1. PENDAHULUAN 2. KAJIAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "1. PENDAHULUAN 2. KAJIAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 1. PENDAHULUAN Perkebunan teh menjadi salah satu sektor potensial pembangunan Jawa Barat, karena telah mampu memberikan andil besar dalam kehidupan perekonomian. Sektor perkebunan teh memiliki fungsi ekonomi yaitu sebagai sumber penghasilan masyarakat dan sumber devisa bagi negara. Jawa Barat merupakan propinsi penghasil teh terbesar di Indonesia, lebih dari 70 % produksi teh nasional dihasilkan dari Jawa Barat, oleh karenanya teh dijadikan komoditas unggulan di Propinsi Jawa Barat [1]. Teh juga merupakan salah satu komoditi yang mempunyai peran strategis dalam perekonomian Indonesia, industri teh mampu memberikan kontribusi Produk Domestik Bruto (PDB) sekitar Rp 1,2 triliun (0,3% dari total PDB nonmigas). Komoditi ini juga menyumbang devisa sebesar 110 juta dollar AS setiap tahunnya [2]. Dewasa ini persaingan bisnis sangat kuat, agar bisnis dapat terus berkembang dan maju, maka harus didukung oleh banyak komponen. Salah satu ciri komponen organisasi bisnis yang baik terletak pada kemampuan pemimpin organisasi tersebut dalam memutuskan kebijakan-kebijakan strategis demi berkembangnya organisasi tersebut di kemudian hari. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu sistem untuk memutuskan masalah. Sistem ini disebut sistem pendukung keputusan yang bekerja pada komputer. Sistem pendukung keputusan sangat membantu manajer dalam memecahkan suatu masalah, dalam hal ini bidang perencanaan produksi pada industri teh [2]. Sebagai pimpinan perusahaan yang bertanggung jawab, perlu mengetahui bagaimana perdagangan bergerak dari bulan ke bulan, dari tahun ke tahun termasuk keadaan pada bulan-bulan atau tahun-tahun mendatang. Setelah diketahui gambaran permintaan masa depan, maka pimpinan perusahaan dapat menyusun rencana kegiatan perusahaan yang lebih baik dan menghindari hal-hal yang dapat menimbulkan kerugian di masa mendatang, kebutuhan akan mengambil keputusan yang tepat membuat perusahaan menggunakan teknik peramalan. Misalnya pimpinan perusahaan dapat mengambil keputusan untuk membuat keputusan terkait berapa banyak teh yang harus disiapkan apabila produksi teh menurun tetapi meningkatnya konsumsi teh tersebut dalam satu periode produksi. Maka yang harus dilakukan adalah menggunakan teknik peramalan untuk mengurangi resiko yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Pada penelitian ini, penulis menggunakan metode indeks musim dalam meramalkan produksi tanaman teh di Propinsi Jawa Barat. 2. KAJIAN PUSTAKA Pada dekade yang lalu pernah dilakukan penelitian tentang Peramalan produksi menggunakan regresi linier berganda berbasis web [3]. Penelitian ini ingin mengetahui sejauh mana analisa data statistik untuk meramalkan produksi menggunakan analisa statistik regresi berganda dengan menggunakan lebih dari satu variabel. Ada juga penelitian sebelumnya tentang peramalan data belanja rumah tangga dari sebuah kota dengan menggunakan indeks musim [4]. Pada penelitian tersebut hanya memprediksi dan mencari hasil ramalan untuk masa yang akan datang. Penelitian sebelumnya yang juga dilakukan adalah peramalan penjualan batik di pekalongan dengan metode trend moment. Penelitian ini digunakan untuk memprediksi penjualan batik di pekalongan [5]. Penelitian yang dibuat saat ini menggunakan indeks musim sebagai algoritma untuk meramalkan produksi tanaman teh di Propinsi Jawa Barat dan juga menggunakan Mean Absolute Percentage Error (MAPE) sebagai indikator untuk melihat performansi suatu metode terhadap data yang diramalkan. Semakin kecil nilai MAPE, semakin sesuai metode dengan data yang diramalkan. Peramalan pada dasarnya merupakan bagian dari proses pengambilan keputusan. Meramal sesungguhnya adalah menduga atau memprediksi peristiwa di masa depan 10

2 11 dengan tujuan untuk memperkecil resiko yang mungkin terjadi akibat pengambilan keputusan [6]. Peramalan baik dilakukan untuk dunia bisnis dan industri, politik, ekonomi, pemerintahan, kesehatan, ilmu alam, ilmu sosial dan keuangan [7]. Hal ini dikarenakan hasil peramalan dapat digunakan untuk merencanakan langkah-langkah dalam mengembangkan dan mempertahankan kelangsungan suatu program atau perusahaan. Peramalan dapat dilakukan untuk jangka pendek, menengah, dan jangka panjang. Peramalan dalam jangka pendek dilakukan untuk periode yang singkat (hari, minggu, bulan), peramalan jangka menengah dapat dilakukan untuk satu atau dua tahun mendatang. Sedangkan peramalan jangka panjang dapat dilakukan untuk beberapa tahun yang akan datang (lebih dari 2 tahun) [7]. Banyak masalah peramalan menggunakan data time series. Time series adalah himpunan pengalaman yang dibangun secara berurutan dalam waktu atau periode yang dibutuhkan untuk melakukan peramalan. Penelitian kali ini meramalkan atau memprediksi produksi tanaman teh dengan menggunakan metode indeks musim. Adapun untuk meramalkan produksi teh adalah dengan menggunakan data sekunder yang diperoleh dari data BPS Propinsi Jawa Barat yang diambil dari tahun 2009 sampai tahun 2012 [8]. Metode indeks musim yang digunakan sebagai penyesuai untuk tujuan peramalan di hasilkan dari mengalikan nilai trend yang diproyeksi untuk waktu tertentu dengan indeks musim waktu tersebut yang bersesuaian [4]. Tabel 1. Produksi Teh di Propinsi Jawa Barat (Ribu ton) Bulan\Tahun Januari 3 2,1 3,7 3,6 Februari 2,9 2 3,5 3,4 Maret 2,9 2 4,3 4,1 April 3,3 2,3 4,1 3,9 Mei 3,7 2,5 4,7 4 Juni 2,8 2,2 3,8 3,7 Juli 2,8 1,9 3,3 3,1 Agustus 2,6 2 3,2 3 September 2,6 1,8 3,2 2,9 Oktober 3,4 1,8 3,6 3,4 November 3,3 2,3 3,4 3,7 Desember 3,2 2,2 3,5 3,6 Untuk menghitung indeks musiman dari data dalam tabel 1. Hal pertama kita cari adalah serial yang terdiri dari weighted moving total 13 bulan, dengan persamaan sebagai berikut: Moving total terbobot m1 = (Y m1 )+(2*Y m1 )+(2*Y m1+1 )+ +(Y m2 ) (1) 11

3 Setelah kita dapatkan nilai moving total, hal yang harus kita lakukan adalah mencari nilai moving averages, dengan persamaan sebagai berikut: Moving averages terbobot m = Moving Total m / 24 (2) Hal selanjutnya yang perlu dilakukan yaitu mencari rasio terhadap moving averages, dengan persamaan sebagai berikut: Ratio to moving averages = Y Moving averages terbobot (3) Setelah ditemukan rasio terhadap moving averages, selanjutnya kita mencari indeks musim dengan persamaan sebagai berikut: S m = Med m Total indeks Total median (4) dimana S m adalah indeks musim pada bulan m, Med m adalah median pada bulan m. Setelah mendapatkan nilai median dan indeks musim, langkah selanjutnya yang dilakukan adalah menghitung nilai trend, dengan persamaan sebagai berikut: Y = a + bx (5) dimana Y adalah data time series yang akan diperkirakan, X adalah variabel waktu, a dan b adalah nilai konstanta. Setelah mendapatkan nilai trend, maka langkah yang harus kita lakukan adalah menghitung Mean Absolute Percentage Error (MAPE), dengan menggunakan persamaan berikut ini: MAPE = 1 n n t=1 A t F t A t x 100% 6 Dimana n adalah banyaknya forecasting, A adalah nilai actual pada bulan tersebut dan F adalah nilai forecasting pada bulan tersebut. 3. METODE PENELITIAN Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari data BPS Propinsi Jawa Barat yang diambil dari tahun 2009 sampai tahun 2012 [8]. Banyak metode peramalan yang sering digunakan seperti regresi linier, double exponential smoothing, moving average, indeks musim dan lainnya membuat penentu keputusan atau seorang modeling diperhadapkan dengan masalah terkait teknik mana yang paling baik dan cocok untuk digunakan sebagai teknik peramalan.penelitian ini memprediksi produksi tanaman teh untuk Propinsi Jawa Barat dengan menggunakan metode indeks musim.indeks musim merupakan salah satu contoh peramalan time series berdasarkan data masa lampau dan diproyeksikan ke masa depan dengan memanfaatkan persamaan matematika dan statistika. Langkah analisis yang digunakan untuk mencapai tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut, yang pertama adalah membuat plot data untuk mengetahui jenis data dari 12

4 13 produksi teh propinsi Jawa Barat dari bulan januari 2009 sampai dengan bulan desember Setelah membuat plot data dari produksi teh, maka yang harus dilakukan adalah menghitung moving total terbobot bulanan, moving average terbobot bulanan, dan rasio terhadap moving average. Proses selanjutnya adalah menghitung indeks musim dan median dari rasio terhadap moving average. Langkah selanjutnya adalah menghitung proyeksi trend. Setelah mendapatkan nilai trend, maka langkah selanjutnya yang dilakukan adalah menghitung hasil ramalan untuk tahun 2013 dari bulan Januari sampai dengan bulan Desember Setelah mendapatkan hasil ramalan, maka hal selanjutnya yang harus dilakukan adalah menghitung error relatif, dan langkah terakhir yang dilakukan adalah menghitung nilai MAPE, sehingga dapat mengetahui seberapa sensitif metode indeks musim dalam meramalkan produksi teh di Propinsi Jawa Barat. Setelah model dibangun, model tersebut diselesaikan dengan tujuan untukmendapatkan kesimpulan matematika [9]. Gambar 1. Proses Penelitian Gambar 1 mengilustrasikan proses pemodelan matematika. Persoalan dunia nyata yang terjadi pada saat ini adalah dengan tidak menentunya tingkat produksi teh terkait dengan berapa banyak teh yang harus disiapkan apabila produksi teh menurun tetapi meningkatnya konsumsi teh tersebut dalam satu periode. Sebagai pimpinan perusahaan/modeling/pakar matematika perlu mengetahui bagaimana gambaran masa depan atau prakiraan sehingga dapat menyusun rencana kegiatan suatu perusahaan atau organisasi/instansi yang lebih baik dan dapat menghindari hal-hal yang dapat menimbulkan kerugian di masa yang akan datang. Hal yang perlu dilakukan adalah merumuskan masalah tersebut dan memodelkan dalam bentuk matematika dengan menggunakan peramalan, dan penelitian ini menggunakan metode peramalan yaitu indeks musim untuk memecahkan persoalan yang terjadi. Setelah meramalkan dengan metode indeks musim, maka hasil peramalan yang telah didapat kita lalu menfasirkan kesimpulan peramalan tersebut di dalam dunia nyata yaitu dengan menguji peramalan tersebut apakah cocok atau tidak dalam menangani dan menjawab persoalan yang terjadi. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Data produksi teh di Propinsi Jawa Barat dapat dikatakan sebagai data musiman, oleh karena data musiman menggambarkan pola yang berulang pada setiap periode [10]. Masalah musiman seringkali kita jumpai dalam fenomena kehidupan. Musiman berarti kecenderungan mengulangi pola tingkah gerak dalam periode musim, biasanya satu tahun. Karena itu, runtun waktu musiman mempunyai karakteristik yang ditunjukkan oleh adanya korelasi beruntun yang kuat pada jarak semusim, yakni waktu yang berkaitan dengan banyak observasi per periode musim [11]. 13

5 Penelitian ini mencoba menggunakan indeks musim untuk dapat menentukan nilai ramalan dengan melihat apakah metode tersebut tepat untuk digunakan dalam meramalkan produksi teh di Propinsi Jawa Barat. Proses pengolahan data dalam penelitian ini ditunjukkan dalam bentuk flowchart pada Gambar 2. Gambar 2. Analisis Menggunakan Indeks Musim Adapun pseudocode yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut: 1. Pseudocode peramalan Start Input nil If nil = pola_musim Print nil Read ave,ras,med,indeks,trend,ramal,a,b,x ave = mov/24 Print mov, dibagi,24, hasilnya,ave ras = nil/ave Print nil, dibagi,ave, hasilnya,ras med = median(nil) Print nil, median, hasilnya med indeks = (med*12)/sum_med Print med, dikali,12, dibagi,sum_med, hasilnya,indeks trend = a+bx Print b, dikalikan,x, ditambah,a, hasilnya,trend ramal = trend*indeks Print trend, dikalikan,indeks, hasilnya,ramal 14

6 15 Else End 2. Pseudocode pengujian Start Input aktual,ramal Print aktual,ramal Read error,mape error = ((aktual-ramal)/aktual)*100 Print aktual, dikurang,ramal, dibagi,aktual, dikalikan,100 mape = SUM error/12 Print SUM error, dibagi,12 End Langkah-langkah untuk menghitung indeks musiman, pertama kita cari dulu serial yang terdiri dari weighted moving total 13 bulan. Untuk menghitung weighted moving total 13 bulan tersebut, bulan pertama dan bulan terakhir menerima bobot 1 dan 11 bulan yang ditengah menerima bobot 2. Maka sebagai contoh, weighted moving total 13 bulan yang pertama dihasilkan dengan mencari jumlah produksi teh bulan januari 2009, bulan januari 2010 dan dua kali dari nilai-nilai 11 bulan yang ada di tengahtengahnya (Februari 2009 sampai dengan Desember 2009), yaitu: (1)(Jan2009)+(2)(Feb 2009)+(2)(Mar 2009)+ +(2)(Des 2009)+(1)(Jan2010) Proses ini berlanjut dengan selalu menambahkan ekstremnya, nilai-nilai yang menunjukkan bulan-bulan pertama dan terakhir dari moving total, dan 11 bulan yang ada di tengahnya. Setelah mendapatkan hasil moving total, maka hal berikut yang dilakukan adalah mencari moving average. Dengan membagi moving total dengan 24, maka dapat dihasilkan moving averages terbobot. Moving averages terbobot ini hanya terdiri dari komponen-komponen siklis dan trend dari serial tersebut (karena merupakan rata-rata dari 12 bulanan, berarti moving averages adalah data tahunan, dan data tahunan tidak terpengaruh oleh fluktuasi musim. Juga karena sudah berupa data rata-rata, maka faktor irregular sudah dihilangkan). Nilai rasio terhadap moving average didapat dari data asli dibagi dengan moving averages. Tabel 2. Median dan Indeks musim Bulan Median Indeks musim Januari 3 2,1 3,7 3,6 3,3 1, Februari 2,9 2 3,5 3,4 3,15 0, Maret 2,9 2 4,3 4,1 3,5 1, April 3,3 2,3 4,1 3,9 3,6 1, Mei 3,7 2,5 4,7 4 3,85 1, Juni 2,8 2,2 3,8 3,7 3,25 0, Juli 2,8 1,9 3,3 3,1 2,95 0, Agustus 2,6 2 3,2 3 2,8 0, September 2,6 1,8 3,2 2,9 2,75 0,

7 Oktober 3,4 1,8 3,6 3,4 3,4 1, November 3,3 2,3 3,4 3,7 3,35 1, Desember 3,2 2,2 3,5 3,6 3,35 1, Pada tabel 2 dapat dijelaskan bahwa untuk mendapatkan nilai median bulan tertentu adalah dengan cara mencari nilai tengah (median) bulan tersebut dari tahun 2009 sampai dengan tahun Setelah mendapatkan nilai median, maka kita dapat mencari nilai indeks musim bulan tersebut. Nilai indeks musim didapat dari mengalikan nilai median bulan tertentu dengan jumlah bulan, lalu dibagi dengan total median. Contoh: Indeks Musim Januari = (med jan.12) / 30,5 = (2,55.12)/30,5 = 30,6/30,5 = 1, Tabel 3. Proyeksi trend dan Error relatif tahun 2013 Bulan Proyeksi trend indeks Hasil Error relatif Januari 3, , , ,30 Februari 3, , , ,37 Maret 3, , , ,24 April 3, , , ,39 Mei 3, , , ,96 Juni 3, , , ,92 Juli 3, , , ,80 Agustus 3, , , ,72 September 3, , , ,09 Oktober 3, , , ,67 November 3, , , ,47 Desember 3, , , ,47 149,39 Dari tabel 3 dapat dijelaskan bahwa sebelum mendapatkan hasil peramalan, hal yang harus dilakukan adalah mencari nilai proyeksi trend, dan jika kita hendak menggunakan indeks musim sebagai penyesuai untuk tujuan peramalan, yang harus kita lakukan hanyalah mengalikan nilai proyeksi trend dengan indeks musim. Setelah itu, hal yang harus dilakukan adalah mencari nilai error relatif, lalu menghitung nilai MAPE. Berdasarkan data pada tabel 3, diketahui: T jan = 3, I jan = 1, Y jan = T jan.i jan = 3, Hasil ramalan untuk bulan Januari adalah 3, Setelah itu contoh mencari nilai MAPE adalah sebagai berikut: MAPE = ER 12 = 149,39 = 12,

8 17 Hasil yang diperoleh dan ditunjukkan pada Tabel 3, nampak bahwa hasil yang ditampilkan adalah positif, sehingga peramalan dengan indeks musim ini mungkin dapat digunakan, dan dapat dijadikan referensi untuk meramalkan produksi tanaman teh di Propinsi Jawa Barat. Selain hasil produksi, hasil perhitungan error menggunakan MAPE yang diberikan pada Tabel 3, juga menunjukkan nilai error yang kecil. Jika MAPE < 25% maka hasil simulasi dapat diterima secara memuaskan, sebaliknya jika MAPE > 25% maka hasil simulasi kurang memuaskan [12]. Sehingga metode dengan indeks musim benar-benar dapat digunakan dalam meramalkan produksi teh di Propinsi Jawa Barat. Produksi (Ribu Ton) 5 4,5 4 3,5 3 2,5 2 1,5 1 0, Periode produksi (Bulan) Data Ramalan Data Aktual Gambar 3. Grafik ramalan produksi teh tahun 2013 Gambar 3 merupakan grafik ramalan periode produksi teh pada tahun 2013 dari bulan Januari sampai dengan bulan Desember, dengan satuan produksi untuk teh adalah ribuan ton. Alur data dengan warna merah menjelaskan data aktual produksi teh dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2012, sedangkan alur data dengan warna biru menjelaskan data ramalan untuk tahun 2013 dari bulan Januari sampai dengan bulan Desember. Setelah itu mencari produksi teh dengan menggunakan data dari lima tahun yaitu dari bulan Januari 2009 sampai dengan Desember Tabel 4. Produksi teh Propinsi Jawa Barat (Ribu ton) Bulan Januari 3 2,1 3,7 3,6 3,6 Februari 2,9 2 3,5 3,4 3,4 Maret 2,9 2 4,3 4,1 4 April 3,3 23 4,1 3,9 3,8 Mei 3,7 2,5 4,7 4 4 Juni 2,8 2,2 3,8 3,7 3,7 Juli 2,8 1,9 3,3 3,1 3,2 Agustus 2,6 2 3,2 3 3 September 2,6 1,8 3,2 2,9 3,1 Oktober 3,4 1,8 3,6 3,4 3,6 November 3,3 2,3 3,4 3,7 3,5 Desember 3,2 2,2 3,5 3,6 3,5 17

9 Tabel 5. Median dan Indeks musim Bulan Median Indeks musim Januari 3 2,1 3,7 3,6 3,6 3,6 1, Februari 2,9 2 3,5 3,4 3,4 3,4 0, Maret 2,9 2 4,3 4, , April 3,3 2,3 4,1 3,9 3,8 3,8 1, Mei 3,7 2,5 4, , Juni 2,8 2,2 3,8 3,7 3,7 3,7 1, Juli 2,8 1,9 3,3 3,1 3,2 3,1 0, Agustus 2,6 2 3, , September 2,6 1,8 3,2 2,9 3,1 2,9 0, Oktober 3,4 1,8 3,6 3,4 3,6 3,4 0, November 3,3 2,3 3,4 3,7 3,5 3,4 0, Desember 3,2 2,2 3,5 3,6 3,5 3,5 1, Pada tabel 5 dapat dijelaskan bahwa median didapat dari nilai tengah dari nilai median tahun 2009 sampai dengan tahun Selanjutnya untuk mendapatkan nilai indeks musim bulan tertentu adalah dengan mengalikan nilai median bulan tersebut dengan jumlah bulan dari data lalu dibagi dengan total median. Tabel 6. Proyeksi trend dan Hasil ramalan tahun 2014 Bulan Proyeksi trend Indeks musim Hasil Januari 3, , , Februari 3, , , Maret 3, , , April 3, , , Mei 3, , , Juni 3, , , Juli 3, , , Agustus 3, , , September 3, , , Oktober 3, , , November 3, , , December 3, , , Pada tabel 6 dapat dijelaskan bahwa sebelum mendapatkan hasil ramalan, maka hal yang perlu dilakukan dahulu ada mencari nilai proyeksi trend. Setelah mendapatkan nilai trend, maka hasil peramalan untuk bulan tertentu dapat dicari dengan mengalikan nilai indeks musim untuk bulan tersebut dengan nilai proyeksi trend bulan tersebut. Contoh menghitung hasil ramalan bulan Januari: Hasil ramalan Januari = Proyeksi trend Januari x Indeks musim Januari = 3, x 1,

10 19 = 3, Produksi (Ribu Ton) 5 4,5 4 3,5 3 2,5 2 1,5 1 0, Periode produksi (Bulan) Data Ramalan Data Aktual Gambar 4. Grafik ramalan produksi teh tahun 2014 Gambar 4 merupakan grafik ramalan periode produksi teh pada tahun 2014 dari bulan Januari sampai dengan bulan Desember, dengan satuan produksi untuk teh adalah ribuan ton. Alur data dengan warna merah menjelaskan data aktual produksi teh dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013, sedangkan alur data dengan warna biru menjelaskan data ramalan untuk tahun 2014 dari bulan Januari sampai dengan bulan Desember. 5. KESIMPULAN Produksi tanaman teh di Propinsi Jawa Barat yang tidak menentu dan bersifat fluktuatif sehingga sangat sulit untuk mendapatkan informasi dalam memenuhi permintaan yang semakin meningkat diwaktu yang akan datang. Permasalahan tersebut dapat dipecahkan dengan menggunakan teknik peramalan. Dengan teknik peramalan ini dapat membantu petani atau dinas perkebunan untuk dapat meramalkan produksi teh yang akan terjadi untuk beberapa tahun yang akan datang, dalam hal ini khusus propinsi Jawa Barat. Kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian adalah penggunaan metode indeks musim dapat melakukan prediksi produksi teh Propinsi Jawa Barat, dengan nilai persentase MAPE yang diperoleh kecil dan kurang dari 25%. Metode indeks ini juga dapat meramalkan produksi teh dalam periode lebih datu satu tahun. Oleh karena itu penggunaan metode indeks musim direkomendasikan untuk melakukan peramalan produksi teh propinsi Jawa Barat. DAFTAR PUSTAKA [1] Kidnesia.com Teh. Diakses tanggal 23 Juni [2] Anonim. Diakses tanggal 04 Februari [3] Fajar.Purwanti, Fransisca Peramalan Produksi Menggunakan Regresi Linier Berganda Berbasis Web. Universitas Kristen Satya Wacana. Salatiga [4] Hakim, Abdul Statistika Deskriptif untuk Ekonomi dan Bisnis. Yogyakarta: Ekonisia. [5] Soma, Arief Darmawan Sistem Pendukung Keputusan Peramalan Penjualan Batik Di Pekalongan Dengan Metode Trend Moment 19

11 [6] M.A. Djauhari Metode Peramalan. Jakarta: Karunia Universitas Terbuka. [7] Montgomery D. C., C.L. Jennings & M. Kulahci Introduction To Time Series Analysis and Forecasting. USA: Wiley Interscience. [8] Biro Pusat Statistik Indonesia Statistik Teh Indonesia. [9] Stewart, James Kalkulus Edisi Keempat Jilid 1. Jakarta: Erlangga. [10] Anonim. Diakses tanggal 13 Maret [11] Cryer, J. D Time Series Analysis. PWS-KENT Publishing Company. Boston. [12] Oktafri, Aplikasi Metode Simulasi Monte Carlo Untuk Menduga Debit Aliran Sungai. Universitas Lampung. Lampung. [13] Biro Pusat Statistik Indonesia Statistik Teh Indonesia. 20

ANALISIS DAN PERAMALAN PRODUKSI TANAMAN TEH DENGAN MENGGUNAKAN METODE INDEKS MUSIM

ANALISIS DAN PERAMALAN PRODUKSI TANAMAN TEH DENGAN MENGGUNAKAN METODE INDEKS MUSIM ANALISIS DAN PERAMALAN PRODUKSI TANAMAN TEH DENGAN MENGGUNAKAN METODE INDEKS MUSIM Alfa Kenedi Mainassy ), Sri Yulianto Joko Prasetyo 2), Alz Danny Wowor 3),2,3) Fakultas Teknologi Informasi Universitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Pendahuluan. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Pendahuluan. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan Peramalan merupakan upaya memperkirakan apa yang terjadi pada masa mendatang berdasarkan data pada masa lalu, berbasis pada metode ilmiah dan kualitatif yang dilakukan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KEEFEKTIFAN METODE MOVING AVERAGE DAN EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK PERAMALAN JUMLAH PENGUNJUNG HOTEL MERPATI

PERBANDINGAN KEEFEKTIFAN METODE MOVING AVERAGE DAN EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK PERAMALAN JUMLAH PENGUNJUNG HOTEL MERPATI Buletin Ilmiah Math. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 04, No. 3 (2015), hal 251 258. PERBANDINGAN KEEFEKTIFAN METODE MOVING AVERAGE DAN EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK PERAMALAN JUMLAH PENGUNJUNG HOTEL

Lebih terperinci

METODE KUANTITATIF, MENGGUNAKAN BERBAGAI MODEL MATEMATIS YANG MENGGUNAKAN DATA HISTORIES DAN ATAU VARIABLE-VARIABEL KAUSAL UNTUK MERAMALKAN

METODE KUANTITATIF, MENGGUNAKAN BERBAGAI MODEL MATEMATIS YANG MENGGUNAKAN DATA HISTORIES DAN ATAU VARIABLE-VARIABEL KAUSAL UNTUK MERAMALKAN METODE KUANTITATIF, MENGGUNAKAN BERBAGAI MODEL MATEMATIS YANG MENGGUNAKAN DATA HISTORIES DAN ATAU VARIABLE-VARIABEL KAUSAL UNTUK MERAMALKAN Peramalan kuantitatif hanya dapat digunakan apabila terdapat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan (forecasting) adalah kegiatan memperkirakan atau memprediksi apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang dengan waktu yang relatif lama. Sedangkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. 2.1 Produk Domestik Regional Bruto

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. 2.1 Produk Domestik Regional Bruto 18 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Produk Domestik Regional Bruto Dalam menghitung pendapatan regional, dipakai konsep domestik. Berarti seluruh nilai tambah yang ditimbulkan oleh berbagai sektor atau lapangan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1. Peramalan 2.1.1. Pengertian dan Kegunaan Peramalan Peramalan (forecasting) menurut Sofjan Assauri (1984) adalah kegiatan memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bisnis pada berbagai kegiatannya selalu melakukan suatu perencanaan untuk kedepannya. Untuk melakukan perencanaan suatu kegiatan yang akan disusun dan dilakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara agraris karena memiliki tanah yang subur. Karena

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara agraris karena memiliki tanah yang subur. Karena BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris karena memiliki tanah yang subur. Karena memiliki tanah yang subur, sebagian besar penduduk Indonesia banyak yang bekerja di bidang

Lebih terperinci

PERAMALAN (FORECASTING)

PERAMALAN (FORECASTING) #3 - Peramalan (Forecasting) #1 1 PERAMALAN (FORECASTING) EMA302 Manajemen Operasional Pengertian (1) 2 Oxford Dictionary, Forecast is a statement about what will happen in the future, based on information

Lebih terperinci

Pembahasan Materi #7

Pembahasan Materi #7 1 EMA402 Manajemen Rantai Pasokan Pembahasan 2 Pengertian Moving Average Alasan Tujuan Jenis Validitas Taksonomi Metode Kualitatif Metode Kuantitatif Time Series Metode Peramalan Permintaan Weighted Woving

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi jagung merupakan hasil bercocok tanam, dimana dilakukan penanaman bibit

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi jagung merupakan hasil bercocok tanam, dimana dilakukan penanaman bibit BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Produksi Produksi jagung merupakan hasil bercocok tanam, dimana dilakukan penanaman bibit tanaman pada lahan yang telah disediakan, pemupukan dan perawatan sehingga

Lebih terperinci

BAB 3 PRAKIRAAAN dan PERAMALAN PRODUKSI. Dalam Manajemen Operasional, mengapa perlu ada peramalan produksi?

BAB 3 PRAKIRAAAN dan PERAMALAN PRODUKSI. Dalam Manajemen Operasional, mengapa perlu ada peramalan produksi? BAB 3 PRAKIRAAAN dan PERAMALAN PRODUKSI Dalam Manajemen Operasional, mengapa perlu ada peramalan produksi? a. Ada ketidak-pastian aktivitas produksi di masa yag akan datang b. Kemampuan & sumber daya perusahaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan adalah kegiatan mengestimasi apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang dengan waktu yang relatif lama (assaury, 1991). Sedangkan ramalan adalah

Lebih terperinci

Analisis dan Peramalan Produksi Tanaman Teh Dengan Menggunakan Metode Indeks Musim (Studi Kasus : Propinsi Jawa Barat)

Analisis dan Peramalan Produksi Tanaman Teh Dengan Menggunakan Metode Indeks Musim (Studi Kasus : Propinsi Jawa Barat) Analisis dan Peramalan Produksi Tanaman Teh Dengan Menggunakan Metode Indeks Musim (Studi Kasus : Propinsi Jawa Barat) Laporan Penelitian Peneliti : Alfa Kenedi Mainassy (672012704) Dr. Sri Yulianto. J.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijelaskan teori-teori yang menjadi dasar dan landasan dalam penelitian sehingga membantu mempermudah pembahasan selanjutnya. Teori tersebut meliputi arti dan peranan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. yang akan datang. Ramalan adalah situasi dan kondisi yang diperkirakan akan terjadi

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. yang akan datang. Ramalan adalah situasi dan kondisi yang diperkirakan akan terjadi BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Ramalan adalah situasi dan kondisi yang diperkirakan akan

Lebih terperinci

BAB III PERAMALAN. Praktikum Sistem Produksi ATA 2014/2015

BAB III PERAMALAN. Praktikum Sistem Produksi ATA 2014/2015 BAB III PERAMALAN 3.1 Landasan Teori Peramalan merupakan suatu bentuk usaha untuk meramalkan keadaan di masa mendatang melalui pengujian keadaan di masa lalu. Esensi peramalan adalah perkiraan peristiwa-peristiwa

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian Dari uraian latar belakang masalah, penelitian ini dikategorikan ke dalam penelitian kasus dan penelitian lapangan. Menurut Rianse dan Abdi dalam Surip (2012:33)

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1 Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT. Aetra Air Jakarta, Jl. Jend. Sudirman Ged. Sampoerna Strategic Square. 1.2 Obyek Penelitian Objek penelitian dilakukan

Lebih terperinci

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Vanissa Hapsari,2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Vanissa Hapsari,2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat pencemaran udara di beberapa kota besar cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya jumlah transportasi terus

Lebih terperinci

PERAMALAN (Forecast) Disajikan oleh: Bernardus Budi Hartono. Teknik Informatika [Gasal ] FTI - Universitas Stikubank Semarang

PERAMALAN (Forecast) Disajikan oleh: Bernardus Budi Hartono. Teknik Informatika [Gasal ] FTI - Universitas Stikubank Semarang PERAMALAN (Forecast) Disajikan oleh: Bernardus Budi Hartono Web : http://pakhartono.wordpress.com E-mail: pakhartono at gmail dot com budihartono at acm dot org Teknik Informatika [Gasal 2009 2010] FTI

Lebih terperinci

PERAMALAN PENJUALAN TIKET PESAWAT PADA CV. VIDO JAYA TOUR DAN TRAVEL

PERAMALAN PENJUALAN TIKET PESAWAT PADA CV. VIDO JAYA TOUR DAN TRAVEL PERAMALAN PENJUALAN TIKET PESAWAT PADA CV. VIDO JAYA TOUR DAN TRAVEL Nama : Awalludin Ma rifatullah Idhofi NPM : 11212269 Jurusan : Manajemen Pembimbing : Dr. Dra. Peni Sawitri, MM PENDAHULUAN Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Peramalan (forecasting) 2.1.1. Hubungan Forecast dengan Rencana Forecast adalah peramalan apa yang akan terjadi pada waktu yang akan datang, sedang rencana merupakan penentuan apa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Peramalan Peramalan ( forecasting) merupakan alat bantu yang penting dalam perencanaan yang efektif dan efisien khususnya dalam bidang ekonomi. Dalam organisasi modern

Lebih terperinci

PERAMALAN PRODUKSI UBI KAYU PROPINSI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN ALGORITMA EKSTRAPOLASI POLINOMIAL NEWTON

PERAMALAN PRODUKSI UBI KAYU PROPINSI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN ALGORITMA EKSTRAPOLASI POLINOMIAL NEWTON Seminar Nasional Sistem Informasi Indonesia, 2-4 Desember 2013 PERAMALAN PRODUKSI UBI KAYU PROPINSI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN ALGORITMA EKSTRAPOLASI POLINOMIAL NEWTON Brian L. Djumaty 1), Andeka Rocky Tanaamah

Lebih terperinci

PERENCANAAN PRODUKSI

PERENCANAAN PRODUKSI PERENCANAAN PRODUKSI Membuat keputusan yang baik Apakah yang dapat membuat suatu perusahaan sukses? Keputusan yang dibuat baik Bagaimana kita dapat yakin bahwa keputusan yang dibuat baik? Akurasi prediksi

Lebih terperinci

Peramalan Deret Waktu Menggunakan S-Curve dan Quadratic Trend Model

Peramalan Deret Waktu Menggunakan S-Curve dan Quadratic Trend Model Konferensi Nasional Sistem & Informatika 2015 STMIK STIKOM Bali, 9 10 Oktober 2015 Peramalan Deret Waktu Menggunakan S-Curve dan Quadratic Trend Model Ni Kadek Sukerti STMIK STIKOM Bali Jl. Raya Puputan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE SMOOTHING EKSPONENSIAL DALAM MERAMAL PERGERAKAN INFLASI KOTA PALU

PENGGUNAAN METODE SMOOTHING EKSPONENSIAL DALAM MERAMAL PERGERAKAN INFLASI KOTA PALU PENGGUNAAN METODE SMOOTHING EKSPONENSIAL DALAM MERAMAL PERGERAKAN INFLASI KOTA PALU Romy Biri ), Yohanes A.R. Langi ), Marline S. Paendong ) ) Program Studi Matematika FMIPA Universitas Sam Ratulangi Jl.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA Definisi dan Tujuan Forecasting. yang belum terjadi (Pangestu S, 1986:1). Forecasting atau peramalan

BAB II KAJIAN PUSTAKA Definisi dan Tujuan Forecasting. yang belum terjadi (Pangestu S, 1986:1). Forecasting atau peramalan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Forecasting 2.1.1 Definisi dan Tujuan Forecasting Forecasting adalah peramalan (perkiraan) mengenai sesuatu yang belum terjadi (Pangestu S, 1986:1). Forecasting atau peramalan

Lebih terperinci

BAB III PERAMALAN 3.1 Landasan Teori Peramalan

BAB III PERAMALAN 3.1 Landasan Teori Peramalan BAB III PERAMALAN 3.1 Landasan Teori Peramalan Menurut Gaspersz (2004), aktivitas peramalan merupakan suatu fungsi bisnis yang berusaha memperkirakan permintaan dan penggunaan produk sehingga produk-produk

Lebih terperinci

ANALISIS PERAMALAN PENJUALAN DAN KAITANNYA DALAM PERAMALAN LABA PADA PD. RAMATEX. Nama : Desty Trisnayannis NPM :

ANALISIS PERAMALAN PENJUALAN DAN KAITANNYA DALAM PERAMALAN LABA PADA PD. RAMATEX. Nama : Desty Trisnayannis NPM : ANALISIS PERAMALAN PENJUALAN DAN KAITANNYA DALAM PERAMALAN LABA PADA PD. RAMATEX Nama : Desty Trisnayannis NPM : 21210860 Latar Belakang Dalam dunia usaha, perusahaan harus memperkirakan hal-hal yang terjadi

Lebih terperinci

PERAMALAN DATA INFLASI DENGAN KOMBINASI FITTING SINUSOIDS DAN PERAMALAN INDEKS MUSIM

PERAMALAN DATA INFLASI DENGAN KOMBINASI FITTING SINUSOIDS DAN PERAMALAN INDEKS MUSIM Seminar Nasional Sistem Informasi Indonesia, 1 Nopember 2016 PERAMALAN DATA INFLASI DENGAN KOMBINASI FITTING SINUSOIDS DAN PERAMALAN INDEKS MUSIM Stefan Fernando 1), Arden Bawono 2), Pandu Brillian 3),

Lebih terperinci

Membuat keputusan yang baik

Membuat keputusan yang baik Membuat keputusan yang baik Apakah yang dapat membuat suatu perusahaan sukses? Keputusan yang dibuat baik Bagaimana kita dapat yakin bahwa keputusan yang dibuat baik? Akurasi prediksi masa yang akan datang

Lebih terperinci

ANALISIS PERAMALAN PENJUALAN KANTOR PERCETAKAN DAN PERDAGANGAN UMUM CV AGUNG BEKASI TIMUR

ANALISIS PERAMALAN PENJUALAN KANTOR PERCETAKAN DAN PERDAGANGAN UMUM CV AGUNG BEKASI TIMUR ANALISIS PERAMALAN PENJUALAN KANTOR PERCETAKAN DAN PERDAGANGAN UMUM CV AGUNG BEKASI TIMUR NAMA : GALANG INDRAS SUWANTO NPM : 12210908 JURUSAN : MANAJEMEN PEMBIMBING : SUPRIYO HARTADI, W. SE. MM LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manfaat Peramalan Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suatu dugaan atau perkiraan tentang terjadinya suatu keadaan dimasa depan, tetapi dengan menggunakan metode metode tertentu

Lebih terperinci

MATERI 3 PER E AM A AL A AN

MATERI 3 PER E AM A AL A AN MATERI 3 PERAMALAN APAKAH PERAMALAN ITU? Peramalan (Forecasting) : Seni dan ilmu memprediksi peristiwa- peristiwa masa depan. Peramalan memerlukan pengambilan data historis dan memproyeksikannya ke masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada waktu yang akan datang berdasarkan data empiris. Data empiris(terhitung)

BAB I PENDAHULUAN. pada waktu yang akan datang berdasarkan data empiris. Data empiris(terhitung) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peramalan merupakan proses perkiraan tentang sesuatu yang terjadi pada waktu yang akan datang berdasarkan data empiris. Data empiris(terhitung) merupakan data yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan sering dipandang sebagai seni dan ilmu dalam memprediksikan kejadian yang mungkin dihadapi pada masa yang akan datang. Secara teoritis peramalan

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 49 BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Standar Optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimalkan supply chain management pada Honda Tebet (PT. Setianita Megah Motor) dari proses bisnis perusahaan

Lebih terperinci

EMA302 Manajemen Operasional

EMA302 Manajemen Operasional 1 PERAMALAN (FORECASTING) EMA302 Manajemen Operasional Pengertian (1) 2 Oxford Dictionary, Forecast is a statement about what will happen in the future, based on information that is available now. (Peramalan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan mengestimasi apa yang akan terjadi pada masa yang akan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan mengestimasi apa yang akan terjadi pada masa yang akan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan adalah kegiatan mengestimasi apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang dengan waktu yang relatif lama ( assaury, 1991). Sedangkan ramalan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengertian Peramalan (Forecasting) Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa mendatang. Peramalan penjualan adalah peramalan

Lebih terperinci

PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU BAJA MS DI DIREKTORAT PRODUKSI ATMI CIKARANG

PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU BAJA MS DI DIREKTORAT PRODUKSI ATMI CIKARANG PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU BAJA MS DI DIREKTORAT PRODUKSI ATMI CIKARANG Siti Rohana Nasution 1, Temotius Agung Lukito 2 1,2) Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Pancasila 1) nasutionana@yahoo.co.id,

Lebih terperinci

PERAMALAN (FORECASTING) #2

PERAMALAN (FORECASTING) #2 #4 - Peramalan (Forecasting) #2 1 PERAMALAN (FORECASTING) #2 EMA302 Manajemen Operasional Model Trend Linear Multiplicative 2 Kecenderungan (trend). Komponen musiman (seasonal): rasio untuk model trend.

Lebih terperinci

CROSS SECTION. Data yang tidak berdasar waktu DATA STATISTIK BERDASARKAN PERSPEKTIF WAKTU TIME SERIES. Berbasis Waktu

CROSS SECTION. Data yang tidak berdasar waktu DATA STATISTIK BERDASARKAN PERSPEKTIF WAKTU TIME SERIES. Berbasis Waktu 1 CROSS SECTION DATA STATISTIK BERDASARKAN PERSPEKTIF WAKTU Data yang tidak berdasar waktu TIME SERIES Berbasis Waktu 2 DERET BERKALA (TIME SERIES) Suatu deret berkala merupakan suatu himpunan observasi

Lebih terperinci

Febriyanto, S.E., M.M.

Febriyanto, S.E., M.M. METODE PERAMALAN PERMINTAAN Metode bebas (freehand method) Metode setengah ratarata (semi average method) Metode ratarata bergerak (moving average method) Metode kwadrat terkecil (least quares method)

Lebih terperinci

ANALISIS DERET WAKTU

ANALISIS DERET WAKTU ANALISIS DERET WAKTU JENIS DATA Cross section Beberapa pengamatan diamati bersama-sama pada periode waktu tertentu Harga saham semua perusahaan yang tercatat di BEJ pada hari Rabu 27 Februari 2008 Time

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan 2.1.1 Pengertian dan Peranan Peramalan Aktivitas manajerial khususnya dalam proses perencanaan, seringkali membutuhkan pengetahuan tentang kondisi yang akan datang. Pengetahuan

Lebih terperinci

ISSN: JURNAL GAUSSIAN, Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015, Halaman Online di:

ISSN: JURNAL GAUSSIAN, Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015, Halaman Online di: ISSN: 2339-254 JURNAL GAUSSIAN, Volume 4, Nomor 4, Tahun 205, Halaman 957-966 Online di: http://ejournal-s.undip.ac.id/index.php/gaussian PREDIKSI NILAI KURS DOLLAR AMERIKA MENGGUNAKAN EXPONENTIAL SMOOTHING

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertanian memiliki peranan penting dalam perekonomian di Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertanian memiliki peranan penting dalam perekonomian di Indonesia. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian memiliki peranan penting dalam perekonomian di Indonesia. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) kontribusi pertanian terhadap Produk Domestik

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data yang dilakukan dengan cara pengamatan dari dokumen perusahaan. Data yang di perlukan meliputi data penjualan produk Jamur Shiitake,

Lebih terperinci

PERAMALAN PENJUALAN GAS LPG PADA TOKO UPAYA TETAP BERKARYA

PERAMALAN PENJUALAN GAS LPG PADA TOKO UPAYA TETAP BERKARYA PERAMALAN PENJUALAN GAS LPG PADA TOKO UPAYA TETAP BERKARYA Nama : Liza Indriani NPM : 14210058 Jurusan : Manajemen Pembimbing : Lies Handrijaningsih, SE,.MM LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan penggunaan

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING PADA PERAMALAN PRODUKSI TANAMAN PANGAN

PENERAPAN METODE DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING PADA PERAMALAN PRODUKSI TANAMAN PANGAN Jurnal Informatika Polinema ISSN: 2407-070X PENERAPAN METODE DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING PADA PERAMALAN PRODUKSI TANAMAN PANGAN Rudy Ariyanto 1, Dwi Puspitasari 2, Fifi Ericawati 3 1,2,3 Program Studi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Peramalan Peramalan (forecasting) merupakan upaya memperkirakan apa yang terjadi pada masa yang akan datang. Pada hakekatnya peramalan hanya merupakan suatu perkiraan (guess),

Lebih terperinci

Peramalan (Forecasting)

Peramalan (Forecasting) Peramalan (Forecasting) Peramalan (forecasting) merupakan suatu proses perkiraan keadaan pada masa yang akan datang dengan menggunakan data di masa lalu (Adam dan Ebert, 1982). Awat (1990) menjelaskan

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN PROGRAM. 3.1 Alasan digunakan Metode Exponential Smoothing. Banyak metode peramalan yang dapat digunakan dalam memprediksi tingkat

BAB 3 PERANCANGAN PROGRAM. 3.1 Alasan digunakan Metode Exponential Smoothing. Banyak metode peramalan yang dapat digunakan dalam memprediksi tingkat BAB 3 PERANCANGAN PROGRAM 3.1 Alasan digunakan Metode Exponential Smoothing Banyak metode peramalan yang dapat digunakan dalam memprediksi tingkat penjualan untuk beberapa periode ke depan. Biasanya untuk

Lebih terperinci

III. LANDASAN TEORI A. TEKNIK HEURISTIK

III. LANDASAN TEORI A. TEKNIK HEURISTIK III. LANDASAN TEORI A. TEKNIK HEURISTIK Teknik heuristik adalah suatu cara mendekati permasalahan yang kompleks ke dalam komponen-komponen yang lebih sederhana untuk mendapatkan hubungan-hubungan dalam

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Produksi Produksi merupakan suatu kegiatan yang dikerjakan untuk menambah nilai guna suatu benda baru sehingga lebih bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan. Produksi jahe

Lebih terperinci

APLIKASI PERAMALAN PENGADAAN BARANG DENGAN METODE TREND PROJECTION DAN METODE SINGLE EXPONENTIAL SMOOTHING (STUDI KASUS DI TOKO PIONIR JAYA)

APLIKASI PERAMALAN PENGADAAN BARANG DENGAN METODE TREND PROJECTION DAN METODE SINGLE EXPONENTIAL SMOOTHING (STUDI KASUS DI TOKO PIONIR JAYA) APLIKASI PERAMALAN PENGADAAN BARANG DENGAN METODE TREND PROJECTION DAN METODE SINGLE EXPONENTIAL SMOOTHING (STUDI KASUS DI TOKO PIONIR JAYA) Evi Dewi Sri Mulyani 1, Egi Badar Sambani 2, Rian Cahyana 3

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORITIS

BAB 2 LANDASAN TEORITIS BAB 2 LANDASAN TEORITIS 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan (forecasting) adalah kegiatan memperkirakan atau memprediksikan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang dengan waktu yang relative lama.

Lebih terperinci

(FORECASTING ANALYSIS):

(FORECASTING ANALYSIS): ANALISIS KUANTITATIF ANALISIS PERAMALAN Hand-out ke-3 ANALISIS PERAMALAN (FORECASTING ANALYSIS): Contoh-contoh sederhana PRODI AGRIBISNIS UNEJ, 2017 PROF DR IR RUDI WIBOWO, MS Contoh aplikasi tehnik peramalan

Lebih terperinci

PEMODELAN DAN PERAMALAN DATA DERET WAKTU DENGAN METODE SEASONAL ARIMA

PEMODELAN DAN PERAMALAN DATA DERET WAKTU DENGAN METODE SEASONAL ARIMA Jurnal Matematika UNAND Vol. 3 No. 3 Hal. 59 67 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PEMODELAN DAN PERAMALAN DATA DERET WAKTU DENGAN METODE SEASONAL ARIMA ANNISA UL UKHRA Program Studi Matematika,

Lebih terperinci

Dian Kristanti 1) 1 Prodi Pendidikan Matematika, STKIP Bina Bangsa Meulaboh.

Dian Kristanti 1) 1 Prodi Pendidikan Matematika, STKIP Bina Bangsa Meulaboh. PERAMALAN JUMLAH PENDISTRIBUSIAN BAHAN BAKAR MINYAK DI PT. PERTAMINA (PERSERO) REGION III DEPOT MALANG MENGGUNAKAN METODE WINTER DAN METODE DEKOMPOSISI Dian Kristanti 1) 1 Prodi Pendidikan Matematika,

Lebih terperinci

FORECASTING INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DENGAN MENGGUNAKAN METODE ARIMA

FORECASTING INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DENGAN MENGGUNAKAN METODE ARIMA FORECASTING INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DENGAN MENGGUNAKAN METODE ARIMA 1) Nurul Latifa Hadi 2) Artanti Indrasetianingsih 1) S1 Program Statistika, FMIPA, Universitas PGRI Adi Buana Surabaya 2)

Lebih terperinci

Kuliah 2 Metode Peramalan Deret Waktu

Kuliah 2 Metode Peramalan Deret Waktu Kuliah 2 Metode Peramalan Deret Waktu rahmaanisa@apps.ipb.ac.id REVIEW Tentukan pola dari data deret waktu berikut: Gambar (1) Gambar (2) Gambar (3) Gambar (4) 2 Kriteria kebaikan peramalan data deret

Lebih terperinci

CROSS SECTION. Data yang tidak berdasar waktu DATA STATISTIK BERDASARKAN PERSPEKTIF WAKTU TIME SERIES. Berbasis Waktu

CROSS SECTION. Data yang tidak berdasar waktu DATA STATISTIK BERDASARKAN PERSPEKTIF WAKTU TIME SERIES. Berbasis Waktu 1 CROSS SECTION DATA STATISTIK BERDASARKAN PERSPEKTIF WAKTU Data yang tidak berdasar waktu TIME SERIES Berbasis Waktu 2 DERET BERKALA (TIME SERIES) Suatu deret berkala merupakan suatu himpunan observasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. datang dengan waktu yang relatif lama (assaury, 1991). Secara teoritis peramalan

BAB 2 LANDASAN TEORI. datang dengan waktu yang relatif lama (assaury, 1991). Secara teoritis peramalan 18 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Ramalan Peramalan adalah kegiatan mengestimasi apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang dengan waktu yang relatif lama (assaury, 1991). Secara teoritis peramalan

Lebih terperinci

PERAMALAN PENGGUNA INDIHOME DI PT.TELEKOMUNIKASI TBK PALEMBANG

PERAMALAN PENGGUNA INDIHOME DI PT.TELEKOMUNIKASI TBK PALEMBANG PERAMALAN PENGGUNA INDIHOME DI PT.TELEKOMUNIKASI TBK PALEMBANG Oktariani 1*, Sopian Soim 2, Adewasti 3 1 Program Studi Teknik Telekomunikasi, Jurusan Teknik Elektro, Politeknik Negeri Sriwijaya Bukit Besar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Setiap Bank menyalurkan Kartu Kredit kepada masyarakat dengan bertujuan untuk memperoleh keuntungan yang diberikan dalam bentuk bunga dan sebagai alat promosi. Dengan

Lebih terperinci

BAB 3 FORECASTING DAN PENGAMATAN TRAFIK DATA

BAB 3 FORECASTING DAN PENGAMATAN TRAFIK DATA BAB 3 FORECASTING DAN PENGAMATAN TRAFIK DATA Forecasting adalah suatu peramalan nilai sebuah atau sekumpulan variabel pada satu titik waktu di masa depan. Dalam melakukan perhitungan peramalan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi regional pada hakekatnya adalah serangkaian usaha dan kebijaksanaan yang bertujuan untuk meningkatkan hubungan ekonomi dari sektor primer ke sektor

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Peramalan Peramalan adalah suatu kegiatan dalam memperkirakan atau kegiatan yang meliputi pembuatan perencanaan di masa yang akan datang dengan menggunakan data masa lalu

Lebih terperinci

SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS)

SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS) SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS) Mahasiswa mampu melakukan perencanaan untuk memastikan kelancaran operasi rantai pasok 1. Peramalan dalam organisasi 2. Pola permintaan 3. Metode peramalan

Lebih terperinci

HASIL DAN ANALISIS DATA. Berikut ini adalah data penjualan besi Wiremesh selama 4 tahun berturutturut.

HASIL DAN ANALISIS DATA. Berikut ini adalah data penjualan besi Wiremesh selama 4 tahun berturutturut. BAB 5 HASIL DAN ANALISIS DATA 5.1 Penyajian Data Penelitian Berikut ini adalah data penjualan besi Wiremesh selama 4 tahun berturutturut. Data berikut merupakan data aktual untuk diramalkan penjualannya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Peramalan Dalam melakukan analisa ekonomi atau analisa kegiatan perusahaan, haruslah diperkirakan apa yang akan terjadi dalam bidang ekonomi atau dunia usaha pada masa yang

Lebih terperinci

PERAMALAN PASOKAN BAHAN BAKU DAN PENJUALAN SIR 20 DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VII UNIT PADANG PELAWI KEC. SUKARAJA KAB. SELUMA

PERAMALAN PASOKAN BAHAN BAKU DAN PENJUALAN SIR 20 DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VII UNIT PADANG PELAWI KEC. SUKARAJA KAB. SELUMA PERAMALAN PASOKAN BAHAN BAKU DAN PENJUALAN SIR 20 DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VII UNIT PADANG PELAWI KEC. SUKARAJA KAB. SELUMA The Forecasting of Raw Materials Supply and Sales in PT. Perkebunan Nusantara

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL HOLT-WINTER DAN METODE DEKOMPOSISI KLASIK

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL HOLT-WINTER DAN METODE DEKOMPOSISI KLASIK BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL HOLT-WINTER DAN METODE DEKOMPOSISI KLASIK 3.1 Metode Pemulusan Eksponensial Holt-Winter Metode rata-rata bergerak dan pemulusan Eksponensial dapat digunakan untuk

Lebih terperinci

JURNAL MATEMATIKA MANTIK Edisi: Oktober Vol. 02 No. 01 ISSN: E-ISSN:

JURNAL MATEMATIKA MANTIK Edisi: Oktober Vol. 02 No. 01 ISSN: E-ISSN: ISSN: 25273159 EISSN: 25273167 PENERAPAN METODE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK PERAMALAN JUMLAH KLAIM DI BPJS KESEHATAN PAMEKASAN Faisol 1, Sitti Aisah 2 Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

SALES FORECASTING UNTUK PENGENDALIAN PERSEDIAAN

SALES FORECASTING UNTUK PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAB IV SALES FORECASTING UNTUK PENGENDALIAN PERSEDIAAN A. Identifikasi Peramalan Penjualan oleh UD. Jaya Abadi Dari hasil wawancara yang menyebutkan bahwa setiap pengambilan keputusan untuk estimasi penjualan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Teori Dunia industri biasanya tak lepas dari suatu peramalan, hal ini disebabkan bahwa peramalan dapat memprediksi kejadian di masa yang akan datang untuk mengambil keputusan

Lebih terperinci

METODE PERAMALAN HOLT-WINTER UNTUK MEMPREDIKSI JUMLAH PENGUNJUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS RIAU ABSTRACT

METODE PERAMALAN HOLT-WINTER UNTUK MEMPREDIKSI JUMLAH PENGUNJUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS RIAU ABSTRACT METODE PERAMALAN HOLT-WINTER UNTUK MEMPREDIKSI JUMLAH PENGUNJUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS RIAU Encik Rosalina 1, Sigit Sugiarto 2, M.D.H. Gamal 2 1 Mahasiswa Program Studi S1 Matematika 2 Dosen Jurusan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasting) 2.1.1 Pengertian Peramalan Peramalan dapat diartikan sebagai berikut: a. Perkiraan atau dugaan mengenai terjadinya suatu kejadian atau peristiwa di waktu

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 10 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan (forecasting) adalah kegiatan mengestimasi apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Peramalan diperlukan karena adanya kesenjaan waktu

Lebih terperinci

Hasil Peramalan dengan Menggunakan Software Minitab

Hasil Peramalan dengan Menggunakan Software Minitab 71 Lampiran 1. Hasil Peramalan dengan Menggunakan Software Minitab Moving Average Data C1 Length 12 NMissing 0 Moving Average Length 4 Accuracy Measures MAPE 25 MAD 54372 MSD 4819232571 Time C1 MA Predict

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Dalam skripsi yang penulis lakukan ini menggunakan analisa forecasting dari

BAB 3 METODE PENELITIAN. Dalam skripsi yang penulis lakukan ini menggunakan analisa forecasting dari BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitan Dalam skripsi yang penulis lakukan ini menggunakan analisa forecasting dari PT. Honda Dunia Motorindo. Setelah itu dengan analisa tersebut, penulis berusaha

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. pelanggan rumah tangga, bisnis, sosial, dan industri pada tahun-tahun yang

METODE PENELITIAN. pelanggan rumah tangga, bisnis, sosial, dan industri pada tahun-tahun yang III. METODE PENELITIAN 3.1 Pendahuluan Tugas akhir ini merupakan survei yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendapatan konsumen dan jumlah penduduk terhadap kebutuhan/permintaan energi listrik di

Lebih terperinci

ISS N OUTLOOK TEH Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 2015

ISS N OUTLOOK TEH Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 2015 OUTLOOK TEH ISSN 1907-1507 2015 OUTLOOK TEH Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 2015 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i 2015 OUTLOOK TEH ii Pusat

Lebih terperinci

BAB IV METODE PERAMALAN

BAB IV METODE PERAMALAN Metode Peramalan 15 BAB METODE PERAMALAN 4.1 Model Sederhana Data deret waktu Nilai-nilai yang disusun dari waktu ke waktu tersebut disebut dengan data deret waktu (time series). Di dunia bisnis, data

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA FORECASTING UNTUK PREDIKSI PENDERITA DEMAM BERDARAH DENGUE DI KABUPATEN SRAGEN

PENERAPAN ALGORITMA FORECASTING UNTUK PREDIKSI PENDERITA DEMAM BERDARAH DENGUE DI KABUPATEN SRAGEN PENERAPAN ALGORITMA FORECASTING UNTUK PREDIKSI PENDERITA DEMAM BERDARAH DENGUE DI KABUPATEN SRAGEN Ryan Putranda Kristianto 1), Ema Utami 2), Emha Taufiq Lutfi 3) 1, 2,3) Magister Teknik informatika STMIK

Lebih terperinci

Analisis Deret Waktu

Analisis Deret Waktu Analisis Deret Waktu Jenis Data Cross section Beberapa pengamatan diamati bersama-sama pada periode waktu tertentu Harga saham semua perusahaan yang tercatat di BEJ pada hari Rabu 27 Februari 2008 Time

Lebih terperinci

PENENTUAN METODE PERAMALAN SEBAGAI DASAR PENENTUAN TINGKAT KEBUTUHAN PERSEDIAAN PENGAMAN PADA PRODUK KARET REMAH SIR 20

PENENTUAN METODE PERAMALAN SEBAGAI DASAR PENENTUAN TINGKAT KEBUTUHAN PERSEDIAAN PENGAMAN PADA PRODUK KARET REMAH SIR 20 PENENTUAN METODE PERAMALAN SEBAGAI DASAR PENENTUAN TINGKAT KEBUTUHAN PERSEDIAAN PENGAMAN PADA PRODUK KARET REMAH SIR 20 Theresia Oshin Rosmaria Pasaribu 1 Rossi Septy Wahyuni 2 Jurusan Teknik Industri,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1. Pengertian Peramalan Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Sedangkan ramalan adalah suatu situasi atau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan adalah kegiatan meramalkan atau memprediksi apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang dengan waktu tenggang (lead time) yang relative lama,

Lebih terperinci

PERAMALAN (Forecast) (ii)

PERAMALAN (Forecast) (ii) PERAMALAN (Forecast) (ii) Disajikan oleh: Bernardus Budi Hartono Web : http://pakhartono.wordpress.com E-mail: pakhartono at gmail dot com budihartono at acm dot org Teknik Informatika [Gasal 2009 2010]

Lebih terperinci

Peramalan Memprediksi peristiwa masa depan Biasanya memerlukan kebiasaan selama jangka waktu tertentu metode kualitatif

Peramalan Memprediksi peristiwa masa depan Biasanya memerlukan kebiasaan selama jangka waktu tertentu metode kualitatif Bab 3-4 Peramalan Peramalan Memprediksi peristiwa masa depan Biasanya memerlukan kebiasaan selama jangka waktu tertentu metode kualitatif Berdasarkan metode yang subjektif Metode kuantitatif Berdasarkan

Lebih terperinci

TEKNIK PERAMALAN KUANTITATIF (TEKNIK STATISTIK) Astrid Lestari Tungadi, S.Kom., M.TI.

TEKNIK PERAMALAN KUANTITATIF (TEKNIK STATISTIK) Astrid Lestari Tungadi, S.Kom., M.TI. TEKNIK PERAMALAN KUANTITATIF (TEKNIK STATISTIK) Astrid Lestari Tungadi, S.Kom., M.TI. PENERAPAN TEKNIK Keakuratan data yang dimiliki Asumsi yang disepakati bersama Kondisi perusahaan yang terdiri dari

Lebih terperinci

S (t)=ax(t)+(1-a)s t-1 (2) S (t)=asn(t)+(1-a)s t-1 (3) F(t+m)=S(t)+mb(t) (4)

S (t)=ax(t)+(1-a)s t-1 (2) S (t)=asn(t)+(1-a)s t-1 (3) F(t+m)=S(t)+mb(t) (4) Ju rnal)lm iah. %2O 6ol.,. o. data ini terjadi jika terdapat data yang berfluktuasi di sekitar nilai rata-rata yang konstan. Suatu produk yang penjualannya tidak meningkat atau menurun selama waktu tertentu

Lebih terperinci

Aplikasi Sistem Informasi Forecasting pada PD. Maha Jaya. Teknik Informatika 1 Teknik Industri 2 Universitas Kristen Petra Surabaya

Aplikasi Sistem Informasi Forecasting pada PD. Maha Jaya. Teknik Informatika 1 Teknik Industri 2 Universitas Kristen Petra Surabaya Aplikasi Sistem Informasi Forecasting pada PD. Maha Jaya Rudy Adipranata 1, Tanti Octavia 2, Andi Irawan 1 Teknik Informatika 1 Teknik Industri 2 Universitas Kristen Petra Surabaya Pendahuluan Pentingnya

Lebih terperinci