BAB II KAJIAN PUSTAKA
|
|
- Hartanti Hardja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 11 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kematangan Karir 1. Pengertian Kematangan Karir Menurut (Hurlock, 1980) Pemilihan dan persiapan diri untuk menjalankan suatu pekerjaan atau karir merupakan tugas perkembangan yang penting di masa remaja, sebab karir atau pekerjaan seseorang menentukan berbagai hal dalam kehidupan. Super, (1990). menyatakan bahwa kematangan karir adalah keberhasilan individu menyelesaikan tugas perkembangan karir yang khas pada tahap perkembangan karir. Kematangan karir juga merupakan kesiapan afektif dan kognitif dari individu untuk mengatasi tugas-tugas perkembangan yang dihadapkan kepadanya, karena perkembangan biologis, sosial dan harapan dari masyarakat yang telah mencapai tahap perkembangan tersebut. Kesiapan afektif terdiri dari perencanaan karir dan eksplorasi karir sementara kesiapan kognitif terdiri dari kemampuan mengambil keputusan dan wawasan mengenai dunia kerja. Menurut Caswell dan kiewra (dalam Rachmawati, 2012) Dalam komunikasi sehari-hari istilah karir sesungguhnya sudah cukup sering digunakan. mendefinisikan kematangan karin sebagai kemampuan individu dalam membuat suatu pilihan karir yang realistic dan stabil dengan menyadari akan apa yang dibutuhkan dalam membuat suatu perkiraan pemilihan karir. 12
2 12 Musca (dalam Ulfa, 2013) Menyatakan bahwa keputusan karir diambil dengan cermat jika keputusan tersebut didasarkan pada informasi dan nilai-nilai pribadi siswa,informasi diperlukan sebagai bahan untuk penetapan pilihan,dan nilai-nilai pribadi adalah aspek yang harus dipertimbangkan agar diperoleh keputusan yang sesuai dengan apa yang di anggap baik atau penting dalam kehidupan seseorang. Secara umum perspektif karir dikategorikan kedalam dua bagian, yaitu karir yang identik dengan pekerjaan dan karir dalam konteks life span yaitu dimaknai sebagai perjalanan hidup yang bermakna. Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa karir merupakan perwujudan hidup yang bermakna melalui serangkaian aktifitas dan mencakup seluruh aspek kehidupan yang terwujud karena adanya kekuatan inner person. Perwujudan diri akan bermakna manakala terdapat kepuasan atau kebahagiaan diri dan lingkungan. Menurut Yost dan Corbishly (dalam Aji, 2008) mengemukakan bahwa kematangan karir adalah keberhasilan individu untuk menyesuaikan dan membuat keputusan karir yang tepat dan sesuai dengan tahap perkembangan karirnya. Havinghurst (dalam Wijaya, 2007) mendefinisikan kematangan karir sebagai persiapan diri untuk menjalani suatu pekerjaan atau karir merupakan tugas salah satu perkembangan yang penting bagi remaja, kemampuan individu dalam membuat suatu pilihan karir yang realistik dan stabil dengan menyadari
3 13 akan apa yang dibutuhkan dalam membuat suatu perkiraan keputusan karir. Dan dari kesiapan mental seseorang akibat dari pengalaman yang telah diperolehnya untuk memilih karir,mengambil keputusan karir,dan kemandirian untuk mendapatkan suatu penghasilan. Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kematangan karir adalah kemampuan individu dalam menguasai tugas perkembangan karir sesuai dengan tahap perkembangan karir, dengan menunjukkan perilaku-perilaku yang dibutuhkan untuk merencanakan karir, mencari informasi, memiliki wawasan mengenai dunia kerja dan memiliki kesadaran tentang apa yang dibutuhkan dalam membuat keputusan karir. 2. Tahap perkembangan karir Menurut Seligman (dalam Wijaya, 2007) tahap perkembangan karir terdiri dari: a. Growth (4-14 tahun) Pada tahap ini individu ditandai dengan perkembangan kapasitas, sikap, minat, dan kebutuhan yang terkait dengan konsep diri. Konsep diri yang dimiliki individu terbentuk melalui identifikasi terhadap figur-figur keluarga dan lingkungan sekolah. Pada awalnya, anak-anak mengamati lingkungan untuk mendapatkan informasi mengenai dunia kerja dan menggunakan rasa penasaran untuk mengetahui minat. Seiring berjalannya waktu, rasa penasaran dapat mengembangkan kompetensi untuk mengendalikan lingkungan dan kemampuan untuk membuat keputusan.
4 14 Disamping itu, melalui tahap ini, anak-anak dapat mengenali pentingnya perencanaan masa depan dan memilih pekerjaan. Tahap ini terdiri dari 3 sub tahap yaitu: 1) Sub tahap fantasy (4-10 tahun) Pada sub tahap ini ditandai dengan minat anak berfantasi untuk menjadi individu yang diinginkan, kebutuhan dan menjalani peran adalah hal yang penting. 2) Sub tahap interest (11-12 tahun) Individu pada sub tahap ini menunjukkan tingkah laku yang berhubungan dengan karir mulai dipengaruhi oleh kesukaan anak. Hal yang disukai dan yang tidak tersebut menjadi penentu utama aspirasi dan aktifitas. 3) Sub tahap capacity (13-14 tahun) Individu yang berada pada sub tahap ini mulai mempertimbangkan kemampuan pribadi dan persyaratan pekerjaan yang diinginkan. b. Exploration (14-24 tahun) Pada tahap ini individu banyak melakukan pencarian tentang karir apa yang sesuai dengan dirinya, merencanakan masa depan dengan menggunakan informasi dari diri sendiri dan dari pekerjan. Individu mulai mengenali diri sendiri melalui minat, kemampuan, dan nilai. Individu akan mengembangkan pemahaman diri, mengidentifikasi pilihan pekerjaan yang
5 15 sesuai, dan menentukan tujuan masa depan yang sementara tetapi dapat diandalkan. Individu juga akan menentukan pilihan melalui kemampuan yang dimiliki untuk membuat keputusan dengan memilih di antara alternatif pekerjaan yang sesuai. Tahap ini terdiri dari 3 sub tahap, yaitu: 1) Sub tahap tentative (14-17 tahun) Tugas pilihan tersebut dan dapat melihat bidang serta tingkat pekerjaan yang sesuai dengan dirinya. Hal-hal yang dipertimbangkan pada masa ini adalah kebutuhan, minat, kapasitas perkembangan pada tahap ini adalah menentukan pilihan pekerjaan. Individu mulai menggunakan, nilai dan kesempatan. 2) Sub tahap transition (18-21th) Sub tahap ini merupakan periode peralihan dari pilihan pekerjaan yang bersifat sementara menuju pilihan pekerjaan yang bersifat khusus. Tugas perkembangan pada masa ini yaitu mengkhususkan pilihan pekerjaan dengan memasuki pasar pekerja, pelatihan profesional, bekerja sambilan dan mencoba mewujudkan konsep diri. 3) Sub tahap trial (22-24 tahun) Tugas perkembangan pada masa ini adalah melaksanakan pilihan pekerjaan dengan memasuki dunia kerja.
6 16 c. Establishment (25-44 tahun) Pada tahap ini individu mulai memasuki dunia kerja yang sesuai dengan dirinya dan bekerja keras untuk mempertahankan pekerjaan tersebut. Masa ini merupakan masa paling produktif dan kreatif. Tahap ini terdiri dari 2 sub tahap, yaitu: 1) Sub tahap trial with commitment (25-30 tahun) Pada tahap ini individu merasa nyaman dengan pekerjaan, sehingga ingin terus mempertahankan pekerjaan yang dimiliki. Tugas perkembangan pada masa ini adalah menstabilkan pilihan pekerjaan. 2) Sub tahap stabilization (31-44 tahun). Pada tahap ini pola karir individu menjadi jelas dan telah menstabilkan pekerjaan. Tugas perkembangan yang harus dipenuhi oleh individu pada masa ini adalah menetapkan pilihan pekerjaan agar memperoleh keamanan dan kenyamanan dalam bekerja serta melakukan peningkatan dalam dunia kerja dengan menunjukkan perilaku yang positif dan produktif dengan rekan kerja. d. Maintenance (45-64 tahun) Individu pada tahap ini telah menetapkan pilihan pada satu bidang karir, fokus mempertahankan posisi melalui persaingan dengan rekan kerja yang lebih muda dan menjaga posisi tersebut dengan pengetahuan yang baru.
7 17 Tugas perkembangan yang harus dipenuhi oleh individu pada tahap ini, yaitu: 1) Holding Pada tahap ini individu menghadapi tantangan dengan berkompetisi bersama rekan kerja, perubahan teknologi, memenuhi tuntutan keluarga, dan berkurangnya stamina. 2) Updating Individu pada tahap ini harus bekerja keras dalam mengerjakan tugas dengan lebih baik melalui memperbarui pengetahuan dan keterampilan. 3) Innovating Pada tahap ini individu melakukan pekerjaan dengan cara yang berbeda, melakukan pekerjaan yang berbeda, dan menghadapi tantangan baru. e. Decline (lebih dari 65 tahun) Individu pada tahap ini mulai mempertimbangankan masa prapensiun, hasil kerja, dan akhirnya pensiun. Hal ini dikarenakan berkurang kekuatan mental dan fisik sehingga menyebabkan perubahan aktivitas kerja. Tahap ini terdiri dari 2 sub tahap, yaitu: 1) Sub tahap decelaration (65-70 tahun) Tugas perkembangan pada sub tahap ini adalah mengurangi tingkat pekerjaan secara efektif dan mulai merencanakan pensiun. Hal ini
8 18 ditandai dengan adanya penyerahan tugas sebagai salah satu langkah mempersiapkan diri menghadapi pensiun. 2) Sub tahap retirement (lebih dari 71 tahun) Sub tahap ini ditandai dengan masa pensiun dimana individu akhirnya mulai menarik diri dari lingkungan kerja. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tahap perkembangan kematagan karir terdiri dari growth, exploration, establishment, maintenance, dan decline. 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kematangan karir Menurut Seligman (dalam Wijaya, 2007), terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kematangan karir individu, yaitu: a. Educational level Kematangan karir individu ditentukan dari tingkat pendidikannya. Semakin tinggi tingkat pendidikan semakin tinggi pula kematangan karir yang dimiliki. Hal ini mengindikasikan kematangan karir meningkat seiring tingkat pendidikan. b. Race ethnicity Kelompok minoritas sering dikaitkan dengan kematangan karir yang rendah yang berhubungan dengan orang tua. Jika orang tua mendukung anaknya walaupun mereka berasal dari kelompok minoritas, anak tersebut tetap akan memiliki kematangan yang baik.
9 19 c. Locus of control Bahwa individu dengan tingkat kematangan karir yang baik cenderung memiliki orientasi locus of control internal. ketika dihadapkan pada pemilihan karir, maka akan melakukan usaha untuk mengenal diri, mencari tahu tentang pekerjaan dan langkah-langkah pendidikan, serta berusaha mengatasi masalah yang dihadapi. Hal tersebut akan membuat kematangan karir individu menjadi tinggi. d. Social economi status Individu yang berasal dari latar belakang sosial ekonomi menengah ke bawah menunjukkan nilai rendah pada kematangan karir. Hal ini ditandai dengan kurangnya akses terhadap informasi tentang pekerjaan, figur teladan dan anggapan akan rendahnya kesempatan kerja. e. Work salience Pentingnya pekerjaan mempengaruhi individu dalam membuat pilihan, kepuasan kerja yang merujuk pada komitmen kerja, serta kematangan karir pada siswa SMU dan mahasiswa. f. Gender Wanita memiliki nilai kematangan karir yang lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini disebabkan karena wanita lebih rentan dalam memandang konflik peran sebagai hambatan dalam proses perkembangan karir, dan kurang mampu untuk membuat keputusan karir yang tepat dibandingkan dengan laki-laki.
10 20 Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa yang termasuk kedalam faktor-faktor yang mempengaruhi kematangan karir antara lain : educational level, race ethnicity, locus of control, social economy status, work salience, gender. 4. Aspek-aspek kematangan karir Aspek kematangan karir dalam alat tes Career Maturity Inventory (CMI) yang disusun oleh Crites dan di artikan ke dalam budaya Indonesia oleh Kurniati,P (2006) antara lain: a. Skala Sikap (Attitude Scale) mengungkap perasaan-perasaan, reaksi subjektif,dan kecenderungan individu dalam memilih karir dan memasuki dunia kerja. Ada lima konstruk sikap yang diukur yaitu: keterlibatan dalam proses pemilihan karir, orientasi terhadap pekerjaan, kemandirian dalam pembuatan keputusan karir, preferensi terhadap faktor-faktor pemilihan karir, dan konsepsi terhadap proses pemilihan karir. b. Tes Kompetensi (Competency Test) terdiri dari lima aspek, yaitu pengenalan diri (Self Apparaisal, informasi pekerjaan (Occupational information), latar belakang keberhasilan (goal setting), rencana (planing), dan kemampuan penyelesaian masalah (problem solving). Menurut Super (dalam Zulkaida, 2007) mengidentifikasikan 6 dimensi kematangan karir remaja yang terdiri dari:
11 21 1. Orientasi terhadap pilihan karir, yakni sejauh mana individu menyadari suatu kebutuhan untuk memilih suatu pekerjaan dan menyadari berbagai faktor yang berkaitan dengan pemilihan pekerjaan tersebut. 2. Informasi dan perencanaan, yakni informasi yang reliable yang dimiliki oleh individu untuk membuat keputusan karir dan untuk membuat perencanaan masa depan yang logis dan kronologis. 3. Konsistensi minat pekerjaan, seberapa konsisten minat pekerjaan berkaitan dengan berbagai pekerjaan dari waktu ke waktu. 4. Kristalisasi sifat yaitu atribut psikologis yang relevan dalam pembuatan keputusan 5. Kebebasan vokasional yakni kebebasan 6. Hikmat (wisdom) berkaitan dengan pekerjaan Osipow, (1983) menyatakan bahwa kematangan karir vokasional pada seseorang dapat dirumuskan ke dalam empat aspek yaitu: 1. Pemilihan (Realistic choice) pekerjaan yang realistis, meliputi: a) individu dapat menyesuaikan antara kemampuan dengan pekerjaan yang dipilih. b) Dapat menyesuaikan antara keinginan dengan pekerjaan yang dipilih. c) Dapat mengambil keputusan dalam memilih pekerjaan yang sesuai dengan sifat kepribadian dan keadaan dirinya. 2. Kompetensi pilihan pekerjaan (career choice) meliputi: a) Mempunyai rencana yang berhubungan dengan pemilihan pekerjaan
12 22 b) Memiliki pengetahuan tentang pekerjaan yang dipilih. c) Individu berusaha mencari informasi tentang masalah pekerjaan dan dunia kerja. 3. ( Attitudes & job values) Sikap terhadap pemilihan pekerjaan, meliputi: a) Individu aktif berpatisipasi dalam proses pengambilan keputusan. b) Bersikap positif terhadap pekerjaan dan nilai-nilai kerja yang dipilihnya. c) Ketidaktergantungan pada orang lain dalam memilih pekerjaan. 4. (Convensional Decided Job) Kemantapan pemilihan pekerjaan, meliputi: a) Mempunyai kemantapan dalam pengambilan keputusan terhadap pekerjaan yang dipilihnya. b) Mempunyai kemantapan dalam memilih pekerjaan walaupun ada pengaruh dari orang lain atau keluarga. c) Individu mempunyai kemantapan dalam pengambilan keputusan pada waktu yang berbeda. Kematangan karir yaitu kewaspadaan terhadap perlunya menentukan pilihan karir, penggunaan sumber daya yang dimiliki, kewaspadaan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi pilihan karir, mampu membedakan minat dan nilai, kewaspadaan terhadap hubungan antara masa sekarang dan masa depan, formulasi pilihan karir yang digeneralisasikan,konsistensi terhadap pilihan, pemilihan informasi tentang pekerjaan yang dipilih, merencanakan pekerjaan yang dipilih, kebijaksanaan dalam memilih dan spesifikasi pilihan karir.
13 23 Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa yang termasuk aspek-aspek kematangan karir adalah Pemilihan pekerjaan yang realistis, Kompetensi pilihan pekerjaan, Sikap terhadap pemilihan pekerjaan, Kemantapan pemilihan pekerjaan. B. Locus of Control 1. Pengertian Locus of Control Pada awalnya konsep tentang Locus of Control atau disebut juga sebagai pusat kendali pertama kali dikemukakan oleh Julian Rotter pada tahun 1966, beliau merupakan seorang ahli dibidang Social Theory Learning (Teori Pembelajaran Sosial). Generalized belief that a person can or can not control his own destiny, atau keyakinan individu terhadap mampu tidaknya mengontrol nasib (destiny) itu sendiri disebut dengan locus of control (Ayudiati, 2010). Disisi lain menurut Larsen&Buss (dalam Zulkaida, 2007) mendefinisikan locus of control sebagai suatu konsep yang menunjuk pada keyakinan individu mengenai peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam hidupnya. Locus of control menggambarkan seberapa jauh seseorang memandang hubungan antara perbuatan yang dilakukannya (action) dengan akibat/hasilnya (outcome). Seseorang dengan keyakinan bahwa nasib dan kejadian-kejadian dalam hidupnya berada dibawah kontrol dirinya, dikatakan bahwa seorang tersebut memiliki internal locus of control, sedangkan seseorang yang memiliki keyakinan bahwa nasib dan kejadian-kejadian dalam hidupnya ditentukan oleh
14 24 lingkungannya, maka seseorang tersebut dikatakan memiliki external locus of control. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa locus of control merupakan konsep dasar yang menunjuk pada keyakinan individu mengenai peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam hidupnya serta dapat menggambarkan seberapa jauh seseorang memandang hubungan antara perbuatan yang dilakukannya (action) dengan akibat/hasilnya (outcome). 2. Konsep Locus of Control Menurut Rotter (dalam Utami, 2011) menyatakan 4 konsep dasar locus of control, yaitu: a) Potensi perilaku, merupakan setiap kemungkinan yang secara relative muncul pada situasi tertentu, berkaitan dengan hasil yang diinginkan dalam kehidupan seseorang. b) Harapan, merupakan suatu kemungkinan dari berbagai kejadian yang akan muncul dan dialami seseorang. c) Nilai unsur penguat, merupakan pilihan terhadap berbagai kemungkinan penguatan atas hasil dari beberapa penguat hasil-hasil lainnya yang dapat muncul pada situasi serupa. d) Suasana psikologis, merupakan bentuk rangsangan baik secara internal maupun eksternal yang diterima seseorang pada suatu saat tertentu yang meningkatkan atau menurunkan harapan terhadap munculnya hasil yang sangat diharapkan.
15 25 Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa konsep dasar adanya locus of control yaitu adanya potensi perilaku, harapan, nilai penguat dan suasana psikologis yang mempengaruhi harapan terhadap hasil yang ditentukan. 3. Macam-macam Locus of Control Menurut Crider (dalam Utami, 2011) Locus of control dibedakan menjadi internal locus of control dan external locus of control. membedakan karakteristik locus of control sebagai berikut : a) Internal locus of control 1) Suka bekerja keras 2) Memiliki inisiatif yang tinggi 3) Selalu berusaha untuk menemukan pemecahan masalah 4) Selalu mencoba untuk berfikir efektif 5) Selalu mempunyai persepsi bahwa usaha harus dilakukan jika ingin berhasil b) External locus of control 1) Kurang memiliki inisiatif 2) Mempunyai harapan bahwa ada sedikit korelasi antara usaha dan kesuksesan 3) Kurang suka berusaha, karena mereka percaya bahwa faktor luarlah yang mengontrol 4) Kurang mencari informasi untuk memecahkan masalah
16 26 Pada orang yang memiliki internal locus of control, faktor kemampuan dan usaha nampak dominan, oleh karenanya apabila orang dengan internal locus of control menuai kegagalan mereka cenderung mengoreksi dan menyalahkan dirinya sendiri karena kurangnya usaha-usaha yang dilakukan. Begitu pula adanya dengan keberhasilan, mereka kan merasa bangga atas hasil usahausahanya. Hal ini akan berdampak positif pada tindakannya di masa yang akan datang bahwa keberhasilan dapat dicapai dengan usaha keras atas segala kemampuannya. Sedangkan pada orang dengan external locus of control cenderung memandang keberhasilan dan kegagalan dari faktor kesukaran dan nasib, oleh karenanya apabila menuai kegagalan mereka akan cenderung menyalahkan lingkungan sekitar sebagai penyebabnya. Hal tersebut tentunya berdampak negatif pada tindakannya di masa yang akan datang, karena merasa tidak mampu dan kurang berusaha sehingga mereka tidak mempunyai harapan dan keinginan untuk memperbaiki kegagalannya. Locus of control merupakan dimensi kepribadian yang berupa kontinum, yaitu dari internal pada satu sisi dan eksternal pada sisi yang lain, oleh karenya tidak satupun individu yang benarbenar internal ataupun benar-benar eksternal. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kedua tipe locus of control terdapat pada masing-masing individu, namun ada kecenderungan untuk lebih memiliki salah satu tipe locus of control tertentu. Locus of control bersifat dinamis atau dapat dikembangkan. Individu yang berorientasi external locus of
17 27 control dapat pula berubah menjadi individu dengan orientasi internal locus of control dan sebaliknya. Hal tersebut dikarenakan ada pengaruh situasi dan kondisi yang menyertainya yaitu lingkungan dimana Ia tinggal dan frekuensi melakukan segala aktifitasnya. 4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Locus of Control Locus of control sebagai salah satu kepribadian seseorang, dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya : a) Usia Individu pada masa muda selalu bergantung kepada orang lain dalam pemenuhan kebutuhannya. Oleh karena ketergantungan tersebut mereka harus tunduk pada pengawasan orang tua dan mematuhi norma-norma yang ada. Hal itu menjadikan individu dengan usia muda cenderung memiliki locus of control eksternal dibandingkan dengan individu yang berusia lebih tua. London dan Exner (dalam Utami, 2011) dalam penelitiannya menemukan bahwa locus of control berkembang kearah internal sejalan dengan perkembangan usia. b) Pendidikan Pendidikan yang didapatkan oleh seseorang tidak harus berasal dari bangku sekolah. Lingkungandan masyarakat juga termasuk tempat anak untuk mengembangkan diri. Dalam dunia pendidikan formal kepribadian dan sikap guru sangat mempengaruhi anak didik untuk lebih besar, namun
18 28 bertanggung jawab lebih besar sehingga menguntungkan bagi perkembangan kepribadiannya menurut Wilis (dalam Utami, 2011). Pendidikan non formal oleh anak pada lingkungan sosialnya membentuk proses pembentukan identitas diri yaitu, perkembangan kearah individualitas yang mantap merupakan salah satu aspek penting dalam perkembangan individu untuk meyakini kemampuan dirinya. c) Keluarga Dalam perkembangannya locus of control dipengaruhi oleh beberapa aspek antara lain lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungn sosial yang pertama bagi individu adalah keluarga, karena disinilah terjadi interaksi antara anak dan orang tua, dimana orang tua menanamkan nilainilai serta mewariskan norma-norma kepada anaknya. Sikap orag tua sangat berpengaruh terhadap perkembangan orientasi locus of control. Sikap orang tua yang positif akan memberikan orientasi locus of control anak menjadi internal (Utami, 2011). Sedangkan menurut Katkovsky (dalam Utami, 2011) bahwa interaksi anak dengan orang tua sangat hangat, membesarkan hati, fleksibel, menerima dan memberi kesempatan untuk berdiri sendiri ketika anak masih kecil akan mengahsilkan anak dengan orientasi locus of control yang lebih internal daripada interaksi anak pada orang tua yang menolak, memusuhi dan mendominasi segala sesuatu.
19 29 Dari beberapa pendapat tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa didalam perkembangannya locus of control dipengaruhi oleh berbagai aspek, yaitu lingkungan fisik dan lingkungan social. Lingkungan social yang pertama bagi seorang anak adalah keluarga. Di dalam keluarga inilah terjadi interaksi antara anak dengan orang tua. Lingkungan fisik yang mempengaruhi adalah usia dan pendidikan. Pendidikan dan usia merupakan aspek yang membantu perkembangan kepribadian seseorang. 5. Aspek-aspek Locus of Control Lavenson (dalam Azwar, 2011) mengkategorikan locus of control ke dalam 3 aspek, yaitu: a) Aspek Internal (I) Merupakan keyakinan-keyakinan seseorang bahwa kejadian-kejadian dalam hidupnya ditentukan terutama oleh kemampuan dalam dirinya sendiri. b) Aspek powerful others (P) Merupakan keyakinan-keyakinan seseorang bahwa kejadian-kejadian dalam hidupnya ditentukan terutama oleh orang lain yang lebih berkuasa atas dirinya. c) Aspek chance (C) Merupakan keyakinan-keyakinan seseorang bahwa kejadian-kejadian dalam hidupnya terutama ditentukan oleh nasib, peluang, dan keberuntungan.
20 30 Aspek internal merupakan internal locus of control, sedangkan aspek others dan chance merupaka external locus of control. Adanya perbedaan locus of control pada individu menyebabkan munculnya perbedaan dalam efektifitas dan efisiensi perilaku antara orang dengan kecenderungan internal locus of control dan kecenderungan external locus of control. Dasar dari pemikirannya adalah orang dengan kecenderungan internal locus of control akan selalu berusaha untuk mencapai apa yang menjadi keinginannya berdasarkan kemampuannya sedangkan pada orang dengan kecenderungan external locus of control akan lebih sering mengambil sikap pasrah dan kurang berusaha. Persepsi dari mereka yang memiliki locus of control internal menuntun mereka untuk berusaha lebih kuat dalam mencapai tujuan, (Utami, (2011). Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa yang termasuk dalam aspek-aspek locus of control antara lain aspek internal, aspek powerfull others, dan aspek chance. C. Hubungan antara Locus of Control dengan Kematangan Karir Kematangan karir adalah kemampuan individu dalam menguasai tugas perkembangan karir sesuai dengan tahap perkembangan karir, dengan menunjukkan perilaku-perilaku yang dibutuhkan untuk merencanakan karir, mencari informasi, memiliki wawasan mengenai dunia kerja dan memiliki kesadaran tentang apa yang dibutuhkan dalam membuat keputusan karir.
21 31 Locus of Control adalah konsep dasar yang menunjuk pada keyakinan individu mengenai peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam hidupnya serta dapat menggambarkan seberapa jauh seseorang memandang hubungan antara perbuatan yang dilakukannya (action) dengan akibat/hasilnya (outcome). Zulkaida (2007), siswa dengan locus of control internal cenderung menganggap bahwa ketrampilan (skill), kemampuan (ability), dan usaha (efforts) lebih menentukan pencapaian dalam hidup mereka, termasuk pencapaian karirnya. Siswa akan mengembangkan usahanya untuk meningkatkan ketrampilan kerja dan kemampuan akademik yang mereka miliki dalam rangka meraih karir yang mereka inginkan, serta berusaha mengatasi hambatan yang mereka hadapi dalam rangka pencapaian karir. Hasil penelitian Zulkaida (2007) membuktikan bahwa ada pengaruh signifikan efikasi diri pemilihan karir dan locus of control terhadap kematangan karir siswa SMA, sedangkan secara sendiri-sendiri efikasi diri pemilihan karir tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kematangan karir, namun locus of control menunjukkan ada pengaruh signifikan terhadap kematangan karir siswa SMA
22 32 D. Kerangka Berfikir Menurut Lachman (dalam Aji, 2008) menyatakan bahwa salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kematangan karir adalah locus of control internal. menyatakan bahwa individu dengan locus of control internal, mempunyai usaha yang lebih besar untuk memperoleh informasi dari lingkungan. Siswa dengan locus of control internal, ketika dihadapkan pada pemilihan karir, dirinya akan berusaha melakukan eksplorasi berupa pencarian informasi tentang karir, serta berusaha mengenali kemampuan yang dimilikinya, sehingga dirinya mampu memperoleh informasi yang kuat, yang bisa digunakan sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Menurut Super (dalam Aji, 2008) menjelaskan bahwa individu dikatakan matang atau siap untuk membuat keputusan karir jika pengetahuan yang dimilikinya untuk membuat keputusan karir didukung oleh informasi yang kuat mengenai pekerjaan berdasarkan eksplorasi yang telah dilakukan. Siswa dengan locus of control internal yang tinggi, akan berusaha untuk mencapai prestasi belajar yang tinggi.
23 33 Kerangka Berpikir : Siswa Kelas XI SMK Wiworotomo Kematangan karir 1. Pemilihan pekerjaan yang realistis. 2. Kompetensi pilihan pekerjaan. 3. Sikap terhadap pemilihan pekerjaan. 4. Kemantapan pemilihan pekerjaan. Lokus of Control 1. Aspek internal (I) 2. Aspek Powerfull Others (P) 3. Aspek Chance (C) Gambar 1. Kerangka Berpikir E. Hipotesis Berdasarkan pemaparan tinjauan pustaka diatas maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara locus of control dengan kematangan karir pada siswa kelas XI di SMK Wiworotomo, Purwokerto, tahun Ajaran 2013/2014.
BAB I PENDAHULUAN. dan efisiensi, bersikap mental dan berwawasan (Wiratno, 2008).
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengembangan sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu isue dalam menghadapi era globalisasi, baik persiapan jangka pendek sesuai AFTA 2003 maupun persiapan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORITIS
BAB II LANDASAN TEORITIS A. KEMATANGAN KARIR 1. Pengertian Kematangan Karir Crites (dalam Salami, 2008) menyatakan bahwa kematangan karir sebagai sejauh mana individu dapat menguasai tugas-tugas perkembangan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan menguraikan beberapa teori terkait dengan judul yang peneliti sampaikan diatas. Di dalam bab ini akan menguraikan teori mengenai kematangan karir, motivasi berprestasi
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Kematangan Karir 1. Pengertian kematangan karir Crites (dalam Brown, 2002) mendefinisikan kematangan karir sebagai tingkat di mana individu telah menguasai tugas perkembangan karirnya,
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Crites (dalam Brown, 2002) mendefinisikan kematangan karir sebagai tingkat di mana
BAB II LANDASAN TEORI A. Kematangan Karir 1. Pengertian kematangan karir Crites (dalam Brown, 2002) mendefinisikan kematangan karir sebagai tingkat di mana individu telah menguasai tugas perkembangan karirnya,
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kemampuan seseorang dalam menentukan sendiri pekerjaan yang sesuai
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kematangan Karir Kemampuan seseorang dalam menentukan sendiri pekerjaan yang sesuai dengan minat dan kemampuan, pilihan yang realistik dan konsisten disebut kematangan karir
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Locus of control merupakan salah satu variabel kepribadian (personility),
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Locus Of Control 2.1.1. Pengertian Locus Of Control Konsep tentang Locus of control (pusat kendali) pertama kali dikemukakan oleh Rotter (1966), seorang ahli teori pembelajaran
Lebih terperinciDonald Super mencanangkan suatu pandangan tentang perkembangan karier yang berlingkup sangat luas, karena perkembangan jabatan itu dipandang sebagai
Donald Super mencanangkan suatu pandangan tentang perkembangan karier yang berlingkup sangat luas, karena perkembangan jabatan itu dipandang sebagai suatu proses yang mencakup banyak faktor. Faktor tersebut
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
12 BAB II LANDASAN TEORI A. Kematangan Karir 1. Pengertian Kematangan Karir Menurut Chaplin (2004), kematangan (maturation) diartikan sebagai: a. Perkembangan, proses mencapai kemasakan/ usia masak, b.
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. (2005) menyatakan bahwa perencanaan karir adalah proses yang harus dilewati
BAB II LANDASAN TEORI A. Perencanaan Karir 1. Definisi Perencanaan Karir Menurut Corey & Corey (2006), perencanaan karir adalah suatu proses yang mencakup penjelajahan pilihan dan persiapan diri untuk
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. karir adalah keberhasilan individu dalam menyelesaikan tugas perkembangan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kematangan Karir 1. Definisi Kematangan Karir Super (dalam Winkel dan Hastuti, 2006) menyatakan bahwa kematangan karir adalah keberhasilan individu dalam menyelesaikan tugas
Lebih terperinciPerkembangan Sepanjang Hayat
Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Remaja dalam Aspek Psikososial Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Memahami Masa
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Weitz, Sujan dan Sujan (1986) mendefinisikan adaptive selling sebagai:
BAB II LANDASAN TEORI A. Adaptive Selling 1. Pengertian Adaptive Selling Weitz, Sujan dan Sujan (1986) mendefinisikan adaptive selling sebagai: The altering of sales behaviour during a customer interaction
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karir merupakan bagian dari kehidupan setiap orang. Bahkan karir bagi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karir merupakan bagian dari kehidupan setiap orang. Bahkan karir bagi sebagian orang dianggap sebagai status yang dapat menghidupkan atau mematikan seseorang. Karir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mutia Faulia, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi atau peralihan perkembangan dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Remaja sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Identity Achievement. (Kartono dan Gulo, 2003). Panuju dan Umami (2005) menjelaskan bahwa
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Identity Achievement 1. Definisi Identity Achievement Identitas merupakan prinsip kesatuan yang membedakan diri seseorang dengan orang lain. Individu harus memutuskan siapakah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Elsa Sylvia Rosa, 2014
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Remaja, dalam hal ini pelajar dipandang sebagai generasi muda yang memegang peranan penting sebagai generasi penerus dalam pembangunan masyarakat, bangsa,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. (Winkel & Hastuti, 2006: 633) kematangan karir adalah keberhasilan seseorang
BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 1.1 Kajian Teoritis 1.1.1 Makna Kematangan Karir Kematangan karir merupakan bagian terpenting yang harus dimiliki oleh siswa guna menunjang keberhasilan perencanaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Memasuki Abad 21, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki Abad 21, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin maju serta terbukanya pasar global akan menstimulus kita untuk selalu meningkatkan
Lebih terperinciBAB II TELAAH LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Path-goal theory menjelaskan dampak gaya kepemimpinan pada motivasi
BAB II TELAAH LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Pengertian Path Goal Theory Path-goal theory menjelaskan dampak gaya kepemimpinan pada motivasi bawahan, kepuasan dan kinerjanya (Luthans, 2006) dan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kematangan Vokasional 1. Definisi Kematangan Vokasional Dali Gulo (1982) mengemukakan bahwa kematangan adalah proses atau pertumbuhan dan perkembangan fisik yang disertai dengan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kepercayaan Diri 2.1.1 Pengertian Kepercayaan Diri Percaya diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Orang yang percaya diri yakin
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. 2010:523) menyatakan bahwa self efficacy mempengaruhi pilihan aktivitas
BAB II KAJIAN TEORI A. Self Efficacy 1. Pengertian Self Efficacy Sejarah self efficacy pertama kali diperkenalkan oleh Bandura dalam pembelajaran sosial, dimana self efficacy merupakan turunan dari teori
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Karier merupakan sekuensi okupasi-okupasi di mana seseorang ikut serta di dalamnya;
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Rencana Karier 1. Pengertian Karier Karier merupakan sekuensi okupasi-okupasi di mana seseorang ikut serta di dalamnya; beberapa orang mungkin tetap dalam okupasi yang sama sepanjang
Lebih terperinciTeori Psikologi Kepribadian Kontemporer
Modul ke: Teori Psikologi Kepribadian Kontemporer Cognitive Social Learning Psychology Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Teoretikus dari pembelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tahun. Menurut Erickson masa remaja merupakan masa berkembangnya identity.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Siswa SMA tergolong ke anak remaja yang memiliki rentang usia 15-18 tahun. Menurut Erickson masa remaja merupakan masa berkembangnya identity. Identitas diri ini mencakup
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Konsep tentang Locus of control (pusat kendali) pertama kali
BAB II LANDASAN TEORI A. Internal Locus Of Control 1. Definisi Internal Locus of Control Locus of control adalah tingkat di mana individu yakin bahwa mereka adalah penentu nasib mereka sendiri (Robbins
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Pada masa Remaja terkadang mereka masih belum memikirkan tentang masa depan mereka
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. 1. Pengertian Kecenderungan Pembelian Impulsif. impulsif sebagai a consumers tendency to buy spontaneusly, immediately and
BAB II LANDASAN TEORI A. KECENDERUNGAN PEMBELIAN IMPULSIF 1. Pengertian Kecenderungan Pembelian Impulsif Rook dan Fisher (dalam Semuel, 2007), mendefinisikan sifat pembelian impulsif sebagai a consumers
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dewasa yang sehat, di mana pun dan kapan pun dirinya berada. Betapa orang akan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pekerjaan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia dewasa yang sehat, di mana pun dan kapan pun dirinya berada. Betapa orang akan merasa sangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. usia 18 hingga 25 tahun (Santrock, 2010). Pada tahap perkembangan ini, individu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seorang individu dapat dikatakan menginjak masa dewasa awal ketika mencapai usia 18 hingga 25 tahun (Santrock, 2010). Pada tahap perkembangan ini, individu mengalami
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Suryana (2008:2), mendefinisikan bahwa kewirausahaan adalah
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Niat Berwirausaha Suryana (2008:2), mendefinisikan bahwa kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Locus Of Control. (Cvetanovsky et al, 1984; Ghufron et al, 2011). Rotter (dalam Ghufron et al 2011)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Locus Of Control 1. Pengertian Locus of Control Locus of control merupakan dimensi kepribadian yang menjelaskan bahwa individu berperilaku dipengaruhi ekspektasi mengenai dirinya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Konsep Diri Istilah konsep diri biasanya mengarah kepada sebuah pembentukan konsep pribadi dari diri seseorang. Secara umum konsep diri adalah pandangan dan sikap
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan
BAB 2 LANDASAN TEORI Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan prestasi belajar. 2.1 Self-Efficacy 2.1.1 Definisi self-efficacy Bandura (1997) mendefinisikan self-efficacy
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Self-Efficacy Self-Efficacy merupakan penilaian orang tentang kemampuan mereka untuk mengatur dan melaksanakan program tindakan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan proses jangka panjang untuk membuat keputusan-keputusan karir dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tolbert (dalam Suherman, 2000) mengatakan bahwa perkembangan karir merupakan proses jangka panjang untuk membuat keputusan-keputusan karir dari banyak pilihan, yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi dan semakin terbukanya pasar dunia, Indonesia dihadapkan pada persaingan yang semakin luas dan berat. Ketidakmampuan dalam meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu komponen yang dapat membantu perkembangan diri individu adalah pendidikan. Melalui pendidikan individu diharapkan bisa mengarahkan dirinya dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi suatu bangsa. Artinya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kualitas tenaga kerja merupakan faktor utama yang mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi suatu bangsa. Artinya bahwa kualitas sumber daya manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya perkembangan dunia yang semakin maju dan persaingan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dengan adanya perkembangan dunia yang semakin maju dan persaingan yang terjadi semakin ketat, individu dituntut untuk memiliki tingkat pendidikan yang memadai
Lebih terperinciyang merupakan masa perkembangan transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif dan sosio-emosional
yang merupakan masa perkembangan transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif dan sosio-emosional (Santrock, 2007). Remaja memiliki tugas-tugas perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. individu untuk menuju kedewasaan atau kematangan adalah masa remaja
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu periode perkembangan yang harus dilalui oleh seorang individu untuk menuju kedewasaan atau kematangan adalah masa remaja (Yusuf, 2006). Masa remaja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kondisi perekonomian yang cukup sulit bagi sebagian lapisan masyarakat mendorong mahasiswa
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Fenomena kuliah sambil kerja banyak dijumpai di berbagai negara. Hal ini terjadi baik di negara berkembang maupun di negara maju yang telah mapan secara ekonomi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengembangan sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengembangan sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu isue dalam rangka menghadapi era globalisasi, baik persiapan jangka pendek sesuai AFTA 2003 maupun persiapan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan. dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang diselenggarakan di dalamnya.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Variabel- variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Variabel Tergantung : Psychological well-being 2. Variabel Bebas : Locus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan. Orang yang lahir dalam keadaan cacat dihadapkan pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap orang ingin lahir dalam keadaan normal, namun pada kenyataannya ada orang yang dilahirkan dengan keadaan cacat. Bagi orang yang lahir dalam keadaan cacat
Lebih terperinciKEMATANGAN KARIR DITINJAU DARI LOCUS OF CONTROL INTERNAL DAN USIA PADA MAHASISWA PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
KEMATANGAN KARIR DITINJAU DARI LOCUS OF CONTROL INTERNAL DAN USIA PADA MAHASISWA PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA Etik Budiwati, Zidni Immawan Muslimin Fakultas Psikologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan dasar dalam pengaruhnya kemajuan dan kelangsungan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan dasar dalam pengaruhnya kemajuan dan kelangsungan hidup individu. Hal tersebut diungkapkan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Rupublik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia melakukan kegiatan sehari-hari sebagai cara untuk memenuhi kebutuhannya, dimana proses kehidupan manusia terus berjalan dimulai sejak lahir (bayi),
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lia Liana Iskandar, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha sadar, terencana untuk mewujudkan proses belajar dan hasil belajar yang optimal sesuai dengan karekteristik peserta didik. Dalam proses pendidikan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lingkungan yang terus mengalami perubahan, dan bagaimana mengambil inisiatif
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Terjadinya perkembangan ilmu pengetahuan dan pendidikan yang semakin pesat membuat para siswa dituntut untuk menjadi lebih mandiri. Siswa harus dapat mengetahui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah suatu masa bagi individu untuk mempersiapkan diri
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah suatu masa bagi individu untuk mempersiapkan diri guna memasuki masa dewasa. Remaja memiliki tugas-tugas perkembangan, salah satu tugas
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. dengan tahap perkembangan karir.
18 BAB II LANDASAN TEORI A. KEMATANGAN KARIR 1. Definisi Crites (dalam Brown, 2002) mendefinisikan kematangan karir sebagai tingkat di mana individu telah menguasai tugas perkembangan karirnya, baik komponen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karier adalah bagian hidup yang berpengaruh pada kebahagiaan hidup manusia secara keseluruhan. Oleh karenanya ketepatan memilih serta menentukan keputusan karier
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi belajar atau hasil belajar adalah realisasi atau pemekaran dari kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan
Lebih terperinciKONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN 2009 TESIS
KONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN 2009 TESIS Diajukan Kepada Program Studi Manajemen Pendidikan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. Konsep tentang Locus of control pertama kali dikemukakan oleh Rotter
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Locus Of Control 2.1.1.1 Pengertian Locus Of Control Konsep tentang Locus of control pertama kali dikemukakan oleh Rotter
Lebih terperinciPERBEDAAN KEMATANGAN KARIR DITINJAU DARI LOCUS OF CONTROL INTERNAL DAN EKSTERNAL PADA SISWA KELAS XI SMK NEGERI 1 MAGELANG JURNAL SKRIPSI
PERBEDAAN KEMATANGAN KARIR DITINJAU DARI LOCUS OF CONTROL INTERNAL DAN EKSTERNAL PADA SISWA KELAS XI SMK NEGERI 1 MAGELANG JURNAL SKRIPSI Oleh Ivan Yudha Pratama 09104244028 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan telah menjadi penopang dalam meningkatkan sumber. daya manusia untuk pembangunan bangsa. Whiterington (1991, h.
17 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan telah menjadi penopang dalam meningkatkan sumber daya manusia untuk pembangunan bangsa. Whiterington (1991, h. 12) menyatakan bahwa pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam bidang perekonomian, perindustrian, dan pendidikan. yang diambil seseorang sangat erat kaitannya dengan pekerjaan nantinya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, pertumbuhan penduduk di Indonesia semakin bertambah, teknologi semakin canggih, serta ilmu pengetahuan semakin berkembang. Seiring dengan perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari hidup manusia dalam menghadapi berbagai masalah untuk pemenuhan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia terlibat dengan banyak hal, dari yang sepele sampai yang kompleks. Pengambilan keputusan merupakan bagian dari hidup manusia dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemandirian, kreativitas dan produktivitas. Namun, pendidikan di sekolah sampai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Siswa adalah manusia berpotensi yang layak dikembangkan untuk mencapai kemandirian, kreativitas dan produktivitas. Namun, pendidikan di sekolah sampai saat
Lebih terperinciPENINGKATAN KEMATANGAN KARIER SISWA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK. Lutiyem SMP Negeri 5 Adiwerna, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah
Jurnal Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling Vol. 2, No. 2, Mei 2016 ISSN 2442-9775 PENINGKATAN KEMATANGAN KARIER SISWA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK Lutiyem SMP Negeri 5 Adiwerna, Kabupaten
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. bekerja yang ditandai secara khas dengan adanya kepercayaan diri, motivasi diri
BAB II LANDASAN TEORI A. Semangat Kerja 1. Pengertian Semangat Kerja Chaplin (1999) menyatakan bahwa semangat kerja merupakan sikap dalam bekerja yang ditandai secara khas dengan adanya kepercayaan diri,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. oleh citra diri sebagai insan religius, insan dinamis, insan sosial, dan insan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Mahasiswa adalah bagian dari generasi muda yang menuntut ilmu di perguruan tinggi dan mempunyai identitas diri. Identitas diri mahasiswa terbangun oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan usaha sadar untuk membekali warga negara agar menjadi warga negara yang memiliki kecerdasan dan kepribadian yang baik. Hal tersebut sesuai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diri menjadi multi kompetensi manusia harus melewati proses pendidikan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu kebutuhan pokok yang diperlukan bagi setiap manusia dalam memperoleh ilmu dan wawasan. Pendidikan adalah suatu kunci untuk semua kemajuan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia dikatakan makhluk sosial yang mempunyai akal pikiran di
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia dikatakan makhluk sosial yang mempunyai akal pikiran di mana dapat berkembang dan diperkembangkan (Giri Wiloso dkk, 2012). Sebagai makhluk sosial, manusia
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Body Image 1. Pengertian Body image adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai sektor kehidupan semakin pesat, sebagai dampak dari faktor kemajuan di bidang teknologi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan diuraikan lebih jauh mengenai teori-teori yang menjelaskan mengenai pengertian Kemampuan Memecahkan Masalah sosial dan rasa Humor, faktorfaktor yang mempengaruhi
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Self Efficacy Konsep mengenai self efficacy ini pada dasarnya melibatkan banyak kemampuan yang terdiri dari aspek kegiatan sosial dan kemampuan untuk bertingkah laku.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia pada dasarnya dilahirkan dalam keadaan lemah dan tidak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia pada dasarnya dilahirkan dalam keadaan lemah dan tidak berdaya, ia membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya. Pada masa bayi ketika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas beberapa hal terkait penelitian termasuk latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan organisasi skripsi. A. Latar Belakang Penelitian
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini ada dua variabel yang akan diteliti, yaitu:
BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Dalam penelitian ini ada dua variabel yang akan diteliti, yaitu: 1. Variabel bebas : locus of control, terbagi dua yaitu locus of control internal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Deasy Yunika Khairun, Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan proses yang esensial untuk mencapai tujuan dan cita-cita individu. Pendidikan secara filosofis merupakan proses yang melibatkan berbagai
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. suatu penelitian ilmiah, yang mana ditentukan pada ketepatan metode
24 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian merupakan salah satu unsur yang penting pada suatu penelitian ilmiah, yang mana ditentukan pada ketepatan metode yang digunakan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap orang memiliki keinginan untuk memperoleh pekerjaan yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang memiliki keinginan untuk memperoleh pekerjaan yang cocok dengan dirinya sendiri. Adanya keraguan seseorang yang muncul ketika memilih pekerjaan,
Lebih terperinciKEMATANGAN KARIR SISWA KELAS XI DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA DAN KEADAAN EKONOMI KELUARGA DI SMA NEGERI 1 PAKEM TAHUN AJARAN 2014/2015
KEMATANGAN KARIR SISWA KELAS XI DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA DAN KEADAAN EKONOMI KELUARGA DI SMA NEGERI 1 PAKEM TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kepuasan Kerja. seseorang. Menurut Wexley dan Yukl (2005: 129) kepuasan kerja adalah cara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Kerja 1. Definisi Kepuasan Kerja Menurut Kinicki dan Kreitner (2014 : 169) kepuasan kerja adalah sebuah tanggapan afektif atau emosional terhadap berbagai segi pekerjaan
Lebih terperinciTerdapat sepuluh (10) butir pemikiran yang diajukan oleh Hoppockbahwa: a. Pekerjaan dipilih dengan maksud untuk memenuhi kebutuhan.
Dalam pemilihan karir, ada beberapa teori dari beberapa tokoh yang merupakan bahan perbandingan dan bahan-bahan kajian untuk mengadakan pertimbangan yang akan dibahas pada pertemuan ini, yaitu: 1. TEORI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya jaman, semakin bertambah juga tuntutan-tuntutan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan berkembangnya jaman, semakin bertambah juga tuntutan-tuntutan dalam hidup. Tuntutan-tuntuan itu tidak hanya pada satu aspek atau bidang kehidupan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. mau dan mampu mewujudkan kehendak/ keinginan dirinya yang terlihat
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Kemandirian 2.1.1 Pengertian Kemandirian Pengertian mandiri berarti mampu bertindak sesuai keadaan tanpa meminta atau tergantung pada orang lain. Mandiri adalah
Lebih terperinciBAB 5 ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA
44 BAB 5 ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA Pada bagian ini peneliti memaparkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan. Hasil penelitian diperoleh dari pengolahan data secara statistik dengan menggunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada tahun-tahun terakhir terjadi perubahan yang semakin pesat dalam berbagai sektor kehidupan. Perubahan tersebut terjadi sebagai dampak dari kemajuan di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan mengalami perubahan-perubahan bertahap dalam hidupnya. Sepanjang rentang kehidupannya tersebut,
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sejarah Singkat Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program. Studi Bimbingan dan Konseling UKSW
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Subyek Penelitian 4.1.1 Sejarah Singkat Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling UKSW Sejarah perkembangan Fakultas
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kematangan Karir. jawab, serta kesadaran akan segala faktor internal dan eksternal yang harus
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kematangan Karir 1. Pengertian Kematangan Karir Super (Winkel dan Hastuti, 2004), mengembangkan konsep kematangan karir yang menunjuk pada keberhasilan seseorang menyelesaikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) termasuk individu-individu yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) termasuk individu-individu yang memasuki masa remaja madya yang berusia 15-18 tahun. Masa remaja merupakan suatu periode
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencapai kesuksesan dalam hidupnya. Hal ini senada dengan S. C. Sri Utami
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting saat ini dimana masyarakat dituntut menjadi SDM yang berkualitas. Hal tersebut bisa didapat salah satunya melalui
Lebih terperinciKEMATANGAN KARIR SISWA MADRASAH ALIYAH NEGERI (MAN) CIKARANG
Kematangan Karir Siswa Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Cikarang 103 KEMATANGAN KARIR SISWA MADRASAH ALIYAH NEGERI (MAN) CIKARANG Sri Mulyani 1 Th. I. Setiawan 2 Dede Rahmat Hidayat 3 Abstrak Penelitian ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perhatian serius. Pendidikan dapat menjadi media untuk memperbaiki sumber daya
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu bidang yang penting dan perlu mendapatkan perhatian serius. Pendidikan dapat menjadi media untuk memperbaiki sumber daya manusia
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Penyesuaian Diri Penyesuaian berarti adaptasi yang dapat mempertahankan eksistensinya atau bisa bertahan serta memperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, dan lain-lain. Setiap tugas dipelajari secara optimal pada waktu-waktu tertentu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. semua orang terlahir dengan bakat berwirausaha, namun sifat-sifat kewirausahaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia wirausaha menimbulkan ketertarikan tersendiri bagi orang-orang yang memiliki keinginan untuk memulai dan mengembangkan usahanya. Tidak semua orang terlahir dengan
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. tahun 1996 yang merupakan ahli teori pembelajaran sosial. Locus of control dapat
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Locus of Control 2.1.1 Definisi Locus of Control Konsep tentang locus of control pertama kali dikemukakan oleh Rotter pada tahun 1996 yang merupakan ahli teori pembelajaran sosial.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kesejahteraan Psikologis. Ryff (1989) mendefinisikan kesejahteraan psikologis adalah sebuah kondisi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesejahteraan Psikologis 1. Pengertian Ryff (1989) mendefinisikan kesejahteraan psikologis adalah sebuah kondisi dimana individu memiliki sikap yang positif terhadap diri sendiri
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN KEMATANGAN KARIR SISWA KELAS XI SMKN 8 JAKARTA
31 HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN KEMATANGAN KARIR SISWA KELAS XI SMKN 8 JAKARTA Iman Setiyanto 1) Dra. Louise B. Siwabessy, M.Pd 2) Dr. Gantina Komalasari, M.Psi 3) Abstrak Tujuan penelitian ini
Lebih terperinci