Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download ""

Transkripsi

1

2

3

4

5

6 Mendasari Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Jangka Menengah Nasional Tahun , Kementerian Perhubungan telah menyusun Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Tahun sebagaimana telah ditetapkan melalui Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP.430 Tahun 2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Tahun yang merupakan dokumen perencanaan yang berisi program-program pembangunan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun, baik program pembangunan yang ditangani langsung oleh Kementerian maupun program pembangunan yang dilakukan melalui pelibatan masyarakat, maupun Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota. Untuk itulah, Direktorat Jenderal Perhubungan Udara sebagai unit kerja eselon I dari Kementerian Perhubungan perlu memiliki konsistensi untuk meningkatkan efektifitas pelaksanaan Rencana Strategis Kementerian Perhubungan yang disusun dalam rangka menjaga kesinambungan pembangunan nasional sub sektor perhubungan udara serta sebagai arahan dan pedoman pelaksanaan penyelenggaraan transportasi udara bagi seluruh unit kerja dan stakeholder penerbangan Indonesia. Direktorat Jenderal Perhubungan Udara juga mempunyai kewajiban mengakomodasi dinamika perubahan berdasarkan urgensi yang dapat muncul setiap saat dan memprioritaskan kebijakan yang terkait dengan sektor lainnya seperti ekonomi, sosial, politik, keselamatan, keamanan dan kebijakan lainnya. Dinamika perubahan juga terbentuk sebagai hasil umpan balik (feed back) hasil evaluasi setiap tahunnya. Untuk itu, dalam menyusun Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Tahun , perlu juga dilakukan assessment review kegiatan Perubahan lingkungan strategis selama kurun waktu tersebut akan melatarbelakangi perubahan rencana kerja dan rencana anggaran pembangunan. Saat ini anggaran pembangunan disusun berdasarkan penganggaran terpadu (unified budget) menurut klasifikasi organisasi, fungsi dan jenis belanja serta penyusunan program kerja yang berkesinambungan (sustainable program) yang berbasis kinerja. Hal ini juga yang mewarnai penyusunan Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perhubungan Udara. Dokumen Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perhubungan Udara mengacu pada Renstra Kementerian Perhubungan , yang nantinya diharapkan dapat dijadikan acuan bagi setiap unit kerja di lingkungan Ditjen Perhubungan Udara dalam melaksanakan tupoksinya untuk mencapai tujuan organisasi, yaitu terwujudnya pelayanan jasa transportasi udara yang andal, berdaya saing dan memberikan nilai tambah. i Kata Pengantar

7

8 KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i iii vii x BAB I PENDAHULUAN 1.1 KONDISI UMUM... I Capaian Indikator Kinerja Renstra Ditjen Perhubungan Udara Tahun I Capaian Kinerja Fisik Ditjen Perhubungan Udara Tahun I Konstribusi Sektor Transportasi terhadap PDB... I Capaian Pembangunan Transportasi Udara... I Menurunnya Tingkat Kecelakaan Transportasi Udara... I Indeks Konektivitas Bandar Udara... I Hasil Audit ICAO USOAP... I Realisasi Kinerja Keuangan Ditjen Perhubungan Udara Tahun I Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)... I Alokasi dan Realisasi Anggaran tahun (APBN Murni)... I Realisasi Program Pengelolaan dan Penyelenggaraan Transportasi Udara Tahun I Hasil Aspirasi Masyarakat Dalam Pemenuhan Kebutuhan Transportasi Udara, Layanan Publik, dan Regulasi Dalam Lingkup Kewenangan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara... I POTENSI DAN PERMASALAHAN... I Lingkungan Strategis... I Perkembangan Globalisasi... I Pembangunan Berkelanjutan dan Pengarusutamaan Perubahan Iklim pada Sektor Transportasi... I Konektivitas Transportasi Nasional... I Isu Gender Dalam Transportasi... I Potensi... I Potensi Permintaan Jasa Angkutan Udara... I Kerjasama Internasional... I Permasalahan... I Aspek Keselamatan dan Keamanan Penerbangan... I Aspek Regulasi dan Kelembagaan... I Aspek Sumber Daya Manusia... I-42 v Daftar Isi

9 Aspek Prasarana dan Sarana... I-43 BAB II VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN DITJEN PERHUBUNGAN UDARA VISI DAN MISI PEMBANGUNAN NASIONAL TAHUN II AGENDA PRIORITAS PEMBANGUNAN NASIONAL (NAWA CITA)... II SASARAN PEMBANGUNAN NASIONAL TAHUN II SASARAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN II VISI DAN MISI DITJEN PERHUBUNGAN UDARA... II Visi... II Misi... II TUJUAN DITJEN PERHUBUNGAN UDARA... II SASARAN DITJEN PERHUBUNGAN UDARA... II-6 BAB III ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI, DAN KERANGKA KELEMBAGAAN DITJEN PERHUBUNGAN UDARA... III ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN NASIONAL SUB SEKTOR TRANSPORTASI UDARA... III ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN SUB SEKTOR TRANSPORTASI UDARA... III ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI DITJEN PERHUBUNGAN UDARA III Prioritas Pembangunan Transportasi Udara... III Angkutan Udara... III Perkembangan Angkutan Udara Tahun III Perkembangan Kerjasama Angkutan Udara Regional Post III Kebijakan Angkutan Udara Dalam Negeri... III Kebijakan Angkutan Udara Luar Negeri... III Kebijakan Keperintisan... III Kebijakan Angkutan Haji... III Kebijakan Pentarifan... III Kebijakan Penyelenggaraan Alokasi Ketersediaan Waktu Terbang (Slot Time) Penerbangan... III Kelaikan Udara dan Pengoperasian Pesawat Udara... III Bandar Udara... III Kebijakan Pembangunan Bandar Udara... III Kegiatan Strategis Pembangunan / Pengembangan Bandar Udara... III Navigasi Penerbangan... III Kebijakan Manajemen Lalu Lintas Penerbangan... III Kebijakan Management Informasi Aeronautical... III Kebijakan di bidang Peralatan Communication, Navigation and Surveillance (CNS)... III Perbaikan Keselamatan Penerbangan di Papua... III Keamanan Penerbangan... III-54 iv Daftar Isi

10 3.3.7 Kebijakan Pengembangan Sumber Daya Manusia... III Pembangunan Perhubungan Udara di Kawasan Perbatasan dan Rawan Bencana Tahun III Kondisi Umum... III Sasaran... III Strategi... III Program Pembangunan... III Training GARD ( Get Airport Ready for Disaster)... III Perencanaan Dan Program Adaptasi Serta Mitigasi Dampak Perubahan Iklim Dan Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Pada Sub Sektor Transportasi Udara... III Rencana Aksi Nasional-Adaptasi Perubahan Iklim (RAN-API)... III Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Bidang Transportasi Udara Tahun III Kebijakan dan Strategi RAN-GRK Bidang Transportasi Udara Tahun III Pengarusutamaan Gender Sub Sektor Transportasi Udara... III Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Sub Sektor Transportasi Udara... III Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Sub Sektor Transportasi Udara... III Roadmap Teknologi Informasi dan Komunikasi Direktorat Jenderal Perhubungan Udara III Kegiatan Teknologi Informasi dan Komunikasi yang Telah dilaksanakan dilingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara III Kegiatan Peningkatan Kapasitas (Capacity Building) Teknologi Informasi dan Komunikasi... III Tindak Lanjut Hasil Audit Internasional... III ICAO USOAP... III ICAO USAP (The Universal Security Audit Programme)... III FAA AUDIT... III EU BAN... III Perwakilan Tetap Indonesia Untuk ICAO... III Ketahanan Penerbangan Sipil... III KERANGKA REGULASI... III KERANGKA KELEMBAGAAN... III Kelembagaan... III Kantor Otoritas Bandar Udara... III Balai... III Balai Besar Kalibrasi Fasilitas Penerbangan (BBKFP)... III Balai Kesehatan Penerbangan... III Balai Teknik Penerbangan... III-98 v Daftar Isi

11 BAB IV TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN... IV TARGET KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN IV KERANGKA PENDANAAN... IV Kebutuhan Investasi Transportasi Udara Tahun IV Program Pengelolaan dan Penyelenggaraan Transportasi Udara... IV Belanja Pemerintah (APBN)... IV Belanja Pemerintah Daerah (APBD)... IV Investasi BUMN... IV Investasi Swasta... IV Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS)... IV Pinjaman/Hibah Luar Negeri... IV Skema Pendanaan Insfrastruktur... IV APBN... IV Belanja Pemerintah Daerah (APBD)... IV Investasi BUMN... IV Investasi Swasta... IV Skema Pembiayaan Kreatif (Creative Financing)... IV Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS)... IV-15 BAB V PENUTUP... V-1 LAMPIRAN I. Matriks Indikator Kinerja Utama (IKU) Ditjen Perhubungan Udara Tahun LAMPIRAN II A. Matriks Kerangka Pendanaan Renstra Ditjen Perhubungan Udara Tahun LAMPIRAN II B. Matriks Kerangka Pendanaan APBN Dalam RPJMN Tahun Sub Sektor Transportasi Udara LAMPIRAN III. Matriks Kerangka Regulasi Sub Sektor Transportasi Udara Tahun LAMPIRAN IV A. Rekapitulasi Jumlah Usulan Formasi TA Di Lingkungan Ditjen Perhubungan Udara LAMPIRAN IV B. Usulan Formasi Inspektur Penerbangan Tahun Di Lingkungan Ditjen Perhubungan Udara LAMPIRAN V Peta Sebaran Pembangunan Bandar Udara LAMPIRAN VIA Daftar Bandar Udara Dibangun/Dikembangkan/Direhabilitasi di Daerah Perbatasan dan Rawan Bencana Tahun LAMPIRAN VIB Daftar Bandar Udara di Daerah Perbatasan dan Rawan Bencana Dalam PM 69 Tahun 2013 LAMPIRAN VIC Daftar Lokasi Prioritas Penanganan BNPP LAMPIRAN VID Cakupan Pengelolaan Kawasan Perbatasan vi Daftar Isi

12 Tabel 1.1 Capaian Indikator Kinerja Ditjen Perhubungan Udara Tahun I - 8 Tabel 1.2 Kontribusi Angkutan Udara, Darat, dan Laut Terhadap PDB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha... I - 10 Tabel 1.3 Capaian Pembangunan Transportasi Udara Periode I - 11 Tabel 1.4 Jumlah Pesawat Udara Terdaftar dan Beroperasi... I - 12 Tabel 1.5 Data Injured/ Fatal per 1 juta penumpang Periode I - 12 Tabel 1.6 Data Accident dan Incident Periode I - 13 Tabel 1.7 Progress Reviewed CAP by ICAO based on Area... I - 15 Tabel 1.8 Progress Reviewed CAP by ICAO based on CAP Online... I - 15 Tabel 1.9 Penerimaan Negara Bukan Pajak (Dalam Milyar Rp.)... I - 16 Tabel 1.10 Alokasi dan Realisasi Anggaran tahun I - 16 Tabel 1.11 Capaian Program Pengelolaan dan Penyelenggaraan Transportasi Udara Tahun I - 17 Tabel 1.12 Data Penumpang Angkutan Udara Niaga Berjadwal Tahun I - 24 Tabel 1.13 Tindak Lanjut ICAO USAP Tahun I - 37 Tabel 2.1 Tujuan dan Sasaran Ditjen Perhubungan Udara dalam Renstra Ditjen Perhubungan Udara Tahun II - 6 Tabel 2.2 Sasaran Ditjen Perhubungan Udara dan Indikator Kinerja Utama (IKU).. II - 7 Tabel 3.1 Arah Kebijakan dan Strategi RPJMN Sub Sektor Transportasi Udara... III - 2 Tabel 3.2 Arah Kebijakan dan Strategi Kementerian Perhubungan tahun Sub Sektor Transportasi Udara... III - 3 Tabel 3.3 Arah Kebijakan dan Strategi Ditjen Perhubungan Udara Tahun III - 6 Tabel 3.4 Prediksi Penumpang Angkutan Udara Tahun III - 8 Tabel 3.5 Prediksi Kargo Angkutan Udara Tahun III - 9 viii Daftar Tabel

13 Tabel 3.6 Struktur Rute Penerbangan... III - 17 Tabel 3.7 Pemanfaatan Rute Penerbangan Tahun III - 17 Tabel 3.8 Prediksi Pertumbuhan Armada Angkutan Udara Tahun III - 20 Tabel 3.9 Prediksi Sumber Daya Manusia Perusahaan Penerbangan Tahun III - 20 Tabel 3.10 Prediksi Pertumbuhan Perusahaan Penerbangan Tahun III - 20 Tabel 3.11 Road Map Pengambil Alihan Ruang Udara yang Didelegasikan... III - 32 Tabel 3.12 Program Establishment ATFM... III - 34 Tabel.3.13 Roadmap Performance Based Navigation... III - 34 Tabel.3.14 Tahap-tahap Transisi AIM... III - 37 Tabel 3.15 Kebutuhan Fasilitas Keamanan Penerbangan III - 48 Tabel 3.16 Kebutuhan PKP-PK III - 49 Tabel 3.17 Komposisi Kategori PKP-PK ideal vs Pesawat Terbesar di 165 UPBU... III - 51 Tabel 3.18 Tabel Kebutuhan Personel PKP-PK... III - 51 Tabel 3.19 Tabel Kekurangan Personel PKP-PK... III - 52 Tabel 3.20 Pembangunan/Pengembangan Bandar Udara Di Daerah Perbatasan Dan Rawan Bencana Tahun III - 57 Tabel 3.21 Konstribusi dan Potensi Penurunan Emisi Karbon dengan Program RAN-GRK Bidang Transportasi Udara Tahun III - 64 Tabel 3.22 Pentahapan RAN-GRK Bidang Transportasi Udara III - 65 Tabel 3.23 Kegiatan Inti Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Bidang Transportasi Udara Tahun III - 66 Tabel 3.24 Rencana Aksi Nasional Disabilitas Tahun III - 73 Tabel 3.25 Rencana Aksi Nasional Kelanjutusiaan Tahun III - 73 Tabel 3.26 Kegiatan teknologi informasi dan komunikasi di lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara... III - 75 Tabel 3.27 Roadmap Teknologi Informasi dan Komunikasi Direktorat Jenderal Perhubungan Udara III - 76 Tabel 3.28 Jadwal Sosialisasi di Lingkungan Bagian Perencanaan dan Kantor Pusat Direktorat Jenderal Perhubungan Udara... III - 79 ix Daftar Tabel

14 Tabel 3.29 Kegiatan Dalam Upaya Peningkatan Kapasitas SDM Yang Akan Diikuti Oleh Anggota Kelompok Kerja Pengelolaan Teknologi Informasi Dan Komunikasi III-79 Tabel 4.1 Sasaran Pokok Pembangunan Nasional Sub Sektor Transportasi Udara.. IV-1 Tabel 4.2 Sasaran RPJMN Bidang Infrastruktur Transportasi... IV-2 Tabel 4.3 Rumusan Indikator Kinerja Utama (IKU) Ditjen Perhubungan Udara Tahun IV-4 Tabel 4.4 Kebutuhan Alokasi Pendanaan Program Pengelolaan dan Penyelenggaraan Transportasi Udara Tahun IV -9 Tabel 4.5 Kerangka Pendanaan Renstra Ditjen Perhubungan Udara Tahun IV -10 Tabel 4.6 Progress Airport Development Project... IV -12 Tabel 4.7 Capital Expenditure (dalam jutaan Rupiah)... IV-12 Tabel 4.8 Shortlist Proyek yang Diminati... IV-17 Tabel 4.9 Daftar Bandar Udara dalam PPP Book Bappenas IV-18 viii Daftar Tabel

15 Gambar 1.1 Kerangka Pikir Sistem Perencanaan Pembangunan Perhubungan (SP3)... I - 6 Gambar 1.2 Kerangka Pikir Penyusunan Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Tahun I - 7 Gambar 1.3 Kontribusi Angkutan Udara, Darat, dan Laut Terhadap PDB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha... I - 10 Gambar 1.4 Visualisasi Indeks Konektivitas Bandar Udara di Indonesia berdasarkan Rute Penerbangan domestik dan ASEAN... I - 13 Gambar 1.5 Grafik Data Penumpang Angkutan Udara Niaga Berjadwal Tahun di Indonesia... I - 24 Gambar 1.6 Regulator Reform based on Aviation Act No.1 Year I - 40 Gambar 3.1 Flight Information Regional (FIR)... III - 33 Gambar 3.2 Road Map Transisi AIM... III - 36 Gambar 3.3 Peta Jalan Komunikasi (Area Lalulintas Padat)... III - 38 Gambar 3.4 Implementasi System Wide Information Manajemen (SWIM)... III - 42 Gambar 3.5 Peta Jalan Komunikasi (Area Lalulintas Padat)... III 44 Gambar 3.6 Peta Jalan Komunikasi (Area Lalulintas Tidak Padat)... III - 45 Gambar 3.7 Peta Jalan Navigasi (Area Lalulintas Kepadatan Tinggi)... III - 48 Gambar 3.8 Peta Jalan Navigasi (Area Lalulintas Kepadatan Rendah)... III 48 Gambar 3.9 Bagan Sistem Pengendalian dan Pengawasan Navigasi Penerbangan... III - 50 Gambar 3.10 Peta Jalan Pengembangan Pengawasan [Area Lalulintas Padat]... III - 51 Gambar 3.11 Peta Jalan Pengembangan Pengawasan [Area Lalulintas Tidak Padat]... III - 51 Gambar 3.12 Kontur Bandar Udara di Pulau Papua... III - 52 Gambar 3.13 Bandar Udara di Pulau Papua dan Navaid... III - 53 Gambar 3.14 Kontur Wamena dan Alternatif VOR Wamena... III 53 x Daftar Gambar

16 Gambar 3.15 Potensi Emisi Karbon B A U vs Potensi Penurunan Emisi Karbon Program RAN-GRK Bidang Transportasi Udara Tahun III 69 Gambar 3.16 Distribusi Kantor Otoritas Bandar Udara di Lingkungan Ditjen Perhubungan Udara... III - 95 Gambar 4.1 Grafik Rencana Investasi PT. Angkasa Pura II (Persero)... IV - 14 Gambar 4.2 Skema Pembiayaan Alternatif (Creative Financing)... IV - 15 x Daftar Gambar

17 1.1 KONDISI UMUM Transportasi udara sebagai salah satu sub sektor transportasi perlu dikembangkan potensi dan peranannya agar lebih efektif dan efisien. Perkembangan sub sektor transportasi udara berpengaruh besar terhadap kondisi perekonomian nasional, mengingat peranannya dalam kegiatan distribusi barang dan jasa serta pergerakan manusia. Untuk itulah, perlu diupayakan ketersediaan infrastruktur dan kualitas yang memadai melalui pembangunan dan pemeliharaan prasarana dan sarana transportasi udara yang berkelanjutan. Ketersediaan infrastruktur sebagai barang publik, perlu disediakan oleh pemerintah sebagai usaha untuk mendorong pemerataan dan percepatan pembangunan serta melayani kebutuhan masyarakat sehingga terciptanya harga yang terjangkau serta membuka akses terhadap daerah tertinggal, daerah perbatasan serta daerah rawan bencana. Transportasi udara memiliki karakteristik khusus berupa keunggulan kecepatan dibandingkan moda transportasi lainnya. Namun transportasi udara merupakan sub sektor transportasi yang sarat dengan aturan internasional, oleh karena itu perlu dikelola sesuai standar keselamatan penerbangan internasional. Perlu juga dijamin interkoneksi antara transportasi udara dengan moda transportasi lainnya. Juga diperlukan adanya jaminan keselamatan penerbangan di wilayah udara Indonesia. Jaminan tersebut diwujudkan melalui kerjasama yang baik antara lembaga pemerintah sebagai pemegang otoritas pengelola transportasi udara bersama operator bandara dan perusahaan penerbangan serta pemenuhan standar keselamatan penerbangan internasional yang telah ditetapkan oleh ICAO (International Civil Aviation Organization). Visi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) secara garis besar memberikan pedoman dan arah pembangunan untuk periode 20 tahun ke depan dan menjadi acuan setiap tahap Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) yang kerkesinambungan dan berkelanjutan. Khusus untuk RPJMN , target pembangunan difokuskan pada ketersediaan infrastruktur sesuai tata ruang dan berkembangnya jaringan transportasi. Arah kebijakan nasional dalam pengembangan perhubungan dalam kurun waktu adalah mengupayakan tersedianya infrastruktur melalui pembangunan dan pemeliharaan sarana dan prasarana transportasi yang berkelanjutan, guna mendorong pemerataan pembangunan, melayani kebutuhan masyarakat dengan harga terjangkau serta membuka keterisolasian wilayah tertinggal. Hal ini mengandung pengertian bahwa penyelenggaraan jasa perhubungan merupakan bagian integral dari sendi kehidupan masyarakat, bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Keterkaitan ini dapat dijelaskan secara rinci bahwa I - 1 I - Pendahuluan

18 usaha jasa perhubungan sebagai bagian integral dari kegiatan perekonomian bangsa, mengemban fungsi aksesibilitas ke seluruh wilayah tanah air sebagai perekat persatuan dan kesatuan bangsa. Mendasari Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Jangka Menengah Nasional Tahun , Kementerian Perhubungan telah menyusun Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Tahun sebagaimana telah ditetapkan melalui Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP.430 Tahun 2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Tahun yang merupakan dokumen perencanaan yang berisi program-program pembangunan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun, baik program pembangunan yang ditangani langsung oleh Kementerian maupun program pembangunan yang dilakukan melalui pelibatan masyarakat, maupun Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota. Untuk itulah, Direktorat Jenderal Perhubungan Udara sebagai unit kerja eselon I dari Kementerian Perhubungan perlu memiliki konsistensi untuk meningkatkan efektifitas pelaksanaan Renstra Kementerian Perhubungan yang disusun dalam rangka menjaga kesinambungan pembangunan nasional subsektor perhubungan udara serta sebagai arahan dan pedoman pelaksanaan penyelenggaraan transportasi udara bagi seluruh unit kerja dan stakeholder penerbangan Indonesia. Direktorat Jenderal Perhubungan Udara juga mempunyai kewajiban mengakomodasi dinamika perubahan berdasarkan urgensi yang dapat muncul setiap saat dan memprioritaskan kebijakan yang terkait dengan sektor lainnya seperti ekonomi, sosial, politik, keselamatan, keamanan dan kebijakan lainnya. Dinamika perubahan juga terbentuk sebagai hasil umpan balik (feed back) hasil evaluasi setiap tahunnya. Untuk itu, dalam menyusun Renstra Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Tahun , perlu juga dilakukan assessment review kegiatan Perubahan lingkungan strategis selama kurun waktu tersebut akan melatarbelakangi perubahan rencana kerja dan rencana anggaran pembangunan. Saat ini anggaran pembangunan disusun berdasarkan penganggaran terpadu (unified budget) menurut klasifikasi organisasi, fungsi dan jenis belanja serta penyusunan program kerja yang berkesinambungan (sustainable program) yang berbasis kinerja. Hal ini juga yang mewarnai penyusunan Renstra Direktorat Jenderal Perhubungan Udara. Namun demikian, meskipun terjadi perubahan lingkungan strategis, perencanaan pembangunan transportasi udara senantiasa tetap berpegang kepada pendekatan kesisteman sehingga pembangunan perangkat keras (hardware) seiring, sejalan dan terpadu dengan pembangunan perangkat lunak (software) serta pengembangan sumber daya manusia (brainware). Selain itu, perencanaan yang dilakukan harus bersifat rasional (terukur) secara kuantitatif, menyeluruh - komperehensif (mencakup semua aspek sub sistem), mengikuti perkembangan, antisipatif dan responsif serta berkesinambungan. Sesuai Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2015 tentang Kementerian Perhubungan, Ditjen Perhubungan Udara mempunyai tugas untuk menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang Penerbangan. Dalam melaksanakan tugas, Direktorat Jenderal Perhubungan Udara menyelenggarakan fungsi : 1. perumusan kebijakan di bidang pemanfaatan wilayah udara, pesawat udara dan bandar I - 2 I - Pendahuluan

19 udara, penyelenggaraan angkutan udara dan navigasi penerbangan, peningkatan keselamatan, keamanan, dan kualitas lingkungan hidup penerbangan, serta pemanfaatan fasilitas penunjang dan fasilitas umum penerbangan 2. pelaksanaan kebijakan pemanfaatan wilayah udara, pesawat udara dan bandar udara, penyelenggaraan angkutan udara dan navigasi penerbangan, peningkatan keselamatan, keamanan, dan kualitas lingkungan hidup penerbangan, serta pemanfaatan fasilitas penunjang dan fasilitas umum penerbangan; 3. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pengoperasian pesawat udara dan bandar udara, penyelenggaraan angkutan udara dan navigasi penerbangan, peningkatan keselamatan, keamanan, dan kualitas lingkungan hidup penerbangan, serta pemanfaatan fasilitas penunjang dan fasilitas umum penerbangan; 4. pelaksanaan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pengoperasian pesawat udara dan bandar udara, penyelenggaraan angkutan udara dan navigasi penerbangan, peningkatan keselamatan, keamanan, dan kualitas lingkungan hidup penerbangan, serta pemanfaatan fasilitas penunjang dan fasilitas umum penerbangan; 5. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang pemanfaatan wilayah udara, pesawat udara dan bandar udara, penyelenggaraan angkutan udara dan navigasi penerbangan, peningkatan keselamatan, keamanan, dan kualitas lingkungan hidup penerbangan, serta pemanfaatan fasilitas penunjang dan fasilitas umum penerbangan; 6. pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Perhubungan Udara; 7. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Menteri. Dan dalam rangka penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi Direktorat Jenderal Perhubungan Udara telah menyusun Renstra Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Tahun , yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Perhubungan Tahun Maksud dan Tujuan Maksud penyusunan Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perhubungan Udara adalah untuk memberikan gambaran tentang visi, misi, tujuan, sasaran, strategi kebijakan, dan program Direktorat Jenderal Perhubungan Udara dalam kurun waktu Sedangkan, tujuan penyusunan Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perhubungan Udara adalah untuk memberikan acuan dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Direktorat Jenderal Perhubungan Udara di bidang pembangunan dan penyelenggaraan pelayanan transportasi udara dalam rangka meningkatkan aksesibilitas dan mobilitas manusia dan barang untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan perkembangan wilayah yang terintegrasi dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia selama kurun waktu Ruang Lingkup Ruang lingkup Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perhubungan Udara meliputi : 1. Jangkauan Waktu Kurun waktu Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perhubungan Udara adalah tahun I - 3 I - Pendahuluan

20 2. Substansi Substansi Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perhubungan Udara meliputi : evaluasi pencapaian target kinerja Renstra Direktorat Jenderal Perhubungan Udara pada tahun ; target pertumbuhan transportasi udara tahun ; analisis lingkungan strategis; visi dan misi Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, penentuan tujuan, sasaran dan strategi yang selanjutnya dijabarkan dalam arah kebijakan, program serta kegiatan secara rinci dan terukur selama kurun waktu Renstra ini merupakan dokumen hidup (living document) yang dapat disempurnakan berdasarkan perubahan lingkungan strategis, 3. Pembiayaan Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perhubungan Udara merupakan acuan dalam penyusunan anggaran tahunan berbasis kinerja pada tahun 2015 sampai dengan Pembiayaan kegiatan Ditjen Perhubungan Udara merupakan integrasi dari pembiayaan rutin dan pembangunan yang terdiri dari belanja pegawai, belanja barang, dan belanja modal. Belanja pegawai dan belanja barang dirinci menjadi belanja mengikat dan tidak mengikat, sedangkan belanja modal terdiri dari rupiah murni dan PHLN. Selain itu, belanja modal juga dapat dibiayai dari anggaran Pemerintah Daerah, BUMN dan peran serta swasta khususnya melalui pelaksanaan Public Private Partnership. Landasan Hukum 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN); 3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional ; 4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan; 5. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah; 6. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara dan lembaga; 7. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional; 8. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2012 tentang Pembangunan dan Pelestarian Lingkungan Hidup Bandar Udara; 9. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun ; 10. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 31 Tahun 2006 tentang Pedoman dan Proses Perencanaan di Lingkungan Departemen Perhubungan; 11. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 49 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Departemen Perhubungan ; 12. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP. 430 Tahun 2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Tahun ; 13. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM. 60 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan; 14. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 69 Tahun 2013 tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional; I - 4 I - Pendahuluan

21 15. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 88 Tahun 2013 tentang Jaringan dan Rute Penerbangan; 16. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 31 Tahun 2013 tentang Program Keamanan Penerbangan Nasional; 17. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 90 Tahun 2013 tentang Lisensi Personel Penanganan Pengangkutan Barang Berbahaya; 18. Peraturan Menteri Perhubungan No. 55 Tahun 2015 tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 139 (Civil Aviation Safety Regulations Part 139) Tentang Bandar Udara (Aerodrome); 19. Peraturan Menteri Perhubungan No. 32 Tahun 2015 tentang Pengamanan Kargo Dan Pos Serta Rantai Pasok (Supply Chain) Kargo Dan Pos Yang Diangkut Pesawat Udara; 20. Peraturan Menteri Perhubungan No. 83 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 40 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Unit Penyelenggara Bandar Udara; 21. Peraturan Menteri Perhubungan No. 38 Tahun 2015 tentang Standar Pelayanan Penumpang Angkutan Udara Dalam Negeri; 22. Instruksi Menteri Perhubungan Nomor : IM 5 tahun 2015 tentang Fokus Program dan Kegiatan dalam Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Perhubungan tahun 2016; 23. Instruksi Menteri Perhubungan Nomor : IM 8 tahun 2015 tentang Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara di Lingkungan Kementerian Perhubungan Tahun Anggaran 2015 Kerangka Pikir Sistem Perencanaan Pembangunan Perhubungan (SP3) terdiri dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP), Rencana Pembangunan Jangka Menengah (Renstra) dan Rencana Pembangunan Jangka Pendek (Renja). RPJP Kementerian Perhubungan (RPJP Kemenhub) dijabarkan menjadi Renstra Kementerian Perhubungan (Renstra Dephub) yang selanjutnya dijabarkan menjadi Renja Kementerian Perhubungan (Renja Kemenhub). I - 5 I - Pendahuluan

22 Gambar 1.1 Kerangka Pikir Sistem Perencanaan Pembangunan Perhubungan (SP3) Proses penyusunan Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perhubungan Udara diawali dengan melakukan evaluasi pencapaian target kinerja yang telah ditetapkan dalam Renstra Sub Sektor Transportasi Udara Tahun Evaluasi dilakukan secara komprehensif sehingga dapat diketahui secara rinci, target kinerja mana yang telah dicapai dan mana yang belum dapat dipenuhi dan perlu untuk ditindaklanjuti pada Renstra Sub Sektor Transportasi Udara Hal ini perlu dilakukan untuk dapat mencermati dan mengatasi permasalahan dan tantangan yang berpengaruh terhadap tugas pokok dan fungsi Direktorat Jenderal Perhubungan Udara. Sejalan dengan itu, akan diuraikan target pertumbuhan dan kebutuhan investasi transportasi udara sesuai dengan indikator target pertumbuhan ekonomi nasional. Pemetaan awal terhadap pencapaian target Rencana Strategis Kementerian Perhubungan dan target pertumbuhan serta kebutuhan investasi serta dinamika perubahan transportasi udara merupakan dasar kebijakan untuk menentukan kebutuhan sarana dan prasarana perhubungan udara pada tahun Oleh sebab itu, diperlukan pengamatan dan analisa terhadap perubahan lingkungan strategis yang terkait baik internal maupun eksternal, baik langsung maupun tidak langsung dengan tugas pokok dan fungsi Direktorat Jenderal Perhubungan Udara. Dengan kata lain, perlu dilakukan analisa kekuatan, kelemahan, tantangan dan peluang yang akan dihadapi sektor transportasi I - 6 I - Pendahuluan

23 udara serta perumusan kebijakan dalam mencapai target kinerja pelayanan sarana dan prasarana transportasi udara. Dan dalam rangka memperjelas arah tugas pokok dan fungsi Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, telah dirumuskan Visi Direktorat Jenderal Perhubungan Udara yang dijabarkan lebih lanjut dalam Misi Direktorat Jenderal Perhubungan Udara. Berdasarkan visi dan misi dimaksud diformulasikan tujuan pembangunan, sasaran, arah kebijakan, strategi dan prioritas pembangunan serta program dan kegiatan tahunan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara untuk kurun waktu Adapun kerangka pikir penyusunan Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perhubungan Udara disampaikan pada diagram sebagai berikut: EVALUASI PENCAPAIAN TARGET KINERJA TAHUN TARGET PERTUMBUHAN DAN KEBUTUHAN INVESTASI TAHUN KEKUATAN, KELEMAHAN, PELUANG, ANCAMAN VISI DITJEN HUBUD TUJUAN PEMBANGUNAN MISI DITJEN HUBUD SASARAN DAN PRIORITAS PEMBANGUNAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PROGRAM Gambar 1.2 Kerangka Pikir Penyusunan Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Tahun Capaian Target Kinerja Renstra Ditjen Perhubungan Udara Tahun Pengukuran kinerja digunakan sebagai dasar untuk menilai keberhasilan pelaksanaan program sesuai dengan tujuan dan sasaran strategis yang telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan visi dan misi Direktorat Jenderal Perhubungan Udara. Pengukuran kinerja dimaksud merupakan hasil dari suatu penilaian yang didasarkan pada Indikator Kinerja I - 7 I - Pendahuluan

24 Utama (IKU) Direktorat Jenderal Perhubungan Udara yang telah ditetapkan dan akan dicapai dalam periode Rencana Strategis (Renstra). Berdasarkan hasil pengukuran kinerja yang telah dituangkan kedalam dokumen LAKIP Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Tahun , gambaran terhadap pencapaiaan kinerja Direktorat Jenderal Perhubungan Udara selama tahun 2010 s/d tahun 2014 dapat dilihat pada Tabel 1.1 berikut : Tabel 1.1 Capaian Indikator Kinerja Ditjen Perhubungan Udara Tahun No. Indikator Kinerja Satuan Pencapaian Rasio kecelakaan transportasi udara pada AOC 121 dan AOC 135 dengan korban jiwa dan pesawat rusak berat kejadian/1 juta flight cycle Jumlah Airtraffic Incident dengan rasio 4: pergerakan insiden/ 1 juta pergerakan Jumlah lolosnya barangbarang terlarang (prohibited item) yang terdiri dari security item, dangerous goods, dangerous artical, dan ancaman bom serta penyusupan orang/hewan ke bandar udara kejadian/ gangguan Prosentase pencapaian On Time Performance (OTP) % Jumlah rute pelayanan perintis Rute Jumlah penumpang perintis yang diangkut orang/tahun 147, , , , ,241 7 Jumlah kota/daerah yang terhubungi kota/daerah Jumlah bandar udara dengan kapasitas sesuai kebutuhan jaringan dan kategori Bandara I - 8 I - Pendahuluan

25 No. Indikator Kinerja Satuan Pencapaian Jumlah penumpang yang diangkut orang/tahun 58,390,593 68,191,426 81,357,603 83,903,864 82,091, Jumlah kargo yang diangkut ton/tahun 828, , , , , Jumlah pesawat udara yang memiliki sertifikat kelaikudaraan 13 Jumlah Inspektur Penerbangan 14 Jumlah Personil Penerbangan yang memiliki lisensi 15 Jumlah kerjasama Pemerintah dengan Swasta dan/atau Pemerintah Daerah di bidang Transportasi Udara 16 Jumlah peraturan yang diterbitkan di bidang Transportasi Udara 17 Nilai AKIP Direktorat Jenderal Perhubungan Udara 18 Tingkat penyerapan anggaran Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Sertifikat , Orang Orang 45,232 50,649 58,175 57,363 74,988 Kerjasama Peraturan Nilai % Nilai aset Direktorat Jenderal Perhubungan Udara yang berhasil diinventarisasi Rp ,446,602,228,820 36,122,371,519,324 45,886,732,711,883 52,923,110,5 17., Persentase bandara yang memenuhi eco airport (AMDAL) 21 Jumlah konsumsi energi dari sumber tak terbarukan untuk transportasi udara Bandara kilo liter/tahun 0 3,379, ,200,000 4,219, Penurunan emisi gas buang CO2 dengan kegiatan peremajaan armada angkutan udara Sumber : Sub Bagian Analisa dan Evaluasi,2015 ton CO , , , I - 9 I - Pendahuluan

26 1.1.2 Capaian Kinerja Fisik Ditjen Perhubungan Udara Tahun Konstribusi Sektor Transportasi terhadap PDB Kontribusi sektor transportasi dan khususnya transportasi udara terhadap Produk Domestik Bruto berdasarkan harga berlaku dalam kurun waktu tahun masih kecil. Konstribusi PDB terhadap angkutan udara lebih kecil dibandingkan angkutan jalan raya, tetapi lebih besar dibanding angkutan laut, namun demikian angkutan udara mempunyai laju pertumbuhan PDB relatif lebih tinggi dibandingkan sub sektor transportasi lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa sub sektor transportasi udara masih akan tumbuh sampai titik optimumnya. Konstribusi sektor transportasi berdasarkan jenis angkutan dapat dilihat pada tabel dan grafik berikut : Tabel 1.2 Kontribusi Angkutan Udara, Darat, dan Laut Terhadap PDB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun Angkutan Udara PDB (Milyar Rp) , , , , ,0 Angkutan Udara (Milyar Rp) , , , , ,3 Persentase kontribusi Angud 0,67 0,75 0,80 0,82 0,82 Angkutan Darat PDB (Milyar Rp) , , , , ,0 Angkutan Darat (Milyar Rp) , , , , ,6 Persentasi kontribusi 1,57 1,55 1,56 1,57 1,60 Angkutan Laut PDB (Milyar Rp) , , , , ,0 Angkutan Laut (Milyar Rp) 8.855, , , , ,9 Persentasi kontribusi 0,41 0,38 0,37 0,36 0,37 Sumber : Gambar 1.3 Kontribusi Angkutan Udara, Darat, dan Laut Terhadap PDB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha I - 10 I - Pendahuluan

27 Capaian Pembangunan Transportasi Udara Tabel 1.3 berikut menggambarkan capaian pembangunan transportasi udara periode Tabel 1.3 Capaian Pembangunan Transportasi Udara periode URAIAN TAHUN PRODUKTIVITAS PENERBANGAN Perusahaan Angkutan Udara Niaga Berjadwal yang Beroperasi (Termasuk Kargo) Perusahaan Angkutan Udara Niaga Tidak Berjadwal yang Beroperasi (Termasuk Kargo) Armada Angkutan Udara - Pesawat Udara yang terdaftar (unit) Pesawat Udara yang beroperasi (unit) Rute Penerbangan Komersial Dalam Negeri Kota Terhubungi untuk Rute Komersial Dalam Negeri Pergerakan Pesawat Domestik Pesawat Internasional Penumpang Domestik (jt org) Penumpang Internasional (jt org) Cargo Domestik (ton) Cargo Internasional (ton) Perintis Rute Kota Terpencil Terhubungi Kota/Bandara Terhubungi Propinsi Alokasi (juta Rp) Alokasi BBM - Lokasi - Anggaran (juta Rp) Jumlah Armada - CASSA DHC-6 - CESSNA 208 B - F50 - PC Sumber : Buku Profil Ditjen Hubud, edisi Agustus 2015 I - 11 I - Pendahuluan

28 Dalam upaya meningkatkan aksesibilitas pelayanan transportasi udara, pada tahun 2010 telah dibuka 200 rute penerbangan komersial dalam negeri dan 118 rute penerbangan perintis, selanjutnya sejalan dengan kebijakan multi operator transportasi udara pada tahun 2014 menjadi 270 rute penerbangan komersial dalam negeri dan 164 rute penerbangan perintis. Pada tahun 2010 jumlah kota yang terhubungi penerbangan komersial dalam negeri adalah 95 kota, dan 89 kota terpencil yang telah terhubungi oleh penerbangan perintis. Pada tahun 2014 (posisi Oktober 2014) jumlah kota terhubungi untuk rute komersial dalam negeri meningkat menjadi sebanyak 114 kota dan rute penerbangan perintis menjadi 145 kota. Tabel 1.4 Jumlah Pesawat Udara Terdaftar dan Beroperasi No. Uraian TAHUN Pesawat Udara yang terdaftar Pesawat Udara yang beroperasi AOC AOC Pesawat Udara Fixed Wing yang beroperasi 6. Pesawat Udara Rotary Wing yang beroperasi 7. Pesawat Udara yang telah didaftar tanda pendaftaran 8. Pesawat Udara yang telah dihapus tanda pendaftaran Sumber : Buku Profil Ditjen Hubud, edisi Agustus Menurunnya Tingkat Kecelakaan Transportasi Udara Khusus dibidang keselamatan penerbangan, sebagaimana ditunjukkan Tabel 1.5 dan Tabel 1.6, kejadian injured dan fatal pada tahun menunjukkan penurunan baik dari sisi jumlah maupun rasio. Pada periode yang sama, jumlah kejadian accident tetap dan serious incident menunjukkan adanya peningkatan. Hasil penyelidikan/investigasi yang dilakukan oleh Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), dari sejumlah kejadian accident dan incident yang terjadi disebabkan oleh faktor manusia dan faktor teknis. Tabel 1.5 Data Injured/ Fatal per 1 juta penumpang Periode Tahun Injured Fatal Jumlah Rasio Jumlah Rasio ,44 3 0, , , , , ,08 2 0, Sumber : Dit. Kelaikan Udara dan Pengoperasian Pesawat Udara I - 12 I - Pendahuluan

29 Tabel 1.6 Data Accident dan Incident Periode Tahun Accident Serious Incident Indeks Konektivitas Bandar Udara Sumber : Dit. Kelaikan Udara dan Pengoperasian Pesawat Udara Indeks Konektivitas Bandar Udara/Airport Connectivity Index (ACI) merupakan ukuran yang menentukan tingkat kepentingan/sentralitas dari suatu bandar udara terhadap sistem jaringannya. Pola distribusi dari Indeks Konektivitas dapat digunakan untuk mengidentifikasi struktur sistem jaringan angkutan udara. Pola distribusi nilai indeks konektivitas berdasarkan hasil studi Penyusunan Konsep Renstra Ditjen Perhubungan Udara Tahun , Tahun Anggaran 2014, mengikuti pola distribusi hukum pangkat (power law) yang berarti bahwa struktur jaringan penerbangan di Indonesia telah membentuk sistem hub and spoke. Bandar Udara dengan tingkat sentralitas tinggi akan memegang peranan yang kritis pada struktur sistem jaringannya atau dengan kata lain Bandar udara tersebut merupakan hub system jaringannya. Berdasarkan hasil analisis, Indeks Konektivitas yang tertinggi adalah Bandar Udara Juanda di Surabaya (sumber :Studi Penyusunan Konsep Renstra Ditjen Perhubungan Udara Tahun , Tahun Anggaran 2014). Gambar 1.4 Visualisasi Indeks Konektivitas Bandar Udara di Indonesia berdasarkan Rute Penerbangan domestik dan ASEAN I - 13 I - Pendahuluan

30 Hasil Audit ICAO USOAP a. Fase Pre Audit Dalam fase pre-audit, telah dilaksanakan persiapan dengan mengisi secara online dalam ICAO website berupa State Aviation Activity Questionnaire (SAAQ) and Compliance Checklists (CCs) yang selanjutnya di-review oleh Auditor. Self assessment dilakukan dengan menjawab Protocol Question yang diberikan sebanyak 1016 pertanyaan (LEG : 23, ORG : 18, PEL : 101, OPS : 152, AIR : 216, AIG : 110, ANS : 220, dan AGA : 176). Pada tanggal 19 Maret 2014 ICAO telah menandatangani USOAP CMA Audit Plan untuk Indonesia. b. Fase On-site Audit On-site Audit dilaksanakan pada 5-14 Mei 2014 oleh 11 orang Auditor (5 diantaranya Auditor OJT). Audit dilaksanakan di Kementerian Perhubungan dan juga di Otoritas Bandar Udara Soekarno Hatta, PT. Mandala Airlines dan PT. Dirgantara Indonesia. Secara garis besar, temuan audit antara lain : - Regulasi (CASR) perlu diupdate sesuai dengan ICAO Annex terakhir, termasuk prosedur pernyataan deficiencies differences secara online; - Organisasi dan koordinasi dalam Ditjen Perhubungan Udara dan termasuk Otoritas Bandar Udara perlu ditingkatkan dan diperjelas otorisasinya; - Training terhadap inspektur harus terorganisasi dan termasuk OJT; - Guidance Material (SI dan AC) termasuk form dan checklist perlu dilengkapi untuk menjamin pelaksanaan yang sesuai standar; - Pelaksanaan sertifikasi terhadap organisasi dan personil perlu lebih ditingkatkan dalam pencatatan dan penggunaan checklist; - Pelaksanaan surveillance terhadap organisasi dan personil perlu lebih ditingkatkan dan dilaksanakan secara konsisten; - Penegakan hukum terhadap semua pelanggaran perlu lebih diatur dan diperjelas dalam hal dasar hukum, prosedur dan implementasinya. Secara detail, draft hasil audit telah diberikan pada Kamis 14 Mei 2014 pada saat Closing Meeting. c. Fase Post Audit Berdasarkan hasil audit ICAO USOAP pada tanggal 5 Mei 14 Mei 2014, diperoleh temuan/ finding atas 8 area audit. Ditjen Perhubungan Udara telah menyusun Corrective Action Plan (CAP) terhadap hasil temuan pada audit tersebut. CAP telah di-review oleh ICAO dengan hasil sebagai berikut : I - 14 I - Pendahuluan

31 Tabel 1.7 Progress Reviewed CAP by ICAO based on Area AREA FINDINGS (PQS) FULLY ADDRESSES PARTIALY ADDRESSES STATUS DOES NOT ADDRESSES NOT REVIEW Primary aviation legislation (LEG) Civil aviation organization (ORG) Personnel licensing and training (PEL) Aircraft operations (OPS) Airworthiness of aircraft (AIR) Aircraft Acc. and Inc. Investigation (AIG) Air navigation services (ANS) Aerodromes and ground aids (AGA) Total Percentage (58%) (32%) (9%) (1%) Posisi : 31 Maret 2015 CAP di-review kembali oleh Ditjen Perhubungan Udara untuk mendekati hasil audit sesuai standart ICAO, dengan hasil sebagai berikut : Tabel 1.8 Progress Reviewed CAP by ICAO based on CAP Online AREA FINDINGS (PQS) FULLY ADDRESSES PARTIALY ADDRESSES STATUS DOES NOT ADDRESSES NOT REVIEW Primary aviation legislation (LEG) Civil aviation organization (ORG) Personnel licensing and training (PEL) I - 15 I - Pendahuluan

32 Aircraft operations (OPS) Airworthiness of aircraft (AIR) Aircraft Acc. and Inc. Investigation (AIG) Air navigation services (ANS) Aerodromes and ground aids (AGA) Total Percentage (96,62%) (1,99%) (1,39%) (0%) Posisi : 21 September Realisasi Kinerja Keuangan Ditjen Perhubungan Udara Tahun Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Realisasi PNBP Direktorat Jenderal Perhubungan Udara tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 sebagai berikut : Tabel 1.9 Penerimaan Negara Bukan Pajak (dalam milyar Rp.) PNBP Target Realisasi % , , Sumber : PNBP Desember 2014, Bagian Keuangan Alokasi dan Realisasi Anggaran tahun (APBN Murni) Selama Tahun Anggaran , terjadi perubahan jenis program kegiatan. Pada tahun 2010, terdapat 4 (empat) program, sedangkan pada tahun hanya 1 (satu) program. Tabel 1.10 Alokasi dan Realisasi Anggaran tahun Program Kegiatan/ Tahun Tahun 2010 : Program Pembangunan Transportasi Udara Program Rehabilitasi dan Pemeliharaan Fasilitas Transportasi Udara Program Restrukturisasi Kelembagaan dan Peraturan Transportasi udara Program Penerapan kepemerintahan yang Baik Pagu (Rp. 000) ,244,212, ,951, ,609, Realisasi (Rp.000) ,882,474, ,587, ,881, % 88,10 88,85 97,41 72,12 90,47 I - 16 I - Pendahuluan

33 Tahun 2011 : Program Pengelolaan dan Penyelenggaraan Transportasi Udara Tahun 2012 : Program Pengelolaan dan Penyelenggaraan Transportasi Udara Tahun 2013 : Program Pengelolaan dan Penyelenggaraan Transportasi Udara Tahun 2014 : Program Pengelolaan dan Penyelenggaraan Transportasi Udara Sumber : Sub bagian Analisa dan Evaluasi Bagian Perencanaan , , , , Realisasi Program Pengelolaan dan Penyelenggaraan Transportasi Udara Tahun Pada DIPA Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Tahun 2010 terdapat 4 (empat) program dengan masing-masing sasaran program sebagai berikut : 1. Program Penerapan Kepemerintahan yang baik, dengan sasaran terlaksananya pembayaran gaji operasional perkantoran dan kegiatan Tupoksi dalam rangka peningkatan pelayanan kepada para pengguna jasa transportasi udara; 2. Program Pembangunan Transportasi Udara, dengan sasaran tersedianya prasarana dan sarana Bandar Udara guna meningkatkan keamanan dan keselamatan penerbangan serta membuka daerah terpencil / terisolir; 3. Program Rehabilitasi dan Pemulihan Sarana dan Prasarana Transportasi Udara, dengan sasaran terjaminnya prasarana dan sarana Bandar Udara guna mempertahankan keamanan dan keselamatan penerbangan; 4. Program Restrukturisasi Kelembagaan dan Peraturan Transportasi Udara, dengan sasaran restrukturisasi kelembagaan transportasi udara. Sedangkan pada DIPA Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Tahun 2011, 2012, 2013 dan 2014 terdapat 1 (satu) program yaitu Pengelolaan dan Penyelenggaraan Transportasi Udara dengan 6 (enam) kegiatan sebagai berikut : 1. Dukungan Manajemen Dan Dukungan Teknis Lainnya; 2. Pengembangan Angkutan Udara Perintis; 3. Pengawasan dan Pembinaan Kelaikan Udara dan Pengoperasian Pesawat Udara; 4. Pembangunan, Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana Bandar Udara; 5. Pembangunan, Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana Navigasi Penerbangan; 6. Pembangunan, Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana Keamanan Penerbangan. Tabel 1.11 Capaian Program Pengelolaan dan Penyelenggaraan Transportasi Udara Tahun No Capaian Satuan Pencapaian Per Tahun Bandara Bandara dikembangkan/direhabilitasi 2 Bandara baru yang dibangun Bandara Fasilitas Navigasi Penerbangan Paket yang dibangun dan direhabilitasi 4 Fasilitas Keamanan Penerbangan yang dibangun dan direhabilitasi Paket I - 17 I - Pendahuluan

Matriks Indikator Kinerja Utama (IKU) Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Tahun

Matriks Indikator Kinerja Utama (IKU) Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Tahun a. Menurunnya angka kecelakaan 1) Jumlah pedoman standar keselamatan Dokumen 13 11 11 12 13 Tiap Tahun Capaian di tahun 2014 (baseline) adalah 2. Sehingga selama periode 5 tahun perencanaan dari tahun

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... i. DAFTAR TABEL... iv. DAFTAR GAMBAR... v

DAFTAR ISI... i. DAFTAR TABEL... iv. DAFTAR GAMBAR... v DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iv DAFTAR GAMBAR... v BAB 1 PENDAHULUAN... 1-1 1.1 KONDISI UMUM... 1-1 1.1.1 CAPAIAN TARGET KINERJA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN 2010-2014... 1-3 1.1.2 CAPAIAN

Lebih terperinci

BAHAN PAPARAN. Disampaikan pada : BIMBINGAN TEKNIS AUDIT

BAHAN PAPARAN. Disampaikan pada : BIMBINGAN TEKNIS AUDIT BAHAN PAPARAN Disampaikan pada : BIMBINGAN TEKNIS AUDIT PENGERTIAN ISTILAH 1. Bandar Udara adalah lapangan terbang yang dipergunakan untuk mendarat dan lepas landas pesawat udara, naik turun penumpang

Lebih terperinci

BAB 2. VISI DAN MISI PRESIDEN, SERTA SASARAN

BAB 2. VISI DAN MISI PRESIDEN, SERTA SASARAN BAB 2. VISI DAN MISI PRESIDEN, SERTA SASARAN 2.1 VISI DAN MISI PRESIDEN Presiden Joko Widodo menetapkan Visi dan Misi pembangunan Tahun 2015-2019 yang secara politik menjadi bagian dari tujuan tercapainya

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1046, 2013 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Kebandarudaraan. Nasional. Tatanan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR PM 69 TAHUN 2013 TENTANG TATANAN KEBANDARUDARAAN NASIONAL

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan No.1213, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Kegiatan Angkutan Udara Perintis dan Subsidi Angkutan Udara Kargo. Kriteria. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 79 TAHUN

Lebih terperinci

DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara; 2. Undang-Undang Nomor 1 tahun 2009 tentang Penerbangan 3. Peraturan

Lebih terperinci

Menimbang : a. bahwa dalam rangka pemenuhan kewajiban Indonesia sebagai

Menimbang : a. bahwa dalam rangka pemenuhan kewajiban Indonesia sebagai KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: KP 179 TAHUN 2017 TENTANG TIM PERCEPATAN PENYELESAIAN REGULASI TINDAK LANJUT TEMUAN ICAO

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 20 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 20 TAHUN 2008 TENTANG PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 20 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KELIMA ATAS PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR KM. 43 TAHUN 2005 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DEPARTEMEN PERHUBUNGAN SEBAGAIMANA

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN 2013, No.51 8 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM.68 TAHUN 2012 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR (IKU) DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN INDIKATOR (IKU) DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1297, 2013 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Jaringan. Rute. Penerbangan. Angkutan Udara. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 88 TAHUN 2013 TENTANG JARINGAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1331,2014 KEMENHUB. Organisasi. Kantor Unit Penyelenggara. Bandar Udara. Kriteria. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 39 TAHUN 2014 TENTANG KRITERIA

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA RINGKASAN EKSEKUTIF Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Kementerian Perhubungan Tahun 2011 merupakan salah satu tahapan yang harus dipenuhi dalam rangkaian Sistem Akuntabilitas Kinerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin maju dari masa ke

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin maju dari masa ke BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin maju dari masa ke masa membuat persaingan dalam dunia pekerjaan meningkat. Hal ini dikarenakan adanya globalisasi

Lebih terperinci

Standar dan Regulasi terkait Perencanaan, Perancangan, Pembangunan, dan Pengoperasian Bandar Udara Juli 28, 2011

Standar dan Regulasi terkait Perencanaan, Perancangan, Pembangunan, dan Pengoperasian Bandar Udara Juli 28, 2011 Standar dan Regulasi terkait Perencanaan, Perancangan, Pembangunan, dan Pengoperasian Bandar Udara Juli 28, 2011 Posted by jjwidiasta in Airport Planning and Engineering. Standar dan regulasi terkait dengan

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan No.1155, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Prosedur Investigasi Kecelakaan dan Kejadian Serius Pesawat Udara Sipil. Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 830. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN

Lebih terperinci

INSTRUKSI DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : INST.03 TAHUN 2011 TENTANG

INSTRUKSI DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : INST.03 TAHUN 2011 TENTANG INSTRUKSI DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : INST.03 TAHUN 2011 TENTANG TINDAK LANJUT HASIL RAPAT KOORDINASI TEKNIS DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2011 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

REVIU RENCANA STRATEGIS DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019 Sehubungan dengan adanya perubahan lingkungan strategis yang dinamis dan cepat pada kondisi ekonomi, sosial, politik dalam negeri dan luar

Lebih terperinci

Menimbang : a. bahwa Pasal 8 Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 70 Tahun 2017 tentang Penetapan

Menimbang : a. bahwa Pasal 8 Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 70 Tahun 2017 tentang Penetapan KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN IIDAPA KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 016 TAHUN 2018 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA DI LINGKUNGAN DIREKTORAT

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. Nomor : KP 247 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN DAN STANDAR BAGIAN (MANUAL OF STANDARD

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. Nomor : KP 247 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN DAN STANDAR BAGIAN (MANUAL OF STANDARD KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA Nomor : KP 247 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN DAN STANDAR BAGIAN 175-04 (MANUAL OF STANDARD PART

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak lima tahun terakhir angkutan udara di Indonesia mengalami perkembangan yang signifikan. Data angkutan udara Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, Kementrian Perhubungan

Lebih terperinci

2 Ke Dan Dari Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republi

2 Ke Dan Dari Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republi BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.496, 2015 KEMENHUB. Angkutan Udara. Tidak Berjadwal. Pesawat Udara. Sipil Asing. NKRI. Kegiatan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 66 TAHUN 2015

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperlancar perekonomian sebagai pendorong, penggerak kemajuan suatu wilayah.

BAB I PENDAHULUAN. memperlancar perekonomian sebagai pendorong, penggerak kemajuan suatu wilayah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Transportasi sangat diperlukan bagi kehidupan manusia untuk memenuhi kebutuhannya, transportasi juga merupakan sarana yang sangat penting dalam memperlancar

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: KP.289 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: KP.289 TAHUN 2012 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: KP.289 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK DAN TATA CARA PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. Nomor : SKEP / 195 / IX / 2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERSETUJUAN TERBANG (FLIGHT APPROVAL)

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. Nomor : SKEP / 195 / IX / 2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERSETUJUAN TERBANG (FLIGHT APPROVAL) DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA Nomor : SKEP / 195 / IX / 2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERSETUJUAN TERBANG (FLIGHT APPROVAL)

Lebih terperinci

2 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2014; 3. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fung

2 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2014; 3. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fung BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.89, 2015 KEMENHUB. Alokasi. Ketersediaan Waktu Terbang. Bandar Udara. Penyelenggaraan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 13 TAHUN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTER. PERHUBUNGAN NOMOR: KM 11 TAHUN 2010 TENTANG TATANAN KEBANDARUDARAAN NASIONAL

PERATURAN MENTER. PERHUBUNGAN NOMOR: KM 11 TAHUN 2010 TENTANG TATANAN KEBANDARUDARAAN NASIONAL MENTERI PERHUBUNGAN REPUBUK INDONESIA PERATURAN MENTER. PERHUBUNGAN NOMOR: KM 11 TAHUN 2010 TENTANG TATANAN KEBANDARUDARAAN NASIONAL Menimbang: a. bahwa dalam Pasal 200 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 697, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Bandar Udara. Ketersediaan Waktu Terbang. Alokasi. Penyelenggaraan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 57 TAHUN 2016 TENTANG

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1306, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Pesawat Udara. Rusak. Bandar Udara. Pemindahan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM.128 TAHUN 2015 TENTANG PEMINDAHAN PESAWAT

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1865, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Bandar Udara. Operasi Iraguler. Penaganan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 190 TAHUN 2015 TENTANG MANAJEMEN PENANGANAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional telah mengamanatkan bahwa agar perencanaan pembangunan daerah konsisten, sejalan

Lebih terperinci

2016, No Republik Indonesia Nomor 3601) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2000 tentang.perubahan atas

2016, No Republik Indonesia Nomor 3601) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2000 tentang.perubahan atas No.65, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Angkutan Udara Perintis. Kriteria. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG KRITERIA DAN PENYELENGGARAAN KEGIATAN

Lebih terperinci

2017, No Negara Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2001, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4075); 3. Peraturan Pemerintah Nomor

2017, No Negara Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2001, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4075); 3. Peraturan Pemerintah Nomor No.1212, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Pelanggaran Bidang Penerbangan. Pengenaan Sanksi Administratif. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 78 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR [LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT TAHUN 2015] Maret 2016

KATA PENGANTAR [LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT TAHUN 2015] Maret 2016 Maret KATA PENGANTAR Berdasarkan Instruksi Presiden Nomor: 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dinyatakan bahwa setiap Instansi Pemerintah diwajibkan menyusun Laporan Kinerja

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGIS DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGIS DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGIS DAN KEBIJAKAN 1. VISI DAN MISI Sebagai unsur pelaksana Pemerintah Kabupaten Lamandau dalam bidang Perhubungan komunikasi dan Informatika dituntut adanya peningkatan

Lebih terperinci

2017, No Udara; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tam

2017, No Udara; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tam No.732, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Penyelenggaraan Angkutan Udara. Perubahan Kesembilan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 38 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN KESEMBILAN

Lebih terperinci

2015, No Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2001 tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 9, Tambahan

2015, No Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2001 tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 9, Tambahan BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1202, 2015 KEMENHUB. Inspector Training System. Inspektur Penerbangan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 118 TAHUN 2015 TENTANG INSPECTOR TRAINING

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan tentu saja akan meningkatkan kebutuhan akan transportasi.

BAB I PENDAHULUAN. dan tentu saja akan meningkatkan kebutuhan akan transportasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkotaan dicirikan dengan adanya akses transportasi yang cukup baik. Perbaikan akses transportasi ke suatu tempat akan menjadikan lahan tersebut semakin menarik. Berkembangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan proses perubahan kearah yang lebih baik, mencakup seluruh dimensi kehidupan masyarakat suatu daerah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP. 271 TAHUN 2012

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP. 271 TAHUN 2012 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP. 271 TAHUN 2012 PETUNJUK DAN TATA CARA PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL BAGIAN

Lebih terperinci

SKEP /40/ III / 2010

SKEP /40/ III / 2010 SKEP /40/ III / 2010 PETUNJUK DAN TATA CARA PELAPORAN KEJADIAN, KEJADIAN SERIUS DAN KECELAKAAN DI BANDAR UDARA BAGIAN 139-04 (ADVISORY CIRCULAR PART 139 04, INCIDENT, SERIOUS INCIDENT, AND ACCIDENT REPORT)

Lebih terperinci

TENTANG PETUNJUK DAN TATA CARA PENGAWASAN KEAMANAN PENERBANGAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA,

TENTANG PETUNJUK DAN TATA CARA PENGAWASAN KEAMANAN PENERBANGAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA, KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : SKEP/ 69/11 /2011 TENTANG PETUNJUK DAN TATA CARA PENGAWASAN KEAMANAN PENERBANGAN DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : SKEP/83/VI/2005 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : SKEP/83/VI/2005 TENTANG DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : SKEP/83/VI/2005 TENTANG PROSEDUR PENGUJIAN DI DARAT ( GROUND INSPECTION) PERALATAN FASILITAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. itu keselamatan menjadi prioritas utama dalam operasi penerbangan.

BAB 1 PENDAHULUAN. itu keselamatan menjadi prioritas utama dalam operasi penerbangan. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keselamatan penerbangan selalu menjadi hal serius selama bertahun-tahun hal ini dikarenakan resiko kematian yang di akibatkan oleh suatu kecelakaan pesawat terbang

Lebih terperinci

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4075); 3. Peraturan Presiden Nomor 47

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4075); 3. Peraturan Presiden Nomor 47 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1823, 2016 KEMHUB. Inspektur Penerbangan. Inspector Training System (ITS). Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 144 TAHUN 2016 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. Nomor : KP. 572 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. Nomor : KP. 572 TAHUN 2011 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA Nomor : KP. 572 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PENERIMAAN, PENYETORAN, PENGGUNAAN

Lebih terperinci

PETA JABATAN DAN URAIAN JENIS KEGIATAN ORGANISASI UNIT PELAKSANA TEKNIS DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

PETA JABATAN DAN URAIAN JENIS KEGIATAN ORGANISASI UNIT PELAKSANA TEKNIS DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN 5 2013,.1158 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 79 TAHUN 2013 TENTANG PETA JABATAN DAN URAIAN JENIS KEGIATAN ORGANISASI UNIT PELAKSANA TEKNIS DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN

Lebih terperinci

2012, No.71 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Kebandarudaraan adalah segala sesuatu yang berkaita

2012, No.71 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Kebandarudaraan adalah segala sesuatu yang berkaita LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.71, 2012 LINGKUNGAN HIDUP. Bandar Udara. Pembangunan. Pelestarian. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5295) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika A. Permasalahan Adapun Permasalahan

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 25 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 25 TAHUN 2014 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 25 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK DAN TATA CARA PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 04 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 04 TAHUN 2013 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 04 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK DAN TATA CARA PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERHUBUNGAN NOMOR: PK.14/BPSDMP-2017 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERHUBUNGAN NOMOR: PK.14/BPSDMP-2017 TENTANG PERATURAN KEPALA BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERHUBUNGAN NOMOR: PK.14/BPSDMP-2017 TENTANG KURIKULUM PROGRAM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PEMBENTUKAN DI BIDANG MANAJEMEN PENERBANGAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

2015, No Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran

2015, No Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran No.214, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Balai Besar Kalibrasi Fasilitas Penerbangan. Pelayanan Minimal. Standar. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 16 TAHUN 2015

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak orang yang melakukan mobilitas dari satu tempat ke tempat yang lain

BAB I PENDAHULUAN. banyak orang yang melakukan mobilitas dari satu tempat ke tempat yang lain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan zaman yang disebut era globalisasi membuat semakin banyak orang yang melakukan mobilitas dari satu tempat ke tempat yang lain dengan menggunakan sarana

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH 2. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS Rencana Strategis Ditjen Bina Marga memuat visi, misi, tujuan, sasaran, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan penyelenggaraan jalan sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Strategis (RENSTRA) Dinas Perhubungan Provinsi NTT Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Strategis (RENSTRA) Dinas Perhubungan Provinsi NTT Tahun BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Transportasi merupakan suatu sistem yang terdiri dari sarana, prasarana, yang didukung oleh tata laksana dan sumber daya manusia dalam membentuk jaringan prasarana

Lebih terperinci

I. Unit Kerja : Direktorat Jenderal Perhubungan Udara II. Nama Jabatan : Direktur Jenderal Perhubungan Udara III. Standar Kompetensi :

I. Unit Kerja : Direktorat Jenderal Perhubungan Udara II. Nama Jabatan : Direktur Jenderal Perhubungan Udara III. Standar Kompetensi : 6 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR PM 103 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR KOMPETENSI JABATAN STRUKTURAL PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

Lebih terperinci

3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara;

3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara; KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR :SKEP/69/11/2011 TENTANG PETUNJUK DAN TATA CARA PENGAWASAN KEAMANAN PENERBANGAN DENGAN

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KERJA 2.1 RENCANA STRATEGIS Perencanaan Strategis merupakan suatu proses yang berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu satu sampai dengan lima tahun

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 93 TAHUN 2016 TENTANG PROGRAM KESELAMATAN PENERBANGAN NASIONAL

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 93 TAHUN 2016 TENTANG PROGRAM KESELAMATAN PENERBANGAN NASIONAL MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 93 TAHUN 2016 TENTANG PROGRAM KESELAMATAN PENERBANGAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: KP 93 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: KP 93 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: KP 93 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN TEKNIS OPERASIONAL PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA Nomor : SKEP / 50 / III / 2007 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA Nomor : SKEP / 50 / III / 2007 TENTANG DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA Nomor : SKEP / 50 / III / 2007 TENTANG PENILAIAN KINERJA OPERASIONAL PERUSAHAAN ANGKUTAN UDARA NIAGA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG PEMBANGUNAN DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP BANDAR UDARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG PEMBANGUNAN DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP BANDAR UDARA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG PEMBANGUNAN DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP BANDAR UDARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

INSTRUKSI DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : INST 2 TAHUN 2013 TENTANG

INSTRUKSI DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : INST 2 TAHUN 2013 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA INSTRUKSI DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : INST 2 TAHUN 2013 TENTANG PENINGKATAN FUNGSI PENYELENGGARA BANDAR UDARA DALAM RANGKA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA, v MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 38 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN KESEMBILAN ATAS PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR KM 25 TAHUN 2008 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG PEMBANGUNAN DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP BANDAR UDARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG PEMBANGUNAN DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP BANDAR UDARA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG PEMBANGUNAN DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP BANDAR UDARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA, MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PH 190 TAHUN 2015 TENTANG MANAJEMEN PENANGANAN OPERASI IREGULER BANDAR UDARA (AIRPORT JRREGULAR OPERATION)

Lebih terperinci

Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 313 ayat 3

Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 313 ayat 3 MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA ^ PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PM 30 TAHUN 2015 TENTANG PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF TERHADAP PELANGGARAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Lebih terperinci

KAIDAH PERUMUSAN KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

KAIDAH PERUMUSAN KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KAIDAH PERUMUSAN KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH Disampaikan dalam acara: Workshop Perencanaan Pembangunan Daerah Metro Lampung, 30-31 Oktober 2017 Digunakan dalam perumusan: Rancangan awal RPJPD

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 578 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 578 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 578 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL BAGIAN

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor tidak terlepas

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 470 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 470 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 470 TAHUN 2015 TENTANG URAIAN KEGIATAN ORGANISASI DI LINGKUNGAN KANTOR PUSAT DIREKTORAT

Lebih terperinci

VISI DAN MISI DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN TANAH DATAR

VISI DAN MISI DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN TANAH DATAR VISI DAN MISI DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN TANAH DATAR Visi dan Misi Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kabupaten Tanah Datar mengacu pada Visi dan Misi instansi di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah

Lebih terperinci

Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang

Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KPP430 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN INSPEKTUR NAVIGASI

Lebih terperinci

2017, No Safety Regulations Part 65) Sertifikasi Ahli Perawatan Pesawat Udara (Licensing of Aircraft Maintenance Engineer) Edisi 1 Amandemen

2017, No Safety Regulations Part 65) Sertifikasi Ahli Perawatan Pesawat Udara (Licensing of Aircraft Maintenance Engineer) Edisi 1 Amandemen BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1211, 2017 KEMENHUB. Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 65. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 75 TAHUN 2017 TENTANG PERATURAN

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 077 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR TEKNIS DAN OPERASI (MANUAL OF STANDARD CASR PART

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 077 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR TEKNIS DAN OPERASI (MANUAL OF STANDARD CASR PART KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 077 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR TEKNIS DAN OPERASI (MANUAL OF STANDARD CASR PART 170-04)

Lebih terperinci

BAB II PROFIL DINAS PERHUBUNGAN PROPINSI SUMATERA UTARA

BAB II PROFIL DINAS PERHUBUNGAN PROPINSI SUMATERA UTARA BAB II PROFIL DINAS PERHUBUNGAN PROPINSI SUMATERA UTARA A. Sejarah Ringkas Dinas Perhubungan Propinsi Sumatera Utara Departemen Perhubungan telah ada sejak periode awal kemerdekaan Indonesia yang dibentuk

Lebih terperinci

Capaian 100% RINGKASAN EKSEKUTIF

Capaian 100% RINGKASAN EKSEKUTIF RINGKASAN EKSEKUTIF A. KESIMPULAN Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Tahun 2016 disusun sebagai gambaran tolak ukur keberhasilan dan kekurang berhasilan Direktorat Jenderal Perhubungan

Lebih terperinci

Knowledge Management Forum April

Knowledge Management Forum April DASAR HUKUM DIREKTORAT JENDERAL BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI PERAN PEMDA UNTUK MEMBERDAYAKAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MEWUJUDKAN KETAHANAN IKLIM INDONESIA UU 23 tahun 2014 tentang

Lebih terperinci

RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2010

RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2010 RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2010 Oleh: H. Paskah Suzetta Menteri Negara PPN/Kepala Bappenas Disampaikan pada Rapat Koordinasi Pembangunan Tingkat Pusat (Rakorbangpus) untuk RKP 2010 Jakarta,

Lebih terperinci

TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG Bagian Hukum Setda Kabupaten Bandung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. adanya ketimpangan dan ketidakmerataan. Salah satu penyebabnya adalah

I. PENDAHULUAN. adanya ketimpangan dan ketidakmerataan. Salah satu penyebabnya adalah I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan yang sering dihadapi dalam perencanaan pembangunan adalah adanya ketimpangan dan ketidakmerataan. Salah satu penyebabnya adalah penyebaran investasi yang

Lebih terperinci

PREDIKSI TINGKAT PERTUMBUHAN PENUMPANG DAN EVALUASI PADA BANDAR UDARA INTERNASIONAL DI INDONESIA

PREDIKSI TINGKAT PERTUMBUHAN PENUMPANG DAN EVALUASI PADA BANDAR UDARA INTERNASIONAL DI INDONESIA PREDIKSI TINGKAT PERTUMBUHAN PENUMPANG DAN EVALUASI PADA BANDAR UDARA INTERNASIONAL DI INDONESIA Hodi 1), Sudirman Hi. Umar 2), Arif Fakhrudin 3) 1),2),3) Program Studi D3 Manajemen Transportasi Udara

Lebih terperinci

I. Permasalahan yang Dihadapi

I. Permasalahan yang Dihadapi BAB 34 REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI DI WILAYAH PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM DAN KEPULAUAN NIAS PROVINSI SUMATRA UTARA, SERTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DAN PROVINSI JAWA TENGAH I. Permasalahan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, Pemerintah Daerah diberikan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, Pemerintah Daerah diberikan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, 22 Januari 2015 Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan. Ir. Saut P. Hutagalung, M.Sc

KATA PENGANTAR. Jakarta, 22 Januari 2015 Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan. Ir. Saut P. Hutagalung, M.Sc KATA PENGANTAR Laporan Kinerja merupakan wujud pertanggungjawaban kepada stakeholders dan memenuhi Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 yang mengamanatkan setiap instansi pemerintah/lembaga negara yang

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN PENDAHULUAN

BAB I. PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1 BAB I. PENDAHULUAN PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jalan merupakan infrastruktur transportasi darat yang berperan sangat penting dalam perkembangan suatu wilayah. Jalan berfungsi untuk mendukung kegiatan

Lebih terperinci

mengenai kewenangan Inspektur Navigasi Penerbangan dalam melaksanakan pengawasan; bahwa dalam melaksanaan pengawasan sebagaimana

mengenai kewenangan Inspektur Navigasi Penerbangan dalam melaksanakan pengawasan; bahwa dalam melaksanaan pengawasan sebagaimana KEMENTERIAN PERHUBUNGAN nirf.ktorat JF.NUERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 429 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PENGAWASAN INSPEKTUR NAVIGASI

Lebih terperinci

2015, No Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2015 tentang Kementerian Perhubungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 75); 4

2015, No Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2015 tentang Kementerian Perhubungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 75); 4 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1593 2015 KEMENHUB. Perawat Udara. Niaga. Armada. Peremajaan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 160 TAHUN 2015 TENTANG PEREMAJAAN ARMADA PESAWAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta merupakan bandar udara pengumpul atau hub di satu dari 12 bandar udara yang dikelola oleh PT. Angkasa Pura II. Pertumbuhan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG PEMBANGUNAN DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP BANDAR UDARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG PEMBANGUNAN DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP BANDAR UDARA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG PEMBANGUNAN DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP BANDAR UDARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKjIP) TAHUN 2017 DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN CIANJUR

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKjIP) TAHUN 2017 DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN CIANJUR LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKjIP) TAHUN 2017 DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN CIANJUR DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN CIANJUR Jl. Dr. Muwardi No. 395 Telp (0263) 263424 Cianjur 43215 Jawa Barat KATA

Lebih terperinci

2016, No udara niaga tidak berjadwal luar negeri dengan pesawat udara sipil asing ke dan dari wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia perlu

2016, No udara niaga tidak berjadwal luar negeri dengan pesawat udara sipil asing ke dan dari wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia perlu BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1378, 2016 KEMENHUB. Pesawat Udara Sipil Asing. Angkutan Udara Bukan Niaga. Angkutan Udara Niaga Tidak Berjadwal Luar Negeri. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN M E M U T U S K A N : NOMOR : KM 81 TAHUN 2004

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN M E M U T U S K A N : NOMOR : KM 81 TAHUN 2004 KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 81 TAHUN 2004 TENTANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN UDARA MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang : a. bahwa dengan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 11 Tahun 2001 telah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, Pemerintah Daerah diberikan

Lebih terperinci

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji (Lembaran Negara

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji (Lembaran Negara KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA INSTRUKSI DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : INST 009 TAHUN 2017 TENTANG PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN ANGKUTAN UDARA HAJI TAHUN 1438

Lebih terperinci

RENCANA KERJA (RENJA) DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016

RENCANA KERJA (RENJA) DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016 PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR RENCANA KERJA (RENJA) DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016 DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA PROVINSI JAWA TIMUR JL. GAYUNG KEBONSARI NO. 167 SURABAYA

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KP 934 TAHUN 2017 TENTANG RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN 2017

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KP 934 TAHUN 2017 TENTANG RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN 2017 MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KP 934 TAHUN 2017 TENTANG RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci