ii DAFTAR TABEL iii DAFTAR GAMBAR v PERNYATAAN TELAH DIREVIU vi RINGKASAN EKSEKUTIF

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ii DAFTAR TABEL iii DAFTAR GAMBAR v PERNYATAAN TELAH DIREVIU vi RINGKASAN EKSEKUTIF"

Transkripsi

1

2 KATA PENGANTAR Assalamualaikum Wr. Wb. Dengan mengucap puji dan syukur kepada Allah SWT, kami telah menyelesaikan Laporan Kinerja Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK). Laporan kinerja merupakan perwujudan dari transparansi dan akuntabilitas kinerja dalam mewujudkan good governance di PPATK yang merupakan lembaga sentral (focal point) dalam melaksanakan pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme di Indonesia. Oleh karena itu, Laporan kinerja merupakan salah satu media komunikasi kepada publik untuk menyampaikan informasi kinerja PPATK dalam memenuhi harapan akan terwujudnya transparansi dan akuntabilitas dalam pelaksanaan tugas dan fungsi PPATK. Laporan Kinerja PPATK menyajikan informasi terkait capaian kinerja berdasarkan target kinerja tahun 2015 yang menjelaskan keberhasilan dan kendala yang dihadapi. Kinerja PPATK diukur atas dasar penilaian Indikator Kinerja Sasaran Strategis (IKSS) yang merupakan indikator keberhasilan pencapaian tujuan dan sasaran strategis sebagaimana ditetapkan dalam Rencana Strategis PPATK Secara umum, capaian kinerja PPATK selama tahun 2015 telah sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan, walaupun masih terdapat beberapa IKSS yang belum berhasil mencapai target kinerja. Hasil evaluasi akuntabilitas kinerja selama tiga tahun terakhir ( ) menempatkan PPATK sebagai instansi dengan akuntabilitas kinerja yang baik dengan predikat Sangat Baik. Hal ini mencerminkan komitmen dan kesungguhan PPATK dalam melaksanakan perbaikan kinerja dan melaksanakan tugas sesuai dengan amanat undang-undang. Melalui laporan kinerja ini diharapkan dapat tercipta optimalisasi dan peningkatan efisiensi, efektivitas, dan produktivitas kinerja para pimpinan dan seluruh pegawai PPATK, sehingga dapat mendukung kinerja PPATK dalam mewujudkan good governance. Kami berharap laporan kinerja ini juga memenuhi harapan para pemangku kepentingan, sehingga dapat menjadi media evaluasi dalam mengukur dan menilai kinerja PPATK dalam upaya mencegah dan memberantas tindak pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme. Wassalamualaikum Wr. Wb. Jakarta, 29 Februari 2016

3 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii DAFTAR TABEL iii DAFTAR GAMBAR v PERNYATAAN TELAH DIREVIU vi RINGKASAN EKSEKUTIF vii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 B. Profil dan Sejarah Singkat PPATK 4 C. Tugas, Fungsi, dan Kewenangan PPATK 6 D. Struktur Organisasi 9 E. Dasar Hukum 12 F. Sistematika Penyajian 13 BAB II BAB III PERENCANAAN KINERJA A. Perencanaan Strategis 15 B. Perjanjian Kinerja 19 AKUNTABILITAS KINERJA A. Capaian Kinerja 23 B. Analisis dan Evaluasi Capaian Kinerja 24 C. Capaian Kinerja PPATK Tahun 2014 dan D. Realisasi Anggaran 105 E. Hubungan Capaian Kinerja dengan Program Berbasis Kinerja 109 F. Hubungan Capaian Kinerja dengan Program Reformasi Birokrasi 111 G. Kinerja dan Capaian Lainnya 113 H. Rencana Pengembangan 115 BAB IV PENUTUP 116 LAMPIRAN PPATK LAPORAN KINERJA TAHUN 2O15 ii

4 DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Jumlah Pegawai PPATK per 31 Desember Tabel 2.1 Misi PPATK 16 Tabel 2.2 Tujuan PPATK 16 Tabel 2.3 Sasaran Strategis PPATK Tabel 2.4 Perjanijan Kinerja PPATK 19 Tabel 3.1 Capaian Indikator Kinerja Sasaran Strategis ke-1 PPATK 30 Tabel 3.2 Perbandingan Realisasi IKSS ke-1 dengan Target Tabel 3.3 Capaian Kinerja Sasaran Strategis ke-2 PPATK 32 Tabel 3.4 Capaian Indikator Kinerja Sasaran Strategis ke-2 PPATK 34 Tabel 3.5 Perbandingan Realisasi IKSS ke-2 dengan Target Tabel 3.6 Rekomendasi FATF yang Diadopsi dalam Kebijakan Domestik Tahun Tabel 3.7 Capaian Indikator Kinerja Sasaran Strategis ke-3 PPATK 38 Tabel 3.8 Perbandingan Realisasi IKSS ke-3 dengan Target Tabel 3.9 Rekomendasi NRA yang Ditindaklanjuti 42 Tabel 3.10 Capaian Indikator Kinerja Sasaran Strategis ke-4 PPATK 44 Tabel 3.11 Perbandingan Realisasi IKSS ke-4 dengan Target Tabel 3.12 Capaian Indikator Kinerja Sasaran Strategis ke-5 PPATK 48 Tabel 3.13 Perbandingan Realisasi IKSS ke-5 dengan Target Tabel 3.14 Capaian Indikator Kinerja Sasaran Strategis ke-6 PPATK 54 Tabel 3.15 Perbandingan Realisasi IKSS ke-6 dengan Target Tabel 3.16 Capaian Indikator Kinerja Sasaran Strategis ke-7 PPATK 68 Tabel 3.17 Perbandingan Realisasi IKSS ke-7 dengan Target Tabel 3.18 Jumlah HA dan informasi yang Ditindaklanjuti Tahun Tabel 3.19 Capaian Indikator Kinerja Sasaran Strategis ke-8 PPATK 70 Tabel 3.20 Perbandingan Realisasi IKSS ke-8 dengan Target Tabel 3.21 Capaian Kinerja Sasaran Strategis ke-7 PPATK 72 Tabel 3.22 Jumlah Laporan dari Pihak Pelapor yang Memenuhi Standar Pelaporan Tahun Tabel 3.23 Capaian Indikator Kinerja Sasaran Strategis ke-9 PPATK 73 Tabel 3.24 Perbandingan Realisasi IKSS ke-9 dengan Target PPATK LAPORAN KINERJA TAHUN 2O15 iii

5 Tabel 3.25 Interval Indeks Kepatuhan Pihak Pelapor 75 Tabel 3.26 Capaian Indikator Kinerja Sasaran Strategis ke-10 PPATK 75 Tabel 3.27 Perbandingan Realisasi IKSS ke-10 dengan Target Tabel 3.28 Capaian Indikator Kinerja Sasaran Strategis ke-11 PPATK 79 Tabel 3.29 Perbandingan Realisasi IKSS ke-11 dengan Target Tabel 3.30 Capaian Indikator Kinerja Sasaran Strategis ke-12 PPATK 83 Tabel 3.31 Perbandingan Realisasi IKSS ke-12 dengan Target Tabel 3.32 Capaian Indikator Kinerja Sasaran Strategis ke-13 PPATK 85 Tabel 3.33 Perbandingan Realisasi IKSS ke-13 dengan Target Tabel 3.34 Capaian Indikator Kinerja Sasaran Strategis ke-14 PPATK 88 Tabel 3.35 Perbandingan Realisasi IKSS ke-14 dengan Target Tabel 3.36 Capaian Indikator Kinerja Sasaran Strategis ke-15 PPATK 90 Tabel 3.37 Perbandingan Realisasi IKSS ke-15 dengan Target Tabel 3.38 Capaian Indikator Kinerja Sasaran Strategis ke-16 PPATK 95 Tabel 3.39 Perbandingan Realisasi IKSS ke-16 dengan Target Tabel 3.40 Capaian Indikator Kinerja Sasaran Strategis ke-17 PPATK 100 Tabel 3.41 Perbandingan Realisasi IKSS ke-17 dengan Target Tabel 3.42 Capaian Kinerja PPATK Tahun Tabel 3.43 Indikator Kinerja Sasaran Strategis, Target, Realisasi, dan Capaian Kinerja 104 PPATK Tabel 3.44 Perbandingan Realisasi Anggaran PPATK Tahun 2014 dan Tabel 3.45 Realisasi Anggaran Terkait Pencapaian Kinerja PPATK 107 Tabel 3.46 Sasaran, Indikator, dan Target Program Reformasi Birokrasi dalam RPJMN 111 PPATK LAPORAN KINERJA TAHUN 2O15 iv

6 DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Struktur Organisasi PPATK 11 Gambar 2.1 Peta Strategis PPATK 18 Gambar 2.2 Penandatanganan Perjanjian Kinerja PPATK 21 PPATK LAPORAN KINERJA TAHUN 2O15 v

7 PPATK LAPORAN KINERJA TAHUN 2O15 vi

8 RINGKASAN EKSEKUTIF Laporan Kinerja PPATK merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban kepada publik atas kinerja PPATK dalam mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan dalam Rencana Strategis (Renstra) PPATK Laporan kinerja ini merupakan salah satu parameter yang digunakan oleh PPATK untuk meningkatkan kinerja dalam melaksanakan tugas dan fungsinya dalam mencegah dan memberantas tindak pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme. Penyusunan Laporan Kinerja PPATK berpedoman pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja, dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja dan Instansi Pemerintah. Untuk mendukung penyelenggaraan sistem akuntabilitas kinerja pada lingkup internal PPATK, Kepala PPATK telah menetapkan Peraturan Kepala PPATK Nomor: PER-10/1.01/PPATK/07/15 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja pada Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan Hasil pengukuran kinerja selama tahun 2015 menunjukkan bahwa PPATK secara umum berhasil memenuhi target kinerja yang telah ditetapkan. Hal ini terlihat dari capaian kinerja tujuh belas Indikator Kinerja Sasaran Strategis (IKSS) PPATK. Dari tujuh belas IKSS, satu IKSS berhasil mencapai target kinerja yang ditetapkan (100%) dan sepuluh IKSS berhasil melebihi target kinerja yang ditetapkan (>100%). Namun demikian, masih terdapat lima IKSS yang belum berhasil mencapai target kinerja yang ditetapkan (<100%) dan satu IKSS yang belum dilakukan pengukuran kinerja pada tahun ini. Capaian kinerja tersebut tidak lepas dari upaya PPATK untuk memperbaiki kinerjanya dengan menindaklanjuti rekomendasi Kementerian PAN dan Reformasi Birokrasi dalam evaluasi sistem akuntabilitas kinerja PPATK tahun 2014 melalui pelaksanaan koordinasi, monitoring, evaluasi, dan pelaporan kinerja. Untuk mendukung pencapaian target kinerja tahun 2015, PPATK telah mengeluarkan anggaran sebesar Rp ,00 atau 93,73% dari pagu anggaran sebesar Rp ,00. Hal tersebut menunjukkan bahwa PPATK telah menggunakan anggaran secara efisien untuk mencapai kinerja sebesar 132,65%. Efisiensi tersebut dilakukan dalam PPATK LAPORAN KINERJA TAHUN 2O15 vii

9 proses pengadaan barang/jasa, pembatasan dalam pelaksanaan kegiatan rapat konsinyering yang dilaksanakan di hotel, dan penghematan dalam pelaksanaan perjalanan dinas sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 2. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa selama tahun 2015, PPATK berhasil mencapai target kinerja secara optimal dan menggunakan anggaran yang sesuai dengan yang telah direncanakan dalam proses penganggaran. Selain itu, PPATK berhasil dalam meraih capaian kinerja lainnya, antara lain: 1. Indonesia berhasil keluar dari FATF Public Statement atau daftar hitam negara-negara yang berisiko tinggi terhadap pencucian uang dan pendanaan terorisme yang ditetapkan dalam pertemuan International Cooperation Review Group (ICRG) pada Juni 2015 di Australia. Hal ini tidak terlepas dari upaya PPATK dalam berkoordinasi dengan kementerian/lembaga lainnya yang menjadi anggota Komite Nasional TPPU. 2. PPATK berhasil meraih Opini WTP atas Laporan Keuangan Tahun 2014 PPATK. Penghargaan ini diraih selama sembilan kali berturut-turut. 3. PPATK berhasil meraih peringkat pertama Keterbukaan Informasi Publik yang diselenggarakan oleh Komisi Informasi Pusat pada kategori Lembaga Non Struktural. 4. PPATK berhasil meraih peringkat ketiga dalam kategori Utilisasi Pengelolaan BMN untuk kelompok Kementerian/Lembaga dengan jumlah unit kuasa pengguna barang sampai dengan 10 satuan kerja. PPATK sebagian besar telah berhasil mencapai target kinerja yang termuat dalam Perjanjian Kinerja, tetapi dalam pelaksanaannya terdapat perubahan-perubahan yang terjadi dalam lingkungan internal dan eksternal PPATK. Perubahan tersebut telah menimbulkan kendala yang menghambat PPATK dalam mencapai target kinerja. Oleh karena itu, segenap jajaran pimpinan dan pegawai PPATK akan selalu berusaha untuk mengatasi kendala-kendala tersebut dalam upaya peningkatan kinerja tahun berikutnya. Laporan Kinerja PPATK ini diharapkan dapat menjadi media informasi kepada publik terkait dengan capaian kinerja PPATK selama tahun Laporan kinerja juga diharapkan dapat memberikan informasi secara transparan kepada berbagai pihak yang terkait dengan tugas dan fungsi PPATK, memberikan umpan balik guna peningkatan kinerja yang dapat mendukung pencapaian visi dan misi PPATK dalam upaya mencegah dan memberantas tindak pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme di Indonesia. PPATK LAPORAN KINERJA TAHUN 2O15 viii

10 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) sebagai Financial Intelligence Unit (FIU) memiliki kewenangan untuk melaksanakan upaya pencegahan dan pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU), serta membangun rezim anti pencucian uang di Indonesia. Pencucian uang sebagai suatu kejahatan yang berdimensi internasional telah banyak menimbulkan dampak negatif terhadap perekonomian suatu negara karena pencucian uang dilakukan terhadap uang hasil tindak kejahatan. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang telah memberikan banyak perubahan yang semakin memperkuat peran PPATK sebagai focal point dalam pencegahan dan pemberantasan TPPU di Indonesia. Peran PPATK sebagai focal point dilakukan, antara lain melalui peningkatan tugas, fungsi, dan wewenang PPATK, mempertegas pengaturan dan perluasan pihak pelapor (reporting parties), dan memperluas lembaga yang melakukan penyelidikan dan penyidikan TPPU. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah merupakan dasar hukum penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) bagi setiap kementerian/lembaga dalam upaya pertanggungjawaban kinerja terkait dengan penggunaan dana APBN yang dikelolanya. Dalam pelaksanaannya, Peraturan Pemerintah tersebut dilengkapi dengan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Peraturan Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan Nomor: PER- 05/1.01/PPATK/03/15 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja pada Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan sebagai acuan dalam penyelenggaraan sistem akuntabilitas kinerja di PPATK. Pelaksanaan sistem akuntabilitas kinerja dimulai dengan penyusunan PPATK LAPORAN KINERJA TAHUN 2O15 1

11 Rencana Strategis (Renstra) PPATK Untuk memperkuat penyelenggaraan akuntabilitas kinerja di PPATK, setiap tahun PPATK membentuk Tim Pengelolaan Kinerja PPATK melalui Keputusan Kepala PPATK. PPATK juga mengembangkan sistem aplikasi guna memantau capaian kinerja di PPATK. Road Map Reformasi Birokrasi telah ditetapkan melalui Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 11. PPATK mengimplementasikan program reformasi birokrasi dan telah menyampaikan serangkaian dokumen usulan dan road map reformasi birokrasi. Dari hasil evaluasi program reformasi birokrasi oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi pada tahun 2014, PPATK telah berhasil memperoleh nilai sebesar 61,06 yang berada dalam kategori baik. Isu strategis terkait upaya pencegahan dan pemberantasan TPPU di Indonesia adalah PPATK telah melakukan Penilaian Risiko Nasional/National Risk Assessment (NRA) pada tahun Penilaian NRA merupakan suatu kegiatan terorganisasi dan sistemik untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi sumber dan metode pencucian uang dan pendanaan terorisme, kelemahan dalam sistem anti TPPU dan pendanaan terorisme, dan kerawanan lainnya yang dihadapi yang berpengaruh langsung maupun tidak langsung pada negara tertentu yang melaksanakan penilaian. Pelaksanaan Penilaian Risiko Nasional di Indonesia dilatarbelakangi oleh kebutuhan nasional dan internasional. Dalam skala internasional, Penilaian Risiko Nasional dilaksanakan untuk memenuhi Rekomendasi Nomor 1 FATF yang menyatakan bahwa setiap negara harus mengidentifikasi, menilai dan memahami risiko pencucian uang dan pendanaan terorisme untuk negara dan harus mengambil tindakan, termasuk menentukan otoritas dan mekanisme untuk mengoordinasikan aksi untuk menilai risiko. Berdasarkan penilaian tersebut, Indonesia harus melaksanakan pendekatan berbasis risiko untuk meyakinkan bahwa langkah-langkah pencegahan atau penyelesaian kasus pencucian uang dan pendanaan terorisme sepadan dengan risiko yang teridentifikasi. Dalam skala nasional, Pelaksanaan Penilaian Risiko Nasional dilatarbelakangi kebutuhan penyusunan strategi nasional dan memberikan rekomendasi bagi penyempurnaan regulasi, serta ketentuan terkait pencegahan dan pemberantasan TPPU PPATK LAPORAN KINERJA TAHUN 2O15 2

12 di Indonesia. Pada tingkat yang lebih mikro, pelaksanaan Penilaian Risiko Nasional merupakan hal yang penting bagi setiap stakeholders rezim Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme (APUPPT), misalnya pihak pelapor, Lembaga Pengawas dan Pengatur, dan instansi penegak hukum, khususnya dalam penyempurnaan kerentanan internal yang dimiliki dan penyusunan skala prioritas dalam pengalokasian sumber daya yang dimiliki pada area-area yang memiliki tingkat risiko TPPU yang lebih tinggi. Pada tahun 2015, PPATK telah merancang penyusunan Indeks Persepsi Publik terhadap TPPU dan Pendanaan Terorisme dengan melibatkan masyarakat selaku salah satu stakeholder rezim APUPPT. Tingkat keefektifan kinerja rezim APUPPT dari sisi pencegahan maupun dari sisi pemberantasan diukur dengan menggunakan indikator persepsi tingkat pemahaman publik atas TPPU dan Pendanaan Terorisme (termasuk pemahaman atas risiko-risiko, regulasi, dan rezim APUPPT), dan indikator persepsi keefektifan kinerja stakeholders. Dengan diketahuinya tingkat pemahaman publik atas TPPU dan Pendanaan Terorisme tersebut, pemerintah diharapkan dapat melakukan program intervensi guna meningkatkan pemahaman dan kewaspadaan masyarakat agar peduli dengan TPPU dan Pendanaan Terorisme. Isu strategis lainnya adalah penetapan Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2015 tentang Pihak Pelapor dalam Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang. Dalam Peraturan Pemerintah tersebut diatur Pihak Pelapor baru yang berkewajiban menerapkan Prinsip Mengenali Pengguna Jasa dan menyampaikan laporan ke PPATK, meliputi: a. Penyedia Jasa Keuangan (selain sebagaimana dimaksud dalam pasal 17 ayat (1) huruf a UU TPPU), yaitu perusahaan modal ventura, perusahaan pembiayaan infrastruktur, lembaga keuangan mikro, dan lembaga pembiayaan ekspor. b. Profesi, yaitu advokat, notaris, pejabat pembuat akta tanah, akuntan, akuntan publik, dan perencana keuangan. Pertimbangan PPATK berinisiasi mengajukan Rancangan Peraturan Pemerintah Nomor 43, antara lain terdapat salah satu modus operandi TPPU, yaitu penggunaan jasa advokat dan notaris sebagai gatekeeper. Dalam Rekomendasi 22 huruf d FATF Recommendations juga mengharuskan setiap negara untuk mempunyai aturan PPATK LAPORAN KINERJA TAHUN 2O15 3

13 yang mewajibkan advokat dan notaris sebagai salah satu pihak yang wajib menyampaikan laporan. Isu strategis lainnya terkait dengan rencana pembangunan pusat pendidikan dan pelatihan anti pencucian uang oleh PPATK. Pusat pendidikan dan pelatihan yang akan dibangun oleh PPATK bertujuan untuk mengembangkan sumber daya manusia PPATK maupun para stakeholders sebagai upaya peningkatan kemampuan dan keterampilan dalam membangun rezim anti pencucian uang yang efektif di Indonesia. Pembangunan pusat pendidikan dan pelatihan anti pencucian uang ini menuntut adanya ketersediaan sarana, prasarana, infrastruktur, kurikulum, dan kebutuhan sumber daya manusia yang kompeten dalam membangun rezim anti pencucian uang. Oleh karena itu, dalam Rencana Strategis PPATK -2019, kegiatan tersebut menjadi salah satu isu utama yang strategis. B. Profil dan Sejarah Singkat PPATK Keberadaan PPATK merupakan upaya pemenuhan standar internasional sebagaimana tertuang dalam rekomendasi Financial Action Task Force on Money Laundering (FATF). Salah satu rekomendasi FATF adalah perlu dibentuknya suatu lembaga intelijen keuangan (Financial Intelligence Unit/FIU) yang bersifat permanen dan berperan sebagai focal point dalam pencegahan dan pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU). Diawali dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang mengamanatkan pendirian PPATK. PPATK merupakan focal point yang mengoordinasikan pelaksanaan upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang di Indonesia. Pemerintah RI mengangkat Dr. Yunus Husein dan Dr. I Gde Made Sadguna sebagai Kepala dan Wakil Kepala PPATK pada Oktober 2002 berdasarkan Keputusan Presiden No. 201/M/2002. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 mengalami perubahan pada 13 Oktober 2003 dengan disahkannya Undang-Undang No. 25 Tahun 2003 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 15 Tahun Sejalan dengan berdirinya PPATK dan untuk PPATK LAPORAN KINERJA TAHUN 2O15 4

14 menunjang efektivitas pelaksanaan rezim anti pencucian uang di Indonesia, melalui Keputusan Presiden Nomor 1 Tahun 2004, Pemerintah RI membentuk Komite Koordinasi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang (Komite TPPU) yang diketuai oleh Menko Politik, Hukum dan Keamanan dengan wakil Menko Perekonomian dan Kepala PPATK sebagai sekretaris komite. Anggota Komite TPPU lainnya adalah Menteri Luar Negeri, Menteri Hukum dan HAM, Menteri Keuangan, Kapolri, Jaksa Agung, Kepala BIN dan Gubernur Bank Indonesia. Komite ini bertugas, antara lain merumuskan arah kebijakan penanganan tindak pidana pencucian uang dan mengoordinasikan upaya penanganan pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang. Pada 25 Maret 2009, Komite TPPU menegaskan agar koordinasi yang dilakukan oleh komite mencakup pula perhatian dan kerja sama dalam menangani pencegahan dan pemberantasan pendanaan terorisme. Komite TPPU menunjuk PPATK sebagai focal point untuk menangani counter-financing terrorism. Keputusan ini sejalan dengan best practices internasional bahwa ruang lingkup kewenangan suatu FIU meliputi antimoney laundering dan counter-financing terrorism. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang yang menggantikan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2003 disahkan oleh Presiden RI pada 22 Oktober Keberadaan undang-undang ini diharapkan dapat membantu upaya penegakan hukum tindak pidana pencucian uang dan tindak pidana lain, memberikan landasan hukum yang kuat untuk menjamin kepastian hukum, efektivitas penegakan hukum, dan penelusuran dan pengembalian harta kekayaan hasil tindak pidana. Undang-undang ini juga mengakomodasi berbagai ketentuan dan standar internasional di bidang pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme sebagaimana tertuang dalam rekomendasi FATF dalam FATF Revised 40+9 Recommendations. Saat ini PPATK dipimpin oleh Dr.Muhammad Yusuf dibantu oleh Agus Santoso, S.H, LL.M yang diangkat berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 160/M/2011. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengangkat Dr. Muhammad Yusuf sebagai Kepala PPATK dan Agus Santoso, S.H, LL.M sebagai Wakil Kepala PPATK dan mengucapkan sumpah dihadapan Presiden RI pada 25 Oktober 2011 di Istana Negara. PPATK LAPORAN KINERJA TAHUN 2O15 5

15 C. Tugas, Fungsi, dan Kewenangan PPATK PPATK merupakan lembaga independen yang dibentuk untuk mencegah dan memberantas TPPU dan pendanaan terorisme. Pasal 37 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang menyatakan bahwa PPATK dalam melaksanakan tugas dan kewenangannya bersifat independen dan bebas dari campur tangan dan pengaruh kekuasaan manapun. 1. Tugas PPATK Berdasarkan Pasal 39 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010, PPATK mempunyai tugas mencegah dan memberantas Tindak Pidana Pencucian Uang. 2. Fungsi PPATK Berdasarkan Pasal 40 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010, PPATK memiliki fungsi sebagai berikut: a. Pencegahan dan pemberantasan TPPU; b. Pengelolaan data dan informasi yang diperoleh PPATK; c. Pengawasan terhadap kepatuhan pihak pelapor; dan d. Analisis atau pemeriksaan laporan dan informasi transaksi keuangan yang berindikasi TPPU dan/atau tindak pidana lain. Untuk memperkuat kewenangan PPATK, pemerintah menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 50 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kewenangan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan. Kewenangan-kewenangan PPATK dalam melaksanakan fungsinya, sebagai berikut: 1. Dalam melaksanakan fungsi Pencegahan dan pemberantasan TPPU, PPATK berwenang: a. Meminta dan mendapatkan data dan informasi dari instansi pemerintah dan/atau lembaga swasta yang memiliki kewenangan mengelola data dan informasi, PPATK LAPORAN KINERJA TAHUN 2O15 6

16 termasuk dari instansi pemerintah dan/atau lembaga swasta yang menerima laporan dari profesi tertentu; b. Menetapkan pedoman identifikasi transaksi keuangan mencurigakan; c. Mengoordinasikan upaya pencegahan dan pemberantasan TPPU dengan instansi terkait; d. Memberikan rekomendasi kepada pemerintah mengenai upaya pencegahan dan pemberantasan TPPU; e. Mewakili Pemerintah Republik Indonesia dalam organisasi dan forum internasional yang berkaitan dengan pencegahan dan pemberantasan TPPU; f. Menyelenggarakan program pendidikan dan pelatihan anti pencucian uang; dan g. Menyelenggarakan sosialisasi pencegahan dan pemberantasan TPPU. 2. Dalam melaksanakan fungsi Pengelolaan data dan informasi yang diperoleh PPATK, PPATK berwenang menyelenggarakan sistem informasi yang meliputi antara lain: a. Membangun, mengembangkan, dan memelihara sistem aplikasi; b. Membangun, mengembangkan, dan memelihara infrastruktur jaringan komputer dan basis data; c. Mengumpulkan, mengevaluasi data dan informasi yang diterima oleh PPATK secara manual dan elektronik; d. Menyimpan, memelihara data dan informasi ke dalam basis data; e. Menyajikan informasi untuk kebutuhan analisis; f. Memfasilitasi pertukaran informasi dengan instansi terkait, baik dalam negeri maupun luar negeri; dan g. Melakukan sosialisasi penggunaan sistem aplikasi kepada Pihak Pelapor. 3. Dalam melaksanakan fungsi Pengawasan terhadap kepatuhan pihak pelapor, PPATK berwenang: a. Menetapkan ketentuan dan pedoman tata cara pelaporan bagi pihak pelapor; b. Menetapkan kategori pengguna jasa yang berpotensi melakukan TPPU; c. Melakukan audit kepatuhan dan audit khusus; PPATK LAPORAN KINERJA TAHUN 2O15 7

17 d. Menyampaikan informasi dari hasil audit kepada lembaga yang berwenang melakukan pengawasan terhadap pihak pelapor; e. Memberikan peringatan kepada pihak pelapor yang melanggar kewajiban pelaporan; f. Merekomendasikan kepada lembaga yang berwenang mencabut izin usaha pihak pelapor; dan g. Menetapkan ketentuan pelaksanaan Prinsip Mengenali Pengguna Jasa bagi pihak pelapor yang tidak memiliki Lembaga Pengawas dan Pengatur. 4. Dalam melaksanakan fungsi Analisis atau pemeriksaan laporan dan informasi transaksi keuangan yang berindikasi TPPU dan/atau tindak pidana lainnya, PPATK berwenang: a. Meminta dan menerima laporan dan informasi dari Pihak Pelapor; b. Meminta informasi kepada instansi atau pihak terkait; c. Meminta informasi kepada Pihak Pelapor berdasarkan hasil pengembangan analisis PPATK; d. Meminta informasi kepada Pihak Pelapor berdasarkan permintaan dari instansi penegak hukum atau mitra kerja di luar negeri; e. Meneruskan informasi dan/atau hasil analisis kepada instansi peminta, baik di dalam maupun luar negeri; f. Menerima laporan dan/atau informasi dari masyarakat mengenai adanya dugaan TPPU; g. Meminta keterangan kepada pihak pelapor dan pihak lain yang terkait dengan dugaan TPPU; h. Merekomendasikan kepada instansi penegak hukum mengenai pentingnya melakukan intersepsi atau penyadapan atas informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; i. Meminta Penyedia Jasa Keuangan (PJK) untuk menghentikan sementara seluruh atau sebagian transaksi yang diketahui atau dicurigai merupakan hasil tindak pidana; PPATK LAPORAN KINERJA TAHUN 2O15 8

18 j. Meminta informasi perkembangan penyelidikan dan penyidikan yang dilakukan oleh penyidik tindak pidana asal dan TPPU; k. Mengadakan kegiatan administratif lain dalam lingkup tugas dan tanggung jawabnya; dan l. Meneruskan hasil analisis atau pemeriksaan kepada penyidik. D. Struktur Organisasi PPATK Dalam pasal 48 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 dinyatakan bahwa susunan organisasi PPATK terdiri dari: a. Kepala; b. Wakil Kepala; c. Jabatan Struktural lain; dan d. Jabatan Fungsional. Susunan organisasi PPATK tersebut, kemudian diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 48 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan, susunan organisasi PPATK terdiri dari: 1. Kepala PPATK; 2. Wakil Kepala PPATK; 3. Sekretariat Utama; 4. Deputi Bidang Pencegahan; 5. Deputi Bidang Pemberantasan; 6. Pusat Teknologi Informasi; 7. Inspektorat; 8. Jabatan Fungsional; dan 9. Tenaga Ahli. Peraturan Presiden Nomor 48 Tahun 2012 tersebut telah ditindaklanjuti dengan Peraturan Kepala PPATK Nomor: PER-07/1.01/PPATK/08/12 tentang Organisasi dan Tata Kerja Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan setelah mendapat persetujuan dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi berdasarkan surat nomor: B/2266/M.PAN-RB/8/2012 tanggal 2 Agustus 2012 perihal PPATK LAPORAN KINERJA TAHUN 2O15 9

19 Rancangan Peraturan Kepala PPATK tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja PPATK. Dalam melaksanakan tugas, fungsi, dan kewenangannya, Kepala PPATK dibantu oleh Wakil Kepala PPATK dan didukung oleh unit-unit eselon I yang terdiri dari: 1. Sekretariat Utama; 2. Deputi Bidang Pencegahan; 3. Deputi Bidang Pemberantasan; serta unit-unit eselon II yang terdiri dari: 1. Biro Umum; 2. Biro Sumber Daya Manusia, Organisasi dan Tata Laksana; 3. Biro Perencanaan dan Keuangan; 4. Direktorat Pengawasan Kepatuhan; 5. Direktorat Pelaporan; 6. Direktorat Hukum; 7. Direktorat Pemeriksaan dan Riset; 8. Direktorat Analisis Transaksi; 9. Direktorat Kerja sama dan Hubungan Masyarakat; 10. Inspektorat; dan 11. Pusat Teknologi Informasi. Struktur organisasi PPATK digambarkan sebagai berikut: PPATK LAPORAN KINERJA TAHUN 2O15 10

20 Gambar 1.1 Struktur Organsiasi PPATK PPATK LAPORAN KINERJA TAHUN 2O15 11

21 Sistem kepegawaian PPATK mengacu pada Keputusan Presiden Nomor 3 Tahun 2004 tentang Sistem Kepegawaian PPATK. Berdasarkan data kepegawaian PPATK hingga 31 Desember 2015, jumlah sumber daya manusia yang dimiliki oleh PPATK sebanyak 350 orang dengan rincian termuat dalam Tabel 1.1. Tabel 1.1 Jumlah Pegawai PPATK per 31 Desember 2015 No. Jenis Pegawai Jumlah 1. Pegawai tetap 208 orang 2. Pegawai dipekerjakan 51 orang 3. Pegawai kontrak 91 orang Jumlah 350 orang E. Dasar Hukum Dasar hukum yang menjadi acuan dalam penyusunan Laporan Kinerja PPATK, antara lain: 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional; 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN); 3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang; 4. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah; 5. Peraturan Presiden Nomor 48 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan; 6. Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah; PPATK LAPORAN KINERJA TAHUN 2O15 12

22 7. Keputusan Presiden Nomor 3 Tahun 2004 tentang Sistem Kepegawaian Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan; 8. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja; 9. Peraturan Kepala PPATK Nomor: PER-07/1.01/PPATK/08/12 tentang Organisasi dan Tata Kerja Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan; 10. Peraturan Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan Nomor: PER-05/1.01/PPATK/03/15 tentang Rencana Strategis Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan -2019; 11. Peraturan Kepala PPATK Nomor: PER-10/1.01/PPATK/07/15 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja pada Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan; 12. Keputusan Kepala PPATK Nomor: KEP-229/1.01/PPATK/12/15 tentang Penetapan Indikator Kinerja Utama Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan F. Sistematika Penyajian BAB I PENDAHULUAN Bab ini menyajikan penjelasan umum organisasi dengan penekanan kepada aspek strategis organisasi dan permasalahan utama (isu strategis) yang sedang dihadapi oleh organisasi. BAB II PERENCANAAN KINERJA Bab ini menjelaskan ikhtisar Perjanjian Kinerja PPATK. BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Bab ini menjelaskan mengenai capaian kinerja tahun 2015, evaluasi, dan analisis atas capaian kinerja tersebut. Penjelasan kinerja tahun 2015 meliputi hal-hal yang telah dilaksanakan, realisasi kinerja, dan perbandingan capaian kinerja dengan target PPATK LAPORAN KINERJA TAHUN 2O15 13

23 jangka menengah yang terdapat dalam dokumen Renstra PPATK. Dalam bab ini juga dijelaskan mengenai realisasi anggaran yang digunakan untuk mewujudkan kinerja organisasi. BAB IV PENUTUP Bab ini menjelaskan mengenai simpulan umum atas pencapaian kinerja tahun 2015 dan langkah-langkah perbaikan yang diperlukan bagi perbaikan kinerja pada tahun yang akan datang. LAMPIRAN Bagian ini berisi substansi-substansi yang mendukung penjelasan dalam laporan kinerja. PPATK LAPORAN KINERJA TAHUN 2O15 14

24 BAB II PERENCANAAN KINERJA A. Rencana Strategis Rencana Strategis (Renstra) PPATK merupakan dokumen perencanaan yang memuat visi, misi, tujuan dan sasaran strategis, arah kebijakan dan strategi, dan target kinerja, serta kebutuhan pendanaan yang akan dilaksanakan oleh PPATK pada tahun Renstra PPATK merupakan pedoman dalam menyusun rencana kerja PPATK tahun dan sebagai dasar pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kinerja PPATK tahun Renstra PPATK Tahun ditetapkan dengan Peraturan Kepala PPATK Nomor: PER- 05/1.01/PPATK/03/15 tentang Rencana Strategis Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan Visi dan Misi PPATK VISI ppatk Menjadi lembaga intelejen keuangan independen yang independen dan terpercaya dalam mencegah dan memberantas tindak pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme. Visi tersebut memberikan makna bahwa PPATK berupaya mewujudkan Indonesia yang bebas dari tindak pidana pencucian uang dan sejalan dengan visi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) , yaitu Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur, serta dalam mendukung upaya pemerintah dalam meningkatkan ketahanan sektor keuangan MISI ppatk Untuk mendukung pencapaian visi PPATK, dirumuskan upaya-upaya yang akan dilaksanakan melalui Misi PPATK -2019, sebagai berikut: PPATK LAPORAN KINERJA TAHUN 2O15 15

25 Tabel 2.1 Misi PPATK KODE M1 M2 M3 MISI Meningkatkan nilai guna hasil analisis dan hasil pemeriksaan PPATK. Meningkatkan peran dan dukungan dalam pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang, pendanaan terorisme, dan tindak pidana lainnya di Indonesia. Meningkatkan efektivitas manajemen internal PPATK. tujuan PPATK Untuk menjabarkan Visi PPATK dalam upaya mencapai sasaran program prioritas presiden, perlu dirumuskan tujuan dan sasaran strategis sebagai indikator yang lebih jelas dan terukur. Tujuan strategis tersebut dijelaskan, sebagai berikut: Tabel 2.2 Tujuan PPATK No TUJUAN S a s 1 Meningkatkan efektivitas pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang, pendanaan terorisme, dan tindak pidana lainnya di Indonesia. 2 Terwujudnya tata kelola pemerintahan yang andal dalam mendukung pelaksanaan tugas, fungsi, dan wewenang PPATK. T1 T2 SASaran strategis Sebagai bentuk penjabaran dari dua tujuan strategis yang hendak dicapai, PPATK menetapkan empat belas sasaran strategis sebagai berikut: Tabel 2.3 Sasaran Strategis PPATK TUJUAN T1 SASARAN STRATEGIS Meningkatnya persepsi publik terhadap pencegahan dan pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang dan pendanaan terorisme. Meningkatnya tndak lanjut atas rekomendasi pencegahan dan pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang dan pendanaan terorisme. Meningkatnya pengungkapan kasus Tindak Pidana Pencucian Uang dan pendanaan terorisme. PPATK 01 PPATK 02 PPATK 03 PPATK LAPORAN KINERJA TAHUN 2O15 16

26 TUJUAN SASARAN STRATEGIS Meningkatnya efektivitas kerja sama pencegahan dan PPATK 04 pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang dan pendanaan terorisme. Meningkatnya kualitas hasil riset Tindak Pidana Pencucian PPATK 05 Uang dan pendanaan terorisme. Meningkatnya hasil analisis, hasil pemeriksaan, dan PPATK 06 informasi yang ditndaklanjuti. Meningkatnya kepatuhan pelaporan. PPATK 07 Meningkatnya kemampuan Pihak Pelapor dan aparat penegak hukum dalam pencegahan dan pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang dan pendanaan terorisme. Terpenuhinya produk hukum pencegahan dan pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang dan pendanaan terorisme. Meningkatnya keandalan sistem teknologi informasi PPATK. PPATK 08 PPATK 09 PPATK 10 T2 Meningkatnya kualitas SDM PPATK. PPATK 11 Meningkatnya kualitas manajemen kinerja PPATK. PPATK 12 Terwujudnya reformasi birokrasi PPATK yang efektif. PPATK 13 Meningkatnya akuntabilitas pengelolaan keuangan PPATK PPATK 14 Peta Strategis PPATK Empat belas sasaran strategis PPATK saling memiliki keterkaitan satu sama lain dan masing-masing memiliki peran dan kemampuan dalam mendukung pencapaian visi dan misi PPATK. Keterkaitan antarsasaran strategis beserta masing-masing Indikator Kinerja Sasaran Strategis dapat dijelaskan dalam Gambar 2.1 Peta Strategis PPATK -2019, sebagai berikut: PPATK LAPORAN KINERJA TAHUN 2O15 17

27 Gambar 2.1 Peta Strategis PPATK Peta strategi tersebut terbagi menjadi empat perspektif, yaitu perspektif stakeholder, internal business process, learning and growth, dan financial. Keempat perspektif tersebut menggambarkan pola hubungan sebab akibat dalam bentuk sebuah peta strategi yang terukur dan berkesinambungan. Perspektif stakeholder yang merupakan outcome PPATK dalam memenuhi harapan para pemangku kepentingan didukung oleh perspektif internal business process yang merupakan proses internal strategis yang dilaksanakan sesuai dengan tugas dan fungsi PPATK, sedangkan perspektif learning and growth dan perspektif financial diperlukan dalam mewujudkan perspektif stakeholder dan internal business process melalui proses perbaikan, pemanfaatan sumber daya, dan penggunaan anggaran yang optimal. PPATK LAPORAN KINERJA TAHUN 2O15 18

28 B. Perjanjian Kinerja Perjanjian kinerja merupakan lembar/dokumen yang berisi penugasan dari pimpinan instansi yang lebih tinggi kepada pimpinan instansi yang lebih rendah untuk melaksanakan program/kegiatan yang disertai dengan indikator kinerja. Pasal 7 ayat (1) Peraturan Kepala PPATK Nomor: PER-10/1.01/PPATK/07/15 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja pada Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan menyatakan bahwa entitas akuntabilitas kinerja PPATK harus menyusun perjanjian kinerja. Dalam upaya pengukuran kinerja tahun 2015, Kepala PPATK telah menetapkan Perjanjian Kinerja PPATK pada 26 Maret Perjanjian kinerja tersebut disusun dengan mengacu pada dokumen anggaran yang telah mendapat pengesahan dari Kementerian Keuangan berdasarkan Surat Pengesahan DIPA Induk Tahun Anggaran 2015 PPATK Nomor: SP DIPA /2015 tanggal 14 November Perjanjian Kinerja PPATK bertujuan untuk menciptakan tolok ukur kinerja sebagai dasar evaluasi kinerja aparatur dan merupakan dasar penilaian keberhasilan/kegagalan pencapaian tujuan dan sasaran organisasi. Perjanjian Kinerja PPATK dijelaskan dalam Tabel 2.4, sebagai berikut: Tabel 2.4 Perjanjian Kinerja PPATK Sasaran Strategis Indikator Kinerja Sasaran Strategis Target Program Pagu Anggaran Awal (Rp) Pagu Anggaran Revisi (Rp) PPATK. 01 PPATK. 02 Meningkatnya persepsi publik terhadap pencegahan dan pemberantasan TPPU dan pendanaan terorisme. Meningkatnya tindak lanjut atas rekomendasi pencegahan dan pemberantasan TPPU dan pendanaan terorisme. S1.1 Indeks persepsi TPPU dan pendanaan terorisme. S2.1 Persentase rekomendasi PPATK dalam pencegahan dan pemberantasan TPPU dan pendanaan terorisme yang ditindaklanjuti. - Indeks 80 % Pencegahan dan Pemberantasa n Tindak Pidana Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme , ,00 PPATK LAPORAN KINERJA TAHUN 2O15 19

29 S2.2 Persentase rekomendasi FATF yang diadopsi dalam kebijakan domestik. 80 % S2.3 Persentase rekomendasi National Risk Assessment (NRA) yang ditindaklanjuti. 20 % PPATK. 03 PPATK. 04 Meningkatnya pengungkapan kasus TPPU dan pendanaan terorisme. Meningkatnya efektivitas kerja sama pencegahan dan pemberantasan TPPU dan pendanaan terorisme. S3.1 S4.1 Persentase peningkatan pengungkapan kasus TPPU dan pendanaan terorisme di Indonesia. Persentase kerja sama yang ditindaklanjuti. 10 % 100 % PPATK. 05 Meningkatnya kualitas hasil riset TPPU dan pendanaan terorisme. S5.1 Tingkat kualitas hasil riset TPPU dan pendanaan terorisme. 3,0 Indeks PPATK. 06 Meningkatnya hasil analisis, hasil pemeriksaan, dan informasi yang ditindaklanjuti. S6.1 Jumlah Hasil Analisis, Hasil Pemeriksaan, dan informasi yang ditindaklanjuti. 77 Laporan PPATK. 07 Meningkatnya kepatuhan pelaporan. S7.1 Persentase laporan dari pihak pelapor yang memenuhi standar pelaporan. 95 % PPATK. 08 Meningkatnya kemampuan pihak pelapor dan penyidik TPPU dalam pencegahan dan pemberantasan TPPU dan pendanaan terorisme. S7.2 Indeks kepatuhan pihak pelapor. S8.1 Persentase kelulusan peserta pelatihan. 4,0 Indeks 100 % PPATK. 09 Terpenuhinya produk hukum pencegahan dan pemberantasan TPPU dan pendanaan terorisme. S9.1 Persentase pemenuhan produk hukum TPPU dan pendanaan terorisme. 100 % PPATK. 10 PPATK. 11 Meningkatnya keandalan sistem TI PPATK. Meningkatnya kualitas sumber daya manusia PPATK. S10.1 S11.1 Indeks tata kelola teknologi informasi PPATK. Persentase pegawai PPATK yang memiliki penilaian prestasi 2,50 Indeks 90 % Dukungan Manajemen dan , ,00 PPATK LAPORAN KINERJA TAHUN 2O15 20

30 PPATK. 12 PPATK. 13 PPATK. 14 Meningkatnya kualitas manajemen kinerja PPATK. Terwujudnya reformasi birokrasi yang efektif. Meningkatnya akuntabilitas pengelolaan keuangan PPATK. kerja pegawai baik. S12.1 Nilai AKIP PPATK. B Nilai S13.1 Nilai pelaksanaan reformasi birokrasi PPATK. 65 Nilai S14.1 Opini BPK. WTP Opini Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya PPATK Peningkatan Sarana dan Prasarana PPATK , ,00 Anggaran yang tercantum dalam Perjanjian Kinerja PPATK adalah alokasi pagu anggaran awal yang diterima oleh PPATK pada tahun 2015 sebesar Rp ,00 sebelum terjadi penambahan pagu anggaran pada tahun berjalan sesuai Surat Direktorat Jenderal Anggaran No.: S-2374/AG/2015 tanggal 16 Oktober 2015 perihal Penyampaian SP-SABA Untuk Tambahan Alokasi Belanja PPATK TA Dengan adanya penambahan anggaran tersebut, maka pagu anggaran PPATK meningkat menjadi Rp ,00. Gambar 2.2 Penandatanganan Perjanjian Kinerja PPATK Anggaran tersebut dialokasikan ke dalam tiga program, yaitu Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme, Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya PPATK, dan PPATK LAPORAN KINERJA TAHUN 2O15 21

31 Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur PPATK. Dalam upaya pencapaian target kinerja sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja PPATK, pagu anggaran PPATK dialokasikan ke dalam program dan kegiatan, sebagai berikut: Tabel 2.5 Pagu Anggaran PPATK per Program dan Kegiatan Kode Program/Kegiatan Nama Program/Kegiatan Anggaran Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya PPATK Rp , Pengawasan Internal PPATK. Rp , Pengelolaan Perencanaan dan Keuangan Rp ,00 PPATK Pengelolan Sumber Daya Manusia, Organisasi Rp ,00 dan Ketatalaksanaan PPATK Penyelenggaraan Ketatausahaan, Kerumahtanggaan, dan Perlengkapan PPATK. Rp , Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur PPATK Rp , Pengadaan dan Peningkatan Sarana dan Prasarana PPATK. Rp , Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme Rp , Pengelolaan Bidang Hukum PPATK. Rp , Pelaksanaan kerja sama dan Hubungan Rp ,00 Masyarakat PPATK Pengelolaan Teknologi Informasi PPATK. Rp , Pengawasan Kepatuhan Pihak Pelapor. Rp , Pengawasan Kewajiban Pelaporan dan Rp ,00 Pembinaan Pihak Pelapor Analisis Transaksi dan Pengelolaan Laporan Rp ,00 Masyarakat Pemeriksaan dan Pengembangan Riset TPPU. Rp ,00 Jumlah Rp ,00 PPATK LAPORAN KINERJA TAHUN 2O15 22

32 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA A. Capaian Kinerja Rata-rata capaian kinerja PPATK pada tahun 2015 sebesar 132,65%. Capaian kinerja ini dapat terwujud karena PPATK berusaha melaksanakan upaya perbaikan untuk meningkatkan kualitas pengelolaan sistem akuntabilitas kinerja yang dilakukan dengan cara menindaklanjuti rekomendasi-rekomendasi hasil evaluasi Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi atas sistem akuntabilitas kinerja PPATK Tahun Selain itu, PPATK juga melakukan upaya-upaya, antara lain: a. Biro Perencanaan dan Keuangan selaku koordinator Tim Pengelolaan Kinerja PPATK mendorong seluruh unit kerja untuk melaksanakan analisis dan evaluasi mengenai capaian kinerjanya secara mandiri, serta berkoordinasi dalam pengukuran kinerjanya, termasuk kendala pencapaian kinerja dan melaporkan hal tersebut dalam laporan capaian kinerja triwulanan dan laporan kinerja tingkat unit eselon II. b. Inspektorat dengan berpedoman pada Peraturan Menteri PAN dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah melakukan evaluasi akuntabilitas kinerja pada PPATK. Hasil evaluasi tersebut telah disampaikan kepada seluruh unit kerja untuk menjadi bahan evaluasi dan perbaikan kinerja pada tahun berikutnya. c. PPATK menyempurnakan Renstra periode sebelumnya melalui penyusunan Renstra PPATK Dalam proses penyusunan Renstra tersebut memperhatikan hasil evaluasi dan capaian kinerja PPATK selama tahun dan hasil evaluasi atas sistem akuntabilitas kinerja dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. Renstra PPATK telah memuat indikator kinerja sasaran strategis yang bersifat outcome. PPATK LAPORAN KINERJA TAHUN 2O15 23

33 B. Analisis dan Evaluasi Capaian Kinerja Pada tahun 2015, PPATK memiliki empat belas sasaran strategis dan tujuh belas Indikator Kinerja Sasaran Strategis (IKSS). Berikut ini dijelaskan mengenai capaian kinerja PPATK tahun 2015 menurut masing-masing sasaran strategis yang telah ditetapkan. Sasaran Strategis 1: Meningkatnya persepsi publik terhadap pencegahan dan pemberantasan TPPU dan pendanaan terorisme Sasaran Strategis 1 dimaksudkan untuk mengetahui penilaian pemangku kepentingan dan masyarakat terkait dengan efektivitas pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme yang dilaksanakan oleh PPATK dan instansi yang terkait dalam periode tertentu (tahunan). Sasaran strategis 1 diukur melalui satu Indikator Kinerja Sasaran Strategis (IKSS), yaitu Indeks persepsi TPPU dan pendanaan terorisme. Pencapaian kinerja SS 1 tidak diukur pada tahun IKSS 1: Indeks persepsi TPPU dan pendanaan terorisme Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) merupakan ancaman serius bagi suatu bangsa (extraordinary crime) karena tidak hanya mengancam stabilitas perekonomian dan integritas sistem keuangan, tetapi juga dapat membahayakan sendi-sendi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Dalam skala internasional yang berkaitan dengan implementasi rezim anti pencucian uang dan pendanaan terorisme guna memitigasi risiko pencucian uang dan pendanan terorisme, Indonesia telah berhasil keluar dari greylist FATF sejak Juni Pencapaian ini tidak terlepas dari kerja keras PPATK sebagai focal point dan komitmen seluruh stakeholders untuk menjaga agar rezim anti pencucian uang dan pendanaan terorisme di Indonesia dapat berjalan semakin efektif sesuai dengan 40 Rekomendasi FATF. Berkaitan dengan hal tersebut, PPATK secara khusus telah merancang penyusunan Indeks Persepsi Publik terhadap TPPU dan pendanaan terorisme dengan melibatkan PPATK LAPORAN KINERJA TAHUN 2O15 24

34 masyarakat sebagai salah satu stakeholders rezim Anti Pencucian Uang Pencegahan Pendanaan Terorisme (APUPPT) untuk menilai tingkat keefektifan kinerja rezim APUPPT dari sisi pencegahan dan pemberantasan. Salah satu indikator bahwa rezim APUPPT telah berjalan dengan baik adalah bahwa publik mengetahui rezim APUPPT dan stakeholders telah menjalankan fungsinya secara efektif. Hal tersebut diukur dengan indikator persepsi tingkat pemahaman publik atas TPPU dan pendanaan terorisme (termasuk pemahaman atas risiko-risiko, regulasi, dan rezim APUPPT) dan indikator persepsi keefektifan kinerja stakeholders. Dengan diketahuinya tingkat pemahaman publik atas TPPU dan pendanaan terorisme tersebut, pemerintah diharapkan dapat melakukan intervensi melalui programprogram kerja pemerintah guna meningkatkan pemahaman dan kepedulian masyarakat terhadap TPPU dan pendanaan terorisme. Dengan terukurnya indikator persepsi keefektifan kinerja stakeholders rezim APUPPT, pemerintah dapat memperoleh feedback guna meningkatkan kinerja. Indeks persepsi publik ini akan menjadi tolok ukur (monitoring tools) pemerintah Indonesia. Indeks ini sangat penting guna mengukur pencapaian seluruh stakeholders di Indonesia dalam mencegah dan memberantas Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) dan Tindak Pidana Pendanaan Terorisme (TPPT), khususnya yang berkaitan dengan tindak lanjut rekomendasi-rekomendasi FATF. Hal ini penting mengingat pada tahun 2017, FATF selaku standard setter rezim anti pencucian uang internasional akan melakukan Mutual Evaluation Review terhadap rezim Anti Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme Indonesia. Bagi dunia internasional, indeks persepsi publik ini merupakan suatu hal yang baru dalam rezim anti pencucian uang dan pendanaan terorisme. Indeks ini diharapkan dapat menjadi back up terhadap persepsi buruk internasional terhadap upaya pencegahan dan pemberantasan TPPU dan TPPT di Indonesia. Berdasarkan persepsi internasional, Indonesia dipandang sebagai negara yang tidak ramah terhadap investasi karena berpotensi cukup tinggi terhadap risiko pencucian uang dan pendanaan terorisme, sehingga memiliki tingkat risiko yang tinggi terhadap TPPU dan TPPT. Hal ini berpotensi menghambat masuknya investasi guna meningkatkan fundamental ekonomi Indonesia saat ini. Untuk itu, diperlukan re-measurement melalui indeks persepsi publik untuk mengonfirmasi hasil Index AML Basel. PPATK LAPORAN KINERJA TAHUN 2O15 25

35 Pengukuran indeks persepsi TPPU dan TPPT akan dilaksanakan setiap tahun dan telah ditetapkan menjadi salah satu indikator kinerja sasaran strategis PPATK sebagaimana tercantum dalam Rencana Strategis PPATK Indeks persepsi akan diukur melalui metode survei dengan melibatkan seluruh stakeholders rezim anti pencucian dan pendanaan terorisme di Indonesia yang meliputi pihak pelapor (bank, non bank, dan PBJ), apgakum, Lembaga Pengawas dan Pengatur, dan masyarakat. Penyusunan indeks persepsi TPPU dan TPPT membutuhkan dukungan dari berbagai pihak, termasuk para akademisi yang berasal dari perguruan tinggi untuk bersama-sama melakukan penyusunan metode survei. Untuk menjamin independensi, PPATK akan menggunakan pihak ketiga dalam pelaksanaan survei, baik dari lembaga survei, perguruan tinggi, maupun Badan Pusat Statistik. Pada tahun 2015, dalam upaya memperoleh baseline indeks dan sebagai learning point terkait dengan pencapaian dan pelaksanaan pembuatan indeks persepsi TPPU di Indonesia, PPATK bersama sebelas bank telah melaksanakan pilot study Survei Persepsi Publik Indonesia atas TPPU. Kegiatan ini dilaksanakan serempak pada 2-13 November 2015 di 600 kantor cabang bank di seluruh wilayah Indonesia dengan responden sebanyak 3000 orang nasabah bank yang dipilih dengan menggunakan pendekatan berbasis risiko terhadap terjadinya pencucian uang di Indonesia. Berdasarkan hasil analisis, persepsi masyarakat Indonesia yang direpresentasikan oleh nasabah bank dengan berbagai tingkat risiko terhadap pencucian uang, antara lain mengenai tingkat pemahaman dan subjektivitas atas perilaku pencucian uang, serta tingkat kepercayaan masyarakat atas keefektifan kinerja stakeholders rezim Anti Pencucian Uang di Indonesia, dapat diketahui bahwa: 1. Sebagian besar masyarakat Indonesia berpendapat bahwa pelaku pencucian uang cenderung menghindari industri keuangan untuk menyembunyikan atau menyamarkan dana yang bersumber dari hasil kejahatan (ilegal). Masyarakat berpandangan bahwa terdapat lima modus operandi pencucian uang yang cenderung dilakukan oleh pelaku pencucian uang, yaitu: a. Membeli aset properti (14,9%). b. Membeli logam mulia (12,6%). c. Menempatkan dana dari/ke/di luar negeri (12,2%). PPATK LAPORAN KINERJA TAHUN 2O15 26

NILAI-NILAI DASAR PPATK

NILAI-NILAI DASAR PPATK NILAI-NILAI DASAR PPATK INTEGRITAS KERAHASIAAN TANGGUNG JAWAB KEMANDIRIAN PROFESIONAL KATA PENGANTAR Assalamualaikum Wr. Wb. Laporan Kinerja Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) merupakan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN TAHUN ANGGARAN. Jl. Ir. H. Juanda No. 35 Jakarta Pusat

LAPORAN KINERJA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN TAHUN ANGGARAN. Jl. Ir. H. Juanda No. 35 Jakarta Pusat LAPORAN KINERJA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN TAHUN ANGGARAN 2017 Jl. Ir. H. Juanda No. 35 Jakarta Pusat www.ppatk.go.id Laporan Kinerja Tahun 2017 PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.817, 2012 PPATK. Organisasi. Tata Kerja. PPATK. PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN NOMOR PER-07/1.01/PPATK/08/12 TENTANG ORGANISASI DAN

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR : SP DIPA-78.1-/216 A. DASAR HUKUM : 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR : SP DIPA-78.1-/217 A. DASAR HUKUM : 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK SURAT PENGESAHAN NOMOR SP DIPA-078.01-0/AG/2014 DS 1701-7126-6142-9885 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. UU No. 23

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR DIPA-078.01-0/2013 DS 5976-2607-1781-0807 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, JANUARI 2017 Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Inspektorat

Lebih terperinci

2 lembaga keuangan mikro, dan lembaga pembiayaan ekspor sebagai Pihak Pelapor; dan 2. menyatakan advokat, notaris, pejabat pembuat akta tanah, akuntan

2 lembaga keuangan mikro, dan lembaga pembiayaan ekspor sebagai Pihak Pelapor; dan 2. menyatakan advokat, notaris, pejabat pembuat akta tanah, akuntan TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI HUKUM. Pidana. Pencucian Uang. Pihak Pelapor. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 148). PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

RANCANGAN PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

RANCANGAN PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG 47 RANCANGAN PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG I. UMUM Pembangunan rezim anti pencucian uang di Indonesia yang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1105, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. Good Public Governance. Penyelenggaraan. PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

Lebih terperinci

BMKG BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH INSPEKTORAT TAHUN 2015

BMKG BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH INSPEKTORAT TAHUN 2015 BMKG BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH INSPEKTORAT TAHUN 2015 Jl. Angkasa I No. 2 Kemayoran, Jakarta 10720 Phone : (62 21) 65866230, 65866231, Fax : (62

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.996, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. Manajemen Risiko. Penyelenggaraan. PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN NOMOR

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan L

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan L No.1236, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKO-KEMARITIMAN. SAKIP. PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG KEMARITIMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA DI

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan

Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan 2011 INTEGRITAS TANGGUNG JAWAB PROFESIONALISME KERAHASIAAN KEMANDIRIAN LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2011 Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan December 2011 PPATK Kata

Lebih terperinci

Ikhtisar Eksekutif. vii

Ikhtisar Eksekutif. vii Kata Pengantar Laporan Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) ini merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi kepada masyarakat (stakeholders) dalam menjalankan visi dan misi

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan peran Komisi Kejaksaan Republik Indonesia, perlu

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF RINGKASAN EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF RINGKASAN EKSEKUTIF RINGKASAN EKSEKUTIF disusun untuk menyajikan informasi tentang capaian komitmen kinerja yang telah diperjanjikan Sekretariat Kabinet kepada kepada pimpinan dan stakeholders selama tahun 2015. Laporan Kinerja

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.110,2012

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.110,2012 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.110,2012 PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Independensi Integritas Profesionalisme

Independensi Integritas Profesionalisme BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Independensi Integritas Profesionalisme VISI Menjadi lembaga pemeriksa keuangan negara yang kredibel dengan menjunjung tinggi nilainilai dasar untuk berperan

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.491, 2015 KEMENKOMINFO. Akuntabilitas Kinerja. Pemerintah. Sistem. Penyelenggaraan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG PIHAK PELAPOR DALAM PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG PIHAK PELAPOR DALAM PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG PIHAK PELAPOR DALAM PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

KPU Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Sumedang BAB I PENDAHULUAN

KPU Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Sumedang BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pemilihan Umum adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang diselenggarakan secara demokratis, Langsung Umum Bebas Rahasia, Jujur dan Adil dalam Negara Kesatuan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.955, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Pedoman. PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, 10 Maret 2014 Sekretaris Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan. Dr. Ir. Syafril Fauzi, M.

KATA PENGANTAR. Jakarta, 10 Maret 2014 Sekretaris Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan. Dr. Ir. Syafril Fauzi, M. KATA PENGANTAR Laporan akuntabilitas kinerja merupakan wujud pertanggungjawaban kepada stakeholders dan memenuhi Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 yang mengamanatkan setiap instansi pemerintah/lembaga

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG,

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, 1 BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, Menimbang : a. bahwa untuk lebih menjamin ketepatan dan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN NOMOR 46 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa terorisme merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN TAHUN 2015

KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN TAHUN 2015 KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN TAHUN 2015 JAKARTA, FEBRUARI 2016 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN PERJANJIAN KINERJA DAN PELAPORAN KINERJA DI LINGKUNGAN KOMISI PEMILIHAN UMUM

PEDOMAN PENYUSUNAN PERJANJIAN KINERJA DAN PELAPORAN KINERJA DI LINGKUNGAN KOMISI PEMILIHAN UMUM - 2 - Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (SAKIP) DI LINGKUNGAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL

PEDOMAN PENYUSUNAN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (SAKIP) DI LINGKUNGAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL PEDOMAN PENYUSUNAN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (SAKIP) DI LINGKUNGAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan pelaksanaan pemerintahan yang lebih berdaya

Lebih terperinci

2 Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Ev

2 Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Ev BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1040, 2014 KEMENPOLHUKAM. Kinerja Instansi Pemerintah. Akuntabilitas. Sistem. Pedoman. PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

DAFTAR INFORMASI PUBLIK PPATK

DAFTAR INFORMASI PUBLIK PPATK NO Kode Klasifikasi Ringkasan Isi Informasi Pejabat/Unit/ Satker yang menguasai Informasi Penanggungj awab pembuatan atau penerbitan informasi Waktu dan tempat pembuatan informasi Format informasi yang

Lebih terperinci

INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA

INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA INSPEKTORAT 2015 SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA LAPORAN KINERJA INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET TAHUN 2014 Nomor : LAP-3/IPT/2/2015 Tanggal :

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI 2015-2019 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 KATA PENGANTAR Rencana strategis (Renstra) 2015 2019 Biro Hukum dan Organisasi

Lebih terperinci

Independensi Integritas Profesionalisme

Independensi Integritas Profesionalisme BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Independensi Integritas Profesionalisme VISI Menjadi lembaga pemeriksa keuangan negara yang kredibel dengan menjunjung tinggi nilainilai dasar untuk berperan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka membangun Kompolnas

Lebih terperinci

L A P O R A N K I N E R J A

L A P O R A N K I N E R J A L A P O R A N K I N E R J A 2 0 1 4 A s i s t e n D e p u t i B i d a n g P e m b e r d a y a a n M a s y a r a k a t Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Kabinet Republik Indonesia 2014 K a

Lebih terperinci

INSPEKTORAT IV INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN

INSPEKTORAT IV INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN INSPEKTORAT IV INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN BAB I PENDAHULUAN A. UMUM Memasuki awal tahun 2016 sesuai dengan Program Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT) Inspektorat IV melakukan kegiatan yang

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.400, 2014 ADMINISTRASI. Keuangan. BPKP. Tugas. Fungsi. Pencabutan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN

Lebih terperinci

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 216 Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 5584); 4. Undang-Undang Nomor 23 Tah

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 216 Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 5584); 4. Undang-Undang Nomor 23 Tah No.1183, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BSN. SAKIP. Pelaksanaan. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM AKUNTABILITAS INSTANSI

Lebih terperinci

Plt. Sekretaris Jenderal Haris Munandar N

Plt. Sekretaris Jenderal Haris Munandar N KATA PENGANTAR Penyelenggaraan Negara yang Bersih, Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme merupakan tanggung jawab semua instansi pemerintah dalam rangka mewujudkan tata kepemerintahan yang baik (Good

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kesejahteraan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG KOMITE KOORDINASI NASIONAL PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG KOMITE KOORDINASI NASIONAL PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG KOMITE KOORDINASI NASIONAL PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kesejahteraan

Lebih terperinci

Direksi Perusahaan Efek yang Melakukan Kegiatan Usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan Perantara Pedagang Efek SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN

Direksi Perusahaan Efek yang Melakukan Kegiatan Usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan Perantara Pedagang Efek SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN Yth. Direksi Perusahaan Efek yang Melakukan Kegiatan Usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan Perantara Pedagang Efek di tempat SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.04/20.. TENTANG LAPORAN PENERAPAN

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tam

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tam No.1809, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-DPDTT. SAKIP. PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENERAPAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kesejahteraan

Lebih terperinci

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Ke

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Ke No. 426, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDIKBUD. Akuntabilitas Kinerja. Sistem. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM AKUNTABILITAS

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN WALIKOTA SAMARINDA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN WALIKOTA SAMARINDA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DENGAN RAHMAT YANG MAHA ESA WALIKOTA SAMARINDA,

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG KOMITE KOORDINASI NASIONAL PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG KOMITE KOORDINASI NASIONAL PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG PERATURAN PRESIDEN NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG KOMITE KOORDINASI NASIONAL PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA pkumham.go PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka membangun

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN KINERJA PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09/PRT/M/2018 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DI KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

REFORMASI BIROKRASI. Pengantar

REFORMASI BIROKRASI. Pengantar REFORMASI BIROKRASI Pengantar Keterpihakan serta dukungan terhadap pelaksanaan Reformasi Birokrasi di lingkungan Lembaga Administrasi Negara merupakan suatu amanah yang harus diikuti dengan akuntabilitas

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2010 TENTANG BADAN INTELIJEN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2010 TENTANG BADAN INTELIJEN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2010 TENTANG BADAN INTELIJEN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka menghadapi tuntutan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 55

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 55 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.483, 2011 PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.20/MEN/2011 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. LAKIP tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. LAKIP tersebut BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG S etiap instansi Pemerintah mempunyai kewajiban menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) atau Laporan Kinerja pada akhir periode anggaran.

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2012 TENTANG BADAN INTELIJEN NEGARA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2012 TENTANG BADAN INTELIJEN NEGARA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2012 TENTANG BADAN INTELIJEN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 56 Undang-Undang

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

Direksi Perusahaan Efek yang Melakukan Kegiatan Usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan/atau Perantara Pedagang Efek SALINAN

Direksi Perusahaan Efek yang Melakukan Kegiatan Usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan/atau Perantara Pedagang Efek SALINAN - Yth. Direksi Perusahaan Efek yang Melakukan Kegiatan Usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan/atau Perantara Pedagang Efek di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 55 /SEOJK.04/2017

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BPKP untuk Indonesia

LAPORAN KINERJA BPKP untuk Indonesia LAPORAN KINERJA 2014 BPKP untuk Indonesia Nomor: LKIN- 502/K.SU/01/2015 Tanggal: 26 Februari 2015 Ringkasan Eksekutif B adan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) telah menyusun Rencana Strategis

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT KATA PENGANTAR Sebagai tindaklanjut dari Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, yang mewajibkan bagi setiap pimpinan instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09/Per/M.KUKM/IX/2015 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENGAWASAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2010 TENTANG BADAN INTELIJEN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2010 TENTANG BADAN INTELIJEN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN NOMOR 34 TAHUN 2010 TENTANG BADAN INTELIJEN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menghadapi tuntutan dan tantangan perkembangan lingkungan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2010 TENTANG BADAN INTELIJEN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2010 TENTANG BADAN INTELIJEN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2010 TENTANG BADAN INTELIJEN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

Penanggungjawab : Koordinator Tim Pelaksana

Penanggungjawab : Koordinator Tim Pelaksana CAKUPAN PEKERJAAN KOORDINATOR SEKTOR DAN STAF ADMINISTRASI PADA SEKRETARIAT PELAKSANAAN PERATURAN PRESIDEN (PERPRES) NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG STRATEGI NASIONAL PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN KORUPSI (STRANAS

Lebih terperinci

2013, No BAB I KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI Pasal 1 (1) Lembaga Administrasi Negara yang selanjutnya disebut LAN adalah lembaga pemerintah nonke

2013, No BAB I KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI Pasal 1 (1) Lembaga Administrasi Negara yang selanjutnya disebut LAN adalah lembaga pemerintah nonke No.127, 2013 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA ADMINISTRASI. Lembaga administrasi Negara. Organisasi. Fungsi. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN TUGAS DAN WEWENANG GUBERNUR SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH DI WILAYAH PROVINSI DENGAN

Lebih terperinci

2017, No Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); M

2017, No Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); M No.73, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PEMERINTAH DAERAH. Penyelenggaraan. Pembinaan. Pengawasan. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6041) PERATURAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2012 TENTANG BADAN INTELIJEN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2012 TENTANG BADAN INTELIJEN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2012 TENTANG BADAN INTELIJEN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Tengah KATA PENGANTAR

Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Tengah KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Rencana Kerja (Renja) adalah dokumen perencanaan tahunan yang merupakan penjabaran dari Rencana Strategis (Renstra) serta disusun mengacu pada Rencana Kerja Pemerintah (RKP). Rencana Kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Pengawasan Intern pemerintah merupakan unsur manajemen yang penting dalam rangka mewujudkan kepemerintahan yang baik. Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) sebagai pelaksana pengawasan

Lebih terperinci

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb No.1572, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAPPENAS. Piagam Pengawasan Intern. PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.20/MEN/2011 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.737, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Pengawasan. Pelaksanaan. Tata Cara Tetap. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 91 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA TETAP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Pandangan Umum

BAB I PENDAHULUAN. A. Pandangan Umum BAB I PENDAHULUAN A. Pandangan Umum Konsep dasar akuntabilitas didasarkan pada klasifikasi responsibilitas manajerial pada tiap tingkatan dalam organisasi yang bertujuan untuk pelaksanaan kegiatan pada

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.80, 2014 ADMINISTRASI. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Pelaporan. Keuangan. Kinerja. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2014 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG KEBIJAKAN PEMBINAAN DAN PENGAWASAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2015 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. KONDISI UMUM Kedudukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. KONDISI UMUM Kedudukan 0 BAB I PENDAHULUAN 1.1. KONDISI UMUM 1.1.1. Kedudukan Balai Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 52/PMK.1/2011 tanggal 22 Maret 2011 tentang

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.21/MEN/2011 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci