VALUASI EKONOMI OBJEK WISATA GUNUNG BANYAK DI KOTA BATU DENGAN PENDEKATAN INDIVIDUAL TRAVEL COST

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "VALUASI EKONOMI OBJEK WISATA GUNUNG BANYAK DI KOTA BATU DENGAN PENDEKATAN INDIVIDUAL TRAVEL COST"

Transkripsi

1 VALUASI EKONOMI OBJEK WISATA GUNUNG BANYAK DI KOTA BATU DENGAN PENDEKATAN INDIVIDUAL TRAVEL COST JURNAL ILMIAH Disusun oleh : SURYA PERDANA HADI JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2015

2

3 VALUASI EKONOMI OBJEK WISATA GUNUNG BANYAK DI KOTA BATU DENGAN PENDEKATAN INDIVIDUAL TRAVEL COST Surya Perdana Hadi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya surya.perdana.hadi@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini menggunakan salah satu metode valuasi ekonomi lingkungan yaitu individual travel cost method. Lokasi penelitian yaitu objek wisata Gunung Banyak yang berada di Kota Batu. Waktu dilaksanakannya penelitian yaitu pada saat hari libur nasional tanggal 17 Agustus Pengumpulan data dilakukan dengan survei langsung menggunakan kuisioner. Tujuan pada penelitian ini adalah menganalisis manfaat yang dirasakan pengunjung dari objek wisata Gunung Banyak serta menganalisis kesediaan pengunjung untuk membayar (Willingness to pay) dalam rangka ikut melestarikan dan meningkatkan pengelolaan yang lebih baik. Dalam penelitian ditemukan bahwa mayoritas pengunjung berusia tahun dengan profesi mahasiswa. Biaya perjalanan, jarak objek wisata dari rumah, serta waktu tempauh yang dibutuhkan berpengaruh terhadap tingkat kunjungan ke objek wisata. Sedangkan pendapatan masing-masing pengunjung tidak berpengaruh. Manfaat (nilai) yang diperoleh pengunjung saat ini masih jauh diatas kesediaan membayar dari pengunjung. Sehingga diperlukan upaya dari pengelola dan pemerintah Kota Batu untuk mempertahankan, mengembangkan serta merawatnya agar eksistensi dari objek wisata Gunung Banyak ini tidak rusak dan dapat memberikan manfaat yang lebih besar bagi pengunjung. Kata Kunci: Valuasi Ekonomi, Biaya Perjalanan Individu, Kesediaan Membayar. A. Pendahuluan Lingkungan yang alami memegang peranan yang penting bagi pariwisata di Indonesia, hal tersebut dikarenakan lingkungan yang alami merupakan sumber kehidupan utama dan sumber hiburan pada saat sekarang ini kaitannya dengan pariwisata. Memanfaatkan sumberdaya lingkungan seperti lingkungan alam pegunungan untuk dijadikan objek wisata (wisata alam) dapat dikatakan sebagai salah satu upaya untuk menggali dan meningkatkan nilai tambah bagi sumberdaya alam pada lingkungan tersebut. Suatu kegiatan atau kebijakan terhadap lingkungan akan menimbulkan suatu dampak, oleh karena itu untuk keberlangsungan lingkungan tersebut sebagai mana mestinya diperlukan pemberian nilai (harga) terhadap dampak yang ditimbulkan. Menurut Djijono (2002) nilai adalah harga yang diberikan oleh seseorang terhadap sesuatu pada suatu tempat dan waktu tertentu. Nilai atau harga dapat pula dikonotasikan sebagai kegunaan, kepuasan, dan kesenangan. Ukuran harga dalam hal ini dapat ditentukan oleh waktu, barang, atau uang yang akan dikorbankan seseorang untuk memiliki atau menggunakan barang atau jasa yang diinginkannya.

4 Jawa Timur adalah salah satu contoh Provinsi di Indonesia yang memiliki potensi pariwisata yang baik. Menurut data yang didapatkan dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur tahun 2014, minat wisatawan baik wisatawan nusantara (Wisnus) maupun wisatawan mancanegara (Wisman) untuk berkunjung ke Jawa Timur memiliki tren meningkat dari tahun Salah satu Kota di Jawa Timur yang memiliki daya tarik bagi wisatawan untuk berkunjung adalah Kota Batu. kondisi geografis Kota Batu adalah pegunungan dengan ketinggian meter diatas permukaan laut, dimana hampir sebagian besar wilayahnya merupakan areal perbukitan dengan pemandangan indah dan suhu udara yang relatif masih sejuk. Salah satu objek pariwisata yang menarik untuk dikunjungi di Kota Batu adalah objek wisata yang berada di daerah Gunung Banyak. Dalam objek wisata Gunung Banyak ini memiliki atraksi wisata antara lain melihat terbang paralayang, pemandangan kota dari atas bukit pada siang hari dan pemandangan city lights pada malam hari, serta dapat menikmati pemandangan dari atas rumah kayu yang dibangun di atas pohon pinus. Objek wisata alam tidak memiliki nilai pasar yang pasti, maka pemberian nilai (valuasi) kepada objek wisata alam dilakukan dengan pendekatan biaya perjalanan individu. Secara prinsip metode biaya perjalanan individu adalah mengkaji biaya yang dikeluarkan setiap individu untuk mengunjungi objek wisata untuk menganalisis manfaat yang dirasakan oleh pengunjung tersebut. Dilihat dari segi fungsinya, objek wisata Gunung Banyak memiliki fungsi yaitu sarana rekreasi, memberikan lapangan kerja dan kesempatan berwirausaha, mencegah banjir serta memelihara kesuburan tanah. Untuk itu, diperlukan adanya kesediaan membayar para pengunjung (Willingness To Pay) yang sengaja datang guna membantu pemerintah dalam mengola dan melestarikan objek wisata Gunung Banyak dengan sebaik mungkin, sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih besar dan menarik kedatangan pengunjung lebih banyak. Ekonomi Lingkungan B. Tinjauan Pustaka Suparmoko, 2000 dalam Nugroho, 2010 mendefinisikan ekonomi lingkungan sebagai ilmu yang mempelajari kegiatan manusia dalam memanfaatkan lingkungan sedemikian rupa sehingga fungsi atau peran lingkungan dapat dipertahankan atau bahkan dapat ditingkatkan dalam penggunaannya dalam jangka panjang. Lingkungan alami juga memiliki peranan penting dalam perekonomian yaitu antara lain sebagai : 1. Sumber bahan mentah (renewable dan non-renewable resources) untuk produksi dan konsumsi 2. Pengolah limbah alami (asimilator) 3. Penyedia jasa-jasa lingkungan (environmental services) seperti keindahan alam, pengaturan iklim, pemeliharaan terhadap diversitas genetik, serta stabilitas dari ekosistem

5 Fokus ilmu ekonomi lingkungan terutama pada bagaimana dan mengapa orang-orang membuat keputusan yang memiliki akibat-akibat terhadap lingkungan alam. Selain itu, juga terkait dengan bagaimana institusi-institusi ekonomi dan kebijakan-kebijakan dapat membawa dampak-dampak lingkungan kedalam keseimbangan antara keinginan-keinginan manusia dengan kebutuhankebutuhan dari ekosistem itu sendiri. Valuasi Ekonomi Valuasi ekonomi merupakan salah satu upaya yang digunakan untuk memberikan nilai kuantitatif terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumberdaya alam dan lingkungan baik atas nilai pasar (Market Value) maupun nilai non pasar (Non Market Value) (Igunawati, 2010). Salah satu cara untuk menghitung nilai ekonomi adalah dengan menghitung Total Economic Value (TEV). TEV adalah nilai-nilai yang terkandung dalam suatu sumberdaya alam baik nilai guna maupun nilai fungsionalnya. TEV pada dasarnya sama dengan net benefit yang diperoleh dari sumberdaya alam, namun dalam konsep ini nilai yang dikonsumsi oleh seorang individu dapat dikategorikan ke dalam dua komponen utama yaitu use value dan non-use value (Susilowati, 2004 dalam Igunawati, 2010). Kesediaan Untuk Membayar (Willingness to Pay) Konsep Willingness to pay didefinisikan sebagai pengukuran jumlah maksimum seseorang ingin mengorbankan barang dan jasa untuk memperoleh barang dan jasa lainnya (Susilowati, 2009). Konsep ini juga dapat berarti kesediaan seseorang untuk membayar terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumberdaya dan lingkungan. Dengan konsep ini, nilai ekologis ekosistem bisa dikonversikan ke dalam nilai ekonomi. Willingness to pay pada dasarnya untuk mengukur nilai benefits dari sesuatu didasarkan atas perspektif manusia (individu), sehingga alat ukurnya adalah kesediaan membayar (willingness to pay) untuk menikmati atau menghindari sesuatu. Dengan kata lain, nilai benefits yang didapatkan seseorang atas sesuatu setara dengan jumlah yang mau mereka bayarkan untuk menikmati sesuatu tersebut (Pramudhito, 2010). Metode Biaya Perjalanan (Travel Cost Method) Pendekatan biaya perjalanan memanfaatkan informasi tentang waktu dan pengeluaran uang yang dilakukan oleh para pengunjung tempat rekreasi untuk mengadakan perjalanan ke dan dari tempat rekreasi. Pendekatan ini adalah untuk memperkirakan kurva permintaan untuk pemakaian tempat rekreasi. Untuk menentukan fungsi permintaan terhadap objek wisata dilakukan regresi tingkat kunjungan dengan biaya perjalanan. Informasi ini kemudian digunakan untuk menghitung surplus konsumen yang dinikmati oleh para pemakai taman (Dixon et al., 1991). Travel cost method (TCM) memiliki tiga pendekatan, yaitu:

6 a) Zonal travel cost, dapat dilakukan hanya dengan menggunakan data sekunder dan beberapa data sederhana yang dikumpulkan dari para pengunjung. b) Individual travel cost, menggunakan sebuah survei yang lebih terperinci terhadap para pengunjung. c) Random utility, menggunakan survei dan data-data pendukung lainnya, serta teknik statistika yang lebih rumit. C. Metode Penelitian Pada penelitian valuasi ekonomi objek wisata Gunung Banyak Kota Batu ini, digunakan metode kuantitatif survei. Menurut Zikmund (1997) metode penelitian survei adalah satu bentuk teknik penelitian dimana informasi dikumpulkan dari sejumlah sampel berupa orang, melalui pertanyaan-pertanyaan. Dalam penelitian ini untuk mencari nilai ekonomi digunakan pendekatan metode biaya perjalanan (travel cost method). Variabel terikat yang digunakan adalah tingkat kunjungan dalam satu tahun terakhir, sedangkan variabel bebas yang digunakan adalah biaya perjalanan, jarak dari rumah ke objek wisata, pendapatan masing-masing pengunjung serta waktu tempuh yang diperlukan. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di objek wisata Gunung Banyak yang terletak di Desa Songgokerto, Kota Batu, Jawa Timur. Penelitian secara langsung di lapangan dilakukan pada tanggal 17 Agustus 2015, yaitu bertepatan dengan hari libur nasional. Kondisi objek wisata pada saat dilakukan penelitian adalah sangat ramai pengunjung. Dengan pengunjung rata-rata adalah usia muda. Jenis dan Sumberdata Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara dengan responden melalui kuisioner. Data tersebut meliputi data diri singkat pengunjung, rincian biaya perjalanan yang dikeluarkan dalam kunjungan tersebut, data jarak rumah pengunjung dengan objek wisata, data pendapatan masing-masing pengunjung, waktu tempuh yang dibutuhkan dari rumah ke objek wisata serta pendapat pengunjung mengenai keadaan fisik dan pengelolaan objek wisata Gunung Banyak. Data sekunder juga diperoleh dari literatur buku, jurnal serta sumber lain yang relevan dengan topik penelitian ini. Metode Pengambilan Sampel Metode yang akan digunakan yaitu metode sampling insidental yakni teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan yaitu siapa saja yang kebetulan/insidental ditemui pada saat penelitian dilakukan. Sedangkan untuk jumlah sampel, Roscoe (1982) dalam Sugiyono (2012) memberikan saran bahwa

7 bila dalam penelitian yang akan melakukan analisis dengan multivariate (korelasi atau regresi berganda), maka jumlah anggota sampel minimal 10 kali dari jumlah variabel yang diteliti. Dalam penelitian ini variabel yang diteliti berjumlah 5 (independen dan dependen), maka ukuran sampel minimal = 10 x 5 = 50 sampel. Metode Analisis Data Analisis Regresi Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda untuk menentukan fungsi permintaan objek wisata dengan variabel dependen yaitu jumlah kunjungan dan variabel independen biaya perjalanan, jarak tempat tinggal, pendapatan, dan waktu tempuh. Sehingga bentuk fungsinya sebagai berikut : JK i = f (BP i, J i, I i, WT i ) JK BP J P WT = Jumlah kunjungan individu objek wisata Gunung Banyak = Biaya perjalanan individu = Jarak tempat tinggal pengunjung ke Gunung Banyak = Pendapatan pengunjung = Waktu tempuh Metode Biaya Perjalanan (Travel Cost Method) Setelah dilakukan regresi untuk menentukan fungsi permintaan terhadap objek wisata. Informasi ini kemudian digunakan untuk menghitung surplus konsumen yang dinikmati oleh pengunjung objek wisata Gunung Banyak. Untuk menghitung surplus konsumen, menggunakan formulasi sebagai berikut : Dx = Qx = a bpx Persamaan diatas digunakan untuk menghasilkan surplus konsumen sebagai nilai atau manfaat yang dirasakan oleh pengunjung objek wisata. Untuk mencari surplus konsumen per individu per tahun digunakan penghitungan integral dengan batas atas adalah biaya perjalanan tertinggi dan batas bawah adalah biaya perjalanan terendah. Sehingga dapat diformulasikan sebagai berikut : SK = Surplus Konsumen P 1 = Biaya perjalanan tertinggi P 2 = Biaya perjalanan terendah P x = fungsi permintaan objek wisata

8 Analisis Kesediaan Membayar (Willingness To Pay) Nilai keinginan dan kesanggupan membayar oleh pengunjung atas manfaat lingkungan yang mereka rasakan diperoleh dengan cara menghitung dugaan rataan WTP. Data kesediaan membayar dari pengunjung diperoleh dari data primer kuisioner. Selanjutnya dari data tersebut akan dihitung dugaan rata-rata WTP dengan menggunakan rumus menghitung dugaan WTP. Nilai rata-rata yang akan dikeluarkan oleh responden yang bersedia membayar dihitung dengan menggunakan rumus dibawah ini : Keterangan : EWTP = Rata-rata nilai WTP pengunjung Wi = Besar WTP yang bersedia dibayarkan i = Responden yang bersedia membayar n = Jumlah responden Karakteristik Responden D. Hasil Penelitian dan Pembahasan Dari hasil penelitian, diperoleh informasi bahwa umur responden tergolong usia produktif yang berkisar antara 15 tahun hingga 55 tahun. Berikut adalah data umur responden berdasarkan beberapa kategori umur : NO Tabel 1 : Data Kelompok Umur Responden Kategori Umur (Tahun) Jumlah Responden (orang) Sumber : Data hasil survey diolah, 2015 Persentase (%) Tahun 6 12% Tahun 32 64% Tahun 9 18% 4 >29 Tahun 3 6% Jumlah % Dari jumlah tersebut dapat terlihat bahwa objek wisata Gunung Banyak cenderung lebih menarik untuk dikunjungi oleh pengunjung usia muda dibandingkan dengan pengunjung usia tua diatas 29 tahun. Pekerjaan responden akan mempengaruhi keinginan individu untuk melakukan perjalanan atau kunjungan wisata. Hal ini berkaitan dengan ketersediaan waktu yang dimiliki oleh pengunjung. Berikut adalah data jenis pekerjaan responden pada penelitian ini :

9 NO Tabel 2 : Data Pekerjaan Responden Jenis Pekerjaan Jumlah Responden (orang) Persentase (%) 1 Pegawai Negeri Sipil (PNS) 0 0% 2 Wiraswasta 6 12% 3 Karyawan Swasta 5 10% 4 Pelajar/Mahasiswa 38 76% 5 Ibu Rumah Tangga 1 2% 6 Lain-lain 0 0% Jumlah % Sumber : Data hasil survey diolah, 2015 Tabel 2 merupakan data pekerjaan responden dimana responden pengunjung dengan latar belakang profesi pelajar/mahasiswa berjumlah paling besar yaitu 38 orang atau sebesar 76%. Sedangkan tidak ada responden pengunjung dengan latar belakang pegawai negeri sipil (PNS) yang berkunjung. Hal ini dapat terjadi antara lain karena faktor ketersediaan waktu untuk melakukan kunjungan wisata bagi pelajar/mahasiswa cenderung lebih banyak jika dibandingkan pengunjung yang sudah memiliki pekerjaan, terutama jika dibandingkan dengan yang berlatar belakang pekerjaan pegawai negeri sipil (PNS) yang hanya memiliki waktu terbatas diluar pekerjaannya. Pendapatan akan mempengaruhi sesesorang dalam mengambil keputusan mengalokasikan anggaran konsumsinya, termasuk konsumsi untuk kunjungan wisata. Pendapatan juga akan mempengaruhi pilihan jenis atau objek wisata yang ingin dikunjungi. Berikut adalah komposisi responden menurut tingkat pendapatan per bulan : NO Tabel 3 : Data Pendapatan Responden Penghasilan Responden (Rp) Jumlah Responden (orang) Persentase (%) % % % % % 6 > % Minimum = Jumlah % Maximum = Sumber : Data hasil survey diolah, 2015 Secara mayoritas, pengunjung objek wisata Gunung Banyak dapat dikategorikan individu dengan penghasilan menengah kebawah. Kelompok

10 individu dengan penghasilan menengah kebawah adalah kelompok dengan penghasilan per bulannya kurang dari Rp 2,6 juta ( Jarak tempat tinggal dengan tempat berwisata atau objek wisata merupakan salah satu faktor yang menentukan keinginan berkunjung bagi wisatawan. Berikut adalah data jarak tempat tinggal responden penelitian ini dengan objek wisata Gunung Banyak : Tabel 4 : Data Jarak Tempat Tinggal NO Jarak (Km) Jumlah Responden Persentase (%) (orang) , % , % ,99 1 2% 4 >59,99 1 2% Jumlah % Sumber : Data hasil survey diolah, 2015 Tabel 4 merupakan data jarak tempat tinggal responden dimana dapat dilihat bahwa responden dengan rentang jarak tempat tinggal dengan objek wisata 0-19,99 Km berjumlah sama dengan responden dengan rentang jarak tempat tinggal 20-39,99 Km, yaitu berjumlah masing-masing 24 orang. Sedangkan responden pada rentang jarak 40-59,99 Km dan >59,99 Km masing-masing hanya berjumlah satu orang. Hal tersebut menunjukkan objek wisata Gunung Banyak bukan merupakan objek wisata tujuan utama di Kota Batu, terutama bagi wisatawan luar kota yang berkunjung ke Kota Batu. Alasan lain yang mungkin terjadi adalah objek wisata Gunung Banyak belum dikenal secara luas oleh wisatawan yang berasal luar daerah dikarenakan promosi yang belum maksimal. Biaya perjalanan dari masing-masing responden merupakan penjumlahan dari biaya transportasi, biaya konsumsi makanan dan minuman, biaya akomodasi dan penginapan, tiket/karcis masuk, biaya dokumentasi, biaya souvenir/oleh-oleh, dan biaya lain-lain yang dikeluarkan dalam satu kali kunjungan ke objek wisata Gunung Banyak. Berikut adalah tabel 4.7 adalah data biaya perjalanan responden : Tabel 5 : Tabel Data Biaya Perjalanan Responden Jumlah Biaya Perjalanan Persentase NO Responden (Rp) (%) (orang) % % 3 > % Jumlah % Sumber : Data hasil survey diolah, 2015 Selanjutnya adalah jumlah kunjungan yang dilakukan responden ke objek wisata Gunung Banyak selama 12 bulan (1 tahun) terakhir. Berikut adalah data

11 mengenai jumlah kunjungan responden ke objek wisata Gunung Banyak dalam 12 bulan (1 tahun terakhir). Tabel 6 : Data Jumlah Kunjungan Responden Jumlah Jumlah Persentase NO Responden Kunjungan (%) (orang) % % % Jumlah % Sumber : Data hasil survey diolah, 2015 Tabel 6 merupakan jumlah kunjungan responden. Dari tabel tersebut dapat dilihat responden yang paling banyak yaitu 34 orang atau sebesar 68% dari total responden melakukan 3 kali kunjungan dalam satu tahun terakhir ke objek wisata Gunung Banyak. Rata-rata pengunjung dengan tingkat kunjungan 3 kali dalam 1 tahun terakhir adalah pengunjung yang berdomisili sekitar Kota Batu dan Kota Malang. Responden dengan tingkat kunjungan 1 kali dalam satu tahun terakhir adalah responden yang secara pribadi tidak memiliki kendaraan sendiri sehingga sulit untuk menjangkau objek wisata Gunung Banyak. Manfaat (Nilai) yang Dirasakan Pengunjung Dari Objek Wisata Gunung Banyak Dengan Metode Biaya Perjalanan Individu Dari data yang telah dihimpun dari responden melalui kuisioner, maka variabel-variabel yang telah ditentukan dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan regresi pada aplikasi komputer statistik E-views 6. Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui tingkat variabel bebas dalam hal ini biaya perjalanan, jarak, pendapatan pengunjung serta waktu tempuh mempengaruhi variabel terikat yaitu tingkat kunjungan. Selain itu juga untuk mengetahui persamaan fungsi permintaan yang terbentuk dari hasil regresi pada variabel-variabel tersebut. Berikut adalah tabel ringkasan hasil pengujian regresi : Tabel 7 : Ringkasan Hasil Estimasi Regresi Linier Berganda Variabel Koefisien Prob. Biaya -4.38E Jarak Pendapatan 5.20E Waktu C Sumber : Data Primer (diolah), 2015

12 R 2 = F-statistic = Prob (F-statistic) = Dari data hasil pengujian, maka persamaan regresi yang terbentuk adalah sebagai berikut : KUNJUNGAN = -0, *BIAYA + 0,015*JARAK + 0, *PENDAPATAN 0,0099*WAKTU + 5,09 Keterangan : Kunjungan = Tingkat kunjungan individu per tahun Biaya = Biaya perjalanan individu ke wisata Gunung Banyak Jarak = Jarak rumah pengunjung dengan wisata Gunung Banyak PENDAPATAN = Pendapatan individu/pengunjung dalam satu bulan Waktu = Waktu tempuh dari rumah ke wisata Gunung Banyak Hasil estimasi regresi menunjukkan bahwa biaya perjalanan bernilai koefisien negatif. Hal ini menunjukkan bahwa responden/masyarakat cenderung melakukan perjalanan wisata pada biaya (harga) yang lebih rendah sebagaimana hubungan harga dan jumlah barang yang diminta dalam teori ekonomi. Sedangkan variabel pendapatan memiliki nilai probabilitas lebih besar daripada tingkat alpha 5% yaitu sebesar 0,4901. Maka dapat dikatakan bahwa pendapatan pengunjung tidak signifikan berpengaruh terhadap tingkat kunjungan dari responden pengunjung ke objek wisata Gunung Banyak. Hal ini disebabkan pengunjung yang datang adalah rata-rata berusia 22 tahun, dimana pada usia tersebut rata-rata profesi pengunjung adalah sebagai mahasiswa. Sehingga pendapatan dari pengunjung cenderung bervariasi, yaitu berupa uang saku sebagai mahasiswa. Namun, beberapa responden pengunjung lainnya adalah individu yang telah memiliki pekerjaan dengan beragam profesi. Sehingga dapat dikatakan bahwa objek wisata Gunung Banyak bukan merupakan objek wisata dengan segmen pengunjung dengan tingkat pendapatan tertentu, melainkan seluruh kalangan baik yang berpendapatan rendah maupun tinggi dapat menikmati objek wisata tersebut. Dalam penelitian ini, untuk menghitung valuasi ekonomi pada objek wisata Gunung Banyak digunakan metode biaya perjalanan individu (individual travel cost method). Untuk menghitung surplus konsumen, dari model regresi yang dihasilkan dirubah menggunakan formulasi sebagai berikut : Dx = Qx = a bpx Sehingga persamaan untuk menghasilkan surplus konsumen tersebut adalah : p(x) = 5,26 0,000045x Untuk menghasilkan surplus konsumen per individu digunakan integral tertentu dengan batas atas yaitu biaya perjalanan tertinggi sebesar Rp , dan batas bawah yaitu biaya perjalanan terendah sebesar Rp ,- yang didapatkan

13 berdasarkan kuisioner responden. Berikut adalah formulasi integral untuk menghitung surplus konsumen pada penelitian ini : SK = Dari hasil perhitungan integral untuk mencari surplus konsumen pengunjung objek wisata Gunung Banyak maka diperoleh surplus konsumen per individu per tahun adalah Rp ,5. Rata-rata pengunjung telah berkunjung ke objek wisata Gunung Banyak selama 12 bulan (1 tahun) terakhir sebanyak 2,56 kali. Maka surplus konsumen per individu per satu kali kunjungan adalah sebesar Rp ,68. Kesediaan Membayar Oleh Pengunjung Objek Wisata Gunung Banyak Untuk menghitung rata-rata biaya yang dikeluarkan responden yang bersedia membayar dihitung berdasarkan data kuisioner serta menggunakan rumus seperti yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya. Berikut adalah tabel data nilai kesediaan membayar dari masing-masing individu : Tabel 8 : Data Kesediaan Membayar Masing-Masing Responden Pengunjung No Responden Jumlah yang Bersedia Dibayarkan

14 No Responden Jumlah yang Bersedia Dibayarkan Sumber : Data primer (diolah), 2015 Berdasarkan perhitungan dari data tersebut menggunakan rumus menghitung rata-rata kesediaan membayar (Willingness To Pay) yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, maka didapatkan rata-rata kesediaan membayar (willingness to pay) pengunjung untuk berpartisipasi dalam menjaga dan merawat wisata alam dalam hal ini adalah objek wisata Gunung Banyak yaitu sebesar Rp 6.570,- Surplus konsumen yang dirasakan pengunjung yaitu sebesar Rp ,5 per individu per tahun atau ,68 per individu per satu kali kunjungan lebih besar dari kesediaan membayar pengunjung yaitu sebesar Rp 6.570,-. Dengan demikian berarti objek wisata Gunung Banyak memiliki potensi memberikan manfaat yang lebih besar dari apa yang ditawarkan terhadap pengunjung saat ini. Sehingga pengunjung dapat dengan sukarela membayar sesuai kesediaan membayarnya untuk mendapatkan manfaat yang semaksimal mungkin dari objek wisata Gunung Banyak. Kesimpulan E. Kesimpulan dan Saran Hasil penelitian yang dilakukan tentang valuasi ekonomi pada objek wisata Gunung Banyak, yaitu: 1. Karakteristik pengunjung objek wisata Gunung Banyak yang dominan pada saat dilakukan penelitian dari 50 orang responden menunjukkan bahwa mayoritas pengunjung berjenis kelamin laki-laki dengan perbedaan jumlah yang tidak mencolok dengan perempuan. Mayoritas berusia tahun dan berprofesi sebagai mahasiswa. 2. Biaya perjalanan, jarak rumah pengunjung ke objek wisata Gunung Banyak, dan waktu tempuh yang dibutuhkan berpengaruh cukup tinggi terhadap tingkat kunjungan individu. Sedangkan pendapatan masing-

15 masing pengunjung tidak berpengaruh terhadap tingkat kunjungan individu tersebut ke objek wisata Gunung Banyak. 3. Objek wisata Gunung Banyak memiliki potensi memberikan manfaat yang lebih besar dari apa yang ditawarkan terhadap pengunjung saat ini. Hal tersebut dapat terlihat dari manfaat (nilai) yang diperoleh pengunjung saat ini masih jauh diatas kesediaan membayar dari pengunjung. Saran Berdasarkan hasil pembahasan di atas, penulis menyarankan beberapa hal untuk pihak pengelola dan pemerintah daerah Kota Batu, yaitu: 1. Sebaiknya menyediakan tambahan fasilitas untuk mengurangi biaya perjalanan antara lain kendaraan wisata umum untuk kota (city tour) yang salah satu jalurnya melewati objek wisata Gunung Banyak serta terintegrasi dengan transportasi umum lainnya. Dengan demikian diharapkan biaya perjalanan yang dikeluarkan pengunjung lebih rendah, sehingga manfaat ekonomi sedemikian tinggi yang diperoleh wisatawan dapat menarik lebih banyak lagi wisatawan untuk berkunjung dan tinggal lebih lama di objek wisata Gunung Banyak. Selain itu dengan adanya transportasi wisata yang terintegrasi dengan transportasi umum lainnya diharapkan pula akan menurunkan waktu tempuh untuk mengunjungi objek wisata Gunung Banyak. 2. Melihat kecenderungan pengunjung objek wisata Gunung Banyak adalah pengunjung dengan jarak rumah tidak terlalu jauh dari objek wisata Gunung Banyak, maka pemerintah melalui dinas terkait diharapkan melakukan promosi lebih luas dengan memanfaatkan berbagai media. Hal tersebut bertujuan memperkenalkan objek wisata Gunung Banyak kepada masyarakat lebih luas sehingga wisatawan dari luar kota atau bahkan luar provinsi pun berkeinginan mengunjungi objek wisata tersebut. 3. Sebaiknya dilakukan pelebaran dan perbaikan akses jalan menuju objek wisata Gunung Banyak terutama pada ± 2 Km terakhir sebelum sampai pada objek wisata. Sehingga pengunjung yang berkunjung menggunakan kendaraan pribadi dapat merasa nyaman dan aman untuk mengunjungi objek wisata Gunung Banyak. DAFTAR PUSTAKA Ariefianto, M Doddy Ekonometrika : Esensi dan Aplikasi Dengan Menggunakan Eviews. Jakarta : Penerbit Erlangga Case, Karl E., dan Ray C. Fair Prinsip Prinsip Ekonomi. Jakarta : Penerbit Erlangga Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur Jumlah Kunjungan Wisatawan di Jawa Timur. diakses pada 22 Desember 2014 Djijono Valuasi Ekonomi Menggunakan Metode Travel Cost Taman Wisata Hutan di Taman Wan Abdul Rachman, propinsi Lampung.

16 Makalah Pengantar Falsafah Sains Program Pasca Sarjana / S3 Institut Pertanian Bogor. Fiscal.co.id ( diakses pada 25 September 2015 pukul 9.35 WIB). Hufschmidt, M.M., dan J.A Dixon Economic Valuation Techniques for The Environment: A Case Study Workbook. Baltimore: Johns Hopkins University Press. Igunawati, Diana Analisis Permintaan Objek Wisata Tirta Waduk Cacaban, Kabupaten Tegal. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang. Kuncoro, Mudrajad Metode Riset Untuk Bisnis & Ekonomi. Edisi ketiga, Jakarta : Penerbit Erlangga. Malangtrip.com ( diakses pada 29 Januari 2015 pukul 09:53 WIB). Mardalis Metode Penelitian: Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi Aksara Nasution, E. Mustafa., dan Hardianus Usman Proses Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Nugroho, P Setyo Valuasi Ekonomi Wisata Pantai Glagah Dengan Pendekatan Biaya Perjalanan (Travel Cost) di Desa Glagah Kecamatan Temon Kabupaten Kulon Progo. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. Pemerintah Kota Batu ( diakses pada 17 Februari 2015 pukul 09:43 WIB). Pramudhito, Adhianto Aplikasi Biaya Perjalanan (Travel Cost) Pada Wisata Alam Studi Kasus: Air Terjun Jumog Kabupaten Karanganyar. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. Raharjo, Ahmad Menaksir Nilai Ekonomi Taman Wisata Tawangmangu: Aplikasi Individual Travel Cost Method. Manusia dan Lingkungan. Vol 9, No. 2 Juli 2002, Universitas Gadjah Mada Subadra, I Nengah Bali Tourism Watch: Peran Pemerintah dalam Pembangunan Pariwisata. diakses pada 21 Desember 2014 Sugiyono Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Penerbit Alfabeta

17 Suparmoko M dan Maria R Ekonomika Lingkungan. Edisi pertama, Yogyakarta : BPFE. Suprayitno Teknik Pemanfaatan Jasa Lingkungan dan Wisata Alam. Bogor : Departemen Kehutanan Pusat Diklat Kehutanan Susilowati, Indah., dan Irma Afia Salma Analisis Permintaan Objek Wisata Alam Curug Sewu, Kabupaten Kendal Dengan Pendekatan Travel Cost. Dinamika Pembangunan. Vol. 1, No. 2, : Desember 2004 Susilowati M Valuasi Ekonomi Manfaat Rekreasi Taman Hutan Raya IR. H. Djuanda Dengan Menggunakan Pendekatan Travel Cost Method. Skripsi. Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara dengan lautan dan pesisir yang luas. memiliki potensi untuk pengembangan dan pemanfaatannya.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara dengan lautan dan pesisir yang luas. memiliki potensi untuk pengembangan dan pemanfaatannya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia sebagai negara dengan lautan dan pesisir yang luas memiliki potensi untuk pengembangan dan pemanfaatannya. Lautan merupakan barang sumber daya milik

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu. dan juga berlokasi tidak jauh dari pusat kota sehingga prospek pengelolaan dan

IV. METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu. dan juga berlokasi tidak jauh dari pusat kota sehingga prospek pengelolaan dan IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di objek wisata Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil yang terletak di Desa Mutun, Kecamatan Padang Cermin, Kelurahan Lempasing, Kabupaten

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pariwisata Menurut Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990, yang dimaksud pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik wisata,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor lain untuk berkembang karena kegiatan pada sektor-sektor lain

BAB I PENDAHULUAN. sektor lain untuk berkembang karena kegiatan pada sektor-sektor lain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor yang perkembangannya memicu sektor lain untuk berkembang karena kegiatan pada sektor-sektor lain menghasilkan produk-produk yang

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis yang dikaji dalam penelitian ini ditekankan pada obyek dan daya tarik wisata, penilaian manfaat wisata alam, serta prospek

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 14 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4. 1. Sejarah dan Status Kawasan Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu telah dikunjungi wisatawan sejak 1713. Pengelolaan

Lebih terperinci

BAB VI VALUASI EKONOMI SUMBER DAYA CIKOROMOY DENGAN TRAVEL COST METHOD

BAB VI VALUASI EKONOMI SUMBER DAYA CIKOROMOY DENGAN TRAVEL COST METHOD 92 BAB VI VALUASI EKONOMI SUMBER DAYA CIKOROMOY DENGAN TRAVEL COST METHOD Sumber daya alam dan lingkungan tidak hanya memiliki nilai ekonomi tetapi juga mempunyai nilai ekologis dan nilai sosial. Dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. udara bersih dan pemandangan alam yang indah. Memanfaatkan sumberdaya alam dan lingkungan seperti hutan lindung sebagai

BAB I PENDAHULUAN. udara bersih dan pemandangan alam yang indah. Memanfaatkan sumberdaya alam dan lingkungan seperti hutan lindung sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan merupakan sumber daya alam dengan beragam manfaat, berupa manfaat yang bersifat langsung maupun manfaat tidak langsung. Produk hutan yang dapat dinikmati secara

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut (Hussen dalam Adrianto, 2010) Willingness to pay(wtp) pada

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut (Hussen dalam Adrianto, 2010) Willingness to pay(wtp) pada TINJAUAN PUSTAKA Konsep Penilaian Ekonomi Menurut (Hussen dalam Adrianto, 2010) Willingness to pay(wtp) pada dasarnya untuk mengukur nilai benefits dari sesuatudidasarkan atas perspektif manusia (individu),

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis 3.1.1. Konsep Nilai Wisata dan Willingness To Pay Bermacam-macam teknik penilaian dapat digunakan untuk mengkuantifikasikan konsep dari nilai. Konsep dasar

Lebih terperinci

1.Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam & PUSPARI Universitas Sebelas. 2.Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia,

1.Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam & PUSPARI Universitas Sebelas. 2.Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, PENGEMBANGAN PARIWISATA BERBASIS KEUNIKAN BUDAYA DAN LINGKUNGAN DI OBYEK WISATA BUKIT CINTA KABUPATEN SEMARANG Sri Subanti 1, Arif Rahman Hakim 2, Mulyanto 3. Nughthoh Arfawi 4 1.Fakultas Matematika dan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Sebagian besar perekonomian Provinsi Bali ditopang oleh

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Sebagian besar perekonomian Provinsi Bali ditopang oleh BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Sebagian besar perekonomian Provinsi Bali ditopang oleh sektor pariwisata. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, sektor pariwisata memberikan kontribusi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan di Desa Margasari, Kecamatan Labuhan Maringgai,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan di Desa Margasari, Kecamatan Labuhan Maringgai, 19 III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Penelitian telah dilaksanakan di Desa Margasari, Kecamatan Labuhan Maringgai, Kabupaten Lampung Timur pada bulan April Mei 2013. Peta lokasi penelitian

Lebih terperinci

TEKNIK PERHITUNGAN TARIF MASUK KAWASAN WISATA ALAM. Wahyudi Isnan *

TEKNIK PERHITUNGAN TARIF MASUK KAWASAN WISATA ALAM. Wahyudi Isnan * Teknik Perhitungan Tarif Masuk Kawasan Wisata Alam Wahyudi Isnan TEKNIK PERHITUNGAN TARIF MASUK KAWASAN WISATA ALAM Wahyudi Isnan * Balai Penelitian Kehutanan Makassar Jl. Perintis Kemerdekaan Km.16 Makassar,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta. daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan terlebih dahulu.

BAB III METODE PENELITIAN. Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta. daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek Penelitian Subjek penelitiannya adalah para pengunjung di Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka. Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka terletak di Jl. Kebun

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal penyediaan lapangan kerja,

TINJAUAN PUSTAKA. pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal penyediaan lapangan kerja, TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Pariwisata Pariwisata merupakan salah satu industri yang mampu menyediakan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal penyediaan lapangan kerja, pendapatan, tarif hidup, dan dalam

Lebih terperinci

Travel Cost Method (TCM) Pertemuan 10 VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA & LINGKUNGAN 2015/2016

Travel Cost Method (TCM) Pertemuan 10 VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA & LINGKUNGAN 2015/2016 Travel Cost Method (TCM) Pertemuan 10 VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA & LINGKUNGAN 2015/2016 HISTORY OF TCM TCM metode yang tertua untuk pengukuran nilai ekonomi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Taman Wisata Alam Menurut PPAK (1987) Wisata Alam adalah bentuk kegiatan yang memanfaatkan potensi sumberdaya alam dan tata lingkungannya. Sedangkan berdasarkan UU No.5 1990

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupa produk jasa lingkungan yang manfaatnya secara langsung bisa di rasakan

BAB I PENDAHULUAN. berupa produk jasa lingkungan yang manfaatnya secara langsung bisa di rasakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan merupakan sumberdaya alam dengan berbagai manfaat baik manfaat yang bersifat langsung maupun tidak langsung. Manfaat langsung berupa produk jasa lingkungan yang

Lebih terperinci

VALUASI NILAI EKONOMI WISATA PANTAI AMAL : APLIKASI TRAVEL COST METHOD (TCM)

VALUASI NILAI EKONOMI WISATA PANTAI AMAL : APLIKASI TRAVEL COST METHOD (TCM) VALUASI NILAI EKONOMI WISATA PANTAI AMAL : APLIKASI TRAVEL COST METHOD (TCM) Sulistya Rini Pratiwi Fakultas Ekonomi Universitas Borneo Tarakan Email: 1) miss.rainy@ymail.com Abstrak: Kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Muarareja yang terletak di Kel. Muarareja, Kota Tegal, Jawa Tengah. Sedangkan

BAB III METODE PENELITIAN. Muarareja yang terletak di Kel. Muarareja, Kota Tegal, Jawa Tengah. Sedangkan BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek dan Objek Penelitian Subjek penelitian ini adalah para pengunjung di Objek Wisata Pantai Muarareja yang terletak di Kel. Muarareja, Kota Tegal, Jawa Tengah. Sedangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan keanekaragaman budaya dan kesenian yang berbeda-beda di masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. dengan keanekaragaman budaya dan kesenian yang berbeda-beda di masing-masing 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki keindahan luar biasa dengan keanekaragaman budaya dan kesenian yang berbeda-beda di masing-masing daerah

Lebih terperinci

Pancar termasuk tinggi. Proporsi responden mengenai penilaian terhadap tingkat. Persepsi Pengunjung Presentase (%) Tinggi.

Pancar termasuk tinggi. Proporsi responden mengenai penilaian terhadap tingkat. Persepsi Pengunjung Presentase (%) Tinggi. sebanyak 2% responden menyatakan masalah polusi suara di TWA Gunung Pancar termasuk tinggi. Proporsi responden mengenai penilaian terhadap tingkat kebisingan disajikan pada Tabel 25 berikut ini. Persepsi

Lebih terperinci

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR 6.1 Karakteristik Responden Penentuan karakteristik pengunjung TWA Gunung Pancar diperoleh berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner dari 100

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis dan maritim yang kaya akan sumber

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis dan maritim yang kaya akan sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis dan maritim yang kaya akan sumber daya alam. Berada pada daerah beriklim tropis menjadikan Indonesia memiliki kekayaan alam yang sangat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Nglambor Gunung Kidul. Tujuan penelitian tersebut adalah

BAB II LANDASAN TEORI. Nglambor Gunung Kidul. Tujuan penelitian tersebut adalah BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Penelitian Terdahulu Pratama (2016) melakukan penelitian dengan judul Valuasi Ekonomi Pariwisata Dengan Metode Biaya Perjalanan (Travel Cost Method) Di Pantai Nglambor Gunung

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kabupaten Lombok Barat-Propinsi Nusa Tenggara Barat, yaitu di kawasan pesisir Kecamatan Sekotong bagian utara, tepatnya di Desa Sekotong

Lebih terperinci

Valuasi Ekonomi Dalam Pengembangan Ekowisata Berbasis Sumberdaya Penyu di Kampung Baru Desa Sebong Lagoi Kabupaten Bintan

Valuasi Ekonomi Dalam Pengembangan Ekowisata Berbasis Sumberdaya Penyu di Kampung Baru Desa Sebong Lagoi Kabupaten Bintan Valuasi Ekonomi Dalam Pengembangan Ekowisata Berbasis Sumberdaya Penyu di Kampung Baru Desa Sebong Lagoi Kabupaten Bintan Priyanti Junia Pratiwi, Winny Retna Melani, Fitria Ulfah. Juniapratiwi2406@gmail.com

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Taman Nasional Karimunjawa yang terletak di Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah. Penelitian ini dilaksanakan pada

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Objek dan Daya Tarik Wisata

III. KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Objek dan Daya Tarik Wisata III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis yang dikaji dalam penelitian ini ditekankan pada objek dan daya tarik wisata, teknik pengukuran manfaat wisata alam dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pariwisata Menurut Yoeti (2006) pariwisata merupakan suatu perjalanan yang dilakukan secara perorangan maupun kelompok dari satu tempat ke tempat lain yang sifatnya sementara dan

Lebih terperinci

VI. KARAKTERISTIK RESPONDEN WISATA AGRO GUNUNG MAS PUNCAK BOGOR

VI. KARAKTERISTIK RESPONDEN WISATA AGRO GUNUNG MAS PUNCAK BOGOR VI. KARAKTERISTIK RESPONDEN WISATA AGRO GUNUNG MAS PUNCAK BOGOR 6.1 Karakteristik Pengunjung Karakteristik pengunjung dalam penelitian ini dilihat dari jenis kelamin, lokasi dan tempat tinggal, status

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah para pengunjung di wisata Hutan Mangrove Pantai Pasir Kadilangu yang terletak di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas. 1. Uji Validitas Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuisioner atau angket mengukur variabel

Lebih terperinci

Hendro Ekwarso, Nobel Aqualdo, dan Sutrisno

Hendro Ekwarso, Nobel Aqualdo, dan Sutrisno NILAI EKONOMI LINGKUNGAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN OBJEK WISATA AIR PANAS PAWAN DI KABUPATEN ROKAN HULU ( PENDEKATAN BIAYA PERJALANAN ) Hendro Ekwarso, Nobel Aqualdo, dan Sutrisno

Lebih terperinci

ANALISIS JASA LINGKUNGAN EKOWISATA AIR TERJUN LAHUNDAPE DI KAWASAN TAHURA NIPA-NIPA

ANALISIS JASA LINGKUNGAN EKOWISATA AIR TERJUN LAHUNDAPE DI KAWASAN TAHURA NIPA-NIPA Ecogreen Vol. 3 1, April 2017 Halaman 27 31 ISSN 2407-9049 ANALISIS JASA LINGKUNGAN EKOWISATA AIR TERJUN LAHUNDAPE DI KAWASAN TAHURA NIPA-NIPA Arniawati *, Safril Kasim, Rahmawati Anshar Jurusan Kehutanan

Lebih terperinci

4. METODE PENELITIAN

4. METODE PENELITIAN 4. METODE PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam menentukan nilai ekonomi total dari Hutan Kota Srengseng adalah menggunakan metoda penentuan nilai ekonomi sumberdaya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah para pengunjung di objek wisata air panas Semolon yang berada di Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara. B. Jenis Data Dalam

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM KARAKTERISTIK RESPONDEN Gambaran Umum Pengunjung (Wisatawan) ada pengunjung yang berasal dari luar negeri (wisatawan mancanegara)

GAMBARAN UMUM KARAKTERISTIK RESPONDEN Gambaran Umum Pengunjung (Wisatawan) ada pengunjung yang berasal dari luar negeri (wisatawan mancanegara) GAMBARAN UMUM KARAKTERISTIK RESPONDEN 6.1. Gambaran Umum Pengunjung (Wisatawan) Pengunjung yang datang ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang, berasal dari daerah dalam dan luar Kota Palembang (wisatawan

Lebih terperinci

ESTIMASI NILAI EKONOMI WISATA WARISAN BUDAYA CANDI BOROBUDUR, INDONESIA

ESTIMASI NILAI EKONOMI WISATA WARISAN BUDAYA CANDI BOROBUDUR, INDONESIA Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 14, Nomor 1, April 2013, hlm.80-89 ESTIMASI NILAI EKONOMI WISATA WARISAN BUDAYA CANDI BOROBUDUR, INDONESIA Hermawan Badar Pusat Pengembangan Ekonomi, Fakultas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan bentuk industri pariwisata yang belakangan ini menjadi tujuan dari sebagian kecil masyarakat. Pengembangan industri pariwisata mempunyai peranan penting

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan 118 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Objek wisata Curug Orok yang terletak di Desa Cikandang Kecamatan

Lebih terperinci

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Analisi data dalam penelitian ini terdiri dari perhitungan nilai ekonomi dan analisis regresi linier berganda. Perhitungan nilai ekonomi digunakan untuk mengetahui nilai

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. Komoditas minyak dan gas (migas) merupakan penghasil devisa utama bagi

I.PENDAHULUAN. Komoditas minyak dan gas (migas) merupakan penghasil devisa utama bagi 1 I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komoditas minyak dan gas (migas) merupakan penghasil devisa utama bagi bangsa Indonesia, namun migas itu sendiri sifat nya tidak dapat diperbaharui, sehingga ketergantungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Desain studi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kuantitatif dan kualitatif. Penelitian secara kuantitatif dalam kontek penelitian ini tentang menilai

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. Upaya Pemerintah Kabupaten Malang meningkatkan kunjungan wisata

1 BAB I PENDAHULUAN. Upaya Pemerintah Kabupaten Malang meningkatkan kunjungan wisata 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Upaya Pemerintah Kabupaten Malang meningkatkan kunjungan wisata menuai hasil. Tahun 2014, jumlah kunjungan wisata ke wilayah Kabupaten Malang pemindahan hampir mencapai

Lebih terperinci

VALUASI EKONOMI MANFAAT REKREASI TAMAN HUTAN RAYA IR. H. DJUANDA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN TRAVEL COST METHOD MUTIARA INDAH SUSILOWATI

VALUASI EKONOMI MANFAAT REKREASI TAMAN HUTAN RAYA IR. H. DJUANDA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN TRAVEL COST METHOD MUTIARA INDAH SUSILOWATI VALUASI EKONOMI MANFAAT REKREASI TAMAN HUTAN RAYA IR. H. DJUANDA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN TRAVEL COST METHOD MUTIARA INDAH SUSILOWATI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Objek /Subjek Penelitian Ngebel. Objek pada penelitian ini yaitu para pengunjung objek wisata alam Telaga B. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kota Ponorogo tepatnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. a. Data primer yaitu Willingness To Pay, Travel Cost, Umur, Pendidikan dan. sedang berkunjung ke objek wisata Teluk kiluan.

BAB III METODE PENELITIAN. a. Data primer yaitu Willingness To Pay, Travel Cost, Umur, Pendidikan dan. sedang berkunjung ke objek wisata Teluk kiluan. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data 1.1 Jenis Data Berdasarkan sumber data, maka data yang digunakan dalam penelitian ini dapat dikelompokkan menjadi : a. Data primer yaitu Willingness To

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. hutan mangrove non-kawasan hutan. Selain itu, adanya rehabilitasi hutan

METODE PENELITIAN. hutan mangrove non-kawasan hutan. Selain itu, adanya rehabilitasi hutan IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini berada di Kawasan Pesisir Pantai Tlanakan, Kecamatan Tlanakan, Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur. Pemilihan lokasi dilakukan secara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pembangunan Berkelanjutan Pembangunan ekonomi bertujuan untuk menaikkan tingkat hidup dan kesejahteraan rakyat dengan terpenuhinya kebutuhan dasar. Menurut

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Keadaan Umum Hutan Mangrove di Pesisir Pantai Tlanakan

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Keadaan Umum Hutan Mangrove di Pesisir Pantai Tlanakan V. GAMBARAN UMUM 5.1 Keadaan Umum Hutan Mangrove di Pesisir Pantai Tlanakan Tlanakan merupakan salah satu kecamatan yang terletak di Kabupaten Pamekasan yang memiliki luas wilayah 48,10 Km 2 dan terletak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di kawasan objek wisata Waduk Sermo di Desa Hargowilis, Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulonprogo. Lokasi penelitian dipilih secara sengaja

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN RANI APRILIAN

ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN RANI APRILIAN ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN RANI APRILIAN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN DAN NILAI EKONOMI WISATA PULAU SITU GINTUNG-3 DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN TRI FIRANDARI

ANALISIS PERMINTAAN DAN NILAI EKONOMI WISATA PULAU SITU GINTUNG-3 DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN TRI FIRANDARI ANALISIS PERMINTAAN DAN NILAI EKONOMI WISATA PULAU SITU GINTUNG-3 DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN TRI FIRANDARI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

TUJUAN, TAHAPAN PELAKSANAAN DAN PENDEKATAN VALUASI

TUJUAN, TAHAPAN PELAKSANAAN DAN PENDEKATAN VALUASI TUJUAN, TAHAPAN PELAKSANAAN DAN PENDEKATAN VALUASI VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN (ESL 434) DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN FONDASI VALUASI EKONOMI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 31 BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah pengunjung wisata Kraton Ratu Boko di Kabupaten Sleman. B. Lokasi Penelitian Ratu Boko. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan adalah data primer. Data primer yaitu data yang

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan adalah data primer. Data primer yaitu data yang BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Data Jenis data yang digunakan adalah data primer. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari pengunjung atau wisatawan yang sedang berwisata mengunjungi objek

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Nilai Sumberdaya Hutan Nilai merupakan persepsi manusia tentang makna suatu objek (sumberdaya hutan) bagi individu tertentu pada tempat dan waktu tertentu. Oleh karena

Lebih terperinci

Penentuan Nilai Ekonomi Wisata

Penentuan Nilai Ekonomi Wisata Penentuan Nilai Ekonomi Wisata BAGIAN EKONOMI LINGKUNGAN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA & LINGKUNGAN FEM IPB Pendahuluan (1) Pendahuluan (2) Pendahuluan (3) TCM metode yang tertua untuk pengukuran nilai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagian dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagian dengan 11 BAB II A. Landasan Teori TINJAUAN PUSTAKA 1. Definisi pariwisata Definisi pariwisata secara luas adalah perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di objek wisata Air Terjun Way Lalaan Kabupaten

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di objek wisata Air Terjun Way Lalaan Kabupaten III. BAHAN DAN METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di objek wisata Air Terjun Way Lalaan Kabupaten Tanggamus yang berada di Pekon Kampung Baru, Kecamatan Kotaagung Timur, Lampung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pulau mencapai pulau yang terdiri dari lima kepulauan besar dan 30

I. PENDAHULUAN. pulau mencapai pulau yang terdiri dari lima kepulauan besar dan 30 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar didunia yang memiliki kekayaan sumberdaya alam dan lingkungan yang melimpah dengan jumlah total pulau mencapai 17.508 pulau

Lebih terperinci

serta menumbuhkan inspirasi dan cinta terhadap alam (Soemarno, 2009).

serta menumbuhkan inspirasi dan cinta terhadap alam (Soemarno, 2009). II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisata Alam Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1994 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam, pasal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pemanfaatan tersebut apabila

I. PENDAHULUAN. manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pemanfaatan tersebut apabila I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya Alam dan Lingkungan (SDAL) sangat diperlukan oleh manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pemanfaatan tersebut apabila dilakukan secara berlebihan dan tidak

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Contingent Valuation Method (CVM), eksternalitas, biaya produksi dan metode

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Contingent Valuation Method (CVM), eksternalitas, biaya produksi dan metode III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis meliputi konsep ekonomi pencemaran, Contingent Valuation Method (CVM), eksternalitas, biaya produksi dan metode valuasi

Lebih terperinci

VI. KARAKTERISTIK RESPONDEN KONSUMEN RESTORAN KHASPAPI

VI. KARAKTERISTIK RESPONDEN KONSUMEN RESTORAN KHASPAPI VI. KARAKTERISTIK RESPONDEN KONSUMEN RESTORAN KHASPAPI Pengunjung restoran yang mengkonsumsi menu makanan dan minuman di Restoran Khaspapi memiliki latar belakang sosial dan ekonomi yang berbedabeda. Latar

Lebih terperinci

1. Ir. Welson M. Wangke., MS 2. Dr. Ir. Gene H. M. Kapantow MIKomp., MSc 3. Melissa L. G. Tarore, Sp., MSi

1. Ir. Welson M. Wangke., MS 2. Dr. Ir. Gene H. M. Kapantow MIKomp., MSc 3. Melissa L. G. Tarore, Sp., MSi JURNAL VALUASI EKONOMI WISATA ALAM DANAU LINOW TOMOHON BERDASARKAN BIAYA PERJALANAN WISATAWAN LOKAL ENRICCO RICARDO KUMESAN Dosen Pembimbing : 1. Ir. Welson M. Wangke., MS 2. Dr. Ir. Gene H. M. Kapantow

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pariwisata merupakan salah satu hal yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Pertumbuhan pariwisata secara

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 9 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Taman Wisata Alam Tangkuban Parahu Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat. Waktu penelitian dimulai bulan

Lebih terperinci

NILAI EKONOMI WISATA GUNUNG SIBAYAK BERDASARKAN METODE BIAYA PERJALANAN (Travel Cost Methode) DI BERASTAGI SUMATERA UTARA

NILAI EKONOMI WISATA GUNUNG SIBAYAK BERDASARKAN METODE BIAYA PERJALANAN (Travel Cost Methode) DI BERASTAGI SUMATERA UTARA NILAI EKONOMI WISATA GUNUNG SIBAYAK BERDASARKAN METODE BIAYA PERJALANAN (Travel Cost Methode) DI BERASTAGI SUMATERA UTARA ECONOMIC VALUE OF SIBAYAK MOUNTAIN TOUR BASED ON TRAVEL COST METHODE (TCM) IN BERASTAGI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor yang..., Muhammad Fauzi, FE UI, 2010.

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor yang..., Muhammad Fauzi, FE UI, 2010. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasal 33 Ayat 3 Undang-Undang Dasar 1945 menyebutkan bahwa Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. wisata tirta. Lokasi penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 1.

IV. METODOLOGI PENELITIAN. wisata tirta. Lokasi penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 1. IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di obyek wisata Tirta Jangari, Waduk Cirata, Desa Bobojong, Kecamatan Mande, Kabupaten Cianjur. Pemilihan lokasi ini dilakukan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. 5.1 Kondisi Umum Kawasan Muaro Silokek Durian Gadang. Kawasan Musiduga terletak di Kanagarian Muaro, Kanagarian Silokek,

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. 5.1 Kondisi Umum Kawasan Muaro Silokek Durian Gadang. Kawasan Musiduga terletak di Kanagarian Muaro, Kanagarian Silokek, V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1 Kondisi Umum Kawasan Muaro Silokek Durian Gadang Kawasan Musiduga terletak di Kanagarian Muaro, Kanagarian Silokek, Kanagarian Durian Gadang, Kecamatan Sijunjung, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek Penelitian Subjek pada penelitian ini adalah para pengunjung Hutan Mangrove, Pasar Banggi, Rembang. B. Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Lebih terperinci

JURNAL ILMU-ILMU TEKNIK - SISTEM, Vol. 11 No. 2

JURNAL ILMU-ILMU TEKNIK - SISTEM, Vol. 11 No. 2 PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN/WALI MURID (STUDI KASUS DI SLTPN 03 KECAMATAN KEPANJEN KABUPATEN MALANG) Wirawan Aryanto Balol 4 Abstrak: Di era otonomi pendidikan ini menjadikan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. penelitian. Untuk mendapatkan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini

III. METODOLOGI PENELITIAN. penelitian. Untuk mendapatkan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini III. METODOLOGI PENELITIAN A. Umum Metodologi penelitian merupakan suatu cara peneliti bekerja untuk memperoleh data yang dibutuhkan yang selanjutnya akan digunakan untuk dianalisa sehingga memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendorong terwujudnya Good governance. Kota Blitar merupakan salah satu yang

BAB I PENDAHULUAN. mendorong terwujudnya Good governance. Kota Blitar merupakan salah satu yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otonomi daerah yang semakin meluas di Indonesia memberikan dampak yang positif dan negatif terhadap kondisi lingkungan. Otonomi daerah merupakan proses pelimpahan kekuasaan

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian III.1 Tahapan Penelitian Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar III.1 di bawah ini. Gambar III.1. Diagram Alir Penelitian 28 III.2 Waktu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taman Nasional Undang-undang No. 5 Tahun 1990 menyatakan bahwa taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang

Lebih terperinci

BAB VI SIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN

BAB VI SIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN BAB VI SIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai valuasi ekonomi hutan mangrove Pasar Banggi, Rembang, dapat ditarik beberapa kesimpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Cirebon terletak di bagian timur Provinsi Jawa Barat dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Kota Cirebon terletak di bagian timur Provinsi Jawa Barat dan merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Cirebon terletak di bagian timur Provinsi Jawa Barat dan merupakan daerah perbatasan antara Provinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah. Kota Cirebon memiliki keragaman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan perekonomian Indonesia yang semakin membaik ditandai dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Peningkatan pertumbuhan ekonomi salah satunya didorong oleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berusaha, memperluas kesempatan kerja, dan lain sebagainya (Yoeti, 2004).

I. PENDAHULUAN. berusaha, memperluas kesempatan kerja, dan lain sebagainya (Yoeti, 2004). I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keragaman kekayaan sumber daya alam yang dimiliki bangsa Indonesia, seperti potensi alam, keindahan alam, flora dan fauna memiliki daya tarik untuk dikunjungi oleh wisatawan

Lebih terperinci

ALTERNATIF PEMILIHAN MODA TRANSPORTASI UMUM (STUDI KASUS: BUS DAN KERETA API TRAYEK KOTA PADANG- KOTA PARIAMAN)

ALTERNATIF PEMILIHAN MODA TRANSPORTASI UMUM (STUDI KASUS: BUS DAN KERETA API TRAYEK KOTA PADANG- KOTA PARIAMAN) ALTERNATIF PEMILIHAN MODA TRANSPORTASI UMUM (STUDI KASUS: BUS DAN KERETA API TRAYEK KOTA PADANG- KOTA PARIAMAN) Oktaviani 1, Andre Yudi Saputra 2. 1,2 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

INSTAGRAM, WISATA FOTO DAN DAMPAKNYA TERHADAP PENINGKATAN JUMLAH WISATAWAN DI YOGYAKARTA

INSTAGRAM, WISATA FOTO DAN DAMPAKNYA TERHADAP PENINGKATAN JUMLAH WISATAWAN DI YOGYAKARTA INSTAGRAM, WISATA FOTO DAN DAMPAKNYA TERHADAP PENINGKATAN JUMLAH WISATAWAN DI YOGYAKARTA Listiono 1) 1 Mahasiswa Magister Sains-Ilmu Ekonomi FEB UGM. Email: listio.tl@gmail.com Abstrak Dalam beberapa tahun

Lebih terperinci

WILLINGNESS TO PAY PENGGUNA ANGKUTAN UMUM UNTUK PELAYANAN BUS RAPID TRANSIT (BRT) KORIDOR I DI KOTA SURAKARTA: APLIKASI METODE CONTINGENT VALUATION

WILLINGNESS TO PAY PENGGUNA ANGKUTAN UMUM UNTUK PELAYANAN BUS RAPID TRANSIT (BRT) KORIDOR I DI KOTA SURAKARTA: APLIKASI METODE CONTINGENT VALUATION WILLINGNESS TO PAY PENGGUNA ANGKUTAN UMUM UNTUK PELAYANAN BUS RAPID TRANSIT (BRT) KORIDOR I DI KOTA SURAKARTA: APLIKASI METODE CONTINGENT VALUATION Skripsi Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN OBJEK WISATA SUNGAI HIJAU DI KABUPATEN KAMPAR DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN

ANALISIS PERMINTAAN OBJEK WISATA SUNGAI HIJAU DI KABUPATEN KAMPAR DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN ANALISIS PERMINTAAN OBJEK WISATA SUNGAI HIJAU DI KABUPATEN KAMPAR DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN Oleh: Fredy Herminto Pembimbing: Eriyati dan Nobel Aqualdo Faculty of Economic Riau University, Pekanbaru,

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 6.1 Kesimpulan. 1. Rendahnya tingkat kunjungan wisatawan ke Kabupaten Kulon Progo dapat

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 6.1 Kesimpulan. 1. Rendahnya tingkat kunjungan wisatawan ke Kabupaten Kulon Progo dapat BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan 1. Rendahnya tingkat kunjungan wisatawan ke Kabupaten Kulon Progo dapat dipengaruhi oleh; (1) daya tarik produk-produk wisata yang dimilik; (2) biaya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman flora, fauna dan gejala alam dengan keindahan pemandangan alamnya merupakan anugrah Tuhan Yang Maha

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM Bujur Timur dan antara Lintang Selatan. Batas wilayah. 19 sampai dengan 162 meter.

V. GAMBARAN UMUM Bujur Timur dan antara Lintang Selatan. Batas wilayah. 19 sampai dengan 162 meter. V. GAMBARAN UMUM 5.1 Lokasi dan Kondisi Geografis Objek Wisata dan merupakan salah satu objek wisata yang berada di Kabupaten Pesawaran. Kabupaten Pesawaran sendiri merupakan kabupaten yang baru terbentuk

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Choice Modelling (CM) Penelitian ini dimulai pada tanggal 15 April 2016 sampai dengan tanggal 1 Mei 2016 di Hutan Mangrove Pasar Banggi, Rembang. Data diperoleh dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai peringkat kedua Best of Travel 2010 (http://www.indonesia.travel).

BAB I PENDAHULUAN. sebagai peringkat kedua Best of Travel 2010 (http://www.indonesia.travel). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali merupakan daerah tujuan wisata terdepan di Indonesia. The island of paradise, itulah julukan yang disandang Pulau Dewata. Siapa yang tidak tahu Bali, sebagai primadona

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Objek yang akan dijadikan responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa FEB

BAB III METODE PENELITIAN. Objek yang akan dijadikan responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa FEB BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek yang akan dijadikan responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa FEB Universitas Lampung yang pernah berkunjung di tempat wisata Lembah Hijau. 3.2

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keterangan : * Angka sementara ** Angka sangat sementara Sumber : [BPS] Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. Keterangan : * Angka sementara ** Angka sangat sementara Sumber : [BPS] Badan Pusat Statistik (2009) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pariwisata menjadi salah satu kegiatan ekonomi yang penting, dimana dalam perekonomian suatu Negara, apabila dikembangkan secara terencana dan terpadu, peran pariwisata

Lebih terperinci

VII. PROSES KEPUTUSAN KONSUMEN BERKUNJUNG KE OBJEK WISATA AGRO GUNUNG MAS

VII. PROSES KEPUTUSAN KONSUMEN BERKUNJUNG KE OBJEK WISATA AGRO GUNUNG MAS VII. PROSES KEPUTUSAN KONSUMEN BERKUNJUNG KE OBJEK WISATA AGRO GUNUNG MAS Keputusan pengunjung untuk melakukan pembelian jasa dilakukan dengan mempertimbangkan terlebih dahulu kemudian memutuskan untuk

Lebih terperinci

VI KARAKTERISTIK RESPONDEN PENGUNJUNG TAMAN REKREASI KAMPOENG WISATA CINANGNENG

VI KARAKTERISTIK RESPONDEN PENGUNJUNG TAMAN REKREASI KAMPOENG WISATA CINANGNENG VI KARAKTERISTIK RESPONDEN PENGUNJUNG TAMAN REKREASI KAMPOENG WISATA CINANGNENG Pengunjung yang berwisata di TRKWC memiliki latar belakang sosial dan ekonomi yang berbeda-beda. Latar belakang atau karakteristik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap pembangunan menimbulkan suatu dampak baik itu dampak terhadap ekonomi, kehidupan sosial, maupun lingkungan sekitar. DKI Jakarta sebagai kota dengan letak yang

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITAN. Penelitian dilakukan di objek wisata Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta

IV. METODOLOGI PENELITAN. Penelitian dilakukan di objek wisata Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta IV. METODOLOGI PENELITAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di objek wisata Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta Selatan. Penelitian lapang dilakukan selama dua bulan, yaitu Maret-April

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keindahan panorama alam, keanekaragaman flora dan fauna, keragaman etnis

I. PENDAHULUAN. keindahan panorama alam, keanekaragaman flora dan fauna, keragaman etnis I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki potensi kekayaan sumber daya alam yang melimpah, keindahan panorama alam, keanekaragaman flora dan fauna, keragaman etnis budaya, serta berbagai peninggalan

Lebih terperinci