DIAGNOSIS GANGGUAN SISTEM URINARI PADA ANJING DAN KUCING MENGGUNAKAN VFI 5. Oleh: DHANY NUGRAHA RAMDHANY G

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DIAGNOSIS GANGGUAN SISTEM URINARI PADA ANJING DAN KUCING MENGGUNAKAN VFI 5. Oleh: DHANY NUGRAHA RAMDHANY G"

Transkripsi

1 DIAGNOSIS GANGGUAN SISTEM URINARI PADA ANJING DAN KUCING MENGGUNAKAN VFI 5 Oleh: DHANY NUGRAHA RAMDHANY G64353 DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 27

2 DIAGNOSIS GANGGUAN SISTEM URINARI PADA ANJING DAN KUCING MENGGUNAKAN VFI 5 DHANY NUGRAHA RAMDHANY Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komputer pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 27

3 ABSTRAK DHANY NUGRAHA RAMDHANY. Diagnosis Gangguan Sistem Urinari pada Anjing dan Kucing Menggunakan VFI 5. Dibimbing oleh AZIZ KUSTIYO dan EKOWATI HANDHARYANI. Sistem urinari hewan dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu sistem urinari bagian atas dan sistem urinari bagian bawah. Ginjal yang merupakan bagian dari sistem urinari memiliki 2 fungsi penting, yaitu filtrasi dan reabsorpsi. Dalam mendiagnosis penyakit yang diderita hewan pada sistem urinarinya terdapat beberapa kendala. Pada penelitian ini, dikembangkan suatu model untuk mendiagnosis gangguan sistem urinari pada anjing dan kucing dengan menggunakan Algoritma VFI 5. Data yang digunakan memiliki 2 jenis feature yaitu gejala klinis dan pemeriksaan laboratorium. Pada penelitian dilakukan 2 kali percobaan dengan jumlah feature yang berbeda antara kedua percobaan. Pada percobaan pertama digunakan 37 feature yang kesemuanya merupakan feature gejala klinis. Pada percobaan kedua ditambahkan dua feature yang berasal dari feature pemeriksaan laboratorium sehingga jumlah feature pada percobaan kedua menjadi sebanyak 39 buah. Hasil penelitian ini berupa tingkat akurasi kebenaran dari data yang diujikan. Secara keseluruhan, model yang dikembangkan menghasilkan nilai akurasi rata-rata sebesar 77,38% untuk percobaan tanpa feature pemeriksaan laboratorium, dan 86,3% untuk percobaan dengan feature pemeriksaan laboratorium. Terlihat peningkatan nilai akurasi dari percobaan pertama ke percobaan kedua, hal ini mengindikasikan pengaruh dari penggunaan feature pemeriksaan laboratorium cukup besar. Kata kunci: Voting Feature Interval 5, Renal Disease, Urinary Tract.

4 Judul : Diagnosis Gangguan Sistem Urinari pada Anjing dan Kucing Menggunakan VFI 5 Nama : Dhany Nugraha Ramdhany NRP : G64353 Menyetujui: Pembimbing I Pembimbing II Aziz Kustiyo, S.Si., M.Kom. NIP Drh. Ekowati Handharyani, M.S., Ph.D NIP Mengetahui: Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Prof. Dr. Ir. Yonny Koesmaryono, MS NIP Tanggal Lulus :

5 iii RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor tanggal 3 Juni 985 sebagai bungsu dari empat bersaudara dari pasangan Johan N.K dan Elly Suradikusumah. Penulis lulus dari SMU Negeri 3 Bogor pada tahun 23. Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa S Departemen Ilmu Komputer, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor melalui jalur SPMB. Penulis pernah melaksanakan praktek lapang selama dua bulan di Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Departemen Kehutanan R.I. Pada saat praktek lapang, tugas yang diberikan oleh instansi adalah membuat Sistem Informasi Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus dan Sistem Informasi Hasil-Hasil Penelitian Kehutanan.

6 iv PRAKATA Alhamdulillahi Rabbil alamin, puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala curahan rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW, keluarganya, para sahabat, serta para pengikutnya yang tetap istiqomah mengemban risalah-nya. Penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran penelitian ini, antara lain kepada: Ibunda tercinta atas segala do a, perhatian, dukungan, kasih sayang serta kesabarannya menghadapi tingkah laku putranya selama ini. 2 Ayah tercinta yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materiil. 3 Kakak-kakakku tersayang Teh Eva, Teh Ita, dan Teh Iya yang memotivasi dan membantu penulis dalam menyelesaikan karya tulis ini. 4 Bapak Aziz Kustiyo, S.Si, M.Kom selaku pembimbing pertama atas bimbingan dan arahannya selama penyusunan karya tulis ini. 5 Ibu Drh. Ekowati Handharyani, M.S., Ph.D selaku pembimbing kedua atas bimbingan dan arahannya selama penyusunan karya tulis ini. 6 Seluruh pihak RSH IPB terutama Drh. Tris, Mba Wima dan Mba Lina yang telah membantu saya dalam pengumpulan data penelitian. 7 Vq, Cuning, Nacha, Gemma, Komang, Iqbal, Ryan, Mulyadi, Dona, Inang, Ghoffar dan Nugi yang sudah memberikan banyak sekali kenangan selama tinggal bersama. 8 Rekan-rekan Departemen Ilmu Komputer angkatan 4. 9 Kaskuser, warga SrOeR, dan para penghuni dunia maya yang telah memberikan banyak bantuan dalam pencarian referensi. Kepada semua pihak lainnya yang telah memberikan kontribusi yang besar selama pengerjaan penelitian ini yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, Penulis ucapkan terima kasih banyak. Sebagaimana manusia yang tidak luput dari kesalahan, Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini jauh dari sempurna. Namun Penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.

7 v DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR LAMPIRAN... vi PENDAHULUAN... Latar Belakang... Tujuan... Ruang Lingkup... Manfaat... TINJAUAN PUSTAKA... Sistem Urinari... Ginjal... 2 Klasifikasi... 2 K-Fold Cross Validation... 2 Voting Feature Intervals (VFI 5)... 2 METODOLOGI PENELITIAN... 5 Data... 5 Praproses... 5 Data Latih dan Data Uji... 5 Algoritma VFI Pelatihan... 5 Klasifikasi... 5 Akurasi... 6 HASIL DAN PEMBAHASAN... 6 Pembagian data latih dan data uji... 6 Percobaan pertama... 6 Iterasi pertama... 6 Iterasi kedua... 7 Iterasi ketiga... 7 Hasil pelatihan dan pengklasifikasian pada percobaan pertama... 8 Percobaan kedua... 8 Iterasi pertama... 8 Iterasi kedua... 9 Iterasi ketiga... 9 Hasil pelatihan dan pengklasifikasian pada percobaan kedua... Feature-feature yang konsisten terhadap kelas tertentu... KESIMPULAN DAN SARAN... Kesimpulan... Saran... DAFTAR PUSTAKA...

8 vi DAFTAR TABEL Halaman Spesifikasi data hasil praproses tanpa feature pemeriksaan laboratorium Spesifikasi data hasil praproses dengan feature pemeriksaan laboratorium Proporsi jumlah instance setiap kelas pada masing-masing subset Hasil percobaan pertama pada iterasi pertama Hasil percobaan pertama pada iterasi kedua Hasil percobaan pertama pada iterasi ketiga Hasil percobaan kedua pada iterasi pertama Hasil percobaan kedua pada iterasi kedua Hasil percobaan kedua pada iterasi ketiga... DAFTAR GAMBAR Halaman Algoritma pelatihan VFI Algoritma prediksi VFI Tahapan proses klasifikasi data... 5 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Data rekam medik beserta nilai masing-masing feature pada setiap instance Tabel nama feature beserta variabel yang melambangkannya Selang hasil pelatihan di iterasi pertama pada percobaan pertama Hasil klasifikasi setiap instance uji di iterasi pertama pada percobaan pertama Selang hasil pelatihan di iterasi kedua pada percobaan pertama Hasil klasifikasi setiap instance uji di iterasi kedua pada percobaan pertama Selang hasil pelatihan di iterasi ketiga pada percobaan pertama Hasil klasifikasi setiap instance uji di iterasi ketiga pada percobaan pertama Selang feature pemeriksaan laboratorium hasil pelatihan di iterasi pertama percobaan kedua Hasil klasifikasi setiap instance uji di iterasi pertama pada percobaan kedua Selang feature pemeriksaan laboratorium hasil pelatihan di iterasi kedua percobaan kedua Hasil klasifikasi setiap instance uji di iterasi kedua pada percobaan kedua Selang feature pemeriksaan laboratorium hasil pelatihan di iterasi ketiga percobaan kedua Hasil klasifikasi setiap instance uji di iterasi ketiga pada percobaan kedua Kecenderungan kelas yang diberi vote lebih besar oleh feature saat feature bernilai satu... 27

9 Latar Belakang PENDAHULUAN Sistem urinari memiliki tiga fungsi, yaitu metabolisme, hormonal dan ekskresi. Sistem ini terdiri dari dua bagian, yaitu sistem urinari bagian atas dan sistem urinari bagian bawah. Sistem urinari bagian atas hanya terdiri dari ginjal, sedangkan sistem urinari bagian bawah disusun oleh ureter, vesica urinaria (gall bladder) dan urethra. Pada sistem urinari, ginjal memiliki peranan yang sangat penting karena ia memiliki dua fungsi utama, yaitu filtrasi dan reabsorpsi. Selain itu, ginjal juga memiliki peranan penting dalam sistem sirkulasi darah, dimana ginjal turut berperan dalam proses pembentukan sel darah merah dan menjaga tekanan darah (Blood & Studdert 999). Sama halnya pada manusia, hewan pun dapat mengalami gangguan pada sistem urinarinya. Gangguan tersebut dapat terjadi pada sistem urinari bagian bawah, bagian atas, maupun keduanya. Gangguan yang diderita baik oleh manusia maupun hewan, pada akhirnya dapat menyebabkan individu tersebut mengalami gagal ginjal, yaitu suatu keadaan tidak berfungsinya ginjal dengan baik, dan kondisi tersebut dapat menyebabkan kematian pada individu penderitanya. Terdapat beberapa kendala dalam mendiagnosis gangguan sistem urinari pada hewan, antara lain: () hewan tidak dapat memberitahukan secara langsung apa keluhan yang dideritanya, dan (2) beberapa pemeriksaan yang dilakukan memerlukan biaya yang cukup besar sedangkan tidak semua pemilik hewan bersedia mengeluarkan dana yang cukup besar untuk pemeriksaan tersebut. Kendala-kendala di atas dapat menyulitkan pemeriksaan dan penentuan diagnosis yang tepat apakah hewan tersebut terkena gangguan ginjal atau tidak. Padahal dibutuhkan diagnosis yang tepat untuk menentukan terapi yang sesuai. Hal ini dikarenakan terdapat beberapa obat yang bersifat meracuni ginjal. Jika hewan yang bermasalah pada ginjalnya tidak berhasil di diagnosis dengan tepat, maka terdapat kemungkinan terapi yang dilakukan mengharuskan hewan itu mengkonsumsi obatobatan yang dapat meracuni ginjalnya. Jika hal itu terjadi saat ginjal hewan terganggu, maka kondisi ginjal terutama fungsi dari ginjalnya akan semakin memburuk dan akan mempercepat proses terjadinya gagal ginjal. Oleh karena itu diperlukan suatu cara/alat yang dapat membantu penentuan diagnosis, dalam kasus ini penyakit pada ginjal atau bukan, agar dapat ditentukan terapi yang tepat sehingga pada saat pengobatan tidak menimbulkan efek buruk pada ginjal. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model pendiagnosisan gangguan sistem urinari pada anjing dan kucing, yaitu penyakit yang secara langsung menyerang organ ginjal (sistem urinari bagian atas) dan penyakit yang menyerang organ bukan ginjal (sistem urinari bagian bawah). Ruang Lingkup Ruang lingkup penelitian ini meliputi : Data yang digunakan adalah data hewan dalam hal ini anjing dan kucing yang menderita gangguan sistem urinari (ginjal dan non ginjal) dari Rumah Sakit Hewan Institut Pertanian Bogor. 2 Bobot setiap feature pada semua data diasumsikan sama, yaitu satu. 3 Metode k-fold cross validation yang digunakan adalah 3-fold cross validation. 4 Model yang dikembangkan akan diimplementasikan dalam bentuk prototipe. 5 Dilakukan 2 kali percobaan untuk membandingkan hasil klasifikasi tanpa feature pemeriksaan laboratorium dan dengan feature pemeriksaan laboratorium. Manfaat Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai akurasi Voting Feature Interval (VFI 5) jika diterapkan pada aplikasi pendiagnosisan yang dihasilkan. Di samping itu diharapkan aplikasi yang dihasilkan dapat digunakan secara praktis dan luas untuk membantu proses pendiagnosisan secara lebih cepat dan tepat. Sistem Urinari TINJAUAN PUSTAKA Sistem urinari adalah sistem organ dalam tubuh yang terdiri dari ginjal, vesica urinaria, ureter dan urethra (Blood & Studdert 999, Foster & Smith 27). Organ-organ tersebut

10 2 berperan dalam produksi dan ekskresi urin (Blood & Studdert 999). Organ utama dari sistem ini adalah ginjal yang memfiltrasi darah dan memproduksi urin, sedangkan organ lainnya hanyalah struktur tambahan untuk menyimpan dan mengalirkan urin (Foster & Smith 27). Sistem urinari memiliki tiga fungsi yaitu: metabolisme, hormonal dan ekskresi (Aieolo et al. 2). Sistem urinari bertanggung jawab dalam filtrasi kotoran dalam darah dan dalam produksi maupun sekresi urin (Foster & Smith 27). Ginjal Ginjal adalah organ yang terdapat pada daerah lumbal dan termasuk ke dalam bagian dari sistem urinari (Blood & Studdert 999). Fungsi dari ginjal adalah memfilter darah, mengekskresikan urin dan mengatur konsentrasi hidrogen, sodium, potasium, fosfat dan ion-ion lain yang terdapat di dalam cairan ekstrasel (Blood & Studdert 999). Klasifikasi Klasifikasi merupakan proses menemukan sekumpulan model (atau fungsi) yang menggambarkan dan membedakan konsep atau kelas-kelas data. Tujuannya adalah agar model tersebut dapat digunakan untuk memprediksi kelas dari suatu objek atau data yang label kelasnya tidak diketahui (Han & Kamber 2). Klasifikasi terdiri atas dua tahap, yaitu pelatihan dan prediksi. Pada tahap pelatihan, dibentuk sebuah model domain permasalahan dari setiap instance yang ada. Penentuan model tersebut berdasarkan analisis pada sekumpulan data pelatihan, yaitu data yang label kelasnya sudah diketahui. Pada tahap prediksi, dilakukan prediksi kelas dari instance (kasus) baru dengan menggunakan model yang telah dibuat pada tahap pelatihan (Güvenir et al. 998). K-Fold Cross Validation Validasi silang dan bootstrapping merupakan metode dalam memperkirakan generalisasi error berdasarkan resampling (Weiss & Kulikowski 99 diacu dalam Sarle 24). Metode k-fold cross validation membagi sebuah himpunan contoh secara acak menjadi k subset yang saling bebas. Dilakukan ulangan sebanyak k-kali untuk pelatihan dan pengujian. Pada setiap ulangan, disisakan satu subset untuk pengujian dan subset lainnya untuk pelatihan (Stone 974 diacu dalam Fu 994). Tingkat akurasi dihitung dengan membagi jumlah keseluruhan klasifikasi yang benar dengan jumlah semua instance pada data awal (Han & Kamber 2). Voting Feature Intervals (VFI 5) Algoritma Klasifikasi Voting Feature Intervals (VFI 5) merepresentasikan deskripsi sebuah konsep oleh sekumpulan interval nilainilai feature atau atribut (Demiröz et al. 997 diacu dalam Güvenir & Emeksiz 2; Güvenir et al. 998). Pengklasifikasian instance baru berdasarkan voting pada klasifikasi yang dibuat oleh nilai tiap-tiap feature secara terpisah. VFI 5 merupakan algoritma klasifikasi yang bersifat nonincremental dimana semua instance pelatihan diproses secara bersamaan (Güvenir & Sirin 996 diacu dalam Güvenir & Emeksiz 2). Dari instance-instance pelatihan tersebut, Algoritma VFI 5 membuat interval untuk setiap feature. Interval-interval yang dibuat dapat berupa range interval atau point interval. Point interval terdiri atas seluruh end point secara berturut-turut. Range interval terdiri atas nilai-nilai antara dua end point yang berdekatan namun tidak termasuk kedua end point tersebut. Untuk setiap interval, vote setiap kelas pada interval tersebut disimpan. Dengan demikian, sebuah interval dapat merepresentasikan beberapa kelas dengan menyimpan vote setiap kelas, sehingga Algoritma VFI dapat dikatakan sebagai Multi- Class feature projection based algorithms. Keunggulan Algoritma VFI 5 adalah algoritma ini cukup kokoh (robust) terhadap feature yang tidak relevan namun mampu memberikan hasil yang baik pada real-world datasets yang ada. VFI 5 mampu menghilangkan pengaruh yang kurang menguntungkan dari feature yang tidak relevan dengan mekanisme voting-nya (Güvenir 998). Algoritma Klasifikasi VFI 5 mampu melakukan klasifikasi lebih cepat dibandingkan dengan Algoritma Nearest Neighbor dan Decision Tree (Demiröz 997). VFI 5 mampu menangani nilai feature yang tidak diketahui (hilang) dengan cara mengabaikan nilai feature tersebut yang ada pada data pelatihan dan data pengujian. Namun pada Algoritma Nearest Neighbor dan Decision Tree, nilai tersebut harus diganti (Quinlan 993 diacu dalam Demiröz 997). Mengabaikan feature yang tidak diketahui

11 3 merupakan pendekatan yang alami dan masuk akal (Demiröz 997). Algoritma VFI 5 terdiri atas dua tahap, yaitu pelatihan dan klasifikasi.. Pelatihan Langkah pertama pada tahap pelatihan adalah menemukan end point setiap feature f dari setiap kelas c. End point untuk feature linear, yaitu feature yang nilainya memiliki urutan atau bisa dibandingkan tingkatannya, merupakan nilai minimum dan nilai maksimum feature tersebut. End point untuk feature nominal, yaitu feature yang nilainya tidak memiliki urutan dan tidak bisa dibandingkan tingkatannya, merupakan semua nilai yang berbeda yang ada pada feature kelas yang sedang diamati. Sebelum dibentuk interval, seluruh end point yang diperoleh untuk setiap feature linear diurutkan. Jika suatu feature merupakan feature linear maka akan dibentuk dua interval yaitu point interval dan range interval. Jika feature tersebut merupakan feature nominal maka hanya dibentuk point interval. Batas bawah pada range interval (ujung paling kiri) adalah - sedangkan batas atas range interval (ujung paling kanan) adalah +. Jumlah maksimum end point pada feature linear adalah 2k sedangkan jumlah maksimum intervalnya adalah 4k+, dengan k adalah jumlah kelas yang diamati. Setelah itu, jumlah instance pelatihan setiap kelas c dengan feature f untuk setiap interval i dihitung dan direpresentasikan sebagai interval_class_count[f,i,c]. Untuk setiap instance pelatihan, dicari interval i, yaitu interval nilai feature f dari instance pelatihan e (e f ) tersebut berada. Jika interval i merupakan point interval dan e f sama dengan batas bawah interval tersebut (sama dengan batas atas untuk point interval), jumlah kelas instance tersebut (e f ) pada interval i ditambah. Jika interval i merupakan range interval dan e f jatuh pada interval tersebut maka jumlah kelas instance e f pada interval i ditambah. Hasil proses ini merupakan vote kelas c pada interval i. Untuk menghilangkan efek perbedaan distribusi setiap kelas, vote kelas c untuk feature f pada interval i dinormalisasi dengan cara membagi vote tersebut dengan jumlah instance kelas c yang direpresentasikan dengan class_count[c]. Hasil normalisasi ini dinotasikan sebagai interval_class_vote[f,i,c]. Kemudian nilai-nilai interval_class_vote[f,i,c] dinormalisasi sehingga jumlah vote beberapa kelas pada setiap feature sama dengan. Normalisasi ini bertujuan agar setiap feature memiliki kekuatan voting yang sama pada proses klasifikasi yang tidak dipengaruhi oleh ukurannya. 2. Prediksi (klasifikasi) Proses klasifikasi diawali dengan inisialisasi vote setiap kelas dengan nilai nol. Untuk setiap feature f, dicari interval i dimana nilai e f jatuh, dengan e f merupakan nilai feature f dari instance tes e. Jika e f tidak diketahui (hilang), feature tersebut tidak diikutsertakan dalam voting (memberikan vote nol untuk setiap kelas). Oleh karena itu, feature yang memiliki nilai tidak diketahui diabaikan. Jika e f diketahui maka interval tersebut dapat ditemukan. Interval tersebut dapat menyimpan instance pelatihan dari beberapa kelas. Kelas-kelas dalam sebuah interval direpresentasikan oleh vote kelas-kelas tersebut pada interval itu. Untuk setiap kelas c, feature f memberikan vote yang sama dengan interval_class_vote[f,i,c]. Notasi tersebut merepresentasikan vote feature f yang diberikan untuk kelas c. Setiap feature f mengumpulkan vote-votenya dalam sebuah vektor feature_vote[f,c ],..., feature_vote[f,c j ],..., feature_vote[f,c k ], dimana feature_vote[f,c j ] merupakan vote feature f untuk kelas C j dan k adalah jumlah kelas. Kemudian d vektor vote, dimana d merupakan jumlah feature, dijumlahkan untuk memperoleh total vektor vote vote[c ],..., vote[c k ]. Kelas dengan jumlah vote terbesar diprediksi sebagai kelas dari instance tes e. Pseudocode algoritma pelatihan dan prediksi VFI 5 dapat dilihat pada Gambar dan Gambar 2.

12 4 train(trainingset): begin for each feature f for each class c EndPoints[f] = EndPoints[f] find_end_points(trainingset,f,c); sort(endpoints[f]); if f is linear for each end point p in EndPoints[f] form a point interval from end point p form a range interval between p and the next endpoint p else /* f is nominal*/ each distinct point in EndPoints[f] forms a point interval for each interval i on feature dimension f for each class c interval_class_count[f,i,c]= count_instances(f,trainingset); for each interval i on feature dimension f for each class c interval_ class_vote[ f,i,c] = interval_class_count[ f,i,c] class_count[ c] normalize interval_class_vote[f,i,c] * such that c interval_class_vote[f,i,c] = * end Gambar Algoritma pelatihan VFI 5. classify(e): * e: example to be classified * begin for each class c vote[c] = for each feature f for each class c * vote of feature f for class c * feature_vote[f,c] = if e f value is known i = find_interval( f, e f ) feature_vote[f,c] = interval_class_vote[f,i,c] for each class c vote[c] = vote[c] + (feature_vote[f,c] x weight[f]) return class c with highest vote[c] end Gambar 2 Algoritma prediksi VFI 5.

13 5 METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini mempunyai beberapa tahapan proses untuk mengetahui akurasi yang diperoleh Algoritma VFI 5 dalam pengklasifikasian penyakit yang menyerang ginjal dan non ginjal. Tahapan proses tersebut disajikan pada Gambar 3. Proses utama yang terjadi yaitu praproses, pelatihan untuk melihat domain permasalahan data dan prediksi (klasifikasi) untuk menduga kelas dari suatu instance baru. VFI Akurasi Gambar 3 Tahapan proses klasifikasi data. Data Data Latih Pelatihan Klasifikasi Data Praproses Data Uji Semua data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data hewan dalam hal ini anjing dan kucing yang menderita gangguan sistem urinari (ginjal dan non ginjal) dari Rumah Sakit Hewan Institut Pertanian Bogor. Praproses Sebelum digunakan dalam Algoritma VFI 5, feature pada setiap instance dipilih kembali agar diperoleh feature-feature yang bersesuaian dengan gejala pada gangguan sistem urinari. Proses ini akan menghasilkan 2 himpunan data yang sama tapi dengan jumlah feature yang berbeda untuk masing-masing himpunan. Data Latih dan Data Uji Seluruh data yang digunakan dibagi menjadi tiga subset dengan ukuran contoh yang lebih kurang sama berdasarkan metode 3-fold cross validation yang digunakan. Pembagian data dilakukan secara acak dengan mempertahankan perbandingan jumlah instance setiap kelas. Ketiga subset yang dihasilkan akan digunakan sebagai data pelatihan dan data pengujian. Sesuai dengan hasil praproses, maka data latih dan data uji pada penelitian ini akan digunakan dalam dua kali percobaan dengan jumlah feature yang berbeda. Pada percobaan pertama, feature pemeriksaan laboratorium akan dihilangkan, sedangkan pada percobaan yang kedua feature pemeriksaan laboratorium akan digunakan. Hal ini dilakukan untuk membandingkan akurasi yang diperoleh dengan dan tanpa feature pemeriksaan laboratorium. Algoritma VFI 5 Pada penelitian ini digunakan Algoritma VFI 5 dengan bobot setiap feature diasumsikan seragam, yaitu satu. Tahapan ini terdiri atas dua proses yaitu pelatihan dan prediksi (klasifikasi) kelas instance baru. Pelatihan Data yang telah dibagi menjadi beberapa subset kemudian digunakan sebagai input Algoritma Klasifikasi VFI 5. Pelatihan dilakukan dalam tiga kali iterasi. Pada iterasi pertama, subset yang digunakan sebagai data latih adalah subset kedua dan ketiga. Pada iterasi kedua, data latih terdiri dari subset pertama dan ketiga, sedangkan pada iterasi ketiga, data latih terdiri dari subset pertama dan kedua. Pada tahap pelatihan akan dibentuk interval-interval dari setiap feature yang ada. Jika feature tersebut adalah feature linear maka akan dibentuk dua buah interval, yaitu point interval dan range interval. Jika feature tersebut adalah feature nominal maka hanya akan dibentuk satu interval, yaitu point interval. Setelah semua interval terbentuk, langkah selanjutnya adalah menghitung jumlah instance setiap kelas yang berada pada setiap interval tersebut. Klasifikasi Pada tahap klasifikasi, setiap nilai feature dari suatu instance baru diperiksa letak interval nilai feature tersebut. Vote-vote setiap kelas untuk setiap feature pada setiap interval yang bersesuaian diambil dan kemudian dijumlahkan. Kelas dengan nilai total vote tertinggi menjadi kelas prediksi instance baru tersebut. Sama seperti tahap pelatihan, tahap inipun dilakukan dalam tiga iterasi. Pada

14 6 iterasi pertama, data uji yang digunakan untuk klasifikasi adalah data dari subset pertama. Pada iterasi kedua, data uji yang digunakan berasal dari subset kedua, sedangkan pada iterasi ketiga, subset ketigalah yang digunakan sebagai data uji. Proses pelatihan dan klasifikasi dilakukan selang-seling pada tiap iterasi. Pada iterasi pertama dilakukan pelatihan terlebih dahulu lalu dilanjutkan dengan klasifikasi, begitu seterusnya hingga tiga iterasi. Akurasi Hasil yang diamati pada penelitian ini adalah perubahan rata-rata tingkat akurasi Algoritma VFI 5 dalam mengklasifikasikan data pengujian dengan menggunakan validasi silang, yaitu 3-fold cross validation. Tingkat akurasi diperoleh dengan perhitungan : data uji benar diklasifikasi tingkat akurasi = total data uji HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian diawali dengan pengumpulan data rekam medik dari Rumah Sakit Hewan IPB, Bogor. Data yang diambil merupakan data hewan penderita gangguan sistem urinari dengan jenis hewan 2 yaitu anjing (canine) dan kucing (feline). Selanjutnya dilakukan tahap praproses terhadap data yang berhasil diperoleh. Tahap ini dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi feature (gejala klinis dan hasil pemeriksaan laboratorium) yang diperoleh dalam tahap pengumpulan data sehingga didapatkan feature-feature yang relevan terhadap gangguan sistem urinari. Data rekam medik hasil praproses memiliki 39 feature yang terdiri dari 37 feature gejala klinis dan 2 feature pemeriksaan laboratorium. Data rekam medik beserta nilai masing-masing feature pada setiap instance dapat dilihat pada Lampiran. Pada Tabel dapat terlihat spesifikasi data hasil praproses tanpa feature pemeriksaan laboratorium, sedangkan pada Tabel 2 dapat terlihat spesifikasi data hasil praproses dengan feature pemeriksaan laboratorium. Tabel Spesifikasi data hasil praproses tanpa feature pemeriksaan laboratorium Nama Jumlah Jumlah Jumlah data Hasil praproses instance feature kelas Tabel 2 Spesifikasi data hasil praproses dengan feature pemeriksaan laboratorium Nama Jumlah Jumlah Jumlah data Hasil praproses instance feature kelas Feature-feature pada data rekam medik hasil praproses masing-masing dilambangkan berturut-turut dengan variabel F, F2, F3,, F39. Nama feature-feature beserta variabel yang melambangkannya dapat dilihat pada tabel di Lampiran 2. Pembagian data latih dan data uji Data keseluruhan sebanyak 44 instances hasil praproses terlebih dahulu dibagi menjadi tiga subset dengan jumlah instance yang hampir sama di tiap subset dan perbandingan ukuran kelas yang seimbang. Setiap subset yang dihasilkan lalu digunakan dalam metode validasi silang, yaitu metode 3-fold cross validation. Tabel 3 menunjukkan proporsi jumlah instance pada setiap kelas untuk setiap subset. Tabel 3 Proporsi jumlah instance setiap kelas pada masing-masing subset Subset Ginjal (G) Non-Ginjal (N) Dengan metode 3-fold cross validation, maka akan dilakukan tiga kali iterasi dengan menggunakan dua subset sebagai data latih dan satu subset lain sebagai data uji. Data latih dan data uji pada masing-masing iterasi akan digunakan dalam dua kali percobaan dengan jumlah feature yang berbeda. Pada percobaan pertama, feature yang digunakan hanyalah feature gejala klinis tanpa feature pemeriksaan laboratorium. Pada percobaan kedua, feature yang digunakan merupakan gabungan dari feature gejala klinis dengan feature pemeriksaan laboratorium. Percobaan pertama Pada tahap ini, di setiap iterasinya digunakan data dengan jumlah feature 37 buah yang terdiri dari feature gejala klinis. Iterasi pertama Pada iterasi ini, proses pelatihan menghasilkan vote yang cukup berimbang pada beberapa feature untuk kedua kelas. Sebagai contoh, pada feature 5 (kiposis) vote

15 7 yang diberikan untuk interval bernilai (tidak terdapat gejala kiposis) hanya berbeda,5. Hal ini mempengaruhi kecilnya rasio peluang suatu individu uji diklasifikasikan sebagai kelas ginjal atau kelas non-ginjal. Selang setiap feature beserta nilai vote yang diberikannya kepada masing-masing kelas dapat dilihat pada Lampiran 3. Hasil proses klasifikasi pada iterasi ini dapat dilihat pada Tabel 4. Dari 8 instances kelas ginjal yang diuji, 7 instances benar diprediksi sebagai kelas ginjal dan sisanya instance diprediksi sebagai kelas non-ginjal. Dengan demikian, akurasi untuk kelas ginjal pada iterasi pertama ini mencapai 87,5%. Untuk kelas non-ginjal, akurasi yang diperoleh sebesar 83,33% dengan jumlah instances yang benar diprediksi sebagai kelas non-ginjal sebanyak 5 instances dari 6 instances kelas non-ginjal yang diuji. Secara keseluruhan, jumlah instances yang benar diprediksi pada iterasi ini sebanyak 2 instances dari 4 instances yang diuji sehingga dihasilkan akurasi sebesar 85,7%. Hasil klasifikasi setiap instance uji pada iterasi ini disajikan pada Lampiran 4. Tabel 4 Hasil percobaan pertama pada iterasi pertama Diprediksi sebagai kelas Kelas G N Akurasi G % N % Akurasi iterasi pertama 85.7% Iterasi kedua Sama seperti pada iterasi pertama, vote yang dihasilkan dari proses pelatihan pada iterasi inipun cukup berimbang pada beberapa feature untuk kedua kelas bahkan terdapat feature yang memiliki nilai vote yang benarbenar seimbang di kedua kelas. Sebagai contoh, pada feature 3 (abdomen besar) vote yang diberikan di setiap interval sebesar,5 untuk masing-masing kelas. Hal ini mempengaruhi kecilnya rasio peluang suatu individu uji diklasifikasikan sebagai kelas ginjal atau kelas non-ginjal. Selang setiap feature beserta nilai vote yang diberikannya kepada masing-masing kelas dapat dilihat pada Lampiran 5. Hasil proses klasifikasi pada iterasi ini dapat dilihat pada Tabel 5. Dari 9 instances kelas ginjal yang diuji, 6 instances benar diprediksi sebagai kelas ginjal dan sisanya 3 instances diprediksi sebagai kelas non-ginjal. Dengan demikian, akurasi untuk kelas ginjal pada iterasi kedua ini mencapai 66,67%. Untuk kelas non-ginjal, akurasi yang diperoleh sebesar 85,7% dengan jumlah instances yang benar diprediksi sebagai kelas non-ginjal sebanyak 6 instances dari 7 instances kelas non-ginjal yang diuji. Secara keseluruhan, jumlah instances yang benar diprediksi pada iterasi ini sebanyak 2 instances dari 6 instances yang diuji sehingga dihasilkan akurasi sebesar 75%. Hasil klasifikasi setiap instance uji pada iterasi ini dapat dilihat pada Lampiran 6. Tabel 5 Hasil percobaan pertama pada iterasi kedua Diprediksi sebagai kelas Kelas G N Akurasi G % N % Akurasi iterasi kedua 75% Iterasi ketiga Sama seperti pada iterasi pertama dan kedua, vote yang dihasilkan dari proses pelatihan pada awal iterasi inipun cukup berimbang pada beberapa feature untuk kedua kelas bahkan terdapat setidaknya 4 feature yang memiliki nilai vote yang benar-benar seimbang di kedua kelas. Sebagai contoh, pada feature (nafas aritmis) vote yang diberikan di setiap interval sebesar,5 untuk masing-masing kelas. Hal ini mempengaruhi kecilnya rasio peluang suatu individu uji diklasifikasikan sebagai kelas ginjal atau kelas non-ginjal. Selang setiap feature beserta nilai vote yang diberikannya kepada masingmasing kelas dapat dilihat pada Lampiran 7. Hasil proses klasifikasi pada iterasi ini dapat dilihat pada Tabel 6. Dari 8 instances kelas ginjal yang diuji, 7 instances benar diprediksi sebagai kelas ginjal dan sisanya instances diprediksi sebagai kelas non-ginjal. Dengan demikian, akurasi untuk kelas ginjal pada iterasi ketiga ini mencapai 87.5%. Untuk kelas non-ginjal, akurasi yang diperoleh hanya mencapai 5% dengan jumlah instances yang benar diprediksi sebagai kelas non-ginjal sebanyak 3 instances dari 6 instances kelas non-ginjal yang diuji. Secara keseluruhan, jumlah instances yang benar diprediksi pada iterasi ini sebanyak instances dari 4 instances yang diuji sehingga dihasilkan akurasi sebesar 7,43%. Hasil klasifikasi setiap instance uji pada iterasi ini dapat dilihat pada Lampiran 8.

16 8 Tabel 6 Hasil percobaan pertama pada iterasi ketiga Diprediksi sebagai kelas Kelas G N Akurasi G % N 3 3 5% Akurasi iterasi ketiga 7.43% Hasil pelatihan dan pengklasifikasian pada percobaan pertama Pada percobaan pertama ini, digunakan data dengan jumlah feature 37 buah yang keseluruhannya merupakan gejala klinis yang mungkin diderita saat seekor hewan mengalami gangguan saluran urinari. Ke-37 buah feature tersebut dapat dibagi ke dalam 7 bagian utama, yaitu bagian keadaan umum (terdiri dari 5 feature), mulut (2 feature), mukosa/selaput lendir (3 feature), nafas (5 feature), jantung (7 feature), ekskresi (7 feature), dan palpasi (8 feature). Dari ke-37 feature tersebut, hanya satu feature yang memiliki range interval yaitu feature suhu di bagian keadaan umum, sedangkan ke-36 feature yang lainnya memiliki point interval (bernilai untuk ditemukannya gejala klinis tertentu, dan bernilai untuk tidak atau jika gejala yang ditemukan normal). Hasil pelatihan dari ketiga iterasi yang dilakukan pada percobaan yang pertama ini memperlihatkan bahwa vote yang dihasilkan baik di iterasi pertama, kedua maupun ketiga cukup berimbang pada beberapa feature untuk kedua kelas. Hal ini akan mempengaruhi nilai total vote yang didapatkan instances uji pada suatu kelas. Pada akhirnya, akurasi dalam memprediksi kelas pada instance uji tersebut akan berkurang. Hasil klasifikasi dari ketiga iterasi memperlihatkan kurang akuratnya prediksi yang diberikan dengan akurasi sebesar 85,7% pada iterasi pertama, 75% pada iterasi kedua, dan 7,43% pada iterasi ketiga. Secara keseluruhan, rata-rata akurasi yang dihasilkan Algoritma VFI 5 pada percobaan pertama ini sebesar 77,38%. Percobaan kedua Pada tahap ini, di setiap iterasinya digunakan data dengan jumlah feature 39 buah yang terdiri dari 37 feature gejala klinis dan 2 feature pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan laboratorium yang digunakan merupakan pemeriksaan laboratorium yang berhubungan langsung dengan fungsi ginjal yaitu naik tidaknya nilai ureum dan creatinine. Anggota subset yang digunakan pada tahap ini tidak dipilih secara acak, melainkan menggunakan susunan anggota yang sama persis dengan subset pada percobaan pertama. Hal ini dilakukan agar dapat terlihat pengaruh dari penggunaan feature pemeriksaan laboratorium pada akurasi yang dihasilkan. Iterasi pertama Sama seperti pada iterasi pertama di percobaan pertama, proses pelatihan pada iterasi pertama di percobaan kedua ini pun menghasilkan vote yang cukup berimbang pada beberapa feature untuk kedua kelas. Akan tetapi, terlibatnya feature pemeriksaan laboratorium memberikan pengaruh yang cukup signifikan karena feature kenaikan nilai creatinine memberikan vote yang cukup tinggi (sebesar,74) untuk kelas non-ginjal saat feature tersebut bernilai (nilai creatinine normal), sedangkan saat feature tersebut bernilai (nilai creatinine meningkat) vote yang cukup tinggi (sebesar ) diberikan pada kelas ginjal. Hal ini bersesuaian dengan fakta bahwa fungsi ginjal terganggu jika nilai creatinine-nya diatas batas normal. Selang ke- 37 feature gejala klinis beserta nilai vote yang diberikannya kepada masing-masing kelas sama dengan selang dan nilai vote pada iterasi pertama percobaan pertama, sedangkan selang dan nilai vote yang diberikan 2 feature pemeriksaan laboratorium untuk masingmasing kelas dapat dilihat pada Lampiran 9. Hasil proses klasifikasi pada iterasi ini dapat dilihat pada Tabel 7. Dari 8 instances kelas ginjal yang diuji, tidak ada satu instance pun yang diprediksi sebagai kelas non-ginjal, ini berarti akurasi untuk kelas ginjal pada iterasi pertama ini mencapai %. Nilai akurasi ini meningkat dari percobaan pertama, hal ini terjadi karena pada percobaan kedua ini, instance uji kedua pada subset pertama yaitu G4 benar diprediksi sebagai Ginjal, sedangkan pada percobaan pertama G4 diprediksi sebagai Non-Ginjal. Untuk kelas non-ginjal, akurasi yang diperoleh sama dengan akurasi yang diperoleh pada iterasi pertama di percobaan pertama, yaitu sebesar 83,33% dengan jumlah instances yang benar diprediksi sebagai kelas non-ginjal sebanyak 5 instances dari 6 instances kelas non-ginjal yang diuji. Secara keseluruhan, jumlah instances yang benar diprediksi pada iterasi ini sebanyak 3 instances dari 4 instances yang diuji sehingga dihasilkan akurasi sebesar 92,86%. Hasil klasifikasi setiap instance uji

17 9 pada iterasi ini dapat dilihat pada Lampiran. Tabel 7 Hasil percobaan kedua pada iterasi pertama Diprediksi sebagai kelas Kelas G N Akurasi G 8 % N % Akurasi iterasi pertama 92.86% Iterasi kedua Sama seperti pada iterasi pertama di percobaan kedua, pada iterasi ini feature kenaikan nilai creatinine memberikan vote yang cukup tinggi (sebesar,75) untuk kelas non-ginjal saat feature tersebut bernilai (nilai creatinine normal), sedangkan saat feature tersebut bernilai (nilai creatinine meningkat) vote yang cukup tinggi (sebesar ) diberikan pada kelas ginjal. Selain itu, vote yang diberikan oleh feature kenaikan nilai ureum pun memberikan vote yang cukup tinggi (sebesar,8) untuk kelas non-ginjal saat feature tersebut bernilai (nilai ureum normal). Selang ke-37 feature gejala klinis beserta nilai vote yang diberikannya kepada masing-masing kelas sama dengan selang dan nilai vote pada iterasi pertama percobaan pertama, sedangkan selang dan nilai vote yang diberikan 2 feature pemeriksaan laboratorium untuk masing-masing kelas dapat dilihat pada Lampiran. Hasil proses klasifikasi pada iterasi ini dapat dilihat pada Tabel 8. Dari 9 instances kelas ginjal yang diuji, 8 instances benar diprediksi sebagai kelas ginjal dan sisanya instances diprediksi sebagai kelas non-ginjal. Dengan demikian, akurasi untuk kelas ginjal pada iterasi kedua ini mencapai 88,89% atau meningkat sebanyak 2 instances yang benar diprediksi. Kedua instances tersebut adalah G2 (instance uji ke-8) dan G (instance uji ke-9) yang berasal dari subset kedua yang dijadikan data uji. Untuk kelas non-ginjal, akurasi yang diperoleh sebesar 85,7% dengan jumlah instances yang benar diprediksi sebagai kelas non-ginjal sebanyak 6 instances dari 7 instances kelas non-ginjal yang diuji. Nilai akurasi ini sama dengan nilai akurasi yang diperoleh pada percobaan pertama, atau tidak mengalami peningkatan. Secara keseluruhan, jumlah instances yang benar diprediksi pada iterasi ini sebanyak 4 instances dari 6 instances yang diuji sehingga dihasilkan akurasi sebesar 87,5%. Hasil klasifikasi setiap instance uji pada iterasi ini dapat dilihat pada Lampiran 2. Tabel 8 Hasil percobaan kedua pada iterasi kedua Diprediksi sebagai kelas Kelas G N Akurasi G % N % Akurasi iterasi ketiga 87.5% Iterasi ketiga Sama seperti pada iterasi kedua di percobaan kedua, pada iterasi ini feature kenaikan nilai creatinine dan feature kenaikan nilai ureum memberikan vote yang cukup tinggi. Untuk kelas non-ginjal feature kenaikan nilai creatinine memberikan vote sebesar,74 saat bernilai (nilai creatinine normal), sedangkan feature kenaikan nilai ureum memberikan vote sebesar,82 saat bernilai (nilai ureum normal). Untuk kelas ginjal, feature kenaikan nilai creatinine memberikan vote sebesar saat bernilai (nilai creatinine meningkat), Selang ke-37 feature gejala klinis beserta nilai vote yang diberikannya kepada masing-masing kelas sama dengan selang dan nilai vote pada iterasi pertama percobaan pertama, sedangkan selang dan nilai vote yang diberikan 2 feature pemeriksaan laboratorium untuk masingmasing kelas dapat dilihat pada Lampiran 3. Hasil proses klasifikasi pada iterasi ini dapat dilihat pada Tabel 9. Berbeda dengan kedua iterasi sebelumnya, pada iterasi ini, instance yang berhasil diperbaiki prediksinya justru berasal dari kelas non-ginjal. Dari 6 instances yang diuji, 4 instances benar diprediksi sebagai kelas non-ginjal, dan sisanya sebanyak 2 instances diprediksi sebagai kelas ginjal. Bila dibandingkan dengan hasil dari percobaan pertama, pada percobaan kedua ini terdapat satu instance uji yang pada percobaan pertama salah diprediksi, pada percobaan kedua ini justru benar diprediksi, instance tersebut adalah instance uji ke-2 dari subset ketiga yaitu instance N4. Dengan demikian akurasi yang diperoleh mencapai 66,67%. Untuk kelas ginjal, akurasi yang diperoleh tidak mengalami peningkatan dari percobaan pertama yaitu sebesar 87.5% dengan memprediksi benar 7 instances dari 8 instances yang diuji. Secara keseluruhan, jumlah instances yang benar diprediksi pada iterasi ini sebanyak instances dari 4 instances yang diuji sehingga dihasilkan

18 akurasi sebesar 78,57%. Hasil klasifikasi setiap instance uji pada iterasi ini dapat dilihat pada Lampiran 4. Tabel 9 Hasil percobaan kedua pada iterasi ketiga Diprediksi sebagai kelas Kelas G N Akurasi G % N % Akurasi iterasi ketiga 78.57% Hasil pelatihan dan pengklasifikasian pada percobaan kedua Pada percobaan yang kedua ini, digunakan data dengan jumlah feature 39 buah dimana 37 feature merupakan gejala klinis dan 2 lainnya merupakan pemeriksaan laboratorium. Pengelompokan 37 feature gejala klinis sama dengan pengelompokan saat percobaan pertama, sedangkan 2 feature terakhir yang merupakan pemeriksaan laboratorium dibuatkan kelompok baru yaitu bagian fungsi ginjal. Dari ke-39 feature tersebut, hanya satu feature yang memiliki range interval yaitu feature suhu di bagian keadaan umum, sedangkan ke-38 feature yang lainnya (termasuk feature pemeriksaan laboratorium) memiliki point interval. Feature pemeriksaan laboratorium dijadikan point interval karena pada prakteknya, pemeriksaan laboratorium memiliki batas normal sendiri untuk setiap jenis hewan, sedangkan pada penelitian ini digunakan 2 jenis hewan yaitu kucing dan anjing. Oleh karena itu, agar nilai interval kedua jenis hewan itu sama, maka dibuatlah point interval yang bernilai jika nilai ureum/creatinine normal dan jika nilai ureum/creatinine meningkat. Karena susunan anggota setiap subset pada percobaan kedua ini sama dengan yang di percobaan pertama, maka vote dan interval yang dihasilkannya pun sama, kecuali di feature pemeriksaan laboratorium. Pada feature pemeriksaan laboratorium, vote yang diberikan kepada kedua kelas memiliki rasio yang cukup tinggi, hal ini terlihat terutama pada feature kenaikan nilai creatinine. Hal ini akan mempengaruhi nilai total vote yang didapatkan instances uji pada suatu kelas. Pada akhirnya, akurasi dalam memprediksi kelas pada instance uji tersebut akan meningkat jika dibandingkan dengan akurasi yang diperoleh pada percobaan pertama. Hasil klasifikasi dari ketiga iterasi di percobaan kedua memperlihatkan peningkatan dibandingkan akurasi di percobaan pertama. Pada percobaan kedua, akurasi sebesar 92,86% dihasilkan pada iterasi pertama, akurasi sebesar 87,5% dihasilkan pada iterasi kedua, dan pada iterasi terakhir dihasilkan akurasi sebesar 78,57%. Secara keseluruhan, pada percobaan kedua ini Algoritma VFI 5 dapat menghasilkan rata-rata akurasi sebesar 86,3%. Peningkatan akurasi ini diperoleh dengan memperbaiki prediksi 3 instances kelas ginjal ( instance pada iterasi pertama dan 2 instances pada iterasi kedua) dan instance kelas non-ginjal (pada iterasi ketiga) yang salah diprediksi saat percobaan pertama. Feature-feature yang konsisten terhadap kelas tertentu Pada setiap iterasi, dihasilkan selangselang dengan nilai vote yang diberikan oleh setiap feature untuk masing-masing kelas. Pada Lampiran 5 dapat dilihat kecenderungan kelas yang diberikan nilai vote yang lebih besar oleh suatu feature saat feature yang bersangkutan bernilai satu. Terdapat feature-feature yang konsisten memberikan nilai vote yang lebih besar kepada suatu kelas (baik kelas ginjal maupun kelas non-ginjal) pada setiap iterasi. Featurefeature tersebut adalah : Kelas ginjal F2 = Muntah F3 = Gemetar F4 = Dehidrasi F6 = Ulcus di mulut F7 = Mulut bau ureum F9 = Mukosa icterus F = Mukosa jaundice F3 = Frekuensi nafas cepat F23 = Diare F27 = Poliuria F29 = Disuria F3 = Palpasi abdomen sakit F34 = Ginjal membesar F35 = Ada batu di ginjal F38 = Ureum naik F39 = Creatinine naik Kelas non-ginjal F8 = Mukosa hiperemi F24 = Konstipasi F32 = Abdomen tegang F36 = Ada batu di urethra/vu Selain itu terdapat pula feature yang di setiap iterasinya memberikan vote yang selalu seimbang untuk kedua kelas. Feature tersebut adalah F2 = Frekuensi nafas lambat.

19 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Penelitian yang telah dilakukan menghasilkan suatu model pendiagnosisan gangguan sisten urinari yang diimplementasikan dalam suatu prototipe aplikasi pendiagnosisan. Tingkat akurasi yang diperoleh pada proses klasifikasi tanpa feature pemeriksaan laboratorium lebih kecil daripada tingkat akurasi dari proses klasifikasi dengan feature pemeriksaan laboratorium. Hal ini semakin membuktikan bahwa dalam pendiagnosisan penyakit dalam sistem urinari, pemeriksaan laboratorium masih sangat dibutuhkan dalam menentukan hasil diagnosis suatu penyakit. Pada proses klasifikasi tanpa feature pemeriksaan laboratorium, tingkat akurasi rata-rata yang diperoleh sebesar 77,38%, sedangkan tingkat akurasi rata-rata yang diperoleh dari proses klasifikasi dengan feature pemeriksaan laboratorium sebesar 86,3%. Saran Model pendiagnosisan gangguan sistem urinari yang dihasilkan masih dapat ditingkatkan keakuratannya dengan memberikan bobot yang berbeda untuk tiap feature dan menambahkan feature pemeriksaan laboratorium yang lainnya. Selain itu dapat ditambahkan juga threshold untuk mengantisipasi kemungkinan seekor hewan terkena gangguan ginjal dan non-ginjal secara bersamaan. Foster, Smith 27. Kidney Disease: Causes, Signs, and Diagnosis. cls=2&cat=634&articleid=35 Fu L Neural Network in Computers Intelligence. Singapura: McGraw-Hill. Güvenir HA A Classification Learning Algorithm Robust to Irrelevant Features /BU-CEIS-98.ps.gz Güvenir HA, Demiröz G, İlter N Learning Differential Diagnosis of Erythemato-Squamous Diseases using Voting Feature Intervals. Artificial Intelligence in Medicine, 3 (3), Güvenir HA, Emeksiz N. 2. An Expert System for the Differential Diagnosis of Erythemato-Squamous Diseases. Expert Systems with Applications, Vol. 8, No., (2), hlm Han J, Kamber M. 2. Data Mining Concepts & Techniques. USA : Academic Press. Sarle W. 24. What are cross-validation and bootstrapping?. http.// [Maret 26]. Tilley P, Smith JR, FWK, MacMurray AC The 5 Minute Veterinary Consult in Canine and Feline. Baltimore, USA: Williams and Wilkins. DAFTAR PUSTAKA Aieolo SE. et al. 2. The Merck Veterinary Manual Eight Edition. USA: Merck & CO, Inc. White House Station. Blood DC, Studdert VP Saunders Comprehensive Veterinery Dictionary Second Edition. Philadelphia: WB Saunders Company. Demiröz G Non-Incremental Classification Learning Algorithms Based on Voting Feature Intervals /BU-CEIS-975.ps.gz Demiröz G, Güvenir HA Classification by Voting Feature Intervals /BU-CEIS-978.ps.z

20 LAMPIRAN

21 3 Lampiran Data rekam medik beserta nilai masing-masing feature pada setiap instance F23 F22 F2 F2 F9 F8 F7 F6 F5 F4 F3 F2 F F F9 F8 F7 F6 F5 F4 F3 F2 F Instance G G2 G3 G4 G5 G6 G7 G8 G9 G G G2 G3 G4 G5 G6 G7 G8 G9 G2 G2 G22 G23 G24 G25

22 4 Lanjutan F39 F38 F37 F36 F35 F34 F33 F32 F3 F3 F29 F28 F27 F26 F25 F24 Instance G G2 G3 G4 G5 G6 G7 G8 G9 G G G2 G3 G4 G5 G6 G7 G8 G9 G2 G2 G22 G23 G24 G25

23 5 Lanjutan F23 F22 F2 F2 F9 F8 F7 F6 F5 F4 F3 F2 F F F9 F8 F7 F6 F5 F4 F3 F2 F Instance N N2 N3 N4 N5 N6 N7 N8 N9 N N N2 N3 N4 N5 N6 N7 N8 N9

24 6 Lanjutan F39 F38 F37 F36 F35 F34 F33 F32 F3 F3 F29 F28 F27 F26 F25 F24 Instance N N2 N3 N4 N5 N6 N7 N8 N9 N N N2 N3 N4 N5 N6 N7 N8 N9

25 7 Lampiran 2 Tabel nama feature beserta variabel yang melambangkannya Nama Feature Variabel Suhu F Muntah F2 Gemetar F3 Dehidrasi F4 Kiposis F5 Ulcus di mulut F6 Mulut bau ureum F7 Mukosa Hiperemi F8 Mukosa Icterus F9 Mukosa Jaundice F Nafas aritmis F Frekuensi nafas lambat F2 Frekuensi nafas cepat F3 Tipe nafas costroabdominal F4 Tipe nafas abdominal F5 Jantung aritmis F6 Suara jantung tak terdengar F7 Jantung murmur F8 Jantung bradicardia F9 Jantung tacicardia F2 Denyut jantung lemah F2 Denyut jantung kuat F22 Diare F23 Konstipasi F24 Warna urine merah F25 Warna urine pucat/kuning F26 Poliuria F27 Stranguria F28 Disuria F29 Abdomen besar F3 Palpasi abdomen sakit F3 Abdomen tegang F32 VU penuh F33 Ginjal membesar F34 Ada batu di ginjal F35 Ada batu di urethra / VU F36 Palpasi lembek F37 Ureum naik F38 Creatinine naik F39

26 8 Lampiran 3 Selang hasil pelatihan di iterasi pertama pada percobaan pertama F G= G= G= G=.52 G= G= G= N= N= N= N=.48 N= N= N= F2 G=.48 N=.52 G=.53 N=.47 F G=.48 G= N=.52 N= F2 G=.49 N=.5 G=.6 N=.4 F3 G=.47 G= N=.53 N= F2 G=.5 N=.5 G=.5 N=.5 F2 G=.5 N=.5 G=.43 N=.57 F4 G=.38 N=.62 G=.75 N=.25 F3 G=.47 N=.53 G=.7 N=.3 F22 G=.5 N=.5 G=.43 N=.57 F5 G=.5 N=.5 G=.43 N=.57 F4 G=.52 G= N=.48 N= F23 G=.45 N=.55 G=.75 N=.25 F6 G=.37 G= N=.63 N= F5 G=.5 N=.5 G=.43 N=.57 F24 G=.52 N=.48 G=.43 N=.57 F7 G=.45 G= N=.55 N= F6 G=.49 N=.5 G=.53 N=.47 F25 G=.52 N=.48 G=.43 N=.57 F8 G=.5 N=.49 G=.43 N=.57 F7 G=.52 G= N=.48 N= F26 G=.49 N=.5 G=.6 N=.4 F9 G=.43 N=.57 G=.58 N=.42 F8 G=.52 G= N=.48 N= F27 G=.45 G= N=.55 N= F G=.47 N=.53 G=.7 N=.3 F9 G=.45 G= N=.55 N= F28 G=.5 N=.5 G=.43 N=.57

DIAGNOSIS GANGGUAN SISTEM URINARI PADA ANJING DAN KUCING MENGGUNAKAN VFI 5. Abstrak

DIAGNOSIS GANGGUAN SISTEM URINARI PADA ANJING DAN KUCING MENGGUNAKAN VFI 5. Abstrak DIAOSIS AUA SISTEM URIARI PADA AJI DA KUCI MEUAKA VFI 5 Dhany ugraha Ramdhany 1, Aziz Kustiyo 2, Ekowati Handharyani 3, dan Agus Buono 4 1, 2, 4 Departemen Ilmu Komputer, FMIPA, IPB, Kampus IPB Darmaga

Lebih terperinci

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA Latar Belakang PENDAHULUAN Klasifikasi merupakan salah satu bidang kajian pada machine learning. Klasifikasi adalah proses menemukan sekumpulan model atau fungsi yang menggambarkan dan membedakan konsep

Lebih terperinci

DIAGNOSIS GANGGUAN SISTEM URINARI PADA ANJING DAN KUCING MENGGUNAKAN VFI 5. Abstrak

DIAGNOSIS GANGGUAN SISTEM URINARI PADA ANJING DAN KUCING MENGGUNAKAN VFI 5. Abstrak DIAGNOSIS GANGGUAN SISTEM URINARI PADA ANJING DAN KUCING MENGGUNAKAN VFI 5 Dhany Nugraha Ramdhany 1, Aziz Kustiyo 2, Ekowati Handharyani 3, dan Agus Buono" 1,2,4 Departemen IImu Komputer, FMIP A, IPB,

Lebih terperinci

PENGARUH INCOMPLETE DATA TERHADAP AKURASI VOTING FEATURE INTERVALS-5 (VFI5) ABSTRAK

PENGARUH INCOMPLETE DATA TERHADAP AKURASI VOTING FEATURE INTERVALS-5 (VFI5) ABSTRAK PENGARUH INCOMPLETE DATA TERHADAP AKURASI VOTING FEATURE INTERVALS-5 (VFI5) Atik Pawestri Sulistyo 1, Aziz Kustiyo 1, Agus Buono 2 1 Departemen Ilmu Komputer, Fakultas Matematika dan IPA Institut Pertanian

Lebih terperinci

KLASIFIKASI PASIEN SUSPECT PARVO DAN DISTEMPER PADA DATA REKAM MEDIK RUMAH SAKIT HEWAN IPB MENGGUNAKAN VOTING FEATURE INTERVALS ABSTRAK

KLASIFIKASI PASIEN SUSPECT PARVO DAN DISTEMPER PADA DATA REKAM MEDIK RUMAH SAKIT HEWAN IPB MENGGUNAKAN VOTING FEATURE INTERVALS ABSTRAK 1 KLASIFIKASI PASIEN SUSPECT PARVO DAN DISTEMPER PADA DATA REKAM MEDIK RUMAH SAKIT HEWAN IPB MENGGUNAKAN VOTING FEATURE INTERVALS Muhammad Iqbal 1, Aziz Kustiyo 1, Ekowati Handharyani 2 1 Departemen Ilmu

Lebih terperinci

EKSPLORASI METODE PENENTUAN NILAI END POINT PADA ALGORITMA VOTING FEATURE INTERVALS 5 SETA BAEHERA

EKSPLORASI METODE PENENTUAN NILAI END POINT PADA ALGORITMA VOTING FEATURE INTERVALS 5 SETA BAEHERA EKSPLORASI METODE PENENTUAN NILAI END POINT PADA ALGORITMA VOTING FEATURE INTERVALS 5 SETA BAEHERA DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 EKSPLORASI

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang Latar Belakang PENDAHULUAN Biometrik merupakan ilmu pengetahuan yang membangun identitas seseorang berdasarkan sifat-sifat fisik, kimiawi, ataupun kebiasaan seseorang. Sistem biometrik dapat menggunakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang Latar Belakang PENDAHULUAN Penelitian mengenai pengenalan wajah termotivasi oleh banyaknya aplikasi praktis yang diperlukan dalam identifikasi wajah. Pengenalan wajah sebagai salah satu dari teknologi

Lebih terperinci

PEMILIHAN DATA TRAINING UNTUK MENINGKATKAN KINERJA VOTING FEATURE INTERVAL 5 (VFI 5) DAVID AULIA AKBAR ADHIEPUTRA

PEMILIHAN DATA TRAINING UNTUK MENINGKATKAN KINERJA VOTING FEATURE INTERVAL 5 (VFI 5) DAVID AULIA AKBAR ADHIEPUTRA PEMILIHAN DATA TRAINING UNTUK MENINGKATKAN KINERJA VOTING FEATURE INTERVAL 5 (VFI 5) DAVID AULIA AKBAR ADHIEPUTRA DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

SELEKSI FITUR MENGGUNAKAN FAST CORRELATION BASED FILTER PADA ALGORITMA VOTING FEATURE INTERVALS 5 HIDA NUR FIRQIANI G

SELEKSI FITUR MENGGUNAKAN FAST CORRELATION BASED FILTER PADA ALGORITMA VOTING FEATURE INTERVALS 5 HIDA NUR FIRQIANI G SELEKSI FITUR MENGGUNAKAN FAST CORRELATION BASED FILTER PADA ALGORITMA VOTING FEATURE INTERVALS 5 HIDA NUR FIRQIANI G64103047 DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT

Lebih terperinci

Klasifikasi Pasien Suspect Parvo dan Distemper pada Data Rekam Medik Rumah Sakit Hewan IPB Menggunakan Voting Feature Intervals

Klasifikasi Pasien Suspect Parvo dan Distemper pada Data Rekam Medik Rumah Sakit Hewan IPB Menggunakan Voting Feature Intervals Klasifikasi Pasien Suspect Parvo dan Distemper pada Data Rekam Medik Rumah Sakit Hewan IPB Menggunakan Voting Feature Intervals,Aziz Kustiyo!, Muhammad Iqbal', Ekowati Handharyani- J Departemen Ilmu Komputer,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang Latar Belakang PENDAHULUAN Biometrik adalah ilmu untuk menetapkan identitas seseorang berdasarkan ciri fisik, kimia, ataupun tingkah laku dari orang tersebut. Dewasa ini, biometrik telah menjadi suatu

Lebih terperinci

DIAGNOSIS PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE MENGGUNAKAN VOTING FEATURE INTERVALS 5 ARISTI IMKA APNIASARI G

DIAGNOSIS PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE MENGGUNAKAN VOTING FEATURE INTERVALS 5 ARISTI IMKA APNIASARI G DIAGNOSIS PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE MENGGUNAKAN VOTING FEATURE INTERVALS 5 ARISTI IMKA APNIASARI G64103027 DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PREDIKSI INDEKS PRESTASI KUMULATIF MAHASISWA ILMU KOMPUTER IPB MENGGUNAKAN ALGORITMA VFI5 ABDUL NASRAH G

PREDIKSI INDEKS PRESTASI KUMULATIF MAHASISWA ILMU KOMPUTER IPB MENGGUNAKAN ALGORITMA VFI5 ABDUL NASRAH G PREDIKSI INDEKS PRESTASI KUMULATIF MAHASISWA ILMU KOMPUTER IPB MENGGUNAKAN ALGORITMA VFI5 ABDUL NASRAH G64103012 DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA Latar Belakang PENDAHULUAN Jamur merupakan salah satu jenis tumbuhan yang banyak dijumpai di alam, sehingga sejak dahulu jamur dijadikan sebagai bahan konsumsi utama. Seiring dengan berkembangnya waktu,

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KELAYAKAN PESERTA TENDER PADA PETRONAS CARIGALI INDONESIA MENGGUNAKAN ALGORITMA VFI 5 (STUDI KASUS : TENDER PENGADAAN JARINGAN INTERNET)

IDENTIFIKASI KELAYAKAN PESERTA TENDER PADA PETRONAS CARIGALI INDONESIA MENGGUNAKAN ALGORITMA VFI 5 (STUDI KASUS : TENDER PENGADAAN JARINGAN INTERNET) IDENTIFIKASI KELAYAKAN PESERTA TENDER PADA PETRONAS CARIGALI INDONESIA MENGGUNAKAN ALGORITMA VFI 5 (STUDI KASUS : TENDER PENGADAAN JARINGAN INTERNET) YOGI PURNOYUDHO NUGROHO G64103073 DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER

Lebih terperinci

SELEKSI FITUR MENGGUNAKAN FAST CORRELATION BASED FILTER PADA ALGORITMA VOTING FEATURE INTERVALS 5 ABSTRAK

SELEKSI FITUR MENGGUNAKAN FAST CORRELATION BASED FILTER PADA ALGORITMA VOTING FEATURE INTERVALS 5 ABSTRAK 1 SELEKSI FITUR MENGGUNAKAN FAST CORRELATION BASED FILTER PADA ALGORITMA VOTING FEATURE INTERVALS 5 Hida Nur Firqiani, Aziz Kustiyo, Endang Purnama Giri 1 Departemen Ilmu Komputer, Fakultas Matematika

Lebih terperinci

PREDIKSI PENYAKIT PARU MENGGUNAKAN ALGORITME VOTING FEATURE INTERVALS 5 DENGAN BOBOT FITUR TIDAK SERAGAM DISTY TATA CERIA

PREDIKSI PENYAKIT PARU MENGGUNAKAN ALGORITME VOTING FEATURE INTERVALS 5 DENGAN BOBOT FITUR TIDAK SERAGAM DISTY TATA CERIA PREDIKSI PENYAKIT PARU MENGGUNAKAN ALGORITME VOTING FEATURE INTERVALS 5 DENGAN BOBOT FITUR TIDAK SERAGAM DISTY TATA CERIA DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT

Lebih terperinci

PREDIKSI MASA STUDI MAHASISWA DENGAN VOTING FEATURE INTERVAL 5 PADA APLIKASI KONSULTASI AKADEMIK ONLINE

PREDIKSI MASA STUDI MAHASISWA DENGAN VOTING FEATURE INTERVAL 5 PADA APLIKASI KONSULTASI AKADEMIK ONLINE PREDIKSI MASA STUDI MAHASISWA DENGAN VOTING FEATURE INTERVAL 5 PADA APLIKASI KONSULTASI AKADEMIK ONLINE Andre Widjaya, Lely Hiryanto, Teny Handhayani Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

KLASIFIKASI DEBITUR KARTU KREDIT DENGAN PEMILIHAN FITUR MENGGUNAKAN VOTING FEATURE INTERVALS 5 SRI RAHAYU NATASIA

KLASIFIKASI DEBITUR KARTU KREDIT DENGAN PEMILIHAN FITUR MENGGUNAKAN VOTING FEATURE INTERVALS 5 SRI RAHAYU NATASIA KLASIFIKASI DEBITUR KARTU KREDIT DENGAN PEMILIHAN FITUR MENGGUNAKAN VOTING FEATURE INTERVALS 5 SRI RAHAYU NATASIA DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

KLASIFIKASI JAMUR KE DALAM KELAS DAPAT DIKONSUMSI ATAU BERACUN MENGGUNAKAN ALGORITMA VFI 5 (STUDI KASUS : FAMILI AGARICUS DAN LEPIOTA)

KLASIFIKASI JAMUR KE DALAM KELAS DAPAT DIKONSUMSI ATAU BERACUN MENGGUNAKAN ALGORITMA VFI 5 (STUDI KASUS : FAMILI AGARICUS DAN LEPIOTA) KLASIFIKASI JAMUR KE DALAM KELAS DAPAT DIKONSUMSI ATAU BERACUN MENGGUNAKAN ALGORITMA VFI 5 (STUDI KASUS : FAMILI AGARICUS DAN LEPIOTA) BAYU MAHARDHIKA PUTRA DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

PREDIKSI INDEKS PRESTASI MAHASISWA MENGGUNAKAN ALGORITMA VFI5 (STUDI KASUS MAHASISWA PROGRAM MAYOR MINOR DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER IPB ) AKHYAR AZNI

PREDIKSI INDEKS PRESTASI MAHASISWA MENGGUNAKAN ALGORITMA VFI5 (STUDI KASUS MAHASISWA PROGRAM MAYOR MINOR DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER IPB ) AKHYAR AZNI PREDIKSI INDEKS PRESTASI MAHASISWA MENGGUNAKAN ALGORITMA VFI5 (STUDI KASUS MAHASISWA PROGRAM MAYOR MINOR DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER IPB ) AKHYAR AZNI DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Untuk bisa mendukung sistem secara utuh dibutuhkan teori-teori yang mendukung dalam pengembangan aplikasi ini. Teori-teori yang dibutuhkan meliputi pengenalan tanda tangan dan teknologi

Lebih terperinci

PREDIKSI PENYAKIT KENCING MANIS (DIABETES MELLITUS) MENGGUNAKAN ALGORITME KLASIFIKASI VOTING FEATURE INTERVALS 5 EKA HAYANA HASIBUAN

PREDIKSI PENYAKIT KENCING MANIS (DIABETES MELLITUS) MENGGUNAKAN ALGORITME KLASIFIKASI VOTING FEATURE INTERVALS 5 EKA HAYANA HASIBUAN PREDIKSI PENYAKIT KENCING MANIS (DIABETES MELLITUS) MENGGUNAKAN ALGORITME KLASIFIKASI VOTING FEATURE INTERVALS 5 EKA HAYANA HASIBUAN DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Lebih terperinci

PREDIKSI KOTA PERAIH ANUGERAH ADIPURA MENGGUNAKAN ALGORITME KLASIFIKASI VFI5 MUHAMAD HAIKAL

PREDIKSI KOTA PERAIH ANUGERAH ADIPURA MENGGUNAKAN ALGORITME KLASIFIKASI VFI5 MUHAMAD HAIKAL PREDIKSI KOTA PERAIH ANUGERAH ADIPURA MENGGUNAKAN ALGORITME KLASIFIKASI VFI5 MUHAMAD HAIKAL DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 PREDIKSI

Lebih terperinci

KAJIAN PENDEKATAN REGRESI SINYAL P-SPLINE PADA MODEL KALIBRASI. Oleh : SITI NURBAITI G

KAJIAN PENDEKATAN REGRESI SINYAL P-SPLINE PADA MODEL KALIBRASI. Oleh : SITI NURBAITI G KAJIAN PENDEKATAN REGRESI SINYAL P-SPLINE PADA MODEL KALIBRASI Oleh : SITI NURBAITI G14102022 DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 ABSTRAK SITI

Lebih terperinci

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi menempatkan telepon selular menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat. Keberadaan telepon selular telah

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN HASIL DAN PEMBAHASAN

METODE PENELITIAN HASIL DAN PEMBAHASAN 5. Oleh karena itu untuk meningkatkan akurasinya, proses learning harus dihentikan lebih awal atau melakukan pemotongan tree secara umum. Untuk itu diberikan 2 (dua) buah threshold yang harus dipenuhi

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI JENIS SHOREA (MERANTI) MENGGUNAKAN ALGORITME VOTING FEATURE INTERVALS 5 BERDASARKAN KARAKTERISTIK MORFOLOGI DAUN EVI SUSANTI

IDENTIFIKASI JENIS SHOREA (MERANTI) MENGGUNAKAN ALGORITME VOTING FEATURE INTERVALS 5 BERDASARKAN KARAKTERISTIK MORFOLOGI DAUN EVI SUSANTI IDENTIFIKASI JENIS SHOREA (MERANTI) MENGGUNAKAN ALGORITME VOTING FEATURE INTERVALS 5 BERDASARKAN KARAKTERISTIK MORFOLOGI DAUN EVI SUSANTI DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

DIAGNOSA PENYAKIT TUBERKULOSIS PARU MENGGUNAKAN ALGORITME VFI5 ABDUL ROSYID

DIAGNOSA PENYAKIT TUBERKULOSIS PARU MENGGUNAKAN ALGORITME VFI5 ABDUL ROSYID i DIAGNOSA PENYAKIT TUBERKULOSIS PARU MENGGUNAKAN ALGORITME VFI5 ABDUL ROSYID DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 ii DIAGNOSA PENYAKIT TUBERKULOSIS

Lebih terperinci

PENYELESAIAN MASALAH PENGIRIMAN PAKET KILAT UNTUK JENIS NEXT-DAY SERVICE DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PEMBANGKITAN KOLOM. Oleh: WULAN ANGGRAENI G

PENYELESAIAN MASALAH PENGIRIMAN PAKET KILAT UNTUK JENIS NEXT-DAY SERVICE DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PEMBANGKITAN KOLOM. Oleh: WULAN ANGGRAENI G PENYELESAIAN MASALAH PENGIRIMAN PAKET KILAT UNTUK JENIS NEXT-DAY SERVICE DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PEMBANGKITAN KOLOM Oleh: WULAN ANGGRAENI G54101038 PROGRAM STUDI MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU

Lebih terperinci

Penghitungan k-nn pada Adaptive Synthetic-Nominal (ADASYN-N) dan Adaptive Synthetic-kNN (ADASYN-kNN) untuk Data Nominal- Multi Kategori

Penghitungan k-nn pada Adaptive Synthetic-Nominal (ADASYN-N) dan Adaptive Synthetic-kNN (ADASYN-kNN) untuk Data Nominal- Multi Kategori Penghitungan k-nn pada Adaptive Synthetic-Nominal (ADASYN-N) dan Adaptive Synthetic-kNN (ADASYN-kNN) untuk Data Nominal- Multi Kategori Abstrak 1 Sri Rahayu, 2 Teguh Bharata Adji & 3 Noor Akhmad Setiawan

Lebih terperinci

STUDI KASUS LEIOMIOSARKOMA PADA ANJING : POTENSIAL METASTATIK HANI FITRIANI

STUDI KASUS LEIOMIOSARKOMA PADA ANJING : POTENSIAL METASTATIK HANI FITRIANI STUDI KASUS LEIOMIOSARKOMA PADA ANJING : POTENSIAL METASTATIK HANI FITRIANI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 RINGKASAN HANI FITRIANI. Studi Kasus Leiomiosarkoma pada Anjing: Potensial

Lebih terperinci

Identifikasi Pembicara Menggunakan Algoritme VFI5 dengan MFCC sebagai Pengekstraksi Ciri

Identifikasi Pembicara Menggunakan Algoritme VFI5 dengan MFCC sebagai Pengekstraksi Ciri Identifikasi Pembicara Menggunakan Algoritme VFI5 dengan MFCC sebagai Pengekstraksi Ciri Vicky Zilvan, S.Kom. UPT LPSN - LIPI v_q1e@yahoo.com Furqon Hensan Muttaqien, S.Komp. P2 Informatika - LIPI fh.muttaqien@informatika.lipi.go.id

Lebih terperinci

KLASIFIKASI DATA SPASIAL UNTUK KEMUNCULAN HOTSPOT DI PROVINSI RIAU MENGGUNAKAN ALGORITME ID3 VIKHY FERNANDO

KLASIFIKASI DATA SPASIAL UNTUK KEMUNCULAN HOTSPOT DI PROVINSI RIAU MENGGUNAKAN ALGORITME ID3 VIKHY FERNANDO KLASIFIKASI DATA SPASIAL UNTUK KEMUNCULAN HOTSPOT DI PROVINSI RIAU MENGGUNAKAN ALGORITME ID3 VIKHY FERNANDO DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN APLIKASI FUZZY TEMPORAL ASSOCIATION RULE MINING (STUDI KASUS : DATA TRANSAKSI PASAR SWALAYAN ) HANDAYANI RETNO SUMINAR

PENGEMBANGAN APLIKASI FUZZY TEMPORAL ASSOCIATION RULE MINING (STUDI KASUS : DATA TRANSAKSI PASAR SWALAYAN ) HANDAYANI RETNO SUMINAR PENGEMBANGAN APLIKASI FUZZY TEMPORAL ASSOCIATION RULE MINING (STUDI KASUS : DATA TRANSAKSI PASAR SWALAYAN ) HANDAYANI RETNO SUMINAR DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA C5.0 DALAM PENGKLASIFIKASIAN DATA MAHASISWA UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

PENERAPAN ALGORITMA C5.0 DALAM PENGKLASIFIKASIAN DATA MAHASISWA UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO PENERAPAN ALGORITMA C5.0 DALAM PENGKLASIFIKASIAN DATA MAHASISWA UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO Wandira Irene, Mukhlisulfatih Latief, Lillyan Hadjaratie Program Studi S1 Sistem Informasi / Teknik Informatika

Lebih terperinci

PENERAPAN ADABOOST UNTUK KLASIFIKASI SUPPORT VECTOR MACHINE GUNA MENINGKATKAN AKURASI PADA DIAGNOSA CHRONIC KIDNEY DISEASE

PENERAPAN ADABOOST UNTUK KLASIFIKASI SUPPORT VECTOR MACHINE GUNA MENINGKATKAN AKURASI PADA DIAGNOSA CHRONIC KIDNEY DISEASE PENERAPAN ADABOOST UNTUK KLASIFIKASI SUPPORT VECTOR MACHINE GUNA MENINGKATKAN AKURASI PADA DIAGNOSA CHRONIC KIDNEY DISEASE Eka Listiana 1*, Much Aziz Muslim 1 1 Program Studi Teknik Informatika, Fakultas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Data

HASIL DAN PEMBAHASAN. Data Transformasi data, mengubah data ke bentuk yang dapat di-mine sesuai dengan perangkat lunak yang digunakan pada penelitian. Penentuan Data Latih dan Data Uji Dalam penelitian ini data terdapat dua metode

Lebih terperinci

PEMBENTUKAN MODEL KLASIFIKASI DATA LAMA STUDI MAHASISWA STMIK INDONESIA MENGGUNAKAN DECISION TREE DENGAN ALGORITMA NBTREE

PEMBENTUKAN MODEL KLASIFIKASI DATA LAMA STUDI MAHASISWA STMIK INDONESIA MENGGUNAKAN DECISION TREE DENGAN ALGORITMA NBTREE PEMBENTUKAN MODEL KLASIFIKASI DATA LAMA STUDI MAHASISWA STMIK INDONESIA MENGGUNAKAN DECISION TREE DENGAN ALGORITMA NBTREE Syam Gunawan 1, Pritasari Palupiningsih 2 1,2 Program Studi Sistem Informasi, STMIK

Lebih terperinci

DIAGNOSIS PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE MENGGUNAKAN VOTING FEATURE INTERVALS 5

DIAGNOSIS PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE MENGGUNAKAN VOTING FEATURE INTERVALS 5 KOMPUTASI. Vol.5 No. 9. 2007. 48-61 DIAGNOSIS PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE MENGGUNAKAN VOTING FEATURE INTERVALS 5 I) 1) A.. W: ka Anni. 1) Irman Hermadi, Aziz Kusl1yo, risti tm 'U pntasart 1) Departemen

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI FUZZY OLAP PADA DATA POTENSI DESA DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2003 DAN 2006 SOFIYANTI INDRIASARI G

IMPLEMENTASI FUZZY OLAP PADA DATA POTENSI DESA DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2003 DAN 2006 SOFIYANTI INDRIASARI G IMPLEMENTASI FUZZY OLAP PADA DATA POTENSI DESA DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2003 DAN 2006 SOFIYANTI INDRIASARI G64103046 DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT

Lebih terperinci

PENGENALAN IRIS MATA DENGAN ALGORITME VOTING FEATURE INTERVAL VERSI 5 MENGGUNAKAN EKSTRAKSI CIRI LOG-GABOR WAVELET MUHAMMAD ZAKI

PENGENALAN IRIS MATA DENGAN ALGORITME VOTING FEATURE INTERVAL VERSI 5 MENGGUNAKAN EKSTRAKSI CIRI LOG-GABOR WAVELET MUHAMMAD ZAKI PENGENALAN IRIS MATA DENGAN ALGORITME VOTING FEATURE INTERVAL VERSI 5 MENGGUNAKAN EKSTRAKSI CIRI LOG-GABOR WAVELET MUHAMMAD ZAKI DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT

Lebih terperinci

PREDIKSI STATUS KEAKTIFAN STUDI MAHASISWA DENGAN ALGORITMA C5.0 DAN K-NEAREST NEIGHBOR IIN ERNAWATI G

PREDIKSI STATUS KEAKTIFAN STUDI MAHASISWA DENGAN ALGORITMA C5.0 DAN K-NEAREST NEIGHBOR IIN ERNAWATI G PREDIKSI STATUS KEAKTIFAN STUDI MAHASISWA DENGAN ALGORITMA C5.0 DAN K-NEAREST NEIGHBOR IIN ERNAWATI G651044054 SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN SISTEM DATA MINING UNTUK DIAGNOSIS PENYAKIT DIABETES MENGGUNAKAN ALGORITME CLASSIFICATION BASED ASSOCIATION HERWANTO

PEMBANGUNAN SISTEM DATA MINING UNTUK DIAGNOSIS PENYAKIT DIABETES MENGGUNAKAN ALGORITME CLASSIFICATION BASED ASSOCIATION HERWANTO PEMBANGUNAN SISTEM DATA MINING UNTUK DIAGNOSIS PENYAKIT DIABETES MENGGUNAKAN ALGORITME CLASSIFICATION BASED ASSOCIATION HERWANTO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 1 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Education data mining merupakan penelitian didasarkan data di dunia pendidikan untuk menggali dan memperoleh informasi tersembunyi dari data yang ada. Pemanfaatan education

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN SISTEM DATA MINING UNTUK DIAGNOSIS PENYAKIT DIABETES MENGGUNAKAN ALGORITME CLASSIFICATION BASED ASSOCIATION HERWANTO

PEMBANGUNAN SISTEM DATA MINING UNTUK DIAGNOSIS PENYAKIT DIABETES MENGGUNAKAN ALGORITME CLASSIFICATION BASED ASSOCIATION HERWANTO PEMBANGUNAN SISTEM DATA MINING UNTUK DIAGNOSIS PENYAKIT DIABETES MENGGUNAKAN ALGORITME CLASSIFICATION BASED ASSOCIATION HERWANTO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 1 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

GAMBARAN DIFERENSIASI LEUKOSIT PADA IKAN MUJAIR (Oreochromis mossambicus) DI DAERAH CIAMPEA BOGOR YULIA ERIKA

GAMBARAN DIFERENSIASI LEUKOSIT PADA IKAN MUJAIR (Oreochromis mossambicus) DI DAERAH CIAMPEA BOGOR YULIA ERIKA GAMBARAN DIFERENSIASI LEUKOSIT PADA IKAN MUJAIR (Oreochromis mossambicus) DI DAERAH CIAMPEA BOGOR YULIA ERIKA FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 GAMBARAN DIFERENSIASI LEUKOSIT PADA

Lebih terperinci

KEKONSISTENAN PENDUGA FUNGSI INTENSITAS PROSES POISSON PERIODIK DENGAN TREN LINEAR. Oleh: LIA NURLIANA

KEKONSISTENAN PENDUGA FUNGSI INTENSITAS PROSES POISSON PERIODIK DENGAN TREN LINEAR. Oleh: LIA NURLIANA KEKONSISTENAN PENDUGA FUNGSI INTENSITAS PROSES POISSON PERIODIK DENGAN TREN LINEAR Oleh: LIA NURLIANA PROGRAM STUDI MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

PENERAPAN DAN PERBANDINGAN CARA PENGUKURAN RESPON PADA ANALISIS KONJOIN

PENERAPAN DAN PERBANDINGAN CARA PENGUKURAN RESPON PADA ANALISIS KONJOIN PENERAPAN DAN PERBANDINGAN CARA PENGUKURAN RESPON PADA ANALISIS KONJOIN (Studi Kasus: Preferensi Mahasiswa Statistika IPB Angkatan 44, 45, dan 46 terhadap Minat Bidang Kerja) DONNY ARIEF SETIAWAN SITEPU

Lebih terperinci

INFEKSI CACING JANTUNG PADA ANJING DI BEBERAPA WILAYAH PULAU JAWA DAN BALI : FAKTOR RISIKO TERKAIT DENGAN MANAJEMEN KESEHATAN ANJING FITRIAWATI

INFEKSI CACING JANTUNG PADA ANJING DI BEBERAPA WILAYAH PULAU JAWA DAN BALI : FAKTOR RISIKO TERKAIT DENGAN MANAJEMEN KESEHATAN ANJING FITRIAWATI INFEKSI CACING JANTUNG PADA ANJING DI BEBERAPA WILAYAH PULAU JAWA DAN BALI : FAKTOR RISIKO TERKAIT DENGAN MANAJEMEN KESEHATAN ANJING FITRIAWATI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

OPTIMASI KEUNTUNGAN PENDISTRIBUSIAN BARANG DENGAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING DAN ALGORITMA ARTIFICIAL BEE COLONY TERMODIFIKASI

OPTIMASI KEUNTUNGAN PENDISTRIBUSIAN BARANG DENGAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING DAN ALGORITMA ARTIFICIAL BEE COLONY TERMODIFIKASI OPTIMASI KEUNTUNGAN PENDISTRIBUSIAN BARANG DENGAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING DAN ALGORITMA ARTIFICIAL BEE COLONY TERMODIFIKASI SKRIPSI Oleh Sri Astutik NIM 101810101017 JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS

Lebih terperinci

Model Data Mining sebagai Prediksi Penyakit Hipertensi Kehamilan dengan Teknik Decision Tree

Model Data Mining sebagai Prediksi Penyakit Hipertensi Kehamilan dengan Teknik Decision Tree Scientific Journal of Informatics Vol. 3, No. 1, Mei 2016 p-issn 2407-7658 http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/sji e-issn 2460-0040 Model Data Mining sebagai Prediksi Penyakit Hipertensi Kehamilan

Lebih terperinci

ANALISIS PERIODISITAS SUHU DAN TEKANAN PARAS MUKA LAUT DI INDONESIA DAN HUBUNGANNYA DENGAN AKTIVITAS MATAHARI R. HIKMAT KURNIAWAN

ANALISIS PERIODISITAS SUHU DAN TEKANAN PARAS MUKA LAUT DI INDONESIA DAN HUBUNGANNYA DENGAN AKTIVITAS MATAHARI R. HIKMAT KURNIAWAN ANALISIS PERIODISITAS SUHU DAN TEKANAN PARAS MUKA LAUT DI INDONESIA DAN HUBUNGANNYA DENGAN AKTIVITAS MATAHARI R. HIKMAT KURNIAWAN DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

PEMBENTUKAN DECISION TREE DATA LAMA STUDI MAHASISWA MENGGUNAKAN ALGORITMA NBTREE DAN C4.5

PEMBENTUKAN DECISION TREE DATA LAMA STUDI MAHASISWA MENGGUNAKAN ALGORITMA NBTREE DAN C4.5 PEMBENTUKAN DECISION TREE DATA LAMA STUDI MAHASISWA MENGGUNAKAN ALGORITMA NBTREE DAN C4.5 Syam Gunawan 1, Pritasari Palupiningsih 2 1,2 Jurusan Sistem Informasi, STMIK Indonesia 1 syam@stmik-indonesia.ac.id,

Lebih terperinci

PENGENALAN CITRA WAJAH MENGGUNAKAN ALGORITME VFI5 DENGAN TRANSFORMASI WAVELET NOVIANA PRAMITASARI

PENGENALAN CITRA WAJAH MENGGUNAKAN ALGORITME VFI5 DENGAN TRANSFORMASI WAVELET NOVIANA PRAMITASARI PENGENALAN CITRA WAJAH MENGGUNAKAN ALGORITME VFI5 DENGAN TRANSFORMASI WAVELET NOVIANA PRAMITASARI DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009

Lebih terperinci

Kelas. Kelas. p q r s t u v w x y Level Transformasi.

Kelas. Kelas. p q r s t u v w x y Level Transformasi. Fitur yang digunakan untuk pelatihan pada algoritme VFI5 diperoleh dari tiap-tiap piksel pada citra tanda tangan. Fitur pada pelatihan yang semula berupa matriks berukuran 3 4 piksel disusun menjadi matriks

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penentuan dosen pembimbing tugas akhir masih dilakukan secara manual di Jurusan Teknik Informatika UMM yang hanya mengandalkan pengetahuan personal tentang spesialisasi

Lebih terperinci

Lingkungan Pengembangan Pelatihan HASIL DAN PEMBAHASAN Seleksi Fitur Pelatihan (deskripsi training Klasifikasi Akurasi

Lingkungan Pengembangan Pelatihan HASIL DAN PEMBAHASAN Seleksi Fitur Pelatihan (deskripsi training Klasifikasi Akurasi 6 diberikan sesuai dengan beban SKS mata kuliah yang bersangkutan, sedangkan fitur IP TPB disesuaikan. Untuk fitur mata kuliah yang sudah terseleksi, bobot yang dipakai sesuai dengan beban SKS, sedangkan

Lebih terperinci

PENGUKURAN KEMIRIPAN CITRA BERBASIS WARNA, BENTUK, DAN TEKSTUR MENGGUNAKAN BAYESIAN NETWORK RIZKI PEBUARDI

PENGUKURAN KEMIRIPAN CITRA BERBASIS WARNA, BENTUK, DAN TEKSTUR MENGGUNAKAN BAYESIAN NETWORK RIZKI PEBUARDI PENGUKURAN KEMIRIPAN CITRA BERBASIS WARNA, BENTUK, DAN TEKSTUR MENGGUNAKAN BAYESIAN NETWORK RIZKI PEBUARDI DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN Pleurotus spp. PADA MEDIA SERBUK GERGAJIAN KAYU SENGON (Paraserianthes falcataria) ALWIAH

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN Pleurotus spp. PADA MEDIA SERBUK GERGAJIAN KAYU SENGON (Paraserianthes falcataria) ALWIAH PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN Pleurotus spp. PADA MEDIA SERBUK GERGAJIAN KAYU SENGON (Paraserianthes falcataria) ALWIAH DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN

Lebih terperinci

Klasifikasi Profil Siswa SMA/SMK yang Masuk PTN (Perguruan Tinggi Negeri) dengan k-nearest Neighbor

Klasifikasi Profil Siswa SMA/SMK yang Masuk PTN (Perguruan Tinggi Negeri) dengan k-nearest Neighbor Klasifikasi Profil Siswa SMA/SMK yang Masuk PTN (Perguruan Tinggi Negeri) dengan k-nearest Neighbor Yuandri Trisaputra, Indriyani, Shellafuri Mardika Biru, Muhammad Ervan Departemen Ilmu Komputer, FMIPA,

Lebih terperinci

JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN ISSN : VOL. 2 NO. 1 SEPTEMBER 2010

JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN ISSN : VOL. 2 NO. 1 SEPTEMBER 2010 PERBANDINGAN METODE K-NEAREST NEIGHBOR (KNN) dan METODE NEAREST CLUSTER CLASSIFIER (NCC) DALAM PENGKLASIFIKASIAN KUALITAS BATIK TULIS Nesi Syafitri 1 ABSTRACT Various problem that are related to classification

Lebih terperinci

ANALISIS PENGELUARAN ENERGI PEKERJA PENYADAPAN KOPAL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT AVIANTO SUDIARTO

ANALISIS PENGELUARAN ENERGI PEKERJA PENYADAPAN KOPAL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT AVIANTO SUDIARTO ANALISIS PENGELUARAN ENERGI PEKERJA PENYADAPAN KOPAL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT AVIANTO SUDIARTO DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

Lebih terperinci

PENENTUAN LUASAN OPTIMAL HUTAN KOTA SEBAGAI ROSOT GAS KARBONDIOKSIDA (STUDI KASUS DI KOTA BOGOR) HERDIANSAH

PENENTUAN LUASAN OPTIMAL HUTAN KOTA SEBAGAI ROSOT GAS KARBONDIOKSIDA (STUDI KASUS DI KOTA BOGOR) HERDIANSAH PENENTUAN LUASAN OPTIMAL HUTAN KOTA SEBAGAI ROSOT GAS KARBONDIOKSIDA (STUDI KASUS DI KOTA BOGOR) HERDIANSAH DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

SKRIPSI RONNY BENEDIKTUS SIRINGORINGO

SKRIPSI RONNY BENEDIKTUS SIRINGORINGO ANALISIS PERBANDINGAN PROSES CLUSTER MENGGUNAKAN K- MEANS CLUSTERING DAN K-NEAREST NEIGHBOR PADA PENYAKIT DIABETES MELLITUS SKRIPSI RONNY BENEDIKTUS SIRINGORINGO 131421021 PROGRAM STUDI S1 ILMU KOMPUTER

Lebih terperinci

PERBANDINGAN ALGORITME FEATURE SELECTION INFORMATION GAIN DAN SYMMETRICAL UNCERTAINTY PADA DATA KETAHANAN PANGAN DELKI ABADI

PERBANDINGAN ALGORITME FEATURE SELECTION INFORMATION GAIN DAN SYMMETRICAL UNCERTAINTY PADA DATA KETAHANAN PANGAN DELKI ABADI PERBANDINGAN ALGORITME FEATURE SELECTION INFORMATION GAIN DAN SYMMETRICAL UNCERTAINTY PADA DATA KETAHANAN PANGAN DELKI ABADI DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT

Lebih terperinci

Oleh MUHAMMAD ISA NURUZAMAN A

Oleh MUHAMMAD ISA NURUZAMAN A PENGARUH KOMPOSISI MEDIA DAN JUMLAH BENIH DALAM POLIBAG TERHADAP VIABILITAS BIBIT MANGGIS (Garcinia mangostana L.) SERTA KETAHANANNYA SELAMA TRANSPORTASI Oleh MUHAMMAD ISA NURUZAMAN A34404066 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

POTENSI JERUK NIPIS Citrus aurantifolia UNTUK PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN INFEKSI BAKTERI Aeromonas hydrophila PADA IKAN LELE DUMBO Clarias sp.

POTENSI JERUK NIPIS Citrus aurantifolia UNTUK PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN INFEKSI BAKTERI Aeromonas hydrophila PADA IKAN LELE DUMBO Clarias sp. POTENSI JERUK NIPIS Citrus aurantifolia UNTUK PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN INFEKSI BAKTERI Aeromonas hydrophila PADA IKAN LELE DUMBO Clarias sp. DEWI MAHARANI DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

UJI DAN APLIKASI KOMPUTASI PARALEL PADA JARINGAN SYARAF PROBABILISTIK (PNN) UNTUK PROSES KLASIFIKASI MUTU BUAH TOMAT SEGAR

UJI DAN APLIKASI KOMPUTASI PARALEL PADA JARINGAN SYARAF PROBABILISTIK (PNN) UNTUK PROSES KLASIFIKASI MUTU BUAH TOMAT SEGAR UJI DAN APLIKASI KOMPUTASI PARALEL PADA JARINGAN SYARAF PROBABILISTIK (PNN) UNTUK PROSES KLASIFIKASI MUTU BUAH TOMAT SEGAR oleh: MOH. KHAWARIZMIE ALIM F14101030 2006 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

EVALUASI DAYA HASIL SEMBILAN HIBRIDA CABAI BESAR IPB DI REMBANG OLEH DIMAS PURWO ANGGORO A

EVALUASI DAYA HASIL SEMBILAN HIBRIDA CABAI BESAR IPB DI REMBANG OLEH DIMAS PURWO ANGGORO A EVALUASI DAYA HASIL SEMBILAN HIBRIDA CABAI BESAR IPB DI REMBANG OLEH DIMAS PURWO ANGGORO A34304035 PROGRAM STUDI HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN DIMAS PURWO ANGGORO.

Lebih terperinci

GAMBARAN HISTOPATOLOGI HATI DAN GINJAL TIKUS PADA PEMBERIAN FRAKSI ASAM AMINO NON-PROTEIN LAMTORO MERAH (Acacia villosa) PADA UJI TOKSISITAS AKUT

GAMBARAN HISTOPATOLOGI HATI DAN GINJAL TIKUS PADA PEMBERIAN FRAKSI ASAM AMINO NON-PROTEIN LAMTORO MERAH (Acacia villosa) PADA UJI TOKSISITAS AKUT GAMBARAN HISTOPATOLOGI HATI DAN GINJAL TIKUS PADA PEMBERIAN FRAKSI ASAM AMINO NON-PROTEIN LAMTORO MERAH (Acacia villosa) PADA UJI TOKSISITAS AKUT LILIS SUYANTI B04103164 FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT

Lebih terperinci

PEMODELAN JARINGAN SYARAF TIRUAN RECURRENT YANG TEROPTIMASI SECARA HEURISTIK UNTUK PENDUGAAN CURAH HUJAN BERDASARKAN PEUBAH ENSO

PEMODELAN JARINGAN SYARAF TIRUAN RECURRENT YANG TEROPTIMASI SECARA HEURISTIK UNTUK PENDUGAAN CURAH HUJAN BERDASARKAN PEUBAH ENSO PEMODELAN JARINGAN SYARAF TIRUAN RECURRENT YANG TEROPTIMASI SECARA HEURISTIK UNTUK PENDUGAAN CURAH HUJAN BERDASARKAN PEUBAH ENSO AFAN GALIH SALMAN Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Lebih terperinci

Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer e-issn: X

Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer e-issn: X Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer e-issn: 2548-964X Vol. 2, No. 1, Januari 2018, hlm. 184-189 http://j-ptiik.ub.ac.id Klasifikasi Standar Produk Baja PT. Krakatau Steel (Persero)

Lebih terperinci

BAB II INDUCT/RIPPLE-DOWN RULE (RDR)

BAB II INDUCT/RIPPLE-DOWN RULE (RDR) BAB II INDUCT/RIPPLE-DOWN RULE (RDR) Bab ini berisi tentang uraian mengenai teori Ripple-Down Rules (RDR), yang meliputi RDR dengan pengembangan manual dan RDR yang menerapkan algoritma Induct untuk pengembangannya.

Lebih terperinci

Percobaan 1 Percobaan 2

Percobaan 1 Percobaan 2 direpresentasikan dengan histogram. Perlakuan pertama terhadap data-data penelitian ini adalah menghitung histogramnya. Kemudian dari interval antara 0-255 akan dibagi menjadi interval-interval bagian

Lebih terperinci

ISSN: Yogyakarta, 27 Juli 2017 CITEE 2017

ISSN: Yogyakarta, 27 Juli 2017 CITEE 2017 Analisis Perbandingan Metode Over-Sampling Adaptive Synthetic-Nominal (ADASYN-N) dan Adaptive Synthetic-kNN (ADSYN-kNN) untuk Data dengan Fitur Nominal-Multi Categories Sri Rahayu 1, Teguh Bharata Adji

Lebih terperinci

GAMBARAN SEL DARAH PUTIH (LEUKOSIT) DOMBA LOKAL (Ovis aries) YANG DIIMMUNISASI DENGAN EKSTRAK CAPLAK Rhipicephalus sanguineus SUTRISNO EKI PUTRA

GAMBARAN SEL DARAH PUTIH (LEUKOSIT) DOMBA LOKAL (Ovis aries) YANG DIIMMUNISASI DENGAN EKSTRAK CAPLAK Rhipicephalus sanguineus SUTRISNO EKI PUTRA GAMBARAN SEL DARAH PUTIH (LEUKOSIT) DOMBA LOKAL (Ovis aries) YANG DIIMMUNISASI DENGAN EKSTRAK CAPLAK Rhipicephalus sanguineus SUTRISNO EKI PUTRA FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

MODEL PERAMALAN HARGA SAHAM DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK TRIANA ENDANG

MODEL PERAMALAN HARGA SAHAM DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK TRIANA ENDANG MODEL PERAMALAN HARGA SAHAM DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK TRIANA ENDANG SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini

Lebih terperinci

ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI SEPATU (Studi Kasus UKM Hunter, Depok) Oleh EDI WINARTO H

ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI SEPATU (Studi Kasus UKM Hunter, Depok) Oleh EDI WINARTO H ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI SEPATU (Studi Kasus UKM Hunter, Depok) Oleh EDI WINARTO H24053894 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 ABSTRAK Edi

Lebih terperinci

UJI COBA PENENTUAN FREKUENSI SUARA DALAM PEMIKATAN IKAN MAS ( Cyprinus carpio ) Oleh : YATNA PRIATNA C

UJI COBA PENENTUAN FREKUENSI SUARA DALAM PEMIKATAN IKAN MAS ( Cyprinus carpio ) Oleh : YATNA PRIATNA C UJI COBA PENENTUAN FREKUENSI SUARA DALAM PEMIKATAN IKAN MAS ( Cyprinus carpio ) Oleh : YATNA PRIATNA C54101030 DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Universitas Sumatera Utara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saluran pencernaan (digestive tract) adalah tabung pencernaan yang terdiri dari mulut, kerongkongan, lambung, usus kecil, usus besar, rektum dan anus. Lambung merupakan

Lebih terperinci

PENYAJIAN SISTEM INFORMASI SPASIAL SUMBER DAYA ALAM DENGAN MENGGUNAKAN FRAMEWORK PMAPPER AMALIA RAHMAWATI G

PENYAJIAN SISTEM INFORMASI SPASIAL SUMBER DAYA ALAM DENGAN MENGGUNAKAN FRAMEWORK PMAPPER AMALIA RAHMAWATI G PENYAJIAN SISTEM INFORMASI SPASIAL SUMBER DAYA ALAM DENGAN MENGGUNAKAN FRAMEWORK PMAPPER AMALIA RAHMAWATI G64103020 DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PERANCANGAN APLIKASI SISTEM PAKAR UNTUK DIAGNOSIS PENYAKIT INFEKSI SALURAN KEMIH DENGAN METODE BACKWARD CHAINING MARIATI BR TARIGAN

PERANCANGAN APLIKASI SISTEM PAKAR UNTUK DIAGNOSIS PENYAKIT INFEKSI SALURAN KEMIH DENGAN METODE BACKWARD CHAINING MARIATI BR TARIGAN 1 PERANCANGAN APLIKASI SISTEM PAKAR UNTUK DIAGNOSIS PENYAKIT INFEKSI SALURAN KEMIH DENGAN METODE BACKWARD CHAINING SKRIPSI MARIATI BR TARIGAN 091421047 PROGRAM STUDI EKSTENSI S-1 ILMU KOMPUTER DEPARTEMEN

Lebih terperinci

KLASIFIKASI DATA MENGGUNAKAN JST BACKPROPAGATION MOMENTUM DENGAN ADAPTIVE LEARNING RATE

KLASIFIKASI DATA MENGGUNAKAN JST BACKPROPAGATION MOMENTUM DENGAN ADAPTIVE LEARNING RATE KLASIFIKASI DATA MENGGUNAKAN JST BACKPROPAGATION MOMENTUM DENGAN ADAPTIVE LEARNING RATE KLASIFIKASI DATA MENGGUNAKAN JST BACKPROPAGATION MOMENTUM DENGAN ADAPTIVE LEARNING RATE Warih Maharani Fakultas

Lebih terperinci

PENGUJIAN TOKSISITAS AKUT LETHAL DOSE 50 (LD50) EKSTRAK ETANOL BUAH BELIMBING WULUH ( Averrhoa bilimbi L.) PADA MENCIT (Mus musculus albinus)

PENGUJIAN TOKSISITAS AKUT LETHAL DOSE 50 (LD50) EKSTRAK ETANOL BUAH BELIMBING WULUH ( Averrhoa bilimbi L.) PADA MENCIT (Mus musculus albinus) PENGUJIAN TOKSISITAS AKUT LETHAL DOSE 50 (LD50) EKSTRAK ETANOL BUAH BELIMBING WULUH ( Averrhoa bilimbi L.) PADA MENCIT (Mus musculus albinus) Raden Enen Rosi Manggung FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS PERENCANAAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN TOMAT BANDUNG DI SUPERMARKET SUPER INDO MUARA KARANG JAKARTA UTARA SKRIPSI

ANALISIS PERENCANAAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN TOMAT BANDUNG DI SUPERMARKET SUPER INDO MUARA KARANG JAKARTA UTARA SKRIPSI ANALISIS PERENCANAAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN TOMAT BANDUNG DI SUPERMARKET SUPER INDO MUARA KARANG JAKARTA UTARA SKRIPSI Oleh: ARIEF FERRY YANTO A14105515 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

KLASIFIKASI KELAINAN JANTUNG ANAK MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN ALGORITMA BACKPROPAGATION A B S T R A K

KLASIFIKASI KELAINAN JANTUNG ANAK MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN ALGORITMA BACKPROPAGATION A B S T R A K KLASIFIKASI KELAINAN JANTUNG ANAK MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN ALGORITMA BACKPROPAGATION Oleh : Gunawan Abdillah, Agus Komarudin, Rachim Suherlan A B S T R A K Kelainan jantung anak merupakan salah

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUNJUNGAN WISATAWAN KE KAWASAN WISATA PANTAI CARITA KABUPATEN PANDEGLANG

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUNJUNGAN WISATAWAN KE KAWASAN WISATA PANTAI CARITA KABUPATEN PANDEGLANG ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUNJUNGAN WISATAWAN KE KAWASAN WISATA PANTAI CARITA KABUPATEN PANDEGLANG Oleh: RINA MULYANI A14301039 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

PENGENALAN POLA KEPUASAN MAHASISWA TERHADAP KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR (STUDI KASUS DI STMIK AKAKOM YOGYAKARTA) Abstrak

PENGENALAN POLA KEPUASAN MAHASISWA TERHADAP KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR (STUDI KASUS DI STMIK AKAKOM YOGYAKARTA) Abstrak PENGENALAN POLA KEPUASAN MAHASISWA TERHADAP KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR (STUDI KASUS DI STMIK AKAKOM YOGYAKARTA) Dini Fakta Sari Teknik Informatika STMIK AKAKOM Yogyakarta dini@akakom.ac.id Abstrak Tenaga

Lebih terperinci

Perbandingan 5 Algoritma Data Mining untuk Klasifikasi Data Peserta Didik

Perbandingan 5 Algoritma Data Mining untuk Klasifikasi Data Peserta Didik Perbandingan 5 Algoritma Data Mining untuk Klasifikasi Data Peserta Didik Imam Sutoyo AMIK BSI JAKARTA e-mail: imam.ity@bsi.ac.id Abstrak - Klasifikasi peserta didik merupakan kegiatan yang sangat penting

Lebih terperinci

TEKNIK PEMBIUSAN MENGGUNAKAN SUHU RENDAH PADA SISTEM TRANSPORTASI UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii) TANPA MEDIA AIR

TEKNIK PEMBIUSAN MENGGUNAKAN SUHU RENDAH PADA SISTEM TRANSPORTASI UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii) TANPA MEDIA AIR TEKNIK PEMBIUSAN MENGGUNAKAN SUHU RENDAH PADA SISTEM TRANSPORTASI UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii) TANPA MEDIA AIR Oleh : Wida Handini C34103009 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN MARGIN PEMASARAN PADI RAMAH LINGKUNGAN METODE SRI

ANALISIS PENDAPATAN DAN MARGIN PEMASARAN PADI RAMAH LINGKUNGAN METODE SRI ANALISIS PENDAPATAN DAN MARGIN PEMASARAN PADI RAMAH LINGKUNGAN METODE SRI (System of Rice Intensification) (Kasus: Desa Ponggang Kecamatan Sagalaherang Kabupaten Subang, Jawa-Barat) Oleh : MUHAMMAD UBAYDILLAH

Lebih terperinci

ANALISIS SELEKSI ATRIBUT PADA ALGORITMA NAÏVE BAYES DALAM MEMPREDIKSI PENYAKIT JANTUNG

ANALISIS SELEKSI ATRIBUT PADA ALGORITMA NAÏVE BAYES DALAM MEMPREDIKSI PENYAKIT JANTUNG ANALISIS SELEKSI ATRIBUT PADA ALGORITMA NAÏVE BAYES DALAM MEMPREDIKSI PENYAKIT JANTUNG TESIS IVAN JAYA 117038072 PROGRAM STUDI S2 TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

i. Perangkat Keras Prosesor Intel Pentium(R) Dual-Core CPU 2.20 GHz

i. Perangkat Keras Prosesor Intel Pentium(R) Dual-Core CPU 2.20 GHz Data yang pada awalnya berupa chanel stereo diubah ke dalam chanel mono. Kemudian data tersebut disimpan dengan file berekstensi WAV. Praproses Pada tahap ini dilakukan ekstraksi ciri menggunakan metode

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang Latar Belakang PENDAHULUAN Genre musik adalah pengelompokan musik sesuai dengan kemiripan satu dengan yang lain, seperti kemiripan dalam hal frekuensi musik, struktur ritmik, dan konten harmoni. Genre

Lebih terperinci

Dosen Program Studi Ilmu Komputer Universitas Pakuan Bogor

Dosen Program Studi Ilmu Komputer Universitas Pakuan Bogor PENGENALAN KADAR TOTAL PADAT TERLARUT PADA BUAH BELIMBING BERDASAR CITRA RED-GREEN-BLUE MENGGUNAKAN PRINCIPLE COMPONENT ANALYSIS (PCA) SEBAGAI EKSTRAKSI CIRI DAN KLASIFIKASI K-NEAREST NEIGHBORHOOD (KNN)

Lebih terperinci

ESTIMASI EVAPOTRANSPIRASI SPASIAL MENGGUNAKAN SUHU PERMUKAAN DARAT (LST) DARI DATA MODIS TERRA/AQUA DAN PENGARUHNYA TERHADAP KEKERINGAN WAHYU ARIYADI

ESTIMASI EVAPOTRANSPIRASI SPASIAL MENGGUNAKAN SUHU PERMUKAAN DARAT (LST) DARI DATA MODIS TERRA/AQUA DAN PENGARUHNYA TERHADAP KEKERINGAN WAHYU ARIYADI ESTIMASI EVAPOTRANSPIRASI SPASIAL MENGGUNAKAN SUHU PERMUKAAN DARAT (LST) DARI DATA MODIS TERRA/AQUA DAN PENGARUHNYA TERHADAP KEKERINGAN WAHYU ARIYADI DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

SISTEM PAKAR MENDIAGNOSA PENYAKIT GINJAL MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA FUZZY LOGIC SKRIPSI

SISTEM PAKAR MENDIAGNOSA PENYAKIT GINJAL MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA FUZZY LOGIC SKRIPSI SISTEM PAKAR MENDIAGNOSA PENYAKIT GINJAL MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA FUZZY LOGIC SKRIPSI Oleh : Ennanda Putrie A.S 0734010385 PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

ANALISIS SOAL-SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER MATEMATIKA KELAS IX SMP NEGERI 2 WONOSARI DITINJAU DARI ASPEK KOGNITIF TAHUN AJARAN 2010/2011 DAN 2011/2012

ANALISIS SOAL-SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER MATEMATIKA KELAS IX SMP NEGERI 2 WONOSARI DITINJAU DARI ASPEK KOGNITIF TAHUN AJARAN 2010/2011 DAN 2011/2012 ANALISIS SOAL-SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER MATEMATIKA KELAS IX SMP NEGERI 2 WONOSARI DITINJAU DARI ASPEK KOGNITIF TAHUN AJARAN 2010/2011 DAN 2011/2012 Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai

Lebih terperinci