PENENTUAN AMBANG BATAS CURAH HUJAN EKSTRIM DENGAN MEAN RESIDUAL LIFE

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENENTUAN AMBANG BATAS CURAH HUJAN EKSTRIM DENGAN MEAN RESIDUAL LIFE"

Transkripsi

1 PENENTUAN AMBANG BATAS CURAH HUJAN EKSTRIM DENGAN MEAN RESIDUAL LIFE DAN THRESHOLD CHOICE (Studi Kasus : Curah Hujan Periode di Stasiun Pondok Betung) IMAM WIDYANTO DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Penentuan Ambang Batas Curah Hujan Ekstrim dengan Mean Residual Life dan Threshold Choice (Studi Kasus : Curah Hujan Periode pada Stasiun Pondok Betung) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, September 2013 Imam Widyanto NIM G

4 ABSTRAK IMAM WIDYANTO. Penentuan Ambang Batas Curah Hujan Ekstrim dengan Mean Residual Life dan Threshold Choice (Studi Kasus : Curah Hujan Periode di Stasiun Pondok Betung). Dibimbing oleh AJI HAMIM WIGENA dan FARIT MOCHAMAD AFENDI. Curah hujan memiliki keragaman tinggi dan berpotensi terjadi curah hujan ekstrim yang pada umumnya dapat mengakibatkan banjir. Informasi curah hujan ekstrim perlu diketahui lebih awal untuk mengantisipasi kemungkinan banjir dengan cara menentukan nilai ambang batas. Nilai ambang batas ini dapat ditentukan dengan persentil 90, Mean Residual Life (MRL), dan Threshold Choice (TC) berdasarkan Sebaran Pareto Terampat (Generalized Pareto Distribution, GPD). Nilai ambang batas di Pondok Betung adalah 61 mm berdasarkan data curah hujan harian pada peiode Secara umum kejadian banjir terjadi ketika curah hujan harian di stasiun Pondok Betung melebihi 61 mm. Kata Kunci : GPD, MRL, TC ABSTRACT IMAM WIDYANTO. Threshold Determination of Extreme Rainfall with Mean Residual Life and Threshold Choice (Case Study : Rainfall in period at Pondok Betung Station). Supervised by AJI HAMIM WIGENA and FARIT MOCHAMAD AFENDI. Rainfall has a high diversity and potentially extreme rainfall which can cause flood. Extreme rainfall information needs to be known early to anticipate the possibility of flooding by determining the threshold value. This threshold value can be determined by the 90th percentile, Mean Residual Life (MRL), and Threshold Choice (TC) based on Generalized Pareto Distribution (GPD). Threshold value in Pondok Betung station is 61 mm, based on daily rainfall data in In general, the majority of flood events occur when daily rainfall at Pondok Betung station above 61 mm. Key words : GPD, MRL, TC

5 PENENTUAN AMBANG BATAS CURAH HUJAN EKSTRIM DENGAN MEAN RESIDUAL LIFE DAN THRESHOLD CHOICE (Studi Kasus : Curah Hujan Periode di Stasiun Pondok Betung) IMAM WIDYANTO Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Statistika pada Departemen Statistika DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

6

7 Judui Skripsi: Penentuan Ambang Batas Curah Hujan Ekstrim dengan Mean Residual Life dan Threshold Choice (Studi Kasus : Curah Hujan Periode di Stasiun Pond ok Betung) Nama : Imam Widyanto NlM : G Disetujui oleh Dr Ir Aji Hamim Wigena, MSc Pembimbing I Dr Farit Mochamad Afendi, MSi Pembimbing II Tanggal Lulus: 1 SEP 2013

8 Judul Skripsi : Penentuan Ambang Batas Curah Hujan Ekstrim dengan Mean Residual Life dan Threshold Choice (Studi Kasus : Curah Hujan Periode di Stasiun Pondok Betung) Nama : Imam Widyanto NIM : G Disetujui oleh Dr Ir Aji Hamim Wigena, MSc Pembimbing I Dr Farit Mochamad Afendi, MSi Pembimbing II Diketahui oleh Dr Ir Hari Wijayanto, MSi Ketua Departemen Tanggal Lulus:

9 PRAKATA Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia Nya sehingga penelitian ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2013 sampai September 2013 ini ialah ambang batas curah hujan ekstrim, dengan judul Penentuan Ambang Batas Curah Hujan Ekstrim dengan Mean Residual Life dan Threshold Choice (Studi Kasus : Curah Hujan Periode di Stasiun Pondok Betung). Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Aji Hamim Wigena, MSc dan Bapak Dr Farit Mochammad Afendi MSi selaku pembimbing, serta Bapak Wido Hanggoro, SSi dan keluarga besar dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika yang telah banyak memberi saran. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, keluarga, dan keluarga besar Statistika IPB atas dukungan, doa, dan kasih sayangnya. Akhirnya penulis berharap semoga tulisan ini bermanfaat dalam pengembangan ilmu Statistika khususnya di bidang Meteorologi. Bogor, September 2013 Imam Widyanto

10 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL viii DAFTAR GAMBAR viii DAFTAR LAMPIRAN viii PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 2 METODE 2 Data 2 Prosedur Analisis Data 2 HASIL DAN PEMBAHASAN 5 Eksplorasi Data Curah Hujan Harian 5 Penentuan Ambang Batas 7 Pendugaan Parameter GPD 11 Peramalan Tingkat Pengembalian 12 Penentuan Ambang Batas u Terbaik Berdasarkan MAPE 14 SIMPULAN DAN SARAN 17 Simpulan 17 Saran 17 DAFTAR PUSTAKA 17 LAMPIRAN 20 RIWAYAT HIDUP 27

11 DAFTAR TABEL 1 Ukuran pemusatan dan penyebaran data curah hujan harian periode bulanan tahun (mm) 7 2 Nilai dugaan parameter GPD periode analisis 1 Januari Desember Uji Kolmogorov-Smirnov untuk tiap calon ambang batas u 12 4 Ramalan tingkat pengembalian curah hujan untuk tiap calon ambang batas u 13 5 Nilai MAPE untuk tiap calon ambang batas u 15 6 Kejadian banjir dan longsor periode di Jakarta 16 7 Ramalan banyaknya hari dengan curah hujan ekstrim periode ramalan tahun DAFTAR GAMBAR 1 Histogram curah hujan harian tahun Diagram kotak garis curah hujan harian periode bulanan Grafik MRL curah hujan harian selang ambang batas Grafik MRL curah hujan harian selang ambang batas Grafik MRL curah hujan harian selang ambang batas Grafik TC untuk reparameterisasi parameter skala curah hujan harian selang ambang batas Grafik TC untuk parameter bentuk curah hujan harian selang ambang batas Plot peluang untuk ambang batas u = Grafik perbandingan tingkat pengembalian aktual dengan ramalan tiap ambang batas 14 DAFTAR LAMPIRAN 1 Ukuran pemusatan dan penyebaran data curah hujan harian periode tahunan di stasiun Pondok Betung 20 2 Jumlah hari hujan berdasarkan kategori hujan harian (BMKG 2008) periode tahunan di stasiun Pondok Betung 21 3 Plot peluang untuk ambang batas u = Plot peluang untuk ambang batas u = Plot peluang untuk ambang batas u = Plot peluang untuk ambang batas u = Plot peluang untuk ambang batas u = Grafik MRL curah hujan harian untuk stasiun Kemayoran tahun

12 9 Grafik MRL curah hujan harian untuk stasiun Tanjung Priok tahun Grafik MRL curah hujan harian untuk stasiun Cengkareng tahun Grafik TC untuk reparameterisasi parameter skala dan parameter bentuk curah hujan harian untuk stasiun Kemayoran tahun Grafik TC untuk reparameterisasi parameter skala dan parameter bentuk curah hujan harian untuk stasiun Tanjung Priok tahun Grafik TC untuk reparameterisasi parameter skala dan parameter bentuk curah hujan harian untuk stasiun Cengkareng tahun Nilai dugaan parameter GPD dan nilai MAPE tiap calon ambang batas untuk stasiun Kemayoran, Tanjung Priok, dan Cengkareng 26

13

14 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu unsur cuaca yang memiliki keragaman cukup tinggi adalah curah hujan. Hal ini dipengaruhi salah satunya oleh pola musim di Indonesia. Curah hujan akan rendah saat musim kemarau dan akan tinggi saat musim hujan. Tingginya curah hujan pada musim hujan akan cenderung menghasilkan curah hujan yang ekstrim. Curah hujan ekstrim dapat mengakibatkan tanah longsor dan banjir. Jakarta merupakan salah satu wilayah yang sering dilanda banjir. Banyak faktor yang menyebabkan banjir di Jakarta selain curah hujan ekstrim, di antaranya adalah perubahan tutupan lahan, Jakarta yang merupakan hilir dari 13 aliran sungai, banyaknya sampah di saluran air, dan lain-lain. Berdasarkan kondisi di atas, banjir disebabkan oleh banyak faktor dan merupakan suatu fenomena yang kompleks. Informasi ambang batas curah hujan ekstrim di Jakarta perlu diketahui lebih awal dalam mewaspadai terjadinya banjir. Ambang batas curah hujan ekstrim menurut BMKG (2008) adalah 50 mm/hari. Ambang batas tersebut tentu tidak sama untuk tiap daerah begitu pula dengan di Jakarta, karena karakteristik curah hujan yang berbeda-beda tiap daerah, sehingga diperlukan suatu pendekatan lain dalam menentukan curah hujan ekstrim di suatu daerah. Menurut Gilli dan K llezi (2006), penentuan nilai-nilai ekstrim dapat dilakukan dengan dua cara yaitu Block Maxima dan Peaks Over Threshold (POT). Block Maxima yaitu mengambil nilainilai maksimum dari setiap periode atau blok sebagai nilai ekstrim yang selanjutnya didekati dengan Generalized Extreme Value (GEV). POT yaitu mengambil nilai-nilai yang melampaui suatu nilai ambang batas (threshold) sebagai nilai ekstrim yang selanjutnya didekati dengan Sebaran Pareto Terampat (Generalized Pareto Distribution, GPD). Penentuan ambang batas yang tepat pada POT menjadi suatu hal yang penting dalam pengklasifikasian ekstrim atau tidaknya suatu curah hujan. Menurut Coles (2001), penentuan ambang batas memerlukan keseimbangan antara bias dan ragam. Ambang batas yang terlalu rendah akan menghasilkan penduga yang bias dan ambang batas yang terlalu tinggi akan menghasilkan minimnya amatan yang dapat melampaui ambang batas tersebut sehingga ragam akan besar. Coles (2001) menggunakan Mean Residual Life (MRL) dan Threshold Choice (TC) dalam penentuan ambang batas curah hujan harian daerah barat daya Inggris periode Selain kedua metode tersebut, Chavez-Demoulin (1999) dalam Irfan (2011) merekomendasikan persentil 90 sebagai ambang batas nilai ekstrim. Berdasarkan uraian di atas, penentuan ambang batas merupakan permasalahan yang tidak mudah. Oleh karena itu ketiga metode tersebut akan digunakan dalam penentuan beberapa calon ambang batas curah hujan ekstrim agar menghasilkan banyak pilihan dalam memilih ambang batas terbaik. Pemilihan Ambang batas terbaik dapat dilakukan berdasarkan nilai Mean Absolute Percentage Error (MAPE) dari ramalan tingkat pengembalian (return level) dari tiap calon ambang batas.

15 2 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah mengeksplorasi curah hujan harian dan menentukan ambang batas curah hujan harian ekstrim dengan persentil 90, MRL, dan TC. METODE Data Data dalam penelitian ini diperoleh dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Data ini merupakan data curah hujan harian periode pada stasiun Pondok Betung, Jakarta Selatan. Data tahun digunakan sebagai data analisis, sedangkan data tahun 2010 digunakan sebagai data validasi. Satuan curah hujan adalah milimeter. Curah hujan satu milimeter (1 mm) artinya adalah air hujan yang jatuh pada setiap permukaan seluas 1 m 2 setinggi 1 mm dengan tidak menguap, meresap atau mengalir (BMKG 2008). Prosedur Analisis Data Langkah-langkah dalam penelitian ini adalah : 1. Eksplorasi data curah hujan harian dengan histogram dan diagram kotak garis 2. Penentuan calon ambang batas menggunakan persentil 90, MRL dan TC a. Persentil 90 b. Mean Residual Life (MRL) Mean Residual Life (MRL) merupakan suatu metode yang berlandaskan pada rata-rata pelampauan ambang batas. Metode ini sering digunakan di berbagai bidang seperti reliabilitas, analisis survival, studi aktuaria, dan lain-lain. Omey et al.(2009) menggunakan MRL untuk menentukan ambang batas kecepatan angin di Schiphol, Belanda. MRL sering juga dikenal dengan Expected Remaining Life atau Mean Excess. Misalkan X merupakan peubah acak yang merepresentasikan amatan yang melebihi ambang batas dengan parameter skala dan parameter bentuk. Menurut Coles (2001) nilai harapan dari yang menyebar GPD adalah Misalkan adalah amatan yang melampaui ambang batas sebanyak. Misal adalah nilai terbesar dari, maka plot MRL merupakan representasi titik :

16 Plot MRL dilengkapi dengan selang kepercayaan. Selang kepercayaan pada plot MRL dapat dihitung melalui pendekatan normal dari rataan contoh. Selain uraian di atas, Abdous dan Berred (2004) melakukan pendekatan kernel untuk menduga fungsi MRL. c. Threshold Choice (TC) Threshold Choice (TC) dikenal juga dengan Parameter Stability atau Threshold Stability yang merupakan metode dalam menentukan ambang batas. Menurut Coles (2001), TC merupakan metode lain dalam GPD untuk suatu rentang ambang batas dan mencari kestabilan dugaan parameter. Misalkan X menyebar GPD pada maka akan menyebar GPD juga pada. Parameter skala diparameterisasi untuk mempermudah pendugaan sebagai berikut :. Plot TC menghasilkan dua plot, yang pertama plot dengan untuk menduga ambang batas berdasarkan parameter skala dan plot antara dengan untuk menduga ambang batas berdasarkan parameter bentuk. Plot TC direpresentasikan dengan titik sebagai berikut : dan dengan adalah nilai maksimum dari amatan x. Penentuan selang kepercayaan untuk dapat menggunakan matriks ragam peragam V, sedangkan untuk mendapatkan selang kepercayaan diperlukan metode delta yang menyatakan bahwa bergantung pada dan. Ragam dari adalah, dengan. 3. Pendugaan parameter GPD menggunakan metode kemungkinan maksimum untuk tiap calon ambang batas Misalkan adalah peubah acak dan misalkan untuk nilai-nilai ekstrim. Menurut Coles (2001) untuk yang besar, dengan mengikuti sebaran GEV, sebagai berikut : dengan adalah parameter lokasi, adalah parameter skala, dan adalah parameter bentuk. Kemudian fungsi sebaran dari dengan dan u adalah suatu ambang batas, adalah : adalah sebaran GPD dengan dan, dan. 3 (1),

17 4 Misal adalah banyaknya nilai yang melebihi ambang batas maka pelampauan ambang batas akan memiliki fungsi kepekatan peluang (fkp) sebagai berikut : Jika maka, jika maka, dan jika maka dan digolongkan ke dalam keluarga eksponensial dengan parameter pada persamaan (1). Pendugaan parameter dapat dilakukan dengan metode kemungkinan maksimum. Fungsi log kemungkinan menurut Coles (2001) dari dapat dinyatakan sebagai berikut : Pemaksimuman fungsi log kemungkinan tidak dapat dilakukan secara analitik, maka diperlukan pendekatan numerik dalam penyelesainnya. 4. Pemeriksaan model menggunakan plot peluang dan uji Kolmogorov- Smirnov a. Plot Peluang Menurut Coles (2001) misal ada suatu ambang batas, suatu pelampauan ambang..., dan model dugaan, maka plot peluang : dimana dapat dilihat pada persamaan (1). b. Uji Kolmogorov-Smirnov Menurut Daniel (1990) hipotesis pada uji ini adalah dengan adalah sebaran empirik dari data, sedangkan adalah sebaran teoritis. Statistik uji yang digunakan adalah dengan S(x) adalah frekuensi relatif dari amatan di atas amabang batas u. Tolak jika hitung > tabel. D tabel dengan amatan (n) lebih dari 40 didekati dengan. 5. Peramalan tingkat pengembalian curah hujan untuk tiap calon ambang batas Peramalan tingkat pengembalian (return level) merupakan salah satu aplikasi dalam GPD. GPD dengan parameter dan adalah sebaran yang tepat untuk pelampauan suatu ambang batas dari variabel. Menurut Coles (2001) untuk maka.

18 5 Selanjutnya didapatkan persamaan peluang di bawah ini, (2) jika maka. adalah proporsi amatan di atas ambang batas u yang diduga dengan. Nilai k adalah banyaknya amatan di atas ambang batas u dan N adalah total amatan. Banyaknya pelampauan ambang batas mengikuti sebaran binomial (, ). Tingkat pengembalian dinotasikan dengan yang merupakan nilai maksimum yang diharapkan akan dilampaui satu kali secara rata-rata dalam setiap pengamatan. Persamaannya adalah Solusinya menjadi : (3) Plot tingkat pengembalian terdiri dari pasangan. adalah ramalan tingkat pengembalian yang dapat dilihat pada persamaan (3). 6. Penentuan ambang batas terbaik berdasarkan nilai MAPE dari suatu ramalan tingkat pengembalian Metode dalam mengukur nilai kesalahan antara nilai ramalan dengan nilai aktual, menurut Montgomery et al. (2008) dapat menggunakan Mean Absolute Percentage Error (MAPE) sebagai berikut pada kasus ini adalah nilai aktual tingkat pengembalian dan adalah nilai ramalan tingkat pengembalian. Semakin kecil nilai MAPE makin baik peramalan yang dilakukan. HASIL DAN PEMBAHASAN Eksplorasi Data Curah Hujan Harian Eksplorasi dengan histogram curah hujan harian tahun ditampilkan pada Gambar 1. Histogram tersebut memiliki ekor kanan yang panjang, sehingga diindikasikan terdapat nilai-nilai curah hujan ekstrim pada ekor. Eksplorasi curah hujan harian periode bulanan tahun dengan diagram kotak garis dapat dilihat pada Gambar 2. Setiap bulan terdapat banyak pencilan, dengan pencilan tertinggi pada bulan Februari, Maret, Desember, dan Januari. Hal ini disebabkan pada bulan-bulan tersebut merupakan musim hujan. Pencilan terendah terjadi pada bulan Agustus karena pada bulan tersebut terjadi musim kemarau.

19 Curah hujan (mm) Frekuensi Curah hujan (mm) Gambar 1 Histogram curah hujan harian tahun Januari Februari Maret April Mei Juni September November Gambar 2 Diagram kotak garis curah hujan harian periode bulanan Tabel 1 menunjukkan ukuran pemusatan dan penyebaran curah hujan harian periode bulanan. Umumnya curah hujan di Indonesia cukup beragam dengan nilai simpangan baku yang relatif tinggi. Bulan Februari memiliki simpangan baku terbesar yaitu 21.1 mm. Hal ini disebabkan pada bulan tersebut terdapat banyak pencilan. Rata-rata curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Februari diikuti bulan Januari. Bulan Februari memiliki nilai curah hujan tertinggi sebesar mm diikuti bulan Maret, Desember, dan Januari. Tiap bulan memiliki nilai minimum sebesar 0 mm, yang artinya ada hari pada tiap bulan yang tidak terjadi hujan. Nilai Juli Bulan Agustus Oktober Desember

20 rata-rata, simpangan baku, maksimum dan minimum curah hujan, dan banyaknya hujan per tahun dapat dilihat pada Lampiran 1. Jumlah hari hujan berdasarkan kategori hujan harian (BMKG 2008) dapat dilihat pada Lampiran 2. Tabel 1 Ukuran pemusatan dan penyebaran data curah hujan harian periode bulanan tahun (mm) Bulan Rata-rata Simpangan baku Maksimum Minimum Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Penentuan Ambang Batas Nilai ambang batas ditentukan berdasarkan data curah hujan harian tahun Scarrot dan MacDonald (2012) melakukan pendugaan ambang batas menggunakan MRL dan TC dengan menetapkan beberapa calon ambang batas terlebih dahulu. Persentil 90 Data curah hujan harian di stasiun Pondok Betung tahun memiliki persentil 90 sebesar Amatan yang melebihi ambang batas tersebut berjumlah 1206 amatan dan sudah cukup baik untuk pendugaan parameter GPD. Nilai tersebut dijadikan salah satu calon ambang batas curah hujan ekstrim. Mean Residual Life (MRL) Intrepretasi MRL dalam praktik tidak selalu sederhana. Penentuan ambang batas harus memerhatikan terhadap banyaknya amatan yang melampaui ambang batas dan pendekatan garis linier yang konsisten setelah ambang batas. Grafik MRL curah hujan harian selang ambang batas yang dilengkapi selang kepercayaan 95% ditampilkan pada Gambar 3. Gambar 3 menunjukkan grafik MRL diawali dengan garis yang relatif linier dari 0 sampai 40, kemudian menaik dengan kemiringan yang kecil sampai 90. Setelah itu menaik lebih curam dengan kemiringan yang besar sampai 125. Dari 125 sampai 220 menunjukkan ketidakstabilan dengan naik turunnya grafik. Kemudian dari 220 grafik menurun secara curam, linier, dan konsisten.

21 Mean Excess Threshold Gambar 3 Grafik MRL curah hujan harian selang ambang batas Penentuan ambang batas berdasarkan deskripsi grafik di paragraf sebelumnya, tentunya akan menuntun pada pemilihan ambang batas 220 jika dilihat dari pendekatan garis linier yang konsisten setelah ambang batas tersebut, namun hanya terdapat 2 amatan di atas ambang batas tersebut, sehingga sangat sedikit untuk pendugaan parameter GPD dan cenderung menghasilkan ragam yang besar. Ambang batas 125 juga perlu diperhatikan karena garis linier yang konsisten setelah ambang batas, namun hanya terdapat 11 amatan pelampauan. Jumlah tersebut juga masih terlalu sedikit untuk pendugaan parameter GPD, begitu pula dengan calon ambang batas di atasnya seperti 140, 170, 180, dan 210. Berdasarkan uraian tersebut, grafik MRL akan dibatasi pada selang ambang batas seperti pada Gambar 4 dan 5. Gambar 4 dan 5 menunjukkan beberapa ambang batas yang perlu diperhatikan karena garis yang relatif linier dan konsisten setelah ambang batas yaitu ambang batas 40, 60, dan 90. Ambang batas tersebut berturut-turut memiliki pelampauan sebanyak 507, 198, dan 54 amatan dan cukup untuk pendugaan parameter GPD. Langkah selanjutnya adalah menentukan lebih detail dari nilai ambang batas tersebut dengan cara memperkecil selang ambang batas grafik MRL untuk tiap calon ambang batas tersebut. Ambang batas u 40 dan 60 dijelaskan oleh Gambar 4 dan ambang batas u 90 dijelaskan oleh Gambar 5. Gambar 4 menunjukkan setelah nilai ambang batas 39, 50, dan 61 grafik mendekati garis relatif linier dan konsisten. Amatan di atas ambang batas 39, 50, dan 61 berturut-turut sebanyak 535, 291, dan 189 amatan. Banyaknya amatan yang melampaui ketiga ambang batas tersebut sudah cukup untuk pendugaan parameter GPD sehingga ketiga nilai tersebut dijadikan calon ambang batas. Gambar 5 menunjukkan setelah nilai ambang batas 90 grafik mendekati garis linier dan konsisten. Amatan di atas ambang batas 90 sebanyak 54

22 amatan dan sudah cukup untuk pendugaan parameter GPD. Ambang batas 90 kemudian dipilih menjadi salah satu calon ambang batas. Penentuan ambang batas curah hujan ekstrim dengan MRL untuk stasiun Kemayoran, Tanjung Priok, dan Cengkareng dapat dilihat pada Lampiran 8, 9, dan Gambar 4 Grafik MRL curah hujan harian selang ambang batas Gambar 5 Grafik MRL curah hujan harian selang ambang batas Threshold Choice (TC) TC memiliki dua grafik yaitu grafik yang memadankan ambang batas dengan dugaan reparameterisasi parameter skala pada Gambar 6 dan dugaan parameter bentuk pada Gambar 7. Kedua grafik tersebut dilengkapi dengan selang kepercayaan 95%. Selain melihat banyaknya amatan pelampauan ambang batas, pemilihan ambang batas pada TC harus memerhatikan kestabilan atau kekonstanan parameter skala dan bentuk setelah ambang batas. Khusus untuk parameter skala, setelah ambang batas harus terdapat garis linier yang lurus dan konsisten. Berdasarkan banyaknya amatan di atas ambang batas u pada

23 10 pembahasan MRL, selang ambang batas pada plot TC akan dibatasi hingga 125. Gambar 6 Grafik TC untuk reparameterisasi parameter skala curah hujan harian selang ambang batas Gambar 7 Grafik TC untuk parameter bentuk curah hujan harian selang ambang batas Gambar 6 dan 7 secara bentuk grafik saling berkebalikan. Kedua gambar tersebut memiliki titik-titik ambang batas yang perlu diperhatikan yaitu dari 40 sampai 60, karena pada selang ambang batas tersebut memiliki parameter skala dan bentuk yang hampir sama sehingga menunjukkan kestabilan parameter. Langkah selanjutnya akan ditelusuri secara lebih detail nilai-nilai pada selang ambang batas tersebut dengan cara memperkecil selang ambang batas pada grafik TC. Hasil perbesaran pada masing-masing gambar menuntun untuk memilih ambang batas pada 39, 50, dan 62 karena setelah ambang batas tersebut,

24 parameter skala dan bentuk yang dihasilkan relatif stabil. Masing-masing ambang batas tersebut memiliki berturut-turut 535, 291, dan 178 amatan di atas ambang batas, sehingga cukup untuk pendugaan parameter GPD. Penentuan ambang batas curah hujan ekstrim dengan TC untuk stasiun Kemayoran, Tanjung Priok, dan Cengkareng dapat dilihat pada Lampiran 11, 12, dan Pendugaan Parameter GPD Pendugaan parameter GPD harus didahului dengan penentuan nilai ambang batas. Nilai-nilai calon ambang batas yang didapat adalah 21.08, 39, 50, 61, 62, dan 90 yang telah ditentukan pada subbab sebelumnya. Penelitian ini menduga parameter GPD dengan metode kemungkinan maksimum. Tabel 2 Nilai dugaan parameter GPD periode analisis 1 Januari Desember 2009 Calon ambang batas (mm) Nilai dugaan parameter Proporsi amatan di atas ambang batas ( Tabel 2 menunjukkan nilai dugaan parameter dan proporsi pelampauan tiap calon ambang batas. Keragaman amatan di atas ambang batas berbanding lurus dengan parameter skala. Keragaman terbesar dan terendah adalah pada 50 dan u = 90 dengan nilai parameter skala = dan = Ambang batas 21.08, 39, 50, 61, dan 62 memiliki nilai parameter bentuk yang saling berdekatan, namun berbeda jauh dengan ambang batas u = 90. Semakin besar nilai ambang batas maka semakin kecil proporsi amatan pelampauannya. Nilai dugaan parameter GPD tiap calon ambang batas untuk stasiun Kemayoran, Tanjung Priok, dan Cengkareng dapat dilihat pada Lampiran 14. Pemeriksaan Model Pemeriksaan model merupakan hal yang penting setelah pendugaan parameter GPD. Plot peluang menampilkan perbandingan antara nilai empirik dan nilai teoritik. Pendugaan parameter GPD dikatakan baik jika nilai empirik sama atau mendekati dengan nilai teoritiknya. Gambar 8 menunjukkan plot peluang untuk ambang batas 61. Grafik plot peluang berimpit pada garis diagonal yang menunjukkan data empirik telah menyebar GPD dengan baik dan didukung oleh nilai R 2 yang cukup besar yaitu 99.68%. Plot peluang untuk ambang batas u = 21.08, 39, 50, 62, dan 90 dapat dilihat pada Lampiran 3, 4, 5, 6, dan 7.

25 12 Teoritik Teoritik = *Empirik R² = 99.68% Empirik Gambar 8 Plot peluang untuk ambang batas u = 61 Hasil pemeriksaan dengan plot peluang dan plot kuantil-kuantil menghasilkan interpretasi yang terkesan subjektif, sehingga diperlukan suatu uji formal yaitu uji Kolmogorov-Smirnov. Uji ini memiliki hipotesis nol:. merupakan sebaran empirik sedangkan merupakan sebaran teoritis yaitu GPD. Tabel 3 menunjukkan hasil uji Kolmogorov-Smirnov untuk tiap calon ambang batas u. Tabel tersebut menunjukkan semua ambang batas u menyebar GPD. Hal ini membenarkan teori bahwa jika suatu pelampauan ambang batas menyebar GPD, maka untuk ambang batas pun menyebar GPD. Semua calon ambang batas menyebar GPD sehingga dapat dilakukan analisis lebih lanjut. Tabel 3 Uji Kolmogorov-Smirnov untuk tiap calon ambang batas u Calon ambang batas u (mm) hitung D tabel Keputusan Terima H Terima H Terima H Terima H Terima H Terima H0 Peramalan Tingkat Pengembalian Peramalan tingkat pengembalian ( merupakan aplikasi GPD yang menunjukkan besarnya nilai maksimum yang diharapkan akan dilampaui satu kali secara rata-rata dalam setiap pengamatan. Penghitungan nilai tingkat pengembalian dapat dilihat pada persamaan (3). Penentuan tingkat pengembalian ini menggunakan data curah hujan tahun sebagai data analisis untuk meramalkan tingkat pengembalian pada beberapa periode di tahun 2010 yang ditampilkan pada Tabel 4.

26 m Aktual (mm) Tabel 4 Ramalan tingkat pengembalian curah hujan untuk tiap calon ambang batas u Ambang batas u = u = 39 u = 50 u = 61 u = 62 u = 90 (mm) β (%) (mm) β (%) (mm) β (%) (mm) β (%) (mm) β (%) (mm) β (%) Periode ramalan Januari Januari-Februari Januari-Maret Januari-April Januari-Mei Januari-Juni Januari-Juli Januari-Agustus Januari-September Januari-Oktober Januari-November Januari-Desember 2010

27

28 14 Tabel 4 menunjukkan ramalan tingkat pengembalian untuk tiap ambang batas. Tabel tersebut menunjukkan terdapat nilai ramalan yang berada dibawah ambang batas, padahal seharusnya nilai > u. Berdasarkan persamaan (3) maka perlu ditambah kendala yaitu, sehingga dapat ditentukan minimal nilai m agar > u. Ramalan terbaik secara umum terjadi pada m = 212 atau 7 bulan ke depan dengan nilai ramalan yang mendekati nilai aktualnya.tabel tersebut juga menyajikan kesalahan relatif (β) dari peramalan tingkat pengembalian untuk berbagai ambang batas. Berdasarkan informasi BMKG dalam Prang (2006), adanya perbedaan nilai antara dugaan dengan di lapangan sebesar 25-30%, dugaan atau ramalan yang diberikan masih cukup baik. Kesalahan relatif terbesar terjadi pada peramalan 181 atau 6 bulan ke depan yaitu sekitar % dan kesalahan relatif terkecil terjadi pada peramalan 212 atau 7 bulan ke depan yaitu sekitar %. Ramalan terbaik terjadi pada periode ramalan 7 bulan ke depan diikuti 8 dan 2 bulan ke depan, sehingga disarankan untuk melakukan peramalan untuk waktu-waktu tersebut. Grafik perbandingan nilai aktual dan ramalan tingkat pengembalian untuk berbagai ambang batas ditampilkan pada Gambar 9. Beberapa ramalan tingkat pengembalian yang mendekati nilai aktualnya terjadi pada saat m = 59, 212, dan 243. Grafik ramalan untuk ambang batas u = 21.08, 39, 50, 61, dan 62 relatif saling berimpit untuk semua nilai m. Hal ini berbeda dengan grafik ambang batas u = 90 yang mulai berimpit dari m = 151 sampai m = 365 dengan grafik ramalan ambang batas yang lain. Curah hujan (mm) Gambar 9 Grafik perbandingan tingkat pengembalian aktual ( ) terhadap ramalan ambang batas u = ( ), u = 39 ( ), u = 50 ( ), u = 61 ( ), u = 62 ( ), dan u = 90 ( ) m Penentuan Ambang Batas u Terbaik Berdasarkan MAPE Pemilihan ambang batas u terbaik dalam penelitian ini dilakukan dengan mencari nilai MAPE terkecil dari ramalan tingkat pengembalian pada tiap ambang

29 2 15 batas u. Nilai MAPE pada penelitian ini dihitung dari rata-rata kesalahan relatif peramalan tingkat pengembalian dari beberapa periode tahun 2010 untuk tiap ambang batas u yang telah dijelaskan pada subbab per tingkat pengembalian. Nilai MAPE untuk tiap calon ambang batas u ditampilkan pada Tabel 5. Tabel 5 Nilai MAPE untuk tiap calon ambang batas u Calon ambang batas u MAPE (%) Tabel 5 menunjukkan ambang batas u = 21.08, 39, 50, 61, dan 62 memiliki nilai MAPE yang tidak jauh berbeda, lain halnya dengan ambang batas u = 90 yang memiliki nilai MAPE terbesar. Ambang batas terbaik dipilih berdasarkan nilai MAPE terkecil. Selain nilai MAPE, hal yang perlu menjadi pertimbangan adalah ragam atau parameter skala. Tabel 2 menunjukkan ambang batas u = 61 memiliki parameter skala sebesar Nilai tersebut merupakan ketiga terkecil setelah ambang batas u = 90 dan 39. Ambang batas u = 90 tentulah tidak disarankan untuk dipilih karena nilai MAPE yang besar, sedangkan ambang batas u = 39 memiliki nilai MAPE yang lebih besar dari ambang batas u = 61 tetapi memiliki ragam yang lebih kecil. Menurut BMKG (2008), curah hujan ekstrim harian nilainya lebih dari 50 mm/hari. Hal ini menuntun untuk memilih ambang batas u = 61 sebagai ambang batas yang lebih baik dibanding ambang batas yang lain dengan pertimbangan nilai MAPE terkecil dan besarnya ragam masih relatif kecil. Ambang batas terbaik berdasarkan nilai MAPE tiap calon ambang batas untuk stasiun Kemayoran (55 mm), Tanjung Priok (80 mm), dan Cengkareng (65 mm) dapat dilihat pada Lampiran 14. Ambang batas u = 61 akan diverifikasi dengan kejadian banjir di Jakarta. Hasil yang diperoleh pada Tabel 6 menunjukkan mayoritas kejadian banjir periode terjadi ketika curah hujan harian di stasiun Pondok Betung lebih dari ambang batas u = 61 mm. Nilai curah hujan pada kejadian banjir tanggal 20 Januari 1977, 23 September 2010, 6 Oktober 2010, dan 14 Oktober 2010 tidak melebihi ambang batas 61 mm, sehingga POT mendefinisikan curah hujan untuk keempat kejadian banjir tersebut bukan sebagai nilai ekstrim, namun berdasarkan klasifikasi curah hujan ekstrim BMKG (2008), dua kejadian banjir yang disebutkan pertama termasuk curah hujan ekstrim karena nilai curah hujannya lebih dari 50 mm, sedangkan dua kejadian banjir yang disebutkan terakhir tidak tergolong ekstrim baik menurut POT maupun BMKG (2008). Persentil curah hujan saat kejadian banjir 3 April 2012 dan 17 Januari 2013 tidak dapat diketahui karena data curah hujan pada tahun tersebut tidak dimiliki oleh penulis. Rata-rata persentil curah hujan saat terjadi banjir adalah 99 yang nilainya di atas persentil ambang batas u = 61 yaitu 98.43, sehingga secara umum curah hujan saat kejadian banjir merupakan curah hujan yang ekstrim.

30 16 3 Tanggal Tabel 6 Kejadian banjir dan longsor periode di Jakarta Curah hujan di stasiun Pondok Betung (mm) Persentil curah hujan pada tahun tersebut Lokasi Keterangan 20 Jan 1977 a Jakarta Banjir 14 Mei 1984 b Jakarta Banjir 22 Sep 1984 b Jakarta Banjir 10 Feb 1996 c Jakarta Banjir 14 Jan 1997 a Jakarta Banjir 28 Jan 2002 d Cengkareng Banjir 30 Jan 2002 e Jakarta Banjir 02 Feb 2007 a Jakarta Banjir 02 Feb 2008 f Jakarta Banjir 14 Sep 2010 g Jaksel Longsor 23 Sep 2010 g Bintaro Banjir 06 Okt 2010 g Jakbar, Jaksel, Jaktim Banjir 14 Okt 2010 g Jaksel Banjir 25 Okt 2010 g Jabodetabek Banjir 03 Apr 2012 h Bintaro Banjir 17 Jan 2013 i Jakarta Banjir a Jakarta dilanda banjir besar sejak 1621 (2011); b Jaya (2012); c Afrianti (2013); d Soehoed (2002); e Banjir Jakarta dan solusinya (2007); f Tiga orang meninggal dunia akibat bencana banjir di DKI Jakarta (2008); g BMKG (2010a, 2010b, 2010c, 2010d, 2010e); h BMKG (2012); i BMKG (2013) Tabel 7 Ramalan banyaknya hari dengan curah hujan ekstrim periode ramalan tahun 2010 m Banyaknya hari dengan curah hujan esktrim ( > 61 mm/hari) Peluang terjadi hujan ekstrim sebanyak ramalan Peluang terjadi hujan ekstrim Periode ramalan Aktual R m l n (λ) (0.477) Jan (0.955) Jan-Feb (1.432) Jan-Mar (1.909) Jan-Apr (2.392) Jan-Mei (2.864) Jan-Jun (3.316) Jan-Jul (3.780) Jan-Agu (4.295) Jan-Sep (4.725) Jan-Okt (5.250) Jan-Nov (5.727) Jan-Des 2010 Tabel 7 menunjukkan banyaknya hari dengan curah hujan ekstrim (> 61 mm/hari) yang didekati dengan sebaran Poisson. Peluang terjadi hujan ekstrim sebanyak ramalan (x) didekati dengan persamaan, dengan

31 4 17 λ d l h t -rata banyaknya hari dengan hujan ekstrim dalam selang waktu m. Peluang terjadi hujan ekstrim dapat dicari dengan persamaan berikut. Hasil nilai ramalan untuk m = 31 sampai m = 181 jauh berbeda dengan nilai aktual, sedangkan ramalan terbaik adalah saat m = 273, 304, dan 334, dengan nilai ramalan sama dengan nilai aktual. Peluang tidak terjadi hujan ekstrim pada Januari tahun 2010 cukup besar yaitu sebesar Selama tahun 2010 hampir dipastikan terjadi hujan ekstrim yang ditunjukkan dengan nilai peluang sebesar SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Curah hujan harian di stasiun Pondok Betung menunjukkan banyak pencilan di tiap bulan. Hal ini mengindikasikan adanya nilai-nilai curah hujan yang ekstrim. Nilai-nilai ekstrim tersebut dapat dikaji dengan baik oleh GPD. Penentuan ambang batas curah hujan ekstrim dapat diduga dengan MRL dan TC dalam GPD. Selain dengan MRL dan TC, ambang batas juga dapat didekati dengan persentil 90. Ramalan tingkat pengembalian terbaik terjadi pada periode ramalan 7 bulan ke depan. Ambang batas u = 61 menjadi ambang batas terbaik karena menghasilkan nilai MAPE terkecil dari suatu ramalan tingkat pengembalian dan memiliki ragam yang masih relatif kecil dibanding ambang batas yang lain. Nilai ambang batas curah hujan ekstrim di tiap daerah di Jakarta tidak sama. Hasil verifikasi menunjukkan mayoritas kejadian banjir periode terjadi ketika curah hujan harian di stasiun Pondok Betung di atas ambang batas 61 mm. Saran Penentuan ambang batas curah hujan ekstrim menggunakan persentil 90, MRL, dan TC memiliki kelemahan yaitu intrepetasi hasil yang terkesan subjektif, sehingga penulis menyarankan untuk menggunakan suatu metode yang objektif dalam menentukan ambang batas. Selain itu, dalam penentuan tingkat pengembalian diharapkan periode ramalan yang digunakan harus cukup panjang sehingga nilai tingkat pengembalian melebihi nilai ambang batas. DAFTAR PUSTAKA Abdous B, Berred A Mean residual life estimation. Journal of Statistical Planning and Inference [Internet]. [diunduh 2013 Mei 1]; 132 (2005) : Tersedia pada :

32 18 5 =59b31d3510dc e2f40c7fae4fe&pid=1-s2.0-S main.pdf. Afrianti D, Ansyari S Jan 18. Ancaman banjir Jakarta sampai Februari. Vivanews. Rubrik Nasional. Tersedia pada : [diakses 2013 Juni 14]. Banjir Jakarta dan solusinya Mar 22. BPDAS Citarum-Ciliwung. Rubrik Berita BPDAS. Tersedia pada : [diakses 2013 Juni 14]. Tiga orang meninggal dunia akibat bencana banjir di DKI Jakarta Feb 5. Depkes. Rubrik Beranda. Tersedia pada : ORANG-MENINGGAL-DUNIA-AKIBAT-BENCANA-BANJIR-DI-DKI- JAKARTA.htm [diakses 2013 Juni 14]. Jakarta dilanda banjir besar sejak Feb. Kumpul Berita. Tersedia pada : html [diakses pada 2013 Juni 14]. [BMKG] Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (ID) Curah Hujan dan Potensi Bencana Gerakan Tanah. Jakarta : BMKG (ID). Tersedia pada otensigertan_bmkg.pdf [diakses pada 2013 Mei 6]. [BMKG] Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (ID). 2010a. Analisis Cuaca Ekstrim Wilayah DKI Jakarta Tanggal 14 September Jakarta : BMKG (ID). Tersedia pada [diakses pada 2013 Juni 23]. [BMKG] Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (ID). 2010b. Analisis Cuaca Ekstrim Wilayah DKI Jakarta Tanggal 23 September Jakarta : BMKG (ID). Tersedia pada [diakses pada 2013 Juli 14]. [BMKG] Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (ID). 2010c. Analisis Cuaca Ekstrim Wilayah Jabodetabek Tanggal 06 Oktober Jakarta : BMKG (ID). Tersedia pada 20Jabodetabek.pdf [diakses pada 2013 Juli 14]. [BMKG] Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (ID). 2010d. Analisis Cuaca Ekstrim Wilayah Jakarta Tanggal 14 Oktober Jakarta : BMKG (ID). Tersedia pada 014%20Oktober% pdf [diakses pada 2013 Juli 14]. [BMKG] Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (ID). 2010e. Analisis Cuaca Ekstrim Wilayah Jabodetabek Tanggal 25 Oktober Jakarta : BMKG (ID). Tersedia pada 20Jabodetabek%2025%20Oktober% pdf [diakses pada 2013 Juli 14].

33 6 19 [BMKG] Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (ID) Analisis Kejadian Banjir Wilayah Jakarta Tanggal 2-3 April Jakarta : BMKG (ID). Tersedia pada [diakses pada 2013 Juni 23]. [BMKG] Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (ID) Analisis Kejadian Banjir DKI Jakarta (17 Januari 2013). Jakarta : BMKG (ID). Tersedia pada ari% pdf [diakses pada 2013 Juni 23]. Coles S An Introduction to Statistical Modelling of Extreme Values. London : Springer. Daniel WW Applied Nonparametric Statistics. Boston : PWS-KENT. Gilli M, K llezi E An application of extreme value theory for measuring financial risk. Computational Economics [Internet]. [diunduh 2013 Mar 19]; 27(1) : Tersedia pada : cad=rja&ved=0cdiqfjaa&url=http%3a%2f%2fwww.unige.ch%2fses% 2Fdsec%2Fstatic%2Fgilli%2Fevtrm%2FGilliKelleziCE.pdf&ei=_PUtUtruN ss_rgepwygodw&usg=afqjcner6hepbdwrew9ho9n3deq98srnfw&si g2=tjkrda-a84_8xmte3b4eaq&bvm=bv ,d.bmk. Irfan M Sebaran Pareto Terampat untuk Menentukan Curah Hujan Ekstrim (Studi Kasus : Curah Hujan Periode pada Stasiun Dramaga).[Skripsi]. Bogor : Institut Pertanian Bogor. Jaya A Jul 13. Jakarta bebas banjir : mungkinkah?. Kompasiana. Rubrik Green. Tersedia pada : [diakses 2013 Juni 14]. Montgomery DC, Jennings CL, Kulahci M Introduction to Time Series Analysis and Forecasting. New Jersey : John Wiley & Sons, Inc. Omey E, Mallor F, Nualart E An Introduction to Statistical Modelling of Extreme Values Application to Calculate Extreme Wind Speeds. Hogeschool Universiteit Brussel [Internet]. [diunduh 2013 Mei 1]. Tersedia pada: Scarrott C, MacDonald A A review of extreme value threshold estimation and uncertainty quantification. Statistical Journal [Internet]. [diunduh 2013 Mei 5]; 10(1) : Tersedia pada : cad=rja&ved=0cc8qfjaa&url=http%3a%2f%2fwww.ine.pt%2frevstat %2Fpdf%2Frs pdf&ei=F_ktUvHeJJDrrAfdgYG4Dw&usg=AFQjCN Gs0-xcZrvb2Fua5QwT4K- W4L148g&sig2=9AquG4VUJKkYA1HoO80PHw&bvm=bv ,d.b mk. Soehoed AR Banjir Ibukota Tinjauan Historis & Pandangan ke Depan. Jakarta : Djambatan.

34 20 Lampiran 1 Ukuran pemusatan dan penyebaran data curah hujan harian periode tahunan di stasiun Pondok Betung 7 Tahun Rata-rata Simpangan baku Maksimum Minimum Banyaknya hari hujan

35 8 21 Lampiran 2 Jumlah hari hujan berdasarkan kategori hujan harian (BMKG 2008) periode tahunan di stasiun Pondok Betung Tahun Sangat ringan (< 5 mm) Ringan (5-20 mm) Kategori hujan per hari Sedang (21-50 mm) Lebat ( mm) Sangat lebat (> 100 mm)

36 22 9 Lampiran 3 Plot peluang untuk ambang batas u = Teoritik Teoritik = *Empirik R² = 99.85% Empirik Lampiran 4 Plot peluang untuk ambang batas u = 39 Teoritik Teoritik = *Empirik R² = 99.87% Empirik Lampiran 5 Plot peluang untuk ambang batas u = 50 Teoritik Teoritik= *Empirik R² = 99.19% Empirik

37 10 23 Lampiran 6 Plot peluang untuk ambang batas u = 62 Teoritik Teoritik = *Empirik R² = 99.60% Empirik Lampiran 7 Plot peluang untuk ambang batas u = 90 Teoritik Teoritik = *Empirik R² = 99.01% Empirik

38 24 Lampiran 8 Grafik MRL curah hujan harian untuk stasiun Kemayoran tahun Lampiran 9 Grafik MRL curah hujan harian untuk stasiun Tanjung Priok tahun Lampiran 10 Grafik MRL curah hujan harian untuk stasiun Cengkareng tahun

39 12 Lampiran 11 Grafik TC untuk reparameterisasi parameter skala (atas) dan parameter bentuk (bawah) curah hujan harian untuk stasiun Kemayoran tahun Lampiran 12 Grafik TC untuk reparameterisasi parameter skala (atas) dan parameter bentuk (bawah) curah hujan harian untuk stasiun Tanjung Priok tahun

40 26 13 Lampiran 13 Grafik TC untuk reparameterisasi parameter skala (atas) dan parameter bentuk (bawah) curah hujan harian untuk stasiun Cengkareng tahun Lampiran 14 Nilai dugaan parameter GPD dan nilai MAPE tiap calon ambang batas untuk stasiun Kemayoran, Tanjung Priok, dan Cengkareng Stasiun Kemayoran Tanjung Priok Cengkareng Calon ambang Nilai dugaan Proporsi amatan batas u parameter di atas ambang MAPE (%) (mm) batas u (

41 14 27 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 3 Juni 1991 dari ayah Setyono dan Ibu Rahina Rosmawati. Penulis adalah putra pertama dari dua bersaudara. Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Bogor dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB dan diterima di Departemen Statistika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah menjadi asisten responsi Metode Statistika pada tahun ajaran 2011/2012 dan 2012/2013 dan asisten responsi Perancangan Percobaan I tahun ajaran 2011/2012. Penulis juga sempat aktif mengajar mata kuliah Fisika TPB di bimbingan belajar Expert. Bulan Februari-Maret 2013 penulis melaksanakan Praktik Lapangan di Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) pusat, Kemayoran, Jakarta Pusat. Penulis juga aktif dalam organisasi Gamma Sigma Beta (GSB) periode tahun 2012 sebagai staf departemen Data Base Center (DBC). Selain itu juga penulis pernah mengikuti kepanitiaan Statistika Ria tahun 2010 sebagai anggota divisi Sponsorship dan tahun 2011 sebagai ketua divisi Humas.

dari tahun pada stasiun pengamat yang berada di daerah Darmaga, Bogor.

dari tahun pada stasiun pengamat yang berada di daerah Darmaga, Bogor. Jika plot peluang dan plot kuantil-kuantil membentuk garis lurus atau linier maka dapat disimpulkan bahwa model telah memenuhi asumsi (Mallor et al. 2009). Tingkat Pengembalian Dalam praktik, besaran atau

Lebih terperinci

SEBARAN PARETO TERAMPAT UNTUK MENENTUKAN CURAH HUJAN EKSTRIM (Studi Kasus: Curah Hujan Periode pada Stasiun Darmaga) MUHAMMAD IRFAN

SEBARAN PARETO TERAMPAT UNTUK MENENTUKAN CURAH HUJAN EKSTRIM (Studi Kasus: Curah Hujan Periode pada Stasiun Darmaga) MUHAMMAD IRFAN SEBARAN PARETO TERAMPAT UNTUK MENENTUKAN CURAH HUJAN EKSTRIM (Studi Kasus: Curah Hujan Periode 2001-2010 pada Stasiun Darmaga) MUHAMMAD IRFAN DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

PENDUGAAN NILAI EKSTRIM MENGGUNAKAN SEBARAN CHAMPERNOWNE TERMODIFIKASI, SEBARAN PARETO TERAMPAT, DAN NILAI GABUNGAN

PENDUGAAN NILAI EKSTRIM MENGGUNAKAN SEBARAN CHAMPERNOWNE TERMODIFIKASI, SEBARAN PARETO TERAMPAT, DAN NILAI GABUNGAN PENDUGAAN NILAI EKSTRIM MENGGUNAKAN SEBARAN CHAMPERNOWNE TERMODIFIKASI, SEBARAN PARETO TERAMPAT, DAN NILAI GABUNGAN (Studi Kasus Curah Hujan Harian Darmaga Bogor) MUHAMMAD HAFID DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: RENGGANIS PURWAKINANTI

SKRIPSI. Oleh: RENGGANIS PURWAKINANTI APLIKASI METODE MOMEN MOMEN PROBABILITAS TERBOBOTI UNTUK ESTIMASI PARAMETER DISTRIBUSI PARETO TERAMPAT PADA DATA CURAH HUJAN (Studi Kasus Data Curah Hujan Kota Semarang Tahun 2004-2013) SKRIPSI Oleh: RENGGANIS

Lebih terperinci

SEBARAN GENERALIZED EXTREME VALUE (GEV) DAN GENERALIZED PARETO (GP) UNTUK PENDUGAAN CURAH HUJAN EKSTRIM DI WILAYAH DKI JAKARTA

SEBARAN GENERALIZED EXTREME VALUE (GEV) DAN GENERALIZED PARETO (GP) UNTUK PENDUGAAN CURAH HUJAN EKSTRIM DI WILAYAH DKI JAKARTA SEBARAN GENERALIZED EXTREME VALUE (GEV) DAN GENERALIZED PARETO (GP) UNTUK PENDUGAAN CURAH HUJAN EKSTRIM DI WILAYAH DKI JAKARTA Achi Rinaldi Pendidikan Matematika, IAIN Raden Intan achi_rinaldi@yahoo.co.uk

Lebih terperinci

ISSN: JURNAL GAUSSIAN, Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014, Halaman Online di:

ISSN: JURNAL GAUSSIAN, Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014, Halaman Online di: ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 3, Nomor 4, Tahun 214, Halaman 565-574 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian IDENTIFIKASI CURAH HUJAN EKSTREM DI KOTA SEMARANG MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

ISSN: JURNAL GAUSSIAN, Volume 4, Nomor 1, Tahun 2015, Halaman Online di:

ISSN: JURNAL GAUSSIAN, Volume 4, Nomor 1, Tahun 2015, Halaman Online di: ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 4, Nomor 1, Tahun 2015, Halaman 141-150 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian APLIKASI METODE PUNCAK AMBANG BATAS MENGGUNAKAN PENDEKATAN DISTRIBUSI

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun Oleh : TYAS ESTININGRUM

SKRIPSI. Disusun Oleh : TYAS ESTININGRUM APLIKASI METODE PUNCAK AMBANG BATAS MENGGUNAKAN PENDEKATAN DISTRIBUSI PARETO TERAMPAT DAN ESTIMASI PARAMETER MOMEN-L PADA DATA CURAH HUJAN (Studi Kasus : Data Curah Hujan Kota Semarang Tahun 2004-2013)

Lebih terperinci

Sebaran Generalized Extreme Value (GEV) dan Generalized Pareto (GP) untuk Pendugaan Curah Hujan Ekstrim di Wilayah DKI Jakarta

Sebaran Generalized Extreme Value (GEV) dan Generalized Pareto (GP) untuk Pendugaan Curah Hujan Ekstrim di Wilayah DKI Jakarta Sebaran Generalized Extreme Value (GEV) dan Generalized Pareto (GP) untuk Pendugaan Curah Hujan Ekstrim di Wilayah DKI Jakarta Achi Rinaldi IAIN Raden Intan Lampung; achi_rinaldi@yahoo.co.uk Abstract Extreme

Lebih terperinci

ISSN: JURNAL GAUSSIAN, Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014, Halaman Online di:

ISSN: JURNAL GAUSSIAN, Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014, Halaman Online di: ISSN: 23392541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 3, Nomor 4, Tahun 214, Halaman 821 83 Online di: http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/gaussian APLIKASI METODE MOMEN PROBABILITAS TERBOBOTI UNTUK ESTIMASI PARAMETER

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: ANNISA RAHMAWATI

SKRIPSI. Oleh: ANNISA RAHMAWATI IDENTIFIKASI CURAH HUJAN EKSTREM DI KOTA SEMARANG MENGGUNAKAN ESTIMASI PARAMETER MOMEN PROBABILITAS TERBOBOTI PADA NILAI EKSTREM TERAMPAT (Studi Kasus Data Curah Hujan Dasarian Kota Semarang Tahun 1990-2013)

Lebih terperinci

MODEL CURAH HUJAN EKSTREM DI KOTA SEMARANG MENGGUNAKAN ESTIMASI MOMENT PROBABILITAS TERBOBOTI. Abstract

MODEL CURAH HUJAN EKSTREM DI KOTA SEMARANG MENGGUNAKAN ESTIMASI MOMENT PROBABILITAS TERBOBOTI. Abstract Model Curah Hujan (Agus R) MODEL CURAH HUJAN EKSTREM DI KOTA SEMARANG MENGGUNAKAN ESTIMASI MOMENT PROBABILITAS TERBOBOTI Agus Rusgiyono 1, Triastuti Wuryandari 2, Annisa Rahmawati 3 1,2 Staf Pengajar Jurusan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 18 HASIL DAN PEMBAHASAN Eksplorasi data Tahap pertama dalam pembentukan model VAR adalah melakukan eksplorasi data untuk melihat perilaku data dari semua peubah yang akan dimasukkan dalam model. Eksplorasi

Lebih terperinci

ANALISIS FENOMENA TEKANAN UDARA PERMUKAAN INDONESIA SEBELUM KEJADIAN HUJAN EKSTREM DI KABUPATEN INDRAMAYU DENGAN PENDEKATAN BOOTSTRAP

ANALISIS FENOMENA TEKANAN UDARA PERMUKAAN INDONESIA SEBELUM KEJADIAN HUJAN EKSTREM DI KABUPATEN INDRAMAYU DENGAN PENDEKATAN BOOTSTRAP ANALISIS FENOMENA TEKANAN UDARA PERMUKAAN INDONESIA SEBELUM KEJADIAN HUJAN EKSTREM DI KABUPATEN INDRAMAYU DENGAN PENDEKATAN BOOTSTRAP Sri Hidayati 1312105023 Dosen Pembimbing: Heri Kuswanto, Dr. rer.pol

Lebih terperinci

PERAMALAN CURAH HUJAN KOTA PONTIANAK DENGAN DEKOMPOSISI SENSUS II

PERAMALAN CURAH HUJAN KOTA PONTIANAK DENGAN DEKOMPOSISI SENSUS II Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 05, No. 02(2016), hal 227 234. PERAMALAN CURAH HUJAN KOTA PONTIANAK DENGAN DEKOMPOSISI SENSUS II Eka Rahmilia, Helmi INTISARI Metode Dekomposisi

Lebih terperinci

EVALUASI MUSIM HUJAN 2007/2008 DAN PRAKIRAAN MUSIM KEMARAU 2008 PROVINSI BANTEN DAN DKI JAKARTA

EVALUASI MUSIM HUJAN 2007/2008 DAN PRAKIRAAN MUSIM KEMARAU 2008 PROVINSI BANTEN DAN DKI JAKARTA BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG Jln. Raya Kodam Bintaro No. 82 Jakarta Selatan ( 12070 ) Telp: (021) 7353018 / Fax: 7355262, Tromol Pos. 7019 / Jks KL, E-mail

Lebih terperinci

PADA PORTOFOLIO SAHAM

PADA PORTOFOLIO SAHAM PERBANDINGAN PENDEKATAN GENERALIZED EXTREME VALUE DAN GENERALIZED PARETO DISTRIBUTION UNTUK PERHITUNGAN VALUE AT RISK PADA PORTOFOLIO SAHAM SKRIPSI Disusun oleh: AYU AMBARSARI 24010212140079 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

PENENTUAN VALUE AT RISK

PENENTUAN VALUE AT RISK PENENTUAN VALUE AT RISK SAHAM KIMIA FARMA PUSAT MELALUI PENDEKATAN DISTRIBUSI PARETO TERAMPAT (Studi Kasus : Harga Penutupan Saham Harian Kimia Farma Pusat Periode Oktober 2009 September 2014) SKRIPSI

Lebih terperinci

Analisis Fenomena Tekanan Udara Permukaan di Indonesia Sebelum Kejadian Hujan Ekstrem di Kabupaten Indramayu dengan Pendekatan Bootstrap

Analisis Fenomena Tekanan Udara Permukaan di Indonesia Sebelum Kejadian Hujan Ekstrem di Kabupaten Indramayu dengan Pendekatan Bootstrap 1 Analisis Fenomena Tekanan Udara Permukaan di Indonesia Sebelum Kejadian Hujan Ekstrem di Kabupaten Indramayu dengan Pendekatan Bootstrap Sri Hidayati dan Heri Kuswanto Jurusan Statistika, FMIPA, Institut

Lebih terperinci

ANALISIS HUJAN BULAN MEI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN JULI, AGUSTUS DAN SEPTEMBER 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

ANALISIS HUJAN BULAN MEI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN JULI, AGUSTUS DAN SEPTEMBER 2011 PROVINSI DKI JAKARTA ANALISIS HUJAN BULAN MEI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN JULI, AGUSTUS DAN SEPTEMBER 2011 PROVINSI DKI JAKARTA Sumber : BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG

Lebih terperinci

MODEL HIBRIDA RUNTUN WAKTU FUZZY TERBOBOT-DERET FOURIER UNTUK PERAMALAN CURAH HUJAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI BENGAWAN SOLO

MODEL HIBRIDA RUNTUN WAKTU FUZZY TERBOBOT-DERET FOURIER UNTUK PERAMALAN CURAH HUJAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI BENGAWAN SOLO MODEL HIBRIDA RUNTUN WAKTU FUZZY TERBOBOT-DERET FOURIER UNTUK PERAMALAN CURAH HUJAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI BENGAWAN SOLO oleh INDIAWATI AYIK IMAYA M0111045 SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi

Lebih terperinci

Analisis Data Ekstrim Dependen (Non- Stationary) pada Kasus Curah Hujan Ekstrim di Jawa Timur dengan Pendekatan Peaks Over Threshold

Analisis Data Ekstrim Dependen (Non- Stationary) pada Kasus Curah Hujan Ekstrim di Jawa Timur dengan Pendekatan Peaks Over Threshold Analisis Data Ekstrim Dependen (Non- Stationary) pada Kasus Curah Hujan Ekstrim di Jawa Timur dengan Pendekatan Peaks Over Threshold Yuli Kurniawati (1309 100 098) Dosen Pembimbing : Dr. Sutikno, S.Si.,

Lebih terperinci

III. MATEMATIKA DAN STATISTIKA APLIKASI (S.1) EFEK PERUBAHAN POLA CUACA PADA DEBIT AIR MASUK DI WADUK SAGULING

III. MATEMATIKA DAN STATISTIKA APLIKASI (S.1) EFEK PERUBAHAN POLA CUACA PADA DEBIT AIR MASUK DI WADUK SAGULING III. MATEMATIKA DAN STATISTIKA APLIKASI (S.1) EFEK PERUBAHAN POLA CUACA PADA DEBIT AIR MASUK DI WADUK SAGULING Yurian Yudanto (yurian.yudanto@yahoo.com) Jurusan Statistika, Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

PEMBOBOTAN SUB DIMENSION INDICATOR INDEX UNTUK PENGGABUNGAN CURAH HUJAN (Studi Kasus : 15 Stasiun Penakar Curah Hujan di Kabupaten Indramayu)

PEMBOBOTAN SUB DIMENSION INDICATOR INDEX UNTUK PENGGABUNGAN CURAH HUJAN (Studi Kasus : 15 Stasiun Penakar Curah Hujan di Kabupaten Indramayu) Xplore, 2013, Vol. 1(1):e3(1-7) c 2013 Departemen Statistika FMIPA IPB PEMBOBOTAN SUB DIMENSION INDICATOR INDEX UNTUK PENGGABUNGAN CURAH HUJAN (Studi Kasus : 15 Stasiun Penakar Curah Hujan di Kabupaten

Lebih terperinci

ANALISIS HUJAN BULAN JUNI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN AGUSTUS, SEPTEMBER DAN OKTOBER 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

ANALISIS HUJAN BULAN JUNI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN AGUSTUS, SEPTEMBER DAN OKTOBER 2011 PROVINSI DKI JAKARTA ANALISIS HUJAN BULAN JUNI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN AGUSTUS, SEPTEMBER DAN OKTOBER 2011 PROVINSI DKI JAKARTA 1. TINJAUAN UMUM 1.1. Curah Hujan Curah hujan merupakan ketinggian air hujan yang jatuh

Lebih terperinci

ANALISIS HUJAN BULAN OKTOBER 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN DESEMBER 2011, JANUARI DAN FEBRUARI 2012 PROVINSI DKI JAKARTA 1.

ANALISIS HUJAN BULAN OKTOBER 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN DESEMBER 2011, JANUARI DAN FEBRUARI 2012 PROVINSI DKI JAKARTA 1. ANALISIS HUJAN BULAN OKTOBER 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN DESEMBER 2011, JANUARI DAN FEBRUARI 2012 PROVINSI DKI JAKARTA 1. TINJAUAN UMUM 1.1. Curah Hujan Curah hujan merupakan ketinggian air hujan yang

Lebih terperinci

Gbr1. Lokasi kejadian Banjir dan sebaran Pos Hujan di Kabupaten Sidrap

Gbr1. Lokasi kejadian Banjir dan sebaran Pos Hujan di Kabupaten Sidrap BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA BALAI BESAR METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA WILAYAH IV MAKASSAR STASIUN KLIMATOLOGI KELAS I MAROS JL. DR. RATULANGI No. 75A Telp. (0411) 372366 Fax. (0411)

Lebih terperinci

RISIKO GEMUK (FAT-TAILED ADRINA LONY SEKOLAH

RISIKO GEMUK (FAT-TAILED ADRINA LONY SEKOLAH PENENTUAN BESARNYA PREMI UNTUK SEBARAN RISIKO YANG BEREKOR GEMUK (FAT-TAILED RISK DISTRIBUTION) ADRINA LONY SEKOLAH PASCASARJANAA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR TANGERANG SELATAN, MARET 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG. Ir. BUDI ROESPANDI NIP

KATA PENGANTAR TANGERANG SELATAN, MARET 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG. Ir. BUDI ROESPANDI NIP PROPINSI BANTEN DAN DKI JAKARTA KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan YME atas berkat dan rahmat Nya kami dapat menyusun laporan dan laporan Prakiraan Musim Kemarau 2016 di wilayah Propinsi Banten

Lebih terperinci

ANALISIS HUJAN BULAN PEBRUARI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN APRIL, MEI DAN JUNI 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

ANALISIS HUJAN BULAN PEBRUARI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN APRIL, MEI DAN JUNI 2011 PROVINSI DKI JAKARTA ANALISIS HUJAN BULAN PEBRUARI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN APRIL, MEI DAN JUNI 2011 PROVINSI DKI JAKARTA Sumber : BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG

Lebih terperinci

PENDUGAAN PARAMETER BEBERAPA SEBARAN POISSON CAMPURAN DAN BEBERAPA SEBARAN DISKRET DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITME EM ADE HARIS HIMAWAN

PENDUGAAN PARAMETER BEBERAPA SEBARAN POISSON CAMPURAN DAN BEBERAPA SEBARAN DISKRET DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITME EM ADE HARIS HIMAWAN PENDUGAAN PARAMETER BEBERAPA SEBARAN POISSON CAMPURAN DAN BEBERAPA SEBARAN DISKRET DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITME EM ADE HARIS HIMAWAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN

Lebih terperinci

Propinsi Banten dan DKI Jakarta

Propinsi Banten dan DKI Jakarta BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG Jln. Raya Kodam Bintaro No. 82 Jakarta Selatan (12070) Telp. (021) 7353018 / Fax: 7355262 E-mail: staklim.pondok.betung@gmail.com,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB I PENDAHULUAN Pengaruh pemanasan global yang sering didengungkan tidak dapat dihindari dari wilayah Kalimantan Selatan khususnya daerah Banjarbaru. Sebagai stasiun klimatologi maka kegiatan observasi

Lebih terperinci

homogen jika titik-titik tersebar secara merata atau seimbang baik di atas maupun dibawah garis, dengan maksimum ragam yang kecil.

homogen jika titik-titik tersebar secara merata atau seimbang baik di atas maupun dibawah garis, dengan maksimum ragam yang kecil. 8 koefisien regresi berganda dari variabel tak bebas Y terhadap variabel bebas Xi. Pada kasus ini, persamaan mengandung arti sebagai berikut, seperti yang telah dimodelkan Merdun (23) di Sungai Saluda,

Lebih terperinci

ANALISIS MUSIM KEMARAU 2011 DAN PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2011/2012 PROVINSI DKI JAKARTA

ANALISIS MUSIM KEMARAU 2011 DAN PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2011/2012 PROVINSI DKI JAKARTA ANALISIS MUSIM KEMARAU 2011 DAN PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2011/2012 PROVINSI DKI JAKARTA Sumber : BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG 1. TINJAUAN UMUM 1.1.

Lebih terperinci

ANALISIS KORELASI KANONIK ANTARA CURAH HUJAN GCM DAN CURAH HUJAN DI INDRAMAYU. Oleh : Heru Novriyadi G

ANALISIS KORELASI KANONIK ANTARA CURAH HUJAN GCM DAN CURAH HUJAN DI INDRAMAYU. Oleh : Heru Novriyadi G ANALISIS KORELASI KANONIK ANTARA CURAH HUJAN GCM DAN CURAH HUJAN DI INDRAMAYU Oleh : Heru Novriyadi G4004 PROGRAM STUDI STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

PENDUGAAN FUNGSI SEBARAN DAN FUNGSI KEPEKATAN PELUANG WAKTU TUNGGU PROSES POISSON PERIODIK NADIROH

PENDUGAAN FUNGSI SEBARAN DAN FUNGSI KEPEKATAN PELUANG WAKTU TUNGGU PROSES POISSON PERIODIK NADIROH PENDUGAAN FUNGSI SEBARAN DAN FUNGSI KEPEKATAN PELUANG WAKTU TUNGGU PROSES POISSON PERIODIK NADIROH DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

Lebih terperinci

APLIKASI CHANGE POINT ANALYSIS (CPA) PADA DATA CURAH HUJAN HARIAN MARCO BONA TUA

APLIKASI CHANGE POINT ANALYSIS (CPA) PADA DATA CURAH HUJAN HARIAN MARCO BONA TUA APLIKASI CHANGE POINT ANALYSIS (CPA) PADA DATA CURAH HUJAN HARIAN MARCO BONA TUA DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

PREDIKSI CUACA EKSTRIM DENGAN MODEL JARINGAN SYARAF TIRUAN MENGGUNAKAN PROGRAM MATLAB

PREDIKSI CUACA EKSTRIM DENGAN MODEL JARINGAN SYARAF TIRUAN MENGGUNAKAN PROGRAM MATLAB PREDIKSI CUACA EKSTRIM DENGAN MODEL JARINGAN SYARAF TIRUAN MENGGUNAKAN PROGRAM MATLAB Yeni Megalina Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan yenimegalina@gmail.com ABSTRAK Kota Medan merupakan kota

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini menjelaskan tahapan yang dilakukan dalam penelitian tugas akhir ini. Adapun kerangka kerja yang dilakukan adalah:

METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini menjelaskan tahapan yang dilakukan dalam penelitian tugas akhir ini. Adapun kerangka kerja yang dilakukan adalah: BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Bab ini menjelaskan tahapan yang dilakukan dalam penelitian tugas akhir ini. Adapun kerangka kerja yang dilakukan adalah: Gambar 3. 1 Kerangka Kerja Penelitian 3.1 Pencarian

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PERAMALAN PRODUKSI TANAMAN TEH DENGAN MENGGUNAKAN METODE INDEKS MUSIM

ANALISIS DAN PERAMALAN PRODUKSI TANAMAN TEH DENGAN MENGGUNAKAN METODE INDEKS MUSIM ANALISIS DAN PERAMALAN PRODUKSI TANAMAN TEH DENGAN MENGGUNAKAN METODE INDEKS MUSIM Alfa Kenedi Mainassy ), Sri Yulianto Joko Prasetyo 2), Alz Danny Wowor 3),2,3) Fakultas Teknologi Informasi Universitas

Lebih terperinci

PEMODELAN DATA PANEL SPASIAL DENGAN DIMENSI RUANG DAN WAKTU TENDI FERDIAN DIPUTRA

PEMODELAN DATA PANEL SPASIAL DENGAN DIMENSI RUANG DAN WAKTU TENDI FERDIAN DIPUTRA PEMODELAN DATA PANEL SPASIAL DENGAN DIMENSI RUANG DAN WAKTU TENDI FERDIAN DIPUTRA DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012 RINGKASAN TENDI

Lebih terperinci

PENERAPAN DAN PERBANDINGAN CARA PENGUKURAN RESPON PADA ANALISIS KONJOIN

PENERAPAN DAN PERBANDINGAN CARA PENGUKURAN RESPON PADA ANALISIS KONJOIN PENERAPAN DAN PERBANDINGAN CARA PENGUKURAN RESPON PADA ANALISIS KONJOIN (Studi Kasus: Preferensi Mahasiswa Statistika IPB Angkatan 44, 45, dan 46 terhadap Minat Bidang Kerja) DONNY ARIEF SETIAWAN SITEPU

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BERDASARKAN SURVEI KEPUASAN MAHASISWA DAN EPBM AHMAD CHAERUS SUHADA

ANALISIS KINERJA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BERDASARKAN SURVEI KEPUASAN MAHASISWA DAN EPBM AHMAD CHAERUS SUHADA ANALISIS KINERJA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BERDASARKAN SURVEI KEPUASAN MAHASISWA DAN EPBM AHMAD CHAERUS SUHADA DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG ANALISIS MUSIM KEMARAU 2013 DAN PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2013/2014

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG ANALISIS MUSIM KEMARAU 2013 DAN PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2013/2014 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG Jln. Raya Kodam Bintaro No. 82 Jakarta Selatan (12070) Telp. (021) 7353018 / Fax: 7355262 E-mail: staklim.pondok.betung@gmail.com,

Lebih terperinci

ANALISA VARIABILITAS CURAH HUJAN DI PALU BERDASARKAN DATA PENGAMATAN TAHUN

ANALISA VARIABILITAS CURAH HUJAN DI PALU BERDASARKAN DATA PENGAMATAN TAHUN ANALISA VARIABILITAS CURAH HUJAN DI PALU BERDASARKAN DATA PENGAMATAN TAHUN 1981-2010 Wenas Ganda Kurnia Stasiun Pemantan Atmosfer Global Lore Lindu Bariri Palu Email: wenasbmkg@gmail.com ABSTRAK Curah

Lebih terperinci

PERBANDINGAN METODE MKT, LTS, WIN, DAN THEIL PADA PENDUGAAN PARAMETER REGRESI APABILA GALATNYA MENYEBAR EKSPONENSIAL HELGA ARINA PRAMUDITYA

PERBANDINGAN METODE MKT, LTS, WIN, DAN THEIL PADA PENDUGAAN PARAMETER REGRESI APABILA GALATNYA MENYEBAR EKSPONENSIAL HELGA ARINA PRAMUDITYA PERBANDINGAN METODE MKT, LTS, WIN, DAN THEIL PADA PENDUGAAN PARAMETER REGRESI APABILA GALATNYA MENYEBAR EKSPONENSIAL HELGA ARINA PRAMUDITYA STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT

Lebih terperinci

Peramalan Kecepatan Angin Di Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Box-Jenkins

Peramalan Kecepatan Angin Di Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Box-Jenkins Peramalan Kecepatan Angin Di Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Box-Jenkins Ari Pani Desvina 1, Melina Anggriani 2,2 Jurusan Matematika, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Sultan Syarif Kasim Riau Jl. HR.

Lebih terperinci

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG B M K G BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG Jln. Raya Kodam Bintaro No. 82 Jakarta Selatan (12070) Telp. (021) 7353018 / Fax: 7355262 E-mail: staklim.pondok.betung@gmail.com,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Eksplorasi Data

HASIL DAN PEMBAHASAN Eksplorasi Data HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini menggunakan data nilai mata uang harian guna mengukur tingkat risiko harian atas suatu posisi dalam perdagangan mata uang. Nilai mata uang selalu berubah dalam hitungan

Lebih terperinci

STATISTICAL DOWNSCALING

STATISTICAL DOWNSCALING STATISTICAL DOWNSCALING DENGAN SEBARAN PARETO TERAMPAT UNTUK PREDIKSI CURAH HUJAN EKSTRIM (Studi kasus curah hujan kabupaten Indramayu tahun 1979-2008) SHYNDE LIMAR KINANTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

pemakaian air bersih untuk menghitung persentase pemenuhannya.

pemakaian air bersih untuk menghitung persentase pemenuhannya. 5 3.2.1.3 Metode Pengumpulan Data Luas Atap Bangunan Kampus IPB Data luas atap bangunan yang dikeluarkan oleh Direktorat Fasilitas dan Properti IPB digunakan untuk perhitungan. Sebagian lagi, data luas

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Hasil-Hasil PPM IPB 2016 Hal : 1 7 ISBN :

Prosiding Seminar Nasional Hasil-Hasil PPM IPB 2016 Hal : 1 7 ISBN : Hal : 1 7 ISBN : 978-62-8853-29-3 MODEL LINIER BERDASARKAN SEBARAN GAMMA DENGAN REGULARISASI PERSENTIL L1 DAN L2 UNTUK PENDUGAAN CURAH HUJAN EKSTRIM (Linear Model based on Gamma Distribution with Percentile

Lebih terperinci

METODE LEAST MEDIAN OF SQUARES (LMS) PADA ANALISIS REGRESI DENGAN PENCILAN AMIR A DALIMUNTHE

METODE LEAST MEDIAN OF SQUARES (LMS) PADA ANALISIS REGRESI DENGAN PENCILAN AMIR A DALIMUNTHE METODE LEAST MEDIAN OF SQUARES (LMS) PADA ANALISIS REGRESI DENGAN PENCILAN AMIR A DALIMUNTHE DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 RINGKASAN

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kompilasi dan Kontrol Kualitas Data Radar Cuaca C-Band Doppler (CDR) Teknologi mutakhir pada radar cuaca sangat berguna dalam bidang Meteorologi untuk menduga intensitas curah

Lebih terperinci

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA Press Release BMKG Jakarta, 12 Oktober 2010 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA 2 BMKG A F R I C A A S I A 3 Proses EL NINO, DIPOLE MODE 2 1 1963 1972 1982 1997 1 2 3 EL NINO / LA NINA SUHU PERAIRAN

Lebih terperinci

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG B M K G BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG Jln. Raya Kodam Bintaro No. 82 Jakarta Selatan (12070) Telp. (021) 7353018 / Fax: 7355262 E-mail: staklim.pondok.betung@gmail.com,

Lebih terperinci

Buletin Pemantauan Ketahanan Pangan INDONESIA. Volume 7, Agustus 2017

Buletin Pemantauan Ketahanan Pangan INDONESIA. Volume 7, Agustus 2017 Buletin Pemantauan Ketahanan Pangan INDONESIA Volume 7, Agustus 2017 IKLIM DAN KETAHANAN PANGAN April - Juni 2017 Rendahnya kejadian kebakaran hutan Musim panen utama padi dan jagung lebih tinggi dari

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 16 5.1 Hasil 5.1.1 Pola curah hujan di Riau BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Data curah hujan bulanan dari tahun 2000 sampai dengan 2009 menunjukkan bahwa curah hujan di Riau menunjukkan pola yang sama dengan

Lebih terperinci

ANALISIS HUJAN BULAN JANUARI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN MARET, APRIL, DAN MEI 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

ANALISIS HUJAN BULAN JANUARI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN MARET, APRIL, DAN MEI 2011 PROVINSI DKI JAKARTA ANALISIS HUJAN BULAN JANUARI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN MARET, APRIL, DAN MEI 2011 PROVINSI DKI JAKARTA Sumber : BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG

Lebih terperinci

Metode Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1. Eksplorasi data. Identifikasi model ARCH

Metode Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1. Eksplorasi data. Identifikasi model ARCH 6 Metode Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1. Eksplorasi data Identifikasi model ARCH Pendugaan parameter dan pemilihan model ARCH/GARCH Uji pengaruh asimetrik

Lebih terperinci

ANALISIS KETAHANAN DAN APLIKASINYA UNTUK PEMODELAN INTERVAL KELAHIRAN ANAK PERTAMA HARNANTO

ANALISIS KETAHANAN DAN APLIKASINYA UNTUK PEMODELAN INTERVAL KELAHIRAN ANAK PERTAMA HARNANTO ANALISIS KETAHANAN DAN APLIKASINYA UNTUK PEMODELAN INTERVAL KELAHIRAN ANAK PERTAMA HARNANTO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 2. KAJIAN PUSTAKA

1. PENDAHULUAN 2. KAJIAN PUSTAKA 1. PENDAHULUAN Perkebunan teh menjadi salah satu sektor potensial pembangunan Jawa Barat, karena telah mampu memberikan andil besar dalam kehidupan perekonomian. Sektor perkebunan teh memiliki fungsi ekonomi

Lebih terperinci

APLIKASI HEC-HMS UNTUK PERKIRAAN HIDROGRAF ALIRAN DI DAS CILIWUNG BAGIAN HULU RISYANTO

APLIKASI HEC-HMS UNTUK PERKIRAAN HIDROGRAF ALIRAN DI DAS CILIWUNG BAGIAN HULU RISYANTO APLIKASI HEC-HMS UNTUK PERKIRAAN HIDROGRAF ALIRAN DI DAS CILIWUNG BAGIAN HULU RISYANTO DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

SEBARAN ASIMTOTIK PENDUGA KOMPONEN PERIODIK FUNGSI INTENSITAS PROSES POISSON PERIODIK DENGAN TREN FUNGSI PANGKAT RO FAH NUR RACHMAWATI

SEBARAN ASIMTOTIK PENDUGA KOMPONEN PERIODIK FUNGSI INTENSITAS PROSES POISSON PERIODIK DENGAN TREN FUNGSI PANGKAT RO FAH NUR RACHMAWATI SEBARAN ASIMTOTIK PENDUGA KOMPONEN PERIODIK FUNGSI INTENSITAS PROSES POISSON PERIODIK DENGAN TREN FUNGSI PANGKAT RO FAH NUR RACHMAWATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 PERNYATAAN

Lebih terperinci

BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG

BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG Jln. Raya Kodam Bintaro No. 82 Jakarta Selatan ( 12070 ) Telp. (021) 7353018, Fax: (021) 7355262 E-mail: staklim.pondok.betung@gmail.com,

Lebih terperinci

KAJIAN PENDEKATAN REGRESI SINYAL P-SPLINE PADA MODEL KALIBRASI. Oleh : SITI NURBAITI G

KAJIAN PENDEKATAN REGRESI SINYAL P-SPLINE PADA MODEL KALIBRASI. Oleh : SITI NURBAITI G KAJIAN PENDEKATAN REGRESI SINYAL P-SPLINE PADA MODEL KALIBRASI Oleh : SITI NURBAITI G14102022 DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 ABSTRAK SITI

Lebih terperinci

Pemodelan Data Curah Hujan Menggunakan Proses Shot Noise Modeling Rainfall Data Using a Shot Noise Process

Pemodelan Data Curah Hujan Menggunakan Proses Shot Noise Modeling Rainfall Data Using a Shot Noise Process Prosiding Statistika ISSN: 2460-6456 Pemodelan Data Menggunakan Proses Shot Noise Modeling Rainfall Data Using a Shot Noise Process 1 Novi Tri Wahyuni, 2 Sutawatir Darwis, 3 Teti Sofia Yanti 1,2,3 Prodi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kalimantan Selatan sebagai salah satu wilayah Indonesia yang memiliki letak geografis di daerah ekuator memiliki pola cuaca yang sangat dipengaruhi oleh aktifitas monsoon,

Lebih terperinci

PENGKAJIAN KEAKURATAN TWOSTEP CLUSTER DALAM MENENTUKAN BANYAKNYA GEROMBOL POPULASI KUDSIATI

PENGKAJIAN KEAKURATAN TWOSTEP CLUSTER DALAM MENENTUKAN BANYAKNYA GEROMBOL POPULASI KUDSIATI PENGKAJIAN KEAKURATAN TWOSTEP CLUSTER DALAM MENENTUKAN BANYAKNYA GEROMBOL POPULASI KUDSIATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 8 eigenvalue masing-masing mode terhadap nilai total eigenvalue (dalam persen). PC 1 biasanya menjelaskan 60% dari keragaman data, dan semakin menurun untuk PC selanjutnya (Johnson 2002, Wilks 2006, Dool

Lebih terperinci

ESTIMASI NILAI TPW (TOTAL PRECIPITABLE WATER) DI ATAS DAERAH PADANG DAN BIAK BERDASARKAN HASIL ANALISIS DATA RADIOSONDE IRE PRATIWI

ESTIMASI NILAI TPW (TOTAL PRECIPITABLE WATER) DI ATAS DAERAH PADANG DAN BIAK BERDASARKAN HASIL ANALISIS DATA RADIOSONDE IRE PRATIWI ESTIMASI NILAI TPW (TOTAL PRECIPITABLE WATER) DI ATAS DAERAH PADANG DAN BIAK BERDASARKAN HASIL ANALISIS DATA RADIOSONDE IRE PRATIWI DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA TEKNIK BARU STATISTIKA DALAM PERAMALAN CURAH HUJAN EKSTRIM UNTUK PENENTUAN MUSIM TANAM PRODUK PRODUK PERTANIAN

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA TEKNIK BARU STATISTIKA DALAM PERAMALAN CURAH HUJAN EKSTRIM UNTUK PENENTUAN MUSIM TANAM PRODUK PRODUK PERTANIAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA TEKNIK BARU STATISTIKA DALAM PERAMALAN CURAH HUJAN EKSTRIM UNTUK PENENTUAN MUSIM TANAM PRODUK PRODUK PERTANIAN BIDANG KEGIATAN: PKM-GT Diusulkan oleh: Fatulloh G14080077 2008

Lebih terperinci

BAB VI. POLA KECENDERUNGAN DAN WATAK DEBIT SUNGAI

BAB VI. POLA KECENDERUNGAN DAN WATAK DEBIT SUNGAI BAB VI. POLA KECENDERUNGAN DAN WATAK DEBIT SUNGAI Metode Mann-Kendall merupakan salah satu model statistik yang banyak digunakan dalam analisis perhitungan pola kecenderungan (trend) dari parameter alam

Lebih terperinci

Perbaikan Metode Prakiraan Cuaca Bandara Abdulrahman Saleh dengan Algoritma Neural Network Backpropagation

Perbaikan Metode Prakiraan Cuaca Bandara Abdulrahman Saleh dengan Algoritma Neural Network Backpropagation 65 Perbaikan Metode Prakiraan Cuaca Bandara Abdulrahman Saleh dengan Algoritma Neural Network Backpropagation Risty Jayanti Yuniar, Didik Rahadi S. dan Onny Setyawati Abstrak - Kecepatan angin dan curah

Lebih terperinci

ANALISIS MUSIM KEMARAU 2015 DAN PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2015/2016

ANALISIS MUSIM KEMARAU 2015 DAN PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2015/2016 B M K G BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG Jln. Raya Kodam Bintaro No. 82 Tangerang Selatan Telp. (021) 7353018 / Fax: 7355262 E-mail: staklim.pondok.betung@gmail.com,

Lebih terperinci

PREDIKSI CURAH HUJAN EKSTRIM SECARA SPASIAL (Studi Kasus: Curah Hujan Bulanan di Kabupaten Indramayu) FITRI MUDIA SARI

PREDIKSI CURAH HUJAN EKSTRIM SECARA SPASIAL (Studi Kasus: Curah Hujan Bulanan di Kabupaten Indramayu) FITRI MUDIA SARI PREDIKSI CURAH HUJAN EKSTRIM SECARA SPASIAL (Studi Kasus: Curah Hujan Bulanan di Kabupaten Indramayu) FITRI MUDIA SARI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

MINI RISET METEOROLOGI DAN KLIMATOLOGI PERHITUNGAN CURAH HUJAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE

MINI RISET METEOROLOGI DAN KLIMATOLOGI PERHITUNGAN CURAH HUJAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE MINI RISET METEOROLOGI DAN KLIMATOLOGI PERHITUNGAN CURAH HUJAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISUSUN OLEH : Nama : Winda Novita Sari Br Ginting Nim : 317331050 Kelas : B Jurusan : Pendidikan Geografi PEDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Pendahuluan. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Pendahuluan. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan Peramalan merupakan upaya memperkirakan apa yang terjadi pada masa mendatang berdasarkan data pada masa lalu, berbasis pada metode ilmiah dan kualitatif yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB PNDAHULUAN A. Latar Belakang Belum adanya tehnik baku yang digunakan disamping ketiadaan stasiun referensi yang ditentukan sebagai acuan untuk menguji homogenitas data iklim di ndonesia merupakan salah

Lebih terperinci

PENGKAJIAN KEAKURATAN TWOSTEP CLUSTER DALAM MENENTUKAN BANYAKNYA GEROMBOL POPULASI KUDSIATI

PENGKAJIAN KEAKURATAN TWOSTEP CLUSTER DALAM MENENTUKAN BANYAKNYA GEROMBOL POPULASI KUDSIATI PENGKAJIAN KEAKURATAN TWOSTEP CLUSTER DALAM MENENTUKAN BANYAKNYA GEROMBOL POPULASI KUDSIATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

Analisis Hujan Bulan Juni 2012 Iklim Mikro Bulan Juni 2012 Prakiraan Hujan Bulan Agustus, September dan Oktober 2012

Analisis Hujan Bulan Juni 2012 Iklim Mikro Bulan Juni 2012 Prakiraan Hujan Bulan Agustus, September dan Oktober 2012 Analisis Hujan Bulan Juni 2012 Iklim Mikro Bulan Juni 2012 Stasiun Klimatologi Pondok Betung Jln. Raya Kodam Bintaro No. 82 Jakarta Selatan ( 12070 ) Telp: (021) 7353018 / Fax: 7355262 E-mail: staklim.pondok.betung@gmail.com

Lebih terperinci

MODEL PERAMALAN HARGA SAHAM DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK TRIANA ENDANG

MODEL PERAMALAN HARGA SAHAM DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK TRIANA ENDANG MODEL PERAMALAN HARGA SAHAM DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK TRIANA ENDANG SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konstan, namun ada beberapa periode yang memperlihatkan keadaan yang ekstrim.

BAB I PENDAHULUAN. konstan, namun ada beberapa periode yang memperlihatkan keadaan yang ekstrim. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Variasi dan keadaan curah hujan yang terjadi, tidaklah selalu tetap dan konstan, namun ada beberapa periode yang memperlihatkan keadaan yang ekstrim. Pada umumnya,

Lebih terperinci

2. Adanya resiko pemumpukan barang pada gudang.

2. Adanya resiko pemumpukan barang pada gudang. BAB 3 PROSEDUR DAN METODOLOGI 3.1. Analisis Masalah 3.1.1. Deskripsi Masalah Pemenuhan keinginan atau permintaan pasar merupakan hal yang krusial bagi setiap perusahaan. Perusahaan yang siap berkompetisi

Lebih terperinci

PENENTUAN PELUANG BERTAHAN DALAM MODEL RISIKO KLASIK DENGAN MENGGUNAKAN TRANSFORMASI LAPLACE AMIRUDDIN

PENENTUAN PELUANG BERTAHAN DALAM MODEL RISIKO KLASIK DENGAN MENGGUNAKAN TRANSFORMASI LAPLACE AMIRUDDIN PENENTUAN PELUANG BERTAHAN DALAM MODEL RISIKO KLASIK DENGAN MENGGUNAKAN TRANSFORMASI LAPLACE AMIRUDDIN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI CURAH HUJAN EKSTREM DI KABUPATEN NGAWI MENGGUNAKAN GENERALIZED EXTREME VALUE DAN GENERALIZED PARETO DISTRIBUTION. Wahyudi 1 dan Sutikno 2

IDENTIFIKASI CURAH HUJAN EKSTREM DI KABUPATEN NGAWI MENGGUNAKAN GENERALIZED EXTREME VALUE DAN GENERALIZED PARETO DISTRIBUTION. Wahyudi 1 dan Sutikno 2 IDENTIFIKASI CURAH HUJAN EKSTREM DI KABUPATEN NGAWI MENGGUNAKAN GENERALIZED EXTREME VALUE DAN GENERALIZED PARETO DISTRIBUTION Wahyudi dan Sutikno 2 Mahasiswa Jurusan Statistika, ITS, Surabaya 2 Dosen Pembimbing,

Lebih terperinci

VERIFIKASI MODEL ARIMA MUSIMAN MENGGUNAKAN PETA KENDALI MOVING RANGE

VERIFIKASI MODEL ARIMA MUSIMAN MENGGUNAKAN PETA KENDALI MOVING RANGE VERIFIKASI MODEL ARIMA MUSIMAN MENGGUNAKAN PETA KENDALI MOVING RANGE (Studi Kasus : Kecepatan Rata-rata Angin di Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Meteorologi Maritim Semarang) SKRIPSI

Lebih terperinci

METODE PERAMALAN HOLT-WINTER UNTUK MEMPREDIKSI JUMLAH PENGUNJUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS RIAU ABSTRACT

METODE PERAMALAN HOLT-WINTER UNTUK MEMPREDIKSI JUMLAH PENGUNJUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS RIAU ABSTRACT METODE PERAMALAN HOLT-WINTER UNTUK MEMPREDIKSI JUMLAH PENGUNJUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS RIAU Encik Rosalina 1, Sigit Sugiarto 2, M.D.H. Gamal 2 1 Mahasiswa Program Studi S1 Matematika 2 Dosen Jurusan

Lebih terperinci

BAB SIMULASI PERHITUNGAN HARGA BARANG. Bab 4 Simulasi Perhitungan Harga barang berisikan :

BAB SIMULASI PERHITUNGAN HARGA BARANG. Bab 4 Simulasi Perhitungan Harga barang berisikan : BAB SIMULASI PERHITUNGAN HARGA BARANG Bab Simulasi Perhitungan Harga barang berisikan :.. Simulasi peramalan nilai Indeks Harga Konsumen (IHK) melalui metode ARIMA.. Prediksi nilai inflasi tahun 0.3. Prediksi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Segala kritik dan saran sangat kami harapkan guna peningkatan kualitas publikasi ini. Semoga bermanfaat.

KATA PENGANTAR. Segala kritik dan saran sangat kami harapkan guna peningkatan kualitas publikasi ini. Semoga bermanfaat. KATA PENGANTAR Laporan rutin kali ini berisi informasi analisa hujan yang terjadi pada bulan Mei 2011 di wilayah Banten dan DKI Jakarta. Serta informasi prakiraan hujan untuk bulan Juli, Agustus, dan September

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Diagram Alir pola perhitungan dimensi hidrolis spillway serbaguna

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Diagram Alir pola perhitungan dimensi hidrolis spillway serbaguna BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alur Diagram Alir pola perhitungan dimensi hidrolis spillway serbaguna Bendungan Selorejo : III-1 3.2 Lokasi Penelitian Lokasi yang menjadi tempat penelitian ini

Lebih terperinci

PREDIKSI HARGA SAHAM PT. BRI, Tbk. MENGGUNAKAN METODE ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average)

PREDIKSI HARGA SAHAM PT. BRI, Tbk. MENGGUNAKAN METODE ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) PREDIKSI HARGA SAHAM PT. BRI, MENGGUNAKAN METODE ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) Greis S. Lilipaly ), Djoni Hatidja ), John S. Kekenusa ) ) Program Studi Matematika FMIPA UNSRAT Manado

Lebih terperinci

PEMODELAN PRODUKSI KEDELAI NASIONAL DENGAN METODE SUR PAULUS BASUKI KUWAT SANTOSO

PEMODELAN PRODUKSI KEDELAI NASIONAL DENGAN METODE SUR PAULUS BASUKI KUWAT SANTOSO PEMODELAN PRODUKSI KEDELAI NASIONAL DENGAN METODE SUR PAULUS BASUKI KUWAT SANTOSO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya

Lebih terperinci

ANALISIS POLA KELAHIRAN MENURUT UMUR STUDI KASUS DI INDONESIA TAHUN 1987 DAN TAHUN 1997 SUMIHAR MEINARTI

ANALISIS POLA KELAHIRAN MENURUT UMUR STUDI KASUS DI INDONESIA TAHUN 1987 DAN TAHUN 1997 SUMIHAR MEINARTI ANALISIS POLA KELAHIRAN MENURUT UMUR STUDI KASUS DI INDONESIA TAHUN 1987 DAN TAHUN 1997 SUMIHAR MEINARTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN . BP D-1

HASIL DAN PEMBAHASAN . BP D-1 13 a. Ambil contoh acak (n s =n) X, X,.., X dari n data original. Pengambilan sampel dilakukan tanpa pemulihan. b. Berdasarkan bootstrap sample, hitung bootstrap CUSUM, notasikan S, S,, S c. Hitung S,

Lebih terperinci

PEWILAYAHAN AGROKLIMAT TANAMAN NILAM (Pogostemon spp.) BERBASIS CURAH HUJAN DI PROVINSI LAMPUNG I GDE DARMAPUTRA

PEWILAYAHAN AGROKLIMAT TANAMAN NILAM (Pogostemon spp.) BERBASIS CURAH HUJAN DI PROVINSI LAMPUNG I GDE DARMAPUTRA PEWILAYAHAN AGROKLIMAT TANAMAN NILAM (Pogostemon spp.) BERBASIS CURAH HUJAN DI PROVINSI LAMPUNG I GDE DARMAPUTRA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. 3.1 Metodologi Penelitian Pengumpulan Bahan Penelitian. Dalam penelitian ini bahan atau materi dikumpulkan melalui :

BAB 3 METODOLOGI. 3.1 Metodologi Penelitian Pengumpulan Bahan Penelitian. Dalam penelitian ini bahan atau materi dikumpulkan melalui : BAB 3 METODOLOGI 3.1 Metodologi Penelitian 3.1.1 Pengumpulan Bahan Penelitian Dalam penelitian ini bahan atau materi dikumpulkan melalui : 1) Data primer, yaitu memperoleh sumber data penelitian langsung

Lebih terperinci

Iklim / Climate BAB II IKLIM. Climate. Berau Dalam Angka 2013 Page 11

Iklim / Climate BAB II IKLIM. Climate. Berau Dalam Angka 2013 Page 11 BAB II IKLIM Climate Berau Dalam Angka 2013 Page 11 Beraua dalam Angka 2013 Page 12 Kondisi iklim di Berau sangat dipengaruhi oleh kondisi iklim di Samudra Pasifik. Secara umum iklim akan dipengaruhi oleh

Lebih terperinci

PENERAPAN TEORI RUN UNTUK MENENTUKAN INDEKS KEKERINGAN DI KECAMATAN ENTIKONG

PENERAPAN TEORI RUN UNTUK MENENTUKAN INDEKS KEKERINGAN DI KECAMATAN ENTIKONG Abstrak PENERAPAN TEORI RUN UNTUK MENENTUKAN INDEKS KEKERINGAN DI KECAMATAN ENTIKONG Basillius Retno Santoso 1) Kekeringan mempunyai peranan yang cukup penting dalam perencanaan maupun pengelolaan sumber

Lebih terperinci