BAB I PENDAHULUAN. komperhensif tentang faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya konflik di Ambon.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. komperhensif tentang faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya konflik di Ambon."

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Studi mengenai konflik Ambon merupakan bahasan menarik yang perlu diteliti lebih lanjut khususnya mengenai akar-akar konflik dalam konteks perebutan kekuasaan di masa lalu sehingga dapat memunculkan benih-benih konflik bertahun-tahun. Pengungkapan kondisi yang menyebabkan dan memungkinkan terjadinya konflik telah banyak dibuat oleh berbagai pihak baik lisan, maupun tertulis, dibukukan maupun tidak. Namun tentunya pengungkapan tersebut sangat ditentukan oleh perspektif pemikiran yang strategis dan komperhensif tentang faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya konflik di Ambon. Beberapa penelitian telah dilakukan seperti Damai Di Tengah Konflik, yang diteliti oleh Tony Pariela. Penelitian yang dilakukan Pariela ini dimaksudkan untuk mengungkap dan menjelaskan bagaimana masyarakat Wayame sebagai satu komunitas yang heterogen dapat mengembangkan apa yang disebut preserved social capital sebagai basis survival strategy merespons tekanan-tekanan dinamika konflik Maluku guna mempertahankan damai di tengah konflik Maluku di Desa Wayame. 1 Penelitian yang kedua coba diteliti oleh Tontji Soumokil untuk disertasinya. 2 Saumokil mencoba meneliti dan menggambarkan Reintegrasi Sosial Pasca Konflik Maluku. Proses reintegrasi sosial pasca konflik misalnya, dibutuhkan local genius untuk berfungsi sebagai perekat sosial (adhesi sosial) antar komunitas, namun di sisi lain bukan local genius tetapi ada struktur baru yang muncul mungkin lebih fungsional sebagai perekat untuk mengintegrasikan kembali komunitas yang pernah terlibat dalam konflik. Penelitian ketiga dilakuan oleh Ferry Nahusona, tentang (self-centered) yang 1 Tonny D. Pariela, Damai di tengah konflik Maluku: preserved social capital sebagai basis survival strategy Universitas Kristen Satya Wacana. Program Pascasarjana Studi Pembangunan 2008 hlm 1 2 Tontji Soumokil Reintegrasi Sosial Pasca Konflik Maluku, Disertasi Doktoral Studi Pembanguanan UKSW 2011 hlm 1 1

2 bertumpu pada klaim-klaim kebenaran agama di Ambon sehingga menimbulkan konflik (the absolute truth claim). Umat beragama merasa lebih benar satu terhadap lainnya. Kesejatian agama ditentukan berdasarkan paham-paham beragama yang mapan. Dengan penelitian-penelitian yang sudah ada di atas maka penulis tertarik melihat konflik di Ambon dari perspektif yang berbeda dengan menggunakan analisis teori identitas, karena menurut penulis teori identitas sangat potensial dalam menjelaskan fenomena konflik di Ambon yang menggaris bawahi mengapa dan bagaimana komunitas Islam-Kristen di Ambon yang sudah lama hidup damai dan haromoni kemudian tiba-tiba berubah menjadi brutal dan saling membunuh satu sama lain dalam sebuah kekerasan komunal yang mengerikan dan berlangsung cukup lama dan juga faktor-faktor dan kondisi yang melatarblakangi konflik Ambon berdasarkan dominasi masing-masing kelompok agama dalam sektor-sektor publik di lingkup pemrintahan sehingga dapat memunculkan konflik terjadi. Maka yang menjadi persoalan selanjutnya yang perlu dijawab dalam penulisan ini ialah bagaimana menjelaskan salah satu penyebab konflik Ambon dari prespektif teori identitas. Penulis merasa persoalan tersebut sangat urgen dan signfikan untuk dijawab dalam penelitian ini. Keragaman identitas menjadi hal yang menarik dan suatu keunikan bagi komunitas masyarakat di Ambon. Tidak dapat dipungkiri persoalan kemajemukan dengan beragamnya etnik agama dan etnis sebagai identitas kolektif bisa menjadikan komunitas beragama di Ambon rentan dengan konflik. Persoalan konflik bagian dari pertentangan elit-elit pemerintahan yang menggunakan identitas agama secara berhadap-hadapan dalam konteks perebutan jabatan-jabatan strategis dalam pemerintahan. Setiap elit pemerintahan yang mewakili etnis dan agamanya masing-masing memiliki tujuan yang berbeda-beda demi mencapai tujuannya masing-masing dalam memperebutkan kekuasaan di sektor-sektor publik. Perebutan kekuasaan dimulai dengan berbedaan kepentingan yang dimiliki setiap 2

3 kelompok komunitas agama dan etnis kemudian dapat mengakibatkan konflik yang berkepanjangan. Persoalan konflik bisa terjadi antar komunitas dengan komunitas yang berbeda yang saling bertemu dalam teritori yang sama. Perjumpaan tersebut, pasti menimbulkan prasangka-prasangka terhadap komunitas-komunitas yang saling memperebutkan sumber-sumber kekuasaan. Persoalan penyebab munculnya konflik yang terjadi di Ambon didasarkan pada identitas agama yang digunakan oleh elit-elit pemerintahan, yaitu penggunaan identitas agama Kristen dan Islam. Munculnya konflik terjadi dengan adanya pertikaian yang dimulai dari tahun 1999 sampai tahun Penyebab konflik komunal di ungkapkan banyak pihak dikarenakan alasan penggunaan identitas agama secara berhadap-hadapan dalam konteks persaingan dalam pemerintahan. Adanya kesenjangan ekonomi antara pihak yang berkonflik juga dinggap menjadi salah satu faktor pemicu. Persoalan tersebut memperlihatkan bahwa dalam hubungan antara elit-elit pemerintahan yang menggunakan identitas agama mereka masing-masing dalam persaingan untuk memperebutkan jabatan-jabatan publik dalam lingkup pemerintahan maupun pedidikan dapat menimbulakan konflik. Institusi birokrasi sangat berperan penting dalam Proses ini mengakibatkan mereka yang bersaing dalam birokrasi pemerintahan antara dua komunitas agama mengakibatkan konflik terjadi. Kedua komunitas agama Kristen dan Islam sibuk mengurusi dan mengawal kekuasaannya, akibatnya agama kehilangan fungsi profetiknya dalam mengawal persoalan-persoalan ketiadakadilan yang sering terjadi dalam institusi pemerintahan. Persoalan politisasi agama terasa semakin mempengaruhi kehidupan umat beragama di kota Ambon untuk berkompetisi secara sehat dalam semangat persaudaraan. Persoalan seperti ini tidak saja membuat polarisasi anatar kedua komunitas menurut agamanya masing-masing, tetapi juga telah menyebabkan konflik antar kedua identitas agama demi kepentingan kekuasaan di sektor-sektor publik dalam pemrintahan di Kota Ambon. 3

4 Kalau kita sedikit menyimak kronologis konflik Ambon bermula dari pemalakan seorang supir berinisal J.L dari komunitas Kristen yang sehari-hari bekerja sebagai sopir Angkot dan seorang pemuda dari komunitas Muslim asal Bugis, NS yang pengangguran yang sering mabuk-mabukan dan kegiatannya sehari-hari memalak sopir angkot yang berlalulalang dalam terminal Mardika di Kota Ambon. Karena J.L merasa di palak dan mersa dirugikan dan melakukan perlawanan terhadap N.S sehingga konflik yang awalnya merupakan tindakan kriminal biasa berimbas menjadi konflik Agama. 3 Penulis berpendapat kronologis konflik antara dua orang pemuda di pasar Mardika itu hanya sebagai trriger dalam memnculkan konflik karena adanya kesenjangan antara dua komunitas di kota Ambon sehingga perkelahian dua orang pemuda itu ditunggangi oleh elitelit politik yang bersaing antara dua identitas agama sehingga mudah saja memobilisasi massa lebih banyak sehingga konflik tersebut terlihat sebagai konflik agama Islam dan Kristen, padahal rivalitas antara elit-elit pemerintahan itulah yang memnculkan benih-benih ketidaksukaan karena faktor kesenjangan ekonomi dan persaingan kekuasaan dalam pemerintahan. Benih-benih konflik Ambon sudah mulai muncul pada masa lalu di mana pada masa penjajahan pemerintah kolonial Belanda. Pada waktu pemerintah kolonial Belanda datang ke Maluku untuk mencari rempah-rempah, di samping itu pemerintah kolonial Belanda juga memasukan agama Kristen di Maluku sebagai suatu agama selain itu agama Kristen Protestan juga dipakai sebagai alat untuk meningkatkan loyalitas masyarakat pribumi terhadap pemerintah kolonial Belanda. Komunitas Kristen banyak yang disekolahkan dalam pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah kolonial hingga menjadi komunitas terdidik dibandingkan komunitas Islam Maluku yang tidak mau bekerjasama karena Belanda adalah kaum kafir bagi mereka

5 Komunitas Islam di Ambon kemudian mengalami diskriminasi secara sosial dan ekonomi pada masa pemerintahan kolonial Belanda. Pengistimewaan komunitas Kristen di Ambon tersebut kemudian berubah pada zaman penjajahan belanda berakhir. Komunitas Kristen kemudian dicap sebagai separatis oleh pemerintah pusat karena banyak diantaranya yang bergabung dalam RMS. Kondisi inilah yang kemudian menguntungkan komunitas Islam Ambon yang selama ini termarginal pada masa pemerintahan kolonial untuk menguasai pemerintahan yang dulu dikuasai komunitas Kristen. Kalau meleihat sejarahnya jabatan birokrasi pemerintahan merupakan profesi yang dianggap prestisius di Maluku khususnya kota Ambon yang sejatinya merupakan konstruksi pemerintah Belanda. Itu sebabnya kemudian, banyak komunitas pemuda di Ambon sendiri lebih banyak terjun di dunia pemerintahan ketimbang sektor perdagangan yang merupakan sumber asli perekonomian mereka. 4 Komunitas Kristen juga menghadapi lonjakan pendatang berupa etnis Buton, Bugis, Makassar yang menguasai perdagangan antar pulau di Maluku. Maka di tengah himpitan islamisasi baik dari sosio-ekonomi maupun sosio keagamaan inilah yang kemudian memecah konflik Maluku pada tahun 1999 di mana rasa frustasi kaum Kristen Maluku selama Orde Baru berusaha dilampiaskan kepada kaum Islam yakni Islam Maluku maupun para pendatang BBM (Buton, Bugis, dan Makassar). Konflik yang sebenarnya lebih mengarah pada rivalitas birokrasi kemudian berkembang menurut sebagian orang adalah konflik agama Sistematika Penulisan Berdasarkan latar belakang masalah dan mengacu pada kerangka teori, maka perumusan masalah adalah: 4 John Pieris,Tragedi Maluku: Krisis Sebuah Peradaban, (Jakarta: Yayasan Obor, 2004), hlm Wasisto Raharjo: Jati Kearifan Lokal sebagai Resolusi Konflik Keagamaan,Walisongo, Volume 21, Nomor 2, November UGM 2013, hlm 5

6 1. Bagaimana peran identitas agama (Islam dan Kristen) di kota Ambon dalam perebutan kekuasaan di sektor-sektor publik dalam pemerintahan? 2. Apakah perebutan kekuasaan dapat menciptakan situasi dan kondisi yang memunculkan konflik? 1.3 Tujuan Penelitian Dengan demikian, bertolak dari rumusan penelitian seperti di atas maka penulis akan mengarahkan tujuan penelitian untuk : 1. Mendeskripsikan peran identitas agama (Islam dan Kristen) di Kota Ambon dalam perebutan kekuasaan di sektor publik dan pemerintahan 2. Mendeskripsikan perebutan kekuasaan di sektor-sekor publik dan terciptanya kondisi yang memunculkan konflik 1.4 Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian, maka sangat diharapkan memberikan kontribusi pemikiran terhadap dua hal yakni, 1. Pada tataran akademik, diharapkan penelitian ini dapat menjadi sumbangan bagi pengembangan studi konflik dan perdamaian. 2. Pada tataran praksis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran bagi masyarakat kota Ambon tentang latar belakang konflik sosial di kota Ambon. 1.5 Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah deskriptif dengan menggunakan jenis kualitatif. Jenis kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. 6 Dengan metode kualitatif yang didasarkan pada deskripsi yang jelas dan detail, maka 6 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1998), 3. 6

7 penyajian atas temuan akan sangat kompleks, rinci, dan komprehensif sesuai dengan fenomena yang terjadi Jenis Data Sumber data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah sumber data primer dan sumber data sekunder. a. Sumber data primer Sumber data primer adalah data yang dapat diperoleh lansung dari lapangan atau tempat penelitian, itu bisa berupa wawancara. Data primer diperoleh melalui wawancara mendalam dengan responden, yaitu tokoh-tokoh sentaral perdamaian di Maluku antara dua komunitas Islam dan Kristen dan mereka yang bekerja di instansi pemerintahan. Penulis menggunakan data ini untuk mendapatkan informasi langsung tentang larat belakang konflik yang didsarkan atas perebutan jabatan-jabatan publik dalam pemerintahan. a. Sumber data sekunder Sumber data sekunder adalah sumber-sumber tertulis yang terkait tentang konflik di Kota Ambon dalam melihat gagasan-gagasan dan latar belakang munculnya konflik sebagai langkah studi analisis dengan menggunakan prespektif teori identitas mengenai fakta yang ada di masa lampau hingga sekarang dengan melacak berbagai literatur dan dokumen dan buku-buku di perpustakaan. 1.6 Lokasi Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di kota Ambon terkhususnya pada informan-informan kunci yaitu tokoh-tokoh agama di Lembaga Antar Iman Maluku, Universitas Pattimura Ambon, Tokoh-tokoh perdamaian Maluku dan mereka yang bekerja dalam instansi 7 Norman K. Denzin dan Yvonna S. Lincoln, The Sage Handbook of Qualitative Research1(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), xviii. 7

8 pemerintah di Kota Madya Ambon dalam dua komunitas Islam-Kristen yang pernah mersakan secara langsung dampak dari konflik sosial di Kota Ambon. 1.7 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data penulis menggunakan teknik wawancara dan studi dokumentasi: a. Wawancara dilakukan dengan tokoh-tokoh perdamaian di Ambon dan mereka yang bekerja di instansi pemerintahan dan lembaga pendidikan. b. Studi dokumentasi adalah bersumber dari setiap bahan tertulis yang diperoleh dari buku-buku, jurnal, dan sumber-sumber tertulis yang berhubungan dengan konflik Ambon. 1.8 Teknik Analisis Data Data yang diperoleh melalui wawancara dan sumber-sumber tertulis, selanjutnya akan dijelaskan dan diuraikan dalam bentuk deskripsi, dengan menggunakan teori identitas sosial sebagai pisau analisis, dan kesimpulan dari analisis merupakan temuan baru dari hasil penelitian ini. 1.9 Sistematika Penulisan Bab I Berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan. Bab II Merupakan landasan teori yang digunakan sebagai dasar untuk memahami Konflik di Kota Ambon dalam rangka memaknai persoalan yang diteliti. Bab III Merupakan fokus pembahasan yang berupa pemaparan hasil penelitian yang telah dilakukan. Bab IV Analisis hasil penelitian Bab V Penutup yang berisi kesimpulan dan saran 8

BAB V PENUTUP. prespektif Identitas Sosial terhadap Konflik Ambon, maka ada beberapa hal pokok yang

BAB V PENUTUP. prespektif Identitas Sosial terhadap Konflik Ambon, maka ada beberapa hal pokok yang BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Bertolak dari pemaparan hasil penelitian dan penggkajian dengan menggunakan prespektif Identitas Sosial terhadap Konflik Ambon, maka ada beberapa hal pokok yang dapat disimpulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia tergambar dalam berbagai keragaman suku, budaya, adat-istiadat, bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia tergambar dalam berbagai keragaman suku, budaya, adat-istiadat, bahasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang majemuk. Kemajemukan dari Indonesia tergambar dalam berbagai keragaman suku, budaya, adat-istiadat, bahasa dan agama.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Kesimpulan ini merupakan inti pembahasan yang disesuaikan dengan permasalahan penelitian yang dikaji. Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN Pengantar Pada bab ini, penulis akan menggambarkan seluruh proses pengalaman penelitian yang dijalani oleh peneliti selama berada di lokasi penelitian. Berawal dari tugas mata

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Maluku merupakan bagian yang tak terpisahkan dari wilayah Indonesia yang memiliki nilai-nilai adat dan budaya yang beragam dan kaya. Situasi ini telah memberikan gambaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat pendatang di tengah-tengah kota Ambon sebagai pedagang adalah sebuah profesi pilihan dan telah menjadi semakin kuat mana kala pilihan yang hanya sekedar

Lebih terperinci

Muhammad Ismail Yusanto, Jubir HTI

Muhammad Ismail Yusanto, Jubir HTI Muhammad Ismail Yusanto, Jubir HTI Rusuh Ambon 11 September lalu merupakan salah satu bukti gagalnya sistem sekuler kapitalisme melindungi umat Islam dan melakukan integrasi sosial. Lantas bila khilafah

Lebih terperinci

Bab Tiga Belas Kesimpulan

Bab Tiga Belas Kesimpulan Bab Tiga Belas Kesimpulan Kehidupan manusia senantiasa terus diperhadapkan dengan integrasi, konflik dan reintegrasi. Kita tidak dapat menghindar dari hubungan dialektika tersebut. Inilah realitas dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemekaran ditingkat provinsi, kabupaten dan kota di Maluku utara tak

BAB I PENDAHULUAN. Pemekaran ditingkat provinsi, kabupaten dan kota di Maluku utara tak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemekaran ditingkat provinsi, kabupaten dan kota di Maluku utara tak lepas dari Konflik yang terjadi di Maluku Utara. Konflik Maluku utara telah mengakibatkan perpecahan

Lebih terperinci

yang berperan sebagai milisi dan non-milisi. Hal inilah yang menyebabkan skala kekerasan terus meningkat karena serangan-serangaan yang dilakukan

yang berperan sebagai milisi dan non-milisi. Hal inilah yang menyebabkan skala kekerasan terus meningkat karena serangan-serangaan yang dilakukan Bab V Kesimpulan Hal yang bermula sebagai sebuah perjuangan untuk memperoleh persamaan hak dalam politik dan ekonomi telah berkembang menjadi sebuah konflik kekerasan yang berbasis agama di antara grup-grup

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN. dan berkembang di Kota Singkawang merupakan suatu fakta sosiologis yang tak

BAB VII KESIMPULAN. dan berkembang di Kota Singkawang merupakan suatu fakta sosiologis yang tak 302 BAB VII KESIMPULAN 7.1. Kesimpulan Kemajemukan (pluralitas) etnis, bahasa, budaya dan agama yang tumbuh dan berkembang di Kota Singkawang merupakan suatu fakta sosiologis yang tak terbantahkan dalam

Lebih terperinci

Bab Satu Pendahuluan. Ciptaan: NN.

Bab Satu Pendahuluan. Ciptaan: NN. Bab Satu Pendahuluan Hela Rotan 1 Hela hela rotan e rotan e tifa jawa, jawa e babunyi Reff, rotan, rotan sudah putus sudah putus ujung dua, dua bakudapa e. Ciptaan: NN. Syair lagu di atas mengingatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika secara de facto mencerminkan multi budaya

BAB I PENDAHULUAN. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika secara de facto mencerminkan multi budaya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semboyan Bhinneka Tunggal Ika secara de facto mencerminkan multi budaya bangsa dalam naungan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Wilayah negara yang terbentang luas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut kodrat alam, manusia dimana-mana dan pada zaman apapun juga selalu

BAB I PENDAHULUAN. Menurut kodrat alam, manusia dimana-mana dan pada zaman apapun juga selalu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Menurut kodrat alam, manusia dimana-mana dan pada zaman apapun juga selalu hidup bersama, hidup berkelompok-kelompok. Manusia adalah makhluk sosial dan makhluk budaya.

Lebih terperinci

Bab 8 Kesimpulan. Disertasi ini bertolak dari beberapa pertanyaan spesifik berikut: Mengapa

Bab 8 Kesimpulan. Disertasi ini bertolak dari beberapa pertanyaan spesifik berikut: Mengapa Bab 8 Kesimpulan Disertasi ini bertolak dari beberapa pertanyaan spesifik berikut: Mengapa kekerasan anti-tionghoa terjadi di Surakarta tetapi tidak di Yogyakarta? Mengapa kerusuhan Islam-Kristen terjadi

Lebih terperinci

DINAMIKA TIONGHOA ISLAM PASCA REFORMASI DI YOGYAKARTA ( ) SKRIPSI

DINAMIKA TIONGHOA ISLAM PASCA REFORMASI DI YOGYAKARTA ( ) SKRIPSI DINAMIKA TIONGHOA ISLAM PASCA REFORMASI DI YOGYAKARTA (1998-2010) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Hidup sekarang merupakan sebuah rumah makan dengan jumlah pilihan tak terbatas.mau hobi, liburan, gaya hidup, pandangan-dunia atau agama, selalu ada sesuatu bagi setiap

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian Perilaku manusia justru tidak pasti. Tulis Mulyana dalam bukunya, METODE PENELITIAN KOMUNIKASI: Contoh-contoh Penelitian Kualitatif dengan

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. Trap-trap di desa Booi kecamatan Saparua, Maluku Tengah.Booi merupakan salah satu

BAB I. Pendahuluan. Trap-trap di desa Booi kecamatan Saparua, Maluku Tengah.Booi merupakan salah satu BAB I Pendahuluan I. Latar Belakang Tesis ini menjelaskan tentang perubahan identitas kultur yang terkandung dalam Trap-trap di desa Booi kecamatan Saparua, Maluku Tengah.Booi merupakan salah satu Negeri

Lebih terperinci

Integrasi Sosial Yang Dibangun GPIB Pniel Pasca Konflik Sosial di Pasuruan, Jawa Timur

Integrasi Sosial Yang Dibangun GPIB Pniel Pasca Konflik Sosial di Pasuruan, Jawa Timur Integrasi Sosial Yang Dibangun GPIB Pniel Pasca Konflik Sosial di Pasuruan, Jawa Timur I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konflik (Hendropuspito, OC, 1983:151) sebagai kategori sosiologis bertolak belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengganggu hubungan persaudaraan salam-sarane di Maluku. Tak pelak

BAB I PENDAHULUAN. mengganggu hubungan persaudaraan salam-sarane di Maluku. Tak pelak BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Konflik Maluku merupakan rangkaian peristiwa kelam yang telah menjadi catatan tragis dan memilukan sepanjang sejarah anak negeri Seribu Pulau. Konflik dan kerusuhan

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan. Konflik merupakan bagian dari kehidupan yang tidak dapat dihindarkan,

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan. Konflik merupakan bagian dari kehidupan yang tidak dapat dihindarkan, BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Konflik merupakan bagian dari kehidupan yang tidak dapat dihindarkan, khususnya dalam kehidupan bermasyarakat. Di Indonesia sendiri, banyak konflikkonflik bernuansa SARA yang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. isu maupun stereotip yang datang dari berbagai arah untuk mencoba membuat

BAB V KESIMPULAN. isu maupun stereotip yang datang dari berbagai arah untuk mencoba membuat BAB V KESIMPULAN Membicarakan kerusuhan antar etnis memiliki daya tarik unik yang mempengaruhi kita untuk terus mencari akar persoalanya. Di Manokwari kehidupan antara etnis sangat diwarnai dengan berbagai

Lebih terperinci

KONFLIK HORIZONTAL DAN FAKTOR PEMERSATU

KONFLIK HORIZONTAL DAN FAKTOR PEMERSATU BAB VI KONFLIK HORIZONTAL DAN FAKTOR PEMERSATU Konflik merupakan sebuah fenonema yang tidak dapat dihindari dalam sebuah kehidupan sosial. Konflik memiliki dua dimensi pertama adalah dimensi penyelesaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu memiliki kepribadian atau sifat polos dan ada yang berbelit-belit, ada

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu memiliki kepribadian atau sifat polos dan ada yang berbelit-belit, ada BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Setiap individu memiliki kepribadian atau sifat polos dan ada yang berbelit-belit, ada yang halus dan juga ada yang kasar, ada yang berterus terang dan ada juga yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain, mulai dari lingkungan lokal (keluarga) sampai ke lingkungan sosial luar (masyarakat).

BAB I PENDAHULUAN. lain, mulai dari lingkungan lokal (keluarga) sampai ke lingkungan sosial luar (masyarakat). BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang 1.1 Identifikasi Masalah Manusia entah sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial membutuhkan orang lain dalam lingkup kehidupannya. Manusia akan selalu berhadapan

Lebih terperinci

LEONARD PITJUMARFOR, 2015 PELATIHAN PEMUDA PELOPOR DALAM MENINGKATKAN WAWASAN KESANAN PEMUDA DI DAERAH RAWAN KONFLIK

LEONARD PITJUMARFOR, 2015 PELATIHAN PEMUDA PELOPOR DALAM MENINGKATKAN WAWASAN KESANAN PEMUDA DI DAERAH RAWAN KONFLIK BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia dalam interaksi berbangsa dan bernegara terbagi atas lapisanlapisan sosial tertentu. Lapisan-lapisan tersebut terbentuk dengan sendirinya sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Hidup Menggereja Kontekstual, (Yogyakarta : 2001), p. 28.

BAB 1 PENDAHULUAN. Hidup Menggereja Kontekstual, (Yogyakarta : 2001), p. 28. BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 PERMASALAHAN 1. 1. 1 Latar Belakang Permasalahan Di Indonesia, pada umumnya konteks yang sekarang ini sedang dihadapi adalah konteks kemiskinan yang parah dan keberagaman agama.

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. dipenuhi dengan budaya-budaya yang beragam di mana mengakui keberagaman,

BAB IV KESIMPULAN. dipenuhi dengan budaya-budaya yang beragam di mana mengakui keberagaman, BAB IV KESIMPULAN Masyarakat yang plural atau majemuk merupakan masyarakat yang dipenuhi dengan budaya-budaya yang beragam di mana mengakui keberagaman, perbedaan, dan kemajemukan budaya, baik ras, suku,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan Satu Pemerintahan (Depag RI, 1980 :5). agama. Dalam skripsi ini akan membahas tentang kerukunan antar umat

BAB I PENDAHULUAN. dan Satu Pemerintahan (Depag RI, 1980 :5). agama. Dalam skripsi ini akan membahas tentang kerukunan antar umat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia ditakdirkan menghuni kepulauan Nusantara ini serta terdiri dari berbagai suku dan keturunan, dengan bahasa dan adat istiadat yang beraneka ragam,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. mempertahankan identitas dan tatanan masyarakat yang telah mapan sejak lama.

BAB V PENUTUP. mempertahankan identitas dan tatanan masyarakat yang telah mapan sejak lama. BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan kasus konversi agama di Bukitsari maka dapat disimpulkan bahwa beberapa kepala keluarga (KK) di daerah tersebut dinyatakan benar melakukan pindah agama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah konflik menjadi fenomena yang seakan menjadi biasa dalam masyarakat Indonesia. Kondisi Negara Indonesia dengan segala macam kemajemukan dan heterogenitas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berjalan lancar jika didukung oleh adanya kondisi yang aman dan tenteraman. Salah satu hal

BAB I PENDAHULUAN. berjalan lancar jika didukung oleh adanya kondisi yang aman dan tenteraman. Salah satu hal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi yang aman dan kondusif merupakan salah satu syarat guna mendukung proses penyelenggaraan pemerintahan di daerah. Karena proses penyelenggaraan pemerintahan akan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. sosial-politik yang melingkupinya. Demikian pula dengan Islamisasi dan

BAB VI KESIMPULAN. sosial-politik yang melingkupinya. Demikian pula dengan Islamisasi dan 1 BAB VI KESIMPULAN Sebagaimana proses sosial lainnya, proselitisasi agama bukanlah sebuah proses yang berlangsung di ruang hampa. Ia tidak bisa dilepaskan dari konteks sosial-politik yang melingkupinya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak beribu-ribu tahun yang lalu hingga sekarang ini, baik yang dicatat dalam

BAB I PENDAHULUAN. Sejak beribu-ribu tahun yang lalu hingga sekarang ini, baik yang dicatat dalam BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Sejak beribu-ribu tahun yang lalu hingga sekarang ini, baik yang dicatat dalam catatan sejarah maupun tidak, baik yang diberitakan oleh media masa maupun yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam kehidupan di Indonesia pluralitas agama merupakan realitas hidup yang tidak mungkin dipungkiri oleh siapapun. Di negeri ini semua orang memiliki kebebasan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif kualitatif. Dimaksud

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif kualitatif. Dimaksud 20 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif kualitatif. Dimaksud dengan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini merupakan suatu proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 William Chang, Berkaitan Dengan Konflik Etnis-Agama dalam Konflik Komunal Di Indonesia Saat Ini, Jakarta, INIS, 2002, hlm 27.

BAB I PENDAHULUAN. 1 William Chang, Berkaitan Dengan Konflik Etnis-Agama dalam Konflik Komunal Di Indonesia Saat Ini, Jakarta, INIS, 2002, hlm 27. BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Konflik merupakan bagian dari kehidupan umat manusia yang akan selalu ada sepanjang sejarah umat manusia. Sepanjang seseorang masih hidup hampir mustahil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bali dikenal sebagai daerah dengan ragam budaya masyarakatnya yang

BAB I PENDAHULUAN. Bali dikenal sebagai daerah dengan ragam budaya masyarakatnya yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali dikenal sebagai daerah dengan ragam budaya masyarakatnya yang unik. Bali dipandang sebagai daerah yang multikultur dan multibudaya. Kota dari provinsi Bali adalah

Lebih terperinci

BAB 1. Pendahuluan. kepada manusia lainnya. Karena itu, manusia disebut sebagai makhluk sosial. Manusia

BAB 1. Pendahuluan. kepada manusia lainnya. Karena itu, manusia disebut sebagai makhluk sosial. Manusia BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Manusia dalam kehidupannya membutuhkan seorang partner untuk bekerja sama sehingga suatu pekerjaan yang berat menjadi ringan. Hal ini berarti bahwa untuk menempuh pergaulan

Lebih terperinci

Pengaruh Modal Sosial Terhadap Pertalian Usaha Klaster Pariwisata Borobudur

Pengaruh Modal Sosial Terhadap Pertalian Usaha Klaster Pariwisata Borobudur Pengaruh Modal Sosial Terhadap Pertalian Usaha Klaster Pariwisata Borobudur TUGAS AKHIR Oleh: Rudiansyah L2D 004 348 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Lebih terperinci

Meski sudah padam, tapi tidak ada jaminan tidak akan meletus lagi kan?

Meski sudah padam, tapi tidak ada jaminan tidak akan meletus lagi kan? Yusuf Kalla, mantan Wakil Presiden Pasca penandatanganan Perjanjian Damai Maluku di Malino (12/2/2002) kerusuhan Ambon sejak 1999 terhenti. Namun ternyata itu bukan perdamaian abadi. Terbukti rusuh kembali

Lebih terperinci

Politik Identitas: Demokrasi Lokal dan Bayang-bayang Primordialisme

Politik Identitas: Demokrasi Lokal dan Bayang-bayang Primordialisme Kebangkitan Etnis Menuju Politik Identitas Wacana yang melingkupi etnisitas di daerah pedalaman di Indonesia banyak diwarnai dengan marginalisasi dan diskriminasi. Tak bisa dipungkiri, lahirnya UU Nomor

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dari segala dimensi. Sebagai sebuah bangsa dengan warisan budaya yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dari segala dimensi. Sebagai sebuah bangsa dengan warisan budaya yang 1 A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN Indonesia yang menjadi negara kepulauan, mempunyai kemajemukan dari segala dimensi. Sebagai sebuah bangsa dengan warisan budaya yang masih mengakar dalam perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. metafisika pada puncaknya. Kemudian pada pasca-pencerahan (sekitar abad ke-

BAB I PENDAHULUAN. metafisika pada puncaknya. Kemudian pada pasca-pencerahan (sekitar abad ke- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada abad pencerahan (Aufklarung) telah membawa sikap kritis atas metafisika pada puncaknya. Kemudian pada pasca-pencerahan (sekitar abad ke- 19) di Jerman,

Lebih terperinci

28 Oktober 1928, yaitu sumpah pemuda. Waktu itu, sejarah mencatat betapa masingmasing

28 Oktober 1928, yaitu sumpah pemuda. Waktu itu, sejarah mencatat betapa masingmasing ==============dikirim untuk Harian Kedaulatan Rakyat============== Semangat Sumpah Pemuda, Masihkah Diperlukan? Oleh Dr. Drs. Muhammad Idrus, S.Psi., M.Pd HARI ini bangsa dan rakyat Indonesia memperingati

Lebih terperinci

Bab 7 PENUTUP A. Kesimpulan 1. Praktik Makan Patita

Bab 7 PENUTUP A. Kesimpulan 1. Praktik Makan Patita Bab 7 PENUTUP A. Kesimpulan 1. Praktik Makan Patita Suatu praktik dalam masyarakat tidak mungkin terpisah sepenuhnya dari kondisi riel masyarakat itu sendiri. Kondisi yang terkait dengan intensitas pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena dalam kehidupan manusia selalu ada interkasi, baik secara makro maupun

BAB I PENDAHULUAN. karena dalam kehidupan manusia selalu ada interkasi, baik secara makro maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Konflik selalu ada dalam dimensi kehidupan manuasia. Hal ini terjadi karena dalam kehidupan manusia selalu ada interkasi, baik secara makro maupun secara mikro. George

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS UPAYA DAN KENDALA REKONSILIASI KONFLIK PORTO-HARIA. Dengan mencermati realita konflik yang terjadi di Negeri Porto-Haria,

BAB IV ANALISIS UPAYA DAN KENDALA REKONSILIASI KONFLIK PORTO-HARIA. Dengan mencermati realita konflik yang terjadi di Negeri Porto-Haria, BAB IV ANALISIS UPAYA DAN KENDALA REKONSILIASI KONFLIK PORTO-HARIA Dengan mencermati realita konflik yang terjadi di Negeri Porto-Haria, Saparua-Maluku, dalam bab I dan landasan teori pada bab II serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kenyataan yang tak terbantahkan. Penduduk Indonesia terdiri atas berbagai

BAB I PENDAHULUAN. kenyataan yang tak terbantahkan. Penduduk Indonesia terdiri atas berbagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia sebagai suatu negara multikultural merupakan sebuah kenyataan yang tak terbantahkan. Penduduk Indonesia terdiri atas berbagai etnik yang menganut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. budaya. Pada dasarnya keragaman budaya baik dari segi etnis, agama,

BAB I PENDAHULUAN. budaya. Pada dasarnya keragaman budaya baik dari segi etnis, agama, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki keragaman budaya. Pada dasarnya keragaman budaya baik dari segi etnis, agama, keyakinan, ras, adat, nilai,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam suku, bahasa, adat istiadat dan agama. Hal itu merupakan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam suku, bahasa, adat istiadat dan agama. Hal itu merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang majemuk yang terdiri dari berbagai macam suku, bahasa, adat istiadat dan agama. Hal itu merupakan suatu kenyataan

Lebih terperinci

A. PERMASALAHAN DAN ALASAN PEMILIHAN JUDUL

A. PERMASALAHAN DAN ALASAN PEMILIHAN JUDUL BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN DAN ALASAN PEMILIHAN JUDUL A.1. Pluralitas Agama di Indonesia Pluralitas agama merupakan sebuah realita yang wajib digumuli. Berbagai agama besar yang pemeluknya tersebar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sehingga tidak memicu terjadinya konflik sosial didalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Sehingga tidak memicu terjadinya konflik sosial didalam masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara multikultural yang masyarakatnya memiliki beragam suku, agama, ras dan antargolongan (SARA). Keberagaman tersebut dapat memunculkan sikap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI (1998), pendekatan merupakan suatu usaha/ proses yang dilakukan dalam rangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sudah setengah abad lebih Indonesia merdeka, masyarakat Indonesia yang merupakan bangsa yang multi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sudah setengah abad lebih Indonesia merdeka, masyarakat Indonesia yang merupakan bangsa yang multi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sudah setengah abad lebih Indonesia merdeka, masyarakat Indonesia yang merupakan bangsa yang multi etnis, bangsa yang kaya dengan keanekaragaman suku bangsa

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan Latar Belakang Masalah

BAB I. Pendahuluan Latar Belakang Masalah 1 BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan Kekristenan di tanah air tidak bisa dilepaskan dari peran badanbadan zending yang bekerja mengabarkan Injil kepada masyarakat. Untuk menjalankan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang merupakan seperangkat pengetahuan tentang langkah langkah

BAB III METODE PENELITIAN. yang merupakan seperangkat pengetahuan tentang langkah langkah BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Setiap karya ilmiah yang dibuat disesuaikan dengan metodologi penelitian. Dan seorang peneliti harus memahami metodologi penelitian yang merupakan

Lebih terperinci

BAB III BAB III.METODOLOGI PENELITIAN. Denzin dan Lincoln mendefinisikan penelitian kualitatif adalah multimetode

BAB III BAB III.METODOLOGI PENELITIAN. Denzin dan Lincoln mendefinisikan penelitian kualitatif adalah multimetode BAB III BAB III.METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Paradigma Denzin dan Lincoln mendefinisikan penelitian kualitatif adalah multimetode dalam fokus, yang melibatkan pendekatan, interpretif naturalistik dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fety Novianty, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fety Novianty, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN Pada Bab ini peneliti akan menyajikan hal yang terkait dengan latar belakang masalah yang ada di lapangan yang membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian, kemudian dilanjutkan

Lebih terperinci

MASALAH SOSIAL BUDAYA DITINJAU DALAM BERBAGAI NUR ENDAH JANUARTI, MA

MASALAH SOSIAL BUDAYA DITINJAU DALAM BERBAGAI NUR ENDAH JANUARTI, MA MASALAH SOSIAL BUDAYA DITINJAU DALAM BERBAGAI PERSPEKTIF NUR ENDAH JANUARTI, MA TUJUAN PEMBELAJARAN : Mahasiswa mampu memahami masalah sosial budaya dalam berbagai perspektif Mahasiswa mampu menganalisa

Lebih terperinci

Bab VI: Kesimpulan dan Rekomendasi

Bab VI: Kesimpulan dan Rekomendasi Bab VI: Kesimpulan dan Rekomendasi 6.1. Kesimpulan Melalui berbagai serangkaian aktivitas pelacakan data dan kemudian menganalisisnya dari berbagai perspektif, beberapa pernyataan ditawarkan dalam uraian

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. tertentu dapat tercapai. Dengan pendidikan itu pula mereka dapat mempergunakan

BAB I Pendahuluan. tertentu dapat tercapai. Dengan pendidikan itu pula mereka dapat mempergunakan BAB I Pendahuluan I. 1. Latar belakang Pendidikan merupakan suatu hal yang penting di dalam perkembangan sebuah masyarakat. Melalui pendidikan kemajuan individu bahkan komunitas masyarakat tertentu dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang khas dengan pluralitas agama dan budaya. Pluralitas sendiri dapat diterjemahkan sebagai kemajemukan yang lebih mengacu pada jumlah

Lebih terperinci

KONFLIK AGAMA. Thomas Santoso

KONFLIK AGAMA. Thomas Santoso KONFLIK AGAMA Thomas Santoso Latar Belakang : Mitos kerukunan umat beragama Percepatan perusakan tempat ibadah secara nyata Pemetaan perusakan tempat ibadah Laju pertumbuhan umat beragama Indeks heterogenitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari, seperti halnya puisi karya Nita Widiati Efsa yang berisi tentang

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari, seperti halnya puisi karya Nita Widiati Efsa yang berisi tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini karya sastra banyak berisi tentang realitas kehidupan sehari-hari, seperti halnya puisi karya Nita Widiati Efsa yang berisi tentang percintaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. warung kopi modern sekelas Starbucks. Kebiasaan minum kopi dan. pertandingan sepak bola dunia, ruang pertemuan, live music dan lain

BAB I PENDAHULUAN. warung kopi modern sekelas Starbucks. Kebiasaan minum kopi dan. pertandingan sepak bola dunia, ruang pertemuan, live music dan lain BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Warung kopi adalah tempat yang mudah dijumpai hampir di seluruh wilayah belahan dunia, mulai dari warung kopi tradisional sampai kepada warung kopi modern

Lebih terperinci

BAB V P E N U T U P. bahwa dalam komunitas Kao, konsep kepercayaan lokal dibangun dalam

BAB V P E N U T U P. bahwa dalam komunitas Kao, konsep kepercayaan lokal dibangun dalam BAB V P E N U T U P A. Kesimpulan Berdasarkan uraian bab demi bab dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dalam komunitas Kao, konsep kepercayaan lokal dibangun dalam kepercayaan kepada Gikiri Moi

Lebih terperinci

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PEMBUKAAN SOSIALISASI PERKUATAN DAN PENGEMBANGAN WAWASAN KEBANGSAAN DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PEMBUKAAN SOSIALISASI PERKUATAN DAN PENGEMBANGAN WAWASAN KEBANGSAAN DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT 1 SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PEMBUKAAN SOSIALISASI PERKUATAN DAN PENGEMBANGAN WAWASAN KEBANGSAAN DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT Yang saya hormati: Tanggal, 19 Juni 2008 Pukul 08.30 W IB

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kesatuan yang terbentang dari Sabang sampai Merauke dan dari Miangas hingga Pulau Rote yang penuh dengan keanekaragaman dalam berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Dalam perspektif ilmu-ilmu sosial terutama filsafat dan sosiologi, oposisi diantara subjektivisme dan objektivisme merupakan bagian yang selama ini tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang begitu unik. Keunikan negara ini tercermin pada setiap dimensi kehidupan masyarakatnya. Negara kepulauan yang terbentang dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang majemuk secara etnik, agama, ras dan golongan.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang majemuk secara etnik, agama, ras dan golongan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang majemuk secara etnik, agama, ras dan golongan. Hidup berdampingan secara damai antara warga negara yang beragam tersebut penting bagi

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia selalu diperhadapkan dengan berbagai keragaman, baik itu agama, sosial, ekonomi dan budaya. Jika diruntut maka banyak sekali keragaman yang

Lebih terperinci

MANUSIA, KERAGAMAN DAN KESETARAAN. by. EVY SOPHIA

MANUSIA, KERAGAMAN DAN KESETARAAN. by. EVY SOPHIA MANUSIA, KERAGAMAN DAN KESETARAAN by. EVY SOPHIA A. Hakikat Keragaman dan Kesetaraan Manusia. B. Kemajemukkan Dalam Dinamika Sosial Budaya. C. Keragaman & Kesetaraan sebagai kekayaan sosial budaya. D.

Lebih terperinci

Saya senang sekali karena bisa bersama-sama dengan Bapak/Ibu pimpinan umat beragama se-sulawesi

Saya senang sekali karena bisa bersama-sama dengan Bapak/Ibu pimpinan umat beragama se-sulawesi Pemujaan kepada Tuhan Yang Mahabesar diungkapkan lewat pengangkatan manusia hina ke taraf kemanusiawian yang layak, sebagaimana dirancang Tuhan pada awal penciptaan, tetapi dirusak oleh kelahiran hukum

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini tergolong penelitian kualitatif yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini di Jogokariyan, Karangkajen Yogyakarta.

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini di Jogokariyan, Karangkajen Yogyakarta. BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini di Jogokariyan, Karangkajen Yogyakarta. Dalam penelitian kali ini difokuskan untuk mengkaji strategi yang digunakan takmir Jogokariyan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kajian Tentang Keragaman Etnik Terhadap Pemahaman Keagamaan. masuknya ketidak sepakatan pemahaman keagamaan yang tajam atau

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kajian Tentang Keragaman Etnik Terhadap Pemahaman Keagamaan. masuknya ketidak sepakatan pemahaman keagamaan yang tajam atau 31 BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Pustaka 1. Kajian Tentang Keragaman Etnik Terhadap Pemahaman Keagamaan Menurut Leonard Binder, keragaman etnik terhadap keagamaan didalam bahasa aslinya berarti pluralism

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA SEMESTER GANJIL T.A. 2011/2012. Hilangnya Rasa Nasionalisme Remaja Berimbas Kehancuran Bangsa

TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA SEMESTER GANJIL T.A. 2011/2012. Hilangnya Rasa Nasionalisme Remaja Berimbas Kehancuran Bangsa TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA SEMESTER GANJIL T.A. 2011/2012 Hilangnya Rasa Nasionalisme Remaja Berimbas Kehancuran Bangsa disusun oleh : EVI LISTYANINGRUM 11.02.7998 KELOMPOK A PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan. Keanekaragaman ini merupakan warisan kekayaan bangsa yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan. Keanekaragaman ini merupakan warisan kekayaan bangsa yang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang terdiri dari beranekaragam etnis, agama, dan kebudayaan. Keanekaragaman ini merupakan warisan kekayaan bangsa yang tidak ternilai

Lebih terperinci

PROSPEK MOBILITAS PENDUDUK DI ERA OTONOMI DAERAH* Oleh : Junaidi**

PROSPEK MOBILITAS PENDUDUK DI ERA OTONOMI DAERAH* Oleh : Junaidi** PROSPEK MOBILITAS PENDUDUK DI ERA OTONOMI DAERAH* Oleh : Junaidi** ABSTRAK. Fenomena mobilitas penduduk yang diperkirakan akan meningkat dalam era otonomi daerah ini dan diperkirakan akan menuju pada daerah-daerah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 105 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai kesimpulan dan saran dari skripsi dengan judul GEJOLAK PATANI DALAM PEMERINTAHAN THAILAND (Kajian Historis Proses Integrasi Rakyat Patani

Lebih terperinci

Oleh, Yohanes Yuniatika NIM: SKRIPSI

Oleh, Yohanes Yuniatika NIM: SKRIPSI PENGKHIANATAN YUDAS ISKARIOT TERHADAP YESUS DALAM INJIL YOHANES (Studi Hermeneutik Sosio-Politik Terhadap Narasi Pengkhianatan Yudas Iskariot Yang Terdapat Dalam Injil Yohanes 13: 1-35) Oleh, Yohanes Yuniatika

Lebih terperinci

kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memilki berbagai macam suku bangsa, sebagaimana menurut sensus BPS pada tahun 2010, jumlah suku di Indonesia 1.340 suku bangsa. Diantaranya Suku jawa

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERDAMAIAN DAN PENANGANAN KONFLIK 1

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERDAMAIAN DAN PENANGANAN KONFLIK 1 KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERDAMAIAN DAN PENANGANAN KONFLIK 1 Oleh Herry Darwanto 2 I. PERMASALAHAN Sebagai negara yang masyarakatnya heterogen, potensi konflik di Indonesia cenderung akan tetap

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. Analisis Percakapan Online atas Diskusi Politik Online tentang pembentukan

BAB VI PENUTUP. Analisis Percakapan Online atas Diskusi Politik Online tentang pembentukan BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berikut ini adalah kesimpulan dari hasil dan pembahasan kajian kritis tentang media sosial, pola komunikasi politik dan relasi kuasa dalam masyarakat kesukuan Flores dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsep pendidikan yang berbasis pada pemanfaatan keragaman yang ada di masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. konsep pendidikan yang berbasis pada pemanfaatan keragaman yang ada di masyarakat, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan multikultural menawarkan satu alternatif melalui penerapan strategis dan konsep pendidikan yang berbasis pada pemanfaatan keragaman yang ada di masyarakat,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika secara de facto mencerminkan multi budaya

I. PENDAHULUAN. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika secara de facto mencerminkan multi budaya 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semboyan Bhinneka Tunggal Ika secara de facto mencerminkan multi budaya bangsa dalam naungan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Wilayah negara yang terbentang luas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor (1975:5) dalam Metode Penelitian Kualitatif karya Lexy J. Moleong,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut hubungan antara orang-perorangan, antara kelompok-kelompok

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut hubungan antara orang-perorangan, antara kelompok-kelompok BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial (yang juga dapat dinamakan proses sosial) karena interaksi merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (2000) p Budyanto, Dasar Teologis Kebersamaan dalam Masyarakat yang Beranekaragam Gema Duta Wacana, Vol.

BAB I PENDAHULUAN. (2000) p Budyanto, Dasar Teologis Kebersamaan dalam Masyarakat yang Beranekaragam Gema Duta Wacana, Vol. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Negara Indonesia adalah negara yang sangat majemuk atau beraneka ragam, baik dilihat secara geografis, struktur kemasyarakatan, adat istiadat, kebiasaan,

Lebih terperinci

BAB V P E N U T U P. A. Kesimpulan. berikut ini. Pertama, dinamika historis masyarakat Hatuhaha Amarima selalu

BAB V P E N U T U P. A. Kesimpulan. berikut ini. Pertama, dinamika historis masyarakat Hatuhaha Amarima selalu 441 BAB V P E N U T U P Kajian dalam bab ini memuat catatan-catatan kesimpulan dan saran, yang dilakukan berdasarkan rangkaian ulasan, sebagaimana yang termuat pada bab-bab sebelumnya. Kesimpulan, dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya sastra. Sastra tidak hanya sekedar bidang ilmu atau bentuk

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya sastra. Sastra tidak hanya sekedar bidang ilmu atau bentuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra yang banyak diterbitkan merupakan salah satu bentuk dari berkembangnya sastra. Sastra tidak hanya sekedar bidang ilmu atau bentuk seni, tetapi sastra juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan yang ideal adalah pernikahan yang bahagia, sejahtera, tentram dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan yang ideal adalah pernikahan yang bahagia, sejahtera, tentram dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan yang ideal adalah pernikahan yang bahagia, sejahtera, tentram dan damai. Setiap pasangan suami istri pasti menginginkan pernikahannya berjalan mulus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. identitas Indonesia adalah pluralitas, kemajemukan yang bersifat

BAB I PENDAHULUAN. identitas Indonesia adalah pluralitas, kemajemukan yang bersifat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu kenyataan yang tidak dapat disangkal jika berbicara tentang identitas Indonesia adalah pluralitas, kemajemukan yang bersifat multidimensional. Kemajemukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi. Pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi. Pendekatan BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi. Pendekatan fenomenologi adalah studi mengenai bagaimana manusia mengalami kehidupannya di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kurikulum merupakan salah satu instrumen dalam upaya mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas. Sejarah perkembangan pendidikan di Indonesia diwarnai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Igneus Alganih, 2014 Konflik Poso (Kajian Historis Tahun )

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Igneus Alganih, 2014 Konflik Poso (Kajian Historis Tahun ) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang terdiri dari berbagai macam suku budaya, etnis, agama dan golongan. Keanekaragaman ini disatukan dengan semboyan Bhinneka Tunggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesamanya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk menjalankan kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN. sesamanya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk menjalankan kehidupannya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yaitu makhluk yang selalu membutuhkan sesamanya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk menjalankan kehidupannya manusia selalu berkomunikasi

Lebih terperinci