BAB II LANDASAN TEORI. Konsep tentang Locus of control (pusat kendali) pertama kali

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI. Konsep tentang Locus of control (pusat kendali) pertama kali"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI A. Internal Locus Of Control 1. Definisi Internal Locus of Control Locus of control adalah tingkat di mana individu yakin bahwa mereka adalah penentu nasib mereka sendiri (Robbins et al., 2007). Konsep tentang Locus of control (pusat kendali) pertama kali dikemukakan oleh Rotter (1966), seorang ahli teori pembelajaran sosial. Locus of control merupakan salah satu variabel kepribadian (personility), yang didefinisikan sebagai keyakinan individu terhadap mampu tidaknya mengontrol nasib (destiny) sendiri (Schultz, 2011). Locus dalam kamus psikologi makna umumnya adalah suatu tempat, titik, wilayah, bidang atau arena tertentu. Sedangkan control bermakna kendali yang menganggap salah satu tujuan dasar psikologi mengontrol/ mengendalikan perilaku. Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa menurut kamus psikologi locus of control adalah istilah umum dalam psikologi sosial yang digunakan untuk mengacu pada sumber kontrol perilaku seseorang (Raber, 2010). Aspek utama sistem Rotter (1966) adalah kepercayaan kita tentang sumber kontrol penguatan diri. Seseorang memperlihatkan bahwa terdapat perbedaan-perbedaan individual dalam persepsi kejadian tertentu selama penguatan. Riset Rotter menunjukkan bahwa beberapa orang percaya

2 penguatan adalah bergantung pada perilakunya sendiri, dan beberapa orang lainnya beranggapan bahwa penguatan dikontrol oleh kekuatankekuatan luar (Schultz, 2011). Maka berdasarkan hasil riset Rotter tersebut Locus of control terbagi menjadi dua dimensi yaitu internal locus of control dan external locus of control. a. Internal locus of control adalah individu-individu yang yakin bahwa mereka merupakan pemegang kendali atas apa yang terjadi pada diri mereka (Robbins et al., 2007). Jadi Orang yang cenderung memiliki internal locus of control lebih berorientasi pada keberhasilan karena mereka menganggap perilaku mereka dapat menghasilkan efek positif dan juga mereka lebih cenderung tergolong ke dalam high-achiever (Feist,2009). b. External locus of control adalah individu-individu yang yakin bahwa apapun yang terjadi pada diri mereka dikendalikan oleh kekuatankekuatan luar seperti keberuntungan dan kesempatan (Robbins et al., 2007). Orang-orang orientasi-eksternal, atau yang cenderung memiliki external locus of control, berpikir bahwa penerimaannya atas penguatan berada di tangan orang lain, baik takdir atau keberuntungan, orang-orang orientasi-eksternal merasa yakin bahwa mereka tidaklah begitu berdaya berhubungan dengan kekuatankekuatan luar tersebut (Schultz, 2011). Locus of control akan memiliki pengaruh besar pada perilaku. Orang-orang yang cenderung memiliki external locus of

3 control percaya bahwa perilaku atau kemampuannya sendiri tidak akan membuat perbedaan apapun dalam penguatan yang mereka terima, tidak akan melihat nilai dalam melakukan usaha untuk memperbaiki situasinya. Mereka memiliki kepercayaan kecil tentang kemungkinan pengontrolan kehidupannya sendiri di masa sekarang dan akan datang. Sedangkan orang-orang yang terorientasi secara internal percaya bahwa mereka cenderung memiliki kontrol yang kuat atas kehidupannya sendiri. Mereka menunjukkan usaha pada tingkat tinggi dan menempatkan nilai yang lebih tinggi dalam skill dan prestasi personalnya. Selain itu, orang-orang yang memiliki internal locus of control lebih siap untuk mengambil tanggung jawab terhadap tindakan-tindakannya daripada orang-orang dengan external locus of control (Schultz, 2011). 2. Karakteristik Internal dan External Locus of Control Rotter (1966) dalam schunk (2012) menjelaskan bahwa internal locus of control dan external mewakili dua ujung kontinum, bukan secara terpisah. Tidak satu pun individu yang benar-benar internal ataupun eksternal, melainkan berupa kecenderungan. Oleh karena itu tidak terdapat aspek yang benar-benar menyatakan internal locus of control ataupun external, melainkan secara keseluruhan yakni aspek locus of control. Aspek locus of control yang terdiri dari item-item yang berjumlah seimbang, mampu menggolongkan individu untuk lebih cenderung pada

4 tipe internal ataupun tipe eksternal. Setiap dimensi locus of control mempunyai karakteristik yang khas. Perbedaan karateristik antara internal locus of control dengan external locus of control sebagai berikut : a. Internal locus of control memiliki ciri-ciri, yaitu: 1) Suka bekerja keras. 2) Memiliki inisiatif yang tinggi. 3) Selalu berusaha untuk menemukan pemecahan masalah. 4) Selalu mencoba untuk berpikir seefektif mungkin. 5) Selalu mempunyai persepsi bahwa usaha harus dilakukan jika ingin berhasil. b. External locus of Control memiliki ciri-ciri, yaitu: 1) Kurang memiliki inisiatif. 2) Mempunyai harapan bahwa ada sedikit korelasi antara usaha dan kesuksesan. 3) Kurang suka berusaha, karena mereka percaya bahwa faktor luarlah yang mengontrol. 4) Kurang mencari informasi untuk memecahkan masalah. 3. Pengaruh dari Karakteristik Internal dan External Locus of Control Terhadap Perilaku Terdapat perbedaan karakteristik antara internal locus of control dengan external locus of control ini akan memunculkan pengaruh yang berbeda pada tingkah laku. Pada individu yang cenderung memiliki internal locus of control, faktor kemampuan dan usaha terlihat dominan.

5 Oleh karena itu, apabila individu dengan internal locus of control mengalami kagagalan, maka mereka akan menyalahkan dirinya sendiri karena kurangnya usaha yang dilakukan. Begitu pula dengan keberhasilan, mereka akan merasa bangga atas hasil usahanya. Hal ini akan membawa pengaruh terhadap tindakan selanjutnya pada masa yang akan datang, yakni mereka yakin akan mencapai keberhasilan apabila berusaha keras dengan segala kemampuannya. Jadi kesimpulannya orang-orang yang cenderung memiliki internal locus of control memiliki kewenangan penuh atas hidup mereka (Schultz, 2011). Sedangkan individu yang cenderung memiliki external locus of control melihat keberhasilan dan kegagalan dari faktor kesukaran dan nasib, kemampuan dan tindakan mereka sendiri tidak banyak berpengaruh terhadap penguat yang mereka terima. Ketika merasa yakin bahwa mereka tak berdaya berhadapan dengan kekuatan- kekuatan dari luar, mereka akan memberikan usaha minimal untuk mengubah atau memperbaiki situasi mereka (Schultz, 2011). Oleh karena itu, apabila mereka mengalami kegagalan, maka mereka cenderung menyalahkan lingkungan sekitar yang menjadi penyebabnya. Hal tersebut tentunya berpengaruh terhadap tindakan di masa datang. Mereka merasa tidak mampu atas usahanya sehingga mereka tidak mempunyai harapan untuk memperbaiki kegagalan tersebut (Robbins et al., 2007).

6 4. Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Internal Locus of Control Pharse dalam Schunk (2012) berpendapat bahwa terdapat beberapa faktor yang memengaruhi terbentuknya locus of control, antara lain: a. Faktor keluarga Keluarga merupakan tempat pertama bagi anak untuk bersosialisasi. Kedekatan dan pola asuh orang tua terhadap anak akan memengaruhi pembentukan kepribadian anak. Sikap orang tua yang memberi dukungan, kebebasan, dan lebih demokratis terhadap anak akan membentuk kepribadian anak cenderung ke arah internal locus of control. b. Faktor sosial Setiap individu dalam kehidupan bermasyarakat memiliki status sosial ekonomi yang berbeda-beda. Individu yang berasal dari status sosial ekonomi menengh ke atas cenderung memiliki kepribadian internal locus of control. Hal tersebut disebabkan dengan status sosial menengah ke atas lebih percaya diri dalam melakukakn kontrol atas hidupnya. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi internal locus of control adalah faktor keluarga dan sosial. c. Faktor Gender Berbagai penelitian telah melaporkan adanya perbedaan internal locus of control dan external locus of control pada pria dan wanita. Pharse (1984) Menyebutkan bahwa antara subjek pria dan wanita, diperoleh

7 B. Hasil Belajar hasil yang berbeda. Pada pria cenderung pada internal locus of control sedangkan pada wanita cenderung pada external locus of control. 1. Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu hasil dan belajar. Pengertian hasil (product) menunjuk pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Sedangkan belajar dilakukan untuk mengusahakan adanya perubahan perilaku pada individu yang belajar. Perubahan perilaku itu merupakan perolehan yang menjadi hasil belajar. Jadi hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya (Purwanto, 2013). Jihad dan Haris (2013) menyebutkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Dalam kegiatan pembelajaran atau kegiatan intruksional, biasanya guru menetapkan tujuan belajar. peserta didik yang berhasil dalam belajar adalah peserta didik yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan intruksional. Keberhasilan belajar adalah suatu perubahan yang terjadi pada individu yang belajar, bukan saja perubahan mengenai pengetahuan, tetapi juga pengetahuan untuk membentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian,

8 penguasaan, dan penghargaan dalam diri individu yang belajar. Prinsipprinsip keberhasilan belajar yaitu: a) perubahan dalam belajar terjadi secara sadar, b) perubahan dalam belajar mempunyai tujuan, c) perubahan belajar secara positif, d) perubahan dalam belajar bersifat kontinu, e) perubahan dalam belajar bersifat permanen (langgeng) (supardi, 2015) Dengan demikian menurut Benjamin S Bloom tiga ranah (domain) keberhasilan belajar adalah tahap pencapaian actual yang ditampilkan, yaitu meliputi aspek kognitif, afektif maupun psikomotor dan dapat dilihat dalam bentuk kebiasaan, sikap, juga penghargaan (Jihad dan Haris, 2013). Hasil belajar sangat berhubungan dengan tujuan pengajaran (instruksional), dan pengalamam (proses) belajar-mengajar. Dapat digambarkan dalam Gambar 2.1. Tujuan Instruksional (a) (c ) Pengalaman belajar (proses belajarmengajar) (b) Hasil belaja r Gambar 2.1 Hubungan tiga unsur proses belajar mengajar (Sudjana, 2005) Garis (a) menunjukkan hubungan antara tujuan instruksional dengan pengalaman belajar, garis (b) menunjukkan hubungan pengalaman belajar

9 mengajar dengan hasil belajar, dan garis (c) menunjukan hubungan tujuan instruksional dengan hasil belajar. Dari Gambar 2.1 di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil belajar berasal dari hasil kegiatan penilaian (ditunjukkan garis (c)) yang melihat sejauh mana tujuan-tujuan instruksional yaitu berupa perubahan tingkah laku telah dapat dicapai atau dikuasai oleh peserta didik setelah mereka menempuh pengalaman belajar (Sudjana, 2005). 2. Macam-Macam Hasil Belajar Hasil belajar ini berkaitan dengan adanya perubahan dalam sikap dan tingkah lakunya, aspek perubahan itu mengacu kepada tujuan pengajaran yang mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotor (Purwanto, 2013). Macam-macam hasil belajar meliputi a. Pemahaman konsep (aspek kognitif) Pemahaman menurut Bloom diartikan sebagai kemampuan untuk menyerap arti dari materi atau bahan yang dipelajari. Pemahaman menurut Blomm ini adalah seberapa besar peserta didik mampu menerima, menyerap dan memahami pelajaran yang diberikan oleh pendididk kepada peserta didik, atau sejauh mana peserta didik memahami serta mengerti apa yang dibaca, yang dilihat, yang dialami, atau yang ia rasakan berupa hasil penelitian atau observasi langsung yang ia lakukan. (Susanto, 2014). Aspek kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual meliputi enam aspek, yaitu pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua

10 aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi (Jihad dan Haris, 2013). b. Keterampilan proses (aspek psikomotor) Keterampilan proses merupakan keterampilan yang mengarah kepada pembangunan kemampuan mental, fisik, dan sosial mendasar sebagai penggerak kemampuan lebih tinggi dalam diri individu peserta didik. Keterampilan berarti kemampuan menggunakan pikiran, nalar, dan perbuatan secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu hasil tertentu, termasuk kreativitasnya (Susanto, 2014). Aspek psikomotor terdiri dari lima aspek, yaitu menirukan, manipufasi, keseksamaan, artikulasi dan naturalisasi (Jihad dan Haris, 2013) c. Sikap peserta didik (aspek afektif) Sikap peserta didik disini tidak hanya merupakan aspek mental semata, melainkan mencakup pula aspek respons fisik. Jadi, sikap ini harus ada kekompakan antara mental dan fisik secara serempak (Susanto, 2014). Aspek afektif terdiri dari lima aspek, yaitu menerima atau memperhatikan, merespon, penghargaan, mengorganisasikan, mempribadi (mewatak) (Jihad dan Haris, 2013). 3. Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Hasil Belajar Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar diantaranya adalah a. Faktor internal Faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri peserta didik, yang mempengaruhi kemampuan belajarnya. Faktor

11 internal ini meliputi kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan (Susanto, 2014). Selain itu ada juga yang mengklasifikasikan faktor internal dari sudut faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran orang dewasa yaitu faktor fisiologi dan faktor psikologi (Basleman dan Mappa, 2011). b. Faktor eksternal Faktor yang berasal dari luar diri peserta didik yang mempengaruhi hasil belajar yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat (Susanto, 2014). 4. Penilaian Hasil Belajar Untuk mengetahui tingkat prestasi atau keberhasilan belajar yang dicapai oleh peserta didik digunakan dua acuan, yaitu penilaian acuan norma dan penilaian acuan patokan. a. Penilaian Acuan Norma (PAN) Penilaian acuan norma adalah penilaian prestasi dan hasil belajar peserta didik yang diacukan kepada rata-rata kelompoknya. Untuk itu norma atau kriteria yang digunakan dalam menentukan derajat keberhasilan peserta didik dibandingkan dengan rata-rata kelasnya. Atas dasar itu akan diperoleh kategori prestasi peserta didik, yakni di atas rata-rata kelas, sekitar rata-rata kelas, dan di bawah rata-rata kelas.

12 b. Penilaian Acuan Patokan (PAP) Penilaian acuan patokan prestasi belajar peserta didik adalah penilaian yang diacukan kepada tujuan intruksional yang harus dikuasai peserta didik. Dengan demikian derajat keberhasilan peserta didik dibandingkan dengan tujuan yang seharusnya dicapai, bukan dibandingkan dengan rata-rata kelompoknya. Sehingga hanya didapati dua kelompok hasil belajar, yaitu kelompok berhasil dan kelompok tidak berhasil belajar (Supardi, 2015). 5. Hasil Belajar Mata Kuliah Askeb Persalinan dan Bayi Baru Lahir Mata kuliah Askeb Persalinan dan Bayi Baru Lahir mempelajari tentang bagaimana memberikan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dan bayi baru lahir dengan tepat sesuai dengan kebutuhan. Mata kuliah ini merupakan aplikasi lebih lanjut dari mata kuliah asuhan kebidanan kehamilan. Ruang lingkup mata kuliah ini memberikan kemampuan kepada peserta didik untuk memberikan asuhan kebidanan pada ibu dalam persalinan dan bayi segera setelah lahir dengan pendekatan manajemen kebidanan didasari konsepkonsep, sikap dan keterampilan serta hasil evidence based (Sulistyawati dan Nugraheny, 2010). Pokok bahasan mata kuliah Asuhan Kebidanann Persalinan dan Bayi Baru Lahir ini diantaranya mempelajari tentang : a. Perubahan fisiologi dan psikologi dalam persalinan. b. Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan. c. Kebutuhan dasar ibu bersalin sesuai dengan kala persalinan. d. Konsep dasar asuhan persalinan. e. Penyulit dan komplikasi persalinan. f. Asuhan pada ibu bersalin.

13 g. Adaptasi bayi segera setelah lahir. h. Asuhan bayi baru lahir dalam 2 jam pertama. i. Pendokumentasian asuhan persalinan dan bayi baru lahir (Depkes RI, 2011). Dengan mata kuliah Askeb Persalinan dan Bayi Baru Lahir yang mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotor dapat memberikan keterampilan dan rasa caring kepada peserta didik dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu bersalin normal dan bayi baru lahir sesuai dengan Asuhan Persalinan Normal 58 langkah dengan baik dan tepat. Berdasarkan hal tersebut peserta didik dapat berpikir kritis, sistematis dan komprehensif dalam mengaplikasikan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dan bayi baru lahir dengan pendekatan proses kebidanan sebagai dasar pemecahan masalah, sehingga nantinya peserta didik kompeten dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dan bayi baru lahir dengan menggunakan mutu pelayanan yang baik (Sulistyawati dan Nugraheny, 2010). Di samping itu, setelah peserta didik menguasai mata kuliah Askeb Persalinan dan Bayi Baru Lahir, peserta didik akan memiliki bekal pengetahuan, keterampilan dan sikap untuk memenuhi salah satu kompetensi bidan yang wajib dimiliki seorang bidan, yaitu kompetensi bidan yang ke-4 asuhan selama proses persalinan dan kelahiran dan kompetensi bidan yang ke-6 asuhan kebidanan pada bayi baru lahir. Kompetensi asuhan persalinan dan asuhan pada bayi baru lahir tersebut dibentuk dari pengetahuan dasar, pengetahuan tambahan, keterampilan dasar dan keterampilan tambahan mengenai persalinan dan asuhan bayi baru lahir yang didapatkan saat kuliah pada mata kuliah Askeb Persalinan dan Bayi Baru Lahir tersebut.

14 Pada kurikulum inti pendidikan DIII Kebidanan penilaian mata kuliah Askeb Persalinan dan Bayi Baru Lahir yang digunakan dalam bentuk penugasan, ujian tulis, lisan dan penampilan klinik (praktikum) (Depkes RI, 2011). Program studi DIII Kebidanan FK UNS menggunakan sistem penilaian PAP (Penilaian Acuan Patokan), yaitu penilaian yang derajat keberhasilan peserta didik dibandingkan dengan tujuan yang seharusnya dicapai dengan nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 70, bukan dibandingkan dengan rata-rata kelompoknya seperti pada Penilaian Acuan Norma atau PAN untuk mengukur penguasaan peserta didik pada tiap mata kuliah termasuk mata kuliah Askeb Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Pelaksanaan penilaian dapat dilakukan dengan tes harian, penugasan, ujian kompetensi dasar (UKD) dan praktikum. C. Hubungan Internal Locus of Control dengan Hasil Belajar Mahasiswa Pencapaian hasil belajar yang memuaskan tidak lepas dari adanya dorongan atau motivasi terutama dari dalam diri sendiri, seberapa jauh dorongan untuk mencapai prestasi atau hasil belajar yang optimal. Sehingga motivasi akan menentukan intensitas usaha belajar bagi para peserta didik. Jadi dengan motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik (Soemarsono, 2007). Keyakinan utama dalam sebagian besar teori motivasi mencerminkan pemikiran mengenai locus of control (setiap orang mengontrol aspek-aspek penting dalam kehidupan mereka (Schunk, 2012). Locus of control secara harfiah berarti pusat kendali yang merupakan sebuah ciri kepribadian yang menentukan cara atau arah seseorang bertingkah laku. Pusat kendali seseorang berbeda ada

15 yang cenderung internal dan eksternal. Masing-masing kecendeungan akan menentukan arah yang berbeda bagi yang bersangkutan dalam merespon keberhasilan dan kegagalan. Mengalami kegagalan orang yang cenderung internal locus of control akan berusaha meningkatkan motivasi dan usaha belajarnya, sedangkan orang yang cenderung external locus of control mungkin hanya akan bersedih dan justru kehilangan motivasi belajar karena merasa bahwa segala usahanya tidak membuahkan hasil seperti diharapkan (Supartiknya, 2012). Selama proses pendidikan peserta didik dituntut aktif agar usaha mencari pengetahuan itu mendapatkan hasil yang maksimal. Dalam hubungannya dengan hasil belajar yang maksimal, internal locus of control sebagai pusat kendali bertindak seseorang merupakan faktor penentu bagaimana seorang peserta didik berperilaku untuk berusaha dalam mencapai keberhasilan dalam belajar. Internal locus of control ini lebih berorientasi pada keberhasilan karena mereka menganggap perilaku mereka dapat menghasilkan efek positif dan juga mereka lebih cenderung tergolong ke dalam high-achiever (Feist, 2009). Dorongan dalam diri peserta didik menggerakkan dan mengarahkan perilakunya, termasuk didalamnya perilaku untuk belajar, dengan demikian peserta didik akan bergerak dan mengarah pada hal yang menjadikan motivasi itu terealisasi. Jadi, ketika peserta didik memandang pentingnya suatu usaha, maka kebiasaan belajar peserta didik menjadi lebih baik sehingga prestasi belajarnya akan meningkat. Oleh karena itu, internal locus of control peserta didik merupakan faktor yang dapat memengaruhi hasil belajar. Lebih jelasnya hubungan internal locus of control dengan hasil belajar digambarkan dalam bagan dibawah ini :

16 Internal locus of control Yakin bahwa mereka sendiri pemegang kendali atas keberhasilan Meningkatkan pencapaian hasil belajar mata kuliah Askeb Persalinan dan Bayi Baru Lahir 1. Mengembangkan usaha belajar 2. Ulet 3. Gigih mengerjakan tugas akademik Gambar 2.2 Hubungan internal locus of control dengan hasil belajar D. Kerangka Konsep Pencapaian hasil belajar di pengaruhi oleh faktor internal juga eksternal. Proses belajar yang terjadi dalam diri peserta didik berlangsung dengan baik terutama jika faktor internalnya mendukung, salah satunya motivasi peserta didik untuk mencapai prestasi atau hasil belajar yang optimal. Dalam konteks proses belajar locus of control merupakan faktor penentu peserta didik berperilaku apakah peserta didik cenderung memiliki internal locus of control (diri mereka sendiri sebagai pengendali perilaku, seperti kerja keras) atau external locus of control (faktor luar sebagai pengendali seperti faktor keberuntungan dan nasib). Internal locus of control sebagai pusat kendali bertindak seseorang lebih berorientasi pada keberhasilan karena mereka menganggap perilaku mereka dapat menghasilkan efek positif dan juga mereka lebih cenderung tergolong ke dalam high-achiever (Feist, 2009).

17 Faktor Internal Fisiologi 1. Kondisi fisik 2. Kesehatan Psikologi 1. Kecerdasan 2. Motivasi belajar 3. Minat 4. Ketekunan sikap 5. Kebiasaan belajar 6. Perhatian Faktor Eksternal 1. Keluarga 2. Sekolah 3. Masyarakat Hasil Belajar Psikologi Locus of control 1. Internal locus of control 2. External locus of control Internal locus of control Keterangan: : Tidak diteliti : Diteliti Gambar 2.3 Kerangka konsep

18 E. Hipotesis Terdapat hubungan antara Internal locus of control dengan hasil belajar mata kuliah Askeb Persalinan dan Bayi Baru Lahir pada mahasiswa kebidanan.

BAB I PENDAHULUAN kelahiran menurut data SDKI 2012, angka yang jauh dari target MDG s

BAB I PENDAHULUAN kelahiran menurut data SDKI 2012, angka yang jauh dari target MDG s BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ujung tombak pelayanan kesehatan primer di Indonesia salah satunya adalah bidan. Peran bidan tidak terbatas dalam membantu pertolongan persalinan, tapi juga

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Locus of control merupakan salah satu variabel kepribadian (personility),

BAB II LANDASAN TEORI. Locus of control merupakan salah satu variabel kepribadian (personility), BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Locus Of Control 2.1.1. Pengertian Locus Of Control Konsep tentang Locus of control (pusat kendali) pertama kali dikemukakan oleh Rotter (1966), seorang ahli teori pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Weitz, Sujan dan Sujan (1986) mendefinisikan adaptive selling sebagai:

BAB II LANDASAN TEORI. Weitz, Sujan dan Sujan (1986) mendefinisikan adaptive selling sebagai: BAB II LANDASAN TEORI A. Adaptive Selling 1. Pengertian Adaptive Selling Weitz, Sujan dan Sujan (1986) mendefinisikan adaptive selling sebagai: The altering of sales behaviour during a customer interaction

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diri menjadi multi kompetensi manusia harus melewati proses pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. diri menjadi multi kompetensi manusia harus melewati proses pendidikan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu kebutuhan pokok yang diperlukan bagi setiap manusia dalam memperoleh ilmu dan wawasan. Pendidikan adalah suatu kunci untuk semua kemajuan

Lebih terperinci

BAB II TELAAH LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Path-goal theory menjelaskan dampak gaya kepemimpinan pada motivasi

BAB II TELAAH LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Path-goal theory menjelaskan dampak gaya kepemimpinan pada motivasi BAB II TELAAH LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Pengertian Path Goal Theory Path-goal theory menjelaskan dampak gaya kepemimpinan pada motivasi bawahan, kepuasan dan kinerjanya (Luthans, 2006) dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Suryana (2008:2), mendefinisikan bahwa kewirausahaan adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Suryana (2008:2), mendefinisikan bahwa kewirausahaan adalah BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Niat Berwirausaha Suryana (2008:2), mendefinisikan bahwa kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga Negara yang beriman, produktif kreatif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu komponen yang dapat membantu perkembangan diri individu adalah pendidikan. Melalui pendidikan individu diharapkan bisa mengarahkan dirinya dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Tempat pelaksanaan dalam penelitian ini adalah SMP Negeri 9 Bandung yang beralamat di Jalan Semar No.5 Bandung.

Lebih terperinci

EMOSI DAN SUASANA HATI

EMOSI DAN SUASANA HATI EMOSI DAN SUASANA HATI P E R I L A K U O R G A N I S A S I B A H A N 4 M.Kurniawan.DP AFEK, EMOSI DAN SUASANA HATI Afek adalah sebuah istilah yang mencakup beragam perasaan yang dialami seseorang. Emosi

Lebih terperinci

adalah proses beregu (berkelompok) di mana anggota-anggotanya mendukung dan saling mengandalkan untuk mencapai suatu hasil

adalah proses beregu (berkelompok) di mana anggota-anggotanya mendukung dan saling mengandalkan untuk mencapai suatu hasil 46 2. Kerjasama a. Pengertian Kerjasama Menurut Lewis Thomas dan Elaine B. Johnson ( 2014, h. 164) kerjasama adalah pengelompokan yang terjadi di antara makhlukmakhluk hidup yang kita kenal. Kerja sama

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktif dan pendekatan keterampilan proses, guru berperan sebagai fasilitator dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktif dan pendekatan keterampilan proses, guru berperan sebagai fasilitator dan 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kreativitas Belajar Belajar mengandung arti suatu kegiatan yang dilakukan guru dan siswa secara bersama-sama. Dalam konsep pembelajaran dengan pendekatan cara belajar siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan hal yang sangat penting di era globalisasi ini. Melalui pendidikan diharapkan manusia menjadi sumber daya yang berkualitas sehingga

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Pengertian Kecenderungan Pembelian Impulsif. impulsif sebagai a consumers tendency to buy spontaneusly, immediately and

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Pengertian Kecenderungan Pembelian Impulsif. impulsif sebagai a consumers tendency to buy spontaneusly, immediately and BAB II LANDASAN TEORI A. KECENDERUNGAN PEMBELIAN IMPULSIF 1. Pengertian Kecenderungan Pembelian Impulsif Rook dan Fisher (dalam Semuel, 2007), mendefinisikan sifat pembelian impulsif sebagai a consumers

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya pendidikan merupakan suatu pembentukan dan pengembangan kepribadian manusia secara menyeluruh, yakni pembentukan dan pengembangan potensi ilmiah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. Para ahli psikologi banyak mengemukakan tentang pengertian belajar,

BAB II LANDASAN TEORITIS. Para ahli psikologi banyak mengemukakan tentang pengertian belajar, BAB II LANDASAN TEORITIS 2.1 Pengertian Pengalaman Belajar Para ahli psikologi banyak mengemukakan tentang pengertian belajar, pada hakekatnya belajar merupakan suatu masalah yang dihadapi sepanjang sejarah

Lebih terperinci

TEORI PERILAKU. Disusun: IY

TEORI PERILAKU. Disusun: IY TEORI PERILAKU Disusun: IY Perilaku pada hakekatnya merupakan tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan dapat dipelajari Behavior : the way that somebody behaves, especially towards

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara guru dengan siswa, untuk mencapai tujuan pendidikan, yang berlangsung dalam lingkungan tertentu. Interaksi

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BELAJAR SISWA MELALUI LAYANAN PENGUASAAN KONTEN

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BELAJAR SISWA MELALUI LAYANAN PENGUASAAN KONTEN MENINGKATKAN KETERAMPILAN BELAJAR SISWA MELALUI LAYANAN PENGUASAAN KONTEN Sri Wahyuni Adiningtiyas. Dosen Tetap Prodi Bimbingan Konseling UNRIKA Batam Abstrak Penguasaan terhadap cara-cara belajar yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Menurut Gagne (dalam Slameto, 2007:43) lima kategori hasil belajar yaitu

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Menurut Gagne (dalam Slameto, 2007:43) lima kategori hasil belajar yaitu BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Pengertian Hasil Belajar Menurut Gagne (dalam Slameto, 2007:43) lima kategori hasil belajar yaitu (1) informasi verbal; (2) keterampilan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Minat Wirausaha. untuk merasa tertarik pada bidang tertentu dan merasa senang berkecimpung

BAB II LANDASAN TEORI. A. Minat Wirausaha. untuk merasa tertarik pada bidang tertentu dan merasa senang berkecimpung BAB II LANDASAN TEORI A. Minat Wirausaha 1. Pengertian minat Minat adalah suatu kecenderungan yang menetap dalam diri individu untuk merasa tertarik pada bidang tertentu dan merasa senang berkecimpung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada siswa untuk memahami nilai-nilai, norma, dan pedoman bertingkah laku karena

BAB I PENDAHULUAN. kepada siswa untuk memahami nilai-nilai, norma, dan pedoman bertingkah laku karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah konsep yang memberikan apresiasi dan pemahaman yang luas kepada siswa untuk memahami nilai-nilai, norma, dan pedoman bertingkah laku karena pendidikan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan BAB 2 LANDASAN TEORI Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan prestasi belajar. 2.1 Self-Efficacy 2.1.1 Definisi self-efficacy Bandura (1997) mendefinisikan self-efficacy

Lebih terperinci

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. mahasiswa dapat berbagi ide dengan kelompoknya, mengidentifikasi isuisu

TINJAUAN PUSTAKA. mahasiswa dapat berbagi ide dengan kelompoknya, mengidentifikasi isuisu II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Problem Based Learning (PBL) Problem based learning (PBL) adalah cara belajar dengan kelompok kecil yang distimulasi oleh skenario atau masalah. Dari masalah tersebut mahasiswa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Percaya diri adalah sikap yang timbul dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Percaya diri adalah sikap yang timbul dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PERCAYA DIRI 1. Pengertian percaya diri Percaya diri adalah sikap yang timbul dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan berhasil. Dari segi perkembangan, rasa percaya diri

Lebih terperinci

dalam suatu pendapat yang perumusanya bermacam-macam.

dalam suatu pendapat yang perumusanya bermacam-macam. HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR MATA KULIAH ASUHAN KEBIDANAN IV SEMESTER IV MAHASISWAPRODI D III KEBIDANAN FAKULTAS ILMU KESEHATANUNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA Pipit Tri Indrian PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan serta memiliki kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengikuti pendidikan agar memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan pendidikan tertentu. Dan diungkapkan pula dalam pasal 1 ayat 1

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan pendidikan tertentu. Dan diungkapkan pula dalam pasal 1 ayat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang - undang No 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 19 tentang sistem pendidikan nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peranan pendidikan dalam kehidupan manusia sangatlah penting. Dengan pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan hidup. Dengan

Lebih terperinci

MATERI KULIAH EVALUASI PEMBELAJARAN

MATERI KULIAH EVALUASI PEMBELAJARAN MATERI KULIAH EVALUASI PEMBELAJARAN A. Pendekatan Penilaian Hasil Belajar Sebelum melakukan proses evaluasi terlebih dahulu kita harus melakukan pengukuran dengan alat yang disebut tes. Hasil pengukuran

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Metode pembelajaran adalah suatu teknik penyajian yang dipilih dan

BAB II LANDASAN TEORI. Metode pembelajaran adalah suatu teknik penyajian yang dipilih dan BAB II LANDASAN TEORI A. Metode Pembelajaran Metode pembelajaran adalah suatu teknik penyajian yang dipilih dan diterapkan seiring dengan pemanfaatan media dan sumber belajar (Prawiradilaga, 2008). Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik,

I. PENDAHULUAN. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik, melatih dan mengembangkan kemampuan siswa guna mencapai tujuan pendidikan nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan belajar yang nyaman dan penggunaan pendekatan yang relevan dan

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan belajar yang nyaman dan penggunaan pendekatan yang relevan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dari waktu ke waktu begitu pesat, sehingga berdampak kepada jalannya proses penerapan pendidikan. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan terdiri dari akademik dan non akademik. Pendidikan. matematika merupakan salah satu pendidikan akademik.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan terdiri dari akademik dan non akademik. Pendidikan. matematika merupakan salah satu pendidikan akademik. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus menerus berkembang pesat akan membawa dampak kemajuan pada bidang kehidupan dan teknologi,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan seseorang untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan mengembangkan potensi yang dimilikinya agar dapat bermanfaat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini pendidikan memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Pada dasarnya, pendidikan merupakan suatu proses yang membantu manusia dalam mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan. Terkadang orang yang pendidikannya rendah memiliki kehidupan yang rendah juga jika tidak didukung

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS 1.1 Kajian Teoritik 2.1.1 Hasil Belajar Belajar dan mengajar merupakan konsep yang tidak bisa dipisahkan. Belajar merujuk pada apa yang harus dilakukan seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional pada Undang- Undang RI No. 20 tahun 2003, Triana, 2015:

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional pada Undang- Undang RI No. 20 tahun 2003, Triana, 2015: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan diadakan untuk mengembangkan kemampuan setiap individu yang terlibat di dalamnya agar menjadi manusia yang berkembang dan bertanggung jawab dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam kehidupannya. Pendidikan

I. PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam kehidupannya. Pendidikan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan dan salah satu kebutuhan utama bagi setiap manusia untuk meningkatkan kualitas hidup serta untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Metode Demonstrasi 2.1.1.1 Hakekat Metode Demonstrasi Metode demonstrasi merupakan metode yang sangat efektif, sebab membantu siswa untuk mencari jawaban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. logis, kreatif serta mampu menggunakan nalarnya untuk memperoleh,

BAB I PENDAHULUAN. logis, kreatif serta mampu menggunakan nalarnya untuk memperoleh, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini menuntut sumber daya manusia yang handal dan mampu berkompetisi secara global. Untuk itu diperlukan keterampilan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar 5 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hasil Belajar 1. Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar 5 Hasil belajar adalah perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi era globalisasi, berbagai sektor kehidupan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi era globalisasi, berbagai sektor kehidupan mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi era globalisasi, berbagai sektor kehidupan mengalami banyak perubahan. Salah satu penyebab dari perubahan tersebut adalah semakin berkembangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan di era globalisasi sangat menuntut sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan di era globalisasi sangat menuntut sumber daya manusia yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Persaingan di era globalisasi sangat menuntut sumber daya manusia yang kompeten dalam bidangnya dan mampu mengembangkan kemampuan intelektual yang mereka miliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini sangat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini sangat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini sangat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan manusia. Dunia pendidikan merupakan salah satu dari aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan sertameningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam rangka upaya mewujudkan tujuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pencapaian proses pendidikan banyak tergantung kepada bagaimana proses

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pencapaian proses pendidikan banyak tergantung kepada bagaimana proses 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Belajar Dalam seluruh proses pendidikan, bahwa kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya tujuan pencapaian proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Evaluasi pembelajaran yang dilakukan selama ini kadang-kadang hanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Evaluasi pembelajaran yang dilakukan selama ini kadang-kadang hanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul Evaluasi pembelajaran yang dilakukan selama ini kadang-kadang hanya sampai pada domain kognitif saja, dan itupun lebih berorientasi pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. unsur lapisan masyarakat merupakan potensi yang besar artinya bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. unsur lapisan masyarakat merupakan potensi yang besar artinya bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan suatu bangsa merupakan proses yang berkesinambungan dan melibatkan keseluruhan lapisan masyarakat. Generasi muda sebagai salah satu unsur lapisan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. diperoleh pengetahuan, keterampilan serta terwujudnya sikap dan tingkah laku

I. PENDAHULUAN. diperoleh pengetahuan, keterampilan serta terwujudnya sikap dan tingkah laku I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan sesuatu yang penting dan mutlak harus dipenuhi dalam rangka upaya peningkatan taraf hidup masyarakat. Dari pendidikan inilah diperoleh pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Slameto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan primer dalam kehidupan manusia. Tanpa pendidikan dunia ini tidak ada apa-apanya, karena semua berasal dari pendidikan. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setelah siswa menerima pengalaman belajarnya. Sejumlah pengalaman yang. dapat menyusun dan membina kegiatan-kegiatan peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN. setelah siswa menerima pengalaman belajarnya. Sejumlah pengalaman yang. dapat menyusun dan membina kegiatan-kegiatan peserta didik. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Orientasi dalam pelaksanaan proses pembelajaran adalah siswa memiliki hasil belajar yang baik sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh setiap sekolah.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses

BAB II KAJIAN TEORI. mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Hasil Belajar Keberhasilan proses belajar mengajar dapat dilihat dari hasil belajar yang dicapai, yaitu perubahan yang menjadi semakin baik setelah melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan bahasa melalui model matematika. sebagai produk yang siap pakai. Selain itu guru-guru tidak mengetahui bahwa

BAB I PENDAHULUAN. dengan bahasa melalui model matematika. sebagai produk yang siap pakai. Selain itu guru-guru tidak mengetahui bahwa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran matematika mempunyai peranan penting dalam mengembangkan keterampilan dan kemampuan bernalar, yaitu berpikir logis, berpikir kritis, sistematis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini sangat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan manusia. Dunia pendidikan merupakan salah satu dari aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting bagi. tinggi dan berbagai keterampilan khusus yang dimiliki oleh peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting bagi. tinggi dan berbagai keterampilan khusus yang dimiliki oleh peserta didik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting bagi perkembangan dan kemampuan siswa. Dengan pendidikan diharapkan individu (siswa) dapat mengembangkan potensi-potensinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan pondasi utama dalam upaya memajukan bangsa. Suatu bangsa dapat dikatakan maju apabila pendidikan di negara tersebut dapat mengelola sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara melakukan perbaikan proses belajar mengajar. Berbagai konsep

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara melakukan perbaikan proses belajar mengajar. Berbagai konsep BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah salah satunya dengan cara melakukan perbaikan proses belajar mengajar. Berbagai konsep dan wawasan baru tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keunggulan suatu bangsa tidak lagi tertumpu pada kekayaan alam,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keunggulan suatu bangsa tidak lagi tertumpu pada kekayaan alam, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keunggulan suatu bangsa tidak lagi tertumpu pada kekayaan alam, melainkan pada keunggulan sumber daya manusia (SDM). Pendidikan merupakan salah satu indikator

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan tujuan pendidikan nasional tersebut, maka menjadi. pemerintah, masyarakat, maupun keluarga. Namun demikian, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan tujuan pendidikan nasional tersebut, maka menjadi. pemerintah, masyarakat, maupun keluarga. Namun demikian, pemerintah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kunci utama kemajuan suatu bangsa, yaitu untuk membentuk Sumber Daya Manusia yang berpotensi. Pendidikan diharapkan dapat meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakan bahwa : Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

Lebih terperinci

Penerapan Metode Tanya Jawab untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Sumber Daya Alam di Kelas IV SDN FatufiaKecamatan Bahodopi

Penerapan Metode Tanya Jawab untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Sumber Daya Alam di Kelas IV SDN FatufiaKecamatan Bahodopi Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 1 No.1 ISSN 2354-614X Penerapan Metode Tanya Jawab untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Sumber Daya Alam di Kelas IV SDN FatufiaKecamatan Bahodopi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Hasil Belajar. a. Pengertian Hasil Belajar

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Hasil Belajar. a. Pengertian Hasil Belajar BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kajian yang tidak pernah berhenti, dan upaya ke arah pendidikan yang lebih baik

BAB I PENDAHULUAN. kajian yang tidak pernah berhenti, dan upaya ke arah pendidikan yang lebih baik 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan utama manusia, karena dengan pendidikan manusia akan berdaya dan berkarya sesuai dengan potensi dan kemampuan yang dimilikinya.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. berlainan sesuai dengan bidang keahlian mereka masing-masing tentang hasil

BAB II KAJIAN TEORI. berlainan sesuai dengan bidang keahlian mereka masing-masing tentang hasil 1 BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1 Hasil Belajar Para ahli psikologi dan pendidikan mengemukakan rumusan yang berlainan sesuai dengan bidang keahlian mereka masing-masing tentang hasil belajar.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa, yaitu melalui pendidikan dimana dengan pendidikan akan

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa, yaitu melalui pendidikan dimana dengan pendidikan akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam kehidupan manusia. Dalam UUD 1945 disebutkan bahwa salah satu tujuan negara Indonesia adalah mencerdaskan

Lebih terperinci

KONTRIBUSI KOMPETENSI MEMBACA GAMBAR TEKNIK TERHADAP KOMPETENSI TEKNIK PEMESINAN BUBUT SISWA SMK

KONTRIBUSI KOMPETENSI MEMBACA GAMBAR TEKNIK TERHADAP KOMPETENSI TEKNIK PEMESINAN BUBUT SISWA SMK 181 KONTRIBUSI KOMPETENSI MEMBACA GAMBAR TEKNIK TERHADAP KOMPETENSI TEKNIK PEMESINAN BUBUT SISWA SMK Ahmad M. Fahrudin 1, Haryadi 2, Sabri 3 Departemen Pendidikan Teknik Mesin Universitas Pendidikan Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai kesuksesan dalam hidupnya. Hal ini senada dengan S. C. Sri Utami

BAB I PENDAHULUAN. mencapai kesuksesan dalam hidupnya. Hal ini senada dengan S. C. Sri Utami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting saat ini dimana masyarakat dituntut menjadi SDM yang berkualitas. Hal tersebut bisa didapat salah satunya melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada awal abad 21 ini, dunia pendidikan di indonesia menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada awal abad 21 ini, dunia pendidikan di indonesia menghadapi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada awal abad 21 ini, dunia pendidikan di indonesia menghadapi tiga tantangan besar. Tantangan pertama, sebagai akibat dari krisis ekonomi, dunia pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan menengah kejuruan merupakan pendidikan vokasi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan menengah kejuruan merupakan pendidikan vokasi yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan menengah kejuruan merupakan pendidikan vokasi yang bertujuan menyiapkan peserta didik menjadi manusia yang terampil, mandiri, dan juga produktif yang langsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pembentukan keterampilan saja, namun diperluas sehingga mencakup usaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. dan pembentukan keterampilan saja, namun diperluas sehingga mencakup usaha untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan bagi kehidupan setiap manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Pendidikan tidak dipandang sebagai usaha pemberian informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional yang berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 menimbang bahwa Pendidikan nasional harus mampu menjamin

Lebih terperinci

bidang akan tergantung pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan

bidang akan tergantung pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan suatu bangsa dalam melaksanakan pembangunan di segala bidang akan tergantung pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu hal yang penting untuk kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu hal yang penting untuk kemajuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu hal yang penting untuk kemajuan suatu bangsa. Dalam dunia pendidikan, kurikulum sangat berperan penting untuk pembangunan suatu

Lebih terperinci

KORELASI KEDISIPLINAN BELAJAR DI RUMAH DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SD NEGERI 19 BANDA ACEH. Abstrak

KORELASI KEDISIPLINAN BELAJAR DI RUMAH DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SD NEGERI 19 BANDA ACEH. Abstrak KORELASI KEDISIPLINAN BELAJAR DI RUMAH DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SD NEGERI 19 BANDA ACEH Binti Asrah 1, Rita Novita 2, Fitriati 3 Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Selain untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Selain untuk memenuhi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan setiap manusia tidak terlepas dari berbagai aktifitas. Salah satu aktivitas tersebut diwujudkan dengan bekerja. Pada dasarnya manusia bekerja untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Kata "media" menurut Heinich, dkk (1982) berasal dari bahasa latin,

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Kata media menurut Heinich, dkk (1982) berasal dari bahasa latin, BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. KAJIAN PUSTAKA 1. Media Pembelajaran Kata "media" menurut Heinich, dkk (1982) berasal dari bahasa latin, merupakan bentuk jamak dari kata "medium"

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru dan peserta didik sebagai pemeran utama. Dalam pembelajaran terdapat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Konsep Belajar dan Mengajar Belajar merupakan proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari melalui sekolah, baik dalam lingkungan, di rumah maupun

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari melalui sekolah, baik dalam lingkungan, di rumah maupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Atas adalah salah satu lembaga pendidikan yang memberikan pengajaran kepada peserta didiknya. Lembaga pendidikan ini memberikan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Belajar merupakan usaha memperoleh perubahan tingkah laku, ini mengandung makna ciri proses belajar adalah perubahan- perubahan tingkah laku dalam diri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perwujudan tersebut tentu tidak terlepas

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perwujudan tersebut tentu tidak terlepas BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini pengetahuan dan teknologi mengalami perkembangan yang sangat pesat. Manusia dengan segala kebutuhan, kegiatan, dan persoalannya secara dinamis dituntut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Hasil Belajar Sebelum membahas mengenai hasil belajar maka ada baiknya apabila terlebih dahulu kita melihat apa yang dimaksud dengan belajar dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bagian pertama ini membahas beberapa hal mengenai latar belakang masalah,

I. PENDAHULUAN. Bagian pertama ini membahas beberapa hal mengenai latar belakang masalah, I. PENDAHULUAN Bagian pertama ini membahas beberapa hal mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian dan ruang lingkup penelitian. Pembahasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk membudayakan manusia (Dhiu, 2012:24). Subjek sentral dalam dunia pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. untuk membudayakan manusia (Dhiu, 2012:24). Subjek sentral dalam dunia pendidikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam kehidupan manusia di dunia ini karena pendidikan akan tetap berlangsung kapan dan dimanapun. Hal ini karena

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam Dalam bahasa inggris Ilmu Pengetahuan Alam disebut natural science, natural yang artinya berhubungan dengan alam dan science artinya

Lebih terperinci

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi KEMAMPUAN KOGNITIF MAHASISWA DITINJAU DARI MEDIA PEMBELAJARAN DAN INTENSITAS BELAJAR MAHASISWA DALAM MATA KULIAH AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH PROGDI PENDIDIKAN EKONOMI AKUNTANSI FKIP UMS TAHUN AJARAN 2009/2010

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami perubahan-perubahan di berbagai bidang, seperti ilmu pengetahuan, teknologi, politik, ekonomi,

Lebih terperinci

meningkatkan hasil belajar. Pengertian belajar itu sendiri menurut Morgan

meningkatkan hasil belajar. Pengertian belajar itu sendiri menurut Morgan 2 demikian berbagai indikator mutu pendidikan belum menunjukan peningkatan yang memadai, mengajar bukan semata persoalan menceritakan saja, lebih dari itu untuk dapat merubah sikap dan pengetahuan siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Heni Sri Wahyuni, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Heni Sri Wahyuni, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum KTSP (Depdiknas, 2006) bahwa IPA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu bidang studi yang diajarkan pada sekolah dasar yaitu Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Pengajaran IPA di sekolah dasar ditujukan untuk memajukan teknologi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Hasil Belajar. Seluruh pengetahuan, keterampilan, kecakapan dan perilaku siswa

TINJAUAN PUSTAKA. A. Hasil Belajar. Seluruh pengetahuan, keterampilan, kecakapan dan perilaku siswa 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Belajar Seluruh pengetahuan, keterampilan, kecakapan dan perilaku siswa terbentuk dan berkembang seiring dengan proses pembelajaran. Penguasaan pengetahuan dan keterampilan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. kondisi organisasi, namun sebuah sistem pengendalian tertentu hanya efektif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. kondisi organisasi, namun sebuah sistem pengendalian tertentu hanya efektif BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Kontijensi Teori kontijensi menyatakan bahwa tidak ada rancangan dan penggunaan sistem pengendalian manajemen yang dapat

Lebih terperinci

HUBUNGAN GENDER TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA SMP

HUBUNGAN GENDER TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA SMP HUBUNGAN GENDER TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA SMP Oleh: Umi Muthoharoh, Budiyono, Puji Nugraheni Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo rahmi_912313@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. mengarahkan, dan mempertahankan perilaku. Dengan demikian, perilaku yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. mengarahkan, dan mempertahankan perilaku. Dengan demikian, perilaku yang BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Motivasi Berprestasi 2.1.1 Pengertian Motivasi Motivasi (motivation) melibatkan proses yang memberikan energi, mengarahkan, dan mempertahankan perilaku. Dengan demikian, perilaku

Lebih terperinci