MATERI UTAMA KEGIATAN BELAJAR 2

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MATERI UTAMA KEGIATAN BELAJAR 2"

Transkripsi

1 MATERI UTAMA KEGIATAN BELAJAR 2 Pembelajaran yang efektif dapat dicapai apabila guru menguasai berbagai teori belajar sebagai landasan dalam mengimplementasikan pembelajarannya. Teori belajar merupakan hasil pemikiran para ahli pendidikan berupa deskripsi temuan tentang bagaimana individu belajar. Terdapat beberapa aliran teori belajar diantaranya aliran Behaviorisme, Kognitivisme, Humanisme dan Konstruktivisme. Persepsi awal yang harus dimiliki oleh seorang guru ketika memilih salah satu aliran untuk diimplementasikan dalam pembelajaran adalah bahwa tidak ada satupun aliran yang paling baik. Implementasi keempat aliran teori belajar tersebut sangat bergantung pada karakteristik siswa, materi pembelajaran dan lingkungan belajarnya. A. Teori Belajar Aliran Behaviorisme Behaviorisme secara etimologis terdiri dari dua kata yaitu behave yang berarti berperilaku dan isme yang berarti aliran. Dengan demikian, behaviorisme merupakan salah satu aliran yang mendeskripsikan bahwa belajar merupakan aktivitas yang dapat mengubah perilaku individu, dan perilaku tersebut dapat dipelajari dan dijelaskan secara ilmiah sebagai respon terhadap stimulus yang diberikan. Aliran ini memfokuskan pada munculnya berbagai respon individu sebagai akibat berbagai stimulus yang diberikan. Tokoh-tokoh yang menekuni dan memberikan pengaruh yang kuat terhadap aliran ini adalah Edward L. Thorndike, B.F. Skinner, Gagne, Baruda, Ivan Pavlov, John B. Watson dan David Ausubel. Berikut merupakan deskripsi teori belajar menurut para tokoh di atas beserta implementasinya dalam pembelajaran di sekolah dasar. 1. Teori Belajar Edward L. Thorndike Edward L. Thorndike merupakan pakar psikologi yaang tidak setuju dengan pernyataan bahwa hewan memecahkan masalah dengan nalurinya. Pernyataannya tersebut dituangkan dalam bukunya yang berjudul Animal Intelligence setelah Ia melakukan eksperimen terhadap beberapa hewan diantaranya anjing, ikan, kera, kucing dan ayam untuk membuktikan bahwa hewan-hewan tersebut juga memiliki kecerdasan. Gagasannya tersebut

2 menginisiasi munculnya teori koneksionisme yang mendeskripsikan tentang keterkaitan antara stimulus tertentu dengan respon berupa perilaku yang disadari (Operant Conditioning). Terkait pembelajaran, menurut Edward L. Thorndike, belajar merupakan proses pembentukan hubungan antara stimulus dan respon. Belajar akan lebih berhasil bila respon siswa terhadap suatu stimulus segera diikuti dengan rasa senang atau kepuasan. Rasa senang atau kepuasan pada diri siswa bisa timbul sebagai akibat siswa mendapat pujian atau ganjaran dari gurunya. Selanjutnya Thorndike menamakan kondisi tersebut sebagai hukum efek (Law of Effect). Percobaan Thorndike dilakukan dengan menggunakan kotak teka-teki (puzzle box) berupa ruangan kecil tempat hewan-hewan yang menjadi subjek penelitiannya diletakkan di dalamnya atau bisa kita sebut sebagai kandang. Kotak tersebut dilengkapi dengan pintu yang dapat dibuka dengan cara menari tali, mendorong tuas dan/atau mendaki tangga. Pada awal percobaannya dengan meletakan makanan di luar kotak sebagai stimulus, hewan-hewan tersebut kesulitan memberikan respon berupa aktivitas memecahkan masalah dalam membuka pintu kotak untuk bisa keluar dan menikmati makanannya di luar kotak. Namun demikian, setelah beberapa kali dilakukan percobaan, akhirnya hewan-hewan tersebut dapat memecahkan masalah tersebut dalam waktu yang semakin singkat. Menurutnya, hasil percobaan tersebut membuktikan bahwa hewan memecahkan masalah tidak menggunakan nalurinya tetapi menggunakan kecerdasannya melalui proses trial and error yang merupakan salah satu strategi untuk memecahkan masalah. Hal ini dikuatkan dengan kurva waktu yang telah dicatatnya setiap kali percobaan berlangsung yang menunjukkan penurunan secara gradual. Ia menyimpulkan dari percobaannya bahwa hewan dapat memecahkan masalah melalui aktivitas yang disebut sebagai belajar. Hasil penelitiannya menghasilkan beberapa dalil atau hukum yang melandasi pembelajaran di sekolah dasar yaitu hukum kesiapan (law of readiness), hukum latihan (law of exercise) dan hukum akibat (law of effect).

3 a. Hukum kesiapan Hukum kesiapan ini menerangkan tentang bagaimana kesiapan siswa untuk beraktivitas dalam belajar. Menurut hukum ini, seorang siswa akan lebih berhasil belajarnya jika siswa tersebut telah siap secara fisik dan psikis untuk melakukan aktivitas apapun dalam belajar. Dalam pembelajaran di sekolah sesuai dengan standar proses pendidikan, pada kegiatan pendahuluan guru wajib mengondisikan siswa secara fisik dan psikis untuk mengikuti pembelajaran di kelas, menyampaikan cakupan materi yang hendak disampaikan, menyampaikan tujuan pembelajaran, dan memberikan apersepsi. Kegiatan tersebut dilaksanakan dalam rangka menyiapkan siswa untuk belajar. b. Hukum latihan Hukum latihan ini menerangkan bahwa siswa akan berhasil belajarnya apabila hubungan antara stimulus yang diberikan dengan respon siswa terjadi dan diperkuat dengan kegiatan latihan dan pengulangan. Jika pengulangan sering dilakukan maka akan memberikan dampak positif terhadap keberhasilan siswa dalam belajar. Semakin sering pengulangan dilakukan, akan semakin kuat konsep tertanam dalam ingatan siswa. Tentunya pengulangan yang dimaksud adalah pengulangan dengan frekuensi teratur dan disajikan dengan cara yang menarik. Dalam pembelajaran di sekolah sesuai dengan standar proses pendidikan, pada kegiatan inti guru wajib memfasilitasi aktivitas siswa dalam melakukan eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. Khususnya pada fase elaborasi, guru harus memfasilitasi siswa dalam berlatih untuk mengembangkan materi ajar yang telah digalinya pada fase eksplorasi dan menguatkan pengetahuan yang telah didapatkannya sebagai hasil dari belajar melalui fase konfirmasi. Penguatan tersebut dapat berupa pengulangan, pengembangan dan penyempurnaan hasil kerja dengan berbagai teknik penguatan. c. Hukum akibat Hukum akibat menerangkan bahwa seseorang dalam melakukan suatu tindakan akan menimbulkan pengaruh terhadap dirinya. Jika seorang siswa melakukan

4 suatu tindakan yang dianggap benar, kemudian mendapatkan ganjaran berupa pujian dari gurunya, tentunya hal ini akan memberikan kepuasan bagi siswa tersebut, dan siswa tersebut cenderung untuk berusaha melakukan tindakan yang lebih baik lagi. Dalam pembelajaran di sekolah, pada saat siswa dapat mengerjakan tugas dengan baik, menjawab soal dengan benar atau berperilaku positif, guru selalu memberikan penghargaan kepada siswa dengan berbagai cara seperti kata-kata pujian cerdas, juara, bagus, pandai, hebat dan lain-lain. Penghargaan tersebut diharapkan dapat memotivasi siswa untuk melakukan hal yang lebih baik lagi pada pembelajaran berikutnya. Implementasi teori belajar menurut Edward L. Thorndike dalam pembelajaran di sekolah dasar adalah berupa model pembelajaran dengan sintaks yang berlandaskan pada pemikiran Edward L. Thorndike berdasarkan ketiga hukum di atas yang terdiri dari fase kesiapan, latihan dan pemberian ganjaran atau penghargaan. 1. Fase kesiapan a) Guru mengondisikan siswa secara fisik dan psikis untuk mengikuti pembelajaran b) Guru menyampaian tujuan pembelajaran c) Guru menyampaikan cakupan materi yang akan dipelajari d) Guru memberikan apersepsi dengan mengaitkan materi ajar yang akan dipelajari dengan materi sebelumnya atau dengan kehidupan sehari-hari siswa. 2) Fase latihan a) Guru menjelaskan materi ajar yang akan dipelajari b) Guru memberikan tugas secara individu atau kelompok untuk dikerjakan siswa c) Siswa berlatih mengerjakan tugas-tugas individu atau kelompok d) Siswa berlatih mengerjakan tugas-tugas lain yang sejenis sebagai penguatan e) Guru memberikan penguatan terhadap hasil kerja siswa

5 3) Fase pemberian ganjaran atau penghargaan a) Guru memberikan penghargaan atas hasil kerja siswa b) Guru bersama siswa merefleksi pembelajaran c) Guru memberikan evaluasi d) Guru menutup pembelajaran dengan kata-kata motivasi 2. Teori Belajar Burhus Frederic Skinner Burhus Frederic Skinner adalah seorang pakar psikologi lulusan Universitas Harvard Amerika Serikat dan mengabdikan diri untuk menjadi dosen pada almamaternya. Penelitiannya secara berkelanjutan terhadap belajar dan perilaku selama bertahun-tahun menghasilkan teori belajar yang dikenal dengan Operant Conditioning (pengondisian yang disadari). Seperti hanya penelitian yang dilakukan oleh Edward L. Thorndike, subjek penelitian Skinner adalah beberapa hewan diantaranya tikus dan merpati. Percobaan Skinner dilakukan dengan menggunakan kotak khusus yang disebut kotak Skinner. Kotak Skinner berupa ruang kosong tempat hewan dapat memperoleh makanan dengan melakukan usaha terlebih dahulu berupa respon sederhana seperti menekan atau memutar tuas. Skinner menggunakan alat perekam yang dapat merekam seluruh aktivitas hewan dalam memperoleh makanannya yang diletakkan di dalam kotak Skinner. Berbeda dengan percobaan Thorndike, pada percobaan Skinner, makanan diletakkan di dalam kotak yang hanya cukup untuk setiap respon yang hanya membutuhkan upaya yang ringan sehingga seekor hewan dapat melakukan responnya ratusan kali dalam setiap jamnya. Menurutnya, ganjaran dan penguatan dalam proses pembelajaran mempunyai peranan yang sangat penting bagi siswa. Ganjaran merupakan respon yang sifatnya menggembirakan siswa misalnya tepuk tangan apabila siswa mampu menjawab pertanyaan dari gurunya. Sedangkan penguatan merupakan sesuatu yang mengakibatkan meningkatnya kemungkinan suatu respon misalnya memberikan hadiah pensil bagi siswa yang mampu menjawab pertanyaan dari gurunya.

6 Menurutnya, hasil percobaan tersebut membuktikan bahwa perubahan pola pemberian makanan mempengaruhi kecepatan dan pola perilaku hewan. Hasil penelitiannya menghasilkan beberapa prinsip yang melandasi pembelajaran di sekolah yaitu prinsip penguatan (reinforcement), prinsip hukuman (punishment), prinsip pembentukan (shaping), prinsip penghapusan (extinction), prinsip diskriminasi (discrimination), dan prinsip generalisasi (generalization). a. Prinsip penguatan Penguatan merupakan suatu proses yang dapat memperbesar kesempatan supaya perilaku positif tersebut terjadi lagi dan memperkuat perilaku positif tersebut. Penguatan terdiri dari penguatan positif yang dapat memperkuat perilaku positif melalui stimulus yang menyenangkan contoh dengan memberikan pujian atau penghargaan ketika siswa dapat mengerjakan tugasnya dengan baik dan penguatan negatif yang dapat memperkuat perilaku positif dengan cara menghilangkan stimulus yang tidak menyenangkan misalnya saja dengan melarang siswa melakukan perbuatan yang tidak sesuai dengan kontrak belajar yang telah disepakati bersama atau memberikan bantuan terhadap siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar. b. Prinsip hukuman Berbeda dengan penguatan yang dapat memperkuat perilaku positif, hukuman merupakan suatu proses yang dapat memperbesar kesempatan supaya perilaku negatif tersebut tidak terjadi lagi dan memperlemah perilaku negatif. Terdapat dua jenis hukuman yaitu hukuman positif dan negatif. Hukuman positif dapat mengurangi perilaku negatif dengan memberikan stimulus yang tidak menyenangkan jika perilaku negatif itu terjadi. Contoh hukuman positif dari guru adalah menghukum siswa yang melanggar tata tertib kelas untuk berdiri di depan kelas dengan mengangkat salah satu kakinya supaya siswa pelaku jera. Hukuman negatif dapat mengurangi perilaku negatif dengan menghilangkan stimulus yang menyenangkan jika perilaku negatif itu terjadi. Contoh hukuman negatif dari guru adalah menghukum siswa yang melanggar

7 aturan permainan dalam pembelajaran di kelas dengan cara tidak mengikutsertakan siswa pelaku dalam permainan kelas berikutnya. c. Prinsip pembentukan Pembentukan merupakan suatu proses untuk mengajar perilaku individu yang belum pernah mereka lakukan sebelumnya. Contoh penerapan prinsip pembentukan dalam pembelajaran menulis permulaan pada siswa baru kelas 1 SD adalah pada saat siswa mulai menulis tegak bersambung, guru memfasilitasinya dengan buku siswa yang di dalamnya terdapat titik-titik yang membentuk huruf tegak bersambung untuk dilengkapi siswa, selanjutnya pada pembelajaran berikutnya siswa mulai menulis tegak bersambung dibantu oleh guru dengan cara memegangi pensil siswa untuk diarahkan, berikutnya siswa menulis tegak bersambung secara mandiri. d. Prinsip penghapusan Penghapusan merupakan suatu proses menarik kembali penguat dari perilaku individu. Contoh penerapan prinsip penghapusan dalam pembelajaran di sekolah adalah pada saat guru memberikan scaffolding terhadap siswa pada saat siswa menulis tegak bersambung. Pertama guru memberikan bimbingan yang maksimal, kemudian bimbingan tersebut berangsur-angsur dikurangi bahkan dihilangkan agar siswa dapat melakukannya sendiri. e. Prinsip diskriminasi Diskriminasi merupakan proses belajar bahwa suatu perilaku akan diperkuat dalam suatu situasi dan tidak berlaku dalam situasi lainnya. Contoh penerapan prinsip diskriminasi dalam pembelajaran di sekolah dasar adalah ketika guru mengajar di pagi hari dengan gaya kharismatik atau tegas, kemudian pada siang hari ketika siswa mulai lelah maka guru mengajar dengan penuh humor dan permainan. f. Prinsip generalisasi Generalisasi merupakan proses bahwa suatu perilaku akan diperkuat dalam suatu situasi dan berlaku juga dalam situasi lainnya. Contoh penerapan prinsip generalisasi dalam pembelajaran di sekolah dasar adalah ketika suatu hari guru mengajar dengan menerapkan metode permainan dan pada saat refleksi pembelajaran siswa memberikan testimoni positif, maka pembelajaran pada

8 hari berikutnya guru akan menerapkan metode permainan kembali dengan harapan siswa akan termotivasi untuk belajar. Implementasi teori belajar menurut Burhus Frederic Skinner dalam pembelajaran di sekolah dasar adalah berupa model pembelajaran dengan sintaks yang berlandaskan pada pemikiran Skinner berdasarkan keenam prinsip di atas yang terdiri dari fase pembentukan, fase penguatan dan hukuman, fase penghapusan, dan fase generalisasi dan diskriminasi. 1) Fase pembentukan a) Guru memberikan tugas kepada siswa untuk dikerjakan secara individual b) Guru memberikan bimbingan kepada siswa secara individual dalam mengerjakan tugasnya 2) Fase penguatan dan hukuman a) Siswa secara individual mengumpulkan hasil kerjanya dan guru memberikan penilaian b) Guru memberikan penghargaan berupa pujian untuk siswa yang dapat mengerjakan tugasnya dengan baik c) Guru memberikan hukuman berupa pemberian tugas yang lebih berat kepada siswa yang tidak dapat mengerjakan tugasnya dengan baik 3) Fase penghapusan a) Guru memberikan tugas yang sejenis untuk dikerjakan oleh siswa secara individual b) Siswa secara individual dan mandiri mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru 4) Fase generalisasi dan diskriminasi a) Siswa bersama guru menyimpulkan pembelajaran b) Siswa bersama guru merefleksi pembelajaran yang telah berlangsung c) Guru memberikan evaluasi d) Guru menutup pembelajaran

9 3. Teori Belajar Ivan Petrovich Pavlov Ivan Petrovich Pavlov adalah seorang Rusia yang menemukan teori belajar pengondisian klasik (Clasical Conditioning) sebelum ditemukan teori pengondisian yang lebih maju seperti teori Operant Conditioning dari Skinner. Perbedaan antara teori Pavlov dan Skinner adalah pada bentuk pengondisiannya, teori belajar Pavlov dengan clasical conditioning lebih menekankan bentuk pengondisian secara refleks atau ditemukan secara kebetulan dari percobaannya, sedangkan teori belajar Skinner dengan operant conditioning lebih menekankan bentuk pengondisian secara disadari melalui percobaan yang dilakukannya. Teori belajar Pavlov ini ditemukan secara kebetulan ketika Ia sedang mempelajari bagaimana air liur membantu proses pencernaan makanan. Kegiatan percobaan dilakukan menggunakan bunyi lonceng untuk memanggil dan memberi makan anjing yang menjadi subjek penelitiannya dan mengukur volume produksi air liur anjing tersebut di waktu makan. Dalam percobaannya, Pavlov menemukan beberapa temuan lainnya diantaranya ternyata setelah anjing melalui prosedur yang sama beberapa kali, anjing tersebut mulai mengeluarkan air liur setelah lonceng dibunyikan dan sebelum menerima makanan. Pavlov menyimpulkan bahwa bunyi lonceng telah diasosiasikan oleh anjing tersebut dengan makanan sehingga menimbulkan respon keluarnya air liur. Bunyi lonceng tersebut merupakan stimulus dengan pengondisian dan keluarnya air liur anjing merupakan respon dengan pengondisian. Hasil penelitiannya menghasilkan proses belajar yang terdiri dari empat fase yaitu fase akuisisi (acquisition), fase eliminasi (extinction), fase generalisasi (generalization), dan fase diskriminasi (discrimination). a. Fase akuisisi Fase akuisisi merupakan fase belajar awal dari pengondisian respon yang menggunakan stimulus kondisi selain stimulus utama dengan memperhatikan urutan stimulus tersebut dan selang waktu antara stimulus kondisi dan stimulus utama. Stimulus kondisi dari percobaan Pavlov adalah bunyi lonceng, sedangkan stimulus utamanya adalah makanan. Contoh implementasi fase

10 akuisisi dalam pembelajaran di sekolah adalah ketika guru mengiming-imingi siswa dengan hadiah kalau siswa dapat menjawab pertanyaan dari guru dengan tepat. Sehingga dalam pembelajaran siswa aktif dan tekun membaca buku supaya dapat menjawab pertanyaan dari guru. Stimulus utama pada kegiatan pembelajaran tersebut adalah pemberian pertanyaan dari guru, sedangkan stimulus kondisinya adalah iming-iming hadiah dari guru. membaca buku dengan aktif dan tekun supaya dapat menjawab pertanyaan dari guru dengan selalu tepat merupakan respon kondisi. b. Fase eliminasi Fase eliminasi merupakan fase belajar yang secara berangsur-angsur mengurangi bahkan menghilangkan stimulus kondisi sehingga yang tersisa adalah stimulus utama supaya respon tetap terjadi meskipun tanpa stimulus kondisi. Contoh implementasi fase eliminasi dalam pembelajaran di sekolah adalah ketika setelah beberapa kali pembelajaran guru mengiming-imingi hadiah jika siswa dapat menjawab pertanyaan dari guru dengan tepat, kemudian pertemuan berikutnya siswa tidak diiming-imingi hadiah tetapi langsung diberikan tugas oleh guru. Karena motivasi belajar mulai tumbuh meskipun tidak diiming-imingi hadiah, siswa tetap membaca buku dengan aktif dan tekun supaya dapat menjawab pertanyaan dari guru dengan tepat. c. Fase generalisasi Fase generalisasi pada teori belajar Pavlov hampir sama dengan prinsip generalisasi pada teori belajar Skinner. Generalisasi merupakan proses bahwa suatu perilaku akan diperkuat dalam suatu situasi dan berlaku juga dalam situasi lainnya. Contoh penerapan prinsip generalisasi dalam pembelajaran di sekolah dasar adalah ketika suatu hari semua siswa aktif dan tekun membaca buku karena diiming-imingi hadiah kalau mereka dapat menjawab pertanyaan dari guru dengan tepat. Pada pertemuan berikutnya, supaya semua siswa aktif dan bersungguh-sungguh mengerjakan pekerjaan rumahnya maka guru mengiming-imingi hadiah bagi siswa yang mengerjakan pekerjaan rumahnya dengan bersungguh-sungguh.

11 d. Fase diskriminasi Fase diskriminasi pada teori belajar Pavlov hamir sama dengan prinsip diskriminasi pada teori belajar Skinner. Diskriminasi merupakan proses belajar bahwa suatu perilaku akan diperkuat dalam suatu situasi dan tidak berlaku dalam situasi lainnya. Contoh penerapan prinsip diskriminasi dalam pembelajaran di sekolah dasar adalah ketika guru mengiming-imingi hadiah pensil kalau siswa dapat menjawab pertanyaannya dengan tepat. Pada pembelajaran awal, siswa yang tidak memiliki pensil masih termotivasi untuk membaca buku dengan tekun supaya dapat menjawab pertanyaan dari guru dengan tepat dan mendapatkan hadiah pensil, tetapi pada pembelajaran berikutnya setelah siswa memiliki pensil maka siswa tidak termotivasi lagi untuk membaca buku dengan tekun. Perubahan situasi pembelajaran terjadi dari situasi dimana siswa tidak memiliki pensil menjadi situasi pembelajaran dimana siswa telah memiliki pensil. Implementasi teori belajar menurut Ivan Petrovich Pavlov dalam pembelajaran di sekolah dasar adalah berupa model pembelajaran dengan sintaks yang berlandaskan pada pemikiran Pavlov yang terdiri dari fase akuisisi, fase eliminasi, fase generalisasi, dan fase diskriminasi. 1) Fase akuisisi a) Guru membentuk kelompok secara heterogen b) Guru dan siswa membuat kesepakatan belajar bahwa kelompok yang dapat melakukan percobaan dengan tepat sesuai dengan langkah kerja pada LKS dan waktu yang telah ditentukan akan diberikan bintang (*) sesuai dengan banyaknya anggota kelompok c) Setiap anggota kelompok membaca langkah kerja pada LKS dengan seksama d) Setiap kelompok melakukan percobaan kelompoknya e) Setiap kelompok mengumpulkan LKS kelompoknya sesuai dengan waktu yang telah ditentukan f) Guru memberikan penilaian

12 g) Guru memberikan bintang (*) kepada kelompok sebanyak anggota kelompok yang dapat melakukan percobaannya dengan tepat sesuai dengan langkah kerja pada LKS dan waktu yang telah ditentukan. 2) Fase eliminasi a) Guru memberikan tugas yang sejenis untuk dikerjakan oleh siswa secara kelompok b) Siswa secara berkelompok mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru c) Siswa secara berkelompok mengumpulkan hasil kerjanya d) Guru memberikan penilaian kelompok 3) Fase generalisasi a) Guru merefleksi pembelajaran dengan cara membandingkan proses pembelajaran pada fase 1 dan 2 b) Guru memberikan penghargaan berupa bintang (*) pada kelompok yang masih aktif dan tepat dalam melakukan percobaan. 4) Fase diskriminasi a) Siswa bersama guru menyimpulkan pembelajaran b) Siswa bersama guru merefleksi pembelajaran yang telah berlangsung c) Guru bersama siswa menentukan kesepakan belajar untuk pertemuan berikutnya terkait jenis penghargaan kelompok yang diharapkan oleh siswa ketika kelompoknya dapat mengerjakan tugas dengan baik dan tepat d) Guru memberikan evaluasi e) Guru menutup pembelajaran 4. Teori Belajar John Watson John Watson merupakan pakar psikologi berkebangsaan Amerika Serikat yang banyak meneliti perilaku berbagai jenis hewan dan membandingkan perilaku adaptasi berbagai jenis hewan terhadap lingkungannya. Oleh sebab itu, John Watson dijuluki sebagai pakar teori belajar Stimulus-Respons (S-R). Subjek penelitian John Watson adalah seorang balita bernama Albert yang pada awal eksperimennya tidak takut terhadap tikus. Pada percobaannya, ketika balita tersebut memegang tikus, Watson mengeluarkan suara keras

13 dengan tiba-tiba yang menyebabkan balita tersebut menangis karena kaget dan takut. Akhirnya, balita tersebut menjadi takut dengan tikus meskipun tidak ada suara keras sekalipun. John Watson menyimpulkan bahwa stimulus khusus tertentu dapat dihadirkan untuk mengeliminasi stimulus kondisi yang menyebabkan respon kondisi tertentu berubah. Stimulus khusus tersebut mengasimilasi sebagian besar atau seluruh fungsi dari refleks. Seperti halnya Skinner, hasil penelitiannya menghasilkan proses belajar yang terdiri dari empat fase yaitu fase akuisisi (acquisition), fase eliminasi (extinction), fase generalisasi (generalization), dan fase diskriminasi (discrimination). Perbedaannya adalah pada fase eliminasi, John Watson menghadirkan stimulus khusus tertentu untuk mengeliminasi stimulus kondisi dalam rangka mengubah respon kondisi semula. Contoh implementasi teori belajar Watson dalam pembelajaran di sekolah adalah ketika guru bertanya pada salah satu siswa, kemudian siswa tersebut selalu tidak berani mengemukakan pendapat atau jawabannya. Kemudian guru menggunakan strategi undian menggunakan kartu nama siswa yang dikocok dengan kesepakatan bahwa yang namanya muncul harus menjawab pertanyaan dari guru. Guru dengan sengaja telah menuliskan nama siswa yang tidak memiliki keberanian menyampaikan pendapatnya tersebut pada banyak kartu supaya kesempatan untuk mendapat giliran menjawabnya besar. Ketika kartu nama siswa tersebut muncul, maka siswa tersebut terpaksa untuk menyampaikan jawaban dari pertanyaan guru, sehingga pada pertemuan berikutnya siswa tersebut menjadi berani menyampaikan pendapatanya. Stimulus kondisi dari ilustrasi di atas adalah pemberian pertanyaan dari guru, respon kondisi semula adalah siswa tidak berani mengemukakan pendapatnya, stimulus khusus dari ilustrasi di atas berupa giliran seketika hasil undian untuk menjawab pertanyaan dari guru, respon kondisi akhir setelah stimulus khusus diterapkan berupa keberanian siswa dalam menyampaikan pendapat atau jawaban atas pertanyaan guru.

14 Implementasi teori belajar menurut John Watson dalam pembelajaran di sekolah dasar adalah berupa model pembelajaran dengan sintaks yang berlandaskan pada pemikiran Pavlov dan Skinner yang terdiri dari fase akuisisi, fase eliminasi, fase generalisasi, dan fase diskriminasi. 1) Fase akuisisi a) Guru membentuk kelompok secara heterogen b) Guru dan siswa membuat kesepakatan belajar bahwa kelompok yang dapat melakukan percobaan dengan tepat sesuai dengan langkah kerja pada LKS dan waktu yang telah ditentukan akan diberikan bintang (*) sesuai dengan banyaknya anggota kelompok c) Setiap anggota kelompok membaca langkah kerja pada LKS dengan seksama d) Setiap kelompok melakukan percobaan kelompoknya e) Setiap kelompok mengumpulkan LKS kelompoknya sesuai dengan waktu yang telah ditentukan f) Guru memberikan penilaian g) Guru memberikan bintang (*) kepada kelompok sebanyak anggota kelompok yang dapat melakukan percobaannya dengan tepat sesuai dengan langkah kerja pada LKS dan waktu yang telah ditentukan. 2) Fase eliminasi a) Guru memberikan tugas yang sejenis untuk dikerjakan oleh siswa secara kelompok b) Siswa secara berkelompok mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru c) Guru memberikan hukuman positif atau negatif kepada siswa yang tidak bersungguh-sungguh mengerjakan tugas kelompoknya d) Siswa secara berkelompok mengumpulkan hasil kerjanya e) Guru memberikan penilaian kelompok 3) Fase generalisasi a) Guru merefleksi pembelajaran dengan cara membandingkan proses pembelajaran pada fase 1 dan 2

15 b) Guru memberikan penghargaan berupa bintang (*) pada kelompok yang masih aktif dan tepat dalam melakukan percobaan. 4) Fase diskriminasi a) Siswa bersama guru menyimpulkan pembelajaran b) Siswa bersama guru merefleksi pembelajaran yang telah berlangsung c) Guru bersama siswa menentukan kesepakan belajar untuk pertemuan berikutnya terkait jenis penghargaan kelompok yang diharapkan oleh siswa ketika kelompoknya dapat mengerjakan tugas dengan baik dan tepat d) Guru memberikan evaluasi e) Guru menutup pembelajaran 5. Teori Belajar Robert M. Gagne Gagne mengemukakan bahwa dalam belajar terdapat dua hal yang dapat diperoleh siswa, yaitu; objek langsung dan objek tidak langsung. Objek langsung adalah fakta, keterampilan, konsep dan aturan, sedangkan objek tidak langsung antara lain ialah kemampuan menyelidiki dan memecahkan masalah, belajar mandiri, bersikap positif, dan tahu bagaimana semestinya belajar. Belajar merupakan kegiatan yang kompleks yang dapat menghasilkan sejumlah kemampuan berupa keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai sebagai akibat dari stimulus yang berasal dari lingkungan dan proses kognitif yang dilakukan oleh pebelajar. Menurutnya, kegiatan belajar meliputi tiga tahapan yaitu tahap persiapan, tahap pemerolehan dan unjuk kinerja, serta tahap pengulangan dan evaluasi. Ketiga tahapan tersebut dapat diurai menjadi sintaks yang spesifik sebagai berikut: a. Tahap persiapan 1) Guru mengarahkan perhatian melalui kegiatan mengkondisikan siswa secara fisik dan psikis contoh dengan menayangkan masalah yang tidak terstruktur (ill-structured problem) 2) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

16 3) Guru memberikan apersepsi dengan merangsang siswa untuk mengingat kembali materi pembelajaran sebelumnya b. Tahap pemerolehan dan unjuk kinerja 1) Guru menugaskan siswa untuk mengerjakan tugas 2) Guru membimbing siswa dalam mengerjakan tugas 3) Setiap siswa mempresentasikan hasil kerjanya 4) Guru memberikan penguatan terhadap hasil kerja siswa c. Tahap pengulangan dan evaluasi 1) Guru memberikan penilaian terhadap proses dan hasil kerja siswa 2) Guru memberikan penguatan terhadap materi yang dipelajari siswa melalui tanya jawab (pengulangan) 3) Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya B. Teori Belajar Aliran Kognitivisme Aliran kognitivisme muncul sebagai kritik terhadap aliran behaviorisme yang lebih memfokuskan pada stimulus dan respon serta perubahan perilaku individu. Aliran ini menganggap bahwa penyimpanan dan pemrosesan informasi sangat penting dalam proses belajar yang melibatkan proses mental yang kompleks, termasuk memori, perhatian, bahasa, pembentukan konsep dan pemecahan masalah. Tokoh dari aliran kognitivisme ini terdiri dari Jeans Piaget, Edward C. Tollman, Jerome Bruner, Lev Vygotsky, dan Noam Chomsky. 1. Teori Belajar Jeans Piaget Jeans Piaget merupakan pakar psikologi dari Universitas Jenewa, Swiss. Piaget berpendapat bahwa pengetahuan dibentuk oleh individu melalui interaksi terusmenerus dengan lingkungan melalui proses asimilasi dan akomodasi untuk menghasilkan pengetahuan dengan tingkatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pengetahuan awal sebelumnya yang telah tersimpan pada skemata siswa. Pemrosesan informasi dalam skemata siswa terdiri dari asimilasi yang merupakan proses masuknya informasi baru kedalam skemata siswa dan

17 akomodasi yang merupakan proses bergabungnya informasi baru dengan informasi awal dalam skemata siswa membentuk struktur kognitif atau skema yang lebih tinggi tingkatannya (ekuilibrasi). Dengan kata lain, struktur kognitif yang lebih tinggi akan terbentuk ketika terjadi keseimbangan (ekuilibrasi) antara proses asimilasi dan akomodasi. Piaget membagi empat tahap tingkat perkembangan kognitif individu menurut umur rata-rata yaitu: 1) Tahap Sensori Motor (0-2 tahun); 2) Tahap Pre Operasional (2-7 tahun); 3) Tahap Operasi Konkret (7-11 tahun); Tahap Operasi Formal (11 tahun ke atas). Pada tahap sensori motor anak mengenal lingkungan dengan kemampuan sensorik dan motorik menggunakan penglihatan, penciuman, pendengaran, perabaan, dan gerakan. Pada tahap pra-operasional anak belum mengenal operasi atau pikiran logis tetapi lebih mengandalkan persepsi realitas dengan menggunakan simbol, bahasa, konsep sederhana, gambar, dan pengelompokan. Pada tahap operasional konkret anak mulai mengenal operasi atau pikiran logis melalui benda-benda konkret. Sedangkan pada tahap operasional formal anak mulai berpikir secara abstrak dan menggunakan konsep yang rumit atau kompleks. Dengan demikian menurut Piaget, siswa sekolah dasar tergolong pada tahap operasional konkret. Sehingga dalam pembelajaran di sekolah dasar, penyampaian materi yang abstrak hendaknya dimulai dengan objek yang konkret untuk menjembataninya. Teori belajar Jeans Piaget menghasilkan tiga fase pembelajaran yaitu fase eksplorasi, pengenalan konsep dan aplikasi konsep. a. Fase eksplorasi Fase eksplorasi merupakan fase pembelajaran dimana siswa aktif menggali pengetahuan dengan cara mengamati struktur materi pembelajaran berupa pengetahuan faktual (fakta) yang terdiri dari peristiwa, fenomena, simbol, dan fakta lainnya. b. Fase pengenalan konsep Fase pengenalan konsep merupakan fase dimana siswa aktif melakukan konseptualisasi dari fakta yang diamatinya sehingga pada fase ini akan

18 terbentuk struktur materi ajar berupa pengetahuan konseptual yang terdiri dari konsep dan prinsip. c. Fase aplikasi konsep Fase aplikasi konsep merupakan fase dimana siswa mengaplikasikan atau menggunakan konsep yang telah dipelajarinya untuk mengeksplorasi gejala lain yang ada kaitannya dengan konsep yang telah dipelajari tersebut. Contoh implementasi teori belajar Piaget dalam pembelajaran di sekolah dasar dengan menerapkan ketiga fase di atas adalah sebagai berikut: 1) Tahap eksplorasi a) Guru memberikan apersepsi dengan menayangkan video tentang suatu fenomena b) Siswa mengamati tayangan video tentang fenomena di atas c) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang halhal yang belum dan ingin dipahaminya tentang fenomena yang terdapat pada tayangan video 2) Tahap pengenalan konsep a) Guru menjelaskan materi ajar yang akan dipelajari b) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi ajar yang tidak dipahaminya c) Siswa mengumpulkan informasi dari berbagai sumber tentang materi yang sedang dipelajari d) Setiap siswa mempresentasikan hasil pengumpulan informasinya e) Guru memberikan penguatan terhadap presentasi siswa 3) Tahap aplikasi konsep a) Guru memberikan evaluasi untuk menguji pemahaman siswa b) Guru menyampaikan materi ajar dan rencana kegiatan belajar pada pertemuan berikutnya dengan mengaitkannya dengan materi ajar yang telah dipelajari siswa

19 2. Teori Belajar Jerome Bruner Jerome Brunner merupakan guru besar di Universitas Harvard di Amerika Serikat dan Universitas Oxford di Inggris. Melalui bukunya yang berjudul A Study in Thinking, Ia mendefinisikan proses kognitif sebagai alat bagi individu untuk memperoleh, menyimpan, dan mentransformasikan informasi. Bruner yang merupakan pelopor utama teori konstruktivisme menyatakan bahwa belajar adalah proses pembentukan kategori-kategori. Bruner mengemukakan tahapan proses belajar siswa, yaitu tahap enaktif dengan melibatkan tindakan siswa secara langsung dalam memanipulasi objek, tahap ikonik dengan mengamati gambar dari objek yang diamatinya, dan tahap simbolik yang melibatkan notasi, simbol, atau lambang-lambang tanpa terikat dengan objek. Pembelajaran di sekolah dasarpun seyogyanya dimulai dengan objek real (konkret), dilanjutkan dengan gambar dari objeknya (semi konkret), menuju notasi atau lambang dari objek tersebut (abstrak). a. Tahap enaktif Tahap enaktif melibatkan tindakan siswa dalam memanipulasi objek konkret, mengamati suatu fakta berupa gejala alam, fenomena, peristiwa dan fakta lainnya secara langsung. Pada tahap ini siswa berinteraksi dengan objek konkret untuk menggali berbagai informasi tentang objek tersebut. b. Tahap ikonik Tahap ikonik melibatkan aktivitas siswa dalam mengamati gambar dari objek yang diamatinya baik gambar yang semi konkret maupun gambar yang semi abstrak. Tahap ini merupakan tahap yang menjembatani antara objek konkret pada tahap enaktif dan objek abtrak pada tahap simbolik. c. Tahap simbolik Tahap simbolik melibatkan aktivitas siswa dalam mengenal atau membuat notasi, simbol, atau lambang-lambang tanpa terikat dengan objek konkret, semi konkret atau semi abtrak. Objek tersebut telah diwakili oleh notasi, simbol atau lambang-lambang yang bersifat abstrak. Pada tahap ini dilakukan proses konseptualisasi yang menghasilkan konsep-konsep yang bersifat abstrak.

20 Contoh implementasi teori belajar Bruner dalam pembelajaran di sekolah dasar dengan menerapkan ketiga tahap di atas adalah sebagai berikut: 1) Tahap enaktif a) Guru menyiapkan berbagai benda konkret untuk diamati siswa b) Siswa mengamati benda konkret tersebut dan menuliskan berbagai informasi tentang benda tersebut dari hasil pengamatannya c) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang halhal yang belum dan ingin dipahaminya tentang benda tersebut. 2) Tahap ikonik a) Guru menayangkan gambar benda-benda lain yang tidak disediakan untuk diamati siswa b) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang halhal yang belum dipahaminya dari benda-benda yang terdapat pada gambar c) Guru menugaskan siswa untuk mengumpulkan insformasi dari berbagai sumber tentang benda-benda yang terdapat dalam gambar dan mencatatnya dalam LKS d) Setiap siswa mempresentasikan hasil kerjanya e) Guru memberikan penguatan terhadap proses dan hasil kerja siswa 3) Tahap simbolik a) Guru menjelaskan informasi tentang benda-benda yang telah diamati siswa baik benda konkret maupun benda dalam gambar mulai dari pengertian dan ciri-cirinya. b) Guru memberikan evaluasi untuk menguji pemahaman siswa 3. Teori Belajar Lev Vygotsky Lev Vygotsky merupakan pakar psikologi dari Institut Psikologi Moskow Rusia. Vygotsky menyatakan bahwa proses kognitif tingkat tinggi individu merupakan hasil dari perkembangan sosial dan interaksi dengan lingkungannya. Teori belajar Vygotsky disebut sebagai teori sosio-kultural yang melatar belakangi munculnya pendekatan pembelajaran kooperatif dalam

21 dunia pendidikan. Menurutnya, interaksi anak-anak dengan orang dewasa berkonstribusi dalam pengembangan berbagai keterampilannya. Anak tidak mampu melakukan suatu kegiatan belajar tanpa bantuan namun dapat melakukannya secara baik di bawah bimbingan orang dewasa. Interaksi tersebut dapat meningkatkan kemampuan potensialnya yaitu kemampuan siswa setelah berinteraksi dengan lingkungan dibandingkan dengan kemampuan aktualnya yang merupakan kemampuan siswa melalui belajar secara mandiri tanpa berinteraksi dengan lingkungannya. Perbedaan atau selisih antara kemampuan potensial dengan kemampuan aktualnya menandakan adanya zona perkembangan kognitif siswa yang selanjutnya dalam teori belajar Vygotsky disebut Zone of Proximal Development (ZPD). Implementasi teori belajar Vygotsky dalam pembelajaran di sekolah terdiri dari tahap-tahap pembelajaran kooperatif sebagai berikut: a. Menyampaikan tujuan pembelajaran dan perlengkapan pembelajaran b. Menyampaikan informasi c. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar d. Membantu siswa belajar dan bekerja dalam kelompok e. Evaluasi atau memberikan umpan balik f. Memberikan penghargaan kelompok. Contoh implementasi teori belajar Vygotsky dalam pembelajaran di sekolah dasar dengan menerapkan tahap-tahap di atas adalah sebagai berikut: a. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai b. Guru menjelaskan kelengkapan belajar yang dibutuhkan c. Guru menjelaskan langkah pembelajaran yang akan dilakukan d. Guru menjelaskan materi ajar e. Guru mengelompokkan siswa secara heterogen terdiri dari 4 s.d. 6 orang setiap kelompoknya f. Guru memberikan tugas untuk dikerjakan siswa secara berkelompok g. Siswa belajar, berbagi tugas dan bekerjasama dalam kelompok h. Setiap kelompok mengumpulkan hasil kerja kelompoknya

22 i. Guru memberikan penilaian terhadap proses dan hasil kerja kelompok j. Guru memberikan penguatan terhadap proses dan hasil kerja kelompok k. Guru memberikan reward atau penghargaan kepada kelompok terbaik l. Guru memberikan evaluasi m. Guru menutup pembelajaran 4. Teori Belajar Gestalt Gestalt secara etimologis berasal dari bahasa Jerman berarti bentuk yang utuh, pola, kesatuan, dan keseluruhan. Teori belajar Gestalt ini menganut aliran kognitivisme yang menganggap bahwa belajar merupakan aktivitas mengetahui atau mencari tahu (knowing) bukan aktivitas menghubungkan antara stimulus dan respon seperti anggapan para pakar behaviorisme. Teori belajar Gestalt ini lahir di Jerman pada tahun 1912 dipelopori dan dikembangkan oleh Max Wertheimer. Pakar-pakar lainnya yang mengembangkan teori Gestalt ini antara lain Wolfgang Kohler, Kurt Koffka, dan Kurt Lewin. Penelitian Kohler difokuskan pada mentalitas Simpanse di pulau Canary. Kohler dan pakar lainnya menyatakan bahwa belajar adalah proses yang didasarkan pada insight yaitu pengamatan dan pemahaman mendadak terhadap hubungan antar bagian dalam suatu situasi permasalahan. Implementasi dari teori belajar Gestalt ini dalam pembelajaran adalah bahwa belajar harus melalui pemahaman dan pemecahan masalah. Dalam belajar melalui pemahaman siswa harus memahami makna hubungan antara satu bagian dengan bagian lainnya sehingga belajar penuh dengan keterkaitan antarkonsep, keterkaitan antarmata pelajaran, dan keterkaitan antara konsep yang dipelajari dengan kehidupan siswa sehari-hari. Dalam belajar melalui pemecahan masalah siswa mencoba menggabungkan seluruh pengetahuan dan pemahamannya untuk menyelesaikan masalah tersebut. Contoh implementasi teori belajar ini berupa langkah-langkah pembelajaran di sekolah dasar sebagai berikut: a. Guru memberikan apersepsi dengan mengaitkan materi pelajaran yang akan dipelajari dengan materi ajar sebelumnya atau dengan pengalaman siswa b. Guru menjelaskan materi pembelajaran

23 c. Guru memberikan masalah terkait materi pembelajaran yang telah dijelaskan guru untuk dipecahkan siswa d. Siswa memahami masalah yang diberikan guru dengan menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan e. Siswa merencanakan solusi untuk masalah tersebut f. Siswa menyelesaikan masalah menggunakan konsep-konsep atau pengetahuan yang telah dipelajarinya g. Siswa memeriksa kembali hasil kerjanya h. Guru memberikan penilaian dan penguatan i. Guru memberikan evaluasi j. Guru menutup pembelajaran C. Teori Belajar Aliran Humanisme Aliran humanisme lebih memusatkan perhatian pada psikologis sifat dasar manusia untuk meraih sepenuhnya apa yang diinginkan dan berperilaku dalam cara yang konsisten menurut diri mereka sendiri. Aliran ini merupakan aliran alternatif selain behaviorisme dan kognitivisme yang selanjutnya disebut sebagai kekuatan ketiga. Pakar dari aliran humanisme ini adalah Carl Rogers dan Abraham Maslow. 1. Teori Belajar Carl Rogers Carl Roger merupakan pakar psiko-terapi yang mengembangkan personcentered therapy, suatu pendekatan yang tidak bersifat menilai ataupun tidak memberi arahan yang membantu klien mengklarifikasi dirinya tentang siapa dirinyasebagai suatu upaya fasilitasi proses memperbaiki kondisinya. Dalam praktiknya, Carl Rogers memberikan kebebasan kepada kliennya untuk mengeluarkan segala isi hatinya sepuas-puasnya, yang baik maupun yang buruk dengan menerapkan metode non-directive counseling. Rogers mencoba memahami dan merasakan jiwa kliennya dan menjauhkan diri dari segala macam penilaian normatif tentang ucapan, pikiran, perasaan, atau perbuatan kliennya. Dengan demikian, klien tersebut akan lebih mengenal dirinya, menerima dirinya sebagaimana adanya dan akhirnya merasa bebas untuk

24 memilih dan berbuat menurutnya dengan penuh tanggung jawab. Dengan demikian, menurut teori belajar Rogers, manusia yang lahir sudah membawa dorongan untuk meraih sepenuhnya apa yang diinginkan dan berperilaku dalam cara yang konsisten menurut diri mereka sendiri. Implementasi teori belajar ini dalam dunia pendidikan adalah bahwa guru sebaiknya memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan tugastugas belajar secara bebas, tanpa dipaksa, dan penuh tanggung jawab. Selanjutnya, teori ini dinamakan teori belajar bebas. Rogers mengemukakan prinsip-prinsip pendidikan dan pembelajaran sebagai berikut: a. Siswa tidak harus belajar tentang hal-hal yang tidak ada artinya b. Siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya c. Pengorganisasian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru, sebagai bagian yang bermakna bagi siswa d. Belajar bermakna berarti belajar tentang proses-proses belajar, keterbukaan belajar mengalami sesuatu, bekerja sama dengan melakukan pengubahan diri terus menerus e. Belajar yang optimal akan terjadi, bila siswa berpartisipasi secara bertanggung jawab dalam proses belajar f. Belajar mengalami (experiential learning) dapat terjadi, bila siswa mengevaluasi dirinya sendiri. Belajar mengalami dapat memberi peluang untuk belajar kreatif, penilaian diri (self evaluation), dan kritik diri. g. Belajar mengalami menuntut keterlibatan siswa secara penuh dan sungguhsungguh. Berdasarkan prinsip di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar akan efektif apabila dilakukan secara bermakna dan siswa mengalami langsung untuk terlibat dalam pembelajaran. Rogers mengemukakan langkah-langkah pembelajaran sesuai dengan teori belajarnya sebagai berikut: a. Guru memberikan kepercayaan kepada kelas agar kelas memilih belajar secara tersetruktur b. Guru dan siswa membuat kontrak belajar

25 c. Guru menggunakan metode inkuiri atau diskoveri d. Guru menggunakan metode simulasi e. Guru mengadakan latihan kepekaan agar siswa mampu menghayati perasaan dan berpartisipasi dengan kelompok lain f. Guru bertindak sebagai fasilitator belajar g. Sebaiknya guru menggunakan pengajaran berprogram, agar tercipta peluang bagi siswa untuk timbulnya krativitas. Berikut merupakan contoh implementasi teori belajar Rogers ini dalam pembelajaran di sekolah dasar. a. Guru menjelaskan langkah-langkah pembelajaran yang akan dilakukan b. Guru bersama siswa membuat kontrak belajar c. Guru mengelompokkan siswa kedalam beberapa kelompok yang terdiri dari 4 s.d. 6 orang d. Guru membagikan LKS kepada setiap kelompok e. Guru menjelaskan langkah kerja pada LKS f. Siswa secara berkelompok melakukan penyelidikan dan penemuan sesuai dengan langkah-langkah kerja pada LKS dan menuliskan hasilnya g. Wakil dari setiap kelompok mempresentasikan proses dan hasil kerja kelompoknya dan guru memberikan penguatan h. Guru bersama siswa menyimpulkan dan merefleksi pembelajaran i. Guru menjelaskan cakupan materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya dan bertanya kepada siswa tentang harapan pada pembelajaran berikutnya. j. Guru menutup pembelajaran 2. Teori Belajar Abraham Maslow Maslow mengemukakan teorinya bahwa semua orang memiliki motivasi untuk memenuhi kebutuhannya yang bersifat hierarkis mulai dari hierarki terbawah sebagai berikut: a. Kebutuhan-kebutuhan fisik seperti rasa lapar dan haus.

26 b. Kebutuhan akan rasa aman c. Kebutuhan akan rasa memiliki dan cinta d. Kebutuhan akan status dan pencapaian Ketika berbagai kebutuhan di atas terpenuhi, individu akan meraih aktualisasi diri, suatu dorongan untuk mengembangkan potensi secara penuh. Menurut teori belajarnya, setiap individu memiliki potensi untuk dikembangkan. Implementasi teori belajar Maslow dalam pendidikan adalah bahwa guru harus memahami karakteristik setiap siswa dan memahami kebutuhannya, sehingga setiap siswa mempelajari apa yang dia butuhkan berdasarkan lintasan belajar dan potensinya masing-masing. Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh seorang guru untuk mengimplementasikan teori belajar Maslow dalam pembelajaran adalah: a. Guru mengidentifikasi kebutuhan belajar dan potensi setiap siswa b. Guru memberikan tugas yang beragam kepada setiap siswa sesuai dengan kebutuhan dan potensinya c. Guru memfasilitasi proses belajar dan memberikan bimbingan kepada setiap siswa yang mengalami kesulitan belajar d. Guru memberikan penghargaan kepada setiap siswa sesuai dengan kinerjanya D. Teori Belajar Aliran Konstruktivisme Aliran ini merupakan pengembangan dari aliran kognitivisme, sehingga pakarpakar pada aliran ini merupakan pakar pada aliran kognitivisme. Menurut aliran ini, belajar merupakan proses dimana pembelajar secara aktif mengkonstruksi atau membangun pengetahuan, gagasan-gagasan, atau konsepkonsep baru didasarkan atas pengetahuan awal yang telah dimilikinya. Implementasi teori belajar ini dalam pembelajaran di sekolah melahirkan prinsip-prinsip pembelajaran sebagai berikut: 1. Siswa telah memiliki pengetahuan awal 2. Belajar merupakan proses pengkonstruksian suatu pengatahuan berdasarkan pengetahuan yang telah dimiliki siswa

27 3. Belajar adalah perubahan konsepsi siswa 4. Proses pengkonstruksian pengetahuan berlangsung dalam suatu konteks sosial tertentu 5. Siswa bertanggung jawab terhadap proses belajarnya. Tahapan pembelajaran berdasarkan teori belajar konstruktivisme terdiri dari empat tahap yaitu: 1. Tahap eksplorasi pengetahuan awal siswa Pada tahap ini siswa didorong untuk mengungkapkan pengetahuan awal tentang konsep yang akan dipelajari. Bila perlu guru memancing dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan problematis tentang fenomena yang sering ditemui sehari-hari dengan mengaitkan konsep yang akan dibahas. Siswa diberi kesempatan untuk mengkomunikasikan, mengilustrasikan pemahaman tentang konsep tersebut. 2. Tahap pemberian pengalaman langsung Pada tahap ini siswa diajak untuk menemukan konsep melalui penyelidikan, pengumpulan data, dan penginterpretasian data melalui suatu kegiatan yang telah dirancang oleh guru. Pemberian pengalaman langsung dapat berupa pengamatan, melakukan percobaan, demonstrasi, mencari informasi melalui buku atau surfing di internet secara berkelompok. Pada tahap ini dirancang agar rasa ingin tahu siswa tentang fenomena alam di sekelilingnya dapat terpenuhi secara keseluruhan. Pada tahap ini guru memberi kebebasan pada siswa untuk mengeksplorasi rasa keingintahuannya melalui pengalaman dan kegiatan belajar siswa. 3. Tahap pengaktifan interaksi sosial Pada tahap ini siswa diberi kesempatan untuk berinteraksi sosial dengan guru maupun temannya secara berkelompok untuk melakukan tanya jawab maupun diskusi hasil observasi atau temuannya dalam kegiatan pembelajaran atau pengalamannya. 4. Tahap pencapaian kepahaman Pada tahap ini guru memberikan penguatan bukan memberi informasi. Dengan demikian siswa sendiri yang membangun pemahaman baru tentang

28 konsep yang sedang dipelajari. Bila konsepsinya/ pengetahuan awalnya benar, maka siswa menjadi tidak ragu-ragu lagi tentang konsepsinya. Bila pengetahuan awalnya salah, maka eksplorasi akan merupakan jembatan antara konsepsi siswa dengan konsep baru. Dengan demikian diharapkan konsep yang dipelajarinya akan menjadi bermakna. Contoh implementasi teori belajar konstruktivisme ini berupa langkah-langkah dalam pembelajaran di sekolah dasar sebagai berikut: 1. Guru memberikan apersepsi dengan menggali pengetahuan awal siswa melalui bertanya menggunakan pertanyaan-pertanyaan eksploratif dikaitkan dengan materi yang akan dipelajari 2. Guru mengelompokkan siswa secara heterogen terdiri dari 4 s.d. 6 orang 3. Guru membagikan LKS, alat dan bahan kepada setiap kelompok dan menjelaskan langkah kerja pada LKS serta alat dan bahan yang tersedia 4. Siswa secara berkelompok melakukan percobaan sesuai dengan langkah kerja pada LKS dengan bimbingan guru 5. Siswa secara berkelompok mendiskusikan temuan-temuan pada saat percobaan berlangsung dan menuliskannya pada LKS 6. Siswa secara berkelompok menyimpulkan hasil percobaannya dan menuliskan kesimpulannya pada LKS dengan bimbingan guru 7. Wakil dari setiap kelompok mempresentasikan proses dan hasil kerja kelompoknya dan guru memberikan penguatan 8. Guru memberikan evaluasi 9. Guru menutup pembelajaran E. Teori Belajar Sosial Teori belajar ini merupakan perluasan dari teori konstruktivisme yang lebih memfokuskan pada pembelajaran kolaboratif dan sosial. Teori ini menyatakan bahwa manusia belajar melalui pengamatannya terhadap perilaku orang lain sebagai model, dan kemudian meniru perilaku model tersebut. Pakar pada teori belajar sosial ini adalah Albert Bandura dan Bernard Weiner.

Teori Belajar dalam Pembelajaran Matematika

Teori Belajar dalam Pembelajaran Matematika Teori Belajar dalam Pembelajaran Matematika I. Aliran Psikologi Tingkah Laku Teori Thorndike Teori Skinner Teori Ausubel Teori Gagne Teori Pavlov Teori baruda Teori Thorndike Teori belajar stimulus-respon

Lebih terperinci

E.E.L. THORNDIKE Belajar merupakan peristiwa asosiasi antara stimulus (S) dengan respon (R) Supaya tercapai hubungan antara S dengan R, dibutuhkan kem

E.E.L. THORNDIKE Belajar merupakan peristiwa asosiasi antara stimulus (S) dengan respon (R) Supaya tercapai hubungan antara S dengan R, dibutuhkan kem TEORI BELAJAR Rosita E.K., M.Si E.E.L. THORNDIKE Belajar merupakan peristiwa asosiasi antara stimulus (S) dengan respon (R) Supaya tercapai hubungan antara S dengan R, dibutuhkan kemampuan untuk melakukan

Lebih terperinci

Oleh : Muh. Mustakim, M.Pd.I

Oleh : Muh. Mustakim, M.Pd.I Oleh : Muh. Mustakim, M.Pd.I Hakikat Belajar Belajar merupakan proses mencapai berbagai dan sikap untuk bekal hidup di masa mendatang. macam kompetensi, Belajar adalah proses mendapatkan perubahan dalam

Lebih terperinci

TEORI BELAJAR BEHAVIORISME (TINGKAH LAKU)

TEORI BELAJAR BEHAVIORISME (TINGKAH LAKU) TEORI BELAJAR BEHAVIORISME (TINGKAH LAKU) Penguatan (+) Stimulus Respon Reinforcment Penguatan (-) Faktor lain ialah penguatan (reinforcement) yang dapat memperkuat timbulnya respons. Reinforcement bisa

Lebih terperinci

Agus Triyanto, M.Pd. Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta Tahun 2011

Agus Triyanto, M.Pd. Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta Tahun 2011 Agus Triyanto, M.Pd. Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta Tahun 2011 Teori Belajar Behavioristik Tokoh Teori Behavioristik a. Edward Lee Thorndike

Lebih terperinci

Teori Teori Belajar: Behaviorisme, Kognitif, dan Gestalt

Teori Teori Belajar: Behaviorisme, Kognitif, dan Gestalt Teori Teori Belajar: Behaviorisme, Kognitif, dan Gestalt Jika menelaah literatur psikologi, kita akan menemukan sejumlah teori belajar yang bersumber dari aliran aliran psikologi. Di bawah ini akan dikemukakan

Lebih terperinci

Teori Belajar. Oleh : Putri Siti Nadhiroh Putrinadhiroh.blogs.uny.ac.id

Teori Belajar. Oleh : Putri Siti Nadhiroh Putrinadhiroh.blogs.uny.ac.id Teori Belajar Oleh : Putri Siti Nadhiroh Putrinadhiroh.blogs.uny.ac.id Pengertian Teori Belajar Teori belajar merupakan suatu kegiatan seseorang untuk mengubah perilaku mereka. Seluruh kegiatan belajar

Lebih terperinci

TEORI BELAJAR TINGKAH LAKU

TEORI BELAJAR TINGKAH LAKU TEORI BELAJAR TINGKAH LAKU 1. Teori Belajar Tingkah Laku (Behaviorisme) Paham behaviorisme memandang belajar sebagai perkayaan/penambahan materi pengetahuan (material) dan atau perkayaan pola-pola respon

Lebih terperinci

Model-Model Pembelajaran Matematika

Model-Model Pembelajaran Matematika Model-Model Pembelajaran Matematika Pendidikan Matematika FST Tatik Retno Murniasih, S.Si., M.Pd. tretnom@unikama.ac.id Pengertian 1. Teknik: penerapan secara khusus metode pembelajaran sesuai dengan kemampuan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Pembelajaran dikatakan efektif

Lebih terperinci

Manfaat Teori Belajar Bagi Guru

Manfaat Teori Belajar Bagi Guru TEORI-TEORI BELAJAR Manfaat Teori Belajar Bagi Guru Membantu guru untuk memahami bagaimana siswa belajar Membantu proses belajar lebih efektif, efisien dan produktif Membimbing guru untuk merancang dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Belajar Jean Piaget Dalam belajar, kognitivisme mengakui pentingnya faktor individu dalam belajar tanpa meremehkan faktor eksternal atau lingkungan. Bagi kognitivisme, belajar

Lebih terperinci

Inisiasi 1 TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN SERTA PKn SEBAGAI PENDIDIKAN NILAI, MORAL, DAN NORMA

Inisiasi 1 TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN SERTA PKn SEBAGAI PENDIDIKAN NILAI, MORAL, DAN NORMA Inisiasi 1 TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN SERTA PKn SEBAGAI PENDIDIKAN NILAI, MORAL, DAN NORMA Saudara mahasiswa, pada pertemuan perdana ini matakuliah PKn. Materi awal dalam matakuliah pembelajaran PKn

Lebih terperinci

TEORI BELAJAR KOGNITIF

TEORI BELAJAR KOGNITIF Pengertian Teori Kognitif TEORI BELAJAR KOGNITIF Istilah Cognitive berasal dari kata cognition artinya adalah pengertian, mengerti. Pengertian yang luasnya cognition (kognisi) adalah perolehan, penataan,

Lebih terperinci

Program Pascasarjana - UNY TEORI BELAJAR. (Learning Theory) Oleh. Dr. H. MUKMINAN. PPs. UNY /

Program Pascasarjana - UNY TEORI BELAJAR. (Learning Theory) Oleh. Dr. H. MUKMINAN. PPs. UNY / Program Pascasarjana - UNY TEORI BELAJAR (Learning Theory) Oleh Dr. H. MUKMINAN PPs. UNY - 2015/2016 Email: mukminan@yahoo.co.id HP: 08157956800 1 Hand-Out Untuk Perkuliahan Program Doktor (S3) Program

Lebih terperinci

11 tahun sampai dewasa

11 tahun sampai dewasa TEORI BELAJAR DALAM PEMEBALAJARAN IPA SD 1. TEORI BELAJAR PIAGET Belajar adalah suatu proses yang aktif, konstruktif, berorientasi pada tujuan, semuannya bergantung pada aktifitas mental peserta didik.

Lebih terperinci

TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK

TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK Pertemuan ke-2 1 Pemerolehan vs Pembelajaran Pemerolehan memiliki ciri-ciri yang sama dengan pemerolehan bahasa pertama, seorang anak penutur asli, sedangkan belajar bahasa

Lebih terperinci

Teori Pendidikan dan Teori Belajar dalam Kurikulum. Oleh. Fauzan AlghiFari / / TP-B.

Teori Pendidikan dan Teori Belajar dalam Kurikulum. Oleh. Fauzan AlghiFari / / TP-B. Teori Pendidikan dan Teori Belajar dalam Kurikulum Oleh Fauzan AlghiFari / 15105241008 / TP-B http://fauzanfari.blogs.uny.ac.id A. TEORI PENDIDIKAN BEHAVIORISME Teori behaviorisme adalah teori belajar

Lebih terperinci

2. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik.

2. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik. KOMPETENSI GURU 2. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik. Pengertian Teori Pembelajaran Teori ialah prinsip kasar yang menjadi dasar pembentukan sesuatu ilmu pengetahuan.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Pembelajaran merupakan proses komunikasi du arah, mengajar dilakukan oleh

BAB II KAJIAN TEORI. Pembelajaran merupakan proses komunikasi du arah, mengajar dilakukan oleh 7 BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran IPA di SD 1. Pembelajaran Pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan.

Lebih terperinci

Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Tujuan Pembelajaran Mahasiswa diharapkan dapat: Menjelaskan Pengertian Pembelajaran Menjelaskan ciri-ciri

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Pembelajaran dikatakan efektif

Lebih terperinci

KONSEP PEMBELAJARAN AUD. Oleh: Nur Hayati, M.Pd

KONSEP PEMBELAJARAN AUD. Oleh: Nur Hayati, M.Pd KONSEP PEMBELAJARAN AUD Oleh: Nur Hayati, M.Pd KONSEP BELAJAR PENGERTIAN BELAJAR: To gain knowledge, komprehension, or mastery through experience or study (American Heritage Dictionary) Untuk mendapatkan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN ANTARA TEORI BELAJAR DISIPLIN MENTAL, BEHAVIORISME DAN KOGNITIFISME

PERBANDINGAN ANTARA TEORI BELAJAR DISIPLIN MENTAL, BEHAVIORISME DAN KOGNITIFISME PERBANDINGAN ANTARA TEORI BELAJAR DISIPLIN MENTAL, BEHAVIORISME DAN KOGNITIFISME Disiplin Mental Behaviorisme Kognitifisme Belajar merupakan penyeimbangan dari kekuatan, kemampuan dna potensipotensi yang

Lebih terperinci

BERBAGAI PENDEKATAN DALAM PSIKOLOGI

BERBAGAI PENDEKATAN DALAM PSIKOLOGI BERBAGAI PENDEKATAN DALAM PSIKOLOGI Subtitle MENGAPA INDIVIDU BERPERILAKU AGRESIF? PENDEKATAN-PENDEKATAN BIOLOGIS PSIKODINAMIKA BEHAVIOR HUMANISTIK KOGNITIF Memandang perilaku dari sudut pandang pemfungsian

Lebih terperinci

TEORI BELAJAR & APLIKASINYA. by FH

TEORI BELAJAR & APLIKASINYA. by FH TEORI BELAJAR & APLIKASINYA Manfaat Teori Belajar Bagi Guru : Membantu guru untuk memahami bagaimana siswa belajar Membantu proses belajar lebih efektif, efisien dan produktif Membimbing guru untuk merancang

Lebih terperinci

TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN PLPG PGSD UAD 2016

TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN PLPG PGSD UAD 2016 TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN PLPG PGSD UAD 2016 Kompetensi Inti : Memahami teori belajar dan prinsip pembelajaran yang dapat diterapkan pada Pendidikan Anak Usia Dini Kompetensi Dasar : 1. Menjelaskan

Lebih terperinci

Teori Belajar Behavioristik

Teori Belajar Behavioristik Teori Belajar Behavioristik Pandangan tentang belajar : Belajar merupakan perubahan tingkah laku yang terjadi berdasarkan paradigma S-R (stimulus- respon) Ciri-ciri teori belajar behavioristik : a. Mementingkan

Lebih terperinci

Teori Belajar dan Pembelajaran Strategi Pembelajaran Inkuiri & Teori Gestalt STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI DAN TEORI GESTALT

Teori Belajar dan Pembelajaran Strategi Pembelajaran Inkuiri & Teori Gestalt STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI DAN TEORI GESTALT STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI DAN TEORI GESTALT A. Strategi Pembelajaran Inkuiri (SPI) Strategi Pembelajaran Inkuiri (SPI) merupakan pembelajaran yang menekankan proses mencari dan menemukan. Materi pelajaran

Lebih terperinci

TEORI BELAJAR SKINNER

TEORI BELAJAR SKINNER TEORI BELAJAR SKINNER A. ALIRAN PSIKOLOGI TINGKAH LAKU (BEHAVIOR) Banyak teori tentang belajar yang telah berkembang mulai abad ke 19 sampai sekarang ini. Pada awal abad ke-19 teori belajar yang berkembang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Kelompok Menurut Thomas (dalam Bell, 1978), pembelajaran metode proyek merupakan model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada guru untuk mengelola pembelajaran

Lebih terperinci

Oleh: Dadang Sukirman Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia

Oleh: Dadang Sukirman Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia PRINSIP PEMBELAJARAN Oleh: Dadang Sukirman Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia A. Kompetensi yang diharapkan: Mahasiswa diharapkan dapat

Lebih terperinci

AWAL MUNCULNYA TEORI BEHAVIORISME

AWAL MUNCULNYA TEORI BEHAVIORISME TEORI BEHAVIORISTIK KELOMPOK 2 ABRAR YUSRA (5115153527) ACHMAD RIZQI AGFIAN (5115152309) ARI PRABOWO (5115152234) CITRATRI AYUNINGTIAS (5115152673) DHIMAZ IDRIS (5115151820) EKA MARDIANA (5115154962) ENCIK

Lebih terperinci

Santi E. Purnamasari, M.Si., Psikolog UMBY

Santi E. Purnamasari, M.Si., Psikolog UMBY Santi E. Purnamasari, M.Si., Psikolog UMBY Perkembangan bahasa Tahap perkembangan yang paling menakjubkan pada masa anak adalah saat anak mulai bisa berbicara Arti bahasa : Adalah suatu sistem komunikasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kajian konsep dasar belajar dalam teori Behaviorisme didasarkan pada pemikiran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kajian konsep dasar belajar dalam teori Behaviorisme didasarkan pada pemikiran 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori-teori Belajar 1. Teori Belajar Behaviorisme Kajian konsep dasar belajar dalam teori Behaviorisme didasarkan pada pemikiran bahwa belajar merupakan salah satu jenis prilaku

Lebih terperinci

TEORI BELAJAR & APLIKASINYA

TEORI BELAJAR & APLIKASINYA TEORI BELAJAR & APLIKASINYA Oleh: Sugihartono, M.Pd dan Tim yulia_ayriza@uny.ac.id Manfaat Teori Belajar Bagi Guru : Membantu guru untuk memahami bagaimana siswa belajar Membantu proses belajar lebih

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Representasi Matematis Menurut NCTM (2000) kemampuan representasi matematis yaitu kemampuan menyatakan ide-ide matematis dalam bentuk gambar, grafik, tulisan atau simbol-simbol

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Konsep Pembelajaran Berbasis Masalah. a. Masalah, Pedagogi, dan Permbelajaran Berbasis Masalah. 2) Masalah dan Pedagogi

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Konsep Pembelajaran Berbasis Masalah. a. Masalah, Pedagogi, dan Permbelajaran Berbasis Masalah. 2) Masalah dan Pedagogi BAB II LANDASAN TEORI A. Model Pembelajaran Berbasis Masalah 1. Konsep Pembelajaran Berbasis Masalah Menurut Rusman (2012: 187) Pendidikan pada abad ke-21 berhubungan dengan permasalahan baru yang ada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Corey, ( 1998 : 91 ) adalah suatu proses dimana. dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi khusus atau menghasilkan respons

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Corey, ( 1998 : 91 ) adalah suatu proses dimana. dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi khusus atau menghasilkan respons 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pembelajaran Pembelajaran adalah sebuah proses perubahan didalam kepribadian manusia dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas siswa Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II MODEL PEMBELAJARAN NOVICK DAN HASIL BELAJAR

BAB II MODEL PEMBELAJARAN NOVICK DAN HASIL BELAJAR BAB II MODEL PEMBELAJARAN NOVICK DAN HASIL BELAJAR A. Model Pembelajaran Novick Model Pembelajaran Novick merupakan salah satu model pembelajaran yang merujuk pandangan konstruktivisme. Gagasan utama dari

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. hakekatnya adalah belajar yang berkenaan dengan ide-ide, struktur-struktur

BAB II KAJIAN TEORI. hakekatnya adalah belajar yang berkenaan dengan ide-ide, struktur-struktur 9 BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran Matematika Pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta

Lebih terperinci

LANDASAN PSIKOLOGI. Imam Gunawan

LANDASAN PSIKOLOGI. Imam Gunawan LANDASAN PSIKOLOGI Imam Gunawan PSIKOLOGI PERKEMBANGAN Pendekatan tentang perkembangan manusia menurut Sukmadinata (2008) ialah: 1. Pendekatan pentahapan: perkembangan individu berjalan melalui tahapan-tahapan

Lebih terperinci

Sejarah dan Aliran Psikologi

Sejarah dan Aliran Psikologi Modul ke: 09 Rizka Fakultas PSIKOLOGI Sejarah dan Aliran Psikologi Psikologi Gestalt Putri Utami, M.Psi Program Studi PSIKOLOGI http://mercubuana.ac.id Latar belakang Psikologi Gestalt Saat aliran behaviorisme

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Konstruktivisme merupakan landasan berpikir pendekatan kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan istilah yang tidak asing lagi dalam kehidupan manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan istilah yang tidak asing lagi dalam kehidupan manusia BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Belajar dan Pembelajaran Belajar merupakan istilah yang tidak asing lagi dalam kehidupan manusia sehari-hari. Karena telah sangat dikenal selama ini seakan-akan orang telah

Lebih terperinci

Dasar-dasar & Proses Pembelajaran Matematika

Dasar-dasar & Proses Pembelajaran Matematika TUGAS MATA KULIAH Dasar-dasar & Proses Pembelajaran Matematika PENYUSUN Syamsuddin (A1A3 14080) Siti Aminah (A1A3 14070) Ni Nyoman Lestari (A1A3 14049) Sri Maya Astuti (A1A3 14073) Selfiana Yunita (A1A3

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Kartu Bergambar 2.1.1 Pengertian Media Kartu Bergambar Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti perantara. Dengan demikian media dapat

Lebih terperinci

TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK

TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK Teori belajar behavioristik menjelaskan belajar itu adalah perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkret. Perubahan terjadi melalui rangsangan (stimulans)

Lebih terperinci

Carl Rogers, Abraham Maslow

Carl Rogers, Abraham Maslow Ursa Majorsy Mazhab Humanistik 3 Carl Rogers, Abraham Maslow Psikologi Umum 1 Aliran humanistik muncul pada tahun 1940-an sebagai reaksi ketidakpuasan terhadap pendekatan psikoanalisa dan behavioristik.

Lebih terperinci

MAKALAH PERENCANAAN DAN STRATEGI PEMBELAJARAN MATEMATIKA TEORI-TEORI BELAJAR

MAKALAH PERENCANAAN DAN STRATEGI PEMBELAJARAN MATEMATIKA TEORI-TEORI BELAJAR MAKALAH PERENCANAAN DAN STRATEGI PEMBELAJARAN MATEMATIKA TEORI-TEORI BELAJAR DISAJIKAN PADA PRODI PEND. MATEMATIKA PROGRAM PASCA SARJANA UNHALU MARET 2013 OLEH: 1. JUSMAN 2. NUNUT ANDRIANI 3. FITRIYANI

Lebih terperinci

Starlet Gerdi Julian / / juliancreative.blogs.uny.ac.id

Starlet Gerdi Julian / / juliancreative.blogs.uny.ac.id Starlet Gerdi Julian / 15105241034 / juliancreative.blogs.uny.ac.id Teori Belajar 1. Behaviorisme Dalam kamus bahasa inggris behavior artinya kelakuan, tindak tanduk atau bertingkah laku dengan sopan.

Lebih terperinci

TEORI BELAJAR oleh : Fajar S

TEORI BELAJAR oleh : Fajar S Fajar S / mahasiswa pgsd uns 1 TEORI BELAJAR oleh : Fajar S A. PENDAHULUAN Teori belajar merupakan upaya untuk mendeskripsikan bagaimana manusia belajar, sehingga membantu kita semua memahami proses inhern

Lebih terperinci

Perkembangan Individu dan Pengaruhnya dalam Proses belajar

Perkembangan Individu dan Pengaruhnya dalam Proses belajar Modul ke: Perkembangan Individu dan Pengaruhnya dalam Proses belajar Faktor-faktor perkembangan, pengaruh perkembangan, perkembangan kognitif individu Fakultas Psikologi Ainul Mardiah, M.Sc. Program Studi

Lebih terperinci

Pertemuan Ke-4. Oleh: M. Jainuri, S.Pd., M.Pd. Pendidikan Matematika. STKIP YPM Bangko. Teori Belajar Kognitif_M. Jainuri, S.Pd., M.

Pertemuan Ke-4. Oleh: M. Jainuri, S.Pd., M.Pd. Pendidikan Matematika. STKIP YPM Bangko. Teori Belajar Kognitif_M. Jainuri, S.Pd., M. Pertemuan Ke-4 Oleh: M. Jainuri, S.Pd., M.Pd Pendidikan Matematika Teori Belajar Kognitif_M. Jainuri, S.Pd., M.Pd STKIP YPM Bangko 1 Teori Belajar Kognitif Secara umum kognitif diartikan potensi intelektual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Salah satu tujuan dari pendidikan pada era modern saat ini adalah untuk mengajarkan siswa bagaimana cara untuk mendapatkan informasi dari suatu penelitian, bukan hanya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teori Belajar yang Melandasi Problem Based Learning

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teori Belajar yang Melandasi Problem Based Learning 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Teori Belajar yang Melandasi Problem Based Learning Teori yang melandasi Problem Based Learning adalah teori Vygotsky, Bruner dan Dewey. Teori Vgostky menjelaskan

Lebih terperinci

Serlly Oktaviana Prodi Pendidikan Matematika Universitas Nusantara PGRI Kediri 2013

Serlly Oktaviana Prodi Pendidikan Matematika Universitas Nusantara PGRI Kediri 2013 MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD ( Student Team Achievement Division ) BERDASARKAN TEORI BELAJAR PSIKOLOGI GESTALT PADA PELAJARAN MATEMATIKA SUB POKOK BAHASAN BENTUK PANGKAT Serlly Oktaviana oktaviana_serlly@yahoo.co.id

Lebih terperinci

MATA KULIAH PEMBELAJARAN TERPADU (PSD SKS)

MATA KULIAH PEMBELAJARAN TERPADU (PSD SKS) MATA KULIAH PEMBELAJARAN TERPADU (PSD 321 4 SKS) TATAP MUKA 7 LANDASAN TEORETIS & EMPIRIS: Teori perkembangan Jean Piaget Teori perkembangan konstruktivisme Teori Vygotsky Teori Bandura Teori Brunner Dr.

Lebih terperinci

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME A. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar Mata pelajaran Matematika

Lebih terperinci

B.F. Skinner. Pendekatan Psikologi Skinner

B.F. Skinner. Pendekatan Psikologi Skinner B.F. Skinner Teori Kepribadian Behaviorisme Pendahuluan Behaviorisme adalah sebuah aliran dalam psikologis yang didirikan oleh John B. Watson pada tahun 1913. Seperti halnya psikoanalisa, behaviorisme

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. lemah menjadi kuat, dari tidak bisa menjadi bisa. Seperti diakatakan oleh Slameto

II. TINJAUAN PUSTAKA. lemah menjadi kuat, dari tidak bisa menjadi bisa. Seperti diakatakan oleh Slameto II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakekat Belajar Matematika Belajar merupakan proses berpikir seseorang dalam rangka menuju kesuksesan hidup, perubahan aspek kehidupan dari taraf tidak mengetahui

Lebih terperinci

Teori Belajar dan Pembelajaran

Teori Belajar dan Pembelajaran Teori Belajar dan Pembelajaran Oleh: Restu Wijayanto ( TP/B/048 ) A. Pengertian Belajar dan Pembelajaran Belajar merupakan suatu proses usaha sadar yang dilakukan oleh individu untuk suatu perubahan dari

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah sesuatu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah sesuatu II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, membawa hasil dan merupakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. laku peserta didik dari tidak tahu menjadi tahu berdasarkan pengalaman dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. laku peserta didik dari tidak tahu menjadi tahu berdasarkan pengalaman dan BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses yang membawa perubahan tingkah laku peserta didik dari tidak tahu menjadi tahu berdasarkan pengalaman dan latihan terus menerus.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK BAB II KAJIAN TEORITIK 1. Problem Based Learning (PBL) Problem Based Learning (PBL) pertama kali dipopulerkan oleh Barrows dan Tamblyn (1980) pada akhir abad ke 20 (Sanjaya, 2007). Pada awalnya, PBL dikembangkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. adalah teori belajar behaviorisme, kognitivisme, dan konstruktivisme.

II. TINJAUAN PUSTAKA. adalah teori belajar behaviorisme, kognitivisme, dan konstruktivisme. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Teori Belajar Terdapat tiga kategori utama yang berkaitan dengan teori belajar, diantaranya adalah teori belajar behaviorisme, kognitivisme, dan konstruktivisme.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Karakteristik Pembelajaran Matematika SD. Pembelajaran matematika pada tingkat SD berbeda dengan pembelajaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Karakteristik Pembelajaran Matematika SD. Pembelajaran matematika pada tingkat SD berbeda dengan pembelajaran BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Karakteristik Pembelajaran Matematika SD Pembelajaran matematika pada tingkat SD berbeda dengan pembelajaran pada tingkat SMP maupun SMA. Karena disesuaikan dengan perkembangan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman langsung menggunakan eksperimen. Belajar harus bersifat menyelidiki

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman langsung menggunakan eksperimen. Belajar harus bersifat menyelidiki II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Guide Discovery Guru dapat membantu siswa memahami konsep yang sulit dengan memberikan pengalaman langsung menggunakan eksperimen. Belajar harus bersifat menyelidiki

Lebih terperinci

Teori-teori Belajar. Teori Behavioristik. Afid Burhanuddin. Memahami teori-toeri belajar dan implementasinya dalam proses pembelajaran.

Teori-teori Belajar. Teori Behavioristik. Afid Burhanuddin. Memahami teori-toeri belajar dan implementasinya dalam proses pembelajaran. Teori-teori Belajar Teori Behavioristik Afid Burhanuddin Belajar Mengajar Kompetensi Dasar Memahami teori-toeri belajar dan implementasinya dalam proses pembelajaran Indikator Memahami hakikat teori pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Konstruktivisme a. Sejarah Konstruktivisme Menurut Von Glaserfield (1988), pengertian konstruktif kognitif

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Konstruktivisme a. Sejarah Konstruktivisme Menurut Von Glaserfield (1988), pengertian konstruktif kognitif BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Konstruktivisme a. Sejarah Konstruktivisme Menurut Von Glaserfield (1988), pengertian konstruktif kognitif muncul pada abad 20 dalam tulisan Mark Baldwin yang secara

Lebih terperinci

Konsep dan Makna Belajar

Konsep dan Makna Belajar Konsep dan Makna Belajar 1. Konsep Belajar. Belajar merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi, baik yang bersifat eksplisit maupun implisit (tersembunyi).

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Kata komunikasi berasal dari bahasa latincommunicare, berarti. merupakan proses informasi ilmu dari guru kepada siswa.

BAB II LANDASAN TEORI. Kata komunikasi berasal dari bahasa latincommunicare, berarti. merupakan proses informasi ilmu dari guru kepada siswa. 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Kemampuan Komunikasi Matematis Kata komunikasi berasal dari bahasa latincommunicare, berarti berpartisipasi atau memberitahukan. Menurut Toda (Liliweri, 1997) komunikasi sebagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN. mereka masing-masing. Berikut ini kutipan pendapat beberapa ahli pendidikan tentang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN. mereka masing-masing. Berikut ini kutipan pendapat beberapa ahli pendidikan tentang BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Belajar 2.1.1 Pengertian Belajar Banyak ahli pendidikan yang mengungkapkan pengertian belajar menurut sudut pandang mereka masing-masing. Berikut ini kutipan

Lebih terperinci

antara stimulus dan respon. Menurut Pavlov respon dari seseorang tergantung

antara stimulus dan respon. Menurut Pavlov respon dari seseorang tergantung Teori teori Behaviorisme 1. Classical Conditioning, Ivan Pavlov (1849 1936) Pavlov adalah seorang psikolog dari Rusia yang menemukan hubungan antara stimulus dan respon. Menurut Pavlov respon dari seseorang

Lebih terperinci

TEORI BELAJAR PIAGET

TEORI BELAJAR PIAGET TEORI BELAJAR PIAGET Pendahuluan Dewasa ini masih banyak ditemukan di sekolah-sekolah bahwa strategi pembelajaran di kelas masih didominasi oleh paham strukturalisme atau behaviorisme atau objektivisme

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar IPA Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hasil Belajar 2.1.1 Pengertian Hasil Belajar Ada beberapa pendapat para ahli, yang dapat membantu kita untuk memahami tentang pengertian hasil belajar. Dari beberapa orang ahli

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model Problem Based Learning dikembangkan oleh Barrows sejak tahun

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model Problem Based Learning dikembangkan oleh Barrows sejak tahun II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Berbasis Masalah Model Problem Based Learning dikembangkan oleh Barrows sejak tahun 1970-an. Model Problem Based Learning berfokus pada penyajian suatu permasalahan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Berpikir Kritis Menurut Ennis (Kuswana, 2012) berpikir kritis adalah berfikir yang wajar dan reflektif yang berfokus pada memutuskan apa yang harus diyakini

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran 1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran Istilah belajar sudah dikenal luas di berbagai kalangan walaupun sering disalahartikan atau diartikan secara pendapat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Teori-teori baru dalam psikologi pendidikan dikelompokkan dalam teori pem-belajaran

II. TINJAUAN PUSTAKA. Teori-teori baru dalam psikologi pendidikan dikelompokkan dalam teori pem-belajaran II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Teori-teori baru dalam psikologi pendidikan dikelompokkan dalam teori pem-belajaran konstruktivis (constructivist theories of learning). Teori konstruktivis

Lebih terperinci

PENERAPAN TEORI BELAJAR VYGOTSKY DALAM INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR

PENERAPAN TEORI BELAJAR VYGOTSKY DALAM INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR PENERAPAN TEORI BELAJAR VYGOTSKY DALAM INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR Pendahuluan Perkembangan manusia adalah sesuatu yang tidak terpisahkan dari kegiatankegiatan sosial dan budaya, yang merupakan suatu proses-proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaksanaan program pendidikan bermula pada proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan peserta didik. Proses pembelajaran yang dilakukan adalah guru mendorong

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Konstruktivisme merupakan landasan berpikir pendekatan kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya

Lebih terperinci

TEORI PENGUATAN OLEH SKINNER

TEORI PENGUATAN OLEH SKINNER TEORI PENGUATAN OLEH SKINNER A. Bentuk Teori Skinner B.F. Skinner (104-1990) berkebangsaan Amerika dikenal sebagai tokoh behavioris dengan pendekatan model instruksi langsung (directed instruction) dan

Lebih terperinci

BAB V MODEL BERBASIS MULTIKULTURAL DAN PEMBELAJARANYA DALAM MASYARAKAT DWIBAHASAWAN

BAB V MODEL BERBASIS MULTIKULTURAL DAN PEMBELAJARANYA DALAM MASYARAKAT DWIBAHASAWAN 189 BAB V MODEL BERBASIS MULTIKULTURAL DAN PEMBELAJARANYA DALAM MASYARAKAT DWIBAHASAWAN Implementasi pendidikan multikultural di sekolah perlu diperjelas dan dipertegas. Bentuk nyata pembelajaran untuk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 9 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing Belajar merupakan aktivitas manusia yang penting dan tidak dapat dipisahkan, dari kehidupan manusia, bahkan sejak

Lebih terperinci

Teori kognitif piaget

Teori kognitif piaget Teori belajar kognitivisme Istilah : Teori kognitif piaget Schema : potensi untuk bertindak dengan cara tertentu (skema;jamak: schemata). Cognitive structure (struktur kognitif): jumlah skemata yang tersedia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Matematika 2.1.1.1 Hasil Belajar Hasil Belajar Matematika merupakan suatu perubahan yang dicapai oleh proses usaha yang dilakukan seseorang dalam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. sendiri. Belajar dapat diukur dengan melihat perubahan prilaku atau pola pikir

TINJAUAN PUSTAKA. sendiri. Belajar dapat diukur dengan melihat perubahan prilaku atau pola pikir II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Belajar adalah proses perubahan seseorang yang diperoleh dari pengalamannya sendiri. Belajar dapat diukur dengan melihat perubahan prilaku atau pola

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Metode Kerja Kelompok Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, diskusi diartikan sebagai suatu pertemuan ilmiah untuk bertukar pikiran mengenai suatu masalah. Sebagai

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA SD

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA SD PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA SD Sufyani Prabawanto Sufyani_prabawanto@yahoo.com 6/3/2010 1 Belajar dan Pembelajaran Belajar? Upaya memperoleh kepandaian, memperoleh perubahan tingkah laku, memberi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. mengadakan hubungan atau memerlukan bantuan orang lain. Tanpa bantuan,

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. mengadakan hubungan atau memerlukan bantuan orang lain. Tanpa bantuan, BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Pengertian Motivasi Belajar Manusia dalam kehidupannya dewasa ini tidak dapat memenuhi kebutuhan tanpa bantuan orang lain, baik kebutuhan

Lebih terperinci

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 9 II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini Perkembangan kognitif merupakan salah satu dari bidang perkembangan kemampuan dasar yang dimiliki oleh

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR CALON PESERTA PROGRAM PLPG

SUMBER BELAJAR CALON PESERTA PROGRAM PLPG SUMBER BELAJAR CALON PESERTA PROGRAM PLPG Teori Belajar Penulis: Prof. Dr. Sunardi, M.Sc Dr. Imam Sujadi, M.Si Penelaah: Prof. Dr. rer. nat. Sadjidan, M.Si KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil

Lebih terperinci

TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK. MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Belajar dan Pembelajaran yang dibina oleh Bapak Drs. Parno, M.

TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK. MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Belajar dan Pembelajaran yang dibina oleh Bapak Drs. Parno, M. TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Belajar dan Pembelajaran yang dibina oleh Bapak Drs. Parno, M.Si oleh Yunida Ekawati 110321406344 Zul Farida Arini 110321406367 Elies

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan di SD. Menurut

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan di SD. Menurut 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Matematika di SD 1. Pengertian Matematika Matematika merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan di SD. Menurut Subariah (2006:1) Matematika merupakan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak diri anak yang bersangkutan dan lingkungan sekitaranya. Perkembangan anak

BAB I PENDAHULUAN. anak diri anak yang bersangkutan dan lingkungan sekitaranya. Perkembangan anak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan anak merupakan proses yang kompleks, terbentuk dari potensi anak diri anak yang bersangkutan dan lingkungan sekitaranya. Perkembangan anak berlangsung

Lebih terperinci

Tugas Mata Kuliah Psikologi Pendidikan Lanjut

Tugas Mata Kuliah Psikologi Pendidikan Lanjut Tugas Mata Kuliah Psikologi Pendidikan Lanjut Oleh : LUGTYASTYONO BN 9810500081 KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS SEBELAS MARET PROGRAM DOKTOR ILMU PENDIDIKAN S U R A K A R T A 2011 1. Apa pengertian

Lebih terperinci