I. BIOGRAFI B. F. SKINNER Burrhus Frederic Skinner lahir di Susquehanna, Pennsylvania pada 20 Maret 1904 dari pasangan Willian dan Grace Skinner.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "I. BIOGRAFI B. F. SKINNER Burrhus Frederic Skinner lahir di Susquehanna, Pennsylvania pada 20 Maret 1904 dari pasangan Willian dan Grace Skinner."

Transkripsi

1 I. BIOGRAFI B. F. SKINNER Burrhus Frederic Skinner lahir di Susquehanna, Pennsylvania pada 20 Maret 1904 dari pasangan Willian dan Grace Skinner. Dia wafat di Massachusetts pada 18 Agustus Dia merupakan psikolog, penulis, penemu, dan ahli filsafat sosial. Dia merupakan seorang profesor psikologi di Harvard University dari 1958 sampai pengunduran dirinya pada Ayahnya merupakan seorang pengacara. Dia menjadi atheis setelah seorang guru Agama Kristen yang merupakan peganut liberal mencoba meredakan ketakutannya akan neraka yang diceritakan oleh neneknya. Dia belajar di Hamilton College di New York dengan niatan untuk menjadi seorang penulis dan mengikuti Kelompok Lambda Chi Alpha. He mulis untuk paper sekolah, namun karena atheis, dia dikritik berdasarkan sekolah tempatnya belajar. Dia juga belajar di Harvard University setelah menerima gelar B.A. untuk sastra Inggris pada Setelah kelulusan, dia menghabiskan waktunya di rumah orang tuanya di Scranton, mencoba untuk menjadi penulis fiksi. Dia mencoba untuk menjadi penulis di Desa Greenwich namun dia kemudian kecewa akan keterampilan menulisnya dan berkesimpulan bahwa dia hanya memiliki sedikit pengalaman dan tidak ada prespektif pribadi yang kuat untuk menulis. Pertemuannya dengan Behavorism, hasil karya John B. Watson membawanya kepada untuk mempelajari bidang psikologi. Skinner memperoleh gelar PhD dari Harverd pada 1931 and merupakan seorang peneliti di sana sampa Dia kemudian mengajar di Universitas Minnesota di Minneapolis dan kemudian berpindah ke Universitas Indiana di mana dia memiliki kedudukan di departemen psikologi dari Kemudian, dia kembali ke Harvard menjabat sebagai profesor pada Dia kemudian menghabiskan sisa hidupnya di Harvard. Pada 1973 Skinner merupakan salah satu penandatangan untuk Humanist Manifesto II. Pada 1936, Skinner menikahi Yvonne Blue dan memiliki dua anak, Julie dan Deborah. Pada saat dia menjadi salah seorang ketua behavioris, dia menjalankan kajian ke atas tikus dengan menggunakan Kotak Skinner. Skinner telah mengandaikan bahwa segala konsep berkaitan dengan tingkahlaku tikus boleh diaplikasikan ke atas manusia. 1

2 Malah beliau pernah membesarkan anaknya, Debbie di dalam kotak Skinner. Skinner telah mengandaikan bahawa segala konsep berkaitan dengan tingkah laku tikus boleh diaplikasikan ke atas manusia. Dia meninggal disebabkan oleh Leukimia pada 18 Agustus 1990 dan dimakamkan di Mount Auburn Cemetery, Cambridge, Massachusetts. Sebagai sesosok figur yang kontroversial, Skinner dilukiskan secara berbeda-beda, dia dipanggil jahat dan sesosok yang dibenci, namun juga ramah dan entusias. Pada kenyataannya, dia merupakan orang yang sangat teliti dan terbuka, namun emosional. Anugerah yang telah diperoleh sepanjang karier Skinner ialah National Medal of Science from President Lyndon B. Johnson (1968), Gold Medal of the American Psychological Foaudation (1971), Human of the Year Award (1972) dan Citation for Outstanding Lifetime Contribution to Psychology. II. SEJARAH MUNCULNYA TEORI KONDISIONING OPERAN B.F SKINNER Asas pengkondisian operan B.F Skinner dimulai awal tahun 1930-an, pada waktu keluarnya teori S-R. Pada waktu keluarnya teori-teori S-R. pada waktu itu model kondisian klasik dari Pavlov telah memberikan pengaruh yang kuat pada pelaksanaan penelitian. Istilah-istilah seperti cues (pengisyratan), purposive behavior (tingkah laku purposive) dan drive stimuli (stimulus dorongan) dikemukakan untuk menunjukkan daya suatu stimulus untuk memunculkan atau memicu suatu respon tertentu. Skinner tidak sependapat dengan pandangan S-R dan penjelasan reflex bersyarat dimana stimulus terus memiliki sifat-sifat kekuatan yang tidak mengendur. Menurut Skinner penjelasan S-R tentang terjadinya perubahan tingkah laku tidak lengkap untuk menjelaskan bagaimana organisme berinteraksi dengan lingkungannya. Bukan begitu, banyak tingkah laku menghasilkan perubahan atau konsekuensi pada lingkungan yang mempunyai pengaruh terhadap organisme dan dengan begitu mengubah kemungkinan organisme itu merespon nanti. Asas-asas kondisioning operan adalah kelanjutan dari tradisi yang didirikan oleh John Watson. Artinya, agar psikologi bisa menjadi suatu ilmu, maka studi tingkah laku harus dijadikan fokus penelitian psikologi. Tidak seperti halnya teoritikus-teoritikus S- R lainnya, Skinner menghindari kontradiksi yang ditampilkan oleh model kondisioning klasik dari Pavlov dan kondisioning instrumental dari Thorndike. Ia mengajukan suatu paradigma yang mencakup kedua jenis respon itu dan berlanjut dengan mengupas kondisi-kondisi yang bertanggung jawab atas munculnya respons atau tingkah laku operan. 2

3 III. TEORI BELAJAR SKINNER B.F. Skinner setuju dengan teori Pavlov, tetapi menyatakan bahawa perlakuan harus diperhatikan dalam jangka masa yang panjang dan membentuk perlakuan yang kompleks daripada perlakuan yang mudah. Skinner banyak menjalankan kajian dengan menggunakan binatang seperti tikus dan burung merpati. Skinner telah menghasilkan Skinner Box di mana tingkah laku binatang dalam kotak tersebut boleh dikawal dan gerak balasnya (respon) boleh diperhatikan dan direkam/diukur. Skinner telah menjalankan tiga eksperimen bagi membuktikan hipotesisnya 1) Eksperimen pertama a. Seekor tikus yang lapar diletakkan ke dalam Kotak Skinner. Di dalam kotak tersebut, terdapat sebuah mangkuk disambungkan kepada alat penekan. Apabila alat penekan itu dipijak/terinjak, biji makanan akan disalurkan ke dalam mangkuk tersebut. Di dinding bagian atas pula dipasang sebiji lampu untuk digunakan kajian selanjutnya. b. Tikus yang lapar kelihatan berlari-lari mondar-mandir di dalam Kotak Skinner untuk mencari makanan. c. Apabila ia menginjak alat penekan, makanan disalurkan ke dalam mangkuk. d. Tindakan yang berulang kali telah membawa kesadaran kepada tikus tersebut untuk memperoleh makanan. Dan apabila tikus itu dikeluarkan dari Kotak Skinner kemudian di masukkan kembali ke dalam Kotak Skinner, ia terus menginjak alat penekan tersebut. 3

4 Pada peringkat ini, tikus tersebut telah belajar cara memperolehi makanan dengan menginjak alat penekan tersebut,. Cara pembelajaran ini dikenali oleh Skinner sebagai pembelajaran melalui pengkondisian operan. 2) Eksperimen kedua Skinner memutuskan hubungan mangkuk dengan alat penekan. Jadi, apabila tikus menginjak alat penekan dalam Kotak Skinner, makanan tidak dapat disalurkan ke dalam mangkuk. Tikus mula berulang kali bertindak seperti dalam eksperimen pertama, tetapi akhirnya berhenti memijak alat penekan tersebut apabila mendapati makanan tidak akan dikeluarkan lagi. Fenomena ini diuraikan oleh Skinner sebagai proses pemunahan, yaitu makanan (ganjaran) tidak lagi dikeluarkan, tikus pun berhenti menginjak alat penekan tersebut (gerak balas). Bagaimanapun, fenomena ini didapati berlaku dalam kajian pengkondisian klasik. 3) Eksperimen ketiga Skinner menyambung hubungan lampu dengan alat penekan, di mana apabila tikus menginjak alat penekan, lampu akan menyala dan makanan dikeluarkan secara serentak. Jika lampu tidak menyala, makanan juga tidak akan keluar. Proses ini diulang-ulang hingga kelihatan tikus hanya menginjak alat penekan apabila lampu menyala saja. Skinner menguraikan fenomena ini sebagai pembelajaran diskriminasi, yaitu tikus telah belajar konsep diskriminasi dengan membedakan masa yang sesuai untuk memijak alat penekan untuk memperolehi makanan. Fenomena ini juga didapati berlaku dalam kajian pelaziman klasik. Prinsip dari Kajian yang dilakukan Skinner adalah bahwa perilaku berubah sesuai dengan konsekuensi-konsekuensi segera dari perilaku tersebut. Konsekuensikonsekuensi yang menyenangkan akan memperkuat perilaku sedangkan konsekuensikonsekuensi yang tidak menyenangkan akan memperlemah perilaku. Dengan kata lain, konsekuensi-konsekuensi yang tidak menyenangkan akan meningkatkan frekuensi 4

5 seseorang melakukan perilaku serupa, sedangkan konsekuensi-konsekuensi yang tidak menyenangkan akan menurunkan perilaku serupa. 3.1.Penguatan (Reinforcement) Reiforcement didefinisikan sebagai sebagai sebuah konsekuensikonsekuensi yang menguatkan tingkah laku (atau frekuensi tingkah laku). Keefektifan sebuah reinforcement dalam proses belajar perlu ditunjukkan. Karena kita tidak dapat mengasumsikan sebuah konsekuen adalah penguat (reinforcer) sampai terbukti bahwa konsekuen tersebut dapat menguatkan perilaku. Misalnya, permen pada umumnya dapat menjadi reinforcer bagi perilaku anak kecil, tetapi ketika mereka beranjak dewasa permen bukan lagi sesuatu yang menyenangkan, bahkan beberapa anak kecil juga tidak menyukai permen. Secara umum reinforcement dibedakan menjadi tiga, yaitu: a) Dari segi jenisnya, reinforcement dibagi menjadi dua kategori yaitu, reinforcemen primer dan reinforcemen sekunder. Reinforcement primer adalah reinforcement berupa kebutuhan dasar manusia seperti, makanan, air, keamanan, kehangatan, dan lain sebagainya. Reinforcement sekunder adalah reinforcement yang diasosiasikan dengan reinforcement primer. Misalnya, uang tidak mempunyai nilai bagi seorang anak sampai anak itu mengetahui bahwa uang itu dapat digunakan untuk membeli sesuatu yang merupakan penguat primer atau sekunder. Nilai tes mempunyai nilai kecil bagi anak kecuali orang tuanya menghargai anak itu atas nilainya. Uang dan nilai merupakan contoh penguatan sekunder karena keduanya tidak memiliki nilai sampai keduanya dikaitkan dengan penguat primer atau sekunder lain yang diterima baik atau mapan sebagai penguat. Terdapat tiga kategori penguat sekunder, yaitu penguat sosial, seperti penghargaan, senyuman, pelukan, perhatian; penguat aktivitas, seperti diperbolehkan menonton tv; penguat simbolik, seperti uang, nilai, dan tanda jasa. b) Dari segi bentuknya, reinforcement dibagi menjadi dua, yaitu reinforcement positif dan reinforcement negative. Reinforcement positif adalah konsekuen yang diberikan untuk menguatkan atau meningkatkan perilaku seperti hadiah, pujian, kelulusan dan lain sebagainya. 5

6 Reinforcement negative adalah menarik diri dari situasi yang tidak menyenangkan untuk menguatkan tingkah laku. Misalnya, guru yang membebaskan muridnya dari tugas membersihkan kamar mandi jika muridnya dapat menyelesaikan rumahnya. c) Waktu pemberian reinforcement, keefektifan reinforcement dalam perilaku tergantung pada berbagai factor, salah satu diantaranya adalah frekuensi atau jadwal pemberian reinforcement. Ada empat macam pemberian jadwal reinforcement, yaitu: Fixed ratio atau Rasio tetap merupakan suatu penguatan yang diberikan setelah sejumlah perilaku tetap. Salah satu bentuk umum dari penjadwalan rasio-tetap adalah dimana setiap satu perilaku diberi penguatan. Ini disebut penguatan berkelanjutan (continous reinforcement) Fixed interval yaitu selang waktu tertentu ( misalnya 5 menit ) menentukan pemberian penguatan berikutnya Variabel ratio atau Rasio variabel, jika banyaknya perilaku yang diperlukan untuk penguatan tidak dapat diramal, walau dapat dipastikan perilaku itu akhirnya akan diperkuat. Penjadwalan ratio-variabel cenderung menghasilkan kinerja perilaku yang tinggi dan stabil serta tahan terhadap pemunahan Interval Variable, penguatan diberikan dalam suatu interval waktu acak, seseorang tidak tahu persis kapan suatu perilaku akan dikuatkan. Seperti halnya penjadwalan rasio-variabel, penjadwalan interval-variabel sangat efektif untuk menjaga agar perilaku yang diinginkan dapat bertahan lama. 3.2.Hukuman (Punishment) Konsekunsi-konsekuensi yang tidak memperkuat yaitu yang melemahkan perilaku disebut dengan hukuman. Perbedaan antara penguatan negatif dan hukuman yang ditunjukkan pada pengurangan perilaku dengan memberikan konsekuensi yang tidak diinginkan. Jika suatu konsekuensi yang tidak menyenangkan nyata-nyata tidak mengurangi frekuensi dari perilaku yang tidak diinginkan, maka konsekuensi yang tidak menyenangkan tersebut belum dapat dipandang sebagai hukuman. Hukuman dapat dibedakan menjadi dua bentuk yaitu: a) Hukum paksaan, yaitu hukuman dengan menggunakan konsekuensikonsekuensi yang tidak menyenangkan 6

7 b) Hukuman larangan, yaitu hukuman dalam dalam bentuk penghapusan penguatan. Penggunaan hukuman dapat memperbaiki perilaku seseorang. 3.3.Prinsip Premack Salah satu prinsip yang penting adalah bahwa aktivitas-aktivitas yang kurang disukai dapat ditingkatkan dengan cara mengaitkan aktivitas-aktivitas tersebut dengan aktivitas-aktivitas yang lebih disukai. Sebagai contohnya, seorang guru dapat berkata: Segera setelah kamu menyelsaikan pekerjaanmu, kamu dapat keluar, atau Bersihkan meja kerjamu dan setelah itu kamu boleh pulang. Seorang guru dapat menggunakan prinsip premack dengan cara menukar aktivitas-aktivitas yang lebih menyenangkan dengan aktivitas-aktivitas yang kurang menyenangkan, dan dapat tidaknya ikut berpartisipasi dalam aktivitas-aktivitas yang menyenangkan itu tergantung pada keberhasilan menyelesaikan aktivitas-aktivitas yang kurang menyenangkan. 3.4.Pembentukan (Shaping) Pembentukan (shaping) dalam teori belajar perilaku mengacu pada pengajaran keterampilan atau perilaku baru dengan cara memberikan penguatan kepada siswa untuk mencapai perilaku akhir yang diinginkan. Prinsip dalam pembentukan adalah anak harus diberi penguatan untuk perilaku-perilaku yang berada dalam kemampuannya saat ini dan juga mengembangkan kemampuan mereka ke arah keterampilan-keterampilan baru. Adapun langkah-langkah dalam pemberian shaping adalah: 1) Memilih tujuan yang ingin dicapai; 2) Mengetahui kesiapan belajar siswa; 3) Mengembangkan sejumlah langkah yang akan memberikan bimbingan kepada siswa untuk melalui tahap demi tahap tujuannya dengan menyesuaikan kemampuan siswa; 4) Memberi feedback terhadap hasil belajar siswa. 3.5.Pemunahan (Extinction) Pemunahan (extinction) merupakan suatu proses kontinu dimana seorang individu secara perlahan akan mengalami prilaku menurun bahkan menghilang jika penguatan terhadap prilaku individu tersebut dihilangkan. Pemunahan merupakan 7

8 salah satu kunci untuk menangani perilaku siswa. Perilaku siswa yang tidak diinginkan sering dapat dihilangkan jika penguat-penguat yang mempertahankan perilaku tersebut teridentifikasi dan dihilangkan. Pemunahan dari suatu perilaku yang dipelajari sebelumnya dapat dipercepat jika ada beberapa stimulus atau isyarat menginformasikan kepada individu itu bahwa perilaku-perilaku yang sebelumnya pernah diperkuat, tidak akan diperkuat lagi. IV. IMPLIKASI TEORI BELAJAR SKINNER DALAM PENDIDIKAN Beberapa Implikasi teori belajar Skinner dalam pendidikan, antara lain: 1) Untuk mengukuhkan sesuatu kemahiran atau teknik yang baru dipelajari hendaklah memberikan penguatan secara kontinu dan diikuti secara berkala. 2) Penggunaan penguatan positif lebih berkesan daripada penguatan negatif. 3) Prinsip pemunahan melalui proses pengkondisian operan lebih sesuai digunakan untuk memodifikasikan tingkah laku murid yang tidak diinginkan, misalnya menghentikan penguatan yang diberikan dahulu baik penguatan positif maupun penguatan negatif 4) Konsep diskriminasi melalui proses pengkondisian operan membantu murid untuk memperolehi ilmu serta kemahiran dengan tepat. 5) Prinsip Jadwal Penguatan Skinner dapat digunakan untuk merancang serta melaksanakan penguatan yang kontinu dan penguatan berkala yang berpatutan agar menjamin tingkah laku operan dapat ditanamkan. 6) Hukuman hendaklah sesuai dengan usia murid. 7) Guru harus berhati-hati dalam memberi penguatan negatif kerana murid akan menganggapnya sebagai hukuman V. IMPLIKASI TEORI BELAJAR SKINNER DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA Reber (Muhibin Syah, 2003) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan operant adalah sejumlah perilaku yang membawa efek yang sama terhadap lingkungan. Respons dalam operant conditioning terjadi tanpa didahului oleh stimulus, melainkan oleh efek yang ditimbulkan oleh reinforcer. Reinforcer itu sendiri pada dasarnya adalah stimulus yang meningkatkan kemungkinan timbulnya sejumlah respons tertentu, namun tidak sengaja diadakan sebagai pasangan stimulus lainnya seperti dalam classical conditioning. 8

9 Dalam teori Belajar Skinner (Ruseffendi, 1998,h.171),untuk menguatkan pemahaman siswa tentang apa yang baru dipelajari, maka setelah terjadinya proses stimulus-respon yang antara lain berupaya tanya jawab dalam proses pengajaran harus dilanjutkan dengan member ikan penguatan antara lain berupa latihan soal-soal. Dengan demikian teori belajar yang dominan digunakan dalam implementasi kurikulum matematika 1968 adalah "Teori Belajar Skinner". Pada tahun 1975, terjadi perubahan yang sangat besar dalam pengajaran matematika di Indonesia. Di awali dengan diterapkannya matematika modern. Menurut Ruseffendi (1979,12-14), matematika modern tersebut memiliki karakteristik sebagai berikut: a) Terdapat topik-topik baru yang diperkenalkan yaitu himpunan, geometri, bidang dan ruang, statistika dan probalitas, relasi, sistem numerasi kuno,dan penulisan lambang bilangan non desimal. Selain itu diperkenalkannya pula konsep-konsep baru seperti penggunaan himpunan, pendekatan pengajaran matematika secara spiral, dan pengajaran geometri dimulai dengan lengkungan. b) Terjadi pergeseran dari pengajaran yang lebih menekankan pada hafalan ke pengajaran yang bersifat rutin c) Soal-soal yang duberikan lebih diutamakan yang bersifat pemecahan masalah daripada yang bersifat rutin. d) Adanya kesinambungan dalam penyajian bahan ajar antara Sekolah Dasar dan Sekolah lanjutan e) Terdapat penekanan pada struktur f) Program pengajaran pada matematika modern lebih memperhatikan adanya keberagaman antar siswa g) Terdapat upaya-upaya penggunaan istilah yang tepat. h) Ada pergeseran dari pengajaran yang berpusat pada guru ke pengajaran yang berpusat pada siswa i) Sebagai akibat dari pengajaran yang berpusat pada siswa, maka metode pengajaran banyak digunakan penemuan dan pemecahan masalah dengan teknik diskusi. j) Terdapat upaya agar pengajaran matematika dilakukan dengan cara menarik, misalnya melalui per mainan, teka-teki atau kegiatan lapangan. Berikut akan diberikan contoh penerapan teori Skinner dalam bidang matematika. Penguatan (reinforcement) dapat diberikan kepada siswa apabila jika diberikan latihan soal dalam pembelajaran Matematika, misalnya dalam materi persamaan kuadrat yaitu, lalu siswa diminta untuk menentukan akar- 9

10 akar dari persamaan kuadrat tersebut. Apabila siswa dapat menjawab dengan benar, maka siswa berhak memperoleh penguatan baik itu penguatan positif maupun penguatan negatif. Contoh penguatan positif adalah memuji siswa dengan berkata Ya, benar dan sebagainya, sedangkan contoh penguatan negatif yaitu tidak membebankan siswa tugas tambahan yang diberikan pada seluruh anggota kelas jika siswa tersebut berani maju mengerjakan di depan kelaas dan benar. Hukuman (punishment) diberikan kepada siswa yang tertib atau mengganggu jalannya pembeljaran seperti ramai di kelas dan mengakibatkan terganggunya konsentrasi belajar baik bagi siswa maupun guru. VI. ANALISIS PERILAKU TERAPAN DALAM PENDIDIKAN Banyak aplikasi Pengkondisian operan telah dilakukan diluar riset laboratorium, antara lain dikelas, rumah, setting bisnis, rumah sakit, dan tempat lain di dunia nyata. Analisis Perilaku terapan adalah penerapan prinsip pengkondisian operan untuk mengubah perilaku manusia. Ada tiga penggunaan analisis perilaku yang penting dalam bidang pendidikan, yaitu: 1) Meningkatkan perilaku yang diinginkan. 2) Menggunakan dorongan (prompt) dan pembentukkan (shaping). 3) Mengurangi perilaku yang tidak diharapkan. 6.1.Meningkatkan perilaku yang diharapkan Lima strategi pengkondisian operan dapat dipakai untuk meningkatkan perilaku anak yang diharapkan yaitu: Memilih Penguatan yang efektif: tidak semua penguatan akan sama efeknya bagi anak. Analisis perilaku terapan menganjurkan agar guru mencari tahu penguat apa yang paling baik untuk anak, yakni mengindividualisasikan penggunaan penguat tertentu. Untuk mencari penguatan yang efektif bagi seorang anak, disarankan untuk meneliti apa yang memotivasi anak dimasa lalu, apa yang dilakukan murid tapi tidak mudah diperolehnya, dan persepsi anak terhadap manfaat dan nilai penguatan. Penguatan alamiah seperti pujian lebih dianjurkan ketimbang penguat imbalan materi, seperti permen, mainan dan uang. Menjadikan penguat kontingen dan tepat waktu: agar penguatan dapat efektif, guru harus memberikan hanya setelah murid melakukan perilaku tertentu. Analisis perilaku terapan seringkali menganjurkan agar guru membuat 10

11 pernyataan jika maka. penguatan akan lebih efektif jika diberikan tepat pada waktunya, sesegera mungkin setelah murid menjalankan tindakan yang diharapkan. Ini akan membantu anak melihat hubungan kontingensi antarimbalan dan perilaku mereka. Jika anak menyelesaikan perilaku sasaran (seperti mengerjakan sepuluh soal matematika) tapi guru tidak memberikan waktu bermain pada anak, maka anak itu mungkin akan kesulitan membuat hubungan kontingensi. Memilih jadwal penguatan terbaik: menyusun jadwal penguatan menentukan kapan suatu respons akan diperkuat. Empat jadwal penguatan utama adalah a) Jadwal rasio tetap: suatu perilaku diperkuat setelah sejumlah respon. b) Jadwal rasio variabel : suatu perilaku diperkuat setelah terjadi sejumlah respon, akan tetapi tidak berdasarkan basis yang dapat diperidiksi. c) Jadwal interval tetap : respons tepat pertama setelah beberapa waktu akan diperkuat. d) Jadwal interval variabel : suatu respons diperkuat setelah sejumlah variabel waktu berlalu. Menggunakan perjanjian (contracting) adalah menempatkan kontigensi penguatan dalam tulisan. Jika muncul problem dan anak tidak bertindak sesuai harapan, guru dapat merujuk anak pada perjanjian yang mereka sepakati. Analisis perilaku terapan menyatakan bahwa perjanjian kelas harus berisi masukan dari guru dan murid. Kontrak kelas mengandung pernyataan jika maka dan di tandatangani oleh guru dan murid, dan kemudian diberi tanggal. Menggunakan penguatan negatif secara efektif: dalam pengutan negatif, frekuensi respons meningkat karena respon tersebut menghilangkan stimulus yang dihindari. Seorang guru mengatakan Minmin, kamu harus menyelesaikan PR mu dulu diluar kelas sebelum kamu boleh masuk kelas ikut pembelajaran ini berarti seorang guru menggunakan penguatan negatif. 6.2.Menggunakan dorongan (prompt) dan pembentukan (shapping) Prompt (dorongan) adalah stimulus tambahan atau isyarat tambahan yang diberikan sebelum respons dan meningkatkan kemungkinan respon tersebut akan terjadi. Shapping (pembentukan) adalah mengajari perilaku baru dengan memperkuat perilaku sasaran. 11

12 6.3.Mengurangi perilaku yang tidak diharapkan Ketika guru ingin mengurangi perilaku yang tidak diharapkan (seperti mengejek, mengganggu diskusi kelas, atau sok pintar) yang harus dilakukan berdasarkan analisis perilaku terapan adalah Menggunakan Penguatan Diferensial. Menghentikan penguatan (pelenyapan) Menghilangkan stimuli yang diinginkan. Memberikan stimuli yang tidak disukai (hukuman) VII. KELEBIHAN DAN KELEMAHAN TEORI BELAJAR SKINNER 7.1.Kelebihan Pada teori ini, pendidik diarahkan untuk menghargai setiap anak didiknya. hal ini ditunjukkan dengan dihilangkannya sistem hukuman. Hal itu didukung dengan adanya pembentukan lingkungan yang baik sehingga dimungkinkan akan meminimalkan terjadinya kesalahan. 7.2.Kekurangan Beberapa kelemahan dari teori ini berdasarkan analisa teknologi (Margaret E. B. G. 1994) adalah bahwa: a) teknologi untuk situasi yang kompleks tidak bisa lengkap; analisa yang berhasil bergantung pada keterampilan teknologis, b) keseringan respon sukar diterapkan pada tingkah laku kompleks sebagai ukuran peluang kejadian. Disamping itu pula, tanpa adanya sistem hukuman akan dimungkinkan akan dapat membuat anak didik menjadi kurang mengerti tentang sebuah kedisiplinan. hal tersebuat akan menyulitkan lancarnya kegiatan belajar-mengajar. Dengan melaksanakan mastery learning, tugas guru akan menjadi semakin berat. Beberapa Kekeliruan dalam penerapan teori Skinner adalah penggunaan hukuman sebagai salah satu cara untuk mendisiplinkan siswa. Menurut Skinner hukuman yang baik adalah anak merasakan sendiri konsekuensi dari perbuatannya. Misalnya anak perlu mengalami sendiri kesalahan dan merasakan akibat dari 12

13 kesalahan. Penggunaan hukuman verbal maupun fisik seperti: kata-kata kasar, ejekan, cubitan, jeweran justru berakibat buruk pada siswa. 13

14 DAFTAR PUSTAKA Teori Pembelajaran &lt= &source=read+page&uahk=9yC9xXLuHuOjnVS4qQFB0IjUk Dg. (diakses pada 30 Oktober 2012) Teori Belajar Skinner (Burrhus Frederick Skinner). (diakses pada 30 Oktober 2012) Implikasi Aliran Psikologi Tingkah Laku ( Teori Thorndike, Teori Gagne, Teori Ausubel dan Teori Skinner) Terhadap Pembelajaran Matematika. (diakses pada 31 Oktober 2012). Nur, Muhammad, dkk Teori Pembelajaran Perilaku dan Teori Pembelajaran Sosial. Surabaya : Unipress. Nuryadi, Made Teori Belajar B.F Skinner dan Aplikasinya. (diakses pada 31 Oktober 2012). 14

TEORI PENGUATAN OLEH SKINNER

TEORI PENGUATAN OLEH SKINNER TEORI PENGUATAN OLEH SKINNER A. Bentuk Teori Skinner B.F. Skinner (104-1990) berkebangsaan Amerika dikenal sebagai tokoh behavioris dengan pendekatan model instruksi langsung (directed instruction) dan

Lebih terperinci

TEORI BELAJAR SKINNER

TEORI BELAJAR SKINNER TEORI BELAJAR SKINNER A. ALIRAN PSIKOLOGI TINGKAH LAKU (BEHAVIOR) Banyak teori tentang belajar yang telah berkembang mulai abad ke 19 sampai sekarang ini. Pada awal abad ke-19 teori belajar yang berkembang

Lebih terperinci

B.F. Skinner. Pendekatan Psikologi Skinner

B.F. Skinner. Pendekatan Psikologi Skinner B.F. Skinner Teori Kepribadian Behaviorisme Pendahuluan Behaviorisme adalah sebuah aliran dalam psikologis yang didirikan oleh John B. Watson pada tahun 1913. Seperti halnya psikoanalisa, behaviorisme

Lebih terperinci

Teori belajar : Analisis perilaku BF Skinner

Teori belajar : Analisis perilaku BF Skinner Teori belajar : Analisis perilaku BF Skinner Biografi BF Skinner Burrhus Frederic Skinner lahir 1904 di Pennsylvania Ayahnya seorang pengacara dan politisi ternama, ibunya seorang ibu rumah tangga Skinner

Lebih terperinci

TEORI BELAJAR BEHAVIORISME (TINGKAH LAKU)

TEORI BELAJAR BEHAVIORISME (TINGKAH LAKU) TEORI BELAJAR BEHAVIORISME (TINGKAH LAKU) Penguatan (+) Stimulus Respon Reinforcment Penguatan (-) Faktor lain ialah penguatan (reinforcement) yang dapat memperkuat timbulnya respons. Reinforcement bisa

Lebih terperinci

Teori Belajar Behavioristik

Teori Belajar Behavioristik Teori Belajar Behavioristik Pandangan tentang belajar : Belajar merupakan perubahan tingkah laku yang terjadi berdasarkan paradigma S-R (stimulus- respon) Ciri-ciri teori belajar behavioristik : a. Mementingkan

Lebih terperinci

TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK

TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK Pertemuan ke-2 1 Pemerolehan vs Pembelajaran Pemerolehan memiliki ciri-ciri yang sama dengan pemerolehan bahasa pertama, seorang anak penutur asli, sedangkan belajar bahasa

Lebih terperinci

Untuk pemahaman yang lebih mendalam, perlu diuraikan definisi belajar tersebut melalui penjelasan dari komponen-komponen dan istilah-istilah serta

Untuk pemahaman yang lebih mendalam, perlu diuraikan definisi belajar tersebut melalui penjelasan dari komponen-komponen dan istilah-istilah serta WHAT IS LEARNING? Belajar adalah salah satu bidang kajian terpenting dalam psikologi dan merupakan suatu konsep yang benar-benar sulit didefinisikan. Dalam American Heritage Dictionary, belajar diartikan

Lebih terperinci

TEORI BELAJAR TINGKAH LAKU

TEORI BELAJAR TINGKAH LAKU TEORI BELAJAR TINGKAH LAKU 1. Teori Belajar Tingkah Laku (Behaviorisme) Paham behaviorisme memandang belajar sebagai perkayaan/penambahan materi pengetahuan (material) dan atau perkayaan pola-pola respon

Lebih terperinci

antara stimulus dan respon. Menurut Pavlov respon dari seseorang tergantung

antara stimulus dan respon. Menurut Pavlov respon dari seseorang tergantung Teori teori Behaviorisme 1. Classical Conditioning, Ivan Pavlov (1849 1936) Pavlov adalah seorang psikolog dari Rusia yang menemukan hubungan antara stimulus dan respon. Menurut Pavlov respon dari seseorang

Lebih terperinci

TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK. MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Belajar dan Pembelajaran yang dibina oleh Bapak Drs. Parno, M.

TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK. MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Belajar dan Pembelajaran yang dibina oleh Bapak Drs. Parno, M. TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Belajar dan Pembelajaran yang dibina oleh Bapak Drs. Parno, M.Si oleh Yunida Ekawati 110321406344 Zul Farida Arini 110321406367 Elies

Lebih terperinci

TEORI BELAJAR BERMAKNA BROWNELL

TEORI BELAJAR BERMAKNA BROWNELL TEORI BELAJAR BERMAKNA BROWNELL Mata Kuliah Teori Pembelajaran Matematika Dosen Pengampu Dr. Dwiyanto, MS. IMAN NUROFIK 0401513060/B2 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA PASCA SARJANA UNIVERSITAS NEGERI

Lebih terperinci

Teori-teori Belajar. Teori Behavioristik. Afid Burhanuddin. Memahami teori-toeri belajar dan implementasinya dalam proses pembelajaran.

Teori-teori Belajar. Teori Behavioristik. Afid Burhanuddin. Memahami teori-toeri belajar dan implementasinya dalam proses pembelajaran. Teori-teori Belajar Teori Behavioristik Afid Burhanuddin Belajar Mengajar Kompetensi Dasar Memahami teori-toeri belajar dan implementasinya dalam proses pembelajaran Indikator Memahami hakikat teori pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II TEORI BEHAVIORAL SOSIOLOGI-BURRHUS FREDERIC SKINNER. dan seorang politisi, sedangkan ibunya adalah seorang ibu rumah tangga.

BAB II TEORI BEHAVIORAL SOSIOLOGI-BURRHUS FREDERIC SKINNER. dan seorang politisi, sedangkan ibunya adalah seorang ibu rumah tangga. BAB II TEORI BEHAVIORAL SOSIOLOGI-BURRHUS FREDERIC SKINNER A. Sejarah Hidup Burrhus Frederic Skinner Burrhus Frederic Skinner (B.F. Skinner) lahir di Susquehanna, Pennsylvania, pada tanggal 20 Maret 1904.

Lebih terperinci

MEMAHAMI TEORI-TEORI PERILAKU BELAJAR DALAM ORGANISASI

MEMAHAMI TEORI-TEORI PERILAKU BELAJAR DALAM ORGANISASI MEMAHAMI TEORI-TEORI PERILAKU BELAJAR DALAM ORGANISASI Oleh: Alimul Muniroh 1 Abstrak Belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang mendasar sebagai hasil dari pengalaman di sebuah organisasi/ lembaga

Lebih terperinci

Sejarah dan Aliran-Aliran Psikologi

Sejarah dan Aliran-Aliran Psikologi Modul ke: Sejarah dan Aliran-Aliran Psikologi Behaviorisme Fakultas Psikologi Dra. Anna Amanah, Psi., MSi. www.mercubuana.ac.id Program Studi Psikologi Tokoh Tokoh: Ivan P. Pavlov 1849 1936 John Broadus

Lebih terperinci

Jurnal SAP Vol. 1 No. 1 Agustus 2016 ISSN: X

Jurnal SAP Vol. 1 No. 1 Agustus 2016 ISSN: X PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN CATATAN PERBAIKAN PADA LATIHAN MATEMATIKA TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIKA Ade Lukman Nulhakim Program Studi Teknik Informatika, Universitas Indraprasta PGRI Email:

Lebih terperinci

Penempatan Pegawai. School of Communication & Business Inspiring Creative Innovation. Perilaku Organisasi (Organizational Behavior)

Penempatan Pegawai. School of Communication & Business Inspiring Creative Innovation. Perilaku Organisasi (Organizational Behavior) Perilaku Organisasi (Organizational Behavior) 1. Pendahuluan (26/08/2015) 2. Dasar Perilaku Individu (02/09/2015) Penempatan Pegawai 3. Kepribadian dan Emosi dan mengumpulkan tugas ke 1 (09/09/2015) 4.

Lebih terperinci

TEORI BELAJAR. Oleh : Dedy Iswanto, S.Pd.

TEORI BELAJAR. Oleh : Dedy Iswanto, S.Pd. TEORI BELAJAR Oleh : Dedy Iswanto, S.Pd. Belajar adalah suatu aktifitas atau kegiatan dimana terdapat sebuah proses dan tahapan dari tidak tahu menjadi tahu, tidak mengerti menjadi mengerti, tidak bisa

Lebih terperinci

SKINNER TIGA ASUMSI DASAR SKINNER

SKINNER TIGA ASUMSI DASAR SKINNER 3 SKINNER Minat utama Skinner adalah pada analisis eksperimental atas tingkah laku. Skinner melakukan penelitian pada tikus atau burung merpati. Di samping itu, Skinner juga menerapkan prinsip-prinsip

Lebih terperinci

Bab 5 Proses Belajar Konsumen

Bab 5 Proses Belajar Konsumen Bab 5 Proses Belajar Konsumen Arti Proses Belajar 1. Solomon {1999, hal 71} Belajar adalah perubahan perilaku yang relatif permanen yang diakibatkan pengalaman. 2. Schiffman dan kanuk {2000, hal 160} Dari

Lebih terperinci

DIPLOMA PSIKOLOGI ISLAM DAN KAUNSELING. WPK1313 Psikolgi Pembelajaran

DIPLOMA PSIKOLOGI ISLAM DAN KAUNSELING. WPK1313 Psikolgi Pembelajaran DIPLOMA PSIKOLOGI ISLAM DAN KAUNSELING WPK1313 Psikolgi Pembelajaran Minggu 2 Pensyarah: Ustazah Dr Nek Mah Bte Batri PhD Pendidikan Agama Islam (UMM) PhD Fiqh Sains & Teknologi (UTM) PENILAIAN PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

PENERAPAN TEORI BEHAVIORISTIK DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ARAB (KAJIAN TERHADAP PEMIKIRAN BF. SKINNER)

PENERAPAN TEORI BEHAVIORISTIK DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ARAB (KAJIAN TERHADAP PEMIKIRAN BF. SKINNER) PENERAPAN TEORI BEHAVIORISTIK DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ARAB (KAJIAN TERHADAP PEMIKIRAN BF. SKINNER) MUHAMMAD MAHMUDI Mahasiswa Keguruan Bahasa Arab Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang, Jl.

Lebih terperinci

proses dimana perilaku diperkuat oleh konsekuensi yang segera mengikuti perilaku tersebut

proses dimana perilaku diperkuat oleh konsekuensi yang segera mengikuti perilaku tersebut REINFORCEMENT proses dimana perilaku diperkuat oleh konsekuensi yang segera mengikuti perilaku tersebut Kejadian perilaku tertentu Diikuti oleh akibat yang segera mengikutinya Pengutan perilaku yang muncul

Lebih terperinci

TEORI behaviorism. Teori belajar koneksionisme

TEORI behaviorism. Teori belajar koneksionisme TEORI behaviorism Ada dua jenis pengkondisian: Tipe S : respondent conditioning (pengkondisian responden) identik dengan pengkondisian klasik. Menekankan arti penting stimulus dalam menimbulkan respons

Lebih terperinci

Program Pascasarjana - UNY TEORI BELAJAR. (Learning Theory) Oleh. Dr. H. MUKMINAN. PPs. UNY /

Program Pascasarjana - UNY TEORI BELAJAR. (Learning Theory) Oleh. Dr. H. MUKMINAN. PPs. UNY / Program Pascasarjana - UNY TEORI BELAJAR (Learning Theory) Oleh Dr. H. MUKMINAN PPs. UNY - 2015/2016 Email: mukminan@yahoo.co.id HP: 08157956800 1 Hand-Out Untuk Perkuliahan Program Doktor (S3) Program

Lebih terperinci

Oleh : Muh. Mustakim, M.Pd.I

Oleh : Muh. Mustakim, M.Pd.I Oleh : Muh. Mustakim, M.Pd.I Hakikat Belajar Belajar merupakan proses mencapai berbagai dan sikap untuk bekal hidup di masa mendatang. macam kompetensi, Belajar adalah proses mendapatkan perubahan dalam

Lebih terperinci

PETUNJUK: HARAP LAMBANG SPEAKER DIKLIK UNTUK DAPAT MENDENGAR SUARA SN PERILAKU ORGANISASI 2

PETUNJUK: HARAP LAMBANG SPEAKER DIKLIK UNTUK DAPAT MENDENGAR SUARA SN PERILAKU ORGANISASI 2 PERILAKU ORGANISASI DISUSUN OLEH: ASTADI PANGARSO, S.T., MBA RENNY RENGGANIS, S.E., MSM PRODI S1 ILMU ADMINISTRASI BISNIS FAKULTAS KOMUNIKASI DAN BISNIS UNIVERSITAS TELKOM PETUNJUK: HARAP LAMBANG SPEAKER

Lebih terperinci

E.E.L. THORNDIKE Belajar merupakan peristiwa asosiasi antara stimulus (S) dengan respon (R) Supaya tercapai hubungan antara S dengan R, dibutuhkan kem

E.E.L. THORNDIKE Belajar merupakan peristiwa asosiasi antara stimulus (S) dengan respon (R) Supaya tercapai hubungan antara S dengan R, dibutuhkan kem TEORI BELAJAR Rosita E.K., M.Si E.E.L. THORNDIKE Belajar merupakan peristiwa asosiasi antara stimulus (S) dengan respon (R) Supaya tercapai hubungan antara S dengan R, dibutuhkan kemampuan untuk melakukan

Lebih terperinci

Prinsip dan prosedur dasar modifikasi perilaku

Prinsip dan prosedur dasar modifikasi perilaku Modul ke: 02 Ainul Fakultas Psikologi Prinsip dan prosedur dasar modifikasi perilaku Positive reinforcement, conditioned reinforcement, extinction, intermittent reinforcement Mardiah, S.Psi, M.Sc. Program

Lebih terperinci

MAKALAH TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

MAKALAH TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang MAKALAH TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Belajar merupakan sebuah proses perubahan tingkah laku Individu. Belajar merupakan hal yang sangat penting dan harus di jalani oleh

Lebih terperinci

Teori Teori Belajar: Behaviorisme, Kognitif, dan Gestalt

Teori Teori Belajar: Behaviorisme, Kognitif, dan Gestalt Teori Teori Belajar: Behaviorisme, Kognitif, dan Gestalt Jika menelaah literatur psikologi, kita akan menemukan sejumlah teori belajar yang bersumber dari aliran aliran psikologi. Di bawah ini akan dikemukakan

Lebih terperinci

Prinsip dan prosedur dasar modifikasi perilaku

Prinsip dan prosedur dasar modifikasi perilaku Modul ke: Prinsip dan prosedur dasar modifikasi perilaku Positive reinforcement, extinction, intermittent reinforcement Fakultas Psikologi Rizka Putri Utami, M.Psi., Psi. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

Model-Model Pembelajaran Matematika

Model-Model Pembelajaran Matematika Model-Model Pembelajaran Matematika Pendidikan Matematika FST Tatik Retno Murniasih, S.Si., M.Pd. tretnom@unikama.ac.id Pengertian 1. Teknik: penerapan secara khusus metode pembelajaran sesuai dengan kemampuan

Lebih terperinci

LEARNING OLEH: ASEP SUPENA

LEARNING OLEH: ASEP SUPENA LEARNING OLEH: ASEP SUPENA BELAJAR (LEARNING) PROSES PERUBAHAN YANG RELATIF PERMANEN PADA PENGETAHUAN ATAU TINGKAH LAKU YANG DISEBABKAN OLEH SUATU PENGALAMAN (Woolfolk, 2004) BELAJAR (LEARNING) Perubahan

Lebih terperinci

STUDI ATAS PEMIKIRAN B.F. SKINNER TENTANG BELAJAR. RIFNON ZAINI SMPN 1 KARYA PENGGAWA PESISIR BARAT

STUDI ATAS PEMIKIRAN B.F. SKINNER TENTANG BELAJAR. RIFNON ZAINI   SMPN 1 KARYA PENGGAWA PESISIR BARAT STUDI ATAS PEMIKIRAN B.F. SKINNER TENTANG BELAJAR RIFNON ZAINI Email: rifnon.zaini@yahoo.co.id SMPN 1 KARYA PENGGAWA PESISIR BARAT Abstract There are quite a lot of systems of theory which are constructed

Lebih terperinci

Penempatan Pegawai. School of Communication & Business Inspiring Creative Innovation

Penempatan Pegawai. School of Communication & Business Inspiring Creative Innovation Perilaku Organisasi (Organizational Behavior) 2 Dasar Dasar Perilaku Individu 2005 Prentice Hall Inc. All rights reserved. ORGANIZATIONAL BEHAVIOR S T E P H E N P. R O B B I N S E L E V E N T H E D I T

Lebih terperinci

School of Communication Inspiring Creative Innovation. Perilaku Organisasi (Organizational Behavior) Pertemuan ke-2

School of Communication Inspiring Creative Innovation. Perilaku Organisasi (Organizational Behavior) Pertemuan ke-2 Penempatan School of Communication Pegawai & Business Inspiring Creative Innovation Perilaku Organisasi (Organizational Behavior) Pertemuan ke-2 DASAR PERILAKU INDIVIDU Dasar-dasar perilaku individu akan

Lebih terperinci

Perilaku Konsumen Summary Chapter 9

Perilaku Konsumen Summary Chapter 9 Perilaku Konsumen Summary Chapter 9 by: Deya Putra Errid Hadisyah Putra Kemal Aditya Naufalia Tria Lestari Putri 1. Jelaskanlah proses Classical Conditioning. Gunakan eksperimen Pavlov untuk membantu anda

Lebih terperinci

Penerapan Reinforcement Theory Pada Anak

Penerapan Reinforcement Theory Pada Anak Penerapan Reinforcement Theory Pada Anak Beragam problem terkait dengan motivasi berprestasi siswa di sekolah seringkali dihadapi guru. Ada siswa yang senantiasa menyelesaikan pekerjaan, namun jarang mengerjakan

Lebih terperinci

TEORI PEMBELAJARAN. IPG Kampus Sultan Mizan, Besut, Terengganu.

TEORI PEMBELAJARAN. IPG Kampus Sultan Mizan, Besut, Terengganu. TEORI PEMBELAJARAN IPG Kampus Sultan Mizan, Besut, Terengganu. Manusia belajar melalui berbagai-bagai cara. Cara belajar dibahagikan kepada mazhab behavioris, kognitif, sosial dan humanis. Mazhab behavioris

Lebih terperinci

AWAL MUNCULNYA TEORI BEHAVIORISME

AWAL MUNCULNYA TEORI BEHAVIORISME TEORI BEHAVIORISTIK KELOMPOK 2 ABRAR YUSRA (5115153527) ACHMAD RIZQI AGFIAN (5115152309) ARI PRABOWO (5115152234) CITRATRI AYUNINGTIAS (5115152673) DHIMAZ IDRIS (5115151820) EKA MARDIANA (5115154962) ENCIK

Lebih terperinci

PARADIGMA PERILAKU SOSIAL DENGAN PENDEKATAN BEHAVIORISTIK (Telaah Atas Teori Burrhusm Frederic Skinner)

PARADIGMA PERILAKU SOSIAL DENGAN PENDEKATAN BEHAVIORISTIK (Telaah Atas Teori Burrhusm Frederic Skinner) PARADIGMA PERILAKU SOSIAL DENGAN PENDEKATAN BEHAVIORISTIK (Telaah Atas Teori Burrhusm Frederic Skinner) Mustaqim Email; qiem67@yahoo.co.id Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam (IAI) Ngawi ABSTRAK Seperti

Lebih terperinci

STUDI ATAS PEMIKIRAN B.F SKINNER TENTANG BELAJAR. Rifnon Zaini Praktisi Pendidikan di SMPN 1 Karya Penggawa Pesisir Barat.

STUDI ATAS PEMIKIRAN B.F SKINNER TENTANG BELAJAR. Rifnon Zaini Praktisi Pendidikan di SMPN 1 Karya Penggawa Pesisir Barat. STUDI ATAS PEMIKIRAN B.F SKINNER TENTANG BELAJAR Rifnon Zaini Praktisi Pendidikan di SMPN 1 Karya Penggawa Pesisir Barat Abstract There are quite a lot of systems of theory which are constructed to examine

Lebih terperinci

PENGARUH PENERAPAN TEORI OPERANT CONDITIONING TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR BAHASA JEPANG

PENGARUH PENERAPAN TEORI OPERANT CONDITIONING TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR BAHASA JEPANG PENGARUH PENERAPAN TEORI OPERANT CONDITIONING TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR BAHASA JEPANG SKRIPSI disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Prodi Pendidikan bahasa

Lebih terperinci

School of Communication Inspiring Creative Innovation. Perilaku Organisasi (Organizational Behavior) Pertemuan ke-2

School of Communication Inspiring Creative Innovation. Perilaku Organisasi (Organizational Behavior) Pertemuan ke-2 Penempatan School of Communication Pegawai & Business Inspiring Creative Innovation Perilaku Organisasi (Organizational Behavior) Pertemuan ke-2 DASAR PERILAKU INDIVIDU Dasar-dasar perilaku individu akan

Lebih terperinci

Banding beza antara 5 teori pembelajaran yang telah anda pelajari. Teori. pembelajaran manakah yang biasa anda amalkan dalam bilik dajah anda?

Banding beza antara 5 teori pembelajaran yang telah anda pelajari. Teori. pembelajaran manakah yang biasa anda amalkan dalam bilik dajah anda? SOALAN 5(a) Banding beza antara 5 teori pembelajaran yang telah anda pelajari. Teori pembelajaran manakah yang biasa anda amalkan dalam bilik dajah anda? Beri sebab-sebab bagi menyokong pilihan anda. Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prakti prientasi pasien baru 1. Pengertian Orientasi Orientasi adalah melihat atau meninjau supaya kenal atau tahu (Purwadarminta, 1999). Dalam konteks keperawatan orientasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. TK (Taman kanak-kanak) merupakan salah satu lembaga pendidikan formal

I. PENDAHULUAN. TK (Taman kanak-kanak) merupakan salah satu lembaga pendidikan formal I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang TK (Taman kanak-kanak) merupakan salah satu lembaga pendidikan formal dalam rangka sistem pendidikan nasional yang merupakan salah satu bentuk

Lebih terperinci

TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK

TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK Teori belajar behavioristik menjelaskan belajar itu adalah perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkret. Perubahan terjadi melalui rangsangan (stimulans)

Lebih terperinci

Teori Pembelajaran. 9/24/2010 Nordin Bin Tahir, IPIP 1

Teori Pembelajaran. 9/24/2010 Nordin Bin Tahir, IPIP 1 Teori Pembelajaran 9/24/2010 Nordin Bin Tahir, IPIP 1 Manusia belajar melalui berbagai-bagai cara. Cara belajar dibahagikan kepada mazhab behavioris, kognitif, sosial dan humanis. Mazhab behavioris menganggap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masalah, terutama masalah perkembangannya. Oleh karena itu, perkembangan. anak perlu diperhatikan, khususnya oleh orang tua dan guru.

I. PENDAHULUAN. masalah, terutama masalah perkembangannya. Oleh karena itu, perkembangan. anak perlu diperhatikan, khususnya oleh orang tua dan guru. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Setiap orang tua memiliki kewajiban untuk mengembangkan bakat dan potensi yang dimiliki anak serta membantu anak dalam menyelesaikan masalah,

Lebih terperinci

Implikasi dan dampak teori Operant Condiioning dalam proses pengajaran Aqidah Akhlak

Implikasi dan dampak teori Operant Condiioning dalam proses pengajaran Aqidah Akhlak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam menerapkan metode yang baik untuk suatu proses pembelajaran, maka harus diperlukan teori yang cocok untuk sebuah model pembelajaran yang mampu diserap dan

Lebih terperinci

PENGKONDISIAN OPERAN & BELAJAR SOSIAL

PENGKONDISIAN OPERAN & BELAJAR SOSIAL PENGKONDISIAN OPERAN & BELAJAR SOSIAL PENGKONDISIAN OPERAN Bentuk pembelajaran dimana konsekuensi dari perilaku menghasilkan perubahan dalam probabilitas terjadinya perilaku. Reinforcement (Penguatan)

Lebih terperinci

PENGENALAN PSIKOLOGI KOGNITIF PENGENALAN

PENGENALAN PSIKOLOGI KOGNITIF PENGENALAN 1 PENGENALAN PSIKOLOGI KOGNITIF PENGENALAN Psikologi kognitif merupakan perspektif secara teori yang memfokuskan pada dunia persepsi pemikiran ingatan manusia. Ia menggambarkan pelajar sebagai proses maklumat

Lebih terperinci

MODIFIKASI PERILAKU. Dasar-dasar Modifikasi Perilaku I. Winy Nila Wisudawati, S.Psi., M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi

MODIFIKASI PERILAKU. Dasar-dasar Modifikasi Perilaku I. Winy Nila Wisudawati, S.Psi., M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi Modul ke: MODIFIKASI PERILAKU Dasar-dasar Modifikasi Perilaku I Fakultas Psikologi Winy Nila Wisudawati, S.Psi., M.Psi., Psikolog. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Bagian Isi REINFORCEMENT

Lebih terperinci

Analisis Deskriptif Faktor-faktor Konsentrasi Belajar Mata Pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Analisis Deskriptif Faktor-faktor Konsentrasi Belajar Mata Pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Analisis Deskriptif Faktor-faktor Konsentrasi Belajar Mata Pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan HADI CAHYONO Universitas Muhammadiyah Ponorogo hadicahyono0@gmail.com ABSTRAK Tujuan penelitian

Lebih terperinci

Konsep-konsep Modifikasi Perilaku. Danang Setyo Budi Baskoro, S.Psi., M.Psi

Konsep-konsep Modifikasi Perilaku. Danang Setyo Budi Baskoro, S.Psi., M.Psi Konsep-konsep Modifikasi Perilaku Danang Setyo Budi Baskoro, S.Psi., M.Psi POKOK BAHASAN 1. Dasar Pemikiran 2. Definisi Modifikasi Perilaku 3. Perilaku 4. Pendekatan behavioristik 5. Prinsip dasar Modifikasi

Lebih terperinci

MELURUSKAN KONSEP KONDISIONING OPERAN

MELURUSKAN KONSEP KONDISIONING OPERAN BULETIN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GADJAH MADA VOLUME 19, NO. 1, 2011: 38 43 ISSN: 0854 7108 MELURUSKAN KONSEP KONDISIONING OPERAN T. Dicky Hastjarjo Fakultas Psikologi Universitas Gadjah

Lebih terperinci

Teori Belajar dalam Pembelajaran Matematika

Teori Belajar dalam Pembelajaran Matematika Teori Belajar dalam Pembelajaran Matematika I. Aliran Psikologi Tingkah Laku Teori Thorndike Teori Skinner Teori Ausubel Teori Gagne Teori Pavlov Teori baruda Teori Thorndike Teori belajar stimulus-respon

Lebih terperinci

MEMAHAMI TEORI-TEORI PERILAKU BELAJAR DALAM ORGANISASI

MEMAHAMI TEORI-TEORI PERILAKU BELAJAR DALAM ORGANISASI MEMAHAMI TEORI-TEORI PERILAKU BELAJAR DALAM ORGANISASI Alimul Muniroh Institut Agama Islam Tarbiyatut Tholabah Lamongan, Indonesia E-mail: alimulmuniroh1@gmail.com Abstract: Learning is a fundamental process

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 2 Nomor 3 September 2013 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman : 758-769 EFEKTIFITAS TEKNIK TOKEN EKONOMI DALAM UPAYA MENGURANGI PRILAKU

Lebih terperinci

BAB IV PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABDULLAH NASHIH ULWAN DAN B.F. SKINNER SERTA RELEVANSI PEMIKIRAN KEDUA TOKOH TERSEBUT TENTANG HUKUMAN DALAM PENDIDIKAN

BAB IV PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABDULLAH NASHIH ULWAN DAN B.F. SKINNER SERTA RELEVANSI PEMIKIRAN KEDUA TOKOH TERSEBUT TENTANG HUKUMAN DALAM PENDIDIKAN BAB IV PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABDULLAH NASHIH ULWAN DAN B.F. SKINNER SERTA RELEVANSI PEMIKIRAN KEDUA TOKOH TERSEBUT TENTANG HUKUMAN DALAM PENDIDIKAN A. Perbandingan Pemikiran Abdullah Nashih Ulwan dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berasal dari kata latin communicatio dan bersumber dari kata

BAB II LANDASAN TEORI. berasal dari kata latin communicatio dan bersumber dari kata BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Komunikasi Matematis Istilah komunikasi atau dalam bahasa inggris communication berasal dari kata latin communicatio dan bersumber dari kata communis yang berarti sama,

Lebih terperinci

Le L ar a n r i n ng n g (Pa P r a t r 1) 1 By : Ika Sari Dewi

Le L ar a n r i n ng n g (Pa P r a t r 1) 1 By : Ika Sari Dewi Learning (Part 1) By : IkaSari Dewi Definisi Perubahan perilaku yang relatif permanen yang dibentuk melalui pengalaman. Tidak semua perubahan perilaku merupakan hasil belajar Perubahan perilaku karena

Lebih terperinci

PROSES BELAJAR KONSUMEN

PROSES BELAJAR KONSUMEN Consumer Behavior PROSES BELAJAR KONSUMEN Sengguruh Nilowardono Seorang konsumen, baik anak, remaja, dewasa maupun orang tua, melakukan proses belajar Seseorang yang menyukai produk tertentu, memilih bentuk

Lebih terperinci

MODEL PENGAJARAN. Nordin Tahir IPG Kampus Ipoh

MODEL PENGAJARAN. Nordin Tahir IPG Kampus Ipoh MODEL PENGAJARAN Nordin Tahir IPG Kampus Ipoh Model Ekspositori Model Pemprosesan maklumat Model Inkuiri Model Projek. Model Ekspositori Istilah ekspositori diperoleh daripada konsep penjelasan, yang bermakna

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konstruktivisme Konstruktivisme merupakan pembelajaran yang menekankan terbangunnya pemahaman sendiri secara aktif, kreatif, dan produktif berdasarkan pengetahuan terdahulu dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan hasil ekspresi atau ungkapan kejiwaan seorang yang

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan hasil ekspresi atau ungkapan kejiwaan seorang yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan hasil ekspresi atau ungkapan kejiwaan seorang yang diekspresikan dalam wujud media tulis. Untuk itu, karya sastra dihasilkan melalui imajinasi dan

Lebih terperinci

Teori Belajar Menurut Robert M. Gagne

Teori Belajar Menurut Robert M. Gagne Teori Belajar Menurut Robert M. Gagne A. Pendahuluan Robert Mills Gagne (21 Agustus 1916 28 April 2002), Gagne lahir diandover Utara, Massachusetts. Ia mendapatkan gelar Ph.D dari Universitas Brown pada

Lebih terperinci

Pengantar Modifikasi Perilaku

Pengantar Modifikasi Perilaku Modul ke: 01 Ainul Fakultas Psikologi Pengantar Modifikasi Perilaku Pengertian, Sejarah, Review Psikologi belajar, Ruang lingkup, Manfaat mempelajari Modifikasi Perilaku Mardiah, S.Psi, M.Sc. Program Studi

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA. dilaksanakan di MTs. Sunan Kalijogo Pati kelas VII A tahun ajaran 2013

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA. dilaksanakan di MTs. Sunan Kalijogo Pati kelas VII A tahun ajaran 2013 38 A. Pelaksanaan Lesson Study BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA Kegiatan penelitian dimulai pada tanggal 21 September sampai 3 Oktober 2013 dengan dengan tiga kali siklus kegiatan dan pengamatan. Penelitian

Lebih terperinci

BAB III TEKNIK TOKEN ECONOMY DALAM TERAPI BEHAVIORAL

BAB III TEKNIK TOKEN ECONOMY DALAM TERAPI BEHAVIORAL BAB III TEKNIK TOKEN ECONOMY DALAM TERAPI BEHAVIORAL A. Pengertian Behavioral 1. Pengertian behavioral Behavioral adalah suatu pandangan ilmiah tentang tingkah laku manusia. Dalil dasarnya adalah bahwa

Lebih terperinci

Teori Koneksionisme (Kn) Oleh Muna Erawati

Teori Koneksionisme (Kn) Oleh Muna Erawati Teori Koneksionisme (Kn) Oleh Muna Erawati Edward Lee Thorndike Sekilas tentang Penemu Thorndike lahir di Williamsburg, Massachusett. Mendengar kata psikologi pertama kali di Universitas Wesleyan Mengambil

Lebih terperinci

PERBANDINGAN ANTARA TEORI BELAJAR DISIPLIN MENTAL, BEHAVIORISME DAN KOGNITIFISME

PERBANDINGAN ANTARA TEORI BELAJAR DISIPLIN MENTAL, BEHAVIORISME DAN KOGNITIFISME PERBANDINGAN ANTARA TEORI BELAJAR DISIPLIN MENTAL, BEHAVIORISME DAN KOGNITIFISME Disiplin Mental Behaviorisme Kognitifisme Belajar merupakan penyeimbangan dari kekuatan, kemampuan dna potensipotensi yang

Lebih terperinci

Behavior and Social Learning Theory

Behavior and Social Learning Theory MODUL 4 PSIKOLOGI PERKEMBANGAN 1 Behavior and Social Learning Theory Materi yang akan di bahas: a. Pendekatan Umum Teori b. Penekanan pada Perilaku Belajar c. Hukum Universal d. Teori Belajar Modern e.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan selanjutnya. Hal ini sesuai dengan Undang-undang RI Nomor 20

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan selanjutnya. Hal ini sesuai dengan Undang-undang RI Nomor 20 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan sekolah dasar sebagai jenjang paling dasar pada pendidikan formal mempunyai peran besar bagi keberlangsungan proses pendidikan selanjutnya. Hal ini sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup di zaman yang serba sulit masa kini. Pendidikan dapat dimulai dari

BAB I PENDAHULUAN. hidup di zaman yang serba sulit masa kini. Pendidikan dapat dimulai dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu modal yang harus dimiliki untuk hidup di zaman yang serba sulit masa kini. Pendidikan dapat dimulai dari tingkat TK sampai dengan

Lebih terperinci

RELEVANSI METODE PENCAPAIAN TARGET PEMERIKSAAN KEHAMILAN DENGAN KETERAMPILAN PEMERIKSAAN KEHAMILAN MAHASISWA

RELEVANSI METODE PENCAPAIAN TARGET PEMERIKSAAN KEHAMILAN DENGAN KETERAMPILAN PEMERIKSAAN KEHAMILAN MAHASISWA RELEVANSI METODE PENCAPAIAN TARGET PEMERIKSAAN KEHAMILAN DENGAN KETERAMPILAN PEMERIKSAAN KEHAMILAN MAHASISWA Estu Lovita Pembayun* Akademi Kebidanan Betang Asi Raya, Jln.Ir.Soekarno No.7 Palangka Raya

Lebih terperinci

Memilih Metode Pembelajaran Matematika

Memilih Metode Pembelajaran Matematika Kegiatan Belajar 1 Memilih Metode Pembelajaran Matematika A. Pengantar Apabila kita ingin mengajarkan matematika kepada anak / peserta didik dengan baik dan berhasil pertam-tama yang harus diperhatikan

Lebih terperinci

Memilih Metode Pembelajaran Matematika

Memilih Metode Pembelajaran Matematika Kegiatan Belajar 1 Memilih Metode Pembelajaran Matematika A. Pengantar Apabila kita ingin mengajarkan matematika kepada anak / peserta didik dengan baik dan berhasil pertam-tama yang harus diperhatikan

Lebih terperinci

BERBAGAI PENDEKATAN DALAM PSIKOLOGI

BERBAGAI PENDEKATAN DALAM PSIKOLOGI BERBAGAI PENDEKATAN DALAM PSIKOLOGI Subtitle MENGAPA INDIVIDU BERPERILAKU AGRESIF? PENDEKATAN-PENDEKATAN BIOLOGIS PSIKODINAMIKA BEHAVIOR HUMANISTIK KOGNITIF Memandang perilaku dari sudut pandang pemfungsian

Lebih terperinci

Prinsip dan prosedur dasar modifikasi perilaku

Prinsip dan prosedur dasar modifikasi perilaku Modul ke: 03 Ainul Fakultas Psikologi Prinsip dan prosedur dasar modifikasi perilaku Punishment, stimulus control, respondent conditioning Mardiah, S.Psi, M.Sc. Program Studi Psikologi Punishment Adanya

Lebih terperinci

PSIKOLOGI ALIRAN BEHAVIORISME

PSIKOLOGI ALIRAN BEHAVIORISME PSIKOLOGI ALIRAN BEHAVIORISME Behaviorisme adalah sebuah aliran dalam psikologi yang didirikan oleh John B. Watson pada tahun 1913 yang berpendapat bahwa perilaku harus merupakan unsur subyek tunggal psikologi.

Lebih terperinci

KEPRIBADIAN TOKOH BU SUCI DAN WASKITO DALAM NOVEL PERTEMUAN DUA HATI KARYA N.H DINI PERSPEKTIF BEHAVIORISME TEORI B.F SKINNER

KEPRIBADIAN TOKOH BU SUCI DAN WASKITO DALAM NOVEL PERTEMUAN DUA HATI KARYA N.H DINI PERSPEKTIF BEHAVIORISME TEORI B.F SKINNER KEPRIBADIAN TOKOH BU SUCI DAN WASKITO DALAM NOVEL PERTEMUAN DUA HATI KARYA N.H DINI PERSPEKTIF BEHAVIORISME TEORI B.F SKINNER JURNAL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Program

Lebih terperinci

DASAR-DASAR PERILAKU INDIVIDUAL

DASAR-DASAR PERILAKU INDIVIDUAL MINATUTAMA MANAJEMEN RUMAHSAKIT UNIVERSITAS GADJAH MADA M O D U L 2.0 DASAR-DASAR PERILAKU INDIVIDUAL Fasilitator : Prof.dr. Makmuri Muchlas, SpKJ.,PhD MINAT UTAMA MANAJEMEN RUMAHSAKIT Gedung IKM Lt. 2

Lebih terperinci

Inisiasi 1 TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN SERTA PKn SEBAGAI PENDIDIKAN NILAI, MORAL, DAN NORMA

Inisiasi 1 TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN SERTA PKn SEBAGAI PENDIDIKAN NILAI, MORAL, DAN NORMA Inisiasi 1 TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN SERTA PKn SEBAGAI PENDIDIKAN NILAI, MORAL, DAN NORMA Saudara mahasiswa, pada pertemuan perdana ini matakuliah PKn. Materi awal dalam matakuliah pembelajaran PKn

Lebih terperinci

KAJIAN PSIKOLOGIS TENTANG PENDEKATAN TEORI REINFORCEMENT DALAM PROSES PEMBELAJARAN

KAJIAN PSIKOLOGIS TENTANG PENDEKATAN TEORI REINFORCEMENT DALAM PROSES PEMBELAJARAN KAJIAN PSIKOLOGIS TENTANG PENDEKATAN TEORI REINFORCEMENT DALAM PROSES PEMBELAJARAN Oleh: Etty Ratnawati Jurusan Tadris IPS IAIN Syekh Nurjati Cirebon Email: ettyratnawati69@gmail.com Abstrak Dalam kegiatan

Lebih terperinci

2015 PENGARUH PENGGUNAAN TEKNIK TOKEN EKONOMI DALAM MENGURANGI PERILAKU KEKERASAN PADA SISWA KELAS VI DI MADRASAH IBTIDAIYAH AISYAH KOTA BANDUNG

2015 PENGARUH PENGGUNAAN TEKNIK TOKEN EKONOMI DALAM MENGURANGI PERILAKU KEKERASAN PADA SISWA KELAS VI DI MADRASAH IBTIDAIYAH AISYAH KOTA BANDUNG 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekerasan merupakan satu istilah yang tidak asing dan cenderung lebih dikaitkan dengan peristiwa yang mengerikan, menakutkan, menyakitkan, atau bahkan mematikan.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. KAJIAN TEORI 1. Pembelajaran Matematika a. Pembelajaran Matematika di SD Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting

Lebih terperinci

SILABUS PENDIDIKAN MATEMATIKA I (GD 301/ 3 SKS)

SILABUS PENDIDIKAN MATEMATIKA I (GD 301/ 3 SKS) SILABUS PENDIDIKAN MATEMATIKA I (GD 301/ 3 SKS) SEMESTER GENAP (3) Disusun oleh : Drs. Yusuf Suryana, M.Pd. 195807051986031004 PROGRAM STUDI S-1 PGSD UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA KAMPUS TASIKMALAYA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan suatu permasalahan yang diberikan guru.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan suatu permasalahan yang diberikan guru. 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Model Inkuiri Inkuiri merupakan model pembelajaran yang membimbing siswa untuk memperoleh dan mendapatkan informasi serta mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap

Lebih terperinci

MATERI UTAMA KEGIATAN BELAJAR 2

MATERI UTAMA KEGIATAN BELAJAR 2 MATERI UTAMA KEGIATAN BELAJAR 2 Pembelajaran yang efektif dapat dicapai apabila guru menguasai berbagai teori belajar sebagai landasan dalam mengimplementasikan pembelajarannya. Teori belajar merupakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. tujuan kegiatan belajar adalah perubahan tingka laku, baik yang menyangkut pengetahuan,

BAB II LANDASAN TEORITIS. tujuan kegiatan belajar adalah perubahan tingka laku, baik yang menyangkut pengetahuan, BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian Belajar Matematika Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan, artinya tujuan kegiatan belajar adalah perubahan tingka laku, baik yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1. Prestasi Belajar 2.1.1. Pengertian Belajar Prestasi belajar tidak dapat dipisahkan dari perbuatannya yaitu belajar. Hal ini dikarenakan belajar merupakan suatu

Lebih terperinci

MENGUNGKAPKAN PERASAANMU (Semuanya, Sekitar Naik, Turun), 15 Desember B. Apa yang dikatakan tentang Mengungkapkan Perasaanmu

MENGUNGKAPKAN PERASAANMU (Semuanya, Sekitar Naik, Turun), 15 Desember B. Apa yang dikatakan tentang Mengungkapkan Perasaanmu Pelajaran 11 MENGUNGKAPKAN PERASAANMU Semuanya Sekitar, Naik, Turun 15 Desember 2012 1. Persiapan A. Sumber Matius 7:12 Yohanes 15:11 2 Samuel 6:14 Efesus 4:26-32 Yohanes 2:13-15 Matius 26:38 Mazmur 6:6,7

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perguruan tinggi adalah pendidikan tinggi yang merupakan lanjutan dari pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk mempersiapkan peserta

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran 1. Belajar 1) Pengertian Belajar Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. belajar yang baik secara langsung maupun tidak langsung menjadi dasar

I. PENDAHULUAN. belajar yang baik secara langsung maupun tidak langsung menjadi dasar 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan merupakan sesuatu yang mutlak harus dipenuhi manusia sebagai makhluk individu maupun kelompok. Pendidikan memberikan pengalaman

Lebih terperinci