BAB I PENDAHULUAN. karena dalam kehidupan manusia selalu ada interkasi, baik secara makro maupun

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. karena dalam kehidupan manusia selalu ada interkasi, baik secara makro maupun"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Konflik selalu ada dalam dimensi kehidupan manuasia. Hal ini terjadi karena dalam kehidupan manusia selalu ada interkasi, baik secara makro maupun secara mikro. George Simmel merupakan ahli teori klasik terkemuka yang mempelajari proses interaksi di tingkat mikro. Simmel beranggapan, bahwa masyarakat lebih dari sekedar suatu kumpulan individu serta pola perilakunya; namun masyarakat tidak independen dari individu yang membentuknya. Masyarakat tersebut menunjuk pada pola-pola interaksi timbal-balik antar individu. 1 Tanpa pola interaksi tersebut maka masyarakat yang tadi akan hilang. Selanjutnya dalam bahasannya pola interaksi ini juga berpotensi akan terjadinya konflik. Konflik sering didefinisikan sebagai sesuatu yang bersifat negatif dan menjurus pada tindak kekerasan, yang tejadi di antaranya adalah kekerasan psikis maupun kekerasan fisik, dimana ada konflik selalu ada korban. Hal ini terjadi karena dengan melihat kenyataan yang ada dalam masyarakat saat ini yang terus menerus mengalami proses perkembangan, maka konflik merupakan hal yang alamiah dari proses perubahan itu. Dalam perkembangan masyarakat pasti terjadi konflik dan hal itu berdampak pada perubahan dalam masyarakat. 1 George Ritzer Douglas J. Goodman, Modern Sociological Theory, 2003]. Dialihbahasakan oleh Alimandan, Teori Sosiologi moderen, (Jakarta, Kencana, 2008) 44 1

2 Maluku merupakan salah satu daerah di Indonesia yang pernah mengalami konflik. Konflik sosial yang terjadi di Maluku di mana pada tahun 1999 terjadinya peristiwa yang dikenal dengan Tragedi Kemanusiaan, yang telah mengakibatkan korban jiwa dan harta benda yang tak terhitung jumlahnya. Peristiwa tersebut cenderung menimbulkan berbagai perubahan-perubahan yang signifikan dalam masyarakat. Itu nampak pada berbagai bidang di antaranya pendidikan, ekonomi dan budaya dalam masyarakat. Terjadinya konflik menimbulkan segregasi dalam masyarakat diantaranya pemukiman antar kedua belah pihak yang bertikai. 2 Tuhana Taufik melihat perubahan sosial tersebut terwujud dalam segregasi sosial berbasis agama. Bahkan terus berlanjut pada tingkat satuan wilayah yang lebih kecil, seperti pada tingkat kelurahan dan tingkat desa. Di tingkat desa dan kelurahan dalam suatu Kecamatan yang sama, dapat ditemukan dengan mudah apa yang disebut kampung Islam dan kampung Kristen. Pola pemukiman ini disebutnya sebagai Segregated pluralism, lawan dari Integrated Pluralism 3. Warga cenderung bermukim dalam lingkup sosial sesama umat seagama. Selain pemukiman, terjadinya konflik menimbulkan pemisahan pasar-pasar, institusi-institusi pemerintahan dan bank-bank baik pemerintah maupun swasta. Dalam bidang pendidikan terjadinya pemisahan tempat pendidikan yaitu sekolah, dimana masing-masing kelompok bersekolah di wilayah mereka masing-masing dengan menciptakan Sekolah Alternatif. 2 Kedua belah pihak yang bertikai dikenal dengan pihak acing (sebutan bagi pihak muslim), dan Obet (sebutan bagi pihak kristen). Kerusuhan yang terjadi di Maluku cenderung dikenal dengan konflik anatara agama, yakni pertikaian anatara kelompok-kelompok komunitas masyarakat Maluku yang menganut agama Islam dan Kristen. 3 Tuhana Taufik A. Konflik Maluku ( Yogyakarta, Gama Gloal Media,2000) 41 2

3 Dalam arti tertentu, masyarakat adalah jumlah keseluruhan dari ide-ide dan citra-citra yang telah dibentuk oleh anggota-anggotanya. Akan tetapi diantara ide-ide kolektif ini, beberapa sesuai dengan kenyataan-kenyataan eksternal yang mempunyai eksistensi objektif, fisikal bumi, alam, manusia, peralatan dan mesin angkatan bersenjata, parlemen dan seterusnya. 4 Sebutan Salam-Sarane dapatlah dikatakan merupakan sebuah perspektif baru dalam kehidupan keberagamaan setelah masuknya agama-agama historis di Maluku. Konsep ini diperkirakan muncul abad ke-18 dan Paradigma kehidupan keberagamaan ini kemudian terpola secara makro maupun mikro dalam kehidupan orang Maluku. Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya Sebutan Ambon Salam - Ambon Sarane, secara makro terpola dalam kehidupan orang Maluku, khususnya di pulau Ambon dan Maluku Tengah. Sedangkan secara mikro, adalah di Sirisori Salam - Sirisori Sarane. Menurut P. Tanamal sesuai hasil wawancara yang dikutip oleh Takaria, salam-sarane sebagai sebuah konsep budaya memiliki ikatan-ikatan geneologis dan ikatan sosial, tetapi juga sebagai sebuah kerangka untuk menguatkan sifat pela yang merupakan dimensi persekutuan sosial. 6 Itu berarti bahwa sekalipun agama-agama historis telah mengakibatkan paradigma masyarakat Maluku terpola dalam stigma Salam- Sarane, namun secara budaya, ikatan geneologis dan ikatan sosial yang dikenal dengan Pela menjadi perekat sosial yang masih bisa dipertahankan hingga saat 4 [Maurice Devurger, The Study of Politics (Thomas Y. Crowell Company Inc)] dialihbahasakan oleh Daniel Dhakidae, Sosiologi Politik, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada) Max Takaria, Salam-Sarane (Analisa sosiologis Historis Terhadap Sebuah Lokal Genius Maluku Tengah Sebagai Dasar Berteologi Kontekstual) (Tesis Program Pasca Sarjana Magister Sosiologi Agama, UKSW-Salatiga 2001) hal 59 Tesis 6 Ibid. Max Takaria hal 67. 3

4 ini. Dalam realitas sosial, Pela menjadi alat perekat yang dapat diandalkan dalam membangun dialog dan komunikasi lintas agama. Selanjutnya realitas pasca konflik hubungan masayarakat Maluku Salam- Sarane dapat dikatakan cukup baik. Walapun disadari, bahwa bukan berarti reconsilaiasi dan recovery berjalan mulus. Sebab dalam reaalitas, ada beberapa persoalan yang perlu diwaspadai dalam rangka menatap masa depan Maluku. Persoalan-persoalan yang timbul pasca konflik antara lain : Ketiadaan Penegakkan Hukum. Karena tidak ada penegakan hukum pasca-konflik, maka yang muncul dalam memori kolektif masyarakat Maluku adalah perasaan saling tidak percaya dan saling klaim. Meskipun masyarakat makin sadar tentang pentingnya membangun perdamaian dan hidup bersama dalam keadaan damai, tapi kondisi yang ada masih menyisahkan stigma-kolektif serta stereotipe yang membuat posisi Islam dan Kristen berada dalam posisi yang vis-à-vis. Ini artinya dengan klaim yang kemudian menjadi legitimasi dalam klaim pembenaran terhadap konflik-konflik kecil yang cenderung terjadi dalam realitas pasca konflik Segregasi Social/Tempat Pemukiman Antara Islam dan Kristen Tak dapat dinafikan bahwa segregasi pemukiman Muslim dan Kristen di Maluku sudah ada sejak dulu di mana setiap negeri di Maluku tidak ada asimilasi agama, sehingga muncul istilah negeri Islam atau negeri Kristen 4

5 (negeri Salam dan negeri Sarane). Tapi kondisi sebelum konflik, walaupun ada masalah, tetap dapat diterima dengan baik, sebagai suatu model kerukunan umat beragama, bahkan dalam relasi antar negeri Salam dan negeri Sarane ini secara cultural terdapat ikatan-ikatan persaudaraan yang begitu kuat seperti pela-gandong yang berikutnya menjadi modal social-kultural dalam kehidupan bersama di Maluku. Pada saat konflik, ikatan-ikatan cultural seperti ini justru sangat efektif digunakan dalam membangun perdamaian di Maluku. Walaupun pada akhirnya diiringi dengan perubahan zaman yang berkembang dengan nilai-nilai modernisasinya yaitu pembangunan di segala bidang di dukung dengan kemajuan teknologi membuat ikatan-ikatan cultural ini menjadi rapuh. Perubahan-perubahan ini maupun perubahan-perubahan yang diakibatkan oleh pembangunan tidak hanya meliputi struktur masyarakat serta struktur-struktur sosial setempat, tetapi juga meliputi lingkungan hidup, lengkungan kerja, dan keadaan manusia pribadi dimana patokan-patokan lama yang mengatur tata hidup manusia sering seolah-olah tidak berlaku lagi atau tidak kena lagi. 7 Hal ini berbeda dengan kondisi sosial pasca-konflik ini, selain segregasi sekarang bukan saja terjadi di negeri-negeri (desa-desa), tapi juga di kota, segregasi social dewasa ini juga menyimpan stigma kolektif yang amat dalam. Selain itu komunikasi dan interaksi secara informal menjadi sangat minim. Dalam segregasi tersebut politisasi agama dan mobilisasi cepat sekali menimbulkan konflik. Selain itu permasalahan pengungsi juga kemudian 7 Soedjamoko, Etika pembebasan, pilihan Karangan tentang: Agama, Kebudayaan, Sejarah dan Ilmu Pengetahuan (Jakarta: PT. Pusaka LP3ES Indonesia, anggota IKAPI, 1984)

6 menjadi masalah serius dimana pasca konflik para pengungsi yang mengungsi kehilangan hak-hak perdata dan budayanya di tempat asalnya masing-masing Munculnya Gerakan Fundamentalisme Agama Pasca konflik di Maluku muncul kesadaran untuk kembali menguatkan identitas dan keyakinan agama dengan mengkonsolidasi mesjid dan gereja sebagai pusat dakwah/missi. Kasus ini begitu kuat terjadi di Islam, yaitu eks laskar jihad dari luar Maluku yang sudah menetap di Maluku, karena perkawinan atau bisnis yang kemudian medidik umat untuk menjadi konservatif. Ditambah juga dengan timbulnya berbagai aliran konservatif di kalangan Kristen. Ini menimbulkan terjadinya stigmatisasi terorisme bagi kaum Muslim dan Separatis bagi kaum Kristen. Selain itu Terjadinya konflik juga berdampak bagi masyarakat Maluku diantaranya adalah dengan perimbanagan politik kekuasaan 8 menurut hemat penulis sesungguhnya sistim perimbangan kekuasaan dalam tubuh pemerintahan ini membawa damapak negative bagi masyarakat dimana profesionalisme dalam pemerintahan cenderung diabaikan. Dan ini menimbulkan kesenjangan dalam masyarakat. Dari fenomena ini jika dihubungkan dengan konsep psikologi sosial Gerge Habert Mead yang adalah menyatakan, bahwa menurut psikologi sosial kita 8 Perimbanagan politik kekuasaan tersebut dapat terlihat dari dinamika pemerintahan di Maluku di mana kekuasaan dalam pemerintahan harus ada keterwakitan dari pihak muslim dan pihak Kristen sebagai contoh Jika Gubernurnya Kristen maka Wakilnya harus Islam dan jika walikota atau Bupattinya muslim maka wakinya haruslah Kristen. 6

7 tidak membangun perilaku kelompok dilihat dari perilakau masing-masing individu yang membentuknya. Namun kita bertolak dari keseluruhan aktivitas sosial kelompok kompleks terntentu, di mana kita menganalisa perilaku masingmasing individu yang membentuknya, atau dengan kata lain keseluruhan sosial mendahului pemikiran individu baik secara logika maupun secara temporer. 9 Dalam kerangaka ini konflik sosial yang terjadi di Maluku kemudian membentuk perilaku inidvidu yang membentuknya. Dampak dari kerusuhan Maluku masih terasa hingga saat ini. Dampak tersebut dirasakan khususnya bagi warga kota Ambon. Dampak tersebut terlihat dari relasi antar umat beragama khususnya warga Kristen dan Islam. Relasi antar umat beragama telihat dari interaksi dalam kehidupan sehari-hari di mana ada kecenderungan saling mencurigai antara satu dengan lainnya. Kondisi ini lebih cenderung terlihat, khususnya di desa-desa yang berada pada wilayah perbatasan 10 yang penduduknya beragama Islam dan Kristen. Salah satu desa perbatasan ini adalah Kampung Mardika, kelurahan Rijali, Kecamatan Sirimau, Kota Ambon. Interaksi yang terbina antar warganya saat ini sangat berpotensi konflik. Pasca kerusuhan tahun 2002 hingga saat ini sering terjadi perselisihan di desa ini yang berbasis agama 11. Bahkan baru-baru ini - tepatnya pada awal tahun terjadi pertikaian yang membuat panik warga Kota Ambon. Apa lagi mengingat sebagian 9 (Mead,1934/1926:7) dalam [George Ritzer Douglas J. Goodman, Modern Sociological Theory, 2003]. Dialihbahasakan oleh Alimandan, Teori Sosiologi moderen, (Jakarta, Kencana, 2008) Desa yang berada di wilayah perbatasan adalah Desa yang pada saat kerusuhan menjadi batas pemukiman antara kampong islam dan kampong Kristen. 11 Mardika merupakan salah satu desa perbatasan. Menurut berbagai sumber awal kerusuhan terjadi pada Tahun 1999, dimuliai di desa ini dimana saat itu pada tanggal 19 januari 1999 terjadinya kerusuhan antara pemuda-pemuda Mardika Dan Batu merah. Dari kerusuhan ini, maka berimbas pada kerusuhan Maluku. 7

8 besar penduduk Mardika adalah orang-orang yang pada saat kerusuhan menjadi korban, baik korban jiwa, maupun korban material sehingga membuat sebagian dari mereka berada di tempat-tempat pengungsian, hingga saat kerusuhan mereda barulah mereka kembali ke tempat masing-masing, namun kesenjangan itu masih tetap terasa. Secara Psikologi, perubahan sosial yang terjadi sangat berpengaruh pada intraksi antar umat beragama khusunya masyarakat mardika. Dalam kerangka demikian, Secara khusus, peneliti merasa tertarik melakukan penelitian terhadap Interaksi masyarakat Mardika Pasca Konflik yang kemudian terjadinya perubahan sosial yang terlihat dari bentuk-bentuk Interaksi sosial masyarakat saat ini. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka judul penelitian yang dirumuskan adalah : DAMPAK TRAGEDI KEMANUSIAAN DI AMBON TERHADAP INTERAKSI SOSIAL PASCA KONFLIK ANTAR KOMUNITAS DI KELURAHAN RIJALI KOTAMADYA AMBON 8

9 1.2. Masalah Penelitian Bertolak dari latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini dapat dituangkan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut : Bagaimana dampak konflik terhadap interaksi sosial pasca konflik antara masyarakat di kelurahan Rijali kotamadya Ambon Tujuan penelitian Mendeskripsikan dampak konflik terhadap interaksi sosial pasca konflik antara warga (komunita) di Kelurahan Rijali, Kota Ambon Metode Penelitian Jenis Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah Deskritif yang diartikan sebagai suatu proses pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan / melukiskan keadaan atau subjek / objek penelitian pada masa lalu dan masa sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. 12 Penulis menggunakan penelitian deskritif dalam penulisan guna mendapatkan data-data tentang dampak perubahan sosial terhadap interkasi sosial masyarakat Pasca konflik di Kelurahan Rijali kota Ambon 12 Hadari H. Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1990), 63. 9

10 Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif disebabkan pendekatan ini menggunakan metode pertemuan secara langsung antara peneliti dengan responden agar bisa mendapatkan hasil yang lebih nyata karena pendekatan ini dapat menjelaskan nilai-nilai yang diamati secara mendalam Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data yang dipakai oleh Penyusun adalah : Wawancara (Interview) Wawacara (Interview) adalah usaha untuk mengumpulkan informasi dengan mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan, untuk dijawab secara lisan pula serta berfungsi sebagai kontak langsung dengan bertatap muka (Face To Face Relationship). antara si pencari informasi dengan sumber informasi. Wawacara Juga berfungsi untuk mendapatkan data dari informan kunci 13 Wawancara ini akan dilakukan terhadap orang yang dianggap paling penting, dan paling banyak tahu tentang situasi yang ada di lapangan, menyangkut masalah yang menjadi fokus penelitian Kepustakaan Selain wawancara, penulis juga menggunakan kepustakaan yang diperoleh dari buku-buku atau dokumen-dokumen terkait lainnya untuk dapat membantu dalam proses penganalisaan data dari hasil penelitian lapangan dalam mejawab persoalan pada rumusan masalah penelitian. 2005),33 13 J D Engel, Metode Penelitian Sosial Dan Teologi Kristen, (Salatiga: Widya Sari Press, 10

11 Lokasi Penelitian Lokasi yang menjadi objek penelitian adalah Kampung Mardika (RT 02, RT 03, dan RT 04/ RW 01) Kelurahan Rijali Kota Ambon, Provinsi Maluku Signifikansi Penelitian Signifikansi penelitian ditujukan kepada warga Kampung Mardika Kelurahan Rijali, dan Pemerintah Kota Ambon dalam melihat fenomena dampak perubahan sosial terhadap interkasi sosial komunitas setempat, pasca Tragedi Ambon Pengolahan Data Penelitian Pengolahan data penelitian yang di pakai penulis adalah berupa wawancara, di mana hasil penelitiannya akan dibahas secara naratif. Dengan wawancara, penulis mengumpulkan data-data atau informasi-informasi yang diperlukan dari masyarakat dan pemerintah yang dalam hal ini menjadi objek penelitian. Hasil penelitian kemudian dikaitkan dengan tujuan penelitian yang ada, menyangkut bagaimana dampaknya membawa pengaruh terhadap dinamika interaksi masyarakat Maluku kedepan Pelaksanaan Penelitian memerlukan waktu kurang lebih 1 Bulan, yaitu dari tanggal 1 Juni Juni

12 1.5. Defenisi Istilah-istilah Bakalai : Perkelahian (berkelahi) BBM : Singkatan atau sebutan bagi para pendatang di Kota Ambon yang berasal dari daerah Buton, Bugis, dan Makasar. Cakbong : (Cakar bongkar) adalah tempat penjualan pakaian yang barangnya di jual secara obral. Gandong : Hubungan persaudaraan antar anak-anak yang lahir dari satu rahim ibu Makan Patita : Makan Patita merupakan sebuah acara makan bersama dalam lingkup kekeluargaan yang hangat dengan menyuguhkan berbagai makanan dan masakan tradisional khas daerah mereka. Masohi : Kerjasama atau gotong-royong Negeri : Desa, suatu wilayah pemerintahan Pela : Ikatan persaudaraan lintas agama antar dua negeri atau lebih Petuanan : Teritorial / wilayah suatu negeri (desa) Salam : Umat Muslim Sarane : Umat Kristiani Tuan tanah : Penguasa tanah 1.6. Sistimatika Penelitian Bab I Pendahuluan. Dalam bab ini dipaparkan tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian, dan garis besar sistimatika penulisan. Bab 2 Pendekatan Konseptual. Dalam bab ini akan digunakan pendekatan teori dari para tokoh yang menulis tentang konsep-konsep terkait psiko-sosial. 12

13 Bab 3 Hasil Penelitian (Pendekatan Lapangan). Dalam bab ini akan dipaparkan tentang hasil penelitian berdasarkan data yang ditemui di lapangan, di kelurahan Rijali Kota Ambon. Bab IV Analisa Hasil Penelitian. Dalam bab ini dibahas kesinambungan antara kerangka konseptual dengan hasil penelitian yang didapat di lapangan. Bab V Penutup. Bab ini merupakan akhir dari penulisan dan akan ditutup dengan kesimpulan yang berisi refleksi teoritis dan praktis, serta saran oleh penulis. 13

BAB V PENUTUP. Interaksi sosial pasca konflik yang terjadi di Maluku perlu mendapat perhatian

BAB V PENUTUP. Interaksi sosial pasca konflik yang terjadi di Maluku perlu mendapat perhatian BAB V PENUTUP Interaksi sosial pasca konflik yang terjadi di Maluku perlu mendapat perhatian khusus dari semua aspek yang ada, baik itu masyarakat maupun pemerintahan, walaupun pada saat ini telah tercipta

Lebih terperinci

Bab Tiga Belas Kesimpulan

Bab Tiga Belas Kesimpulan Bab Tiga Belas Kesimpulan Kehidupan manusia senantiasa terus diperhadapkan dengan integrasi, konflik dan reintegrasi. Kita tidak dapat menghindar dari hubungan dialektika tersebut. Inilah realitas dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengganggu hubungan persaudaraan salam-sarane di Maluku. Tak pelak

BAB I PENDAHULUAN. mengganggu hubungan persaudaraan salam-sarane di Maluku. Tak pelak BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Konflik Maluku merupakan rangkaian peristiwa kelam yang telah menjadi catatan tragis dan memilukan sepanjang sejarah anak negeri Seribu Pulau. Konflik dan kerusuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan kegiatan manusia untuk menguasai alam dan mengolahnya bagi pemenuhan kebutuhan manusia. Kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak beribu-ribu tahun yang lalu hingga sekarang ini, baik yang dicatat dalam

BAB I PENDAHULUAN. Sejak beribu-ribu tahun yang lalu hingga sekarang ini, baik yang dicatat dalam BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Sejak beribu-ribu tahun yang lalu hingga sekarang ini, baik yang dicatat dalam catatan sejarah maupun tidak, baik yang diberitakan oleh media masa maupun yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. agama-agama asli (agama suku) dengan pemisahan negeri, pulau, adat yang

I. PENDAHULUAN. agama-agama asli (agama suku) dengan pemisahan negeri, pulau, adat yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberagamaan orang Maluku, dapat dipahami melalui penelusuran sejarah yang memberi arti penting bagi kehidupan bersama di Maluku. Interaksiinteraksi keagamaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah konflik menjadi fenomena yang seakan menjadi biasa dalam masyarakat Indonesia. Kondisi Negara Indonesia dengan segala macam kemajemukan dan heterogenitas.

Lebih terperinci

Memahami Akar dan Ragam Teori Konflik

Memahami Akar dan Ragam Teori Konflik Memahami Akar dan Ragam Teori Konflik Sofyan Sjaf Turner dalam bukunya yang berjudul The Structure of Sociological Theory pada bab 11 13 dengan apik menjelaskan akar dan ragam teori konflik yang hingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut hubungan antara orang-perorangan, antara kelompok-kelompok

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut hubungan antara orang-perorangan, antara kelompok-kelompok BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial (yang juga dapat dinamakan proses sosial) karena interaksi merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari, seperti halnya puisi karya Nita Widiati Efsa yang berisi tentang

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari, seperti halnya puisi karya Nita Widiati Efsa yang berisi tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini karya sastra banyak berisi tentang realitas kehidupan sehari-hari, seperti halnya puisi karya Nita Widiati Efsa yang berisi tentang percintaan yang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAMPAK KONFLIK TERHADAP INTERAKSI SOSIAL PASCA KONFLIK ANTARA WARGA DI KELURAHAN RIJALI

BAB IV ANALISIS DAMPAK KONFLIK TERHADAP INTERAKSI SOSIAL PASCA KONFLIK ANTARA WARGA DI KELURAHAN RIJALI BAB IV ANALISIS DAMPAK KONFLIK TERHADAP INTERAKSI SOSIAL PASCA KONFLIK ANTARA WARGA DI KELURAHAN RIJALI Pada pembahasan bab ini, penulis akan memaparkan hasil analisis berdasarkan pemahaman-pemahaman teoritis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah Negara hukum, sebagaimana yang tertuang dalam Amandemen UUD

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah Negara hukum, sebagaimana yang tertuang dalam Amandemen UUD BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang. 1.1. Identifikasi Permasalahan. Indonesia adalah Negara hukum, sebagaimana yang tertuang dalam Amandemen UUD 1945 Perubahan I sampai dengan IV (1999-2002), disebutkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam kehidupan di Indonesia pluralitas agama merupakan realitas hidup yang tidak mungkin dipungkiri oleh siapapun. Di negeri ini semua orang memiliki kebebasan

Lebih terperinci

Bab Satu Pendahuluan. Ciptaan: NN.

Bab Satu Pendahuluan. Ciptaan: NN. Bab Satu Pendahuluan Hela Rotan 1 Hela hela rotan e rotan e tifa jawa, jawa e babunyi Reff, rotan, rotan sudah putus sudah putus ujung dua, dua bakudapa e. Ciptaan: NN. Syair lagu di atas mengingatkan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Kesimpulan ini merupakan inti pembahasan yang disesuaikan dengan permasalahan penelitian yang dikaji. Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian

Lebih terperinci

BAB V PENYAJIAN DATA. 5.1 Strategi Komunikasi Tokoh Rekonsiliasi dalam menjaga stabilitas keamanan di Halmahera Utara

BAB V PENYAJIAN DATA. 5.1 Strategi Komunikasi Tokoh Rekonsiliasi dalam menjaga stabilitas keamanan di Halmahera Utara BAB V PENYAJIAN DATA 5.1 Strategi Komunikasi Tokoh Rekonsiliasi dalam menjaga stabilitas keamanan di Halmahera Utara Responden Persuasif Edukatif Adat Responden 1 1. Sesudah 1. PEMDA (Bupati Halut) Konflik,Hein

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS UPAYA DAN KENDALA REKONSILIASI KONFLIK PORTO-HARIA. Dengan mencermati realita konflik yang terjadi di Negeri Porto-Haria,

BAB IV ANALISIS UPAYA DAN KENDALA REKONSILIASI KONFLIK PORTO-HARIA. Dengan mencermati realita konflik yang terjadi di Negeri Porto-Haria, BAB IV ANALISIS UPAYA DAN KENDALA REKONSILIASI KONFLIK PORTO-HARIA Dengan mencermati realita konflik yang terjadi di Negeri Porto-Haria, Saparua-Maluku, dalam bab I dan landasan teori pada bab II serta

Lebih terperinci

BAB III. PENDEKATAN LAPANGAN (Empirik)

BAB III. PENDEKATAN LAPANGAN (Empirik) BAB III PENDEKATAN LAPANGAN (Empirik) 3.1. Gambaran Umum Kelurahan Rijali 3.1.1. Kondisi Geografis Kelurahan Rijali dikelilingi oleh Laut Ambon dua sungai besar, yaitu Wai Tomu dan Wai Batu Merah. Batasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan berubah entah itu memerlukan proses yang lambat ataupun cepat.

BAB I PENDAHULUAN. akan berubah entah itu memerlukan proses yang lambat ataupun cepat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan Sosial sering menjadi tema utama dalam proses penelitian ilmiah. Proses perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat pun dapat dilihat dalam berbagai

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Tradisi Piring Nazar sebagai sebuah kenyataan sosio-religius dapat dijadikan sebagai

BAB V PENUTUP. 1. Tradisi Piring Nazar sebagai sebuah kenyataan sosio-religius dapat dijadikan sebagai BAB V PENUTUP Dari penjelasan serta pembahasan yang telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya, maka pada bab yang terakhir ini akan dipaparkan kesimpulan yang berisi temuan-temuan mengenai Piring Nazar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komperhensif tentang faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya konflik di Ambon.

BAB I PENDAHULUAN. komperhensif tentang faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya konflik di Ambon. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Studi mengenai konflik Ambon merupakan bahasan menarik yang perlu diteliti lebih lanjut khususnya mengenai akar-akar konflik dalam konteks perebutan kekuasaan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Dalam bagian ini, dikemukakan kesimpulan dan rekomendasipenelitian yang dirumuskan dari deskripsi, temuan penelitian dan pembahasanhasil-hasil penelitian dalam Bab IV.

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN Pengantar Pada bab ini, penulis akan menggambarkan seluruh proses pengalaman penelitian yang dijalani oleh peneliti selama berada di lokasi penelitian. Berawal dari tugas mata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia tergambar dalam berbagai keragaman suku, budaya, adat-istiadat, bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia tergambar dalam berbagai keragaman suku, budaya, adat-istiadat, bahasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang majemuk. Kemajemukan dari Indonesia tergambar dalam berbagai keragaman suku, budaya, adat-istiadat, bahasa dan agama.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada semua orang agar merasakan dan mengalami sukacita, karena itu pelayan-pelayan

BAB I PENDAHULUAN. kepada semua orang agar merasakan dan mengalami sukacita, karena itu pelayan-pelayan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gereja Kristen Sumba (GKS) Nggongi adalah salah satu dari sekian banyak gereja yang ada di Indonesia. Gereja hadir untuk membawa misi menyampaikan kabar baik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Maluku merupakan bagian yang tak terpisahkan dari wilayah Indonesia yang memiliki nilai-nilai adat dan budaya yang beragam dan kaya. Situasi ini telah memberikan gambaran

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS. persaudaraan antar keluarga/gandong sangat diprioritaskan. Bagaimana melalui meja

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS. persaudaraan antar keluarga/gandong sangat diprioritaskan. Bagaimana melalui meja BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS Salah satu adat perkawinan di Paperu adalah adat meja gandong. Gandong menjadi penekanan utama. Artinya bahwa nilai kebersamaan atau persekutuan atau persaudaraan antar keluarga/gandong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sudah setengah abad lebih Indonesia merdeka, masyarakat Indonesia yang merupakan bangsa yang multi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sudah setengah abad lebih Indonesia merdeka, masyarakat Indonesia yang merupakan bangsa yang multi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sudah setengah abad lebih Indonesia merdeka, masyarakat Indonesia yang merupakan bangsa yang multi etnis, bangsa yang kaya dengan keanekaragaman suku bangsa

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. yang sebaiknya harus ditempuh untuk mencapai tujuan. Sedangkan metode

III. METODE PENELITIAN. yang sebaiknya harus ditempuh untuk mencapai tujuan. Sedangkan metode 22 III. METODE PENELITIAN A. Metode yang Digunakan Salah satu ciri kegiatan ilmiah adalah terdapatnya suatu metode yang tepat dan sistematis sebagai suatu penentu kearah pemecahan masalah. Metode adalah

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Bab ini merupakan bagian akhir dari penyajian tesis ini yang berisikan

BAB V PENUTUP. Bab ini merupakan bagian akhir dari penyajian tesis ini yang berisikan BAB V PENUTUP Bab ini merupakan bagian akhir dari penyajian tesis ini yang berisikan kesimpulan, impikasi penelitian dan model konseling pastoral bagi Pengungsi Buru di lembah Agro. 5.1. Kesimpulan Dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. material sampai pada segi yang bersifat mental, sehingga tidak mudah untuk menemukan dan

BAB I PENDAHULUAN. material sampai pada segi yang bersifat mental, sehingga tidak mudah untuk menemukan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan masalah serius yang sedang diperhadapkan dalam kehidupan bermasyarakat. Kemiskinan mempunyai banyak segi dan dimensi mulai dari yang bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan Orang Kristen memiliki tugas dan panggilan pelayanan dalam hidupnya di dunia. Tugas dan panggilan pelayanannya yaitu untuk memberitakan Firman Allah kepada dunia ini.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ajarannya akan berbeda dengan mainstream, bahkan memiliki kemungkinan terjadi

BAB I PENDAHULUAN. ajarannya akan berbeda dengan mainstream, bahkan memiliki kemungkinan terjadi BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Dalam suatu masyarakat terdapat sebuah sistem dan komponen yang mendukung eksistensi komunitas. Komponen itu antara lain agama, kewarganegaraan, identitas suku,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan paradigma rasionalistik. Metodologi kualitatif merupakan prosedur

BAB III METODE PENELITIAN. dengan paradigma rasionalistik. Metodologi kualitatif merupakan prosedur BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan menggunakan pendekatan kualitatif dengan paradigma rasionalistik. Metodologi kualitatif merupakan prosedur penelitian yang

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI MAGISTER SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS TEOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA

PROGRAM STUDI MAGISTER SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS TEOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA PROGRAM STUDI MAGISTER SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS TEOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA KONFLIK INTERNAL GEREJA (Studi Kasus Terhadap Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Konflik Internal Antara

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. prespektif Identitas Sosial terhadap Konflik Ambon, maka ada beberapa hal pokok yang

BAB V PENUTUP. prespektif Identitas Sosial terhadap Konflik Ambon, maka ada beberapa hal pokok yang BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Bertolak dari pemaparan hasil penelitian dan penggkajian dengan menggunakan prespektif Identitas Sosial terhadap Konflik Ambon, maka ada beberapa hal pokok yang dapat disimpulkan

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kebudayaan dalam arti luas adalah perilaku yang tertanam, ia merupakan totalitas dari sesuatu yang dipelajari manusia, akumulasi dari pengalaman yang dialihkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekelompok orang yang akan turut serta secara aktif baik dalam kehidupan politik dengan

BAB I PENDAHULUAN. sekelompok orang yang akan turut serta secara aktif baik dalam kehidupan politik dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Permasalahan Partisipasi merupakan aspek yang penting dari demokrasi, partisipasi politik yang meluas merupakan ciri khas dari modernisasi politik. Partisipasi politik

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Aryadharma, Ni Kadek Surpi. Membedah Kasus Konversi Agama di Bali. Surabaya: Paramita,

DAFTAR PUSTAKA. Aryadharma, Ni Kadek Surpi. Membedah Kasus Konversi Agama di Bali. Surabaya: Paramita, DAFTAR PUSTAKA Aryadharma, Ni Kadek Surpi. Membedah Kasus Konversi Agama di Bali. Surabaya: Paramita, 2011. Azwar, Saifudin. Sikap Manusia. Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2009. Dister, Nico S. Psikologi

Lebih terperinci

VII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

VII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI VII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI Kesimpulan penelitian meliputi sumber konflik serta keterkaitan jejaring sosial dan konflik di pedesaan Saparua, diikuti dengan kesimpulan teoritik. Kesimpulan kemudian dilanjutkan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. mempertahankan identitas dan tatanan masyarakat yang telah mapan sejak lama.

BAB V PENUTUP. mempertahankan identitas dan tatanan masyarakat yang telah mapan sejak lama. BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan kasus konversi agama di Bukitsari maka dapat disimpulkan bahwa beberapa kepala keluarga (KK) di daerah tersebut dinyatakan benar melakukan pindah agama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup dalam komunitas sebagai anggota gereja (Gereja sebagai Institusi). 1

BAB I PENDAHULUAN. hidup dalam komunitas sebagai anggota gereja (Gereja sebagai Institusi). 1 BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Nabeel Jabbour menepis pemahaman tentang gereja hanya sebatas bangunan, gedung dan persekutuan yang institusional. Berangkat dari pengalaman hidup Nabeel Jabbour selama

Lebih terperinci

Bab 7 PENUTUP A. Kesimpulan 1. Praktik Makan Patita

Bab 7 PENUTUP A. Kesimpulan 1. Praktik Makan Patita Bab 7 PENUTUP A. Kesimpulan 1. Praktik Makan Patita Suatu praktik dalam masyarakat tidak mungkin terpisah sepenuhnya dari kondisi riel masyarakat itu sendiri. Kondisi yang terkait dengan intensitas pelaksanaan

Lebih terperinci

B A B V P E N U T U P. Fakta-fakta dan analisis dalam tulisan ini, menuntun pada kesimpulan

B A B V P E N U T U P. Fakta-fakta dan analisis dalam tulisan ini, menuntun pada kesimpulan 5.1. Kesimpulan B A B V P E N U T U P Fakta-fakta dan analisis dalam tulisan ini, menuntun pada kesimpulan umum bahwa integrasi sosial dalam masyarakat Sumba di Kampung Waiwunga, merupakan konstruksi makna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Museum adalah suatu tempat yang menyimpan benda-benda bersejarah yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pembelajaran dan pariwisata. Menurut KBBI edisi IV, Museum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik dalam keluarga maupun di lingkungan sekitar. Tujuannya untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. baik dalam keluarga maupun di lingkungan sekitar. Tujuannya untuk memenuhi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam hidup kesehariannya selalu berinteraksi dengan sesama, baik dalam keluarga maupun di lingkungan sekitar. Tujuannya untuk memenuhi kebutuhan emosional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang khas dengan pluralitas agama dan budaya. Pluralitas sendiri dapat diterjemahkan sebagai kemajemukan yang lebih mengacu pada jumlah

Lebih terperinci

Muhammad Ismail Yusanto, Jubir HTI

Muhammad Ismail Yusanto, Jubir HTI Muhammad Ismail Yusanto, Jubir HTI Rusuh Ambon 11 September lalu merupakan salah satu bukti gagalnya sistem sekuler kapitalisme melindungi umat Islam dan melakukan integrasi sosial. Lantas bila khilafah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masyarakat dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak bisa dilepaspisahkan karena,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masyarakat dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak bisa dilepaspisahkan karena, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak bisa dilepaspisahkan karena, masyarakat adalah pencipta sekaligus pendukung kebudayaan. Dengan demikian tidak

Lebih terperinci

KONFLIK, PERDAMAIAN DAN MASALAH PENGUNGSI DI MADURA

KONFLIK, PERDAMAIAN DAN MASALAH PENGUNGSI DI MADURA 1 KONFLIK, PERDAMAIAN DAN MASALAH PENGUNGSI DI MADURA Pengantar Membanjirnya warga etnik Madura yang berasal dari Kalimantan ke pulau Madura hingga mencapai 128.919 orang (OCHA, 2003) menimbulkan sejumlah

Lebih terperinci

Bullying: Tindak Kekerasan Antara Siswa Laki-Laki Dan Siswa Perempuan Dalam Perspektif Jender di SMA Negeri 2 Ambon

Bullying: Tindak Kekerasan Antara Siswa Laki-Laki Dan Siswa Perempuan Dalam Perspektif Jender di SMA Negeri 2 Ambon Bullying: Tindak Kekerasan Antara Siswa Laki-Laki Dan Siswa Perempuan Dalam Perspektif Jender di SMA Negeri 2 Ambon I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindakan kekerasan atau violence umumnya dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain, mulai dari lingkungan lokal (keluarga) sampai ke lingkungan sosial luar (masyarakat).

BAB I PENDAHULUAN. lain, mulai dari lingkungan lokal (keluarga) sampai ke lingkungan sosial luar (masyarakat). BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang 1.1 Identifikasi Masalah Manusia entah sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial membutuhkan orang lain dalam lingkup kehidupannya. Manusia akan selalu berhadapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajemukan bangsa Indonesia dapat dilihat dari gambaran demografi bahwa terdapat 726 suku bangsa dengan 116 bahasa daerah dan terdapat 6 (enam) jenis agama.(koran Tempo,

Lebih terperinci

BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN

BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN Pada umumnya manusia dilahirkan seorang diri. Namun demikian, mengapa manusia harus hidup bermasyarakat. Manusia tanpa manusia lainnya pasti akan mati. Bayi misalnya,

Lebih terperinci

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Dari hasil penelitian mengenai peranan pemuda Karang Taruna dalam kegiatan gotong royong masyarakat Desa Kerjo Kidul, maka dapat disimpulkan sebagai berikut

Lebih terperinci

Kuliah ke-2: Paradigma Teori Sosiologi

Kuliah ke-2: Paradigma Teori Sosiologi Kuliah ke-2: Paradigma Teori Sosiologi Teori Sosiologi Kontemporer Amika Wardana. Ph.D a.wardana@uny.ac.id Overview Perkuliahan Konstruksi Teori Sosiologi Proses Pertumbuhan dan Perkembangan Ilmu Pengetahun

Lebih terperinci

BAB VII RAGAM SIMPUL

BAB VII RAGAM SIMPUL BAB VII RAGAM SIMPUL Komunitas India merupakan bagian dari masyarakat Indonesia sejak awal abad Masehi. Mereka datang ke Indonesia melalui rute perdagangan India-Cina dengan tujuan untuk mencari kekayaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari luapan emosional. Karya sastra tidak menyuguhkan ilmu pengetahuan dalam

BAB I PENDAHULUAN. dari luapan emosional. Karya sastra tidak menyuguhkan ilmu pengetahuan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah suatu kegiatan kreatif pada sebuah karya seni yang tertulis atau tercetak (Wellek 1990: 3). Sastra merupakan karya imajinatif yang tercipta dari luapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu memiliki kepribadian atau sifat polos dan ada yang berbelit-belit, ada

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu memiliki kepribadian atau sifat polos dan ada yang berbelit-belit, ada BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Setiap individu memiliki kepribadian atau sifat polos dan ada yang berbelit-belit, ada yang halus dan juga ada yang kasar, ada yang berterus terang dan ada juga yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena dibekali dengan akal dan pikiran dalam bertindak. Manusia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. karena dibekali dengan akal dan pikiran dalam bertindak. Manusia sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna karena dibekali dengan akal dan pikiran dalam bertindak. Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam suku, bahasa, adat istiadat dan agama. Hal itu merupakan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam suku, bahasa, adat istiadat dan agama. Hal itu merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang majemuk yang terdiri dari berbagai macam suku, bahasa, adat istiadat dan agama. Hal itu merupakan suatu kenyataan

Lebih terperinci

BAB V P E N U T U P. A. Kesimpulan. berikut ini. Pertama, dinamika historis masyarakat Hatuhaha Amarima selalu

BAB V P E N U T U P. A. Kesimpulan. berikut ini. Pertama, dinamika historis masyarakat Hatuhaha Amarima selalu 441 BAB V P E N U T U P Kajian dalam bab ini memuat catatan-catatan kesimpulan dan saran, yang dilakukan berdasarkan rangkaian ulasan, sebagaimana yang termuat pada bab-bab sebelumnya. Kesimpulan, dalam

Lebih terperinci

yang berperan sebagai milisi dan non-milisi. Hal inilah yang menyebabkan skala kekerasan terus meningkat karena serangan-serangaan yang dilakukan

yang berperan sebagai milisi dan non-milisi. Hal inilah yang menyebabkan skala kekerasan terus meningkat karena serangan-serangaan yang dilakukan Bab V Kesimpulan Hal yang bermula sebagai sebuah perjuangan untuk memperoleh persamaan hak dalam politik dan ekonomi telah berkembang menjadi sebuah konflik kekerasan yang berbasis agama di antara grup-grup

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. diterapkan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

III. METODE PENELITIAN. diterapkan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. III. METODE PENELITIAN A. Metode yang Digunakan Metode penelitian sangat dibutuhkan untuk mengukur keberhasilan dalam suatu penelitian. Menurut Maryaeni (2005 : 58) metode adalah cara yang ditempuh peneliti

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA. sinodal) dan siding majelis jemaat (lingkup jemaat). 2. Hubungan yang dinamis antara majelis sinode dan majelis jemaat.

BAB IV ANALISA. sinodal) dan siding majelis jemaat (lingkup jemaat). 2. Hubungan yang dinamis antara majelis sinode dan majelis jemaat. BAB IV ANALISA GPIB adalah sebuah gereja yang berasaskan dengan sistem presbiterial sinodal. Cara penatalayanan dengan sistem presbiterial sinodal selalu menekankan: 1. Penetapan kebijakan oleh presbiter

Lebih terperinci

SISTEM PENANGANAN DINI KONFLIK SOSIAL DENGAN NUANSA AGAMA

SISTEM PENANGANAN DINI KONFLIK SOSIAL DENGAN NUANSA AGAMA Jurnal Ilmiah Penelitian Psikologi: Kajian Empiris & Non-Empiris Vol. 2., No. 1., 2016. Hal. 57-65 JIPP Non-Empiris SISTEM PENANGANAN DINI KONFLIK SOSIAL DENGAN NUANSA AGAMA a Subhan El Hafiz Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara di dunia termasuk Indonesia, di mana modernisasi sangat erat

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara di dunia termasuk Indonesia, di mana modernisasi sangat erat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Modernisasi dewasa ini telah membawa pengaruh besar terhadap negara-negara di dunia termasuk Indonesia, di mana modernisasi sangat erat hubungannya dengan sebuah perkembangan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian kualitatif. Oleh karena itu, penelitian ini bersifat penelitian penelitian lapangan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PEMECAHAN MASALAH. A. Terjadinya Konflik Jalan Lingkungan Di Kelurahan Sukapada

BAB II KERANGKA PEMECAHAN MASALAH. A. Terjadinya Konflik Jalan Lingkungan Di Kelurahan Sukapada BAB II KERANGKA PEMECAHAN MASALAH A. Terjadinya Konflik Jalan Lingkungan Di Kelurahan Sukapada Proses peralihan kepemilikan lahan kosong terjadi sejak akhir 2004 dan selesai pada tahun 2005, dan sejak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini, proses globalisasi sedang terjadi di Indonesia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini, proses globalisasi sedang terjadi di Indonesia. Hal ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini, proses globalisasi sedang terjadi di Indonesia. Hal ini berpengaruh terhadap dinamika perkembangan budaya. Bangsa Indonesia diguncang berbagai

Lebih terperinci

Bab 1. PENDAHULUAN. tentang apa itu Tabua Ma T nek Mese yang adalah bagian dari identitas sosial masyarakat

Bab 1. PENDAHULUAN. tentang apa itu Tabua Ma T nek Mese yang adalah bagian dari identitas sosial masyarakat Bab 1. PENDAHULUAN. 1. Latarbelakang Masalah. Sebelum melangkah jauh dalam tulisan ini, penulis akan memaparkan terlebih dahulu tentang apa itu Tabua Ma T nek Mese yang adalah bagian dari identitas sosial

Lebih terperinci

Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam Modul ke: Pendidikan Agama Islam Islam dan Globalisasi Fakultas EKONOMI Dr. Saepudin S.Ag. M.Si. Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Latar Belakang Reflekasi Islam Terhadap Globalisasi Era globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat di Indonesia, dijumpai berbagai tradisi atau budaya

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat di Indonesia, dijumpai berbagai tradisi atau budaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan bermasyarakat di Indonesia, dijumpai berbagai tradisi atau budaya yang menghubungkan dan mengikat anggota masyarakat satu dengan yang lain. Tradisitradisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan suatu bentuk seni kreatif yang di dalamnya mengandung nilainilai

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan suatu bentuk seni kreatif yang di dalamnya mengandung nilainilai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan suatu bentuk seni kreatif yang di dalamnya mengandung nilainilai keindahan. Sebuah karya sastra bukan ada begitu saja atau seperti agak dibuat-buat

Lebih terperinci

PERAN LOULEHA DALAM PROSES REINTEGRASI ANTARA NEGERI HARIA DAN SIRI SORI ISLAM PASCA KONFLIK DI MALUKU TESIS. Diajukan kepada Fakultas Teologi UKSW

PERAN LOULEHA DALAM PROSES REINTEGRASI ANTARA NEGERI HARIA DAN SIRI SORI ISLAM PASCA KONFLIK DI MALUKU TESIS. Diajukan kepada Fakultas Teologi UKSW PERAN LOULEHA DALAM PROSES REINTEGRASI ANTARA NEGERI HARIA DAN SIRI SORI ISLAM PASCA KONFLIK DI MALUKU TESIS Diajukan kepada Fakultas Teologi UKSW Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Master

Lebih terperinci

BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan B. Implikasi C. Rekomendasi DAFTAR PUSTAKA...

BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan B. Implikasi C. Rekomendasi DAFTAR PUSTAKA... DAFTAR ISI Daftar Isi Halaman LEMBARAN PENGESAHAN... i LEMBARAN PERSETUJUAN... ii PERNYATAAN KEASLIAN... iv PERSEMBAHAN... v ABSTRAK... vi ABSTRACT... vii KATA PENGANTAR... viii UCAPAN TERIMA KASIH...

Lebih terperinci

BAB I SOSIOLOGI SEBAGAI ILMU

BAB I SOSIOLOGI SEBAGAI ILMU SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN SOSIOLOGI BAB I SOSIOLOGI SEBAGAI ILMU ALI IMRON, S.Sos., M.A. Dr. SUGENG HARIANTO, M.Si. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. menjalankan kehidupan bermasyarakat dan bemegara serta dalam menjalankan

I PENDAHULUAN. menjalankan kehidupan bermasyarakat dan bemegara serta dalam menjalankan 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kerukunan umat beragama merupakan dambaan setiap umat, manusia. Sebagian besar umat beragama di dunia, ingin hidup rukun, damai dan tenteram dalam menjalankan

Lebih terperinci

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan ISSN Vol. 1, No. 1, Juni 2017

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan ISSN Vol. 1, No. 1, Juni 2017 Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan ISSN 2337-8891 Vol. 1, No. 1, Juni 2017 PERAN ORGANISASI MAHASISWA EKSTRA UNIVERSITER DALAM MEMBINA KERUKUNAN ANTARUMAT BERAGAMA FETY NOVIANTY Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

4/9/2014. Kuliah ke-6 Amika Wardana, Ph.D Teori Sosiologi Kontemporer

4/9/2014. Kuliah ke-6 Amika Wardana, Ph.D Teori Sosiologi Kontemporer Kuliah ke-6 Amika Wardana, Ph.D a.wardana@uny.ac.id Teori Sosiologi Kontemporer Fungsionalisme Versus Konflik Teori Konflik Analitis (Non-Marxist) Perbedaan Teori Konflik Marxist dan Non- Marxist Warisan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 55 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Lingga Bayu Provinsi Sumatera Utara terhadap warga masyarakat yang mempunyai kebiasaan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Adanya konflik yang melibatkan warga sipil dengan TNI menimbulkan berbagai perubahan pada bidang sosial maupun bidang budaya bagi kehidupan masyarakat Desa Setrojenar.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sosiologi dan Sastra Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman adalah gejala alam. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prostitusi bukan merupakan suatu masalah yang baru muncul di dalam masyarakat, akan

BAB I PENDAHULUAN. Prostitusi bukan merupakan suatu masalah yang baru muncul di dalam masyarakat, akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Prostitusi bukan merupakan suatu masalah yang baru muncul di dalam masyarakat, akan tetapi merupakan masalah lama yang baru banyak muncul pada saat sekarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG MASALAH 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG MASALAH Negara Indonesia terdiri dari berbagai macam budaya, agama, adat istiadat, bahasa, dan sukusuku bangsa yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Hal ini

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. Trap-trap di desa Booi kecamatan Saparua, Maluku Tengah.Booi merupakan salah satu

BAB I. Pendahuluan. Trap-trap di desa Booi kecamatan Saparua, Maluku Tengah.Booi merupakan salah satu BAB I Pendahuluan I. Latar Belakang Tesis ini menjelaskan tentang perubahan identitas kultur yang terkandung dalam Trap-trap di desa Booi kecamatan Saparua, Maluku Tengah.Booi merupakan salah satu Negeri

Lebih terperinci

Pemberdayaan Pasien. Dr. Budi Wahyuni, MM,MA PKBI-DIY

Pemberdayaan Pasien. Dr. Budi Wahyuni, MM,MA PKBI-DIY Pemberdayaan Pasien Dr. Budi Wahyuni, MM,MA PKBI-DIY Pasien Pemberdayaan Promosi Sehat Komunitas Sekelompok pelaku dalam suatu teritorial terbatas merupakan dasar bagi mereka untuk bekerja bersama dalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan pustaka Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan dijadikan topik penelitian. Dimana dalam tinjauan pustaka akan dicari teori atau konsep-konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. justru menciptakan efek-efek yang tidak diharapkan. Sifat ambigu dan kompleks yang

BAB I PENDAHULUAN. justru menciptakan efek-efek yang tidak diharapkan. Sifat ambigu dan kompleks yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Teknologi merupakan elemen yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia dan masyarakat. Dia berperan sebagai alat yang diniatkan sebagai perangkat untuk membantu

Lebih terperinci

Sosiologi Pendidikan Sosiologi Politik Sosiologi Hukum Sosiologi Agama Sosiologi Komunikasi

Sosiologi Pendidikan Sosiologi Politik Sosiologi Hukum Sosiologi Agama Sosiologi Komunikasi Sosiologi Pendidikan Sosiologi Politik Sosiologi Hukum Sosiologi Agama Sosiologi Komunikasi Sosiologi Kesehatan Sosiologi Industri Sosiologi Desain Sosiologi Budaya Sosiologi Ekonomi 1 Kajian Sosiologi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah yang paling lazim dipakai untuk menyebut kesatuan kesatuan hidup

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah yang paling lazim dipakai untuk menyebut kesatuan kesatuan hidup 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Kehidupan Masyarakat Istilah yang paling lazim dipakai untuk menyebut kesatuan kesatuan hidup manusia, baik dalam tulisan ilmiah maupun bahasa sehari-hari adalah masyarakat.

Lebih terperinci

BAB V. Penutup. GKJW Magetan untuk mengungkapkan rasa syukur dan cinta kasih karena Yesus

BAB V. Penutup. GKJW Magetan untuk mengungkapkan rasa syukur dan cinta kasih karena Yesus BAB V Penutup 5.1 Kesimpulan dan Refleksi Upacara slametan sebagai salah satu tradisi yang dilaksanakan jemaat GKJW Magetan untuk mengungkapkan rasa syukur dan cinta kasih karena Yesus sebagai juruslamat

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Pada bagian ini akan di paparkan tentang kesimpulan dan saran dari hasil penelitian

BAB V PENUTUP. Pada bagian ini akan di paparkan tentang kesimpulan dan saran dari hasil penelitian BAB V PENUTUP Pada bagian ini akan di paparkan tentang kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti. 5.1 Kesimpulan 1. Tidak dapat dipungkiri persoalan dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA BAB IV ANALISIS DATA A. Relasi antarumat Islam dan Kristen di Kelurahan Pakis Kecamatan Sawahan Kota Surabaya. Kondisi relasi Islam-Kristen berbasis kerukunan di Kelurahan Pakis Kecamatan Sawahan Kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika secara de facto mencerminkan multi budaya

BAB I PENDAHULUAN. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika secara de facto mencerminkan multi budaya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semboyan Bhinneka Tunggal Ika secara de facto mencerminkan multi budaya bangsa dalam naungan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Wilayah negara yang terbentang luas

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Simpulan dan Saran. Keduanya merupakan bagian penutup dari tesis ini.

BAB V PENUTUP. Simpulan dan Saran. Keduanya merupakan bagian penutup dari tesis ini. BAB V PENUTUP Pada bagian ini akan dikemukakan tentang dua hal yang merupakan Simpulan dan Saran. Keduanya merupakan bagian penutup dari tesis ini. A. Simpulan 1. Denda adat di Moa merupakan tindakan adat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Do Tenu Hatu. Ada pula yang menyebutnya dengan nama Nes Do Male atau

BAB I PENDAHULUAN. Do Tenu Hatu. Ada pula yang menyebutnya dengan nama Nes Do Male atau BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Rote adalah sebuah pulau yang dahulu dikenal dengan sebutan Lolo Neo Do Tenu Hatu. Ada pula yang menyebutnya dengan nama Nes Do Male atau Lino Do Nes yang berarti pulau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode merupakan sebuah upaya yang dapat dilakukan penelitian dalam mengungkapkan data dan mencari kebenaran masalah yang diteliti, yang menjadi persoalan metode apakah yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gereja adalah sebuah persekutuan orang-orang percaya, sebagai umat yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gereja adalah sebuah persekutuan orang-orang percaya, sebagai umat yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gereja adalah sebuah persekutuan orang-orang percaya, sebagai umat yang terpanggil dan dihimpun oleh Allah Bapa, keluar dari kegelapan menuju kepada Yesus Kristus

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bentrok antara kedua desa, yaitu Desa Balinuraga dengan Desa Agom, di

I. PENDAHULUAN. Bentrok antara kedua desa, yaitu Desa Balinuraga dengan Desa Agom, di 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bentrok antara kedua desa, yaitu Desa Balinuraga dengan Desa Agom, di sebabkan karena pelecehan seksual dimana adanya fitnah kepada warga masyarakat suku Bali

Lebih terperinci