yang merupakan masa perkembangan transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif dan sosio-emosional

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "yang merupakan masa perkembangan transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif dan sosio-emosional"

Transkripsi

1 yang merupakan masa perkembangan transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif dan sosio-emosional (Santrock, 2007). Remaja memiliki tugas-tugas perkembangan yang mengarah pada persiapan memenuhi tuntutan dan peran sebagai orang dewasa (Santrock, 2002). Selain itu masa remaja juga dapat dikatakan sebagai masa memilih, hal ini terlihat dari salah satu tugas perkembangan remaja berkenaan dengan karir yaitu memilih dan mempersiapkan diri untuk menjalankan suatu pekerjaan (Santrock, 2003 &Sukadji, 2000). Dalam hal ini remaja juga telah masuk pada tahap membuat keputusan karir (Bardick, Bernes, Magnusson & Witko, 2006; Creed, Patton, & Prideaux, 2006). Oleh sebab itu, pada siswa SMA ada kebutuhan untuk mempersiapkan karirnya dimulai dengan menentukan jurusan di perguruan tinggi. Orientasi mengenai jenis pekerjaan dimasa depan merupakan faktor penting yang mempengaruhi minat dan kebutuhan remaja yang akan menjalani pendidikan (Desmita, 2005). Jadi bagi siswa SMA, menentukan program pendidikan, fakultas maupun jurusan di perguruan tinggi merupakan pemilihan pendahuluan atau awal dari dunia karir mereka (Sukadji, 2000). Di masa remaja perkembangan karir berjalan seiring dengan bertambahnya usia serta mengalami suatu dinamika yang penting pada masa sekolah menengah. Siswa pada sekolah menengah mulai membuat rencana karir dengan eksplorasi dan mencari informasi berkaitan dengan karir yang diminati (Bardick et al., 2006). Super (dalam Seligman, 1994) mengatakan perkembangan karir pada masa sekolah menengah sebagai tahap eksplorasi yang dimulai pada usia 15 sampai 24 tahun. Pada tahap ini remaja mengembangkan kesadaran terhadap dirinya dan dunia kerja, mulai mencoba peran-peran baru, dan mulai mempersempit pilihan karir, maka dalam hal ini diperlukan kematangan karir. Tidak semua remaja atau siswa SMA mampu dengan mudah membuat keputusan dalam karir. Kebanyakan dari mereka mengalami kebingungan sebelum akhirnya dapat menentukan pilihannya (Creed et al., 2006). Nota dan Soresi (2003) mengungkapkan bahwa kebingungan memilih karir memang telah menjadi isu pada jenjang pendidikan sekolah lanjutan atas. Proses pengambilan keputusan karir tak jarang menjadi suatu tekanan bagi siswa. Kecemasan dan reaksi stres memungkinkan para siswa atau remaja menunda pengambilan keputusan karir atau bahkan menyerahkan kepada pihak lain seperti orang tua yang pada akhirnya menjadikan keputusan yang dibuat kurang optimal (Germeijs & Verschueren, 2006; Keller & Whiston, 2008; Witko, Bernes, Magnusson, & Bardick, 2005). Survei yang dilakukan oleh Syahraini (2011) pada siswa kelas XI di kota Yogyakarta 1

2 menunjukkan hasil bahwa sebesar 59,76% siswa mengalami kesulitan dalam memilih jurusan diperguruan tinggi. Selain itu sebanyak 22,24% sudah memutuskan pilihan jurusan tetapi tidak yakin sepenuhnya terhadap pilihan yang diambil. Berdasarkan data yang dihimpun dari tim konselor pada bimbingan belajar N di Yogyakarta tahun nampak bahwa 164 siswa kelas XII dari berbagai SMA di Yogyakarta menyampaikan permasalahan pemilihan program studi. Para siswa tersebut mengungkapkan bahwa mereka mengalami kebimbangan dan kesulitan dalam menetapkan pilihan program studi yang sesuai dengan diri mereka. Menurut data konseling, kebanyakan penyebab siswa kesulitan menetapkan pilihan program studi adalah karena siswa merasa ragu dengan pilihannya. Hal ini menjadi indikasi bahwa terdapat permasalahan dalam pemilihan jurusan pada siswa SMA. Hasil wawancara dengan 8 siswa kelas XII yang berasal dari 3 sekolah yang berbeda di cabang Bimbingan belajar N wilayah Bantul pada tanggal 6 November 2013 menunjukkan bahwa para siswa mengalami kebingunan dalam proses pemilihan jurusan. Mereka masih belum bisa menentukan jurusan yang akan di ambil di perguruan tinggi padahal semester pertama akan segera berakhir. Kebingungan ini dikarenakan kurangnya informasi berkenaan dengan jurusan yang ada di Perguruan Tinggi. Selain itu mereka juga mengungkapkan bahwa mereka belum yakin terhadap minat dan potensinya, apakah nanti bisa sesuai denga jurusan yang akan mereka pilih. Bahkan dari mereka ada beberapa yang mengalami kecemasan dan tekanan secara mental dikarenakan tuntutan dari orang tua dan pihak sekolah. Wawancara yang dilakukan pada koordinator tim konselor Bimbingan belajar N pada tanggal 3 Desember 2013 dapat memperkuat hal di atas. Ia mengatakan bahwa permasalahan yang banyak dihadapi oleh siswa kelas XII adalah berkenaan dengan penjurusan. Banyak dari mereka yang masih kebingungan dan kesulitan dalam menentukan jurusan di perguruan tinggi. Kurangnya informasi mengenai jurusan di perguruan tinggi serta pemahaman terhadap minat dan potensi diri yang masih kurang inilah yang menyebabkan permasalahan itu muncul. Selain itu ada juga yang mengalami permasalahan ketidaksesuaian pilihan jurusan antara dirinya dengan orang tua. Orang tua menginginkan jurusan A sedangkan anaknya minat terhadap jurusan yang lain. Kesimpulan di atas didapat dari proses konsultasi yang dilakukan di 9 cabang Bimbingan belajar N yang tersebar Yogyakarta pada tahun Berdasarkan studi pendahuluan maka disimpulkan bahwa masih banyak siswa SMA terutama kelas XII yang belum memiliki kematangan karir khususnya dalam hal pemilihan jurusan di perguruan tinggi. Permasalahan kematangan karir yang ditemukan meliputi: (a) 2

3 tidak mengetahui informasi mengenai jurusan di Perguruan Tinggi, (b) belum menentukan jurusan yang sesuai dengan minatnya, (c) masih bingung untuk melanjutkan jurusan di Perguruan Tinggi, (d) masih belum yakin dengan pilihan yang akan dipilih, (e) belum membuat rencana pilihan mengenai jurusan. Hal ini terkait dengan kesiapan pada diri siswa yang bervariasi dalam pemilihan karir. Ada siswa yang masih belum dapat memutuskan pilihan karir masa depan, ada yang masih mengeksplorasi pilihan-pilihan karir, dan ada juga yang sudah sampai pada tahap memutuskan pilihan suatu karir (Argyropoulou, Sidiropoulou- Dimakakao & Besevegis, 2007; Hirschi & Lage, 2007). Temuan tersebut belum memenuhi tugas perkembangan karir menurut Super (dalam Brown & Associates, 2002) yang mengungkapkan bahwa remaja seharusnya sudah memasuki tahapan perkembangan eksplorasi karir dan sudah bisa menentukan pilihan karir dari informasi yang didapat. Permasalahan kematangan karir yang dialami oleh siswa SMA di atas dapat ditinjau dari perspektif sosial kognitif. Menurut Bandura (1986), pembentukan perilaku individu dijelaskan dalam bentuk interaksi timbal balik antara determinan person (meliputi faktor kognitif dan faktor personal lain), behavior (perilaku), dan environment (faktor ligkungan), yang dikenal dengan istilah triadic reciprocality. Dalam hal kematangan karir, perilaku pengambilan keputusan karir (pemilihan program studi) dipengaruhi oleh determinan individu (faktor personal) dan faktor lingkungan. Karir merupakan bagian hidup yang berpengaruh pada kebahagiaan manusia. Sukses dan tidaknya seseorang individu dalam berkarir bisa menjadi salah satu tolak ukur kesuksesan seseorang dalam kehidupan. Oleh karenanya ketepatan dalam memilih dan menentukan pilihan karir menjadi titik penting dalam perjalanan hidup manusia (Germeijs & Verschueren, 2007). Crites (1974) mengungkapkan bahwa kematangan karir merupakan tingkat kesiapan individu yang meliputi sikap dan kompetensi dalam pengambilan keputusan karir yang tepat dalam suatu rentang kehidupan sejak tahap eksplorasi sampai pada tahap kemunduran. Agar dapat memilih dan merencanakan karir dengan tepat, maka dibutuhkan kematangan karir, yaitu meliputi pengetahuan akan diri, pengetahuan tentang pekerjaan, kemampuan memilih pekerjaan, dan kemampuan merencanakan langkah-langkah menuju karir yang diharapkan (Crites, 1974). Herr dan Cramer (1984) mengemukakan kematangan karir sebagai konsep yang digunakan untuk menunjukkan tingkat perkembangan karir, yaitu tahap yang dicapai oleh individu dari tahap eksplorasi sampai tahap kemunduran. Selanjutya, Brooks (1990) mengungkapkan bahwa kematangan karir adalah kesiapan dari individu yang meliputi kognitif dan afektif untuk mengatasi tugas-tugas perkembangan yang dihadapkan kepadanya, 3

4 karena perkembangan biologis dan sosialnya serta harapan-harapan dari orang-orang dalam masyarakat yang telah mencapai tahapan perkembangan tersebut. Konsep kematangan karir oleh Crites (1974) yang meliputi sikap dan kompetensi dalam pengambilan keputusan karir sampai sekarang masih dianggap relevan (Hasan, 2006). Crites (1974) mengemukakan dua dimensi dalam kematangan karir yaitu sikap (afektif) dan kompetensi (kognitif) pilihan karir. Dimensi afektif terdiri dari lima aspek yakni keterlibatan dalam pengambilan keputusan, orientasi menuju kerja, konsep yang diperlukan dalam pengambilan keputusan, kemandirian dalam pengambilan keputusan, dan kesukaan terhadap jenis-jenis pekerjaan. Dimensi kognitif terdiri dari lima aspek, yakni pemecahan masalah, perencanaan, informasi pekerjaan, penilaian diri dan pilihan tujuan. Penelitian yang dilakukan oleh Patton, Watson & Creed (2004) mengungkapkan bahwa jenjang kelas pada sekolah menengah di Australia dan Afrika Selatan menunjukkan tingkat kematangan karir yang berbeda yang meliputi eksplorasi karir, perencanaan karir, pengetahuan dunia kerja dan pengambilan keputusan karir. Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh Hasan (2006) menyimpulkan bahwa pengaturan budaya, konsep diri, aspirasi pekerjaan dan jenis kelamin menjadi faktor penting dalam kematangan karir siswa sekolah menengah di India. Hal ini menunjukkan bahwa teori kematangan karir yang dikemukakan oleh Crites (1974) masih relevan untuk digunakan sebagai acuan pada masa sekarang. Partino (2005) mengungkapkan bahwa siswa kelas XI SMA dikatakan matang karirnya jika mereka mampu secara mandiri memilih jurusan ketika naik ke kelas XII berdasarkan kemampuan, bakat, minat dan peluang yang tersedia. Siswa kelas XII SMA dikatakan matang karirnya jika mereka telah siap memilih pendidikan lanjutan baik formal maupun non formal atau memasuki dunia kerja bagi yang tidak melanjutkan pendidikan. Kesiapan karir ditunjukkan oleh tingkat kesesuaian antara berbagai faktor, antara lain latar belakang ekonomi keluarga, aspirasi pendidikan lanjut, karakteristik pribadinya, peluang pekerjaan dan persyaratan kerja. Ciri-ciri siswa SMA yang matang karirnya adalah (Partino, 2005) : (a) pilihan karirnya relatif konsisten, (b) pilihan karirnya lebih realistik, (c) mampu melakukan pilihan karir yang tepat, dan (d) memiliki sikap yang positif dalam pilihan karir. Rendahnya kematangan karir dapat menyebabkan kesalahan dalam mengambil keputusan karir, termasuk kesalahan dalam menentukan jurusan pendidikan bagi siswa SMA. Kematangan karir dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor yang berasal dari dalam diri maupun faktor yang berasal dari luar. Berdasarkan hasil-hasil penelitian, faktor- 4

5 faktor penting yang mempengaruhi kematangan karir dapat di kelompokkan menjadi tiga golongan besar yakni (Naidoo, Bowman & Gerstein, 1998; Osipow, 1983; Partino, 2005) : 1. Faktor Biologis-geografis yang meliputi ; usia, jenis kelamin, dan etnik. 2. Faktor Psikologis yang meliputi ; bakat, kecerdasan, kepribadian, minat dan prestasi. 3. Faktor Sosio-ekonomis yang meliputi ; keluarga, sekolah dan dunia kerja. Beberapa sumber menyebutkan bahwa telah banyak intervensi yang dilakukan berkenaan dengan karir. Model intervensinya pun bervariasi di antaranya: konseling karir Individual (Sangganjanavanich & Magnuson, 2011), konseling karir kelompok (Austin, Wagner, & Dahl, 2004; Lestari, 2010), model portofolio (Dowd, 2010), klub karir dengan menggunakan penugasan secara individual (Wessel, Christian & Hoff, 2003), interview (Amundson, Borgen, Iaquinita, Butterfield, & Koert, 2010; Kuijpers & Scheerens, 2006), kelas kursus (Fouad, Cotter, & Kantamneni, 2009; Reese & Miller, 2006; Scoot & Ciani, 2008), workshop (Hirschi & Lage, 2007), dan intervensi dengan model pelatihan (Hoelscher, Hayward, Ertl, & Goddet, 2008; Jepsen, Dustin, & Miars, 1992; Krumboltz & Hamel, 2000; Kustanani, 2010; Mulyana, 2009; Notta & Soresi, 2003; Wang, Zhang, & Shao, 2010). Program-program tersebut terbukti cukup memberikan efek positif dalam merencanakan, memilih, dan menentukan karir (Brown & McPartland, 2005; Whitson & Buck, 2008). Intervensi berupa pelatihan secara berkelompok dianggap cukup efektif untuk dapat meningkatkan kematangan karir pada siswa. Proses pelatihan memungkinkan peserta dapat merasakan pengalaman positif; mengidentifikasikan dan mengeksplorasi kemampuan diri; membuat perencanaan; membangun pengetahuan rasional mengenai pilihan karir; serta belajar mengambil keputusan karir (Hoelscher et al., 2008; Krumboltz & Hamel, 2000; Teuscher, 2002; Wang et al., 2010). Oleh sebab itu dalam kesempatan ini peneliti memilih pelatihan perencanaan karir sebagai teknik intervensi untuk meningkatkan kematanga karir siswa kelas XII. Rancangan dalam pelatihan ini menggunakan perspektif kognitif social yang diungkapkan Bandura (1986). Dalam perspektif tersebut dijelaskan bahwa pembentukan perilaku individu digambarkan dalam bentuk interaksi timbal balik yang terus menerus antara determinan person (meliputi faktor kognitif dan faktor personal yang lain), behavior, dan environment, yang dikenal dengan istilah triadic reciprocality. Crites (1974) mengemukakan dua dimensi dalam kematangan karir yaitu sikap (afektif) dan kompetensi (kognitif) pilihan karir. Dimensi afektif terdiri dari lima aspek yakni keterlibatan dalam pengambilan keputusan, orientasi menuju kerja, konsep yang diperlukan dalam pengambilan keputusan, kemandirian 5

6 dalam pengambilan keputusan, dan kesukaan terhadap jenis-jenis pekerjaan. Dimensi kognitif terdiri dari lima aspek, yakni pemecahan masalah, perencanaan, informasi pekerjaan, penilaian diri dan pilihan tujuan. Dua dimensi kematangan karir yang meliputi afektif dan kognitif dalam perspektif sosial kognitif Bandura (1986) termasuk dalam person yang akan saling timbal balik dengan environment dan behavior. Berdasarkan pemaparan di atas maka faktor lingkungan juga penting untuk mendukung menstimulus untuk membentuk kematangan karir. Dengan demikian jika dikaitkan dengan teori kognitif sosial oleh Bandura meningkatnya kematangan karir dipengaruhi oleh person (kognitif dan afektif) yang berfungsi untuk menganalisis dan pengambilan keputusan, environment akan memberikan stimulus yang berfungsi untuk mendukung eksplorasi berbagai macam informasi yang dibutuhkan, dan akan terbentuk perilaku yaitu individu mencerminkan kematangan karir. Penyusunan modul dalam pelatihan ini mengacu pada teori perencanaan karir Jaffe dan Scott (dalam Kummerow, 1991). Dalam teori tersebut dijelaskan ada lima hal penting dalam membuat sebuah perencanaan karir, yaitu:. Menilai diri sendiri, mengeksplorasi peluang, menyusun rencana karir, melakukan tindakan dan mengevaluasi hasil. Berdasarkan teori tersebut maka disusunlah 5 sesi utama pelatihan yaitu (1) analisis diri (2) wawasan karir, (3) penetapan tujuan dan perencanaan karir, (4) rencana tindakan, (5) evaluasi. Untuk selanjutnya pelatihan ini diberi nama pelatihan PLANS yang merupakan akronim dari Perencanaan Lanjut Studi. Pada sesi analisis diri, peserta akan diajak untuk mengidentifikasi dirinya meliputi kelebihan, kekurangan, minat, sifat, impian dan cita-cita. Pada sesi wawasan karir, peserta akan diberi berbagai informasi program studi dan perguruan tinggi. Pada sesi penetapan tujuan dan perencanaan karir, peserta akan diajak untuk mengidentifikasi potensi-potensi apa saja yang dimiliki, kemampuan apa saja yang dibutuhkan pada pilihan program studi yang diminati peserta, dampak atau konsekuensi apa yang terjadi apabila peserta mengambil pilihan jurusan tertentu dan membuat perencanaan karir. Pada sesi rencana tindakan peserta akan mendetailkan rencana-rencana yang akan mereka lakukan setelah menetapkan tujuan. Pada sesi evaluasi peserta akan diajak untuk mengevaluasi pilihan dan rencana yang telah mereka buat, apakah sudah merasa puas atau belum. Selain itu agar peserta tetap fokus pada rencana tindakannya dan tetap semangat menjalaninya. Dengan hal ini diharapkan kematangan karir pada siswa kelas XI akan meningkat. Berikut merupakan kerangka pemikiran penelitian. 6

7 Permasalahan Siswa SMA : Kematangan karir siswa SMA masih rendah Intervensi : Pelatihan "PLANS" Terdiri dari 5 sesi utama 1.Analisis Diri 2. Wawasan karir 3. Penetapan tujuan dan Perencanaan karir 4. Rencana tindakan 5. evaluasi Hasil yang diharapkan : Kematangan karir siswa SMA meningkat Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelatihan PLANS dalam meningkatkan kematangan karir pada siswa lembaga bimbingan belajar N kelas XI. Lembaga bimbingan belajar di pilih sebagai tempat eksperimen dikarenakan karena berdasarkan hasil preliminary study ditemukan adanya permasalahan kematangan karir yang rendah pada siswa bimbingan belajar N. Di samping itu, variasi karakteristik siswa di bimbingan belajar N cukup banyak, dikarenakan para siswa pada bimbingan belajar N berasal dari berbagai sekolah baik yang fovorit maupun tidak. Dengan demikian, modul intervensi yang disusun peneliti akan dapat diuji pada kelompok peserta yang bervariatif, tidak hanya berasal satu sekolah saja. Harapannya, dengan adanya penelitian ini, permasalahan siswa berkenaan dengan karir pada lembaga bimbingan belajar N kelas XI dapat teratasi dan modul pelatihan perencanaan karir ini dapat digunakan untuk meningkatkan kematangan karir pada siswa kelas XI khususnya dan siswa SMA pada umumnya, baik di bimbangan belajar N maupun secara luas bagi siswa lain yang mengalami permasalahan serupa. Penelitian ini secara praktis dapat bermanfaat bagi siswa SMA untuk meningkatkan kematangan karirnya. Lebih jauh lagi, ketika modul pelatihan perencanaan karir terbukti dapat meningkatkan kamatangan karir maka bisa digunakan oleh Guru/Tentor di bimbingan belajar N untuk membantu siswa menemukan Pilihan Jurusan yang sesuai dengan minat dan kemampuan yang dimiliki siswa. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah pelatihan PLANS dapat meningkatkan kematangan karir pada siswa lembaga bimbingan belajar N kelas XI. METODE Identifikasi Variabel Penelitian 1. Variabel bebas adalah Pelatihan PLANS. Pelatihan PLANS yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pelatihan perencanaan karir yang disusun melalui pendekatan social cognitive. Perencanaan karir 7

mengarah pada persiapan memenuhi tuntutan dan peran sebagai orang dewasa (Santrock, 2002). Hurlock (2004) berpendapat bahwa remaja memiliki kebutuhan

mengarah pada persiapan memenuhi tuntutan dan peran sebagai orang dewasa (Santrock, 2002). Hurlock (2004) berpendapat bahwa remaja memiliki kebutuhan mengarah pada persiapan memenuhi tuntutan dan peran sebagai orang dewasa (Santrock, 2002). Hurlock (2004) berpendapat bahwa remaja memiliki kebutuhan -kebutuhan psikologis diantaranya adalah keinginan

Lebih terperinci

karir dengan eksplorasi dan mencari informasi karir yang diminati serta mulai

karir dengan eksplorasi dan mencari informasi karir yang diminati serta mulai 2 Masa remaja merupakan masa bagi individu untuk mulai membuat rencana karir dengan eksplorasi dan mencari informasi karir yang diminati serta mulai membuat keputusan karir (Bardick, Bernes, Magnusson,

Lebih terperinci

remaja memiliki kebutuhan-kebutuhan psikologis diantaranya adalah keinginan untuk studi serta mulai memikirkan masa depannya dengan lebih serius.

remaja memiliki kebutuhan-kebutuhan psikologis diantaranya adalah keinginan untuk studi serta mulai memikirkan masa depannya dengan lebih serius. I. Pendahuluan Remaja memiliki tugas-tugas perkembangan yang mengarah pada persiapan memenuhi tuntutan dan peran sebagai orang dewasa (Santrock, 2002). Hurlock (2004) menyatakan bahwa remaja memiliki kebutuhan-kebutuhan

Lebih terperinci

Pengaruh Program Pilihanku Untuk Meningkatkan Efikasi Diri. Dalam Keputusan Pemilihan Korps Karbol AAU

Pengaruh Program Pilihanku Untuk Meningkatkan Efikasi Diri. Dalam Keputusan Pemilihan Korps Karbol AAU Pengaruh Program Pilihanku Untuk Meningkatkan Efikasi Diri Dalam Keputusan Pemilihan Korps Karbol AAU The self-efficacy in deciding to choose the corps is low. This causes Karbol unable to take the decision

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah suatu masa bagi individu untuk mempersiapkan diri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah suatu masa bagi individu untuk mempersiapkan diri 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah suatu masa bagi individu untuk mempersiapkan diri guna memasuki masa dewasa. Remaja memiliki tugas-tugas perkembangan, salah satu tugas

Lebih terperinci

Pelatihan PLANS untuk Meningkatkan Efikasi Diri dalam Pengambilan Keputusan Karir

Pelatihan PLANS untuk Meningkatkan Efikasi Diri dalam Pengambilan Keputusan Karir GADJAH MADA JOURNAL OF PROFESSIONAL PSYCHOLOGY VOLUME 1, NO. 1, APRIL 2015: 1 17 ISSN: 2407-7801 Pelatihan PLANS untuk Meningkatkan Efikasi Diri dalam Pengambilan Keputusan Karir Difa Ardiyanti 1, Asmadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karier adalah bagian hidup yang berpengaruh pada kebahagiaan hidup manusia secara keseluruhan. Oleh karenanya ketepatan memilih serta menentukan keputusan karier

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Elsa Sylvia Rosa, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Elsa Sylvia Rosa, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Remaja, dalam hal ini pelajar dipandang sebagai generasi muda yang memegang peranan penting sebagai generasi penerus dalam pembangunan masyarakat, bangsa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa ketika pengambilan keputusan meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa ketika pengambilan keputusan meningkat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa ketika pengambilan keputusan meningkat. Keputusan-keputusan yang diambil remaja adalah keputusan mengenai masa depannya. Akan tetapi kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. remaja adalah memilih dan menyiapkan lapangan pekerjaan, dimana minat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. remaja adalah memilih dan menyiapkan lapangan pekerjaan, dimana minat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ali dan Asrori (2004) mengemukakan bahwa salah satu tugas perkembangan remaja adalah memilih dan menyiapkan lapangan pekerjaan, dimana minat utamanya tertuju pada pemilihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cita-cita bangsa Indonesia yang disebutkan dalam Pembukaan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. remaja. Pertanyaan Apa yang akan kulakukan? dan Aku akan jadi apa? sering

BAB I PENDAHULUAN. remaja. Pertanyaan Apa yang akan kulakukan? dan Aku akan jadi apa? sering BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perencanaan karir adalah salah satu aspek dalam pencarian identitas pada remaja. Pertanyaan Apa yang akan kulakukan? dan Aku akan jadi apa? sering muncul pada remaja.

Lebih terperinci

2013 PROGRAM BIMBINGAN KARIR BERDASARKAN PROFIL PEMBUATAN KEPUTUSAN KARIR SISWA

2013 PROGRAM BIMBINGAN KARIR BERDASARKAN PROFIL PEMBUATAN KEPUTUSAN KARIR SISWA 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang bertujuan mengembangkan kepribadian dan kemampuan siswa. Sekolah juga sebagai salah satu wadah untuk mewujudkan pembentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dewasa yang sehat, di mana pun dan kapan pun mereka berada. Karir dipandang

BAB I PENDAHULUAN. dewasa yang sehat, di mana pun dan kapan pun mereka berada. Karir dipandang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karir merupakan salah satu aspek terpenting dalam kehidupan manusia dewasa yang sehat, di mana pun dan kapan pun mereka berada. Karir dipandang sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan kata lain SMK dapat menghasilkan lulusan yang siap kerja.

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan kata lain SMK dapat menghasilkan lulusan yang siap kerja. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah menengah kejuruan (SMK) merupakan salah satu jenjang pendidikan yang bisa ditempuh oleh siswa yang telah menyelesaikan pendidikannya di Sekolah Menengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Deasy Yunika Khairun, Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa

BAB I PENDAHULUAN. Deasy Yunika Khairun, Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan proses yang esensial untuk mencapai tujuan dan cita-cita individu. Pendidikan secara filosofis merupakan proses yang melibatkan berbagai

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iv DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR BAGAN... xi DAFTAR GRAFIK...

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iv DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR BAGAN... xi DAFTAR GRAFIK... DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iv DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR BAGAN... xi DAFTAR GRAFIK... xii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian... 1 B.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB II LANDASAN TEORITIS A. KEMATANGAN KARIR 1. Pengertian Kematangan Karir Crites (dalam Salami, 2008) menyatakan bahwa kematangan karir sebagai sejauh mana individu dapat menguasai tugas-tugas perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan. dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan. dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang diselenggarakan di dalamnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses pemenuhan tugas perkembangan tersebut, banyak remaja yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses pemenuhan tugas perkembangan tersebut, banyak remaja yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan salah satu fase perkembangan dari kehidupan individu. Pada fase ini terdapat sejumlah tugas perkembangan yang harus dilalui, untuk menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi suatu bangsa. Artinya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi suatu bangsa. Artinya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kualitas tenaga kerja merupakan faktor utama yang mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi suatu bangsa. Artinya bahwa kualitas sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB I PE DAHULUA. Siswa sebagai generasi penerus bangsa dituntut untuk bisa mandiri, dewasa, dan juga

BAB I PE DAHULUA. Siswa sebagai generasi penerus bangsa dituntut untuk bisa mandiri, dewasa, dan juga BAB I PE DAHULUA 1.1. Latar Belakang Masalah Siswa sebagai generasi penerus bangsa dituntut untuk bisa mandiri, dewasa, dan juga berprestasi maka setiap siswa diharapkan untuk mempersiapkan diri agar dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) termasuk individu-individu yang

BAB I PENDAHULUAN. Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) termasuk individu-individu yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) termasuk individu-individu yang memasuki masa remaja madya yang berusia 15-18 tahun. Masa remaja merupakan suatu periode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karir merupakan salah satu aspek terpenting dalam kehidupan manusia, di

BAB I PENDAHULUAN. Karir merupakan salah satu aspek terpenting dalam kehidupan manusia, di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Karir merupakan salah satu aspek terpenting dalam kehidupan manusia, di mana pun dan kapan pun individu berada. Penelitian Levinson (1985) menunjukkan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berakhirnya suatu pendidikan formal, diharapkan seseorang dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berakhirnya suatu pendidikan formal, diharapkan seseorang dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berakhirnya suatu pendidikan formal, diharapkan seseorang dapat memasuki dunia kerja, demikian halnya dengan pendidikan di SMA. Kurikulum SMA dirancang untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan efisiensi, bersikap mental dan berwawasan (Wiratno, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. dan efisiensi, bersikap mental dan berwawasan (Wiratno, 2008). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengembangan sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu isue dalam menghadapi era globalisasi, baik persiapan jangka pendek sesuai AFTA 2003 maupun persiapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyerukan kepada seluruh bangsa di dunia bahwa jika ingin membangun dan

BAB I PENDAHULUAN. menyerukan kepada seluruh bangsa di dunia bahwa jika ingin membangun dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di zaman yang semakin maju dan berkembang, pendidikan menjadi salah satu faktor kesuksesan. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang menentukan pekerjaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karir berpengaruh pada kebahagiaan hidup manusia secara keseluruhan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karir berpengaruh pada kebahagiaan hidup manusia secara keseluruhan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karir berpengaruh pada kebahagiaan hidup manusia secara keseluruhan. Oleh karenanya ketepatan memilih serta menentukan keputusan karir menjadi titik penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karir merupakan bagian dari kehidupan setiap orang. Bahkan karir bagi

BAB I PENDAHULUAN. Karir merupakan bagian dari kehidupan setiap orang. Bahkan karir bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karir merupakan bagian dari kehidupan setiap orang. Bahkan karir bagi sebagian orang dianggap sebagai status yang dapat menghidupkan atau mematikan seseorang. Karir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan manusia yang paling unik, penuh dinamika, sekaligus penuh dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan manusia yang paling unik, penuh dinamika, sekaligus penuh dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan salah satu tahap perkembangan sepanjang rentang kehidupan manusia yang paling unik, penuh dinamika, sekaligus penuh dengan tantangan dan

Lebih terperinci

2014 EFEKTIVITAS KONSELING KARIR TRAIT AND FACTOR UNTUK MEREDUKSI KESULITAN MEMBUAT KEPUTUSAN KARIR PESERTA DIDIK

2014 EFEKTIVITAS KONSELING KARIR TRAIT AND FACTOR UNTUK MEREDUKSI KESULITAN MEMBUAT KEPUTUSAN KARIR PESERTA DIDIK BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembuatan keputusan karir dapat mengakibatkan seseorang mengalami gejala depresi (Walker & Gary, 2012). Gejala depresi muncul akibat disfunctional pemikiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Pada masa Remaja terkadang mereka masih belum memikirkan tentang masa depan mereka

Lebih terperinci

PELATIHAN PERENCANAAN KARIER DALAM MENINGKATKAN KEMATANGAN KARIR PADA SISWA SMK. Titin Chomariah Sukarti, Sumedi P.

PELATIHAN PERENCANAAN KARIER DALAM MENINGKATKAN KEMATANGAN KARIR PADA SISWA SMK. Titin Chomariah Sukarti, Sumedi P. 1 PELATIHAN PERENCANAAN KARIER DALAM MENINGKATKAN KEMATANGAN KARIR PADA SISWA SMK Titin Chomariah Sukarti, Sumedi P. Nugraha INTI SARI Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap pengaruh pelatihan perencanaan

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Ball, B. (1997). Assessing your career: time for change. Yogyakarta: Kanisius.

DAFTAR PUSTAKA. Ball, B. (1997). Assessing your career: time for change. Yogyakarta: Kanisius. 49 DAFTAR PUSTAKA Ardiyanti, D. (2014). Pelatihan PLANS untuk meningkatkan efikasi diri dalam pengambilan keputusan karir pada siswa SMA. Tesis. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM. Argyropoulou, E.P.,

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang. Masa pra-dewasa merupakan periode penting untuk merencanakan dan

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang. Masa pra-dewasa merupakan periode penting untuk merencanakan dan BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masa pra-dewasa merupakan periode penting untuk merencanakan dan menentukan masa depan seseorang (Code & Bernes, 2006; Germeijs & De Boeck, 2002; Santrock, 2011; Tien,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap hari, di seluruh dunia, jutaan orang harus bekerja atau sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap hari, di seluruh dunia, jutaan orang harus bekerja atau sekolah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap hari, di seluruh dunia, jutaan orang harus bekerja atau sekolah. Beberapa diantaranya mungkin merasa sangat bersemangat dengan pekerjaannya dan selalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di jaman yang semakin maju, pendidikan menjadi salah satu faktor

BAB I PENDAHULUAN. Di jaman yang semakin maju, pendidikan menjadi salah satu faktor BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Di jaman yang semakin maju, pendidikan menjadi salah satu faktor kesuksesan. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang menentukan pekerjaan dan karier yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia sedang memasuki zaman informasi, bangsa-bangsa yang belum maju ada

BAB I PENDAHULUAN. Dunia sedang memasuki zaman informasi, bangsa-bangsa yang belum maju ada 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG DAN MASALAH 1. Latar Belakang Perkembangan ekonomi, sosial, budaya masyarakat dewasa ini semakin pesat. Dunia sedang memasuki zaman informasi, bangsa-bangsa yang belum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi, telah berdampak kepada munculnya bidang-bidang

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi, telah berdampak kepada munculnya bidang-bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penulisan Era globalisasi yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, telah berdampak kepada munculnya bidang-bidang baru dalam dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tugas perkembangannya di periode tersebut maka ia akan bahagia, namun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tugas perkembangannya di periode tersebut maka ia akan bahagia, namun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa. Ada beberapa tugas perkembangan yang harus dilakukan seorang remaja. Menurut Havighurst (dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Body Image 1. Pengertian Body image adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada tahun-tahun terakhir terjadi perubahan yang semakin pesat dalam berbagai sektor kehidupan. Perubahan tersebut terjadi sebagai dampak dari kemajuan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. remaja yaitu, terkait dengan pemilihan jurusan kuliah di Perguruan Tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. remaja yaitu, terkait dengan pemilihan jurusan kuliah di Perguruan Tinggi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karir merupakan sesuatu yang penting dalam kehidupan dewasa, oleh karena itu perlu adanya persiapan saat seseorang berada pada usia remaja yaitu, terkait dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai sektor kehidupan semakin pesat, sebagai dampak dari faktor kemajuan di bidang teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karier merupakan salah satu komponen paling penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Karier merupakan salah satu komponen paling penting dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Karier merupakan salah satu komponen paling penting dalam kehidupan seorang manusia. Karier juga dapat menjadi penentu kebahagiaan seseorang, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Muhibbu Abivian, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian  Muhibbu Abivian, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi pada saat ini selain menimbulkan kemudahan dalam berinteraksi, juga berdampak pula terhadap perubahan perilaku

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMATANGAN KARIER SISWA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK. Lutiyem SMP Negeri 5 Adiwerna, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah

PENINGKATAN KEMATANGAN KARIER SISWA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK. Lutiyem SMP Negeri 5 Adiwerna, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah Jurnal Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling Vol. 2, No. 2, Mei 2016 ISSN 2442-9775 PENINGKATAN KEMATANGAN KARIER SISWA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK Lutiyem SMP Negeri 5 Adiwerna, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia melakukan kegiatan sehari-hari sebagai cara untuk memenuhi kebutuhannya dan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia melakukan kegiatan sehari-hari sebagai cara untuk memenuhi kebutuhannya dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia melakukan kegiatan sehari-hari sebagai cara untuk memenuhi kebutuhannya dan kegiatan sehari-hari ini merupakan manifestasi karier seseorang. Sungkawaningsih

Lebih terperinci

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB II. Tinjauan Pustaka BAB II Tinjauan Pustaka Dalam bab ini peneliti akan membahas tentang tinjauan pustaka, dimana dalam bab ini peneliti akan menjelaskan lebih dalam mengenai body image dan harga diri sesuai dengan teori-teori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia mendominasi sekitar 41,8% dari total jumlah penduduk (bps.go.id, 2016).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia mendominasi sekitar 41,8% dari total jumlah penduduk (bps.go.id, 2016). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Populasi di Indonesia pada tahun 2010 mencapai angka lebih dari 237 juta jiwa dan 99,49 juta terdiri dari usia 15-19 tahun yang artinya penduduk usia remaja

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah Menengah Atas (SMA) kelas XI merupakan masa usia seseorang di sebut remaja. Pikunas (1976) menyatakan bahwa masa remaja merupakan salah satu tahap perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian No.Daftar : 056/S/PPB/2012 Desi nur hidayati,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian No.Daftar : 056/S/PPB/2012 Desi nur hidayati,2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi yang semakin berkembang, perlu dipersiapkan sumber daya manusia yang semakin kompeten dan berkualitas yang mampu menghadapi tantangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hakekatnya merupakan segala situasi hidup yang mempengaruhi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. hakekatnya merupakan segala situasi hidup yang mempengaruhi perkembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peran yang sangat strategis bagi perkembangan dan perwujudan diri individu, pembangunan bangsa dan negara. Pendidikan pada hakekatnya merupakan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab V ini dipaparkan hal-hal yang berkenaan dengan simpulan dan rekomendasi penelitian. Simpulan penelitian dikemukakan secara sistematis sesuai dengan pertanyaan penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Memasuki Abad 21, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Memasuki Abad 21, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki Abad 21, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin maju serta terbukanya pasar global akan menstimulus kita untuk selalu meningkatkan

Lebih terperinci

TUGAS PERKEMBANGAN SISWA VISI DAN MISI BIMBINGAN KONSELING

TUGAS PERKEMBANGAN SISWA VISI DAN MISI BIMBINGAN KONSELING TUGAS PERKEMBANGAN SISWA 1. Mencapai kematangan dalam beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa 2. Mencapai kematangan pertumbuhan jasmani dan rohani yang sehat 3. Mencapai kematangan dalam hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDUHULUAN. masa depan bangsa, seperti tercantum dalam Undang-Undang RI. No 20 Tahun

BAB I PENDUHULUAN. masa depan bangsa, seperti tercantum dalam Undang-Undang RI. No 20 Tahun BAB I PENDUHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan mempunyai peranan sangat penting dalam menentukan masa depan bangsa, seperti tercantum dalam Undang-Undang RI. No 20 Tahun 2003 tentang sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berkenaan dengan tahap-tahap perkembangan, Papalia (Pinasti,2011,

BAB I PENDAHULUAN. Berkenaan dengan tahap-tahap perkembangan, Papalia (Pinasti,2011, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa ini peran, tugas, dan tanggung jawab mahasiswa bukan hanya sekedar untuk mencapai keberhasilan dalam bidang akademik saja, namun juga mahasiswa mampu

Lebih terperinci

2016 PROFIL ASPIRASI KARIR PESERTA DIDIK BERDASARKAN STATUS SOSIAL EKONOMI DAN GENDER:

2016 PROFIL ASPIRASI KARIR PESERTA DIDIK BERDASARKAN STATUS SOSIAL EKONOMI DAN GENDER: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan karir merupakan salah satu aspek perkembangan individu yang bersifat sangat kompleks karena mengandung penggabungan dari banyak faktor dan bercirikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi dan semakin terbukanya pasar dunia, Indonesia dihadapkan pada persaingan yang semakin luas dan berat. Ketidakmampuan dalam meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terpenting dalam kehidupan manusia yang sehat, di manapun dan kapanpun mereka berada.

BAB I PENDAHULUAN. terpenting dalam kehidupan manusia yang sehat, di manapun dan kapanpun mereka berada. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memperoleh pekerjaan yang layak dan sesuai harapan, merupakan salah satu aspek terpenting dalam kehidupan manusia yang sehat, di manapun dan kapanpun mereka berada.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang harus dilalui yang dimulai sejak lahir sampai meninggal.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang harus dilalui yang dimulai sejak lahir sampai meninggal. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam rentang kehidupan manusia, terdapat tahap-tahap perkembangan yang harus dilalui yang dimulai sejak lahir sampai meninggal. Masa remaja merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang perekonomian, perindustrian, dan pendidikan. yang diambil seseorang sangat erat kaitannya dengan pekerjaan nantinya.

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang perekonomian, perindustrian, dan pendidikan. yang diambil seseorang sangat erat kaitannya dengan pekerjaan nantinya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, pertumbuhan penduduk di Indonesia semakin bertambah, teknologi semakin canggih, serta ilmu pengetahuan semakin berkembang. Seiring dengan perkembangan

Lebih terperinci

diri yang memahami perannya dalam masyarakat. Mengenal lingkungan lingkungan budaya dengan nilai-nilai dan norma, maupun lingkungan fisik

diri yang memahami perannya dalam masyarakat. Mengenal lingkungan lingkungan budaya dengan nilai-nilai dan norma, maupun lingkungan fisik 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap manusia adalah unik, dan peserta didik yang memasuki masa remaja harus dapat menyadari hal tersebut. Melalui layanan bimbingan konseling disekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar 17 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya dan dengan demikian akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mutia Faulia, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mutia Faulia, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi atau peralihan perkembangan dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Remaja sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu. Dalam bekerja, seseorang dituntut untuk melaksanakannya

BAB I PENDAHULUAN. individu. Dalam bekerja, seseorang dituntut untuk melaksanakannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bekerja untuk memenuhi kebutuhan adalah hal penting yang dilakukan individu. Dalam bekerja, seseorang dituntut untuk melaksanakannya semaksimal mungkin. Mungkin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja tidak dapat dikatakan sebagai anak-anak dan belum termasuk pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja tidak dapat dikatakan sebagai anak-anak dan belum termasuk pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja tidak dapat dikatakan sebagai anak-anak dan belum termasuk pada kategori orang dewasa. Masa remaja merupakan tahap perkembangan kehidupan yang dilalui setelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang semakin pesat memberikan pengaruh kepada manusia dalam kehidupannya. Manusia mengalami perkembangan bertahap dalam kehidupannya, termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Individu disadari atau tidak harus menjalani tuntutan perkembangan.

BAB I PENDAHULUAN. Individu disadari atau tidak harus menjalani tuntutan perkembangan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Individu disadari atau tidak harus menjalani tuntutan perkembangan. Individu senantiasa akan menjalani empat tahapan perkembangan, yaitu masa kanak-kanak, masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan adalah serangkaian proses progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman (Hurlock, 1980: 2). Manusia selalu dinamis

Lebih terperinci

Perkembangan Sepanjang Hayat

Perkembangan Sepanjang Hayat Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Remaja dalam Aspek Psikososial Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Memahami Masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa SMA merupakan masa ketika remaja mulai memikirkan dan

BAB I PENDAHULUAN. Masa SMA merupakan masa ketika remaja mulai memikirkan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa SMA merupakan masa ketika remaja mulai memikirkan dan memutuskan tentang masa depannya baik mengenai jurusan yang akan diambil di sekolahnya (IPA atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tahun. Menurut Erickson masa remaja merupakan masa berkembangnya identity.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tahun. Menurut Erickson masa remaja merupakan masa berkembangnya identity. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Siswa SMA tergolong ke anak remaja yang memiliki rentang usia 15-18 tahun. Menurut Erickson masa remaja merupakan masa berkembangnya identity. Identitas diri ini mencakup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Layanan bimbingan pada dasarnya upaya peserta didik termasuk remaja untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi termasuk masalah penerimaan diri. Bimbingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja cenderung mengalami kesulitan dalam mengambil keputusan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja cenderung mengalami kesulitan dalam mengambil keputusan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja cenderung mengalami kesulitan dalam mengambil keputusan ketika memilih jurusan. Pengambilan keputusan akan dilalui oleh setiap individu dalam memilih jurusan.

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KEMATANGAN KARIR MELALUI METODE CAREER PORTFOLIO PADA SISWA KELAS X MIA 1 DI SMA N 1 BOYOLALI SKRIPSI

UPAYA PENINGKATAN KEMATANGAN KARIR MELALUI METODE CAREER PORTFOLIO PADA SISWA KELAS X MIA 1 DI SMA N 1 BOYOLALI SKRIPSI UPAYA PENINGKATAN KEMATANGAN KARIR MELALUI METODE CAREER PORTFOLIO PADA SISWA KELAS X MIA 1 DI SMA N 1 BOYOLALI SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kematangan karir. psikologi konseling dan karir bernama Donald Edwin Super. Dalam bahasa inggris istilah kematangan karir

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kematangan karir. psikologi konseling dan karir bernama Donald Edwin Super. Dalam bahasa inggris istilah kematangan karir 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Kematangan Karir A. Kematangan Karir Kematangan karir merupakan konstruk psikologis yang mengalami banyak perkembangan. Konstruk ini pertama kali di ungkapkan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejalan dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejalan dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi pembangunan manusia merupakan kekuatan yang akan berperan sebagai kunci pembuka sebagai terwujudnya masa depan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus bangsa diharapkan dapat meneruskan pembangunan di Indonesia. Upaya yang dapat dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanpa terkecuali dituntut untuk meningkatkan sumber daya manusia yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. tanpa terkecuali dituntut untuk meningkatkan sumber daya manusia yang ada. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi dan modernisasi, banyak terjadi perubahanperubahan dalam berbagai sisi kehidupan yang mengharuskan setiap manusia tanpa terkecuali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar belakang dari penelitian ini yaitu permasalahan yang dihadapi

BAB I PENDAHULUAN. Latar belakang dari penelitian ini yaitu permasalahan yang dihadapi 1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Latar belakang dari penelitian ini yaitu permasalahan yang dihadapi siswa SMP dalam memutuskan untuk memasuki jenjang pendidikan selanjutnya. Misalnya seorang siswa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengembangan sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengembangan sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengembangan sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu isue dalam rangka menghadapi era globalisasi, baik persiapan jangka pendek sesuai AFTA 2003 maupun persiapan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kematangan Vokasional 1. Definisi Kematangan Vokasional Dali Gulo (1982) mengemukakan bahwa kematangan adalah proses atau pertumbuhan dan perkembangan fisik yang disertai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI 130 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Pada bab ini dipaparkan simpulan, implikasi, dan rekomendasi yang diharapkan menjadi masukan dalam pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling. A. Simpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap negara di dunia telah memasuki awal era globalisasi, dimana

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap negara di dunia telah memasuki awal era globalisasi, dimana 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap negara di dunia telah memasuki awal era globalisasi, dimana manusia menghadapi tantangan dalam berkembang pesatnya globalisasi. Indonesia sebagai salah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. harus dimulai dari pengertian karir itu sendiri. Karir adalah sebagai suatu

BAB II KAJIAN TEORI. harus dimulai dari pengertian karir itu sendiri. Karir adalah sebagai suatu 9 BAB II KAJIAN TEORI A. Orientasi Karir 1. Definisi Orientasi Karir Menurut Super (dalam Sukardi, 1989) memahami orientasi karir harus dimulai dari pengertian karir itu sendiri. Karir adalah sebagai suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu mempunyai kepribadian yang berbeda-beda. Menurut Hurlock

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu mempunyai kepribadian yang berbeda-beda. Menurut Hurlock BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap individu mempunyai kepribadian yang berbeda-beda. Menurut Hurlock (1978) mengemukakan konsep diri adalah gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah [Type text] Pendidikan adalah faktor utama dalam menentukan tingkat kemajuan suatu bangsa, baik atau buruknya masa depan bangsa ditentukan oleh pendidikan saat

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Penelitian ini mendapatkan konsep awal tentang anti-materialisme

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Penelitian ini mendapatkan konsep awal tentang anti-materialisme BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Penelitian ini mendapatkan konsep awal tentang anti-materialisme berdasarkan eksplorasi terhadap sikap hidup orang-orang yang memandang diri mereka sebagai tidak materialistis.

Lebih terperinci

Interview dilakukan dengan guru BK (Bimbingan Konseling) kelas XII dan guru BKK (Bursa Kerja Khusus) di SMK tersebut. Hasilnya didapatkan informasi

Interview dilakukan dengan guru BK (Bimbingan Konseling) kelas XII dan guru BKK (Bursa Kerja Khusus) di SMK tersebut. Hasilnya didapatkan informasi Pendahuluan Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dirancang untuk menyiapkan siswanya mampu bekerja setelah lulus sekolah. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) menurut pasal 15 UU No.20 tahun 2003 mempersiapkan

Lebih terperinci

Kata Kunci : Layanan Informasi Karir, Pemilihan Karir

Kata Kunci : Layanan Informasi Karir, Pemilihan Karir PENGARUH LAYANAN INFORMASI KARIR TERHADAP PEMILIHAN KARIR (CAREER CHOICE) PADA SISWA KELAS XI SMK NEGERI 1 WONOSEGORO TAHUN PELAJARAN 2015-2016 Oleh : Ahmad Roni. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting bagi kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting bagi kehidupan seseorang. Kualitas kehidupan seseorang dapat ditingkatkan melalui pendidikan. Demikian pentingnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. istilah remaja atau adolenscence, berasal dari bahasa latin adolescere yang

I. PENDAHULUAN. istilah remaja atau adolenscence, berasal dari bahasa latin adolescere yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam perkembangan manusia, masa remaja merupakan salah satu tahapan perkembangan dimana seorang individu mengalami perubahan baik emosi, tubuh, minat, pola perilaku, dan

Lebih terperinci

GAMBARAN PERENCANAAN KARIR PADA SISWA KELAS XI DI SMA ISLAM DARUSSALAM BEKASI SELATAN

GAMBARAN PERENCANAAN KARIR PADA SISWA KELAS XI DI SMA ISLAM DARUSSALAM BEKASI SELATAN Gambaran Perencanaan Karir Pada Siswa Kelas XI di SMA Islam Darussalam Bekasi Selatan 13 GAMBARAN PERENCANAAN KARIR PADA SISWA KELAS XI DI SMA ISLAM DARUSSALAM BEKASI SELATAN Arina Khoirun Nisa 1 Dra.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi, telah berdampak kepada munculnya bidang-bidang baru dalam dunia

BAB I PENDAHULUAN. teknologi, telah berdampak kepada munculnya bidang-bidang baru dalam dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi yang ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, telah berdampak kepada munculnya bidang-bidang baru dalam dunia pekerjaan. Bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. usia 18 hingga 25 tahun (Santrock, 2010). Pada tahap perkembangan ini, individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. usia 18 hingga 25 tahun (Santrock, 2010). Pada tahap perkembangan ini, individu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seorang individu dapat dikatakan menginjak masa dewasa awal ketika mencapai usia 18 hingga 25 tahun (Santrock, 2010). Pada tahap perkembangan ini, individu mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rentangan usia remaja. Pada jenjang ini, remaja berada pada masa untuk

BAB I PENDAHULUAN. rentangan usia remaja. Pada jenjang ini, remaja berada pada masa untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Siswa Sekolah Menengah Atas adalah siswa yang berada pada rentangan usia remaja. Pada jenjang ini, remaja berada pada masa untuk memasuki dunia pendidikan tinggi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang ada dikalangan remaja yang berada pada lingkungan sekolah

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang ada dikalangan remaja yang berada pada lingkungan sekolah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan yang ada dikalangan remaja yang berada pada lingkungan sekolah khususnya SMA sangatlah kompleks. Hal ini disebabkan karena kondisi remaja itu sendiri

Lebih terperinci