BAB II VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS...

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS..."

Transkripsi

1

2 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i LAMPIRAN I Keputusan Dirjen Perkeretaapian Tentang Reviu Rencana Strategis Kemenhub Bidang Perkeretaapian Tahun ii BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah... I Prioritas & Arah Pembangunan Sektor Transportasi... I Prioritas & Arah Pembangunan Subsektor Perkeretaapian I Perubahan Lingkungan Strategis... I.4 BAB II VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS Visi dan Misi Presiden... II Agenda Prioritas Pembangunan (Nawa Cita)... II Visi, Misi dan Tujuan Kementerian Perhubungan... II Visi, Misi dan Tujuan Ditjen Perkeretaapian... II.8 BAB III CAPAIAN PEMBANGUNAN SUBSEKTOR PERKERETAAPIAN Capaian Pembangunan III Realisasi Kinerja Keuangan III Capaian Pembangunan Jalur KA III Capaian IKU Ditjen Perkeretaapian III.8 BAB IV ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI DAN KERANGKA REGULASI Arah Kebijakan dan Strategi Nasional... IV Arah Kebijakan dan Strategi Kemenhub... IV Arah Kebijakan dan Strategi Ditjen Perkeretaapian... IV Kerangka Regulasi Bidang Perkeretaapian... IV.34 BAB V TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN 5.1. Target Kinerja... V Kerangka Pendanaan... V.3 i

3 LAMPIRAN II. PETA LOKASI KEGIATAN STRATEGIS PEMBANGUNAN SUBSEKTOR PERKERETAAPIAN TAHUN LAMPIRAN A. INDIKATOR KINERJA PROGRAM (IKP) DITJEN PERKERETAAPIAN LAMPIRAN B. REKAPITULASI INDIKASI ALOKASI PENDANAAN SUBSEKTOR PERKERETAAPIAN TAHUN LAMPIRAN C.1. INDIKASI KEBUTUHAN PENDANAAN PROGRAM/KEGIATAN STRATEGIS SUBSEKTOR PERKERETAAPIAN TAHUN LAMPIRAN C.2. INDIKASI PENDANAAN DAN LOKASI KEGIATAN STRATEGIS PEMBANGUNAN JALAN KA LAMPIRAN D. DAFTAR PROYEK PEMBANGUNAN SUBSEKTOR PERKERETAAPIAN DENGAN POTENSI SKEMA PENDANAAN ALTERNATIF LAMPIRAN E. CAPAIAN PEMBANGUNAN DAN REALISASI ANGGARAN ii

4

5

6

7 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Mendasari Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun dan Keputusan Menteri Perhubungan Nomo KP. 430 Tahun 2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Tahun , Direktorat Jenderal Perkeretaapian telah menyusun Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Bidang Perkeretaapian Tahun sebagaimana telah ditetapkan melalui Keputusan Direktur Jenderal Perkeretaapian Nomor PR.004/SK.318/DJKA/12/15 yang telah berlaku efektif pada tahun anggaran 2015, 2016 dan Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Bidang Perkeretaapian Tahun merupakan dokumen perencanaan yang berisi program-program pembangunan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun, baik program pembangunan yang ditangani langsung oleh Kementerian c.q Direktorat Jenderal Perkeretaapian maupun program pembangunan yang melibatkan masyarakat, maupun Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota. Sejalan dengan perkembangan kebijakan di tingkat nasional maupun internal Kementerian Perhubungan, dan dalam rangka mengantisipasi perubahan lingkungan strategis yang terjadi, maka dengan melihat kondisi terakhir Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Bidang Perkeretapian Tahun dipandang perlu untuk dilakukan penajaman, penyempurnaan dan penyesuaian. Penyempurnaan dimaksud berkenaan antara lain dengan adanya kebijakan di tingkat nasional berupa ditetapkannya Peraturan Presiden Nomor 58 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional. Dengan adanya perubahan kebijakan di tingkat nasional di atas, Kementerian Perhubungan telah juga melakukan reviu Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Tahun sebagaimana telah ditetapkan melalui Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP 873 Tahun Memperhatikan pertimbangan tersebut di atas, kebutuhan untuk dilakukannya tinjau ulang Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Bidang Perkeretaapian Tahun menjadi sangat penting guna mengevaluasi terhadap hasil pencapaian target pada Tahun untuk selanjutnya dilakukan penajaman kembali atas target sekaligus menyempurnakan materi dan muatan Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Bidang Perkeretaapian Tahun sebagai upaya untuk mewujudkan visi dan misi Kementerian Perhubungan Bidang Perkeretaapian Tahun I-1

8 1.2 Prioritas dan Arah Pembangunan Sektor Transportasi Sesuai RPJMN Tahun , penyediaan infrastruktur transportasi diprioritaskan untuk menjamin kelancaran aksesibilitas bagi masyarakat dengan tingkat pelayanan optimal serta harga yang terjangkau, khususnya bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah. Dalam rangka meningkatkan daya saing produk nasional, penyediaan sarana dan prasarana transportasi diprioritaskan pada terjaminnya kelancaran distribusi barang dan jasa, salah satunya yaitu melakukan penataan sistem logistik nasional. Selain itu, upaya lain yang dilakukan melalui pembenahan penanganan arus barang termasuk proses intermoda antara angkutan kereta api dengan moda lainnya dengan tetap memperhatikan/ pemenuhan aspek keselamatan dan keamanan. Memperhatikan kondisi sarana dan prasarana transportasi yang ada saat ini, sesuai RPJMN prioritas pembangunan sarana dan prasarana transportasi untuk 5 (lima) tahun ke depan, yaitu: Tabel 1.1 Sasaran dan Indikator RPJMN Tahun NO SASARAN INDIKATOR Penguatan Konektivitas Nasional untuk Mencapai Keseimbangan Pembangunan 1. Meningkatnya kapasitas sarana dan a) Menurunnya waktu tempuh rata-rata per koridor untuk prasarana transportasi dan koridor utama dari 2,6 jam per 100 km menjadi 2,2 jam keterpaduan sistem transportasi per 100 km pada lintas-lintas utama; multimoda dan antarmoda untuk b) Meningkatnya jumlah penumpang yang diangkut mengurangi backlog maupun maskapai penerbangan nasional dengan membangun 15 bottleneck kapasitas prasarana bandara baru; transportasi dan sarana transportasi c) Pengembangan 9 bandara untuk pelayanan kargo udara; antarmoda dan antarpulau sesuai dengan sistem transportasi nasional d) Peningkatan On-Time Performance Penerbangan menjadi 95%; dan cetak biru transportasi e) Modernisasi sistem pelayanan navigasi penerbangan dan multimoda pelayaran; f) Meningkatnya kapasitas 24 pelabuhan untuk mendukung tol laut yang terdiri 5 pelabuhan hub dan 19 pelabuhan feeder; g) Pembangunan dan pengembangan 163 Pelabuhan non komersial sebagai sub feeder tol laut; h) Dwelling Time pelabuhan; i) Pembangunan 50 kapal perintis dan terlayaninya 193 lintas angkutan laut perintis; j) Meningkatnya jumlah barang dan penumpang yang dapat diangkut oleh kereta api melalui pembangunan jalur KA minimal sepanjang kilometer; k) Terhubungkannya seluruh lintas penyeberangan sabuk Utara, Tengah, dan Selatan serta poros-poros penghubungnya melalui pembangunan/ pengembangan 65 pelabuhan penyeberangan dan pengadaan 50 unit kapal penyeberangan; l) Meningkatnya peran angkutan sungai dan danau melalui 2. Meningkatnya kinerja pelayanan dan industri transportasi nasional untuk mendukung konektivitas nasional, Sistem Logistik Nasional (Sislognas) dan konektivitas global pembangunan dermaga sungai dan danau di 120 lokasi. a) Meningkatnya pangsa pasar yang diangkut armada pelayaran niaga nasional melalui penguatan regulasi hingga 20% dan memberikan kemudahan swasta dalam penyediaan armada kapal; b) Meningkatnya jumlah armada pelayaran niaga nasional yang berumur <25 tahun hingga 50% serta meningkatnya peran armada pelayaran rakyat; I-2

9 NO SASARAN INDIKATOR c) Terselenggaranya pelayanan Short Sea Shipping yang terintegrasi dengan moda lainnya; d) Meningkatnya peran serta sektor swasta dalam pembangunan transportasi melalui KPS atau investasi langsung; e) Terpisahkannya fungsi operator dan regulator serta pemberdayaan dan peningkatan daya saing BUMN transportasi; f) Meningkatnya SDM transportasi yang bersertifikat menjadi 2 kali lipat dibandingkan kondisi baseline; g) Terhubungkannya konektivitas nasional dengan konektivitas global melalui penyelenggaraan pelayanan transportasi lintas batas negara; h) Termanfaatkannya hasil industri transportasi nasional. 3. Meningkatnya tingkat keselamatan dan keamanan penyelenggaraan pelayanan transportasi 4. Menurunnya emisi gas rumah kaca (RAN-GRK) di sektor transportasi 5. Tersedianya layanan transportasi serta komunikasi dan informatika di perdesaan, perbatasan negara, pulau terluar, dan wilayah non komersial lainnya Pembangunan Transportasi Umum Massal Perkotaan 6. Meningkatnya pelayanan angkutan umum massal perkotaan 7. Meningkatkan kinerja lalu lintas jalan Perkotaan 8. Meningkatkan aplikasi teknologi informasi dan skema sistem manajemen transportasi Perkotaan a) Menurunnya angka fatalitas korban kecelakaan transportasi jalan hingga 50 persen dari kondisi baseline; b) Menurunnya rasio kecelakaan transportasi udara pada AOC 121 dan AOC 135 menjadi kurang dari 3 kejadian/1 juta flight cycle; c) Menurunnya jumlah kejadian kecelakaan transportasi laut menjadi kurang dari 50 kejadian/tahun; d) Menurunnya rasio angka kecelakaan kereta api dari 0,025 kecelakaan per 1 juta-km perjalanan kereta api; e) Tersedianya informasi dan sistem data tingkat keselamatan infrastruktur jalan nasional dan provinsi yang mutakhir setiap tahunnya. Menurunnya emisi gas rumah kaca (RAN-GRK) sebesar 2,982 juta ton CO2e untuk subsektor transportasi darat, 15,945 juta ton CO2e untuk subsektor transportasi udara, dan 1,127 juta ton CO2e untuk subsektor transportasi perkeretaapian hingga tahun 2020 melalui penyediaan sarana dan prasarana transportasi yang ramah lingkungan dan responsif terhadap perubahan iklim/cuaca ekstrim. a) Meningkatnya sistem jaringan dan pelayanan transportasi pedesaan; b) Terselenggaranya pelayanan transportasi perintis secara terpadu. a) Modal share (pangsa pasar) angkutan umum perkotaan di kota megapolitan/ metropolitan/besar minimal 32 %; b) Jumlah kota yang menerapkan sistem angkutan massal berbasis jalan dan/atau kereta api minimal 34 kota. Meningkatnya kecepatan lalu lintas jalan nasional di kota-kota metropolitan/besar menjadi minimal 20 km/jam. a) Penerapan pengaturan persimpangan dengan menggunakan teknologi informasi (ATCS) di seluruh ibukota propinsi; b) Penerapan ATCS di kota yang telah menerapkan system angkutan massal perkotaan berbasis bus (BRT) dan kota sedan g/besar yang berada di jalur logistik nasional, serta Automatic Train Protection (ATP) pada jaringan kereta api perkotaan; c) Penerapan skema pembatasan lalu lintas di kota-kota besar/metropolitan. I-3

10 1.3 Prioritas dan Arah Pembangunan Sub Sektor Transportasi Perkeretaapian Secara spesifik sesuai RPJMN Tahun , di dalam agenda prioritas ke-6 Meningkatkan Produktifitas Rakyat dan Daya Saing di Pasar Internasional, prioritas pembangunan sarana dan prasarana transportasi sub sektor perkeretaapian yaitu : Tabel 1.2 Sasaran dan Strategi/Kebijakan Implementasi Yang Terkait Bidang Perkeretaapian NO SASARAN INDIKATOR Penguatan Konektivitas Nasional untuk Mencapai Keseimbangan Pembangunan 1 Jumlah barang yang diangkut KA menjadi 1,5 juta TEUs/Tahun 2 Pangsa muatan angkutan KA minimal 5 % (barang )dan 7,5 % (penumpang ) 3 Pembangunan jalur KA sepanjang km pada lintas Sumatera, Lintas Selatan Jawa, Lintas Kalimantan dan Lintas Sulawesi (Makassar-Parepare) 4 Meningkatnya SDM transportasi yang bersertifikat menjadi 2 X lipat dari kondisi baseline 5 Termanfaatkannya hasil industri transportasi nasional dalam rangka pemberdayaan hasil industri transportasi dalam negeri diantaranya fasilitas dan sarana perkeretaapian nasional 6 Menurunnya rasio angka kecelakaan kereta api menjadi kurang dari 0,25 persen 7 Tersedianya infrastruktur yang ramah lingkungan dan responsif terhadap perubahan iklim dengan menurunkan tingkat emisi sesuai RAN-GRK di sektor transportasi dan energi sebesar 4,95 % (usaha sendiri) atau 9,66 % (dengan bantuan asing) dari BAU hingga Th Terselenggaranya integrasi pelayanan transportasi perintis di wilayah perdalaman, perbatasan, dan pulau terluar 9 Pembangunan akses KA ke bandara (Soekarno-Hatta, Minangkabau, Kualanamu, Juanda, Kertajati, Kulon Progo) dan Pelabuhan (Kuala Tanjung, Belawan, Tanjung Priok, Tanjung Perak, Tanjung Emas, dan Penyeberangan Merak-Bakauheni) 10 Pembangunan KA Kalimantan dan Sulawesi serta penyelesaian jalur kereta api lintas Sumatera, serta peningkatan kapasitas jalur eksisting menjadi jalur ganda di Sumatera dan lintas selatan Jawa 11 Optimalisasi dan integrasi penyelenggaran subsidi angkutan perintis dan PSO diantara subsidi bus perintis, angkutan laut, penyeberangan, udara, dan kereta api Pembangunan Transportasi Umum Massal Perkotaan 1 Modal share angkutan umum perkotaan di Kota Megapolitan/Metropolitan/Besar minimal 32 % 2 Jumlah kota yang menerapkan sistem angkutan massal berbasis jalan dan/atau kereta api minimal 29 kota 3 Pembangunan angkutan massal cepat berbasis rel (MRT diwilayah Jabodetabek, monorail dan Tram Surabaya, monorail Bandung, jalan layang loopline KA Jabodetabek) 4 Pengembangan kereta perkotaan di 10 kota metropolitan: Batam, Medan, Palembang, Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, dan Makassar 1.4 Perubahan Lingkungan Strategis Dalam 2 (dua) tahun terakhir perjalanan Kementerian Perhubungan dalam Kabinet Kerja Presiden Joko Widodo telah terjadi berbagai perkembangan kebijakan dan perubahan lingkungan strategis, dimana hal ini telah mendorong adanya kebutuhan untuk melakukan penajaman dan penyempurnaan maupun evaluasi terhadap kebijakan yang telah ditetapkan sebelumnya, baik untuk jangka pendek, menengah maupun jangka panjang guna meningkatkan kualitas pelayanan, keselamatan dan keamanan jasa transportasi kepada masyarakat selaku pengguna jasa transportasi. Perubahan lingkungan strategis yang mendasari dilakukannya tinjau ulang Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Tahun dapat digambarkan sebagai berikut: 1. Percepatan dari pemerintah dalam penyediaan infrastruktur yang bertujuan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan mensejahterakan rakyat melalui penerbitan Peraturan Presiden Nomor 58 tahun 2017 tentang perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 3 tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek strategis Nasional; I-4

11 2. Terjadinya Perubahan kewenangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dalam pengelolaan prasarana dan sarana transportsi akibat dari diterbitkannya UU Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah; 3. Berkembangnya penggunaan sistem informasi dan teknologi dalam mendukung penyelenggaraan transportasi serta munculnya penyedia aplikasi penyedia layanan transportasi khususnya untuk wilayah perkotaan; 4. Makin berkembangnya wilayah perkotaan mengakibatkan tumbuhnya permintaan perjalanan mengakibatkan permasalahan dalam transportasi perkotaan akibat tidak seimbangnya antara permintaan dan penyediaan sarana dan prasarana transportasi; 5. Makin gencarnya upaya pemerataan tingkat kesejahteraan rakyat dan menghilangkan kesenjangan antara Wilayah Timur dengan Wilayah Barat Indonesia sehingga membutuhkan pengembangan infrastruktur transportasi yang makin massif sebagai upaya peningkatan konektivitas dan aksesibilitas antar wilayah terutama untuk wilayah terpencil, terbelakang dan rawan bencana; 6. Pelaksanaan reformasi birokrasi di lingkungan Kementerian Perhubungan sebagai salah satu upaya untuk mendorong terjadinya peningkatan pelaksanaan tata pemerintahan yang baik (good governance). 7. Terjadinya proses penataan kelembagaan di lingkungan Kementerian Perhubungan sebagai perwujudan amanah peraturan perundang undangan Transportasi dan dalam rangka efektifitas penyelenggaraan infrastruktur sektor transportasi; 8. Dalam rangka penerapan akuntabilitas penyelenggaran tugas Kementerian Perhubungan diperlukan target kinerja, pengukuran kinerja kegiatan dan sasaran untuk mengukur keberhasilan dan kegagalan dalam mewujudkan visi, misi, dan strategi Kementerian Perhubungan. Pengukuran kinerja merupakan hasil dan suatu penilaian yang sistematika dan didasarkan pada kelompok indikator kinerja kegiatan berupa masukan, keluaran, hasil, manfaat dan dampak. Mempertimbangkan bahwa dalam Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Tahun belum dijabarkan secara komprehensif dan tidak berbasis outcome; 9. Adanya beberapa kejadian bencana alam yang masih melanda wilayah Indonesia juga merupakan isu strategis yang perlu dimunculkan mengingat berbagai bencana tersebut cukup berpengaruh terhadap kinerja penyelenggaraan prasarana transportasi, terutama yang berada di kawasan rawan bencana; 10. Rendahnya realisasi anggaran tiap tahun yang masih jauh dari indikasi kebutuhan anggaran yang tercantum didalam renstra sehingga berdampak pada pencapaian target pembangunan infrastruktur perhubungan; 11. Adanya perubahan pradigma didalam penyediaan infrastruktur dimana peran dan kontribusi swasta serta BUMN makin ditingkatkan ditengah keterbatasan anggaran belanja pemerintah dalam penyediaan infrastruktur. I-5

12 Pada level Direktorat Jenderal Perkeretaapian, perubahan lingkungan strategis yang mendasari dilakukannya tinjau ulang Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Bidang Perkeretaapian Tahun dapat digambarkan sebagai berikut: 1 Evaluasi capaian pembangunan tahun (Pencapaian subsektor perkeretaapian masih dibawah target Renstra); 2 Perubahan isu strategis terkait pengembangan infrastruktur transportasi untuk mendukung konektivitas antar wilayah, intermodal, angkutan perkotaan termasuk akses infrastruktur transportasi untuk mendukung pengembangan wilayah industri dan pariwisata; 3 Strategi peningkatan kontribusi pemda dan badan usaha dalam pelaksanaan pembangunan infrastruktur; 4 Evaluasi Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi terhadap sistematika Renstra dan konsep Indikator Kinerja Utama Berbasis Outcome; 5 Kewajiban Penyelenggaraan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) pada Unit Eselon-II dan Eselon-III Mandiri (Balai) di lingkungan Ditjen Perkeretaapian. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor: PM. 45 Tahun 2016 tentang Petunjuk Pelaksanaan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) dilingkungan Kementerian Perhubungan, Pasal 4 ayat 2 disampaikan penyelenggaraan SAKIP pada Kementerian Perhubungan dilaksanakan oleh: a. Kementerian Perhubungan; b. Unit Kerja Pimpinan Tingga Madya; c. Unit Kerja Setingkat Pimpinan Tinggi Pratama dan Satuan Kerja. Penyelenggaraan SAKIP meliputi: (1)Rencana Strategis; (2) Perjanjian Kinerja; (3) Pengukuran Kinerja; (4) Pengelolaan Data Kinerja; (5) Pelaporan Kinerja; dan (6) Reviu dan Evaluasi Kinerja. Dengan adanya perubahan lingkungan strategis tersebut, dibutuhkan adanya penyempurnaan dari Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Bidang Perkeretaapian Tahun , dimana hal ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban kinerja Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan sekaligus sebagai langkah evaluasi capaian pembangunan guna menyusun langkah strategis pencapaian target pembangunan pada akhir tahun I-6

13 2.1 Visi dan Misi Presiden BAB II VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS Presiden Joko Widodo menetapkan Visi dan Misi pembangunan Tahun yang secara politik menjadi bagian dari tujuan tercapainya masyarakat Indonesia yang adil dan makmur. Adapun visi pembangunan Tahun adalah : Terwujudnya Indonesia Yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong Sedangkan upaya untuk mewujudkan visi tersebut adalah melalui 7 (tujuh) kuat jati diri sebagai negara maritim; 1. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju, dan sejahtera; 2. Mewujudkan bangsa yang berdaya-saing; 3. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional; 4. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan. 2.2 Agenda Prioritas Pembangunan (Nawa Cita) Agenda prioritas pembangunan ini dimaksudkan untuk menunjukkan prioritas program pembangunan perubahan menuju Indonesia yang berdaulat secara politik, serta mandiri dalam bidang ekonomi dan berkepribadian dalam kebudayaan. Adapun kesembilan agenda prioritas pembangunan yaitu: 1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga negara; 2. Membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis dan terpercaya; 3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan; 4. Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya; 5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia; 6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional; 7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakan sektor-sektor strategis ekonomi domestik; 8. Melakukan revolusi karakter bangsa; 9. Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia. II-1

14 2.3 Visi, Misi dan Tujuan Kemeterian Perhubungan Visi Perwujudan Visi Presiden (Terwujudnya Indonesia Yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong) dalam sektor transportasi yaitu dengan Terwujudnya Konektivitas Nasional yang Handal, Berdaya Saing dan Memberikan Nilai Tambah. Hal tersebut merupakan cita-cita Kementerian Perhubungan dimana konektivitas merupakan kunci utama pertumbuhan ekonomi dan pembangunan wilayah. Konektivitas Nasional adalah terhubungnya antar wilayah di seluruh nusantara termasuk angkutan perkotaan baik dengan transportasi darat, kereta api, laut, sungai dan penyeberangan serta udara; Handal diindikasikan oleh tersedianya layanan transportasi yang aman, selamat, nyaman, tepat waktu, terpelihara, mencukupi kebutuhan, dan secara terpadu mampu mengkoneksikan seluruh wilayah tanah air; Berdaya Saing diindikasikan oleh tersedianya layanan transportasi yang efisien, terjangkau, dan kompetitif, yang dilayani oleh penyedia jasa dan SDM yang berdaya saing internasional, profesional, mandiri, dan produktif; Nilai tambah diindikasikan oleh penyelenggaraan perhubungan yang mampu mendorong perwujudan kedaulatan, keamanan dan ketahanan nasional (national security dan sovereignty) di segala bidang (ideologi, politik, ekonomi, lingkungan, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan) secara berkesinambungan dan berkelanjutan (sustainable development) serta dapat berperan dalam pengembangan wilayah Misi Mengacu pada tugas, fungsi dan wewenang yang telah dimandatkan oleh peraturan perundang undangan dan penjabaran dari misi pembangunan nasional, maka ditetapkan misi sebagai berikut : 1. Meningkatkan keselamatan dan keamanan transportasi dalam upaya peningkatan pelayanan jasa transportasi; 2. Meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan jasa transportasi untuk mendukung pengembangan konektivitas antar wilayah; 3. Meningkatkan kinerja pelayanan jasa transportasi; 4. Meningkatkan kapasitas sarana dan prasarana pelayanan transportasi 5. Meningkatan peran daerah, BUMN dan swasta dalam penyediaan infrastruktur sektor transportasi; 6. Restrukturisasi dan reformasi di bidang peraturan, kelembagaan, Sumber Daya Manusia (SDM) dan pelaksanaan penegakan hukum secara konsisten; 7. Mewujudkan pengembangan transportasi dan teknologi transportasi yang ramah lingkungan untuk mengantisipasi perubahan iklim. Memperhatikan lingkungan strategis yang terjadi, penjabaran dari masing-masing misi adalah sebagai berikut: II-2

15 1. Meningkatkan keselamatan dan keamanan transportasi dalam upaya peningkatan pelayanan jasa transportasi Dalam upaya mengurangi/menurunkan tingkat kecelakaan dari sektor transportasi pemerintah terus berupaya secara bertahap membenahi sistem keselamatan dan keamanan transportasi menuju kondisi zero to accident. Upaya yang dilakukan pemerintah tidak saja bertumpu kepada penyediaan fasilitas keselamatan dan keamanan namun peningkatan kualitas SDM transportasi, pembenahan regulasi di bidang keselamatan/keamanan maupun sosialisasi kepada para pemangku kepentingan 2. Meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan jasa transportasi untuk mendukung pengembangan konektivitas antar wilayah Kebutuhan aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan jasa transportasi yang perlu mendapatkan perhatian adalah aksesibilitas di kawasan pedesaan, kawasan pedalaman, kawasan tertinggal termasuk kawasan perbatasan dan pulau-pulau kecil terluar yang masih menjadi tanggungjawab pemerintah 3. Meningkatkan kinerja pelayanan jasa transportasi Dalam kondisi keuangan negara yang terimbas ketidakpastian situasi keuangan dunia tentunya sangat berpengaruh terhadap kinerja pelayanan jasa transportasi karena masih terdapat beberapa operator yang memiliki keterbatasan kemampuan melakukan perawatan dan peremajaan armada, demikian pula pemerintah secara bertahap dengan dana yang terbatas melakukan rehabilitasi dan pembangunan infrastruktur, sedangkan belum seluruh masyarakat pengguna jasa memiliki daya beli yang memadai. Untuk mendukung keberhasilan pembangunan nasional, perlu diupayakan peningkatan kinerja pelayanan jasa transportasi menuju kepada kondisi yang dapat memberikan pelayanan optimal bagi masyarakat, sejalan dengan pemulihan pasca krisis keuangan global, melalui rehabilitasi dan perawatan sarana dan prasarana transportasi 4. Meningkatkan kapasitas sarana dan prasarana pelayanan transportasi Misi meningkatkan kapasitas sarana dan prasarana pelayanan transportasi terus diarahkan untuk pemenuhan akan peningkatan permintaan pelayanan transportasi, sehingga ketersediaan sarana dan prasarana pelayanan transportasi tetap mencukupi. 5. Meningkatan peran daerah, BUMN dan swasta dalam penyediaan infrastruktur sektor transportasi Ditengah keterbatasan anggaran belanja pemerintah didalam penyediaan infrastruktur perlunya mendorong peningkatan peran daerah, BUMN dan swasta dalam pemnyediaan infrastruktur sektor transportasi sehingga nanatinya anggaran belanja pemerintah diarahkan untuk membangun infrastruktur yang bersifat pelayanan public dan dinilai tidak layak secara finansial. 6. Melanjutkan proses restrukturisasi dan reformasi di bidang peraturan dan kelembagaan sebagai upaya peningkatan peran daerah, BUMN dan swasta dalam penyediaan infrastruktur sektor transportasi Sesuai dengan prinsip good governance melalui penerbitan Undang-Undang di sektor transportasi telah dilaksanakan restrukturisasi dan reformasi dalam penyelenggaraan II-3

16 transportasi antara peran pemerintah, swasta dan masyarakat. Restrukturisasi di bidang kelembagaan, menempatkan posisi Kementerian Perhubungan sebagai regulator dan melimpahkan sebagian kewenangan di bidang perhubungan kepada daerah dalam bentuk dekonsentrasi, desentralisasi dan tugas pembantuan. Reformasi di bidang regulasi (regulatory reform) diarahkan kepada penghilangan restriksi yang memungkinkan swasta berperan secara penuh dalam penyelenggaraan jasa transportasi 7. Melanjutkan proses restrukturisasi dan reformasi di bidang Sumber Daya Manusia (SDM) dan pelaksanaan penegakan hukum secara konsisten Pelaksanaan restrukturisasi dan reformasi di bidang SDM diarahkan kepada pembentukan kompetensi dan profesionalisme insan perhubungan dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang memiliki wawasan global dengan tetap mempertahankan jatidirinya sebagai manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Penegakan hukum dilakukan secara konsisten dengan melibatkan peranserta masyarakat dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan penyelenggaraan jasa transportasi 8. Mewujudkan pengembangan transportasi dan teknologi transportasi yang ramah lingkungan untuk mengantisipasi perubahan iklim Sebagai upaya untuk pengembangan jasa transportasi kedepan, Kementerian Perhubungan secara terus menerus meningkatkan kualitas penelitian dan pengembangan di bidang transportasi serta Peningkatan kapasitas dan kualitas pelayanan dalam penyelenggaraan jasa transportasi dititikberatkan kepada penambahan kapasitas sarana dan prasarana transportasi, perbaikan pelayanan melalui pengembangan dan penerapan teknologi transportasi yang ramah lingkungan sesuai dengan isu perubahan iklim (global warming) sejalan dengan perkembangan permintaan dan preferensi masyarakat. Dalam peningkatan kapasitas dan pelayanan jasa transportasi senantiasa berpedoman kepada prinsip pembangunan berkelanjutan yang dituangkan dalam rencana induk, pedoman teknis dan skema pendanaan yang ditetapkan Tujuan Menjabarkan visi Kementerian Perhubungan, maka tujuan pembangunan adalah : 1. Meningkatkan konektivitas antar wilayah; 2. Meningkatkan keamanan dan keselamatan; 3. Meningkatkan pelayanan kinerja pelayanan sarana dan prasarana transportasi; 4. Meningkatkan kapasitas sarana dan prasarana transportasi; 5. Meningkatkan layanan transportasi di daerah rawan bencana, perbatasan, terluar dan terpencil Sasaran Strategis Sasaran strategis pembangunan Kementerian Perhubungan merupakan kondisi yang diinginkan dapat dicapai sebagai suatu Outcome/impact dari beberapa program yang dilaksanakan. Dalam penyusunannya, dirumuskan dari sasaran nasional pembangunan sektor II-4

17 transportasi dalam RPJMN Tahun dan memperhatikan permasalahan dan capaian pembangunan tahun serta menjabarkan misi Kementerian Perhubungan. Penjabaran menggunakan pendekatan metode balanced scorecard (BSC) yang dibagi dalam empat perspektif yaitu stakeholder perspective, costumer perspective, internal proses perspective dan learning and growth perspective sebagai berikut: Gambar 2.1 PETA STRATEGIS KEMENTERIAN PERHUBUNGAN Adapun sasaran pembangunan infrastruktur transportasi Tahun , dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Stakeholders Perspective Menjabarkan visi dari Kementerian Perhubungan maka sasaran strategis pertama (SS- 1) yang akan dicapai adalah terwujudnya pelayanan transportasi yang handal, berdaya saing dan memberikan nilai tambah dalam rangka mewujudkan konektivitas nasional dan peningkatan angkutan perkotaan, dengan indikator kinerja rasio konektivitas antar wilayah. 2. Customer Perspective Menjabarkan visi dari Kementerian Perhubungan maka disusun sasaran strategis Customer Perspective sebagai berikut: a. Sasaran strategis kedua (SS-2) yang akan dicapai adalah meningkatnya keselamatan dan keamanan transportasi, dengan indikator kinerja : 1) Ratio kejadian kecelakaan transportasi nasional; II-5

18 2) Ratio gangguan keamanan pada pelayanan jasa transportasi. b. Sasaran strategis ketiga (SS-3) yang akan dicapai adalah meningkatnya kinerja pelayanan sarana dan prasarana transportasi, dengan indikator kinerja : 1) Prosentase peningkatan pelayanan angkutan umum massal perkotaan; 2) Prosentase penurunan gas rumah kaca dari sektor transportasi nasional; 3) Prosentase capaian On Time Performance (OTP) Sektor Transportasi; 4) Kecepatan rata-rata kendaraan umum pada jam puncak di Wilayah Jabodetabek. c. Sasaran strategis keempat (SS-4) yang akan dicapai adalah meningkatnya kapasitas sarana dan prasarana transportasi, dengan indikator kinerja : 1) Prosentase peningkatan kapasitas sarana transportasi; 2) Prosentase peningkatan kapasitas prasarana transportasi; 3) Modal share (pangsa pasar) angkutan umum perkotaan di wilayah. d. Sasaran strategis kelima (SS-5) yang akan dicapai adalah meningkatnya layanan transportasi di daerah rawan bencana, perbatasan, terluar dan terpencil, dengan dengan indikator kinerja rasio layanan transportasi daerah rawan bencana, perbatasan, terluar dan terpencil. 3. Internal Process Perspective Menjabarkan visi dari Kementerian Perhubungan maka disusun sasaran strategis Internal Process Perspective sebagai berikut : a. Sasaran strategis keenam (SS-6) yang akan dicapai adalah terlaksananya perumusan kebijakan dalam penyelenggaraan transportasi, dengan indikator kinerja: 1) Prosentase pelaksanaan deregulasi peraturan di Lingkungan Kementerian Perhubungan 2) Tingkat penerapan pedoman standar pelayanan sarana dan prasarana transportasi yang dilaksanakan b. Sasaran strategis ketujuh (SS-7) yang akan dicapai adalah terlaksananya pengembangan sumber daya manusia transportasi, dengan indikator kinerja prosentase penyerapan lulusan diklat transportasi. c. Sasaran strategis kedelapan (SS-8) yang akan dicapai adalah meningkatnya kualitas penelitian sesuai dengan kebutuhan, dengan indikator kinerja prosentase pemanfaatan penelitian yang dijadikan bahan rekomendasi kebijakan. d. Sasaran strategis kesembilan (SS-9) yang akan dicapai adalah meningkatnya kualitas pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Perhubungan, dengan indikator kinerja tingkat keberhasilan pengawasan perhubungan. II-6

19 4. Learn and Growth Perspective Menjabarkan visi dari Kementerian Perhubungan maka disusun sasaran strategis Learn and Growth Perspective sebagai berikut : a. Sasaran strategis kesepuluh (SS-10) yang akan dicapai adalah tersedianya SDM Kementerian Perhubungan yang kompeten dan professional, dengan indikator kinerja rasio pegawai Kementerian Perhubungan yang memiliki sertifikat Jabatan Fungsional Tertentu (JFT). b. Sasaran strategis kesebelas (SS-11) yang akan dicapai adalah terwujudnya good governance and clean government di Kementerian Perhubungan, dengan indikator kinerja : 1) Penuntasan reformasi birokrasi 2) Opini BPK atas laporan keuangan Kementerian Perhubungan 3) Nilai AKIP Kementerian Perhubungan 4) Keterbukaan informasi publik 5) Persentase kehandalan sistem informasi 6) Tingkat maturasi SPIP 7) Prosentase penyerapan Anggaran Kementerian Perhubungan. Sasaran pembangunan transportasi Kementerian Perhubungan pada prinsipnya sejalan dengan sasaran pembangunan nasional yang tertuang di dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun Hal ini tentunya memiliki keselarasan dan interkoneksi yang memberikan pemahaman bahwa sasaran pembangunan nasional dapat dijabarkan kembali menjadi sasaran pada Kementerian Perhubungan yang secara khusus difokuskan pada perencanaan dan pembangunan transportasi. Secara lebih jelasnya korelasi antara sasaran pembangunan nasional dengan sasaran Kementerian Perhubungan Tahun sebagaimana pada Gambar 2.1. Interkoneksi antara isu strategis dan sasaran Kementerian Perhubungan diperlukan sebagai dasar dalam mengidentifikasi alur pikir perencanaan pembangunan transportasi tahun , sehingga hubungan liniearitas antara isu strategis dan sasaran pembangunan transportasi ke depan dapat terarah dan sejalan dengan agenda prioritas pembangunan nasional yang tertuang di dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun , sehingga sasaran Kementerian Perhubungan memiliki interkoneksi secara langsung dengan 9 agenda prioritas nasional (Nawa Cita). Hal ini memberikan konsekuensi logis dalam bidang transportasi bahwa konsep perencanaan dan pendekatan pembangunan bidang transportasi akan mendukung 9 (sembilan) agenda prioritas nasional selama 5 (lima) tahun ke depan. Pendekatan isu strategis transportasi dalam perumusan sasaran pembangunan Kementerian Perhubungan Tahun menjadi penting untuk lebih menata dan mengelola transportasi dengan baik, serta berbasis pendekatan multidimensi/multisektor termasuk dalam hal ini kaitannya dengan aspek tata ruang, gender, sosial, lingkungan, dan budaya. Pendekatan tersebut akan membawa sinergitas pembangunan transportasi secara lebih terpadu, mewujudkan pembangunan dan penanganan permasalahan transportasi secara lebih komprehensif dan membawa perubahan pada karakteristik masyarakat, maupun perilaku masyarakat dalam II-7

20 menggunakan dan memelihara sarana dan prasarana transportasi secara lebih baik dan bijaksana. Demikian juga Pemerintah menjadi bagian penting sebagai pihak yang akan selalu hadir dalam mengupayakan pembangunan dan pengembangan transportasi untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. 2.4 Visi, Misi dan Tujuan Direktorat Jenderal Perkeretaapian Visi Sesuai dengan Rencana Induk Perkeretaapian Nasional (RIPNas) dan dalam rangka mewujudkan tujuan penyelenggaraan perkeretaapian sebagaimana diamanatkan dalam UU Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian, maka ditetapkan visi: Perkeretaapian yang handal, berdaya saing, berintegrasi, berteknologi, bersinergi dengan industri, terjangkau dan memberikan nilai tambah secara berkelanjutan bagi ketahanan nasional Pengertian dari masing-masing kata kunci dalam kalimat visi Handal diindikasikan oleh kualitas pelayanan transportasi kereta api yang selamat, aman, nyaman, dan tepat waktu; dengan konektivitas, kapasitas, dan regularitas yang memadai, serta didukung oleh sarana, prasarana mencukupi dan terpelihara. Berdaya Saing diindikasikan oleh penyelenggaraan transportasi kereta api yang efisien sehingga dapat berkompetisi dengan moda transportasi lainnya secara sehat dalam mewujudkan sistem transportasi nasional yang efektif dan efisien, yang didukung oleh SDM dan perusahaan jasa dan industri pendukung yang profesional, mandiri, dan produktif. Berintegrasi diindikasikan oleh tersedianya jaringan dan layanan transportasi kereta api penumpang dan barang yang terintegrasi dengan moda lainnya dalam suatu sistem intermoda/multimoda dan terintegrasi dengan tata ruang wilayah yang menentukan pola interaksi sosial ekonomi yang dilayani. Berteknologi diindikasikan oleh penerapan teknologi yang sesuai perkembangan dan kebutuhan dalam penyelenggaraan perkeretaapian. Bersinergi Dengan Industri diindikasikan oleh adanya pola kerjasama yang kuat serta pemanfaatan semaksimal mungkin barang dan jasa dari industri dalam negeri dalam penyelenggaraan perkeretaapian. Terjangkau diindikasikan oleh tersedianya layanan kereta api yang terjangkau oleh setiap lapisan ekonomi dan semua golongan sosial masyarakat secara berkeadilan di seluruh wilayah NKRI yang membutuhkan kehadiran layanan kereta api Memberikan Nilai Tambah diindikasikan oleh penyelenggaraan transportasi kereta api yang mampu memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi pertumbuhan dan pemerataan pembangunan nasional di segala bidang, baik sosial dan budaya, ekonomi dan lingkungan, ideologi dan politik, serta pertahanan dan keamanan. Berkelanjutan diindikasikan dengan berkelanjutannya penyediaan layanan kereta api sesuai prinsip-prinsip investasi sehingga dapat terus memberikan manfaat bagi masyarakat secara II-8

21 berimbang dari aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan secara berkesinambungan dalam jangka panjang. Ketanahan Nasional suatu kondisi dinamis keamanan dan ketahanan nasional (national security dan soverignty) dari berbagai hambatan, tantangan, ancaman dan gangguan baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri Misi Misi Direktorat Jenderal Perkeretaapian adalah rangkuman berbagai upaya dalam mencapai visi yang ditetapkan. Berbagai upaya tersebut tidak terbatas pada peningkatan penyediaan dan kinerja pelayanan transportasi kereta api tetapi juga upaya dalam melengkapi dan memperkuat berbagai pranata pendukung penyelenggaran perkeretaapian sehingga terwujud sistem perkeretaapian nasional yang handal, maju, modern, terbuka, dan adaptive terhadap perkembangan dan tantangan jaman. Berbagai upaya yang dilakukan tetap berada dalam kerangka lingkup tugas dan fungsi dari Direktorat Jenderal Perkeretaapian sesuai Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 189 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan, serta kewenangan yang diembankan oleh UU No. 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian kepada Pemerintah (c.q Direktorat Jenderal Perkeretaapian) selaku pembina penyelenggaraaan perkeretaapian nasional dalam mengatur, mengendalikan, dan mengawasi seluruh kegiatan yang dilakukan semua pihak terkait dengan perkeretaapian. Disesuaikan dengan misi Kementerian Perhubungan, berbagai upaya yang akan dilakukan oleh Direktorat Jenderal Perkeretaapian selama perioda Renstra dirangkum dalam beberapa kalimat misi yang ditetapkan sebagai berikut: 1. Meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan jasa transportasi kereta api untuk mendukung pengembangan konektivitas antar wilayah; 2. Meningkatkan keselamatan dan keamanan transportasi kereta api; 3. Meningkatkan kinerja pelayanan jasa transportasi kereta api; 4. Meningkatkan kapasitas sarana dan prasarana pelayanan transportasi kereta api; 5. Meningkatkan fungsi regulator dalam perumusan kebijakan dan peran badan usaha dalam mendukung penyelenggaraan perkeretaapian nasional; 6. Restrukturisasi dan reformasi di bidang peraturan, kelembagaan dan sumber daya manusia Tujuan dan Sasaran Rumusan mengenai tujuan dan sasaran dari program penyelenggaraan perkeretaapian yang dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Perkeretaapian dalam periode Renstra Tahun disampaikan sebagai berikut. Tujuan berikut dengan sasaran tersebut sudah merepresentasikan indikasi mengenai pencapaian visi Direktorat Jenderal Perkeretaapian berikut dengan pemenuhan kondisi dan persyaratannya. II-9

22 Meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan jasa transportasi kereta api untuk mendukung pengembangan konektivitas antar wilayah Meningkatkan keselamatan dan keamanan transportasi kereta api Tabel 2.3 Tujuan dan Sasaran Direktorat Jenderal Perkeretaapian MISI TUJUAN SASARAN PROGRAM Peningkatan konektivitas dan pelayanan jaringan transportasi kereta api Meningkatkan kinerja pelayanan jasa transportasi kereta api Meningkatkan kapasitas sarana dan prasarana pelayanan transportasi kereta api Meningkatkan fungsi regulator dalam perumusan kebijakan dan peran badan usaha dalam mendukung penyelenggaraan perkeretaapian nasional Restrukturisasi dan reformasi di bidang peraturan, kelembagaan dan sumber daya manusia Peningkatan pemenuhan standar keselamatan, keamanan, dan kinerja pengendalian transportasi kereta api Peningkatan kinerja pelayanan transportasi kereta api Peningkatan kapasitas pelayanan transportasi kereta api 1. Peningkatan kualitas regulasi dalam mendukung penyelenggaraan perkeretaapian nasional 2. Peningkatan peran badan usaha dalam skema pendanaan alternatif pembangunan perkeretaapian Peningkatan kemajuan pelaksanaan reformasi birokrasi dan transformasi kelembagaan perkeretaapian Meningkatnya KONEKTIVITAS jaringan perkeretaapian nasional Terwujudnya PELAYANAN transportasi kereta api yang handal, berdaya saing dan memberikan nilai tambah Meningkatnya KESELAMATAN dan KEAMANAN transportasi kereta api Meningkatkan KINERJA PELAYANAN sarana dan prasarana transportasi kereta api Meningkatnya KAPASITAS sarana dan prasarana transportasi kereta api 1. Terlaksananya PERUMUSAN REGULASI DAN KEBIJAKAN dalam penyelenggaraan perkeretaapian 2. Meningkatnya peran Badan Usaha dalam program pembangunan perkeretaapian dengan skema PENDANAAN ALTERNATIF 1. Tersedianya SDM Ditjen Perkeretaapian yang Kompeten dan Profesional 2. Terwujudnya GOOD GOVERNANCE dan CLEAN GOVERNMENT di Lingkungan Ditjen Perkeretaapian II-10

23 BAB III CAPAIAN PEMBANGUNAN SUB SEKTOR PERKERETAAPIAN Capaian Pembangunan Sub Sektor Perkeretaapian Capaian Pembangunan Sarana dan Prasarana Dalam rangka meningkatkan keselamatan, keamanan, pelayanan dan peningkatan kapasitas perketaapian selama tahun telah dilakukan pembangunan perkeretaapian antara lain meliputi pembangunan jalur KA baru termasuk pembangunan jalur ganda dan reaktivasi sepanjang 388,3 Km sp, peningkatan/ rehabilitasi jalur kereta api guna meningkatkan kondisi/ keandalannya sepanjang 378,9 Km sp, pengadaan rel sepanjang 2.880,1 Km sp, pengadaan wesel sejumlah 410 unit, jembatan KA yang ditingkatkan/direhabilitasi dan dibangun pada sebanyak 260 unit, pembangunan dan peningkatan persinyalan dan telekomunikasi sebanyak 23 paket, peningkatan/pembangunan transmisi Listrik Aliran Atas (LAA) sepanjang 106 Km sp, pembangunan/rehabilitasi bangunan operasional/stasiun sebanyak 12 unit, pengadaan peralatan/fasilitas prasarana perkeretaapian sebanyak 34 paket, peningkatan fasilitas pintu perlintasan sebidang sebanyak 18 unit, pengadaan peralatan/fasilitas keselamatan perkeretaapian sejumlah 23 paket, pengadaan Sarana Kerja dan keperintisan sebanyak 67 unit dan pelayanan angkutan KA perintis sebanyak 9 lintas. Dengan rincian pembangunan perekeretaapian setiap tahunnya sebagaimana pada tabel berikut ini. Tabel 3.1 Capaian Pembangunan Transportasi Perkeretaapian Tahun No Kegiatan Satuan Pencapaian Per Tahun ** Jumlah 1 Panjang km jalur KA baru yang dibangun Km'sp 179, ,3 termasuk jalur ganda dan reaktivasi 3 Panjang km jalur KA yang direhabilitasi Km'sp 333,6 38 7,3 378,9 4 Jumlah km'sp pengadaan rel Km'sp 1193, ,1 5 Jumlah unit pengadaan wesel Unit Jumlah unit jembatan KA yang ditingkatkan/ Unit direhabilitasi dan dibangun 7 Jumlah paket pekerjaan persinyalan dan Paket telekomunikasi yang direhabilitasi dan dibangun 8 Jumlah pekerjaan transmisi LIstrik Aliran Atas Km sp yang ditingkatkan dan dibangun 9 Jumlah paket pembangunan/rehabilitasi Unit bangunan operasional/stasiun 10 Jumlah paket pengadaan peralatan/fasilitas Paket prasarana perkeretaapian 11 Jumlah unit peningkatan fasilitas pintu Unit perlintasan sebidang 12 Jumlah paket pengadaan peralatan/fasilitas Paket keselamatan perkeretaapian 13 Jumlah paket pengadaan peralatan/fasilitas Paket sarana perkeretaapian 15 Jumlah unit pengadaan sarana kerja dan Unit keperintisan 17 Pelayanan angkutan perintis Lintas Sumber: Ditjen Perkeretaapian 2017 Catatan ** : Kegiatan sesuai dengan PAGU TA.2017 III-1

24 3.1.2 Capaian Penyusunan dan Deregulasi Peraturan Perundang-Undangan Dalam kurun waktu tahun , Direktorat Jenderal Perkeretaaian telah menyelesaikan dan melakukan deregulasi berbagai peraturan perundagan-undangan. Tabel 3.2 Pelaksanaan Deregulasi/Simplifikasi/Pemangkasan Regulasi Bidang Perkeretaapian Tahun Regulasi Yang No Mengubang/Penggabung/ Mencabut 1 Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api 2 Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 98 Tahun 2015 tentang Percepatan Penyelenggaraan Kereta Api Ringan/ Light Rail Transit Terintegrasi di Wilayah Jakarta, Bogor, Depok, dan Bekasi 3 Peraturan Presiden Nomor 79 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 99 Tahun 2015 tentang Percepatan Penyelenggaraan Perkeretaapian Umum di Wilayah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Regulasi Yang Disimplikasi Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api Peraturan Presiden Nomor 98 Tahun 2015 tentang Percepatan Penyelenggaraan Kereta Api Ringan/ Light Rail Transit Terintegrasi di Wilayah Jakarta, Bogor, Depok, dan Bekasi Peraturan Presiden Nomor 99 Tahun 2015 tentang Percepatan PenyelenggaraanPerkeretaapian Umum diwilayah Provinsi DaerahKhusus Ibukota Jakarta Revisi/Pencabutan/ Penggabungan*) Revisi Revisi Revisi Analisis Singkat Antara lain mengatur tentang penugasan kepada Menteri, Gubernur, Bupati/Waikota untuk menjamin terlaksananya pelayanan angkutan kereta api, berupa angkutan pelayanan kelas ekonomi dan/atau angkutan perintis. Antara lain mengatur mengenai penugasan untuk membangun prasaran kereta api ringan yang dilaksanakan melalui pola design and built dengan beberapa butir pengaturan sbb: pihak yang ditunjuk dapat menjalin kerjasama dengan badan usaha lain; dalam hal perjanjian dengan Kemenhub belum ditandatangani, pihak yang ditunjuk tetap dapat melaksanakan penugasan pembangunan tersebut berdasarkan persetujuan teknis dan pengawasan oleh Kemenhub Antara lain mengatur mengenai percepatan pembangunan untuk penyelenggaraan perkeretaapian umum: Gubernur DKI dapat menugaskan BUMD untuk pembangunan prasarana perkeretaapian, dengan beberapa butir pengaturan sbb: BUMD yang ditugaskan dapat bekerjasama dengan badan usaha lain; Pendanaan pembangunan antara lain dapat berasal dari pinjaman Pemda DKI, yang pengembaliannya dalam bentuk penyerahan seluruh prasarana perkeretaapian yang telah dibangun, kepada Pemda DKI. Dalam rangka percepatan pemanfaatan hasil pembangunan prasarana perkeretaapian: III-2

25 No Regulasi Yang Mengubang/Penggabung/ Mencabut 4 Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Perkeretaapian 5 PM 8 Tahun 2017 tentang Sertifikasi Tenaga Pemeriksa Sarana Perkeretaapian 6 PM 9 Tahun 2017 tentang Sertifikasi Tenaga Pemeriksa Prasarana Perkeretaapian 7 PM 16 Tahun 2017 tentang Sertifikasi Tenaga Perawatan Sarana Perkeretaapian 8 PM 17 Tahun 2017 tentang Sertifikasi Tenaga Perawatan Prasarana Perkeretaapian 9 PM 4 Tahun 2017 tentang Sertifikasi Kecakapan Awak Sarana Perkeretaapian 10 PM 5 Tahun 2017 tentang Sertifikasi Kecakapan Pengatur Perjalanan Kereta Api dan Pengendali Perjalanan Kereta Api Sumber: Ditjen Perkeretaapian 2017 Regulasi Yang Disimplikasi Pemerintah Nomor 56 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Perkeretaapian Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM No. 92 Tahun 2010 tentang Tenaga Pemeriksa Sarana Perkeretaapian Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM No. 93 Tahun 2010 tentang Tenaga Pemeriksa Prasarana Perkeretaapian Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM No. 94 Tahun 2010 tentang Tenaga Perawatan Sarana Perkeretaapian Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM No. 95 Tahun 2010 tentang Tenaga Perawatan Prasarana Perkeretaapian Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM No. 155 Tahun 2015 tentang Sertifikasi Kecakapan Awak Sarana Perkeretaapian Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 21 Tahun 2011 tentang Sertifikasi Kecakapan Pengatur Perjalanan Kereta Api dan Pengendali Perjalanan Kereta Api Revisi/Pencabutan/ Penggabungan*) Revisi Pencabutan Pencabutan Pencabutan Pencabutan Pencabutan Pencabutan Analisis Singkat Gubernur DKI menugaskan BUMD sebagai penyelenggara; BUMD yang ditugaskan, dapat melakukan penunjukan langsung untuk pengadaan sarana perkeretaapian; Penyederhanaan proses penerbitan sertifikat awak sarana perkeretaapian Penyederhanaan proses penerbitan awak sarana perkeretaapian Penyederhanaan proses penerbitan awak sarana perkeretaapian Penyederhanaan proses penerbitan awak sarana perkeretaapian Sertifikasi terhadap masinis/ Asisten Masinis di Sarana KA otomatis Penyederhanaan proses penerbitan sertifikat Disamping itu, selama tahun 2017, Direktorat Jenderal Perkeretaapian telah berhasil menerbitkan 14 Peraturan/Keputusan Menteri. Secara rinci capaian penyusunan peraturan perundang-undangan di lingkungan Direktorat Jenderal Perkeretaapian dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2017 adalah sebagai berikut: III-3

26 Tabel 3.3 Pelaksanaan Deregulasi/Simplifikasi/Pemangkasan Regulasi Bidang Perkeretaapian Tahun No Regulasi Capaian Deskripsi Regulasi 2 Turunan Peraturan Pemerintah No. 56/2009 Tentang Penyelenggaraan Perkeretaapian sebagaimana diubah dengan PP No. 61/2017 Bidang Sarana Perkeretaapian Bidang SDM Perkeretaapian 2. Turunan dari Peraturan Pemerintah No. 72/2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Kereta Api sebagaimana diubah dengan PP No. 61/2017 Sumber: Ditjen Perkeretaapian 2017 Bidang Tatanan dan Pembinaan Perkeretaapuan serta Kelembagaan Bidang Lalu Lintas Angkutan Pentarifan Angkutan dan Lain- Lain Capaian Kinerja Kelembagaan dan Ketatalaksanaan Peraturan Menteri PM Nomor 54 Tahun 2016 tentang Standar Spesifikasi Teknis Identitas Sarana Perkeretaapian Peraturan Menteri PM Nomor 153 Tahun 2016 tentang Standar Spesifikasi Teknis Lokomotif Sarana Kereta Api Peraturan Menteri PM Nomor 4 Tahun 2017 tentang Sertifikasi Kecakapan Awak Sarana Perkeretaapian Peraturan Menteri PM Nomor 5 Tahun 2017 tentang Sertifikasi Kecakapan Pengatur Perjalanan KA dan Pengendali Perjalanan KA Peraturan Menteri PM Nomor 8 Tahun 2017 tentang Keahlian Tenaga Pemeriksa Sarana Perkeretaapian Peraturan Menteri PM Nomor 9 Tahun 2017 tentang Keahlian Tenaga Pemeriksa Prasarana Perkeretaapian Peraturan Menteri PM Nomor 16 Tahun 2017 tentang Sertifikasi Tenaga Perawatan Sarana Perkeretaapian Peraturan Menteri PM Nomor 17 Tahun 2017 tentang Sertifikasi Tenaga Perawatan Prasarana Perkeretaapian Peraturan Menteri PM Nomor 189 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan Peraturan Menteri PM Nomor 48 Tahun 2015 tentang Standar Pelayanan Minimum Untuk Angkutan Orang dengan Kereta Api Peraturan Menteri PM Nomor 24 Tahun 2015 tentang Standar Keselamatan Perkeretaapian Keputusan Menteri KP Nomor 159 Tahun 2015 tentang Penetapan Lintas Pelayanan Perkeretaapian Angkutan Perintis Keputusan Menteri KP Nomor 160 Tahun 2015 tentang Tarif Angkutan Orang Dengan Kereta Api Perintis Keputusan Menteri KP Nomor 9 Tahun 2016 tentang Penugasan Kepada PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Untuk Menyelenggarakan Angkutan Perintis Kereta Api Penataan kelembagaan dan ketatalaksanaan ditujukan untuk mewujudkan struktur organisasi yang terbebas dari tumpang tindih pelaksanaan tugas, fungsi maupun kewenangan di dalam organisasi maupun antar instansi pemerintah, serta terwujudnya organisasi pemerintah yang berorientasi pada hasil atau outcome secara efektif dan efisien dengan penjabaran sebagai berikut: 1. Kebijakan tentang organisasi dan tata kerja Direktorat Jenderal Perkeretaapian. 2. Kebijakan tentang organisasi dan tata kerja Balai Perkeretaapian. III-4

27 3.1.4 Capaian Kinerja Pengembangan Sumberdaya Manusia Direktorat Jenderal Perkeretaapian Jumlah pegawai Direktorat Jenderal Perkeretaapian pada tahun 2015 sampai dengan tahun 2017 sebanyak orang yang terdiri dari tahun 2015 sebanyak 603 orang, tahun 2016 sebanyak. 593 orang dan tahun 2017 sebanyak 598. Tabel 3.4 Komposisi Sumberdaya Manusia Direktorat Jenderal Perkeretaapian Tahun No Tahun Jumlah SDM (orang) Jumlah Sumber: Ditjen Perkeretaapian Realisasi Kinerja Keuangan Direktorat Jenderal Perkeretaapian Tahun Berdasarkan Renstra Kementerian Perhubungan tahun bidang perkeretaapian, diperoleh kebutuhan pendanaan untuk setiap penyelenggaraan perkeretaapian untuk tahun sekitar Rp 233 triliun. Namun dengan keterbatasan pembiayaan APBN, maka sampai dengan tahun 2017, investasi APBN dalam pembangunan perkeretaapian yang disediakan total hanya mencapai Rp. 32 triliun atau 30,62% dari total kebutuhan tahun atau 13,71% dari total kebutuhan tahun berdasarkan Renstra. GAP pembiayaan tahun sampai mencapai Rp. 72,47 triliun Anggaran (Rp) Tahun RENSTRA DIPA Realisasi Gambar 3.1 Kebutuhan dan Realisasi Pendanaan Tahun (Sumber: Ditjen Perkeretaapian 2017) III-5

28 Tabel 3.5 Kebutuhan dan Realisasi Pendanaan Kegiatan Tahun TAHUN RENSTRA DIPA REALISASI * * Total Catatan: ** TA.2018 & 2019 menggunakan asumsi alokasi DIPA Sumber: Ditjen Perkeretaapian Capaian Pembangunan Jalur Kereta Api Tahun Target pembangunan jalur kereta api sesuai Renstra sepanjang Km sp merupakan target pembangunan nasional dengan sumber pendanaan yang terdiri atas APBN/D, investasi Swasta/Badan Usaha dan KPBU. Sampai tahun 2017 telah dibangun 388 Km sp jalur kereta api atau sekitar 11,82% dari total pembangunan jalur kereta api tahun atau sekitar 29,15% dari total pembangunan jalur kereta api tahun Masih dibutuhkan 2873 Km sp jalur kereta api yang belum dibangun sampai tahun Panjang Jalur KA (Km) Total RENSTRA 186,9 409,65 724,43 900, , Capaian Review ,5 765,7 1540,2 Gambar 3.2 Capaian Panjang Jalur Kereta Api Tahun (Sumber: Ditjen Perkeretaapian 2017) Pembangunan jalur kereta api masuk dalam sasaran pokok RPJMN Pembangunan jalur kereta api meliputi: Pembangunan jalur KA baru, jalur ganda dan reaktivasi. III-6

29 Tabel 3.6 Pencapaian Target Pembangunan Perkeretaapian Dalam RPJMN No. Program/Kegiatan Target 2019 Capaian Prakiraan Sisa Target Karakteristik Satuan Volume Capaian % Volume % Target A. Pembangunan Transportasi Umum Massal Perkotaan 1 Pengembangan kereta api kota metropolitan Kota Akumulatif (Batam, Medan, Palembang, Jakarta, Bandung, Denpasar, Yogyakarta, Surabaya, Semarang, dan Makassar); 2 Pembangunan angkutan massal cepat berbasis Kota , Akumulatif rel (MRT Jabodetabek. Jalur Lingkar Layang Jabodetabek. LRT/Monorail/Tram di Surabaya. Bandung dan Palembang) 3 Automatic Train Protection (ATP) pada jaringan kereta api perkotaan Unit , ,5 Pertahun 4 Penyediaan subsidi/pso untuk penyelenggaraan angkutan umum massal perkotaan b. Angkutan Massal Berbasis Rel Pnp/thn (juta) 4.929,43 301,63 328,93 630,56 12,8 337, , , ,85 87,21 Pertahun B. Penguatan Konektivitas Nasional Untuk Mencapai Keseimbangan Pembangunan 1 Pembangunan jalur Kereta Api Km ,5 175 ** 386,5* 765,7* ,5 Pertahun 2 Menurunnya Emisi Gas Rumah Kaca (RAN-GRK) juta ton CO2 1,127 0,709 3,343 2, ,693 0,91 1, Pertahun di Sektor Transportasi Perkeretaapian 3 Meningkatnya tingkat keselamatan dan keamanan penyelenggaraan pelayanan transportasi b. Menurunnya rasio angka kecelakaan kereta api kecelakaan/ 0,55 1,15 0,24 0,695 73,6 0,55 0,55 0,55 0,145 26,36 Pertahun 1juta Km perjalanan Catatan: * : Berdasarkan perhitungan ulang Review Renstra Bidang Perkeretaapian ** : Sesuai Alokasi DIPA Ditjen Perkeretaapian TA.2017 Sumber: Ditjen Perkeretaapian 2017 III-7

30 3.4 Capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) Direktorat Jenderal Perkeretaapian Tahun Pencapaian indikator kinerja utama (IKU) Ditjen Perkeretaapian setiap tahun dievaluasi dalam Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP). Berdasarkan LAKIP tahun 2015 dan konsep LAKIP tahun 2016, terangkum evaluasi pencapaian indikator kinerja utama (IKU) Ditjen Perkeretaapian. III-8

31 Tabel 3.7 Pencapaian Indikator Kinerja Utama Tahun No. Indikator Kinerja Utama Satuan Tahun 2015 Tahun 2016 Target Capaian % Target Capaian % Sasaran 1 Menurunnya angka kecelakaan transportasi perkeretaapian 1 Ratio kejadian kecelakaan transportasi kereta api kecelakaan/ 0,55 1, juta km 2 Jumlah pedomanstandar keselamatan Dokumen Jumlah sarana dan prasarana keselamatan transportasi kereta api Unit Tingkat Ketersediaan ATP Unit Jumlah pengamanan/ penanganan Perlintasan sebidang Lokasi Jumlah Sertifikasi SDM Teknis Perkeretaapian Sertifikat Sasaran 2 : Menurunnya Jumlah Gangguan Keamanan dalam Penyelenggaraan Transportasi Perkeretaapian 7 Jumlah gangguan keamanan pada pelayanan jasa transportasi kereta api (pelemparan batu) Kejadian Sasaran 3 : Meningkatnya kinerja pelayanan sarana dan prasarana transportasi perkeretaapian 8 Jumlah pedoman standar pelayanan sarana dan prasarana transportasi perkeretaapian (penyempurnaan/revisi) Dokumen Sasaran 4 : Meningkatnya kinerja Ditjen Perkeretaapian dalam mewujudkan good governance 9 Jumlah penyederhanaan perijinan di lingkungan Ditjen Perkeretaapian Ijin Pelaksanaan IMO Tahun Jumlah penumpang KA PSO Penumpang Sasaran 5 : Menurunnya emisi gas rumah kaca (RAN-GRK) dan meningkatnya penerapan teknologi ramah lingkungan pada sektor tansportasi perkeretaapian 12 Jumlah emisi gas rumah kaca dari transportasi perkeretaapian yang dapat diturunkan Juta ton CO2e 0,259 0, ,476 5, Jumlah prasarana KA yang telah menerapkan konsep ramah lingkungan lokasi Sasaran 6 : Mewujudkan peningkatan Kapasitas, Aksesibilitas dan Keterpaduan dalam penyediaan Sarana dan Prasarana perkeretaapian nasional 14 Terbangunnya jalur kereta api Km sp , Jumlah sarana kereta api Unit Terselenggaranya proses KPS dlm penyediaan infrastruktur transportasi perkeretaapian Proyek Sasaran 7 : Mewujudkan peningkatan Aksesbilitas Publik terhadap layanan transportasi kereta api 17 Jumlah lintasan/ rute angkutan perintis KA Trayek/ Lintas/ Rute 18 Jumlah lintasan/rute angkutan KA perintis menjadi komersial Trayek/ Lintas/ Rute Sasaran 8 : Meningkatkan peran kereta api dalam penyediaan Angkutan Massal Perkotaan berbasis jalan rel 19 Jumlah wilayah perko-taan yang menerapkan angkutan massal berbasis kereta api Sumber: Ditjen Perkeretaapian 2017 III-9

32 BAB IV ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI DAN KERANGKA REGULASI 4.1 Arah Kebijakan dan Strategi Nasional Sejalan dengan visi pembangunan Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong, maka pembangunan nasional diarahkan untuk mencapai sasaran utama, yang salah satu sasaran pembangunan sektor unggulan adalah aspek maritim dan kelautan yang memuat upaya membangun konektivitas nasional. Salah satu program Agenda Prioritas Pembangunan (Nawa Cita) yaitu meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional dijabarkan kembali kedalam agenda pembangunan nasional, khususnya agenda pembangunan transportasi nasional, diantaranya adalah membangun konektivitas nasional untuk mencapai keseimbangan pembangunan dan membangun transportasi massal perkotaan Isu Strategis 1: Membangun Konektivitas Nasional untuk Mencapai Keseimbangan Pembangunan Infrastruktur penunjang konektivitas nasional baik berupa jaringan transportasi dan jaringan telekomunikasi, perlu diintegrasikan dengan pelayanan sarana intermoda transportasi yang terhubung secara efisien dan efektif, termasuk mendorong pembangunan konektivitas antarwilayah, sehingga dapat mempercepat dan memperluas pembangunan ekonomi Indonesia. Penyediaan infrastruktur transportasi dan telekomunikasi yang mendorong konektivitas akan menurunkan biaya transportasi dan biaya logistik, sehingga dapat meningkatkan daya saing produk, dan mempercepat gerak ekonomi. Kebijakan strategis untuk mewujudkan konektivitas nasional adalah: 1. Mempercepat pembangunan sistem transportasi multimoda; 2. Mempercepat pembangunan transportasi yang mendorong penguatan industri nasional untuk mendukung Sistem Logistik Nasional dan penguatan konektivitas nasional dalam kerangka mendukung kerjasama regional dan global; 3. Menjaga keseimbangan antara transportasi yang berorientasi nasional dengan transportasi yang berorientasi lokal dan kewilayahan; 4. Membangun sistem dan jaringan transportasi yang terintegrasi untuk mendukung investasi pada Koridor Ekonomi, Kawasan Industri Khusus, Kompleks Industri, dan pusat-pusat pertumbuhan lainnya di wilayah non-koridor ekonomi; 5. Mengembangkan sarana dan prasarana transportasi yang ramah lingkungan dan mempertimbangkan daya dukung lingkungan melalui mitigasi dan adaptasi perubahan iklim maupun peningkatan keselamatan dan kualitas kondisi lingkungan; 6. Meningkatkan keselamatan dan keamanan dalam penyelengaraan pelayanan transportasi serta pertolongan dan penyelamatan korban kecelakaan transportasi; 7. Meningkatkan kapasitas dan kualitas lembaga pengembangan sumber daya manusia. IV-1

33 Mempercepat Pembangunan Sistem Transportasi Multimoda Ketergantungan terhadap transportasi jalan yang terlalu tinggi mengakibatkan inefisiensi karena alternatif moda kurang tersedia, baik pada kondisi normal maupun ketika terjadi kerusakan infrastruktur jalan dan jembatan. Selain itu, beban anggaran negara sangat tinggi untuk pemeliharaan jalan. Ketergantungan terhadap moda transportasi jalan harus dikurangi dengan mengembangkan sistem transportasi multimoda. Dalam rangka mendukung percepatan pembangunan sistem transportasi multimoda dilakukan melalui strategi sebagai berikut: 1. Pembentukan badan atau regulator yang independen dan netral untuk regulasi, investigasi, keselamatan, dan keamanan angkutan multimoda serta pembinaan terhadap bertumbuh kembangnya Badan Usaha Angkutan Multimoda; 2. Membangun jaringan pelayanan dalam penyusunan rute-rute pelayanan dari berbagai moda transportasi yang membentuk satu kesatuan hubungan dan tidak hanya didominasi oleh salah-satu moda saja, melainkan harus disusun secara terintegrasi dengan prasarana jalan, Darat (Angkutan Jalan, Sungai, Danau dan Penyeberangan), Laut, Udara, Kereta Api, dan koridor ekonomi maupun konsep pengembangan wilayahnya; 3. Membangun jaringan prasarana yang terdiri dari dari simpul dan ruang lalu lintas. Simpul berfungsi sebagai ruang yang dipergunakan untuk keperluan menaikkan dan menurunkan penumpang, membongkar dan memuat barang, serta perpindahan intra dan antar moda. Ruang lalu lintas berfungsi sebagai ruang gerak untuk sarana transportasi, namun khusus untuk ruang lalu lintas transportasi jalan, disamping untuk lalu-lintas sarana transportasi juga memiliki fungsi lain yaitu untuk lalu lintas orang dan hewan; 4. Pembangunan terminal terpadu (terintegrasi) serta pelayanan fasilitas alih moda untuk pelayanan perpindahan penumpang dan barang secara cepat dan nyaman; 5. Pembangunan akses kereta api menuju ke pelabuhan dan bandara internasional, diantaranya pada Bandara Soekarno-Hatta, Minangkabau, Kualanamu, Hang Nadim, Juanda, Kertajati, Kulon Progo, Syamsudin Noor, dan Pelabuhan Kuala Tanjung, Belawan, Panjang, Tanjung Priok, Tanjung Perak, Tanjung Emas, Teluk Lamong dan Penyeberangan Merak - Bakauheni Mempercepat Pembangunan Transportasi Yang Mendorong Penguaran Industri Nasional untuk Mendukung Sistem Logistik Nasional dan Penguatan Konektivitas Nasional Dalam Kerangka Mendukung Kerjasama Regional dan Global Pengembangan pasar dan industri transportasi nasional mempunyai dua aspek, yakni aspek industri jasa konstruksi nasional (termasuk pengembang, konsultan, kontraktor, jasa keuangan, jasa penasehat ahli) dan industri sarana dan alat-alat transportasi serta dengan pengembangan industri perangkat keras yakni alat-alat angkut atau sarana transportasi. Konektivitas nasional terdiri atas 4 (empat) komponen, yaitu Sislognas, Sistranas, pengembangan wilayah (RPJMN dan RTRWN) dan Information Communication Technology (ICT). Keempat komponen tersebut harus diintegrasikan untuk mendukung perpindahan komoditas baik barang, jasa maupun informasi secara efektif dan efisien, melalui integrasi simpul dan jaringan transportasi intermoda, komunikasi dan informasi serta logistik, serta penguatan konektivitas antara pusat pertumbuhan ekonomi dan industri, dan juga keterhubungan secara internasional terutama IV-2

34 untuk memperlancar arus perdagangan internasional maupun sebagai pintu masuk bagi para wisatawan mancanegara, yang dapat dilakukan melalui strategi: 1. Penempatan transportasi laut sebagai tulang punggung sistem logistik nasional melalui pengembangan 24 pelabuhan strategis untuk mendukung tol laut yang ditunjang dengan fasilitas pelabuhan yang memadai serta membangun short sea shipping/coastal shipping pada jalur logistik nasional yang diintegrasikan dengan moda kereta api dan jalan raya, terutama untuk mengurangi beban (share) angkutan jalan Sumatera-Jawa (Pelabuhan Paciran/Tanjung Perak, Pelabuhan Kendal/Tanjung Emas dan Pelabuhan Marunda/Tanjung Priok di Pulau Jawa serta Pelabuhan Panjang/Sumur di Pulau Sumatera). 2. Pengembangan dan pengendalian jaringan lalu lintas angkutan jalan yang terintegrasi inter, intra dan antar moda dan pengembangan wilayah yang meliputi simpul transportasi jalan, jaringan pelayanan angkutan jalan yang efisien dan mampu mendukung pergerakan penumpang dan barang; 3. Pembangunan sarana dan prasarana serta industri transportasi diantaranya: a. Peningkatan kapasitas Bandara Soekarno-Hatta untuk melayani 87 juta penumpang per-tahun. b. Pengembangan pelabuhan hub internasional Kuala Tanjung dan Bitung. c. Pembangunan jalur kereta api Trans Sumatera, pembangunan kereta api Trans Kalimantan, Sulawesi dan Papua, Pembangunan akses kereta api menuju kawasan ekonomi industri, pelabuhan dan bandara serta peningkatan kapasitas jalur eksisting menjadi jalur ganda di Sumatera dan Jawa terutama di lintas selatan Jawa. d. Pembangunan fasilitas dry port di Kawasan Pertumbungan Ekonomi yang tinggi (Kendal dan Paciran). 4. Percepatan penyelenggaraan kegiatan-kegiatan prioritas konektivitas ASEAN dalam kerangka penguatan konektivitas nasional dengan tetap mempertahankan ketahanan dan daya saing perekonomian nasional; 5. Penyediaan armada transportasi nasional melalui pemberdayaan industri transportasi dalam negeri yang meliputi pengembangan pesawat udara (N-219), armada serta industri galangan kapal nasional, lokomotif, kereta penumpang, KRL, serta bus; 6. Pembangunan Jalur Ro-Ro Dumai-Malaka, Ro-Ro Belawan-Penang, dan Ro-Ro Bitung- Sangihe-General Santos, Pembangunan Pelabuhan Kuala Tanjung dan pelabuhan Bitung; 7. Menghubungkan seluruh lintas penyeberangan, termasuk jalur lintas Sabuk Utara, Tengah, dan Selatan serta poros penghubung, terutama lintas utama penyeberangan Merak Bakauheni; 8. Membangun terminal barang angkutan jalan dalam rangka mendukung Sislognas; 9. Membangun/Merevitalisasi terminal penumpang angkutan jalan dalam rangka meningkatkan kapasitas dan pelayanan penumpang angkutan jalan; 10. Penyediaan alat penimbangan kendaraan bermotor (Jembatan Timbang) dalam rangka meningkatkan pengawasan muatan lebih; IV-3

35 11. Meningkatnya jumlah penumpang yang diangkut maskapai penerbangan nasional menjadi 162 juta/penumpang/tahun dengan membangun 15 bandara baru di Kertajati, Letung, Tambelan, Tebelian, Muara Teweh, Samarinda Baru, Maratua, Buntu Kunik, Morowali, Miangas, Siau, Namniwel, Kabir Patar, Werur, Koroy Batu, dan pengembangan dan rehabilitasi Bandara lama tersebar di Pulau Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua; 12. Pengembangan 9 bandara untuk pelayanan kargo udara di Kualanamu, Soekarno-Hatta, Juanda, Syamsuddin Noor, Sepinggan, Hassanuddin, Samratulanggi, Frans Kaisepo, Sentani Menjaga Keseimbangan antara Transportasi yang Berorientasi Nasional dengan Transportasi yang Berorientasi Lokal dan Kewilayahan Wilayah Indonesia yang cukup luas, letak Indonesia yang cukup strategis, serta kondisi geografis yang cukup unik dibandingkan dengan negara-negara lainnya, menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara besar jika dilihat dari sisi luas wilayah dan jumlah penduduk. Sebagai negara kepulauan yang dibatasi lautan, menjadikan pembangunan transportasi di Indonesia adalah suatu tantangan. Tantangan yang harus dihadapi adalah bagaimana menyediakan layanan transportasi yang murah, tepat waktu, dan mampu diakses oleh semua kalangan. Tantangan inilah yang harus dijawab dalam rangka melakukan upaya keseimbangan antara transportasi yang berorientasi nasional dengan transportasi yang berorientasi lokal dan kewilayahan. Kebijakan Utama Konektivitas Nasional dirumuskan untuk menjawab keseimbangan transportasi yang berorientasi nasional, regional, dan lokal, dimana konektivitas ini menghubungkan transportasi nasional, regional, lokal, serta wilayah-wilayah yang memiliki komoditas unggulan di masing-masing pulau. Oleh karena itu, strategi yang dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan transportasi nasional dengan transportasi yang berorientasi lokal dan kewilayahan adalah sebagai berikut: 1. Penyediaan infrastruktur transportasi yang lebih terintegrasi melalui pendanaan DAK Bidang Transportasi, seperti infrastruktur yang menjadi kewenangan Provinsi, Kab/Kota meliputi fasilitas perlengkapan jalan yang disesuaikan dengan kinerja jaringan jalan;alat PKB, RASS, media sosialisasi keselamatan dan transportasi perkotaan; 2. Menciptakan pembagian peran moda transportasi yang lebih berimbang dengan mendorong pembangunan perkeretaapian dan transportasi laut yang lebih progresif sehingga secara bertahap terjadi perpindahan moda dari jalan ke moda kereta api serta moda angkutan laut; 3. Membangun dan memperluas jaringan infrastruktur dan sistem pelayanan transportasi nasional untuk memperkecil defisit dan mempersempit kesenjangan transportasi antar wilayah yang meliputi jalan, bandara, kereta api, pelabuhan laut dan penyeberangan, dermaga sungai dan danau, kapal perintis, bus, bus air dan kereta api perintis di wilayah perdalaman, perbatasan, dan pulau terluar; 4. Membuka rute baru, meningkatkan frekuensi pelayanan, optimalisasi, dan integrasi penyelenggaran subsidi angkutan perintis dan Public Service Obligation (PSO) diantara subsidi bus perintis, angkutan laut, sungai, danau, penyeberangan, udara, dan perkeretaapian; IV-4

36 5. Mempercepat pembangunan infrastruktur transportasi di wilayah-wilayah perbatasan dan wilayah-wilayah terluar; 6. Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan bandara melalui pembangunan dan pengembangan bandara terutama yang berada pada pusat kegiatan nasional (ibukota propinsi), pusat kegaitan wilayah dan wilayah yang mempunyai potensi ekonomi dan pariwisata; 7. Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan angkutan laut melalui pembangunan dan pengembangan fasilitas pelabuhan terutama pada daerah - daerah terpencil, tertinggal, perbatasan, rawan bencana dan daerah belum berkembang serta wilayah yang mempunyai potensi ekonomi dan pariwisata; 8. Pembangunan kapal perintis untuk meningkatkan aksesibilitas dan pelayanan angkutan laut perintis Membangun Sistem dan Jaringan Transportasi yang Terintegrasi untuk Mendukung Investasi pada Koridor Ekonomi, Kawasan Industri Khusus, Kompleks Industri, dan Pusat-Pusat Pertumbuhan lainnya di Wilayah Non- Koridor Ekonomi Pembangunan infrastruktur diarahkan pada proyek-proyek strategis yang mendukung pengembangan kawasan industri, kawasan ekonomi khusus, dan kawasan strategis lainnya. Untuk mendukung pengembangan kawasan industri, dirumuskan kebijakan antara lain: 1. Pembangunan pelabuhan-pelabuhan strategis, antara lain: Pelabuhan Belawan/Kuala Tanjung, Tanjung Priok, Tanjung Perak, Pontianak, Bitung, Makassar, Banjarmasin, Kupang, Halmahera, dan pelabuhan lainnya; 2. Pembangunan jalur kereta api antara Manado Bitung, Sei Mangke Bandar Tinggi - Kuala Tanjung, Martapura-Baturaja, Tebing Tinggi-Siantar-Prapat (akses danau toba), Rangkasbitung-Labuan, Cibungur-Tanjung rasa, Pasoso Tanjung Priok, DDT dan Elektrifikasi Manggarai Bekasi -Cikarang, Lingkar Luar Jabodetabek, dan lainnya; 3. Pengembangan bandara-bandara di sekitar kawasan industri maupun kawasan ekonomi khusus dan kawasan strategis lainnya, antara lain: Bandara Mutiara Palu, Eltari Kupang, Halu Oleo Kendari, Sam Ratulangi Manado, Bandara Syamsuddin Noor-Banjarmasin, dan bandara lainnya Mengembangkan Sarana dan Prasarana Transportasi yang Ramah Lingkungan dan Mempertimbangkan Daya Dukung Lingkungan melalui Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim Maupun Peningkatan Keselamatan dan Kualitas Kondisi Lingkungan Kemampuan melakukan mitigasi serta adaptasi terhadap perubahan iklim merupakan salah satu kebutuhan untuk meningkatkan efisiensi serta keandalan sistem transportasi. Perencanaan disertai pelaksanaan mitigasi dan adaptasi di sektor transportasi kedepan didasarkan pada pengelolaan potensi dan sumberdaya alam, peningkatan kapasitas individu serta organisasi yang tepat, serta didukung dengan pembangunan infrastruktur transportasi yang ramah lingkungan dan tahan terhadap dampak perubahan iklim dan cuaca ekstrim agar IV-5

37 tercipta sistem transportasi yang andal dan berkelanjutan. Strategi sektor transportasi yang andal dan berkelanjutan mendukung konektivitas nasional adalah sebagai berikut: 1. Penyediaan sarana transportasi yang ramah lingkungan; 2. Pembangunan prasarana transportasi yang tahan terhadap dampak perubahan iklim/cuaca ekstrim; 3. Penyediaan bahan bakar yang berbasis energi baru terbarukan; 4. Peningkatan kapasitas SDM transportasi yang responsif terhadap perubahan iklim/cuaca ekstrim; 5. Peningkatan peralatan transportasi yang responsive terhadap perubahan iklim/cuaca ekstrim Meningkatkan Keselamatan dan Keamanan dalam Penyelenggaraan Pelayanan Transportasi serta Pertolongan dan Penyelamatan Korban Kecelakaan Transportasi Upaya untuk meningkatkan keselamatan dan keamanan dalam penyelengaraan pelayanan transportasi ditujukan untuk meningkatkan rasa aman dan nyaman pengguna transportasi serta menurunkan jumlah dan tingkat kecelakaan transportasi yang meliputi transportasi jalan, kereta api, pelayaran, dan penerbangan dalam menuju target zero accident. Di sisi lain, perubahan mental dalam berdisiplin berlalu-lintas, ketaatan terhadap peraturan, serta penguatan terhadap kemampuan kelembagaan untuk pendidikan dan pencegahan maupun pertolongan serta penyelamatan korban kecelakaan transportasi juga diperlukan dalam rangka untuk meningkatan respon terhadap terjadinya kecelakaan transportasi dan upaya pertolongan dan penyelematan jiwa manusia. Khusus untuk transportasi jalan, dalam rangka penanganan keselamatan jalan secara komprehensif pada tahun 2011 telah disusun suatu perencanaan jangka panjang yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan yang ada dan bersifat lintas sektoral, yaitu berupa Rencana Umum Nasional Keselamatan (RUNK) Jalan dan diperkuat melalui Inpres No 4 Tahun 2013 Program Dekade Aksi Keselamatan Tahun Strategi yang dijalankan untuk menjalankan kebijakan di atas antara lain melalui : 1. Pemenuhan fasilitas perlengkapan jalan, implementasi Rute Aman Selamat Sekolah (RASS), Perbaikan Lokasi Rawan Kecelakaan/Daerah Rawan Kecelakaan, sarana bantu navigasi pelayaran maupun perlengkapan navigasi pelayaran dan penerbangan sesuai standar pelayanan minimal dan standar keselamatan transportasi internasional; 2. Meningkatkan kelaikan kendaraan bermotor melalui uji tipe dan uji berkala; 3. Pendidikan dan peningkatan kesadaran penyelenggaraan transportasi yang berkeselamatan sejak usia dini; 4. Meningkatkan koordinasi pelaksanaan Rencana Umum Nasional Keselamatan Jalan (RUNK) serta Program Dekade Aksi Keselamatan Jalan baik di tingkat nasional maupun daerah; 5. Peningkatan kualitas dan kuantitas kemampuan SDM dan perlengkapan Search and Rescue (SAR). IV-6

38 Meningkatkan Kapasitas dan Kualitas Lembaga Pengembangan Sumber Daya Manusia Dalam rangka meningkatkan kuantitas, kualitas, dan layanan transportasi untuk memenuhi mobilitas ekonomi yang menuntut pelayanan cepat, efisien, dan andal. Maka, diperlukan manajemen SDM yang memiliki kompetensi tinggi, meliputi SDM regulator, operator, dan SDM industri yang saat ini masih terbatas. Beberapa strategi yang dilakukan antara lain: 1. Penyempurnaan kelembagaan dan penyiapan regulasi dalam rangka pengembaangan SDM transportasi yang mengantisipasi perkembangan budaya, IPTEK, dan kesiapan produktivitas daya saing secara nasional maupun terkait dengan standar internasional; 2. Peningkatan peran pemerintah dalam rangka pengembangan SDM Transportasi bagi Lembaga pendidikan Swasta; 3. Pembangunan dan peningkatan Sarana dan Prasarana Diklat; 4. Pengembangan kualitas dan kuantitas tenaga pengajar serta pengembangan metode pembelajaran Isu Strategis 2: Membangun Transportasi Umum Massal Perkotaan Pembangunan perkotaan Indonesia kedepan diarahkan pada peningkatan peran perkotaan sebagai basis pembangunan dan kehidupan yang layak huni, berkeadilan, mandiri, berdaya saing, dan berkelanjutan, sesuai dengan karakter potensi dan budaya lokal. Arah kebijakan pembangunan perkotaan pada berfokus pada pengembangan kota sebagai suatu kesatuan kawasan/wilayah, yaitu kota sebagai pendorong pertumbuhan nasional dan regional serta kota sebagai tempat tinggal yang berorientasi pada kebutuhan penduduk kota. Walaupun demikian, pembangunan perkotaan ke depan akan lebih difokuskan pada pelaksanaan pengendalian pembangunan kota-kota besar dan metropolitan serta percepatan pembangunan kota-kota menengah dan kecil. Oleh karena itu, dalam rangka mengembangkan transportasi umum massal perkotaan, pembangunan sistem angkutan umum modern yang saling terintegrasi seperti BRT dan MRT diharapkan dapat meningkatkan peran angkutan umum dalam melayani kebutuhan perjalanan penduduk perkotaan serta menciptakan transportasi perkotaan yang praktis, efisien, ramah lingkungan, dan berkeadaban. Arah kebijakan dan strategi yang disusun lima tahun kedepan adalah : 1. Mengembangkan sistem angkutan umum massal yang modern dan maju dengan orientasi kepada bus maupun rel serta dilengkapi dengan fasilitas alih moda terpadu; 2. Mengembangkan manajemen transportasi perkotaan yang berimbang dengan memperhatikan interaksi antara transportasi dan tata guna lahan; 3. Meningkatkan integrasi kelembagaan transportasi perkotaan. IV-7

39 Mengembangkan Sistem Angkutan Umum Massal yang Modern dan Maju dengan Orientasi kepada Bus maupun Rel serta Dilengkapi dengan Fasilitas Alih Moda Terpadu Seluruh sistem transportasi massal memerlukan interchange (tempat berganti kendaraan) dengan elemen-elemen sistem transportasi umum lain, dan integrasi dengan moda-moda sistem transportasi lain seperti mengendarai mobil, berjalan kaki dan bersepeda. Untuk mengembangkan sistem angkutan umum massal yang modern dan maju dengan orientasi kepada bus maupun rel serta dilengkapi dengan fasilitas alih moda terpadu, beberapa strategi yang dilakukan mencakup: 1. Pembangunan angkutan massal cepat berbasis rel antara lain MRT di wilayah Jabodetabek, serta LRT/monorail/Tram di Jabodebek, Surabaya, Bandung, Medan, Batam dan Palembang; 2. Pengembangan kereta perkotaan di 10 kota metropolitan: Batam, Medan, Palembang, Jakarta, Bandung, Bali, Yogyakarta, Surabaya, Manado, dan Makassar; 3. Pengembangan BRT di 34 kota besar beserta fasilitas pendukungnya antara lain Medan, Pekanbaru, Batam, Padang, Palembang, Bandung, Jakarta, Bogor, Semarang, Yogyakarta, Solo, Pontianak, Samarinda, Balikpapan, Makassar, Gorontalo, dan Ambon; 4. Penyediaan dana subsidi/pso yang terarah untuk penyelenggaraan angkutan umum massal perkotaan Mengembangkan Manajemen Transportasi Perkotaan yang Berimbang dengan Memperhatikan Interaksi antara Transportasi dan Tata Guna Lahan Terdapat kecenderungan bahwa berkembangnya suatu kota bersamaan pula dengan berkembangnya masalah transportasi yang terjadi, sehingga masalah ini akan selalu membayangi perkembangan suatu wilayah perkotaan. Beberapa strategi yang dilakukan untuk mengembangkan manajemen transportasi perkotaan yang berimbang dengan memperhatikan interaksi antara transportasi dan tata guna lahan, antara lain: 1. Peningkatan akses terhadap angkutan umum dengan Pembangunan Berorientasi Angkutan Transit Oriented Demand/TOD dan pengembangan fasilitas Non Motorized; 2. Penyediaan fasilitas pendukung untuk alih moda seperti Park and Ride; 3. Penerapan sistem informasi lalu lintas secara real time, penerapan sistem APILL terkoordinasi (ATCS) dan Virtual Mobility; 4. Penguatan mekanisme implementasi sistem transportasi perkotaan dan penurunan kemacetan transportasi perkotaan melalui Manajemen Permintaan Transportasi dengan pendekatan Push and Pull Meningkatkan Integrasi Kelembagaan Transportasi Perkotaan Kelembagaan yang lemah merupakan suatu sumber permasalahan yang menjadi sorotan dalam sistem transportasi perkotaan di Indonesia (World Bank, 2006). Kelembagaan dalam sektor transportasi kurang berfungsi dengan baik karena kurang terorganisir, akibat tumpang tindih, pertentangan kepentingan, serta penegakan hukum yang lemah. IV-8

40 Namun, di beberapa kota di Indonesia, Pemerintah Daerah sebagai regulator secara efektif mulai meningkatkan efektifitas kewenangannya melalui sistem organisasi efektif yang mampu melakukan pengendalian sistem transportasi perkotaannya. Untuk itu, Pemerintah Pusat memiliki tanggung jawab untuk mensinergikan dan mengintegrasikan kelembagaan transportasi perkotaan melalui strategi percepatan pembentukan kelembagaan pengelolaan transportasi perkotaan yang memiliki kewenangan kuat dalam mengintegrasikan dan mengawal dari konsep, strategi, kebijakan, perencanaan, program, implementasi, manajemen, dan pembiayaan sistem transportasi perkotaan di kota-kota megapolitan lainnya. 4.2 Arah Kebijakan dan Strategi Kementerian Perhubungan Dalam rangka mewujudkan Pelayanan Transportasi yang Handal, Berdaya Saing dan Memberikan Nilai Tambah Dalam Rangka Mewujudkan Konektivitas Nasional dan Peningkatan Angkutan Perkotaan ditetapkan sasaran dan strategi sebagai berikut: 1. Sasaran Terwujudnya Pelayanan Transportasi yang Handal, Berdaya Saing dan Memberikan Nilai Tambah Dalam Rangka Mewujudkan Konektivitas Nasional dan Peningkatan Angkutan Perkotaan, dengan arah kebijakan Mewujudkan Pelayanan Transportasi yang Handal, Berdaya Saing dan Memberikan Nilai Tambah Dalam Rangka Mewujudkan Konektivitas Nasional dan Peningkatan Angkutan Perkotaan, melalui strategi antara lain : a. Peningkatan konektivitas antar wilayah; b. Pembangunan jaringan pelayanan yang terintegrasi antarmoda; c. Penyiapan konsep dan implementasi angkutan laut dari barat ke timur Indonesia. 2. Sasaran meningkatnya Keselamatan dan Keamanan Transportasi, dengan arah kebijakan Meningkatkan Keselamatan dan Keamanan Transportasi, melalui strategi antara lain : a. Penguatan kelembagaan dalam peningkatan keselamatan transportasi; b. Peningkatan peran serta masyarakat dan badan usaha di bidang keselamatan transportasi; c. Pendidikan dan peningkatan kesadaran penyelenggaraan transportasi yang berkeselamatan sejak usia dini; d. Peningkatan/pembaharuan regulasi terkini sesuai dengan standar keselamatan; e. Peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana keselamatan transportasi sesuai dengan perkembangan teknologi; f. Pemenuhan standar keselamatan transportasi berupa perlengkapan keselamatan transportasi jalan dan perkeretaapian maupun perlengkapan navigasi pelayaran dan penerbangan; g. Peningkatan efektivitas pengendalian, pengaturan dan pengawasan terhadap pemenuhan standar keselamatan transportasi; h. Peningkatan keandalan/kelaikan sarana dan prasarana transportasi melalui program pengujian dan sertifikasi sarana, prasarana termasuk fasilitas pendukung lainnya; IV-9

41 i. Peningkatan koordinasi pelaksanaan Rencana Umum Nasional Keselamatan Jalan (RUNK) serta Program Dekade Aksi Keselamatan Jalan baik di tingkat nasional maupun daerah; j. Koordinasi peningkatan keselamatan di perlintasan sebidang antara jalur kereta api dengan jalan; k. Peningkatan efektivitas pengawasan terhadap pemenuhan standar keamanan transportasi; l. Pemenuhan standar keamanan transportasi berupa perlengkapan keamanan transportasi; m. Pencegahan terhadap penyusupan barang-barang yang mengancam keamanan penumpang; n. Peningkatan koordinasi dalam rangka mencegah terjadinya tindakan melawan hukum di sektor transportasi (pencurian, vandalisme, perompakan, pembajakan, teroris, dll). 3. Sasaran Meningkatnya kinerja pelayanan sarana dan prasarana transportasi, dengan arah kebijakan Meningkatkan kinerja pelayanan sarana dan prasarana transportasi, melalui strategi antara lain : a. Peningkatan kehandalan sarana dan prasarana transportasi serta penataan jaringan/rute; b. Penyusunan pedoman standar pelayanan sarana dan prasarana transportasi; c. Implementasi standar pelayanan publik pada sarana dan prasarana transportasi, termasuk penyediaan fasilitas bagi pengguna jasa berkebutuhan khusus dan fasilitas yang responsif gender; d. Konsistensi penerapan reward dan punishment terhadap ketepatan pelayanan; e. Penerapan sistem informasi lalu lintas secara real time, penerapan ATCS dan Virtual Mobility; f. Penerapan sistem tiket elektonik yang terintegrasi. 4. Sasaran Meningkatnya Kapasitas Sarana dan Prasarana Transportasi, dengan arah kebijakan Meningkatkan Kapasitas Sarana dan Prasarana Transportasi, melalui strategi antara lain : a. Peningkatan kualitas perencanaan pembangunan sarana dan prasarana transportasi; b. Pembangunan sarana dan prasarana transportasi yang berdasarkan outcomes; c. Mendorong pembangunan infrastruktur transportasi melalui kerjasama Pemerintah dan badan usaha serta melalui pembiayaan swasta; d. Penyiapan konsep angkutan umum massal perkotaan yang lebih matang dan komprehensif; e. Pengembangan BRT; f. Pembangunan dan pengembangan angkutan massal perkotaan berbasis rel g. Penyediaan dana subsidi/ PSO yang terarah untuk penyelenggaraan angkutan umum massal perkotaan IV-10

42 5. Sasaran Meningkatnya Layanan Transportasi di Daerah Rawan Bencana, Perbatasan, Terluar dan Terpencil, dengan arah kebijakan Meningkatkan Layanan Transportasi di Daerah Rawan Bencana, Perbatasan, Terluar dan Terpencil, melalui strategi antara lain : a. Mempercepat pembangunan infrastruktur transportasi di wilayah-wilayah perbatasan dan wilayah-wilayah terluar; b. Meningkatkan kapasitas sarana dan prasarana transportasi di wilayah terpencil, pedalaman, perbatasan dan rawan bencana; c. Penyediaan sarana angkutan keperintisan. 6. Sasaran terlaksananya Perumusan Kebijakan dalam Penyelenggaraan Transportasi, dengan arah kebijakan Melaksanakan Perumusan Kebijakan dalam Penyelenggaraan Transportasi, melalui strategi antara lain : a. Pemetaan arah / kebutuhan kerangka regulasi untuk mempercepat pelaksanaan prioritas pembangunan transportasi; b. Peningkatan koordinasi dengan instansi lainnya terkait penyelesaian peraturan perundang-undangan; c. Percepatan penyusunan peraturan perundang-undangan sesuai amanah undangundang bidang transportasi; d. Percepatan pelaksanaan penyederhanaan dan harmonisasi regulasi di bidang transportasi; e. Evaluasi peraturan perundang-undangan yang tumpang tindih dan yang menghambat percepatan pembangunan transportasi. 7. Sasaran terlaksananya Pengembangan Sumber Daya Manusia Transportasi, dengan arah kebijakan Melaksanakan Pengembangan Sumber Daya Manusia di bidang Transportasi, melalui strategi antara lain : a. Menyusun Man Power Planning SDM Transpotasi Bekerjasama dengan Badan Litbang Perhubungan. Kegiatan ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang menyeluruh tentang jumlah dan kompetensi yang dimiliki oleh sumber daya manusia Perhubungan baik sumber daya manusia aparatur maupun non aparatur (masyarakat) yang akan digunakan sebagai data utama dalam penyelenggaraan berbagai program pendidikan, pelatihan dan penyuluhan guna menyediakan dan mengembangkan sumber daya manusia Perhubungan sesuai dengan kebutuhan. b. Menyusun Training Needs Analysis (TNA) SDM Transportasi Bekerjasama dengan Badan Litbang Perhubungan. Diklat transportasi yang selama ini dilaksanakan masih belum sepenuhnya terkoordinasi dengan subsektor khususnya dalam menggali kebutuhan SDM baik kompetensi maupun kuantitas yang dibutuhkan, sehingga penyelenggaraan diklat yang dilaksanakan masih belum efektif, efesien dan tepat sasaran. Untuk kedepannya BPSDMP mengharapkan program diklat menjadi salah satu komponen utama dalam penentuan man power planning SDM Pererhubungan, untuk itulah dibutuhkan penyusunan Training Needs Analysis. IV-11

43 c. Mengembangkan Kualitas dan Kapasitas Diklat SDM Transportasi. Dalam upaya pengembangan kapasitas diklat dilakukan peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana diklat melalui perbaikan, pembangunan, modernisasi dan optimalisasi sarana dan prasarana diklat. Perbaikan dan/atau pembangunan prasarana di lingkungan Badan Pengembangan SDM Perhubungan dapat dilakukan secara sistematis, terencana, terukur dan berkelanjutan, dengan indikator terpenuhinya standar sarana prasarana sesuai konvensi nasional dan internasional. Strategi pembangunan sarana dan prasarana diklat dilakukan berdasarkan pertimbangan akan pemerataan kesempatan untuk memperoleh pendidikan di wilayah NKRI baik untuk diklat transportasi darat, laut, udara dan perkeretaapian. Selain pembangunan kampus baru juga dilakukan pembangunan berupa pengembangan kampus di lingkungan UPT Badan Pengembangan SDM Perhubungan guna meningkatkan kapasitas dalam pencapaian target pemenuhan kebutuhan SDM Transportasi. Untuk menunjang terselenggaranya diklat tersebut, BPSDM Perhubungan melakukan pengadaan, peningkatan dan rehabilitasi sarana diklat seperti alat praktek, simulator dan sarana penunjang lainnya yang berbasis IT khususnya elektronika seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tenaga pengajar dan metode diklat merupakan faktor penting lainnya dalam rangka pengembangan kapasitas diklat SDM Transportasi. Tenaga pengajar di lingkungan BPSDM Perhubungan yang terdiri dari Dosen, Widyaiswara dan Instruktur perlu dilakukan upgrading skill dan kompetensi secara berkala guna mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan isu-isu transportasi dunia sehingga kualitas lulusan yang dihasilkan sesuai dengan harapan dan perkembangan dunia transportasi. Selain itu, strategi lain perlu dilakukan dengan mempertimbangkan kebutuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan teknologi informasi di bidang transportasi yaitu : 1) Perbaikan Kurikulum pada sekolah-sekolah dibawah BPSDMP dengan prosentase pendidikan : 70% praktek dan 30% teori; 2) Perbaikan kualitas dosen (pemagangan dan beasiswa S3/S3); 3) Mengubah metode pendidikan dengan mengedepankan system pendidikan e- learning, pemanfaatan teknologi informasi, serta membentuk LSP-1; 4) Peningkatan kerjasama pendidikan antara BPSDMP dengan Universitas dan lembaga lain; 5) Menyelenggarakan Diklat Pemberdayaan Masyarakat. d. Menata regulasi penyelenggaraan diklat SDM Transportasi Bentuk, struktur, sistem dan organisasi harus senantiasa menyesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan yang terjadi. Salah satu upaya penunjang untuk mengembangkan SDM Transportasi yaitu Restrukturisasi Kelembagaan Unit Pelaksana Teknis (UPT) di lingkungan Badan Pengembangan SDM Perhubungan yang disertai dengan penyiapan regulasi penyelenggaraan pendidikan, pelatihan dan penyuluhan SDM transportasi IV-12

44 e. Meningkatkan tata kelola diklat dan kualitas lulusan. Badan Pengembangan SDM Perhubungan merupakan suatu organisasi yang bersifat dinamis, sehingga diperlukan upaya yang senantiasa memperhatikan dan menganalisis dinamika lingkungan strategis yang ada, baik isu strategis nasional dan isu strategis internasional. Salah satu upaya penunjang untuk mengembangkan SDM Transportasi yaitu Restrukturisasi Kelembagaan Unit Pelaksana Teknis (UPT) di lingkungan Badan Pengembangan SDM Perhubungan yang disertai dengan penyiapan regulasi. Restrukturisasi kelembagaan mencakup peningkatan status lembaga pendidikan serta pola pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum (BLU) di seluruh UPT Badan Pengembangan SDM Perhubungan, peningkatan Balai Pendidikan dan Pelatihan menjadi Pendidikan Tinggi (Politeknik/Akademi), dan Eselonisasi atau penyempurnaan eselon (peningkatan eselon) untuk beberapa Unit Pelaksana Teknis (UPT), penyempurnaan organisasi Sekolah Tinggi menjadi Institut dan juga harus terbuka terhadap organisasi multimoda transportasi dalam rangka ikut mendukung sistem logistik nasional serta pembentukan unit dalam organisasi yang secara khusus menangani dan mengelola kinerja pegawai BPSDM Perhubungan. f. Meningkatkan penyerapan lulusan diklat transportasi. Peningkatan penyerapan lulusan diklat dapat dilakukan dengan melakukan inventarisasi data lulusan diklat transportasi melalui penyusunan database lulusan diklat di lingkungan BPSDM Perhubungan, serta upaya promosi dan sosialisasi secara optimal dalam skala yang lebih luas. Komitmen bersama dan kerjasama dengan stakeholder, baik dalam skala nasional maupun internasional perlu dilakukan sebagai salah satu upaya percepatan penyerapan lulusan diklat transportasi. 8. Sasaran Meningkatnya Kualitas penelitian sesuai dengan kebutuhan, dengan arah kebijakan Meningkatkan Kualitas penelitian sesuai dengan kebutuhan, melalui strategi antara lain : a. Peningkatan kuantitas dan kualitas sumber daya peneliti serta tenaga fungsional pendukung; b. Peningkatan kerjasama penelitian antar lembaga riset dan industri untuk merumuskan kebijakan strategis penyelenggaraan transportasi; c. Pembangunan balai penelitian dan pengembangan database penelitian serta perpustakaan dan aplikasi program penelitian; d. Peningkatan sinergitas antara Badan Litbang Perhubungan dengan pengguna jasa penelitian dalam rangka meningkatkan pemanfaatan hasil penelitian; e. Penyempurnaan regulasi dan kelembagaan untuk penguatan peran Badan Litbang Perhubungan. 9. Sasaran Meningkatnya kualitas Pengawasan atas Pelaksanaan Tugas di Lingkungan Kemenhub, dengan arah kebijakan Meningkatkan kualitas Pengawasan atas Pelaksanaan Tugas di Lingkungan Kemenhub, melalui strategi antara lain : a. Peningkatan kualitas hasil pengawasan; b. Peningkatan kualitas dan kompetensi SDM Pengawasan. IV-13

45 10. Sasaran tersedianya SDM Kementerian Perhubungan yang kompeten dan profesional, dengan arah kebijakan Menyediakan SDM Kementerian Perhubungan yang kompeten dan profesional, melalui strategi antara lain : a. Memberikan pelatihan kompetensi secara rutin dan berkelanjutan kepada seluruh SDM Kementerian perhubungan; b. Menerapkan sistem penilaian kinerja yang terukur; c. Melakukan sistem assessment dan lelang terbuka untuk promosi dan peningkatan karir; d. Memberlakukan sistem punishment and reward dalam menilai kinerja dan prestasi SDM. 11. Sasaran terwujudnya good governance and clean government di Kemenhub, dengan arah kebijakan Mewujudkan good governance & clean government di Kemenhub, melalui strategi antara lain : a. Penuntasan agenda reformasi birokrasi melalui penataan kelembagaan (organisasi, ketatalaksanaan dan sumber daya manusia); b. Penyempurnaan sistem manajemen dan pelaporan kinerja dan keuangan Kementerian Perhubungan secara terintegrasi, terpercaya dan dapat diakses publik; c. Penyediaan layanan informasi transportasi yang dapat diakses publik secara mudah; d. Penyederhanaan perijinan sektor transportasi; e. Penerapan e-government di lingkungan Kementerian Perhubungan; f. Penyediaan ruang partisipasi publik dalam menyusun dan mengawasi penerapan kebijakan; g. Mengoptimalkan peran Inspektorat Jenderal sebagai consultant dan quality assurance. 4.3 Arah Kebijakan dan Strategi Direktorat Jenderal Perkeretaapian Mandat Struktural Penugasan Menteri dalam Revieu Renstra Kemenhub Tahun Sesuai Keputusan Menteri Nomor. KP 873 Tahun 2017 Mandat struktural dari Menteri Perhubungan melalui Reviu Renstra Kemenhub Sesuai Keputusan Menteri Nomor. KP 873 Tahun 2017 terdiri dari visi, misi, tujuan, sasaran strategis dan indikator kinerja utama. Tabel 4.1 Muatan Mandat Penugasan dalam Reviu Renstra Kemenhub Tahun Muatan Deskripsi Visi Misi Terwujudnya Konektivitas Nasional yang Handal, Berdaya Saing dan Memberikan Nilai Tambah 1. Meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan jasa transportasi kereta api untuk mendukung pengembangan konektivitas antar wilayah 2. Meningkatkan keselamatan dan keamanan transportasi kereta api 3. Meningkatkan kinerja pelayanan jasa transportasi kereta api 4. Meningkatkan kapasitas sarana dan prasarana pelayanan transportasi kereta api IV-14

46 Tujuan Sasaran Program Indikator Kinerja Program (IKP) 5. Meningkatkan fungsi regulator dalam perumusan kebijakan dan peran badan usaha dalam mendukung penyelenggaraan perkeretaapian nasional 6. Restrukturisasi dan reformasi di bidang peraturan, kelembagaan dan sumber daya manusia 1. Peningkatan konektivitas dan pelayanan jaringan transportasi kereta api 2. Peningkatan pemenuhan standar keselamatan, keamanan, dan kinerja pengendalian transportasi kereta api 3. Peningkatan kinerja pelayanan transportasi kereta api 4. Peningkatan kapasitas pelayanan transportasi kereta api 5. Peningkatan kualitas regulasi dalam mendukung penyelenggaraan perkeretaapian nasional 6. Peningkatan peran badan usaha dalam skema pendanaan alternatif pembangunan perkeretaapian 7. Peningkatan kemajuan pelaksanaan reformasi birokrasi dan transformasi kelembagaan perkeretaapian Sasaran Program (SP) terdiri dari metode balanced scorecard (BSC) 8 SP yang dijabarkan menggunakan pendekatan Dari 24 IKU Kemenhub terdapat: 8 IKP dan target yang berkaitan dengan tusi teknis Ditjen Perkeretaapian 10 IKP dan target yang berkaitan dengan tusi administrasi Ditjen Perkeretaapian IV-15

47 Tabel 4.2 Sasaran Strategis Reviu Renstra Kemenhub Tahun dan Ukuran Target Tahun 2019 Terkait Direktorat Jenderal Perkeretapian PERSPEKTIF SASARAN STRATEGIS (SS) INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) UKURAN DAN TARGET TAHUN 2019 (TERKAIT DITJEN PERKERETAAPIAN) Terwujudnya Pelayanan Transportasi Rasio Konektivitas Antar Wilayah Transportasi Kereta Api diukur dengan rasio PKN/ PKW/Simpul yang Handal, Berdaya Saing dan Transportasi/KSN yang terhubung oleh jaringan kereta api: Memberikan Nilai Tambah Dalam Baseline Th 2014 = 0,18 (20 lokasi) Rangka Mewujudkan Konektivitas Target Th 2019 = 0,37 (42 lokasi) Nasional dan Peningkatan Angkutan Perkotaan*) Stakeholder Perspective Customer Perspective Meningkatnya Keselamatan dan Keamanan Transportasi*) Meningkatnya Kinerja Pelayanan Sarana dan Prasarana Transportasi*) Rasio Kejadian Kecelakaan Transportasi Nasional Rasio Gangguan Keamanan Pada Pelayanan Jasa Transportasi Persentase Peningkatan Pelayanan Angkutan Umum Massal Perkotaan Persentase Penurunan GRK dari Sektor Transportasi Persentase Capaian On Time Performance (OTP) Sektor Transportasi Kecepatan Rata-Rata Kendaraan Umum Pada Jam Puncak di Wilayah Jabodetabek Tingkat Penerapan Pedoman Standar Pelayanan Sarana dan Prasarana Transportasi Rasio kecelakaan/1 juta km: Baseline Th 2014 = 0,65 Target Th 2019 = 0,55 Rasio gangguan keamanan/ 1 juta km: Baseline Th 2014 = 22,9 Target 2019 = 6,7 Persentase peningkatan pelayanan angkutan massal kereta api perkotaan: Baseline Th 2014 = 5 kota Target 2019 = 10 kota (naik 100%) Diukur secara terintegrasi oleh Pusat Pengelolaan Transportasi Berkelanjutan Persentase Capaian On Time Performance (OTP) Sub Sektor Perkeretaapian Baseline Th 2014 = 60% Target 2019 = 69% Tidak terkait langsung dengan tusi Ditjen KA (hanya diukur untuk Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek) Diukur oleh Sekretariat Jenderal (Pusat Pengelolaan Transportasi Berkelanjutan) IV-16

48 PERSPEKTIF SASARAN STRATEGIS (SS) INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) Customer Perspective Internal Process Perspective Meningkatnya Kapasitas Sarana dan Prasarana Transportasi*) Meningkatnya layanan transportasi di daerah rawan bencana, perbatasan terluar dan terpencil Terlaksananya Perumusan Kebijakan dalam Penyelenggaraan Transportasi**) Terlaksananya Pengembangan SDM Transportasi Meningkatnya Kualitas Penelitian sesuai Kebutuhan Meningkatnya Kualitas Pengawasan atas Pelaksanaan Tugas di Lingkungan Kemenhub Persentase Peningkatan Kapasitas Sarana Transportasi Persentase Peningkatan Kapasitas Prasarana Transportasi Modal Share (Pangsa Pasar) Angkutan Umum Perkotaan di Wilayah Jabodetabek Rasio Layanan Transportasi Daerah Rawan Bencana, Perbatasan, Terluar dan Terpencil Persentase Pelaksanaan Deregulasi Peraturan di Lingkungan Kemenhub Persentase Penyerapan Lulusan Diklat Transportasi Persentase Pemanfaatan Penelitian yang Dijadikan Bahan Rekomendasi Tingkat Keberhasilan Pengawasan Perhubungan UKURAN DAN TARGET TH 2019 (TERKAIT DITJEN PERKERETAAPIAN) Peningkatan Kapasitas Sarana KA: Baseline Th 2014 = tp ddk Target Th 2019 = tempat duduk atau meningkat sebesar 64,21% Peningkatan Kapasitas Prasarana KA: Baseline Th 2014 = Km sp Target Th 2019 = Km sp atau bertambah sebesar 62,7 % Hanya diukur untuk Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek Tidak terkait langsung dengan tusi Ditjen KA (hanya diukur untuk Ditjen Darat, Laut, dan Udara) Tidak terkait langsung dengan tusi Ditjen KA (diukur oleh Sekretariat Jenderal (Biro Hukum)) Tidak terkait langsung dengan tusi Ditjen KA (diukur hanya untuk BPSDM) Tidak terkait langsung dengan tusi Ditjen KA (diukur hanya untuk Balitbanghub) Diukur secara terintegrasi oleh Itjen IV-17

49 PERSPEKTIF SASARAN STRATEGIS (SS) INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) Learn and Growth Perspectives Keterangan: Tersedianya SDM Kementerian Perhubungan yang Kompeten dan Profesional ***) Terwujudnya Good Governance and Clean Government di Kementerian Perhubungan***) Persentase Pemenuhan Kebutuhan Jabatan Fungsional Penguji Kendaraan Bermotor, Pengawas Keselamatan Pelayaran, dan Teknisi Penerbangan yang bersertifikat Persentase Indeks Reformasi Birokrasi Opini BPK atas laporan keuangan Kemenhub Nilai AKIP Kementerian Perhubungan Keterbukaan Informasi Publik Persentase Kehandalan Sistem Informasi Tingkat Maturasi SPIP Persentase penyerapan Anggaran Kemenhub *) terkait dengan tusi pelaksanaan kebijakan Ditjen Perkeretaapian **) terkait dengan tusi perumusan kebijakan Ditjen Perkeretaapian ***) terkait dengan tusi pelaksanaan administrasi Ditjen Perkeretaapian UKURAN DAN TARGET TH 2019 (TERKAIT DITJEN PERKERETAAPIAN) Diukur secara terpusat oleh Sekretariat Jenderal (Biro Kepegawaian) Diukur secara terpusat oleh Sekretariat Jenderal (Biro Kepegawaian) Diukur secara terpusat oleh Sekretariat Jenderal (Biro Keuangan) Diukur secara terpusat oleh Sekretariat Jenderal (Biro Perencanaan) Diukur secara terpusat oleh Sekretariat Jenderal (Biro Komunikasi dan Informasi Publik) Diukur secara terpusat oleh Sekretariat Jenderal (Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi) Diukur secara terpusat oleh Sekretariat Jenderal Diukur secara terpusat oleh Sekretariat Jenderal (Biro Keuangan) IV-18

50 4.3.2 Cascading Tujuan dan Sasaran Direktorat Jenderal Perkeretaapian dari Sasaran Kementerian Perhubungan Cascading tujuan dan sasaran Direktorat Jenderal Perkeretaapian dari sasaran Kementerian Perhubungan. Berdasarkan hasil cascading diperoleh Indikator Kinerja Utama (IKU) berkaitan dengan Direktorat Jenderal Perkeretaapian. Tabel 4.3 Cascading Tujuan dan Sasaran Direktorat Jenderal Perkeretaapian Dari Sasaran Kementerian Perhubungan PERSPECTIVE SASARAN PROGRAM INDIKATOR KINERJA PROGRAM STAKEHOLDERS PERSPECTIVE SP1 Meningkatnya KONEKTIVITAS jaringan perkeretaapian nasional IK1 Rasio Konektivitas Antar Wilayah CUSTOMERS PERSPECTIVE INTERNAL BUSINESS PROCESS PERSPECTIVE LEARN & GROWTH PERSPECTIVE SP2 SP3 SP4 SP5 SP9 SP6 SP7 SP8 Terwujudnya PELAYANAN transportasi kereta api yang handal, berdaya saing dan memberikan nilai tambah Meningkatnya KESELAMATAN dan KEAMANAN transportasi kereta api Meningkatkan KINERJA PELAYANAN sarana dan prasarana transportasi kereta api Meningkatnya KAPASITAS sarana dan prasarana transportasi kereta api Terlaksananya PERUMUSAN REGULASI DAN KEBIJAKAN dalam penyelenggaraan perkeretaapian Meningkatnya peran Badan Usaha dalam program pembangunan perkeretaapian dengan skema PENDANAAN ALTERNATIF Tersedianya SDM Ditjen Perkeretaapian yang Kompeten dan Profesional Terwujudnya GOOD GOVERNANCE dan CLEAN GOVERNMENT di Lingkungan Ditjen Perkeretaapian IK2 IK3 IK4 IK5 IK6 IK7 IK8 IK9 IK10 IK11 IK12 IK13 IK14 IK15 IK16 Modal share angkutan penumpang kereta api Modal share angkutan barang kereta api Rasio kejadian kecelakaan transportasi kereta api (rate of accident) Rasio gangguan keamanan pada pelayanan jasa transportasi kereta api Prosentase peningkatan penerbitan sertifikat perkeretaapian (sarana, prasarana & SDM) Prosentase capaian on time performance (OTP) transportasi kereta api Prosentase wilayah perkotaan yang tersedia layanan angkutan kereta api perkotaan Prosentase penurunan gas rumah kaca dari subsektor perkeretaapian Prosentase peningkatan penyediaan tempat duduk kereta api PSO dan perintis Prosentase peningkatan panjang jalur kereta api yang terbangun Prosentase pencapaian target legislasi (rancangan dan peraturan perundangan) di bidang perkeretaapian Prosentase peningkatan jumlah ketersediaan dokumen perencanaan awal program pembangunan yang akan didanai dengan skema pendanaan alternatif Rasio peningkatan pegawai Ditjen Perkeretaapian yang memiliki sertifikat JFT/Teknis Target Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) Prosentase penyerapan Anggaran Ditjen Perkeretaapian IK17 Nilai AKIP Ditjen Perkeretaapian IK18 Tingkat maturasi SPIP Ditjen Perkeretaapian IV-19

51 SASARAN STRATEGIS KEMENTERIAN PERHUBUNGAN STAHEOLDERS PERSPECTIVE SS.1 HANDAL, BERDAYA SAING, NILAI TAMBAH, KONEKTIVITAS, PERKOTAAN SASARAN PROGRAM DIREKTORAT JENDERAL PERKERETAAPIAN COSTUMER PERSPECTIVE SS.2 KESELAMATAN DAN KEAMANAN SS.3 KINERJA PELAYANAN SS.4 KAPASITAS SARPRAS SS.5 LAYANAN TERPENCIL TERTINGGAL TERLUAR STAHEOLDERS PERSPECTIVE SP.1 KONEK- TIVITAS SP.2 HANDAL, BERDAYA SAING, NILAI TAMBAH INTERNAL BUSINESS PROCESS PERSPECTIVE SS.6 PERUMUSAN KEBIJAKAN SS.7 SDM TRANSPORTASI SS.8 KUALITAS PENELITIAN SS.9 KUALITAS PENGAWASAN COSTUMER PERSPECTIVE SP.3 KESELAMATAN DAN KEAMANAN SP.4 KINERJA PELAYANAN SP.5 KAPASITAS SARPRAS LEARN & GROWTH PERSPECTIVE SS.10 SDM PERHUBUNGAN SS.11 GOOD & CLEAN GOVERNMENT INTERNAL BUSINESS PROCESS PERSPECTIVE SP.6 PERUMUSAN KEBIJAKAN & REGULASI SP.7 PERAN REGULATOR, PENDANAAN ALTERNATIF LEARN & GROWTH PERSPECTIVE SP.8 SDM DITJEN KA SP.9 GOOD & CLEAN GOVERNMENT Gambar 4.1 Penurunan (Cascading) Sasaran Strategis (SS) Kementerian Perhubungan ke Sasaran Program (SP) Ditjen Perkeretaapian IV-20

52 STAKEHOLDER S PERSPECTIVE SP1 MENINGKATNYA KONEKTIVITAS JARINGAN PERKERETAAPIAN NASIONAL SP2 TERWUJUDNYA PELAYANAN TRANSPORTASI KERETA API YANG HANDAL, BERDAYA SAING, DAN MEMBERIKAN NILAI TAMBAH COSTUMER PERSPECTIVE SP3 MENINGKATNYA KESELAMATAN DAN KEAMANAN TRANSPORTASI KERETA API SS4 MENINGKATNYA KINERJA PELAYANAN SARANA DAN PRASARANA TRANSPORTASI KERETA API SP5 MENINGKATNYA KAPASITAS SARANA DAN PRASARANA TRANSPORTASI KERETA API PERUMUSAN KEBIJAKAN PELAKSANAAN KEBIJAKAN INTERNAL BUSSINESS PROCESS PERSPECTIVE SP6 TERLAKSANANYA PERUMUSAN REGULASI DAN KEBIJAKAN DALAM PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN SP7 MENINGKATNYA PERAN BADAN USAHA DALAM PROGRAN PEMBANGUNAN DENGAN SKEMA PENDANAAN ALTERNATIF LEARN& GRWOTH PERSPECTIVE SP8 TERSEDIANYA SDM DITJEN PERKERETAAPIAN YANG KOMPETEN DAN PROFESIONAL PENGENDALIAN SP9 TERWUJUDNYA GOOD GOVERNANCE DAN CLEAN GOVERNMENT DI LINGKUNGAN DITJEN PERKERETAAPIAN Gambar 4.2 Peta Strategis Untuk Review Rencana Strategis (Renstra) Kemenhub Bidang Perkeretaapian Tahun IV-21

53 4.3.3 Target Kinerja Reviu Rentra Kemehub Bidang Perkeretaapian Target kinerja Reviu Rentra Kemehub Bidang Perkeretaapian sampai dengan tahun 2019 disampaikan sebagai berikut: Arah Kebijakan dan Strategi Reviu Rentra Kemehub Bidang Perkeretaapian Tahun Arah Kebijakan dan strategi Strategi Reviu Rentra Kemehub Bidang Perkeretaapian Tahun ditetapkan sebagai berikut: 1. Sasaran Meningkatnya KONEKTIVITAS jaringan perkeretaapian nasional, dengan arah kebijakan: a. Peningkatan akses jalur kereta api ke kota-kota utama di Indonesia, melalui strategi antara lain : i. Pengembangan jaringan jalur kereta api di Pulau Sumatera, Jawa&Bali, Kalimantan, Sulawesi dan Papua b. Peningkatan keterpaduan antarmoda transportasi, melalui strategi antara lain : i. Membangun jalur kereta akses ke bandara dan pelabuhan. 2. Sasaran Terwujudnya PELAYANAN transportasi kereta api yang handal, berdaya saing dan memberikan nilai tambah, dengan arah kebijakan: a. Peningkatan daya saing moda kereta api, melalui strategi antara lain : i. Meningkatkan pangsa muatan angkutan penumpang kereta api; ii. Meningkatkan pangsa muatan angkutan barang kereta api. 3. Sasaran Meningkatnya KESELAMATAN dan KEAMANAN transportasi kereta api, dengan arah kebijakan: a. Peningkatan keselamatan dalam pengoperasian perkeretaapian, melalui strategi antara lain : i. Meningkatkan kinerja pemeliharaan dan operasional prasarana dan sarana perkeretaapian; ii. Meningkatkan penyediaan regulasi, kebijakan, serta sistem pen dukung keselamatan perkeretaapian. b. Peningkatan keselamatan dalam pengoperasian perkeretaapian, melalui strategi antara lain : i. Meningkatkan kinerja audit, inspeksi, sosialisasi, monitoring dan evaluasi di bidang keselamatan perkeretaapian. c. Peningkatan jumlah sertifikat pengujian sarana, prasarana dan SDM perkeretaapian, melalui strategi antara lain : i. Meningkatkan penyediaan regulasi dan fasilitas pendukung kegiatan sertifikasi sarana,prasarana dan SDM perkeretaapian; ii. Meningkatkan kinerja kegiatan sertifikasi sarana, prasarana dan SDM perkeretaapian. IV-22

54 d. Peningkatan keamanan asset dan operasional kereta api, melalui strategi antara lain : i. Meningkatkan kinerja pengamanan operasional kereta api; ii. Meningkatkan kinerja pengawasan terhadap asset perkeretaapian. 4. Sasaran Meningkatkan KINERJA PELAYANAN sarana dan prasarana transportasi kereta, dengan arah kebijakan: a. Peningkatan kehandalan pengoperasian kereta api, melalui strategi antara lain : i. Meningkatkan kinerja pengoperasian kereta api; ii. Meningkatkan ketepatan waktu keberangkatan/ kedatangan kereta api. b. Penambahan jumlah kota yang menerapkan angkutan massal berbasis jalan rel, melalui strategi antara lain : i. Membangun jaringan kereta api perkotaan. c. Peningkatan kontribusi moda kereta api dalam angkutan penumpang perkotaan, melalui strategi antara lain : i. Meningkatkan penyediaan layanan kereta api perkotaan. ii. Meningkatkan kapasitas jalur kereta api perkotaan. d. Peningkatan penurunan gas rumah kaca dari subsekor perkeretaapian, melalui strategi antara lain : i. Meningkatkan implementasi penggunaan teknologi ramah lingkungan berbasis rel. 5. Sasaran Meningkatnya KAPASITAS sarana dan prasarana transportasi kereta api, dengan arah kebijakan: a. Peningkatan kapasitas dan kinerja pelayanan angkutan kereta api yang disediakan oleh Pemerintah, melalui strategi antara lain : i. Meningkatkan efektivitas penyelenggaraan PSO kereta api; ii. Meningkatkan efektivitas penyelenggaraan KA perintis; b. Peningkatan kapasitas pada jalur kereta api eksisting, melalui strategi antara lain : i. Membangun jalur ganda pada lintas eksisting; ii. Melakukan elektrifikasi pada jalur padat. c. Pembangunan jalur kereta api baru, melalui strategi antara lain : i. Membangun jalur kereta api baru. d. Reaktivitasi jalur kereta api non operasi, melalui strategi antara lain : i. Melakukan reaktivasi jalur kereta api non-operasi. 6. Sasaran Terlaksananya PERUMUSAN REGULASI DAN KEBIJAKAN dalam penyelenggaraan perkeretaapian, dengan arah kebijakan: a. Menguatnya struktur regulasi penyelenggaraan perkeretaapian, melalui strategi antara lain : i. Meningkatkan penyediaan regulasi di bidang perkeretaapian; IV-23

55 ii. Meningkatkan efektivitas pelaksanaan regulasi di bidang perkeretaapian. 7. Sasaran Meningkatnya peran Badan Usaha dalam program pembangunan perkeretaapian dengan skema PENDANAAN ALTERNATIF, dengan arah kebijakan: a. Peningkatan kerjasama maupun inisiasi pembangunan program perkeretaapian dengan skema pendanaan alternative, melalui strategi antara lain: i. Meningkatnya ketersediaan dokumen perencanaan awal (OBC dan FBC) untuk program pembangunan yang akan di danai dengan skema pendanaan alternatif. ii. Meningkatnya kerjasama pembangunan dengan Pemerintah Daerah maupun badan usaha. 8. Sasaran Tersedianya SDM Ditjen Perkeretaapian yang kompeten dan profesional, dengan arah kebijakan: a. Meningkatnya pemenuhan kebutuhan jumlah SDM Ditjen Perkeretaapian, melalui strategi antara lain : i. Meningkatkan jumlah SDM regulator perkeretaapian sesuai kebutuhan. ii. iii. iv. Meningkatkan kualitas SDM regulator di bidang perkeretaapian. Meningkatkan kinerja kegiatan sertifikasi SDM perkeretaapian. Meningkatkan pemenuhan kebutuhan regulasi dan fasilitas pendukung pelaksanaan sertifikasi SDM perkeretaapian. 9. Sasaran Terwujudnya GOOD GOVERNANCE dan CLEAN GOVERNMENT di lingkungan Ditjen Perkeretaapian, dengan arah kebijakan: a. Peningkatan kinerja pengelolaan anggaran di lingkungan Ditjen Perkeretaapian, melalui strategi antara lain : i. Peningkatan kualitas pengelolaan anggaran, BMN, dan PNBP di Lingkungan Ditjen Perkeretaapian. b. Meningkatnya akuntabilitas kinerja dan keuangan Ditjen Perkeretaapian, melalui strategi antara lain : i. Peningkatan kemajuan reformasi birokrasi di Lingkungan Ditjen Perkeretaapian. c. Tuntasnya agenda pengembangan kelembagaan perkeretaapian, melalui strategi antara lain : i. Mengembangkan dan memperkuat kelembagaan internal Ditjen Perkeretaapian; ii. Mengembangkan dan memperkuat kelembagaan penyelenggaraan perkeretaapian. IV-24

56 Tabel 4.4 Target Kinerja Review Rentra Kemehub Bidang Perkeretaapian PERSPECTIVE SASARAN PROGRAM INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) SATUAN TARGET CAPAIAN TARGET BASE TAHUNAN CAPAIAN LINE S/D 2019 STAKEHOLDERS SP1 Meningkatnya KONEKTIVITAS IK1 Rasio Konektivitas Antar Wilayah Rasio 0,26 0,28 0,31 0,37 0,37 PERSPECTIVE jaringan perkeretaapian nasional SP2 Terwujudnya PELAYANAN IK2 Modal share angkutan penumpang % total nasional 3,76 4,0 4,5 5 5 transportasi kereta api yang handal, berdaya saing dan memberikan nilai kereta api IK3 Modal share angkutan barang % total nasional 0,18 0,2 0,25 0,3 0,3 tambah kereta api CUSTOMERS PERSPECTIVE IK4 Rasio kejadian kecelakaan transportasi kereta api (rate of accident) Kejadian kecelakaan/ 0,55 0,55 0,55 0,55 0,55 SP3 Meningkatnya KESELAMATAN dan KEAMANAN transportasi kereta api SP4 Meningkatkan KINERJA PELAYANAN sarana dan prasarana transportasi kereta api SP5 Meningkatnya KAPASITAS sarana dan prasarana transportasi kereta api IK5 Rasio gangguan keamanan pada pelayanan jasa transportasi kereta api IK6 Prosentase peningkatan penerbitan sertifikat perkeretaapian (sarana, prasarana & SDM) IK7 Prosentase capaian on time performance (OTP) transportasi kereta api IK8 Prosentase wilayah perkotaan yang tersedia layanan angkutan kereta api perkotaan IK9 Prosentase penurunan gas rumah kaca dari subsektor perkeretaapian IK10 Prosentase peningkatan penyediaan tempat duduk kereta api PSO dan perintis IK11 Prosentase peningkatan panjang jalur kereta api yang terbangun 1 juta km tempuh Kejadian gangguan keamanan/ 1 juta km tempuh 13,34 10,70 8,70 6,70 6,70 % % 63, % % 0,91 6,04 12,08 14,8 14,8 % 12,2 15,53 55,80 64,21 64,21 % 4,1 7,47 14,91 29,65 29,65 IV-25

57 INTERNAL BUSINESS PROCESS PERSPECTIVE SP6 Terlaksananya PERUMUSAN REGULASI DAN KEBIJAKAN dalam penyelenggaraan perkeretaapian SP7 Meningkatnya peran Badan Usaha dalam program pembangunan perkeretaapian dengan skema PENDANAAN ALTERNATIF IK12 Prosentase pencapaian target legislasi (rancangan dan peraturan perundangan) di bidang perkeretaapian IK13 Prosentase peningkatan jumlah ketersediaan dokumen perencanaan awal (OBC/FBC) program pembangunan yang akan didanai dengan skema pendanaan alternatif % % ,3 53,3 LEARN & GROWTH PERSPECTIVE SP8 Tersedianya SDM Ditjen Perkeretaapian yang Kompeten dan Profesional SP9 Terwujudnya GOOD GOVERNANCE dan CLEAN GOVERNMENT di Lingkungan Ditjen Perkeretaapian IK14 Rasio peningkatan pegawai Ditjen Perkeretaapian yang memiliki sertifikat JFT/Teknis % IK15 Target Pendapatan Negara Bukan Milyar Rp Pajak (PNBP) IK16 Prosentase penyerapan Anggaran % Ditjen Perkeretaapian IK17 Nilai AKIP Ditjen Perkeretaapian Nilai , ,5 92,5 IK18 Tingkat maturasi SPIP Ditjen % Perkeretaapian (level 2) (level 3) (level 3) (level 3) Tabel 4.5 Arah Kebijakan dan Strategi Reviu Renstra Kemehub Bidang Perkeretaapian Tahun SASARAN PROGRAM ARAH KEBIJAKAN STRATEGI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN IMPLEMENTASI SP1 Meningkatnya KONEKTIVITAS jaringan perkeretaapian nasional Peningkatan akses jalur kereta api ke kota-kota utama di Indonesia Peningkatan keterpaduan antarmoda transportasi a. Pengembangan jaringan jalur kereta api di Sumatera, Jawa&Bali, Kalimantan, Sulawesi, Papua b. Membangun jalur kereta akses ke bandara dan pelabuhan Penyusunan masterplan jalur kereta api di Sumatera, Jawa&Bali, Kalimantan, Sulawesi, Papua Penyambungan jalur kereta api Trans Sumatera Pengembangan jaringan jalur pada pulau besar baru (Sulawesi, Kalimantan, dan Papua Pembangunan akses kereta api ke beberapa pelabuhan dan bandara internasional dan Pelabuhan Penyeberangan Merak Pelaksanaan Studi Kelayakan dan Detail Desain Pembangunan Jalur Kereta Api Akses ke Bandara dan Pelabuhan Pengadaan material/peralatan untuk Jalur KA Akses Bandara/Pelabuhan IV-26

58 SASARAN PROGRAM ARAH KEBIJAKAN STRATEGI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN IMPLEMENTASI SP2 Terwujudnya PELAYANAN transportasi kereta api yang handal, berdaya saing dan memberikan nilai tambah Peningkatan daya saing moda kereta api perkeretaapian a. Meningkatkan pangsa muatan angkutan penumpang kereta api Peningkatan jumlah lintas pelayanan angkutan penumpang perkotaan dan antar kota hingga mampu meningkatkan pangsa menjadi > 7,5% Peningkatan pelaksanaan bimbingan dan koordinasi teknis dalam rangka pengembangan jaringan pelayanan angkutan penumpang Peningkatan kinerja penyelenggaraan Angkutan Lebaran, Natal, SP3 Meningkatnya KESELAMATAN dan KEAMANAN transportasi kereta api Peningkatan pemenuhan standar keselamatan, keamanan dan kinerja pengendalian transportasi kereta api Peningkatan keselamatan dalam pengoperasian perkeretaapian b. Meningkatkan pangsa muatan angkutan barang kereta api a. Meningkatkan kinerja pemeliharaan dan operasional prasarana dan sarana perkeretaapian b. Meningkatkan penyediaan regulasi, kebijakan, serta sistem pendukung keselamatan perkeretaapian a. Meningkatkan kinerja audit, inspeksi, sosialisasi, monitoring dan evaluasi di bidang keselamatan perkeretaapian dan Tahun baru Optimalisasi kapasitas lintas jalur Ganda Lintas Utara Jawa dan lintas lainnya hingga dapat meningkatkan jumlah peti kemas terangkut menjadi sekitar 1,5 juta TEUs/th dan pangsa muata barang menjadi 5% Peningkatan pelaksanaan bimbingan dan koordinasi teknis dalam rangka pengembangan kapasitas layanan angkutan barang Peningkatan penyediaan sarana dan prasarana penunjang intermodality pada stasiun strategis di pelabuhan dan kawasan Industri Peningkatan pemenuhan kebutuhan IMO Pengurangan backlog pemeliharaan prasarana melalui peningkatan/rehabilitasi jalur kereta api, peningkatan/rehabilitasi jembatan, peningkatan persinyalan dan telekomunikasi, serta perlistrikan dan bangunan operasional Pengurangan backlog pemeliharaan sarana kereta api melalui pemeliharaan, pembaruan dan modifikasi sarana Penyusunan pedoman identfikasi daerah rawan kecelakaan dan rawan bencana Penyusunan prosedur tindaklanjut akibat kecelakaan Pelaksanaan kajian identifikasi rawan kecelakaan kereta api Peningkatan kegiatan pemeriksaan/inspeksi keselamatan perkeretaapian Peningkatan kegiatan audit keselamatan dan safety assessment Peningkatan pemantauan keselamatan dalam lalu lintas kereta api Persiapan dan pelaksanaan sertifikasi, pemeliharaan sertifkasi, dan resertifikasi ISO manajemen mutu audit dan inspeksi keselamatan IV-27

59 SASARAN PROGRAM ARAH KEBIJAKAN STRATEGI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN IMPLEMENTASI Pengadaan peralatan pendukung kegiatan audit dan inspeksi Peningkatan kegiatan sosialisasi/promosi keselamatan kepada masyarakat dan instansi terkait Kerjasama luar negeri di bidang keselamatan perkeretaapian Peningkatan teknologi dan kemampuan teknis bidang audit dan keselamatan Peningkatan kegiatan bimbingan teknis, monitoring, dan evaluasi di bidang keselamatan perkeretaapian Peningkatan efektivitas penegakan hukum di bidang keselamatan perkeretaapian Peningkatan jumlah sertifikat pengujian sarana dan prasarana perkeretaapian a. Meningkatkan penyediaan regulasi dan fasilitas pendukung kegiatan sertifikasi sarana dan prasarana perkeretaapian Peningkatan penyediaan fasilitas pendukung pelaksanaan sertifikasi sarana dan prasarana perkeretaapian Peningkatan penyediaan sistem dan prosedur dalam pelaksanaan sertifikasi sarana dan prasarana perkeretaapian SP4 Meningkatkan KINERJA PELAYANAN sarana dan prasarana transportasi kereta api Peningkatan keamanan asset dan operasional KA Peningkatan kehandalan pengoperasian kereta api b. Meningkatkan kinerja kegiatan sertifikasi sarana dan prasarana perkeretaapian a. Meningkatkan kinerja pengamanan operasional kereta api b. Meningkatkan kinerja pengawasan terhadap asset perkeretaapian a. Meningkatkan kinerja pengoperasian KA Peningkatan jumlah dan kualitas kegiatan sertifikasi sarana kereta api Peningkatan jumlah dan kualitas kegiatan sertifikasi prasarana kereta api Peningkatan ketepatan waktu dalam pelaksanaan kegiatan sertifikasi Peningkatan jumlah dan kompetensi petugas keamanan kereta api Peningkatan kinerja pengamanan di stasiun Peningkatan efektivitas kegiatan dan koordinasi pengamanan operasional kereta api Peningkatan pengawasan terhadap asset prasarana perkeretaapian Peningkatan penyediaan fasilitas pengamanan asset prasarana perkeretaapian Peningkatan kegiatan perencanaan operasi kereta api Penyusunan dan penetapan GAPEKA Peningakatan kinerja pemantauan dan evaluasi GAPEKA IV-28

60 SASARAN PROGRAM ARAH KEBIJAKAN STRATEGI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN IMPLEMENTASI b. Meningkatkan ketepatan waktu keberangkatan/ kedatangan KA Peningkatan kinerja operasional layanan di stasiun kereta api Peningkatan kinerja pemantauan dan pengendalian operasional lintas KA Peningkatan penyediaan fasilitas operasi kereta api Peningkatan kinerja sistem persinyalan dan telekomunikasi kereta SP5 Meningkatnya KAPASITAS sarana dan prasarana transportasi kereta api Penambahan jumlah kota yang menerapkan angkutan massal berbasis jalan rel Peningkatan kontribusi moda kereta api dalam angkutan penumpang perkotaan Peningkatan penurunan efek gas rumah kaca dari subsekor perkeretaapian Peningkatan kapasitas dan kinerja pelayanan angkutan kereta api yang disediakan oleh Pemerintah a. Membangun jaringan kereta api perkotaan a. Meningkatkan penyediaan layanan kereta api perkotaan b. Meningkatkan kapasitas jalur kereta api perkotaan Meningkatkan implementasi penggunaan teknologi ramah lingkungan berbasis rel a. Meningkatkan efektivitas penyelenggaraan PSO kereta api b. Meningkatkan efektivitas penyelenggaraan KA perintis api Pembangunan kereta api perkotaan sejumlah kota Metropolitan/Besar, (Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Makassar, Palembang, Manado, Medan, Batam, Padang, dan lain sebagainya Pelaksanaan Studi Kelayakan dan Detail Desain Pembangunan Jaringan Kereta Api Perkotaan Pengadaan material/peralatan untuk Pembangunan Jaringan KA Perkotaan Peningkatan pengadaan sarana kereta api perkotaan (KRL, KRDI) Peningkatan pelaksanaan monitoring dan evaluasi pelayanan KA perkotaan Peningkatan Jalur ganda/elektrifikasi, pengembangan KA perkotaan, Jalur Layang KA Pelaksanaan Studi Kelayakan dan Detail Desain Peningkatan Kapasitas Jalur Kereta Api Perkotaan Pengadaan material/peralatan untuk Peningkatan Kapasitas Jalur Kereta Api Perkotaan Pembangunan elektrifikasi jalur KA Peningkatan kapasitas angkut pada lintas PSO eksisting Peningkatan jumlah lintas pelayanan KA PSO Peningkatan efektivitas perencanaan PSO kereta api Peningkatan efektivitas monitoring dan evaluasi PSO kereta api Peningkatan kapasitas angkut pada lintas perintis eksisting Peningkatan jumlah lintas pelayanan KA perintis Peningkatan efektivitas perencanaan kereta api perintis Peningkatan efektivitas monitoring dan evaluasi kereta api perintis IV-29

61 SASARAN PROGRAM ARAH KEBIJAKAN STRATEGI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN IMPLEMENTASI Peningkatan kapasitas pada jalur kereta api eksisting a. Membangun jalur ganda pada lintas eksisting Pembangunan jalur ganda Pelaksanaan Studi Kelayakan dan Detail Desain Reaktivasi Jalur KA SP6 Terlaksananya PERUMUSAN REGULASI DAN KEBIJAKAN dalam penyelenggaraan perkeretaapian b. Melakukan elektrifikasi pada jalur padat Pengadaan material/peralatan untuk Reaktivasi Jalur Kereta Api Pelaksanaan elektrifikasi Pelaksanaan Studi Kelayakan dan Detail Desain Elektrifikasi Jalur KA Pengadaan material/peralatan untuk Elektrifikasi Jalur Kereta Api Pembangunan jalur kereta api baru c. Membangun jalur kereta api baru Pembangunan jalur rel kereta api antar kota di lokasi baru, terutama di Pulau Sumatera, Pulau Kalimantan dan Pulau Sulawesi Pelaksanaan Studi Kelayakan dan Detail Desain Pembangunan Jalur KA Pengadaan material/peralatan untuk Pembangunan Jalur Kereta Api Reaktivitasi jalur kereta api non operasi Menguatnya struktur regulasi penyelenggaraan perkeretaapian d. Melakukan reaktivasi jalur kereta api non-operasi a. Meningkatkan penyediaan regulasi di bidang perkeretaapian b. Meningkatkan efektivitas pelaksanaan regulasi di bidang perkeretaapian Reaktivasi jalur kereta api non-operasi Pelaksanaan Studi Kelayakan dan Detail Desain Reaktivasi Jalur Kereta Api Pengadaan material/peralatan untuk Reaktivasi Jalur Kereta Api Penyusunan kajian kerangka regulasi di bidang perkeretaapian Peningkatan kajian dan penelaahan regulasi di bidang perkeretaapian Peningkatan jumlah peraturan setingkat Menteri dan Dirjen yang ditetapkan Peningkatan efektivitas kegiatan sosialisasi/seminar/wrkshop dalam rangka implementasi regulasi di bidang perkeretaapian Peningkatan kinerja pengawasan dan bantuan hukum di bidang perkeretaapian SP7 Meningkatnya peran Badan Usaha dalam program pembangunan perkeretaapian dengan skema PENDANAAN ALTERNATIF Peningkatan kerjasama maupun inisiasi pembangunan program perkeretaapian dengan skema pendanaan alternatif a. Meningkatnya ketersediaan dokumen perencanaan awal untuk program pembangunan yang akan di danai dengan skema pendanaan alternatif Penyusunan kajian pra kelayakan untuk program pembangunan dengan potensi investasi badan usaha; Pelaksanaan evaluasi terhadap mekanisme perizinan investasi/penyelenggaraan perkeretaapian oleh pemda dan badan usaha IV-30

62 SASARAN PROGRAM ARAH KEBIJAKAN STRATEGI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN IMPLEMENTASI b. Meningkatnya kerjasama pembangunan dengan Pemerintah Daerah maupun badan usaha Koordinasi dan sosialiasi terkait mekanisme pendanaan pembangunan program perkeretaapian dengan skema pendanaan alternatif SP8 Tersedianya SDM Ditjen Perkeretaapian yang kompeten dan profesional Meningkatnya pemenuhan kebutuhan jumlah SDM Ditjen Perkeretaapian a. Meningkatkan jumlah SDM regulator perkeretaapian sesuai kebutuhan b. Meningkatkan kualitas SDM regulator di bidang perkeretaapian c. Meningkatkan kinerja kegiatan sertifikasi SDM perkeretaapian d. Meningkatkan pemenuhan kebutuhan regulasi dan fasilitas pendukung pelaksanaan sertifikasi SDM perkeretaapian Peningkatan rekrutmen SDM regulator (teknis) untuk pelaksanaan sertifikasi, pengawasan, dan pengendalian di bidang perkeretaapian Peningkatan kerjasama dengan lembaga sertfikasi di bidang perkeretaapian Peningkatan ketersediaan modul pelatihan SDM regulator perkeretaapian Peningkatan kompetensi SDM regulator dan aparatur perkeretaapian melalui pendidikan dan pelatihan Pelaksanaan penyegaran/peningkatan tenaga penguji, inspektur, dan auditor Peningkatan kinerja pelaksanaaan bimbingan teknis dan penyegaran SDM perkeretaapian Peningkatan kinerja pelaksanaa, monitoring, dan evaluasi akreditasi badan hukum pendidikan dan pelatihan di bidang SDM perkeretaapian Pelaksanaan pengujian kecakapan awak sarana, PPKA, dan penjaga perlintasan Pelaksanaan monitoring dan evaluasi pelaksanaan sertifikasi SDM perkeretaapian Pelaksanaan lokakarya kesiagaan dan tanggap darurat SDM perkeretaapian Pengkajian pemetaan kompetensi SDM perkeretaapian, khususnya untuk teknoloi maru (monorel, tram, kereta gantung, dsb) Kajian kelayakan dan pembangunan fasilitas uji kompetensi SDM perkeretaapian Pengadaan tanda pengenal (smart card) kompetensi SDM perkeretaapian Pengadaan dan peningkatan peralatan sistem monitoring IV-31

63 SASARAN PROGRAM ARAH KEBIJAKAN STRATEGI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN IMPLEMENTASI kompetensi SDM perkeretaapian Pengadaan dan upgrade peralatan dan software simulator pengujian SDM perkeretaapian SP9 Terwujudnya GOOD GOVERNANCE dan CLEAN GOVERNMENT di lingkungan Ditjen Perkeretaapian Peningkatan kinerja pengelolaan anggaran di lingkungan Ditjen Perkeretaapian Meningkatnya akuntabilitas kinerja dan keuangan Ditjen Perkeretaapian Tuntasnya agenda pengembangan kelembagaan perkeretaapian a. Peningkatan kualitas pengelolaan anggaran, BMN, dan PNBP di Lingkungan Ditjen Perkeretaapian a. Peningkatan kemajuan reformasi birokrasi di Lingkungan Ditjen Perkeretaapian b. Mengembangkan dan memperkuat kelembagaan internal Ditjen Perkeretaapian Peningkatan Kinerja Penyusunan Laporan Barang Milik Negara (BMN) di Lingk. Ditjen Perkeretaapian Peningkatan Ketepatan Waktu Berita Acara Serah Terima Barang Peningkatan Pelaksanaan Pembinaan Penerimaan Bukan Pajak Peningkatan Kinerja Penyusunan Laporan Keuangan Peningkatan Pembinaan Administrasi dan Pengelolaan Keuangan terkait dengan Operasional Satker/UPT Peningkatan Kinerja Penyusunan Rencana, Program, Kegiatan dan Anggaran Ditjen Perkeretaapian Peningkatan kinerja Koordinasi pembangunan melaui kegiatan Sosialisasi/Seminar/Workshop/ Lokakarya dan Rapat/Rakor/Rakornis/Radin/Raker Peningkatan efektivitas pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi Kinerja Peningkatan kualitas AKIP melalui peningkatan kualitas Dokumen Perencanaan, Laporan Hasil Kegiatan/Kinerja, dan Pengumpulan dan Pengolahan Data Perkeretaapian Pelaksanaan kajian, desain, serta pengembangan UPT di Lingkungan Ditjen Perkeretaapian Peningkatan kinerja humas dan kerjasama luar negeri Peningkatan kinerja pembinaan dan pengembangan organisasi IV-32

64 4.4 Kerangka Regulasi Bidang Perkeretaapian Kebijakan Deregulasi Dari sisi regulasi, Kementerian Perhubungan telah memiliki berbagai dasar hukum pembangunan dan pengelolaan sektor transportasi, yang ditandai dengan terbitnya paket Undang-Undang sektor transportasi beserta peraturan pelaksanaannya yang telah mengamanatkan perubahan pola kelembagaan penyelenggaraan transportasi yang pada intinya pemisahan antara peran regulator dan operator. Pemerintah melalui paket kebijakan ekonomi jilid I yang diumumkan oleh Presiden pada penghujung tahun 2015 salah satunya memfokuskan pada pembenahan regulasi atau dikenal dengan istilah deregulasi, yaitu perombakan dan penyederhanaan peraturan dengan tujuan untuk memacu pertumbuhan ekonomi nasional serta meningkatkan daya saing Indonesia dalam perekonomian global. Deregulasi diwujudkan dengan merasionalisasi peraturan yaitu penghilangan peraturan yang tumpang tindih, keselarasan antar satu peraturan dengan peraturan yang lain, serta penyederhanaan peraturan terutama yang terkait dengan perizinan dalam rangka membangun iklim kemudahan berinvestasi. Kementerian Perhubungan menjadi salah satu kementerian yang mengemban amanat untuk melakukan deregulasi khususnya di bidang transportasi. Salah satu alasan pemerintah meluncurkan paket deregulasi adalah untuk meningkatkan daya saing industri termasuk industri di sektor transportasi, mengingat bahwa industri memiliki peran penting terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Dengan deregulasi diharapkan peraturan perundang-undangan yang ditetapkan lebih mempermudah dan menyederhanakan serta memberikan kepastian bagi industri untuk pengembangan kegiatan usahanya. Di samping itu, pemerintah juga ingin meminimalisir dan menghilangkan kendala birokrasi terhadap dunia usaha. Adapun Tujuan Kebijakan Deregulasi ini diarahkan untuk: 1. Memulihkan dan meningkatkan kegiatan industri/ utilisasi kapasitas industri, dan menghilangkan distorsi industri yang membebani konsumen, dengan melepas tambahan beban regulasi dan birokrasi bagi industri; 2. Mempercepat penyelesaian gap daya saing industri; 3. Menciptakan inisiatif baru (seperti: fasilitas perpajakan untuk mendorong sektor angkutan, trade financing, financial inclusion, inland FTA, logistics centre), sehingga industri nasional mampu bertahan di pasar domestik dan berekspansi ke pasar ekspor. Deregulasi dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Merasionalisasi peraturan dengan menghilangkan duplikasi/ redundansi/ irrelevant regulations; 2. Melakukan keselarasan antar peraturan; 3. Melakukan konsistensi peraturan. Deregulasi di lingkungan Kementerian Perhubungan meliputi simplifikasi atau penyederhanaan peraturan, penghilangan tumpang tindih peraturan, dan penyelarasan antar peraturan satu dengan peraturan yang lain. Proses deregulasi dilakukan dengan memperbaiki beberapa peraturan seperti Peraturan Pemerintah dan Peraturan Menteri Perhubungan, sebagai upaya untuk memberikan kesempatan kepada masyarakat agar mendapatkan layanan yang lebih baik IV-33

65 antara lain dengan memberi kemudahan dalam perizinan, memudahkan persyaratan seminimal mungkin tetapi efektif, atau memberikan jangka waktu berlaku perizinan yang lebih panjang. Dalam periode tahun 2015 sampai dengan 2017 Kementerian Perhubungan telah melakukan deregulasi sejumlah 32 (tiga puluh dua) peraturan baik berupa Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, maupun Peraturan Menteri Perhubungan. Adapun bentuk deregulasi tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Menstimulasi/merangsang minat investor untuk berinvestasi dengan membuka kemungkinan penunjukan langsung/penugasan Konsesi kepada BUP dengan syarat tertentu; 2. Penyederhanaan persyaratan kepemilikan modal usaha dalam berbagai bidang penyelenggaraan dan pengusahaan transportasi, keagenan, bongkar muat, dan lain sebagainya; 3. Pelaksanaan pelayanan terpadu satu pintu bidang perhubungan dengan tujuan untuk memangkas birokrasi dan mempermudah proses pengurusan perizinan usaha; 4. Penyelenggaraan pelayanana perizinan online untuk memudahkan dan mengefisienkan proses perizinan; 5. Pemangkasan tahapan dan waktu proses pengurusan perizinan; 6. Pendelegasian kewenangan pemberian izin usaha dari Menteri Perhubungan kepada pejabat di bawahnya atau kepada Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal; 7. Menstimulasi percepatan proses logistik/penurunan angka dweilling time Isu Regulasi Bidang Perkeretaapian Pasca diterbitkannya Peraturan Pemerintah No. 56 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Perkeretaapian sebagaimana diubah dengan Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2017, dan Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Kereta Api sebagaimana diubah dengan Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2017, telah menerbitkan 70 (tujuh puluh) Peraturan Menteri dan Keputusan Menteri sebagai turunannya, masing-masing: a. Bidang Prasarana Perkeretaapian : 11 regulasi; b. Bidang Sarana Perkeretaapian : 15 regulasi; c. Bidang Lalu Lintas Dan Angkutan Kereta Api : 23 regulasi; d. Bidang SDM Perkeretaapian : 14 regulasi; e. Bidang Tatanan Dan Pembinaan Perkeretaapian : 4 regulasi; dan f. Bidang Kelembagaan Ditjen Perkeretaapian : 4 regulasi. Isu-Isu regulasi bidang perkeretaapian antara lain: a. Isu Strategis Terkait Kereta Api Cepat Yang menjadi Isu cukup penting di bidang perkeretaapian nasional saat ini adalah rencana pembangunan kereta cepat. Peletakan batu pertama pembangunan kereta api cepat sudah dilakukan oleh presiden RI pada tahun 2016 dan direncanakan akan beroperasi pada tahun Rencananya kereta api cepat tersebut akan dioperasikan dari stasiun awal di Halim Perdana Kusuma Jakarta sampai Stasiun Tegal Luar di kota Bandung. IV-34

66 b. Isu Strategis Terkait Kereta Api Ringan (LRT) Pembangungan LRT ini juga sudah mendesak terutama untuk kota-kota besar di Indonesia. LRT ini merupakan angkutan massal kapasitas sedang yang cocok untuk angkutan perkotaan karena biaya-biayanya relatif lebih murah dibanding membangun Subway atau MRT. Saat ini LRT sedang dalam tahap pembangunan baik di perkotaan Palembang dan maupun Jabodetabek, setidaknya ada tiga persoalan saat ini yaitu masalah pembiayaan, pembebasan lahan dan jangka waktu pengerjaannya. c. Isu Strategis Terkait Trem Saat ini kota Surabaya sudah merencanakan membangun kereta api trem, di mana pertimbangan Walikota Surabaya membangun trem karena biaya pembangunannya yang jauh lebih murah dibandingkan dengan pembangunan LRT dan MRT serta mengoptimalkan aset yang ada. Hingga sampai dengan saat ini Peraturan Menteri (PM) mengenai standar teknis jenis kereta api trem dan regulasi pendukungnya belum diterbitkan (masih dalam tahap penyusunan) d. Isu Strategis Terkait Perlintasan Sebidang Sesuai Undang-Undang No. 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian bahwa jalur kereta api tidak boleh sebidang dengan jalan. Namun pada kenyataanya masih banyak ditemukan perlintasan sebidang baik diluar kota maupun di dalam kota. Hal tersebut menyebabkan kemacetan (terutama didalam kota) maupun kecelakaan yang memakan korban jiwa dan materi. Permasalahan lainnya mengenai pemeliharaan jalan pada perlintasan sebidang ada 2 (dua) pandangan yang berbeda. Operator KA (PT. KAI) menganggap perbaikan jalan tersebut merupakan kewenangan Kementeraian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPERA). e. Isu Strategis Terkait Pemisahaan Penyelenggaraan Guna meningkatkan partisipasi masyarakat dan pihak swasta sebagai investor dibidang perkeretaapian serta alasan keterbatasan kemampuan pendanaan dari pemerintah, maka dilakukan perubahan bidang perkeretaapian dengan UU No. 23 Tahun 2007 yang menetapkan 3 pilar perubahan yang prinsip, yaitu: (i) pengalihan dari prinsip monopoli menjadi multi operator dalam usaha penyelenggaraan perkeretaapian; (ii) agar dapat dipisahkannya penyelenggaraan sarana dan prasarana perkeretaapian yang dilakukan oleh BUMN, BUMD, dan/ atau BUMS; (iii) meningkatkan peran Pemerintah Daerah dalam pembinaan dan penyelenggaraan perkeretaapian sesuai lingkup kewenangan masing-masing. Pemisahaan penyelenggaraan prasarana dan sarana akan mendukung otonomi daerah, dengan dilibatkannya Pemerintah Provinsi maupun Kabupaten/Kota dalam perencanaan, perancangan, pembinaan dan pengawasan, maupun pelaksanaan Sistem Perkeretaapian Nasional. f. Isu Strategis Terkait Lingkungan Permasalahan lain yang tidak kalah pentingnya adalah masalah lingkungan keluhan dari Pemerintah Daerah (Pemda) tentang lingkungan yang disebabkan oleh operasional kereta api angkutan batubara yang menyebabkan polusi udara disekitar stasiun kereta api telah melewati ambang batas dan menurut keterangan sudah banyak warga sekitarnya yang mengalami terserang ISPA dan demikian juga halnya dengan pemukiman masyarakat yang langsung dekat berada di sisi relsehingga diperlukan peraturan yang mengatur tentang hal tersebut. IV-35

67 g. Isu Strategis Terkait Peranan Pemerintah Daerah Untuk menunjang pengembangan perkeretaapian di Indonesia diperlukan peningkatan peranan Pemerintah Daerah (Pemda) di bidang perkeretaapian, selama ini peranan Pemda di bidang perkeretaapian masih sangat kurang, padahal semua jalur kereta api yang ada adalah melalui wilayah atau daerah pada pemerintah daerah yang terkait, terdapat kesan bahwa Pemda masih kurang banyak dilibatkan dalam kebijakan penentuan jalur perkeretaapian nasional yang melintasi batas wilayahnya, kemudian juga terutama dalam hal untuk melakukan investasi membangun jalur kereta api atau mengaktifkan jalur nasional yang sudah tidak beroperasi lagi di daerahnya Sosialisasi terkait regulasi perkeretaapian di daerah umumnya masih sangat kurang, terutama dikalangan pegawai dinas terkait, dan ini terbukti dari sejumlah peraturan perundangan yang ada mengenai perkeretaapian, pegawai di daerah hanya mengetahui sebatas UU perkeretaapian dan peraturan pemerintah (PP) saja. h. Isu Strategis Terkait Kelembagaan Perkeretaapian Balai Teknik Perkeretaapian secara fungsi merupakan representasi Ditjen Perkeretaapian yang menjalankan sebagian fungsi teknis Ditjen Perkeretaapian. Dengan tugas dan tanggung jawab yang strategis tersebut maka Balai Teknik Perkeretaapian perlu lebih diperkuat dengan kuantitas dan kualitas SDM yang sesuai dan proporsional Potensi Permasalahan dan Kebutuhan Regulasi Bidang Perkeretaapian Fungsi regulasi untuk perubahan, stabilisasi dan fasilitasi sebagaimana kerangka kebutuhan penguatan regulasi Renstra Kemenhub Bidang Perkeretaapian Tahun , belum semuanya memenuhi apa yang menjadi mandat dari UU 23/2207 tentang Perkeretaapian pada periode yang diterapkan, guna menjadi prioritas kebutuhan penguatan regulasi perkeretaapian. Sosialisasi regulasi perkeretaapian yang dilaksanakan masih sangat kurang, dari hasil survey lapangan pada beberapa lintas sektoral di daerah, terutama pada Dinas-Dinas Perhubungan di daerah hanya mengetahui terhadap regulasi UU 23/2007, PP 56/2009, dan PP 72/2009, sementara untuk turunan dari PP tersebut, belum mengetahui. Hal Ini tercermin dari belum semua Pemda menyusun Rencana Induk Perkeretaapian Daerah. Kebijakan penggunaan dan pengembangan angkutan massal menjadi sorotan perhatian utama mengingat pelayanan angkutan massal tersebut merupakan pilihan yang cocok untuk kondisi Indonesia baik untuk angkutan penumpang dan barang dan untuk itu sesuai dengan keunggulan kriterianya maka Perkeretaapian sudah harus menjadi pilihan prioritas utama untuk mengurangi tingkat kemacetan jalan, polusi udara/suara dapat ditekan dan kualitas transportasi meningkat. Pada rencana tahunan tiap daerah belum menempatkan angkutan kereta api menjadi prioritas, hal ini mungkin karena belum tersosialisasikannya Sistem Transportasi Nasional yang ditetapkan dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 15 tahun 1997 yang kemudian diperbaharui dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 45 tahun 2005 yang seharusnya menjadi dasar fundamental dalam pengembangan transportasi di Indonesia dan telah menempatkan peran perkeretaapian menjadi prioritas dalam pengembangannya, namun belum bisa menjadi komitmen nasional dalam pelaksanaannya, karena masih nyata pengembangan perkeretaapian dalam program transportasi belum menjadi prioritas hingga saat ini. IV-36

68 Secara hierarki yuridis kedudukan Sistranas yang telah ditetapkan sebagai kebijakan dalam pengembangan transportasi nasional melalui Peraturan Menteri Perhubungan dalam pelaksanaannya mengalami hambatan sebab tidak mengikat sektor lain dalam implementasinya, sehingga oleh karenanya diperlukan upaya hukum meningkatkan kedudukannya untuk bisa mengikat seluruh pemangku kepentingan terkait dengan transportasi dan menjadi kesepakatan atau komitmen nasional. Sesuai dengan struktur organisasi pemerintahan tugas perencanaan transportasi hendaknya harus diambil alih dan diputuskan menjadi kebijakan nasional dan dikoordinir oleh Bappenas yang dapat dan mampu mempengaruhi kebijakan pembangunan pusat dan daerah secara menyeluruh. Dukungan anggaran untuk pengembangan perkeretaapian harus ditingkatkan, perkeretaapian merupakan kegiatan yang pada awalnya pembangunan dan pengembangan perkeretaapian memerlukan pendanaan yang sangat besar tetapi dalam kurun waktu lama sangat efisien dan efektif dalam mengangkut penumpang dan barang secara massal dan jarak jauh serta keunggulan lainnya. Bila pendanaan saat ini terbesar untuk sektor jalan maka sistem angkutan massal kereta api sulit dikembangkan lebih lanjut yang akan berakibat timbulnya permasalahan transportasi yang sangat besar seperti apa yang telah terjadi di Jabodetabek dan beberapa kota besar lainnya. Pengaturan terhadap peranan pemangku kepentingan perkeretaapian terutama tingkat daerah harus segera ditindak lanjuti mengingat luasnya dan banyaknya pulau-pulau lain yang memerlukan moda angkutan kereta api seperti Kalimantan, Sulawesi, Papua, bali dan koneksi jaringan KA di Sumatera. Urutan pembangunan dan pengembangan perkeretaapian diberbagai daerah sangat tergantung kebijakan pusat dan daerah serta kesiapan daerah untuk menyiapkan RTRW yang rinci terhadap perkeretaapian serta memerlukan kriteria daerah yang akan dikembangkan dengan kereta api dikaitkan dengan rencana pengembangan moda transportasi lain untuk menciptakan pengembangan dan pembangunan transportasi yang terpadi serta efektif dan efisien. Tabel 4.6 Matrik Kebutuhan Regulasi Bidang Perkeretaapian No Potensi Permasalahan Kebutuhan Regulasi Regulasi Bidang 1 Perubahan dari monopoli kereta api kepada multi operator (i) Penyelenggaraan prasarana milik pemerintah; dan (ii) Pedoman kerjasama dalam skema Tatanan, Pembinaan Perkeretaapian Dan SDM 2 Perubahan dari ketergantungan kepada kemandirian dalam investasi dan teknologi perkeretaapian 3 Perkembangan teknologi transportasi perkeretaapian merupakan mandat dari UU/23/2007 standarisasi teknis sarana dan prasarana perkeretaapian perlu regulasi standar teknis sarana dan prasarana perkeretaapian perkeretaapian multioperator. (i) Roadmap penguasaan teknologi sarana dan prasarana perkeretaapian nasional; (ii) Kebijakan pemberdayaan Industri Perkeretaapian Nasional (i) Kereta api kecepatan tinggi; (ii) Kereta api motor induksi linear; (iii) Kereta api gerak udara; (iv) Kereta api levitasi magnetik; (v) Kereta api trem dan (vi) Kereta gantung Prasarana Sarana Perkeretaapian, Dan SDM Prasarana Dan Sarana Perkeretaapian 4 Standarisasi sistem dan prosedur penyelenggaraan perkeretaapian pembangunan, pengadaan, pengoperasian, (i) Penyelenggaraan perkeretaapian provinsi, kabupaten dan kota/swasta; (ii) Pengusahaan aset non operasional perkeretaapian Tatanan, Pembinaan, Prasarana, Sarana, Lalu Lintas Dan Angkutan, serta SDM IV-37

69 5 Fasiltasi kepada setiap lapisan masyarakat, secara fisik, ekonomi dan sosial. Implementasi SPM No Potensi Permasalahan Kebutuhan Regulasi Regulasi Bidang perawatan dan investasi pengusahaan kereta api baik kepada pemerintah daerah maupun kepada swasta/ operator lainnya (iii) Mekanisme pemberian subsidi dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah dalam pembangunan dan pengoperasian perkeretaapian daerah; (iv) Pedoman untuk pinjaman pemerintah dalam proyek KPS perkeretaapian; (v) Kebijakan fasilitasi dalam pengadaan sarana dan prasarana perkeretaapian; (vi) Pedoman dan mekanisme penanganan perlintasan sebidang dengan pemda; (vii) Pedoman dan mekanisme penanganan PLH perkeretaapian lintas sektoral; (viii) Tanggungjawab dan komitmen pemerintah daerah terhadap kebijakan lingkungan dan optimalisasi angkutan barang dengan kereta api, dan (ix) Tanggungjawab operator terhadap kebijakan lingkungan terhadap pemerintah daerah masyarakat yang dirugikan. (i) Standar teknik fasilitas bagi pengguna kereta api berkebutuhan khusus; dan (ii) Pengadaan sarana kereta api kelas ekonomi oleh pemerintah Sarana Perkeretaapian Strategi Peningkatan Regulasi Guna meningkatan pelayanan terhadap regulasi bidang perkeretaapian terkait peraturan mengenai perkeretaapian harus dapat mengambil langkah-langkah sebagai berikut: a. Bidang Prasarana Perkeretaapian 1) Dalam mengatur standar dan persyaratan teknis prasarana perkeretaapian wewenang regulasi ditetapkan pada tingkat Menteri (diterbitkan oleh regulator perkeretaapian), untuk pengaturan spesifikasi teknis prasarana perkeretaapian diserahkan pada operator perkeretaapian atau industry manufaktur perkeretaapian; 2) Melakukan kajian dan evaluasi secara periodik terhadap peraturan-peraturan standar teknik dan persyaratan teknis prasarana perkeretaapian sesuai dengan perkembangan teknologi prasarana perkeretaapian; 3) Segera dibuat regulasi prasarana perkeretaapian berteknologi maju dan disesuaikan dengan jenis-jenis kereta api sesuai Pasal 4 Undang-Undang No.23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian; 4) Segera menyelesaikan dan menuntaskan masalah penanganan perlintasan sebidang jalan kereta api dengan jalan, antara penyelenggara kereta api dengan pemerintah daerah; 5) Segara membuat regulasi terhadap SOP penanganan kecelakaan kereta api, antara penyelenggaran kereta api dengan pemerintah daerah dan aparat penegak hukum. IV-38

70 b. Bidang Sarana Perkeretaapian 1) Dalam mengatur standar dan persyaratan teknis sarana perkeretaapian wewenang regulasi ditetapkan pada tingkat Menteri (diterbitkan oleh regulator perkeretaapian), untuk pengaturan spesifikasi teknis sarana perkeretaapian diserahkan pada operator perkeretaapian atau pabrikan; 2) Melakukan kajian dan evaluasi secara periodik terhadap peraturan-peraturan standar teknik dan persyaratan teknis sarana perkeretaapian sesuai dengan perkembangan teknologi sarana perkeretaapian; 3) Segera dibuat regulasi sarana perkeretaapi berteknologi maju dan disesuaikan dengan jenis-jenis kereta api sesuai Pasal 4 Undang-Undang No.23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian. c. Bidang Lalu Lintas Dan Angkutan Kereta Api 1) Diperlukan dukungan penuh dari pemerintah pusat untuk melaksanakan kewajiban pelayanan publik (PSO/Public Service Obligation) dan layanan angkutan perintis sesuai kebutuhan; 2) Sosialisasi pelaksanaan dan penerapan kebijakan KPBU (Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha) dan membuat penyederhanaan regulasi tentang investasi KPBU (Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha); 3) Perlu kajian untuk dukungan lintas sektoral, terutama pemerintah daerah/swata dalam hal kebijakan angkutan barang di daerah untuk mengunakan moda kereta api sebagai angkutan yang lebih efisien dan efektif; 4) Segera mengsosialisasikan kebijakan Sistranas (Sistem Transportasi Nasional) yang memberikan dukungan penuh terhadap peranan perkeretaapian dalam sistem perangkutan nasional, termasuk melakukan kajian dan evaluasi terhadap struktur biaya angkutan kereta api dengan melibat pemangku kepentingan. d. Bidang SDM Perkeretaapian 1) Regulasi Diklat SDM Perkeretaapian harus bersifat professional dan berjangka waktu lebih singkat, dilakukan oleh lembaga yang bersifat independen dan telah diakreditasi oleh regulator; 2) Segara melakukan kajian dan evaluasi terhadap kurikulum Pendidikan dan Pelatihan SDM Perkeretaapian untuk lebih meningkatkan kinerja dan komptensi SDM Perkeretaapian. e. Bidang Tatanan, Pembinaan Dan Kelembagaan 1) Koordinasi antar lembaga lintas sektoral perlu untuk lebih ditingkatkan, melalui kewenangan di daerah, dalam hal ini adalah Balai Teknik Perkeretaapian (BTP), termasuk kapasitas SDM BTP; 2) Perlu dikaji terlebih dahulu terkait kebutuhan Organisasi Dan Tata Kerja Kantor Administrasi Terminal Peti Kemas di bawah Ditjen Perkeretaapian IV-39

71 4.4.5 Tahapan Peningkatan Regulasi Yang menjadi penentuan dalam pentahapan peningkatan pelayanan regulasi bidang perkeretaapian sebagaimana diamanahkan dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian, adalah berdasarkan kebutuhan regulasi, pentahapan (periode waktu), pelayanan regulasi berdasarkan sifat dan skala prioritas peningkatan pelayanannya. IV-40

72 Tabel 4.7 Matrik Rencana Pentahapan Peningkatan Pelayanan Regulasi Bidang Perkeretaapian Berdasarkan Sifat Dan Skala Prioritas Pelayanan Regulasi No Regulasi Bidang Kebutuhan Produk Regulasi Amanah Regulasi Sifat Skala Prioritas I Prasarana dan Sarana Perkeretaapian Standar Teknis Kereta Api Cepat (HST) UU 23/2017 Pengembangan / Pembangunan I (pertama) 2018 Prasarana dan Sarana Perkeretaapian Standar Teknis Trem UU 23/2017 Pengembangan / Pembangunan I (pertama) 2018 Prasarana dan Sarana Perkeretaapian Standar Teknis Kereta Api Kereta Gantung UU 23/2017 Pengembangan / Pembangunan I (pertama) 2018 Prasarana dan Sarana Perkeretaapian Standar Teknis Kereta Api Kereta Gerak Udara UU 23/2017 Pengembangan / Pembangunan I (pertama) 2018 Prasarana dan Sarana Perkeretaapian Standar Teknis Kereta Api i Motor Induksi Linear UU 23/2017 Pengembangan / Pembangunan I (pertama) 2018 Prasarana dan Sarana Perkeretaapian Standar Teknis Kereta Api untuk: Kereta Api Levitasi UU 23/2017 Pengembangan / Pembangunan I (pertama) 2018 Magnetik II Prasarana Perkeretaapian Penetapan Rumaja, Rumija, Ruwasja PP 56/2009 jo (PP Pengembangan / Pembangunan II (ke-dua) /2017) Ps 56, 60 dan 64 Prasarana Perkeretaapian Tata Cara Penentuan Kelas Jalur Kereta Api, Jaringan PP56/2009 jo (PP Pengembangan / Pembangunan II (ke-dua) 2019 Jalur Kereta Api Umum dan Jalur Kereta Api Khusus 6/2017) Pasal 73 Prasarana Perkeretaapian Persyaratan Komponen, Persyaratan Teknis dan Kelaikan PP 56/2009 jo PP Pengembangan / Pembangunan II (ke-dua) 2019 Operasi Prasarana Perkeretaaapian 6/2017) Pasal 140 Prasarana Perkeretaapian Tata Cara Permohonan dan Pemberian Akreditasi Badan PP 56/2009 jo PP Pengembangan / Pembangunan II (ke-dua) 2019 Hukum dan Lembaga Pengujian Prasarana 6/2017) Pasal 162 Pasarana Perkeretaapian Tata Cara Pemeriksaan dan Pengawasan Prasarana PP56/2009 jo PP 6/2017 Pasal 170 Pengembangan / Pembangunan II (ke-dua) 2019 III Sarana Perkeretaapian Penyelenggaraan Pengujian, Tata Cara Permohonan dan PP56/2009 (PP Pengembangan / Pembangunan II (ke-dua) 2019 Pemberian Akreditasi Badan Hukum/Lembaga Pengujian, 6/2017) Ps 214 Tempat Pengujian Sarana Perkeretaapian serta Tata Cara Pengujian Sarana Perkeretaapian Sarana Perkeretaapian Sarana Perkeretaapian Tata Cara Penerbitan Sertifikat Uji Pertama, Sertifikat Uji Berkala, Tanda Lulus Uji, Masa Berlaku Sertifikat Uji dan Tata Cara Verifikasi Sertifikat Sarana Perkereta-apian yang dikeluarkan Badan Hukum/Lembaga Jenis Peralatan, Standar, Tata Cara Pengujian/ Pemeriksaan Dan Tempat Pengujian Untuk Setiap Jenis Sarana Perkeretaapian Jenis Peralatan, Standar, Tata Cara Perawatan Dan Tempat Perawatan Dari Setiap Jenis Sarana Perkeretaapian PP 56/2009 jo PP 6/2017) Pasal 220 PP56/2009 jo PP 6/2017) Pasal 228 PP 56/2009 jo PP 6/2017) Pasal 236 Periode Tahapan Pengembangan / Pembangunan II (ke-dua) 2019 Pengembangan / Pembangunan II (ke-dua) 2019 Pengembangan / Pembangunan II (ke-dua) 2019 IV-41

73 No Regulasi Bidang Kebutuhan Produk Regulasi Amanah Regulasi Sarana Perkeretaapian Proses Dan Tata Cara Pelaksanaan Rencana Bangun Dan PP 56/2009 jo PP Rekayasa Sarana Perkeretaapian 6/2017) Pasal 245 IV SDM Perkeretaapian Inspektur dan Auditor PP 56/2009 jo PP 6/2017 Ps 248 SDM Perkeretaapian Tata Cara Permohonan Akreditasi PP 56/2009 jo PP 6/2017 Pasal 283 SDM Perkeretaapian Akreditasi Badan Hukum/ Lembaga Pendidikan Dan PP 56/2009 jo PP Pelatihan, Tata Cara Penyelenggaraan Pendidikan Dan 6/2017) Pasal 289 Pelatihan Serta Sertifikasi Petugas Pengoperasian Prasarana Perkeretaapian V SDM Perkeretaapian SDM Perkeretaapian Akreditasi Badan Hukum/ Lembaga Pendidikan Dan Pelatihan, Tata Cara Penyelenggaraan Pendidikan Dan Pelatihan Serta Sertifikat Awak Sarana Perkeretaapian Penyelenggaraan Pendidikan Dan Pelatihan Serta Pemberian Tanda Lulus Pendidikan Dan Pelatihan Untuk Petugas Lain Yang Ditugaskan Bekerja Dalam Kereta Api PP 56/2009 jo PP 6/2017) Ps 302 PP 56/2009 jo PP 6/2017 Pasal 304 Pelayanan Regulasi Periode Skala Sifat Tahapan Prioritas Pengembangan / Pembangunan II (ke-dua) 2019 Pengembangan / Pembangunan II (ke-dua) 2019 Pengembangan / Pembangunan II (ke-dua) 2019 Pengembangan / Pembangunan I (pertama) 2017/2018 Pengembangan / Pembangunan I (pertama) 2017/2018 Pengembangan / Pembangunan II (ke-dua) 2019 SDM Perkeretaapian Sumber Daya Manusia Perkeretaapian PP 56/2009 PP Pengembangan / Pembangunan II (ke-dua) /2017 Pasal 248 SDM Perkeretaapian Persyaratan, Kualifikasi, dan Sertifikasi Petugas PP 6/2017 Pasal 304A Pengembangan / Pembangunan II (ke-dua) 2019 Penanganan Kecelakaan Perkeretaapian SDM Perkeretaapian Persyaratan, Kualifikasi, dan Sertifikasi Asesor PP 6/2017 Pasal 304c Pengembangan / Pembangunan II (ke-dua) 2019 SDM Perkeretaapian Persyaratan, Kualifikasi, dan Sertifikasi Tenaga Pelaksana PP 6/2017 Pasal 304D Pengembangan / Pembangunan II (ke-dua) 2019 Pembangunan Prasarana Perkeretaapian SDM Perkeretaapian Penilaian Sistem Keselamatan PP 6/2017 Pasal 304E Pengembangan / Pembangunan II (ke-dua) 2019 Tatanan dan Pembinaan Perkeretaapian Tata Cara Pemberian Izin Operasi Perkeretaapian Khusus PP 56/2009 jo PP 6/2017 Pengembangan / Pembangunan II (ke-dua) 2019 Dan Kerjasama Pengoperasian Perkeretaapian Khusus Pasal 367 Tatanan dan Pembinaan Perkeretaapian Persyaratan Teknis Dan Standar Keselamatan PP 56/2009 jo PP 6/2017 Pengembangan / Pembangunan II (ke-dua) 2019 Pengoperasian Perkeretaaapian Khusus Pasal 368 Tatanan dan Pembinaan Perkeretaapian Tata Cara Pembinaan Perkeretaapian PP 56/2009 jo PP 6/2017 Pengembangan / Pembangunan II (ke-dua) 2019 Pasal 392 Tatanan dan Pembinaan Perkeretaapian Tata Cara dan Persyaratan Penetapan Badan Usaha PP 6/2017 Pasal 306B Pengembangan / Pembangunan II (ke-dua) 2019 Melalui Tanpa Lelang IV-42

74 No Regulasi Bidang Kebutuhan Produk Regulasi Amanah Regulasi Pelayanan Regulasi Periode Skala Sifat Tahapan Prioritas Tatanan dan Pembinaan Perkeretaapian Tata Cara dan Persyaratan Penetapan Badan Usaha PP 6/2017 Pasal 306C Pengembangan / Pembangunan II (ke-dua) 2019 Penyelenggara Prasarana Perkeretaapian umum Melalui Penugasan Tatanan dan Pembinaan Perkeretaapian Tata Cara, Persyaratan Pemberian Hak, Pencabutan Hak, PP 6/2017 Pasal 308A Pengembangan / Pembangunan II (ke-dua) 2019 dan Perjanjian Penye-lenggaraan Prasarana Perkeretaapian Umum Tatanan dan Pembinaan Perkeretaapian Pedoman Pembuatan dan Pelaksanaan Sistem PP 6/2017 Pengembangan / Pembangunan II (ke-dua) 2019 Manajemen Keselamatan Pasal 365 Tatanan dan Pembinaan Perkeretaapian Penyelenggaraan Perkeretaapian Khusus PP 6/2017 Pasal 376 Pengembangan / Pembangunan II (ke-dua) 2019 VI Lalu Lintas dan Angkutan KA Prinsip Lalu Lintas Kereta Api PP72/2009 Jo PP Pelayanan dan Operasional KA I (pertama) 2017/ /2016 Ps 20 Lalu Lintas dan Angkutan KA Kecepatan dan Frekuensi Kereta Api PP 72/2009 Jo PP Pelayanan dan Operasional KA II (ke-dua) /2016 Ps 23 Lalu Lintas dan Angkutan KA Pengaturan Perjalanan Kereta Api PP 72/2009 Jo PP Pelayanan dan Operasional KA II (ke-dua) /2016 Ps 39 Lalu Lintas dan Angkutan KA Tata Cara Persiapan Perjalanan Kereta Api PP jo PP 61/2016) Ps 47 Pelayanan dan Operasional KA II (ke-dua) 2019 Lalu Lintas dan Angkutan KA Tata Cara Penempatan Lokomotif Dalam Rangkaian Kereta PP 72/2009 Jo PP Pelayanan dan Operasional KA II (ke-dua) 2019 Api 61/2016 Ps 50 Lalu Lintas dan Angkutan KA Tata Cara Pemeriksaan Jalur Kereta Api PP 72/2009 Jo PP Pelayanan dan Operasional KA II (ke-dua) /2016 Ps 52 Lalu Lintas dan Angkutan KA Tata Cara Hubungan Blok PP 72/2009 Jo PP Pelayanan dan Operasional KA II (ke-dua) /2016 Ps 57 Lalu Lintas dan Angkutan KA Tata Cara Kereta Api Berhenti Luar Biasa PP 72/2009 Jo PP 61/2016 Ps 91 Pelayanan dan Operasional KA II (ke-dua) 2019 Lalu Lintas dan Angkutan KA Tata Cara Pembatalan Perjalanan Kereta Api PP 72/2009 (PP 61/2016) Pelayanan dan Operasional KA II (ke-dua) 2019 Ps 96 Lalu Lintas dan Angkutan KA Tata Cara Penanganan Bagian Kereta Api Yang Terputus PP 72/2009 Jo PP Pelayanan dan Operasional KA II (ke-dua) /2016 Pasal 106 Lalu Lintas dan Angkutan KA Tata Cara Penanganan Rintang Jalan PP 72/2009 Jo PP Pelayanan dan Operasional KA II (ke-dua) /2016 Pasal 107 Lalu Lintas dan Angkutan KA Tata Cara Langsiran Jalan PP 72/2009 Jo PP Pelayanan dan Operasional KA II (ke-dua) 2019 IV-43

75 No Regulasi Bidang Kebutuhan Produk Regulasi Amanah Regulasi 61/2016 Pasal 109 Lalu Lintas dan Angkutan KA Tata Cara Pengaturan Awak Sarana Perkeretaapian PP 72/2009 Jo PP 61/2016 Pasal 119 Lalu Lintas dan Angkutan KA Tata Cara Angkutan Orang PP 72/2009 Jo PP 61/2016 Ps 132 Lalu Lintas dan Angkutan KA Biaya Penggunaan Prasarana PP 72/2009 Jo PP Lalu Lintas dan Angkutan KA Tata Cara Pemberian Persetujuan, Pengintregrasi-an Pelayanan Angkutan Perkeretaapian Khusus 61/2016) Pasal 160 PP 72/2009 Jo PP 61/2016 Ps 163 Pelayanan Regulasi Sifat Skala Prioritas Periode Tahapan Pelayanan dan Operasional KA II (ke-dua) 2019 Pelayanan dan Operasional KA II (ke-dua) 2019 Pelayanan dan Operasional KA I (pertama) 2017/2018 Pelayanan dan Operasional KA II (ke-dua) 2019 Lalu Lintas dan Angkutan KA Tata Cara Pelaporan dan Pengamanan Sanksi Administratif Pelanggaran Angkutan Kereta Api PP 72/2009 Jo PP 61/2016 Pasal 167 Lalu Lintas dan Angkutan KA Tata Cara Pemberian Santunan, Pengobatan, dan PP 72/2009 Jo PP Besarnya Ganti Kerugian terhadap Penumpang dan Pihak 61/2016 Pasal 173 Ke Tiga Lalu Lintas dan Angkutan KA Tanggung Jawab Terhadap Barang Yang Diangkut PP 72/2009 Jo PP Lalu Lintas dan Angkutan KA Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api Untuk Kereta Api Kecepatan Tinggi, Monorel, Motor Induksi Linier, Gerak Udara, Levilitas Magnetik, Term dan Kereta Gantung Sesuai dengan Karakteristik Lalu Lintas dan Angkutan KA Tata Cara dan Standar Pembuatan Gapeka, Perjalanan Kereta Api Di Luar Gapeka, dan Perjalanan Kereta Api Luar Biasa Lalu Lintas dan Angkutan KA Tata Cara dan Pelaksanaan Penanganan dan Evaluasi Kecelakaan Kereta Api Lalu Lintas dan Angkutan KA Tanggung Jawab Sosial Operator KA Terhadap Dampak Lingkungan dan Korban Kecelakaan Sumber : Kajian Evaluasi Kinerja Regulator (2017) 61/2016 Pasal 178 PP72/2009 Jo PP 61/2016 Pasal 184 Pelayanan dan Operasional KA II (ke-dua) 2019 Pelayanan dan Operasional KA II (ke-dua) 2019 Pelayanan dan Operasional KA II (ke-dua) 2019 Pelayanan dan Operasional KA II (ke-dua) 2019 PP 72/2009 Pasal 29 Pelayanan dan Operasional KA II (ke-dua) 2019 PP 61/2016 Pasal 183A Pelayanan dan Operasional KA II (ke-dua) 2019 Aspirasi Daerah Kepentingan Masyarakat dan Dampak Lingkungan II (ke-dua) 2019 IV-44

76 Beberapa program Legislasi dan program Deregulasi di lingkungan Direktorat Jenderal Perkeretaapian yang dapat diprioritaskan sebagai berikut : 1. Program Legislasi (Rencana Penyusunan/Perevisian Peraturan), yaitu : a. Penyusunan Peraturan Presiden untuk Pengembangan Kereta Api Perkotaan; b. Revisi Peratuan Menteri PM Nomor 60 Tahun 2012 tentang Persyaratan Teknis Jalur Kereta Api; c. Revisi Peratuan Menteri PM Nomor 155 Tahun 2015 tentang Sertifikasi Kecakapan Awak Sarana Perkeretaapian; d. Revisi Peratuan Menteri PM Nomor Tahun 2011 tentang Rencana Induk Perkeretaapian Nasional; e. Penyusunan RPM Penguatan Industri Perkeretaapian Nasional; f. Penyusunan RPM Standar Sfesifikasi Teknis Sarana Kereta Api Ringan; g. Penyusunan RPM Standar Sfesifikasi Teknis Sarana Kereta Api Cepat. 2. Program Deregulasi (Simplifikasi, sinkronisasi, penghapusan tumpang tindih peraturan), yaitu : a. Revisi Peratuan Menteri PM Nomor 92 Tahun 2010 tentang Tenaga Pemeriksa Sarana Perkeretaapian (untuk tenaga pemeriksa kereta api otomatis); b. Revisi Peratuan Menteri PM Nomor 93 Tahun 2010 tentang Tenaga Pemeriksa Prasarana Perkeretaapian; c. Revisi Peratuan Menteri PM Nomor 94 Tahun 2010 tentang Tenaga Perawatan Sarana Perkeretaapian; d. Revisi Peratuan Menteri PM Nomor.95 Tahun 2010 tentang Tenaga Perawatan Prasarana. IV-45

77 5.1 Target Kinerja BAB V TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN Indikator Kinerja Utama (IKU) Kementerian Perhubungan Bidang Perkeretaapian disusun sebagai indikator outcome dan bukan merupakan indikator output, yang dijabarkan dari Sasaran Program yang dibagi dalam empat perspective yaitu stakeholder perspective, costumer perspective, internal process perspective dan learning and growth perspective, dengan uraian detail sebagai berikut: 1. Stakeholder Perspective a. Sasaran Program pertama (SP1) adalah Meningkatnya KONEKTIVITAS Jaringan Perkeretaapian Nasional dengan Indikator Kinerja (IK1) adalah Rasio Konektivitas Antar Wilayah yang diukur dengan rasio konektivitas antar wilayah dengan baseline tahun 2014 sebesar 0,18 dimana jumlah PKN/ PKW/ Simpul Transportasi/ Kawasan Strategis Nasional yang terhubung jalur KA adalah sebanyak 20 lokasi dan ditargetkan pada tahun 2019 sebesar 0,37 atau sebanyak 42 lokasi PKN/ PKW/ Simpul Transportasi/ Kawasan Strategis Nasional yang terhubung jalur KA b. Sasaran Program kedua (SP2) berupa Terwujudnya PELAYANAN Transportasi Kereta Api yang Handal, Berdaya Saing dan Memberikan Nilai Tambah dengan Indikator Kinerja adalah : 1) Indikator Kinerja (IK2) adalah Modal Share Angkutan Penumpang Kereta Api yang diukur dengan persentase rasio antara jumlah angkutan penumpang kereta api nasional dibandingkan dengan jumlah angkutan penumpang moda lain secara nasional. 2) Indikator Kinerja (IK3) adalah Modal Share Angkutan Barang kereta api yang diukur dengan persentase rasio antara jumlah angkutan barang kereta api nasional dibandingkan dengan jumlah angkutan barang moda lain secara nasional. 2. Customers Perspective a. Sasaran Program ketiga (SP3) adalah Meningkatnya KESELAMATAN dan KEAMANAN Transportasi Kereta Api dengan Indikator Kinerja adalah : 1) Indikator Kinerja (IK4) adalah Rasio Kejadian Kecelakaan Transportasi Kereta Api (Rate of Accident) yang diukur dengan rasio antara jumlah kejadian kecelakaan kereta api dibandingkan dengan 1 juta kilometer tempuh kereta api. 2) Indikator Kinerja (IK5) adalah Rasio Gangguan Keamanan Pada Pelayanan Jasa Transportasi Kereta Api yang diukur dengan rasio antara jumlah kejadian vadalism dibandingkan dengan 1 juta kilometer tempuh kereta api. 3) Indikator Kinerja (IK6) adalah Prosentase peningkatan penerbitan sertifikat perkeretaapian yang diukur persentase peningkatan jumlah penerbitan sertifikat sarana, prasarana dan SDM Operator Perkeretaapian. b. Sasaran Program keempat (SP4) adalah Meningkatkan KINERJA PELAYANAN Sarana dan Prasarana Transportasi Kereta Api dengan Indikator Kinerja adalah : V-1

78 1) Indikator Kinerja (IK7) adalah Prosentase Capaian on Time Performance (OTP) Transportasi Kereta Api yang diukur dengan persentase capaian OTP angkutan kereta api pada tahun berjalan dibandingkan dengan target OTP. c. Indikator Kinerja (IK8) adalah Prosentase Wilayah Perkotaan yang Tersedia Layanan Angkutan Kereta Api Perkotaan yang diukur dengan persentase rasio antara jumlah kota yang terlayani angkutan kereta api perkotaan pada tahun berjalan dibandingkan dengan rencana kota yang terlayani angkutan kereta api sampai tahun d. Indikator Kinerja (IK9) adalah Prosentase Penurunan Gas Rumah Kaca dari Subsektor Perkeretaapian yang diukur persentase penurunan gas rumah kaca dari subsektor perkeretaapian. c. Sasaran Program kelima (SP5) adalah Meningkatnya KAPASITAS Sarana dan Prasarana Transportasi Kereta Api dengan Indikator Kinerja adalah : 1) Indikator Kinerja (IK10) adalah Prosentase Peningkatan Penyediaan Tempat Duduk Kereta Api PSO dan Perintis yang diukur dengan persentasi rasio antara peningkatan jumlah ketersediaan tempat duduk kereta api PSO dan perintis pada tahun berjalan dibandingkan dengan baseline ketersediaan tempat duduk kereta api PSO dan perintis. 2) Indikator Kinerja (IK11) adalah Prosentase Peningkatan Panjang Jalur Kereta Api yang Terbangun yang diukur dengan persentasi rasio antara jumlah panjang jalur kereta api yang terbangun dan beroperasi pada tahun berjalan dibandingkan dengan baseline panjang alur kereta api yang beroperasi. 3. Internal Business Process Perspective d. Sasaran Program keenam (SP6) adalah Terlaksananya PERUMUSAN REGULASI DAN KEBIJAKAN dalam Penyelenggaraan Perkeretaapian dengan Indikator Kinerja (IK12) adalah Prosentase Pencapaian Target Legislasi (Rancangan dan Peraturan Perundangan) di Bidang Perkeretaapian yang diukur dengan persentasi rasio antara jumlah legislasi pada tahun berjalanan dibandingkan dengan jumlah legislasi di bidang perkeretaapian sampai tahun e. Sasaran Program ketujuh (SP7) adalah Meningkatnya Peran Badan Usaha dan Pemerintah Daerah dalam Program Pembangunan Perkeretaapian dengan Skema PENDANAAN ALTERNATIF dengan Indikator Kinerja (IK13) adalah Prosentase Peningkatan Jumlah Ketersediaan Dokumen Perencanaan Awal Program Pembangunan yang Akan Didanai dengan Skema Pendanaan Alternatif yang diukur dengan persentase peningkatan ketersediaan dokumen perencanaan program pembangunan yang akan didanai dengan skema pendanaan alternatif. 4. Learn and Growth Perspective a. Sasaran Program kesepuluh (SP8) adalah Tersedianya SDM Ditjen Perkeretaapian yang Kompeten dan Profesional dengan Indikator Kinerja (IK14) adalah Rasio Peningkatan Pegawai Ditjen Perkeretaapian yang Memiliki Sertifikat JFT yang diukur dengan persentase rasio antara jumlah pegawai Ditjen Perkeretaapian yang memiliki V-2

79 sertifikat dibandingkan dengan jumlah pegawai Ditjen Perkeretaapian pada tahun berjalan. b. Sasaran Program kelima (SP9) adalah Terwujudnya GOOD GOVERNANCE dan CLEAN GOVERNMENT di Lingkungan Ditjen Perkeretaapian dengan Indikator Kinerja adalah : 1) Indikator Kinerja (IK15) adalah Target Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang diukur capaian target pendapatan negara bukan pajak bidang perkeretaapian. 2) Indikator Kinerja (IK16) adalah Prosentase penyerapan Anggaran Ditjen Perkeretaapian yang diukur dengan persentase capaian penyerapan anggaran Ditjen Perkeretaapian pada tahun berjalan. 3) Indikator Kinerja (IK17) adalah Nilai AKIP Ditjen Perkeretaapian yang diukur dengan capaian penilai AKIP Ditjen Perkeretaapian. 4) Indikator Kinerja (IK18) adalah Tingkat maturasi SPIP Ditjen Perkeretaapian yang diukur dengan capaian tingkat maturasi SPIP Ditjen Perkeretaapian pada tahun berjalan dibandingkan dengan target capaian maturasi SPIP Ditjen Perkeretaapian sampai tahun Kerangka Pendanaan Rencana Strategis Pembangunan Transportasi Perkeretaapian dalam Reviu Renstra Kementerian Perhubungan Rencana Strategis Pembangunan Transportasi Perkeretaapian untuk tahun adalah sebagai berikut: a. Pembangunan Jalur KA antara Langsa-Besitang, Binjai-Besitang, Bandar Tinggi- Kualatanjung, Perkotaan Medan, Rantauprapat-Duri-Dumai, Jambi- Palembang, Muaro Kalaban-Muaro untuk mendukung konektivitas diwilayah Sumatera. b. Pembangunan jalur ganda KA lintas Selatan Jawa antara Kroya-Surabaya guna meningkatkan kapasitas angkut diwilayah selatan Jawa c. Pembangunan jalur KA baru antara Makasar-Parepare dan Manado-Bitung sebagai bagian dari pembangunan jalur KA Trans Sulawesi d. Persiapan pembangunan jalur KA trans Kalimantan dan Papua. e. Pengembangan KA akses kawasan pariwisata diantaranya Siantar Prapat (Danau Toba),Rangkasbitung-Labuan (Tj.Lesung). f. Pembangunan Jalur akses Bandara, Pelabuhan dan kawasan Industri. Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional, total terdapat 49 proyek yang merupakan sektor perhubungan, dimana telah dilakukan evaluasi dan penyempurnaan atas Perpres tersebut menjadi Peraturan Presiden Nomor 58 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional yang memuat 41 proyek di sektor Perhubungan. Sampai dengan tahun 2017 terdapat 9 proyek yang telah selesai dan 18 proyek dalam tahap kontruksi. Tahun 2018 direncanakan akan dimulai 5 proyek dan pada tahun 2019 akan dimulai V-3

80 6 proyek. Gambaran secara umum proyek strategis nasional yang akan dilaksanakan tahun untuk sektor perhubungan bidang perkeretaapian adalah sebagai berikut : Proyek strategis nasional sektor kereta api meliputi pengembangan kereta antar kota dan kereta api perkotaan, dalam periode ditargetkan: a. Penyelesaian PSN kereta api antar kota meliputi Bandar Tinggi-Kuala Tanjung, jalur ganda lintas selatan Jawa, Trans Sumatera segmen Rantauprapat-Duri- Dumai, Jambi- Palembang, Palembang-Pekanbaru serta Makasar-Parepare, sedangkan KA antar kota lainnya diharapkan dapat dimulai pembangunannya sampai dengan akhir RPJMN tahap III ini. b. Penyelesaian PSN kereta api perkotaan meliputi LRT Palembang, LRT Jabodebek, MRT Utara- Selatan, LRT Jakarta dan KA akses bandara Adi-Soemarmo juga KA akses Bandara Kulonprogo sedangkan program KA perkotaan lainnya diharapkan dapat dimulai pembangunannya sampai dengan akhir RPJMN tahap III ini. c. Kemajuan PSN sektor kereta api juga perlu didukung oleh pemda dan swasta terutama untuk proyek-proyek dengan skema pendanaan KPBU. V-4

81 SELESAI SEDANG BERJALAN (2017) PROYEK KA 1. KA MakaSPar - Parepare 2. KA Prabumulih Kertapati 3. KA Bandar Tinggi Kuala Tanjung 4. Double track Lintas Jawa Selatan Prov Jabar, Jateng, DIY dan Jawa Timur 5. High Speed Train Jakarta Bandung 6. MRT Koridor North- South Phase I 7. LRT Jabodebek 8. Penyelenggaraan KA Prov. DKI 9. LRT Sumsel 10. KA Rantau Prapat Duri Pekanbaru Tabel 5.1 Pembangunan Transportasi Perkeretaapian MULAI DILAKSANAKAN 2019 KAJIAN MENDALAM DILAKSANAKAN 2018 MULAI 2020 PROYEK KA 1. KA Rantau Prapat Duri Pekanbaru 2. KA akses Bandara Adi Sumarmo PROYEK KA 1. MRT Koridor North- South Phase II 2. KA. Jambi Pekanbaru 3. KA Akses bandara Baru Yogyakarta 4. KA Jakarta Surabaya 5. KA Jambi Palembang 6. Elevated Loopline Jabodetabek PROYEK KA 1. KA Purukcahu Bankuang 2. Pembangu nan KA Prov. Kaltim 3. Kereta ExpreSP Bandara Soetta 4. MRT Joridor East- West BELUM FEASIBLE PROYEK KA 1. KA. Muara Enim Pulau Baai 2. KA Kertapati Tanjung V-5

82 1. Kebutuhan Pendanaan Dalam Reviu Renstra Kementerian Perhubungan , kebutuhan pendanaan pembangunan transportasi perkeretaapian pada unit kerja Direktorat Jenderal Perkeretaapian dalam pada tahun 2018 sebesar Rp ,256 milyar dan tahun 2019 sebesar Rp , Skema pembiayaan alternatif Tingginya angka kebutuhan pembangunan infrastruktur perhubungan terkendala dengan keterbatasan anggaran pemerintah dalam melakukan pembangunan sektor transportasi, sehingga diperlukan perubahan paradigma dalam pembiayaan pembangunan infrastruktur transportasi dengan sumber pendanaan selain APBN. Untuk itu di dalam rencana strategis Kementerian Perhubungan Bidang Perkeretaapian perlu ditetapkan daftar proyek yang akan didanai pendanaan alternatif selain APBN. Adapun proyek pembangunan transportasi perkeretaapian yang berpotensi untuk dibiayai dengan pembiyaann selain APBN, dengan indikasi kebutuhan investasi pendanaan sampai dengan tahun 2019 sebesar Rp. 54,9 Triliun adalah sebagai berkut : a. Pembangunan jalur KA Tanjung Enim-Tanjung Api-api; b. Pembangunan LRT Medan; c. Pembangunan LRT Batam; d. Pembangunan jalur KA Tanjung Karang-Pelabuhan Panjang; e. Pembangunan KA Soekarno-Hatta Internasional Airport (SHIA); f. Pembangunan LRT Jabodebek; g. Pembangunan LRT Jakarta; h. Pembangunan KA akses Bandara Yogyakarta Baru (Kulonprogo); i. Pembangunan Eleveated Loopline Jabodetabek; j. Pembangunan KA akses Pelabuhan Teluk Lamong; k. Pembangunan HST Jakarta-Bandung; l. Pembangunan Metro Kapsul Bandung; m. Pembangunan jalur KA antara Tabang-Maloy; n. Pembangunan jalur KA antara Kutai Barat-Paser-Balikpapan; o. Pembangunan jalur KA antara Gunung Mas-Katingan Optimalisasi Target Pembangunan Transportasi Perkeretaapian Beberapa permasalahan selama progres pembangunan transportasi perkeretaapian adalah : a. Pencapaian target pembangunan jalur KA Periode : ± 52%; b. Target pembangunan sampai dengan akhir tahun 2017 diprediksi hanya akan mencapai ± 53 % dari target pembangunan yang seharusnya sampai akhir 2017; V-6

83 c. Kesiapan ketersediaan lahan menjadi salah satu hambatan, salah satu yang terdampak adalah realisasi pembangunan Trans Sumatera (Aceh sampai dengan Lampung) yang diperkirakan hanya akan tercapai 30% dari target oembanguan sampai dengan tahun 2019; d. Skema porsi pendanaan awal yang dirumuskan dalam dokumen Renstra adalah ± 27% APBN dan ±73% non-apbn, hal ini tidak sesuai dengan realisasi porsi pendanaan sampai dengan saat ini mengingat kontribusi pendanaan alternatif masih minim. Langkah lanjut dalam skema pendanaan pembangunan transportasi perkeretaapian adalah : a. Menyusun strategi pembagian peran pembangunan antara Pemerintah dan Pemda/Badan Usaha (dibagi sesuai dengan amanat agenda nasional dalam RPJMN ), yaitu: 1) Pemerintah pusat fokus pada pembangunan jalur KA antara kota untuk mendukung konektivitas termasuk angkutan keperintisan dan subsidi angkutan KA, lalu 2) Pemda/Badan Usaha didorong untuk mengoptimalkan pembangunan jalur KA perkotaan, akses bandara, pelabuhan termasuk akses KA menuju kawasan industri dan pertambangan. b. Menelaah kembali skema pendanaan ± 27% APBN dan ±73% non-apbn; c. Optimalisasi porsi APBN dalam mencapai target pembangunan melalui prioritasi kegiatan untuk pembangunan jalur KA antar kota (trans pulau); d. Mendorong peran Pemda/Badan Usaha untuk mengoptimalkan pencapaian pembangunan jalur KA yang didanani dengan pendanaan alernatif melalui mekanisme monitoring dan evaluasi yang melibatkan instansi lain seperti KPPIP dan KSP. Dengan optimalisasi target Renstra Kementerian Perhubungan Bidang Perkeretaapian, diperoleh indikasi capaian pembangunan jalur kereta api sepanjang km sp dengan kebutuhan pendanaan sekitar Rp. 145,5 trilyun dengan sumber pendanaan APBN sebesar Rp. 93,1 trilyun (62,7%) dan sumber pendanaan alternatif Rp. 54,2 trilyun (37,3%). V-7

84 No Kegiatan Pembangunan Jalur Kereta Api Tabel 5.2 Kegiatan Strategis Pembangunan Jalur Kereta Api Tahun Realisasi Pembangunan (Capaian) Target (Renstra) Total Volume (km sp) Biaya (Rp. Ribu) Volume (km sp) Biaya (Rp. Ribu) Volume (km sp) Biaya (Rp. Ribu) Volume (km sp) Biaya (Rp. Ribu) Volume (km sp) Biaya (Rp. Ribu) Volume (km sp) Biaya (Rp. Ribu) 100, , , , , Koridor Pulau Sumatera 2. Koridor Pulau Jawa , , dan Bali 3. Koridor Pulau 16, , , , Sulawesi 4. Koridor Pulau , , Kalimantan 5. Koridor Pulau Papua Total V-8

85 No Kegiatan Pembangunan Jalur Kereta Api Tabel 5.3 Kegiatan Strategis Pembangunan Jalur Kereta Api Tahun Dengan Pendanaan Alternatif Realisasi Pembangunan (Capaian) Target (Renstra) Total Volume Biaya (Rp. Ribu) Volume Biaya (Rp. Ribu) Volume Biaya (Rp. Ribu) Volume Biaya (Rp. Ribu) Volume Biaya (Rp. Ribu) Volume Biaya (Rp. Ribu) 1 Koridor Pulau Sumatera a. Tanjung Enim-Tanjung Api Api 30,0 km sp ,0 km sp b. Pembangunan LRT Medan 15,0 km sp ,0 km sp c. Pembangunan LRT Batam 15,0 km sp ,0 km sp d. Tanjung Karang - Pelabuhan 3,0 km sp ,0 km sp Panjang, Lampung Total Koridor Pulau Jawa dan Bali a. Pondok Jati - Rajawali - Kampung Bandan - Duri - Tanah Abang - Manggarai - Pondok Jati (Jalur KA Layang Loopline Jabodetabek) 7, , b. KA Bandara Soekarno Hatta 12,1 km sp ,10 km sp International Airport (SHIA) c. Pembangunan LRT Jakarta, 1 pkt pkt ,0 km sp ,00 km sp Depok, Bogor, Bekasi d. Pembangunan LRT DKI Jakarta 6,0 km sp ,0 km sp ,00 km sp e. Pembangunan HST Jakarta - Bandung 20,0 km sp ,0 km sp f. Metro Kapsul Bandung 3,4 km sp ,4 km sp g. KA Bandara Kulonprogo 10 km sp km sp (tahap 1) h. Kandangan - Pelabuhan Teluk Lamong 7,0 km sp ,0 km sp Total Koridor Pulau Kalimantan a. Kutai Barat-Paser-Balikpapan 40,0 km sp ,0 km sp b. Gunung Mas - Katingan 30,0 km sp ,0 km sp c. Tabang-Maloy 40,0 km sp ,0 km sp Total V-9

86 PENDAHULUAN LAMPIRAN II PETA LOKASI KEGIATAN STRATEGIS PEMBANGUNAN SUBSEKTOR PERKERETAAPIAN TAHUN

87 A. INDIKASI PROGRAM PEMBANGUNAN KORIDOR SUMATERA 1 Bireun Lhokseumawe (53,61 Km sp) Bireun Sigli Banda Aceh (tahap 1) Lhokseumawe-Langsa/Kuala Langsa Besitang (tahap 1) 35 Km sp Medan Araskabu Kualanamu (jalur ganda/layang) 16 Km sp Medan Gabion/Belawan Binjai Bandar Tinggi Kuala Tanjung 23,2 Km sp Binjai Besitang (reaktivasi) 85,3 Km sp Rantauprapat Duri Dumai 45 Km sp Rantauprapat-Gunung Tua-Sibolga (tahap 1) Siantar-Prapat & Medan-Deli Serdang-Karo (tahap 1) Pekanbaru-Teluk Kuantan-Muaro Duri-Pekanbaru Padang-Duku-BIM 24,72 Km sp Pariaman Naras (reaktivasi, tahap 1) Naras-Sungai Limau (reaktivasi, tahap 1) Tanjung Enim-Tanjung api api 30 Km sp Indralaya-Kampus Unsri Padangpanjang-Bukittinggi-Payakumbuh (reaktivasi, tahap 1) 26 Tanjung Karang-Pelabuhan Panjang (reaktivasi) Muarokalaban-Muaro (reaktivasi) 16 Km sp 27 Cempaka-Rejosari (jalur ganda) 71 Km sp LRT Batam 15 Km sp Pekanbaru Jambi Palembang (tahap 1) Muara Enim Lahat (jalur ganda) (tahap 1) Sukamenanti-Tarahan (jalur ganda) Tarahan-Bakauheni (tahap 1) LRT Medan Baturaja-Martapura (jalur ganda) 32 Km sp LRT Provinsi Sumsel 23 Km sp Prabumulih-Kertapati (jalur ganda) 78 Km sp Total Rencana Jalur KA terbangun : ± 613,78 Km sp : Pembangunan dengan pendanaan alternatif : Tahap Penyelesaian (terpasang rel) : Tahap awal

88 3 4 B. INDIKASI PROGRAM PEMBANGUNAN KORIDOR JAWA Total Rencana Jalur KA terbangun : ± 685,12 Km sp : Pembangunan dengan pendanaan alternatif : Tahap Penyelesaian (terpasang rel) : Tahap awal

89 C. INDIKASI PROGRAM PEMBANGUNAN KORIDOR SULAWESI Makassar - Pare-Pare (Palanro-Mandai) 121 Km sp 5 1.b Palanro-Parepare / Mandai-Makassar Manado Bitung (tahap 1) 10 Km sp Isimu-Gorontalo-Bitung(tahap 1) Parepare-Majene-Mamuju (tahap 1) Mamuju Palu (tahap 1) 1.b 6 Palu-Isimu (tahap 1) 1 7 Makassar-Takalar (tahap 1) 1.b 7 : Pembangunan dengan pendanaan alternatif Total Rencana Jalur KA terbangun : ± 131 Km sp : Tahap Penyelesaian (terpasang rel) : Tahap awal

90 D. INDIKASI PROGRAM PEMBANGUNAN KORIDOR KALIMANTAN 5 1 Tanjung - Bandara Syamsuddin Noor Banjarmasin (tahap 1) 2 Balikpapan-Samarinda (tahap 1) Tanjung-Tanah Grogot-Balikpapan (tahap 1) Samarinda - Tanjung Redep (tahap 1) Tanjung Redep - Batas Negara (tahap 1) Palangkaraya-Banjarmasin (tahap 1) Palangkaraya-Sangau-Pontianak (tahap 1) 10 8 Pontianak - Batas Negara (tahap 1) Kutai Barat-Paser-Balikpapan 40 Km sp 10 Gunung Mas Katingan 30 Km sp Tabang Maloy 40 Km sp : Pembangunan dengan pendanaan alternatif Potensi terbangun dengan pendanaan alternatif : ± 110 Km sp : Tahap Penyelesaian (terpasang rel) : Tahap awal

91 E. INDIKASI PROGRAM PEMBANGUNAN KORIDOR PAPUA 1 Sorong Manokwari (tahap 1) Koridor Papua dalam tahap penyusunan dokumen perencanaan dan diharapkan pembangunan tahap awal dapat dimulai tahun 2019 : Pembangunan dengan pendanaan alternatif : Tahap Penyelesaian (terpasang rel) : Tahap awal

92 F. INDIKASI PROGRAM PEMBANGUNAN DENGAN SKEMA PENDANAAN ALTERNATIF 1. KA Tanjung Enim-Tj.Api Api 2. LRT Medan 3. LRT Batam 4. KA Tanjung Karang Pel. Panjang 5. KA Bandara SHIA 6. LRT Jabodebek 7. LRT DKI Jakarta KA Bandara Kulonprogo 9. Elevated Loopline Jabotabek 10. KA Pelabuhan Teluk Lamong 11. HST Jakarta-Bandung 12. Metro Kapsul Bandung 13. KA Tabang-Maloy 14. KA Kutai Barat-Paser- Balikpapan 15. KA Gunung Mas - Katingan Item Indikasi panjang jalur KA Indikasi kebutuhan pendanaan : ± 290,2 Km sp : Rp 54,21 Triliun

93 LAMPIRAN A INDIKATOR KINERJA PROGRAM (IKP) DIREKTORAT JENDERAL PERKERETAAPIAN PERSPECTIVE STAKEHOLDERS PERSPECTIVE CUSTOMERS PERSPECTIVE SASARAN PROGRAN SP1 Meningkatnya KONEKTIVITAS jaringan perkeretaapian nasional SP2 Terwujudnya PELAYANAN transportasi kereta api yang handal, berdaya saing dan memberikan nilai tambah SP3 Meningkatnya KESELAMATAN dan KEAMANAN transportasi kereta api SP4 Meningkatkan KINERJA PELAYANAN sarana dan prasarana transportasi kereta api SP5 Meningkatnya KAPASITAS sarana dan prasarana transportasi kereta api TARGET CAPAIAN TARGET INDIKATOR KINERJA PROGRAM BASE SATUAN TAHUNAN CAPAIAN (IKP) LINE S/D 2019 Keterkaitan IK1 Rasio Konektivitas Antar Wilayah Rasio 0,26 0,28 0,31 0,37 0,37 IKU Kemenhub IK2 Modal share angkutan penumpang % total nasional 3,76 4,0 4,5 5 5 IKP kereta api DJKA IK3 Modal share angkutan barang % total nasional 0,18 0,2 0,25 0,3 0,3 IKP kereta api DJKA IK4 Rasio kejadian kecelakaan Kejadian 0,55 0,55 0,55 0,55 0,55 IKU transportasi kereta api (rate of accident) kecelakaan/ Kemenhub IK5 Rasio gangguan keamanan pada pelayanan jasa transportasi kereta api IK6 Prosentase peningkatan penerbitan sertifikat perkeretaapian (sarana, prasarana & SDM) IK7 Prosentase capaian on time performance (OTP) transportasi kereta api IK8 Prosentase wilayah perkotaan yang tersedia layanan angkutan kereta api perkotaan IK9 Prosentase penurunan gas rumah kaca dari subsektor perkeretaapian IK10 Prosentase peningkatan penyediaan tempat duduk kereta api PSO dan perintis IK11 Prosentase peningkatan panjang jalur kereta api yang terbangun 1 juta km tempuh Kejadian gangguan keamanan/ 1 juta km tempuh 13,34 10,70 8,70 6,70 6,70 IKU Kemenhub % IKP DJKA % 63, IKU Kemenhub % IKU Kemenhub % 0,91 6,04 12,08 14,8 14,8 IKU Kemenhub % 12,2 15,53 55,80 64,21 64,21 IKU Kemenhub % 4,1 7,47 14,91 29,65 29,65 IKU Kemenhub

94 PERSPECTIVE INTERNAL BUSINESS PROCESS PERSPECTIVE SASARAN PROGRAN SP6 Terlaksananya PERUMUSAN REGULASI DAN KEBIJAKAN dalam penyelenggaraan perkeretaapian SP7 Meningkatnya peran Badan Usaha dalam program pembangunan perkeretaapian dengan skema PENDANAAN ALTERNATIF INDIKATOR KINERJA PROGRAM (IKP) IK12 Prosentase pencapaian target legislasi (rancangan dan peraturan perundangan) di bidang perkeretaapian IK13 Prosentase peningkatan jumlah ketersediaan dokumen perencanaan awal (OBC/FBC) program pembangunan yang akan didanai dengan skema pendanaan alternatif SATUAN TARGET CAPAIAN TARGET BASE TAHUNAN CAPAIAN LINE S/D 2019 Keterkaitan % IKP DJKA % ,3 53,3 IKP DJKA LEARN & GROWTH PERSPECTIVE SP8 Tersedianya SDM Ditjen Perkeretaapian yang Kompeten dan Profesional SP9 Terwujudnya GOOD GOVERNANCE dan CLEAN GOVERNMENT di Lingkungan Ditjen Perkeretaapian IK14 Rasio peningkatan pegawai Ditjen Perkeretaapian yang memiliki sertifikat JFT/Teknis IK15 Target Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) IK16 Prosentase penyerapan Anggaran Ditjen Perkeretaapian % IKP DJKA Milyar Rp IKP DJKA % IKP DJKA IK17 Nilai AKIP Ditjen Perkeretaapian Nilai , ,5 92,5 IKP DJKA IK18 Tingkat maturasi SPIP Ditjen % IKP Perkeretaapian (level 2) (level 3) (level 3) (level 3) DJKA

95 LAMPIRAN B REKAPITULASI INDIKASI ALOKASI PENDANAAN SUBSEKTOR PERKERETAAPIAN TAHUN NO B PROGRAM/ KEGIATAN PROGRAM PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN TRANSPORTASI PERKERETAAPIAN Kegiatan Pembangunan dan Pengelolaan Bidang Sarana Perkeretaapian Kegiatan Pembangunan dan Pengelolaan Bidang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api Kegiatan Pembangunan dan Pengelolaan Prasarana dan Fasilitas Pendukung Kereta Api Kegiatan Pembangunan dan Pengelolaan Bidang Keselamatan Perkeretaapian Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen Perkeretaapian ALOKASI (Rp. Miliar) TAHUN 2015 TAHUN 2016 TAHUN 2017 TAHUN 2018 TAHUN 2019 (Alokasi Anggaran) (Alokasi Anggaran) (Alokasi Anggaran) (Pagu Kebutuhan) (Indikasi Anggaran) TOTAL ALOKASI (Rp. Miliar) , , , , , , , , ,406 81, , ,128 96, , , , , , , , , , , ,279 78,887 80,762 84, , , ,935 90, , , , , ,047

96 LAMPIRAN C.1 INDIKASI KEBUTUHAN PENDANAAN PROGRAM/KEGIATAN STRATEGIS SUBSEKTOR PERKERETAAPIAN TAHUN NO PROGRAM / KEGIATAN STRATEGIS TAHUN 2015 TAHUN 2016 TAHUN 2017 TAHUN 2018 TAHUN 2019 ALOKASI ANGGARAN VOL. ALOKASI ANGGARAN VOL. ALOKASI ANGGARAN VOL. ANGGARAN VOL. ANGGARAN VOL. TOTAL ALOKASI ANGGARAN (Rp. Miliar) JUMLAH VOLUME B PROGRAM PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN TRANSPORTASI PERKERETAAPIAN , , , , , ,450 RPJMN TAHUN , , , , , ,241 1 Kegiatan Pembangunan dan Pengelolaan Bidang Sarana Perkeretaapian 198, , ,406 81, , ,128 Jumlah Paket Kegiatan Sosialisasi/Rakor/ Seminar/Workshop Bidang Sarana Perkeretaapian 7, , , , , Jumlah unit pengadaan sarana KA termasuk kereta kerja (unit) 142, , , , , , Jumlah unit pengadaan sarana KA (unit) pada (KRL) sistem AC untuk lintas Yogyakarta - Solo 9 unit Kereta Keprintisan & 49 unit Sarana Kerja (Kereta Inspeksi, TMC, Lori, Kereta Ukur, Gerbong Datar dan Gerbon terbuka) 3 unit Sarana Kerja (Kereta Inspeksi & Kereta Ukur) 6 unit ( Kereta Inspeksi, Kereta Ukur, Gerbong Datar, Kereta Penolong) 3 unit Sarana Kerja (Kereta Uji Dinamis, TMC dan Kereta Penolong) 24 unit sarana kerja (lokomotif, kereta ukur, kereta crane, gerbong datar dan gerbong terbuka) Jumlah unit pengadaan fasilitas/peralatan sarana KA (unit) 12, , , , , , Jumlah paket perawatan/ pengoperasian sarana dan fasilitas sarana KA (paket) 19, , , , , , Jumlah dokumen Studi/Kajian/Desain/ Norma/Standar/ Pedoman/ Kriteria/Prosedur Bidang Sarana Perkeretaapian (dokumen) 6, , , , , Jumlah paket pembinaan penyelenggaraan sarana Perkeretaapian 0, , , , , , (paket) Penyelenggaraan administrasi dan layanan perkantoran (tahun) 10, , , , , , Kegiatan Pembangunan dan Pengelolaan Bidang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api 96, , , , , ,061 Jumlah paket subsidi angkutan kereta api (paket) termasuk subsidi angkutan KA untuk mengangkut motor pada masa mudik lebaran Jumlah paket fasilitas dan peralatan bidang lalu lintas dan angkutan kereta api (paket) Jumlah dokumen Studi/Kajian/Desain/ Norma/Standar/ Pedoman/ Kriteria/Prosedur bidang Lalu Lintas dan Angkutan kereta api(dokumen) Jumlah paket pembinaan penyelenggaraan bidang lalu lintas dan angkutan kereta api (paket) 37, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , Penyelenggaraan administrasi dan layanan perkantoran (tahun) 9, , , , , , Kegiatan Pembangunan dan Pengelolaan Prasarana dan Fasilitas Pendukung Kereta Api , , , , , ,279 Jumlah Km'sp jalur KA yang direhabilitasi dan tingkatkan keandalannya (Km'sp) 1.304, ,6 41, , , , ,

97 TOTAL ALOKASI NO PROGRAM / KEGIATAN STRATEGIS TAHUN 2015 TAHUN 2016 TAHUN 2017 TAHUN 2018 TAHUN 2019 JUMLAH ANGGARAN VOLUME (Rp. Miliar) ALOKASI ALOKASI ALOKASI VOL. VOL. VOL. ANGGARAN VOL. ANGGARAN VOL. ANGGARAN ANGGARAN ANGGARAN Jumlah Km'sp jalur KA yang dibangun termasuk jalur ganda dan reaktivasi (Km'sp) 3.165, , , , , , , Jumlah Km'sp jalur lingkar KA layang yang dibangun (Km'sp) di , , Jabodetabek ( ) 0 Pembangunan Kereta Ringan Perkotaan (km'sp) (ON TOP) , , , , Jumlah unit jembatan/underpass/ flyover KA yang direhabilitasi dan tingkatkan keandalannya (unit) 721, , , , , , Jumlah unit jembatan/underpass/ flyover KA yang dibangun (unit) 216, , , , , , Jumlah Km'sp pengadaan material rel (Km'sp) 2044, , , , , Jumlah unit pengadaan material wesel (unit) 113, , , , , Jumlah unit stasiun/bangunan operasional KA yang direhabilitasi dan tingkatkan keandalannya (unit) 366, , , , , Jumlah unit stasiun/bangunan operasional KA yang dibangun (unit) 50, , , , , , Jumlah paket rehabilitasi dan peningkatan persinyalan dan telekomunikasi KA (paket) Jumlah paket pembangunan persinyalan dan telekomunikasi KA (paket) Jumlah Km'sp listrik aliran atas KA yang direhabilitasi dan tingkatkan keandalannya (Km'sp) termasuk gardu listrik Jumlah Km'sp listrik aliran atas KA yang dibangun (Km'sp) termasuk gardu listrik Jumlah Km'sp listrik aliran atas KA yang dibangun (Km'sp) pada jalur KA antara Yogyakarta Solo 257, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , Jumlah paket peningkatan/ pembangunan Bangunan Khusus (paket) 6, , , , , , Jumlah paket pemagaran prasarana dan fasilitas prasarana perkeretaapian (paket) 853, , , , , Jumlah unit pengamanan perlintasan sebidang (unit) 0 5, , , , Jumlah paket pengadaan dan penertiban lahan (paket) 372, , , , , , Jumlah paket Perawatan Peralatan/Fasilitas Prasarana (paket) 3, , , , , , Jumah Paket Pengadaan MTT (Multi Tie Tamper Machine), Profile Ballast regulator, Track Laying Machine, Flash Butt Welding & Peralatan Prasarana Lainnya 30, , , , , , Pelaksanaan Perawatan dan Pengoperasian Prasarana Perkeretaapian Milik Negara/ IMO (tahun) Pelaksanaan Perawatan dan Pengoperasian Prasarana Perkeretaapian Milik Negara (tahun) 1.492, , , , , ,

98 TOTAL ALOKASI JUMLAH ANGGARAN VOLUME (Rp. Miliar) ALOKASI ALOKASI ALOKASI VOL. VOL. VOL. ANGGARAN VOL. ANGGARAN VOL. ANGGARAN ANGGARAN ANGGARAN 245, , , , , , NO PROGRAM / KEGIATAN STRATEGIS TAHUN 2015 TAHUN 2016 TAHUN 2017 TAHUN 2018 TAHUN 2019 Jumlah dokumen Studi/Kajian/Desain/ Norma/Standar/ Pedoman/ Kriteria/Prosedur bidang prasarana perkeretaapian (dokumen) Jumlah paket pembinaan penyelenggaraan prasarana Perkeretaapian (paket) , , , , , Penyelenggaraan administrasi dan layanan perkantoran (tahun) 31, , , , , , Kegiatan Pembangunan dan Pengelolaan Bidang Keselamatan Perkeretaapian Jumlah paket Kegiatan Sosialisasi/Rakor/Seminar/Workshop Bidang Keselamatan Perkeretaapian (paket) Jumlah paket fasilitas dan peralatan bidang keselamatan perkeretaapian (paket) Jumlah dokumen Studi/Kajian/Desain/ Norma/Standar/ Pedoman/ Kriteria/Prosedur bidang keselamatan perkeretaapian (dokumen) 78,887 80, , , , ,935 1, , , , , , , , , , , , , , , , , , Jumlah paket pembinaan penyelenggaraan bidang keselamatan 10, , , , , , perkeretaapian (paket) Penyelenggaraan administrasi dan layanan perkantoran (tahun) 2, , , , , , Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen Perkeretaapian 90, , , , , ,047 5

99 LAMPIRAN C.1 INDIKASI PENDANAAN DAN LOKASI KEGIATAN STRATEGIS PEMBANGUNAN JALAN KA REALISASI PEMBANGUNAN (CAPAIAN) GAP Target (RENSTA) setelah direviu TOTAL ( ) NO KEGIATAN 2015 (Alokasi Anggaran & APBNP) TOTAL VOLUME VOLUME VOLUME (Realisasi) VOLUME VOLUME VOLUME BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) Pembangunan Jalan Rel/Emplasemen 179,30 Km'sp ,99 Km'sp ,00 Km'sp Km'sp 938,21 Km'sp 386,50 Km'sp ,71 Km'sp ,50 Km'sp KORIDOR PULAU SUMATERA 100,22 Km'sp Km'sp ,00 Km'sp Km'sp 359,33 Km'sp 80,00 Km'sp ,56 Km'sp ,78 Km'sp Sigli - Bireun - Lhokseumawe, 13,05 Km'sp Km'sp 13,1 Km'sp 40,56 Km'sp 1 pkt ,6 Km'sp ,61 Km'sp Aceh Lhokseumawe - Langsa, Aceh (tahap pertama) - Pkt - Pkt - Kuala Langsa - Langsa - Besitang, Sumut & Aceh - 1 pkt ,0 Km'sp ,00 Km'sp Pkt ,0 Medan - Bandar Khalifah, Sumut (Jalur KA Layang) 1 Pkt ,0 8,00 8,0 Km'sp ,0 Km'sp ,00 Km'sp Pkt Pkt ,00 Km'sp Bandar Khalifah - Araskabu (jalur ganda), Sumut Km'sp 15,00 Km'sp - Km'sp - Araskabu - Kualanamu (jalur ganda), Sumut Km'sp Pkt ,00 1,00 Km'sp 4,00 Km'sp , ,0 Km'sp Bandar Tinggi - Kuala Tanjung, Sumut (termasuk 2,20 Km'sp Km'sp 2,2 19,30 Km'sp 23,20 Km'sp emplasemen) 1 Pkt ,0 1 pkt ,0 Km'sp Binjai - Besitang (Reaktivasi) 31,30 Km'sp ,0 Km'sp ,0 45,3 39,70 Km'sp 40,00 Km'sp ,30 Km'sp Km'sp Medan - Gabion/Belawan, Sumut 8,00 Km'sp - Km'sp - (elevated track) Km'sp Rantauprapat-Duri-Dumai Pkt Km'sp 1 Pkt ,0 89,00 Km'sp 1 pkt ,00 Km'sp ,00 Km'sp Rantauprapat-Gunung Tua-Padang Sidempuan-Sibolga (tahap 1) - 1 Pkt ,00 Pkt Siantar - Prapat & Medan - Deli Serdang - Karo (tahap 1) - 1 Pkt ,00 Pkt Pekanbaru-Muara Lembu-Teluk Kuantan-Muaro 64,00 Km'sp 1 pkt ,00 Pkt Duri - Pekanbaru - Km'sp 1 Pkt ,00 Pkt Padang - Duku - Bandara Internasional Minangkabau (BIM) 1,72 Km'sp Pkt 23,0 Km'sp ,0 24,7 Km'sp (22,08) Km'sp ` 24,72 Km'sp Pariaman - Naras - Sungai Limau, Sumbar (reaktivasi) Km'sp 6,70 Km'sp - Km'sp - Padang - Pulo Aer, Sumbar (reaktivasi) Pkt - - Pkt - Padang Panjang - Bukit Tinggi - Payakumbuh - Limbanang, Sumbar (Reaktivasi) Pkt - - Pkt - Muaro Kalaban - Muaro- Logas, Sumbar (reaktivasi) Pkt Km'sp 1 Pkt ,0 26,00 Km'sp 1 pkt ,0 Km'sp ,00 Km'sp Shortcut Padang-Solok (tahap pertama) - Pkt - Pkt - Batu Ampar - Bandara Hang Nadim, Kep. Riau Km'sp 13,10 Km'sp Km'sp - Km'sp - Pekanbaru - Jambi 65,00 Km'sp Km'sp Km'sp - Km'sp - Jambi - Palembang 54,50 Km'sp Km'sp Km'sp - Km'sp - Muara Enim - Lahat, Sumsel (Jalur Ganda) - Km'sp - Km'sp - Baturaja - Martapura, Sumsel (Jalur Ganda) Pkt 8,00 Pkt ,00 32,0 Km'sp ,0 32,0 Km'sp 3,00 Km'sp 32,00 Km'sp Prabumulih - Kertapati (jalur ganda), Sumsel Pkt Km'sp 78,0 Km'sp ,0 78,0 Km'sp (50,00) Km'sp Km'sp Km'sp 78,00 Km'sp Tanjung Enim-Tanjung Api Api (pendanaan alternatif) 30,0 Km'sp ,00 Km'sp Simpang - Tanjung Api-Api (perpanjangan), Sumsel (tahap pertama) 47,95 Km'sp ,95 Km'sp (47,95) 1 pkt ,95 Km'sp Pembangunan LRT Provinsi Palembang Pkt ,00 1 Pkt ,00-23,0 Km'sp Pkt 23,00 Km'sp Pembangunan LRT Medan (pendanaan alternatif) 15,0 Km'sp ,00 Km'sp Pembangunan LRT Batam (pendanaan alternatif) 15,0 Km'sp ,00 Km'sp Indralaya - Kampus Unsri (perpanjangan), Sumsel Pkt - 1 Pkt ,00 Pkt Tanjung Karang - Pelabuhan Panjang, Lampung (pendanaan alternatif) - 3,0 Km'sp ,00 Km'sp Cempaka-Rejosari (jalur ganda) Km'sp 24,50 Km'sp 9,0 Km'sp ,0 Km'sp ,00 Km'sp Sukamenti - Tarahan, Lampung (jalur ganda) Km'sp 2,00 Km'sp 1 pkt ,00 Pkt Tarahan (KM3) - Bakauheni (tahap pertama) - 1 Pkt ,00 Pkt KORIDOR PULAU JAWA - BALI 62,98 Km'sp ,99 Km'sp ,00 Km'sp ,98 Km'sp 264,00 Km'sp ,15 Km'sp ,12 Km'sp Maja - Rangkasbitung (jalur ganda) 4,00 Km'sp ,00 Km'sp ,00 10,0 Km'sp ,0 17,0 Km'sp 2,80 Km'sp 17,0 Km'sp ,00 Km'sp Maja - Rangkasbitung (Test Track) Km'sp 10,00 Km'sp 10,0 Km'sp ,00 Km'sp Rangkasbitung - Merak (jalur ganda) 33,70 Km'sp Km'sp 1 pkt ,00 Pkt Cilegon - Anyer Kidul (Reaktivasi) Pkt - 1 pkt ,00 Pkt Rangkasbitung - Labuan - Saketi - Bayah (Reaktivasi) tahap pertama - 1 pkt ,00 Pkt Tonjong - Pelabuhan Bojonegara Pkt - 1 pkt ,00 Pkt QW Pondok Jati - Rajawali - Kampung Bandan - Duri - Tanah Abang - Manggarai - Pondok Jati (Jalur KA Layang Loopline Jabodetabek) (pendanaan alternatif) Manggarai - Jatinegara - Bekasi - Cikarang (Double double track termasuk elektrifikasi dan fasilitas perkeretaapian) --> Paket A dan B1 Pkt Pkt 7,70 Km'sp 7,7 Km'sp ,70 Km'sp Pkt Pkt ,00 1 Pkt ,0 13,50 Km'sp 3,0 Km'sp ,0 Km'sp ,0 Km'sp Manggarai - Jatinegara - Bekasi - Cikarang (Double double track termasuk elektrifikasi dan fasilitas Pkt 1,0 Pkt ,00 1 Pkt ,0-1,00 Pkt perkeretaapian) --> Paket B21 Citayam - Nambo (jalur ganda) Pkt - 1 pkt ,00 Pkt KA Bandara Soekarno Hatta International Km'sp 12,10 Km'sp Airport (SHIA) (pendanaan alternatif) 12,1 Km'sp Pembangunan LRT Jakarta, Depok, Bogor, Bekasi (pendanaan alternatif) 1 pkt Km'sp 43,00 Km'sp Pkt 1 Pkt ,0-43, Pembangunan LRT DKI Jakarta (pendanaan alternatif) 6,0 Km'sp ,0 Km'sp ,00 Km'sp MRT Jakarta koridor Utara-Selatan (fase-1) pkt 1 pkt ,0 1 pkt ,7 Km'sp ,7 Km'sp ,00 MRT Jakarta koridor Utara-Selatan (fase-2) 1 pkt ,00 pkt Pembangunan HST Jakarta - Bandung (pendanaan Pkt 20,0 km'sp ,00 Km'sp alternatif) - Pembangunan jalur KA baru lingkar luar Jabodetabek antara Parungpanjang - Citayam Km'sp 32,00 Km'sp 1 pkt ,00 Pkt Pembangunan jalur KA baru lingkar luar Jabodetabek antara Nambo - Cikarang - Kalibaru (tahap pertama) Pkt - 1 pkt ,00 Pkt Bogor-Sukabumi (jalur ganda) 4,50 Km'sp ,00 Km'sp ,50 Km'sp Sukabumi-Cianjur-Padalarang - 1 pkt ,00 Pkt Cibungur - Tanjungrasa, Jabar (termasuk penataan emplasemen) 1,20 Km'sp Km'sp 1,2 Km'sp 10,80 Km'sp 1,20 Km'sp Jalan KA akses pelabuhan Patimban - 1 pkt ,00 Pkt Cikampek - Padalarang (jalur ganda) Km'sp 23,48 Km'sp 1 pkt ,00 Pkt Padalarang - Bandung - Cicalengka (termasuk elektrifikasi) Pkt Km'sp 23,20 Km'sp 1 pkt ,00 Pkt Metro Kapsul Bandung (pendanaan alternatif) 3,4 Km'sp ,40 Km'sp Rancaekek - Tanjungsari (Reaktivasi) Km'sp 1 Pkt ,0 11,00 Km'sp 12,0 Km'sp ,00 Km'sp Tanjungsari - Kertajati 24,00 Km'sp 1 pkt ,00 Pkt Reaktivasi jalur KA antara Cirebon - Kadipaten dan pembangunan jalur KA baru antara Kadipaten - Bandara - 1 Pkt ,00 Pkt Kertajati Cangkring - Pelabuhan Cirebon Km'sp 5,00 Km'sp 1 pkt ,00 Pkt Cicalengka - Banjar - Kroya (jalur ganda) tahap pertama - 1 Pkt ,00 Pkt Banjar - Pangandaran - Cijulang (reaktivasi) tahap pertama - 1 Pkt ,00 Pkt Cirebon - Kroya (Purwokerto - Kroya - jalur ganda) 17,00 Km'sp ,30 Km'sp ,00 18,0 Km'sp ,0 41,3 Km'sp (14,90) Km'sp 27,0 Km'sp ,30 Km'sp Purwokerto - Wonosobo (reaktivasi) tahap pertama - 1 Pkt ,00 Pkt Maos - Cilacap (termasuk akses ke Pelabuhan) 20,00 Km'sp 1 pkt ,00 Pkt Kroya - Kutoarjo Pkt Pkt 1 Pkt ,0 76,00 Km'sp 1 pkt ,0 Km'sp ,00 Km'sp Kedungjati - Tuntang (reaktivasi) 30,05 Km'sp Pkt ,0 30,05 Km'sp 1,95 Km'sp 1 pkt ,0 Km'sp ,05 Km'sp Semarang - Pelabuhan Tanjung Mas (reaktivasi) Pkt Km'sp 1 Pkt ,0 2,50 Km'sp 1,00 Pkt Jerakah - Semarang Poncol - Semarang Tawang - Alastua (jalur KA layang) Km'sp 7,10 Km'sp 1 pkt ,00 Pkt Solo - Semarang (jalur ganda) tahap pertama - 1 Pkt ,00 Pkt Yogyakarta - Magelang (reaktivasi) tahap pertama - 1 Pkt ,00 Pkt KA Bandara Adisumarmo 10,0 Km'sp ,00 Km'sp KA Bandara Kulonprogo (tahap 1) (pendanaan alternatif) - 10,0 Km'sp ,00 Km'sp Shortcut Solo Kota - Solo Jebres Pkt - 1 pkt ,00 Pkt

100 NO KEGIATAN REALISASI PEMBANGUNAN (CAPAIAN) GAP Target (RENSTA) setelah direviu TOTAL ( ) 2015 (Alokasi Anggaran & APBNP) TOTAL VOLUME VOLUME VOLUME (Realisasi) VOLUME VOLUME VOLUME BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) Surabaya - Kalimas & Sidotopo (jalur ganda) Km'sp 3,00 Km'sp 1 pkt ,00 Pkt Jombang - Babat - Tuban (reaktivasi) 37,00 Km'sp 1 pkt ,00 Pkt Kandangan - Pelabuhan Teluk Lamong (pendanaan alternatif) 7,00 Km'sp 7,0 km'sp ,00 Km'sp Solo - Paron Pkt 24,7 Km'sp ,00 1 Pkt ,0 24,7 Km'sp 21,31 Km'sp 42,0 Km'sp ,3 Km'sp ,00 Km'sp Paron - Madiun (jalur ganda), Jatim (termasuk emplasemen) Km'sp Km'sp 1 Pkt ,0 6,3 Km'sp 18,70 Km'sp 53,0 Km'sp ,30 Km'sp , Madiun - Mojokerto - Wonokromo (jalur ganda) 20,0 Km'sp ,00 1 Pkt ,0 20,00 Km'sp 86,0 Km'sp ,0 Km'sp ,00 Km'sp Perkotaan Surabaya (Reaktivasi Tram Kalimas - Wonokromo, Jalur Ganda Wonokromo - Sidoarjp, KA Bandara Km'sp ,0 17,14 Km'sp 17,1 Km'sp ,14 Km'sp Pkt Juanda) Tulangan - Gununggangsir Km'sp 20,00 Km'sp 20,0 km'sp ,00 Km'sp Kalisat - Panarukan (reaktivasi) tahap pertama - 1 Pkt ,00 Pkt Bangil - Banyuwangi (jalur ganda) tahap pertama - 1 Pkt ,00 Pkt Bandara Ngurah Rai Denpasar - Mengwi, Gilimanuk - Padang Bai tahap pertama - 1 Pkt ,00 Pkt KORIDOR PULAU SULAWESI 16,10 Km'sp Km'sp - - Km'sp ,10 Km'sp 144,90 Km'sp 42,50 Km'sp ,00 Km'sp ,60 Km'sp Makassar - Pare-Pare 16,10 Km'sp Km'sp 1 Pkt ,0 16,1 Km'sp 128,90 Km'sp 42,5 Km'sp ,0 Km'sp ,60 Km'sp Manado - Bitung 16,00 Km'sp 10,00 Km'sp ,00 Km'sp Isimu-Kota Gorontalo-Taludaa-Molibagu-Tutuyan-Belang-Kema-Bitung - 1 pkt ,00 Pkt Parepare-Pinrang-Polewali-Wonomulyo-Majene-Mamuju - Palu - Isimu (tahap pertama) - 1 Pkt ,00 Pkt Makassar-Sungguminasa-Takalar-Jeneponto-Bantaeng-Bulukumba-Sinjai-Watampone (tahap pertama) - 1 Pkt ,00 Pkt Tomohon-Manado-Bitung-Pal Beach (termasuk akses bandara Samratulangi Airport) - 1 pkt ,00 Pkt KORIDOR PULAU KALIMANTAN - 110,00 Km'sp ,00 Km'sp Km'sp - - Km'sp Km'sp - Tanjung - Paringin - Barabai - Rantau - Martapura - Bandara Syamsuddin Noor - Banjarmasin - 1 pkt ,00 Pkt Balikpapan - Samarinda - 1 pkt ,00 Pkt Tanjung - Tanah Grogot - Balikpapan & Samarinda - Tanjung Redep - Batas Negara (tahap pertama) - 1 pkt ,00 Pkt Palangkaraya - Pulang Kipas - Kuala Kapuas - Marabahan - Banjarmasin & Palangkaraya - Sangau - Pontianak pkt ,00 Pkt Batas Negara (tahap pertama) Kutai Barat-Paser-Balikpapan (pendanaan alternatif) 40,0 Km'sp ,00 Km'sp Gunung Mas - Katingan (pendanaan alternatif) 30,0 Km'sp ,00 Km'sp Tabang-Maloy (pendanaan alternatif) 40,0 Km'sp ,00 Km'sp KORIDOR PULAU PAPUA - Km'sp - - Km'sp Km'sp pkt Pkt Sorong - Manokwari & Jayapura - Sarmi (tahap pertama) - pkt ,00 Pkt

101 NO LAMPIRAN D DAFTAR PROYEK PEMBANGUNAN SUBSKETOR PERKERETAAPIAN DENGAN POTENSI SKEMA PENDANAAN ALTERNATIF PROGRAM / KEGIATAN Volume TAHUN 2018 TAHUN 2019 Indikasi Anggaran (Rp. Milyar) Lokasi Volume Indikasi Anggaran (Rp. Milyar) A Direktorat Jenderal Perkeretaapian 21,5 Km'sp ,00 268,7 Km'sp ,00 1 Program Pembangunan KA Tanjung Enim-Tanjung Api-api 30 Km;sp 2.700,00 Sumatera Selatan 2 Pembangunan LRT Medan 15 Km'sp 4.200,00 Sumatera Utara, Medan 3 Pembangunan LRT Batam 15 Km'sp 4.200,00 Kepulauan Riau, Batam 4 Pembangunan Jalur KA Tanjung Karang-Pelabuhan Panjang 3 Km'sp 105,00 Lampung 5 Pembangunan KA Soekarno-Hatta Internasional Airport (SHIA) 12,1 Km'sp 700,00 DKI Jakarta 6 Program Pembangunan LRT Jabodebek 7.125,00 Jawa Barat, DKI Jakarta 43 Km'sp 8.657,00 Jawa Barat, DKI Jakarta 7 Program Pembangunan LRT Jakarta 6 Km'sp 2.400,00 DKI Jakarta 8 Km'sp 3.200,00 DKI Jakarta 8 Pembangunan KA Bandara Kulon Progo 10 Km'sp 500,00 DIY 9 Pondok Jati - Rajawali - Kampung Bandan - Duri - Tanah Abang - Manggarai - Pondok 7,7 Kmsp 3.329,00 DKI Jakarta Jati (Jalur KA Layang Loopline Jabodetabek) 10 Pembangunan KA akses pelabuhan teluk lamong 7 Km'sp 300,00 Jatim 11 Program Pembangunan KA Cepat/High Speed Train (HST) Jakarta-Bandung 20 Km'sp 9.858,00 Jawa Barat, DKI Jakarta 12 Program Pembangunan Metro Kapsul Bandung 3,4 Km'sp 1.040,00 Jawa Barat, Bandung 13 Program Pembangunan jalur KA antara Tabang-Maloy 40 Km'sp 2.400,00 Kaltim 14 Program Pembangunan jalur KA antara Kutai Barat-Paser-Balikpapan 40 Km'sp 2.400,00 Kaltim 15 Pembangunan jalur KA antara Gunung Mas-Katingan 30 Km'sp 1.800,00 Kalteng Lokasi

102 NO PROGRAM / KEGIATAN STRATEGIS LAMPIRAN E CAPAIAN PEMBANGUNAN SUBSEKTOR PERKERETAAPIAN TAHUN TAHUN 2015 TAHUN 2016 TAHUN 2017 TAHUN TARGET Realisasi GAP TARGET Realisasi GAP TARGET Realisasi GAP TARGET Realisasi GAP Volume Biaya Volume Biaya Volume Biaya Volume Biaya Volume Biaya Volume Biaya Volume Biaya Volume Biaya Volume Biaya Volume Biaya Volume Biaya Volume Biaya B PROGRAM PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN TRANSPORTASI PERKERETAAPIAN , , , , , , , , , , , ,258 RPJMN , , , ,841 1 Kegiatan Pembangunan dan Pengelolaan Bidang Sarana Perkeretaapian 442, , , , , , , , , , , ,437 1 Jumlah Paket Kegiatan 0, , ,201 0, , ,394 0, , , , , ,433 Sosialisasi/Rakor/ Seminar/Workshop Bidang Sarana Perkeretaapian (paket) 2 Jumlah unit pengadaan sarana KA , , , , , , , , , , , ,952 termasuk kereta kerja (unit) 3 Jumlah unit pengadaan sarana KA (unit) pada (KRL) sistem AC untuk lintas Yogyakarta - Solo (unit) 0,000 0,000 0, , , , , , , ,000 4 Jumlah unit pengadaan fasilitas/peralatan sarana KA (unit) 6 33, , , , , , , , , , , ,198 5 Jumlah paket perawatan/ pengoperasian sarana dan fasilitas sarana KA (paket) 6 Jumlah dokumen Studi/Kajian/Desain/ Norma/Standar/ Pedoman/ Kriteria/Prosedur Bidang Sarana Perkeretaapian (dokumen) 7 Jumlah paket pembinaan penyelenggaraan sarana Perkeretaapian (paket) 8 Penyelenggaraan administrasi dan layanan perkantoran (tahun) 2 Kegiatan Pembangunan dan Pengelolaan Bidang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api 1 Jumlah paket subsidi angkutan kereta api (paket) termasuk subsidi angkutan KA untuk mengangkut motor pada masa mudik lebaran 2 Jumlah paket fasilitas dan peralatan bidang lalu lintas dan angkutan kereta api (paket) 3 Jumlah dokumen Studi/Kajian/Desain/ Norma/Standar/ Pedoman/ Kriteria/Prosedur bidang Lalu Lintas dan Angkutan kereta api(dokumen) 4 Jumlah paket pembinaan penyelenggaraan bidang lalu lintas dan angkutan kereta api (paket) 5 Penyelenggaraan administrasi dan layanan perkantoran (tahun) 3 Kegiatan Pembangunan dan Pengelolaan Prasarana dan Fasilitas Pendukung Kereta Api 1 Jumlah Km'sp jalur KA yang direhabilitasi dan tingkatkan keandalannya (Km'sp) 2 Jumlah Km'sp jalur KA yang dibangun termasuk jalur ganda dan reaktivasi (Km'sp) 3 Jumlah Km'sp jalur lingkar KA layang yang dibangun (Km'sp) di Jabodetabek ( ) 4 Pembangunan Kereta Ringan Perkotaan (km'sp) (ON TOP) 5 Jumlah unit jembatan/underpass/ flyover KA yang direhabilitasi dan tingkatkan keandalannya (unit) 6 Jumlah unit jembatan/underpass/ flyover KA yang dibangun (unit) 3 28, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,239-4, , , , , , , , , , ,588 96,393 74, , ,311-1, , ,680-64, , ,384 8, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,8 554, , , , , , , ,938 7,3 59, , , , , , , , , ,950 33, , , , , , , , , ,515 0, , , , , ,000 7, , ,000 7, , , , ,000 5, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,654 7 Jumlah Km'sp pengadaan material rel (Km'sp) 8 Jumlah unit pengadaan material wesel (unit) 9 Jumlah unit stasiun/bangunan operasional KA yang direhabilitasi dan tingkatkan keandalannya (unit) 10 Jumlah unit stasiun/bangunan operasional KA yang dibangun (unit) , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,916

103 NO PROGRAM / KEGIATAN STRATEGIS TAHUN 2015 TAHUN 2016 TAHUN 2017 TAHUN TARGET Realisasi GAP TARGET Realisasi GAP TARGET Realisasi GAP TARGET Realisasi GAP 11 Jumlah paket rehabilitasi dan peningkatan persinyalan dan telekomunikasi KA (paket) 12 Jumlah paket pembangunan persinyalan dan telekomunikasi KA (paket) 13 Jumlah Km'sp listrik aliran atas KA yang direhabilitasi dan tingkatkan keandalannya (Km'sp) termasuk gardu listrik 14 Jumlah Km'sp listrik aliran atas KA yang dibangun (Km'sp) termasuk gardu listrik 15 Jumlah Km'sp listrik aliran atas KA yang dibangun (Km'sp) pada jalur KA antara Yogyakarta Solo ( ) 16 Jumlah paket peningkatan/ pembangunan Bangunan Khusus (paket) 17 Jumlah paket pemagaran prasarana dan fasilitas prasarana perkeretaapian (paket) 18 Jumlah unit pengamanan perlintasan sebidang (unit) 19 Jumlah paket pengadaan dan penertiban lahan (paket) 20 Jumlah paket Perawatan Peralatan/Fasilitas Prasarana (paket) Volume Biaya Volume Biaya Volume Biaya Volume Biaya Volume Biaya Volume Biaya Volume Biaya Volume Biaya Volume Biaya Volume Biaya Volume Biaya Volume Biaya 7 269, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,064 33,9 106, , , , , , , , , , , ,989 17,35 291, , , , , , , , , , , ,684 0, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , Jumah Paket Pengadaan MTT (Multi Tie Tamper Machine), Profile Ballast regulator, Track Laying Machine, Flash Butt Welding & Peralatan Prasarana Lainnya 22 Pelaksanaan Perawatan dan Pengoperasian Prasarana Perkeretaapian Milik Negara/ IMO (tahun) 23 Pelaksanaan Perawatan dan Pengoperasian Prasarana Perkeretaapian Milik Negara (tahun) 24 Jumlah dokumen Studi/Kajian/Desain/ Norma/Standar/ Pedoman/ Kriteria/Prosedur bidang prasarana perkeretaapian (dokumen) 25 Jumlah paket pembinaan penyelenggaraan prasarana Perkeretaapian (paket) 26 Penyelenggaraan administrasi dan layanan perkantoran (tahun) 4 Kegiatan Pembangunan dan Pengelolaan Bidang Keselamatan Perkeretaapian 1 Jumlah paket Kegiatan Sosialisasi/Rakor/Seminar/Worksho p Bidang Keselamatan Perkeretaapian (paket) 2 Jumlah paket fasilitas dan peralatan bidang keselamatan perkeretaapian (paket) 3 Jumlah dokumen Studi/Kajian/Desain/ Norma/Standar/ Pedoman/ Kriteria/Prosedur bidang keselamatan perkeretaapian (dokumen) 4 Jumlah paket pembinaan penyelenggaraan bidang keselamatan perkeretaapian (paket) 5 Penyelenggaraan administrasi dan layanan perkantoran (tahun) 5 Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen Perkeretaapian , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,381 78, , , , , ,500 84, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,558 25, , ,949-5, , , , , , ,802

104

BAB 2. VISI DAN MISI PRESIDEN, SERTA SASARAN

BAB 2. VISI DAN MISI PRESIDEN, SERTA SASARAN BAB 2. VISI DAN MISI PRESIDEN, SERTA SASARAN 2.1 VISI DAN MISI PRESIDEN Presiden Joko Widodo menetapkan Visi dan Misi pembangunan Tahun 2015-2019 yang secara politik menjadi bagian dari tujuan tercapainya

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KP 873 TAHUN 2017 TENTANG REVIU RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KP 873 TAHUN 2017 TENTANG REVIU RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KP 873 TAHUN 2017 TENTANG REVIU RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN 2015-2019 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... BAB I PENDAHULUAN... 1

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... BAB I PENDAHULUAN... 1 DAFTAR ISI Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... i ii iv v BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Prioritas dan Arah Pembangunan Sektor Transportasi... 3 1.3 Perubahan

Lebih terperinci

PAPARAN MENTERI PERHUBUNGAN

PAPARAN MENTERI PERHUBUNGAN PAPARAN MENTERI PERHUBUNGAN Paparan Menteri Perhubungan INTEGRASI TRANSPORTASI DAN TATA RUANG DALAM PERWUJUDAN NAWACITA JAKARTA, 5 NOVEMBER 2012 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN OUT L I NE Integrasi Transportasi

Lebih terperinci

2017, No Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Kementerian Perhubungan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Neg

2017, No Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Kementerian Perhubungan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Neg No.1138, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Penetapan IKU. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 70 TAHUN 2017 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA DI

Lebih terperinci

Paparan Menteri Perhubungan

Paparan Menteri Perhubungan Paparan Menteri Perhubungan INTEGRASI TRANSPORTASI DAN TATA RUANG DALAM PERWUJUDAN NAWACITA JAKARTA, 5 NOVEMBER 2012 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN O U T L I N E Integrasi Transportasi dan Tata Ruang; Isu Strategis

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Oktober 2016 DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT TTD. Drs. PUDJI HARTANTO, MM

KATA PENGANTAR. Jakarta, Oktober 2016 DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT TTD. Drs. PUDJI HARTANTO, MM PERJANJIAN KINERJA Direktorat Jenderal Perhubungan Tahun 2016 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karunia dan rahmatnya penyusunan Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal

Lebih terperinci

VISI DAN MISI DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN TANAH DATAR

VISI DAN MISI DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN TANAH DATAR VISI DAN MISI DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN TANAH DATAR Visi dan Misi Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kabupaten Tanah Datar mengacu pada Visi dan Misi instansi di

Lebih terperinci

Menimbang : a. bahwa Pasal 8 Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 70 Tahun 2017 tentang Penetapan

Menimbang : a. bahwa Pasal 8 Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 70 Tahun 2017 tentang Penetapan KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN IIDAPA KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 016 TAHUN 2018 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA DI LINGKUNGAN DIREKTORAT

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan

Lebih terperinci

RINCIAN INDIKATOR KINERJA UTAMA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN PER TAHUN

RINCIAN INDIKATOR KINERJA UTAMA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN PER TAHUN LAMPIRAN A1 RINCIAN KEMENTERIAN TAHUN 2015-2019 PER TAHUN NO. SASARAN KEMENTERIAN I. Keselamatan dan Keamanan 1 Menurunnya angka kecelakaan 1 Ratio kejadian kecelakaan nasional a. Transportasi Perkeretaapian

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... i. DAFTAR TABEL... iv. DAFTAR GAMBAR... v

DAFTAR ISI... i. DAFTAR TABEL... iv. DAFTAR GAMBAR... v DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iv DAFTAR GAMBAR... v BAB 1 PENDAHULUAN... 1-1 1.1 KONDISI UMUM... 1-1 1.1.1 CAPAIAN TARGET KINERJA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN 2010-2014... 1-3 1.1.2 CAPAIAN

Lebih terperinci

Matriks Indikator Kinerja Utama (IKU) Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Tahun

Matriks Indikator Kinerja Utama (IKU) Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Tahun a. Menurunnya angka kecelakaan 1) Jumlah pedoman standar keselamatan Dokumen 13 11 11 12 13 Tiap Tahun Capaian di tahun 2014 (baseline) adalah 2. Sehingga selama periode 5 tahun perencanaan dari tahun

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR [LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT TAHUN 2015] Maret 2016

KATA PENGANTAR [LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT TAHUN 2015] Maret 2016 Maret KATA PENGANTAR Berdasarkan Instruksi Presiden Nomor: 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dinyatakan bahwa setiap Instansi Pemerintah diwajibkan menyusun Laporan Kinerja

Lebih terperinci

BAB II PROFIL DINAS PERHUBUNGAN PROPINSI SUMATERA UTARA

BAB II PROFIL DINAS PERHUBUNGAN PROPINSI SUMATERA UTARA BAB II PROFIL DINAS PERHUBUNGAN PROPINSI SUMATERA UTARA A. Sejarah Ringkas Dinas Perhubungan Propinsi Sumatera Utara Departemen Perhubungan telah ada sejak periode awal kemerdekaan Indonesia yang dibentuk

Lebih terperinci

DITJEN PERKERETAAPIAN Kementerian Perhubungan Republik Indonesia

DITJEN PERKERETAAPIAN Kementerian Perhubungan Republik Indonesia DITJEN PERKERETAAPIAN Kementerian Perhubungan Republik Indonesia RINGKASAN IKHTISAR EKSEKUTIF Direktorat Jenderal Perkeretaapian sebagai regulator bidang perkeretaapian mempunyai tugas untuk menata penyelenggaraan

Lebih terperinci

Perkembangan Jumlah Penelitian Tahun

Perkembangan Jumlah Penelitian Tahun Pada tahun anggaran 2012, Badan Litbang Perhubungan telah menyelesaikan 368 studi yang terdiri dari 103 studi besar, 20 studi sedang dan 243 studi kecil. Perkembangan jumlah studi dari tahun 2008 sampai

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1046, 2013 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Kebandarudaraan. Nasional. Tatanan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR PM 69 TAHUN 2013 TENTANG TATANAN KEBANDARUDARAAN NASIONAL

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA RINGKASAN EKSEKUTIF Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Kementerian Perhubungan Tahun 2011 merupakan salah satu tahapan yang harus dipenuhi dalam rangkaian Sistem Akuntabilitas Kinerja

Lebih terperinci

DRS. PETRUS SUMARSONO, MA - JFP MADYA DIREKTORAT TRANSPORTASI. Rakornis Perhubungan Darat 2013 Surabaya, 3 Oktober 2013

DRS. PETRUS SUMARSONO, MA - JFP MADYA DIREKTORAT TRANSPORTASI. Rakornis Perhubungan Darat 2013 Surabaya, 3 Oktober 2013 DRS. PETRUS SUMARSONO, MA - JFP MADYA DIREKTORAT TRANSPORTASI Rakornis Perhubungan Darat 2013 Surabaya, 3 Oktober 2013 OUTLINE Kendala dan Tantangan Pembangunan Perhubungan Darat Peningkatan Sinergitas,

Lebih terperinci

KEBIJAKAN NASIONAL PENGEMBANGAN TRANSPORTASI BERKELANJUTAN

KEBIJAKAN NASIONAL PENGEMBANGAN TRANSPORTASI BERKELANJUTAN KEBIJAKAN NASIONAL PENGEMBANGAN TRANSPORTASI BERKELANJUTAN Pusat Pengelolaan Transportasi Berkelanjutan Jakarta, 14 Desember, 2017 LATAR BELAKANG ISU GLOBAL Tiga Pilar Berkelanjutan MDGs (2000 s/d 2015)

Lebih terperinci

2016, No Tahun 2007 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4722); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (

2016, No Tahun 2007 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4722); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran ( No.814, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Pendelegasian Wewenang. Menteri Kepada Kepala BPTJ. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 66 TAHUN 2016 TENTANG PENDELEGASIAN

Lebih terperinci

BAB II DINAS PERHUBUNGAN PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB II DINAS PERHUBUNGAN PROVINSI SUMATERA UTARA BAB II DINAS PERHUBUNGAN PROVINSI SUMATERA UTARA A. Sejarah Ringkas Departemen Perhubungan telah ada sejak periode awal kemerdekaan Indonesia yang dibentuk berdasarkan periode Kabinet-Kabinet Republik

Lebih terperinci

KEBUTUHAN PEGAWAI YANG BERASAL DARI LULUSAN SEKOLAH KEDINASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

KEBUTUHAN PEGAWAI YANG BERASAL DARI LULUSAN SEKOLAH KEDINASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN KEBUTUHAN PEGAWAI YANG BERASAL DARI LULUSAN SEKOLAH KEDINASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN Adalah Kementerian yang mempunyai Tugas Pemerintahan Negara untuk membantu Presiden

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KP 934 TAHUN 2017 TENTANG RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN 2017

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KP 934 TAHUN 2017 TENTANG RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN 2017 MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KP 934 TAHUN 2017 TENTANG RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

REVIU RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERHUBUNGAN TAHUN

REVIU RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERHUBUNGAN TAHUN REVIU RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERHUBUNGAN TAHUN 2015-2019 BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN Jl. Medan Merdeka Timur No.5 Jakarta 10110 DAFTAR

Lebih terperinci

- 1 - BAB I PENGUATAN REFORMASI BIROKRASI

- 1 - BAB I PENGUATAN REFORMASI BIROKRASI - 1 - LAMPIRAN PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL TAHUN 2015-2019. BAB I PENGUATAN REFORMASI BIROKRASI

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI,TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI,TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI,TUJUAN DAN SASARAN Perencanaan pembangunan daerah adalah suatu proses penyusunan tahapantahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku kepentingan, guna pemanfaatan dan pengalokasian

Lebih terperinci

BAB I I TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB I I TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN Rencana Kinerja (Renja) BPPTPM Prov.Kep.Babel TA.2016 BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1. Telaahan Terhadap Kebijakan Nasional dan Provinsi Visi BKPM dalam periode 2015-2019 adalah sebagai

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika A. Permasalahan Adapun Permasalahan

Lebih terperinci

2017, No c. bahwa untuk mempercepat penyelenggaraan kewajiban pelayanan publik untuk angkutan barang di laut, darat, dan udara diperlukan progr

2017, No c. bahwa untuk mempercepat penyelenggaraan kewajiban pelayanan publik untuk angkutan barang di laut, darat, dan udara diperlukan progr No.165, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PELAYANAN PUBLIK. Daerah Tertinggal, Terpencil, Terluar, Perbatasan. Angkutan Barang. Penyelenggaraan. Pencabutan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KEWAJIBAN PELAYANAN PUBLIK UNTUK ANGKUTAN BARANG DARI DAN KE DAERAH TERTINGGAL, TERPENCIL, TERLUAR, DAN PERBATASAN DENGAN

Lebih terperinci

BAB V. Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Banjarbaru Tahun Visi

BAB V. Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Banjarbaru Tahun Visi BAB V Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran 5.1 Visi Visi merupakan arah pembangunan atau kondisi masa depan daerah yang ingin dicapai dalam 5 (lima) tahun mendatang (clarity of direction). Visi juga menjawab

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 103 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PENGELOLA TRANSPORTASI JAKARTA, BOGOR, DEPOK, TANGERANG, DAN BEKASI

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 103 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PENGELOLA TRANSPORTASI JAKARTA, BOGOR, DEPOK, TANGERANG, DAN BEKASI PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 103 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PENGELOLA TRANSPORTASI JAKARTA, BOGOR, DEPOK, TANGERANG, DAN BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT

DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT Direktorat Lalu lintas Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan Jalan Medan Merdeka Barat No 8 Jakarta 10110 1 1. Cetak Biru Pengembangan Pelabuhan

Lebih terperinci

BAHAN PAPARAN. Disampaikan pada : BIMBINGAN TEKNIS AUDIT

BAHAN PAPARAN. Disampaikan pada : BIMBINGAN TEKNIS AUDIT BAHAN PAPARAN Disampaikan pada : BIMBINGAN TEKNIS AUDIT PENGERTIAN ISTILAH 1. Bandar Udara adalah lapangan terbang yang dipergunakan untuk mendarat dan lepas landas pesawat udara, naik turun penumpang

Lebih terperinci

RPJMD KABUPATEN LINGGA BAB 5 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

RPJMD KABUPATEN LINGGA BAB 5 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN I BAB 5 I VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi Pengertian visi secara umum adalah gambaran masa depan atau proyeksi terhadap seluruh hasil yang anda nanti akan lakukan selama waktu yang ditentukan.

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan Departemen Perhubungan lahir sejak dari tahun 1945 adalah gabungan antara Departemen Perhubungan dan Departemen Pekerjaan Umum, yang dipimpin oleh seorang

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN 2013, No.51 8 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM.68 TAHUN 2012 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR (IKU) DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN INDIKATOR (IKU) DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

Kementerian Perhubungan RI

Kementerian Perhubungan RI D i t j e n P e r ke r e t a a p i a n Kementerian Perhubungan RI w w w. d e p h u b. g o. i d 1. PERMASALAHAN TRANSPORTASI DI JAKARTA Permasalahan Transportasi Kondisi jalan raya terjadi banyak kerusakan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TAHUN 2013-2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR KP. 430 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR KP. 430 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR KP. 430 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN 2015-2019 J A K A R T A T A H U N 2 0 1 5 5. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004 tentang

Lebih terperinci

POKOK-POKOK PIKIRAN MENGENAI PENGEMBANGAN JARINGAN PELAYANAN DAN PRASARANA TRANSPORTASI DARAT TERPADU DALAM PERSPEKTIF SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL

POKOK-POKOK PIKIRAN MENGENAI PENGEMBANGAN JARINGAN PELAYANAN DAN PRASARANA TRANSPORTASI DARAT TERPADU DALAM PERSPEKTIF SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT POKOK-POKOK PIKIRAN MENGENAI PENGEMBANGAN JARINGAN PELAYANAN DAN PRASARANA TRANSPORTASI DARAT TERPADU DALAM PERSPEKTIF SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGIS DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGIS DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGIS DAN KEBIJAKAN 1. VISI DAN MISI Sebagai unsur pelaksana Pemerintah Kabupaten Lamandau dalam bidang Perhubungan komunikasi dan Informatika dituntut adanya peningkatan

Lebih terperinci

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah 2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah Permasalahan pembangunan daerah merupakan gap expectation antara kinerja pembangunan yang dicapai saat inidengan yang direncanakan serta antara apa yang ingin dicapai

Lebih terperinci

No. Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah)

No. Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah) E. PAGU ANGGARAN BERDASARKAN PROGRAM No. Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah) Sub Bidang Sumber Daya Air 1. Pengembangan, Pengelolaan, dan Konservasi Sungai, Danau, dan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG TATARAN TRANSPORTASI WILAYAH PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG TATARAN TRANSPORTASI WILAYAH PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG TATARAN TRANSPORTASI WILAYAH PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2012-2032 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mencapai

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 103 TAHUN 2007 TENTANG POLA TRANSPORTASI MAKRO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 103 TAHUN 2007 TENTANG POLA TRANSPORTASI MAKRO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 103 TAHUN 2007 TENTANG POLA TRANSPORTASI MAKRO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA, Menimbang

Lebih terperinci

RUU SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL DAN HARAPAN SISTEM TRANSPORTASI YANG TERINTEGRASI, AMAN, EFEKTIF, DAN EFISIEN

RUU SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL DAN HARAPAN SISTEM TRANSPORTASI YANG TERINTEGRASI, AMAN, EFEKTIF, DAN EFISIEN RUU SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL DAN HARAPAN SISTEM TRANSPORTASI YANG TERINTEGRASI, AMAN, EFEKTIF, DAN EFISIEN Oleh: Zaqiu Rahman * Naskah diterima: 16 Januari 2015; disetujui: 23 Januari 2015 Keberhasilan

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah. Dalam upaya meningkatkan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2013-2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Keberhasilan pembangunan sangat dipengaruhi oleh peran transportasi. Karenanya sistem transportasi nasional (SISTRANAS) diharapkan mampu menghasilkan jasa transportasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai salah satu fungsi manajemen, mekanisme pengawasan di dalam suatu organisasi mutlak diperlukan. Pelaksanaan suatu rencana atau program tanpa diiringi dengan suatu

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT KATA PENGANTAR Sebagai tindaklanjut dari Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, yang mewajibkan bagi setiap pimpinan instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan

Lebih terperinci

2015, No RITJ yang ditetapkan dengan Peraturan Menteri Perhubungan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran N

2015, No RITJ yang ditetapkan dengan Peraturan Menteri Perhubungan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran N BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1666-2015 KEMENHUB. Jabodetabek. Rencana Induk Transportasi. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 172 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN

Lebih terperinci

SINKRONISASI KEBIJAKAN PUSAT DAN DERAH DALAM PENGUATAN IKLIM USAHA DAN INVESTASI

SINKRONISASI KEBIJAKAN PUSAT DAN DERAH DALAM PENGUATAN IKLIM USAHA DAN INVESTASI SINKRONISASI KEBIJAKAN PUSAT DAN DERAH DALAM PENGUATAN IKLIM USAHA DAN INVESTASI KEMENTERIAN DALAM NEGERI PERSPEKTIF PEMERINTAHAN JOKOWI DAN JK 2015-2019 ( 9 AGENDA PRIORITAS ) Nomor PRIORITAS 1 Perlindungan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA, MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 118 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KERETA API RINGAN TERINTEGRASI DI WILAYAH JAKARTA, BOGOR, DEPOK,

Lebih terperinci

BAPPEDA Planning for a better Babel

BAPPEDA Planning for a better Babel DISAMPAIKAN PADA RAPAT PENYUSUNAN RANCANGAN AWAL RKPD PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN 2018 PANGKALPINANG, 19 JANUARI 2017 BAPPEDA RKPD 2008 RKPD 2009 RKPD 2010 RKPD 2011 RKPD 2012 RKPD 2013 RKPD

Lebih terperinci

BAB II PERJANJIAN KINERJA

BAB II PERJANJIAN KINERJA BAB II PERJANJIAN KINERJA Untuk mencapai visi dan misi Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Katolik, yang salah satu misinya adalah Mengajak masyarakat Katolik untuk berperan serta secara aktif dan

Lebih terperinci

REVIU RENCANA STRATEGIS DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019 Sehubungan dengan adanya perubahan lingkungan strategis yang dinamis dan cepat pada kondisi ekonomi, sosial, politik dalam negeri dan luar

Lebih terperinci

Pesawat Polonia

Pesawat Polonia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara maritim sekaligus negara kepulauan terbesar di dunia, tidak bisa dibantah bahwa pelabuhan menjadi cukup penting dalam membantu peningkatan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik

Lebih terperinci

Badan Litbang Perhubungan telah menyusun kegiatan penelitian yang dibiayai dari anggaran pembangunan tahun 2010 sebagai berikut.

Badan Litbang Perhubungan telah menyusun kegiatan penelitian yang dibiayai dari anggaran pembangunan tahun 2010 sebagai berikut. Badan Litbang Perhubungan telah menyusun kegiatan penelitian yang dibiayai dari anggaran pembangunan tahun 2010 sebagai berikut. A. KEGIATAN POKOK 1. Studi Besar a. Sektoral/Sekretariat 1) Studi Kelayakan

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG POLA PENGEMBANGAN TRANSPORTASI WILAYAH

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG POLA PENGEMBANGAN TRANSPORTASI WILAYAH SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG POLA PENGEMBANGAN TRANSPORTASI WILAYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Otonomi daerah yang disahkan melalui Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI DI PROVINSI JAWA TIMUR

PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI DI PROVINSI JAWA TIMUR MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI DI PROVINSI JAWA TIMUR Disampaikan pada : MUSRENBANG PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2012 SURABAYA, 16 APRIL 2012

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas karunia-nya Buku Informasi Transportasi Kementerian Perhubungan 2012 ini dapat tersusun sesuai rencana. Buku Informasi Transportasi

Lebih terperinci

PENYELENGGARAAN ANGKUTAN LAUT DALAM NEGERI BERDASARKAN SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL

PENYELENGGARAAN ANGKUTAN LAUT DALAM NEGERI BERDASARKAN SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL PENYELENGGARAAN ANGKUTAN LAUT DALAM NEGERI BERDASARKAN SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL http://images.hukumonline.com I. PENDAHULUAN Laut adalah ruang perairan di muka bumi yang menghubungkan daratan dengan

Lebih terperinci

VISI SISTEM PERKERETAAPIAN NASIONAL (Kajian Implementasi UU No 23 Tahun 2007)

VISI SISTEM PERKERETAAPIAN NASIONAL (Kajian Implementasi UU No 23 Tahun 2007) Universitas Gunadarma - Depok, 20-21 Oktober 2009 ISSN: 1858-2559 VISI SISTEM PERKERETAAPIAN NASIONAL (Kajian Implementasi UU No 23 Tahun 2007) 1 Mohammad Okki Hardian Jurusan Teknik Industri, Universitas

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

RPJMN dan RENSTRA BPOM

RPJMN dan RENSTRA BPOM RPJMN 2015-2019 dan RENSTRA BPOM 2015-2019 Kepala Bagian Renstra dan Organisasi Biro Perencanaan dan Keuangan Jakarta, 18 Juli 2017 1 SISTEMATIKA PENYAJIAN RPJMN 2015-2019 RENCANA STRATEGIS BPOM 2015-2019

Lebih terperinci

PERENCANAAN KINERJA BAB. A. Instrumen untuk mendukung pengelolaan kinerja

PERENCANAAN KINERJA BAB. A. Instrumen untuk mendukung pengelolaan kinerja BAB II PERENCANAAN KINERJA A. Instrumen untuk mendukung pengelolaan kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik senantiasa melaksanakan perbaikan

Lebih terperinci

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. BUTIR-BUTIR SAMBUTAN DIRJEN PERHUBUNGAN DARAT RAPAT KOORDINASI TEKNIS (RAKORNIS) PERHUBUNGAN DARAT YOGYAKARTA, 14 OKTOBER 2014 Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Yth. Gubernur Daerah Istimewa

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Dinas Bina Marga Kabupaten Grobogan. Permasalahan berdasarkan tugas dan fungsi

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Pada penyusunan Laporan Akuntabilias Kinerja Tahun 2013 ini, mengacu pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor

Lebih terperinci

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA SEMARANG

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA SEMARANG BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA SEMARANG Untuk memberikan arahan pada pelaksanaan pembangunan daerah, maka daerah memiliki visi, misi serta prioritas yang terjabarkan dalam dokumen perencanaannya. Bagi

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.491, 2015 KEMENKOMINFO. Akuntabilitas Kinerja. Pemerintah. Sistem. Penyelenggaraan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Transportasi sebagai urat nadi kehidupan berbangsa dan bernegara, mempunyai fungsi sebagai penggerak, pendorong dan penunjang pembangunan. Transportasi merupakan suatu

Lebih terperinci

down mengandung makna bahwa perencanaan ini memperhatikan pula

down mengandung makna bahwa perencanaan ini memperhatikan pula BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsinya agar efektif, efisien, dan akuntabel, Direktorat Penanganan Pelanggaran (Dit. PP) berpedoman pada dokumen perencanaan

Lebih terperinci

TOPIK BAHASAN POTRET KINERJA LOGISTIK INDONESIA KEBIJAKAN UMUM TRANSPORTASI LAUT ARMADA TRANSPORTASI LAUT LALU LINTAS ANGKUTAN LAUT

TOPIK BAHASAN POTRET KINERJA LOGISTIK INDONESIA KEBIJAKAN UMUM TRANSPORTASI LAUT ARMADA TRANSPORTASI LAUT LALU LINTAS ANGKUTAN LAUT DUKUNGAN KEBIJAKAN DALAM MENGOPTIMALKAN KAPASITAS, KUALITAS DAN DAYA SAING INDUSTRI PELAYARAN NIAGA DAN PELAYARAN RAKYAT SERTA INFRASTRUKTUR PENDUKUNGNYA DALAM MEWUJUDKAN KONEKTIVITAS NASIONAL DAN NORMALISASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1. Analisis pengukuran..., Gita Dinarsanti, FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1. Analisis pengukuran..., Gita Dinarsanti, FE UI, 2010. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jalan merupakan kebutuhan yang sangat vital sebagai pendukung utama dinamika dan aktivitas ekonomi baik di pusat maupun daerah dan pengembangan wilayah serta sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 BAB 1 PENDAHULUAN

BAB 1 BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 1.1 Latar Belakang Sistem transportasi merupakan salah satu bagian penting bagi suatu pembangunan negara. Transportasi menjadi salah satu sektor pendukung kemajuan sistem logistik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran dan Karakteristik Angkutan Kereta Api Nasional Moda kereta api berperan untuk menurunkan biaya logistik nasional, karena daya angkutnya yang besar akan menghasilkan efisiensi

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.76, 2015 ADMINISTRASI. Pemerintah. Kementerian Badan Usaha Milik Negara. Penyelenggaraan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN MENTERI TENTANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN PENYEBERANGAN MENTERI PERHUBUNGAN,

RANCANGAN PERATURAN MENTERI TENTANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN PENYEBERANGAN MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang RANCANGAN PERATURAN MENTERI TENTANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN PENYEBERANGAN MENTERI PERHUBUNGAN, : a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 61 tahun 2009 tentang Kepelabuhanan telah diatur ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah ditetapkannya

Lebih terperinci

18 Desember STRATEGI PEMBANGUNAN METROPOLITAN Sebagai Pusat Kegiatan Global yang Berkelanjutan

18 Desember STRATEGI PEMBANGUNAN METROPOLITAN Sebagai Pusat Kegiatan Global yang Berkelanjutan 18 Desember 2013 STRATEGI PEMBANGUNAN METROPOLITAN Sebagai Pusat Kegiatan Global yang Berkelanjutan Deputi Gubernur Provinsi DKI Jakarta Bidang Tata Ruang dan Lingkungan Hidup 18 Desember 2013 Peran Jakarta

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor tidak terlepas

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL, PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN KAWASAN BERORIENTASI TRANSIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa transportasi mempunyai peranan penting dalam

Lebih terperinci

2016, No Peraturan Presiden Nomor 103 Tahun 2015 tentang Badan Pengelola Transportasi Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Lembaran

2016, No Peraturan Presiden Nomor 103 Tahun 2015 tentang Badan Pengelola Transportasi Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Lembaran BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 63, 2016 KEMENHUB. Badan Penelola Transportasi JABODETABEK. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 3 TAHUN 2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA

Lebih terperinci

BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2016-2021 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN MENTERI TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA INDUK SIMPUL TRANSPORTASI

RANCANGAN PERATURAN MENTERI TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA INDUK SIMPUL TRANSPORTASI RANCANGAN PERATURAN MENTERI TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA INDUK SIMPUL TRANSPORTASI Kronologis Penyusunan RPM Pedoman Penyusunan Rencana Induk Simpul Transportasi Surat Kepala Biro Perecanaan Setjen

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa transportasi mempunyai peranan

Lebih terperinci

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN 2.1 Tujuan Penataan Ruang Dengan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, khususnya Pasal 3,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian khususnya perkotaan. Hal tersebut dikarenakan transportasi

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian khususnya perkotaan. Hal tersebut dikarenakan transportasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Transportasi memegang peranan penting dalam pertumbuhan perekonomian khususnya perkotaan. Hal tersebut dikarenakan transportasi berhubungan dengan kegiatan-kegiatan

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KERJA 2.1 RENCANA STRATEGIS Perencanaan Strategis merupakan suatu proses yang berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu satu sampai dengan lima tahun

Lebih terperinci