BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan menguraikan beberapa teori terkait dengan judul yang peneliti sampaikan diatas. Di dalam bab ini akan menguraikan teori mengenai kematangan karir, motivasi berprestasi dan teori mengenai dewasa awal serta kerangka berpikir. 2.1 Kematangan Karir Definisi Kematangan Karir Pada awalnya kematangan karir disebut sebagai kematangan kejuruan (Vocational Maturity) yang dikemukakan oleh Super pada 53 tahun yang lalu (Super 1955, dalam Bozgeyikli 2009). Kematangan karir mengacu pada kesiapan individu untuk membuat informasi, keputusan karir yang sesuai dengan usia dan menangani tugas-tugas pengembangan karir (Savacis 1999, dalam Bozgeyikli 2009). Super (dalam Leksana, 2013) mendefinisikan kematangan karir sebagai keberhasilan individu untuk menyelesaikan tugas-tugas perkembangan karir yang khas bagi tahap perkembangan tertentu. Menurut Crites (dalam Levinson,1998) kematangan karir merupakan sebuah kemampuan individu untuk membuat pilihan karir yang meliputi penentuan keputusan karir, pilihan yang realistik dan konsisten. Luzzo (dalam Levinson, 1998) mengemukakan bahwa kematangan karir merupakan aspek yang penting bagi individu dalam memenuhi kebutuhan akan pengetahuan dan keterampilan untuk membuat keputusan karir yang cerdas dan realistik. Super (dalam Sharf, 2006) juga menambahkan bahwa kematangan karir merupakan sebuah kemampuan individu dalam menentukan sendiri mengenai pekerjaan yang sesuai dengan minat dan kemampuan, pilihan yang realistik dan konsisten. Super (dalam Sharf, 2006) mendeskripsikan lima komponen utama mengenai kematangan karir, sebagai berikut : berorientasi pada pilihan pekerjaan, yang berkaitan dengan pilihan karir dan menggunakan informasi mengenai pekerjaan tersebut ; informasi dan perencanaan mengenai pekerjaan yang diminati, yaitu informasi yang spesifik terhadap pekerjaan yang ingin digeluti ; konsistensi terhadap pilihan pekerjaan, tidak hanya konsisten terhadap pilihan pekerjaan dari waktu ke waktu, tetapi juga konsisten terhadap tingkatan dan bidang pekerjaan tersebut ; kristalisasi dari sifat, termasuk tujuh indeks

2 dari sikap terhadap pekerjaan ; bijaksana atas pilihan pekerjaan yang mengacu pada hubungan antara pilihan dan kemampuan, aktivitas dan minat. Berdasarkan dari beberapa pendapat yang telah dipaparkan diatas, dapat disimpulkan bahwa definisi kematangan karir merupakan kemampuan individu untuk mengetahui minat dan bakatnya, mengetahui informasi yang berkaitan dengan bidang karir yang diminatinya sehingga dapat membuat keputusan dalam pilihan karir yang tepat, yang akan mengeluarkan seluruh kemampuan dan potensi dirinya secara maksimal, sehingga membuat keputusan karir yang konsisten dan realistik Dimensi Kematangan Karir Menurut Super (dalam Sharf, 2006) mengatakan bahwa kematangan karir dapat diukur berdasarkan dimensi sebagai berikut : a. Career Planning Perencanaan karir (Career Planning) mengukur seberapa banyak pemikiran individu yang diberikan dalam melakukan aktivitas pencarian informasi dan seberapa banyak mereka merasa telah mengetahui mengenai berbagai aspek pekerjaan. Banyaknya perencaan tersebut sangat penting dalam konsep ini. Hal tersebut dapat dilakukan dengan mencari informasi tentang pekerjaan, berbicara dengan orang dewasa tentang perencanaan, mengambil kursus yang dapat membantu dalam membuat keputusan karir, berpartisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler atau bekerja paruh waktu dan mendapat pelatihan atau pendidikan untuk pekerjaan. Selain itu, konsep ini juga berkaitan dengan kondisi kerja, pendidikan yang diperlukan, prospek pekerjaan, dan peluang untuk dipromosikan. Perencanaan karir mengacu pada seberapa banyak individu merasa bahwa dia tahu tentang kegiatan tersebut, bukan seberapa banyak dia benar-benar tahu. b. Career Exploration Eksplorasi karir (Career Exploration) merupakan kemampuan serta keinginan individu untuk melakukan pencarian informasi karir dari berbagai sumber karir, seperti orang tua, saudara, kerabat, teman, guru bidang studi, konselor sekolah dan sebagainya. Aspek eksplorasi karir ini berhubungan dengan seberapa banyak informasi karir yang diperoleh dari berbagai sumber tertentu. Indikator pada

3 dimensi ini adalah mengumpulkan informasi karir dari berbagai sumber dan memanfaatkan informasi karir yang telah diperoleh. c. Decision Making Membuat keputusan (Decision Making) adalah sebuah kemampuan individu dalam menggunakan pengetahuan dan pemikiran dalam membuat perencanaan karir. Konsep ini didasari pada tuntutan individu untuk membuat keputusan karir. d. World-of-Work Information Pada dimensi ini, terdiri dari dua komponen, yakni terkait dengan tugas perkembangan, yaitu individu harus mengeksplorasi minat dan kemampuan dirinya, mengetahui cara orang lain mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan dan mengetahui alasan orang berganti pekerjaan. Kemudian komponen yang kedua adalah mengetahui tugas-tugas pekerjaan dalam suatu jabatan dan perilaku-perilaku dalam bekerja Faktor yang mempengaruhi Kematangan Karir Menurut Naidoo (1998) ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kematangan karir, antara lain : a. Educational Level Kematangan karir pada setiap individu ditentukan dari tingkat pendidikan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh McCaffrey, Miller dan Wiston (dalam Naidoo, 1998) pada siswa junior, senior dan alumni terdapat perbedaan dalam hal kematangan karir. Semakin tinggi tingkat pendidikan, maka semakin tinggi pula kematangan karir yang dimiliki. Hal ini mengindikasikan kematangan karir meningkat seiring dengan tingkat pendidikan yang dimiliki. b. Gender Wanita memiliki nilai kematangan karir yang lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini disebabkan karena wanita rentan dalam memandang konflik peran sebagai hambatan dalam proses perkembangan karir dan kurang mampu untuk membuat keputusan karir yang tepat dibandingkan dengan laki-laki. c. Socio-Economic Status Individu yang berasal dari latar belakang sosial ekonomi menengah kebawah menunjukkan nilai rendah pada kematangan karir. Hal ini ditandai dengan

4 kurangnya akses terhadap informasi mengenai pekerjaan, tokoh teladan dan anggapan akan rendahnya kesempatan kerja. d. Locus of Control Hasil penelitian Dhillion dan Kaur (2005) menunjukkan bahwa individu dengan tingkat kematangan karir yang baik, cenderung memiliki orientasi Locus of Control Internal. Taganing (2007) juga menambahkan bahwa individu dengan Locus of Control Internal, ketika dihadapi pada pemilihan karir, maka akan melakukan usaha untuk mengenal dirinya, mencari tahu mengenai pekerjaan dan langkahlangkah pendidikan, serta berusaha mengatasi masalah yang dihadapi, hal tersebut akan membantu kematangan karir individu menjadi tinggi. e. Race and Cultural Differences Kelompok minoritas sering dikaitkan dengan kematangan karir yang rendah, yang berhubungan dengan orang tua. Jika orang tua mendukung anaknya, walaupun mereka berasal dari kelompok minoritas, maka anak tersebut akan memiliki kematangan karir yang baik. f. Work Role Salience Pentingnya pekerjaan mempengaruhi individu dalam membuat pilihan kepuasan kerja yang merujuk pada komitmen kerja, serta kematangan karir pada mahasiswa Tahapan Perkembangan Karir Super (dalam Gladding,2013) membagi tahapan perkembangan karir menjadi lima tahap, dimana masing-masing tahapan memiliki tugas yang harus diselesaikan,diantaranya : 1. Perkembangan (Growth) Pada tahapan ini dimulai dari usia lahir sampai 14 tahun. Selama tahap ini, anak mulai mengembangkan konsep dirinya dengan cara mengidentifikasikan diri pada figur-figur dalam keluarga dan sekolah. Selama proses perkembangan, anak berorientasi pada dunia kerja dalam banyak cara. Anak mulai mempelajari perilaku yang terkait dengan berinteraksi sosial, self-help, self-direction dan menetapkan tujuan. Tahapan ini terdiri dari tiga sub tahap, yaitu :

5 a. Fantasi (Fantasy) Pada sub tahap ini, anak berusia 4-10 tahun. Ditandai dengan minat anak berfantasi menjadi individu yang diinginkan. Kebutuhan dan bermain peran sangat penting pada tahapan ini. b. Minat (Interest) Pada sub tahap ini, anak berusia tahun. Anak pada tahapan ini hal yang disukai dan tidak disukai menjadi penentu utama dalam aspirasi dan aktivitasnya. c. Kemampuan (Capacity) Pada sub tahap ini, anak berusia tahun. Pada tahap ini, anak mulai mempertimbangkan kemampuan yang dimiliki dan persyaratan dari pekerjaan yang diinginkan. 2. Eksplorasi (Exploration) Pada tahapan ini dimulai dari tahun. Tugas utama dari tahap ini adalah mengeksplorasi secara umum mengenai dunia kerja dan pekerjaan yang lebih spesifik. Pada tahap ini individu mencari banyak informasi mengenai karir apa yang sesuai dengan dirinya, merencanakan masa depan yang bersifat sementara serta mulai mengetahi minat, kemampuan dan nilai yang dimilikinya. Tahapan ini terdiri dari tiga sub tahap, yaitu : a. Tentatif (Tentative) Pada sub tahap ini, terdapat pada usia tahun. Pada tahap ini kebutuhan, minat, kemampuan, nilai-nilai dan kesempatan mulai dipertimbangkan. Pilihan yang dibuat bersifat sementara dan diuji coba dalam fantasi, diskusi, kursus kerja dan sebagainya. Individu sudah dapat melihat bidang serta tingkat pekerjaan yang sesuai dengan dirinya. b. Transisi (Transition) Pada sub tahap ini, terdapat pada usia tahun. Individu mulai mempertimbangkan kenyataan untuk memasuki pasar tenaga kerja dan upaya untuk menerapkan konsep pemilihan pekerjaan yang umum menjadi pilihan yang spesifik.

6 c. Percobaan (Trial-Little Commitment) Pada sub tahap ini, terdapat pada usia tahun. Pada tahap ini individu sudah mulai menemukan pekerjaan yang sesuai dan mulai memasuki dunia kerja, akan tetapi komitmen ini masih bersifat sementara. Karena jika pekerjaan tersebut ternyata tidak sesuai, maka individu tersebut harus menerepkan preferensi kejuruan serta konsep diri yang lebih realistic serta belajar lebih lanjut tentang lebih banyak kesempatan. 3. Pembentukan (Establishment) Pada tahapan ini dimulai dari usia tahun. Individu pada tahap ini telah menemukan bidang pekerjaan yang sesuai, upaya dilakukan untuk mempertahankan pekerjaan tersebut. Tahapan ini terdiri atas dua sub tahap, yaitu : a. Percobaan dengan komitmen dan stabilisasi (Trial-Commitment and Stabilization) Pada sub tahap ini, terdapat pada usia tahun. Individu mulai memepertahankan posisi pekerjaan yang dimilikinya setelah sebelumnya mengalami satu atau dua kali perubahan pekerjaan sampai akhirnya menemukan pekerjaan yang sesuai. b. Kemajuan (Advancement) Pada sub tahap ini, terdapat pada usia tahun. Individu sudah memiliki karir yang stabil. Sebagian besar individu pada tahun ini adalah tahunkreatif dimana senioritas diperoleh, klien dikembangkan dan menunjukkan keunggulan kinerjanya dan kualifikasi ditingkatkan. 4. Pemeliharaan (Maintenance) Pada tahapan ini dimulai dari usia tahun. Setelah individu menetapkan pilihannya pada satu bidang karir, maka fokus selanjutnya adalah mempertahankan posisinya melalui persaingan dengan rekan kerja yang lebih muda dan menjaga posisi tersebut dengan pengetahuan yang baru. 5. Penolakan (Decline) Pada tahapan ini individu berada pada usia lebih dari 65 tahun. Dimana kekuatan fisik dan mentalnya mulai mengalami penuruan. Individu mulai mempertimbangkan masa pra-pensiun dan akhirnya pensiun yang menyebabkan perubahan aktivitas kerja. Tahapan ini terdiri dari dua sub tahap, yaitu :

7 a. Perlambatan (Deceleration) Pada sub tahap ini, terdapat pada usia tahun. Individu mulai mengurangi tingkat kerja secara efektif dan mulai merencanakan pensiun. Seperti mencari pekerjaan paruh waktu untuk mengganti pekerjaan rutin mereka. b. Masa pensiun (Retirement) Pada sub tahap ini, terdapat pada usia lebih dari 71 tahun. Ketika individu telah mengalami pensiun, maka individu akan menghabiskan waktunya dengan halhal yang ingin dilakukan dan mulai menarik diri dari lingkungan kerja. 2.2 Motivasi Berprestasi Definisi Motivasi Berprestasi Motivasi secara umum dianggap sebagai dorongan untuk mencapai sebuah target dan proses untuk mempertahankan dorongan tersebut. Motivasi memberikan landasan yang penting untuk menyelesaikan perilaku kognitif, seperti perencanaan, organisasi, pengambilan keputusan, pembelajaran dan penilaian (Printrich & Shunk, dalam Singh 2011). Sedangkan Spence dan Helmreich (dalam Singh, 2011) mendefinisikan prestasi sebagai perilaku berorientasi pada tugas. Atkinson (dalam Singh, 2011) mendefinisikan motivasi berprestasi sebagai perbandingan kinerja dengan orang lain dan terhadap kegiatan standar tertentu. Atkinson dan Fearther (dalam Singh, 2011) juga mengemukakan bahwa motivasi berprestasi adalah kombinasi dari dua variable kepribadian : kecenderungan untuk mendekati keberhasilan dan kecenderungan untuk menghindari kegagalan. Bigge dan Hunt (dalam Singh, 2011) menambahkan bahwa motivasi berprestasi merupakan dorongan untuk bekerja dengan ketekunan dan kekuatan, untuk terus mengarahkan menuju target, untuk memperoleh dominasi dalam tugas yang menantang dan sulit dan mencapai perasaan berprestasi sebagai hasilnya. Menurut McClelland (dalam Hawadi, 2001) mengatakan bahwa motivasi berprestasi merupakan motif yang mengarahkan tingkah laku seseorang dengan titik berat pada bagaimana prestasi tersebut dicapai. Motif inilah yang mendorong individu untuk mencapai keberhasilan dengan bersaing dengan suatu standar keunggulan tertentu.

8 Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat diartikan bahwa motivasi berprestasi merupakan dorongan psikologis yang bersifat subyektif dan internal, yang memungkinkan individu untuk mengejar pekerjaan yang mereka anggap berharga dan mendorong mereka untuk mencapai tujuan tersebut dan untuk bersaing serta membandingkan hasil prestasinya dengan orang lain Jenis-jenis Motivasi McClelland (dalam Siagian, 1989) dan rekan-rekannya mengemukakan sebuah teori yang dinamakan teori tiga kebutuhan dimana inti teori ini terletak pada pendapat yang mengatakan bahwa pemahaman tentang motivasi akan semakin mendalam apabila didasari bahwa setiap individu memiliki tiga jenis kebutuhan, yaitu : a. Motivasi untuk berprestasi (Need For Achievement) Merupakan sebuah dorongan untuk mengungguli orang lain, mendapatkan prestasi, berprestasi sehubungan dengan standar yang ada untuk mencapai kesuksesan. Individu yang memiliki motivasi untuk berprestasi yang tinggi akan meningkatkan kinerjanya untuk mendapatkan apa yang diinginkan. b. Motivasi untuk kekuasaan (Need For Power) Merupakan motivasi yang memiliki keinginan untuk mempengaruhi orang lain dan mengubah situasi. Individu yang memiliki motivasi untuk kekuasaan ini ingin menunjukkan dirinya kepada orang lain dan ingin memperngaruhi orang-orang dimana tempat ia berinteraksi. Motivasi ini sangat berhubungan dengan motivasi dalam mencapai suatu posisi kepemimpinan. c. Motivasi untuk berafiliasi (Need For Affiliation) Merupakan keinginan untuk berhubungan antar pribadi yang ramah dan akrab. Memiliki keinginan untuk mempunyai hubungan yang erat, selalu mencari teman dan mempertahankan hubungan yang telah dibina dengan individu tersebut, kooperatif dan penuh sikap persahabatan dengan pihak lain.

9 2.2.3 Karakteristik Motivasi Berprestasi Menurut McClelland (dalam Hawadi, 2001) ada empat hal yang membedakan tingkat motivasi berprestasi, yaitu : a. Tanggung Jawab Individu yang memiliki motivasi yang tinggi akan merasa dirinya bertanggung jawab atas tugas yang diberikan. Individu tersebut akan menyelesaikan setiap tugas yang dikerjakannya dan tidak akan meninggalkan tugas itu sebelum selesai. b. Mempertimbangkan Resiko Individu dengan motivasi berprestasi tinggi akan memilih tugas dengan derajat kesukaran yang sedang, yang menantang kemampuannya, namun masih memungkinkannya untuk berhasil menyelesaikan dengan baik. c. Memperhatikan Umpan Balik Individu dengan motivasi berprestasi tinggi menyukai pemberian umpan balik atas hasil kerjanya. Karena dengan diberikannya umpan balik, maka individu tersebut akan mengetahui dirinya mengalami kemajuan atau tidak. d. Kreatif-Inovatif Individu dengan motivasi berprestasi tinggi cenderung bertindak kreatif dengan mencari cara baru untuk menyelesaikan tugas dengan seefesien dan seefektif mungkin Faktor yang mempengaruhi Motivasi Berprestasi Menurut Harter (dalam Hawadi, 2001) ada tiga hal yang mempengaruhi motivasi berprestasi dalam kaitannya dengan kegiatan belajar mengajar, antara lain : a. Kompetensi yang dirasakan oleh individu Hal ini dipengaruhi oleh tentang bagaimana penilaian orang lain terhadap tingkat prestasi yang sesungguhnya. Semakin tinggi prestasi seseorang, maka semakin besar pula mereka menyukai tantangan, penuh rasa ingin tahu dan melibatkan diri untuk menguasai suatu keterampilan. b. Afek dalam kegiatan belajar mengajar Ada tiga afek yaitu yang berkaitan dengan mata pelajaran, pengajar dan sekolah. Jika siswa mampu dalam suatu mata pelajaran tertentu, maka ia akan menyenangi pelajaran tersebut. Pada umumnya, siswa akan terdorong bekerja lebih tekun pada

10 mata pelajaran yang diajarkan oleh guru yang mereka senangi. Sedangkan afek terhadap sekolah diperoleh dari adanya perasaan siswa memiliki kecakapan yang tinggi dalam sebagian besar tugas sekolah, menerima pengakuan yang besar bagi kegiatan belajar dan mempunyai hubungan yang baik dengan guru maupun teman sebayanya. c. Persepsi tentang kontrol Individu yang memiliki persepsi kontrol internal mempunyai harapan yang tinggi untuk berhasil dan terdorong untuk bekerja keras. Mereka menyadari bahwa keberhasilan dan kegagalan amat tergantung pada usaha mereka sendiri. 2.3 Dewasa Awal Bagi kebanyakan individu, menjadi dewasa melibatkan proses transisi yang panjang yang terjadi dari usia 18 sampai 25 tahun (Arnett, dalam Santrock 2011). Masa ini ditandai oleh eksperimen dan eksplorasi. Pada titik ini dalam perkembangan mereka, banyak individu yang masih mengeksplorasi jalur karir yang ingin mereka ambil, ingin menjadi individu seperti apa dan gaya hidup seperti apa yang mereka inginkan : hidup melajang atau menikah. Baru-baru ini Jeffrey Arnett (dalam Santrock 2011) mendeskripsikan lima ciri dari orang yang beranjak dewasa sebagai berikut : a. Eksplorasi identitas, khususnya dalam relasi romantik dan pekerjaan Beranjak dewasa adalah masa dimana di dalam sebagian besar individu terjadi perubahan penting yang menyangkut identitas. b. Ketidakstabilan Perubahan tempat tinggal sering terjadi selama masa dewasa awal, sebuah masa dimana juga sering terjadi ketidakstabilan dalam relasi, pekerjaan dan pendidikan. c. Self-focused (terfokus pada diri) Individu yang berada dalam masa beranjak dewasa cenderung terfokus pada diri sendiri, dalam arti mereka kurang terlibat dalam kewajiban sosial, melakukan tugas dan berkomitmen terhadap orang lain, serta mengakibatkan mereka memiliki otonomi yang benar dalam mengatur kehidupannya sendiri. d. Feeling in-between (merasa seperti berada di peralihan) Banyak orang di masa beranjak dewasa tidak menganggap dirinya sebagai remaja ataupun sepenuhnya sudah dewasa dan berpengalaman.

11 e. Usia dengan berbagai kemungkinan, sebuah masa dimana individu memiliki peluang untuk mengubah hidup mereka. Mahasiswa termasuk kedalam masa dewasa awal, dimana mahasiswa memiliki tugas perkembangan (Supriatna, 2011) sebagai berikut : a. Mampu mengembangkan kompetensi intelektual, fisik dan sosial. b. Mampu mengelola dan mengontrol emosi diri sendiri, serta mengenal dan menangkap emosi orang lain. c. Bergerak dari otonomi ke arah independent, serta dapat mengarahkan diri. d. Mampu mengembangkan kematangan hubungan interpersonal dan toleransi terhadap perbedaan. e. Mampu membangun identitas, penerimaan diri dan harga diri. f. Mampu mengembangkan tujuan hidup, yaitu mencapai keterampilan dalam suatu bidang pilihan, memilih kegiatan yang sesuai dengan cita-cita, memelihara motivasi untuk mencapai tujuan cita-cita, mengembangkan perencanaan karir. g. Mampu mengembangkan intergritas, mampu menelaah nilai-nilai pribadi dan berpikir kritis. 2.4 Kerangka Berpikir Mahasiswa memiliki tuntutan antara lain mengembangkan kompetensi intelektual, fisik dan sosial, mengelola emosi, mengembangkan hubungan interpersonal, membangun identitas diri, mengembangkan tujuan hidup yaitu mencapai ketrampilan dalam suatu bidang pilihan, memilih kegiatan yang sesuai dengan cita-cita, memelihara motivasi untuk mencapai cita-cita, mengembangkan kesadaran akan tujuan hidup dan mengembangkan perencanaan karir, cita-cita dan komitmen keluarga (Supriatna,2011). Secara umum dapat dilihat bahwa karir menjadi tujuan utama.pada tuntutan yang dimiliki mahasiswa. Berdasarkan tahapan perkembangan karir menurut Super (dalam Gladding, 2013) mahasiswa berada pada tahapan eksplorasi, dimana tugas utama dari tahapan ini adalah mengeksplorasi secara umum mengenai dunia kerja dan pekerjaan yang lebih spesifik, mencari banyak informasi mengenai karir, merencanakan masa depan dan mengetahui minat bakat yang dimiliki. Ketika mahasiswa merencanakan masa depan karirnya, maka hal tersebut termasuk dalam indikator kematangan karir. Kematangan karir merupakan sebuah

12 kemampuan individu dalam menentukan sendiri mengenai pekerjaan yang sesuai dengan minat dan kemampuan, pilihan yang realistik dan konsisten (Super, dalam Sharf 2006). Kematangan karir terdiri atas empat dimensi, yaitu Career Planning, Career Exploration, Decision Making dan World-of-Work Information. Salah satu faktor yang mempengaruhi kematangan karir adalah Locus of Control, individu dengan Locus of Control Internal, ketika dihadapi pada pemilihan karir, maka akan melakukan usaha untuk mengenal dirinya, mencari tahu mengenai pekerjaan dan langkah-langkah pendidikan, serta berusaha mengatasi masalah yang dihadapi (Taganing, 2007). Harter (dalam Hawadi, 2001) juga menambahkan bahwa ketika individu yang memiliki persepsi kontrol internal mempunyai harapan yang tinggi untuk berhasil dan terdorong untuk bekerja keras. Mereka menyadari bahwa keberhasilan dan kegagalan amat tergantung pada usaha mereka sendiri. Hal tersebut termasuk dalam indikator motivasi berprestasi. Menurut McClelland (dalam Hawadi, 2001) motivasi berprestasi merupakan motif yang mengarahkan tingkah laku individu dengan titik berat pada bagaimana prestasi tersebut dicapai dan motif inilah yang mendorong untuk mencapai keberhasilan dengan bersaing dengan suatu standar keunggulan tertentu. Berdasarkan hal tersebut, peneliti menduga adanya hubungan antara kematangan karir dengan motivasi berprestasi pada mahasiswa tingkat akhir Jurusan Psikologi Universitas Bina Nusantara. Target Tercapai Mahasiswa Tingkat Akhir Kematangan Karir Target Akademis Motivasi Berprestasi Target Tidak Tercapai

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Kematangan Karir 1. Pengertian kematangan karir Crites (dalam Brown, 2002) mendefinisikan kematangan karir sebagai tingkat di mana individu telah menguasai tugas perkembangan karirnya,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kemampuan seseorang dalam menentukan sendiri pekerjaan yang sesuai

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kemampuan seseorang dalam menentukan sendiri pekerjaan yang sesuai BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kematangan Karir Kemampuan seseorang dalam menentukan sendiri pekerjaan yang sesuai dengan minat dan kemampuan, pilihan yang realistik dan konsisten disebut kematangan karir

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB II LANDASAN TEORITIS A. KEMATANGAN KARIR 1. Pengertian Kematangan Karir Crites (dalam Salami, 2008) menyatakan bahwa kematangan karir sebagai sejauh mana individu dapat menguasai tugas-tugas perkembangan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 11 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kematangan Karir 1. Pengertian Kematangan Karir Menurut (Hurlock, 1980) Pemilihan dan persiapan diri untuk menjalankan suatu pekerjaan atau karir merupakan tugas perkembangan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Crites (dalam Brown, 2002) mendefinisikan kematangan karir sebagai tingkat di mana

BAB II LANDASAN TEORI. Crites (dalam Brown, 2002) mendefinisikan kematangan karir sebagai tingkat di mana BAB II LANDASAN TEORI A. Kematangan Karir 1. Pengertian kematangan karir Crites (dalam Brown, 2002) mendefinisikan kematangan karir sebagai tingkat di mana individu telah menguasai tugas perkembangan karirnya,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karir adalah keberhasilan individu dalam menyelesaikan tugas perkembangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karir adalah keberhasilan individu dalam menyelesaikan tugas perkembangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kematangan Karir 1. Definisi Kematangan Karir Super (dalam Winkel dan Hastuti, 2006) menyatakan bahwa kematangan karir adalah keberhasilan individu dalam menyelesaikan tugas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mutia Faulia, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mutia Faulia, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi atau peralihan perkembangan dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Remaja sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena

Lebih terperinci

Donald Super mencanangkan suatu pandangan tentang perkembangan karier yang berlingkup sangat luas, karena perkembangan jabatan itu dipandang sebagai

Donald Super mencanangkan suatu pandangan tentang perkembangan karier yang berlingkup sangat luas, karena perkembangan jabatan itu dipandang sebagai Donald Super mencanangkan suatu pandangan tentang perkembangan karier yang berlingkup sangat luas, karena perkembangan jabatan itu dipandang sebagai suatu proses yang mencakup banyak faktor. Faktor tersebut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kematangan Vokasional 1. Definisi Kematangan Vokasional Dali Gulo (1982) mengemukakan bahwa kematangan adalah proses atau pertumbuhan dan perkembangan fisik yang disertai dengan

Lebih terperinci

Perkembangan Sepanjang Hayat

Perkembangan Sepanjang Hayat Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Remaja dalam Aspek Psikososial Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Memahami Masa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. (Winkel & Hastuti, 2006: 633) kematangan karir adalah keberhasilan seseorang

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. (Winkel & Hastuti, 2006: 633) kematangan karir adalah keberhasilan seseorang BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 1.1 Kajian Teoritis 1.1.1 Makna Kematangan Karir Kematangan karir merupakan bagian terpenting yang harus dimiliki oleh siswa guna menunjang keberhasilan perencanaan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dukungan Sosial 2.1.1 Pengertian Dukungan Sosial Dukungan sosial adalah bantuan yang diberikan orang-orang yang berada dalam lingkungan sosial individu seperti keluarga, teman,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan proses jangka panjang untuk membuat keputusan-keputusan karir dari

BAB I PENDAHULUAN. merupakan proses jangka panjang untuk membuat keputusan-keputusan karir dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tolbert (dalam Suherman, 2000) mengatakan bahwa perkembangan karir merupakan proses jangka panjang untuk membuat keputusan-keputusan karir dari banyak pilihan, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya perkembangan dunia yang semakin maju dan persaingan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya perkembangan dunia yang semakin maju dan persaingan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dengan adanya perkembangan dunia yang semakin maju dan persaingan yang terjadi semakin ketat, individu dituntut untuk memiliki tingkat pendidikan yang memadai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Memasuki Abad 21, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Memasuki Abad 21, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki Abad 21, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin maju serta terbukanya pasar global akan menstimulus kita untuk selalu meningkatkan

Lebih terperinci

Selamat Membaca dan Memahami Materi e-learning Rentang Perkembangan Manusia II

Selamat Membaca dan Memahami Materi e-learning Rentang Perkembangan Manusia II Selamat Membaca dan Memahami Materi e-learning Rentang Perkembangan Manusia II MASA DEWASA PEKERJAAN, KARIR DAN PENSIUN materi kuliah elearning Rentang Perkembangan Manusia II Oleh : Dr Triana Noor Edwina

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan. dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan. dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang diselenggarakan di dalamnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan seseorang memasuki masa dewasa. Masa ini merupakan, masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. (2005) menyatakan bahwa perencanaan karir adalah proses yang harus dilewati

BAB II LANDASAN TEORI. (2005) menyatakan bahwa perencanaan karir adalah proses yang harus dilewati BAB II LANDASAN TEORI A. Perencanaan Karir 1. Definisi Perencanaan Karir Menurut Corey & Corey (2006), perencanaan karir adalah suatu proses yang mencakup penjelajahan pilihan dan persiapan diri untuk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Karier merupakan sekuensi okupasi-okupasi di mana seseorang ikut serta di dalamnya;

TINJAUAN PUSTAKA. Karier merupakan sekuensi okupasi-okupasi di mana seseorang ikut serta di dalamnya; II. TINJAUAN PUSTAKA A. Rencana Karier 1. Pengertian Karier Karier merupakan sekuensi okupasi-okupasi di mana seseorang ikut serta di dalamnya; beberapa orang mungkin tetap dalam okupasi yang sama sepanjang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dapat berdiri sendiri tanpa bergantung kepadaorang lain. Kemandirian dalam kamus psikologi yang disebut independence yang

BAB II LANDASAN TEORI. dapat berdiri sendiri tanpa bergantung kepadaorang lain. Kemandirian dalam kamus psikologi yang disebut independence yang BAB II LANDASAN TEORI 2.1.Kemandirian 2.1.1. Pengertian Kemandirian Menurut Sumahamijaya, 2003 Kemandirian berasal dari kata mandiri yang berarti dalam keadaan dapat berdiri sendiri, tidak bergantungpada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karier adalah bagian hidup yang berpengaruh pada kebahagiaan hidup manusia secara keseluruhan. Oleh karenanya ketepatan memilih serta menentukan keputusan karier

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. mengarahkan, dan mempertahankan perilaku. Dengan demikian, perilaku yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. mengarahkan, dan mempertahankan perilaku. Dengan demikian, perilaku yang BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Motivasi Berprestasi 2.1.1 Pengertian Motivasi Motivasi (motivation) melibatkan proses yang memberikan energi, mengarahkan, dan mempertahankan perilaku. Dengan demikian, perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) termasuk individu-individu yang

BAB I PENDAHULUAN. Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) termasuk individu-individu yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) termasuk individu-individu yang memasuki masa remaja madya yang berusia 15-18 tahun. Masa remaja merupakan suatu periode

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Prokrastinasi Akademik 2.1.1 Pengertian Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan pro yang berarti mendorong maju atau bergerak maju dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Deasy Yunika Khairun, Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa

BAB I PENDAHULUAN. Deasy Yunika Khairun, Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan proses yang esensial untuk mencapai tujuan dan cita-cita individu. Pendidikan secara filosofis merupakan proses yang melibatkan berbagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Identity Achievement. (Kartono dan Gulo, 2003). Panuju dan Umami (2005) menjelaskan bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Identity Achievement. (Kartono dan Gulo, 2003). Panuju dan Umami (2005) menjelaskan bahwa BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Identity Achievement 1. Definisi Identity Achievement Identitas merupakan prinsip kesatuan yang membedakan diri seseorang dengan orang lain. Individu harus memutuskan siapakah

Lebih terperinci

Bab 1 Kewirausahaan. 1. Kewirausahaan dalam Perspektif Sejarah

Bab 1 Kewirausahaan. 1. Kewirausahaan dalam Perspektif Sejarah K e w i r a u s a h a a n 1 Bab 1 Kewirausahaan Mahasiswa diharapkan dapat memahami dan menguasai terkait latar belakang kewirausahaan dan perkembangannya. K emakmuran dari suatu negara bisa dinilai dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya jaman, semakin bertambah juga tuntutan-tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya jaman, semakin bertambah juga tuntutan-tuntutan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan berkembangnya jaman, semakin bertambah juga tuntutan-tuntutan dalam hidup. Tuntutan-tuntuan itu tidak hanya pada satu aspek atau bidang kehidupan

Lebih terperinci

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB II. Tinjauan Pustaka BAB II Tinjauan Pustaka Dalam bab ini peneliti akan membahas tentang tinjauan pustaka, dimana dalam bab ini peneliti akan menjelaskan lebih dalam mengenai body image dan harga diri sesuai dengan teori-teori

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi belajar atau hasil belajar adalah realisasi atau pemekaran dari kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk kemajuan pembangunan. Salah satu lembaga pendidikan yang penting adalah perguruan tinggi.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 12 BAB II LANDASAN TEORI A. Kematangan Karir 1. Pengertian Kematangan Karir Menurut Chaplin (2004), kematangan (maturation) diartikan sebagai: a. Perkembangan, proses mencapai kemasakan/ usia masak, b.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Pendidikan berfungsi untuk mengembangkan dan membentuk

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Pendidikan berfungsi untuk mengembangkan dan membentuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Pendidikan berfungsi untuk mengembangkan dan membentuk watak serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup perusahaan. Orang (manusia) merupakan elemen yang selalu

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup perusahaan. Orang (manusia) merupakan elemen yang selalu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi ini, perusahaan menyadari akan pentingnya sumber daya manusia. Keberhasilan suatu perusahaan ditentukan oleh sumber daya yang ada di dalamnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyadari pentingnya memiliki pendidikan yang tinggi. Untuk mengikuti perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. menyadari pentingnya memiliki pendidikan yang tinggi. Untuk mengikuti perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan saat ini semakin berkembang, hal ini ditandai dengan individu yang menyadari pentingnya memiliki pendidikan yang tinggi. Untuk mengikuti perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan perempuan dalam masyarakat, sebagai contoh perempuan tidak lagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan perempuan dalam masyarakat, sebagai contoh perempuan tidak lagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat ini banyak terjadi pergeseran peran atau kedudukan antara lakilaki dan perempuan dalam masyarakat, sebagai contoh perempuan tidak lagi semata-mata

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dimana masih memiliki masalah-masalah yang berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi, salah satunya adalah pengangguran.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dewasa yang sehat, di mana pun dan kapan pun dirinya berada. Betapa orang akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dewasa yang sehat, di mana pun dan kapan pun dirinya berada. Betapa orang akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pekerjaan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia dewasa yang sehat, di mana pun dan kapan pun dirinya berada. Betapa orang akan merasa sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kondisi perekonomian yang cukup sulit bagi sebagian lapisan masyarakat mendorong mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN. kondisi perekonomian yang cukup sulit bagi sebagian lapisan masyarakat mendorong mahasiswa BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Fenomena kuliah sambil kerja banyak dijumpai di berbagai negara. Hal ini terjadi baik di negara berkembang maupun di negara maju yang telah mapan secara ekonomi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. remaja adalah memilih dan menyiapkan lapangan pekerjaan, dimana minat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. remaja adalah memilih dan menyiapkan lapangan pekerjaan, dimana minat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ali dan Asrori (2004) mengemukakan bahwa salah satu tugas perkembangan remaja adalah memilih dan menyiapkan lapangan pekerjaan, dimana minat utamanya tertuju pada pemilihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses pemenuhan tugas perkembangan tersebut, banyak remaja yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses pemenuhan tugas perkembangan tersebut, banyak remaja yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan salah satu fase perkembangan dari kehidupan individu. Pada fase ini terdapat sejumlah tugas perkembangan yang harus dilalui, untuk menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berakhirnya suatu pendidikan formal, diharapkan seseorang dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berakhirnya suatu pendidikan formal, diharapkan seseorang dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berakhirnya suatu pendidikan formal, diharapkan seseorang dapat memasuki dunia kerja, demikian halnya dengan pendidikan di SMA. Kurikulum SMA dirancang untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri,

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri, BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang berarti tidak dapat hidup tanpa orang lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri, baik terhadap

Lebih terperinci

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh

Lebih terperinci

Motif Technopreneur Sukses by: AGB

Motif Technopreneur Sukses by: AGB MOTIVASI WIRAUSAHA Motif Technopreneur Sukses by: AGB PC PE PG Harapan/ Perbandingan Hasil (Outcome) Keterangan : PC = Personal Characteristic PE = Personal Environment PG = Personal Goals BE = Business

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KEMATANGAN KARIR MELALUI METODE CAREER PORTFOLIO PADA SISWA KELAS X MIA 1 DI SMA N 1 BOYOLALI SKRIPSI

UPAYA PENINGKATAN KEMATANGAN KARIR MELALUI METODE CAREER PORTFOLIO PADA SISWA KELAS X MIA 1 DI SMA N 1 BOYOLALI SKRIPSI UPAYA PENINGKATAN KEMATANGAN KARIR MELALUI METODE CAREER PORTFOLIO PADA SISWA KELAS X MIA 1 DI SMA N 1 BOYOLALI SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Konsep Diri Istilah konsep diri biasanya mengarah kepada sebuah pembentukan konsep pribadi dari diri seseorang. Secara umum konsep diri adalah pandangan dan sikap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tahun. Menurut Erickson masa remaja merupakan masa berkembangnya identity.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tahun. Menurut Erickson masa remaja merupakan masa berkembangnya identity. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Siswa SMA tergolong ke anak remaja yang memiliki rentang usia 15-18 tahun. Menurut Erickson masa remaja merupakan masa berkembangnya identity. Identitas diri ini mencakup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa kehadiran manusia lainnya. Kehidupan menjadi lebih bermakna dan berarti dengan kehadiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu untuk menuju kedewasaan atau kematangan adalah masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. individu untuk menuju kedewasaan atau kematangan adalah masa remaja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu periode perkembangan yang harus dilalui oleh seorang individu untuk menuju kedewasaan atau kematangan adalah masa remaja (Yusuf, 2006). Masa remaja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karir merupakan bagian dari kehidupan setiap orang. Bahkan karir bagi

BAB I PENDAHULUAN. Karir merupakan bagian dari kehidupan setiap orang. Bahkan karir bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karir merupakan bagian dari kehidupan setiap orang. Bahkan karir bagi sebagian orang dianggap sebagai status yang dapat menghidupkan atau mematikan seseorang. Karir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap orang memiliki keinginan untuk memperoleh pekerjaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap orang memiliki keinginan untuk memperoleh pekerjaan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang memiliki keinginan untuk memperoleh pekerjaan yang cocok dengan dirinya sendiri. Adanya keraguan seseorang yang muncul ketika memilih pekerjaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan dalam masa transisi itu remaja menjajaki alternatif dan mencoba berbagai pilihan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah suatu masa bagi individu untuk mempersiapkan diri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah suatu masa bagi individu untuk mempersiapkan diri 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah suatu masa bagi individu untuk mempersiapkan diri guna memasuki masa dewasa. Remaja memiliki tugas-tugas perkembangan, salah satu tugas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini mengacu pada bagaimana motivasi berprestasi menurut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini mengacu pada bagaimana motivasi berprestasi menurut BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Penelitian ini mengacu pada bagaimana motivasi berprestasi menurut Spence dan Helmreich yang terdiri dari mastery of needs, work orientation dan competition akan

Lebih terperinci

Study Deskriptif Mengenai Kematangan Karir pada Mahasiswa Tingkat Akhir Fakultas Psikologi Unisba

Study Deskriptif Mengenai Kematangan Karir pada Mahasiswa Tingkat Akhir Fakultas Psikologi Unisba Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Study Deskriptif Mengenai Kematangan Karir pada Mahasiswa Tingkat Akhir Fakultas Psikologi Unisba 1 Teraselta Widyatama, 2 Yuli Aslamawati 1,2 Fakultas Psikologi, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa usia sekolah dasar merupakan masa akhir kanak-kanak yang. berkisar antara enam tahun sampai dua belas tahun, dimana anak mulai

BAB I PENDAHULUAN. Masa usia sekolah dasar merupakan masa akhir kanak-kanak yang. berkisar antara enam tahun sampai dua belas tahun, dimana anak mulai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa usia sekolah dasar merupakan masa akhir kanak-kanak yang berkisar antara enam tahun sampai dua belas tahun, dimana anak mulai meninggalkan ketergantungannya pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui tahap intimacy vs isolation. Pada tahap ini, individu berusaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. melalui tahap intimacy vs isolation. Pada tahap ini, individu berusaha untuk 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Saat seseorang memasuki usia dewasa awal, ia mengalami perubahan dalam hidupnya. Pada usia ini merupakan transisi terpenting dalam hidup manusia, dimana remaja mulai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Motivasi Bekerja. Kata motivasi ( motivation) berasal dari bahasa latin movere, kata dasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Motivasi Bekerja. Kata motivasi ( motivation) berasal dari bahasa latin movere, kata dasar BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Bekerja 1. Pengertian Motivasi Kata motivasi ( motivation) berasal dari bahasa latin movere, kata dasar adalah motif ( motive) yang berarti dorongan, sebab atau alasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan efisiensi, bersikap mental dan berwawasan (Wiratno, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. dan efisiensi, bersikap mental dan berwawasan (Wiratno, 2008). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengembangan sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu isue dalam menghadapi era globalisasi, baik persiapan jangka pendek sesuai AFTA 2003 maupun persiapan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Motivasi Motivasi berasal dari bahasa latin yaitu movere yang berarti bergerak (move). Motivasi menjelaskan apa yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu, dan membantu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa belajar bagi remaja untuk mengenal dirinya,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa belajar bagi remaja untuk mengenal dirinya, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa belajar bagi remaja untuk mengenal dirinya, mengenal lingkungannya, dan mengenal masyarakat di sekitarnya. Remaja mulai memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi suatu bangsa. Artinya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi suatu bangsa. Artinya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kualitas tenaga kerja merupakan faktor utama yang mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi suatu bangsa. Artinya bahwa kualitas sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sebuah media penghantar individu untuk menuju masa depan yang lebih baik. Pendidikan merupakan salah satu solusi atau upaya yang dibuat agar dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Pada masa Remaja terkadang mereka masih belum memikirkan tentang masa depan mereka

Lebih terperinci

Terdapat sepuluh (10) butir pemikiran yang diajukan oleh Hoppockbahwa: a. Pekerjaan dipilih dengan maksud untuk memenuhi kebutuhan.

Terdapat sepuluh (10) butir pemikiran yang diajukan oleh Hoppockbahwa: a. Pekerjaan dipilih dengan maksud untuk memenuhi kebutuhan. Dalam pemilihan karir, ada beberapa teori dari beberapa tokoh yang merupakan bahan perbandingan dan bahan-bahan kajian untuk mengadakan pertimbangan yang akan dibahas pada pertemuan ini, yaitu: 1. TEORI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia melakukan kegiatan sehari-hari sebagai cara untuk memenuhi kebutuhannya, dimana proses kehidupan manusia terus berjalan dimulai sejak lahir (bayi),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengembangan sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengembangan sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengembangan sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu isue dalam rangka menghadapi era globalisasi, baik persiapan jangka pendek sesuai AFTA 2003 maupun persiapan

Lebih terperinci

Disusun oleh Ari Pratiwi, M.Psi., Psikolog & Unita Werdi Rahajeng, M.Psi., Psikolog

Disusun oleh Ari Pratiwi, M.Psi., Psikolog & Unita Werdi Rahajeng, M.Psi., Psikolog PELATIHAN PSIKOLOGI DAN KONSELING BAGI DOSEN PEMBIMBING AKADEMIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA Disusun oleh Ari Pratiwi, M.Psi., Psikolog & Unita Werdi Rahajeng, M.Psi., Psikolog MAHASISWA Remaja Akhir 11 20 tahun,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar perkembangan pendidikannya (Sanjaya, 2005). Menurut UU RI No

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar perkembangan pendidikannya (Sanjaya, 2005). Menurut UU RI No BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan merupakan suatu proses yang sangat menentukan untuk perkembangan individu di masyarakat. Kemajuan pada individu bisa dilihat dari seberapa besar perkembangan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Penyesuaian Diri Penyesuaian berarti adaptasi yang dapat mempertahankan eksistensinya atau bisa bertahan serta memperoleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia pada tingkat satuan menengah atas saat ini di

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia pada tingkat satuan menengah atas saat ini di 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan di Indonesia pada tingkat satuan menengah atas saat ini di desain untuk mengarahkan peserta didik dapat belajar sesuai dengan minat dan tujuan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Definisi mahasiswa menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Kamisa,

BAB 2 LANDASAN TEORI. Definisi mahasiswa menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Kamisa, BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Mahasiswa yang Bekerja 2.1.1 Definisi Mahasiswa Definisi mahasiswa menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Kamisa, 1997), bahwa mahasiswa merupakan individu yang belajar di perguruan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012, pendidikan adalah usaha sadar dan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012, pendidikan adalah usaha sadar dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Body Image 1. Pengertian Body image adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan segala usia (Soedijarto,2008). Di Indonesia, pendidikan terdiri

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan segala usia (Soedijarto,2008). Di Indonesia, pendidikan terdiri BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan diartikan sebagai usaha sadar dan terencana mewujudkan proses belajar sepanjang hayat, menyentuh semua sendi kehidupan, semua lapisan masyarakat

Lebih terperinci

BAB XIII TEKNIK MOTIVASI

BAB XIII TEKNIK MOTIVASI BAB XIII TEKNIK MOTIVASI Tim LPTP FIA - UB 13.1 Pendahuluan Tantangan : 1. Volume kerja yang meningkat 2. Interaksi manusia yang lebih kompleks 3. Tuntutan pengembangan kemampuan sumber daya insani 4.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Ayah 1. Definisi Peran Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan pada seseorang sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun informal (Supartini,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyerukan kepada seluruh bangsa di dunia bahwa jika ingin membangun dan

BAB I PENDAHULUAN. menyerukan kepada seluruh bangsa di dunia bahwa jika ingin membangun dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di zaman yang semakin maju dan berkembang, pendidikan menjadi salah satu faktor kesuksesan. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang menentukan pekerjaan

Lebih terperinci

Perkembangan Sepanjang Hayat

Perkembangan Sepanjang Hayat Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Dewasa Awal dalam Aspek Psikososial Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Masa Dewasa

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penelitian ini, yang akan dibahas dalam tinjauan pustaka adalah motivasi

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penelitian ini, yang akan dibahas dalam tinjauan pustaka adalah motivasi 9 II. TINJAUAN PUSTAKA Dalam penelitian ini, yang akan dibahas dalam tinjauan pustaka adalah motivasi berprestasi, prestasi belajar, dan bimbingan dan konseling. A. Motivasi Berprestasi Beberapa remaja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memasuki dunia pekerjaan. Mendapatkan predikat lulusan terbaik dari suatu

BAB I PENDAHULUAN. memasuki dunia pekerjaan. Mendapatkan predikat lulusan terbaik dari suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menjadi seorang sarjana merupakan gerbang awal bagi mahasiswa untuk memasuki dunia pekerjaan. Mendapatkan predikat lulusan terbaik dari suatu universitas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan kehadiran individu lain dalam kehidupannya. Tanpa kehadiran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. harus dimulai dari pengertian karir itu sendiri. Karir adalah sebagai suatu

BAB II KAJIAN TEORI. harus dimulai dari pengertian karir itu sendiri. Karir adalah sebagai suatu 9 BAB II KAJIAN TEORI A. Orientasi Karir 1. Definisi Orientasi Karir Menurut Super (dalam Sukardi, 1989) memahami orientasi karir harus dimulai dari pengertian karir itu sendiri. Karir adalah sebagai suatu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dengan tahap perkembangan karir.

BAB II LANDASAN TEORI. dengan tahap perkembangan karir. 18 BAB II LANDASAN TEORI A. KEMATANGAN KARIR 1. Definisi Crites (dalam Brown, 2002) mendefinisikan kematangan karir sebagai tingkat di mana individu telah menguasai tugas perkembangan karirnya, baik komponen

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN Dalam bab terakhir ini akan dijelaskan kesimpulan dari hasil penelitian dan diskusi mengenai hasil-hasil yang diperoleh selama penelitian. Selain itu, terdapat saran untuk

Lebih terperinci

GAMBARAN KEMATANGAN KARIR SISWA DI SMK MUSIK PERGURUAN CIKINI

GAMBARAN KEMATANGAN KARIR SISWA DI SMK MUSIK PERGURUAN CIKINI Gambaran Kematangan Karir Siswa di SMK Musik Perguruan Cikini 137 GAMBARAN KEMATANGAN KARIR SISWA DI SMK MUSIK PERGURUAN CIKINI Vika Rusmania 1 Dra. Indira Chanum Chalik, M.Psi. 2 Herdi, M.Pd. 3 Abstrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan mengalami perubahan-perubahan bertahap dalam hidupnya. Sepanjang rentang kehidupannya tersebut,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kematangan karir. psikologi konseling dan karir bernama Donald Edwin Super. Dalam bahasa inggris istilah kematangan karir

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kematangan karir. psikologi konseling dan karir bernama Donald Edwin Super. Dalam bahasa inggris istilah kematangan karir 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Kematangan Karir A. Kematangan Karir Kematangan karir merupakan konstruk psikologis yang mengalami banyak perkembangan. Konstruk ini pertama kali di ungkapkan oleh

Lebih terperinci

KONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN 2009 TESIS

KONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN 2009 TESIS KONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN 2009 TESIS Diajukan Kepada Program Studi Manajemen Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di jaman yang semakin maju, pendidikan menjadi salah satu faktor

BAB I PENDAHULUAN. Di jaman yang semakin maju, pendidikan menjadi salah satu faktor BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Di jaman yang semakin maju, pendidikan menjadi salah satu faktor kesuksesan. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang menentukan pekerjaan dan karier yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Identitas Ego 2.1.1 Definisi Identitas Ego Untuk dapat memenuhi semua tugas perkembangan remaja harus dapat mencapai kejelasan identitas (sense of identity) yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Penelitian ini mengacu pada bagaimana motivasi berprestasi menurut Spence dan

BAB II LANDASAN TEORI. Penelitian ini mengacu pada bagaimana motivasi berprestasi menurut Spence dan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori Penelitian ini mengacu pada bagaimana motivasi berprestasi menurut Spence dan Helmreich yang terdiri dari mastery of needs, work orientation dan competition akan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan dengan orang lain (Stuart & Sundeen, 1998). Potter & Perry. kelemahannya pada seluruh aspek kepribadiannya.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan dengan orang lain (Stuart & Sundeen, 1998). Potter & Perry. kelemahannya pada seluruh aspek kepribadiannya. 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep diri 2.1.1. Pengertian Konsep diri Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bandung saat ini telah menjadi salah satu kota pendidikan khususnya

BAB I PENDAHULUAN. Bandung saat ini telah menjadi salah satu kota pendidikan khususnya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bandung saat ini telah menjadi salah satu kota pendidikan khususnya pendidikan di perguruan tinggi. Hal ini dikarenakan begitu banyak perguruan tinggi seperti

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Komunikasi organisasi Komunikasi organisasi pada umumnya membahas tentang struktur dan fungsi organisasi hubungan antarmanusia, komunikasi dan proses pengorganisasian serta budaya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Motivasi Terbentuknya persepsi positif pekerja terhadap organisasi, secara teoritis merupakan determinan penting terbentuknya motivasi kerja yang tinggi. Para pekerja adalah manusia

Lebih terperinci

1. PE DAHULUA. Universitas Indonesia. Perbedaan Fokus..., Marchantia Andranita, FPSIUI, 2008

1. PE DAHULUA. Universitas Indonesia. Perbedaan Fokus..., Marchantia Andranita, FPSIUI, 2008 1. PE DAHULUA I.1. Latar Belakang Masa dewasa muda adalah periode dimana terjadi penyesuaian terhadap pola-pola kehidupan dan harapan-harapan sosial yang baru (Hurlock dalam Lemme, 1995). Pada tahapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dewasa ini pada akhirnya menuntut semakin

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dewasa ini pada akhirnya menuntut semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dewasa ini pada akhirnya menuntut semakin besarnya kebutuhan akan tenaga kerja profesional di bidangnya. Hal ini dapat dilihat dari berbagai

Lebih terperinci