BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini berjenis survei yang bertujuan menganalisis kemampuan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini berjenis survei yang bertujuan menganalisis kemampuan"

Transkripsi

1 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini berjenis survei yang bertujuan menganalisis kemampuan fleksilibitas kepemimpinan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota di Provinisi Sumatera Utara. Penelitian survei adalah penelitian yang dilakukan pada sebuah populasi dengan mempelajari data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut. Jenis penelitian ini juga dapat dikategorikan deskriptif, yakni suatu jenis penelitian kuantitatif yang bertujuan menilai secara sistematik fakta-fakta dari obyek atau populasi tertentu (Sinulingga, 2011). 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi Penelitian Lokasi penelitian adalah dinas kesehatan kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara Waktu Penelitian Waktu penelitian ini selama16 (enam belas) bulan, terhitung mulai bulan Maret 2014 sampai bulan Agustus Populasi dan Sampel Penelitian Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah kepala dan staf dinas kesehatan kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara yang berjumlah 33 orang. 94

2 3.3.2 Sampel Sampel penelitian ini adalah seluruh populasi (total sampling), yaitu kepala dinas kesehatan kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara.Setiap kabupaten/kota ada tiga responden, yaitu Kepala Dinas, Sekretaris dan Kepala Subdinas lain yang berjumlah 99 orang. Selanjutnya, hasil dari tiga responden yang diambil dari setiap kabupaten/kota digabungkan lalu dihitung sebagai satu sampel sehingga jika seluruh Provinsi Sumatera Utara ada 99 responden dihitung sebagai 33 sampel. 3.4 Sumber Data Data Primer Data primer diperoleh langsung dari responden yang mencakup seluruh variabel yang diteliti Data Sekunder Data sekunder diperoleh dari hasil pencatatan data dan dokumen-dokumen resmi yang berkaitan dengan data tentang kepegawaian. 3.5 Metode Pengujian Data Pengujian kualitas data dilakukan dengan uji validitas dan reliabilitas pada instrumen kuesioner yang dilaksanakan uji cobanya di Kabupaten Aceh Tamiang, Aceh Utara, Kota Langsa dan Lhokseumawe di Provinsi Nanggroe Aceh Darusalam. Dari lokasi tersebut diambil 30 orang sampel. Pemilihan lokasi uji coba tersebut dilakukan pada sasaran setara dengan uji coba yang terdekat dan memungkinkan diluar provinsi sasaran.

3 3.5.1 Uji Validitas Menurut Azwar (1986), validitas berasal dari kata validity yang mengandung arti sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Uji validitas dilakukan dengan metode Pearson Product Moment, yaitu mengorelasikan butir-butir pada kuesioner. Uji validitas dilakukan dengan mengorelasikan tiap-tiap skor total pada tiap butir pernyataan untuk mengetahui apakah referensi terhadap sistem pengukuran merupakan sebuah konsep tunggal (single construct). Uji validitas digunakan untuk mengetahui valid atau tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Ghozali, 2006). Suatu pertanyaan dikatakan valid atau bermakna sebagai alat pengumpul data apabila korelasi hasil hitungnilai correted itemtotalcorelation (r hitung) lebih besar dari angka kritik nilai korelasi (r-tabel), pada taraf signifikansi 95% (Riduwan, 2010). Pengujian validitas item dengan cara mengorelasikan skor item dengan skor total item, kemudahan pengujian signifikansi 0,05 dengan uji 2 sisi. Jika nilai positif dan r hitung > r total item dapat dinyatakan valid. Sebaliknya, jika r hitung < r tabel, item dikatakan tidak valid. Tabel 3.1 Uji Validitas Instrumen Gaya Kepemimpinan Direktif Nilai Correted Item Total Corelation r tabel Keterangan P1 0,518 0,361 Valid P2 0,599 0,361 Valid P3 0,631 0,361 Valid P4 0,785 0,361 Valid P5 0,582 0,361 Valid

4 Tabel 3.1 (Lanjutan) Suportif P6 0,628 0,361 Valid P7 0,839 0,361 Valid P8 0,597 0,361 Valid P9 0,617 0,361 Valid P10 0,545 0,361 Valid Partisipatif P11 0,587 0,361 Valid P12 0,627 0,361 Valid P13 0,605 0,361 Valid P14 0,773 0,361 Valid P15 0,369 0,361 Valid Orientasi Prestasi P16 0,685 0,361 Valid P17 0,376 0,361 Valid P18 0,372 0,361 Valid P19 0,779 0,361 Valid P20 0,740 0,361 Valid Tabel 3.1 di atas menunjukkan bahwa seluruh pernyataan instrumen variabel pengetahuan adalah valid.hal ini dapat dilihat dari nilai correted item total corelationoutput nilai korelasi antara tiap item dengan skor total item pada keseluruhan pernyataan lebih besar dari r tabel (0.361) sehingga 20 pertanyaan variabel gaya kepemimpinan dapat digunakan untuk penelitian. Tabel 3.2 Uji Validitas Instrumen Kemampuan Fleksibilitas Kepemimpinan Fokus Nilai Correted Item Total Corelation r tabel Keterangan P1 0,373 0,361 Valid P2 0,704 0,361 Valid P3 0,701 0,361 Valid P4 0,822 0,361 Valid P5 0,811 0,361 Valid Lentur P6 0,754 0,361 Valid P7 0,787 0,361 Valid P8 0,705 0,361 Valid P9 0,767 0,361 Valid P10 0,802 0,361 Valid

5 Fokus Nilai Correted Item Total Corelation r tabel Keterangan Cepat P11 0,759 0,361 Valid P12 0,835 0,361 Valid P13 0,381 0,361 Valid P14 0,540 0,361 Valid P15 0,752 0,361 Valid Ramah P16 0,657 0,361 Valid P17 0,414 0,361 Valid P18 0,626 0,361 Valid P19 0,757 0,361 Valid P20 0,754 0,361 Valid Adil P21 0,449 0,361 Valid P22 0,387 0,361 Valid P23 0,690 0,361 Valid P24 0,548 0,361 Valid P25 0,457 0,361 Valid P26 0,399 0,361 Valid P27 0,403 0,361 Valid P28 0,519 0,361 Valid P29 0,561 0,361 Valid P30 0,521 0,361 Valid P31 0,470 0,361 Valid P32 0,439 0,361 Valid P33 0,509 0,361 Valid Dari tabel 3.2 di atas seluruh pernyataan instrumen variabel pengetahuan adalah valid. Hal ini tampakpada r hitung output nilai korelasi tiap item dengan skor total itempada seluruh pernyataan lebih besar dari r tabel (0.361) sehingga 33 pertanyaan tentang variabel kemampuan itu dapat digunakan untuk penelitian Uji Reliabilitas Suatu kuesioner tergolong reliabel atau andal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan bersifat konsisten atau stabildari waktu ke waktu (Sugiyono, 2010). Reliabilitas adalah indeks yang menunjukan sejauhmana alat ukur dapat dipercaya atau diandalkan keajegan (konsistensi) pengukuran. Uji reliabilitas bertujuan memperoleh instrumen dengan keterandalan yang tinggi dalam

6 pengukuran variabel penelitian. Uji reliabilitas digunakan dengan menghitung nilai alfa atau Cronbach s Alpha. Penghitungan Cronbach s Alpha dilakukan dengan menghitung rerata interkorelasi di antara butir-butir pernyataan dalam kuesioner, dengan ketentuan jika nilai Cronbach s Alpha > 0,60 dinyatakan reliabel. Tabel 3.3 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Cronbach Alpha Keterangan Gaya Kepemimpinan 1.Direktif 0,615 Reliabel 2.Suportif 0,654 Reliabel 3.Partisipatif 0,712 Reliabel 4.Orientasi prestasi 0,628 Reliabel Fleksibilitas Kepemimpinan 1.Fokus 0,694 Reliabel 2.Lentur 0,820 Reliabel 3.Cepat 0,698 Reliabel 4.Ramah 0,780 Reliabel 5.Adil 0,636 Reliabel Dari tabel 3.3. diketahui bahwa nilai Cronbach Alpha dari seluruh variabel yang diujikan nilainya diatas 0,6.Dapat disimpulkan bahwa seluruh variabel dalam uji reliabilitas dinyatakan reliabel. 3.6 Variabel dan Definisi Operasional Variabel Penelitian Variabel (X1) ialah variabel independen penelitian ini, terdiri atas variabel gaya kepemimpinan yang meliputi direktif, suportif, partisipatif, dan orientasi prestasi. Variabel (X2) terdiri atas karakteristik individu pemimpin yang meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan, pengalaman kerja, pengalaman organisasi, dan pendidikan pelatihan kepemimpinan (Diklatpim). Variabel (X2) disebut variabel

7 independen moderat sebab variabel ini dapat memperkuat atau memperlemah variabel independen (X1) Definisi Operasional Definisi operasional variabel dependen adalah sebagai berikut: Tabel 3.4 Definisi Operasional Variabel Penelitian No Variabel 1 Dependen Kemampuan Fleksibilitas Kepemimpinan 2 Independen Gaya Kepemimpinan 3 Independen Moderat Karakteristik individu. Definisi Operasional Daya kemampuan individu menyesuaikan dalam organisasi dan mampu menyesuaikan organisasi dengan situasi dan kondisi yang ada. Cara pemimpin di lingkungan dinas kesehatan Kabupaten / Kota dalam memimpin unitnya sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. Atribut / ciri ciri yang melekat dari pribadi pemimpin / kepala dinas kesehatan dalam menjalani kehidupannya. Indikator Ukuran / kategori Skala Ukur 1. Fokus. 2. Lentur 3. Cepat. 4. Ramah. 5. Adil 1. Direktif. 2. Suportif. 3. Partisipatif 4. Berorientasi Prestasi. 1. Umur. 2. Jenis Kelamin. 3. Pendidikan 1=Kurang, skor<2 0=Baik, skor 2 1=Kurang, skor<2 0=Baik, skor 2 1=<45 tahun 0= 45tahun 1=Perempuan 0=Laki-laki 1=S1 0= S2 Ordinal Ordinal Ordinal Nominal Ordinal 4. Pengalaman kerja. 5. Pengalaman organisasi 6. Pelatihan pendidikan kepempinan. 1=<10 tahun 0= 10 tahun 1= <10 tahun 0= 10 tahun 1= Diklat pim III 0=Diklat pim II Ordinal Ordinal Ordinal

8 3.7 Metode Penilaian Metode penilaian yang dilakukan meliputi penilaian terhadap variabel gaya kepemimpinan,variabel karakteristik individu, variabel kemampuan fleksibilitas kepemimpinan dengan metode umpan balik 360 derajat (Griffin, 2004). Metode penilaian kinerja memerlukan masukan dari beberapa tingkatan dalam organisasi dan sumber-sumber luar. Dalam metode ini orang-orang di seluruh tingkatan memberikan penilaian termasuk antara lain atasan langsung, rekan kerja, bawahan, pelanggan internal dan eksternal serta dirinya sendiri (Mondy & Noe, 2005). Menurut Griffin (2004) dan Mondy & Noe (2005), penilaian pada penelitian ini mencakup tiga unsur, yaitu (a) Dirinya sendiri (eselon IIb), (b) bawahan 1 (eselon III a), dan (c) bawahan 2 (eselon III b). Dengan asas proporsional pembobotan nilai responden dilakukan sebagai berikut: untuk jawaban langsung dari kepala dinas kesehatan kabupaten/kota dibobotkan 50%, sedangkan untuk kedua responden (eselon III) sebagai pembandingnya (second opinion) masingmasing dibobot 25%. Selanjutnya ketiga responden dijumlahkan nilainya menjadi 100%. Setiap responden diberi pertanyaan dengan variasi sebagai berikut:untuk gaya kepemimpinan masing masing item diberi 5 pertanyaan dengan pembobotan (1-4) lalu hasilnya diambil rerata, yakni dibagi 5 kemudian dilakukan skor. Hasil seluruh item gaya kepemimpinan tidak dijumlahkan. Untuk kemampuan fleksibilitas kepemimpinan (fokus, lentur, cepat dan ramah) tiap-tiap dimensi memuat 5 pertanyaan, kecuali dimensi adil ada 13

9 pertanyaan dengan pembobotan (1-4). Untuk dimensi (fokus, lentur, cepat dan ramah) diambil rerata, yakni dibagi 5, dimensi adil dibagi 13 kemudian dilakukan skor. Hasil seluruh item kemampuan fleksibilitas kepemimpinan dijumlahkan. Pengukuran dilakukan dengan kategori:a. Kurang, skor < 2. b.baik, skor Variabel Karakteristik Individu Variabel karakteristik individu adalah ciri-ciri, atribut yang melekat, dan pengalaman pada diri seseorang dalam menjalani kehidupan sebagai kepala dinas kesehatan kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara. Pengukuran variabel karakteristik pemimpin didasarkan pada unsur-unsur berikut ini: Umur Definisi : Selisih waktu dalam tahun dari saat dilahirkan sampai dengan dilakukan penelitian dengan tahun lahir responden. Cara ukur : Diperoleh dengan cara pengisian kuesioner A dengan menggunakan pengisian dalam tahun. Alat ukur Hasil ukur : kuesioner : a. 1= <45 tahun b. 0= 45tahun Skala : Ordinal Jenis Kelamin Definisi : Ciri biologis pemimpin yang terdiri atas jenis kelamin lakilaki dan perempuan Cara ukur : Diperoleh dengan cara pengisian kuesioner A dengan menggunakan pengisian laki-laki dan perempuan

10 Alat ukur : Kuesioner Hasil ukur : a.1 = Perempuan. b.0 = Laki-laki. Skala : Nominal Pendidikan Definisi : Pendidikan formal tertinggi yang pernah diikuti dan ditamatkan pada saat dilakukan penelitian. Cara ukur : Diperoleh dengan cara pengisian kuesioner A dengan menggunakan pengisian pendidikan. Alat ukur Hasil ukur : kuesioner : a. 1 = S-I b. 0 = S-II Skala : Ordinal Pengalaman Kerja Definisi Cara ukur : Masa kerja dalam jabatan yang pernah dilalui selama bekerja : Diperoleh dengan cara pengisian kuesioner A dengan menggunakan pengisian dalam tahun. Hasil ukur : a.1 = <10 tahun b. 0= 10 tahun Hasil ukur Skala : Tingkatan/strata jenjang : Ordinal Pengalaman Organisasi Definisi : Masa aktif dalam organisasi yang pernah diikuti selama

11 bekerja Cara ukur : Diperoleh dengan cara pengisian kuesioner A dengan menggunakan pengisian dalam tahun Hasil ukur : a. 1 = <10 tahun b.0 = 10 tahun Hasil ukur Skala : Tingkatan/strata jenjang : Ordinal Pendidikan Penjenjangan Definisi : Pelatihan kepemimpinan dalam jabatan yang pernah dilalui selama bekerja Cara ukur : Diperoleh dengan cara pengisian kuesioner A dengan menggunakan pengisian dalam tahun Hasil ukur : a. 1 = Diklat Pim III b. 0 = Diklat Pim II Skala : Ordinal 3.9 Variabel Gaya Kepemimpinan Variabel gaya kepemimpinan adalah cara pemimpin di lingkungan dinas kesehatan kabupaten/kota dalam memimpin unitnya sesuai dengan tugas pokok dan fungsi dinas kesehatan kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara. Pengukuran variabel gaya kepemimpinan didasarkan pada penilaian dengan menggunakan skala rating (rating scale) terhadap 4 (empat) dimensi yang mencakup dimensi kepemimpinan direktif, kepemimpinan suportif, kepemimpinan partisipatif, dan kepemimpinan orientasi prestasi.pengukuran

12 variabel gaya kepemimpinan ini diperoleh melalui pengisian kuesioner dengan skala interval. Untuk jawaban Sangat Setuju = 4, Setuju = 3, Tidak Setuju =2, Sangat Tidak Setuju = 1. Pengukuran variabel gaya kepemimpinan didasarkan pada empat dimensi berikut ini: Tabel 3.5 Operasionalisasi Variabel Penelitian No Variabel Definisi Operasional 1 Gaya kepemimpi nan direktif 2. Gaya kepemimpi nan supportif 3 Gaya kepemimpi nan partisipatif 4 Gaya kepemimpi nan orientasi pada prestasi Kepemimpinan yang memberikan panduan/pengarahan kepada para karyawan mengenai apa yang seharusnya dilakukan mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan dalam penyelesaian tugas secara efisiensi dan efisien Kepemimpinan yang menunjukkan kepedulian terhadap kebutuhan karyawan, selalu memotivasi, memberikan dukungan dan kepercayaan kepada staf atas pelaksanaan kerja kepemimpinan yang bersedia menerima masukan dari semua pihak yang berkompeten, selalu melibatkan staf yang sesuai dengan disiplin keilmuannya dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan tugas kepemimpinan yang mempunyai formulasi target pencapaian kerja, senantiasa memberikan dukungan moril dan materil dalam pencapaian visi dan misi organisasi secara optimal. Pengukuran / Kategori Kategori 1. Kurang : skor <2 0. Baik : skor 2 Kategori 1. Kurang : skor<2 0. Baik : skor 2 Kategori 1. Kurang : skor<2 0. Baik : skor 2 Kategori 1. Kurang : skor<2 0. Baik : skor 2 Alat Ukur Kuesioner Kuesioner Kuesioner Kuesioner Skala Ukur Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal

13 3.10 Variabel Kemampuan Fleksibilitas Kepemimpinan Variabel kemampuan fleksibilitas kepemimpinan adalah kemampuan individu dalam mengarahkan anggota organisasi agar menyesuaikan situasi dan kondisi yang ada dalam organisasi sesuai dengan kewenangan, tugas pokok, dan fungsi pada unit pelaksana teknis dan kewenangan. Pengukuran variabel kemampuan fleksibilitas kepemimpinan didasarkan pada penilaian dengan menggunakan skala rating (rating scale) terhadap dimensi fokus (focused), dimensi lentur (flexi), dimensi cepat (fast), dimensi ramah (friendly), dan dimensi adil (fair). Peneliti memodifikasi dimensi tersebut dengan menambah unsur adil sesuai dengan karakteristik fokus penelitian yang pada awalnya hanya 4 (empat) dimensi (Focused, Flexi, Fast, Friendly) yang diadopsi Best Practise in Leadership Development dari Warren Bennis (2000). Pengukuran variabel kepemimpinan diperoleh dengan mengisi kuesioner pada skala interval untuk jawaban Sangat Setuju = 4, Setuju = 3, Tidak Setuju = 2, Sangat Tidak Setuju =1. Seluruh indikator dalam dimensi kemampuan fleksibilitas kepemimpinan dijabarkan dalam tabel 3.6. Tabel 3.6 Indikator Dimensi Kemampuan Fleksibilitas Kepemimpinan No Variabel Definisi Operasional 1. Focused (Fokus) 1. SosialisasiVisi dan Misi organisasi yang akan dicapai kepada staf pelaksana kegiatan program 2. Sinergi dalam pencapaian tujuan organisasi 3. Pengendalian program bilamana ada kesalahan 4. Penyelenggaraan koordinasi pelaksanaan kegiatan program yang Pengukuran / Kategori 1. Kurang : skor <2 0. Baik : skor 2 Alat Ukur Kuesioner Skala Ukur Ordinal

14 No Variabel Definisi Operasional 2. Flexi (lentur) 3 Fast (cepat) 4 Friendly (ramah) solid 5. Pelaksanakan evaluasi pencapaian tujuankegiatan program secara bertahap 1. Kesesuaian kegiatan program dengan situasi dan kondisi 2. Pemanfaatan perkembangan teknologi untuk mempermudah pencapaian tujuan program 3. Perubahan strategi bilamana situasi kondisi berubah 4. Pembuatan programprogram alternative yang lebih menguntungkan 5. Orientasi terhadap kepentingan stake holder/pelanggan 1. Penetapan POA dalam pelaksanaan kegiatan program 2. Penetapan target waktu yang harus dicapai oleh setiap program 3. Pemantauan hambatan kerja 4. Pembentukan tim cepat tanggap untuk penyelesaian permasalahan kegiatan program 5. Dukungan komunikasi cepat untuk pencapaian tujuan 1.Pembuatan prosedur kerja yang mudah. 2.Penyelenggarakan komunikasi timbal balik yang harmonis antara pimpinan dengan para pelaksana kegiatan program secara berjenjang. 3.Penyelengaraankemudaha n akses informasi bagi semua para pelaksana program untuk memudahkan koordinasi. 4.Penyelenggaraan Pengukuran / Kategori Kategori 1.Kurang : skor <2 0.Baik : skor 2 Kategori 1.Kurang : skor<2 0.Baik : skor 2 Kategori 1.Kurang : skor<2 0.Baik : skor 2 Alat Ukur Kuesioner Kuesioner Kuesioner Skala Ukur Ordinal Ordinal Ordinal

15 No Variabel Definisi Operasional 5 Fair (adil) sosialisasi program kepada lintas sektoral. 5. Penyelengarakan penyebaran informasi program kepada masyarakat 1. Tugas organisasi dibagi habisdisesuaikan kemampuan dan kesanggupan secara merata. 2. Pembagian tugas kepada staf disesuaikan dengan latar belakang pendidikan yang bersangkutan. 3. Menjunjung tinggi hirakhi / aturan kepegawaian dalam penugasan staf. 4. Penerapan disiplin kerja berlaku sama kepada semua staf. 5. Transparansi anggaran yang proporsional Pengukuran / Kategori Kategori 1.Kurang : skor<2 0.Baik : skor 2 Alat Ukur Kuesioner Skala Ukur Ordinal 3.11 Analisis Data Analisis data dilakukan secara kuantitatif.pengolahan data kuantitatif menggunakan perangkat lunak statistik, mulai dari editing, coding, scoring, transfering, dan cleaning. Jenis data yang diolah adalah data numerik dan kategorik. Secara garis besar analisis data dilaksanakan sebagai berikut: 1. Analisis univariat: Bertujuan untuk melihat gambaran tiap-tiap variabel dalam distribusinya, dengan menyajikan proporsi variabel dalam sampel penelitian. 2. Analisis bivariat: Bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dengan uji statistik chi kuadrat. Jika hasil uji kemaknaan didapatkan nilai p-value 0,25, selanjutnya dimasukan dalam model analisis multivariatnya.

16 3. Analisis multivariat: Analisis regresi logistik ganda merupakan salah satu metode statistik yang menggambarkan pengaruh antara suatu variabel respon (X) terhadap lebih dari satu variabel prediktor (Y) dimana variabel respon lebih dari dua kategori dan skala pengukuran bersifat tingkatan (Hosmer dan Lemeshow,2000). a. Model persamaan logistik berganda (variabel fleksibilitas kepemimpinan) Model persamaan logistik berganda (fleksibilitas kepemimpinan) dihitung sebagai berikut : 1 p = 1 + e y Keterangan : p = probabilitas individu untuk mengalami kejadian e = bilangan natural = 2, y = persamaan regresi Karena e y sama dengan exp (y), persamaan di atas ditulis sebagai berikut : 1 p = 1+ exp ( ( y) p = 1+ 2, [ ( 3,792 + (3,197) + 3, ] ( pendidikan penjenjangan) 480 ( gaya berorientasi prestasi) Probabilitas fleksibilitas kepemimpinan bila nilainya (baik = 0) adalah sebagai berikut : p = 1+ 2, p = 0,088 1 [(3, ,197(0) + 3,480(0) ]

17 p = 8,84% artinya probabilitas untuk fleksibiltas kepemimpinan adalah sebesar 8,84% Probabilitas fleksibilitas kepemimpinan apabila nilainya (Kurang =1) adalah sebagai berikut : p = 1+ 2, [(3, ,197 (1) + 3,480 (1) ] p = 0,033 p= 3,38% artinya probabilitas untuk fleksibiltas kepemimpinan adalah sebesar3,38% b. Model persamaan logistik berganda (dimensi adil) Model persamaan logistik berganda (dimensi adil) dihitung sebagai berikut: 1 p = 1 + e y Keterangan : p = probabilitas individu untuk mengalami kejadian e = bilangan natural = 2, y = persamaan regresi Karena e y sama dengan exp (y), persamaan di atas ditulis sebagai berikut : 1 p = 1+ exp( ( y) 1 p = 1+ 2,718281[ ( 1,300 + (1,967)( pendidikan penjenjangan) + 2, 288( gaya orientasi prestasi) ] Probabilitas dimensi adil bila kategoriknya (baik = 0) adalah sebagai berikut:

18 1 p = 1+ 2, (1,300 [ + 1,967(0) + 2,288(0) ] p = 0,22 p = 22% artinya probabilitas untuk dimensi adil adalah sebesar 22% Probabilitas dimensi adil bila kategoriknya (kurang =1) adalah sebagai berikut : 1 p = 1+ 2, (1,300 [ + 1,967(1) + 2,288(1) ] p = 0,062 p = 6,2% artinya probabilitas untuk dimensi adil adalah sebesar 6,2%

19 BAB 4 HASIL PENELITIAN Bab ini menyajikan hasil penelitian tentang Kemampuan Fleksibilitas Kepemimpinan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara. 4.1 Profil Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Lokasi Geografis Provinsi Sumatera Utara berada dibagian barat Indonesia, terletak pada garis Lintang Utara dan Bujur Timur. Sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), sebelah Timur dengan negara Malaysia di Selat Malaka, sebelah Selatan dengan Provinsi Riau dan Provinsi Sumatera Barat, dan sebelah Barat dengan Samudera Hindia. Luas Provinsi Sumatera Utara adalah ,68 km 2, sebagian besar di daratan Sumatera Utara dan sebagian kecil di Pulau Nias, Pulau-pulau Batu serta beberapa pulau kecil, baik dibagian barat maupun di bagian timur pantai Pulau Sumatera.Luas daerah terbesar adalah Kabupaten Mandailing Natal dengan luas 6.620,70 km 2 atau 9,24% dari total luas Sumatera Utara, diikuti Kabupaten Langkat dengan luas 6.263,29 km 2 (8,74%), dan Kabupaten Simalungun dengan luas 4.386,60 km 2 atau 6,09%.Luas daerah terkecil adalah Kota Sibolga dengan luas 10,77 km 2 atau 0,02% dari total luas wilayah Sumatera Utara. Berdasarkan kondisi letak dan kondisi alam, Sumatera Utara dibagi atas tiga kelompok wilayah, yaitu Barat, Dataran Tinggi, dan Pantai Timur. Provinsi Sumatera Utara tergolong daerah yang beriklim tropis dengan kisaran suhu antara 13,4 0 C 33,9 0 C. Di daerah ini biasanya terjadi musim 112

20 kemarau (Juni-September) dan musim hujan (November-Maret). Diantara kedua musim itu terjadi musim pancaroba. Secara administratif Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2010 memiliki 33 kabupaten/kota, yakni 8 kota dan 25 kabupaten. Letak ketinggian dari permukaan laut untuk tiap-tiap kabupaten/kota yang berada di wilayah Sumatera Utara diringkas dalam tabel berikut ini: Tabel 4.1 Ketinggian Kabupaten/Kota dari Permukaan Laut di Provinsi Sumatera Utara No Nama Kabupaten / Kota Ketinggi dari Permukaan 1 Kota Medan 2,5-37,5 m 2 Kota Binjai 28 m 3 Kota Tebing Tinggi m 4 Kota Pematang Siantar 400 m 5 Kota Tanjung Balai 0-3 m 6 Kota Sibolga 0-50 m 7 Kota Padang Sidempuan 260-1,100 m 8 Kabupaten Langkat 0-1,200 m 9 Kabupaten Deli Serdang m 10 Kabupaten Karo 140-1,400 m 11 Kabupaten Dairi 700-1,250 m 12 Kabupaten Simalungun m 13 Kabupaten Asahan 0-1,000 m 14 Kabupaten Labuhan Batu 0-2,151 m 15 Kabupaten Toba Samosir 300-2,200 m 16 Kabupaten Tapanuli Utara 300-1,500 m 17 Kabupaten Tapanuli Tengah 0-1,266 m 18 Kabupaten Tapanuli Selatan 0-1,915 m 19 Kabupaten Mandailing Natal m 20 Kabupaten Nias m 21 Kabupaten Serdang Bedagai m 22 Kabupaten Samosir 300-2,200 m 23 Kabupaten Pakpak Bharat 700-1,500 m 24 Kabupaten Humbanghasundutan 330-2,075 m 25 Kabupaten Nias Selatan 0-800, m Sumber: SUDA-BPS Sumatera Utara 2013

21 Tabel 4.2 Luas Daerah menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara No Nama Kabupaten / Kota Luas / Area (Km 2 ) Rasio (%) 1 Kota Medan 265,10 0,37 2 Kota Binjai 90,24 0,13 3 Kota Tebing Tinggi 38,44 0,05 4 Kota Pematang Siantar 79,97 0,11 5 Kota Tanjung Balai 61,52 0,09 6 Kota Sibolga 10,77 0,02 7 Kota Padang Sidempuan 114,65 0,16 8 Kabupaten Langkat 6.263,29 8,74 9 Kabupaten Deli Serdang 2.486,14 3,46 10 Kabupaten Karo 2.127,25 2,96 11 Kabupaten Dairi 1.927,80 2,69 12 Kabupaten Simalungun 4.368,60 6,09 13 Kabupaten Asahan 3.675,79 5,13 14 Kabupaten Labuhan Batu 2.561,38 3,57 15 Kabupaten Toba Samosir 2.352,35 3,28 16 Kabupaten Tapanuli Utara 3.764,65 5,25 17 Kabupaten Tapanuli Tengah 2.158,00 3,01 18 Kabupaten Tapanuli Selatan ,86 6,07 19 Kabupaten Mandailing Natal ,24 20 Kabupaten Nias 3.495,39 4,88 21 Kabupaten Serdang Bedagai 1.913,33 2,67 22 Kabupaten Samosir 2.433,50 3,39 23 Kabupaten Pakpak Bharat 1.218,30 1,70 24 Kabupaten Humbanghasundutan 2.297,20 3,20 25 Kabupaten Nias Selatan ,26 26 Kabupaten Batu Bara 904,96 1,26 27 Kabupaten Padang Lawas 3.892,74 5,43 28 Kabpatenpaten Padang Lawas Utara 3.918,05 5,46 29 Kabupaten Labuhan Batu Selatan 3,116 4,34 30 Kabupaten Labuhan Batu Utara 3.545,80 4,95 Sumber: SUDA-BPS Sumatera Utara 2013 *) Kabupaten Nias Utara, Nias Barat, dan Kota Gunung Sitolomasih tergabung di Kabupaten Nias Jarak ibukota Provinsi Sumatera Utara dengan ibukota kabupaten/kota diilustrasikan pada tabel di bawah:

22 Tabel 4.3. Luas Daerah menurut Kabupaten/Kota di Sumatera Utara No Nama Kabupaten / Kota Jarak (Km) 1 Kota Medan 0 2 Kota Binjai 22 3 Kota Tebing Tinggi 78 4 Kota Pematang Siantar Kota Tanjung Balai Kota Sibolga Kota Padang Sidempuan Kabupaten Langkat (Stabat) 42 9 Kabupaten Deli Serdang (Lubuk Pakam) Kabupaten Karo (Kabanjahe) Kabupaten Dairi (Sidikalang) Kabupaten Simalungun (Prapat) Kabupaten Asahan (Kisaran) Kabupaten Labuhan Batu (Rantau Prapat) Kabupaten Toba Samosir (Balige) Kabupaten Tapanuli Utara (Tarutung) Kabupaten Tapanuli Tengah (Pandan) Kabupaten Tapanuli Selatan (P.Sidempuan) Kabupaten Mandailing Natal (Penyabungan) 460 Sumber: SUDA-BPS Sumatera Utara Kependudukan Sumatera Utara adalah provinsi keempat terbesar jumlah penduduknya di Indonesia setelah Jawa Timur, Jawa Barat, dan Jawa Tengah. Berdasarkan survei penduduk 2013, jumlah penduduk Sumatera Utara sebesar jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk sebesar 180 jiwa per km 2. Tingkat kepadatan penduduk yang tinggi ada di perkotaan. Kabupaten/kota yang kepadatan penduduknya tertinggi ialah Medan jiwa per km 2, Sibolga jiwa per km 2, dan Tebing Tinggi jiwa per km 2. Kepadatan penduduk yang terendah ialah Pakpak Bharat, yaitu 33 jiwa per km 2, Nias 38 jiwa per km 2, dan Serdang Bedagai 49 jiwa per km 2. Jumlah penduduk dan angka kepadatan penduduk per kabupaten/kota tampak pada lampiran tabel 1 Profil Kesehatan ini.

23 Jumlah penduduk laki-laki di Sumatera Utara lebih sedikit daripada penduduk perempuan. Jumlah penduduk perempuan sebanyak jiwa dan laki-laki sebanyak jiwa, dengan sex ratio 99,76%. Rerata banyaknya anggota keluarga di Sumatera Utara pada tahun 2010 adalah 4,33 (yang berarti setiap keluarga terdiri atas 4-5 anggota keluarga). Kabupaten yang rerata jumlah anggota keluarganya paling banyak terdapat di Kabupaten Nias Selatan, yaitu 5,23 orang, dan yang paling sedikit di Kabupaten Karo, yaitu 3,83 orang. Komposisi penduduk Sumatera Utara menurut kelompok umur menunjukkan bahwa penduduk yang berusia muda (0-14 tahun) sebesar 33,24%, yang berusia produktif (15-64 tahun) sebesar 62,87%, dan yang berusia tua (>65 tahun) sebesar 3,89%. Dengan demikian, Angka Beban Tanggungan (Dependency Ratio) penduduk Sumatera Utara tahun 2010 sebesar 59,06%.Angka ini tidak mengalami perubahan jika dibandingkan dengan tahun Permasalahan kesehatan sangat dipengaruhi oleh tingkat sosial ekonomi masyarakat. Sejak terjadinya krisis moneter, jumlah penduduk miskin meningkat secara drastis hingga mencapai 30,77% pada tahun Angka ini sudah turun secara signifikan sejak tahun 1999, tetapi data terakhir menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin pada tahun 2009 sebesar jiwa atau 12,55%. Persentase penduduk miskin tertinggi terdapat di Kabupaten Nias, yaitu 22,57% dan yang terendah di Kabupaten Deli Serdang, yaitu 5,17%. Jika dibandingkan penduduk yang tinggal di kota dengan penduduk yang tinggal di desa, persentase penduduk miskin di daerah perkotaan dan pedesaan hampir seimbang, yaitu 11,45% untuk perkotaan dan 11,51% untuk pedesaan.

24 4.2 Sosial Budaya Pendidikan Kondisi pendidikan merupakan salah satu indikator yang sering ditelaah dalam mengukur tingkat pembangunan manusia suatu negara. Melalui pengetahuan, pendidikan berkontribusi terhadap perubahan perilaku kesehatan. Pengetahuan yang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor pencetus (predisposing) yang berperan dalam memengaruhi keputusan seseorang untuk berperilaku sehat. Peningkatan kualitas sekolah dan partisipasi penduduk tentu perlu didukung penyediaan sarana fisik pendidikan dan jumlah guru yang memadai. Di tingkat pendidikan dasar, jumlah sekolah dasar (SD) tahun 2008 ialah unit dengan jumlah guru orang dan jumlah murid orang. Rasio murid SD dengan sekolah ialah 189 murid per sekolah. Jumlah sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP) ialah unit dengan jumlah guru orang dan jumlah murid orang. Rasio murid SLTP dengan sekolah ialah 336 murid per sekolah. Pada tahun yang sama, jumlah sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA) sebanyak sekolah dengan jumlah guru orang dan jumlah murid orang. Rasio murid dengan sekolah sebesar 428 murid persekolah. Jumlah perguruan tinggi swasta (PTS) tahun 2008 sebanyak 323, terdiri atas 37 universitas,126 sekolah tinggi,3 institut,144 akademi, dan 13 politeknik. Kemampuan membaca dan menulis tercermin dari angka melek huruf, khususnya penduduk yang berusia 10 tahun keatas yang dapat membaca dan menulis huruf latin dan huruf lain. Pada tahun 2013, penduduk Sumatera Utara

25 yang melek huruf ialah 97,58 %dan persentase laki-laki lebih tinggi daripada perempuan, yaitu 98,47% dan 96,72%. Persentase penduduk berumur 10 tahun keatas yang melek huruf per kabupaten/kota pada tahun 2013 yang terendah terdapat di Nias Selatan, yaitu 84,96% dan di Nias Barat sebesar 86,40% Agama Sesuai dengan falsafah negara, pelayanan kehidupan beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa senantiasa dikembangkan dan ditingkatkan untuk membina kehidupan masyarakat dan mengatasi berbagai masalah sosial budaya yang mungkin menghambat kemajuan bangsa. Data BPS Sumatera Utara menunjukkan bahwa sarana ibadah umat beragama meningkat setiap tahun. Pada 2013, jumlah mesjid sebanyak unit, langgar/musala unit, gereja Protestan unit, gereja Katolik unit, kuil 65 unit dan wihara 367 unit, dan Cetiya 78 unit (SUDA 2013). Angka ini meningkat khususnya untuk mesjid dan gereja. Pada 2013, jumlah mesjid sebanyak unit, langgar/musala unit, gereja Protestan unit, gereja Katolik unit, kuil 72 unit dan wihara 367 unit, dan Cetiya 78 unit (SUDA 2013) Ketenagaan Kerja Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) penduduk Sumatera Utara yang berumur 15 tahun ke atas mengalami peningkatan dari tahun 2013 ke tahun 2015, yaitu dari 68,33% menjadi 69,14%. Di pihak lain, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) mengalami penurunan dari 9,10%pada 2013 menjadi 8,45% pada Dari tingkat pendidikan, persentase angkatan kerja berumur 15 tahun keatas yang tidak pernah sekolah ialah 1,81%, tidak tamat SD 14,52%, tamat SD

26 21,81%, tamat SMP 23,25%, tamat SMA 31,99%, diploma I/II/III/IV dan universitas 6,62% (SUDA 2013). Data di atas memperlihatkan dengan jelas bahwa tingkat pendidikan angkatan kerja di Sumatera Utara sebagian besar berpendidikan SD kebawah. Selanjutnya, jika dilihat dari status pekerjaan utama, 27,70% penduduk berusia 15 tahun ke atas yang bekerja adalah buruh atau karyawan, 20,67% adalah penduduk yang bekerja sebagai pekerja keluarga, 20,17% adalah penduduk yang berusaha sendiri, 19,51% adalah penduduk yang bekerja dibantu anggota keluarga. Hanya 3,23% penduduk yang berusaha dengan mempekerjakan buruh tetap/karyawan. Penduduk Sumatera Utara paling banyak bekerja di sektor pertanian (perkebunan, perikanan, dan peternakan), yaitu 46.72% ; sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 20.04%; jasa (perorangan, perusahaan, dan pemerintahan) 12.06%, sedangkan sektor industri hanya 8.69%. Selebihnya, penduduk bekerja disektor penggalian dan pertambangan, listrik, gas dan air minum, bangunan, angkutan dan komunikasi dan keuangan (SUDA, 2013) Derajat Kesehatan Derajat kesehatan yang optimal tampak dari unsur kualitas hidup dan unsur-unsur mortalitas dan yang mempengaruhinya, yaitu morbiditas dan status gizi. Untuk kualitas hidup, indikatornya adalah Angka Harapan Hidup Waktu Lahir. Untuk mortalitas disepakati tiga indikator, yaitu Angka Kematian Bayi per kelahiran hidup, Angka Kematian Balita per kelahiran hidup, dan Angka Kematian Ibu Maternal per kelahiran hidup. Untuk morbiditas

27 disepakati empat belas indikator, yaitu Angka "Acute Flaccid Paralysis" (AFP) pada anak usia <15 tahun per anak, Angka Kesembuhan Penderita TB Paru BTA +, persentase balita dengan pneumonia ditangani, persentase HIV/AIDS ditangani, prevalensi HIV (persentase kasus terhadap penduduk berisiko), persentase Infeksi Menular Seksual (IMS) diobati, Angka Kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD) per penduduk, persentase DBD ditangani, Angka Kesakitan Malaria per penduduk, persentase penderita malaria diobati, persentase penderita kusta selesai berobat, kasus penyakit filaria ditangani, jumlah kasus dan angka kesakitan penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Sementara itu, status gizi disepakati lima indikator, yaitu persentase kunjungan Neonatus, persentase kunjungan bayi, persentase BBLR ditangani, persentase balita dengan gizi buruk dan persentase kecamatan bebas rawan gizi. Pencapaian imunisasi Hepatitis B di Sumatera Utara rendah. Pencapaian imunisasi Hepatitis B di Sumatera Utara masih rendah sesuai dengan data Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara hingga Desember Dari 33 kabupaten/kota, baru empat kabupaten/kota pencapaian imunisasi Hepatitis B di atas 80%. Sisanya dibawah 80%. Empat daerah yang mencapai target, antara lain, ialah Samosir, Asahan, Medan, dan Deli Serdang. Di sisi lain, cakupan lebih dari 80% imunisasi pendukung lainnya hingga di penghujung tahun 2011 dengan pencapaian 60% keberhasilan kabupaten/kota dalam imunisasi tersebut.imunisasi BCG, misalnya, hanya pada 18 kabupaten/kota yang cakupannya di bawah 80%. Pada kabupaten/kota lain, cakupannya lebih dari 80 persen. Untuk imunisasi campak, jenis imunisasi ini cakupannya masih di bawah

28 80%, yakni sebanyak 14 kabupaten/kota, antara lain, Labuhan Batu Selatan, Dairi, Gunung Sitoli, Padang Lawas, Nias Utara, Nias, Tanjung Balai, Padang Lawas Utara, Nias Barat, Madina, Pakpak Bharat, Tapanuli Selatan, Sibolga, Padang Sidempuan, dan Nias Selatan. Pencapaian untuk imunisasi polio 4, hanya 15 kabupaten/kota yang mencapai cakupan di atas 80%. Untuk cakupan imunisasi polio, 1,12 kabupaten/kota saja yang cakupan imunisasinya di bawah 80%, sedangkan kabupaten/kota lain di atas 80% Mortalitas (Angka Kematian) Angka kematian masyarakat dari waktu ke waktu mendeskripsikan perkembangan derajat kesehatan masyarakat dan juga sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan lain. Angka kematian umumnya dihitung dengan melakukan survei dan penelitian. Perkembangan tingkat kematian dan penyakit-penyakit penyebab utama kematian yang terjadi di Sumatera Utara sampai akhir tahun 2014 diuraikan dibawah ini Angka Kematian Bayi (AKB) Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infant Mortality Rateialah indikator yang lazim digunakan untuk menentukan derajat kesehatan masyarakat, baik di tingkat provinsi maupun di tingkat nasional.akb merujuk pada jumlah bayi yang meninggal pada fase kelahiran hingga bayi belum mencapai umur 1 tahun per 1000 kelahiran hidup. Banyak program pembangunan kesehatan di Indonesia berfokus pada upaya penurunan AKB. Bertolak dari profil kesehatan kabupaten/kota (lihat lampiran tabel 7), dari bayi lahir hidup ada bayi yang meninggal sebelum usia 1 tahun.

29 Dari angka ini diperhitungkan AKB di Sumatera Utara hanya 7,73/1.000 kelahiran hidup pada Rendahnya angka ini mungkin dikarenakan kasus-kasus yang dilaporkan ialah kasus kematian di sarana pelayanan kesehatan, sedangkan kasuskasus kematian di masyarakat belum seluruhnya dilaporkan. Berdasarkan Susenas (BPS-SU), Angka Kematian Bayi pada tahun 2008 sebesar 25,60 per kelahiran hidup. Angka ini menurun bila dibandingkan dengan AKB tahun 2013 sebesar 26,9 per kelahiran hidup. Cakupan kunjungan bayi Provinsi Sumatera Utara tahun 2013 dapat dilihat pada gambar 4.1 di bawah ini : Gambar 4.1 Cakupan Kunjungan Bayi Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013 Sumber : Ditjen Bina Gizi dan KIA : Laporan Kinerja B12 Tahun 2013 Berdasarkan data BPS, AKB di Sumatera Utara setiap tahun mengalami penurunan. Pada tahun 2001, AKB sebesar 39,4 per kelahiran hidup dan pada tahun 2008 mampu diturunkan menjadi 25,6 per kelahiran hidup. Hasil Survei AKI dan AKB di Sumatera Utara yang dilaksanakan oleh FKM USU pada

30 tahun 2013 mencatat AKB Sumatera Utara 23/1.000 kelahiran hidup. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesda) yang dilaksanakan Departemen Kesehatan pada 2013 menunjukkan bahwa penyebab kematian terbanyak pada kelompok bayi 0-6 hari didominasi oleh gangguan/kelainan pernafasan (35,9%), prematuritas (32,4%), dan sepsis (12%). Penyebab utama kematian bayi pada kelompok 7-28 hari ialah Sepsis (20,5%), malformasi kongenital (18,1%). dan pnemonia (15,4%). Penyebab utama kematian bayi pada kelompok 29 hari 11 bulan ialah diare (31,4%), pnemonia (23,8), dan meningitis/ensefalitis (9,3%). Faktor utama ibu yang berkontribusi terhadap lahir mati dan kematian bayi 0-6 hari adalah hipertensi maternal (23,6%), komplikasi kehamilan dan kelahiran (17,5%), ketuban pecah dini, dan pendarahan antepartum masing-masing 12,7% (Riskesda, 2013). Menurut pusat data dan informasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2013) cakupan kunjungan bayi pada tahun 2013 menunjukkan bahwa cakupan pelayanan kesehatan bayi di Provinsi Sumatera Utara telah mencapai target renstra, yaitu 93,53%. Cakupan pelayanan kesehatan bayi di Sumatera Utara (2013) yang tertinggi terdapat di Kabupaten Mandailing Natal 134,71% dan cakupan terendah di Kabupaten Gunung Sitoli 44,24% Angka Kematian Balita (AKABA) Angka kematian balita menggambarkan peluang untuk meninggal pada fase kelahiran dan sebelum bayi berusia 5 tahun. Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2013 diperoleh hasil bahwa angka kematian balita (AKABA) di Sumatera Utara sebesar 67 per 1000 kelahiran hidup. Angka rerata nasional pada tahun 2013 sebesar 44 per 1000

31 kelahiran hidup. Angka ini lebih rendah daripada AKABA pada tahun yang sebesar 46 per 1000 kelahiran hidup. Secara umum AKABA diindonesia cenderung mengalami penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) Angka kematian ibu dan angka kematian bayi merupakan indikator keberhasilan pembangunan pada sektor kesehatan. AKI mengacu pada jumlah kematian ibu, mulai dari masa kehamilan, persalinan, dan nifas. Berdasarkan laporan dari profil kesehatan kabupaten/kota, AKI maternal yang dilaporkan di Sumatera Utara hanya 116/ kelahiran hidup, tetapi ini belum bisa menggambarkan AKI yang sebenarnya pada populasi. Dari hasil survei AKI dan AKB yang dilaksanakan oleh FKM-USU, AKI Provinsi Sumatera Utara tercatat 268/ kelahiran hidup pada tahun Apabila dibandingkan dengan angka nasional, AKI Sumatera Utara lebih tinggi. Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2013 menyebutkan bahwa AKI Indonesia sebesar 228 per kelahiran hidup. Angka ini turun dibandingkan dengan AKI tahun 2002 yang mencapai 307/ kelahiran hidup Status Gizi Tabel 4.4 Prevalensi Status Gizi Balita (BB/BT) menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera UtaraTahun 2013 Status Gizi Menurut BB/TB Kabupaten/Kota Gemuk Sangat Kurus Normal (%) (%) Kurus (%) (%) Nias 15,7 8,1 54,9 21,2 Mandailing Natal 6,4 6,0 72,3 15,3 Tapanuli Selatang 7,0 5,7 73,4 13,8 Tapanuli Tengah 4,2 5,6 84,9 5,3 Tapanuli Utara 8,6 10,3 63,3 17,8 Toba Samosir 8,7 5,0 65,2 21,1

32 Status Gizi Menurut BB/TB Kabupaten/Kota Gemuk Sangat Kurus Normal (%) (%) Kurus (%) (%) Labuhan Batu 13,6 10,5 53,8 22,1 Asahan 4,3 8,9 73,5 13,4 Simalungun 16,3 6,1 62,5 15,1 Dairi 4,1 5,3 79,4 11,2 Karo 5,3 4,4 83,2 7,1 Deli Serdang 4,6 7,4 82,3 5,7 Langkat 6,9 8,3 55,6 29,2 Nias Selatan 12,5 8,9 66,9 11,7 Humbang Hasundutan 4,4 6,8 69,4 19 Pakpak Bharat 6,9 7,3 72,6 13,3 Samosir 1,7 2,1 82,0 14,2 Serdang Bedagai 8,1 5,0 70,9 15,9 Batu Bara 10,6 3,5 77,9 8,1 Padang Lawas Utara 11,2 8,5 70,1 10,2 Padang Lawas 8,7 5,1 73,7 12,4 Labuhan Batu Selatan 11,4 8,1 61,5 19,0 Labuhan Batu Utara 7,3 5,5 73,4 13 Nias Utara 18,4 12,0 55,0 14,5 Nias Barat 13,1 10,6 69,0 7,2 Kota Sibolga 16,4 7,7 66,6 9,3 Kota Tanjung Balai 3,3 7,5 80,4 8,8 Kota Pematang Siantara 6,5 8,2 69,1 16,3 Kota Tebing Tinggi 3,2 9,7 78,2 8,9 Kota Medan 6,7 8,6 72,3 12,4 Kota Binjai 7,6 12,8 69,1 10,5 Kota Padangsidempuan 11,4 5,7 66,2 16,7 Kota Gunungsitoli 2,9 5,1 83,4 8,6 Sumatera Utara 7,5 7,4 72,2 12,8 Indonesia 5,3 6,8 76,1 11,8 Sumber : Riskesdas Angka Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Tabel 4.5 Persentase Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat menurut Kabupaten/ Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013 No Kabupaten / Kota Puskesmas Jumlah % Kabupaten 1 Nias 8 26,346 77,49 2 Mandailing Natal 26 96,365 26,70 3 Tapanuli Selatan 16 61,920 59,09 4 Tapanuli tengah 21 67,832 30,00

33 Tabel 4.5 (Lanjutan) 5 Tapanuli Utara 19 65,595 40,05 6 Toba Samosir 19 43,143 48,61 7 Labuhan Batu 13 94,979 38,74 8 Asahan ,556 21,29 9 Simalungun ,105 70,88 10 Dairi 18 65,820 29,19 11 Karo 19 96,361 33,98 12 Deli Serdang ,634 68,17 13 Langkat ,687 53,33 14 Nias Selatan 26 61,086 46,07 15 Humbang Hasundutan 12 39,599 30,00 16 Pakpak Bharat 8 9,126 52,83 17 Samosir 12 29,365 24,21 18 Serdang Bedagai ,289 46,96 19 Batu Bara 12 87,592 72,28 20 Padang Lawas Utara 12 52,806 53,54 21 Padang lawas 17 52,866 61,54 22 Labuhan Batu Selatan 14 66,848 38,13 23 Labuhan Batu Utara 17 77,790 74,03 24 Nias Utara 11 26,528 47,66 25 Nias Barat 7 16,384 74,36 26 Sibolga 4 18,430 56,47 27 Tanjung Balai 8 33,518 40,00 28 Pematang Siantar 17 55,691 75,51 29 Tebing Tinggi 9 35,232 80,00 30 Medan ,462 67,08 31 Binjai 8 57,521 41,88 32 Padangsidampuan 9 43,592 63,20 33 Kota Gunungsitoli 6 26,165 77,49 Sumber : Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara Karakteristik Individu Pemimpin Karakateristik individu pemimpin adalah sifat dan keadaan yang terdapat peda diri pemimpin Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota di Sumatera Utara. Adapaun unsurnya adalah sebagai berikut: Umur, Kelamin, Agama, Pendidikan, Pengalaman Kerja, Pengalaman Organisasi.

34 Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan, Responden Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara No Variabel Frekuensi % 1 Umur <45 tahun 14 42,4 45 tahun 19 57,6 2 Jenis Kelamin Laki-Laki 23 69,7 Perempuan 10 30,3 3 Pendidikan S ,5 S ,5 4 Pengalaman Kerja <10 tahun 13 39,4 10 tahun 20 60,6 5 Pengalaman Organisasi <10 tahun 13 39,4 10 tahun 20 60,6 6 Pendidikan Penjenjangan Diklatpim III 9 27,3 Diklatpim II 24 72,7 Jumlah Dari tabel 4.6 di atas dapat disimpulkan bahwa umur responden 45 tahun dan jenis kelamin responden laki-laki sangat dominan, yaitu secara berturutturut 19 orang (57,6%)dan 23 orang (67,7%). Begitu juga, pengalaman kerja responden 10 tahun dan pengalaman organisasi responden 10 tahun sebanyak 20 orang (60,6%), sertapendidikan penjenjangan Diklatpim II sebanyak 24 orang (72,7%), kecuali pendidikan responden S-1 dan S-2 yang hampir berimbang, yakni S-1 : 16 orang (48,5%) dan S-2 :17orang (51,5%).

35 4.4 Gaya Kepemimpinan Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Gaya Kepemimpinan Direktif, Suportif, Partisipatif, Orientasi Prestasi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara No Variabel Frekuensi % 1 Direktif Kurang 13 39,4 Baik 20 60,6 2 Suportif Kurang 17 51,5 Baik 16 48,5 3 Partisipatif Kurang 18 54,5 Baik 15 45,5 4 Orientasi Prestasi Kurang 15 45,5 Baik 18 54,5 Jumlah Tabel 4.7 menjelaskan bahwakepemimpinan yang bergaya direktif dan bergaya orientasi prestasi dominan pada kategori baik, yaitu masing-masing 20 orang (60,6%) dan 18 orang (54,5%). Sebaliknya, kepemimpinan yang bergaya suportif dan bergaya partisipatif justru dominan pada kategori kurang, yakni 17 orang (51,5%) dan 18 orang (54,5%). Namun kepemimpinan yang bergaya orientasi prestasi di dominasi kategori baik 18 orang (54,5%). 4.5 Kemampuan Fleksibilitas Kepemimpinan Dimensi Fokus, Lentur, Cepat, Ramah, Adil Tabel 4.8 Distribusi Kemampuan Fleksibilitas Kepemimpinan Dimensi Fokus, Lentur, Cepat, Ramah, Adil Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara No Variabel Frekuensi % 1 Dimensi Fokus Kurang 12 36,4 Baik 21 63,6 2 Dimensi Lentur Kurang 19 57,6

36 No Variabel Frekuensi % Baik 14 42,4 3 Dimensi Cepat Kurang 16 48,5 Baik 17 51,5 4 Dimensi Ramah Kurang 16 48,5 Baik 17 51,5 5 Dimensi Adil Kurang 12 36,4 Baik 21 63,6 Jumlah Pada tabel 4.8 tampak bahwa dimensi fokus, dimensi cepat, dimensi ramah, dan dimensi adil pada kategori baik adalah mayoritas dalam kaitan dengan kemampuan fleksibilitas kepemimpinan. Distribusinya ialah 21 orang (63,6%) pada dimensi fokus, 17 orang (51,5%) pada dimensi cepat dan dimensi ramah, dan 21 orang (63,6%) pada dimensi adil. Satu-satunya dimensi yang lebih banyak dengan kategori kurang ialah dimensi lentur, yaitu 19 orang (57,6%). 4.6 Kemampuan Fleksibilitas Kepemimpinan Tabel 4.9 Distribusi Kemampuan Fleksibilitas Kepemimpinan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara No Kemampuan Fleksibilitas Kepemimpinan Frekuensi % 1 Kurang 14 42,4 2 Baik 19 57,6 Jumlah Tabel 4.9 di atas bermaknabahwa kemampuan fleksibilitas kepemimpinan yang baik sebanyak 19 orang (57,6%), sedangkan kemampuan fleksibilitas kepemimpinan yangkurang sebanyak 14 orang (42,4%).

37 4.7 Hubungan Karakteristik Individu dengan Kemampuan Fleksibiltas Kepemimpinan Hubungan Umur dengan Fleksibilitas Kepemimpinan Hubungan umur dengan kemampuan fleksibilitas kepemimpinan dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.10 Hubungan Umur dengan Kemampuan Fleksibilitas Kepemimpinan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara No Umur Kemampuan Fleksibilitas Kepemimpinan Total Kurang Baik N % N % N % 1 <45 tahun 10 71,4 4 28, tahun 4 21, , Jumlah 14 42, , ,0 *signifikan pada α = 0,05 p value 0,011 * Pada tabel 4.10, kemampuan fleksibilitas kepemimpinan yang tergolong kurang lebih banyak pada responden <45 tahun, yakni10 orang (71,4%), dari pada responden 45 tahun, yakni 4 orang (21,1%). Namun, kemampuan fleksibilitas kepemimpinan yang tergolong baik lebih banyak pada responden 45 tahun, yaitu 15 orang (78,9%), dari pada responden <45 tahun, yaitu 4 orang (28,5%). Dari hasil uji chi square diperoleh nilai p = 0,011; artinya, ada hubungan umur dengan kemampuan fleksibilitas kepemimpinan Hubungan Jenis Kelamin dengan Kemampuan Fleksibilitas Kepemimpinan Hubungan jenis kelamin dengan kemampuan fleksibilitas kepemimpinan dapat dilihat pada tabel berikut:

38 Tabel 4.11 Hubungan Jenis Kelamin dengan Kemampuan Fleksibilitas Kepemimpinan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Kemampuan Fleksibilitas No. Jenis Kepemimpinan Total Kelamin Kurang Baik N % N % N % 1 Laki-laki 11 47, , Perempuan Jumlah 14 42, , *tidak signifikan pada α = 0,05 p value 0,569 * Pada tabel 4.11, kemampuan fleksibilitas kepemimpinan yang berkategori kurang didominasi laki-laki,11 orang (47,8%), daripada perempuan, 3 orang (30%). Begitu pula, kemampuan fleksibilitas kepemimpinan yang berkategori baik didominasi laki-laki, 12 orang (52,2%), dari pada perempuan, 7 orang (70%). Dari hasil uji chi square diperoleh nilai p = 0,569; artinya, tidak ada hubungan jenis kelamin dengan kemampuan fleksibilitas kepemimpinan Hubungan Pendidikan dengan Kemampuan Fleksibilitas Kepemimpinan Hubungan pendidikan dengan kemampuan fleksibilitas kepemimpinan dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.12 Hubungan Pendidikan dengan Kemampuan Fleksibilitas Kepemimpinan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kotadi Provinsi Sumatera Utara No. Pendidikan Kemampuan Fleksibilitas Kepemimpinan Total Kurang Baik N % N % N % 1 S ,7 5 31, S , , Jumlah 14 42, , *signifikan pada α = 0,05 p value 0,009 *

39 Pada tabel 4.12, kemampuan fleksibilitas kepemimpinan yang berkategori kurang lebih dominan pada responden S-1, yakni 11 orang (68,7%), daripada responden S-2, yakni 3 orang (17,6%). Akan tetapi, kemampuan fleksibilitas kepemimpinan yang berkategori baik lebih dominan pada responden S-2, yaitu 14 orang (82,4%), dari pada responden S-1, yaitu 5 orang (31,3%). Dari hasil uji chi square diperoleh nilai p = 0,009; artinya, ada hubungan pendidikan dengan kemampuan fleksibilitas kepemimpinan Hubungan Pengalaman Kerja dengan Kemampuan Fleksibilitas Kepemimpinan Hubungan pengalaman kerja dengan kemampuan fleksibilitas kepemimpinan dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.13 Hubungan Karakteristik Individu Pengalaman Kerja dengan Kemampuan Fleksibilitas Kepemimpinan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Kemampuan Fleksibilitas No. Pengalaman Kepemimpinan Total Kerja Kurang Baik N % N % N % 1 <10 tahun 9 69,2 4 30, tahun 5 25, , Jumlah 14 42, , *signifikan pada α = 0,05 p value 0,031 * Tabel 4.13 menjelaskan kemampuan fleksibilitas kepemimpinan yang kurang lebih banyak terdapat pada responden dengan pengalaman kerja <10 tahun, yakni 9 orang (69,2%), daripada responden dengan pengalaman kerja 10 tahun, yakni 5 orang (25%). Sebaliknya, kemampuan fleksibilitas kepemimpinan yang baik lebih dominan pada responden dengan pengalaman kerja 10 tahun, yakni 15 orang (75,0%), daripada responden dengan pengalaman kerja <10 tahun,

Provinsi Sumatera Utara: Demografi

Provinsi Sumatera Utara: Demografi Fact Sheet 02/2015 (28 Februari 2015) Agrarian Resource Center ARC Provinsi Sumatera Utara: Demografi Provinsi Sumatera Utara adalah provinsi peringkat ke-4 di Indonesia dari sisi jumlah penduduk. Pada

Lebih terperinci

Sejak tahun 2008, tingkat kemiskinan terus menurun. Pada 2 tahun terakhir, laju penurunan tingkat kemiskinan cukup signifikan.

Sejak tahun 2008, tingkat kemiskinan terus menurun. Pada 2 tahun terakhir, laju penurunan tingkat kemiskinan cukup signifikan. Jiwa (Ribu) Persentase (%) 13 12.5 12 11.5 11 10.5 10 9.5 9 8.5 8 12.55 11.51 11.31 11.33 10.41 10.39 9.85 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Tingkat Kemiskinan Sejak tahun 2008, tingkat kemiskinan terus

Lebih terperinci

BAB III TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAN KEMISKINAN DI KABUPATEN/KOTA PROPINSI SUMATERA UTARA

BAB III TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAN KEMISKINAN DI KABUPATEN/KOTA PROPINSI SUMATERA UTARA 39 BAB III TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAN KEMISKINAN DI KABUPATEN/KOTA PROPINSI SUMATERA UTARA 3.1. Karakteristik Kemiskinan Propinsi Sumatera Utara Perkembangan persentase penduduk miskin di Sumatera

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GRAFIK

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GRAFIK DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GRAFIK i iv v BAB I. PENDAHULUAN 1 BAB II. GAMBARAN UMUM 4 2.1. LOKASI DAN KEADAAN GEOGRAFIS 4 2.2. KEPENDUDUKAN 8 2.3. SOSIAL DAN BUDAYA 10 2.3.1.

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2012 K A T A P E N G A N T A R Puji Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat dan Hidayah-Nya, Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejarah ekonomi dan selalu menarik untuk dibicarakan. Pengangguran adalah

BAB I PENDAHULUAN. sejarah ekonomi dan selalu menarik untuk dibicarakan. Pengangguran adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengangguran merupakan suatu topik yang tidak pernah hilang dalam sejarah ekonomi dan selalu menarik untuk dibicarakan. Pengangguran adalah istilah bagi orang yang

Lebih terperinci

KEMISKINAN ASAHAN TAHUN 2015

KEMISKINAN ASAHAN TAHUN 2015 BPS KABUPATEN ASAHAN No. 02/10/1208/Th. XIX, 24 Oktober 2016 KEMISKINAN ASAHAN TAHUN 2015 Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Asahan tahun 2015 sebanyak 85.160 jiwa (12,09%), angka ini bertambah sebanyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan Pembangunan Nasional, sebagaimana diamanatkan dalam. Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan Pembangunan Nasional, sebagaimana diamanatkan dalam. Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan Pembangunan Nasional, sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan Undang Undang Dasar 1945 adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. yang signifikan, dimana pada tahun 2010 yaitu mencapai 8,58% meningkat. hingga pada tahun 2014 yaitu mencapai sebesar 9,91%.

BAB I. PENDAHULUAN. yang signifikan, dimana pada tahun 2010 yaitu mencapai 8,58% meningkat. hingga pada tahun 2014 yaitu mencapai sebesar 9,91%. BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor perikanan memberikan kontribusi terhadap PDRB sektor pertanian di Provinsi Sumatera Utara tahun 2010 s/d 2014 mengalami peningkatan yang signifikan, dimana

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GRAFIK

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GRAFIK DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GRAFIK i iv v BAB I. PENDAHULUAN 1 BAB II. GAMBARAN UMUM 4 2.1. LOKASI DAN KEADAAN GEOGRAFIS 4 2.2. KEPENDUDUKAN 8 2.3. SOSIAL DAN BUDAYA 10 2.3.1.

Lebih terperinci

Lampiran 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Per Kapita Menurut Kabupaten/Kota Atas Dasar Harga Konstan (Rupiah)

Lampiran 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Per Kapita Menurut Kabupaten/Kota Atas Dasar Harga Konstan (Rupiah) LAMPIRAN Lampiran 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Per Kapita Menurut / Atas Dasar Harga Konstan (Rupiah) / 2010 2011 2012 2013 2014 2015 1 Nias 3.887.995 4.111.318 13.292.683.44 14. 046.053.44

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS KOTA GUNUNGSITOLI INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 IPM KOTA GUNUNGSITOLI TAHUN 2016 SEBESAR 66,85 No. 01/12785/06/2017, 11 Juli 2017 Pembangunan manusia di Kota Gunungsitoli

Lebih terperinci

Sumatera Utara. Rumah Balai Batak Toba

Sumatera Utara. Rumah Balai Batak Toba , Laporan Provinsi 105 Sumatera Rumah Balai Batak Toba Rumah Balai Batak Toba adalah rumah adat dari daerah Sumatera. Rumah ini terbagi atas dua bagian, yaitu jabu parsakitan dan jabu bolon. Jabu parsakitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kewenangan dan tanggung jawab penuh dalam mengatur dan mengurus rumah

BAB I PENDAHULUAN. kewenangan dan tanggung jawab penuh dalam mengatur dan mengurus rumah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak berlakunya otonomi daerah sesuai dengan UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 BPS PROVINSI SUMATERA UTARA INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 No. 29/05/12/Thn. XX, 5 Mei 2017 IPM PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2016 MEMASUKI KATEGORI TINGGI Pembangunan manusia di Sumatera

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Sensus Ekonomi 2016 No. 31/05/12/Thn. XX, 24 Mei 2017 BERITA RESMI STATISTIK PROVINSI SUMATERA UTARA Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Sensus Ekonomi

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA UTARA

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA UTARA BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA UTARA Seuntai Kata Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun sekali

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

TIPOLOGI WILAYAH HASIL PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) 2014

TIPOLOGI WILAYAH HASIL PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) 2014 BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 21/03/12/Th. XVIII, 2 Maret 2015 TIPOLOGI WILAYAH HASIL PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) 2014 Pendataan Potensi Desa (Podes) dilaksanakan 3 kali dalam 10 tahun. Berdasarkan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GRAFIK

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GRAFIK DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GRAFIK i iv v BAB I. PENDAHULUAN 1 BAB II. GAMBARAN UMUM 4 2.1. LOKASI DAN KEADAAN GEOGRAFIS 4 2.2. KEPENDUDUKAN 8 2.3. SOSIAL DAN BUDAYA 10 2.3.1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada September 2000 sebanyak 189 negara anggota PBB termasuk

BAB I PENDAHULUAN. Pada September 2000 sebanyak 189 negara anggota PBB termasuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada September 2000 sebanyak 189 negara anggota PBB termasuk Indonesia, sepakat untuk mengadopsi deklarasi Millenium Development Goals (MDG) atau Tujuan Pertumbuhan

Lebih terperinci

ANALISIS PERTUMBUHAN DAN PERSEBARAN PENDUDUK PROVINSI SUMATERA UTARA BERDASARKAN HASIL SENSUS PENDUDUK TAHUN 2010 Oleh Mbina Pinem *

ANALISIS PERTUMBUHAN DAN PERSEBARAN PENDUDUK PROVINSI SUMATERA UTARA BERDASARKAN HASIL SENSUS PENDUDUK TAHUN 2010 Oleh Mbina Pinem * ANALISIS PERTUMBUHAN DAN PERSEBARAN PENDUDUK PROVINSI SUMATERA UTARA BERDASARKAN HASIL SENSUS PENDUDUK TAHUN 2010 Oleh Mbina Pinem * Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan persebaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki 34 provinsi yang kini telah tumbuh menjadi beberapa wacana

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki 34 provinsi yang kini telah tumbuh menjadi beberapa wacana BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki 34 provinsi yang kini telah tumbuh menjadi beberapa wacana untuk mendirikan provinsi-provinsi baru di Indonesia. Pembentukan provinsi baru ini didasari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif, yaitu suatu metode penelitian yang mengarahkan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan tentang suatu

Lebih terperinci

Lampiran 1. Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun (Jiwa)

Lampiran 1. Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun (Jiwa) Lampiran 1. Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2005 2007 (Jiwa) No Kabupaten/kota Tahun 2005 2006 2007 Kabupaten 1 Nias 441.807 442.019 442.548 2 Mandailing natal 386.150

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1994). Proses pembangunan memerlukan Gross National Product (GNP) yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1994). Proses pembangunan memerlukan Gross National Product (GNP) yang tinggi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan yang meluas merupakan tantangan terbesar dalam upaya Pembangunan (UN, International Conference on Population and Development, 1994). Proses pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perencanaan pembangunan ekonomi yang berorientasi pada pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perencanaan pembangunan ekonomi yang berorientasi pada pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perencanaan pembangunan ekonomi yang berorientasi pada pertumbuhan (growth) merupakan awal proses pembangunan suatu negara. Pembangunan suatu negara diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, dalam upaya untuk meningkatkan taraf hidup maupun kesejahteraan rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, dalam upaya untuk meningkatkan taraf hidup maupun kesejahteraan rakyat. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan merupakan alternatif terbaik yang dapat dilakukan oleh suatu bangsa, dalam upaya untuk meningkatkan taraf hidup maupun kesejahteraan rakyat. Salah satu

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK: SERTA TANTANGAN TAHUN 2019

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK: SERTA TANTANGAN TAHUN 2019 DINAS PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK PROVINSI SUMATERA UTARA KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK: SERTA TANTANGAN TAHUN 2019 Drs. Jumsadi Damanik, SH, M. Hum

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 39/07/12/Thn.XIX, 01 Juli 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA SUMATERA UTARA 2015 MENCAPAI 69,51. Pembangunan manusia di Sumatera

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2013

RESUME PROFIL KESEHATAN PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2013 RESUME PROFIL INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 71.681 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 6113 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 6.648.190 6.678.117

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Siklus pengelolaan keuangan daerah merupakan tahapan-tahapan yang

BAB I PENDAHULUAN. Siklus pengelolaan keuangan daerah merupakan tahapan-tahapan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Siklus pengelolaan keuangan daerah merupakan tahapan-tahapan yang harus dilakukan dalam mengelola keuangan yang menjadi wewenang dan tanggung jawab pemerintah

Lebih terperinci

KATA SAMBUTAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3

KATA SAMBUTAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3 DAFTAR ISI hal. KATA SAMBUTAN DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN i ii iv v x BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3 A. KEADAAN PENDUDUK 3 B. KEADAAN EKONOMI 8 C. INDEKS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

SUATU TINJAUAN KEBIJAKAN ALOKASI BELANJA 3 (TIGA) BIDANG UTAMA (SOSIAL BUDAYA, INFRASTRUKTUR, EKONOMI) UNTUK 25 KABUPATEN DAN KOTA PADA RAPBD TA

SUATU TINJAUAN KEBIJAKAN ALOKASI BELANJA 3 (TIGA) BIDANG UTAMA (SOSIAL BUDAYA, INFRASTRUKTUR, EKONOMI) UNTUK 25 KABUPATEN DAN KOTA PADA RAPBD TA Karya Tulis SUATU TINJAUAN KEBIJAKAN ALOKASI BELANJA 3 (TIGA) BIDANG UTAMA (SOSIAL BUDAYA, INFRASTRUKTUR, EKONOMI) UNTUK 25 KABUPATEN DAN KOTA PADA RAPBD TA. 2006 PROVINSI SUMATERA UTARA Murbanto Sinaga

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. variabel-variabel penelitian melalui pengujian hipotesa.

BAB 3 METODE PENELITIAN. variabel-variabel penelitian melalui pengujian hipotesa. BAB 3 METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan metode survei dengan pendekatan tipe explanatory research yaitu penelitian yang menjelaskan hubungan/pengaruh antara variabel-variabel

Lebih terperinci

Daftar Populasi dan Sampel Penelitian

Daftar Populasi dan Sampel Penelitian Lampiran 1 Daftar Populasi dan Sampel Penelitian No Kabupaten dan Kota Populasi Kriteria Pemilihan Sampel Sampel 1 2 1 Kabupaten Asahan 1 - - 2 Kabupaten Dairi 2 Sampel 1 3 Kabupaten Deli Serdang 3 Sampel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usaha pertanian (0,74 juta rumah tangga) di Sumatera Utara.

BAB I PENDAHULUAN. usaha pertanian (0,74 juta rumah tangga) di Sumatera Utara. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian merupakan basis utama perekonomian nasional. Sebagian besar masyarakat Indonesia masih menggantungkan hidupnya pada

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Deli Serdang. Berada di jalur lintas Sumatera, desa ini terletak diantara dua kota besar di

BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Deli Serdang. Berada di jalur lintas Sumatera, desa ini terletak diantara dua kota besar di BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN II. 1 Deskripsi Desa Muliorejo Desa Muliorejo merupakan salah satu desa / kelurahan yang berada di Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang. Berada di jalur lintas Sumatera,

Lebih terperinci

THEORITICAL MAPPING Kemampuan Fleksibilitas Kepemimpinan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

THEORITICAL MAPPING Kemampuan Fleksibilitas Kepemimpinan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Author/Thn./Title/ Teks/ Artikel Achmad Rifai Kemampuan Fleksibilitas Kepemimpinan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Di Provinsi Sumatera Utara. THEORITICAL MAPPING Kemampuan Fleksibilitas Kepemimpinan Dinas

Lebih terperinci

Lampiran 1. Data Luas Panen dan Produksi Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Tahun

Lampiran 1. Data Luas Panen dan Produksi Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Tahun Lampiran 1 Data Luas Panen dan Produksi Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Tahun 2012 Kabupaten/Kota Luas Panen (ha) Produksi (ton) Rata-rata Produksi (kw/ha) Nias 9449 30645 32.43 Mandailing Natal 37590

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.851, 2012 KEMENTERIAN AGAMA. Instansi Vertikal. Organisasi. Tata Kerja. PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL KEMENTERIAN AGAMA

PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL KEMENTERIAN AGAMA PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL KEMENTERIAN AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Tabel Daftar Pemerintahan Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

Lampiran 1. Tabel Daftar Pemerintahan Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Lampiran 1 Tabel Daftar Pemerintahan Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara No. Kabupaten No. Kota 1. Kabuapaten Asahan 1. Kota Binjai 2. Kabuapaten Batubara 2. Kota Gunung Sitoli 3. Kabuapaten Dairi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilindungi oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. dilindungi oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan adalah salah satu hak azasi manusia dan sebagai komoditi strategis yang dilindungi oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan kesepakatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meliputi kebutuhan makan maupun non makan. Bagi Indonesia, kemiskinan sudah sejak lama menjadi persoalan

BAB I PENDAHULUAN. meliputi kebutuhan makan maupun non makan. Bagi Indonesia, kemiskinan sudah sejak lama menjadi persoalan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hampir disetiap negara berkembang kemiskinan selalu menjadi trending topic yang ramai dibicarakan. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang menempati urutan

Lebih terperinci

Musrenbang RKPD Provinsi Sumatera Utara 2013 Hotel Santika, Selasa 2 April 2013 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA UTARA

Musrenbang RKPD Provinsi Sumatera Utara 2013 Hotel Santika, Selasa 2 April 2013 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA UTARA Musrenbang RKPD Provinsi Sumatera Utara 2013 Hotel Santika, Selasa 2 April 2013 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA UTARA 1 PERTUMBUHAN EKONOMI, STRUKTUR PEREKONOMIAN DAN PDRB PERKAPITA EKSPOR, IMPOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan adalah hal yang sangat penting. Pada tahun 1950an, orientasi

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan adalah hal yang sangat penting. Pada tahun 1950an, orientasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam proses pembangunan, pencapaian pertumbuhan ekonomi dan pemerataan adalah hal yang sangat penting. Pada tahun 1950an, orientasi pembangunan negara sedang berkembang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di seluruh Puskesmas Kota Salatiga.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di seluruh Puskesmas Kota Salatiga. 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat Peneitian Penelitian dilakukan di seluruh Puskesmas Kota Salatiga. B. Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan November 2015 dan selesai pada bulan Desember

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Determinan kemiskinan..., Roy Hendra, FE UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Determinan kemiskinan..., Roy Hendra, FE UI, Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah dalam pembangunan yang bersifat multidimensi. Kemiskinan merupakan persoalan kompleks yang terkait dengan berbagai dimensi yakni sosial,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskriptif tentang suatu. Di Puskesmas Tlogosari Kulon Semarang.

BAB III METODE PENELITIAN. dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskriptif tentang suatu. Di Puskesmas Tlogosari Kulon Semarang. BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Metode penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014 BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 50/08/12/Th. XVIII, 3 Agustus 2015 PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014 PRODUKSI CABAI BESAR SEBESAR 147.810 TON, CABAI RAWIT SEBESAR 33.896 TON,

Lebih terperinci

Katalog BPS: 4102002.1274 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA TEBING TINGGI Jl. Gunung Leuser No. Telp (0621) 21733. Fax (0621) 21635 Email: bps1274@mailhost.bps.go.id BADAN PUSAT STATISTIK KOTA TEBING TINGGI STATISTICS

Lebih terperinci

Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2011 Badan Pusat Statistik Kabupaten Serdang Bedagai

Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2011 Badan Pusat Statistik Kabupaten Serdang Bedagai No. Katalog BPS :12182.12.008 Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2011 Badan Pusat Statistik Kabupaten Serdang Bedagai 1 Kabupaten Serdang Bedagai 2011 Nomor Publikasi : 12182.12.008 Katalog BPS : 4102004.1218

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB 3 GAMBARAN UMUM PROVINSI SUMATERA UTARA 29 BAB 3 GAMBARAN UMUM PROVINSI SUMATERA UTARA 3.1 Geografi Sumatera Utara 3.1.1 Lokasi dan Keadaan Geografis Provinsi Sumatera Utara berada di bagian barat Indonesia, terletak pada garis 1 0 4 0 Lintang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dibandingkan jumlah kebutuhan manusia untuk mencukupi kebutuhan hidupnya

I. PENDAHULUAN. dibandingkan jumlah kebutuhan manusia untuk mencukupi kebutuhan hidupnya I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Manusia selalu menghadapi masalah untuk bisa tetap hidup. Hal ini disebabkan karena tidak sesuainya jumlah barang dan jasa yang tersedia dibandingkan jumlah kebutuhan manusia

Lebih terperinci

Disampaikan Oleh: SAUT SITUMORANG Staf Ahli Mendagri Bidang Pemerintahan

Disampaikan Oleh: SAUT SITUMORANG Staf Ahli Mendagri Bidang Pemerintahan KEMENTERIAN DALAM NEGERI Disampaikan Oleh: SAUT SITUMORANG Staf Ahli Mendagri Bidang Pemerintahan Medan, 3 April 2013 Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Pasal 150 ayat (1) dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan cross sectional (belah lintang), yaitu menganalisis

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan cross sectional (belah lintang), yaitu menganalisis BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian korelasional dengan rancangan cross sectional (belah lintang), yaitu menganalisis hubungan antara variabel

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA. A. Sejarah Umum UPT. SAMSAT Medan Utara/Dinas Pendapatan Provinsi

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA. A. Sejarah Umum UPT. SAMSAT Medan Utara/Dinas Pendapatan Provinsi BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA A. Sejarah Umum UPT. SAMSAT Medan Utara/Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Utara pada awalnya mengurusi pengelolaan

Lebih terperinci

Lampiran 1 REALISASI DANA ALOKASI UMUM (DAU) KABUPATEN / KOTA PROVINSI SUMATERA UTARA (Tabulasi Normal dalam Rupiah) TAHUN

Lampiran 1 REALISASI DANA ALOKASI UMUM (DAU) KABUPATEN / KOTA PROVINSI SUMATERA UTARA (Tabulasi Normal dalam Rupiah) TAHUN Lampiran 1 REALISASI DANA ALOKASI UMUM (DAU) KABUPATEN / KOTA PROVINSI SUMATERA UTARA (Tabulasi Normal dalam Rupiah) TAHUN No Uraian 2005 2006 2007 2008 1 Kab. Asahan 292231000000 493236000000 546637000000

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Rancangan cross sectional

BAB III METODE PENELITIAN. dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Rancangan cross sectional 36 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Rancangan cross sectional

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tanaman dagang yang sangat menguntungkan, dengan masukan (input) yang

I. PENDAHULUAN. tanaman dagang yang sangat menguntungkan, dengan masukan (input) yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kacang tanah merupakan tanaman palawija yang secara ekonomis berperan penting bagi kehidupan manusia. Selain itu, juga dapat dijadikan bahan baku industri. Sebagai sumber

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Gresik karena ibu hamil yang mengalami KEK dan bayi dengan berat lahir rendah masih tinggi. Waktu pengambilan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Kementerian Kesehatan RI (2010), program pencegahan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Kementerian Kesehatan RI (2010), program pencegahan dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Kementerian Kesehatan RI (2010), program pencegahan dan pemberantasan DBD telah berlangsung lebih kurang 43 tahun dan berhasil menurunkan angka kematian dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian memiliki beberapa sektor seperti peternakan, perikanan, perkebunan,

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian memiliki beberapa sektor seperti peternakan, perikanan, perkebunan, BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pertanian memiliki beberapa sektor seperti peternakan, perikanan, perkebunan, kehutanan dan tanaman pangan. Dari sektor peternakan ada beberapa bagian lagi dan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan penganggaran pada dasarnya mempunyai manfaat yang sama

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan penganggaran pada dasarnya mempunyai manfaat yang sama BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kegiatan penganggaran pada dasarnya mempunyai manfaat yang sama dengan kegiatan perencanaan, koordinasi, dan pengawasan. Penganggaran juga merupakan komitmen resmi

Lebih terperinci

pemerintahan lokal yang bersifat otonomi (local outonomous government) sebagai

pemerintahan lokal yang bersifat otonomi (local outonomous government) sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Republik Indonesia adalah kepulauan yang besar yang terdiri dari ribuan pulau, memiliki alam yang kaya, tanah yang subur dan ratusan juta penduduk. Di samping

Lebih terperinci

PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2017 OLEH : DINAS SOSIAL PROVINSI SUMATERA UTARA

PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2017 OLEH : DINAS SOSIAL PROVINSI SUMATERA UTARA PELAKSANAAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) PROVINSI UTARA TAHUN 2017 OLEH : DINAS SOSIAL PROVINSI UTARA Apa itu PKH? Program Keluarga Harapan (PKH) adalah program pemberian bantuan sosial bersyarat kepada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mendeskripsikan tentang suatu keadaan secara objektif (Notoatmodjo, 2005, p.

BAB III METODE PENELITIAN. mendeskripsikan tentang suatu keadaan secara objektif (Notoatmodjo, 2005, p. 45 BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Data yang Digunakan

METODE PENELITIAN Data yang Digunakan METODE PENELITIAN Data yang Digunakan Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007. Riskesdas 2007 diselenggarakan oleh Badan Penelitian dan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI LOKASI PRAKTIK LAPANGAN MANDIRI. A. Sejarah Singkat UPT Medan Utara/ Dinas Pendapatan Sumatera Utara

BAB II DESKRIPSI LOKASI PRAKTIK LAPANGAN MANDIRI. A. Sejarah Singkat UPT Medan Utara/ Dinas Pendapatan Sumatera Utara BAB II DESKRIPSI LOKASI PRAKTIK LAPANGAN MANDIRI A. Sejarah Singkat UPT Medan Utara/ Dinas Pendapatan Sumatera Utara Dinas Pendapatan Daerah Sumatera Utara pada awalnya mengurusi pengelolaan pajak dan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Jadwal Penelitian

Lampiran 1. Jadwal Penelitian Lampiran 1. Jadwal Penelitian Bulan No. Kegiatan Penelitian April 2013. Mei 2013 Juni 2013 Juli 2013 Agustus 2013 September 2013. M1 M2 M3 M4 M1 M2 M3 M4 M1 M2 M3 M4 M1 M2 M3 M4 M1 M2 M3 M4 M1 M2 1 Pengajuan

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan yaitu kuantitatif, dengan rancangan

BAB III METODA PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan yaitu kuantitatif, dengan rancangan BAB III METODA PENELITIAN A. Jenis Dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan yaitu kuantitatif, dengan rancangan deskriptif analitik yaitu dengan melakukan pengukuran variabel independen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Variabel Bebas Variabel Terikat Jenis Kelamin Pendidikan Pekerjaan Pengetahuan Kejadian TBC Usia Produktif Kepadatan Hunian Riwayat Imunisasi BCG Sikap Pencegahan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. diantara dua benua besar Asia dan Australia, dan di antara Lautan Pasifik dan

PENDAHULUAN. diantara dua benua besar Asia dan Australia, dan di antara Lautan Pasifik dan 12 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terletak diantara dua benua besar Asia dan Australia, dan di antara Lautan Pasifik dan Lautan Hindia, mempunyai

Lebih terperinci

Tabel 1.1. Daftar Surplus/Defisit Laporan Realisasi APBD Kabupaten/Kota T.A (dalam jutaan rupiah)

Tabel 1.1. Daftar Surplus/Defisit Laporan Realisasi APBD Kabupaten/Kota T.A (dalam jutaan rupiah) LAMPIRAN 1 Tabel 1.1. Daftar Surplus/Defisit Laporan Realisasi APBD Kabupaten/Kota T.A 2011-2014 (dalam jutaan rupiah) Surplus/Defisit APBD DAERAH 2011 2012 2013 2014 Kab. Nias -58.553-56.354-78.479-45.813

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah penelitian explanatory yaitu menjelaskan hubungan beberapa faktor pengaruh terhadap keadaan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam skripsi ini adalah jenis data primer dan

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam skripsi ini adalah jenis data primer dan 39 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data 1. Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam skripsi ini adalah jenis data primer dan sekunder. 1.1.Data primer pengumpulan data dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN. karyawan. Data yang digunakan berupa jawaban responden yang pada dasarnya

BAB II METODE PENELITIAN. karyawan. Data yang digunakan berupa jawaban responden yang pada dasarnya BAB II METODE PENELITIAN 2.1 Bentuk Penelitian Bentuk penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan regresi linier dengan maksud mencari pengaruh antara variabel independent (X) yaitu gaya kepemimpinan

Lebih terperinci

1.1. Lokasi dan Keadaan Geografis

1.1. Lokasi dan Keadaan Geografis Provinsi Sumatera Utara berada di bagian barat Indonesia, terletak pada 1º - 4º LU dan 98º - 100º BT. Sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Aceh, sebelah timur dengan Malaysia di Selat Malaka, Sebelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh karena pupuk kimia lebih mudah diperoleh dan aplikasinya bagi tanaman

BAB I PENDAHULUAN. oleh karena pupuk kimia lebih mudah diperoleh dan aplikasinya bagi tanaman BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penggunaan pupuk pada tanah pertanian terutama pupuk kandang telah di mulai berabad abad yang silam sesuai dengan sejarah pertanian. Penggunaan senyawa kimia sebagai pupuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan bagi BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penyakit malaria telah diketahui sejak zaman Yunani. Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan bagi masyarakat dunia yang dapat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian explanatory research yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan hubungan antara variabel-variabel melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimana manusia dapat membina kepribadiannya dengan jalan mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. dimana manusia dapat membina kepribadiannya dengan jalan mengembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian yang integral dalam kehidupan manusia, dimana manusia dapat membina kepribadiannya dengan jalan mengembangkan potensi-potensi yang

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Gorontalo, Agustus 2011 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI GORONTALO

KATA PENGANTAR. Gorontalo, Agustus 2011 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI GORONTALO KATA PENGANTAR Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Alhamdulillahirobbilalamin, segala puji bagi Allah SWT atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-nya sehingga Buku Profil Kesehatan Provinsi

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BENGKONG

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BENGKONG STATISTIK DAERAH KECAMATAN BENGKONG 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BENGKONG 2015 No Publikasi : 2171.15.31 Katalog BPS : 1102001.2171.081 Ukuran Buku : 24,5 cm x 17,5 cm Jumlah Halaman : 11 hal. Naskah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GRAFIK BAB I. PENDAHULUAN 1 BAB II. GAMBARAN UMUM PROPINSI SUMATERA UTARA THN 2005. 5 2.1. Lokasi dan Keadaan Geografis 5 2.2. Kependudukan 8 2.2.1.

Lebih terperinci

DAFTAR PENERIMA SURAT Kelompok I

DAFTAR PENERIMA SURAT Kelompok I DAFTAR PENERIMA SURAT Kelompok I Lampiran I Surat No. B.41/S.KT.03/2018 Tanggal: 19 Februari 2018 Kementerian/Lembaga 1. Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian; 2. Sekretaris Kementerian

Lebih terperinci

dan berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Provinsi Sumatera Utara

dan berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Provinsi Sumatera Utara Sebelum Dinas berdiri sendiri sebagai instansi tersendiri, Pengelolaan Pajak dan Pendapatan Daerah adalah merupakan salah satu bagian yang berada di bawah Biro Keuangan yang bernaung pada Sekretariat Kantor

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. lima hal, atau kombinasi dari beberapa macam penyakit, diantaranya : ISPA

BAB I. PENDAHULUAN. lima hal, atau kombinasi dari beberapa macam penyakit, diantaranya : ISPA BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di negara berkembang kebanyakan kematian Balita disebabkan oleh lima hal, atau kombinasi dari beberapa macam penyakit, diantaranya : ISPA (ISPA Non Pneumonia dan ISPA

Lebih terperinci

Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial

Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial Available online http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/jupiis Analisis Pertumbuhan Dan Persebaran Penduduk Provinsi Sumatera Utara Berdasarkan Hasil Sensus Penduduk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan penelitian One Group Pretest Posttest yaitu sampel pada penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan penelitian One Group Pretest Posttest yaitu sampel pada penelitian ini BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimen dengan rancangan penelitian One Group Pretest Posttest yaitu sampel pada penelitian ini

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam tesis ini merupakan data sekunder gabungan yang berasal dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun 2007 (Susenas 2007) dan

Lebih terperinci

PENGELOMPOKAN KABUPATEN/ KOTA DI SUMATERA UTARA BERDASARKAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA MISKIN DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS CLUSTER SKRIPSI WIDYA REZA

PENGELOMPOKAN KABUPATEN/ KOTA DI SUMATERA UTARA BERDASARKAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA MISKIN DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS CLUSTER SKRIPSI WIDYA REZA ii PENGELOMPOKAN KABUPATEN/ KOTA DI SUMATERA UTARA BERDASARKAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA MISKIN DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS CLUSTER SKRIPSI WIDYA REZA 140823016 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

Lampiran 1. Jumlah Penduduk, Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Tahun 2012

Lampiran 1. Jumlah Penduduk, Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Tahun 2012 Lampiran 1. Jumlah Penduduk, Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Tahun 2012 No. Kabupaten/Kota Jumlah Penduduk (jiwa) Luas Wilayah (km 2 ) Kepadatan Penduduk (jiwa/km

Lebih terperinci

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN WILAYAH DI PROVINSI SUMATERA UTARA. Mitrawan Fauzi

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN WILAYAH DI PROVINSI SUMATERA UTARA. Mitrawan Fauzi ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN WILAYAH DI PROVINSI SUMATERA UTARA Mitrawan Fauzi mitrawanfauzi94@gmail.com Luthfi Mutaali luthfimutaali@ugm.ac.id Abtract Competition

Lebih terperinci

bahwa berdasarkan ketentuan peraturan perundangundangan, SALINAN NOMOR 15 TAHUN 2017 Peraturan Gubernur sebagaimana dimaksud

bahwa berdasarkan ketentuan peraturan perundangundangan, SALINAN NOMOR 15 TAHUN 2017 Peraturan Gubernur sebagaimana dimaksud SALINAN GUBERNUR SUMATERA UTARA PERATURAN GUBERNUR SUMATERA UTARA NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN GUBERNUR SUMATERA UTARA NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI BADAN DAERAH

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian diskriptif korelatif karena menjelaskan hubungan antara dua

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian diskriptif korelatif karena menjelaskan hubungan antara dua 47 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Rancangan Penelitian Berdasarkan tujuan yang telah diterapkan, penelitian ini merupakan penelitian diskriptif korelatif karena menjelaskan hubungan antara dua variabel

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu diselenggarakan pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu diselenggarakan pembangunan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu diselenggarakan pembangunan kesehatan secara menyeluruh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan rancangan penelitian Rancangan penelitian merupakan hasil akhir dari suatu tahap keputusan yang dibuat oleh peneliti berhubungan dengan bagaimana diterapkan (Nursalam,

Lebih terperinci