Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan"

Transkripsi

1 2011 INTEGRITAS TANGGUNG JAWAB PROFESIONALISME KERAHASIAAN KEMANDIRIAN LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2011 Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan

2 December 2011 PPATK Kata Pengantar MUHAMMAD YUSUF Alhamdulillah, dengan mengucapkan puji syukur ke hadirat Allah SWT, Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Pusat Pelaporan Dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) Tahun 2011 dapat disusun dan diterbitkan tepat waktu. LAKIP ini merupakan sarana atau media informasi bagi PPATK dalam mempertanggungjawaban keberhasilan pencapaian kinerja selama periode Tahun Selain hal tersebut, penyusunan LAKIP ini juga sebagai perwujudan pelaksanaan Instruksi Presiden Nomor 7 tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2006 Tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, serta Peraturan Kepala PPATK Nomor : PER- 02/1.01/PPATK/01/10 tentang Rencana Strategis PPATK Tahun Daftar Isi Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup Lampiran ii

3 Sebagaimana diamanahkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang (UU TPPU), PPATK mempunyai tugas mencegah dan memberantas tindak pidana pencucian uang dengan menyelenggarakan fungsi antara lain : (1) pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang; (2) pengelolaan data dan informasi yang diperoleh PPATK; (3) pengawasan terhadap kepatuhan pihak pelapor; dan (4) analisis atau pemeriksaan laporan dan informasi transaksi Keuangan yang berindikasi tindak pidana pencucian uang dan/atau tindak pidana lain. Dalam rangka menjalankan tugas dan fungsi tersebut PPATK sebagai focal point rezim anti pencucian uang di Indonesia telah menyusun Rencana Strategis sebagai rencana jangka menengah lima tahunan untuk periode Rencana Strategis PPATK mencakup materi visi, misi, tujuan, sasaran strategis, arah kebijakan dan strategi, program dan kegiatan, serta indikator dan target kinerja. Upaya pencegahan dan pemberantasan pencucian uang di Indonesia dari tahun ke tahun terus diupayakan oleh PPATK. Hal tersebut dikarenakan tindak kejahatan pencucian uang memiliki dampak negatif terhadap stabilitas sistem keuangan dan perekonomian Negara secara keseluruhan. PPATK telah melakukan upaya-upaya untuk menjaga stabilitas sistem Keuangan di Indonesia, antara lain dengan mendukung pengungkapan kejahatan Keuangan terutama dalam hal penelusuran aliran dana ataupun harta kekayaan dalam kaitannya dengan tindak pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme yang dilakukan oleh para pelaku kejahatan. Selain upaya dimaksud, keberadaan PPATK juga bertujuan untuk mengurangi dampak seperti hilangnya pendapatan Negara dari sektor perpajakan serta timbulnya risiko likuiditas bagi Penyedia Jasa Keuangan khususnya yang menyimpan dana-dana dari hasil tindak kejahatan, yang dapat merusak sendi-sendi dan ketahanan ekonomi suatu Negara. Pada kesempatan ini, kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak terutama aparat penegak hukum dan Penyedia Jasa Keuangan serta pihak pelapor yang selama ini secara konsisten dan sungguh-sungguh bersama PPATK melakukan upaya-upaya pencegahan dan pemberantasan TPPU di wilayah hukum Indonesia untuk menciptakan Indonesia yang bebas dari pencucian uang. Akhirulkalam, kami berharap LAKIP PPATK ini dapat memberi manfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan informasi tentang kinerja PPATK serta dapat menjadi dasar evaluasi kinerja oleh pihak yang memiliki kewenangan untuk melakukan pengawasan akuntabilitas kinerja atas kementerian/lembaga di Indonesia. Jakarta, 1 Maret 2012 Kepala PPATK Muhammad Yusuf, SH, MM.

4 Executive Summary Dalam rangka mempertanggungjawabkan pelaksanaan kegiatan dan anggaran sebagaimana tercantum dalam Penetapan Kinerja PPATK tahun 2011, PPATK telah menyusun LAKIP tahun 2011 sebagai salah satu media akuntabilitas kinerja yang dapat memberikan gambaran secara komprehensif mengenai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan program dan kegiatan selama tahun LAKIP ini diharapkan dapat berguna bagi para pemangku kepentingan (stakeholder) PPATK baik dari kalangan internal maupun eksternal PPATK. Bagi kalangan internal, informasi yang ada dalam LAKIP ini berguna untuk perbaikan dan peningkatan kinerja secara terus-menerus, sedangkan untuk kalangan eksternal LAKIP ini berguna sebagai sarana untuk mengetahui pertanggungjawaban kinerja PPATK. Selama tahun 2011, seluruh capaian kinerja PPATK telah memenuhi target sasaran strategisnya. Berikut ini adalah Realisasi capaian kinerja PPATK tahun 2011 yang diukur dengan menggunakan Indikator Kinerja Utama (IKU). No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi % Program Anggaran (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 1 Meningkatnya partisipasi pihak terkait dalam upaya pencegahan dan pemberantasan TPPU dan pendanaan terorisme a b Jumlah laporan hasil analisis yang disampaikan kepada penyidik dan instansi lainnya yang tidak dimintakan klarifikasi kembali Jumlah instansi dan unit intelijen keuangan (Financial Intelligence Unit) yang secara formal melakukan kerjasama dengan PPATK dalam bentuk Nota Kesepahaman (MoU). 250 Laporan 442 Laporan 6 MoU 19 MoU Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme ii

5 No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi % Program Anggaran (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) c d e f Jumlah pelaksanaan audit kepatuhan terhadap pihak pelapor. Jumlah dokumen pendapat dan bantuan hukum terkait masalah TPPU dan pendanaan terorisme maupun masalah terkait lainnya. Jumlah kegiatan operasional dan infrastruktur PPATK dalam mengelola teknologi informasi PPATK yang sesuai dengan jumlah mutu layanan yang baku (service level guarantee) Tingkat pencapaian manajemen kualitas sistem TI PPATK sesuai standar internasional. 75 Pelapor 90 Pelapor Dokumen 6 Kegiatan 53 Dokumen 18 Kegiatan Level 2.68 Level 134 g h i Jumlah pembuatan cetak biru sistem informasi. Jumlah spesifikasi kebutuhan aplikasi (bussines process) yang dilakukan pengcodingan-an (STR, CTR, CBCC). Jumlah piranti lunak (software) aplikasi yang dipelihara. 1 Dokumen 1 Dokumen Aplikasi 6 Aplikasi Aplikasi 5 Aplikasi Terpenuhinya dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis PPATK yang berkualitas a Jumlah laporan hasil penilaian kinerja pegawai PPATK. b Jumlah dokumen kontrak kinerja pegawai. c Persentase tersedianya sistem diklat berbasis merit dan kompetensi. 2 Laporan 0 Laporan 30 Dukungan manajemen dan 30 Dokumen 10 Dokumen 40% 30% 75 33,33 pelaksanaan tugas teknis lainnya PPATK ,- d Jumlah dokumen perencanaan, pelaksanaan, sistem akuntansi dan pelaporan keuangan PPATK yang akuntabel. e Persentase kualitas dan ketepatan waktu penyelesaian dokumen perencanaan, pelaksanaan, sistem akuntansi dan pelaporan dengan mengacu pada ketentuan yang berlaku. 23 Dokumen 22 Laporan % 90% 90

6 No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi % Program Anggaran (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) f Persentase tingkat kualitas laporan keuangan PPATK sesuai standar Akuntansi pemerintahan. g Persentase kesesuaian perencanaan kebijakan, program dan kegiatan yang tertuang dalam dokumen Renja dengan Tupoksi masing-masing direktorat. h Jumlah layanan ketatausahaan dan kerumahtanggaan. i Persentase tingkat kepuasan layanan ketatausahaan dan kerumahtanggaan. j Jumlah laporan reviu terhadap laporan keuangan. k Jumlah laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (LAKIP) PPATK. 100% 90% % 60% Bulan 12 Bulan % 50% 50 1 Laporan 1 Laporan Laporan 1 Laporan Tersedianya sarana dan prasarana untuk mendukung pelaksanaan tugas pokok dan fungsi PPATK. a b Persentase terselenggaranya pembangunan gedung DRC dan Arsip (gedung M2 dan tanah m2 ) dan kelengkapannya. Persentase ketersediaan sarana dan prasarana perkantoran terhadap kebutuhan. 99% 100% 101,01 Pengadaan dan Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur PPATK. 100% 80% ,- Berdasarkan tabel di atas, dapat disampaikan bahwa secara umum seluruh target pada masing-masing sasaran strategis pada tahun 2011 telah tercapai di atas rata-rata. Dengan demikian, pelaksanaan tugas, fungsi, dan kewengangan PPATK terkait dengan upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang dapat dinyatakan berhasil. Keberhasilan tersebut merupakan hasil kerja keras antara semua pihak baik pegawai, pejabat, dan pimpinan PPATK maupun para mitra kerja PPATK yang antara lain Penyedia Jasa Keuangan, Aparat Penegak Hukum, serta para pemangku kepentingan lainnya. Untuk melaksanakan kegiatan yang berujung pada keberhasilan tersebut, PPATK telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp ,- dengan realisasi sebesar Rp atau sebesar 48,85%. PPATK mengharapkan keberhasilan ini akan dijadikan dasar pertimbangan untuk perbaikan kinerja di masa yang akan datang. iv

7 Daftar Isi I Pendahuluan 1 Latar Belakang 1 Tugas, Fungsi, dan Kewenangan PPATK 2 Struktur Organisasi PPATK 3 Peranan PPATK Dalam Penanganan TPPU di Indonesia 4 Sistematika Penulisan Laporan 5 II Perencanaan Dan Penetapan Kinerja 6 Rencana Strategis 6 Penetapan Kinerja 13 Anggaran PPATK Tahun III Akuntabilitas Kinerja 18 Ikhtisar Capaian Kinerja Tahun Capaian dan Analisis Kinerja Realisasi Keuangan PPATK Hasil Pemeriksaan BPK RI atas Laporan Keuangan PPATK 92 IV Penutup 92 Lampiran

8 Daftar Tabel Tabel 1 Sasaran, Indikator dan Program PPATK Tahun Tabel 2 Sasaran Strategis, Indikator dan Target Kinerja PPATK Tahun Tabel 3 PAGU Anggaran Belanja PPATK Tahun Tabel 4 PAGU Anggaran PPATK Per Program 16 Tabel 5 Capaian Kinerja Indikator Utama 18 Tabel 6 CAPAIAN KINERJA INDIKATOR UTAMA SASARAN 1 20 Tabel 7 Jumlah LTKM, LTKT dan LPUT per Desember Tabel 8 Jumlah Hasil Analisis dan LTKM yang disampaikan ke Apgakum 23 Tabel 9 Tindak Pidana Asal Hasil Analisis PPATK 24 Tabel 10 Jumlah Kumulatif LTKT yang disampaikan PJK 27 Tabel 11 Jumlah Kumulatif Pelaporan LPUT Tahun Tabel 12 Jumlah Kumulaitf Informasi Hasil Analisis selama Tahun Tabel 13 Jumlah Hasil Pemeriksaan Tahun Tabel 14 Laporan Tipologi Tahun Tabel 15 Laporan Analisis Strategis Tahun Tabel 16 Instansi Dalam Negeri yang Melakukan 39 Penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) dengan PPATK Tabel 17 Jumlah MoU PPATK dengan FIU 40 Tabel 18 Jenis Pertukaran Informasi 41 Tabel 19 Jenis Pelaksanaan Audit Kepatuhan Tahun Tabel 20 Jumlah Industri yang Telah di Audit Tahun Tabel 21 Tingkat Penilaian Kepatuhan PJK yang di Audit Tahun Tabel 22 Tingkat Penilaian Kepatuhan Berdasar Jenis Industri Tahun Tabel 23 Tingkat Penilaian Kepatuhan Hasil Joint Audit dengan LPP Tahun Tabel 24 Pemantauan Pasca Audit Kepatuhan Tahun Tabel 25 Pemberian Keterangan Ahli terkait TPPU Tahun Tabel 26 Kegiatan Layanan TI PPATK 61 Tabel 27 Aplikasi yang Dikembangkan PPATK Tahun Tabel 28 Capaian Kinerja Indikator Utama Sasaran 71 Tabel 29 Capaian Kinerja Indikator Utama Sasaran 3 81 Tabel 30 Perbandingan PAGU, Realisasi dan Capaian 91 Tabel 31 PAGU dan Realisasi Anggaran berdasarkan Unit Kerja 92 Tabel 32 Opini BPK terhadap Laporan Keuangan PPATK 93 vi

9 Daftar Grafik Grafik 1 Jumlah LTKM, LTKT, dan LPUT per Desember Grafik 2 Jumlah Kumulatif Hasil Analisis yang disampaikan ke Penyidik Tahun Grafik 3 Jumlah dan Pertumbuhan LTKM yang diterima PPATK 25 Grafik 4 Jumlah dan Pertumbuhan LTKT yang diterima PPATK 26 Grafik 5 Jumlah dan Pertumbuhan LPUT yang diterima PPATK 28 Grafik 6 Perbandingan Jumlah MoU Dalam dan Luar Negeri 40 Grafik 7 Grafik Akumulasi Pertukaran Informasi PPATK dengan FIU Luar Negeri Sampai dengan Tahun

10

11 LAKIP PPATK 2011 BAB 1 Pendahuluan A. Latar Belakang Pada umumnya seorang pelaku tindak pidana berusaha menyembunyikan atau menyamarkan asal usul harta kekayaan yang merupakan hasil dari tindak pidana dengan berbagai cara agar harta kekayaan hasil tindak pidananya tersebut sulit ditelusuri oleh aparat penegak hukum sehingga dengan leluasa mereka memanfaatkan harta kekayaan tersebut baik untuk kegiatan yang sah maupun tidak sah. Upaya untuk menyembunyikan atau menyamarkan asal-usul dana/kekayaan yang diperoleh dari tindak pidana dimaksud dikenal dengan istilah money laundering atau pencucian uang. Dengan semakin meningkatnya kemajuan di bidang teknologi maka kejahatan pencucian uang semakin meningkat kompleksitasnya serta cakupan wilayahnya: nasional maupun internasional. Pelaku tindak kejahatan saat ini memiliki berbagai pilihan mengenai dimana dan bagaimana pelaku kejahatan menginginkan uang hasil kejahatan menjadi kelihatan bersih dan sah menurut hukum. Perkembangan teknologi perbankan internasional juga telah memberikan jalan bagi tumbuhnya jaringan perbankan lokal/regional menjadi suatu lembaga keuangan global, ternyata telah dimanfaatkan oleh pelaku pencucian uang untuk memanfaatkan jaringan layanan tersebut. Dalam perkembangan terakhir, praktik pencucian uang semakin kompleks, melintasi batas-batas yuridiksi, dan menggunakan modus yang semakin variatif, memanfaatkan lembaga di luar sistem Keuangan, bahkan telah merambah ke berbagai sektor. Kejahatan money laundering tidak hanya merupakan permasalahan di bidang penegakan hukum namun juga menyangkut ancaman keamanan nasional dan internasional suatu negara. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa upaya untuk mencegah dan memberatas praktik pencucian uang telah menjadi perhatian dunia internasional termasuk Indonesia. Di Indonesia penanganan praktek pencucian uang telah diatur secara tegas dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang. Dalam peraturan tersebut dinyatakan secara tegas bahwa kegiatan pencucian uang merupakan tindak pidana. Selain itu dalam rangka mencegah dan memberantas tindak 1

12 pidana pencucian uang di Indoneisa dibentuklah Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK). B. Tugas, Fungsi dan Kewenangan PPATK Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang (UU PP TPPU), PPATK merupakan lembaga independen yang dibentuk dalam rangka mencegah dan memberantas tindak pidana pencucian uang. Merujuk pada Pasal 39 Undang Undang No 8 Tahun 2010, tugas PPATK adalah mencegah dan memberantas tindak pidana pencucian uang. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud tersebut PPATK menyelenggarakan fungsi sebagai berikut: 1. Pencegahan dan pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang 2. Pengelolaan data dan informasi yang diperoleh PPATK 3. Pengawasan terhadap kepatuhan pihak pelapor 4. Analisis atau pemeriksaan laporan dan informasi transaksi keuangan yang berindikasi TPPU dan/atau tindak pidana lainnya. Dalam melaksanakan fungsi pencegahan dan pemberantasan TPPU, PPATK berwenang meminta dan mendapatkan data dan informasi dari instansi pemerintah dan/atau lembaga swasta yang memiliki kewenangan mengelola data dan informasi, termasuk dari instansi pemerintah dan/atau lembaga swasta yang menerima laporan dari profesi tertentu; menetapkan pedoman identifikasi Transaksi Keuangan Mencurigakan; mengkoordinasikan upaya pencegahan dan pemberantasan TPPU dengan instansi terkait; memberikan rekomendasi kepada Pemerintah mengenai upaya pencegahan dan pemberantasan TPPU; mewakili Pemerintah Republik Indonesia dalam organisasi dan forum internasional yang berkaitan dengan pencegahan dan pemberantasan TPPU; menyelenggarakan program pendidikan dan pelatihan antipencuian uang; dan menyelenggarakan sosialisasi pencegahan dan pemberantasan TPPU. Dalam melaksanakan fungsi pengelolaan data dan informasi yang diperoleh PPATK, PPATK berwenang menyelenggarakan sistem informasi berupa membangun, mengembangkan, dan memelihara sistem aplikasi; membangun, mengembangkan, dan memelihara infrastruktur jaringan komputer dan basis data; mengumpulkan, mengevaluasi data dan informasi yang diterima oleh PPATK secara manual dan elektronik; menyimpan, memelihara data dan informasi ke basis data; menyajikan informasi untuk kebutuhan analisis; memfasilitasi pertukaran informasi dengan instansi terkait baik dalam negeri maupun luar negeri; dan melakukan sosialisasi penggunaan sistem aplikasi kepada pihak pelapor. 2

13 LAKIP PPATK 2011 Dalam rangka melaksanakan fungsi pengawasan terhadap kepatuhan Pihak Pelapor, PPATK berwenang menetapkan ketentuan dan pedoman tata cara pelaporan bagi Pihak Pelapor; menetapkan kategori Pengguna Jasa yang berpotensi melakukan TPPU; melakukan audit kepatuhan atau audit khusus; menyampaikan informasi dari hasil audit kepada lembaga yang berwenang melakukan pengawasan terhadap Pihak Pelapor; memberikan peringatan kepada Pihak Pelapor yang melanggar kewajiban pelaporan; merekomendasikan kepada lembaga yang berwenang mencabut izin usaha Pihak Pelapor; dan menetapkan ketentuan pelaksanaan prinsip mengenali Pengguna Jasa bagi Pihak Pelapor yang tidak memiliki Lembaga Pengawas dan Pengatur. Dalam rangka melaksanakan fungsi analisis atau pemeriksaan laporan dan informasi, PPATK dapat: meminta dan menerima laporan dan informasi dari Pihak Pelapor; meminta informasi kepada instansi atau pihak terkait; meminta informasi kepada Pihak Pelapor berdasarkan permintaan dari instansi penegak hukum atau mitra kerja di luar negeri; meneruskan informasi dan/atau hasil analisis kepada instansi peminta, baik di dalam maupun di luar negeri; menerima laporan dan/atau informasi dari masyarakat mengenai adanya dugaan TPPU; meminta keterangan kepada Pihak Pelapor dan pihak lain yang terkait dengan dugaan tindak pidana pencucian uang; merekomendasikan kepada instansi penegak hukum mengenai pentingnya melakukan intersepsi atau penyadapan atas informasi elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan; meminta Penyedia Jasa Keuangan (PJK) untuk menghentikan sementara seluruh atau sebagian transaksi yang diketahui atau dicurigai merupakan hasil tindak pidana; meminta informasi perkembangan penyelidikan dan penyidikan yang dilakukan oleh penyidik tindak pidana asal dan TPPU; mengadakan kegiatan adminstratif lain dalam lingkup tugas dan tanggung jawab sesuai dengan ketentuan Undang-Undang ini; dan meneruskan hasil analisis atau pemeriksaan kepada penyidik. C. Struktur Organisasi PPATK Merujuk pada Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, susunan organisasi PPATK terdiri dari: 1. Kepala PPATK 2. Wakil Kepala PPATK 3. Jabatan struktural lain; dan 4. Jabatan fungsional Sampai dengan per 31 Desember 2011, untuk melaksanakan tugas, fungsi, dan kewenangannya, PPATK membentuk unit kerja direktorat yang terdiri dari : 3

14 1. Direktorat Riset dan Analisis 2. Direktorat Kerjasama Antar Lembaga 3. Direktorat Pengawasan Kepatuhan 4. Direktorat Hukum dan Regulasi 5. Direktorat Umum 6. Direktorat Operasi Sistem 7. Direktorat Pengembangan Aplikasi Sistem 8. Direktorat Sumber Daya Manusia 9. Direktorat Keuangan 10. Direktorat Audit Internal D. Peranan PPATK dalam penanganan TPPU di Indonesia Dalam praktik internasional di bidang pencucian uang, lembaga yang sejenis dengan PPATK disebut dengan nama generik Financial Intelligence Unit (FIU). Keberadaan FIU ini pertama kali diatur secara implisit dalam 40+9 Rekomendasi (Forty Recommendations+ Nines) dari Finanacial Action Task Force on Money Laundering (FATF). FIU adalah lembaga permanen yang khusus menangani masalah pencucian uang. Lembaga ini merupakan salah satu infrastruktur terpenting dalam upaya pencegahan dan pemberantasan kejahatan pencucian uang di tiap negara. Keberadaan lembaga khusus ini mutlak ada dan memainkan peranan sangat strategis karena masalah pencucian uang merupakan persoalan yang cukup rumit, melibatkan kejahatan terorganisir yang memahami berbagai teknik dan modus kejahatan canggih. Penanganan isu pencucian uang menjadi bertambah berat terlebih karena karekteristik kejahatan ini pada umumnya dilakukan melewati batas-batas negara (cross-border). PPATK sebagai FIU bertanggung jawab langsung kepada Presiden dan berfungsi sebagai perantara antara masyarakat atau industri jasa keuangan dengan institusi penegak hukum. Secara umum, FIU menyelanggarakan beberapa fungsi diantaranya melakukan kerjasama dalam rangka penegakan hukum, bekerjasama dengan sektor keuangan, menganalisis laporan transaksi keuangan yang mencurigakan yang masuk, melakukan pengamanan terhadap seluruh data dan aset yang ada, melakukan kerjasama nasional dan internasional dan fungsi administrasi umum lainnya. Sebagai suatu FIU, PPATK juga melaksanakan fungsi yang demikian. Skema di bawah ini menggambarkan posisi PPATK dalam rezim anti money laundering di Indonesia. 4

15 LAKIP PPATK PERANAN PPATK DALAM REZIM ANTI MONEY LAUNDERING INDONESIA E. Sistematika Penulisan Laporan Pada dasarnya Laporan Akuntabilitas Kinerja ini mengkomunikasikan pencapaian kinerja PPATK selama tahun Capaian kinerja (performance result) 2011 tersebut diperbandingkan dengan Penetapan Kinerja (performance agreement) 2011 sebagai tolok ukur keberhasilan tahunan organisasi. Analisis atas capaian kinerja terhadap rencana kinerja ini memungkinkan diidentifikasikannya sejumlah celah kinerja (performance gap) bagi perbaikan kinerja di masa mendatang. Dengan pola pikir seperti itu, sistematika penyajian Laporan Akuntabilitas Kinerja PPATK tahun 2011 adalah sebagai berikut: BAB I BAB II BAB III BAB IV Executive Summary Pendahuluan Bab ini menguraikan gambaran umum organisasi PPATK Perencanaan Dan Perjanjian Kinerja Bab ini menjelaskan ikhtisar beberapa hal penting tentang perencanaan dan perjanjian kinerja PPATK tahun Akuntabilitas Kinerja Bab ini menjelaskan pencapaian sasaran-sasaran PPATK selama tahun 2011 berdasarkan hasil pengukuran kinerja. Penutup Lampiran-Lampiran 5

16 BAB 2 Perencanaan dan Perjanjian Kinerja A. Perencanaan Strategis R encana Strategis PPATK diatur dalam Peraturan Kepala PPATK Nomor PER-02/1.01/PPATK/01/10 tentang Rencana Strategis PPATK Tahun Renstra PPATK tahun disusun sejalan dengan arah kebijakan dan strategi pembangunan nasional di bidang ekonomi, khususnya sektor keuangan, sebagaimana tertuang dalam rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN) Dalam RPJMN tahun ditetapkan bahwa salah satu prioritas dalam pembangunan bidang ekonomi adalah penciptaan stabilitas ekonomi yang kokoh. Penciptaan stabilitas ekonomi sangat bergantung pada beberapa faktor, antara lain kebijakan disektor Keuangan. Berdasarkan perkembangan terkini dan permasalahan yang dihadapi oleh sektor keuangan, maka arah pengembangan sektor keuangan dalam periode adalah meningkatkan daya saing dan ketahanan sektor keuangan bagi pembiayaan pembangunan nasional. Oleh karena itu strategi yang ditempuh untuk mencapai arah pembangunan tersebut, antara lain adalah peningkatan ketahan sektor keuangan melalui sistem keuangan yang sehat, mantap, dan efisien yang difokuskan pada : 1) Menjaga stabilitas ekonomi melalui pencegahan risiko sistemik pada sektor keuangan melalui : a) Memantapkan koordinasi kebijakan fiskal dan moneter; b) Mengimplementasikan konsep jaring pengamanan sistem keuangan; c) Meningkatkan koordinasi nasional dan kerjasama internasional dalam rangka pencegahan dan pemberantasan tindak pidanan pencucian uang dan pendanaan teroris melalui industri keuangan. 6

17 LAKIP PPATK ) Memantapkan kinerja dan stabilitas industri jasa keuangan melalui : a) Menerapkan pengaturan dan pengawasan industri jasa keuangan dalam rangka meningkatkan kapasitas dan kredibilitas otoritas regulasi dan pengawasan jasa keuangan. b) Melakukan penguatan kualitas menajmen dan operasional lembaga jasa keuangan; c) Meningkatkan upaya-upaya perlindungan bagi konsumen lembaga jasa keuangan. Merujuk pada arah kebijakan nasional pengembangan sektor keuangan tersebut, maka arah kebijakan yang akan diterapkan oleh PPATK , dengan mempertimbangkan tugas, fungsi, dan kewenangannnya, adalah sebagai berikut : 1) Peningkatan kerjasama nasional dan internasional di bidang pencegahan dan pemberantasan TPPU dan pendanaan terorisme; 2) Peningkatan pengawasan kepatuhan pihak pelapor; 3) Peningkatan peran serta pihak terkait dan masyrakat umum untuk mendukung pelaksananaan rezim anti pencucian uang; 4) Peningkatan pemantauan tindak lanjut hasil analisis transaksi keuangan kepada pihak yang berwenang; 5) Penguatan kelembagaan melalui penataan organisasi, serta pemantapan tugas pokok, fungsi, dan kewenangan PPATK; 6) Peningkatan kualitas hasil analisis transaksi keuangan; 7) Pengembangan sistem pengolahan data dan informasi; 8) Penguatan peraturan perunadang-undangan terkait upaya pencegahan dan pemberantasan TPPU; 9) Penyempurnaan manajemen sumber daya manusia berbasis kompetensi; 10) Peningkatan efektivitas pelaksanaan anggaran berbasis kinerja; 11) Peningkatan sarana prasarana PPATK; 12) Peningkatan efektivitas penerapan good governance dan manajemen risiko. Dengan memperhatikan kondisi lingkungan (internal dan ekternal) yang mempengaruhi pelaksanaan tugas, fungsi, dan kewenangan PPATK serta ketetapan arah kebijakan pencegahan dan pemberantasan TPPU tersebut, maka 7

18 PPATK menetapkan rencana strategis yang meliputi visi, misi, tujuan dan sasaran. VISI PPATK Menjadi Lembaga Independen di Bidang Informasi Keuangan yang Berperan Aktif dalam Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme. Visi tersebut menggambarkan keinginan kuat manajemen PPATK untuk ikut andil secara proaktif, bersama-sama komponen aparat penegak hukum lainnya di Indonesia, dalam usaha melakukan pencegahan dan pemberantasan TPPU di wilayah Negara kesatuan Republik Indonesia. Keinginan kuat tersebut akan terwujud apabila dalam pelaksaaan tugas, fungsi, dan kewenangannya, PPATK tidak diintervensi dan dipengaruhi oleh pihak manapun. MISI PPATK Untuk mewujudkan pencapaian visi , PPATK telah menetapkan misi yang mencerminkan upaya-upaya yang akan dilaksanan selama kurun waktu sesuai lingkup tugas, fungsi, dan kewenangan yang diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan. Misi PPATK tersebut meliputi : 8

19 LAKIP PPATK 2011 MISI PPATK: 1. Meningkatkan Kualitas Pengaturan dan Kepatuhan Pihak Pelapor. 2. Meningkatkan Efektivitas Pengelolaan Informasi dan Kualitas Hasil Analisis yang Berbasis Teknologi Informasi. 3. Meningkatkan Efektivitas Penyampaian dan Pemantauan Tindak Lanjut Laporan Hasil Analisis, Pemberian Nasihat dan Bantuan Hukum, serta Pemberian Rekomendasi kepada Pemerintah. 4. Meningkatkan Kerjasama Dalam dan Luar Negeri di Bidang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme. 5. Meningkatkan Efektivitas Pelaksanaan Manajemen Internal untuk Mewujudkan Good Governance dengan Memanfaatkan Teknologi Informasi secara Efektif dan Efisien. 1) Meningkatkan Kualitas Pengaturan dan Kepatuhan Pihak Pelapor. Peran aktif PPATK dalam rangka pencegahan dan pemberantasan TPPU dan pendanaan teroris dilakukan melalui berbagai upaya sesuai dengan tugas dan kewenanganya, antara lain melalui peningkatkan kualitas pengaturan dan kepatuhan Pihak Pelapor. Upaya tersebut diwujudkan dalam berbagai kegiatan antara lain penerbitan dan penyempurnaan pedoman pelaporan, serta peningkatan efektifitas audit kepatuhan bagi PJK, dengan tujuan agar terus terjadi peningkatan pemahaman dan kesadaran bagi seluruh pihak pelapor berkenaan dengan kewajibannya untuk menyampaikan laporan ke PPATK. Kondisi seperti ini diharapkan dapat meningkatkan kewaspadaan bagi PJK terhadap para kriminal yang memanfaatkan sistem keuangan sebagai sarana pencucian uang, serta dapat meningkatkan jumlah dan kualitas laporan yang disampaikan ke PPATK, sehingga upaya pencegahan secara dini dan pemberantasan terhadap kemungkinan terjadinya TPPU dan pendanaan teroris dalam transaksi keuangan di Indonesia dapat dilaksanakan secara lebih optimal. 2) Meningkatkan Efektivitas Pengelolaan Informasi dan Kualitas Hasil Analisis yang Berbasis Teknologi Informasi. Keberhasilan peran aktif PPATK dalam upaya pencegahan dan pemberantasan TPPU dan pendanaan teroris sangat tergantung pula pada tingkat kualitas Informasi Hasil Analisis (IHA) dan Laporan Hasil Analisis (LHA) yang dihasilkan. Oleh karena itu, PPATK berupaya untuk terus meningkatkan efektifitas pengelolaan informasi antara lain melalui penyempurnaan mekanisme penyampaian laporan ke PPATK, serta pengembangan sistem teknologi informasi dan pengolahan data laporan transaksi keuangan secara lebih efektif dan efisien. Sedangkan upaya untuk meningkatkan kualitas hasil analisis dilakukan melalui berbagai kegiatan, antara lain pelaksanaan riset terhadap tipologi TPPU, peningkatan kemampuan tenaga riset dan analis, serta penyempurnaan pedoman riset dan analisis. Dengan semakin meningkatnya kualitas hasil analisis, diharapkan pihak-pahak yang membutuhkan dapat memanfaatkannya secara lebih optimal dalam kerangka pencegahan dan pemberantasan TPPU dan pendanaan teroris. 3) Meningkatkan Efektivitas Penyampaian dan Pemantauan Tindak Lanjut Laporan Hasil Analisis, Pemberian Nasihat dan Bantuan Hukum, serta Pemberian Rekomendasi kepada Pemerintah. PPATK memiliki peranan yang sangat strategis dalam proses penegakan hukum di bidang TPPU dan pendanaan teroris. Efektifitas penyampaian dan pemantauan tindak lanjut Laporan Hasil Analisis (LHA) kepada penegak hukum sangat berpengaruh terhadap keberhasilan penyelesaian masalah TPPU dan pendanaan teroris. Nasihat dan bantuan hukum dari PPATK masih diperlukan oleh penegak hukum dalam 9

20 penanganan TPPU. Oleh karena itu, PPATK akan terus berupaya untuk dapat meningkatkan efektifitas penyampaian LHA kepada penegak hukum dan pemantauan atas tindaklanjutnya, meningkatkan kualitas dan efektivitas pemberian nasihat dan bantuan hukum, serta meningkatkan kualitas rekomendasi yang dapat diberikan kepada Pemerintah, sehingga upaya pencegahan dan pemberantasa TPPU dan pendanaan teroris dapat berhasil dengan baik. 4) Meningkatkan Kerjasama Dalam dan Luar Negeri di Bidang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme. Dalam upaya mencegah dan memberantas TPPU dan pendanaan teroris diperlukan dukungan dan kerjasama semua pihak yang terkait. Dalam misi ini, PPATK berharap dapat menjalin kerjasama yang lebih baik lagi dengan instansi dalam negeri, dan memperkuat kerjasama internasional. Agar kerjasama dan koordinasi lintas sektoral dapat terwujud secara efektif dan efisien diperlukan suatu kerangka berpikir, orientasi dan pemahaman yang sama dalam penanganan TPPU. Sedangkan untuk meningkatkan kerjasama internasional, PPATK perlu menggalang dan memperkuat kerjasama dengan FIU negara-negara lain sehingga proses pertukaran informasi intelijen di bidang keuangan menjadi semakin mudah dan cepat, tanpa perlu mengorbankan aspek kerahasiaan dan kedaulatan negara. 5) Meningkatkan Efektivitas Pelaksanaan Manajemen Internal untuk Mewujudkan Good Governance dengan Memanfaatkan Teknologi Informasi secara Efektif dan Efisien. Efektifitas pelaksanaan manajemen internal PPATK merupakan salah satu faktor penting keberhasilan pencapaian visi PPATK. Dengan ditetapkannya misi PPATK terkait dengan upaya untuk meningkatkan efektifitas pelaksanaan manajemen internal dengan memanfaatkan reknologi informasi secara efektif dan efisien, diharapkan dapat mewujudkan good governance dan clean government di lingkungan PPATK. Misi ini dilaksanakan melalui peningkatan kinerja pelayanan umum (internal dan eksternal), pengembangan sistem manajemen sumber daya manusia, pengembangan sistem manajemen keuangan, dan optimalisasi pelaksanaan pengawasan internal. Dengan demikian, maka tugas dan fungsi pelayanan dan pengelolaan sumber daya serta pengawasan terhadap pelaksanaannya dapat dilakukan secara lebih baik, yang pada akhirnya dapat mendukung keberhasilan pencapaian seluruh misi PPATK. Berdasarkan misi tersebut, PPATK merumuskan kondisi yang ingin dicapai dalam kurun waktu 5 (lima) tahunan dan 1 (satu) tahunan. Kondisi yang ingin dicapai dalam kurun waktu 5 (lima) tahun mendatang dirumuskan dalam tujuan, sedangkan kondisi yang ingin dicapai dalam kurun waktu satu tahunan di tuangkan dalam sasaran. Tujuan mengarahkan perumusan sasaran, program, serta kegiatan dalam rangka merealisasikan misi. Penetapan Sasaran dirumuskan lebih spesifik, terukur, berorientasi pada hasil, dapat dicapai, dan memiliki kurun waktu satu tahun. Dalam Sasaran dirancang pula indikator pencapaian Sasaran, yaitu ukuran tingkat keberhasilan pencapaian sasaran 10

21 LAKIP PPATK 2011 yang telah diidentifikasi untuk diwujudkan pada tahun bersangkutan dan disertai dengan targetnya masing-masing. TUJUAN PPATK 1) Mewujudkan peraturan yang berkualitas mengenai mekanisme pelaporan yang efektif dan efisisen serta peningkatan kepatuhan dan kemampuan PJK dan pihak pelapor lainnya dalam memenuhi kewajiban pelaporan ke PPATK; 2) Mewujudkan pengelolaan informasi yang efektif dan efisien dalam rangka menghasilkan ananlisis yang berkualitas. 3) Meningkatkan kualitas dan kuantitas kerjasama anatara PPATK dengan aparat penegak hukum dan lembaga terkait lainnya baik dalam maupun luar negeri dalam rangka penguatan rezim anti pencucian uang dan pendanaan terorisme di Indonesia. 4) Mewujudkan efektivitas penyampaian dan pemantauan tindak lanjut laporan hasil analisis kepada aparat penegak hukum, pemberian nasihat dan bantuan hukum, serta rekomendasi kepada pemerintah dalam rangka pencegahan dan pemberantsan TPPU dan pendanaan terorisme. 5) Mewujudkan good governanace dalam pengelolaan system manajemen internal guna mendukung pelaksanaan tugas pokok dan fungsi PPATK. SASARAN PPATK 1) Meningkatnya partisipasi pihak terkait dalam upaya pencegahan dan pemberantasan TPPU dan pendanaan terorisme 2) Terpenuhinya dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis PPATK yang berkualitas 3) Tersedianya sarana dan prasarana untuk mendukung pelaksanaan tugas pokok dan fungsi PPATK. Adapun sasaran strategis, indikator, dan program PPATK dalam kurun waktu tahun dapat dilihat dalam tabel di bawah ini: Tabel 1 Sasaran, Indikator dan Program PPATK Tahun 2012 No Sasaran Indikator Program 1 Meningkatnya partisipasi pihak terkait dalam upaya pencegahan dan a Jumlah laporan hasil analisis yang disampaikan kepada penyidik dan instansi lainnya yang tidak dimintakan klarifikasi kembali. Program Pencegahan dan Pemberantasan TPPU dan 11

22 pemberantasan TPPU dan pendanaan terorisme b Jumlah instansi dan unit intelijen keuangan (Financial Intelligence Unit) yang secara formal melakukan kerjasama dengan PPATK dalam bentuk Nota Kesepahaman (MoU). Pendanaan Terorisme c d e Jumlah pelaksanaan audit kepatuhan terhadap pihak pelapor. Jumlah dokumen pendapat dan bantuan hukum terkait masalah TPPU dan pendanaan terorisme maupun masalah terkait lainnya. Jumlah kegiatan operasional dan infrastruktur PPATK dalam mengelola teknologi informasi PPATK yang sesuai dengan jumlah mutu layanan yang baku (service level agreement). f Tingkat pencapaian manajemen kualitas sistem TI PPATK sesuai standar internasional. g Jumlah pembuatan cetak biru sistem informasi. 2 Terpenuhinya dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis PPATK yang berkualitas h I a b c d e f Jumlah spesifikasi kebutuhan aplikasi (bussines process) yang dilakukan peng-codingan-an (STR, CTR, CBCC). Jumlah piranti lunak (software) aplikasi yang dipelihara. Jumlah laporan hasil penilaian kinerja pegawai PPATK. Jumlah dokumen kontrak kinerja pegawai. Persentase tersedianya sistem diklat berbasis merit dan kompetensi. Jumlah dokumen perencanaan, pelaksanaan, sistem akuntansi dan pelaporan keuangan PPATK yang akuntabel. Persentase kualitas dan ketepatan waktu penyelesaian dokumen perencanaan, pelaksanaan, sistem akuntansi dan pelaporan dengan mengacu pada ketentuan yang berlaku. Persentase tingkat kualitas laporan keuangan PPATK sesuai Standar Akuntansi pemerintahan. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya g Persentase kesesuaian perencanaan kebijakan, program dan kegiatan yang tertuang dalam dokumen Renja dengan Tupoksi masing-masing direktorat. h i j k Jumlah layanan ketatausahaan dan kerumahtanggaan. Persentase tingkat kepuasan layanan ketatausahaan dan kerumahtanggaan. Jumlah laporan reviu terhadap laporan keuangan. Jumlah laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (LAKIP) PPATK. 12

23 LAKIP PPATK Tersedianya sarana dan prasarana untuk mendukung pelaksanaan tugas pokok dan fungsi PPATK. a b Persentase terselenggaranya pembangunan gedung DRC dan Arsip (gedung m² dan tanah m²) dan kelengkapannya. Persentase ketersediaan sarana dan prasarana perkantoran terhadap kebutuhan. Program Peningkatan Sarana dan parsarana Aparatur PPATK B. Penetapan / Perjanjian Kinerja Pada Tahun 2011 merupakan tahun pertama dari pelaksanaan Rencana Strategis PPATK dan juga pelaksanaan peran baru PPATK dalam konteks pelaksanaan amanat UU Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang. Untuk melaksanakan perannya tersebut, PPATK telah menetapkan program dan kegiatan yang disusun secara terencana dan berkelanjutan, termasuk didalamnya adalah penetapan Perencanaan Kinerja 2011 yang didokumentasikan dalam Rencana Kinerja Tahunan (RKT). Penyusunan rencana kinerja PPATK dilakukan bersamaan dengan agenda penyusunan dan kebijakan anggaran PPATK. Setelah anggaran 2011 ditetapkan, maka disusunlah Penetapan/Perjanjian Kinerja 2011 yang merupakan komitmen PPATK untuk dicapai dalam tahun Penetapan Kinerja Tahun Anggaran 2011 di lingkungan PPATK, bertujuan untuk mewujudkan manajemen internal PPATK yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil. Untuk mengukur keberhasilan target sasaran yang telah ditetapkan dalam perjanjian kinerja diperlukan indikator yang berfungsi sebagai alat ukur keberhasilan. Alat ukur keberhasilan tersebut dituangkan dalam dokumen Indikator Kinerja Utama (IKU). Oleh karena itu, IKU harus tercantum dalam dokumen penetapan/perjanjian kinerja. Berikut ini adalah sasaran strategis, indikator kinerja, dan target kinerja pada tahun 2011 di lingkungan PPATK. Tabel 2 Sasaran Strategis, Indikator dan Target Kinerja PPATK Tahun 2011 Sasaran No Strategis 1 Meningkatnya partisipasi pihak terkait dalam upaya pencegahan dan a Indikator Kinerja Target Program Anggaran Jumlah laporan hasil analisis yang disampaikan kepada penyidik dan instansi lainnya yang tidak dimintakan klarifikasi kembali 250 Laporan Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme

24 pemberantasan TPPU dan pendanaan terorisme b Jumlah instansi dan unit intelijen keuangan (Financial Intelligence Unit) yang secara formal melakukan kerjasama dengan PPATK dalam bentuk Nota Kesepahaman (MoU). 6 MoU c Jumlah pelaksanaan audit kepatuhan terhadap pihak pelapor. 75 Pelapor d Jumlah dokumen pendapat dan bantuan hukum terkait masalah TPPU dan pendanaan terorisme maupun masalah terkait lainnya. 25 Dokumen e f Jumlah kegiatan operasional dan infrastruktur PPATK dalam mengelola teknologi informasi PPATK yang sesuai dengan jumlah mutu layanan yang baku (service level agreement). Tingkat pencapaian manajemen kualitas sistem TI PPATK sesuai standar internasional. 2.0 Level 1 Dokumen g Jumlah pembuatan cetak biru sistem informasi. 8 Aplikasi h i Jumlah spesifikasi kebutuhan aplikasi (bussines process) yang dilakukan peng-codinganan (STR, CTR, CBCC). Jumlah piranti lunak (software) aplikasi yang dipelihara. 12 Bulan 2 Aplikasi 2. Terpenuhinya dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis PPATK yang berkualitas a Jumlah laporan hasil penilaian kinerja pegawai PPATK. b Jumlah dokumen kontrak kinerja pegawai. c Persentase tersedianya sistem diklat berbasis merit dan kompetensi. 1 Laporan Dukungan manajemen dan pelaksanaan 26 Dokumen 40% tugas teknis lainnya PPATK ,- d Jumlah dokumen perencanaan, pelaksanaan, sistem akuntansi dan pelaporan keuangan PPATK yang akuntabel. 18 Dokumen 14

25 LAKIP PPATK 2011 e Persentase kualitas dan ketepatan waktu penyelesaian dokumen perencanaan, pelaksanaan, sistem akuntansi dan pelaporan dengan mengacu pada ketentuan yang berlaku. 100% f Persentase tingkat kualitas laporan keuangan PPATK sesuai standar Akuntansi pemerintahan. 100% g Persentase kesesuaian perencanaan kebijakan, program dan kegiatan yang tertuang dalam dokumen Renja dengan Tupoksi masing-masing direktorat. h Jumlah layanan ketatausahaan dan kerumahtanggaan. i Persentase tingkat kepuasan layanan ketatausahaan dan kerumahtanggaan. j Jumlah laporan reviu terhadap laporan keuangan. k Jumlah laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (LAKIP) PPATK 100% 12 Bulan 100% 1 Laporan 1 Laporan 3. Tersedianya sarana dan prasarana untuk mendukung pelaksanaan tugas pokok dan fungsi PPATK. a b Persentase terselenggaranya pembangunan gedung DRC dan Arsip (gedung M2 dan tanah m2 ) dan kelengkapannya. Persentase ketersediaan sarana dan prasarana perkantoran terhadap kebutuhan. 75% Pengadaan dan Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur PPATK. 100% ,- C. Anggaran PPATK Tahun 2011 Pada tahun 2011 PPATK mendapatkan pagu anggaran sebesar Rp ,- (Sembilan puluh delapan miliar dua ratus delapan puluh lima juta empat ratus enam ribu rupiah) sebagaimana tertuang dalam revisi DIPA PPATK Nomor : 0001/ /00/2011 tanggal 7 September Adapun komposisi pagu anggaran belanja PPATK tahun 2011 adalah sebagai berikut : 15

26 Tabel 3 PAGU Anggaran Belanja PPATK Tahun 2011 No Nama Belanja Anggaran 1 Belanja Pegawai Rp ,- 2 Belanja Barang Rp ,- 3 Belanja Modal Rp ,- Total Pagu Rp ,- Total pagu anggaran tersebut dialokasikan untuk membiayai program-program sebagai berikut : Tabel 4 PAGU Anggaran PPATK Per Program Kode Program Nama Program Anggaran Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya PPATK Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur PPATK Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang Jumlah Program-program tersebut diatas dilaksanakan melalui beberapa kegiatan sebagai berikut : 1) Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya PPATK, dilaksanakan melalui 4 (empat) kegiatan yaitu : a) Pengelolaan SDM, Organisasi, dan Ketatalaksanaan PPATK b) Pengelolaan perencanaan dan penganggaran, perbendahaaraan serta Administrasi Keuangan PPATK. c) Penyelenggaran operasional perkantoran PPATK d) Pengawasan penerapan manajemen risiko, good governance, serta akuntabilitas aparatur dan kinerja PPATK. 2) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur PPATK, dilaksanakan melalui 1 (satu) kegiatan yaitu Pengadaan dan Peningkatan sarana dan prasarana PPATK. 16

27 LAKIP PPATK ) Program Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, dilaksanakan melalui melalui 6 (enam) kegiatan yaitu ; a) Pengembangan riset dan analisis dalam rangka pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme. b) Pelaksanaan kerjasama nasional dan internasional di bidang pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme. c) Penelaahan dan penyususna peraturan perundang-undangan serta pemberian pendapat dan bantuan hukum terkait TPPU dan pendanaan terorisme. d) Pengawasan kepatuhan terhadap pihak pelapor dalam menyampaikan kewajiban pelaporan ke PPATK. e) Pengembangan, pengelolaan dan pengendalian kaulitas operasional, infrastruktur, layanan dan keamanan teknologi informasi PPATK. f) Pengembangan dan pengelolaan sistem aplikasi dan database dalam rangka pencegahan dan pemberantasan TPPU. 17

28 BAB 3 Akuntabilitas Kinerja A. Ikhtisar Capaian Kinerja Berdasarkan Keputusan Kepala PPATK Nomor KEP- 54/1.01/PPATK/05/2011 tentang Penetapan Indikator Kinerja Utama (IKU) di Lingkungan PPATK telah ditetapkan indikator kinerja utama PPATK sebagai acuan ukuran kinerja yang digunakan. Berdasarkan keputusan tersebut, PPATK menetapkan target kinerja tahun 2011 yang dituangkan dalam dokumen Penetapan Kinerja Tahun Berikut ini akan diuraikan Realisasi Pencapaian Sasaran PPATK tahun 2011, yang diukur dengan menggunakan Indikator Kinerja Utama yang telah ditetapkan adalah sebagai berikut: Tabel 5 Capaian Kinerja Indikator Utama No Sasaran Strategis 1. Meningkatnya partisispasi pihak terkait dalam upaya pencegahan dan pemberantasan TPPU dan pendanaan terorisme Indikator Kinerja a. Jumlah hasil analisis yang disampaikan kepada penyidik dan instansi lainnya yang tidak dimintakan klarifikasi kembali. b. Jumlah instansi dan unit intelijen keuangan (Financial Intelligence Unit) yang secara formal melakukan kerjasama dengan PPATK dalam bentuk Nota Kesepahaman (MoU). Target Laporan Realisasi Laporan Capaian (%) 177% 6 MoU 19 MoU 317% c. Jumlah pelaksanaan audit kepatuhan terhadap pihak pelapor. 75 Pelapor 90 Pelapor 120% d. Jumlah dokumen pendapat dan bantuan hukum terkait masalah TPPU dan pendanaan terorisme maupun masalah terkait lainnya. 25 Dokumen 53 Dokumen 212% 18

29 LAKIP PPATK 2011 e. Jumlah kegiatan operasional dan infrastruktur PPATK dalam mengelola teknologi informasi PPATK yang sesuai dengan jumlah mutu layanan yang baku (service level agreement) 6 Kegiatan 18 Kegiatan 300% f. Tingkat pencapaian manajemen kualitas sistem TI PPATK sesuai standar internasional. 2,0 Level 2,68 Level 134% 2. Terpenuhinya dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis PPATK yang berkualitas g. Jumlah pembuatan cetak biru sistem informasi. h. Jumlah spesifikasi kebutuhan aplikasi (bussines process) yang dilakukan pengcodingan-an. i. Jumlah piranti lunak (software) aplikasi yang dipelihara. a. Jumlah laporan hasil penilaian kinerja pegawai PPATK. b. Jumlah dokumen kontrak kinerja pegawai. c. Persentase tersedianya sistem diklat berbasis merit dan kompetensi. d. Jumlah dokumen perencanaan, pelaksanaan, sistem akuntansi dan pelaporan keuangan PPATK yang akuntabel. e. Persentase kualitas dan ketepatan waktu penyelesaian dokumen perencanaan, pelaksanaan, sistem akuntansi dan pelaporan dengan mengacu pada ketentuan yang berlaku. f. Persentase tingkat kualitas laporan keuangan PPATK sesuai standar Akuntansi Pemerintahan. g. Persentase kesesuaian perencanaan kebijakan, program dan kegiatan yang tertuang dalam dokumen Renja dengan Tupoksi masing-masing direktorat. h. Jumlah layanan ketatausahaan dan kerumahtanggaan. i. Persentase tingkat kepuasan layanan ketatausahaan dan kerumahtanggaan. 1 Dokumen 1 Dokumen 100% 6 Aplikasi 6 Aplikasi 100% 2 Aplikasi 5 Aplikasi 250% 2 Laporan 0 Laporan 0% 30 Dokumen 10 Dokmen 30% 40% 30% 75% 23 Dokumen 22 Dokumen 90% 100% 90% 90% 100% 90% 90% 100% 60% 60% 12 Bulan 12 bulan 100% 100% 50% 50% 3. Tersedianya sarana dan prasarana untuk mendukung pelaksanaan tugas pokok dan fungsi PPATK. j. Jumlah laporan reviu terhadap laporan keuangan. k. Jumlah laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (LAKIP) PPATK. a. Persentase terselenggaranya pembangunan gedung DRC dan Arsip (gedung M2 dan tanah m2 ) dan kelengkapannya. 1 Laporan 1 Laporan 100% 1 Laporan 1 Laporan 100% 99% 100% 101,01% 19

30 b. Persentase ketersediaan sarana dan prasarana perkantoran terhadap kebutuhan. 100% 80% 80% B. Capaian dan Analisis Kinerja Berikut ini akan diuraikan kinerja dari PPATK menurut masing-masing sasaran starategis yang telah ditetapkan 1 Sasaran : Meningkatnya partisipasi pihak terkait dalam upaya pencegahan dan pemberantasan TPPU dan pendanaan terorisme Pada tahun 2011, pencapaian sasaran Meningkatnya partisipasi pihak terkait dalam upaya pencegahan dan pemberantasan TPPU dan pendanaan terorisme ditandai dengan adanya beberapa indikasi yang mencerminkan adanya partisipasi seluruh pihak dalam mencegah dan memberantas tindak pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme di wilayah hukum Indonesia. Indikator keberhasilan sasaran, beserta target dan realisasinya adalah sebagai berikut: Tabel 6 Capaian Kinerja Indikator Utama Sasaran 1 No Indikator Kinerja Target 2011 Realisasi 2011 Capaian (%) 1 Jumlah hasil analisis yang disampaikan kepada penyidik dan instansi lainnya yang tidak dimintakan klarifikasi kembali. 2 Jumlah instansi dan unit intelijen keuangan (Financial Intelligence Unit) yang secara formal melakukan kerjasama dengan PPATK dalam bentuk Nota Kesepahaman (MoU). 3 Jumlah pelaksanaan audit kepatuhan terhadap pihak pelapor. 4 Jumlah dokumen pendapat dan bantuan hukum terkait masalah TPPU dan pendanaan terorisme maupun masalah terkait lainnya. 250 Laporan 442 Laporan 177% 6 MoU 19 MoU 317% 75 Pelapor 90 Pelapor 120% 25 Dokumen 53 Dokumen 212% 20

31 LAKIP PPATK Jumlah kegiatan operasional dan infrastruktur PPATK dalam mengelola teknologi informasi PPATK yang sesuai dengan jumlah mutu layanan yang baku (service level agreement) 6 Tingkat pencapaian manajemen kualitas sistem TI PPATK sesuai standar internasional. 7 Jumlah pembuatan cetak biru sistem informasi. 8 Jumlah spesifikasi kebutuhan aplikasi (bussines process) yang dilakukan pengcodingan-an. 9 Jumlah piranti lunak (software) aplikasi yang dipelihara. 6 Kegiatan 12 Kegiatan 200% 2,0 Level 2,68 Level 134% 1 Dokumen 1 Laporan 100% 6 Aplikasi 6 Aplikasi 100% 2 Aplikasi 5 Aplikasi 250% Dari tabel tersebut, menunjukan bahwa selama tahun 2011, PPATK telah mencapai sasarannya sesuai target yang telah ditetapkan. Adapun penjelasan untuk masingmasing indikator adalah sebagai berikut : a Jumlah laporan hasil analisis yang disampaikan kepada penyidik dan instansi lainnya yang tidak dimintakan klarifikasi kembali Target jumlah Hasil Analisis (HA) PPATK pada tahun 2011 adalah sejumlah 250 HA. Dari target tersebut PPATK telah berhasil menghasilkan 442 HA atau sebesar 177% selama tahun Seluruh HA tersebut telah disampaikan oleh PPATK kepada pihak penyidik dan instansi lainnya. Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut: Indikator Kinerja Target 2011 Jumlah hasil analisis yang disampaikan kepada penyidik dan instansi lainnya yang tidak dimintakan klarifikasi kembali. Realisasi 2011 Capaian (%) 250 Laporan 442 Laporan 177% HA yang dihasilkan oleh PPATK merupakan hasil analisis terhadap Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan (LTKM), Laporan Transaksi Keuangan Tunai (LTKT) dan Laporan Pembawaan Uang Tunai (LPUT) yang disampaikan oleh Pihak Pelapor. 21

32 Tujuan kegiatan analisis adalah meneliti laporan atau informasi mengenai transaksi keuangan yang diterima apakah terdapat indikasi Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) atau Tindak Pidana (TP) lainnya, termasuk mengidentifikasi orang-orang yang terlibat TPPU atau TP lainnya serta keberadaan harta kekayaan yang diduga berasal dari hasil TP tersebut. Selama tahun 2011, jumlah laporan informasi LTKM, LTKT, dan LPUT yang diterima oleh PPATK serta digunakan dalam mendukung proses analisis adalah sebagai berikut: Grafik 1 Jumlah LTKM, LTKT, dan LPUT per Desember 2011 LTKT Laporan LTKM Laporan LPUT Laporan Secara umum tahapan kegiatan fungsi analisis meliputi: 1) penerimaan informasi dari pihak pelapor berupa LTKM, LTKT, dan LPUT, 2) menganalisis laporan dari pihak pelapor, 3) mendistribusikan hasil analisis dan atau pemeriksaan kepada pihak aparat penegak hukum dan instansi terkait lainnya. Adapun jumlah penerimaan LTKM, LTKT, dan LPUT yang diterima PPATK sampai dengan 31 Desember 2011 adalah sebagai berikut : Tabel 7 Jumlah LTKM, LTKT dan LPUT per Desember 2011 Tahun LTKM LTKT LPUT TOTAL

33 LAKIP PPATK 2011 Selama tahun 2011, hasil analisis sejumlah 442 HA telah disampaikan kepada aparat penegak hukum (Penyidik) dengan jumlah terbanyak dilaporkan kepada KPK sejumlah 123 HA. Adapun rincian penyampaikan HA tersebut kepada Penyidik adalah sebagai berikut: Grafik 2 Jumlah Kumulatif Hasil Analisis yang disampaikan ke Penyidik Tahun 2011 Kepolisian, Kej aksaan dan Kepolisian, KejDitjen Pajak, 4 aksaan dan BNN; 2 Kepolisian dan KPK, 2 Kepolisian dan Kejaksaan, 47 Kepolisian, Kej aksaan dan KPK, 98 Kejaksaan dan KPK, 6 Ditjen Pajak, 13 BNN, 12 POLRI; 94 KPK, 123 Kejaksaan, 41 Dari jumlah LTKM yang diterima tahun 2011 sebanyak LTKM, seluruhnya telah dilakukan analisis awal dengan menentukan skala prioritas berdasarkan kriteria tinggi, sedang dan rendah. Dari LTKM dengan prioritas tinggi, diperoleh 831 LTKM yang terindikasi TPPU dan TP lainnya dan menghasilkan 442 HA. Adapun total hasil analisis yang telah disampaikan kepada aparat penegak hukum (Penyidik) sampai dengan 31 Desember 2011 adalah sebagai berikut : Tabel 8 Jumlah Hasil Analisis dan LTKM yang disampaikan ke Apgakum Tahun Jumlah HA Jumlah LTKM terkait Total

34 Berdasarkan Hasil analisis yang disampaikan oleh PPATK kepada aparat penegak hukum (penyidik), transaksi yang diduga melakukan tindak pidana korupsi merupakan hasil analisis terbanyak diantara dugaan tindak pidana lainnya. Berikut ini rincian dugaan tindak pidana asal yang dihasilkan dari kegiatan analisis PPATK dan telah disampaikan kepada aparat penegak hukum (penyidik) sampai dengan 31 Desember Tabel 9 Tindak Pidana Asal Hasil Analisis PPATK No Tindak Pidana Asal Jumlah HA Jumlah LTKM terkait 1. Korupsi Penyuapan Narkotika Di bidang perbangkan Di bidang pasar modal Di bidang perasuransian Kepabeanan Terorisme Pencurian Penggelapan Penipuan Pemalsuan uang Perjudian Prostitusi Bidang Perpajakan Bidang kehutanan Pidana lain dengan ancaman diatas 4 tahun Tidak teridentifikasi Jumlah

35 LAKIP PPATK 2011 Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan (LTKM) LTKM merupakan laporan mengenai transaksi keuangan mencurigakan yang diterima dari Pihak Pelapor yang berisi transaksi keuangan yang memiliki indikasi menyimpang dari profil, karakteristik atau kebiasaan pola transaksi yang patut diduga berasal dari hasil tindak pidana. Pada tahun 2011, PPATK menerima LTKM sejumlah yang dilaporkan oleh 359 PJK dengan kenaikan sebesar 16,57% dari jumlah LTKM tahun sebelumnya. Statistik Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan yang diterima oleh PPATK dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 adalah sebagai berikut: Grafik 3 Jumlah dan Pertumbuhan LTKM yang diterima PPATK 25,000 Jumlah LTKM ,000 15,000 10,000 5,000 - Pelaporan LTKM Jumlah LTKM Persentasi pertumbuhan 67,46% 78,91% 125,46% -26,24% 16,57% Berdasarkan grafik diatas, dapat dilihat bahwa terdapat kenaikan jumlah pelaporan LTKM dari 2007 hingga 2011, terkecuali pada tahun 2010 yang sedikit mengalami penurunan sebesar 26,24% dari tahun sebelumnya. Namun demikian jumlah LTKM ini akan terus meningkat seiring dengan semakin bertambahnya jumlah Pihak Pelapor yang memiliki kewajiban menyampaikan laporan kepada PPATK sesuai dengan amanat 25

36 dalam Pasal 17 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemebrantasan Tindak Pidana Pencucian Uang. Laporan Transaksi Keuangan Tunai (LTKT) Penyedia Jasa Keuangan wajib menyampaikan laporan kepada PPATK untuk Transaksi Keuangan Tunai dalam jumlah paling sedikit Rp ,00 (lima ratus juta rupiah) atau dengan mata uang asing yang nilainya setara, yang dilakukan baik dalam satu kali transaksi maupun bberapa kali transaksi dalam 1 (satu) hari kerja dan/atau transaksi keuangan transfer dana dari dan ke luar negeri. Laporan tersebut disampaikan dalam bentuk Laporan Transaksi Keuangan Tunai (LTKT). Selama tahun 2011, PPATK menerima sebanyak Laporan Transaksi Keuangan Tunai (LTKT) dengan jumlah kumulatif LTKT sampai dengan Desember 2011 sebanyak laporan dengan rincian pelaporan LTKT per tahun sebagai berikut: Grafik 4 Jumlah dan Pertumbuhan LTKT yang diterima PPATK 2,500,000 Jumlah LTKM ,000,000 1,500,000 1,000, ,000 - Pelaporan LTKT Jumlah LTKT Jumlah LTKT Kumulatif Persentasi pertumbuhan 448,32% -12,83% -61,99% 86,88% 8,25% 26

37 LAKIP PPATK 2011 Berdasarkan grafik 4, LTKT yang disampaikan kepada PPATK mengalami peningkatan yang cukup signifikan pada tahun 2010 yaitu sebesar 86,88% dan pada tahun 2011 meningkat sebesar 8,25%. Jumlah kumulatif LTKT sebanyak laporan tersebut dilaporkan oleh 396 jumlah PJK dengan rincian sebagai berikut: Tabel 10 Jumlah Kumulatif LTKT yang disampaikan PJK Jenis PJK PJK Pelapor LTKT Bank Umum ,192,133 Bank Perkreditan Rakyat 129 5,375 Pedagang Valuta Asing ,398 Asuransi Perusahaan Pembiayaan 5 33 Perusahaan Efek 4 48 Perusahaan Pengiriman Uang TOTAL Pada tabel diatas dapat diketahui bahwa LTKT sebagian besar diterima dari Jenis PJK Bank Umum, Bank Perkreditan Rakyat dan Pedagang Valuta Asing. Laporan Pembawaan Uang Tunai (LPUT) Laporan Pembawaan Uang Tunai (LPUT) disampaikan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai kepada PPATK dalam hal terdapat orang yang membawa uang tunai dalam mata uang rupiah dan/atau mata uang asing, dan/atau instrument pembayaran lain dalam bentuk cek, cek perjalanan, surat sanggup bayar, atau bilyet giro paling sedikit Rp ,00 (seratus juta rupiah) atau yang nilainya setara dengan itu ke dalam atau ke luar daerah pabean Indonesia. Selama tahun 2011, PPATK menerima sebanyak laporan dengan jumlah kumulatif LPUT sampai bulan Desember 2011 sebanyak Pada tahun 2010, jumlah LPUT meningkat cukup signifikan yaitu sebesar 49,95%, namun menurun pada tahun 2011 sebesar 23,79%. 27

38 Grafik 5 Jumlah dan Pertumbuhan LPUT yang diterima PPATK 2,500,000 Jumlah LTKM ,000,000 1,500,000 1,000, ,000 - Pelaporan LPUT Jumlah LPUT Jumlah LPUT Kumulatif Persentasi pertumbuhan 24,40% 23,03% 49,95% -23,79% Laporan Pembawaan Uang Tunai (LPUT) yang diterima PPATK diperoleh dari 10 (sepuluh) daerah pabean Indonesia dengan lokasi pelaporan terbanyak adalah di Jakarta sebesar laporan dan Batam sebanyak laporan. Adapun rincian jumlah dan lokasi pelaporan LPUT adalah sebagai berikut: Tabel 11 Jumlah Kumulatif Pelaporan LPUT Tahun Lokasi Pelaporan Batam Jakarta Bandung Tanjung Balai Karimun Denpasar Dumai

39 LAKIP PPATK 2011 Teluk Bayur (Sumbar) Teluk Nibung (Sumut) Medan Balikpapan 1 Pontianak 1 Jumlah Berdasarkan data pada tabel diatas, selama kurun waktu tahun 2006 hingga 2011 terjadi peningkatan jumlah kumulatif LPUT sebesar 384,92% atau hampir 5 kali lipat disbanding tahun Informasi Hasil Analisis (IHA) Selain menyampaikan Hasil Analisis kepada aparat penegak hukum (penyidik), PPATK juga menyampaikan Informasi Hasil Analisis (IHA) kepada instansi terkait lainnnya atas dasar nota kesepahaman (memorandum of understanding). Informasi Hasil Analisis yang telah disampaikan kepada instansi lain selama tahun 2011 adalah sejumlah 65 IHA, dengan rincian sebagai berikut: Tabel 12 Jumlah Kumulaitf Informasi Hasil Analisis Tahun 2011 No Instansi Terkait Lainnya Jumlah IHA 1. Komisi Pemberantasan Korupsi Badan Pengawas Pemilu 9 3. Komisi Yudisial 6 4. Tim Tas TIPIKOR 1 5. BAPEPAM-LK Bank Indonesia Ditjen Pajak Kementerian Luar Negeri 1 9. Kementerian Kehutanan Badan Pemeriksa Keuangan BPKP Kementerian Keuangan 78 29

40 13. Lembaga Penjamin Simpanan Ditjen Bea dan Cukai Badan Narkotika Nasional Kementerian Hukum dan HAM Kementerian Dalam Negeri Ombudsman Lainnya 6 Total 628 Jumlah kumulatif Informasi Hasil Analisis yang telah disampaikan kepada instansi lain hingga akhir tahun 2011 adalah sebesar 628 IHA dengan jumlah terbanyak disampaikan kepada Komisi Pemberantasan Korupsi yaitu sejumlah total 378 IHA. Hasil Pemeriksaan (HP) Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, PPATK melakukan pemeriksaan terhadap Transaksi Keuangan Mencurigakan terkait dengan adanya indikasi tinadk pidana pencucian uang atau tindak pidana lain. Selama tahun 2011 PPATK telah melakukan pemeriksaan terhadap pihak pelapor untuk membuktikan kebenaran atas transaksi keuangan mencurigakan yang dilaporkan pihak pelapor kepada PPATK. Hasil pemeriksaan telah disampaikan kepada aparat penegak hukum (penyidik) dan instansi terkait lainnya. Berikut ini jumlah hasil pemeriksaan yang telah disampaikan selama tahun Tabel 13 Jumlah Hasil Pemeriksaan Tahun 2011 No Nama Penyidik/instansi lainnya Jumlah Hasil Pemeriksaan 1. Kepolisian, Kejaksaan, & KPK 5 2. Gubernur BI 2 3. Bapepam-LK 2 30

41 LAKIP PPATK 2011 Kegiatan-kegiatan selama tahun 2011 yang mendukung kepada keberhasilan pencapaian indikator target sasaran untuk pencapaian indikator jumlah laporan hasil analisis yang disampaikan kepada penyidik dan instansi lainnya yang tidak dimintakan klarifikasi kembali adalah: 1. Pemeriksaan Sesuai dengan UU PPTPPU Pasal 1 Angka (7) yang dimaksud dengan pemeriksaan adalah proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi Transaksi Keuangan Mencurigakan yang dilakukan secara independen, objektif, dan profesional untuk menilai dugaan adanya tindak pidana. Sesuai dengan definisi pemeriksaan tersebut maka tujuan dari pemeriksaan yang dilakukan oleh PPATK adalah untuk menemukan dugaan/indikasi suatu tindak pidana ataupun memperkuat suatu dugaan awal adanya tindak pidana berdasarkan hasil analisis Transaksi Keuangan Mencurigakan. Selama tahun 2011sebagaimana disajikan pada tabel 17, PPATK telah menghasilkan 5 (lima) Hasil Pemeriksaan (HP) yang telah disampaikan kepada Kepolisian, Kejaksaan dan KPK. Dan telah disampaikan pula 2 (dua) Informasi Hasil Pemeriksaan kepada Gubernur BI dan Bapepam LK. 2. Kegiatan Riset Kegiatan Riset dilakukan dengan tujuan untuk memberikan gambaran umum dan khusus dalam rangka pengambilan kebijakan serta memberikan informasi kepada pemangku kepentingan PPATK terkait dengan upaya pencegahan dan pemberantasan TPPU. Kegiatan riset yang dilaksanakan antara lain: 2.a Pengelolaan Data Mining 2.b Pengelolaan Input Data 2.c Pengelolaan Typologi 2.d Pengelolaan Analisis Strategis 2.e Pengelolaan Statistik 2.f Pengelolaan Manajemen Risiko Pengelolaan data mining dan input data ini merupakan penunjang dari 4 (empat) kegiatan lainnya. Kedua kegiatan tersebut melakukan proses data sesuai dengan kebutuhan riset (typologi, analisis strategis, statistik dan manajemen risiko) / tema yang akan diusung dalam riset. 31

42 2.1 PENGELOLAAN DATA MINING 2.2 PENGELOLAAN INPUT DATA 2.3 PENGELOLAAN TYPOLOGI Kegiatan pengelolaan data mining sangat dibutuhkan untuk mendukung kegiatan utama PPATK yaitu melakukan analisis terhadap laporan yang diterima untuk diteruskan ke penegak hukum, serta melakukan riset (meliputi analisis strategis, statistik, manajemen risiko dan pengembangan tipologi) untuk menyusun strategi PPATK di dalam mencegah dan mengurangi tindak pidana pencucian uang di masa yang akan datang. Data mining adalah suatu proses pengumpulan, evaluasi, pembandingan, dan pengintegrasian data untuk dilakukan analisis yang meliputi interpretasi atas informasi yang didapatkan untuk menarik suatu hipotesa/kesimpulan. Adapun salah satu hasil dari data mining ini adalah clustering data (clustering berdasarkan permintaan dari peneliti / pihak lainnya), Statistics Model, Association Rules dan Decision Trees Pelaksanaan proses Data Entry (penginputan) diharapkan dapat membantu pelaksanaan tugas PPATK khususnya kegiatan yang berhubungan dengan database yang dikelola oleh PPATK serta memperlancar proses analisis sehingga tercipta hasil analisis yang akurat dan berguna bagi upaya pencegahan dan pemberantasan TPPU. Modus pencucian uang dalam perkembangannya semakin hari semakin kompleks dan canggih seiring dengan kemajuan teknologi informasi, khususnya di bidang perbankan dan keuangan. Pelaku pencucian uang selalu berusaha untuk menghindari pelacakan harta hasil kejahatannya oleh aparat penegak hukum (Law Enforcement Agency) dengan memanfaatkan kelemahan peraturan perundang - undangan yang ada. Kerangka konsepsional yang terkait dengan kegiatan pengelolaan riset tipologi adalah sebagai berikut: 1. Tipologi adalah suatu pengelompokkan berdasarkan karakteristik yang sama/hampir sama atau mengklasifikasikan sesuatu berdasarkan karakteristik yang dimiliki. 2. Tipologi Tindak Pidana Pencucian Uang adalah pengelompokkan berdasarkan karekteristik tindak pidana pencucian uang sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 2011 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang. 3. Tipologi Pidana Asal adalah pengelompokkan berdasarkan tindak pidana asal sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 2011 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang. 4. Tipologi Umum adalah pengelompokkan yang didasarkan pada karakteristik diluar TPPU dan Pidana Asal. 32

43 LAKIP PPATK 2011 Target 2011 Pada Tahun 2011, Riset PPATK ditargetkan menghasilkan 2 (dua) laporan tipologi. Realisasi 2011 Realisasi laporan tipologi Tahun 2011 menghasilkan 4 (empat) laporan tipologi yang didokumentasikan menjadi 2 (dua) buku yang dikeluarkan secara semesteran (2 x setahun). Adapun laporan yang dihasilkan adalah sebagai berikut : Tabel 14 Laporan Tipologi Tahun 2011 No. Uraian Laporan yang dihasilkan 1 Tipologi Semester I Tahun Tipologi Semester II Tahun 2011 a. Tipologi yang menggambarkan modus pencucian uang terkait dengan Tindak Pidana Korupsi b. Tipologi yang menggambarkan modus pencucian uang terkait dengan Tindak Pidana Narkotika c. Tipologi yang menggambarkan modus dominan terkait dengan Tindak Pidana Terorisme Tipologi yang menggambarkan modus transaksi pencucian uang terkait harta kekayaan yang berasal dari tindak pidana di bidang kehutanan di Indonesia Realisasi yang melebihi target ini disebabkan karena beberapa faktor antara lain : 1. Kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) dari peneliti yang semakin meningkat disebabkan training, workshop dan diskusi-diskusi yang dilakukan sehingga riset bisa dilakukan dengan waktu yang efektif dan efisien. 2. Kemampuan dalam mengeksplorasi data semakin baik sehingga mempermudah dan mempercepat peneliti dalam menyelesaikan riset yang dilakukan. 3. Kerja tim yang baik dari para peneliti (kekompakan serta visi dan misi yang sama) membuat riset berjalan dengan lancar. 2.4 PENGELOLAAN ANALISIS STRATEGIS 33

44 Analisis strategis menjadi kegiatan yang perlu disusun mengingat dalam perkembangannya, modus pencucian uang semakin hari semakin kompleks dan canggih seiring dengan kemajuan teknologi informasi, khususnya di bidang perbankan dan keuangan. Proses analisis strategis meliputi kegiatan untuk mempelajari, mengidentifikasi, dan menelaah informasi yang ada pada sumber data untuk menentukan pola maupun kecenderungan atas suatu kasus, mengidentifikasi faktor penyebab terjadinya sebuah pola maupun kecenderungan atas kasus tertentu, dan mengidentifikasi permasalahan yang mungkin akan terjadi. Target 2011 Pada Tahun 2011, Riset PPATK ditargetkan menghasilkan 2 laporan analisis strategis. Realisasi 2011 Realisasi laporan analisis strategis Tahun 2011 menghasilkan 13 (tiga belas) laporan yang didokumentasikan menjadi 2 (dua) buku yang dikeluarkan secara. Adapun laporan yang dihasilkan adalah sebagai berikut : Tabel 15 Laporan Analisis Strategis Tahun 2011 No. 1 Analisis Strategis Semester I Tahun 2011 Uraian Laporan yang dihasilkan a. Analisis Strategis terhadap indikasi tindak pidana yang memiliki tingkat prioritas risiko tinggi berdasarkan LTKM yang dilaporkan oleh PJK selama periode Januari 2009 s/d Desember 2010 b. Analisis Strategis terhadap gambaran pemetaan atas konektivitas antara database LTKM yang memiliki tingkat prioritas risiko tinggi yang berdasarkan indikasi TP tertentu dengan database LTKT dan LPUT c. Analisis Strategis terhadap database LTKM yang memiliki tingkat prioritas risiko tinggi berdasarkan indikasi TP tertentu, dapat dihubungkan dengan database register HA dan register Feedback d. Analisis Strategis terhadap Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya berbagai modus pada Hasil Analisis yang dapat dihubungkan dengan data LTKM yang menjadi sampel pada periode Januari 2009 s/d Desember

45 LAKIP PPATK 2011 e. Analisis Strategis terhadap Penentuan faktor penyebab dan langkah-langkah yg harus diambil oleh PPATK serta lembaga terkait dalam rangka pencegahan dan pemberantasan TPPU dan TP Korupsi f. Analisis kebijakan terkait dengan temuan modus dari indikasi tindak pidana dominan selama periode tahun Januari s/d Desember 2010 g. Analisis Strategis terhadap Korelasi temuan modus dari 3 Tindak Pidana terbesar (TPPU, Korupsi, Penipuan + Narkotika) dengan Rekomendasi FATF h. Analisis Strategis terhadap Pembobotan hasil konfrontasi modus dari 3 Tindak Pidana terbesar (TPPU, Korupsi, Penipuan + Narkotika) dengan Rekomendasi FATF 2 Analisis Strategis Semester II Tahun 2011 a. Analisis Strategis terhadap kencederungan profile aparat PEMDA yang dilaporkan dengan indikasi ataupun terkait dugaan Tindak Pidana Korupsi b. Analisis Strategis terhadap pemetaan terhadap tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh aparat Pemerintah Daerah di seluruh wilayah Indonesia c. Analisis Strategis terhadap proyeksi terhadap kemungkinan terjadinya tindak pidana korupsi di lingkungan PNS khususnya aparat PEMDA pada masa yang akan datang d. Analisis kebijakan terkait dengan temuan modus dari Tindak Pidana Korupsi oleh Aparat Pemda yang dikaji berdasarkan rekomendasi FATF e. Rekomendasi yang diberikan atas hasil analisis strategis atas data LTKM dan hasil analisis terkait dengan tindak pidana korupsi yang dilakukan aparat PEMDA Realisasi yang melebihi target ini disebabkan karena beberapa faktor antara lain : 1. Jumlah SDM yang terlibat dalam riset semakin banyak. Hal ini dilakukan dengan melibatkan menjadi tim riset tersendiri. 2. Kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) dari peneliti yang semakin meningkat. Hal ini didukung oleh semakin banyaknya peneliti yang 35

46 mendapatkan training, workshop dan diskusi-diskusi yang berkaitan dengan capacity building SDM di PPATK. 3. Kemampuan dalam mengeksplorasi data semakin baik, sehingga mempermudah dan mempercepat peneliti dalam menyelesaikan riset yang dilakukan. Hal ini didukung dengan kemampuan mengolah data secara mandiri oleh SDM di PPATK. 4. Rasa keingintahuan dari peneliti yang tinggi terhadap permasalahanpermasalahan yang ada berkaitan dengan TPPU sehingga membuat banyaknya riset yang bisa dilakukan. 2.5 PENGELOLAAN STATISTIK Statistik sangat penting bagi perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan berbagai kegiatan dalam tatanan sosial, kelembagaan dan bermasyarakat khususnya dalam ruang lingkup PPATK sebagai lembaga independen yang bertugas mencegah dan memberantas tindak pidana pencucian uang. Disamping itu, pelaksanaan kegiatan statistik diharapkan dapat bermanfaat untuk keperluan yang bersifat luas, baik bagi pemerintah dan masyarakat khususnya terkait dengan upaya pencegahan dan pemberantasan TPPU. Statistik adalah data atau informasi yang diperoleh melalui suatu metode pengumpulan, pengolahan, penyajian dan analisis serta pengambilan kesimpulan terhadap data/informasi. Target 2011 Realisasi 2011 Pada Tahun 2011, PPATK ditargetkan menghasilkan 14 laporan statistik Pada Tahun 2011, PPATK telah menghasilkan 14 output dari statistik ini, yaitu : 1. 2 buah Buku Statistik yang telah terbit pada Bulan Februari 2011 dan Juli 2011; 2. 2 buah Buletin Statistik yang terbit setiap bulannya. 2.6 PENGELOLAAN MANAJEMEN RISIKO Salah satu output yang dihasilkan PPATK pada tahun 2011 adalah evaluasi dan penyempurnaan Standard Operating Procedures (SOP) manajemen risiko. Hal ini dilakukan karena manajemen risiko merupakan bagian penting dari manajemen strategis suatu organisasi dalam upaya mendukung pencapaian tugas dan fungsi organisasi secara efektif dan efisien. PPATK dalam upaya pencegahan dan pemberantasan pencucian uang menghadapi berbagai macam risiko yang muncul akibat dari pelaksanaan tugas dan fungsi PPATK. Risiko tersebut antara lain risiko operasional, risiko hukum, risiko strategis, risiko kepatuhan dan risiko reputasi. Dalam upaya mengelola risiko tersebut, PPATK menyusun pedoman sebagai dasar bagi proses riset analisis risiko selanjutnya disebut riset manajemen risiko yang terdiri atas identifikasi, klasifikasi, kuantifikasi, dan evaluasi risiko. Manajemen risiko merupakan proses terstruktur dan sistematis dalam melakukan identifikasi, analisis dan 36

47 LAKIP PPATK 2011 evaluasi risiko, pengendalian risiko serta pemantauan dan pelaporan dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Target 2011 Realisasi 2011 Pada Tahun 2011, PPATK belum ditargetkan menghasilkan manajemen Resiko karena : PPATK belum menetapkan PerKa terkait pedoman penilaian atas resiko (menggunakan Manajemen Risiko atau SPIP) sebagai landasan hukumnya Pada Tahun 2011 telah menghasilkan 1 output dari Manajemen Resiko yaitu : Rancangan SOP manajemen Resiko yang telah disempurnakan. Evaluasi dan Penyempurnaan Standard Operating Procedures (SPO) Penyusunan Standart Prosedur Operasional (SPO) ini bertujuan untuk menetapkan standarisasi pola kerja serta sebagai petunjuk pelaksanaan operasional bagi manajemen dan staf analis. Terkait tugas analisis PPATK memiliki Pedoman Umum DRA (PUDRA), Pedoman Teknis Analisis (PTA), Pedoman Teknis Riset (PTR) dan Pedoman Teknis Pemeriksaan (PTP). Tindak Lanjut atas Hasil Analisis yang telah disampaikan kepada apgakum Melakukan evaluasi terhadap feedback dari penyidik baik yang dilakukan secara proaktif dengan mengirimkan feedback form kepada penyidik maupun berdasarkan informasi tindak lanjut hasil analisis yang diterima dari penyidik. Hasil evaluasi tersebut dikoordinasikan melalui DKAL untuk ditindaklanjuti dengan instansi terkait. Selama tahun 2011 telah diterima 24 surat feedback dari Kepolisian, Kejaksaan dan Dit.Pajak. Dari 24 surat feedback tersebut berisi penanganan dari 42 kasus dari 42 HA yang telah dikirimkan. Dari surat feedback yang disampaikan tersebut, yang telah ditindaklanjuti ke proses sidik/lidik sebanyak 10 HA. KENDALA-KENDALA YANG DIHADAPI Permasalahan atau kendala yang dihadapi dalam pencapaian target sasaran dan pelaksanaan kegiatan-kegiatan pada tahun 2011 adalah sebagai berikut: a. Masih tingginya ketergantungan atas kecukupan data/informasi dari Pihak Pelapor dan sebagian besar data awal yang disampaikan oleh Pihak Pelapor belum lengkap dan memerlukan data/informasi tambahan yang diperlukan dalam rangka pengembangan kasus dan melengkapi Hasil Analisis. 37

48 b. Lamanya waktu dalam perolehan data/informasi tambahan dari Pihak Pelapor. c. Jumlah umpan balik (Feedback) yang diterima lebih kecil daripada jumlah HA yang telah disampaikan PPATK kepada aparat penegak hukum. PENYELESAIAN KENDALA-KENDALA YANG DIHADAPI Untuk memecahkan permasalahan tersebut, PPATK telah melakukan tindakantindakan sebagai bentuk pemecahan/penyelesaian masalah, antara lain sebagai berikut: a. Melakukan koordinasi dengan Pihak Pelapor mengenai informasi/data tambahan yang diperlukan dalam melengkapi Hasil Analisis. b. Melakukan koordinasi dan kerjasama dengan regulator Penyedia Jasa Keuangan (PJK) untuk mengatasi keterlambatan penyampaian data/informasi tambahan yang diminta PPATK kepada PJK c. Meningkatkan koordinasi dengan pihak Penyidik terkait feedback yang belum diterima PPATK. Untuk melaksanakan seluruh kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka mendukung pencapaian target sasaran berupa Jumlah hasil analisis yang disampaikan kepada penyidik dan instansi lainnya yang tidak dimintakan klarifikasi kembali dialokasikan anggaran sebesar Rp ,- dari alokasi anggaran tersebut yang terealisasi sebesar Rp ,- atau 46, 55%. Dengan melihat tingkat capaian output sebesar 177 % maka dapat dinyatakan bahwa penggunaan anggaran telah dilaksanakan secara efisien. b Jumlah instansi dan unit intelijen keuangan (Financial Intelligence Unit) yang secara formal melakukan kerjasama dengan PPATK dalam bentuk Nota Kesepahaman (MoU). Dalam melakukan pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang, PPATK dapat melakukan kerja sama pertukaran informasi berupa permintaan, pemberian, dan penerimaan informasi dengan pihak, baik dalam lingkup nasional maupun internasional. Kerja sama yang dilakukan oleh PPATK dengan pihak terkait dapat dituangkan dalam bentuk penandatanganan MoU. Pada tahun 2011, PPATK memiliki target pelaksanaan penandatanganan MoU dengan instansi dalam negeri dan Financial Inteligent Unit (FIU) luar negeri sebanyak 6 MoU. Dari rencana tersebut realisasi yang dapat dicapai sebanyak 19 MoU atau 317% dari target yang telah ditetapkan. Dengan adanya penambahan MoU di tahun 2011 sebanyak 19 MoU, maka total MoU yang dilakukan oleh PPATK dengan instansi dalam negeri sampai dengan 31 Desember 2011 adalah sebanyak 50 MoU. Sedangkan total MoU yang telah ditandatangani dengan FIU luar negeri sampai dengan 31 Desember 2011 sebanyak 42 MoU. 38

49 LAKIP PPATK 2011 Indikator Kinerja Target 2011 Realisasi 2011 Capaian (%) Jumlah instansi dan unit intelijen keuangan (Financial Intelligence Unit) yang secara formal melakukan kerjasama dengan PPATK dalam bentuk Nota Kesepahaman (MoU). 6 MoU 19 MoU 317% Dengan adanya MoU, diharapkan kerjasama PPATK dengan instansi dalam negeri maupun luar negeri dapat terjalin dengan lebih baik karena adanya landasan kerjasama yang mengatur dan bentuk-bentuk kerjasama yang akan dilakukan juga menjadi lebih jelas. Berikut ini daftar instansi dalam negeri yang telah melakukan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) dengan PPATK sampai dengan 31 Desember Tabel 16 Instansi Dalam Negeri yang Melakukan Penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) dengan PPATK Tahun Instansi Lingkup Kerjasama s.d instansi Irjen Perhubungan RI Pertukaran informasi, 2 Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban 3 Ombudsman RI 4 Pertamina penanganan perkara TPPU, penyusunan produk hukum, pengembangan SDM, penelitian dan sosialisasi, pendidikan dan pelatihan. 5 Ditjen Pajak (revisi) Pertukaran informasi, 6 Komisi Pemberantasan Korupsi (revisi) 7 Kepolisian Negara RI (revisi) 8 Kejaksaan Agung RI (revisi) 9 Badan Narkotika Nasional (revisi) penanganan perkara TPPU, penugasan pegawai instansi terkait di PPATK, penelitian dan sosialisasi, pendidikan dan pelatihan serta pengembangan sistem teknologi informasi Universitas Pattimura Universitas Indonesia & Bank Indonesia (terkait pendirian Pusat Kajian TPPU di UI) Pengembangan kajian keilmuan di berbagai bidang terkait TPPU, peningkatan kualitas SDM dan sosialisasi terkait rezim anti pencucian uang 39

50 12 Universitas Udayana 13 Universitas Sriwijaya 14 Universitas Bina Nusantara Berikut ini daftar FIU luar negeri yang telah melakukan penandatanganan kesepahaman (MoU) dengan PPATK sampai dengan 31 Desember Tabel 17 Jumlah MoU PPATK dengan FIU Tahun FIU Lingkup Kerjasama s.d FIU India Pertukaran Informasi 2 Belanda 3 Saudi Arabia 4 Luxembourg 5 Samoa Berikut ini diagram perbandingan prosentase jumlah Nota Kesepahaman antara PPATK dengan FIU dan instansi dalam negeri. Grafik 6 Perbandingan Jumlah MoU Dalam dan Luar Negeri FIU Luar Negeri 46% Instansi Dalam Negeri 54% Adapun tindak lanjut dari penandatanganan MoU antara PPATK dengan instansi lain baik dalam maupun luar negeri dapat berupa: 40

51 LAKIP PPATK 2011 a. Pertukaran informasi dengan FIU dan instansi dalam negeri. b. Pembentukan Pusat Kajian Anti Pencucian Uang di beberapa Universitas seperti Universitas Indonesia dan Universitas Surabaya c. Pembentukan Forum Akademisi Anti Pencucian Uang (Expert Group Meeting) dan mailing list dari para peserta forum tersebut d. Penelitian yang dilakukan oleh Dosen/Mahasiswa dari universitas terkait TPPU e. Kerjasama menjadi narasumber terkait TPPU yang diselenggarakan oleh universitas maupun instansi terkait lainnya Berkenaan dengan permintaan informasi (inquiry) dari instansi penegak hukum selama tahun 2011, PPATK telah menerima inquiry sebanyak 139 permintaan. Sedangkan kegiatan pertukaran informasi yang dilakukan antara PPATK dengan FIU negara lain pada tahun 2011 sebanyak 96 informasi. Berikut ini tabel jenis pertukaran informasi dengan FIU negara lain yang telah dilakukan oleh PPATK selama Tahun 2011: Tabel 18 Jenis Pertukaran Informasi No Jenis Pertukaran Informasi Jumlah 1 Outgoing Mutual Request (Incoming Information) 32 2 Incoming Mutual Request (Outgoing Information) 59 3 Spontaneous Incoming Information 5 4 Spontaneous Outgoing Information) 0 Total 96 Secara umum grafik akumulasi pertukaran informasi antara PPATK dengan FIU luar negeri sampai dengan tahun 2011 adalah sebagai berikut : Grafik 4 Grafik Akumulasi Pertukaran Informasi PPATK dengan FIU Luar Negeri Sampai dengan Tahun

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK SURAT PENGESAHAN NOMOR SP DIPA-078.01-0/AG/2014 DS 1701-7126-6142-9885 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. UU No. 23

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR DIPA-078.01-0/2013 DS 5976-2607-1781-0807 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.817, 2012 PPATK. Organisasi. Tata Kerja. PPATK. PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN NOMOR PER-07/1.01/PPATK/08/12 TENTANG ORGANISASI DAN

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR : SP DIPA-78.1-/216 A. DASAR HUKUM : 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan

Lebih terperinci

NILAI-NILAI DASAR PPATK

NILAI-NILAI DASAR PPATK NILAI-NILAI DASAR PPATK INTEGRITAS KERAHASIAAN TANGGUNG JAWAB KEMANDIRIAN PROFESIONAL KATA PENGANTAR Assalamualaikum Wr. Wb. Laporan Kinerja Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) merupakan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR : SP DIPA-78.1-/217 A. DASAR HUKUM : 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.955, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Pedoman. PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

Lebih terperinci

RANCANGAN PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

RANCANGAN PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG 47 RANCANGAN PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG I. UMUM Pembangunan rezim anti pencucian uang di Indonesia yang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1105, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. Good Public Governance. Penyelenggaraan. PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

Lebih terperinci

PENEGAKAN HUKUM. Bagian Kedelapan, Permintaan Keterangan Kepada PPATK (Berdasarkan Informasi PPATK

PENEGAKAN HUKUM. Bagian Kedelapan, Permintaan Keterangan Kepada PPATK (Berdasarkan Informasi PPATK Modul E-Learning 3 PENEGAKAN HUKUM Bagian Kedelapan, Permintaan Keterangan Kepada PPATK (Berdasarkan Informasi PPATK Maupun Hasil 3.8 Permintaan Keterangan Kepada PPATK (Berdasarkan Informasi PPATK Maupun

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010 Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan 2011 KATA PENGANTAR Assalamu'alaikum Wr. Wb. Salam sejahtera bagi kita semua. Puji dan syukur

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) PPATK INTRAC RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) TAHUN 2010-2014 Jl. Ir. H. Juanda No. 35, Telp. : 3850455, 3853922, Fax. :3856809, 3856826, Jakarta INTEGRITAS TANGGUNG JAWAB PROFESIONALISME PPATK KERAHASIAAN

Lebih terperinci

DAFTAR INFORMASI PUBLIK PPATK

DAFTAR INFORMASI PUBLIK PPATK NO Kode Klasifikasi Ringkasan Isi Informasi Pejabat/Unit/ Satker yang menguasai Informasi Penanggungj awab pembuatan atau penerbitan informasi Waktu dan tempat pembuatan informasi Format informasi yang

Lebih terperinci

2 lembaga keuangan mikro, dan lembaga pembiayaan ekspor sebagai Pihak Pelapor; dan 2. menyatakan advokat, notaris, pejabat pembuat akta tanah, akuntan

2 lembaga keuangan mikro, dan lembaga pembiayaan ekspor sebagai Pihak Pelapor; dan 2. menyatakan advokat, notaris, pejabat pembuat akta tanah, akuntan TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI HUKUM. Pidana. Pencucian Uang. Pihak Pelapor. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 148). PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

1.4. Modul Mengenai Pengaturan Pemberantasan Pencucian Uang Di Indonesia

1.4. Modul Mengenai Pengaturan Pemberantasan Pencucian Uang Di Indonesia Modul E-Learning 1 PENGENALAN ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENDANAAN TERORISME Bagian Keempat. Pengaturan Pencegahan dan Pemberantasan Pencucian Uang di Indonesia Tujuan Modul bagian keempat yaitu Pengaturan

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I KEUANGAN. Daerah Pabean Indonesia. Uang Tunai. Instrumen Pembayaran Lain. Pembawaan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 366). PENJELASAN ATAS

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.806, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. Informasi. Permintaan. Tata Cara. PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN NOMOR PER-08/1.02/PPATK/05/2013

Lebih terperinci

2011, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN TENTANG PENERAPAN PRINSIP MENGENALI PENGGUNA

2011, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN TENTANG PENERAPAN PRINSIP MENGENALI PENGGUNA No.920, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. Kenali Pengguna Jasa. Pergadaian. Penerapan. PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

Lebih terperinci

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT JENDERAL 2014 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan kepada setiap instansi pemerintah

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2016 TENTANG PEMBAWAAN UANG TUNAI DAN/ATAU INSTRUMEN PEMBAYARAN LAIN KE DALAM ATAU KE LUAR DAERAH PABEAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

ii DAFTAR TABEL iii DAFTAR GAMBAR v PERNYATAAN TELAH DIREVIU vi RINGKASAN EKSEKUTIF

ii DAFTAR TABEL iii DAFTAR GAMBAR v PERNYATAAN TELAH DIREVIU vi RINGKASAN EKSEKUTIF KATA PENGANTAR Assalamualaikum Wr. Wb. Dengan mengucap puji dan syukur kepada Allah SWT, kami telah menyelesaikan Laporan Kinerja Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK). Laporan kinerja

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG I. UMUM. Berbagai kejahatan, baik yang dilakukan oleh orang perseorangan maupun oleh korporasi

Lebih terperinci

Independensi Integritas Profesionalisme

Independensi Integritas Profesionalisme BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Independensi Integritas Profesionalisme VISI Menjadi lembaga pemeriksa keuangan negara yang kredibel dengan menjunjung tinggi nilainilai dasar untuk berperan

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, JANUARI 2017 Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Inspektorat

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG JARING PENGAMAN SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG JARING PENGAMAN SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG JARING PENGAMAN SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk kepentingan negara

Lebih terperinci

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN RANCANGAN LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT KOMISI III DPR RI DENGAN KPK, BNN DAN PPATK --------------------------------------------------- (BIDANG HUKUM, HAM DAN KEAMANAN) Tahun Sidang : 2015-2016

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI 1.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas Pokok dan Fungsi Pelayanan SKPD Dalam proses penyelenggaraan pemerintahan sampai sekarang ini

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Pada penyusunan Laporan Akuntabilias Kinerja Tahun 2013 ini, mengacu pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 46 2016 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB. Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB. Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015 RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015 Kata Pengantar Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanggungjawaban rencana strategis kepada masyarakat dapat dilihat dari dua jalur utama, yaitu jalur pertanggungjawaban keuangan dan jalur pertanggungjawaban kinerja.

Lebih terperinci

2012, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan: 1. Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan yang selanjut

2012, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan: 1. Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan yang selanjut No.927, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. Audit. Kepatuhan. Khusus. Tata Cara. PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN NOMOR

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N 1 BAB I P E N D A H U L U A N 1.1. Latar Belakang Arah kebijakan Inspektorat Kabupaten Bandung adalah Pembangunan Budaya Organisasi Pemerintah yang bersih, akuntabel, efektif dan Profesional dan Peningkatan

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG,

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, 1 BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, Menimbang : a. bahwa untuk lebih menjamin ketepatan dan

Lebih terperinci

INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA

INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA INSPEKTORAT 2015 SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA LAPORAN KINERJA INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET TAHUN 2014 Nomor : LAP-3/IPT/2/2015 Tanggal :

Lebih terperinci

Pemerintah Kota Tangerang

Pemerintah Kota Tangerang RENCANA KERJA INSPEKTORAT KOTA TANGERANG TAHUN 2018 Penyusunan Rancangan Akhir Rencana Kerja Inspektorat Kota Tangerang Tahun 2018 merupakan pelaksanaan kegiatan mengacu pada Rancangan Akhir Rencana Kerja

Lebih terperinci

RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN ANGGARAN 2018

RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN ANGGARAN 2018 RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN ANGGARAN 2018 BIRO PENGEMBANGAN PRODUKSI DAERAH SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN 2017 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena atas segala limpahan

Lebih terperinci

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Akuntabilitas kinerja adalah kewajiban untuk menjawab dari perorangan, badan hukum atau pimpinan kolektif secara transparan mengenai keberhasilan atau kegagalan dalam melaksanakan

Lebih terperinci

INSPEKTORAT AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

INSPEKTORAT AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH PEMERINTAH KABUPATEN TANAH DATAR INSPEKTORAT JALAN SULTAN ALAM BAGAGARSYAH TELP 0752 71128 BATUSANGKAR 27281 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2012 BATUSANGKAR JANUARI 2013 DAFTAR

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI 2015-2019 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 KATA PENGANTAR Rencana strategis (Renstra) 2015 2019 Biro Hukum dan Organisasi

Lebih terperinci

REZIM ANTI PENCUCIAN UANG DI INDONESIA

REZIM ANTI PENCUCIAN UANG DI INDONESIA REZIM ANTI PENCUCIAN UANG DI INDONESIA PENCUCIAN UANG? PENCUCIAN UANG Upaya untuk menyembunyikan/menyamarkan harta kekayaan dari hasil tindak pidana sehingga harta kekayaan tersebut seolah-olah berasal

Lebih terperinci

INSPEKTORAT KOTA BANDUNG KATA PENGANTAR

INSPEKTORAT KOTA BANDUNG KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Kasih sayang-nya sehingga Laporan Inspektorat Kota Bandung Tahun 2015 ini dapat tersusun Laporan ini merupakan

Lebih terperinci

BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK

BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK salinan BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEBAK,

Lebih terperinci

Rencana Kerja Tahunan (RKT) INSPEKTORAT KABUPATEN MALANG

Rencana Kerja Tahunan (RKT) INSPEKTORAT KABUPATEN MALANG Rencana Kerja Tahunan (RKT) INSPEKTORAT KABUPATEN MALANG TAHUN 2014 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan kepada setiap

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. RPJMN 2010-2014 Dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) menjelaskan bahwa Rencana Pembangunan Jangka

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.996, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. Manajemen Risiko. Penyelenggaraan. PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN NOMOR

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012 RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN 2011 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita- cita bangsa bernegara

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA PIAGAM AUDIT INTERN 1. Pengawasan Intern adalah seluruh proses kegiatan audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, T

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, T No. 339, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNN. Pencucian Uang. Asal Narkotika. Prekursor Narkotika. Penyelidikan. Penyidikan. PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PENYELIDIKAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

KATA PENGANTAR. Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh i KATA PENGANTAR Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh Rencana Strategis (Renstra) merupakan amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Undang-Undang

Lebih terperinci

FORMULIR 2 RENCANA KERJA KEMENTRIAN/LEMBAGA (RENJA-KL) TAHUN ANGGARAN 2017 1. Kementrian/Lembaga : KEMENTERIAN KEUANGAN 2. Sasaran Strategis K/L : 1.Terjaganya Kesinambungan Fiskal 3. Program : Program

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT BADAN PPSDM KESEHATAN TAHUN 2014

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT BADAN PPSDM KESEHATAN TAHUN 2014 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT BADAN PPSDM KESEHATAN TAHUN 2014 BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2015 KATA PENGANTAR D engan memanjatkan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.737, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Pengawasan. Pelaksanaan. Tata Cara Tetap. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 91 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA TETAP

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA SOLOK 2017 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan

Lebih terperinci

Ikhtisar Eksekutif. vii

Ikhtisar Eksekutif. vii Kata Pengantar Laporan Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) ini merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi kepada masyarakat (stakeholders) dalam menjalankan visi dan misi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya dengan tersusunnya LAKIP Bagian Hukum, maka diharapkan dapat :

BAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya dengan tersusunnya LAKIP Bagian Hukum, maka diharapkan dapat : BAB I PENDAHULUAN I.1 KONDISI UMUM ORGANISASI B agian Hukum dibentuk berdasarkan Keputusan Kepala BSN Nomor 965/BSN-I/HK.35/05/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Standardisasi Nasional. Bagian

Lebih terperinci

KESEPAKATAN BERSAMA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN NOMOR : 02/KB/I-VII.

KESEPAKATAN BERSAMA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN NOMOR : 02/KB/I-VII. KESEPAKATAN BERSAMA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN NOMOR : 02/KB/I-VII.3/09/2006 NOMOR : NK-1/1.02/PPATK/09/06 TENTANG KERJASAMA DALAM

Lebih terperinci

Dalam upaya memberi pertanggungjawaban terhadap tingkat

Dalam upaya memberi pertanggungjawaban terhadap tingkat B A B I I I A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A Dalam upaya memberi pertanggungjawaban terhadap tingkat pencapaian kinerja, berdasarkan visi, misi, tujuan, dan sasaran strategis, yang kemudian dijabarkan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN WALIKOTA SAMARINDA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN WALIKOTA SAMARINDA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DENGAN RAHMAT YANG MAHA ESA WALIKOTA SAMARINDA,

Lebih terperinci

Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Tengah KATA PENGANTAR

Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Tengah KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Rencana Kerja (Renja) adalah dokumen perencanaan tahunan yang merupakan penjabaran dari Rencana Strategis (Renstra) serta disusun mengacu pada Rencana Kerja Pemerintah (RKP). Rencana Kerja

Lebih terperinci

Peranan hasil..., Ni Komang Wiska Ati Sukariyani, FH UI, 2010.

Peranan hasil..., Ni Komang Wiska Ati Sukariyani, FH UI, 2010. BAB IV PERANAN HASIL ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN DALAM PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG 4.1. Peranan Pusat Pelaporan dan Analisis

Lebih terperinci

BUPATI BLORA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA,

BUPATI BLORA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA, BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG PIAGAM INTERNAL AUDIT (INTERNAL AUDIT CHARTER) DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BLORA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA, Menimbang

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, 10 Maret 2014 Sekretaris Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan. Dr. Ir. Syafril Fauzi, M.

KATA PENGANTAR. Jakarta, 10 Maret 2014 Sekretaris Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan. Dr. Ir. Syafril Fauzi, M. KATA PENGANTAR Laporan akuntabilitas kinerja merupakan wujud pertanggungjawaban kepada stakeholders dan memenuhi Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 yang mengamanatkan setiap instansi pemerintah/lembaga

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2013 KECAMATAN RAMBATAN

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2013 KECAMATAN RAMBATAN PEMERINTAH KABUPATEN TANAH DATAR 1 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2013 KECAMATAN RAMBATAN JANUARI 2014 RINGKASAN EKSEKUTIF 2 Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP)

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Page i. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum Mahkamah Agung RI Tahun 2014

KATA PENGANTAR. Page i. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum Mahkamah Agung RI Tahun 2014 KATA PENGANTAR Penyusunan Laporan Akuntabilitasi Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum Tahun 2014 mengacu pada Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem

Lebih terperinci

GUBERNUR BANK INDONESIA,

GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/ 3 /PBI/2010 TENTANG PENERAPAN PROGRAM ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME PADA PEDAGANG VALUTA ASING BUKAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG I. UMUM Pada umumnya pelaku tindak pidana berusaha menyembunyikan atau

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PEMBATASAN TRANSAKSI UANG KARTAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PEMBATASAN TRANSAKSI UANG KARTAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PEMBATASAN TRANSAKSI UANG KARTAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk mewujudkan

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BIRO HUKUM DAN ORGANISASI TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BIRO HUKUM DAN ORGANISASI TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BIRO HUKUM DAN ORGANISASI TAHUN 2016 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan Puji dan Syukur kehadirat

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP-SKPD) TAHUN 2015

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP-SKPD) TAHUN 2015 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP-SKPD) TAHUN 2015 INSPEKTORAT KABUPATEN LABUHANBATU JL. SISINGAMANGARAJA No.062 RANTAUPRAPAT KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2015

Lebih terperinci

L A P O R A N K I N E R J A

L A P O R A N K I N E R J A L A P O R A N K I N E R J A 2 014 Asisten Deputi Bidang Pendidikan, Agama, Kesehatan, dan Kependudukan Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Kabinet Republik Indonesia 2014 Kata Pengantar Dengan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 27 TAHUN 2014 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR AUDIT DAN REVIU ATAS LAPORAN KEUANGAN BAGI APARAT PENGAWAS INTERN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita- cita bangsa bernegara

Lebih terperinci

February 15, 2016 BAPPEDA BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

February 15, 2016 BAPPEDA BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah merupakan dasar untuk terselenggaranya Good Governance yang artinya penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan dapat berlangsung

Lebih terperinci

I. UMUM. Perubahan dalam Undang-Undang ini antara lain meliputi:

I. UMUM. Perubahan dalam Undang-Undang ini antara lain meliputi: PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG I. UMUM Perkembangan dan kemajuan ilmu

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1198, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. Pengaduan Masyarakayt. Penanganan. Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

V PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN (PPATK)

V PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN (PPATK) Lampiran Keputusan Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan Nomor: P e d o m a n V PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN (PPATK) Pedoman Identifikasi Transaksi Keuangan Mencurigakan

Lebih terperinci

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN RANCANGAN LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT KOMISI III DPR RI DENGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL, PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN, LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN, DAN BADAN NASIONAL

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH INSPEKTORAT KOTA BLITAR TAHUN 2015

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH INSPEKTORAT KOTA BLITAR TAHUN 2015 LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH INSPEKTORAT KOTA BLITAR TAHUN 2015 PEMERINTAH KOTA BLITAR INSPEKTORAT Jalan Imam Bonjol Nomor 9 Blitar KATA PENGANTAR Sebagai bentuk telah terlaksananya suatu capaian

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) INSPEKTORAT KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN 2016

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) INSPEKTORAT KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN 2016 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) INSPEKTORAT KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN 2016 KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN 2015 KEPUTUSAN INSPEKTUR INSPEKTORAT KABUPATEN PANDEGLANG Nomor : 800/Kep.859 Insp/2015 Tentang PENETAPAN

Lebih terperinci

LAKIP LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2014 INSPEKTORAT KOTA BANDUNG JL. TERA NO. 20 BANDUNG

LAKIP LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2014 INSPEKTORAT KOTA BANDUNG JL. TERA NO. 20 BANDUNG LAKIP LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2014 INSPEKTORAT KOTA BANDUNG JL. TERA NO. 20 BANDUNG INSPEKTORAT KOTA BANDUNG RINGKASAN EKSEKUTIF Laporan Kinerja Inspektorat Kota Bandung

Lebih terperinci

KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN TAHUN 2015

KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN TAHUN 2015 KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN TAHUN 2015 JAKARTA, FEBRUARI 2016 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR

Lebih terperinci

Modul E-Learning 1. Modul bagian pertama yaitu Pengenalan Pencucian Uang bertujuan untuk menjelaskan:

Modul E-Learning 1. Modul bagian pertama yaitu Pengenalan Pencucian Uang bertujuan untuk menjelaskan: Modul E-Learning 1 PENGENALAN ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENDANAAN TERORISME Bagian Pertama. Pengenalan Pencucian Uang Tujuan Modul bagian pertama yaitu Pengenalan Pencucian Uang bertujuan untuk menjelaskan:

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA BANDUNG DINAS KOPERASI UKM DAN PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN

PEMERINTAH KOTA BANDUNG DINAS KOPERASI UKM DAN PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena rahmat dan hidayah- Nya kami dapat menyusun Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Tahun 2016 Dinas Koperasi UKM dan Perindag Kota Bandung Tahun

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 59 2017 SERI : E PERATURAN WALI KOTA BEKASI NOMOR 59 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALI KOTA BEKASI NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI

Lebih terperinci

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015 RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 215 A. KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA : B. UNIT ORGANISASI : (15) KEMENTERIAN

Lebih terperinci

Rencana Strategis

Rencana Strategis BAB I PENDAHULUAN A. Kondisi Umum Sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional pada bab XIV salah satu agenda pembangunan nasional

Lebih terperinci

RENCANA KERJA KECAMATAN ANGSANA TAHUN 2017

RENCANA KERJA KECAMATAN ANGSANA TAHUN 2017 RENCANA KERJA KECAMATAN ANGSANA TAHUN 2017 PEMERINTAH KABUPATEN TANAH BUMBU KECAMATAN ANGSANA DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi... ii Daftar Tabel... iii Daftar Bagan... iv Daftar Singkatan... v BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/ 3 /PBI/2010 TENTANG PENERAPAN PROGRAM ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME PADA PEDAGANG VALUTA ASING BUKAN BANK I. UMUM Dengan semakin

Lebih terperinci

KABUPATEN BADUNG LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TAHUN 2014

KABUPATEN BADUNG LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TAHUN 2014 KABUPATEN BADUNG LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TAHUN 2014 BAPPEDA LITBANG KABUPATEN BADUNG TAHUN 2015 DAFTAR ISI Hal DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN DALAM MENCEGAH DAN MEMBERANTAS TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG SULAIMAN BAKRI / D ABSTRAK

PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN DALAM MENCEGAH DAN MEMBERANTAS TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG SULAIMAN BAKRI / D ABSTRAK PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN DALAM MENCEGAH DAN MEMBERANTAS TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG SULAIMAN BAKRI / D 101 10 261 ABSTRAK Penelitian ini membahas tentang kewenangan Pusat Pelaporan

Lebih terperinci

Setyanta Nugraha Inspektur Utama Sekretariat Jenderal DPR RI. Irtama

Setyanta Nugraha Inspektur Utama Sekretariat Jenderal DPR RI. Irtama Setyanta Nugraha Inspektur Utama Sekretariat Jenderal DPR RI Irtama 2016 1 Irtama 2016 2 SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PIAGAM AUDIT INTERN 1. Pengawasan internal adalah

Lebih terperinci