BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kemampuan seseorang dalam menentukan sendiri pekerjaan yang sesuai

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kemampuan seseorang dalam menentukan sendiri pekerjaan yang sesuai"

Transkripsi

1 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kematangan Karir Kemampuan seseorang dalam menentukan sendiri pekerjaan yang sesuai dengan minat dan kemampuan, pilihan yang realistik dan konsisten disebut kematangan karir (Super, 1951, dalam Sharf, 2006). Menurut Crites (dalam Brown, 2002) kematangan karir adalah tingkat dimana individu sudah menguasai perkembangan karirnya dengan baik, meliputi komponen, pengetahuan, maupun sikap yang sesuai dengan tahap perkembangan karir. Sedangkan Gonzales (2008) mengatakan kematangan karir adalah proses kematangan seseorang berhubungan dengan tahapan perkembangan, dibandingkan dengan tahapan kematangan orang lain yang seumuran. Schmitt-Rodermund dan Sillbereisen (1998) juga menambahkan bahwa kematangan karir adalah suatu kondisi siap atau tidak seseorang sudah memiliki ide tentang pekerjaan di masa depan. Super ( dalam Sharf, 2006) mendeskripsikan terdapat 4 komponen utama berkenaan dengan kematangan karir, yaitu : - Orientasi untuk pemilihan vokasional, yang berhubungan dengan pemusatan pada pilihan karir dan penggunaan informasi mengenai pekerjaan. - Konsistensi terhadap pilihan, tidak hanya konsisten terhadap pilihan pekerjaan tetapi juga konsisten terhadap bidang yang diminati dan jabatan pekerjaan. - Perwujudan dari perilaku - Kebijakan atas pilihan utama, yang merujuk pada hubungan antara pilihan dan kemampuan, aktivitas dan minat. 8

2 Tahapan Perkembangan Karir Super (dalam Brown, 2002) membuat tahapan perkembangan karir sesuai dengan tugas tugas yang spesifik yang ada dalam masing masing tahapan perkembangan karir tersebut, yaitu: a) Perkembangan (4 13 tahun) Tahap ini ditandai dengan perkembangan kapasitas, sikap, minat, dan kebutuhan yang terkait dengan konsep diri. Anak anak mengamati lingkungan untuk mendapat informasi mengenai dunia kerja dan menggunakan perasaan untuk mengetahui minat mereka. Pada tahap ini terdapat tia sub tahap, antara lain: 1) Sub tahap fantasi (4 10 tahun) minat pada anak ditandai dengan berfantasi menjadi individu yang diinginkan, kebutuhan dan menjalani peran merupakan suatu hal yang penting. 2) Sub tahap minat (11 12 tahun) Tahap ini ditandai dengan tingkah laku yang berhubungan dengan karir mulai dipengaruhi oleh kesukaan anak menjadi penentu utama aspirasi dan aktifitas. 3) Sub tahap kapasitas Pada tahap ini individu mulai mempertimbangkan kemampuan dan persyaratan dari pekerjaan yang diinginkan. b) Eksplorasi (14 24 tahun) Super (dalam Hami, Hinduan, dan Sulastiana, 2007) menjelaskan bahwa tahapan perkembangan karir pada masa ini memasuki tahap eksplorasi. Pada tahap ini keputusan keputusan pendidikan yang penting tujuan tujuan karir pertama

3 10 kali diuji secara serius (Super, dalam Zulkaida, Kurniati, Retnaningsih, Muluk, dan Firameutia, 2007). Tahun tahun sekolah lanjutan dan perguruan tinggi ini sendiri merupakan suatu masa dimana para siswa/mahasiswa mengumpulkan informasi mengenai kekurangan dan kelebihan diri mereka, dan juga informasi dunia kerja yang mereka pilih. Tahap eksplorasi ini dibagi menjadi 3 sub tahap, yaitu: 1) Tentative ( tahun), pada tahap ini individu berupaya mencari kejelasan tentang apa yang ingin dikerjakan. Mereka mulai merealisasikan kemampuannya, minat minat, dan nilai yang dimiliki. 2) Transition (18 21/22 tahun), pada tahap ini individu harus lebih spesifik dalam memilih pekerjaan. 3) Trial little Commitment (22 24/25tahun), pada tahap ini individu membuat perencanaan lebih matang untuk mencapai karirnya. Mereka mulai menghubungi dan mencari informasi kepada orang orang yang bisa menolongnya mendapatkan pekerjaan yang diminati. c) Pembentukan ( tahun) Pada tahap ini individu mulai memasuki dunia kerja yang sesuai dengan dirinya dan bekerja keras untuk mempertahankan karir atau pekerjaannya. Terdapat dua sub tahap pada tahap ini, antara lain: 1) Sub tahap percobaan dengan komitmen ( tahun) Tugas pada tahap ini adalah menstabilkan pilihan pekerjaan. Individu merasa nyaman dengan pekerjaannya sehingga bekerja keras untuk mempertahankan pekerjaan yang dimiliki. 2) Sub tahap stabilisasi ( tahun)

4 11 Pada tahap ini pekerjaan individu sudah stabil. Tugas perkembangan pada tahap ini adalah menetapkan pekerjaan agar memperoleh keamanan dan kenyamanan sehingga dapat meningkatkan kinerja dan menunjukkan perilaku yang positif serta produktif pada rekan kerja. d) Pemeliharaan ( tahun) Pada tahap ini individu telah menetapkan pilihan pada satu bidang, fokus mempertahankan posisi dengan menambah wawasan agar tidak tersaingi oleh rekan yang lebih muda. Tugas perkembangan yang harus dipenuhi, yaitu holding, updating, dan innovating. e) Penolakan ( lebih dari 65 tahun Pada tahap ini individu mulai mempertimbangkan tahap pra pensiun, hasil kerja, dan akhirnya pensiun. Terdapat dua sub tahap, yaitu: 1) Sub tahap decelaration ( tahun) Tugas perkembangan pada sub tahap ini adalah mengurangi tingkat pekerjaan dan mulai merencanakan pensiun. 2) Sub tahap retirement ( lebih dari 71 tahun) Pada tahap ini individu pada akhirnya mulai menarik diri dari lingkungan kerja

5 Dimensi Kematangan Karir Menurut Career Development Inventory yang dikembangkan oleh Super (dalam Hami, Hinduan, dan Sulastiana, 2007) terdapat empat dimensi yang mengukur kematangan karir, yaitu: - Career Planning Skala ini mengukur seberapa banyak pemikiran individu yang diberikan dalam mencari informasi dan seberapa banyak mereka merasa mengetahui tentang berbagai aspek kerja. Seperti mencari informasi karir, berbicara dengan orang dewasa mengenai rencana rencana, mengambil kursus kursus, ikut ekstrakulikuler dan memperoleh pendidikan atau pelatihan untuk suatu pekerjaan. Selain itu, konsep ini berhubungan dengan kondisi pekerjaan, syarat pendidikan, pandangan pekerjaan, pendekatan pendekatan lain untuuk masuk ke dalam pekerjaan dan kesempatan-kesempatan untuk maju. Perencaan karir menunjukan pada seberapa besar seorang siswa merasakan bahwa dia mengetahui tentang aktivitas-aktivitas ini (termasuk tentang apa yang dipikirkan oleh siswa tersebut), bukan seberapa besar yang benar-benar dia ketahui. - Career Exploration Merupakan suatu keinginan untuk mencari informasi karir dengan menggunakan sumber daya atau media yang ada seperti orang tua, guru, orang dewasa yang memiliki karir seperti yang diinginkan, buku, artikel, dan film. Eksplorasi karir menggambarkan penggunaan sumber daya untuk mencari tahu informasi karir.

6 13 - Decision Making Kemampuan siswa menggunakan pengetahuan dan pemikirannya untuk membuat rencana karir. Konsep ini didasari pada tuntutan siswa untuk membuat keputusan karir. - World of Work Information Dimensi ini terdiri atas dua komponen, pertama terkait dengan tugas perkembangan, seperti kapan seseorang harus mencari tahu tentang minat dan kemampuannya, bagaimana cara orang lain melakukan pekerjaannya, dan kenapa seseorang berganti pekerjaan. Kedua mengetahui tugas tugas dalam suatu jabatan dan perilaku perilaku dalam bekerja Faktor faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Karir Remaja Menurut Piaget (dalam Sharf, 2006) secara perlahan proses perkembangan kemampuan dalam memecahkan masalah dan merencanakan dimulai saat remaja. Sejak awal memasuki SMP, remaja butuh untuk memilih apa yang mereka mau vocational track atau college track. Kemampuan untuk menentukan pilihan seperti itu seringkali berubah ubah pada saat remaja. Teori teori karir telah mempelajari aspek aspek dari perkembangan remaja yang berkaitan dengan proses pemilihan karir, seperti minat, kapasitas, dan nilai nilai. 2.2 Motivasi Belajar Sartain (dalam Ngalim, 2002) mengatakan motivasi adalah suatu pernyataan yang kompleks yang mengarahkan tingkah laku terhadap tujuan atau perangsang. Sedangkan menurut Sardiman (2011) motivasi adalah serangkaian usaha untuk

7 14 menyediakan kondisi kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu. Soemanto (dalam Najah, 2007) menjelaskan motivasi adalah faktor psikis yang bersifat non intelektual yang berperan dalam menimbulkan gairah serta semangat belajar. Dalam kegiatan belajar, motivasi belajar dapat dikatakan sebagai penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar, dan memberikan arahan pada kegiatan belajar (Mustaqim, 2008). Menurut Winkel (2007) motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis yang ada di diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar demi mencapai suatu tujuan. Motivasi belajar menurut Alderfer (dalam Nashar, 2004) adalah kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa untuk mencapai prestasi atau hasil belajar sebaik mungkin. Dengan demikian motivasi dalam proses pembelajaran sangat dibutuhkan untuk terjadinya percepatan dalam mencapai tujuan pendidikan dan pembelajaran secara khusus (Sardiman, 2011). Hudgins (1983) berpendapat bahwa individu yang memiliki motivasi belajar tinggi akan berusaha sekeras mungkin dalam mencapai tujuan, cita cita, yakin akan berhasil menyelesaikan setiap masalah dalam belajar dan mempunyai respon yang positif untuk mencapai hal yang diinginkan Aspek-Aspek Motivasi Belajar Menurut Frandsen (dalam Suryabrata, 2012), ada beberapa aspek yang memotivasi belajar seseorang, yaitu: - Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas.

8 15 Sifat ingin tahu mendorong seseorang untuk belajar, karena setelah mereka mengetahui segala hal yang sebelumnya tidak diketahui maka akan menimbulkan rasa puas terhadap dirinya sendiri - Adanya sifat yang kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk selalu maju. Manusia tidak pernah berhenti menciptakan sesuatu yang baru karena adanya dorongan untuk lebih maju dan menjadi lebih baik dalam hidupnya. - Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru dan teman-teman. Jika seseorang mendapatkan hasil yang baik dalam belajar, maka orang-orang disekitarnya akan memberikan penghargaan berupa pujian, hadiah dan bentuk-bentuk rasa simpati yang lain. - Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha yang baru baik dengan kooperasi atau kompetisi. Kegagalan dapat menjadikan seseorang merasa kecewa dan depresi atau sebaliknya membuat seseorang memiliki motivasi baru agar berusaha lebih baik lagi. - Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran. Apabila seseorang menguasai pelajaran dengan baik, maka orang tersebut tidak merasa khawatir jika mendapat pertanyaan dari guru, menghadapi ujian, dan lain lain karena yakin dapat menghadapinya dengan baik. Hal inilah yang dapat menimbulkan rasa aman. - Adanya pemberian hadiah atau hukuman sebagai akhir dari belajar.

9 16 Perbuatan yang dilakukan dengan baik akan mendapatkan ganjaran yang baik, dan sebaliknya, bila dilakukan kurang sungguh-sungguh maka hasilnya pun kurang baik mungkin berupa hukuman Faktor faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar Menurut Reid (2007) idealnya motivasi haruslah intrinsik, yakni pembelajar memiliki motivasi diri. Namun penting pula ekstrinsik (penghargaan) dipertimbangkan dalam merencanakan pembelajaran untuk memotivasi siswa. faktor faktor yang dapat mempengaruhi belajar siswa diantaranya: 1. Motivasi karena tugas Siswa yang memiliki pengalaman kegagalan berulang kali, akan berkurang motivasinya dan sama sekali tidak ingin belajar materi baru dengan cara apapun. Perhatian yang diberikan ketika menyusun tugas dapat meyakinkan siswa dan hal ini dapat memotivasi siswa dalam mendapat hasil yang baik. 2. Motivasi karena penghargaan Penghargaan biasanya diberikan kepada siswa yang mendapatkan hasil belajar yang baik, namun sebaiknya digunakan dalam jangka pendek saja. 3. Motivasi sosial pengaruh kelompok teman sebaya Dinamika kelompok bisa menjadi positif atau negatif dan penting untuk meyakinkan bahwa komposisi kelompok menguntungkan bagi semuanya. Kelompok yang termotivasi dapat mengumpulkan sumber daya semua anggota kelompok dan kelompok ini dapat menjadi kekuatan motivasi yang kuat. 4. Motivasi karena umpan balik

10 17 Dengan memberikan umpan balik (feedback) kepada siswa dapat meyakinkan bahwa mereka berada pada jalan yang tepat. Umpan balik yang diberikan harus positif dan dibingkai dalam cara yg positif. 5. Motivasi karena pencapaian prestasi Pencapaian prestasi tidak selalu berupa pencapaian sasaran yang ditetapkan oleh guru. Namun pencapaian prestasi bergantung pada siswa dan kesiapannya dalam menyelesaikan tugas. 6. Lingkungan yang memotivasi Lingkungan sangat berpotensi memberikan dampak besar pada siswa, namun preferensi terhadap lingkungan sangat individual dan bergantung dari gaya belajar seseorang. Penting bagi siswa untuk menemukan lingkungan belajar terbaiknya. 7. Sekolah yang memberi motivasi Motivasi siswa merupakan tanggung jawab seluruh unsur sekolah dan manajemen sekolah. Penting pula motivasi terlihat dalam semua aspek sekolah dan tidak hanya dalam pencapaian prestasi, seperti ruang kelas yang menyediakan berbagai sarana yang mendukung motivasi anak, dan lainnya Reid (2007) juga mengatakan ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk membangun strategi motivasi belajar, antara lain: - Memastikan bahwa tugas berkaitan dengan minat dan usia Menggunakan materi yang sesuai dengan usia pembelajaran sangat penting agar dapat mengembangkan motivasi. Selain itu, sekarag ini banyak juga penerbit yang menyediakan materi sesuai dengan minat dan ketertarikan siswa.

11 18 - Memfokuskan pada tugas dan kurikulum Tugas dan sasaran kurikulum harus direvisi, hal ini dilakukan untuk mencegah tanggung jawab ada ditangan pembelajar dan konsekuensi yang dapat menekankan kesulitan siswa. - Memastikan pelajarannya bermakna Penting untuk mengecek level pemahaman dan pengetahuan konsep kunci pelajaran. Jika level konsep pemahaman sesuai dengan siswa, maka pelajaran akan bermakna. - Penilaian diri Siswa harus didorong untuk menilai kemajuan mereka sendiri dalam belajar sehingga dorongan ini bisa menjadi motivator. Penilaian diri ini dapat mendorong pemikiran diri secara mendalam yang kemudian membantu keterampilan berpikir tingkat tinggi. - Mendukung pilihan siswa Dengan mendukung pilihan siswa, hal ini dapat membantu siswa memupuk kemandirian dan tanggung jawab. - Mendorong evaluasi diri Dengan melakukan evaluasi diri, siswa menjadi tahu sudah sejauh mana target yang mereka capai dan kekurangan apa saja yang harus diperbaiki sehingga memacu siswa untuk menjadi lebih baik lagi dalam hal sikap maupun prestasi. 2.3 Kerangka Berpikir Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu lembaga pendidikan yang ada di Indonesia. Lembaga pendidikan ini setara dengan Sekolah

12 19 Menengah Akhir, namun pada siswa SMK para siswa lebih dipersiapkan untuk memasuki dunia kerja setelah lulus. Para siswa SMK dibekali berbagai macam ilmu dan keterampilan yang dapat membantu mereka di dunia kerja. Tujuan SMK sebagaimana ditegaskan dalam pasal 15 UU SISDIKNAS merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Diharapkan nantinya siswa lulusan SMK dapat bekerja sesuai di bidang yang mereka minati. Salah satu SMK yang berperan serta dalam mendidik dan mempersiapkan peserta didik agar mampu bekerja sesuai bidang yang diminati adalah SMK Ki Hajar Dewantoro di Tangerang. Hampir 80% lulusan dari SMK Ki Hajar Dewantoro langsung bekerja setelah lulus SMK. Hal ini salah satunya didukung oleh kematangan karir siswa SMK tersebut. Kematangan karir menurut Super (dalam Sharf, 2006) adalah kemampuan seseorang dalam menentukan sendiri pekerjaan yang sesuai dengan minat dan kemampuan, pilihan yang realistik dan konsisten. Siswa SMK yang kisaran usianya antara tahun menurut Super (dalam Sharf, 2006) sedang berada pada tahap explorasi, dimana mereka mulai melakukan pencarian tentang pekerjaan yang sesuai dengan dirinya, tugas apa yang akan mereka hadapi saat bekerja nanti, tanggung jawab seperti apa yang harus mereka lakukan, dan juga keahlian seperti apa yang harus mereka kuasai untuk menunjang performa kerja mereka. Faktor yang mempengaruhi perkembangan karir ini sendiri di antaranya adalah minat, kapasitas, dan nilai nilai. Selain itu, kematangan karir dapat diukur dengan Career Development Inventory yang dimensinya terdiri dari career planning, career exploration, decision making, dan work of world information.

13 20 Anak SMK yang pada umumnya memang sudah dipersiapkan agar dapat langsung bekerja setelah lulus nanti, diharapkan sudah mengenali diri mereka, tahu akan minat, kapasitas, dan nilai nilai diri mereka. Sehingga mereka bisa memastikan sendiri sudahkah mereka mampu untuk menentukan pilihan pekerjaan mereka. Siswa yang sudah memiliki tujuan atau keinginan ingin menjadi apa atau bekerja sebagai apa di masa depannya nanti, secara otomatis mereka akan termotivasi dalam belajar untuk memenuhi standar pekerjaan yang mereka minati dan ingin mereka tekuni setelah lulus. Motivasi belajar menurut Seomanto (dalam Najah, 2007) adalah faktor psikis yang bersifat non intelektual yang berperan dalam menimbulkan gairah serta semangat belajar. Dengan mengetahui keahlian apa saja yang akan menunjang pekerjaan mereka nanti dan tugas seperti apa yang akan mereka tanggung, maka siswa akan belajar dengan giat guna memenuhi syarat syarat tersebut. Berdasarkan hal ini, peneliti menduga adanya hubungan antara kematangan karir dengan motivasi belajar pada siswa SMK Ki Hajar Dewantoro. Selain itu, faktor - faktor dapat mengukur motivasi belajar adalah adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas, adanya sifat yang kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk selalu maju, adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru dan teman-teman, adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha yang baru baik dengan kooperasi atau kompetisi, adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran, adanya pemberian hadiah atau hukuman sebagai akhir dari belajar.

14 21 Faktor faktor pengembangan karir: - Minat - Kapasitas - Nilai - nilai Faktor faktor motivasi belajar, adalah motivasi karena tugas, motivasi karena penghargaan, motivasi sosial dan pengaruh teman sebaya, motivasi karena feedback, motivasi karena pencapaian prestasi, lingkungan dan sekilah yang memotivasi Kematangan karir Motivasi belajar 1. Career planning 2. Career exploration 3. Decision making 4. World of work information 1. Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia 2. Adanya sifat yang kreatif 3. keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang 4. Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan 5. Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran. 6. Adanya hadiah atau hukuman Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan menguraikan beberapa teori terkait dengan judul yang peneliti sampaikan diatas. Di dalam bab ini akan menguraikan teori mengenai kematangan karir, motivasi berprestasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB II LANDASAN TEORITIS A. KEMATANGAN KARIR 1. Pengertian Kematangan Karir Crites (dalam Salami, 2008) menyatakan bahwa kematangan karir sebagai sejauh mana individu dapat menguasai tugas-tugas perkembangan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN KARIR DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA SMK KI HAJAR DEWANTORO DI TANGERANG

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN KARIR DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA SMK KI HAJAR DEWANTORO DI TANGERANG HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN KARIR DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA SMK KI HAJAR DEWANTORO DI TANGERANG Ria Puti Widyaningtyas Psikologi, Bina Nusantara University, 081213427744, ria.puti@yahoo.com ( Ria

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Kematangan Karir 1. Pengertian kematangan karir Crites (dalam Brown, 2002) mendefinisikan kematangan karir sebagai tingkat di mana individu telah menguasai tugas perkembangan karirnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan proses jangka panjang untuk membuat keputusan-keputusan karir dari

BAB I PENDAHULUAN. merupakan proses jangka panjang untuk membuat keputusan-keputusan karir dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tolbert (dalam Suherman, 2000) mengatakan bahwa perkembangan karir merupakan proses jangka panjang untuk membuat keputusan-keputusan karir dari banyak pilihan, yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 11 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kematangan Karir 1. Pengertian Kematangan Karir Menurut (Hurlock, 1980) Pemilihan dan persiapan diri untuk menjalankan suatu pekerjaan atau karir merupakan tugas perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) termasuk individu-individu yang

BAB I PENDAHULUAN. Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) termasuk individu-individu yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) termasuk individu-individu yang memasuki masa remaja madya yang berusia 15-18 tahun. Masa remaja merupakan suatu periode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. remaja adalah memilih dan menyiapkan lapangan pekerjaan, dimana minat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. remaja adalah memilih dan menyiapkan lapangan pekerjaan, dimana minat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ali dan Asrori (2004) mengemukakan bahwa salah satu tugas perkembangan remaja adalah memilih dan menyiapkan lapangan pekerjaan, dimana minat utamanya tertuju pada pemilihan

Lebih terperinci

Study Deskriptif Mengenai Kematangan Karir pada Mahasiswa Tingkat Akhir Fakultas Psikologi Unisba

Study Deskriptif Mengenai Kematangan Karir pada Mahasiswa Tingkat Akhir Fakultas Psikologi Unisba Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Study Deskriptif Mengenai Kematangan Karir pada Mahasiswa Tingkat Akhir Fakultas Psikologi Unisba 1 Teraselta Widyatama, 2 Yuli Aslamawati 1,2 Fakultas Psikologi, Universitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kematangan Vokasional 1. Definisi Kematangan Vokasional Dali Gulo (1982) mengemukakan bahwa kematangan adalah proses atau pertumbuhan dan perkembangan fisik yang disertai dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Crites (dalam Brown, 2002) mendefinisikan kematangan karir sebagai tingkat di mana

BAB II LANDASAN TEORI. Crites (dalam Brown, 2002) mendefinisikan kematangan karir sebagai tingkat di mana BAB II LANDASAN TEORI A. Kematangan Karir 1. Pengertian kematangan karir Crites (dalam Brown, 2002) mendefinisikan kematangan karir sebagai tingkat di mana individu telah menguasai tugas perkembangan karirnya,

Lebih terperinci

adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun

adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi Persepsi menurut Irwanto, et al (dalam Rangkuti & Anggaraeni, 2005), adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun peristiwa) sampai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. (Winkel & Hastuti, 2006: 633) kematangan karir adalah keberhasilan seseorang

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. (Winkel & Hastuti, 2006: 633) kematangan karir adalah keberhasilan seseorang BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 1.1 Kajian Teoritis 1.1.1 Makna Kematangan Karir Kematangan karir merupakan bagian terpenting yang harus dimiliki oleh siswa guna menunjang keberhasilan perencanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Memasuki Abad 21, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Memasuki Abad 21, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki Abad 21, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin maju serta terbukanya pasar global akan menstimulus kita untuk selalu meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Deasy Yunika Khairun, Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa

BAB I PENDAHULUAN. Deasy Yunika Khairun, Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan proses yang esensial untuk mencapai tujuan dan cita-cita individu. Pendidikan secara filosofis merupakan proses yang melibatkan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karir merupakan bagian dari kehidupan setiap orang. Bahkan karir bagi

BAB I PENDAHULUAN. Karir merupakan bagian dari kehidupan setiap orang. Bahkan karir bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karir merupakan bagian dari kehidupan setiap orang. Bahkan karir bagi sebagian orang dianggap sebagai status yang dapat menghidupkan atau mematikan seseorang. Karir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari hidup manusia dalam menghadapi berbagai masalah untuk pemenuhan

BAB I PENDAHULUAN. dari hidup manusia dalam menghadapi berbagai masalah untuk pemenuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia terlibat dengan banyak hal, dari yang sepele sampai yang kompleks. Pengambilan keputusan merupakan bagian dari hidup manusia dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan. dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan. dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang diselenggarakan di dalamnya.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. (2005) menyatakan bahwa perencanaan karir adalah proses yang harus dilewati

BAB II LANDASAN TEORI. (2005) menyatakan bahwa perencanaan karir adalah proses yang harus dilewati BAB II LANDASAN TEORI A. Perencanaan Karir 1. Definisi Perencanaan Karir Menurut Corey & Corey (2006), perencanaan karir adalah suatu proses yang mencakup penjelajahan pilihan dan persiapan diri untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karir adalah keberhasilan individu dalam menyelesaikan tugas perkembangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karir adalah keberhasilan individu dalam menyelesaikan tugas perkembangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kematangan Karir 1. Definisi Kematangan Karir Super (dalam Winkel dan Hastuti, 2006) menyatakan bahwa kematangan karir adalah keberhasilan individu dalam menyelesaikan tugas

Lebih terperinci

BAB 2. Tinjauan Pustaka. Di dalam bab ini peneliti akan menguraikan beberapa teori terkait dengan

BAB 2. Tinjauan Pustaka. Di dalam bab ini peneliti akan menguraikan beberapa teori terkait dengan BAB 2 Tinjauan Pustaka Di dalam bab ini peneliti akan menguraikan beberapa teori terkait dengan judul yang peneliti sampaikan diatas. Di dalam bab ini peneliti akan menyampaikan teori mengenai kompetensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Siswa sebagai generasi penerus bangsa dituntut untuk bisa mandiri,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Siswa sebagai generasi penerus bangsa dituntut untuk bisa mandiri, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Siswa sebagai generasi penerus bangsa dituntut untuk bisa mandiri, dewasa, dan juga berprestasi maka setiap siswa diharapkan untuk mempersiapkan diri agar dapat menjalankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kondisi perekonomian yang cukup sulit bagi sebagian lapisan masyarakat mendorong mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN. kondisi perekonomian yang cukup sulit bagi sebagian lapisan masyarakat mendorong mahasiswa BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Fenomena kuliah sambil kerja banyak dijumpai di berbagai negara. Hal ini terjadi baik di negara berkembang maupun di negara maju yang telah mapan secara ekonomi.

Lebih terperinci

BAB 1. Pendahuluan. Adolescent atau remaja, merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa.

BAB 1. Pendahuluan. Adolescent atau remaja, merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa. BAB 1 Pendahuluan 1.1.Latar Belakang Adolescent atau remaja, merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa. Menurut Piaget, remaja usia 11-20 tahun berada dalam tahap pemikiran formal operasional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berakhirnya suatu pendidikan formal, diharapkan seseorang dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berakhirnya suatu pendidikan formal, diharapkan seseorang dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berakhirnya suatu pendidikan formal, diharapkan seseorang dapat memasuki dunia kerja, demikian halnya dengan pendidikan di SMA. Kurikulum SMA dirancang untuk

Lebih terperinci

Donald Super mencanangkan suatu pandangan tentang perkembangan karier yang berlingkup sangat luas, karena perkembangan jabatan itu dipandang sebagai

Donald Super mencanangkan suatu pandangan tentang perkembangan karier yang berlingkup sangat luas, karena perkembangan jabatan itu dipandang sebagai Donald Super mencanangkan suatu pandangan tentang perkembangan karier yang berlingkup sangat luas, karena perkembangan jabatan itu dipandang sebagai suatu proses yang mencakup banyak faktor. Faktor tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. oleh citra diri sebagai insan religius, insan dinamis, insan sosial, dan insan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. oleh citra diri sebagai insan religius, insan dinamis, insan sosial, dan insan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Mahasiswa adalah bagian dari generasi muda yang menuntut ilmu di perguruan tinggi dan mempunyai identitas diri. Identitas diri mahasiswa terbangun oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengembangan sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengembangan sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengembangan sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu isue dalam rangka menghadapi era globalisasi, baik persiapan jangka pendek sesuai AFTA 2003 maupun persiapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mutia Faulia, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mutia Faulia, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi atau peralihan perkembangan dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Remaja sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja dipandang sebagai masa permasalahan, frustrasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja dipandang sebagai masa permasalahan, frustrasi dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja dipandang sebagai masa permasalahan, frustrasi dan penderitaan, konflik dan krisis penyesuaian, mimpi dan melamun tentang cinta, dan perasaan tersisihkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia mendominasi sekitar 41,8% dari total jumlah penduduk (bps.go.id, 2016).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia mendominasi sekitar 41,8% dari total jumlah penduduk (bps.go.id, 2016). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Populasi di Indonesia pada tahun 2010 mencapai angka lebih dari 237 juta jiwa dan 99,49 juta terdiri dari usia 15-19 tahun yang artinya penduduk usia remaja

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA SMA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA SMA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA SMA NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap orang memiliki keinginan untuk memperoleh pekerjaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap orang memiliki keinginan untuk memperoleh pekerjaan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang memiliki keinginan untuk memperoleh pekerjaan yang cocok dengan dirinya sendiri. Adanya keraguan seseorang yang muncul ketika memilih pekerjaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses pemenuhan tugas perkembangan tersebut, banyak remaja yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses pemenuhan tugas perkembangan tersebut, banyak remaja yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan salah satu fase perkembangan dari kehidupan individu. Pada fase ini terdapat sejumlah tugas perkembangan yang harus dilalui, untuk menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap hari, di seluruh dunia, jutaan orang harus bekerja atau sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap hari, di seluruh dunia, jutaan orang harus bekerja atau sekolah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap hari, di seluruh dunia, jutaan orang harus bekerja atau sekolah. Beberapa diantaranya mungkin merasa sangat bersemangat dengan pekerjaannya dan selalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil suatu kelompok manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi suatu bangsa. Artinya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi suatu bangsa. Artinya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kualitas tenaga kerja merupakan faktor utama yang mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi suatu bangsa. Artinya bahwa kualitas sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa, karena dengan pendidikan suatu bangsa dapat mempersiapkan masa

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa, karena dengan pendidikan suatu bangsa dapat mempersiapkan masa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang sangat penting dalam kehidupan suatu bangsa, karena dengan pendidikan suatu bangsa dapat mempersiapkan masa depannya

Lebih terperinci

GAMBARAN KEMATANGAN KARIR SISWA DI SMK MUSIK PERGURUAN CIKINI

GAMBARAN KEMATANGAN KARIR SISWA DI SMK MUSIK PERGURUAN CIKINI Gambaran Kematangan Karir Siswa di SMK Musik Perguruan Cikini 137 GAMBARAN KEMATANGAN KARIR SISWA DI SMK MUSIK PERGURUAN CIKINI Vika Rusmania 1 Dra. Indira Chanum Chalik, M.Psi. 2 Herdi, M.Pd. 3 Abstrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berkenaan dengan tahap-tahap perkembangan, Papalia (Pinasti,2011,

BAB I PENDAHULUAN. Berkenaan dengan tahap-tahap perkembangan, Papalia (Pinasti,2011, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa ini peran, tugas, dan tanggung jawab mahasiswa bukan hanya sekedar untuk mencapai keberhasilan dalam bidang akademik saja, namun juga mahasiswa mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang sebagai usaha mencerdaskan manusia melalui kegiatan. manusia dewasa, mandiri dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang sebagai usaha mencerdaskan manusia melalui kegiatan. manusia dewasa, mandiri dan bertanggung jawab. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi saat ini menuntut adanya sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Salah satu wahana untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia pada tingkat satuan menengah atas saat ini di

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia pada tingkat satuan menengah atas saat ini di 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan di Indonesia pada tingkat satuan menengah atas saat ini di desain untuk mengarahkan peserta didik dapat belajar sesuai dengan minat dan tujuan

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. hasil-hasil yang diperoleh selama penelitian. Selain itu, terdapat saran untuk

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. hasil-hasil yang diperoleh selama penelitian. Selain itu, terdapat saran untuk 1 BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN Bab terakhir ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian dan diskusi mengenai hasil-hasil yang diperoleh selama penelitian. Selain itu, terdapat saran untuk penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa peralihan dari masa kanak-kanak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Masa remaja merupakan suatu masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Sejalan dengan meningkatnya usia mereka terdapat beberapa penyesuaian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS. Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang

BAB II KAJIAN TEORETIS. Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Pengertian Motivasi Belajar Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerja dengan pemenuhan kompetensi diberbagai pengembangan. Pada masa

BAB I PENDAHULUAN. kerja dengan pemenuhan kompetensi diberbagai pengembangan. Pada masa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan yang dapat mendukung pembangunan bangsa dan negara di masa yang akan datang adalah yang mampu mengembangkan segenap potensi yang dimiliki siswa sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan yang terus berubah dan hampir semua orang melaksanakan pendidikan karena pendidikan itu tidak pernah terpisahkan dalam kehidupan manusia. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Elsa Sylvia Rosa, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Elsa Sylvia Rosa, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Remaja, dalam hal ini pelajar dipandang sebagai generasi muda yang memegang peranan penting sebagai generasi penerus dalam pembangunan masyarakat, bangsa,

Lebih terperinci

adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Sekolah Menengah Kejuruan

adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Sekolah Menengah Kejuruan A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan mempunyai peranan sangat penting dalam menentukan masa depan bangsa, seperti tercantum dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan mengalami perubahan-perubahan bertahap dalam hidupnya. Sepanjang rentang kehidupannya tersebut,

Lebih terperinci

2016 PROFIL ASPIRASI KARIR PESERTA DIDIK BERDASARKAN STATUS SOSIAL EKONOMI DAN GENDER:

2016 PROFIL ASPIRASI KARIR PESERTA DIDIK BERDASARKAN STATUS SOSIAL EKONOMI DAN GENDER: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan karir merupakan salah satu aspek perkembangan individu yang bersifat sangat kompleks karena mengandung penggabungan dari banyak faktor dan bercirikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana terpenting untuk mewujudkan. kemajuan bangsa dan negara. Pendidikan yang bermutu, akan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana terpenting untuk mewujudkan. kemajuan bangsa dan negara. Pendidikan yang bermutu, akan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana terpenting untuk mewujudkan kemajuan bangsa dan negara. Pendidikan yang bermutu, akan menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas.

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. A. Upaya Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. A. Upaya Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa 100 BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Upaya Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Bidang Studi Pendidikan Agama Islam di SMK Muhammadiyah 03 Singosari Malang Motivasi belajar merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Konsep Diri Istilah konsep diri biasanya mengarah kepada sebuah pembentukan konsep pribadi dari diri seseorang. Secara umum konsep diri adalah pandangan dan sikap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tahun. Menurut Erickson masa remaja merupakan masa berkembangnya identity.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tahun. Menurut Erickson masa remaja merupakan masa berkembangnya identity. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Siswa SMA tergolong ke anak remaja yang memiliki rentang usia 15-18 tahun. Menurut Erickson masa remaja merupakan masa berkembangnya identity. Identitas diri ini mencakup

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perencanaan karier merupakan salah satu aspek yang penting dalam perkembangan karier peserta didik, agar peserta didik mampu merencanakan kariernya dengan

Lebih terperinci

3.1. Partisipan Penelitian Teknik Pengambilan Sampel

3.1. Partisipan Penelitian Teknik Pengambilan Sampel 3. METODE PE ELITIA Pada bagian ketiga ini, penulis akan memaparkan metode dari penelitian ini yang meliputi partisipan penelitian (didalamnya terdapat karakteristik partisipan, teknik pengambilan sampel,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, dan keterampilan. Hal ini akan membuat siswa mampu memilih,

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, dan keterampilan. Hal ini akan membuat siswa mampu memilih, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Melalui pendidikan siswa diharapkan akan memperoleh kemampuan, pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. bekerja yang ditandai secara khas dengan adanya kepercayaan diri, motivasi diri

BAB II LANDASAN TEORI. bekerja yang ditandai secara khas dengan adanya kepercayaan diri, motivasi diri BAB II LANDASAN TEORI A. Semangat Kerja 1. Pengertian Semangat Kerja Chaplin (1999) menyatakan bahwa semangat kerja merupakan sikap dalam bekerja yang ditandai secara khas dengan adanya kepercayaan diri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia dari masa ke

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia dari masa ke BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia dari masa ke masa lebih banyak bersifat klasikal-massal, yaitu berorientasi kepada kuantitas untuk

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TENTANG POLA BIMBINGAN KARIR BAGI SANTRIWATI DI PONDOK PESANTREN AL-FALAH DAN KETERKAITANNYA DENGAN TEORI BIMBINGAN KARIR

BAB IV ANALISIS TENTANG POLA BIMBINGAN KARIR BAGI SANTRIWATI DI PONDOK PESANTREN AL-FALAH DAN KETERKAITANNYA DENGAN TEORI BIMBINGAN KARIR 95 BAB IV ANALISIS TENTANG POLA BIMBINGAN KARIR BAGI SANTRIWATI DI PONDOK PESANTREN AL-FALAH DAN KETERKAITANNYA DENGAN TEORI BIMBINGAN KARIR A. Analisis tentang Pola Bimbingan Karir bagi Santriwati Pondok

Lebih terperinci

Terdapat sepuluh (10) butir pemikiran yang diajukan oleh Hoppockbahwa: a. Pekerjaan dipilih dengan maksud untuk memenuhi kebutuhan.

Terdapat sepuluh (10) butir pemikiran yang diajukan oleh Hoppockbahwa: a. Pekerjaan dipilih dengan maksud untuk memenuhi kebutuhan. Dalam pemilihan karir, ada beberapa teori dari beberapa tokoh yang merupakan bahan perbandingan dan bahan-bahan kajian untuk mengadakan pertimbangan yang akan dibahas pada pertemuan ini, yaitu: 1. TEORI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah kualitas guru dan siswa yang mesing-masing memberi peran serta

BAB I PENDAHULUAN. adalah kualitas guru dan siswa yang mesing-masing memberi peran serta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini Indonesia sebagai salah satu negara berkembang telah didera oleh berbagai keterpurukan, yang diantara penyebab keterpurukan tersebut terjadi karena

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BABI PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya "feeling" dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan (Sardiman,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi membawa dampak pada terjadinya persaingan di segala bidang

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi membawa dampak pada terjadinya persaingan di segala bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era globalisasi membawa dampak pada terjadinya persaingan di segala bidang kehidupan. Persaingan, baik di bidang ekonomi, pendidikan, teknologi politik, menuntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi, telah berdampak kepada munculnya bidang-bidang baru dalam dunia

BAB I PENDAHULUAN. teknologi, telah berdampak kepada munculnya bidang-bidang baru dalam dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi yang ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, telah berdampak kepada munculnya bidang-bidang baru dalam dunia pekerjaan. Bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dewasa yang sehat, di mana pun dan kapan pun dirinya berada. Betapa orang akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dewasa yang sehat, di mana pun dan kapan pun dirinya berada. Betapa orang akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pekerjaan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia dewasa yang sehat, di mana pun dan kapan pun dirinya berada. Betapa orang akan merasa sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan formal merupakan sarana untuk meningkatkan kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan formal merupakan sarana untuk meningkatkan kualitas sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan formal merupakan sarana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) guna mendukung proses pembangunan Indonesia dalam memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pekerjaan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia dewasa. Pekerjaan yang dimiliki seseorang bukanlah mengenai pekerjaan apa yang dilakukannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Robiah Adawiyah, 2014 Usaha Instruktur Dalam Optimalisasi Motivasi Belajar Bahasa Inggris

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Robiah Adawiyah, 2014 Usaha Instruktur Dalam Optimalisasi Motivasi Belajar Bahasa Inggris BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Motivasi merupakan suatu upaya untuk menumbuhkan dorongan yang paling berpengaruh terhadap bentuk perilaku seseorang. Motivasi itu dapat tumbuh di dalam diri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya perkembangan dunia yang semakin maju dan persaingan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya perkembangan dunia yang semakin maju dan persaingan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dengan adanya perkembangan dunia yang semakin maju dan persaingan yang terjadi semakin ketat, individu dituntut untuk memiliki tingkat pendidikan yang memadai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketrampilannya (underemployed) dan tidak menggunakan keterampilannya

BAB I PENDAHULUAN. ketrampilannya (underemployed) dan tidak menggunakan keterampilannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lebih dari seperempat angkatan muda Indonesia kini menganggur dan masih banyak lagi yang mengerjakan pekerjaan yang tidak sesuai dengan ketrampilannya (underemployed)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting bagi kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting bagi kehidupan seseorang. Kualitas kehidupan seseorang dapat ditingkatkan melalui pendidikan. Demikian pentingnya

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh: HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS DAN KREATIVITAS SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN AKUNTANSI KELAS XI JURUSAN IPS SMK MUHAMMADIYAH DELANGGU TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI Disusun Untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kematangan karir. psikologi konseling dan karir bernama Donald Edwin Super. Dalam bahasa inggris istilah kematangan karir

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kematangan karir. psikologi konseling dan karir bernama Donald Edwin Super. Dalam bahasa inggris istilah kematangan karir 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Kematangan Karir A. Kematangan Karir Kematangan karir merupakan konstruk psikologis yang mengalami banyak perkembangan. Konstruk ini pertama kali di ungkapkan oleh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata motivasi berasal dari bahasa Latin yaitu movere, yang berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata motivasi berasal dari bahasa Latin yaitu movere, yang berarti BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Motivasi Belajar 2.1.1 Pengertian Motivasi Belajar Kata motivasi berasal dari bahasa Latin yaitu movere, yang berarti bergerak (move). Motivasi menjelaskan apa yang membuat orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya jaman, semakin bertambah juga tuntutan-tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya jaman, semakin bertambah juga tuntutan-tuntutan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan berkembangnya jaman, semakin bertambah juga tuntutan-tuntutan dalam hidup. Tuntutan-tuntuan itu tidak hanya pada satu aspek atau bidang kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mulyaningsih, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mulyaningsih, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang terjadi pada setiap orang dan berlangsung seumur hidup. Salah satu upaya untuk membuat siswa melakukan kegiatan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Karier merupakan sekuensi okupasi-okupasi di mana seseorang ikut serta di dalamnya;

TINJAUAN PUSTAKA. Karier merupakan sekuensi okupasi-okupasi di mana seseorang ikut serta di dalamnya; II. TINJAUAN PUSTAKA A. Rencana Karier 1. Pengertian Karier Karier merupakan sekuensi okupasi-okupasi di mana seseorang ikut serta di dalamnya; beberapa orang mungkin tetap dalam okupasi yang sama sepanjang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Motivasi Belajar 1. Pengertian motivasi belajar Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada

Lebih terperinci

2016 HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN PRESTASI BELAJAR

2016 HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN PRESTASI BELAJAR BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 mengenai sistem pendidikan nasional, bab II pasal 3, menyatakan pendidikan memiliki fungsi dan tujuan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMATANGAN KARIER SISWA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK. Lutiyem SMP Negeri 5 Adiwerna, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah

PENINGKATAN KEMATANGAN KARIER SISWA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK. Lutiyem SMP Negeri 5 Adiwerna, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah Jurnal Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling Vol. 2, No. 2, Mei 2016 ISSN 2442-9775 PENINGKATAN KEMATANGAN KARIER SISWA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK Lutiyem SMP Negeri 5 Adiwerna, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen dapat diartikan sebagai sistem kerja, maksudnya adalah bahwa di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen dapat diartikan sebagai sistem kerja, maksudnya adalah bahwa di BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Manajemen dapat diartikan sebagai sistem kerja, maksudnya adalah bahwa di dalam setiap aktifitas suatu organisasi perlu memiliki kerjasama harmonis, melalui

Lebih terperinci

GAMBARAN KEMATANGAN KARIR PADA PARA CALON SARJANA DI LINGKUNGAN FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN

GAMBARAN KEMATANGAN KARIR PADA PARA CALON SARJANA DI LINGKUNGAN FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN GAMBARAN KEMATANGAN KARIR PADA PARA CALON SARJANA DI LINGKUNGAN FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN Oleh: Azhar El Hami, S.Psi Zahroturrusyida Hinduan, S.Psi, M.PO Dra. Marina Sulastiana, M.Si Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak ditentukan oleh pendidikan bangsa itu sendiri (Sudirman, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. banyak ditentukan oleh pendidikan bangsa itu sendiri (Sudirman, 2012). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Sifatnya mutlak dalam kehidupan seseorang, keluarga, maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan di dalam bidang pendidikan. Perubahan perubahan tersebut menuntut

BAB I PENDAHULUAN. perubahan di dalam bidang pendidikan. Perubahan perubahan tersebut menuntut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi saat ini, banyak terjadi perubahan baik dalam bidang teknologi, ekonomi, sosial-budaya, dan tidak menutup kemungkinan terjadi perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Pada masa Remaja terkadang mereka masih belum memikirkan tentang masa depan mereka

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemimpin merupakan orang yang mempunyai kemampuan untuk. mempengaruhi sekelompok orang dalam usaha mencapai tujuan organisasi dan

I PENDAHULUAN. Pemimpin merupakan orang yang mempunyai kemampuan untuk. mempengaruhi sekelompok orang dalam usaha mencapai tujuan organisasi dan 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pemimpin merupakan orang yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi sekelompok orang dalam usaha mencapai tujuan organisasi dan mengarahkan para pegawai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya perkembangan pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan yang terjadi tersebut menuntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Anak usia dini merupakan anak yang berada pada rentang usia 0-6 tahun

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Anak usia dini merupakan anak yang berada pada rentang usia 0-6 tahun 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Anak usia dini merupakan anak yang berada pada rentang usia 0-6 tahun yang mengalami masa keemasan dimana anak mulai peka dan sensistif untuk menerima berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sumber daya manusia yang bermutu tinggi karena maju mundurnya sebuah negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sumber daya manusia yang bermutu tinggi karena maju mundurnya sebuah negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi yang semakin kompetitif seperti saat ini diperlukan sumber daya manusia yang bermutu tinggi karena maju mundurnya sebuah negara sangat bergantung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produksi pada perusahaan Keramik Pondowo malang, dengan hasil penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produksi pada perusahaan Keramik Pondowo malang, dengan hasil penelitian BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulu Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Junaidi (2000) dengan judul Pengaruh motivasi terhadap prestasi kerja karyawan bagian produksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan kata lain SMK dapat menghasilkan lulusan yang siap kerja.

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan kata lain SMK dapat menghasilkan lulusan yang siap kerja. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah menengah kejuruan (SMK) merupakan salah satu jenjang pendidikan yang bisa ditempuh oleh siswa yang telah menyelesaikan pendidikannya di Sekolah Menengah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS. A. Deskripsi Konseptual Dan Subfokus Penelitian 1. Pengertian Layanan Bimbingan dan Konseling Belajar

BAB II KAJIAN TEORETIS. A. Deskripsi Konseptual Dan Subfokus Penelitian 1. Pengertian Layanan Bimbingan dan Konseling Belajar BAB II KAJIAN TEORETIS A. Deskripsi Konseptual Dan Subfokus Penelitian 1. Pengertian Layanan Bimbingan dan Konseling Belajar Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan layanan bimbingan dan konseling belajar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Aspek tingkah laku tersebut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Aspek tingkah laku tersebut BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar Dan Pembelajaran Menurut Hamalik (2001:28), belajar adalah Sesuatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Aspek tingkah laku tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era globalisasi yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era globalisasi yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, telah berdampak kepada munculnya bidang-bidang baru dalam dunia pekerjaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu ciri masyarakat modern adalah selalu ingin terjadi adanya perubahan yang lebih baik. Hal ini tentu saja menyangkut berbagai hal tidak terkecuali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tingkat pekerjaan yang sesuai. Serta mengimplementasikan pilihan karir

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tingkat pekerjaan yang sesuai. Serta mengimplementasikan pilihan karir BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mempersiapkan masa depan, terutama karir merupakan salah satu tugas remaja dalam tahap perkembangannya (Havighurst, dikutip Hurlock, 1999). Pada masa ini remaja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan dasar dalam pengaruhnya kemajuan dan kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan dasar dalam pengaruhnya kemajuan dan kelangsungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan dasar dalam pengaruhnya kemajuan dan kelangsungan hidup individu. Hal tersebut diungkapkan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Rupublik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam rangka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam rangka meningkatkan kualitas SDM. Dengan pendidikan diharapkan seseorang atau anak didik akan memperoleh berbagai

Lebih terperinci