatkan frekuensi pelayanan, optimalisasi, dan integrasi penyelenggaran subsidi angkutan perintis dan Public Service Obligation (PSO) diantara subsidi bus perintis, angkutan laut, sungai, danau, penyeberangan, udara, dan perkeretaapian; 5. Mempercepat pembangunan infrastruktur transportasi di wilayah-wilayah perbatasan dan wilayah-wilayah terluar; 6. Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan bandara melalui pembangunan dan pengembangan bandara terutama yang berada pada pusat kegiatan nasional (ibukota propinsi), pusat kegaitan wilayah dan wilayah yang mempunyai potensi ekonomi dan pariwisata; 7. Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan angkutan laut melalui pembangunan dan pengembangan fasilitas pelabuhan terutama pada daerah - daerah terpencil, tertinggal, perbatasan, rawan bencana dan daerah belum berkembang serta wilayah yang mempunyai potensi ekonomi dan pariwisata; 8. Pembangunan kapal perintis untuk meningkatkan aksesibilitas dan pelayanan angkutan laut perintis MEMBANGUN SISTEM DAN JARINGAN TRANSPORTASI YANG TERINTEGRASI UNTUK MENDUKUNG INVESTASI PADA KORIDOR EKONOMI, KAWASAN INDUSTRI KHUSUS, KOMPLEKS INDUSTRI, DAN PUSAT-PUSAT PERTUMBUHAN LAINNYA DI WILAYAH NON- KORIDOR EKONOMI Pembangunan infrastruktur diarahkan pada proyek-proyek strategis yang mendukung pengembangan kawasan industri, kawasan ekonomi khusus, dan kawasan strategis lainnya. Untuk mendukung pengembangan kawasan industri, dirumuskan kebijakan antara lain: 1. Pembangunan pelabuhan-pelabuhan strategis, antara lain: Pelabuhan Belawan/Kuala Tanjung, Tanjung Priok, Tanjung Perak, Pontianak, Bitung, Makassar, Banjarmasin, Kupang, Halmahera, dan pelabuhan lainnya; 2. Pembangunan jalur kereta api antara Manado Bitung, Sei Mangke Bandar Tinggi - Kuala Tanjung, Pasoso Tanjung Priok, DDT Elektrifikasi Manggarai Bekasi -Cikarang, Lingkar Luar KeretaApi, dan lainnya; IV - 4 BAB IV ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

56 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN Pengembangan bandara-bandara di sekitar kawasan industri maupun kawasan ekonomi khusus dan kawasan strategis lainnya, antara lain: Bandara Mutiara Palu, Eltari Kupang, Halu Oleo Kendari, Sam Ratulangi Manado, Bandara Syamsuddin Noor-Banjarmasin, dan bandara lainnya MENGEMBANGKAN SARANA DAN PRASARANA TRANSPORTASI YANG RAMAH LINGKUNGAN DAN MEMPERTIMBANGKAN DAYA DUKUNG LINGKUNGAN MELALUI MITIGASI DAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM MAUPUN PENINGKATAN KESELAMATAN DAN KUALITAS KONDISI LINGKUNGAN Kemampuan melakukan mitigasi serta adaptasi terhadap perubahan iklim merupakan salah satu kebutuhan untuk meningkatkan efisiensi serta keandalan sistem transportasi. Perencanaan disertai pelaksanaan mitigasi dan adaptasi di sektor transportasi kedepan didasarkan pada pengelolaan potensi dan sumberdaya alam, peningkatan kapasitas individu serta organisasi yang tepat, serta didukung dengan pembangunan infrastruktur transportasi yang ramah lingkungan dan tahan terhadap dampak perubahan iklim dan cuaca ekstrim agar tercipta sistem transportasi yang andal dan berkelanjutan. Strategi sektor transportasi yang andal dan berkelanjutan mendukung konektivitas nasional adalah sebagai berikut: 1. Penyediaan sarana transportasi yang ramah lingkungan; 2. Pembangunan prasarana transportasi yang tahan terhadap dampak perubahan iklim/cuaca ekstrim; 3. Penyediaan bahan bakar yang berbasis energi baru terbarukan; 4. Peningkatan kapasitas SDM transportasi yang responsif terhadap perubahan iklim/cuaca ekstrim; 5. Peningkatan peralatan transportasi yang responsive terhadap perubahan iklim/cuaca ekstrim MENINGKATKAN KESELAMATAN DAN KEAMANAN DALAM PENYELENGARAAN PELAYANAN TRANSPORTASI SERTA PERTOLONGAN DAN PENYELAMATAN KORBAN KECELAKAAN TRANSPORTASI Upaya untuk meningkatkan keselamatan dan keamanan dalam penyelengaraan pelayanan transportasi ditujukan untuk meningkatkan rasa aman dan nyaman pengguna transportasi serta menurunkan jumlah dan tingkat kecelakaan transportasi yang meliputi transportasi jalan, kereta api, pelayaran, dan penerbangan dalam menuju target zero accident. Di sisi lain, perubahan mental dalam berdisiplin berlalu-lintas, ketaatan terhadap peraturan, serta penguatan terhadap kemampuan kelembagaan untuk pendidikan dan pencegahan maupun pertolongan serta penyelamatan korban kecelakaan transportasi juga diperlukan dalam rangka untuk meningkatan respon terhadap terjadinya kecelakaan transportasi dan upaya pertolongan dan penyelematan jiwa manusia. Khusus untuk transportasi jalan, dalam rangka penanganan keselamatan jalan secara komprehensif pada tahun 2011 telah disusun suatu perencanaan jangka panjang yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan yang ada dan bersifat lintas sektoral, yaitu berupa Rencana Umum Nasional Keselamatan (RUNK) Jalan dan diperkuat melalui Inpres No 4 Tahun 2013 Program Dekade Aksi Keselamatan Tahun Strategi yang dijalankan untuk menjalankan kebijakan di atas antara lain melalui : 1. Pemenuhan fasilitas perlengkapan jalan, implementasi Rute Aman Selamat Sekolah (RASS), Perbaikan Lokasi Rawan Kecelakaan/Daerah Rawan Kecelakaan, sarana bantu navigasi pelayaran maupun perlengkapan navigasi pelayaran dan penerbangan sesuai standar pelayanan minimal dan standar keselamatan transportasi internasional; 2. Meningkatkan kelaikan kendaraan bermotor melalui uji tipe dan uji berkala; 3. Pendidikan dan peningkatan kesadaran penyelenggaraan transportasi yang berkeselamatan sejak usia dini; IV - 5 BAB IV ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

57 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN Meningkatkan koordinasi pelaksanaan Rencana Umum Nasional Keselamatan Jalan (RUNK) serta Program Dekade Aksi Keselamatan Jalan baik di tingkat nasional maupun daerah; 5. Peningkatan kualitas dan kuantitas kemampuan SDM dan perlengkapan Search and Rescue (SAR) MENINGKATKAN KAPASITAS DAN KUALITAS LEMBAGA PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA Dalam rangka meningkatkan kuantitas, kualitas, dan layanan transportasi untuk memenuhi mobilitas ekonomi yang menuntut pelayanan cepat, efisien, dan andal. Maka, diperlukan manajemen SDM yang memiliki kompetensi tinggi, meliputi SDM regulator, operator, dan SDM industri yang saat ini masih terbatas. Beberapa strategi yang dilakukan antara lain: 1. Penyempurnaan kelembagaan dan penyiapan regulasi dalam rangka pengembaangan SDM transportasi yang mengantisipasi perkembangan budaya, IPTEK, dan kesiapan produktivitas daya saing secara nasional maupun terkait dengan standar internasional; 2. Peningkatan peran pemerintah dalam rangka pengembangan SDM Transportasi bagi Lembaga pendidikan Swasta; 3. Pembangunan dan peningkatan Sarana dan Prasarana Diklat; 4. Pengembangan kualitas dan kuantitas tenaga pengajar serta pengembangan metode pembelajaran ISU STRATEGIS 2 : MEMBANGUN TRANSPORTASI UMUM MASSAL PERKOTAAN Pembangunan perkotaan Indonesia kedepan diarahkan pada peningkatan peran perkotaan sebagai basis pembangunan dan kehidupan yang layak huni, berkeadilan, mandiri, berdaya saing, dan berkelanjutan, sesuai dengan karakter potensi dan budaya lokal. Arah kebijakan pembangunan perkotaan pada berfokus pada pengembangan kota sebagai suatu kesatuan kawasan/wilayah, yaitu kota sebagai pendorong pertumbuhan nasional dan regional serta kota sebagai tempat tinggal yang berorientasi pada kebutuhan penduduk kota. Walaupun demikian, pembangunan perkotaan ke depan akan lebih difokuskan pada pelaksanaan pengendalian pembangunan kota-kota besar dan metropolitan serta percepatan pembangunan kota-kota menengah dan kecil. Oleh karena itu, dalam rangka mengembangkan transportasi umum massal perkotaan, pembangunan sistem angkutan umum modern yang saling terintegrasi seperti BRT dan MRT diharapkan dapat meningkatkan peran angkutan umum dalam melayani kebutuhan perjalanan penduduk perkotaan serta menciptakan transportasi perkotaan yang praktis, efisien, ramah lingkungan, dan berkeadaban. Arah kebijakan dan strategi yang disusun lima tahun kedepan adalah : 1. Mengembangkan sistem angkutan umum massal yang modern dan maju dengan orientasi kepada bus maupun rel serta dilengkapi dengan fasilitas alih moda terpadu; 2. Mengembangkan manajemen transportasi perkotaan yang berimbang dengan memperhatikan interaksi antara transportasi dan tata guna lahan; 3. Meningkatkan integrasi kelembagaan transportasi perkotaan MENGEMBANGKAN SISTEM ANGKUTAN UMUM MASSAL YANG MODERN DAN MAJU DENGAN ORIENTASI KEPADA BUS MAUPUN REL SERTA DILENGKAPI DENGAN FASILITAS ALIH MODA TERPADU Seluruh sistem transportasi massal memerlukan interchange (tempat berganti kendaraan) dengan elemen-elemen sistem transportasi umum lain, dan integrasi dengan moda-moda sistem transportasi lain seperti mengendarai mobil, berjalan kaki dan bersepeda. Untuk mengembangkan sistem angkutan umum massal yang modern dan maju dengan orientasi kepada bus maupun rel serta dilengkapi dengan fasilitas alih moda terpadu, beberapa strategi yang dilakukan mencakup: IV - 6 BAB IV ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

58 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN Pembangunan angkutan massal cepat berbasis rel antara lain MRT di wilayah Jabodetabek, dan jalur lingkar layang KA Jabodetabek, serta LRT/monorail/Tram di Surabaya, Bandung, dan Palembang; 2. Pengembangan kereta perkotaan di 10 kota metropolitan: Batam, Medan, Palembang, Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, dan Makassar; 3. Pengembangan BRT di 34 kota besar beserta fasilitas pendukungnya antara lain Medan, Pekanbaru, Batam, Padang, Palembang, Bandung, Jakarta, Bogor, Semarang, Yogyakarta, Solo, Pontianak, Samarinda, Balikpapan, Makassar, Gorontalo, dan Ambon; 4. Penyediaan dana subsidi/pso yang terarah untuk penyelenggaraan angkutan umum massal perkotaan MENGEMBANGKAN MANAJEMEN TRANSPORTASI PERKOTAAN YANG BERIMBANG DENGAN MEMPERHATIKAN INTERAKSI ANTARA TRANSPORTASI DAN TATA GUNA LAHAN Terdapat kecenderungan bahwa berkembangnya suatu kota bersamaan pula dengan berkembangnya masalah transportasi yang terjadi, sehingga masalah ini akan selalu membayangi perkembangan suatu wilayah perkotaan. Beberapa strategi yang dilakukan untuk mengembangkan manajemen transportasi perkotaan yang berimbang dengan memperhatikan interaksi antara transportasi dan tata guna lahan, antara lain: 1. Peningkatan akses terhadap angkutan umum dengan Pembangunan Berorientasi Angkutan Transit Oriented Demand/TOD dan pengembangan fasilitas Non Motorized; 2. Penyediaan fasilitas pendukung untuk alih moda seperti Park and Ride; 3. Penerapan sistem informasi lalu lintas secara real time, penerapan sistem APILL terkoordinasi (ATCS) dan Virtual Mobility; 4. Penguatan mekanisme implementasi sistem transportasi perkotaan dan penurunan kemacetan transportasi perkotaan melalui Manajemen Permintaan Transportasi dengan pendekatan Push and Pull MENINGKATKAN INTEGRASI KELEMBAGAAN TRANSPORTASI PERKOTAAN Kelembagaan yang lemah merupakan suatu sumber permasalahan yang menjadi sorotan dalam sistem transportasi perkotaan di Indonesia (World Bank, 2006). Kelembagaan dalam sektor transportasi kurang berfungsi dengan baik karena kurang terorganisir, akibat tumpang tindih, pertentangan kepentingan, serta penegakan hukum yang lemah. Namun, di beberapa kota di Indonesia, Pemerintah Daerah sebagai regulator secara efektif mulai meningkatkan efektifitas kewenangannya melalui sistem organisasi efektif yang mampu melakukan pengendalian sistem transportasi perkotaannya. Untuk itu, Pemerintah Pusat memiliki tanggung jawab untuk mensinergikan dan mengintegrasikan kelembagaan transportasi perkotaan melalui strategi percepatan pembentukan kelembagaan pengelolaan transportasi perkotaan yang memiliki kewenangan kuat dalam mengintegrasikan dan mengawal dari konsep, strategi, kebijakan, perencanaan, program, implementasi, manajemen, dan pembiayaan sistem transportasi perkotaan di kota-kota megapolitan lainnya ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI RPJMN Dalam rangka mencapai agenda pembangunan nasional Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional yang dijabarkan dalam sasaran sub agenda Membangun Konektivitas Nasional Untuk Mencapai Keseimbangan Pembangunan ditetapkan arah kebijakan dan strategi pembangunan nasional sebagaimana tercantum dalam dokumen RPJMN Tahun IV - 7 BAB IV ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

59 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN Tabel 4.1 Arah Kebijakan dan Strategi RPJMN Sub Sektor Transportasi Udara NO ARAH KEBIJAKAN STRATEGI Isu Strategis : Membangun Konektivitas Nasional Untuk Mencapai Keseimbangan Pembangunan 1. Mempercepat pembangunan Sistem Transportasi Pembangunan akses kereta api menuju ke bandara Multimoda internasional, diantaranya pada Bandara Soekarno- Hatta, Minangkabau, Kualanamu, Hang Nadim, Juanda, Kertajati, Kulon Progo, Syamsudin Noor. 2. Mempercepat pembangunan transportasi yang mendorong penguatan industri nasional untuk mendukung Sistem Logistik Nasional dan penguatan konektivitas nasional dalam kerangka mendukung kerjasama regional dan global. 3. Menjaga keseimbangan antara transportasi yang berorientasi nasional dengan transportasi yang berorientasi lokal dan kewilayahan. 4. Membangun sistem dan jaringan transportasi yang terintegrasi untuk mendukung investasi pada Koridor Ekonomi, Kawasan Industri Khusus, Kompleks Industri, dan pusat-pusat pertumbuhan lainnya di wilayah nonkoridor ekonomi. a. Pembangunan sarana dan prasarana serta industri transportasi, diantaranya: Peningkatan kapasitas Bandara Soekarno-Hatta untuk melayani 87 juta penumpang per-tahun. b. Penyediaan armada transportasi nasional melalui pemberdayaan industri transportasi dalam negeri yang meliputi pengembangan pesawat udara (N- 219). c. Meningkatnya jumlah penumpang yang diangkut maskapai penerbangan nasional menjadi 162 juta/penumpang/tahun dengan membangun 15 bandara baru di Kertajati, Letung, Tambelan, Tebelian, Muara Teweh, Samarinda Baru,Maratua, Buntu Kunik, Morowali, Miangas, Siau, Namniwel, Kabir Patar, Werur, Koroway Batu, dan pengembangan dan rehabilitasi yang lama tersebar di Pulau Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua. d. Pengembangan 9 bandara untuk pelayanan kargo udara di Kualanamu, Soekarno - Hatta, Juanda, Syamsuddin Noor, Sepinggan, Hassanuddin, Samratulanggi, Frans Kaisepo, Sentani. a. Membuka rute baru, meningkatkan frekuensi pelayanan, optimalisasi, dan integrasi penyelenggaran subsidi angkutan perintis. b. Mempercepat pembangunan infrastruktur transportasi di wilayahwilayah perbatasan dan wilayah-wilayah terluar. c. Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan bandara melalui pembangunan dan pengembangan bandara terutama yang berada pada pusat kegiatan nasional (ibukota propinsi), pusat kegaitan wilayah dan wilayah yang mempunyai potensi ekonomi dan pariwisata. d. Meningkatkan kapasitas bandara di wilayah terpencil, pedalaman dan rawan bencana dengan melakukan perpanjangan landasan serta pembangunan terminal penumpang. e. Pengadaan pesawat dan kapal perintis. Pengembangan bandara-bandara di sekitar kawasan industry maupun kawasan ekonomi khusus dan kawasan strategis lainnya, antara lain: Bandara Mutiara Palu, Eltari Kupang, Halu Oleo Kendari, Sam Ratulangi Manado Bandara Syamsuddin Noor- Banjarmasin, dan bandara lainnya. IV - 8 BAB IV ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

60 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN NO ARAH KEBIJAKAN STRATEGI 5. Mengembangkan sarana dan prasarana transportasi a. Penyediaan sarana transportasi yang ramah yang ramah lingkungan dan mempertimbangkan daya lingkungan. dukung lingkungan dalam rangka mitigasi dan adaptasi perubahan iklim maupun peningkatan keselamatan dan kualitas kondisi lingkungan. b. Pembangunan prasarana transportasi yang tahan terhadap dampak perubahan iklim/cuaca ekstrim. c. Penyediaan bahan bakar yang berbasis energi baru terbarukan. d. Peningkatan kapasitas SDM transportasi yang responsif terhadap perubahan iklim/cuaca ekstrim. 6. Meningkatkan keselamatan dan keamanan dalam penyelenggaraan pelayanan transportasi serta pertolongan dan penyelamatan korban kecelakaan transportasi Sumber : Buku II Dokumen RPJMN Tahun hal 9-54 s/d 9-64 Pemenuhan fasilitas keselamatan dan keamanan berupa perlengkapan keselamatan transportasi jalan dan perkeretaapian maupun perlengkapan navigasi pelayaran dan penerbangan sesuai standart pelayanan minimal dan standart keselamatan transportasi internasional. Catatan : Untuk mempercepat pembangunan transportasi yang mendorong penguatan industri nasional untuk mendukung Sistem Logistik Nasional dan penguatan konektivitas nasional dalam kerangka mendukung kerjasama regional dan global, maka berdasarkan persetujuan ASEAN Multilateral Agreement of the Full Liberalisation of Air Freight Services yang telah diratifikasi Indonesia dengan Perpres No. 74 tahun 2015 tanggal 19 Juni 2015, terdapat 11 Bandar Udara Internasional yang di buka bagi Perusahaan angkutan Udara khusus kargo ASEAN tanpa batasan frekuensi dan kapasitas, antara lain Bandar udara Kualanamu, Soekarno - Hatta, Juanda, I Gusti Ngurah Rai, supadio, Hang Nadim, Sultan Mahmud Badaruddin, Sepinggan, Hassanuddin, Samratulanggi, Frans Kaisepo ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI KEMENTERIAN PERHUBUNGAN Dalam rangka mewujudkan Pelayanan Transportasi yang Handal, Berdaya Saing dan Memberikan Nilai Tambah Dalam Rangka Mewujudkan Konektivitas Nasional dan Peningkatan Angkutan Perkotaan dilakukan melalui arah kebijakan: 1. Sasaran Terwujudnya Pelayanan Transportasi yang Handal, Berdaya Saing dan Memberikan Nilai Tambah Dalam Rangka Mewujudkan Konektivitas Nasional dan Peningkatan Angkutan Perkotaan, dengan arah kebijakan Mewujudkan Pelayanan Transportasi yang Handal, Berdaya Saing dan Memberikan Nilai Tambah Dalam Rangka Mewujudkan Konektivitas Nasional dan Peningkatan Angkutan Perkotaan, melalui strategi antara lain : a. Peningkatan konektivitas antar wilayah b. Pembangunan jaringan pelayanan yang terintegrasi antarmoda c. Penyiapan konsep dan implementasi angkutan laut dari barat ke timur Indonesia 2. Sasaran meningkatnya Keselamatan dan Keamanan Transportasi, dengan arah kebijakan Meningkatkan Keselamatan dan Keamanan Transportasi, melalui strategi antara lain : a. Penguatan kelembagaan dalam peningkatan keselamatan transportasi b. Peningkatan peran serta masyarakat dan badan usaha di bidang keselamatan transportasi c. Pendidikan dan peningkatan kesadaran penyelenggaraan transportasi yang berkeselamatan sejak usia dini d. Peningkatan/pembaharuan regulasi terkini sesuai dengan standar keselamatan e. Peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana keselamatan transportasi sesuai dengan perkembangan teknologi f. Pemenuhan standar keselamatan transportasi berupa perlengkapan keselamatan transportasi jalan dan perkeretaapian maupun perlengkapan navigasi pelayaran dan penerbangan IV - 9 BAB IV ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

61 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN g. Peningkatan efektivitas pengendalian, pengaturan dan pengawasan terhadap pemenuhan standar keselamatan transportasi h. Peningkatan keandalan/kelaikan sarana dan prasarana transportasi melalui program pengujian dan sertifikasi sarana, prasarana termasuk fasilitas pendukung lainnya i. Peningkatan koordinasi pelaksanaan Rencana Umum Nasional Keselamatan Jalan (RUNK) serta Program Dekade Aksi Keselamatan Jalan baik di tingkat nasional maupun daerah j. Koordinasi peningkatan keselamatan di perlintasan sebidang antara jalur kereta api dengan jalan k. Peningkatan efektivitas pengawasan terhadap pemenuhan standar keamanan transportasi l. Pemenuhan standar keamanan transportasi berupa perlengkapan keamanan transportasi m. Pencegahan terhadap penyusupan barang-barang yang mengancam keamanan penumpang n. Peningkatan koordinasi dalam rangka mencegah terjadinya tindakan melawan hukum di sektor transportasi (pencurian, vandalisme, perompakan, pembajakan, teroris, dll) 3. Sasaran Meningkatnya kinerja pelayanan sarana dan prasarana transportasi, dengan arah kebijakan Meningkatkan kinerja pelayanan sarana dan prasarana transportasi, melalui strategi antara lain : a. Peningkatan kehandalan sarana dan prasarana transportasi serta penataan jaringan/rute b. Penyusunan pedoman standar pelayanan sarana dan prasarana transportasi c. Implementasi standar pelayanan publik pada sarana dan prasarana transportasi, termasuk penyediaan fasilitas bagi pengguna jasa berkebutuhan khusus dan fasilitas yang responsif gender d. Konsistensi penerapan reward dan punishment terhadap ketepatan pelayanan e. Penerapan sistem informasi lalu lintas secara real time, penerapan ATCS dan Virtual Mobility f. Penerapan sistem tiket elektonik yang terintegrasi 4. Sasaran Meningkatnya Kapasitas Sarana dan Prasarana Transportasi, dengan arah kebijakan Meningkatkan Kapasitas Sarana dan Prasarana Transportasi, melalui strategi antara lain : a. Peningkatan kualitas perencanaan pembangunan sarana dan prasarana transportasi b. Pembangunan sarana dan prasarana transportasi yang berdasarkan outcomes c. Mendorong pembangunan infrastruktur transportasi melalui kerjasama Pemerintah dan badan usaha serta melalui pembiayaan swasta d. Penyiapan konsep angkutan umum massal perkotaan yang lebih matang dan komprehensif e. Pengembangan BRT f. Pembangunan dan pengembangan angkutan massal perkotaan berbasis rel g. Penyediaan dana subsidi/ PSO yang terarah untuk penyelenggaraan angkutan umum massal perkotaan 5. Sasaran Meningkatnya Layanan Transportasi di Daerah Rawan Bencana, Perbatasan, Terluar dan Terpencil, dengan arah kebijakan Meningkatkan Layanan Transportasi di Daerah Rawan Bencana, Perbatasan, Terluar dan Terpencil, melalui strategi antara lain : a. Mempercepat pembangunan infrastruktur transportasi di wilayah-wilayah perbatasan dan wilayah-wilayah terluar b. Meningkatkan kapasitas sarana dan prasarana transportasi di wilayah terpencil, pedalaman, perbatasan dan rawan bencana c. Penyediaan sarana angkutan keperintisan 6. Sasaran terlaksananya Perumusan Kebijakan dalam Penyelenggaraan Transportasi, dengan arah kebijakan Melaksanakan Perumusan Kebijakan dalam Penyelenggaraan Transportasi, melalui strategi antara lain : a. Pemetaan arah / kebutuhan kerangka regulasi untuk mempercepat pelaksanaan prioritas pembangunan transportasi. IV - 10 BAB IV ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

62 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN b. Peningkatan koordinasi dengan instansi lainnya terkait penyelesaian peraturan perundangundangan. c. Percepatan penyusunan peraturan perundang-undangan sesuai amanah undang-undang bidang transportasi. d. Percepatan pelaksanaan penyederhanaan dan harmonisasi regulasi di bidang transportasi. e. Evaluasi peraturan perundang-undangan yang tumpang tindih dan yang menghambat percepatan pembangunan transportasi. 7. Sasaran terlaksananya Pengembangan Sumber Daya Manusia Transportasi, dengan arah kebijakan Melaksankan Pengembangan Sumber Daya Manusia Transportasi, melalui strategi antara lain : a. Menyusun Man Power Planning SDM transpotasi b. Menyusun Training Needs Analysis (TNA) SDM transportasi c. Mengembangkan kapasitas diklat SDM transportasi d. Menata regulasi penyelenggaraan diklat SDM transportasi e. Meningkatkan tata kelola diklat dan kualitas lulusan f. Meningkatkan penyerapan lulusan diklat transportasi 8. Sasaran Meningkatnya Kualitas penelitian sesuai dengan kebutuhan, dengan arah kebijakan Meningkatkan Kualitas penelitian sesuai dengan kebutuhan, melalui strategi antara lain : a. Peningkatan kuantitas dan kualitas sumber daya peneliti serta tenaga fungsional pendukung b. Peningkatan sinergitas antara Badan Litbang Perhubungan dengan pengguna jasa penelitian dalam rangka meningkatkan pemanfaatan hasil penelitian c. Peningkatan kerjasama penelitian antar lembaga riset dan industri untuk merumuskan kebijakan strategis penyelenggaraan transportasi d. Penyempurnaan regulasi dan kelembagaan untuk penguatan peran Badan Litbang Perhubungan 9. Sasaran Meningkatnya kualitas Pengawasan atas Pelaksanaan Tugas di Lingkungan Kemenhub, dengan arah kebijakan Meningkatkan kualitas Pengawasan atas Pelaksanaan Tugas di Lingkungan Kemenhub, melalui strategi antara lain : a. Peningkatan kualitas hasil pengawasan b. Peningkatan kualitas dan kompetensi SDM Pengawasan 10. Sasaran tersedianya SDM Kementerian Perhubungan yang kompeten dan profesional, dengan arah kebijakan Menyediakan SDM Kementerian Perhubungan yang kompeten dan profesional, melalui strategi antara lain : a. Memeberikan pelatihan kompetensi secara rutin dan berkelanjutan kepada seluruh SDM Kementerian perhubungan b. Menerapkan sistem penilaian kinerja yang terukur c. Melakukan sistem assessment dan lelang terbuka untuk promosi dan peningkatan karir d. Memberlakukan sistem punishment and reward dalam menilai kinerja dan prestasi SDM 11. Sasaran terwujudnya good governance and clean government di Kemenhub, dengan arah kebijakan Mewujudkan good governance & clean government di Kemenhub, melalui strategi antara lain : a. Penuntasan agenda reformasi birokrasi melalui penataan kelembagaan (organisasi, ketatalaksanaan dan sumber daya manusia) b. Penyempurnaan sistem manajemen dan pelaporan kinerja dan keuangan Kementerian Perhubungan secara terintegrasi, terpercaya dan dapat diakses public c. Penyediaan layanan informasi transportasi yang dapat diakses publik secara mudah d. Penyederhanaan perijinan sektor transportasi e. Penerapan e-government di lingkungan Kementerian Perhubungan f. Penyediaan ruang partisipasi publik dalam menyusun dan mengawasi penerapan kebijakan g. Mengoptimalkan peran Inspektorat Jenderal sebagai consultant dan quality assurance IV - 11 BAB IV ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

63 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI DITJEN PERHUBUNGAN UDARA Dalam rangka mewujudkan Pelayanan Transportasi Udara yang Handal, Berdaya Saing dan Memberikan Nilai Tambah Dalam Rangka Mewujudkan Konektivitas Nasional di bidang perhubungan udara dilakukan melalui arah kebijakan dan strategi sebagaimana tabel berikut. Tabel 4.2 Arah Kebijakan dan Strategi Ditjen Perhubungan Udara NO SASARAN STRATEGIS ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI 1 Terwujudnya Pelayanan Mewujudkan Pelayanan Transportasi Udara yang Handal, Transportasi Udara yang Handal, Berdaya Saing dan Memberikan Berdaya Saing dan Memberikan Nilai Tambah Dalam Rangka Mewujudkan Konektivitas Nasional, melalui Nilai Tambah Dalam Rangka strategi : Mewujudkan Konektivitas a. Peningkatan konektivitas antar wilayah; Nasional b. Pembangunan jaringan pelayanan yang terintegrasi 2 Meningkatnya Keselamatan dan Keamanan Transportasi Udara antarmoda. Meningkatkan Keselamatan dan Keamanan Transportasi Udara, melalui strategi: a. Penguatan kelembagaan dalam peningkatan keselamatan transportasi udara; b. Peningkatan peran serta masyarakat dan badan usaha di bidang keselamatan transportasi udara; c. Pendidikan dan peningkatan kesadaran penyelenggaraan transportasi udara yang berkeselamatan sejak usia dini; d. Peningkatan/pembaharuan regulasi terkini sesuai dengan standar keselamatan transportasi udara; e. Peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana keselamatan transportasi udara sesuai dengan perkembangan teknologi; f. Pemenuhan standar keselamatan transportasi udara berupa perlengkapan keselamatan penerbangan; g. Peningkatan efektivitas pengendalian, pengaturan dan pengawasan terhadap pemenuhan standar keselamatan transportasi udara; h. Peningkatan keandalan/kelaikan sarana dan prasarana transportasi udara melalui program pengujian dan sertifikasi sarana, prasarana termasuk fasilitas pendukung lainnya; i. Peningkatan efektivitas pengawasan terhadap pemenuhan standar keamanan transportasi udara; j. Pemenuhan standar keamanan transportasi berupa perlengkapan keamanan transportasi udara; k. Pencegahan terhadap penyusupan barang-barang yang mengancam keamanan penumpang transportasi udara; l. Peningkatan koordinasi dalam rangka mencegah terjadinya tindakan melawan hukum di sektor transportasi udara (pencurian, vandalisme, perompakan, pembajakan, teroris, dll). IV - 12 BAB IV ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

64 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN NO SASARAN STRATEGIS ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI 3 Meningkatnya kinerja pelayanan sarana dan prasarana transportasi Meningkatkan kinerja pelayanan sarana dan prasarana transportasi udara, melalui strategi antara lain : udara a. Peningkatan kehandalan sarana dan prasarana transportasi udara serta penataan jaringan/rute; b. Penyusunan pedoman standar pelayanan sarana dan prasarana transportasi udara; c. Implementasi standar pelayanan publik pada sarana dan prasarana transportasi udara, termasuk penyediaan fasilitas bagi pengguna jasa berkebutuhan khusus dan fasilitas yang responsif gender; d. Konsistensi penerapan reward dan punishment 4 Meningkatnya Kapasitas Sarana dan Prasarana Transportasi Udara 5 Meningkatnya Layanan Transportasi Udara di Daerah Rawan Bencana, Perbatasan, Terluar dan Terpencil 6 Terlaksananya Perumusan Kebijakan dalam Penyelenggaraan Transportasi Udara terhadap ketepatan pelayanan transportasi udara. Meningkatkan Kapasitas Sarana dan Prasarana Transportasi Udara, melalui strategi antara lain : a. Peningkatan kualitas perencanaan pembangunan sarana dan prasarana transportasi udara; b. Pembangunan sarana dan prasarana transportasi udara yang berdasarkan outcomes; c. Mendorong pembangunan infrastruktur transportasi udara melalui kerjasama Pemerintah dan badan usaha serta melalui pembiayaan swasta. Meningkatkan Layanan Transportasi Udara di Daerah Rawan Bencana, Perbatasan, Terluar dan Terpencil, melalui strategi antara lain : a. Mempercepat pembangunan infrastruktur transportasi udara di wilayah-wilayah perbatasan dan wilayahwilayah terluar; b. Meningkatkan kapasitas sarana dan prasarana transportasi udara di wilayah terpencil, pedalaman, perbatasan dan rawan bencana; c. Penyediaan sarana angkutan keperintisan. Melaksanakan perumusan kebijakan dalam penyelenggaraan transportasi udara, melalui strategi : a. Pemetaan arah/kebutuhan kerangka regulasi untuk mempercepat pelaksanaan prioritas pembangunan transportasi udara; b. Peningkatan koordinasi dengan instansi lainnya terkait penyelesaian peraturan perundang-undangan di bidang perhubungan udara; c. Penyusunan peraturan perundang-undangan sesuai amanah UU Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan; d. Percepatan pelaksanaan penyederhanaan dan harmonisasi regulasi di bidang transportasi udara; e. Evaluasi peraturan perundang-undangan yang tumpang tindih dan yang menghambat percepatan pembangunan transportasi udara; f. Pelaksanaan kegiatan administrasi pemerintah pada organisasi penerbangan sipil internasional dan/atau lembaga internasional lainnya; IV - 13 BAB IV ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

65 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN NO SASARAN STRATEGIS ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI g. Penyusunan materi kerjasama luar negeri dan ratifikasi konvensi dan dokumen perjanjian internasional di bidang perhubungan udara. 7 Tersedianya SDM Ditjen Perhubungan Udara yang kompeten dan profesional 8 Terwujudnya good governance and clean government di Ditjen Perhubungan Udara Menyediakan SDM Ditjen Perhubungan Udara yang kompeten dan professional, melalui strategi antara lain : a. Menerapkan sistem penilaian kinerja yang terukur; b. Menyusun perencanaan SDM (Man Power Planning) transpotasi udara; c. Menyusun Analisa Kebutuhan Diklat (Training Needs Analysis/TNA) SDM transportasi udara; d. Pelaksanaan sistem Penghargaan dan sanksi (Punishment and Reward) dalam menilai kinerja dan prestasi SDM. e. Penerapan sistem assessment untuk menduduki jabatan struktural Mewujudkan good governance & clean government di Ditjen Perhubungan Udara, melalui strategi antara lain : a. Menyusun dan mengkoordinasikan perencanaan di bidang perhubungan udara dan kebijakan penyelenggaraan pembangunan perhubungan udara sesuai dengan prinsip-prinsip good governance; b. Meningkatkan koordinasi dalam penyusunan rencana, program, anggaran yang bersifat administratif manajerial; c. Penuntasan agenda reformasi birokrasi melalui penataan kelembagaan (organisasi, ketatalaksanaan dan sumber daya manusia); d. Penyempurnaan sistem manajemen dan pelaporan kinerja dan keuangan Ditjen Perhubungan Udara secara terintegrasi, terpercaya dan dapat diakses publik; e. Peningkatan pembinaan fungsi keuangan dan pengelolaan Barang Milik Negara; f. Melakukan tata laksana keuangan negara, inventarisasi barang milik negara/evaluasi asset, pemanfaatan barang milik negara yang belum dimanfaatkan, serta intensifikasi dan ekstensifikasi PNBP di lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara; g. Penyediaan layanan informasi transportasi yang dapat diakses publik secara mudah; h. Penyederhanaan perijinan sektor transportasi udara; i. Penerapan e-government di lingkungan Ditjen Perhubungan Udara. j. Membangun dan mempertahankan reputasi, citra dan komunikasi yang baik dan bermanfaat dengan masyarakat; k. Pengelolaan sistem administrasi perkantoran (SAP). IV - 14 BAB IV ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

66 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN Dengan memperhatikan perubahan lingkungan strategis transportasi udara yang antara lain ditandai dengan munculnya beberapa kebijakan baru yang tertuang dalam peraturan-peraturan baru di bidang perhubungan udara seperti Perpres 3 tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional, Rancangan Revisi PM 69 Tahun 2013 tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional, Rancangan Perpres tentang Penggunaan Bersama Bandar Udara, Pangkalan Udara dan Ruang Udara, dll, maka perlu dilakukan penyesuaian/penyempurnaan terhadap kebijakan di lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara baik menyangkut angkutan udara, bandar udara, navigasi penerbangan, kelaikudaraan dan pengoperasian pesawat udara, dan keamanan penerbangan ANGKUTAN UDARA Angkutan udara merupakan salah satu sub sistem yang penting dalam penyelenggaraan transportasi udara dalam rangka mendukung mobilitas penumpang dan barang dari bandar udara ke bandar udara lainnya. Dalam rangka mendukung penyelenggaraan angkutan udara yang efisien, efektif, berdaya saing, mandiri dan terpadu telah ditetapkan kebijakan angkutan udara. Kegiatan angkutan udara terdiri atas angkutan udara niaga dan angkutan udara bukan niaga. Angkutan udara niaga terdiri atas angkutan udara niaga dalam negeri dan angkutan udara niaga luar negeri. Juga terdapat angkutan udara perintis yang wajib diselenggarakan oleh Pemerintah Perkembangan Angkutan Udara Tahun Perkembangan Penumpang Angkutan Udara Tahun ditargetkan rata-rata 14,49 persen per tahun untuk penumpang domestik dan rata-rata 14,24 persen per tahun untuk penumpang internasional. Sehingga pada tahun 2019, ditargetkan jumlah penumpang angkutan udara dalam negeri mencapai penumpang dan jumlah penumpang angkutan udara luar negeri (Badan usaha angkutan udara NAS) mencapai penumpang. Tabel 4.3 Proyeksi produksi Angkutan Udara sampai tahun 2019 Produksi Penumpang % Pertumbuhan Tahun Dalam Negeri Luar Negeri TOTAL Dalam Negeri 0,17 16,50 6,10 3,28 46,40 Luar Negeri -7,01 8,85 19,59 3,33 46,43 TOTAL -0,68 15,65 7,51 3,29 46,40 IV - 15 BAB IV ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

67 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN Gambar 4.1 Proyeksi Produksi Angkutan Udara Sampai Tahun 2019 Proyeksi Kapasitas (seat capacity) Angkutan Udara pertumbuhan angkutan udara selama kurun waktu ditargetkan rata-rata 5 persen per tahun untuk penumpang domestik dan rata-rata 3 persen per tahun untuk penumpang internasional. Sehingga pada tahun 2019, ditargetkan kapasitas (seat capacity) angkutan udara dalam negeri mencapai penumpang dan kapasitas (seat capacity) angkutan udara luar negeri mencapai penumpang. Tabel 4.4 Proyeksi Kapasitas (seat capacity) Angkutan Udara sampai tahun 2019 seat capacity % Pertumbuhan Tahun Dalam Negeri Luar Negeri TOTAL Dalam Negeri 7,03 7,35 5,44 2,48 2,27 Luar Negeri 9,85-6,99 14,21 2,29 2,24 TOTAL 7,38 5,56 6,41 2,46 2,27 IV - 16 BAB IV ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

68 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN Gambar 4.2 Proyeksi Kapasitas (Seat Capacity) Angkutan Udara Sampai Tahun 2019 Pertumbuhan kargo dalam kurun waktu tahun ditargetkan rata-rata 6,02 persen per tahun untuk kargo domestik dan rata-rata 10,52 persen pertahun untuk kargo internasional, sehingga pada tahun 2019, jumlah kargo domestik yang diangkut ditargetkan sebesar ton dan kargo internasional ditargetkan sebanyak ton. Tabel 4.5 Proyeksi Kargo Angkutan Udara (ton) sampai tahun 2019 Kargo % Pertumbuhan Tahun Dalam Negeri Luar Negeri TOTAL Dalam Negeri -3,51 7,14 8,81 8,81 8,81 Luar Negeri -26,15 28,17 16,87 16,87 16,87 TOTAL -7,31 9,96 10,07 10,15 10,23 Gambar 4.3 Proyeksi Kargo Angkutan Udara (ton) Sampai Tahun 2019 IV - 17 BAB IV ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

69 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN Perkembangan Kerjasama Angkutan Udara Regional Post 2015 ASEAN sebagai fokus kerjasama angkutan udara internasional Indonesia, telah menyusun visi, tujuan, strategic trust, spesific goals dan aksi - aksi di bidang penerbangan untuk periode tahun Visi angkutan udara ASEAN adalah : Towards greater connectivity, efficiency, integration, safety and sustainability of ASEAN transport to strengthen ASEAN s competitiveness and foster regional inclusive growth and development Goal : Strengthen the ASEAN Single Aviation Market for a more competitive and resilient ASEAN. Strategic trust : Enhancing safety standards and air traffic management, and fostering greater connectivity including concluding aviation agreements with Dialogue Partners. Tabel 4.6 Specifik Goals, Actions dan Milestone ASEAN Air Transport Specific Goals Actions Milestones 1. Work towards a more efficient and competitive air transport market and strengthen engagement with Dialogue Partners, thereby contributing to the economic growth, competitiveness and shared prosperity of ASEAN, while maintaining ASEAN Centrality 1.1 Review the MAAS, MAFLAFS, MAFLPAS, and their respective protocols and implementation as well as discuss further liberalization of key economic elements, where necessary, under the ASEAN Single Aviation Market (ASAM) Implementation Framework 1.2 Pursue further liberalisation of air transport ancillary services 1.3 Continue to engage Dialogue Partners and other partners to conclude more liberal and mutually beneficial air transport agreements, including 3 rd, 4 th and 5 th freedom traffic rights Complete the review Establish the mechanism, where necessary, to implement the agreed recommendations of the review Implement the approved recommendations Conclude the packages of commitments covering all 13 subsectors to be phased-in Conclude and expand exchange of 5 th freedom traffic rights with China through conclusion of protocols Conclude a Comprehensive Air Transport Agreement with the EU Conclude Air Transport Agreement with India Conclude Air Transport Agreement with Japan Conclude Air Transport Agreement with ROK Consider concluding Air Transport Agreements with Hongkong Conclude Air Transport Agreement with USA IV - 18 BAB IV ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

70 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN Air Transport Specific Goals Actions Milestones 2. Advance safe skies in ASEAN 2.1 Continue with initiatives to improve regulatory capability and safety standards 2.2 Establish a mechanism to facilitate mutual recognition of approvals, certificates and licenses Consider concluding Air Transport Agreements with other partners Continue with implementation of ASEAN Aviation Regulatory Monitoring System Establish a framework to share (foreign operators) ramp inspection information among ASEAN Member States (i.e., ASEAN Foreign Operator Safety Assessment) Implement ASEAN Foreign Operator Safety Assessment initiative Conclude a framework agreement to support future mutual recognition of approvals, certificates and licenses Establish procedures to achieve mutual recognition for air operator certification, aircraft airworthiness (approved maintenance organisation certification), and flight crew / engineer licensing Identify other areas such as approved training organisation and establish procedures to achieve mutual recognition 3. Enhance Aviation Security in ASEAN in accordance to ICAO Standards and Recommended Practices (SARPs) 3.1 Promote capacity building and align aviation security measures with ICAO Standards and Recommended Practices Conduct the Point of Contact (POC) network exercise on yearly basis Leverage existing capacity building mechanisms such as those offered by the ICAO Asia and Pacific Regional Office, as well as other mechanisms to promote capacity building with a view towards increasing compliance with ICAO SARPs Develop practical, harmonised and cost effective measures in key areas of aviation security such as in screening technologies and processes for liquids, aerosols and gels, passenger pre-board screening and air cargo and supply chain security Share information on latest trends on aviation security IV - 19 BAB IV ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

71 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN Air Transport Specific Goals Actions Milestones Conduct ASEAN Joint Assessment on Aviation Security to work towards compliance with ICAO SARPs 4. Enhance air traffic management efficiency and capacity through a seamless ASEAN sky 5. Strengthen ASEAN SAR cooperation to ensure effective and coordinated aeronautical and maritime SAR operations in the region 4.1 Continue to support ICAO s efforts and implementation plan for air traffic management in the Asia Pacific Region 4.2 Develop and implement the ASEAN Air Traffic Management Master Plan in accordance with ICAO s Asia Pacific Seamless ATM Plan and the Global Air Navigation Plan s ASBU Framework. 4.3 Exchange information on ASEAN air navigation infrastructure and services 4.4 Strengthen the region s modelling and simulation capability to analyse air traffic flows in support of the ASEAN ATM Masterplan 5.1 Improve capacity and capability on SAR SUSTAINABLE TRANSPORT Support ICAO s efforts and implementation plan for air traffic management in the Asia Pacific Region Adopt the ASEAN Air Traffic Management Master Plan Implement the ASEAN Air Traffic Management Master Plan Develop and implement performance measurement framework Establish database and information sharing system of ASEAN air navigation infrastructure and services Establish capability to provide annual ASEAN air traffic baseline to support air traffic flow analysis Develop the ASEAN SAR Standard Operating Procedures Familiarise ASEAN Member States with ASEAN SAR Standard Operating Procedures Improve skill and knowledge of SAR Personnel Specific Goals Actions Milestones Intensify regional cooperation in the development of sustainable transport-related policies and strategies Initiateand support to the development and implementation of fuel economy policies and standart as well as policies towards cleaner fuels and vehicles and vessels Conduct information sharing of ecoairports in ASEAN region Implement the improvement projects for capacity building on Eco-airports Di kerjasama BIMP-EAGA, post 2014, ditargetkan untuk melakukan finalisasi draft Protocol to Amend the MoU on Air linkages, mendorong airlines untuk mengeksplore co-terminalisasi dengan stop over right serta code sharing arrangement, serta mengintensifkan koordinasi antara sektor transport dan pariwisata untuk kelangsungan penerbangan. IV - 20 BAB IV ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

72 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN Kebijakan Angkutan Udara Dalam Negeri Kebijakan Angkutan Dalam Negeri meliputi : 1. Memprioritaskan keselamatan dan keamanan penerbangan; 2. Struktur rute penerbangan dalam negeri dapat menghubungkan dan menjangkau seluruh wilayah Republik Indonesia, yang terdiri dari rute utama, rute pengumpan dan rute perintis; 3. Memperhatikan aspek pemerataan pelayanan diseluruh wilayah, dengan menerapkan prinsip subsidi silang (keseimbangan rute) yaitu perusahaan penerbangan selain menerbangi rute sangat padat dan padat juga menerbangi rute kurang padat dan tidak padat; 4. Menerapkan multi airlines system yaitu satu rute penerbangan dilayani lebih dari satu perusahaan untuk menciptakan iklim usaha yang berkompetisi secara sehat dan kondusif; 5. Memperhatikan keterpaduan antar rute penerbangan dalam negeri atau rute penerbangan dalam negeri dengan rute penerbangan luar negeri; 6. Mendukung iklim usaha dan kegiatan kemasyarakatan yang kondusif dengan menyediakan angkutan udara niaga tidak berjadwal dan bukan niaga yang berfungsi sebagai pelengkap untuk memenuhi kebutuhan masyarakat pengguna jasa angkutan udara yang tidak dapat dilayani oleh angkutan udara niaga berjadwal; 7. Meningkatkan iklim investasi di bidang penyelenggaraan angkutan udara dan usaha penunjang penerbangan dengan mendorong peran swasta dan pemodal asing; 8. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pengusahaan perusahaan penerbangan dan perusahaan penunjang penerbangan; 9. Mengarahkan tarif angkutan udara pada mekanisme pasar; 10. Mendorong kerjasama taktis dan strategis antar perusahaan angkutan udara nasional dalam menghadapi liberalisasi; 11. Mendorong pembentukan sistem jaringan penerbangan Hub and Spoke Kebijakan Angkutan Udara Luar Negeri 1. Dalam kerjasama ASEAN, kebijakan hubungan udara luar negeri Indonesia di tingkat ASEAN akan mempertimbangkan strategic transport plan ASEAN (pada BAB III) dengan pendekatan sebagai berikut : a. Tetap mempertahankan prinsip cabotage b. Melakukan ratifikasi perjanjian angkutan udara ASEAN secara bertahap; c. Perjanjian multilateral dibuat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan mempertimbangkan kepentingan nasional berdasarkan prinsip keadilan (fairness) dan timbal balik (reciprocity). d. Apabila Indonesia melakukan perjanjian plurilateral mengenai angkutan udara dengan suatu organisasi komunitas negara lain, pelaksanaan perjanjian dilakukan berdasarkan ketentuan yang disepakati dalam perjanjian tersebut. e. Pertukaran hak angkut dan pembukaan point di tingkat Sub regional (IMT-GT dan BIMP-EAGA) dapat dilakukan lebih liberal dibandingkan ASEAN guna mendorong pertumbuhan sub kawasan. 2. Dalam Kerjasama Sub-Regional dan Multilateral lainnya, kebijakan yang dilakukan adalah : a. Prioritas kebijakan hubungan udara yang lebih terbuka diberikan kepada kerjasama sub regional (IMT-GT, BIMP-EAGA) dengan tujuan untuk mengembangkan wilayah yang belum berkembang; b. Perjanjian angkutan udara multilateral lainnya dilakukan dengan mempertimbangkan daya saing perusahaan penerbangan nasional; 3. Dalam melakukan perundingan bilateralnya, aspek yang dipertimbangkan adalah : a. Kepentingan nasional (poleksosbudhankam); b. Permintaan/ketersediaan jasa angkutan udara IV - 21 BAB IV ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

73 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN c. Potensi negara mitra ; d. Jaringan dan rute penerbangan dalam negeri; e. Potensi daerah (khususnya daerah wisata); f. Keterpaduan intra dan antar moda. 4. Prinsip perjanjian hubungan udara yang digunakan Indonesia : a. Reciprocal basis; b. Equal opportunity; 5. Prinsip lain : a. Hak angkut (freedom of the air) untuk angkutan penumpang dan khusus kargo, sampai dengan hak angkut ke kelima dengan prinsip bahwa pertukaran hak angkut didasarkan pada nilai traffic suatu rute; b. Penunjukan perusahaan lebih dari satu (multi designation); c. Pemilihan jenis kapasitas angkut (frekuensi, seat capacity atau coefisien formula) didasarkan pada pertimbangan nilai ekonomi; d. Tarif diarahkan untuk lebih liberal dengan mengacu pada prinsip double dis-approval namun wajib filing sebagai informasi; e. Co-terminalisasi secara terbatas diperbolehkan sepanjang Indonesia juga mendapat hak yang sama dengan nilai traffic yang sama; f. Mendorong adanya kerjasama antar perusahaan penerbangan nasional, maupun dengan negara mitra dan negara ketiga untuk menghadapi persaingan global; g. Mengizinkan penerbangan charter langsung ke daerah tujuan wisata; Kebijakan Keperintisan Berdasarkan PM 79 Tahun 2017 tentang Kriteria dan Penyelenggaraan Kegiatan Angkutan Udara Perintis dan Subsidi Angkutan Kargo bahwa Angkutan Udara Perintis adalah kegiatan angkutan udara niaga dalam negeri yang melayani jaringan dan rute penerbangan untuk menghubungkan daerah terpencil dan tertinggal atau daerah yang belum terlayani oleh moda transportasi lain dan secara komersial belum menguntungkan. Rute dapat dikatakan sebagai rute perintis apabila memenuhi kriteria : 1. Menghubungkan daerah terpencil, dimana daerah tersebut tidak ada moda transportasi lain, dan/atau kapasitas kurang memadai; 2. Mendorong pertumbuhan dan pengembangan wilayah, dimana daerah tersebut berpotensi untuk dikembangkan, sehingga adanya penerbangan perintis dapat menunjang program pengembangan dan pembangunan daerah, serta mendorong perkembangan sektor lain; 3. Mewujudkan stabilitas pertahanan dan keamanan negara, khususnya daerah yang berdekatan dengan perbatasan negara lain, atau daerah tersebut berpotensi untuk terjadinya kerawanan bencana; Kebijakan Angkutan Udara Keperintisan meliputi: 1. Penyelenggaraan angkutan udara perintis oleh pemerintah dan pelaksanaannya dilakukan oleh badan usaha angkutan udara niaga nasional berdasarkan perjanjian dengan pemerintah. 2. Angkutan udara perintis dilaksanakan secara terpadu dengan sektor lain berdasarkan pendekatan pembangunan wilayah. 3. Pemberian kompensasi subsidi operasi dan subsidi angkutan BBM pada operator pelaksanaan angkutan udara perintis. 4. Pelaksanaan evaluasi setiap tahunnya oleh Pemerintah dan dapat mengubah suatu rute perintis menjadi rute komersial; IV - 22 BAB IV ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

74 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN Untuk mengatasi permasalahan keterbatasan armada pesawat perintis serta tipe pesawat udara yang sesuai dengan kondisi dan kapasitas bandar udara pada rute yang dilayani angkutan udara perintis, direncanakan pengadaan pesawat perintis yang telah tertuang dalam daftar proyek strategis Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun Namun demikian, terkait rencana pengadaan pesawat tersebut masih diperlukan kajian secara mendalam terkait : sumber pendanaan (APBN/BUMN atau swasta), penanggungjawab kegiatan dan pelaksana kegiatan serta nilai proyek pengadaan pesawat perintis. Adapun jumlah kebutuhan pesawat perintis yang diperlukan dalam penyelenggaraan angkutan udara perintis sebanyak 50 pesawat Kebijakan Angkutan Perintis Kargo (Program Jembatan Udara untuk Logistik Kargo) Mengacu pada Perpres 70 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Kewajiban Pelayanan Publik Untuk Angkutan Barang Dari Dan Ke Daerah Tertinggal, Terpencil, Terluar, Dan Perbatasan bahwa untuk mencapai target penurunan disparitas harga sebagaimana tercantum dalam RPJMN Tahun yang bertujuan menjamin ketersediaan barang dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta untuk menjamin kelangsungan pelayanan penyelenggaraan angkutan barang dari dan ke daerah tertinggal, terpencil, terluar, dan perbatasan dalam mendukung pelaksanaan Tol Laut, perlu dilakukan upaya untuk mendorong target dimaksud. Oleh karena itu, untuk mempercepat penyelenggaraan kewajiban pelayanan publik untuk angkutan barang di laut, darat, dan udara diperlukan program pendukung lainnya. Penyelenggaraan kewajiban pelayanan publik untuk angkutan udara barang/kargo dilaksanakan melalui Program Jembatan Udara. Jembatan Udara adalah pelaksanaan angkutan udara kargo dari bandar udara ke Bandar udara lainnya dan/atau dari Bandar udara ke Bandar udara di daerah tertinggal, terpencil, terluar, dan perbatasan. Program Jembatan Udara wajib memenuhi prinsipprinsip sebagai berikut : a) Melaksanakan angkutan udara barang/kargo berdasarkan rute yang ditetapkan oleh Menteri Perhubungan dengan diberikan subsidi operasi angkutan udara; b) Memberikan pelayanan bagi semua pengguna jasa penerbangan sesuai dengan standar pelayanan yang ditetapkan oleh Menteri Perhubungan; c) Melaksanakan angkutan udara barang/kargo sesuai dengan ketentuan keselamatan dan keamanan penerbangan; dan d) Memenuhi standar fasilitas bandar udara yang ditetapkan oleh Menteri Perhubungan. Program Jembatan Udara berupa : a) Angkutan udara perintis kargo dan b) Subsidi angkutan udara kargo. Penyelenggaraan program Jembatan Udara dilaksanakan oleh Pemerintah melalui : a) Penugasan kepada Badan Usaha Milik Negara yang bergerak di bidang angkutan udara untuk subsidi angkutan udara kargo; dan/atau b) Pemilihan penyedia jasa lainnya kepada Badan Usaha Angkutan Udara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Jembatan Udara dapat merupakan kelanjutan penyelenggaraan angkutan barang di laut diteruskan melalui angkutan jalan dan/atau angkutan penyeberangan ke bandar udara terdekat menuju bandar udara yang ditetapkan. Menyangkut integrasi dengan angkutan logistik melalui udara (Jembatan Udara) khususnya untuk daerah Papua, terdapat beberapa lokasi pelabuhan laut yang dapat dijadikan sebagai hub jembatan udara yaitu Timika, prioritas tujuan pusat distribusi barang adalah Wamena dan Yahukimo. IV - 23 BAB IV ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

75 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN Kedepannya diharapkan program jembatan udara untuk logistik kargo dapat menjangkau seluruh wilayah Indonesia. Berikut adalah Program Jembatan Udara tahun (lampiran peta terlampir). PROGRAM JEMBATAN UDARA TAHUN 2017 a) Subsidi Angkutan Udara Kargo Rute : Timika - Wamena (Pp) Frek : 2x / Minggu Kapasitas : 14 Ton / Flight Jenis Pesawat : B Freighter b) Angkutan Udara Perintis Kargo KPA Timika : Timika - Beoga : Frek 4x / Minggu Timika - Sinak : Frek 3x / Minggu Timika - Ilaga : Frek 4x / Minggu Timika - Kenyam : Frek 3x / Minggu KPA Wamena Wamena - Mugi : Frek 1x / Minggu Wamena - Mapenduma : Frek 1x / Minggu Wamena - Enggolok : Frek 1x / Minggu Wamena - Mamit : Frek 1x / Minggu KPA Dekai Dekai - Silimo : Frek 4x / Minggu Dekai - Anggruk : Frek 3x / Minggu Dekai - Korupun : Frek 4x / Minggu Dekai - Ubahak : Frek 3x / Minggu PROGRAM JEMBATAN UDARA TAHUN 2018 dan 2019 a) Subsidi Angkutan Udara Kargo 1) Rute : Timika - Wamena Frek : 2x / Minggu Kapasitas : 14 Ton / Flight Jenis Pesawat : B Freighter 2) Rute : Timika - Dekai Frek : 2x / Minggu Kapasitas : 14 Ton / Flight Jenis Pesawat : B Freighter b) Angkutan Udara Perintis Kargo KPA Timika : Timika - Beoga : Frek 4x / Minggu Timika - Sinak : Frek 3x / Minggu Timika - Ilaga : Frek 4x / Minggu Timika - Kenyam : Frek 3x / Minggu KPA Wamena Wamena - Mugi : Frek 1x / Minggu Wamena - Mapenduma : Frek 1x / Minggu Wamena - Enggolok : Frek 1x / Minggu Wamena - Kenyam : Frek 1x / Minggu IV - 24 BAB IV ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

76 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN KPA Dekai Dekai - Silimo Dekai - Anggruk Dekai - Korupun Dekai - Ubahak KPA Masamba Masamba - Seko Masamba - Rampi KPA Tarakan Tarakan - Long Bawan Tarakan - Long Apung : Frek 4x / Minggu : Frek 3x / Minggu : Frek 4x / Minggu : Frek 3x / Minggu : Frek 1x / Minggu : Frek 1x / Minggu : Frek 1x / Minggu : Frek 1x / Minggu Kebijakan Angkutan Haji 1. Penyelenggaraan ibadah haji di Indonesia merupakan tugas nasional dan menjadi tanggung jawab pemerintah yang dikoordinir oleh Kementerian Agama; 2. Kementerian Agama menetapkan operator penerbangan dan spesifikasi pesawat yang akan mengangkut jemaah haji dari Indonesia menuju Arab Saudi atau sebaliknya; 3. Kementerian Agama menetapkan Rencana Perjalanan Haji, Embarkasi Haji, Embarkasi Haji Antara dan Kuota Jemaah Haji; 4. Direktorat Jenderal Perhubungan Udara - Kementerian Perhubungan memberikan masukan aspek teknis dan operasional penerbangan untuk kegiatan angkutan udara haji sesuai dengan ketentuan perundang undangan yang berlaku; 5. Direktorat Jenderal Perhubungan Udara - Kementerian Perhubungan melakukan evaluasi teknis terhadap sarana dan prasarana di bidang penerbangan untuk menunjang kegiatan angkutan udara haji; 6. Kementerian Perhubungan cq. Ditjen Perhubungan Udara bersama Kementerian Agama mengevaluasi pelaksanaan angkutan udara haji dari aspek teknis dan operasional penerbangan; 7. Sesuai Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 124 Tahun 2016 tentang Penetapan Embarkasi dan Debarkasi Haji, Embarkasi haji seluruhnya berjumlah 12 (dua belas) Embarkasi haji, sebagai berikut : Aceh, Medan, Padang, Palembang, Batam, Jakarta, Solo, Surabaya, Banjarmasin, Balikpapan, Makassar dan Lombok; 8. Pelaksanaan kegiatan angkutan udara haji merupakan kegiatan angkutan udara yang bersifat charter, dengan kesepakatan antara Pemerintah Kerajaan Saudi Arabia dengan Pemerintah Republik Indonesia bahwa masing-masing perusahaan penerbangan yang ditunjuk oleh kedua negara mempunyai hak untuk mengangkut 50 % dari seluruh jumlah jemaah haji Indonesia ke Saudi Arabia; 9. Pelaksanaan kegiatan angkutan udara haji menggunakan ijin jadwal penerbangan yang diterbitkan oleh Kementerian Perhubungan setelah mendapatkan : a) Landing permit dari General Authority Of Civil Aviation (GACA) Kerajaan Saudi Arabia dan Hajj Control untuk mendapatkan arrival times dan departure times (slot time) baik di Bandar Udara King Abdul Azis-Jeddah maupun di bandar Udara Prince Mohammed Bin Abdul Azis Madinah. b) Arrival times dan departure times (slot time) di 12 (dua belas) bandar udara embarkasi haji yang ada di Indonesia Rencana Pengembangan Jaringan Pelayanan Angkutan Udara Dalam rangka mendukung penyelenggaraan angkutan udara telah disusun rencana pengembangan jaringan pelayanan angkutan udara yang memuat kebijakan tentang jaringan dan rute penerbangan. Jaringan penerbangan terdiri dari: IV - 25 BAB IV ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

77 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN Jaringan penerbangan dalam negeri dibedakan berdasarkan : a. Struktur rute penerbangan; b. Pemanfaatan rute penerbangan. 2. Jaringan penerbangan luar negeri merupakan kumpulan rute luar negeri yang ditetapkan berdasarkan perjanjian angkutan udara antar negara. Tabel 4.7 Struktur Rute Penerbangan No. Rute Fungsi Jumlah 1. Rute Utama Penghubung antar bandar udara 373 pengumpul : a. skala primer; b. skala sekunder; c. skala tersier. 2. Rute Penunjang rute utama yang 321 Pengumpan menghubungkan: a. bandar udara pengumpul dengan bandar udara pengumpan; b. antar bandar udara pengumpan 3. Rute Perintis Menghubungkan daerah terpencil dan tertinggal Disesuaikan kebutuhan per tahun Tabel 4.8 Pemanfaatan Rute Penerbangan Tahun No. Rute Kriteria Sangat Padat > pnp Padat > s.d pnp 3. Kurang Padat > s.d pnp 4. Tidak Padat Untuk rute penerbangan internasional telah ditetapkan 658 rute yang menghubungkan 63 negara mitra wicara Kebijakan Pentarifan Sesuai dengan UU No. 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan, Pengaturan tarif dibedakan sebagai berikut : a. Tarif angkutan udara niaga berjadwal 1) Tarif angkutan udara niaga berjadwal dalam negeri a) Tarif angkutan penumpang Tarif pelayanan ekonomi Tarif pelayanan non-ekonomi b) Tarif angkutan kargo 2) Tarif angkutan udara niaga berjadwal luar negeri a) Tarif angkutan penumpang b) Tarif angkutan kargo b. Tarif angkutan udara niaga tidak berjadwal Tarif angkutan udara niaga berjadwal dalam negeri golongan tarif pelayanan kelas ekonomi ditetapkan oleh Menteri dengan mempertimbangkan aspek perlindungan konsumen dan badan IV - 26 BAB IV ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

78 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN usaha angkutan udara niaga berjadwal dari persaingan tidak sehat. Tarif angkutan udara niaga berjadwal dalam negeri terdiri atas tarif angkutan penumpang dan tarif angkutan kargo. Tarif angkutan penumpang terdiri atas golongan tarif pelayanan kelas ekonomi dan non-ekonomi. Tarif penumpang pelayanan kelas ekonomi dihitung berdasarkan komponen : tarif jarak, pajak, iuran wajib asuransi dan biaya tuslah/tambahan (surcharge). Besaran tarif jarak ditetapkan berdasarkan kelompok pelayanan yang diberikan oleh badan usaha angkutan udara yaitu : a. penerapan tarif 100% (seratus persen) dari tarif maksimum untuk badan usaha angkutan udara yang memberikan pelayanan dengan standar maksimum (full services); b. penerapan tarif setinggi-tingginya 90% (sembilan puluh persen) dari tarif maksimum, untuk pelayanan dengan standar menengah (medium services); dan c. penerapan tarif setinggi-tingginya 85% (delapan puluh lima) dari tarif maksimum, untuk pelayanan dengan standar minimum (no frills services). Tarif batas atas dan batas bawah ditetapkan oleh Menteri. Badan usaha angkutan udara wajib menetapkan besaran tarif penumpang pelayanan kelas ekonomi yaitu besaran tarif jarak terendah sampai dengan tertinggi. Tarif jarak penumpang pelayanan kelas ekonomi angkutan udara niaga berjadwal dalam negeri dibedakan juga atas tipe pesawat yang digunakan yang terdiri dari : a. Pesawat Jet b. Pesawat propeller dengan kapasitas sampai dengan 30 tempat duduk c. Pesawat propeller dengan kapasitas di atas 30 tempat duduk Badan usaha angkutan udara yang melanggar ketentuan tarif dikenakan sanksi administratif berupa sanksi peringatan dan/atau pencabutan izin rute penerbangan. Tarif penumpang angkutan udara niaga dan angkutan kargo berjadwal luar negeri ditetapkan dengan berpedoman pada hasil perjanjian angkutan udara bilateral atau multilateral. Tarif penumpang pelayanan non-ekonomi angkutan udara niaga berjadwal dan angkutan kargo berjadwal dalam negeri ditentukan berdasarkan mekanisme pasar. Tarif angkutan udara niaga untuk penumpang dan angkutan kargo tidak berjadwal dalam negeri ditentukan berdasarkan kesepakatan antara pengguna jasa dan penyedia jasa angkutan Kebijakan Penyelenggaraan Alokasi Ketersediaan Waktu Terbang (Slot Time) Bandar Udara Sesuai dengan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor: KM 25 Tahun 2008 tentang Penyelenggaran Angkutan Udara disebutkan bahwa setiap izin rute penerbangan berjadwal dalam negeri dan luar negeri maupun izin penerbangan charter di Bandar Udara Indonesia harus mendapatkan rekomendasi alokasi ketersediaan waktu terbang (slot time) dari koordinator slot. Sampai dengan tahun 2015 ini, proses koordinasi slot time penerbangan dalam negeri dilaksanakan oleh sebuah badan bernama Indonesia Slot Coordinator (IDSC), sedangkan untuk proses koordinasi slot time penerbangan luar negeri dilaksanakan oleh koordinator slot PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk. Dengan diterbitkannya Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 13 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Alokasi Ketersediaan Waktu Terbang (Slot time) Bandar Udara maka Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor KP 6 Tahun 2014 tentang Tata Cara Pengaturan Slot time dan KP 56 Tahun 2014 tentang Organisasi Slot Indonesia dinyatakan tidak berlaku sehingga IDSC secara organisasi dinyatakan telah dibubarkan dan tugas fungsinya diperluas dalam kerangka Indonesian Airport Slot Management (IASM) IV - 27 BAB IV ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

79 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN Dengan meningkatnya pertumbuhan industri angkutan udara, menuntut adanya pengaturan slot time dan penggunaan fasilitas, kapasitas dan infrastruktur bandar udara secara efektif dan efisien, maka dilakukan perubahan beberapa peraturan terkait Penyelenggaraan Alokasi Ketersediaan Waktu Terbang (Slot time) Bandar Udara sebagai berikut : Tahun 2016 Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 13 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Alokasi Ketersediaan Waktu Terbang (Slot time) Bandar Udara diubah menjadi Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 57 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Alokasi Ketersediaan Waktu Terbang (Slot time) Tahun 2015 Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor KP 6 Tahun 2014 tentang Tata Cara Pengaturan Slot time diubah menjadi KP 280 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pengelolaan Slot time dan diubah kembali pada tahun 2017 menjadi KP 112 Tahun 2017 tentang Tata Cara Pengelolaan Alokasi Ketersediaan Waktu Terbang (Slot time) Bandar Udara (sebagai KP turunan dari PM 57 Tahun 2016) Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 57 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Alokasi Ketersediaan Waktu Terbang (Slot time) Bandar Udara, struktur organisasi penyelenggara di ketuai oleh Direktur Angkutan Udara, sekretaris adalah Kepala Sub Direktorat Operasi Navigasi penerbangan, Direktorat Navigasi Penerbangan dan Kepala Sub Direktorat Standardisasi Bandar Udara, Direktorat Bandar Udara. Pengelola slot time terdiri atas Direktur Operasi PT.Angkasa Pura I, Direktur Teknik dan Operasi PT.Angkasa Pura II dan Direktur Operasi Perum LPPNPI. Pengelola Slot time tersebut membentuk unit khusus yaitu IASM dengan mengelola slot time sebagai berikut : Penerbangan berjadwal dalam negeri di 35 (tiga puluh lima) Bandar Udara yaitu Bandar Udara Hang Nadim - Batam, Bandar Udara Sentani - Jayapura, Bandar Udara Djalaluddin - Gorontalo, Bandar Udara Haluoleo - Kendari, Bandar Udara Mopah - Merauke, Bandar Udara Mutiara Sis Al Jufri - Palu, Bandar Udara Maimun Saleh - Sabang, Bandar Udara Radin Inten II - Tanjung Karang, Bandar Udara Juwata - Tarakan, Bandar Udara Pattimura - Ambon, Bandar Udara Syamsuddin Noor - Banjarmasin, Bandar Udara Frans Kaisiepo - Biak, Bandar Udara Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan - Balikpapan, Bandar Udara I Gusti Ngurah Rai - Denpasar, Bandar Udara Adisutjipto - Yogyakarta, Bandar Udara El Tari - Kupang, Bandar Udara Lombok - Lombok Tengah, Bandar Udara Sam Ratulangi - Manado, Bandar Udara Adi Sumarmo - Surakarta, Bandar Udara Ahmad Yard - Semarang, Bandar Udara Juanda - Surabaya, Bandar Udara Sultan Hasanuddin - Makassar, Bandar Udara Husein Sastranegara - Bandung, Bandar Udara Sultan Iskandar Muda - Banda Aceh, Bandar Udara Soekarno Hatta - Jakarta, Bandar Udara Sultan Thaha - Jambi, Bandar Udara Silangit - Siborong-Borong, Bandar Udara Halim Perdanakusuma - Jakarta, Bandar Udara Kualanamu - Deli Serdang, Bandar Udara Minangkabau - Padang, Bandar Udara Depati Amir - Pangkal Pinang, Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II - Pekanbaru, Bandar Udara Sultan Mahmud Badaruddin II - Palembang, Bandar Udara Supadio - Pontianak, dan Bandar Udara Raja Haji Fisabilillah - Tanjung Pinang Penerbangan berjadwal luar negeri di seluruh bandar udara internasional Perubahan penerbangan berjadwal yang dilaksanakan lebih dari 7 kali hari operasi Sedangkan Penyelenggara Bandar Udara dan Penyelenggara Navigasi Penerbangan mengelola slot selain 35 bandar udara yang dikoordinasikan. Unit Pelaksana Koordinasi Slot (UPKS) merupakan unit yang bertugas sebagai fasilitator dan atau mediator penerapan slot time di Bandar udara sesuai area tugas. UPKS diketuai oleh Kepala Kantor Otoritas Bandar Udara, Sekretaris adalah General Manajer Perum LPPNPI setempat dan anggotanya adalah General Manajer atau Kepala Penyelenggara Bandar Udara setempat. IV - 28 BAB IV ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

80 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN Untuk Pembiayaan operasional pengelolaan slot time dibebankan kepada penyelenggara Bandar udara, perum LPPNPI dan Badan Usaha Angkutan Udara. Rencana strategis kebijakan penyelenggaraan alokasi slot time Bandar udara tahun adalah sebagai berikut: a. Proses koordinasi dan pengaturan slot time penerbangan akan diperluas di lebih dari 8 (delapan) Bandar Udara, yaitu semua Bandar Udara di bawah pengelolaan PT. Angkasa Pura I (Persero) dan PT. Angkasa Pura II (Persero) serta Unit Penyelenggara Bandar Udara di bawah Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, dengan pertimbangan kepadatan dan lalu lintas penerbangan di Bandar Udara tersebut sudah sangat padat dan hanya Bandar Udara yang mempunyai demand melebihi kapasitas yang tersedia. Pengaturan slot tersebut didasarkan pada IATA Worldwide Slot Guidelines (WSG). b. Penguatan Unit Pelaksana Koordinasi Slot (UPKS) dengan pemberian tugas dan kewenangan yang lebih jelas, tepat dan akurat. c. Pemasangan Aplikasi Sistem Pengaturan Slot time untuk mempermudah proses koordinasi dan pengaturan slot time antara Koordinator Slot dengan Badan Usaha Angkutan Udara Nasional dan Perusahaan Angkutan Udara Asing. d. Membentuk Unit Pelaksana Teknis (UPT) di bawah Ditjen Perhubungan Udara sebagai Pelaksana IASM BANDAR UDARA Bandar Udara adalah kawasan di daratan dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu yang digunakan sebagai tempat pesawat udara mendarat dan lepas landas, naik turun penumpang, bongkar muat barang, dan tempat perpindahan intra dan antarmoda transportasi, yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan penerbangan, serta fasilitas pokok dan fasilitas penunjang lainnya. Arah serta prioritas pembangunan dan pengembangan bandar udara secara nasional ditetapkan berdasarkan Tatanan Kebandarudaraan Nasional. Tatanan Kebandarudaraan Nasional memuat peran, fungsi, penggunaan, hierarki dan klasifikasi bandar udara serta rencana induk nasional bandar udara. Sesuai dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : PM 69 Tahun 2013 tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional bahwa bandar udara di Indonesia terdiri atas bandar udara umum dan bandar udara khusus dengan penggunaan bandar udara terdiri dari bandar udara domestik dan bandar udara internasional. Adapun hierarki bandar udara terdiri atas bandar udara pengumpul (hub) dengan skala pelayanan primer, sekunder, dan tersier, dan bandar udara pengumpan (spoke), dengan fungsi bandar udara sebagai tempat penyelenggaraan kegiatan pemerintahan dan/atau pengusahaan. Klasifikasi bandar udara terdiri atas beberapa kelas bandar udara yang ditetapkan berdasarkan kapasitas pelayanan dan kegiatan operasional bandar udara. Rencana induk nasional bandar udara dalam Tatanan Kebandarudaraan Nasional merupakan pedoman dalam penetapan lokasi, penyusunan rencana induk, pembangunan, pengoperasian, dan pengembangan bandar udara. Seiring dengan semakin meningkatnya perkembangan angkutan udara di Indonesia tentunya mempengaruhi kapasitas pelayanan bandar udara atau kemampuan bandar udara dalam melayani pergerakan pesawat, penumpang dan barang. Kebijakan pemerintah terhadap kapasitas bandar udara disebutkan dalam PM 69 Tahun 2013 bahwa untuk mewujudkan kebijakan nasional bandar udara dalam rencana induk nasional bandar udara, digunakan strategi pembangunan, pengoperasian, pendayagunaan, dan pengembangan bandar udara dalam bentuk meningkatkan peran bandar udara dan menyiapkan kapasitas bandar udara sesuai hierarki bandar udara dengan memperhatikan tahapan pengembangan dan IV - 29 BAB IV ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

81 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN pemantapan hierarki bandar udara. Pada bandar udara pengumpul primer dengan cakupan wilayah tertentu yang telah mencapai kapasitas maksimal dan tidak terdapat kemungkinan untuk dikembangkan lagi, dilakukan kajian dengan mengembangkan konsep multiple airport sistem. Kebijakan pembangunan dan pengembangan bandar udara baru di Indonesia dilaksanakan pula dalam rangka mewujudkan peran bandar udara sebagai pembuka isolasi daerah, pengembangan daerah perbatasan, penanganan bencana serta prasarana memperkukuh Wawasan Nusantara dan kedaulatan negara. Sebagaimana disebutkan dalam PM 69 Tahun 2013 bahwa pembangunan dan pengembangan pada bandar udara pengumpan dengan peran sebagai pembuka isolasi daerah, pengembangan daerah perbatasan, serta prasarana memperkukuh Wawasan Nusantara memperhatikan kesinambungan dan keteraturan angkutan udara Kebijakan Pembangunan Bandar Udara Kebijakan pembangunan di bandar udara adalah terwujudnya penyelenggaraan bandar udara yang andal, terpadu, efisien, serta mempunyai daya saing global melalui penyusunan Tatanan Kebandarudaraan Nasional (kriteria) dan Rencana Induk Nasional Bandar Udara (pedoman) dalam penetapan lokasi, penyusunan rencana induk, pembangunan, pengoperasian, dan pengembangan bandar udara guna menunjang pembangunan Nasional dan daerah yang ber-wawasan Nusantara Saat ini, pembangunan bandar udara di Indonesia didasarkan pada : 1. Sistem Transportasi Nasional dan Tatranas dalam kerangka keterpaduan antar moda transportasi; 2. Tatanan Kebandarudaraan Nasional; 3. Azas pemerataan pembangunan secara proporsional; 4. Wawasan Nusantara serta Ketahanan Nasional. Perencanaan bandar udara dengan penekanan pada : 1. Memanfaatkan teknologi, hemat energi dan tepat guna; 2. Mengoptimalisasikan potensi yang ada, terutama produk barang dan jasa dalam negeri; 3. Mengoptimalisasikan fasilitas yang tersedia. Pengembangan bandar udara ditekankan pada : 1. Efisiensi dan efektivitas; 2. Pertumbuhan ekonomi dan persaingan; 3. Mobilitas dan aksesibilitas; 4. Keselamatan dan keamanan; 5. Lingkungan hidup dan konservasi energi. Pembangunan bandar udara dilaksanakan sesuai dengan rencana induk bandar udara yang telah ditetapkan dalam Penetapan Lokasi Bandar Udara serta telah memperoleh ijin membangun bandara. Pengembangan bandara eksisting ditetapkan dalam penetapan rencana induk bandar udara. Prioritas pembangunan bandar udara di Indonesia didasarkan pada : 1. Pengembangan / pembangunan prasarana bandar udara berdasarkan pola jaringan prasarana dan pelayanan transportasi udara nasional serta implementasi tatanan kebandarudaraan nasional. Berdasarkan hirarki fungsi terdiri dari bandar udara pengumpul dan bandar udara pengumpan, sedangkan dari segi penggunaan terdiri dari bandar udara internasional dan domestik; IV - 30 BAB IV ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

82 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN Pemenuhan permintaan jasa transportasi udara berdasarkan analisis permintaan kapasitas. Pemerintah membantu pembangunan dan pengembangan bandar udara umum (disesuaikan dengan kondisi potensi daerah dan keuangan pemerintah) hingga skala tertentu dan dalam jangka waktu tertentu. Setelah itu, diharapkan bandar udara dapat berkembang sesuai dengan perkembangan daerah dan kondisi pasar yang ada; 3. Untuk menunjang perkembangan daerah pembangunan dan pengembangan Bandar Udara dapat didanai dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah secara proporsional dan berdasarkan perjanjian kerjasama sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara hanya dapat digunakan untuk fasilitas sisi udara; 4. Unit Penyelenggara Bandar Udara atau Badan Usaha Bandar Udara dapat melakukan kerjasama dengan badan hukum Indonesia untuk pembangunan dan/atau pengembangan Bandar Udara. Kerjasama pembangunan dan/atau pengembangan Bandar Udara yang akan mengubah status sebagai Pemrakarsa harus dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; 5. Pembangunan dan pengembangan bandar udara pada ibukota provinsi dengan klasifikasi landas pacu 4D; 6. Pembangunan dan pengembangan bandar udara di perbatasan negara, daerah lokasi bencana dan daerah rawan bencana dengan klasifikasi landas pacu 3C untuk dapat melayani pesawat Hercules C-130 dan pesawat berpenumpang 50 orang; 7. Pembangunan dan pengembangan bandar udara di daerah terisolasi dan di daerah provinsi kepulauan dengan klasifikasi landas pacu 2C untuk dapat melayani penerbangan perintis dengan pesawat berpenumpang 25 orang; 8. Peningkatan prasarana bandar udara di Indonesia bagian Timur dan pulau pulau terluar; 9. Pembangunan bandar udara baru dengan membuka peluang kerja sama lebih besar dalam pengusahaan jasa kebandarudaraan dan pengusahaan jasa terkait bandar udara; 10. Penggunaan bandar udara secara bersama sipil-militer pada sisi yang berbeda/berseberangan dengan landas pacu sebagai pemisah; 11. Pemenuhan dokumen pengoperasian bandar udara dalam kerangka Sertifikat Bandar Udara; 12. Pemenuhan Dokumen Perencanaan Bandar Udara: Rencana Induk, KKOP, Batas Kawasan Kebisingan, Daerah Lingkungan Kerja, Daerah Lingkungan Kepentingan dan Dokumen Lingkungan; 13. Pengembangan bandar udara untuk mendukung ASEAN Open Sky, IMT-GT, BIM-EAGA, FTZ, NSW serta mendukung pembangunan kepariwisataan nasional; 14. Pengembangan bandar udara baru di Jakarta Metropolitan Area guna menunjang Bandar Udara Soekarno Hatta selain peningkatan kapasitas Bandar udara Soekarno Hatta sendiri untuk melayani 87 juta penumpang per-tahun; 15. Pembangunan bandar udara berwawasan lingkungan dengan konsep 3 R (Reuse, Recycle dan Reduce) dan mendukung pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Berdasarkan Instruksi Menteri Perhubungan Nomor : IM 5 Tahun 2015 tentang Fokus Program dan Kegiatan Dalam Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Perhubungan Tahun 2016 mengintruksikan untuk memperhatikan dan melaksanakan secara konsisten tentang ketentuan serta fokus untuk program dan kegiatan transportasi udara dalam RKA 2016 sebagai berikut : a. Perpanjangan runway untuk semua bandar udara UPT Ditjen Perhubungan Udara sampai dengan m atau m untuk bandar udara perintis serta m atau m untuk bandar udara non perintis. b. Bandar udara baru hanya dibangun dengan APBN di daerah terjauh, terluar, terdalam, perbatasan Negara dan rawan bencana. c. Semua bandar udara UPT harus dilengkapi fasilitas keselamatan dan keamanan bandar udara sesuai aturan yang ditetapkan ICAO. IV - 31 BAB IV ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

83 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN Adanya peningkatan kapasitas bandar udara serta pemenuhan fasilitas keselamatan dan kemanan penerbangan akan berpengaruh terhadap kegiatan operasional bandar udara di masa depan yang ditandai dengan terjadinya peningkatan pergerakan pesawat, penumpang dan barang, karena akan terbuka peluang bagi perusahaan-perusahaan penerbangan untuk dapat mengembangkan pelayananan rute dan jaringan penerbangan ke seluruh wilayah Indonesia dengan pesawat minimum sejenis ATR 42. Selain Menteri Perhubungan Nomor : IM 5 Tahun 2015, juga telah ditetapkan Intruksi Menteri Perhubungan Nomor : 8 Tahun 2015 tentang Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara di Lingkungan Kementerian Perhubungan Tahun Anggaran 2015 yang mengintruksikan kegiatan pembangunan konstruksi yang dibangun harus mempunyai Dokumen Rencana Induk / Master Plan dan AMDAL Kegiatan Strategis Pembangunan / Pengembangan Bandar Udara Berdasarkan arah kebijakan pembangunan nasional sektor transportasi dalam Perpres Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional , terdapat beberapa kegiatan strategis pembangunan dan pengembangan bandar udara tahun , adalah sebagai berikut : 1. Pembangunan akses kereta api menuju ke bandara internasional, diantaranya pada Bandara Soekarno-Hatta, Minangkabau, Kualanamu, Hang Nadim, Juanda, Kertajati, Kulon Progo, Syamsudin Noor. 2. Pembangunan sarana dan prasarana serta industri transportasi, diantaranya: Peningkatan kapasitas Bandara Soekarno-Hatta untuk melayani 87 juta penumpang per-tahun. 3. Pembangunan 15 bandara baru di Kertajati, Letung, Tambelan, Tebelian, Muara Teweh, Samarinda Baru, Maratua, Buntu Kunik, Morowali, Miangas, Siau, Namniwel, Kabir Patar, Werur, Koroway Batu, dan pengembangan dan rehabilitasi yang lama tersebar di Pulau Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua. 4. Pengembangan 9 bandara untuk pelayanan kargo udara di Kualanamu, Soekarno - Hatta, Juanda, Syamsuddin Noor, Sepinggan, Hassanuddin, Samratulanggi, Frans Kaisepo, Sentani. 5. Mempercepat pembangunan infrastruktur transportasi di wilayah-wilayah perbatasan dan wilayah-wilayah terluar. 6. Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan bandara melalui pembangunan dan pengembangan bandara terutama yang berada pada pusat kegiatan nasional (ibukota propinsi), pusat kegaitan wilayah dan wilayah yang mempunyai potensi ekonomi dan pariwisata. 7. Meningkatkan kapasitas bandara di wilayah terpencil, pedalaman dan rawan bencana dengan melakukan perpanjangan landasan serta pembangunan terminal penumpang. 8. Pengembangan bandara-bandara di sekitar kawasan industri maupun Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dan kawasan strategis lainnya. Dukungan bandar udara yang berada di wilayah KEK meliputi Bandar Udara Kualanamu Medan, Bandar Udara Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang, Bandar Udara Banten Selatan, Bandar Udara Internasional Lombok, Bandar Udara Mutiara Sis Al Jufri Palu, Bandar Udara Samratulangi Manado, dan Bandar Udara Pitu Morotai (peta lokasi dapat dilihat pada lampiran). 9. Pembangunan prasarana transportasi yang tahan terhadap dampak perubahan iklim/cuaca ekstrim. Dengan melihat kondisi eksisting sub sektor transportasi udara saat ini serta perkembangan ke depan, terdapat 33 (tiga puluh tiga) rencana bandar udara baru (peta lokasi dapat dilihat pada lampiran) di mana di dalamnya termasuk target pembangunan 15 (lima belas) bandar udara baru tahun Adapun kondisi rencana 33 bandar udara baru tersebut saat ini antara lain adalah 15 (lima belas) bandar udara baru target nasional dalam RPJMN , 2 (dua) bandar udara IV - 32 BAB IV ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

84 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN masih menunggu IMBBU, 1 (satu) bandar udara masih dalam proses penyusunan MOU Pelaksanaan Pekerjaan, 4 (empat) bandar udara masih menunggu Kebijakan Nasional, dan 1 (satu) bandar udara belum tertampung dalam PM 69 Tahun Sebagai implementasi Instruksi Menteri Perhubungan Nomor : IM 5 Tahun 2015 tentang Fokus Program dan Kegiatan Dalam Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Perhubungan Tahun 2016, rencana kegiatan pengembangan bandar udara tahun akan dilaksanakan pada beberapa lokasi (peta lokasi dapat dilihat pada lampiran) sebagai berikut : 1. Pengembangan bandar udara untuk peningkatan kapasitas pesawat terbesar menjadi B 737 Series antara lain prioritas pada Bandar Udara Rembele Takengon, Bandar Udara Blimbingsari Banyuwangi, Bandar Udara Komodo Labuhan Bajo, Bandar Udara Tojo Una Una, Bandar Udara Kuabang Kao, Bandar Udara Ibra Langgur, Bandar Udara Mathilda Batleyeri Saumlaki, Bandar Udara Dekai Yahukimo, Bandar Udara Binaka - Gunung Sitoli, Bandar Udara H.AS.Hanandjoeddin - Tj Pandan, Bandar Udara Iskandar - Pangkalan Bun, Bandar Udara Kasiguncu Poso, Bandar Udara Beto Ambari - Bau Bau, Bandar Udara Umbu Mehang Kunda Waingapu, dan Bandar Udara DEO Sorong. 2. Pengembangan bandar udara untuk peningkatan kapasitas pesawat terbesar yang beroperasi menjadi sejenis ATR 42 dan ATR 72 antara lain prioritas pada Bandar Udara Teuku Cut Ali Tapak Tuan, Bandar Udara Letung/Anambas, Bandar Udara Tambelan, Bandar Udara Bawean, Bandar Udara Melak, Bandar Udara Maratua, Bandar Udara Tanah Merah, Bandar Udara Kepi, dan Bandar Udara Sarmi. Selain kegiatan pengembangan bandar udara untuk peningkatan kapasitas pesawat terbesar yang dilayani, dalam rangka meningkatkan keselamatan, keamanan dan pelayanan di bandar udara dilakukan pula kegiatan pembangunan/pengembangan bandar udara tahun (peta lokasi dapat dilihat pada lampiran) sebagai berikut : 1. Pengembangan dan rehabilitasi bandar udara dengan target minimal 100 bandar udara yang direhabilitasi dan dikembangkan setiap tahunnya; 2. Pembangunan/pengembangan bandar udara di daerah rawan bencana dan perbatasan antara lain prioritas pada 25 bandar udara; 3. Pembangunan/pengembangan terminal penumpang antara lain prioritas pada 26 bandar udara ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN TRANSPORTASI UDARA TAHUN Proyek Strategis Nasional (PSN) Sub Sektor Transportasi Udara Proyek Strategis Nasional adalah proyek yang dilaksanakan oleh Pemerintah, Pmerintah Daerah dan/atau badan usaha yang memiliki sifat strategis untuk peningkatan pertumbuhan dan pemerataan pembangunan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pembangunan daerah. Mengacu pada Perpres 58 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016 Tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional, bahwa dalam rangka percepatan pelaksanaan proyek strategis untuk memenuhi kebutuhan dasar dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat ditetapkan proyek strategis nasional untuk sub sektor transportasi udara mencakup proyek revitalisasi bandar udara, proyek pembangunan bandar udara baru, dan proyek bandar udara strategis lainnya, yaitu : Proyek revitalisasi bandar udara yaitu : 1) Bandar Udara Sultan Babullah-Ternate; 2) Bandar Udara Radin Inten II-Lampung; 3) Bandar Udara Tjilik Riwut-Palangkaraya; 4) Bandar Udara Syamsuddin Noor-Banjarmasin. IV - 33 BAB IV ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

85 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN Proyek Pembangunan Bandar Udara Baru yaitu : 1) Bandar Udara Kertajati; 2) Bandar Udara Internasional di Propinsi D.I. Yogyakarta; 3) Bandar Udara Sebatik. Proyek Bandar Udara Strategis Lainnya yaitu : 1) Pengembangan Bandar Udara Achmad Yani-Semarang. 2. Dukungan Bandar Udara pada KSPN Untuk dukungan sektor transportasi udara terhadap pembangunan kawasan pariwisata nasional dilakukan melalui pengembangan bandar udara yang berada di wilayah Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) yang mengacu pada UU 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus, PP 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun dan Perpres 58 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016 Tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional. Adapun prioritas pembangunan kawasan pariwisata nasional tahun 2016 dilaksanakan di 25 KSPN mengacu pada fokus dan prioritas Kementerian Pariwisata meliputi 24 bandar udara dimana 13 bandar udara merupakan Kantor UPBU Ditjen Perhubungan Udara. Untuk tahun mengacu pada Perpres 58 Tahun 2017 Sektor Pariwisata, prioritas pembangunan kawasan pariwisata nasional dilaksanakan pada 10 kawasan strategis nasional pariwisata meliputi 14 bandar udara dimana 5 bandar udara merupakan Kantor UPBU Ditjen Perhubungan Udara (peta lokasi dapat dilihat pada lampiran). Tabel 4.9 Dukungan Bandar Udara Pada 10 Lokasi KSPN No Kawasan Pariwisata Nasional Bandar Udara 1 KSPN Toba, Sumut Bandar Udara Kualanamu Bandar Udara Sibisa Bandar Udara Silangit 2 KSPN Kepulauan Seribu, DKI Jakarta Bandar Udara Soekarno Hatta 3 KEK Pariwisata Tanjung Lesung, Banten Bandar Udara Banten Selatan 4 KSPN Borobudur, Jateng Bandar Udara Adi Soetjipto/Kulonprogo 5 KSPN dan KEK Pariwisata Tanjung Kelayang, Babel 6 KSPN Bromo-Tengger-Semeru, Jatim Bandar Udara H.AS.Hanandjoeddin Bandar Udara Juanda Bandar Udara Abd Rachman Saleh 7 KSPN Wakatobi, Sultra Bandar Udara Matahora 8 KSPN dan KEK Pariwisata Morotai, Malut Bandar Udara Pitu 9 KEK Pariwisata Mandalika, NTB Bandar Udara Internasional Lombok 10 KSPN Labuan Bajo, NTT Bandar Udara Komodo Kebijakan dukungan bandar udara pada kawasan strategis pariwisata nasional selain pada 10 lokasi prioritas pariwisata nasional yang telah ditetapkan antara lain juga pada Bandar Udara Marinda-Raja Ampat dan Bandar Udara Wamena. 3. Dukungan Bandar Udara pada Daerah Tertinggal Kegiatan pengembangan bandar udara juga dilakukan pada daerah tertinggal, sebagai pembuka daerah dan mengembangkan potensi industri daerah untuk menunjang pembangunan daerah. Mengacu pada Peraturan Presiden Nomor 131 tahun 2015 tentang Penetapan Daerah Tertinggal Tahun , terdapat 122 Kabupaten di 24 Provinsi merupakan daerah tertinggal yaitu daerah kabupaten yang wilayah serta masyarakatnya kurang berkembang dibandingkan dengan daerah lain dalam skala nasional. IV - 34 BAB IV ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

86 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN Pengembangan dan Penggunaan Bandar Udara di Selatan Pulau Jawa Dengan adanya Kebijakan pola operasi bandar udara enclave sipil dan pemanfaatan ruang udara di Selatan Pulau Jawa diharapkan pembangunan dan pengembangan bandar udara di Selatan Pulau Jawa dapat meningkatkan konektivitas antar wilayah serta mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah dan nasional. Keberadaan bandar udara sebagai pintu gerbang perekonomian diharapkan dapat berperan dalam rangka pemerataan pembangunan, pertumbuhan dan stabilitas ekonomi serta keselarasan pembangunan nasional dan pembangunan daerah. Beberapa rencana pembangunan dan pengembangan bandar udara di wilayah Selatan Pulau Jawa akan dilaksanakan antara lain : - Sejak ditandatanganinya MOU antara KSAU - Dirjen Perhubungan Udara - Walikota Tasikmalaya pada tanggal 9 Juni 2017, Pangkalan Udara Militer Wiriadinata resmi menjadi Bandar Udara Wiriadinata Tasikmalaya yang akan melayani penerbangan komersial dari dan ke Tasikmalaya. Ditjen Perhubungan Udara akan mengembangkan Bandar Udara Wiriadinata Tasikmalaya sebagai dukungan terhadap kebijakan pengembangan wilayah Selatan Pulau Jawa. - Markas Besar TNI AU telah menyetujui pemanfaatan aset Pangkalan TNI AU Jenderal Besar Soedirman yang ada di Desa Wirasaba, Kecamatan Bukateja, Purbalingga, Jawa Tengah untuk menjadi bandar udara yang melayani penerbangan komersial. Dalam kunjungan kerja Menteri Perhubungan pada tanggal 6 Agustus 2017, menyampaikan bahwa Bandar Udara Jenderal Besar Soedirman Wirasaba akan mulai beroperasi pada akhir tahun Pembangunan bandar udara tersebut akan dilakukan oleh PT. Angkasa Pura II (Persero). Dalam waktu dekat akan disusun MOU tentang rencana pembangunan dan pengusahaan Bandara Jenderal Besar Soedirman antara TNI AU, Pemprov Jawa Tengah, Pemkab Purbalingga, PT. Angkasa Pura II (Persero), Airnav Indonesia dan BMKG. - Bandar Udara Notohadinegoro Jember telah beroperasi untuk penerbangan komersial sejak tanggal 16 Juli Bandar udara ini dibangun oleh Pemerintah Kabupaten Jember yang dioperasikan oleh Unit Penyelenggara Teknis Daerah (UPTD) Dinas Perhubungan Kabupaten Jember. Sesuai arahan Presiden dalam kunjungan kerja di Kabupaten Jember pada minggu, 13 Agustus 2017 bahwa target pengembangan Bandar Udara Notohadinegoro menjadi embarkasi antara, dengan panjang landas pacu m x 45 m yang akan dilaksanakan oleh Ditjen Perhubungan Udara dalam waktu 2 (dua) tahun. - Sesuai arahan Menteri Perhubungan dalam kunjungan kerja di Gunung Kidul tanggal 13 Agustus 2017 bahwa Bandar Udara Gading akan dioperasikan sebagai bandar udara umum untuk melayani kebutuhan pariwisata di Gunung Kidul. - Rencana pembangunan Bandar Udara New Yogyakarta Airport di Kulon Progo telah ditetapkan melalui Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : KP 1164 Tahun 2013 tentang Penetapan Lokasi Bandar Udara Baru di Kabupaten Kulon Progo Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Bandar Udara Baru di Kulon Progo merupakan bandar udara baru pengganti Bandar Udara Internasional Adisutjipto Yogyakarta yang kondisinya saat ini sudah sangat padat dan melampaui daya tampung baik untuk pergerakan penumpang maupun pesawat. Selain untuk keselamatan, keamanan dan kenyamanan penumpang, kehadiran bandar udara baru ini diharapkan mampu mendorong pertumbuhan daerah sekitar bandar udara maupun pertumbuhan ekonomi nasional terutama dari sektor pariwisata. 5. Pembangunan Bandar Udara Baru Sebagaimana telah tertuang dalam RPJMN , pembangunan 15 bandar udara baru telah dilaksanakan sejak tahun 2015 dan ditargetkan akan selesai tahun Adapun Rencana Operasional 15 bandar udara baru sebagai berikut : IV - 35 BAB IV ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

87 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN Tabel 4.10 Rencana Operasional 15 Bandar Udara Baru Target RPJMN NO BANDAR UDARA 1 BANDAR UDARA BARU LETUNG-ANAMBAS Sudah beroperasi Runway m x 30 m Total Anggaran Rp BANDAR UDARA BARU NAMNIWEL Sudah beroperasi Runway m x 30 m Total Anggaran Rp BANDAR UDARA BARU MIANGAS Sudah beroperasi dan diresmikan 19 Oktober 2016 Runway m x 30 m Total anggaran 215 miliar 4 BANDAR UDARA BARU MOROWALI Target operasi 2017 Target m x 30 m, terbangun runway m x 30 m Total anggaran 154,38 miliar 5 BANDAR UDARA BARU MARATUA Target operasi 2017 Runway m x 30 m Anggaran APBD Pemprov Rp. 65,338 miliar Anggaran APBD Pemkab Rp. 27,422 miliar Anggaran APBN Rp. 96,390 miliar Total anggaran Rp.171,16 miliar 6 BANDAR UDARA BARU WERUR Target operasi 2017 Target m x 30 m, terbangun runway m x 23 m Anggaran Rp. 65 miliar 7 BANDAR UDARA BARU KOROWAY BATU Sudah operasi 2017 Target m x 30 m, terbangun runway 800 m x 18 m Tahun 2017 perpanjangan menjadi m x 30 m Anggaran Rp.115,19 miliar 8 BANDAR UDARA BARU TEBELIAN Target operasi 2017 Target runway m x 30 m, terbangun m x 30 m Target terbangun m di 2018 Anggaran Rp. 171,16 miliar 9 BANDAR UDARA BARU SAMARINDA Target operasi 2018 Target runway m x 45 m, terbangun m m Anggaran APBD 10 BANDAR UDARA BARU PANTAR Target operasi 2018 Target runway 900 m x 30 m Anggaran Rp. 62 miliar 11 BANDAR UDARA BARU KERTAJATI Target operasi 2018 Target runway m x 60 m Anggaran Rp. 575 miliar 12 BANDAR UDARA BARU SIAU Target operasi 2019 Target m x 30 m Anggaran Rp. 183,4 miliar 13 BANDAR UDARA BARU TAMBELAN Target operasi 2019 Target runway m x 30 m Anggaran Rp. 171,15 miliar CAPAIAN TARGET IV - 36 BAB IV ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

88 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN NO BANDAR UDARA CAPAIAN TARGET 14 BANDAR UDARA BARU MUARA TEWEH Target operasi 2019 Target runway m x 30 m Anggaran Rp. 159,13 miliar 15 BANDAR UDARA BARU BUNTU KUNIK Kebutuhan Anggaran Rp. 1,1 Triliun Sudah dialokasikan Rp. 254 miliar Selain 15 bandar udara baru dalam RPJMN terdapat rencana pembangunan bandar udara baru lainnya antara lain : 1. Bandar Udara Baru Garut Selatan; 2. Bandar Udara Baru Sukabumi; 3. Bandar Udara Pohuwato; 4. Bandar Udara Bolaang Mangondow; 5. Bandar Udara Kayong; 6. Bandar Udara Wasior Baru; 7. Bandar Udara Segun; 8. Bandar Udara Weda. 6. Pembangunan Prasarana Bandar Udara Dalam Rangka Mendukung Program Tol Laut Melalui Integrasi Jembartan Udara Dalam rangka mendukung integrasi angkutan logistik antarmoda pada program Tol Laut, maka Ditjen Perhubungan Udara sangat mendukung program tersebut dengan menyiapkan program Jembatan Udara guna alih moda angkutan logistik dari laut melalui udara agar dapat menjangkau wilayahwilayah pedalaman atau pegunungan khususnya daerah Papua. Adapun hal-hal terkait pembangunan prasarana bandar udara dalam rangka mendukung program tol laut melalui integrasi Jambatan Udara sebagai berikut : 1) Kondisi saat ini alur barang/logistik di wilayah Papua terpusat di Jayapura untuk selanjutnya didistribusikan melalui udara via Bandar Udara Sentani dengan tujuan Wamena, sehingga terjadi penumpukan banrang/logistik di Bandar Udara Sentani; 2) Untuk menyikapi hal tersebut, pemerintah akan mengembangkan beberapa lokasi pelabuhan laut lainnya sebagai Hub Jembatan Udara diantaranya Timika, Biak, dan Nabire dan untuk tujuan pusat distribusi barang antara lain Wamena, Yahukimo, serta Oksibil; 3) Ditjen Perhubungan Udara telah dan terus menyiapkan prasarana bandar udara guna mengakomodir program Jembatan Udara tersebut melalui pembiayaan APBN Ditjen Perhubungan Udara khususnya program pengembangan/pembangunan di Bandar Udara Sentani, Bandar Udara Wamena, Bandar Udara Dekai-Yahukimo, Bandar Udara Timika, serta Bandar Udara Oksibil; 4) Diharapkan alur distribusi barang/logistik yang semula terpusat melalui Bandar Udara Sentani akan terbagi melalui Bandar Udara Timika dan Bandar Udara Dekai untuk selanjutnya didistribusikan ke daerah pedalaman/pegunungan dikarenakan dari tiga lokasi tersebut terdapat dan akan dikembangkan pelabuhan laut sebagai bagian dari Program Tol Laut; 5) Adapun untuk kondisi di Kabupaten Yahukimo dipilih menjadi salah satu bagian dari Program Tol Laut dan Bandar Udara Dekai-Yahukimo dipersiapkan untuk menjadi Hub Jembatan Udara, dikarenakan di kabupaten Yahukimo saat ini sudah terdapat dermaga yang berpusat ± 18 km dari pusat kota Yahukimo dengan kapal terbesar yang dapat bersandar adalah kapal tipe LCT dengan muatan maksimal 200 ton, untuk selanjutnya distribusi barang/logistik akan diteruskan ke 53 distrik yang sebagian melalui angkutan udara posisi Bandar Udara Dekai ± 5 km dari pusat kota Yahukimo. IV - 37 BAB IV ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

89 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN NAVIGASI PENERBANGAN Sesuai amanat Undang-Undang No 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan telah dibentuk lembaga tunggal Penyelenggaraan Navigasi Penerbangan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 77 Tahun 2012 tentang Perusahaan Umum (Perum) Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (LPPNPI) sehingga kewenangan Kementerian Perhubungan dan LPPNPI telah diatur di dalam peraturan tersebut. Dimana kewenangan Kementerian Perhubungan yaitu melakukan pembinaan kenavigasian Perum dan kewenangan LPPNPI yaitu untuk menyelenggarakan pelayanan navigasi penerbangan nasional, dan seluruh penyelenggaraan pelayanan navigasi, asset dan Sumber Daya Manusia yang terkait kenavigasian dialihkan ke Perum LPPNPI. Dengan telah diterbitkannya Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 55 Tahun 2016 tentang Tatanan Navigasi Penerbangan Nasional yang merupakan dasar dalam perencanaan, perancangan, pendayagunaan, pengembangan dan penyelenggaraan pelayanan navigasi penerbangan secara nacional yang bertujuan untuk : a. Terwujudnya pemanfaatan ruang udara yang optimal dan harmonis; b. Terwujudnya jalur penerbangan nasional dan internasional yang teratur dan efisien dalam rangka menunjang kelancaran transportasi udara; c. Terpenuhinya standar peyelenggaraan pelayanan navigasi penerbangan sebagaimana peraturan yang berlaku; d. Terciptanya pedoman perencanaan dan pengembangan sistem pelayanan navigasi penerbangan nasional. Rencana Induk navigasi penerbangan merupakan pedoman kebijakan yang terdiri dari pelayanan lalu lintas penerbangan, pelayanan telekomunikasi penerbangan dan manajemen informasi aeronutika secara bertahap dan menyeluruh sesuai dengan jangka waktu yang ditetapkan. Kebijakan kebijakan navigasi penerbangan antara lain : Kebijakan pelayanan lalu lintas penerbangan a. Pengelolaan ruang udara berupa penataan klarifikasi dan sektorisasi ruang udara, mengurangi uncontrolled airspace serta pengelolaan kawasan pelatihan terbang; b. Penetapan pelayanan lalu lintas penerbangan dengan menata unit pelayanan ATS yang sesuai dengan kriteria untuk ACC, APP, TWR, AFIS dan Aeronautical Station sesuai dengan kebutuhan dan proyeksi 20 (dua puluh) tahun ke depan; c. Pengelolaan arus lalu lintas penerbangan berupa kebijakan implementasi collaborative Decision Making (CDM) dan Air Traffic Flow Management (ATFM) untuk efisiensi bahan bakar dan mengurangi emisi gas buang; Tabel 4.11 Program Establishment ATFM Implementasi Tactical Management Traffic (AMAN dan DMAN) di airport dengan traffic padat Tahapan proses establishment ATFM di Indonesia Trial And Evaluation ATFM CDM Center Indonesia ATFM CDM Full Operation Penyusunan ATFM CDM Masterplan Pembangunan Infrastruktur ATFM CDM Center dan penunjang Trial And Evaluation ATFM CDM Sub Center Koordinasi dengan seluruh Stake Holder yang terlibat CDM Establishment Network Nasional dan Regional IV - 38 BAB IV ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

90 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN d. Pengambil alihan wilayah udara Republik Indonesia yang pelayanan navigasi penerbangannya didelegasikan kepada negara lain. Tabel 4.12 Road Map Pengambil Alihan Ruang Udara yang Didelegasikan NO KEGIATAN 1 PERSIAPAN A Pembentukan Tim Khusus B Diplomasi C Teknis Operasional - Lembaga PPNPI - Fasilitas CNS/ATM - Manajemen Ruang Udara - SDM 2 IMPLEMENTASI AWAL Shadow Operation Singapore Control (Indonesia Monitor) Indonesia Control (singapore monitor) 3 IMPLEMENTASI PENUH TAHUN Kebijakan pelayanan telekomunikasi penerbangan a. Optimalisasi jaringan komunikasi penerbangan menggunakan aeronautical telecommunication network (ATN) untuk interoperability system dan data secara global; b. Implementasi fasilitas komunikasi penerbangan berbasis sistem satelit dan terestrial dengan mengacu required communication performance untuk optimalisasi kapasitas dan fleksibitas penerbangan; c. Implementasi fasilitas alat bantú navigasi penerbangan berbasis sistem satelit dengan metode Performanced Based Navigation (PBN) untuk optimalisasi kapasitas dan fleksibilitas penerbangan; Tabel Rencana Implementasi Performance Based Navigation (PBN) Tahun Area Navigation Specification Subject Target/Year En-Route Approach RNP APCH/RNP AR LNAV/VNAV International Airport Domestic Airport Remote Airport Terminal Terminal RNAV 1/RNP 1 International Airport Domestic Airport Remote Airport Approach RNAV 5 RNAV2/RNP2 RNAV 5 RNAV2/RNP2 Selected International Route Hub-Hub Airport Hub Spoke Airport (Province) Sumber: Direktorat Navigasi Penerbangan, 2017 IV - 39 BAB IV ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

91 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN d. Rencana Implementasi konsep remote ATS pada bandar udara yang terletak di kawasan terpencil dengan keterbatasan sarana dan prasarana pendukung seperti jumlah sumber daya manusia, ketersediaan listrik dan jumlah traffic yang rendah; e. Implementasi fasilitas ATC otomasi untuk interoperability sistem dan data secara global; f. Optimalisasi manajemen penggunaan frekuensi radio penerbangan yang lebih tertata Kebijakan Operasi Navigasi Penerbangan a. Implementasi System Wide Information Management (SWIM) berupa integrasi data penerbangan, fasilitas pengamatan, bandar udara, ATM, data meterologi, lingkungan dan data pengguna informasi aeronautika untuk ineroperability sistem dan data secara global; c. Flight Weather Surveillance AIS Annex 4 Annex 15 And others To AIM Standardised Digital Quality Timely Interoperable Shared Secured Into Flow Management SWIM Capacity Demand Airport Environment Gambar 4.4 Implementasi System Wide Information Manajemen (SWIM) IV - 40 BAB IV ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

92 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN Gambar 4.5 Implementasi Operasi Navigasi Penerbangan b. Implementasi manajemen data dan informasi aeronautika dan peta penerbangan untuk menghasilkan data dan informasi aeronautika yang estándar, digital, berkualitas, tepat waktu, interoperable, shared and secured. c. Menyiapkan konsep remote ATS d. Restrukturisasi ruang udara - FL 290 above : Jet wide body - FL 245 FL290 : Jet narrow body - FL 100 FL245 : Turbo propoler dan pressurise aircraft - SFC FL 100 : Untuk VFR & non pressurise aiscraft Kebijakan di bidang Standarisasi dan Prosedur Navigasi Penerbangan a. Penyusunan dan penerbitan regulasi bidang Navigasi Penerbangan. Untuk menjamin penyelenggaraan pelayanan navigasi sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku dan sesuai dengan estándar pelayanan di dunia penerbangan internasional serta dapat diterapkan sesuai kondisi dilapangan untuk tujuan keselamatan penerbangan; b. Pelaksanaan Focal Point / PIC (Person In Charge) dalam tindaklanjuti ICAO State Letter sesuai ICAO Annexes. Melaksanakan tindak lanjut dari ICAO State Letter yang meliputi undangan pertemuan internacional bidang Navigasi Penerbangan, perubahan atas ICAO Annex maupun ICAO document, serta panduan panduan organisasi penerbangan internasional yang berisi catatan dalam bidang Navigasi Penerbangan yang perlu dijadikan pedoman serta acuan; c. Investasi dalam bidang Navigasi Penerbangan. Pengawasan terhadap rencana investasi Perum LPPNPI sesuai dengan Tatanan Navigasi Penerbangan; d. Review Tarif Pelayanan Jasa Navigasi Penerbangan (PJNP); IV - 41 BAB IV ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

93 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN e. Review tarif PJNP sesuai dengan prinsip-prinsip Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 dan dokumen ICAO terkait guna memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pelayanan Navigasi Penerbangan; f. Pemberian ijin kepada pengguna pesawat udara awak (Drone) untuk beroperasi di wilayah ruang udara Indonesia guna menunjang perkembangan industria yang menggunakan Drone seperti pengawasan wilayah perkebunan, survey pembangunan jalan, pertambangan, properti, batas wilayah, kedirgantaraan, dll. Rencana Induk Navigasi Penerbangan didukung oleh pengembangan personel navigasi penerbangan dengan memperhatikan pemenuhan kualitas dan kuntitas personel navigasi penerbangan. a. Pelayanan informasi meteorologi penerbangan yang diberikan oleh badan yang bertanggung jawab di bidang meteorologi, kimatologi dan geofisika memperhatikan rencana induk navigasi penerbangan; b. Pelayanan pencarían dan pertolongan (Search and rescue / SAR) pada wilayah tanggungjawab penyelenggaraan pencarían dan pertolongan yang diberikan leh badan yang bertanggung jawab dibidang pencarían dan pertolongan dengan memperhatikan rencana induk navigasi penerbangan Penambahan Kebijakan Pola Operasi Bandara Enclave Sipil Dan Pemanfaatan Ruang Udara Di Selatan Pulau Jawa. Perlu adanya Peraturan Presiden yang mengatur tentang Prosedur Penyelenggaraan Pengoperasian Bandara Enclave Sipil dan Enclave Militer serta pemanfaatan ruang udara di Selatan Pulau Jawa. Saat ini sedang disiapkan rancangan Peraturan Presiden yang mengatur tentang Prosedur Pelayanan dan Pengoperasian mengenai jam operasi penggunaan jalur Selatan Pulau Jawa untuk penebangan sipil dan militer, batas ketinggian jalur yang digunakan, serta alur koordinasi dan komunikasi Sipil Militer, yaitu taktikal dan kontijensi. Peraturan Presiden tersebut perlu dikoordinasikan dengan berbagai pihak yaitu Kementerian Perhubungan, Kementerian Pertahanan, dan stakeholder terkait lainnya. Kebijakan Pola Operasi Bandar Udara Enclave Sipil dan Pemanfaatan Ruang Udara di selatan Pulau Jawa Pemanfaatan Ruang Udara di Selatan Pulau Jawa terkait Keselamatan dan Peningkatan Kapasitas Penerbangan dengan harapan sebagai berikut : a. Mengurangi kepadatan jalur eksisting hingga 30%; b. Mengurangi beban komunikasi dan koordinasi Pilot/ATC; c. Meningkatkan Safety Awareness. Adapun tahapan pelaksanaannya, dengan rincian pelaksanaan sebagai berikut : Sebelum dilaksanakan operasi pada rute jalur selatan perlu dilaksanakan uji coba semulator dan pelaksanaan uji coba untuk pengukuran performa fasilitas navigasi dan komunikasi penerbangan di rute tersebut; Uji coba dilakukan dengan mengikutsertakan operator penerbangan (Garuda Indonesia) sebagai volunteer rute selatan ini; Pelaksanaan uji coba rute selatan sebagai berikut : Uji coba simulator dilaksanakan pada tanggal 7 Desember 2016 (Garuda Indonesia, Perum LPPNPI dan Ditjen Perhubungan Udara); Penerbitan NOTAM oleh Perum LPPNPI dilaksanakan pada tanggal 10 Desember 2016; Life Trial dilaksanakan pada tanggal Desember 2016, 2016 (Garuda Indonesia, Perum LPPNPI, Ditjen Perhubungan Udara dan TNI AU). IV - 42 BAB IV ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

94 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN Dalam rangka penggunaan ruang udara khususnya di Jalur Selatan dilakukan langkah-langkah penyiapan pemanfaatan ruang udara di Selatan Pulau Jawa guna menerapkan Flexible Used of Airspace (FUA), adalah sebagai berikut : - Telah dibuat jalur penerbangan di Selatan Pulau Jawa. Jalur penerbangan tersebut adalah eastbound dari Jakarta menuju Bali dan telah mendapat persetujuan dari pihak TNI AU; - Telah dilakukan trial pada tahun 2017 meliputi penetapan pola operasi rute penerbangan, penetapan reporting point, penerbitan NOTAM, pelaksanaan simulasi di simulator Garuda Indonesia, penerapan Trial Derictive dan uji coba komunikasi antar ATS Unit dan rapat koordinasi dengan TNI AU secara intensif; - Telah dilakukan trial penggunaan jalur penerbangan dimaksud pada tanggal Desember 2017 oleh Garuda Indonesia. - Jalur Selatan telah dipublikasi melalui AIP supplement No.39/17 tanggal 17 Agustus 2017 efektif 12 Oktober KELAIKUDARAAN DAN PENGOPERASIAN PESAWAT UDARA Standar kelaikudaraan pesawat udara diperlukan guna memenuhi persyaratan minimum kondisi pesawat udara dan/ atau komponen-komponennya untuk menjamin keselamatan penerbangan dan mencegah terjadinya pencemaran lingkungan. Sertifikat kelaikudaraan diperlukan untuk memastikan tingkat pemenuhan standar. Sertifikasi diberikan setelah pesawat udara lulus pemeriksaan dan pengujian kelaikudaraan. Sertifikat Kelaikudaraan terdiri atas: a. Sertifikat kelaikudaraan standar. Sertifikat kelaikudaraan standar diberikan untuk pesawat terbang kategori transpor, normal, kegunaan (utility), aerobatik, komuter, helikopter kategori normal dan transpor, serta kapal udara dan balon berpenumpang; dan b. Sertifikat kelaikudaraan khusus. Sertifikat kelaikudaraan khusus diberikan untuk pesawat udara yang penggunaannya khusus secara terbatas (restricted), percobaan (experimental), dan kegiatan penerbangan yang bersifat khusus. Pertumbuhan Armada Angkutan Udara Dengan pertumbuhan penumpang dan barang diperkirakan sebesar 10 % per tahun, maka prediksi pertumbuhan armada angkutan udara untuk tahun sebesar : Tabel 4.14 Prediksi Pertumbuhan Armada Angkutan Udara Tahun No. Armada Pesawat Udara T A H U N AOC 121 (Penerbangan Berjadwal) AOC 135 (Carter) OC OC 141 (Sekolah Pilot) AOC 137 (Operasi Perkebunan) FASI Sumber : DKUPPU, 2014 IV - 43 BAB IV ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

95 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN Tabel 4.15 Prediksi Sumber Daya Manusia Perusahaan Penerbangan Tahun No. SDM (License) T A H U N Pilot AME FOO Pramugari/a TOTAL Sumber : DKUPPU,2014 Sumber : DKUPPU, 2014 Tabel 4.16 Prediksi Pertumbuhan Perusahaan Penerbangan Tahun No. Perusahaan T A H U N AOC 121 (Penerbangan Berjadwal) AOC 135 (Carter) OC AOC 137 (Operasi Perkebunan) OC 141 (Sekolah Pilot) OC 142 (Sekolah Pramugari) OC 147 (Sekolah Teknik Penerbang) DOA 21 (Design Organization Approval) AMO 145 (Bengkel Penerbangan) Distributor 57 (Supplier) Total Terdapat perubahan pendekatan mengenai peran keselamatan penerbangan, yang semula menggunakan pendekatan tradisional berubah menjadi pendekatan sistem, yang meliputi : - Pemenuhan kebutuhan armada pesawat udara melalui penyusunan fleet plan. Selama ini pengadaan armada pesawat udara didasarkan semata-mata atas business plan yang dikeluarkan oleh operator. Kedepan, pengadaan armada pesawat udara didasarkan atas fleet plan yang tidak saja mempertimbangkan forecast demand penumpang yang disesuaikan dengan kapasitas bandar udara tetapi juga harus mensyaratkan pemenuhan ketersediaan inspektur untuk peningkatan keselamatan penerbangan; - Inspektur; saat ini inspektur adalah auditor terhadap pemenuhan regulasi, ke depannya inspektur adalah pengevaluasi sistem. Untuk memenuhi kebutuhan jumlah inspektur yang dirasakan masih kurang saat ini, dapat dilakukan upaya : Pendirian sekolah-sekolah inspektur yang tidak hanya menghasilkan sejumlah inspektur tetapi juga untuk meningkatkan rating inspektur yang ada; Perekrutan SDM inspektur asing dimana dalam perekrutan harus memenuhi ketentuan yang berlaku. Perekrutan inspektur melalui jalur penerimaan CPNS yang lebih terpola dan terencana. - Organisasi, yang semula tanggap terhadap persyaratan regulasi menjadi organisasi yang secara proaktif mengatur/mengendalikan resiko; - Peran Ditjen Perhubungan Udara berubah dari memeriksa kondisi pesawat, catatan perawatan dan pengoperasian (record), dan personil secara langsung menjadi menilai apakah organisasi bersangkutan mempunyai proses yang efektif untuk menjamin keselamatan penerbangan. IV - 44 BAB IV ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

96 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN Selain itu, juga terdapat perubahan pendekatan pengawasan ke depan yaitu : - Berbagi tanggung jawab terhadap keselamatan; - Regulasi tidak sama dengan keselamatan; - Budaya keselamatan adalah habits, dan bukan prestasi; - Pengawasan memiliki keterbatasan; - Fokus pada pengoperasian transportasi udara; - Persyaratan sistem manajemen keselamatan; - Solusi cerdas yaitu audit system dan pengambilan keputusan berbasis data; - Perbaikan pengawasan industri yang didasarkan pada prinsip prinsip berbasis resiko. Berdasarkan perubahan pendekatan tersebut, maka kebijakan di bidang Kelaikan Udara dan Pengoperasian Pesawat Udara sebagai berikut : 1. Pencetusan Program Keselamatan Penerbangan (State Safety Programme/ SSP). Program Keselamatan Penerbangan sebagaimana diatur dalam KM 8 Tahun 2010 disusun berdasarkan kerangka kerja State Safety Programme ICAO. Upaya yang dapat dilakukan untuk peningkatan keselamatan penerbangan dalam program ini adalah : - Menerbitkan peraturan keselamatan penerbangan yang memenuhi aturan dan ketentuan standar internasional; - Melakukan pengawasan keselamatan penerbangan - Melakukan investigasi kecelakaan/ insiden, - Memiliki sistem pelaporan mandotry/ voluntary - Melakukan pertukaran dan analisis data keselamatan penerbangan - Menjamin keselamatan penerbangan serta - Melakukan promosi keselamatan penerbangan. 2. Pemenuhan kebutuhan armada pesawat udara. Penyediaan armada udara dalam rangka optimalisasi pelayanan transportasi udara nasional dilakukan dengan menerapkan strategi peningkatan peran pemerintah dalam melakukan evaluasi teknis, operasi, ekonomi, SDM dan keuangan khususnya dalam penerbitan sertifikat operator pesawat udara; penyempurnaan dan harmonisasi dengan peraturan internasional dalam penerbitan sertifikasi tipe dan sertifikasi produksi pesawat; audit mutu berkala AOC (sertifikat operator pesawat udara); ijin pengoperasian pesawat udara dalam negeri terkait dengan registrasi asing dan tanda pendaftaran Indonesia bagi pesawat udara sipil milik warga negara atau badan hukum asing. Untuk meningkatkan keselamatan penerbangan, penyediaan armada pesawat udara harus diimbangi oleh ketersediaan inspektur penerbangan. Sedangkan untuk efisiensi operasi penerbangan diharapkan operator dapat melakukan peremajaan dan penambahan armada pesawat udara sesuai dengan forecast demand dan kapasitas bandar udara. Ketentuan terkait penyediaan jumlah pesawat udara minimal telah diatur dalam UU No. 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan pasal 118. Sedangkan peremajaan pesawat udara telah diatur dalam KM No. 5 Tahun 2006 tentang Peremajaan Pesawat Udara Kategori Transport Untuk Angkutan Udara Penumpang. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemenuhan kebutuhan armada pesawat udara : a. Kepemilikan jumlah armada pesawat udara: - Angkutan udara niaga berjadwal memiliki paling sedikit 5 (lima) unit pesawat udara dan menguasai paling sedikit 5 (lima) unit pesawat udara dengan jenis yang mendukung kelangsungan usaha sesuai dengan rute yang dilayani; - Angkutan udara niaga tidak berjadwal memiliki paling sedikit 1 (satu) unit pesawat udara dan menguasai paling sedikit 2 (dua) unit pesawat udara dengan jenis yang mendukung kelangsungan usaha sesuai dengan daerah operasi yang dilayani; IV - 45 BAB IV ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

97 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN Angkutan udara niaga khusus mengangkut kargo memiliki paling sedikit 1 (satu) unit pesawat udara dan menguasai paling sedikit 2 (dua) unit pesawat udara dengan jenis yang mendukung kelangsungan usaha sesuai dengan rute atau daerah operasi yang dilayani. b. Peremajaan Armada Pesawat Udara Sesuai dengan KM No. 5 Tahun 2006, Pesawat udara kategori transpor untuk angkutan udara penumpang yang dapat didaftarkan dan dioperasikan untuk pertama kali di wilayah Republik Indonesia harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : - Pesawat udara berusia tidak lebih 20 (dua puluh) tahun; - Jumlah pendaratan tidak lebih kali (cycle); - Pesawat udara kategori transport untuk angkutan udara penumpang yang dapat beroperasi di wilayah RI; - Pesawat udara yang dapat beroperasi berusia tidak lebih 35 tahun; - Pesawat udara yang beroperasi mempunyai jumlah pendaratan (cycle) tidak lebih kali. Dan memperhatikan KM No.44 Tahun 2008 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Perhubungan No. 5 tahun 2006 tentang Peremajaan Pesawat Udara Kategori Transport Untuk Angkutan Udara Penumpang Pasal 2A, pembatasan usia pesawat sebagaimana tersebut diatas dapat dikecualikan dalam hal pengadaan pesawat udara tersebut untuk menggantikan pesawat udara yang sedang dioperasikan, dan pesawat udara penggantinya perlu penjelasan/kriteria lebih baik setelah dilakukan kajian teknis sesuai dengan peraturan keselamatan penerbangan sipil. Pengecualian ini harus mendapat persetujuan secara tertulis dari Menteri Perhubungan. c. Tersedianya kecukupan jumlah pilot. Diperlukan adanya upaya target pengurangan penggunaan SDM pilot asing dan sepenuhnya menggunakan SDM pilot dalam negeri dengan : - Meningkatkan jumlah sekolah penerbangan, dengan berkoordinasi dengan operator pesawat udara; - Mendorong kemudahan rekruitmen pilot untuk bekerja pada operator pesawat udara dengan memberikan rekomendasi; - Mendorong sekolah-sekolah penerbangan untuk meningkatkan kualifikasi lulusannya dengan menyediakan fasilitas dan kurukulum berstandar internasional; - Meningkatkan kualitas lulusan sekolah penerbang yang sudah ada. d. Dukungan terhadap industri dirgantara nasional untuk memproduksi kebutuhan pesawat di Indonesia. Seperti kebutuhan pesawat untuk angkutan udara perintis, modifikasi pesawat serta pengadaan suku cadang pesawat. e. Mendorong organisasi perawatan pesawat udara Indonesia untuk memiliki lebih dari 1 (satu) kemampuan perawatan dan mampu melayani 100% kebutuhan perawatan pesawat udara di Indonesia melalui : - Dukungan dari pemerintah pusat dalam memberikan insentif kebijakan pengurangan dan atau peniadaan bea masuk suku cadang impor bagi kebutuhan perawatan pesawat; - Dukungan dari vendor terkait training, special tools dan equipment serta technical; - Pengalokasian dana untuk memiliki fasilitas dan peralatan yang mengikuti perkembangan teknologi dan kemajuan pasar dalam negeri; - Peningkatan kualitas teknisi dan SDM penunjang; - Kemudahan pendirian lembaga pendidikan/ pelatihan dengan biaya pelatihan yang terjangkau. f. Mendorong operator pesawat untuk menggunakan suku cadang tertentu pesawat buatan local. IV - 46 BAB IV ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

98 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN Pemenuhan terhadap rekomendasi dari hasil audit ICAO-USOAP, FAA audit dan EU Ban. Untuk menjamin keselamatan penerbangan, sejumlah program peningkatan keselamatan penerbangan telah dilakukan Ditjen Perhubungan Udara dengan : - Membatasi ijin usaha dan ijin operasi operator penerbangan baru; - Menyiapkan regulasi penerbangan yang harus selalu terkini (up to date), - Meningkatkan kompetensi sumber daya manusia, - Mempertahankan dan meningkatkan pelaksanaan pengawasan keselamatan penerbangan secara berkesinambungan; - Menerapkan penegakkan hukum secara terbuka, transparan dan konsisten, diantaranya mencabut ijin operasi operator penerbangan yang unsafe atau tidak aman. 3. Sertifikasi Kelaikan Udara dan Pengoperasian Pesawat udara dilakukan sebagai berikut : a. Melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap operator penerbangan untuk meningkatkan keselamatan penerbangan (Improve Safety Oversight) yang mencakup : - Melaksanakan safety audit, surveillance kelaikan udara dan operasi penerbangan serta pelaksanaan ramp check secara rutin; - Pelaksanaan law enforcement terhadap pemegang sertifikat, baik institusi maupun personal dengan tujuan meminimalisasikan angka insiden, serius insiden maupun accident pesawat udara; - Menerapkan Safety Management System (SMS) secara konsisten untuk melengkapi sistem yang sudah ada dan sebagai alat untuk mengukur tingkat safety di teknik dan operasi serta manajemen; - Pelaksanaan ICAO Project INS 07/802 - Enhancement of Safety Oversight Capability of DGCA. - Menjalankan surveillance dan pengendalian (control) dengan penguatan fungsi Otoritas Bandar Udara (OBU) melalui : Penempatan kecukupan jumlah inspektur yang memiliki kemampuan melakukan surveillance/dan pengendalian pada OBU; Peningkatan kualitas SDM inspektur yang bersangkutan melalui program sekolah, kursus dan training. d. Melaksanakan pengawasan dan pembinaan rancang bangun pesawat udara meliputi organisasi rancang bangun; validasi sertifikasi tipe; modifikasi dan reparasi. e. Melaksanakan sertifikasi Reduced Vertical Separation Minimal (RVSM); f. Melaksanakan sertifikasi Required Navigation Performance (RNP-10); g. Melakukan penyusunan, pembuatan dan penyempurnaan regulasi yang memenuhi seluruh ketentuan standar internasional (CASR, SI dan AC); h. Melaksanakan pendaftaran dan penghapusan pesawat udara sesuai program operator yang mengacu kepada izin pemasukan atau penambahan dan izin penghapusan pesawat udara dari Ditjen Perhubungan Udara; i. Melaksanakan pemenuhan dan peningkatan kuantitas, kualitas dan kompetensi inspektor kelaikan udara dan operasi penerbangan; j. Pelaksanaan kerjasama hubungan internasional atau badan internasional (International Cooperation) k. Pembentukan lembaga penyelenggara pelayanan umum Kelaikan Udara dan Pengoperasian Pesawat Udara untuk kemandirian secara finansial dan kewibawaan institusi; l. Penambahan sarana dan prasarana yang mendukung peningkatan kinerja: - Pembuatan dan pengembangan data base internal sistem (IMSIS) yang terintegrasi; - Komputerisasi sistem license. m. Mensyaratkan operator menggunakan sistem pengiriman data penerbangan secara real time; n. Mensyaratkan operator memasang kamera CCTV, perekam data dan suara di kokpit pesawat; IV - 47 BAB IV ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

99 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN o. Mensyaratkan untuk pemasangan ELT dengan freq 121,5 dan 406 MHz 2 unit bagi pesawat yang beroperasi di atas perairan atau pesawat yang beroperasi 50 mile dari pesisir pantai dan 1 unit bagi pesawat yang beroperasi di atas daratan; p. Mendorong operator menggunakan peralatan ultrasonic pada pesawat untuk menghindari bird strikes; q. Mendorong operator menggunakan baterai sebagai alat pemindai posisi yang lebih tahan lama; r. Mendorong operator menggunakan sistem baru yang dapat mengirim data pesawat ke satelit; s. Mendorong operator menggunakan alternative bio fuel secara bertahap untuk mengurangi ketergantungan menggunakan 100% bahan bakar avtur; t. Mendorong operator menggunakan komunikasi dengan data link dan navigasi via frekuensi atau satelit termasuk penggunaan alat bantu surveillance (ADS/B) broadcasting dengan pemasangan ATC transponder mode S; u. Memberikan kemudahan penyebaran pusat-pusat perawatan pesawat udara di luar pulau Jawa khususnya pada bandar udara yang bukan titik penyebaran untuk menjadi home base perawatan; v. Memfasilitasi kemampuan perawatan komponen pesawat udara yang memerlukan keahlian khusus dan ketelitian tinggi, serta memfasilitasi kerjasama perawatan pesawat udara antar perusahaan penerbangan. Strategi Peningkatan Keselamatan di bidang Penerbangan : - Pemenuhan aturan penerbangan yang terbaru (GPWS, Flight Deck Door, TAWS, TCAS, Digital FDR, ELT 406); - Pembatasan masuknya pesawat tua yang berumur >20 tahun; - Penerapan manajemen penerbangan secara horizontal (RNP 10); - Penerapan Reduce Vertical Separation Minimal (RVSM) untuk pesawat jenis jet penumpang dan kargo (termasuk penerbangan eksekutif); - Khusus pesawat di luar kontrol AOC maka pemilik pesawat wajib melakukan kontrak dengan perusahaan perawatan pesawat udara (AMO); - Inspektur diberikan kewenangan penuh untuk melakukan penindakan di lapangan; - Online system Database antara region dan pusat sebagai sumber data yang terbaru (update); - Persyaratan sistem manajemen keselamatan; - Solusi cerdas yaitu audit sistem dan pengambilan keputusan berbasis data; - Perbaikan pengawasan industri yang didasarkan pada prinsip-prinsip berbasis resiko. - Penerapan pemenuhan standar keselamatan (pengendalian dan pengawasan) dibiayai sepenuhnya oleh industri penerbangan. PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENERBANGAN MELALUI PENGEMBANGAN PESAWAT N219 SEJARAH N219 adalah pesawat multi fungsi bermesin dua yang dirancang oleh PT. Dirgantara Indonesia (PT. DI) dengan tujuan untuk dioperasikan di daerah-daerah terpencil Indonesia. Pesawat berkapasitas 19 penumpang ini didesain sebagai pesawat perintis, penghubung daerah terpencil dan pulau-pulau kecil yang bisa mendarat di landasan tanah, berumput, atau berkerikil, dengan panjang landasan 600 meter. Pesawat ini terbuat dari logam dan dirancang untuk mengangkut penumpang maupun kargo. Pesawat yang dibuat dengan memenuhi persyaratan FAR 23 ini dirancang memiliki volume kabin terbesar di kelasnya dan pintu fleksibel yang memastikan bahwa pesawat ini bisa dipakai untuk mengangkut penumpang dan juga kargo. IV - 48 BAB IV ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

100 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN Sebelum memasuki serial production, PT DI terlebih dahulu akan membuat dua unit purwarupa untuk uji terbang serta satu unit purwarupa untuk tes statis pada tahun Program pembuatan purwarupa sendiri direncanakan memakan waktu selama dua tahun dengan pengalokasian dana yang dibutuhkan sebesar Rp. 300 miliar. Dalam pengembangan pesawat, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) mempunyai tugas merencanakan dan membuat purwarupa. Dengan keberhasilan uji terbang pesawat N219, maka berarti mewujudkan keinginan perintis industri penerbangan Indonesia. N219 akan melakukan uji terbang di laboratorium uji terowongan angin pada bulan Maret Pesawat N219 baru akan bisa diserahkan kepada pemesan pertamanya untuk diterbangkan sekitar N219 ini merupakan pengembangan dari NC-212 yang sudah diproduksi oleh PT DI dibawah lisensi CASA. Pesawat N219 menjadi awal kebangkitan pengembangan teknologi penerbangan. Bahkan pembangunan pesawat N219 potensial untuk membangun sumber daya manusia. Dengan suksesnya pembuatan N219, diharapkan seluruh kemampuan dapat bersinergi dalam mewujudkan pembangunan tersebut. Sebagai informasi Nurtanio Pringgoadisuryo merupakan sosok perintis awal penerbangan Indonesia yang menginginkan bangsa Indonesia bisa membuat pesawat buatan sendiri. Pada masa awal kemerdekaan, Nurtanio Pringgoadisuryo bersama beberapa rekannya membuat pesawat dari logam Indonesia yang dinamai Sikumbang, Kunang-kunang dengan mesin VW, Belalang dan Gelatik serta menyiapkan produksi F-27. Nurtanio Pringgoadisuryo juga berkontribusi membuat Pesawat Api Revolusi atau Arev, dari bekas rongsokan Super Aero buatan Cekoslowakia yang tergeletak di Kemayoran. Karena dedikasinya yang tinggi, setelah Nurtanio gugur dalam penerbangan uji coba Arev, namanya diabadikan menjadi Industri Pesawat Terbang Nurtanio (IPTN), yang kemudian menjadi PT Dirgantara Indonesia. PROSES Terkait proses sertifikasi pesawat terbang PT. Dirgantara Indonesia (PT.DI) model N219, akan dilaksanakan Persiapan Experimental First Flight Pesawat Terbang N219 MSN PD1 yang direncanakan penerbangannya pada tanggal 16 Agustus 2017 di Bandar Udara Husein Sastranegara,Bandung. Sehubungan target pemenuhan jadwal first flight N219 dimana persyaratan proses sertifikasi Type Certificate (TC) belum sepenuhnya terpenuhi, PT.DI mengajukan perubahan status prototipe terbangn219 (PD1) dari wahana sertifikasi prototipe TC menjadi wahana Research and Development (R&D). PT. DI telah mengajukan surat No. PTD/0037/DT0000/03/2017 tanggal 17 Maret 2017 perihal Rencana Experimental Flight Pesawat Udara N219, dan No. PTD/0079/DT0000/05/2017 tanggal 19 Mei 2017 perihal Experimental Flight Pesawat Udara N219 PD1. Terkait dengan rencana terbang tersebut, Direktorat Jenderal Perhubungan Udara telah mengeluarkan Certificate of Registration dengan registrasi PK-XDT pada tanggal 14 Juli 2017 untuk pesawat N219 MSN PD1. Penerbangan Experimental R&D baru dapat dilakukan setelah mendapatkan Special Certificate of Airworthiness (C of A) dengan kategori Eksperimental dari Direktorat Jenderal Perhubungan Udara berdasarkan Statement Safe for Flight & Landing yang disampaikan oleh PT. DI terhadap pesawat N219 MSN PD1. IV - 49 BAB IV ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

101 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN Berdasarkan evaluasi yang dilakukan oleh Tim Sertifikasi pesawat N 219 Direktorat Jenderal Perhubungan Udara dengan PT. DI, penerbangan perdana pesawat N219 direncanakan pada tanggal 16 Agustus 2017 di Bandar Udara Husein Sastranegara dengan beberapa limitasi terbang sebagai berikut: a. Menggunakan flight envelope yang terbatas dengan durasi penerbangan sekitar 40 menit; b. Take off dari Bandar Udara Husein Sastranegara, menuju area Batu Jajar dengan flight level 8000 ft. dan kembali ke Bandar Udara Husein Sastranegara, Bandung; dan c. Notam akan dikeluarkan oleh AirNav selama penerbangan perdana dengan alokasi dari pukul s/d WIB untuk tanggal 16 Agustus Penerbangan perdana akan dilaksanakan apabila persyaratan kondisi cuaca terpenuhi, dan akan ditunda ke hari berikutnya jika tidak terpenuhi. Dan akhirnya, penerbangan perdana pesawat N219 MSN PD1 dapat dilaksanakan dan berjalan lancar dengan kondisi cuaca yang sangat baik dan publik menyambut gembira keberhasilan terbang perdana dan mendarat dengan mulus pesawat buatan anak bangsa, setelah 20 menit melewati uji terbang perdana mengitari langit Batu Jajar Bandung Barat di Bandara Husein Sastranegara, Bandung-Jawa Barat, Rabu, 16 Agustus Tepuk tangan dan ungkapan syukur menyertai pesawat buatan PT. DI serta LAPAN itu lepas landas mulus. Pesawat ini dipiloti oleh Capt. Esther Gayatri Saleh. Pilot wanita itu berhasil memandu service ceiling N219 ini pada ketinggian sekitar kaki. Chief Test Pilot PT. DI, Capt. Esther Gayatri Saleh turun dengan mata berlinang disambut jajaran direksi PT. DI dan instansi lainnya. OPTIMALISASI DAN PENYERAPAN PILOT AB INITIO Dalam upaya optimalisasi dan penyerapan lulusan pilot baru (ab initio) yang belum terserap di perusahaan-perusahaan penerbangan yang tersebar di Indonesia, maka Kementerian Perhubungan yang terdiri dari Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, Sekretaris Jenderal Perhubungan, Inspektorat Jenderal dan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Kementerian Perhubungan bekerjasama dengan perusahaan Penerbangan di Indonesia diataranya Garuda Indonesia, Citilink, Lion Air, Batik Air, Wings Air, Sriwijaya Air, Nam Air, Air Asia, dll telah melakukan langkah langkah serius untuk menyerap dan mengoptimalkan pilot Ab Initio yang belum terserap di industri penerbangan. IV - 50 BAB IV ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

102 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN Berikut tabel penyerapan pilot Ab Initio dari perusahaan Penerbangan di Indonesia : Tabel 4.17 Rencana Dan Daya Serap Maskapai Penerbangan Terhadap Pilot Ab Initio NO MASKAPAI KETERANGAN 1 Garuda Indonesia Citilink Indonesia Lion Mentari Airlines Batik Air Wings Abadi Rencana perekrutan Ab Initio (Prioritas rated non expirience) Perekrutan Ab Initio dikoordinir oleh PT. Lion Air, 177 Total dari 2013 Rencana perekrutan Ab Initio 3 orang perbulannya 6 Sriwijaya Air 55 7 Nam Air Indonesia Air Asia Sub Totol Total 827 Kementerian Perhubungan bekerjasama dengan perusahaan Penerbangan akan melakukan rangkaian kegiatan yaitu : 1. Direktorat Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara (DKPPU) Ditjen Perhubungan Udara akan melakukan rekrutmen terhadap 30 orang lulusan pilot Ab Initio bekerjasama dengan Jakarta Aviation Training Centre (JATC) dengan tiga tahapan tes yaitu Psikotes, Training dan Aeronautical Test, Aptitude Test (Simulator Test). 30 orang pilot ab initio yang akan di rekrut nantinya akan menempati posisi sebagai Inspektur Perbantuan DKPPU (bukan PNS DKPPU) yang akan disebar ke 10 wilayah Kantor Otoritas Banda Udara (OBU) yaitu Kantor OBU Wilayah I (Soekarno Hatta), Kantor OBU Wilayah II (Kualanamu-Medan), Kantor OBU Wilayah III ( Juanda- Surabaya ), Kantor OBU Wilayah IV (Ngurah Rai, Denpasar), Kantor OBU Wilayah V ( Hasanuddin, Makassar), Kantor OBU Wilayah VI (Minangkabau-Padang), Kantor OBU Wilayah VII ( Sepinggan- Balikpapan), Kantor OBU Wilayah VIII ( Sam Ratulangi-Manado), Kantor OBU Wilayah IX (Rendani-Manokwari), Kantor OBU Wilayah X (Mopah-Merauke). Untuk pendaftaran online dapat ke alamat website : rekrutmen.dkppu.id 2. DKPPU bekerjasama dengan Perusahaan Penerbangan akan menyelenggarakan Workshop Penyerapan dan Optimalisasi Pilot Ab Initio. Kegiatan ini akan menghadirkan perusahaan Penerbangan Indonesia diantaranya Garuda Indonesia, Citilink, Lion Air, Batik Air, Wings Air, Sriwijaya Air, Nam Air, Air Asia untuk memaparkan program perekrutan terhadap pilot Ab Initio yang telah dilakukan dari tahun 2016 sampai dengan rencana perekrutan di tahun 2017, 2018 dan Akan disampaikan pola rekrutmen dari masing-masing perusahaan Penerbangan dan juga kiat kiat untuk dapat lulus dari seleksi di perusahaan tersebut. Peserta dari Workshop ini adalah pilot-pilot Ab Initio yang belum terserap di perusahaan Penerbangan. IV - 51 BAB IV ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

103 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN KEAMANAN PENERBANGAN Keamanan Penerbangan adalah suatu keadaan yang memberikan perlindungan kepada penerbangan dari tindakan melawan hukum melalui keterpaduan, pemanfaatan sumber daya manusia, fasilitas, dan prosedur. Dalam rangka pemenuhan keamanan penerbangan perlu dibentuk suatu organisasi yang guna mengikuti kebijakan dan dinamika global industri angkutan udara dan demikian juga dalam rangka persiapan serta implementasi menuju pasar tunggal dan Open Sky Policy. Pengembangan Sistem Keamanan Penerbangan Nasional melalui Program Keamanan Penerbangan Nasional adalah sebagai berikut : 1. Program Keamanan Penerbangan Nasional (National Aviation Security Programme); 2. Program Penanggulangan Keadaan Darurat Keamanan Penerbangan Nasional (National Aviation Security Contigency Plan); 3. Program Pendidikan dan Pelatihan Keamanan Penerbangan Nasional (National Aviation Security Training Programme); 4. Program Pengawasan Keamanan Penerbangan Nasional (National Aviation Security Quality Control Programme) 5. Program Pendidikan dan Pelatihan Penanganan Barang Berbahaya Nasional. Keempat program tersebut dilakukan melalui : 1. Pengembangan dan penerapan TIK; 2. Integrasi Sistem Keamanan Penerbangan Nasional; 3. Revitalisasi Sarana dan Prasarana; 4. Promosi, publikasi sosialisasi dan harmonisasi peraturan terkait keamanan penerbangan; 5. Pengawasan implementasi peraturan di bidang keamanan penerbangan secara intensif melalui Audit, Inspeksi, Survey dan Test Keamanan Penerbangan; 6. Penegakan hukum baik sanksi administrasi dan pidana. Kebijakan Umum Keamanan Penerbangan : 1. Peningkatan kinerja fasilitas keamanan penerbangan (PKP-PK dan Salvage, Aviation Security, serta penanganan pengangkutan barang berbahaya dan kargo) melalui pemeliharaan, rehabilitasi, penggantian dan peningkatan kemampuan fasilitas keamanan penerbangan; 2. Pengadaan dan pemasangan fasilitas keamanan penerbangan antara lain : a. Peralatan Keamanan Penerbangan - Pengadaan dan pemasangan peralatan X-Ray (Kabin, Bagasi dan Kargo), Metal Detector, Closed Circuit Television (CCTV), Body Inspector, peralatan Security Perimeter for Airport Surveillance, Centralized Image Secure (CIS) dan Central Control for Airport Secure (CCAS), Alarm System, Security Door System, Avsec Radio Communication & Radio Base Station, Remote Monitoring and Maintaining for X-Ray; - Pengadaan Security Inspection Car & Security Inspection Motor Trail, Dummy Test Avsec, perekam video dan audio, Peralatan Emergency Operation Center (EOC), Explosive Detector, Explosive Compartment, Liquid Scaen Detector; - Pengadaan dan pemasangan peralatan detektor NUBIKARA; - Pengadaan kotak penyimpanan peluru petugas pengamanan di pesawat udara (Air Marshal); - Pengadaan Computer Base Training; - Pengadaan peralatan uji fasilitas keamanan Penerbangan; IV - 52 BAB IV ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

104 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN Tabel 4.18 Kebutuhan Fasilitas Keamanan Penerbangan Jumlah TAHUN Jenis Peralatan X Ray Cabin Dual View X Ray Bagasi Dual View X Ray Cabin Threat Image projection X Ray Bagasi Threat Image Projection Walk Through Metal Detektor (WTMD) Hand Held Metal Detector Close Circuit Television (CCTV) Close Circuit Television (CCTV) Video Analytic Explosive Detector Perimeter Intruder Detection ( PIDS ) Security Door system Radio Communication for avsec Alat Uji Fasilitas keamanan Penerbangan Body Inspection Machine Liquid Scan Detector Pengadaan Peralatan Praktek Ujian DC Updating sistim Peralatan Penunjang Pengujian Personil Penanganan Pengangkutan Barang Berbahaya Upgrading Peralatan Penunjang Penanganan Pengangkutan Barang berbahaya Pengadaan Dokumen Penunjang pengangkutan Barang Berbahaya Pengadaan Peralatan Penanganan dan Penanganan Pengangkutan Barang berbahaya b. Peralatan PKP-PK - Pengadaan Foam Tender (FT) Tipe I, II, III, IV, V dan VI; - Pengadaan Rapid Intervention Vehicle; - Pengadaan Rapid Intervention Vehicle (RIV) Tipe IV; - Pengadaan Kendaraan Pendukung (Ambulance, Commando Car); - Pengadaan Peralatan Salvage; - Pengadaan Peralatan Pendukung (Breathing Apparatus Set, Baju Tahan Api, Baju Tahan Panasm Radio Komunikasi, Kompressor pengisian BA Set, dll) - Pengadaan Bahan Pemadam - Pengadaan Alat Pemadam Portable; - Pengadaan Kendaraan Operasional test foam kit; IV - 53 BAB IV ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

105 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN Jenis kendaraan Foam Tender Tipe ( FT I ) Foam Tender Tipe ( FT II ) Foam Tender Tipe ( FT III) Foam Tender Tipe ( FT IV ) Foam Tender Tipe ( FT V ) Foam Tender Tipe ( FT VI ) Rapid Intervention Vehicle ( RIV ) Ambulance Nurse Tender Comando Car Rescue Boat Removal Disable A/C ( Salvage ) Tabel 4.19 Kebutuhan PKP-PK jumlah Kekurangan Total c. Peralatan Penanganan Barang Berbahaya - Pengadaan Peralatan Penanganan dan Pengangkutan Barang Berbahaya antara lain : Sarung Tangan (Hand Gloves); Penutup mulut dan hidung (Masker); Kaca Mata (Safety Glasses); Sepatu (Safety Shoes); Baju Pelindung Tubuh (Safety Cloth); Tempat Penyimpanan Tumpahan DG; Pelindung Kepala; Pelindung Telinga (Ear Plug). - Updating Peralatan Penunjang Pengujian Personil Penanganan Pengangkutan Barang Berbahaya; - Upgrading Peralatan Penunjang Penanganan Pengangkutan Barang Berbahaya; - Pengadaan Dokumen Penunjang Pengangkutan Barang Berbahaya. 3. Pelaksanaan Audit Terpadu bidang Keamanan Penerbangan; 4. Pelaksanaan Seminar dan Workshop di Bidang Keamanan Penerbangan; 5. Pembentukan Komite Penanggulangan Keadaan Darurat Keamanan Penerbangan Nasional; 6. Pelaksanaan Man Portable Air Defence System (MANPADS); 7. Kerjasama dengan negara lain di bidang Keamanan Penerbangan; 8. Upgrading dan Pemeliharaan Fasilitas dibidang Keamanan Penerbangan; 9. Pemberian perizinan di bidang keamanan penerbangan; 10. Pertemuan para Manager avsec bandar udara; 11. Koordinasi / Kesamaan tindak dan Bahasa para penyelenggara bandar udara terhadap ketertiban dan keamanan di bandar udara-bandar udara; 12. Di Bidang Keamanan Penerbangan dalam jangka panjang akan mengikuti strategi offensive yaitu : Audit Security; Pemeriksaan barang kiriman dengan anjing pelacak, body scanning inspection dan penggunaan Air Marshall sebagai pengamanan di dalam pesawat udara; 13. Peningkatan kompetensi SDM di bidang keamanan penerbangan; 14. Peningkatan dalam penyiapan dan pengembangan desain keamanan di bandar udara; 15. Penyusunan dan pemenuhan norma, standar, pedoman dan kriteria di bidang keamanan penerbangan. IV - 54 BAB IV ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

106 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN Fasilitas PKP-PK Bandar Udara Fasilitas PKP-PK merupakan fasilitas pokok bandar udara yang ketersediaannya harus disesuaikan dengan kategori PKP-PK bandar udara. Kategori PKP-PK bandar udara dihitung berdasarkan panjang keseluruhan dan lebar maksimum badan pesawat udara terbesar yang beroperasi di bandar udara tersebut dengan mempertimbangkan jumlah pergerakannya selama 3 bulan berturut-turut. Berdasarkan data penerbangan di 218 Bandar udara, didapatkan komposisi pesawat terbesar yang beroperasi dikorelasikan dengan kategori PKP-PK yang dipersyaratkan (dengan meninjau ketersediaan air/bahan pemadam pada kendaraan belum menilai kinerja) adalah sebagai berikut : Tabel 4.20 Korelasi Komposisi Pesawat Dengan Kategori PKP-PK NO PESAWAT TERBESAR KATEGORI PKP-PK JUMLAH KOMPOSISI (%) 1 B738/9-sejenisnya B737/200/300/400/500 -A320 - Bae /200 3 ATR 72 Dash 8 F ATR 42 Dornier 328 MA C212 DHC TOTAL Tingkat pemenuhan kategori PKP-PK Pemenuhan kategori PKP-PK yang disusun/direncanakan ditetapkan berdasarkan kriteria pemenuhan pelayanan PKP-PK secara ideal. Pemenuhan pelayanan PKP-PK secara ideal adalah tersedianya kendaraan PKP-PK dalam mendukung operasi keselamatan penerbangan sesuai jenis pesawat terbesar yang beroperasi dan bilamana terjadi kerusakan ringan dari kendaraan PKP-PK utama tidak sampai menurunkan status pelayana kategori PKP-PK bandar udara. Penetapan dan mitigasi hal tersebut diatas dilaksanakan dengan mempertimbangkan : a. Jumlah dan kondisi kendaraan PKP-PK bandar udara berdasarkan kategori PKP-PK yang ditetapkan; b. Pemenuhan jumlah personil PKP-PK yang sangat sulit dipenuhi sesuai kategori PKP-PK bandar udara yang ditetapkan; c. Kondisi kendaraan PKP-PK yang dimungkinkan untuk direlokasi dengan kinerja kendaraan PKP- PK yang normal dan usianya 15 tahun; d. Pembangunan bandar udara baru dengan mempertimbangkan jangka waktu pembangunan secara keseluruhan dengan pemenuhan kendaraan PKP-PK baru atau relokasi kendaraan PKP-PK dari bandar udara terdekat/sekitarnya; Mengevaluasi kembali bandar udara yang jumlah frekuensi penerbangannya sedikit tetapi memiliki kendaraan PKP-PK berlebih sehingga perlu dilakukan relokasi ke bandar udara perintis dan bandar udara baru. Sumber Daya Manusia Sesuai dengan rencana pemenuhan kategori PKP-PK terhadap bandar udara existing dan bandar udara yang akan dioperasikan periode , maka diperlukan penambahan kebutuhan personel sesuai dengan penambahan fasilitas yang akan direncanakan. Adapun Kebutuhan tambahan personel PKP-PK adalah sebagai berikut: IV - 55 BAB IV ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

107 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN Tabel 4.21 Tabel Kebutuhan Personel PKP-PK Kondisi Existing Jumlah Kebutuhan Personel Kat. Basic Junior Senior Teknisi Jumlah Basic Junior Senior Teknisi Jumlah Pemelihara Pemelihara Jml Tabel 4.22 Tabel Kekurangan Personel PKP-PK Jumlah Kekurangan Personel Kategori Basic Junior Senior Teknisi Jumlah Pemelihara Jml KEBIJAKAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA Direktorat Jenderal Perhubungan Udara sangat berkomitmen untuk memenuhi kuantitas dan kualitas serta mendidik SDM khususnya di bidang keselamatan dan keamanan penerbangan sesuai dengan peraturan penerbangan sipil tingkat nasional maupun internasional melalui : 1. Pemenuhan kebutuhan dan kecakapan SDM Ditjen Perhubungan Udara di bidang implementasi teknis dan operasi sesuai kebutuhan minimal secara bertahap (inspektur penerbangan, PKP-PK, personil navigasi penerbangan, pilot, avsec, Banglan, apron, listrik, elektro, mekanikal, dll) yang dihitung berdasarkan perhitungan analisis beban kerja jabatan; 2. Perlunya kebijakan khusus di bidang pendidikan penerbangan sehinggapendidikan dapat terselenggara dengan efisien dan efektif; 3. Pembentukan Standar Kompetensi Direktorat Jenderal perhubungan Udara melalui pembuatan Kamus Kompetensi baik kompetensi inti (core) dan kompetensi teknis pada seluruh level jabatan serta leveling kompetensi sesuai dengan posisi jabatan; 4. Pemetaan untuk mendapatkan people review bagi perkembangan organisasi (promosi, mutasi, training) yang sesuai dengan standar kompetensi di tiap level jabatan melalui Analisa Jabatan; 5. Penyusunan perencanaan dan pengembangan SDM melalui tahap pengadaan SDM, mutasi/rotasi pembinaan, diklat kompetensi, peningkatan pola karier dan pemenuhan kesejahteraan;. IV - 56 BAB IV ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

108 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN Pembinaan profesi oleh organisasi profesi dan pembinaan karir teknisi penerbangan oleh Pemerintah Pusat ; 7. Peningkatan kemampuan SDM melalui diklat teknis dan operasional dan tenaga teknis dan operasional wajib memiliki sertifikat kecakapan personil (SKP); 8. Peningkatan penguasaan Bahasa Inggris; 9. Seluruh inspektur Penerbangan harus dididik melalui Inspector Training System (ITS) 10. Pembentukan jabatan fungsional dan pemberdayaan personil di bidang transportasi udara. - Penambahan jumlah Inspektor dan PPNS sesuai perkembangan penerbangan di Indonesia; - Pelatihan Inspektor di dalam dan luar negeri; - Peningkatan/penambahan sarana dan prasarana pendidikan penerbangan; - Peningkatan kualitas instruktur; - Pembakuan kurikulum pendidikan dan pelatihan penerbangan. 11. Peningkatan anggaran operasional Ditjen Perhubungan Udara (Increasing Budget) khususnya untuk renumerasi dan program oversight; 12. Pemenuhan kebutuhan peralatan maupun ruang kerja yang nyaman bagi pegawai; 13. Penyediaan ruang pustaka serta fasilitas akses internet yang memadai; 14. Kebijakan pemerintah tentang moratorium (penundaan sementara) penerimaan CPNS tahun , sehingga Ditjen Perhubungan Udara tetap akan mengupayakan penambahan/pemenuhan SDM tahun sebanyak orang diantaranya tenaga inspektur penerbangan sebanyak 887 orang, teknisi penerbangan dan tenaga operasional penerbangan sebanyak orang, dan tenaga medis sebanyak 87 orang (rincian dapat dilihat pada Lampiran IV A dan Lampiran IV B); 15. Pembinaan administrasi kepegawaian bagi tenaga teknisi penerbangan yang diperbantukan pada PT. Angkasa Pura I (Persero), PT. Angkasa Pura II (Persero), dan Perum LPPNPI. Kebijakan pengembangan SDM yang dilaksanakan tahun 2017 antara lain telah diatur dengan terbitnya peraturan terkait SDM di lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara : a. PM 36 Tahun 2017 tentang Peta Jabatan dan Uraian Jenis Kegiatan Jabatan di Lingkungan Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan; b. PM 41 Tahun 2017 Tata cara Penghitungan Dan Pemberian Tunjangan Kinerja Pegawai Di Lingkungan Kementerian Perhubungan; c. Peraturan Dirjen Perhubungan Udara Nomor: KP 200 Tahun 2017 tentang Perencanaan Sumber Daya Manusia Pada Jabatan Fungsional Umum di Lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara; d. KP 198 Tahun 2017 tentang Perencanaan Sumber Daya Manusia Pada Kantor Unit Penyelenggara Bandar Udara; Pembentukan Jabatan Inspektur Penerbangan menjadi Jabatan Fungsional Tertentu Kementerian Perhubungan melalui Surat nomor KP.105/1/6/A/Phb.2013 tanggal 5 Juni 2013 mengajukan usulan pembentukan Jabatan Fungsional Inspektur Penerbangan Ke Kementerian PAN dan RB dan ditindak lanjuti dengan melaksanakan ekspose Naskah Akademik Jabatan Fungsional Inspektur Penerbangan di Kantor Kementerian PAN dan RB pada tanggal 6 September Kementerian Perhubungan melalui Surat Sekretaris Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Nomor KP.105/1/20 PHB 2014, tanggal 26 Juni 2014 perihal Penyampaian Penyempurnaan Naskah Akademik Jabatan Fungsional Inspektur Penerbangan menghasilkan 10 (Sepuluh) Nomenklatur Jabatan Fungsional sebagai berikut : 1. Naskah Akademik Inspektur Kelaikudaraan; 2. Naskah Akademik Asisten Inspektur Kelaikudaraan; 3. Naskah Akademik Inspektur Pengoperasian Pesawat Udara; 4. Naskah Akademik Asisten Inspektur Pengoperasian Pesawat Udara; 5. Naskah Akademik Inspektur Navigasi Penerbangan; IV - 57 BAB IV ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

109 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN Naskah Akademik Inspektur Keamanan Penerbangan; 7. Naskah Akademik Inspektur Bandar Udara; 8. Naskah Akademik Asisten Inspektur Bandar Udara; 9. Naskah Akademik Inspektur Angkutan Udara; 10. Naskah Akademik Asisten Inspektur Angkutan Udara. Dengan demikian pembentukan Jabatan Fungsional Tertentu Inspektur Penerbangan untuk selanjutnya akan melaksanakan: 1. Pembahasan Matriks Uraian Kegiatan Inspektur Penerbangan; 2. Penyusunan Draft PermenpanRB Inspektur Penerbangan; 3. Pengukuran Beban Kerja dan Uji Petik Lapangan; 4. Penetapan PermenpanRB; Pada tanggal Oktober 2015 Ditjen Perhubungan Udara melaksanakan finalisasi Pembentukan Jabatan Fungsional Tertentu Inspektur Penerbangan dengan narasumber Asisten Deputi Standarisasi Jabatan dan Pengembangan Kompetensi SDM Aparatur, Kementerian PAN dan RB. Agenda kegiatan adalah pembahasan Rancangan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi tentang Inspektur Penerbangan dan pembahasan Matriks Uraian Kegiatan Inspektur Penerbangan untuk masing - masing nomenklatur. Menindaklanjuti hasil kegiatan finalisasi Pembentukan Jabatan Fungsional Tertentu Inspektur Penerbangan, Kementerian Perhubungan dan Kementerian PAN dan RB serta BKN melaksanakan kegiatan Uji Petik Beban Kerja Inspektur Penerbangan dengan lokasi kegiatan sebagaimana berikut: 1. Kantor Pusat pada tanggal 20 April 2017; 2. Kantor Otoritas Bandar Udara Wil. I Jakarta pada tanggal 27 April 2017; 3. Kantor Otoritas Bandar Udara Wil. III Surabaya pada tanggal 3 5 Mei 2017; 4. Kantor Otoritas Bandar Udara Wil. VII Balikpapan pada tanggal 8 10 Mei 2017; 5. Kantor Otoritas Bandar Udara Wil. VIII Manado pada tanggal Mei Pada tanggal 3 4 Agustus 2017, Ditjen Perhubungan Udara bersama BKN serta Biro Kepegawaian dan Organisasi Kemenhub melaksanakan Pembahasan Validasi Beban Kerja Jabatan Fungsional Inspektur Penerbangan. Dengan demikian pembentukan Jabatan Fungsional Tertentu Inspektur Penerbangan untuk selanjutnya menunggu persetujuan teknis dari BKN terkait Validasi Beban Kerja Jabatan Fungsional Inspektur Penerbangan dan untuk selanjutnya akan melaksanakan ekspose hasil validasi kepada Kementerian PAN dan RB serta BKN. Kemudian dilanjutkan dengan pembahasan Finalisasi Rancagan PermenPAN dan RB Inspektur Penerbangan untuk masing masing nomenklatur PENINGKATAN KESELAMATAN DAN KEAMANAN DI WILAYAH PAPUA Wilayah propinsi Papua dan Papua Barat perlu mendapat perhatian khusus dikarenakan memiliki karakteristik geografis yang pegunungan serta iklim yang cukup ekstrem perubahannya. Hal tersebut juga mengakibatkan transportasi udara memegang peranan penting karena menjadi penghubung utama dan penjamin aksesibilitas. Bandar udara yang pada tahun 2016 beroperasi di wilayah Propinsi Papua dan Papua Barat terdapat 108 Bandar Udara 1). Angka kecelakaan di wilayah propinsi Papua dan Papua Barat dari tahun 2012 s/d 2016 cukup tinggi dan mengalami peningkatan yang cukup linear. Oleh karena itu Direktorat Jenderal perhubungan Udara memberikan perhatian khusus kepada keselamatan dan keamanan terhadap penerbangan di wilayah Papua dan Papua Barat. IV - 58 BAB IV ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

110 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN Gambar 4.6 Kecelakaan Dan Kejadian Serius Di Papua (dalam 5 tahun) Kecelakaan atau kejadian pada penerbangan terdiri dari berbagai faktor yaitu yaitu manusia (man), pesawat udara (machine), lingkungan (environment) penggunaan pesawat udara (mission), dan pengelolaan (management). Hal yang terpenting dari tindak lanjut kejadian/kecelakaan adalah mengetahui faktor adalah melakukan tindakan pencegahannya serta tetap memegang prinsip-prinsip no blame dan non punitive maka perlu disusun langkah perbaikan untuk meminimalisir kemungkinan kecelakaan yang berulang karena akibat yang sama. Mengetahui faktor penyebab tersebut maka bisa dilakukan langkah-langkah pengendalian melalui manajemen resiko yang jelas dan tepat untuk setiap pihak yang terkait dengan pengoperasian pesawat udara, bandar udara dan navigasi penerbangan. Direktorat Jenderal Perhubungan sebagai otoritas penerbangan berupaya melakukan langkah perbaikan yang berkelanjutan untuk mengurangi angka kecelakaan. Bandar Udara pada wilayah Papua dan Papua Barat yang mencapai 108 bandar udara merupakan 36% dari seluruh bandar udara umum yaitu 299 Bandar Udara. Memperhatikan hal tersebut sehingga Direktorat Jenderal Perhubungan Udara melakukan beberapa kebijakan terkait keselamatan penerbangan dengan memperhatikan karakteristik suatu wilayah agar kebijakan tersebut tepat sasaran dan efektif. Prasarana bandar udara memegang peranan penting dalam kejadian dan kecelakaan penerbangan karena merupakan sebagai tempat pesawat udara melakukan pendaratan dan lepas landas yang dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas untuk mendukung terjaminnya keselamatan dan keamanan penerbangan. Berdasarkan catatan maka kecelakaan atau kejadian yang terjadi di Papua periode Mei Nov 2016 disebabkan adanya runway excursion. Kejadian dan kecelakaan yang disebabkan oleh Runway Excursion bahkan pada pada 5 tahun mencapai 25 kejadian dari 45 kejadian. IV - 59 BAB IV ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

111 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN Tabel 4.23 Daftar Kejadian Serius Dan Kecelakaan Di Papua Gambar 4.7 Grafik Penyebab Kecelakaan dan Kejadian Serius di Papua Kecelakaan atau kejadian dengan kejadian Runway Excursion merupakan kejadian yang mengakibatkan pesawat udara mengalami kejadian keluar dari landasan. Hal ini bisa dipengaruhi oleh kondisi landasan tersebut. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa hal terkait dengan prasarana bandar udara termasuk pemeliharaannya antara lain: kondisi runway, apron dan drainasi terkait dengan adanya genangan air, rubber deposit. Bandar Udara di Wilayah Papua sebagian besar berada pada daerah pegunungan karena pada dasarnya trasnportasi udara memegang peranan besar dalam membuka aksesibilitas di daerah terpencil. Sebaran bandar udara sebagian besar pada daerah pegunungan. Bandar Udara dimaksud antara lain : Sinak, Illu, Bilorai, Ilaga, Wamena, Kelilla, Tanah Merah, Oksibil, Waghete, Mulia, Tiom, Illu, Batom, Elelim, Dekai dan Kiwirok. IV - 60 BAB IV ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

112 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN Gambar 4.8 Peta Sebaran Bandar Udara Di Propinsi Papua Dan Papua Barat Pengembangan prasarana bandar udara pada daerah pegunungan ada kendala tersendiri yaitu keterbatasan lahan dikarenakan perbukitan dan lembah. Kondisi berbukit uga menciptakan obstacle bagi lepas landas pesawat udara. Guna menciptakan ketepatan dan efektifitas dalam pembangunan prasarana bandar udara maka perlu melihat pesawat udara yang akan dioperasikan pada bandar udara tersebut. Bandar Udara yang digunakan untuk membuka aksesiblitas merupakan prioritas bagi pengembangan karena sebagian besar memiliki kondisi prasarana yang sangat minim akan tetapi memegang peranan penting bagi perluasan ekonomi dan jaringan penerbangan. Bandar udara ini ditandai dengan beroperasi penerbangan perintis pada bandar udara tertentu. Penerbangan perintis yang beroperasi di wilayah papua menggunakan pesawat Cessna atau DHC perbandingan terbesar penggunaan pesawat udara sebagian besar menggunakan Cessna 208B. Kedua pesawat tersebut memiliki wing span <15m yang membutuhkan landasan dengan Code Number 1 yaitu ARFL<800m. Beberapa bandar udara Gambar 4.9 Grafik Perbandingan Jumlah Pesawat Udara Perintis Yang Beroperasi Di Wilayah Propinsi Papua Dan Papua Barat IV - 61 BAB IV ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

113 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN Beberapa bandar udara di pegunungan di Papua sudah memiliki panjang landasan diatas 800m yang sudah sesuai standar minimal untuk pesawat Cessna Grand Caravan dan DHC Twin Otter. Direktorat Jenderal Perhubungan Udara dalam rangka meningkatkan keselamatan penerbangan dan mengingat kondisi obstacle maka Direktorat Jenderal Perhubungan Udara meningkatkan kapasitas landasan dan prasarana pada bandar udara di daerah pegunungan diatas standar minimal yang telah ditetapkan untuk pengoperasian pesawat udara. Terhadap prasarana yang telah terbangun memerlukan pemeliharaan yang berjadwal sesuai prosedur pengoperasian untuk menjaga utilitas dan performance pada kondisi prima. Beberapa hal sebagai upaya menjaga utilitas prasarana bandar udara dilakukan dengan melakukan pemeriksaan kondisi runway, apron dan drainasi terkait dengan adanya genangan air, rubber deposit, serta meningkatkan inspeksi oleh pihak operator. Pengoperasian pesawat udara merupakan peran utama dalam mendukung keselamatan penerbangan. Kecelakaan dan kejadian pada bidang penerbangan tidak luput dari faktor human error dengan berbagai macam kondisi yang melatar belakangi. Oleh karena itu faktor ketaatan terhadap prosedur pengoperasian dan peraturan-peraturan keselamatan merupakan dasar tercapainya keselamatan penerbangan. Setiap operator penerbangan memiliki kewajiban untuk melaksanakan Safety Management System (SMS) yang berguna untuk melakukang pembelajaran dari upaya tindakan preventif menghindari kecelakaan. Perusahaan penyelenggara jasa penerbangan harus dapat mengetahui hal-hal yang berpotensi akan membahayakan operasi penerbangan. Setiap operator penerbangan baik pihak yang mengoperasikan pesawat udara, bandar udara dan penyedia jasa navigasi penerbangan diharapkan mampu menentukan Hazard yang berbahaya. Melakukan identifikasi untuk selanjutnya melakukan upaya mitigasi upaya kejadian atau kecelakaan yang akan terjadi. Peran serta mendukung keselamatan penerbangan dari pihak operator diharapkan untuk melalui pengawasan intern pada operator penerbangan yang terkait Safety & Quality, Operasi dan Maintenance untuk melakukan pengawasan langsung di Papua. Standar kelaikudaraan dan limitation yang ditetapkan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara sebagai regulator mempunyai tugas untuk melakukan pembinaan kepada operator penerbangan melalui penerbitan aturan keselamatan penerbangan. Upaya-upaya yang dilakukan melalui penerbitan peraturan terkait pengoperasian pesawat udara dan kenavigasian penerbangan khusus di wilayah Papua dan Papua Barat seperti penerbitan prosedur penerbangan Visual Flight Rules (VFR) dan Instrumen Flight Rules (IFR) yang akan terus dikembangkan sesuai dengan kondisi geografis dan perkembangan teknologi. Peran Direktorat Jenderal Perhubungan Udara dalam keselamatan penerbangan adalah melakukan pembinaan berupa pengaturan, pengawasan dan pengendalian kepada operator penerbangan. Pengaturan diwujudkan sebagai upaya menciptakan aturan yang tepat sesuai dengan kondisi dan lingkungan pendukungnya. Beberapa peraturan dan surat edaran keselamatan penerbangan telah diterbitkan antara lain Surat Edaran Direktur Jenderal Perhubungan Udara nomor: SE.24 Tahun 2016 tanggal 9 Nopember 2016, perihal pencegahan kecelakaan penerbangan di wilayah Papua dan wilayah-wilayan pegunungan lainnya di Indonesia. Aturan-aturan akan terus ditetapkan sesuai dengan kondisi yang terjadi secara sementara sebagai tindakan preventif seperti pada Surat Edaran Direktur Jenderal Perhubungan Udara nomor: SE.25 Tahun 2016 perihal Peningkatan Kewaspadaan Dalam Menghadapi Musim Hujan, Kondisi Visibility Below Minima dan Vocanic Ash di Bandar Udara. Perum LPPNPI sebagai penyedia pelayanan navigasi melakukan kegiatan berdasarkan standar dan prosedur yang diberikan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Udara. Pengoperasian pesawat IV - 62 BAB IV ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

114 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN udara sangat terkait dengan pelayanan navigasi penerbangan dan rute penerbangan. Pada daerah geografis yang berupa pegunungan pelayanan navigasi penerbangan sangat membantu pilot dalam menyusun rencana penerbangan yang aman dan selamat. Oleh karena itu melalui Peraturan Menteri Perhubungan nomor PM 131 Tahun 2015 Tentang Peningkatan Pelayanan Keselamatan Navigasi Penerbangan, telah ditetapkan standar pelayanan dan fasilitas yang harus disediakan oleh pihak pelayanan navigasi penerbangan terutama di wilayah Papua. Peraturan-peraturan yang telah ditetapkan tidak akan bekerja efektif apabila tidak timbul ketaatan para pihak yang terlibat. Kantor Otoritas Bandar Udara sudah terbentuk yang perlu ditindaklanjuti adalah upaya agar pelaksanaan tugas pengawasan dan pengendalian yang telah didelegasikan dari Kantor Pusat kepada Kantor Otoritas Bandar Udara dapat dilaksanakan secara optimal. Pada wilayah Papua dan Papua barat telah terbentuk 2 Kantor Otoritas yaitu Kantor Otoritas Bandar Udara Wilayah IX berkedudukan di Manokwari dan Kantor Otoritas Bandar Udara Wilayah X di Merauke. Jumlah bandar udara yang diawasi sebanyak 188 untuk Kantor Otoritas Bandar Udara Wilayah dan 35 bandar udara untuk Kantor Otoritas Bandar Udara Wilayah IX, cukup besar untuk suatu wilayah pengawasan dengan kondisi geografis yang memerlukan perhatian khusus. Oleh karena itu perlu disusun upaya meningkatkan kompetensi dan memenuhi jumlah kebutuhan bagi Inspektur Penerbangan. Kewenangan Kantor Otoritas Bandar Udara perlu diperluas sesuai dengan tujuan pembentukannya adalah memperpendek rentang jarak antara Kantor Pusat Direktorat Jenderal Perhubungan Udara dengan Obyek pengawasan dan pengendaliannya yaitu operator penerbangan. Pemenuhan kebutuhan Inspektur Penerbangan mengalami kendala dikarenakan keterbatasan Jumlah Inspetur Penerbangan di bidang Kelaikudaraan dan Pengoperasian pesawat udara. Pemenuhan kebutuhan yang diperlukan secara cepat dan berkompeten maka dilakukan penunjukan beberapa Sumber Daya Manusia yang berasal dari Operator penerbangan melalui makanisme pengangkatan Principal Operations Inspector (POI) dan Principal Maintenance Inspectors (PMI) yang bertugas melakukan pengawasan terkait pengoperasian pesawat udara dan kualitas kontrol pemeliharaan pesawat udara sesuai kewenangannya. Menghindari timbulnya kejenuhan dan meningkatkan pengalaman pada Inspektur Penerbangan maka Pembinaan Inspektur Penerbangan disusun pola rotasi dengan berbasis kompetensi. Pola rotasi merupakan penempatan secara bergiliran pada Kantor Otoritas Bandar Udara terutama yang berada di wilayah Papua dan Papua Barat dengan memperhatikan beban kerja yang tinggi. Pengelolaan pencegahan kecelakaan dengan mengukur dan membandingkan dengan negara lain akan bermanfaat dapat memperoleh gambaran secara nyata, pada sisi lain hal ini akan meningkatkan kompetensi Inspektur Penerbangan. Kerjasama dengan negara lain telah terlaksana dengan diadakannya workshop mountainous flying pada tanggal Nov 2016 di Sorong dengan CASA Australia. Kerjasama ini akan ditingkatkan dan diperluas dengan isu-isu yang berkembang dan dengan negara-negara lain. Pada tanggal 14 s/d 15 Desember 2016 di Sentani telah diadakan forum diskusi dalam rangka peningkatan keselamatan penerbangan di wilayah Papua, dibuka oleh Direktur Kelaiudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara dan dihadiri oleh ±100 orang diantaranya perwakilan operator penerbangan khususnya AOC 135, para Direktur di lingkungan Ditjen Perhubungan Udara, INACA, Ikatan Pilot Indonesia, Yayasan Jasa Aviasi Indonesia, Federasi Pilot Indonesia dan Ikatan Flight Operation Officer Indonesia. Tujuan dilaksanakannya forum tersebut adalah untuk mendapatkan masukan dari para operator penerbangan untuk meningkatkan keselamatan penerbangan di wilayah Papua dengan permasalahannya sehingga dapat dipecahkan bersama regulator dan dapat di akomodir apa yang menjadi harapan operator penerbangan. Diharapkan dari hasil forum tersebut agar setiap operator penerbangan mempunyai flight plan serta disiplin dalam menjalankan kegiatan IV - 63 BAB IV ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

115 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN penerbangan khususnya di wilayah Papua yang kondisi wilayahnya terdapat gunung dan bukit serta cuaca yang cepat berubah. Adapun rekomendasi yang dihasilkan dalam forum tersebut antara lain : 1. Airnav diharapkan untuk meningkatkan performance terkait managementslotime, operator holding time, separasi antar pesawat, dan adjusment traffc terutama da golden time. Kuantitas dan kualitas personil Airnav diharapkan bisa bertambah dan semakin baik untuk menunjang operasi penerbangan di Papua. 2. Segera menstandarisasi dan melegalisasi approach procedure agar segera bisa digunakan oleh semua operator yang beroperasi di Papua. 3. Approach wamena procedure akan segera direvisi oleh pihak yang berwenang. 4. Procedure enroute dan regulas yang mendukung operasi penerbangan di Papua akan segera dibuat oleh pihak yang berwenang. Diharapkan operator untuk dapat fully complience terhadap regulasi yang telah disepakati. 5. Perlu adanya realisasi dan legalisasi Apron oleh pihak yang berwenang serta menyiapkan personil yang qualified. 6. Kondisi cuaca di Papua yang cenderung cepat berubah, dan infrastruktur penunjang untuk menyediakan informasi cuaca terkini masih kurang dan belum optimal. Diharapkan kepada pihak yang berwenang dalam hal ini BMKG untuk bisa segera menyiapkan infrastruktur beserta personil yang qualified yang cukup dan fast response untuk menunjang update informasi terkini. Infrastruktur yang disiapkan oleh BMKG juga diharapkan bisa menyediakan informasi berupa vertical cloud. Terkait pengamanan terhadap infrastruktur BMKG diharapkan bisa di kordinasikan dengan TNI Papua. 7. Perijinan untuk Flight Aprroval dan Security Clearance masih menjadi penghambat dalam optimalisasi penerbangan di Papua. Diharapkan pihak berwenang untuk bisa mengkordinasikan agar Flight Approval dan Security Clearence bisa di provide dengan mempertimbangkan kebutuhan operasi di Papua. 8. Diperlukan adanya special Approval OPSPEC sesuai dengan kebutuhan operasi di Papua. Kebutuhan operasi di Papua yang cenderung membutuhkan OPSPEC. Combination Cargo dan Passenger. 9. Diperlukan adanya routine evaluation terhadap kelaikan dan kualifikasi personil operator ataupun pengguna RNP Approach oleh Ditjen Perhubungan Udara dan Airnav Indonesia. 10. Diperlukan adanya spesial dangerous good permit untuk OC 91 dan meningkatkan jumlah certified operator untuk dangerous good. Terutama untuk cargo baterai kering dan fuel. 11. Diperlukan regulasi operasi penerbangan khusus wilayah operasi Papua 12. Perlu ditinjau kembali regulasi terkait internal kargo dan external cargo, dan penentuan tarif batas dan batas bawah untuk pengangkutan cargo. 13. Kedisiplinan terhadap internal operator dan kepatuhan terhadap SOP Operator untuk dapat ditingkatkan. 14. Setiap operator diharapkan bisa menyiapkan dan memastikan personil Pilot yang sudah ditraining, qualified, dan di anggap siap untuk operasi penerbangan di Papua. 15. Data Statistic berupa hasil inspeksi ataupun finding Operator yang telah dilaksanakan oleh inspector agar dapat di akses oleh operator dalam rangka meningkatkan keselamatan penerbangan. 16. Perlu adanya inspeksi dan evaluasi routine (Ramp check) terhadap Bandar Udara, landasan, apron, peralatan navigasi, peralatan penunjang bandar udara, ground handling dan personil pelaksana bandar udara. Mendasari dengan tingginya angka kecelakaan penerbangan di wilayah Papua, Direktorat Jenderal Perhubungan Udara telah beberapa kali melaksanakan rapat koordinasi guna peningkatan keselamatan penerbangan di wilayah Papua yang antara lain dilaksanakan pada : - Tanggal 11 November 2016 bertempat di Jakarta; - Tanggal November 2016 bertempat di Sorong; IV - 64 BAB IV ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

116 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN Tanggal Desember 2016 bertempat di Sentani; - Tanggal 4 Januari 2017 bertempat di Jakarta; - Tanggal April 2017 bertempat di Jayapura. Terkait dengan hal ini, didapatkan beberapa rekomendasi yang harus segera ditindaklanjuti sesuai dengan penanggung jawab masing-masing dengan target penyelesaian paling lambat bulan Agustus 2017 sebagai berikut : Tabel 4.24 PROGRAM LANJUTAN UNTUK PENINGKATAN KESELAMATAN PENERBANGAN DI PAPUA (Jayapura, April 2017) No. Rekomendasi Peserta Forum 1 Perlu adanya ketentuan peraturan tentang single engine IFR, GPS Stand Alone dan IFR low altitude untuk penerbangan di Papua 2 Saat ini sedang dikerjakan revisi tentang CASR 91 dan 135 yang berhubungan dengan Single Engine Operation yang inline dengan ICAO ANNEX 6, sampai saat ini sedang dalam proses legalisasi di Bagian Hukum Direktorat Jenderal Perhubungan Udara 3 Mengenai IFR Route sudah dipublish dari Perum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia 4 Mengenai Weather Informasi pihak KNKT dan BMKG sudah bertemu dengan KASAU untuk bekerjasama dan memberi pelatihan kepada Petugas Paskhas yang berada di bandara-bandara Papua terkait weather information, kemudian dari informasi yang dikeluarkan merupakan atas nama BMKG Indonesia 5 Pada saat pagi hari di Wamena, kondisi jaringan internet lemah sehingga penggunaan Radio VHF dan HF khususnya di bandara-bandara kecil sangat membantu 6 Karena keterbatasan jangkauan maka lebih memungkinkan untuk menggunakan HF dibanding VHF. Untuk pengadaan VHF Radio sudah dikomunikasikan dengan Dishub Jayapura 7 Kondisi medan di Papua tidak memungkinkan pemasangan ILS sehingga lebih baik menggunakan RNP approach Penanggung Jawab Tindak Lanjut DKPPU Single Engine sudah diajukan dalam CASR untuk GPS stand alone Target Time Agustus 2017 DKPPU Agustus 2017 DITNAVPEN & AIRNAV Agustus 2017 BMKG Agustus 2017 BANDARA WAMENA & AOC Agustus 2017 DITNAVPEN & AOC Agustus 2017 DITNAVPEN & AIRNAV Agustus 2017 IV - 65 BAB IV ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

117 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN No. Rekomendasi Peserta Forum 8 Mengembangkan ADSB di daerah-daerah Papua, di Timika sudah menggunakan radar monitor, menggabungkan antara Low Altitude IFR dengan penggunaan ADSB. Tidak akan lagi mengembangkan NDB. Membangun 2 (dua) rute di jalurjalur Papua untuk IFR dan VFR, SENTANI- OKSIBIL-DEKAI 9 Menjadikan status penggunaan PBN yang berdasarkan GPS dan satellite agar dapat menjadi legal (menjadi primary) 10 Peningkatan status pelayanan AFIS di Ilaga menjadi tower 11 Penambahan frekuensi radio komunikasi dimana berdasarkan hasil uji coba maka akan digunakan frekuensi 122,25 Mhz 12 AIP Wamena sudah direvisi dengan kondisi aktual di Wamena sudah di publish dan aktif tanggal 27 April Pengadaan windshock di airstrip di Papua sebanyak 342 akan segera direalisasikan dengan anggaran tahun 2017 yang akan didistribusikan melalui Bandar Udara Sentani, Wamena dan Nabire. Untuk pemasangan akan diserahkan kepada operator penerbangan dan penduduk setempat 14 Terkait pelayanan meteorologi pada bandara yang masih sedikit pelayanan meteorologinya akan segera dikoordinasikan dengan BMKG 15 Direktorat Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara akan mempercepat proses penerbitan Special Approval OPSPEC (kombinasi kargo dan penumpang). Adapun progressnya sebagian sudah selesai, sebagian dalam proses dan sebagian lagi belum ada yang mengajukan 16 Implementasi slot time di Bandar Udara Sentani dan Wamena sudah dilakukan revisi dengan komposisi 60 irreguler dan 40 reguler 17 Dalam rangka melakukan pengawasan secara intensif di Papua serta untuk menurunkan angka kecelakaan di Papua, Direktorat Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara menempatkan inspektur di 4 bandara (Sentani, Wamena, Timika dan Nabire) dengan personil sebanyak 2 inspektur di masing-masing bandara dan waktu tugas selama 2 minggu dimulai sejak bulan Januari 2017 Penanggung Jawab DITNAVPEN & AIRNAV DITNAVPEN & AIRNAV DITNAVPEN & AIRNAV DITNAVPEN & AIRNAV DITNAVPEN & AIRNAV Tindak Lanjut Target Time Agustus 2017 Agustus 2017 Agustus 2017 Agustus 2017 Agustus 2017 DBU Agustus 2017 BMKG Agustus 2017 DKPPU Agustus 2017 Bandara Sentani, Bandara Wamena & DITANGUD Agustus 2017 DKUPPU Agustus 2017 IV - 66 BAB IV ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

118 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN No. Rekomendasi Peserta Forum 18 Peningkatan Pengawasan internal pada operator penerbangan di Papua dilakukan dengan menempatkan key person di daerah operasinya secara bergilir 19 Operator harus meningkatkan kedisiplinan bagi flight crew, ground crew, untuk menurunkan tingkat incident dan accident yang disebabkan oleh human factor 20 Sebagian besar bandara-bandara di Indonesia belum memiliki Airport Planning Manual (APM). Seharusnya dari masing-masing operator penerbangan 21 Diharapkan agar terpasangnya satellite tracking pada pesawat-pesawat di Papua sehingga posisi pesawat dapat terus dipantau 22 Perusahaan ATR akan membantu proses pemasangan PBN pada 2 bandara di Papua 23 Kendala di Papua dalam hal pengangkutan bahan bakar Gasoline 60 liter dari hasil forum diskusi ini akan diajukan diferensial dengan annex Pengangkutan 200 liter gasoline akan dibuat aturan khusus dan diharapkan dapat diajukan diferences ke ICAO 25 Untuk airlines yang belum mempunyai izin DG (pengangkutan senjata) harus segera diurus perizinannya 26 Agar izin dalam pengangkutan DG di daerah Papua terutama yang terbang ke daerah terpencil dapat langsung mendapatkan izin membawa DG (tidak perlu masing-masing airline mengajukan izin khusus) 27 Agar dapat dimintakan kepada ICAO dan IATA soal country variation dalam pengangkutan DG dengan standard tertentu 28 Banyak ditemukan pada saat ramp check operator yang mengangkut cargo tanpa memiliki Cargo Handling Manual dan DG Handling Manual Penanggung Jawab Tindak Lanjut Target Time AOC Agustus 2017 AOC Agustus 2017 AOC Agustus 2017 AOC Agustus 2017 DITNAVPEN Agustus 2017 DITKAMPEN Agustus 2017 DITKAMPEN Agustus 2017 AOC Agustus 2017 DITKAMPEN Agustus 2017 DITKAMPEN Agustus 2017 DKPPU & AOC Agustus 2017 Beberapa kegiatan yang telah dilakukan dalam rangka peningkatan keselamatan penerbangan di wilayah Papua sebagai berikut : 1. Pengembangan Bandar Udara di Papua; Peningkatan keselamatan penerbangan di wilayah Papua antara lain dilakukan melalui kegiatan Pembangunan, Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana Bandar Udara pada bandar udara di Wilayah Papua yang sebagian besar berada pada daerah pegunungan. Pengembangan bandar udara UPBU di wilayah Papua tahun antara lain dilakukan melalui kegiatan perpanjangan IV - 67 BAB IV ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

119 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN runway, pembuatan apron, taxiway dan perbaikan permukaan runway pada Bandar Udara Illaga, Bandar Udara Oksibil, Bandar Udara Tanah Merah, Bandar Udara Ewer, Bandar Udara Raja Ampat, Bandar Udara Elelim, dan Bandar Udara Bilorai. 2. Peningkatan Pelayanan Navigasi Penerbangan di Papua; Seringnya terjadi kecelakaan di Papua salah satunya disebabkan oleh minimnya tingkat pelayanan navigasi di Papua, keadaan topografi yang variatif dan meteorologi yang sangat cepat berubah dan labil. Sehingga peralatan konvensional tidak bisa digunakan dan juga mengakibatkan biaya kalibrasi menjadi sangat tinggi. Gambar 4.10 Kontur Bandar Udara di Pulau Papua Gambar 4.11 Bandar Udara di Pulau Papua dan Navaid Gambar 4.12 Kontur Wamena dan Alternatif VOR Wamena IV - 68 BAB IV ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

120 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN Penyelesaian : Pengunaan atau penerapan teknologi satelit (dapat mengatasi permasalahan meteorologi dan topografi) dengan menggunakan GNSS dan Surveillance Convensional (ADS B / C dan CPDLC). Hal-hal yang dilakukan : - Training penerbangan baik di simulator atau di lapangan; - Informasi yang tepat terhadap end user. Kebijakan Peningkatan Keselamatan di Wilayah Papua Peningkatan pelayanan navigasi penerbangan di wilayah Papua dengan melakukan langkah-langkah sebagai berikut : - Pembuatan prosedur penerbangan PBN (Performance Based Navigation) di Papua; - Melakukan reorganisasi dan penyempurnaan pengoperasian Flight Information Service dan Flight Service Station (FSS); - Melakukan peremajaan fasilitas telekomunikasi penerbangan; - Menerapkan pengoperasian ADS-B di bawah Flight Level 290 (F290); - Melengkapi stasiun meteorologi penerbangan di semua aerodrome sesuai dengan kualifikasi atau dapat menjangkau semua aerodrome sesuai kebutuhan informasi penerbangan secara akurat dan cepat. 20 PBN Procedure Designers (DNP+AirNav); PBN Tools: PANADES 4 licenses and GeoTitan 1 license; RAIM Services; GNSS (GPS) on board. Dalam meningkatkan Keselamatan Penerbangan di papua membutuhkan : PBN electronic Terrain and Obstacle Data ATM centralized flight planning, ATS remote services, AWOS (all weather observation system) ADS-B (in) Broadcast: Flight Info, Traffic Info, Weather Info.. Capacity Building ATC, Pilot, regulator Supported Regulation Aircraft Ops, Air Traffic Services Tabel 4.25 Roadmap PBN di Papua Program Implement PBN PBN for arrival, departure and non precision approach Continuation PBN Program & Expand for ATS Route Connecting Route: Between Hub and Spoke Between Spoke and Spoke ATM & Avionic Upgrade GNSS Moving map Centralized FPL ATS Remote system ADS-B (in) - TIS-B - FIS-B IV - 69 BAB IV ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

121 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN Program CNS Installation Expand Communicati on coverage GBAS/SBAS ADS-B Gnd Station AIS & MET Remote Weather Information Update AIP Vol IV Electronic Terrain & Obstacle Data Expand updating AIP data Base Published AIP Vol - V Expand Remote Weather Information Electronic Terrain & Obstacle Data Tabel 4.26 List of PBN Procedures Papua AKIMUGA, Mimika ELELIM KEPI NUMFOR, Biak AYAWASI ENAROTALI KIMAM SEGUN BADE EWER KOKONAO SENGGEH BATOM ILLAGA MANGELUM SENGGO, Mapi BINTUNI INANWATAN MANOKWARI TANAH MERAH BILORAI KAIMANA MARARENA,Sarmi TEMINABUAN BOKONDINI KARUBAGA MARINDA, Waisai TOREA BOMAKIA KAMBUAYA MERDEY, Manokwari DABRA KAMUR, Asmat MINDIPTANAH DEKAI KEBAR MULIA NABIRE WASIOR OKSIBIL WAGHETE WERUR, Manokwari SERUI PEMBANGUNAN PERHUBUNGAN UDARA DI KAWASAN PERBATASAN DAN RAWAN BENCANA TAHUN Kondisi Umum Konflik yang terjadi dengan negara tetangga mengenai perebutan suatu pulau maupun batas wilayah telah memberikan arti yang lebih penting untuk sebuah bandar udara. Hilangnya kepemilikan Indonesia atas Pulau Sipadan dan Pulau Ligitan dalam peradilan internasional telah memberikan sinyal bahwa wilayah perbatasan harus dikelola dengan lebih baik dan lebih terencana serta dibangun lebih cepat. Dan dalam rangka mempercepat pembangunan di wilayah perbatasan ini diperlukan peningkatan aksesibilitas yang juga mencakup angkutan udara. Sehingga bandar udara bandar udara yang berada di wilayah perbatasan perlu mendapat perhatian khusus dan perlu ditingkatkan kapasitasnya. Karena itulah, bandar udara bandar udara di sepanjang wilayah perbatasan harus mampu melayani pesawat sekelas Hercules C-130 dan/atau CN-295 untuk mendukung kegiatan militer. IV - 70 BAB IV ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

122 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN Transportasi udara di daerah perbatasan bersifat promoting function dengan pendekatan penawaran (supply approach) berdasarkan tingkat kepentingan, yaitu untuk mempertahankan kedaulatan NKRI, mengembangkan potensi ekonomi dan sosial budaya dalam rangka mempertahankan jati diri bangsa. Berdasarkan Undang undang No. 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan, sebagai negara berdaulat, Republik Indonesia memiliki kedaulatan penuh dan utuh di wilayah udara Republik Indonesia. Hal ini sesuai dengan ketentuan Konvensi Chicago 1944 tentang Penerbangan Sipil Internasional dan Konvensi Hukum Laut Internasional Tahun 1982 yang telah diratifikasi dengan UU Nomor 17 Tahun 1985 Tentang Pengesahan United Nations Convention on the Law of the Sea. Merupakan kewenangan dan tanggung jawab negara Republik Indonesia untuk mengatur penggunaan wilayah udara yang merupakan bagian dari wilayah Indonesia. Dalam rangka penyelenggaraan kedaulatan negara atas wilayah udara NKRI, Pemerintah melaksanakan wewenang dan tanggung jawab pengaturan ruang udara untuk kepentingan penerbangan, perekonomian nasional, pertahanan dan keamanan negara, sosial budaya, serta lingkungan udara. Wilayah udara yang berupa ruang udara di atas wilayah daratan dan perairan Republik Indonesia merupakan kekayaan nasional sehingga harus dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi kepentinganrakyat, bangsa, dan negara. Daerah perbatasan adalah wilayah daratan/ laut tertentu yang ditetapkan sebagai batas wilayah kedaulatan negara Republik Indonesia dengan negara tetangganya. Bandar udara di daerah perbatasan negara adalah bandar udara yang terletak pada atau dekat dengan garis perbatasan negara untuk perbatasan darat dengan negara tetangga dan bandar udara yang terletak di suatu pulau terluar yang berbatasan laut dengan negara tetangga. Daerah rawan bencana adalah wilayah atau daerah yang sudah terjadi atau kemungkinan akan terjadi akibat gempa bumi (tektonik atau Vulkanik) termasuk didalamnya tsunami.bandar udara di daerah rawan bencana adalah bandar udara yang terletak pada daerah yang rawan terhadap terjadinya gempa bumi yang menyebabkan keruntuhan maupun gelombang tsunami di daerah pesisir. Hasil evaluasi intensitas gempa bumi yang dilakukan oleh U.S. Coast and Geodetic Survey di wilayah Indonesia menunjukkan adanya jalur gempa akibat tumbukan dan patahan lempeng dengan intensitas gempa bumi yang ditunjukkan dengan besarnya skala akselerasi (cm/det2) atau dalam skala gravity fraction (g), dibagi menjadi 6 (enam) wilayah yaitu : 1. Wilayah-1 : gravity fraction = 0.03 g 2. Wilayah-2 : gravity fraction = 0.10 g 3. Wilayah-3 : gravity fraction = 0.15 g 4. Wilayah-4 : gravity fraction = 0.20 g 5. Wilayah-5 : gravity fraction = 0.25 g 6. Wilayah-6 : gravity fraction = 0.30 g Gempa bumi adalah getaran (goncangan) yang terjadi karena pergerakan (bergesernya) lapisan batu bumi yang berasal dari dasar atau bawah permukaan bumi dan juga bisa karena adanya letusan gunung berapi. Gempa bumi sering terjadi di daerah yang berada dekat dengan gunung berapi dan juga di daerah yang dikelilingi lautan luas. Faktor-faktor penyebab gempa bumi: 1. Disebabkan karena bergeser dan terpisahnya lapisan-lapisan/ lempeng/ patahan yang terdapat dalam kerak bumi (tektonik) antara lain: lempeng Eurasia dan Australia, Lempeng Philiphina dan pasifik, Laut Celebes, laut Molusca, laut Seram, Laut banda dan Sebelah Utara Pulau Irian. IV - 71 BAB IV ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

123 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN Adanya letusan gunung berapi yang sangat dasyat (Vulkanik). Letusan yang dasyat tersebut juga selain menyebabkan goncangan yang kuat juga sering menyebabkan adanya gelombang ombak yang sangat tinggi di lautan yang terkenal dengan nama tsunami. Antara lain bagian barat Pulau Sumatera, bagian selatan Pulau jawa, Provinsi Bali, NTB, NTT, Maluku Utara, dan Sulawesi Utara. Indonesia adalah negara kepulauan dan dikenal sebagai negara yang mempunyai gunung aktif sebnyak 129 buah (13% dari jumlah gunung api aktif di dunia) yang berderet pada jalur tektonik sepanjang 7000 km, mulai dari Pulau Sumatera, Pulau jawa, kepulauan Nusa Tenggara, Banda, sulawesi dan halmahera. Sepuluh persen dari penduduk Indonesia bermukim di kawasan gunung api, yang dapat merasakan secara langsung dampak positif maupun negatifnya Sasaran Sasaran pembangunan transportasi udara di daerah perbatasan dan rawan bencana tahun adalah untuk memperlancar distribusi barang dan jasa serta mobilitas penduduk dalam rangka mengurangi disparitas antar daerah, meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mendukung misi kemanusiaan penanganan wilayah yang terkena bencana alam. Sasaran tersebut difokuskan kepada : 1. Tersedianya prasarana dan sarana perhubungan udara dengan kapasitas dan kualitas pelayanan memadai; 2. Terjangkaunya pelayanan perhubungan udara ke wilayah perbatasan dan rawan bencana; 3. Terjaminnya keselamatan dan keamanan dalam pelayanan jasa perhubungan udara; 4. Meningkatnya aksebilitas angkutan udara di daerah terpencil, pulau-pulau kecil dan daerah perbatasan negara Strategi Kebijakan pembangunan transportasi udara di daerah perbatasan dan rawan bencana difokuskan pada: 1. Pembangunan dan pengembangan bandar udara di perbatasan negara, daerah lokasi bencana dan daerah rawan bencana dengan klasifikasi landas pacu 3C untuk dapat melayani pesawat Hercules C-130 dan pesawat berpenumpang 50 orang 2. Bandar udaraharus tersedia sarana dan prasarana penunjang bandar udara sehingga mampu mengelola dan mengendalikan ataupun mampu melayani operasi penerbangan. 3. Memberikan kompensasi subsidi operasi dan subsidi angkutan BBM pada operator pelaksanaan angkutan udara perintis. 4. Memberikan kemudahan berupa ijin penerbangan lintas batas kepada operator pelaksana angkutan udara di wilayah perbatasan meliputi pelaksanaan hak kebebasan ke-5, kebebasan dalam penentuan frekuensi. 5. Meningkatkan kemampuan manajemen penanggulangan bencana dengan melakukan perencanaan dan pengelolaan bandar udara-bandar udara yang berada di daerah rawan bencana Program Pembangunan Penggunaan pesawat Fokker-27 oleh TNI Angkatan Udara akan dikurangi pengoperasiannya secara bertahap dan diganti dengan pesawat angkut generasi terbaru yaitu pesawat CN-295. Pesawat ini akan ditugaskan dalam berbagai misi seperti operasi militer, dropping logistik, bantuan kemanusiaan, maupun misi evakuasi medis. Oleh karena itu pembangunan dan pengembangan bandar udara di daerah perbatasan untuk melaksanakan pengamanan wilayah (baik secara security approach maupun prosperity approach) serta daerah lokasi bencana dan rawan bencana dibuat program pembangunan dan pengembangan bandar udara untuk didarati pesawat sekelas Hercules IV - 72 BAB IV ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

124 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN C-130 dan/atau CN-295 pada lokasi yang sudah ada atau belum ada bandar udara. Pelaksanaannya dilakukan secara bertahap dengan prioritas berdasarkan kebutuhan di lapangan dan ketersediaan dana. Kebijakan Pengembangan Bandara di Daerah Perbatasan : 1. Bandara harus dapat mendukung keamanan wilayah dan mampu melayani pesawat berpenumpang 50 orang dengan pesawat hercules C Tersedia sarana dan prasarana penunjang bandara sehingga mampu mengelola/mengendalikan/melayani operasi penerbangan. 3. Bandar udara di daerah perbatasan dibangun atau dikembangkan dengan klasifikasi landasan 3C. 4. Bandara pada daerah perbatasan, Pemerintah memberikan : 1) Kompensasi subsidi operasi ; 2) Subsidi angkutan BBM pada operator angkutan udara perintis; 3) Kemudahan berupa ijin penerbangan lintas batas; 4) Hak kebebasan dalam menentukan frekuensi penerbangan. Usulan prioritas pengembangan bandar udara di daerah perbatasan dengan mempertimbangkan : 1. Daerah tersebut mempunyai potensi konflik sosial; 2. Daerah tersebut rawan untuk penyelundupan (orang, barang dan hewan); 3. Daerah tersebut merupakan daerah tertinggal; 4. Daerah tersebut merupakan daerah terisolasi; 5. Mempunyai potensi ekonomi wilayah; 6. Jumlah penduduk di hinterlandnya cukup besar. Usulan prioritas pengembangan bandar udara di daerah rawan bencana dengan mempertimbangkan : 1. Berada pada daerah yang pernah terjadi bencana; 2. Berada pada daerah rawan bencana; 3. Jumlah penduduk yang menjadi hinterlandnya cukup besar; 4. Keterbatasan akssibilitas (darat/laut;) 5. Mempunyai potensi ekonomi wilayah cukup besar; 6. Merupakan daerah tertinggal dan terisolasi; 7. Kondisi fasilitas bandar udara yang sangat terbatas; 8. Mempunyai panjang landasan kurang dari 1600 m; 9. Dimungkinkan bandar udara tersebut dapat dikembangkan. Adapun kriteria pengembangan/pembangunanbandar udara didaerah perbatasan berdasarkan PM 69 Tahun 2013 adalah sebagai berikut : 1. Perbatasan wilayah darat : a. Berada didaerah perbatasan antar negara; b. Daerah perbatasan yang berpotensi konflik sosial; c. Wilayah yang merupakan jalur rawan penyelundupan (barang, orang dan hewan); d. Ditetapkan oleh BNPP (Badan Nasional Pengelola Perbatasan). 2. Merupakan pulau-pulau kecil terluar : a. Wilayah yang merupakan jalur rawan penyelundupan (barang, orang dan hewan); b. Ditetapkan oleh BNPP (Badan Nasional Pengelola Perbatasan); c. Wilayah rawan terhadap pencurian sumber daya alam. IV - 73 BAB IV ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

125 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN Berdasarkan Rancangan Rencana Induk Pengelolaan Perbatasan Negara Tahun , telah ditetapkan 13 Provinsi, 41 Kab/Kota dan 187 Lokasi Prioritas (Lokpri) yang merupakan lokasi cakupan pengelolaan kawasan perbatasan tahun Dari 13 Provinsi tersebut telah diidentifikasi 39 bandar udara di 129 Lokasi Prioritas dan 30 bandar udara di 20 PKSN (daftar terlampir, temasuk di dalamnya 22 bandar udara yang telah tercantum dalam PM 69 Tahun 2013). Kebijakan mengenai bandar udara di daerah perbatasan dan rawan bencana juga telah diatur dalam PM 69 Tahun 2013 tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional dimana terdapat 18 bandar udara di daerah perbatasan, 53 bandar udara di daerah rawan bencana, dan 12 bandar udara di daerah perbatasan dan rawan bencana. Sesuai Instruksi Menteri Perhubungan IM 5 Tahun 2015 tentang Fokus Program dan Kegiatan dalam Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Perhubungan Tahun Dalam IM 5 Tahun 2015 butir g point 2, menyebutkan bahwa Bandar udara baru hanya dibangun dengan APBN di daerah terjauh, terluar, terdalam, perbatasan dan rawan bencana. Tabel 4.27 Pembangunan/Pengembangan Bandar Udara Di Daerah Perbatasan Dan Rawan Bencana (Target RPJMN Tahun ) NO BANDAR UDARA 1 Maimun Saleh Sabang* 2 Lasikin - Sinabang* 3 Teuku Cut Ali Tapak Tuan 4 Rembele - Takengon 5 Gayo Lues 6 Lasondre Pulau-Pulau Batu* 7 Letung - Anambas* 8 Bandar Udara Tambelan - Kepri* 9 Rokot Sipora* 10 Raja Haji Abdullah - Tj Balai Karimun* 11 Depati Parbo - Kerinci 12 Muko-Muko 13 Enggano - Bengkulu* 14 Bawean - Gresik 15 Trunojoyo - Sumenep 16 Haliwen - Atambua* 17 Kabir - Alor* 18 David Constantijn Saudale - Rote* 19 Long Ampung* 20 Yuvai Semaring - Long Bawang* 21 Data Dawai* 22 Maratua - Kaltim* 23 Miangas - Sulut* 24 Moa Maluku* 25 Mopah- Merauke* Sumber : Subdit.Prasarana Bandar Udara, DBU Keterangan : * 18 Bandar Udara Di Daerah Perbatasan (Peraturan BNPP/PM 69 Tahun 2013) Training GARD ( Get Airport Ready for Disaster) Bandar Udara memiliki peran penting pada saat kejadian bencana karenabandar udara merupakan elemen penting dalam supply chain (pendistribusian bantuan logistik) sehingga bandar udara perlu dilibatkan dalam program pengurangan resiko bencana. Memperhatikan kondisi tersebut dimana bandar udara merupakan titik transit dengan jumlah arus masuk dan keluar personel yang besar, IV - 74 BAB IV ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

126 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN maka pengelola bandar udara harus memperhatikan fasilitas seperti terminal, area pelayanan personel, akomodasi, pasokan makanan, air dan tenaga listrik. Serta memperhatikan alur proses bila terdapat bantuan dari luar negeri, dalam hal ini bagaimana menangani proses imigrasi, admin, pendaftaran dan evakuasi. Training Get Airport Ready for Disaster (GARD) hadir sebagai program pelatihan untukmanajemen bandar udara dan pegawai penerbangan sipil, kerjasama antara Deutsche Post DHL, United Nations Development Programme (UNDP), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), serta Direktorat Bandar Udara Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan. Tujuan program GARD iniantara lain: 1. Mengevaluasi kemampuanbandar udara dari perspektif penanggulangan bencana alam, misalnyabanjir, gempabumi, topan, dll; 2. Menyiapkan rencana tindakan untuk menangani padatnya traffic penerbangan pada saat terjadi bencana; 3. Mengetahui contact person yang relevan dihubungi pada saat terjadi bencana. Sejak tahun 2010 Direktorat Jenderal Perhubungan Udara bekerjasama dengan UNDP (United Nation Development Programme) dan Deutch PostDHL in Bonn melakukan training /workshop mengenai Disaster Management yang disebut Get Airport Ready For Disaster (GARD).Training GARD telah dilaksanakan di lokasi sebagai berikut : 1. Tahun 2010 di Palu; 2. Tahun 2011 di Kupang dan Bali; 3. Tahun 2012 di Medan, Aceh dan Bengkulu; 4. Tahun 2013 di Padang. Dalam training GARD ini, para peserta yang terdiri dari personel bandar udara, petugas kantor imigrasi, perwakilan dari militer diajak untuk terlibat dalam penyusunan laporan assessment. Laporan assessment bandar udara tersebut memberikan tuntunan untuk melakukan analisis terhadap kapasitas bandar udara guna mengurangi faktor penghambat dan memberikan alternatif penggunaan fasilitas di dan sekitar bandar udara sehingga meminimalisir kendala-kendala yang dapat terjadi. Pada tahun training GARD direncanakan dapat dilaksanakan setiap tahun di beberapa lokasi yang ditentukan dan dilaksanakan /dilatih oleh Personil Direktorat Bandara tanpa bantuan Deutsche Post dan UNDP. Dalam mendukung kegiatan GARD dan mendukung penanganan bencana jika terjadi bencana alam, Ditjen Perhubungan Udara telah melakukan pengadaan peralatan Air Traffic Control Tower (Mobile Tower Set) pada tahun 2011, AFL mobile tahun 2012, emergency ground communication pada tahun 2012, NDB portable pada tahun 2013 dan water treatment mobile, x-ray portable dan genset portable PERENCANAAN DAN PROGRAM ADAPTASI SERTA MITIGASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DAN PENURUNAN EMISI GASRUMAH KACA PADA SUB SEKTOR TRANSPORTASI UDARA Rencana Aksi Nasional-Adaptasi Perubahan Iklim (RAN-API) Seperti telah diketahui, perubahan iklim mengakibatkan perubahan pola curah hujan, kenaikan tinggi muka laut, serta kejadian cuaca ekstrem, yang berdampak pada kualitas pelayanan infrastruktur nasional. Untuk mendukung bidang ketahanan sistem kehidupan yang berkelanjutan dan tahan terhadap perubahan iklim, sasaran utama pada bidang infrastruktur adalah peningkatan cakupan pelayanan dan penguatan sistem infrastruktur yang handal dan berkualitas dalam menghadapi dampak perubahan iklim. Sasaran utama tersebut dapat dicapai melalui beberapa sasaran antara sebagai berikut: IV - 75 BAB IV ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

127 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN Pengembangan konsep ketahanan infrastruktur yang adaptif terhadap perubahan iklim; 2. Pengembangan prasarana yang adaptif terhadap perubahan iklim; 3. Penyediaan dan penyesuaian infrastruktur yang berdampak langsung pada kesehatan masyarakat yang memiliki tingkat aksesabilitas tinggi khususnya bagi kelompok masyarakat yang rentan dan tangguh terhadap perubahan iklim; 4. Pengelolaan tata letak infrastrukur yang terintegrasi dengan penataan ruang dalam pembangunan Berkelanjutan. Dampak perubahan iklim pada infrastruktur memberi pengaruh siginifikan pada keberlanjutan aktivitas masyarakat khususnya soial dan ekonomi. Infrastruktur yang ada saat ini, khususnya di wilayah perkotaan maupun wilayah khusus seperti pulau-pulau kecil dan pesisir pada umumnya belum dibangun dengan pertimbangan perubahan iklim dan proyeksi dampak yang mungkin terjadi. Sementara untuk perencanaan infrastruktur baru harus mempertimbangkan proyeksi dampak perubahan iklim yang akan terjadi. Maka, perlu ada arahan pelaksanaan dalam bentuk program aksi adaptasi sub bidang infrastruktur yang tangguh terhadap perubahan iklim. Strategi utama yang perlu dilakukan untuk sub bidang infrastruktur, yaitu : 1. Penyesuaian baik dari struktur, komponen, desain maupun lokasi infrastruktur yang tangguh terhadap perubahan iklim; 2. Perbaikan infrastruktur eksisting yang rentan terhadap perubahan iklim baik dari segi struktur, fungsi maupun lokasinya; 3. Fasilitasi aktivitas kajian dan penelitian mengenai konsep ketahanan infrastruktur terhadap perubahan iklim. Klaster (Program Utama) Pengurangan Risiko Terganggunya Fungsi Aksesibilitas Transportasi pada Jalan, Jembatan, Perkeretaapian, Pelabuhan dan Bandara Akibat Dampak Perubahan Iklim. Rencana aksi pada klaster ini diarahkan pada pengurangan risiko terganggunya fungsi aksesibilitas pada jalan dan jembatan akibat dampak perubahan iklim, perencanaan, Manajemen dan Sistem operasi transportasi darat, pengelolaan perkeretaapian, pengelolaan transportasi laut dan pengelolaan transportasi udara yang memperhatikan dampak perubahan iklim. Rencana aksi yang terkait pengelolaan transportasi udara yang memperhatikan dampak perubahan iklim adalah sebagai berikut : 1. Melakukan penyesuaian kebutuhan panjang runway sesuai dengan tipe pesawat yang digunakan; 2. Penyusunan standar desain bandara; 3. Penggunaan perkerasan landasan yang lebih tahan terhadap suhu yang tinggi; 4. Penentuan zoning-zoning di lingkungan bandara yang disesuaikan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah setempat; 5. Perencanaan pembangunan bandara melalui kajian lingkungan secara komprehensif dan ramah lingkungan serta meningkatkan elevasi di sisi muka runway; 6. Peningkatan teknologi sistem informasi bagi penundaan/ pembatalan penerbangan; 7. Perkuatan prasarana di bandara dan perlindungan terhadap sarana bandara; 8. Peningkatan kemampuan SDM dalam menghadapi kejadian darurat termasuk evakuasi kecelakaan; 9. Pelaksanaan Program Eco Airport; 10. Penggunaan sumber energi terbarukan untuk bandara seperti angin, air, dan surya; 11. Peningkatan sistem Navigasi Penerbangan untuk mengurangi kepadatan air flow. IV - 76 BAB IV ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

128 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Bidang Transportasi Udara Tahun Penyusunan Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAN-GRK) Bidang Transportasi Udara Tahun merupakan tindaklanjut atas komitmen Pemerintah RI untuk berpartisipasi aktif serta berkontribusi dalam penanggulangan perubahan iklim dan emisi gas rumah kaca yang dicanangkan pertama kali oleh Presiden RI pada Konferensi Internasional G-20 tahun 2009 di Pittsburgh, Amerika Serikat, dan disampaikan kembali pada United Nation Framework Climate Change Conference (UNFCCC) Cope Of Parties (COP)-15 tahun 2009 di Kopenhagen - Denmark, dalam hal ini Indonesia berkomitmen menurunkan emisi GRK sebesar 26% pada tahun 2020 dengan usaha sendiri atas basis emisi tahun Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Republik Indonesia telah menyampaikan komitmen Rencana Aksi Nasional untuk penurunan emisi GRK pada ICAO Asssembly 37 tahun 2010 di Montreal - Canada dalam bentuk dokumen Indonesia Action Plan on Aviation and Climate Change, dan disusul dengan pengiriman State Action Plans pada bulan Juni 2012, dimana Indonesia termasuk 3 negara anggota pertama pada regional Asia Pasifik yang memenuhi kewajiban sesuai tenggat waktu dari ICAO. Roadmap RAN-GRK Bidang Transportasi Tahun telah dipublikasikan pada forum sosialisasi, Forum Group Discussion (FGD), seminar tingkat nasional maupun internasional selama periode tahun antaralain pada ICAO Assistance for Action Aviation and Climate Change Seminar yang diselenggarakan di Montreal Oktober 2012 dan Pada bulan Juli tahun 2013 telah diselenggarakan conference The Int l Green Aviation Initiatives for Sustainable Development of Air Transportation, yang dihadiri oleh stakeholder di bidang penerbangan dengan beberapa pembicara dari International Civil Aviation Organization ICAO, FAA USA, IATA, Airport Council International, SENASA/OBSA Spain, Boeing Company, Universitas Indonesia, Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral, Garuda Indonesia,Pertamina, dan PT. Angkasa Pura. Peraturan Presiden No.61 tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca merupakan salah satu langkah aksi kebijakan dan payung hukum bagi pelaksanaan komitmen Republik Indonesia dalam usaha penurunan emisi GRK sebesar 26% pada tahun 2020, hal ini dirumuskan ditingkat Kementerian Perhubungan dengan menerbitkan Keputusan Menteri Perhubungan No. 909 tahun 2011 tentang Pembentukan Kelompok Kerja Pelaksanaan RAN-GRK Terhadap Perubahan Iklim Pada Sektor Transportasi di Lingkungan Kementerian Perhubungan Tahun Berdasarkan hasil kerja pokja tersebut telah ditetapkan Keputusan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor : KP. 201 Tahun 2013 Tentang Penetapan Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Sektor Perhubungan (RAN-GRK Perhubungan) dan Inventarisasi GRK Sektor Perhubungan Tahun 2010 Sampai dengan Tahun Rencana Aksi Nasional Direktorat Jenderal Perhubungan Udara telah menyampaikan komitmen untuk berpartisipasi aktif dan berkontribusi dalam penurunan emisi karbon penerbangan internasional maupun domestik secara berkelanjutan dalam bentuk INDONESIA ACTION PLAN ON AVIATION AND CLIMATE CHANGE, meliputi: 1. Peremajaan Armada Angkutan Udara Pelaksanaan peremajaan armada pesawat udara telah dimulai sejak 2012 sampai 2017, dengan asumsi bahwa penurunan armada pesawat udara dengan teknologi terdahulu adalah 10% selama , dan 15% selama periode , sehingga pada tahun 2018 dapat IV - 77 BAB IV ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

129 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN dianggap bahwa total armada pesawat udara dengan teknologi baru telah menggantikan armada pesawat udara dengan teknologi terdahulu dimana armada pesawat udara dengan teknologi baru yang membakar lebih sedikit bahan bakar telah mencapai 80%. Salah satu upaya untuk mengurangi emisi karbon dan biaya pemeliharaan, beberapa maskapai nasional telah memperbaharui armada mereka dengan jenis terbaru. Sesuai dengan data Dirjen Perhubungan Udara telah terdaftar sekitar 150 pesawat udara per tahun ( ) di mana 40-50% adalah merek pesawat baru. Hal tersebut sejalan dengan PM No.7 tahun 2016 yang mensyaratkan batasan usia minimum pesawat udara yang beroperasi dan usia maksimal beroperasi di wilayah Republik Indonesia 2. Perbaikan operasional dan pemeliharaan pesawat udara. Tindakan ini bertujuan untuk peningkatan prosedur operasional dan perawatan pesawat untuk kategori pesawat udara transport. Tujuan utamanya adalah untuk penghematan bahan bakar dan suku cadang. Mengenai pelaksanaan kegiatan tersebut, inisiatif awalnya diusulkan oleh operator udara yang sudah familiar dengan prosedur operasional mereka sendiri. Dua pesawat udara (Garuda Indonesia dan Indonesia Air Asia) aktif terlibat untuk meningkatkan prosedur operasional mereka. a. Beberapa contoh prosedur ditingkatkan untuk dilaksanakan adalah sebagai berikut: Menggunakan satu engine saat taxy-in; b. Memanfaatkan bandara alternatif yang terdekat; c. Continous Descent Arrivaln mendarat); d. Menggunakan satu engine saat taxy-out; e. Optimalisasi titik pusat gravitasi pada pesawat udara; f. Optimalisasi penggunaan GPU (Ground Power Unit); 3. Penggunaan BBM Alternatif (bio-fuel) untuk pesawat udara (dimulai tahun 2018) dan GSE (15% dimulai tahun 2015). Pemanfaatan bahan bakar bio-jet telah diamanatkan melalui Keputusan No. 25 Tahun 2013 Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral yang diawali dengan bauran sebesar 2% pada 2016, 3% pada 2018 dan 5% pada Pada akhir 2013, beberapa kegiatan telah dilakukan untuk mendukung penggunaan bahan bakar bio-jet. Hal tersebut diawali dengan disetujuinya nota kesepahaman antara Kementerian Perhubungan dan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral pada akhir 2013 dan dilanjutkan dengan pembentukan Aviation Biofuels dan Energi Terbarukan Task Force pada pertengahan 2014 yang diharapkan dapat memperkuat implementasi dari kegiatan tersebut. Mengenai upaya industriliasasi, perusahaan minyak nasional bersama-sama dengan mitra mereka telah melakukan studi rinci kelayakan tentang produksi bahan bakar bio-jet yang telah selesai pada awal tahun 2015 dan tahap selanjutnya bergerak untuk melakukan rekayasa desain dan rekayasa konstruksi pengadaan. Bahan bakar bio-jet produksi diharapkan akan dimulai pada akhir 2018 dengan investasi USD dan kapasitas produksi kl / tahun. Dalam rangka untuk memastikan fasilitas hilir dan produksi dapat berjalan sesuai jadwal, industri minyak mengharapkan adanya beberapa insentif dan kebijakan khusus dari segi harga bahan baku. IV - 78 BAB IV ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

130 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN Adanya tekanan dari sejumlah organisasi masyarakat madani (civil society organization) yang bergerak di isu lingkungan hidup kepada ICAO terkait pemanfaatan palm oil sebagai alternative aviation bio-fuel (Disampaikan pada The Second ICAO Conference on Aviation and Alternative Fuels di Mexico City, tanggal Oktober 2017). Diharapkan upaya tersebut dapat mengurangi emisi di tahun Energi terbarukan (solar-cell, angin-hybrid, berbasis air) untuk fasilitas bandara (mulai 2015). Penggunaan energi terbarukan di bandara ini telah meningkat secara signifikan dari tahun 2011 sampai dengan Sistem sel surya telah dipasang di 39 bandara di Indonesia, yang hampir mendekati target nasional untuk memasang solar-cell di 50 bandara sampai Terdapat 34 bandara yang dioperasikan oleh Departemen Perhubungan dan 5 bandara yang dioperasikan oleh operator bandara di bawah pengelolaan Kementerian Badan Usaha milik Negara yang sudah terpasang dengan solar-sel. Pemerintah Indonesia masih dalam tahap pengembangan untuk melaksanakan pemanfaatan energi angin dan hidro untuk menghasilkan energi terbaharukan di 5 bandara internasional dan 5 bandara domestik. 5. Meningkatkan sistem manajemen udara melalui PBN (Star-SID, RNP-10, RNP-5, R-Nav-App). Kegiatan tersebut digunakan untuk meningkatkan efisiensi sistem dan prosedur pelayanan navigasi dengan menerapkan teknologi berbasis PBN dan pada saat yang sama untuk dimulianya penggunaan teknologi pesawat generasi baru. Beberapa inisiatif kegiatan telah dilakukan sejak 2011 sampai sekarang dan masih berlanjut hingga Pelaksanaan Prosedur pesawat keberangkatan langsung udara ke ketinggian jelajah dan prosedur kedatangan untuk terbang langsung ke ketinggian tertentu telah dimulai sejak di 9 bandara internasional. Dan pada tahun 2016, diharapkan 20 bandara selanutnya akan menerapkan prosedur ini. Modernisasi rute ATS berdasarkan fasilitas navigasi darat menjadi navigasi berbasis kinerja telah dimulai sejak 2012 dan diharapkan akan dilaksanakan pada tahun Selain itu, pembuatan rute langsung untuk penerbangan domestik dan internasional untuk mengurangi jarak penerbangan tersebut akan selesai Eco-bandara implementasi terus menerus. Program Eco-bandara yang meliputi tiga hal utama yang akan dilakukan. Pemanfaatan energi terbarukan, penggunaan light emitting diode (LED) dan Program penghijauan merupakan tiga fokus utama kegiatan tersebut. Pemanfaatan energi terbarukan di bandara telah dilaksanakan di 34 bandara sampai Pemasangan sel surya ini telah menghasilkan sekitar 1,5 juta kwh listrik tenaga hingga Mei Sementara itu terdapat proyek terbaru yang menyangkut penggunaan pembangkit listrik tenaga surya dan akan terbangun empat bandara di Indonesia timur (Labuan Bajo, Maumere, Rote dan Tambolaka). Dengan kegiatan tersebut diharapkan pembangkit listrik tenaga surya dapat menghasilkan tenaga hingga 1 MW. Selain itu, pemasangan LED telah diimplementasikan di 16 bandara dan pada 2016 dan akan direncanakan pemanfaatan LED di 5 bandara tambaha, yaitu: Solo, Semarang, Surabaya, Denpasar, Ambon dan Ujung Pandang. Sehingga program penghijauan yang ditargetkan untuk 55 bandara dengan 300 pohon untuk setiap bandara dapat diimplementasikan di 14 bandara. Sejak 2010 hingga 2014, pohon (trembesi) telah ditanam di 14 bandara tersebut. Program ini akan dilanjutkan hingga tercapai sejumlah 55 bandara. IV - 79 BAB IV ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

131 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN Perumusan RAN-GRK Bidang Transportasi Udara di mulai dengan inventarisasi bahanbahan referensi baik berupa peraturan dan regulasi nasional dan internasional, prosedur, panduan dan guide line, pengumpulan data-data primer dan sekunder terkait dengan pesawat udara dan mesin pesawat udara, rute (city pairs), frekuensi penerbangan, kapasitas penumpang, prasarana bandar udara dan navigasi penerbangan, sumber daya manusia, operator penerbangan dan bandar udara, data penggunaan bahan bakar avtur dalam negeri dan internasional, program-program penurunan emisi pada operator, dan lain-lain. Khusus untuk data-data kuantitatif angkutan udara, sarana dan prasarana di ambil dalam periode dengan pertimbangan pada periode tersebut data-data yang dibutuhkan cukup lengkap, solid dan lebih akurat. Metoda, pendekatan, formulasi perhitungan, asumsi-asumsi dalam perumusan RAN-GRK Bidang Transportasi Udara mengacu kepada bahan referensi dokumen Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) Guide Line National Greenhouse Gas Inventories tahun 2006, perangkat lunak (software) ICAO Carbon Emissions Calculator Version 2.3, dan Pedoman Pelaksanaan Rencana Aksi Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca, Kementerian Perencanaan Nasional / Bappenas, 2011, demikian juga beberapa bahan referensi dari regulator (antara lain : FAA-Amerika Serikat, Uni Eropa, Australia) dan operator negara lain, baik dalam bentuk laporan atau dokumen panduan yang digunakan secara spesifik didalam merumuskan inventori emisi dan program penurunan emisi. Demikian juga dalam perhitungan pertumbuhan baik penumpang, sarana pesawat udara, kebutuhan bakar bakar, maupun kecenderungan peningkatan emisi karbon (CO2) digunakan perangkat lunak berbasis Microsoft Trend. Perumusan kebijakan, strategi dan tindakan terukur (basket of measures) adalah berdasarkan inventarisasi dan analisis potensi-potensi program dan kegiatan baik ditingkat pemerintah maupun operator yang dapat dirumuskan sasaran, program, jadwal, rincian aksi secara detail dan anggarannya, serta dapat dilakukan pengawasan (monitoring-pelaporan dan verifikasi) dalam pelaksanaan dan diukur tingkat keberhasilannya. Proses perumusan RAN-GRK berjalan secara paralel untuk keperluan RAN-GRK domestik dan RAN-GRK intenasional untuk memenuhi kewajiban sebagai anggota ICAO. Perhitungan emisi tanpa intervensi kebijakan (Business As Usual BAU ) bagi penerbangan domestik dan internasional dilakukan dengan menghitung total emisi yang berasal dari kegiatan pengoperasian pesawat udara kategori transport yang secara signifikan mengeluarkan emisi hasil pembakaran bahan bakar avtur, dalam hal ini emisi yang berasal dari pengoperasian bandar udara dan pelayanan navigasi diasumsikan tidak ada (negligible) dengan alasan dan pertimbangan bahwa inventori emisi di masing-masing operator tersebut belum diselenggarakan dan hal ini sejalan dengan ICAO Guide Line untuk perhitungan emisi penerbangan internasional di hitung dari penggunaan bahan bakar. Program dalam Mendukung Rencana Aksi Nasional 1. Merumuskan peraturan bersama dengan Kementerian Terkait untuk penerapan bahan bakar biofuel, GSE bio-diesel, energi terbarukan, PBN, eco-airport dan roadmap nasional tentang Program Pengurangan Emisi ( ); 2. Implementasi CORSIA (Carbon Offsetting and Reduction Scheme for International Aviation). Indonesia akan menjadi Negara volunteer dalam fase pertama implementasi. Saat ini Ditjen Perhubungan udara sedang mempersiapkan pembangunan infrastruktur CORSIA seperti prosedur MRV dimana rencana penerapan MRV pada 1 Januari Pengembangan kapasitas dan kerjasama internasional mengenai masalah perubahan iklim dan mitigasi GRK (ICAO, FAA, Airbus, IATA) 4. Mengembangkan Sistem Manajemen Lingkungan dimana semua informasi akan dilaporkan oleh operator, dipantau oleh setiap Direktorat terkait. IV - 80 BAB IV ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

132 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN Kebijakan dan Strategi RAN-GRK Bidang Transportasi Udara Tahun Perumusan kebijakan dan strategi RAN-GRK Bidang Transportasi Udara adalah sebagai berikut : Kebijakan RAN-GRK Bidang Transportasi Udara: 1. Inisiatif penyempurnaan (update) dan pembuatan kebijakan dan regulasi guna menjaga pertumbuhan industri penerbangan dan lingkungan hidup secara berkelanjutan. 2. Inisiatif peremajaan sarana pesawat udara (armada nasional) yang memiliki teknologi hemat bahan bakar, rendah emisi gas buang dan kebisingan. 3. Inisiatif pengembangan infrastruktur dan fasilitas penerbangan yang ramah lingkungan, hemat energi dan rendah emisi gas buang pada bandar udara. 4. Inisiatif peningkatan manajemen dan efisiensi dalam pengelolaan lalu lintas penerbangan dan penyelenggaraan pelayanan navigasi penerbangan. 5. Inisiatif pemanfaatan dan penggunaan bahan bakar alternatif dan energi terbarukan (energi matahari, angin, air, dll) secara bertahap untuk konservasi dan mengurangi pemakaian bahan bakar fosil. 6. Inisiatif pengembangan dan penerapan mitigatasi emisi GRK berbasis pasar. Strategi RAN-GRK Bidang Transportasi Udara: 1. Mendorong pengembangan, implementasi regulasi dan penegakan hukum serta meningkatkan pengetahuan dan kapasitas dari pemangku kepentingan bidang transportasi udara (Regulatory Framework and Capacity Building of Stakeholders). 2. Mendorong pelaku industri transportasi udara untuk menggunakan dan memanfaatkan teknologi terkini yang lebih ramah lingkungan dan hemat bahan bakar (Technology Improvement). 3. Mendorong pelaku industri transportasi udara untuk memperbaiki dan meningkatkan efisiensi dalam pengoperasian sarana dan prasarana (Operational Efficiencies). 4. Mengembangkan infrastruktur dan fasilitas pelayanan serta prosedur navigasi penerbangan yang lebih efektif dan kompatibel dengan sarana pesawat udara (Effectives and Seamless Infrastructures). 5. Mengembangkan infrastruktur bandar udara yang ramah lingkungan, hemat energi dan rendah emisi GRK (Eco Airport). 6. Mengembangkan dan menerapkan tindakan mitigasi emisi GRK berbasis pasar (Market-Based Measures /MBMs ) yang mengacu pada Annex 1, ICAO Assembly Resolution A Tindakan Terukur (Basket of Measures): 1. Kebijakan dan Regulasi serta Peningkatan Kapasitas SDM. 2. Penurunan Emisi Karbon Pada Operator Penerbangan. 3. Penurunan Emisi Karbon Pada Operator Penyelenggara Pelayanan Navigasi dan Manajemen Lalu Lintas Penerbangan. 4. Penurunan Emisi Karbon Pada Pengoperasian Bandar Udara. 5. Penurunan Emisi Karbon Pada Penerapan Penggunaan Sumber Energi Baru dan Terbarukan (aviation bio fuel, bio diesel dan renewable energy : Solar-Wind-Hybrid-Water-base Energy). 6. Penerapan Pasar Karbon (Market Base Measures). Hasil perhitungan total emisi CO2 tanpa intervensi kebijakan (BAU) hingga tahun 2020 untuk penerbangan domestik dan internasional adalah sebesar 148,1 juta Ton CO2, sedangkan perhitungan total emisi penerbangan nasional dengan intervensi kebijakan program RAN-GRK hingga tahun 2020 adalah sebesar 15,9 juta Ton CO2 dapat dlihat pada gambar dibawah. IV - 81 BAB IV ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

133 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN Gambar 4.13 Potensi Emisi Karbon B A U vs Potensi Penurunan Emisi Karbon Program RAN-GRK Bidang Transportasi Udara Tahun Untuk melihat potensi penurunan emisi karbon dari setiap inisiatif program Rencana Aksi Nasional Gas Rumah Kaca (RAN-GRK) dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.28 Potensi Penurunan Emisi Karbon dengan Program RAN-GRK Bidang Transportasi Udara Tahun Kegiatan RAN-GRK Penurunan Emisi (Juta Ton) Inisiatif modernisasi sarana pesawat udara Inisiatif penggunaan bahan bakar aviation biofuel dan biodiesel Inisiatif efisiensi operasional pesawat udara Inisiatif Air traffic Management dan PBN Inisiatif penggunaan energi terbaharukan dan ecoairport Total IV - 82 BAB IV ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

134 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN PENGARUSUTAMAAN GENDER SUB SEKTOR TRANSPORTASI UDARA Pengarusutamaan Gender (PUG) adalah strategi yang dibangun untuk mengintegrasikan gender menjadi satu dimensi integral dari perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional. PUG sebagai salah satu prinsip pengarusutamaan yang menjadi landasan operasional pembangunan nasional selain tata kelola pemerintahan yang baik dan pengarusutamaan pembangunan berkelanjutan. Sesuai konteks pelaksanaan pembangunan tahap kedua RPJMN dalam Perpres No. 5 Tahun 2010, prinsip pengarusutamaan gender diarahkan untuk dapat tercermin di dalam keluaran (output) pada kebijakan pembangunan. Prinsip-prinsip pengarusutamaan ini akan menjadi jiwa dan semangat yang mewarnai berbagai kebijakan pembangunan di setiap bidang. Berdasarkan Perpres Nomor 2 Tahun 2015 tentang RPJMN Tahun (Buku II), secara umum sasaran pengarusutamaan gender dalam 5 (lima) tahun ke depan adalah meningkatnya kesetaraan gender. Secara khusus, sasaran PUG lima tahun kedepan adalah : 1. Meningkatnya kualitas hidup dan peran perempuan di berbagai bidang pembangunan, yang diukur antara lain dari status kesehatan ibu, rasio AMH laki-laki dan perempuan, rasio rata-rata lama sekolah laki-laki dan perempuan, rasio partisipasi sekolah laki-laki dan perempuan, sumbangan pendapatan penduduk perempuan di sektor non pertanian, serta persentase perempuan sebagai pengambil keputusan di legislatif, eksekutif, dan yudikatif; 2. Meningkatnya perlindungan perempuan dari berbagai tindak kekerasan, termasuk TPPO, yang diukur dari prevalensi/jumlah kasus kekerasan terhadap perempuan dalam kurun waktu tertentu; 3. Meningkatnya kapasitas kelembagaan PUG dan kelembagaan perlindungan perempuan dari berbagai tindak kekerasan di tingkat nasional dan daerah, yang diukur dari ketersediaan peraturan perundang-undangan, aturan pelaksanaan terkait PUG dan kekerasan terhadap perempuan, data terpilah dan data kekerasan terhadap perempuan, SDM yang terlatih, serta terlaksananya kooordinasi antar-k/l/skpd dan antar pusat dan daerah dalam pelaksanaan PPRG serta pencegahan dan penanganan kekerasan terhadap perempuan. Arah kebijakan pengarusutamaan gender dalam 5 (lima) tahun ke depan dalam RPJMN Tahun antara lain : 1. Meningkatkan kualitas hidup dan peran perempuan di berbagai bidang pembangunan, yang dilakukan melalui strategi : a. Peningkatan pemahaman dan komitmen para pelaku pembangunan tentang pentingnya pengintegrasian perspektif gender dalam berbagai tahapan, proses, dan bidang pembangunan, di tingkat nasional maupun di daerah; b. Penerapan Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender (PPRG) di berbagai bidang pembangunan, di tingkat nasional dan daerah; dan c. Peningkatan pemahaman masyarakat dan dunia usaha tentang kesetaraan gender. 2. Meningkatkan perlindungan perempuan dari berbagai tindak kekerasan, termasuk TPPO. 3. Meningkatkan kapasitas kelembagaan PUG dan kelembagaan perlindungan perempuan dari berbagai tindak kekerasan. Sesuai dengan Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2000 tentang pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional, yang diterbitkan pada tanggal 19 Desember 2010 telah menginstruksikan semua Kementerian/lembaga dan pemerintah daerah harus melaksanakan Pengarusutamaan Gender (PUG) pada setiap tahapan pembangunan, mulai dari perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi. Sedangkan untuk memberikan muatan substansi prinsip pengarusutamaan gender dalam penyelenggaraan transportasi, Kementerian Perhubungan melakukan kesepakatan bersama dengan IV BAB IV ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

135 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak melalui MOU No. 31/Men PP dan PA/01/2011 dan No. PM 6 Tahun 2011 tentang Pengarusutamaan Gender dan Pengarusutamaan Hak Anak di Bidang Perhubungan. Kesepakatan ini dibuat dengan maksud untuk mensinergikan program guna peningkatan aksesibilitas, partisipasi, kontrol dan manfaat di bidang perhubungan kepada masyarakat dengan memperhatikan kesetaraan gender dan peduli terhadap hak anak. Sedangkan tujuan kesepakatan bersama untuk mempercepat terwujudnya kesetaraan gender dan pemenuhan hak anak di bidang perhubungan. Perihal perwujudan penyediaan dan pelayanan sarana prasarana transportasi udara dengan kesetaraan gender telah terakomodir dalam beberapa peraturan yang ditetapkan. Dalam peraturan tersebut istilah pengarusutamaan gender identik dengan istilah pengguna/penumpang berkebutuhan khusus. Salah satu peraturan perundangan transportasi udara yang secara substansi sudah responsif gender adalah UU Republik Indonesia No. 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan : a. Pasal 121 ayat (3) tentang data penumpang pra kedatangan atau keberangkatan penerbangan ke dan dari wilayah Indonesia tercantum keterangan tentang jenis kelamin ; b. Bagian Keenam Pengangkutan untuk Penyandang Cacat, Lanjut Usia, Anak-Anak, dan/atau Orang Sakit, Pasal 134 ayat (1); ayat (2) dan ayat (3) telah mengatur tentang pelayanan berupa perlakuan dan fasilitas khusus dari badan usaha angkutan udara niaga untuk penyandang cacat, orang lanjut usia, anak-anak dibawah usia 12 (dua belas), dan/atau orang sakit. c. Pasal 239 ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) telah mengatur tentang pelayanan berupa perlakuan dan fasilitas khusus dari badan usaha bandarudara atau unit penyelenggara bandar udara terhadap penyandang cacat, orang sakit, orang lanjut usia dan anak-anak Sebagai tindak lanjut dan acuan percepatan pelaksanaan pengarusutamaan gender sub sektor transportasi udara, pada tahun 2013 telah disusun Grand Design pelaksanaan pengarusutamaan gender pada sub sektor transportasi udara. Diharapkan dengan adanya Grand Design Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender pada Sub Sektor Perhubungan Udara ini, bagi pihak internal pembuat dan pelaksana kebijakan akan memberikan kejelasan terhadap suatu proses pelayanan yang berdasarkan prinsip-prinsip pengarusutamaan gender, sekaligus memberikan peningkatan mutu pelayanan kepada pihak eksternal yang membutuhkan pelayanan yang berperspektif gender. Selain itu terjadi peningkatan kepuasan pihak eksternal yang memanfaatkan berbagai pelayanan Sub Sektor Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan sekaligus peningkatan kinerja organisasi secara terukur dan berkesinambungan sesuai tuntutan Reformasi Birokrasi. Tabel 4.29 Rencana Aksi Nasional Disabilitas Tahun AKSI/KEGIATAN KRITERIA KEBERHASILAN UKURAN KEBERHASILAN Menyediakan buku petunjuk dan sosialisasi keselamatan penerbangan bagi penyandang disabilitas dan sosialisasi buku petunjuk keselamatan penerbangan bagi petugas bandara Menyediakan fasilitas dan akses ke pelabuhan udara/bandara yang mudah diakses oleh penyandang disabilitas Tersedia dan terdistribusikan buku petunjuk dan sosialisai keselamatan penerbangan bagi penyandang disabilitas tuna netra (bentuk huruf braille) Tersedia petugas bandara dan petugas perusahaan angkutan udara yang mendapat sosialisasi Tersedia fasilitas bandara yang mudah diakses penyandang disabilitas 1. Jumlah buku petunjuk yang dicetak sebesar maksimal 10% dari total jumlah penumpang 2. Meningkatnya pemahaman penyandang disabilitas tuna netra akan keselamatan penerbangan Tersosialisasikannya buku petunjuk keselamatan penerbangan bagi penyandang disabilitas tuna netra (bentuk huruf braille) kepada petugas bandara dan petugas perusahaan angkutan udara di seluruh bandar udara di Indonesia Tersedia fasilitas bandara yang mudah diakses penyandang disabilitas diseluruh bandar udara IV BAB IV ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

136 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN AKSI/KEGIATAN KRITERIA KEBERHASILAN UKURAN KEBERHASILAN Menerbitkan Surat Edaran Menteri dan Dirjen dimasing-masing sub sector guna memperkuat penyediaan akses seluruh moda transportasi bagi kemudahan penumpang penyandang disabilitas Meningkatkan pembangunan prasarana dan sarana transportasi diwilayah yang sulit terjangkau Terbit dan dilaksanakannya Surat Edaran Menteri dan Dirjen dimasingmasing sub sector guna memperkuat penyediaan akses seluruh moda transportasi bagi kemudahan penumpang penyandang disabilitas 1. Meningkatnya pembangunan prasarana dan sarana transportasi diwilayah yang sulit terjangkau 2. Terkoneksinya bandara-bandara diwilayah yang sulit terjangkau Tabel 4.30 Rencana Aksi Nasional Kelanjutusiaan Tahun Terdistribusikannya dan pemberlakuan Surat Edaran Menteri dan Dirjen dimasing-masing sub sector guna memperkuat penyediaan akses seluruh moda transportasi bagi kemudahan penumpang penyandang disabilitas diseluruh bandar udara 1. Jumlah pembangunan prasarana dan sarana transportasi diwilayah yang sulit terjangkau 2. Terlaksananya penerbangan angkutan udara perintis di bandara-bandara yang sulit terjangkau pada beberapa rute AKSI/KEGIATAN TARGET LOKASI Pemberian reduksi harga jual tiket 75% Semua angkutan udara niaga berjadwal dalam negeri Pengembangan, rehabilitasi dan 45 bandar udara baru dan relokasi Papua, Papua Barat, Bali, Jawa, pemeliharaan prasarana Bandar Kalimantan, Maluku, Sulawesi dan udara Sumatera Penyusunan Peraturan Dirjen Perhubungan Udara tentang Grand Design Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender Sub Sektor Transportasi Udara Tersusunnya Peraturan Dirjen Perhubungan Udara tentang Grand Design Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender Sub Sektor Transportasi Udara TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK) SUB SEKTOR TRANSPORTASI UDARA Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Ditjen Perhubungan Udara Sebagaimana kita ketahui bahwa Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) telah berkembang sangat jauh saat ini dan telah merevolusi cara hidup kita, baik terhadap cara berkomunikasi, cara belajar, cara bekerja, cara berbisnis, dan lain sebagainya. Era informasi memberikan ruang lingkup yang sangat besar untuk mengorganisasikan segala kegiatan melalui cara baru, inovatif, instan, transparan, akurat, tepat waktu, lebih baik, memberikan kenyamanan yang lebih dalam mengelola dan menikmati kehidupan. Dengan teknologi informasi dan komunikasi semua proses kerja dan konten akan ditransformasikan dari fisik dan statis menjadi digital, mobile, virtual dan personal. Akibatnya kecepatan kinerja bisnis meningkat dengan cepat. Kecepatan proses meningkat sangat tajam di banyak aktivitas modern manusia. Oleh karena itu diperlukan peningkatan kualitas sumber daya manusia untuk mendorong kelangsungan teknologi informasi dan komunikasi di lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara. Salah satu kunci keberhasilan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara dalam berbagai usaha untuk mencapai visi dan misinya terletak pada kemampuan organisasi dalam mengelola (manajemen) arus informasi yang esensial secara efektif dan efisien. Sedangkan pengelolaan informasi memerlukan suatu sistem informasi dan teknologi sebagai tulang punggung (backbone) yang berkinerja tinggi. Sistem informasi dengan kinerja tinggi tersebut secara mutlak harus dimiliki oleh Ditjen Perhubungan Udara mengingat bahwa penguasaan terhadap informasi merupakan kunci keberhasilan proses koordinasi. IV BAB IV ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

137 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN Untuk membangun sebuah sistem informasi yang holistik dan terintegrasi secara baik, maka dibutuhkan prasarana pengolahan data yang terintegrasi, mudah ditangani dan memiliki kualifikasi penampung koleksi data yang lengkap. Selanjutnya koleksi data tersebut dapat ditampilkan secara informatif kepada publik sebagai pemenuhan kepada tuntutan keterbukaan informasi. Pembangunan dan Pengembangan bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi di lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara erat kaitannya untuk dapat mewujudkan pelaksanaan dan peningkatan kinerja organisasi Direktorat Jenderal Perhubungan Udara secara optimal serta mendukung dan merealisasikan pencapaian program e-government yang mendasarkan kepada peraturan pemerintah melalui Instruksi Presiden No. 3 tahun 2003 tentang Kebijaksanaan dan Strategi Nasional Pengembangan Electronic Government, sudah dilakukan dengan baik melalui prakarsa dari Bagian Perencanaan sebagai koordinator pengelola Data dan Informasi di Lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara (sesuai ketetapan KM 60 tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan RI). Sebagai tindak lanjut langkah evaluasi pelaksanaan dan pencapaian, serta kesinambungan langkah perencanaan pemanfaatan Teknologi Informasi di lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara dalam mencapai tujuan, maka Bagian Perencanaan melakukan serangkaian inisiatif kegiatan untuk mengevaluasi, dan mengkaji tentang rencana induk pemanfaatan Teknologi Informasi Direktorat Jenderal Perhubungan Udara dengan memperhatikan ketajaman dan ketepatan bentuk strategi perencanaan berdasarkan hasil evaluasi monitoring pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi. Kegiatan Teknologi Informasi dan Komunikasi di lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, berlandaskan hukum pada : 1. UU No.1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan, Pasal 376 Sistem Informasi Penerbangan. 2. UU No.14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik. 3. Instruksi Presiden No.3 Tahun 2003 Tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan E- Government. 4. PM KP.39 Tahun 2009 Tentang Recana Induk TIK Kementerian Perhubungan. 5. PM Menkominfo No.28/PER/M.Kominfo/9/2006 Tentang Penggunaan Nama Domain go.id untuk Situs Resmi Pemerintah Pusat dan Daerah. 6. PM Menteri Perhubungan No.60 Tahun 2010 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan. Tabel 4.31 Kegiatan teknologi informasi dan komunikasi di lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara NO. UNIT KERJA KEGIATAN TIK DATA DAN INFORMASI 1. Sekditjen Perhubungan Udara Website Ditjen Perhubungan Penyiapan data peraturan Udara; penerbangan Tata Persuratan online; Penyiapan data kepegawaian E-Monitoring; Penyiapan data laporan Integrasi jaringan LAN; Sistem informasi RKA-KL; keuangan Penyiapan data anggaran, Sistem informasi PNBP; Sistem Informasi Kepegawaian laporan tahunan dan rencana strategis 2. Direktorat Angkutan Udara Sistem informasi perijinan online Penyiapan data bidang angkutan udara antara lain : data lalu lintas angkutan udara, data perusahaan penerbangan yang beroperasi baik niaga berjadwal maupun niaga tidak berjadwal, data angkutan udara perintis, data perjanjian bilateral dan multilateral IV BAB IV ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

138 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN Direktorat Bandar Udara Sistem informasi bandara Penyiapan data di bidang bandar udara seperti : data prasarana bandar udara, data personel dan operasi bandar udara, data peralatan dan utilitas bandar udara, jadwal penerbangan 3. Direktorat Keamanan Penerbangan 4. Direktorat Navigasi Penerbangan 5. Direktorat Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara Sistem informasi Sertifikasi Fasilitas dan Personil Sistem informasi ATC Sistem informasi lisensi dan SKP Teknisi Sistem informasi Software Flight Procedure Design Sistem Informasi Aeronautika Sistem Informasi Notam Office Sistem Informasi Aeronautical Information Management (AIM) ESIR (Electronic Safety Incident Reporting) Aplikasi IMSIS (Internal Management Safety Information System) Aplikasi Sistem Database Keselamatan Penerbangan Nasional (SDKPN) Pelayanan Perijinan Lisensi Dan Rating Personil Operasi Pesawat Udara Dan Personil Penunjang Operasi Pesawat Udara Pelayanan Perijinan Lisensi Dan Rating Personil Operasi Pesawat Udara Dan Personil Penunjang Operasi Pesawat Udara Penyiapan data di bidang personil aviation security (avsec), data personil dangerous good (DG), data personil pertolongan pemadam kebakaran & pemadam kebakaran (PKP-PK), dan data peralatan keselamatan penerbangan Penyiapan data di bidang peralatan navigasi penerbangan, data personil, dan data umum bandar udara Penyiapan data di bidang data hasil audit, data surveillance dan reporting, data service difficulty report (SDR), data law enforcment, data personel duty, data ramp cehck, data C of A, data curriculum vitae, data engineering ( R&A (repair and alteration), noise certificate, RVSM, RNP, Helicopter TC & LOA, Airworthiness Directive, DOA (Design Organization Approval), data personel training, data licensing ( pilot licensing, engineering licensing, pilots, cabin personel, FOO (flight operation officer)), data accident, data agendar, dan data A/C register, data tingkat kepuasan pengguna jasa Roadmap Teknologi Informasi dan Komunikasi Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Tahun Tabel 4.32 Roadmap Teknologi Informasi dan Komunikasi Direktorat Jenderal Perhubungan Udara No. Improvement Area Up dated Data & Informasi 2. Perijinan On Line (approval, licence, etc) IV BAB IV ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

139 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN No. Improvement Area Integrasi SIM 4. Pengembangan Web based 5. Kolaborasi data & information 6. Executive Information System (EIS) 7. Bussines Inteligence Module (BIM) 1. Update Data dan Informasi Terdapat beberapa jenis data dan informasi di Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, semuanya disajikan dalam format hardcopy dan softcopy. Tetapi itu semua tidak akan dapat digunakan apabila data dan informasi yang tersaji tidak terupdate secara periodik. Di beberapa unit kerja terdapat data dan informasi yang harus di update sewaktu-waktu ada perubahan, misal : update peraturan yang berlaku di dunia penerbangan pada Setditjen Perhubungan Udara. Data dan informasi yang harus di update setiap bulan, misal : update data dan informasi hasil audit pada Direktorat Kelaikan Udara dan Pengoperasian Pesawat udara, data produksi angkutan udara pada Direktorat Angkutan Udara. Data dan informasi yang harus di update setiap tahun, misal : data umum bandar udara pada Direktorat Bandar Udara, data peralatan navigasi penerbangan pada Direktorat Navigasi Penerbangan dan data peralatan keamanan penerbangan pada Direktorat Keamanan Penerbangan. Oleh sebab itu, update data dan informasi merupakan hal yang sangat penting dalam implementasi roadmap TIK Direktorat Jenderal Perhubungan Udara. 2. Perijinan Online (Approval, License, etc) Dengan semakin berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi saat ini, dimana penggunaan TIK tinggi sehingga dirasa perlu untuk merubah cara kerja dari yang semula manual menjadi berbasis IT. Direktorat Jenderal Perhubungan Udara merasa perlu untuk meningkatkan kinerjanya agar dapat menjadi organisasi yang dapat diandalkan pada era globalisasi. Implementasi tata pemerintahan yang baik (good governance) menuntut kondisi dimana pemerintah harus dapat memberikan pelayanan yang optimal kepada masyarakat, dan juga pihak pemerintah sendiri harus dapat menyelenggarakan tata kelola pemerintahan yang baik. Sehubungan dengan hal tersebut, maka salah satu tindak lanjut dari hal tersebut diatas yaitu dengan melaksanakan perijinan online di masing-masing unit kerja, misalkan : angud online dimana didalamnya terdapat Flight Approval online dan SIUP (Surat Ijin Usaha Perusahaan) online pada Direktorat Angkutan Udara. 3. Integrasi Sistem Informasi Manajemen Masing-masing unit kerja di lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara telah memiliki sistem informasi yang menunjang tupoksi. Untuk menghasilkan penyajian data dan informasi yang baik di lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara dan menunjang kebutuhan pimpinan dan masyarakat, maka dirasa perlu untuk melakukan integrasi sistem informasi manajemen ke dalam satu datawarehouse yang dikelola secara terpusat oleh administrator Direktorat Jenderal Perhubungan Udara. IV BAB IV ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

140 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN Pengembangan Web-Based Pada saat ini penggunaan teknologi informasi untuk kepentingan bisnis Direktorat Jenderal Perhubungan Udara dirasa perlu untuk ditingkatkan dari aplikasi berbasis desktop menjadi web-based. Pengembangan aplikasi web-based akan memudahkan user maupun masyarakat publik untuk mengupdate data dan informasi. Sehingga penggunaan aplikasi berbasis webbase sangat dianjurkan untuk diterapkan pada masing- masing unit kerja. 5. Kolaborasi Data dan Informasi Direktorat Jenderal Perhubungan Udara dipandang perlu untuk melakukan kolaborasi data dan informasi terhadap data dan informasi yang tersebar di masing-maisng unit kerja menjadi satu bagian data dan informasi yang utuh yang dapat digunakan untuk kepentingan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara. 6. Executive Information System (EIS) Pengolahan data dan informasi di lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara yang baik dan benar dipandang perlu untuk penyajian informasi yang tepat dan akurat untuk kebutuhan pimpinan dalam pengambilan keputusan yang strategis. 7. Bussines Intelligence Module (BIM) Dewasa ini penggunaan teknologi informasi yang diintegrasikan dengan proses pekerjaan di suatu organisasi sudah menjadi kebutuhan mutlak. Hal ini dikarenakan adanya kebutuhan dari organisasi tersebut untuk meningkatkan kemampuannya dalam menganalisis masalahmasalah yang dihadapinya serta dalam pengambilan keputusan. Ketersediaan data dan informasi yang lengkap, benar dan tepat sudah menjadi kebutuhan pokok bagi kelangsungan hidup suatu organisasi. Business Intelligence (BI) merupakan salah satu bentuk implementasi yang mampu menjawab kebutuhan di atas. BI telah banyak digunakan oleh organisasi-organisasi dalam mengelola data dan informasi sampai dengan dukungan pengambilan keputusan. Secara ringkas, BI dapat diartikan sebagai pengetahuan yang didapatkan dari hasil analisis data yang diperoleh dari kegiatan (usaha) suatu organisasi. BI biasanya dikaitkan dengan upaya untuk memaksimalkan kinerja suatu organisasi. Business Intelligence System merupakan istilah yang umumnya digunakan untuk jenis aplikasi ataupun teknologi yang digunakan untuk membantu kegiatan BI, seperti mengumpulkan data, menyediakan akses, serta menganalisa data dan informasi mengenai kinerja perusahaan. BI dapat membantu Direktorat Jenderal Perhubungan Udara dalam pengambilan keputusan serta sekaligus meningkatkan keunggulan (competitive advantage), selain itu BI juga dapat membantu Direktorat Jenderal Perhubungan Udara dalam menganalisis perubahan tren yang terjadi sehingga akan membantu dalam menentukan strategi yang diperlukan dalam mengantisipasi perubahan tren tersebut Kegiatan Teknologi Informasi dan Komunikasi Yang Telah Dilaksanakan Di Lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Dalam rangka menindaklanjuti roadmap pengembangan teknologi informasi dan komunikasi di lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara telah dilakukan sosialisasi di lingkungan bagian perencanaan dan kantor pusat Direktorat Jenderal Perhubungan Udara dengan waktu pelaksanaan seperti terangkum dalam tabel di bawah ini: IV BAB IV ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

141 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN Tabel 4.33 Jadwal Sosialisasi di Lingkungan Bagian Perencanaan dan Kantor Pusat Direktorat Jenderal Perhubungan Udara No Kegiatan Yang Telah Dilaksanakan Waktu Pelaksanaan 1 Monitoring Penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Di Lingkungan Kantor Pusat Ditjen Perhubungan Udara Tahun Sosialisasi RoadMap Teknologi Informasi dan Komunikasi di Lingkungan Bagian Perencanaan 3 Sosialisasi RoadMap Teknologi Informasi dan Komunikasi di Lingkungan Kantor Pusat Direktorat Jenderal Perhubungan Udara 4 Sosialisasi database bandar udara dan angkutan udara di 9 (Sembilan) UPT bandar udara 5 Sosialisasi kepada UPT Ditjen Perhubungan Udara tentang aplikasi bandar udara dan angkutan udara berbasis web pada saat pembahasan pertama rencana kegiatan Tahun 2015 (Satuan 1) 6 Sosialisasi kepada Para Kepala Kantor UPBU pada acara sosialisasi Penataan Organisasi dan Tata Laksana serta Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran untuk Mendukung Tersusunnya Perencanaan Strategis Transportasi Udara di Lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara di Makassar, Surabaya dan medan 7 Bimbingan teknis ke bandar udara HAS. Hanandjoeddin Tj.Pandan, Mamuju Tampa Padang, dan Komodo Labuhan Bajo April Oktober Oktober Oktober 18 Desember 2013 Januari Februari 2014 Oktober 2014 November Kegiatan Peningkatan Kapasitas (Capacity Building) Teknologi Informasi dan Komunikasi Inisiatif peningkatan kapasitas sumber daya manusia merupan salah satu pilar utama dan menjadi kunci bagi keberhasilan dalam pelaksanaan kebijakan, strategi dan program aksi implementasi teknologi informasi dan komunikasi. Karena itu, Direktorat Jenderal Perhubungan Udara melalui kelompok kerja pengelolaan Teknologi Informasi dan Komunikasi telah fokus dalam kegiatan peningkatan kapasitas sebagai kagiatan pokok baik yang diselenggarakan secara mandiri atau bekerjasama dengan instansi dan lembaga lain. Penyelenggaraan peningkatan kapasitas tersebut dilaksanakan melalui forum seminar, workshop dan training yang melibatkan anggota kelompok kerja. Pada kurun waktu tahun 2013, Direktorat Jenderal Perhubungan Udara melalui kelompok kerja pengelolaan teknologi informasi dan komunikasi telah berkontribusi dalam kegiatan peningkatan SDM. Pada table dibawah ini telah dirangkum beberapa kegiatan dalam upaya peningkatan kapasitas SDM yang akan diikuti oleh anggota kelompok kerja pengelolaan teknologi informasi dan komunikasi. Tabel 4.34 Kegiatan Dalam Upaya Peningkatan Kapasitas SDM Yang Akan Diikuti Oleh Anggota Kelompok Kerja Pengelolaan Teknologi Informasi Dan Komunikasi NO. SEMINAR/WORKSHOP/TRAINING PENYELENGGARA KETERANGAN 1 Audit Teknologi Informasi Value Consult Training Indonesia 2 Days 2 ITIL (IT Infrastruktur Library) Foundation ALC Training Sdn Bhd Kuala Lumpur Malaysia/Singapore 3 Days 3 COBIT 4.1 dan COBIT 5 Foundation ALC Training Sdn Bhd Kuala Lumpur Malaysia 3 Days 4 Bisnis Analysis Foundation ALC Training Sdn Bhd Kuala Lumpur Malaysia/Australia 4 Days 5 IT Governance Value Consult Training Indonesia 2 Days IV BAB IV ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

142 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN NO. SEMINAR/WORKSHOP/TRAINING PENYELENGGARA KETERANGAN 6 Enterprise Cloud Computing ALC Training Sdn Bhd Kuala Lumpur Malaysia/Singapore 2 Days 7 Architecting Secure Cloud ALC Training Sdn Bhd Kuala Lumpur Malaysia 2 Days 8 Quality Management in IT Service Value Consult Training Indonesia 2 Days 9 Information Technology Project Management Value Consult Training Indonesia 2 Days 10 Network Security Technical Workshop ALC Training Sdn Bhd Kuala Lumpur Malaysia 2 Days 11 SABSA (Sherwood Applied Business Security ALC Training Sdn Bhd Architecture) Foundation for Information Kuala Lumpur Malaysia/Australia Security 5 Days KEBIJAKAN KEAMANAN INFORMASI (CYBER SECURITY) PADA DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA Serangan Cyber Security Dengan memiliki konektivitas yang besar, maka akan terdapat kerentanan dan peluang sistem untuk dieksploitasi. Contoh serangan cyber di indonesia antara lain serangan cyber pada Airnav Indonesia yang terjadi setelah Airnav bersama Pemda setempat melakukan sosialisasi tentang pelarangan pelepasan balon udara pada lokasi Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan. Ancaman Cyber Security 1. Pelaku a) Penjahat Siber b) Negara dan atau Disponsori Negara c) Teroris d) Kelompok Hacktivist e) Ancaman 'Insider 2. Jenis Ancaman a) Data Leakage b) APTs & Malware infection along with Botnets (PCs, Severs, Aircrafts,..) Advanced Persistent Threat (APTs) adalah serangan melalui jaringan dimana orang yang tidak sah mendapatkan akses ke suatu jaringan dan menetap disana tanpa terdekteksi untuk waktu yang lama. Tujuannya lebih ke melakukan pencurian data daripada menimbulkan kerusakan terhadap jaringan maupun organisasi. Setelah akses diperoleh, penyerang akan menciptakan sebuah back door. Kemudian, penyerang mengumpulkan informasi dari user serta menciptakan lebih banyak back door. Melalui back door ini, penyerang menyebarkan malware yang tetap tersembunyi dalam jangka waktu lama untuk kemudian mencuri data Malware adalah istilah yang digunakan untuk perangkat lunak berbahaya yang dirancang untuk merusak atau melakukan tindakan yang tidak diinginkan terhadap sistem komputer. c) Mobile Channel Risks d) Phishing adalah tindakan memperoleh informasi pribadi seperti User ID, Password dan datadata sensitif lainnya dengan menyamar sebagai orang atau organisasi yang berwenang melalui sebuah . e) Unauthorized Access (Loyalty points, compromised systems, ). f) Black markets (Tickets, Passports, ). IV BAB IV ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

143 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN g) Supply chain issues (GDS systems, ). Global Distribution System (GDS) is a network operated by a company that enables automated transactions between travel service providers (mainly airlines, hotels and car rental companies) and travel agencies. 3. Dampak a) Berpotensi menyebabkan gangguan ekonomi dan sosial yang besar; b) Merusak reputasi dan kepercayaan; c) Dapat mengancam keamanan dan keselamatan penerbangan. Ancaman Cyber tidak hanya dipengaruhi oleh hal-hal teknik tetapi juga dipengaruhi faktor psikologi, yaitu : 1) Ketika seorang pilot / ATC tidak bisa mendapatkan informasi waktu yang akurat dan tepat terkait situasi yang terjadi. 2) Penyusup akan selalu berusaha merusak sistem. Serangan yang dikembangkan memiliki konsekuensi merubah pilot atau controller dalam mendapatkan informasi yang dapat dipercaya. 3) Secara umum serangan cyber crime mendominasi dalam proses kehilangan kontrol. Seorang penyusup bisa saja memaksakan ATC dan Pilot untuk melakukan tindakan yang tidak sesuai prosedur dan tidak direncanakan. Peraturan Perundang-Undangan Terkait Keamanan Informasi 1. UU No.1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan. Pasal 376 Sistem Informasi Penerbangan; 2. UU No.14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik; 3. UU No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik; 4. Instruksi Presiden No.3 Tahun 2003 Tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan E- Government; 5. Peraturan Menteri Perhubungan KP.39 Tahun 2009 Tentang Recana Induk Pemanfaatan TIK di Lingkungan Kementerian Perhubungan; 6. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika No.28/PER/M.Kominfo/9/2006 Tentang Penggunaan Nama Domain go.id untuk Situs Resmi Pemerintah Pusat dan Daerah; 7. PM 189 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan 8. PM 127 Tahun 2015 tentang Program Keamanan Penerbangan Nasional; 9. PM 90 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 127 Tahun 2015 tentang Program Keamanan Penerbangan Nasional; 10. PM 93 Tahun 2016 tentang Program Keselamatan Penerbangan Nasional; 11. KP. 17 Tahun 2017 tentang Pedoman Teknis Operasional Bagian (Advisory Circular Part ) tentang Penggunaan Internet Publik Untuk Aplikasi Aeronautika; 12. KP. 39 Tahun 2009 tentang Rencana Induk Pemanfaatan Teknologi Informasi Dan Komunikasi (TIK) di Lingkungan Departemen Perhubungan; 13. PM 88 Tahun 2011 tentang Alur Data dan Informasi di Kementerian Perhubungan; 14. IM 4 Tahun 2015 tentang Penerapan Teknologi Informasi di Lingkungan Kementerian Perhubungan. REGULASI AVIATION CYBER SECURITY (ICAO ANNEX 17 SECURITY) 4.9 Measures relating to cyber threats Recommendation. Each Contracting State should, in accordance with the risk assessment carried out by its relevant national authorities, ensure that appropriate measures are developed in order to protect the confidentiality, integrity and availability of critical information and communications technology systems and data used for civil aviation purposes from interference that may jeopardize the safety of civil aviation Recommendation. Each Contracting State should encourage entities involved with or responsible for the implementation of various aspects of the national civil aviation security IV BAB IV ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

144 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN programme to identify their critical information and communications technology systems and data, including threats and vulnerabilities thereto, and develop protective measures to include, inter alia, security by design, supply chain security, network separation, and remote access control, as appropriate. Pedoman Teknis Operasional 1. KP 017 tahun 2017 tentang Pedoman Teknis Operasional Bagian (Advisory Circular Part ) Penggunaan Internet Publik Untuk Aplikasi Aeronautika. 2. KP 017 tahun 2017 mengatur penggunaan Internet Publik untuk pelayanan aeronautika sebagai berikut : Informasi AIS; Informasi Flight Plan; Informasi Meteorologi; Flight Regularity Message; Administrative Message; Service Message (apabila diperlukan). KEBIJAKAN KEAMANAN INFORMASI Kondisi Saat Ini Dan Kondisi Mendatang Tabel 4.35 Aspek Keamanan Informasi (Kondisi Saat Ini dan Kondisi Mendatang) No Aspek Kondisi Saat Ini 1 Document Security Policy (dokumen kebijakan terkait keamanan) 2 Information infrastructure (media yang berperan dalam kelangsungan operasi informasi) 3 Perimeter Defense (media yang berperan sebagai komponen pertahanan pada infrastruktur informasi) 4 Network Monitoring System (media yang berperan untuk memonitor kelayakan, utilisasi, dan kinerja infrastruktur informasi) 5 Network Security Assessment (mekanisme kontrol dan memberikan measurement level keamanan informasi) Belum dijumpai dokumen tertulis terkait dengan program keamanan informasi Keamanan infrastruktur sudah diterapkan, namun belum terintegrasi dengan kebijakan, standar, pedoman, prosedur dan praktik keamanan informasi Pertahanan dengan firewall sudah dilakukan, namun belum ada alat untuk mendeteksi serangan dan pertahanan terpusat pada end point. Beberapa tools monitoring sudah terpasang dan dikelola dengan baik, akan tetapi belum ada pengukuran dan evaluasi terhadap objek yang dimonitor serta level monitoring belum ke end user. Saat ini kontrol terhadap jaringan sudah dilaksanakan dengan baik, namun belum dilakukan assessment terhadap sistem secara periodik. Kondisi Mendatang dan Tindak Lanjut Penyusunan Dokumen Kebijakan, Standar, Pedoman, Prosedur Praktik keamanan Informasi di Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Peningkatan keamanan infrastruktur yang sesuai dan terintegrasi dengan kebijakan, standar, pedoman, prosedur dan praktik keamanan informasi di Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Tersedianya peralatan untuk identifikasi dan deteksi serangan dengan IDS (Intrusion Detection System) dan IPS (Intrusion Prevention System). Termasuk antivirus untuk end point. Tersedianya peralatan untuk monitoring sampai level end user untuk pengaturan hak akses dan analisis forensik jika terjadi insiden. Peningkatan Manajemen Risiko Keamanan dengan Sistem dan Network Assessment. IV BAB IV ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

145 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN No Aspek Kondisi Saat Ini 6 Human resource dan security awareness (SDM dan awareness-nya pada keamanan ) Belum ada pelatihan tentang Keamanan Informasi baik pada level pengelola TIK maupun pada level end user. Kondisi Mendatang dan Tindak Lanjut Pelatihan bagi personal dan pengelola TIK di Direktorat Jenderal Perhubungan Udara tentang Keamanan Informasi. ROADMAP PENGEMBANGAN PROGRAM KERJA TERKAIT KEAMANAN TIK Gambar 4.14 Roadmap Pengembangan Keamanan TIK Tabel 4.36 Program Kerja Terkait Keamanan TIK PROGRAM KERJA KEGIATAN P Penyusunan Kebijakan, Standar, Pedoman, Prosedur dan Praktek Keamanan Informasi di Direktorat Jenderal Perhubungan Udara KS Penyusunan Kebijakan Keamanan Sistem Informasi KS Penyusunan Standart, Pedoman dan Prosedur Keamanan Sistem Informasi KS Penyusunan Praktek Keamanan Sistem Informasi IV BAB IV ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

146 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN PROGRAM KERJA KEGIATAN P Implementasi Keamanan Infrastruktur sesuai dengan Kebijakan, Standar, Pedoman, Prosedur dan Praktek Keamanan Informasi di Direktorat Jenderal Perhubungan Udara KS Optimasi Keamanan Server (Server Hardening) KS Optimasi Keamanan Jaringan Kabel dan Nirkabel KS Optimasi Keamanan PC dan Device Portabel User P Software Perlindungan (anti virus) endpoint untuk PC, Laptop dan Server File KS Pembelian Lisensi antivirus P Pelatihan Keamanan Sistem Informasi KS Pelatihan pengamanan terhadap infrastruktur dan aplikasi P Manajemen Resiko Keamanan dengan Sistem dan Network Assessment KS.5.1 Penetration testing terhadap infrastruktur dan aplikasi P Peralatan Keamanan Informasi untuk Monitoring dan Kontrol Akses KS Pengadaan Peralatan Keamanan Informasi untuk Monitoring dan Kontrol Akses P Peralatan Keamanan Informasi untuk Intrusion Detection System (IDS) dan Intrusion Prevention System (IPS) KS Pengadaan Peralatan Keamanan Informasi untuk Intrusion Detection System (IDS) dan Intrusion Prevention System (IPS) P Peralatan Keamanan Informasi untuk Analisis Trafik dan Digital Forensik KS Pengadaan Peralatan Keamanan Informasi untuk Analisis Trafik dan Digital Forensik IV BAB IV ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

147 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN KEGIATAN KEAMANAN TIK Tabel 4.37 Kegiatan Keamanan TIK No Keamanan Sistem Keterangan 1 2 Dokumen kebijakan keamanan sistem informasi Implementasi keamanan infrastruktur 3 Software anti virus 4 Pelatihan keamanan informasi 5 Manajemen resiko keamanan informasi 6 Peralatan monitoring Penyusunan dokumen kebijakan keamanan sistem informasi, standart, pedoman, prosedur dan praktek keamanan. Dokumen ini akan menjadi pedoman dalam menjalankan keamanan sistem informasi secara menyeluruh. Melakukan optimasi keamanan infrastruktur yang sesuai dengan kebijakan, standart, pedoman, prosedur dan praktek keamanan informasi. Optimasi dapat dilakukan pada PC server, jaringan kabel dan nirkabel serta pada PC dan device portabel user. Melindungi endpoint yang berupa PC, laptop dan server file dari potensi serangan dengan menggunakan software anti virus. Software perlindungan ini dapat dikendalikan secara terpusat sehingga memudahkan pada proses perawatan dan updatenya. Meningkatkan kesadaran keamanan informasi dengan melakukan pelatihan tentang pentingnya keamanan informasi. Pelatihan ini dapat dilakukan pada level administrator pengelola dan penanggung jawab infrastruktur sistem serta pada level end user sebagai pengguna sistem. Meminimalisir resiko keamanan sistem informasi dengan melakukan sistem dan network assessment. Salah satu bentuknya adalah dengan melakukan penetration testing terhadap infrastruktur dan sistem aplikasi yang ada. Assessment ini dilakukan secara periodik mengingat potensi serangan yang selalu berkembang dan semakin canggih. Peralatan yang berfungsi untuk melakukan monitoring dan analisa terkait dengan potensi keamanan sistem informasi. Fungsi peralatan dapat dijabarkan sebagai berikut: Monitoring dan akses kontrol aktifitas end user Monitoring anomali sistem dan jaringan dengan Intrusion Detection System (IDS) dan Intrusion Prevention System (IPS) Analisa trafik dan kebutuhan digital forensik IV BAB IV ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

148 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN PROGRAM KEAMANAN PENERBANGAN NASIONAL (PM 127 TAHUN 2015 TENTANG PROGRAM KEAMANAN PENERBANGAN NASIONAL) TERKAIT KEAMANAN INFORMASI Tabel 4.38 Program Keamanan Penerbangan Nasional dan Draft Revisi Terkait Keamanan Informasi URAIAN PM 127 TAHUN 2015 DRAFT REVISI (TARGET SEBELUM 25 SEPTEMBER 2017) 1. Memiliki langkah-langkah pengamanan teknologi informasi dan komunikasi (cyber security) 2. Perlindungan Sistem Teknologi Informasi Komunikasi dari serangan siber (cyber attack) Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan 1. Unit Penyelenggara Bandar Udara dan Pimpinan Badan Usaha Bandar Udara 2. Badan Usaha Angkutan Udara 3. Perusahaan Angkutan Udara Asing 4. Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan 5. Badan Hukum yang melakukan kegiatan usaha di bandar udara 6. Badan Hukum Yang Mendapat Pendelegasian Belum terinci 1. Langkah-langkah Perlindungan Sistem Teknologi Informasi Komunikasi dari Serangan Siber antara lain: a. Pengendalian administratif; b. Pengendalian virtual dan logical; dan c. Pengendalian fisik. 2. Membuat penilaian kerawanan (vulnerability assessment) terhadap sistem dan data Teknologi Informasi Komunikasi 3. Menetapkan langkah-langkah mitigasi terhadap kemungkinan terjadinya serangan siber (cyber attack) IMPLEMENTASI KEAMANAN INFORMASI Keterlibatan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara dalam Cyber Security : a) Sosialisasi Untuk Menumbuhkan Kepedulian Akan Bahaya Serangan Cyber Security; b) Membuat Aturan Terkait Cyber Security; c) Kolaborasi Data Penerbangan Dengan Stakeholder Transportasi Penerbangan; d) Pertukaran Informasi Terkait Cyber Security. BENTUK KERJASAMA DALAM PENYEDIAAN LAYANAN CYBER SECURITY Kerjasama AIRBUS dan SITA Airbus dan SITA bekerjasama untuk menyediakan layanan cyber security yang sangat berguna untuk industri angkutan udara. Pada tanggal 3 April 2017 Airbus dan SITA telah melaunching layanan pusat operasi security baru yang dibentuk khusus untuk industri angkutan udara. Layanan ini menyediakan informasi tentang kegiatan cyber yang tidak normal dan berdampak terhadap bisnis airline, airport dan stakeholder dalam dunia penerbangan. IV BAB IV ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

149 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN LANGKAH PENTING YANG HARUS DILAKUKAN Beberapa langkah penting yang harus dilakukan setiap negara dalam rangka penanggulangan cyber crime : 1. Melakukan modernisasi hukum pidana nasional beserta hukum acaranya, yang diselaraskan dengan konvensi internasional yang terkait dengan kejahatan tersebut. 2. Meningkatkan sistem pengamanan jaringan komputer nasional sesuai standar internasional. 3. Meningkatkan pemahaman serta keahlian aparatur penegak hukum mengenai upaya pencegahan, investigasi dan penuntutan perkara-perkara yang berhubungan dengan cybercrime. 4. Meningkatkan kesadaran warga negara mengenai masalah cybercrime serta pentingnya mencegah kejahatan tersebut terjadi. 5. Meningkatnya kerjasama antar negara, baik bilateral, regional maupun multilateral, dalam upaya penanganan cybercrime, antara lain melalui perjanjian ekstradisi dan mutual assistance treaties. Langkah-langkah yang harus dilakukan terkait cyber crime : Soft Control : memastikan orang-orang terlibat dalam dunia penerbangan terbiasa dengan budaya awareness terhadap cyber crime. Hard Control : pengelolaan mobile devices dan USB, pengawasan remote access, pengelolaan yang melibatkan akses khusus. UPAYA PENANGGULAN BAHAYA CYBER CRIME 1. Faktor pelaksanaan otentikasi; 2. Manajemen resiko; 3. Trap code; 4. Penghapusan metadata dari dokumen umum; 5. Penghapusan cyber; 6. Mengadakan perjanjian dengan layanan Cyber Threats Intelligence; 7. Memonitor supply chain dan mengenalkan perjanjian hukum berikut penaltinya PERWAKILAN TETAP INDONESIA UNTUK ICAO Karakteristik tranportasi udara yang berhubungan erat dengan dunia internasional perlu mendapat perhatian serius dari pemerintah. Oleh karena itu untuk mengambil langkah-langkah strategis dalam upaya pengembangan transportasi udara Indonesia di kancah internasional perlu adanya upaya penguatan dan pengembangan kerja sama Indonesia dengan Sekretaris Jenderal ICAO dan peningkatan partisipasi Indonesia dalam seluruh kegiatan ICAO. Untuk mewujudkan maksud tersebut Ditjen Perhubungan Udara telah membentuk Kantor Kepentingan Indonesia pada ICAO yang diresmikan oleh Wamen Perhubungan pada tanggal 2 Februari 2012 di Montreal, Kanada. Saat ini perwakilan Indonesia pada ICAO terdiri dari permanent representative yang dijabat Duta Besar RI untuk Kanada serta alternate representative yang dijabat Atase Perhubungan. Tugas pokok dan fungsi Alternate Representative untuk ICAO adalah sebagai berikut: a. Sebagai Negara anggota dari ICAO yang berkedudukan di Montreal, mandate alternate representative adalah mewakili Pemerintah Republik Indonesia untuk ICAO. Tugas utamanya adalah meningkatkan kerjasama yang erat antara Indonesia dan ICAO di bidang penerbangan sipil. b. Mandat spesifik alternate representative ICAO adalah bertanggung jawab atas isu-isu teknis dalam seluruh aspek penerbangan sipil. Penunjukan wakil Negara atau alternate representative untuk ICAO berasal dari Kementerian Perhubungan khususnya Direktorat Jenderal Perhubungan Udara. IV BAB IV ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

150 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN c. Peran alternate representative untuk ICAO adalah membantu perwakilan tetap Indonesia (Duta Besar Republik Indonesia) dalam meningkatkan dan mempromosikan keselamatan penerbangan dan keamanan penerbangan baik domestik maupun internasional melalui kerjasama yang erat dengan ICAO serta berpartisipasi dalam semua kegiatan seperti menghadiri rapat-rapat yang diadakan ICAO, pertemuan dewan, simposium, workshop, konferensi, panel task force dan sebagainya dalam kaitannya dengan International Standard Regulations and Recommended Practices (SARPs) dalam bidang penerbangan sipil. Dengan karakteristik beban kerja tugas Atase Perhubungan sebagai alternate representative untuk ICAO yang bersifat multilateral di kota Montreal, yang juga bertugas sebagai Atase Perhubungan dengan sifat bilateral pada Kantor Kedutaan Besar RI di Ottawa, maka sangat penting kedua tugas ini dilaksanakan oleh personil yang berbeda dari Kementerian Perhubungan untuk dapat meningkatkan kualitas diplomasi dari negara Indonesia di bidang transportasi udara. Dalam pelaksanaan tugas Atase Perhubungan, kantor perwakilan kepentingan Indonesia untuk ICAO mempunyai posisi yang penting didalam pelaksanaan diplomasi yang bersifat multilateral. Adapun target penting dari keberadaan alternate representative yang juga dijabat Atase Perhubungan dan kantor perwakilan kepentingan Indonesia adalah salah satunya mengamankan amanat Undangundang yang terkait dalam pelayanan navigasi penerbangan yaitu pengambilalihan sektor A,B,C pada tataran diplomasi internasional. Adapun langkah-langkah yang diperlukan untuk mendukung kebijakan transportasi udara ditataran internasional tersebut adalah : 1. Menetapkan status kantor dan kepala kantor perwakilan dimaksud sebagai unit teknis yang dibantu fungsi diplomatik; 2. Menetapkan waktu yang tepat untuk mencalonkan kembali untuk menjadi anggota ICAO council yaitu pada tahun 2016 atau 2019 dengan memperhatikan capaian pada pencalonan sebelumnya KETAHANAN PENERBANGAN SIPIL Ketahanan penerbangan sipil tidak bisa dilepaskan dalam konteks ketahanan nasional. Ketahanan nasional diartikan adalah kondisi dinamika, yaitu suatu bangsa yang berisi keuletan dan ketangguhan yang mampu mengembangkan ketahanan, Kekuatan nasional dalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan, hambatan, ancaman dan gangguan baik yang datang dari dalam maupun dari luar. Juga secara langsung ataupun tidak langsung yang dapat membahayakan integritas, identitas serta kelangsungan hidup bangsa dan negara. Dengan melihat terminologi ketahanan nasional, untuk ketahanan penerbangan sipil dapat didefinisikan sebagai suatu kondisi penerbangan yang mampu menghadapi dan mengatasi segala tantangan, hambatan, ancaman dan gangguan dari dalam maupun luar negeri secara langsung atau tidak langsung yang dapat membahayakan kelangsungan pelayanan transportasi udara yang dapat merugikan kepentingan nasional. Ketahanan penerbangan sipil secara operasional dapat pula diartikan sebagai ketersediaan jaringan prasarana dan pelayanan transportasi udara yang berkelanjutan serta kemudahan masyarakat untuk mendapatkan akses transportasi udara. Ketahanan penerbangan merupakan ukuran kepentingan nasional terhadap gangguan di masa depan atau ketiadaan pelayanan transportasi udara yang diakibatkan oleh berbagai faktor seperti kegagalan pasar dalam industri penerbangan, pemogokan komunitas penerbangan, kelangkaan bahan bakar, ketidakstabilan ekonomi, peperangan dan sebagainya. IV BAB IV ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

151 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN Dalam rangka menjamin keberlangsungan pelayanan transportasi udara dan sebagai antisipasi terhadap gangguan pelayanan transportasi udara di masa depan yang disebabkan oleh faktor tersebut diatas, maka perlu disiapkan strategi untuk mempertahankan ketersediaan pelayanan transportasi udara. Sebelum merumuskan strategi kebijakan yang perlu diputuskan, akan diidentifikasi komponen utama yang mempengaruhi penyelenggaraan penerbangan dalam kerangka ketahanan penerbangan adalah sebagai berikut : 1. Pemerintah atau regulator. Melakukan fungsi pembinaan sebagai pengaturan, pengendalian, dan pengawasan. 2. Navigasi Penerbangan. Saat ini Lembaga penyelenggara pelayanan navigasi penerbangan yang memberikan pelayanan navigasi penerbangan pesawat udara sipil oleh PT. LPPNPI (Airnav Indonesia). Pelayanan navigasi juga dilakukan oleh TNI untuk melayani kepentingan militer. 3. Bandar Udara. Saat ini pengoperasian bandara dilakukan oleh BUMN yaitu PT. Angkasa Pura I yang mengelola 13 Bandar Udara dan PT. Angkasa Pura II yang mengelola 13 Bandar Udara dan 211 bandara yang dikelola oleh UPT Ditjen Perhubungan Udara/Pemda. Pada bandara tersebut terdapat 17 bandar udara merupakan enclave sipil dan 26 bandar udara enclave militer, dimana pangkalan udara milik TNI dan bandar udara umum digunakan bersama. 4. Sarana/ pesawat udara. Saat ini jumlah pesawat udara yang beroperasi berdasarkan data tahun 2017 (September) sebanyak pesawat, dengan rincian untuk AOC 121 sebanyak 581 pesawat, AOC 135 sebanyak 328 pesawat dan AOC 137, OC91, pilot school dan FASI sebanyak 293 pesawat. Pesawat tersebut dioperasikan oleh 17 perusahaan angkutan udara niaga berjadwal (termasuk kargo) dan 47 perusahaan angkutan udara niaga tidak berjadwal (termasuk kargo). Adapun jumlah SDM yang terkait langsung dengan kegiatan operasional pesawat udara adalah pilot sebanyak orang, aircraft maintenance engineer sebanyak orang, flight operation officer (FOO) sebanyak orang dan cabin crew sebanyak orang. 5. Jaringan dan rute penerbangan. Ketersediaan jaringan dan rute penerbangan sangat penting dalam pelayanan angkutan udara untuk menghubungkan antar wilayah diseluruh Indonesia. Saat ini jaringan rute penerbangan dalam negeri sebanyak 359 rute yang menghubungkan 124 kota dengan dilayani oleh 14 maskapai penerbangan (angkutan penumpang). Untuk jaringan rute penerbangan luar negeri menghubungkan 19 kota di Indonesia dengan 46 kota pada 22 negara yang dilayani oleh 44 maskapai penerbangan asing, selain itu rute penerbangan luar negeri yang dilayani oleh maskapai penerbangan nasional sebanyak 12 maskapai (9 penumpang dan 3 kargo) yang menghubungkan 15 kota dalam negeri dengan 34 kota pada 13 negara. Pada tahun 2017, Pemerintah juga menyelenggarakan angkutan udara perintis sebanyak 188 rute, untuk membuka keterisolasian dan menghubungkan daerah perbatasan, terpencil/tertinggal dan pulau-pulau terluar. 4.4 KERANGKA REGULASI Dari sisi regulasi, Ditjen Perhubungan Udara telah memiliki berbagai dasar hukum pembangunan dan pengelolaan sektor transportasi udara, yang ditandai dengan terbitnya Undang-Undang Penerbangan beserta peraturan pelaksanaannya yang telah mengamanatkan perubahan pola kelembagaan penyelenggaraan transportasi yang pada intinya pemisahan antara peran regulator dan operator. Selanjutnya akan dilakukan identifikasi peraturan-peraturan yang masih perlu dijabarkan lagi turunannya, serta akan dilakukan langkah-langkah deregulasi untuk peraturan yang dinilai dapat IV BAB IV ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

152 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN menghambat iklim investasi dan usaha di Indonesia. Disamping hal tersebut, mengingat jumlah peraturan perundang-undangan yang berlaku, akan dilakukan simplikasi peraturan perundangan di bidang penerbangan untuk menyederhanakan. Parameter Deregulasi: 1. Peraturan yang dapat membawa dampak negatif dalam menimbulkan minat terhadap dunia usaha dan investasi. 2. Peraturan yang mengakibatkan beban ekonomi (pembiayaan yang tidak tentu jumlahnya) baik bagi operator maupun bagi pengguna jasa. 3. Perizinan bidang usaha yang otoritasnya bersifat sentralisasi dan birokrasi yang berbelitbelit. Parameter Simplifikasi: 1. Inventarisasi, identifikasi dan analisis peraturan sesuai dengan bussines process, klasifikasi dan kluster yang sejenis. 2. Harmonisasi dan sinkronisasi peraturan perundang-undangan yang overlapping baik dari sisi penanganan maupun pembiayaan. Tanggung jawab penyelesaian peraturan pelaksanaan Undang-undang Penerbangan bukan hanya berada pada Kementerian Perhubungan/Ditjen Perhubungan Udara, namun juga Kementerian/Lembaga (K/L) lain seperti, Kementerian Pertahanan, LAPAN, serta keterlibatan stake holder diantaranya operator pesawat udara, bandara dan Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (LPPNPI). Dalam Tahun ditargetkan dapat diselesaikan 136 Peraturan Bidang Perhubungan Udara. 4.5 KERANGKA KELEMBAGAAN Penataan Kantor Unit Penyelenggara Bandar Udara (UPBU) Telah dilakukan evaluasi terhadap 5 Kantor UPBU Kelas III untuk ditata kembali organisasi dan tata kerjanya dikarenakan adanya pertumbuhan penerbangan dan/atau telah selesainya pengembangan infrastruktur dan peran strategis bandar udara untuk mendukung kebijakan nasional. Tingginya angka pergerakan pesawat, penumpang dan kargo menjadikan beban kerja pada Bandar Udara ini terus meningkat, disamping adanya isu lingkungan strategis seperti pembangunan pariwisata dan konektivitas nasional untuk pembangunan di daerah-daerah. 5 UPBU Kelas III yang telah dievaluasi dan diusulkan naik menjadi Kelas II adalah: 1. Bandar Udara Blimbingsari Kab. Banyuwangi Jawa Timur; 2. Bandar Udara Karel Sadsuitubun Tual (Langgur) Maluku Tenggara; 3. Bandar Udara Tampa Padang Mamuju Sulawesi Barat; 4. Bandar Udara FL. Tobing Sibolga Sumatera Utara; dan 5. Bandar Udara Nop Goliat Dekai Kab. Yahukimo Papua. Selain 5 Bandar Udara Kelas III diatas saat ini terdapat 16 Satuan Pelayanan Bandar Udara, dari 16 tersebut telah dievaluasi dan terdapat 5 Satuan Pelayanan Bandar Udara yang dievaluasi dikarenakan lokasi yang strategis dalam peningkatan pariwisata dan pertumbuhan ekonomi serta meningkatnya kegiatan penerbangan, sehingga 5 Satuan Pelayanan Bandar Udara dibawah ini diusulkan naik menjadi Unit Penyelenggara Bandar udara Kelas III, yaitu: 1. Bandar Udara Silampari Kab. Lubuk Linggau Sumatera Selatan; 2. Bandar Udara Tojo Una Una Kab. Ampana - Sulawesi Tengah; 3. Bandar Udara Sumarorong Kab Mamasa Sulawesi Barat; 4. Bandar Udara Pekonserai Kab. Pesisir Barat Lampung; dan 5. Bandar Udara Senggo Kab. Mappi Papua. IV BAB IV ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

153 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN Untuk Bandar Udara Baru, saat ini terdapat 8 bandar udara yang baru selesai dibangun dan siap dioperasikan dan/atau bandar udara hasil hibah dari pemerintah daerah yang perlu mendapat kejelasan kelembagaannya yaitu: 1. Bandar Udara Ranai Natuna Kepulauan Riau; 2. Bandar Udara Miangas Kab. Talaud Sulawesi Utara; 3. Bandar Udara Letung Anambas Kepulauan Riau; 4. Bandar Udara Maratua Kab Berau Kalimantan Timur; 5. Bandar Udara Korowai Batu Kab. Boven Digul Papua; 6. Bandar Udara Sobaham Kab. Yahukimo Papua; 7. Bandar Udara Kutacane Aceh Tenggara Aceh; dan 8. Bandar Udara Pulau Gebe Kab. Halmahera Tengah Maluku Utara. Berdasarkan hasil evaluasi dengan menggunakan kriteria klasifikasi kantor unit penyelenggara Bandar Udara PM. 39 Tahun 2014 maka Bandar Udara Ranai di Natuna dan Bandar Udara Sobaham di Yahukimo diusulkan menjadi UPBU Kelas III sedangkan 6 Bandar Udara yang lain diusulkan menjadi Satuan Pelayanan Bandar Udara dikarenakan membutuhkan masa transisi dan pemenuhan SDM Penataan Organisasi Balai-Balai Penataan organisasi Balai-balai di lingkungan Ditjen Perhubungan Udara telah dilakukan dengan menetapkan Balai Besar Kalibrasi Fasilitas Penerbangan dan Balai Kesehatan Penerbangan menjadi Badan Layanan Umum (BLU) melalui PM Nomor 122 Tahun 2016 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Balai Besar Kalibrasi Fasilitas Penerbangan dan PM nomor 55 Tahun 2017 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Kesehatan Penerbangan, kemudian melalui keputusan Menteri Keuangan Nomor 13/KMK.05/2016 tentang Penetapan Balai Besar Kalibrasi Fasilitas Penerbangan pada Kementerian Perhubungan sebagai Instansi Pemerintah yang menerapkan Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum dan sesuai Keputusan Menteri Keuangan Nomor 148/KMK.05/ 2016 tentang Penetapan Balai Kesehatan Penerbangan pada Kementerian Perhubungan sebagai Instansi Pemerintah yang menerapkan Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Penataan Organisasi Kantor Otoritas Bandar Udara Sedang dilakukan penyusunan kriteria klasifikasi dan penataan organisasi dan tata kerja kantor otoritas bandar udara. Kriteria klasifikasi akan dapat menjawab berapa banyak Kantor Otoritas Bandar Udara dan berapa bandara yang diawasi. Fokus penataan organisasi adalah penyelarasan struktur organisasi di semua kelas organisasi Kantor Otoritas Bandar Udara dan mencerminkan bagian dari Kantor pusat Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Penataan Kantor Kepentingan Indonesia di ICAO Montreal Sejak Tahun 2012 telah terbentuk Kantor Kepentingan Indonesia di ICAO Montreal yang secara kelembagaan merupakan Jabatan rangkap dengan Atase Perhubungan di Canada, sejalan dengan peran stategis Indonesia sebagai anggota ICAO dan pencalonan Indonesia kembali sebagai anggota dewan ICAO, adanya perkembangan hubungan bilateral Indonesia Canada yang mengangkat kerjasama bidang Transportasi seperti pengadaan pesawat terbang, Diklat, Pelatihan SAR, dll maka dipandang perlu memisahkan antara Kantor Kepentingan Indonesia di ICAO dengan Atase Perhubungan, Kantor Kepentingan Indonesia di ICAO berkedudukan di Montreal sedangkan Atase Perhubungan berkedudukan di Ottawa, pada tahap berikutnya adalah penempatan orang atau Pegawai Direktorat Jenderal Perhubungan Udara untuk magang di ICAO. IV BAB IV ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

154 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN BAB V TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN 5.1 TARGET KINERJA Dalam rangka mewujudkan visi dan misi Presiden, ditetapkan Sasaran Pembangunan Nasional sebagaimana dituangkan dalam Perpres Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun yaitu : 1. Sasaran Makro; 2. Sasaran Pembangunan Manusia dan Masyarakat; 3. Sasaran Pembangunan Sektor Unggulan; 4. Sasaran Dimensi Pemerataan; 5. Sasaran Pembangunan Wilayah dan Antarwilayah; 6. Sasaran Politik, Hukum, Pertahanan dan Keamanan. Berdasarkan sasaran pembangunan nasional tersebut di atas, sub sektor transportasi udara memegang peranan dalam mewujudkan Sasaran Pembangunan Sektor Unggulan pada Bidang Infrastruktur Dasar dan Konektivitas, serta Lingkungan, sebagaimana ditunjukkan dalam tabel di bawah ini. Tabel 5.1 Sasaran Pokok Pembangunan Nasional Sub Sektor Transportasi Udara No. Pembangunan Baseline Sasaran Jumlah Bandar Udara On-Time Performance Penerbangan 75 % 95 % 3 Emisi Gas Rumah Kaca 15,5 % 26 % Sumber : Buku I RPJMN Tahun (hal 5-10) Sesuai dengan Agenda Pembangunan Nasional dalam Perpres Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun , terdapat 9 (Sembilan) Agenda Pembangunan Nasional (Nawa Cita) sebagaimana telah tersebut sebelumnya pada Bab II, dimana sub sektor transportasi udara berperan dalam agenda nomor 6 (enam) yaitu Meningkatkan Produktivitas Rakyat Dan Daya Saing Di Pasar Internasional, dengan sub agenda prioritas adalah Membangun Konektivitas Nasional Untuk Mencapai Keseimbangan Pembangunan. Sebagaimana telah tertuang dalam Buku II RPJMN Tahun dalam agenda pembangunan Bidang Penyediaan Sarana dan Prasarana, terdapat Sasaran Umum/Sasaran Bidang yang hendak dicapai oleh Sektor Infrastruktur pada RPJMN Tahun adalah sebagai berikut : 1. Terpenuhinya jaringan Infrastruktur yang sesuai dengan perencanaan tata ruang nasional; V-1 BAB V TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN

155 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN Terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat untuk bertempat tinggal yang layak dengan didukung prasarana, sarana dan utilitas yang memadai dalam mendorong peningkatan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional; 3. Terwujudnya pertumbuhan bidang Infrastruktur minimal dua kali pertumbuhan ekonomi nasional dalam rangka memberikan sumbangan terhadap kesinambungan pertumbuhan ekonomi nasional (sustainable growth) yang berkualitas dan perluasan lapangan kerja; 4. Terjaminnya kepastian dan stabilitas penyediaan jasa Infrastruktur ke seluruh pelosok tanah air untuk meningkatkan kelancaran distribusi barang, jasa dan mobilitas penumpang dalam rangka memberikan kontribusi terhadap pengendalian laju inflasi, serta pertumbuhan ekonomi yang berkualitas; 5. Terwujudnya peningkatan dan pemerataan pelayanan jasa Infrastruktur ke seluruh pelosok tanah air dalam rangka memberikan kontribusi terhadap pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya dan menjaga keutuhan dan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai negara maritim yang maju dan berdaulat; 6. Tercapainya peran dan investasi swasta yang optimal dalam pembangunan infrastruktur guna meningkatkan efisiensi anggaran serta kuantitas dan kualitas layanan infrastruktur. Adapun sasaran-sasaran khusus dari Indikator Kinerja Infrastruktur Sub Sektor Transportasi Udara selama 5 tahun ke depan yang diklasifikasikan berdasarkan isu strategis adalah sebagai berikut: Tabel 5.2 SASARAN RPJMN BIDANG INFRASTRUKTUR (Sub Sektor Transportasi Udara) NO SASARAN INDIKATOR Penguatan Konektivitas Nasional untuk Mencapai Keseimbangan Pembangunan 1 Meningkatnya kapasitas sarana dan prasarana a. Meningkatnya jumlah penumpang yang diangkut transportasi dan keterpaduan system transportasi maskapai penerbangan nasional menjadi 162 multimoda dan antarmoda untuk mengurangi juta/penumpang/tahun dengan membangun 15 backlogmaupun bottleneck kapasitas prasarana bandara baru di Kertajati, Letung, Tambelan, Tebelian, transportasi dan sarana transportasi antarmoda dan Muara Teweh, Samarinda Baru,Maratua, Buntu Kunik, antarpulau sesuai dengan system transportasi Morowali, Miangas, Siau, Namniwel, Kabir Patar, nasional dan cetak biru Werur, Koroy Batu, dan pengembangan dan transportasi multimoda. rehabilitasi yang lama tersebar di Pulau Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua. b. Pengembangan 9 bandara untuk pelayanan kargo udara di Kualanamu, Soekarno - Hatta, Juanda, Syamsuddin Noor, Sepinggan, Hassanuddin, Samratulanggi, Frans kaisepo, Sentani. c. Peningkatan On-time Performance Penerbangan menjadi 95%. d. Moderenisasi sistem pelayanan navigasi penerbangan dan pelayaran. 2 Meningkatnyakinerja pelayanan dan industry transportasi nasional untuk mendukung Konektivitas Nasional,Sistem Logistik Nasional (Sislognas) dan Konektivitas Global V-2 BAB V TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN a. Meningkatnya peran serta sektor swasta dalam pembangunan dan penyediaan transportasi melalui Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS) atau investasi langsung sektor swasta. b. Terpisahkannya fungsi operator dan regulator serta pemberdayaan dan peningkatan daya saing BUMN transportasi untuk memperbesar pasar dan industry transportasi nasional. c. Meningkatnya SDM transportasi yang bersertifikat

156 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN NO SASARAN INDIKATOR 3 Meningkatnya tingkat keselamatan dan keamanan penyelenggaraan pelayanan transportasi. 4 Menurunnya emisi gas rumah kaca (RAN-GRK) di sektor transportasi. 5 Tersedianya layanan transportasi serta komunikasi dan informatika diperdesaan, perbatasan negara, pulau terluar, dan wilayah non komersial lainnya. menjadi 2 kali lipat dibandingkan kondisi baseline dengan meningkatkan penyelenggaraan pendidikan paling tidak untuk lulusan pendidikan perhubungan laut sebanyak 1 juta orang, lulusan pendidikan udara sebanyak 30 ribu orang, lulusan pendidikan darat dan perkeretaapian sebanyak 35 ribu orang. d. Terhubungkannya konektivitas nasional dengan konektivitas global melalui penyelenggaraan pelayanan transportasi lintas batas negara dalam kerangka kerja sama sub-regional maupun regional. e. Termanfaatkannya hasil industri transportasi nasional dalam rangka pemberdayaan hasil industri transportasi dalam negeri yang meliputi pengembangan pesawat udara (N-219), armada serta galangan kapal nasional, bus, fasilitas dan sarana perkeretaapian nasional, serta industri aspal buton dan meningkatnya kapasitas jasa kontruksi nasional. Menurunnya rasio kecelakaan transportasi udara pada AOC 121 dan AOC 135 menjadi kurang dari 3 kejadian/1 juta flight cycle. Menurunnya emisi gas rumah kaca (RANGRK) sebesar2,982 juta ton CO2e untuk subsektor transportasi darat, 15,945 juta ton CO2e untuk subsektor transportasi udara, dan 1,127 juta ton CO2e untuk subsektor transportasi perkeretaapian hingga tahun 2020 melalui penyediaan sarana dan prasarana transportasi yang ramah lingkungan dan responsif terhadap perubahan iklim/cuaca ekstrem. Terselenggaranya pelayanan transportasi perintis secara terpadu meliputi bus, penyeberangan, sungai dan danau, laut, dan udara di wilayah perdalaman, perbatasan, dan pulau terluar. Peningkatan Efektivitas dan Efisiensi dalam Pembiayaan Infrastruktur 6 Menjadikan skema KPS sebagai development Prioritisasi penggunaan skema KPS pada tingkat sektor approach dalam pembangunan infrastruktur dan daerah untuk proyek-proyek infrastruktur yang sektoral maupun lintas sektor. bersifat cost-recovery. Sumber : Buku II RPJMN Tahun (hal 9-30) Penetapan sasaran pembangunan nasional tersebut di atas ditindaklanjuti melalui penetapan Sasaran dan Indikator Kinerja Utama Kementerian Perhubungan dalam Renstra Kementerian Perhubungan Tahun dan dijabarkan dalam Sasaran dan Indikator Kinerja Utama Ditjen Perhubungan Udara dalam Renstra Ditjen Perhubungan Udara Tahun Indikator Kinerja Utama (IKU) merupakan ukuran keberhasilan yang menggambarkan kinerja utama instansi pemerintah sesuai dengan tugas fungsi serta mandat (core business) yang diemban. Oleh karena itu, penetapan Indikator Kinerja Utama (IKU) Ditjen Perhubungan Udara disusun sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Ditjen Perhubungan Udara untuk mencapai tujuan dan sasaran dalam rangka pemenuhan visi dan misinya. IKU dipilih dari seperangkat indikator kinerja yang berhasil diidentifikasi dengan memperhatikan dokumen RPJMN , Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Tahun , dan kebijakan umum lainnya. Indikator Kinerja Utama (IKU) pada Ditjen Perhubungan Udara adalah indikator hasil (outcome) dan atau keluaran (output). V-3 BAB V TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN

157 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN Indikator Kinerja Utama (IKU) Direktorat Jenderal Perhubungan Udara tahun disusun sebagai indikator outcome dan bukan merupakan indikator output, yang dijabarkan dari sasaran startegis yang dibagi dalam empat perspective yaitu stakeholder perspective, costumer perspective, internal process perspective dan learning and growth perspective, dengan uraian detail sebagai berikut: Stakeholder Perspective Sasaran Strategis pertama (SS1) adalah Terwujudnya Pelayanan Transportasi Udara yang Handal, Berdaya Saing dan Memberikan Nilai Tambah Dalam Rangka Mewujudkan Konektivitas Nasional dengan indikator kinerja : Customer Perspective a. Sasaran Strategis kedua (SS2) adalah Meningkatnya Keselamatan dan Keamanan Transportasi Udara dengan indikator kinerja : 1) Rasio Kejadian Kecelakaan Transportasi Udara, dengan baseline tahun 2014 sebesar 6,56 (rasio kejadian/ 1 juta flight), dan ditargetkan sampai pada tahun 2019 sebesar 2,45 (rasio kejadian/ 1 juta flight). 2) Rasio Air Traffic Incident (Kejadian dari pergerakan), dengan baseline tahun 2014 sebesar < 4x10-5 dan ditargetkan pada tahun 2019 sebesar < 3.30x10-5 rasio. 3) Rasio Gangguan Keamanan Pada Pelayanan Jasa Transportasi Udara, dengan baseline tahun 2014 sebesar 0.27 dan ditargetkan pada tahun 2019 sebesar 0,17 rasio. 4) Rasio Pemenuhan Sertifikasi Di Bidang Pelayanan Navigasi Penerbangan, dengan baseline tahun 2014 sebesar 0.74 dan ditargetkan pada tahun 2019 sebesar 0.80 rasio; 5) Persentase Pemenuhan sertifikasi Bandar Udara, dengan baseline tahun 2014 sebesar 0.5 dan ditargetkan pada tahun 2019 sebesar 1. b. Sasaran Strategis (SS3) adalah Meningkatnya Kinerja Pelayanan Sarana dan Prasarana Transportasi Udara, dengan indikator kinerja : 1) Persentase Penurunan Gas Rumah Kaca dari Sektor Transportasi Udara, dengan baseline tahun 2014 sebesar % dan ditargetkan pada tahun 2019 sebesar 100 %. 2) Persentase Capaian On Time Performance (OTP) Sub Sektor Transportasi Udara, dengan baseline tahun 2014 sebesar 79 % dan ditargetkan pada tahun 2019 sebesar 88 %. 3) Persentase kepuasan pengguna jasa terhadap layanan jasa berbasis online untuk sertifikasi personil operasi pesawat udara, dengan target pada tahun 2019 sebesar 90.25%; 4) Persentase Kota/Daerah Yang Terhubungi, dengan baseline tahun 2014 sebesar 81% dan ditargetkan pada tahun 2019 sebesar 100%. c. Sasaran Strategis (SS4) adalah Meningkatnya Kapasitas Sarana dan Prasarana Transportasi Udara, dengan indikator kinerja : 1) Persentase Peningkatan Kapasitas Sarana Transportasi Udara, dengan baseline tahun 2014 sebesar 39.39% dan ditargetkan pada tahun 2019 sebesar 47,23%. 2) Persentase Peningkatan Kapasitas Prasarana Transportasi Udara, dengan baseline tahun 2014 sebesar 50% dan ditargetkan pada tahun 2019 sebesar 90%. d. Sasaran Strategis (SS5) adalah Meningkatnya Layanan Transportasi Udara di Daerah Rawan Bencana, Perbatasan Terluar dan Terpencil, dengan indikator kinerja : 1) Rasio Layanan Transportasi Udara Daerah Rawan Bencana, Perbatasan, Terluar dan Terpencil, dengan baseline tahun 2014 sebesar 3.35 dan ditargetkan pada tahun 2019 sebesar 3,41 rasio. V-4 BAB V TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN

158 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN Internal Process Perspective Pencapaian Sasaran Strategis (SS6) adalah Terlaksananya Perumusan Kebijakan dalam Penyelenggaraan Transportasi, dengan Indikator Kinerja : Persentase Pelaksanaan Deregulasi Peraturan di Lingkungan Ditjen Perhubungan Udara, dengan target pada tahun 2019 sebesar 100 % Learn and Growth a. Sasaran Strategis (SS7) adalah Tersedianya SDM Ditjen Perhubungan Udara yang Kompeten dan Profesional, dengan Indikator Kinerja : 1) Persentase pemenuhan kebutuhan jabatan fungsional teknisi penerbangan yang bersertifikat, dengan target pada tahun 2019 sebesar 68 %. 2) Rasio Pemenuhan Inspektur Penerbangan, dengan target pada tahun 2019 sebesar 1; b. Sasaran Strategis (SS8) adalah Terwujudnya Good Governance and Clean Government di Ditjen Perhubungan Udara, dengan Indikator Kinerja : 1) Nilai AKIP Ditjen Perhubungan Udara, dengan baseline tahun 2014 sebesar dan ditargetkan pada tahun 2019 sebesar ) Persentase Penyerapan Anggaran Ditjen Perhubungan Udara, dengan baseline tahun 2014 sebesar >84 % dan ditargetkan pada tahun 2019 sebesar >89 %. 3) Persentase Nilai Aset Ditjen Perhubungan Udara Yang Diinventarisasi, dengan baseline tahun 2014 sebesar 70 % dan ditargetkan pada tahun 2019 sebesar 100 %; 5.2 KERANGKA PENDANAAN Kebutuhan Pendanaan Ditjen Perhubungan Udara Tahun Program Pengelolaan dan Penyelenggaraan Transportasi Udara tahun bertujuan untuk mendukung transportasi udara yang lancar, terpadu dan nyaman, sehingga mampu meningkatkan efisiensi pergerakan orang dan barang, memperkecil kesenjangan pelayanan angkutan udara antar wilayah serta mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Pembangunan Transportasi Udara bertujuan melanjutkan kebijakan peningkatan kualitas pelayanan transportasi udara melalui penerapan pelayanan dasar sesuai dengan standar pelayanan minimal, peningkatan dukungan terhadap daya saing sektor riil serta peningkatan investasi proyek-proyek infrastruktur yang dilakukan oleh swasta melalui berbagai skema kerjasama antara pemerintah dan swasta dengan prioritas menunjang pertumbuhan, pengentasan kemiskinan, dan membuka lapangan kerja dijabarkan dalam 6 (enam) kegiatan yaitu : 1. Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Direktorat Jenderal Perhubungan Udara; Bertujuan untuk mewujudkan reformasi kelembagaan, peraturan perundang-undangan, SDM dan pelayanan transportasi udara, menjamin prioritas kegiatan penegakan hukum, peningkatan sarana dan prasarana penunjang teknis, pemberantasan korupsi dan reformasi birokrasi serta mewujudkan penyempurnaan peraturan dibidang penerbangan dan ratifikasi konvensi-konvensi internasional. 2. Pelayanan Angkutan Udara Perintis; Tujuan diselenggarakannya angkutan perintis adalah untuk membuka keterisolasian dan menghubungkan daerah terpencil/tertinggal atau daerah yang belum terlayani oleh moda transportasi lain sehingga mampu mendorong perkembangan ekonomi daerah tersebut. 3. Pembangunan, Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana Bandar Udara; V-5 BAB V TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN

159 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN Kegiatan ini bertujuan mewujudkan pengembangan / pembangunan prasarana bandar udara sesuai pola jaringan prasarana dan pelayanan transportasi udara nasional, menjamin implementasi tatanan kebandarudaraan nasional yang berdasarkan hirarki fungsi secara efisien dan efektif dengan pertimbangan pemenuhan permintaan jasa transportasi udara serta menunjang wawasan nusantara dan ketahanan nasional. 4. Pembangunan, Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana Keamanan Penerbangan; Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kinerja fasilitas keamanan penerbangan (PKP-PK dan Salvage, Aviation Security, serta penanganan pengangkutan barang berbahaya dan kargo) melalui pemeliharaan, rehabilitasi, penggantian prasarana keamanan penerbangan, guna menjamin pemenuhan terhadap standar internasional. 5. Program Pembinaan Navigasi Penerbangan Kegiatan ini berfungsi sebagai pengaturan, pengendalian, dan pengawasan dalam mewujudkan jasa pelayanan navigasi penerbangan sesuai standar dan efisien serta mewujudkan jaringan pelayanan navigasi penerbangan secara terpadu, serasi dan harmonis dalam lingkup nasional, regional dan internasional dalam rangka meningkatkan keselamatan penerbangan. 6. Pengawasan dan Pembinaan Kelaikan Udara dan Pengoperasian Pesawat Udara. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan fungsi pengawasan (audit, surveillance dan inspeksi) terhadap operator penerbangan sebagai upaya peningkatan keselamatan penerbangan. Adanya penetapan kebijakan baru terkait dengan dinamika pembangunan yang belum diakomodasi dalam Rencana Strategis Ditjen Perhubungan Udara dapat dimutakhirkan dalam dokumen Rencana Kerja Pemerintah (RKP). Untuk dapat melaksanakan arah kebijakan, strategi, dan program pembangunan Ditjen Perhubungan Udara, serta mencapai target sasaran utama, dibutuhkan dukungan kerangka pendanaan yang memadai. Pendanaan pembangunan akan bersumber dari pemerintah belanja pemerintah dan sumber lainnya sesuai dengan peraturan dan perundang undangan yang berlaku. Pendanaan melalui belanja Pemerintah Ditjen Perhubungan Udara akan digunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran dan kesejahteraan rakyat melalui peningkatan konektivitas ke seluruh wilayah Indonesia. a. Alokasi Pendanaan Alokasi anggaran Ditjen Perhubungan Udara tahun adalah sebesar Rp Milyar pada tahun 2015, Rp Milyar pada tahun 2016 dan Rp Milyar pada tahun Adapun rincian realisasi anggaran masing-masing kegiatan sebagaimana tabel berikut. V-6 BAB V TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN

160 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN Tabel 5.3 Alokasi Pendanaan Ditjen Perhubungan Udara Tahun PROGRAM/KEGIATAN PROGRAM PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN TRANSPORTASI UDARA PAGU ALOKASI ANGGARAN (Rp. Milyar) , , , Pelayanan Angkutan Udara Perintis Pembangunan, Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana Bandar Udara Pembangunan, Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana Keamanan Penerbangan Pengawasan dan Pembinaan Kelaikan Udara dan Pengoperasian Pesawat Udara 7, , , Program Pembinaan Navigasi Penerbangan Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen Perhubungan Udara 2, , , b. Kebutuhan Pendanaan Pembangunan sub sektor transportasi udara dilakukan di seluruh pulau di Indonesia yang meliputi pembangunan dan pengembangan sisi udara (landas pacu, taxiway, apron, dll), terminal penumpang/kargo dan fasilitas keselamatan dan keamanan penerbangan. Besarnya kebutuhan pendanaan dalam Rencana Strategis Ditjen Perhubungan Udara untuk tahun adalah sebesar Rp. 25, Milyar meliputi kegiatan-kegiatan antara lain pengembangan bandar udara, pembangunan/rehab terminal, pengadaan fasilitas keamanan penerbangan, pengadaan fasilitas pelayanan darurat, kegiatan pembinaan dan pengawasan, sertadan kegiatan dukungan manajemen dan teknis lainnya. Kebutuhan pendanaan Kementerian Perhubungan tahun untuk pembangunan sektor transportasi sebesar Rp. 12, Milyar pada tahun 2018 dan 13, Milyar pada tahun Adapun rincian kebutuhan pendanaan untuk masing-masing kegiatan sebagaimana tabel berikut. Tabel 5.4 Alokasi Kebutuhan Pendanaan Ditjen Perhubungan Udara Tahun PROGRAM/KEGIATAN PROGRAM PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN TRANSPORTASI UDARA V-7 BAB V TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN PAGU KEBUTUHAN (Rp. Milyar) , , Pelayanan Angkutan Udara Perintis Pembangunan, Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana Bandar Udara 7, ,

161 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN PROGRAM/KEGIATAN PAGU KEBUTUHAN (Rp. Milyar) Pembangunan, Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana Keamanan Penerbangan Pengawasan dan Pembinaan Kelaikan Udara dan Pengoperasian Pesawat Udara Program Pembinaan Navigasi Penerbangan Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen Perhubungan Udara 2, , Dalam rangka melaksanakan kebijakan dan strategi untuk Program Pengelolaan dan Penyelenggaraan Transportasi Udara tahun , telah diidentifikasi kebutuhan pembiayaan yang bersumber dari APBN sebesar Rp. 55,4 Trilyun. Kebutuhan pembiayaan pembangunan berdasarkan masing-masing kegiatan pada sub sektor transportasi udara sampai tahun 2019 dapat dilihat pada tabel di bawah. Tabel 5.5 Rekapitulasi Alokasi Pendanaan Ditjen Perhubungan Udara Tahun NO PROGRAM/ KEGIATAN ALOKASI (Rp. Miliar) TAHUN 2015 TAHUN 2016 TAHUN 2017 TAHUN 2018 TAHUN 2019 TOTAL ALOKASI (Rp. Miliar) D PROGRAM PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN TRANSPORTASI UDARA Pelayanan Angkutan Udara Perintis Pembangunan, Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana Bandar Udara Pembangunan, Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana Keamanan Penerbangan Pengawasan dan Pembinaan Kelaikan Udara dan Pengoperasian Pesawat Udara Program Pembinaan Navigasi Penerbangan Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen Perhubungan Udara 11, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , V-8 BAB V TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN

162 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN Skema Pembiayaan Alternatif Tingginya angka kebutuhan pembangunan infrastruktur perhubungan terkendala dengan keterbatasan anggaran pemerintah dalam melakukan pembangunan sektor transportasi, sehingga diperlukan perubahan paradigma dalam pembiayaan pembangunan infrastruktur transportasi dengan sumber pendanaan selain APBN. Untuk itu di dalam Rencana Strategis Ditjen Perhubungan Udara perlu dipertimbangkan proyek pembangunan/pengembangan infrastruktur transportasi udara yang berpotensi untuk didanai dengan pendanaan alternatif selain APBN. Adapun pembangunan/pengembangan infrastruktur transportasi udara yang berpotensi untuk dibiayai dengan pembiayaan alternatif selain APBN dapat dilakukan melalui penerbitan surat berharga (misalnya melalui penerbitan Surat Berharga Syari ah Negara/SBSN), dana haji dan pembiayaan melalui kerja sama antara Pemerintah dengan Badan Usaha. Pembiayaan melalui kerjasama antara pemerintah dengan badan usaha antara lain : a) Kerja Sama Operasional (KSO) yaitu pendayagunaan aset BLU dan/atau aset milik pihak lain dalam rangka tugas dan fungsi BLU, melalui kerjasama antara BLU dengan pihak lain yang dituangkan dalam naskah perjanjian; dimana beberapa UPBU Ditjen Perhubungan Udara yang telah menjadi BLU dapat bekerja sama dengan Badan Usaha (BUMN dan Swasta); b) Kerja Sama Pemanfaatan (KSP) yaitu pendayagunaan BMN oleh pihak lain dalam jangka waktu tertentu dalam rangka peningkatan penerimaan negara bukan pajak dan sumber pembiayaan lainnya; dimana beberapa UPBU Ditjen Perhubungan Udara dapat dibiayai dengan pendanaan alternatif selain APBN melalui kerjasama dengan Badan Usaha (BUMN dan Swasta. Berdasarkan PPP Book Bappenas tahun 2017, tidak terdapat proyek terkait sub sektor transportasi udara, baik untuk proyek yang siap ditawarkan (ready to offer project) maupun untuk proyek dalam persiapan (under preparation project). Adapun daftar proyek yang akan dibiayai pendanaan alternatif selain APBN untuk sub sektor transportasi udara adalah : 1) Bandar Udara Sentani Jayapura; 2) Bandar Udara Juwata Tarakan; 3) Bandar Udara Radin Inten II Lampung; 4) Bandar Udara Fatmawati Soekarno Bengkulu; 5) Bandar Udara HAS Hanandjoeddin Tanjungpandan; 6) Bandar Udara Maimun Saleh Sabang; 7) Bandar Udara FL Tobing Sibolga; 8) Bandar Udara Banyuwangi Banyuwangi; 9) Bandar Udara Mutiara Sis Al Jufri Palu; 10) Bandar Udara Komodo Labuhan Bajo; 11) Bandar Udara Syukuran Aminuddin Luwuk; 12) Bandar Udara Bali Utara; 13) Bandar Udara Matahora Wakatobi Sumber : Direktorat Bandar Udara, 2017 Keterangan : No 1-11 : hasil Rapim Kemenhub 31 Mei V-9 BAB V TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN

163 REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN BAB VI PENUTUP Naskah Perubahan / Reviu Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Tahun ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: KP 681 Tahun 2015 tentang Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Tahun , yang akan menjadi pedoman bagi Direktorat Jenderal Perhubungan Udara dalam melaksanakan kebijakan dan program Pemerintah di sub sektor transportasi udara. Reviu Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Tahun disusun dalam rangka menjaga kesinambungan pembangunan nasional khususnya di sub sektor transportasi udara serta untuk menjadi arah dan pedoman pelaksanaan penyelenggaraan perhubungan udara bagi seluruh unit kerja dan stakeholder di lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara. Untuk itu ditetapkan kaidah-kaidah pelaksanaan sebagai berikut : 1. Seluruh unit kerja di lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara secara bersama-sama mempunyai tanggung jawab untuk melaksanakan Reviu Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Tahun dengan sebaik-baiknya. 2. Reviu Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Tahun dijabarkan ke dalam Rencana Kerja Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Tahun dan menjadi acuan bagi seluruh unit kerja di lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara dalam menyusun Rencana Kerja Tahun 2015 sampai tahun Reviu Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Tahun diharapkan menjadi acuan bagi pemerintah daerah dalam menyusun Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Tahun dengan mengacu pada Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun khususnya sub sektor transportasi udara. 4. Direktorat Jenderal Perhubungan Udara berkewajiban menjaga konsistensi antara Reviu Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Tahun dengan Rencana Kerja seluruh unit kerja di lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara. 5. Dalam rangka menjaga efektivitas pelaksanaan Reviu Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Tahun , masing-masing unit kerja di lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara berkewajiban melaksanakan pemantauan dan evaluasi kinerja terhadap pelaksanaan Reviu Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Tahun dalam keterkaitannya dengan Rencana Kerja Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Tahun DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA ttd DR. Ir. AGUS SANTOSO, MSc VI - 1 BAB VI PENUTUP

164 LAMPIRAN REVIU RENCANA STRATEGIS DITJEN PERHUBUNGAN UDARA

165 LAMPIRAN A MATRIK CAPAIAN PEMBANGUNAN TRANSPORTASI UDARA DAN REALISASI ALOKASI ANGGARAN TAHUN NO PROGRAM/ KEGIATAN STRATEGIS VOLUME BIAYA (Rp. Miliar) VOLUME BIAYA (Rp. Miliar) VOLUME BIAYA (Rp. Miliar) A PROGRAM PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN TRANSPORTASI UDARA 11, , , TARGET REALISASI (PAGU) GAP 1 Pelayanan Angkutan Udara Perintis Jumlah rute pelayanan perintis dan subsidi untuk angkutan udara (rute) Jumlah subsidi angkutan BBM (drum) 6,677 6, Pembangunan, Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana Bandar Udara 8, , , Jumlah Bandar Udara yang direhabilitasi dan dikembangkan (antara lain perpanjangan, pelebaran dan peningkatan kekuatan, pekerjaan tanah, rehab gedung terminal, gedung operasional, dll) 100 3, , Jumlah Bandar Udara yang direhabilitasi dan dikembangkan (perpanjangan, pelebaran dan peningkatan kekuatan, pekerjaan tanah) untuk didarati B-737 Series Jumlah Bandar Udara yang direhabilitasi dan dikembangkan (perpanjangan, pelebaran dan peningkatan kekuatan, pekerjaan tanah) untuk didarati ATR-42 & ATR , , Jumlah pembangunan/pengembangan terminal penumpang bandar udara Jumlah Bandar Udara yang Dikembangkan di Daerah Perbatasan dan Rawan Bencana* 25 2, , Jumlah pembangunan bandar udara baru Jumlah pembangunan bandar udara baru**

166 NO PROGRAM/ KEGIATAN STRATEGIS VOLUME BIAYA (Rp. Miliar) VOLUME 2015 TARGET REALISASI (PAGU) GAP BIAYA (Rp. Miliar) VOLUME BIAYA (Rp. Miliar) 3 Pembangunan, Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana Keamanan Penerbangan Jumlah peningkatan fasilitas pelayanan darurat (paket) Jumlah peningkatan fasilitas keamanan penerbangan (paket) Pengawasan dan Pembinaan Kelaikan Udara dan Pengoperasian Pesawat Udara Jumlah Surveillance paket Jumlah Inspection 1, paket Jumlah Audit paket Jumlah pengadaan Pesawat Udara Kalibrasi (Multiyears contract) Dukungan sertifikasi terhadap pesawat industri nasional N paket Alat uji kesehatan unit Program Pembinaan Navigasi Penerbangan Pembinaan (Pengaturan, Pengendalian, Pengawasan) 1, Penunjang tupoksi Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya 2, , Keterangan : * 5 bandar udara yang dikembangkan di daerah perbatasan dan rawan bencana merupakan bandar udara baru sehingga alokasi dikurangi alokasi 5 bandar udara yang sudah masuk dalam pembangunan bandar udara baru. ** 3 bandar udara baru dalam quick wins merupakan bagian dari 15 bandar udara baru

167 NO PROGRAM/ KEGIATAN STRATEGIS VOLUME TARGET BIAYA (Rp. Miliar) VOLUME 2016 REALISASI (PAGU) BIAYA (Rp. Miliar) VOLUME GAP BIAYA (Rp. Miliar) A PROGRAM PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN TRANSPORTASI UDARA 18, , , Pelayanan Angkutan Udara Perintis Jumlah rute pelayanan perintis dan subsidi untuk angkutan udara (rute) Jumlah subsidi angkutan BBM (drum) ,677 7, Pembangunan, Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana Bandar Udara 14, , , Jumlah Bandar Udara yang direhabilitasi dan dikembangkan (antara lain perpanjangan, pelebaran dan peningkatan kekuatan, pekerjaan tanah, rehab gedung terminal, gedung operasional, dll) 100 9, , , Jumlah Bandar Udara yang direhabilitasi dan dikembangkan (perpanjangan, pelebaran dan peningkatan kekuatan, pekerjaan tanah) untuk didarati B-737 Series Jumlah Bandar Udara yang direhabilitasi dan dikembangkan (perpanjangan, pelebaran dan peningkatan kekuatan, pekerjaan tanah) untuk didarati ATR-42 & ATR , Jumlah pembangunan/pengembangan terminal penumpang bandar udara Jumlah Bandar Udara yang Dikembangkan di Daerah Perbatasan dan Rawan Bencana* Jumlah pembangunan bandar udara baru Jumlah pembangunan bandar udara baru** 15 1,

168 NO PROGRAM/ KEGIATAN STRATEGIS 3 Pembangunan, Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana Keamanan Penerbangan VOLUME TARGET BIAYA (Rp. Miliar) VOLUME 2016 REALISASI (PAGU) BIAYA (Rp. Miliar) VOLUME BIAYA (Rp. Miliar) GAP Jumlah peningkatan fasilitas pelayanan darurat (paket) Jumlah peningkatan fasilitas keamanan penerbangan (paket) Pengawasan dan Pembinaan Kelaikan Udara dan Pengoperasian Pesawat Udara Jumlah Surveillance Jumlah Inspection Jumlah Audit Jumlah pengadaan Pesawat Udara Kalibrasi (Multiyears contract) Dukungan sertifikasi terhadap pesawat industri nasional N-219 Alat uji kesehatan paket , paket paket paket unit Program Pembinaan Navigasi Penerbangan Pembinaan (Pengaturan, Pengendalian, Pengawasan) Penunjang tupoksi , Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya 2, , Keterangan : * 5 bandar udara yang dikembangkan di daerah perbatasan dan rawan bencana merupakan bandar udara baru sehingga alokasi dikurangi alokasi 5 bandar udara yang sudah masuk dalam pembangunan bandar udara baru. ** 3 bandar udara baru dalam quick wins merupakan bagian dari 15 bandar udara baru

169 NO PROGRAM/ KEGIATAN STRATEGIS VOLUME BIAYA (Rp. Miliar) VOLUME 2017 TARGET REALISASI (PAGU) GAP BIAYA (Rp. Miliar) VOLUME BIAYA (Rp. Miliar) A PROGRAM PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN TRANSPORTASI UDARA 17, , , Pelayanan Angkutan Udara Perintis Jumlah rute pelayanan perintis dan subsidi untuk angkutan udara (rute) Jumlah subsidi angkutan BBM (drum) ,677 11,642-4,965 2 Pembangunan, Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana Bandar Udara 13, , , Jumlah Bandar Udara yang direhabilitasi dan dikembangkan (antara lain perpanjangan, pelebaran dan peningkatan kekuatan, pekerjaan tanah, rehab gedung terminal, gedung operasional, dll) , , , Jumlah Bandar Udara yang direhabilitasi dan dikembangkan (perpanjangan, pelebaran dan peningkatan kekuatan, pekerjaan tanah) untuk didarati B-737 Series Jumlah Bandar Udara yang direhabilitasi dan dikembangkan (perpanjangan, pelebaran dan peningkatan kekuatan, pekerjaan tanah) untuk didarati ATR-42 & ATR Jumlah pembangunan/pengembangan terminal penumpang bandar udara Jumlah Bandar Udara yang Dikembangkan di Daerah Perbatasan dan Rawan Bencana* Jumlah pembangunan bandar udara baru Jumlah pembangunan bandar udara baru**

170 NO PROGRAM/ KEGIATAN STRATEGIS 3 Pembangunan, Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana Keamanan Penerbangan VOLUME BIAYA (Rp. Miliar) VOLUME 2017 TARGET REALISASI (PAGU) GAP BIAYA (Rp. Miliar) VOLUME BIAYA (Rp. Miliar) Jumlah peningkatan fasilitas pelayanan darurat (paket) Jumlah peningkatan fasilitas keamanan penerbangan (paket) Pengawasan dan Pembinaan Kelaikan Udara dan Pengoperasian Pesawat Udara Jumlah Surveillance paket Jumlah Inspection Jumlah Audit Jumlah pengadaan Pesawat Udara Kalibrasi (Multiyears contract) Dukungan sertifikasi terhadap pesawat industri nasional N-219 Alat uji kesehatan 1, paket paket paket unit Program Pembinaan Navigasi Penerbangan Pembinaan (Pengaturan, Pengendalian, Pengawasan) Penunjang tupoksi , Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya 2, , Keterangan : * 5 bandar udara yang dikembangkan di daerah perbatasan dan rawan bencana merupakan bandar udara baru sehingga alokasi dikurangi alokasi 5 bandar udara yang sudah masuk dalam pembangunan bandar udara baru. ** 3 bandar udara baru dalam quick wins merupakan bagian dari 15 bandar udara baru

171 NO A PROGRAM/ KEGIATAN STRATEGIS PROGRAM PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN TRANSPORTASI UDARA VOLUME BIAYA (Rp. Miliar) VOLUME TARGET REALISASI (PAGU) GAP BIAYA (Rp. Miliar) VOLUME BIAYA (Rp. Miliar) 47, , , Pelayanan Angkutan Udara Perintis Jumlah rute pelayanan perintis dan subsidi untuk angkutan udara (rute) Jumlah subsidi angkutan BBM (drum) 1, , ,031 25,546-5,515 2 Pembangunan, Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana Bandar Udara 35, , , Jumlah Bandar Udara yang direhabilitasi dan dikembangkan (antara lain perpanjangan, pelebaran dan peningkatan kekuatan, pekerjaan tanah, rehab gedung terminal, gedung operasional, dll) , , , Jumlah Bandar Udara yang direhabilitasi dan dikembangkan (perpanjangan, pelebaran dan peningkatan kekuatan, pekerjaan tanah) untuk didarati B-737 Series Jumlah Bandar Udara yang direhabilitasi dan dikembangkan (perpanjangan, pelebaran dan peningkatan kekuatan, pekerjaan tanah) untuk didarati ATR-42 & ATR , , Jumlah pembangunan/pengembangan terminal penumpang bandar udara Jumlah Bandar Udara yang Dikembangkan di Daerah Perbatasan dan Rawan Bencana* 26 1, , , , Jumlah pembangunan bandar udara baru Jumlah pembangunan bandar udara baru** 15 3, ,

172 NO PROGRAM/ KEGIATAN STRATEGIS 3 Pembangunan, Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana Keamanan Penerbangan VOLUME BIAYA (Rp. Miliar) VOLUME TARGET REALISASI (PAGU) GAP BIAYA (Rp. Miliar) VOLUME BIAYA (Rp. Miliar) , Jumlah peningkatan fasilitas pelayanan darurat (paket) Jumlah peningkatan fasilitas keamanan penerbangan (paket) Pengawasan dan Pembinaan Kelaikan Udara dan Pengoperasian Pesawat Udara 1, , Jumlah Surveillance paket Jumlah Inspection Jumlah Audit Jumlah pengadaan Pesawat Udara Kalibrasi (Multiyears contract) Dukungan sertifikasi terhadap pesawat industri nasional N-219 Alat uji kesehatan 4, paket paket , paket unit Program Pembinaan Navigasi Penerbangan Pembinaan (Pengaturan, Pengendalian, Pengawasan) Penunjang tupoksi , Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya 6, , Keterangan : * 5 bandar udara yang dikembangkan di daerah perbatasan dan rawan bencana merupakan bandar udara baru sehingga alokasi dikurangi alokasi 5 bandar udara yang sudah masuk dalam pembangunan bandar udara baru. ** 3 bandar udara baru dalam quick wins merupakan bagian dari 15 bandar udara baru

173 LAMPIRAN B MATRIKS SASARAN STRATEGIS DAN REVIU INDIKATOR KINERJA UTAMA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA (OUTCOME) SATUAN Baseline KETERANGAN PERHITUNGAN STAKEHOLDER PERSPECTIVE SS1 Terwujudnya pelayanan transportasi udara yang handal, berdaya saing dan memberikan nilai tambah dalam rangka mewujudkan konektivitas nasional IK1 Rasio konektivitas antar wilayah Rasio Luas Cakupan Area Pelayanan Bandara / Luas Wilayah Daratan Indonesia CUSTOMER PERSPECTIVE SS2 Meningkatnya keselamatan dan keamanan transportasi udara IK2 Rasio kejadian kecelakaan transportasi udara Rasio Jumlah Accident (AOC 121 dan AOC 135) / Aircraft Departure (AOC 121 dan AOC 135) x IK3 Rasio Air Traffic Incident (Kejadian dari pergerakan) Rasio < 4x10-5 < 3.47x10-5 < 3.30x10-5 < 3.30x10-5 Jumlah kejadian Risk Collision / faktor kontribusi ATS IK4 Rasio gangguan keamanan pada pelayanan jasa transportasi udara Rasio Jumlah Pengaktifan Contingency Plan Kondisi Merah / Jumlah Bandara Yang Melayani Penumpang Pertahun IK5 Rasio pemenuhan sertifikasi di bidang pelayanan navigasi penerbangan Rasio Jumlah Pemenuhan Sertifikasi Bidang Navigasi Penerbangan / target Pemenuhan Sertifikasi Bidang Navigasi IK6 Rasio pemenuhan sertifikasi Bandar Udara Rasio jumlah sertifikasi bandar udara ditahun berjalan dibagi jumlah target sertifikasi bandar udara SS3 Meningkatnya kinerja pelayanan sarana dan prasarana transportasi udara IK7 Persentase penurunan gas rumah kaca dari sektor transportasi udara % Jumlah Penurunan GRK / Target Nasional Penurunan GRK Sub Sektor Transportasi Udara 100% IK8 Persentase capaian On Time Performance (OTP) sektor transportasi udara % Jumlah Kejadian Waktu On Time Keberangkatan Dalam 1 Tahun / Jumlah Izin Rute Keberangkatan Dalam 1 Tahun x 100% IK9 Persentase kepuasan pengguna jasa terhadap layanan jasa berbasis online untuk sertifikasi personil operasi pesawat udara % Jumlah pemilihan indikator kepuasan (exellent dan good) terhadap survey kepuasan yang ada pada sistem aplikasi online / jumlah survey yang masuk x 100 % IK10 Persentase kota/daerah yang terhubungi % (Jumlah kota atau daerah existing yang terhubungi / target jumlah kota atau daerah yang terhubungi) x 100% SS4 Meningkatnya kapasitas sarana dan prasarana transportasi udara IK11 Persentase peningkatan kapasitas sarana transportasi udara % Jumlah Pesawat Yang Memilki Sertifikat Kelaikudaraan Pada Tahun Tertentu / Estimasi Total Pertumbuhan Pesawat 100% IK12 Persentase peningkatan kapasitas prasarana transportasi udara % ( Bdr UPBU & Satpel BU Dgn Klasifikasi Bdr Sesuai TKN Pada Tahun Tertentu) / ( Target Jumlah Bdr UPBU & Satpel BU Dgn Klasifikasi Bdr Sesuai TKN Pada Tahun Tertentu) 100%

174 SS5 Meningkatnya layanan transportasi udara di daerah rawan bencana, perbatasan, terluar dan terpencil IK13 Rasio layanan transportasi udara di daerah rawan bencana, perbatasan, terluar dan terpencil Rasio (Jumlah Rute Yang Melayani Bandar Udara Di Daerah Terisolir, Rawan Bencana, Dan Perbatasan) / (Jumlah Bandar Udara Di Daerah Terisolir, Rawan Bencana, Dan Perbatasan) INTERNAL PROCESS PERSPECTIVE SS6 Terlaksananya perumusan kebijakan dalam penyelenggaraan transportasi Udara IK14 Persentase pelaksanaan deregulasi peraturan di lingkungan Ditjen Perhubungan Udara % Parameter Deregulasi adalah : 1) peraturan yang dapat membawa dampak negatif dalam menimbulkan minat terhadap dunia usaha dan investasi; 2) peraturan yang mengakibatkan beban ekonomi (pembiayaan yang tidak tentu jumlahnya) baik bagi operator maupun bagi pengguna jasa; 3) perizinan bidang usaha yang otoritasnya bersifat sentralisasi dan birokrasi yang berbelit-belit. (Target 9 peraturan = 2017 : 7 peraturan, 2018 : 1 peraturan, 2019 : 1 peraturan) LEARN AND GROWTH SS7 Tersedianya SDM Ditjen Perhubungan Udara yang kompeten dan professional IK15 Persentase pemenuhan kebutuhan jabatan fungsional teknisi penerbangan yang bersertifikat % Teknisi Penerbangan yang bersertifikat adalah Teknisi Penerbangan yang telah mendapatkan sertifikat jabatan fungsional Teknisi Penerbangan. Berdasarkan KP 198 Tahun 2017 pemenuhan kebutuhan akan terealisasi 100 % pada tahun 2022 dengan jumlah 5044, sehingga kebutuhan sampai tahun 2019 sejumlah 3551 orang IK16 Rasio pemenuhan inspektur penerbangan Rasio Jumlah inspektur penerbangan dibagi jumlah target inspektur penerbangan. Berdasarkan KP 606 Tahun 2015 pemenuhan kebutuhan akan terealisasi 100 % pada tahun 2020 dengan jumlah 1786, dimana sampai tahun 2019 kebutuhan sejumlah 1201 orang SS8 Terwujudnya good governance dan clean government di Ditjen Perhubungan Udara IK17 Nilai AKIP Ditjen Perhubungan Udara Nilai AKIP Angka target merupakan target yang harus di capai pada tiap tahunnya. IK18 Persentase penyerapan anggaran Ditjen Perhubungan Udara % >84 >87 >88 >89 Tingkat penyerapan anggaran adalah realisasi anggaran belanja pegawai, belanja barang dan belanja modal dibandingkan dengan pagu anggaran dalam 1 tahun IK19 Persentase nilai asset Ditjen Perhubungan Udara yang diinventarisasi % Nilai aset tahun lalu dijumlahkan nilai aset yang berhasil diinventarisir tahun berjalan (aset kumulatif) dibagi target aset yang diinventarisir

175 LAMPIRAN C.1 TABEL INDIKASI PENDANAAN DAN LOKASI KEGIATAN DALAM RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN NO PROGRAM/ KEGIATAN STRATEGIS ALOKASI ANGGARAN (Rp. Miliar) A PROGRAM PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN TRANSPORTASI UDARA 11, VOLUME 2015 LOKASI 1 Pelayanan Angkutan Udara Perintis Jumlah rute pelayanan perintis dan subsidi untuk angkutan udara (rute) 216 KPA Nagan Raya, KPA Takengon, KPA Gn.Sitoli, KPA Singkep, KPA Bengkulu, KPA Tarakan, KPA Palangkaraya, KPA Samarinda, KPA Sumenep, KPA Ketapang, KPA Waingapu, KPA Gorontalo, KPA Mamuju, KPA Masamba, KPA Selayar, KPA Ternate, KPA Langgur, KPA Manokwari, KPA Sorong, KPA Jayapura, KPA Merauke, KPA Nabire, KPA Timika, KPA Wamena, KPA Oksibil Jumlah subsidi angkutan BBM (drum) 6,677 2 Pembangunan, Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana Bandar Udara 7, Jumlah Bandar Udara yang direhabilitasi dan dikembangkan (antara lain perpanjangan, pelebaran dan peningkatan kekuatan, pekerjaan tanah, rehab gedung terminal, gedung operasional, dll) 5, bandar udara Fasilitas penunjang operasional Kantor Pusat, Direktorat, OBU dan Balai Jumlah Bandar Udara yang Dikembangkan di Daerah Perbatasan dan Rawan Bencana* Bandar Udara Sabang, Bandar Udara Lasikin, Bandar Udara Teuku Cut Ali, Bandar Udara Rembele, Bandar Udara Blangkejeren/Gayo Lues, Bandar Udara Lasondre, Bandar Udara Rokot, Bandar Udara Tanjung Balai Karimun, Bandar Udara Kerinci, Bandar Udara Muko Muko, Bandar Udara Enggano, Bandar Udara Bawean, Bandar Udara Sumenep, Bandar Udara Atambua, Bandar Udara Rote, Bandar Udara Long Apung, Bandar Udara Long Bawan, Bandar Udara Datah Dawai,, Bandar Udara Moa, Bandar Udara Mopah (Bandar Udara Letung, Bandar Udara Tambelan, Bandar Udara Kabir, Bandar Udara Maratua, Bandar Udara Miangas ditampung dalam alokasi pembangunan bandar udara baru) Jumlah pembangunan bandar udara baru 1, Bandar Udara Letung, Bandar Udara Tambelan, Bandar Udara Tebelian, Bandar Udara Kertajati, Bandar Udara Miangas, Bandar Udara Siau, Bandar Udara Morowali, Bandar Udara Buntu Kunik, Bandar Udara Kabir, Bandar Udara Namniwel, Bandar Udara Werur, Bandar Udara Koroway Batu, Bandar Udara Muara Teweh, Bandar Udara Maratua Lampiran C.2 - Tabel Rincian Pendanaan dan Lokasi 1 dari 10 Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Tahun

176 NO PROGRAM/ KEGIATAN STRATEGIS ALOKASI ANGGARAN (Rp. Miliar) 3 Pembangunan, Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana Keamanan Penerbangan VOLUME 2015 LOKASI Jumlah peningkatan fasilitas pelayanan darurat (paket) paket Bandara Sentani, Bandara Djalaluddin, Bandara Juwata, Bandara Mopah, Bandara Hanandjoeddin, Bandara Tjilik Riwut, Bandara Haluoleo, Bandara Wunopito, Bandara Muara Bungo, Bandara Muko-muko, Bandara Dobo, Bandara Dumatubun, bandara Pogogul, bandara Oesman Sadik, Bandara Torea, Bandara Sultan M. Kaharuddin, Bandara Sangia Nibandera, Bandara Komodo, Bandara Pekon Serai, Bandara Malinau, Bandara Sanggu, Bandara Melonguane, Bandara Enggano, bandara Pangsuma Putussibau, Bandara Andi Jemma,Bandara Soa Bajawa, Bandara Rokot, Bandara Kufar, Bandara Oksibil, Bandara Senggo, Bandara Mulia, Bandara Moanamani, Bandara Tanah Merah, Bandara Syukuran Aminuddin Amir, Bandara Waghete, Bandara Lasondre, Bandara Maimun Saleh, Bandara Bilorai, Bandara Tambolaka, Bandara Dominic Eduard Osok, Bandara Radin Inten II, Bandara Japura, Bandara Mutiara Sis-Aljufri, Bandara Rendani, Bandara Susilo, Bandara Kalimarau, Bandara Bintuni, Bandara Sarmi, Bandara Pongtiku, Bandara Rampi, Bandara Matahora, Bandara Nop Goliat Dekai, Bandara Silampari, Bandara Saumlaki, Bandara Banyuwangi, Bandara Namniwel, Bandara Numfor, Bandara Illu, Bandara Bade, Bandara Senggeh, Bandara S. Babullah, Bandraa Douw Aturure, Bandara Budiarto, Bandara Kasiguncu, Bandara Cut Nyak Dhien, Bandara Rahadi Oesman, Bandara Maratua, Bandara Naha, Bandara Sultan Bantilan, Bandara Serui, Bandara Mindiptanah, Bandara Raja Haji Abdullah, Bandara Depati Parbo, Bandara Pitu, Bandara Blangkejeren, Bandara Abd. Saleh, Bandara Melak, Badara Nanga pinoh, Bandara David Constantijn Saudale, Bandara Aek Godang, Bandara Ayawasi, Bandara Long Apung, Bandara Miangas Jumlah peningkatan fasilitas keamanan penerbangan (paket) paket Budirto-Curug, Nabire, Rokot-Sipora, Mutiara-Palu, Djalaluddin-Gorontalo, Juwata, Susilo-Sintang, Kasiguncu-Poso, Torea- Fak-fak, Radin Inten II-Lampung, Fatmawati-Bengkulu, Aekgodang-Padang Sidempuan, Dabo-Singkep, H.Asan-SAmpit, Satartacik- Ruteng, Betoambari-Bau Bau, S.Bantilan-Toli toli, S.Babullah - Ternate, Deo-Sorong, Rendani -Manokwari, Franseda-Maumere, M.Salahudin-Bima, Tampa Padang-Mamuju, Miangas, Lasikin-Sinabang, T.Cut ali- Tapak tuan, SeiBati - Tj. Balai Karimun, Cakrabuana-Cirebon, tambolaka-waikabubak, Kuala Pembuang,Dumatubun/ibra, Nunukan, Haliwen- Atambua, Sentani-Jayapura, Mopah-Merauke, Kalimarau-Tj. Redep, Syukuran Aminudin Amir - Luwuk, Umbu Mehang Kunda- Waingapu,H.AS. Hanandjuddin - Tj Pandan, Iskandar, Gusti Syamsir Alam, Enarotali, Mulia, Depati parbo, Sangia Ni Bandera, Namrole, Nop Goliat Dekai, Rembele, Trunojoyo, Kepi, Wasior, Kuabang, David Constantijn Saudale, Numfor, Karubaga, Cut Nyak Dhien, H. Hasan Aroeboesman, Pitu, Nanga Pinoh, Wunopitu, Muara Bungo, Illu, Bade, Bilorai, Temindung, Rahadi Oesman, Bintuni, Tanah Merah, Pongtiku, Oesman Sadik, Gamarmalamo, Rampi, Buli Maba, Bone, Marinda, Silampari, Aroepala, Lasondre, Banyuwangi, Pogogul Buol, Saumlaki, Malinau, Muko-Muko, Teminabuan, Tardamu, Kambuaya, Sugimanuru, Kuala Kurun, Yuvei Semaring, Sibisa, Pekonserai, Senggo, Enggano, Beringin, Tojo Una- Una, Kaimana, Lapter Pasema-Silimo-Holuwun-Sobaham-Ninia-anggruk, Blangkejeren, Dit. Keamanan Penerbangan, Kantor OBU I, Kantor OBU II, Kantor OBU III, Kantor OBU V, Kantor OBU VI, Kantor OBU VII, Kantor OBU X 4 Pengawasan dan Pembinaan Kelaikan Udara dan Pengoperasian Pesawat Udara Program Pembinaan Navigasi Penerbangan Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya 2, Keterangan : * 5 bandar udara yang dikembangkan di daerah perbatasan dan rawan bencana merupakan bandar udara baru sehingga alokasi dikurangi alokasi 5 bandar udara yang sudah masuk dalam pembangunan bandar udara baru. ** 3 bandar udara baru dalam quick wins merupakan bagian dari 15 bandar udara baru Lampiran C.2 - Tabel Rincian Pendanaan dan Lokasi 2 dari 10 Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Tahun

177 NO PROGRAM/ KEGIATAN STRATEGIS ALOKASI ANGGARAN (Rp. Miliar) A PROGRAM PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN TRANSPORTASI UDARA 9, VOLUME 2016 LOKASI 1 Pelayanan Angkutan Udara Perintis Jumlah rute pelayanan perintis dan subsidi untuk angkutan udara (rute) 209 KPA Nagan Raya, KPA Takengon, KPA Gn.Sitoli, KPA Singkep, KPA Bengkulu, KPA Tarakan, KPA Palangkaraya, KPA Samarinda, KPA Sumenep, KPA Ketapang, KPA Waingapu, KPA Gorontalo, KPA Mamuju, KPA Masamba, KPA Selayar, KPA Ternate, KPA Langgur, KPA Manokwari, KPA Sorong, KPA Jayapura, KPA Merauke, KPA Nabire, KPA Timika, KPA Wamena, KPA Oksibil Jumlah subsidi angkutan BBM (drum) 7,396 2 Pembangunan, Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana Bandar Udara 5, Jumlah Bandar Udara yang direhabilitasi dan dikembangkan (antara lain perpanjangan, pelebaran dan peningkatan kekuatan, pekerjaan tanah, rehab gedung terminal, gedung operasional, dll) 4, bandar udara Fasilitas penunjang operasional Kantor Pusat, Direktorat, OBU, dan Balai Jumlah Bandar Udara yang Dikembangkan di Daerah Perbatasan dan Rawan Bencana* Bandar Udara Sabang, Bandar Udara Lasikin, Bandar Udara Teuku Cut Ali, Bandar Udara Rembele, Bandar Udara Blangkejeren/Gayo Lues, Bandar Udara Lasondre, Bandar Udara Rokot, Bandar Udara Tanjung Balai Karimun, Bandar Udara Kerinci, Bandar Udara Muko Muko, Bandar Udara Enggano, Bandar Udara Bawean, Bandar Udara Sumenep, Bandar Udara Atambua, Bandar Udara Rote, Bandar Udara Long Apung, Bandar Udara Long Bawan, Bandar Udara Datah Dawai,, Bandar Udara Moa, Bandar Udara Mopah (Bandar Udara Letung, Bandar Udara Tambelan, Bandar Udara Kabir, Bandar Udara Maratua, Bandar Udara Miangas ditampung dalam alokasi pembangunan bandar udara baru) Jumlah pembangunan bandar udara baru Bandar Udara Letung, Bandar Udara Tambelan, Bandar Udara Tebelian, Bandar Udara Kertajati, Bandar Udara Miangas, Bandar Udara Siau, Bandar Udara Morowali, Bandar Udara Namniwel, Bandar Udara Koroway Batu, Bandar Udara Maratua, Bandar Udara Muara Teweh Lampiran C.2 - Tabel Rincian Pendanaan dan Lokasi 3 dari 10 Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Tahun

178 NO PROGRAM/ KEGIATAN STRATEGIS 3 Pembangunan, Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana Keamanan Penerbangan ALOKASI ANGGARAN Miliar) (Rp VOLUME 2016 LOKASI Jumlah peningkatan fasilitas pelayanan darurat (paket) paket Bandara Mopah, Bandara Hanandjoeddin, Bandara Halueleo, Bandara Beringin, Bandara Muko-muko, Bandara FL Tobing, bandara Pogogul, Bandara Torea, Bandara Sangia Nibandera, bandara Pangsuma Putussibau, Bandara Rokot, Bandara Senggo, Bandara Mulia, Bandara Tanah Merah, Bandara Syukuran Aminuddin Amir, Bandara Waghete, Bandara Lasondre, Bandara Maimun Saleh, Bandara Bilorai, Bandara Tambolaka, Bandara Radin Inten II, Japura, Mutiara Sis-Aljufri, Morowali, Sultan Babullah, Fransiskus Xaverius Seda, Rendani, Fatmawati, Budiarto, Frans Sales Lega, Kasiguncu, Cut Nyak Dhien, Binaka, Rahadi Oesman, Susilo, Naha, Betoambari, Kufar, H.Aroeboesman, Bintuni, Teuku Cut Ali, Depati parbo, Tampa Padang, Pongtiku, Gamarmalamo, Gewayantana, Seko, Bone, Bua, Amahai, Wahai, Jhon Becker, Elelim, Akimuga, Marinda, Emalamo, Aroepala, Banyuawangi, Mathilda Batlayeri, Melak, Kimam,Bokondini, Kepi, Okaba, Teminabuan, Kuabang, David Constantijn Saudale, Tanjung Harapan, Aek Godang, Dewadaru, Yuvai Semaring, Karubaga, Illu, Kambuaya, Batom, Illaga, Ayawasi Jumlah peningkatan fasilitas keamanan penerbangan (paket) paket Rendani - Manokwari, Radin Inten II - Lampung, Iskandar - Pangkalan Bun, Kalimarau - Tj. Redep, Rahadi Oesman - Ketapang, Nunukan - Nunukan, HS. Hananjoeddin - Tj. Pandan, Syukuran Aminuddin Amir - Luwuk, Depati Parbo - Kerinci, Sentani - Jayapura, Fransiskus Xaverius Seda, Umbu Mehang Kunda - Waengapu, Tampa Padang - Mamuju, Gusti Syamsir Alam - Kota Baru, Melonguane, Olilit - Saumlaki, Susilo - Sintang, Cut Nyak Dien - Meulaboh, Lasikin - Sinabang, Teuku Cut Ali - Tapak Tuan, Komodo - Labuan Bajo, Fatmawati Soekarno - Bengkulu, Maimun Saleh - Sabang, Sei Bati - Tj. Balai Karimun, Leukenik - Rote, Tardamu - Sabu, Pangsuma - Putusibau, Seluwing - Malinau, John Becker - Kisar, Enarotali, Oksibil, Okaba, Karubaga, Haliwen - Atambua, Naha - Tahuna, Dobo, Mopah - Merauke, Wamena - Wamena, Temindung - Samarinda, Nabire - Nabire, Mau Hau - Waingapu, M. Salahuddi - Bima, FL. Tobing, Dabo, Pekonserai, Tjilik Riwut, Djalaluddin, Mutiara Sis Aljufri, Haluoleo, Sultan Babullah, Sultan M.Kaharuddin, Tambolaka, Budiarto, Kasiguncu, Torea, Enggano, Tunggul Wulung, Binaka, H. Asan, Beringin, Sultan Bantilan, Betoambari, Kufar, MOA, Serui, Bintuni, Waghete, Rokot, Pongtiku, Gamarmalamo, Gewayantana, Seko, Bone, Bua, Matahora, Sangia Ni Bandera, Amahai, Wahai, Larat, Elelim, Nop Goliat Dekai, Kiwirok, Marinda, Silampari, Emalamo, Aroepala, Rembele, Lasondre, Banyuwangi, Pogogul, Mozes Kilangin, Namniwel, Pasir Pangarayan, Trunojoyo, Bawean, Kimam, kamur, Bomakia, Dabra, Tumbang Samba, Nanga Pinoh, Bokondini, Kepi, Wasior, Teminabuan, Sanggu, Tanjung Harapan, Adi Jemma, Dumatubun, Aek Godang, Cakrabhuwana, Wunopitu, Kuala Pembuang, Yuvai Semaring, Muara Bungo, Babo, Bade, Ilaga, Long Apung, Sugimanuru, Morowali, Direktorat Keamanan, Balai Teknik penerbangan 4 Pengawasan dan Pembinaan Kelaikan Udara dan Pengoperasian Pesawat Udara 5 Program Pembinaan Navigasi Penerbangan 6 Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya , Lampiran C.2 - Tabel Rincian Pendanaan dan Lokasi 4 dari 10 Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Tahun

179 NO PROGRAM/ KEGIATAN STRATEGIS ALOKASI ANGGARAN (Rp. Miliar) A PROGRAM PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN TRANSPORTASI UDARA 8, VOLUME 2017 LOKASI 1 Pelayanan Angkutan Udara Perintis Jumlah rute pelayanan perintis dan subsidi untuk angkutan udara (rute) Jumlah subsidi angkutan BBM (drum) 201 KPA Nagan Raya, KPA Takengon, KPA Gunung Sitoli, KPA Bengkulu, KPA Singkep, KPA Palangkaraya, KPA Ketapang, KPA Tarakan, KPA Samarinda, KPA Sumenep, KPA Melonguane, KPA Selayar, KPA Masamba, KPA Waingapu, KPA Ternate, KPA Langgur, KPA Sorong, KPA Manokwari, KPA Nabire, KPA Jayapura, KPA Wamena, KPA Timika, KPA Merauke, KPA Oksibil, KPA Dekai 11,642 2 Pembangunan, Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana Bandar Udara 4, Jumlah Bandar Udara yang direhabilitasi dan dikembangkan (antara lain perpanjangan, pelebaran dan peningkatan kekuatan, pekerjaan tanah, rehab gedung terminal, gedung operasional, dll) 3, bandar udara Fasilitas penunjang operasional Direktorat, OBU, dan Balai Jumlah Bandar Udara yang Dikembangkan di Daerah Perbatasan dan Rawan Bencana* Bandar Udara Sabang, Bandar Udara Lasikin, Bandar Udara Teuku Cut Ali, Bandar Udara Rembele, Bandar Udara Blangkejeren/Gayo Lues, Bandar Udara Lasondre, Bandar Udara Rokot, Bandar Udara Tanjung Balai Karimun, Bandar Udara Kerinci, Bandar Udara Muko Muko, Bandar Udara Bawean, Bandar Udara Sumenep, Bandar Udara Atambua, Bandar Udara Rote, Bandar Udara Long Apung, Bandar Udara Long Bawan, Bandar Udara Datah Dawai,, Bandar Udara Moa, Bandar Udara Mopah (Bandar Udara Letung, Bandar Udara Tambelan, Bandar Udara Kabir, Bandar Udara Maratua, Bandar Udara Miangas ditampung dalam alokasi pembangunan bandar udara baru) Jumlah pembangunan bandar udara baru Bandar Udara Letung, Bandar Udara Tambelan, Bandar Udara Tebelian, Bandar Udara Miangas, Bandar Udara Siau, Bandar Udara Morowali, Bandar Udara Buntu Kunik, Bandar Udara Kabir, Bandar Udara Namniwel, Bandar Udara Werur, Bandar Udara Koroway Batu, Bandar Udara Maratua, Bandar Udara Muara Teweh Lampiran C.2 - Tabel Rincian Pendanaan dan Lokasi 5 dari 10 Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Tahun

180 NO PROGRAM/ KEGIATAN STRATEGIS 3 Pembangunan, Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana Keamanan Penerbangan ALOKASI ANGGARAN Miliar) (Rp VOLUME 2017 LOKASI Jumlah peningkatan fasilitas pelayanan darurat (paket) paket Bandara Djalaluddin, Bandara Juwata, Bandara Mopah, Bandara Hanandjoeddin, Bandara Tjilik Riwut, Bandara Sangia Nibandera, Bandara Malinau, Bandara Andi Jemma, Bandara Soa Bajawa, Bandara Oksibil, Bandara Bilorai, Tunggul Wulung, Trunojoyo, Bawean, Lasikin, Rahadi Oesman, Nanga Pinoh, Kuala Kurun, Temindung, Maratua, Melak, Naha, Kasiguncu, Sultan Bantilan, Seko, Sugimanuru, Matahora, Namniwel, Jhon Becker, Larat, Namrole, Amahai, Fransiskus Xaverius Seda, H. Aroeboesman, Gewayantana, Wamena, Tiom, Kamur, Bokondini, Batom, Kiwirok, Fatmawati, Babullah, Gamarmalamo, Buli, Dabo, Teminabuan, Merdey, Marinda, Tanjung harapan, Nunukan, Long ampung, Haluoleo, Gebe, Domine Eduard Osok, Iskandar, Kalimarau, Tampa Padang, Emalamo Jumlah peningkatan fasilitas keamanan penerbangan (paket) DEO - Sorong, HS. Hananjoeddin - Tj. Pandan, Frans seda - Maumere, Syukuran Aminuddin Amir - Luwuk, Rahadi Oesman - Ketapang, Nunukan - Nunukan, Tj. Harapan - Tj. Selor, Gewayantanah - Larantuka, Satar Tacik - Ruteng, Mali - Alor, Tambolaka - Waikabubak, Soa - Bajawa, Sei Bati - Tj. Balai Karimun, Tardamu - Sabu, John Becker - Kisar, Tanah Merah, Mulia, Oksibil, Okaba, Karubaga, Umbu Mehang Kunda - Waengapu, M. Salahuddin - Bima, Mutiara - Palu, Djalaluddin - Gorontalo, Japura - Rengat, Nangapinoh - Nangapinoh, Melonguane, Lasikin - Sinabang, Binaka - Gn. Sitoli, Fl. Tobing - Sibolga, Aek Godang - Pd. Sidempuan, Komodo, Cakrabhuwana, Tunggul Wulung, Depati parbo, Silampari, H.Asan, Sanggu, Kuala pembuang, Kuala Kurun, Gusti Sjamsir, Melak, Data Dawai, Pongtiku, Aroepala, Andi Jemma, Bone, Bwua, Haluoleo, Betoambari, Sugimanuru, Sangia Ni Bandera, Matahora, Kufar, Dobo, Saumlaki, Larat, namrole, Amahai, Sultan Kaharuddin, Wunopito, Wamena, Mindiptanah, Tiom, Mozes Kilangin, Bomakia, Kepi, Ewer, Fatmawati, Muko-Muko, Sultan Babullah, Gamarmalamo, Buli, Inanwatan, Kambuaya, Ayawasi, Marinda, Malinau, Yuvai Semaring, Long Ampung,Gebe, R. Inten II,Juwata, Rendani, Sentani,Douw Aturure, Budiarto, Cut Nyak Dhien, Iskandar, Kalimarau, Sarmi, Tampa Padang, Nop Goliat dekai, Dit Keamanan Penerbangan, Kantor OBU I, Kantor OBU II, Kantor OBU III, Kantor OBU V, Kantor OBU VI, Kantor OBU VII, Kantor OBU VIII, Kantor OBU IX, Kantor OBU X, Balai Teknik Penerbangan 4 Pengawasan dan Pembinaan Kelaikan Udara dan Pengoperasian Pesawat Udara 5 Program Pembinaan Navigasi Penerbangan 6 Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya , Lampiran C.2 - Tabel Rincian Pendanaan dan Lokasi 6 dari 10 Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Tahun

181 NO PROGRAM/ KEGIATAN STRATEGIS PAGU KEBUTUHAN (Rp. Miliar) A PROGRAM PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN TRANSPORTASI UDARA 12, VOLUME 2018 LOKASI 1 Pelayanan Angkutan Udara Perintis Jumlah rute pelayanan perintis dan subsidi untuk angkutan udara (rute) Jumlah subsidi angkutan BBM (drum) 206 KPA Sumenep, KPA Nagan Raya, KPA Takengon, KPA Gn.Sitoli, KPA Ketapang, KPA Palangkaraya, KPA Samarinda, KPA Selayar, KPA Masamba, KPA Langgur, KPA Jayapura, KPA Merauke, KPA Wamena, KPA Nabire, KPA Oksibil, KPA Timika, KPA Dekai, KPA Bengkulu, KPA Ternate, KPA Singkep, KPA Manokwari, KPA Sorong, KPA Mamuju, KPA Tarakan 11,755 2 Pembangunan, Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana Bandar Udara 7, Jumlah Bandar Udara yang direhabilitasi dan dikembangkan (antara lain perpanjangan, pelebaran dan peningkatan kekuatan, pekerjaan tanah, rehab gedung terminal, gedung operasional, dll) 4, bandar udara Fasilitas penunjang operasional Direktorat, OBU, dan Balai Jumlah Bandar Udara yang Dikembangkan di Daerah Perbatasan dan Rawan Bencana* Bandar Udara Maimun Saleh, Bandar Udara Lasikin, Bandar Udara Teuku Cut Ali, Bandar Udara Rembele, Bandar Udara Gayo Lues, Bandar Udara Lasondre, Bandar Udara Rokot, Bandar Udara Raja Haji Abdullah,Bandar Udara Depati Parbo,Bandar Udara Muko Muko, Bandar Udara Enggano, Bandar Udara Bawean, Bandar Udara Trunojoyo, Bandar Udara Haliwen, Bandar Udara DC Saudale, Bandar Udara Long Apung, Bandar Udara Long Bawan, Bandar Udara Data Dawai, Bandar Udara Moa,Bandar Udara Mopah (Bandar Udara Letung, Bandar Udara Tambelan, Bandar Udara Kabir, Bandar Udara Miangas ditampung dalam alokasi pembangunan bandar udara baru) Jumlah pembangunan bandar udara baru 1, Bandar Udara Letung, Bandar Udara Tambelan, Bandar Udara Tebelian, Bandar Udara Kertajati, Bandar Udara Miangas, Bandar Udara Siau, Bandar Udara Morowali, Bandar Udara Buntu Kunik, Bandar Udara Kabir, Bandar Udara Namniwel, Bandar Udara Werur, Bandar Udara Koroway Batu, Bandar Udara Samarinda Baru,Bandar Udara Muara Teweh Lampiran C.2 - Tabel Rincian Pendanaan dan Lokasi 7 dari 10 Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Tahun

182 NO PROGRAM/ KEGIATAN STRATEGIS 3 Pembangunan, Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana Keamanan Penerbangan PAGU KEBUTUHAN Miliar) (Rp VOLUME 2018 LOKASI Jumlah peningkatan fasilitas pelayanan darurat (paket) Paket Cakrabhuwana, Dewadaru, Banyuwangi, Trunojoyo, Alas Leuser, FL. Tobing, Depati Parbo, Muara Bungo, R. Inten Ii, Tumbang Samba, Sanggu, Temindung, Melak,Data Dawai, Siau, Matahora, Kufar, Dobo, Saumlaki, Namniwel, Amahai, Wahai, Fran Sales Lega, Kabir, Komodo, Dc.Saudale, Sentani, Mopah, Wamena, Nabire, Tanah Merah, Koroway Batu, Manggelum, Mararena, Mindiptanah, Oksibil, Waghete, Mozes Kilangin, Kimam, Kamur, Bomakia, Dabra, Kepi, Karubaga, Bade, Batom, Bilorai, Elelim, Nop Goliat Dekai, Fatmawati, Muko- Muko, Gamarmalamo, Morotai, Hanandjoeddin, Deo, Werur, Toreo, Kaimana, Kebar, Ayawasi, Marinda, Tampa Padang, Juwata, Malinau, Tanjung Harapan, Long Ampung,Tunggul Wulung, Blangkejeren, Binaka, Aek Godang, Japura, Pasir Pangarayan, Beringin, Gusti Sjamsir Alam, Naha, Mutiara Sis Aljufri, Kasiguncu, Pogogul, Pongtiku, Seko, Aroepala, Bone, Betoambari, Jhon Becker, Moa, Larat, Namrole, M. Slahudin, Gewayantana, Wunopito, Senggo, Tiom, Bokondini, Numfor, Kokonao, Ewer, Illu, Babullah, Gebe, Sanana, Budiarto, Djalaluddin, Letung, Rendani, Wasior, Inanwatan, Teminabuan, Merdey, Kambuaya, Tunggul Wulung, Blangkejeren, Binaka, Aek Godang, Japura, Pasir Pangarayan, Beringin, Gusti Sjamsir Alam, Naha, Mutiara Sis Aljufri, Kasiguncu, Pogogul, Pongtiku, Seko, Aroepala, Bone, Betoambari, Jhon Becker, Moa, Larat, Namrole, M. Slahudin, Gewayantana, Wunopito, Senggo, Tiom, Bokondini, Numfor, Kokonao, Ewer, Illu, Babullah, Gebe, Sanana, Budiarto, Djalaluddin, Letung, Rendani, Wasior, Inanwatan, Teminabuan, Merdey, Kambuaya Jumlah peningkatan fasilitas keamanan penerbangan (paket) Paket Cakrabhuawana, Tunggul Wulung, Dewadaru, Banyuwangi, Trunojoyo, Cut Nyak Dhien, Teuku Cut Ali, Lasikin, Alas Leuser, Maimun Saleh, Aek Godang, Rokot, Pasir Pangarayan, Depati Parbo, Muara Bungo, Silampari, Radin Inten II, Rahadi Oesman, Tebelian, Pangsuma, Tjilik Riwut, H. Asan, Tumbang Samba, Sanggu, Kuala Pembuang, Kuala Kurun, Kalimarau, Maratua, Melak, Data Dawai, Mutiara, Kasiguncu, Syukuran Aminuddin, Sultan Bantilan, Pogogul, Rampi, Aroepala, Andi Jemma, Bone, Bua, Haluoleo, Matahora, Bandaneira, Kufar, Saumlaki, Namniwel, Tual Baru, Jhon Becker, MOA, Namrole, Amahai, Wahai, M.Kaharuddin, M Salahuddin, Umbu Mehang Kunda, Frans Seda, Frans Sales Lega, H. Aroeboesman, Mali, Kabir, Gewayantana, Komodo, Haliwen, DC Saudale, Tardamu, Sentani, Mopah, Wamena, Nabire, Sudjarwo, Tanah Merah, Mararena, Mindiptanah, Oksibil, Enarotali, Mulia, Tiom, Mozes Kilangin, Kimam, Bomakia, Bokondini, Kepi, Moanamani, Numfor, Karubaga, Ewer, Ilu, Senggeh, Bilorai, Illaga, Akimuga, Elelim, Nop Goliat Dekai, Enggano, Muko-muko, Oesman Sadik, Buli, Morotai, Budiarto, Hanandjoeddin, Djalaluddin, Dabo, Letung Seibati, Rendani, DEO, Werur, Toreo, Wasior, Inanwatan, Teminabuan, Merdey, Babo, Kambuaya, Kebar, Ayawasi, Marinda, Tampa padang, Sumarorong, Juwata, Malinau, Tanjung Harapan, Yuvai Semaring, Nunukan, Long Ampung 4 Pengawasan dan Pembinaan Kelaikan Udara dan Pengoperasian Pesawat Udara 5 Program Pembinaan Navigasi Penerbangan 6 Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya , Lampiran C.2 - Tabel Rincian Pendanaan dan Lokasi 8 dari 10 Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Tahun

183 2019 TOTAL INDIKASI NO PROGRAM/ KEGIATAN STRATEGIS INDIKASI ANGGARAN (Rp. ANGGARAN VOLUME LOKASI Miliar) A PROGRAM PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN TRANSPORTASI UDARA 13, , TARGET Pelayanan Angkutan Udara Perintis , Jumlah rute pelayanan perintis dan subsidi untuk angkutan udara (rute) Jumlah subsidi angkutan BBM (drum) 206 KPA Nagan Raya, KPA Takengon, KPA Gunung Sitoli, KPA Bengkulu, KPA Singkep, KPA Palangkaraya, KPA Ketapang, KPA Tarakan, KPA Samarinda, KPA Sumenep, KPA Melonguane, KPA Selayar, KPA Masamba, KPA Waingapu, KPA Ternate, KPA Langgur, KPA Sorong, KPA Manokwari, KPA Nabire, KPA Jayapura, KPA Wamena, KPA Timika, KPA Merauke, KPA Oksibil, KPA Dekai 11,755 2 Pembangunan, Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana Bandar Udara 7, , Jumlah Bandar Udara yang direhabilitasi dan dikembangkan (antara lain perpanjangan, pelebaran dan peningkatan kekuatan, pekerjaan tanah, rehab gedung terminal, gedung operasional, dll) 6, bandar udara 24, Fasilitas penunjang operasional Direktorat, OBU, dan Balai 2, Jumlah Bandar Udara yang Dikembangkan di Daerah Perbatasan dan Rawan Bencana* Bandar Udara Maimun Saleh, Bandar Udara Lasikin, Bandar Udara Teuku Cut Ali, Bandar Udara Rembele, Bandar Udara Lasondre, Bandar Udara Rokot, Bandar Udara Raja Haji Abdullah, Bandar Udara Enggano, Bandar Udara Bawean, Bandar Udara Trunojoyo, Bandar Udara DC Saudale, Bandar Udara Long Apung, Bandar Udara Long Bawan, Bandar Udara Data Dawai, Bandar Udara Moa,Bandar Udara Mopah (Bandar Udara Letung, Bandar Udara Tambelan, Bandar Udara Kabir, Bandar Udara Miangas ditampung dalam alokasi pembangunan bandar udara baru) 2, Jumlah pembangunan bandar udara baru Bandar Udara Letung, Bandar Udara Tambelan, Bandar Udara Miangas, Bandar Udara Siau, Bandar Udara Morowali, Bandar Udara Namniwel, Bandar Udara Werur, Bandar Udara Koroway Batu, Bandar Udara Samarinda Baru, Bandar Udara Muara Teweh, Bandar Udara Maratua 4, Lampiran C.2 - Tabel Rincian Pendanaan dan Lokasi 9 dari 10 Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Tahun

184 NO PROGRAM/ KEGIATAN STRATEGIS 3 Pembangunan, Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana Keamanan Penerbangan INDIKASI ANGGARAN Miliar) 2019 TOTAL INDIKASI (Rp. ANGGARAN VOLUME LOKASI , TARGET Jumlah peningkatan fasilitas pelayanan darurat (paket) Paket Cut Nyak Dhien, Teuku Cut Ali, Rembele, Singkil, Malikul Saleh, Sibisa, Seibati, Dabo, Tempuling, Tambelan, Enggano, Pekonserai, Wiriadinata, Kertajati, Wirasaba, A. Rahman Saleh, Bawean, S. Muhamad Kaharuddin, A.A. Bere Tallo, Tardamu, Rahadi Oesman, Susilo, Pangsuma, Paloh, Iskandar, Kuala Pembuang, Kuala Kurun, Murung Raya, Kalimarau, Yuvei Semaring, Long Apung, Nunukan, Maratua, Melongguane, Miangas, Morowali, Sumarorong, Rampi, Haluoleo, Karel Satsuitubun, Bandaneira, Kuabang, Oesman Sadik, Pitu, Kiwirok, Akimuga, Enarotali, Mulia, Moanamani, Okaba, Ilaga, Sobaham, Obano, Sinak, Mugi, Kenyam, Pasema, Silimo, Koroway, Anggruk, Mapendum, Holuwun, Dekai, Torea, Bintuni, Ijahabra, Inanwatan, Kuala Batu, Pasaman Barat, Bagan Siapi-Api, Bengkalis, Pameungpeuk, Citarate Jumlah peningkatan fasilitas keamanan penerbangan (paket) Paket Cakrabhuawana, Tunggul Wulung, Dewadaru, Banyuwangi, Trunojoyo, Cut Nyak Dhien, Teuku Cut Ali, Lasikin, Alas Leuser, Maimun Saleh, Aek Godang, Rokot, Pasir Pangarayan, Depati Parbo, Muara Bungo, Silampari, Radin Inten II, Rahadi Oesman, Tebelian, Pangsuma, Tjilik Riwut, H. Asan, Tumbang Samba, Sanggu, Kuala Pembuang, Kuala Kurun, Kalimarau, Maratua, Melak, Data Dawai, Mutiara, Kasiguncu, Syukuran Aminuddin, Sultan Bantilan, Pogogul, Rampi, Aroepala, Andi Jemma, Bone, Bua, Haluoleo, Matahora, Bandaneira, Kufar, Saumlaki, Namniwel, Tual Baru, Jhon Becker, MOA, Namrole, Amahai, Wahai, M.Kaharuddin, M Salahuddin, Umbu Mehang Kunda, Frans Seda, Frans Sales Lega, H. Aroeboesman, Mali, Kabir, Gewayantana, Komodo, Haliwen, DC Saudale, Tardamu, Sentani, Mopah, Wamena, Nabire, Sudjarwo, Tanah Merah, Mararena, Mindiptanah, Oksibil, Enarotali, Mulia, Tiom, Mozes Kilangin, Kimam, Bomakia, Bokondini, Kepi, Moanamani, Numfor, Karubaga, Ewer, Ilu, Senggeh, Bilorai, Illaga, Akimuga, Elelim, Nop Goliat Dekai, Enggano, Muko-muko, Oesman Sadik, Buli, Morotai, Budiarto, Hanandjoeddin, Djalaluddin, Dabo, Letung Seibati, Rendani, DEO, Werur, Toreo, Wasior, Inanwatan, Teminabuan, Merdey, Babo, Kambuaya, Kebar, Ayawasi, Marinda, Tampa padang, Sumarorong, Juwata, Malinau, Tanjung Harapan, Yuvai Semaring, Nunukan, Long Ampung, Harun Thohir, FL. Tobing, Binaka, Japura, Beringin, Gusti Sjamsir Alam, Naha, Morowali, Pongtiku, Seko, Betoambari, Sugimanuru, Sangia Ni Bandera, Dobo, Tambolaka, Soa Bajawa, Wunopito, Senggo, Waghete, Fatmawati, Sultan Babullah, Gamarmalamo, Sanana, Bintuni, Kaimana 4 Pengawasan dan Pembinaan Kelaikan Udara dan Pengoperasian Pesawat Udara , Program Pembinaan Navigasi Penerbangan 6 Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya , , , Lampiran C.2 - Tabel Rincian Pendanaan dan Lokasi 10 dari 10 Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Tahun

185 LAMPIRAN C.2 TABEL REKAPITULASI ALOKASI PENDANAAN DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN NO PROGRAM/ KEGIATAN ALOKASI (Rp. Miliar) TAHUN 2015 TAHUN 2016 TAHUN 2017 TAHUN 2018 TAHUN 2019 (Alokasi Anggaran) (Alokasi Anggaran) (Alokasi Anggaran) (Pagu Kebutuhan) (Indikasi Anggaran) TOTAL ALOKASI (Rp. Miliar) D PROGRAM PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN TRANSPORTASI UDARA 11, , , , , , Pelayanan Angkutan Udara Perintis , Pembangunan, Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana Bandar Udara 7, , , , , , Pembangunan, Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana Keamanan Penerbangan , Pengawasan dan Pembinaan Kelaikan Udara dan Pengoperasian Pesawat Udara , Program Pembinaan Navigasi Penerbangan , Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen Perhubungan Udara 2, , , , , , Keterangan : Untuk tahun menggunakan pagu akhir DIPA TA Untuk tahun 2017 menggunakan pagu awal DIPA TA 2017 Untuk tahun menggunakan pagu kebutuhan/indikasi anggaran Lampiran C.1 - Tabel Alokasi Pendanaan 1 dari 1 Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Tahun

186 LAMPIRAN D DAFTAR PROYEK KERJASAMA PEMERINTAH BADAN USAHA (KPBU) SUB SEKTOR TRANSPORTASI UDARA NO PROGRAM / KEGIATAN Volume TAHUN 2018 TAHUN 2019 Indikasi Anggaran (Rp. Milyar) Lokasi Volume Indikasi Anggaran (Rp. Milyar) Lokasi KET 1 Persiapan pelaksanaan kegiatan KPBU (Kerjasama Pemerintah Badan Usaha) pada Bandar Udara Bali Baru dan Bandar Udara Matahora - Wakatobi 1 Paket Direktorat Bandar Udara 1 Paket Direktorat Bandar Udara

187 Matriks Kerangka Pendanaan APBN Dalam RPJMN Tahun Lampiran E Sub Sektor Transportasi Udara PROGRAM SASARAN INDIKATOR PROGRAM PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN TRANSPORTASI UDARA TOTAL TARGET ALOKASI (Rp. Milyar) 71, Meningkatnya pelayanan dan pengelolaan perhubungan udara yang lancar, terpadu, aman, dan nyaman, sehingga mampu, meningkatnya efisiensi, pergerakan orang dan barang, memperkecil kesenjangan, pelayanan angkutan udara antar, wilayah serta mendorong, ekonomi nasional Pelayanan Angkutan Udara Perintis Meningkatnya aksesibilitas dan kapasitas jaringan transportasi udara 2, Jumlah rute pelayanan perintis dan subsidi untuk angkutan udara (rute) Pembangunan, Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana Bandar Udara Jumlah subsidi angkutan BBM (drum) 6,677 6,677 6,677 6,677 6,677 61, Meningkatnya aksesibilitas dan kapasitas jaringan transportasi udara Jumlah Bandar Udara yang direhabilitasi dan dikembangkan (perpanjangan, pelebaran dan peningkatan kekuatan) ,035.30

188 PROGRAM SASARAN INDIKATOR Meningkatnya aksesibilitas dan kapasitas jaringan transportasi udara pada bandar udara di Kalimantan : bandar udara Muara teweh Baru, Bandar Udara Maratua, dan Bandar Udara Samarinda Baru Jumlah Bandar Udara yang Dikembangkan di Daerah Perbatasan dan Rawan Bencana* Jumlah pembangunan bandar udara baru Jumlah pembangunan bandar udara baru** TOTAL TARGET ALOKASI (Rp. Milyar) , , Pengembangan bandara menjadi klasifikasi landas pacu 4C Meningkatnya aksesibilitas dan kapasitas jaringan transportasi udara Pembangunan, Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana Keamanan Penerbangan 1, Meningkatnya pemenuhan standar keselamatan transportasi udara Jumlah peningkatan fasilitas pelayanan darurat (paket) Pengawasan dan Pembinaan Kelaikan Udara dan Pengoperasian Pesawat Udara Meningkatnya pemenuhan standar keamanan transportasi udara Jumlah peningkatan fasilitas keamanan penerbangan (paket) , Meningkatnya pemenuhan standar keselamatan transportasi udara Jumlah Audit Jumlah Surveillance Jumlah Inspection ,240.80

189 PROGRAM SASARAN INDIKATOR Jumlah pengadaan Pesawat Udara Kalibrasi (Multiyears contract) TOTAL TARGET ALOKASI (Rp. Milyar) , Dukungan sertifikasi terhadap pesawat industri nasional N Pembangunan, Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana Navigasi Penerbangan Meningkatnya pemenuhan standar keselamatan transportasi udara Alat uji kesehatan Jumlah Fasilitas Komunikasi Penerbangan yang dibangun dan yang direhabilitasi (paket) 2, Jumlah Fasilitas Bantu Navigasi Penerbangan yang dibangun dan yang direhabilitasi (paket) Jumlah Fasilitas Pengamatan Penerbangan yang dibangun dan yang direhabilitasi (paket) , Sumber : Perpres No. 2 Tahun 2015 tentang RPJMN Tahun

190 LAMPIRAN F PETA SEBARAN PEMBANGUNAN BANDAR UDARA & PETA PELAYANAN ANGKUTAN UDARA PERINTIS DAN PROGRAM JEMBATAN UDARA

191 PEMBANGUNAN BANDAR UDARA RAWAN BENCANA DAN PERBATASAN TAHUN Bandar Udara Sabang 2. Bandar Udara Lasikin 3. Bandar Udara Teuku Cut Ali 4. Bandar Udara Rembele 5. Bandar Udara Gayo Lues Bandar Udara di Daerah Rawan Bencana 6. Bandar Udara Lasondre 7. Bandar Udara Letung 8. Bandar Udara Tambelan 9. Bandar Udara Rokot 10. Bandar Udara Tj. Balai Karimun Bandar Udara di Perbatasan 11. Bandar Udara Kerinci 12. Bandar Udara Muko-Muko 13. Bandar Udara Enggano 14. Bandar Udara Bawean 15. Bandar Udara Sumenep 16. Bandar Udara Atambua 17. Bandar Udara Kabir 18. Bandar Udara Rote 19. Bandar Udara Long Apung 20. Bandar Udara Long Bawan 21. Bandar Udara Datah Dawai 22. Bandar Udara Maratua 23. Bandar Udara Miangas 24. Bandar Udara Moa 25. Bandar Udara Merauke Indikasi Pendanaan (Rp. Miliar) Total ,

192 15 BANDAR UDARA BARU TARGET RPJMN Bandar Udara Letung 2. Bandar Udara Tambelan 3. Bandar Udara Tebelian 4. Bandar Udara Muara Teweh 5. Bandar Udara Samarinda Baru 6. Bandar Udara Kertajati 8. Bandar Udara Miangas 9. Bandar Udara Siau 10. Bandar Udara Morowali 11. Bandar Udara Buntu Kunik 12. Bandar Udara Kabir 13. Bandar Udara Namniwel 14. Bandar Udara Werur 15. Bandar Udara Koroway Batu Selesai Dibangun Tahap Pembangunan Indikasi Pendanaan (Rp. Miliar) Total 1, , ,

193 LOKASI RENCANA PEMBANGUNAN/PENGEMBANGAN DAN REHABILITASI BANDAR UDARA b 39a 40b a a a a 91 6a a 9a 44c a b a 43 23a b e 19c 12719b e a d a 17b c a a 48b Target minimal 151 bandara yang direhabilitasi dan dikembangkan (perpanjangan, pelebaran, peningkatan kekuatan, dll) setiap tahunnya ( ) Indikasi Pendanaan (Rp. Miliar) Total 5, , , , , ,

194 LOKASI RENCANA PEMBANGUNAN/PENGEMBANGAN DAN REHABILITASI BANDAR UDARA TAHUN BANDAR UDARA DR F.L. TOBING - TAPANULI TENGAH 56 BANDAR UDARA TEUKU CUT ALI TAPAK TUAN 2 BANDAR UDARA JAPURA RENGAT 57 BANDAR UDARA LASIKIN SINABANG 3 BANDAR UDARA DABO SINGKEP 58 BANDAR UDARA ROKOT SIPORA 4 BANDAR UDARA A.S HANANDJOEDDIN TANJUNG PANDAN 59 BANDAR UDARA SEI BATI TANJUNG BALAI KARIMUN 5 BANDAR UDARA RADIN INTEN LAMPUNG 60 BANDAR UDARA DEPATI PARBO KERINCI 6 BANDAR UDARA TJILIK RIWUT PALANGKARAYA 61 BANDAR UDARA PANGSUMA PUTUSSIBAU 7 BANDAR UDARA JUWATA TARAKAN 62 BANDAR UDARA TAMPA PADANG MAMUJU 8 BANDAR UDARA DJALALUDDIN GORONTALO 63 BANDAR UDARA PONGTIKU TANA TORAJA 9 BANDAR UDARA MUTIARA PALU 64 BANDAR UDARA OESMAN SADIK LABUHA 10 BANDAR UDARA HALU OLEO-KENDARI 65 BANDAR UDARA GAMARMALAMO GALELA 11 BANDAR UDARA SULTAN BABULLAH DI TERNATE 66 BANDAR UDARA MALI ALOR 12 BANDAR UDARA SULTAN MUHAMMAD KAHARUDDIN KABUPATEN SUMBAWA 67 BANDAR UDARA GEWAYANTANA LARANTUKA 13 BANDAR UDARA MUHAMAD SALAHUDIN BIMA 68 BANDAR UDARA KOMODO LABUAN BAJO 14 BANDAR UDARA UMBU MEHANG KUNDA-MAUHAU 69 BANDAR UDARA SEKO 15 BANDAR UDARA TAMBOLAKA WAIKABUBAK 70 BANDAR UDARA RAMPI 16 BANDAR UDARA FRANS SEDA MAUMERE 71 BANDAR UDARA TIOM PAPUA 17 BANDAR UDARA SENTANI JAYAPURA 72 BANDAR UDARA BULI MABA 18 BANDAR UDARA RENDANI MANOKWARI 73 BANDAR UDARA SILAMPARI 19 BANDAR UDARA DOMINE EDUARD OSOK - SORONG 74 BANDAR UDARA AROEPALA - SELAYAR 20 BANDAR UDARA MOPAH MERAUKE 75 BANDAR UDARA DOBO 21 BANDAR UDARA WAMENA 76 BANDAR UDARA REMBELE - TAKENGON 22 BANDAR UDARA NABIRE 77 BANDAR UDARA LASONDRE - PULAU PULAU BATU 23 BANDAR UDARA FATMAWATI SOEKARNO BENGKULU 78 BANDAR UDARA BANYUWANGI 24 BANDAR UDARA TEMINDUNG SAMARINDA 79 BANDAR UDARA POGOGUL BUOL 25 BANDAR UDARA BUDIARTO CURUG TANGERANG 80 BANDAR UDARA SAUMLAKI 26 BANDAR UDARA FRANS SALES LEGA-RUTENG 81 BANDAR UDARA MOZES KILANGIN-TIMIKA 27 BANDAR UDARA GUSTI SJAMSIR ALAM KOTABARU 82 BANDAR UDARA NAMNIWEL KAB. BURU 28 BANDAR UDARA KASIGUNCU POSO 83 BANDAR UDARA PASIR PANGARAYAN - RIAU 29 BANDAR UDARA CUT NYAK DHIEN - NAGAN RAYA 84 BANDAR UDARA TRUNOJOYO - SUMENEP 30 BANDAR UDARA TOREA FAK-FAK 85 BANDAR UDARA MALINAU - KALTIM 31 BANDAR UDARA ISKANDAR PANGKALAN BUN 86 BANDAR UDARA MELAK - KALTIM 32 BANDAR UDARA HANG NADIM BATAM 87 BANDAR UDARA KIMAM - PAPUA 33 BANDAR UDARA TUNGGUL WULUNG CILACAP 88 BANDAR UDARA KAMUR - PAPUA 34 BANDAR UDARA BINAKA GUNUNG SITOLI KAB.NIAS 89 BANDAR UDARA BOMAKIA - PAPUA 35 BANDAR UDARA RAHADI OESMAN KETAPANG 90 BANDAR UDARA DABRA - PAPUA 36 BANDAR UDARA SUSILO SINTANG 91 BANDAR UDARA TUMBANG SAMBA - KALTENG 37 BANDAR UDARA H. ASAN SAMPIT 92 BANDAR UDARA SOA BAJAWA 38 BANDAR UDARA BERINGIN MUARA TEWEH 93 BANDAR UDARA MUKO-MUKO 39 BANDAR UDARA KALIMARAU TANJUNG REDEB 94 BANDAR UDARA NANGAPINOH SINTANG 40 BANDAR UDARA NAHA TAHUNA 95 BANDAR UDARA BOKONDINI 41 BANDAR UDARA SYUKURAN AMINUDDIN AMIR LUWUK 96 BANDAR UDARA KEPI MERAUKE 42 BANDAR UDARA SULTAN BANTILAN-TOLI TOLI 97 BANDAR UDARA OKABA MERAUKE 43 BANDAR UDARA BETO AMBARI BUTON 98 BANDAR UDARA MOANAMANI NABIRE 44 BANDAR UDARA BANDANAIRA PULAU BANDA 99 BANDAR UDARA WASIOR MANOKWARI 45 BANDAR UDARA HASAN AROEBOESMAN ENDE 100 BANDAR UDARA INANWATAN SORONG 46 BANDAR UDARA SERUI BIAK 101 BANDAR UDARA TEMINABUAN SORONG 47 BANDAR UDARA BINTUNI MANOKWARI 102 BANDAR UDARA MERDEI MANOKWARI 48 BANDAR UDARA TANAH MERAH MERAUKE 103 BANDAR UDARA KOKONAO TIMIKA 49 BANDAR UDARA MARARENA SARMI 104 BANDAR UDARA KUABANG KAO 50 BANDAR UDARA MINDIPTANA MERAUKE 105 BANDAR UDARA MELONGUANE SANGIR TALAUD 51 BANDAR UDARA OKSIBIL WAMENA 106 BANDAR UDARA HALIWEN ATAMBUA 52 BANDAR UDARA ENAROTALI NABIRE 107 BANDAR UDARA DC SAUDALE-ROTE 53 BANDAR UDARA WAGHETE NABIRE 108 BANDAR UDARA TARDAMU SABU 54 BANDAR UDARA MULIA NABIRE 109 BANDAR UDARA SANGGU BUNTOK 55 BANDAR UDARA KAIMANA FAK FAK 110 BANDAR UDARA TANJUNG HARAPAN TANJUNG SELOR 111 BANDAR UDARA ANDI JEMMA MASAMBA 167 BANDAR UDARA PANTAR 112 BANDAR UDARA DUMATUBUN LANGGUR 168 BANDAR UDARA ABOY 113 BANDAR UDARA AEK GODANG 169 BANDAR UDARA TERAPLU 114 BANDAR UDARA CAKRABUWANA CIREBON 170 BANDAR UDARA ELELIM 115 BANDAR UDARA DEWADARU KARIMUN JAWA 171 BANDAR UDARA DEKAI 116 BANDAR UDARA WUNOPITO LEWOLEBA 172 BANDAR UDARA KOROWAY BATU 117 BANDAR UDARA KUALA PEMBUANG 173 BANDAR UDARA MANGGELUM 118 BANDAR UDARA KUALA KURUN 174 BANDAR UDARA KENYAM NDUGA 119 BANDAR UDARA YUVAI SEMARING LONG BAWAN 175 BANDAR UDARA SINAK 120 BANDAR UDARA NUNUKAN 176 BANDAR UDARA ENGGANO 121 BANDAR UDARA NUMFOR 177 BANDAR UDARA MOROTAI 122 BANDAR UDARA MUARA BUNGO - KAB. BUNGO 178 BANDAR UDARA POHUWATO 123 BANDAR UDARA KARUBAGA IRIAN JAYA 179 BANDAR UDARA TAMBELAN 124 BANDAR UDARA EWER IRIAN JAYA 180 BANDAR UDARA ANAMBAS 125 BANDAR UDARA ILLU IRIAN JAYA 181 BANDAR UDARA SEGUN 126 BANDAR UDARA BABO, IRIAN JAYA 182 BANDAR UDARA WERUR 127 BANDAR UDARA KAMBUAYA, IRIAN JAYA 183 BANDAR UDARA MARINDA RAJA AMPAT 128 BANDAR UDARA BADE 184 BANDAR UDARA SUMARORONG 129 BANDAR UDARA SENGGEH 185 BANDAR UDARA GADING 130 BANDAR UDARA BATOM 186 BANDAR UDARA SINGKAWANG 131 BANDAR UDARA BILORAI 187 BANDAR UDARA APALAPSILI 132 BANDAR UDARA ILLAGA NABIRE 188 BANDAR UDARA AKIMUGA 133 BANDAR UDARA KEBAR MANOKWARI 189 BANDAR UDARA PAGAR ALAM 134 BANDAR UDARA AYAWASI SORONG 190 BANDAR UDARA TOWE HITAM 135 BANDAR UDARA MAIMUN SALEH SABANG 191 BANDAR UDARA ALAS LEUSER KUTACANE BANDAR UDARA LONG APUNG KALIMANTAN LAPTER PASEMA, SILIMO, HOLUWUN, SOBAHAM, 136 TIMUR 192 NINIA, ANGGRUK, DAN SERADALA BANDAR UDARA DATA DAWAI KALIMANTAN LAPTER PASEMA, SILIMO, HOLUWUN, SOBAHAM, 137 TIMUR 193 NINIA, ANGGRUK, DAN SERADALA 139 BANDAR UDARA SUGIMANURU MUNA BANDAR UDARA ABDULRACHMAN SALEH MALANG 141 BANDAR UDARA BAWEAN 142 BANDAR UDARA PEKONSERAI 143 BANDAR UDARA SENGGO 144 BANDAR UDARA KERTAJATI MAJALENGKA BANDAR UDARA SUNGAI SIRING/SAMARINDA 145 BARU 146 BANDAR UDARA GAYO LUES 147 BANDAR UDARA SIBISA PARAPAT 148 BANDAR UDARA TEBELIAN 149 BANDAR UDARA MURUNG RAYA 150 BANDAR UDARA MARATUA 151 BANDAR UDARA SIAU 152 BANDAR UDARA BOLAANG MONGONDOW 153 BANDAR UDARA MIANGAS 154 BANDAR UDARA MOROWALI 155 BANDAR UDARA TOJO UNA UNA 156 BANDAR UDARA BUNTU KUNIK 157 BANDAR UDARA BUA 158 BANDAR UDARA BONE 159 BANDAR UDARA SANGIA NIBANDERA KOLAKA 160 BANDAR UDARA MATAHORA 161 BANDAR UDARA AMAHAI 162 BANDAR UDARA WAHAI 163 BANDAR UDARA NAMROLE 164 BANDAR UDARA MOA 165 BANDAR UDARA KISAR 166 BANDAR UDARA KUFAR

195 LOKASI PENINGKATAN FASILITAS PELAYANAN DARURAT Bandara DEO Sorong 47. Bandara Radin Inten II - Lampung Indikasi Pendanaan (Rp. Miliar) Total ,

196 LOKASI PENINGKATAN FASILITAS PELAYANAN DARURAT TAHUN BANDARA SENTANI 2. BANDARA DJALALUDDIN 3. BANDARA JUWATA 4. BANDARA MOPAH 5. BANDARA HANANJOEDDIN 6. BANDARA TJILIK RIWUT 7. BANDARA HALUOLEO 8. BANDARA WONOPITO 9. BANDARA BERINGIN 10. BANDARA MUARA BUNGO 11. BANDARA MUKO-MUKO 12. BANDARA FL. TOBING 13. BANDARA DOBO 14. BANDARA KETAPANG 15. BANDARA DUMATUBUN 16. BANDARA A.SALEH 17. BANDARA POGOGUL 18. BANDARA OESMAN SADIK 19. BANDARA TOREA 20. BANDARA SULTAN M. KAHARUDDIN 21. BANDARA SANGIA NIBANDERA 22. BANDARA MATILDA BATLAYERII 23. BANDARA KOMODO 24. BANDARA PEKON SERAI 25. BANDARA MALINAU 26. BANDARA SANGGU 27. BANDARA MELONGGUANE 28. BANDARA ENGGANO 29. BANDARA PANGSUMA 30. BANDARA ANDI JEMMA 31. BANDARA STEVANUS RUMBEWAS 32. BANDARA SOA 33. BANDARA ROKOT 34. BANDARA DEO 35. BANDARA OKSIBIL 36. BANDARA SENGGO 37. BANDARA MULIA 38. BANDARA MOANAMANI 39. BANDARA TANAH MERAH 40. BANDARA SYUKURAN AMINUDDIN 41. BANDARA WAGHETE 42. BANDARA LASONDRE 43. BANDARA MAIMUN SALEH 44. BANDARA BILORAI (SUGAPA) 45. BANDARA TAMBOLAKA 46. BANDARA R. INTEN II 47. BANDARA JAPURA 48. BANDARA MUTIARA SIS AL JUFRI 49. BANDARA RENDANI 50. BANDARA SUSILO 51. BANDARA KALIMARAU 52. BANDARA BINTUNI 53. BANDARA SARMI 54. BANDARA PONGTIKU 55. BANDARA RAMPI 56. BANDARA MATAHORA 57. BANDARA NOP GELIAT DEKAI 58. BANDARA SILAMPARI 59. BANDARA BANYUWANGI 60. BANDARA MIANGAS 61. BANDARA NAMNIWEL 62. BANDARA NUMFOR 63. BANDARA ILLU 64. BANDARA BADE 65. BANDARA SENGGEH 66. BANDARA SULTAN BABULLAH 67. BANDARA DOUW ATURURE/NABIRE 68. BANDARA BUDIARTO 69. BANDARA KASIGUNCU 70. BANDARA CUT NYAK DHIEN 71. BANDARA MARATUA 72. BANDARA NAHA 73. BANDARA SULTAN BANTILAN 74. BANDARA MINDIPTANAH 75. BANDARA RAJA HAJI ABDULLAH 76. BANDARA DEPATI PARBO 77. BANDARA PITU 78. BANDARA BLANGKEJEREN 79. BANDARA MELAK 80. BANDARA NANGA PINOH 81. BANDARA DAVID CONSTANTIJN SAUDALE/ LEKUNIK 82. BANDARA AEK GODANG 83. BANDARA AYAWASI 84. BANDARA LONG APUNG 85. BANDARA MOROWALI 86. BANDARA FRANSISKUS XAVERIUS SEDA 87. BANDARA FATMAWATI SOEKARNO 88. BANDARA FRANS SALES LEGA 89. BANDARA BINAKA 90. BANDARA BETOAMBARI 91. BANDARA KUFAR 92. BANDARA H. AROEBOESMAN 93. BANDARA TEUKU CUT ALI 94. BANDARA TAMPA PADANG 95. BANDARA GAMARMALAMO 96. BANDARA GEWAYANTANA 97. BANDARA SEKO 98. BANDARA BONE 99. BANDARA BUA 100. BANDARA AMAHAI 101. BANDARA WAHAI 102. BANDARA JHON BECKER 103. BANDARA ELELIM 104. BANDARA AKIMUGA 105. BANDARA MARINDA 106. BANDARA EMALAMO 107. BANDARA AROEPALA 108. BANDARA ALAS LEUSER 109. BANDARA KIMAM 110. BANDARA BOKONDINI 111. BANDARA KEPI 112. BANDARA OKABA 113. BANDARA TEMINABUAN 114. BANDARA KUABANG 115. BANDARA TANJUNG HARAPAN 116. BANDARA DEWADARU 117. BANDARA YUVEI SEMARING 118. BANDARA KARUBAGA 119. BANDARA KAMBUAYA 120. BANDARA BATOM 121. BANDARA ILAGA 122. BANDARA TUNGGUL WULUNG 123. BANDARA TRUNOJOYO 124. BANDARA BAWEAN 125. BANDARA LASIKIN 126. BANDARA KUALA KURUN 127. BANDARA TEMINDUNG 128. BANDARA SUGIMANURU 129. BANDARA LARAT 130. BANDARA NAMROLE 131. BANDARA WAMENA 132. BANDARA TIOM 133. BANDARA KAMUR 134. BANDARA KIWIROK 135. BANDARA BULI 136. BANDARA DABO 137. BANDARA MERDEY 138. BANDARA NUNUKAN 139. BANDARA GEBE 140. BANDARA TUMBANG SAMBA 141. BANDARA DATA DAWAI 142. BANDARA SIAU 143. BANDARA KABIR 144. BANDARA KOROWAY BATU 145. BANDARA MANGGELUM 146. BANDARA WERUR 147. BANDARA PASIR PANGARAYAN 148. BANDARA KAIMANA 149. BANDARA MOZES KILANGIN 150. BANDARA BOMAKIA 151. BANDARA DABRA 152. BANDARA KEBAR 153. BANDARA SIBISA 154. BANDARA REMBELE 155. BANDARA HALIWEN 156. BANDARA TARDAMU 157. BANDARA KUALA PEMBUANG 158. BANDARA SUMARORONG 159. BANDARA SOBAHAM 160. BANDARA OBANO 161. BANDARA SINAK 162. BANDARA MUGI 163. BANDARA MAPENDUM 164. BANDARA KENYAM 165. BANDARA PASEMA 166. BANDARA SILIMO 167. BANDARA ANGGRUK 168. BANDARA HOLUWUN 169. BANDAR IJAHABRA 170. BANDARA INANWATAN 171. BANDARA SINGKIL 172. BANDARA KUALA BATU 173. BANDAAR MALIKUL SALEH 174. BANDARA PASAMAN BARAT 175. BANDARA TEMPULING 176. BANDARA BAGAN SIAPI API 177. BANDARA BENGKALIS 178. BANDARA BANDARA TAMBELAN 179. BANDAR PAMEUNGPEUK 180. BANDARA CITARATE 181. BANDARA WIRIADINATA 182. BANDARA KERTAJATI 183. BANDARA WIRASABA 184. BANDARA PALOH 185. BANDAR ISKANDAR 186. BANDARA MURUNG RAYA

197 LOKASI PENINGKATAN FASILITAS KEAMANAN PENERBANGAN Indikasi Pendanaan (Rp. Miliar) Total ,

198 LOKASI PENINGKATAN FASILITAS KEAMANAN PENERBANGAN TAHUN BANDARA SENTANI 2. BANDARA DJALALUDDIN 3. BANDARA JUWATA 4. BANDARA MOPAH 5. BANDARA HANANJOEDDIN 6. BANDARA TJILIK RIWUT 7. BANDARA HALUOLEO 8. BANDARA WONOPITO 9. BANDARA BERINGIN 10. BANDARA MUARA BUNGO 11. BANDARA MUKO-MUKO 12. BANDARA FL. TOBING 13. BANDARA DOBO 14. BANDARA KETAPANG 15. BANDARA DUMATUBUN 16. BANDARA H. ASAN 17. BANDARA POGOGUL 18. BANDARA OESMAN SADIK 19. BANDARA TOREA 20. BANDARA SULTAN M. KAHARUDDIN 21. BANDARA SANGIA NIBANDERA 22. BANDARA MATILDA BATLAYERII 23. BANDARA KOMODO 24. BANDARA PEKON SERAI 25. BANDARA MALINAU 26. BANDARA SANGGU 27. BANDARA MELONGGUANE 28. BANDARA ENGGANO 29. BANDARA PANGSUMA 30. BANDARA ANDI JEMMA 31. BANDARA CAKRABHUWANA 32. BANDARA SOA 33. BANDARA ROKOT 34. BANDARA DEO 35. BANDARA OKSIBIL 36. BANDARA SENGGO 37. BANDARA MULIA 38. BANDARA KUALA PEMBUANG 39. BANDARA TANAH MERAH 40. BANDARA SYUKURAN AMINUDDIN 41. BANDARA WAGHETE 42. BANDARA LASONDRE 43. BANDARA MAIMUN SALEH 44. BANDARA BILORAI (SUGAPA) 45. BANDARA TAMBOLAKA 46. BANDARA R. INTEN II 47. BANDARA JAPURA 48. BANDARA MUTIARA SIS AL JUFRI 49. BANDARA RENDANI 50. BANDARA SUSILO 51. BANDARA KALIMARAU 52. BANDARA BINTUNI 53. BANDARA SARMI 54. BANDARA PONGTIKU 55. BANDARA RAMPI 56. BANDARA MATAHORA 57. BANDARA NOP GELIAT DEKAI 58. BANDARA SILAMPARI 59. BANDARA BANYUWANGI 60. BANDARA MIANGAS 61. BANDARA NAMNIWEL 62. BANDARA NUMFOR 63. BANDARA ILLU 64. BANDARA BADE 65. BANDARA HALIWEN 66. BANDARA SULTAN BABULLAH 67. BANDARA DOUW ATURURE/NABIRE 68. BANDARA BUDIARTO 69. BANDARA KASIGUNCU 70. BANDARA CUT NYAK DHIEN 71. BANDARA UMBU MEHANG KUNDA 72. BANDARA NAHA 73. BANDARA SULTAN BANTILAN 74. BANDARA MINDIPTANAH 75. BANDARA RAJA HAJI ABDULLAH/SEIBATI 76. BANDARA DEPATI PARBO 77. BANDARA PITU 78. BANDARA BLANGKEJEREN 79. BANDARA MELAK 80. BANDARA NANGA PINOH 81. BANDARA DAVID CONSTANTIJN SAUDALE 82. BANDARA AEK GODANG 83. BANDARA AYAWASI 84. BANDARA LONG APUNG 85. BANDARA MOROWALI 86. BANDARA FRANSISKUS XAVERIUS SEDA 87. BANDARA FATMAWATI SOEKARNO 88. BANDARA FRANS SALES LEGA 89. BANDARA BINAKA 90. BANDARA BETOAMBARI 91. BANDARA KUFAR 92. BANDARA H. AROEBOESMAN 93. BANDARA TEUKU CUT ALI 94. BANDARA TAMPA PADANG 95. BANDARA GAMARMALAMO 96. BANDARA GEWAYANTANA 97. BANDARA SEKO 98. BANDARA BONE 99. BANDARA BUA 100. BANDARA AMAHAI 101. BANDARA WAHAI 102. BANDARA JHON BECKER 103. BANDARA ELELIM 104. BANDARA M. SALAHUDDIN 105. BANDARA MARINDA 106. BANDARA EMALAMO 107. BANDARA AROEPALA 108. BANDARA MELAK 109. BANDARA KIMAM 110. BANDARA BOKONDINI 111. BANDARA KEPI 112. BANDARA OKABA 113. BANDARA TEMINABUAN 114. BANDARA KUABANG 115. BANDARA TANJUNG HARAPAN 116. BANDARA DEWADARU 117. BANDARA YUVEI SEMARING 118. BANDARA KARUBAGA 119. BANDARA KAMBUAYA 120. BANDARA GUSTI SYAMSIR ALAM 121. BANDARA ILAGA 160. BANDARA ALAS LEUSER 122. BANDARA TUNGGUL WULUNG 161. BANDARA TEBELIAN 123. BANDARA TRUNOJOYO 162. BANDARA MARATUA 124. BANDARA BAWEAN 163. BANDARA BANDANEIRA 125. BANDARA LASIKIN 164. BANDARA KABIR 126. BANDARA KUALA KURUN 165. BANDARA MOANAMANI 127. BANDARA TEMINDUNG 166. BANDARA SENGGEH 128. BANDARA SUGIMANURU 167.BANDARAAKIMUGA 129. BANDARA LARAT 168.BANDAR LETUNG 130. BANDARA NAMROLE 169.BANDARA MERDEY 131. BANDARA WAMENA 170.BANDARA KEBAR 132. BANDARA TIOM 171.BANDARA SUMARORONG 133. BANDARA KAMUR 172.BANDARA ENAROTALI 134. BANDARA KIWIROK 173.BANDARA MULIA 135. BANDARA BULI 174.BANDARA SILIMO 136. BANDARA DABO 175.BANDARA HOLUWUN 137. BANDARA ENAROTALI 176.BANDARA SOBAHAM 138. BANDARA NUNUKAN 177.BANDARA NINIA 139. BANDARA GEBE 178.BANDARA ANGGRUK 140. BANDARA REMBELE 179.BANDARA SANANA 141. BANDARA WASIOR 142. BANDARA SIBISA 143. BANDARA WUNOPITO 144. BANDARA TARDAMU 145. BANDARA TOJO UNA-UNA 146. BANDARA UTAROM 147. LAPTER PASEMO 148. BANDARA MOA 149. BANDARA SUDJARWO T/SERUI 150. BANDARA MOZES KILANGIN 151. BANDARA PASIR PANGARAYAN 152. BANDARA BOMAKIA 153. BANDARA DABRA 154. BANDARA TUMBANG SAMBA 155. BANDARA BABO 156. BANDARA MALI 157. BANDARA DATA DAWAI 158. BANDARA EWER 159. BANDARA INANWATAN 160. BANDARA ALAS LEUSER

199 DUKUNGAN BANDAR UDARA PADA 25 KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL* TAHUN 2016 Maimun Saleh Kualanamu Binaka Sibisa Silangit Hang Nadim Ranai Sam Ratulangi Pitu Pangsuma Marinda HAS Hananjoeddin Iskandar Pongtiku Soekarno-Hatta Adi Sutjipto/Kulonprogo Juanda Abdulrahman Saleh Blimbingsari Lombok I Gusti Ngurah Rai Komodo Matahora H.H. Aroeboesman Dukungan 24 bandar udara pada 25 Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN Kintamani Danau Batur, Bali, KSPN Kuta Sanur Nusa Dua, Bali, KSPN Menjangan Pemuteran, Bali, KSPN Rinjani, NTB, KSPN Gili Tramena, NTB, KSPN Ende Kalimutu, NTT, KSPN Komodo, NTT, KSPN Weh, Aceh, KSPN Toba, Sumut, KSPN Teluk Dalam Nias, Sumut, KSPN Nongsa P. Abang, Kepri, KSPN Anambas Natuna, Kepri, KSPN Tanjung Kelayang, Babel, KSPN Borobudur, Jateng, KSPN Kota Tua - Sunda Kelapa, DKI Jakarta, KSPN Kepulauan Seribu, DKI Jakarta, KSPN Bromo Tengger Semeru, Jatim, KSPN Ijen Baluran, Jatim, KSPN Tanjung Putting, Kalteng, KSPN Sentarum, Kalbar, KSPN Toraja, Sulsel, KSPN Bunaken, Sulut, KSPN Wakatobi, Sultra, KSPN Morotai, Malut, KSPN Raja Ampat, Papua Barat). * Fokus dan Prioritas Kementerian Pariwisata Tahun 2016

200 DUKUNGAN BANDAR UDARA PADA 10 KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL KSPN TOBA, SUMUT BANDARA KUALANAMU KSPN TOBA, SUMUT BANDARA SILANGIT KSPN & KEK PARIWISATA MOROTAI, MALUT BANDARA PITU MOROTAI KSPN TOBA, SUMUT BANDARA SIBISA KSPN & KEK PARIWISATA TANJUNG KELAYANG, BABEL BANDARA HAS.HANANDJOEDDIN KSPN WAKATOBI, SULTRA BANDARA MATAHORA KSPN KEPULAUAN SERIBU, DKI JAKARTA BANDARA SOEKARNO HATTA KSPN BROMO-TENGGER-SEMERU, JATIM BANDARA JUANDA KEK PARIWISATA TANJUNG LESUNG, BANTEN BANDARA BANTEN SELATAN KEK PARIWISATA MANDALIKA, NTB BANDARA INTERNASIONAL LOMBOK KSPN BROMO-TENGGER-SEMERU, JATIM BANDARA ABDURRAHMAN SALEH KSPN LABUAN BAJO, NTT BANDARA KOMODO KSPN BOROBUDUR, JATENG BANDARA ADI SOETJIPTO/BANDARA KULONPROGO Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sumber : Perpres No.58 Tahun 2017 Tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016 Tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional

201 PROYEK STRATEGIS NASIONAL SUB SEKTOR TRANSPORTASI UDARA BANDARA SEBATIK BANDARA SULTAN BABULLAH BANDARA TJILIK RIWUT BANDARA SYAMSUDDIN NOOR BANDARA RADIN INTEN II BANDARA ACHMAD YANI BANDARA KERTAJATI BANDARA INT I DI JOGJAKARTA Proyek Revitalisasi Bandar Udara Proyek Pembangunan Bandar Udara Baru Proyek Bandar Udara Strategis Lainnya Sumber : Perpres No.58 Tahun 2017 Tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016 Tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional

202 PEMGEMBANGAN BANDAR UDARA UNTUK ANGKUTAN KARGO TAHUN Bandar Udara Kualanamu - Medan 2. Bandar Udara Soekarno Hatta - Jakarta 3. Bandar Udara Syamsuddin Noor - Banjarmasin 4. Bandar Udara Juanda - Surabaya 5. Bandar Udara Sepinggan - Balikpapan 6. Bandar Udara Sultan Hasanuddin - Makassar 7. Bandar Udara Samratulangi - Manado 8. Bandar Udara Frans Kaisepo Biak 9. Bandar Udara Sentani - Jayapura

203 DUKUNGAN BANDAR UDARA DALAM KAWASAN EKONOMI KHUSUS (KEK) KEK SEI MANGKEI Pelabuhan Kuala Tanjung Bandara Kualanamu Akses Jalan Akses Jalur KA Pembangkit Listrik 2. KEK TANJUNG API-API 3. KEK TANJUNG LESUNG Pelabuhan Tanjung Priuk Bandara Banten Selatan Akses Jalan Akses ASDP Akses Jalur KA Pembangkit Listrik 4. KEK MANDALIKA 5. KEK MALOY BATUTA TRANS KALIMANTAN Pelabuhan Maloy Akses Jalan Pembangkit Listrik 6. KEK PALU 7. KEK BITUNG Pelabuhan Hub Int. Bitung Bandara Samratulangi Akses Jalan Akses Penyeberangan Akses Kereta Api Pembangkit Listrik 8. KEK MOROTAI Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II Akses Jalan Akses Jalur KA Pembangkit Listrik Bandara Int. Lombok Pelabuhan Lembar Baru Integrasi Moda Akses Jalan Akses Ferry Pembangkit Listrik Bandara Mutiara Sis Aljufri Palu Pelabuhan Pantolan Akses Jalan Akses Penyeberangan Pembangkit Listrik Pelabuhan Ternate Bandara Pitu Morotai Akses Jalan Akses Penyeberangan Pembangkit Listrik

204 LAMPIRAN G PETA PELAYANAN ANGKUTAN UDARA PERINTIS DAN PROGRAM JEMBATAN UDARA TAHUN

205 LOKASI KEGIATAN PELAYAN ANGKUTAN UDARA PERINTIS Daftar KPA Penyelenggara Tahun 2017 : KPA Nagan Raya (4 Rute) KPA Takengon (7 Rute) KPA Gunung Sitoli (8 Rute) KPA Bengkulu (3 Rute) KPA Singkep (10 Rute) KPA Palangkaraya (6 Rute) KPA Ketapang (4 Rute) KPA Tarakan (10 Rute) KPA Samarinda (5 Rute) KPA Sumenep (3 Rute) KPA Melonguane (2 Rute) KPA Selayar (3 Rute) KPA Masamba (5 Rute) KPA Waingapu (4 Rute) KPA Ternate (4 Rute) KPA Langgur (10 Rute) KPA Sorong (6 Rute) KPA Manokwari (6 Rute) KPA Nabire (10 Rute) TABEL REKAPITULASI ALOKASI PENDANAAN TAHUN KPA Jayapura (8 Rute) KPA Wamena (11 Rute) KPA Timika (23 Rute) KPA Merauke (22 Rute) KPA Oksibil (6 Rute) KPA Dekai (8 Rute) Program Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018 Tahun 2019 Pelayanan Angkutan Udara Perintis Rp Milyar Rp Milyar Rp Milyar Rp Milyar Rp Milyar

206 ANGKUTAN UDARA PERINTIS KARGO 3 KPA TIMIKA DEKAI WAMENA 12 RUTE PENERBANGAN

207 RUTE PENERBANGAN TIMIKA WAMENA DEKAI TIMIKA - BEOGA TIMIKA ILAGA TIMIKA KENYAM TIMIKA - SINAK WAMENA MUGI WAMENA - MAPENDUMA WAMENA ENGGOLOK WAMENA MAMIT DEKAI SILIMO DEKAI KORUPUN DEKAI ANGGRUK DEKAI - UBAHAK

208 Enggolok Mugi Sinak Ilaga Beoga Mapenduma TIMIKA Mamit WAMENA Ubahak Silimo Anggruk Korupun Kenyam DEKAI Keterangan : Rute Angud Kargo Perintis : Rute Penyambung (Subsidi Angud Kargo) dgn Pesawat Udara sekelas Boeing 737-F : Sambungan Tol Laut Rute penyambung eksisting saat ini bukan subsidi pemerintah ( Komersil ) Rute Timika Wamena yang melayani penerbangan kargo adalah PT. TRI M.G INTRA ASIA AIRLINES, PT. TRIGANA AIR SERVICE ( KOMERSIL) PROGRAM INTEGRASI MODA TOL LAUT DENGAN JEMBATAN UDARA UNTUK LOGISTIK (KARGO) TA. 2017

209 Enggolok Mugi Sinak Ilaga Beoga Mapenduma TIMIKA Mamit WAMENA Ubahak Silimo Anggruk Korupun Kenyam DEKAI Keterangan : Rute Angud Kargo Perintis : Rute Penyambung (Subsidi Angud Kargo) dgn Pesawat Udara sekelas Boeing 737-F : Sambungan Tol Laut Rute penyambung eksisting saat ini bukan subsidi pemerintah ( Komersil ) Rute Timika Wamena yang melayani penerbangan kargo adalah PT. TRI M.G INTRA ASIA AIRLINES, PT. TRIGANA AIR SERVICE ( KOMERSIL) RENCANA PROGRAM INTEGRASI MODA TOL LAUT DENGAN JEMBATAN UDARA UNTUK LOGISTIK (KARGO) TA & 2019

210 Morowali Seko MASAMBA Rampi RENCANA ANGKUTAN UDARA PERINTIS KARGO DI SULAWESI TAHUN ANGGARAN 2018 & 2019

211 Long Bawan TARAKAN Long Apung RENCANA ANGKUTAN UDARA PERINTIS KARGO DI KALIMANTAN TAHUN ANGGARAN 2018 & 2019

212 SUBSIDI ANGKUTAN UDARA KARGO 1 KPA TIMIKA 1 RUTE PENERBANGAN UNTUK TAHAP AWAL MENGGUNAKAN PESAWAT BOEING 733-FREIGHTER

213 WAMENA TIMIKA Rute penyambung kargo TOL LAUT yang direncanakan mendapatkan subsidi dari APBN dengan menggunakan tipe pesawat udara sekelas Boeing 733-F Rute Kargo Timika Wamena saat ini dilayani oleh PT. TRI M.G INTRA ASIA AIRLINES, PT. TRIGANA AIR SERVICE ( KOMERSIL) PROGRAM INTEGRASI MODA TOL LAUT DENGAN SUBSIDI ANGKUTAN UDARA UNTUK LOGISTIK (KARGO) TA. 2017

214 WAMENA TIMIKA DEKAI Rute penyambung kargo TOL LAUT yang direncanakan mendapatkan subsidi dari APBN dengan menggunakan tipe pesawat udara sekelas Boeing 733-F Rute Kargo Timika Wamena saat ini dilayani oleh PT. TRI M.G INTRA ASIA AIRLINES, PT. TRIGANA AIR SERVICE ( KOMERSIL) PROGRAM INTEGRASI MODA TOL LAUT DENGAN SUBSIDI ANGKUTAN UDARA UNTUK LOGISTIK (KARGO) TA & 2019

BAB 2. VISI DAN MISI PRESIDEN, SERTA SASARAN

BAB 2. VISI DAN MISI PRESIDEN, SERTA SASARAN BAB 2. VISI DAN MISI PRESIDEN, SERTA SASARAN 2.1 VISI DAN MISI PRESIDEN Presiden Joko Widodo menetapkan Visi dan Misi pembangunan Tahun 2015-2019 yang secara politik menjadi bagian dari tujuan tercapainya

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KP 873 TAHUN 2017 TENTANG REVIU RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KP 873 TAHUN 2017 TENTANG REVIU RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KP 873 TAHUN 2017 TENTANG REVIU RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN 2015-2019 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Perkembangan Jumlah Penelitian Tahun

Perkembangan Jumlah Penelitian Tahun Pada tahun anggaran 2012, Badan Litbang Perhubungan telah menyelesaikan 368 studi yang terdiri dari 103 studi besar, 20 studi sedang dan 243 studi kecil. Perkembangan jumlah studi dari tahun 2008 sampai

Lebih terperinci

Matriks Indikator Kinerja Utama (IKU) Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Tahun

Matriks Indikator Kinerja Utama (IKU) Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Tahun a. Menurunnya angka kecelakaan 1) Jumlah pedoman standar keselamatan Dokumen 13 11 11 12 13 Tiap Tahun Capaian di tahun 2014 (baseline) adalah 2. Sehingga selama periode 5 tahun perencanaan dari tahun

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1046, 2013 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Kebandarudaraan. Nasional. Tatanan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR PM 69 TAHUN 2013 TENTANG TATANAN KEBANDARUDARAAN NASIONAL

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... i. DAFTAR TABEL... iv. DAFTAR GAMBAR... v

DAFTAR ISI... i. DAFTAR TABEL... iv. DAFTAR GAMBAR... v DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iv DAFTAR GAMBAR... v BAB 1 PENDAHULUAN... 1-1 1.1 KONDISI UMUM... 1-1 1.1.1 CAPAIAN TARGET KINERJA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN 2010-2014... 1-3 1.1.2 CAPAIAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... BAB I PENDAHULUAN... 1

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... BAB I PENDAHULUAN... 1 DAFTAR ISI Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... i ii iv v BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Prioritas dan Arah Pembangunan Sektor Transportasi... 3 1.3 Perubahan

Lebih terperinci

PAPARAN MENTERI PERHUBUNGAN

PAPARAN MENTERI PERHUBUNGAN PAPARAN MENTERI PERHUBUNGAN Paparan Menteri Perhubungan INTEGRASI TRANSPORTASI DAN TATA RUANG DALAM PERWUJUDAN NAWACITA JAKARTA, 5 NOVEMBER 2012 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN OUT L I NE Integrasi Transportasi

Lebih terperinci

VISI DAN MISI DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN TANAH DATAR

VISI DAN MISI DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN TANAH DATAR VISI DAN MISI DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN TANAH DATAR Visi dan Misi Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kabupaten Tanah Datar mengacu pada Visi dan Misi instansi di

Lebih terperinci

Paparan Menteri Perhubungan

Paparan Menteri Perhubungan Paparan Menteri Perhubungan INTEGRASI TRANSPORTASI DAN TATA RUANG DALAM PERWUJUDAN NAWACITA JAKARTA, 5 NOVEMBER 2012 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN O U T L I N E Integrasi Transportasi dan Tata Ruang; Isu Strategis

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan

Lebih terperinci

BAB II VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS...

BAB II VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS... DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i LAMPIRAN I Keputusan Dirjen Perkeretaapian Tentang Reviu Rencana Strategis Kemenhub Bidang Perkeretaapian Tahun 2015-2019... ii BAB I PENDAHULUAN... 1.1. Latar Belakang

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS REPUBLIK INDONESIA RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 86 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI LALU LINTAS

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 86 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI LALU LINTAS PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 86 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI LALU LINTAS ANGKUTAN JALAN, SUNGAI, DANAU DAN PENYEBERANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

KEBUTUHAN PEGAWAI YANG BERASAL DARI LULUSAN SEKOLAH KEDINASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

KEBUTUHAN PEGAWAI YANG BERASAL DARI LULUSAN SEKOLAH KEDINASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN KEBUTUHAN PEGAWAI YANG BERASAL DARI LULUSAN SEKOLAH KEDINASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN Adalah Kementerian yang mempunyai Tugas Pemerintahan Negara untuk membantu Presiden

Lebih terperinci

DRS. PETRUS SUMARSONO, MA - JFP MADYA DIREKTORAT TRANSPORTASI. Rakornis Perhubungan Darat 2013 Surabaya, 3 Oktober 2013

DRS. PETRUS SUMARSONO, MA - JFP MADYA DIREKTORAT TRANSPORTASI. Rakornis Perhubungan Darat 2013 Surabaya, 3 Oktober 2013 DRS. PETRUS SUMARSONO, MA - JFP MADYA DIREKTORAT TRANSPORTASI Rakornis Perhubungan Darat 2013 Surabaya, 3 Oktober 2013 OUTLINE Kendala dan Tantangan Pembangunan Perhubungan Darat Peningkatan Sinergitas,

Lebih terperinci

Menimbang : a. bahwa Pasal 8 Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 70 Tahun 2017 tentang Penetapan

Menimbang : a. bahwa Pasal 8 Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 70 Tahun 2017 tentang Penetapan KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN IIDAPA KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 016 TAHUN 2018 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA DI LINGKUNGAN DIREKTORAT

Lebih terperinci

2017, No c. bahwa untuk mempercepat penyelenggaraan kewajiban pelayanan publik untuk angkutan barang di laut, darat, dan udara diperlukan progr

2017, No c. bahwa untuk mempercepat penyelenggaraan kewajiban pelayanan publik untuk angkutan barang di laut, darat, dan udara diperlukan progr No.165, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PELAYANAN PUBLIK. Daerah Tertinggal, Terpencil, Terluar, Perbatasan. Angkutan Barang. Penyelenggaraan. Pencabutan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KP 934 TAHUN 2017 TENTANG RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN 2017

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KP 934 TAHUN 2017 TENTANG RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN 2017 MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KP 934 TAHUN 2017 TENTANG RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas karunia-nya Buku Informasi Transportasi Kementerian Perhubungan 2012 ini dapat tersusun sesuai rencana. Buku Informasi Transportasi

Lebih terperinci

No. Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah)

No. Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah) E. PAGU ANGGARAN BERDASARKAN PROGRAM No. Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah) Sub Bidang Sumber Daya Air 1. Pengembangan, Pengelolaan, dan Konservasi Sungai, Danau, dan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KEWAJIBAN PELAYANAN PUBLIK UNTUK ANGKUTAN BARANG DARI DAN KE DAERAH TERTINGGAL, TERPENCIL, TERLUAR, DAN PERBATASAN DENGAN

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA RINGKASAN EKSEKUTIF Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Kementerian Perhubungan Tahun 2011 merupakan salah satu tahapan yang harus dipenuhi dalam rangkaian Sistem Akuntabilitas Kinerja

Lebih terperinci

RPJMD KABUPATEN LINGGA BAB 5 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

RPJMD KABUPATEN LINGGA BAB 5 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN I BAB 5 I VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi Pengertian visi secara umum adalah gambaran masa depan atau proyeksi terhadap seluruh hasil yang anda nanti akan lakukan selama waktu yang ditentukan.

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan Departemen Perhubungan lahir sejak dari tahun 1945 adalah gabungan antara Departemen Perhubungan dan Departemen Pekerjaan Umum, yang dipimpin oleh seorang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1297, 2013 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Jaringan. Rute. Penerbangan. Angkutan Udara. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 88 TAHUN 2013 TENTANG JARINGAN

Lebih terperinci

Badan Litbang Perhubungan telah menyusun kegiatan penelitian yang dibiayai dari anggaran pembangunan tahun 2010 sebagai berikut.

Badan Litbang Perhubungan telah menyusun kegiatan penelitian yang dibiayai dari anggaran pembangunan tahun 2010 sebagai berikut. Badan Litbang Perhubungan telah menyusun kegiatan penelitian yang dibiayai dari anggaran pembangunan tahun 2010 sebagai berikut. A. KEGIATAN POKOK 1. Studi Besar a. Sektoral/Sekretariat 1) Studi Kelayakan

Lebih terperinci

BAB I I TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB I I TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN Rencana Kinerja (Renja) BPPTPM Prov.Kep.Babel TA.2016 BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1. Telaahan Terhadap Kebijakan Nasional dan Provinsi Visi BKPM dalam periode 2015-2019 adalah sebagai

Lebih terperinci

ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN NASIONAL

ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN NASIONAL ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN NASIONAL Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Disampaikan dalam Acara: Musrenbang RKPD Provinsi Kepulauan Riau 2015 Tanjung

Lebih terperinci

BAB II PROFIL DINAS PERHUBUNGAN PROPINSI SUMATERA UTARA

BAB II PROFIL DINAS PERHUBUNGAN PROPINSI SUMATERA UTARA BAB II PROFIL DINAS PERHUBUNGAN PROPINSI SUMATERA UTARA A. Sejarah Ringkas Dinas Perhubungan Propinsi Sumatera Utara Departemen Perhubungan telah ada sejak periode awal kemerdekaan Indonesia yang dibentuk

Lebih terperinci

PERATURAN MENTER. PERHUBUNGAN NOMOR: KM 11 TAHUN 2010 TENTANG TATANAN KEBANDARUDARAAN NASIONAL

PERATURAN MENTER. PERHUBUNGAN NOMOR: KM 11 TAHUN 2010 TENTANG TATANAN KEBANDARUDARAAN NASIONAL MENTERI PERHUBUNGAN REPUBUK INDONESIA PERATURAN MENTER. PERHUBUNGAN NOMOR: KM 11 TAHUN 2010 TENTANG TATANAN KEBANDARUDARAAN NASIONAL Menimbang: a. bahwa dalam Pasal 200 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009

Lebih terperinci

Karena Ikan tidak punya Passport

Karena Ikan tidak punya Passport KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN Karena Ikan tidak punya Passport Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian 26 January 2016 Ruang Hidup Bangsa Indonesia Wawasan Nusantara Perlu Langkah Fundamental

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan No.1213, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Kegiatan Angkutan Udara Perintis dan Subsidi Angkutan Udara Kargo. Kriteria. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 79 TAHUN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KP 934 TAHUN 2017 TENTANG RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN 2017

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KP 934 TAHUN 2017 TENTANG RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN 2017 MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KP 934 TAHUN 2017 TENTANG RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT

DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT Direktorat Lalu lintas Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan Jalan Medan Merdeka Barat No 8 Jakarta 10110 1 1. Cetak Biru Pengembangan Pelabuhan

Lebih terperinci

Kegiatan Badan Litbang Perhubungan tahun 2014 dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Kegiatan studi/penelitian yang terdiri dari studi besar, studi

Kegiatan Badan Litbang Perhubungan tahun 2014 dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Kegiatan studi/penelitian yang terdiri dari studi besar, studi Kegiatan Badan Litbang Perhubungan tahun 2014 dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Kegiatan studi/penelitian yang terdiri dari studi besar, studi sedang, dan studi kecil yang dibiayai dengan anggaran pembangunan.

Lebih terperinci

Mendasari Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019, Kementerian

Lebih terperinci

Knowledge Management Forum April

Knowledge Management Forum April DASAR HUKUM DIREKTORAT JENDERAL BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI PERAN PEMDA UNTUK MEMBERDAYAKAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MEWUJUDKAN KETAHANAN IKLIM INDONESIA UU 23 tahun 2014 tentang

Lebih terperinci

KEBIJAKAN NASIONAL PENGEMBANGAN TRANSPORTASI BERKELANJUTAN

KEBIJAKAN NASIONAL PENGEMBANGAN TRANSPORTASI BERKELANJUTAN KEBIJAKAN NASIONAL PENGEMBANGAN TRANSPORTASI BERKELANJUTAN Pusat Pengelolaan Transportasi Berkelanjutan Jakarta, 14 Desember, 2017 LATAR BELAKANG ISU GLOBAL Tiga Pilar Berkelanjutan MDGs (2000 s/d 2015)

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGAWASAN INTERNAL DI KEMRISTEKDIKTI. Oleh : Prof. Jamal Wiwoho, SH, Mhum. (INSPEKTORAT JENDERAL KEMRISTEKDIKTI)

KEBIJAKAN PENGAWASAN INTERNAL DI KEMRISTEKDIKTI. Oleh : Prof. Jamal Wiwoho, SH, Mhum. (INSPEKTORAT JENDERAL KEMRISTEKDIKTI) KEBIJAKAN PENGAWASAN INTERNAL DI KEMRISTEKDIKTI Oleh : Prof. Jamal Wiwoho, SH, Mhum. (INSPEKTORAT JENDERAL KEMRISTEKDIKTI) Disampaikan Dalam Rapat Koordinasi Pengawasan Peningkatan Kapasitas Pengendalian

Lebih terperinci

- 1 - BAB I PENGUATAN REFORMASI BIROKRASI

- 1 - BAB I PENGUATAN REFORMASI BIROKRASI - 1 - LAMPIRAN PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL TAHUN 2015-2019. BAB I PENGUATAN REFORMASI BIROKRASI

Lebih terperinci

BAHAN PAPARAN. Disampaikan pada : BIMBINGAN TEKNIS AUDIT

BAHAN PAPARAN. Disampaikan pada : BIMBINGAN TEKNIS AUDIT BAHAN PAPARAN Disampaikan pada : BIMBINGAN TEKNIS AUDIT PENGERTIAN ISTILAH 1. Bandar Udara adalah lapangan terbang yang dipergunakan untuk mendarat dan lepas landas pesawat udara, naik turun penumpang

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012 [Type text] LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012 BUKU I: Prioritas Pembangunan, serta Kerangka Ekonomi Makro dan Pembiayaan Pembangunan

Lebih terperinci

BAB II DINAS PERHUBUNGAN PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB II DINAS PERHUBUNGAN PROVINSI SUMATERA UTARA BAB II DINAS PERHUBUNGAN PROVINSI SUMATERA UTARA A. Sejarah Ringkas Departemen Perhubungan telah ada sejak periode awal kemerdekaan Indonesia yang dibentuk berdasarkan periode Kabinet-Kabinet Republik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Selain itu pembangunan adalah rangkaian dari upaya dan proses yang

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Selain itu pembangunan adalah rangkaian dari upaya dan proses yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan adalah kemajuan yang diharapkan oleh setiap negara. Pembangunan adalah perubahan yang terjadi pada semua struktur ekonomi dan sosial. Selain itu

Lebih terperinci

Disampaikan Dalam Kegiatan Diseminasi Aplikasi SAK BLU 2015 Universitas Sultan Ageng Tirtayasa - Banten di The Royale Krakatau Hotel - Cilegon

Disampaikan Dalam Kegiatan Diseminasi Aplikasi SAK BLU 2015 Universitas Sultan Ageng Tirtayasa - Banten di The Royale Krakatau Hotel - Cilegon ARAH DAN SASARAN PEMBINAAN PENGELOLAAN APBN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN RISTEK DAN DIKTI Oleh : Prof. Dr. Jamal Wiwoho, SH, M.Hum. Inspektur Jenderal Kemenristekdikti Disampaikan Dalam Kegiatan Diseminasi

Lebih terperinci

RPJMN dan RENSTRA BPOM

RPJMN dan RENSTRA BPOM RPJMN 2015-2019 dan RENSTRA BPOM 2015-2019 Kepala Bagian Renstra dan Organisasi Biro Perencanaan dan Keuangan Jakarta, 18 Juli 2017 1 SISTEMATIKA PENYAJIAN RPJMN 2015-2019 RENCANA STRATEGIS BPOM 2015-2019

Lebih terperinci

PETA LOKASI KEGIATAN STRATEGIS PEMBANGUNAN TRANSPORTASI DALAM RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN

PETA LOKASI KEGIATAN STRATEGIS PEMBANGUNAN TRANSPORTASI DALAM RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN PETA LOKASI KEGIATAN STRATEGIS PEMBANGUNAN TRANSPORTASI DALAM RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN 2015-2019 Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019 Peta - 1 LOKASI PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

Perkembangan Jumlah Penelitian Tahun Prioritas Pembangunan Sentra Produksi Koridor Ekonomi Sulawesi

Perkembangan Jumlah Penelitian Tahun Prioritas Pembangunan Sentra Produksi Koridor Ekonomi Sulawesi Pada tahun anggaran 2013, Badan Litbang Perhubungan telah menyelesaikan 344 studi yang terdiri dari 96 studi besar, 20 studi sedang dan 228 studi kecil. Gambar di bawah ini menunjukkan perkembangan jumlah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN 2010-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

SINKRONISASI KEBIJAKAN PUSAT DAN DERAH DALAM PENGUATAN IKLIM USAHA DAN INVESTASI

SINKRONISASI KEBIJAKAN PUSAT DAN DERAH DALAM PENGUATAN IKLIM USAHA DAN INVESTASI SINKRONISASI KEBIJAKAN PUSAT DAN DERAH DALAM PENGUATAN IKLIM USAHA DAN INVESTASI KEMENTERIAN DALAM NEGERI PERSPEKTIF PEMERINTAHAN JOKOWI DAN JK 2015-2019 ( 9 AGENDA PRIORITAS ) Nomor PRIORITAS 1 Perlindungan

Lebih terperinci

d. penyiapan bahan sertifikasi kecakapan personil serta penyiapan sertifikasi peralatan informasi dan peralatan pengamatan bandar udara.

d. penyiapan bahan sertifikasi kecakapan personil serta penyiapan sertifikasi peralatan informasi dan peralatan pengamatan bandar udara. b. pemberian bimbingan teknis di bidang peralatan informasi dan komunikasi bandar udara dan peralatan pengamanan bandar udara; c. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang peralatan informasi dan komunikasi

Lebih terperinci

KEBIJAKAN INVESTASI INFRASTRUKTUR BIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

KEBIJAKAN INVESTASI INFRASTRUKTUR BIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT KEBIJAKAN INVESTASI INFRASTRUKTUR BIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT MATERI PAPARAN DIREKTUR BINA INVESTASI INFRASTRUKTUR FASILITASI PENGUSAHAAN JALAN DAERAH KENDARI, 10 11 MEI 2016 VISI DAN 9

Lebih terperinci

-1- GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 118 TAHUN 2016 TENTANG

-1- GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 118 TAHUN 2016 TENTANG -1- GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 118 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. adanya ketimpangan dan ketidakmerataan. Salah satu penyebabnya adalah

I. PENDAHULUAN. adanya ketimpangan dan ketidakmerataan. Salah satu penyebabnya adalah I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan yang sering dihadapi dalam perencanaan pembangunan adalah adanya ketimpangan dan ketidakmerataan. Salah satu penyebabnya adalah penyebaran investasi yang

Lebih terperinci

RUU SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL DAN HARAPAN SISTEM TRANSPORTASI YANG TERINTEGRASI, AMAN, EFEKTIF, DAN EFISIEN

RUU SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL DAN HARAPAN SISTEM TRANSPORTASI YANG TERINTEGRASI, AMAN, EFEKTIF, DAN EFISIEN RUU SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL DAN HARAPAN SISTEM TRANSPORTASI YANG TERINTEGRASI, AMAN, EFEKTIF, DAN EFISIEN Oleh: Zaqiu Rahman * Naskah diterima: 16 Januari 2015; disetujui: 23 Januari 2015 Keberhasilan

Lebih terperinci

Jakarta, 7 Februari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dan Kementerian PPN/BAPPENAS

Jakarta, 7 Februari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dan Kementerian PPN/BAPPENAS Jakarta, 7 Februari 2011 Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dan Kementerian PPN/BAPPENAS Direktif Presiden tentang Penyusunan Masterplan Visi Indonesia 2025 Kedudukan Masterplan dalam Kerangka

Lebih terperinci

REVIU RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERHUBUNGAN TAHUN

REVIU RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERHUBUNGAN TAHUN REVIU RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERHUBUNGAN TAHUN 2015-2019 BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN Jl. Medan Merdeka Timur No.5 Jakarta 10110 DAFTAR

Lebih terperinci

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 1 BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 38 TAHUN 2014 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 38 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL PADA TATARAN TRANSPORTASI WILAYAH PROVINSI

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR [LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT TAHUN 2015] Maret 2016

KATA PENGANTAR [LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT TAHUN 2015] Maret 2016 Maret KATA PENGANTAR Berdasarkan Instruksi Presiden Nomor: 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dinyatakan bahwa setiap Instansi Pemerintah diwajibkan menyusun Laporan Kinerja

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN 2010-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Transportasi sebagai urat nadi kehidupan berbangsa dan bernegara, mempunyai fungsi sebagai penggerak, pendorong dan penunjang pembangunan. Transportasi merupakan suatu

Lebih terperinci

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah 2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah Permasalahan pembangunan daerah merupakan gap expectation antara kinerja pembangunan yang dicapai saat inidengan yang direncanakan serta antara apa yang ingin dicapai

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 20 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 20 TAHUN 2008 TENTANG PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 20 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KELIMA ATAS PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR KM. 43 TAHUN 2005 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DEPARTEMEN PERHUBUNGAN SEBAGAIMANA

Lebih terperinci

Rapat Koordinasi Kemenko PMK: Agenda Strategis 2017 dan RKP 2018

Rapat Koordinasi Kemenko PMK: Agenda Strategis 2017 dan RKP 2018 REPUBLIK INDONESIA Rapat Koordinasi Kemenko PMK: Agenda Strategis 2017 dan RKP 2018 Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi 17 Januari 2017 1 OUTLINE (1) Ruang Lingkup Kementerian Desa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Keberhasilan pembangunan sangat dipengaruhi oleh peran transportasi. Karenanya sistem transportasi nasional (SISTRANAS) diharapkan mampu menghasilkan jasa transportasi

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN MENTERI TENTANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN PENYEBERANGAN MENTERI PERHUBUNGAN,

RANCANGAN PERATURAN MENTERI TENTANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN PENYEBERANGAN MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang RANCANGAN PERATURAN MENTERI TENTANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN PENYEBERANGAN MENTERI PERHUBUNGAN, : a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 61 tahun 2009 tentang Kepelabuhanan telah diatur ketentuan

Lebih terperinci

Laporan Hasil Penelitian Kelompok Bidang Ekonomi dan Kebijakan Publik Tahun Anggaran 2015

Laporan Hasil Penelitian Kelompok Bidang Ekonomi dan Kebijakan Publik Tahun Anggaran 2015 Laporan Hasil Penelitian Kelompok Bidang Ekonomi dan Kebijakan Publik Tahun Anggaran 2015 KAJIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM UPAYA PENGUATAN KONEKTIVITAS NASIONAL DAN IMPLEMENTASINYA disusun

Lebih terperinci

POKOK-POKOK PIKIRAN MENGENAI PENGEMBANGAN JARINGAN PELAYANAN DAN PRASARANA TRANSPORTASI DARAT TERPADU DALAM PERSPEKTIF SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL

POKOK-POKOK PIKIRAN MENGENAI PENGEMBANGAN JARINGAN PELAYANAN DAN PRASARANA TRANSPORTASI DARAT TERPADU DALAM PERSPEKTIF SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT POKOK-POKOK PIKIRAN MENGENAI PENGEMBANGAN JARINGAN PELAYANAN DAN PRASARANA TRANSPORTASI DARAT TERPADU DALAM PERSPEKTIF SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL

Lebih terperinci

bagi Indonesia dalam menghadapi persaingan regional maupun global. Kedua, Infrastruktur industri penerbangan juga memiliki kelebihan berupa banyaknya

bagi Indonesia dalam menghadapi persaingan regional maupun global. Kedua, Infrastruktur industri penerbangan juga memiliki kelebihan berupa banyaknya BAB V KESIMPULAN Fenomena ASEAN Open Sky menjadi fenomena yang tidak dapat dihindari oleh Pemerintah Indonesia. sebagai negara yang mendukung adanya iklim perdagangan bebas dunia, Indonesia harus mendukung

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika A. Permasalahan Adapun Permasalahan

Lebih terperinci

2016, No Tahun 2007 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4722); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (

2016, No Tahun 2007 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4722); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran ( No.814, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Pendelegasian Wewenang. Menteri Kepada Kepala BPTJ. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 66 TAHUN 2016 TENTANG PENDELEGASIAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Oktober 2016 DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT TTD. Drs. PUDJI HARTANTO, MM

KATA PENGANTAR. Jakarta, Oktober 2016 DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT TTD. Drs. PUDJI HARTANTO, MM PERJANJIAN KINERJA Direktorat Jenderal Perhubungan Tahun 2016 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karunia dan rahmatnya penyusunan Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. utama ekonomi, pengembangan konektivitas nasional, dan peningkatan. dalam menunjang kegiatan ekonomi di setiap koridor ekonomi.

I. PENDAHULUAN. utama ekonomi, pengembangan konektivitas nasional, dan peningkatan. dalam menunjang kegiatan ekonomi di setiap koridor ekonomi. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan pembangunan ekonomi Indonesia telah dituangkan pada program jangka panjang yang disusun oleh pemerintah yaitu program Masterplan Percepatan Perluasan dan

Lebih terperinci

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN Visi dan misi merupakan gambaran apa yang ingin dicapai Kota Surabaya pada akhir periode kepemimpinan walikota dan wakil walikota terpilih, yaitu: V.1

Lebih terperinci

RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2010

RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2010 RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2010 Oleh: H. Paskah Suzetta Menteri Negara PPN/Kepala Bappenas Disampaikan pada Rapat Koordinasi Pembangunan Tingkat Pusat (Rakorbangpus) untuk RKP 2010 Jakarta,

Lebih terperinci

EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013

EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013 BAB 2 EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013 Evaluasi Pelaksanaan Renja Tahun 2013 2.1 BAB 2 EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013 2.1. EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013 DAN CAPAIAN RENSTRA SAMPAI DENGAN

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN MENTERI TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA INDUK SIMPUL TRANSPORTASI

RANCANGAN PERATURAN MENTERI TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA INDUK SIMPUL TRANSPORTASI RANCANGAN PERATURAN MENTERI TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA INDUK SIMPUL TRANSPORTASI Kronologis Penyusunan RPM Pedoman Penyusunan Rencana Induk Simpul Transportasi Surat Kepala Biro Perecanaan Setjen

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Jabatan. Kelas Jabatan. Tunjangan. Kinerja.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Jabatan. Kelas Jabatan. Tunjangan. Kinerja. No.701, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Jabatan. Kelas Jabatan. Tunjangan. Kinerja. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN 2010-2025

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN 2010-2025 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN 2010-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

JAKARTA INVESTOR DAILY (18/11/2014) : Pemerintah dalam lima t

JAKARTA INVESTOR DAILY (18/11/2014) : Pemerintah dalam lima t JAKARTA INVESTOR DAILY (18/11/2014) : Pemerintah dalam lima t ahun mendatang (2015-2019) mencanangkan pembangunan jalan tol sepanjang 1.000 km, jalan baru 2.650 km, dan pemeliharaan jalan 46.770 km. Pembangunan

Lebih terperinci

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN 2.1 Tujuan Penataan Ruang Dengan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, khususnya Pasal 3,

Lebih terperinci

2017, No Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Kementerian Perhubungan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Neg

2017, No Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Kementerian Perhubungan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Neg No.1138, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Penetapan IKU. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 70 TAHUN 2017 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA DI

Lebih terperinci

BAPPEDA Planning for a better Babel

BAPPEDA Planning for a better Babel DISAMPAIKAN PADA RAPAT PENYUSUNAN RANCANGAN AWAL RKPD PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN 2018 PANGKALPINANG, 19 JANUARI 2017 BAPPEDA RKPD 2008 RKPD 2009 RKPD 2010 RKPD 2011 RKPD 2012 RKPD 2013 RKPD

Lebih terperinci

PAPARAN MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS

PAPARAN MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS PAPARAN MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS SESI PANEL MENTERI - RAKERNAS BKPRN TAHUN 2015 KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL Jakarta, 5 November 2015 DAFTAR ISI

Lebih terperinci

Kebijakan, Strategi dan Program Keterpaduan Penanganan Kumuh Perkotaan

Kebijakan, Strategi dan Program Keterpaduan Penanganan Kumuh Perkotaan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Direktorat Jenderal Cipta Karya Kebijakan, Strategi dan Program Keterpaduan Penanganan Kumuh Perkotaan Direktorat Keterpaduan Infrastruktur Permukiman Outline

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR DIPA-022.12-0/2013 DS 4105-0456-6406-8058 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004

Lebih terperinci

RENCANA AKSI KEGIATAN (RAK) BIRO KEPEGAWAIAN SETJEN KEMENKES TAHUN

RENCANA AKSI KEGIATAN (RAK) BIRO KEPEGAWAIAN SETJEN KEMENKES TAHUN RENCANA AKSI KEGIATAN (RAK) BIRO KEPEGAWAIAN SETJEN KEMENKES TAHUN 2015-2019 BIRO KEPEGAWAIAN SEKRETARIAT JENDERAL KEMENKES Kesehatan Gedung Prof Dr. Sujudi Lantai 8 9 Jl. HR. Rasuna Said Blok X5 Kav.

Lebih terperinci

Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1968 tentang Berlakunya Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1967 dan Pelaksanaan Pemerintahan di Propinsi

Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1968 tentang Berlakunya Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1967 dan Pelaksanaan Pemerintahan di Propinsi - 2-3. 4. 5. 6. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1968 tentang Berlakunya Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1967 dan Pelaksanaan Pemerintahan di Propinsi Bengkulu (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI,TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI,TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI,TUJUAN DAN SASARAN Perencanaan pembangunan daerah adalah suatu proses penyusunan tahapantahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku kepentingan, guna pemanfaatan dan pengalokasian

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK SURAT PENGESAHAN NOMOR SP DIPA-.03-0/AG/2014 DS 8863-2065-3501-6 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. UU No. 23 Tahun

Lebih terperinci

BAB II PERJANJIAN KINERJA

BAB II PERJANJIAN KINERJA BAB II PERJANJIAN KINERJA Untuk mencapai visi dan misi Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Katolik, yang salah satu misinya adalah Mengajak masyarakat Katolik untuk berperan serta secara aktif dan

Lebih terperinci

Jakarta, Desember Direktur Rumah Umum dan Komersial

Jakarta, Desember Direktur Rumah Umum dan Komersial Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkah dan hidayahnya sehingga Laporan Kinerja Direktorat Rumah Umum dan Komersial Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan proses perubahan kearah yang lebih baik, mencakup seluruh dimensi kehidupan masyarakat suatu daerah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH 2. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS Rencana Strategis Ditjen Bina Marga memuat visi, misi, tujuan, sasaran, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan penyelenggaraan jalan sesuai

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL, PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN KAWASAN BERORIENTASI TRANSIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA, MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KP 145 TAHUN 2018 TENTANG PEMBENTUKAN SIMPUL KERJA SAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG RENCANA UMUM PENGEMBANGAN TRANSPORTASI DARAT TAHUN

RANCANGAN PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG RENCANA UMUM PENGEMBANGAN TRANSPORTASI DARAT TAHUN KONSEP Dikerjakan oleh Bagian Hukum dan Kerjasama : Ely Rusnita Diperiksa oleh Kasubang Peraturan Perundang-undangan : Endy Irawan, SH, MH Terlebih dahulu: 1. Kabag Perencanaan : 2. Kabag Hukum dan Kerjasama

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN PROGRAM KERJA KEMENRISTEKDIKTI 2018

KEBIJAKAN DAN PROGRAM KERJA KEMENRISTEKDIKTI 2018 KEBIJAKAN DAN PROGRAM KERJA KEMENRISTEKDIKTI 2018 Bandung, 11 Januari 2018 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi 1 A. Program Kerja 2018 2 Visi-Misi Pembangunan 2015-2019 VISI : Terwujudnya

Lebih terperinci