FILSAFAT ILMU DAN LOGIKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "FILSAFAT ILMU DAN LOGIKA"

Transkripsi

1 MODUL PERKULIAHAN FILSAFAT ILMU DAN LOGIKA LOGIKA FORMAL Fakultas Fakultas Psikologi Abstract Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 12 Kode MK Kompetensi Mengerti tentang alam filsafat yang menyangkut asal usul, asas-asas, peranan, kegunaan, metode serta cabang-cabang dan aliran-aliran filsafat Mampu berfilsafat berdasarkan metode yang digunakan Mampu menganalisis suatu peristiwa berdasarkan aliran filsafat Mengerti dan memahami tentang pengetahuan dan kebenaran yang disertai dengan cara berpikir logis Mampu berpikir reflektif terhadap masalah-masalah psikologi 1

2 A. Prinsip-prinsip logika Prinsip dasar logika adalah pernyataan kebenaran universal yang kebenarannya sudah terbukti dengan sendirinya, artinya kebenaran universal yang tidak membutuhkan hal-hal lain untuk membuktikan kebenarannya. Prinsip dasar ini merupakan dasar bagi semua pembuktian meskipun tidak perlu lagi dibuktikan kebenarannya. Prinsip-prinsip atau hukum-hukum ini oleh dengan nama yang berbeda. Uberweg, menyebutnya dengan axiom of inference. Sedangkan John Stuart Mill menyebutnya universal of postulates of all reasoning. Meskipun tidak terdapat perbedaan mengenai pokok-pokok prinsip dasar ini, namun ada perbedaan pendapat mengani jumlah prinsip yang ada di dalam logika. Aristoteles merumuskan tiga buah hukum yang menjadi prinsip dasar logika. Sedangkan Leibnitz menambahkan satu hukum lagi yaitu hokum cukup alasan. Berikut penjelasan hukum tersebut; 1. Hukum Identitas (Law of Identity) Hukum Identitas menyatakan bahwa suatu benda adalah benda itu sendiri, tak mungkin yang lain. Secara simbolis dapat dirumuskan dengan A adalah A. Artinya, suatu benda tetap sama selama benda itu dibicarakan dan dipikirkan. Setiap benda memiliki ciri-ciri identitas dirinya sendiri, tidak mungkin satu buah bola basket di gambarkan dengan ciri-ciri persegi. Tetapi, bola basket adalah bulat. Maka argument tersebut dinyatakan benar. Jika sesuatu adalah selalu dan dalam semua kondisi sama atau identik dengan dirinya, maka ia tidak dapat tidak sama atau berbeda dari dirinya. Kesimpulan tersebut secara logis patuh pada hukum identitas: Jika A selalu sama dengan A, maka ia tidak pernah sama dengan bukan A (Non-A). 2. Hukum Kontradiksi (Law of Contradiction) Hukum ini menyatakan bahwa suatu benda tidak dapat merupakan benda itu sendiri dan benda lain pada waktu yang sama, maksudnya bahwa dua sifat yang berlawanan tidak mungkin ada pada suatu benda pada waktu dan tempat yang sama. Dengan rumus : Tak mungkin A sama dengan B dan bukan B serentak. Homilton menyebutkan hukum ini dengan Hukum non Kontradiksi, karena tidak ada kontradiksi merupakan syarat bagi pemikiran yang valid. 2

3 Misalnya, Sebuah argument tidak dapat mengatakan bahwa meja ini hitam dan tak hitam sangat mungkin jika suatu benda memiliki salah satu sifat pada suatu saat, tetapi meja tersebut tidak dapat berwarna hitam dan tak hitam dalam satu waktu atau tempat. 3. Hukum Penyisihan Jalan Tengah (Excluded Middle) Arti dari hukum ini adalah bahwa dua sifat yang berlawanan tak mungkin kedua-duanya dimiliki oleh suatu benda, hanya salah satu daripadanya yang dapat dimilikinya. Menurut hukum ini dua hal yang berkontradiksi pada suatu benda, keduanya tidak mungkin salah, karena itu salah satu dari padanya mestilah benar. Rumusnya Segala sesuatu haruslah positif atau negative A mestilah B atau tak B. Menurut Hukum ini: Selain Benar dan Salah tidak ada kemungkinan lain. Misalnya jika meja ini hitam adalah salah, maka meja ini tidak hitam adalah benar. Jevons mengatakan bahwa nama hukum ini menyatakan bahwa tidak ada kemungkinan ketiga atau jalan tengah. Jawabannya ya atau tidak. Menurut hukum penyisihan jalan tengah ini dua hal yang kontradiksi pada suatu benda keduanya tidak mungkin salah; karena itu, salah satu dari padanya mestilah benar. Jadi, jika digabungkan dua prinsip ini maka kebenaran salah satu dari dua hal yang berkontradiksi menunjukkan kesalahan yang lainnya, dan kesalahan yang lainnya menunjukan kebenaran yang lainya. 4. Hukum Cukup Alasan (Law of Sufficient Reason) Hukum ini merupakan tambahan dari hukum identitas. Adanya sesuatu itu mestilah mempunyai alasan yang cukup, demikian pula jika ada perubahan pada keadaan sesuatu. Contohnya: Jika suatu benda jatuh ke tanah, alasannya karena adanya gaya tarik bumi, sedangkan benda itu tidak ada yang menahannya. Hukum ini menyatakan bahwa di alam ini tak ada yang mungkin terjadi dengan tiba-tiba tanpa alasan yang cukup. Hukum ini dikatakan hukum tambahan bagi indentitas karena secara tak langsung menyatakan bahwa sesuatu benda mestilah tetap tidak berubah, artinya tetap sebagaimana benda itu sendiri. Tetapi jika kebetulan terjadi suatu perubahan, maka perubahan ini mestilah ada suatu keadaan yang mendahuluinya yang sanggup menyebabkan perubahan itu. Hukum ini menyatakan bahwa di alam ini tidak ada yang mungkin terjadi dengan tibatiba tanpa alasan yang cukup. 3

4 B. Pembahasan kata (term) dan defenisi Term merupakan ide atau konsep yang dinyatakan dalam sebuah kata atau lebih yang membuat konsep atau ide itu menjadi nyata. Tidak semua kata atau kumpulan kata adalah term, meskipun setiap term itu adalah kata atau kumpulan kata. Jadi, term adalah pernyataan lahiriah dari konsep atau idea. Hanya kata atau kesatuan kata-kata yang menyatakan konsep atau idea saja yang dapat disebut sebagai term logika. Sebuah kata-kata tidak memiliki pengertian tertentu sehingga tidak dapat digunakan sebagai term tanpa bantuan kata-kata yang lain, maka ia tidak disebut dengan Term Sinkategorimatis. Contoh: kepada, dari, kemana dan lain sebagainya. Dalam struktur bahasa dikenal dengan kata depan, kata bantu, kata penghubung. Namun, sebuah kata telah memiliki pengertian tertentu tanpa bantuan dengan kata yang lain biasa disebut dengan Term Kategorimatis. Contoh: hewan, manusia, matahari, putih dan lain sebagainya. Term Kategorimatis dapat dibedakan menjadi tiga jenis: 1. Term Kategorimatis Univokal, yaitu term yang dikenakan kepada beberapa hal atau benda dalam arti yang sama, seperti contoh kalimat-kalimat berikut: Adam adalah manusia, Tuti adalah manusia, jhon adalah manusia. Term manusia dalam contoh ini digunakan dalam arti yang sama. 2. Term Kategorimatis Equivokal, yaitu term yang dikenakan kepada beberapa hal atau benda dalam arti yang berbeda-beda, contoh kalimat-kalimat berikut: kambing itu adalah kambing hitam, Hidayat adalah orang yang sering dijadikan kambing hitam. Kambing hitam yang pertama merupakan kambing yang memang berwarna hitam, sedangkan yang kedua adalah dimaksudkan orang yang sering dipersalahakan. 3. Term Kategorimatis Analogis, yaitu term yang digunakan kepada beberapa hal atau benda dalam arti yang berlainan namun dari segi tertentu memiliki kesamaan, seperti contoh term sakit untuk orang sakit dan rumah sakit Komprehensi (konotasi) dan Ekstensi (denotasi) Komprehensi adalah keseluruhan arti yang tercakup dalam suatu konsep atau term. Keseluruhan dalam hal ini adalah suatu unit (kesatuan) arti-arti yang kompleks yang terdapat pada suatu konsep. Contoh: term manusia komprehensinya rasional, beradab, berbudaya, dan sebagainya. Sedangkan Ekstensi lebih mengacu pada luas cakupan, kuantitas, bidang, lingkungan konsep suatu term. Dengan kata lain, ekstensi adalah keseluruhan luas lingkungan dan bidang serta keseluruhan jumlah dari suatu konsep yang terkandung dalam suatu term. Contoh: Ekstensi term manusia ialah semua manusia tanpa terkecuali dan pembatasan apapun juga. 4

5 Dalam komprehensi dan ekstensi terdapat rumusan yang berlaku yaitu a. Semakin miskin komprehensi, semakin luas ekstensi, contoh: ide atau konsep tentang hewan jika tanpa keterangan yang lebih lanjut, maka ide tentang hewan tersebut akan mengacu pada hewan apa saja, bisa saja kucing, ular, anjing dsb. b. Semakin kaya komprehensi, semakin sempit ekstensi, contoh: ide hewan yang meringkik keterangan yang meringkik memperkaya komprehensi karenanya maka ekstensinya menjadi sempit dan hanya kuda yang dapat ditunjuk dengan ide atau konsep hewan yang meringkik. Berikut skema sederhana kaitan antara: Jenis-Jenis Term Term biasanya dibedakan atas lima jenis: 1. Term konkret, yaitu term yang mengarah kepada suatu benda konkret, dalam logika tradisional termasuk pula nama diri (proper name). misalnya: kursi, meja, kuda, dsb. 2. Term abstrak, yaitu term yang mengacu pada kualitas, sifat, dan hubungan dari sesuatu. Misalnya: kebajikan, kemanusiaan, keindahan, bulatan, hitam, peramah, dsb. 3. Term tunggal, term yang mengacu kepada satu benda atau perorangan, atau kepada suatu himpunan yang terdiri atas sebuah pengertian yang menunjuk kepada suatu diri. Misalnya: Rektor Universitas Mercubuana yang kedua, dekan Fakultas Psikologi yang ke tiga, dsb. 4. Term kolektif, yaitu term yang mengacu kepada suatu himpunan atau kelompok dari hal-hal atau benda yang dilihat selaku satu kesatuan. Misalnya: Mercubuana, fakultas psikologi, Fakultas ekonomi. 5. Term umum, yaitu term yang mengacu kepada suatu himpunan tanpa pembatasan kuantitas ataupun kualitas (berlaku umum) contoh: manusia, hewan, dsb. term merupakan ide atau konsep yang dinyatakan dalam sebuah kata atau lebih. Tidak semua kata atau kumpulan kata adalah term, meskipun setiap term itu adalah kata atau kumpulan kata. Term adalah kata atau beberapa kata yang memiliki satu pengertian yang membuat konsep atau ide itu menjadi nyata, jadi Term adalah 5

6 pernyataan lahiriah dari konsep atau idea. Hanya kata atau kesatuan kata-kata yang menyatakan konsep atau idea saja yang dapat disebut sebagai term logika. Sebagai catatan, suatu term, sebagai suatu kegiatan tahu, di dalam fenomologi modern selalu menyandang ciri intensional. Suatu tangkapan selalu merupakan suatu kegiatan menangkap ke arah sesuatu yang lain yakni sesuatu yang atas kesadaran spontan tidak bergantung pada kegiatan menangkap tersebut. Karena tangkapan-tangkapan tersebut berciri abstrak, maka ia mengungkapkan benda-benda secara tidak penuh, tetapi di lain pihak mengungkapkan suatu isi tertentu yang tidak jelas. C. Klasifikasi dan Proposisi Klasifikasi (penggolongan) ialah karya budi manusia,untuk menganalisis, membagibagi menggolong-golongkan dan menyusun pengertian-pengertian dan barang-barang menurut persamaan dan perbedaannya. Misalnya, terdapat sejumlah kelereng yang berwarna merah, putih dan biru. Di sampingnya terdapat 3 buah kotak yang juga berwarna merah, putih dan biru. Apabila seorang anak kecil yang berusia Taman Kanak-kanak (3-5 tahun) disuruh mengisi masing-masing kotak itu sesuai dengan warna kelereng dan kotak, maka dengan mudah dan gembira menyelesaikan tugasnya dengan baik. Tugas mengisi kotak itu dapat bervariasi kesulitannya sesuai dengan variasi penugasannya. Walaupun terdapat banyak variasi atau kebanyakragaman/tugasan dalam hal tersebut, tetapi budi (ratio) manusia selalu melihat adanya suatu aturan atau cara yang tertentu. Klasifikasi merupakan metode unifikasi dan metode ini dapat membantu pikiran atau benak untuk melihat sekilas fenomena-fenomena pengelompokan yang kiranya memiliki banyak variasi. Klasifikasi juga memungkinkan pikiran kita untuk memahami benang merah yang terdapat dalam hubungan antara objek yang satu dengan objek yang lainnya. Klasifikasi dapat membantu kita memahami benda-benda atau objek-objek menurut struktur kodratnya ataupun menurut struktur artifisialnya. Pembagian Klasifikasi Pembagian (Logical Division) adalah membagi suatu jenis kepada spesia yang dicakupinya. Pembagian juga dapat berarti 1) penguarian suatu hal ke dalam bagian-bagian yang menjadi komponennya. 2) penguraian ke suatu hal atau kelas yang sifatnya umum ke dalam beberapa sub kelas. 3) penguaraian suatu kelompok ke dalam anggota-anggotanya secara individual 4) penguraian suatu hal ke dalam unsur-unsur pembentuknya. Pembagian logis dapat dibedakan atas dua jenis pembagian: 1. Pembagian universal, yaitu pembagian genus ke dalam semua species, atau term umum ke daslam term-term khusus yang menyusunnya. Misalnya: Manusia purba (term umum) dibagi menjadi homo pithecanthropus, homo neandertal dan homo sapien. Atau manusia dibagi menjadi ras mongoloid, kaukasoid, melanesoid dan negroid. 6

7 2. Pembagian dikotomi, yaitu pemecahan sesuatu menjadi dua bagian yang saling terpisah. Misalnya Hewan dibagi hewan berakal dan hewan tak berakal. Sifat pemurah dibagi menjadi bakhil dan dermawan. Materi dibagi menjadi materi konkrit dan materi abstrak. Suatu ketika, kita tidak bisa membagi dengan model di atas, karena terbatasnya pengetahuan kita akan kelompok barang-barang dan juga sering kita dapati pembagian tersebut tidak bisa kita laksanakan, maka kita menggunakan model pembagian logika jenis lain, yaitu Pembagian Dikotomi. Pembagian dikotomi adalah pembagian dari suatu genera kepada spesia yang dicakupnya dengan cara mengelompokkan menjadi dua golongan yang dibedakan atas ada dan tidak adanya kualitas tertentu Agar didapat spesia yang benar, maka dalam pembagian perlu diperhatikan patokan berikut: a. Pembagian harus didasarkan atas sifat persamaan yang ada pada genera secara menyeluruh. Spesianya membuka perubahan tertentu dari sifat persamaan itu. Misalnya kita hendak membagi bidang datar, maka kita harus membagi berdasarkan perubahan tertentu dari sifat generanya, yakni jumlah sisi yang membentuknya. Kita akan mendapatkan pembagian berikut: Segi tiga, segi empat, segi lima, segi enam, segi lebih dari enam, (tiga sisi), (empat sisi), (lima sisi), (enam sisi).jika kita membagi bidang datar misalnya dengan: belah ketupat, bujur sangkar, jajaran genjang, maka kita tidak membagi berdasarkan sifat yang ada pada genera secara menyeluruh dari bidang datar, melainkan perubahan tertentu dari segi empat. Pembagian yang berdasarkan sifat yang ada pada genera secara menyeluruh adalah pembagian yang dalam bahasa latin disebut fundamentum divisionis. Syarat ini menjamin agar pembagian itu dapat menghasilkan spesia yang langsung di bawah generanya. Jika tidak demikian kita akan mendapatkan spesia yang tidak langsung, jadi ada spesia di atasnya yang diloncati. b. Setiap pembagian harus berlandaskan satu dasar saja. Pembagian yang berlandaskan lebih dari satu dasar akan menghasilkan spesia yang simpang siur (overlap, cross division, terselip tidak karuan). Contoh dari pemabagian yang overlap adalah membagi manusia menjadi: manusia berkulit putih, manusia Aria, manusia Asia, manusia penyabar. Di sini terdapat empat macam dasar pembagian yaitu: warna kulit, ras, regional, dan sifat dari manusia. Pembagian yang benar atas manusia, misalnya dengan dasar warna kulit, akan menghasilkan spesia-spesia: manusia berkulit putih, manusia berkulit hitam, manusia berkulit kuning, manusia berkulit merah. 7

8 c. Pembagian harus lengkap, yakni harus menyebut keseluruhan spesia yang dicakup oleh suatu genera. Ini memang sulit karena tidak selamanya mengetahui keseluruhan spesia suatu genera. Hal ini sangat tergantung akan keluasan pengetahuan kita atas kelompok barang-barang d. Pembagian harus dilakukan dengan cara teratur dan tidak meloncat-loncat. Pembagian wilayah waktu Indonesia: Waktu Indonesia bagian Barat, Indonesia Bagian Tengah dan Waktu Indonesia bagian Timur, bukan bagian timur, lalu barat kemudiang tengah. Membagi manusia atas dasar warna kulit menjadi manusia berkulit putih dan manusia berkulit hitam saja tidak benar karena ada spesia yang masih tertinggal, demikian pada membagi agama wahyu menjadi Islam dan Yahudi saja. Cara Melakukan Pembagian Adapun langkah-langkah dan cara-cara praktis pembagian sebagai berikut: 1. Memikirkan pola pendekatan atau sudut pandang atau sistem pembagian yang diinginkan. 2. Mencari dan menemukan pola pembagian. Bila ternyata menemukan pola pembagian yang banyak yang dirasakan semuanya penting, pilihlah satu dahulu, lalu bagilah. Setelah itu barulah beralih ke pola yang kedua dan demikian seterusnya. 3. Memikirkan luas pengertian dan seluruh anggota yang msuk dalam himpunan yang akan dibagi. 4. Menetapkan sub-sub kelompok yang masing-masing memiliki ciri khas yang berbeda antara satu sub dengan sub-sub lainnya. 6. Memasukkan setiap anggota ke dalam sub kelompok sesuai ciri-ciri khas yang dimiliki. Dan pastikan baha tidak ada satu anggotapun yang belum masuk, dan tidak ada satu anggotapun yang merangkap menjadi anggota dan dua sub kelompok atau lebih. Proposisi Proposisi adalah suatu pernyataan dalam bentuk kalimat yang memiliki arti penuh dan utuh. Dalam setiap proposisi selalu terdapat tiga unsur berikut ini: (a) Term subyek: hal yang tentangnya pengakuan atau pengingkaran ditujukan. Term subyek dalam sebuah proposisi disebut subyek logis. Ada perbedaan antara subyek logis dengan subyek dalam sebuah kalimat. Tentang subyek logis harus ada penegasan atau pengingkaran sesuatu tentangnya; (b) Term predikat: isi pengakuan atau pengingkaran itu sendiri (apa yang diakui atau diingkari). Term predikat dalam sebuah proposisi adalah predikat logis, yaitu apa yang ditegaskan atau diingkari tentang subyek; dan 8

9 ( c ) Kopula: penghubung antara term subyek dan term predikat dan sekaligus memberi bentuk (pengakuan atau pengingkaran) pada hubungan yang terjadi. Jadi, kopula memiliki tiga fungsi, yakni: (a) menghubungkan subyek dan predikat; (b) menyatakan bahwa subyek sungguh-sungguh eksis; dan ( c ) menyatakan cara keberadaan (eksistensi) subyek. Setiap proposisi selalu mengandung ketiga unsur tersebut di atas. Itulah sebabnya, meskipun setiap proposisi selalu berupa kalimat, tetapi tidak setiap kalimat adalah proposisi. Dalam logika sebuah kalimat adalah proposisi apabila isi kalimat tersebut sanggup menjadi benar atau salah. Dalam contoh Selamat Hari Ulang Tahun dan Semoga umur panjang, keduanya adalah kalimat tetapi bukan proposisi. Alasannya, dari segi isinya, kalimat-kalimat tersebut tidak dapat dibenarkan. Hal yang sama berlaku juga untuk kalimat perintah atau kalimat tanya. Jadi, kalimat-kalimat harapan, tanya, perintah, dan keinginan (desideratif) tidak ada pengakuan atau pengingkaran sesuatu tentang sesuatu yang lain, karena itu tidak dapat disebut proposisi. Hanya kalimat berita (informatif) yang digolongkan sebagai proposisi. Selanjutnya dalam bahasa Indonesia kopula dalam suatu proposisi tidak selalu dinyatakan secara eksplisit. Amir nakal adalah proposisi, karena nakal (term predikat) diakui tentang Amir (term subyek), meskipun kedua term tersebut tidak dihubungkan secara eksplisit oleh kopula. Proposisi menurut sumbernya menurut Immanuel Kant dibagi menjadi 2 macam, yaitu proposisi analitik dan proposisi sintetik. a. Proposisi Analitik (proposisi a priori) yaitu proposisi yang predikatnya mempunyai pengertian yang sudah terkandung pada subyeknya. Contoh, Rektor adalah pimpinan suatu universitas. Kata universitas yang kedudukannya sebagai Predikat dalam contoh di atas, pengertiannya sudah terkandung dalam kata rektor (sebagai subyek). Jadi, predikat pada proposisi analitik tidak mendatangkan pengetahuan baru. Sedangkan untuk mengetahui benar atau tidaknya maka dilihat dari pernyataan terbesut, apakah bertentangan atau tidak. b. Proposisi Sintetik (proposisi a pesteriori) yaitu proposisi yang predikatnya mempunyai pengertian yang bukan menjadi keharusan bagi subyeknya. Contoh, mahasiswa itu cantik. Kata cantik pada proposisi mahasiswa itu cantik pengertiannya belum terkandung pada subyeknya (mahasiswa). Jadi kata cantik merupakan pengetahuan baru yang didapat melalui pengalaman. Proposisi sintetik merupakan lukisan dari kenyataan empirik. Cara menguji benar dan salahnya yaitu melalui kesesuaian atau tidaknya kenyataan dengan empiriknya. Proposisi jika dilihat dari kombinasi antara kuantitas dan kualitas maka dikenal empat macam proposisi: 9

10 a) Universal Afirmatif (Affirmo) : Semua manusia akan mati (A) b) Partikular Afirmatif (affirmo) : beberapa orang menjadi saksi kunci dalam penculikan (I) d) Universal negative (nego) : tidak semua orang berkaki lima (E) e) Partikular negatif (nego): Beberapa mahasiswa tidak lulus.(o) Sedangkan menurut bentuknya, proposisi terdiri dari 2 macam, yaitu proposisi kategorik, proposisi hipotetik. Proposisi Kategorik Proposisi Kategorik sebuah proposisi yang mengandung pernyataan tanpa adanya syarat. Paling sederhana proposisi ini terdiri atas satu subyek, satu predikat, satu kopula, dan satu kuantifier. Juga dapat dikatakan bahwa proposisi kategoris merupakan suatu keputusan berfikir dengan cara menghubungkan satu variable dengan variable lainnya. Seperti, segala sesuatu di dunia ini adalah baru. Quantifier adakalanya menunjukkan pada permasalahan yang universal, seperti kata: seluruh, semua, segenap, setiap, tak satu pun; atau permasalahan partikular, seperti kata: sebagian, kebanyakan, beberapa, tidak semua, sebagian besar, hampir seluruh, ratarata, (salah) seorang di antara..; (salah) sebuah di antara, atau bahkan permasalahan singular. Tetapi untuk hal yang singular quantifier biasanya tidak dinyatakan. Apabila quantifier suatu proposisi menunjukkan pada permasalahan universal maka disebut sebagai proposisi universal, menunjuk pada permasalahan particular disebut proposisi particular, dan pada permasalahan singular juga disebut sebagai proposisi singular. Kopula menentukan kualitas proposisinya. Terdiri dari 2 jenis yaitu positif (mengiyakan) dan negative (mengingkari). Contoh, Proposisi Negatif : Dosen adalah orang yang mengajar mahasiswa Proposisi Positif : Mahasiswa bukan peminta-minta Kopula positif boleh tidak dinyatakan dan terkadang memang hanya tersembunyi, akan tetapi jika kopula negative harus dinyatakan. Dalam suatu proposisi Kopula itu harus ada meskipun dinyatakan atau tidak. Sedangkan berdasarkan distribusi term subjek dan term prediket, maka dapat diketahui beberapa hal yaitu: 1. subjek pada proposisi universal selalu universal. Misalnya, semua orang Jawa berkulit sawo matang. Dalam contoh ini memberikan suatu gambaran bahwa semua orang Jawa dimanapun ia berada baik secara individu atau kolektif berkulit sawo matang. Demikian juga dengan ungkapan orang jawa berarti bukan orang non jawa seperti batak atau irian dan lain sebagainya. 10

11 2. Subjek pada proposisi partikular selalu particular. Misalnya beberapa pejabat melakukan tindak korupsi. Dalam hal ini term subjek menggambarkan jumlah sebagian orang yang menjadi pejabat 3. Prediket pada proposisi afirmatif selalu partikular. Misalnya, Mahasiswa adalah kaum intelektual. Frase kaum intelektual yang berfungsi sebagai term prediket di sini digambarkan bahwa mahasiswa adalah bagian dari kelompok intelektual. Proposisi Hipotetis Proposisi Hipotetis secara etimologi diartikan sebagai keputusan bersyarat atau keputusan hipotesisi. Sedangkan menurut terminology berarti suatu keputusan dengan cara menghubungkan satu proposisi dengan proposisi yang lain, dalam hubungan saling bergantungan dan sebab akibat. Contoh, Jika kamu rajin belajar, kamu sukses dalam ujian. Jika proposisi kategoris menyatakan suatu kebenaran tanpa syarat, maka pada proposisi hipotetis kebenaran yang dinyatakan justru harus mempunyai syarat tertentu, berdasarkan perbedaan yang mendasar. Pada proposisi kategoris, kopulanya selalu adalah atau bukan atau tidak ; sedangkan pada proposisi hipotetis kopulanya adalah jika, apabila, atau manakala yang kemudian dilanjutkan dengan maka, meskipun kata maka sering dihilangkan, seperti contoh di atas. Ada tiga macam jenis proposisi hipotetis, yaitu proposisi kondisional, proposi, disjungtif, dan proposisi konjungtif. Proposisi Kondisional Proposisi kondisional adalah proposisi yang menyatakan suatu kondisi atau hubungan ketergantungar, antara dua proposisi. Hubungan tersebut menunjukkan bahwa proposisi yang satu pasti mengikuti proposisi yang lainnya karena adanya suatu kondisi tertentu. Salah satu proposisi mengandaikan atau mempengaruhi proposisi yang lainnya. Rumusan proposisi tersebut adalah Jika.... maka... Proposisi kondisional memiliki dua bagian/unsur, yaitu antesedens dan konsekuens. Bagian antesedens terdiri atas kondisi atau persyaratan, sedangkan bagian Konsekuens menunjukkan pernyataan yang sesuai dengan persyaratan yang ada. Jadi, konsekuens adalah proposisi yang berupa pernyataan yang tergantung pada adanya persyaratan. Sebuah proposisi kondisional menyebut dan menerangkan adanya ketergantungan dari konsekuens terhadap antesedens. Ketergantungan ini sifatnya logis, yaitu kita berpikir dan berbicara bertolak dari antesedens ke arah konsekuens. Jadi, jika ada pernyataan Jika hujan, maka akan diikuti maka tanah basah. Realitas ini akan menunjukkan ketergantungan logis bahwa jika tanah basah, maka pasti baru saja turun hujan. Contoh:1) jika seseorang silau oleh sinar matahari maka ia membutuhkan kacamata hitam. 2). jika musim kemarau berkepanjangan, maka panen tahun ini akan gagal. 11

12 Proposisi Disjungtif proposisi disjungtif adalah proposisi di mana subjek atau predikatnya terdiri dari bagian-bagian yang saling terkait. Menurut susunannya, proposisi ini mempunyai rumus sebagai berikut: Atau... atau... Masing-masing bagian dalam disjungsi disebut alternatif. Sebuah disjungsi disebut sempuma atau lengkap jika bagian-bagiannya berhubungan secara timbal balik dan eksklusif. Artinya, satu alternatif menyisihkan yang lainnya, tidak mungkin kedua alternatif sama-sama benar atau sama-sama salah. Contoh: Seorang laki-laki adalah atau bujangan atau orang yang sudah menikah. Sebuah disjungsi dikatakan tidak sempurna jika bagian-bagiannya yang berhubungan secara timbal balik itu tidak bersifat eksklusif. Arlinya, satu alternatif tidak sepenuh-nya menyisihkan alternatif yang lain. Satu subjek pada waktu yang sama dimungkinkan untuk berada dalam dua situasi. Contoh: Roberto itu sedang duduk atau sedang menulis. (Dalam disjungsi ini dimungkinkan Roberto sedang duduk dan menulis. ) Sebuah disjungsi disebut luas jika sekurang-kurangnya ada satu alternatif benar dan yang lainnya dapat juga benar. Contoh: Saya atau kakak saya akan pergi. (yang akan pergi itu adalah saya atau kakak saya. Namun, ada kemungkinan yang akan pergi itu kami berdua. Seandainya hanya satu alternatif saja yang dinyatakan benar, maka kita harus meyakinkan bahwa yang lain tidak benar.) Berkaitan macam-macam disjungsi tersebut di atas, biasanya kita harus dapat menetapkan apakah sebuah proposisi itu bersifat benar-benar disjungtif atau disjungtif dalam arti luas. Ini dapat kita lakukan dengan cara melihat isi dan konteks di mana proposisi tersebut dinyatakan. Namun, kita juga harus ingat bahwa sebuah proposisi disjungtif itu bersifat tegas, sempuma, lengkap, dan semestinya jika dua syarat berikut ini dapat terpenuhi: 1) jumlah posibilitas (kemungkinan) harus lengkap: 2) harus ada oposisi (perlawanan) eksklusif di antara posibilitas-posibilitas yang ada. Proposisi Konjungtif Jenis proposisi hipotetis yang ketiga adalahproposisi konjungtif, yaitu proposisi yang menolak gagasan bahwa dua predikat yang bersifat kontraris dapat menjadi benar bagi subjek sama serta pada waktu yang sama. Proposisi ini menolak gagasan tentang munculnya posibilitas dua buah alternatif dalam waktu yang bersamaan. Artinya, proposisi ini menolak kesemertaan kemungkinan/posibilitas dua buah alternatif. 12

13 Contoh: Anda tidak dapat sekaligus duduk dan berlari pada saat yang bersamaan- Kau tidak mungkin berada di dua tempat sekaligus. Kebenaran sebuah proposisi konjungtif tergantung terutama pada oposisi eksklusif yang terdapat di antara unsur-unsur pembentuknya. Proposisi semacam ini dapat diterapkan pada dua buah proposisi hipotetis yang saling berhubungan atau pada kombinasi antara proposisi hipotetis dan proposisi kategoris dengan maksud untuk menyederhanakannya. Contoh: Jika Anda sedang duduk, maka tidak mungkin Anda berlari. Jika kita berada di Yogyakarta, maka kita tidak berada di Semarang. D. Oposisi dalam logika Oposisi dalam logika diartikan dengan pertentangan antara dua pernyataan atas dasar pengolahan term yang sama. Pertentangan diartikan juga dengan hubungan logis, yaitu hubungan yang di dalamnya terkandung adanya suatu penilaian benar atau salah terhadap dua pernyataan yang diperbandingkan. Adapun dua pernyataan yang diperbandingkan atau dihubungkan itu dapat juga keduanya berbentuk pernyataan yang terdiri dari satu term, dan dapat juga keduanya berbentuk pernyataan yang terdiri dari dua term sebagai subyek dan predikat yang disebut dengan proposisi kategoris. Dengan adanya pernyataan ini oposisi dibedakan dua macam, yaitu : oposisi satu term (oposisi sederhana), dan oposisi dua term (oposisi kompleks). Oposisi sederhana Oposisi yang berupa hubungan logis antara dua pernyataan tunggal atas dasar term yang sama, tetapi perbedaan dalam kualitas dan kuantitas. Term satu-satunya disini merupakan predikat. Contoh : Semuanya adalah korupsi Ada sebagian yang tidak korupsi Kata korupsi sebagai predikat yang tidak mempunyai term sebagai subyek yang saling dihubungkan secara logis dengan bentuk pernyataan yang berbeda. Namun berbeda kualitas dan kuantitas. Kemudian dalam oposisi sederhana dibedakan menjadi empat macam, yaitu : oposisi kontraris, oposisi sub kontraris, oposisi kontradiktoris, dan oposisi subalternasi. a. Oposisi kontraris yaitu pertentangan antara dua pernyataan universal atas dasar satu term yang sama. Tetapi berbeda dalam kualitasnya. Hukumnya : 1. Bila pernyataan yang satu benar, yang lain pasti salah 2. Bila pernyataan yang satu salah, maka yang lain dapat juga benar dan dapat juga salah. misalnya : Semuanya adalah korupsi 13

14 Semuanya tidak ada yang korupsi b. Oposisi subkontraris yaitu pertentangan antara dua pernyataan particular atas dasar satu term yang sama, tetapi berbeda dalam kualitasnya. Hukumnya : - Bila pernyataan yang satu salah maka yang lain dapat diakui benar. - Bila pernyataan yang satu benar maka yang lain dapat benar dan dapat juga salah. misalnya : Sebagian adalah sarjana Hukum Sebagian bukan sarjana Hukum c. Oposisi kontradiktoris yaitu dimana yang satu menyangkal apa yang diakui oleh yang lain. Example : Semua manusia terpelajar Beberapa manusia tidak terpelajar. Proposisi yang satu memakai semua yang lain memakai beberapa dan memakai ada yang lain tidak ada karena itu dalam kontradiktoris yang berbeda ada pada kuantitas (semua, beberapa) dan dalam kualitas (ada, tidak ada). Dalam oposisi ini mempunyai tabiat bila satu salah, yang lain harus benar. Dan bila yang satu benar yang lain harus salah, tidak mungkin benar keduanya atau salah keduanya. d. Oposisi Subalternasi yaitu pertentangan antara dua pernyataan atas dasar satu term yang sama dan berkualitas sama tapi berbeda dalam kuantitasnya. Subalternasi ini dibagi dua yaitu : 1) Sub implikasi, yaitu hubungan logis pernyataan particular terhadap pernyataan universal atas dasar term yang sama serta kualitas sama. Hukumnya : Bila pernyataan particular salah, maka pernyataan universal pasti salah. Bila pernyataan particular benar, maka yang universal tidak dapat diketahui benar atau salah. misalnya : Sebagian adalah seniman Semuanya adalah seniman 2) Super implikasi, yaitu hubungan logis pernyataan universal terhadap pernyataan particular atas dasar term yang sama serta kualitas yang sama Hukumnya : Bila pernyataan universal benar, maka yang particular pasti benar Bila pernyataan universal salah, maka yang particular tidak dapat diketahiu benar atau salah. misalnya : Semua adalah pemberontak Ada sebagian yang memberontak 14

15 Oposisi kompleks Oposisi yang berupa hubungan logis anara dua pernyataan atas dasar dua term yang sama sebagai subyek dan predikat, tetapi berbeda dalam kuantitas atau kualitasnya atau berbeda kedua-duanya atau pertentangan antara dua proposisi kategoris dengan term yang sama dan berbeda dalam satu hal. misalnya : Semua peserta bimbingan tes perintis Yogyakarta ingin masuk Perguruan Tinggi Negeri Ada peserta bimbingan tes perintis Yogyakarta yang tidak ingin masuk Perguruan Tinggi Negeri Oposisi ini dibagi menjadi tiga, yaitu oposisi parallel, oposisi kontradiktoris, dan eksklusif. Oposisi Paralel: merupakan hubungan antara dua pernyataan particular dengan dua term yang sama tapi berbeda daam kualitasnya. Dalam pertentangan dua pernyataan particular ini, obyek dari kedua pernyataan itu adalah satu himpunan yang dibagi dua kelompok, yang satu dengan predikat positif (afirmatif) dan yang lain dengan predikat negative. Oleh karena itu pernyataan yang satu mengandalkan adanya pernyataan yang lain. Hukumnya : kebenaran bagi yang satu berarti kebenaran bagi yang lain, demikian juga kesalahan bagi yang satu berarti kesalahan yang lain. misalnya: Ada sebagian pejabat pemerintah yang korupsi Ada sebagian pejabat pemerintah yang tidak korupsi Oposisi kontradiktoris, yaitu merupakan pertentangan antara dua pernyataan kategoris dengan term yang sama. Namun berbeda kuantitas dan kualitasnya. Oposisi kontradiksi disini sama juga dengan oposisi kontradiktoris dan dibahas dalam oposisi sederhana. hukumnya pun sama. Hukumnya : kebenaran bagi yang satu berarti kesalahan bagi yang lain. Demikian sebaliknya, kesalahan bagi yang satu berarti kebenaran bagi yang lain. Misalnya: Semua Bangsa Indonesia berketuhana YME Ada Bangsa Indonesia yang tidak berketuhanan YME Oposisi eksklusif : merupakan pertentangan antara dua pernyatan universal kategoris ang berbeda kualitas, atas pertentangan dua pernyataan yang berkualitas sama tapi bebeda kuantitas. Dalam pertentangan-pertentangan pernyataan di atas antara yang satu dengan yang lain saling menyisihkan. Dalam arti tidak mungkin kduanya benar dan kemungkinan keketiga jika keduanya salah. Hukumnya : kebenaran bagi yang satu berarti kesalahan bagi yang lain. Namun kedua-duanya dapat juga salah. 15

16 misalnya: Semua jaksa adalah sarjana hukum Sebagian jaksa adalah sarjana hukum Bentuk penalaran lain yang ada hubungannya denga oposisi kompleks ialah negasi, kontradiksi, dan penyimpulan implikasi. Negasi kontradisi merupakan kelanjutan pertentangan berbentuk kontradiksi yang diingkari, sedangkan penyimplan implikasi merupakan hubungan antara keseluruhan dan bagian yang tidak bertenangan. Negasi kontradiksi adalah dua pernyataan yang kontradiksi jika salah satu diingkari akan mewujudkan suatu persamaan arti. Negasi kontradisi dapat juga dinyatakan sebagai bentuk penatanan obverse, yakni penyimpulan langsung dengan jalan menegasikan suatu pernyataan yang berbeda kualitasnya. misalnya: Setiap warga Negara mempunyai kedudukan sama dalam bidang hukum dan pemerintahan. Yang sama artinya dengan tidak ada satupun warganegara yang tidak mendapat kedudukan sama dalam bidang hokum dan pemerintah. Dalam contoh di atas kata tidak ada satupun berarti semua Penyimpulan implikasi, yaitu jika suatu keseluruhan mempunyai sifat tertentu maka bagian dari keseluruhan itu juga mempunyai sifat tersebutdan jika mengingkari maka bagiannyapun mengingkari. Misalnya: Jika semua peserta ujian logika dapat nilai baik maka, sebagian dari peserta ujian logika dapat nilai baik. Perlu diperhatikan, penyimpulan ini bukan untuk dipertentangkan sebagai mana oposisi eksklusif tetapi bagian dari simpulan keseluruhan. E. Silogisme Silogisme adalah sebuah argumentasi di mana sebuah proposisi disimpulkan dari dua proposisi lainnya yang sudah diketahui dan memuat gagasan-gagasan yang sudah diketahui pula, serta sekurang-kurangnya salah satu dari dua proposisi tersebut universal. Dengan begitu, walaupun proposisi yang disimpulkan itu berbeda dari dua proposisi lainnya, proposisi tersebut harus tetap mengikuti alur gagasan yang terdapat dalam dua proposisi lainnya. Dalam silogisme proses logis yang terdiri dari tiga bagian. Dua bagian pertama merupakan premis-premis atau pangkal tolak penalaran silogistik. Sedangkan bagian ketiga merupakan perumusan hubungan yang terdapat antara kedua bagian pertama melalui pertolongan term penengah (M). bagian ketiga ini disebut juga kesimpulan yang berupa 16

17 pengetahuan baru (konsekuens). Proses menarik suatu kesimpulan dari premis-premis tersebut disebut penyimpulan. Suatu premis adalah suatu pernyataan yang dirumuskan sedemikian rupa sehingga pernyataan tadi menegaskan atau menolak bahwa sesuatu itu benar atau tidak benar. Suatu premis dapat mengatakan suatu fakta, suatu generalisasi, atau sekedar suatu asumsi atau sesuatu yang spesifik. Silogisme mempunyai dua bentuk asli, yaitu: silogisme kategoris dan silogisme hipotetis. a) Silogisme Kategoris Silogisme Kategoris adalah struktur suatu deduksi berupa berupa suatu proses logis yang terdiri dari tiga bagian yang masing-masing bagiannya berupa pernyataan kategoris (pernyataan tanpa syarat. Sebagai suatu bentuk logis yang sudah baku, silogisme kategoris bermakna sekali dalam percakapan sehari-hari, diskusi, buku, dan jalan pikiran kita jarang dirumuskan dalam bentuk silogisme. Tetapi begitu masalah mengapa dipersoalkan, maka orang akan mencari alasan-alasannya. Disinilah bentuk silogisme kategoris dapat membantu menunjukkan jalan atau tahap-tahap penalarannya. Misalnya, apabila seseorang ditanya, mengapa korupsi itu haram? maka akan dicari alasannya, dan kemudian berkata karena korupsi adalah mencuri. Jika kemudian diberi bentuk logis, maka dapat diperoleh silogisme sebagai berikut: Mencuri itu haram. Korupsi adalah mencuri. Maka korupsi adalah haram. Bentuk Silogisme kategoris Dengan memperhatikan kedudukan term pembanding (M) dalam premis pertama maupun dalam premis kedua, silogisme kategoris dapat dibedakan antara empat bentuk atau empat pola, yakni sebagai berikut: 1) Silogisme Sub-Pre, suatu bentul silogisme yang term pembandingnya dalam premis pertama sebagai subjek dan dalam premis kedua sebagai predikat. Polanya: M P S M S P Contoh: Semua manusia akan mati. Socrates adalah manusia. Jadi, Socrates akan mati. 2) Silogisme Bis-Pre, suatu bentuk silogisme yang term pembandingnya menjadi predikat dalam kedua premis. 17

18 Polanya: P M S M S P Contoh: Semua orang yang berjasa terhadap negara adalah pahlawan. Sukarno adalah pahlawan. Jadi, Sukarno adalah orang yang berjasa terhadap negara. 3) Silogisme Bis-Sub, suatu bentuk silogisme yang term pembandingnya menjadi subjek dalam kedua premis. Polanya: M P M S S P Contoh: Manusia adalah berbudaya. Manusia itu juga berakal budi. Jadi, semua yang berakal budi adalah berbudaya. 4) Silogisme Pre-Sub, suatu bentuk silogisme yang term pembandingnya dalam premis pertama sebagai predikat dan dalam premis kedua sebagai subjek. Polanya: P M M S S P Contoh: Semua batuk adalah penyakit. Semua penyakit adalah menggannggu kesehatan. Jadi, sebagian yang mengganggu kesehatan adalah batuk. Hukum-hukum silogisme kategoris Dalam menyusun suatu silogisme haruslah perlu diingat aturan-aturan tentang isi dan luas subjek dan predikat agar jalan pikiran itu sah. 1. Term S,P dan M dalam satu pemikiran harus tetap sama artinya. Dalam silogisme S dan P dipersatukan atas dasar pembanding masing-masing dengan M, jikalau M itu mayor dan minor tidak tepat sama artinya maka tidak dapat ditarik kesimpulan. Yang bersinar di langit itu bulan. Nah, bulan itu tiga puluh hari. Jadi, tiga puluh hari bersinar di langit. 2. Kalau S dan atau P dalam premis partikular, maka dalam kesimpulan tidak boleh universal. Sebabnya ialah kita tidak boleh menarik kesimpulan mengenahi semua jika premis hanya memberi katerangan beberapa. 18

19 Semua lingkaran itu bulat. Nah, semua lingkaran itu gambar. Jadi semua gambar itu bulat. Semua ahli ekonomi harus pandai memegang buku. Nah, tuan A itu bukan ahli ekonomi. Jadi, ia tidak perlu pandai memegang buku. 3. Term M sekurang-kurangnya satu kali universal Anjing itu binatang. Kucing itu binatang. Jadi Kucing itu Anjing. 4. Kesimpulan harus sesuai dengan premis yang paling lemah. Jika kalimat universal dibandingkan dengan kalimat particular, maka yang particular disebut yang lemah. Begitupula kalimat negative itu lemah dibandingkan dengan kalimat afirmatif. Cerita yang cabul tidak baik untuk mendidik anak. Nah, banyak cerita-cerita Panji yang cabul. Jadi, banyak cerita-cerita dari Panji tidak baik untuk mendidik anak. Hukum dasar penyimpulan silogisme kategoris Perbandingan dua proposisi dalam bentuk silogisme walaupun ada term sebagai pembanding belum tentu dapat diambil kesimpulan secara tepat dan pasti. Untuk menentukan ketepatan dan kepastian kesimpulan yang dihasilkannya, harus mengikuti aturan-aturan tertentu yang langsung berbentuk rumusan silogisme berkesimpulan tepat dan pasti. Aturan-aturan itu disebut hukum dasar penyimpulan yang muncul dari hakikat silogisme itu sendiri. Aturan itu adalah: 1. Dua hal yang sama, apabila yang satu diketahui sama dengan hal ketiga, yang lain pun pasti sama. Contoh: Semua mahasiswa berakal budi. Semua yang berakal budi berbudaya. Jadi, semua mahasiswa berbudaya. 2. Dua hal yang sama, apabila sebagian yang satu termasuk dalam hal ketiga, sebagian yang lain pun termasuk di dalamnya. Contoh: semua rakyat Indonesia adalah warga Negara Indonesia. Sebagian warga Negara Indonesia adalah keturunan Cina. Jadi, sebagian rakyat Indonesia keturunan Cina. 3. Antara dua hal, apabila yang satu sama dan yang lain berbeda dengan hal ketiga, dua hal itu berbeda. Contoh: semua yang berakal budi adalah manusia. Semua manusia bukan kera. Jadi, semua yang berakal budi bukan kera. 19

20 4. Apabila sesuatu hal diakui sifat yang sama dengan keseluruhan maka diakui pula sebagian sifat oleh bagian-bagian dalam keseluruhan itu. Contoh: semua mahasiswa mercubuana adalah rakyat Indonesia. Semua rakyat Indonesia adalah berpancasila. Jadi semua mahasiswa mercuabuana berpancasila. 5. Apabila sesuatu hal diakui sebagai sifat yang sama dengan bagian dari suatu keseluruhan maka diakui pula sebagai bagian dari keseluruhan itu. Contoh: sebagian mahasiswa mercubuana adalah manusia. Semua manusia adalah berbudaya. Sebagian mahasiswa mercubuana adalah berbudaya. 6. Apabila sesuatu hal diakui sebagai sifat yang meliputi keseluruhan maka meliputi pula bagian-bagian dalam keseluruhan itu. Contoh: semua mahasiswa adalah makhluk. Semua mahasiswa ciptaan Tuhan. Jadi, semua mahasiswa adalah ciptaan Tuhan. 7. Apabila sesuatu hal tidak diakui oleh keseluruhan maka tidak diakui pula oleh bagianbagian dalam keseluruhan. Contoh: semua warga Meruya adalah rakyat Indonesia. Semua rakyat Indonesia tidak beraliran komunis. Jadi, semua warga Meruya tidak beraliran komunis. b. Silogisme hipotetis Silogisme Hipotetis, yakni premisnya berupa penyataan bersyarat: P diakui atau dipungkiri tentang S tidak secara mutlak, melainkan bergantung pada syarat Ada 4 macam tips silogisme hipotetis,yaitu: 1) Silogisme hipotetis yang premis minornya mengakui bagian antecedent, seperti: Jika hujan, saya naik ojek Sekarang hujan Jadi saya naik ojek 2) Silogisme hipotetis yang premis minornya mengakui bagian konsekuennya: seperti: Bila hujan, bumi akan basah Sekarang bumi telah basah Jadi hujan telah turun 3) Silogisme hipotetis yang premis minornya mengingkari antecedent, seperti: Jika politik pemerintah dilaksanakan dengan paksa, maka kegelisahan akan timbul Politik pemerintah tidak dilaksanakan dengan paksa Jadi kegelisahan tidak akan timbul 4) Silogisme hipotetis yang premis minornya mengingkari bagian konsekuennya, seperti: Bila mahasiswa turun ke jalanan, pihak penguasa akan gelisah Pihak penguasa tidak gelisah Jadi mahasiswa tidak ke jalanan Hukum-hukum silogisme Hipotetis 20

21 Bila antecedent kita lambangkan A dan kosekuen kita lambangkan B, jadwal hokum silogisme hipotetik adalah: 1) Bila A terlaksana maka B terlaksana, seperti: Bila terjadi peperangan harga harga bahan makanan membubung tinggi. Nah, peperangan terjadi. Jadi harga bahan makanan membubung tinggi. 2) Bila A tidak terlaksana maka B tidak terlaksana (tidak sah= salah),seperti: Bila terjadi peperangan harga bahan makanan membubung tinggi. Nah, peperangan tidak terjadi. Jadi, harga bahan makanan tidak membubung tinggi. (tidak sah= salah). 3) Bila B terlaksana, maka A terlaksana. (tidak sah= salah), seperti: Bila terjadi peperangan harga bahan makanan membubung tinggi. Nah, sekarang harga makanan membubung tinggi. Jadi peperangan terjadi. (tidak sah= salah) 4) Bila B terlaksana maka A terlaksana, seperti: Bila peperangan terjadi harga bahan makanan membubung tinggi. Nah, harga makanan tidak membubung tinggi. Jadi peperangan tidak terjadi. 21

22 Daftar Pustaka Alex lanur OFM. Logika Selayang Pandang. Kanisius. Jogjakarta Bagus, Lorens, 2000, Kamus Filsafat, Jakarta: PT Gramedia Farâbî, Abû Nashr al-, Ihshâ al- Ulûm, Kairo: Maktabah al-anjalû al-mishriyah, Ghazali, Abû Hâmid al, 2000 Mi yâr al- Ilm, Kairo: Maktabah al-jundi, Ibrâhîmî, Muhammad Nûr, Ilm al-manthiq, Surabaya: Sa ad Ibn Nâshr Nabhân, Katsoff, Louis O, 2000 Pengantar Filsafat, Yogyakarta, Tiara Wacana Mehra, Partap Sing &Jazir Burhan, 1996, Pengantar Logika Tradisional, Bandung: Bina Cipta, Nasoetion, Andi Hakim, 2008 Pengantar ke Filsafat Sains, Bogor, Litera Antar Nusa, Poespoprodjo,1999 Logika Scientifika: Pengantar Dialektika dan Ilmu, Bandung: Pustaka grafika Soekardjo, 2001, Logika Dasar: Tradisional, Simbolik dan Induktif, Jakarta: Gramedia Pustaka Sumaryono, E. 1998, Dasar-Dasar Logika, Yogyakarta: Kanisius 22

MAKALAH FILSAFAT ILMU Silogisme dan Proposisi Kategoris. Disusun oleh : Nama : NPM :

MAKALAH FILSAFAT ILMU Silogisme dan Proposisi Kategoris. Disusun oleh : Nama : NPM : MAKALAH FILSAFAT ILMU Silogisme dan Proposisi Kategoris Disusun oleh : Nama : NPM : Program Studi Fakultas Universitas 2015/2016 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupan sehari-hari

Lebih terperinci

Modul Ilmu Mantiq/Logika. Dosen: Ahmad Taufiq MA

Modul Ilmu Mantiq/Logika. Dosen: Ahmad Taufiq MA Modul Ilmu Mantiq/Logika Dosen: Ahmad Taufiq MA C. PROPOSISI Unsur Dasar Proposisi Proposisi kategorik adalah suatu pernyataan yang terdiri atas hubungan 2 term sebagai subjek dan predikat serta dapat

Lebih terperinci

Dasar-dasar Logika. Proposisi. Ramdhan Muhaimin, M.Soc.Sc. Hubungan Masyarakat. Ilmu Komunikasi. Modul ke: Fakultas. Program Studi

Dasar-dasar Logika. Proposisi. Ramdhan Muhaimin, M.Soc.Sc. Hubungan Masyarakat. Ilmu Komunikasi. Modul ke: Fakultas. Program Studi Dasar-dasar Logika Modul ke: 04 Proposisi Fakultas Ilmu Komunikasi Program Studi Hubungan Masyarakat www.mercubuana,ac,id Ramdhan Muhaimin, M.Soc.Sc Pengertian Pernyataan dalam bentuk kalimat yang dapat

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. untuk menggunakan unsur-unsur bahasa untuk menyampaikan maksud atau pesan

II. KAJIAN PUSTAKA. untuk menggunakan unsur-unsur bahasa untuk menyampaikan maksud atau pesan 25 II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kemampuan Berlogika Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan, kita berusaha dengan diri sendiri (KBBI, 1991: 623). Selain itu, kemampuan juga merupakan kesanggupan

Lebih terperinci

PERTEMUAN III PENGERTIAN, KATA, DAN TERM

PERTEMUAN III PENGERTIAN, KATA, DAN TERM PERTEMUAN III PENGERTIAN, KATA, DAN TERM Pengertian: 1. Kegiatan akal budi yang pertama adalah menangkap sesuatu sebagaimana adanya. 2. Mengerti berarti menangkap inti sesuatu yang dapat dibentuk oleh

Lebih terperinci

HAND OUT V KEPUTUSAN atau PROPOSISI

HAND OUT V KEPUTUSAN atau PROPOSISI Pengertian bagian dari Keputusan: HAND OUT V KEPUTUSAN atau PROPOSISI 1. Keputusan adalah suatu perbuatan tertentu dari manusia. Dalam dan dengan perbuatan itu ia mengakui atau memungkiri kesatuan atau

Lebih terperinci

Logika Matematika BAGUS PRIAMBODO. Silogisme Silogisme Hipotesis Penambahan Disjungsi Penyederhanaan Konjungsi. Modul ke: Fakultas FASILKOM

Logika Matematika BAGUS PRIAMBODO. Silogisme Silogisme Hipotesis Penambahan Disjungsi Penyederhanaan Konjungsi. Modul ke: Fakultas FASILKOM Modul ke: 7 Fakultas FASILKOM Logika Matematika Silogisme Silogisme Hipotesis Penambahan Disjungsi Penyederhanaan Konjungsi BAGUS PRIAMBODO Program Studi SISTEM INFORMASI http://www.mercubuana.ac.id Kemampuan

Lebih terperinci

PENGERTIAN. 3. Pengertian, adalah tanggapan atau gambaran akal budi yang abstrak, yang batiniah, tentang inti sesuatu.

PENGERTIAN. 3. Pengertian, adalah tanggapan atau gambaran akal budi yang abstrak, yang batiniah, tentang inti sesuatu. PENGERTIAN 1. Kegiatan akal budi yang pertama adalah menangkap sesuatu sebagaimana adanya. 2. Mengerti berarti menangkap inti sesuatu yang dapat dibentuk oleh akal budi. Apa yang dibentuk akal budi tersebut

Lebih terperinci

Catt: kedua kalimat pertama dapat dibuktikan kebenarannya. Kedua kalimat terakhir dapat ditolak karena fakta yang menentang kebenarannya.

Catt: kedua kalimat pertama dapat dibuktikan kebenarannya. Kedua kalimat terakhir dapat ditolak karena fakta yang menentang kebenarannya. Bahasa Indonesia 2 Proposisi ( reasoning ): suatu proses berfikir yang berusaha menghubungkan fakta/ evidensi yang diketahui menuju ke pada suatu kesimpulan. Proposisi dapat dibatasi sebagai pernyataan

Lebih terperinci

Logika, dan bahasa. OLEH Doris Febriyanti M.Si UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI PALEMBANG 2016

Logika, dan bahasa. OLEH Doris Febriyanti M.Si UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI PALEMBANG 2016 Logika, dan bahasa OLEH Doris Febriyanti M.Si UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI PALEMBANG 2016 Bahasa : alat untuk mengungkapkan dan mengkomunikasikan pikiran. Hal yang diungkapkan oleh manusia, tidak semuanya

Lebih terperinci

PERTEMUAN VI PEMBALIKAN DAN PERLAWANAN

PERTEMUAN VI PEMBALIKAN DAN PERLAWANAN PERTEMUAN VI PEMBALIKAN DAN PERLAWANAN Pembalikan: 1. Membalikkan adalah mengganti subyek dan predikat, sehingga yang sebelumnya subyek, kemudian menjadi predikat, dan yang sebelumnya predikat menjadi

Lebih terperinci

Dasar-dasar Logika. Definisi & Keputusan

Dasar-dasar Logika. Definisi & Keputusan Dasar-dasar Logika Modul ke: 03 Definisi & Keputusan Fakultas Ilmu Komunikasi Program Studi Hubungan Masyarakat www.mercubuana,ac,id Ramdhan Muhaimin, M.Soc.Sc 1.Definisi Pengetahuan yang dibutuhkan manusia

Lebih terperinci

A. LOGIKA DALAM FILSAFAT ILMU

A. LOGIKA DALAM FILSAFAT ILMU KELOMPOK 8 A. LOGIKA DALAM FILSAFAT ILMU Logika berasal dari kata yunani logos yang berarti ucapan, kata, akal budi, dan ilmu. Logika sebagai ilmu merupakan elemen dasar setiap ilmu pengetahuan. Logika

Lebih terperinci

Dasar-dasar Logika. Berpikir Rasional

Dasar-dasar Logika. Berpikir Rasional Dasar-dasar Logika Modul ke: 02 Berpikir Rasional Fakultas Ilmu Komunikasi Program Studi Hubungan Masyarakat www.mercubuana,ac,id Ramdhan Muhaimin, M.Soc.Sc Pemikiran Tujuan utama logika selain mengungkapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Pengertian Logika. B. Tujuan Penulisan

BAB I PENDAHULUAN. A. Pengertian Logika. B. Tujuan Penulisan BAB I PENDAHULUAN A. Pengertian Logika Logika berasal dari kata Logos yaitu akal, jika didefinisikan Logika adalah sesuatu yang masuk akal dan fakta, atau Logika sebagai istilah berarti suatu metode atau

Lebih terperinci

MODUL PERKULIAHAN DASAR-DASAR LOGIKA. Modul ini berisi langkahlangkah. memahami prinsip-prinsip logis dalam bernalar.

MODUL PERKULIAHAN DASAR-DASAR LOGIKA. Modul ini berisi langkahlangkah. memahami prinsip-prinsip logis dalam bernalar. MODUL PERKULIAHAN DASAR-DASAR LOGIKA Modul ini berisi langkahlangkah awal untuk memahami prinsip-prinsip logis dalam bernalar. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Ilmu Komunikasi Hubungan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Materi Pelajaran : Matematika Kelas/ Semester : X / 2 Pertemuan ke : 1,2 Alokasi Waktu : 5 x 45 menit Standar Kompetensi : Menerapkan logika matematika dalam pemecahan

Lebih terperinci

TAHAP II PENALARAN : PROPOSISI

TAHAP II PENALARAN : PROPOSISI Pertemuan ke-4 TAHAP II PENALARAN : PROPOSISI Pada tahap kedua, manusia sudah mulai merangkai berbagai pengertian sederhana yang dimilikinya dan diwujudkan dalam kata tersebut menjadi kalimat atau tepatnya

Lebih terperinci

MATERI DASAR-DASAR LOGIKA PERTEMUAN 13

MATERI DASAR-DASAR LOGIKA PERTEMUAN 13 MATERI DASAR-DASAR LOGIKA PERTEMUAN 13 Pengertian Silogisme Silogisme kategorik (disebut juga silogisme saja) adalah suatu bentuk formal dari deduksi yang terdiri atas proposisi-proposisi kategorik. Deduksi

Lebih terperinci

6.1 PRINSIP-PRINSIP DASAR BERPIKIR KRITIS/LOGIS

6.1 PRINSIP-PRINSIP DASAR BERPIKIR KRITIS/LOGIS PENGANTAR SAP 6 Mata Kuliah Critical and Creative Thinking 6.1 PRINSIP-PRINSIP DASAR BERPIKIR KRITIS/LOGIS 6.2 ARGUMENTASI : STRUKTUR DASAR 6.3 PENALARAN INDUKTIF & BENTUK-BENTUKNYA 6.4 PENALARAN DEDUKTIF

Lebih terperinci

Ilmu Penalaran atau Logika

Ilmu Penalaran atau Logika Ilmu Penalaran atau Logika Logika adalah Ilmu dan Kecakapan Menalar; Berpikir dengan Tepat (the science and art of correct thinking berpikir dimaksudkan kegiatan akal untuk "mengolah" pengetahuan yang

Lebih terperinci

PERTEMUAN VIII-IX SILOGISME KATEGORIS

PERTEMUAN VIII-IX SILOGISME KATEGORIS PERTEMUAN VIII-IX SILOGISME KATEGORIS 1. Silogisme adalah setiap penyimpulan, di mana dari dua keputusan (premis-premis) disimpulkan suatu keputusan yang baru (kesimpulan). Keputusan yang baru itu berhubungan

Lebih terperinci

A. A B. E C. I D. O E. S

A. A B. E C. I D. O E. S A. A B. E C. I D. O E. S 14. Term predikat yang terdapat dalam proposisi pada soal no. 11 adalah : A. bersalah B. pernah bersalah C. tidak pernah bersalah D. tidak merasa pernah bersalah E. pernah merasa

Lebih terperinci

PROPOSISI. Novy SetyaYunas. Pertemuan 4

PROPOSISI. Novy SetyaYunas. Pertemuan 4 Pertemuan 4 PROPOSISI Novy SetyaYunas Phone: [+62 8564 9967 841] Email: novysetiayunas@gmail.com Online Course: https://independent.academia.edu/yunaszone KAITAN LOGIKA DAN BAHASA Ada dua aspek penting

Lebih terperinci

Filsafat Ilmu dan Logika

Filsafat Ilmu dan Logika Filsafat Ilmu dan Logika Modul ke: METODE-METODE FILSAFAT Fakultas Psikologi Masyhar Zainuddin, MA Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pengantar metode filsafat bukanlah metode ketergantungan

Lebih terperinci

SIL/PKP241/01 Revisi : 00 Hal. 1 dari 5 Gasal Judul praktek: - Jam: SILABUS. Menjelaskan epistemologi sebagai bagian dari cabangcabang

SIL/PKP241/01 Revisi : 00 Hal. 1 dari 5 Gasal Judul praktek: - Jam: SILABUS. Menjelaskan epistemologi sebagai bagian dari cabangcabang SIL/PKP241/01 Revisi : 00 Hal. 1 dari 5 SILABUS Nama Mata Kuliah : EPISTEMOLOGI & LOGIKA PENDIDIKAN Kode Mata Kuliah : IPF 203 SKS : 2 (Teori) Dosen : Priyoyuwono Program Studi : Semua Program Studi di

Lebih terperinci

MAKALAH FILSAFAT ILMU. Penalaran Induktif dan Penalaran Deduktif. Patricia M D Mantiri Pend. Teknik Informatika. Tema: Disusun oleh:

MAKALAH FILSAFAT ILMU. Penalaran Induktif dan Penalaran Deduktif. Patricia M D Mantiri Pend. Teknik Informatika. Tema: Disusun oleh: MAKALAH FILSAFAT ILMU Tema: Penalaran Induktif dan Penalaran Deduktif Disusun oleh: Patricia M D Mantiri 10 312 633 Pend. Teknik Informatika I. Latar Belakang Masalah Sebelum membahas tentang penalaran

Lebih terperinci

PERLENGKAPAN LOGIKA BAHAN TIGA DASAR-DASAR LOGIKA SEMESTER 1

PERLENGKAPAN LOGIKA BAHAN TIGA DASAR-DASAR LOGIKA SEMESTER 1 PERLENGKAPAN LOGIKA BAHAN TIGA DASAR-DASAR LOGIKA SEMESTER 1 1 LOGIKA & BAHASA Mulai dari mana logika sebagai ilmu dipelajari? Logika merupakan hasil pertimbangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata

Lebih terperinci

FILSAFAT ILMU DAN PENGERTIAN LOGIKA. Dr. H. SyahrialSyarbaini, MA. Psikologi Modul ke: 12Fakultas PSIKOLOGI.

FILSAFAT ILMU DAN PENGERTIAN LOGIKA. Dr. H. SyahrialSyarbaini, MA. Psikologi  Modul ke: 12Fakultas PSIKOLOGI. FILSAFAT ILMU DAN LOGIKA Modul ke: 12Fakultas PSIKOLOGI PENGERTIAN LOGIKA Dr. H. SyahrialSyarbaini, MA. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Standar Kompetensi Setelah perkuliahan ini

Lebih terperinci

PENGANTAR LOGIKA INFORMATIKA

PENGANTAR LOGIKA INFORMATIKA P a g e 1 PENGANTAR LOGIKA INFORMATIKA 1. Pendahuluan a. Definisi logika Logika berasal dari bahasa Yunani logos. Logika adalah: ilmu untuk berpikir dan menalar dengan benar ilmu pengetahuan yang mempelajari

Lebih terperinci

Unit 5 PENALARAN/LOGIKA MATEMATIKA. Wahyudi. Pendahuluan

Unit 5 PENALARAN/LOGIKA MATEMATIKA. Wahyudi. Pendahuluan Unit 5 PENALARAN/LOGIKA MATEMATIKA Wahyudi Pendahuluan D alam menyelesaikan permasalahan matematika, penalaran matematis sangat diperlukan. Penalaran matematika menjadi pedoman atau tuntunan sah atau tidaknya

Lebih terperinci

BAB-IX MEMBANGUN PEMIKIRAN LOGIS

BAB-IX MEMBANGUN PEMIKIRAN LOGIS BAB-IX MEMBANGUN PEMIKIRAN LOGIS Perdebatan antar aliran filsafat tentang pengetahuan yang sudah berlangsung lama, sejak era klasik dan berlanjut pada era modern bahkan sampai era pasca modern abad dewasa

Lebih terperinci

PENELITIAN DAN METODE ILMIAH. BY: EKO BUDI SULISTIO

PENELITIAN DAN METODE ILMIAH. BY: EKO BUDI SULISTIO PENELITIAN DAN METODE ILMIAH BY: EKO BUDI SULISTIO Email: eko.budi@fisip.unila.ac.id PENELITIAN Bhs Inggris : Research re kembali ; search mencari. Secara bahasa berarti mencari kembali Penelitian dapat

Lebih terperinci

Tes Potensi Akademik (TPA)

Tes Potensi Akademik (TPA) Rangkuman Materi SBMPTN 2013 SELEKSI BERSAMA MASUK PERGURUAN TINGGI NEGERI Disertai Teori Ringkas dan Pembahasan Soal Tes Potensi Akademik (TPA) Disusun Oleh : Pak Anang Kumpulan SMART SOLUTION dan TRIK

Lebih terperinci

Logika Matematika. Cece Kustiawan, FPMIPA, UPI

Logika Matematika. Cece Kustiawan, FPMIPA, UPI Logika Matematika 1. Pengertian Logika 2. Pernyataan Matematika 3. Nilai Kebenaran 4. Operasi Uner 5. Operasi Biner 6. Tabel kebenaran Pernyataan 7. Tautologi, Kontradiksi dan Kontingen 8. Pernyataan-pernyataan

Lebih terperinci

BAB I LOGIKA MATEMATIKA

BAB I LOGIKA MATEMATIKA BAB I LOGIKA MATEMATIKA A. Ringkasan Materi 1. Pernyataan dan Bukan Pernyataan Pernyataan adalah kalimat yang mempunyai nilai benar atau salah, tetapi tidak sekaligus benar dan salah. (pernyataan disebut

Lebih terperinci

Logika. Modul 1 PENDAHULUAN

Logika. Modul 1 PENDAHULUAN Modul 1 Logika Drs. Sukirman, M.Pd. L PENDAHULUAN ogika merupakan salah satu bidang ilmu yang mengkaji prinsip-prinsip penalaran yang benar dan penarikan kesimpulan yang absah, baik yang bersifat deduktif

Lebih terperinci

Paket Rumus Matematika Dasar

Paket Rumus Matematika Dasar 1 2 Paket Rumus Matematika Dasar (Bilangan dan Perbandingan, Deret Matematika, Himpunan dan Peluang, Bangun Datar dan Bangun Ruang) Bilangan Bilangan asli (A) A = {1,2,3,4, } Himpunan bagian A antara lain:

Lebih terperinci

KONSEP DASAR LOGIKA MATEMATIKA. Riri Irawati, M.Kom Logika Matematika - 3 sks

KONSEP DASAR LOGIKA MATEMATIKA. Riri Irawati, M.Kom Logika Matematika - 3 sks KONSEP DASAR LOGIKA MATEMATIKA Riri Irawati, M.Kom Logika Matematika - 3 sks Agenda 2 Pengantar Logika Kalimat pernyataan (deklaratif) Jenis-jenis pernyataan Nilai kebenaran Variabel dan konstanta Kalimat

Lebih terperinci

: SRI ESTI TRISNO SAMI

: SRI ESTI TRISNO SAMI By : SRI ESTI TRISNO SAMI 08125218506 / 082334051324 E-mail : sriestits2@gmail.com Bahan Bacaan / Refferensi : 1. F. Soesianto dan Djoni Dwijono, Logika Matematika untuk Ilmu Komputer, Penerbit Andi Yogyakarta.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kemampuan Penalaran Matematis. Menurut Majid (2014) penalaran adalah proses berpikir yang

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kemampuan Penalaran Matematis. Menurut Majid (2014) penalaran adalah proses berpikir yang BAB II KAJIAN TEORI A. Kemampuan Penalaran Matematis Menurut Majid (2014) penalaran adalah proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta yang empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh

Lebih terperinci

FILSAFAT ILMU DAN LOGIKA FORMAL. H. SyahrialSyarbaini, MA. Modul ke: 13Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

FILSAFAT ILMU DAN LOGIKA FORMAL. H. SyahrialSyarbaini, MA. Modul ke: 13Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi FILSAFAT ILMU DAN LOGIKA Modul ke: 13Fakultas Dr. PSIKOLOGI LOGIKA FORMAL H. SyahrialSyarbaini, MA. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Standar Kompetensi Setelah perkualiahan ini

Lebih terperinci

YESI MARINCE, S.IP., M.SI

YESI MARINCE, S.IP., M.SI YESI MARINCE, S.IP., M.SI Asas-Asas Pemikiran Aturan pokok logika disebut Asas berpikir. Asas pemikiran adalah pengetahuan dimana pengetahuan lain muncul dan dimengerti. Asas ini bagi keseluruhan berpikir

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) STIA MANDALA INDONESIA

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) STIA MANDALA INDONESIA FR-JUR-01A-16 STIA MANDALA INDONESIA JURUSAN ADMINISTRASI NIAGA, NEGARA, FISKAL PROGRAM SARJANA SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) STIA MANDALA INDONESIA Nama Mata Kuliah : DASAR-DASAR LOGIKA Deskripsi Mata

Lebih terperinci

ARGUMENTASI. Oleh: Sutrisna Wibawa, M. Pd.

ARGUMENTASI. Oleh: Sutrisna Wibawa, M. Pd. ARGUMENTASI Oleh: Sutrisna Wibawa, M. Pd. 1 4. ARGUMENTASI adalah sebuah ilmu dari hasil pemikiran yang cermat. Argumentasi mencoba membuat orang mau menerima suatu penilaian bahkan kadang-kadang untuk

Lebih terperinci

Matakuliah : L0022 Filsafat Ilmu dan Logika Tahun : BAB X PENGERTIAN, PENGGOLONGAN DAN DEFINISI Pertemuan 10

Matakuliah : L0022 Filsafat Ilmu dan Logika Tahun : BAB X PENGERTIAN, PENGGOLONGAN DAN DEFINISI Pertemuan 10 Matakuliah : L0022 Filsafat Ilmu dan Logika Tahun : 2007 BAB X PENGERTIAN, PENGGOLONGAN DAN DEFINISI Pertemuan 10 Tujuan: Mahasiswa mampu menerapkan konsep dan hukum-hukum yang berkaitan dengan Pengertian,

Lebih terperinci

LOGIKA. /Nurain Suryadinata, M.Pd

LOGIKA. /Nurain Suryadinata, M.Pd Nama Mata Kuliah Kode Mata Kuliah/SKS Program Studi Semester Dosen Pengampu : Matematika Diskrit : MAT-3615/ 3 sks : Pendidikan Matematika : VI (Enam) : Nego Linuhung, M.Pd /Nurain Suryadinata, M.Pd Referensi

Lebih terperinci

DASAR-DASAR LOGIKA. Katakan Maksud Anda (1) Sujanti, M.Ikom. Modul ke: Fakultas ILMU KOMUNIKASI. Program Studi Hubungan Masyarakat

DASAR-DASAR LOGIKA. Katakan Maksud Anda (1) Sujanti, M.Ikom. Modul ke: Fakultas ILMU KOMUNIKASI. Program Studi Hubungan Masyarakat Modul ke: 03 Ety Fakultas ILMU KOMUNIKASI DASAR-DASAR LOGIKA Katakan Maksud Anda (1) Sujanti, M.Ikom. Program Studi Hubungan Masyarakat Dasar-Dasar Logika Katakan Maksud Anda (1) 1. Memahami Kesesatan

Lebih terperinci

Resume Materi Perkuliahan Dasar-Dasar MIPA

Resume Materi Perkuliahan Dasar-Dasar MIPA Resume Materi Perkuliahan Dasar-Dasar MIPA Pertemuan ke-1 s/d ke-7 (Tanggal: 10 September 22 Oktober 2012) Oleh: Afillia Gizca Mardiani Rukmana F03111035 Pendidikan Fisika Dalam proses mendapatkan informasi

Lebih terperinci

Buka Untuk melihat materi yang menyangkut matematika dan fisika

Buka  Untuk melihat materi yang menyangkut matematika dan fisika Buka http:ofiiick.blogspot.com Untuk melihat materi yang menyangkut matematika dan fisika Pengertian Penalaran, Pengertian Logika, Perbedaan Antara Penalaran Dan Logika, Beberapa Contoh Penalaran Deduktif

Lebih terperinci

LOGIKA MATEMATIKA (Pendalaman Materi SMA)

LOGIKA MATEMATIKA (Pendalaman Materi SMA) LOGIKA MATEMATIKA (Pendalaman Materi SMA) Disampaikan Pada MGMP Matematika SMA Provinsi Bengkulu Tahun Ajaran 2007/2008 Oleh: Supama Widyaiswara LPMP Bengkulu DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum Wr. Wb.

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum Wr. Wb. KATA PENGANTAR Assalamu alaikum Wr. Wb. Alhamdulillah.. Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas segala rahmat dan hidayah-nya. Segala pujian hanya layak kita aturkan kepada Allah SWT. Tuhan seru sekalian

Lebih terperinci

LOGIKA MATEMATIKA. LA - WB (Lembar Aktivitas Warga Belajar) MATEMATIKA PAKET C TINGKAT V DERAJAT MAHIR 1 SETARA KELAS X

LOGIKA MATEMATIKA. LA - WB (Lembar Aktivitas Warga Belajar) MATEMATIKA PAKET C TINGKAT V DERAJAT MAHIR 1 SETARA KELAS X LA - WB (Lembar Aktivitas Warga Belajar) LOGIKA MATEMATIKA Oleh: Hj. ITA YULIANA, S.Pd, M.Pd MATEMATIKA PAKET C TINGKAT V DERAJAT MAHIR 1 SETARA KELAS X Created By Ita Yuliana 37 Logika Matematika Kompetensi

Lebih terperinci

Sebuah Pengantar Populer Karangan Jujun S. Sumantri Tentang Matematika Dan Statistika

Sebuah Pengantar Populer Karangan Jujun S. Sumantri Tentang Matematika Dan Statistika Sebuah Pengantar Populer Karangan Jujun S. Sumantri Tentang Matematika Dan Statistika A. MATEMATIKA Matematika Sebagai Bahasa Untuk mengatasi kekurangan yang terdapat pada bahasa maka kita berpaling kepada

Lebih terperinci

Nantia Rena Dewi Munggaran

Nantia Rena Dewi Munggaran Nantia Rena Dewi Munggaran Suatu proses berpikir manusia untuk menghubunghubungkan data atau fakta yang ada sehingga sampai pada suatu simpulan. Data Kalimat Pernyataan PROPOSISI Term adalah kata atau

Lebih terperinci

Modul Matematika X Semester 2 Logika Matematika

Modul Matematika X Semester 2 Logika Matematika Modul Matematika X Semester 2 Logika Matematika Oleh : Markus Yuniarto, S.Si Tahun Pelajaran 2014 2015 SMA Santa Angela Jl. Merdeka No. 24 Bandung LOGIKA MATEMATIKA A. Standar Kompetensi : Menggunakan

Lebih terperinci

Pendahuluan. Bab I Logika Manusia

Pendahuluan. Bab I Logika Manusia Bab I Pendahuluan 1.1. Logika Manusia Manusia, diantara makhluk yang lain, merupakan pengolah informasi. Kita membutuhkan informasi mengenai dunia dan menggunakan informasi ini untuk kepentingan yang lebih

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Analisis. Analisis diuraikan secara singkat memiliki arti penyederhanaan data.

BAB II KAJIAN TEORI. A. Analisis. Analisis diuraikan secara singkat memiliki arti penyederhanaan data. 6 BAB II KAJIAN TEORI A. Analisis Analisis diuraikan secara singkat memiliki arti penyederhanaan data. Secara umum analisis terdiri dari tiga alur kegiatan yaitu: (1) reduksi data merupakan proses pemilihan

Lebih terperinci

BAGIAN I ARTI PENTING LOGIKA

BAGIAN I ARTI PENTING LOGIKA Pertemuan ke-1 BAGIAN I ARTI PENTING LOGIKA Apakah arti penting Logika? Mengapa kita perlu belajar Logika? Logika (logike; logos; manifestasi pikiran manusia) adalah Ilmu yang mempelajari sistematika berpikir

Lebih terperinci

Bentuk dasar pengetahuan ada dua: 1. Bentuk pengetahuan mengetahui demi mengetahui saja, dan untuk menikmati pengetahuan itu demi memuaskan hati

Bentuk dasar pengetahuan ada dua: 1. Bentuk pengetahuan mengetahui demi mengetahui saja, dan untuk menikmati pengetahuan itu demi memuaskan hati Bentuk Dasar Pengetahuan Bentuk dasar pengetahuan ada dua: 1. Bentuk pengetahuan mengetahui demi mengetahui saja, dan untuk menikmati pengetahuan itu demi memuaskan hati manusia 2. Bentuk pengetahuan untuk

Lebih terperinci

RESUME TENTANG LOGIKA HUKUM

RESUME TENTANG LOGIKA HUKUM PENALARAN DAN ARGUMENTASI HUKUM RESUME TENTANG LOGIKA HUKUM ANAK AGUNG GEDE ROMI ANTIKA 1416051179 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2017 1. Logika Secara Umum Logika adalah hasil pertimbangan

Lebih terperinci

PENALARAN. Nurul Bahiyah, M.Kom.

PENALARAN. Nurul Bahiyah, M.Kom. PENALARAN Nurul Bahiyah, M.Kom. 1 PENALARAN Penalaran adalah suatu proses berpikir manusia untuk menghubung-hubungkan data atau fakta yang ada sehingga sampai pada suatu simpulan. Fakta atau data yang

Lebih terperinci

Penggunaan bahasa. Tujuan pembelajaran:

Penggunaan bahasa. Tujuan pembelajaran: Penggunaan bahasa Tujuan pembelajaran: "Penggunaan bahasa" fokus pada bagaimana sebuah pengertian dari fungsi-fungsi bahasa itu penting dalam logika. Bahasa adalah sebuah alat yang kompleks, dan sebagai

Lebih terperinci

Unit 6 PENALARAN MATEMATIKA. Clara Ika Sari Budhayanti. Pendahuluan. Selamat belajar, semoga Anda sukses.

Unit 6 PENALARAN MATEMATIKA. Clara Ika Sari Budhayanti. Pendahuluan. Selamat belajar, semoga Anda sukses. Unit 6 PENALARAN MATEMATIKA Clara Ika Sari Budhayanti Pendahuluan D alam menyelesaikan permasalahan matematika, penalaran matematis sangat diperlukan baik di bidang aritmatika, aljabar, geometri dan pengukuran,

Lebih terperinci

Matematika Industri I

Matematika Industri I LOGIKA MATEMATIKA TIP FTP - UB Pokok Bahasan Proposisi dan negasinya Nilai kebenaran dari proposisi Tautologi Ekuivalen Kontradiksi Kuantor Validitas pembuktian Pokok Bahasan Proposisi dan negasinya Nilai

Lebih terperinci

BAB V METODE-METODE KEILMUAN

BAB V METODE-METODE KEILMUAN BAB V METODE-METODE KEILMUAN Untuk hidupnya, binatang hanya mempunyai satu tujuan yang terlintas dalam otaknya yaitu pemenuhan kebutuhan untuk makan. Manusia dalam sejarah perkembangannya yang paling primitifpun

Lebih terperinci

MATEMATIKA DISKRIT LOGIKA

MATEMATIKA DISKRIT LOGIKA MATEMATIKA DISKRIT LOGIKA Logika Perhatikan argumen di bawah ini: Jika anda mahasiswa Informatika maka anda tidak sulit belajar Bahasa Java. Jika anda tidak suka begadang maka anda bukan mahasiswa Informatika.

Lebih terperinci

Dasar Dasar Logika. Oleh: Novy Setya Yunas. Pertemuan 1 dan 2

Dasar Dasar Logika. Oleh: Novy Setya Yunas. Pertemuan 1 dan 2 Pertemuan 1 dan 2 Dasar Dasar Logika Oleh: Novy Setya Yunas Phone: [+62 8564 9967 841] Email: novysetiayunas@gmail.com Online Course: https://independent.academia.edu/yunaszone Konsep.. Konsep bentuk logis

Lebih terperinci

JENIS-JENIS PENALARAN DI DUNIA BARAT (DEDUKTIF, INDUKTIF, ABDUKTIF)

JENIS-JENIS PENALARAN DI DUNIA BARAT (DEDUKTIF, INDUKTIF, ABDUKTIF) JENIS-JENIS PENALARAN DI DUNIA BARAT (DEDUKTIF, INDUKTIF, ABDUKTIF) Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah FILSAFAT ILMU Dosen Pengampu: Dr. Usman SS, M.Ag Disusun oleh : Moh. Edi Komara NIM.

Lebih terperinci

BAHAN AJAR LOGIKA MATEMATIKA

BAHAN AJAR LOGIKA MATEMATIKA 1 BAHAN AJAR LOGIKA MATEMATIKA DI SUSUN OLEH : DRS. ABD. SALAM,MM KELAS X BM & PAR SMK NEGERI 1 SURABAYA LOGIKA MATEMATIKA Standar Kompetensi : Menerapkan logika matematika dalam pemecahan masalah yang

Lebih terperinci

Bab 1 Pengertian Ilmu Mantiq dan Sejarah Perkembangannya

Bab 1 Pengertian Ilmu Mantiq dan Sejarah Perkembangannya Bab 1 Pengertian Ilmu Mantiq dan Sejarah Perkembangannya A. Pengertian Ilmu Mantiq Mantiq adalah bahasa Arab, berasal dari akar kata nathaqa, artinya berpikir. Nathiqun, orang yang berpikir, manthuqun,

Lebih terperinci

Hubungan kemampuan membaca skema dengan kemampuan menulis paragraf persuasive oleh Siswa Kelas XI SMA Swasta Katolik Budi Murni 2. Verawaty R.

Hubungan kemampuan membaca skema dengan kemampuan menulis paragraf persuasive oleh Siswa Kelas XI SMA Swasta Katolik Budi Murni 2. Verawaty R. Hubungan kemampuan membaca skema dengan kemampuan menulis paragraf persuasive oleh Siswa Kelas XI SMA Swasta Katolik Budi Murni 2 Simalingkar Medan Tahun Pembelajaran 2009/2010. Verawaty R. Sitorus ABSTRAK

Lebih terperinci

c. DEFINISI DAN KLASIFIKASI

c. DEFINISI DAN KLASIFIKASI c. DEFINISI DAN KLASIFIKASI Jerapah adalah ATURAN MEMBUAT DEFINISI: 1. Definisi harus dapat dibolak-balik antara konsep dan rumusannya. Jika setelah dibolak-balik tidak ditemukan konsep lain, maka

Lebih terperinci

KAJIAN PENDEKATAN INDUKTIF-DEDUKTIF & BERPIKIR KREATIF

KAJIAN PENDEKATAN INDUKTIF-DEDUKTIF & BERPIKIR KREATIF KAJIAN PENDEKATAN INDUKTIF-DEDUKTIF & BERPIKIR KREATIF A. Pendekatan Induktif-Deduktif Menurut Suriasumantri (2001: 48), Induktif merupakan cara berpikir di mana ditarik suatu kesimpulan yang bersifat

Lebih terperinci

STMIK Banjarbaru LOGIKA PROPOSISIONAL. 9/24/2012 H. Fitriyadi & F. Soesianto

STMIK Banjarbaru LOGIKA PROPOSISIONAL. 9/24/2012 H. Fitriyadi & F. Soesianto 1 LOGIKA PROPOSISIONAL PENDAHULUAN STMIK Banjarbaru 2 Logika adalah pernyataan-pernyataan, yang berarti suatu kalimat yang memiliki arti tertentu dan memiliki nilai benar atau salah. Dilihat dari bentuk

Lebih terperinci

BAB 2 PENGANTAR LOGIKA PROPOSISIONAL

BAB 2 PENGANTAR LOGIKA PROPOSISIONAL BAB 2 PENGANTAR LOGIKA PROPOSISIONAL 1. Pendahuluan Dilihat dari bentuk struktur kalimatnya, suatu pernyataan akan memiliki bentuk susunan minimal terdiri dari subjek diikuti predikat kemudian dapat diikuti

Lebih terperinci

Definisi Proposisi Proposisi adalah susunan kalimat sempurna yang bisa disifati dengan salah atau benar.

Definisi Proposisi Proposisi adalah susunan kalimat sempurna yang bisa disifati dengan salah atau benar. ARGUMENTASI Definisi Argumentasi Yaitu membangun dalil/argumen untuk membuktikan sasaran. Pembagian Argumentasi 1. Langsung. Ia dibagi menjadi tiga jalan: Silogisme/Deduksi; Induksi; dan Analogi. 2. Tidak

Lebih terperinci

DASAR-DASAR LOGIKA. Pemetaan Dasar. Sujanti, M.Ikom. Modul ke: Fakultas ILMU KOMUNIKASI. Program Studi Hubungan Masyarakat

DASAR-DASAR LOGIKA. Pemetaan Dasar. Sujanti, M.Ikom. Modul ke: Fakultas ILMU KOMUNIKASI. Program Studi Hubungan Masyarakat Modul ke: 05 Ety Fakultas ILMU KOMUNIKASI DASAR-DASAR LOGIKA Pemetaan Dasar Sujanti, M.Ikom. Program Studi Hubungan Masyarakat Dasar-dasar Logika Pemetaan Dasar 1. Argumentasi 2. Menguji Suatu Penalaran

Lebih terperinci

SARANA BERPIKIR ILMIAH

SARANA BERPIKIR ILMIAH SARANA BERPIKIR ILMIAH PENDAHULUAN Ciri Utama Manusia BERPIKIR AKAL BERPIKIR ALAMIAH berdasarkan kebiasaan sehari-hari, dari pengaruh alam sekelilingnya ILMIAH berdasarkan sarana tertentu secara teratur

Lebih terperinci

Pengetahuan dan Kebenaran

Pengetahuan dan Kebenaran MODUL PERKULIAHAN Pengetahuan Kebenaran Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 08 M-603 Shely Cathrin, M.Phil Abstract Kompetensi Kebenaran pengetahuan Memahami pengetahuan

Lebih terperinci

SILOGISME DAN ENTIMEN

SILOGISME DAN ENTIMEN SILOGISME DAN ENTIMEN 1 DEFINISI SILOGISME Bentuk Penalaran dengan cara menghubunghubungkan dua pernyataan yang berlainan untuk dapat ditarik simpulannya. Silogisme termasuk dalam penalaran deduktif. Deduktif

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk yang berakal. Dengan adanya akal manusia akan

I. PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk yang berakal. Dengan adanya akal manusia akan 20 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk yang berakal. Dengan adanya akal manusia akan dapat berpikir. Proses berpikir biasanya bertolak dari pengamatan indera atau observasi

Lebih terperinci

PENALARAN HUKUM: Antara Nalar Deduktif dan Nalar Induktif

PENALARAN HUKUM: Antara Nalar Deduktif dan Nalar Induktif PENALARAN HUKUM: Antara Nalar Deduktif dan Nalar Induktif R. Herlambang Perdana Wiratraman Fakultas Hukum Universitas Airlangga dan Anggota HuMa Catatan Pengantar untuk Pendidikan Hukum Kritis HuMa-Mahkamah

Lebih terperinci

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN. Program Studi : Pendidikan Agama Kristen

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN. Program Studi : Pendidikan Agama Kristen RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN No. Dokumen Berlaku Sejak No. Revisi Tanggal Revisi Halaman Program Studi : Pendidikan Agama Kristen Mata Kuliah (MK) : Filsafat

Lebih terperinci

BERPIKIR (PENALARAN) DEDUKTIF

BERPIKIR (PENALARAN) DEDUKTIF UNIVERSITAS GUNADARMA NAMA : SRI SETIAWATY NPM : 18211261 KELAS : 3EA27 BERPIKIR (PENALARAN) DEDUKTIF A. DEFINISI BERPIKIR (PENALARAN) Berpikir (Penalaran) adalah sebuah pemikiran untuk dapat menghasilkan

Lebih terperinci

Verawaty R. Sitorus. Kata Kunci. Membaca Skema, Paragraf Persuasif, SMA Budi Murni

Verawaty R. Sitorus. Kata Kunci. Membaca Skema, Paragraf Persuasif, SMA Budi Murni Hubungan kemampuan membaca skema dengan kemampuan menulis paraggraf persuasive oleh Siswa Kelas XI SMA Swasta Katolik Budi Murni 2 Simalingkar Medan Tahun Pembelajaran 2009/2010. Verawaty R. Sitorus ABSTRAK

Lebih terperinci

Logika Proposisi 1. Definisi 1. (Proposisi) Proposisi adalah kalimat yang bernilai benar atau salah, tetapi tidak keduanya sekaligus.

Logika Proposisi 1. Definisi 1. (Proposisi) Proposisi adalah kalimat yang bernilai benar atau salah, tetapi tidak keduanya sekaligus. Logika Proposisi 1 I. Logika Proposisi Logika adalah bagian dari matematika, tetapi pada saat yang sama juga merupakan bahasa matematika. Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, ada kepercayaan bahwa

Lebih terperinci

LOGIKA SIMBOLIK. Bagian II. September 2005 Pengantar Dasar Matematika 1

LOGIKA SIMBOLIK. Bagian II. September 2005 Pengantar Dasar Matematika 1 LOGIKA IMOLIK agian II eptember 2005 Pengantar Dasar Matematika 1 LOGIKA Realitas Kalimat/ Pernyataan Logis LOGIKA eptember 2005 Pengantar Dasar Matematika 2 Apakah logika itu? Logika: Ilmu untuk berpikir

Lebih terperinci

Bahasa dan Logika Ilmiah

Bahasa dan Logika Ilmiah Bahasa dan Logika Ilmiah Bahasa Konsep Simbol Realitas Bhs Sehari-hari & Bhs Ilmiah Bahasa Sehari-hari Tidak bebas nilai Sistem terbuka Subjektif (1) Bahasa Ilmiah Bebas nilai Sistem tertutup Objektif

Lebih terperinci

Modul Ilmu Mantiq/Logika. Dosen: Ahmad Taufiq MA

Modul Ilmu Mantiq/Logika. Dosen: Ahmad Taufiq MA Modul Ilmu Mantiq/Logika Dosen: Ahmad Taufiq MA B. LOGIKA Bagian 1 LOGIKA, PENALARAN DAN ANALISIS DEFINISI Pengertian Logika Logika merupakan cabang filsafat yang bersifat praktis berpangkal pada penalaran,

Lebih terperinci

LOGIKA MATEMATIKA. Tabel kebenarannya sbb : p ~ p B S S B

LOGIKA MATEMATIKA. Tabel kebenarannya sbb : p ~ p B S S B LOGIKA MATEMATIKA A. Pernyataan, kalimat terbuka, dan ingkaran pernyataan. 1. Pernyataan Pernyataan adalah kalimat yang mengandung nilai benar atau salah tetapi tidak sekaligus kedua-duanya. a. Hasil kali

Lebih terperinci

MODUL PERKULIAHAN EDISI 1 MATEMATIKA DISKRIT

MODUL PERKULIAHAN EDISI 1 MATEMATIKA DISKRIT MODUL PERKULIAHAN EDISI 1 MATEMATIKA DISKRIT Penulis : Nelly Indriani Widiastuti S.Si., M.T. JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG 2011 DAFTAR ISI Daftar Isi. 2 Bab 1 LOGIKA

Lebih terperinci

METODE INFERENSI. Level 2. Level 3. Level 4

METODE INFERENSI. Level 2. Level 3. Level 4 METODE INFERENSI Tree (Pohon) dan Graph - Tree (pohon) adalah suatu hierarki struktur yang terdiri dari Node (simpul/veteks) yang menyimpan informasi atau pengetahuan dan cabang (link/edge) yang menghubungkan

Lebih terperinci

BAB I PENGERTIAN FILSAFAT INDONESIA PRA MODERN

BAB I PENGERTIAN FILSAFAT INDONESIA PRA MODERN BAB I PENGERTIAN FILSAFAT INDONESIA PRA MODERN A. Objek Bahasan 1. Objek materi Filsafat Indonesia ialah kebudayaan bangsa. Menurut penjelasan UUD 1945 pasal 32, kebudayaan bangsa ialah kebudayaan yang

Lebih terperinci

TUGAS UTS DASAR DASAR LOGIKA PENGERTIAN PENGERTIAN FILSAFAT, LOGIKA, ETIKA, ESTETIKA DAN FILSAFAT ILMU

TUGAS UTS DASAR DASAR LOGIKA PENGERTIAN PENGERTIAN FILSAFAT, LOGIKA, ETIKA, ESTETIKA DAN FILSAFAT ILMU TUGAS UTS DASAR DASAR LOGIKA PENGERTIAN PENGERTIAN FILSAFAT, LOGIKA, ETIKA, ESTETIKA DAN FILSAFAT ILMU Sumber Dilampirkan Dosen Pengasuh: Prof. Dr. Slamet Widodo, MS., MM. OLEH NAMA : TOMMY LIM NIM : 07011281520163

Lebih terperinci

LOGIKA Matematika Industri I

LOGIKA Matematika Industri I LOGIKA TIP FTP UB Pokok Bahasan Pengertian Logika Pernyataan Matematika Nilai Kebenaran Operasi Uner Operasi Biner Tabel kebenaran Pernyataan Tautologi, Kontradiksi dan Kontingen Pernyataan-pernyataan

Lebih terperinci

PERTEMUAN XIII LOGIKA INDUKTIF

PERTEMUAN XIII LOGIKA INDUKTIF PERTEMUAN XIII LOGIKA INDUKTIF Metode Induksi 1. Induksi adalah bentuk penalaran dari particular ke universal. Premispremis yang digunakan dalam penalaran induktif terdiri atas proposisiproposisi partikular,

Lebih terperinci

SUPLEMEN MATERI KULIAH LOGIKA PENALARAN INDUKSI YUSUF SISWANTARA., S.S., M. Hum

SUPLEMEN MATERI KULIAH LOGIKA PENALARAN INDUKSI YUSUF SISWANTARA., S.S., M. Hum SUPLEMEN MATERI KULIAH LOGIKA PENALARAN INDUKSI YUSUF SISWANTARA., S.S., M. Hum 1. Dalam Logika, ada logika Deduksi dan Induksi. 2. Induksi adalah sebuah cara penarikan kesimpulan dengan bertolak dari

Lebih terperinci

Jadi d mempunyai sifat R

Jadi d mempunyai sifat R Jadi d mempunyai sifat R [a,b,c,d] adalah satuan di dalam argumen analogis sedangkan [P,Q dan R] adalah aspek di dalam argumen analogis. Untuk mudahnya sebagai contoh, a,b,c,d kita ganti dengan nama orang

Lebih terperinci

ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK: FILSAFAT, TEORI DAN METODOLOGI

ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK: FILSAFAT, TEORI DAN METODOLOGI ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK: FILSAFAT, TEORI DAN METODOLOGI Oleh NIM : Boni Andika : 10/296364/SP/23830 Tulisan ini berbentuk critical review dari Ilmu Sosial dan Ilmu Politik: Filsafat, Teori dan Metodologi

Lebih terperinci