LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010"

Transkripsi

1 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010 Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan 2011

2 KATA PENGANTAR Assalamu'alaikum Wr. Wb. Salam sejahtera bagi kita semua. Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas kuasa dan dengan izin- Nya Pusat Pelaporan Dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) dapat menerbitkan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun LAKIP PPATK Tahun 2010 disusun sebagai perwujudan kewajiban PPATK dalam mempertanggungjawabkan keberhasilan dan kegagalan dalam melaksanakan visi dan misi organisasi dalam mencapai sasaran yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2003 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang. LAKIP PPATK tahun 2010 melaporkan realisasi, hambatan dan upaya solusi yang dilaksanakan oleh PPATK dalam mencapai sasaran dan indikator kinerja yang telah ditetapkan pada tahun Disamping itu, LAKIP PPATK tahun 2010 juga melaporkan pertanggungjawaban penggunaan anggaran PPATK tahun 2010 yang secara langsung mengaitkan hubungan antara anggaran yang dibelanjakan dengan hasil atau manfaat yang diterima oleh negara dan masayarakat. Kami berharap, LAKIP PPATK tahun 2010 ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan, baik sebagai informasi maupun sebagai evaluasi. Wassalamu'alaikum Wr. Wb. Jakarta, Maret 2011 Dr. Yunus Husein, S.H., LL.M Kepala PPATK

3 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL IKHTISAR EKSEKUTIF BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang.. 1 B. Tugas dan Kewenangan 2 C. Struktur Organisasi.. 4 D. Perubahan Peran PPATK berdasarkan Undang-Undang Tindak Pidana Pencucian Uang Nomor 8 Tahun BAB II. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA 2010 A. Visi PPATK... 8 B. Misi PPATK... 8 C. Tujuan 9 D. Sasaran Strategis... 9 E. Program Kebijakan dan Kegiatan. 10 F. Rencana Kinerja Tahunan PPATK G. Penetapan Kinerja 13 BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA PPATK A. Metodologi Pengukuran Kinerja B. Capaian Kinerja C. Realisasi Keuangan/APBN PPATK Tahun BAB IV. PENUTUP LAMPIRAN... 60

4 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Rencana Kinerja Tahunan PPATK Tabel 2.2 Penetapan Kinerja Tahun Tabel 3.1 Indikator Kinerja, Target dan Realisasi Peningkatan Kepatuhan dan 19 Kewajiban Pelaporan... Tabel 3.2 PJK Pelapor dan Jumlah LTKM Kumulatif Tabel 3.3 PJK Pelapor dan Jumlah LTKT Kumulatif s.d 31 Desember Tabel 3.4 Penerimaan LPUT Tabel 3.5 Jumlah Rekapitulasi Penerimaan LTKM dan LTKT tahun Tabel 3.6 Indikator Kinerja, Target dan Realisasi Peningkatan Efektivitas Hasil 26 Analisis... Tabel 3.7 Analisis Awal LTKM Tabel 3.8 Indikator Kinerja, Target dan Realisasi Peningkatan Peran Dan Fungsi 32 PPPATK Dalam Mencegah Dan Memberantas TPPU... Tabel 3.9 Penyampaian Hasil Analisis Tabel 3.10 Pertukaran Informasi Tabel 3.11 Pemberian Keterangan Ahli Tabel 3.12 Indikator Kinerja, Target dan Realisasi Peningkatan Peranan Teknologi 47 Dan Informasi Dalam Mendukung Kinerja PPATK... Tabel 3.13 Indikator Kinerja, Target dan Realisasi Penyediaan dan Pengembangan 50 Manajemen Internal PPATK... Tabel 3.14 Indikator Kinerja, Target dan Realisasi Penguatan Institusi Tabel 3.15 Realisasi Anggaran Program Stabilisasi Ekonomi dan Sektor Keuangan Tabel 3.16 Realisasi Anggaran Program Penerapan Kepemerintahan Yang Baik.. 56

5 IKHTISAR EKSEKUTIF PPATK merupakan suatu Financial Intellegence Unit (FIU) dan berfungsi sebagai focal point dalam upaya pencegahan dan pemberantasan TPPU di Indonesia. Berdasarkan Undang-Undang No. 15 Tahun 2002 tentang tindak pidana pencucian uang sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 25 Tahun 2003 yang telah diubah dengan Undang Undang No. 8 Tahun 2010, PPATK memegang peranan kunci dalam mekanisme pencegahan dan pemberantasan TPPU di Indonesia. PPATK memiliki visi Menjadi Lembaga Independen yang bergerak di bidang Intelijen Keuangan, yang handal dan terpercaya, baik di dalam maupun di luar negeri sedangkan misi PPATK adalah Menyediakan informasi intelijen di bidang Keuangan yang berkualitas dan bermanfaat bagi pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang dan pembiayaan terorisme, serta mendukung terciptanya sistem keuangan yang stabil dan dapat dipercaya. Selain itu PPATK juga telah merumuskan tujuan pembangunan pada sektor pencegahan dan pemberantasan TPPU serta pembiayaan terorisme dalam jangka menengah ( ). Untuk dapat merealisasikan visi, misi, dan tujuan PPATK dalam rangka pencegahan dan pemberantasan TPPU serta pembiayaan terorisme, PPATK telah menetapkan beberapa sasaran strategis yang tercantum dalam rencana strategis PPATK tahun , yaitu: Sasaran 1 : Peningkatan Kepatuhan Kewajiban Pelaporan. Indikator utama sasaran 1 adalah : (1) Terlaksananya Kegiatan Verifikasi Kelengkapan Penerimaan Laporan LTKM, LTKT, dan LPUT serta (2) Terlaksananya audit kepatuhan kepada pihak pelapor. Terkait dengan verifikasi kelengkapan LTKM, LTKT dan LPUT, pada tahun 2010 PPATK telah memverifikasi sebanyak (100%) LTKM, (100%) LTKT, dan (100%) LPUT yang dikirimkan kepada PPATK dari pihak pelapor. Dalam pelaksanaan audit kepatuhan kepada pihak pelapor, selama Tahun 2010 PPATK mentargetkan 75 (tujuh puluh lima) kegiatan audit kepatuhan terhadap Penyedia Jasa Keuangan (PJK) Bank dan Non Bank.

6 Penentuan PJK yang akan diaudit menggunakan metode audit berbasis risiko (risk based audit). Pada tahun 2010, PPATK telah melakukan audit kepatuhan terhadap 74 PJK dari berbagai industri atau sebesar 98,67% dari target. Sasaran 2 : Peningkatan Efektivitas Hasil Analisis Indikator utama sasaran Peningkatan Efektivitas Hasil Analisis terhadap Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan (LTKM) yang disampaikan oleh pihak pelapor sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Pasal 17 ayat (1) UU PP TPPU (pihak pelapor) sebagai target yang ingin dicapai adalah (1) tersusunnya hasil analisis, (2) tersusunnya hasil riset tipologi TPPU, dan (3) tersusunnya hasil riset analisis strategis Untuk mengukur kinerja sasaran Peningkatan Efektivitas Hasil Analisis, PPATK telah merumuskan dan menetapkan beberapa indikator beserta target yang ingin dicapai, diantaranya : (1) tersusunnya hasil analisis, (2) tersusunnya hasil riset tipologi TPPU dan (3) tersusunnya hasil riset analisis strategis. Pada tahun 2010 PPATK merencanakan 584 hasil analisis (HA), 5 laporan tipologi dan 18 laporan analisis strategis. Sampai dengan akhir tahun 2010, PPATK telah merealisasikan ketiga kegiatan dimaksud yang melebihi target yaitu (1) hasil analisis (HA) sebanyak 767 HA (131%), (2) 6 laporan tipologi (120 %) yang di menghasilkan hasil analisis (HA) sebanyak 767 HA (131%), 6 laporan (120%) yang didokumentasikan menjadi 2 buku yang dikeluarkan secara semesteran dan 19 laporan analisis strategis atau 105% dari target yang telah direncanakan. Sasaran 3 : Peningkatan Peran Dan Fungsi PPATK Dalam Mencegah Dan Memberantas TPPU PPATK sebagai focal point dalam pencegahan dan pemberantasan TPPU dan pendanaan terorisme di Indonesia, maka peran tersebut perlu di wujudkan antara lain dalam bentuk kerjasama dan koordinasi dengan instansi terkait baik di dalam negeri maupun luar negeri serta penguatan hukum dan perundang-undangan. Untuk mengukur kinerja sasaran Peningkatan Peran Dan Fungsi PPATK Dalam Mencegah Dan Memberantas TPPU, PPATK telah merumuskan dan menetapkan beberapa indikator beserta target yang ingin

7 dicapai, diantaranya: (1) Tersusunnya laporan hasil evaluasi perkembangan pelaksanaan Stranas 2009 dan Rencana implementasi Stranas 2010, (2) Tersusunnya laporan pelaksanaan Strategi Nasional, implementasi rekomendasi hasil Mutual Evaluation Report, dan kebijakan NPO, (3) Terselenggaranya asistensi/koordinasi penanganan TPPU dengan aparat penegak hukum, (4) Terciptanya kemampuan FIU yang diberi bantuan serta meningkatnya kredibilitas PPATK di dunia internasional, (5) Penyempurnaan RUU TPPU dan tersusunnya draft peraturan pelaksanaan UU TPPU yang komprehensif, (6) Tersusunnya draft naskah akademis RUU Perampasan Aset dan draf RUU Perampasan Aset. Pada tahun 2010 PPATK telah melaksanakan pertemuan dalam tingkat domestik terkait TPPU dan pendanaan terorisme yang menghasilkan 2 dokumen atau 200% melebihi dari target. Realisasi 2 dokumen tersebut terdiri dari laporan perkembangan pelaksanaan Stranas 2009 dan penyusunan rencana implementasi Stranas Disamping itu PPATK telah melaksanakan penyusunan Laporan Pelaksanaan Strategi Nasional, Implementasi Rekomendasi hasil Mutual Evaluation Report, dan kebijakan NPO yang dituangkan dalam 4 dokumen (400% dari target). Dokumen laporan dimaksud adalah : (1) Evaluasi pelaksanaan Strategi Nasional tahun 2009, (2) Rencana kegiatan Strategi Nasional tahun 2010, (3) Tindak lanjut dan perkembangan implementasi pelaksanaan rekomendasi Mutual Evaluation Report yang dilaksanakan di masing-masing instansi terkait, (4) Penyusunan pedoman Non Profit Organization (NPO Domestic Review). Dalam rangka membantu penegak hukum dan instansi terkait lainnya dalam menangani tindak pidana pencucian uang pada khususnya, PPATK telah memberikan asistensi kepada 7 Kepolisian Daerah dan realisasi pelaksanaan kegiatan tersebut mencapai 140%. Dalam rangka ikut berperan aktif di dunia internasional untuk mengembangkan rezim anti pencucian uang dan kontra pendanaan terorisme, PPATK telah memberikan bantuan teknis pada FIU kepada Solomon Island. Pada tanggal 22 Oktober 2010 RUU PP-TPPU telah disahkan dan diundangkannya menjadi Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang (UU TPPU).

8 Untuk mendukung pelaksanaan UU PP TPPU, PPATK telah menyusun draft peraturan pelaksanaan UU TPPU yang komprehensif sebanyak 7 naskah. Berdasarkan program Strategi Nasional (STRANAS) Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang Tahun No.5, yang diresmikan secara langsung oleh Presiden RI tanggal 17 April 2007, mengamanatkan bahwa perlunya penyusunan RUU tentang Perampasan Aset di Bidang Tindak Pidana. Pada tahun 2010, PPATK dan bekerjsama dengan instansi terkait, telah menyusun naskah akademis dan draft RUU tentang Perampasan Aset di Bidang Tindang Pidana. Sasaran 4 : Peningkatan Peranan Teknologi Dan Informasi Dalam Mendukung Kinerja PPATK Untuk mengukur kinerja sasaran 4 tersebut, PPATK telah merumuskan dan menetapkan indikator kinerja beserta target yang telah ditetapkan, diantaranya: Penyempurnaan sistem keamanan TI PPATK sesuai dengan standar keamanan TI dan Pengembangan Aplikasi LTKM, LTKT dan LPUT yang terintegrasi. Dalam rangka menjamin sistem keamanan TI, pada Tahun 2010 PPATK telah menyusun 4 dokumen standar keamanan TI atau 80% dari target. Dalam rangka mendukung kinerja PPATK yang berbasis teknologi informasi, PPATK telah mengembangkan 3 (tiga) aplikasi atau 100% dari target, yaitu: Aplikasi GRIPS LTKM, Aplikasi GRIPS LTKT, dan Aplikasi GRIPS LPUT. Sasaran 5 : Penyediaan Dan Pengembangan Manajemen Internal Sebagai suatu organisasi yang mempunyai tugas pengumpulan dan analisis data-data transaksi keuangan, PPATK juga mengolah database yang bersifat online dengan PJK. Database dan program-program aplikasinya merupakan satu kesatuan sistem yang diolah di pusat pengolahan data dengan komputer. Agar suatu sistem tetap dapat berjalan dengan baik dalam situasi dan kondisi darurat maka diperlukan backup sistem yang handal atau sering disebut dengan istilah Data Recovery Centre (DRC).

9 Sampai dengan akhir tahun 2010, proses pembangunan Gedung DRC dan Arsip PPATK baru mencapai 91,4%. Menurut pendapat dari pihak Pelaksana Konstruksi, hal tersebut disebabkan antara lain kondisi cuaca dalam masa pembangunan gedung yang ekstrem seperti hujan yang terus menerus dan kabut tebal yang mengakibatkan berkurangnya jarak pandang, sehingga menghambat proses pembangunan. Namun demikian, PPATK telah melakukan upaya penyelesaian dalam bentuk pengawasan dan akan bertekad terus melaksanakan penyelesaian pembangunan tersebut pada tahun Sasaran 6 : Penguatan Institusi Untuk mengukur kinerja sasaran 6 tersebut, PPATK telah merumuskan dan menetapkan indikator kinerja beserta target yang telah ditetapkan, diantaranya: (1) Tersusunnya peraturan tentang sistem pola karir, pedoman standar kompetensi pegawai, penilaian kinerja pegawai, dan peraturan kepegawaian lainnya, (2) Tersusunnya Laporan Keuangan PPATK tahun 2010 dan Laporan Evaluasi Rencana Kerja dan Anggaran PPATK, (3) Tersusunnya pedoman Manajemen Risiko., (4) Tersedianya Sistem Pelaporan Pelanggaran (SPP)/atau whistleblowing system (WBS) Pada tahun 2010 PPATK telah tersusun : (1) peraturan tentang sistem pola karir, pedoman standar kompetensi pegawai, penilaian kinerja pegawai, dan peraturan kepegawaian lainnya, (2) Laporan Keuangan PPATK tahun 2010 dan Laporan Evaluasi Rencana Kerja dan Anggaran PPATK, (3) Tersedianya Sistem Pelaporan Pelanggaran (SPP)/atau whistleblowing system (WBS). Pedoman manajemen risiko belum dapat dilaksanakan dikarenakan masih dalam proses finalisasi pada akhir tahun 2010.

10 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) merupakan salah satu tindak pidana yang merugikan perekonomian suatu negara serta bersifat lintas batas (borderless). Keberadaan Financial Intelligence Unit (FIU) perlu dibangun, diperkuat dan diberdayakan di setiap negara dalam rangka mencegah dan memberantas TPPU, sebagai upaya untuk mengefektifkan strategi anti pencucian uang, diperlukan adanya dukungan dan koordinasi yang berkesinambungan dari semua pihak yang terkait, terutama dari sisi finansial dan penegakan hukum. Untuk menghubungkan kedua sisi yang berbeda area tersebut, diperlukan adanya satu central agency yang berfungsi untuk menerima, menganalisis semua informasi terkait keuangan dan menyampaikannya kepada penegak hukum untuk ditindaklanjuti. Central agency ini kemudian memiliki nama generik yaitu FIU yang diharapkan ada di setiap negara. Egmont Group, sebuah organisasi internasional yang bergerak di bidang penanggulangan pencucian uang, menjadi forum FIU dari berbagai negara yang bertujuan antara lain untuk meningkatkan kerjasama dan berbagi informasi yang berguna untuk mendeteksi dan memerangi pencucian uang dan pendanaan terorisme. Hasil kerja Egmont Group adalah kajian mengenai pentingnya pendirian FIU di setiap negara sebagai badan khusus untuk menangani pencegahan dan pemberantasan pencucian uang. Semakin banyak jumlah FIU semakin besar peluang untuk dapat mencegah dan memberantas pencucian uang secara efektif. Financial Actions Task Force on Money Laundering (FATF) mengeluarkan rekomendasi yang ditujukan untuk semua industri keuangan dan institusi bisnis lain yang berpotensi digunakan sebagai sarana pencucian uang. Rekomendasi tersebut menetapkan kerangka dasar bagi upaya-upaya anti pencucian uang (the basic framework for anti-money laundering efforts), yang dirancang untuk dapat diaplikasikan secara universal. Rekomendasi tersebut meliputi criminal justice system dan penegakan hukum (law enforcement), sistem keuangan (financial system) dan peraturannya, serta kerjasama 1

11 internasional (international cooperations). Salah satu upaya pemenuhan rekomendasi FATF tersebut adalah pembentukan PPATK yang merupakan suatu lembaga FIU permanen dan berfungsi sebagai focal point dalam upaya pencegahan dan pemberantasan TPPU di Indonesia. Rekomendasi yang dikeluarkan oleh FATF tersebut pada saat ini telah diterima sebagai standar internasional, yang sekalipun disebut sebagai rekomendasi (recommendations) tetapi setiap negara yang menjadi anggota FATF harus taat pada standar tersebut. Hanya dengan kerjasama internasional dan berpegang pada kesamaan standar yang berlaku secara internasional, maka upaya pencegahan dan pemberantasan praktik-praktik pencucian uang yang telah bersifat transnasional (transnational crime) dan yang telah menjadi kegiatan kejahatan lintas batas negara (cross border crime) akan dapat dilaksanakan secara lebih efektif. PPATK memegang peranan kunci dalam mekanisme pencegahan dan pemberantasan pencucian uang di Indonesia. UU TPPU mengamanatkan pembentukan PPATK sebagai badan khusus di bidang pencegahan dan pemberantasan TPPU. Tugas dan wewenang PPATK diatur secara jelas dalam UU TPPU tersebut dan Keppres Nomor 82 Tahun 2003 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kewenangan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan. Dengan demikian, maka efektivitas pelaksanaan tugas dan wewenang PPATK sangat menentukan keberhasilan pembangunan rezim anti pencucian uang di Indonesia. Oleh karena itu, independensi menjadi syarat penting bagi PPATK agar dapat melaksanakan tugas dan fungsinya secara lebih efektif sehingga upaya pencegahan dan pemberantasan TPPU dan pendanaan terorisme di Indonesia dapat berhasil dengan baik. B. Tugas dan Kewenangan Berdasarkan Undang-Undang No. 15 Tahun 2002 tentang tindak pidana pencucian uang sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 25 Tahun 2003, kedudukan, tugas, dan kewenangan PPATK diatur sebagaimana berikut : 1. Kedudukan Menurut pasal 18 Undang-Undang No. 15 Tahun 2002 tentang tindak pidana pencucian uang sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang 2

12 No. 25 Tahun 2003, PPATK adalah lembaga yang independen dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya. PPATK dipimpin oleh Kepala PPATK dan dibantu oleh paling banyak 4 (empat) orang wakil kepala serta bertanggung jawab kepada Presiden. 2. Tugas Menurut pasal 26 Undang-Undang No. 15 Tahun 2002 tentang tindak pidana pencucian uang sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 25 Tahun 2003, PPATK memiliki tugas : a. mengumpulkan, menyimpan, menganalisis, mengevaluasi informasi yang diperoleh oleh PPATK sesuai dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2003; b. memantau catatan dalam buku daftar pengecualian yang dibuat oleh Penyedia Jasa Keuangan; c. membuat pedoman mengenai tata cara pelaporan Transaksi Keuangan Mencurigakan; d. memberikan nasihat dan bantuan kepada instansi yang berwenang tentang informasi yang diperoleh PPATK sesuai dengan Undang- Undang Tindak Pidana Pencucian Uang; e. membuat pedoman dan publikasi kepada Penyedia Jasa Keuangan tentang kewajibannya yang ditentukan dalam Undang-Undang Tindak Pidana Pencucian Uang atau dengan peraturan perundang-undangan lain, dan membantu dalam mendeteksi perilaku nasabah yang mencurigakan; f. memberikan rekomendasi kepada Pemerintah mengenai upaya-upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang; g. melaporkan hasil analisis transaksi keuangan yang berindikasi tindak pidana pencucian uang kepada Kepolisian Negara Republik Indonesia dan Kejaksaan Republik Indonesia; h. membuat dan memberikan laporan mengenai hasil analisis transaksi keuangan dan kegiatan lainnya secara berkala 6 (enam) bulan sekali kepada Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat, dan lembaga yang berwenang melakukan pengawasan terhadap Penyedia Jasa Keuangan. 3

13 i. memberikan informasi kepada publik tentang kinerja kelembagaan sepanjang pemberian informasi tersebut tidak bertentangan dengan Undang-Undang Tindak Pidana Pencucian Uang. 3. Wewenang Menurut pasal 27 Undang-Undang No. 15 Tahun 2002 tentang tindak pidana pencucian uang sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 25 Tahun 2003, PPATK mempunyai wewenang: a. meminta dan menerima laporan dari Penyedia Jasa Keuangan; b. meminta informasi mengenai perkembangan penyidikan atau penuntutan terhadap tindak pidana pencucian uang yang telah dilaporkan kepada penyidik atau penuntut umum; c. melakukan audit terhadap Penyedia Jasa Keuangan mengenai kepatuhan kewajiban sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang Tindak Pidana Pencucian Uang dan terhadap pedoman pelaporan mengenai transaksi keuangan; d. memberikan pengecualian terhadap kewajiban pelaporan mengenai transaksi keuangan yang dilakukan secara tunai oleh Penyedia Jasa Keuangan. C. Struktur Organisasi Untuk melaksanakan tugas dan wewenang tersebut PPATK memiliki susunan organisasi, sesuai Keputusan Presiden Nomor 81 Tahun 2003 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan, sebagai berikut: a. Kepala; b. Wakil Kepala Bidang Riset, Analisis, dan Kerjasama Antar Lembaga; c. Wakil Kepala Bidang Hukum dan Kepatuhan; d. Wakil Kepala Bidang Teknologi Informasi; e. Wakil Kepala Bidang Administrasi. Masing-masing Wakil Kepala PPATK dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh beberapa direktur setingkat pejabat eselon II. Sesuai Keputusan Kepala PPATK Nomor: KEP-3/3/KEP.PPATK/2004 tentang Organisasi dan 4

14 Tata Kerja Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan, masing-masing Wakil Kepala dalam membantu Kepala PPATK memiliki tugas sebagai berikut : 1. Wakil Kepala Bidang Riset, Analisis dan Kerjasama Antar Lembaga, mempunyai tugas membantu Kepala PPATK dalam melaksanakan analisis atas laporan transaksi keuangan dari Penyedia Jasa Keuangan, melaksanakan penelitian dan pengembangan tipologi serta melaksanakan kerjasama dengan pihak terkait baik nasional maupun internasional yang terkait dengan pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang. Bidang Riset, Analisis dan Kerjasama Antar Lembaga terdiri dari Direktorat Riset dan Analisis, dan Direktorat Kerjasama Lembaga. 2. Wakil Kepala Bidang Hukum dan Kepatuhan, mempunyai tugas membantu Kepala PPATK dalam merumuskan peraturan di bidang pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang serta melaksanakaan pengawasan atas kepatuhan Penyedia Jasa Keuangan terhadap Undang-Undang Nomor 15 tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2003 dan peraturan pelaksanaannya. Bidang Hukum dan Kepatuhan terdiri dari Direktorat Hukum dan Regulasi, dan Direktorat Pengawasan Kepatuhan. 3. Wakil Kepala Bidang Teknologi Informasi, mempunyai tugas membantu Kepala PPATK dalam melaksanakan pengembangan teknologi yang terkait dengan teknik, metode dan alat untuk melakukan analisis laporan transaksi keuangan, serta manajemen sistem informasi untuk kepentingan pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang. Bidang Teknologi Informasi terdiri dari Direktorat Pengembangan Aplikasi sistem dan Direktorat Operasi Sistem. 4. Wakil Kepala Bidang Administrasi, mempunyai tugas membantu Kepala PPATK dalam melaksanakan pengelolaan keuangan, administrasi, sumber daya manusia, pengadaan barang dan jasa, pengamanan serta penyusunan rencana kerja dan anggaran. Bidang Administrasi terdiri dari Direktorat Keuangan, Direktorat Sumber Daya Manusia, Direktorat Umum, dan juga secara administrasi membawahi Direktorat Audit Internal. 5

15 D. Perubahan Peran PPATK berdasarkan Undang-Undang Tindak Pidana Pencucian Uang Nomor 8 Tahun 2010 Penanganan tindak pidana pencucian uang yang dimulai sejak disahkannya Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 Tindak Pidana Pencucian Uang sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2003 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang, telah menunjukkan arah yang positif. Hal itu tercermin dari meningkatnya kesadaran dari pelaksana Undang-Undang tentang Tindak Pidana Pencucian Uang, seperti Penyedia Jasa Keuangan dalam melaksanakan kewajiban pelaporan, Lembaga Pengawasan dan Pengatur dalam pembuatan peraturan, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan dalam kegiatan analisis, dan Penegak Hukum dalam menindaklanjuti hasil analisis hingga penjatuhan sanksi pidana dan/atau sanksi administratif. Upaya yang dilakukan tersebut dirasakan belum optimal, antara lain karena Peraturan Perundang-undangan yang ada ternyata masih memberikan ruang timbulnya penafsiran yang berbeda-beda, adanya celah hukum, kurang tepatnya pemberian sanksi, belum dimanfaatkannya pergeseran beban pembuktian, keterbatasan akses informasi, sempitnya cakupan pelapor dan jenis laporannya. Serta kurang jelasnya tugas dan kewenangan dari pelaksanaan Undang-Undang ini. Berdasarkan kondisi tersebut serta memperhatikan pemenuhan kepentingan nasional dan menyesuaikan standar internasional, Pemerintah Republik Indonesia bersama-sama dengan Dewan Perwakilan Rakyat memandang perlu menyusun Undang-Undang tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang sebagai pengganti Undang- Undang Nomor 15 Tahun 2002 Tindak Pidana Pencucian Uang sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2003 tentang Perubahan atas Undang Undang Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang. Oleh karena itu pada tanggal 29 Oktober 2010, Presiden Republik Indonesia telah mensahkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang. Berdasarkan undang-undang tersebut, tugas, fungsi dan wewenang PPATK sebagai Focal Point dalam pencegahan dan pemberantasan TPPU di Indonesia telah mengalami perubahan yang cukup signifikan. 6

16 Tugas PPATK berdasarkan Pasal 39 Undang Undang No 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang adalah mencegah dan memberantas tindak pidana pencucian uang. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud tersebut PPATK mempunyai fungsi sebagai berikut: 1. Pencegahan dan pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang 2. Pengelolaan data dan informasi yang diperoleh PPATK 3. Pengawasan terhadap kepatuhan pihak pelapor 4. Analisis atau pemeriksaan laporan dan informasi transaksi keuangan yang berindikasi TPPU dan/atau tindak pidana lainnya Sedangkan kewenangan PPATK menurut Undang-Undang No 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang adalah sebagai berikut: 1. Meminta dan mendapatkan data dan informasi dari instansi pemerintah dan/atau lembaga swasta yang memiliki kewenangan mengelola data dan informasi termasuk dari instansi pemerintah dan/atau lembaga swasta yang menerima laporan dari profesi tertentu; 2. Menetapkan pedoman identifikasi transaksi keuangan mencurigakan; 3. Mengkoordinasikan upaya pencegahan TPPU dengan instansi terkait; 4. Memberikan rekomendasi kepada pemerintah mengenai upaya pencegahan TPPU; 5. Mewakili Pemerintah RI dalam organisasi dan forum internasional yang berkaitan dengan pencegahan dan pemberantasan TPPU 6. Menyelenggarakan program diklat anti pencucian uang; 7. Menyelenggarakan sosialisasi pencegahan dan pemberanatasan TPPU. 7

17 BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA 2010 A. Visi Menjadi Lembaga Independen yang bergerak di bidang Intelijen Keuangan, yang handal dan terpercaya, baik di dalam maupun di luar negeri. Harapan untuk menjadikan PPATK sebagai lembaga pemerintah yang independen dilatarbelakangi oleh hal-hal sebagai berikut : a. Tuntutan yuridis pembentukan PPATK Sebagaimana diamanahkan dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 tentang TPPU sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2003 bahwa, PPATK adalah lembaga independen yang dibentuk dalam rangka mencegah dan memberantas TPPU. Oleh karena itu, sudah menjadi suatu keharusan dan kewajiban bagi semua pemangku kepentingan untuk mewujudkan PPATK sebagai lembaga pemerintah yang independen. b. Tuntutan tata kelola kepemerintahan yang baik (good governance) Mengacu pada model Financial Inteligent Unit (FIU) yang ada di dunia, maka status FIU sebagai lembaga yang tidak berada di bawah struktur suatu lembaga pemerintah ataupun lembaga lainnya merupakan format yang paling ideal dalam rangka menjaga independensi pelaksanaan tugas FIU serta jaminan agar pengambilan keputusan dan pelaksanaan fungsinya tidak diintervensi oleh pihak lain, termasuk dalam kaitannya dengan kewajiban menjaga kerahasian data dan informasi intelijen yang dimiliki. B. Misi Untuk mewujudkan visi tersebut, PPATK telah menetapkan misi yaitu Menyediakan informasi intelijen di bidang Keuangan yang berkualitas dan bermanfaat bagi pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang dan pembiayaan terorisme, serta mendukung terciptanya sistem keuangan yang stabil dan dapat dipercaya. 8

18 C. Tujuan Mengacu pada amanat Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 tentang TPPU sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2003, Visi dan Misi tersebut di atas, maka PPATK merumuskan tujuan pembangunan pada sektor pencegahan dan pemberantasan TPPU dalam jangka menengah ( ) adalah sebagai berikut: 1. Meningkatnya penyelesaian perkara tindak pidana pencucian uang dan tindak pidana lainnya (predicate crime); 2. Meningkatnya peran PPATK sebagai focal point dalam pencegahan dan pemberantasan TPPU di Indonesia; 3. Meningkatnya partisipasi aktif Penyedia Jasa Keuangan dan Reporting Parties dalam mencegah dan memberantas TPPU; 4. Meningkatnya kualitas hasil analisis dan layanan kepada stakeholder melalui pemanfaatan teknologi informasi; 5. Menyediakan sarana dan prasarana kerja yang memadai dan berkualitas; 6. Membentuk suatu lembaga intelijen keuangan (FIU) yang efektif dan modern. D. Sasaran Strategis Untuk dapat merealisasikan visi, misi, dan tujuan PPATK dalam rangka pencegahan dan pemberantasan TPPU serta pembiayaan terorisme, dalam rencana strategis PPATK tahun telah ditetapkan beberapa sasaran strategis, yaitu: a. Meningkatnya kepatuhan kewajiban pelaporan; b. Meningkatnya efektivitas hasil analisis; c. Meningkatnya peran dan fungsi PPATK dalam mencegah dan memberantas TPPU; d. Meningkatnya peranan teknologi dan informasi dalam mendukung kinerja PPATK; e. Menyediakan dan mengembangkan manajemen internal PPATK; f. Memperkuat institusi. 9

19 E. Program Kebijakan dan Kegiatan Berdasarkan rencana kerja pemerintah tahun 2010, PPATK memiliki program dan kegiatan pokok sebagai berikut: 1. Program : Stabilisasi Ekonomi dan Sektor Keuangan. Kegiatan Pokok terdiri dari : a. Pengembangan Sistem Analisis dan Kajian terhadap Tipologi TPPU; b. Sosialisasi dan Penyamaan Pemahaman kepada Aparat Penegak Hukum, PJK, dan Masyarakat tentang TPPU; c. Penyediaan Sarana dan Prasarana Kantor PPATK; d. Pelaksanaan Kerjasama Nasional dan Internasional di Bidang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang; e. Pengawasan Pelaksanaan Kepatuhan PJK dalam Pelaporan Tindak Pidana Pencucian Uang; f. Pengembangan Sistem Teknologi Informasi dan Komputerisasi Pengolahan Data; g. Penyempurnaan Peraturan Perundangan, Penelaahan, dan Pemberian Nasehat Hukum di Bidang Tindak Pidana Pencucian Uang; h. Penyelidikan Tindak Pidana Pencucian Uang. 2. Program : Penerapan Kepemerintahan Yang Baik Kegiatan Pokok terdiri dari : a. Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Administrasi Kepegawaian; b. Sistem Pengelolaan Administrasi Keuangan; c. Penyelenggaraan/Peningkatan Akuntansi Pemerintah dan Kekayaaan Milik Negara; d. Penyelenggaraan Pengawasan dan Pemeriksaan Akuntabilitas. Program dan kegiatan tersebut di atas selanjutnya diimplementasikan oleh PPATK untuk mencapai sasaran strategis yang telah ditetapkan dalam rencana strategis PPATK

20 F. Rencana Kinerja Tahunan PPATK 2010 Tabel 2.1 Rencana Kinerja Tahunan PPATK No Uraian Sasaran Indikator Kinerja Target Tahun 2010 (1) (2) (3) (4) 1. Meningkatnya kepatuhan kewajiban pelaporan 1.1 Persentase terlaksananya kegiatan verifikasi kelengkapan penerimaan laporan LTKM, LTKT, dan LPUT 1.2 Tersedianya data LTKM, LTKT dan LPUT Manual 1.3 Terlaksananya jumlah pelaksanaan audit kepatuhan terhadap pihak pelapor 1.4 Terselenggaranya kegiatan sosialisasi/workshop/diseminasi/ seminar/publiksi tentang kewajiban pelaporan bagi Penyedia Jasa Keuangan (1). 95 % dari LTKM diterima (2). 95 % dari LTKT diterima (3). 95 % dari LPUT diterima 12 laporan 75 PJK 15 kegiatan 2. Meningkatnya efektivitas hasil analisis 2.1 Tersusunnya tabulasi data LTKM berdasarkan analisis awal LTKM 2.2 Tersusunnya hasil analisis 584 Hasil Analisis 2.3 Tersusunnya hasil riset tipologi TPPU 5 laporan 2.4 Tersusunnya lap statistik LTKM 14 laporan 2.5 Tersusunnya hasil riset analisis strategis. 18 laporan 2.6 Penyelidikan dugaan TPPU 100 kasus 3. Meningkatnya peran dan fungsi PPATK dalam mencegah dan memberantas TPPU 3.1 Tersusunnya laporan hasil evaluasi perkembangan pelaksanaan Stranas 2009 dan Rencana implementasi Stranas Tersusunnya laporan pelaksanaan Strategi Nasional, implementasi rekomendasi hasil Mutual Evaluation Report, dan kebijakan NPO 3.3 Terselenggaranya penandatanganan naskah MoU dengan FIU negara lain maupun lembaga terkait di dalam negeri 3.4 Terselenggaranya asistensi/koordinasi penanganan TPPU dengan aparat penegak hukum. 1 dokumen 1 dokumen 6 dokumen 5 kegiatan 11

21 No Uraian Sasaran Indikator Kinerja Target Tahun 2010 (1) (2) (3) (4) 4. Meningkatnya peranan teknologi dan informasi dalam mendukung kinerja PPATK 5. e. Menyediakan dan mengembangkan manajemen internal PPATK 3.5 Tersampaikannya HA atas inquiry ke penyidik 3.6 Terjalinnya kerjasama yang lebih erat dengan organisasi internasional di bidang TPPU dan terpenuhinya iuran keanggotaan APG dan Egmont Group sebagai bentuk komitmen PPATK/Indonesia 3.7 Terciptanya kemampuan FIU yang diberi bantuan serta meningkatnya kredibilitas PPATK di dunia internasional 3.8 Penyempurnaan RUU TPPU dan tersusunnya draft peraturan pelaksanaan UU TPPU yang komprehensif 3.9 Tersusunnya draft naskah akademis RUU Perampasan Aset dan draf RUU Perampasan Aset 3.10 Tersusunnya laporan bantuan teknis hukum kepada apgakum dalam penyelesaian perkara dan tersampaikannya BAP ahli 3.11 Terselenggaranya sosialisasi agar tercapai persamaan persepsi dalam membangun rezim anti pencucian uang 3.12 Penyempurnaan modul sosialisasi terkait rezim anti pencucian uang, kelembagaan PPATK, UU TPPU dan Pendanaan Terorisme 4.1 Penyempurnaan sistem keamanan TI PPATK sesuai dengan standar keamanan TI 4.2 Tersedianya sistem DRC PPATK dan pengembangan perangkat lunak sistem DRC 4.3 Pengembangan Aplikasi STR (suspicious transaction report), CTR (cash transaction report), dan CBCC (cross border cash carrying) yang terintegrasi 4.4 Terintegrasinya database STR, CTR, CBCC 5.1. Terwujudnya pembangunan gedung DRC: a. Tanah b. Bangunan c. Mesin dan Peralatan 200 dokumen 18 kegiatan 1 kegiatan 7 naskah 2 naskah 8 dokumen 9 kegiatan 10 dokumen 5 dokumen 3 paket 3 aplikasi 1 database a. - b m 2 12

22 No Uraian Sasaran Indikator Kinerja Target Tahun 2010 (1) (2) (3) (4) d. Perlengkapan sarana Gedung e. Meubelair Gedung DRC 6. Memperkuat institusi 6.1 Tersusunnya peraturan tentang sistem pola karir, pedoman standar kompetensi pegawai, penilaian kinerja pegawai, dan peraturan kepegawaian lainnya 6.2 Tersusunnya Laporan Keuangan PPATK tahun 2010 dan Laporan Evaluasi Rencana Kerja dan Anggaran PPATK c. 17 unit d. 1 paket e. 74 unit 4 peraturan 2 Dokumen 6.3 Tersusunnya pedoman Manajemen Risiko. 1 set pedoman 6.4 Tersedianya Sistem Pelaporan Pelanggaran (SPP)/ atau whistleblowing system (WBS) 100 % pelaporan pelanggaran ditindak lanjuti G. Penetapan Kinerja Dalam DIPA PPATK tahun 2010 nomor SP: 0001/ /-/2010 tanggal 31 Desember 2009, PPATK memperoleh pagu anggaran tahun 2010 sebesar Rp ,- (Seratus tigabelas miliar sembilanratus duabelas juta sembilanratus delapan ribu rupiah). Sebagaimana tahun sebelumnya, anggaran PPATK tahun 2010 dialokasikan untuk membiayai 2 (dua) program, yaitu : (1) Program Stabilisasi Ekonomi dan Sektor Keuangan (Kode : ) dengan anggaran sebesar Rp ,- merupakan program teknis PPATK, yang terdiri dari 8 (delapan) kegiatan sebagai berikut : (2) Program Penerapan Kepemerintahan Yang Baik (Kode : ) dengan anggaran sebesar Rp ,- merupakan program penunjang, terdiri 12 (duabelas) kegiatan sebagai berikut : 13

23 Tabel 2.2 Penetapan Kinerja Tahun 2010 No Uraian Sasaran Indikator Kinerja Target Tahun 2010 Program Anggaran (1) (2) (3) (4) 1. Meningkatnya kepatuhan kewajiban pelaporan 1.1 Persentase terlaksananya (1). 95 % dari kegiatan verifikasi LTKM diterima kelengkapan penerimaan laporan LTKM, LTKT, dan (2). 95 % dari LTKT LPUT diterima (3). 95 % dari LPUT diterima 1.2 Tersedianya data LTKM, 12 laporan LTKT dan LPUT Manual 1.3 Terlaksananya jumlah 75 PJK pelaksanaan audit kepatuhan terhadap pihak pelapor Stabilisasi Ekonomi dan Sektor Keuangan 1,791,000, Meningkatnya efektivitas hasil analisis 1.4 Terselenggaranya kegiatan sosialisasi/workshop/disemi nasi/ seminar/publiksi tentang kewajiban pelaporan bagi Penyedia Jasa Keuangan 2.1 Tersusunnya tabulasi data LTKM berdasarkan analisis awal 15 kegiatan LTKM 2.2 Tersusunnya hasil analisis 584 Hasil Analisis 2.3 Tersusunnya hasil riset 5 laporan tipologi TPPU 2.4 Tersusunnya lap statistik LTKM 14 laporan Stabilisasi Ekonomi dan Sektor Keuangan 2,300,000, Tersusunnya hasil riset analisis strategis. 18 laporan 2.6 Penyelidikan dugaan TPPU 100 kasus 3. h. Meningkatnya peran dan 3.1 Tersusunnya laporan hasil 1 dokumen 8 fungsi PPATK dalam evaluasi perkembangan, mencegah dan pelaksanaan Stranas memberantas TPPU dan Rencana implementasi Stranas Tersusunnya laporan pelaksanaan Strategi Nasional, implementasi rekomendasi hasil Mutual Evaluation Report, dan kebijakan NPO 1 dokumen Stabilisasi Ekonomi dan Sektor Keuangan 9 8, 0 0 0, 0 14

24 No Uraian Sasaran Indikator Kinerja Target Tahun 2010 Program Anggaran (1) (2) (3) (4) 3.3 Terselenggaranya penandatanganan naskah MoU dengan FIU negara lain maupun lembaga terkait di dalam negeri 3.4 Terselenggaranya asistensi/koordinasi penanganan TPPU dengan aparat penegak hukum. 3.5 Tersampaikannya HA atas inquiry ke penyidik 3.6 Terjalinnya kerjasama yang lebih erat dengan organisasi internasional di bidang TPPU dan terpenuhinya iuran keanggotaan APG dan Egmont Group sebagai bentuk komitmen PPATK/Indonesia 3.7 Terciptanya kemampuan FIU yang diberi bantuan serta meningkatnya kredibilitas PPATK di dunia internasional 3.8 Penyempurnaan RUU TPPU dan tersusunnya draft peraturan pelaksanaan UU TPPU yang komprehensif 3.9 Tersusunnya draft naskah akademis RUU Perampasan Aset dan draf RUU Perampasan Aset 3.10 Tersusunnya laporan bantuan teknis hukum kepada apgakum dalam penyelesaian perkara dan tersampaikannya BAP ahli 3.11 Terselenggaranya sosialisasi agar tercapai persamaan persepsi dalam membangun rezim anti pencucian uang 3.12 Penyempurnaan modul sosialisasi terkait rezim anti pencucian uang, 6 dokumen 5 kegiatan 200 dokumen 18 kegiatan 1 kegiatan 7 naskah 2 naskah 8 dokumen 9 kegiatan 10 dokumen 9,827,000,000 15

25 No Uraian Sasaran Indikator Kinerja Target Tahun 2010 Program Anggaran (1) (2) (3) (4) kelembagaan PPATK, UU TPPU dan Pendanaan Terorisme 4. Meningkatnya peranan 4.1 Penyempurnaan sistem 5 dokumen teknologi dan informasi keamanan TI PPATK sesuai dalam mendukung dengan standar keamanan TI kinerja PPATK 4.2 Tersedianya sistem DRC 3 paket PPATK dan pengembangan perangkat lunak sistem DRC 4.3 Pengembangan Aplikasi 3 aplikasi STR (suspicious transaction Stabilisasi Ekonomi dan Sektor 15,000,000,000 report), CTR (cash transaction report), dan Keuangan CBCC (cross border cash carrying) yang terintegrasi 4.4 Terintegrasinya database 1 database STR, CTR, CBCC 5. Menyediakan dan 5.1. Terwujudnya pembangunan mengembangkan manajemen internal PPATK gedung DRC: a. Tanah b. Bangunan c. Mesin dan Peralatan d. Perlengkapan sarana Gedung a. - b m 2 c. 17 unit d. 1 paket Penerapan Kepemerinta han Yang Baik 27,289,500,00 0 e. Meubelair Gedung DRC e. 74 unit 6. Memperkuat institusi 6.1 Tersusunnya peraturan 4 peraturan tentang sistem pola karir, pedoman standar kompetensi pegawai, penilaian kinerja pegawai, dan peraturan kepegawaian lainnya 6.2 Tersusunnya Laporan Keuangan PPATK tahun 2010 dan Laporan Evaluasi Rencana Kerja dan Anggaran PPATK 2 Dokumen Penerapan Kepemerinta han Yang Baik 53,205,408, Tersusunnya pedoman 1 set pedoman Manajemen Risiko. 6.4 Tersedianya Sistem 100 % pelaporan Pelaporan Pelanggaran pelanggaran ditindak (SPP)/ atau whistleblowing lanjuti system (WBS) 16

26 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA PPATK A. Metodologi Pengukuran Kinerja Program dan kegiatan yang dilakukan oleh PPATK pada tahun 2010 merupakan implementasi dari tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan di dalam Renstra PPATK Tahun , Rencana Kinerja Tahun 2010 dan Penetapan Kinerja Tahun Metode atau cara yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan PPATK dalam mencapai sasaran tersebut adalah dengan membandingkan target dan realisasi masing-masing indikator kinerja sasaran. Berdasarkan pembandingan capaian ini dapat diperoleh informasi tentang pencapaian, hambatan, dan penanganan hambatan dari masing-masing sasaran sehingga dapat ditindaklanjuti dalam perencanaan program di masa mendatang. Metode ini bermanfaat untuk memberikan gambaran kepada pihakpihak eksternal dan internal tentang sejauh mana pelaksanaan misi organisasi dalam rangka mewujudkan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. B. Capaian Kinerja Ditinjau dari capaian kinerja masing-masing kegiatan untuk tahun 2010, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) telah dapat melaksanakan tugas utama yang menjadi tanggung jawab organisasi. Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan PPATK dalam mencapai sasaran-sasaran strategisnya selama tahun 2010, berikut ini diuraikan analisis capaian kinerja PPATK tahun 2010 berdasarkan masing-masing sasaran strategis yang telah ditetapkan, yaitu: a. Peningkatan kepatuhan kewajiban pelaporan; b. Peningkatan efektivitas hasil analisis; c. Peningkatan peran dan fungsi PPATK dalam mencegah dan memberantas TPPU; d. Peningkatan peranan teknologi dan informasi dalam mendukung kinerja PPATK; e. Penyediaan dan pengembangan manajemen internal; f. Penguatan institusi. 17

27 Sasaran 1 : PENINGKATAN KEPATUHAN KEWAJIBAN PELAPORAN Salah satu kewenangan yang diamanatkan oleh Undang-Undang No. 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 25 Tahun 2003 (UU TPPU) pasal 27 ayat 1 huruf C adalah PPATK dapat melakukan audit terhadap penyedia jasa keuangan mengenai kepatuhan kewajiban sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang dan terhadap pedoman pelaporan mengenai transaksi keuangan. Transaksitransaksi yang dilaporkan adalah transaksi keuangan yang bersifat mencurigakan maupun transaksi keuangan yang melibatkan uang tunai dalam jumlah tertentu. Sebagaimana diketahui bahwa Undang-Undang No. 25 Tahun 2003 tersebut di atas telah diganti dengan Undang Undang No 8 tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang pada 22 Oktober Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 ini selanjutnya menjadi dasar acuan pelaksanaan tugas dan kewenangan PPATK dalam fungsinya melakukan Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang (UU PP TPPU). Menurut pasal 39 huruf C dan pasal 43 UU PP TPPU, pada dasarnya juga mengatur tentang kewenangan PPATK untuk melakukan fungsi pengawasan terhadap kepatuhan pihak pelapor. Penjabaran lebih lanjut antara lain adalah kewenangan PPATK untuk melakukan audit kepatuhan dan audit khusus. Untuk mengukur kinerja sasaran 1 tersebut, PPATK telah merumuskan dan menetapkan indikator kinerja beserta target yang telah ditetapkan. Berikut ini capaian kinerja selama tahun 2010 terkait dengan pencapain sasaran strategis peningkatan kepatuhan kewajiban pelaporan. 18

28 Tabel 3.1 Indikator Kinerja, Target dan Realisasi Peningkatan Kepatuhan dan Kewajiban Pelaporan No Indikator Kinerja Target Realisasi % Capaian (1) (2) (3) (4) (5) 1 Persentase terlaksananya kegiatan verifikasi kelengkapan penerimaan laporan LTKM, LTKT, dan LPUT (1). 95 % dari LTKM diterima (2). 95 % dari LTKT diterima (1). 100% dari LTKM diterima (2). 100% dari LTKT diterima (1). 105 % (2). 105% (3). 95 % dari LPUT diterima (3). 100% dari LPUT diterima (3). 105% 2 Tersedianya data LTKM, LTKT dan LPUT Manual 12 laporan 12 laporan 100% 3 Terlaksananya jumlah pelaksanaan audit kepatuhan terhadap pihak pelapor 4 Terselenggaranya kegiatan sosialisasi/workshop/diseminasi/ seminar/publiksi tentang kewajiban pelaporan bagi Penyedia Jasa Keuangan 75 PJK 74 PJK 98,67% 15 kegiatan 52 Pelatihan 347% 1. Persentase Terlaksananya Kegiatan Verifikasi Kelengkapan Penerimaan Laporan LTKM, LTKT, dan LPUT Menurut Pasal 23 ayat (1) UU PP TPPU, disebutkan bahwa pihak pelapor memiliki kewajiban untuk melaporkan Transaksi Keuangan Mencurigakan dan Transaksi Keuangan Tunai senilai Rp ke atas serta Pembawaan Uang Tunai Lintas Batas senilai Rp ke atas atau dalam jumlah ekuivalen mata uang asing kepada PPATK. Berdasarkan atas Penerimaan LTKM, LTKT dan 19

29 LPUT, PPATK melaksanakan verifikasi terkait dengan substansi, kesesuaian format dan batas waktu penyampaian. Dalam hal terdapat ketidaksesuaian terhadap aspek-aspek tersebut, selanjutnya PPATK mengirimkan feedback kepada masing-masing PJK agar melengkapi laporannya dan menyampaikan kembali kepada PPATK. Sampai dengan tanggal 31 Desember 2010, secara kumulatif PPATK telah menerima LTKM dan LTKT dengan rincian sebagai berikut : Jenis Pelapor Tabel 3.2 PJK Pelapor dan Jumlah LTKM Kumulatif Jumlah Pelapor Jumlah LTKM Per Jumlah Pelapor Jumlah LTKM Bank Bank milik negara 4 8, ,096 Bank swasta 65 9, ,332 BPD 26 6, ,614 Bank Asing 13 2, ,615 Bank campuran ,365 BPR Sub Total STR Bank , ,309 Non Bank Perusahaan Efek ,059 Manajer Investasi Pedagang valas 49 14, ,122 Dana Pensiun Lembaga Pembiayaan ,435 Asuransi 31 2, ,939 Perusahaan Pengiriman Uang Sub Total STR Non Bank , ,615 TOTAL STR 46,576 63,924 Target prosentase kegiatan verifikasi kelengkapan LTKM tahun 2010 sebesar 95% dari total LTKM yang diterima PPATK, Pada tahun 2010 PPATK telah memverifikasi sebanyak LTKM dari total ( ) LTKM yang dikirimkan kepada PPATK atau terealisasi sebanyak 100% pelaksanaan verifikasi kelengkapan LTKM di tahun

30 Tabel 3.3 PJK Pelapor dan Jumlah LTKT Kumulatif s.d 31 Desember 2010: PJK Pelapor Jumlah PJK Per-31 Des 2010 Jumlah CTR Per-31 des Bank Umum ,587 2 BPR 106 1,819 3 PVA 95 9,839 4 Asuransi Pembiayaan Perusahaan efek Money Remittance CTR by TRACES 7,376,313 CTR by Disket 453,307 TOTAL 360 8,631,423 Target prosentase kegiatan verifikasi kelengkapan LTKT tahun 2010 sebesar 95% dari total LTKT yang diterima PPATK, pada tahun 2010 PPATK telah memverifikasi sebanyak LTKT dari total LTKT yang dikirimkan kepada PPATK atau terealisasi sebesar 100% pelaksanaan verifikasi kelengkapan LTKT. Kegiatan verifikasi tersebut sudah termasuk verifikasi kelengkapan pelaporan LTKM dan LTKT yang diterima secara manual dan online. Target prosentase terlaksananya verifikasi kelengkapan LPUT pada tahun 2010 sebesar 95 % dari total LPUT yang diterima oleh PPATK. Sampai dengan 31 Desember 2010, PPATK telah menerima LPUT dan seluruhnya telah dilakukan verifikasi atau terealisasi sebesar 108% dari target tahun 2010 yaitu sebanyak LPUT. Secara umum LPUT yang dikirimkan kepada PPATK telah sesuai dengan format pengiriman LPUT dan rincian jumlah LPUT secara kumulatif dapat disampaikan sebagai berikut : 21

31 KETERANGAN Tabel 3.4 Penerimaan LPUT Jumlah Pelabuhan yang sudah melaporkan CBCC Per-31 Des 2009 CBCC Per-31 Des Batam 2,002 2,683 Jakarta 1,935 2,866 Bandung 1 3 Tanjung Balai Karimun/Tanjung Pinang Denpasar Dumai 1 1 Teluk Bayur (Sumbar) 7 7 Teluk Nibung (Sumut) 1 1 Medan - 3 Jumlah laporan , Tersedianya Data LTKM, LTKT dan LPUT Manual Sebagai salah satu hasil dari kegiatan penerimaan dan verifikasi LTKM, LTKT dan LPUT manual yang dikirimkan kepada PPATK adalah tersedianya rekapitulasi data LTKM, LTKT dan LPUT manual. Data LTKM, LTKT dan LPUT manual tersebut kemudian akan digabungkan kedalam buletin statistik bulanan PPATK, buletin Statistik tersebut nantinya akan menginformasikan beberapa informasi antara lain tentang data jumlah hasil analisis, data jumlah LTKM, LTKT dan LPUT, data jumlah audit kepatuhan dan, data jumlah saksi ahli dari PPATK. Pada tahun 2010 PPATK mentargetkan tersedianya 12 data LTKM, LTKT dan LPUT manual dimana target tersebut disesuaikan dengan frekuensitas data jumlah LTKM, LTKT dan LPUT manual yang dihitung per-bulan berjalan untuk kemudian data tersebut dikompilasi kedalam buletin statistik bulanan PPATK. Realisasi indikator kinerja Tersedianya data LTKM, LTKT dan LPUT manual adalah sebesar 100 % atau telah disediakannya 12 data LTKM, LTKT dan LPUT bulanan yang selanjutnya akan dikompilasi kedalam buletin statistik PPATK. 22

32 NO Periode Keterangan : Tabel 3.5 Jumlah Rekapitulasi Penerimaan LTKM dan LTKT tahun 2010 Jumlah LTKM Jumlah LTKT Jumlah Rekapitulasi LTKM s.d Periode (*) Pada Periode Bulan September dan Oktober 2010, aplikasi pelaporan online Traces mengalami permasalahan sehingga data informasi tidak dapat diakses. Berkenaan dengan hal tersebut, maka untuk perhitungan statistik LTKT pada periode bulan September dan Oktober 2010 dihitung hanya pelaporan online Jumlah Rekapitulasi LTKT s.d Periode 1 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September * Oktober * November Desember Audit Kepatuhan Terhadap Penyedia Jasa keuangan (PJK) Selama Tahun 2010 PPATK mentargetkan 75 (tujuh puluh lima) kegiatan audit kepatuhan terhadap Penyedia Jasa Keuangan (PJK) Bank dan Non Bank yang ditentukan berdasarkan pada skala risiko, skala aset dan Dana Pihak Ketiga, jangka waktu pengulangan audit serta kualitas pelaporan yang dikirimkan kepada PPATK. Dalam Realisasinya PPATK telah melakukan audit kepatuhan terhadap 74 PJK dari berbagai industri atau sebesar 98,67% dari target. Pencapaian realisasi yang lebih rendah dari target yang direncanakan antara lain disebabkan: a. Adanya Pengesahan Undang-Undang No 8 tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang (UU PP TPPU) pada tanggal 22 Oktober 2010 yang berakibat secara langsung terhadap kegiatan audit kepatuhan khususnya berkaitan dengan permasalahan pengalihan 23

33 kewenangan pengawasan kepatuhan sebagaimana dimaksud Pasal 17 ayat (1). Menurut UU PP TPPU, kewenangan audit kepatuhan terhadap kewajiban pelaporan tidak lagi dilaksanakan oleh PPATK melainkan akan dilakukan oleh Lembaga Pengawas dan Pengatur yaitu Bank Indonesia untuk Perbankan, PVA, Money Remittance dan Bapepam-LK untuk industri Asuransi, Perusahaan Efek, Pembiayaan, dsb. Dalam hal pelaksanaan kegiatan audit kepatuhan untuk industri perbankan dilakukan oleh Bank Indonesia akan berdampak terhadap perubahan jadwal pelaksanaan kegiatan audit kepatuhan PPATK. b. Peraturan Pelaksanaan UU PP TPPU tentang kewenangan PPATK masih dalam proses penyusunan. Solusi dari permasalahan tersebut adalah, PPATK merubah objek audit kepatuhan yang semula industri perbankan menjadi industri Non Bank khususnya dengan menambah pelaksanaan audit pada industri Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) dan juga PPATK melakukan kegiatan joint audit dengan Bank Indonesia untuk kegiatan audit kepatuhan terhadap Pedagang Valuta Asing sekaligus untuk transfer knowledge kepada Lembaga Pengawas dan Pengatur PVA yaitu Direktorat Pengelolaan Moneter Bank Indonesia. 4. Kegiatan Sosialisasi dan Pelatihan kepada PJK/Asosiasi dan Lembaga Pengawas dan Pengatur (LPP) Dalam meningkatkan koordinasi serta pemahaman LPP terhadap kewenangannya dalam pencegahan tindak pidana pencucian uang dan meningkatkan pemahaman PJK mengenai identifikasi transaksi keuangan mencurigakan dan tata cara pelaporan LTKM dan LTKT. Pada tahun 2010 PPATK telah mentargetkan akan melaksanakan 15 kegiatan pelatihan sedangkan realisasinya adalah terlaksananya 52 (lima puluh dua) kegiatan sosialisasi dan pelatihan baik atas undangan PJK/ Asosiasi/ Lembaga Pengawas dan Pengatur ataupun atas inisiasi PPATK sendiri. Realisasi tersebut ternyata melebihi target sebesar 347% dari target. Besarnya realisasi dimaksud antara lain disebabkan meningkatnya permintaan pelatihan dari pihak pelapor. Dengan meningkatnya kegiatan sosialisasi dan pelatihan dimaksud, ternyata dapat meningkatkan jumlah 24

34 PJK pelapor dan meminimalkan kesalahan pelaporan, serta menurunnya jumlah feedback atas kesalahan penyampaian pelaporan oleh pihak pelapor. Sasaran 2 : PENINGKATAN EFEKTIVITAS HASIL ANALISIS Dalam kerangka pelaksanaan Fungsi PPATK sebagaimana tertuang dalam Pasal 44 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang (UU PP TPPU), PPATK melakukan analisis terhadap Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan (LTKM) yang disampaikan oleh Pihak Pelapor sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Pasal 17 ayat (1) UU PP TPPU (Pihak Pelapor). Tujuan dilakukannya analisis adalah meneliti laporan atau informasi mengenai transaksi keuangan mencurigakan yang diterima apakah terdapat indikasi Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) atau Tindak Pidana (TP) lainnya termasuk mengidentifikasi orang-orang yang terlibat TPPU atau TP lainnya serta keberadaan harta kekayaan yang diduga berasal dari hasil TP tersebut. Hasil analisis juga diperlukan untuk mengetahui tipologi TPPU atau TP lainnya, penyusunan analisis strategis dan penyampaian informasi yang berguna bagi instansi lain untuk mendukung upaya pencegahan dan pemberantasan TPPU Pelaksanaan tugas analisis oleh PPATK dilakukan dengan memanfaatkan berbagai sumber informasi yang ada baik dikelola secara internal (swadaya) ataupun informasi lainnya yang dapat diperoleh PPATK melalui mekanisme kerjasama antar lembaga baik di dalam maupun di luar negeri. Untuk mengukur kinerja sasaran tersebut, telah dilakukan perumusan dan penetapan indikator kinerja berikut target dan realisasinya yang dapat digambarkan sebagai berikut: 25

35 Tabel 3.6 Indikator Kinerja, Target dan Realisasi Peningkatan Efektivitas Hasil Analisis No Indikator Kinerja Target Realisasi % Capaian (1) (2) (3) (4) (5) 1 Tersusunnya tabulasi data LTKM LTKM LTKM 153 % berdasarkan analisis awal 2 Tersusunnya hasil analisis 584 Hasil Analisis 767 Hasil Analisis 131% 3 Tersusunnya hasil riset tipologi 5 laporan 6 laporan 120% TPPU 4 Tersusunnya laporan statistik 14 laporan 14 laporan 100% LTKM 5 Tersusunnya hasil riset analisis 18 laporan 19 laporan 105% strategis. 6 Penyelidikan dugaan TPPU 100 kasus 0 kasus 0% 1. Tersusunnya Tabulasi Data LTKM Berdasarkan Analisis Awal Dalam rangka melaksanakan kegiatan analisis terhadap LTKM yang telah diterima, terlebih dahulu dilakukan proses analisis awal untuk menentukan skala prioritas (High, Medium, Low). Skala prioritas diperoleh berdasarkan pemenuhan unsur-unsur yang tertuang dalam LTKM atas parameter yang telah ditentukan. Apabila LTKM setelah dilakukan analisis awal mengindikasikan skala prioritas high dan berdasarkan hasil assessment pejabat yang berwenang, maka LTKM tersebut dilakukan analisis lebih lanjut oleh para analis PPATK. Pada tahun 2010 PPATK merencanakan melakukan analisis awal terhadap LTKM yang diterima sehingga menghasilkan tabulasi sebanyak tabulasi. Pencapaian realisasi atas kegiatan ini adalah dihasilkannya tabulasi berdasarkan data LTKM yang telah diinput ke dalam database (Tabel 3.5) atau 153% dari target yang telah direncanakan. 26

36 Tabel 3.7 Analisis Awal LTKM Tahun Jumlah LTKM yang ditabulasi Peringkat LTKM Kumulatif Per Tahun Kumulatif High Medium Low s.d , , ,602 10,403 1,131 1,009 8, ,533 20,936 3,221 5,086 12, ,825 34,761 6,467 9,287 19, ,015 58,776 9,307 17,542 31,927 Pencapaian realisasi melebihi target yang direncanakan, antara lain dikarenakan tersedianya dukungan teknologi informasi yang meningkatkan efisiensi dan efektivitas dan komitmen pimpinan. 2. Tersusunnya Hasil Analisis Berdasarkan Hasil Analisis awal atas LTKM yang berkategori high, para analis PPATK melakukan analisis lebih lanjut atas LTKM tersebut. Pada tahun 2010 PPATK merencanakan 584 hasil analisis, sedangkan realisasi penyelesaian hasil analisis adalah 767 hasil analisis atau 131% dari target yang direncanakan. Rincian hasil analisis tersebut adalah sebagai berikut : a. 319 hasil analisis yang diteruskan ke aparat penegak hukum b. 153 hasil analisis yang disampaikan ke instansi/lembaga yang memiliki MoU dengan PPATK c. 30 hasil analisis yang disampaikan ke FIU negara lain. d. 265 hasil analisis yang belum ditemukan indikasi Tindak Pidana Tercapainya hasil analisis dari target yang telah direncanakan dikarenakan kemampuan sumber daya manusia analis yang semakin meningkat yang didukung oleh kegiatan training, workshop dan diskusi-diskusi sehingga proses analisis dapat dilakukan dengan waktu yang efektif dan efisien, ketersediaan dukungan teknologi informasi yang semakin mempercepat dalam proses analisis serta meningkatnya kerjasama yang semakin baik dengan aparat penegak hukum dan instansi terkait dalam hal pertukaran informasi, serta meningkatnya pemahaman dan kesadaran pihak pelapor dalam memenuhi kewajiban pelaporan. 27

37 3. Tersusunnya Hasil Riset Tipologi Selain melakukan kegiatan analisis, PPATK juga melakukan kegiatan riset yang menghasilkan hasil riset tipologi. Laporan tipologi sangat diperlukan untuk memberikan pemahaman yang komprehensif terhadap berbagai modus yang dilakukan oleh para pelaku pencucian uang karena pemahaman tersebut dapat menjadi alat peringatan dini (early warning system) bagi komunitas industri jasa keuangan serta komunitas penegak hukum. Dengan demikian semua pihak yang terkait dapat mencermatinya dan menjadi lebih berhati - hati dalam melakukan transaksi, sehingga dapat menciptakan sistem keamanan di lingkungan komunitasnya yang bebas dari segala jenis kejahatan pencucian uang. Pada tahun 2010 PPATK merencanakan menyusun 5 laporan tipologi dan realisasi laporan tipologi adalah sebanyak 6 laporan yang didokumentasikan menjadi 2 buku yang dikeluarkan secara semesteran atau 120% dari target yang telah direncanakan. Laporan hasil riset tipologi berdasarkan jenis industri pihak pelapor adalah sebagai berikut: a. Perbankan: i. PNS dan Rekanan menggunakan rekening Joint Account yang diduga untuk menampung dana suap. ii. PNS menggunakan SDB (Safe Deposit Box) di Bank sebagai Sarana Penyimpanan dana yang diduga dari tindak pidana iii. Penerimaan Travel Cheque (TC) yang diduga merupakan sarana suap bagi Politically Exposed Person (PEP). iv. Penyalahgunaan dana operasional perusahaan oleh pejabat terkait dengan menggunakan rekening kartu kredit untuk menampung hasil tindak pidana. b. Pasar Modal: i. Penggunaan Profil Nasabah High Risk Country untuk melakukan Manipulasi Pasar dan Pencucian Uang. ii. Penggunaan rekening Efek Margin (transaksi margin trading/perdagangan efek margin) untuk melakukan Pencucian Uang. c. Asuransi. i. Pembelian polis Unit Links oleh PEP yg diikuti dengan pencairan polis sebelum jatuh tempo. 28

38 ii. Pembelian polis Unit Links oleh anak dari PEP yg diikuti dengan pembayaran premi tambahan dalam jumlah besar dan diikuti pencairan premi tambahan tersebut dalam waktu singkat. d. Pedagang Valuta Asing. i. Penjualan valas dengan perantara orang lain (pihak ketiga) atas perintah dari PEP tanpa menggunakan surat kuasa. ii. Pembelian valas dengan perantara orang lain (pihak ketiga) atas perintah dari PEP tanpa menggunakan surat kuasa. iii. Penjualan valas dengan perantara orang lain (pihak ketiga) untuk disumbangkan kepada Partai Politik peserta Pemilu. e. Lembaga Pembiayaan i. Penggunaan pihak ketiga sebagai pihak pembayar cicilan leasing secara sekaligus yang nilai nominalnya besar ii. Penggunaan pihak ketiga sebagai pihak pembayar uang muka (down payment) yang nilai nominalnya besar. 4. Tersusunnya Laporan Statistik LTKM Selain menyusun laporan tipologi dan laporan analisis strategis, kegiatan riset juga melakukan penyusunan laporan statistik dimana pada tahun 2010 PPATK merencanakan 14 laporan statistik berupa 12 laporan statistik bulanan dan 2 laporan statistik bulanan, pada tahun ini seluruh target tersebut telah dapat direalisasikan. Laporan statistik merupakan salah satu sumber bagi perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan berbagai kegiatan dalam tatanan sosial, kelembagaan dan bermasyarakat khususnya dalam ruang lingkup PPATK sebagai lembaga independen yang bertugas mencegah dan memberantas tindak pidana pencucian uang serta memberikan gambaran performance PPATK yang akurat kepada pemangku kepentingan PPATK. 5. Tersusunnya Hasil Riset Analisis Strategis Selain untuk penyusunan laporan tipologi, hasil analisis juga digunakan untuk penyusunan analisis strategis. Analisis strategis menjadi kegiatan yang perlu disusun mengingat dalam perkembangannya, modus pencucian uang semakin hari 29

39 semakin kompleks dan canggih seiring dengan kemajuan teknologi informasi. Mengingat dampak buruk yang ditimbulkan oleh pelaku TPPU tersebut semakin mengkhawatirkan dewasa ini, maka diperlukan suatu kegiatan analisis strategis untuk mengetahui bagaimana suatu tindak pidana atau TPPU terjadi dan upaya pencegahan yang diperlukan untuk meminimalisasi tindak pidana tersebut. Analisis Strategis adalah proses untuk mengembangkan pengetahuan (strategic intelligence) untuk digunakan dalam membentuk pola kerja FIU di masa yang akan datang. Karakteristik utama dari strategic intelligence adalah tidak berhubungan dengan kasus perorangan, tetapi lebih kepada isu-isu baru dan trend (kecenderungan). PPATK pada tahun 2010 merencanakan 18 laporan analisis strategis dimana target tersebut dapat direalisasikan sebanyak 19 laporan analisis strategis atau 105% dari target yang telah direncanakan. Berdasarkan hasil riset analisis strategis, dapat digambarkan kecenderungan (trend) sebagai berikut: a) Trend Meningkat Trend tindak pidana korupsi tetap menunjukan peningkatan secara signifikan dibandingkan tindak pidana lainnya. Di samping meningkat, korupsi dan penipuan merupakan tindak pidana yang paling sering dilaporkan oleh PPATK. Tindak pidana narkotika dan penyuapan juga cenderung meningkat namun tidak sering terjadi apabila dibandingkan dengan korupsi dan penipuan. b) Trend yang Berkelanjutan Berdasarkan atas peningkatan jumlah hasil analisis yang dilaporkan maka tindak korupsi, penipuan, narkotika dan penyuapan diperkirakan akan masih tetap banyak dilakukan. Pada tindak pidana korupsi modus oparandi yang berkelanjutan adalah transaksi keuangan yang dilakukan oleh PEP dengan melibatkan pihak ketiga dan penyalahgunaan APBN/PBD oleh bendahara/pemegang kas di instansi-instansi pemerintah. Selain itu, trend lainnya yang masih berlanjut ditemukan oleh PPATK adalah cuckoo smurfing. Dengan modus ini, pelaku tindak pidana menggunakan money remmitance untuk sarana pencucian uang hasil tindak pidana psikotropika. 30

40 c) Trend menurun Sama dengan trend periode sebelumnya, tahun 2010 belum dapat diidentifikasi trend tindak pidana yang menurun. d) Trend Baru Muncul Terdapat temuan baru berupa pemberian dana oleh pihak ketiga kepada petugas suatu instansi pemerintah ditransaksikan melalui rekening milik pribadi, istri, anak ataupun pihak kerabat lainnya dari pegawai dimaksud. Patut diduga hal ini merupakan indikasi terjadinya gratifikasi. Tercapainya hasil riset dari target yang telah direncanakan dikarenakan jumlah sumber daya manusia yang memadai serta kemampuan dari peneliti yang semakin meningkat dengan didukung oleh training, workshop dan diskusi-diskusi yang berkaitan dengan kegiatan penelitian di PPATK. Selain hal-hal tersebut di atas, kemampuan peneliti dalam mengeksplorasi data semakin baik, sehingga mempermudah dan mempercepat dalam penyelesaian riset yang dilakukan. Hal ini didukung dengan kemampuan mengolah data secara mandiri oleh SDM di PPATK serta rasa keingintahuan dari peneliti yang tinggi terhadap permasalahanpermasalahan yang ada berkaitan dengan TPPU sehingga membuat banyaknya riset yang bisa dilakukan. Anggaran yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam rangka pencapaian sasaran ini dapat dilihat bahwa dari pagu anggaran sebesar Rp ,00 digunakan sebesar Rp ,00 atau sebesar 73,78 %. Dengan tingkat capaian output maupun outcome yang rata-rata 100% dapat dikatakan bahwa sudah terdapat efisiensi dalam penggunaan anggaran. 6. Penyelidikan dugaan TPPU Pada tahun 2010 PPATK merencanakan 100 kasus penyelidikan dugaan Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU). Perencanaan kegiatan penyelidikan tersebut didasarkan atas Rancangan Undang Undang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang (RUU PP TPPU) yang disampaikan Pemerintah kepada DPR pada tahun Dalam perkembangan pembahasan dengan DPR, klausula penyelidikan pada RUU PP TPPU ternyata diubah substansinya menjadi kewenangan pemeriksaan. Dengan disahkannya RUU PP TPPU menjadi Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 mengenai 31

41 Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang (UU PP TPPU) pada tanggal 22 Oktober 2010, maka PPATK mendapat amanah untuk melakukan kegiatan pemeriksaan. Dengan demikian kegiatan penyelidikan tidak dapat dilaksanakan sebagaimana yang direncanakan. Selain itu pelaksanaan kewenangan pemeriksaan harus didasarkan pada Peraturan Pelaksanaan UU PP TPPU yang masih dalam proses penyelesaian. Sasaran 3 : PENINGKATAN PERAN DAN FUNGSI PPATK DALAM MENCEGAH DAN MEMBERANTAS TPPU PPATK sebagai focal point dalam pencegahan dan pemberantasan TPPU dan pendanaan terorisme di Indonesia, maka peran tersebut perlu diwujudkan antara lain dalam bentuk kerjasama dan koordinasi dengan instansi terkait baik di dalam negeri maupun luar negeri serta penguatan hukum dan perundangundangan. Berkenaan dengan hal tersebut sasaran PPATK adalah peningkatan peran dan fungsi PPATK dalam mencegah dan memberantas TPPU. Untuk mengukur kinerja sasaran tersebut, PPATK telah merumuskan dan menetapkan indikator kinerja beserta target yang akan dicapai. Berikut ini capaian kinerja selama tahun 2010 terkait dengan pencapain sasaran strategis peningkatan peran dan fungsi PPATK dalam mencegah dan memberantas TPPU. Tabel 3.8 Indikator Kinerja, Target dan Realisasi Peningkatan Peran Dan Fungsi PPPATK Dalam Mencegah Dan Memberantas TPPU No Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian (%) (1) (2) (3) (4) (5) 1 Tersusunnya laporan hasil evaluasi perkembangan pelaksanaan Stranas 2009 dan Rencana implementasi Stranas Tersusunnya laporan pelaksanaan Strategi Nasional, 1 dokumen 2 dokumen * 200% 1 dokumen 4 dokumen * 400% 32

42 No Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian (%) (1) (2) (3) (4) (5) implementasi rekomendasi hasil Mutual Evaluation Report, dan kebijakan NPO 3 Terselenggaranya penandatanganan naskah MoU dengan FIU negara lain maupun lembaga terkait di dalam negeri 4 Terselenggaranya asistensi/koordinasi penanganan TPPU dengan aparat penegak hukum. 5 Tersampaikannya HA atas inquiry ke penyidik 6 Terjalinnya kerjasama yang lebih erat dengan organisasi internasional di bidang TPPU dan terpenuhinya iuran keanggotaan APG dan Egmont Group sebagai bentuk komitmen PPATK/Indonesia 7 Terciptanya kemampuan FIU yang diberi bantuan serta meningkatnya kredibilitas PPATK di dunia internasional 8 Penyempurnaan RUU TPPU dan tersusunnya draft peraturan pelaksanaan UU TPPU yang komprehensif 9 Tersusunnya draft naskah akademis RUU Perampasan Aset dan draft RUU Perampasan Aset 10 Tersusunnya laporan bantuan teknis hukum kepada apgakum dalam penyelesaian perkara dan tersampaikannya BAP ahli 11 Terselenggaranya sosialisasi agar tercapai persamaan persepsi dalam membangun rezim anti pencucian uang 12 Penyempurnaan modul sosialisasi terkait rezim anti 6 dokumen 11 dokumen 183,3% 5 kegiatan 7 kegiatan 140% 200 dokumen 140 dokumen 70% 18 kegiatan 13 kegiatan 72% 1 kegiatan 1 kegiatan * 100% 7 naskah 7 naskah 100 % 2 naskah 2 naskah 100% 8 dokumen 24 dokumen 300% 9 kegiatan 12 kegiatan 133 % 10 dokumen 7 dokumen 70% 33

43 No Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian (%) (1) (2) (3) (4) (5) pencucian uang, kelembagaan PPATK, UU TPPU dan Pendanaan Terorisme 1. Tersusunnya Laporan Hasil Evaluasi Perkembangan Pelaksanaan Stranas 2009 dan Rencana Implementasi Stranas 2010 Implementasi rezim anti pencucian uang dan pendanaan terorisme di Indonesia memerlukan strategi nasional sebagai pedoman penegakan hukum di bidang TPPU dan pendanaan terorisme. Dengan tersusunnya Stranas tersebut diharapkan instansi terkait yang bertanggung jawab di bidang TPPU dan pendanaan terorisme dapat memiliki acuan serta arah kebijakan dan strategi masing masing instansi dalam mengimplementasikannya serta koordinasi dan kerjasama antar instansi. Pada tahun 2010, PPATK merencanakan untuk melaksanakan penyusunan laporan hasil evaluasi perkembangan pelaksanaan Stranas 2009 dan Rencana implementasi Stranas Sehubungan dengan hal tersebut, maka PPATK telah melaksanakan pertemuan dalam tingkat domestik terkait TPPU dan pendanaan terorisme yang menghasilkan 2 dokumen atau 200% melebihi dari target. Realisasi 2 dokumen tersebut terdiri dari laporan perkembangan pelaksanaan Stranas 2009 dan penyusunan rencana implementasi Stranas Secara umum Stranas yang telah disusun mengatur tentang hal hal sebagai berikut : a. Pembuatan Single Identity Number (nomor identitas tunggal); b. Penyelesaian Pembahasan RUU TPPU, Peraturan Pelaksana dan Implementasinya; c. Pengelolaan Database Secara Elektronis dan Ketersambungan (Connectivity) Database yang Dimiliki oleh Beberapa Instansi Terkait; d. Peningkatan Pengawasan Kepatuhan Penyedia Jasa Keuangan; e. Pengefektifan Penerapan Penyitaan Aset (Asset Forfeiture) dan Pengembalian Aset (Asset Recovery); f. Peningkatan Peran Serta Masyarakat Melalui Kampanye Publik; 34

44 g. Peningkatan Kerjasama Internasional; h. Penguatan Pengaturan Tentang Alternative Remittance System dan Wire Transfer; i. Penanganan sektor Non Profit Organisations (NPO). 2. Tersusunnya Laporan Pelaksanaan Strategi Nasional, Implementasi Rekomendasi Hasil Mutual Evaluation Report, dan Kebijakan NPO Pada tahun 2010, PPATK merencanakan untuk melaksanakan penyusunan Laporan Pelaksanaan Strategi Nasional, Implementasi Rekomendasi hasil Mutual Evaluation Report, dan kebijakan NPO. Sampai dengan akhir tahun 2010 kegiatan dimaksud telah terealisasi 4 dokumen atau 400% dari target. Dokumen laporan dimaksud adalah : a. Evaluasi pelaksanaan Strategi Nasional tahun 2009 b. Rencana kegiatan Strategi Nasional tahun 2010 c. Tindak lanjut dan perkembangan implementasi pelaksanaan rekomendasi Mutual Evaluation Report yang dilaksanakan di masing-masing instansi terkait d. Penyusunan pedoman Non Profit Organization (NPO Domestic Review) 3. Terselenggaranya Penandatanganan Naskah Mou Dengan FIU Negara Lain Maupun Lembaga Terkait Di Dalam Negeri Pada tahun 2010, PPATK merencanakan kerjasama dalam bentuk penandatanganan Nota Kesepahaman/MoU dengan instansi domestik yaitu 3 MoU dan 3 MoU lainnya dengan instansi luar negeri. Secara umum kegiatan MoU dimaksudkan untuk melaksanakan kerjasama dalam hal pertukaran informasi, pelatihan, audit kepatuhan, penelitian, penanganan kasus hukum di bidang TPPU dan Pendanaan Terorisme. Realisasi dari kegiatan penandatanganan MoU telah tercapai melebihi target yang direncanakan yaitu 7 MoU dengan instansi domestik dan 4 MoU dengan instansi luar negeri. Pelaksanaan penandatanganan MoU dengan instansi domestik yaitu : a. Bank Indonesia b. Komisi Pengawasan Persaingan Usaha (KPPU) c. Direktorat Jenderal Kesatuan Bangsa dan Politik (Dirjen Kesbangpol) 35

45 d. Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) e. Setjen Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) f. Universitas Mataram g. Universitas Syiah Kuala NAD Pelaksanaan penandatanganan MoU dengan instansi luar negeri yaitu : a. Solomon Islands Financial Intelligence Unit b. Qatar Financial Information Unit c. UAE Financial Intelligence Unit d. The State Bank of Vietnam 4. Terselenggaranya Asistensi/Koordinasi Penanganan TPPU Dengan Aparat Penegak Hukum PPATK selalu berupaya untuk membantu aparat penegak hukum dan instansi terkait lainnya dalam menangani tindak pidana pencucian uang pada khususnya. Sehubungan dengan hal tersebut, maka PPATK telah merencanakan beberapa kegiatan koordinasi dalam rangka pencegahan dan pemberantasan TPPU dan pendanaan terorisme baik secara nasional maupun internasional. Pada tahun 2010, PPATK merencanakan untuk memberikan asistensi kepada 7 Kepolisian Daerah dan realisasi pelaksanaan kegiatan tersebut mencapai 140% atau terlaksana melebihi dari target yang direncanakan. Adapun kegiatan asistensi yang telah dilaksanakan selama tahun 2010 meliputi : a. Polda Sumatera Utara, b. Polda Sulawesi Selatan, c. Polda Aceh, d. Polda Kalimantan Timur, e. Polda Nusa Tenggara Barat, f. Polda Jambi g. Polda Surabaya. Melalui kegiatan asistensi ini, PPATK bertujuan untuk menjelaskan mekanisme permintaan informasi kepada PPATK serta membantu pihak Polda dalam hal penanganan kasus, khususnya untuk kasus-kasus terkait TPPU dan Pendanaan Terorisme. Terlaksananya kegiatan asistensi ke Polda-Polda 36

46 dikarenakan meningkatnya permintaan dari Polda-Polda kepada PPATK untuk memperdalam pengetahuan para aparat penegak hukum dalam melakukan penyelidikan dan penyidikan di bidang TPPU dan Pendanaan Terorisme. Namun, terdapat pula kendala yang dihadapi yaitu dalam berkoordinasi dengan penyidik yang langsung menangani Hasil Analisis PPATK di Polda dikarenakan adanya kebijakan rotasi terhadap penyidik di internal Polri. Adapun solusi yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan koordinasi yang baik dengan penyidik lama dan penyidik baru yang menangani Hasil Analisis PPATK tersebut. 5. Tersampaikannya HA atas Inquiry Ke Penyidik Pada tahun 2010, PPATK merencanakan 200 pertukaran informasi dengan instansi domestik dan Financial Intellegence Unit (FIU). Realisasi kegiatan tersebut terkait dengan pertukaran informasi intelijen keuangan dengan instansi domestik dan luar negeri sebesar 140 pertukaran informasi atau 70% dari target. Adapun jumlah permintaan informasi (inquiry) yang ditindaklanjuti kepada penyidik dalam negeri dari Bulan Januari - Desember 2010 adalah sebanyak 91 Hasil Analisis. Tabel 3.9 Penyampaian Hasil Analisis Sedangkan pertukaran informasi yang dilakukan dengan FIU negara lain diantaranya adalah menerima permintaan informasi (incoming mutual request) sebanyak 49 kali, mengirimkan permintaan informasi (outgoing mutual request) sebanyak 5 kali, menerima informasi spontan (incoming sponteneous information) sebanyak 11 kali, dan mengirimkan informasi spontan (outgoing spontaneous 37

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.817, 2012 PPATK. Organisasi. Tata Kerja. PPATK. PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN NOMOR PER-07/1.01/PPATK/08/12 TENTANG ORGANISASI DAN

Lebih terperinci

Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan

Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan 2011 INTEGRITAS TANGGUNG JAWAB PROFESIONALISME KERAHASIAAN KEMANDIRIAN LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2011 Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan December 2011 PPATK Kata

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR : SP DIPA-78.1-/216 A. DASAR HUKUM : 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK SURAT PENGESAHAN NOMOR SP DIPA-078.01-0/AG/2014 DS 1701-7126-6142-9885 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. UU No. 23

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR DIPA-078.01-0/2013 DS 5976-2607-1781-0807 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR : SP DIPA-78.1-/217 A. DASAR HUKUM : 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan

Lebih terperinci

PENEGAKAN HUKUM. Bagian Kedelapan, Permintaan Keterangan Kepada PPATK (Berdasarkan Informasi PPATK

PENEGAKAN HUKUM. Bagian Kedelapan, Permintaan Keterangan Kepada PPATK (Berdasarkan Informasi PPATK Modul E-Learning 3 PENEGAKAN HUKUM Bagian Kedelapan, Permintaan Keterangan Kepada PPATK (Berdasarkan Informasi PPATK Maupun Hasil 3.8 Permintaan Keterangan Kepada PPATK (Berdasarkan Informasi PPATK Maupun

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2003 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2003 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2003 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2003 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2003 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2003 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

NILAI-NILAI DASAR PPATK

NILAI-NILAI DASAR PPATK NILAI-NILAI DASAR PPATK INTEGRITAS KERAHASIAAN TANGGUNG JAWAB KEMANDIRIAN PROFESIONAL KATA PENGANTAR Assalamualaikum Wr. Wb. Laporan Kinerja Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) merupakan

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) PPATK INTRAC RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) TAHUN 2010-2014 Jl. Ir. H. Juanda No. 35, Telp. : 3850455, 3853922, Fax. :3856809, 3856826, Jakarta INTEGRITAS TANGGUNG JAWAB PROFESIONALISME PPATK KERAHASIAAN

Lebih terperinci

1.4. Modul Mengenai Pengaturan Pemberantasan Pencucian Uang Di Indonesia

1.4. Modul Mengenai Pengaturan Pemberantasan Pencucian Uang Di Indonesia Modul E-Learning 1 PENGENALAN ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENDANAAN TERORISME Bagian Keempat. Pengaturan Pencegahan dan Pemberantasan Pencucian Uang di Indonesia Tujuan Modul bagian keempat yaitu Pengaturan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1105, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. Good Public Governance. Penyelenggaraan. PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2003 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2003 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2003 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

RANCANGAN PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

RANCANGAN PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG 47 RANCANGAN PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG I. UMUM Pembangunan rezim anti pencucian uang di Indonesia yang

Lebih terperinci

DAFTAR INFORMASI PUBLIK PPATK

DAFTAR INFORMASI PUBLIK PPATK NO Kode Klasifikasi Ringkasan Isi Informasi Pejabat/Unit/ Satker yang menguasai Informasi Penanggungj awab pembuatan atau penerbitan informasi Waktu dan tempat pembuatan informasi Format informasi yang

Lebih terperinci

ii DAFTAR TABEL iii DAFTAR GAMBAR v PERNYATAAN TELAH DIREVIU vi RINGKASAN EKSEKUTIF

ii DAFTAR TABEL iii DAFTAR GAMBAR v PERNYATAAN TELAH DIREVIU vi RINGKASAN EKSEKUTIF KATA PENGANTAR Assalamualaikum Wr. Wb. Dengan mengucap puji dan syukur kepada Allah SWT, kami telah menyelesaikan Laporan Kinerja Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK). Laporan kinerja

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

GUBERNUR BANK INDONESIA,

GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/ 3 /PBI/2010 TENTANG PENERAPAN PROGRAM ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME PADA PEDAGANG VALUTA ASING BUKAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Pusat Pelaporan Dan Analisis Transaksi Keuangan. Pertukaran. Informasi.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Pusat Pelaporan Dan Analisis Transaksi Keuangan. Pertukaran. Informasi. No.549, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Pusat Pelaporan Dan Analisis Transaksi Keuangan. Pertukaran. Informasi. PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN NOMOR: PER - 09/1.01/PPATK/11/2009

Lebih terperinci

2011, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN TENTANG PENERAPAN PRINSIP MENGENALI PENGGUNA

2011, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN TENTANG PENERAPAN PRINSIP MENGENALI PENGGUNA No.920, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. Kenali Pengguna Jasa. Pergadaian. Penerapan. PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

Lebih terperinci

REZIM ANTI PENCUCIAN UANG DI INDONESIA

REZIM ANTI PENCUCIAN UANG DI INDONESIA REZIM ANTI PENCUCIAN UANG DI INDONESIA PENCUCIAN UANG? PENCUCIAN UANG Upaya untuk menyembunyikan/menyamarkan harta kekayaan dari hasil tindak pidana sehingga harta kekayaan tersebut seolah-olah berasal

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 13/POJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 13/POJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 13/POJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.272, 2015 KEUANGAN OJK. Bank Perkreditan Rakyat. Manajemen Risiko. Penerapan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5761). PERATURAN

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG I. UMUM. Berbagai kejahatan, baik yang dilakukan oleh orang perseorangan maupun oleh korporasi

Lebih terperinci

2 dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan tentang Pengenaan Sa

2 dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan tentang Pengenaan Sa BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1821, 2014 PPATK. Sanksi Administratif. Kewajiban Pelaporan. Pelanggaran. PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN NOMOR PER. 14 /1.02/PPATK/11/14

Lebih terperinci

TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

Direksi Perusahaan Efek yang Melakukan Kegiatan Usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan Perantara Pedagang Efek SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN

Direksi Perusahaan Efek yang Melakukan Kegiatan Usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan Perantara Pedagang Efek SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN Yth. Direksi Perusahaan Efek yang Melakukan Kegiatan Usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan Perantara Pedagang Efek di tempat SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.04/20.. TENTANG LAPORAN PENERAPAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

V PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN (PPATK)

V PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN (PPATK) Lampiran Keputusan Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan Nomor: P e d o m a n V PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN (PPATK) Pedoman Identifikasi Transaksi Keuangan Mencurigakan

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/ 3 /PBI/2010 TENTANG PENERAPAN PROGRAM ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME PADA PEDAGANG VALUTA ASING BUKAN BANK I. UMUM Dengan semakin

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.21, 2010 PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. Informasi Publik. Keterbukaan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.21, 2010 PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. Informasi Publik. Keterbukaan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.21, 2010 PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. Informasi Publik. Keterbukaan. PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN NOMOR : PER-

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/22/PBI/2010 TENTANG PEDAGANG VALUTA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/22/PBI/2010 TENTANG PEDAGANG VALUTA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/22/PBI/2010 TENTANG PEDAGANG VALUTA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam upaya turut memelihara dan mendukung pencapaian

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENDANAAN TERORISME

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENDANAAN TERORISME UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENDANAAN TERORISME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

RANCANGAN POJK TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

RANCANGAN POJK TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH RANCANGAN POJK TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR XX/POJK.03/2018 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PEMBIAYAAN

Lebih terperinci

Matriks Rancangan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Matriks Rancangan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Perkreditan Rakyat (BPR) PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR../ /POJK/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN PENJELASAN ATAS PERATURAN DEWAN KOMISIONER NOMOR../.../POJK/2015

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMBATASAN TRANSAKSI PENGGUNAAN UANG KARTAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMBATASAN TRANSAKSI PENGGUNAAN UANG KARTAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMBATASAN TRANSAKSI PENGGUNAAN UANG KARTAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk mewujudkan tujuan

Lebih terperinci

KESEPAKATAN BERSAMA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN NOMOR : 02/KB/I-VII.

KESEPAKATAN BERSAMA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN NOMOR : 02/KB/I-VII. KESEPAKATAN BERSAMA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN NOMOR : 02/KB/I-VII.3/09/2006 NOMOR : NK-1/1.02/PPATK/09/06 TENTANG KERJASAMA DALAM

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.737, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Pengawasan. Pelaksanaan. Tata Cara Tetap. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 91 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA TETAP

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2016 TENTANG PEMBAWAAN UANG TUNAI DAN/ATAU INSTRUMEN PEMBAYARAN LAIN KE DALAM ATAU KE LUAR DAERAH PABEAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. Centre (INTRAC) memiliki kewenangan dalam membangun rezim pencucian

BAB IV PENUTUP. Centre (INTRAC) memiliki kewenangan dalam membangun rezim pencucian BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian pada penjelasan bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan yaitu: 1. Dalam mencegah terjadinya tindak pidana pencucian, PPATK atau yang disebut sebagai

Lebih terperinci

Peranan hasil..., Ni Komang Wiska Ati Sukariyani, FH UI, 2010.

Peranan hasil..., Ni Komang Wiska Ati Sukariyani, FH UI, 2010. BAB IV PERANAN HASIL ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN DALAM PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG 4.1. Peranan Pusat Pelaporan dan Analisis

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.116, 2010 PERBANKAN. BANK INDONESIA. Bank Syariah. Bank Pengkreditan Rakyat. Program Anti Pencucian Uang. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang No.349, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN. OJK. Tata Kelola. Terintegrasi. Konglomerasi. Penerapan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5627) PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

Direksi Perusahaan Efek yang Melakukan Kegiatan Usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan/atau Perantara Pedagang Efek SALINAN

Direksi Perusahaan Efek yang Melakukan Kegiatan Usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan/atau Perantara Pedagang Efek SALINAN - Yth. Direksi Perusahaan Efek yang Melakukan Kegiatan Usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan/atau Perantara Pedagang Efek di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 55 /SEOJK.04/2017

Lebih terperinci

BAB 7 PENUTUP. Universitas Indonesia 112

BAB 7 PENUTUP. Universitas Indonesia 112 BAB 7 PENUTUP 7.1. Kesimpulan Upaya Indonesia agar tetap berada di luar daftar NCCTs merupakan suatu kajian yang sangat menarik oleh karena itu dalam penelitian ini peneliti berusaha menganalisa mengenai

Lebih terperinci

2017, No pemberantasan tindak pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme sehingga perlu diganti; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaim

2017, No pemberantasan tindak pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme sehingga perlu diganti; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaim No.1872, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PPATK. Penyedia Jasa Keuangan. Penghentian Sementara dan Penundaan Transaksi. Pencabutan. PERATURAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN NOMOR

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA Nomor: 7/25/PBI/2005 TENTANG SERTIFIKASI MANAJEMEN RISIKO BAGI PENGURUS DAN PEJABAT BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA Nomor: 7/25/PBI/2005 TENTANG SERTIFIKASI MANAJEMEN RISIKO BAGI PENGURUS DAN PEJABAT BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA Nomor: 7/25/PBI/2005 TENTANG SERTIFIKASI MANAJEMEN RISIKO BAGI PENGURUS DAN PEJABAT BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kondisi eksternal dan internal perbankan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.806, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. Informasi. Permintaan. Tata Cara. PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN NOMOR PER-08/1.02/PPATK/05/2013

Lebih terperinci

No pelanggaran berat terhadap hak asasi manusia, terutama hak untuk hidup. Rangkaian tindak pidana terorisme yang terjadi di wilayah Negara Ke

No pelanggaran berat terhadap hak asasi manusia, terutama hak untuk hidup. Rangkaian tindak pidana terorisme yang terjadi di wilayah Negara Ke TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5406 HUKUM. Pidana. Pendanaan. Terorisme. Pencegahan. Pemberantasan. Pencabutan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 50) PENJELASAN ATAS

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I KEUANGAN. Daerah Pabean Indonesia. Uang Tunai. Instrumen Pembayaran Lain. Pembawaan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 366). PENJELASAN ATAS

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENGAWASAN KEPATUHAN DAN PEMANTAUAN TINDAK LANJUT HASIL PENGAWASAN KEPATUHAN

Lebih terperinci

2012, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan: 1. Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan yang selanjut

2012, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan: 1. Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan yang selanjut No.927, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. Audit. Kepatuhan. Khusus. Tata Cara. PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN NOMOR

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN /SEOJK.04/20... TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA MANAJER INVESTASI

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN /SEOJK.04/20... TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA MANAJER INVESTASI Yth. Direksi Manajer Investasi di tempat SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.04/20... TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA MANAJER INVESTASI Dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal... Peraturan

Lebih terperinci

Volume 19 Thn II/2011 BULLETIN STATISTIK PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. (Periode Sampai dengan Bulan September 2011)

Volume 19 Thn II/2011 BULLETIN STATISTIK PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. (Periode Sampai dengan Bulan September 2011) Volume 19 Thn II/2011 PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN BULLETIN STATISTIK (Periode Sampai dengan Bulan September 2011) Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan Jakarta, Oktober 2011

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PEMBATASAN TRANSAKSI UANG KARTAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PEMBATASAN TRANSAKSI UANG KARTAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PEMBATASAN TRANSAKSI UANG KARTAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk mewujudkan

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/ 15 /PBI/2014 TENTANG KEGIATAN USAHA PENUKARAN VALUTA ASING BUKAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/ 15 /PBI/2014 TENTANG KEGIATAN USAHA PENUKARAN VALUTA ASING BUKAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/ 15 /PBI/2014 TENTANG KEGIATAN USAHA PENUKARAN VALUTA ASING BUKAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. b. c. d. bahwa penyelenggara

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 9/11/PBI/2007 TENTANG PEDAGANG VALUTA ASING GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 9/11/PBI/2007 TENTANG PEDAGANG VALUTA ASING GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 9/11/PBI/2007 TENTANG PEDAGANG VALUTA ASING GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam upaya turut memelihara dan mendukung pencapaian stabilisasi nilai rupiah,

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/22/PBI/2010 TENTANG PEDAGANG VALUTA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/22/PBI/2010 TENTANG PEDAGANG VALUTA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/22/PBI/2010 TENTANG PEDAGANG VALUTA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam upaya turut memelihara dan mendukung pencapaian

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2015 TENTANG PRAKTIK AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2015 TENTANG PRAKTIK AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2015 TENTANG PRAKTIK AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, JANUARI 2017 Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Inspektorat

Lebih terperinci

NOTA KESEPAHAMAN ANTARA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

NOTA KESEPAHAMAN ANTARA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN NOTA KESEPAHAMAN ANTARA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN NOMOR NOMOR : MOU-418/K/D6/2007 : NK-06/1.02/PPATK/04/07 TENTANG KERJASAMA

Lebih terperinci

- 1 - LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 7 /SEOJK.03/2016 TENTANG STANDAR PELAKSANAAN FUNGSI AUDIT INTERN BANK PERKREDITAN RAKYAT

- 1 - LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 7 /SEOJK.03/2016 TENTANG STANDAR PELAKSANAAN FUNGSI AUDIT INTERN BANK PERKREDITAN RAKYAT - 1 - LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 7 /SEOJK.03/2016 TENTANG STANDAR PELAKSANAAN FUNGSI AUDIT INTERN BANK PERKREDITAN RAKYAT - 2 - PEDOMAN STANDAR PELAKSANAAN FUNGSI AUDIT INTERN BANK

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.955, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Pedoman. PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN TENTANG PRAKTIK AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN TENTANG PRAKTIK AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 20152014 TENTANG PRAKTIK AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN TAHUN ANGGARAN. Jl. Ir. H. Juanda No. 35 Jakarta Pusat

LAPORAN KINERJA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN TAHUN ANGGARAN. Jl. Ir. H. Juanda No. 35 Jakarta Pusat LAPORAN KINERJA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN TAHUN ANGGARAN 2017 Jl. Ir. H. Juanda No. 35 Jakarta Pusat www.ppatk.go.id Laporan Kinerja Tahun 2017 PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 18/POJK.03/2014 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 18/POJK.03/2014 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 18/POJK.03/2014 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kejahatan yang menghasilkan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.53, 2016 KEUANGAN OJK. Bank. Manajemen Risiko. Penerapan. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5861). PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

-1- LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN EFEK YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA SEBAGAI PENJAMIN EMISI EFEK DAN PERANTARA PEDAGANG EFEK

-1- LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN EFEK YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA SEBAGAI PENJAMIN EMISI EFEK DAN PERANTARA PEDAGANG EFEK -1- LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 55 /SEOJK.04/2017 TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN EFEK YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA SEBAGAI PENJAMIN EMISI EFEK DAN PERANTARA

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tam

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tam No. 2005, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Dekonsentrasi. Pelimpahan dan Pedoman. TA 2017. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2016

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PELIMPAHAN DAN PEDOMAN PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI BIDANG PENGENDALIAN PELAKSANAAN PENANAMAN MODAL

Lebih terperinci

LAPORAN TAHUNAN

LAPORAN TAHUNAN LAPORAN TAHUNAN 2 0 1 3 PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN (PPATK) JANUARI, 2014 iii DAFTAR ISI DAFTAR ISI iv KATA PENGANTAR v PELAKSANAAN PROGRAM KERJA 1 I. PENDAHULUAN 1 A. Tugas Pokok PPATK

Lebih terperinci

Universitas Indonesia Peranan pusat..., Utami Triwidayati, FHUI, Mardjono Reksodiputro, Disampaikan pada diskusi penelitian Optimalisasi

Universitas Indonesia Peranan pusat..., Utami Triwidayati, FHUI, Mardjono Reksodiputro, Disampaikan pada diskusi penelitian Optimalisasi 65 BAB 4 PERANAN DAN HAMBATAN DALAM PELAKSANAAN FUNGSI PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN (PPATK) DALAM MENCEGAH DAN MEMBERANTAS TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG 4.1. Peranan Pusat Pelaporan Dan

Lebih terperinci

Laporan Tahunan Tahun 2003 Pusat Pelaporan Dan Analisis Transaksi Keuangan

Laporan Tahunan Tahun 2003 Pusat Pelaporan Dan Analisis Transaksi Keuangan Laporan Tahunan Tahun 2003 Pusat Pelaporan Dan Analisis Transaksi Keuangan Daftar Isi Ringkasan Eksekutif... iii Sambutan Kepala PPATK...viii Peristiwa Penting Tahun 2003...xi Pelaksanaan Tugas... 1 1.

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/ 20 /PBI/2010

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/ 20 /PBI/2010 PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/ 20 /PBI/2010 TENTANG PENERAPAN PROGRAM ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT DAN BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PELIMPAHAN DAN PEDOMAN PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI BIDANG PENGENDALIAN PELAKSANAAN PENANAMAN MODAL TAHUN ANGGARAN 2018 DENGAN

Lebih terperinci

RANCANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESI

RANCANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESI RANCANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESI ------------------------------ LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT KOMISI III DPR RI DENGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN (PPATK)

Lebih terperinci

2017, No Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); M

2017, No Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); M No.73, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PEMERINTAH DAERAH. Penyelenggaraan. Pembinaan. Pengawasan. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6041) PERATURAN

Lebih terperinci

LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 15 /SEOJK.05/2016 TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN

LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 15 /SEOJK.05/2016 TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 15 /SEOJK.05/2016 TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PEMBIAYAAN - 1 - PENILAIAN SENDIRI (SELF ASSESSMENT) ATAS

Lebih terperinci

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN, - 1 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 57 /POJK.04/2017 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN EFEK YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA SEBAGAI PENJAMIN EMISI EFEK DAN PERANTARA PEDAGANG EFEK

Lebih terperinci

2016, No Indonesia ke Otoritas Jasa Keuangan; g. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf f, perlu

2016, No Indonesia ke Otoritas Jasa Keuangan; g. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf f, perlu No.298, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Syariah. Unit Usaha. Bank Umum. Manajemen Risiko. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5988) PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT BADAN PPSDM KESEHATAN TAHUN 2014

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT BADAN PPSDM KESEHATAN TAHUN 2014 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT BADAN PPSDM KESEHATAN TAHUN 2014 BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2015 KATA PENGANTAR D engan memanjatkan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 24/POJK.04/2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN FUNGSI-FUNGSI MANAJER INVESTASI

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 24/POJK.04/2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN FUNGSI-FUNGSI MANAJER INVESTASI OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 24/POJK.04/2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN FUNGSI-FUNGSI MANAJER INVESTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2017 TENTANG LAPORAN BERKALA DANA PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2017 TENTANG LAPORAN BERKALA DANA PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2017 TENTANG LAPORAN BERKALA DANA PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/ 20 /PBI/2010 TENTANG PENERAPAN PROGRAM ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT DAN BANK PEMBIAYAAN RAKYAT

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG PIHAK PELAPOR DALAM PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG PIHAK PELAPOR DALAM PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG PIHAK PELAPOR DALAM PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN, No.960, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. Identifikasi Transaksi. Jasa Keuangan. Mencurigakan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Berita Negara

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

2013, No.50 2 Mengingat c. bahwa Indonesia yang telah meratifikasi International Convention for the Suppression of the Financing of Terrorism, 1999 (K

2013, No.50 2 Mengingat c. bahwa Indonesia yang telah meratifikasi International Convention for the Suppression of the Financing of Terrorism, 1999 (K LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.50, 2013 HUKUM. Pidana. Pendanaan. Terorisme. Pencegahan. Pemberantasan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5406) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci