KAJIAN DAYA SAING KONTRAKTOR BESAR INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN DAYA SAING KONTRAKTOR BESAR INDONESIA"

Transkripsi

1 Konferensi Nasional Teknik Sipil 11 Universitas Tarumanagara, Oktober 2017 KAJIAN DAYA SAING KONTRAKTOR BESAR INDONESIA Peter Kaming 1, Ferianto Raharjo 2, dan Putu Ika Swantari 1 1 Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Jalan Babarsari 44, PO Box 1086, Yogyakarta, kaming@mail.uajy.ac.id 2 Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Jalan Babarsari 44, PO Box 1086, Yogyakarta, feri@mail.uajy.ac.id ABSTRAK Industri jasa kontruksi adalah bisnis yang penuh dengan persaingan ketat. Banyaknya jumlah perusahaan yang bergerak di bidang jasa konstruksi terutama kontraktor, mengakibatkan tingginya persaingan antara masing-masing perusahaan tersebut. Sejalan dengan kondisi meningkatnya persaingan, maka perusahaan jasa konstruksi dituntut untuk selalu meningkatkan daya saingnya dalam bentuk kompetensi dan kinerjanya. Oleh sebab itu sangatlah penting untuk meneliti karakteristik dari perusahaan jasa konstruksi dalam mengembangkan usahanya serta meningkatkan daya saing di pasar global. Salah satu faktor yang mempengaruhi dan menjadi penentu kesuksesan perusahaan jasa konstruksi, yaitu faktor internal. Faktor internal merupakan salah satu faktor yang penting di dalam menentukan strategi untuk pengembangan perusahaan. Faktor internal ini antara lain terdiri dari manajemen, budaya perusahaan, sumber daya manusia, keuangan, dan sumber daya lainnya. Tujuan dari studi ini adalah mengidentifikasi key performance indicator perusahaan dan memetakan posisi daya saing kontraktor-kontraktor besar Indonesia. Metode analisis dilakukan secara deskriptif untk identifikasi daya saing dan dilanjutkan dengn teknik multiple dimensional untuk memetakan posisi daya saing kontraktor Indonesia. Dari sebanyak 21 kontraktor nasional berpartisipasi dalam studi ini menunjukkan bahwa lima faktor yang paling mempengaruhi daya saing kontraktor Indonesia adalah: manajemen K3 dan lingkungan; rekaman kinerja proyek; manajemen kontrak dan resiko; kualitas sumber daya manusia; dan tingkat kredibilitas dari kontraktor. Sedangkan hasil pemetaan dari 21 kontraktor menghasilkan 4 kelompok mencirikan kemiripan karakteristik dan faktor-faktor internal yang mempengaruhi keunggulan daya saing antar perusahaan. Kata kunci : kontraktor Indonesia, daya saing, strategi, key performance indicator, multidimensional scaling 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan industri kontraktor pada beberapa tahun terakhir ini memang menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Pertumbuhan sektor konstruksi diperkirakan dapat mencapai 10% - 15% seiring program Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) hingga Saat ini rata-rata pertumbuhan sektor tersebut per tahun mencapai 7% - 8%. Dari keadaan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa industri konstruksi merupakan salah satu industri yang menjanjikan hingga 10 tahun ke depan. Ditambah lagi dengan adanya dukungan dari pemerintah yang mendorong sinergi antara kontraktor kecil, menengah, dan besar untuk menggarap proyek-proyek tersebut. Selain itu, dengan akan diadakannya AFTA pada tahun 2015 dimana akan dibentuk suatu kawasan perdagangan bebas di antara anggota-anggota ASEAN dan Cina, membuat industri kontraktor akan menjadi pusat perhatian investor dari luar negeri. Dengan adanya pasar bebas, maka akses yang dimiliki oleh investor asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia akan sangat besar. Hal ini didukung dengan bukti jumlah perusahaan yang bergerak di bidang kontraktor dimana hingga saat ini, di Indonesia, terdapat sekitar unit usaha.tentunya dengan jumlah unit usaha yang sangat banyak ini, persaingan antar masing-masing perusahaan yang bergerak di industri konstruksi tersebut pastinya sangatlah tinggi. Industri kontraktor itu sendiri adalah industri yang bergerak dalam bidang jasa konstruksi. Jasa konstruksi dapat didefinisikan sebagai layanan jasa konsultasi perencanaan pekerjaan konstruksi, layanan jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi, dan layanan jasa konsultasi pengawasan pekerjaan konstruksi. Melihat dari banyaknya jaringan bisnis yang ada pada sebuah industri konstruksi, maka dapat MK - 27

2 dipastikan hal ini akan menjadi fokus utama persaingan. Semakin lengkap jaringan bisnis pada sebuah perusahaan yang bergerak di industri konstruksi, maka semakin tinggi pula daya saing yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Beberapa faktor yang mempengaruhi dan menjadi penentu kesuksesan perusahaan jasa konstruksi, yaitu faktor internal, faktor eksternal dan market forces. Faktor internal perusahaan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dan mempunyai pengaruh sebesar 42% terhadap kesuksesan perusahaan. Pengaruh faktor internal terhadap kesuksesan suatu perusahaan khususnya perusahaan jasa konstruksi didominasi oleh manajemen, peralatan, sumber daya manusia, budaya perusahaan, dan keuangan. Faktor internal merupakan salah satu faktor yang penting di dalam menentukan strategi untuk pengembangan perusahaan. Faktor internal ini antara lain terdiri dari manajemen, budaya perusahaan, sumber daya manusia, keuangan, dan sumber daya lainnya (Das & Teng, 2000). Sejalan dengan meningkatnya persaingan, maka menuntut perusahaan jasa konstruksi untuk selalu meningkatkan kualifikasi dan kinerjanya, mengingat persaingan dan banyaknya pesaing yang ada. Melihat hal tersebut, maka sangatlah penting untuk meneliti karakteristik dari perusahaan jasa konstruksi dalam mengembangkan usahanya serta meningkatkan daya saing di pasaran global. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. indikator apa saja yang mempengaruhi keunggulan bersaing perusahaan kontraktor besar di Indonesia? 2. bagaimana karakteristik perusahaan kontraktor besar di Indonesia? 3. bagaimana mapping perusahaan kontraktor besar di Indonesia berdasarkan karakteristik dan Key Competitiveness Indicators? Batasan Masalah Batasan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. penelitian ini hanya dilakukan pada kontraktor golongan besar di Indonesia; 2. obyek studi yang dibahas hanya pada key competitiveness indicators (KCIs) dan karakteristik perusahaan kontraktor besar di Indonesia; 3. penelitian dilakukan berdasarkan sudut pandang top manager perusahaan jasa konstruksi. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. mengidentifikasi key competitiveness indicator perusahaan kontraktor besar di Indonesia; 2. mengidentifikasi karakteristik perusahaan kontraktor besar di Indonesia; 3. mebuat mapping perusahaan kontraktor besar di Indonesia berdasarkan karakteristik dan key competitiveness indicators (KCIs). 2. TINJUAN PUSTAKA Industri Jasa Konstruksi di Indonesia Industri jasa konstruksi adalah industri yang mencakup semua pihak yang terkait dengan proses konstruksi, termasuk tenaga profesi, pelaksana konstruksi dan juga para pemasok yang bersama-sama memenuhi kebutuhan pelaku dalam industry (Hillebrandt, 2000). Jasa konstruksi adalah jasa yang menghasilkan prasarana dan sarana fisik. Jasa tersebut meliputi kegiatan studi, penyusunan rencana teknis/rancang bangun, pelaksanaan dan pengawasan serta pemeliharaannya. Prasarana dan sarana fisik merupakan landasan pertumbuhan sektor-sektor dalam pembangunan nasional, termasuk di sektor pertambangan, serta jasa konstruksi berperan pula sebagai penyedia lapangan kerja, maka jasa konstruksi penting dalam pembangunan nasional (Parikesit, dkk. 2007). Sebelum terjadi krisis moneter, sektor jasa konstruksi mengalami pertumbuhan yang cukup fantastik sehingga merupakan salah satu motor penggerak sektor perekonomian yang utama. Kontraktor Besar Menurut LPJK Kontraktor adalah salah satu jasa di industri konstruksi menurut UU no 2 tahun Adapun lingkup dan besarnya jasa yang dilayani ditentukan dengan kualifikasinya. Adapun kualifikasi Badan Usaha Jasa Golongan Besar menurut Peraturan Lembaga LPJK No 11a Tahun 2008 adalah sebagai berikut ini. Golongan Besar I meliputi kriteria: 1) Kekayaan bersih: Lebih dari Rp 10 milyar sampai dengan Rp 50 milyar. 2) Pengalaman: a) Untuk setiap subklasifikasi yang dimiliki, Nilai Pengalaman Tertinggi selama kurun waktu 10 tahun terakhir sekurang-kurangnya adalah Rp Milyar pada pekerjaan subkualifikasi usaha Menengah 2 (M2) dan MK - 28

3 wajib memiliki PJBU (Penanggungjawab Badan Usaha), PJT (Penanggungjawab Teknik) dan PJK (Penangungjawab Klasifikasi) secara terpisah; b) Untuk setiap subklasifikasi yang dimiliki, nilai kumulatif pekerjaan selama kurun waktu 10 tahun sekurang-kurangnya adalah Rp 50 milyar pada subkualifikasi usaha Menengah 2 (M2) dan untuk setiap Klasifikasi memiliki PJK yang tidak boleh merangkap (PJK minimal memiliki sertifikat setara PJT). 3) PJT: 1 orang bersertifikat minimal SKA tingkat madya. 4) PJBU: Wajib memiliki PJBU yang terpisah dari PJT dan PJK. 5) Kemampuan Melaksanakan Pekerjaan: 0 sampai dengan Rp 250 Milyar. 6) Batasan Nilai Satu Pekerjaan: Maksimum Rp 250 Milyar. 7) Jumlah Paket: 6 atau 1.2 x N. 8). Maksimum jumlah subklasifikasi dan klasifikasi: Maksimum 14 Subklasifikasi dalam 4 klasifikasi yang berbeda. Golongan Besar II meliputi kriteria: 1) Kekayaan bersih: Lebih dari Rp 50 milyar sampai dengan tak terbatas. 2) Pengalaman: a) untuk setiap subklasifikasi yang dimiliki, Nilai Pengalaman Tertinggi selama kurun waktu 10 tahun terakhir sekurang-kurangnya adalah Rp83.33 Milyar pada pekerjaan subkualifikasi usaha besar 1(B1); dan Wajib memiliki PJBU, PJT dan PJK secara terpisah; b) Untuk setiap subklasifikasi yang dimiliki, nilai kumulatif pekerjaan selama kurun waktu 10 tahun sekurang-kurangnya adalah Rp 250 Milyar pada subkualifikasi usaha Besar1 (B1) dan Untuk setiap Klasifikasi memiliki PJK yang tidak boleh merangkap (PJK minimal memiliki sertifikat setara PJT). 3) PJT: 1 orang bersertifikat minimal SKA tingkat utama atau SKA (Sertifikat Keahlian Ahli) tingkat Madya. 4) PJBU: Wajib memiliki PJBU yang terpisah dari PJT dan PJK. 5) Kemampuan Melaksanakan Pekerjaan: 0 sampai dengan tak terbatas. 6) Batasan Nilai Satu Pekerjaan: Tak Terbatas. 7) Jumlah Paket: 6 atau 1.2 x N. 8) Maksimum jumlah subklasifikasi dan klasifikasi: Tak Terbatas. Daya Saing (Competitiveness) Istilah daya saing berasal dari kata daya yang bermakna kekuatan, dan kata saing yang berarti mencapai lebih dari yang lain, atau beda dengan yang lain dari segi mutu, atau memiliki keunggulan tertentu. Artinya daya saing dapat bermakna kekuatan untuk berusaha menjadi unggul dalam hal tertentu yang dilakukan oleh kelompok atau institusi tertentu. Konsep daya saing mengacu pada kemampuan untuk mencapai dominasi dan kemantapan dalam kompetisi antara perusahaan individual dan pesaing ditingkat mikro (perusahaan) dan antara ekonomi pada tingkat ekonomi makro (Markus, 2008). Daya saing (competitiveness) dapat dibagi menjadi 3 (tiga) tingkat hirarki yaitu negara (makro), sektor industri (meso) dan perusahaan (mikro) (Momaya dan Selbi, 1998). Daya saing negara didefinisikan sebagai suatu lingkungan nasional yang dapat membangun bisnis. Daya saing sektor didefinisikan sebagai sektor bisnis yang menawarkan potensi untuk tumbuh dan ROI (return oninvestment) yang menarik. Konsep ini bisa didefinisikan sebagai kemampuan kolektif perusahaan untuk bersaing secara internasional. Daya saing perusahaan didefinisikan sebagai kemampuan untuk mendesain, memproduksi, dan memasarkan produk yang lebih superior dibanding pesaingnya, dengan mempertimbangkan harga dan kualitas. Menurut Kadin (2002), kondisi-kondisi yang diperlukan untuk mencapai industri jasa konstruksi yang kuat dan tangguh yaitu: 1. Tersedianya tenaga manajemen maupun tenaga ahli yang profesional dalam jumlah yang cukup. 2. Bahan baku/material yang distandardisasi secara nasional dan diproduksi sesuai dengan kebutuhan. 3. Peralatan konstruksi harus diperoleh dengan mudah dan kompetitif. 4. Sistem informasi industri jasa konstruksi yang tepat dan terbuka mulai dari konsepsi proyek sampai saat-saat pelelangan. 5. Pengenalan terhadap metode-metode konstruksi yang mutakhir dan efisien sehingga dapat unggul dalam pelelangan internasional. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang mengalami beberapa permasalahan yang sering terjadi pada industri jasa konstruksi yang mengakibatkan rendahnya daya saing, yaitu: 1. Buruknya sikap mental dan perilaku oknum. Menurut Pranoto (2005), yang menjadi penyebab berbagai permasalahan di sektor konstruksi dan investasi diindonesia adalah adanya korupsi, kolusi dan nepotisme, monopoli dan praktek persaingan usaha yang tidak sehat yang merupakan akibat dari bobroknya moral dan sikap mental (attitude) dan buruknya perilaku oknum. 2. Kurangnya daya saing dengan kontraktor asing akibat keterbatasan dana dan teknologi. Menurut penjelasan Sutjipto (1991), fasilitas jaminan bank kontraktor Indonesia masih sering ditolak oleh pemilik proyek di luar negeri yang menyebabkan kontraktor nasional masih sangat kesulitan untuk bersaing dengan kontraktor asing yang mampu memperoleh finansial dengan bunga rendah di negaranya. Selain itu, akibat keterbatasan kemampuan pemerintah maupun swasta untuk membiayai pembangunan proyek-proyeknya dengan anggaran dalam negeri, maka menyebabkan hampir semua proyek-proyek besar milik pemerintah maupun swasta dibiayai oleh dana pinjaman luar negeri. Dengan menggunakan alasan bahwa kontraktor nasional belum berpengalaman dan berkemampuan dalam teknologinya, investor asing cenderung membawa kontraktor dari negaranya. Akibatnya, secara otomatis kontraktor-kontraktor asing masuk bersama dengan datangnya pinjaman luar negeri tersebut. MK - 29

4 3. Kesadaran masyarakat akan manfaat dan pentingnya peran jasa konstruksi bagi kepentingannya masih perlu ditumbuh kembangkan (Trisnowardono, 2002). Indikator Kunci Daya Saing Perusahaan Jasa Konstruksi Berdasarkan penelitian Langford dan Male (2001), dijelaskan beberapa indikator kunci daya saing (key competitive indicators) perusahaan jasa konstruksi seperti ditampilkan pada Tabel 1. Tabel 1. Key Competitive Indicators Menurut Langdon dan Male (2001). 1. Corporate Image a. Organization's credibility b. Qualification of the company c. Project performance record 2. Technology and innovation a. Technology know-how b. Technology advancement c. Investment on R&D d. Conversant with local practice 3. Marketing capability a. Market coverage b. Procurement ability c. Ability to forecast market changes d. Relationship with clients and consultants 4. Financial capability a. Financial status b. Credibility grade c. Payment to subcontractors or suppliers d. Loan repayment 5. Project management skill a. Site progress management b. Quality control c. Coordination with subcontractors d. Contract and risk management e. Environmental and safety management f. Knowledge about local construction law 6. Organization & Human resource a. Organizational structure and culture b. Quality of personnel c. Effectiveness of training program d. Effectiveness of internal cooperation 3. METODE PENELITIAN Yang menjadi objek atau sasaran dalam melakukan penelitian ini yaitu perusahaan perusahaan kontraktor golongan besar dan respondennya adalah bagian top manajemen dari perusahaan tersebut yang akan bertindak sebagai responden. Pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner kepada manajer di perusahaan konstruksi. Komposisi kuisioner berisi tentang: 1) Data diri responden, yang meliputi nama, umur, pendidikan terakhir, alamat perusahaan, posisi responden di perusahaan, masa kerja responden dan kualifikasi/gred kontraktor. 2) Isi kuisioner ini berisi tentang pertanyaan mengenai karakteristik perusahaan berdasarkan kualifikasi badan usaha jasa konstruksi dan seberapa penting key competitiveness indicator pada perusahaan tersebut. Metode analisis data untuk mengidentifikasikan indikator kunci daya saing digunakan statistik deskriptif. Selanjutnya untuk pemetaan posisi kontraktor besar Indonesia dengan menggunakan analisis Multidimensional Scaling (MDS). Analisis multidimensional scaling merupakan salah satu teknik peubah ganda yang dapat digunakan untuk menentukan posisi suatu objek lainnya berdasarkan penilaian kemiripannya. MDS digunakan untuk mengetahui hubungan interdepensi atau saling ketergantungan antar variabel atau data. MDS dibedakan atas MDS berskala metrik dan MDS berskala non-metrik. Menurut Ginanjar (2008), untuk melakukan analisis data MDS digunakan nilai-nilai yang menggambarkan tingkat kemiripan atau tingkat ketakmiripan antar objek yang disebut proximity yang terbagi atas similarity (kemiripan) dan dissimilarity (ketakmiripan). Berdasarkan tipe data tersebut, MDS dibagi menjadi dua yaitu multidimensional scaling metrik dan multidimensional scaling non-metrik. Namun pada penelitian ini metode yang digunakan adalah multidimensional scaling metrik. Setelah pengelompokan dilakukan, selanjutnya dikaji kemiripan dan perbedaan dengan menggunakan Analysis of Variance (ANOVA). Setelah penyajian dan pembahasan tabel hasil survey, kemudian untuk tahap selanjutnya dilakukan analisis data. Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini adalah analisis multidimensional scaling yang tujuannya untuk menentukan posisi suatu objek dengan objek lain berdasarkan kemiripannya. Kemudian, dilakukan denganmencari perbedaan dengan ANOVA. Selanjutnya dilakukan dengan multiple comparison technique untuk mencari signifikansi perbedaan ke empat kelompok kontraktor. MK - 30

5 4. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Hasil Survei Dari 30 kuesioner yang disebarkan kepada calon responden, sebanyak 21 kuesioner telah dikembalikan dan diisi dengan tepat. Hasil survei disajikan pada penjelasan berikut. Berdasarkan jabatan responden yang dimiliki masingmasing perusahaan: Direktur Finance= 7 (33%); Kepala Cabang = 10 (48%); Project Manager = 4 (19%). Berdasarkan umur responden: tahun = 7 (33%); dan tahun = 14 (67%). Berdasarkan tingkat pendidikan responden S2 = 1 (5%); S1 = 20 (95%). Berdasarkan pengalaman kerja responden: 0 5 tahun= 3 (14%); > 5 15 tahun = 4 (19%); dan > tahun = 14 (67%). Analisis Key Competitiveness Indicator Perusahaan Kontraktor Besar di Indonesia Untuk mengetahui indicator apa saja yang mempengaruhi keunggulan bersaing perusahaan kontraktor besar di Indonesia maka digunakan analisis deskriptif dengan menggunakan analisis mean. Hasil tingkat indikator yang mempengaruhi keunggulan bersaing antar kontraktor dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 2. Tingkat Pengaruh Key Competitiveness Indicators terhadap Daya Saing Perusahaan Besar di Indonesia, Mean, SD, dan Rank dari Key Competitive Indicators. Key Competitiveness Indicators Mean SD Ranking 1. Corporate Image a. Organization s credibility 4,57 0,68 9 b. Qualification of the company 4,62 0,50 6 c. Project performance record 4,81 0, Technology and innovation a. Technology know-how 4,24 0,44 17 b. Technology advancement 4,57 0,51 7,5 c. Investment on R&D 4,05 0,74 24 d. Conversant with local practice 4,24 0, Marketing capability a. Market coverage 4,48 0,51 12 b. Procurement ability 4,14 0,48 20 c. Ability to forecast market changes 4,33 0,58 15 d. Relationship with clients and consultants 4,52 0,60 10,5 4. Financial capability a. Financial status 4,57 0,51 7,5 b. Credibility grade 4,67 0,48 5 c. Payment to subcontractors or suppliers 4,10 0,70 22,5 d. Loan repayment 4,05 0, Project management skill a. Site progress management 4,29 0,64 16 b. Quality control 4,38 0,67 13,5 c. Coordination with subcontractors 4,14 0,85 21 d. Contract and risk management 4,81 0,40 3 e. Environmental and safety management 4,86 0,48 1 f. Knowledge about local construction law 4,38 0,67 13,5 6. Organization and Human Resource a. Organizational structure and culture 4,10 0,70 22,5 b. Quality of personnel 4,81 0,40 3 c. Effectiveness of training program 4,19 0,60 19 d. Effectiveness of internal cooperation 4,52 0,60 10,50 Sumber: Data diadopsi dari Swantari (2015) Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 2 dari 21 kontraktor, indikator yang paling mempengaruhi dalam keunggulan bersaing antar kontraktor di Indonesia adalah 1) environmental dan safety management (mean 4,86 dan SD 0,48). Jika perusahaan konstruksi lalai dalam mengantisipasi kontaminasi terhadap lingkungan akibat efek dari pengerjaan proyek, maka perusahaan tersebut akan mengalami kerugian finansial yang besar jika hal ini benar terjadi. Hal ini tentu akan berpengaruh terhadap daya saing perusahaan jika perusahaan tersebut mengalami kerugian finansial sampai bangkrut. Manajemen keahlian proyek yang baik membantu kontraktor untuk mempertahankan dan MK - 31

6 meningkatkan efektivitas dalam operasi mereka dan memiliki keunggulan kompetitif dalam penawaran. Kemudian dilanjutkan rekam kinerja proyek/project performance record (mean 4,81 dan SD 0,40). Manajemen kontrak dan resiko/contract dan risk management yang artinya dalam proses tender, beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dalam kontrak. Jika perusahaan konstruksi lalai dalam memenuhi persyaratan ini, serta kurangnya perhatian terhadap resiko-resiko yang kemungkinan terjadi maka tipis kemungkinan untuk memenangkan tender, yang berarti daya saing perusahaan juga akan rendah (mean 4,81 dan SD 0,40) serta kualitas personil/quality of personnel maksudnya sumber daya manusia yang berkualitas merupakan modal utama perusahaan untuk dapat bersaing dengan perusahaan lainnya, karena dengan tenaga ahli yang berkualitas, perusahaan konstruksi dapat menghasilkan kualitas pekerjaan sesuai dengan keinginan dan harapan owner. Jika owner puas dengan hasil pekerjaan yang dihasilkan kontraktor, maka akan selalu diberikan kepercayaan untuk mengerjakan proyek. Hal ini tentunya akan meningkatkan daya saing dan profit perusahaan (mean 4,81 dan SD 0,40). Indikator kelima adalah merupakan tingkat kredibilitas/credibility grade (mean 4,67 dan SD 0,48). Karakteristik Perusahaan Jasa Konstruksi Kualifikasi Besar Untuk memudahkan dalam mendeskripsikan jawaban kuesioner tentang karakteristik perusahaan jasa konstruksi kualifikasi besar maka dikelompokan sesuai dengan faktor-faktor yang berhubungan dengan karakteristik jasa konstruksi kualifikasi besar seperti faktor personalia/sumber daya manusia, faktor keuangan, faktor pengalaman kerja, dan faktor peralatan. Faktor personalia/sumber daya manusia terdiri dari enam pertanyaan untuk mengetahui tingkat pendidikan penanggungjawab badan usaha, tingkat pendidikan penanggung jawab teknik badan usaha, sertifikat yang dimiliki oleh penanggung jawab teknik badan usaha, jumlah tenaga kerja, asal tenaga kerja serta status tenaga ahli yang dipekerjakan. Faktor keuangan terdiri dari tiga pertanyaan untuk mengetahui nilai proyek pekerjaan sepuluh tahun terakhir, kekayaan bersih, dan modal yang dimiliki. Faktor pengalaman kerja terdiri dari enam pertanyaan untuk mengetahui jumlah proyek pekerjaan yang dikerjakan dalam sepuluh tahun terakhir, pengguna jasa yang paling sering memakai jasa perusahaan, lama pengalaman di bidang konstruksi, sub bidang pekerjaan yang sering dikerjakan, sistem pengadaan dalam memperoleh pekerjaan, dan lingkup wilayah lelang yang diikuti. Faktor peralatan terdiri dari tiga pertanyaan untuk mengetahui status peralatan yang dimiliki, jumlah peralatan kerja yang dimiliki dan umur peralatan kerja yang dimiliki. Analisis Multidimension Scaling (MDS) Hasil dari pengolahan program MDS ini didapatkan koordinat (stimulus coordinates) masing-masing kontraktor besar di Indonesia yang ditunjukkan pada konfigurasi dijabarkan dalam 2 dimensi. Berdasarkan koordinat dari dua dimensi tersebut, dapat dihasilkan peta posisi dari masing-masing kontraktor besar dengan konfigurasi kelompok kontraktor yang memiliki kemiripan. Lihat Swanatri (2015). a. Kelompok 1: WIKA, HK, PP, WASKITA, ADHI dan TOTAL merupakan kelompok perusahaan kontraktor besar yang paling bersaing di Indonesia karena jarak titiknya yang berdekatan dan terletak di kuadran yang sama. Sedangkan SBBK walaupun terletak dikuadran yang sama tetapi jarak titiknya berjauhan dengan kontraktor besar lainnya ini berarti perusahaan tersebut kurang memiliki kemiripan karakteristik maupun persepsi indikator yang mengungguli persaingan antar kontraktor besar. b. Kelompok 2: TJS, PMU dan CHU merupakan kelompok perusahaan kontraktor besar yang kurang bersaing diantara ketiganya. Dilihat dari Jarak titik antara ketiga perusahaan berjauhan di kuadran yang sama artinya ketiga perusahaan ini tidak ada kemiripan dalam hal karakteristik maupun persepsi indicator yang mengungguli persaingan antar kontraktor besar. c. Kelompok 3: LB, TIB, SSR, SKS, AM dan TOM merupakan kelompok perusahaan kontraktor besar yang sedang bersaing di Indonesia karena jarak titiknya yang berdekatan dan terletak di kuadran yang sama. KK juga termasuk kelompok 3 karena jarak titiknya yang lebih dekat dengan SKS d. Kelompok 4: NRC, NINDYA dan ADP merupakan kelompok perusahaan kontraktor yang kurang bersaing dilihat dari jarak antar titik yang berjauhan. Perbandingan Karakteristik kelompok 1, kelompok 2, kelompok 3 dan Kelompok 4 dalam penelitian ini adalah tercantum pada Tabel 3. Lebih detail dapat di lihat di Swantari (2015). Tabel 3. Komparasi Daya Saing Empat Kelompok Kontraktor Berdasarkan Karakteristiknya. Kelompok MK - 32

7 Sumber: Swantari, (2015) Dari tabel 4.26 terlihat bahwa karakteristik perusahaan antara kelompok 1, kelompok 2 memiliki persamaan didalam melakukan persaingan (0,126). Jika dilihat pada lampiran profil perusahaan, persamaan yang dimiliki kedua kelompok ini ada pada sub bidang layanan dari masing-masing perusahaan yang mana sama sama bergerak dibidang kontruksi bangunan & infrastruktur. Sedangkan kelompok yang memiliki karakteristik yang berbeda adalah kelompok 1 dan kelompok 3 (0,001). Kelompok 1 hampir sebagian besar merupakan BUMN sedangkan kelompok 2 merupakan perusahaan swasta. Perbedaan lain yang ada antara kedua kelompok ini terletak pada lamanya perusahaan berdiri, jenis sub bidang layanan yang dimiliki masing-masing perusahaan, asset dan jumlah karyawan yang dimiliki. Dari total asset perusahaan yang dimiliki, PT.Wijaya Karya memiliki asset terbesar yaitu Rp dengan sub bidang pekerjaan meliputi perumahaan, gedung, infrastruktur, irigasi, EPC dan investasi. Selanjutnya yang memiliki asset terbesar adalah PT. Pembangunan Perumahan (PP) sebesar Rp , PT. Waskita Karya sebesar Rp , PT. Adhi Karya sebesar Rp , PT. Hutama Karya sebesar Rp dengan sub bidang pekerjaan meliputi perumahaan, gedung, infrastruktur, irigasi, EPC dan investasi. Sedangkan perusahaan yang memiliki asset < 1 Triliun adalah perusahaan PT. Kresna Karya, PT. Surya Karya Sari, PT. Tenaga Inti Buwana, PT. Suradi Sejahtera Raya, PT. Nata Putra, PT. Tom Konstruksi dan PT. Laju Baru. Perusahaan-perusahaan yang memiliki asset < 1 Triliun hanya bergerak dibidang infrastruktur, perumahan dan gedung. Sedangkan dilihat dari tahun berdirinya perusahaan yan memliki asset > 1 Triliun sudah berdiri > 50 tahun, sedangkan perusahaan-perusahaan yang memiliki asset < 1 Triliun < 50 Tahun. Ini menunjukkan bahwa perusahaan yang memiliki usia yang lebih lama, memiliki pengalaman dan tingkat kepercayaan yang lebih dalam menjalankan perusahaan sehingga dapat menambah nilai investasi dalam perusahaan tersebut. Ini juga terlihat dari jumlah karyawan yang dimiliki. Terlihat bahwa perusahaan yang memiliki asset > 1 Triliun dan usia > 50 tahun mempunyai jumlah karyawan yang lebih banyak dari perusahaan yang lainnya. Perbedaan Kelompok 1 dan 4 (0,000) terletak pada sub bidang layanan dimana hampir semua perusahaan yang ada pada kelompok 1 meliputi perumahaan, gedung, infrastruktur, irigasi, EPC dan investasi sedangkan pada kelompok 4 hanya meliputi perumahaan, gedung dan infrastruktur. Selanjutnya perbedaan antara kelompok 2 dan kelompok 3 (0,000) terletak pada jumlah asset dan sub bidang layanan tiap perusahaan. Pada kelompok 2 terdapat PT. Tunas Jaya Sanur dan PT. Pulau Mas Utama yang memiliki total asset > 1 Triliun sedangkan untuk kelompok 3 rata-rata total asset yang dimiliki perusahaan < 1 Triliun untuk sub bidang layanan yang dikerjakan, kelompok 2 meliputi pekerjaan perumahan dan gedung, sedangkan kelompok 3 hanya meliputi pekerjaan infrastruktur saja. Adapun perbedaan kelompok 2 dan kelompok 4 (0,000), kelompok 2 sub bidang layanan yang dikerjakan meliputi pekerjaan perumahan dan gedung, sedangkan kelompok 4 sub bidang layanan yang dikerjakan meliputi pekerjaan perumahan,gedung dan infrastruktur. Selanjutnya, kelompok 3 dan kelompok 4 (0,001) terdapat perbedaan pada jumlah asset yang dimiliki antar perusahaan. Jumlah asset pada kelompok 3 ratarata < 250 Milyar sedangkan jumlah asset pada kelompok 4 > 250 Milyar. Untuk mengetahui Key Competitiveness Indicators perusahaan yang berbeda antara kelompok 1, kelompok 2, kelompok 3 dan kelompok 4, penulis menggunakan uji LSD. Dengan melihat hasil uji tersebut, dapat di peroleh karakteristik perusahaan mana yang berbeda dan yang sama dalam melakukan daya saing di Indonesia seperti terlihat pada Tabel 4. Lebih detail dapat dilihat di Swantari (2015). Tabel 4. Signifikansi Perbandingan KCI Empat Kelompok Kontraktor kelompok Sumber Swantari (2015). Dari Tabel 4. terlihat bahwa Key Competitiveness Indicators perusahaan antara kelompok 3 dan kelompok 4 memiliki persamaan persepsi dalam tingkat pengaruh key competitiveness indivators yang diadopsi dari penelitian Yang Tao di Hongkong terhadap daya saing antar kontraktor besar di Indonesia (0,093). Terlihat bahwa sebagian besar kontraktor memilih kemampuan keuangan dan keterampilan pada manajemen proyek tiap perusahaan merupakan indicator yang berpengaruh terhadap daya saing. Sedangkan, kelompok yang memiliki persepsi yang berbeda adalah kelompok 1 dan kelompok 2 (0,042), kelompok 1 dan kelompok 3 (0,026), kelompok 1 dan 4 (0,002), kelompok 2 dan kelompok 3 (0,001), kelompok 2 dan kelompok 4 (0,000). Misalnya indikator "Tingkat investasi pada Penelitian dan Pengembangan" tidak dianggap sebagai indikator yang paling berpengaruh terhadap daya saing kontraktor di indonesia, hal ini menunjukkan kemampuan teknologi beberapa perusahaan yang lebih rendah dari kontraktor lainnya. MK - 33

8 Perbandingan Dengan Penelitian Lain Penelitian mengenai Competitive of Contractors yang pernah dilakukan sebelumnya adalah Penelitian di Hong Kong oleh Yong-tao Tan yang berjudul Contractor Key Competitiveness. Menurut Tan, pasar konstruksi di negara maju atau daerah seperti Hong Kong memiliki daya saing yang nyata. Ini menyajikan pentingnya bagi kontraktor untuk mendapatkan pemahaman yang tepat tentang bagaimana praktek daya saing mereka dinilai dalam pasar konstruksi tertentu. Penelitian ini memperkenalkan sistem indikator daya saing untuk menilai daya saing kontraktor dari enam aspek: citra perusahaan, teknologi dan inovasi, kemampuan pemasaran, kemampuan pembiayaan, keterampilan manajemen proyek, dan organisasi dan sumber daya manusia. Indikator daya saing utama (KPI) diidentifikasi, yang akan digunakan untuk meningkatkan efisiensi memahami daya saing kontraktor dalam industri konstruksi Hong Kong. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa hubungan baik dengan klien, pemerintah departemen, dan konsultan profesional dapat keuntungan kompetitif bagi kontraktor. Kontraktor harus terlibat dalam berbagai jenis hubungan dengan peserta proyek. Hubungan kontraktor dengan klien, pemerintah departemen, dan konsultan profesional sangat penting, dan telah memiliki latar belakang yang berbeda dan keunggulan kompetitif dalam persaingan. Penelitian lain oleh Harijanto Setiawan yang berjudul Competitive Aggressiveness of Contractors: A study of Indonesia. Penelitian tersebut mengidentifikasi lima faktor kunci agresivitas daya saing kontraktor antara lain : 1) bertindak sebagai pemecah masalah bagi klien; 2) menjadi berbeda dibandingkan dengan pesaing; 3) membangun dan memelihara kepercayaan klien; 4) menjaga hubungan baik dengan klien; dan 5) posisi di pasar yang prihatin tentang kualitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa agresivitas kompetitif kontraktor dilakukan melalui berbagai upaya untuk mendekati pemilik proyek dan untuk membangun kepercayaan klien. Oleh karena itu, hubungan yang baik dengan klien merupakan elemen kuat dari kontraktor untuk meraih kepercayaan klien. 5. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan secara keseluruhan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Indikator yang paling mempengaruhi keunggulan bersaing antar perusahaan konstruksi di Indonesia adalah pada environmental dan safety management (mean 4,86 dan SD 0,48), project performance record (mean 4,81 dan SD 0,40), contract dan risk management (mean 4,81 dan SD 0,40), quality of personnel (mean 4,81 dan SD 0,40), dan yang terakhir merupakan credibility grade (mean 4,67 dan SD 0,48). 2. Dari 21 responden perusahaan kontraktor besar di Indonesia, sebanyak 100% perusahaan memiliki tingkat pendidikan penanggung jawab badan usaha dan tingkat pendidikan penanggung jawab teknik yang sama yaitu pada tingkat pendidikan S1/S2/S3. Sebanyak 100% rata-rata sertifikat yang dimiliki penanggung jawab teknik badan usaha tiap perusahaan adalah Sertifikat Keahlian Kerja. Sehingga untuk tingkat pendidikan penanggungjawab teknik badan usaha dan sertifikat yang dimiliki oleh penanggungjawab teknik badan usaha dapat disimpulkan semua pengusaha jasa konstruksi memenuhi syarat dasar karena didalam Undang-Undang Nomor 18 tahun 1999 tidak disebutkan latar belakang pendidikan penanggungjawab teknik badan usaha, tetapi hanya diatur bahwa tenaga kerja yang melaksanakan pekerjaan keteknikan yang bekerja pada pelaksana konstruksi harus memiliki sertifikat keterampilan dan keahlian kerja. Sedangkan Peraturan Lembaga LPJK No.11a Tahun 1999 juga tidak mensyaratkan pendidikan minimal bagi penanggungjawab teknik badan usaha, tetapi menyebutkan bahwa PJT (Penanggung Jawab Teknik) adalah tenaga ahli atau tenaga terampil bersertifikat yang ditunjuk PJBU untuk bertanggung jawab dalam hal teknik atas keseluruhan kegiatan Badan Usaha. Sebesar 28,57% perusahaan kontraktor besar di Indonesia memiliki kekayaan bersih antara Rp. 10 Milyar s.d Rp 50 Milyar, sebebsar 23,81% perusahaan kontraktor besar di Indonesia memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50 Milyar s.d Rp 250 Milyar, sebesar 9,52% perusahaan kontraktor besar di Indonesia memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 250 Milyar s.d Rp 1 Triliun dan sebesar 38,10% perusahaan kontraktor besar di Indonesia memiliki nilai proyek lebih dari Rp 1 Triliun. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semua pengusaha jasa konstruksi kualifikasi besar di Indonesia sudah memenuhi syarat dasar dalam PerLem LPJK No.11a Tahun 2008 mensyaratkan bahwa Usaha Golongan Besar memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 1 Milyar. Peraturan Lembaga LPJK No. 11a tahun 2008 yang telah menetapkan besaran kekayaan bersih untuk kualifikasi kontraktor besar. Hal ini juga menunjukan bahwa pengusaha jasa konstruksi semakin memiliki daya saing serta struktur usaha yang semakin andal sehingga mampu menghasilkan pekerjaan konstruksi yang berkualitas. 3. Hasil ALSCAL menunjukkan perusahaan-perusahaan kontraktor besar di Indonesia mengelompok dalam empat kelompok yaitu: a) Kelompok 1: WIKA, HK, PP, WASKIT, ADHI dan TOTAL merupakan kelompok perusahaan kontraktor besar yang bersaing secara ketat di Indonesia karena jarak titiknya yang berdekatan dan terletak di kuadran yang sama. Sedanglan SBBK walaupun terletak dikuadran yang sama tetapi jarak titiknya berjauhan dengan kontraktor besar ke enam kontraktor lainnya ini berarti perusahaan tersebut kurang memiliki MK - 34

9 kemiripan karakteristik maupun persepsi indikator yang mengungguli persaingan antar kontraktor besar. b). Kelompok 2: TJS, PMU dan CHU merupakan kelompok perusahaan kontraktor besar yang bersaing dengan tingkatan sedang diantara ketiganya. Dilihat dari Jarak titik antara ketiga perusahaan berjauhan di kuadran yang sama artinya ketiga perusahaan ini kurang ada kemiripan dalam hal karakteristik maupun persepsi indikator yang mengungguli persaingan antar kontraktor besar. c). Kelompok tiga: LB, TIB, SSR, SKS, AM dan TOM merupakan kelompok perusahaan kontraktor besar yang bersaing ketat karena jarak titiknya yang berdekatan dan terletak di kuadran yang sama. KK juga termasuk kelompok tiga karena jarak titiknya yang lebih dekat dengan SKS. d). Kelompok 4: NRC, NINDYA dan ADP merupakan kelompok perusahaan kontraktor yang bersain dengan tingkatan kurang dilihat dari jarak antar titik yang berjauhan. Saran untuk pemerintah yang merupakan klien tunggal terbesar di industri konstruksi Indonesia dan bertanggung jawab untuk semua bangunan publik seperti rumah sakit dan sekolah-sekolah, dan semua proyek infrastruktur utama termasuk jalan, terowongan, saluran pembuangan, jembatan, dan lain-lain. Maka hubungan kontraktor yang baik dengan klien, arsitek, konsultan, subkontraktor, dan pemasok dapat membantu kontraktor untuk memiliki informasi lebih lanjut dan kesempatan untuk memperoleh kontrak konstruksi. Oleh karena itu, masuknya kontaktor pada daftar tender untuk pekerjaan pemerintah sangat penting didalam kompetensi. Kontraktor juga harus lebih menekankan pada teknologi dan inovasi, kemampuan pemasaran dan organisasi dan sumber daya manusia jika mereka ingin mencapai pertumbuhan dalam penghargaan kontrak. Kemampuan pemasaran yang baik dapat memungkinkan kontraktor untuk mencari peluang baru di pasar. Teknologi canggih dan sumber daya manusia yang baik memungkinkan kontraktor untuk menyediakan klien dengan pelayanan yang baik yang akan membangun reputasi kontraktor di industri. Reputasi yang baik juga akan membantu kontraktor menarik lebih banyak klien untuk bekerja sama dengan mereka. Membangun budaya organisasi yang sehat dan sistem manajemen sumber daya manusia yang baik dapat meningkatkan kerjasama internal dan efisiensi kerja, sehingga keuntungan yang lebih tinggi dapat dicapai melalui menyelesaikan proyek-proyek konstruksi yang lebih efisien. DAFTAR PUSTAKA Das,T.K & Teng, S-H Instabilities of Strategic Alliances: An Internal Tensions Perspective, Organizational Science, Vol 11, Issue 1, Ginanjar, I Aplikasi Multidimensional Scaling (MDS) Untuk Peningkatan Pelayanan Proses Belajar Mengajar (PBM). Staf Pengajar Jurusan Statistika FMIPA UNPAD, Bandung. Hilebrant, P.M Econmic Theory and The Construction Industry, Palgrave Macmillan; 3rd Edition. Kadin, 2002, Industri Jasa Konstruksi di Indonesia, Kompartemen Jasa Konstruksi, Konsultasi, Real Estate dan Teknologi Tinggi, Kadin Indonesia, Jakarta, hal. 9 Langford, D. & Male, S Strategic Management in Construction (2nd ed.). Oxford: Blackwell Science. LPJK NO. 11a tahun 2008 tentang Kualifikasi Badan Usaha Jasa Konstruksi di Indonesia Markus, G., 2008, Measuring Company Level Competiveness in Porter s Diamond Model Framework, FIKUSZ 2008 Business Sciences Symposium for Young Researchers: Proceedings : Momaya, K. and Selby, K., 1998, International Competitiveness of the Canadian Construction Industry: A Comparison with Japan and the United States, Canadian Journal Civil Engineering 25: Parikesit,D.; Suraji,A.; Purwanto, H.; Susilo, L.W.B Sektor Konstruksi dan Pilihan Kebijakan Industri Konstruksi Ke Depan, Konferensi Nasional Teknik Sipil (KoNTekS 1), Pranoto, 2005, Menyiasati KKN Sektor Konstruksi, Lembaga Pengemnagan Jasa Konstruksi Nasional, Indonesia. Setiawan, H. (2015) Competitive Aggressiveness of Contractors: a study of Indonesia. The 5th International Conference of Euro Asia Civil Engineering Forum (EACEF-5). Surabaya. Sutjipto, 1991, Strategi Industri Jasa Konstruksi Nasional Dalam Era Globalisasi, Jakarta, hal. 7, 9 Swantari, P.I. (2015) Kajian Daya Saing Kontraktor Besar Indonesia, Tesis, MTS-PPS, UAJY. Tan, Yongtao (2008). Contractor Key Competitiveness Indicators (KCIs) : A Hong Kong Study. Surveying and Built Environtment Vol 18 (2), Timm, N. H. (2002). Applied Multivariate Analysis. Springer-Verleg. New York Trisnowardono, N., (2002). Menuju Usaha Jasa Konstruksi Yang Handal, Abdi Tandur, Jakarta UU (2017) Undang Undang Jasa Konstruksi no 2 Tahun MK - 35

10 MK - 36

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. prasarana dan sarana fisik. Jasa tersebut meliputi kegiatan studi, penyusunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. prasarana dan sarana fisik. Jasa tersebut meliputi kegiatan studi, penyusunan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Jasa Konstruksi Di Indonesia Industri jasa konstruksi adalah industri yang mencakup semua pihak yang terkait dengan proses konstruksi, termasuk tenaga profesi, pelaksana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Menurut observasi yang

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Menurut observasi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri kontraktor pada beberapa tahun terakhir ini memang menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Menurut observasi yang dilakukan oleh BUMN,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Jasa Konstruksi di Indonesia Menurut Hillebrandt (1985), industri jasa konstruksi merupakan industri yang mencakup semua pihak yang terkait dengan proses konstruksi,

Lebih terperinci

KAJIAN DAYA SAING KONTRAKTOR MENENGAH DAN KONTRAKTOR KECIL DI INDONESIA

KAJIAN DAYA SAING KONTRAKTOR MENENGAH DAN KONTRAKTOR KECIL DI INDONESIA Konferensi Nasional Teknik Sipil 11 Universitas Tarumanagara, 26-27 Oktober 2017 KAJIAN DAYA SAING KONTRAKTOR MENENGAH DAN KONTRAKTOR KECIL DI INDONESIA Peter F Kaming 1, Wulfram I. Ervianto 2, dan Eveline

Lebih terperinci

KAJIAN DAYA SAING KONTRAKTOR MENENGAH DAN KONTRAKTOR KECIL DI INDONESIA

KAJIAN DAYA SAING KONTRAKTOR MENENGAH DAN KONTRAKTOR KECIL DI INDONESIA TESIS KAJIAN DAYA SAING KONTRAKTOR MENENGAH DAN KONTRAKTOR KECIL DI INDONESIA EVELINE NATALIA ANGGRIAWAN No. Mhs: 155102359/PS/MTS PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK SIPIL PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS ATMA

Lebih terperinci

PERATURAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NASIONAL NOMOR : 3 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NASIONAL NOMOR : 3 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NASIONAL NOMOR : 3 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN PERTAMA ATAS PERATURAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG REGISTRASI

Lebih terperinci

STRATEGI PENETAPAN HARGA PROYEK OLEH KONTRAKTOR YOGYAKARTA

STRATEGI PENETAPAN HARGA PROYEK OLEH KONTRAKTOR YOGYAKARTA STRATEGI PENETAPAN HARGA PROYEK OLEH KONTRAKTOR YOGYAKARTA Peter F. Kaming, Harijanto Setiawan, dan Dhany I.Kartolo Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Fakultas Teknik, Email kaming@mail.uajy.ac.id ABSTRAK

Lebih terperinci

TANTANGAN YANG BERPENGARUH DAN KETERAMPILAN MANAJER PROYEK PADA PROYEK YANG BERUPAYA MENJADI BANGUNAN HIJAU

TANTANGAN YANG BERPENGARUH DAN KETERAMPILAN MANAJER PROYEK PADA PROYEK YANG BERUPAYA MENJADI BANGUNAN HIJAU TANTANGAN YANG BERPENGARUH DAN KETERAMPILAN MANAJER PROYEK PADA PROYEK YANG BERUPAYA MENJADI BANGUNAN HIJAU Jimantoro 1, Billie Jaya 2, Herry P. Chandra 3 ABSTRAK : Pemanasan global dan perubahan iklim

Lebih terperinci

BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS. Dalam proyek akhir ini, dasar pemikiran awal mengacu kepada tantangan bisnis

BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS. Dalam proyek akhir ini, dasar pemikiran awal mengacu kepada tantangan bisnis BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS 2.1 Conceptual Framework Dalam proyek akhir ini, dasar pemikiran awal mengacu kepada tantangan bisnis yang sedang dihadapi oleh PT Brantas Abipraya saat ini, bagaimana menumbuhkan

Lebih terperinci

Penggunaan Analisis Multidimensional Scaling Untuk Mengetahui Kemiripan Rumah Makan Di Manado Town Square Berdasarkan Kerakteristik Pelanggan

Penggunaan Analisis Multidimensional Scaling Untuk Mengetahui Kemiripan Rumah Makan Di Manado Town Square Berdasarkan Kerakteristik Pelanggan Penggunaan Analisis Multidimensional Scaling Untuk Mengetahui Kemiripan Rumah Makan Di Manado Town Square Berdasarkan Kerakteristik Pelanggan 1 Gloria A Walundungo, 2 Marline Paendong, 3 Tohap Manurung

Lebih terperinci

PENGARUH INOVASI DAN TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP KEUNGGULAN BERSAING DALAM UPAYA MENINGKATKAN KINERJA PROYEK PADA PROYEK KONSTRUKSI

PENGARUH INOVASI DAN TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP KEUNGGULAN BERSAING DALAM UPAYA MENINGKATKAN KINERJA PROYEK PADA PROYEK KONSTRUKSI PENGARUH INOVASI DAN TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP KEUNGGULAN BERSAING DALAM UPAYA MENINGKATKAN KINERJA PROYEK PADA PROYEK KONSTRUKSI Rendy Kurnia Dewanta 1) dan I Putu Artama Wiguna 2) 1, 2) Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Jasa Konstruksi 2.1.1. Pengertian Jasa Konstruksi Menurut Peraturan Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nasional No 10 Tahun 2013 memberikan definisi bahwa Usaha Jasa Pelaksana

Lebih terperinci

PENERAPAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA DALAM STANDAR ISO 9000:2000 OLEH KONTRAKTOR DI INDONESIA

PENERAPAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA DALAM STANDAR ISO 9000:2000 OLEH KONTRAKTOR DI INDONESIA Konferensi Nasional Teknik Sipil I (KoNTekS I) Universitas Atma Jaya Yogyakarta Yogyakarta, 11 12 Mei 2007 PENERAPAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA DALAM STANDAR ISO 9000:2000 OLEH KONTRAKTOR DI INDONESIA Eko

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Project life cycle. Construction. Tender Document. Product

BAB I PENDAHULUAN. Project life cycle. Construction. Tender Document. Product BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG MASALAH Secara umum siklus kehidupan proyek konstruksi terbagi atas empat bagian besar yaitu studi kelayakan (feasibility study), estimasi proyek (detail estimate

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I LATAR BELAKANG 1 BAB I LATAR BELAKANG 1.1. Latar Belakang Dalam pengalokasian sumber dana untuk pelaksanaan proyek, material merupakan sumber daya yang mengadopsi terbesar sumber dana proyek. Manajemen material di bidang

Lebih terperinci

TINGKAT KEMATANGAN MANAJEMEN PROYEK PADA INDUSTRI KONSTRUKSI

TINGKAT KEMATANGAN MANAJEMEN PROYEK PADA INDUSTRI KONSTRUKSI Institut Teknologi Nasional - Bandung, - 8 Oktober 04 TINGKAT KEMATANGAN MANAJEMEN PROYEK PADA INDUSTRI KONSTRUKSI Peter F Kaming, Wurfram I. Ervianto dan Gideon R. Gardiawan,, Program Studi Teknik Sipil,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan di industri building construction yang sudah masuk di listing Bursa Efek Indonesia per 8 Agustus 2011.

Lebih terperinci

TUGAS MAKALAH PERAN KONSULTAN DALAM INDUSTRI KONSTRUKSI

TUGAS MAKALAH PERAN KONSULTAN DALAM INDUSTRI KONSTRUKSI TUGAS MAKALAH PERAN KONSULTAN DALAM INDUSTRI KONSTRUKSI Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi & Kewirausahaan Teknik Sipil Oleh : 21010113130137 Dani Lukmito Utomo 21010113130138 Rifqi Raganata

Lebih terperinci

PENGARUH SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TERHADAP CAPAIAN GREEN CONSTRUCTION OLEH KONTRAKTOR DALAM PROYEK GEDUNG DI INDONESIA

PENGARUH SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TERHADAP CAPAIAN GREEN CONSTRUCTION OLEH KONTRAKTOR DALAM PROYEK GEDUNG DI INDONESIA PENGARUH SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TERHADAP CAPAIAN GREEN CONSTRUCTION OLEH KONTRAKTOR DALAM PROYEK GEDUNG DI INDONESIA Wulfram I. Ervianto 1 1 Program Studi Teknik Sipil, Fakultas

Lebih terperinci

SURVEI MENGENAI BIAYA OVERHEAD SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

SURVEI MENGENAI BIAYA OVERHEAD SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA SURVEI MENGENAI BIAYA OVERHEAD SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA Henry Pascal Magaline 1, Alvin Januar Haryono 2, Andi 3 ABSTRAK : Biaya overhead sebuah proyek merupakan salah satu unsur harga pokok

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 62 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Sebagian besar kontraktor kualifikasi kecil di

Lebih terperinci

PANDANGAN KONTRAKTOR TERHADAP KLAUSUL-KLAUSUL KONTRAK PADA PROYEK KONSTRUKSI Theodorus Bryan 1, Yosua S. Sidarta 2, Andi 3

PANDANGAN KONTRAKTOR TERHADAP KLAUSUL-KLAUSUL KONTRAK PADA PROYEK KONSTRUKSI Theodorus Bryan 1, Yosua S. Sidarta 2, Andi 3 PANDANGAN KONTRAKTOR TERHADAP KLAUSUL-KLAUSUL KONTRAK PADA PROYEK KONSTRUKSI Theodorus Bryan 1, Yosua S. Sidarta 2, Andi 3 ABSTRAK : Pada proyek konstruksi yang berfokus pada bangunan high-rise, atau dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Peningkatan kinerja..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI.,

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Peningkatan kinerja..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., BAB I PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan penelitian. 1.1.1. Latar belakang. Jalan merupakan sarana transportasi darat yang mempunyai peranan besar dalam arus lalu lintas barang dan orang, sebagai penghubung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Menurut Badan Pusat Statistik, tenaga kerja di Indonesia per bulan Februari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Menurut Badan Pusat Statistik, tenaga kerja di Indonesia per bulan Februari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Badan Pusat Statistik, tenaga kerja di Indonesia per bulan Februari tahun 2013 mencapai 114,1 juta orang dengan jumlah pekerja di sektor konstruksi sebesar

Lebih terperinci

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, Menimbang : a. bahwa jasa konstruksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 1971 setelah penggunaan nama PT Pembangunan Perumahan pada

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 1971 setelah penggunaan nama PT Pembangunan Perumahan pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Profil Perusahaan Nama PT. Pembangunan Perumahan (Persero) secara resmi digunakan pada tahun 1971 setelah penggunaan nama PT Pembangunan Perumahan pada tahun 1953 dan PT Pembangunan

Lebih terperinci

BAB 3 OBJEK PENELITIAN. kualitatif. Berdasarkan penelitian penulis, maka objek penelitian yang

BAB 3 OBJEK PENELITIAN. kualitatif. Berdasarkan penelitian penulis, maka objek penelitian yang BAB 3 OBJEK PENELITIAN 3.1 Objek penelitian Penulis menggunakan metode penelitian dengan pendekatan metode kualitatif. Berdasarkan penelitian penulis, maka objek penelitian yang digunakan adalah PT TPHE

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wayu Hidayat. Faktor-faktor risiko,... FT UI., 2007.

BAB I PENDAHULUAN. Wayu Hidayat. Faktor-faktor risiko,... FT UI., 2007. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pemahaman tentang konstruksi dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu: teknologi konstruksi (construction technology) dan manajemen konstruksi (construction

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengelolaan risiko..., Mohamad Taufik H.A., FT UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengelolaan risiko..., Mohamad Taufik H.A., FT UI, Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelangsungan hidup perusahaan atau organisasi seringkali ditentukan oleh suatu keputusan penting dalam rangka mengambil peluang (opportunity) yang jarang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Industri konstruksi merupakan salah satu komponen penting dalam perekonomian bangsa, dimana konstribusi industri konstruksi akan meningkat sejalan dengan kemajuan perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara berkembang seperti Indonesia sedang melakukan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Negara berkembang seperti Indonesia sedang melakukan pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara berkembang seperti Indonesia sedang melakukan pembangunan di segala aspek kehidupan. Contoh konkrit dapat dilihat dari berbagai bangunan yang berdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. McGraw-Hill, Journal of Construction Engineering and Management, Vol. 119, No.4, December, 1993, pg ), hal.

BAB I PENDAHULUAN. McGraw-Hill, Journal of Construction Engineering and Management, Vol. 119, No.4, December, 1993, pg ), hal. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Proyek konstruksi semakin hari menjadi semakin kompleks karena membutuhkan biaya serta perhatian yang besar dalam pengelolaan waktu dan sumber daya lebih baik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Kualitas merupakan salah satu tujuan dan sekaligus indikator kesuksesan suatu pekerjaan konstruksi terutama oleh pemilik proyek terhadap produk dan jasa layanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan-perusahaan properti di Bursa Efek Indonesia dalam kurun waktu

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan-perusahaan properti di Bursa Efek Indonesia dalam kurun waktu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan terjadinya krisis ekonomi dan moneter di Indonesia sektor properti menjadi salah satu sektor yang paling parah menderita kerugian karena peristiwa tersebut.

Lebih terperinci

KAJIAN DAYA SAING KONTRAKTOR BESAR DI INDONESIA

KAJIAN DAYA SAING KONTRAKTOR BESAR DI INDONESIA TESIS KAJIAN DAYA SAING KONTRAKTOR BESAR DI INDONESIA PUTU IKA SWANTARI No.Mhs.: 145102163/PS/MTS PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK SIPIL PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA 2015 Nama Nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi yang sangat pesat, dimana negara-negara di seluruh dunia

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi yang sangat pesat, dimana negara-negara di seluruh dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia menuju era globalisasi membawa perubahan di bidang ekonomi yang sangat pesat, dimana negara-negara di seluruh dunia baik industri maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masukan (input), keluaran (output), hasil (outcome), manfaat (benefit), dampak

BAB I PENDAHULUAN. masukan (input), keluaran (output), hasil (outcome), manfaat (benefit), dampak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kinerja sering digunakan sebagai tolak ukur dalam menilai suatu hasil yang dicapai terhadap sesuatu. Sehingga kesuksesan suatu perusahaan dapat diukur dari kinerja

Lebih terperinci

BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS

BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS 2.1. Conceptual Framework Dalam Projek Akhir ini, dasar pemikiran awal yang terbentuk mengacu kepada kinerja dari PT. Trimitra Sejati Pratama. Faktor faktor yang mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Proyek Konstruksi II.5.1. Definisi Proyek Konstruksi Proyek konstruksi adalah suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksanakan, ada awal dan akhir, dan umumnya berjangka

Lebih terperinci

ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN KINERJA KONTRAKTOR KUALIFIKASI KECIL DI KABUPATEN NGADA

ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN KINERJA KONTRAKTOR KUALIFIKASI KECIL DI KABUPATEN NGADA TESIS ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN KINERJA KONTRAKTOR KUALIFIKASI KECIL DI KABUPATEN NGADA FRANSISKUS YANUARIUS NGISO SHILA No.Mhs : 145102176/PS/MTS PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK SIPIL PROGRAM

Lebih terperinci

PENERAPAN PENGENDALIAN KUALITAS PADA PROSES PEMBELIAN MATERIAL KONSTRUKSI

PENERAPAN PENGENDALIAN KUALITAS PADA PROSES PEMBELIAN MATERIAL KONSTRUKSI Konferensi Nasional Teknik Sipil (KoNTekS ) Jakarta, Mei 009 PENERAPAN PENGENDALIAN KUALITAS PADA PROSES PEMBELIAN MATERIAL KONSTRUKSI Ferianto Raharjo Program Studi Teknik Sipil, Universitas Atma Jaya,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN PEMBERLAKUAN SYARAT SERTIFIKASI KETERAMPILAN KERJA MANDOR DI LAPANGAN

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN PEMBERLAKUAN SYARAT SERTIFIKASI KETERAMPILAN KERJA MANDOR DI LAPANGAN BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN PEMBERLAKUAN SYARAT SERTIFIKASI KETERAMPILAN KERJA MANDOR DI LAPANGAN 4.1 UMUM Pada bab ini, hasil dari pengumpulan data eksisting akan dianalisis berdasarkan teori yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang baik diantaranya iklim usaha yang kondusif, situasi ekonomi nasional yang stabil

BAB I PENDAHULUAN. yang baik diantaranya iklim usaha yang kondusif, situasi ekonomi nasional yang stabil 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini suatu pertumbuhan dalam dunia usaha membutuhkan beberapa syarat yang baik diantaranya iklim usaha yang kondusif, situasi ekonomi nasional yang stabil dan

Lebih terperinci

FAKTOR DOMINAN PENENTU PELAKSANAAN PROYEK PLTU SKALA KECIL

FAKTOR DOMINAN PENENTU PELAKSANAAN PROYEK PLTU SKALA KECIL FAKTOR DOMINAN PENENTU PELAKSANAAN PROYEK PLTU SKALA KECIL Nugroho Artursuwignyo 1) *), Christiono Utomo 2) Program Studi Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Jalan Cokroaminoto

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGASEM,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGASEM, 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG \IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGASEM, Menimbang : a. bahwa jasa konstruksi merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan bisnis dan persaingan antar perusahaan pada masa

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan bisnis dan persaingan antar perusahaan pada masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan bisnis dan persaingan antar perusahaan pada masa sekarang ini semakin ketat. Hal tersebut akan berdampak pada pelanggan, persaingan usaha dan perubahan.

Lebih terperinci

PENGARUH PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU TERHADAP BIAYA MUTU PADA PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG DI SURABAYA. Stephani Budihardja 1, Retno Indryani 2

PENGARUH PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU TERHADAP BIAYA MUTU PADA PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG DI SURABAYA. Stephani Budihardja 1, Retno Indryani 2 PENGARUH PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU TERHADAP MUTU PADA PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG DI SURABAYA Stephani Budihardja 1, Retno Indryani 2 1 Mahasiswa Pasca Sarjana Manajemen Proyek Konstruksi 2 Dosen Jurusan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 28 TAHUN 2000 TENTANG USAHA DAN PERAN MASYARAKAT JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

TINJAUAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU BERBASIS ISO 9001:2008 PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEREJA BNKP MEDAN TUGAS AKHIR

TINJAUAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU BERBASIS ISO 9001:2008 PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEREJA BNKP MEDAN TUGAS AKHIR TINJAUAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU BERBASIS ISO 9001:2008 PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEREJA BNKP MEDAN TUGAS AKHIR Diajukan sebagai Syarat Menyelesaikan Program Sarjana Terapan Oleh: AMALIA HANI NIM:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Persaingan antar kontraktor untuk memenangkan tender proyek semakin ketat, sehingga perlu adanya daya bersaing yang unggul. Perusahaan kontraktor swasta sedikit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Tuntutan terhadap persaingan global menjadi masalah penting dalam bidang jasa kontruksi, khususnya untuk mendapat pengakuan internasional. Untuk menghadapi tantangan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 40 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Penelitian tentang Strategi dan Analisis Penetapan Harga Proyek oleh Kontraktor yang terdiri dari 30 pernyataan ditujukan untuk direktur, estimator, manajer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang wajib dimiliki dalam mewujudkan persaingan pasar bebas baik dalam kegiatan maupun

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN PADA PROYEK KONSTRUKSI JALAN DI KOTAMADYA KUPANG

ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN PADA PROYEK KONSTRUKSI JALAN DI KOTAMADYA KUPANG ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN PADA PROYEK KONSTRUKSI JALAN DI KOTAMADYA KUPANG Sandro Fanggidae, I Putu Artama Wiguna Program Studi Magister Manajemen Teknologi Bidang Keahlian Manajemen Proyek

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Pengelolaan risiko..., Budi Suanda, FT UI, 2008

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Pengelolaan risiko..., Budi Suanda, FT UI, 2008 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri jasa konstruksi merupakan industri yang memiliki karakteristikkarakteristik khusus yang sulit untuk diantisipasi karena unik, sumber daya yang berfluktuasi,

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA PROYEK KONSTRUKSI

ANALISIS KINERJA PROYEK KONSTRUKSI Konferensi Nasional Teknik Sipil 4 (KoNTekS 4) Sanur-Bali, 2-3 Juni 2010 ANALISIS KINERJA PROYEK KONSTRUKSI Peter F. Kaming 1, Ferianto Rahardjo 1,dan Yenry G. Situmorang 2 1 Dosen Universitas Atma Jaya

Lebih terperinci

MASA DEPAN INDUSTRI EPC ; TANTANGAN BUMN EPC (2017)

MASA DEPAN INDUSTRI EPC ; TANTANGAN BUMN EPC (2017) MASA DEPAN INDUSTRI EPC ; TANTANGAN BUMN EPC (2017) Biro Riset BUMN Lembaga Management Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LM FEB UI) Pemain di industri engineering, procurement & construction

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi dapat didefinisikan sebagai sebuah seni, ilmu (science) maupun

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi dapat didefinisikan sebagai sebuah seni, ilmu (science) maupun BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Akuntansi dapat didefinisikan sebagai sebuah seni, ilmu (science) maupun perekayasaan (technology), namun juga dapat diartikan sebagai sebuah proses. Sesuai ragam

Lebih terperinci

STUDI PRAKTEK ESTIMASI BIAYA TIDAK LANGSUNG PADA PROYEK KONSTRUKSI

STUDI PRAKTEK ESTIMASI BIAYA TIDAK LANGSUNG PADA PROYEK KONSTRUKSI Konferensi Nasional Teknik Sipil 4 (KoNTekS 4) Sanur-Bali, 2-3 Juni 2010 STUDI PRAKTEK ESTIMASI BIAYA TIDAK LANGSUNG PADA PROYEK KONSTRUKSI Biemo W. Soemardi 1 dan Rani G. Kusumawardani 2 1 Kelompok Keahlian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia sektor jasa konstruksi selama ini sudah terbukti sebagai salah

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia sektor jasa konstruksi selama ini sudah terbukti sebagai salah 14 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di Indonesia sektor jasa konstruksi selama ini sudah terbukti sebagai salah satu sektor usaha yang mampu memberikan sumbangan yang cukup signifikan bagi pertumbuhan

Lebih terperinci

Strategi Menentukan Harga Jual, Sewa dan Profit produk Properti

Strategi Menentukan Harga Jual, Sewa dan Profit produk Properti Strategi Menentukan Harga Jual, Sewa dan Profit produk Bagaimana Menentukan Harga Jual, Sewa Profit dari Produk Perusahaan, Peserta minimal 5 orang, Kalau 2 orang bisa In House Traning. Materi Bahasan

Lebih terperinci

STUDI PERSEPSI FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KLAIM PADA PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG

STUDI PERSEPSI FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KLAIM PADA PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG Konferensi Nasional Teknik Sipil 4 (KoNTekS 4) Sanur-Bali, 2-3 Juni 2010 STUDI PERSEPSI FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KLAIM PADA PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG Wahida Handayani 1, Yohanes Lim Dwi

Lebih terperinci

STRATEGI PENINGKATAN KEMAMPUAN ADOPSI TEKNOLOGI INFORMASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING UKM

STRATEGI PENINGKATAN KEMAMPUAN ADOPSI TEKNOLOGI INFORMASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING UKM STRATEGI PENINGKATAN KEMAMPUAN ADOPSI TEKNOLOGI INFORMASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING UKM PENDAHULUAN UKM adalah salah satu sektor ekonomi yang sangat diperhitungkan di Indonesia karena kontribusinya

Lebih terperinci

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB 1 PENDAHULUAN. dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya. Salah satu strategi yang dilakukan

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB 1 PENDAHULUAN. dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya. Salah satu strategi yang dilakukan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Semakin ketatnya persaingan global, menuntut setiap perusahaan untuk lebih dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya. Salah satu strategi yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PT. LAMPIRI DJAYA ABADI

BAB II PROFIL PT. LAMPIRI DJAYA ABADI BAB II PROFIL PT. LAMPIRI DJAYA ABADI 2.1 Sejarah singkat Perusahaan Dari sekian banyak Negara berkembang, Indonesia di kenal sebagai salah satu Negara keunikan karena letak geografisnya, yang terdiri

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor) menuntut pihak-pihak pelaksana konstruksi meningkatkan mutu dan caracara

BAB I PENDAHULUAN. sektor) menuntut pihak-pihak pelaksana konstruksi meningkatkan mutu dan caracara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin pesatnya pembangunan fisik (infrastruktur dalam berbagai sektor) menuntut pihak-pihak pelaksana konstruksi meningkatkan mutu dan caracara pelaksanaan proyek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Persaingan di dunia perbankan semakin ketat. Berbagai cara dilakukan untuk menarik sebanyak-banyaknya nasabah. Dengan keramahan para petugas bank akan menambah

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI TENAGA KERJA KONSTRUKSI. Tenaga kerja konstruksi merupakan bagian dari sektor konstruksi yang mempunyai

BAB IV KONDISI TENAGA KERJA KONSTRUKSI. Tenaga kerja konstruksi merupakan bagian dari sektor konstruksi yang mempunyai BAB IV KONDISI TENAGA KERJA KONSTRUKSI 4.1 Umum Tenaga kerja konstruksi merupakan bagian dari sektor konstruksi yang mempunyai peran yang signifikan dalam pembangunan ekonomi nasional. Dalam Analisis Kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencari penyedia barang dan jasa. Proses lelang (procurement) biasanya dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. mencari penyedia barang dan jasa. Proses lelang (procurement) biasanya dilakukan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lelang merupakan salah satu cara bagi pengguna barang dan jasa untuk mencari penyedia barang dan jasa. Proses lelang (procurement) biasanya dilakukan setelah tahap

Lebih terperinci

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai latar belakang masalah, tujuan penelitian, judul yang diambil beserta alasan pemilihan judul, pembatasan masalah, metode yang dipakai dalam pemecahan

Lebih terperinci

PENILAIAN BIAYA DAMPAK RISIKO PADA PELAKSANAAN PROYEK JALAN DAN JEMBATAN STUDI KASUS DI PT.WIJAYA KARYA DSU-1

PENILAIAN BIAYA DAMPAK RISIKO PADA PELAKSANAAN PROYEK JALAN DAN JEMBATAN STUDI KASUS DI PT.WIJAYA KARYA DSU-1 PENILAIAN BIAYA DAMPAK RISIKO PADA PELAKSANAAN PROYEK JALAN DAN JEMBATAN STUDI KASUS DI PT.WIJAYA KARYA DSU-1 Wawan Setiawan Diono, I Putu Artama Wiguna Manajemen Proyek Magister Manajemen Teknologi Institut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang RI Nomor 21 Tahun 2008 Bank adalah badan usaha

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang RI Nomor 21 Tahun 2008 Bank adalah badan usaha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan perekonomian di dunia saat ini tidak terlepas dari dunia perbankan. Hampir seluruh aktivitas perekonomian memanfaatkan perbankan sebagai lembaga keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. layanan yang bagus dipercaya dapat mempengaruhi nilai dan kepuasan nasabah sehingga

BAB I PENDAHULUAN. layanan yang bagus dipercaya dapat mempengaruhi nilai dan kepuasan nasabah sehingga BAB I PENDAHULUAN Selama beberapa dekade terakhir, studi empiris mengenai kualitas layanan menjadi hal yang menarik dalam dunia industri terutama industri jasa. Kunci sukses meraih kemenangan dalam persaingan

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA 51 BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA IV.1. Penyebaran Kuesioner Proses wawancara dan penyebaran kuesioner di Kota Bandung dimulai dari tanggal 3 Agustus 7 hingga 1 Desember 7. Pengumpulan data dilakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Untuk melaksanakan pembangunan konstruksi memerlukan kontraktor yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Untuk melaksanakan pembangunan konstruksi memerlukan kontraktor yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Untuk melaksanakan pembangunan konstruksi memerlukan kontraktor yang berkualitas. Untuk pengadaannya dilakukan proses pelelangan tender untuk semua proyek

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. hasil penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut :

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. hasil penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut : BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data pada bab empat maka penulis menyimpulkan hasil penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Berdasarkan karakteristik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi Menurut Mulyani (2006), proyek konstruksi adalah suatu rangkaian kegiatan proyek yang berkaitan dengan bidang konstruksi (pembangunan) yang mempunyai dimensi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jasa Konstruksi 2.1.1 Pengertian Jasa Konstruksi Menurut Undang-undang No.18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi, jasa konstruksi adalah layanan jasa konsultasi perencanaan pekerjaan

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH RENDAHNYA KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA TERHADAP KINERJA PROYEK DI SURABAYA

ANALISA PENGARUH RENDAHNYA KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA TERHADAP KINERJA PROYEK DI SURABAYA ANALISA PENGARUH RENDAHNYA KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA TERHADAP KINERJA PROYEK DI SURABAYA Soelistyono 1) Program Studi Pascasarjana Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Jl. Kampus ITS Sukolilo,

Lebih terperinci

Faktor-faktor Penentu dalam Pemilihan Jenis Kontrak Untuk Proyek Pembangunan Gedung Pertokoan. M. Ikhsan Setiawan, ST, MT

Faktor-faktor Penentu dalam Pemilihan Jenis Kontrak Untuk Proyek Pembangunan Gedung Pertokoan. M. Ikhsan Setiawan, ST, MT Faktor Penentu Pemilihan Kontrak Proyek Gedung (M. Ikhsan S) 49 Faktor-faktor Penentu dalam Pemilihan Jenis Kontrak Untuk Proyek Pembangunan Gedung Pertokoan M. Ikhsan Setiawan, ST, MT ABSTRAK Dalam pelelangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh bidang konstruksi pada suatu negara cukup besar. Bidang

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh bidang konstruksi pada suatu negara cukup besar. Bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengaruh bidang konstruksi pada suatu negara cukup besar. Bidang konstruksi berperan membangun struktur dan infra struktur di suatu negara. Infrastruktur yang memadai

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan

Lebih terperinci

-2- Mengingat : Pasal 20 dan Pasal 21 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REP

-2- Mengingat : Pasal 20 dan Pasal 21 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REP LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.11, 2017 PEMBANGUNAN. Konstruksi. Jasa. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6018) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

BAB V. SIMPULAN, KETERBATASAN, & SARAN

BAB V. SIMPULAN, KETERBATASAN, & SARAN BAB V. SIMPULAN, KETERBATASAN, & SARAN 5.1 Simpulan Dari hasil analisis yang dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Sumber-sumber energi primer di Indonesia yang terutama meliputi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Proyek Konstruksi Proyek adalah suatu kegiatan yang mempunyai jangka waktu tertentu dengan alokasi sumber daya terbatas, untuk melaksanakan suatu kegiatan yang telah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri kontraktor pada beberapa tahun terakhir ini memang menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Menurut observasi yang dilakukan oleh BUMN,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan-perusahaan publik besar dan kantor akuntan publik (KAP) besar pada

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan-perusahaan publik besar dan kantor akuntan publik (KAP) besar pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Terjadinya berbagai skandal akuntansi di beberapa negara yang melibatkan perusahaan-perusahaan publik besar dan kantor akuntan publik (KAP) besar pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan konstruksi adalah salah satu usaha dalam sektor ekonomi yang berhubungan dengan suatu perencanaan atau pelaksanaan dan pengawasan suatu kegiatan konstruksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada zaman modern ini, setiap perusahaan menuntut diri untuk meningkatkan dan mengembangkan perusahaannya agar dapat mengatasi persaingan yang semakin ketat. Manusia

Lebih terperinci

Daya Saing Global Indonesia versi World Economic Forum (WEF) 1. Tulus Tambunan Kadin Indonesia

Daya Saing Global Indonesia versi World Economic Forum (WEF) 1. Tulus Tambunan Kadin Indonesia Daya Saing Global Indonesia 2008-2009 versi World Economic Forum (WEF) 1 Tulus Tambunan Kadin Indonesia Tanggal 8 Oktober 2008 World Economic Forum (WEF), berkantor pusat di Geneva (Swis), mempublikasikan

Lebih terperinci

BAB VI SIMPULAN, KETERBATASAN DAN IMPLIKASI. Berdasarkan tahapan analisis lingkungan internal maupun lingkungan

BAB VI SIMPULAN, KETERBATASAN DAN IMPLIKASI. Berdasarkan tahapan analisis lingkungan internal maupun lingkungan BAB VI SIMPULAN, KETERBATASAN DAN IMPLIKASI Berdasarkan tahapan analisis lingkungan internal maupun lingkungan eksternal terhadap pelaksanaan kegiatan bisnis PT. SUCOFINDO (Persero) baik di dalam negeri

Lebih terperinci

Penerapan Prinsip Prinsip Constructability pada proyek konstruksi di surabaya

Penerapan Prinsip Prinsip Constructability pada proyek konstruksi di surabaya Penerapan Prinsip Prinsip Constructability pada proyek konstruksi di surabaya Thomas Albertus 1, Windrik Tomy 2, Paulus Nugraha 3, dan Herry P. Chandra, ABSTRAK : Constructability adalah penggunaan optimal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tidaklah sedikit dan tidak mungkin untuk ditanggung oleh pemerintah sendiri.

BAB 1 PENDAHULUAN. tidaklah sedikit dan tidak mungkin untuk ditanggung oleh pemerintah sendiri. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemandirian suatu bangsa, dapat diukur dari kemampuan bangsa untuk melaksanakan dan membiayai pembangunan sendiri. Bagi negara, pajak adalah salah satu sumber

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil penelitian yang sudah didapat mengenai pemahaman dan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil penelitian yang sudah didapat mengenai pemahaman dan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang sudah didapat mengenai pemahaman dan penerapan constructability yang dilaksanakan oleh kontraktor yang ada di Jakarta, Jawa Tengah,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 28 TAHUN 2000 TENTANG USAHA DAN PERAN MASYARAKAT JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. persaingan yang ketat di dunia bisnis. Ketatnya persaingan bisnis tersebut

I. PENDAHULUAN. persaingan yang ketat di dunia bisnis. Ketatnya persaingan bisnis tersebut I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi dan perdagangan bebas telah menyebabkan timbulnya persaingan yang ketat di dunia bisnis. Ketatnya persaingan bisnis tersebut menuntut pelaku bisnis untuk

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan. 1) Karakteristik kontraktor yang ada di Yogyakarta diuraikan sebagai

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari analisis dan pembahasan pada bab sebelumnya dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi kontraktor dari segi kekuatan, kelemahan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 11,47 Triliun atau tumbuh sebesar 25,1% dibandingkan laba akhir tahun 2015 sebesar Rp.

BAB I PENDAHULUAN. 11,47 Triliun atau tumbuh sebesar 25,1% dibandingkan laba akhir tahun 2015 sebesar Rp. BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Kinerja Bank BUMN PT. XYZ pada tahun 2016 mencatat laba bersih sebesar Rp. 11,47 Triliun atau tumbuh sebesar 25,1% dibandingkan laba akhir tahun 2015 sebesar Rp. 9,07

Lebih terperinci