Memahami Akar dan Ragam Teori Konflik

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Memahami Akar dan Ragam Teori Konflik"

Transkripsi

1 Memahami Akar dan Ragam Teori Konflik Sofyan Sjaf Turner dalam bukunya yang berjudul The Structure of Sociological Theory pada bab dengan apik menjelaskan akar dan ragam teori konflik yang hingga saat ini banyak digunakan oleh para sosiolog diberbagai belahan dunia. Dari tiga bab tentang teori konflik yang disajikan dalam buku tersebut, setidaknya Turner berhasil menyederhanakan asal-muasal teori konflik dan perbedaannya. Sebelum penulis mencoba merangkum penjelasan Turner dalam bukunya tersebut, perlu ditekankan kembali bahwa sejarah lahirnya teori konflik berawal dari kritik tajam terhadap paham positivisme (seperti: teori fungsionalisme) yang berkembang di ranah kelimuwan sosiologi. Adapun kritik tajam tersebut, ditujukan kepada ilmuwan yang mendefinisikan perkembangan dan perubahan sosial (baca: masyarakat) secara linear atau statis. Atau dengan kata lain, kritikus paham positivisme menganggap bahwa perkembangan dan perubahan sosial tidak lah disusun atas dasar struktur yang statis, melainkan struktur yang tersusun secara dinamis atau dialektis (proses, hubungan, dinamika, konflik, dan kontradiksi). Dengan demikian, teori konflik merupakan anti tesis dari teori fungsionalis yang melihat struktur sosial cenderung berwajah statis. Untuk itu, makalah ini dibuat dengan tujuan merangkum dan mengkonstruksikan ulang tulisan Turner tentang teori konflik yang disajikan pada bab 11 sampai dengan 13. Adapun titik penekanan tulisan ini kepada dua hal yang penulis anggap substantit, yakni sumber (akar) teori konflik dan ragam teori konflik sesuai dengan perkembangannya. Komponen dan Akar Teori Konflik page 1 / 6

2 Pada bab 11 buku The Structure of Sociological Theory, Turner (1998) memberikan gambaran lahirnya teori konflik yang dimotori oleh tiga orang tokohnya. Adapun ketiga tokoh yang mempunyai andil lahirnya teori konflik tersebut, antara lain: Karl Marx, Max Weber, dan George Simmel. Dari pembacaan penulis, Turner (1998) kembali menekankan bahwa masing-masing tokoh yang melahirkan teori konflik tersebut menyusun proposisi yang berbeda-beda tentang kejadian konflik di masyarakat dari unit analisis yang berbeda pula. Hal ini senada dengan pandangan Sanderson (2003) yang menekankan tiga komponen dasar dalam analisis sistem sosiokultural. Menurutnya bahwa komponen-komponen dasar sistem sosiokultural terdiri atas: superstruktur ideologis, struktur sosial, dan infrastrukturl material. Ketiga komponen dasar inilah, yang kemudian dijadikan pijakan para sosiolog dalam menganalisis fenomena atau kejadian-kejadian sosial yang berlangsung. Berdasarkan pijakan yang disusun Sanderson (2003), Karl Marx adalah satu dari sekian tokoh sosiologi yang menjadikan infrastruktur material sebagai determinasi sistem sosial yang berlangsung di tengah-tengah masyarakat. Dalam kaitannya dengan teori konflik, Turner (1998) menekankan bahwa Marx dalam menyusun proposisinya tentang proses konflik didasarkan atas ketidaksetaraan akses terhadap sumberdaya. Ketidaksertaan ini, kemudian menciptakan kelompok (grup) yang memposisikan dirinya sebagai ordinat (dominasi) disatu sisi, dan subordinat (termarjinalkan) pada sisi lainnya. Selanjutnya, Marx dalam Turner (1998) mengatakan bahwa mereka yang tersubordinasi akan menjadi peduli terhadap kepentingan kolektif mereka atas dominasi kelompok ordinat dengan mempertanyakan pola distribusi sumberdaya alam yang tidak merata tersebut. Akibatnya adalah rusaknya relasi (hubungan) antara kelompok ordinat dengan kelompok subordinat disebabkan disposisi aleanatif yang diciptakan oleh kelompok ordinat terhadap kelompok subordinat. Dalam kondisi seperti ini, kelompok subordinat membangun kesatuan ideologi untuk mempertanyakan sistem yang berlangsung dan melakukan perlawanan melalui kepemimpinan kolektif terhadap kelompok ordinat. Hal inilah yang kemudian menyebabkan polarisasi antara kelompok ordinat dengan kelompok subordinat yang berkepanjangan. Berbeda dengan Marx, analisis Weber (Turner, 1998) lebih menekankan teori konfliknya dari perspektif suprastruktur ideologis (merujuk pendapat Sanderson, page 2 / 6

3 2003). Weber dalam Turner (1998) membangun proposisi dalam proses konflik antara superordinat dengan subordinat. Adapun proposisi yang dibangun Weber, sebagai berikut: - Konflik antara superordinat dengan subordinat dimungkin terjadi apabila ada tarikan dari otoritas politik. - Adapun tarikan tinggi dari otoritas politik tersebut dapat terjadi, melalui: keanggotaan dalam kelas, kelompok status, dan hierarki politik. Selain itu, juga dapat terjadi melalui diskontinu atau derajat ketidaksetaraan dalam distribusi sumberdaya dengan hierarki sosial yang tinggi. Juga dapat melalui mobilisasi sosial melalui hierarki sosial yang didasarkan atas kekuasaan dan prestise, serta kekayaaan. - Konflik antara superordinat dengan subordinat dimungkinakn terjadi melalui kepemimpinan yang karismatik yang dapat memobilisasi subordinat. - Melalui kepemimpinan yang karismatik tersebut, konflik berhasil dicapai dengan tekanan yang kuat terhadap otoritas yang lama sehingga menghasilkan sistem baru perihal peran dan administrasi. - Sebuah sistem dengan otoritas peran dan administrasi yang terbentuk tersebut, kembali terjadi tarikan yang terus berulang (kembali keproposisi ke-2 dan seterusnya). Kelima proposisi di atas, jika disarikan ke dalam teori Weber yang lebih komprehensif ditemukan kata kuncinya yakni rasionalitas formal. Dalam hal ini, Weber memberikan contoh mengenai proses birokratisasi yang ia kemas ke dalam lembaga politik. Menurutnya, birokrasi mempunyai otoritas yang berbeda-beda dan terbagi ke dalam tiga sistem otoritas, yakni: tradisional, karismatik, dan rasional-legal. Dari ketiga sistem otoritas tersebut, otoritas rasional-legal hanya dapat berkembang dalam masyarakat barat modern dan hanya dalam sistem otoritas rasional-legas itulah birokrasi modern dapat berkembang penuh. Tentunya hal ini berbeda dengan birokrasi di dunia lainnya, dimana otoritas karismatik atau tradisional merintangi perkembangan sistem hukum rasional dan birokrasi modern (Ritzer dan Goodman, 2003). Jika saja dua pandangan tokoh sosiologi sebelumnya lebih kepada dimensi masyarakat sebagai unit analisisnya, hal yang berbeda dilakukan Georg Simmel yang menekankan unit analisis individu dalam teori konfliknya. Menurutnya bahwa salah satu tugas utama sosiologi adalah memahami interaksi antar individu yang dapat melahirkan konflik maupun solidaritas antar sesama (Ritzer dan Goodman, 2003). Berkaitan dengan itu, maka proposisi-proposisi yang dibangun oleh Simmel cenderung melihat kejadian konflik dikarenakan interaksi antar individu yang mempunyai kekuatan emosional yang kemudian membangun ikatan solidaritas page 3 / 6

4 antar sesama. Dahrendorf dan Coser: Dua Tokoh Teori Konflik dengan Akar yang Berbeda Sebelumnya telah diuraikan tiga tokoh pewaris teori konflik yang berkem-bang hingga saat ini dengan perspektif yang berbeda. Selanjutnya pada bagian tulisan ini, penulis menampilkan dua tokoh yang tak kalah penting dalam hal pengaruhnya mengembangkan teori konflik. Jika kita mencoba membuat bagan keterkaitan antara tiga tokoh pewaris teori konflik (Marx, Weber, dan Simmel) dengan dua tokoh yang mengembangkan teori konflik (Dahrendorf dan Coser), maka terlihat benang merah warisan atau pijakan tokoh pengembang teori konflik dengan pencetus teori konflik itu sendiri. Danrendorf adalah tokoh pewaris teori konflik Marx dan Weber. Sosiolog ini berpandangan bahwa masyarakat mempunyai dua wajah (konflik dan konsensus) sehingga teori sosiologi harus dibagi menjadi dua bagian, yakni teori konflik dan teori konsensus. Teori yang pertama harus menguji konflik kepentingan dan penggunaan kekerasan yang mengikat masyarakat bersama dihadpaan tekanan itu. Sedangkan teori yang kedua harus menguji nilai integrasi dalam masyarakat. Dengan kedua teori ini, maka Dahrendorf lebih dikenal dengan penggagas teori dealektikal (dialectical theory). Beranjak dari dua teori di atas, Dahrendorf berpendapat bahwa posisi tertentu di dalam masyarakat mendelegasikan kekuasaan dan otoritas terhadap posisi yang lain. Fakta kehidupan sosial ini mengerahkan Dahrendorf kepada tesis sentralnya bahwa perbedaan distribusi otoritas selalu menjadi faktor yang menentukan konflik sosial sistematis (Ritzer dan Goodman, 2003). Tidak berbeda dengan Marx dan Weber, unit analisis teori konflik Dahrendorf juga masih dipusatkan pada masyarakat sebagai satu kesatuan sistem sosial, khusunya kepada struktur sosial yang lebih luas. Sebagaimana dengan tesis yang dibangunnya, bahwa berbagai posisi di dalam masyarakat mempunyai kualitas otoritas yang berbeda. Untuk itu, otoritas tidak terletak di dalam diri individu, tetapi di dalam posisi. Selanjutnya Dahrendorf menekankan bahwa tugas pertama analisis konflik adalah mengidentifikasi berbagai peran otoritas di dalam masyarakat. Atau dengan kata lain, struktur sosial yang berbeda di masyarakat page 4 / 6

5 akan menentukan kualitas otoritas yang dimiliki oleh lapisan tertentu terhadap lapisan lainnya. Dengan demikian, secara tersirat otoritas menyatakan superordinat dan subordinat yang ada di masyarakat. Meski demikian, Dahrendorf tetap meyakini bahwa otoritas tidak konstan karena ia terletak dalam posisi, bukan di dalam diri orangnya sehingga otoritas seseorang akan berbeda-desa tergantung di lingkungan mana ia berada. Selain itu, konsep kunci lainnya tentang teori konflik Dahrendorf adalah kepentingan. Menurutnya bahwa kelompok-kelompok yang berada di atas dan berada di bawah didefinisikan berdasarkan kepentingan bersama. Gejala ini dapat dilihat pada orang yang berada pada posisi dominan berupaya mempertahankan status quo, sedangkan orang yang berada pada posisi subordinat berupaya mengadakan perubahan. Berkaitan dengan kepentingan, Dahrendorf membagi dua kepentingan, yaitu: (1) kepentingan tersembunyi adalah harapan peran yang tak disadari; dan (2) kepentingan nyata adalah kepentingan tersembunyi yang telah disadari. Hubungan dua kepentingan inilah, menurut Dahendorf tugas utama teori konflik. Kemudian kepentingan yang disebutkan sebelumnya, selalu melakat dengan kelompok yang berbeda-beda. Adapun kelompok yang berbeda-beda tersebut, yakni: (1) kelompok semu/quasi group adalah sejumlah pemegang posisi dengan kepentingan yang sama; (2) kelompok kepentingan adalah sejumlah agen yang mempunyai struktur, bentuk organisasi, dan tujuan atau program dan anggota perorangan. Berbeda dengan Dahrendorf, Coser adalah tokoh pewaris teori Simmel yang teori konfliknya dibangunnya lebih kepada analisis individu. Menurut Coser, bahwa konflik dapat membantu mengeratkan ikatan kelompok yang terstruktur secara longgar. Masyarakat yang mengalami disintegrasi atau berkonflik dengan masyarakat lain, dapat memperbaiki kepaduan integrasi. Selanjutnya Coser menambahkan bahwa konflik dengan satu kelompok dapat membantu menciptakan kohesi melalui aliansi dengen kelompok lain. Tidak sekedar itu saja, Coser menambahkan bahwa konflik yang terjadi di dalam masyarakat, dapat mengaktifkan peran individu yang semula terisolasi dan juga membantu fungsi komunikasi. Dengan demikian, warna fungsinalisme Coser terlihat dengan tegas sebagaimana pewaris teori yang diamininya. page 5 / 6

6 Referensi Turner, J. H., The Structure of Sociological Theory (sixth edition), Belmont, CA: Wadsworth Publishing Company, Ritzer, G. dan Goodman, DJ., Teori Sosiologi Modern, Jakarta: Kencana, Sanderson, SK., Makro Sosiologi: Sebuah Pendekatan Terhadap Realitas Sosial (edisi kedua), PT. Raja Grafindo Persada, page 6 / 6

4/9/2014. Kuliah ke-6 Amika Wardana, Ph.D Teori Sosiologi Kontemporer

4/9/2014. Kuliah ke-6 Amika Wardana, Ph.D Teori Sosiologi Kontemporer Kuliah ke-6 Amika Wardana, Ph.D a.wardana@uny.ac.id Teori Sosiologi Kontemporer Fungsionalisme Versus Konflik Teori Konflik Analitis (Non-Marxist) Perbedaan Teori Konflik Marxist dan Non- Marxist Warisan

Lebih terperinci

Teori dan Ragam Tipe Teori Sosiologi

Teori dan Ragam Tipe Teori Sosiologi Teori dan Ragam Tipe Teori Sosiologi Sofyan Sjaf Sosiologi sebagai ilmu pengetahuan dalam sepanjang sejarahnya telah terbukti mampu membedah dan menganalisis kejadian atau fenomena sosial yang hadir dalam

Lebih terperinci

BAB II TEORI KONFLIK DAN KONSENSUS

BAB II TEORI KONFLIK DAN KONSENSUS 17 BAB II TEORI KONFLIK DAN KONSENSUS Landasan teori pada penelitian ini menggunakan teori Ralf Dahendrof. Karena, teori Dahendrof berhubungan dengan fenomena sosial masyarakat salah satunya adalah teori

Lebih terperinci

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH Pokok Bahasan : Perkembangan teori sosiologi dan antropologi. Pertemuan ke- : 1 dan 2 Mahasiswa memiliki pemahaman dan wawasan mengenai perkembangan teori sosiologi dan antropologi. 1. Menjelaskan pengertian

Lebih terperinci

BAB II KONFLIK DALAM PERSPEKTIF DAHRENDORF. melekat dalam setiap kehidupan sosial. Hal-hal yang mendorong timbulnya

BAB II KONFLIK DALAM PERSPEKTIF DAHRENDORF. melekat dalam setiap kehidupan sosial. Hal-hal yang mendorong timbulnya 36 BAB II KONFLIK DALAM PERSPEKTIF DAHRENDORF A. Teori Konflik Kehidupan sosial dan konflik merupakan gejala yang tidak dapat dipisahkan antara satu dan lainnya, konflik merupakan gejala yang selalu melekat

Lebih terperinci

SOSIOLOGI PENDIDIKAN

SOSIOLOGI PENDIDIKAN SOSIOLOGI PENDIDIKAN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF STRUKTURAL KONFLIK TOKOH PEMIKIR ANTARA LAIN: 1. KARL MARX (1818-1883) 5. JURGEN HABERMAS 2. HEGEL 6. ANTONIO GRAMSCI 3. MAX HORKHEIMER (1895-1973) 7. HERBERT

Lebih terperinci

SOSIOLOGI PERTANIAN ( )

SOSIOLOGI PERTANIAN ( ) SOSIOLOGI PERTANIAN (130121112) Aspek Sosial Desa (3) Pertemuan ke-7 Es/!Js/!Ufhvi Ljtnboupspbekj-!N/Tj/ Kompetensi Khusus: Mahasiswa mampu menemukan perbedaan aspek sosial desa-desa di Indonesia Pendahuluan

Lebih terperinci

Pengertian/Definisi Politik Terkait dengan masalah Kekuasaan/Pengaruh Terkait pula dengan negara Menentukan tujuan, pengambilan keputusan, dan impleme

Pengertian/Definisi Politik Terkait dengan masalah Kekuasaan/Pengaruh Terkait pula dengan negara Menentukan tujuan, pengambilan keputusan, dan impleme Ada tiga hal penting yang perlu kita tanyakan pada diri kita; Yakni: Apa yang perlu kita ketahui dan pahami tentang Sosiologi dan Politik? Mengapa kita perlu mengetahui dan memahami Sosiologi dan Politik?

Lebih terperinci

Gagasan dalam Pengembangan Ilmu-ilmu Sosial

Gagasan dalam Pengembangan Ilmu-ilmu Sosial Gagasan dalam Pengembangan Ilmu-ilmu Sosial Filsafat Ilmu Sosial 1 Positivistik (Value free) Fenomenologi (Value Bound) Perbedaan Paradigma dalam Sosiologi 2 3 Ilmu-ilmu sosial (seperti Sosiologi) telah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Teori Parson Tentang Perubahan Sosial. Perubahan Sosial dalam soejono soekanto (2003), adalah segala

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Teori Parson Tentang Perubahan Sosial. Perubahan Sosial dalam soejono soekanto (2003), adalah segala BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Parson Tentang Perubahan Sosial Perubahan Sosial dalam soejono soekanto (2003), adalah segala perubahan yang terjadi dalam suatu masyarakat yang tercakup atas aspek-aspek

Lebih terperinci

BAB II TEORI KONFLIK RALF DAHRENDORF. dalam setiap ruang dan waktu, dimana saja dan kapan saja. Dalam pandangan

BAB II TEORI KONFLIK RALF DAHRENDORF. dalam setiap ruang dan waktu, dimana saja dan kapan saja. Dalam pandangan BAB II TEORI KONFLIK RALF DAHRENDORF Konflik merupakan gejala sosial yang serba hadir dalam kehidupan sosial, sehingga konflik bersifat inheren artinya konflik akan senantiasa ada dalam setiap ruang dan

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA. Secara Etimologis, istilah Kebijakan (policy) berasal bahasa Yunani,

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA. Secara Etimologis, istilah Kebijakan (policy) berasal bahasa Yunani, BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kebijakan Secara Etimologis, istilah Kebijakan (policy) berasal bahasa Yunani, Sangsekerta, dan Latin. Dimana istilah kebijakan ini memiliki arti menangani masalah-masalah publik

Lebih terperinci

TEORI SOSIOLOGI KONTEMPORER

TEORI SOSIOLOGI KONTEMPORER TEORI SOSIOLOGI KONTEMPORER Silabus Semester Genap 2013-2014 Dosen : Amika Wardana, Ph.D. Email : a.wardana@uny.ac.id Jurusan Pendidikan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta S I

Lebih terperinci

Dimensi Subjektif - Objektif

Dimensi Subjektif - Objektif Sociological Paradigms and Organisational Analysis [chapter 1-3] Gibson Burrell & Gareth Morgan Heinemann, London 1979 Empat Asumsi Tentang Sifat Ilmu Sosial (1) Ontology Asumsi yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

MASALAH SOSIAL BUDAYA DITINJAU DALAM BERBAGAI NUR ENDAH JANUARTI, MA

MASALAH SOSIAL BUDAYA DITINJAU DALAM BERBAGAI NUR ENDAH JANUARTI, MA MASALAH SOSIAL BUDAYA DITINJAU DALAM BERBAGAI PERSPEKTIF NUR ENDAH JANUARTI, MA TUJUAN PEMBELAJARAN : Mahasiswa mampu memahami masalah sosial budaya dalam berbagai perspektif Mahasiswa mampu menganalisa

Lebih terperinci

Kuliah ke-2: Paradigma Teori Sosiologi

Kuliah ke-2: Paradigma Teori Sosiologi Kuliah ke-2: Paradigma Teori Sosiologi Teori Sosiologi Kontemporer Amika Wardana. Ph.D a.wardana@uny.ac.id Overview Perkuliahan Konstruksi Teori Sosiologi Proses Pertumbuhan dan Perkembangan Ilmu Pengetahun

Lebih terperinci

BAB II TEORI KONFLIK SOSIAL DALAM PERSPEKTIF KARL MARX

BAB II TEORI KONFLIK SOSIAL DALAM PERSPEKTIF KARL MARX 38 BAB II TEORI KONFLIK SOSIAL DALAM PERSPEKTIF KARL MARX A. Teori Karl Marx 1. Teori Konflik Sosial Teori konflik sosial yang muncul pada abad 18 dan 19 dapat di mengerti sebagai respon dari lahirnya

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR KHAZANAH ANALISIS WACANA. Deskripsi Singkat Perkuliahan ini membelajarkan mahasiwa tentang menerapkan kajian analisis wacana.

BAB I PENGANTAR KHAZANAH ANALISIS WACANA. Deskripsi Singkat Perkuliahan ini membelajarkan mahasiwa tentang menerapkan kajian analisis wacana. BAB I PENGANTAR KHAZANAH ANALISIS WACANA Deskripsi Singkat Perkuliahan ini membelajarkan mahasiwa tentang menerapkan kajian analisis wacana. Relevansi Dalam perkuliahan ini mahasiswa diharapkan sudah punya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ide. Fakta sosial menurut Durkheim terdiri atas dua macam yaitu: dan berpengaruh terhadap kehidupan individu.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ide. Fakta sosial menurut Durkheim terdiri atas dua macam yaitu: dan berpengaruh terhadap kehidupan individu. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Fakta Sosial Fakta sosial dinyatakan sebagai barang sesuatu (thing) yang berbeda dengan ide. Fakta sosial menurut Durkheim terdiri atas dua macam yaitu: 1. Dalam bentuk material,

Lebih terperinci

BAB II KONFLIK DALAM KACAMATA RALF DAHRENDORF. keterlibatan konflik yang di dalamnya terdapat waktu, tenaga, dana, dan

BAB II KONFLIK DALAM KACAMATA RALF DAHRENDORF. keterlibatan konflik yang di dalamnya terdapat waktu, tenaga, dana, dan 31 BAB II KONFLIK DALAM KACAMATA RALF DAHRENDORF A. TEORI KONFLIK Ralf Dahrendorf melihat proses konflik dari segi intensitas dan sarana yang digunakan dalam konflik. Intensitas merupakan sebagai tingkat

Lebih terperinci

Dead White Men and Other Important People: Sociology s Big Ideas

Dead White Men and Other Important People: Sociology s Big Ideas Resensi Dead White Men and Other Important People: Sociology s Big Ideas Fitrah Munir Mahasiswa Pascasarjana Sosiologi FISIP Universitas Indonesia Email: lormunir@yahoo.com Fevre, Ralph dan Angus Bancroft.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. maupun mempaparkan dua konsep diantaranya definisi yang berkaitan erat

BAB II KAJIAN TEORI. maupun mempaparkan dua konsep diantaranya definisi yang berkaitan erat BAB II KAJIAN TEORI A. KAJIAN PUSTAKA Dalam kajian pustaka ini penulis ataupun peneliti akan menjabarkan maupun mempaparkan dua konsep diantaranya definisi yang berkaitan erat dengan judul, tema, dan fokus

Lebih terperinci

RUMUSAN WORKSHOP NASIONAL PENGELOLAAN JURNAL DAN PEMBELAJARAN MATAKULIAH INTI PROGRAM SARJANA DAN PASCASARJANA SOSIOLOGI

RUMUSAN WORKSHOP NASIONAL PENGELOLAAN JURNAL DAN PEMBELAJARAN MATAKULIAH INTI PROGRAM SARJANA DAN PASCASARJANA SOSIOLOGI RUMUSAN WORKSHOP NASIONAL PENGELOLAAN JURNAL DAN PEMBELAJARAN MATAKULIAH INTI PROGRAM SARJANA DAN PASCASARJANA SOSIOLOGI KERJASAMA ASOSIASI PROGRAM STUDI SOSIOLOGI INDONESIA (APSSI) DENGAN JURUSAN SOSIOLOGI

Lebih terperinci

BAB II TEORI TINDAKAN SOSIAL-MAX WEBER. Setiap manusia mempunyai naluri untuk berinteraksi dengan

BAB II TEORI TINDAKAN SOSIAL-MAX WEBER. Setiap manusia mempunyai naluri untuk berinteraksi dengan BAB II TEORI TINDAKAN SOSIAL-MAX WEBER Manusia merupakan anggota masyarakat yang akan senantiasa berusaha agar selalu bisa bergaul dengan sesama. Sehingga setiap individu akan bertindak dan berusaha untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mengatur sebuah negara, tentu tidak terlepas dari sistem ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mengatur sebuah negara, tentu tidak terlepas dari sistem ekonomi dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan sosial masyarakat di Indonesia hingga saat ini mengalami perkembangan yang sangat signifikan. Dengan berkembangnya berbagai hal diberbagai aspek, selalu

Lebih terperinci

HUKUM DALAM PERSPEKTIF TEORI INTEGRASI DAN TEORI KONFLIK. Sunarto 1

HUKUM DALAM PERSPEKTIF TEORI INTEGRASI DAN TEORI KONFLIK. Sunarto 1 HUKUM DALAM PERSPEKTIF TEORI INTEGRASI DAN TEORI KONFLIK Sunarto 1 Abstrak: Keberadaan masyarakat dijelaskan antara lain oleh dua teori besar yaitu teori integrasi dan teori konflik. Dua teori tersebut

Lebih terperinci

Membaca Sosiologi dan Sosiologi Pedesaan sebagai Ilmu Pengetahuan

Membaca Sosiologi dan Sosiologi Pedesaan sebagai Ilmu Pengetahuan http://sofyansjaf.staff.ipb.ac.id/2010/06/09/membaca-sosiologi-dan-sosiologi-pedesaan-sebagai-ilmu -pengetahuan/ Membaca Sosiologi dan Sosiologi Pedesaan sebagai Ilmu Pengetahuan Sofyan Sjaf Umumnya, sebagian

Lebih terperinci

BAB II TEORI PILIHAN RASIONAL DALAM PERSPEKTIF JAMES S. COLEMAN

BAB II TEORI PILIHAN RASIONAL DALAM PERSPEKTIF JAMES S. COLEMAN BAB II TEORI PILIHAN RASIONAL DALAM PERSPEKTIF JAMES S. COLEMAN A. Rasonalitas Manusia Modern Rasionalitas merupakan konsep dasar yang digunakan Weber dalam klasifikasinya sampai mengenai tipe tipe tindakan

Lebih terperinci

3 METODE 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2. Paradigma Penelitian

3 METODE 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2. Paradigma Penelitian 3 METODE 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dua lokasi, yaitu: 1. Taman Nasional Gunung Halimun Salak yang terletak di Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Lebak.

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. historisnya, dipersoalkan oleh pemeluk agama, serta

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. historisnya, dipersoalkan oleh pemeluk agama, serta BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Praktik poligami dalam bentuk tindakan-tindakan seksual pada perempuan dan keluarga dekatnya telah lama terjadi dan menjadi tradisi masyarakat tertentu di belahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. metafisika pada puncaknya. Kemudian pada pasca-pencerahan (sekitar abad ke-

BAB I PENDAHULUAN. metafisika pada puncaknya. Kemudian pada pasca-pencerahan (sekitar abad ke- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada abad pencerahan (Aufklarung) telah membawa sikap kritis atas metafisika pada puncaknya. Kemudian pada pasca-pencerahan (sekitar abad ke- 19) di Jerman,

Lebih terperinci

Masyarakat Indonesia. Pengelana (Penjajah) Budaya, Agama. Sistem Ekonomi, Bahasa

Masyarakat Indonesia. Pengelana (Penjajah) Budaya, Agama. Sistem Ekonomi, Bahasa Masyarakat Indonesia Geografis Pengelana (Penjajah) Sistem Pemerintahan Suku Bangsa Budaya, Agama Kota-Desa, RK, RW, RT Mata Pencaharian Sistem Ekonomi, Bahasa Aturan Hukum Pelapisan Sosial Golongan Buruh

Lebih terperinci

Kuliah ke-7 Amika Wardana, PhD. Teori Sosiologi Kontemporer

Kuliah ke-7 Amika Wardana, PhD. Teori Sosiologi Kontemporer Kuliah ke-7 Amika Wardana, PhD. a.wardana@uny.ac.id Teori Sosiologi Kontemporer Asumsi Dasar Interaksionisme-Simbolik Akar kesejarahan Interaksionisme-Simbolik Max Weber: Verstehen (Pemahaman Subyektif)

Lebih terperinci

Sistem Politik Gabriel Almond. Pertemuan III

Sistem Politik Gabriel Almond. Pertemuan III Sistem Politik Gabriel Almond Pertemuan III Teori Fungsionalisme Lahir sebagai kritik terhadap teori evolusi, yang dikembangkan oleh Robert Merton dantalcott Parsons. Teori fungsional memandang masyarakat

Lebih terperinci

Matakuliah : L0094-Ilmu Sosial Untuk Psikologi Tahun : Pertemuan 14

Matakuliah : L0094-Ilmu Sosial Untuk Psikologi Tahun : Pertemuan 14 Matakuliah : L0094-Ilmu Sosial Untuk Psikologi Tahun : 2008 Pertemuan 14 MASYARAKAT MATERI: Pengertian Masyarakat Hubungan Individu dengan Masyarakat Masyarakat Menurut Marx Masyarakat Menurut Max Weber

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tugas-tugas pada posisinya tersebut. Apabila kita berbicara tentang tugas-tugas

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tugas-tugas pada posisinya tersebut. Apabila kita berbicara tentang tugas-tugas BAB II KAJIAN PUSTAKA Sebagai sebuah mekanisme yang terus berfungsi, masyarakat harus membagi anggotanya dalam posisi sosial yang menyebabkan mereka harus melaksanakan tugas-tugas pada posisinya tersebut.

Lebih terperinci

PRINSIP DASAR MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU DAN MAKHLUK SOSIAL DI MASYARAKAT

PRINSIP DASAR MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU DAN MAKHLUK SOSIAL DI MASYARAKAT INTERAKSI SOSIAL DAN PERUBAHAN SOSIAL PRINSIP DASAR MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU DAN MAKHLUK SOSIAL DI MASYARAKAT 1. Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial 2. Manusia berada di dalam sistem

Lebih terperinci

Tujuan Instruksional Khusus

Tujuan Instruksional Khusus Sosiologi Tujuan Instruksional Khusus Agar mahasiswa mengenal, mengerti, dan dapat menerapkan konsep-konsep sosiologi dalam hubungannya dengan psikologi SUMBER ACUAN : Soekanto, S. Pengantar Sosiologi.

Lebih terperinci

KONFLIK HORIZONTAL DAN FAKTOR PEMERSATU

KONFLIK HORIZONTAL DAN FAKTOR PEMERSATU BAB VI KONFLIK HORIZONTAL DAN FAKTOR PEMERSATU Konflik merupakan sebuah fenonema yang tidak dapat dihindari dalam sebuah kehidupan sosial. Konflik memiliki dua dimensi pertama adalah dimensi penyelesaian

Lebih terperinci

BAB II : KAJIAN TEORITIK. mengajar di tingkat universitas memberikan khusus sosiologi pertama kali di

BAB II : KAJIAN TEORITIK. mengajar di tingkat universitas memberikan khusus sosiologi pertama kali di BAB II : KAJIAN TEORITIK a. Solidaritas Sosial Durkheim dilahirkan di Perancis dan merupakan anak seorang laki-laki dari keluarga Yahudi. Dia mahir dalam ilmu hukum filsafat positif. Dia terakhir mengajar

Lebih terperinci

BAMBU WAHIDIYAH Antara Cita dan Fakta

BAMBU WAHIDIYAH Antara Cita dan Fakta BAMBU WAHIDIYAH Antara Cita dan Fakta LAPORAN PENELITIAN LAPANGAN Disusun untuk Memenuhi Tugas-2 Matakuliah Metodologi Penelitian Sosial, Humaniora, dan Islamic Studies (Edisi Revisi) Oleh: SOKHI HUDA

Lebih terperinci

Persoalan Ekonomi dan Sosiologi

Persoalan Ekonomi dan Sosiologi SOSIOLOGI EKONOMI Persoalan Ekonomi dan Sosiologi Economics and sociology; Redefining their boundaries: Conversations with economists and sociology (Swedberg:1994) Tiga pembagian kerja ekonomi dengan sosiologi:

Lebih terperinci

Teori Konflik I: Marxis dan Neo Marxis

Teori Konflik I: Marxis dan Neo Marxis Teori Konflik I: Marxis dan Neo Marxis K U L I A H KE- 5: A M I K A W A R D A N A, P H. D A. W A R D A N A @ U N Y. A C. I D T E O R I S O S I O L O G I K O N T E M P O R E R Materi: Fungsionalisme Versus

Lebih terperinci

BAB II TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL DAN TEORI SOLIDARITAS. Solidaritas Dan Stratifikasi Antar Petani Tambak Di Dusun Dukuan Desa

BAB II TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL DAN TEORI SOLIDARITAS. Solidaritas Dan Stratifikasi Antar Petani Tambak Di Dusun Dukuan Desa BAB II TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL DAN TEORI SOLIDARITAS A. Teori Fungsionalisme Struktural Untuk menjelaskan fenomena yang diangkat oleh peneliti yaitu Solidaritas Dan Stratifikasi Antar Petani Tambak

Lebih terperinci

* Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang. 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik

* Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang. 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang melahirkan aliran feminisme, yakni: 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik * *Tokoh : Robert Merton & Talcott Parsons. *Teori

Lebih terperinci

Persoalan Ekonomi dan Sosiologi

Persoalan Ekonomi dan Sosiologi SOSIOLOGI EKONOMI Persoalan Ekonomi dan Sosiologi Economics and sociology; Redefining their boundaries: Conversations with economicts and sociology (Swedberg:1994) Tiga pembagian kerja ekonomi dengan sosiologi:

Lebih terperinci

TEORI DAN METODOLOGI

TEORI DAN METODOLOGI TEORI DAN METODOLOGI MEMBANGUN PARADIGMA DALAM TEORI SOSIOLOGI 3 PARADIGMA FAKTA SOSIAL DEFINISI SOSIAL PERILAKU SOSIAL Sudut pandang sistem sosial sebagai keseluruhan Sudut pandang struktur sosial Tindakan

Lebih terperinci

MENGKAJI TEORI SOSIOLOGI MODERN: TEORI JARINGAN. Untuk Memenuhi Tugas UTS Mata Kuliah: Metode Penelitian Sosial. Dosen Pengampu : Drs. Prijana, M.

MENGKAJI TEORI SOSIOLOGI MODERN: TEORI JARINGAN. Untuk Memenuhi Tugas UTS Mata Kuliah: Metode Penelitian Sosial. Dosen Pengampu : Drs. Prijana, M. MENGKAJI TEORI SOSIOLOGI MODERN: TEORI JARINGAN Untuk Memenuhi Tugas UTS Mata Kuliah: Metode Penelitian Sosial Dosen Pengampu : Drs. Prijana, M.Si Andri Yanti, S.Sos.M.Ikom Disusun Oleh : Santi Rizki Sopianti

Lebih terperinci

PERILAKU SOSIAL: TEORI PERTUKARAN BLAU

PERILAKU SOSIAL: TEORI PERTUKARAN BLAU Kuliah ke-12 Teori Sosiologi Kontemporer Amika Wardana, Ph.D. a.wardana@uny.ac.id PERILAKU SOSIAL: TEORI PERTUKARAN BLAU Materi: Teori Pertukaran Sosial Pertukaran dan Integrasi Sosial Pertukaran dan Kekuasaan

Lebih terperinci

Pendekatam Teoritik dalam Memahami Sistem Sosial Budaya Indonesia. Disampaikan pada Kuliah Sistem Sosial Budaya Indonesia, Pertemuan Ke-4

Pendekatam Teoritik dalam Memahami Sistem Sosial Budaya Indonesia. Disampaikan pada Kuliah Sistem Sosial Budaya Indonesia, Pertemuan Ke-4 Pendekatam Teoritik dalam Memahami Sistem Sosial Budaya Indonesia Disampaikan pada Kuliah Sistem Sosial Budaya Indonesia, Pertemuan Ke-4 STRUKTURAL FUNGSIONAL Asumsi Dasar: MASYARAKAT TERINTEGRASI ATAS

Lebih terperinci

KELAHIRAN SOSIOLOGI Pertemuan 2

KELAHIRAN SOSIOLOGI Pertemuan 2 KELAHIRAN SOSIOLOGI Pertemuan 2 SOSIOLOGI??? APA MANFAAT LETAK LAHIRNYA SOSIOLOGI Sosiologi lahir manakala muncul perhatian terhadap masyarakat karena perubahan yang terjadi Terdapat peristiwa besar di

Lebih terperinci

BAB II KONFLIK DAN INTEGRASI DALAM PARADIGMA TEORI SOSIAL. dengan; atau berselisih dengan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia konflik

BAB II KONFLIK DAN INTEGRASI DALAM PARADIGMA TEORI SOSIAL. dengan; atau berselisih dengan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia konflik 33 BAB II KONFLIK DAN INTEGRASI DALAM PARADIGMA TEORI SOSIAL A. Teori Konflik Konflik secara etimologis adalah pertengkaran, perkelahian, perselisihan tentang pendapat atau keinginan; atau perbedaan; pertentangan

Lebih terperinci

RALF DAHRENDORF ( )

RALF DAHRENDORF ( ) RALF DAHRENDORF (1929 - ) 1 TEORI KONFLIK: RALF DAHRENDORF Oleh: ANIEK RAHMANIAH 1. Konteks sosial yang melatari pemikiran Dahrendorf Revolusi politik dan revolusi industri yang melanda masyarakat Eropa

Lebih terperinci

CRITICAL THEORIES Bagian II

CRITICAL THEORIES Bagian II CRITICAL THEORIES Bagian II 1 MARXISME Jalur Pengaruh Pemikiran Karl Mark & Teori Kritis Hegel Neo Marxisme Teori Kritis II Marks Muda Karl Mark Marks Tua Engels Kautsky Korsch Lukacs Gramsci Hokheimer

Lebih terperinci

DEFINISI, OBJEK DAN KELAHIRAN SOSIOLOGI. Pertemuan 2

DEFINISI, OBJEK DAN KELAHIRAN SOSIOLOGI. Pertemuan 2 DEFINISI, OBJEK DAN KELAHIRAN SOSIOLOGI Pertemuan 2 SOSIOLOGI??? APA MANFAAT LETAK LAHIRNYA SOSIOLOGI Berhubungan dengan ilmuwan Perancis bernama Auguste Comte (1789-1857) yang dengan kreatif menyusun

Lebih terperinci

B A B V P E N U T U P. Fakta-fakta dan analisis dalam tulisan ini, menuntun pada kesimpulan

B A B V P E N U T U P. Fakta-fakta dan analisis dalam tulisan ini, menuntun pada kesimpulan 5.1. Kesimpulan B A B V P E N U T U P Fakta-fakta dan analisis dalam tulisan ini, menuntun pada kesimpulan umum bahwa integrasi sosial dalam masyarakat Sumba di Kampung Waiwunga, merupakan konstruksi makna

Lebih terperinci

POLITIK DAN PERUBAHAN SOSIAL

POLITIK DAN PERUBAHAN SOSIAL POLITIK DAN PERUBAHAN SOSIAL Mekanisme Perubahan Sosial Asumsi Perspektif Materialisme Perspektif Idealis Mekanisme Interaksional Sumber Struktural: Pemerintahan dan Korban Status Sumber Struktural: Elit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut hubungan antara orang-perorangan, antara kelompok-kelompok

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut hubungan antara orang-perorangan, antara kelompok-kelompok BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial (yang juga dapat dinamakan proses sosial) karena interaksi merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas

Lebih terperinci

DIKTAT PERKULIAHAN SEJARAH KETATANEGARAAN. Oleh: ZULKARNAIN,M.Pd

DIKTAT PERKULIAHAN SEJARAH KETATANEGARAAN. Oleh: ZULKARNAIN,M.Pd DIKTAT PERKULIAHAN SEJARAH KETATANEGARAAN Oleh: ZULKARNAIN,M.Pd KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN EKONOMI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH TAHUN AJARAN 2011 i UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di dalam mencari fakta fakta melalui kegiatan penelitian yang dilakukannya. Jadi,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di dalam mencari fakta fakta melalui kegiatan penelitian yang dilakukannya. Jadi, BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Paradigma adalah pedoman yang menjadi dasar bagi para saintis dan peneliti di dalam mencari fakta fakta melalui kegiatan penelitian yang dilakukannya. Jadi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 Strukturalisme Konflik Konflik berasal dari kata kerja configere yang maknanya adalah saling memukul. Sementara istilah conflict dalam bahasa Inggris berarti

Lebih terperinci

Matakuliah : O0042 Pengantar Sosiologi Tahun : Ganjil 2007/2008 PERUBAHAN SOSIAL DAN MODERNITAS PERTEMUAN 09

Matakuliah : O0042 Pengantar Sosiologi Tahun : Ganjil 2007/2008 PERUBAHAN SOSIAL DAN MODERNITAS PERTEMUAN 09 Matakuliah : O0042 Pengantar Sosiologi Tahun : Ganjil 2007/2008 PERUBAHAN SOSIAL DAN MODERNITAS PERTEMUAN 09 1. Pengertian Perubahan Sosial Setiap masyarakat manusia selama hidup pasti mengalami perubahan-perubahan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI 2.1. Konsep Pertukaran Sosial Peter M. Blau mengembangkan teori pertukaran sosial dengan memusatkan perhatian pada struktur sosial yang lebih luas yang beradasar pada analisis terhadap

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORETIK

BAB II KERANGKA TEORETIK 22 BAB II KERANGKA TEORETIK A. Kajian Pustaka 1. Pengertian Konflik Kata konflik mengandung banyak pengertian. Ada pengertian yang negatif, konflik dikaitkan dengan: sifat-sifat kekerasan dan penghancuran.

Lebih terperinci

More-Than-Human Sociology: Pentingnya Peran Materi dalam Kehidupan Sosial

More-Than-Human Sociology: Pentingnya Peran Materi dalam Kehidupan Sosial DOI: 10.7454/mjs.v22i2.8245 Resensi More-Than-Human Sociology: Pentingnya Peran Materi dalam Kehidupan Sosial Kevin Nobel Kurniawan Departemen Sosiologi UI Email: KevinNobel93@gmail.com Pyythinen, Olli.

Lebih terperinci

TEORI KOMUNIKASI. Teori Komunikasi Massa (Teori Makro)

TEORI KOMUNIKASI. Teori Komunikasi Massa (Teori Makro) MODUL PERKULIAHAN TEORI KOMUNIKASI Massa (Teori Makro) Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Ilmu Komunikasi Penyiaran 11 MK A. Sulhardi, S. Sos, M,Si Abstract teori makro komunikasi massa

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS)

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) Matakuliah : Sosiologi Komunikasi Kode/Bobot : ISK 4275/ 3 SKS (3-0) Deskripsi Singkat : Mata kuliah ini akan membahas dan mengkaji tentang aktivitas

Lebih terperinci

BAB II TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL. juga tata letak teori dalam pembahasan dengan judul Industri Rumah

BAB II TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL. juga tata letak teori dalam pembahasan dengan judul Industri Rumah BAB II TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL A. FUNGSIONALISME STRUKTURAL Dalam bab ini peneliti akan menjabarkan pembahasanya yang dikaitkan dengan teori, korelasi pembahasan penelitian dengan teori dan juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan wujud dari proses imajinatif dan kreatif pengarang.

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan wujud dari proses imajinatif dan kreatif pengarang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan wujud dari proses imajinatif dan kreatif pengarang. Adapun proses kreatif itu berasal dari pengalaman pengarang sebagai manusia yang hidup di

Lebih terperinci

BAB II TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL

BAB II TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL BAB II TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL A. STRUKTURAL FUNGSIONAL Untuk mendukung penelitian ini, peneliti mengkaji lebih lanjut dengan teori Struktural Fungsional.Dan berikut merupakan penjelasan teori struktural

Lebih terperinci

Pengertian Ruang Lingkup Sosiologi Politik

Pengertian Ruang Lingkup Sosiologi Politik Modul 1 Pengertian Ruang Lingkup Sosiologi Politik Dra. Parwitaningsih S PENDAHULUAN osiologi politik merupakan suatu cabang ilmu sosiologi yang secara khusus mempelajari dimensi sosial dari politik, hal

Lebih terperinci

Sosiologi Pembangunan

Sosiologi Pembangunan Slamet Widodo Pembangunan Pembangunan merupakan bentuk perubahan sosial yang terencana Perubahan sosial adalah segala perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk

Lebih terperinci

ANALISIS KONFLIK ANTARA MASYARAKAT DENGAN PERHUTANI AKIBAT PENGAMBILAN LAHAN KEHUTANAN

ANALISIS KONFLIK ANTARA MASYARAKAT DENGAN PERHUTANI AKIBAT PENGAMBILAN LAHAN KEHUTANAN Fani Julia Putri, Analisis Konflik Antara Masyarakat Dengan Perhutani ANALISIS KONFLIK ANTARA MASYARAKAT DENGAN PERHUTANI AKIBAT PENGAMBILAN LAHAN KEHUTANAN Fani Julia Putri 1, Bunyamin Maftuh 2,Elly Malihah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memberikan sumbangan referensi dan menambah wawasan bagi penulis. Kajiankajian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memberikan sumbangan referensi dan menambah wawasan bagi penulis. Kajiankajian 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Pustaka Beberapa kajian mengenai eksploitasi anak di lingkungan akademik telah memberikan sumbangan referensi dan menambah wawasan bagi penulis. Kajiankajian tersebut

Lebih terperinci

BAB I SOSIOLOGI SEBAGAI ILMU

BAB I SOSIOLOGI SEBAGAI ILMU SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN SOSIOLOGI BAB I SOSIOLOGI SEBAGAI ILMU ALI IMRON, S.Sos., M.A. Dr. SUGENG HARIANTO, M.Si. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT

Lebih terperinci

KONFLIK SOSIAL Pengertian Konflik

KONFLIK SOSIAL Pengertian Konflik KONFLIK SOSIAL 1. Pengertian Konflik Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (Muhammad Ali), kata pegawai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (Muhammad Ali), kata pegawai BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pegawai Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (Muhammad Ali), kata pegawai berarti orang yang bekerja pada pemerintah (Perusahaan dan sebagainya) Sedangkan negeri berarti

Lebih terperinci

Facebook :

Facebook : 1 Nama : Dian Silvia Ardasari Tetala : Baso, 4 Desember 1983 Pendidikan : Sarjana Sosial dari Universitas Indonesia Status : Istri dari Chairul Hudaya Ibu dari Naufal Ghazy Chairian (3,5 th) dan Naveena

Lebih terperinci

VII KONFLIK DAN INTEGRASI

VII KONFLIK DAN INTEGRASI VII KONFLIK DAN INTEGRASI Pengertian Konflik Konflik adalah perselisihan atau persengketaan antara dua atau lebih kekuatan baik secara individu atau kelompok yang kedua belah pihak memiliki keinginan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran hiburan, baik itu hiburan malam atau bukan dalam masyarakat. rawan konflik atau memiliki potensi konflik

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran hiburan, baik itu hiburan malam atau bukan dalam masyarakat. rawan konflik atau memiliki potensi konflik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehadiran hiburan, baik itu hiburan malam atau bukan dalam masyarakat akan menimbulkan bukan hanya sisi positif seperti menghibur masyarakat, tapi juga sebagiannya beriringan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. modern. Salah satu pasar tradisonal yang masih eksis di Yogyakarta yaitu

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. modern. Salah satu pasar tradisonal yang masih eksis di Yogyakarta yaitu BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Modal sosial dapat dibangun dalam dunia perdagangan di pasar. Modal sosial juga memiliki peran dalam membantu pasar tradisonal untuk mempertahankan keberadaannya

Lebih terperinci

Kelompok 3 : 1. Anggraini Widjanarti ( ) 2. Annisa Utami ( ) 3. Maria Gracia Deita ( Y)

Kelompok 3 : 1. Anggraini Widjanarti ( ) 2. Annisa Utami ( ) 3. Maria Gracia Deita ( Y) Kelompok 3 : 1. Anggraini Widjanarti (1201000148) 2. Annisa Utami (1201000156) 3. Maria Gracia Deita (120100066Y) Judul Buku : Sociological Paradigms and Organisational Analysis Bab : 1. Assumptions about

Lebih terperinci

Ringkasan Paper : Sociological Paradigms and Organizational Analysis

Ringkasan Paper : Sociological Paradigms and Organizational Analysis Ringkasan Paper : Sociological Paradigms and Organizational Analysis Oleh: Kelompok 7 120400022X Daniel Albert Y. A. 120400061Y Michael Budiman Assumptions about the Nature of Social Science Semua teori

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN. dan berkuasa dalam aspek pendidikan dan politik, bahkan dipandang lebih superior

BAB VII KESIMPULAN. dan berkuasa dalam aspek pendidikan dan politik, bahkan dipandang lebih superior BAB VII KESIMPULAN Studi ini berangkat dari dua gejala kontradiktif dari kehidupan orang Makeang. Orang Makeang di masa lalu adalah kaum subordinat dan dipandang kampungan, sedangkan orang Makeang masa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi berasal dari kata Yunani 'methodologia' yang berarti teknik atau prosedur, yang lebih merujuk kepada alur pemikiran umum atau menyeluruh dan juga gagasan teoritis

Lebih terperinci

BAB II TINDAKAN SOSIAL MARX WEBER. ketuhanan). Ia dididik dengan tradisi idealisme Jerman dan perduli

BAB II TINDAKAN SOSIAL MARX WEBER. ketuhanan). Ia dididik dengan tradisi idealisme Jerman dan perduli BAB II TINDAKAN SOSIAL MARX WEBER Max Weber (1864-1920), ia dilahirkan di Jerman dan merupakan anak dari seorang penganut protestan Liberal berhaluan sayap kanan. Weber berpendidikan ekonomi, sejarah,

Lebih terperinci

KONFLIK AGRARIA. (Studi Kasus di Desa Bilalang II Kecamatan Kotamobagu Utara) ABSTRAK

KONFLIK AGRARIA. (Studi Kasus di Desa Bilalang II Kecamatan Kotamobagu Utara) ABSTRAK KONFLIK AGRARIA (Studi Kasus di Desa Bilalang II Kecamatan Kotamobagu Utara) ABSTRAK Irfandi Mokoginta, Nim 281 410 032. Konflik Agraria (Studi Kasus di Desa Bilalang II, Kecamatan Kotamobagu Utara) di

Lebih terperinci

BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN

BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN Pada umumnya manusia dilahirkan seorang diri. Namun demikian, mengapa manusia harus hidup bermasyarakat. Manusia tanpa manusia lainnya pasti akan mati. Bayi misalnya,

Lebih terperinci

1) MERUMUSKAN SOSIOLOGI (1840) SBG ILMU EMPIRIK ( BAPAK SOSIOLOGI)

1) MERUMUSKAN SOSIOLOGI (1840) SBG ILMU EMPIRIK ( BAPAK SOSIOLOGI) a. AUGUSTE COMTE (1798 1857) 1) MERUMUSKAN SOSIOLOGI (1840) SBG ILMU EMPIRIK ( BAPAK SOSIOLOGI) 2) SOSIOLOGI TDA : SOS STATIS (ASPEK STRUKTUR) SOS DINAMIS (ASPEK PROSES, PERUBAHAN) 3) MASY DIPANDANG SBG

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Penelitian ini mendapatkan konsep awal tentang anti-materialisme

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Penelitian ini mendapatkan konsep awal tentang anti-materialisme BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Penelitian ini mendapatkan konsep awal tentang anti-materialisme berdasarkan eksplorasi terhadap sikap hidup orang-orang yang memandang diri mereka sebagai tidak materialistis.

Lebih terperinci

BAB II TINDAKAN SOSIAL DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL. paradigma yang ada yakni Fakta Sosial (Emile Durkheim) dan Perilaku

BAB II TINDAKAN SOSIAL DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL. paradigma yang ada yakni Fakta Sosial (Emile Durkheim) dan Perilaku BAB II TINDAKAN SOSIAL DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL A. Tindakan Sosial Max Weber Teori tindakan sosial merupakan salah satu teori yang dikemukakan oleh Max Weber, dan terdapat pada paradigma Definisi Sosial

Lebih terperinci

TEORI KONFLIK SOSIOLOGI KLASIK DAN MODERN M. Wahid Nur Tualeka

TEORI KONFLIK SOSIOLOGI KLASIK DAN MODERN M. Wahid Nur Tualeka Dosen Prodi Studi Agama-agama Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surabaya Abstraksi Konflik sosial merupakan fenomena sosial yang menarik dikaji dan diteliti. Hal ini memunculkan berbagai teori

Lebih terperinci

Teori Sosial. (Apa Kontribusinya Terhadap Pemahaman Olahraga di Masyarakat)

Teori Sosial. (Apa Kontribusinya Terhadap Pemahaman Olahraga di Masyarakat) Teori Sosial (Apa Kontribusinya Terhadap Pemahaman Olahraga di Masyarakat) Apa itu Teori dalam Sosiologi? Pada saat kita menanyakan mengapa dunia sosial kita seperti ini dan kemudian membayangkan bagaimana

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Peneliti menggunakan metodologi kualitatif dengan paradigma interpretif dan pendekatan konstruktivis, dengan riset studi kasus (case study) dengan tipe penelitian

Lebih terperinci

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH Pokok Bahasan : Perkembangan Teori Sosiologi dan Antropologi. Pertemuan ke- : 1 dan 2 1. Pengantar perkuliahan dan Silabus. 2. Pengertian teori. Teori: seperangkat proposisi yang mempunyai hubungan secara

Lebih terperinci

MATERI 6 HUBUNGAN INTERAKSI DAN DINAMIKA SOSIAL

MATERI 6 HUBUNGAN INTERAKSI DAN DINAMIKA SOSIAL MATERI 6 HUBUNGAN INTERAKSI DAN DINAMIKA SOSIAL 1. Hubungan Interaksi Sosial dan Dinamika Kehidupan Sosial Interaksi sosial akan menyebabkan kegiatan hidup seseorang semakin bervariasi dan kompleks. Jalinan

Lebih terperinci

BAB II SOLIDARITAS SOSIAL DALAM PERSPEKTIF EMILE DURKHEIM. dengan pihak-pihak terkait. Peneliti memilih teori Solidaritas Emile Durkhei, teori ini

BAB II SOLIDARITAS SOSIAL DALAM PERSPEKTIF EMILE DURKHEIM. dengan pihak-pihak terkait. Peneliti memilih teori Solidaritas Emile Durkhei, teori ini BAB II SOLIDARITAS SOSIAL DALAM PERSPEKTIF EMILE DURKHEIM Melihat kondisi solidaritas dan berdasarkan observasi, serta wawancara dengan pihak-pihak terkait. Peneliti memilih teori Solidaritas Emile Durkhei,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bila masa depan adalah kenyataan, apakah masa depan akan dialami oleh setiap orang? Jawabannya bisa iya bisa tidak. Tetapi yang paling terpenting adalah masa depan itu

Lebih terperinci

PERTEMUAN KE 3 POKOK BAHASAN

PERTEMUAN KE 3 POKOK BAHASAN PERTEMUAN KE 3 POKOK BAHASAN A. TUJUAN PEMBELAJARAN Adapun tujuan pembelajaran yang akan dicapai sebagai berikut: 1. Mahasiswa dapat memahami tentang: Teori system, teori struktural fungsional, teori konflik,

Lebih terperinci

TEORI SOSIOLOGI KLASIK MASRUKIN HENDRI RESTUADHI TYAS RETNO WULAN HANEMAN SAMUEL (UI)

TEORI SOSIOLOGI KLASIK MASRUKIN HENDRI RESTUADHI TYAS RETNO WULAN HANEMAN SAMUEL (UI) TEORI SOSIOLOGI KLASIK MASRUKIN HENDRI RESTUADHI TYAS RETNO WULAN HANEMAN SAMUEL (UI) TUJUAN MATA KULIAH Mata kuliah TEORI SOSIOLOGI KLASIK (TSK) mempelajari ide-ide yang menjadikan sosiologi sebagai disiplin

Lebih terperinci