BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA"

Transkripsi

1 51 BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA IV.1. Penyebaran Kuesioner Proses wawancara dan penyebaran kuesioner di Kota Bandung dimulai dari tanggal 3 Agustus 7 hingga 1 Desember 7. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mendatangi responden untuk wawancara dengan harapan tingkat pengembalian kuesioner dari responden lebih cepat dan tinggi, beberapa responden ada yang mau diwawancara tetapi sebagian responden ada yang tidak mau atau tidak bisa diwawancara oleh karena kesibukkannya, maka untuk responden yang tidak mau diwawancara dilakukan penitipan kuesioner, dengan janji beberapa hari kemudian kuesioner tersebut dapat diambil. Dalam rentang waktu tersebut, data kuesioner yang telah diisi dan dikembalikan mencapai jumlah 6 dari 6 perusahaan kontraktor, 17 dari 7 tenaga ahli bersertifikat dan 1 dari 3 tenaga ahli yang belum memiliki Sertifikat Keahlian. Untuk pengumpulan data lapangan di Kota Pekanbaru dilakukan dengan metoda wawancara karena jumlah responden hanya dibatasi untuk kontraktor dan tenaga ahli yang telah memiliki Sertifikat Keahlian. Untuk lebih jelasnya jumlah responden di Kota Bandung dan Kota Pekanbaru dapat dilihat pada Tabel berikut.

2 No 5 Tabel IV.1. Penyebaran Data di Kota Bandung dan Kota Pekanbaru Responden Jumlah Kuesioner Responden Wawancara Titip Kembali Kota Bandung 1 Pengguna Jasa 6 6 Total Kuesioner Kembali - Pemerintah Swasta Asosiasi Profesi Asosiasi Perusahaan - - Kontraktor - Besar - Menengah Tenaga Ahli Yang Memiliki SKA 6 Tenaga Ahli Yang Tidak Memiliki SKA Kota Pekanbaru 1 Kontraktor - Besar Menengah Tenaga Ahli Yang Memiliki SKA TOTAL IV.. Uji Validasi Uji Validitas dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada tiga responden kontraktor dan 3 responden tenaga ahli konstruksi yang telah memiliki Sertifikat Keahlian secara acak. Masukan-masukan yang diterima selanjutnya menjadi dasar untuk menyempurnakan materi dan format kuesioner. Perubahan yang dilakukan hanya sebatas penyempurnaan format penyajian kuesioner agar lebih mudah dimengerti dan diisi oleh responden. Menyangkut materi kuesioner tidak ada perubahan.

3 53 IV.3. Informasi tentang responden Latar belakang responden mempengaruhi jawaban yang diberikan terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner. Oleh karena itu pengenalan latar belakang responden akan bermanfaat untuk menganalisis pendapat/opini responden terhadap suatu permasalahan. Latar belakang tersebut dihimpun sebagai berikut: IV.3.1. Pendidikan responden Pendidikan responden terdiri dari SLTA, D3, S1, S, dan Non-teknik dengan sebaran pada setiap kelompok sampel tampak pada gambar berikut: Pendidikan Responden Kota Bandung Responden Pengguna Jasa Kontraktor Tenaga Ahli BerSKA Tenaga Ahli NonSKA Asosiasi Profesi Asosiasi Perusahaan D3 S1 S Non-Teknik Gambar.IV.1. Distribusi pendidikan responden Kota Bandung Pendidikan Responden Kota Pekanbaru Responden Kontraktor Tenaga Ahli BerSKA D3 S1 S Non-Teknik Gambar.IV.. Distribusi pendidikan responden Kota Pekanbaru

4 5 Dari gambar di atas tampak bahwa responden terbanyak yang mengisi kuesioner berpendidikan S1. Responden yang berpendidikan SLTA dan pendidikan nonteknik hanya berasal dari responden tenaga ahli konstruksi yang tidak memiliki Sertifikat Keahlian di Kota Bandung, dimana pada pada responden lainnya tidak ada. IV.3.. Jabatan responden Pada penelitian ini kategori jabatan dibagi dalam tiga jenjang jabatan, yaitu manajer puncak, manajer menengah, dan staf operasional. Manajer puncak adalah pihak yang merumuskan kebijakan strategis instansi/perusahaan secara umum, dalam penelitian ini termasuk didalamnya Kepala Dinas, Direktur, Wakil Direktur, Direktris dan General Manager. Manajer menengah adalah pihak yang bertanggung jawab menjabarkan kebijakan strategis organisasi kedalam kebijakan yang lebih spesifik sesuai lingkup bidang masing-masing dan berwenang mengelola sumber daya yang dibutuhkan. Dalam penelitian ini termasuk didalamnya, Direktur Cabang, Manajer Proyek, Penanggung Jawab Teknis (PJT), dan Penanggung Jawab Bidang (PJB). Dan Direktur Teknik. Staff operasional adalah pihak yang melaksanakan kebijakan operasional di masing-masing bidang. Gambaran distribusi jabatan responden tampak pada gambar berikut: Jabatan Responden Kota Bandung Responden Pengguna Jasa Kontraktor Tenaga Ahli BerSKA Tenaga Ahli NonSKA Asosiasi Profesi Asosiasi Perusahaan Manajer Puncak Manajer Menengah Staf Operasional Gambar.IV.3. Distribusi jabatan kerja responden Kota Bandung

5 55 Jabartan Kerja Responden Kota Pekanbaru Responden Kontraktor Tenaga Ahli BerSKA Manajer Puncak Manajer Menengah Staf Operasional Gambar.IV.. Distribus jabatan kerja responden Kota Pekanbaru IV.3.3. Pengalaman kerja responden Pengalaman responden dilihat dari lamanya responden telah bekerja pada bidang yang saat ini ditekuninya. Rentang waktu pengalaman disusun dalam rentang lima tahunan, mulai <5 tahun, 5-1 tahun, 1-15 tahun dan >15 tahun. Distribusi pengalaman responden tampak pada gambar berikut: Pengalaman Kerja Resnponden Kota Bandung Jumlah Responden Pengguna Jasa Kontraktor Tenaga Ahli BerSKA Tenaga Ahli NonSKA Asosiasi Profesi Asosiasi Perusahaan < 5 tahun 5-1 tahun 1-15 tahun > 15 tahun Gambar.IV.5. Distribusi pengalaman kerja responden Kota Bandung

6 56 Pengalaman Kerja Responden Kota Pekanbaru 3 Jumlah Responden 1 1 Kontraktor Tenaga Ahli BerSKA < 5 tahun 5-1 tahun 1-15 tahun > 15 tahun Gambar.IV.6. Distribusi pengalaman kerja responden Kota Pekanbaru Dari gambar di atas tampak bahwa responden terbanyak yang mengisi kuesioner memiliki pengalaman kerja 5 sampai 1 tahun dan pengalaman kerja diatas 15 tahun hanya berasal dari responden kontraktor dan tenaga ahli konstruksi yang memiliki Sertifikat Keahlian di Kota Bandung. IV.3.. Kualifikasi perusahaan kontraktor Kualifikasi perusahan penyedia jasa pada penelitian ini dikualifikasikan atas dua kelompok yaitu besar dan menengah (PP 8 tahun ). Kualifikasi ini dipakai karena kepemilikan tenaga ahli bersertifikat keahlian hanya pada kontraktor dengan kualifikasi besar dan menengah (Peraturan LPJK no. 11 tahun 6) Kualifikasi penyedia jasa yang menjadi sampel penelitian ini tampak pada gambar berikut:

7 57 Kualifikasi perusahaan kontraktor Responden Bandung ( responden) Pekanbaru ( responden) Besar Menengah Gambar.IV.7. Kualifikasi responden dari perusahaan kontraktor di Kota Bandung dan Kota Pekanbaru Tampak bahwa umumnya penyedia jasa yang menjadi sampel penelitian untuk Kota Bandung adalah penyedia jasa yang berkualifikasi menengah dengan persentase 8% dan untuk sampel penyedia jasa di Kota Pekanbaru jumlah kontraktor menengah sama banyak dengan kontraktor besar. IV.3.5. Bidang usaha perusahaan kontraktor Bidang usaha perusahan penyedia jasa pada penelitian ini dibagi menjadi 5 bidang pekerjaan jasa pelaksana yaitu arsitektur, sipil, mekanikal, elektrikal, dan tata lingkungan (Peraturan LPJK no. 11 tahun 6). Bidang usaha penyedia jasa yang menjadi sampel penelitian ini tampak pada gambar berikut: Bidang usaha perusahaan konstruksi 1% 85% % Responden 8% 6% % % 65% 3% % % 5% 5% 5% 5% 5% % Bandung ( responden) Pekanbaru ( responden) Arsitektur Sipil Mekanikal Elektrikal Tata Lingkungan Gambar.IV.8. Bidang usaha responden dari perusahaan kontraktor di Kota Bandung dan Kota Pekanbaru

8 58 Tampak bahwa umumnya penyedia jasa yang menjadi sampel penelitian untuk Kota Bandung dan Kota Pekanbaru adalah penyedia jasa yang bergerak dibidang pekerjaan sipil dan arsitektur dengan persentase besar dan sama dengan 5%. IV.3.6. Usia perusahaan kontraktor Usia perusahaan kontraktor dilihat dari lamanya perusahaan tersebut berdiri dan bergerak dibidang konstruksi. Rentang waktu usia peusahaan disusun dalam rentang lima tahunan, mulai <5 tahun, 5-1 tahun, 1-15 tahun dan >15 tahun. Distribusi pengalaman responden tampak pada gambar berikut: Usia perusahaan kontraktor Responden Bandung ( responden) Pekanbaru ( responden) < 5 tahun 5-1 tahun 1-15 tahun > 15 tahun Gambar.IV.9. Usia responden dari perusahaan kontraktor di Kota Bandung dan Kota Pekanbaru Variasi usia perusahaan kontaktor tampak lebih beragam pada kelompok sampel perusahaan kontraktor di Kota Bandung. Hal ini terjadi karena jumlah sampel perusahaan kontraktor untuk Kota Bandung lebih banyak 5 kali lipat dari jumlah sampel perusahaan kontraktor untuk Kota Pekanbaru. IV.. Analisis dan Pembahasan IV..1. Gambaran umum kewajiban sertifikasi bagi tenaga ahli konstruksi di Indonesia Kepemilikan Sertifikat Keahlian oleh tenaga ahli konstruksi di Kota Bandung telah telah ada sebelum dikeluarkannya Undang-undang nomor 18 tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi, tetapi dalam jumlah yang sangat kecil. Permintaan

9 59 Sertifikat Keahlian meningkat drastis setelah dikeluarkannya UUJK tahun 1999, terutama setelah tahun 3 semenjak dikeluarkannya Keputusan Presiden no 8 tahun 3 tentang pengadaan barang dan jasa pemerintah, hal serupa juga terjadi di Kota Pekanbaru. Pada Gambar IV.1 dan Gambar IV.11 terlihat hanya dari responden tenaga ahli di Kota Bandung yang telah memiliki Sertifikat Keahlian dan 3 dari responden kontraktor Kota Bandung yang telah memiliki tenaga ahli bersertifikat keahlian sejak 7 tahun yang lalu sebelum dikeluarkannya UUJK tahun Sudah berapa lama tenaga ahli memiliki sertifikat keahlian responden Bandung ( responden) 3 1 Pekanbaru ( responden) Sebelum tahun Antata tahun - 3 Sesudah tahun3 Gambar IV.1. Sejak kapan tenaga ahli konstruksi memiliki Sertifikat Keahlian Sejak kapan kontraktor memiliki tenaga ahli bersertifikat keahlian Responden Bandung ( responden) Pekanbaru ( responden) Sebelum tahun Antata tahun - 3 Sesudah tahun3 Gambar IV.11. Sejak kapan kontraktor memiliki tenaga ahli bersertifikat Keahlian

10 6 Meningkatnya jumlah tenaga ahli yang memiliki Sertifikat Keahlian, khususnya setelah dikeluarkannya Keputusan Presiden no 8 tahun 3 disebabkan karena pada Keputusan Presiden tersebut menyatakan bahwa untuk dapat mengikuti pengadaan barang dan jasa pemerintah, kontraktor harus memiliki tenaga ahli bersertifikat keahlian. Setelah dikeluarkannya Keputusan Presiden tersebut, jumlah tenaga ahli konstruksi yang memiliki Sertifikat Keahlian meningkat drastis, ini terlihat pada Gambar IV.1. dan Gambar IV.11, 7 dari responden tenaga ahli Kota Bandung baru memiliki Sertifikat Keahlian empat tahun belakangan ini dan 16 dari responden kontraktor di Kota Bandung baru memiliki tenaga ahli bersertifikat keahlian empat tahun belakangan ini, hal yang hampir sama juga terjadi di Kota Pekanbaru. Persyaratan kepemilikan Sertifikat Keahlian oleh tenaga ahli untuk pekerjaan Dinas Pekerjaan Umum Kota Bandung baru dimulai pada awal tahun, sedangkan penerapan kepemilikan Sertifikat Keahlian di Pekanbaru baru dimulai pada awal tahun 5. Persyaratan kepemilikan SKA di Kota Pekanbaru hanya diwajibkan pada personil tim inti keteknikan untuk proyek yang akan dikerjakan oleh kontrakt9or, khususnya project manager dan site manager. Hal ini berbeda dengan Kota Bandung yang telah mempersyaratkan semua personil tim inti keteknikan yang dimiliki kontraktor untuk memiliki Sertifikat Keahlian. Untuk pengguna jasa dari pihak swasta di kota Bandung (3 responden) belum ada yang mempersyaratkan kepemilikan tenaga ahli bersertifikat keahlian. Untuk pekerjaan milik pemerintah, tenaga ahli yang diajukan oleh kontraktor pada saat penawaran tidak harus berstatus pegawai tetap perusahaan tetapi boleh dari luar perusahaan dengan persyaratan tenaga ahli tersebut tidak sedang bekerja pada proyek lain. Sampai saat ini, sebagian besar kontraktor di Kota Bandung hanya memiliki tenaga ahli tetap sebanyak kurang dari 5 orang, ini terlihat pada Gambar IV.6, 15 dari responden hanya memiliki tenaga ahli bersertifikat kurang dari 5 orang dan hanya responden yang memiliki tenaga ahli bersertifikat lebih dari 1 orang, hal yang hampir sama juga terjadi di Kota Pekanbaru..

11 61 Berapa jumlah tenaga ahli bersertifikat yang dimiliki oleh kontraktor Responden Bandung ( responden) Pekanbaru ( responden) < 5 orang 5-1 rang > 1 orang Gambar IV.1. Jumlah tenaga ahli bersertifikat yang dimiliki oleh Kontraktor Jumlah tenaga ahli dengan kualifikasi utama sangat minim di Kota Bandung dan Kota Pekanbaru. Pada Gambar IV.7 dapat dilihat bahwa hanya 3 dari responden kontraktor di Kota Bandung dan hanya 1 dari kontraktor di Kota Pekanbaru yang memiliki tenaga ahli berkualifikasi utama sedangkan untuk kualifikasi muda dan madya dimiliki oleh semua responden kontraktor di Kota Bandung dan Kota Pekanbaru, sedangkan untuk tenaga ahli dengan kualifikasi pemula tidak ada responden yang memilikinya. Kualifikasi tenaga ahli bersertifikat keahlian yang dimiliki oleh kontraktor 5 Responden Bandung ( responden) 3 1 Pekanbaru ( responden) Pemula Muda Madya Utama Gambar IV.13. Kualifikasi SKA tenaga ahli yang dimiliki oleh kontraktor Dari penjelasan data di atas diketahui bahwa sudah semua kontraktor di kota Bandung dan Kota Pekanbaru telah memiliki tenaga ahli bersertifikat keahlian,

12 6 tetapi masih ditemukan beberapa kontraktor (-3 kontraktor setiap tender) yang gugur akibat tidak memenuhi kepemilikan tenaga ahli bersertifikat keahlian, seperti: 1. Masih ditemukan kontraktor yang menggunakan Sertifikat Keahlian palsu, tetapi untuk tahun anggaran 7 hal ini tidak ditemukan lagi.. Kurangnya jumlah tenaga ahli bersertifikat yang dimiliki oleh kontraktor. 3. Masih ditemukan kontraktor yang menggunakan tenaga ahli yang sama.. Masih ditemukan tenaga ahli yang diajukan oleh kontraktor masih dalam masa bertugas pada proyek yang masih berjalan. Pada tahun 7, penerapan kewajiban kepemilikan tenaga ahli bersertifikat keahlian tidak hanya pada pengadaan barang dan jasa pemerintah saja tetapi Penanggung Jawab Teknis (PJT) dan Penanggung Jawab Bidang (PJB) di perusahaan kontraktor juga harus memiliki Sertifikat Keahlian. Hal tersebut diatur dalam Peraturan LPJKN no.11 tentang Registrasi Usaha Jasa Pelaksana Konstruksi menyatakan bahwa mulai tahun 7, bagi kontraktor menengah dan besar yang ingin membuat sertifikat badan usaha (SBU) diwajibkan untuk memiliki 1 orang tenaga ahli bersertifikat keahlian untuk jabatan PJT dan 1 orang tenaga ahli bersertifikat keahlian untuk jabatan PJB untuk setiap bidang pekerjaan yang dimiliki oleh perusahaan (arsitektur, sipil, mekanikal, elektrikal, dan tata lingkungan). IV... Fenomena yang berkembang semenjak dikeluarkannya Undangundang jasa konstruksi tahun 1999 mengenai kewajiban sertifikasi bagi tenaga ahli konstruksi di Indonesia. A. Pemahaman masyarakat jasa konstruksi mengenai hal yang berhubungan dengan sertifikasi tenaga ahli konstruksi di Indonesia Sampai saat ini, masyarakat jasa konstruksi di Kota Bandung dan Pekanbaru telah mengenal Sertifikat Keahlian dengan baik, ini terlihat dari semua responden di Kota Bandung dan Pekanbaru, mereka mengetahui dengan baik apa yang dimaksud dengan Sertifikat Keahlian konstruksi, hanya responden yaitu pengguna jasa dari pihak swasta yang kurang mengetahui dan hanya 1 responden

13 63 pengguna jasa dari pihak swasta yang tidak mengetahui apa yang dimaksud dengan Sertifikat Keahlian konstruksi. Pengetahuan responden mengenai Sertifikat Keahlian Pemula (SKA-P) % Responden 1.% 75.% 5.% 5.% 83.3% 1% 1% 1% 1% 1%.% Bandung Pekanbaru Pengguna jasa Kontraktor Tenaga ahli ber SKA Tenaga ahli tidak berska Gambar IV.1. Pengetahuan responden mengenai Sertifikat Keahlian Pemula Responden dari pengguna jasa yang kurang mengetahui ( responden) dan tidak mengetahui (1 responden) mengenai Sertifikat Keahlian beralasan mereka tidak pernah mempersyaratkan kepemilikan tenaga ahli bersertifikat keahlian kepada kontraktor dan yang mereka ketahui bahwa persyaratan kepemilikan Sertifikat Keahlian baru untuk pekerjaan pemerintah. Beberapa alasan pengguna jasa dari pihak swasta tidak pernah mempersyaratkan kepemilikan tenaga ahli bersertifikat keahlian kepada kontraktor dapat dilihat pada Tabel IV.. No Tabel IV.. Alasan owner swasta tidak pernah mempersyaratkan SKA Alasan Pribadi (1 responden) 1. Tidak mengetahui mengenai SKA. Perencanaan dibuat oleh konsultan perencana dan tidak pernah mempersyaratkan SKA Developer ( responden) 3. Lebih mengutamakan pengalaman kontraktor. Tidak percaya terhadap kredibilitas SKA 5. Hanya mempersyaratkan SBU/IUJK 6. Telah memiliki kontraktor langganan/tetap

14 6 Sampai saat ini pengguna jasa swasta yang tidak pernah mempersyaratkan kepemilikan tenaga ahli bersertifikat keahlian kepada kontraktor tidak ditemukan permasalahan yang berarti dalam pelaksanaan pekerjaan di lapangan. Pengetahuan masyarakat jasa konstruksi mengenai Sertifikat Keahlian Pemula (SKA-P) sangat rendah sekali, ini terlihat di Kota Bandung hanya 1 dari 6 pengguna jasa yang mengetahui mengenai SKA-P, 1 responden lagi kurang mengetahui, dan responden termasuk 1 instansi pemerintah tidak mengetahui apa yang dimaksud dengan SKA-P. Hal ini juga diperkuat dengan hanya dari responden kontraktor, 7 dari responden tenaga ahli bersertifikat, dan dari tenaga ahli yang belum memiliki Sertifikat Keahlian yang mengetahui apa itu yang dimaksud dengan Sertifikat Keahlian Pemula (SKA-P). Hal yang sama juga terjadi di Kota Pekanbaru, semua responden kontraktor ( responden) dan semua responden tenaga ahli ( responden) tidak tahu mengenai Sertifikat Keahlian Pemula (SKA-P). Pengetahuan responden mengenai sertifikat keahlian pemula (SKA-P) Responden /6 / 7/ Bandung / 1/ / Pekanbaru Pengguna jasa Kontraktor Tenaga ahli ber SKA Tenaga ahli tidak berska Gambar IV.15. Pengetahuan responden mengenai Sertifikat Keahlian Pemula Kekurang tahuan ini disebabkan karena semua responden kontraktor tidak ada yang memiliki tenaga ahli dengan kualifikasi pemula dan kebijakan Sertifikat Keahlian Pemula (SKA-P) baru dilakukan pda tahun 6 dan tidak pernahnya pemerintah mempersyaratkan kepemilikan tenaga ahli dengan kualifikasi pemula pada persyaratan tender.

15 65 B. Bagaimana cara tenaga ahli konstruksi untuk dapat memiliki Sertifikat Keahlian Untuk dapat memiliki Sertifikat Keahlian, hampir semua tenaga ahli konstruksi dibiayai pengurusannya oleh kontraktor tempat mereka bekerja. Pernyataan ini didasari oleh hasil survei yang menggambarkan bahwa semua responden tenaga ahli di Kota Bandung ( responden) dan Pekanbaru ( responden) dibiayai oleh perusahaan mereka untuk melakukan sertifikasi keahlian mereka. Pada Gambar IV.16 dapat dilihat bahwa semua responden kontraktor di Kota Bandung ( responden) dan Pekanbaru ( responden) pernah membiayai pengurusan Sertifikat Keahlian para tenaga ahli yang mereka miliki. Cara tenaga ahli konstruksi untuk mendapatkan Sertifikat Keahlian (SKA) 1% 1% 1% 1% % Responden 8% 6% % % % Bandung ( Responden) Pekanbaru ( Responden) Gambar IV.16 Cara tenaga ahli memiliki Sertifiakt Keahlian. Cara kontraktor memiliki tenaga ahli bersertifikat keahlian 5 Responden Melakukan perekrutan untuk pegawai tetap Melakukan perekrutan untuk pegawai tidak tetap Membiayai tenaga ahli yang dimiliki Bandung Pekanbaru ( Responden) ( Responden) Gambar IV.17. Cara kontraktor memiliki tenaga ahli bersertifiakt keahlian.

16 66 Permasalahan yang sering dihadapi oleh tenaga ahli dalam pengurusan Sertifikat Keahlian adalah pemenuhan persyaratan pendidikan minimal yang harus dimiliki oleh tenaga ahli yang bersangkutan. Pada Gambar IV.18 terlihat bahwa 1 dari tenaga ahli yang belum memiliki Sertifikat Keahlian beralasan mereka tidak bisa mengikuti sertifikasi tenaga ahli karena tidak memenuhi persyaratan minimum yang ditetapkan oleh asosiasi profesi yaitu D3 atau S1 keteknikan, sedangkan mereka memiliki pendidikan SLTA dan sarjana non-teknik yang sangat tidak memungkinkan untuk meneruskan sekolah mereka ke bidang keteknikan. Alasan tenaga ahli belum memiliki sertifikat keahlian, % 6, 3% 1, 5% Tidak memenuhi persyaratan pendidikan Tidak memenuhi persyaratan pengalaman Menunggu kebijakan dari perusahaan Gambar IV.18. Alasan tenaga ahli konstruksi tidak memiliki Sertifikat Keahlian. Untuk memenuhi persyaratan pengalaman kerja, tenaga ahli (1 responden)yang dibiayai pengurusan sertifikat keahliannya oleh perusahaan menyatakan bahwa perusahaan mereka memberikan bukti pengalaman kerja fiktif untuk memenuhi persyaratan sesuai dengan kualifikasi sertifikat yang diinginkan meskipun karena pengalaman kerja mereka belum memenuhi persyaratan, sehingga hal ini juga menjadi salah satu alasan mengapa banyak tenaga ahli yang menunggu kebijakan perusahaan untuk membiayai proses sertifikasi tenaga ahli. C. Bagaimana cara kontraktor untuk dapat memiliki tenaga ahli bersertifikat keahlian Pada umumnya kontraktor lebih memilih membiayai pengurusan Sertifikat Keahlian tenaga ahli yang dimilikinya dari pada merekrut tenaga ahli bersertifikat dari luar perusahaan (Gambar IV.17), hal ini dapat dilihat pernyataan berikut:

17 67 1. Kontraktor membiayai pengurusan sertifikat keahlaian tenaga ahli yang dimiiki oleh perusahaan ( responden Kota Bandung dan responden Kota Pekanbaru). Kontraktor melakukan perekrutan tenaga ahli bersertifikat keahlian untuk dijadikan pegawai kontrak untuk satu pekerjaan (15 responden Kota Bandung dan responden Kota Pekanbaru) 3. Kontraktor melakukan perekrutan tenaga ahli bersertifikat keahlian untuk dijadikan pegawai tetap perusahaan ( responden Kota Bandung) Banyaknya jumlah perusahaan yang membiayai pengurusan Sertifikat Keahlian, dan banyaknya jumlah tenaga ahli yang pengurusan sertifikat keahliannya dibiayai perusahaan tempat mereka bekerja, dan sebagian besar tenaga ahli masih menganggap mahalnya biaya pengurusan Sertifikat Keahlian menggambarkan bahwa masih kurangnya kesadaran para tenaga ahli konstruksi di Indonesia akan pentingnya Sertifikat Keahlian sebagai bukti kompetensi keahlian yang mereka miliki. Kepedulian akan pentingnya Sertifikat Keahlian sangat dirasakan oleh kontraktor, karena untuk dapat mengikuti tender proyek pemerintah mereka harus memiliki tenaga ahli bersertifikat keahlian dan sebagian besar proyek yang dikerjakan oleh kontraktor adalah proyek pemerintah. Persentase proyek pemerintah dari semua proyek yang pernah dikerjakan kontraktor Responden bandung ( responden) 1 3 Pekanbaru ( responden) 1% 75% -!% 5% - 75% < 5 % Gambar IV.19. Proyek yang pernah dikerjakan oleh kontraktor Alasan kontraktor lebih memilih membiayai tenaga ahli yang mereka miliki untuk pengurusan Sertifikat Keahlian dapat dilihat pada Tabel IV.3.

18 No 68 Tabel.IV.3. Alasan kontraktor membiayai pengurusan sertifikasi tenaga ahli Alasan 1 Kurang percaya terhadap kredibilitas Sertifikat Keahlian yang ada Lebih percaya terhadap keahlian tenaga ahli yang telah lama dimiliki perusahaan 3 Kurangnya tenaga ahli bersertifikat yang belum memiliki pekerjaan Bandung ( responden) Pekanbaru ( responden) 13 1 Meningkatkan kinerja dan loyalitas tenaga ahli Keputusan yang diambil oleh kontraktor untuk membiayai pengurusan sertifikasi keahlian para tenaga ahli mereka memiliki resiko yang besar dikarenakan Sertifikat Keahlian bersifat individu yang memungkinkan tenaga ahli yang dibiayai tersebut berhenti bekerja dari perusahaan dan membawa pergi Sertifikat Keahlian tersebut, dari hasil survei diketahui bahwa dari responden kontraktor pernah mengalami hal tersebut. Untuk mengantisipasi hal tersebut, sebagian besar kontraktor yang membiayai tenaga ahlinya untuk pengurusan Sertifikat Keahlian (11 dari responden) membuat suatu perjanjian dengan tenaga ahli mereka, 9 dari 11 responden memegang Sertifikat Keahlian tersebut dan responden melakukan perjanjian ikatan kerja dan sertifikat dipegang oleh perusahaan, hal serupa juga terjadi di Kota Pekanbaru. Perjanjian kontraktor dengan tenaga ahli yang dibiayai pengurusan SKA Responden bandung ( responden) Pekanbaru ( responden) Ikatan kerja SKA dipegang perusahaan Kedua-duanya Tidak ada perjanjian Gambar.IV.. Perjanjian yang dilakukan kontraktor dengan tenaga ahli yang akan dibiayai pengurusan Sertifikat Keahlian mereka

19 69 Bagi perusahaan yang tidak membuat perjanjian (9 responden kontraktor di Kota bandung dan responden kontraktor di Kota Pekanbaru), menyatakan bahwa tenaga ahli yang akan mereka biayai adalah tenaga ahli yang telah terbukti loyalitasnya terhadap perusahaan dan memiliki prestasi kerja yang baik sehingga dengan sendirinya akan meningkatkan motivasi kerja dan loyalitas mereka kepada perusahaan. D. Pendapat masyarakat jasa konstruksi terhadap proses sertifikasi tenaga ahli konstruksi yang berjalan selama ini Sebagian besar masyarakat jasa konstruksi menganggap bahwa proses sertifikasi tenaga ahli konstruksi yang sedang berlanggsung sampai saat ini tidak berjalan sebagai mana mestinya, hal ini terlihat terdapat dari 3 responden pengguna jasa swasta mengatakan bahwa mereka tidak percaya terhadap proses sertifikasi tenaga ahli yang dilakukan oleh asosiasi profesi yang telah berlangsung selama ini (Tabel.IV.) dan sebagian besar kontraktor, yaitu 13 dari kontraktor Kota Bandung dan semua kontraktor ( responden) Kota Pekanbaru mengatakan bahwa alasan mereka lebih memilih membiayai proses sertifikasi tenaga ahli adalah karena mereka kurang percaya terhadap kredibilitas Sertifikat Keahlian yang beredar sekarang ini (Tabel.IV.3). Hal tersebut terjadi karena terdapatnya perbedaan persyaratan sertifikasi tenaga ahli oleh masing-masing Asosiasi Profesi, yaitu: 1. Persyaratan pendidikan. Persyaratan Pengalaman 3. Penilaian ujian kompetensi. Biaya pengurusan Selain dikarenakan perbedaan persyaratan di atas juga terdapat beberapa asosiasi yang dapat mengeluarkan SKA tanpa mengikuti ujian dengan biaya yang lebih mahal. Hal ini diakui oleh dari kontraktor di Kota Bandung dan semua kontraktor ( responden) di Kota Pekanbaru yang pernah mengurus Sertifikat Keahlian anggotanya dengan menggunakan jalan tersebut (Gambar.IV.1). Berikut ini beberapa alasan mereka:

20 7 1. Tidak perlu menunggu jadwal sertifikasi yang biasanya dilakukan 1 sampai kali dalam satu tahun.. Tidak memiliki resiko tidak lulus ujian kompetensi. 3. Proses penerbitan Sertifikat keahlian yang lebih cepat yaitu minggu (biasanya pengurusannya lebih dari satu bulan) Kontraktor yang mengaku pernah membeli SKA % Responden 1% 8% 6% % % % 8% % Bandung ( Responden) Pernah 1% % Pekanbaru ( Responden) Tidak Pernah Gambar.IV.1. Kontraktor yang pernah membeli Sertifikat Keahlian tanpa mengikuti ujian kompetensi Dari beberapa pernyataan masyarakat jasa konstruksi mengenai proses sertifikasi tenaga ahli konstruksi yang berjalan sampai saat ini menimbulkan fenomena bahwa proses sertifikasi tenaga ahli yang sedang berlangsung sampai saat ini menjadi suatu ajang jual beli Sertifikat Keahlian tanpa harus memenuhi persyaratan kompetensi yang seharusnya dipenuhi oleh tenaga ahli yang bersangkutan. E. Upah tenaga ahli konstruksi yang memiliki Sertifikat Keahlian Kepemilikan Sertifikat Keahlian oleh tenaga ahli tidak mempengaruhi gaji yang mereka peroleh, dari hasil survei diperoleh bahwa semua kontraktor ( responden) di Kota Bandung dan semua responden kontraktor ( responden) di Kota Pekanbaru hanya mempertimbangkan prestasi kerja dalam penentuan besaran gaji dan mereka menganggap dengan membiayai pengurusan sertifikat

21 71 kahlian, itu berarti suatu perhatian lebih dan penghargaan yang diberikan oleh perusahaan. Peningkatan upah tenaga ahli setelah memiliki Sertifikat keahlian Responden % 1% Bandung ( Responden) Pekanbaru ( Responden) Ya Tidak Gambar.IV.. Pengaruh kepemilikan SKA dengan besaran upah yang diterima Tenaga ahli yang pengurusan sertifikat keahliannya dibiayai oleh perusahaan tidak pernah meminta kenaikan gaji kepada perusahaan dikarenakan mereka memiliki Sertifikat Keahlian. Permintaan kenaikan gaji biasanya dilakukan oleh tenaga ahli tidak tetap yang dipekerjakan kontraktor untuk satu proyek dan tenaga ahli yang membiayai sendiri pengurusan Sertifikat Keahlian mereka. Pada Tabel IV. terlihat bahwa semua responden kontraktor di Kota Bandung ( responden) yang memiliki tenaga ahli bersertifikat keahlian dengan biaya sendiri sering dimintai kenaikan gaji dan fasilitas oleh tenaga ahli tersebut, dan 11 dari responden kontraktor di Kota Bandung dan 3 dari responden kontraktor di Kota Pekanbaru pernah dimintai gaji yang besar dan fasilitas yang lebih oleh tenaga ahli bersertifikat keahlian yang mereka kontrak untuk mengerjakan suatu proyek.

22 7 Tabel IV.. Tenaga ahli yang pernah meminta kenaikan gaji kepada perusahaan tempat mereka bekerja NO Pertanyaan 1 Perusahaan yang pernah dimintai kenaikan gaji oleh tenaga ahli mereka Bandung ( responden) Pekanbaru ( responden) Pegawai tetap dengan biaya sendiri - Pegawai tetap dengan biaya perusahaan - Tenaga ahli tidak tetap 11 3 Perusahaan yang tidak pernah dimintai kenaikan gaji oleh tenaga ahli mereka 8 1 F. Sejauh mana pengaruh kepemilikan tenaga ahli konstruksi bersertifikat keahlian oleh kontraktor terhadap penentuan pemenang tender Sampai saat ini pekerjaan yang mempersyaratkan kepemilikan tenaga ahli konstruksi bersertifikat keahlian baru untuk pekerjaan pemerintah. Untuk penentuan pemenang tender pada pengadaan proyek pemerintah berdasarkan pemenuhan persyaratan (salah satunya kepemilikan tenaga ahli bersertifikat keahlian oleh setiap anggota tim inti keteknikan) dan penawaran terendah. Untuk kepemilikan Sertifikat Keahlian oleh setiap tim inti keteknikan yang dipersyaratkan pada dokumen penawaran dinilai berdasarkan batasan poin, dengan batasan poin tersebut kontraktor hanya boleh untuk tidak memiliki satu anggota tim inti proyek yang tidak bersertifikat keahlian, tetapi kontraktor harus memenuhi ambang poin total yang nilainya lebih tinggi dari ambang poin total. Untuk penentuan nilai penawaran terendah diambil dari 3 peserta yang telah lolos seleksi persyaratan (administrasi, keuangan, teknis, peralatan, dan jaminan mutu) yang memiliki nilai penawaran terendah.

23 73 Jumlah tenaga ahli bersertifikat keahlian yang biasanya dipersyaratkan untuk satu proyek konstruksi Responden Kotraktor Bandung ( Responden) Kotraktor Pekanbaru ( Responden) < 3 orang 3 - orang > 5 orang Gambar.IV.3. Jumlah tenaga ahli bersertifikat keahlian yang biasanya dipersyaratkan untuk satu proyek konstruksi. Pada pelaksanaan pelelangan (tender), Dinas Pekerjaan Umum kota Bandung melakukan pengecekan keabsahan Sertifikat Keahlian (SKA) pada saat hanya tinggal 3 calon pemenang tender. Cara pengecekan yang dilakukan oleh dinas tersebut adalah dengan cara berikut ini: 1. Melakukan pengecekan langsung terhadap tenaga ahli yang bersangkutan dengan melakukan wawancara langsung atau melalui telepon.. Jika tenaga ahli yang bersangkutan menyatakan bahwa bekerja pada perusahaan yang bersangkutan dan sanggup melakukan pekerjaan yang akan dilakukannya maka dinyakan sah. 3. Bagi tenaga ahli yang terdapat pada perusahaan yang berbeda, maka yang bersangkutan disuruh untuk memilih salah satu perusahaan. Jika yang bersangkutan tidak memilih salah satu peusahaan maka ke dua perusahaan dianggap gugur.. Tenaga ahli tidak boleh sedang melakukan pekerjaan lain pada waktu yang bersamaan Dari hasil survei diketahui bahwa kepemilikan tenaga ahli bersertifikat sangat mempengaruhi kontraktor untuk memenangkan tender karena apabila kontraktor tidak memenuhi batasan poin minimal untuk kepemilikan tenaga ahli bersertifikat keahlian, maka kontraktor tesebut akan langsung dinyatakan gugur. Dikarenakan sangat pentingnya kepemilikan tenaga ahli bersertifkat keahlian bagi kontraktor,

24 7 membuat para kontraktor berusaha untuk memiliki tenaga ahli bersertifikat keahlian. Hal ini terlihat dengan semakin berkurangnya jumlah kontraktor yang gugur dikarenakan persyaratan Sertifikat Keahlian (hanya -3 kontraktor pada setiap tender pemerintah). Usaha yang dilakukan oleh kontraktor ternyata tidak sebanding dengan imbalan yang mereka peroleh, karena penentuan pemenang tender proyek pemerintah dilihat dari nilai penawaran terendah, yang menyebabkan kontraktor tidak dapat menaikan penawaran dan bersaing untuk mengajukan penawaran terendah. G. Sejauh mana pengaruh kepemilikan tenaga ahli konstruksi bersertifikat keahlian oleh kontraktor terhadap hasil pekerjaan yang dilakukan Kepemilikan tenaga ahli bersertifikat keahlian oleh kontraktor dalam melakukan pekerjaannya tidak berpengaruh terhadap hasil pekerjaan yang dihasilkan, hal ini terlihat dari semua responden kontraktor ( responden) di Kota Bandung dan semua responden kontraktor ( responden) di Kota Pekanbaru dan semua responden pengguna jasa pemerintah Kota Bandung (3 responden) mengatakan bahwa hasil pekerjaaan tidak dipengaruh oleh kepemilikan tenaga ahli bersertifikat keahlian. Manfaat yang dirasakan oleh pengguna jasa pemerintah di Kota Bandung (3 responden) semenjak dipersyaratkan kepemilikan tenaga ahli bersertifikat keahlian pada proyek pemerintah adalah berkurangnya intensitas perselisihan yang terjadi antara pengguna jasa dengan kontraktor. Untuk mendapatkan jaminan mutu terhadap pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus dan teknologi tinggi, pengguna jasa pemerintah (3 responden) biasanya mempersyaratkan kontraktor untuk memiliki sertifikat manajemen mutu (ISO) dan sertifikat manajemen K-3 (OHAS). H. Bagaimana pengawasan terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga ahli konstruksi bersertifikat keahlian Tenaga ahli bersertifikat keahlian yang dimiliki oleh kontraktor dalam melakukan pekerjaan hanya bertanggungjawab terhadap pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan posisinya pada tim inti keteknikan proyek, sehingga pekerjaan di lapangan

25 75 berpeluang dikerjakan oleh tenaga ahli yang tidak memiliki Sertifikat Keahlian. Hal ini terlihat bahwa semua responden pengguna jasa pemerintah (3 responden) menyatakan bahwa tenaga ahli yang tercantum pada dukumen kontrak harus ada pada saat pertanggungjawaban pekerjaan bila terjadi kesalahan dan pada saat inspeksi mendadak. Pengawasan yang dianggap tidak terlalu ketat, memungkinkan kontraktor hanya menggunakan tenaga ahli bersertifikat untuk persyaratan tender sedangkan pelaksanaannya dilakukan oleh tenaga ahli mereka yang tidak memiliki Sertifikat Keahlian atau tenaga ahli yang memiliki kualifikasi yang lebih rendah, ini terlihat 8 dari responden kontraktor di kota Bandung dan semua responden kontraktor ( responden) Kota Pekanbaru pernah melakukan hal tersebut. hal ini juga disebabkan karena kontraktor harus menekan nilai penawaran serendah mungkin untuk dapat memenangkan tender. Banyaknya jumlah kontraktor yang melakukan hal tersebut, mengakibatkan tidak terciptanya jaminan kepada konsumen atau pengguna jasa bahwa pekerjaan yang dilakukan oleh kontraktor benar-benar ditangani langsung oleh tenaga ahli yang berkompeten. Pernahkah kontraktor mempekerjakan tenaga ahli yang berbeda dengan tenaga ahli yang terdapat pada dokumen tender? Responden bandung ( responden) Pekanbaru ( responden) Pernah Tidak Pernah Gambar IV.. Pernahkah kontraktor mempekerjakan tenaga ahli yang berbeda dengan yang mereka ajukan pada dokumen penawaran I. Penilaian pengguna jasa terhadap Sertifikat Keahlian yang dimiliki oleh tenaga ahli Salah satu instansi Dinas Pekerjaan Umum di Kota Bandung lebih mempercayai kompetensi tenaga ahli yang sertifikat keahliannya dikeluarkan oleh suatu asosiasi

26 76 profesi tersebut karena asosiasi tersebut sudah lama berdiri dan telah lama mengeluarkan Sertifikat Keahlian sebelum dikeluarkannya UUJK, asosiasi profesi tersebut juga hanya mengeluarkan Sertifikat Keahlian untuk satu bidang pekerjaan saja, dan untuk kualifikasi tertentu Sertifikat Keahlian yang dikeluarkan oleh asosiasi tesebut telah diakui oleh beberapa negara di luar negeri. Sebagai pengguna jasa, hal seperti ini sebenarnya boleh saja terjadi karena pengguna jasa berhak dan bebas memberikan penilaian, tetapi jangan sampai memberikan penilaian lebih kepada kontraktor yang memiliki Sertifikat Keahlian yang dikeluarkan oleh asosiasi tersebut atau mempersyaratkan kontraktor harus memiliki sertifikat yang dikeluarkan oleh asosiasi tersebut, karena setiap Sertifikat Keahlian yang dikeluarkan asosiasi profesi yang telah mendapatkan akreditasi dari LPJK berlaku diseluruh daerah di Indonesia dan hanya dibedakan berdasarkan kualifikasi dan klasifikasi keahlian. J. Kepemilikan tenaga ahli bersertifikat keahlian pengadaan barang dan jasa oleh instansi pemerintah Pada wawancara yang dilakukan kepada pengguna jasa pemerintah diperoleh informasi bahwa kepemilikan Sertifikat Keahlian pengadaan barang dan jasa pada instansi pemerintah sangat minim. Dari 6 peserta ujian sertifikasi, hanya 1 orang yang lulus dan mendapatkan Sertifikat Keahlian pengadaan barang dan jasa tersebut, hal ini disebabkan karena ujian yang sangat sulit dan tanggung jawab dan sanksi yang dibebankan kepada pemiliki sertifikat tersebut dianggap sangat berat sekali sedangkan imbalan yang mereka peroleh dianggap tidak sebanding, sehingga banyak peserta ujian yang sengaja untuk tidak meluluskan diri. Kepemilikan tenaga ahli yang memiliki Sertifikat Keahlian pengadaan barang dan jasa yang sangat minim, berpotensi sering terjadinya KKN pada saat pelelangan.

27 77 K. Rangkuman fenomena yang berkembang semenjak adanya kebijakan sertifikasi bagi tenaga ahli konstruksi Dari beberapa penjelasan dan analisa mengenai fenomena yang berkembang semenjak adanya kebijakan mengenai kewajiban sertifikasi bagi tenaga ahli konstruksi dapat di buat rangkuman ke dalam format tabel berikut:

28 78 Tabel.IV.5. Fenomena yang berkembang semenjak adanya kewajiban sertifikasi bagi tenaga ahli konstruksi di Indonesia No Fenomena Yang Berkembang Alasan Sangat minimnya pengetahuan masyarakat jasa konstruksi mengenai Sertifikat Keahlian Pemula (SKA-P) dan kurangnya kesadaran tenaga ahli yang belum memenuhi pengalaman untuk mengurus SKA-P Masyarakat jasa konstruksi masih meragukan proses sertifikasi tenaga ahli konstruksi yang masih berjalan sampai saat ini Sebagian besar tenaga ahli dibiayai pengurusan SKA oleh perusahaan tempat mereka bekerja dan hampir semua kontraktor pernah membiayai pengurusan SKA tenaga ahli yang dimilikinya SKA-P tidak pernah dipersyaratkan pada tender pemerintah SKA-P baru diterapkan pada tahun 6 Kontaraktor tidak pernah mempersyaratkan tenaga ahlinya yang belum memenuhi persyaratan pengalaman minimal untuk memiliki SKA-P Sampai saat ini pengurusan SKA tidak mempersyaratkan SKA-P Terdapatnya beberapa Asosiasi Profesi yang dapat mengeluarkan SKA tanpa mengikuti ujian Terdapatnya perbedaan persyaratan sertifikasi oleh asosiasi yang mengeluarkan SKA dengan bidang keahlian yang sama Terdapat salah satu instansi pemerintah yang lebih mempercayai SKA yang dikeluarkan oleh Asosiasi Profesi tertentu Kurang percaya terhadap proses sertifikasi yang berlangsung sampai saat ini Keahlian dan loyalitas tenaga ahli yang dimiliki oleh kontraktor telah teruji. Dalam menentukan besaran upah dan karir tenaga ahlinya, kontraktor tidak mempertimbangkan kepemilikan SKA Kontraktor mempertimbangkan prestasi kerja dan loyalitas yang dimiliki oleh tenaga ahli yang bersangkutan dalam menentukan

29 79 No Fenomena Yang Berkembang Alasan oleh tenaga ahlinya besaran upah dan karir Kontraktor menganggap bahwa dengan dibiayai pengurusan SKAnya, itu merupakan salah satu apresiasi perusahaan terhadap karyawannya Dalam menentukan besaran upah dan karir tenaga ahlinya, kontraktor tidak mempertimbangkan kepemilikan SKA oleh tenaga ahlinya Kepemilikan SKA oleh tenaga ahli tidak menjamin mutu pekerjaan yang dihasilkan oleh tenaga ahli yang bersangkutan Asosiasi Profesi hanya sebagai tempat membuat dan memperpanjang SKA Tidak semua SKA yang beredar sampai saat ini dapat digunakan di luar negeri Kontraktor mempertimbangkan prestasi kerja dan loyalitas yang dimiliki oleh tenaga ahli yang bersangkutan dalam menentukan besaran upah dan karir Kontraktor menganggap bahwa dengan dibiayai pengurusan SKAnya, itu merupakan salah satu apresiasi perusahaan terhadap karyawannya Pengguna jasa pemerintah memperyaratkan kepemilikan Sertifikat Jaminan Mutu (ISO) oleh kontraktor untuk mendapatkan jaminan terhadap mutu pekerjaan Sangat kurangnya pembinaan yang dilakukan oleh Asosiasi Profesi terhadap anggotanya Asosiasi Profesi hanya terfokus pada kegiatan sertifikasi tenaga ahli Hanya beberapa Asosiasi Profesi yang mengeluarkan SKA dengan kualifikasi tertentu yang diakui di beberapa negara di luar negeri

30 8 IV..3. Dampak yang dirasakan oleh setiap pihak yang berhubungan dengan kewajiban sertifikasi bagi tenaga ahli konstruksi di Indonesia. A. Dampak terhadap pengguna jasa konstruksi Pada penelitian ini hanya menggambarkan dampak yang dirasakan oleh pengguna jasa pemerintah di Kota Bandung, karena responden pengguna jasa swasta (3 responden) tidak ada yang pernah mempersyaratkan kontraktor memiliki tenaga ahli bersertifikat keahlian sehingga tidak dapat diketahui mereka tidak merasakan dampak dari kewajiban sertifikasi bagi tenaga ahli konstruksi. Berikut ini adalah beberapa dampak terhadap pengguna jasa dengan adanya kewajiban sertifikasi bagi tenaga ahli konstruksi yang didapatkan berdasarkan hasil survei di Kota Bandung: 1. Terwujudnya perlindungan bagi masyarakat pengguna jasa atas keselamatan kerja dan mutu pekerjaan keinsinyuran karena hanya insinyur yang profesional yang boleh menangani pekerjaan-pekerjaan keinsinyuran. Sampai saat ini dampak tersebut belum terjadi karena fenomana yang berkembang sampai saat ini adalah, untuk mendapatkan jaminan mutu dan keselamatan kerja, pengguna jasa pemerintah mempersyaratkan kontraktor untuk memiliki sertifikat manajemen mutu (ISO) dan sertifikat manajemen K- 3 (OHAS). Berdasarkan informasi yang diperoleh dari 8 responden di Kota Bandung dan semua responden kontraktor ( responden) di Kota Pekanbaru menyatakan bahwa mereka pernah hanya menggunakan tenaga ahli bersertifikat keahlian hanya untuk memenuhi persyaratan tender, sedangkan pekerjaannya di lapangan dilakukan oleh tenaga ahli dengan kualifikasi yang lebih rendah bahkan oleh tenaga ahli yang tidak memiliki Sertifikat Keahlian (Gambar.IV.). Hal ini diketahui sendiri oleh pengguna jasa pemerintah dan pemerintah tidak mempermasalahkan hal tersebut, yang terpenting adalah pekerjaan berjalan sesuai rencana dan hasilnya sesuai dengan yang diharapakan.

31 81. Terbentuknya jalur pertanggungjawaban perdata atas hasil karya produk dan jasa keinsinyuran. Hal ini merupakan salah satu dampak positif yang telah dirasakan oleh pengguna jasa pemerintah, berdasarkan hasil survei diketahui bahwa jika terjadi kesalahan kerja, maka tenaga ahli yang bertanggung jawab atas bidang pekerjaan tersebut harus mempertanggung jawabkan pekerjaannya. Jika terbukti bersalah maka sanksi akan dikenakan langsung kepada tenaga ahli yang bersangkutan oleh instansi pemerintah yang memberikan pekerjaan. Sampai saat ini terdapat 1 orang tenaga ahli yang tidak boleh bekerja untuk pekerjaan salah satu instansi pemerintah di Kota Bandung selama 3 tahun. 3. Keyakinan untuk mendapatkan jasa pelaksana proyek konstruksi yang profesional, sehingga terciptanya suatu hubungan profesional antara pengguna dan penyedia jasa. Dampak ini telah dirasakan oleh pengguna jasa pemerintah, karena semenjak dipersyaratkannya kontraktor memiliki tenaga ahli bersertifikat, intensitas perselisihan yang terjadi antara pengguna jasa dan kontraktor berkurang. Dari hasil survei diketahui bahwa semua responden pengguna jasa pemerintah (3 responden) di Kota Bandung merasakan berkurangnya intensitas perselisihan hingga 8%.. Tersedianya sumber informasi yang terinci, terklasifikasi dan mutakhir terhadap kompetensi tenaga ahli yang dimiliki oleh kontraktor bagi pengguna jasa yang hendak melakukan memilih kontraktor yang akan digunakan. Informasi yang terinci, terklasifikasi dan mutakhir terhadap kompetensi tenaga ahli telah tersedia di LPJK dan Asosiasi Profesi yang bersangkuran, tetapi pengguna jasa pemerintah tidak memanfaatkan informasi yang tersedia yersebut. Hal ini dikarenakan pengguna jasa pemerintah dalam melakukan pengecekan keabsahan sertifikat hanya meminta 3 kontraktor yang memiliki penawaran terendah untuk memperlihatkan Sertifikat Keahlian yang asli dan tidak dilakukan pengecekan kepada LPJK atau asosiasi yang terkait. Pengguna jasa pemerintah hanya mengecek apakah tenaga ahli tersebut benar-benar

32 8 bekerja untuk kontraktor yang bersangkutan dan bersedia bertanggungjawab terhadap bidang pekerjaan yang diberikan kepadanya. B. Dampak terhadap penyedia jasa konstruksi jika mereka diwajibkan memiliki tenaga ahli bersertifikat keahlian 1. Memenuhi persyaratan untuk mengikuti pengadaan proyek konstruksi Semenjak dikeluarkannya Keputusan Presiden no. 8 tahun 3 tentang pengadaan barang dan jasa pemerintah, untuk dapat mengikuti pengadaan barang dan jasa pemerintah, kontraktor diwajibkan memiliki tenaga ahli bersertifikat keahlian, berhubung sebagian besar pekerjaan yang dikerjakan oleh kontraktor adalah proyek pemerintah, bahkan ada perusahaan sampai saat ini hanya mengerjakan proyek pemerintah (Gambar IV.13), maka hal ini menyebabkan Sertifikat Keahlian menjadi suatu kebutuhan penting yang harus dimiliki oleh kontraktor.. Tersedianya sumber informasi yang terinci, terklasifikasi dan mutakhir bagi kontraktor yang hendak melakukan rekrutmen tenaga ahli konstruksi. Informasi yang tersedia sangat kurang dimanfaatkan oleh kontraktor dalam melakukan perekrutan tenaga ahli, karena dari hasil survei diketahui bahwa hanya dari 15 responden kontraktor di Kota Bandung yang pernah merekrut tenaga ahli dari luar perusahaan yang memeriksakan keabsahan Sertifikat Keahlian yang dimiliki oleh tenaga ahli ke asosiasi profesi yang bersangkutan (Gambar IV.18). Sebagian besar kontraktor yang menggunakan tenaga ahli dari luar perusahaan hanya untuk dipekerjakan pada satu proyek saja, biasanya menggunakan tenaga ahli yang telah mereka kenal sebelumnya, baik itu tenaga ahli yang biasa mereka pakai, kerabat, atau rekomendasi dari kerabat kerja.

33 83 Kontraktor yang pernah memanfaatkan informasi di LPJK dan Asosiasi Profesi untuk keperluan perekrutan 1 11 Jumlah Responden Pernah Tidak Pernah Kontraktor Yang Pernah Menggunakan Tenaga Ahli Dari Luar Perusahaan (11 Responden) Gambar IV.5. Pernahkah kontraktor memanfaat informasi yang tersedia di LPJK dan Asosiasi Profesi dalam melakukan perekrutan tenaga ahli 3. Terciptanya iklim keprofesionalan dalam perusahaan kontraktor, yang akan mendorong tenaga ahli bersertifikat keahlian untuk semakin menekuni dan meningkatkan keahliannya. Dampak ini telah dirasakan oleh semua kontraktor di Kota Bandung ( responden) dan Kota Pekanbaru ( responden), tetapi semua responden menganggap terciptanya iklim keprofesionalan tercipta karena kontraktor membiayai pengurusan Sertifikat Keahlian anggotanya, sehingga akan meningkatkan motivasi kerja dan loyalitas tenaga ahli kepada perusahaan tempat mereka bekerja.. Tersedianya instrumen untuk mengatur jenjang karier dan skala imbalan kerja yang lebih pasti, adil dan memadai sesuai dengan klasifikasi yang berdasarkan kualifikasi, sehingga lebih meningkatkan kesetiaan seseorang pada profesi, yang akan meningkatkan keprofesionalan orang tersebut. Dari survei yang dilakukan, diketahui bahwa semua kontraktor di Kota Bandung ( responden) dan Kota Pekanbaru ( responden) menyatakan bahwa karir dan besaran imabalan tenaga ahali ditentukan dari prestasi kerja tenaga ahli yang bersangkutan bukan berdasarkan Sertifikat Keahlian yang dimilikinya (Gambar.IV.19), tetapi berhubung hanya tenaga ahli yang bersertifikat yang dapat bekerja menyebabkan tenaga ahli tersebut berpeluang besar untuk meningkatkan prestasi kerja mereka yang menjadi patokan

34 8 kontraktor dalam menentukan besaran imbalan dan karir tenaga ahli yang bersangkutan. Instrumen yang digunakan kontraktor dalam menentukan jenjang karir dan skala imbalan tenaga ahli Jumlah Responden Bandung ( Responden) Pekanbaru ( Responden) SKA Prestasi Kerja Gambar IV.6. Instrumen yang digunkan kontraktor dalam menentukan jenjang karir dan skala imbalan tenaga ahli yang dimiliki 5. Meningkatkan kinerja perusahaan kontraktor akibat peningkatan motivasi dan produktifitas tenaga kerja. Kembali lagi ke dampak sebelumnya (nomor 3), semua kontraktor di Kota Bandung ( responden) dan Kota Pekanbaru ( responden) menyatakan bahwa peningkatan motivasi dan produktifitas tenaga ahli lebih disebabkan karena kontraktor membiayai pengurusan Sertifikat Keahlian tenaga ahli mereka, karena biasanya tenaga ahli yang membiayai sendiri pengurusan Sertifikat Keahlian mereka dianggap kontraktor terlalu banyak tuntutan kepada kontraktor, terutama tuntutan upah dan fasilitas. 6. Meningkatnya pendapatan perusahaan Sebagian besar atau bahkan 9% proyek menengah dan besar yang ada di Kota Bandung adalah proyek pemerintah yang dalam penentuan pemenang tendernya adalah dengan sistem nilai penawaran terendah yang mengakibatkan kontraktor tidak bisa menaikan nilai penawaran mereka. Untuk pekerjaan milik swasta, beberapa kontraktor (9 responden) dan pengguna jasa swasta (3 responden) mengatakan pihak swasta juga menggunakan sistem nilai pewaran terendah dan sebagian besar pihak swasta telah memiliki kontraktor langganan untuk mengerjakan proyek mereka yang mereka anggap telah

35 85 percaya terhadap hasil pekerjaan yang dilakukan oleh kontraktor langganan mereka. Persaingan untuk memenangkan tender menjadi menjadi lebih ketat dan kepemilikan tenaga ahli bersertifikat keahlian bukan menjadi suatu hal yang ditakuti lagi oleh kontraktor, menjadikan kontraktor harus berani mengambil resiko untuk hanya mengambil keuntungan yang sekecil mungkin dengan mengajukan nilai penawaran yang serendah mungkin. Dengan mengambil resiko keuntungan yang sangat kecil bahkan resiko kerugian, menyebabkan kontraktor mencari jalan lain untuk menutupi resiko tersebut. 7. Besarnya biaya yang dikeluarkan kontraktor untuk memiliki tenaga ahli bersertifikat keahlian. Besarnya biaya yang dikeluarkan oleh kontraktor untuk memiliki tenaga ahli konstruksi bersertifikat keahlian dirasakan oleh semua kontraktor ( responden) dan untuk satu pekerjaan konstruksi biasanya kontraktor dipersyaratkan minimal memiliki tenaga ahli bersertifikat keahlian. Untuk memenuhi persyaratan tersebut biasanya kontraktor melakukan hal berikut: a. Membiayai pengurusan Sertifikat Keahlian yang mereka miliki yang memiliki resiko karena Sertifikat Keahlian bersifat individu. b. Mengontrak tenaga ahli dari luar perusahaan tetapi sebagian besar tenaga ahli bersertifikat telah bekerja pada perusahaan lain. c. Menggunakan nama tenaga ahli bersertifikat keahlian sedangkan pekerjaan dilakukan oleh tenaga ahli yang tidak bersertifikat yang memiliki resiko mendapatkan sanksi yang besar jika ketahuan oleh pengguna jasa.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. III.1. Program Rencana Penelitian Program rencana penelitian ini disusun seperti tampak pada gambar berikut:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. III.1. Program Rencana Penelitian Program rencana penelitian ini disusun seperti tampak pada gambar berikut: 42 BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1. Program Rencana Penelitian Program rencana penelitian ini disusun seperti tampak pada gambar berikut: Undang-Undang No 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi Peraturan

Lebih terperinci

BAB V PENERAPAN KEWAJIBAN SERTIFIKASI BAGI TENAGA AHLI KONSTRUKSI DI INDONESIA

BAB V PENERAPAN KEWAJIBAN SERTIFIKASI BAGI TENAGA AHLI KONSTRUKSI DI INDONESIA 95 BAB V PENERAPAN KEWAJIBAN SERTIFIKASI BAGI TENAGA AHLI KONSTRUKSI DI INDONESIA V.1. Dampak Lain Penerapan Kepemilikan Sertifikat Keahlian (SKA) Dampak lain akibat diwajibkannya tenaga ahli konstruksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Tuntutan terhadap persaingan global menjadi masalah penting dalam bidang jasa kontruksi, khususnya untuk mendapat pengakuan internasional. Untuk menghadapi tantangan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PEMBINAAN JASA KONSTRUKSI DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 7 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 7 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 7 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi Menurut Mulyani (2006), proyek konstruksi adalah suatu rangkaian kegiatan proyek yang berkaitan dengan bidang konstruksi (pembangunan) yang mempunyai dimensi

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: Mengingat: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan

Lebih terperinci

PROPINSI SULAWESI UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW NOMOR TAHUN 2015 TENTANG JASA KONSTRUKSI

PROPINSI SULAWESI UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW NOMOR TAHUN 2015 TENTANG JASA KONSTRUKSI PROPINSI SULAWESI UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW NOMOR TAHUN 2015 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOLAANG MONGONDOW, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Setelah dilakukan pengolahan data dari kuesioner yang telah disebarkan, dari hasil yang didapat disimpulkan beberapa kesimpulan sebagai berikut. 1. Badan usaha

Lebih terperinci

PERATURAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NASIONAL TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI.

PERATURAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NASIONAL TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI. Mengingat : 1. Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 2000 tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 63, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3955) sebagaimana telah diubah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan

Lebih terperinci

PENILAIAN KUALIFIKASI PEKERJAAN JASA PEMBORONGAN BERDASARKAN KEPPRES NOMOR 80 TAHUN 2003 DAN KEPMEN KIMPRASWIL NOMOR 339/KPTS/M/2003 * Edy Sriyono **

PENILAIAN KUALIFIKASI PEKERJAAN JASA PEMBORONGAN BERDASARKAN KEPPRES NOMOR 80 TAHUN 2003 DAN KEPMEN KIMPRASWIL NOMOR 339/KPTS/M/2003 * Edy Sriyono ** PENILAIAN KUALIFIKASI PEKERJAAN JASA PEMBORONGAN BERDASARKAN KEPPRES NOMOR 80 TAHUN 2003 DAN KEPMEN KIMPRASWIL NOMOR 339/KPTS/M/2003 * Edy Sriyono ** INTISARI Tujuan disajikannya makalah ini adalah agar

Lebih terperinci

Kuesioner Variabel Independen Peranan Audit Internal

Kuesioner Variabel Independen Peranan Audit Internal Kuesioner Variabel Independen Peranan Audit Internal NO Pertanyaan Ya 1 Apakah perusahaan memiliki struktur organisasi perusahaan secara tertulis? 2 Apakah dalam struktur organisasi perusahaan tercantum

Lebih terperinci

-2- Mengingat : Pasal 20 dan Pasal 21 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REP

-2- Mengingat : Pasal 20 dan Pasal 21 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REP LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.11, 2017 PEMBANGUNAN. Konstruksi. Jasa. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6018) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 28 TAHUN 2000 TENTANG USAHA DAN PERAN MASYARAKAT JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DEWAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NASIONAL NOMOR : 71/KPTS/LPJK/D/VIII/ 2001

KEPUTUSAN DEWAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NASIONAL NOMOR : 71/KPTS/LPJK/D/VIII/ 2001 KEPUTUSAN DEWAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NASIONAL NOMOR : 71/KPTS/LPJK/D/VIII/ 2001 T E N T A N G PEDOMAN SERTIFIKASI DAN REGISTRASI TENAGA AHLI JASA KONSTRUKSI DEWAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA

Lebih terperinci

MASALAH SENGKETA DALAM PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI

MASALAH SENGKETA DALAM PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI MASALAH SENGKETA DALAM PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI Mukhamad Afif Salim, Agus Bambang Siswanto Program Studi Teknik Sipil Universitas 17 Agustus 1945 Semarang Email : afifsalim@untagsmg.ac.id 1. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Singkat Perusahaan PT. Garindo Mira Sejati adalah perusahaan yang bergerak di bidang kontraktor Mekanikal dan Elektrikal. Perusahaan ini didirikan dalam bentuk

Lebih terperinci

PERATURAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI TENTANG

PERATURAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI TENTANG PERATURAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI TENTANG TATACARA PERCEPATAN REGISTRASI SERTIFIKAT BADAN USAHA (SBU), SERTIFIKAT KEAHLIAN KERJA (SKA), DAN SERTIFIKAT KETERAMPILAN KERJA (SKTK) TAMBAHAN JAKARTA,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN PEMBERLAKUAN SYARAT SERTIFIKASI KETERAMPILAN KERJA MANDOR DI LAPANGAN

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN PEMBERLAKUAN SYARAT SERTIFIKASI KETERAMPILAN KERJA MANDOR DI LAPANGAN BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN PEMBERLAKUAN SYARAT SERTIFIKASI KETERAMPILAN KERJA MANDOR DI LAPANGAN 4.1 UMUM Pada bab ini, hasil dari pengumpulan data eksisting akan dianalisis berdasarkan teori yang

Lebih terperinci

BUPATI ALOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI ALOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang BUPATI ALOR, : a. bahwa dalam rangka meningkatkan peran serta

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan Implementasi Sertifikasi Keahlian dalam Bidang Industri Jasa

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan Implementasi Sertifikasi Keahlian dalam Bidang Industri Jasa 85 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1.Kesimpulan Kesimpulan Implementasi Sertifikasi Keahlian dalam Bidang Industri Jasa Konstruksi di Kota Bandung 1. Sertifikasi keahlian untuk selanjutnya disebut SKA adalah

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 04 TAHUN 2013 TENTANG PEMBINAAN JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

BUPATI BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 04 TAHUN 2013 TENTANG PEMBINAAN JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, BUPATI BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 04 TAHUN 2013 TENTANG PEMBINAAN JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa jasa konstruksi mempunyai peran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengaruh Kualifikasi Kontraktor Terhadap Mutu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengaruh Kualifikasi Kontraktor Terhadap Mutu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengaruh Kualifikasi Kontraktor Terhadap Mutu I Nyoman Iwan Surya (2011) melakukan penelitian tentang Pengaruh Kualifikasi Kontraktor Terhadap Kualitas Pekerjaan Proyek Konstruksi

Lebih terperinci

BUPATI SANGGAU PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BUPATI SANGGAU PROVINSI KALIMANTAN BARAT BUPATI SANGGAU PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SANGGAU NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SANGGAU, Menimbang : Mengingat

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PERIZINAN JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG, a.

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PERIZINAN JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG, a. PERATURAN DAERAH KOTA SERANG Menimbang : Mengingat : NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PERIZINAN JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG, a. bahwa Jasa Konstruksi mempunyai peran strategis

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 28 TAHUN 2000 TENTANG USAHA DAN PERAN MASYARAKAT JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. penyelenggara pembuatan rumah, gedung, jalanan, jembatan, dan lainnya. Perusahaan

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. penyelenggara pembuatan rumah, gedung, jalanan, jembatan, dan lainnya. Perusahaan BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN III.1 Sejarah Singkat Perusahaan PT PIBS adalah suatu perusahaan yang bergerak di bidang pemborong bangunan dan kontraktor umum (general contractor) sebagai perencana,

Lebih terperinci

KUESIONER SURVEY UNTUK PENGEMBANGAN SISTEM PENGADAAN JASA PELAKSANA KONSTRUKSI BIDANG KE-PU-AN

KUESIONER SURVEY UNTUK PENGEMBANGAN SISTEM PENGADAAN JASA PELAKSANA KONSTRUKSI BIDANG KE-PU-AN DOWNLOAD/UNDUH FORM KUESIONER ( dalam format DOC ) PENGIRIMAN HASIL PENGISIAN KUESIONER MELALUI alamat e-mail : bpksdm.survey@gmail.com KUESIONER SURVEY UNTUK PENGEMBANGAN SISTEM PENGADAAN JASA PELAKSANA

Lebih terperinci

- 1 - BUPATI PONOROGO

- 1 - BUPATI PONOROGO - 1 - BUPATI PONOROGO PERATURAN BUPATI PONOROGO NOMOR 37 TAHUN 2009 TENTANG PEMBERLAKUAN PENANGGUNG JAWAB TEKNIS DI BIDANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PONOROGO, Menimbang :

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI REPUBLIK INDONESIA TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBENTUKAN UNIT SERTIFIKASI DAN PEMBERIAN LISENSI

PERATURAN MENTERI REPUBLIK INDONESIA TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBENTUKAN UNIT SERTIFIKASI DAN PEMBERIAN LISENSI PERATURAN MENTERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBENTUKAN UNIT SERTIFIKASI DAN PEMBERIAN LISENSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

DOKUMEN PRAKUALIFIKASI

DOKUMEN PRAKUALIFIKASI DOKUMEN PRAKUALIFIKASI DAFTAR ISI : 1. Kata pengantar; 2. Dasar pelaksanaan kualifikasi untuk calon peserta; 3. Jadwal kualifikasi; 4. Persyaratan kualifikasi calon peserta; 5. Kriteria evaluasi kualifikasi;

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 28 TAHUN 2000 TENTANG USAHA DAN PERAN MASYARAKAT JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa jasa konstruksi mempunyai peran strategis dalam pembangunan

Lebih terperinci

JASA KONSTRUKSI NO SERI. E PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

JASA KONSTRUKSI NO SERI. E PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA LEMBARAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NO. 6 2006 SERI. E PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT Menimbang :

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1994 TENTANG PENGANGKATAN BIDAN SEBAGAI PEGAWAI TIDAK TETAP PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1994 TENTANG PENGANGKATAN BIDAN SEBAGAI PEGAWAI TIDAK TETAP PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1994 TENTANG PENGANGKATAN BIDAN SEBAGAI PEGAWAI TIDAK TETAP PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa pembangunan nasional

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk

Lebih terperinci

BUPATI BARITO KUALA PERATURAN BUPATI BARITO KUALA NOMOR 63 TAHUN 2011 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BARITO KUALA PERATURAN BUPATI BARITO KUALA NOMOR 63 TAHUN 2011 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BARITO KUALA PERATURAN BUPATI BARITO KUALA NOMOR 63 TAHUN 2011 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BARITO KUALA, Menimbang : a. bahwa Jasa Konstruksi mempunyai

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-Undang Nomor 18

Lebih terperinci

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. digunakan dalam pelaksanaan pembangunan proyek, oleh karena itu dibutuhkan

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. digunakan dalam pelaksanaan pembangunan proyek, oleh karena itu dibutuhkan BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1 Perencanaan Lapangan (Site Planning) Perencanaan lapangan kerja (site planning) dibuat untuk mengatur penempatan peralatan, stok material dan sarana penunjang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Penjelasan Menimbang : Mengingat : PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa jasa konstruksi mempunyai peran

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa jasa konstruksi mempunyai peran strategis dalam pembangunan

Lebih terperinci

WALIKOTA PAREPARE PROVINSI SULAWESI SELATAN

WALIKOTA PAREPARE PROVINSI SULAWESI SELATAN WALIKOTA PAREPARE PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA PAREPARE NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PAREPARE, Menimbang : Mengingat

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 194, Tambahan Lembaran

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 194, Tambahan Lembaran BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1739, 2017 KEMENDIKBUD. Sertifikasi Guru. Tahun 2015. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2017.. TAHUN 2017 TENTANG SERTIFIKASI

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL PEMILIHAN KONSULTAN PENGAWAS PADA PROYEK KONSTRUKSI MILIK PEMERINTAH. Oleh : Asdita Apriliasari

PENGEMBANGAN MODEL PEMILIHAN KONSULTAN PENGAWAS PADA PROYEK KONSTRUKSI MILIK PEMERINTAH. Oleh : Asdita Apriliasari PENGEMBANGAN MODEL PEMILIHAN KONSULTAN PENGAWAS PADA PROYEK KONSTRUKSI MILIK PEMERINTAH Oleh : Asdita Apriliasari 1. 2. Latar Belakang Perumusan Masalah 3. Penentuan Tujuan Penelitian Studi Literatur :

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TUBAN Nomor 45 Tahun 2012 Seri E

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TUBAN Nomor 45 Tahun 2012 Seri E LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TUBAN Nomor 45 Tahun 2012 Seri E PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TUBAN, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA TANGERANG SELATAN DINAS KESEHATAN. Tanggal : 21 SEPTEMBER 2012

PEMERINTAH KOTA TANGERANG SELATAN DINAS KESEHATAN. Tanggal : 21 SEPTEMBER 2012 PEMERINTAH KOTA TANGERANG SELATAN DINAS KESEHATAN Jl. Witana Harja No. 27 Telp. (021) 7441557 Kec. Pamulang Kota Tangerang Selatan 15416 A D D E N D U M D O K U M E N P E N G A DA A N P E L E L A N G A

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Untuk melaksanakan pembangunan konstruksi memerlukan kontraktor yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Untuk melaksanakan pembangunan konstruksi memerlukan kontraktor yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Untuk melaksanakan pembangunan konstruksi memerlukan kontraktor yang berkualitas. Untuk pengadaannya dilakukan proses pelelangan tender untuk semua proyek

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa jasa konstruksi mempunyai peran strategis dalam pembangunan

Lebih terperinci

Struktur Organisasi. PT. Akari Indonesia. Pusat dan Cabang. Dewan Komisaris. Direktur. General Manager. Manajer Sumber Daya Manusia Kepala Cabang

Struktur Organisasi. PT. Akari Indonesia. Pusat dan Cabang. Dewan Komisaris. Direktur. General Manager. Manajer Sumber Daya Manusia Kepala Cabang 134 Struktur Organisasi PT. Akari Indonesia Pusat dan Cabang Dewan Komisaris Direktur Internal Audit General Manager Manajer Pemasaran Manajer Operasi Manajer Keuangan Manajer Sumber Daya Manusia Kepala

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dalam proyek konstruksi dapat diaplikasikan oleh manajer proyek secara tepat.

BAB II LANDASAN TEORI. dalam proyek konstruksi dapat diaplikasikan oleh manajer proyek secara tepat. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Konstruksi Manajemen konstruksi adalah bagaimana agar sumber daya yang terlibat dalam proyek konstruksi dapat diaplikasikan oleh manajer proyek secara tepat. Sumber

Lebih terperinci

WALIKOTA PALANGKA RAYA

WALIKOTA PALANGKA RAYA 1 WALIKOTA PALANGKA RAYA PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALANGKA RAYA, Menimbang : a. bahwa usaha

Lebih terperinci

KEBIJAKAN LOGISTIK Jasa penelitian dan konsultan dalam bidang manajemen dan keuangan.

KEBIJAKAN LOGISTIK Jasa penelitian dan konsultan dalam bidang manajemen dan keuangan. KEBIJAKAN LOGISTIK A. Pengertian Dalam Pedoman Sistem dan Prosedur ini yang dimaksud dengan : 1. Barang / Asset adalah meliputi barang-barang modal (Capital Expenditures) antara lain : tanah, bangunan,

Lebih terperinci

Project Manager pada Proyek Wisma Atlet Banyuwangi

Project Manager pada Proyek Wisma Atlet Banyuwangi Project Manager pada Proyek Wisma Atlet Banyuwangi Merupakan pimpinan dalam suatu proyek,baik dilapangan maupun dikantor, sebagai penangung jawab tercapainya tujuan proyek. Pemilihan seorang manajer proyek

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa jasa konstruksi mempunyai peran strategis dalam pembangunan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH Nomor: 339 /KPTS/M/2003

KEPUTUSAN MENTERI PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH Nomor: 339 /KPTS/M/2003 KEPUTUSAN MENTERI PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH Nomor: 339 /KPTS/M/2003 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGADAAN JASA KONSTRUKSI OLEH INSTANSI PEMERINTAH MENTERI PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH MENIMBANG

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG SELATAN, Menimbang : a. bahwa jasa konstruksi berperan

Lebih terperinci

ADENDUM DOKUMEN PEMILIHAN PENGADAAN JASA KONSULTANSI PENAMBAHAN LUAS DAN RENOVASI GEDUNG KANTOR PELAYANAN KEKAYAAN NEGARA DAN LELANG BATAM

ADENDUM DOKUMEN PEMILIHAN PENGADAAN JASA KONSULTANSI PENAMBAHAN LUAS DAN RENOVASI GEDUNG KANTOR PELAYANAN KEKAYAAN NEGARA DAN LELANG BATAM ADENDUM DOKUMEN PEMILIHAN PENGADAAN JASA KONSULTANSI PENAMBAHAN LUAS DAN RENOVASI GEDUNG KANTOR PELAYANAN KEKAYAAN NEGARA DAN LELANG BATAM I. ADENDUM JADWAL SELEKSI NOMOR: ADDOK-1/WKN.3/KNL.04/PBJ/2013

Lebih terperinci

BAB III: TINJAUAN UMUM PROYEK

BAB III: TINJAUAN UMUM PROYEK BAB III: TINJAUAN UMUM PROYEK 3.1. Pengertian Proyek Menurut Nokes (2007), proyek adalah sebuah kegiatan yang bersifat sementara yang telah ditetapkan awal pekerjaanya dan waktu selesainya (dan biasanya

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BANYUMAS

PEMERINTAH KABUPATEN BANYUMAS PEMERINTAH KABUPATEN BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUMAS

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI

LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2012 NOMOR 12 PERATURAN DAERAH KOTA SUKABUMI TANGGAL : 20 JULI 2012 NOMOR : 12 TAHUN 2012 TENTANG : IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI Sekretariat Daerah Kota Sukabumi Bagian

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK UTARA, Menimbang

Lebih terperinci

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. 3. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH Nomor: 339/KPTS/M/2003

KEPUTUSAN MENTERI PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH Nomor: 339/KPTS/M/2003 KEPUTUSAN MENTERI PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH Nomor: 339/KPTS/M/2003 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGADAAN JASA KONSTRUKSI OLEH INSTANSI PEMERINTAH MENTERI PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH MENIMBANG

Lebih terperinci

PERATURAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NASIONAL NOMOR : 8 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NASIONAL NOMOR : 8 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NASIONAL NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PERSYARATAN ASOSIASI PERUSAHAAN YANG DIBERIKAN KEWENANGAN VERIFIKASI DAN VALIDASI AWAL PERMOHONAN SERTIFIKAT BADAN USAHA

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN 12 BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Perusahaan PT. Artefak Arkindo berdiri sejak tahun 1992 dengan nama PT. Artefak Arsindo bidang pelayanan jasa konsultan perencanaan. Pada tahun 2000 adanya pergantian

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN 53 BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN 3.1 Gambaran Umum Perusahaan 3.1.1 Sejarah Perusahaan PT. Nabatindah Sejahtera adalah sebuah perusahaan nasional yang resmi didirikan di Jakarta, sejak tanggal

Lebih terperinci

BUPATI KEDIRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEDIRI,

BUPATI KEDIRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEDIRI, SALINAN 1 BUPATI KEDIRI PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI KEDIRI NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG TUGAS BELAJAR DAN IZIN BELAJAR PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO UNIT LAYANAN PENGADAAN JL. Gubernur Suryo No. 1 Telepon S I D O A R J O

PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO UNIT LAYANAN PENGADAAN JL. Gubernur Suryo No. 1 Telepon S I D O A R J O PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO UNIT LAYANAN PENGADAAN JL. Gubernur Suryo No. 1 Telepon 031-8945998 S I D O A R J O BERITA ACARA EVALUASI PENAWARAN Pada hari ini Jum at Tanggal Dua Puluh Sembilan Bulan Agustus

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 29 TAHUN 2012 TENTANG TUGAS BELAJAR DAN IZIN BELAJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 29 TAHUN 2012 TENTANG TUGAS BELAJAR DAN IZIN BELAJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 29 TAHUN 2012 TENTANG TUGAS BELAJAR DAN IZIN BELAJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan kinerja

Lebih terperinci

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c periu ditetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Peru

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c periu ditetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Peru No.46, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPU-PR. Pelatihan. Berbasis Kompetensi. Jasa Konstruksi. Pedoman. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 24/PRT/M/2014 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 43 BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pengelolaan SDM yang dilaksanakan dengan baik di perusahaan dapat mempengaruhi kinerja suatu perusahaan. Untuk itu, perlu dilakukan audit operasional atas fungsi SDM di

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN : PERATURAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NASIONAL TENTANG SERTIFIKASI DAN REGISTRASI TENAGA AHLI. BAB I KETENTUAN UMUM.

MEMUTUSKAN : PERATURAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NASIONAL TENTANG SERTIFIKASI DAN REGISTRASI TENAGA AHLI. BAB I KETENTUAN UMUM. an Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2000 tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi (Lembaran Negara RI Tahun 2010 Nomor 157); 2. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Lebih terperinci

RISALAH DAN BERITA ACARA PENJELASAN PEMILIHAN PENYEDIA JASA KONSULTANSI DINAS BINA MARGA DAN SUMBER DAYA AIR KOTA TANGERANG SELATAN

RISALAH DAN BERITA ACARA PENJELASAN PEMILIHAN PENYEDIA JASA KONSULTANSI DINAS BINA MARGA DAN SUMBER DAYA AIR KOTA TANGERANG SELATAN RISALAH DAN BERITA ACARA PENJELASAN PEMILIHAN PENYEDIA JASA KONSULTANSI DINAS BINA MARGA DAN SUMBER DAYA AIR KOTA TANGERANG SELATAN PANITIA PENGADAAN BARANG/JASA DINAS BINA MARGA DAN SUMBER DAYA AIR KOTA

Lebih terperinci

BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA PADA PT ABC

BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA PADA PT ABC BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA PADA PT ABC IV.1. Survei Pendahuluan (Preliminary Survey) Tahap survei pendahuluan merupakan tahap awal yang harus dilaksanakan oleh seorang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2014 NOMOR 06 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 06 TAHUN 2014 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2014 NOMOR 06 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 06 TAHUN 2014 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2014 NOMOR 06 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 06 TAHUN 2014 TENTANG PERIZINAN USAHA JASA KONSTRUKSI DI KABUPATEN TABALONG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG...1 B. LANDASAN HUKUM...1 C. TUJUAN...2 D. KERANGKA PROGRAM...2

A. LATAR BELAKANG...1 B. LANDASAN HUKUM...1 C. TUJUAN...2 D. KERANGKA PROGRAM...2 PEDOMAN PELAKSANAAN PENYALURAN TUNJANGAN PROFESI TAHUN 2009 DIREKTORAT JENDERAL PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL 2009 KATA PENGANTAR Undang-Undang Republik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia sektor jasa konstruksi selama ini sudah terbukti sebagai salah

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia sektor jasa konstruksi selama ini sudah terbukti sebagai salah 14 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di Indonesia sektor jasa konstruksi selama ini sudah terbukti sebagai salah satu sektor usaha yang mampu memberikan sumbangan yang cukup signifikan bagi pertumbuhan

Lebih terperinci

PROSES PENENTUAN KONTRAKTOR PADA PROYEK KANTOR BERSAMA SAMSAT KOTA SUKABUMI

PROSES PENENTUAN KONTRAKTOR PADA PROYEK KANTOR BERSAMA SAMSAT KOTA SUKABUMI PROSES PENENTUAN KONTRAKTOR PADA PROYEK KANTOR BERSAMA SAMSAT KOTA SUKABUMI PUNTI MINESA Nrp : 0021012 Pembimbing : Ir. YOHANES LIM DWI ADIANTO, MT UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk

Lebih terperinci

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANJUNG JABUNG

Lebih terperinci

PERATURAN TERKAIT JASA KONSTRUKSI

PERATURAN TERKAIT JASA KONSTRUKSI K e m e n t e r I a n P e k e r j a a n U m u m B a d a n P e m b I n a a n K o n s t r u k s i Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan PERATURAN TERKAIT JASA KONSTRUKSI REGULASI TEKAIT JASA KONSTRUKSI REGULASI

Lebih terperinci

SOSIALISASI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO. 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI

SOSIALISASI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO. 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI SOSIALISASI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO. 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA JADWAL SOSIALISASI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

Buku pedoman ini disusun sebagai acuan bagi semua pihak yang terkait dengan pelaksanaan penyaluran tunjangan profesi guru.

Buku pedoman ini disusun sebagai acuan bagi semua pihak yang terkait dengan pelaksanaan penyaluran tunjangan profesi guru. PEDOMAN PELAKSANAAN PENYALURAN TUNJANGAN PROFESI GURU DIREKTORAT JENDERAL PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL 2008 KATA PENGANTAR UU No 14 Tahun 2005 Tentang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA ( Berita Resmi Kota Yogyakarta)

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA ( Berita Resmi Kota Yogyakarta) LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA ( Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor: 2 Tahun 2001 Seri: C =============================================================== PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 17 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penentuan Sampel Penelitian ini dilakukan dengan mengambil sampel data dari kelompok tenaga ahli konstruksi yang bekerja di perusahaan penyedia jasa konstruksi,

Lebih terperinci

Adapun model dokumen pengadaan dimaksud kami lampirkan dengan surat ini.

Adapun model dokumen pengadaan dimaksud kami lampirkan dengan surat ini. Kepada Yth, Pak Khalid Mustafa di Tempat Pekanbaru, 26 Agustus 2012 Dengan hormat, Sehubungan dengan Pelelangan Pekerjaan Konstruksi yang dilelangkan untuk dan diantara usaha kecil atau untuk dan diantara

Lebih terperinci

BAB III DASAR PENGENAAN PPh PASAL 23 DAN DASAR PENGENAAN PPN ATAS EPC PROJECT. Jasa konstruksi merupakan salah satu jasa yang cukup berkembang di

BAB III DASAR PENGENAAN PPh PASAL 23 DAN DASAR PENGENAAN PPN ATAS EPC PROJECT. Jasa konstruksi merupakan salah satu jasa yang cukup berkembang di BAB III DASAR PENGENAAN PPh PASAL 23 DAN DASAR PENGENAAN PPN ATAS EPC PROJECT A. Pengertian dan Ruang Lingkup Jasa Konstruksi A. 1 Pengertian Jasa Konstruksi Jasa konstruksi merupakan salah satu jasa yang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN ILIR NOMOR : 13 TAHUN 2009 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI OGAN ILIR,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN ILIR NOMOR : 13 TAHUN 2009 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI OGAN ILIR, PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN ILIR NOMOR : 13 TAHUN 2009 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI OGAN ILIR, Menimbang : a. bahwa sejalan dengan pelaksanaan Otonomi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2000 TENTANG USAHA DAN PERAN MASYARAKAT JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2000 TENTANG USAHA DAN PERAN MASYARAKAT JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2000 TENTANG USAHA DAN PERAN MASYARAKAT JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

KUESIONER. 1 Apakah perusahaan memiliki struktur organisasi yang jelas dan rinci? V

KUESIONER. 1 Apakah perusahaan memiliki struktur organisasi yang jelas dan rinci? V L1 KUESIONER Berilah tanda (V) pada jawaban yang dipilih UMUM 1 Apakah perusahaan memiliki struktur organisasi yang jelas dan rinci? V 2 Apakah struktur organisasi perusahaan memuat secara jelas garis

Lebih terperinci

BAB 1 GAMBARAN UMUM. 1.1 Geografis. 1.2 Demografi

BAB 1 GAMBARAN UMUM. 1.1 Geografis. 1.2 Demografi H a l a m a n 1-1 BAB 1 GAMBARAN UMUM 1.1 Geografis Provinsi Jawa Timur terletak pada 111,0⁰ BT - 114,4⁰ BT dan 7,12⁰ LS - 8,48⁰ LS. Luas wilayah Provinsi Jawa Timur adalah 47.800 km 2. Provinsi Jawa Timur

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2000 TENTANG USAHA DAN PERAN MASYARAKAT JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2000 TENTANG USAHA DAN PERAN MASYARAKAT JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Mengingat : PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2000 TENTANG USAHA DAN PERAN MASYARAKAT JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2012 NOMOR 5 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2012 NOMOR 5 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2012 NOMOR 5 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BOGOR, Menimbang : a.

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Izin Usaha Jasa Konstruksi; LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 2 TAHUN

Lebih terperinci

STUDI PELELANGAN PENGADAAN JASA KONSTRUKSI MENURUT KEPPRES NO 18 TAHUN 2000

STUDI PELELANGAN PENGADAAN JASA KONSTRUKSI MENURUT KEPPRES NO 18 TAHUN 2000 STUDI PELELANGAN PENGADAAN JASA KONSTRUKSI MENURUT KEPPRES NO 18 TAHUN 2000 HANS CHRISTIAN S. P. Nrp : 9521008 Nirm : 41077011951269 Pembimbing : YOHANES LIM D. A, Ir, M.T. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS PENGGUNAAN SOFTWARE ESTIMASI BIAYA PADA PROYEK KONSTRUKSI DI INDONESIA

BAB 4 ANALISIS PENGGUNAAN SOFTWARE ESTIMASI BIAYA PADA PROYEK KONSTRUKSI DI INDONESIA BAB 4 ANALISIS PENGGUNAAN SOFTWARE ESTIMASI BIA PADA PROYEK KONSTRUKSI DI INDONESIA 4.1 UMUM Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil perbandingan antara data yang didapat dari literatur dengan data dari

Lebih terperinci